TUGAS ANALISIS LAPORAN KEUANGAN
PT. GAJAH TUNGGAL Tbk.
Untuk Periode Tahun 2007-2011
Oleh:
AK-Q
Asti Mariana 1054003
Hotmaria 1051363
Lidia NB 1051345
Carolina Sibarani 1051346
Rafisa Delila 0951206
Karina Chandra 0954030
Sanfrina Situmorang 0751048
Ogi Riyana 0851074
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
2013
Profil Perusahaan
Pendirian Perusahaan
Didirikan pada tahun 1951, PT Gajah Tunggal Tbk. Memulai produksi bannya
dengan ban sepeda. Sejak itu Perusahaan tumbuh menjadi produsen ban terintegrasi
terbesar di Asia Tenggara. Perusahaan memperluas produksi dengan membuat variasi
produk melalui produksi ban sepeda motor tahun 1971, diikuti oleh ban bias untuk mobil
penumpang dan niaga di tahun 1981. Awal tahun 90-an, Perusahaan mulai memproduksi
ban radial untuk mobil penumpang dan truk.
Fasilitas Pabrik
Pada saat ini Perusahaan mengoperasikan 5 pabrik ban dan ban dalam yang telah
dimutakhirkan untuk memproduksi berbagai tipe dan ukuran ban radial, ban bias dan ban
sepeda motor, serta 2 pabrik yang memproduksi kain ban dan SBR (Styrene Butadiene
Rubber) yang terkait dengan fasilitas produksi ban. Kelima pabrik ban dan pabrik kain ban
ini berlokasi di Tangerang, sekitar 30 kilometer disebelah barat Jakarta, Indonesia.
Sedangkan pabrik SBR milik Perusahaan berlokasi di komplek Industri Kimia di Merak,
Banten, sekitar 90 km disebelah barat Jakarta.
Pada tahun 2005, Perusahaan memulai suatu program ekspansi yang bertujuan
untuk meningkatkan kapasitan ban radial dan sepedamotor yang terpasang serta ban dalam
sepedamotor di lokasi yang berdekatan dengan pabrik ban yang ada sekarang. Di bawah
program ini, kapasitas instalasi ban radial telah meningkat menjadi 45.000 ban/hari
menjelang akhir tahun 2011, yang merupakan target pertama program ekspansi tersebut.
Kapasitas instalasi ban sepedamotor akan meningkat secara bertahap dari 37.000 ban/hari
pada tahun 2005 menjadi 105.000 ban/hari. Menjelang akhir tahun 2011 kapasitan instalasi
untuk ban sepedamotor adalah sekitar 90.000 ban/hari.
Integrasi Vertikal
Perusahaan terus berusaha mengurangi biaya produksi serta menjamin kelancaran
pasokan bahan baku untuk produksinya melalui strategi integrasi vertikal yang dilakukan
dengan cara mengakuisisi aset-aset yang memproduksi bahan baku utama yang dibutuhkan
Perusahaan dalam proses produksinya. Pada tahun 2004 Perusahaan mengintegrasikan
asset produksi kain ban dan karet sintetis. Semenjak tahun 2011, sekitar 60% hasil
produksi Kain Ban dan produksi SBR Perusahaan digunakan untuk produksi ban,
sedangkan sisanya dijual kepada pihak ketiga.
Sejarah Perusahaan
- 1951 PT Gajah Tunggal didirikan untuk memproduksi dan mendistribusikan ban luar dan ban dalam sepeda.
- 1973 Persetujuan bantuan teknik ditandatangani dengan Inoue Rubber Company, Jepang untuk memproduksi ban sepedamotor.
- 1981 Perusahaan mulai memproduksi ban bias untuk kendaraan penumpang dan niaga dengan bantuan teknik dari Yokohama Rubber Company, Jepang.
- 1990 PT Gajah Tunggal Tbk terdaftar di Bursa Efek Jakarta dan Surabaya.
- 1991 PT Gajah Tunggal Tbk mengakuisisi GT Petrochem Industries, sebuah produsen kain ban (TC) dan benang nilon.
- 1993 Perusahaan mulai memproduksi secara komersial ban radial untuk mobil penumpang dan truk ringan.
- 1995 PT Gajah Tunggal Tbk mengakuisisi Langgeng Baja Pratama (LBP), produsen kawat baja.
- 1996 PT Gajah Tunggal Tbk mengakuisisi Meshindo Alloy Wheel Corporation, produsen velg aluminium terbesar kedua di Indonesia.PT GT Petrochem Industries, anak perusahaan PT Gajah Tunggal Tbk, memperluas lingkup operasinya denganmemproduksi karet sintetis, etilena glikol, benang poliester dan serat poliester.
- 2001 Perusahaan membuat perjanjian produksi dengan Nokian Tyres Group, sebuah perusahaan manufaktur ban terkemuka yang berbasis di Finlandia, untuk memproduksi beberapa jenis ban mobil penumpang, termasuk ban untuk musim dingin (salju), untuk pasar di luar Indonesia.
- 2002 PT Gajah Tunggal Tbk menyelesaikan restrukturisasinya karena timbulnya krisis keuangan Asia, yang memungkinkan Perusahaan untuk menurunkan beban hutangnya lebih dari US$ 200 juta dan mengkonversi hutang ke FRN.
- 2004 Selesainya restrukturisasi Perusahaan dengan terlaksananya dekonsolidasi laporan keuangan Perusahaan dengan PT GT Petrochem Industries dan pada saat
bersamaan mengakuisisi aset TC and SBR. Divestasi saham Langgeng Bajapratama yang merupakan produsen kawat baja. Dimulainya perjanjian off-take dengan Michelin yang mana Gajah Tunggal akan memproduksi 5 juta ban per tahun untuk Michelin untuk pasar eksporhingga tahun 2010. Peluncuran gerai-gerai TireZone.
- 2005 Perusahaan menerbitkan Obligasi Global senilai US$ 325 juta. Dana hasil dari obligasi tersebut digunakan untuk membeli kembali sejumlah wesel bayar dan untuk membiayai ekspansi perusahaan. Divestasi saham Meshindo Alloy Wheel yang merupakan produsen velg aluminium. Dimulainya produksi ban untuk Michelin melalui program off-take.
- 2006 PT Gajah Tunggal Tbk menerima penghargaan "Best Managed Company in Indonesia" dari Euromoney Magazine.
- 2007 Tambahan dana sebesar US$ 95 juta berasal dari penawaran tambahan obligasi global untuk membiayai ekspansi yang sedang berjalan dan untuk pengeluaran modal guna membiayai riset dan pengembangan produk baru.Perusahaan juga kembali memasuki pasar modal dengan melakukan emisi saham dengan perbandingan 10:1 dengan nilai emisi sebesar Rp 158,4 milyar (sekitar US$ 17 juta) untuk memenuhi kebutuhan modal kerja.
- 2008 Perusahaan menerima penghargaan Primaniyarta dari Presiden Republik Indonesia. Michelin off-take mencapai 2,8 juta ban
- 2009 Perusahaan berhasil menyelesaikan penawaran pertukaran terhadap obligasi yang belum dibayarkan. Gajah Tunggal juga merupakan penerima beberapa penghargaan, sebagian besar penghargaan ‘Anugerah Produk Asli Indonesia’ tahun 2009 dari Bisnis Indonesia. Perusahaan juga menerima sertifikasi ISO 14001 untuk sistem manajemennya.
- 2010 Peluncuran Champiro Eco, ban Indonesia pertama yang ramah lingkungan, oleh Menteri Perdagangan ibu Mari Pangestu. Penjualan konsolidasi Perusahaan melampaui US $ 1 miliar
- 2011 Gajah Tunggal mengekspor lebih dari 10 juta ban radial, dan melampaui Rp 10 triliun dalam penjualan bersih. Dan mendapatkan penghargaan sebagai "Top 10 - best management companies" oleh FinanceAsia dan "Top 10 - best big companies" oleh Forbes Indonesia.
Visi dan Misi Perusahaan
Pengembangan operasional Gajah Tunggal selalu berpedoman pada visi dan misi
yang membantu Perusahaan tetap fokus dalam meraih pencapaian keberhasilan. Visi dan
misi ini membantu Gajah Tunggal untuk selalu berupaya mencapai idealisme dengan
mengingatkan manajemen serta karyawan bahwa mereka bekerja sama demi tujuan-tujuan
yang sama, yang akan menjadi sumbangan dalam keberhasilan jangka panjang Perusahaan.
- Visi
Menjadi Good Corporate Citizen dengan posisi keuangan yang kuat, pemimpin
pasar di Indonesia, dan menjadi perusahaan produsen ban yang berkualitas dengan reputasi
global.
- Misi
Menjadi produsen yang memimpin dan terpercaya sebuah portfolio produk ban
yang optimal, dengan harga yang kompetitif dan kualitas yang unggul di saat yang sama
terus meningkatkan ekuitas merek produk kami, melaksanakan tanggung jawab sosial
kami, dan memberikan profitabilitas/hasil investasi kepada para pemegang saham serta
nilai tambah untuk semua stakeholder perusahaan.
Struktur Organisasi
Struktur Perusahaan
LAPORAN AUDIT PT. GAJAH TUNGGAL Tbk.
PT. Gajah Tunggal Tbk tahun 2007-2011 telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik Osman
Bing Satrio & Rekan, anggota dari Deloitte Touche Tohmatsu. Adapun Laporan Audit pada
tahun-tahun tersebut dinyatakan Wajar tanpa Pengecualian. Berikut adalah Laporan Audit PT.
Gajah Tunggal Tbk untuk tahun 2007.
IKHTISAR LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI
PT. GAJAH TUNGGAL Tbk. TAHUN 2007-2011
Laporan Keuangan Konsolidasi untuk tahun-tahun yang berakhir 31 Desember 2007, 2008,
2009, 2010 dan 2011 telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik Osman Bing Satrio & Rekan
(anggota dari Deloitte Touche Tohmatsu Limited) dengan pendapat Wajar Tanpa
Pengecualian.
TINJAUAN ANALISIS LAPORAN KEUANGAN
Untuk membantu dalam menganalisis laporan keuangan,beragam alat dirancang untuk
memenuhi kebutuhan yang spesifik. Adapun analisis yang kelompok kami lakukan antara lain:
1. Analisis laporan keuangan komparatif
Analisis laporan keuangan komparatif (comparative financial statement analysis)
dilakukan dengan cara menelaah neraca, laporan laba rugi, atau laporan arus kas yang
berurutan dari satu period ke periode berikutnya. Analisis ini meliputi penelaahan
perubahan saldo tiap-tiap akun dari tahun ke tahun atau selama beberapa tahun.
Informasi terpenting yang didapat dari analisis laporan keuangan komparatif adalah
nilai kecenderungan atau tren. Adapun fungsi dan kegunaan analisis ini, antara lain:
a. Untuk mengetahui perubahan masing-masing unsur laporan keuangan dalam
beberapa periode.
b. Sebagai dasar pembuatan perencanaan, kebijaksanaan, keputusan serta tindakan
operasional manajemen perusahaan pada periode yang akan dating.
Tujuan analisis ini adalah untuk menentukan bagaimana setiap pos laporan keuangan
berubah, mengapa pos-pos tersebut berubah, dan apakah perubahan tersebut
menguntungkan atau tidak.
Adapun analisis laporan keuangan komparatif untuk PT. Gajah Tunggal Tbk. Tahun
2007-2011 terdapat pada lampiran.
2. Analisis laporan keuangan common size
Analisis ini disebut juga analisis vertical karena evaluasi pos dari atas ke bawah (atau bawah ke
atas) dalam laporan common-size. Analisis laporan common size berguna dalam memahami
pembentuk internal laporan keuangan. Contoh, dalam analisis neraca, analisis common size
menekankan pada dua faktor:
a. Sumber pendanaan-termasuk distribusi pendanaan antara kewajiban lancar,tidak lancar dan
ekuitas.
b. Komposisi asset- termasuk jumlah untuk masing-masing aset lancar dan tidak lancar.
Perbandingan waktu atas laporan common size perusahaan bermanfaat untuk mengungkapkan
perubahan proporsional pos dalam aset, kewajiban, beban, dan kategori lainnya.
Adapun analisis laporan common size PT. Gajah Tunggal Tbk. Tahun 2007-2011 terdapat pada
lampiran.
3. Analisis Rasio (ratio analysis)
Analisis ini merupakan salah satu alat analisis keuangan yang paling popular dan banyak.digunakan.
Analisis rasio yang digunakan antara lain:
a. Analisis kredit (risiko)
1. Likuiditas yaitu untuk mengevaluasi kemampuan memenuhi kewajiban jangka pendek.
2. Struktur modal dan solvabilitas yaitu untuk menilai kemampuan memenuhi kewajiban
jangka panjang.
b. Analisis Profitabilitas
1. Tingkat pengembalian atas investasi (ROI) untuk menilai kompensasi keuangan kepada
penyedia pendanaan ekuitas dan utang.
2. Kinerja operasi untuk mengevaluasi margin laba dari aktivitas operasi.
Adapun analisis rasio untuk PT. Gajah Tunggal Tbk. Tahun 2007-2011 adalah sebagai berikut:
PT. GAJAH TUNGGAL TbK
RATIO LAPORAN KEUANGAN
PERIODE 2007-2011
RATIO-RATIOTAHUN
2007 2008 2009 2010 2011
LIKUIDITAS
1. Rasio Lancar (current ratio)
2.21 1.47 2.53 1.76 1.752. Rasio Cepat (acid test ratio)
0.89 0.58 1.66 0.89 1.013. Waktu Penagihan (collection Period)
40.71 33.42 67.74 70.15 51.844. Jumlah Hari Untuk Menjual Persediaan (days to sell inventory)
65.5 61.57 66.57 44.38 48.66
STRUKTUR MODAL DAN SOLVABILITAS
1. Total Utang Terhadap Ekuitas (total debt to equity)3.38 4.28 23.24 1.94 1.61
2. Utang Jangka Panjang Terhadap Ekuitas (long term debt to equity)0.3 3.03 18.25 1.22 0.95
3. Kelipatan Bunga Dihasilkan (times interest earned)1.34 2.67 12.26 4.06 1.47
TINGKAT PENGEMBALIAN INVESTASI
1. Tingkat Pengembalian Aset (return on assets)6.39% 1.38% 10.29% 9.32% 6.24%
2. Tingkat Pengembalian Equity (return on common equity)88.20% 28.81% 41.91% 26.80% 17.18%
KINERJA OPERASI
1. Margin Laba Kotor (gross profit margin)
17.65% 14.25% 22.95% 19.67% 14.10%2. Margin Laba Operasi (operating profit margin)
9.98% 7.30% 13.00% 13.07% 7.23%3. Margin Laba Bersih (net profit margin)
1.36% -7.85% 11.41% 8.43% 5.77%
PEMANFAATAN ASET (Asset Utilization)
1. Perputaran Kas (cash turnover) 11.62 21.45 16.11 11.72 16.562. Perputaran Piutang Usaha (account receivable turnover) 8.84 10.77 11.33 5.13 6.943. Perputaran Persediaan (inventory turnover) 5.5 5.84 5.41 8.11 7.44. Perputaran Modal Kerja (working capital turnover) 2.4 3.1 5.24 0 5.95. Perputaran Aset Tetap (PPE turnover) 2.06 2.19 2.20 2.56 1.926. Perputaran Total Aset (total asset turnover) 0.84 0.91 0.90 1.02 1.08
ANALISIS AKTIVITAS PENDANAAN
Aktivitas bisnis didanai dengan kewajiban atau ekuitas atau keduanya. Kewajiban merupakan
utang untuk mendapatkan pendanaan yang membutuhkan pembayaran dimasa depan dalam
bentuk uang, jasa, atau aset lainnya. Kewajiban ada 2,kewajiban operasi (operating liabilities)
yang timbul dari aktivitas operasi perusahaan dan kewajiban pendanaan (financing liabilities)
merupakan kewajiban yang timbul dari aktivitas pendanaan yang berupa seluruh bentuk
pendanaan kredit seperti wesel bayar jangka panjang dan obligasi, pinjaman jangka pendek,
dan sewa.
Untuk PT. Gajah Tunggal Tbk. Aktivitas pendanaan yaitu didapat dari :
KEWAJIBAN
Pada akhir tahun 2011, jumlah kewajiban Perseroan adalah sebesar Rp. 7.123 milyar, sedikit
meningkat dari Rp 6.845 pada akhir tahun 2010. Sebagian besar dari peningkatan ini didorong
oleh pertumbuhan perdagangan rekening hutang dalam kegiatan usahanya, karena
meningkatnya harga bahan baku dan pertumbuhan penjualan. Manajemen berkeyakinan ini
cukup cair untuk membayar kewajiban jangka pendek. Pada tanggal 31 Agustus 2006,
Perusahaan memperoleh fasilitas kredit gabungan dari Hongkong and Shanghai Banking
CorporationLtd. (HSBC) yang telah diperpanjang dan dimodifikasi pada tanggal 12 September
2011. Fasilitas kredit tersebut terdiri dari beberapa fasilitas kredit yang berbeda dengan batas
maksimum jaminan menyeluruhsebesar US $ 60 juta pada tahun 2011. Perjanjian ini tunduk
pada beberapa syarat dan akad. Jumlah total kewajiban tidak lancar dari Perusahaan sebagian
besar stabil pada Rp. 4.223 milyar pada tanggal 31 Desember 2011. Kewajiban utang tidak
lancar dari Perusahaan saat ini hanya terdiri dari obligasi tunai dolar Amerika Serikat.
Klasifikasi sebagai liabilitas atau ekuitas
Liabilitas keuangan dan instrumen ekuitas yang diterbitkan oleh Perusahaan dan entitas anak
diklasifikasi sesuai dengan substansi perjanjian kontraktual dan definisi liabilitas keuangan
dan instrumen ekuitas.
Instrumen ekuitas adalah setiap kontrak yang memberikan hak residual atas aset Perusahaan
dan entitas anak setelah dikurangi dengan seluruh liabilitasnya. Instrumen ekuitas dicatat
sebesar hasil penerimaan bersih setelah dikurangi biaya penerbitan langsung.
Liabilitas keuangan
Utang usaha dan utang lain-lain, obligasi serta pinjaman lainnya pada awalnya diukur pada
nilai wajar, setelah dikurangi biaya transaksi, dan selanjutnya diukur pada biaya perolehan
yang diamortisasi dengan menggunakan metode suku bunga efektif, dengan beban bunga
diakui berdasarkan metode suku bunga efektif. Selisih antara hasil emisi (setelah dikurangi
biaya transaksi) dan penyelesaian atau pelunasan pinjaman diakui selama jangka waktu
pinjaman.
Penghentian pengakuan liabilitas keuangan
Perusahaan dan entitas anak menghentikan pengakuan liabilitas keuangan, jika dan hanya jika,
liabilitas Perusahaan dan entitas anak telah dilepaskan, dibatalkan atau kadaluarsa.
SEWA GUNA USAHA (LEASING)
PT. Gajah Tunggal Tbk, tidak memiliki akun sewa guna usaha dalam laporan keuangannya.
Jadi tidak menggunakan sistem pendanaan dengan cara metode leasing.
IMBALAN MASA KERJA (PENSION)
Perusahaan dan entitas anak menghitung imbalan pasca kerja imbalan pasti untuk karyawan
sesuai dengan Undang-undang Ketenagakerjaan No. 13/2003. Tidak terdapat pendanaan yang
disisihkan oleh Perusahaan dan entitas anak sehubungan dengan imbalan pasca kerja ini.
Perhitungan imbalan pasca kerja menggunakan metode Projected Unit Credit. Akumulasi
keuntungan dan kerugian actuarial bersih yang belum diakui yang melebihi 10% dari nilai kini
kewajiban imbalan pasti diakui dengan metode garis lurus selama rata-rata sisa masa kerja
yang diprakirakan dari para pekerja dalam program tersebut. Biaya jasa lalu dibebankan
langsung apabila imbalan tersebut menjadi hak atau vested, dan sebaliknya akan diakui
sebagai beban dengan metode garis lurus selama periode rata-rata sampai imbalan tersebut
menjadi vested.
Jumlah yang diakui sebagai liabilitas imbalan pasti di laporan posisi keuangan konsolidasian
merupakan nilai kini kewajiban imbalan pasti disesuaikan dengan keuntungan dan kerugian
aktuarial yang belum diakui, dan biaya jasa lalu yang belum diakui.
EKUITAS
Pada 31 Desember 2011, total ekuitas Perusahaan adalah sebesar Rp. 4.331 milyar, atau naik
26% dari posisi tanggal 31 Desember 2010, yang ketika itu adalah sebesar Rp. 3.526 milyar.
Peningkatan ini datang dari sokongan laba bersih tahun 2011, yang meningkatkan rasio utang-
ekuitas Perusahaan.
ANALISIS AKTIVITAS INVESTASI
Analisis ini membahas analisis yang berkaitan dengan penilaian aset dan alokasi biaya yang
mengikutinya.
Persediaan
Persediaan dinyatakan berdasarkan biaya perolehan atau nilai realisasi bersih, mana yang lebih
rendah. Biaya perolehan ditentukan dengan metode rata-rata tertimbang.
Aset Tetap
Aset tetap yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa
atau untuk tujuan administratif dicatat berdasarkan biaya perolehan setelah dikurangi
akumulasi penyusutan.
Penyusutan diakui sebagai penghapusan biaya perolehan aset dikurangi nilai residu dengan
menggunakan metode garis lurus berdasarkan taksiran masa manfaat ekonomis aset tetap
sebagai berikut:
Bangunan dan prasarana 10 - 25 TAHUN
Mesin dan peralatan pabrik 5 - 20 TAHUN
Peralatan pengangkutan 5 TAHUN
Perabot dan peralatan kantor 5 TAHUN
Masa manfaat ekonomis, nilai residu dan metode penyusutan direview setiap akhir tahun dan
pengaruh dari setiap perubahan estimasi tersebut berlaku prospektif.
Tanah dinyatakan berdasarkan biaya perolehan dan tidak disusutkan.
Beban pemeliharaan dan perbaikan dibebankan pada laporan laba rugi konsolidasian pada saat
terjadinya. Biayabiaya lain yang terjadi selanjutnya yang timbul untuk menambah, mengganti
atau memperbaiki aset tetap dicatat sebagai biaya perolehan aset jika dan hanya jika besar
kemungkinan manfaat ekonomis di masa depan berkenaan dengan aset tersebut akan mengalir
ke entitas dan biaya perolehan asset dapat diukur secara andal.
Aset tetap yang sudah tidak digunakan lagi atau yang dijual dikeluarkan dari kelompok aset
tetap berikut akumulasi penyusutannya. Keuntungan atau kerugian dari penjualan aset tetap
tersebut dibukukan dalam laporan laba rugi.
Aset dalam penyelesaian dinyatakan sebesar biaya perolehan. Biaya perolehan tersebut
termasuk biaya pinjaman yang terjadi selama masa pembangunan yang timbul dari utang yang
digunakan untuk pembangunan asset tersebut. Akumulasi biaya perolehan akan dipindahkan
ke masing-masing aset tetap yang bersangkutan pada saat selesai dan
siap digunakan.
Taksiran Masa Manfaat Ekonomis Aset Tetap
Masa manfaat setiap aset tetap Perusahaan dan entitas anak ditentukan berdasarkan kegunaan
yang diharapkan dari penggunaan aset tersebut. Estimasi ini ditentukan berdasarkan evaluasi
teknis internal dan pengalaman atas aset sejenis. Masa manfaat setiap aset direview secara
periodik dan disesuaikan apabila prakiraan berbeda dengan
estimasi sebelumnya karena keausan, keusangan teknis dan komersial, hukum atau
keterbatasan lainnya atas pemakaian aset. Namun terdapat kemungkinan bahwa hasil operasi
dimasa mendatang dapat dipengaruhi secara signifikan oleh perubahan atas jumlah serta
periode pencatatan biaya yang diakibatkan karena perubahan faktor yang disebutkan di atas.
Piutang Usaha (tinggal diisi sama hotmaria dan lidia)
ANALISIS ARUS KAS
Arus kas bebas
Cara mencari arus kas bebas= arus kas dari operasi – pengeluaran modal bersih untuk
mempertahankan kapasitas produksi – dividen saham preferen dan saham biasa.
Definisi lain yang banyak digunakan dan konsepnya sama adalah FCF= NOPAT –
perubahan NOA. Definisi ini menyatakan arus kas bebas perusahaan sebagai laba
operasi setelah pajak dikurangi kenaikan asset operasi bersihh. Kenaikan NOA
termasuk perubahan modal kerja untuk arus kas bersih dari operasi serta kenaikan asset
operasi jangka panjang. Namun, fokusnya adalah perusahaan secara keseluruhan, tanpa
melihat pendanaannya. Sebagai konsekuensinya, dividen menjadi tidak
diperhitungkan.
Arus kas beban positif mencerminkan jumlah yang tersedia bgi aktivitas usaha setelah
penyisihan untuk pendanaan dan investasi yang diperlukan untuk mempertahankan
kapasitas produksi pada tingkat sekarang. Pertumbuhan dan fleksibilitas keuangan
bergantung pada ketersediaan arus kas bebas. Harus diakui bahwa jumlah pengeluaran
modal untuk mempertahankan kapasitas produksi umumnya tidak diungkapkan.
Jumlah ini disajikan sebgai bagian total pengeluaran modal yang memang
diungkapkan, tetapi termasuk pengeluaran untuk ekspansi kapasitas produksi.
Pemisahan dua komponen pengeluaran modal ini sulit dilakukan. Laporan arus kas
jarang memisahkan pengeluaran modal menjadi komponen untuk mempertahankan dan
komponen untuk ekspansi.
Rasio kecukupan arus kas
Merupakan ukuran kemampuan perusahaan untuk menghasilkan kas dari operasi yang
cukup untuk menutupi pengeluaran modal, investasi dalam persedian, dan dividen
tunai. Untuk menghilangkan pengaruh siklus danpengaruh acak lainnya, biasanya
digunakan total tahun untuk menghitung rasio ini. Rasio kecukupan arus kas dihitung
dengan jumlah kas dari operasi selama tiga tahun dibagi jumlah pengeluaran mosal,
penambahan persediaan, dan dividen tunai selama tiga tahun.
Investasi dalam modal kerja penting lainnya seperti piutang tidak disertakan karena
didana terutama oleh kredit jangka pendek (seperti pertumbuhan utang usaha). Dengan
demikian, hanya penambahan persediaan yang disertakan. Perhatikan bahwa pada
tahun di mana persediaan menurun, perubahan tersebut diperlakukan sebagai tidak ada
perubahan (nol) dalam menghitung rasio.
Rasio reinvestasi kas
Merupakan ukuran atas persentase investasi dalam asset yang mencerminkan kas
operasi yang ditahan dan diinvestasikan kembali dalam perusahaan untuk mengganti
asset dan pertumbuhan operasi. Rasio ini dihitung dengan (arus kas operasi – dividen)
dibagi (asset tetap kotor+ investasi + asset lain + modal kerja).
Rasio reinestasi dalam kisaran 7% sampai 11% umumnya dianggap memadai.
ANALISIS ARUS KAS BERSIH
Analisis menggunakan konsep FCF (Free Cash Flow) =
NOPAT ( Net Operating After Tax) – Perubahan NOA (Net Operating Asset)
2007
FCF = 90,841- (449,548 – 298,764)
= -599,943
2008
FCF = -624,788- (571,092- 449,548)
= -746,332
2009
FCF = 905,330- (1,137,405- 571,092)
= 339,017
2010
FCF = 830,624- (1,010,980- 1,137,405)
= 704,199
2011
FCF = 683,629- (304,312- 1,010,980)
= -23,039
Dari perhitungan di atas dapat dilihat bahwa arus kas bebas negative pada tahun 2007 & 2008
berubah menjadi positif pada tahun 2009 & 2010. Akan tetapi arus kas bebas berubah menjadi
negative kembali pada tahun 2011. Sebagai seorang analisis kredit, dapat dipertimbangkan
tidak perlu melakukan perubahan peringkat kredit perusahaan. Mempertimbangkan
perusahaan PT Gajah Tunggal Tbk merupakan perusahaan besar dan pada tahun-tahun
sebelumnya perusahaan dapat mengubah arus kas bebas negative menjadi positif dan juga
jumlah arus kas negative terbilang kecil, sehingga dapat diperkirakan perusahaan masih dapat
mengubah arus kas bebas menjadi positif. Akan tetapi apabila arus kas bebas perusahaan
berikut-berikutnya negative, kreditur perlu mempertimbangkan apakah perusahaan masih
memenuhi persyaratan utang atau tidak.
RASIO KECUKUPAN ARUS KAS
Jumlah kas dari operasi selama 2007-2009 (dalam jutaan) Rp. 2.158.045
Jumlah pengeluaran modal dan dividen tunai (dalam jutaan) Rp. 1.974.595
Maka Rasio Kecukupan Arus Kas 2007-2009 adalah (dalam jutaan) :
Rp. 2.158.045 : Rp. 1.974.595 = 1,093
Rasio kecukupan arus kas sebesar 1,093 artinya PT. Gajah Tunggal Tbk dapat menutup
kebutuhan kas tanpa perlu mendapatkan pendanaan eksternal, mampu menutup dividen
dan pertumbuhan operasi.
Jumlah kas dari operasi selama 2009-2011 (dalam jutaan) Rp. 2.452.697
Jumlah pengeluaran modal dan dividen tunai (dalam jutaan) Rp. 6.845.384
Maka Rasio Kecukupan Arus Kas 2009-2011 adalah (dalam jutaan) :
Rp. 2.452.697 : Rp. 6845.384 = 0,358
Rasio kecukupan arus kas sebesar 0,358 menunjukkan bahwa sumber kas internal PT.
Gajah Tunggal Tbk tidak cukup untuk mempertahankan dividend an tingkat pertumbuhan
operasi.
RASIO REINVESTASI KAS
Rasio reinvestasi kas (cash reinvestment ratio) merupakan ukuran atas persentase investasi
dalam asset yang mencerminkan kas operasi yang ditahan dan diinvestasikan kembali dalam
perusahaan untuk mengganti asset dan pertumbuhan operasi.
Rasio reinvestasi dalam kisaran 7-11% umumnya dianggap memadai
(Subramanyam,2008:112).
2007= 449,548 – 13,120 = 5.6%
5,832,645 + 1,885,345
2008= 571,092 – 17,332 = 12,02%
3,618,630 + 973,490
2009= 1,137,405 = 12,8%
6,843,080 + 2,042,107
2010= 1,010,980 – 59,079 = 9.9%
7,680,751 + 1,939,778
2011= -506,701 – 44,622 = -5.1%
8,586,804 + 2,173,160
ANALISIS ARUS KAS TAHUN 2007-2011
PIE CHART
ROIC DAN ANALISIS KREDIT
RNOA
Pengembalian dihitung dengan RNOA= (Laba operasi bersih setelah pajak(net
operating profit after tax- NOPAT)/ (Rata-rata asset operasi bersih (average net
operating asset- NOA).
Penyebut rumus di atas, operasi bersih (net operating asset- NOA), sama dengan asset
operasi dikurangi kewajiban operasi. Asset dan kewajiban operasi adalah pos yang
dibutuhkan untuk menjalankan usaha perusahaan, dan meliputi kas, piutang usaha,
persediaan, beban dibayaar dimuka, asset pajak tangguhan, asset tetap, dan investasi
jangka panjang yang terkait dengan akuisisi strategis (seperti investasi metode ekuitas,
goodwill, dan asset tak berwujud). Yang kemudian dilawankan dengan asset operasi
ini adalah kewajiban operasi bersih, seperti utang usaha dan beban yang masih harus
dibayar serta kewajiban operasi jangka panjang, seperti pension dan kewajiban
purnakarya lainnya (other postretirement-OPEB) serta kewajiban pajak tangguhan.
Aset non-operasi meliputi investasi dalam efek yang dapat diperdagangkan, investasi
ekuitas non-strategis, and investasi dalam operasi yang dihentikan sebelum dijual.
Kewajiban non-operasi meliputi obligasi dan kewajiban jangka panjang lain yang
dikenakan bunga, serta bagian tidak lancar sewa guna usaha modal. Kewajiban
keuangan bersih sama dengan kewajiban non-operasi dikurangi asset non-operasi
(kewajiban disebutkan pertama kali untuk menghasilkan angka positif karena
kebanyakan jumlah kewajiban keuangan perusahaan lebih besar dari asset
keuangannya).
ROCE
Pengembalian atas ekuuitas biasa umumnya hanya memperhitungakan ekuitas
pemegang saham biasa dari seluruh investasi modal. Dapat dihitung dengan
ROCE=(laba bersih – dividen saham preferen)/ rata-rata ekuitas pemegang saham
biasa.
ROCE terdiri atas dua komponen yaitu: pengembalian operasi (RNOA) dan
pengembalian non-operasi (dampak positif atau negative dari leverage keuangan).
Modal kerja
Modal kerja dapat dicari dengan asset lancar dikurangi kewajiban lancar. Asset lancar
adalah kas dan asset lain yang secara wajar dapat direalisasi sebagai kas atau dijual
atau digunakan selama satu tahun (atau dalam siklus operasi normal perusahaan jika
lebih dari satu tahun). Kewajiban lancar merupakan kewajiban yang diharapkan akan
dilunasi dalam waktu relative pendek, biasanya satu tahun.
Rasio lancar
Rasio lancar dapat dicari dengan aktiva lancar dibagi dengan kewajiban lancar.
Alasannya digunakan rasio lancar yaitu: (1) kemampuan memenuhi kewajiban lancar.
Makin tinggi jumlah (kelipatan) asset lancar terhadap kewajiban lancar, makin besaar
keyakinan bahwa kewajiban lancar tersebut akan dibayar; (2) penyanngga kerugian.
Makin besar penyangga, makin kecil risikonya. Rasio lancar menunjukkan tingkat
keamananyang tersedia untuk menutup penurunan nilai asset lancar non-kas pada saat
asset tersebut dilepas atau dilikuidasi. (3) cadangan dana lancar. Rasio lancar
merupakan ukuran tingkat keaman terhadap ketidakpastian dan kejutan atas arus kas
perusahaan. Ketidakpastian dan kejutan, seperti pemogokan dan kerugian luar biasa,
dapat membahayakan arus kas secara sementara dan tidakterduga.
Rasio terhadap aktiva lancar
Rasio asset “serupa kas” terhadap asset lancar merupakan satu tingkat likuiditas asset
lancar. Ukuran ini, yang dikenal dengan nama rasio kas terhadap asset lancar. Dihitung
dengan (kas+ setara kas + efek yang dapat diperjualbelikan)/ aktiva lancar.
Makin tinggi rasio ini, makin liquid asset lancar.
Rasio kas terhadap kewajiban lancar
Rasio lain yang mengukur kecukupan kas adalah rasio kas terhadap kewajiban lancar.
Dapat dihitung dengan (kas + setara kas + efek yang dapat diperjualbelikan)/ aktiva
lancar.
Rasio ini mengukur ketersediaan kas untuk membayar kewajiban lancar. Ukuran ini
merupakan uji yang paling sederhana dengan mengabaikan sifat pendanaan asset
lancar dan kewajiban lancar. Rasio ini melengkapi rasio kas terhadap asset lancar
untuk mengukur ketersediaan kas dari perspective yang berbeda. Terlalu sederhana
untuk menganggap rasio ini sebagai pengembangan dari rasio cepat untuk menguji
likuiditas jangka pendek, kecuali pada kasus ekstrim. Namun, pentingnya sebagai
bentuk akhir likuiditas seharusnya tidak dipandang rendah. Catatan kegagalan usaha
memberikan banyak contoh perusahaan yang tidak sanggup membayar utangnya
meskipun memiliki asset non-kas yang cukup besar dan tidak mampu membayar utang
atau menjalankan operasinya.
Perputaran persediaan
Rasio perputaran persediaan mengukur kecepatn rata-rata persediaan bergerak keluar
masuk perusahaan. Perputaran persediaan dihitung dengan harga pokok penjualan
dibagi rata-rata persediaan. Agar konsisten, harga pokok penjualan digunakan sebagai
pembilang karena akun ini disajikan berdasarkan harga perolehan- seperti juga
persediaan. Sebaliknya penjualan mencakup margin laba di dalamnya. Persediaan rata-
rata dihitung dengan menambah saldo awal dan akhir persediaan, dan membaginya
dengan dua. Perhitungan rata-rata ini dapat diperhalus denga rata-rata angka
persediaan kuartalan atau bulanan. Jika ingin mengevaluasi tingkat persediaan pada
tanggal tertentu, seperti akhir tahun, rasio perputaran persediaan dihitung dengan
menggunakan saldo persediaan pada tanggal tersebut sebagai penyebut.
Jumlah hari untuk menjual persediaan
Ukuran perputaran persediaan lain yang berguna menilai kebijakan pembelian dan
produksi perusahan adalah jumlah hari untuk menjual persediaan. Rasio jumlah hari
penjualan persediaan dihitung dengan harga pokok penjualan dibagi 360. Rasio ini
menggambarkan jumlah hari yang dibutuhkan untuk menjual persediaan akhir dengan
mengasumsikan tingkat penjualan tertentu.
Siklus operasi
Ukuran ini menggabungkan periode penagihan piutang dengan jumlah hari untuk
menjual persediaan guna memperoleh jarak waktu konversi persediaan menjadi kas.
Jumlah hari untuk membayar utang usaha
Ukuran sejauh apa perusahaan menggunakan utang usaha adalah jumlah hari rat-rata
utang belum dibayar. Angka ini dihitung dengan utang usaha/ (harga pokok penjualan/
360).
Jumlah hari rat-rata utang belum dibayar memberikan indikasi waktu rata-rata yang
dibutuhkan perusahaan untuk membayar kewajiban kepada pemasoknya. Makin lama
periode pembayaran, makin besar modal pemasok yang digunakan.
Rasio cepat
Uji likuiditas yang lebih ketat adalah menggunakan rasio cepat. Rasio ini
menggunakan asset yang lebih cepat dikonversi menjadi kas dan dihitung dengan cara;
(kas + setara kas + efek yang dapat diperjualbelikan + piutang usaha)/ kewajiban
lancar.
Persediaan sering kali merupakan asset lancar yang paling tidak likuid dan tidak
dimasukkan ke dalam rasio cepat. Alasan lain untuk tidak memasukkan persediaan
adalah nilainya sering kali melibatkan pertimbangan manajerial dibandingkan dengan
nilai asset lancar lainnya. Namun, harus diingat bahwa persediaan pada beberapa
perusahaan lebih likuid dibandingkan dengan piutang yang lambat tertagih. Analisis
harus menilai keuntungan mengeluarkan persediaan dalam mengevaluasi likuiditas.
Interpretasi rasio cepat sama dengan interpretasi rasio lancar.
Rasio arus kas
Sifat statis rasio lancar dan ketidakmampuannya (sebagai pengukur likuiditas) untuk
mengakuui pentingnya arus kas guna memenuhi kewajiban jatuh tempo telah memicu
dicarinya ukuran likuiditas yang lebih dinamis. Karena kewajiban dilunasi dengan kas,
perbandingan arus kas operasi terhadap kewajiban lancar menjadi cukup penting.
Rasio yang membandingkan arus kas operasi terhadap kewajiban lancar dapat
mengatasi sifat statis rasio lancar karena pembilangya mencerminkan variable yang
bergerak. Rasio arus kas dapat dihtung dengan; arus kas operasi dibagi kewajiban
lancar.
Solvabilitas
Total debt ratio
Rasio komprehensi tersedia untuk mengukur hubungan antara total utang (utang lancar
+ utang jangka panjang + kewajiban lainnya yang ditentukan oleh analisis seperti pajak
tangguhan dan saham preferen yang dapat ditarik kembali) dengan total modal (total
utang + ekuitasa pemegang saham (termasuk saham preferen)). Rasio total utang (total
debt ratio) dapat dihitung dengan: total utang dibagi total modal.
Total debt to equity equity ratio
Rasio total utang terhadap modal ekuitas (total debt to equity capital ratio) dapat
dihitung dengan: total utang dibagi ekuitas pemegang saham.
Debt to equity ratio
Mengukur hubungan antara utang jangka panjang terhadap modal ekuitas. Rasio yang
melebihi 1:1 menunjukkan pendanaan utang jangka panjang yang lebih besar
dibandingkan modal ekuitas. Rasio ini dapat dihitung dengan: utang jangka panjang
dibagi ekuitas pemegang saham.
Analisis cakupan laba:
Rasio laba terhadap beban tetap; hubungan antara laba dengan beban tetap bagian dari
analisis cakupan lab (earning coverage analysis). Ukuran cakupan laba berfokus pada
hubungan antara beban tetap yang terkait utang dengan ketersediaan laba perusahaan
untuk melunasi beban ini. Ukuran ini merupakan factor penting dalam peringkat utang.
Surat utang obligasi sering kali mencatumkan tingkat cakupan laba minimum untuk
penambahan utang. SEC mewajibnkan rasio laba terhadap beban tetap diungkapkan
pada prospectus seluruh efek utang terdaftar. Ukuran rasio laba terhadap beban dapat
dihitung dengan laba yang tersedia untuk memnuhi beban tetap dibagi beban tetap.
Konsep yang mendasari ukuran ini sederhana. Namun, penerapan ukuran ini dipersulit
dengan apa yang dimasukkan dari “laba tersedia untuk menutup beban tetap” dan
“beban tetap”
Rasio kelipatan bunga dihasilkan
Ukuran cakupan laba lainnya adalah rasio periode penagihan bunga (times interest
earned ratio). Rasio ini menganggap bunga sebagi satu-satunya beban tetap yang
memerlukan cakupan laba: (laba + beban pajak + beban bunga)/ beban bunga.
Pembilang dalam rasio ini terkadang disebut laba sebelum bunga dan pajak atau EBIT
sehingga rasio ini disebut EBIT/I. rasio kelipatan bunga dihasilkan merupakan ukuran
sederhana. Rasio ini mengabaikan sebagian besar penyesuaian pada pembilang dan
penyebut seperti pada pembahasan rasio laba terhadap beban tetap. Meskipun
perhitungannya sederhana, rasio ini memilki kemungkinan kesalahan dan tidak
seefektif alat analisis seperti rasio laba terhadap beban tetap.
Berikut ini adalah hasil perhitungan ROIC dan analisis kredit (Solvabilitas dan Likuiditas)
RNOA ( Return on Net Operating Asset )
2007 2008 2009 2010 2011
RNOA 1,46% (10,36%) 13,17% 11,37% 8,39%
Analisis :
PT. Gajah Tunggal Tbk, untuk tahun 2008 RNOA mengalami penurunan sampai
dengan minus 10,36% hal ini dikarenakan PT. Gajah Tunggal Tbk, mengalami
kerugian. Sedangkan nilai RNOA tertinggi adalah tahun 2009, nilai pengembalian
asset operasi bersih 13,17% dikarenakan adanya peningkatan laba operasi bersih
setelah pajak.
ROCE ( Return on Common Shareholder’s Equity)
2007 2008 2009 2010 2011
ROCE 3,82% (36,23%) 29,76% 21,80% 15,35%
Analisis :
ROCE yang paling baik adalah pada tahun 2009 karena laba bersih pada tahun tersebut
mengalami peningkatan yang signifikan yaitu sebesar 29,76%. Sedangkan yang paling
buruk adalah pada tahun 2008 karena perusahaan mengalami kerugian sebesar Rp.
624.788.000.000 dengan ROCE sebesar minus 36,23%.
Modal Kerja
Analisis :
Perusahaan memiliki modal kerja yang baik yaitu selalu bernilai positif. Dimana
perusahaan pada tahun 2007-2011 memiliki nilai aktiva lancar lebih besar daripada
2007 2008 2009 2010 2011
Modal Kerja
1,885,345 1,885,345 1,885,345 1,885,345 1,885,345
aktiva lancar. Artinya perusahaan masih mampu memenuhi kewajiban jangka
pendeknya dan masih memiliki aktiva lebih setelah melunaasi kewajiban jangka
pendek perusahaan.
Siklus Operasi
Analisis :
Rata-rata siklus operasi pada tahun 2007-2011 adalah 96 hari. Siklus operasi tercepat
adalah pada tahun 2009 yaitu selama 80 hari, sedangkan siklus operasi terlama adalah
pada tahun 2011 yaitu 105 hari. Terdapat perbedaan yang lumayan jauh dikarenakan
perbedaan jumlah persediaan dan piutang usaha pada tahun 2008 dan 2011. Persediaan
yang ada pada tahun 2008 sebesar 1,399,407 sedangkan persediaan pada tahun 2011
sebesar 1,660,462. Piutang usaha pada tahun 2008 sebesar 541,560 sedangkan piutang
usaha pada tahun 2011 sebesar 1,598,803. Sehingga pada tahun 2011 dibutuhkan lebih
banyak waktu untuk melakukan produksi dan mengumpulkan kas dari penjualan.
Rasio Lancar
2007 2008 2009 2010 2011
Rasio
Lancar
215,35% 147% 253,18% 176,09% 174,93%
2007 2008 2009 2010 2011
Siklus Operasi
100 hari 100 hari 100 hari 100 hari 100 hari
Analisis :
Berdasarkan hasil analisis current ratio diatas dapat melihat bahwa likuiditas
perusahaan,apabila dilihat dari perkembangannya dari tahun 2007 – 2011 berfluktuasi,
tetapi rata-rata current rationya berada diatas 100%. Sehingga dapat dikatakan bahwa
perusahaan dalam keadaan likuid atau perusahaan dapat menjamin semua hutang
jangka pendeknya dengan aktiva lancar yang ada, dengan kata lain perusahaan ini
mampu melunasi kewajiban-kewajibannya yang segera jatuh tempo.
Rasio Kas Terhadap Aset Lancar
Analisis :
Berdasarkan hasil analisis cash to current ratio diatas dapat melihat bahwa likuiditas
perusahaan, apabila dilihat dari perkembangannya dari tahun 2007 – 2011 tidak
menentu. Sehingga dapat dikatakan bahwa perusahaan tidak dalam keadaan likuid atau
perusahaan tidak dalam keadaan stabil karena perusahaan yang dalam keadaan likuid
dari tahun ke tahun makin tinggi rasionya.
Rasio Kas Terhadap Kewajiban lancar
2007 2008 2009 2010 2011
2007 2008 2009 2010 2011
Rasio Kas Terhadap Aset
Lancar 17 % 6% 24% 19% 20%
Rasio Kas Terhadap Kewajiban Lancar
20,43% 13,51% 20,47% 20,41% 16,51%
Analisis :
Semakin tinggi rasionya maka makin likuid asset lancarnya. Pada tahun 2007 2009 dan
2010 merupakan tahun yang memiliki rasio tinggi pada perusahaan ini. Tetapi,
memiliki penurunan pada tahun 2008 dan 2011 dikarenakan kas dan setara kas nya
kecil.
Perputaran Piutang Usaha
Analisis :
Perputaran piutang usaha memiliki presentasi tinggi pada tahun 2011 karena saldo
piutangnya tinggi, dan pada tahun 2008 kecil karena saldo piutangnya rendah.
Periode Penagihan Piutang
2007 2008 2009 2010 2011
Perputaran Piutang Usaha 0.7862 0.4669 0.8606 1.0304 1.2441
2007 2008 2009 2010 2011
Periode Penagihan Piutang 5.7971 2.7238 3.9371 9.1297 5.9107
Analisis : Rasio kas pada perusahaan ini memiliki nilai presentasi paling tinggi pada tahun 2010 karena memiliki piutang usaha yang banyak, tetapi pada tahun 2008 memiliki angka presentasi yang paling kecil, dikarenakan piutang usahanya sedikit.
Jumlah Hari Untuk Menagih Piutang
2007 2008 2009 2010 2011
Jumlah Hari untuk Menagih Piutang 19,77 hari 10,25 hari - 9,85 hari 13,69 hari
2007 365.062 : ( 6.647.088/360 ) = 19.77141
2008 226,354 : (7,945,115/360 ) = 10.25629
2009 211.900 : (7.914.709 ) = 0.009638257
2010 269.181 : (9.834.315/360 ) = 9.853778326
2011 449,895.00 : (11,826,525/360 ) = 13.69482583
Analisis :
Meskipun rasio perputaran piutang usaha mengukur kecepatan penagihan dan berguna
untuk tujuan perbandingan, rasio ini tidak dapat dibandingkan secara langsung dengan
syarat pelunasan yang diberikan perusahaan kepada pelanggan. Perbandingan ini
dibuat dengan mengubah rasio perputaran menjadi jumlah hari untuk menagih piutang.
Perputaran Persediaan
2007 2008 2009 2010 2011
Perputaran Persediaan 5,18 4,88 5,41 8,11 7,40
2007 5,484,352 / 1059611 = 5.175816408
2008 6,828,199 / 1399407 = 4.879351754
2009 6,114,839 / 1130779.5 = 5.407631638
2010 7,915,176 / 975681.5 = 8.11245883
2011 10,172,522 / 1,374,837 = 7.399077636
Jumlah Hari Penjualan Dalam Persediaan
2007 93626 : (5,484,352/360) = 6.14573244
2008 1,399,407 : (6,828,199 / 360) = 73.78029258
2009 862,152 : (6,114,839 / 360) = 50.75762747
2010 1,089,211 : (7,915,176 / 360) = 49.53976513
2011 1,660,462 : (10,172,522 / 360) = 58.76284367
Analisis :
Rasio ini menggambarkan jumlah hari yang dibutuhkan untuk menjual persediaan
akhir dengan mengasumsikan tingkat penjualan tertentu. Ukuran perputaran
2007 2008 2009 2010 2011
Jumlah Hari Penjualan Dalam Persediaan 6,15 73,78 50,76 49,54 58,76
persediaan lain yang berguna untuk menilai kebijakan pembelian dan produksi
perusahaan adalah jumlah hari untuk menjual persediaan.
Rasio Arus Kas
2007 (434.525 + 1.793.900) / 3.461.617 = 0.64375
2008 (85.128 + 1.793.900) / 3.048.651 = 0.61635
2009 (723.113 + 1.793.900)/ 3.357.377 = 0.74969
2010 (755.846 + 1.793.900)/ 4.442.022 = 0.57401
2011 (390.614 + 1.793.900)/ 5.012.994 = 0.43577
Analisis :
Semakin tinggi rasio pada tahun 2007-2011, maka semakin likuid asset lancar, tetapi
dari tahun 2007-2011 mengalami penurunan.
Rasio Cepat
2007 (434.525 + 1.793.900) / 1.557.144 = 0.9101
2008 (85.128 + 1.793.900 ) / 2.064.670 = 0.0412
2009 (723.113 + 1.793.900 ) / 1.331.948 = 1.8897
2010 (755.846 + 1.793.900 ) / 4.320.278 = 0.59018
2011 (390.614 + 1.793.900 ) / 2.800.098 = 0.78016
2007 2008 2009 2010 2011
Rasio Arus Kas 0.64375 0.61635 0.74969 0.57401 0.43577
2007 2008 2009 2010 2011
Rasio Arus Kas 0.9101 0.0412 1.8897 0.5902 0.78016
Analisis :
Dari tahun 2007-2011 mengalami kenaikkan dan penurunan pada utang perusahaan.
Pada tahun 2009 mengalami lonjakkan utang yang besar pada PT.Gajah Tunggal.
Jumlah Hari Untuk Membayar Utang Usaha
2007 2008 2009 2010 2011
Jumlah Hari Untuk Membayar Utang Usaha
35,93
hari
67,48
hari
42,24
hari
48,31
hari
44,91
hari
2007 547.378 : (5.484.352 : 360) = 35.9306
2008 1.279.893 : (6.828.199 : 360) = 67.47921
2009 717.543 : (6.114.839 : 360) = 42,24404
2010 1.062.268 : (7.915.176 : 360) = 48.31434
2011 1.269.163 : (10.172.522 : 360) = 44.91499
Analisis :
Pada tahun 2007-2011 PT. Gajah Tunggal dalam membayar kewajibannya, tahun 2009
mengalami lama periode pembayaran, sehingga pada tahun 2009 makin besar modal
pemasok dalam membayar utang perusahan.
TOTAL DEBT RATIO
2007 1 .560.032 + 10.064 + 4498783 = 6.068.879 = 0,72
6.068.879 + 2 .385.814 8.454.693
Struktur modal PT. Gajah Tunggal tahun 2007 72% terdiri atas utang
2007 2008 2009 2010 2011
Total Debt Ratio 0,72 0,81 0,65 0,66 0,62
2008 2.071.221 + 4.992.913 = 7.064.134 = 0,81
7.064.134 + 1.649.425 8.713.559
Struktur modal PT. Gajah Tunggal tahun 2008 81% terdiri atas utang
2009 1.333.179 + 4.873.307 = 5.006.486 = 0,65
5.006.486 + 2.670.660 7677146
Struktur modal PT. Gajah Tunggal tahun 2009 65% terdiri atas utang
2010 2.549.406 + 4.295.564 = 6.844.970 = 0,66
6.844.970 + 3.526.597 10.371.567
Struktur modal PT. Gajah Tunggal tahun 2010 66% terdiri atas utang
2011 2.900.317 + 3.721.745 + 501.256 = 7.123.318 = 0,62
7.123.318 + 4.430.825 11.554.143
Struktur modal PT. Gajah Tunggal tahun 2011 62% terdiri atas utang
TOTAL DEBT TO EQUITY CAPITAL RATIO
2007 6.068.879 = 2,54
2 .385.814
Total utang PT. Gajah Tunggal tahun 2007 adalah 2,54 kali lebih besar dari modal ekuitasnya
2008 7.064.134 = 4,28
1.649.425
Total utang PT. Gajah Tunggal tahun 2008 adalah 4,28 kali lebih besar dari modal ekuitasnya
2009 5.006.486 = 1,87
2.670.660
Total utang PT. Gajah Tunggal tahun 2009 adalah 1,84 kali lebih besar dari modal ekuitasnya
2007 2008 2009 2010 2011
Total Debt to Equity Capital Ratio 2,54 4,28 1,87 1,94 1,61
2010 6.844.970 = 1,94
3.526.597
Total utang PT. Gajah Tunggal tahun 2010 adalah 1,94 kali lebih besar dari modal ekuitasnya
2011 7.123.318 = 1,61
4.430.825
Total utang PT. Gajah Tunggal tahun 2011 adalah 1,61 kali lebih besar dari modal ekuitasnya
LONG TERM DEBT TO EQUITY CAPITAL RATIO
2007 6.068.879 - 1 .560.032 = 1,89
2 .385.814
2008 7.064.134 - 2.071.221 = 3,03
1.649.425
2009 5.006.486 - 1.333.179 = 1,38
2.670.660
2010 6.844.970 - 2.549.406 = 1,22
3.526.597
2011 7.123.318 - 2.900.317 = 0,95
4.430.825
Rasio Laba Terhadap Beban Tetap dan Rasio Kelipatan Bunga
TAHUN 2011 2010 2009 2008 2007RASIO LABA TERHADAP BEBAN TETAP
-1.05740 0 0 5.68207 0
RASIO KELIPATAN BUNGA -0.4750 -0.4253 -0.2778 2.0267 0.8994
2007 2008 2009 2010 2011
Long Term Debt to Equity Capital Ratio 1,89 3,03 1,38 1,22 0,95
Analisis :
Pada tahun 2010, 2009, 2007 , terlihat rasio laba terhadap beban tetap nol , karena
beban lebih besar bahkan bernilai negative , artinya hutang tidak dapat lebiih besar
daripada laba yang diperoleh oleh perusahaan, dikarenakan kerugian anak perusahaan
dengan kepemilikan mayoritas yang sangat rendah. Kemungkinan tingkat resiko gagal
bayar pada tahun 2010, 2009, 2007 sangatlah besar korelasinya terhadap tingakat
kelipatan bunga .