1
BU KU SAKU HAM
BAGI PETUGAS RUMAH DETENSI IMIGRASI
Pedoman tentan g aspek - aspek Hak Asasi Manusia
di Rumah Detensi Imigrasi
ham.go.id
DIREKTORAT JENDERAL HAK ASASI MANUSIA
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI
2018
Buku Saku HAM bagi Petugas Detensi Imigrasi
DIREKTORAT JENDERAL HAK ASASI MANUSIA
Jl. HR. Rasuna Said Kav. 4 -5, Kuningan, Jakarta
Selatan
Tim Penyusun : Pengarah : Dr. Mualimin Abdi, SH., MH
Penanggung Jawab : Bambang Iriana Djajaatmadja,
SH, LLM Ketua : Bertha E. Saragi, SE, M.Si
Sekretaris : Hery Susanto, SH Anggota :
1. Dra. Fetty
2. Adhi Soewito, SH
3. Saptini Krisniwati, SH
Pakar/Penyusun Utama :
1. Arie Afriansyah, SH, MIL, PHD
2. Jaya Saputra, S.H.
Tim menyampaikan terima kasih kepada
Anbar Jayadi, Kadek Wahyu Adi Pratama, dan Marcelino H. Latuputty atas asistensinya dalam
menyusun buku ini.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah
SWT, pada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga Tim
dapat menyelesaikan “Buku Saku HAM bagi Petugas
Rumah Detensi Imigrasi”.
Adapun tujuan dari penyusunan buku saku ini
adalah untuk memberikan informasi dan penjelasan
mengenai nilai-nilai hak asasi manusia yang harus
diperhatikan oleh seluruh petugas rumah detensi
imigrasi. Buku saku hak asasi manusia ini pun
diharapkan akan menjadi panduan bagi petugas
Rumah Detensi Imigrasi dalam melaksanakan
tugasnya mengelolan Rudenim, dan menangani para
Deteni secara berbasis hak asasi manusia, serta upaya
untuk menyebarluasan pemahaman nilai-nilai hak
asasi manusia bagi petugas Rumah Detensi
Imigrasi.
Penyusunan Buku Saku ini, telah melalui proses
kajian, telaahan, dan diskusi, serta kunjungan
lapangan yang dilaksanaan oleh Direktorat Jenderal
Hak Asasi manusia, Direktorat Jenderal Imigrasi, serta
Akademisi. Oleh karena itu, Tim menyampaikan
penghargaan dan ucapan terima kasih kepada semua
pihak yang telah mengambil bagian dalam proses
penyusunan, pembahasan, hingga terselesaikannya
Buku Saku HAM bagi Petugas Rumah Detensi
Imigrasi ini.
Kami menyadari masih ada kekurangan dalam
penyusunan buku saku ini, oleh karena itu saran dan
masakukan dari berbagai pihak untuk perbaikan dan
penyempurnaan buku saku ini sangat kami harapkan.
Akhir kata, diharapkan agar Buku Saku Hak Asasi
Manusia bagi Petugas Rumah Detensi Imigrasi ini
dapat bermanfaat bagi peningkatan pemahaman nilai-
nilai HAM, khususnya bagi petugas rumah detensi
imigrasi dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya
memberikan pelayanan publik kepada masyarakat.
Jakarta, November 2018 Tim Penyusun
1
DAFTAR ISI
1. Tentang Buku Saku “HAM di Rudenim” 2. Rudenim di Indonesia 3. Yang dimaksud dengan “HAM” 4. Dasar hukum 5. HAM dalam keseharian petugas Rudenim 6. Penutup
2
DAFTAR ISTILAH
PBB Perserikatan Bangsa-Bangsa
HAM Hak Asasi Manusia
Rudenim Rumah Detensi Imigrasi (unit pelaksana teknis yang menjalankan
Fungsi Keimigrasian sebagai tempat penampungan sementara bagi Orang
Asing yang dikenai Tindakan
Administratif Keimigrasian)
DUHAM Deklarasi Universal Hak Asasi
Manusia
UDHR Universal Declaration of Human Rights
3
UNCAT Convention against Torture and Other
Cruel, Innhuman or Degrading
Treatment or Punishment (Konvensi Menentang Penyiksaan dan Perlakuan
atau Penghukum Lainnya Yang Kejam, Tidak Manusiawi dan Merendahkan
Martabat Manusia)
CEDAW Convention on the Elimination of All
Forms of Discrimination against
Women (Konvensi Penghapusan
Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap
Perempuan)
ICCPR International Covenant on Civil and
Political Rights (Kovenan Internasional
tentang Hak-Hak Sipil dan Politik)
ICESCR International Convention on Economic,
Social and Cultural Rights (Kovenan
Internasional tentang Hak-Hak
Ekonomi, Sosial, dan Budaya)
4
IOM International Organization for
Migration (Organisasi Internasional
untuk Migrasi)
UNHCR United Nations High Commissioner for
Refugees (Komisariat Tinggi
Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk
Urusan Pengungsi)
Deteni Orang Asing penghuni Rumah Detensi
Imigrasi atau Ruang Detensi Imigrasi
yang telah mendapatkan keputusan
pendetensian dari Pejabat Imigrasi.
TAK Tindakan Administratif Keimigrasian
berupa sanksi administratif yang
ditetapkan Pejabat Imigrasi terhadap
Orang Asing di luar proses peradilan
Deportasi Tindakan paksa mengeluarkan Orang
Asing dari Wilayah Indonesia
5
TENTANG BUKU SAKU
Untuk siapa Buku Saku ini?
Buku Saku ini diperuntukkan bagi petugas imigrasi pada setiap Rudenim yang ada di Indonesia.
Apa tujuan utama dari Buku Saku ini?
Tujuan utama dari Buku Saku ini yakni sebagai pedoman bagi petugas imigrasi pada setiap Rudenim agar memperhatikan aspek-aspek
HAM dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya.
Bagaimana ruang lingkup keberlakuan Buku Saku
ini?
Buku Saku ini hanya dipergunakan untuk internal Rudenim saja sebagai sebuah pedoman yang berisi anjuran penerapan HAM dalam pelaksanaan tugas
pokok dan fungsi pada setiap Rudenim. Buku Saku ini tidak dapat digunakan sebagai dasar hukum di
pengadilan atau lembaga penyelesaian sengketa lainnya. Daftar instrumen hukum di Buku Saku ini
6
tidak bermaksud sebagai daftar lengkap/“exhaustive
list”.
Hal-hal apa saja yang akan dibahas dalam Buku
Saku ini?
Buku Saku ini akan membahas diantaranya instrumen
hukum internasional dan peraturan nasional terkait dengan kewajiban HAM Indonesia, penerapan HAM dalam keseharian pelaksanaan tugas pokok dan fungsi
termasuk perlindungan HAM bagi petugas Rudenim.
7
8
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian, Pasal 1 angka 33:
“Rumah Detensi Imigrasi adalah unit pelaksana teknis yang menjalankan Fungsi Keimigrasian sebagai tempat penampungan sementara bagi Orang Asing yang dikenai Tindakan Administratif Keimigrasian.”
(Lihat juga Peraturan Direktur Jenderal Imigrasi Nomor IMI.1917-OT.02.01 Tahun 2013 tentang Standar Operasional Prosedur Rumah Detensi Imigrasi)
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 125 Tahun 2016 tentang Penanganan Pengungsi dari Luar Negeri, Pasal 1 angka 6:
“Rumah Detensi Imigrasi adalah unit kerja di lingkungan kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang hukum dan hak asasi manusia yang melaksanakan urusan pendetensian orang asing.”
Istilah lainnya:
9
Deteni adalah Orang Asing penghuni Rumah Detensi Imigrasi atau Ruang Detensi Imigrasi yang telah mendapatkan keputusan pendetensian dari Pejabat Imigrasi.
Tindakan Administratif Keimigrasian (TAK)
adalah sanksi administratif yang ditetapkan Pejabat Imigrasi terhadap Orang Asing di luar proses peradilan.
Deportasi adalah tindakan paksa mengeluarkan Orang Asing dari Wilayah Indonesia.
HAK ASASI MANUSIA
Pertanyaan penting: Apa itu HAM? Bagaimana melihat HAM dalam konteks Indonesia?
10
HAM, menurut Pasal 1(1) UU NO. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, adalah:
“seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan
keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugrah-Nya
yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara hukum, Pemerintahan, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan
harkat dan martabat manusia.”
Dalam konteks Indonesia, HAM tidak lepas dari Kewajiban Dasar Manusia, menurut Pasal 1(2) UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, adalah:
“seperangkat kewajiban yang apabila tidak dilaksanakan, tidak memungkinkan terlaksana
dan tegaknya hak asasi manusia.”
Adanya HAM, maka ada kewajiban juga menjadi salah satu prinsip HAM universal. Tidak hanya negara melalui aparaturnya harus menghormati, melindungi, dan memenuhi HAM tiap individu, tetapi masingmasing individu tersebut memiliki kewajiban menghormati HAM satu dengan yang lainnya.
11
PRINSIP-PRINSIP UMUM
Menurut Kantor Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia, prinsip-prinsip umum HAM adalah sebagai berikut:
1. Universal dan absolut • Contoh konkrit dari sifat universal HAM adalah
setiap negara di dunia ini setidaknya mengikuti satu instrumen HAM penting seperti DUHAM.
• Absolut berarti HAM tidak dapat dikurangi penikmatannya kecuali di keadaan tertentu dan sesuai prosedur hukum.
2. Interdependen dan tidak dapat dibagi • HAM saling berkaitan satu dengan yang lain dan
tidak dapat dibagi-bagi. • Misalnya: pemenuhan hak untuk bebas dari
penyiksaaan dapat berkontribusi ke pemenuhan hak untuk hidup seseorang.
3. Kesetaraan dan non-diskriminatif
12
• HAM tidak membeda-bedakan orang berdasarkan misalnya jenis kelamin, agama, suku dan ras.
• Dengan kata lain, semua orang mempunyai hakhak yang sama; mereka setara.
4. Ada hak, maka ada kewajiban • Setiap negara memiliki kewajiban untuk
menghormati, melindungi, dan memenuhi HAM setiap individu.
• Setiap individu harus menghormati hak asasi individu lainnya.
Sumber: diterjemahkan dengan perubahan dari United Nations Human Rights Office of the High Commissioner, “What are human rights?”, https://www.ohchr.org/en/issues/pages/whatarehu manrights.aspx, diakses 4 September 2018.
13
DASAR HUKUM Nama Instrumen Hukum
Internasional Status
Ratifikasi/Aksesi
DUHAM Lihat UU No. 39 Tahun
1999
Keimigrasian Lihat UU No. 6 Tahun
2011
UNCAT Ratifikasi (28 Oktober
1998)
CEDAW Ratifikasi (13 September
1984)
Konvensi Hak-Hak Anak (Convention
on the Rights of the Child) Ratifikasi (5 September
1990)
Konvensi Hak-Hak Orang dengan Disabilitas (Convention on the Rights
of Persons with Disabilities)
Ratifikasi (30 November 2011)
ICCPR Aksesi (23 Februari
2006)
14
ICESCR Aksesi (23 Februari 2006)
Instrumen internasional lain yang patut mendapat perhatian:
Panduan UNHCR tentang Kriteria dan Standar yang dapat diterapkan terkait dengan detensi dari pencari suaka dan alternatif dari detensi (UNHCR Guidelines on the Applicable Criteria and Standards relating to the Detention of AsylumSeekers and Alternatives to Detention).
Nama instrumen hukum nasional:
1. UUD NRI 1945. 2. UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia. 3. UU No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak
Asasi Manusia. 4. UU No. 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian. 5. UU No. 8 Tahun 2016 tentang Penyandang
Disabilitas. 6. Peraturan Presiden No. 125 Tahun 2016
tentang Penanganan Pengungsi dari Luar Negeri.
15
7. Peraturan Direktur Jenderal Imigrasi Nomor IMI.1917-OT.02.1 Tahun 2013 tentang Standar
Operasional Prosedur Rumah Detensi Imigrasi.
HAM DALAM KESEHARIAN PETUGAS
RUDENIM
Berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Imigrasi Nomor IMI.1917-OT.02.1 Tahun 2013 tentang Standar Operasional Prosedur Rumah Detensi Imigrasi, Prosedur di Rudenim terdiri atas:
A. Pendetensian B. Pelayanan
Detensi C. Penjatuhan
Sanksi/Tata
Tertib
16
1. Penerimaan 2. Registrasi 3. Perawatan 4. Penempatan 5. Pengamanan
1. Persediaan air bersih
2. Penyediaan makanan dan minuman
3. Kesehatan dan kebersihan
4. Ibadah 5. Kunjungan 6. Penyegaran
1. Teguran secara lisan
2. Teguran tertulis
Hukuman disiplin dapat
berupa
penempatan
khusus dan
pencabutan hak
tertentu dalam
waktu yang
ditentukan
D. Pemindahan
Detensi E. Penanganan F. Pemulangan
dan Deportasi
17
1. Pemindahan antar kamar sel
2. Pemindahan antar Rudenim
3. Pemindahan dari Rudenim ke “tempat lain”
4. Pemindahan dari Rudenim ke Direktorat Jenderal Imigrasi
1. Kelahiran 2. Kematian 3. Pelanggaran 4. Mogok makan 5. Pemeriksaan
kesehatan 6. Melarikan diri
1. Persiapan 2. Pelaksanaan 3. Pelaporan dan
usulan penangkalan
KLARIFIKASI
1. Berikut adalah contoh tindakan di Rudenim, aspek HAM, dan dasar hukum terkait. Contoh ini
18
dapat digunakan sebagai rujukan atau bahan pertimbangan oleh petugas Rudenim untuk tindakan lain yang tidak dicantumkan sebagai contoh dalam Buku Saku ini.
2. Daftar contoh tindakan, aspek HAM, dan dasar hukum terkait tidaklah menyeluruh (atau bukan sebagai exhaustive list).
19
A. PENDETENSIAN No. Prosedur Contoh
tindakan Aspek HAM
terkait Dasar hukum
terkait 1. Penerimaan Ibu hamil,
lansia, dan anak-
anak
didahulukan
dalam antrian pendataan.
Ibu hamil,
lansia, dan anak-anak disediakan
tempat duduk
tersendiri.
Mengusahakan fasilitas tertentu bagi
penyandang
difabilitas.
• Hak untuk tidak menerima perlakuan diskriminatif
• Hak untuk memperoleh kemudahan bagi ibu hamil, lansia, anak, dan kaum disabilitas
• Pasal 3 ayat 3 UU No. 39 Tahun 1999
• Pasal 5 ayat 3 UU No. 39 Tahun 1999
• Pasal 41 UU No. 39 Tahun 1999
• CEDAW
• Konvensi HakHak Anak
• Konvensi
mengenai hak-
hak
penyandang
disabilitas.
20
2. Registrasi Bertanya
tentang siapa
yang
merupakan pencari suaka
dan pengungsi
(koordinasi
dengan IOM dan UNHCR).
Bertanya dan
mengamati siapa yang sakit
dan membutuhkan
bantuan khusus
dalam
registrasi.
• Hak atas perlindungan martabat sebagai manusia
• Hak atas
lingkungan
yang sehat
• Pasal 29 UU No. 39 Tahun 1999
• Pasal 9 UU No. 39 Tahun 1999
Perpres No. 125 Tahun 2016
ICCPR
21
3. Perawatan Memberikan
waktu untuk
beribadah,
misal, yang Muslim untuk
shalat.
Memberikan
waktu untuk
beraktifitas
olahraga secara wajar.
Memberikan
anak-anak buku
• Hak atas kebutuhan rohani (ibadah) dan jasmani
• Hak untuk
memperoleh
manfaat dari
ilmu
pengetahuan
• Pasal 13 UU No. 39 Tahun 1999
• Pasal 21 UU No. 39 Tahun 1999
• Pasal 22 UU No. 39 Tahun 1999
• ICESCR
bacaan atau
kesempatan
rekreasi.
4. Penempatan Menyediakan
kursi roda atau fasilitas untuk
penyandang disabilitas
lainnya.
Hak atas aksesibilitas bagi penyandang disabilitas
Pasal 41 ayat (2) UU No. 39 Tahun 1999
• Pasal 18 UU No. 8 Tahun 2016
• Konvensi HakHak Orang dengan Disabilitas
22
5. Pengamanan Jika memberikan
penempatan
khusus bagi
deteni, maka
dilakukan
dalam kurun
waktu yang
wajar.
Hak untuk diperlakukan sesuai martabatnya sebagai manusia
Pasal 29 ayat (1) UU No. 39 Tahun 1999
UNCAT
B. PELAYANAN DETENSI
No. Prosedur Contoh
tindakan Aspek HAM
terkait Dasar hukum
terkait
23
1. Persediaan
air bersih Mengatur jadwal
air sehingga
deteni dapat mengakses air
bersih.
Hak atas
lingkungan yang
sehat
Pasal 9 UU No. 39 Tahun 1999 ICESCR
2. Penyediaan
makanan dan
minuman
Mengatur jadwal
makan khusus ketika bulan Ramadhan.
• Hak untuk hidup
• Hak untuk melaksanakan ibadah dari agama atau kepercayaan yang dipeluknya
Pasal 9 UU No. 39 Tahun 1999
• Pasal 22 UU No. 39 Tahun 1999
• ICCPR
24
3. Kesehatan
dan
kebersihan
Menyediakan
pemeriksaan
kesehatan deteni.
Fogging untuk
mencegah demam berdarah di
lingkungan
Rudenim.
Hak atas lingkungan yang sehat
Pasal 9 UU No. 39 Tahun 1999 ICESCR
4. Ibadah Menyediakan
tempat
beribadah sesuai
agama atau
kepercayaan.
Hak untuk
melaksanakan
ibadah dari
agama atau
kepercayaan
yang dipeluknya
• Pasal 22 UU No. 39 Tahun 1999
• ICCPR
5. Kunjungan Menjadwalkan
waktu
kunjungan.
Hak untuk
berkomunikasi
untuk
mengembangkan
pribadi dan
lingkungan
sosialnya
Pasal 14 ayat (1) UU No. 39 Tahun 1999
25
6. Penyegaran/
Hiburan Menjadwalkan
waktu rekreasi
bagi deteni, misalnya,
dengan senam pagi.
• Hak untuk pengembangan diri
• Hak atas lingkungan yang sehat dan baik
• Pasal 28 H ayat (1) UUD NRI Tahun 1945
• Pasal 9 ayat (3) UU No. 39 Tahun 1999
• Pasal 12 UU No. 39 Tahun 1999
• Pasal 61 UU No. 39 Tahun 1999
• Konvensi
HakHak Anak
26
C. PENJATUHAN SANKSI/TATA TERTIB No. Prosedur Contoh
tindakan Aspek HAM
terkait Dasar hukum
terkait 1. Teguran
lisan Memberikan
peringatan,
misalnya, “Jangan
merusak fasilitas Rudenim!”
Hak untuk bebas dari tindakan yang tidak manusiawi
• Pasal 33 UU No. 39 Tahun 1999
• UNCAT
2. Teguran tertulis
Pemeriksaan
terhadap pelanggaran
berulang-ulang
dan/atau berat
dilakukan dengan
seksama.
Penempatan
khusus dilakukan
dengan
manusiawi. Pencabutan hak
dilakukan
dalam kurun waktu tertentu.
• Hak atas perlakuan hukum yang adil
• Hak atas
perlakuan secara manusiawi
• Hak untuk tidak
disiksa selama dalam penempatan khusus
Pencabutan hak
dilakukan dengan
wajar
Pasal 3 ayat (2) UU No. 39 Tahun 1999 Pasal 33 ayat (1) UU No. 39 Tahun 1999 UNCAT
27
D. PEMINDAHAN DETENSI No. Prosedur Contoh
tindakan Aspek HAM
terkait Dasar hukum
terkait 1. Pemindahan
antar kamar sel
Mengatur
pemindahan
dengan baik dan terkoordinasi
serta memperlakukan deteni secara
manusiawi.
• Hak atas perlakukan hukum yang adil (pemindahan antar kamar sel tidak dilakukan secara semenamena)
• Hak atas rasa aman
Pasal 3 ayat (2) UU No. 39 Tahun 1999
• Pasal 34 UU No. 39 Tahun 1999
• UNCAT
28
2. Pemindahan
antar Rudenim
Melakukan
penjagaan
sewajarnya
dengan tujun
tidak adanya
deteni yang
melarikan diri.
• Hak atas perlakuan hukum yang adil (pemindahan antar Rudenim tidak dilakukan secara semenamena)
• Hak atas rasa aman
Pasal 3 ayat (2) UU No. 39 Tahun 1999
• Pasal 34 UU No. 39 Tahun 1999
• UNCAT
3. Pemindahan dari Rudenim ke
“tempat lain”
seperti rumah
sakit
Jika diperlukan,
petugas berusaha menyediakan
mobil ambulans
untuk secepatnya membawa deteni ke rumah
sakit yang dituju.
• Hak atas pelayanan kesehatan
• Hak anak untuk
berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang tua secara rutin
• Hak atas rasa
aman
• Pasal 34 UU No. 39 Tahun 1999
• Pasal 49 ayat
(2) UU No. 39 Tahun 1999
Pasal 59 ayat (2) UU No. 39 Tahun 1999
• CEDAW • Konvensi
29
HakHak Anak
4. Pemindahan dari Rudenim ke Direktorat Jenderal Imigrasi
Melakukan
penjagaan
sewajarnya
dengan tujun
tidak adanya
deteni yang
melarikan diri.
• Hak atas perlakuan hukum yang adil (pemindahan tidak dilakukan secara semena-mena)
• Hak atas rasa
aman
Pasal 3 ayat (2) UU No. 39
Tahun 1999 • Pasal 34 UU
No. 39 Tahun 1999
• UNCAT
30
E. PENANGANAN No. Prosedur Contoh
tindakan Aspek HAM terkait Dasar
hukum
terkait 1. Kelahiran Mencatat
kelahiran dan
mengusahakan
proses data
sehingga si
anak
mendapatkan status (mengikuti status orang
tuanya)
Ada bidan
dan/atau
tenaga medis
untuk
memantau
kelancaran
kehamilan.
• Hak atas pelayanan kesehatan
• Hak atas status
kewarganegaraan
• Pasal 49 ayat (2) UU No. 39 Tahun 1999
• CEDAW • UU No. 12
Tahun 2006
31
2. Kematian Pendataan kematian.
Melakukan kerja sama
dengan instansi
lain seperti Kepolisian.
Pengurusan
jenazah sesuai
dengan agama
dan
kepercayaan.
• Hak untuk menjalankan dan mengamalkan agama dan/atau kepercayaan
• Hak untuk
perlakuan
dengan
penghargaan
terhadap
harkat dan
martabat
Pasal 22 ayat (2) UU No. 39 Tahun 1999 ICCPR
32
3. Pelanggaran Tindakan
terhadap
pelanggaran
tatib Rudenim
dilakukan secara bertahap
yaitu persuasif,
represif, dan
alat pengamanan bersifat melumpuhkan
seperti alat
kejut listrik,
• Hak untuk tidak disiksa
• Hak untuk
diperlukan
secara
manusiawi
(tindakan
disipliner
harus
manusiawi)
Pasal 33 ayat (1) UU No. 39 Tahun 1999 ICCPR
tongkat, dan borgol. Khusus penggunaan alat
yang
melumpuhkan,
tindakan
tersebut hanya
dilakukan
apabila dalam
keadaan
memaksa dan
mengancam
keselamatan
petugas
rudenim.
33
4. Mogok
makan Memantau
keadaan
kesehatan dari deteni yang
mogok makan.
Tetap siap
dengan
makanan dan
petugas
kesehatan.
• Hak untuk kesehatan
• Hak untuk hidup
Pasal 9 UU
No. 39 Tahun 1999 DUHAM
5. Pemeriksaan
kesehatan Menyediakan
dokter untuk
pemeriksaan
kesehatan.
Hak atas
lingkungan yang
sehat
Pasal 9 UU
No. 39 Tahun 1999 ICESCR
34
6. Melarikan diri
Melakukan
koordinasi
dengan
masyarakat dan aparat penegak
hukum
setempat tanpa
memberikan kesan negatif terhadap deteni
yang melarikan
diri kecuali telah
melakukan
tindak pidana.
Hak untuk tidak disiksa (jika
kemudian
ditangkap)
Pasal 33 ayat (1) UU No. 39 Tahun 1999 UNCAT
F. PEMULANGAN DAN DEPORTASI
No. Prosedur Contoh
tindakan Aspek HAM
terkait Dasar hukum
terkait
35
1. Persiapan Memeriksa
administrasi
kepulangan deteni seperti
dokumen paspor.
Hak untuk mendapatkan perlakuan adil di hadapan hukum
Pasal 5 ayat (1) UU No. 39 Tahun 1999
• ICCPR
• UU No. 6 Tahun 2011
2. Pelaksanaan Mengawal
deteni dalam proses
deportasi.
• Hak untuk diperlakukan secara manusiawi
• Hak atas rasa aman
• Pasal 30 UU No. 39 Tahun 1999
• UU No. 6 Tahun 2011
3. Pelaporan
dan usulan
penangkalan
Mencatat deteni
yang
dipulangkan dan
dideportasi.
Hak untuk mendapatkan perlakuan adil di hadapan hukum
Pasal 5 ayat (1) UU No. 39 Tahun 1999
• ICCPR • UU No. 6
Tahun 2011
36
PETUGAS RUDENIM
Selain dari HAM yang terkait dengan pelaksanaan prosedur yang tertera di Peraturan Direktur Jenderal Imigrasi Nomor IMI.1917-OT.02.1 Tahun 2013 tentang Standar Operasional Prosedur Rumah Detensi Imigrasi, perlu diperhatikan pula HAM dari petugas Rudenim yakni hak-hak yang melekat kepadanya sebagai makhluk yang diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa.
37
PENUTUP
Demikian Buku Saku ini dibuat untuk menjadi panduan dalam rangka menghormati, melindungi, dan memenuhi HAM di Rumah Detensi Imigrasi.
Top Related