1. a. Partisipasi Politik Partisipasi Politik adalah kegiatan
seseorang atau sekelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam
kehidupan politik, seperti memilih pimpinan negara atau upaya-upaya
mempengaruhi kebijakan pemerintah. Menurut Myron Weiner, terdapat 5
penyebab timbulnya gerakan ke arah partisipasi politik :
Modernisasi dalam segala bidang kehidupan. Perubahan-perubahan
struktur kelas sosial. Pengaruh kaum intelektual dan kemunikasi
masa modern. Konflik antar kelompok pemimpin politik. Keterlibatan
pemerintah yg meluas.
2. Konsep Partisipasi Politik Dalam ilmu politik, dikenal
adanya konsep partisipasi politik untuk memberi gambaran apa dan
bagaimana tentang partisipasi politik. Ahli Konsep Indikator Kevin
R. Hardwick Partisipasi politik memberi perhatian pada cara-cara
warga negara berin-teraksi dengan pemerintah, menyampaikan
kepentingannya thd pejabat publik agar mampu mewujudkan
kepentingan-kepentingan tsb. Terdapat interaksi antara warga negara
dengan pemerintah Mempengaruhi pejabat publik. Miriam Budiardjo
Partisipasi politik mrp kegiatan sese-orang/ sekelompok orang untuk
ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik, dng jalan memilih
pimpinan negara, dan secara langsung atau tidak langsung
mempengaruhi kebijakan pemerintah. Berupa kegiatan individu atau
kelompok Bertujuan ikut aktif dalam kehidupan politik publik.
3. Ramlan Surbakti Partisipasi politik ialah keikutser-taan
warga negara biasa dalam menentukan segala keputusan menyangkut
atau mempengaruhi hidupnya. Partisipasi politik berarti
keikut-sertaan warga negara biasa (yang tidak mempunyai kewenangan)
dalam mempengaruhi proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan
politik. Keikutsertaan warga negara dalam pembuatan dan pelaksanaan
kebijakan publik Dilakukan oleh warga negara biasa Michael Rush dan
Philip Althoft Partisipasi politik adalah keterli-batan individu
sampai pada bermacam-macam tingkatan di dalam sistem politik.
Berwujud keterlibatan individu dalam sistem politik Memiliki
tingkatan-tingkatan partisipasi Lanjutan .
4. Lanjutan . Menurut Ramlan Surbakti, rambu-rambu konsep
partisipasi politik : Berupa kegiatan atau perilaku luar individu
warga negara biasa yang dapat diamati (bukan berupa sikap dan
orientasi). Diarahkan untuk mempengaruhi pemerintah selaku pembuat
dan pelaksana keputusan politik. Kegiatan yang berhasil (efektif)
maupun yang gagal mempenga-ruhi pemerintah termasuk dalam konsep
partisipasi politik. Untuk mempengaruhi pemerintah yang bisa
dilakukan secara langsung ataupun secara tidak langsung. Kegiatan
mempengaruh pemerintah bisa dilakukan melalui prosedur wajar
(konvensional), non kekerasan (nonviolence), seperti ikut memilih
dalam pemilu dan mengajukan petisi, maupun dengan cara-cara diluar
prosedur (tak konvensional), dan kekerasan (violence), seperti
demonstrasi, pembangkangan halus, huru-hara, dan gerakan politik
seperti kudeta & revolusi.
5. Praktik Partisipasi Politik Huntington dan Nelson menemukan
5 bentuk kegiatan utama yang dipraktikan dalam partisipasi politik
: Praktik Partisipasi Politik Pemilihan Lobbying Organisasi Mencari
Koneksi Tindakan Kekerasan
6. Lanjutan . Milbrarth M.L. Goel mengidentifikasi tujuh bentuk
partisipasi politik individual : No Bentuk Partisipasi Keterangan
1. Aphatetic Inactuves Tidak beraktifitas yang partisipatif, tidak
pernah memilih. 2. Passive Supporters Memilih secara
reguler/teratur, menghadiri parade patriatik, membayar seluruh
pajak, mencintai negara. 3. Contact Specialist Pejabat penghubung
lokal (daerah), propinsi dan nasional dalam masalah-masalah
tertentu. 4. Communicators Mengikuti informasi politik, dan
mengirim pesan-pesan dukungan dan protes terhadap pemimpin politik.
5. Party and campign workers Bekerja untuk partai politik atau
kandidat, bergabung dan mendukung parpol, dan dipilih jadi kandidat
partai politik. 6. Community activitis Bekerja dengan orang lain
berkaitan dengan masalahlokal, melakukan kontak kpd pejabat
berkenan dgn isu-isu sosial. 7. Protesters Bergabung dengan
demonstrasi di jalanan, melakukan protes, menolak mematuhi
aturan-aturan.
7. d. Tingkatan Partisipasi Politik Pejabat Partai sepenuh
Waktu. Pemimpin partai/kelompok kepentingan Petugas kampanye.
Aktivis Anggota aktif dari partai/kelompok kepentingan dalam
proyek-proyek sosial Menghadiri rapat umum anggota partai/ kelompok
kepentingan, membicarakan masalah politik, mengikuti perkembangan
politik melalui media massa, memberikan suara dalam pemilu
Partisipan Orang-orang yang apolitis
8. Lanjutan . Kriteria tingkatan partisipasi politik menurut
Huntington dan Nelson No Tingkatan Partisipasi Keterangan 1.
Kategori Pengamat Praktik Partisipasi, antara lain : menghadiri
rapat umum, memberikan suara dalam pemilu, dan usaha meyakinkan
orang lain. Intensitas Partisipasi, tingkat hubungan rendah. 2.
Kategori Aktivis Praktik Partisipasi, jumlahnya terbatas dan hanya
bagi se-jumlah kecil orang (terutama elite politik). Kegiatan yang
dilakukan, tidak terbatas cara-cara formal-prosedural, akan tetapi
dapat juga dengan tindakan kekerasan. Intensitas Partisipasi,
memiliki tingkat yang tinggi dan pe-nuh waktu. Mereka memiliki
akses yang cukup kuat untuk melakukan hubungan pribadi dengan
pejabat-pejabat pemerintah, sehingga upaya-upaya untuk mempengaruhi
pembuatan kebijakan pemerintah menjadi efektif.
9. Hierarki Partisipasi Politik Tingkatan partisipasi politik
menurut Huntington dan Nelson, Rush dan Althoff . Menduduki jabatan
politik atau administratif Mencari jabatan politik atau
administratif Keanggotaan aktif suatu organisasi politik
Keanggotaan pasif suatu organisasi politik Keanggotaan aktif suatu
organisasi semu politik Keanggotaan pasif suatu organisasi semu
politik Partisipasi dalam rapat umum, demonstrasi,dsb Partisipasi
dalam diskusi politik informal, minat umum dalam politik. Voting
(pemberian suara) Apathi total
10. Lanjutan . Tingkatan partisipasi politik, mencerminkan
kapasistas partisipan dalam berpartisipasi politik. Semakin tinggi
tingkatan yang ditempati, maka semakin tinggi pula tingkatan
partisipasi politiknya. Dalam lingkup partisipasi politiknya, jika
semakin tinggi maka semakin sedikit (semakin mengerucut pada jumlah
tertentu). Voting mrp tingkatan partisipasi politik terendah, yang
membedakan satu tingkat di atas orang yang apatis total, sementara
di atasnya terdapat orang atau sekelompok orang yang sering
terlibat dalam diskusi-diskusi politik informal, yang proporsinya
lebih rendah, namun intensitasnya lebih tinggi.
11. Faktor Pendukung Partisipasi Politik Pendidikan Politik
Menurut Ramdlon Naning Usaha untuk memasyarakatkan politik, dalam
arti mencerdaskan kehidupan politik rakyat, meningkatkan kesadaran
tiap warga negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara; serta
meningkatkan kepekaan dan kesadaran rakyat terhadap hak, kewajiban,
dan tanggung jawabnya terhadap bangsa dan negara Menurut Alfian
Usaha sadar untuk mengubah proses sosialisasi politik masyarakat
sehingga mereka memahami dan menghayati betul-betul nilai-nilai
yang terkandung dalam suatu sistem politik yang ideal yang hendak
dibangun.
12. Manfaat Pendidikan Politik : Memperluas pemahaman,
penghayatan, dan wawasan terhadap masalah atau isu politis
Meningkatkan kualitas diri dalam berpolitik dan berbudaya politik
sesuai peraturan perundangan yang berlaku Meningkatkan kualitas
kesadaran politik rakyat menuju peran aktif dan partisipasinya
terhadap pembangunan politik bangsa secara keseluruhan
13. Kesadaran Politik Menurut Drs. M. Taopan Proses batin yang
menampakkan keinsafan dari setiap warga negara akan urgensi urusan
kenegaraan dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Tingkat
kesadaran politik masyarakat tidaklah sama, sangat tergantung pada
latar belakang pendidikannya. Kaum elit dan kelompok menengah,
nampak relatif lebih baik. Sedangkan kelompok masyarakat yang
tingkat pendidikannya rendah, diperlukan pembinaan yang intensif.
Menurut Drs. Arbi Sanit Sekalipun sudah bangkit kesadaran nasional
dan meningkatnya aktivitas kehidupan politik di tingkat pedesaan,
namun masyarakat tani masih belum terkait secara aktif kepada
pemerintah nasional dalam hubungan timbal balik yang aktif dan
responsif. Hubungan yang ada baru bersifat berat sebelah, yaitu
dari atas ke bawa. Partisipasi politik merupakan kewajiban yang
harus dilaksanakan sebagai wujud tanggung jawab negara yang
berkesadaran politik tinggi
14. Cara partisipasi politik anggota masyarakat Bidang
Implementasi Partisipasi Politik Politik a. Ikut memilih dalam
Pemilu b. Jadi anggota aktif Parpol, kelompok penekan dan kelang
tinggi c. Menjauhkan diri dari pembebelajar yompok kepentingan d.
Duduk dalam lembaga politik e. Berkomunikasi dengan wakil rakyat
kamar 10 f. Berkampanye, menghadiri diskusi, dll g. Mempengaruhi
pembuat keputusan sehingga produk yang dihasilkan sesuai aspirasi
Ekonomi a. Menciptakan sektor ekonomi produktif b. Menciptakan
produk unggulan yang inovatif, kreatif dan kompetitif dari produk
luar c. Kesadaran membayar pajak secara teratur demi
kesejahteraan
15. Bidang Implementasi Partisipasi Politik Sosial-Budaya a.
Menunjukkan prestasi belajar tinggi b. Menjauhkan diri dari
perbuatan melanggar hukum c. Profesional dalam bidang pekerjaannya,
disiplin, dan produktivitas tinggi Hankam a. Bela negara dalam arti
luas, sesuai kemampuan dan prosesi masing b. Memelihara ketertiban
dan keamanan wilayah tempat tinggalnya c. Memelihara persatuan dan
kesatuan bangsa, demi tetap tegaknya d. Menjaga stabilitas keamanan
nasional agar pelaksanaan pembangunan dapat berjalan sesuai rencana
Kebalikan dari partisipasi politik adalah sikap apatis. Orang yang
apatis adalah jika dia tak mau ikut serta dalam berbagai kegiatan
politik kenegaraan di berbagai bidang kehidupan. Itu sebabnya,
kegiatan pendidikan politik, kesadaran politik dan partisipasi
politik masyarakat perlu terus ditingkatkan baik di pedesaan maupun
perkotaan
16. Alasan untuk tidak berpartisipasi Apathi (masa bodoh),
tidak punya minat atau tidak punya perhatian terhadap orang lain,
situasi, atau gejala-gejala pada umumnya atau pada khususnya.
Sinisme, kepasifan dan ketidakaktifan relatif juga didefinisikan
sebagai kecurigaan buruk dari sifat manusia yaitu perasaan yang
menghayati tindakan dan motif orang lain dengan rasa
kecurigaan.(perasaan bahwa politik itu tidak dapat dipercaya,
politik itu kotor, dll)
17. Alienasi (terasing), yaitu perasaan keterasingan seseorang
dari politik dan pemerintahan masyarakat. Kecenderungan berfikir
mengenai pemerintahan dan politik bangsa, yang dilakukan orang lain
dan untuk orang lain mengikuti sekumpulan aturan-aturan yang tidak
adil. Anomi (terpisah) yaitu perasaan kehilangan nilai dan
ketiadaan arah dalam mana individu mengalami perasaan
ketidakefektifan dan bahwa para penguasa bersikap tidak peduali
yang mengakibatkan devaluasi daripada tujuan-tujuan dan hilangnya
urgensi untuk bertindak.
18. SOSIALISASI POLITIK: (1) Pengaruh Faktor Keluarga Terhadap
Sikap & Perilaku Politik PENGERTIAN SOSIALISASI : S.N.
Eisenstadt (1956), Sosialisasi adalah suatu proses komunikasi yang
dipelajari dari manusia lain dengan siapa individu secara bertahap
memasuki beberapa jenis relasi-relasi umum. David F. Aberle (1961),
Sosialisasi adalah pola-pola mengenai aksi sosial atau aspek-aspek
tingkah laku, yang ditanamkan kepada individu tentang pengetahuan
dan ketrampilan, motif-motif dan sikap-sikap dalam menampilakan
peranan-peranan sepanjang hidupnya. Irvin L. Child (1970),
Sosialisasi adalah suatu proses dimana individu dilahirkan cukup
banyak memiliki potensi tingkah laku, dituntut untuk mengembangkan
tingkah laku aktualnya yang ditasai di dalam satu jajaran yang
menjadi kebiasaannya dan bisa diterima olehnya sesuai dengan
standar-standar dari kelompoknya.
19. SISTEM BUDAYA SISTEM SOSIAL SISTEM PSIKOLOGIS Proses
Belajar SISTEM BIOLOGIS ENKULTURASI SOSIALISASI INTERNALISASI
BIO-PSIKO-SOSIO-CULTURAL
20. BEBERAPA ASPEK PENTING DARI KONSEP SOSIALISASi : 1.
Sosialisasi secara fundamental merupakan proses hasil belajar,
yaitu belajar dari pengalaman dan menurut Aberle disebut pola-pola
aksi. 2. Memberikan indikasi umum hasil belajar tingkah laku
individu dalam batas-batas yang luas terutama berkenaan dengan
pengetahuan, informasi, nilai-nilai dan sikap-sikap. 3. Sosialisasi
merupakan proses berlanjut sepanjang hidup setiap individu.
21. DEFINISI SOSIALISASI POLITIK : Hyman (1959) Sosialisasi
Politik adalah cara-cara belajar seseorang terhadap pola-pola
sosial yang berkaitan dengan posisi-posisi kemasyarakatannya.
Almond & Powell (1966) Sosialisasi Politik adalah suatu proses
dimana sikap dan niali-nilai politik ditanamkan kepada anak-anak
sampai mereka dewasa, dan orang dewasa direkrut ke dalam
peranan-peranan tertentu. Michael Rush & Philip Althoff (2007),
Sosilisasi Politik adalah suatu proses bagaimana memperkenalkan
sistem politik pada seseorang, serta bagaimana orang tersebut
menentukan tanggapan serta reaksi-reaksinya terhadap gejala-gejala
politik. Sosialisasi Politik ditentukan oleh : 1. Lingkungan Sosial
2. Kondisi Ekonomi 3. Aspek Kebudayaan 4. Pengalaman-Pengalaman
Individu & Kepribadian
22. SOSIALISASI POLITIK KELUARGA SOSIALISASI POLITIK AGAMA
& EKONOMI STRATIFIKASI SOSIAL
23. Sosialisasi Politik a. Pengertian Sosialisasi politik
adalah proses dengan mana individu-individu dapat memperoleh
pengetahuan, nilai-nilai, dan sikap-sikap terhadap sistem politik
masyarakatnya. Melalui sosialisasi, suatu kebudayaan dapat
diwariskan kpd generasi berikut-nya. Ada 3 sifat dasar mengapa
sosiali-sasi perlu : a. Manusia tidak akan bisa hidup tanpa bantuan
orang lain. b. Secara ekstrim manusia tidak punya naluri sehingga
sebagian besar perilaku untuk kelangsungan hidupnya harus
dipelajari. c. Manusia harus belajar mengendali-kan hubungan dgn
sesamanya, yaitu hidup menurut nilai-nilai dan membi-na peranan
bersama.
24. Lanjutan . b. Menurut Para Ahli a. Gabriel A. Almond,
Sosialisasi politik menunjukkan pada proses dimana sikap-sikap
politik dan pola-pola tingkah laku politik diperoleh atau dibentuk,
dan juga merupakan sarana bagi suatu generasi untuk menyampaikan
patokan-patokan politik dan keyakinan-keyakinan politik kepada
generasi berikutnya. b. Irvin L. Child, Sosialisasi politik adalah
segenap proses dengan mana individu, yang dilahirkan dengan banyak
sekali jajaran potensi tingkah laku, dituntut untuk mengembangkan
tingkah laku aktualnya yang dibatasi di dalam satu jajaran yang
menjadi kebiasaannya dan bisa diterima olehnya sesuai dengan
standar-standar dari kelompoknya.
25. Lanjutan . c. Richard E. Dawson dkk., Sosialisasi politik
dapat dipandang sebagai suatu pewarisan pengetahuan, nilai-nilai
dan pandangan-pandangan politik dari orang tua, guru, dan
sarana-sarana sosialisasi yang lainnya kepada warga negara baru dan
mereka yang menginjak dewasa. d. Denis Kavanagh, Sosialisasi
politik merupakan suatu proses dimana seseorang mempelajari dan
menumbuhkan pandangannya tentang politik.
26. Lanjutan . Beberapa segi penting sosialisasi politik :
Secara fundamental merupakan proses hasil belajar, belajar dari
pengalaman/ pola-pola aksi. Memberikan indikasi umum hasil belajar
tingkah laku individu dan kelompok dalam batas-batas yang luas, dan
lebih khusus lagi, berkenaan pengetahuan atau informasi,
motif-motif (nilai-nilai) dan sikap-sikap. Tidak terbatas pada usia
anak-anak dan remaja saja (walaupun periode ini paling penting),
tetapi berlangsung sepanjang hidup. Mrp prakondisi yang diperlukan
bagi aktivitas sosial, baik secara implisit maupun eksplisit
memberikan penjelasan mengenai tingkah laku sosial.
27. c. Proses Sosialisasi Sosialisasi politik adalah istilah
yang digunakan untuk menggambarkan proses dengan jalan mana orang
belajar tentang politik dan mengembangkan orientasi pada politik.
Dalam Proses Sosialisasi Politik, metode yang kerap digunakan adl :
Pendidikan Politik dan Indoktrinasi Politik. Sarana dalam
sosialisasi politik Keluarga Sekolah Partai Politik
28. d. Sosialisasi Politik Dalam Masyarakat Berkembang Robert
Le Vine, berpendapat bahwa sosialisasi politik di negara-negara
berkembang cenderung mempunyai relasi lebih dekat pd sistem-sistem
lokal, kesukuan, etnis, dan regional daripada dengan sistem-sistem
politik nasional. Masalah terberat yang dihadapi, yaitu adanya
berbagai macam kelompok dan tradisi di negara itu. 3 (tiga) faktor
masalah penting Pertumbuhan penduduk Pendidikan dan nilai-nilai
tradisional Pengaruh urbanisasi
29. e. Sosialisasi Politik Dan Komunikasi Politik Dalam proses
sosialisasi politik kaitannya dengan fungsi komunikasi politik,
berhubungan dengan struktur-struktur yang terlibat dalam
sosialisasi serta gaya sosialisasi itu sendiri. Pada sistem politik
masyarakat modern, institusi seperti kelompok sebaya, komuniti,
sekolah, kelompok kerja, perkumpulan-perkumpulan sukarela, media
komunikasi, partai-partai politik dan institusi pemerintah semuanya
dapat berperan dalam sosialisasi politik.
30. Negara maju seperti Amerika, Inggris, Jerman dan sebagainya
arus informasi yg dimiliki relatif homogen. Para elite politik
pemerintahan mempunyai sumber-sumber informasi khusus melalui surat
kabar tertentu yang ditujukan pada kelompok kelas/politik tertentu.
Masyarakat mempunyai akses ke suatu arus informasi dan media massa
sehingga hambatan-hambatan bahasa atau orientasi kultural sangat
minim. Lanjutan . Masyarakat dapat melakukan kontrol terhadap para
elite politik dan sebaliknya kaum elite-pun dapat segera mengetahui
tuntutan masyarakat dan konsekuensi dari segala macam tindakan
pemerintah.
31. MODEL SOSIALISASI POLITIK Persepsi Subyek
Anak/Remaja/Dewasa Pengetahuan, Nilai, Sikap Pengalaman Kepribadian
Kondisi Politik ke Depan KELUARGA PENDIDIKAN KELOMPOK KERJA
KELOMPOK EKONOMI KELOMPOK AGAMA MEDIA MASA Kondisi politik dulu
Kondisi Politik Sekarang
32. PENGARUH FAKTOR KELUARGA TERHADAP SIKAP DAN PERILAKU
POLITIK SOSIAL-BUDAYA KELUARGA BENTUK PENGALAMA N SIKAP DAN
PERILAKU POLITIK APATIS KONSEVATIF RADIKAL PENDIDIKAN
33. PERKEMBANGAN SOSIALISASI POLITIK DALAM KELUARGA PADA
ANAK-NAKA & REMAJA Easton & Dennis : Children in the
Political System (1953) mengemukakan ada 4 tahap perkembangan
sosialisasi politik pada diri anak-anak & Remaja : 1.
Pengenalan otoritas melalui individu tertentu, seperti : orang tua-
anak; 2. Perkembangan perbedaan antara otoritas internal dan yang
eksternal, yaitu antara di dalam lingkungan keluarga dengan di luar
lingkungan keluarga seperti pejabat swasta dan pejabat pemerintah.
3. Pengenalan mengenai institusi-institusi politik yang impersonal,
seperti : Kongres, Mahkamah Agung dan Pemilihan Umum. 4.
Perkembangan pembedaan antara institusi-institusi politik dan
mereka yang terlibat dalam aktivitas yang diasosiasikan dengan
institusi tersebut.
34. SOSIALISASI POLITIK PADA ORANG DEWASA : Proses peralihan
dari masa kanak-kanak ke masa remaja yang cukup benyak dipengaruhi
oleh faktor lingkungan akan berlanjut pada masa dewasa;
Kompleksitas sosialisasi politik akan diperbaharui melalui
medium-medium lainnya, seperti : pekerjaan, kesenangan, agama dan
media masa. Pengetahuan, nilai-nilai dan sikap yang diperoleh
seseorang selama masa kanak-kanak dan masa remaja akan
diperbandingkan dengan pengalaman masa hidupnya semasa dewasa.
Apabila dari hasil pengalaman hidup politiknya dirasakan cukup
nyaman, orang dewasa cenderung memperkokoh tingkah laku politiknya
(konservatif ). Sebaliknya apabila dari hasil pengalaman hidup
politiknya penuh dengan konflik, maka tingkah laku politiknya
cenderung berubah secara radikal.
35. Bahan Bacaan Suryadi, Budi, Sosiologi Politik; Sejarah,
Definisi dan Perkembangan Konsep, IRCiSoD, Yogyakarta. Bottomore,
Tom, 1992, Sosiologi Politik, diterjemahkan Sahar Simamora, Rieneka
Cipta, Jakarta. Rush, Michael dan Phillip Althooff,2005, Pengantar
Sosiologi Poitik, Rajawali Press. Jakarta. Dll