PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM MENGEMBANGKAN KECERDASAN SPIRITUAL
ANAK DI SEKOLAH ALAM DEPOK
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom.I)
Oleh :
INA NURUL LESTARI NIM : 105052001747
JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1431 H./ 2010 M.
PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM MENGEMBANGKAN KECERDASAN SPIRITUAL
ANAK DI SEKOLAH ALAM DEPOK
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom.I)
Oleh :
Ina Nurul Lestari NIM : 105052001747
Di bawah Bimbingan :
Drs. Azwar Chotib NIP. 19550501 198503 1006
JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1431 H./ 2010 M.
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul “Pelaksanaan Bimbingan Agama Dalam Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Anak di Sekolah Alam Depok” telah diujikan dalam sidang Munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada Tanggal 9 Maret 2010, skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) pada Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam.
Jakarta, 9 Maret 2010
Sidang Munaqasyah
Ketua Sekretaris
Drs. M. Lutfi, MA Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, MA NIP: 19671006 199403 1006 NIP : 19710412 200003 2001
Anggota
Penguji I Penguji II
Drs. M. Lutfi, MA Nasichah, MA NIP: 19671006 199403 1006 NIP: 19671126 199603 2001
Pembimbing
Drs. Azwar Chotib NIP: 19550501 198503 1006
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 (S1) di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 9 Maret 2010
Penulis
Ina Nurul Lestari
ABSTRAK Ina Nurul Lestari Pelaksanaan Bimbingan Dalam Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Anak di Sekolah Alam Depok
Anak-anak adalah masa depan kita sendiri. Adalah suatu kebahagiaan tersendiri bagi setiap orang tua, bila memiliki anak-anak yang cerdas. Dengan generasi yang cerdas itu berarti kita telah memberikan masa depan yang cerah bagi mereka. Kecerdasan spiritual itu sangat penting dalam kehidupan apalagi dalam dunia pendidikan. Namun bila dilihat pada saat sekarang ini orang tua kurang memperhatikan mengenai kecerdasan spiritual (SQ) anaknya, sehingga bila dilihat kenyataan yang terjadi pada saat sekarang ini banyaknya anak-anak yang sukses tetapi dia tidak mendapatkan kebahagiaan dan ketenangan bathin, walaupun ia mendapatkan kebahagiaan tersebut itupun hanya sementara. Permasalahan pokok penelitian ini adalah bagaimana pelaksanaan bimbingan agama dalam meningkatkan kecerdasan spiritual kecerdasan anak disekolah alam.
Adapun tujuan penulis membuat skripsi ini adalah untuk mengetahui bagaimana pelaksanaam bimbingan agama dalam mengembangkan kecerdasan spiritual anak di sekolah alam depok, dan berhasil tidaknya bimbingan agama yang dilaksanakan di sekolah alam depok.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, yang dilaksanakan dengan pendekatan kualitatif. Data dikumpulkan dengan pengamatan langsung yang dilakukan dengan wawancara kepada narasumber di sekolah alam depok.
Hasil dari penelitian yang dilakukan penulis ialah pelaksanaan bimbingan agama cukup signifikan, hasil dari bimbingan agama ini cukup menunjukan ke arah yang positif. Para pembimbing yang bertugas dalam bimbingan ini berkewajiban memberikan bimbingan dalam upaya memecahkan masalah. Materi yang disampaikan bersumber dari Al-Qur’an, Al-Hadis, alam sekitar. Selain itu juga menggunakan media yang lainnya seperti selebaran fotocopy dan waktu yang digunakan setelah shalat dzuhur.
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada allah SWT yang telah
melimpahkan berbagai nikmat serta karunianya. Sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan. Shalawat dan salam selalu tercurah kapada Nabi Muhammad SAW
yang semoga mampu menjadi tuntunan hidup dalam setiap langkah penulis.
Alhamdulillah, berkat dorongan dari semua pihak, maka skripsi ini
yang berjudul “Pelaksanaan Bimbingan Agama Dalam Meningkatkan Kecerdasan
Spiritual Anak di Sekolah alam Depok” dapat terselesaikan dengan baik. Dengan
kerendahan dan ketulusan hati, penulis menyampaikan penghargaan setinggi-
tingginya dan menghaturkan terima kasih kepada semua pihak, baik secara
langsung maupun tidak langsung yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini.
Terutama kepada :
1. Bapak. Dr. H. Arief Subhan, MA. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ketua Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi, Bapak. Drs. M. Lutfi, M. dan Sekertaris Jurusan Ibu
Nasichah, MA. Yang telah memacu penulis untuk bangkit kembali
melangkahkan kaki menuju cahaya.
3. Secara khusus penulis haturkan terima kasih kepada Bapak. Drs. Azwar
Chotib, sebagai Dosen Pembimbing, atas ketulusan, kesabaran, dan kebaikan
hatinya memotivasi dan membimbing dengan penuh keikhlasan di tengah
kesibukannya.
ii
4. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah
memberikan ilmunya kepada penulis. Karena ilmunya sangat berarti bagi
penulis. Serta seluruh karyawan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Pimpinan dan karyawan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
memberikan fasilitas dalam penulisan ini.
6. Kepala Sekolah Alam Depok yaitu Bapak Ir. Edi Frizal Darma, MT serta
seluruh guru-guru di Sekolah Alam Depok. Yang telah mengizinkan penulis
melakukan penelitian dan membantu dalam memperoleh informasi yang
penulis butuhkan dalam penulisan skripsi ini.
7. Orang tua penulis, Bapak. Maksum Umar (Alm) dan Ibu Hj. Mardiyah
Mansyur, yang sudah merawat, membesarkan serta menyekolahkan penulis
sampai saat ini. Serta kakak-kakak penulis yang sangat penulis sayangi Hayati
Nufus, Darodjah Khairunissa, Lisa Prihatin dan kakak ipar penulis. Serta
sepupu-sepupu penulis Dewi, Vivi, Wati, Bule, Bani, Arief dan yang lainnya.
Atas dukungannya selama ini baik moril maupun materil. Dan juga kepada
Raffi, Ryan, Dzaky yang selalu menghibur penulis di kala jenuh.
8. Keluarga besar BEM Jurusan BPI terutama angkatan 2005 (Yenni, Antie,
Maya Mulya, Qori, Galuh, Via, Riri, Dwika, Wahyu, Laily, Astuti, M. Jaya
Supriatna, Mualbar, Fitri, Pratiwi dan lainnya), serta sahabat-sahabat penulis
di 3 Ipa yaitu Reni, Ari, Feri, Dedeh, Handi, Andri yang telah memberikan
semangat kepada penulis agar segera menyelesaikan skripsi ini dengan baik
dan benar.
iii
iv
Alhamdulillah, akhirnya dengan segala keterbatasan penulis hanya
dapat menyerahkan semuanya kepada Allah SWT untuk membalas kebaikan
mereka yang telah membantu penulis. Mudah-mudahan dapat bermanfaat untuk
penulis dan yang membacanya. Amin yaa Robbal alamin.
Jakarta, 9 Maret 2010
Ina Nurul Lestari
DAFTAR ISI
ABSTRAK……………………………………………………………… i
KATA PENGANTAR…………………………………………………. ii
DAFTAR ISI………………………………………………………….... v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah …………………………….. 1
B. Pembatasan dan Perumusan masalah………………. 4
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian……………………… 5
D. Tinjauan Pustaka……………………………………... 5
E. Metodologi Penelitian…………………………………. 6
F. Sistematika Penulisan…………………………………. 9
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Bimbingan Agama …………………………………… 10
1. Pengertian Bimbingan Agama…………………… 10
2. Tujuan Bimbingan Agama……………………….. 13
3. Fungsi dan Prinsip Bimbingan Agama………….. 14
B. Kecerdasan Spiritual…………………………………. 16
1. Pengertian Kecerdasan Spiritual………………… 16
2. Kecerdasan Spiritual Anak………………………. 21
BAB III GAMBARAN UMUM SEKOLAH ALAM DEPOK
A. Sejarah Berdirinya ……………………………………. 26 B. Visi dan Misi ………………………............................... 27 C. Struktur Organisasi …………………………………... 28 D. Konsep dan Program …………………………………. 28 E. Kurikulum……………………………………………… 29 F. Sarana dan Prasarana ……………………………………… 32
v
vi
BAB IV TEMUAN DAN ANALISA DATA
A. Temuan Data…………………………………………. 33
1. Deskripsi Responden…………………………….. 33
2. Pelaksanaan Bimbingan Agama………………… 34
3. Metode Bimbingan Agama……………………… 35
4. Faktor Pendukung dan Penghambat…………… 39
B. Analisa Data………………….……………………… 40
1. Penyajian Data…………………………………… 40
2. Analisis………………………………………………… 53
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan…………………………………………… 56
B. Saran………………………………………………….. 57
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kehidupan yang selalu berorientasi kepada kemajuan dalam bidang
material telah melantarkan supra empiris manusia, sehingga terjadi
pemiskinan rohaniyah dalam dirinya. Kondisi ini ternyata sangat kondusif
bagi perkembangannya masalah-masalah pribadi dan sosial yang
terekspresikan dalam suasana psikologis yang kurang nyaman, seperti,
perasaan cemas dan perasaan terasing, serta terjadinya penyimpangan moral
atau sistem nilai.
Sebagai dampak negatif dari kehidupan modern ini adalah semakin
kompleksnya jenis-jenis dan syarat-syarat pekerjaan, jenis dan pola
kehidupan, jenis dan kesempatan pendidikan, persaingan antar individu dan
sebagainya. Dengan demikian individu dituntut untuk lebih mampu
menghadapi berbagai masalah seperti masalah perencanaan dan pemilihan
pendidikan, masalah-masalah keuangan dan masalah pribadi dan masalah tiu
terjadi karena kurangnya pengetahuan tentang agama yang dapat
meningkatkan kecerdasan spiritualnya.
Betapa besarnya pengaruh kecerdasan spiritual dalam menunjang
kesuksesan hidup seorang anak untuk mencapai kecerdasan spiritual yang
lebih tinggi, yang berkembang dari individu masing-masing dan
lingkungannya, yang mana untuk mencapai kematangan kecerdasan spiritual
1
2
sangat bergantung pada tingkat kesadaran baik secara individu maupun
melalui proses pelatihan, pendidikan dan bimbingan yang continue.1
Untuk dapat menyeimbangkan emosi maka, spiritual sangat
dibutuhkan dikarenakan dapat membantu kita dalam menyembuhkan dan
membangun diri secara utuh, dan kecerdasan spiritual juga berkaitan dengan
pemaknaan manusia terhadap setiap tindakan dan jalan hidup.
Sekolah sebagai salah satu institusi pendidikan, memegang peranan
penting dalam mengembangkan kecerdasan intelektual tersebut, kurikulum
sebagai perangkat pengajaran sangat memfokuskan pada peningkatan
kecerdasan ini. Sebagai suatu lembaga pendidikan formal, sekolah
bertanggung jawab untuk mendidik dan menyiapkan siswa agar berhasil
menyesuaikan diri dimasyarakat dan mampu memecahkan berbagai masalah
yang dihadapinya, kegiatan belajar mengajar merupakan salah satu diantara
kegiatan yang diberikan oleh sekolah, namun sesungguhnya kegiatan itu saja
belum cukup memadai dalam menyiapkan agar siswa untuk terjun
kemasyarakat dengan berhasil. Agar siswa mampu memecahkan masalahnya
diperlukannya bimbingan agama dan kegiatan ekstrakurikuler yang lainnya
termasuk tentang alam, yang dapat menambah wawasan dalam hal apapun
dan juga meningkatkan kecerdasan spiritualnya.
Kebutuhan akan bimbingan timbul karena adanya masalah-masalah
yang dihadapi oleh anak yang terlihat dalam kehidupannya. Semakin rumit
struktur lingkungannya semakin banyak dan rumit pula masalah yang
dihadapi anak. Landasan religius bimbingan pada dasarnya ingin
1 Lexy J Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif (Bandung : PT Remaja Rosdakarya,
2007), cet. Ke-23
3
menetapkan siswa sebagai mahkluk tuhan dengan segenap kemuliaannya,
menjadi fokus sentral pelaksanaan bimbingan agama.
Oleh karena itu sekolah alam adalah salah satu wadah untuk
mengembangkan pendidikan dan pengajaran dan dengan mudah
membimbing dengan memberikan kegiatan belajar yang berbeda terhadap
anak siswanya agar mampu berkembang dnegan keterampilan wawasan
yang diterima disekolah itu dan mampu hidup selaras dengan ketentuan dan
petunjuk Allah, sehingga dapat mencapai kebahagiaan dunia maupun
akhirat. Dan sekolah alam ini juga mengembangkan potensi anak kembali
fitrah, salah satunya dengan cara meningkatkan kecerdasan spiritual (SQ).
Sekolah mampu dapat meningkatkan kecerdasan spiritual, hal
tersebut perlu mendapat perhatian. Kecerdasan spiritual harus mendapat
perhatian, dikaji dan diteliti, karena kecerdasan spiritual sangat menentukan
mutu hasil kependidikan siswa, generasi muda dan penerus bangsa. Jika hal
ini tidak mendapat perhatian maka siswa boleh jadi bisa menjadi pintar
namun kering secara spiritual.
Pada kenyataannya banyak sekolah yang kurang memperhatikan
persoalan kecerdasan spiritual siswa. Disamping itu ada pula sekolah yang
cukup memperhatikan persoalan ini dengan mengadakan upaya-upaya
tertentu, menangani persoalan-persoalan kecerdasan spiritual siswa, seperti
Sekolah Alam Depok, dengan kegiatan bimbingan keagamaan.
Dari penjabaran diatas penulis ingin meneliti bagaimana pelaksaan
bimbingan agama dalam meningkatkan kecerdasan spiritual yang ada
disekolah alam ini. Dalam hal ini sekolah alam yang akan diteliti adalah
4
sekolah alam depok, dan berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik
untuk mengadakan penelitian dengan judul “Pelaksanaan Bimbingan
Agama Dalam Meningkatkan Kecerdsan Spiritual Anak Di Sekolah
Alam Depok”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Persoalan kecerdasan spiritual siswa sangat berhubungan, bisa
dipengaruhi, ditentukan oleh banyak hal antara lain sebagai berikut :
1. Orang tua, karena orang tua sangat berpengaruh dalam kehidupan sang
anak.
2. Lingkungan belajar.
3. Pemanfaatan waktu luang.
4. Kegiatan bimbingan yang dilakukan disekolah.
5. Dan sebagainya.
2. Pembatasan Masalah
Persoalan yang diteliti untuk skripsi ini dibatasi pada bimbingan
agama (kegiatan bimbingan yang dilakukan disekolah alam depok) dalam
kaitannya dengan kecerdasan spiritual siswa.
3. Perumusan Masalah
Selanjutnya, berdasarkan uraian diatas maka perumusan
masalahnya menjadi bagaimana pelaksanaan bimbingan agama yang
dilakukan disekolah alam depok dalam mengembangkan kecerdasan
spiritual anak?,
5
C. Tujuan dan Manfaat
Sesuai dengan perumusan masalah tersebut maka yang menjadi
tujuan penelitian ini adalah :
1. Mengetahui pelaksanaan bimbingan agama dalam meningkatkan
kecerdasan spiritual.
3. Mengetahui berhasil atau tidaknya bimbingan agama disekolah alam
depok dalam meningkatkan kecerdasan spiritual.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara
teoritis, memberikan wawasan keilmuan khususnya. Bimbingan dan
Penyuluhan Islam, dan manfaat praktis yaitu dapat bermanfaat sebagai
bahan masukan untuk pihak manapun. Dan dapat memberikan sumbangan
bagi kajian-kajian konseling yang membahas tentang bagaimana informasi
penelitian mengenai kecerdasan spiritual disekolah alam depok dapat terus
berkembang dalam masyarakat.
D. Tinjauan Pustaka
Dalam menentukan judul skripsi ini penulis sudah mengadakan
tinjauan pustaka ke perpustakaan yang terdapat di fakultas dakwah maupun
di perpustakaan utama UIN Syarif hidayatullah. Menurut pengamatan
penulis dari hasil observasi yang telah penulis lakukan sampai saat ini hanya
menemukan adanya judul yang serupa dengan judul yang penulis ajukan
namun perbedaan antara judul penulis dengan judul sebelumnya yaitu
skripsi tahun 2006 membahas tentang Upaya Bimbingan Islam dalam
Meningkatkan Kecerdasan Spiritual dan Emosional di Pondok Pesantren
Darunnajah, pada skripsi tahun 2008 membahas tentang Pengembangan
6
Kecerdasan Spiritual Anak di Sekolah Alam. Sedangkan penulis
menganalisa tentang Efektifitas Pelaksanaan Bimbingan Agama Dalam
Meningkatkan Kecerdasan Spiritual di Sekolah Alam Depok.
Penulis memilih judul tersebut karena belum adanya judul yang
mengemukakan tentang Pelaksanaan Bimbingan Agama Dalam
meningkatkan Kecerdasan Spiritual Anak di Sekolah Alam Depok. Maka
saya tertarik unutk meneliti hal tersebut, dikarenakan seluruh masyarakat
dapat berdakwah atau belajar untuk meningkatkan kecerdasan spiritual
dengan cara yang berbeda di sekolah alam ini. Demikian alasan penulis
dalam mengajukan judul skripsi dengan judul Pelaksanaan Bimbingan
Agama Dalam Meningkatkan Kecerdasan Spiritual di Sekolah Alam Depok.
E. Metodologi Penelitian
a. Pendekatan dan Metodelogi Penelitian
Metode ialah suatu prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu
yang mempunyai langkah-langkah sistematis. Sedangkan metodelogi adalah
suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan-peraturan suatu mode, jadi
metodelogi penelitian adalah suatu pengkajian dalam mempelajari
peraruran-peraturan yang terdapat dalam penelitian. Ditinjau dari sudut
filsafat, metodelogi penelitian merupakan epitimologi penelitian yaitu yang
menyangkut bagaimana mengadakan penelitian.2
Metode yang digunakan dalam metode ini adalah metode
deskriptif. Menurut Winarto Surachman (1993 : 63) metode deskriptif
adalah “suatu metode yang memiliki sifat menuturkan dan menafsirkan data
2 Husaini, Usman- Purnomo, Setiady, Akbar. Metodologi Penelitian Sosial l. PT. Bumi
Aksara. Jakarta cet, Ke-3.2000
7
yang ada tentang suatu proses yang berlangsung”. Sedangkan metode
pendekatan yang digunakan dalam skripsi ini adalah pendekatan kualitatif,
menurut Bogdan dan Taylor yang dikutip oleh Lexy, J. Moleong,
pendekatan kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku
yang diamati.3
Menurut Hesti R. Wijaya (1996) penelitian kualitatif akan lebih
diuntungkan karena disannya lebih fleksibel dan berkembang dalam proses
penelitiannya. Dan juga lebih bias menjelaskan, memberikan pengertian,
serta pemahaman yang mendalam. 4 Oleh karena itu Poerwandari (2001)
menyatakan : “ hal-hal yang membutuhkan pemahaman mendalam dan
khusus sangat sulit diteliti dengan pendekatan kualitatif.5
b. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini,
penulis menggunakan tehnik pengumpulan data sebagai berikut :
1. Observasi : adalah tehnik yang digunakan untuk mengamati secara
langsung peristiwa atau kegiatan pelaksanaan bimbingan agama yang sedang
dilaksanakan disekolah alam depok.6
2. Wawancara : penulis melakukan tanya jawab dan wawancara langsung
dengan pihak yang sedang diteliti.
3 Lexy. J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya, 2007) cet, ke- 23, h. 6 4 Wijaya Hesti R, Penelitian Berperspektif Gender Dalam Jurnal Analisis Sosial :
Analisis Gender dalam memahami persoalan perempuan, Edisi 4/ November (b\Bandung : Akatiga, 1996), h. 4.
5 Poerwandari, Kristi E. Pendekatan Kualitatif Untuk Penelitian perilaku Manusia, (Jakarta : LPSP3 UI, 2001), h. 12
6 Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2002
8
3. Telaah Kepustakaan : dimaksudkan untuk mendapatkan data-data yang
berkaitan dengan penelitian ini, selain itu telaah kepustakaan juga bertujuan
untuk memperjelas teori yang digunakan, telaah kepustakaan didapat dari
sumber informasi seperti buku-buku, surat kabar dan internet.
c. Tehnik Analisa Data
Tehnik analisa data dalam penelitian ini menggunakan tiga sub
proses yang saling berhubungan, yaitu reduksi data, display data dan
penarikan kesimpulan atau verifikasi. Reduksi data yaitu dengan memilih
hal-hal pokok yang sesuai dengan fokus penelitian. Data tersebut kemudian
disajikan dalam bentuk gabungan informasi dan ringkasan serta synopsis
terstruktur sehingga memungkinkan untuk penarikan kesimpulan
berdasarkan pada kerangka teori dan permasalahan penelitian. Setelah itu,
penelitian melakukan verifikasi data yang mencakup proses penafsiran dan
pemaknaan data yang ditampilkan.
F. Sistematika Penulisan
Sistematika dalam penulisan ini adalah :
Bab I : Merupakan bab pendahuluan yang berisi tentang latar belakang
pentingnya permasalahan dalam penelitian, pembatasan dan
perumusan masalah yang akan diteliti, tujuan dan manfaat
penelitian, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.
Bab II : Mengungkapkan tentang landasan teori, pada bab ini diuraikan
mengenai teori-teori yang digunakan dalam penelitian.
9
Bab III : Membicarakan deskriptif objek penelitian yang mencakup sejarah
dan latar belakang berdirinya, Visi, Misi, dan Tujuan. Serta
program, struktur organisasi, sarana dan prasarana.
Bab IV : Menyelesaikan pelaksanaan bimbingan agama yang dilaksanakan
disekolah Alam. Dan Hasil penelitian tersebut.
Bab V : Penutup, berisi tentang kesimpulan mengenai hasil penelitian
diskusi mengenai temuan-temuan dalam penelitian yang dianggap
penting dan saran yang berkaitan dengan penelitian tersebut.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Bimbingan Agama
1. Pengertian Bimbingan Agama
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, bimbingan berarti petunjuk
ataupun penjelasan tentang tata cara mengerjakan sesuatu.1 Secara harfiah
(bahasa) bimbingan adalah “menunjukan, memberi jalan, atau menuntun
orang lain kearah tujuan yang bermanfaat bagi kehidupan dimasa kini dan
masa yang akan datang”.2
Istilah bimbingan merupakan terjemahan dari kata “guidance”
yang berarti menunjukan kepada dua hal, yang masing-masing berdiri
sendiri, hal ini sebagaimana yang dikatakan oleh WS.Wingkel yaitu :
a. Memberikan informasi, yaitu memberikan petunjuk, bahkan
memberikan nasehat kepada seseorang atau kelompok maka atas dasar
pengetahuan tersebut orang dapat menentukan pilihan dan mengambil
keputusan.
b. Menuntun atau mengarahkan kepada suatu tujuan yang akan dituju,
yang mungkin tempat tersebut hanya diketahui oleh yang menuntun
saja.3
1 Tim Penyusun Kamus, Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1995). Cet ke-2, h.133 2 H.M.Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan Agama, (Jakarta : Golden Terayon
Press. 1996). H 1 3 WS.Wingkel.FKIP.IKIP. Senata Darma, Bimbingan dan Penyuluhan Di sekolah,
(Jakarta : PT. Gramedia, 1997). h 18
10
11
Pakar bimbingan yang lain mengungkapkan bahwa “Bimbingan
merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa atau seseorang agar dapat
berkembang menjadi pribadi-pribadi mandiri.
Pelayanan bimbingan merupakan proses. Jadi dalam pelayanan
bimbingan ini harus berkesinambungan, sebab dalam membimbing itu tidak
langsung menjadi pribadi yang mandiri, tetapi bertahap dan terkadang harus
melalui liku-liku tertentu sesuai dengan dinamika yang terjadi dalam
pelayanan itu.
Dengan membandingkan pengertian tentang bimbingan yang telah
dikemukakan di atas, bahwa bimbingan adalah suatu proses pemberian
bantuan secara terus menerus yang diberikan kepada seseorang dalam upaya
menemukan pribadi agar dapat menjadi pribadi mandiri dan dapat membuat
pilihan-pilihan dan penyesuaian yang bijaksana.
Kemudian definisi agama yang diberikan para ilmuan belum
sepenuhnya seragam. Arif Budiman melihat agama dalam dua kategori.
“pertama, agama sebagai keimanan (doktrin), dimana orang percaya
terhadap kehidupan kekal di kemudian hari, lalu orang mengabdikan dirinya
untuk kepercayaan tersebut, kedua, agama sebagai yang mempengaruhi
perilaku manusia. Dengan demikian ia identik dengan kebudayaan”.4
Menurut Zakiah Daradjat, “agama adalah kebutuhan jiwa (psikis)
manusia, yang akan mengatur dan mengendalikan sikap, pandangan hidup,
kelakuan, dan cara menghadapi tiap-tiap masalah”.5 Dalam kamus sosiologi
4 Arif Budiman, Agama, Demokrasi dan Keadilan, dalam M. imam Azis,red) Agama
Demokrasi dan keadilan. (Jakarta : PT. Gramedia,1993),h.20 5 Zakiah Deradjat. Pendidikan Agama dan Oembinaan Mental, (Jakarta : Bulan Bintang,
1982). Cet ke-3, h 52
12
pengertian agama (religion) mencakup 3 hal : 1. Kepercayaan pada hal-hal
spiritual, 2. Perangkat kepercayaan dan praktek-praktek yang dianggap
sebagai tujuan sendiri. 3. Idiologi mengenai hal-hal yang bersifat
supranatural.6
Ada juga pengertian lain tentang agama, yang berarti “Peraturan
tuhan yang diturunkannya kepada manusia dalam melaksanakan kehidupan
dan penghidupan mereka dalam segala aspeknya agar mencapai kejayaan
hidup lahir batin di dunia dan akhirat.7
Mengacu pada beberapa definisi agama, maka dapat dicermati
bahwa agama dipercayai sebagai sebuah sistem kepercayaan dan praktis
memiliki potensi untuk membuat sebuah masyarakat moral (moral
community) yang terikat norma-norma dan nilai-nilai yang mereka yakini
kebenarannya.
Berdasarkan pengertian bimbingan dan agama diatas menurut
Aunur Rahim Faqih yang dimaksud dengan pengertian bimbingan agama
yaitu : “proses pemberian bantuan terhadap inidividu agar mampu hidup
selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga dapat mencapai
kebahagian hidup di dunia dan akhirat”.8 Bimbingan agama dilaksanakan
dalam upaya memberikan kecerahan batin kepada seseorang dalam
6 Soerjono Sukanto, Kamus Sosiologi (Jakarta : CV.Rajawali, 1990). H. 430 7 Syahmin Zaeni, Mengapa Manusia Harus Beragama, (Jakarta : Kalam Mulia, 1986),
cet ke-1. h-2 8 Aunur Rahim Faqih, red). Bimbingan dan Konseling Dalam Islam. ( yogyakarta : VII
Press, 2002), h. 4
13
menghadapi segala macam persoalan, dan bimbingan agama yang dilakukan
sesuai dengan ajaran agama.9
2. Tujuan Bimbingan Agama
Secara umum, tujuan bimbingan agama adalah membantu individu
mewujudkan dirinya sebagai manusia seutuhya, agar mencapai kebahagiaan
hidup di dunia dan di akhirat.10
Dalam menjalankan kehidupannya, manusia pasti mengalami
hambatan-hambatan dalam mewujudkan keinginannya, sehingga diperlukan
bimbingan agama, untuk itulah bimbingan agama berusaha untuk
membantu individu agar mampu menghadapi masalah dalam hidupnya.
Secara khusus bimbingan agama memiliki tujuan-tujuan antara lain
1. Membantu individu agar tidak menghadapi masalah
2. Membantu individu mengatasi masalah yang dihadapi
3. Membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi dan
kondisi yang lebih baik, sehingga tidak menjadi sumber masalah
bagi dirinya dan orang lain.11
Dengan memperhatikan tujuan-tujuan diatas, diharapkan
bimbingan agama yang dilaksanakan akan membantu individu dalam
menyelesaikan segala permasalahnnya dengan segala potensi yang ada pada
dirinya.
3. Fungsi Bimbingan Agama
9 H.M. Arifin. Pokok-pokok Tentang Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta : Bulan
bintang, 1976), h-25 10 Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling Dalam Islam, opcit. H. 35 11 Aunur, Bimbingan Dan Konseling Dalam Islam. H. 36
14
Dalam melakukan bimbingan kepada individu, bimbingan itu
dimaksudkan bukan untuk memecahkan suatu masalah yang dihadapi, tetapi
dengan bimbingan agama diharapkan berfungsi sebagai alternativ dalam
pemecahan masalah. Oleh karena itu, dengan memperhatikan tujuan umum
dan tujuan khusus bimbingan agama diatas, maka dapatlah dirumuskan
fungsi dari bimbingan agama menurut Aunur Rahim Faqih, yaitu :
1. Fungsi Preventif, yaitu membantu individu menjaga atau mencegah timbulnya masalah bagi dirinya.
2. Fungsi Kuratif atau korektif, yaitu membantu individu memecahkan masalah yang sedang dihadapi atau dialaminya.
3. Fungsi Preservatif, yaitu membantu individu agar situasi yang semula tidak baik menjadi baik dan kebaikkan itu bertahan lama.
4. Fungsi Development atau pengembangan, yaitu membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi dan kondisi yang baik, sehingga tidak memungkinkannya menjadi sebab munculnya masalah baginya.12
Berdasarkan beberapa fungsi bimbingan di atas, dapat dipahami
bahwa fungsi bimbingan agama berfungsi mengarahkan individu supaya
terhindar dari masalah dan berusaha untuk mengembalikan kondisinya untuk
menjadi lebih baik dari sebelumnya. Untuk mencapai tujuan yang sejalan
dengan fungsi-fungsinya maka menurut penulis kegiatan bimbingan agama
dapat melakukan kegiatan-kegiatan sebagi berikut :
a) Membantu individu dalam meningkatkan kembali individu akan
fitrahnya sebagai mahkluk Allah, agar memahami dirinya sendiri
sebagai mahkluk Tuhan.
b) Membantu individu bertawakal atau berserah diri kepada Allah.
Dengan demikian dapat menyadari bahwa apa yang terjadi
semuanya adalah cobaan dari Allah SWT.
12 ibid, h. 36.
15
c) Membantu individu dalam memahami keadaan (situasi dan
kondisi) yang dihadapinya. Seringkali seseorang menghadapi
masalah yang tidak dapat dipahami olehnya, atau tidak menyadari
dirinya sedang menghadapi masalah.
d) Membantu individu dalam mencari alternative pemecahan
masalah.13
Berdasarkan uraian diatas bimbingan agama dapat dikaitkan
dengan pendekatan islami dengan aspek-aspek psikologis dalam
pelaksanaan bimbingan konseling yang meliputi pribadi, sikap, kecerdasan,
perasaan, dan seterusnya yang berkaitan dengan klien dan konselor.
Bagi pribadi muslim yang berpijak pada pondasi tauhid pastilah
seorang pekerja keras, namun nilai bekerja baginya adalah untuk
melaksanakan tugas suci yang telah Allah berikan dan percayakan
kepadanya, ini baginya adalah ibadah. Sehingga pada pelaksanaan
bimbingan konseling, pribadi muslim tersebut memiliki ketangguhan pribadi
tentunya dengan prinsip-prinsip sebagai berikut :
1. Selalu memiliki prinsip landasan dan prinsip dasar yaitu hanya beriman kepada Allah Swt.
2. Memiliki prinsip kepercayaan, yaitu beriman kepada Malaikat. 3. Memiliki prinsip kepemimpinan, yaitu beriman kepada Nabi dan Rasulnya. 4. Selalu memiliki prinsip pembelajaran, yaitu berprinsip kepada Al-
Qur’an Al Karim. 5. Memiliki prinsip masa depan, yaitu beriman kepada hari kemudian 6. Memiliki prinsip keteraturan, yaitu beriman kepada ketentuan Allah14
13 ibid h. 40
14 Hasil telurusi internet
(http://kaunseling.multiply.com/journal/item/15)(www.concer.net)
16
Jika pembimbing memiliki prinsip tersebut (Rukun Iman) maka
pelaksanaan bimbingan dan konseling tentu akan mengarahkan counselee
kearah kebenaran, selanjutnya dalam pelaksanaannya pembimbing dan
konselor perlu memiliki tiga langkah untuk menuju pada kesuksesan
bimbingan dan konseling. Pertama, memiliki mission statement yang jelas
yaitu dua kalimat syahadat, kedua memiliki sebuah metode pembangunan
karakter sekaligus symbol kehidupan yaitu shalat lima waktu, dan ketiga,
memiliki kemampuan pengendalian diri yang dilatih dan disimbolkan
dengan puasa. Prinsip dan langkah tersebut penting bagi pembimbing dan
konselor muslim, karena akan menghasilkan kecerdasan emosi dan spiritual
(ESQ) yang sangat tinggi (Akhlakul Karimah). Dengan mengamalkan hal
tersebut akan memberi keyakinan dan kepercayaan bagi counselee yang
melakukan bimbingan dan konseling.
B. Kecerdasan Spiritual
1. Pengertian Kecerdasan Spiritual
Belakangan ini orang sering membicarakan berbagai macam
kecerdasan, seperti kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan
kecerdasan spiritual. Kecerdasan spiritual adalah pikiran yang mendapat
inspirasi, dorongan dan efektifitas yang terinspirasi, the is-ness atau
penghayatan kautuhan dimana didalamnya menjadi bagian. Adapula yang
mendefinisikan kecerdasan spiritual sebagai fakultas dari dimensi
nonmaterial atau roh manusia. Inilah intan yang belum terasah dimana
semua memilikinya. Harus mengenali kecerdasan spiritual seperti adanya,
menggosoknya hingga mengkilap dengan tekad yang besar dan
17
menggunakannya untuk memperoleh kebahagiaan abadi. Seperti dua bentuk
kecerdasan lainnya, kecerdasan spiritual dapat meningkat dan menurun.15
Ketika kecerdasan spiritual kosong dalam diri manusia, maka
perannya digantikan oleh emosi dan kesombongan dan kehancuranlah
akibatnya bagi semua. Dalam bahasa Al-Qur’an dinyatakan bahwa barang
siapa menolak pengajaran tuhan, maka ia akan dikendalikan oleh setan.
Tentunya, kita tidak menginginkan anak-anak hanya handal dalam
kecerdasan intelektual tetapi kesadaran spiritualnya dapat berkembang
denganbaik. Dalam hal ini kecerdasan spiritual dapat diibaratkan sebagi
cahaya ilahi, sehingga segala sesuatu nampak sebagaimana adanya. Ketika
manusia mengetahui hakekat sesuatu, maka ia tentu menjadi bijak dan arif
untuk menggunakan sesuatu itu dan tidak menyelewengakannya.16
Sebab proses pencerdasan bangsa baru bisa terlaksanakan secara
integrasi oleh sektor-sektor pembangunan. Salah satu sektor pembangunan
itu adalah pendidikan. Namun betapapun tinggi ilmu pengetahuan seseorang,
apabila ia tidak beragama, maka pengetahuannya itu akan digunakannya
untuk mencari kesenangan dan keuntungan sendiri tanpa memperhatikan
orang lain. Sedangkan kendali jiwa yang menahan dan pengontrolan
tindakan dan perbuatannya tidak ada, yaitu kepercayaan kepada Tuhan dan
ketekunannya dalam mengindahkan ajaran-ajaran agamanya. Disinilah letak
tragisnya pengetahuan yang tidak disertai oleh jiwa taqwa kepada Tuhan.
Maka dari itulah disini guru sangat berpengaruh besar sekali dalam
mengembalikan serta meningkatkan kecerdasan spiritual atau jiwa
15 Sudirman Tebba, Kecerdasan Sufistik, (Jakarta Kencana, 2004). Cet. 1, h. xvi 16 Suharsono, Akselerasi Intelegensi Optimalkan : IQ, EQ dan SQ Seacara Islami. (Jakarta
: Insani Press, 2004), cet. 1. h. 238.
18
seseorang, karena kecerdasan spiritualnya adalah kecerdasan jiwa. Ia adalah
kecerdasan yang dapat membantu kita menyembuhkan dan membangun diri
kita secara utuh. Banyak sekali diantara kita yang saat ini menjalani hidup
yang penuh luka dan berantakan. Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan
yang berada dibagian diri yang dalam, berhubungan dengan kearifan diluar
ego atau pikiran sadar.17
Kehidupan manusia memiliki dua aspek, yaitu aspek lahiriah dan
batiniah. Aspek batiniah manusia meliputi akal, nafsu, jiwa, hati dan roh.
Unsur batiniah inilah yang menjadikan manusia secara spiritual. Semua
unsur batiniah atau spiritual manusia terdapat dalam Al-Qur’an.18
Dalam islam kecerdasan spiritual sangat berkaitan dengan unsur
manusia yang terdalam yang banyak disebut oleh Al-Qur’an sebagai ruh.
Islam menjelaskan bahwa kecerdasan spiritual tidak hanya dilihat sebagai
sebuah potensi dalam salah satu titik saraf di otak, tetapi lebih dari itu
kecerdasan spiritual adalah fitrah yang sudah dimiliki manusia ketika berada
dalam ruh, alam ketika manusia dibekali kemampuan mengenal dan
mengakui Allah SWT. Fitrah menurut Al-Qur’an sebagian berarti sebagai
penciptaan manusia yang memiliki potensi, sifat dasar, watak alami dan
bawaan tertentu, seperti dijelaskan dalam surat al-Rum ayat : 30 yang
berbunyi sebagai berikut :
17 Danah Zohar dan Ian Marshall, SQ : Memanfaatkan Kecerdasan spiritual Dalam
Berfikir Integralistik dan Holistik Untuk Memaknai Kehidupan, Terj. Dari SQ : Spiritual Intelligence The Ultimate Intellegence oleh Rahmani Astuti, Ahmad Nadjib Burhani dan Ahmad Baiquni, (Bandung : Mizan, 2001) cet. 2. h. xxii.
18 Sudirman Tebba, Menyingkap Spiritualitas Manusia : Menggapai Kesuksesan Hidup. (Jakarta : Pustaka Irvan, 2006). Cet 1. h. 2.
19
Artinya
“Maka hadapkanlah wajahmu kepada agama Allah (tetaplah atas)
fitrah (naluri) Allah yang telah menciptakan manusia menurut naluri itu,
tidak ada perubahan pada naluri dari Allah itu. Itulah agama yang lurus,
akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya.” (Ar-Rum : 30)
Siswa menggunakan kecerdasan spiritual untuk menjadi kreatif,
lebih cerdas spiritual dalam beragama. Untuk itu, menghadapi persoalan
yang dihadapi manusia modern sekarang ini kiranya kecerdasan spiritual
bisa menjadi salah satu upaya untuk mengembalikan jati diri manusia
kepada fitrah dan penciptaannya untuk berbakti kepada Allah dan kerinduan
kepadanya.
Kecerdasan adalah sebuah kekuatan yang bersifat non material, ia
sangat diperlukan oleh manusia dan sejumlah mahkluk lainnya guna
dijadikan sebagai alat bantu didalam menjalani kehidupannya dialam dunia.
Kecerdasan yang ditimbulkan Al-Qur’an dapat merangsang aktualisasi
anggota tubuh, indra, pikiran, akal, hati, dan jiwa. Untuk mendapatkan hasil
yang utuh dalam proses belajar mengajar kepada Allah Swt, hendaknya
memiliki rasa takut kepadanya, berdoa, dan selalu berbuat kebaikan. Dan
dengan kecerdasan akan memperoleh petunjuk, rahmat, penawar, cahaya,
peringatan, pelajaran dari kisah-kisah, ketegaran, dan ilmu.
20
Merupakan konsekuensi logis bahwa kecerdasan harus dibuktikan
dan dimanfaatkan bagi kehidupan. Tidak hanya untuk manusia semata,
tetapi sampai kesegenap unsur yang ada didalam kehidupan alam semesta.
Kecerdasan yang diperoleh harus dimanfaatkan untuk :
a. Mengajak untuk dekat kepada Allah Swt. b. Mengajarkan Al-Qur’an dan menegakkan agama. c. Menebarkan cahaya petunjuk dan syafaat hasanah d. Memakmurkan bumi dan memperbaiki kehidupan. e. Mencegah bencana dan menciptakan kemaslahatan. f. Menyebarkan kasih sayang antar sesama. g. Membawa manusia kejalan keselamatan.
Melalui pendekatan ruhani, kecerdasan dapat diberdayakan dengan
peningkatan keimanan, bertaqwa dengan sebenarnya, berdoa tanpa henti dan
berdzikir tanpa batas. Dengan kecerdasan manusia mampu mengenal Allah
dengan sebenarnya, mengetahui kehidupan dunia secara batiniah,
menyingkap tabir-tabir rahasia dan menjadi hamba dan menyucikannya.
Pendidikan menurut pandangan islam berlangsung selama hidup.
Tujuan umum proses pendidikan ini berkaitan dengan upaya pemunculan
seluruh potensi ruhiyah dan jasmaniyah yang merupakan fitrah manusia
dalam mencapai bentuk-bentuk pribadi insan kamil dalam setiap diri anak.
Perasaan, lingkungan dan pengalaman dapat mempengaruhi. Karena itulah
pendidikan islam berlangsung selama hidup untuk menumbuhkan
pendidikan yang telah dicapai. Orang yang sudah mencapai tingkat
ketaqwaan tertentu, tetap masih perlu mendapatkan pendidikan dalam
rangka pengembangan dan penyempurnaan. Ini dilakukan agar proses
pemenuhan amanah khalifah Allah dibumi dapat terealisasikan.
2. Kecerdasan Spiritual Anak
21
Sederet penelitian telah menyimpulkan bahwa potensi dan bakat
kecerdasan spiritual justru dimiliki anak sejak usia dini. Bila dalam islam
terdapat hadits nabi yang intinya mengajarkan bahwa setiap anak dilahirkan
dalam keadaan fitrah, maka sebenarnya hadits itu merujuk pada potensi dan
bakat spiritual anak yang sejak dini sudah melekat secara intrinsik.
Jika kecerdasan spiritual disandarkan pada hati, maka hati anak
pada masa kecil mengerti bahwa kecerdasan dan kebajikan akan menjadikan
sesuatu berakhir menyenangkan. Dan tanpa langsung diberi tahu, anak-anak
kecil yang terihlami, ingat kecerdasan spiritual adalah pemikiran terihlami
dapat memahami apa yang terkandung dalam spiritual.19
Sinetar menceritakan kisah menarik seorang perempuan yang sejak
dini sudah memiliki kecerdasan spiritual, meskipun ia memiliki orangtua
yang agnotis. Katanya : “orangtua saya agnotis. Sekalipun tanpa restu
mereka, sebagai seorang gadis kecil, saya tahu bahwa apabila ada
spiritualitas, tak kan ada perpecahan dan tidak ada pula rintangan.
Penghormatan terhadap hidup adalah sesuatu yang melekat pada watak
seseorang spiritual”.20
Maka, kita pun dapat mengenali anak-anak yang memiliki
kesadaran diri yang mendalam, intuisi, dan kekuatan “keakuan”, atau
otoritas bawaan. Kedua, adanya pandangan luas terhadap dunia : melihat diri
sendiri dan orang-orang lain saling terkait, menyadari tanpa diajari bahwa
bagaimanapun kosmos ini hidup dan bersinar, memiliki sesuatu yang disebut
19 Hasil dari internet “Jalaludin Rahmat, Sq For Kids : Mengembangkan Kecerdasan
Spiritual Anak Sejak Dini, (Jakarta, 2008).” Artikel ini diakses pada tanggal 2 november 2009 di http://book.store.co.id/SQ_FOR_KIDS:_mengembangkan_Kecerdasan_Spiritual_Anak_Sejak_Dini_buku_7968.html
20 ibid
22
“cahaya subjektif”. Ketiga, bermoral tinggi, pendapat yang kukuh,
kecendrungan untuk merasa gembira, “pengalaman puncak”. Dan atau
bakat-bakat estetis. Keempat, memiliki pemahaman tentang tujuan hidupnya
: dapat merasakan arah nasibnya, melihat berbagai kemungkinan, seperti
cita-cita suci atau sempurna, dari hal-hal yang biasa. Kelima, adanya “rasa
haus yang tidak dapat dipuaskan” akan hal-hak selektif yang diminati,
seringkali membuat mereka menyendiri atau memburu tujuan tanpa berpikir
lain. Pada umunya ia mementingkan kepentingan orang lain. Keenam,
memiliki gagasan-gagasan yang segar dan aneh, rasa humor yang dewasa.
Kepada mereka, kita sering terdorong untuk bertanya dari mana kamu
dapatkan gagasan-gagasan itu? Bahkan kita bisa ragu, jangan-jangan mereka
adalah penjelmaan jiwa-jiwa tua yang tinggal dalam tubuh yang masih
muda. Ketujuh, adanya pandangan pragmatis dan efiesien tentang realitas,
yang sering (tetapi tidak selalu) menghasilkan pilihan-pilihan yang sehat dan
hasil-hasil praktis(sinetar, h. 8).21
Oleh karena kecerdasan spiritual ternyata sudah “built-in” dalam
diri anak-anak, maka tak berlebihan sekiranya puluhan tahun lalu ahli
psikiatri RD Laing yang agak keduniawian mengakui bahwa masing-masing
anak adalah makhluk baru, seorang calon nabi, seorang pangeran (atau putri)
spiritual yang baru, percikan cahaya baru menembus kegelapan luar.22
Contoh Kisah Yang Memiliki Kecerdasan Secara Spiritual
Waktu itu, dini hari, di sebuah rumah sederhana. Rahman dan
isterinya
21 ibid 22 ibid
23
terbangun karena mendengar derak pintu terbuka. Dipasangnya telinganya
tajam-tajam. Mereka yakin suara itu berasal dari kamar anaknya, yang
berusia tujuh tahun. Langkah-langkah kecil, terdengar seperti
berjingkat-jingkat, bergerak menuju satu-satunya kamar mandi di rumah itu.
Mereka mendengar suara air mengalir yang disusul dengan suara gerakan
membasuh. Langkah-langkah kecil itu kembali ke kamarnya. Walaupun
sayup, karena dinihari yang hening, mereka mendengar suara bacaan Al-
Quran Anak itu rupanya sedang melakukan salat malam. Tiba-tiba
keduanya merasakan airmata hangat membasahi pipinya.23
Kisah ini disampaikan kepada saya oleh Pak Rahman, ketika saya
masih menjadi guru mengaji anak-anak di kampung tempat tinggal saya.
Karena kejadian itu, kedua orang tua itu mulai melakukan salat dan
meninggalkan perjudian populer- lotto. Ini terjadi kira-kira tiga puluh tahun
yang lalu. Saya mendengar kejadian lain yang hampir mirip dengan itu dua
atautiga tahun tahun yang lalu.24
Kali ini, saya menjadi direktur SMU (Plus) Muthahhari. Seorang
ibu, orang tua murid yang baru lulus, datang dari Banten. Ia meminta
bantuan saya untuk mengirim Rahmat ke Jerman. Ia sudah meyakinkan
anaknya bahwa ia tidak akan mampu untuk membiayainya. Tetapi anaknya
berulang-kali meyakinkan orangtuanya, bahwa Tuhan pasti akan
memberikan jalan. Di tengah-tengah pembicaraan, ibu itu bercerita tentang
perubahan perilaku anaknya setelah masuk sekolah kami. Waktu pulang
kampung, ia banyak menaruh perhatian pada tetangga-tetangganya yang
23 ibid 24 ibid
24
miskin. Menjelang Lebaran, seperti biasanya, ibu itu memberi anaknya uang
untuk membeli pakaian baru. Rahmat menerima uang itu seraya minta izin
untuk memberikannya pada tukang becak tetangganya. “Uang ini jauh lebih
berharga bagi dia ketimbang saya, Bu,” kata Rahmat. Ibunya bercerita
sambil meneteskan air mata.25
Kedua kisah nyata di atas menyajikan contoh anak yang cerdas
secara spiritual. Keduanya terjadi jauh sebelum konsep kecerdasan spiritual
ramai diperbincangkan. Karena saya tidak ingin bertele-tele mendiskusikan
apa yang disebut SQ, dan hanya untuk menyamakan pengertian SQ, saya
akan mengutip lima karakteristik orang yang cerdas secara spiritual menurut
Roberts A. Emmons,
The Psychology of Ultimate Concerns : (1) kemampuan untuk mentransendensikan yang fisik dan material; (2) kemampuan untuk mengalami tingkat kesadaran yang memuncak; (3) kemampuan untuk mensakralkan pengalaman sehari-hari; (4) kemampuan untuk menggunakan sumber-sumber spiritual buat
menyelesaikan masalah; (5) dan kemampuan untuk berbuat baik.
Dua karakteristik yang pertama sering disebut sebagai komponen
inti kecerdasan spiritual. Anak yang merasakan kehadiran Tuhan atau
makhluk ruhaniyah di sekitarnya mengalami transendensi fisikal dan
material. Ia memasuki dunia spiritual. Ia mencapai kesadaran kosmis
yang menggabungkan dia dengan seluruh alam semesta. Ia merasa bahwa
alamnya tidak terbatas pada apa yang disaksikan dengan alat-alat indrianya.
25 ibid
25
Anak Pak Rahman pada kisah pertama memiliki kedua ciri ini, terutama
ketika ia menyampaikan doa-doa personalnya dalam salat malamnya.26
Sanktifikasi pengalaman sehari-hari, ciri yang ketiga, terjadi
ketika kita meletakkan pekerjaan biasa dalam tujuan yang agung. Konon,
pada abad pertengahan seorang musafir bertemu dengan dua orang pekerja
yang sedang mengangkut batu-bata. Salah seorang di antara mereka bekerja
dengan muka cemberut, masam, dan tampak kelelahan. Kawannya justru
bekerja dengan ceria, gembira, penuh semangat. Ia tampak tidak
kecapaian. Kepada keduanya ditanyakan pertanyaan yang sama, “Apa yang
sedang Anda kerjakan? ”Yang cemberut menjawab, “Saya sedang
menumpuk batu.” Yang ceria berkata,“Saya sedang membangun
katedral!” Yang kedua telah mengangkat pekerjaan “menumpuk bata” pada
dataran makna yang lebih luhur. Ia telah melakukan sanktifikasi.27
Orang yang cerdas secara spiritual tidak memecahkan persoalan
hidup hanya secara rasional atau emosional saja. Ia menghubungkannya
dengan makna kehidupan secara spiritual. Ia merujuk pada warisan spiritual
–seperti teks-teks Kitab Suci atau wejangan orang-orang suci- untuk
memberikan penafsiran pada situasi yang dihadapinya, untuk melakukan
definisi situasi. Ketika Rahmat diberitahu bahwa orang tuanya tidak akan
sanggup menyekolahkannya ke Jerman, ia tidak putus asa. Ia yakin bahwa
kalau orang itu bersungguh-sungguh dan minta pertolongan kepada Tuhan,
ia akan diberi jalan. Bukankah Tuhan berfirman, “Orang-orang yang
bersungguh-sungguh di jalan Kami, Kami akan berikan kepadanya jalan-
26 ibid 27 ibid
26
jalan Kami”? Bukankah Heinrich Heine memberikan inspirasi dengan
kalimatnya “Den Menschen macht seiner Wille gro=DF und klein”? Rahmat
memiliki karakteristik yang keempat.28
28 ibid
BAB III
GAMBARAN UMUM SEKOLAH ALAM DEPOK
A. Sejarah Berdirinya
Pada awalnya, konseptor secara keseluruhan yaitu Bapak Lendo
novo, beliau prihatin dengan kondisi pendidikan Indonesia. Beliau adalah
seorang dosen di ITB, ia prihatin karena banyaknya korupsi, pendidikan
Indonesia diangap tidak bisa memperbaikai akhlak dan perilaku
menciptakan orang yang cerdas secara spiritual dan emosional. Pak Lendo
ingin memberikan konsep yang terbaik yang ingin ia buat, dia juga
mempunyai pengalaman sekolah Sekolah Dasar yang dulu ia alami tidak
begitu menyenangkan, tidak memberikan kebebasan berekspresi, karena
itu ia mendirikan sekolah alam yang program atau kegiatan belajarnya
70% di alam. Pak Lendo mendirikan sekolah ini agra anak-anak bisa
berekspresi, keberanian, kejujuran, kemndirian, percaya diri dan
merugikan orang lain.1
Diresmikan tanggal 22 April 2006, dengan maksud merintis
terbangunnya peradaban baru dalam hangar bingar dunia pendidikan.
Keberadaan Sekolah Alam yang telah ada di beberapa titik dengan konsep
yang sama menginspirasi lahirnya Sekolah Alam Depok (Sa De) di daerah
Sawangan yang unik dengan konteks lokalnya. Ditempat yang bernuansa
pedesaan, Sa De bermaksud menjadi community center. Dari mulai
memiliki empat kelas dari PG sampai SD, yang bernaung di sebuah saung
1 Hasil wawancara dengan Bapak Edi Frizal (kepala sekolah) pada tanggal 2 oktober 2009
26
27
besar, sebuah saung bamboo kecil yang semi besar permanent, teras 2x6
meter persegi yang disulap sebagai ruang kantor sekaligus perpustakaan,
sebuah ruang tamu seluas, 3x3,5 meter persegi yang disiasati sebagai
ruang computer, diatas lahan seluas 2300 meter persegi. Perjuangan
merintis sebuah cita-cita bermula.2
B. Visi dan Misi Sekolah Alam Depok
Visi Sekolah Alam Depok yaitu :
Menjadi sekolah berbasis alam dan budaya untuk mempersiapkan
generasi tangguh yang bijaksana.3
Misi Sekolah Alam Depok yaitu :
1. Membangun nilai-nilai intelektual, emosional, dan spiritual melalui
interaksi optimal dengan lingkungan alam sekitar.
2. Mengembangkan sistem pendidikan yang di dasarkan pada
pembangunan daya hidup dan kemampuan enttepreneurial.
3. Mengutamakan pengembangan sikap kepemimpinan, integritas
karakter, kepekaan budaya dan kemampuan kerjasama untuk
mempersiapkan para siswa menjadi agen perubah ditengah
masyarakat.4
C. Struktur Organisasi Sekolah Alam Depok
Sekolah alam depok memiliki struktur organisasi sebagai berikut:
Kepala Sekolah : Edi Frizal
Tata Usaha : Shifa Fauziah
2In ternet.www.sekolahalamdepok.com diakses pada tanggal 6 agustus 2009. 3 In ternet.www.sekolahalamdepok.com diakses pada tanggal 6 agustus 2009. 4 Hasil wawancara dengan Bapak Edi Frizal (kepala sekolah) pada tanggal 2 oktober 2009
28
Bidang Pendidikaan : Baka Senjaya, SPI
Bidang Kerumahtanggaan : Rosmalawati
Bidang Humas : Suwilin, Shut
Bidang Perpustakaan : Sri Wahyuni
Bidang Extra Kurikuler : Mulyana, SPd
Bidang Intra Kurikuler : Gedwina Nur Azizah, SSn
Bidang Akhlaq : Sopyan, S .si
Bidang Leadership : Suwilin, Shut
Bidang Matematika : Gedwina Nur Azizah, SSn
Bidang Sains : Maharani P, SE
Bidang Logika Sains : Maharani P, SE
Bidang Sosial : Ikan Ovan, Sos
D. Konsep dan Program Sekolah Alam Depok
1. Konsep Sekolah Alam Depok
Sekolah Alam Depok memiliki konsep yang disadari atas
kesadaran bahwa pendidikan harus mngacu pada tujuan dasar
penciptaan manusia di bumi, yaitu sebagai khalifahtullah fil ardh
(pemimpin dimuka bumi) dengan pra syarat :
a. Memahami cara tunduk kepada Allah SWT.
b. Memahami cara tunduk makhluk lain / alam semesta terhadap
Allah SWT (sunatullah).
c. Memahami cara memimpin makhluk / alam semesta sesuai dengan
hokum Allah SWT.
2. Program Sekolah Alam Depok
29
Sebagai institusi pendidikan yang terus mengembangkan diri saat
ini dalam gerakan Sa De Reach, diadakan program berupa :
a. Parenting School
b. Konsultasi Psikologi
c. TTRP (teach to reach program), program meningkatkan kualitas
pengajaran
d. Pelatihan dan konsultasi pendidik
e. Outbond Organizer
f. Observasi perilaku dalam kelas
g. Program pengembangan pitensi siswa (dalam bentuk eskul)
h. Psycho –educational assessment
i. Reduse, reduce, recycle
E. Kurikulum Sekolah Alam Depok
Inti kurikulum adalah Indonesia, dan dengan pendekatan holistic
banyak hal dilakukan untuk memperkaya kurikulum tersebut dan
memungkinkan pembelajaran yang diterima memenuhi standar nasional
dan internasioanal. Berdasarkan jenisnya, kurikulum dikelompokkan
menjadi : kurikulum akhlak, kurikulum sains, dan kurikulum logika sains.
1. Preschool
Penekanan materi karakter yang diberikan ditingkat preschool
diarahkan terbangunnya nilai-nilai kebajikan dasar, berupa
kemandirian, rasa percaya diri dan empati. Muatan pendidikannya
mencakup materi konsep diri, hubungan antar sesama, lingkungan,
bahasa dan ekspresi.
30
Pada tahap pra sekolah, siswa diarahkan melalui bimbingan
yang bersifat personal melalui aktifitas bermain yang menyenangkan
dan membebaskan dalam kerangka pengembangan akhlak mulia.
Pembentukan ketaatan dan intruksi diarahkan agar siswa memiliki
sikap terbuka pada komunitasnya dan mampu melayani dirinya sendiri.
Mata pelajaran di sekolah ingkat dasar : Agama, Bahasa
Indonesia, Ipa, Ips, Olah Raga (termasuk renang), Matematika, Ppkn
(Pendidikan Kewarganegaraan), dan kesenian yang merupakan
kombinasi isi kurikulum nasioanal dan internasional.
2. Tahap Sekolah Dasar 1-2
Penekanan materi kurikulum akhlak dan leadership yang
diberikan di tingkat 1 dan 2 diarahkan pada pembangunan dan
pemantapan nilai-nilai kebajikan dasar, berupa kamndirian, rasa
percaya diri, dan empati dalam kerangka ketundukan pada pencipta.
Muatan pendekatan kognitif dari mata pelajaran ditekankan pada hal-
hal mendasar yang bersifat konkrit. Siswa secara berulang belajar
tentang dasar membaca, menulis, prinsip sains sederhana, dalam
aritmatika yang penting bagi kehidupan sehari-hari. Selain itu
dilakukan penguatan untuk memasuki jenjang berikutnya.
3. Tahap Sekolah Dasar 3-6
Penekanan materi kurikulum akhlak dan leadership di tingkat
3-6 diarahkan pada internalisasi nilai-nilai kebajikan kemandirian, rasa
percaya diri, dan empati, dalam kerangka ketundukan dan ketaatan
31
pada pencipta. Tampilan karakter dimunculkan lewat ketrampilan
berkomunikasi, kerja tim dalam komunitas sosialnya.
Muatan pendidikan kognitif diarahkan agar memiliki sikap
ilmiah, dengan mengembangkan cara berfikir kritis, mengamati data,
sehingga secara mandiri mampu mnghubungkan pengamatannya
dengan konsep keilmuan yang dipelajarinya.
4. Spider Web
Mengacu pada pembelajaran holistik, maka stategi pengajaran
menggunakan metode spider web secara tematik.
5. Outbond dan Renang
Kegiatan outbond dilakukan secara rutin setiap pekan.
Semantara renang dilakukan 1 kali dalam setiap bulannya. Dalam
kegiatan outbond yang terpantau dan sistematis, dibangun karakter
yang tangguh secara emosi, social, kognitif dan fisik.
Kegiatan sekolah alam depok itu dari hari senin sampai hari
jum’at, kalau hari biasa kegiatan belajar mengajar dimulai dari pukul
07.30 sampai 14.30, kalau hari jum’at dari pukul 07.30 sampai 13.00.
di sekolah ini mengajarkan berbagai macam kreatifitas sehingga dapat
membuat para siswa disini menjadi pandai dalam berkreatifitas dan
juga dapat menambah daya pola piker mereka dan tumbuh kembang
mereka., sehingga mereka bisa menjadi anak yang cerdas.
Dengan kegiatan yang ada di sekolah alam depok ini bisa
juga dikatakan sebagai slah satu media dakwah dalam mencerdaskan
32
pengetahuan agama siswa dan juga bisa meningkatkan kecerdasan
spiritual siswa.
F. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana di sekolah alam depok ini belum
lengkap, masih terus mengembangkan, setiap tahun masih adanya
penambahan kelas. Karena konsepnya adalah konsep tumbuh. Di tahun
pertama ada satu saung, tahun kedua dua saung, tahun ketiga ada tiga
saung dan di tahun keempat ini ditambah dua saung. Dan setiap saung
itu ada dua lantai.
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISIS DATA
A. Temuan Data
1. Deskripsi Responden
Dari hasil pengumpulan data penelitian yang penulis lakukan,
selanjutnya penulis memilih 15 sampel siswa kelas 4 sekolah dasar di sekolah
alam depok, untuk lebih jelasnya dapat dilihat di bawah ini :
Tabel 1. Data siswa menurut usia dan jenis kelamin
No Nama Usia Jenis Kelamin
1 Abdurrahman Al-Mahbub 10 Laki-laki
2 Aulia Dhita Pritaningtyas 10 Perempuan
3 Bagus Kusuma Putra 10 Laki-laki
4 Gibran Hatninsyah Al-Zhafran 10 Laki-laki
5 Hafiz Silmy Chostalani 10 Laki-laki
6 Khemal Rasya Adhiyaksa 10 Laki-laki
7 Maryam Azizah 10 Perempuan
8 Muhammad Al-Ghazali Nurfarizky 10 Laki-laki
9 Muhammad Iksan Al-Banna 10 Laki-laki
10 Muhammad Rizky Faras Syafaat 10 Laki-laki
11 Muhammad Uswatul Haq 10 Laki-laki
12 Nuriska aini Maulia 10 Perempuan
13 Raifa Mumtaza 10 Laki-laki
33
34
14 Viona Alliza Diandra Putri 10 Perempuan
15 Yahya Ayyas 10 Laki-laki
2. Pelaksanaan Bimbingan Agama
Secara umum pelaksanaan bimbingan agama di Sekolah Alam
Depok ini sudah diprogramkan, yaitu setiap anak dipanti harus mengikuti
kegiatan-kegiatan yang ada, termasuk pelajaran agama, yang secara
inklusif.
Para pembimbing yang aktif dalam memberikan pembelajaran
terhadap anak-anak yaitu Sofian Hadi dan beberapa guru yang ada di
Sekolah.
Tujuan bimbingan agama yang dilaksanakan di Sekolah Alam
Depok agar membantu individu mewujudkan dirinya sebagai manusia
seutuhnya untuk mencapai kehidupan di dunia dan di akhirat. Dan menjadi
individu yang memiliki kepribadian muslim yang cerdas secara jasmani
dan rohani.
Materi yang disampaikan pembimbing adalah hal-hal yang
berkaitan dengan kecerdasan spiritual, seperti : membaca dan
menghafalkan Al-Qur’an, dzikir, akidah, fiqh, akhlak dan pengetahuan
umum lainnya.
Pokok-pokok materi yang disampaikan oleh opera pembimbing
bersumber dari Al-Qur’an Al- Hadist nabi dan Alam sekitar karena sumber
ini merupakan pedoman hidup bagi manusia.
35
Media yang digunakan dalam proses bimbingan ini adalah ayat-
ayat Al-Qur’an , hadist nabi dan pengetahuan umum yang berkaitan
dengan kecerdasan. Media lain yang digunakan di sekolah ala mini adalah
media alam, agar para siswa memahami bahwa semua yang ada di dunia
ini adalah ciptaan Allah SWT.
Pembimbing juga biasanya menggunakan seklebaran stau fotocopy
tentang materi yang akan disampaikan, biasanya selebaran itu diperoleh
dari buku-buku, majalah, dan situs internet. Selanjutnya selebaran itu
diberikan kepada siswa untuk dipelajari dan jika ada sesuatu yang tidak
dipahami maka siswa dan siswi bisa menanyakannya kepada pembimbing.
3. Metode Bimbingan
Metode yang digunakan di sekolah alam ini adalah metode
kelompok, dimana pembimbing juga berperan serta dalam bimbingan ini,
sehingga para pembimbing bisa mengetahui sejauh mana siswa dan siswi
pada usia tersebut mampu meningkatkan kecerdasan spiritual mereka.
Metode bimbingan kelompok ini digunakan dalam membantu
murid atau sekelompok murid memecahkan maslah-masalah dengan
melalui kegiatan kelompok. Maslah yang dihadapi mungkin bersifat
kelompok, yaitu yang dirasakan bersama oleh kelompok atau bersifat
individual yaitu dirasakan oleh individu sebagai anggota kelompok.
Dengan demikian penyelenggaraan bimbingan kelompok mungkin
dimaksudkan untuk membantu mengatasi masalah atau membantu
seorang individu yang menghadapi masalah dengan menempatkannya
36
dalam suatu kehidupan kelompok. Beberapa bentuk khusus teknik
bimbingan kelompok yaitu :
a) Home Room Program
b) Karya Wisata atau Field Trip
c) Diskusi Kelompok
d) Kegiatan Kelompok
e) Organisasi murid
f) Sosiodrama
g) Psikodrama
h) Remedial Teaching
Beberapa bentuk khusus teknik bimbingan kelompok diatas sering
digunakan di sekolah alam depok ini guna untuk meningkatkan kreatifitas
dan kecerdasan spiritual siswa dan siswi.
Metode kelompok yang dilakukan sekolah alam depok yaitu
berupa tausiah dan berdiskusi atau tanya jawab. Penyampainan materi oleh
para pembimbing agama dengan cara mendorong, memotivasi para siswa
dan siswi sehingga mereka mampu memecahkan sesuatu masalah atau
suatu pengetahuan yang belum mereka pahami. Metode ini salah satu cara
yang digunakan oleh Rasulullah Saw dalam menyampaikan dakwahnya
dan materi yang disampaikan oleh para pembimbing sesuai dengan dengan
tema yang ada dikelasnya, karena dalam setiap pekan, tema yang ada di
kelas mereka berbeda. Dan pada saat berdiskusi tersebut pembimbing
menjelaskan apa yang menjadi tema saat itu, pembimbing berusaha
37
memberikan tausiah dengan semudah mungkin agar para siswa
tersebuttidak merasa jenuh dan mau bertanya jawab.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang penulis lakukan,
sekolah alam depok secara organisasi dan personal memiliki kualitas yang
kreatif, baik pelaksanaannya dalam meningkatkan kecerdasan spiritual
anak. Dalam proses ini, sekolah alam depok berusaha bertindak sebagai
orang tua yang baik.
Hal pertama yang dilakukan adalah mendekatkan diri secara
personal dengan melakukan wawancara atau percakapan pribadi agar
dapat mengetahui dan mendapatkan informasi yang tepat mengenai
permasalahannya. Unsure kecerdasan spiritual adalah penjernihan emosi.
Para pembimbing melakukan bimbingan dengan metode kelompok
ini pun bisa dilakukan pada kegiatan-kegiatan yang biasa dilakukan,
seperti yang ada dalam program kegiatan misalnya, program wajib belajar
di sekolah yang dimulai dari pagi hari jam 07.30 sampai siang hari 14.30.
program ketrampilan dan kursus-kursus, diskusi atau sharing, Tanya jawab
serta kegiatan outbond yaitu penyampaian materi oleh pembimbing
dengan cara memotivasi para siswa dan siswi sehingga mereka mampu
mencurahkan dan mau bertanya tentang apa yang dirasakan belum mereka
pahami. Sedangkan unsur kecerdasan spiritual dari program-program
kegaitan diatas adalah ketangguhan pribadi dengan melatih prinsip
keteraturan. Dengan metode ini diharapkan pembimbing mendapat
38
informasi tentang apa yang dirasakan oleh siswa dan siswi sehingga
pembimbing dapat memberikan tausiah atau solusi dari hal tersebut.
Mengenai materi bimbingan agama yang diberikan pembimbing
cukup bervariasi dan disesuaikan dengan tema yang ada di kelas, seperti
membaca Al-Qur’an, dzikir,outbond, menanam pohon, aqidah, akhlak dan
pengetahuan umum. Sedangkan materi pokok yang diberikan pembimbing
bersumber dari Al-Qur’an dan hadist.
Dalam mengajarkan membaca Al-Qur’an siswa tidak hanya
diajarkan membaca biasa tetapi benar-benar diajarkan membaca Al-Qur’an
yang baik dan benar, siswa juga diajrkan tajwidnya sehingga siswa dapat
membaca dengan baik sesuai dengan perintah Allah SWT. Dan pada
waktu istirahat pun mereka dibiasakan untuk shalat dhuha. Dan disini juga
mereka diajarkan untuk hidup mandiri dengan berjualan.
Dengan metode kelompok ini, sekolah alam depok menggunakan
dua pendekatan yaitu berupa kekeluargaan, kebersamaan, dan pemahaman
tentang agama islam, kekeluargaan dalam arti agar labih intens dalam
mendengar, mengarahkan dan membimbing para siswa dan siswi dalam
meningkatkan kecerdasan spiritual.
Pemahaman agama dimaksudkan agar pemahaman dan sikap siswa
dan siswi dapat dikontrol dan disiplinken dengan nilai-nilai agama islam
sehingga perilakunya dapat lebih santun dan bermartabat. Dan juga agar
siswa dan siswi dapat mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk.
39
Selama ini dua pendekatan ini relative cukup berhasil dalam
meningkatkan kecerdasan spiritual para siswa di sekolah alam depok.
4. Faktor Penghambat dan Pendukung
Keberadaan Sekolah Alam Depok ini sangat penting dan sangat
dibutuhkan karena dapat membantu masyarakat. Dalam setiap proses
bimbingan baik yang bersifat pendidikan atau pengajaran yang
mengarahkan kepada perbaikan dan keberhasilan pasti akan mengalami
hambatan yang selalu meniringi setiap rencana yang akan dijalani seperti
yang dijabarkan oleh pembimbing.
a. Eratnya nilai persaudaraan dan kekeluargaan diantara mereka.
b. Adanya program-program yang variatif dan menarik sehingga
dapat memperakrab antara siswa dan guru.
c. Lingkungan yang baik.
d. Adanya pelayanan dan kerjasama yang baik.
B. Analisis Data
1. Penyajian Data
Kegiatan bimbingan agama dalam mengembangkan kecerdasan
spiritual anak sangan bervarian bentuknya, masalah-masalah ibadah
sampai penerapan akhlak dalam kehidupan sehari-hari, hal tersebut yang
penulis jadikan penelitian utama dan dituangkan dalam sebuah tabel, yaitu
:
Tabel semester 1
Tabel 2.1. Komponen Baca Al-Qur’an
No. Alternatif frekuensi Porsentase
40
1. Membutuhkan Banyak Latihan 1 6,7%
2. Bimbingan 8 53,3%
3. Mandiri 6 40%
Jumlah 15 100%
Mengamati tabel diatas bahwa 1 orang siswa membutuhkan banyak
latihan dalam komponen Al-Qur’an dengan jumlah prosentase 6,7%, ada 8
orang yang masih d bombing atau diingatkan terhadap komponen Al-
qur’an berarti 53,3%, dan yang mandiri ada 6 orang berarti 40%,
kesimpulannya, siswa membutuhkan bimbingan dalam komponen Al-
Qur’an.
Tabel 2.2 Komponen Aqidah
No. Alternatif frekuensi Porsentase
1. Membutuhkan Banyak Latihan 4 26,7%
2. Bimbingan 11 73,35
3. Mandiri - -
Jumlah 15 100%
Tabel diatas dijelaskan bahwa siswa masih membutuhkan
bimbingan dalam aqidah, yang membutuhkan banyak latihan sebanyak 4
orang, dengan prosentase 26,7%, yang masih bimbingan dengan jumlah 11
orang berarti prosentasenya 73,3%
Tabel2. 3. Komponen Akhlak
No. Alternatif frekuensi Porsentase
1. Membutuhkan Banyak Latihan 3 20%
2. Bimbingan 6 40%
3. Mandiri 6 40%
Jumlah 15 100%
41
Pada tabel diatas dijelaskan bahwa siswa masih membutuhkan
bimbingan dalam akhlak, yang membutuhkan banyak latihan sebanyak 3
orang, dengan prosentase 20,%, yang masih bimbingan dengan jumlah 6
orang berarti prosentasenya 40% dan yang sudah mandiri jumlahnya 6
orang dengan prosentasenya 40%.
Tabel 2.4. Komponen sirah
No. Alternatif frekuensi Porsentase
1. Membutuhkan Banyak Latihan 1 6,7%
2. Bimbingan 10 66,6%
3. Mandiri 4 26,7%
Jumlah 15 100%
Tabel diatas menjelaskan bahwa pada komponen sirah yang
membutuhkan banyak latihan berjumlah 1 orang yang prosentasenya
6,7%, dan yang masih bimbingan 10 orang dan prosentasenya 66,6% dan
yang mandiri 4 orang prosentasenya 26,7%.
Tabel2. 5. Komponen santun dan ramah
No. Alternatif frekuensi Porsentase
1. Membutuhkan Banyak Latihan 1 6,6%
2. Bimbingan 7 46,7%
3. Mandiri 7 46,7%
Jumlah 15 100%
Tabel diatas dijelaskan bahwa siswa bersikap santun dan ramah.
Yang membutuhkan banyak latihan sebanyak 1 orang prosentasenya 6,6%,
42
yang bimbingan 7 orang dan prosentasenya 46,7% begitu juga dengan
yang mandiri dengan jumlah 7 orang dengan prosentasenya 46,7%.
Tabel 2.6. Komponen saling menghormati
No. Alternatif frekuensi Porsentase
1. Membutuhkan Banyak Latihan 3 20%
2. Bimbingan 9 60%
3. Mandiri 3 20%
Jumlah 15 100%
Mengenai tabel diatas dijelaskan bahwa siswa dapat saling
menghormati, yang membutuhkan banyak latihan jumlahnya ada 3 orang
dengan prosentasenya 20%, dan yang bimbingan 9 orang dengan
prosentasenya 6o% dan yang dapat mandiri ada 20%.
Tabel 2.7. Komponen kerjasama dan persatuan
No. Alternatif frekuensi Porsentase
1. Membutuhkan Banyak Latihan 2 13,3%
2. Bimbingan 6 40%
3. Mandiri 7 46,7%
Jumlah 15 100%
Tabel diatas menunjukan bahwa siswa yang dapat bekerjasama dan
persatuan berjumlah 2 orang dengan prosentase 13,3%, dan yang bimbingan
6 orang prosentasenya 40%, sedangkan siswa yang mandiri ada 7 orang dan
prosentasenya 46,7%.
Tabel 2.8. Komponen percaya diri
No. Alternatif frekuensi Porsentase
1. Membutuhkan Banyak Latihan 2 13,3%
2. Bimbingan 4 26,7%
43
3. Mandiri 9 60%
Jumlah 15 100%
Mengenai tabel ini siswa dapat percaya diri yang membutuhkan
banyak latihan ada 2 orang dengan prosentase 13,3%, yang bimbingan 4
orang dengan prosentasenya 26,75 dan yang mandiri ada 9 orang
prosentasenya 60%.
Tabel 2.9. Komponen kepedulian
No. Alternatif frekuensi Porsentase
1. Membutuhkan Banyak Latihan 1 6,6%
2. Bimbingan 7 46,7%
3. Mandiri 7 46,7%
Jumlah 15 100%
Tabel di atas mengungkapkan rasa kepedulian berjumlah 1 otang
yang membutuhkan banyak latihan dengan prosentase 6,6%, yang
bimbingan 7 orang prosentasenya 46,7% dan yang mandiri juga berjumlah 7
orang prosentasenya 46,7%.
Tabel 2.10. Komponen kebersihan dan kerapihan
No. Alternatif frekuensi Porsentase
1. Membutuhkan Banyak Latihan 3 20%
2. Bimbingan 8 53,3%
3. Mandiri 4 26,7%
Jumlah 15 100%
Tabel diatas menunjukan bahwa siswa yanh dapat kebersihan dan
kerapihan yang membutuhkan banyak latihan ada 3 orang denga
44
prosentasenya 20%, yang bimbingan 8 orang prosentasenya 53,3% dan yang
mandiri sebanyak 4 orang dan prosentasenya 26,7%.
Tabel 2.11. Komponen pengendalian emosi
No. Alternatif frekuensi Porsentase
1. Membutuhkan Banyak Latihan 3 20%
2. Bimbingan 6 40%
3. Mandiri 6 40%
Jumlah 15 100%
Tabel di atas dijelaskan bahwa mengenai pengendalian emosi, yang
membutuhkan banyak latihan ada 3 orang tepatnya 20%, yang bimbingan
sebanyak 6 orang prosentasenya 40% dan yang mandiri sebanyak 6 orang
dengan prosentasenya 40%.
Tabel 2.12. Komponen kemandirian dan tanggung jawab
No. Alternatif frekuensi Porsentase
1. Membutuhkan Banyak Latihan 2 13,3%
2. Bimbingan 5 33,3%
3. Mandiri 8 53,4%
Jumlah 15 100%
Tabel diatas menjelaskan tentang siswa yang memiliki rasa
kemandirian dan bertanggung jawab. Yang membutuhkan banya latiha
terdapat 2 orang dengan prosentase 13,3%, yang bimbinga ada 5 orang
prosentasenya 33,3% dan yang mandiri 8 orang dan prosentasenya 53,4%.
Tabel 2.13. Komponen disiplin diri
No. Alternatif frekuensi Porsentase
1. Membutuhkan Banyak Latihan 2 13,3%
2. Bimbingan 6 40%
45
3. Mandiri 7 46,7%
Jumlah 15 100%
Tabel diatas menunjukan bahwa siswa dapat disiplin diri, yang
membutuhkan banyak latihan sebanyak 2 orang prosentasenya 13,3%, yang
bimbingan 6 orang denga prosentasenya 40% dan yang mandiri ada 7 orang
dengan prosentase 46,7%.
Tabel 2.14. Komponen komunikasi
No. Alternatif frekuensi Porsentase
1. Membutuhkan Banyak Latihan 1 6,6%
2. Bimbingan 8 53,4%
3. Mandiri 6 40%
Jumlah 15 100%
Tabel di atas menunjukan bahwa siswa yang mudah
berkomunikasi, yang membutuhkan banyak latihan terdapat 1 orang dengan
prosentase 6,7%, tang bimbingan 8 orang dan prosentasenya 53,4% dan
yang mandiri 6 orang dengan prosentasenya 405.
Tabel 2.15. Komponen Jujur
No. Alternatif frekuensi Porsentase
1. Membutuhkan Banyak Latihan 2 13,3%
2. Bimbingan 5 33,3%
3. Mandiri 8 53,4%
Jumlah 15 100%
46
Tabel diatas menunjukan bahwa siswa yang jujur, yang
membutuhkan banyak latihan ada 2 orang yang prosentasenya 13,3%, yang
bimbingan 5 orang dengan prosentasenya 33,3% dan yang mandiri ada 8
orang yang prosentasenya 53,4%.
Tabel 2.16. Komponen inisiatif
No. Alternatif frekuensi Porsentase
1. Membutuhkan Banyak Latihan 2 13,3%
2. Bimbingan 7 46,7%
3. Mandiri 6 40%
Jumlah 15 100%
Tabel diatas menjelaskan bahwa siswa dapat berfikir inisiatif, yang
membutuhkan banyak latihan sejumlah 2 orang prosentasenya 13,3%, yang
bimbingan 7 orang prosentasenya 46,7% dan yang mandiri terdapat 6 orang
dengan prosentasenya 40%.
Dari tabel 2.1 – 2.16 menjelaskan kecerdasan spiritual siswa, tabel
di atas adalah tabel kecerdasan spiritual siswa yang belum dilakukannya
bimbingan. Tetapi disini juga menunjukan bahwa ada kestabilan kecerdasan
spiritual dengan adanya pelaksanaan bimbinga agama dalam
mengembangakn kecerdasan spiritual.
Tabel Data Semester 2
Tabel dibawah ini adalah tabel dimana para siswa sudanh
melakukan bimbingan yang diberikan di Sekolah Alam Depok. Dan hasilnya
adalah sebagai berikut :
47
Tabel 3.1. Komponen Baca Al-Qur’an
No. Alternatif frekuensi Porsentase
1. Membutuhkan Banyak Latihan - -
2. Bimbingan 1 6,7%
3. Mandiri 14 93,3%
Jumlah 15 100%
Pada tabel ini dijelaskan bahwa komponen yang dapat membaca
Al- Qur’an setelah dilaksanakannya bimbingan agama, yang bimbingan
terdapat 1 orang dengan prosentase 6,7% dan yang mandiri ada 14 orang
dengan prosentase 93,9%.
Tabel 3.2 Komponen Aqidah
No. Alternatif frekuensi Porsentase
1. Membutuhkan Banyak Latihan 1 6,6%
2. Bimbingan 7 46,7%
3. Mandiri 7 46,7%
Jumlah 15 100%
Tabel di atas ini menunjukan bahwa dalam aqidah setelah
dilaksanakannya bimbingan agama yang membutuhkan banyak latihan
terdapat 1 orang prosentase 6,6%, yang bimbingan 7 orang prosentasenya
46,7% dan yang mandiri ad 7 orang dengan prosentase 46,7%
Tabel 3.3. Komponen Akhlak
No. Alternatif frekuensi Porsentase
1. Membutuhkan Banyak Latihan - -
2. Bimbingan 3 20%
3. Mandiri 12 80%
Jumlah 15 100%
48
Pada tabel diatas dalam bidang akhlak setelah adanya bimbinga
agama, yang bimbingan ada 3 orang prosentasenya 20% dan yang mandiri
ada 12 orang dengan prosentase 80%.
Tabel 3.4. Komponen sirah
No. Alternatif frekuensi Porsentase
1. Membutuhkan Banyak Latihan - -
2. Bimbingan 8 53,3%
3. Mandiri 7 46,7%
Jumlah 15 100%
Tabel diatas menunjukan bahwa siswa yang sirah setelah
dilakukannya bimbingan agama, yang bimbingan ada 8 orang dengan
prosentase 53,3% dan yang mandiri ada 7 orang dengan prosentase 46,7%.
Tabel3. 5. Komponen santun dan ramah
No. Alternatif frekuensi Porsentase
1. Membutuhkan Banyak Latihan - -
2. Bimbingan 3 20%
3. Mandiri 12 80%
Jumlah 15 100%
Pada tebel diatas siswa yang dapat bersikap santun dan ramah
setelah dilaksanakannya bimbingan agama, yang bimbingan ada 3 orang
dengan prosentase 20% dan yang mandiri ada 12 orang prosentasenya 80%.
Tabel 3.6. Komponen saling menghormati
No. Alternatif frekuensi Porsentase
1. Membutuhkan Banyak Latihan 1 6,7%
2. Bimbingan 3 20%
3. Mandiri 11 73,3%
49
Jumlah 15 100%
Tabel di atas menunjukan bahwa siswa yang dapat saling
menghormati setelah dilakukannya bimbingan agama di sekolah alam
depok, yang membutuhkan banyak latihan terdapat 1 orang dengan
prosentase 6,7%, yang bimbingan ada 3 orang prosentasenya 20% dan yang
mandiri ada 11 orang dengan prosentasenya 73,3%.
Tabel 3.7. Komponen kerjasama dan persatuan
No. Alternatif frekuensi Porsentase
1. Membutuhkan Banyak Latihan - -
2. Bimbingan - -
3. Mandiri 15 100%
Jumlah 15 100%
Pada tabel ini setelah dilaksanakannya bimbingan agama siswa
mampu mandiri dengan jjumlah 15 orang dengan prosentasenya 100%.
Tabel 3.8. Komponen percaya diri
No. Alternatif frekuensi Porsentase
1. Membutuhkan Banyak Latihan - -
2. Bimbingan 4 26,7%
3. Mandiri 11 73,3%
Jumlah 15 100%
Tabel di atas dijelaskan bahwa siswa yang percaya diri setelah
dilaksanaknnya bimbingan agama, yang bimbigan terdapat 4 orang dengan
prosentase 26,7% dan yang mandiri terdapat 11 orang dengan prosentasenya
73,3%.
50
Tabel 3.9. Komponen kepedulian
No. Alternatif frekuensi Porsentase
1. Membutuhkan Banyak Latihan - -
2. Bimbingan 1 6,7%
3. Mandiri 14 93,3%
Jumlah 15 100%
Pada tabel komponen kepedulian ini siswa yang telah
melaksanakan bimbingan agama yang bimbingan terdapat 1 orang yang
prosentasenya 6,7% dan yang mandiri ada 14 orang dengan prosentasenya
93,3%.
Tabel 3.10. Komponen kebersihan dan kerapihan
No. Alternatif frekuensi Porsentase
1. Membutuhkan Banyak Latihan 1 6,7%
2. Bimbingan 5 33,3%
3. Mandiri 9 60%
Jumlah 15 100%
Tabel di atas menjelaskan bahwa siswa yang dapat melakukan
kebersihan dan kerapihan setelah bimbingan agama, yang membutuhkan
banyak latihan terdapat 1 orang prosentasenya 6,7%, yang bimbingan ada 5
orang prosentasenya 33,35 dan mandiri terdapat 9 orang dan prosentasenya
60%.
Tabel 3.11. Komponen pengendalian emosi
No. Alternatif frekuensi Porsentase
1. Membutuhkan Banyak Latihan - -
2. Bimbingan 3 20%
3. Mandiri 12 80%
51
Jumlah 15 100%
Pada tabel ini dijelaskan bahwa siswa yang dapat mengendalikan
emosi setelah pelaksanaan bimbingan agama, yang bimbingan ada 3 orang
prosentasenya 20% dan yang mandiri ad 12 orang dengan prosentasenya
80%.
Tabel 3.12. Komponen kemandirian dan tanggung jawab
No. Alternatif frekuensi Porsentase
1. Membutuhkan Banyak Latihan 1 6,7%
2. Bimbingan 3 20%
3. Mandiri 11 73,3%
Jumlah 15 100%
Mengenai tabel diatas setelah dilaksanakannya bimbingan agama
siswa yang membutuhkan banyak latihan ada 1 orang prosentasenya 6,7%,
yag bimbingan ada 3 orang dan prosentasenya 20% dan yang mandiri ada 11
orang dengan prosentase 73,3%.
Tabel 3.13. Komponen disiplin diri
No. Alternatif frekuensi Porsentase
1. Membutuhkan Banyak Latihan - -
2. Bimbingan 4 26.7%
3. Mandiri 11 73,3%
Jumlah 15 100%
Mengenai tabel diatas setelah siswa melakukan bimbingan agama,
yang masih bimbingan ada 4 orang prosentasenya 26,7% dan yang mandiri
terdapat 11 orang dengan prosentasenya 73,3%.
Tabel 3.14. Komponen komunikasi
No. Alternatif frekuensi Porsentase
52
1. Membutuhkan Banyak Latihan - 1
2. Bimbingan 3 20%
3. Mandiri 12 80%
Jumlah 15 100%
Pada tabel ini dijelaskan bahwa siswa yang berkomunikasi setelak
bimbingan agama, yang bimbingan ada 3 orang dengan prosentasenya 20%
dan yang mandiri terdapat 12 orang dengan prosentase 80%.
Tabel 3.15. Komponen Jujur
No. Alternatif frekuensi Porsentase
1. Membutuhkan Banyak Latihan - -
2. Bimbingan 2 13,3%
3. Mandiri 13 86,7%
Jumlah 15 100%
Pada tabel diatas siswa yang jujur setelah dilaksanakannya
bimbingan agama ada 2 orang prosentasenya 13,3% dan yang mandiri
terdapat 13 orang dengan prosentasenya 86,7%.
Tabel 3.16. Komponen inisiatif
No. Alternatif frekuensi Porsentase
1. Membutuhkan Banyak Latihan 1 6,7%
2. Bimbingan 3 20%
3. Mandiri 11 73,3%
Jumlah 15 100%
Pada tabel diatas siswa dapat berinisiatif setelah dilakukannya
bimbingan agama, dengan membutuhkan banyak latihan ada 1 orang
53
prosentasenya 6,7%, yang bimbingan ada 3 orang dengan prosenyase 30%
dan mandiri ada 11 orang dengan prosentase 73,3%.
Setelah dijelaskan oleh tabel- tabel yang ada di atas, dapat
diketahui bahwa adanya peningkatan dalam mengembangkan kecerdasan
spiritual siswa setelah dilaksanakannya bimbingan agama. Walaupun ada
saja yang belum maksimal akan tetapi tidak menghambat pelaksanaan
bimbingan agama di Sekolah Alam Depok.
Hasil dari penelitian, bahwa tidak hanya kecerdasan intelektual dan
kecerdasan emosional saja yang harus diperhatikan melainkan kecerdasan
spiritual sangatlah penting dalam kesuksesan siswa.
2. Analisis Data
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang penulis lakukan,
Sekolah Alam Depok, secara organisasi dan personal memiliki kualitas yang
kreatif baik dalam pelaksanaanya dalam mengembangkan kecerdasan
spiritual anak. Dalam proses pelaksanaan bimbingan agama dalam
mengembangkan kecerdasan spiritual ini, sekolah alam depok berusaha
bertindak sebagai orang tua yang baik yang dapat menjadi contoh teladan
untuk para siswanya.
Dari tabel-tabel di atas dijelaskan bahwa kecerdasan spiritual siswa
setelah dilaksanakannya bimbingan agama mengalami peningkatan yang
lumayan baik terjadi dan menuju kearah yang positif jadi hasil
pelaksanaan bimbingan agama yang dilaksanakan di sekolah alam depok .
54
Pembimbing melakukan bimbingan dengan metode kelompok ini
pun bisa dilakukan pada kegiatan-kegiatan yang biasa dilakukan, seperti
yang ada di program kegiatan sekolah alam depok, program wajib belajar di
sekolah yang dimulai dari pagi hari jam 07.30 sampai siang hari 14.30.
program keterampilan dan kursus-kursus, diskusi atau sharing, Tanya jawab
serta kegiatan outbond yaitu penyampaian materi oleh pembimbing dengan
cara memotivasi para siswa dan siswi sehingga mereka mampu
mencurahkan dan mau bertanya tentang apa yang dirasakan belum mereka
pahami. sedangkan unsur-unsur kecerdasan spiritual dari program-program
kegiatan adalah ketangguhan pribadi dengan melatih prinsip keteraturan.
Dengan metode ini diharapkan pembimbing mendapatkan informasi tentang
apa yang dirasakan oleh siswa dan siswi sehingga pembimbing dapat
memberikan tausiah atau solusi dari hal tersebut.
Dengan metode kelompok ini, sekolah alam depok menggunakan
dua pendekatan yaitu berupa kekeluargaan dan pemahaman terhadap islam.
Kekeluargaan dalam arti agar lebih intens dalam mendengar, mengarahkan
dan membimbing para siswa dalam mengembangkan kecerdasan spiritual.
Pemahaman islam dimaksudkan agar pemahaman dan sikap para
siswa dapat dikontrol dan disiplinkan dengan nilai-nilai Islam sehingga
perilakunya dapat lebih santun dan bermartabat.
Selama ini kedua pendekatan ini relative cukup berhasil dalam
mengembangkan kecerdasan spiritual anak di Sekolah Alam Depok.
Maka dapat disimpulkan dari penjelasan diatas tentang bimbingan
agama dalam kecerdasan spiritual anak, yaitu :
55
1. relaksaasi diri, di sini terdapat pengaturan rohani dalam diri para siswa
untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang telah diberikan oleh Sekolah
Alam Depok.
2. Selalu mengingat Allah di setiap aktifitas.
3. Yakin terhadap doa.
4. Yakin terhadap takdir.
5. Taat beribadah ketika mendengar azan.
6. Ketenangan beribadah
7. Al-Qur’an sebagai obat hati.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai pelaksanaan bimbingan agama
dalam mengembangkan kecerdasan spiritual anak di Sekolah Alam Depok, maka
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
Pelaksanaan Bimbingan agama cukup signifikan, hasil dari bimbingan
agama ini cukup menunjukan kearah yang positif. para pembimbing yang bertugas
dalam bimbingan ini berkewajiban memberikan bimbingan dalam upaya
memecahkan masalah. Materi yang disampaikan bersumber dari Al-Qur’an, Al-
Hadis, alam sekitar. Selain itu juga menggunakan media yang lainnya seperti
selebaran fotocopy dan waktu yang digunakan setelah shalat dzuhur.
Metode yang digunakan dalam bimbingan ini adalah metode bimbingan
kelompok, dimana pembimbing melakukan bimbingan secara kelompok melalui
program wajib belajar disekolah, program ketrampilan, outbond, diskusi, tausiah
dan lainnya.
Tingkatan spiritual pada diri seseorang dapat berbeda-beda tergantung
bagaimana pendekatan yang digunakan kepada anak. Pertama tingkatan spiritual
yang hidup. Untuk mendapatkan tingkatan kecerdasan spiritual ini anak harus
diajarkan mengenal Tuhannya, mengenal penciptanya melalui ciptaan-Nya. Hal-
hal yang membuat anak terpesona kita bingkai dengan koridor mengenal Allah
sebagai pencipta. Apabila anak sejak dini dikenalkan kepada Sang Penciptannya,
maka secara perlahan kematangan spiritual akan tertanam pada diri anak. Dan
56
57
untuk mencapai atau meningkatkan kecerdasan spiritual anak-anak (para siswa)
perlu diajarkan lagi hal-hal tentang agama islam dengan cara tausiah atau
apapun,karena dari situlah para siswa dapat berkomunikasi dengan baik, dan
percaya diri serta bertanggung jawab, disiplin, jujur dan bertanggung jawab.
B. Saran
1. Adanya penambahan tenaga pelajar.
2. Adanya penambahan kelas.
3. Adanya musholla sendiri.
4. Materi yang diberikan lebih banyak yang berkaitan dengan kecerdasan
spiritual
5. Diharapkan kepada para siswa Sekolah Alam Depok untuk menambah dan
melatih diri dengan memanfaatkan program pembinaan yang disediakan.
6. Agar pelaksanaan bimbingan agama dapat berjalan dengan baik maka sarana
dan prasarana lebih dilengkapi lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta : PT.
Rineka Cipta, 2002
Aunur Rahim Faqih, red). Bimbingan dan Konseling Dalam Islam. (Yogyakarta :
VII Press, 2002).
Danah Zohar dan Ian Marshall, SQ : Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual Dalam
Berfikir Integralistik dan Holistik Untuk Memaknai Kehidupan, Terj. Dari
SQ : Spiritual Intelligence The Ultimate Intellegence oleh Rahmani Astuti,
Ahmad Nadjib Burhani dan Ahmad Baiquni, (Bandung : Mizan, 2001)
cet.2.
Gerlald Corey. 2003. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi (Terj. E.
Koswara), Bandung : Refika
Gerungan 1964. Psikologi Sosial. Bandung : PT Eresco H.M. Arifin. 2003. Teori-
Teori Konseling Agama dan Umum. Jakarta. PT Golden Terayon Press.
Husaini, Usman-Purnomo, Setiady, Akbar. Metodologi Penelitian Sosial. PT.
Bumi Aksara. Jakarta cet, ke-3. 2000
Hurlock, Elizabeth B. 1980. Developmental Phsychology. New York : Mc Graw-
Hill Book Company
Jalaludin Rahmat, SQ For Kiads : mengembangkan Kecerdasan Spiritual Anak
Sejak Dini, (Jakarta, 2008).
Jalaludin Rahmat, SQ For Kids : mengembangkan Kecerdasan spiritual Anak
Sejak Dini, (Jakarta,2008).
Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung : PT Remaja
Rosdakarya, 2007), cet. Ke-23
Muhammad Nazir, Metode Penelitian (Jakarta : Ghalia Indonesia, 1999), Cet ke-
4.
Drs.Moh Surya. I. Djumhur. Bimbingan Dan Penyuluhan Di Sekolah (Guidance
and Counseling). (C.V. Ilmu Bandung)
H.M.Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta :
Golden Terayon Press. 1996).
Prayitno, dkk. 2004. Pedoman Khusus Bimbingan dan Konseling, Jakarta :
Depdiknas
Poerwandari, Kristi E. Pendekatan Kualitatif Untuk Penelitian Perilaku Manusia,
(Jakarta : LPSP3 Ui, 2001).
Sarlito Wirawan.2005. Teori-Teori Psikologi Sosial. Jakarta : Raja Grafindo
Soerjono Sukanto, Kamus Sosiologi (Jakarta : CV. Rajawali, 1990).
Sudirman Tebba, Kecerdasan Sufistik, (Jakarta Kencana, 2004). Cet. 1.
Suharsono, Akselerasi Intelegensi optimalkan : IQ, EQ dan SQ Secara Islami.
(Jakarta : Insani Press, 2004), Cet.1.
Syahmin Zaeni, Mengapa Manusia Harus Beragama, (Jakarta : Kalam Mulia,
1986), cet ke-1.
Syahmuharnis dan Harry Sudharta, TQ : Transcendental Quptionet Kecerdasan
Diri Terbaik, (Jakarta : Republika, 2006), cet. 1.
Tim Penyusun Kamus, Pusat Penelitian dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1995). Cet ke-2.
Wijaya Hesti R, Penelitian Berperspektif Gender Dalam Jurnal Analisis Sosial :
Analisis Gender dalam memahami persoalan perempuan, Edisi 4/
November (b\Bandung : Akatiga, 1996).
WS.Wingkel.FKIP.IKIP. Senata Darma, Bimbingan dan Penyuluhan Di Sekolah,
(Jakarta :PT. Gramedia, 1997).
________,dkk.2004. Panduan Kegiatan Pengawasan Bimbingan dan Konseling,
Jakarta : Rineka Cipta
________, 2003. Wawasan dan Landasan BK (Buku II). Depdiknas : Jakarta
Zakiah Deradjat. Pendidikan Agama dan Oembinaan Mental, (Jakarta : Bulan
Bintang, 1982). Cet ke-3.