Kata Pengatar
Pertama-tama saya ucapkan puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa karena telah
membimbing saya dari awal hingga akhir dalam pembuatan makalah ini. Dan tak lupa saya
mengucapkan terimakasih terhadap dosen yang telah membimbing saya dalam pembuatan makalah
ini, serta kepada teman-teman saya yang telah mendukung saya dalam pembuatan makalah ini.
Semoga apa yang telah saya buat dalam makalah ini dapat berguna bagi para pembaca dan dapat
menambah pengetahuannya lagi.
Saya menyadari bahwa makalah yang saya buat ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu
saya meminta Saudara-saudara sekalian untuk meminta kritik dan saran dari Anda.
Akhir kata saya mengucakan terimakasih atas perhatiannya dan selamat membaca.
Jakarta, 22 Oktober 2010
Levina Septembera
Pendahuluan• Latar Belakang Masalah
Perilaku adalah hasil pengalaman dan proses interaksi dengan lingkungannya, yang
diwujudkan dalam bentuk pengetahuan, sikap, tindakan sehingga diperoleh keadaan seimbang
antara kekuatan pendorong dan kekuatan penahan. (Lewit)
Perilaku adalah faktor terbesar kedua setelah faktor lngkungan yang mempengaruhi kesehatan
individu, kelompok, atau masyarakat .(Blum, 1974)
Perlakuan seseorang dapat berubah jika terjadi ketidakseimbangan antara kedua kekuatan di dalam
diri seseorang, dan berdasarkan penelitian yang serta literatur, didapatkan bahwa perilaku
masyarakat yang erat kaitannya dengan upaya peningkatan pengetahuan masyarakat yang terbentuk
melalui kegiatan yang disebut pendidikan kesehatan.
Perilaku (manusia) adalah semua tindakan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung
maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar.
• Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini agar kita dapat lebih mengetahui dan
mengenal tentang perilaku sehat, teori perubahan perilaku (Prekontemplasi,
Kontemplasi, Persiapan, Tindakan, Pemeliharaan) dan juga pola hidup yang
sehat.
ISIA. Perilaku
Dalam kehidupan masyarakat ada yang dinamakan pola perilaku. Pola perilaku adalah suatu cara
masyarakat bertindak atau berkelakuan yang sama dan harus di ikuti oleh semua anggota
masyarakat tersebut.
Pengertian
Perilaku adalah hasil pengalaman dan proses interaksi dengan lingkungannya, yang diwujudkan
dalam bentuk pengetahuan, sikap, tindakan sehingga diperoleh keadaan seimbang antara kekuatan
pendorong dan kekuatan penahan. (Lewit)
Perilaku adalah faktor terbesar kedua setelah faktor lngkungan yang mempengaruhi kesehatan
individu, kelompok, atau masyarakat .(Blum, 1974)
Perlakuan seseorang dapat berubah jika terjadi ketidakseimbangan antara kedua kekuatan di dalam
diri seseorang, dan berdasarkan penelitian yang serta literatur, didapatkan bahwa perilaku
masyarakat yang erat kaitannya dengan upaya peningkatan pengetahuan masyarakat yang terbentuk
melalui kegiatan yang disebut pendidikan kesehatan.
Pengertian perilaku dilihat dari Segi Biologis
Perilaku (manusia) adalah semua tindakan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati
langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar.
Pengertian perilaku dilihat dari Segi Psikologis
Menurut Skiner (1938), perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus
(rangsangan dari luar). Pengertian itu dikenal dengan teori S-O-R (stimulus-organisme-respons).
Skinner membedakan respons menjadi dua jenis, yaitu respondent response (reflexive) dan
Operant response atau instrumental response.
1. Respondent response atau reflexive
Respondent response merupakan tanggapan yang ditimbulkan oleh rangsangan stimulus tertentu.
Stimulus semacam ini disebut eliciting stimulation, yang bisa menimbulkan respons atau tanggapan
yang relatif tetap, contohnya : ketika seseorang berkeinginan untuk makan karena melihat makanan
yang lezat, dan cahaya yang menyilaukan menyebabkan mata tertutup. Respons ini juga merupakan
respons emosi atau perilaku emosional, contohnya : ketika kita mendengar musibah, kita akan
merasa sedih atau ketika kita lulus ujian kita akan merasa gembira. Tetapi kemungkinan dari respon
ini sangatlah kecil.
2. Operant response atau instrumental rseponse
Operant response merupakan tanggapan yang berjalan dengan timbul dan berkembang, kemudian
diikuti dengan stimulus tertentu atau perangsang tertentu. Sebagai contoh : seorang mahasiswa
belajar dengan tekun (respon tanggungjawab) sehingga mahasiswa tersebut mendapatkan nilai yang
bagus (stimulus baru), dan menghasilkan ia mendapatkan beasiswa dan ia akan tambah giat dalam
belajar. Sebagian besar perilaku manusia adalah operant response. Oleh karena itu untuk
membentuk jenis respons atau perilaku perlu diciptakan suatu kondisi yang disebut operant
conditioning, yaitu dengan menggunakan urutan-urutan komponen penguat berupa hadiah.
Prosedur pembentukan perilaku dalam operant conditioning menurut Skiner
(Notoatmodjo, 2003;Sunaryo;2004) antara lain sebagai berikut.
Langkah pertama: melakukan pengenalan terhadap sesuatu penguat, berupa
hadiah atau reward.
Langkah kedua: melakukan analisis untuk mengindentifikasi bagian-bagian
kecil pembentuk perilaku yang diinginkan, selanjutnya disusun dalam urutan
yang tepat menuju perilaku yang diinginkan.
Langkah ketiga: menggunakan bagian-bagian kecil perilaku, yaitu sebagai
berikut.
Bagian-bagian perilaku disusun secara urut dan dipakai sebagai tujuan
sementara.
Mengenal penguat atau hadiah untuk masing-masing bagian
Membentuk perilaku dengan bagian-bagian yang telah tersusun tersebut.
Jika bagian perilaku pertama telah dilakukan, hadiah akan diberikan sehingga
tindakan tersebut sering dilakukan
Akhirnya akan dibentuk perilaku kedua dan seterusnya sampai terbentuk
perilaku yang diharapkan.
Pembagian perilaku dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus
Perilaku tertutup(convert behavior)
Respon seseorang terhadap stimulus sifatnya masih tertutup. Respon ini
masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan atau kesadaran dan
sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut (misalnya
mengetahui bahaya rokok, tetapi ia masih merokok, mahasiswa mengatahui
pentingnya belajar untuk kepentingan kuliahnya).
2. Perilaku terbuka(overt behavior)
Respon seseorang terhadap stimulus bersifat terbuka dalam bentuk tindakan
nyata, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat orang lain misalnya
membaca buku pelajaran membaca buku pelajaran, rajin belajar, berhenti
merokok, dan selalu memeriksa kehamilan bagi ibu hamil.
Perilaku kesehatan
Perilaku kesehatan adalah suatu respons seseorang (organisme) terhadap
stimulus atau objek yang berhubungan dengan sakit dan penyakit, sistem
pelayanan kesehatan, makanan dan minuman serta lingkungan. Masing-
masing unsur dalam perilaku kesehatan tersebut dapat dijelaskan sebagai
berikut
• Unsur-unsur dalam perilaku kesehatan
1. Perilaku terhadap sakit dan penyakit
Perilaku terhadap sakit dan penyakit merupakan respon internal dan eksternal
seseorang dalam menanggapi rasa sakit dan penyakit baik dalam bentuk
respon tertutup (sikap, pengetahuan) maupun dalam bentuk respon terbuka
(tindakan nyata).
2. Perilaku peningkatan dan pemeliharaan kesehatan
Perilaku seseorang untuk memelihara dan meningkatkan daya tahan tubuh
terhadap masalah kesehatan. Sebagai contoh, melakukan senam pagi setiap
hari jumat bagi pegawai negeri, kebiasaan sarapan pagi, makan makanan
bergizi seimbang, dan melakukan meditasi.
3. Perilaku pencegahan penyakit (health prevention behavior)
Segala tindakan yang dilakukan seseorang agar dirinya terhindar dari penyakit,
misalnya imunisasi pada balita, melakukan 3M, dan pendekatan spiritual untuk
mencegah seks bebas pada remaja
4. Perilaku pencarian pengobatan (health seeking behavior)
Perilaku ini menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita
penyakit atau kecelakaan, mulai dari mengobati sendiri sampai mencari
bantuan ahli. Contohya, individu pergi kepelayanan kesahatan saat sakit,
membeli obat dari warung atau toko obat, berobat kepelayanan traisional.
5. Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan
Perilaku ini merupakan respon individu terhadap sistim pelayanan kesehatan,
perilaku terhadap petugas, dan respon terhadap pemberian obat-obatan.
Respon ini terwujud dalam bentuk pengetahuan, persepsi, sikap, dan
penggunaan fasilitas, sikap, terhadap petugas, dan obat-obatan
6. Perilaku terhadap makanan
Perilaku ini meliputi pengetahuan, sikap dan praktik terhadap makanan serta
unsur-unsur yang terkandung didalamnya (gizi, vitamin) dan pengolahan
makanan. Dari beberapa literatur, perilaku terhadap makanan menjadi bagian
dari kesehatan lingkungan.
7. Perilaku terhadap lingkungan kesehatan
Perilaku ini merupakan upaya seseorang merespon lingkungan sebagai
determinan agar tidak mempengaruhi kesehatannya misalnya, bagaimana
mengelola pembuangan tinja, air minum,tempat pembuangan sampah,
pembuangan libah, rumah sehat dan pembersihan sarang-sarang.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Sehat
Perilaku sehat dimotivasi oleh faktor-faktor seperti berikut :
1. Persepsi tentang kerentanan : Derajat risiko yang dirasakan seseorang
terhadap masalah kesehatan
2. Persepsi tentang keparahan penyakit : Tingkat kepercayaan seseorang
bahwa konsekuensi masalah kesehatan yang akan menjadi semakin parah
3. Persepsi tentang manfaat suatu tindakan : Hasil positif yang dipercaya
seseorang sebagai hasil dari tindakan
4. Persepsi tentang hambatan : Hasil negatif yang dipercayai sebagai hasil dari
tindakan
5. Petunjuk untuk bertindak : Peristiwa eksternal yang memotivasi seseorang
untuk bertindak
6. Etifikasi diri : Kepercayaan seseorang akan kemampuannya dalam
melakukan tindakan.
Klasifikasi hidup sehat
Menurut Becker (1979) seperti dikutip Notoatmodjo (2003),
perilaku yang berhubungan dengan kesehatan diklasifisikan sebagai
berikut :
1. Perilaku hidup sehat
Perilaku hidup sehat merupakan perilaku yang berkaitan dengan upaya
mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya. Seperti : tidak merokok,
minum-minuman keras, istirahat cukup.
2. Perilaku sakit
Perilaku sakit adalah respons dari seseorang terhadap sakit dan penyakit,
persepsi akit, pengetahuan tentang penyebab dan gejala penyakit, pengobatan
penyakit, dan usaha-usaha untuk mencegah penyakit.
3. Perilaku peran sakit
Perilaku peran sakit adalah segala aktivitas individu yang menderita sakit
untuk memperoleh kesembuhan. Dari segi sosiologis, orang sakit mempunyai
peran yang meliputi hak dan keawjiban orang sakit. Perilaku peran sakit
meliputi hal-hal berikut :
A. Tindakan untuk memperoleh kesembuhan.
B. Mengenal atau mengetahui fasilitas sarana pelayanan atau penyembuhan
penyakit yang layak.
C. Mengetahui hak (memperoleh perawatan) dan kewajiban orang sakit
(memberi penjelasan kepada dokter.
Domain Perilaku
Meskipun perilaku adalah bentuk respon atau reaksi terhadap stimulus atau
rasangan dari luar organisme (orang), tetapi dalam memberikan respon sangat
bergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang
bersangkutan. Hal ini berarti bahwa meskipun stimulusnya sama, tetapi respon
setiap orang akan berbeda. Faktor-faktor yang membedakan respon terhadap
stimulus yang berbeda disebut determinan perilaku. Determinan perilaku
dibedakan menjadi 2 yaitu eksternal dan internal. Determinan faktor internal
merupakan karakteristik dari orang yang bersangkutan yang bersifat bawaan
contohnya ras, sifat fisik, sifat kepribadian(pemalu, pemarah, dan penakut),
bakat bawaan, tingkat kecerdasan dan kelamin. Determinan atau faktor
eksternal seperti lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik.
Benyamin Bloon (1908) membagi perilaku manusia dalam tiga domain,
yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Sementara itu menurut Ki Hajar
Dewantara, perilaku manusia terdiri atas Cipta (kognisi), rasa (emosi) dan
karsa (konasi). Urutan pembentukan perilaku baru khususnya pada orang
dewasa diawali dengan domain kognitif. Individu terlebih dahulu mengetahui
stimulus untuk menimbulkan pengetahuan, selanjutnya timbul domain afektif
dalam bentuk sikap terhadap objek yang diketahuinya. Pada akhirnya, setelah
objek yang diketahuimya. Pada akhirnya, setelah objek diketahui dan disadari
sepenuhnya, timbul respons berupa tindakan atau keterampilan (domain
psikomotor). Tetapi pada kenyataannya perilaku baru yang terbentuk tidak
selalu mengikuti urutan tersebut. Tindakan individu tidak harus didasari
pengetahuan dan sikap.
Teori Perubahan Perilaku
Kerangka perubahan memiliki tahapan, dan dibutuhkan teori-teori
perubahan sesuai dengan tahapannya, model Prochaska dan
DiClemente disebut sebagai model Transtheoretical(kadang disingkat
menjadi tahapan perubahan).
Seseorang bisa memasuki rangkaian tahap ini di tahap manapun, tanpa harus
dimulai dari awal.
Tahap-tahapan proses perubahan perilaku :
- Tahap Satu : Prakontemplasi : Seseorang tidak berniat melakukan tindakan.
Barangkali karena sekedar tidak tahu bahwa ada masalah terkait perbuatannya
(Contoh : makan makanan tinggi lemak dan tidak berolahraga) atau karena
tidak tertarik atau terdorong untuk berubah karena berbagai alasan.
- Tahap Dua : Kontemplasi : Seseorang berpikir tentang merubah suatu di
bulan yang akan datang(perencanaan) dan menimbang pro dan kontra
tindakannya tersebut. Proses ini tidak terjadi secara instant atau segera. Dalam
tahapan ini, orang belum siap melakukan tindakan. Proses menimbang pro dan
kontra ini dikenal sebagai keseimbangan keputusan. Proses inilah yang akan
menentukan apakah seseorang akan terus bergerak ke arah perubahan.
- Tahap Tiga : Persiapan : Seseorang siap melakukan sesuatu. Mereka berniat
untuk bertindak segera dan memiliki rencana atas gagasan tentang apa yang
akan mereka perbuat. Dalam tahap ini, program yang menyediakan langkah
tindakan adalah tepat(cotoh : diet untuk menurunkan berat badan, Program
kebugaran, dll).
- Tahap Empat : Tindakan : Seseorang sudah melakukan tindakan dan
mengarah ke perubahan. Tetapi tidak semua tindakan dapat diperhitungkan,
hanya tindakan-tindakan yang diketahui sebagai langkah untuk mencegah atau
mengurangi risiko masalah kesehatan yang dilakukan.
- Tahap Lima : Pemeliharaan : Sudah terjadi perubahan yang
bermakna/signifikan pada perilaku seseorang dalam hal risiko kesehatan dan
sekarang diarahkan pada mempertahankan perubahan perilaku tersebut agar
tetap berjalan dan tidak kembali ke kebiasaan yang buruk di masa lampau.
Tahap ini membutuhkan tekad dan upaya yang sungguh-sungguh. Contoh :
Perokok berat yang sudah berhenti merokok akan menghadapi tantangan
untuk menolak untuk menjadi perokok lagi.
- Tahap Enam : Terminasi : Seseorang di tahap ini sudah benar-benar telah
menyelesaikan proses perubahan perilakunya. Kebiasaan buruknya sudah tidak
menjadi bagian dari perilaku orang tersebut sama sekali, seakan-akan mereka
tidak pernah mempunyai kebiasaan yang buruk tersebut. Untuk mencapai
tahap ini tidaklah mudah, kebanyakan orang hanya sampai ke tahap
pemeliharaan. Elemen kunci di tahap ini adalah efektivitas diri. Efektivitas diri
adalah keyakinan seseorang bahwa ia mampu melakukan suatu perilaku.
Ketika mencapai tahap terminasi, seseorang harus memiliki efektivitas diri.
• Faktor-Faktor Perubah Perilaku Individu
Faktor individu :
- Kesadaran dan pengetahuan (tentang risiko kesehatan, cara mencegah
masalah kesehatan, dsb.)
- Karakteristik biofisik (misal : genertik, kerentanan sistemik).
- Sikap dan motivasi personal
- Tahap-tahap perkembangan
- Sosialiasi perilaku/kebiasaan(dari orangtua/keluarga).
Faktor sosial/budaya/kelompok :
- Pola hidup kelompok sosial/sebaya
- Sikap/kepercayaan kultural (dan implikasinya terhadap kesehatan)
- Tingkat dukungan sosial
Faktor sosioekonomi dan struktural :
- Kemiskinan
- Pendidikan
- Akses ke layanan kesehatan dan pencegahan/informasi
- Tekanan sosial
- Akses terhadap air bersih
Faktor politik :
- Kebijakan dan pendanaan untuk program promosi kesehatan
- Asuransi kesehatan
- Perundang-undangan yang berdampak pada risiko kesehatan(misal : larangan
menjual rokok ke anak yang di bawah umur).
Faktor lingkungan :
- Adanya risiko di lingkungan
- Bencana alam
- Kondisi yang memungkinkan penyebaran penyakit menular
Faktor-faktor ini cenderung bekerja bersama-sama
• Pola Hidup Sehat
Pola hidup sehat bisa dimulai dan ditinjau dari berbagai aspek :
- Pola makan yang seimbang
Komposisi zat gizi nya minimal :
Karbohidrat 60-70%, protein 10-15%, lemak 20-25%, kolestrol <300mg/hari,
serat 25g/hari, garam sesuai anjuran untuk orang normal, pemanis
secukupnya.
- Pengaturan berat badan
Penentuan status gizi bisa dilakukan dengan rumus Brocca yaitu :
1. Berat badan idaman : (Tinggi badan-100) - 10%
2. Berat badan kurang : <90 % Berat Badan idaman
3. Berat badan normal: 90-110 % Berat Badan idaman
4. Berat badan lebih: 110-120 % Berat Badan idaman
5. Gemuk: > 120 % Berat Badan idaman
- Cukup asupan kalsium meningkatkan kepadatan tulang dapat dilakukan
dengan cara mengkonsumsi kalsium yang cukup. Minum 2 gelas susu dan
tambahan vitamin D setiap hari, dapat membantu meningkatkan kepadatan
tulang pada wanita setengah baya yang sebelumnya tidak mendapatkan cukup
kalsium.
Penting adanya untuk memenuhi kebutuhan kalsium setiap harinya. Adapun
dosis harian yang dianjurkan untuk usia produktif adalah 1000 mg kalsium per
hari, sementara untuk usia lansia dianjurkan 1200 mg per hari.
- Olahraga beban selain olahraga menggunakan alat beban, berat badan
sendiri juga dapat berfungsi sebagai beban yang dapat meningkatkan
kepadatan tulang. Olah raga beban misalnya berjalan dan menaiki tangga
tetapi berenang tidak meningkatkan kepadatan tulang.
• Pola Hidup Sehat
Pola hidup sehat memiliki hubungan erat dengan konsep sehat. Sehat adalah
kondisi terbebabasnya tubuh dari gangguan pemenuhan kebutuhan dasar
seseorang. Sehat merupakan keseimbangan yang dinamis sebagai dampak
dari keberhasilan mengatasi stresor (pusat strees). Sehat juga berarti keadaan
di mana seseorang ketika diperiksa oleh ahlinya tidak mempunyai keluhan
ataupun tidak terdapat tanda – tanda penyakit.
Sehat terbagi menjadi 2 bagian yaitu sehat mental dan sehat sosial. Sehat
mental adalah suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik,
intelektual, dan emosional seseorang menjadi optimal. Sehat sosial adalah
perikehidupan dalam masyarakat sehingga setiap orang memiliki cukup
kemampuan untuk memelihara dan memajukan kehidupan seseorang sehingga
memungkinkan untuk bekerja, beristirahat, dan menikmati hiburan pada
waktunya.
Banyak keluhan kesehatan yang dikarenakan pola / gaya hidup, yaitu pola
pikir, pola makanan dan minuman, pola gerak / aktivitas, olahraga dan
pakaian.
A. Pikiran
Salah satu memiliki pola hidup sehat adalah dengan memiliki pikiran positif.
Pikiran positif adalah pikiran yang tidak bertentangan dengan norma – norma
kehidupan. Dan usahakan mengabaikan apa yang memicu timbulna pikiran
negatif.
B. Makanan dan minuman
Hindari mengkonsumsi makanan dan minuman olahan dan berpengawet,
seperti sosis, bakso, dan makanan kaleng. Perbanyak makanan dan minuman
sehat serta vitamin. Meminum air putih sangat dianjurkan. Makanan olahan
akan menyebabkan terjadinya pengapuran yang melapisi sistem saraf di tubuh
kita.
C. Kelakuan atau aktivitas
Perilaku sangat berpengaruh pada pola hidup sehat. Berperilaku buruk
terutama tidak menjaga panca indra akan menyebabkan penyakit. Penyakit –
penyakit yang timbul atas perilaku buruk biasanya sulit disembuhkan atau
membutuhkan waktu lama dalam terapi penyembuhannya, karena selain terapi
fisik, orang tersebut juga harus diterapkan mental.
D. Olahraga
Olahraga dapat berpengaruh pada kerja sistem saraf dan membantu
memperbaiki sistem tubuh. Sebagai contohnya adalah senam energomik.
Senam energomik sangat baik untuk mengaktifkan sistem saraf, sistem
pemanas tubuh, dan sistem biolistrik pada tubuh manusia. Dengan senam
maka tubuh akan sehat dan bugar.
E. Pakaian
Sebaiknya tidak menggunakan pakaian – pakaian atau hiasan yang menekan
titik – titik saraf karena akan berpengaruh pada organ tubuh. Misalanya jam
yang talinya mencengkeram tangan dengan sangat lama akan membuat
kepala terasa pusing, karena aliran darah tidak berjalan dengan lancar akibat
cengkraman jam tangan yang begitu kuat.
Daftar Isi
Kata Pengantar 1
Daftar Isi 2
BAB I : Pendahuluan3
A. Latar Belakang Masalah 3
B. Tujuan 3
BAB II : Pembahasan Masalah 4
A. Definisi Perilaku Sehat 4
B. Definisi perilaku sehat dilihat dari segi psikologis 4
C. Perilaku kesehatan5
D. Unsur-unsur dalam perilaku kesehatan6
E. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku sehat7
F. Klasifikasi hidup sehat 7
G. Domain Perilaku8
H. Teori perubahan perilaku8 I.Faktor-faktor perubahan perilaku individu10
J. Pola Hidup Sehat11
BAB III : Penutup 13
A. Kesimpulan 13
B. Saran 13
Daftar Pustaka 14
Penutup
• Kesimpulan
Setelah mempelajari ilmu perubahan tingkah yaitu melewati enam tahap
perubahan perilaku, prekontemplasi, kontemplasi, persiapan, tindakan,
pemeliharaan dan terminasi serta pola perilaku hidup sehat dapat
mempengaruhi tingkat kesehatan. Maka dari itu, dari hipotesis “ Perubahan
perilaku yang memerlukan tahapan-tahapan” adalah benar adanya. Dari mulai,
seseorang belum siap untuk memiliki konsekuensi dalam perubahan yang akan
orang tersebut jalani, sampai pada proses yang siap, kemudian melakukan
tindakan dan akhirnya menjaga agar perubahan itu tetap berlangsung tahan
lama.
• Saran
Lakukanlah pola hidup sehat dan bertekadlah untuk melakukan perubahan-
perubahan tingkah laku, agar kelak tingkat kesehatan kita dapa meningkat.
Daftar Pustaka1. Maulana DJ, Heri. Promosi kesehatan. Konsep perilaku dan perilaku
kesehatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2007. h.185-
6;190-2
2. Edberg M. Buku ajar kesehatan masyarakat : teori sosial dan perilaku.Teori
perilaku kesehatan individu. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2010.
h.52-5; 66-7
3. Edberg M. Buku ajar kesehatan masyarakat : teori sosial dan perilaku.Teori
sosial, budaya, dan lingkungan(bagian 1). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC; 2010. h.80
4. Edberg M. Buku ajar kesehatan masyarakat : teori sosial dan perilaku.
Pendahuluan: keterkaitan antara kesehatan dan perilaku. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC; 2010. h.8
5. Waspadji S, Sukardji K, Octarina M. Pedoman diet diabetes melitus. Jakarta:
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2007. h.6;15
6. Syamsu dan Nasrudin AM. 10 Agustus 2010. Pola hidup sehat. 20 Oktober
2010, dari HYPERLINK
"http://www.klikdokter.com/healthnewstopics/read/2010/08/10/15031113/pola-
hidup-sehat-" http://www.klikdokter.com/healthnewstopics/read/