Download - PBB

Transcript
Page 1: PBB

PBB: Penghancuran Palmyra Merupakan Kejahatan Perang

Selasa, 25 Agustus 2015 | 08:14 WIB

AFP Penghancuran situs Palmyra merupakan kejahatan perang, kata UNESCO.

Terkait

MUI Jatim: Nama Tuhan Harus Ditambah atau Diganti Belajar Sejarah Bali di Monumen Bajra Sandhi Pengamat: Rupiah Tembus 14.000 karena Tim Ekonomi Jokowi Tak Dipercaya Pasar Perhatikan, Ini Cara Singkirkan Bakteri dari Botol Minum Akibat Celana Basah, Pria China Mengamuk Dalam Pesawat Terbang

0

KOMPAS.com - Penghancuran kuil kuno Baalshamin di Palmyra, Suriah, merupakan kejahatan perang, kata badan kebudayaan dunia PBB, UNESCO.

Pejabat dan pegiat di Suriah melaporkan hari Minggu (23/8/2015) bahwa kelompok yang menamakan dirinya negara Islam atau ISIS telah meledakkan kuil tersebut.

Dalam pernyataannya, UNESCO mengatakan hal itu merupakan "kehilangan besar bagi bangsa Suriah dan untuk kemanusiaan".

ISIS mengambil alih kekuasaan di Palmyra bulan Mei lalu, memicu kekhawatiran terhadap situs tersebut, yang merupakan salah satu pusat kebudayaan terpenting di dunia.

Kepala badan peninggalan bersejarah Suriah Maamoun Abdulkarim dikutip mengatakan bahwa kuil itu diledakkan hari Minggu dan ledakan itu menyebabkan "kerusakan parah".

Sementara lembaga Pengawas Hak Asasi Manusia Suriah yang berkantor di London (SOHR) menyatakan peledakan itu dilakukan sebulan lalu.

Kota kuno, yang merupakan warisan dunia dalam daftar UNESCO itu, tersohor untuk reruntuhan zaman Yunani-Romawi kuno, dan kuil Baalshamin yang dibangun hampir 2.000 tahun lalu, merupakan bangunan paling tekenal di sana.

"Penghancuran sistematis terhadap simbol kebudayaan yang mewujudkan keragaman di Suriah menampakkan niat sejati serangan itu, yaitu untuk menghilangkan pengetahuan bangsa Suriah terhadap pengetahuan, identitas dan sejarah mereka," kata Direktur Jenderal UNESO, Irina Bukova.

ISIS telah menghancurkan beberapa situs bersejarah di Irak, yang disebut oleh UNESCO sebagai kejahatan perang dan "pembersihan budaya".

Editor : Egidius Patnistik

Page 2: PBB

Sumber : BBC Indonesia