Download - Paradigma Pembangunan Ekonomi · paradigma pembangunan ekonomi dalam ekonomi Islam. Kemudian pada kegiatan belajar ketiga akan dijelaskan penerapan maqashid syariah dalam pembangunan

Transcript
  • Modul 1

    Paradigma Pembangunan Ekonomi

    Dr. M. Nur Rianto Al Arif, M.Si.

    odul ini akan dibagi menjadi tiga kegiatan belajar, kegiatan belajar

    yang pertama membahas tentang paradigma pembangunan ekonomi

    secara umum. Pada kegiatan belajar yang kedua akan dibahas tentang

    paradigma pembangunan ekonomi dalam ekonomi Islam. Kemudian pada

    kegiatan belajar ketiga akan dijelaskan penerapan maqashid syariah dalam

    pembangunan ekonomi.

    Manfaat dalam mempelajari modul ini akan menambah dan memperluas

    pengetahuan pembaca tentang konsep dasar ekonomi pembangunan dalam

    ekonomi konvensional. Selain itu, modul ini bermanfaat pula dalam

    memberikan pemahaman mengenai ekonomi pembangunan dalam ekonomi

    Islam serta pemahaman mengenai internalisasi maqashid syariah dalam

    pembangunan ekonomi.

    Perhatian ilmu ekonomi selama ini tidak terfokus pada masalah-masalah

    yang berkenaan dengan pembangunan ekonomi. Perhatian terhadap masalah-

    masalah pembangunan ekonomi mulai muncul setelah Perang Dunia II

    berakhir, yakni mulai ada perhatian tentang menata dan membangun ekonomi

    negara-negara terutama perekonomian pada negara-negara yang baru

    merdeka. Setidaknya, ada tiga alasan utama mengapa masalah terkait

    pembangunan ekonomi belum menjadi fokus perhatian dalam pembahasan

    ilmu ekonomi. Pertama, negara-negara penjajah tidak mempedulikan

    pembangunan ekonomi pada negara jajahannya. Mereka fokus bagaimana

    sebanyak mungkin menguasai sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh

    negara jajahannya, tanpa mempedulikan bagaimanakah nasib masyarakat dari

    negara jajahannya. Kedua, negara-negara yang dijajah fokus perhatian

    mereka ialah bagaimana mampu melepaskan diri dari jerat negara penjajah

    dan memproklamirkan kemerdekaannya. Selama mereka masih terjajah,

    maka mereka tidak akan bisa memikirkan bagaimana membangun

    ekonominya. Ketiga, para ekonom terfokus bagaimana membangun ekonomi

    dalam jangka pendek semata, namun melupakan proses pembangunan

    ekonomi yang pada umumnya bersifat jangka panjang.

    M PENDAHULUAN

  • 1.2 Ekonomi Pembangunan Islam ⚫

    Melihat pada semakin meluaskan perhatian terhadap masalah

    pembangunan ekonomi turut pula membuka wawasan para ekonom mengenai

    betapa pentingnya pembangunan ekonomi dalam meningkatkan

    kesejahteraan masyarakat, hal inilah yang kemudian memunculkan cabang

    ilmu ekonomi yang baru, yaitu ekonomi pembangunan. Ekonomi

    pembangunan merupakan salah satu cabang ilmu ekonomi yang relatif baru

    jika dibandingkan cabang ilmu ekonomi yang lain, seperti ekonomi mikro,

    ekonomi makro, ekonomi moneter ataupun yang lainnya. Pembahasan yang

    sistematis tentang masalah dan proses pembangunan ekonomi di Afrika,

    Asia, dan Amerika Latin baru muncul setelah perang dunia kedua. Ada

    sebagian kalangan yang menyatakan bahwa ekonomi pembangunan hanyalah

    campuran dari beberapa cabang ilmu ekonomi. Namun, menurut penulis

    pendapat ini tidak tepat karena ilmu ekonomi pembangunan merupakan suatu

    cabang ilmu yang berdiri sendiri, dimana ia memiliki identitas analisis dan

    metodologi yang khas. Namun, ekonomi pembangunan sebagai cabang dari

    ilmu ekonomi tetap memiliki keterkaitan dengan cabang ilmu ekonomi yang

    lain.

    Para sarjana dan ilmuwan muslim mulai sadar betapa pentingnya

    mengintegrasikan antara keilmuan dengan agama dan akan mampu menjadi

    suatu sinergi yang mampu mengembalikan kejayaan Islam seperti pada masa

    dark ages di Barat di Abad 21 ini. Hal ini terlihat salah satunya dari

    perkembangan ekonomi Islam pada masa sekarang. Islam memandang

    aktivitas ekonomi secara positif, semakin banyak manusia terlibat dalam

    aktivitas ekonomi maka semakin baik pula selama tidak terjadi

    penyimpangan tujuan dan prosesnya dengan ajaran Islam.

    Tujuan dari penulisan modul ini adalah agar pembaca dapat mengetahui

    paradigma pembangunan menurut ekonomi Islam. Dengan demikian,

    pembaca dapat mengetahui apa perbedaan paradigma pembangunan antara

    ekonomi Islam dan ekonomi konvensional. Perbedaan utama antara ekonomi

    Islam dan ekonomi konvensional adalah nilai-nilai yang terdapat di

    dalamnya. Dari perbedaan nilai itu akan didapatkan perbedaan dalam turunan

    ilmunya.

    Setelah mempelajari modul ini mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan

    hal-hal berikut ini.

    1. Paradigma pembangunan ekonomi dalam ekonomi konvensional. 2. Paradigma pembangunan ekonomi dalam ekonomi Islam. 3. Internaliasi maqashid syariah dalam pembangunan ekonomi.

  • ⚫ EKSA4204/MODUL 1 1.3

    Kegiatan Belajar 1

    Paradigma Pembangunan

    alam Kegiatan Belajar 1 ini, kita akan membahas tentang konsep dasar

    ekonomi pembangunan, pembangunan ekonomi dan pertumbuhan

    ekonomi, karakteristik negara sedang berkembang, hambatan, dan prasyarat

    pembangunan.

    A. KONSEP DASAR EKONOMI PEMBANGUNAN

    Setelah berakhirnya Perang Dunia II, perhatian terhadap masalah-

    masalah dan hal-hal terkait pembangunan ekonomi berkembang dengan

    pesat. Menurut Sukirno (2006), berikut ini beberapa faktor yang menjadi

    penyebab meluasnya perhatian terhadap pembangunan ekonomi di negara

    berkembang.

    1. Keinginan negara berkembang untuk mengatasi keterbelakangan mereka.

    Negara-negara berkembang yang notabenenya sebagian besar

    merupakan negara bekas jajahan yang baru merdeka berupaya

    mewujudkan pembangunan ekonomi dalam rangka meningkatkan

    kesejahteraan dan kemakmuran masyarakatnya. Mereka berupaya

    mengejar ketertinggalan jika dibandingkan dengan kemajuan ekonomi

    yang dicapai oleh negara bekas penjajah mereka. Negara-negara baru

    merdeka tersebut memiliki banyak masalah yang membutuhkan suatu

    pembangunan ekonomi yang menjadi kebutuhan mendesak untuk

    dilakukan. Hal ini sebagai upaya untuk mengatasi pengangguran,

    mengentaskan kemiskinan, meningkatkan pendapatan masyarakat,

    meningkatkan kualitas hidup dari masyarakat, dan lainnya.

    2. Sebagai usaha membantu mewujudkan pembangunan ekonomi untuk

    menghambat perkembangan komunisme. Selain dari sisi internal negara-

    negara berkembang tersebut, perhatian terhadap pembangunan ekonomi

    muncul pula dari sisi eksternal. Negara-negara maju yang notabenenya

    negara Barat terutama Amerika Serikat berkepentingan untuk

    mempercepat pembangunan ekonomi di negara berkembang, hal ini

    sebagai upaya untuk membendung dan menjaga agar negara-negara

    tersebut tidak berubah menjadi negara komunis.

    D

  • 1.4 Ekonomi Pembangunan Islam ⚫

    3. Sebagai usaha untuk meningkatkan hubungan ekonomi. Bantuan yang

    diberikan oleh negara maju kepada beberapa negara berkembang sebagai

    cara mempercepat pembangunan ekonomi dipandang sebagai salah satu

    alat untuk mempererat hubungan ekonomi diantara negara maju dan

    negara berkembang. Hubungan baik ini akan berimplikasi pada posisi

    istimewa negara bekas penjajah tersebut pada negara bekas jajahan,

    sehingga negara bekas penjajah masih dapat mengembangkan pasar

    untuk hasil-hasil industri mereka.

    4. Berkembangnya keinginan untuk membantu negara berkembang.

    Negara-negara maju berkeinginan untuk membantu negara berkembang

    agar usaha pembangunan ekonomi dapat cepat tercapai. Bentuk bantuan

    tersebut ada yang berupa hibah ataupun pinjaman lunak. Hibah yang

    diberikan ada yang berbentuk bantuan dana adapula yang berbentuk

    bantuan teknik, bantuan tenaga ahli, bantuan penelitian, dan bantuan

    dalam bentuk material.

    Todaro (2000) menyebutkan bahwa ekonomi pembangunan membahas

    berbagai hal mulai dari cara-cara alokasi sumber daya produktif langka

    seefisien mungkin serta kesinambungan pertumbuhannya dari waktu-ke

    waktu. Kemudian menaruh perhatian pada mekanisme-mekanisme perubahan

    yang terjadi dalam sektor ekonomi, sosial, politik, dan kelembagaan, dimana

    seluruh mekanisme ini bertujuan dalam terciptanya suatu perbaikan standar

    hidup secara cepat dan berskala luas bagi masyarakat di Asia, Afrika, dan

    Amerika Latin yang selama ini masih menghadapi masalah-masalah terkait

    pembangunan ekonominya.

    Menurut Sukirno (2006) ekonomi pembangunan dapat didefinisikan

    sebagai suatu bidang studi dalam ilmu ekonomi yang mempelajari tentang

    masalah-masalah ekonomi di negara-negara berkembang dan kebijakan-

    kebijakan yang perlu dilakukan untuk mewujudkan pembangunan ekonomi.

    Jadi, pada dasarnya ekonomi pembangunan merupakan analisis mengenai

    berbagai:

    1. masalah ekonomi yang dihadapi negara berkembang;

    2. kebijakan yang perlu dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut dan

    mempercepat tingkat pembangunan ekonomi.

  • ⚫ EKSA4204/MODUL 1 1.5

    Disamping kedua aspek yang paling pokok tersebut, analisis dalam

    Ekonomi Pembangunan memperhatikan pula:

    1. asumsi-asumsi dasar yang diperlukan dalam suatu proses pembangunan

    ekonomi;

    2. karakteristik perubahan kegiatan ekonomi dalam proses pembangunan;

    3. faktor-faktor utama dan penting dalam suatu proses pembangunan

    ekonomi.

    Sumitro Djojohadikusumo menyatakan ekonomi adalah usaha

    memperbesar pendapatan perkapita dan menaikkan produktivitas perkapita

    dengan jalan menambah peralatan modal dan menambah keahlian.

    Pembangunan mengandung arti perubahan struktural sebab bermaksud untuk

    memperluas dasar ekonomi dan memperluas lapangan kehidupan serta

    mengandung kehendak mengubah cara hidup, cara berfikir, cara menghadapi

    persoalan untuk menempuh jalan-jalan baru yang dapat membawa kemajuan

    atau mengandung kesadaran untuk merubah keadaan, baik dalam menaikkan

    tingkat kehidupan, maupun dalam arti menempuh cara kehidupan yang baru.

    B. PEMBANGUNAN EKONOMI DAN PERTUMBUHAN EKONOMI

    Pembangunan ekonomi secara umum dapat didefinisikan sebagai suatu

    rangkaian proses perubahan dalam perekonomian untuk mengembangan

    kegiatan ekonominya, sehingga terjadi pertumbuhan, perkembangan dan

    peningkatan tingkat kualitas hidup manusia, teknologi, dan infrastruktur. Hal

    ini berimplikasi pada peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran

    masyarakat yang diukur dari peningkatan pendapatan dan peningkatan

    tingkat kualitas hidup manusianya.

    Menurut Kuznets (1955) dalam Arsyad (2010), berdasarkan

    pengamatannya pada negara-negara maju menyimpulkan bahwa setiap proses

    pembangunan ekonomi akan terdapat tiga tanda, yaitu:

    1. produksi, baik jumlah maupun jenisnya terus menerus bertambah;

    2. teknologi yang terus menerus berkembang;

    3. agar perkembangan ekonomi itu menjadi unsur yang tidak lepas dari

    pertumbuhan teknologi, dibutuhkan penyesuaian kelembagaan, ideologi

    dan sikap hidup.

  • 1.6 Ekonomi Pembangunan Islam ⚫

    Secara umum, para ekonom membedakan antara pertumbuhan dan

    pembangunan ekonomi. Kebanyakan literatur ekonomi mengartikan

    pertumbuhan ekonomi sebagai suatu ukuran kuantitatif yang menggambarkan

    perkembangan suatu perekonomian dalam suatu tahun tertentu apabila

    dibandingkan dengan tahun sebelumnya (Sukirno, 2006). Perkembangan

    tersebut selalu dinyatakan dalam bentuk persentase perubahan pendapatan

    nasional pada suatu tahun tertentu dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

    Menurut Jhingan (2012) pembangunan ekonomi didefinisikan dalam tiga

    cara berikut ini.

    1. Pembangunan ekonomi harus diukur dalam arti kenaikan pendapatan

    nasional riil dalam suatu jangka waktu yang sangat panjang. Pendapatan

    nasional riil ini merujuk pada keseluruhan output barang dan jasa dari

    negara tersebut.

    2. Definisi kedua berkaitan dengan kenaikan pendapatan riil per kapita

    dalam jangka panjang. Para ekonom berpendapat sama dalam

    mendefinisikan pembangunan ekonomi dalam arti kenaikan pendapatan

    atau output riil per kapita. Definisi ini menekankan bahwa bagi

    pembangunan ekonomi, tingkat kenaikan pendapatan riil seharusnya

    lebih tinggi daripada tingkat pertumbuhan penduduk.

    3. Ada kecenderungan lain untuk mendefinisikan pembangunan ekonomi

    dari titik kesejahteraan ekonomi. Sebagai contoh, pembangunan ekonomi

    dipandang sebagai suatu proses dimana pendapatan nasional riil per

    kapita naik dibarengi dengan penurunan kesenjangan pendapatan dan

    pemenuhan keinginan masyarakat secara keseluruhan.

    Menurut Jhingan (2012) definisi yang telah disebutukan tersebut tidak

    bebas dari berbagai keterbatasan. Pertama, bisa saja terjadi kenaikan

    pendapatan nasional atau pendapatan per kapita, namun kesenjangan

    pendapatan justru semakin melebar. Kedua, dalam mengukur kesejahteraan

    ekonomi harus hati-hati terutama berkaitan dengan komposisi output total

    yang menyumbang kepada kenaikan pendapatan riil per kapita dan

    bagaimana output tersebut dinilai. Kesulitan yang muncul ialah terletak pada

    cara menilai output. Ketiga, harus mempertimbangkan pula tentang

    bagaimana suatu produk tersebut diproduksi. Keempat, tidak cukup melihat

    kenaikan kesejahteraan masyarakat hanya diukur dari kenaikan output per

    kapita, melainkan harus pula memasukkan berbagai pertimbangan tambahan

    seperti distribusi pendapatan, komposisi output, dan yang lainnya.

  • ⚫ EKSA4204/MODUL 1 1.7

    Dalam kebanyakan literatur awal mengenai pembangunan ekonomi yang

    diterbitkan tahun 1950-an dan 1960-an, pada umumnya pembangunan

    ekonomi didefinisikan sebagai berikut, yaitu suatu proses yang menyebabkan

    pendapatan per kapita penduduk suatu negara meningkat secara berkelanjutan

    dalam jangka panjang.

    Menurut Sukirno (2006) cara yang paling mudah untuk membedakan arti

    pertumbuhan ekonomi dan pembangunan ekonomi adalah dengan

    menggunakan ungkapan “Pembangunan ekonomi adalah pertumbuhan

    ekonomi ditambah dengan perubahan”. Artinya, ada tidaknya pembangunan

    ekonomi dalam suatu negara pada suatu tahun tertentu tidak saja diukur dari

    kenaikan produksi barang dan jasa yang berlaku dari tahun ke tahun, tetapi

    juga perlu diukur dari perubahan lain yang berlaku dalam berbagai aspek

    kegiatan ekonomi seperti perkembangan pendidikan, perkembangan

    teknologi, peningkatan kesehatan, peningkatan infrastruktur dan peningkatan

    pendapatan dan kemakmuran masyarakat.

    Pembangunan ekonomi diarahkan pada semakin kecilnya jurang

    pembangunan yang terjadi di suatu negara. Zimmerman (1965) dalam

    Sukirno (2006) menganalisis mengenai lajunya tingkat pembangunan

    ekonomi di beberapa negara di dunia di antara tahun 1860-1960 dan

    implikasiya kepada jurang pembangunan. Oleh karena pembangunan

    ekonomi meliputi berbagai aspek perubahan dalam kegiatan ekonomi, maka

    sampai dimana taraf pembangunan ekonomi yang dicapai suatu negara telah

    meningkat, tidak mudah diukur secara kuantitatif. Berbagai jenis data perlu

    dikemukakan untuk menunjukkan prestasi pembangunan yang dicapai suatu

    negara. Namun demikian, sebagai gambaran data pendapatan per kapita

    selalu digunakan untuk menggambarkan:

    1. taraf pembangunan ekonomi yang dicapai berbagai negara;

    2. tingkat perkembangan pendapatan per kapita dari tahun ke tahun.

    Pendapatan per kapita meskipun memiliki banyak kekurangan tetap

    dipergunakan sebagai alat untuk mengukur tingkat kemajuan pembangunan

    ekonomi dan taraf kemakmuran masyarakat. Pendapatan per kapita memiliki

    fungsi lain untuk menggambarkan jurang tingkat kemakmuran di antara

    berbagai negara.

  • 1.8 Ekonomi Pembangunan Islam ⚫

    C. KARAKTERISTIK NEGARA SEDANG BERKEMBANG

    Pada sub bagian ini akan dibahas karakterisitik dari negara terbelakang

    yang umumnya merupakan negara berkembang. Negara sedang berkembang

    pada umumnya terdiri dari negara-negara yang tersebar di tiga benua, yaitu di

    Asia, Afrika, dan Amerika Latin. Berikut ini, beberapa ciri umum negara

    berkembang (Sukirno, 2006).

    1. Tingkat Kemakmuran Relatif Rendah

    Salah satu faktor yang menjadi tolak ukur kemakmuran masyarakat di

    suatu negara ialah pendapatan yang diperoleh masyarakatnya. Hal ini yang

    menjadikan pendapatan per kapita sebagai alat pengukur kasar taraf

    kemakmuran suatu negara. Minimnya pendapatan ini berdampak kepada

    masalah kekurangan gizi dan kesehatan, kemiskinan yang meluas, dan taraf

    pendidikan yang rendah.

    2. Produktivitas Pekerja Sangat Rendah

    Produktivitas yang rendah ini diakibatkan karena masalah minimnya

    lapangan pekerjaan sehingga mengakibatkan banyak penduduk masih

    terkonsentrasi pada sektor pertanian maupun usaha keluarga. Hal ini

    mengakibatkan tingginya pengangguran terselubung. Selain itu rendahnya

    produktivitas diakibatkan pula pada sektor ekonomi yang masih dikelola

    secara tradisional, serta taraf pendidikan dan kesehatan pekerja yang belum

    mencapai tahap yang diinginkan sehingga berdampak pada penurunan

    produktivitas pekerja. Tingkat pendidikan yang rendah akan mengakibatkan

    pekerja tidak mampu beradaptasi dengan kemajuan teknologi yang semakin

    pesat, selain itu tingkat kesehatan rendah berdampak langsung pada

    produktivitas pekerja.

    3. Tingkat Pertumbuhan Penduduk Sangat Tinggi

    Setelah berakhirnya Perang Dunia, penemuan-penemuan baru pada

    bidang kesehatan mempengaruhi taraf kesehatan masyarakat dunia, sehingga

    tingkat kematian penduduk semakin berkurang. Sedangkan dalam waktu

    yang sama tingkat kelahiran tidak mengalami perubahan, hal ini berdampak

    pada cepatnya tingkat pertambahan penduduk terutama di negara

    berkembang. Pertambahan penduduk yang cepat akan memiliki beberapa

    dampak, yaitu:

  • ⚫ EKSA4204/MODUL 1 1.9

    a. jumlah tanggungan dalam keluarga semakin meningkat;

    b. besarnya tanggungan tanpa pendapatan yang memadai akan membatasi

    kemampuan keluarga untuk menyediakan dana bagi pendidikan dan

    kesehatan yang memadai;

    c. pertambahan penduduk yang cepat ini tidak diimbangi dengan

    pertambahan kesempatan kerja yang sama cepatnya.

    4. Kegiatan Ekonomi Bersifat Dualistis

    Kegiatan ekonomi dualistis, ialah ciri-ciri dalam suatu kegiatan ekonomi

    tertentu atau dalam suatu sektor tertentu yang menggunakan dua teknologi

    yang berbeda. Misalkan di sektor pertanian terdapat dua macam kegiatan,

    yaitu yang dilakukan oleh para petani tradisional dengan menggunakan

    metode kerja yang tradisional dan pada waktu yang sama terdapat

    perkebunan yang telah menggunakan teknologi yang modern.

    5. Kegiatan Ekonomi Berpusat di Pertanian

    Hampir sebagian besar negara berkembang yang baru merdeka setelah

    berakhirnya Perang Dunia bertumpu pada sektor pertanian. Negara

    berkembang yang miskin yang proses pembangunannya berjalan lambat,

    kegiatan ekonominya masih tetap bertumpu pada sektor pertanian. Sektor

    pertanian di negara berkembang sebagian besarnya masih menggunakan

    metode kerja yang tradisional, hal ini berdampak pada rendahnya

    produktivitas ekonomi pada sektor tersebut. Produktivitas yang rendah akan

    berdampak pada rendahnya pendapatan per kapita yang diterima pada sektor

    pertanian.

    6. Bahan Mentah Merupakan Ekspor Terpenting

    Negara berkembang sejak masa penjajahan menjadi perhatian karena

    kekayaan sumber alamnya. Kekayaan sumber alam ini menjadikan negara-

    negara berkembang tersebut melakukan ekspor bahan mentahnya tanpa

    diolah terlebih dahulu. Hal ini menjadikan negara berkembang akan tetap

    terbelakang dibandingkan dengan negara maju, karena negara maju yang

    mengimpor bahan mentah dari negara berkembang mampu mengolah bahan

    mentah tersebut menjadi suatu produk yang memiliki nilai tambah. Produk

    akhir yang sudah bernilai tambah ini kemudian diekspor kembali ke negara

    berkembang dengan nilai yang berkali-kali lipat dibandingkan dengan nilai

    bahan mentah awal.

  • 1.10 Ekonomi Pembangunan Islam ⚫

    Dalam memberikan definisi yang tepat mengenai keterbelakangan suatu

    hal yang (adalah) cukup sulit. Pada umumnya, negara berkembang banyak

    dikaitkan dengan negara terbelakang. Kuznets (1955) membuat tiga dimensi

    dalam membahas keterbelakangan ini. Pertama, istilah keterbelakangan

    dapat berarti kegagalan memanfaatkan secara penuh potensi produktif dengan

    menggunakan tingkat pengetahuan teknologi yang ada atau suatu kegagalan

    yang bersumber pada perlawanan lembaga-lembaga sosial. Kedua,

    keterbelakangan dapat dibahas dalam kaitannya dengan kinerja ekonomi dari

    suatu negara diperbandingkan dengan kinerja ekonomi dari negara lain.

    Ketiga, keterbelakangan dapat berarti kemiskinan ekonomi, dalam arti

    kegagalan untuk menyediakan biaya hidup yang memadai dan harta benda

    yang mampu memenuhi kebutuhan hidup masyarakat.

    Berikut ini, beberapa kriteria keterbelakangan (Jhingan, 2012).

    1. Kriteria pertama ialah nisbah (rasio) penduduk terhadap wilayah tanah.

    Kriteria ini dianggap kurang tepat karena ditemui sebagian besar negara

    terbelakang di wilayah Afrika dan Amerika Latin memiliki sejumlah

    daerah kosong. Sedangkan di sejumlah negara terbelakang lain di

    wilayah Asia memiliki rasio tinggi penduduk terhadap wilayahnya.

    2. Indikator lain keterbelakangan ialah perbandingan output industri

    terhadap keseluruhan output. Menurut kriteria ini, negara dengan rasio

    yang rendah antara output industri dan output keseluruhan dianggap

    sebagai terbelakang. Akan tetapi, rasio ini cenderung untuk meningkat

    bersama dengan kenaikan pendapatan per kapita. Oleh karenanya,

    kriteria ini bukan merupakan indikator keterbelakangan yang handal.

    3. Kriteria keterbelakangan ketiga, ialah rasio yang rendah antara modal

    terhadap populasi per kapita. Perekonomian terbelakang ialah

    perekonomian yang tidak memiliki cukup stok modal untuk

    mempekerjakan semua angkatan kerja yang ada berdasarkan teknik

    produksi yang modern. Namun, kriteria kekurangan modal bukan kriteria

    keterbelakangan yang memuaskan karena: (a) kekurangan modal

    tidaklah relevan dengan jumlah absolut stok modal suatu negara tetapi

    dengan rasio modal itu sendiri terhadap penduduk atau terhadap faktor

    yang lain; (b) prinsip produktivitas marginal menyatakan bahwa

    manakala rasio modal terhadap faktor lain rendah, maka produktivitas

    marginal modal akan tinggi, akan tetapi, sulit untuk menyimpulkan

    bahwa di dalam negara terbelakang produktivitas marginal modal

    menandakan kelangkaan modal, mungkin saja rendahnya produktivitas

  • ⚫ EKSA4204/MODUL 1 1.11

    marginal disebabkan oleh organisasi yang jelek, keterampilan yang

    rendah, dan lainnya; (c) jika kelangkaan modal diambil sebagai indikator

    keterbelakangan, faktor sosio-ekonomi lainnya akan jadi terabaikan.

    Modal memang suatu hal yang penting dalam pembangunan, namun hal

    ini bukanlah syarat mutlak.

    4. Kriteria lain dari keterbelakangan ialah kemiskinan. Negara

    terbelakangan ditandai dengan kemiskinan massal yang kronis dan

    bukan merupakan akibat bencana sementara. Selain itu, kemiskinan

    ditandai oleh metode produksi dan organisasi sosial yang usang, berarti

    kemiskinan itu sama sekali bukan disebabkan oleh karena negara itu

    miskin sumber alam dan oleh sebab itu kemiskinan barangkali dapat

    dikurangi lewat penerapan metode-metode yang telah teruji di negara-

    negara lain.

    5. Kriteria yang paling umum banyak dipergunakan meskipun tidak

    sepenuhnya akurat ialah rendahnya pendapatan per kapita negara

    terbelakang dibandingkan dengan negara-negara maju. Namun, batasan

    pendapatan per kapita masih belum memadai karena hanya memusatkan

    pada satu sisi keterbelakangan, yaitu kemiskinan, selain itu kesulitan

    dalam mengukur pendapatan nasional per kapita di negara terbelakang

    tersebut dan membandingkannya dengan pendapatan per kapita di negara

    maju.

    D. HAMBATAN PEMBANGUNAN

    Perkembangan pembangunan di negara berkembang yang masih jauh di

    bawah dari pembangunan di negara maju baik sebelum perang dunia II

    maupun setelah perang dunia II menimbulkan suatu pertanyaan mengenai

    faktor-faktor apa yang menyebabkan sebagian besar negara berkembang

    belum berhasil mencapai tingkat pembangunan ekonomi sebagaimana yang

    diharapkan. Hal ini kemudian menimbulkan banyak teori yang mengkaji

    mengenai teori-teori yang menghambat pembangunan. Sukirno (2006)

    menjelaskan bahwa setidaknya terdapat lima faktor berdasarkan teori-teori

    tesebut yang menghambat pembangunan di negara berkembang.

    1. Perkembangan Penduduk

    Perkembangan jumlah penduduk memiliki dampak positif dan negatif

    terhadap proses pembangunan di negara berkembang. Dampak positif

  • 1.12 Ekonomi Pembangunan Islam ⚫

    perkembangan penduduk sebagai faktor pendorong ialah: pertama,

    perkembangan penduduk akan berdampak pada pertambahan jumlah tenaga

    kerja dari masa ke masa. Apabila tenaga kerja yang ada merupakan tenaga

    kerja yang terdidik dan memiliki keterampilan akan memberikan sumbangan

    lebih besar bagi pengembangan kegiatan ekonomi. Kedua, dengan

    perkembangan penduduk akan mendorong terjadinya perluasan pasar. Pasar

    yang semakin luas akan menjadi perangsang bagi sektor produksi untuk

    meningkatkan kegiatan usahanya. Hal ini akan berdampak bagi kemajuan dan

    pengembangan kegiatan ekonomi.

    Namun, perkembangan penduduk akan berdampak negatif atau menjadi

    faktor penghambat pembangunan apabila produktivitas sektor produksi

    sangat rendah dan di dalam masyarakat terdapat banyak pengangguran. Dua

    kondisi ini akan mengakibatkan pertambahan penduduk tidak akan

    menaikkan produksi secara signifikan, justru akan menjadi beban bagi

    pembangunan ekonomi suatu negara.

    Anaisis pengaruh langsung pertambahan penduduk kepada

    perkembangan tingkat kesejahteraan dilakukan oleh Nelson (1956) dan

    Leibenstein (1957). Mereka menyatakan bahwa pertambahan penduduk yang

    pesat di negara berkembang menyebabkan tingkat kesejahteraan masyarakat

    tidak mengalami perbaikan yang berarti dan dalam jangka panjang mungkin

    menurun. Mereka berpendapat bahwa sebagai akibat dari perkembangan

    penduduk yang tinggi, dalam jangka panjang tingkat pendapatan per kapita

    akan kembali mencapai tingkat pendapatan subsisten atau cukup hidup saja.

    2. Dualisme dalam Perekonomian

    Salah satu karakteristik negara berkembang sebagaimana yang telah

    dibahas sebelumnya ialah kegiatan ekonomi yang masih bersifat dualistik.

    Berbagai hambatan yang timbul dari adanya dualisme dalam perekonomian

    yang baru berkembang bersumber dari pengaruh sektor tradisional kepada

    kegiatan perekonomian. Sebagian besar kegiatan ekonomi negara

    berkembang yang relatif miskin masih menggunakan teknik-teknik yang

    sangat sederhana dan cara berpikir yang masih kuno. Hal pertama

    menyebabkan produktivitas berbagai kegiatan produksi yang sangat rendah,

    dan hal yang kedua menyebabkan usaha-usaha pembaharuan sangat terbatas.

    Dengan demikian cara berproduksi tradisional dan memiliki produktivitas

    rendah tidak mengalami perubahan berarti dari masa ke masa. Kehidupan

    masyarakat yang masih dipengaruhi oleh nilai-nilai hidup yang diwarisi

  • ⚫ EKSA4204/MODUL 1 1.13

    selama beberapa generasi membatasi kemungkinan perbaikan teknologi

    memproduksi maupun organisasinya, dan mengembangkan pasar yang baru.

    Keadaan masyarakat seperti ini akan menimbulkan ketidaksempurnaan di

    dalam pasar sehingga mekanisme pasar tidak dapat berfungsi secara efisien.

    3. ‘Lingkaran Setan’ Kemiskinan

    Negara terbelakang pada umumnya terjerat dalam lingkaran setan

    kemiskinan (the vicious circle of poverty). Nurkse (1953) dalam Jhingan

    (2012) menjelaskan “lingkaran setan mengandung arti deretan melingkar

    kekuatan-kekuatan yang satu sama lain beraksi dan bereaksi sedemikian

    rupa sehingga menempatkan suatu negara miskin tetap berada dalam

    keadaan melarat”. Lingkaran setan kemiskinan berawal dari suatu fakta

    bahwa produktivitas total di suatu negara terbelakang sangat rendah, hal ini

    disebabkan oleh kekurangan modal, pasar yang tidak sempurna, dan

    keterbelakangan perekonomian.

    Jika dilihat dari sudut permintaan dapat dijelaskan bahwa rendahnya

    tingkat pendapatan akan menyebabkan tingkat permintaan menjadi rendah

    sehingga pada gilirannya tingkat investasi pun rendah. Tingkat investasi yang

    rendah kembali menyebabkan modal kurang dan produktivitas rendah.

    Sedangkan dari sudut penawaran, produktivitas rendah tercermin di dalam

    pendapatan nyata yang rendah, pendapatan yang rendah berarti tingkat

    tabungan rendah. Tingkat tabungan rendah menyebabkan tingkat investasi

    rendah dan modal kurang. Kekurangan modal pada akhirnya bermuara pada

    produktivitas yang rendah.

    Gambar 1.1

    Lingkaran Setan Kemiskinan

  • 1.14 Ekonomi Pembangunan Islam ⚫

    Lingkaran setan ketiga menyangkut keterbelakangan manusia dan

    sumber alam. Pengembangan sumber alam pada suatu negara tergantung

    pada kemampuan produktif manusianya. Jika penduduknya terbelakang dan

    buta huruf, langka akan keterampilan teknik, pengetahuan dan aktivitas

    kewiraswastaan maka sumber-sumber alam akan tetap terbengkalai, kurang

    atau bahkan salah guna. Pada pihak lain, keterbelakangan sumber alam ini

    menyebabkan keterbelakangan manusia. Keterbelakangan sumber alam,

    karena itu, merupakan sebab dan sekaligus akibat keterbelakangan manusia.

    Hal ini dapat dilihat pada Gambar 1.2. berikut ini.

    Gambar 1.2

    Lingkaran Setan Kemiskinan Ketiga

    Hambatan yang paling erat berkaitan dengan pembangunan ekonomi

    adalah kelangkaan modal. Hal ini bersumber dari lingkaran setan yang telah

    dijelaskan sebelumnya. Kemiskinan menjadi penyebab dan sekaligus akibat

    dari rendahnya tingkat pembentukan modal suatu negara. Masyarakat suatu

    negara terbelakang sering terbelenggu oleh kemiskinan, kebanyakan dari

    mereka buta huruf dan tidak terdidik, serta menggunakan peralatan modal

    dan metode produksi yang telah usang.

    4. Struktur Ekspor Berupa Bahan Mentah

    Ekspor memiliki peranan dalam pembangunan ekonomi dan peningkatan

    kesejahteraan masyarakat, namun ekspor seringkali menjadi salah satu

    penghambat pembangunan di negara berkembang. Hal ini disebabkan ekspor

    di negara berkembang memiliki ciri-ciri berikut ini. (a) Sebagian besar

    barang-barang yang diekspor merupakan hasil industri primer (pertanian,

  • ⚫ EKSA4204/MODUL 1 1.15

    pertambangan, kehutanan, dan perikanan) dan masih merupakan bahan

    mentah. (b) Jenis-jenis bahan mentah yang diekspor sangat terbatas. (c)

    Sektor ekspor pada mulanya dikembangkan terutama oleh pengusaha-

    pengusaha yang berasal dari negara penjajah. Beberapa ahli ekonomi seperti

    Myrdal, Myint, Prebisch, Singer, dan Meier telah menunjukkan bahwa ciri-

    ciri sektor ekspor tersebut tidak dapat memberikan sumbangan yang

    memuaskan untuk mempercepat pembangunan ekonomi.

    5. Proses Sebab-Akibat Kumulatif

    Teori yang dikemukakan oleh Myrdal ini mengemukakan sebab-sebab

    bertambah memburuknya perbedaan tingkat pembangunan di berbagai daerah

    dalam suatu negara. Myrdal berkeyakinan bahwa dalam proses pembangunan

    ada faktor-faktor yang akan memperburuk perbedaan tingkat pembangunan

    antara berbagai daerah atau negara. Keadaan seperti itu terjadi akibat dari

    suatu proses sebab akibat kumulatif. Menurut Myrdal, pembangunan di

    daerah yang lebih maju akan menciptakan beberapa keadaan yang akan

    menimbulkan hambatan yang lebih besar bagi daerah yang terbelakang untuk

    berkembang. Keadaan ini dikenal sebagai backwash effect. Selain itu,

    perkembangan di daerah yang lebih maju dapat menimbulkan keadaan-

    keadaan yang mendorong perkembangan daerah yang lebih miskin.

    Keadaaan ini, dinamakan sebagai spread effects.

    Selain hambatan-hambatan di atas, Jhinghan (2012) menyatakan bahwa

    terdapat beberapa faktor lain yang turut menjadi hambatan dalam

    pembangunan di negara berkembang, yaitu sebagai berikut.

    a. Tingkat Pembentukan Modal yang Rendah

    Kelangkaan modal sebagai salah satu modal dasar pembangunan

    menjadi salah satu hambatan. Hal ini bersumber dari lingkaran setan

    kemiskinan yang telah dijelaskan sebelumnya. Kemiskinan merupakan

    penyebab sekaligus akibat dari rendahnya tingkat pembentukan modal suatu

    negara. Masyarakat suatu negara terbelakang tercekam oleh kemiskinan, hal

    ini pada akhirnya menyebabkan tingkat tabungan yang rendah. Kebanyakan

    tabungan di negara berkembang dilakukan oleh kelompok berpendapatan

    tinggi, tetapi tabungan ini tidak mengalir ke saluran-saluran produktif.

    Menurut Jhinghan (2012) terdapat beberapa sebab utama pada akhirnya

    yang menyebabkan tingkat investasi yang rendah di negara berkembang.

    Pertama, ketidakberanian untuk mencoba sesuatu yang baru. Kedua,

  • 1.16 Ekonomi Pembangunan Islam ⚫

    sempitnya pasar domestik. Ketiga, kesulitan mendapatkan dana untuk tujuan

    investasi. Keempat, kurangnya buruh terampil dan kurangnya mobilitas

    faktor sehingga mempertinggi biaya produksi dan dengan demikian akan

    menghalangi calon investor. Kelima, kemampuan wiraswasta yang langka.

    b. Hambatan Sosio-Budaya

    Negara berkembang memiliki lembaga sosial dan sikap yang tidak

    menunjang pembangunan ekonomi. Terdapatnya unsur-unsur perlawanan

    sosial terhadap perubahan ekonomi yang berakar pada faktor-faktor

    kelembagaan, seperti nampak pada stratifikasi pekerjaan yang ketat,

    pengelompokan masyarakat berdasarkan kelas sosial di masyarakat, etos

    kerja yang tidak mau keluar dari lingkungannya adalah beberapa faktor sosio-

    budaya yang menghambat pembangunan. Hambatan sosio-budaya inilah

    yang harus mampu dipecahkan melalui sistem pendidikan yang baik, dimana

    sistem pendidikan tidak hanya terkait pada aspek pengetahuan semata

    melainkan juga harus mampu membentuk suatu karakter kepribadian yang

    paripurna.

    c. Dampak Kekuatan Internasional

    Hambatan lain yang menghambat negara berkembang ialah pengaruh

    buruk investasi asing, terutama investasi yang ditujukan pada barang-barang

    yang dapat diekspor secara terus menerus. Hal ini pada akhirnya hanya akan

    merugikan perekonomian. Tingkat produktivitas, pendapatan, dan tingkat

    kehidupan di sektor primer tidak mengalami kenaikan. Pihak asing menguras

    habis sejumlah besar uang dalam bentuk laba dan upah manajemen yang

    tinggi.

    E. PRASYARAT PEMBANGUNAN

    Negara-negara berkembang yang memiliki keinginan untuk maju harus

    memenuhi prasyarat-prasyarat dasar bagi pembangunan ekonomi. Jhinghan

    menyebutkan beberapa prasyarat pembangunan ekonomi yang dibutuhkan.

    1. Atas Dasar Kekuatan Sendiri

    Syarat utama bagi pembangunan ekonomi ialah proses pertumbuhannya

    harus bertumpu pada kemampuan perekonomian di dalam negeri. Hasrat

    untuk memperbaiki nasib dan prakarsa untuk menciptakan kemajuan material

  • ⚫ EKSA4204/MODUL 1 1.17

    harus muncul dari warga negara itu sendiri. Hal ini dapat kita lihat pada kasus

    Jepang yang mampu bangkit setelah seluruh perekonomiannya hancur pasca

    perang dunia II. Kebangkitan perekonomian dalam negeri harus ditopang

    oleh kepemimpinan nasional yang kuat, dimana pemimpin bangsa harus

    yakin bahwa negaranya dapat bangkit oleh kemampuannya sendiri. Oleh

    karenanya komitmen dan keberpihakan terhadap sektor produksi dalam

    negeri harus kuat, hal inilah yang kurang kita lihat pada kepemimpinan

    nasional di Indonesia.

    2. Menghilangkan Ketidaksempurnaan Pasar

    Syarat kedua berkaitan dengan usaha menghilangkan ketidaksempurnaan

    pasar. Ketidaksempurnaan pasar menyebabkan immobilitas faktor dan

    menghambat ekspansi sektoral dan pembangunan. Untuk menghilangkan hal

    ini, lembaga sosio-ekonomi yang ada harus diperbaiki dan diganti dengan

    yang lebih baik. Pemerintah harus berani melakukan suatu perubahan yang

    radikal untuk menghilangkan ketidaksempurnaan yang terjadi di pasar.

    3. Perubahan Struktural

    Perubahan struktural mengandung arti peralihan dari masyarakat

    pertanian tradisional menjadi ekonomi industri modern, yang mencakup

    peralihan lembaga, sikap sosial, dan motivasi yang ada secara radikal.

    Perubahan struktural semacam ini menyebabkan kesempatan kerja semakin

    banyak dan produktivitas buruh stok modal, pendayagunaan sumber-sumber

    baru serta perbaikan teknologi akan semakin tinggi. Perubahan struktural

    terkait dengan ekspansi besar-besaran pada sektor non-pertanian, penurunan

    peran sektor pertanian tidak berarti terjadi penurunan output pertanian.

    Output pertanian harus selalu meningkat dalam artian absolut. Perubahan

    radikal ini terkait dengan modernisasi sektor pertanian, reformasi pertanahan,

    dan lainnya.

    Aspek penting lain dari perubahan struktural ialah perpindahan

    penduduk dari sektor primer dan sekunder ke sektor tersier. Sektor tersier

    mencakup sejumlah jasa yang menghasilkan barang non-material, seperti:

    pengangkutan, sistem distribusi, pendidikan, jasa pemerintah dan rumah

    tangga, dan sebagainya. Dengan adanya pembangunan ekonomi, permintaan

    produk sektor tersier meningkat amat cepat karena ekspansi sektor pertanian

    dan industri pada umumnya tergantung pada tersedianya pengangkutan,

    distribusi, dan sebagainya. Aspek lain yang cukup penting ialah perubahan

    sistem sosial yang ada. Sistem sosial baru dimaksudkan untuk melahirkan

    terobosan dalam tatanan sosio-ekonomi masyarakat.

  • 1.18 Ekonomi Pembangunan Islam ⚫

    4. Pembentukan Modal

    Pembentukan modal merupakan faktor paling penting dan strategis di

    dalam proses pembangunan. Proses ini berjalan melewati tiga tingkatan: (a)

    Kenaikan volume tabungan nyata yang tergantung pada kemauan dan

    kemampuan untuk menabung; (b) keberadaan lembaga kredit dan keuangan

    untuk menggalakkan dan menyalurkan tabungan agar dapat dialihkan

    menjadi dana yang dapat diinvestasikan; (c) Penggunaan tabungan untuk

    tujuan investasi dalam barang-barang modal pada perusahaan. Pemerintah di

    negara berkembang harus mampu mencari sumber-sumber pendanaan

    optimal terkait pembentukan modal ini, karena akan sangat kecil jika hanya

    mengandalkan tabungan dalam negeri sebagaimana yang telah dijelaskan

    pada bagian hambatan pembangunan.

    5. Menentukan Investasi yang Tepat

    Menentukan investasi yang tepat sama pentingnya dengan menentukan

    laju pembentukan modal. Negara berkembang tidak saja harus menentukan

    besarnya tingkat investasi tetapi juga komposisi investasi. Negara

    bertanggung jawab untuk melakukan investasi yang paling menguntungkan

    bagi masyarakat. Oleh karenanya, negara harus memiliki skala prioritas

    dalam penentuan investasi. Hal ini harus dilakukan karena keterbatasan

    modal yang dimiliki, terutama di negara berkembang sehingga bisa jadi suatu

    proyek dapat bertahun-tahun tidak atau belum dilaksanakan karena ada

    proyek investasi yang lebih penting dan harus dilaksanakan segera.

    Kesinambungan dalam pelaksanaan investasi termasuk menjadi hal yang

    menentukan. Setiap rezim pemerintahan harus merujuk pada rencana

    investasi yang telah ditetapkan oleh rezim sebelumnya untuk kemudian

    ditindaklanjuti.

    6. Persyaratan Sosio-Budaya

    Wawasan sosio-budaya masyarakat haruslah diubah jikalau

    pembangunan diharapkan dapat berjalan. Hambatan sosial yang menghalangi

    kemajuan ekonomi haruslah disesuaikan atau disingkirkan. Setiap perubahan

    sosio-budaya harus selektif dan diperkenalkan secara bertahap. Tidak seluruh

    tatanan sosio-budaya yang ada tidak baik, contohnya budaya gotong royong

    yang ada di Indonesia merupakan salah satu tatanan sosio-budaya yang harus

    selalu dijaga. Perubahan nilai-nilai budaya mencakup hal-hal yang terkesan

    sepele, seperti budaya antri, budaya membuang sampah pada tempatnya,

    budaya disiplin, etos kerja yang tinggi dan sebagainya. Hal-hal inilah yang

    seringkali menghambat kemajuan ekonomi termasuk di Indonesia.

  • ⚫ EKSA4204/MODUL 1 1.19

    7. Administrasi dan Birokrasi

    Pembangunan ekonomi yang baik harus ditunjang oleh sistem

    administrasi yang kuat, berwibawa, dan tidak korup. Pemerintah harus kuat,

    mampu menegakkan hukum dan ketertiban, serta mempertahankan keamanan

    dan pertahanan negara. Oleh karenanya, pembangunan ekonomi memerlukan

    perlengkapan administratif yang baik dan efisien. Reformasi birokrasi

    diperlukan untuk membangun sistem administrasi yang baik dan efisien.

    1) Sebutkan alasan utama mengapa pada era sebelum perang dunia II

    masalah terkait pembangunan ekonomi belum menjadi fokus perhatian

    dalam ilmu ekonomi?

    2) Sebutkan tiga hal yang menandai suatu proses pembangunan menurut

    Simon Kuznets?

    3) Apakah kegunaan data pendapatan per kapita?

    Petunjuk Jawaban Latihan

    1) Setidaknya ada tiga alasan utama mengapa masalah terkait pembangunan

    ekonomi belum menjadi fokus perhatian dalam pembahasan ilmu

    ekonomi. Pertama, negara-negara penjajah tidak mempedulikan

    pembangunan ekonomi pada negara jajahannya. Mereka fokus

    bagaimana sebanyak mungkin menguasai sumber daya ekonomi yang

    dihasilkan oleh negara jajahannya, tanpa mempedulikan bagaimanakah

    nasib masyarakat dari negara jajahannya. Kedua, negara-negara yang

    dijajah fokus perhatian mereka ialah bagaimana mampu melepaskan diri

    dari jerat negara penjajah dan memproklamirkan kemerdekaannya.

    Selama mereka masih terjajah maka mereka tidak akan bisa memikirkan

    bagaimana membangun ekonominya. Ketiga, para ekonom terfokus

    bagaimana membangun ekonomi dalam jangka pendek semata, namun

    melupakan proses pembangunan ekonomi yang pada umumnya bersifat

    jangka panjang.

    LATIHAN

    Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,

    kerjakanlah latihan berikut!

  • 1.20 Ekonomi Pembangunan Islam ⚫

    2) Menurut Simon Kuznets, berdasarkan pengamatannya di negara-negara

    maju, ia menyimpulkan bahwa setiap proses pembangunan ekonomi

    akan terdapat tiga tanda, yaitu:

    a. produksi, baik jumlah maupun jenisnya terus menerus bertambah;

    b. teknologi yang terus menerus berkembang;

    c. agar perkembangan ekonomi itu menjadi unsur yang tidak lepas dari

    pertumbuhan teknologi, dibutuhkan penyesuaian kelembagaan,

    ideologi dan sikap hidup.

    3) Data pendapatan per kapita selalu digunakan untuk menggambarkan: (a)

    taraf pembangunan ekonomi yang dicapai berbagai negara; (b) tingkat

    perkembangan pendapatan per kapita dari tahun ke tahun.

    1. Pembangunan ekonomi dalam suatu negara pada suatu tahun tertentu tidak saja diukur dari kenaikan produksi barang dan jasa

    yang berlaku dari tahun ke tahun, tetapi juga perlu diukur dari

    perubahan lain yang berlaku dalam berbagai aspek kegiatan

    ekonomi seperti perkembangan pendidikan, perkembangan

    teknologi, peningkatan kesehatan, peningkatan infrastruktur dan

    peningkatan pendapatan dan kemakmuran masyarakat.

    2. Secara umum, terdapat beberapa karakteristik negara sedang berkembang, yaitu (a) tingkat kemakmuran relatif rendah; (b)

    produktivitas pekerja sangat rendah; (c) tingkat pertumbuhan

    penduduk sangat tinggi; (d) kegiatan ekonomi bersifat dualistis; (e)

    kegiatan ekonomi terpusat di sektor pertanian; (f) bahan mentah

    merupakan ekspor penting.

    3. Terdapat beberapa faktor yang dapat menghambat proses pembangunan di negara sedang berkembang, yaitu (a)

    perkembangan penduduk; (b) dualisme di dalam perekonomian; (c)

    lingkaran setan kemiskinan; (d) struktur ekspor berupa bahan

    mentah; (e) proses sebab-akibat kumulatif.

    4. Terdapat beberapa prasyarat pembangunan, yaitu (a) atas dasar kekuatan sendiri; (b) menghilangkan ketidaksempurnaan pasar; (c)

    Perubahan struktural; (d) pembentukan modal; (e) menentukan

    investasi yang tepat; (f) persyaratan sosio-budaya; (g) administrasi

    dan birokrasi.

    RANGKUMAN

  • ⚫ EKSA4204/MODUL 1 1.21

    1) Pembangunan ekonomi seringkali diukur dengan menggunakan…

    A. pendapatan riil per kapita yang semakin meningkat

    B. kesenjangan yang semakin lebar

    C. kemiskinan yang semakin meluas

    D. ekspor bahan mentah yang semakin intensif

    2) Salah satu ciri umum negara berkembang ialah…

    A. tingkat kemakmuran relatif tinggi

    B. rendahnya produktivitas pekerja

    C. kegiatan ekonomi bersifat sentralistik

    D. sektor pertanian sebagai penyokong kegiatan ekonomi

    3) Faktor penghambat pembangunan menurut M.L Jhinghan ialah...

    A. struktur impor suatu negara

    B. faktor sosio-budaya

    C. pembentukan modal yang tinggi

    D. kerjasama perdagangan internasional

    4) Faktor yang menjadi prasyarat pembangunan ialah…

    A. meningkatkan hambatan di dalam pasar

    B. memperbesar kue pembangunan

    C. kesejahteraan ekonomi

    D. persyaratan sosio-budaya

    5) Ciri-ciri ekspor produk di negara berkembang ialah…

    A. sebagian besar barang-barang ekspor merupakan hasil industri

    primer

    B. kemampuan negara berkembang dalam mengolah bahan mentah

    yang dihasilkan

    C. ekspor barang setengah jadi dan barang jadi

    D. ekspor produk yang memberikan nilai tambah

    TES FORMATIF 1

    Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!

  • 1.22 Ekonomi Pembangunan Islam ⚫

    Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang

    terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar.

    Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan

    Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 1.

    Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali

    80 - 89% = baik

    70 - 79% = cukup

    < 70% = kurang

    Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat

    meneruskan dengan Kegiatan Belajar 2. Bagus! Jika masih di bawah 80%,

    Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 1, terutama bagian yang

    belum dikuasai.

    Tingkat penguasaan = Jumlah Jawaban yang Benar

    100%Jumlah Soal

  • ⚫ EKSA4204/MODUL 1 1.23

    Kegiatan Belajar 2

    Paradigma Pembangunan dalam Ekonomi Islam

    alam Kegiatan Belajar 2 ini, kita akan membahas tentang paradigma

    pembangunan ekonomi dalam perspektif islam, konsep pembangunan

    ibnu khaldun, pertumbuhan ekonomi dalam ekonomi Islam, dan dimensi

    keadilan dan kesejahteraan dalam pembangunan Islam.

    A. PARADIGMA PEMBANGUNAN EKONOMI DALAM

    PERSPEKTIF ISLAM

    Ekonomi pembangunan Islam dapat didefinisikan sebagai suatu konsep

    yang mempelajari dan menganalisis proses pembangunan dan faktor-faktor

    yang memengaruhinya, serta mengidentifikasi dan merekomendasikan

    kebijakan pembangunan berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah (Beik dan

    Arsyanti, 2016). Berdasarkan definisi tersebut terlihat bahwa terdapat

    perbedaan paradigma yang cukup mendasar antara konsep ekonomi

    pembangunan Islam dengan ekonomi pembangunan konvensional.

    Salah satu hal utama yang membedakan antara konsep pembangunan

    dalam ekonomi Islam dan ekonomi konvensional ialah paradigma. Paradigma

    pembangunan inilah yang kemudian menjadi suatu variabel yang cukup

    signifikan dalam ruang lingkup dalam cara pandangan dan aktivitas

    pembangunan ekonomi. Paradigma pembangunan ekonomi konvensional

    sebagaimana yang telah kita bahas pada kegiatan belajar 1 cenderung

    terfokus pada aspek-aspek yang bersifat material, seperti pertumbuhan

    ekonomi, pendapatan per kapita, dll.

    Hal yang harus dilakukan ialah bagaimana ekonomi Islam memandang

    berbagai hal yang sudah dilakukan oleh paradigma pembangunan

    konvensional, kemudian bagaimana solusi dan kebijakan yang tepat untuk

    mengatasinya. Konsep Islam tentang pembangunan ekonomi lebih luas dari

    konsep pembangunan konvensional. Pembangunan ekonomi dalam Islam

    merupakan suatu pembangunan yang bersifat multi-dimensional, karena tidak

    hanya berorientasi pada dunia, namun juga berorientasi akhirat (Mannan,

    1997; Huda, dkk, 2015).

    D

  • 1.24 Ekonomi Pembangunan Islam ⚫

    Pembangunan ekonomi Islam tidak hanya berorientasi pada aspek

    material semata, melainkan harus pula menyentuh aspek spiritual dan moral.

    Hal ini sebagaimana yang termaktub dalam QS Asy-Syams Ayat 7-10,

    dimana kurang lebih terjemahnya sebagai berikut:

    “Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaan-Nya) (7), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya (8), Sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu (9), dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya (10)” (QS 91: 7 – 10)

    Pada ayat diatas, menggambarkan betapa pentingnya aspek kesucian

    jiwa dalam suatu proses pembentukan karakter manusia. Hal ini menjadikan

    suatu kesadaran betapa pentingnya pemerintah menaruh perhatian pula

    kepada aspek spiritual dan moral. Manusia merupakan penciptaan yang

    sempurna apabila mampu memadukan pembangunan yang tidak hanya

    menyentuh aspek material semata, melainkan telah mampu pula menyentuh

    aspek pembangunan karakter melalui pembangunan spiritual dan moral.

    Dalam ajaran Islam, manusia memiliki dua tugas utama, yaitu sebagai

    hamba Allah dan sebagai wakil Allah di muka bumi (khalifatulah fil ardh).

    Keberhasilan manusia dalam menjalankan kedua tugas utamanya ini sangat

    bergantung pada jalan yang dipilihnya. Pilihan atas jalan tersebut akan

    memengaruhi potensi mana yang dapat dioptimalkan, apakah potensi

    kebaikan (at-taqwa) ataukah potensi keburukan (al-fujuur). Jika jalan

    tazkiyah yang diambil maka manusia akan mampu mengoptimalkan potensi

    kebaikan yang dimilikinya. Namun, jika jalan yang dipilih adalah dassiyah,

    maka yang akan dominan adalah potensi keburukannya. Kerangka jalan

    tazkiyah akan didasarkan pada tiga prinsip utama, yaitu keadilan,

    keseimbangan, dan ketundukan penuh terhadap aturan Allah (Beik dan

    Arsyanti, 2016).

    Fokus utama pembangunan dalam konsep jalan tazkiyah tidak hanya

    akan diarahkan pada hal-hal yang bersifat material semata, melainkan juga

    dikaitkan dengan aspek moral spiritual. Ukuran-ukuran keberhasilan

    pembangunan tidak hanya didasarkan pada ukuran-ukuran materiil semata,

    melainkan harus mampu memasukkan pula ukuran-ukuran moral spiritual.

    Jalan tazkiyah mensyaratkan suatu keseimbangan peran antara negara dengan

    masyarakat.

  • ⚫ EKSA4204/MODUL 1 1.25

    Menurut Metwally (1993) yang membedakan antara Islam dengan

    agama lain adalah ajaran yang terdapat dalam Islam tidak hanya terkait

    masalah ibadah ritual semata namun turut pula mengatur permasalahan

    kehidupan dunia yang dapat dilakukan oleh seorang muslim dalam kehidupan

    kesehariannya. Perbedaan antara ekonomi Islam dengan sistem ekonomi

    lainnya menurut Metwally (1993) pada hal-hal berikut ini.

    1. Sumber daya merupakan kepemilikan mutlak dari Allah yang

    diamanahkan kepada manusia untuk dimanfaatkan sebaik-baiknya dalam

    rangka maksimalisasi produksi dengan tujuan untuk memberikan

    kesejahteraan kepada kehidupan umat di dunia.

    2. Islam mengakui adanya kepemilikan pribadi dengan memberikan

    beberapa batasan. Pertama, kepemilikan pribadi yang diakui dalam

    Islam adalah tidak boleh menganggu kepentingan masyarakat sekitar.

    Kedua, Islam melarang seorang muslim untuk memperoleh pendapatan

    yang berasal dari jalan yang tidak halal dan thayib, seperti mencuri,

    merampok, dll. Ketiga, pelarangan akan penimbunan.

    3. Ekonomi Islam menggunakan model kerjasama dalam aktivitas

    ekonominya, sementara ekonomi pasar (free market economies)

    menggunakan teknik sebaliknya dalam mencapai keseimbangan.

    4. Sistem ekonomi Islam menentang adanya akumulasi dan konsentrasi

    kekayaan pada sekelompok individu atau golongan. Dalam sistem

    ekonomi Islam setiap harta harus diproduktifkan agar memberikan

    kontribusi positif dalam menggerakkan perekonomian.

    5. Ketika ekonomi pasar (free market economies) didominasi oleh industri

    yang bersifat monopoli dan oligopoly, maka sistem ekonomi Islam

    menganjurkan kepemilikan dan manajemen public atas berbagai sumber

    daya yang dapat memberikan kemaslahatan bagi umat

    6. Seorang muslim harus menyadari bahwa segala aktivitas ekonominya

    selalu diamati oleh Allah SWT, sehingga berbagai tindakan yang

    melanggar aturan syariat Islam akan dihindari. Inilah merupakan nilai

    dasar yang mengarahkan prilaku individu dalam aktivitas ekonominya.

    Berikut ini, beberapa prinsip dari ekonomi Islam yang ditawarkan oleh

    M.A. Choudhury (1986).

    1. Prinsip tauhid dan persaudaraan. Tauhid ialah konsep yang

    menggambarkan hubungan antara manusia dengan Tuhannya. Segala

    aktivitas ekonomi yang dilakukan oleh seorang muslim akan sangat

  • 1.26 Ekonomi Pembangunan Islam ⚫

    terjaga karena ia merasa bahwa Allah SWT akan selalu melihat apa yang

    dilakukannya. Sementara konsep persaudaraan atau yang biasa dikenal

    sebagai ukhuwah Islamiyah memberikan makna persaudaraan dan

    kerjasama yang tulus antara sesama muslim dalam aktivitas ekonomi.

    2. Prinsip bekerja dan produktivitas. Dalam ekonomi Islam individu

    dituntut untuk bekerja semaksimal mungkin dengan tingkat produktivitas

    kerja yang tinggi dengan tujuan untuk memberikan yang terbaik bagi

    kemaslahatan umat. Hasil pekerjaan ini harus dikompensasi secara layak

    sesuai dengan standar kehidupan yang layak.

    3. Prinsip distribusi kekayaan yang adil. Prinsip ekonomi Islam yang

    ketiga adalah pengakuan atas hak masyarakat dan redistribusi kekayaan.

    Mekanisme pendistribusian kekayaan dalam Islam adalah dengan

    melalui mekanisme zakat. Proses mekanisme zakat akan mampu

    melakukan redistribusi kekayaan dari pihak kaya kepada pihak miskin.

    Beik dan Arsyanti (2016) menyatakan bahwa terdapat beberapa konsep

    dasar yang menjadi basis dalam ekonomi pembangunan Islam, yaitu sebagai

    berikut.

    1. Konsep tauhid, khalifah, dan tazkiyah dalam pembangunan ekonomi.

    2. Aspek pembangunan: fisik materiil, dan moral spiritual.

    3. Fokus utama: manusia (subjek dan objek pembangunan) dan

    kesejahteraan sosial.

    4. Peran negara.

    Tujuan yang ingin dicapai dalam suatu sistem ekonomi Islam

    berdasarkan konsep dasar dalam Islam yaitu tauhid dan berdasarkan rujukan

    kepada Al-Qur’an dan Sunnah adalah (Al Arif, 2015):

    1. pemenuhan kebutuhan dasar manusia meliputi pangan, sandang, papan,

    kesehatan, dan pendidikan untuk setiap lapisan masyarakat;

    2. memastikan kesetaraan kesempatan untuk semua orang;

    3. mencegah terjadinya pemusatan kekayaan dan meminimalkan

    ketimpangan dana distribusi pendapatan dan kekayaan di masyarakat;

    4. memastikan kepada setiap orang kebebasan untuk mematuhi nilai-nilai

    moral;

    5. memastikan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi.

  • ⚫ EKSA4204/MODUL 1 1.27

    Chaudhury (1986) diikuti dengan Beik dan Arysanti (2016) menyatakan

    bahwa tauhid memegang peranan penting dalam proses pembangunan

    ekonomi Islam. Pembangunan ekonomi yang dilakukan harus diarahkan

    kepada upaya untuk melaksanakan segala ketentuan-Nya. Pada dasarnya,

    tauhid dapat dibagi dalam tiga kategori, yaitu sebagai berikut.

    1) Tauhid rububiyyah. Konsep ini mengajarkan bahwa Allah SWT ialah

    Sang Pencipta alam semesta. Oleh karenanya, alam ini bekerja

    berdasarkan aturan dari Sang Pencipta. Hal ini harus terinternalisasi oleh

    segenap ekonomi muslim dalam melakukan penyembahan hanya

    kepada-Nya.

    2) Tauhid uluhiyyah. Konsep ini mengajarkan bahwa Allah adalah pemilik

    sistem kehidupan yang harus diikuti tanpa syarat. Semua aturan dan

    ketentuan-Nya dalam berbagai bidang kehidupan menjadi suatu

    keharusan untuk dipatuhi dan dilaksanakan. Dalam konteks

    pembangunan ekonomi maka menjalankan segala petunjuk-Nya terkait

    ekonomi menjadi suatu keharusan. Desain pembangunan ekonomi harus

    berbasis kepada tauhid.

    3) Tauhid asma wa sifat. Hal ini terkait dengan keyakinan terhadap nama-

    nama Allah yang melambangkan sifat-sifat dan kekuasaan yang ada

    pada-Nya.

    Secara umum, nilai-nilai Islam yang menjadi filosofi ekonomi Islam

    dapat dijumpai dalam asas yang mendasari perekonomian Islam yang diambil

    dari serangkaian doktrin ajaran Islam. Asas-asas tersebut ialah sebagai berkut

    (Abdullah, dkk, 2002).

    1. Asas suka sama suka, ialah kerelaan yang sebenar, bukan kerelaan yang

    sifatnya semu dan seketika. Kerelaan ini harus dapat diekspresikan

    dalam berbagai bentuk muamalah yang legal dan dapat

    dipertanggungjawabkan. Itulah sebabnya kenapa Nabi Muhammad saw

    mengharamkan berbagai transaksi yang terindikasi terkandung maysir,

    gharar, dan riba karena dalam transaksi tersebut pasti ada pihak yang

    dikecewakan atau dirugikan dan transaksi ini tidak terjadi atas keridhaan

    kedua belah pihak.

    2. Asas keadilan. Keadilan dapat didefinisikan sebagai suatu keseimbangan

    atau kesetaraan antar individu atau komunitas. Keadilan tidak berarti

    kesamaan secara mutlak, dimana semua individu harus sama rata, sebab

    kesetaraan yang mutlak akan menciptakan ketidakadilan. Keadilan harus

  • 1.28 Ekonomi Pembangunan Islam ⚫

    mampu menempatkan segala sesuatu sesuai dengan proporsinya.

    Keadilan termasuk memberikan kesempatan yang sama untuk dapat

    berkembang sesuai potensi yang dimiliki.

    3. Asas saling menguntungkan dan tidak ada pihak yang dirugikan. Oleh

    karenanya dalam ekonomi Islam dilarang transaksi maysir, gharar, dan

    riba sebab dalam transaksi tersebut pasti akan ada pihak yang dirugikan.

    Dalam ekonomi Islam harus terjadi suatu kerjasama yang saling

    menguntungkan antara pihak yang bekerjasama.

    4. Asas tolong menolong dan saling membantu serta dilarang untuk adanya

    pemerasan dan eksploitasi. Sistem ekonomi kapitalis ditentang karena

    adanya unsur eksploitasi dari si pemilik modal kepada kelompok

    masyarakat lain yang kurang memiliki akses terhadap modal dan pasar.

    B. KONSEP PEMBANGUNAN IBNU KHALDUN

    Kekayaan yang telah diciptakan oleh Allah SWT dan dianugerahkan

    kepada manusia tidak boleh hanya dinikmati oleh segelintir orang atau

    kelompok semata. Pemerataan merupakan suatu hal yang menjadi keharusan

    di dalam Islam, hal ini agar tidak menimbulkan kesenjangan yang tinggi.

    Salah satu tujuan utama kebijakan ekonomi dalam Islam ialah agar terjadi

    pendistribusian kekayaan yang adil di masyarakat.

    Chapra (2001) melakukan rekonstruksi atas pemikiran Ibnu Khaldun.

    Keseimbangan ekonomi dengan definsi wujudnya keharmonisan antara

    pembangunan dan kesejahteraan, baik ekonomi maupun sosial. Hal ini telah

    menjadi suatu indikator utama dari kebenaran suatu sistem ekonomi. Suatu

    sistem ekonomi yang mampu memberikan keseimbangan dan kestabilan yang

    mendasar ialah sistem ekonomi Islam. Negara perlu melakukan beberapa hal

    penting untuk mewujudkan keseimbangan ini. Model Ibnu Khaldun yang

    dikembangkan oleh Chapra (2001) menunjukkan hubungan antar variabel-

    variabel yang harus terpenuhi sebagai prasyarat dalam mewujudkan suatu

    negara yang makmur. Variabel dependen pada model ini ialah kemajuan

    suatu negara (g) dipengaruhi oleh variabel-variabel independen sebagaimana

    terlihat pada Gambar 1.3.

  • ⚫ EKSA4204/MODUL 1 1.29

    Sumber: Chapra (2001)

    Gambar 1.3

    Model Pembangunan Ibnu Khaldun

    Chapra (2001) merumuskan pemikiran Ibnu Khaldun dengan lingkaran,

    yaitu lingkaran keadilan, negara hanya satu komponen dari beberapa

    komponen yang ada, maka upaya dalam penegakan syariat Islam di dalam

    ekonomi dapat dimulai dari komponen yang paling mungkin di jaman dan

    wilayah tertentu. Rumusan yang dilakukan oleh Ibnu Khaldun mencerminkan

    karakter interdisipliner dan dinamis. Rumusan tersebut menghubungkan

    semua variabel-variabel sosial, ekonomi dan politik termasuk syariah (S),

    kekuasaan politik atau pemerintah (G), masyarakat (N), kekayaan atau

    sumber daya atau maal (W, pembangunan atau imarah (g), dan keadilan atau

    ‘adl (j).

    Variabel-variabel tersebut berada dalam satu lingkaran yang saling

    tergabtung karena satu sama lain saling mempengaruhi. Cara kerja lingkaran

    ini menyerupai rantai reaksi selama bertahun-tahun, suatu dimensi

    kedinamisan diperkenalkan dalam seluruh analisis. Dimensi ini membantu

  • 1.30 Ekonomi Pembangunan Islam ⚫

    untuk menjelaskan bagaimana faktor-faktor politik, agama, sosial, dan

    ekonomi saling mempengaruhi selama kurun waktu tertentu. Hal ini

    menjadikan faktor-faktor tersebut dapat menuntun suatu peradaban menuju

    pembangunan dan kemunduran atau kejayaan dan keruntuhan.

    Di dalam analisa jangka panjang rumusan ini, tidak ada klausa ceteris

    paribus karena tidak ada satu variabel pun yang konstan. Satu variabel dapat

    berfungsi sebagai mekanisme pemicu, tetapi variabel yang lain dapat bereaksi

    ataupun tidak, dalam arah yang sama. Kegagalan di satu sektor tidak akan

    menyebar ke variabel lain karena sektor yang gagal tersebut akan diperbaiki

    atau kemunduran suatu peradaban akan lebih lama. Sebaliknya jika sektor

    yang lain bereaksi sama layaknya mekanisme pemicu, kegagalan itu

    memperoleh momentum melalui rantai reaksi yang berkaitan. Lingkaran

    sebab akibat ini akan mengacu pada lingkaran keadilan (circle of equity).

    Dua pengait yang paling penting dalam rantai sebab akibat tersebut

    adalah pembangunan (g) dan keadilan (j). Pembangunan (g) dianggap penting

    karena kecenderungan normal di dalam masyarakat berubah-ubah.

    Kecenderungan ini dapat meningkat maupun menurun. Dalam pembahasan

    ini, pembangunan yang dimaksud tidaklah semata-mata mengacu pada

    pertumbuhan ekonomi. Pembangunan tersebut juga mengacu pada

    pembangunan manusia seutuhnya sehingga masing-masing variabel tersebut

    (G, S, N, dan W) memperkaya satu sama lain dan dengan cara demikian

    semua variabel tersebut memberikan kontribusi terhadap kesejahteraan atau

    kebahagiaan masyarakat.

    Keseluruhan variabel tidak hanya menjamin kelangsungan kehidupan

    masyarakat, tetapi juga kemajuan peradaban. Suatu pembangunan tidak akan

    terlaksana tanpa adanya keadilan. Keadilan yang dimaksud ialah keadilan

    yang lebih luas dalam setiap aspek kehdupan manusia. Keadilan dalam

    konteks luas ini tidak sepenuhnya dapat diwujudkan tanpa menciptakan

    masyarakat yang peduli terhadap persaudaraan dan persamaan sosial.

    Keadilan juga dapat tercipta dengan adanya jaminan keselamatan jiwa, hak

    milik dan penghormatan bagi setiap orang, pemenuhan kewajiban sosial,

    ekonomi, dan politik, hak untuk bebas menentukan tindakan apa yang

    diinginkan oleh seseorang dan pencegahan terhadap kejahatan dan

    ketidakadilan dalam bentuk apapun.

    Sedangkan variabel lain, yaitu syariah (S) mengacu pada nilai-nilai dan

    lembaga atau aturan perilaku yang membuat masyarakat (N) bersedia untuk

    memenuhi kewajiban mereka terhadap sesama dan mencegah perilaku sosial

  • ⚫ EKSA4204/MODUL 1 1.31

    yang menyimpang. Hal itu semua dapat digunakan untuk menjamin keadilan

    (j), pembangunan (g), dan kesejahteraan untuk seluruh masyarakat. Aturan

    perilaku dapat bersifat formal dan informal baik tertulis maupun tidak

    tertulis. Setiap masyarakat memiliki aturan perilaku berdasarkan sistem nilai

    masing-masing yang berlaku di masyarakat. Pedoman utama perilaku dalam

    masyarakat Islam disebut syariat (S).

    Syariat (S) tidak akan mampu memainkan peranan yang berarti bila

    syariat tersebut dijalankan secara benar dan tidak memihak dalam

    pelaksanannya. Salah satu tanggung jawab masyarakat (N) dan pemerintah

    (G) adalah mewujudkan kesejahteraan (W) dengan menyediakan sumber

    daya yang dibutuhkan untuk menegakkan keadilan dan pembangunan,

    pemanfaatan yang efektif atas sumber daya tersebut oleh pemerintah (G) dan

    kesejahteraan masyarakat (N).

    Secara umum analisis Ibnu Khaldun dapat diformulasikan dalam bentuk

    persamaan berikut:

    G = f (S, N, W, g, j)

    Persamaan ini tidak secara umum merepresentasikan model dinamika

    Ibnu Khaldun, tetapi persamaan ini mencerminkan karakter interdisipliner

    dengan memperhatikan pada semua variabel penting yang telah dibahas

    olehnya. Pada persamaan ini, G dianggap sebagai variabel terikat (variabel

    dependen), karena salah satu tujuan utamanya adalah untuk menjelaskan

    kejayaan dan runtuhnya suatu dinasti (negara) atau pun peradaban. Menurut

    Ibnu Khaldun, kekuatan atau kelemahan suatu dinasti tergantung pada

    kekuatan dan kelemahan penguasa politik yang berhasil merek wujudkan.

    Penguasa politik (G) harus menjamin kesejahteraan masyarakat (N) dengan

    menyediakan lingkungan yang sesuai untuk aktualisasi pembangunan (g) dan

    keadilan (j) melalui implementasi syariat (S) dan pembangunan dan

    pemerataan distribusi kekayaan (W). Hal ini dilakukan untuk kepentingan

    bersama dalam jangka panjang.

    Akan tetapi, di saat hubungan sebab akibat yang normal tidak seharusnya

    diputar balik, hubungan sebab akibat dalam masyarakat yang melingkar dan

    saling tergantung yang ditekankan oleh Ibnu Khaldun pada umumnya

    cenderung dapat diputar-balik. Setiap variabel bebas dapat dianggap sebagai

    variabel terikat, saat variabel yang lain dianggap sebagai variabel bebas. Hal

    ini menyiratkan bahwa mekanisme pemicu runtuhnya suatu masyarakat tidak

    sepenuhnya sama untuk masyarakat yang lain dan dalam analisis Ibnu

  • 1.32 Ekonomi Pembangunan Islam ⚫

    Khaldun faktor tersebut dinggap sebagai bagian kegagalan penguasa politik

    (G) ataupun kegagalan variabel lain. Sebagai contoh tingginya tingkat

    perceraian dapat dianggap sebagai bagian integral masyarakat (N) di dalam

    model tersebut. Perceraian merupakan awal dari adanya disintegrasi keluarga

    yang kemudian berdampak pada penurunan kualitas pendidikan yang baik

    kepada anak-anak. Hal ini yang menyebabkan penurunan kualitas masyarakat

    (N) yang merupakan lapisan inti suatu peradaban.

    Manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial dan lebih suka untuk

    hidup bersama-sama. Hal ini disebabkan dengan kapasitas individu yang ada,

    mereka tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan pokok mereka sendiri

    terlebih-lebih untuk mempertahankan diri mereka. Masyarakat sangat

    membutuhkan suasana kehidupan saling tolong-menolong dan bekerjasama.

    Akan tetapi, mereka tidak dapat saling tolong-menolong dan kerja sama

    apabila keadaan suatu negara tengah mengalami konflik, permusuhan, dan

    ketidakadilan. Oleh karenanya, diperlukan adanya rasa kebersamaan dan

    pemerintah untuk mencegah terjadinya konflik dan ketidakadilan serta

    mempersatukan masyarakat.

    Hal ini sesuai dengan Al-Qur’an surat Al-Maidah ayat 2, dimana kurang

    lebih terjemahnya berbunyi sebagai berikut:

    “Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran (QS 5: 2).

    Rasa kebersamaan akan terbentuk dan menguat jika ada keadilan (j)

    untuk menjamin adanya kesejahteraan masyarakat melalui pemenuhan

    kewajiban bersama dan pemerataan hasil pembangunan (W dan g).

    Hilangnya keadilan (j) cenderung untuk menimbulkan ketidakpuasan di

    antara masyarakat dan berpengaruh buruk terhadap solidaritas masyarakat.

    Namun, suatu keadilan mengharuskan adanya suatu aturan dalam perilaku,

    aturan berperilaku tercakup dalam syariat (S). Akan tetapi, suatu aturan yang

    mengatur prilaku masyarakat tidak akan efektif apabila masyarakat tidak

    memahami manfaat dari aturan tersebut dan kekuasaan politik (G) yang

    efektif untuk menjamin pemenuhan kebutuhan masyarakat.

    Ibnu Khaldun mengelompokkan kekuasaan menjadi tiga jenis. Jenis

    pertama ialah kekuasaan yang alamiah atau normal (tabi’i) yang

    membolehkan setiap orang untuk memenuhi kepentingan pribadinya (al-

    ghard) dan kesenangan hawa nafsu (al-shahwat). Jenis kedua ialah

  • ⚫ EKSA4204/MODUL 1 1.33

    kekuasaan politik rasional (siyasah ‘aqliyyah) yang membolehkan setiap

    orang untuk memenuhi kepentingan pribadi, duniawi, dan untuk mencegah

    kejahatan sesuai dengan prinsip-prinsip rasional. Jenis ketiga ialah kekuasaan

    politk berdasarkan moral (siyasah diniyyah atau khilafah) yang

    memungkinkan setiap orang untuk mewujudkan kesejahteraan dunia dan

    akhirat sesuai dengan ajaran syariat. Jenis ketiga inilah yang disebut oleh

    Chapra sebagai welfare state Islami.

    Welfare state Islam harus menempatkan kekuatan yang utama pada

    pendidikan, tindakan persuasif dan penciptaan lingkungan yang mendukung

    untuk mewujudkan cita-cita negara tersebut. Dengan tidak mengesampingkan

    tindakan-tindakan amar ma’ruf nahi munkar. Kedaulatan hendaknya

    mengandung kualitas karakter yang mulia sesuai dengan agama dan ilmu

    politik. Pemegang kedaulatan harus toleran, moderat, adil, serta menghindari

    perbuatan yang dzalim (seperti kelicikan, penipuan, ingkar janji, dll.).

    Ibnu Khaldun menyatakan bahwa negara dapat menyediakan

    kepemimpinan yang demikian dengan menciptakan lingkungan yang

    mendukung, susunan yang tepat untuk membina dan mendidik masyarakat

    dalam rangka menciptakan kualitas yang dibutuhkan dalam masyarakat. Serta

    mempromosikan ilmu pengetahuan dan industri, melaksanakan pembangunan

    infrastruktur, menjamin hukum dan perundang-undangan, mengedepankan

    lingkungan fisik yang sehat. Berbagai hal tersebut membutuhkan efektivitas

    dari organisasi politik dalam melaksanakan peranannya pada proses

    pembangunan (g).

    Jika organisasi politik tidak menetapkan syariat secara efisien maka tidak

    akan ada keadilan. Bila tidak ada keadilan maka tidak akan ada kebersamaan.

    Ketiadaan kebersamaan maka tidak akan ada lingkungan yang mendukung

    terlaksananya implementasi syariah, hukum dan perundang-undangan,

    pembangunan, serta kemakmuran. Ketiadaan hal-hal tersebut akan

    menjadikan administrasi politik (G) menjadi lemah dan tidak efektif, hal ini

    tercermin dalam kemunduran variabel-variabel sosial ekonomi yang penting

    (S, N, W, dan j), serta menyebabkan kehancuran dan keruntuhan. Pemerintah

    hendaknya menggunakan kekuasannya untuk membuat fungsi pasar berjalan

    lancar dan untuk menciptkan lingkungan yang mendukung bagi realisasi

    pembangunan (g) dan keadilan (j).

    Prilaku masyarakat yang dibutuhkan dalam pembangunan akan efektif

    bila masyarakat dapat menerima tanpa keberatan dan dijalankan dengan

    ikhlas. Syariat akan memenuhi kepentingan masyarakat karena syariat

  • 1.34 Ekonomi Pembangunan Islam ⚫

    mengutamakan kerjasama dan menjembatani perbedaan yang ada. Syariat

    membantu masyarakat (N) menanamkan kualitas kebaikan seperti ketaatan,

    kejujuran, integritas, kesederhanaan, dan perasaan kebersamaan yang dapat

    memberikan kontribusi terhadap proses pembangunan.

    Variabel kesejahteraan (W) dan pembangunan (g) menjadi hal yang

    penting dalam menciptakan kemakmuran masyarakat karena kelemahan

    ataupun kekuatan masyarakat tergantung pada W dan g. Ibnu Khaldun

    menerangkan bahwa W dan g tidak tergantung pada potensi sumber daya

    alam yang dimiliki, melainkan tergantung pada aktivitas ekonomi yang

    dilakukan. Semakin banyak aktivitas ekonomi yang dilakukan maka

    pendapatan negara akan semakin besar. Pendapatan yang besar inilah yang

    pada akhirnya akan memberikan kontribusi kepada kesejahteraan (W) dan

    pembangunan (g). Tingkat pendapatan dan kesejahteraan yang semakin

    tinggi akan memberikan kotribusi terhadap kenaikan pendapatan pajak,

    sehingga memungkinkan pemerintah mengeluarkan anggaran yang lebih

    untuk kesejahteraan rakyat. Hal ini menimbulkan perluasan di dalam

    lapangan ekonomi dan meningkatkan pembangunan.

    C. PERTUMBUHAN EKONOMI DALAM ISLAM

    Pertumbuhan ekonomi menurut salah satu tolak ukur keberhasilan

    pembangunan di suatu negara. Pertumbuhan ekonomi bukanlah sekedar

    menjelaskan mengenai perkembangan aktivitas produksi yang terdapat di

    suatu negara. Pertumbuhan ekonomi harus dikaitkan dalam mendapatkan

    gambaran komprehensif mengenai aktivitas menyeluruh dalam

    perekonomian. Tariqi (2004) menyatakan bahwa pertumbuhan bukan hanya

    persoalan ekonomi, melainkan aktivitas manusia yang ditujukan untuk

    pertumbuhan dan kemajuan sisi material dan spiritual manusia.

    Konsep pertumbuhan ekonomi telah muncul dalam diskusi oleh para

    ilmuan muslim klasik. Hal ini sebagaiman yang termaktub dalam Al-Qur’an

    surat Hud ayat 61, dimana kurang lebih artinya sebagai berikut.

    “...Dia yang menjadikan kamu dari tanah dan menjadikannya kamu pemakmurnya...” (QS 11: 61)

  • ⚫ EKSA4204/MODUL 1 1.35

    Terminologi “memakmurkan tanah” secara implisit mengandung makna

    terkait pertumbuhan ekonomi. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Ali

    bin Abi Thalib kepada seorang Gubernurnya di Mesir.

    “Hendaklah kamu memperhatikan pemakmuran tanah dengan perhatian yang lebih besar daripada orientasi pemungutan pajak, karena pajak sendiri hanya dapat dioptimalkan dengan pemakmuran tanah. Barangsiapa yang memungut pajak tanpa memperhatikan pemakmuran tanah, negara tersebut akan hancur.”

    Pemikiran mengenai pertumbuhan ekonomi sebenarnya telah menjadi

    perhatian oleh para ilmuan muslim, seperti Ibnu Khaldun dan Abu Yusuf.

    Terdapat beberapa pemahaman pokok mengenai pertumbuhan ekonomi yang

    dilihat dari perspektif Islam diantaranya mengenai batasan tentang persoalan

    ekonomi. Persoalan ekonomi dalam perspektif ekonomi konvensional hanya

    terkait persoalan kekayaan dan minimnya sumber-sumber kekayaan.

    Perspektif Islam menyatakan bahwa hal itu sesuai dengan kapasitas yang

    telah disediakan oleh Allah untuk memenuhi kebutuhan manusia yang

    ditujukan untuk mengatasi persoalan kehidupan manusia (Huda dkk, 2015).

    Pertumbuhan ekonomi dalam perspektif Islam, tidak sekedar terkait

    dengan peningkatan volume barang dan jasa, namun juga terkait dengan

    aspek moralitas dan kualitas akhlak serta keseimbangan antara tujuan

    duniawi dan ukhrawi. Ukuran keberhasilan pertumbuhan ekonomi tidak

    semata-mata dilihat dari sisi pencapaian materi semata, namun juga ditinjau

    dari sisi perbaikan kehidupan agama, sosial, dan kemasyarakatan. Jika

    pertumbuhan ekonomi yang terjadi justru memicu tercerabutnya nilai-nilai

    keadilan dan kemanusiaan, maka dipastikan pertumbuhan tersebut tidak

    sesuai dengan prinsip syariah (Beik dan Arsyanti, 2016).

    Islam tidak melihat pertumbuhan kekayaan sebagai sesuatu yang terpisah

    dengan cara distribusinya dan tuntutan realisasi keadilan sosial. Hal ini

    karena Islam terhubung dengan cara distribusinya, tuntutan untuk

    merealisasikan pertumbuhan kekayaan bagi anggota masyarakat dalam

    suasana kemudahan dan kasih sayang, dan berbagai persyaratan yang

    memungkinkan mereka dapat saling memberi dan menjalankan tugas dalam

    kehidupan ini. Islam pada sisi yang lain mendorong agar produk masyarakat

    mampu memenuhi kebutuhan pokok semua anggotanya dengan sejumlah

    komoditas yang memang diperlukan dalam tingkat berimbang bagi

    keseluruhan untuk mendapatkannya.

  • 1.36 Ekonomi Pembangunan Islam ⚫

    Berikut ini, Tariqi (2004) menguraikan beberapa karakteristik

    pertumbuhan ekonomi dalam perspektif Islam.

    1. Serba meliputi, Islam memandang pertumbuhan bukan hanya sekedar

    materi, namun memiliki tujuan yang lebih universal yaitu untuk

    menciptakan keadilan sosial. Islam berada dalam posisi yang lebih utama

    yaitu dalam terwujudnya masyarakat yang sempurna dari semua aspek.

    Masyarakat yang mencerminkan keadilan sosial dalam aturan-aturan

    buatan manusia hadir dalam bentuk yang hambar jika dibandingkan

    dengan tujuan-tujuan penting yang ingin dijaga oleh Islam.

    2. Berimbang, pertumbuhan ekonomi dalam Islam tidak hanya

    diorientasikan untuk menciptakan pertambahan produksi, namun

    ditujukan berlandaskan keadilan distribusi. Keadilan dilakukan dengan

    memberlakukan kebaikan bagi semua manusia dalam kondisi apa pun.

    Tujuan pertumbuhan ekonomi dalam Islam yaitu adanya kesempatan

    semua anggota masyarakat untuk mendapatkan kecukupan dan bukan

    kekurangan.

    3. Realistis, sifat realistis dalam bidang pertumbuhan ekonomi menjelaskan

    bahwa Islam melihat persoalan ekonomi dan sosial yang mungkin terjadi

    di masyarakat Islam dengan tawaran posisi yang juga realistis. Salah satu

    contoh realistis dalam Islam terkait pemecahan masalah kemiskinan

    ialah dengan hadirnya instrumen zakat.

    4. Keadilan, Islam dalam menegakkan hukum-hukumnya didasarkan atas

    landasan keadilan di antara manusia. Allah telah memerintahkan untuk

    berbuat adil dalam banyak ayat Al-Qur’an. Sebagaimana salah satunya

    termaktub dalam Al-Qur’an surat An-Nahl Ayat 90, dimana artinya

    berbunyi:

    “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kerabat, dan Allah melarang dari berbuat keji, kemunkaran, dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepada kamu agar kamu mendapat pelajaran” (QS 16: 90).

    5. Bertanggung jawab, landasan adanya tanggung jawab sebagai salah satu

    pondasi paling penting diungkapkan secara jelas dan gamblang dalam

    syariat Islam. Jika mengikuti syariat ini, maka kita dapat menyimpulkan

    bahwa adanya tanggung jawab ada dua sisi, yaitu (a) tanggung jawab

    antara sebagian anggota masyarakat atas sebagian golongan lainnya; (b)

    tanggung jawab negara terhadap rakyatnya.

  • ⚫ EKSA4204/MODUL 1 1.37

    6. Mencukupi, Islam tidak hanya menetapkan adanya karakteristik

    tanggung jawab semata, namun tanggung jawab itu haruslah mutlak dan

    mampu mencakup realisasi kecukupan bagi semua manusia. Oleh

    karenanya, Islam membagi tanggung jawab itu sebagai kewajiban atas

    golongan kaya, kerabat, orang-orang yang diberi kemudahan dan negara,

    hingga semua potensi ini menjadi satu sinergi besar untuk mengatasi

    persoalan ekonomi.

    7. Berfokus pada manusia, pertumbuhan ditujukan untuk menciptakan

    batas kecukupan bagi seluruh rakyat. Fokus pertumbuhan dalam

    ekonomi Islam tidak lain adalah manusia itu sendiri. Pembangunan dari

    aspek spiritual penting agar manusia tidak diperbudak oleh materi.

    Beik dan Arsyanti (2016) menyebutkan bahwa terdapat tiga faktor yang

    memengaruhi pertumbuhan ekonomi, yaitu sebagai berikut.

    1. Sumber daya yang dapat diinvestasikan (investible resources).

    Investible resources dapat didefinisikan sebagai segala sumber daya

    yang dapat digunakan untuk menggerakkan roda perekonomian. Sumber

    daya tersebut antara lain: sumber daya alam, maupun sumber daya

    modal. Sumber daya alam merupakan anugerah dari Allah dan telah

    disiapkan oleh Allah SWT kepada manusia sebagai khalifah-Nya di

    muka bumi. Oleh karenanya, harus dapat dioptimalkan dengan baik dan

    tentunya dengan tetap menjaga kelestarian dan keseimbangan alam

    dengan baik.

    2. Sumber daya manusia (SDM) dan entrepreneurship.

    Kunci penggerak utama dalam perekonomian menurut ekonomi syariah

    ialah bergeraknya sektor riil. Oleh karenanya, memiliki SDM yang

    memiliki jiwa wirausaha sangatlah efektif untuk menggerakkan sektor

    riil. Menumbuhkan karakter wirausaha sangatlah penting dalam

    mewujudkan kemandirian ekonomi. Kemandirian ekonomi dapat dicapai

    melalui pemenuhan dua hal, yaitu optimalisasi potensi lokal, dan

    pengembangan budaya bisnis syariah.

    3. Teknologi dan inovasi.

    Perkembangan teknologi merupakan faktor yang dapat mengakselerasi

    pertumbuhan ekonomi. Saat ini, perkembangan teknologi telah

    memasukan tahap revolusi industri keempat, yaitu berbasis kepada

    pengembangan internet. Teknologi akan mampu melahirkan efisiensi,

    dan peningkatan pertumbuhan ekonomi secara cepat. Teknologi dan

  • 1.38 Ekonomi Pembangunan Islam ⚫

    inovasi ini erat kaitannya dengan faktor sumber daya manusia pula, oleh

    karenanya perubahan radikal dalam sistem pendidikan sangatlah

    diperlukan. Perlu ada perubahan kurikulum yang dapat mengadopsi dan

    menumbuhkan jiwa kreatif dan wirausaha, dimana mampu menghasilkan

    inovasi-inovasi di dalam teknologi.

    D. DIMENSI KEADILAN DAN KESEJAHTERAAN DALAM

    PEMBANGUNAN ISLAM

    Pertumbuhan ekonomi yang akseleratif diharapkan akan mampu

    melahirkan kesejahteraan. Namun kesejahteraan yang hakiki akan melalui

    proses sinergitas antara pertumbuhan ekonomi dan distribusi. Beik dan

    Arsyanti (2016) mengemukakakn bahwa terdapat empat indikator utama

    terkait dengan konsep kesejahteraan dalam pembangunan Islam.

    1. Indikator pertama, ialah sistem nilai Islam. Pada indikator pertama, basis

    dari kesejahteraan adalah ketika nilai ajaran Islam menjadi panglima

    dalam kehidupan perekonomian suatu bangsa.

    2. Indikator kedua, ialah kekuatan ekonomi (industri dan perdagangan).

    Kesejahteraan tidak dapat diraih ketika kegiatan ekonomi tidak berjalan

    sama sekali. Inti dari kegiatan ekonomi terletak pada sektor riil, yaitu

    bagaimana memperkuat industri dan perdagangan. Sektor riil inilah yang

    menyerap angkatan kerja paling banyak dan menjadi inti dari ekonomi

    syariah.

    3. Indikator ketiga, ialah pemenuhan kebutuhan dasar dan sistem distribusi.

    Suatu masyarakat tidak mungkin disebut sejahtera apabila kebutuhan

    dasar mereka tidak terpenuhi. Demikian pula, apabila yang bisa

    memenuhi kebutuhan dasar ini hanya sebagian masyarakat. Islam

    mengajarkan bahwa sistem distribusi yang baik adalah sistem distribusi

    yang mampu menjamin rendahnya angka kemiskinan dan kesenjangan,

    serta menjamin bahwa perputaran roda perekonomian dapat dinikmati

    oleh semua lapisan masyarakat.

    4. Indikator keempat, ialah keamanan dan ketertiban sosial. Masyarakat

    yang sejahtera apabila segala macam konflik horisontal dapat dicegah.

    Masyarakat yang sudah sejahtera cenderung tidak akan melakukan

    tindak kejahatan. Banyak kita lihat berita di media massa, bahwa

    sebagian besar alasan orang melakukan tindak kejahatan ialah karena

    kebutuhan. Oleh karenanya kesejahteraan yang semakin meningkat akan

    secara konsisten menurunkan tindak kejahatan atau dengan kata lain

    semakin meningkatnya keamanan.

  • ⚫ EKSA4204/MODUL 1 1.39

    Myrdal sebagaimana yang dikutip Arief (2002) mengemukakan dimensi

    keadilan, sebagai berikut.

    1. Sebagian besar rakyat di negara-negara sedang berkembang berada

    dalam kondisi-kondisi kehidupan yang menyedihkan baik dalam tingkat

    kesehatan, fasilitas pendidikan, perumahan, dan sanitasi. Hal ini jelas

    menjadi faktor yang menjadikan mereka tidak memiliki kapasitas untuk

    bekerja secara intensif sehingga tingkat produksi keseluruhan dalam

    negara-negara ini yang berasal dari kekuatan rakyat relatif sangat rendah.

    Menaikkan pendapatan riil rakyat sehingga memungkinkan mereka

    memenuhi kebutuhan dasar untuk kehidupan yang layak tentu akan

    mendorong kenaikan produktvitas dan produksi nasional.

    2. Adanya social inequality dalam kehidupan sosial ekonomi

    mengakibatkan rendahnya social mobility sehingga menimbulkan suatu

    situasi free competition yang kejam dan mematikan golongan ekonomi

    lemah. Pada akhirnya ini merusak perkembangan ekonomi.

    3. Adanya pendapat yang keliru yang menyatakan bahwa dengan

    menimbulkan berakumulasinya kekayaan di tangan segelintir orang akan

    cenderung untuk melaksanakan investasi produktif secara besar-besaran.

    Fakta menunjukkan bahwa orang kaya di negara sedang berkembang

    ialah orang-orang yang terkenal sebagai orang yang banyak melakukan

    pelarian modal dan aset ke luar negeri, karena tidak aman di sekitar

    rakyat yang melarat. Hal ini dibarengi dengan sistem pengumpulan pajak

    yang lemah, maka tabungan yang diharapkan terkumpul dengan banyak

    dari orang kaya ini menjadi tidak dapat direalisasikan.

    4. Konsolidasi nasional hanya mungkin terjadi jikalau kehidupan sosial

    ekonomi mengandung keadilan sosial. Proses konsolidasi nasional hanya

    akan menjadi ilusi jika jurang antara si kaya dan si miskin semakin lebar

    dan terus melebar.

  • 1.40 Ekonomi Pembangunan Islam ⚫

    1) Jelaskanlah esensi dari Qur’an surat Asy-Syams ayat 7-10.

    2) Berikanlah contoh salah satu sebab-akibat runtuhnya suatu peradaban

    ditentukan oleh masyarakat.

    3) Sebutkan pengelompokkan kekuasaan menurut Ibnu Khaldun.

    Petunjuk Jawaban Latihan

    1) Pada Qur’an Asy-Syams ayat 7-10 menggambarkan betapa pentingnya

    aspek kesucian jiw