Download - Pedoman pelaksanaan PPIP 2011

Transcript

PEDOMAN PELAKSANAANTAHUN 2011

PROGRAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR PERDESAAN

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan Pedoman Pelaksanaan

SambutanDirektur Jenderal Cipta KaryaPuji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Kuasa yang telah memberikan limpahan rahmat dan hidayahnya sehingga Pedoman Umum dan Pedoman Pelaksanaan PPIP Tahun 2011 dapat diterbitkan. Buku Pedoman Pelaksanaan PPIP Tahun 2011 ini menjadi acuan bagi para pelaksana program di tingkat pusat, provinsi, kabupaten sampai dengan desa-desa sasaran dalam menyelenggarakan program. Buku pedoman ini juga dapat menjadi bahan masukan bagi para pemerhati pembangunan perdesaan berbasis pemberdayaan. PPIP merupakan program yang dilaksanakan untuk mendukung kebijakan pemerintah dalam pengentasan kemiskinan khususnya di wilayah perdesaan. Program ini dilaksanakan dengan memfokuskan pada peningkatan akses masyarakat terhadap pelayanan infrastruktur dasar perdesaan, peningkatan kapasitas perencanaan dan pengembangan masyarakat serta peningkatan kapasitas stakeholders dalam penyelenggaraan pembangunan dalam tata kelola pemerintahan yang baik. Dana Bantuan langsung Masyarakat yang disalurkan melalui PPIP sebesar Rp 250 juta per desa, merupakan dana stimulan pemerintah pusat yang diberikan kepada masyarakat desa sasaran untuk menjadi pendorong bagi peningkatan pembangunan infrastruktur dan perekonomian masyarakat desa, dengan memberikan peran yang besar kepada masyarakat untuk merencanakan, melaksanakan, mengendalikan serta memanfaatkan dan mengelolanya sendiri. Pelaksanaan PPIP juga diharapkan dapat membangun kesadaran kritis dan kemandirian masyarakat dalam mengatasi permasalahan kemiskinan dan ketertinggalan desanya dengan menyusun Usulan Prioritas Desa (UPD) dan Rencana Kerja Masyarakat (RKM) yang sesuai dengan kebutuhan dan permasalahannya. Penyelenggaraan program dilakukan secara berjenjang dan bertahap mulai dari persiapan, perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pengendalian serta pemanfaatan dan pemeliharaannya, dimana dalam setiap pelaksanaan melibatkan masyarakat secara luas terutama masyarakat miskin dan kaum perempuan. Dalam pelaksanaan kegiatan, masyarakat didampingi dan dibimbing oleh fasilitator dan tenaga ahli konsultan agar pelaksanaan kegiatan sesuai dengan kaidah-kaidah yang ada pada Pedoman Umum dan Pedoman Pelaksanaan, serta Petunjuk Teknis yang telah ditetapkan. Peran pemerintah daerah selaku pembina pembangunan di wilayahnya diharapkan dapat mendukung secara optimal penyelanggaraan PPIP ini dengan memberikan pembinaan, pengendalian dan pengawasan serta dapat menciptakan kondisi yang kondusif dan sinergi yang positif bagi masyarakat dalam menyelenggarakan program dan mewujudkan harmonisasi program dan koordinasi yang lebih optimal. Buku Pedoman Pelaksanaan PPIP Tahun 2011 ini merupakan penyempurnaan dari pedoman sebelumnya yang disusun berdasarkan hasil evaluasi, pembelajaran dan masukan dari berbagai pihak.

Sambutan

Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan Pedoman Pelaksanaan

Kami harapkan, pedoman-pedoman ini dapat dipahami, disosialisasikan dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya oleh semua pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan, sehingga program ini dapat mencapai tujuan, sasaran dan kinerja seperti yang diharapkan.

Direktur Jenderal Cipta Karya

Budi Yuwono P. NIP. 110020173

Sambutan

GLOSSARYAPBD APBDes APBN BAPPD Bappenas Bappeprop Bappekab BPD DIPA DPR DPRD HU IPAS KD KMK KMP KPA KPP KPPN LKD OMS Ormas PAH Kemen PDT PMA PODES PPA PPIP PPK PKPS BBM PNPM Mandiri Pokja PNPM Mandiri Pokmas PU RAB RKM RPJM SAI Satker SD SE SP3 SPM SPP SP2D TAMK TAMPr : Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah : Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa : Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara : Berita Acara Pembayaran/Penarikan Dana : Badan Perencanaan Pembangunan Nasional : Badan Perencanaan Pembangunan Propinsi : Badan Perencanaan Pembangunan Kabupaten : Badan Permusyawaratan Desa : Daftar Isian Penyelenggaraan Anggaran : Dewan Perwakilan Rakyat : Dewan Perwakilan Rakyat Daerah : Hidran Umum : Instalasi Pengolah Air Sederhana : Kader Desa : Konsultan Manajemen Kabupaten/Kota : Konsultan Manajemen Pusat : Kuasa Pengguna Anggaran : Kelompok Pemanfaat dan Pemelihara : Kantor Pelayanan dan Perbendaharaan Negara : Lembaga Kemasyarakatan Desa : Organisasi Masyarakat Setempat : Organisasi Masyarakat : Penampung Air Hujan : Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal : Perlindungan Mata Air : Potensi Desa : Pejabat Pengguna Anggaran : Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan : Pejabat Pembuat Komitmen : Program Konpensasi Pengurangan Subsidi Bahan Bakar Minyak : Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri : Kelompok Kerja Pengendali PNPM Mandiri : Kelompok Masyarakat : Pekerjaan Umum : Rencana Anggaran dan Biaya : Rencana Kegiatan Masyarakat : Rencana Pembangunan Jangka Menengah : Sistem Akuntansi Instansi : Satuan Kerja : Sumur Dalam : Surat Edaran : Surat Perjanjian Pelaksanaan Pekerjaan : Surat Perintah Membayar : Surat Perintah Pembayaran : Surat Perintah Pencairan Dana : Tenaga Ahli Manajemen Kabupaten : Tenaga Ahli Manajemen Propinsi

i

TKPK TKPKD TPP TPPr TPK UPM UPD

: Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan : Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah : Tim Pelaksana Pusat : Tim Pelaksana Provinsi : Tim Pelaksana Kabupaten : Unit Pengaduan Masyarakat : Usulan Prioritas Desa

ii

DAFTAR ISISambutan Glossary Daftar Isi Daftar Gambar Daftar Lampiran Bab 1 1.1 1.2 1.3 Bab 2 2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 Bab 3 3.1. 3.2. 3.3. 3.4. 3.5. 3.6. 3.7. 3.8. 3.9. Bab 4 4.1. 4.2. 4.3. Bab 5 5.1. 5.2. Bab 6 6.1. 6.2. 6.3. 6.4. 6.5. Bab 7 7.1 7.2 Pendahuluan Latar Belakang Sistematika Pedoman PPIP Pengguna Pedoman Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan Latar Belakang Maksud Dan Tujuan PPIP Komponen PPIP Prinsip Dan Pendekatan Indikator Kinerja Program Organisasi dan Pembagian Peran Umum Kelembagaan Struktural Tingkat Pusat Kelembagaan Tingkat Provinsi Kelembagaan Tingkat Kabupaten Pemerintah Kecamatan Pemerintah Desa Masyarakat Konsultan Manajemen Fasilitator Masyarakat Sumber Pendanaan Dan Mekanisme Pencairan Dana Sumber Dana Penerima Dana Blm Mekanisme Dan Proses Pencairan Dana Kriteria Teknis Infrastruktur Daftar Kegiatan Yang Dilarang (Negative List) Standar Teknis Untuk Program Infrastruktur Tahapan Pelaksanaan Umum Tahap Penyiapan Dan Mobilisasi Masyarakat Tahap Perencanaan Partisipatif Oleh Masyarakat Tahap Pelaksanaan Fisik Tahap Operasi Dan Pemeliharaan Oleh Masyarakat Pengawasan dan Pelaporan Pengawasan Pelaporan

i iii v vi 1 1 2 3 5 5 7 7 10 12 15 15 16 18 21 23 23 25 31 35 39 39 40 40 45 45 46 55 55 56 68 77 90 97 97 102

iii

Bab 8 8.1. 8.2. 8.3. 8.4. Bab 9

Penanganan Pengaduan Penanganan Pengaduan Masyarakat Prinsip Penanganan Pengaduan Media/Saluran Pengaduan Tahapan Penanganan Pengaduan Penutup

109 109 111 112 114 119

iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3-1 Gambar 3-2 Gambar 3-3 Gambar 4-1 Gambar 6-1 Gambar 7-1 Gambar 7-2 Gambar 8-1

Struktur Organisasi Penyelenggara PPIP 2010 Struktur Organisasi OMS Struktur Organisasi KPP Mekanisme Arus Dana dan Pencairan Skema Umum Operasi dan Pemeliharaan Bagan Alir Pelaporan Struktural Bagan Alir Pelaporan Fungsional Bagan Alir Penanganan Pengaduan

16 27 29 44 94 103 106 117

v

DAFTAR LAMPIRANLampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6 Lampiran 7 Lampiran 8 Lampiran 9 Lampiran 10 Lampiran 11 Lampiran 12 Lampiran 13

vi

BAB 1 PENDAHULUAN1.1 LATAR BELAKANGBuku Pedoman Umum dan Pedoman Pelaksanaan PPIP Tahun 2011 ini merupakan penyempurnaan terhadap pedoman PPIP sebelumnya. Pedoman ini menjadi acuan bagi para pelaksana program di tingkat pusat, provinsi, kabupaten sampai desa-desa sasaran dalam menyelenggarakan program. PPIP diselenggarakan secara berjenjang dan bertahap mulai dari persiapan, perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pengendalian serta pemanfaatan dan pemeliharaannya. Dalam pelaksanaan tahapan tersebut harus mengikuti kaidah-kaidah yang ada pada Pedoman Umum dan Pedoman Pelaksanaan. Pedoman ini juga dilengkapi dengan berbagai petunjuk teknis sebagai acuan dalam perencanaan dan pelaksanaan fisik di lapangan.

Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan Pedoman Pelaksanaan

1.2

SISTEMATIKA PEDOMAN PPIPPedoman PPIP secara lengkap terdiri dari: 1. Pedoman pelaksanaan. Pedoman ini menjelaskan prinsip, prosedur, dan ketentuanketentuan pelaksanaan program mulai dari pusat, provinsi, Kabupaten, maupun tinggat desa, juga mengatur berbagai upaya untuk meningkatkan partisipasi aktif masyarakat, stakeholder, dan pemerintah daerah. Termasuk mendorong pemerintah daerah untuk menciptakan kemandirian masyarakatnya dan mendorong perencanaan pembangunan daerah yang lebih sinergi dan berkelanjutan khususnya dalam penanggulangan kemiskinan di daerah pedesaan. 2. Petunjuk teknis. Petunjuk teknis ini menjelaskan mengenai tatacara, aturan, dan mekanisme teknis pembangunan infrastruktur yang akan dilaksanakan dalam PPIP. Petunjuk teknis tersebut menjadi acuan FM dan Satker kabupaten dalam proses pendampingan ke masyarakat. 3. Pedoman pengendalian. Pengendalian merupakan serangkaian tindakan untuk menjamin kesesuaian antara pelaksanaan kegiatan dengan peraturan/ketentuan yang berlaku agar dapat dicapai tujuan dan sasaran secara efektif dan efisien. Pengendalian diperlukan agar proses pelaksanaan Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan (PPIP) sesuai dengan prinsip, pendekatan dan mekanisme yang telah ditetapkan. Ruang lingkup pengendalian program dilakukan mulai dari tahap persiapan, perencanaan dan pelaksanaan kegiatan. Pengendalian PPIP bertujuan untuk: 1. Menjamin setiap proses pelaksanaan sesuai dengan aturan, prinsip dan kebijakan; 2. Menjamin bahwa perencanaan dirumuskan melalui proses dan mekanisme yang benar; 3. Menjamin jenis dan lokasi kegiatan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan; 4. Pengendalian Program PPIP dilakukan melalui pemantauan, pelaporan serta evaluasi dan tindak turun tangan.

Bab 1. Pendahuluan

Halaman 2

Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan Pedoman Pelaksanaan

5. Pengawasan yang ketat dan tegas terhadap setiap proses dan kegiatan pada setiap tahapan yang dilaksanakan; 6. Semua pihak terkait melakukan pemantauan secara obyektif dan mampu memberikan umpan balik terhadap setiap proses dan kegiatan yang dilaksanakan; 7. Pelaku di semua tingkatan menjalankan pelaporan secara disiplin, akurat dan efektif; mekanisme

8. Pemeriksaan yang detail dan akurat sesuai dengan mekanisme yang ditetapkan terhadap setiap proses dan tahapan kegiatan yang dilaksanakan; 9. Evaluasi untuk pencapaian tingkat kinerja yang diharapkan serta menegakkan aturan dengan pemberian sanksi;

1.3

PENGGUNA PEDOMANTabel 1. Pengguna Pedoman No. 1. 2. 3. 4. Pengguna Pengambil keputusan di tingkat pemerintah Tim Koordinasi Satuan kerja Konsultan pendamping Fasilitator Masyarakat OMS dan KPP dan Manfaat Dasar kebijakan penentuan

Dasar koordinasi pelaksanaan program Acuan pengawasan pelaksanaan kegiatan Acuan Pelaksanaan pendampingan dan pengendalian Acuan Pelaksanaan, pengawasan, dan pemeliharaan Referensi dalam memantau pelaksanaan program

5.

6.

Masyarakat luas

Bab 1. Pendahuluan

Halaman 3

BAB 2 PROGRAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR PERDESAAN2.1 LATAR BELAKANG

Dalam upaya mendukung penanggulangan kemiskinan di daerah pedesaan, Kementerian Pekerjaan Umum melalui Direktorat Jenderal Cipta Karya telah melaksanakan berbagai program. Di antaranya adalah Program Konpensasi Pengurangan SubsidiBahan Bakar Minyak di bidang Infrastruktur Perdesaan (PKPS-BBM IP) pada tahun 2005, Rural Infrastructure Support (RISP) pada tahun 2006, Program Pembangunan Infrastruktur Pedesaan (PPIP)yang dimulai pada tahun 2007 sampai 2011. Program pembangunan infrastruktur perdesaan atau yang lebih dikenal sebagai PPIP berupaya menciptakan dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat, baik secara individu maupun kelompok melalui partisipasi dalam memecahkan berbagai

Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan Pedoman Pelaksanaan

permasalahan yang terkait kemiskinan dan ketertinggalan desanya sebagai upaya meningkatkan kualitas kehidupan, kemandirian dan kesejahteraan masyarakat. PPIP merupakan program berbasis pemberdayaan di bawah payung PNPM Mandiri, yang bantuannya meliputi fasilitasi dan memobilisasi masyarakat dalam melakukan identifikasi permasalahan kemiskinan, menyusun perencanaan dan melaksanakan pembangunan infrastruktur desanya. Lokasi PPIP tersebar di 29 provinsi, dengan sasaran lokasi mengikuti ketetapan SK Menteri Pekerjaan Umum. Dalam pelaksanaannya, PPIP akan terus meningkatkan kualitas pemberdayaan masyarakat dan peran stakeholder dalam pelaksanaan program. Hal-hal tersebut dilakukan melalui: 1. Peningkatan kepekaan dan kesadaran tingkatan melalui pelaksanaan Public Campaign (PAC) yang optimal; di semua Awareness

2. Peningkatan kapasitas penyelenggara melalui pelatihan yang akan diintegrasikan ke dalam sistem penyelenggaraan program; 3. Pemantauan kinerja yang akan dilakukan secara berjenjang dari tingkat pusat, provinsi, kabupaten, sampai ke tingkat terendah di desa; 4. Peningkatan partisipasi masyarakat secara aktif dalam pelaksanaan program khususnya peran serta perempuan dan masyarakat kelompok miskin, terutama dalam proses pengambilan keputusan; 5. Penilaian kinerja yang dikaitkan dengan sistem, penghargaan, dan sanksi bagi penyelenggara program, dari tingkat provinsi, kabupaten, sampai tingkat desa berdasarkan kinerja dalam pelaksanaan program; dan 6. Penguatan mekanisme serta implementasi penanganan pengaduan.

Bab 2. Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan

Halaman 6

Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan Pedoman Pelaksanaan

Dengan upaya peningkatan tersebut, diharapkan dapat mendorong keterlibatan masyarakat secara optimal dalam semua tahapan kegiatan, mulai dari pengorganisasian ma-syarakat, penyusunan rencana program, menentukan kegiatan pembangunan infrastruktur perdesaan, serta pengelolaanya. Disamping itu peningkatan peran stakeholder dan pemerintah daerah dapat ditumbuhkembangkan sehingga dapat melaksanakan pembinan yang akan mendorong kemandirian masyarakat dan sinergi berbagai pihak dalam penang-gulangan kemiskinan di perdesaan.

BOX 2.1 Dukungan PPIP 1. Mendukung program pemerintah yang sedang berlangsung. Program mendukung dan meningkatkan pelaksanaan PNPM Mandiri melalui dana BLM kepada masyarakat; 2. Memperluas penanganan sasaran desa miskin. 3. Penguatan gender, untuk mempromosikan kesetaraan gender, serta memastikan kesetaraan antara lakilaki maupun perempuan; 4. Pembangunan Kapasitas untuk pemerintah setempat, melalui paradigma pemberdayaan, peningkatan hubungan antara pemerintah daerah dan masyarakat; 5. Tata pemerintahan yang baik dan langkah-langkah anti korupsi melalui (i) transparansi, (ii) penyaluran langsung kepada masyarakat, dan (iii) Pemantauan dan Evaluasi yang komprehensif.

2.2

MAKSUD DAN TUJUAN PPIP

Program ini dimaksudkan untuk mengurangi kemiskinan dan memperkuat implementasi tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) di tingkat pemerintah daerah.

Sedangkan tujuan PPIP adalah untuk mewujudkan peningkatan akses masyarakat miskin, hampir miskin, dan kaum perempuan, termasuk kaum minoritas terhadap pelayanan infrastruktur dasar perdesaan berbasis pemberdayaan masyarakat dalam tata kelola pemerintahan yang baik.

2.3

KOMPONEN PPIPPenguatan Kapasitas Perencanaan dan Pengembangan Masyarakat Program ini akan mendukung dan memperkuat partisipasi masyarakat, memberdayakan dan meningkatkan kemampuan masyarakat untuk memprioritaskan, merancang, melaksanakan, mengelola dan memantau program-program berbasis komunitas.

Bab 2. Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan

Halaman 7

Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan Pedoman Pelaksanaan

Secara khusus, hal-hal berikut akan dilakukan: 1. Peningkatan kapasitas masyarakat melalui pendampingan bagi Organisasi Masyarakat Setempat (OMS) dan Kader Desa untuk: a. Melakukan penyebaran informasi tentang PPIP secara luas di tataran desa; b. Melakukan survey desa pemetaan kemiskinan; danBOX 2.2 Komponen PPIP 1. Penguatan kapasitas perencanaan dan pengembangan masyarakat; 2. Peningkatan layanan dan infrastruktur desa melalui BLM; 3. Peningkatan kapasitas untuk pelaksanaan program, monitoring dan evaluasi

c. Mengidentifikasi masalah, kebutuhan dan kesempatan untuk mengentaskan kemiskinan serta meningkatkan pembangunan desa;

d. Menilai tingkat partisipasi masyarakat kelemahan-kelemahan dalam pelaksanaannya;

dan

e. Meningkatkan mekanisme perencanaan dan prosesproses pembuatan keputusan; f. Merumuskan Usulan Prioritas Desa (UPD), Rencana Kegiatan Masyarakat (RKM) dan rencana Operasi & Pemeliharaan (O&P) dengan memperhitungkan secara rinci kebutuhan pendanaan dan pembiayaannya; g. Melaksanakan RKM yang dipilih masyarakat dengan mewujudkan pemanfaatan BLM sesuai dengan prinsip dan mekanisme program; h. Menyelenggarakan kegiatan secara transparan dan akuntabel termasuk dalam pelaksanaan pemantauan dan pelaporan kemajuan fisik dan keuangan, audit fisik dan keuangan; i. Melaksanakan rencana Operasi dan Pemeliharaan guna memastikan keberlanjutan prasarana terbangun;

2. Pendampingan masyarakat oleh Fasilitator Masyarakat (FM) yang akan membantu dalam memperkuat kapasitas masyarakat dan peran perempuan di tingkat desa; 3. Penguatan kapasitas pemerintah daerah (provinsi, kabupaten, kecamatan dan desa) dalam pelaksanaanBab 2. Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan Halaman 8

Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan Pedoman Pelaksanaan

pembangunan partisipatif yang berbasis pemberdayaan masyarakat. Pemerintah daerah diharapkan akan mampu meningkatkan keberlanjutan yang diperoleh dari program. Kegiatan-kegiatannya adalah sebagai berikut: a. Pelaksanaan pelatihan untuk memperkuat kapasitas perencanaan mulai dari tingkat bawah hingga tingkat atas dan penganggaran yang pro-masyarakat miskin, serta pengintegrasian rencana desa kedalam rencana dan anggaran kabupaten; b. Memberikan orientasi dan lokakarya, pelatihan singkat mengenai fungsi-fungsi tertentu, serta materi-materi informasi dan komunikasi. Peningkatan Layanan dan Infrastruktur Desa Melalui Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) Dana BLM disalurkan langsung ke desa sasaran untuk mendukung pelaksanaan rencana pembangunan sesuai dengan Usulan Prioritas Desa yang telah disusun secara partisipatif dan RKM yang diajukan masyarakat desa. Dana BLM akan mencakup peningkatan infrastruktur jalan dan jembatan, air minum, sanitasi dan irigasi sederhana. Masyarakat dapat memilih apakah BLM akan dipergunakan membiayai satu jenis kegiatan atau lebih lebih sesuai dengan penilaian prioritas dan keputusan musyawarah desa. Secara terinci, kriteria infrastruktur yang dapat dibangun dijelaskan dalam Bab Kriteria Teknis Infrastruktur. Peningkatan Kapasitas Pelaksanaan Program Serta Pemantauan dan Evaluasi Penguatan kapasitas pelaksanaan program dilakukan dari tingkat pusat, provinsi dan kabupaten, termasuk Pemantauan dan Evaluasi. a. Pendampingan oleh konsultan manajemen akan mendukung implementasi bagi Tim Pelaksana Pusat, Tim Pelaksana Provinsi beserta satuan kerja di provinsi dan Tim Pelaksana Kabupaten di tingkat kabupaten. Pendampingan konsultan akan mencakup bantuan teknis, manajemen dan dukungan pengembangan kapasitas dalam perencanaan program, pengelolaan danBab 2. Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan Halaman 9

Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan Pedoman Pelaksanaan

koordinasi; pelaksanaan penanganan pengaduan pada semua tingkat; disain dan kualitas konstruksi; manajemen keuangan dan akuntansi, serta pelatihan kelembagaan dan pengembangan sumber daya manusia. Pendampingan mencakup juga peningkatan kapasitas untuk Pemantauan dan Evaluasi. b. Peningkatan kapasitas Tim Pelaksana Provinsi dan Tim Pelaksana Kabupaten c. Peningkatan pelaksanaan pengendalian memberikan ruang kepada seluruh lapisan masyarakat termasuk LSM dalam pemantauan dan evaluasi, yang dilakukan baik sebagai anggota Tim Koordinasi Provinsi dan kabupaten, maupun sebagai pihak independen. Pengendalian dan monitoring harus mengacu pada pedoman pelaksanaan.

2.4

PRINSIP DAN PENDEKATANPrinsip Prinsip-prinsip penyelenggaraan PPIP adalah: 1. Acceptable, Pemilihan kegiatan dilakukan berdasarkan musyawarah desa sehingga dapat diterima oleh masyarakat secara luas (acceptable). Berlaku baik pada pemilihan lokasi dan penentuan spesifikasi teknis, penentuan mekanisme pengadaan dan pelaksanaan kegiatan, termasuk pada penetapan mekanisme pemanfaatan dan pemeliharaan infrastruktur perdesaan; 2. Transparan, Penyelenggaraan kegiatan dilakukan bersama masyarakat secara terbuka dan diketahui oleh semua unsur masyarakat (transparent). Proses keterbukaan antara lain dilakukan melalui penyediaan media komunikasi dan informasi yang akurat dan mudah diakses oleh masyarakat; 3. Akuntabel, Penyelenggaraan kegiatan yang dilaksanakan masyarakat harus dapat dipertanggungjawabkan (accountable), dalam hal ketepatan sasaran, waktu, pembiayaan, dan mutu pekerjaan; 4. Berkelanjutan, Penyelenggaraan kegiatan dapat memberikan manfaat kepada masyarakat secara berkelanjutan (sustainable) yang ditandai dengan adanya

Bab 2. Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan

Halaman 10

Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan Pedoman Pelaksanaan

pemanfaatan, pemeliharaan dan pengelolaan infrastruktur dan sarana perdesaan secara mandiri oleh masyarakat. Pendekatan PPIP adalah program pembangunan melalui pendekatan sebagai berikut: 1. Pemberdayaan Masyarakat, artinya seluruh proses implementasi kegiatan (tahap persiapan, perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan pemeliharaan) melibatkan peran aktif masyarakat; Keberpihakan kepada yang miskin, artinya orientasi kegiatan baik dalam proses maupun pemanfaatan, hasil diupayakan dapat berdampak langsung bagi penduduk miskin; Otonomi dan desentralisasi, artinya pemerintah daerah dan masyarakat bertanggung jawab penuh pada penyelenggaraan program dan keberlanjutan infrastruktur terbangun; Partisipatif, artinya masyarakat terlibat secara aktif dalam kegiatan mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pemeliharaan dan pemanfaatan, serta memberikan kesempatan secara luas partisipasi aktif dari kelompok miskin dan kaum perempuan, serta kaum minoritas; Keswadayaan, artinya masyarakat menjadi faktor utama dalam keberhasilan pembangunan, baik melalui keterlibatan dalam perencanaan, pelaksanaan maupun pengawasan kegiatan dan pemeliharaan; Keterpaduan program pembangunan, artinya program yang dilaksanakan memiliki sinergi dengan program pembangunan perdesaan lainnya: Penguatan Kapasitas Kelembagaan, artinya pelaksanaan kegiatan diupayakan dapat mendorong sinergi antara Pemda, masyarakat, dan stakeholders lainnya dalam penanganan permasalahan kemiskinan; Kesetaraan dan keadilan gender, artinya terdapat kesetaraan antara kaum pria dan perempuan dalam setiap tahap pembangunan dan dalam menikmati secaraHalaman 11

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

Bab 2. Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan

Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan Pedoman Pelaksanaan

adil manfaaat kegiatan pembangunan.

2.5

INDIKATOR KINERJA PROGRAMBerikut adalah indikator yang mengukur kinerja PPIP Indikator Dampak dan Sasaran Mengurangi kemiskinan dan memperkuat tata pemerintahan daerah di tingkat lokal dalam PPIP: 1. Jumlah KK miskin berkurang. 2. Tingkat kepuasan terhadap pelayanan infrastruktur dasar perdesaan meningkat. Manfaat Manfaat PPIP adalah meningkatkan akses masyarakat miskin dan kaum perempuan terhadap pelayanan infrastruktur dasar; Indikator Output (2014) Penguatan kapasitas masyarakat (2014) untuk perencanaan dan pembangunan

1. Pelaksanaan fungsi organisasi-organisasi masyarakat pada seluruh desa sasaran, dengan keterwakilan perempuan di masing-masing organisasi sekurangkurangnya 40%; 2. Pelaksanaan rembug-rembug warga sebagai ajang peningkatan kapasitas kemampuan SDM masyarakat bagi masyarakat desa sasaran PPIP; 3. Usulan prioritas rencana pembangunan desa untuk desa sasaran program sudah jelas serta kesetaraan gender terpenuhi dan berkurangnya masyarakat miskin di desa daerah sasaran; 4. Perumusan RKM berbasis masyarakat yang dirancang dengan baik dan disetujui di semua desa sasaran PPIP. Peningkatan layanan dan infrastruktur desa melalui penyaluran dana BLM (2014) 1. Penyaluran investasi BLM (Rp 250 juta per desa) telah dilaksanakan di masing-masing desa sasaran;Bab 2. Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan Halaman 12

Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan Pedoman Pelaksanaan

2. Infrastruktur yang terbangun memiliki kualitas memadai dan memiliki fungsi pengaturan Operasional dan Pemeliharaan (O&P). Peningkatan kapasitas untuk Pemantauan dan Evaluasi (2011) pelaksanaan program dan

1. Konsultan yang direkrut telah dilatih; 2. Fasilitator Masyarakat (FM) yang direkrut telah dilatih dan disebarkan ke seluruh desa sasaran, dimana 30% merupakan perempuan; 3. Pembuatan rincian rencana kerja tahunan dan jadwal personil; 4. Proses perencanaan masyarakat dan infrastruktur dilaksanakan berdasarkan kriteria yang telah disepakati; 5. Penguatan Evaluasi; dan pelaksanaan sistem pembangunan standar dan dan

Monitoring

6. Pembuatan dan pelaksanaan mekanisme penanganan pengaduan yang efektif.

Bab 2. Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan

Halaman 13

BAB 3 ORGANISASI DAN PEMBAGIAN PERAN

3.1. UMUMPenyelenggaraan program PPIP melibatkan berbagai unsur pelaksana dan instansi terkait yang berjenjang dari tingkat desa, kecamatan, kabupaten, provinsi sampai tingkat pusat dengan struktur organisasi tergambar pada Gambar 3.1. Dalam pedoman ini, akan dibahas organisasi dan pembagian peran pelaku program dalam penyelenggaraan PPIP.

Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan Pedoman Pelaksanaan

Gambar 3.1 Struktur Organisasi PPIP

3.2. KELEMBAGAAN STRUKTURAL TINGKAT PUSATKelembagaan penyelenggara program PPIP pada tingkat pusat terdiri atas: 1. 2. 3. Pokja Pengendali PNPM Mandiri Tim Pelaksana Pusat (TPP) Satuan Kerja Tingkat Pusat.

Bab 3. Organisasi dan Pembagian Peran

Halaman 16

Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan Pedoman Pelaksanaan

Pokja Pengendali PNPM Mandiri Pokja Pengendali PNPM Mandiri beserta keanggotaannya ditetapkan oleh dan bertanggung jawab kepada Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat. Pokja Pengendali PNPM Mandiri terdiri atas Tim Pengarah dan Tim Pelaksana. Tim Pelaksana Pusat (TPP) Kementerian Pekerjaan Umum melalui Direktorat Jenderal Cipta Karya bertugas selaku Tim Pelaksana Pusat. Tim Pelaksana Pusat merupakan institusi penyelenggara PPIP yang bertanggung jawab atas keseluruhan penyelenggara program. Tim Pelaksana Pusat mempunyai tugas sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. Menyusun kebijakan penyelenggaraan program PPIP; Melaksanakan pembinaan program PPIP; dan pengendalian pelaksanaan

Melaporkan penyelenggaraan program kepada Tim Pengendali PNPM-Mandiri; Menyusun program dan perencanaan anggaran serta kegiatan tahunan.

Satuan Kerja Tingkat Pusat Kegiatan PPIP di tingkat pusat berada pada Satuan Kerja Pembinaan Pembangunan Infrastruktur Perdesaan dimana Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) dan pejabat inti satuan kerja tersebut ditunjuk dan diangkat oleh Menteri PU. Penyelenggaraan PPIP Tahun 2011 di tingkat pusat dilaksanakan oleh Pejabat Pembuat Komitmen Pembinaan Pembangunan Infrastruktur Perdesaan (PPK PIP). PPK PIP tingkat pusat bertugas mengelola anggaran PPIP Tahun 2011 di tingkat pusat yang telah ditetapkan dalam Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA). Tugas dan fungsi PPK PIP Pusat mengacu pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 02/PRT/M/2008, Tanggal 11 Februari 2008 Tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Departemen Pekerjaan Umum Yang Merupakan Kewenangan Pemerintah dan Dilaksanakan Sendiri dan Pedoman Pelaksanaan ini, SK Menteri PU dan Pedoman Pelaksanaan ini. PPK PIP Tingkat Pusat juga antara lain bertugas untuk: 1. Berkoordinasi dengan Tim Pelaksana Pusat dalam

Bab 3. Organisasi dan Pembagian Peran

Halaman 17

Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan Pedoman Pelaksanaan

penyelenggaraan program tingkat pusat; 2. Melakukan pencairan dan pengelolaan dana; 3. Pengadaan Konsultan manajemen pusat (KMP) dan Tenaga Ahli Manajemen Provinsi (TAMPr); 4. Memberikan arahan kepada penyelenggaraan program PPIP; KMP dan TAMPr dalam

5. Mengumpulkan laporan dari Konsultan manajemen pusat (KMP) dan TAMPr; 6. Membuat laporan dengan Sistem Akuntansi Instansi (SAI) dan E-Monitoring; 7. Menyusun dan menyampaikan laporan yang diatur dalam Petunjuk Operasional Kegiatan (POK). Inspektorat Jenderal Departemen Pekerjaan Umum Inspektorat Jenderal Departemen Pekerjaan Umum berperan dalam pengendalian dan pengawasan pelaksanaan program. Badan Pemeriksa Keuangan Pembangunan (BPKP) BPKP selaku auditor pemerintah bertugas untuk melakukan audit terhadap pelaksanaan program mulai dari tingkat pusat sampai dengan tingkat desa.

3.3. KELEMBAGAAN TINGKAT PROVINSIPemerintah Provinsi Pemerintah Provinsi, dalam hal ini Gubernur, adalah penanggung jawab pelaksanaan program di kabupaten sasaran di wilayah provinsi yang bersangkutan. Gubernur bertanggung jawab mengkoordinasikan pelaksanaan dan pengendalian program. Tanggung jawab Gubernur antara lain: 1. Mengkoordinasikan kerjanya; penyelenggaraan PPIP di wilayah PPIP di

2. Membina dan mengendalikan wilayah kerjanya;

penyelenggaraan

Bab 3. Organisasi dan Pembagian Peran

Halaman 18

Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan Pedoman Pelaksanaan

3. Menunjuk dan mengajukan pejabat satuan kerja kepada Menteri PU. Tim Koordinasi/TKPKD Provinsi Koordinasi antar instansi/antar sekt or di tingkat provinsi dilakukan oleh Tim Koordinasi PNPM Mandiri Provinsi, yang dibentuk di bawah koordinasi TKPKD Provinsi melalui Surat Keputusan Ketua TKPKD Provinsi yang anggotanya terdiri dari pejabat instansi terkait di daerah. Tugas Tim Koordinasi PNPM Mandiri Provinsi, adalah sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. 6. Mengkoordinasikan substansi pedoman teknis operasional program-program PNPM Mandiri di provinsi; Mengkoordinasikan penyusunan anggaran dan bantuan teknis berbagai kegiatan program sektoral di provinsi; Mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan PNPM Mandiri di provinsi; Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan PNPM Mandiri di provinsi; Mensinergikan kegiatan pusat dan daerah;. Memantau dan membantu penyelesaian berbagai permasalahan yang timbul di dalam pelaksanaan kegiatan serta mengambil tindakan/sanksi yang diperlukan; Melaporkan perkembangan kegiatan, hasil audit, dan evaluasi kepada Gubernur; Memastikan bahwa proses kegiatan sesuai dengan pedoman PNPM Mandiri.

7. 8.

Tim Pelaksana Provinsi (TPPr) Tim Pelaksana Provinsi (TPPr) PPIP terdiri dari Kepala Bidang Cipta Karya Dinas PU Provinsi sebagai ketua, dengan anggotaanggota terdiri dari unsur Dinas PU Provinsi. Dalam pelaksanaan tugasnya, TPPr berkoordinasi dengan TKPKD Provinsi. TPPr antara lain bertugas untuk: 1. 2. Mensosialisasikan program di tingkat provinsi; Memberikan arahan dalam pelaksanaan dan pengendalian program;Halaman 19

Bab 3. Organisasi dan Pembagian Peran

Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan Pedoman Pelaksanaan

3. 4.

Memantau dan melakukan evaluasi di tingkat provinsi; Melakukan pertemuan dengan Tim Koordinasi Provinsi, Tim Koordinasi Kabupaten dan Tim Pelaksana Kabupaten sekurang-kurangnya 2 (dua) kali dalam setahun; Menyusun laporan penyelenggaraan dan melaporkan kepada Tim Pelaksana Pusat

5.

Satuan Kerja Tingkat Provinsi Kegiatan PPIP di tingkat provinsi berada pada Satuan Kerja Pengembangan Kawasan Permukiman (dan Perbatasan) dimana Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) dan pejabat inti satuan kerja tersebut ditunjuk dan diangkat oleh Menteri PU. Penyelenggaraan PPIP 2011 di tingkat provinsi dilaksanakan oleh Pejabat Pembuat Komitmen Pembinaan PPIP (PPK PPIP). PPK PPIP tingkat provinsi bertugas mengelola anggaran PPIP 2011 di tingkat provinsi yang telah ditetapkan dalam Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA). Tugas dan fungsi PPK PIP Tingkat Provinsi mengacu pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 02/PRT/M/2008, Tanggal 11 Februari 2008 Tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Departemen Pekerjaan Umum Yang Merupakan Kewenangan Pemerintah dan Dilaksanakan Sendiri dan Pedoman Pelaksanaan ini, SK Menteri PU dan Pedoman Pelaksanaan ini. PPK PPIP Satuan Kerja Tingkat Provinsi juga antara lain bertugas untuk: 1. Mendukung Tim Pelaksana Provinsi dalam menyelenggarakan program; 2. Merekrut Fasilitator Masyarakat; 3. Melakukan pencairan dan pengelolaan dana; 4. Membuat laporan dengan Sistem Akuntansi Instansi (SAI); 5. Melakukan koordinasi dengan Tim Pelaksana yang berada di pusat, provinsi, maupun kabupaten; 6. Melaporkan hasil pengendalian pelaksanaan Pelaksana Provinsi dan Tim Pelaksana Pusat. kepada Tim

Bab 3. Organisasi dan Pembagian Peran

Halaman 20

Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan Pedoman Pelaksanaan

3.4. KELEMBAGAAN TINGKAT KABUPATENPemerintah Kabupaten Pemerintah Kabupaten dalam hal ini Bupati, sebagai penanggung jawab pelaksanaan program di kabupaten. Tugas dari pemerintah kabupaten adalah mengkoordinasikan penyelenggaraan program PPIP di wilayah kerjanya. Tugas Pemerintah Kabupaten meliputi: 1. Mengkoordinasikan penyelenggaraan PPIP di wilayah kerjanya; 2. Membina dan mengendalikan penyelenggaraan PPIP di wilayah kerjanya; 3. Menunjuk dan mengajukan pejabat satuan kerja kepada Menteri PU; 4. Menyiapkan BOP pelaksanaan program. Tim Koordinasi/TKPKD Kabupaten Koordinasi antar instansi/antar sektor di tingkat kabupaten dilakukan oleh Tim Koordinasi PNPM Mandiri Kabupaten yang dibentuk di bawah koordinasi TKPKD Kabupaten melalui Surat Keputusan Ketua TKPKD Kabupaten yang anggotanya terdiri dari pejabat instansi terkait di daerah. Tugas Tim Koordinasi PNPM Mandiri Kabupaten, adalah sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. 6. Mengkoordinasikan substansi pedoman teknis operasional program-program PNPM Mandiri di kabupaten; Mengkoordinasikan penyusunan anggaran dan bantuan teknis berbagai kegiatan program sektor; Mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan PNPM Mandiri di kabupaten; Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan PNPM Mandiri kabupaten; Mensinergikan kegiatan pusat dan daerah; Memantau dan membantu penyelesaian berbagai permasalahan yang timbul di dalam pelaksanaan kegiatan serta mengambil tindakan/sanksi yang diperlukan; Melaporkan perkembangan kegiatan, hasil audit, dan evaluasiHalaman 21

7.

Bab 3. Organisasi dan Pembagian Peran

Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan Pedoman Pelaksanaan

kepada bupati; 8. Memastikan bahwa proses kegiatan sesuai dengan pedoman PNPM Mandiri.

Tim Pelaksana Kabupaten (TPK) Tim Pelaksana Kabupaten (TPK) terdiri dari Kepala Bidang Cipta Karya Dinas PU Kabupaten sebagai ketua, dengan anggotaanggota terdiri dari unsur Dinas PU Kabupaten dan aparat kecamatan. 1. 2. 3. 4. 5. Mengkoordinasikan TKPKD; penyelenggaraan program dan ditingkat

Memberi arahan dalam pelaksanaan program di wilayah kerjanya;

pengendalian

Memantau dan melakukan evaluasi pelaksanaan program di tingkat kabupaten; Mengadakan pertemuan dengan satker kabupaten dan aparat desa sekurang kurangnya dua kali dalam setahun; Menyusun Laporan Pelaksanaan PPIP di wilayahnya dan melaporkannya kepada Tim Pelaksana Provinsi.

Satuan Kerja Tingkat Kabupaten (Satker)/PPK PIP Kabupaten Kegiatan PPIP di tingkat kabupaten berada pada Satuan Kerja Pembangunan Infrastruktur Permukiman Kabupaten dimana Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) dan pejabat inti satuan kerja tersebut ditunjuk dan diangkat oleh Menteri PU. Penyelenggaraan PPIP di tingkat kabupaten dilaksanakan oleh Pejabat Pembuat Komitmen Pembangunan Infrastruktur Perdesaan (PPK PIP). PPK PIP tingkat kabupaten bertugas mengelola anggaran PPIP di tingkat kabupaten yang telah ditetapkan dalam Daftar Isian Proyek (DIPA). Tugas dan Fungsi PPK PIP Tingkat Kabupaten mengacu pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.02/PRT/M/2008, Tanggal 11 Februari 2008 tentang Pedoman Pelaksana Kegiatan Departemen Pekerjaan Umum Yang Merupakan Kewenangan Pemerintah dan Dilaksanakan Sendiri, SK Menteri PU, dan Pedoman Pelaksanaan ini. Satuan Kerja Tingkat Kabupaten bertugas untuk: 1. Mendukung Tim Pelaksana Kabupaten menyelenggarakan program di tingkat Kabupaten; dalam

Bab 3. Organisasi dan Pembagian Peran

Halaman 22

Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan Pedoman Pelaksanaan

2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Melakukan pencairan dan pengelolaan dana BLM; Melaporkan hasil pengendalian pelaksanaan kepada Tim Pelaksana Kabupaten; Membuat laporan dengan SAI dan E-Monitoring; Memeriksa dokumen pendukung pembentukan OMS dan KD; Melakukan koordinasi dengan Tim Ahli Manajemen Kabupaten (TAMK); Membantu TAMK dalam penyelesaian masalah yang muncul di wilayahnya; Memberi arahan kepada OMS.

3.5. PEMERINTAH KECAMATANPemerintah kecamatan dalam hal ini adalah perangkat daerah kabupaten sebagai pelaksana teknis kewilayahan yang dipimpin oleh camat dengan tugas umum meliputi: 1. 2. 3. 4. Mengkoordinasikan pemberdayaan masyarakat; Mengkoordinasikan lainnya; penerapan pedoman dan peraturan

Mengkoordinasikan pemeliharaan infrastruktur; Melakukan pembinaan kepada pemerintahan desa.

3.6. PEMERINTAH DESAPemerintah desa dalam hal ini adalah pemerintah desa dan Badan Permusyawaratan Desa sebagai penyelenggara urusan pemerintahan desa sesuai dengan peraturan yang ditetapkan. Pemerintah desa terdiri dari kepala desa dan perangkat desa mempunyai tugas untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan. Sedangkan BPD mempunyai tugas melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan pemerintahan desa serta menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat. Dalam penyelenggaraan PPIP tugas perangkat desa adalah sebagai berikut: 1. Mengkoordinasikan penyelenggaraan PPIP di wilayahHalaman 23

Bab 3. Organisasi dan Pembagian Peran

Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan Pedoman Pelaksanaan

kerjanya; 2. Menyelenggarakan Musyawarah Desa Persiapan (sosialisasi dan pembentukan OMS, KD) dan memfasilitasi musyawarah desa selanjutnya; Menjamin dan memfasilitasi keterlibatan perempuan/minoritas dan kaum miskin dalam setiap tahapan kegiatan; Memantau penerapan prinsip-prinsip PPIP; Membantu terbentuknya OMS, KPP dan KD melalui forum musyawarah tingkat desa; Membantu kelancaran proses penyusunan UPD dan RKM; Mengetahui dan menyetujui hasil perencanaan dan hasil pelaksanaan kegiatan; Melaksanakan pengendalian pelaksanaan kegiatan PPIP; Menjamin kegiatan; dan memfasilitasi transparansi pelaksanaan

3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

10. Menyiapkan POSKO OMS yang digunakan sebagai sekretariat program di desa; 11. Menandatangani Surat Pernyataan Penyelesaian Kegiatan (SP2K) yang dibuat oleh Ketua OMS; 12. Memfasilitasi KPP untuk pengawasan pelaksanaan kegiatan dan pengelolaan hasil infrastruktur terbangun; 13. Menerima infrastruktur terbangun dari pemerintah kabupaten dan meneruskan pengelolaannya kepada masyarakat melalui membina pelestarian hasil kegiatan dalam tahap pasca pelaksanaan; 14. Mendukung implementasi UPD melalui sinkronisasi program dan channeling ke stakeholders lainnya; 15. Membina OMS yang sudah terbentuk agar dapat berfungsi secara berkelanjutan dalam proses perencanaan partisipatif; 16. Membentuk KPP dalam pelaksanaan O & P; 17. Menandatangani serta mentaati Pakta Integritas bersama wakil masyarakat diketahui oleh Satker/PPK PIP tingkat kabupaten. Sedangkan BPD mempunyai tugas sebagai berikut: 1. 2. Mendorong partisipasi masyarakat; Membantu penanganan pengaduan;

Bab 3. Organisasi dan Pembagian Peran

Halaman 24

Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan Pedoman Pelaksanaan

3.

Melakukan pemantauan pelaksanaan kegiatan pemantauan terhadap kinerja perangkat desa.

dan

3.7. MASYARAKATMasyarakat desa sasaran merupakan pemilik PPIP sehingga masyarakat harus dapat memberikan dukungan dan berperan aktif selama penyelenggaraan program. Masyarakat merupakan pelaksana utama dalam pelaksanaan program di tingkat desa, sehingga keberhasilan program ini akan sangat tergantung pada peran aktif masyarakat tersebut baik dalam proses penyiapan masyarakat, sosialiasasi, perencanaan, pelaksanaan dan pemeliharaannya. Pengelolaan PPIP di tingkat desa dilaksanakan oleh OMS, KPP, dan KD yang dipilih dan dibentuk oleh masyarakat dalam musyawarah desa. Organisasi ini melaksanakan kegiatan pembangunan infrastruktur perdesaan mengacu pada pedoman yang sudah ditetapkan dengan didampingi dan dibimbing oleh fasilitator. Organisasi ini harus menyebarluaskan hasil pelaksanaan kegiatan kepada masyarakat luas melalui papanpapan informasi. OMS, KPP dan KD yang sudah dibentuk dalam PPIP ini diharapkan dapat berfungsi secara berkelanjutan. Organisasi ini diharapkan dapat membantu dalam pengembangan pembangunan di desanya atau mengimplementasikan PJM yang sudah ada melalui berbagai program pembangunan lainnya baik yang di biayai oleh pemerintah pusat, Provinsi, kabupaten atau masyarakat desa sendiri. Organisasi Masyarakat Setempat (OMS) OMS ditetapkan dalam Musyawarah Desa I. Disyaratkan tiap desa dibentuk 1 (satu) OMS atau dapat memanfaatkan organisasi yang sudah ada yang keanggotaannya disetujui melalui Musyawarah Desa I, kemudian disahkan oleh Kepala Desa. Apabila desa pernah melaksanakan program PPIP dan keanggotaan OMSnya berkinerja baik, disarankan agar masyarakat memakai keanggotaan yang sudah ada. Susunan OMS terdiri dari Ketua, Bendahara, Sekretaris, Tenaga Teknis, dan anggota. Keanggotaan OMS harus mengikutsertakan kaum perempuan minimal 40 persen. OMS dipilih oleh masyarakat melalui pemilihan, apabila pemilihan tidak mencapai konsensus maka dilakukan kesepakatan saatBab 3. Organisasi dan Pembagian Peran Halaman 25

Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan Pedoman Pelaksanaan

Musdes I. OMS antara lain bertugas untuk: 1. 2. 3. 4. Menandatangani dan mentaati pakta integritas yang disepakati bersama kepala desa dan wakil masyarakat; Mengidentifikasi permasalahan infrastruktur dan perekonomian di tingkat desa; Menyelenggarakan musyawarah desa dan rembug warga; Membantu dan memfasilitasi keterlibatan kaum perempuan, masyarakat miskin dan kaum minoritas dalam setiap tahapan kegiatan; Menyusun UPD dan RKM; Mengajukan RKM kepada Tim Pelaksana Kabupaten untuk diverifikasi; Menyusun perencanaan teknis dan RAB; Memfasilitasi pembentukan KPP; Melaksanakan kegiatan sesuai dengan RKM;

5. 6. 7. 8. 9.

10. Membuka rekening bantuan dana sosial (rekening harus dengan dual account, antara Ketua dan Bendahara OMS); 11. Menjamin dan memfasilitasi transparansi kegiatan; 12. Menandatangani kontrak kerja (oleh ketua OMS) dengan Pejabat PK (Pembuat Komitmen) PPIP dengan melampirkan: berita acara dan daftar hadir tahap Musdes Persiapan dan tahap Musdes Perencanaan; 13. Melakukan pengajuan pencairan kepada Satker/PPK dengan lampiran Laporan Pelaksanaan Kegiatan, Buku Kas tingkat desa yang dilengkapi nota/bukti pengeluaran dan foto kopi buku rekening bank OMS; 14. Membuat Laporan Buku Kas tingkat desa dan mengumpulkan bukti-bukti pengeluaran; 15. Menyusun laporan pencairan dana dan pengelolaan dana; 16. Memonitor pelaksanaan kegiatan fisik harian; 17. Menyusun laporan kemajuan pelaksanaan sesuai dengan format pedoman; 18. Menyelenggarakan rembug-rembug warga untuk membahas kemajuan dan permasalahan pelaksanaan kegiatan minimal seminggu sekali;Bab 3. Organisasi dan Pembagian Peran Halaman 26

Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan Pedoman Pelaksanaan

19. Menyebarluaskan laporan kemajuan kegiatan melalui media komunikasi yang ada di tingkat desa, papan informasi, dan media lainnya yang dapat diakses oleh semua pihak minimal seminggu sekali; 20. Menyusun laporan akhir/pertanggungjawaban pelaksanaan yang dibahas dalam Musdes IV; 21. Menyelenggarakan musyawarah desa IV; 22. Menyampaikan laporan akhir hasil Mudes IV kepada Satker Kabupaten; 23. Menyimpan seluruh dokumen perencanaan dan pelaksanaan secara baik untuk kepentingan audit. kegiatan

Gambar 3-2 Struktur Organisasi OMS OMS akan membentuk Tim Persiapan, Tim Pengadaan dan Tim Pelaksanaan. 1. Tim Persiapan Tim Persiapan dibentuk oleh OMS dan bertangung jawab langsung kepada OMS. Selain berisikan anggota OMS, juga berisikan relawan desa dan diusahakan setiap RT terwakilkan. Tim Persiapan bertugas untuk melaksanakan Survey Kampung Sendiri yaitu: 1. 2. Menyiapkan pemetaan swadaya: Membentuk Tim Inti Pemetaan Swadaya;

Bab 3. Organisasi dan Pembagian Peran

Halaman 27

Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan Pedoman Pelaksanaan

3. 4.

Mengikuti proses bimbingan Pemetaan Swadaya oleh FM; Mengkaji data sekunder masyarakat desa dan lingkungan tempat tinggal masyarakat desa, yang menyangkut topografi, tataguna lahan, mata pencaharian, dan lain-lain; Menyusun rancangan kajian Pemetaan Swadaya sebagai acuan untuk bekerja di lapangan; Melaksanakan Pemetaan Swadaya; Melaksanakan Sosialisasi Pemetaan Swadaya; Mengadakan pertemuan dengan warga; Mengumpulkan Informasi Lapangan;

5. 6. 7. 8. 9.

10. Mendokumentasikan Hasil Kajian; 11. Melaksanakan lokakarya desa untuk mengorganisasikan data dan Merumuskan Masalah Desa; 12. Mendokumentasikan hasil-hasil pengorganisasian dan perumusan masalah untuk di pakai sebagai dasar penyusunan Usulan Prioritas Desa (UPD). 2. Tim Pelaksana Terdiri dari tiga sampai lima orang anggota OMS yang memiliki keahlian teknis atau mempunyai kemampuan terhadap hal teknik dan pengalaman serta waktu untuk melaksanakan pembangunan fisik. Tim pelaksanaan dibentuk oleh OMS dan bertanggung jawab untuk memastikan bahwa penyelenggaraan dilaksanakan secara efisien. Tugasnya meliputi: 1. 2. Memastikan bahwa kegiatan sehari-hari yang direncanakan dilaksanakan sesuai dengan desain teknis dan RAB; Memfasilitasi penyediaan data dan dokumen pendukung yang berkaitan dalam pelaporan pelaksanaan kegiatan fisik dan keuangan; Memastikan bahwa pembangunan infrastruktur sesuai dengan pedoman teknis yang ada (standar mutu).

3.

3. Tim Pengadaan Barang dan Jasa

Bab 3. Organisasi dan Pembagian Peran

Halaman 28

Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan Pedoman Pelaksanaan

Untuk menunjang pelaksanaan pembangunan infrastruktur perdesaan, maka OMS membentuk Tim Pengadaan Barang yang mempunyai tujuan khusus dalam pengadaan material maupun untuk penyewaan alat berat. Tim Pengadaan dibentuk melalui Musyawarah Desa III. Tim Pengadaan bertugas dan bertanggung jawab langsung kepada OMS. Susunan tim adalah Ketua, Sekretaris, Bendahara, dan Anggota (2 orang). Kelompok Pemanfaat dan Pemelihara (KPP) KPP adalah organisasi warga masyarakat yang dapat terdiri dari unsur pemerintahan desa (selain Kepala Desa), perwakilan masyarakat desa yang berkepentingan selaku pengguna/pemanfaat infrastruktur, dan perwakilan masyarakat setempat. KPP dibentuk dalam Musyawarah Desa III yang pembentukannya difasilitasi oleh Fasilitator Masyarakat, disahkan oleh Kepala Desa dan diketahui oleh Tim Pelaksana Kabupaten.

Gambar 3.3 Struktur Organisasi KPP Tugas-tugas KPP adalah sebagai berikut: 1. 2. Memantau dan mengawasi pelaksanaan kegiatan; Melaksanakan rencana Operasional dan Pemeliharaan yang mencakup mekanisme pelaksanaan operasional dan pemeliharaan serta pendanaanya yang ditetapkan dalam Musdes III Menyusun rencana kerja dan mekanisme operasional danHalaman 29

3.

Bab 3. Organisasi dan Pembagian Peran

Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan Pedoman Pelaksanaan

pemeliharaan infrastruktur secara lebih detail. 4. Mengumpulkan dan mengelola dana untuk Operasional dan Pemeliharaan (O&P) yang diperoleh dari iuran warga, kas desa, bantuan APBD dan pihak-pihak lainnya. Membuka dan memelihara rekening bank untuk Dana O&P (terpisah dari rekening OMS). Rekening ini ditandatangani oleh Ketua KPP dan Bendahara (rekening bersama). Jumlah dana O & P ditetapkan dalam Musdes III. Jumlah dana yang dipersyaratkan dalam proses pencairan dana BLM adalah sebagai berikut: a. Simpanan Pertama: minimal 25% dari rencana pembiayaan operasi dan pemeliharaan per tahun yang besarannya ditetapkan dalam Musdes III; Simpanan Kedua: minimal 50% dari rencana pembiayaan operasi dan pemeliharaan per tahun; Simpanan Ketiga: 25% dari rencana pembiayaan operasi dan pemeliharaan per tahun.

5.

b. c. 6.

Melaporkan kegiatan pemanfaatan dan pemeliharaan serta penerimaan dan penggunaan dana KPP kepada masyarakat dan pemerintah desa.

Kader Desa Di masing-masing desa sasaran akan dipilih dan ditetapkan 1 (satu) orang Kader Desa yang akan mengkoordinasikan masyarakat dalam penyelenggaraan kegiatan ditingkat desa. Kader desa adalah warga setempat yang dinilai mampu mendorong partisipasi masyarakat dalam melaksanakan kegiatan PPIPsesuai dengan kriteria dan prinsip-prinsip yang ditetapkan. Pemilihan KD dilakukan saat Musdes I. Syarat-syarat kader desa antara lain: 1. 2. 3. 4. 5. Dikenal oleh seluruh lapisan masyarakat; Mempunyai citra yang baik dimata masyarakat; Menjadi panutan masyarakat; Tugas dan fungsi Kader desa antara lain: Sebagai mediator dan motifator bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam penyelenggaraan PPIP agar sesuaiHalaman 30

Bab 3. Organisasi dan Pembagian Peran

Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan Pedoman Pelaksanaan

dengan pedoman; 6. Melakukan pengawasan pelaksanaan kegiatan dan melakukan tindak turun tangan untuk penyelesaian permasalahan yang timbul; Mendampingi, mendorong masyarakat saat FM sudah tidak berada ditempat setelah terselesainya program.

7.

3.8. KONSULTAN MANAJEMENPenyelenggaan PPIP didukung oleh konsultan yang memberikan pendampingan manajemen, teknis dan pemberdayaan yang ditempatkan di tingkat Pusat, Provinsi, Kabupaten dan Desa. Konsultan Manajemen PPIP terdiri dari Konsultan Manajemen Pusat (KMP), Tenaga Ahli Manajemen Provinsi (TAMPR), dan Konsultan Manajemen Kabupaten (KMK). Konsultan Manajemen Pusat (KMP) bertugas untuk memberikan pendampingan manajemen dan dukungan teknis kepada Tim Pelaksana Pusat dalam penyelenggaraan program di tingkat pusat. KMP terdiri dari beberapa tenaga ahli yang bertugas untuk mendukung pelaksanaan program yang meliputi ruang lingkup pengembangan kapasitas, pemberdayaan masyarakat, manajemen, aspek teknis dan monitoring serta evaluasi program. Konsultan Manajemen Kabupaten (KMK) adalah konsultan pendamping di tingkat wilayah yang terdiri dari: i) Team Leader; dan ii) Tenaga Ahli di tingkat Kabupaten (TAMK). Tenaga Ahli Manajemen Provinsi (TAMPr) Pada tahap persiapan, TAMPr berkewajiban menyiapkan pelaksanaan sosialisasi, diseminasi dan pelatihan dengan narasumber dari TPP, KMP. TAMPr akan melakukan pendampingan dalam penyelenggaraan sosialisasi di tingkat Kabupaten. Pada tahap pelaksanaan, TAMPr bertanggung jawab melakukan pendampingan, supervisi dan monitoring, pengendalian pengelolaan keuangan di tingkat desa. untuk serta

TAMPr bertanggung jawab memberikan dukungan teknis dan manajemen dalam penyelenggaraan program pada tingkat Provinsi. Secara rinci tugas dan tanggung jawab TAMPr adalah: 1. Menyusun rencana kerja pelaksanaan program ditingkatHalaman 31

Bab 3. Organisasi dan Pembagian Peran

Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan Pedoman Pelaksanaan

provinsi dengan mengacu pada rencana kerja pelaksanaan program nasional; 2. Membantu TPPr dan tim pengarah provinsi dalam mensosialisasikan PPIP kepada stakeholder di provinsi dan kabupaten; Membantu Satker Provinsi dan Tim Pelaksana Provinsi dalam pengelolaan manajemen proyek mencakup progres fisik dan keuangan, serta penyaluran dana; Membantu TAMK dalam penyelenggaraan sosialisasi dan pemberdayaan di tingkat Kabupaten; Membimbing TAMK agar memahami prosedur dalam aspek perlindungan sosial, lingkungan, Quality Assurance, gender, partisipasi masyarakat dan penyebarluasan program serta pengendalian; Melakukan pemantauan untuk menjaga agar prosedur dalam aspek perlindungan sosial, lingkungan, Quality Assurance, gender, partisipasi masyarakat dan penyebarluasan program serta pengendalian dapat berjalan dengan baik sesuai dengan ketentuan; Melakukan pengendalian terhadap kinerja melaksanakan tugas dan kewajibannya; TAMK dalam

3.

4. 5.

6.

7. 8.

Membantu dalam pengelolaan pengaduan dengan memberikan saran penanganan pengaduan serta melakukan tindak lanjut dan melaporkan hasilnya kepada Tim Pelaksana Provinsi; Melakukan koordinasi dengan melaporkan pelaksanaan kegiatan kepada Tim Pelaksana Provinsi dan KMP;

9.

10. Memfasilitasi dan menyiapkan bahan rapat koordinasi rutin yang diselenggarakan setiap bulan oleh Tim Pelaksana Provinsi ditingkat provinsi dan menyampaikan notulen hasil rapat kepada Tim Pelaksana Pusat; 11. Melakukan konsolidasi laporan dalam database antara lain : (1), Baseline data, (2) keterlibatan kaum perempuan, (3) Peran serta masyarakat miskin,(4). Infrastruktur terbangun, (5). Swadaya masyarakat, (6) tenaga Kerja, (7). Titik koordinat lokasi infrastruktur. (8).pengumpulan SP2D dan SPM, (9).dll; 12. Melakukan evaluasi pelaksanaan program PPIP di tingkat provinsi dengan melakukan konsolidasi hasil evaluasi ditingkat kabupaten oleh TAMK;

Bab 3. Organisasi dan Pembagian Peran

Halaman 32

Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan Pedoman Pelaksanaan

13. Melakukan dokumentasi pada setiap tahapan pelaksanaan (sosialisasi, persiapan, perencanaan, pelaksanaan fisik dan pemeliharaan); 14. Menyusun laporan rencana kegiatan, laporan bulanan, laporan interim dan laporan akhir sesuai dengan ketentuan dalam kontrak serta melaporkannya kepada Tim Pelaksana Provinsi dan Tim Pelaksana Pusat melalui Satker Pusat. 15. Menyusun LMP (Laporan Manajemen Provinsi) berdasarkan konsolidasi laporan LMK (Laporan Manajemen Kabupaten) untuk disampaikan kepada Tim Pelaksana Provinsi; Konsultan Manajemen Kabupaten (KMK) Tenaga Ahli Manajemen Kabupaten (KMK) merupakan konsultan yang berada di wilayah kabupaten dan bertugas mendukung serta memfasilitasi pelaksanaan pengembangan kapasitas bagi para pelaksana program di tingkat kabupaten dan desa. Konsultan Manajemen Kabupaten (TAMK) bertanggung jawab langsung atas mutu pelaksanaan program di tingkat kabupaten dan melaporkan kepada Tim Pelaksana Kabupaten dan TAMPr. Secara rinci tugas dan tanggung jawab KMK adalah: 1. Menyusun rencana kerja pelaksanaan program di tingkat kabupaten dengan mengacu pada rencana kerja pelaksanaan program tingkat provinsi dan nasional; Membantu Tim Pelaksana Kabupaten dalam mensosialisasikan program PPIP kepada stakeholder di tingkat kabupaten dan desa; Membantu Satker Kabupaten dan Tim Pelaksana Kabupaten dalam pengelolaan manajemen proyek mencakup progres fisik dan keuangan, serta penyaluran dana; Mendampingi FM dalam penyelenggaraan sosialisasi dan pemberdayaan di tingkat kabupaten dan desa; Membimbing FM agar memahami prosedur dalam aspek perlindungan sosial, lingkungan, Quality Assurance, gender, partisipasi masyarakat dan penyebarluasan program serta pengendalian; Melakukan pemantauan untuk menjaga agar prosedur dalam aspek perlindungan sosial, lingkungan, Quality Assurance, gender, partisipasi masyarakat dan penyebarluasan program serta pengendalian dapat berjalan dengan baik sesuai denganHalaman 33

2.

3.

4. 5.

6.

Bab 3. Organisasi dan Pembagian Peran

Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan Pedoman Pelaksanaan

ketentuan; 7. 8. Melakukan pengendalian terhadap kinerja melaksanakan tugas dan kewajibannya; FM dalam

Membantu Tim Pelaksana Kabupaten dalam pengelolaan pengaduan dengan memberikan saran penanganan pengaduan serta melakukan tindak lanjut dan melaporkan hasilnya kepada Tim Pelaksana Kabupaten; Melakukan koordinasi dengan Tim Pelaksana Kabupaten dan TAMPr dengan melaporkan pelaksanaan kegiatan secara rutin dan terus menerus;

9.

10. Memfasilitasi dan menyiapkan bahan rapat koordinasi rutin yang diselenggarakan setiap dua mingguan oleh Tim Pelaksana Kabupaten di tingkat kabupaten dan menyampaikan notulen hasil rapat kepada Tim Pelaksana Provinsi; 11. Melakukan konsolidasi laporan FM dalam database antara lain: (1), Baseline data, (2) keterlibatan kaum perempuan, (3) peran serta masyarakat miskin,(4). Infrastruktur terbangun, (5) swadaya masyarakat, (6) tenaga kerja, (7). Titik koordinat lokasi infrastruktur. (8) Pengumpulan SP2D dan SPM, (9) dll; 12. Melakukan dokumentasi pada setiap tahapan pelaksanaan (sosialisasi, persiapan, perencanaan, pelaksanaan fisik dan pemeliharaan); 13. Menyusun laporan LMK (Laporan Manajemen Kabupaten) untuk disampaikan kepada Tim Pelaksana Kabupaten dan TAMPr; 14. Memberikan dukungan teknis dalam proses perencanaan kegiatan di tingkat desa; 15. Menyetujui Perencanaan dan RAB yang dibuat oleh OMS melalui Satker Kabupaten; 16. Melakukan bimbingan teknis dan administrasi (pelaporan dan keuangan) kepada FM di lapangan; 17. Melakukan supervisi dan monitoring kedesa-desa sasaran secara rutin; 18. Melakukan evaluasi pelaksanaan PPIP di tingkat kabupaten; 19. Melakukan koordinasi dan komunikasi dengan Tim Pelaksana Kabupaten, TAMPr; 20. Menyampaikan SP2D ke TAMPr paling lambat 10 hari setelah SP2D diterbitkan;Bab 3. Organisasi dan Pembagian Peran Halaman 34

Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan Pedoman Pelaksanaan

21. Memverifikasi dokumen perencanaan teknis infrastruktur desa yang direncanakan oleh OMS agar sesuai dengan Petunjuk Teknis yang ditetapkan; 22. Memfasilitasi penyusunan rencana Operasi dan Pemeliharaan; 23. Melakukan verifikasi dokumen pencairan agar sesuai dengan persyaratan dan ketentuan yang sudah ditetapkan; 24. Membimbing KPP dalam menyusun prosedur pemeliharaan dan rencana kerjanya.

3.9. FASILITATOR MASYARAKATFasilitator masyarakat (FM) merupakan pendamping masyarakat dalam melaksanakan kegiatan PPIP secara langsung di tingkat desa. Fasilitator masyarakat bertugas memberikan motivasi, bimbingan dan pembinaan kepada organisasi masyarakat, KD, dan KPP. Setiap tim FM terdiri dari dua orang yaitu satu orang fasilitator pemberdayaan, dan satu orang fasilitator teknis, yang ditugaskan untuk melakukan pendampingan di tiga desa sasaran. Dalam melaksanakan tugasnya, FM berkoordinasi dengan TAMK. Tugas FM secara umum meliputi: 1. 2. 3. 4. 5. Berkoordinasi dengan pemerintahan desa, masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan PPIP; dan tokoh

Melakukan sosialisasi dan menyebarluaskan program kepada seluruh masyarakat di tingkat desa; Memotivasi masyarakat untuk berpartisipasi dalam seluruh kegiatan; Melakukan verifikasi terhadap dokumen pencairan dana; Mengidentifikasi keanggotaan OMS, KPP, KD, dan pada tanggung jawab dan peranannya dalam pemberdayaan masyarakat; Melaksanakan pelatihan dan pembinaan untuk OMS, KPP, Kader Desa, para aparat desa dan Kepala Dusun; Secara khusus memberikan pembinaan kepada Kader desa sebagai pengganti FM pada saat program selesai; Berkoordinasi dengan TAMK, Tim Pelaksana Kabupaten, dan Satker kabupaten, untuk kelancaran kegiatan;Halaman 35

6. 7. 8.

Bab 3. Organisasi dan Pembagian Peran

Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan Pedoman Pelaksanaan

9.

Menyampaikan laporan bulanan kepada Satker Provinsi yang berisikan catatan harian yang dilengkapi dengan risalah Rapat Dua (2) Mingguan di tingkat kabupaten yang telah dilengkapi dengan tanda tangan PPK Kabupaten, Tim Pelaksana Kabupaten dan TAMK.

Tugas - tugas Fasilitator pemberdayaan dan teknik meliputi: Fasilitator pemberdayaan 1. Menyusun rencana kerja pelaksanaan program di tingkat desa dengan mengacu kepada rencana kerja pelaksana program di tingkat kabupaten; Melakukan sosialisasi dan rembug persiapan kepada kelompok-kelompok masyarakat, kaum perempuan, masyarakat miskin dan masyarakat lainnya secara luas; Memberikan pemahaman terkait dengan perlindungan sosial, perlindungan lingkungan,peran serta masyarakat khusunya masyarakat miskin dan kaum perempuan; Melakukan pendampingan musyawarah desa, rembug desa; Memberikan pelatihan kepada OMS, kader desa, dan KPP terkait dengan aspek penyiapan masyarakat dan mobilisasi masyarakat dalam pelaksanaan musyawarah dan rembug-rembug warga; Mendampingi dan memberdayakan masyarakat khususnya OMS/Pokmas/LKD, KD, KPP, relawan, dan aparat desa untuk melakukan identifikasi permasalahan kemiskinan dan kebutuhan untuk aspek ekonomi, sosial dan lingkungan masyarakat; Mendampingi masyarakat dalam menyusun UPD dan RKM desa; Membimbing dan mendampingi KPP dalam menyusun rencana operasi dan pemeliharaan infrastruktur terbangun; Menyusun laporan pelaksanaan kegiatan pada setiap tahapan program sesuai dengan format yang telah ditetapkan dan disampaikan kepada TAMK dan Tim Pelaksana Kabupaten;

2.

3.

4. 5.

6.

7. 8.

9.

10. Menyampaikan laporan bulanan FM ke Tim Pelaksana Kabupaten dan Satuan Kerja Provinsi yang berisikanBab 3. Organisasi dan Pembagian Peran Halaman 36

Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan Pedoman Pelaksanaan

konsolidasi catatan harian dan evaluasinya serta dilengkapi dengan notulensi rapat dua (2) mingguan di tingkat kabupaten yang telah ditandatangani oleh Tim Pelaksana Kabupaten; Fasilitator teknik: 1. Menyusun rencana kerja pelaksanaan program di tingkat desa dengan mengacu kepada rencana kerja pelaksana program di tingkat kabupaten; Melakukan sosialisasi dan rembug persiapan kepada kelompok-kelompok masyarakat, kaum perempuan, masyarakat miskin dan masyarakat lainnya secara luas; Memberikan pemahaman terkait dengan petunjuk teknis infrastruktur, penyusunan RAB, Penyusunan UPD dan manajemen proyek; Melakukan pendampingan musyawarah desa; Memberikan pelatihan kepada OMS, kader desa, dan KPP terkait dengan aspek teknis dan manajemen proyek serta pengawasan pelaksanaan; Mendampingi dan memberdayakan masyarakat khususnya OMS/Pokmas/LKD, KD, KPP, relawan, dan aparat desa untuk melakukan identifikasi permasalahan infrastruktur; Mendampingi masyarakat dalam menyusun UPD dan RKM desa; Membimbing dan mendampingi KPP dalam menyusun rencana operasi dan pemeliharaan infrastruktur terbangun; Menyusun laporan pelaksanaan kegiatan pada setiap tahapan program sesuai dengan format yang telah ditetapkan dan disampaikan kepada TAMK dan Tim Pelaksana Kabupaten;

2.

3.

4. 5.

6.

7. 8.

9.

10. Menyampaikan laporan bulanan FM ke Tim Pelaksana Kabupaten dan Satuan Kerja Provinsi yang berisikan konsolidasi catatan harian dan evaluasinya serta dilengkapi dengan notulensi rapat dua (2) mingguan di tingkat kabupaten yang telah ditandatangani oleh Tim Pelaksana Kabupaten;

Bab 3. Organisasi dan Pembagian Peran

Halaman 37

Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan Pedoman Pelaksanaan

11. Mendampingi masyarakat khususnya OMS, KPP dan aparat desa untuk melakukan identifikasi permasalahan kemiskinan dan kebutuhan infrastruktur; 12. Melakukan pendampingan teknis dalam penyusunan UPD dan RKM; 13. Melakukan verifikasi terhadap usulan UPD dan RKM; 14. Melakukan pendampingan teknis dalam penyusunan Perencanaan teknis dan RAB; 15. Melakukan pendampingan teknis dan pengawasan kepada OMS dan Kader Desa dalam pelaksanaan pembangunan infrastruktur; 16. Melakukan pendampingan teknis terhadap KPP dalam penyusunan mekanisme operasi dan pemeliharaan; 17. Melakukan koordinasi dan komunikasi dengan pengelola kegiatan di tingkat desa dalam penyelenggaraan program pada setiap tahapannya; 18. Memberikan masukan dan arahan aspek teknis kepada OMS dalam pengendalian dan pelaporan pelaksanaan.

Bab 3. Organisasi dan Pembagian Peran

Halaman 38

BAB 4 SUMBER PENDANAAN DAN MEKANISME PENCAIRAN DANA4.1. SUMBER DANADana untuk PPIP berasal dari: a. Dana Pemerintah (APBN) untuk membiayai BLM, gaji dan pelatihan fasilitator serta operasional Satker Provinsi dalam pengendalian dan pengawasan yang teralokasi di DIPA SNVT di tingkat provinsi. b. Dana Pemerintah Provinsi (APBD) sebesar 1% dari total

Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan Pedoman Pelaksanaan

BLM yang diterima untuk membiayai operasional Tim Pelaksana Provinsi dalam penyelenggaraan program yang teralokasi di DIPA SKPD di tingkat Provinsi. c. Dana Pemerintah Kabupaten (APBD) minimal sebesar 5% dari total BLM yang diterima untuk membiayai operasional Satker, Tim Pelaksana Kabupaten dalam pengendalian dan pengawasan yang teralokasi di DIPA SKPD di tingkat Kabupaten; d. Dana swadaya masyarakat untuk mendukung pelaksanaan musyawarah dan rembug-rembug desa, pemeliharaan dan pengembangan manfaat infrastruktur yang dibangun melalui PPIP.

4.2. PENERIMA DANA BLM1. Penerima dana BLM untuk BOX 4.1 pembangunan infrastruktur Dana operasional untuk biaya pedesaan adalah masyarakat desa perjalanan OMS, pembelian ATK, yang nama desanya termasuk materai, papan informasi, papan proyek, pelaporan, dokumentasi. Dana dalam daftar Desa Sasaran PPIP ini tidak diperuntukkan sebagai honor 2011 yang ditetapkan oleh Menteri OMS, Kader desa, dan pelaku Pekerjaan Umum. program lainnya. Jumlah dana untuk tiap desa sasaran ditetapkan sebesar Rp 250 juta. Dana ini sudah termasuk dana operasional OMS sebesar Rp 5 juta untuk melaksanakan persiapan, perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pelaporan.

2.

4.3. MEKANISME DAN PROSES PENCAIRAN DANAMekanisme Pencairan Dana Penyaluran dan pencairan dana kegiatan PPIP dilakukan melalui mekanisme sebagai berikut: a. Dana BLM kegiatan PPIP disalurkan ke masyarakat melalui rekening OMS. b. Ketua OMS bersama bendahara diwajibkan membuka rekeningBab 4. Sumber Pendanaan dan Mekanisme Pencairan Dana Halaman 40

Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan Pedoman Pelaksanaan

c.

d.

e.

f.

bantuan dana sosial di Bank Umum terdekat dengan lokasi desa atas nama OMS [Nama Desa]. OMS menyampaikan foto kopi buku rekening kepada PPK Pembangunan Infrastruktur Perdesaan Satker Pembangunan Infrastruktur Permukiman Kabupaten; Masing-masing pejabat Satker yaitu Kuasa Pengguna Anggaran, Pembuat Komitmen, Penguji Pembebanan dan Penandatangan SPM, Bendahara, menyampaikan nama dan spesimen tanda tangan serta menyampaikan cap dinas instansi penerbit SPM kepada KPPN setempat; Kontrak kerja ditandatangani oleh PPK Pembangunan Infrastruktur Perdesaan Satker Pembangunan Infrastruktur Permukiman Kabupaten dengan OMS; Pencairan dana untuk pembayaran Kegiatan PPIP dilakukan setelah KPPN setempat menerima Surat Perintah Membayar (SPM) dari Satker Pembangunan Infrastruktur Permukiman Kabupaten dengan ketentuan sebagai berikut: Tahap pertama (sebesar 40% dari nilai kontrak) dengan melampirkan: Kontrak Kerja dan fotokopi buku rekening bank milik OMS; Rencana penggunaan dana; Kuitansi tagihan tahap I; Foto kopi rekening KPP yang sudah terisi dana O&P tahap I. Tahap kedua (sebesar 30% dari nilai kontrak) apabila kemajuan fisik pelaksanaan kegiatan telah mencapai minimal 30%, dengan melampirkan: Laporan kemajuan fisik; Rencana penggunaan dana tahap II; Kuitansi tagihan tahap II; Foto kopi rekening KPP yang sudah terisi dana O&P tahap II Tahap ketiga (sebesar 30% dari nilai kontrak) apabila kemajuan fisik pelaksanaan kegiatan telah mencapai minimal 60%, dengan melampirkan: Laporan kemajuan fisik; Rencana penggunaan dana tahap III; Kuitansi tagihan tahap III; Bukti setoran dana O&P tahap III. Foto kopi rekening KPP yang sudah terisi dana O&P tahap IIIHalaman 41

Bab 4. Sumber Pendanaan dan Mekanisme Pencairan Dana

Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan Pedoman Pelaksanaan

g. Satker/PPK-PIP Kabupaten dapat melakukan penangguhan pencairan dana (untuk pencairan tahap II dan III) jika terjadi penyimpangan pelaksanaan kegiatan ataupun dana di lapangan sampai dengan penyelesaian permasalahan oleh lembaga pengawasan fungsional (Inspektorat Jenderal dan/atau BPKP); h. PPK di tingkat Kabupaten mengajukan Surat Perintah Pembayaran Langsung (SPP-LS) Pejabat Penanda tangan SPM yang dilengkapi dengan: Dokumen Kontrak/SPK asli yang mencantumkan nomor rekening masyarakat; Berita Acara Pemeriksaan Hasil Pekerjaan atau Berita Acara Penyelesaian Pekerjaan; Pakta Integritas tingkat desa; Rencana penggunaan dana yang telah diverifikasi oleh Fasilitator Masyarakat dan diketahui oleh TAMK; Laporan kemajuan fisik dan keuangan yang telah ditandatangani oleh Fasilitator Masyarakat; Berita Acara Pembayaran; Kuitansi yang disetujui oleh PA/Kuasa PA/Pejabat yang ditunjuk; Ringkasan kontrak; Bukti pendukung, berupa Buku Laporan Harian Pelaksanaan Kegiatan, Buku Kas Tingkat Desa, foto kopi Buku Rekening Bank, dan Bukti pengeluaran (nota-nota) untuk pencairan tahap II dan III. i. PA/Kuasa PA melakukan pencatatan penerimaan SPP-LS dalam buku pengawasan penerimaan SPP-LS dan menyerahkan tanda terima SPP-LS serta melakukan pemeriksanaan terhadap: kelengkapan berkas SPP-LS; keabsahan dokumen pendukung SPP-LS; ketersediaan pagu anggaran dalam BOX 4.2 DIPA untuk Informasi yang terdapat dalam SPP-LS memuat: Nomor dan Tanggal DIPA yang dibebankan; memperoleh keyakinan bahwa Nomor dan Tanggal Kontrak; tagihan tidak Jenis/lingkup pekerjaan, Jadwal penyelesaian pekerjaan; melampaui batas Nilai pembayaran yang diminta; Identitas penerima pembayaran (Nama orang/perusahaan, pagu anggaran; alamat, nomor rekening dan nama Bank); serta pencapaian Tanggal dan jatuh tempo pembayaran tujuan/sasaran

Bab 4. Sumber Pendanaan dan Mekanisme Pencairan Dana

Halaman 42

Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan Pedoman Pelaksanaan

kegiatan sesuai dengan spesifikasi teknis yang telah ditetapkan dalam kontrak; kebenaran atas hak tagih, yang menyangkut pihak yang ditunjuk untuk menerima pembayaran, nilai tagihan yang harus dibayar (prestasi kerja yang harus dibayar sesuai dengan spesifikasi teknis yang tercantum dalam kontrak), jadwal waktu pembayaran (yang tercantum dalam DIPA dan spesifikasi teknis dalam kontrak). j. PA/Kuasa PA menerbitkan Surat Perintah Membayar (SPM) rangkap 3 (tiga) yang dilaksanakan oleh Pejabat Penandatangan SPM dengan lembar kesatu dan kedua disampaikan kepada KPPN Pembayar, dan lembar ketiga sebagai pertinggal pada kantor satuan kerja yang bersangkutan; k. Dalam penyusunan SPM, satu desa untuk satu SPM, hal ini agar memudahkan dalam laporan pengelolaan administrasi keuangan; l. KPPN menerbitkan Surat Perintah Pencairan Dana atau SP2D yang ditujukan kepada kantor cabang Bank Indonesia/bank pemerintah yang telah ditunjuk. Penerbitan SP2D paling lambat dalam waktu 1 (satu) hari kerja sejak diterimanya SPM secara lengkap. Apabila berkas SPM tidak memenuhi persyaratan, pengembalian SPM dilakukan paling lambat 1 (satu) hari kerja sejak diterimanya SPM. Pengembalian Dana Apabila dijumpai penyelewengan dana oleh pelaku kegiatan, maka wajib mengembalikan dana BLM kepada masyarakat setempat untuk digunakan dalam kegiatan program. Mekanisme pencairan dana tergam bar pada Gambar 4-1 berikut.

Bab 4. Sumber Pendanaan dan Mekanisme Pencairan Dana

Halaman 43

Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan Pedoman Pelaksanaan

DESA

KECAMATAN KABUPATEN/KOTA

PROPINSI

PUSAT

Gambar 4-1. Mekanisme Arus Dana Dan Pencairan

Bab 4. Sumber Pendanaan dan Mekanisme Pencairan Dana

Halaman 44

BAB 5 KRITERIA TEKNIS INFRASTRUKTUR5.1. DAFTAR KEGIATAN YANG DILARANG (NEGATIVE LIST)PPIP membuka pilihan menu-menu peluang investasi bagi masyarakat. Pengecualiannya adalah aktivitas-aktivitas yang termasuk dalam negative list yang dilarang yaitu: semua program yang akan melibatkan lingkungan yang sensitif, kegiatan yang berbahaya dan kegiatan merusak, dianggap sebagai bagian dari daftar larangan dan tidak akan diizinkan. Berikut adalah daftar kegiatan yang tidak diijinkan: a. Program yang berlokasi di dalam atau sekitar daerah peka

Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan Pedoman Pelaksanaan

b.

c.

d.

e.

seperti: Taman nasional, cagar alam, suaka margasatwa, kebun raya, hutan konservasi, hutan lindung dan daerah aliran sungai; Cagar budaya nasional, tradisional/bangunan keagamaan; taman laut, garis pantai dan sistem gundukan pasir, hutan bakau, dan daerah-daerah rawa; Setiap kegiatan di dalam cagar alam atau daerah lain yang ditunjuk oleh Pemerintah Indonesia untuk pengelolaan dan/atau perlindungan keanekaragaman hayati, kecuali secara eksplisit sebelumnya sudah ada persetujuan tertulis dari instansi pemerintah yang bertanggung jawab terhadap pengelolaan dan/atau perlindungan yang ada di daerah; Pengadaan yang Berbahaya Pengadaan produk apapun yang mengandung asbes; Pengadaan pestisida atau herbisida; Kegiatan Destruktif: Pertambangan atau penggalian karang hidup; Pembangunan jalan menuju hutan lindung; Produksi, pengolahan, penanganan, penyimpanan atau penjualan tembakau atau produk yang mengandung tembakau; Pembangunan sumber daya air pada sungai-sungai, yang masuk atau keluar dari negara-negara lain; Pengubahan aliran sungai; Lain-Lain Reklamasi tanah yang lebih besar dari 50 hektar (ha); Konstruksi penampungan atau penyimpanan air dengan kapasitas penyimpanan yang lebih besar dari 10.000 meter kubik; Penggunaan dana untuk pembelian tanah apapun; dan Kegiatan ekonomi yang melibatkan perputaran dana.

5.2. STANDAR TEKNIS UNTUK PROGRAM INFRASTRUKTURKriteria untuk Prasarana Jalan, Jembatan, dan Jalan Setapak Kriteria umum Infrastruktur Jalan dan Jembatan Pembangunan jalan dan jembatan pedesaan mempertimbangkanBab 5. Kriteria Teknis Infrastruktur Halaman 46

Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan Pedoman Pelaksanaan

kriteria umum sebagai berikut: a. Lahan untuk ruang milik jalan telah tersedia; b. Berorientasi pada pengembangan wilayah dan dapat berperan untuk membuka isolasi desa (jalan poros/penghubung desa); c. Menghubungkan pusat kegiatan (pasar, TPI, sentra produksi) ke outlet (jalan poros desa lain / jalan dengan fungsi lebih/sungai/laut/ feri); d. Jalan yang akan memberikan kemudahan akses-terutama untuk perempuan- ke sarana kesehatan dan sarana pendidikan; e. Memenuhi standar teknis infrastrurktur jalan dan jembatan pedesaan; f. Desain teknis yang memperhatikan masalah gender, misalnya fitur-fitur yang meningkatkan keselamatan dan kenyamanan bagi pengguna infrastuktur perempuan; g. Harus fungsional; h. Menguntungkan masyarakat miskin. Landasan Teknis untuk Seleksi atau Prioritas adalah sebagai berikut: a. Kebutuhan dan prioritas yang berbeda antara laki-laki dan perempuan untuk jalan, jembatan, dan tambatan telah ditetapkan dengan baik (misalnya kebutuhan untuk akses ke pasar atau yang lebih penting akses ke pelayanan kesehatan dan pendidikan); b. Masyarakat telah membahas dan menyetujui pada prioritas kriteria (misalnya nilai ekonomis tinggi dari layanan harus menjadi salah satu kriteria tetapi tidak menjadi satu-satunya kriteria dalam prioritas); c. Desain teknis harus berisi fitur yang memperhatikan masalah gender misalnya penyediaan lampu untuk meningkatkan keselamatan pengguna fasilitas perempuan dan anak-anak); d. Konstruksi sederhana dengan mempertimbangkan sumberdaya setempat (tenaga kerja, bahan, peralatan dan teknologi) dan dapat dilaksanakan oleh OMS. Untuk konstruksi yang khusus dan tidak terdaftar dalam Pedoman PPIP : Pembangunan jembatan dengan panjang > 10 meter, OMS harus menyiapkan proposal teknis dan rencana teknis, yang disetujui oleh Kepala Dinas Teknis Kabupaten. Komponen Modul dan Spesifikasi Teknis adalah sebagai berikut: Jenis Konstruksi jalan yang dapat dipilih untuk pelaksanaan: e. Jalan Tanah yang dipadatkan;Bab 5. Kriteria Teknis Infrastruktur Halaman 47

Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan Pedoman Pelaksanaan

f. g. h. i. j.

Jalan dengan Lapis Pasir-Batu / Kerikil (sirtu); Jalan dengan Lapis Telford; Jalan dengan Laburan Aspal (Buras); Jalan dengan Lapis Penetrasi Makadam (Lapen). Untuk jenis konstruksi jalan selain dari yang telah disebutkan di atas, diperlukan konsultasi mendetail dengan Tim Pelaksana Kabupaten; k. Dilengkapi dengan drainase (saluran tepi/gorong-gorong/got); l. Konstruksi jembatan berupa konstruksi sederhana Pembangunan jembatan baru dengan konstruksi sederhana dapat berupa jembatan pelat, jembatan kayu, jembatan beton dan jembatan gantung (gelagar sederhana). Pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan perdesaan dapat berupa pilihan lain dan tidak terbatas hanya pada pilihan di atas. Kriteria Untuk Tambatan Perahu Tambatan perahu merupakan terminal yang menghubungkan jalan darat dengan sistem transportasi sungai, laut dan danau. Tambatan perahu juga dapat berupa bagian kelengkapan sistem pelayanan masyarakat, baik yang sudah ada maupun yang akan dibangun mencakup tempat pelelangan ikan, dermaga bongkar muat, tempat rekreasi, lokasi parkir umum, gudang dan jalan penghubung antar tambatan perahu dengan perumahan dan permukiman. Persyaratan penentuan lokasi: a. b. c. d. e. Tidak mudah erosi; Pada bagian sungai yang lurus; Lalu lintas perahu dan kegiatan berada di sekitar tambatan perahu; Sekitar lokasi harus bersih; Lokasi untuk penempatan bahan bangunan, tempat kerja dan tambatan perahu harus tersedia; f. Menguntungkan masyarakat miskin di desa. Spesifikasi teknis jalan desa dan jembatan desa dapat dilihat pada Buku Pedoman Sederhana Pembangunan Infrastruktur Jalan dan Jembatan di Perdesaan beserta tambahannya. Untuk jenis konstruksi yang spesifikasinya tidak terdapat pada buku pedoman tersebut dapat mengacu pada Standar Teknis Jalan dan Jembatan lainnya yang diterbitkan oleh KementerianBab 5. Kriteria Teknis Infrastruktur Halaman 48

Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan Pedoman Pelaksanaan

Pekerjaan Umum. Kriteria Infrastruktur Air Minum Pembangunan infrastruktur air minum perdesaan dilakukan dengan memperhatikan kriteria-kriteria sebagai berikut: a. Diperuntukkan bagi masyarakat miskin yang rawan air minum, yaitu desa yang air tanah dangkalnya tidak layak minum karena payau/asin atau langka dan selalu mengalami kekeringan pada musim kemarau; b. Meringankan perempuan dari perjalanan jauh dan mengantri air untuk membebaskan waktu mereka sehingga dapat dipakai kegiatan produktif lainnya; c. Daerah tersebut memiliki potensi air tanah dalam, sungai atau mata air yang berjarak kurang lebih 3 km dari permukiman; d. Untuk daerah yang tidak mempunyai potensi sumber air baku sebagaimana disebutkan pada butir 2 di atas, daerah tersebut memiliki curah hujan minimal 2.000 mm/tahun; e. Untuk daerah yang tidak sesuai dengan kriteria sebagaimana tertuang pada poin 2 dan 3 di atas dan atau merupakan daerah yang berada pada kepulauan, daerah tersebut dapat memanfaatkan potensi sumber air baku air laut melalui proses destilasi. Komponen modul berikut digunakan: a. Komponen Perlindungan mata air (PMA) Bangunan Penangkapan Mata Air: Tipe A (artesis Terpusat) atau Tipe B (artesis tersebar) atau Type C (artesis Vertikal) atau Tipe D (Gravitasi Kontak); Pompa (untuk PMA sistem pemompaan): Pompa Benam (submersible) atau pompa sentrifugal; Sumber Daya Listrik (untuk PMA sistem pemompaan) PLN atau generator set; Pemipaan dan Perlengkapannya: Diameter 1 "sampai 4"; Hidran umum (HU): Tiga tangki HU masing-masing dengan 3 m kapasitas. b. Komponen Sumur Dalam (SD) Bangunan Sumur Dalam: Diameter pipa mangkuk (casing) minimal 4"; Pompa Benam (submersible) atau pompa sentrifugal;Bab 5. Kriteria Teknis Infrastruktur Halaman 49

Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan Pedoman Pelaksanaan

Sumber Daya Listrik: PLN atau generator set; Pemipaan dan perlengkapannya: Diameter 1 "sampai 4"; Hidran umum (HU): Tiga tangki HU masing-masing kapasitas 3m; Bangunan Rumah Pompa/Generator Set. c. Komponen Instalasi Pengolahan Air Sederhana (IPAS) Bangunan Pengambilan Air Baku Tipe Sumuran atau Tipe Jembatan atau Tipe Sadap Sungai atau Tipe Terapung; Bangunan Pengolah air: Pengolahan Lengkap atau Saringan Langsung atau Saringan Pasir Lambat atau Saringan Pasir Cepat atau kombinasi di antaranya; Pompa: Pompa Benam (submersible) atau pompa sentrifugal; Sumber Daya Listrik: PLN atau generator set; Pemipaan dan Perlengkapannya: Diameter 1 "sampai 4"; Hidran umum (HU): Tiga tangki HU masing-masing kapasitas 3 m; Bangunan Rumah Pompa/Generator Set. d. Komponen Penampung Air Hujan (PAH) Bangunan Penampung Air Hujan: kapasitas minimum 50 m; Pompa Tangan sebanyak tiga (3) unit setiap bangunan PAH atau pompa listrik kapasitas 17 liter/menit untuk satu unit; Sumber Daya Listrik: PLN atau generator set. Spesifikasi Teknis berikut digunakan: a. Bangunan Penampung Air Hujan Terbuat dari fiberglass, atau pasangan batu bata yang dilengkapi dengan geomembran/Geo-tekstil; b. Pemipaan dan Perlengkapannya Untuk Pipa PVC sesuai standar SNI 06-0084-1987-A/SII-0344-1982; Untuk pipa Poly Ethylene (PE) sesuai standar SNI 06-4829-1998/ISO 4427,96; Untuk Pipa galvanis (GIP) menggunakan kelas medium sesuai British Standard 1387; c. Hidran umum Terbuat dari bahan fiberglass (FG), atau Poly Ethylene (PE) atau pasangan bata/batu; Untuk bahan fiberglass (FG) tebal badan, dasar dan dinding tangki minimal 3 mm; d. Pompa Kapasitas dan tekanan (head) pompa disesuaikan dengan kebutuhan setempat;Bab 5. Kriteria Teknis Infrastruktur Halaman 50

Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan Pedoman Pelaksanaan

e. Power Supply Besar daya listrik disesuaikan dengan kebutuhan setempat; f. Bangunan Rumah Pompa/Generator Set Ukuran 3 x 4 m; Konstruksi dinding tembok/bata, atap seng. Spesifikasi teknis air minum perdesaan dapat dilihat pada Buku Pedoman Sederhana Bangunan Air Minum dan Sanitasi di Perdesaan beserta tambahannya.

Kriteria Infrastruktur Irigasi Pedesaan Pembangunan infrastruktur irigasi perdesaan dilakukan dengan memperhatikan kriteria-kriteria sebagai berikut: a. Irigasi pedesaan adalah irigasi yang dikelola oleh masyarakat; b. Luas area irigasi pedesaan sekitar 60-100 hektar; c. Bukan bagian dari irigasi teknis atau irigasi yang telah masuk inventarisasi Dinas Pengairan; d. Kategori kegiatan adalah pemeliharaan rutin, pemeliharaan berkala dan peningkatan; e. Jenis infrastruktur: bangunan pengambilan, saluran, bangunan air, dan bangunan pelengkap; f. Fasilitas irigasi akan menguntungkan petani miskin, laki-laki dan perempuan di desa; g. Adanya peningkatan partisipasi perempuan pada pembangunan dan pemeliharaan irigasi.

Pemilihan solusi teknis untuk mempertimbangkan hal berikut: a. b. c. d. e. f. Kebutuhan Pelayanan; Sumber air baku; Kualitas dan kuantitas air baku; Peta geo-hidrologi; Data curah hujan; Data geologi.

irigasi

pedesaan

harus

Bab 5. Kriteria Teknis Infrastruktur

Halaman 51

Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan Pedoman Pelaksanaan

Komponen Modul dan Spesifikasi Teknis adalah sebagai berikut: a. Irigasi Desa Irigasi yang dimaksud adalah irigasi yang dikelola oleh masyarakat; Luas areal daerah irigasi pedesaan maksimum 150 hektar; Bukan bagian dari irigasi teknis atau irigasi yang telah masuk dalam inventaris Dinas Pengairan. b. Embung Berada di daerah tadah hujan dengan luas maksimal 100 ha; Kolam embung berkapasitas maksimum 100.000 m; Tinggi embung maksimum 5 m; Jenis embung tipe urugan; Pelimpah tanah, berupa saluran terbuka kapasitas paling besar/sama dengan banjir 50 tahunan; Embung milik masyarakat, dikelola oleh masyarakat, dan tidak termasuk dalam inventarisasi Kementrian Dinas PU; Waktu Pelaksanaan 3 Bulan. c. Bendung Sederhana Bendung sederhana dapat dibuat dari cerucuk, bronjong, beton dan pasangan batu; Panjang bendung maksimum 10 m; Tinggi bendung maksimum 3 m, khusus bahan cerucuk tinggi maksimum 1 m; Debit banjir rencana maksimum 30 m/detik; Waktu pelaksanaan 3 bulan; Peralatan yang dibutuhkan dapat menyewa: miniroller, stamper, dump truck. d. Air Tanah/Mata Air Dapat untuk meningkatkan pelayanan air irigasi seluas maks 15 ha dan air baku untuk 500 KK; Dapat untuk memenuhi kebutuhan minum ternak. Spesifikasi teknis irigasi perdesaan dapat dilihat pada Buku Pedoman Sederhana Bangunan Pengairan di Perdesaan beserta tambahannya.

Bab 5. Kriteria Teknis Infrastruktur

Halaman 52

Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan Pedoman Pelaksanaan

Kriteria Infrastruktur Sanitasi Pedesaan Kriteria untuk pembangunan infrastruktur sanitasi pedesaan adalah sebagai berikut: a. Memenuhi persyaratan kesehatan dan keselamatan bagi masyarakat umum; b. Memastikan bahwa sistem yang akan direncanakan adalah sistem sanitasi yang terbaik yang dapat diterapkan di daerah tersebut; c. Pelaksanaan pembangunan sistem sanitasi terpilih harus dilaksanakan dengan biaya yang paling efektif; d. Sistem sanitasi terpilih merupakan kesatuan dari setiap bagian sistem yang dapat beroperasi secara terintegrasi; e. Merupakan infrastruktur sanitasi komunal yang dapat dimanfaatkan langsung oleh masyarakat; f. Sistem sanitasi yang menghargai bahwa perempuan mempunyai kebutuhan sanitasi khusus.

Pemilihan solusi teknis untuk mempertimbangkan hal berikut:

sanitasi

pedesaan

harus

a. Mengurangi, bukan menghilangkan, bau yang menyengat yang biasanya dihasilkan dari proses pembusukan dari sistem sanitasi yang terbangun; b. Mencegah lalat atau serangga lain keluar masuk ke dalam bagian/elemen dari sistem sanitasi; c. Terjangkau oleh masyarakat penggunanya; d. Higienis, mudah dalam penggunaan dan pemeliharaannya oleh masyarakat umum.

Komponen Modul yang dipergunakan Mandi Cuci Kakus (MCK) 10-20 orang, dengan ketentuan: Kamar mandi dengan atap, pintu, dinding, bak air, lantai, ventilasi dan penerangan dan drainase ke sumur peresapan; Sumber air bersih dan pipa penyalur air; Sumur pompa tangan/mesin ataupun sumur gali; Kelengkapan tempat cuci 12 m; Kakus dengan komponen leher angsa, tangki septik/cubluk dilengkapi sumur peresapan, plat jongkok dan pipa saluran.

Bab 5. Kriteria Teknis Infrastruktur

Halaman 53

Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan Pedoman Pelaksanaan

Spesifikasi teknis sanitasi perdesaan dapat dilihat pada Buku Pedoman Sederhana Bangunan Air Minum dan Sanitasi di Perdesaan beserta tambahannya.

Bab 5. Kriteria Teknis Infrastruktur

Halaman 54

BAB 6 TAHAPAN PELAKSANAAN6.1. UMUMPelaksanaan PPIP dilaksanakan melalui serangkaian tahapan kegiatan yang saling terkait. Adapun tahapan kegiatan yang dilakukan di tingkat desa secara umum adalah: a. Tahap Penyiapan dan mobilisasi kegiatan: 1. Rembug Penyiapan Warga; 2. Sosialisasi dan Penandatanganan Pakta Integritas; 3. Musyawarah Desa I (pembentukan OMS serta pemilihan KD). b. Tahap Perencanaan Partisipatif, terdiri atas kegiatan: 1. Survey Kampung Sendiri; 2. Identifikasi Permasalah dan Pemetaan Kemiskinan; Masyarakat, terdiri atas

Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan Pedoman Pelaksanaan

3. Musyawarah Desa II (perumusan prioritas masalah, perumusan Usulan Prioritas Desa (UPD) dan RKM serta pemilihan jenis infrastruktur yang akan dibangun); 4. Penyusunan Usulan Prioritas Desa; 5. Penyusunan Usulan RKM; 6. Verifikasi RKM; 7. Finalisasi RKM; 8. Penyusunan Rencana Teknis dan RAB. c. Tahap Pelaksanaan Fisik, terdiri atas kegiatan: 1. Musyawarah Desa III (rencana pelaksanaan pembangunan infrastruktur dan pembentukan KPP); 2. Penandatanganan Kontrak Kerja; 3. Pelaksanaan Pembangunan Infrastruktur; 4. Pengawasan Pelaksanaan Pembangunan Infrastruktur; 5. Informasi Pelaksanaan/Pelaporan Kegiatan; 6. Rembug Warga Pelaksanaan. d. Tahap Pasca Pelaksanaan Fisik, terdiri atas kegiatan: 1. Musyawarah Desa IV (laporan pertanggungjawaban OMS tentang hasil pelaksanaan kegiatan); 2. Serah Terima Infrastruktur Terbangun; 3. Operasi dan Pemeliharaan.

6.2. TAHAP PENYIAPAN DAN MOBILISASI MASYARAKATDi dalam PPIP, masyarakat desa merupakan aktor utama pelaksana kegiatan di tingkat desa. Oleh karena itu perlu dilakukan persiapan yang matang bagi keterlibatan masyarakat. Melalu tahapan ini diharapkan agar di dalam diri masyarakat dapat tumbuh rasa memiliki dan rasa tanggung jawab terhadap program. Selain itu agar masyarakat dapat benar-benar mengerti akan tujuan, sasaran, prinsip-prinsip serta nilai-nilai program. Beberapa kegiatan yang dilakukan dalam Tahap Persiapan dan mobilisasi masyarakat adalah:Bab 6. Tahapan Pelaksanaan Halaman 56

Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan Pedoman Pelaksanaan

Rembug Penyiapan Warga

Rembug Penyiapan Warga dilakukan melalui serangkaian kegiatan-kegiatan rembug/rapat atau pertemuanpertemuan baik pertemuan kelompok, keagamaan, arisan, maupun pertemuanpertemuan lain yang ada di desa sasaran. Rembug warga dilakukan melalui beberapa pertemuan di masyarakat dengan melibatkan perempuan dan masyarakat miskin. Peran FM dalam pelaksanaan kegiatan rembug warga ini antara lain sebagai: 1. Pihak yang mengundang untuk pertemuan, misalnya dengan mengundang kelompok miskin dan kelompok perempuan dalam pertemuan di salah satu rumah warga. 2. Pihak yang menghadiri kegiatan yang sedang dilaksanakan oleh masyarakat, misalnya: arisan, pengajian, dll. 3. Pihak yang berkunjung secara informal atau bertemu dengan individu/warga masyarakat, misalnya: tokoh masyarakat, tokoh agama, guru atau masyarakat umum.