Download - Paper Etos Kerja 2

Transcript
Page 1: Paper Etos Kerja 2

BAB I

PENDAHULUAN

IA LATAR BELAKANG

Dalam era globalisasi persaingan kerja yang semakin meningkat memaksa setiap orang

untuk menguasai keahlian dan kemampuan tertentu (Wills 1993) Untuk dapat

menjawab tantangan ini diperlukan adanya dedikasi kerja keras dan kejujuran dalam

bekerja Menurut Anoraga (1992) manusia yang berhasil harusmemiliki pandangan dan

sikap yang menghargai kerja sebagai sesuatu yang luhur untuk eksistensi manusia Suatu

pandangan dan sikap demikian dikenal dengan istilah Etos Kerja Dewasa ini Etos Kerja

merupakan topik yang kembali hangat

Telah sekian lama Indonesia selalu berkutat dengan masalah korupsi rdquojam karetrdquo asal

kerja semrawut dan predikat negatif lainnya Berbeda dengan kondisi di negara Jepang

yang menjadikan kerja sebagai sesuatu yang sangat mulia dan kualitas kerja merupakan

nilai-nilai penting yang didasari spiritualitas agama (Anoraga 1992) Suatu opini untuk

menggambarkan kondisi Etos Kerja bangsa kita saat ini dinyatakan oleh Muhtadi (2005)

bahwa kondisi masyarakat kita kurang memiliki Etos Kerja Secara khusus Muhtadi

menyoroti kondisi perguruan tinggi dan sekolah di Indonesia Sebagai lingkungan

organisasi yang berfokus pada tujuan utama mendidik serta mengembangkan ilmu

pengetahuan perguruan-perguruan tinggi dan sekolah-sekolah sering ditemui sebagai

organisasi yang kurang efektif dalam mencapai sasarannya karena kinerja individu-

individu yang terlibat didalamnya tidak didukung oleh Etos Kerja yang baik Sepertinya

Etos Kerja di Indonesia relatif masih belum tinggi Untuk dapat meningkatkan Etos

Kerja ini diperlukan adanya suatu sikap yang menilai tinggi pada kerja keras dan

sungguhsungguh Karena itu perlu ditemukan suatu dorongan yang tepat untuk

memotivasi dan merubah sikap rakyat kita Nilai-nilai sikap dan faktor motivasi yang

baik menurut Anoraga (1992) bukan bersumber dari luar diri tetapi yang

tertanamterinternalisasi dalam diri sendiri yang sering disebut dengan motivasi

intrinsik Manusia merupakan mahluk sosial yang bekerja bukan hanya untuk memenuhi

1

kebutuhan diri sendiri saja tetapi juga untuk melayani sesama Melalui pekerjaan kita

bekerjasama dan melayani teman sekerja memenuhi kebutuhan keluarga mengabdi

kepada masyarakat bangsa dan negara (Anoraga 1992) Untuk mempermudah

tercapainya berbagai tujuan ini di dalam masyarakat maka manusia berkumpul untuk

bekerja secara bersama-sama dan terbentuklah berbagai organisasi Setiap organisasi

diatur dan dikelola oleh manusia Tanpa adanya manusia yang mengelola dan bekerja

suatu organisasi tidak dapat eksis di tengahtengah masyarakat (Cascio 2003) Setiap

organisasi memiliki tujuan bersama yang tertuang dalam visi dan misi organisasi Untuk

mencapai tujuan ini organisasi menerapkan filosofi kebijakan serta target Filosofi

target dan kebijakan-kebijakan yang ditetapkan oleh organisasi dibuat agar dapat

mensejajarkan arah pencapaian tujuan dan nilai-nilai yang terdapat dalam individu

sebagai anggota organisasi dengan tujuan organisasi itu sendiri Hal ini dikenal dengan

istilah penjajaranalignment (Wills 1993) Proses penjajaran ini tentunya akan

mempengaruhi individu dalam memberikan penilaian terhadap dirinya sendiri karena

apa yang ditanamkan oleh organisasi pada individu merupakan suatu harapan yang

bernilai ideal atas dirinya Suatu keyakinan nilai diri sendiri yang didasarkan pada

evaluasi diri secara keseluruhan dikenal dengan istilah harga diri atau self-esteem Nilai

yang dimiliki oleh seorang individu atas dirinya sebagai anggota organisasi yang

bertindak dalam konteks organisasi disebut harga diri berbasis organisasiOrganization-

Based Self-esteem selanjutnya disingkat dengan OBSE Individu dengan nilai OBSE

yang tinggi cenderung memandang diri mereka sendiri sebagai seorang yang penting

berharga berpengaruh dan berarti dalam konteks organisasi yang mempekerjakannya

Dari beberapa aspek yang dipengaruhi OBSE salah satunya adalah motivasi intrinsik

(Kreitner amp Kinicki 2000) Faktor yang terakhir ini seperti yang dinyatakan Anoraga

(1992) merupakan elemen yang penting dalam mengembangkan Etos Kerja Penulisan

membuktikan bahwa tidak selamanya selfesteem yang tinggi itu memberikan indikasi

yang positif Pada penulisan Baumeister dkk (1996) ditemukan bahwa perilaku agresif

dapat muncul ketika individu yang self-esteem-nya tinggi dihadapkan pada situasi yang

menekan Artinya self-esteem yang tinggi menjadi sesuatu yang baik hanya jika dijaga

dan disalurkan dengan cara yang membangun dan etis (Kreitner amp Kinicki 2000)

2

IB TUJUAN PENULISAN

Tujuan penulisan ini adalah untuk menjelaskan hubungan antara Organization-Based

Self-Esteem (OBSE) dengan Etos Kerja dan pengaruh etos kerja islami terhadap kinerja

karyawan

IC MANFAAT PENULISAN

Diharapkan tulisan ini bermanfaat untuk

1 Menjadi bahan masukan dan saran untuk meningkatkan efektifitas organisasi

melalui peningkatan etos kerja karyawan baik secara islami maupun

tidakdengan memperhatikan variable Organization-Based Self-Esteem (OBSE)

sebagai variabel prediktor

3

BAB II

LANDASAN TEORI

IIA ETOS KERJA

IIA1 Pengertian Etos Kerja

Secara etimologis istilah etos berasal dari bahasa Yunani yang berarti rsquotempat hiduprsquo

Mula-mula tempat hidup dimaknai sebagai adat istiadat atau kebiasaan Sejalan dengan

waktu kata etos berevolusi dan berubah makna menjadi semakin kompleks Dari kata

yang sama muncul pula istilah Ethikos yang berarti rsquoteori kehidupanrsquo yang kemudian

menjadi rsquoetikarsquo Dalam bahasa Inggris Etos dapat diterjemahkan menjadi beberapa

pengertian antara lain lsquostarting point to appear disposition hingga disimpulkan

sebagai character Dalam bahasa Indonesia kita dapat menterjemahkannya sebagai

rsquosifat dasarrsquo rsquopemunculanrsquo atau rsquodisposisiwatakrsquo Aristoteles menggambarkan etos

sebagai salah satu dari tiga mode persuasi selain logos dan pathos dan mengartikannya

sebagai rsquokompetensi moralrsquo Tetapi Aristoteles berusaha memperluas makna istilah ini

hingga rsquokeahlianrsquo dan rsquopengetahuanrsquo tercakup didalamnya Ia menyatakan bahwa etos

hanya dapat dicapai hanya dengan apa yang dikatakan seorang pembicara tidak dengan

apa yang dipikirkan orang tentang sifatnya sebelum ia mulai berbicara Disini terlihat

bahwa etos dikenali berdasarkan sifat-sifat yang dapat terdeteksi oleh indera Webster

Dictionary mendefinisikan etos sebagai guiding beliefs of a person group or

institution etos adalah keyakinan yang menuntun seseorang kelompok atau suatu

institusi A S Hornby (1995) dalam The New Oxford Advances Learnerrsquos Dictionary

mendefinisikan etos sebagai the characteristic spirit moral values ideas or beliefs of a

group community or culture karakteristik rohani nilai-nilai moral ide atau keyakinan

suatu kelompok komunitas atau budaya Sedangkan dalam The American Heritage

4

Dictionary of English Language etos diartikan dalam dua pemaknaan 1the disposition

character or attitude peculiar to a specific people culture or a group that distinguishes

it from other peoples or group fundamental values or spirit mores disposisi karakter

atau sikap khusus orang budaya atau kelompok yang membedakannya dari orang atau

kelompok lain nilai atau jiwa yang mendasari adat-istiadat Makna berikutnya yaitu

2The governing or central principles in a movement work of art mode of expression

or the like Prinsip utama atau pengendali dalam suatu pergerakan pekerjaan seni

bentuk ekspresi atau sejenisnya Dari sini dapat kita peroleh pengertian bahwa etos

merupakan seperangkat pemahaman dan keyakinan terhadap nilai-nilai yang secara

mendasar mempengaruhi kehidupan menjadi prinsip-prinsip pergerakan dan cara

berekspresi yang khas pada sekelompok orang dengan budaya serta keyakinan yang

sama

Menurut Anoraga (1992) Etos Kerja merupakan suatu pandangan dan sikap suatu bangsa

atau umat terhadap kerja Bila individu-individu dalam komunitas memandang kerja

sebagai suatu hal yang luhur bagi eksistensi manusia maka Etos Kerjanya akan

cenderung tinggi Sebaliknya sikap dan pandangan terhadap kerja sebagai sesuatu yang

bernilai rendah bagi kehidupan maka Etos Kerja dengan sendirinya akan rendah

Dalam situs resmi kementerian KUKM Etos Kerja diartikan sebagai sikap mental yang

mencerminkan kebenaran dan kesungguhan serta rasa tanggung jawab untuk

meningkatkan produktivitas (wwwdepkopgoid) Pada Websters Online Dictionary

Work Ethic diartikan sebagai Earnestness or fervor in working morale with regard to

the tasks at hand kesungguhan atau semangat dalam bekerja suatu pandangan moral

pada pekerjaan yang dilakoni Dari rumusan ini kita dapat melihat bagaimana Etos Kerja

dipandang dari sisi praktisnya yaitu sikap yang mengarah pada penghargaan terhadap

kerja dan upaya peningkatan produktivitas

Dalam rumusan Jansen Sinamo (2005) Etos Kerja adalah seperangkat perilaku positif

yang berakar pada keyakinan fundamental yang disertai komitmen total pada paradigma

5

kerja yang integral Menurutnya jika seseorang suatu organisasi atau suatu komunitas

menganut paradigma kerja mempercayai dan berkomitmen pada paradigma kerja

tersebut semua itu akan melahirkan sikap dan perilaku kerja mereka yang khas Itulah

yang akan menjadi Etos Kerja dan budaya Sinamo (2005) memandang bahwa Etos

Kerja merupakan fondasi dari sukses yang sejati dan otentik Pandangan ini dipengaruhi

oleh kajiannya terhadap studi-studi sosiologi sejak zaman Max Weber di awal abad ke-

20 dan penulisanpenulisan manajemen dua puluh tahun belakangan ini yang semuanya

bermuara pada satu kesimpulan utama bahwa keberhasilan di berbagai wilayah

kehidupan ditentukan oleh perilaku manusia terutama perilaku kerja Sebagian orang

menyebut perilaku kerja ini sebagai motivasi kebiasaan (habit) dan budaya kerja

Sinamo (2005) lebih memilih menggunakan istilah etos karena menemukan bahwa kata

etos mengandung pengertian tidak saja sebagai perilaku khas dari sebuah organisasi atau

komunitas tetapi juga mencakup motivasi yang menggerakkan mereka karakteristik

utama spirit dasar pikiran dasar kode etik kode moral kode perilaku sikap-sikap

aspirasi-aspirasi keyakinan-keyakinan prinsip-prinsip dan standar-standar

Melalui berbagai pengertian diatas baik secara etimologis maupun praktis dapat

disimpulkan bahwa Etos Kerja merupakan seperangkat sikap atau pandangan mendasar

yang dipegang sekelompok manusia untuk menilai bekerja sebagai suatu hal yang positif

bagi peningkatan kualitas kehidupan sehingga mempengaruhi perilaku kerjanya

IIA2 Aspek-Aspek Etos Kerja

Menurut Sinamo (2005) setiap manusia memiliki spiritroh keberhasilan yaitu motivasi

murni untuk meraih dan menikmati keberhasilan Roh inilah yang menjelma menjadi

perilaku yang khas seperti kerja keras disiplin teliti tekun integritas rasional

bertanggung jawab dan sebagainya melalui keyakinan komitmen dan penghayatan atas

paradigma kerja tertentu Dengan ini maka orang berproses menjadi manusia kerja yang

positif kreatif dan produktif Dari ratusan teori sukses yang beredar di masyarakat

sekarang ini Sinamo (2005) menyederhanakannya menjadi empat pilar teori utama

6

Keempat pilar inilah yang sesungguhnya bertanggung jawab menopang semua jenis dan

sistem keberhasilan yang berkelanjutan (sustainable success system) pada semua

tingkatan Keempat elemen itu lalu dia konstruksikan dalam sebuah konsep besar yang

disebutnya sebagai Catur Dharma Mahardika (bahasa Sanskerta) yang berarti Empat

Darma Keberhasilan Utama yaitu

1 Mencetak prestasi dengan motivasi superior

2 Membangun masa depan dengan kepemimpinan visioner

3 Menciptakan nilai baru dengan inovasi kreatif

4 Meningkatkan mutu dengan keunggulan insani

Keempat darma ini kemudian dirumuskan pada delapan aspek Etos Kerja sebagai

berikut

1 Kerja adalah rahmat karena kerja merupakan pemberian dari Yang Maha Kuasa

maka individu harus dapat bekerja dengan tulus dan penuh syukur

2 Kerja adalah amanah kerja merupakan titipan berharga yang dipercayakan pada

kita sehingga secara moral kita harus bekerja dengan benar dan penuh tanggung

jawab

3 Kerja adalah panggilan kerja merupakan suatu dharma yang sesuai dengan

panggilan jiwa kita sehingga kita mampu bekerja dengan penuh integritas

4 Kerja adalah aktualisasi pekerjaan adalah sarana bagi kita untuk mencapai

hakikat manusia yang tertinggi sehingga kita akan bekerja keras dengan penuh

semangat

5 Kerja adalah ibadah bekerja merupakan bentuk bakti dan ketaqwaan kepada

Sang Khalik sehingga melalui pekerjaan individu mengarahkan dirinya pada

tujuan agung Sang Pencipta dalam pengabdian

6 Kerja adalah seni kerja dapat mendatangkan kesenangan dan kegairahan kerja

sehingga lahirlah daya cipta kreasi baru dan gagasan inovatif

7

7 Kerja adalah kehormatan pekerjaan dapat membangkitkan harga diri sehingga

harus dilakukan dengan tekun dan penuh keunggulan

8 Kerja adalah Pelayanan manusia bekerja bukan hanya untuk memenuhi

kebutuhannya sendiri saja tetapi untuk melayani sehingga harus bekerja dengan

sempurna dan penuh kerendahan hati

Anoraga (1992) juga memaparkan secara eksplisit beberapa sikap yang seharusnya

mendasar bagi seseorang dalam memberi nilai pada kerja yang disimpulkan sebagai

berikut

1 Bekerja adalah hakikat kehidupan manusia

2 Pekerjaan adalah suatu berkat Tuhan

3 Pekerjaan merupakan sumber penghasilan yang halal dan tidak amoral

4 Pekerjaan merupakan suatu kesempatan untuk mengembangkan diri dan berbakti

5 Pekerjaan merupakan sarana pelayanan dan perwujudan kasih

Dalam penulisannya Akhmad Kusnan (2004) menyimpulkan pemahaman bahwa Etos

Kerja menggambarkan suatu sikap maka ia menggunakan lima indikator untuk

mengukur Etos Kerja Menurutnya Etos Kerja mencerminkan suatu sikap yang memiliki

dua alternatif positif dan negatif Suatu individu atau kelompok masyarakat dapat

dikatakan memiliki Etos Kerja yang tinggi apabila menunjukkan tanda-tanda sebagai

berikut

1 Mempunyai penilaian yang sangat positif terhadap hasil kerja manusia

2 Menempatkan pandangan tentang kerja sebagai suatu hal yang amat luhur bagi

eksistensi manusia

3 Kerja yang dirasakan sebagai aktivitas yang bermakna bagi kehidupan manusia

4 Kerja dihayati sebagai suatu proses yang membutuhkan ketekunan dan sekaligus

sarana yang penting dalam mewujudkan cita-cita

5 Kerja dilakukan sebagai bentuk ibadah Bagi individu atau kelompok masyarakat

yang memiliki Etos Kerja yang rendah maka akan ditunjukkan ciri-ciri yang

sebaliknya (Kusnan 2004) yaitu

8

1) Kerja dirasakan sebagai suatu hal yang membebani diri

2) Kurang dan bahkan tidak menghargai hasil kerja manusia

3) Kerja dipandang sebagai suatu penghambat dalam memperoleh

kesenangan

4) Kerja dilakukan sebagai bentuk keterpaksaan

5) Kerja dihayati hanya sebagai bentuk rutinitas hidup

Dari berbagai aspek yang ditampilkan ketiga tokoh diatas dapat dilihat bahwa aspek-

aspek yang diusulkan oleh dua tokoh berikutnya telah termuat dalam beberapa aspek

Etos Kerja yang dikemukakan oleh Sinamo sehingga penulisan ini mendasari

pemahamannya pada delapan aspek Etos Kerja yang dikemukakan oleh Sinamo sebagai

indikator terhadap Etos Kerja

IIA3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Etos Kerja

Etos Kerja dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu

a Agama

Dasar pengkajian kembali makna Etos Kerja di Eropa diawali oleh buah pikiran Max

Weber Salah satu unsur dasar dari kebudayaan modern yaitu rasionalitas (rationality)

menurut Weber (1958) lahir dari etika Protestan Pada dasarnya agama merupakan suatu

sistem nilai Sistem nilai ini tentunya akan mempengaruhi atau menentukan pola hidup

para penganutnya Cara berpikir bersikap dan bertindak seseorang pastilah diwarnai

oleh ajaran agama yang dianutnya jika ia sungguh-sungguh dalam kehidupan beragama

Dengan demikian kalau ajaran agama itu mengandung nilai-nilai yang dapat memacu

pembangunan jelaslah bahwa agama akan turut menentukan jalannya pembangunan

atau modernisasi Weber (1958) memperlihatkan bahwa doktrin predestinasi dalam

protestanisme mampu melahirkan etos berpikir rasional berdisiplin tinggi bekerja tekun

sistematik berorientasi sukses (material) tidak mengumbar kesenangan namun hemat

dan bersahaja (asketik) serta menabung dan berinvestasi yang akhirnya menjadi titik

9

tolak berkembangnya kapitalisme di dunia modern Sejak Weber menelurkan karya tulis

The Protestant Ethic and the Spirit of Capitalism (1958) berbagai studi tentang Etos

Kerja berbasis agama sudah banyak dilakukan dengan hasil yang secara umum

mengkonfirmasikan adanya korelasi positif antara sebuah sistem kepercayaan tertentu

dan kemajuan ekonomi kemakmuran dan modernitas (Sinamo 2005) Menurut

Rosmiani (1996) Etos Kerja terkait dengan sikap mental tekad disiplin dan semangat

kerja Sikap ini dibentuk oleh sistem orientasi nilai-nilai budaya yang sebagian

bersumber dari agama atau sistem kepercayaanpaham teologi tradisional Ia

menemukan Etos Kerja yang rendah secara tidak langsung dipengaruhi oleh rendahnya

kualitas keagamaan dan orientasi nilai budaya yang konservatif turut menambah

kokohnya tingkat Etos Kerja yang rendah itu

b Budaya

Selain temuan Rosmiani (1996) diatas Usman Pelly (dalam Rahimah 1995)

mengatakan bahwa sikap mental tekad disiplin dan semangat kerja masyarakat juga

disebut sebagai etos budaya dan secara operasional etos budaya ini juga disebut sebagai

Etos Kerja Kualitas Etos Kerja ini ditentukan oleh sistem orientasi nilai budaya

masyarakat yang bersangkutan Masyarakat yang memiliki sistem nilai budaya maju

akan memiliki Etos Kerja yang tinggi dan sebaliknya masyarakat yang memiliki sistem

nilai budaya yang konservatif akan memiliki Etos Kerja yang rendah bahkan bisa sama

sekali tidak memiliki Etos Kerja Pernyataaan ini juga didukung oleh studi yang

dilakukan Suryawati Dharmika Namiartha Putri dan weda (1997) yang menyimpulkan

bahwa semangat kerjaEtos Kerja sangat ditentukan oleh nilainilai budaya yang ada dan

tumbuh pada masyarakat yang bersangkutan Etos Kerja juga sangat berpegang teguh

pada moral etik dan bahkan Tuhan Etos Kerja berdasarkan nilai-nilai budaya dan agama

ini menurut mereka diperoleh secara lisan dan merupakan suatu tradisi yang disebarkan

secara turuntemurun

c Sosial Politik

10

Soewarso Rahardjo Subagyo dan Utomo (1995) menemukan bahwa tinggi rendahnya

Etos Kerja suatu masyarakat dipengaruhi oleh ada atau tidaknya struktur politik yang

mendorong masyarakat untuk bekerja keras dan dapat menikmati hasil kerja keras

mereka dengan penuh KH Abdurrahman Wahid (2002) mengatakan bahwa Etos Kerja

harus dimulai dengan kesadaran akan pentingnya arti tanggung jawab kepada masa

depan bangsa dan negara Dorongan untuk mengatasi kemiskinan kebodohan dan

keterbelakangan hanya mungkin timbul jika masyarakat secara keseluruhan memiliki

orientasi kehidupan yang teracu ke masa depan yang lebih baik Orientasi ke depan itu

harus diikuti oleh penghargaan yang cukup kepada kompetisi dan pencapaian

(achievement) Orientasi ini akan melahirkan orientasi lain yaitu semangat

profesionalisme yang menjadi tulang-punggung masyarakat modern

d Kondisi LingkunganGeografis

Suryawati Dharmika Namiartha Putri dan weda (1997) juga menemukan adanya

indikasi bahwa Etos Kerja dapat muncul dikarenakan faktor kondisi geografis

Lingkungan alam yang mendukung mempengaruhi manusia yang berada di dalamnya

melakukan usaha untuk dapat mengelola dan mengambil manfaat dan bahkan dapat

mengundang pendatang untuk turut mencari penghidupan di lingkungan tersebut

e Pendidikan

Etos Kerja tidak dapat dipisahkan dengan kualitas sumber daya manusia Peningkatan

sumber daya manusia akan membuat seseorang mempunyai Etos Kerja keras

Meningkatnya kualitas penduduk dapat tercapai apabila ada pendidikan yang merata dan

bermutu disertai dengan peningkatan dan perluasan pendidikan keahlian dan

keterampilan sehingga semakin meningkat pula aktivitas dan produktivitas masyarakat

sebagai pelaku ekonomi (Rahimah Fauziah Suri dan Nasution 1995)

f Struktur Ekonomi

11

Pada penulisan Soewarso Rahardjo Subagyo dan Utomo (1995) disimpulkan juga

bahwa tinggi rendahnya Etos Kerja suatu masyarakat dipengaruhi oleh ada atau tidaknya

struktur ekonomi yang mampu memberikan insentif bagi anggota masyarakat untuk

bekerja keras dan menikmati hasil kerja keras mereka dengan penuh

g Motivasi Intrinsik individu

Anoraga (1992) mengatakan bahwa Individu yang akan memiliki Etos Kerja yang tinggi

adalah individu yang bermotivasi tinggi Etos Kerja merupakan suatu pandangan dan

sikap yang tentunya didasari oleh nilai-nilai yang diyakini seseorang Keyakinan inilah

yang menjadi suatu motivasi kerja Maka Etos Kerja juga dipengaruhi oleh motivasi

seseorang

Menurut Herzberg (dalam Siagian 1995) motivasi yang sesungguhnya bukan

bersumber dari luar diri tetapi yang tertanamterinternalisasi dalam diri sendiri yang

sering disebut dengan motivasi intrinsik Ia membagi factor pendorong manusia untuk

melakukan kerja ke dalam dua faktor yaitu factor hygiene dan faktor motivator Faktor

hygiene ini merupakan faktor dalam kerja yang hanya akan berpengaruh bila ia tidak

ada yang akan menyebabkan ketidakpuasan Ketidakhadiran faktor ini dapat mencegah

timbulnya motivasi tetapi ia tidak menyebabkan munculnya motivasi faktor ini disebut

juga factor ekstrinsik yang termasuk diantaranya yaitu gaji status keamanan kerja

kondisi kerja kebijaksanaan organisasi hubungan dengan rekan kerja dan supervisi

Ketika sebuah organisasi menargetkan kinerja yang lebih tinggi tentunya organisasi

tersebut perlu memastikan terlebih dahulu bahwa factor hygiene tidak menjadi

penghalang dalam upaya menghadirkan motivasi intrinsik

Faktor yang kedua adalah faktor motivator sesungguhnya yang mana ketiadaannya

bukan berarti ketidakpuasan tetapi kehadirannya menimbulkan rasa puas sebagai

manusia Faktor ini disebut juga faktor intrinsik dalam pekerjaan yang meliputi

pencapaian suksesachievement pengakuanrecognition kemungkinan untuk meningkat

dalam jabatan (Karier)advancement tanggung jawabresponsibility kemungkinan

berkembanggrowth possibilities dan pekerjaan itu sendirithe work itself (Herzberg

12

dalam Anoraga 1992) Hal-hal ini sangat diperlukan dalam meningkatkan performa kerja

dan menggerakkan pekerja hingga mencapai performa yang tertinggi

IIB ORGANIZATION-BASED SELF-ESTEEM

IIB1 Pengertian Organization-Based Self-esteem

Secara sederhana self-esteem diartikan sebagai proses evaluasi diri seseorang baik dalam

cara yang positif maupun negatif (Greenberg 2005)

Hogg amp Vaughan (2002) mendefinisikan self-esteem sebagai evaluasi dan perasaan

tentang diri pribadi

Kreitner amp Kinicki (2000) mendefinisikan istilah self-esteem sebagai suatu keyakinan

nilai diri sendiri yang didasarkan pada evaluasi diri secara keseluruhan

Rosenberg (dalam Kernis 1995) dan para ahli lainnya telah membandingkan self-esteem

dengan sikap dan menemukan bahwa self-esteem memiliki komponen afektif dan

kognitif Komponen kognitif mengacu pada keyakinan individu tentang keberhargaan

dirinya

Tory Higgins (dalam Deaux Dane Wrightsman 1993) mengajukan dua tipe diri

potensial yang menempati konsep diri kita yaitu Ideal-Self dan Ought- Self Ideal-self

mengacu kepada konsep diri yang ingin dicapai individu sedangkan ought-self adalah

konsep diri yang sebenarnya hadir Ketika kesenjangan antara ideal-self dan ought-self

ini terlalu besar maka akan timbullah perasaan yang tidak menyenangkan suatu kondisi

yang dihindari oleh setiap orang Setiap orang selalu berusaha memperoleh perasaan

yang menyenangkan tentang dirinya Biasanya tuntutan perasaan positif ini

menimbulkan over-estimasi terhadap evaluasi mengenai nilai-nilai baik seseorang

13

kemampuannya dalam mengatasi situasi atau kejadian atau terlalu optimis Memiliki

penilaian yang akurat tentang diri memang penting tetapi sepertinya tidak lebih penting

daripada perasaan positif seseorang tentang dirinya (Hogg amp Vaughan 2002)

Gambaran diri yang positif dan self-esteem yang berhubungan dengannya merupakan

tujuan penting untuk kebanyakan orang setiap waktu Hal ini menunjukkan temuan

Rosenberg mengenai komponen afektif pada self-esteem Harga diri yang tinggi baik

yang realistis maupun yang tidak merupakan suatu hal yang menyenangkan dan

karenanya banyak ahli menganggapnya sebagai tujuan manusia yang utama (Rosenberg

dalam Deaux Dane Wrightsman 1993) Kita cenderung menduga bahwa unsur self-

esteem yang tinggi akan menghasilkan perilaku positif yang menandakan individu yang

sehat secara psikologis Tetapi banyak studi yang menemukan bahwa tidak selamanya

selfesteem yang tinggi menghasilkan individu yang percaya diri dan tidak menampilkan

sikap permusuhan Baumeister (dalam Hogg amp Vaughan 2002) menemukan perilaku

kekerasan yang dapat dikaitkan dengan harga diri yang tinggi dimana ketika individu

yang memiliki gambaran diri yang menyenangkan merasa terancam individu tersebut

cenderung akan menampilkan sikap agresif

Kernis (dalam Hogg amp Vaughan 2002) juga menemukan individu yang arogan angkuh

dan terlalu asertif diantara orang-orang dengan harga diri yang tinggi

Rhodewalt (dalam Hogg amp Vaughan 2002) menemukan individu yang pada dasarnya

memiliki harga diri tinggi yang mudah hilang dikenal dengan individu narsistik Harga

diri yang rendah tidak selamanya juga memiliki konsekuensi negatif

Baumeister (dalam Kernis 1995) menemukan individu yang self-esteemnya rendah

menampilkan karakter tidak pasti namun netral daripada karakter negatif

Swann Pelham amp Krull (dalam Kernis 1995) menemukan individu dengan selfesteem

rendah memiliki strategi pertahanan diri tertentu yang cenderung berorientasi pada

peningkatan diri Untuk dapat menjelaskan fenomena yang beragam terkait dengan

14

harga diri yang tinggi dan rendah seperti yang telah dibahas diatas Deci amp Ryan (dalam

Kernis 1995) mengajukan dua jenis harga diri yaitu contingent self-esteem dan true self-

esteem Contingent self-esteem mengacu pada perasaan tentang diri seseorang yang

dihasilkan oleh ndash dan bergantung pada ndash pencapaian harapan seseorang Misalnya

seseorang merasa dirinya adalah orang yang baik dan berharga jika ia berhasil

menyelesaikan suatu tugas Jika ia terus dapatn menyelesaikan tugas berikutnya yang

serupa maka ia akan terus memiliki harga diri yang tinggi Artinya harga diri ini bersifat

labil dan hanya berpusat pada kepentingan pribadi True self-esteem bersifat lebih stabil

didasari oleh perasaan yang kuat tentang diri pribadi Individu dengan true self-esteem

yang tinggi juga memiliki tujuan dan aspirasi dan akan merasa senang bila tujuannya

tercapai atau sedih bila tidak tercapai Tetapi perasaan mereka sebagai manusia yang

berharga tidak berfluktuasi bergantung pada pencapaian sehingga mereka tidak merasa

superior ketika berhasil ataupun tertekan ketika gagal

Berdasarkan penulisan Baumeister (dalam Hogg amp Vaughan 2002) secara umum

individu dengan karakteristik self-esteem yang tinggi memiliki ciri-ciri

1 Gigih dan ulet dalam menghadapi masa depan

2 Stabil secara emosi dan afektif

3 Kurang fleksibel dan kurang lunak

4 Tidak mudah dibujuk dan dipengaruhi

5 Bereaksi positif pada kehidupan yang menyenangkan dan sukses

6 Memiliki konsep diri yang stabil teliti dan konsisten

7 Berorientasi motivasi pada peningkatan diri

Sedangkan individu dengan self-esteem rendah memiliki ciri-ciri

1 Mudah terluka pada tekanan yang ditemui sehari-hari

2 Mudah berubah dalam afeksi dan suasana hati

3 Fleksibel dan lunak

4 Mudah dibujuk dan dipengaruhi

5 Menginginkan kesuksesan dan persetujuan tetapi ragu-ragu akan memperolehnya

6 Bereaksi negatif terhadap kehidupan yang menyenangkan dan sukses

15

7 Memiliki konsep diri yang sederhana dan tidak stabil

8 Orientasi motivasi pada perlindungan diri

Terdapat beberapa tipe self-esteem yang telah dibahas para ahli diantaranya global self-

esteem yaitu persepsi individu mengenai keberhargaan dirinya secara keseluruhan

Kemudian dikenal juga role-based self-esteem yaitu harga diri dikaitkan dengan

peranan atau posisi seseorang Ada juga task-based self-esteem yaitu harga diri yang

dikaitkan dengan keberhasilan seseorang dalam menyelesaikan tugas Self-esteem sangat

berhubungan dengan identitas sosial seseorang (Hogg amp Vaughan 2002)

Identitas sosial adalah bagian dari konsep diri yang berasal dari keanggotaan individu

dalam kelompok sosial Ketika individu mengevaluasi dirinya ia dipengaruhi oleh

prestise dan status dalam suatu kelompok masyarakat yang dipersepsikannya juga

melekat pada dirinya jika ia menganggap dirinya bagian dari atau berorientasi kepada

kelompok masyarakat tertentu Penilaian ini juga akan dibandingkan dengan kelompok

diluar kelompok masyarakat yang dipersepsikannya sebagai kelompoknya Organisasi

adalah suatu kelompok masyarakat yang tentunya dapat memberikan pengaruh bagi

seseorang dalam menilai dirinya Menjadi bagian dari suatu organisasi maka individu

harus tunduk pada aturan kebiasaan norma serta menyesuaikan diri dengan budaya dan

iklim organisasi Organisasi memiliki tujuan dan cita-cita yang menjiwai setiap aspek

kehidupan organisasi sehingga secara otomatis mempengaruhi setiap individu yang ada

di dalamnya Dari pemahaman ini muncullah kajian tentang harga diri dalam konteks

organisasi Nilai yang dimiliki oleh seorang individu atas dirinya sebagai anggota

organisasi yang bertindak dalam konteks organisasi disebut harga diri berbasis

organisasi atau Organization-based Self-esteem yang disingkat dengan OBSE (Kreitner

amp Kinicki 2000) Dalam konteks organisasi pengaruh self-esteem yang cukup

signifikan telah terlihat melalui berbagai penemuan Misalnya individu yang memiliki

self-esteem yang tinggi cenderung lebih sukses dalam upaya menemukan pekerjaan

sedangkan individu dengan self-esteem yang rendah bila dipekerjakan akan lebih

tertarik pada organisasi yang besar dimana posisi mereka tidak terlalu diperhatikan

Pekerja dengan self-esteem yang tinggi cenderung secara aktif berusaha menemukan

16

materi yang dibutuhkan untuk mengatasi masalah pekerjaan dan menggunakan

kemampuan serta keahlian mereka secara penuh sehingga hasil kerjanya lebih maksimal

Cukup menarik untuk diperhatikan bahwa individu dengan self-esteem rendah

kelihatannya sadar dengan kemungkinan mereka memberikan hasil yang buruk Mereka

cenderung menilai dirinya secara negatif (khususnya ketika penilaian terhadap performa

mereka ambigu) dan pada dasarnya bertanggungjawab terhadap hasil buruk tersebut

(Greenberg 2005)

IIB2 Aspek-aspek Organization-based Self-esteem

Dalam konteks organisasi penilaian seseorang terhadap dirinya terkait dengan

bagaimana kondisi organisasi secara struktural kerumitan pekerjaan yang dihadapinya

serta adanya penghargaan dari pihak managerial OBSE cenderung meningkat ketika

individu mempersepsikan bahwa atasan mereka memiliki suatu kepedulian pada mereka

Nilainya juga lebih tinggi pada organisasi dengan struktur yang organik (fleksibel)

daripada yang kaku (Birokratis) Pekerjaan yang rumit dan menantang juga mendorong

OBSE yang lebih tinggi daripada pekerjaan yang sederhana berulang-ulang serta

membosankan Dan faktor-faktor ini juga berhubungan dengan motivasi untuk tugas

yang lebih besar (Kreitner amp Kinicki 2000)

Tan Kim Sek (2003) menemukan bahwa metode sosialisasi yang efektif dapat

meningkatkan kompetensi pekerja dalam menyelesaikan tugasnya terkait dengan

peranannya dalam organisasi yang akan meningkatkan OBSE-nya Dalam konteks

penulisan ini taktik sosialisasi yang digunakan adalah perencanaan pengembangan

karier interaksi yang positif dengan rekan kerja dan interaksi positif dengan pendatang

baru di organisasi Gardner Dyne amp Pierce (2004) menemukan bahwa tingkatan gaji

turut mempengaruhi rasa berharga seorang individu sebagai anggota organisasi

sehingga mereka menyarankan organisasi mempertimbangkan sistem penggajian

berbasis kompetensi Namun mereka juga mengindikasikan bahwa sistem penggajian

berbasis kompetensi tetap memiliki resiko dimana individu dengan tingkat gaji yang

lebih rendah dapat menganggap dirinya kurang berkompeten sehingga berpeluang

menjatuhkan self-esteemnya

17

Dalam studi replikasinya Tang amp Gilbert (1992) menemukan bahwa OBSE

berhubungan dengan global self-esteem need for achievement organizational

citizenship komitmen organisasi motivasi untuk meningkatkan potensi dan pendidikan

Status subyek dalam organisasi tidak berhubungan dengan OBSE Intinya penemuan

mereka menampilkan hubungan antara OBSE dengan banyak variabel yang bernilai

intrinsik tentang perasaan subyektif pekerja dalam

organisasi

Kreitner amp Kinicki (2000) menyebutkan ciri-ciri individu dengan nilai OBSE yang tinggi

cenderung memandang diri mereka sendiri sebagai seorang yang penting berharga

berpengaruh dan berarti dalam konteks organisasi yang mempekerjakannya Untuk itu

mereka menyarankan agar organisasi melakukan upaya untuk membangun self-esteem

karyawan yaitu dengan

1 Mendukung dan menunjukkan kepedulian pada persoalan kepentingan status

dan kontribusi individu

2 Menawarkan pekerjaan yang memiliki variasi otonomi dan tantangan yang sesuai

dengan nilai-nilai keahlian dan kemampuan individu

3 Berjuang untuk membangun ikatan antara karyawan dan manajemen didasari

kepercayaan

4 Menunjukkan keyakinan terhadap kemampuan pengendalian pribadi dan

memberi penghargaan pada keberhasilan

Greenberg (2005) juga memiliki empat point penting yang disarankannya untuk

meningkatkan self-esteem individu dalam organisasi yaitu

1 Buatlah orang merasa berharga ciptakan kesempatan bagi individu untuk merasa

diterima dengan mencari cara untuk memanfaatkan pengalaman dan keahlian

unik mereka

2 Buatlah orang merasa kompeten kenali hal-hal baik yang dilakukan individu dan

pujilah mereka sesuai dengan hal itu

18

3 Buatlah orang merasa aman harga diri karyawan akan lebih meningkat ketika

harapan para manager tersampaikan dengan jelas dan terangterangan pada

mereka

4 Buatlah orang merasa mendapatkan wewenang individu diberikan kesempatan

untuk memutuskan bagaimana mereka akan menyelesaikan pekerjaan yang

menurut mereka baik bagi mereka dan pekerjaannya

Dari berbagai penulisan dan pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa OBSE

memiliki beberapa aspek (Kreitner amp Kinicki 2000 Greenberg 2005) yaitu

1 merasa diterima dalam organisasi

2 merasa aman dalam organisasi

3 merasa berkompeten dalam organisasi

4 merasa berpengaruh dalam organisasi

5 merasa penting bagi organisasi

6 rasa berharga bagi organisasi

7 merasa berkembang dalam organisasi

Aspek-aspek inilah yang akan menjadi indikator OBSE dalam penulisan ini

IICEtos Kerja dalam Islam

Menurut Ahmad (200116) Islam adalah agama yang menghargai kerja keras Kenyataan

ini dapat terlihat dari serangkaian firman Allah dalam Al- Quran yang sangat

menekankan arti penting diantaranya

Dan katakanlah Bekerjalah kamu maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang

mukmin akan melihat pekerjaanmu itu dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah)

Yang mengetahui akan yang gaib dan yang nyata lalu diberitakan-Nya kepada kamu

apa yang telah kamu kerjakan (QS At-Taubah 9 105)

19

ldquo Katakanlah Hai kaumku berbuatlah sepenuh kemampuanmu sesungguhnya akupun

berbuat (pula) Kelak kamu akan mengetahui siapakah (diantara kita) yang akan

memperoleh hasil yang baik dari dunia ini Sesungguhnya orang yang dzalim itu tidak

akan mendapat keberuntunganrdquo QS Al Anrsquoam (6) 135

IIC1Konsep Kerja dalam Islam

Kemuliaan seorang manusia itu bergantung kepada apa yang dilakukannya Dengan itu

sesuatu amalan atau pekerjaan yang mendekatkan seseorang kepada Allah adalah sangat

penting serta patut untuk diberi perhatian Amalan atau pekerjaan yang demikian selain

memperoleh keberkahan serta kesenangan dunia juga ada yang lebih penting yaitu

merupakan jalan atau tiket dalam menentukan tahap kehidupan seseorang di akhirat

kelak apakah masuk golongan ahli syurga atau sebaliknya Istilah lsquokerjarsquo dalam Islam

bukanlah semata-mata merujuk kepada mencari rezeki untuk menghidupi diri dan

keluarga dengan menghabiskan waktu siang maupun malam dari pagi hingga sore terus

menerus tak kenal lelah tetapi kerja mencakup segala bentuk amalan atau pekerjaan

yang mempunyai unsur kebaikan dan keberkahan bagi diri keluarga dan masyarakat

sekelilingnya serta negara Dengan kata lain orang yang berkerja adalah mereka yang

menyumbangkan jiwa dan tenaganya untuk kebaikan diri keluarga masyarakat dan

negara tanpa menyusahkan orang lain Oleh karena itu kategori ahli Syurga seperti yang

digambarkan dalam Al-Qurrsquoan bukanlah orang yang mempunyai pekerjaanjabatan yang

tinggi dalam suatu perusahaaninstansi sebagai manajer direktur teknisi dalam suatu

bengkel dan sebagainya Tetapi sebaliknya Al-Quran menggariskan golongan yang baik

lagi beruntung (al-falah) itu adalah orang yang banyak taqwa kepada Allah khusyu

sholatnya baik tutur katanya memelihara pandangan dan kemaluannya serta

menunaikan tanggung jawab sosialnya seperti mengeluarkan zakat dan lainnya (QS Al

Mursquominun 1 ndash 11)

Golongan ini mungkin terdiri dari pegawai supir tukang sapu ataupun seorang yang

tidak mempunyai pekerjaan tetap Sifat-sifat di ataslah sebenarnya yang menjamin

20

kebaikan dan kedudukan seseorang di dunia dan di akhirat kelak Jika membaca hadits-

hadits Rasulullah SAW tentang ciri-ciri manusia yang baik di sisi Allah maka tidak

heran bahwa diantara mereka itu ada golongan yang memberi minum anjing kelaparan

mereka yang memelihara mata telinga dan lidah dari perkara yang tidak berguna tanpa

melakukan amalan sunnah yang banyak dan seumpamanyaDalam satu hadits yang

diriwayatkan oleh Umar ra berbunyi rsquoBahwa setiap amal itu bergantung pada niat

dan setiap individu itu dihitung berdasarkan apa yang diniatkannya helliprsquo

Dalam riwayat lain Rasulullah SAW bersabda lsquo Binasalah orang-orang Islam kecuali

mereka yang berilmu Maka binasalah golongan berilmu kecuali mereka yang beramal

dengan ilmu mereka Dan binasalah golongan yang beramal dengan ilmu mereka

kecuali mereka yang ikhlas Sesungguhnya golongan yang ikhlas ini juga masih dalam

keadaan bahaya yang amat besar helliprsquo Kedua hadist diatas sudah cukup menjelaskan

betapa niat yang disertai dengan keikhlasan itulah inti sebenarnya dalam kehidupan

dan pekerjaan manusia Alangkah baiknya kalau umat Islam hari ini dapat bergerak dan

bekerja dengan tekun dan mempunyai tujuan yang satu yaitu lsquomardatillahrsquo (keridhaan

Allah) itulah yang dicari dalam semua urusan Dari situlah akan lahir nilai keberkahan

yang sebenarnya dalam kehidupan yang penuh dengan curahan rahmat dan nikmat yang

banyak dari Allah Inilah golongan yang diistilahkan sebagai golongan yang tenang

dalam ibadah ridha dengan kehidupan yang ditempuh serta optimis dengan janji-janji

Allah

IIC2Meneladani Etos Kerja Rasulullah SAW

Rasulullah SAW menjadikan kerja sebagai aktualisasi keimanan dan ketakwaan Rasul

bekerja bukan untuk menumpuk kekayaan duniawi Beliau bekerja untuk meraih

keridaan Allah SWT

Suatu hari Rasulullah SAW berjumpa dengan Saad bin Muadz Al-Anshari Ketika itu

Rasul melihat tangan Saad melepuh kulitnya gosong kehitam-hitaman seperti

terpanggang matahari Kenapa tanganmu tanya Rasul kepada Saad Wahai

21

Rasulullah jawab Saad Tanganku seperti ini karena aku mengolah tanah dengan

cangkul itu untuk mencari nafkah keluarga yang menjadi tanggunganku Seketika itu

beliau mengambil tangan Saad dan menciumnya seraya berkata Inilah tangan yang

tidak akan pernah disentuh api neraka

Dalam kisah lain disebutkan bahwa ada seseorang yang berjalan melalui tempat

Rasulullah SAW Orang tersebut sedang bekerja dengan sangat giat dan tangkas Para

sahabat kemudian bertanya Wahai Rasulullah andaikata bekerja semacam orang itu

dapat digolongkan jihad fi sabilillah maka alangkah baiknya Mendengar itu Rasul pun

menjawab Kalau ia bekerja untuk menghidupi anak-anaknya yang masih kecil itu

adalah fi sabilillah kalau ia bekerja untuk menghidupi kedua orangtuanya yang sudah

lanjut usia itu adalah fi sabilillah kalau ia bekerja untuk kepentingan dirinya sendiri

agar tidak meminta-minta itu juga fi sabilillah (HR Ath- Thabrani)

Bekerja adalah manifestasi amal saleh Bila kerja itu amal saleh maka kerja adalah

ibadah Dan bila kerja itu ibadah maka kehidupan manusia tidak bisa dilepaskan dari

kerja Bukankah Allah SWT menciptakan manusia untuk beribadah kepada-Nya

Tidak berlebihan bila keberadaan seorang manusia ditentukan oleh aktivitas kerjanya

Allah SWT berfirman

Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib manusia sebelum mereka mengubah

apa yang ada pada dirinya (QS Ar-Rad [13] 11) Dalam ayat lain diungkapkan pula

ldquodan bahwasannya seorang manusia tidak akan memperoleh selain apa yang telah

diusahakannyardquo (QS Al- Najm [53] 39)

Kisah di awal menggambarkan betapa besarnya penghargaan Rasulullah SAW terhadap

kerja Kerja apapun itu selama tidak menyimpang dari aturan yang ditetapkan agama

Demikian besarnya penghargaan beliau sampaisampai dalam kisah pertama manusia

teragung ini rela mencium tangan Saad bin Muadz Al-Anshari yang melepuh lagi

gosong Rasulullah SAW dalam dua kisah tersebut memberikan motivasi pada umatnya

bahwa bekerja adalah perbuatan mulia dan termasuk bagian dari jihad Rasulullah SAW

adalah sosok yang selalu berbuat sebelum beliau memerintahkan para sahabat untuk

melakukannya Hal ini sesuai dengan tugas beliau sebagai ushwatun hasanah teladan

yang baik bagi seluruh manusia Maka saat kita berbicara tentang etos kerja islami maka

22

beliaulah orang yang paling pantas menjadi rujukan Dan berbicara tentang etos kerja

Rasulullah SAW sama artinya dengan berbicara bagaimana beliau menjalankan peran-

peran dalam hidupnya Ada lima peran penting yang diemban Rasulullah SAW yaitu

Pertama sebagai rasul Peran ini beliau jalani selama 23 tahun Dalam kurun waktu

tersebut beliau harus berdakwah menyebarkan Islam menerima menghapal

menyampaikan dan menjelaskan tak kurang dari 6666 ayat Alquran menjadi guru

(pembimbing) bagi para sahabat dan menjadi hakim yang memutuskan berbagai pelik

permasalahan umat-dari mulai pembunuhan sampai perceraian

Kedua sebagai kepala negara dan pemimpin sebuah masyarakat heterogen Tatkala

memegang posisi ini Rasulullah SAW harus menerima kunjungan diplomatik negara-

negara sahabat Rasul pun harus menata dan menciptakan sistem hukum yang mampu

menyatukan kaum Muslimin Nasrani dan Yahudi mengatur perekonomian dan

setumpuk masalah lainnya

Ketiga sebagai panglima perang Selama hidup tak kurang dari 28 kali Rasul

memimpin pertempuran melawan kafir Quraisy Sebagai panglima perang beliau harus

mengorganisasi lebih dari 53 pasukan kaveleri bersenjata Harus memikirkan strategi

perang persedian logistik keamanan transportasi kesehatan dan lainnya

Keempat sebagai kepala rumahtangga Dalam posisi ini Rasul harus mendidik

membahagiakan dan memenuhi tanggung jawab-lahir batin-terhadap para istri beliau

tujuh anak dan beberapa orang cucu Beliau dikenal sebagai sosok yang sangat

perhatian terhadap keluarganya Di tengah kesibukannya Rasul pun masih sempat

bercanda dan menjahit sendiri bajunya

Kelima sebagai seorang pebisnis Sejak usia 12 tahun pamannya Abu Thalib sudah

mengajaknya melakukan perjalanan bisnis ke Syam negeri yang saat ini meliputi Syria

Jordan dan Lebanon Dari usia 17 hingga sekitar 20 tahun adalah masa tersulit dalam

perjalanan bisnis Rasul karena beliau harus mandiri dan bersaing dengan pemain pemain

23

senior dalam perdagangan regional Usia 20 hingga 25 tahun merupakan titik keemasan

entrepreneurship Rasulullah SAW terbukti dengan terpikatnya konglomerat Mekah

Khadijah binti Khuwailid yang kemudian melamarnya menjadi suami Afzalurrahman

dalam bukunya Muhammad Sebagai Seorang Pedagang (2000 5-12) mencatat bahwa

Rasul pun sering terlibat dalam perjalanan bisnis ke berbagai negeri seperti Yaman

Oman dan Bahrain Dan beliau mulai mengurangi kegiatan bisnisnya ketika mencapai

usia 37 tahun

Adalah kenyataan bila Rasulullah SAW mampu menjalankan kelima perannya tersebut

dengan sempurna bahkan menjadi yang terbaik Tak heran bila para ilmuwan baik itu

yang Muslim maupun non-Muslim menempatkan beliau sebagai orang yang paling

berpengaruh paling pemberani paling bijaksana paling bermoral dan sejumlah paling

lainnya

IIC3Rahasia kesuksesan karier dan pekerjaan Rasulullah SAW

Pertama Rasul selalu bekerja dengan cara terbaik profesional dan tidak asal-asalan

Beliau bersabda Sesungguhnya Allah menginginkan jika salah seorang darimu bekerja

maka hendaklah meningkatkan kualitasnya

Kedua dalam bekerja Rasul melakukannya dengan manajemen yang baik perencanaan

yang jelas pentahapan aksi dan adanya penetapan skala prioritas

Ketiga Rasul tidak pernah menyia-nyiakan kesempatan sekecil apapun Barangsiapa

yang dibukakan pintu kebaikan hendaknya dia mampu memanfaatkannya karena ia

tidak tahu kapan ditutupkan kepadanya demikian beliau bersabda

Keempat dalam bekerja Rasul selalu memperhitungkan masa depan Beliau adalah

sosok yang visioner sehingga segala aktivitasnya benar-benar terarah dan terfokus

Kelima Rasul tidak pernah menangguhkan pekerjaan Beliau bekerja secara tuntas dan

berkualitas

Keenam Rasul bekerja secara berjamaah dengan mempersiapkan (membentuk) tim

yang solid yang percaya pada cita-cita bersama

24

Ketujuh Rasul adalah pribadi yang sangat menghargai waktu Tidak berlalu sedetik pun

waktu kecuali menjadi nilai tambah bagi diri dan umatnya Dan yang terakhir

Rasulullah SAW menjadikan kerja sebagai aktualisasi keimanan dan ketakwaan Rasul

bekerja bukan untuk menumpuk kekayaan duniawi Beliau bekerja untuk meraih

keridhaan Allah SWT Inilah kunci terpenting Semoga Allah SWT memberikan

kemampuan kepada kita untuk meneladani etos kerja Rasulullah SAW

25

BAB III

PEMBAHASAN

IIIA HUBUNGAN ANTARA ORGANIZATION-BASED SELF-ESTEEM

(OBSE) DAN ETOS KERJA

Untuk dapat meningkatkan Etos Kerja diperlukan adanya suatu sikap yang menilai

tinggi pada kerja keras dan sungguh-sungguh Karena itu perlu ditemukan suatu

dorongan yang tepat untuk memotivasi dan merubah sikap (Anoraga 1992) Seperti

yang sudah dipaparkan Anoraga sebelumnya bahwa motivasi merupakan kunci untuk

membangun Etos Kerja yang baik Motivasi kerja adalah sesuatu yang menimbulkan

semangat atau dorongan kerja kuat lemahnya motivasi kerja seseorang ikut menentukan

besar kecilnya prestasi seorang pekerja

Tujuan organisasi yang ditanamkan dalam visi misi filosofi dan mottoorganisasi

merupakan suatu nilai ideal yang harus dicapai individu Dengan proses yang tepat

organisasi berusaha menanamkan nilai-nilai ini pada para anggotanya

Nilai ideal yang dipersepsikan oleh anggota akan mempengaruhi penilaiannya terhadap

dirinya sehingga membentuk OBSE-nya Nilai-nilai ini ditanamkan oleh organisasi

dengan tujuan utama yaitu kinerja dan kualitas kerja yang meningkat

Kinerja dan kualitas kerja yang baik dapat dicapai dengan Etos Kerja yang baik maka

organisasi secara tidak langsung berusaha untuk meningkatkan Etos Kerja anggotanya

OBSE mempengaruhi beberapa aspek antara lain global self-esteemharga diri secara

keseluruhan kepuasan secara keseluruhan perilaku warga negara yang baik komitmen

dan kepuasan organisasi prestasi kerja dan terakhir adalah motivasi intrinsik (Kreitner

amp Kinicki 2000) Menurut Alderfer (dalam Siagian 1995) dengan teori motivasi ERG-

nya salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi adalah faktor R (Relatedness) yaitu

kebutuhan akan pemenuhan rasa puas dalam berhubungan dengan keluarga teman

atasan bawahan dan rekan sekerja dimana hal ini melibatkan unsur cinta dan self-

esteem Dengan meningkatnya self-esteem pekerja yang didasarkan pada keberadaannya

sebagai bagian dari organisasi maka motivasinya secara intrinsic dalam bekerja

meningkat Herzberg (dalam Anoraga 1992) yang melakukan studi mengenai motivasi

26

kerja menyatakan faktor intrinsik dalam bekerja yang meliputi pencapaian sukses

pengakuan kemungkinan untuk meningkat dalam jabatan (karier) tanggung jawab

kemungkinan berkembang dan pekerjaan itu sendiri Dapat dilihat bahwa faktor-faktor

intrinsik ini merupakan aspek-aspek yang akan tergambar pada OBSE Faktor pengakuan

dapat dilihat pada persepsi tentang seberapa berharga dan pentingnya individu dalam

organisasi apakah ia merasa diterima sebagai anggota organisasi dan merasa aman

sebagai bagian dari organisasi

Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat dilihat bagaimana OBSE mempengaruhi

motivasi intrinsik seseorang untuk bekerja Ketika OBSE meningkat motivasi intrinsik

seseorang dalam bekerja turut meningkat maka seharusnya Etos Kerjanya akan

meningkat juga Artinya kebutuhan organisasi untuk mencapai hasil dan kinerja

organisasi yang lebih baik dapat dicapai salah satunya melalui upaya meningkatkan

OBSE pekerjanya

Penelitian lain yang telah dilakukan mengenai OBSE yaitu penelitian Lanford Roe

Carson amp Carson (1997) pada teknisi unit gawat darurat Mereka menemukan

peningkatan OBSE berpeluang meningkatkan komitmen terhadap karier menurunkan

kecenderungan menarik diri dari tugas dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya

kualitas perlakuan Hal ini merupakan beberapa indikasi perilaku yang mencerminkan

Etos Kerja seperti yang dikatakan Sinamo (2005) yaitu bekerja dengan integritas

bekerja dengan penuh tanggung jawab bekerja dengan sempurna Secara umum dapat

dikatakan bahwa bila seseorang merasa berharga dalam organisasi dikarenakan berbagai

faktor ia akan cenderung memiliki motivasi yang lebih baik untuk mencapai tujuan

yang ditetapkan organisasi tersebut sehingga Etos Kerjanya akan lebih baik daripada

individu dengan OBSE-nya rendah

IIIA PENGARUH ETOS KERJA ISLAMI TERHADAP KINERJA SESEORANG

etos kerja islami yang didasarkan pada Al-Qurrsquoan dan Hadits agar produktivitas kerja

karyawan dapat menunjang perkembangan ekonomi ummat serta pengaruh kinerja yang

ditunjukkan oleh karyawan itu sendiri Setidaknya etos kerja itu bersumber dan

27

berkaitan langsung dengan nilai-nilai kejiwaan seseorang dan menunjukkan pula

pandangan hidup yang mendarah daging untuk dapat mengembangkan dirinya sehingga

etos kerja kerja menunjukkan pula sikap dan harapan seseorang Dan dengan sikap

seperti ini seseorang yang memiliki etos akan berusaha untuk memenuhi harapannya

tersebut Sebab Etos kerja juga mempunyai makna nilai moral dan pemberdayaan diri

yaitu suatu pandangan batin yang bersifat mendarah daging Seseorang akan merasakan

bahwa hanya dengan menghasilkan pekerjaan yang terbaik bahkan sempurna nilai-nilai

Islam yang diyakininya dapat diwujudkan

Dengan pengembangan kualitas yang ada dalam diri pribadi setiap manusia semua yang

dilaksanakan dapat terwujud sesuai nilai moral yang dimilikinya Karenanya etos kerja

bukanlah sekedar kepribadian atau sikap melainkan lebih mendalam lagi karena

didalamnya terdapat martabat harga diri dan jati diri dari seorang tersebut

Berkaitan dengan ini Ahmad (200117) menegaskan bahwa Islam tidak hanya

memerintahkan manusia hanya untuk sholat saja namun manusia juga diperintahkan

untuk mencari rezeki di bumi 1048755Apabila telah ditunaikan sholat maka bertebaranlah

kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah1048755Dan Allah adalah sebaik-baik Pemberi

Rezeki1048755 (QS Al Jumursquoah 10-11) Petikan-petikan ayat di atas sangatlah jelas

memperlihatkan pandangan Islam terhadap nilai kerja itu sendiri

Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Tasmara (200226) etos kerja islami menekankan

pada kerja sama dalam bekerja dan konsep konsultasi yang terlihat sebagai jalan untuk

mengatasi rintangan atau masalah dan menghindari kesalahan Hubungan sosial dalam

bekerja merupakan pendorong yang bertujuan untuk mempertemukan kebutuhan

seseorang dan membuat keseimbangan antara kebutuhan individu dan kehidupan sosial

Dan hal ini juga diperkuat dengan firman Allah SWT dalam surat Al

Jumursquoah 1048755Maka apabila telah ditunaikan sholat maka bertebaranlah kamu di muka

bumi dan carilah karunia Allah serta banyaklah ingat kepada Allah agar kamu

beruntung1048755 (QS Al Jumursquoah 10) Jadi dalam ayat tersebut tersirat pesan yaitu

hendaknya kita beribadah sebagaimana diwajibkan namun kita juga harus bekerja

mencari rezeki dari kemurahan Allah Bersama dengan itu kita senantiasa ingat kepada-

Nya Yakni memenuhi semua ketentuan etis dan akhlaq dalam bekerja yaitu dengan

28

menyadari pengawasan dan perhitungan Allah terhadap setiap bentuk kerja kita Semua

perilaku manusia didasari prinsip rahman dan rahim dengan kesadaran penuh sebagai

rahmatan lil 1048755alamin integritas yang sangat tinggi karena merasa dirinya dilihat oleh

Allah bukan karena atasan atau sekedar upah belaka dan jabatan hanya dilihat sebagai

amanah Allah (Agustian 200152) Sikap ini akan mendorong suatu kreativitas tanpa

henti untuk menciptakan mutu pelayanan dan produk yang lebih berkualitas yang

dipandang dalam etos kerja islami

29

BAB IV

KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari tulisan ini sebagai berikut

1 Sesuai dengan landasan teori yang telah dibahas sebelumnya dapat dikatakan

bahwa ketika Organisation-Based Self-Esteem (OBSE) seseorang meningkat

maka motivasinya untuk mencapai kinerja yang lebih baik di dalam organisasi

tersebut akan meningkat secara intrinsik (kreitner amp Kinicki 2000) sehingga

cara pandangnya terhadap nilai bekerja yang dikenal dengan konsep Etos Kerja

turut meningkat (Anoraga 1992)

2 Ketika nilai Organisation-Based Self-Esteem (OBSE) seorang individu rendah

belum tentu nilai Etos Kerjanya harus rendah pula karena selain faktor OBSE

masih terdapat faktor-faktor lain yang turut mempengaruhi Etos Kerja seseorang

seperti yang telah dijelaskan pada bab dua seperti agama pendidikan sosial

budaya struktur ekonomi dan sebagainya Kualitas beragama unsur sosial

budaya dan kondisi ekonomi misalnya dapat mempengaruhi cara pandang

seseorang terhadap nilai bekerja

3 etos kerja islami didasarkan pada Al-Qurrsquoan dan Hadits agar produktivitas kerja

karyawan dapat menunjang perkembangan ekonomi ummat serta pengaruh

kinerja yang ditunjukkan oleh karyawan itu sendiri Sehingga dapat terbentuk

etoskerja yang mempunyai makna nilai moral dan pemberdayaan diri

30

DAFTAR PUSTAKA

1

2

3

31

Page 2: Paper Etos Kerja 2

kebutuhan diri sendiri saja tetapi juga untuk melayani sesama Melalui pekerjaan kita

bekerjasama dan melayani teman sekerja memenuhi kebutuhan keluarga mengabdi

kepada masyarakat bangsa dan negara (Anoraga 1992) Untuk mempermudah

tercapainya berbagai tujuan ini di dalam masyarakat maka manusia berkumpul untuk

bekerja secara bersama-sama dan terbentuklah berbagai organisasi Setiap organisasi

diatur dan dikelola oleh manusia Tanpa adanya manusia yang mengelola dan bekerja

suatu organisasi tidak dapat eksis di tengahtengah masyarakat (Cascio 2003) Setiap

organisasi memiliki tujuan bersama yang tertuang dalam visi dan misi organisasi Untuk

mencapai tujuan ini organisasi menerapkan filosofi kebijakan serta target Filosofi

target dan kebijakan-kebijakan yang ditetapkan oleh organisasi dibuat agar dapat

mensejajarkan arah pencapaian tujuan dan nilai-nilai yang terdapat dalam individu

sebagai anggota organisasi dengan tujuan organisasi itu sendiri Hal ini dikenal dengan

istilah penjajaranalignment (Wills 1993) Proses penjajaran ini tentunya akan

mempengaruhi individu dalam memberikan penilaian terhadap dirinya sendiri karena

apa yang ditanamkan oleh organisasi pada individu merupakan suatu harapan yang

bernilai ideal atas dirinya Suatu keyakinan nilai diri sendiri yang didasarkan pada

evaluasi diri secara keseluruhan dikenal dengan istilah harga diri atau self-esteem Nilai

yang dimiliki oleh seorang individu atas dirinya sebagai anggota organisasi yang

bertindak dalam konteks organisasi disebut harga diri berbasis organisasiOrganization-

Based Self-esteem selanjutnya disingkat dengan OBSE Individu dengan nilai OBSE

yang tinggi cenderung memandang diri mereka sendiri sebagai seorang yang penting

berharga berpengaruh dan berarti dalam konteks organisasi yang mempekerjakannya

Dari beberapa aspek yang dipengaruhi OBSE salah satunya adalah motivasi intrinsik

(Kreitner amp Kinicki 2000) Faktor yang terakhir ini seperti yang dinyatakan Anoraga

(1992) merupakan elemen yang penting dalam mengembangkan Etos Kerja Penulisan

membuktikan bahwa tidak selamanya selfesteem yang tinggi itu memberikan indikasi

yang positif Pada penulisan Baumeister dkk (1996) ditemukan bahwa perilaku agresif

dapat muncul ketika individu yang self-esteem-nya tinggi dihadapkan pada situasi yang

menekan Artinya self-esteem yang tinggi menjadi sesuatu yang baik hanya jika dijaga

dan disalurkan dengan cara yang membangun dan etis (Kreitner amp Kinicki 2000)

2

IB TUJUAN PENULISAN

Tujuan penulisan ini adalah untuk menjelaskan hubungan antara Organization-Based

Self-Esteem (OBSE) dengan Etos Kerja dan pengaruh etos kerja islami terhadap kinerja

karyawan

IC MANFAAT PENULISAN

Diharapkan tulisan ini bermanfaat untuk

1 Menjadi bahan masukan dan saran untuk meningkatkan efektifitas organisasi

melalui peningkatan etos kerja karyawan baik secara islami maupun

tidakdengan memperhatikan variable Organization-Based Self-Esteem (OBSE)

sebagai variabel prediktor

3

BAB II

LANDASAN TEORI

IIA ETOS KERJA

IIA1 Pengertian Etos Kerja

Secara etimologis istilah etos berasal dari bahasa Yunani yang berarti rsquotempat hiduprsquo

Mula-mula tempat hidup dimaknai sebagai adat istiadat atau kebiasaan Sejalan dengan

waktu kata etos berevolusi dan berubah makna menjadi semakin kompleks Dari kata

yang sama muncul pula istilah Ethikos yang berarti rsquoteori kehidupanrsquo yang kemudian

menjadi rsquoetikarsquo Dalam bahasa Inggris Etos dapat diterjemahkan menjadi beberapa

pengertian antara lain lsquostarting point to appear disposition hingga disimpulkan

sebagai character Dalam bahasa Indonesia kita dapat menterjemahkannya sebagai

rsquosifat dasarrsquo rsquopemunculanrsquo atau rsquodisposisiwatakrsquo Aristoteles menggambarkan etos

sebagai salah satu dari tiga mode persuasi selain logos dan pathos dan mengartikannya

sebagai rsquokompetensi moralrsquo Tetapi Aristoteles berusaha memperluas makna istilah ini

hingga rsquokeahlianrsquo dan rsquopengetahuanrsquo tercakup didalamnya Ia menyatakan bahwa etos

hanya dapat dicapai hanya dengan apa yang dikatakan seorang pembicara tidak dengan

apa yang dipikirkan orang tentang sifatnya sebelum ia mulai berbicara Disini terlihat

bahwa etos dikenali berdasarkan sifat-sifat yang dapat terdeteksi oleh indera Webster

Dictionary mendefinisikan etos sebagai guiding beliefs of a person group or

institution etos adalah keyakinan yang menuntun seseorang kelompok atau suatu

institusi A S Hornby (1995) dalam The New Oxford Advances Learnerrsquos Dictionary

mendefinisikan etos sebagai the characteristic spirit moral values ideas or beliefs of a

group community or culture karakteristik rohani nilai-nilai moral ide atau keyakinan

suatu kelompok komunitas atau budaya Sedangkan dalam The American Heritage

4

Dictionary of English Language etos diartikan dalam dua pemaknaan 1the disposition

character or attitude peculiar to a specific people culture or a group that distinguishes

it from other peoples or group fundamental values or spirit mores disposisi karakter

atau sikap khusus orang budaya atau kelompok yang membedakannya dari orang atau

kelompok lain nilai atau jiwa yang mendasari adat-istiadat Makna berikutnya yaitu

2The governing or central principles in a movement work of art mode of expression

or the like Prinsip utama atau pengendali dalam suatu pergerakan pekerjaan seni

bentuk ekspresi atau sejenisnya Dari sini dapat kita peroleh pengertian bahwa etos

merupakan seperangkat pemahaman dan keyakinan terhadap nilai-nilai yang secara

mendasar mempengaruhi kehidupan menjadi prinsip-prinsip pergerakan dan cara

berekspresi yang khas pada sekelompok orang dengan budaya serta keyakinan yang

sama

Menurut Anoraga (1992) Etos Kerja merupakan suatu pandangan dan sikap suatu bangsa

atau umat terhadap kerja Bila individu-individu dalam komunitas memandang kerja

sebagai suatu hal yang luhur bagi eksistensi manusia maka Etos Kerjanya akan

cenderung tinggi Sebaliknya sikap dan pandangan terhadap kerja sebagai sesuatu yang

bernilai rendah bagi kehidupan maka Etos Kerja dengan sendirinya akan rendah

Dalam situs resmi kementerian KUKM Etos Kerja diartikan sebagai sikap mental yang

mencerminkan kebenaran dan kesungguhan serta rasa tanggung jawab untuk

meningkatkan produktivitas (wwwdepkopgoid) Pada Websters Online Dictionary

Work Ethic diartikan sebagai Earnestness or fervor in working morale with regard to

the tasks at hand kesungguhan atau semangat dalam bekerja suatu pandangan moral

pada pekerjaan yang dilakoni Dari rumusan ini kita dapat melihat bagaimana Etos Kerja

dipandang dari sisi praktisnya yaitu sikap yang mengarah pada penghargaan terhadap

kerja dan upaya peningkatan produktivitas

Dalam rumusan Jansen Sinamo (2005) Etos Kerja adalah seperangkat perilaku positif

yang berakar pada keyakinan fundamental yang disertai komitmen total pada paradigma

5

kerja yang integral Menurutnya jika seseorang suatu organisasi atau suatu komunitas

menganut paradigma kerja mempercayai dan berkomitmen pada paradigma kerja

tersebut semua itu akan melahirkan sikap dan perilaku kerja mereka yang khas Itulah

yang akan menjadi Etos Kerja dan budaya Sinamo (2005) memandang bahwa Etos

Kerja merupakan fondasi dari sukses yang sejati dan otentik Pandangan ini dipengaruhi

oleh kajiannya terhadap studi-studi sosiologi sejak zaman Max Weber di awal abad ke-

20 dan penulisanpenulisan manajemen dua puluh tahun belakangan ini yang semuanya

bermuara pada satu kesimpulan utama bahwa keberhasilan di berbagai wilayah

kehidupan ditentukan oleh perilaku manusia terutama perilaku kerja Sebagian orang

menyebut perilaku kerja ini sebagai motivasi kebiasaan (habit) dan budaya kerja

Sinamo (2005) lebih memilih menggunakan istilah etos karena menemukan bahwa kata

etos mengandung pengertian tidak saja sebagai perilaku khas dari sebuah organisasi atau

komunitas tetapi juga mencakup motivasi yang menggerakkan mereka karakteristik

utama spirit dasar pikiran dasar kode etik kode moral kode perilaku sikap-sikap

aspirasi-aspirasi keyakinan-keyakinan prinsip-prinsip dan standar-standar

Melalui berbagai pengertian diatas baik secara etimologis maupun praktis dapat

disimpulkan bahwa Etos Kerja merupakan seperangkat sikap atau pandangan mendasar

yang dipegang sekelompok manusia untuk menilai bekerja sebagai suatu hal yang positif

bagi peningkatan kualitas kehidupan sehingga mempengaruhi perilaku kerjanya

IIA2 Aspek-Aspek Etos Kerja

Menurut Sinamo (2005) setiap manusia memiliki spiritroh keberhasilan yaitu motivasi

murni untuk meraih dan menikmati keberhasilan Roh inilah yang menjelma menjadi

perilaku yang khas seperti kerja keras disiplin teliti tekun integritas rasional

bertanggung jawab dan sebagainya melalui keyakinan komitmen dan penghayatan atas

paradigma kerja tertentu Dengan ini maka orang berproses menjadi manusia kerja yang

positif kreatif dan produktif Dari ratusan teori sukses yang beredar di masyarakat

sekarang ini Sinamo (2005) menyederhanakannya menjadi empat pilar teori utama

6

Keempat pilar inilah yang sesungguhnya bertanggung jawab menopang semua jenis dan

sistem keberhasilan yang berkelanjutan (sustainable success system) pada semua

tingkatan Keempat elemen itu lalu dia konstruksikan dalam sebuah konsep besar yang

disebutnya sebagai Catur Dharma Mahardika (bahasa Sanskerta) yang berarti Empat

Darma Keberhasilan Utama yaitu

1 Mencetak prestasi dengan motivasi superior

2 Membangun masa depan dengan kepemimpinan visioner

3 Menciptakan nilai baru dengan inovasi kreatif

4 Meningkatkan mutu dengan keunggulan insani

Keempat darma ini kemudian dirumuskan pada delapan aspek Etos Kerja sebagai

berikut

1 Kerja adalah rahmat karena kerja merupakan pemberian dari Yang Maha Kuasa

maka individu harus dapat bekerja dengan tulus dan penuh syukur

2 Kerja adalah amanah kerja merupakan titipan berharga yang dipercayakan pada

kita sehingga secara moral kita harus bekerja dengan benar dan penuh tanggung

jawab

3 Kerja adalah panggilan kerja merupakan suatu dharma yang sesuai dengan

panggilan jiwa kita sehingga kita mampu bekerja dengan penuh integritas

4 Kerja adalah aktualisasi pekerjaan adalah sarana bagi kita untuk mencapai

hakikat manusia yang tertinggi sehingga kita akan bekerja keras dengan penuh

semangat

5 Kerja adalah ibadah bekerja merupakan bentuk bakti dan ketaqwaan kepada

Sang Khalik sehingga melalui pekerjaan individu mengarahkan dirinya pada

tujuan agung Sang Pencipta dalam pengabdian

6 Kerja adalah seni kerja dapat mendatangkan kesenangan dan kegairahan kerja

sehingga lahirlah daya cipta kreasi baru dan gagasan inovatif

7

7 Kerja adalah kehormatan pekerjaan dapat membangkitkan harga diri sehingga

harus dilakukan dengan tekun dan penuh keunggulan

8 Kerja adalah Pelayanan manusia bekerja bukan hanya untuk memenuhi

kebutuhannya sendiri saja tetapi untuk melayani sehingga harus bekerja dengan

sempurna dan penuh kerendahan hati

Anoraga (1992) juga memaparkan secara eksplisit beberapa sikap yang seharusnya

mendasar bagi seseorang dalam memberi nilai pada kerja yang disimpulkan sebagai

berikut

1 Bekerja adalah hakikat kehidupan manusia

2 Pekerjaan adalah suatu berkat Tuhan

3 Pekerjaan merupakan sumber penghasilan yang halal dan tidak amoral

4 Pekerjaan merupakan suatu kesempatan untuk mengembangkan diri dan berbakti

5 Pekerjaan merupakan sarana pelayanan dan perwujudan kasih

Dalam penulisannya Akhmad Kusnan (2004) menyimpulkan pemahaman bahwa Etos

Kerja menggambarkan suatu sikap maka ia menggunakan lima indikator untuk

mengukur Etos Kerja Menurutnya Etos Kerja mencerminkan suatu sikap yang memiliki

dua alternatif positif dan negatif Suatu individu atau kelompok masyarakat dapat

dikatakan memiliki Etos Kerja yang tinggi apabila menunjukkan tanda-tanda sebagai

berikut

1 Mempunyai penilaian yang sangat positif terhadap hasil kerja manusia

2 Menempatkan pandangan tentang kerja sebagai suatu hal yang amat luhur bagi

eksistensi manusia

3 Kerja yang dirasakan sebagai aktivitas yang bermakna bagi kehidupan manusia

4 Kerja dihayati sebagai suatu proses yang membutuhkan ketekunan dan sekaligus

sarana yang penting dalam mewujudkan cita-cita

5 Kerja dilakukan sebagai bentuk ibadah Bagi individu atau kelompok masyarakat

yang memiliki Etos Kerja yang rendah maka akan ditunjukkan ciri-ciri yang

sebaliknya (Kusnan 2004) yaitu

8

1) Kerja dirasakan sebagai suatu hal yang membebani diri

2) Kurang dan bahkan tidak menghargai hasil kerja manusia

3) Kerja dipandang sebagai suatu penghambat dalam memperoleh

kesenangan

4) Kerja dilakukan sebagai bentuk keterpaksaan

5) Kerja dihayati hanya sebagai bentuk rutinitas hidup

Dari berbagai aspek yang ditampilkan ketiga tokoh diatas dapat dilihat bahwa aspek-

aspek yang diusulkan oleh dua tokoh berikutnya telah termuat dalam beberapa aspek

Etos Kerja yang dikemukakan oleh Sinamo sehingga penulisan ini mendasari

pemahamannya pada delapan aspek Etos Kerja yang dikemukakan oleh Sinamo sebagai

indikator terhadap Etos Kerja

IIA3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Etos Kerja

Etos Kerja dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu

a Agama

Dasar pengkajian kembali makna Etos Kerja di Eropa diawali oleh buah pikiran Max

Weber Salah satu unsur dasar dari kebudayaan modern yaitu rasionalitas (rationality)

menurut Weber (1958) lahir dari etika Protestan Pada dasarnya agama merupakan suatu

sistem nilai Sistem nilai ini tentunya akan mempengaruhi atau menentukan pola hidup

para penganutnya Cara berpikir bersikap dan bertindak seseorang pastilah diwarnai

oleh ajaran agama yang dianutnya jika ia sungguh-sungguh dalam kehidupan beragama

Dengan demikian kalau ajaran agama itu mengandung nilai-nilai yang dapat memacu

pembangunan jelaslah bahwa agama akan turut menentukan jalannya pembangunan

atau modernisasi Weber (1958) memperlihatkan bahwa doktrin predestinasi dalam

protestanisme mampu melahirkan etos berpikir rasional berdisiplin tinggi bekerja tekun

sistematik berorientasi sukses (material) tidak mengumbar kesenangan namun hemat

dan bersahaja (asketik) serta menabung dan berinvestasi yang akhirnya menjadi titik

9

tolak berkembangnya kapitalisme di dunia modern Sejak Weber menelurkan karya tulis

The Protestant Ethic and the Spirit of Capitalism (1958) berbagai studi tentang Etos

Kerja berbasis agama sudah banyak dilakukan dengan hasil yang secara umum

mengkonfirmasikan adanya korelasi positif antara sebuah sistem kepercayaan tertentu

dan kemajuan ekonomi kemakmuran dan modernitas (Sinamo 2005) Menurut

Rosmiani (1996) Etos Kerja terkait dengan sikap mental tekad disiplin dan semangat

kerja Sikap ini dibentuk oleh sistem orientasi nilai-nilai budaya yang sebagian

bersumber dari agama atau sistem kepercayaanpaham teologi tradisional Ia

menemukan Etos Kerja yang rendah secara tidak langsung dipengaruhi oleh rendahnya

kualitas keagamaan dan orientasi nilai budaya yang konservatif turut menambah

kokohnya tingkat Etos Kerja yang rendah itu

b Budaya

Selain temuan Rosmiani (1996) diatas Usman Pelly (dalam Rahimah 1995)

mengatakan bahwa sikap mental tekad disiplin dan semangat kerja masyarakat juga

disebut sebagai etos budaya dan secara operasional etos budaya ini juga disebut sebagai

Etos Kerja Kualitas Etos Kerja ini ditentukan oleh sistem orientasi nilai budaya

masyarakat yang bersangkutan Masyarakat yang memiliki sistem nilai budaya maju

akan memiliki Etos Kerja yang tinggi dan sebaliknya masyarakat yang memiliki sistem

nilai budaya yang konservatif akan memiliki Etos Kerja yang rendah bahkan bisa sama

sekali tidak memiliki Etos Kerja Pernyataaan ini juga didukung oleh studi yang

dilakukan Suryawati Dharmika Namiartha Putri dan weda (1997) yang menyimpulkan

bahwa semangat kerjaEtos Kerja sangat ditentukan oleh nilainilai budaya yang ada dan

tumbuh pada masyarakat yang bersangkutan Etos Kerja juga sangat berpegang teguh

pada moral etik dan bahkan Tuhan Etos Kerja berdasarkan nilai-nilai budaya dan agama

ini menurut mereka diperoleh secara lisan dan merupakan suatu tradisi yang disebarkan

secara turuntemurun

c Sosial Politik

10

Soewarso Rahardjo Subagyo dan Utomo (1995) menemukan bahwa tinggi rendahnya

Etos Kerja suatu masyarakat dipengaruhi oleh ada atau tidaknya struktur politik yang

mendorong masyarakat untuk bekerja keras dan dapat menikmati hasil kerja keras

mereka dengan penuh KH Abdurrahman Wahid (2002) mengatakan bahwa Etos Kerja

harus dimulai dengan kesadaran akan pentingnya arti tanggung jawab kepada masa

depan bangsa dan negara Dorongan untuk mengatasi kemiskinan kebodohan dan

keterbelakangan hanya mungkin timbul jika masyarakat secara keseluruhan memiliki

orientasi kehidupan yang teracu ke masa depan yang lebih baik Orientasi ke depan itu

harus diikuti oleh penghargaan yang cukup kepada kompetisi dan pencapaian

(achievement) Orientasi ini akan melahirkan orientasi lain yaitu semangat

profesionalisme yang menjadi tulang-punggung masyarakat modern

d Kondisi LingkunganGeografis

Suryawati Dharmika Namiartha Putri dan weda (1997) juga menemukan adanya

indikasi bahwa Etos Kerja dapat muncul dikarenakan faktor kondisi geografis

Lingkungan alam yang mendukung mempengaruhi manusia yang berada di dalamnya

melakukan usaha untuk dapat mengelola dan mengambil manfaat dan bahkan dapat

mengundang pendatang untuk turut mencari penghidupan di lingkungan tersebut

e Pendidikan

Etos Kerja tidak dapat dipisahkan dengan kualitas sumber daya manusia Peningkatan

sumber daya manusia akan membuat seseorang mempunyai Etos Kerja keras

Meningkatnya kualitas penduduk dapat tercapai apabila ada pendidikan yang merata dan

bermutu disertai dengan peningkatan dan perluasan pendidikan keahlian dan

keterampilan sehingga semakin meningkat pula aktivitas dan produktivitas masyarakat

sebagai pelaku ekonomi (Rahimah Fauziah Suri dan Nasution 1995)

f Struktur Ekonomi

11

Pada penulisan Soewarso Rahardjo Subagyo dan Utomo (1995) disimpulkan juga

bahwa tinggi rendahnya Etos Kerja suatu masyarakat dipengaruhi oleh ada atau tidaknya

struktur ekonomi yang mampu memberikan insentif bagi anggota masyarakat untuk

bekerja keras dan menikmati hasil kerja keras mereka dengan penuh

g Motivasi Intrinsik individu

Anoraga (1992) mengatakan bahwa Individu yang akan memiliki Etos Kerja yang tinggi

adalah individu yang bermotivasi tinggi Etos Kerja merupakan suatu pandangan dan

sikap yang tentunya didasari oleh nilai-nilai yang diyakini seseorang Keyakinan inilah

yang menjadi suatu motivasi kerja Maka Etos Kerja juga dipengaruhi oleh motivasi

seseorang

Menurut Herzberg (dalam Siagian 1995) motivasi yang sesungguhnya bukan

bersumber dari luar diri tetapi yang tertanamterinternalisasi dalam diri sendiri yang

sering disebut dengan motivasi intrinsik Ia membagi factor pendorong manusia untuk

melakukan kerja ke dalam dua faktor yaitu factor hygiene dan faktor motivator Faktor

hygiene ini merupakan faktor dalam kerja yang hanya akan berpengaruh bila ia tidak

ada yang akan menyebabkan ketidakpuasan Ketidakhadiran faktor ini dapat mencegah

timbulnya motivasi tetapi ia tidak menyebabkan munculnya motivasi faktor ini disebut

juga factor ekstrinsik yang termasuk diantaranya yaitu gaji status keamanan kerja

kondisi kerja kebijaksanaan organisasi hubungan dengan rekan kerja dan supervisi

Ketika sebuah organisasi menargetkan kinerja yang lebih tinggi tentunya organisasi

tersebut perlu memastikan terlebih dahulu bahwa factor hygiene tidak menjadi

penghalang dalam upaya menghadirkan motivasi intrinsik

Faktor yang kedua adalah faktor motivator sesungguhnya yang mana ketiadaannya

bukan berarti ketidakpuasan tetapi kehadirannya menimbulkan rasa puas sebagai

manusia Faktor ini disebut juga faktor intrinsik dalam pekerjaan yang meliputi

pencapaian suksesachievement pengakuanrecognition kemungkinan untuk meningkat

dalam jabatan (Karier)advancement tanggung jawabresponsibility kemungkinan

berkembanggrowth possibilities dan pekerjaan itu sendirithe work itself (Herzberg

12

dalam Anoraga 1992) Hal-hal ini sangat diperlukan dalam meningkatkan performa kerja

dan menggerakkan pekerja hingga mencapai performa yang tertinggi

IIB ORGANIZATION-BASED SELF-ESTEEM

IIB1 Pengertian Organization-Based Self-esteem

Secara sederhana self-esteem diartikan sebagai proses evaluasi diri seseorang baik dalam

cara yang positif maupun negatif (Greenberg 2005)

Hogg amp Vaughan (2002) mendefinisikan self-esteem sebagai evaluasi dan perasaan

tentang diri pribadi

Kreitner amp Kinicki (2000) mendefinisikan istilah self-esteem sebagai suatu keyakinan

nilai diri sendiri yang didasarkan pada evaluasi diri secara keseluruhan

Rosenberg (dalam Kernis 1995) dan para ahli lainnya telah membandingkan self-esteem

dengan sikap dan menemukan bahwa self-esteem memiliki komponen afektif dan

kognitif Komponen kognitif mengacu pada keyakinan individu tentang keberhargaan

dirinya

Tory Higgins (dalam Deaux Dane Wrightsman 1993) mengajukan dua tipe diri

potensial yang menempati konsep diri kita yaitu Ideal-Self dan Ought- Self Ideal-self

mengacu kepada konsep diri yang ingin dicapai individu sedangkan ought-self adalah

konsep diri yang sebenarnya hadir Ketika kesenjangan antara ideal-self dan ought-self

ini terlalu besar maka akan timbullah perasaan yang tidak menyenangkan suatu kondisi

yang dihindari oleh setiap orang Setiap orang selalu berusaha memperoleh perasaan

yang menyenangkan tentang dirinya Biasanya tuntutan perasaan positif ini

menimbulkan over-estimasi terhadap evaluasi mengenai nilai-nilai baik seseorang

13

kemampuannya dalam mengatasi situasi atau kejadian atau terlalu optimis Memiliki

penilaian yang akurat tentang diri memang penting tetapi sepertinya tidak lebih penting

daripada perasaan positif seseorang tentang dirinya (Hogg amp Vaughan 2002)

Gambaran diri yang positif dan self-esteem yang berhubungan dengannya merupakan

tujuan penting untuk kebanyakan orang setiap waktu Hal ini menunjukkan temuan

Rosenberg mengenai komponen afektif pada self-esteem Harga diri yang tinggi baik

yang realistis maupun yang tidak merupakan suatu hal yang menyenangkan dan

karenanya banyak ahli menganggapnya sebagai tujuan manusia yang utama (Rosenberg

dalam Deaux Dane Wrightsman 1993) Kita cenderung menduga bahwa unsur self-

esteem yang tinggi akan menghasilkan perilaku positif yang menandakan individu yang

sehat secara psikologis Tetapi banyak studi yang menemukan bahwa tidak selamanya

selfesteem yang tinggi menghasilkan individu yang percaya diri dan tidak menampilkan

sikap permusuhan Baumeister (dalam Hogg amp Vaughan 2002) menemukan perilaku

kekerasan yang dapat dikaitkan dengan harga diri yang tinggi dimana ketika individu

yang memiliki gambaran diri yang menyenangkan merasa terancam individu tersebut

cenderung akan menampilkan sikap agresif

Kernis (dalam Hogg amp Vaughan 2002) juga menemukan individu yang arogan angkuh

dan terlalu asertif diantara orang-orang dengan harga diri yang tinggi

Rhodewalt (dalam Hogg amp Vaughan 2002) menemukan individu yang pada dasarnya

memiliki harga diri tinggi yang mudah hilang dikenal dengan individu narsistik Harga

diri yang rendah tidak selamanya juga memiliki konsekuensi negatif

Baumeister (dalam Kernis 1995) menemukan individu yang self-esteemnya rendah

menampilkan karakter tidak pasti namun netral daripada karakter negatif

Swann Pelham amp Krull (dalam Kernis 1995) menemukan individu dengan selfesteem

rendah memiliki strategi pertahanan diri tertentu yang cenderung berorientasi pada

peningkatan diri Untuk dapat menjelaskan fenomena yang beragam terkait dengan

14

harga diri yang tinggi dan rendah seperti yang telah dibahas diatas Deci amp Ryan (dalam

Kernis 1995) mengajukan dua jenis harga diri yaitu contingent self-esteem dan true self-

esteem Contingent self-esteem mengacu pada perasaan tentang diri seseorang yang

dihasilkan oleh ndash dan bergantung pada ndash pencapaian harapan seseorang Misalnya

seseorang merasa dirinya adalah orang yang baik dan berharga jika ia berhasil

menyelesaikan suatu tugas Jika ia terus dapatn menyelesaikan tugas berikutnya yang

serupa maka ia akan terus memiliki harga diri yang tinggi Artinya harga diri ini bersifat

labil dan hanya berpusat pada kepentingan pribadi True self-esteem bersifat lebih stabil

didasari oleh perasaan yang kuat tentang diri pribadi Individu dengan true self-esteem

yang tinggi juga memiliki tujuan dan aspirasi dan akan merasa senang bila tujuannya

tercapai atau sedih bila tidak tercapai Tetapi perasaan mereka sebagai manusia yang

berharga tidak berfluktuasi bergantung pada pencapaian sehingga mereka tidak merasa

superior ketika berhasil ataupun tertekan ketika gagal

Berdasarkan penulisan Baumeister (dalam Hogg amp Vaughan 2002) secara umum

individu dengan karakteristik self-esteem yang tinggi memiliki ciri-ciri

1 Gigih dan ulet dalam menghadapi masa depan

2 Stabil secara emosi dan afektif

3 Kurang fleksibel dan kurang lunak

4 Tidak mudah dibujuk dan dipengaruhi

5 Bereaksi positif pada kehidupan yang menyenangkan dan sukses

6 Memiliki konsep diri yang stabil teliti dan konsisten

7 Berorientasi motivasi pada peningkatan diri

Sedangkan individu dengan self-esteem rendah memiliki ciri-ciri

1 Mudah terluka pada tekanan yang ditemui sehari-hari

2 Mudah berubah dalam afeksi dan suasana hati

3 Fleksibel dan lunak

4 Mudah dibujuk dan dipengaruhi

5 Menginginkan kesuksesan dan persetujuan tetapi ragu-ragu akan memperolehnya

6 Bereaksi negatif terhadap kehidupan yang menyenangkan dan sukses

15

7 Memiliki konsep diri yang sederhana dan tidak stabil

8 Orientasi motivasi pada perlindungan diri

Terdapat beberapa tipe self-esteem yang telah dibahas para ahli diantaranya global self-

esteem yaitu persepsi individu mengenai keberhargaan dirinya secara keseluruhan

Kemudian dikenal juga role-based self-esteem yaitu harga diri dikaitkan dengan

peranan atau posisi seseorang Ada juga task-based self-esteem yaitu harga diri yang

dikaitkan dengan keberhasilan seseorang dalam menyelesaikan tugas Self-esteem sangat

berhubungan dengan identitas sosial seseorang (Hogg amp Vaughan 2002)

Identitas sosial adalah bagian dari konsep diri yang berasal dari keanggotaan individu

dalam kelompok sosial Ketika individu mengevaluasi dirinya ia dipengaruhi oleh

prestise dan status dalam suatu kelompok masyarakat yang dipersepsikannya juga

melekat pada dirinya jika ia menganggap dirinya bagian dari atau berorientasi kepada

kelompok masyarakat tertentu Penilaian ini juga akan dibandingkan dengan kelompok

diluar kelompok masyarakat yang dipersepsikannya sebagai kelompoknya Organisasi

adalah suatu kelompok masyarakat yang tentunya dapat memberikan pengaruh bagi

seseorang dalam menilai dirinya Menjadi bagian dari suatu organisasi maka individu

harus tunduk pada aturan kebiasaan norma serta menyesuaikan diri dengan budaya dan

iklim organisasi Organisasi memiliki tujuan dan cita-cita yang menjiwai setiap aspek

kehidupan organisasi sehingga secara otomatis mempengaruhi setiap individu yang ada

di dalamnya Dari pemahaman ini muncullah kajian tentang harga diri dalam konteks

organisasi Nilai yang dimiliki oleh seorang individu atas dirinya sebagai anggota

organisasi yang bertindak dalam konteks organisasi disebut harga diri berbasis

organisasi atau Organization-based Self-esteem yang disingkat dengan OBSE (Kreitner

amp Kinicki 2000) Dalam konteks organisasi pengaruh self-esteem yang cukup

signifikan telah terlihat melalui berbagai penemuan Misalnya individu yang memiliki

self-esteem yang tinggi cenderung lebih sukses dalam upaya menemukan pekerjaan

sedangkan individu dengan self-esteem yang rendah bila dipekerjakan akan lebih

tertarik pada organisasi yang besar dimana posisi mereka tidak terlalu diperhatikan

Pekerja dengan self-esteem yang tinggi cenderung secara aktif berusaha menemukan

16

materi yang dibutuhkan untuk mengatasi masalah pekerjaan dan menggunakan

kemampuan serta keahlian mereka secara penuh sehingga hasil kerjanya lebih maksimal

Cukup menarik untuk diperhatikan bahwa individu dengan self-esteem rendah

kelihatannya sadar dengan kemungkinan mereka memberikan hasil yang buruk Mereka

cenderung menilai dirinya secara negatif (khususnya ketika penilaian terhadap performa

mereka ambigu) dan pada dasarnya bertanggungjawab terhadap hasil buruk tersebut

(Greenberg 2005)

IIB2 Aspek-aspek Organization-based Self-esteem

Dalam konteks organisasi penilaian seseorang terhadap dirinya terkait dengan

bagaimana kondisi organisasi secara struktural kerumitan pekerjaan yang dihadapinya

serta adanya penghargaan dari pihak managerial OBSE cenderung meningkat ketika

individu mempersepsikan bahwa atasan mereka memiliki suatu kepedulian pada mereka

Nilainya juga lebih tinggi pada organisasi dengan struktur yang organik (fleksibel)

daripada yang kaku (Birokratis) Pekerjaan yang rumit dan menantang juga mendorong

OBSE yang lebih tinggi daripada pekerjaan yang sederhana berulang-ulang serta

membosankan Dan faktor-faktor ini juga berhubungan dengan motivasi untuk tugas

yang lebih besar (Kreitner amp Kinicki 2000)

Tan Kim Sek (2003) menemukan bahwa metode sosialisasi yang efektif dapat

meningkatkan kompetensi pekerja dalam menyelesaikan tugasnya terkait dengan

peranannya dalam organisasi yang akan meningkatkan OBSE-nya Dalam konteks

penulisan ini taktik sosialisasi yang digunakan adalah perencanaan pengembangan

karier interaksi yang positif dengan rekan kerja dan interaksi positif dengan pendatang

baru di organisasi Gardner Dyne amp Pierce (2004) menemukan bahwa tingkatan gaji

turut mempengaruhi rasa berharga seorang individu sebagai anggota organisasi

sehingga mereka menyarankan organisasi mempertimbangkan sistem penggajian

berbasis kompetensi Namun mereka juga mengindikasikan bahwa sistem penggajian

berbasis kompetensi tetap memiliki resiko dimana individu dengan tingkat gaji yang

lebih rendah dapat menganggap dirinya kurang berkompeten sehingga berpeluang

menjatuhkan self-esteemnya

17

Dalam studi replikasinya Tang amp Gilbert (1992) menemukan bahwa OBSE

berhubungan dengan global self-esteem need for achievement organizational

citizenship komitmen organisasi motivasi untuk meningkatkan potensi dan pendidikan

Status subyek dalam organisasi tidak berhubungan dengan OBSE Intinya penemuan

mereka menampilkan hubungan antara OBSE dengan banyak variabel yang bernilai

intrinsik tentang perasaan subyektif pekerja dalam

organisasi

Kreitner amp Kinicki (2000) menyebutkan ciri-ciri individu dengan nilai OBSE yang tinggi

cenderung memandang diri mereka sendiri sebagai seorang yang penting berharga

berpengaruh dan berarti dalam konteks organisasi yang mempekerjakannya Untuk itu

mereka menyarankan agar organisasi melakukan upaya untuk membangun self-esteem

karyawan yaitu dengan

1 Mendukung dan menunjukkan kepedulian pada persoalan kepentingan status

dan kontribusi individu

2 Menawarkan pekerjaan yang memiliki variasi otonomi dan tantangan yang sesuai

dengan nilai-nilai keahlian dan kemampuan individu

3 Berjuang untuk membangun ikatan antara karyawan dan manajemen didasari

kepercayaan

4 Menunjukkan keyakinan terhadap kemampuan pengendalian pribadi dan

memberi penghargaan pada keberhasilan

Greenberg (2005) juga memiliki empat point penting yang disarankannya untuk

meningkatkan self-esteem individu dalam organisasi yaitu

1 Buatlah orang merasa berharga ciptakan kesempatan bagi individu untuk merasa

diterima dengan mencari cara untuk memanfaatkan pengalaman dan keahlian

unik mereka

2 Buatlah orang merasa kompeten kenali hal-hal baik yang dilakukan individu dan

pujilah mereka sesuai dengan hal itu

18

3 Buatlah orang merasa aman harga diri karyawan akan lebih meningkat ketika

harapan para manager tersampaikan dengan jelas dan terangterangan pada

mereka

4 Buatlah orang merasa mendapatkan wewenang individu diberikan kesempatan

untuk memutuskan bagaimana mereka akan menyelesaikan pekerjaan yang

menurut mereka baik bagi mereka dan pekerjaannya

Dari berbagai penulisan dan pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa OBSE

memiliki beberapa aspek (Kreitner amp Kinicki 2000 Greenberg 2005) yaitu

1 merasa diterima dalam organisasi

2 merasa aman dalam organisasi

3 merasa berkompeten dalam organisasi

4 merasa berpengaruh dalam organisasi

5 merasa penting bagi organisasi

6 rasa berharga bagi organisasi

7 merasa berkembang dalam organisasi

Aspek-aspek inilah yang akan menjadi indikator OBSE dalam penulisan ini

IICEtos Kerja dalam Islam

Menurut Ahmad (200116) Islam adalah agama yang menghargai kerja keras Kenyataan

ini dapat terlihat dari serangkaian firman Allah dalam Al- Quran yang sangat

menekankan arti penting diantaranya

Dan katakanlah Bekerjalah kamu maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang

mukmin akan melihat pekerjaanmu itu dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah)

Yang mengetahui akan yang gaib dan yang nyata lalu diberitakan-Nya kepada kamu

apa yang telah kamu kerjakan (QS At-Taubah 9 105)

19

ldquo Katakanlah Hai kaumku berbuatlah sepenuh kemampuanmu sesungguhnya akupun

berbuat (pula) Kelak kamu akan mengetahui siapakah (diantara kita) yang akan

memperoleh hasil yang baik dari dunia ini Sesungguhnya orang yang dzalim itu tidak

akan mendapat keberuntunganrdquo QS Al Anrsquoam (6) 135

IIC1Konsep Kerja dalam Islam

Kemuliaan seorang manusia itu bergantung kepada apa yang dilakukannya Dengan itu

sesuatu amalan atau pekerjaan yang mendekatkan seseorang kepada Allah adalah sangat

penting serta patut untuk diberi perhatian Amalan atau pekerjaan yang demikian selain

memperoleh keberkahan serta kesenangan dunia juga ada yang lebih penting yaitu

merupakan jalan atau tiket dalam menentukan tahap kehidupan seseorang di akhirat

kelak apakah masuk golongan ahli syurga atau sebaliknya Istilah lsquokerjarsquo dalam Islam

bukanlah semata-mata merujuk kepada mencari rezeki untuk menghidupi diri dan

keluarga dengan menghabiskan waktu siang maupun malam dari pagi hingga sore terus

menerus tak kenal lelah tetapi kerja mencakup segala bentuk amalan atau pekerjaan

yang mempunyai unsur kebaikan dan keberkahan bagi diri keluarga dan masyarakat

sekelilingnya serta negara Dengan kata lain orang yang berkerja adalah mereka yang

menyumbangkan jiwa dan tenaganya untuk kebaikan diri keluarga masyarakat dan

negara tanpa menyusahkan orang lain Oleh karena itu kategori ahli Syurga seperti yang

digambarkan dalam Al-Qurrsquoan bukanlah orang yang mempunyai pekerjaanjabatan yang

tinggi dalam suatu perusahaaninstansi sebagai manajer direktur teknisi dalam suatu

bengkel dan sebagainya Tetapi sebaliknya Al-Quran menggariskan golongan yang baik

lagi beruntung (al-falah) itu adalah orang yang banyak taqwa kepada Allah khusyu

sholatnya baik tutur katanya memelihara pandangan dan kemaluannya serta

menunaikan tanggung jawab sosialnya seperti mengeluarkan zakat dan lainnya (QS Al

Mursquominun 1 ndash 11)

Golongan ini mungkin terdiri dari pegawai supir tukang sapu ataupun seorang yang

tidak mempunyai pekerjaan tetap Sifat-sifat di ataslah sebenarnya yang menjamin

20

kebaikan dan kedudukan seseorang di dunia dan di akhirat kelak Jika membaca hadits-

hadits Rasulullah SAW tentang ciri-ciri manusia yang baik di sisi Allah maka tidak

heran bahwa diantara mereka itu ada golongan yang memberi minum anjing kelaparan

mereka yang memelihara mata telinga dan lidah dari perkara yang tidak berguna tanpa

melakukan amalan sunnah yang banyak dan seumpamanyaDalam satu hadits yang

diriwayatkan oleh Umar ra berbunyi rsquoBahwa setiap amal itu bergantung pada niat

dan setiap individu itu dihitung berdasarkan apa yang diniatkannya helliprsquo

Dalam riwayat lain Rasulullah SAW bersabda lsquo Binasalah orang-orang Islam kecuali

mereka yang berilmu Maka binasalah golongan berilmu kecuali mereka yang beramal

dengan ilmu mereka Dan binasalah golongan yang beramal dengan ilmu mereka

kecuali mereka yang ikhlas Sesungguhnya golongan yang ikhlas ini juga masih dalam

keadaan bahaya yang amat besar helliprsquo Kedua hadist diatas sudah cukup menjelaskan

betapa niat yang disertai dengan keikhlasan itulah inti sebenarnya dalam kehidupan

dan pekerjaan manusia Alangkah baiknya kalau umat Islam hari ini dapat bergerak dan

bekerja dengan tekun dan mempunyai tujuan yang satu yaitu lsquomardatillahrsquo (keridhaan

Allah) itulah yang dicari dalam semua urusan Dari situlah akan lahir nilai keberkahan

yang sebenarnya dalam kehidupan yang penuh dengan curahan rahmat dan nikmat yang

banyak dari Allah Inilah golongan yang diistilahkan sebagai golongan yang tenang

dalam ibadah ridha dengan kehidupan yang ditempuh serta optimis dengan janji-janji

Allah

IIC2Meneladani Etos Kerja Rasulullah SAW

Rasulullah SAW menjadikan kerja sebagai aktualisasi keimanan dan ketakwaan Rasul

bekerja bukan untuk menumpuk kekayaan duniawi Beliau bekerja untuk meraih

keridaan Allah SWT

Suatu hari Rasulullah SAW berjumpa dengan Saad bin Muadz Al-Anshari Ketika itu

Rasul melihat tangan Saad melepuh kulitnya gosong kehitam-hitaman seperti

terpanggang matahari Kenapa tanganmu tanya Rasul kepada Saad Wahai

21

Rasulullah jawab Saad Tanganku seperti ini karena aku mengolah tanah dengan

cangkul itu untuk mencari nafkah keluarga yang menjadi tanggunganku Seketika itu

beliau mengambil tangan Saad dan menciumnya seraya berkata Inilah tangan yang

tidak akan pernah disentuh api neraka

Dalam kisah lain disebutkan bahwa ada seseorang yang berjalan melalui tempat

Rasulullah SAW Orang tersebut sedang bekerja dengan sangat giat dan tangkas Para

sahabat kemudian bertanya Wahai Rasulullah andaikata bekerja semacam orang itu

dapat digolongkan jihad fi sabilillah maka alangkah baiknya Mendengar itu Rasul pun

menjawab Kalau ia bekerja untuk menghidupi anak-anaknya yang masih kecil itu

adalah fi sabilillah kalau ia bekerja untuk menghidupi kedua orangtuanya yang sudah

lanjut usia itu adalah fi sabilillah kalau ia bekerja untuk kepentingan dirinya sendiri

agar tidak meminta-minta itu juga fi sabilillah (HR Ath- Thabrani)

Bekerja adalah manifestasi amal saleh Bila kerja itu amal saleh maka kerja adalah

ibadah Dan bila kerja itu ibadah maka kehidupan manusia tidak bisa dilepaskan dari

kerja Bukankah Allah SWT menciptakan manusia untuk beribadah kepada-Nya

Tidak berlebihan bila keberadaan seorang manusia ditentukan oleh aktivitas kerjanya

Allah SWT berfirman

Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib manusia sebelum mereka mengubah

apa yang ada pada dirinya (QS Ar-Rad [13] 11) Dalam ayat lain diungkapkan pula

ldquodan bahwasannya seorang manusia tidak akan memperoleh selain apa yang telah

diusahakannyardquo (QS Al- Najm [53] 39)

Kisah di awal menggambarkan betapa besarnya penghargaan Rasulullah SAW terhadap

kerja Kerja apapun itu selama tidak menyimpang dari aturan yang ditetapkan agama

Demikian besarnya penghargaan beliau sampaisampai dalam kisah pertama manusia

teragung ini rela mencium tangan Saad bin Muadz Al-Anshari yang melepuh lagi

gosong Rasulullah SAW dalam dua kisah tersebut memberikan motivasi pada umatnya

bahwa bekerja adalah perbuatan mulia dan termasuk bagian dari jihad Rasulullah SAW

adalah sosok yang selalu berbuat sebelum beliau memerintahkan para sahabat untuk

melakukannya Hal ini sesuai dengan tugas beliau sebagai ushwatun hasanah teladan

yang baik bagi seluruh manusia Maka saat kita berbicara tentang etos kerja islami maka

22

beliaulah orang yang paling pantas menjadi rujukan Dan berbicara tentang etos kerja

Rasulullah SAW sama artinya dengan berbicara bagaimana beliau menjalankan peran-

peran dalam hidupnya Ada lima peran penting yang diemban Rasulullah SAW yaitu

Pertama sebagai rasul Peran ini beliau jalani selama 23 tahun Dalam kurun waktu

tersebut beliau harus berdakwah menyebarkan Islam menerima menghapal

menyampaikan dan menjelaskan tak kurang dari 6666 ayat Alquran menjadi guru

(pembimbing) bagi para sahabat dan menjadi hakim yang memutuskan berbagai pelik

permasalahan umat-dari mulai pembunuhan sampai perceraian

Kedua sebagai kepala negara dan pemimpin sebuah masyarakat heterogen Tatkala

memegang posisi ini Rasulullah SAW harus menerima kunjungan diplomatik negara-

negara sahabat Rasul pun harus menata dan menciptakan sistem hukum yang mampu

menyatukan kaum Muslimin Nasrani dan Yahudi mengatur perekonomian dan

setumpuk masalah lainnya

Ketiga sebagai panglima perang Selama hidup tak kurang dari 28 kali Rasul

memimpin pertempuran melawan kafir Quraisy Sebagai panglima perang beliau harus

mengorganisasi lebih dari 53 pasukan kaveleri bersenjata Harus memikirkan strategi

perang persedian logistik keamanan transportasi kesehatan dan lainnya

Keempat sebagai kepala rumahtangga Dalam posisi ini Rasul harus mendidik

membahagiakan dan memenuhi tanggung jawab-lahir batin-terhadap para istri beliau

tujuh anak dan beberapa orang cucu Beliau dikenal sebagai sosok yang sangat

perhatian terhadap keluarganya Di tengah kesibukannya Rasul pun masih sempat

bercanda dan menjahit sendiri bajunya

Kelima sebagai seorang pebisnis Sejak usia 12 tahun pamannya Abu Thalib sudah

mengajaknya melakukan perjalanan bisnis ke Syam negeri yang saat ini meliputi Syria

Jordan dan Lebanon Dari usia 17 hingga sekitar 20 tahun adalah masa tersulit dalam

perjalanan bisnis Rasul karena beliau harus mandiri dan bersaing dengan pemain pemain

23

senior dalam perdagangan regional Usia 20 hingga 25 tahun merupakan titik keemasan

entrepreneurship Rasulullah SAW terbukti dengan terpikatnya konglomerat Mekah

Khadijah binti Khuwailid yang kemudian melamarnya menjadi suami Afzalurrahman

dalam bukunya Muhammad Sebagai Seorang Pedagang (2000 5-12) mencatat bahwa

Rasul pun sering terlibat dalam perjalanan bisnis ke berbagai negeri seperti Yaman

Oman dan Bahrain Dan beliau mulai mengurangi kegiatan bisnisnya ketika mencapai

usia 37 tahun

Adalah kenyataan bila Rasulullah SAW mampu menjalankan kelima perannya tersebut

dengan sempurna bahkan menjadi yang terbaik Tak heran bila para ilmuwan baik itu

yang Muslim maupun non-Muslim menempatkan beliau sebagai orang yang paling

berpengaruh paling pemberani paling bijaksana paling bermoral dan sejumlah paling

lainnya

IIC3Rahasia kesuksesan karier dan pekerjaan Rasulullah SAW

Pertama Rasul selalu bekerja dengan cara terbaik profesional dan tidak asal-asalan

Beliau bersabda Sesungguhnya Allah menginginkan jika salah seorang darimu bekerja

maka hendaklah meningkatkan kualitasnya

Kedua dalam bekerja Rasul melakukannya dengan manajemen yang baik perencanaan

yang jelas pentahapan aksi dan adanya penetapan skala prioritas

Ketiga Rasul tidak pernah menyia-nyiakan kesempatan sekecil apapun Barangsiapa

yang dibukakan pintu kebaikan hendaknya dia mampu memanfaatkannya karena ia

tidak tahu kapan ditutupkan kepadanya demikian beliau bersabda

Keempat dalam bekerja Rasul selalu memperhitungkan masa depan Beliau adalah

sosok yang visioner sehingga segala aktivitasnya benar-benar terarah dan terfokus

Kelima Rasul tidak pernah menangguhkan pekerjaan Beliau bekerja secara tuntas dan

berkualitas

Keenam Rasul bekerja secara berjamaah dengan mempersiapkan (membentuk) tim

yang solid yang percaya pada cita-cita bersama

24

Ketujuh Rasul adalah pribadi yang sangat menghargai waktu Tidak berlalu sedetik pun

waktu kecuali menjadi nilai tambah bagi diri dan umatnya Dan yang terakhir

Rasulullah SAW menjadikan kerja sebagai aktualisasi keimanan dan ketakwaan Rasul

bekerja bukan untuk menumpuk kekayaan duniawi Beliau bekerja untuk meraih

keridhaan Allah SWT Inilah kunci terpenting Semoga Allah SWT memberikan

kemampuan kepada kita untuk meneladani etos kerja Rasulullah SAW

25

BAB III

PEMBAHASAN

IIIA HUBUNGAN ANTARA ORGANIZATION-BASED SELF-ESTEEM

(OBSE) DAN ETOS KERJA

Untuk dapat meningkatkan Etos Kerja diperlukan adanya suatu sikap yang menilai

tinggi pada kerja keras dan sungguh-sungguh Karena itu perlu ditemukan suatu

dorongan yang tepat untuk memotivasi dan merubah sikap (Anoraga 1992) Seperti

yang sudah dipaparkan Anoraga sebelumnya bahwa motivasi merupakan kunci untuk

membangun Etos Kerja yang baik Motivasi kerja adalah sesuatu yang menimbulkan

semangat atau dorongan kerja kuat lemahnya motivasi kerja seseorang ikut menentukan

besar kecilnya prestasi seorang pekerja

Tujuan organisasi yang ditanamkan dalam visi misi filosofi dan mottoorganisasi

merupakan suatu nilai ideal yang harus dicapai individu Dengan proses yang tepat

organisasi berusaha menanamkan nilai-nilai ini pada para anggotanya

Nilai ideal yang dipersepsikan oleh anggota akan mempengaruhi penilaiannya terhadap

dirinya sehingga membentuk OBSE-nya Nilai-nilai ini ditanamkan oleh organisasi

dengan tujuan utama yaitu kinerja dan kualitas kerja yang meningkat

Kinerja dan kualitas kerja yang baik dapat dicapai dengan Etos Kerja yang baik maka

organisasi secara tidak langsung berusaha untuk meningkatkan Etos Kerja anggotanya

OBSE mempengaruhi beberapa aspek antara lain global self-esteemharga diri secara

keseluruhan kepuasan secara keseluruhan perilaku warga negara yang baik komitmen

dan kepuasan organisasi prestasi kerja dan terakhir adalah motivasi intrinsik (Kreitner

amp Kinicki 2000) Menurut Alderfer (dalam Siagian 1995) dengan teori motivasi ERG-

nya salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi adalah faktor R (Relatedness) yaitu

kebutuhan akan pemenuhan rasa puas dalam berhubungan dengan keluarga teman

atasan bawahan dan rekan sekerja dimana hal ini melibatkan unsur cinta dan self-

esteem Dengan meningkatnya self-esteem pekerja yang didasarkan pada keberadaannya

sebagai bagian dari organisasi maka motivasinya secara intrinsic dalam bekerja

meningkat Herzberg (dalam Anoraga 1992) yang melakukan studi mengenai motivasi

26

kerja menyatakan faktor intrinsik dalam bekerja yang meliputi pencapaian sukses

pengakuan kemungkinan untuk meningkat dalam jabatan (karier) tanggung jawab

kemungkinan berkembang dan pekerjaan itu sendiri Dapat dilihat bahwa faktor-faktor

intrinsik ini merupakan aspek-aspek yang akan tergambar pada OBSE Faktor pengakuan

dapat dilihat pada persepsi tentang seberapa berharga dan pentingnya individu dalam

organisasi apakah ia merasa diterima sebagai anggota organisasi dan merasa aman

sebagai bagian dari organisasi

Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat dilihat bagaimana OBSE mempengaruhi

motivasi intrinsik seseorang untuk bekerja Ketika OBSE meningkat motivasi intrinsik

seseorang dalam bekerja turut meningkat maka seharusnya Etos Kerjanya akan

meningkat juga Artinya kebutuhan organisasi untuk mencapai hasil dan kinerja

organisasi yang lebih baik dapat dicapai salah satunya melalui upaya meningkatkan

OBSE pekerjanya

Penelitian lain yang telah dilakukan mengenai OBSE yaitu penelitian Lanford Roe

Carson amp Carson (1997) pada teknisi unit gawat darurat Mereka menemukan

peningkatan OBSE berpeluang meningkatkan komitmen terhadap karier menurunkan

kecenderungan menarik diri dari tugas dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya

kualitas perlakuan Hal ini merupakan beberapa indikasi perilaku yang mencerminkan

Etos Kerja seperti yang dikatakan Sinamo (2005) yaitu bekerja dengan integritas

bekerja dengan penuh tanggung jawab bekerja dengan sempurna Secara umum dapat

dikatakan bahwa bila seseorang merasa berharga dalam organisasi dikarenakan berbagai

faktor ia akan cenderung memiliki motivasi yang lebih baik untuk mencapai tujuan

yang ditetapkan organisasi tersebut sehingga Etos Kerjanya akan lebih baik daripada

individu dengan OBSE-nya rendah

IIIA PENGARUH ETOS KERJA ISLAMI TERHADAP KINERJA SESEORANG

etos kerja islami yang didasarkan pada Al-Qurrsquoan dan Hadits agar produktivitas kerja

karyawan dapat menunjang perkembangan ekonomi ummat serta pengaruh kinerja yang

ditunjukkan oleh karyawan itu sendiri Setidaknya etos kerja itu bersumber dan

27

berkaitan langsung dengan nilai-nilai kejiwaan seseorang dan menunjukkan pula

pandangan hidup yang mendarah daging untuk dapat mengembangkan dirinya sehingga

etos kerja kerja menunjukkan pula sikap dan harapan seseorang Dan dengan sikap

seperti ini seseorang yang memiliki etos akan berusaha untuk memenuhi harapannya

tersebut Sebab Etos kerja juga mempunyai makna nilai moral dan pemberdayaan diri

yaitu suatu pandangan batin yang bersifat mendarah daging Seseorang akan merasakan

bahwa hanya dengan menghasilkan pekerjaan yang terbaik bahkan sempurna nilai-nilai

Islam yang diyakininya dapat diwujudkan

Dengan pengembangan kualitas yang ada dalam diri pribadi setiap manusia semua yang

dilaksanakan dapat terwujud sesuai nilai moral yang dimilikinya Karenanya etos kerja

bukanlah sekedar kepribadian atau sikap melainkan lebih mendalam lagi karena

didalamnya terdapat martabat harga diri dan jati diri dari seorang tersebut

Berkaitan dengan ini Ahmad (200117) menegaskan bahwa Islam tidak hanya

memerintahkan manusia hanya untuk sholat saja namun manusia juga diperintahkan

untuk mencari rezeki di bumi 1048755Apabila telah ditunaikan sholat maka bertebaranlah

kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah1048755Dan Allah adalah sebaik-baik Pemberi

Rezeki1048755 (QS Al Jumursquoah 10-11) Petikan-petikan ayat di atas sangatlah jelas

memperlihatkan pandangan Islam terhadap nilai kerja itu sendiri

Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Tasmara (200226) etos kerja islami menekankan

pada kerja sama dalam bekerja dan konsep konsultasi yang terlihat sebagai jalan untuk

mengatasi rintangan atau masalah dan menghindari kesalahan Hubungan sosial dalam

bekerja merupakan pendorong yang bertujuan untuk mempertemukan kebutuhan

seseorang dan membuat keseimbangan antara kebutuhan individu dan kehidupan sosial

Dan hal ini juga diperkuat dengan firman Allah SWT dalam surat Al

Jumursquoah 1048755Maka apabila telah ditunaikan sholat maka bertebaranlah kamu di muka

bumi dan carilah karunia Allah serta banyaklah ingat kepada Allah agar kamu

beruntung1048755 (QS Al Jumursquoah 10) Jadi dalam ayat tersebut tersirat pesan yaitu

hendaknya kita beribadah sebagaimana diwajibkan namun kita juga harus bekerja

mencari rezeki dari kemurahan Allah Bersama dengan itu kita senantiasa ingat kepada-

Nya Yakni memenuhi semua ketentuan etis dan akhlaq dalam bekerja yaitu dengan

28

menyadari pengawasan dan perhitungan Allah terhadap setiap bentuk kerja kita Semua

perilaku manusia didasari prinsip rahman dan rahim dengan kesadaran penuh sebagai

rahmatan lil 1048755alamin integritas yang sangat tinggi karena merasa dirinya dilihat oleh

Allah bukan karena atasan atau sekedar upah belaka dan jabatan hanya dilihat sebagai

amanah Allah (Agustian 200152) Sikap ini akan mendorong suatu kreativitas tanpa

henti untuk menciptakan mutu pelayanan dan produk yang lebih berkualitas yang

dipandang dalam etos kerja islami

29

BAB IV

KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari tulisan ini sebagai berikut

1 Sesuai dengan landasan teori yang telah dibahas sebelumnya dapat dikatakan

bahwa ketika Organisation-Based Self-Esteem (OBSE) seseorang meningkat

maka motivasinya untuk mencapai kinerja yang lebih baik di dalam organisasi

tersebut akan meningkat secara intrinsik (kreitner amp Kinicki 2000) sehingga

cara pandangnya terhadap nilai bekerja yang dikenal dengan konsep Etos Kerja

turut meningkat (Anoraga 1992)

2 Ketika nilai Organisation-Based Self-Esteem (OBSE) seorang individu rendah

belum tentu nilai Etos Kerjanya harus rendah pula karena selain faktor OBSE

masih terdapat faktor-faktor lain yang turut mempengaruhi Etos Kerja seseorang

seperti yang telah dijelaskan pada bab dua seperti agama pendidikan sosial

budaya struktur ekonomi dan sebagainya Kualitas beragama unsur sosial

budaya dan kondisi ekonomi misalnya dapat mempengaruhi cara pandang

seseorang terhadap nilai bekerja

3 etos kerja islami didasarkan pada Al-Qurrsquoan dan Hadits agar produktivitas kerja

karyawan dapat menunjang perkembangan ekonomi ummat serta pengaruh

kinerja yang ditunjukkan oleh karyawan itu sendiri Sehingga dapat terbentuk

etoskerja yang mempunyai makna nilai moral dan pemberdayaan diri

30

DAFTAR PUSTAKA

1

2

3

31

Page 3: Paper Etos Kerja 2

IB TUJUAN PENULISAN

Tujuan penulisan ini adalah untuk menjelaskan hubungan antara Organization-Based

Self-Esteem (OBSE) dengan Etos Kerja dan pengaruh etos kerja islami terhadap kinerja

karyawan

IC MANFAAT PENULISAN

Diharapkan tulisan ini bermanfaat untuk

1 Menjadi bahan masukan dan saran untuk meningkatkan efektifitas organisasi

melalui peningkatan etos kerja karyawan baik secara islami maupun

tidakdengan memperhatikan variable Organization-Based Self-Esteem (OBSE)

sebagai variabel prediktor

3

BAB II

LANDASAN TEORI

IIA ETOS KERJA

IIA1 Pengertian Etos Kerja

Secara etimologis istilah etos berasal dari bahasa Yunani yang berarti rsquotempat hiduprsquo

Mula-mula tempat hidup dimaknai sebagai adat istiadat atau kebiasaan Sejalan dengan

waktu kata etos berevolusi dan berubah makna menjadi semakin kompleks Dari kata

yang sama muncul pula istilah Ethikos yang berarti rsquoteori kehidupanrsquo yang kemudian

menjadi rsquoetikarsquo Dalam bahasa Inggris Etos dapat diterjemahkan menjadi beberapa

pengertian antara lain lsquostarting point to appear disposition hingga disimpulkan

sebagai character Dalam bahasa Indonesia kita dapat menterjemahkannya sebagai

rsquosifat dasarrsquo rsquopemunculanrsquo atau rsquodisposisiwatakrsquo Aristoteles menggambarkan etos

sebagai salah satu dari tiga mode persuasi selain logos dan pathos dan mengartikannya

sebagai rsquokompetensi moralrsquo Tetapi Aristoteles berusaha memperluas makna istilah ini

hingga rsquokeahlianrsquo dan rsquopengetahuanrsquo tercakup didalamnya Ia menyatakan bahwa etos

hanya dapat dicapai hanya dengan apa yang dikatakan seorang pembicara tidak dengan

apa yang dipikirkan orang tentang sifatnya sebelum ia mulai berbicara Disini terlihat

bahwa etos dikenali berdasarkan sifat-sifat yang dapat terdeteksi oleh indera Webster

Dictionary mendefinisikan etos sebagai guiding beliefs of a person group or

institution etos adalah keyakinan yang menuntun seseorang kelompok atau suatu

institusi A S Hornby (1995) dalam The New Oxford Advances Learnerrsquos Dictionary

mendefinisikan etos sebagai the characteristic spirit moral values ideas or beliefs of a

group community or culture karakteristik rohani nilai-nilai moral ide atau keyakinan

suatu kelompok komunitas atau budaya Sedangkan dalam The American Heritage

4

Dictionary of English Language etos diartikan dalam dua pemaknaan 1the disposition

character or attitude peculiar to a specific people culture or a group that distinguishes

it from other peoples or group fundamental values or spirit mores disposisi karakter

atau sikap khusus orang budaya atau kelompok yang membedakannya dari orang atau

kelompok lain nilai atau jiwa yang mendasari adat-istiadat Makna berikutnya yaitu

2The governing or central principles in a movement work of art mode of expression

or the like Prinsip utama atau pengendali dalam suatu pergerakan pekerjaan seni

bentuk ekspresi atau sejenisnya Dari sini dapat kita peroleh pengertian bahwa etos

merupakan seperangkat pemahaman dan keyakinan terhadap nilai-nilai yang secara

mendasar mempengaruhi kehidupan menjadi prinsip-prinsip pergerakan dan cara

berekspresi yang khas pada sekelompok orang dengan budaya serta keyakinan yang

sama

Menurut Anoraga (1992) Etos Kerja merupakan suatu pandangan dan sikap suatu bangsa

atau umat terhadap kerja Bila individu-individu dalam komunitas memandang kerja

sebagai suatu hal yang luhur bagi eksistensi manusia maka Etos Kerjanya akan

cenderung tinggi Sebaliknya sikap dan pandangan terhadap kerja sebagai sesuatu yang

bernilai rendah bagi kehidupan maka Etos Kerja dengan sendirinya akan rendah

Dalam situs resmi kementerian KUKM Etos Kerja diartikan sebagai sikap mental yang

mencerminkan kebenaran dan kesungguhan serta rasa tanggung jawab untuk

meningkatkan produktivitas (wwwdepkopgoid) Pada Websters Online Dictionary

Work Ethic diartikan sebagai Earnestness or fervor in working morale with regard to

the tasks at hand kesungguhan atau semangat dalam bekerja suatu pandangan moral

pada pekerjaan yang dilakoni Dari rumusan ini kita dapat melihat bagaimana Etos Kerja

dipandang dari sisi praktisnya yaitu sikap yang mengarah pada penghargaan terhadap

kerja dan upaya peningkatan produktivitas

Dalam rumusan Jansen Sinamo (2005) Etos Kerja adalah seperangkat perilaku positif

yang berakar pada keyakinan fundamental yang disertai komitmen total pada paradigma

5

kerja yang integral Menurutnya jika seseorang suatu organisasi atau suatu komunitas

menganut paradigma kerja mempercayai dan berkomitmen pada paradigma kerja

tersebut semua itu akan melahirkan sikap dan perilaku kerja mereka yang khas Itulah

yang akan menjadi Etos Kerja dan budaya Sinamo (2005) memandang bahwa Etos

Kerja merupakan fondasi dari sukses yang sejati dan otentik Pandangan ini dipengaruhi

oleh kajiannya terhadap studi-studi sosiologi sejak zaman Max Weber di awal abad ke-

20 dan penulisanpenulisan manajemen dua puluh tahun belakangan ini yang semuanya

bermuara pada satu kesimpulan utama bahwa keberhasilan di berbagai wilayah

kehidupan ditentukan oleh perilaku manusia terutama perilaku kerja Sebagian orang

menyebut perilaku kerja ini sebagai motivasi kebiasaan (habit) dan budaya kerja

Sinamo (2005) lebih memilih menggunakan istilah etos karena menemukan bahwa kata

etos mengandung pengertian tidak saja sebagai perilaku khas dari sebuah organisasi atau

komunitas tetapi juga mencakup motivasi yang menggerakkan mereka karakteristik

utama spirit dasar pikiran dasar kode etik kode moral kode perilaku sikap-sikap

aspirasi-aspirasi keyakinan-keyakinan prinsip-prinsip dan standar-standar

Melalui berbagai pengertian diatas baik secara etimologis maupun praktis dapat

disimpulkan bahwa Etos Kerja merupakan seperangkat sikap atau pandangan mendasar

yang dipegang sekelompok manusia untuk menilai bekerja sebagai suatu hal yang positif

bagi peningkatan kualitas kehidupan sehingga mempengaruhi perilaku kerjanya

IIA2 Aspek-Aspek Etos Kerja

Menurut Sinamo (2005) setiap manusia memiliki spiritroh keberhasilan yaitu motivasi

murni untuk meraih dan menikmati keberhasilan Roh inilah yang menjelma menjadi

perilaku yang khas seperti kerja keras disiplin teliti tekun integritas rasional

bertanggung jawab dan sebagainya melalui keyakinan komitmen dan penghayatan atas

paradigma kerja tertentu Dengan ini maka orang berproses menjadi manusia kerja yang

positif kreatif dan produktif Dari ratusan teori sukses yang beredar di masyarakat

sekarang ini Sinamo (2005) menyederhanakannya menjadi empat pilar teori utama

6

Keempat pilar inilah yang sesungguhnya bertanggung jawab menopang semua jenis dan

sistem keberhasilan yang berkelanjutan (sustainable success system) pada semua

tingkatan Keempat elemen itu lalu dia konstruksikan dalam sebuah konsep besar yang

disebutnya sebagai Catur Dharma Mahardika (bahasa Sanskerta) yang berarti Empat

Darma Keberhasilan Utama yaitu

1 Mencetak prestasi dengan motivasi superior

2 Membangun masa depan dengan kepemimpinan visioner

3 Menciptakan nilai baru dengan inovasi kreatif

4 Meningkatkan mutu dengan keunggulan insani

Keempat darma ini kemudian dirumuskan pada delapan aspek Etos Kerja sebagai

berikut

1 Kerja adalah rahmat karena kerja merupakan pemberian dari Yang Maha Kuasa

maka individu harus dapat bekerja dengan tulus dan penuh syukur

2 Kerja adalah amanah kerja merupakan titipan berharga yang dipercayakan pada

kita sehingga secara moral kita harus bekerja dengan benar dan penuh tanggung

jawab

3 Kerja adalah panggilan kerja merupakan suatu dharma yang sesuai dengan

panggilan jiwa kita sehingga kita mampu bekerja dengan penuh integritas

4 Kerja adalah aktualisasi pekerjaan adalah sarana bagi kita untuk mencapai

hakikat manusia yang tertinggi sehingga kita akan bekerja keras dengan penuh

semangat

5 Kerja adalah ibadah bekerja merupakan bentuk bakti dan ketaqwaan kepada

Sang Khalik sehingga melalui pekerjaan individu mengarahkan dirinya pada

tujuan agung Sang Pencipta dalam pengabdian

6 Kerja adalah seni kerja dapat mendatangkan kesenangan dan kegairahan kerja

sehingga lahirlah daya cipta kreasi baru dan gagasan inovatif

7

7 Kerja adalah kehormatan pekerjaan dapat membangkitkan harga diri sehingga

harus dilakukan dengan tekun dan penuh keunggulan

8 Kerja adalah Pelayanan manusia bekerja bukan hanya untuk memenuhi

kebutuhannya sendiri saja tetapi untuk melayani sehingga harus bekerja dengan

sempurna dan penuh kerendahan hati

Anoraga (1992) juga memaparkan secara eksplisit beberapa sikap yang seharusnya

mendasar bagi seseorang dalam memberi nilai pada kerja yang disimpulkan sebagai

berikut

1 Bekerja adalah hakikat kehidupan manusia

2 Pekerjaan adalah suatu berkat Tuhan

3 Pekerjaan merupakan sumber penghasilan yang halal dan tidak amoral

4 Pekerjaan merupakan suatu kesempatan untuk mengembangkan diri dan berbakti

5 Pekerjaan merupakan sarana pelayanan dan perwujudan kasih

Dalam penulisannya Akhmad Kusnan (2004) menyimpulkan pemahaman bahwa Etos

Kerja menggambarkan suatu sikap maka ia menggunakan lima indikator untuk

mengukur Etos Kerja Menurutnya Etos Kerja mencerminkan suatu sikap yang memiliki

dua alternatif positif dan negatif Suatu individu atau kelompok masyarakat dapat

dikatakan memiliki Etos Kerja yang tinggi apabila menunjukkan tanda-tanda sebagai

berikut

1 Mempunyai penilaian yang sangat positif terhadap hasil kerja manusia

2 Menempatkan pandangan tentang kerja sebagai suatu hal yang amat luhur bagi

eksistensi manusia

3 Kerja yang dirasakan sebagai aktivitas yang bermakna bagi kehidupan manusia

4 Kerja dihayati sebagai suatu proses yang membutuhkan ketekunan dan sekaligus

sarana yang penting dalam mewujudkan cita-cita

5 Kerja dilakukan sebagai bentuk ibadah Bagi individu atau kelompok masyarakat

yang memiliki Etos Kerja yang rendah maka akan ditunjukkan ciri-ciri yang

sebaliknya (Kusnan 2004) yaitu

8

1) Kerja dirasakan sebagai suatu hal yang membebani diri

2) Kurang dan bahkan tidak menghargai hasil kerja manusia

3) Kerja dipandang sebagai suatu penghambat dalam memperoleh

kesenangan

4) Kerja dilakukan sebagai bentuk keterpaksaan

5) Kerja dihayati hanya sebagai bentuk rutinitas hidup

Dari berbagai aspek yang ditampilkan ketiga tokoh diatas dapat dilihat bahwa aspek-

aspek yang diusulkan oleh dua tokoh berikutnya telah termuat dalam beberapa aspek

Etos Kerja yang dikemukakan oleh Sinamo sehingga penulisan ini mendasari

pemahamannya pada delapan aspek Etos Kerja yang dikemukakan oleh Sinamo sebagai

indikator terhadap Etos Kerja

IIA3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Etos Kerja

Etos Kerja dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu

a Agama

Dasar pengkajian kembali makna Etos Kerja di Eropa diawali oleh buah pikiran Max

Weber Salah satu unsur dasar dari kebudayaan modern yaitu rasionalitas (rationality)

menurut Weber (1958) lahir dari etika Protestan Pada dasarnya agama merupakan suatu

sistem nilai Sistem nilai ini tentunya akan mempengaruhi atau menentukan pola hidup

para penganutnya Cara berpikir bersikap dan bertindak seseorang pastilah diwarnai

oleh ajaran agama yang dianutnya jika ia sungguh-sungguh dalam kehidupan beragama

Dengan demikian kalau ajaran agama itu mengandung nilai-nilai yang dapat memacu

pembangunan jelaslah bahwa agama akan turut menentukan jalannya pembangunan

atau modernisasi Weber (1958) memperlihatkan bahwa doktrin predestinasi dalam

protestanisme mampu melahirkan etos berpikir rasional berdisiplin tinggi bekerja tekun

sistematik berorientasi sukses (material) tidak mengumbar kesenangan namun hemat

dan bersahaja (asketik) serta menabung dan berinvestasi yang akhirnya menjadi titik

9

tolak berkembangnya kapitalisme di dunia modern Sejak Weber menelurkan karya tulis

The Protestant Ethic and the Spirit of Capitalism (1958) berbagai studi tentang Etos

Kerja berbasis agama sudah banyak dilakukan dengan hasil yang secara umum

mengkonfirmasikan adanya korelasi positif antara sebuah sistem kepercayaan tertentu

dan kemajuan ekonomi kemakmuran dan modernitas (Sinamo 2005) Menurut

Rosmiani (1996) Etos Kerja terkait dengan sikap mental tekad disiplin dan semangat

kerja Sikap ini dibentuk oleh sistem orientasi nilai-nilai budaya yang sebagian

bersumber dari agama atau sistem kepercayaanpaham teologi tradisional Ia

menemukan Etos Kerja yang rendah secara tidak langsung dipengaruhi oleh rendahnya

kualitas keagamaan dan orientasi nilai budaya yang konservatif turut menambah

kokohnya tingkat Etos Kerja yang rendah itu

b Budaya

Selain temuan Rosmiani (1996) diatas Usman Pelly (dalam Rahimah 1995)

mengatakan bahwa sikap mental tekad disiplin dan semangat kerja masyarakat juga

disebut sebagai etos budaya dan secara operasional etos budaya ini juga disebut sebagai

Etos Kerja Kualitas Etos Kerja ini ditentukan oleh sistem orientasi nilai budaya

masyarakat yang bersangkutan Masyarakat yang memiliki sistem nilai budaya maju

akan memiliki Etos Kerja yang tinggi dan sebaliknya masyarakat yang memiliki sistem

nilai budaya yang konservatif akan memiliki Etos Kerja yang rendah bahkan bisa sama

sekali tidak memiliki Etos Kerja Pernyataaan ini juga didukung oleh studi yang

dilakukan Suryawati Dharmika Namiartha Putri dan weda (1997) yang menyimpulkan

bahwa semangat kerjaEtos Kerja sangat ditentukan oleh nilainilai budaya yang ada dan

tumbuh pada masyarakat yang bersangkutan Etos Kerja juga sangat berpegang teguh

pada moral etik dan bahkan Tuhan Etos Kerja berdasarkan nilai-nilai budaya dan agama

ini menurut mereka diperoleh secara lisan dan merupakan suatu tradisi yang disebarkan

secara turuntemurun

c Sosial Politik

10

Soewarso Rahardjo Subagyo dan Utomo (1995) menemukan bahwa tinggi rendahnya

Etos Kerja suatu masyarakat dipengaruhi oleh ada atau tidaknya struktur politik yang

mendorong masyarakat untuk bekerja keras dan dapat menikmati hasil kerja keras

mereka dengan penuh KH Abdurrahman Wahid (2002) mengatakan bahwa Etos Kerja

harus dimulai dengan kesadaran akan pentingnya arti tanggung jawab kepada masa

depan bangsa dan negara Dorongan untuk mengatasi kemiskinan kebodohan dan

keterbelakangan hanya mungkin timbul jika masyarakat secara keseluruhan memiliki

orientasi kehidupan yang teracu ke masa depan yang lebih baik Orientasi ke depan itu

harus diikuti oleh penghargaan yang cukup kepada kompetisi dan pencapaian

(achievement) Orientasi ini akan melahirkan orientasi lain yaitu semangat

profesionalisme yang menjadi tulang-punggung masyarakat modern

d Kondisi LingkunganGeografis

Suryawati Dharmika Namiartha Putri dan weda (1997) juga menemukan adanya

indikasi bahwa Etos Kerja dapat muncul dikarenakan faktor kondisi geografis

Lingkungan alam yang mendukung mempengaruhi manusia yang berada di dalamnya

melakukan usaha untuk dapat mengelola dan mengambil manfaat dan bahkan dapat

mengundang pendatang untuk turut mencari penghidupan di lingkungan tersebut

e Pendidikan

Etos Kerja tidak dapat dipisahkan dengan kualitas sumber daya manusia Peningkatan

sumber daya manusia akan membuat seseorang mempunyai Etos Kerja keras

Meningkatnya kualitas penduduk dapat tercapai apabila ada pendidikan yang merata dan

bermutu disertai dengan peningkatan dan perluasan pendidikan keahlian dan

keterampilan sehingga semakin meningkat pula aktivitas dan produktivitas masyarakat

sebagai pelaku ekonomi (Rahimah Fauziah Suri dan Nasution 1995)

f Struktur Ekonomi

11

Pada penulisan Soewarso Rahardjo Subagyo dan Utomo (1995) disimpulkan juga

bahwa tinggi rendahnya Etos Kerja suatu masyarakat dipengaruhi oleh ada atau tidaknya

struktur ekonomi yang mampu memberikan insentif bagi anggota masyarakat untuk

bekerja keras dan menikmati hasil kerja keras mereka dengan penuh

g Motivasi Intrinsik individu

Anoraga (1992) mengatakan bahwa Individu yang akan memiliki Etos Kerja yang tinggi

adalah individu yang bermotivasi tinggi Etos Kerja merupakan suatu pandangan dan

sikap yang tentunya didasari oleh nilai-nilai yang diyakini seseorang Keyakinan inilah

yang menjadi suatu motivasi kerja Maka Etos Kerja juga dipengaruhi oleh motivasi

seseorang

Menurut Herzberg (dalam Siagian 1995) motivasi yang sesungguhnya bukan

bersumber dari luar diri tetapi yang tertanamterinternalisasi dalam diri sendiri yang

sering disebut dengan motivasi intrinsik Ia membagi factor pendorong manusia untuk

melakukan kerja ke dalam dua faktor yaitu factor hygiene dan faktor motivator Faktor

hygiene ini merupakan faktor dalam kerja yang hanya akan berpengaruh bila ia tidak

ada yang akan menyebabkan ketidakpuasan Ketidakhadiran faktor ini dapat mencegah

timbulnya motivasi tetapi ia tidak menyebabkan munculnya motivasi faktor ini disebut

juga factor ekstrinsik yang termasuk diantaranya yaitu gaji status keamanan kerja

kondisi kerja kebijaksanaan organisasi hubungan dengan rekan kerja dan supervisi

Ketika sebuah organisasi menargetkan kinerja yang lebih tinggi tentunya organisasi

tersebut perlu memastikan terlebih dahulu bahwa factor hygiene tidak menjadi

penghalang dalam upaya menghadirkan motivasi intrinsik

Faktor yang kedua adalah faktor motivator sesungguhnya yang mana ketiadaannya

bukan berarti ketidakpuasan tetapi kehadirannya menimbulkan rasa puas sebagai

manusia Faktor ini disebut juga faktor intrinsik dalam pekerjaan yang meliputi

pencapaian suksesachievement pengakuanrecognition kemungkinan untuk meningkat

dalam jabatan (Karier)advancement tanggung jawabresponsibility kemungkinan

berkembanggrowth possibilities dan pekerjaan itu sendirithe work itself (Herzberg

12

dalam Anoraga 1992) Hal-hal ini sangat diperlukan dalam meningkatkan performa kerja

dan menggerakkan pekerja hingga mencapai performa yang tertinggi

IIB ORGANIZATION-BASED SELF-ESTEEM

IIB1 Pengertian Organization-Based Self-esteem

Secara sederhana self-esteem diartikan sebagai proses evaluasi diri seseorang baik dalam

cara yang positif maupun negatif (Greenberg 2005)

Hogg amp Vaughan (2002) mendefinisikan self-esteem sebagai evaluasi dan perasaan

tentang diri pribadi

Kreitner amp Kinicki (2000) mendefinisikan istilah self-esteem sebagai suatu keyakinan

nilai diri sendiri yang didasarkan pada evaluasi diri secara keseluruhan

Rosenberg (dalam Kernis 1995) dan para ahli lainnya telah membandingkan self-esteem

dengan sikap dan menemukan bahwa self-esteem memiliki komponen afektif dan

kognitif Komponen kognitif mengacu pada keyakinan individu tentang keberhargaan

dirinya

Tory Higgins (dalam Deaux Dane Wrightsman 1993) mengajukan dua tipe diri

potensial yang menempati konsep diri kita yaitu Ideal-Self dan Ought- Self Ideal-self

mengacu kepada konsep diri yang ingin dicapai individu sedangkan ought-self adalah

konsep diri yang sebenarnya hadir Ketika kesenjangan antara ideal-self dan ought-self

ini terlalu besar maka akan timbullah perasaan yang tidak menyenangkan suatu kondisi

yang dihindari oleh setiap orang Setiap orang selalu berusaha memperoleh perasaan

yang menyenangkan tentang dirinya Biasanya tuntutan perasaan positif ini

menimbulkan over-estimasi terhadap evaluasi mengenai nilai-nilai baik seseorang

13

kemampuannya dalam mengatasi situasi atau kejadian atau terlalu optimis Memiliki

penilaian yang akurat tentang diri memang penting tetapi sepertinya tidak lebih penting

daripada perasaan positif seseorang tentang dirinya (Hogg amp Vaughan 2002)

Gambaran diri yang positif dan self-esteem yang berhubungan dengannya merupakan

tujuan penting untuk kebanyakan orang setiap waktu Hal ini menunjukkan temuan

Rosenberg mengenai komponen afektif pada self-esteem Harga diri yang tinggi baik

yang realistis maupun yang tidak merupakan suatu hal yang menyenangkan dan

karenanya banyak ahli menganggapnya sebagai tujuan manusia yang utama (Rosenberg

dalam Deaux Dane Wrightsman 1993) Kita cenderung menduga bahwa unsur self-

esteem yang tinggi akan menghasilkan perilaku positif yang menandakan individu yang

sehat secara psikologis Tetapi banyak studi yang menemukan bahwa tidak selamanya

selfesteem yang tinggi menghasilkan individu yang percaya diri dan tidak menampilkan

sikap permusuhan Baumeister (dalam Hogg amp Vaughan 2002) menemukan perilaku

kekerasan yang dapat dikaitkan dengan harga diri yang tinggi dimana ketika individu

yang memiliki gambaran diri yang menyenangkan merasa terancam individu tersebut

cenderung akan menampilkan sikap agresif

Kernis (dalam Hogg amp Vaughan 2002) juga menemukan individu yang arogan angkuh

dan terlalu asertif diantara orang-orang dengan harga diri yang tinggi

Rhodewalt (dalam Hogg amp Vaughan 2002) menemukan individu yang pada dasarnya

memiliki harga diri tinggi yang mudah hilang dikenal dengan individu narsistik Harga

diri yang rendah tidak selamanya juga memiliki konsekuensi negatif

Baumeister (dalam Kernis 1995) menemukan individu yang self-esteemnya rendah

menampilkan karakter tidak pasti namun netral daripada karakter negatif

Swann Pelham amp Krull (dalam Kernis 1995) menemukan individu dengan selfesteem

rendah memiliki strategi pertahanan diri tertentu yang cenderung berorientasi pada

peningkatan diri Untuk dapat menjelaskan fenomena yang beragam terkait dengan

14

harga diri yang tinggi dan rendah seperti yang telah dibahas diatas Deci amp Ryan (dalam

Kernis 1995) mengajukan dua jenis harga diri yaitu contingent self-esteem dan true self-

esteem Contingent self-esteem mengacu pada perasaan tentang diri seseorang yang

dihasilkan oleh ndash dan bergantung pada ndash pencapaian harapan seseorang Misalnya

seseorang merasa dirinya adalah orang yang baik dan berharga jika ia berhasil

menyelesaikan suatu tugas Jika ia terus dapatn menyelesaikan tugas berikutnya yang

serupa maka ia akan terus memiliki harga diri yang tinggi Artinya harga diri ini bersifat

labil dan hanya berpusat pada kepentingan pribadi True self-esteem bersifat lebih stabil

didasari oleh perasaan yang kuat tentang diri pribadi Individu dengan true self-esteem

yang tinggi juga memiliki tujuan dan aspirasi dan akan merasa senang bila tujuannya

tercapai atau sedih bila tidak tercapai Tetapi perasaan mereka sebagai manusia yang

berharga tidak berfluktuasi bergantung pada pencapaian sehingga mereka tidak merasa

superior ketika berhasil ataupun tertekan ketika gagal

Berdasarkan penulisan Baumeister (dalam Hogg amp Vaughan 2002) secara umum

individu dengan karakteristik self-esteem yang tinggi memiliki ciri-ciri

1 Gigih dan ulet dalam menghadapi masa depan

2 Stabil secara emosi dan afektif

3 Kurang fleksibel dan kurang lunak

4 Tidak mudah dibujuk dan dipengaruhi

5 Bereaksi positif pada kehidupan yang menyenangkan dan sukses

6 Memiliki konsep diri yang stabil teliti dan konsisten

7 Berorientasi motivasi pada peningkatan diri

Sedangkan individu dengan self-esteem rendah memiliki ciri-ciri

1 Mudah terluka pada tekanan yang ditemui sehari-hari

2 Mudah berubah dalam afeksi dan suasana hati

3 Fleksibel dan lunak

4 Mudah dibujuk dan dipengaruhi

5 Menginginkan kesuksesan dan persetujuan tetapi ragu-ragu akan memperolehnya

6 Bereaksi negatif terhadap kehidupan yang menyenangkan dan sukses

15

7 Memiliki konsep diri yang sederhana dan tidak stabil

8 Orientasi motivasi pada perlindungan diri

Terdapat beberapa tipe self-esteem yang telah dibahas para ahli diantaranya global self-

esteem yaitu persepsi individu mengenai keberhargaan dirinya secara keseluruhan

Kemudian dikenal juga role-based self-esteem yaitu harga diri dikaitkan dengan

peranan atau posisi seseorang Ada juga task-based self-esteem yaitu harga diri yang

dikaitkan dengan keberhasilan seseorang dalam menyelesaikan tugas Self-esteem sangat

berhubungan dengan identitas sosial seseorang (Hogg amp Vaughan 2002)

Identitas sosial adalah bagian dari konsep diri yang berasal dari keanggotaan individu

dalam kelompok sosial Ketika individu mengevaluasi dirinya ia dipengaruhi oleh

prestise dan status dalam suatu kelompok masyarakat yang dipersepsikannya juga

melekat pada dirinya jika ia menganggap dirinya bagian dari atau berorientasi kepada

kelompok masyarakat tertentu Penilaian ini juga akan dibandingkan dengan kelompok

diluar kelompok masyarakat yang dipersepsikannya sebagai kelompoknya Organisasi

adalah suatu kelompok masyarakat yang tentunya dapat memberikan pengaruh bagi

seseorang dalam menilai dirinya Menjadi bagian dari suatu organisasi maka individu

harus tunduk pada aturan kebiasaan norma serta menyesuaikan diri dengan budaya dan

iklim organisasi Organisasi memiliki tujuan dan cita-cita yang menjiwai setiap aspek

kehidupan organisasi sehingga secara otomatis mempengaruhi setiap individu yang ada

di dalamnya Dari pemahaman ini muncullah kajian tentang harga diri dalam konteks

organisasi Nilai yang dimiliki oleh seorang individu atas dirinya sebagai anggota

organisasi yang bertindak dalam konteks organisasi disebut harga diri berbasis

organisasi atau Organization-based Self-esteem yang disingkat dengan OBSE (Kreitner

amp Kinicki 2000) Dalam konteks organisasi pengaruh self-esteem yang cukup

signifikan telah terlihat melalui berbagai penemuan Misalnya individu yang memiliki

self-esteem yang tinggi cenderung lebih sukses dalam upaya menemukan pekerjaan

sedangkan individu dengan self-esteem yang rendah bila dipekerjakan akan lebih

tertarik pada organisasi yang besar dimana posisi mereka tidak terlalu diperhatikan

Pekerja dengan self-esteem yang tinggi cenderung secara aktif berusaha menemukan

16

materi yang dibutuhkan untuk mengatasi masalah pekerjaan dan menggunakan

kemampuan serta keahlian mereka secara penuh sehingga hasil kerjanya lebih maksimal

Cukup menarik untuk diperhatikan bahwa individu dengan self-esteem rendah

kelihatannya sadar dengan kemungkinan mereka memberikan hasil yang buruk Mereka

cenderung menilai dirinya secara negatif (khususnya ketika penilaian terhadap performa

mereka ambigu) dan pada dasarnya bertanggungjawab terhadap hasil buruk tersebut

(Greenberg 2005)

IIB2 Aspek-aspek Organization-based Self-esteem

Dalam konteks organisasi penilaian seseorang terhadap dirinya terkait dengan

bagaimana kondisi organisasi secara struktural kerumitan pekerjaan yang dihadapinya

serta adanya penghargaan dari pihak managerial OBSE cenderung meningkat ketika

individu mempersepsikan bahwa atasan mereka memiliki suatu kepedulian pada mereka

Nilainya juga lebih tinggi pada organisasi dengan struktur yang organik (fleksibel)

daripada yang kaku (Birokratis) Pekerjaan yang rumit dan menantang juga mendorong

OBSE yang lebih tinggi daripada pekerjaan yang sederhana berulang-ulang serta

membosankan Dan faktor-faktor ini juga berhubungan dengan motivasi untuk tugas

yang lebih besar (Kreitner amp Kinicki 2000)

Tan Kim Sek (2003) menemukan bahwa metode sosialisasi yang efektif dapat

meningkatkan kompetensi pekerja dalam menyelesaikan tugasnya terkait dengan

peranannya dalam organisasi yang akan meningkatkan OBSE-nya Dalam konteks

penulisan ini taktik sosialisasi yang digunakan adalah perencanaan pengembangan

karier interaksi yang positif dengan rekan kerja dan interaksi positif dengan pendatang

baru di organisasi Gardner Dyne amp Pierce (2004) menemukan bahwa tingkatan gaji

turut mempengaruhi rasa berharga seorang individu sebagai anggota organisasi

sehingga mereka menyarankan organisasi mempertimbangkan sistem penggajian

berbasis kompetensi Namun mereka juga mengindikasikan bahwa sistem penggajian

berbasis kompetensi tetap memiliki resiko dimana individu dengan tingkat gaji yang

lebih rendah dapat menganggap dirinya kurang berkompeten sehingga berpeluang

menjatuhkan self-esteemnya

17

Dalam studi replikasinya Tang amp Gilbert (1992) menemukan bahwa OBSE

berhubungan dengan global self-esteem need for achievement organizational

citizenship komitmen organisasi motivasi untuk meningkatkan potensi dan pendidikan

Status subyek dalam organisasi tidak berhubungan dengan OBSE Intinya penemuan

mereka menampilkan hubungan antara OBSE dengan banyak variabel yang bernilai

intrinsik tentang perasaan subyektif pekerja dalam

organisasi

Kreitner amp Kinicki (2000) menyebutkan ciri-ciri individu dengan nilai OBSE yang tinggi

cenderung memandang diri mereka sendiri sebagai seorang yang penting berharga

berpengaruh dan berarti dalam konteks organisasi yang mempekerjakannya Untuk itu

mereka menyarankan agar organisasi melakukan upaya untuk membangun self-esteem

karyawan yaitu dengan

1 Mendukung dan menunjukkan kepedulian pada persoalan kepentingan status

dan kontribusi individu

2 Menawarkan pekerjaan yang memiliki variasi otonomi dan tantangan yang sesuai

dengan nilai-nilai keahlian dan kemampuan individu

3 Berjuang untuk membangun ikatan antara karyawan dan manajemen didasari

kepercayaan

4 Menunjukkan keyakinan terhadap kemampuan pengendalian pribadi dan

memberi penghargaan pada keberhasilan

Greenberg (2005) juga memiliki empat point penting yang disarankannya untuk

meningkatkan self-esteem individu dalam organisasi yaitu

1 Buatlah orang merasa berharga ciptakan kesempatan bagi individu untuk merasa

diterima dengan mencari cara untuk memanfaatkan pengalaman dan keahlian

unik mereka

2 Buatlah orang merasa kompeten kenali hal-hal baik yang dilakukan individu dan

pujilah mereka sesuai dengan hal itu

18

3 Buatlah orang merasa aman harga diri karyawan akan lebih meningkat ketika

harapan para manager tersampaikan dengan jelas dan terangterangan pada

mereka

4 Buatlah orang merasa mendapatkan wewenang individu diberikan kesempatan

untuk memutuskan bagaimana mereka akan menyelesaikan pekerjaan yang

menurut mereka baik bagi mereka dan pekerjaannya

Dari berbagai penulisan dan pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa OBSE

memiliki beberapa aspek (Kreitner amp Kinicki 2000 Greenberg 2005) yaitu

1 merasa diterima dalam organisasi

2 merasa aman dalam organisasi

3 merasa berkompeten dalam organisasi

4 merasa berpengaruh dalam organisasi

5 merasa penting bagi organisasi

6 rasa berharga bagi organisasi

7 merasa berkembang dalam organisasi

Aspek-aspek inilah yang akan menjadi indikator OBSE dalam penulisan ini

IICEtos Kerja dalam Islam

Menurut Ahmad (200116) Islam adalah agama yang menghargai kerja keras Kenyataan

ini dapat terlihat dari serangkaian firman Allah dalam Al- Quran yang sangat

menekankan arti penting diantaranya

Dan katakanlah Bekerjalah kamu maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang

mukmin akan melihat pekerjaanmu itu dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah)

Yang mengetahui akan yang gaib dan yang nyata lalu diberitakan-Nya kepada kamu

apa yang telah kamu kerjakan (QS At-Taubah 9 105)

19

ldquo Katakanlah Hai kaumku berbuatlah sepenuh kemampuanmu sesungguhnya akupun

berbuat (pula) Kelak kamu akan mengetahui siapakah (diantara kita) yang akan

memperoleh hasil yang baik dari dunia ini Sesungguhnya orang yang dzalim itu tidak

akan mendapat keberuntunganrdquo QS Al Anrsquoam (6) 135

IIC1Konsep Kerja dalam Islam

Kemuliaan seorang manusia itu bergantung kepada apa yang dilakukannya Dengan itu

sesuatu amalan atau pekerjaan yang mendekatkan seseorang kepada Allah adalah sangat

penting serta patut untuk diberi perhatian Amalan atau pekerjaan yang demikian selain

memperoleh keberkahan serta kesenangan dunia juga ada yang lebih penting yaitu

merupakan jalan atau tiket dalam menentukan tahap kehidupan seseorang di akhirat

kelak apakah masuk golongan ahli syurga atau sebaliknya Istilah lsquokerjarsquo dalam Islam

bukanlah semata-mata merujuk kepada mencari rezeki untuk menghidupi diri dan

keluarga dengan menghabiskan waktu siang maupun malam dari pagi hingga sore terus

menerus tak kenal lelah tetapi kerja mencakup segala bentuk amalan atau pekerjaan

yang mempunyai unsur kebaikan dan keberkahan bagi diri keluarga dan masyarakat

sekelilingnya serta negara Dengan kata lain orang yang berkerja adalah mereka yang

menyumbangkan jiwa dan tenaganya untuk kebaikan diri keluarga masyarakat dan

negara tanpa menyusahkan orang lain Oleh karena itu kategori ahli Syurga seperti yang

digambarkan dalam Al-Qurrsquoan bukanlah orang yang mempunyai pekerjaanjabatan yang

tinggi dalam suatu perusahaaninstansi sebagai manajer direktur teknisi dalam suatu

bengkel dan sebagainya Tetapi sebaliknya Al-Quran menggariskan golongan yang baik

lagi beruntung (al-falah) itu adalah orang yang banyak taqwa kepada Allah khusyu

sholatnya baik tutur katanya memelihara pandangan dan kemaluannya serta

menunaikan tanggung jawab sosialnya seperti mengeluarkan zakat dan lainnya (QS Al

Mursquominun 1 ndash 11)

Golongan ini mungkin terdiri dari pegawai supir tukang sapu ataupun seorang yang

tidak mempunyai pekerjaan tetap Sifat-sifat di ataslah sebenarnya yang menjamin

20

kebaikan dan kedudukan seseorang di dunia dan di akhirat kelak Jika membaca hadits-

hadits Rasulullah SAW tentang ciri-ciri manusia yang baik di sisi Allah maka tidak

heran bahwa diantara mereka itu ada golongan yang memberi minum anjing kelaparan

mereka yang memelihara mata telinga dan lidah dari perkara yang tidak berguna tanpa

melakukan amalan sunnah yang banyak dan seumpamanyaDalam satu hadits yang

diriwayatkan oleh Umar ra berbunyi rsquoBahwa setiap amal itu bergantung pada niat

dan setiap individu itu dihitung berdasarkan apa yang diniatkannya helliprsquo

Dalam riwayat lain Rasulullah SAW bersabda lsquo Binasalah orang-orang Islam kecuali

mereka yang berilmu Maka binasalah golongan berilmu kecuali mereka yang beramal

dengan ilmu mereka Dan binasalah golongan yang beramal dengan ilmu mereka

kecuali mereka yang ikhlas Sesungguhnya golongan yang ikhlas ini juga masih dalam

keadaan bahaya yang amat besar helliprsquo Kedua hadist diatas sudah cukup menjelaskan

betapa niat yang disertai dengan keikhlasan itulah inti sebenarnya dalam kehidupan

dan pekerjaan manusia Alangkah baiknya kalau umat Islam hari ini dapat bergerak dan

bekerja dengan tekun dan mempunyai tujuan yang satu yaitu lsquomardatillahrsquo (keridhaan

Allah) itulah yang dicari dalam semua urusan Dari situlah akan lahir nilai keberkahan

yang sebenarnya dalam kehidupan yang penuh dengan curahan rahmat dan nikmat yang

banyak dari Allah Inilah golongan yang diistilahkan sebagai golongan yang tenang

dalam ibadah ridha dengan kehidupan yang ditempuh serta optimis dengan janji-janji

Allah

IIC2Meneladani Etos Kerja Rasulullah SAW

Rasulullah SAW menjadikan kerja sebagai aktualisasi keimanan dan ketakwaan Rasul

bekerja bukan untuk menumpuk kekayaan duniawi Beliau bekerja untuk meraih

keridaan Allah SWT

Suatu hari Rasulullah SAW berjumpa dengan Saad bin Muadz Al-Anshari Ketika itu

Rasul melihat tangan Saad melepuh kulitnya gosong kehitam-hitaman seperti

terpanggang matahari Kenapa tanganmu tanya Rasul kepada Saad Wahai

21

Rasulullah jawab Saad Tanganku seperti ini karena aku mengolah tanah dengan

cangkul itu untuk mencari nafkah keluarga yang menjadi tanggunganku Seketika itu

beliau mengambil tangan Saad dan menciumnya seraya berkata Inilah tangan yang

tidak akan pernah disentuh api neraka

Dalam kisah lain disebutkan bahwa ada seseorang yang berjalan melalui tempat

Rasulullah SAW Orang tersebut sedang bekerja dengan sangat giat dan tangkas Para

sahabat kemudian bertanya Wahai Rasulullah andaikata bekerja semacam orang itu

dapat digolongkan jihad fi sabilillah maka alangkah baiknya Mendengar itu Rasul pun

menjawab Kalau ia bekerja untuk menghidupi anak-anaknya yang masih kecil itu

adalah fi sabilillah kalau ia bekerja untuk menghidupi kedua orangtuanya yang sudah

lanjut usia itu adalah fi sabilillah kalau ia bekerja untuk kepentingan dirinya sendiri

agar tidak meminta-minta itu juga fi sabilillah (HR Ath- Thabrani)

Bekerja adalah manifestasi amal saleh Bila kerja itu amal saleh maka kerja adalah

ibadah Dan bila kerja itu ibadah maka kehidupan manusia tidak bisa dilepaskan dari

kerja Bukankah Allah SWT menciptakan manusia untuk beribadah kepada-Nya

Tidak berlebihan bila keberadaan seorang manusia ditentukan oleh aktivitas kerjanya

Allah SWT berfirman

Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib manusia sebelum mereka mengubah

apa yang ada pada dirinya (QS Ar-Rad [13] 11) Dalam ayat lain diungkapkan pula

ldquodan bahwasannya seorang manusia tidak akan memperoleh selain apa yang telah

diusahakannyardquo (QS Al- Najm [53] 39)

Kisah di awal menggambarkan betapa besarnya penghargaan Rasulullah SAW terhadap

kerja Kerja apapun itu selama tidak menyimpang dari aturan yang ditetapkan agama

Demikian besarnya penghargaan beliau sampaisampai dalam kisah pertama manusia

teragung ini rela mencium tangan Saad bin Muadz Al-Anshari yang melepuh lagi

gosong Rasulullah SAW dalam dua kisah tersebut memberikan motivasi pada umatnya

bahwa bekerja adalah perbuatan mulia dan termasuk bagian dari jihad Rasulullah SAW

adalah sosok yang selalu berbuat sebelum beliau memerintahkan para sahabat untuk

melakukannya Hal ini sesuai dengan tugas beliau sebagai ushwatun hasanah teladan

yang baik bagi seluruh manusia Maka saat kita berbicara tentang etos kerja islami maka

22

beliaulah orang yang paling pantas menjadi rujukan Dan berbicara tentang etos kerja

Rasulullah SAW sama artinya dengan berbicara bagaimana beliau menjalankan peran-

peran dalam hidupnya Ada lima peran penting yang diemban Rasulullah SAW yaitu

Pertama sebagai rasul Peran ini beliau jalani selama 23 tahun Dalam kurun waktu

tersebut beliau harus berdakwah menyebarkan Islam menerima menghapal

menyampaikan dan menjelaskan tak kurang dari 6666 ayat Alquran menjadi guru

(pembimbing) bagi para sahabat dan menjadi hakim yang memutuskan berbagai pelik

permasalahan umat-dari mulai pembunuhan sampai perceraian

Kedua sebagai kepala negara dan pemimpin sebuah masyarakat heterogen Tatkala

memegang posisi ini Rasulullah SAW harus menerima kunjungan diplomatik negara-

negara sahabat Rasul pun harus menata dan menciptakan sistem hukum yang mampu

menyatukan kaum Muslimin Nasrani dan Yahudi mengatur perekonomian dan

setumpuk masalah lainnya

Ketiga sebagai panglima perang Selama hidup tak kurang dari 28 kali Rasul

memimpin pertempuran melawan kafir Quraisy Sebagai panglima perang beliau harus

mengorganisasi lebih dari 53 pasukan kaveleri bersenjata Harus memikirkan strategi

perang persedian logistik keamanan transportasi kesehatan dan lainnya

Keempat sebagai kepala rumahtangga Dalam posisi ini Rasul harus mendidik

membahagiakan dan memenuhi tanggung jawab-lahir batin-terhadap para istri beliau

tujuh anak dan beberapa orang cucu Beliau dikenal sebagai sosok yang sangat

perhatian terhadap keluarganya Di tengah kesibukannya Rasul pun masih sempat

bercanda dan menjahit sendiri bajunya

Kelima sebagai seorang pebisnis Sejak usia 12 tahun pamannya Abu Thalib sudah

mengajaknya melakukan perjalanan bisnis ke Syam negeri yang saat ini meliputi Syria

Jordan dan Lebanon Dari usia 17 hingga sekitar 20 tahun adalah masa tersulit dalam

perjalanan bisnis Rasul karena beliau harus mandiri dan bersaing dengan pemain pemain

23

senior dalam perdagangan regional Usia 20 hingga 25 tahun merupakan titik keemasan

entrepreneurship Rasulullah SAW terbukti dengan terpikatnya konglomerat Mekah

Khadijah binti Khuwailid yang kemudian melamarnya menjadi suami Afzalurrahman

dalam bukunya Muhammad Sebagai Seorang Pedagang (2000 5-12) mencatat bahwa

Rasul pun sering terlibat dalam perjalanan bisnis ke berbagai negeri seperti Yaman

Oman dan Bahrain Dan beliau mulai mengurangi kegiatan bisnisnya ketika mencapai

usia 37 tahun

Adalah kenyataan bila Rasulullah SAW mampu menjalankan kelima perannya tersebut

dengan sempurna bahkan menjadi yang terbaik Tak heran bila para ilmuwan baik itu

yang Muslim maupun non-Muslim menempatkan beliau sebagai orang yang paling

berpengaruh paling pemberani paling bijaksana paling bermoral dan sejumlah paling

lainnya

IIC3Rahasia kesuksesan karier dan pekerjaan Rasulullah SAW

Pertama Rasul selalu bekerja dengan cara terbaik profesional dan tidak asal-asalan

Beliau bersabda Sesungguhnya Allah menginginkan jika salah seorang darimu bekerja

maka hendaklah meningkatkan kualitasnya

Kedua dalam bekerja Rasul melakukannya dengan manajemen yang baik perencanaan

yang jelas pentahapan aksi dan adanya penetapan skala prioritas

Ketiga Rasul tidak pernah menyia-nyiakan kesempatan sekecil apapun Barangsiapa

yang dibukakan pintu kebaikan hendaknya dia mampu memanfaatkannya karena ia

tidak tahu kapan ditutupkan kepadanya demikian beliau bersabda

Keempat dalam bekerja Rasul selalu memperhitungkan masa depan Beliau adalah

sosok yang visioner sehingga segala aktivitasnya benar-benar terarah dan terfokus

Kelima Rasul tidak pernah menangguhkan pekerjaan Beliau bekerja secara tuntas dan

berkualitas

Keenam Rasul bekerja secara berjamaah dengan mempersiapkan (membentuk) tim

yang solid yang percaya pada cita-cita bersama

24

Ketujuh Rasul adalah pribadi yang sangat menghargai waktu Tidak berlalu sedetik pun

waktu kecuali menjadi nilai tambah bagi diri dan umatnya Dan yang terakhir

Rasulullah SAW menjadikan kerja sebagai aktualisasi keimanan dan ketakwaan Rasul

bekerja bukan untuk menumpuk kekayaan duniawi Beliau bekerja untuk meraih

keridhaan Allah SWT Inilah kunci terpenting Semoga Allah SWT memberikan

kemampuan kepada kita untuk meneladani etos kerja Rasulullah SAW

25

BAB III

PEMBAHASAN

IIIA HUBUNGAN ANTARA ORGANIZATION-BASED SELF-ESTEEM

(OBSE) DAN ETOS KERJA

Untuk dapat meningkatkan Etos Kerja diperlukan adanya suatu sikap yang menilai

tinggi pada kerja keras dan sungguh-sungguh Karena itu perlu ditemukan suatu

dorongan yang tepat untuk memotivasi dan merubah sikap (Anoraga 1992) Seperti

yang sudah dipaparkan Anoraga sebelumnya bahwa motivasi merupakan kunci untuk

membangun Etos Kerja yang baik Motivasi kerja adalah sesuatu yang menimbulkan

semangat atau dorongan kerja kuat lemahnya motivasi kerja seseorang ikut menentukan

besar kecilnya prestasi seorang pekerja

Tujuan organisasi yang ditanamkan dalam visi misi filosofi dan mottoorganisasi

merupakan suatu nilai ideal yang harus dicapai individu Dengan proses yang tepat

organisasi berusaha menanamkan nilai-nilai ini pada para anggotanya

Nilai ideal yang dipersepsikan oleh anggota akan mempengaruhi penilaiannya terhadap

dirinya sehingga membentuk OBSE-nya Nilai-nilai ini ditanamkan oleh organisasi

dengan tujuan utama yaitu kinerja dan kualitas kerja yang meningkat

Kinerja dan kualitas kerja yang baik dapat dicapai dengan Etos Kerja yang baik maka

organisasi secara tidak langsung berusaha untuk meningkatkan Etos Kerja anggotanya

OBSE mempengaruhi beberapa aspek antara lain global self-esteemharga diri secara

keseluruhan kepuasan secara keseluruhan perilaku warga negara yang baik komitmen

dan kepuasan organisasi prestasi kerja dan terakhir adalah motivasi intrinsik (Kreitner

amp Kinicki 2000) Menurut Alderfer (dalam Siagian 1995) dengan teori motivasi ERG-

nya salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi adalah faktor R (Relatedness) yaitu

kebutuhan akan pemenuhan rasa puas dalam berhubungan dengan keluarga teman

atasan bawahan dan rekan sekerja dimana hal ini melibatkan unsur cinta dan self-

esteem Dengan meningkatnya self-esteem pekerja yang didasarkan pada keberadaannya

sebagai bagian dari organisasi maka motivasinya secara intrinsic dalam bekerja

meningkat Herzberg (dalam Anoraga 1992) yang melakukan studi mengenai motivasi

26

kerja menyatakan faktor intrinsik dalam bekerja yang meliputi pencapaian sukses

pengakuan kemungkinan untuk meningkat dalam jabatan (karier) tanggung jawab

kemungkinan berkembang dan pekerjaan itu sendiri Dapat dilihat bahwa faktor-faktor

intrinsik ini merupakan aspek-aspek yang akan tergambar pada OBSE Faktor pengakuan

dapat dilihat pada persepsi tentang seberapa berharga dan pentingnya individu dalam

organisasi apakah ia merasa diterima sebagai anggota organisasi dan merasa aman

sebagai bagian dari organisasi

Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat dilihat bagaimana OBSE mempengaruhi

motivasi intrinsik seseorang untuk bekerja Ketika OBSE meningkat motivasi intrinsik

seseorang dalam bekerja turut meningkat maka seharusnya Etos Kerjanya akan

meningkat juga Artinya kebutuhan organisasi untuk mencapai hasil dan kinerja

organisasi yang lebih baik dapat dicapai salah satunya melalui upaya meningkatkan

OBSE pekerjanya

Penelitian lain yang telah dilakukan mengenai OBSE yaitu penelitian Lanford Roe

Carson amp Carson (1997) pada teknisi unit gawat darurat Mereka menemukan

peningkatan OBSE berpeluang meningkatkan komitmen terhadap karier menurunkan

kecenderungan menarik diri dari tugas dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya

kualitas perlakuan Hal ini merupakan beberapa indikasi perilaku yang mencerminkan

Etos Kerja seperti yang dikatakan Sinamo (2005) yaitu bekerja dengan integritas

bekerja dengan penuh tanggung jawab bekerja dengan sempurna Secara umum dapat

dikatakan bahwa bila seseorang merasa berharga dalam organisasi dikarenakan berbagai

faktor ia akan cenderung memiliki motivasi yang lebih baik untuk mencapai tujuan

yang ditetapkan organisasi tersebut sehingga Etos Kerjanya akan lebih baik daripada

individu dengan OBSE-nya rendah

IIIA PENGARUH ETOS KERJA ISLAMI TERHADAP KINERJA SESEORANG

etos kerja islami yang didasarkan pada Al-Qurrsquoan dan Hadits agar produktivitas kerja

karyawan dapat menunjang perkembangan ekonomi ummat serta pengaruh kinerja yang

ditunjukkan oleh karyawan itu sendiri Setidaknya etos kerja itu bersumber dan

27

berkaitan langsung dengan nilai-nilai kejiwaan seseorang dan menunjukkan pula

pandangan hidup yang mendarah daging untuk dapat mengembangkan dirinya sehingga

etos kerja kerja menunjukkan pula sikap dan harapan seseorang Dan dengan sikap

seperti ini seseorang yang memiliki etos akan berusaha untuk memenuhi harapannya

tersebut Sebab Etos kerja juga mempunyai makna nilai moral dan pemberdayaan diri

yaitu suatu pandangan batin yang bersifat mendarah daging Seseorang akan merasakan

bahwa hanya dengan menghasilkan pekerjaan yang terbaik bahkan sempurna nilai-nilai

Islam yang diyakininya dapat diwujudkan

Dengan pengembangan kualitas yang ada dalam diri pribadi setiap manusia semua yang

dilaksanakan dapat terwujud sesuai nilai moral yang dimilikinya Karenanya etos kerja

bukanlah sekedar kepribadian atau sikap melainkan lebih mendalam lagi karena

didalamnya terdapat martabat harga diri dan jati diri dari seorang tersebut

Berkaitan dengan ini Ahmad (200117) menegaskan bahwa Islam tidak hanya

memerintahkan manusia hanya untuk sholat saja namun manusia juga diperintahkan

untuk mencari rezeki di bumi 1048755Apabila telah ditunaikan sholat maka bertebaranlah

kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah1048755Dan Allah adalah sebaik-baik Pemberi

Rezeki1048755 (QS Al Jumursquoah 10-11) Petikan-petikan ayat di atas sangatlah jelas

memperlihatkan pandangan Islam terhadap nilai kerja itu sendiri

Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Tasmara (200226) etos kerja islami menekankan

pada kerja sama dalam bekerja dan konsep konsultasi yang terlihat sebagai jalan untuk

mengatasi rintangan atau masalah dan menghindari kesalahan Hubungan sosial dalam

bekerja merupakan pendorong yang bertujuan untuk mempertemukan kebutuhan

seseorang dan membuat keseimbangan antara kebutuhan individu dan kehidupan sosial

Dan hal ini juga diperkuat dengan firman Allah SWT dalam surat Al

Jumursquoah 1048755Maka apabila telah ditunaikan sholat maka bertebaranlah kamu di muka

bumi dan carilah karunia Allah serta banyaklah ingat kepada Allah agar kamu

beruntung1048755 (QS Al Jumursquoah 10) Jadi dalam ayat tersebut tersirat pesan yaitu

hendaknya kita beribadah sebagaimana diwajibkan namun kita juga harus bekerja

mencari rezeki dari kemurahan Allah Bersama dengan itu kita senantiasa ingat kepada-

Nya Yakni memenuhi semua ketentuan etis dan akhlaq dalam bekerja yaitu dengan

28

menyadari pengawasan dan perhitungan Allah terhadap setiap bentuk kerja kita Semua

perilaku manusia didasari prinsip rahman dan rahim dengan kesadaran penuh sebagai

rahmatan lil 1048755alamin integritas yang sangat tinggi karena merasa dirinya dilihat oleh

Allah bukan karena atasan atau sekedar upah belaka dan jabatan hanya dilihat sebagai

amanah Allah (Agustian 200152) Sikap ini akan mendorong suatu kreativitas tanpa

henti untuk menciptakan mutu pelayanan dan produk yang lebih berkualitas yang

dipandang dalam etos kerja islami

29

BAB IV

KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari tulisan ini sebagai berikut

1 Sesuai dengan landasan teori yang telah dibahas sebelumnya dapat dikatakan

bahwa ketika Organisation-Based Self-Esteem (OBSE) seseorang meningkat

maka motivasinya untuk mencapai kinerja yang lebih baik di dalam organisasi

tersebut akan meningkat secara intrinsik (kreitner amp Kinicki 2000) sehingga

cara pandangnya terhadap nilai bekerja yang dikenal dengan konsep Etos Kerja

turut meningkat (Anoraga 1992)

2 Ketika nilai Organisation-Based Self-Esteem (OBSE) seorang individu rendah

belum tentu nilai Etos Kerjanya harus rendah pula karena selain faktor OBSE

masih terdapat faktor-faktor lain yang turut mempengaruhi Etos Kerja seseorang

seperti yang telah dijelaskan pada bab dua seperti agama pendidikan sosial

budaya struktur ekonomi dan sebagainya Kualitas beragama unsur sosial

budaya dan kondisi ekonomi misalnya dapat mempengaruhi cara pandang

seseorang terhadap nilai bekerja

3 etos kerja islami didasarkan pada Al-Qurrsquoan dan Hadits agar produktivitas kerja

karyawan dapat menunjang perkembangan ekonomi ummat serta pengaruh

kinerja yang ditunjukkan oleh karyawan itu sendiri Sehingga dapat terbentuk

etoskerja yang mempunyai makna nilai moral dan pemberdayaan diri

30

DAFTAR PUSTAKA

1

2

3

31

Page 4: Paper Etos Kerja 2

BAB II

LANDASAN TEORI

IIA ETOS KERJA

IIA1 Pengertian Etos Kerja

Secara etimologis istilah etos berasal dari bahasa Yunani yang berarti rsquotempat hiduprsquo

Mula-mula tempat hidup dimaknai sebagai adat istiadat atau kebiasaan Sejalan dengan

waktu kata etos berevolusi dan berubah makna menjadi semakin kompleks Dari kata

yang sama muncul pula istilah Ethikos yang berarti rsquoteori kehidupanrsquo yang kemudian

menjadi rsquoetikarsquo Dalam bahasa Inggris Etos dapat diterjemahkan menjadi beberapa

pengertian antara lain lsquostarting point to appear disposition hingga disimpulkan

sebagai character Dalam bahasa Indonesia kita dapat menterjemahkannya sebagai

rsquosifat dasarrsquo rsquopemunculanrsquo atau rsquodisposisiwatakrsquo Aristoteles menggambarkan etos

sebagai salah satu dari tiga mode persuasi selain logos dan pathos dan mengartikannya

sebagai rsquokompetensi moralrsquo Tetapi Aristoteles berusaha memperluas makna istilah ini

hingga rsquokeahlianrsquo dan rsquopengetahuanrsquo tercakup didalamnya Ia menyatakan bahwa etos

hanya dapat dicapai hanya dengan apa yang dikatakan seorang pembicara tidak dengan

apa yang dipikirkan orang tentang sifatnya sebelum ia mulai berbicara Disini terlihat

bahwa etos dikenali berdasarkan sifat-sifat yang dapat terdeteksi oleh indera Webster

Dictionary mendefinisikan etos sebagai guiding beliefs of a person group or

institution etos adalah keyakinan yang menuntun seseorang kelompok atau suatu

institusi A S Hornby (1995) dalam The New Oxford Advances Learnerrsquos Dictionary

mendefinisikan etos sebagai the characteristic spirit moral values ideas or beliefs of a

group community or culture karakteristik rohani nilai-nilai moral ide atau keyakinan

suatu kelompok komunitas atau budaya Sedangkan dalam The American Heritage

4

Dictionary of English Language etos diartikan dalam dua pemaknaan 1the disposition

character or attitude peculiar to a specific people culture or a group that distinguishes

it from other peoples or group fundamental values or spirit mores disposisi karakter

atau sikap khusus orang budaya atau kelompok yang membedakannya dari orang atau

kelompok lain nilai atau jiwa yang mendasari adat-istiadat Makna berikutnya yaitu

2The governing or central principles in a movement work of art mode of expression

or the like Prinsip utama atau pengendali dalam suatu pergerakan pekerjaan seni

bentuk ekspresi atau sejenisnya Dari sini dapat kita peroleh pengertian bahwa etos

merupakan seperangkat pemahaman dan keyakinan terhadap nilai-nilai yang secara

mendasar mempengaruhi kehidupan menjadi prinsip-prinsip pergerakan dan cara

berekspresi yang khas pada sekelompok orang dengan budaya serta keyakinan yang

sama

Menurut Anoraga (1992) Etos Kerja merupakan suatu pandangan dan sikap suatu bangsa

atau umat terhadap kerja Bila individu-individu dalam komunitas memandang kerja

sebagai suatu hal yang luhur bagi eksistensi manusia maka Etos Kerjanya akan

cenderung tinggi Sebaliknya sikap dan pandangan terhadap kerja sebagai sesuatu yang

bernilai rendah bagi kehidupan maka Etos Kerja dengan sendirinya akan rendah

Dalam situs resmi kementerian KUKM Etos Kerja diartikan sebagai sikap mental yang

mencerminkan kebenaran dan kesungguhan serta rasa tanggung jawab untuk

meningkatkan produktivitas (wwwdepkopgoid) Pada Websters Online Dictionary

Work Ethic diartikan sebagai Earnestness or fervor in working morale with regard to

the tasks at hand kesungguhan atau semangat dalam bekerja suatu pandangan moral

pada pekerjaan yang dilakoni Dari rumusan ini kita dapat melihat bagaimana Etos Kerja

dipandang dari sisi praktisnya yaitu sikap yang mengarah pada penghargaan terhadap

kerja dan upaya peningkatan produktivitas

Dalam rumusan Jansen Sinamo (2005) Etos Kerja adalah seperangkat perilaku positif

yang berakar pada keyakinan fundamental yang disertai komitmen total pada paradigma

5

kerja yang integral Menurutnya jika seseorang suatu organisasi atau suatu komunitas

menganut paradigma kerja mempercayai dan berkomitmen pada paradigma kerja

tersebut semua itu akan melahirkan sikap dan perilaku kerja mereka yang khas Itulah

yang akan menjadi Etos Kerja dan budaya Sinamo (2005) memandang bahwa Etos

Kerja merupakan fondasi dari sukses yang sejati dan otentik Pandangan ini dipengaruhi

oleh kajiannya terhadap studi-studi sosiologi sejak zaman Max Weber di awal abad ke-

20 dan penulisanpenulisan manajemen dua puluh tahun belakangan ini yang semuanya

bermuara pada satu kesimpulan utama bahwa keberhasilan di berbagai wilayah

kehidupan ditentukan oleh perilaku manusia terutama perilaku kerja Sebagian orang

menyebut perilaku kerja ini sebagai motivasi kebiasaan (habit) dan budaya kerja

Sinamo (2005) lebih memilih menggunakan istilah etos karena menemukan bahwa kata

etos mengandung pengertian tidak saja sebagai perilaku khas dari sebuah organisasi atau

komunitas tetapi juga mencakup motivasi yang menggerakkan mereka karakteristik

utama spirit dasar pikiran dasar kode etik kode moral kode perilaku sikap-sikap

aspirasi-aspirasi keyakinan-keyakinan prinsip-prinsip dan standar-standar

Melalui berbagai pengertian diatas baik secara etimologis maupun praktis dapat

disimpulkan bahwa Etos Kerja merupakan seperangkat sikap atau pandangan mendasar

yang dipegang sekelompok manusia untuk menilai bekerja sebagai suatu hal yang positif

bagi peningkatan kualitas kehidupan sehingga mempengaruhi perilaku kerjanya

IIA2 Aspek-Aspek Etos Kerja

Menurut Sinamo (2005) setiap manusia memiliki spiritroh keberhasilan yaitu motivasi

murni untuk meraih dan menikmati keberhasilan Roh inilah yang menjelma menjadi

perilaku yang khas seperti kerja keras disiplin teliti tekun integritas rasional

bertanggung jawab dan sebagainya melalui keyakinan komitmen dan penghayatan atas

paradigma kerja tertentu Dengan ini maka orang berproses menjadi manusia kerja yang

positif kreatif dan produktif Dari ratusan teori sukses yang beredar di masyarakat

sekarang ini Sinamo (2005) menyederhanakannya menjadi empat pilar teori utama

6

Keempat pilar inilah yang sesungguhnya bertanggung jawab menopang semua jenis dan

sistem keberhasilan yang berkelanjutan (sustainable success system) pada semua

tingkatan Keempat elemen itu lalu dia konstruksikan dalam sebuah konsep besar yang

disebutnya sebagai Catur Dharma Mahardika (bahasa Sanskerta) yang berarti Empat

Darma Keberhasilan Utama yaitu

1 Mencetak prestasi dengan motivasi superior

2 Membangun masa depan dengan kepemimpinan visioner

3 Menciptakan nilai baru dengan inovasi kreatif

4 Meningkatkan mutu dengan keunggulan insani

Keempat darma ini kemudian dirumuskan pada delapan aspek Etos Kerja sebagai

berikut

1 Kerja adalah rahmat karena kerja merupakan pemberian dari Yang Maha Kuasa

maka individu harus dapat bekerja dengan tulus dan penuh syukur

2 Kerja adalah amanah kerja merupakan titipan berharga yang dipercayakan pada

kita sehingga secara moral kita harus bekerja dengan benar dan penuh tanggung

jawab

3 Kerja adalah panggilan kerja merupakan suatu dharma yang sesuai dengan

panggilan jiwa kita sehingga kita mampu bekerja dengan penuh integritas

4 Kerja adalah aktualisasi pekerjaan adalah sarana bagi kita untuk mencapai

hakikat manusia yang tertinggi sehingga kita akan bekerja keras dengan penuh

semangat

5 Kerja adalah ibadah bekerja merupakan bentuk bakti dan ketaqwaan kepada

Sang Khalik sehingga melalui pekerjaan individu mengarahkan dirinya pada

tujuan agung Sang Pencipta dalam pengabdian

6 Kerja adalah seni kerja dapat mendatangkan kesenangan dan kegairahan kerja

sehingga lahirlah daya cipta kreasi baru dan gagasan inovatif

7

7 Kerja adalah kehormatan pekerjaan dapat membangkitkan harga diri sehingga

harus dilakukan dengan tekun dan penuh keunggulan

8 Kerja adalah Pelayanan manusia bekerja bukan hanya untuk memenuhi

kebutuhannya sendiri saja tetapi untuk melayani sehingga harus bekerja dengan

sempurna dan penuh kerendahan hati

Anoraga (1992) juga memaparkan secara eksplisit beberapa sikap yang seharusnya

mendasar bagi seseorang dalam memberi nilai pada kerja yang disimpulkan sebagai

berikut

1 Bekerja adalah hakikat kehidupan manusia

2 Pekerjaan adalah suatu berkat Tuhan

3 Pekerjaan merupakan sumber penghasilan yang halal dan tidak amoral

4 Pekerjaan merupakan suatu kesempatan untuk mengembangkan diri dan berbakti

5 Pekerjaan merupakan sarana pelayanan dan perwujudan kasih

Dalam penulisannya Akhmad Kusnan (2004) menyimpulkan pemahaman bahwa Etos

Kerja menggambarkan suatu sikap maka ia menggunakan lima indikator untuk

mengukur Etos Kerja Menurutnya Etos Kerja mencerminkan suatu sikap yang memiliki

dua alternatif positif dan negatif Suatu individu atau kelompok masyarakat dapat

dikatakan memiliki Etos Kerja yang tinggi apabila menunjukkan tanda-tanda sebagai

berikut

1 Mempunyai penilaian yang sangat positif terhadap hasil kerja manusia

2 Menempatkan pandangan tentang kerja sebagai suatu hal yang amat luhur bagi

eksistensi manusia

3 Kerja yang dirasakan sebagai aktivitas yang bermakna bagi kehidupan manusia

4 Kerja dihayati sebagai suatu proses yang membutuhkan ketekunan dan sekaligus

sarana yang penting dalam mewujudkan cita-cita

5 Kerja dilakukan sebagai bentuk ibadah Bagi individu atau kelompok masyarakat

yang memiliki Etos Kerja yang rendah maka akan ditunjukkan ciri-ciri yang

sebaliknya (Kusnan 2004) yaitu

8

1) Kerja dirasakan sebagai suatu hal yang membebani diri

2) Kurang dan bahkan tidak menghargai hasil kerja manusia

3) Kerja dipandang sebagai suatu penghambat dalam memperoleh

kesenangan

4) Kerja dilakukan sebagai bentuk keterpaksaan

5) Kerja dihayati hanya sebagai bentuk rutinitas hidup

Dari berbagai aspek yang ditampilkan ketiga tokoh diatas dapat dilihat bahwa aspek-

aspek yang diusulkan oleh dua tokoh berikutnya telah termuat dalam beberapa aspek

Etos Kerja yang dikemukakan oleh Sinamo sehingga penulisan ini mendasari

pemahamannya pada delapan aspek Etos Kerja yang dikemukakan oleh Sinamo sebagai

indikator terhadap Etos Kerja

IIA3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Etos Kerja

Etos Kerja dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu

a Agama

Dasar pengkajian kembali makna Etos Kerja di Eropa diawali oleh buah pikiran Max

Weber Salah satu unsur dasar dari kebudayaan modern yaitu rasionalitas (rationality)

menurut Weber (1958) lahir dari etika Protestan Pada dasarnya agama merupakan suatu

sistem nilai Sistem nilai ini tentunya akan mempengaruhi atau menentukan pola hidup

para penganutnya Cara berpikir bersikap dan bertindak seseorang pastilah diwarnai

oleh ajaran agama yang dianutnya jika ia sungguh-sungguh dalam kehidupan beragama

Dengan demikian kalau ajaran agama itu mengandung nilai-nilai yang dapat memacu

pembangunan jelaslah bahwa agama akan turut menentukan jalannya pembangunan

atau modernisasi Weber (1958) memperlihatkan bahwa doktrin predestinasi dalam

protestanisme mampu melahirkan etos berpikir rasional berdisiplin tinggi bekerja tekun

sistematik berorientasi sukses (material) tidak mengumbar kesenangan namun hemat

dan bersahaja (asketik) serta menabung dan berinvestasi yang akhirnya menjadi titik

9

tolak berkembangnya kapitalisme di dunia modern Sejak Weber menelurkan karya tulis

The Protestant Ethic and the Spirit of Capitalism (1958) berbagai studi tentang Etos

Kerja berbasis agama sudah banyak dilakukan dengan hasil yang secara umum

mengkonfirmasikan adanya korelasi positif antara sebuah sistem kepercayaan tertentu

dan kemajuan ekonomi kemakmuran dan modernitas (Sinamo 2005) Menurut

Rosmiani (1996) Etos Kerja terkait dengan sikap mental tekad disiplin dan semangat

kerja Sikap ini dibentuk oleh sistem orientasi nilai-nilai budaya yang sebagian

bersumber dari agama atau sistem kepercayaanpaham teologi tradisional Ia

menemukan Etos Kerja yang rendah secara tidak langsung dipengaruhi oleh rendahnya

kualitas keagamaan dan orientasi nilai budaya yang konservatif turut menambah

kokohnya tingkat Etos Kerja yang rendah itu

b Budaya

Selain temuan Rosmiani (1996) diatas Usman Pelly (dalam Rahimah 1995)

mengatakan bahwa sikap mental tekad disiplin dan semangat kerja masyarakat juga

disebut sebagai etos budaya dan secara operasional etos budaya ini juga disebut sebagai

Etos Kerja Kualitas Etos Kerja ini ditentukan oleh sistem orientasi nilai budaya

masyarakat yang bersangkutan Masyarakat yang memiliki sistem nilai budaya maju

akan memiliki Etos Kerja yang tinggi dan sebaliknya masyarakat yang memiliki sistem

nilai budaya yang konservatif akan memiliki Etos Kerja yang rendah bahkan bisa sama

sekali tidak memiliki Etos Kerja Pernyataaan ini juga didukung oleh studi yang

dilakukan Suryawati Dharmika Namiartha Putri dan weda (1997) yang menyimpulkan

bahwa semangat kerjaEtos Kerja sangat ditentukan oleh nilainilai budaya yang ada dan

tumbuh pada masyarakat yang bersangkutan Etos Kerja juga sangat berpegang teguh

pada moral etik dan bahkan Tuhan Etos Kerja berdasarkan nilai-nilai budaya dan agama

ini menurut mereka diperoleh secara lisan dan merupakan suatu tradisi yang disebarkan

secara turuntemurun

c Sosial Politik

10

Soewarso Rahardjo Subagyo dan Utomo (1995) menemukan bahwa tinggi rendahnya

Etos Kerja suatu masyarakat dipengaruhi oleh ada atau tidaknya struktur politik yang

mendorong masyarakat untuk bekerja keras dan dapat menikmati hasil kerja keras

mereka dengan penuh KH Abdurrahman Wahid (2002) mengatakan bahwa Etos Kerja

harus dimulai dengan kesadaran akan pentingnya arti tanggung jawab kepada masa

depan bangsa dan negara Dorongan untuk mengatasi kemiskinan kebodohan dan

keterbelakangan hanya mungkin timbul jika masyarakat secara keseluruhan memiliki

orientasi kehidupan yang teracu ke masa depan yang lebih baik Orientasi ke depan itu

harus diikuti oleh penghargaan yang cukup kepada kompetisi dan pencapaian

(achievement) Orientasi ini akan melahirkan orientasi lain yaitu semangat

profesionalisme yang menjadi tulang-punggung masyarakat modern

d Kondisi LingkunganGeografis

Suryawati Dharmika Namiartha Putri dan weda (1997) juga menemukan adanya

indikasi bahwa Etos Kerja dapat muncul dikarenakan faktor kondisi geografis

Lingkungan alam yang mendukung mempengaruhi manusia yang berada di dalamnya

melakukan usaha untuk dapat mengelola dan mengambil manfaat dan bahkan dapat

mengundang pendatang untuk turut mencari penghidupan di lingkungan tersebut

e Pendidikan

Etos Kerja tidak dapat dipisahkan dengan kualitas sumber daya manusia Peningkatan

sumber daya manusia akan membuat seseorang mempunyai Etos Kerja keras

Meningkatnya kualitas penduduk dapat tercapai apabila ada pendidikan yang merata dan

bermutu disertai dengan peningkatan dan perluasan pendidikan keahlian dan

keterampilan sehingga semakin meningkat pula aktivitas dan produktivitas masyarakat

sebagai pelaku ekonomi (Rahimah Fauziah Suri dan Nasution 1995)

f Struktur Ekonomi

11

Pada penulisan Soewarso Rahardjo Subagyo dan Utomo (1995) disimpulkan juga

bahwa tinggi rendahnya Etos Kerja suatu masyarakat dipengaruhi oleh ada atau tidaknya

struktur ekonomi yang mampu memberikan insentif bagi anggota masyarakat untuk

bekerja keras dan menikmati hasil kerja keras mereka dengan penuh

g Motivasi Intrinsik individu

Anoraga (1992) mengatakan bahwa Individu yang akan memiliki Etos Kerja yang tinggi

adalah individu yang bermotivasi tinggi Etos Kerja merupakan suatu pandangan dan

sikap yang tentunya didasari oleh nilai-nilai yang diyakini seseorang Keyakinan inilah

yang menjadi suatu motivasi kerja Maka Etos Kerja juga dipengaruhi oleh motivasi

seseorang

Menurut Herzberg (dalam Siagian 1995) motivasi yang sesungguhnya bukan

bersumber dari luar diri tetapi yang tertanamterinternalisasi dalam diri sendiri yang

sering disebut dengan motivasi intrinsik Ia membagi factor pendorong manusia untuk

melakukan kerja ke dalam dua faktor yaitu factor hygiene dan faktor motivator Faktor

hygiene ini merupakan faktor dalam kerja yang hanya akan berpengaruh bila ia tidak

ada yang akan menyebabkan ketidakpuasan Ketidakhadiran faktor ini dapat mencegah

timbulnya motivasi tetapi ia tidak menyebabkan munculnya motivasi faktor ini disebut

juga factor ekstrinsik yang termasuk diantaranya yaitu gaji status keamanan kerja

kondisi kerja kebijaksanaan organisasi hubungan dengan rekan kerja dan supervisi

Ketika sebuah organisasi menargetkan kinerja yang lebih tinggi tentunya organisasi

tersebut perlu memastikan terlebih dahulu bahwa factor hygiene tidak menjadi

penghalang dalam upaya menghadirkan motivasi intrinsik

Faktor yang kedua adalah faktor motivator sesungguhnya yang mana ketiadaannya

bukan berarti ketidakpuasan tetapi kehadirannya menimbulkan rasa puas sebagai

manusia Faktor ini disebut juga faktor intrinsik dalam pekerjaan yang meliputi

pencapaian suksesachievement pengakuanrecognition kemungkinan untuk meningkat

dalam jabatan (Karier)advancement tanggung jawabresponsibility kemungkinan

berkembanggrowth possibilities dan pekerjaan itu sendirithe work itself (Herzberg

12

dalam Anoraga 1992) Hal-hal ini sangat diperlukan dalam meningkatkan performa kerja

dan menggerakkan pekerja hingga mencapai performa yang tertinggi

IIB ORGANIZATION-BASED SELF-ESTEEM

IIB1 Pengertian Organization-Based Self-esteem

Secara sederhana self-esteem diartikan sebagai proses evaluasi diri seseorang baik dalam

cara yang positif maupun negatif (Greenberg 2005)

Hogg amp Vaughan (2002) mendefinisikan self-esteem sebagai evaluasi dan perasaan

tentang diri pribadi

Kreitner amp Kinicki (2000) mendefinisikan istilah self-esteem sebagai suatu keyakinan

nilai diri sendiri yang didasarkan pada evaluasi diri secara keseluruhan

Rosenberg (dalam Kernis 1995) dan para ahli lainnya telah membandingkan self-esteem

dengan sikap dan menemukan bahwa self-esteem memiliki komponen afektif dan

kognitif Komponen kognitif mengacu pada keyakinan individu tentang keberhargaan

dirinya

Tory Higgins (dalam Deaux Dane Wrightsman 1993) mengajukan dua tipe diri

potensial yang menempati konsep diri kita yaitu Ideal-Self dan Ought- Self Ideal-self

mengacu kepada konsep diri yang ingin dicapai individu sedangkan ought-self adalah

konsep diri yang sebenarnya hadir Ketika kesenjangan antara ideal-self dan ought-self

ini terlalu besar maka akan timbullah perasaan yang tidak menyenangkan suatu kondisi

yang dihindari oleh setiap orang Setiap orang selalu berusaha memperoleh perasaan

yang menyenangkan tentang dirinya Biasanya tuntutan perasaan positif ini

menimbulkan over-estimasi terhadap evaluasi mengenai nilai-nilai baik seseorang

13

kemampuannya dalam mengatasi situasi atau kejadian atau terlalu optimis Memiliki

penilaian yang akurat tentang diri memang penting tetapi sepertinya tidak lebih penting

daripada perasaan positif seseorang tentang dirinya (Hogg amp Vaughan 2002)

Gambaran diri yang positif dan self-esteem yang berhubungan dengannya merupakan

tujuan penting untuk kebanyakan orang setiap waktu Hal ini menunjukkan temuan

Rosenberg mengenai komponen afektif pada self-esteem Harga diri yang tinggi baik

yang realistis maupun yang tidak merupakan suatu hal yang menyenangkan dan

karenanya banyak ahli menganggapnya sebagai tujuan manusia yang utama (Rosenberg

dalam Deaux Dane Wrightsman 1993) Kita cenderung menduga bahwa unsur self-

esteem yang tinggi akan menghasilkan perilaku positif yang menandakan individu yang

sehat secara psikologis Tetapi banyak studi yang menemukan bahwa tidak selamanya

selfesteem yang tinggi menghasilkan individu yang percaya diri dan tidak menampilkan

sikap permusuhan Baumeister (dalam Hogg amp Vaughan 2002) menemukan perilaku

kekerasan yang dapat dikaitkan dengan harga diri yang tinggi dimana ketika individu

yang memiliki gambaran diri yang menyenangkan merasa terancam individu tersebut

cenderung akan menampilkan sikap agresif

Kernis (dalam Hogg amp Vaughan 2002) juga menemukan individu yang arogan angkuh

dan terlalu asertif diantara orang-orang dengan harga diri yang tinggi

Rhodewalt (dalam Hogg amp Vaughan 2002) menemukan individu yang pada dasarnya

memiliki harga diri tinggi yang mudah hilang dikenal dengan individu narsistik Harga

diri yang rendah tidak selamanya juga memiliki konsekuensi negatif

Baumeister (dalam Kernis 1995) menemukan individu yang self-esteemnya rendah

menampilkan karakter tidak pasti namun netral daripada karakter negatif

Swann Pelham amp Krull (dalam Kernis 1995) menemukan individu dengan selfesteem

rendah memiliki strategi pertahanan diri tertentu yang cenderung berorientasi pada

peningkatan diri Untuk dapat menjelaskan fenomena yang beragam terkait dengan

14

harga diri yang tinggi dan rendah seperti yang telah dibahas diatas Deci amp Ryan (dalam

Kernis 1995) mengajukan dua jenis harga diri yaitu contingent self-esteem dan true self-

esteem Contingent self-esteem mengacu pada perasaan tentang diri seseorang yang

dihasilkan oleh ndash dan bergantung pada ndash pencapaian harapan seseorang Misalnya

seseorang merasa dirinya adalah orang yang baik dan berharga jika ia berhasil

menyelesaikan suatu tugas Jika ia terus dapatn menyelesaikan tugas berikutnya yang

serupa maka ia akan terus memiliki harga diri yang tinggi Artinya harga diri ini bersifat

labil dan hanya berpusat pada kepentingan pribadi True self-esteem bersifat lebih stabil

didasari oleh perasaan yang kuat tentang diri pribadi Individu dengan true self-esteem

yang tinggi juga memiliki tujuan dan aspirasi dan akan merasa senang bila tujuannya

tercapai atau sedih bila tidak tercapai Tetapi perasaan mereka sebagai manusia yang

berharga tidak berfluktuasi bergantung pada pencapaian sehingga mereka tidak merasa

superior ketika berhasil ataupun tertekan ketika gagal

Berdasarkan penulisan Baumeister (dalam Hogg amp Vaughan 2002) secara umum

individu dengan karakteristik self-esteem yang tinggi memiliki ciri-ciri

1 Gigih dan ulet dalam menghadapi masa depan

2 Stabil secara emosi dan afektif

3 Kurang fleksibel dan kurang lunak

4 Tidak mudah dibujuk dan dipengaruhi

5 Bereaksi positif pada kehidupan yang menyenangkan dan sukses

6 Memiliki konsep diri yang stabil teliti dan konsisten

7 Berorientasi motivasi pada peningkatan diri

Sedangkan individu dengan self-esteem rendah memiliki ciri-ciri

1 Mudah terluka pada tekanan yang ditemui sehari-hari

2 Mudah berubah dalam afeksi dan suasana hati

3 Fleksibel dan lunak

4 Mudah dibujuk dan dipengaruhi

5 Menginginkan kesuksesan dan persetujuan tetapi ragu-ragu akan memperolehnya

6 Bereaksi negatif terhadap kehidupan yang menyenangkan dan sukses

15

7 Memiliki konsep diri yang sederhana dan tidak stabil

8 Orientasi motivasi pada perlindungan diri

Terdapat beberapa tipe self-esteem yang telah dibahas para ahli diantaranya global self-

esteem yaitu persepsi individu mengenai keberhargaan dirinya secara keseluruhan

Kemudian dikenal juga role-based self-esteem yaitu harga diri dikaitkan dengan

peranan atau posisi seseorang Ada juga task-based self-esteem yaitu harga diri yang

dikaitkan dengan keberhasilan seseorang dalam menyelesaikan tugas Self-esteem sangat

berhubungan dengan identitas sosial seseorang (Hogg amp Vaughan 2002)

Identitas sosial adalah bagian dari konsep diri yang berasal dari keanggotaan individu

dalam kelompok sosial Ketika individu mengevaluasi dirinya ia dipengaruhi oleh

prestise dan status dalam suatu kelompok masyarakat yang dipersepsikannya juga

melekat pada dirinya jika ia menganggap dirinya bagian dari atau berorientasi kepada

kelompok masyarakat tertentu Penilaian ini juga akan dibandingkan dengan kelompok

diluar kelompok masyarakat yang dipersepsikannya sebagai kelompoknya Organisasi

adalah suatu kelompok masyarakat yang tentunya dapat memberikan pengaruh bagi

seseorang dalam menilai dirinya Menjadi bagian dari suatu organisasi maka individu

harus tunduk pada aturan kebiasaan norma serta menyesuaikan diri dengan budaya dan

iklim organisasi Organisasi memiliki tujuan dan cita-cita yang menjiwai setiap aspek

kehidupan organisasi sehingga secara otomatis mempengaruhi setiap individu yang ada

di dalamnya Dari pemahaman ini muncullah kajian tentang harga diri dalam konteks

organisasi Nilai yang dimiliki oleh seorang individu atas dirinya sebagai anggota

organisasi yang bertindak dalam konteks organisasi disebut harga diri berbasis

organisasi atau Organization-based Self-esteem yang disingkat dengan OBSE (Kreitner

amp Kinicki 2000) Dalam konteks organisasi pengaruh self-esteem yang cukup

signifikan telah terlihat melalui berbagai penemuan Misalnya individu yang memiliki

self-esteem yang tinggi cenderung lebih sukses dalam upaya menemukan pekerjaan

sedangkan individu dengan self-esteem yang rendah bila dipekerjakan akan lebih

tertarik pada organisasi yang besar dimana posisi mereka tidak terlalu diperhatikan

Pekerja dengan self-esteem yang tinggi cenderung secara aktif berusaha menemukan

16

materi yang dibutuhkan untuk mengatasi masalah pekerjaan dan menggunakan

kemampuan serta keahlian mereka secara penuh sehingga hasil kerjanya lebih maksimal

Cukup menarik untuk diperhatikan bahwa individu dengan self-esteem rendah

kelihatannya sadar dengan kemungkinan mereka memberikan hasil yang buruk Mereka

cenderung menilai dirinya secara negatif (khususnya ketika penilaian terhadap performa

mereka ambigu) dan pada dasarnya bertanggungjawab terhadap hasil buruk tersebut

(Greenberg 2005)

IIB2 Aspek-aspek Organization-based Self-esteem

Dalam konteks organisasi penilaian seseorang terhadap dirinya terkait dengan

bagaimana kondisi organisasi secara struktural kerumitan pekerjaan yang dihadapinya

serta adanya penghargaan dari pihak managerial OBSE cenderung meningkat ketika

individu mempersepsikan bahwa atasan mereka memiliki suatu kepedulian pada mereka

Nilainya juga lebih tinggi pada organisasi dengan struktur yang organik (fleksibel)

daripada yang kaku (Birokratis) Pekerjaan yang rumit dan menantang juga mendorong

OBSE yang lebih tinggi daripada pekerjaan yang sederhana berulang-ulang serta

membosankan Dan faktor-faktor ini juga berhubungan dengan motivasi untuk tugas

yang lebih besar (Kreitner amp Kinicki 2000)

Tan Kim Sek (2003) menemukan bahwa metode sosialisasi yang efektif dapat

meningkatkan kompetensi pekerja dalam menyelesaikan tugasnya terkait dengan

peranannya dalam organisasi yang akan meningkatkan OBSE-nya Dalam konteks

penulisan ini taktik sosialisasi yang digunakan adalah perencanaan pengembangan

karier interaksi yang positif dengan rekan kerja dan interaksi positif dengan pendatang

baru di organisasi Gardner Dyne amp Pierce (2004) menemukan bahwa tingkatan gaji

turut mempengaruhi rasa berharga seorang individu sebagai anggota organisasi

sehingga mereka menyarankan organisasi mempertimbangkan sistem penggajian

berbasis kompetensi Namun mereka juga mengindikasikan bahwa sistem penggajian

berbasis kompetensi tetap memiliki resiko dimana individu dengan tingkat gaji yang

lebih rendah dapat menganggap dirinya kurang berkompeten sehingga berpeluang

menjatuhkan self-esteemnya

17

Dalam studi replikasinya Tang amp Gilbert (1992) menemukan bahwa OBSE

berhubungan dengan global self-esteem need for achievement organizational

citizenship komitmen organisasi motivasi untuk meningkatkan potensi dan pendidikan

Status subyek dalam organisasi tidak berhubungan dengan OBSE Intinya penemuan

mereka menampilkan hubungan antara OBSE dengan banyak variabel yang bernilai

intrinsik tentang perasaan subyektif pekerja dalam

organisasi

Kreitner amp Kinicki (2000) menyebutkan ciri-ciri individu dengan nilai OBSE yang tinggi

cenderung memandang diri mereka sendiri sebagai seorang yang penting berharga

berpengaruh dan berarti dalam konteks organisasi yang mempekerjakannya Untuk itu

mereka menyarankan agar organisasi melakukan upaya untuk membangun self-esteem

karyawan yaitu dengan

1 Mendukung dan menunjukkan kepedulian pada persoalan kepentingan status

dan kontribusi individu

2 Menawarkan pekerjaan yang memiliki variasi otonomi dan tantangan yang sesuai

dengan nilai-nilai keahlian dan kemampuan individu

3 Berjuang untuk membangun ikatan antara karyawan dan manajemen didasari

kepercayaan

4 Menunjukkan keyakinan terhadap kemampuan pengendalian pribadi dan

memberi penghargaan pada keberhasilan

Greenberg (2005) juga memiliki empat point penting yang disarankannya untuk

meningkatkan self-esteem individu dalam organisasi yaitu

1 Buatlah orang merasa berharga ciptakan kesempatan bagi individu untuk merasa

diterima dengan mencari cara untuk memanfaatkan pengalaman dan keahlian

unik mereka

2 Buatlah orang merasa kompeten kenali hal-hal baik yang dilakukan individu dan

pujilah mereka sesuai dengan hal itu

18

3 Buatlah orang merasa aman harga diri karyawan akan lebih meningkat ketika

harapan para manager tersampaikan dengan jelas dan terangterangan pada

mereka

4 Buatlah orang merasa mendapatkan wewenang individu diberikan kesempatan

untuk memutuskan bagaimana mereka akan menyelesaikan pekerjaan yang

menurut mereka baik bagi mereka dan pekerjaannya

Dari berbagai penulisan dan pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa OBSE

memiliki beberapa aspek (Kreitner amp Kinicki 2000 Greenberg 2005) yaitu

1 merasa diterima dalam organisasi

2 merasa aman dalam organisasi

3 merasa berkompeten dalam organisasi

4 merasa berpengaruh dalam organisasi

5 merasa penting bagi organisasi

6 rasa berharga bagi organisasi

7 merasa berkembang dalam organisasi

Aspek-aspek inilah yang akan menjadi indikator OBSE dalam penulisan ini

IICEtos Kerja dalam Islam

Menurut Ahmad (200116) Islam adalah agama yang menghargai kerja keras Kenyataan

ini dapat terlihat dari serangkaian firman Allah dalam Al- Quran yang sangat

menekankan arti penting diantaranya

Dan katakanlah Bekerjalah kamu maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang

mukmin akan melihat pekerjaanmu itu dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah)

Yang mengetahui akan yang gaib dan yang nyata lalu diberitakan-Nya kepada kamu

apa yang telah kamu kerjakan (QS At-Taubah 9 105)

19

ldquo Katakanlah Hai kaumku berbuatlah sepenuh kemampuanmu sesungguhnya akupun

berbuat (pula) Kelak kamu akan mengetahui siapakah (diantara kita) yang akan

memperoleh hasil yang baik dari dunia ini Sesungguhnya orang yang dzalim itu tidak

akan mendapat keberuntunganrdquo QS Al Anrsquoam (6) 135

IIC1Konsep Kerja dalam Islam

Kemuliaan seorang manusia itu bergantung kepada apa yang dilakukannya Dengan itu

sesuatu amalan atau pekerjaan yang mendekatkan seseorang kepada Allah adalah sangat

penting serta patut untuk diberi perhatian Amalan atau pekerjaan yang demikian selain

memperoleh keberkahan serta kesenangan dunia juga ada yang lebih penting yaitu

merupakan jalan atau tiket dalam menentukan tahap kehidupan seseorang di akhirat

kelak apakah masuk golongan ahli syurga atau sebaliknya Istilah lsquokerjarsquo dalam Islam

bukanlah semata-mata merujuk kepada mencari rezeki untuk menghidupi diri dan

keluarga dengan menghabiskan waktu siang maupun malam dari pagi hingga sore terus

menerus tak kenal lelah tetapi kerja mencakup segala bentuk amalan atau pekerjaan

yang mempunyai unsur kebaikan dan keberkahan bagi diri keluarga dan masyarakat

sekelilingnya serta negara Dengan kata lain orang yang berkerja adalah mereka yang

menyumbangkan jiwa dan tenaganya untuk kebaikan diri keluarga masyarakat dan

negara tanpa menyusahkan orang lain Oleh karena itu kategori ahli Syurga seperti yang

digambarkan dalam Al-Qurrsquoan bukanlah orang yang mempunyai pekerjaanjabatan yang

tinggi dalam suatu perusahaaninstansi sebagai manajer direktur teknisi dalam suatu

bengkel dan sebagainya Tetapi sebaliknya Al-Quran menggariskan golongan yang baik

lagi beruntung (al-falah) itu adalah orang yang banyak taqwa kepada Allah khusyu

sholatnya baik tutur katanya memelihara pandangan dan kemaluannya serta

menunaikan tanggung jawab sosialnya seperti mengeluarkan zakat dan lainnya (QS Al

Mursquominun 1 ndash 11)

Golongan ini mungkin terdiri dari pegawai supir tukang sapu ataupun seorang yang

tidak mempunyai pekerjaan tetap Sifat-sifat di ataslah sebenarnya yang menjamin

20

kebaikan dan kedudukan seseorang di dunia dan di akhirat kelak Jika membaca hadits-

hadits Rasulullah SAW tentang ciri-ciri manusia yang baik di sisi Allah maka tidak

heran bahwa diantara mereka itu ada golongan yang memberi minum anjing kelaparan

mereka yang memelihara mata telinga dan lidah dari perkara yang tidak berguna tanpa

melakukan amalan sunnah yang banyak dan seumpamanyaDalam satu hadits yang

diriwayatkan oleh Umar ra berbunyi rsquoBahwa setiap amal itu bergantung pada niat

dan setiap individu itu dihitung berdasarkan apa yang diniatkannya helliprsquo

Dalam riwayat lain Rasulullah SAW bersabda lsquo Binasalah orang-orang Islam kecuali

mereka yang berilmu Maka binasalah golongan berilmu kecuali mereka yang beramal

dengan ilmu mereka Dan binasalah golongan yang beramal dengan ilmu mereka

kecuali mereka yang ikhlas Sesungguhnya golongan yang ikhlas ini juga masih dalam

keadaan bahaya yang amat besar helliprsquo Kedua hadist diatas sudah cukup menjelaskan

betapa niat yang disertai dengan keikhlasan itulah inti sebenarnya dalam kehidupan

dan pekerjaan manusia Alangkah baiknya kalau umat Islam hari ini dapat bergerak dan

bekerja dengan tekun dan mempunyai tujuan yang satu yaitu lsquomardatillahrsquo (keridhaan

Allah) itulah yang dicari dalam semua urusan Dari situlah akan lahir nilai keberkahan

yang sebenarnya dalam kehidupan yang penuh dengan curahan rahmat dan nikmat yang

banyak dari Allah Inilah golongan yang diistilahkan sebagai golongan yang tenang

dalam ibadah ridha dengan kehidupan yang ditempuh serta optimis dengan janji-janji

Allah

IIC2Meneladani Etos Kerja Rasulullah SAW

Rasulullah SAW menjadikan kerja sebagai aktualisasi keimanan dan ketakwaan Rasul

bekerja bukan untuk menumpuk kekayaan duniawi Beliau bekerja untuk meraih

keridaan Allah SWT

Suatu hari Rasulullah SAW berjumpa dengan Saad bin Muadz Al-Anshari Ketika itu

Rasul melihat tangan Saad melepuh kulitnya gosong kehitam-hitaman seperti

terpanggang matahari Kenapa tanganmu tanya Rasul kepada Saad Wahai

21

Rasulullah jawab Saad Tanganku seperti ini karena aku mengolah tanah dengan

cangkul itu untuk mencari nafkah keluarga yang menjadi tanggunganku Seketika itu

beliau mengambil tangan Saad dan menciumnya seraya berkata Inilah tangan yang

tidak akan pernah disentuh api neraka

Dalam kisah lain disebutkan bahwa ada seseorang yang berjalan melalui tempat

Rasulullah SAW Orang tersebut sedang bekerja dengan sangat giat dan tangkas Para

sahabat kemudian bertanya Wahai Rasulullah andaikata bekerja semacam orang itu

dapat digolongkan jihad fi sabilillah maka alangkah baiknya Mendengar itu Rasul pun

menjawab Kalau ia bekerja untuk menghidupi anak-anaknya yang masih kecil itu

adalah fi sabilillah kalau ia bekerja untuk menghidupi kedua orangtuanya yang sudah

lanjut usia itu adalah fi sabilillah kalau ia bekerja untuk kepentingan dirinya sendiri

agar tidak meminta-minta itu juga fi sabilillah (HR Ath- Thabrani)

Bekerja adalah manifestasi amal saleh Bila kerja itu amal saleh maka kerja adalah

ibadah Dan bila kerja itu ibadah maka kehidupan manusia tidak bisa dilepaskan dari

kerja Bukankah Allah SWT menciptakan manusia untuk beribadah kepada-Nya

Tidak berlebihan bila keberadaan seorang manusia ditentukan oleh aktivitas kerjanya

Allah SWT berfirman

Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib manusia sebelum mereka mengubah

apa yang ada pada dirinya (QS Ar-Rad [13] 11) Dalam ayat lain diungkapkan pula

ldquodan bahwasannya seorang manusia tidak akan memperoleh selain apa yang telah

diusahakannyardquo (QS Al- Najm [53] 39)

Kisah di awal menggambarkan betapa besarnya penghargaan Rasulullah SAW terhadap

kerja Kerja apapun itu selama tidak menyimpang dari aturan yang ditetapkan agama

Demikian besarnya penghargaan beliau sampaisampai dalam kisah pertama manusia

teragung ini rela mencium tangan Saad bin Muadz Al-Anshari yang melepuh lagi

gosong Rasulullah SAW dalam dua kisah tersebut memberikan motivasi pada umatnya

bahwa bekerja adalah perbuatan mulia dan termasuk bagian dari jihad Rasulullah SAW

adalah sosok yang selalu berbuat sebelum beliau memerintahkan para sahabat untuk

melakukannya Hal ini sesuai dengan tugas beliau sebagai ushwatun hasanah teladan

yang baik bagi seluruh manusia Maka saat kita berbicara tentang etos kerja islami maka

22

beliaulah orang yang paling pantas menjadi rujukan Dan berbicara tentang etos kerja

Rasulullah SAW sama artinya dengan berbicara bagaimana beliau menjalankan peran-

peran dalam hidupnya Ada lima peran penting yang diemban Rasulullah SAW yaitu

Pertama sebagai rasul Peran ini beliau jalani selama 23 tahun Dalam kurun waktu

tersebut beliau harus berdakwah menyebarkan Islam menerima menghapal

menyampaikan dan menjelaskan tak kurang dari 6666 ayat Alquran menjadi guru

(pembimbing) bagi para sahabat dan menjadi hakim yang memutuskan berbagai pelik

permasalahan umat-dari mulai pembunuhan sampai perceraian

Kedua sebagai kepala negara dan pemimpin sebuah masyarakat heterogen Tatkala

memegang posisi ini Rasulullah SAW harus menerima kunjungan diplomatik negara-

negara sahabat Rasul pun harus menata dan menciptakan sistem hukum yang mampu

menyatukan kaum Muslimin Nasrani dan Yahudi mengatur perekonomian dan

setumpuk masalah lainnya

Ketiga sebagai panglima perang Selama hidup tak kurang dari 28 kali Rasul

memimpin pertempuran melawan kafir Quraisy Sebagai panglima perang beliau harus

mengorganisasi lebih dari 53 pasukan kaveleri bersenjata Harus memikirkan strategi

perang persedian logistik keamanan transportasi kesehatan dan lainnya

Keempat sebagai kepala rumahtangga Dalam posisi ini Rasul harus mendidik

membahagiakan dan memenuhi tanggung jawab-lahir batin-terhadap para istri beliau

tujuh anak dan beberapa orang cucu Beliau dikenal sebagai sosok yang sangat

perhatian terhadap keluarganya Di tengah kesibukannya Rasul pun masih sempat

bercanda dan menjahit sendiri bajunya

Kelima sebagai seorang pebisnis Sejak usia 12 tahun pamannya Abu Thalib sudah

mengajaknya melakukan perjalanan bisnis ke Syam negeri yang saat ini meliputi Syria

Jordan dan Lebanon Dari usia 17 hingga sekitar 20 tahun adalah masa tersulit dalam

perjalanan bisnis Rasul karena beliau harus mandiri dan bersaing dengan pemain pemain

23

senior dalam perdagangan regional Usia 20 hingga 25 tahun merupakan titik keemasan

entrepreneurship Rasulullah SAW terbukti dengan terpikatnya konglomerat Mekah

Khadijah binti Khuwailid yang kemudian melamarnya menjadi suami Afzalurrahman

dalam bukunya Muhammad Sebagai Seorang Pedagang (2000 5-12) mencatat bahwa

Rasul pun sering terlibat dalam perjalanan bisnis ke berbagai negeri seperti Yaman

Oman dan Bahrain Dan beliau mulai mengurangi kegiatan bisnisnya ketika mencapai

usia 37 tahun

Adalah kenyataan bila Rasulullah SAW mampu menjalankan kelima perannya tersebut

dengan sempurna bahkan menjadi yang terbaik Tak heran bila para ilmuwan baik itu

yang Muslim maupun non-Muslim menempatkan beliau sebagai orang yang paling

berpengaruh paling pemberani paling bijaksana paling bermoral dan sejumlah paling

lainnya

IIC3Rahasia kesuksesan karier dan pekerjaan Rasulullah SAW

Pertama Rasul selalu bekerja dengan cara terbaik profesional dan tidak asal-asalan

Beliau bersabda Sesungguhnya Allah menginginkan jika salah seorang darimu bekerja

maka hendaklah meningkatkan kualitasnya

Kedua dalam bekerja Rasul melakukannya dengan manajemen yang baik perencanaan

yang jelas pentahapan aksi dan adanya penetapan skala prioritas

Ketiga Rasul tidak pernah menyia-nyiakan kesempatan sekecil apapun Barangsiapa

yang dibukakan pintu kebaikan hendaknya dia mampu memanfaatkannya karena ia

tidak tahu kapan ditutupkan kepadanya demikian beliau bersabda

Keempat dalam bekerja Rasul selalu memperhitungkan masa depan Beliau adalah

sosok yang visioner sehingga segala aktivitasnya benar-benar terarah dan terfokus

Kelima Rasul tidak pernah menangguhkan pekerjaan Beliau bekerja secara tuntas dan

berkualitas

Keenam Rasul bekerja secara berjamaah dengan mempersiapkan (membentuk) tim

yang solid yang percaya pada cita-cita bersama

24

Ketujuh Rasul adalah pribadi yang sangat menghargai waktu Tidak berlalu sedetik pun

waktu kecuali menjadi nilai tambah bagi diri dan umatnya Dan yang terakhir

Rasulullah SAW menjadikan kerja sebagai aktualisasi keimanan dan ketakwaan Rasul

bekerja bukan untuk menumpuk kekayaan duniawi Beliau bekerja untuk meraih

keridhaan Allah SWT Inilah kunci terpenting Semoga Allah SWT memberikan

kemampuan kepada kita untuk meneladani etos kerja Rasulullah SAW

25

BAB III

PEMBAHASAN

IIIA HUBUNGAN ANTARA ORGANIZATION-BASED SELF-ESTEEM

(OBSE) DAN ETOS KERJA

Untuk dapat meningkatkan Etos Kerja diperlukan adanya suatu sikap yang menilai

tinggi pada kerja keras dan sungguh-sungguh Karena itu perlu ditemukan suatu

dorongan yang tepat untuk memotivasi dan merubah sikap (Anoraga 1992) Seperti

yang sudah dipaparkan Anoraga sebelumnya bahwa motivasi merupakan kunci untuk

membangun Etos Kerja yang baik Motivasi kerja adalah sesuatu yang menimbulkan

semangat atau dorongan kerja kuat lemahnya motivasi kerja seseorang ikut menentukan

besar kecilnya prestasi seorang pekerja

Tujuan organisasi yang ditanamkan dalam visi misi filosofi dan mottoorganisasi

merupakan suatu nilai ideal yang harus dicapai individu Dengan proses yang tepat

organisasi berusaha menanamkan nilai-nilai ini pada para anggotanya

Nilai ideal yang dipersepsikan oleh anggota akan mempengaruhi penilaiannya terhadap

dirinya sehingga membentuk OBSE-nya Nilai-nilai ini ditanamkan oleh organisasi

dengan tujuan utama yaitu kinerja dan kualitas kerja yang meningkat

Kinerja dan kualitas kerja yang baik dapat dicapai dengan Etos Kerja yang baik maka

organisasi secara tidak langsung berusaha untuk meningkatkan Etos Kerja anggotanya

OBSE mempengaruhi beberapa aspek antara lain global self-esteemharga diri secara

keseluruhan kepuasan secara keseluruhan perilaku warga negara yang baik komitmen

dan kepuasan organisasi prestasi kerja dan terakhir adalah motivasi intrinsik (Kreitner

amp Kinicki 2000) Menurut Alderfer (dalam Siagian 1995) dengan teori motivasi ERG-

nya salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi adalah faktor R (Relatedness) yaitu

kebutuhan akan pemenuhan rasa puas dalam berhubungan dengan keluarga teman

atasan bawahan dan rekan sekerja dimana hal ini melibatkan unsur cinta dan self-

esteem Dengan meningkatnya self-esteem pekerja yang didasarkan pada keberadaannya

sebagai bagian dari organisasi maka motivasinya secara intrinsic dalam bekerja

meningkat Herzberg (dalam Anoraga 1992) yang melakukan studi mengenai motivasi

26

kerja menyatakan faktor intrinsik dalam bekerja yang meliputi pencapaian sukses

pengakuan kemungkinan untuk meningkat dalam jabatan (karier) tanggung jawab

kemungkinan berkembang dan pekerjaan itu sendiri Dapat dilihat bahwa faktor-faktor

intrinsik ini merupakan aspek-aspek yang akan tergambar pada OBSE Faktor pengakuan

dapat dilihat pada persepsi tentang seberapa berharga dan pentingnya individu dalam

organisasi apakah ia merasa diterima sebagai anggota organisasi dan merasa aman

sebagai bagian dari organisasi

Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat dilihat bagaimana OBSE mempengaruhi

motivasi intrinsik seseorang untuk bekerja Ketika OBSE meningkat motivasi intrinsik

seseorang dalam bekerja turut meningkat maka seharusnya Etos Kerjanya akan

meningkat juga Artinya kebutuhan organisasi untuk mencapai hasil dan kinerja

organisasi yang lebih baik dapat dicapai salah satunya melalui upaya meningkatkan

OBSE pekerjanya

Penelitian lain yang telah dilakukan mengenai OBSE yaitu penelitian Lanford Roe

Carson amp Carson (1997) pada teknisi unit gawat darurat Mereka menemukan

peningkatan OBSE berpeluang meningkatkan komitmen terhadap karier menurunkan

kecenderungan menarik diri dari tugas dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya

kualitas perlakuan Hal ini merupakan beberapa indikasi perilaku yang mencerminkan

Etos Kerja seperti yang dikatakan Sinamo (2005) yaitu bekerja dengan integritas

bekerja dengan penuh tanggung jawab bekerja dengan sempurna Secara umum dapat

dikatakan bahwa bila seseorang merasa berharga dalam organisasi dikarenakan berbagai

faktor ia akan cenderung memiliki motivasi yang lebih baik untuk mencapai tujuan

yang ditetapkan organisasi tersebut sehingga Etos Kerjanya akan lebih baik daripada

individu dengan OBSE-nya rendah

IIIA PENGARUH ETOS KERJA ISLAMI TERHADAP KINERJA SESEORANG

etos kerja islami yang didasarkan pada Al-Qurrsquoan dan Hadits agar produktivitas kerja

karyawan dapat menunjang perkembangan ekonomi ummat serta pengaruh kinerja yang

ditunjukkan oleh karyawan itu sendiri Setidaknya etos kerja itu bersumber dan

27

berkaitan langsung dengan nilai-nilai kejiwaan seseorang dan menunjukkan pula

pandangan hidup yang mendarah daging untuk dapat mengembangkan dirinya sehingga

etos kerja kerja menunjukkan pula sikap dan harapan seseorang Dan dengan sikap

seperti ini seseorang yang memiliki etos akan berusaha untuk memenuhi harapannya

tersebut Sebab Etos kerja juga mempunyai makna nilai moral dan pemberdayaan diri

yaitu suatu pandangan batin yang bersifat mendarah daging Seseorang akan merasakan

bahwa hanya dengan menghasilkan pekerjaan yang terbaik bahkan sempurna nilai-nilai

Islam yang diyakininya dapat diwujudkan

Dengan pengembangan kualitas yang ada dalam diri pribadi setiap manusia semua yang

dilaksanakan dapat terwujud sesuai nilai moral yang dimilikinya Karenanya etos kerja

bukanlah sekedar kepribadian atau sikap melainkan lebih mendalam lagi karena

didalamnya terdapat martabat harga diri dan jati diri dari seorang tersebut

Berkaitan dengan ini Ahmad (200117) menegaskan bahwa Islam tidak hanya

memerintahkan manusia hanya untuk sholat saja namun manusia juga diperintahkan

untuk mencari rezeki di bumi 1048755Apabila telah ditunaikan sholat maka bertebaranlah

kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah1048755Dan Allah adalah sebaik-baik Pemberi

Rezeki1048755 (QS Al Jumursquoah 10-11) Petikan-petikan ayat di atas sangatlah jelas

memperlihatkan pandangan Islam terhadap nilai kerja itu sendiri

Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Tasmara (200226) etos kerja islami menekankan

pada kerja sama dalam bekerja dan konsep konsultasi yang terlihat sebagai jalan untuk

mengatasi rintangan atau masalah dan menghindari kesalahan Hubungan sosial dalam

bekerja merupakan pendorong yang bertujuan untuk mempertemukan kebutuhan

seseorang dan membuat keseimbangan antara kebutuhan individu dan kehidupan sosial

Dan hal ini juga diperkuat dengan firman Allah SWT dalam surat Al

Jumursquoah 1048755Maka apabila telah ditunaikan sholat maka bertebaranlah kamu di muka

bumi dan carilah karunia Allah serta banyaklah ingat kepada Allah agar kamu

beruntung1048755 (QS Al Jumursquoah 10) Jadi dalam ayat tersebut tersirat pesan yaitu

hendaknya kita beribadah sebagaimana diwajibkan namun kita juga harus bekerja

mencari rezeki dari kemurahan Allah Bersama dengan itu kita senantiasa ingat kepada-

Nya Yakni memenuhi semua ketentuan etis dan akhlaq dalam bekerja yaitu dengan

28

menyadari pengawasan dan perhitungan Allah terhadap setiap bentuk kerja kita Semua

perilaku manusia didasari prinsip rahman dan rahim dengan kesadaran penuh sebagai

rahmatan lil 1048755alamin integritas yang sangat tinggi karena merasa dirinya dilihat oleh

Allah bukan karena atasan atau sekedar upah belaka dan jabatan hanya dilihat sebagai

amanah Allah (Agustian 200152) Sikap ini akan mendorong suatu kreativitas tanpa

henti untuk menciptakan mutu pelayanan dan produk yang lebih berkualitas yang

dipandang dalam etos kerja islami

29

BAB IV

KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari tulisan ini sebagai berikut

1 Sesuai dengan landasan teori yang telah dibahas sebelumnya dapat dikatakan

bahwa ketika Organisation-Based Self-Esteem (OBSE) seseorang meningkat

maka motivasinya untuk mencapai kinerja yang lebih baik di dalam organisasi

tersebut akan meningkat secara intrinsik (kreitner amp Kinicki 2000) sehingga

cara pandangnya terhadap nilai bekerja yang dikenal dengan konsep Etos Kerja

turut meningkat (Anoraga 1992)

2 Ketika nilai Organisation-Based Self-Esteem (OBSE) seorang individu rendah

belum tentu nilai Etos Kerjanya harus rendah pula karena selain faktor OBSE

masih terdapat faktor-faktor lain yang turut mempengaruhi Etos Kerja seseorang

seperti yang telah dijelaskan pada bab dua seperti agama pendidikan sosial

budaya struktur ekonomi dan sebagainya Kualitas beragama unsur sosial

budaya dan kondisi ekonomi misalnya dapat mempengaruhi cara pandang

seseorang terhadap nilai bekerja

3 etos kerja islami didasarkan pada Al-Qurrsquoan dan Hadits agar produktivitas kerja

karyawan dapat menunjang perkembangan ekonomi ummat serta pengaruh

kinerja yang ditunjukkan oleh karyawan itu sendiri Sehingga dapat terbentuk

etoskerja yang mempunyai makna nilai moral dan pemberdayaan diri

30

DAFTAR PUSTAKA

1

2

3

31

Page 5: Paper Etos Kerja 2

Dictionary of English Language etos diartikan dalam dua pemaknaan 1the disposition

character or attitude peculiar to a specific people culture or a group that distinguishes

it from other peoples or group fundamental values or spirit mores disposisi karakter

atau sikap khusus orang budaya atau kelompok yang membedakannya dari orang atau

kelompok lain nilai atau jiwa yang mendasari adat-istiadat Makna berikutnya yaitu

2The governing or central principles in a movement work of art mode of expression

or the like Prinsip utama atau pengendali dalam suatu pergerakan pekerjaan seni

bentuk ekspresi atau sejenisnya Dari sini dapat kita peroleh pengertian bahwa etos

merupakan seperangkat pemahaman dan keyakinan terhadap nilai-nilai yang secara

mendasar mempengaruhi kehidupan menjadi prinsip-prinsip pergerakan dan cara

berekspresi yang khas pada sekelompok orang dengan budaya serta keyakinan yang

sama

Menurut Anoraga (1992) Etos Kerja merupakan suatu pandangan dan sikap suatu bangsa

atau umat terhadap kerja Bila individu-individu dalam komunitas memandang kerja

sebagai suatu hal yang luhur bagi eksistensi manusia maka Etos Kerjanya akan

cenderung tinggi Sebaliknya sikap dan pandangan terhadap kerja sebagai sesuatu yang

bernilai rendah bagi kehidupan maka Etos Kerja dengan sendirinya akan rendah

Dalam situs resmi kementerian KUKM Etos Kerja diartikan sebagai sikap mental yang

mencerminkan kebenaran dan kesungguhan serta rasa tanggung jawab untuk

meningkatkan produktivitas (wwwdepkopgoid) Pada Websters Online Dictionary

Work Ethic diartikan sebagai Earnestness or fervor in working morale with regard to

the tasks at hand kesungguhan atau semangat dalam bekerja suatu pandangan moral

pada pekerjaan yang dilakoni Dari rumusan ini kita dapat melihat bagaimana Etos Kerja

dipandang dari sisi praktisnya yaitu sikap yang mengarah pada penghargaan terhadap

kerja dan upaya peningkatan produktivitas

Dalam rumusan Jansen Sinamo (2005) Etos Kerja adalah seperangkat perilaku positif

yang berakar pada keyakinan fundamental yang disertai komitmen total pada paradigma

5

kerja yang integral Menurutnya jika seseorang suatu organisasi atau suatu komunitas

menganut paradigma kerja mempercayai dan berkomitmen pada paradigma kerja

tersebut semua itu akan melahirkan sikap dan perilaku kerja mereka yang khas Itulah

yang akan menjadi Etos Kerja dan budaya Sinamo (2005) memandang bahwa Etos

Kerja merupakan fondasi dari sukses yang sejati dan otentik Pandangan ini dipengaruhi

oleh kajiannya terhadap studi-studi sosiologi sejak zaman Max Weber di awal abad ke-

20 dan penulisanpenulisan manajemen dua puluh tahun belakangan ini yang semuanya

bermuara pada satu kesimpulan utama bahwa keberhasilan di berbagai wilayah

kehidupan ditentukan oleh perilaku manusia terutama perilaku kerja Sebagian orang

menyebut perilaku kerja ini sebagai motivasi kebiasaan (habit) dan budaya kerja

Sinamo (2005) lebih memilih menggunakan istilah etos karena menemukan bahwa kata

etos mengandung pengertian tidak saja sebagai perilaku khas dari sebuah organisasi atau

komunitas tetapi juga mencakup motivasi yang menggerakkan mereka karakteristik

utama spirit dasar pikiran dasar kode etik kode moral kode perilaku sikap-sikap

aspirasi-aspirasi keyakinan-keyakinan prinsip-prinsip dan standar-standar

Melalui berbagai pengertian diatas baik secara etimologis maupun praktis dapat

disimpulkan bahwa Etos Kerja merupakan seperangkat sikap atau pandangan mendasar

yang dipegang sekelompok manusia untuk menilai bekerja sebagai suatu hal yang positif

bagi peningkatan kualitas kehidupan sehingga mempengaruhi perilaku kerjanya

IIA2 Aspek-Aspek Etos Kerja

Menurut Sinamo (2005) setiap manusia memiliki spiritroh keberhasilan yaitu motivasi

murni untuk meraih dan menikmati keberhasilan Roh inilah yang menjelma menjadi

perilaku yang khas seperti kerja keras disiplin teliti tekun integritas rasional

bertanggung jawab dan sebagainya melalui keyakinan komitmen dan penghayatan atas

paradigma kerja tertentu Dengan ini maka orang berproses menjadi manusia kerja yang

positif kreatif dan produktif Dari ratusan teori sukses yang beredar di masyarakat

sekarang ini Sinamo (2005) menyederhanakannya menjadi empat pilar teori utama

6

Keempat pilar inilah yang sesungguhnya bertanggung jawab menopang semua jenis dan

sistem keberhasilan yang berkelanjutan (sustainable success system) pada semua

tingkatan Keempat elemen itu lalu dia konstruksikan dalam sebuah konsep besar yang

disebutnya sebagai Catur Dharma Mahardika (bahasa Sanskerta) yang berarti Empat

Darma Keberhasilan Utama yaitu

1 Mencetak prestasi dengan motivasi superior

2 Membangun masa depan dengan kepemimpinan visioner

3 Menciptakan nilai baru dengan inovasi kreatif

4 Meningkatkan mutu dengan keunggulan insani

Keempat darma ini kemudian dirumuskan pada delapan aspek Etos Kerja sebagai

berikut

1 Kerja adalah rahmat karena kerja merupakan pemberian dari Yang Maha Kuasa

maka individu harus dapat bekerja dengan tulus dan penuh syukur

2 Kerja adalah amanah kerja merupakan titipan berharga yang dipercayakan pada

kita sehingga secara moral kita harus bekerja dengan benar dan penuh tanggung

jawab

3 Kerja adalah panggilan kerja merupakan suatu dharma yang sesuai dengan

panggilan jiwa kita sehingga kita mampu bekerja dengan penuh integritas

4 Kerja adalah aktualisasi pekerjaan adalah sarana bagi kita untuk mencapai

hakikat manusia yang tertinggi sehingga kita akan bekerja keras dengan penuh

semangat

5 Kerja adalah ibadah bekerja merupakan bentuk bakti dan ketaqwaan kepada

Sang Khalik sehingga melalui pekerjaan individu mengarahkan dirinya pada

tujuan agung Sang Pencipta dalam pengabdian

6 Kerja adalah seni kerja dapat mendatangkan kesenangan dan kegairahan kerja

sehingga lahirlah daya cipta kreasi baru dan gagasan inovatif

7

7 Kerja adalah kehormatan pekerjaan dapat membangkitkan harga diri sehingga

harus dilakukan dengan tekun dan penuh keunggulan

8 Kerja adalah Pelayanan manusia bekerja bukan hanya untuk memenuhi

kebutuhannya sendiri saja tetapi untuk melayani sehingga harus bekerja dengan

sempurna dan penuh kerendahan hati

Anoraga (1992) juga memaparkan secara eksplisit beberapa sikap yang seharusnya

mendasar bagi seseorang dalam memberi nilai pada kerja yang disimpulkan sebagai

berikut

1 Bekerja adalah hakikat kehidupan manusia

2 Pekerjaan adalah suatu berkat Tuhan

3 Pekerjaan merupakan sumber penghasilan yang halal dan tidak amoral

4 Pekerjaan merupakan suatu kesempatan untuk mengembangkan diri dan berbakti

5 Pekerjaan merupakan sarana pelayanan dan perwujudan kasih

Dalam penulisannya Akhmad Kusnan (2004) menyimpulkan pemahaman bahwa Etos

Kerja menggambarkan suatu sikap maka ia menggunakan lima indikator untuk

mengukur Etos Kerja Menurutnya Etos Kerja mencerminkan suatu sikap yang memiliki

dua alternatif positif dan negatif Suatu individu atau kelompok masyarakat dapat

dikatakan memiliki Etos Kerja yang tinggi apabila menunjukkan tanda-tanda sebagai

berikut

1 Mempunyai penilaian yang sangat positif terhadap hasil kerja manusia

2 Menempatkan pandangan tentang kerja sebagai suatu hal yang amat luhur bagi

eksistensi manusia

3 Kerja yang dirasakan sebagai aktivitas yang bermakna bagi kehidupan manusia

4 Kerja dihayati sebagai suatu proses yang membutuhkan ketekunan dan sekaligus

sarana yang penting dalam mewujudkan cita-cita

5 Kerja dilakukan sebagai bentuk ibadah Bagi individu atau kelompok masyarakat

yang memiliki Etos Kerja yang rendah maka akan ditunjukkan ciri-ciri yang

sebaliknya (Kusnan 2004) yaitu

8

1) Kerja dirasakan sebagai suatu hal yang membebani diri

2) Kurang dan bahkan tidak menghargai hasil kerja manusia

3) Kerja dipandang sebagai suatu penghambat dalam memperoleh

kesenangan

4) Kerja dilakukan sebagai bentuk keterpaksaan

5) Kerja dihayati hanya sebagai bentuk rutinitas hidup

Dari berbagai aspek yang ditampilkan ketiga tokoh diatas dapat dilihat bahwa aspek-

aspek yang diusulkan oleh dua tokoh berikutnya telah termuat dalam beberapa aspek

Etos Kerja yang dikemukakan oleh Sinamo sehingga penulisan ini mendasari

pemahamannya pada delapan aspek Etos Kerja yang dikemukakan oleh Sinamo sebagai

indikator terhadap Etos Kerja

IIA3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Etos Kerja

Etos Kerja dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu

a Agama

Dasar pengkajian kembali makna Etos Kerja di Eropa diawali oleh buah pikiran Max

Weber Salah satu unsur dasar dari kebudayaan modern yaitu rasionalitas (rationality)

menurut Weber (1958) lahir dari etika Protestan Pada dasarnya agama merupakan suatu

sistem nilai Sistem nilai ini tentunya akan mempengaruhi atau menentukan pola hidup

para penganutnya Cara berpikir bersikap dan bertindak seseorang pastilah diwarnai

oleh ajaran agama yang dianutnya jika ia sungguh-sungguh dalam kehidupan beragama

Dengan demikian kalau ajaran agama itu mengandung nilai-nilai yang dapat memacu

pembangunan jelaslah bahwa agama akan turut menentukan jalannya pembangunan

atau modernisasi Weber (1958) memperlihatkan bahwa doktrin predestinasi dalam

protestanisme mampu melahirkan etos berpikir rasional berdisiplin tinggi bekerja tekun

sistematik berorientasi sukses (material) tidak mengumbar kesenangan namun hemat

dan bersahaja (asketik) serta menabung dan berinvestasi yang akhirnya menjadi titik

9

tolak berkembangnya kapitalisme di dunia modern Sejak Weber menelurkan karya tulis

The Protestant Ethic and the Spirit of Capitalism (1958) berbagai studi tentang Etos

Kerja berbasis agama sudah banyak dilakukan dengan hasil yang secara umum

mengkonfirmasikan adanya korelasi positif antara sebuah sistem kepercayaan tertentu

dan kemajuan ekonomi kemakmuran dan modernitas (Sinamo 2005) Menurut

Rosmiani (1996) Etos Kerja terkait dengan sikap mental tekad disiplin dan semangat

kerja Sikap ini dibentuk oleh sistem orientasi nilai-nilai budaya yang sebagian

bersumber dari agama atau sistem kepercayaanpaham teologi tradisional Ia

menemukan Etos Kerja yang rendah secara tidak langsung dipengaruhi oleh rendahnya

kualitas keagamaan dan orientasi nilai budaya yang konservatif turut menambah

kokohnya tingkat Etos Kerja yang rendah itu

b Budaya

Selain temuan Rosmiani (1996) diatas Usman Pelly (dalam Rahimah 1995)

mengatakan bahwa sikap mental tekad disiplin dan semangat kerja masyarakat juga

disebut sebagai etos budaya dan secara operasional etos budaya ini juga disebut sebagai

Etos Kerja Kualitas Etos Kerja ini ditentukan oleh sistem orientasi nilai budaya

masyarakat yang bersangkutan Masyarakat yang memiliki sistem nilai budaya maju

akan memiliki Etos Kerja yang tinggi dan sebaliknya masyarakat yang memiliki sistem

nilai budaya yang konservatif akan memiliki Etos Kerja yang rendah bahkan bisa sama

sekali tidak memiliki Etos Kerja Pernyataaan ini juga didukung oleh studi yang

dilakukan Suryawati Dharmika Namiartha Putri dan weda (1997) yang menyimpulkan

bahwa semangat kerjaEtos Kerja sangat ditentukan oleh nilainilai budaya yang ada dan

tumbuh pada masyarakat yang bersangkutan Etos Kerja juga sangat berpegang teguh

pada moral etik dan bahkan Tuhan Etos Kerja berdasarkan nilai-nilai budaya dan agama

ini menurut mereka diperoleh secara lisan dan merupakan suatu tradisi yang disebarkan

secara turuntemurun

c Sosial Politik

10

Soewarso Rahardjo Subagyo dan Utomo (1995) menemukan bahwa tinggi rendahnya

Etos Kerja suatu masyarakat dipengaruhi oleh ada atau tidaknya struktur politik yang

mendorong masyarakat untuk bekerja keras dan dapat menikmati hasil kerja keras

mereka dengan penuh KH Abdurrahman Wahid (2002) mengatakan bahwa Etos Kerja

harus dimulai dengan kesadaran akan pentingnya arti tanggung jawab kepada masa

depan bangsa dan negara Dorongan untuk mengatasi kemiskinan kebodohan dan

keterbelakangan hanya mungkin timbul jika masyarakat secara keseluruhan memiliki

orientasi kehidupan yang teracu ke masa depan yang lebih baik Orientasi ke depan itu

harus diikuti oleh penghargaan yang cukup kepada kompetisi dan pencapaian

(achievement) Orientasi ini akan melahirkan orientasi lain yaitu semangat

profesionalisme yang menjadi tulang-punggung masyarakat modern

d Kondisi LingkunganGeografis

Suryawati Dharmika Namiartha Putri dan weda (1997) juga menemukan adanya

indikasi bahwa Etos Kerja dapat muncul dikarenakan faktor kondisi geografis

Lingkungan alam yang mendukung mempengaruhi manusia yang berada di dalamnya

melakukan usaha untuk dapat mengelola dan mengambil manfaat dan bahkan dapat

mengundang pendatang untuk turut mencari penghidupan di lingkungan tersebut

e Pendidikan

Etos Kerja tidak dapat dipisahkan dengan kualitas sumber daya manusia Peningkatan

sumber daya manusia akan membuat seseorang mempunyai Etos Kerja keras

Meningkatnya kualitas penduduk dapat tercapai apabila ada pendidikan yang merata dan

bermutu disertai dengan peningkatan dan perluasan pendidikan keahlian dan

keterampilan sehingga semakin meningkat pula aktivitas dan produktivitas masyarakat

sebagai pelaku ekonomi (Rahimah Fauziah Suri dan Nasution 1995)

f Struktur Ekonomi

11

Pada penulisan Soewarso Rahardjo Subagyo dan Utomo (1995) disimpulkan juga

bahwa tinggi rendahnya Etos Kerja suatu masyarakat dipengaruhi oleh ada atau tidaknya

struktur ekonomi yang mampu memberikan insentif bagi anggota masyarakat untuk

bekerja keras dan menikmati hasil kerja keras mereka dengan penuh

g Motivasi Intrinsik individu

Anoraga (1992) mengatakan bahwa Individu yang akan memiliki Etos Kerja yang tinggi

adalah individu yang bermotivasi tinggi Etos Kerja merupakan suatu pandangan dan

sikap yang tentunya didasari oleh nilai-nilai yang diyakini seseorang Keyakinan inilah

yang menjadi suatu motivasi kerja Maka Etos Kerja juga dipengaruhi oleh motivasi

seseorang

Menurut Herzberg (dalam Siagian 1995) motivasi yang sesungguhnya bukan

bersumber dari luar diri tetapi yang tertanamterinternalisasi dalam diri sendiri yang

sering disebut dengan motivasi intrinsik Ia membagi factor pendorong manusia untuk

melakukan kerja ke dalam dua faktor yaitu factor hygiene dan faktor motivator Faktor

hygiene ini merupakan faktor dalam kerja yang hanya akan berpengaruh bila ia tidak

ada yang akan menyebabkan ketidakpuasan Ketidakhadiran faktor ini dapat mencegah

timbulnya motivasi tetapi ia tidak menyebabkan munculnya motivasi faktor ini disebut

juga factor ekstrinsik yang termasuk diantaranya yaitu gaji status keamanan kerja

kondisi kerja kebijaksanaan organisasi hubungan dengan rekan kerja dan supervisi

Ketika sebuah organisasi menargetkan kinerja yang lebih tinggi tentunya organisasi

tersebut perlu memastikan terlebih dahulu bahwa factor hygiene tidak menjadi

penghalang dalam upaya menghadirkan motivasi intrinsik

Faktor yang kedua adalah faktor motivator sesungguhnya yang mana ketiadaannya

bukan berarti ketidakpuasan tetapi kehadirannya menimbulkan rasa puas sebagai

manusia Faktor ini disebut juga faktor intrinsik dalam pekerjaan yang meliputi

pencapaian suksesachievement pengakuanrecognition kemungkinan untuk meningkat

dalam jabatan (Karier)advancement tanggung jawabresponsibility kemungkinan

berkembanggrowth possibilities dan pekerjaan itu sendirithe work itself (Herzberg

12

dalam Anoraga 1992) Hal-hal ini sangat diperlukan dalam meningkatkan performa kerja

dan menggerakkan pekerja hingga mencapai performa yang tertinggi

IIB ORGANIZATION-BASED SELF-ESTEEM

IIB1 Pengertian Organization-Based Self-esteem

Secara sederhana self-esteem diartikan sebagai proses evaluasi diri seseorang baik dalam

cara yang positif maupun negatif (Greenberg 2005)

Hogg amp Vaughan (2002) mendefinisikan self-esteem sebagai evaluasi dan perasaan

tentang diri pribadi

Kreitner amp Kinicki (2000) mendefinisikan istilah self-esteem sebagai suatu keyakinan

nilai diri sendiri yang didasarkan pada evaluasi diri secara keseluruhan

Rosenberg (dalam Kernis 1995) dan para ahli lainnya telah membandingkan self-esteem

dengan sikap dan menemukan bahwa self-esteem memiliki komponen afektif dan

kognitif Komponen kognitif mengacu pada keyakinan individu tentang keberhargaan

dirinya

Tory Higgins (dalam Deaux Dane Wrightsman 1993) mengajukan dua tipe diri

potensial yang menempati konsep diri kita yaitu Ideal-Self dan Ought- Self Ideal-self

mengacu kepada konsep diri yang ingin dicapai individu sedangkan ought-self adalah

konsep diri yang sebenarnya hadir Ketika kesenjangan antara ideal-self dan ought-self

ini terlalu besar maka akan timbullah perasaan yang tidak menyenangkan suatu kondisi

yang dihindari oleh setiap orang Setiap orang selalu berusaha memperoleh perasaan

yang menyenangkan tentang dirinya Biasanya tuntutan perasaan positif ini

menimbulkan over-estimasi terhadap evaluasi mengenai nilai-nilai baik seseorang

13

kemampuannya dalam mengatasi situasi atau kejadian atau terlalu optimis Memiliki

penilaian yang akurat tentang diri memang penting tetapi sepertinya tidak lebih penting

daripada perasaan positif seseorang tentang dirinya (Hogg amp Vaughan 2002)

Gambaran diri yang positif dan self-esteem yang berhubungan dengannya merupakan

tujuan penting untuk kebanyakan orang setiap waktu Hal ini menunjukkan temuan

Rosenberg mengenai komponen afektif pada self-esteem Harga diri yang tinggi baik

yang realistis maupun yang tidak merupakan suatu hal yang menyenangkan dan

karenanya banyak ahli menganggapnya sebagai tujuan manusia yang utama (Rosenberg

dalam Deaux Dane Wrightsman 1993) Kita cenderung menduga bahwa unsur self-

esteem yang tinggi akan menghasilkan perilaku positif yang menandakan individu yang

sehat secara psikologis Tetapi banyak studi yang menemukan bahwa tidak selamanya

selfesteem yang tinggi menghasilkan individu yang percaya diri dan tidak menampilkan

sikap permusuhan Baumeister (dalam Hogg amp Vaughan 2002) menemukan perilaku

kekerasan yang dapat dikaitkan dengan harga diri yang tinggi dimana ketika individu

yang memiliki gambaran diri yang menyenangkan merasa terancam individu tersebut

cenderung akan menampilkan sikap agresif

Kernis (dalam Hogg amp Vaughan 2002) juga menemukan individu yang arogan angkuh

dan terlalu asertif diantara orang-orang dengan harga diri yang tinggi

Rhodewalt (dalam Hogg amp Vaughan 2002) menemukan individu yang pada dasarnya

memiliki harga diri tinggi yang mudah hilang dikenal dengan individu narsistik Harga

diri yang rendah tidak selamanya juga memiliki konsekuensi negatif

Baumeister (dalam Kernis 1995) menemukan individu yang self-esteemnya rendah

menampilkan karakter tidak pasti namun netral daripada karakter negatif

Swann Pelham amp Krull (dalam Kernis 1995) menemukan individu dengan selfesteem

rendah memiliki strategi pertahanan diri tertentu yang cenderung berorientasi pada

peningkatan diri Untuk dapat menjelaskan fenomena yang beragam terkait dengan

14

harga diri yang tinggi dan rendah seperti yang telah dibahas diatas Deci amp Ryan (dalam

Kernis 1995) mengajukan dua jenis harga diri yaitu contingent self-esteem dan true self-

esteem Contingent self-esteem mengacu pada perasaan tentang diri seseorang yang

dihasilkan oleh ndash dan bergantung pada ndash pencapaian harapan seseorang Misalnya

seseorang merasa dirinya adalah orang yang baik dan berharga jika ia berhasil

menyelesaikan suatu tugas Jika ia terus dapatn menyelesaikan tugas berikutnya yang

serupa maka ia akan terus memiliki harga diri yang tinggi Artinya harga diri ini bersifat

labil dan hanya berpusat pada kepentingan pribadi True self-esteem bersifat lebih stabil

didasari oleh perasaan yang kuat tentang diri pribadi Individu dengan true self-esteem

yang tinggi juga memiliki tujuan dan aspirasi dan akan merasa senang bila tujuannya

tercapai atau sedih bila tidak tercapai Tetapi perasaan mereka sebagai manusia yang

berharga tidak berfluktuasi bergantung pada pencapaian sehingga mereka tidak merasa

superior ketika berhasil ataupun tertekan ketika gagal

Berdasarkan penulisan Baumeister (dalam Hogg amp Vaughan 2002) secara umum

individu dengan karakteristik self-esteem yang tinggi memiliki ciri-ciri

1 Gigih dan ulet dalam menghadapi masa depan

2 Stabil secara emosi dan afektif

3 Kurang fleksibel dan kurang lunak

4 Tidak mudah dibujuk dan dipengaruhi

5 Bereaksi positif pada kehidupan yang menyenangkan dan sukses

6 Memiliki konsep diri yang stabil teliti dan konsisten

7 Berorientasi motivasi pada peningkatan diri

Sedangkan individu dengan self-esteem rendah memiliki ciri-ciri

1 Mudah terluka pada tekanan yang ditemui sehari-hari

2 Mudah berubah dalam afeksi dan suasana hati

3 Fleksibel dan lunak

4 Mudah dibujuk dan dipengaruhi

5 Menginginkan kesuksesan dan persetujuan tetapi ragu-ragu akan memperolehnya

6 Bereaksi negatif terhadap kehidupan yang menyenangkan dan sukses

15

7 Memiliki konsep diri yang sederhana dan tidak stabil

8 Orientasi motivasi pada perlindungan diri

Terdapat beberapa tipe self-esteem yang telah dibahas para ahli diantaranya global self-

esteem yaitu persepsi individu mengenai keberhargaan dirinya secara keseluruhan

Kemudian dikenal juga role-based self-esteem yaitu harga diri dikaitkan dengan

peranan atau posisi seseorang Ada juga task-based self-esteem yaitu harga diri yang

dikaitkan dengan keberhasilan seseorang dalam menyelesaikan tugas Self-esteem sangat

berhubungan dengan identitas sosial seseorang (Hogg amp Vaughan 2002)

Identitas sosial adalah bagian dari konsep diri yang berasal dari keanggotaan individu

dalam kelompok sosial Ketika individu mengevaluasi dirinya ia dipengaruhi oleh

prestise dan status dalam suatu kelompok masyarakat yang dipersepsikannya juga

melekat pada dirinya jika ia menganggap dirinya bagian dari atau berorientasi kepada

kelompok masyarakat tertentu Penilaian ini juga akan dibandingkan dengan kelompok

diluar kelompok masyarakat yang dipersepsikannya sebagai kelompoknya Organisasi

adalah suatu kelompok masyarakat yang tentunya dapat memberikan pengaruh bagi

seseorang dalam menilai dirinya Menjadi bagian dari suatu organisasi maka individu

harus tunduk pada aturan kebiasaan norma serta menyesuaikan diri dengan budaya dan

iklim organisasi Organisasi memiliki tujuan dan cita-cita yang menjiwai setiap aspek

kehidupan organisasi sehingga secara otomatis mempengaruhi setiap individu yang ada

di dalamnya Dari pemahaman ini muncullah kajian tentang harga diri dalam konteks

organisasi Nilai yang dimiliki oleh seorang individu atas dirinya sebagai anggota

organisasi yang bertindak dalam konteks organisasi disebut harga diri berbasis

organisasi atau Organization-based Self-esteem yang disingkat dengan OBSE (Kreitner

amp Kinicki 2000) Dalam konteks organisasi pengaruh self-esteem yang cukup

signifikan telah terlihat melalui berbagai penemuan Misalnya individu yang memiliki

self-esteem yang tinggi cenderung lebih sukses dalam upaya menemukan pekerjaan

sedangkan individu dengan self-esteem yang rendah bila dipekerjakan akan lebih

tertarik pada organisasi yang besar dimana posisi mereka tidak terlalu diperhatikan

Pekerja dengan self-esteem yang tinggi cenderung secara aktif berusaha menemukan

16

materi yang dibutuhkan untuk mengatasi masalah pekerjaan dan menggunakan

kemampuan serta keahlian mereka secara penuh sehingga hasil kerjanya lebih maksimal

Cukup menarik untuk diperhatikan bahwa individu dengan self-esteem rendah

kelihatannya sadar dengan kemungkinan mereka memberikan hasil yang buruk Mereka

cenderung menilai dirinya secara negatif (khususnya ketika penilaian terhadap performa

mereka ambigu) dan pada dasarnya bertanggungjawab terhadap hasil buruk tersebut

(Greenberg 2005)

IIB2 Aspek-aspek Organization-based Self-esteem

Dalam konteks organisasi penilaian seseorang terhadap dirinya terkait dengan

bagaimana kondisi organisasi secara struktural kerumitan pekerjaan yang dihadapinya

serta adanya penghargaan dari pihak managerial OBSE cenderung meningkat ketika

individu mempersepsikan bahwa atasan mereka memiliki suatu kepedulian pada mereka

Nilainya juga lebih tinggi pada organisasi dengan struktur yang organik (fleksibel)

daripada yang kaku (Birokratis) Pekerjaan yang rumit dan menantang juga mendorong

OBSE yang lebih tinggi daripada pekerjaan yang sederhana berulang-ulang serta

membosankan Dan faktor-faktor ini juga berhubungan dengan motivasi untuk tugas

yang lebih besar (Kreitner amp Kinicki 2000)

Tan Kim Sek (2003) menemukan bahwa metode sosialisasi yang efektif dapat

meningkatkan kompetensi pekerja dalam menyelesaikan tugasnya terkait dengan

peranannya dalam organisasi yang akan meningkatkan OBSE-nya Dalam konteks

penulisan ini taktik sosialisasi yang digunakan adalah perencanaan pengembangan

karier interaksi yang positif dengan rekan kerja dan interaksi positif dengan pendatang

baru di organisasi Gardner Dyne amp Pierce (2004) menemukan bahwa tingkatan gaji

turut mempengaruhi rasa berharga seorang individu sebagai anggota organisasi

sehingga mereka menyarankan organisasi mempertimbangkan sistem penggajian

berbasis kompetensi Namun mereka juga mengindikasikan bahwa sistem penggajian

berbasis kompetensi tetap memiliki resiko dimana individu dengan tingkat gaji yang

lebih rendah dapat menganggap dirinya kurang berkompeten sehingga berpeluang

menjatuhkan self-esteemnya

17

Dalam studi replikasinya Tang amp Gilbert (1992) menemukan bahwa OBSE

berhubungan dengan global self-esteem need for achievement organizational

citizenship komitmen organisasi motivasi untuk meningkatkan potensi dan pendidikan

Status subyek dalam organisasi tidak berhubungan dengan OBSE Intinya penemuan

mereka menampilkan hubungan antara OBSE dengan banyak variabel yang bernilai

intrinsik tentang perasaan subyektif pekerja dalam

organisasi

Kreitner amp Kinicki (2000) menyebutkan ciri-ciri individu dengan nilai OBSE yang tinggi

cenderung memandang diri mereka sendiri sebagai seorang yang penting berharga

berpengaruh dan berarti dalam konteks organisasi yang mempekerjakannya Untuk itu

mereka menyarankan agar organisasi melakukan upaya untuk membangun self-esteem

karyawan yaitu dengan

1 Mendukung dan menunjukkan kepedulian pada persoalan kepentingan status

dan kontribusi individu

2 Menawarkan pekerjaan yang memiliki variasi otonomi dan tantangan yang sesuai

dengan nilai-nilai keahlian dan kemampuan individu

3 Berjuang untuk membangun ikatan antara karyawan dan manajemen didasari

kepercayaan

4 Menunjukkan keyakinan terhadap kemampuan pengendalian pribadi dan

memberi penghargaan pada keberhasilan

Greenberg (2005) juga memiliki empat point penting yang disarankannya untuk

meningkatkan self-esteem individu dalam organisasi yaitu

1 Buatlah orang merasa berharga ciptakan kesempatan bagi individu untuk merasa

diterima dengan mencari cara untuk memanfaatkan pengalaman dan keahlian

unik mereka

2 Buatlah orang merasa kompeten kenali hal-hal baik yang dilakukan individu dan

pujilah mereka sesuai dengan hal itu

18

3 Buatlah orang merasa aman harga diri karyawan akan lebih meningkat ketika

harapan para manager tersampaikan dengan jelas dan terangterangan pada

mereka

4 Buatlah orang merasa mendapatkan wewenang individu diberikan kesempatan

untuk memutuskan bagaimana mereka akan menyelesaikan pekerjaan yang

menurut mereka baik bagi mereka dan pekerjaannya

Dari berbagai penulisan dan pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa OBSE

memiliki beberapa aspek (Kreitner amp Kinicki 2000 Greenberg 2005) yaitu

1 merasa diterima dalam organisasi

2 merasa aman dalam organisasi

3 merasa berkompeten dalam organisasi

4 merasa berpengaruh dalam organisasi

5 merasa penting bagi organisasi

6 rasa berharga bagi organisasi

7 merasa berkembang dalam organisasi

Aspek-aspek inilah yang akan menjadi indikator OBSE dalam penulisan ini

IICEtos Kerja dalam Islam

Menurut Ahmad (200116) Islam adalah agama yang menghargai kerja keras Kenyataan

ini dapat terlihat dari serangkaian firman Allah dalam Al- Quran yang sangat

menekankan arti penting diantaranya

Dan katakanlah Bekerjalah kamu maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang

mukmin akan melihat pekerjaanmu itu dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah)

Yang mengetahui akan yang gaib dan yang nyata lalu diberitakan-Nya kepada kamu

apa yang telah kamu kerjakan (QS At-Taubah 9 105)

19

ldquo Katakanlah Hai kaumku berbuatlah sepenuh kemampuanmu sesungguhnya akupun

berbuat (pula) Kelak kamu akan mengetahui siapakah (diantara kita) yang akan

memperoleh hasil yang baik dari dunia ini Sesungguhnya orang yang dzalim itu tidak

akan mendapat keberuntunganrdquo QS Al Anrsquoam (6) 135

IIC1Konsep Kerja dalam Islam

Kemuliaan seorang manusia itu bergantung kepada apa yang dilakukannya Dengan itu

sesuatu amalan atau pekerjaan yang mendekatkan seseorang kepada Allah adalah sangat

penting serta patut untuk diberi perhatian Amalan atau pekerjaan yang demikian selain

memperoleh keberkahan serta kesenangan dunia juga ada yang lebih penting yaitu

merupakan jalan atau tiket dalam menentukan tahap kehidupan seseorang di akhirat

kelak apakah masuk golongan ahli syurga atau sebaliknya Istilah lsquokerjarsquo dalam Islam

bukanlah semata-mata merujuk kepada mencari rezeki untuk menghidupi diri dan

keluarga dengan menghabiskan waktu siang maupun malam dari pagi hingga sore terus

menerus tak kenal lelah tetapi kerja mencakup segala bentuk amalan atau pekerjaan

yang mempunyai unsur kebaikan dan keberkahan bagi diri keluarga dan masyarakat

sekelilingnya serta negara Dengan kata lain orang yang berkerja adalah mereka yang

menyumbangkan jiwa dan tenaganya untuk kebaikan diri keluarga masyarakat dan

negara tanpa menyusahkan orang lain Oleh karena itu kategori ahli Syurga seperti yang

digambarkan dalam Al-Qurrsquoan bukanlah orang yang mempunyai pekerjaanjabatan yang

tinggi dalam suatu perusahaaninstansi sebagai manajer direktur teknisi dalam suatu

bengkel dan sebagainya Tetapi sebaliknya Al-Quran menggariskan golongan yang baik

lagi beruntung (al-falah) itu adalah orang yang banyak taqwa kepada Allah khusyu

sholatnya baik tutur katanya memelihara pandangan dan kemaluannya serta

menunaikan tanggung jawab sosialnya seperti mengeluarkan zakat dan lainnya (QS Al

Mursquominun 1 ndash 11)

Golongan ini mungkin terdiri dari pegawai supir tukang sapu ataupun seorang yang

tidak mempunyai pekerjaan tetap Sifat-sifat di ataslah sebenarnya yang menjamin

20

kebaikan dan kedudukan seseorang di dunia dan di akhirat kelak Jika membaca hadits-

hadits Rasulullah SAW tentang ciri-ciri manusia yang baik di sisi Allah maka tidak

heran bahwa diantara mereka itu ada golongan yang memberi minum anjing kelaparan

mereka yang memelihara mata telinga dan lidah dari perkara yang tidak berguna tanpa

melakukan amalan sunnah yang banyak dan seumpamanyaDalam satu hadits yang

diriwayatkan oleh Umar ra berbunyi rsquoBahwa setiap amal itu bergantung pada niat

dan setiap individu itu dihitung berdasarkan apa yang diniatkannya helliprsquo

Dalam riwayat lain Rasulullah SAW bersabda lsquo Binasalah orang-orang Islam kecuali

mereka yang berilmu Maka binasalah golongan berilmu kecuali mereka yang beramal

dengan ilmu mereka Dan binasalah golongan yang beramal dengan ilmu mereka

kecuali mereka yang ikhlas Sesungguhnya golongan yang ikhlas ini juga masih dalam

keadaan bahaya yang amat besar helliprsquo Kedua hadist diatas sudah cukup menjelaskan

betapa niat yang disertai dengan keikhlasan itulah inti sebenarnya dalam kehidupan

dan pekerjaan manusia Alangkah baiknya kalau umat Islam hari ini dapat bergerak dan

bekerja dengan tekun dan mempunyai tujuan yang satu yaitu lsquomardatillahrsquo (keridhaan

Allah) itulah yang dicari dalam semua urusan Dari situlah akan lahir nilai keberkahan

yang sebenarnya dalam kehidupan yang penuh dengan curahan rahmat dan nikmat yang

banyak dari Allah Inilah golongan yang diistilahkan sebagai golongan yang tenang

dalam ibadah ridha dengan kehidupan yang ditempuh serta optimis dengan janji-janji

Allah

IIC2Meneladani Etos Kerja Rasulullah SAW

Rasulullah SAW menjadikan kerja sebagai aktualisasi keimanan dan ketakwaan Rasul

bekerja bukan untuk menumpuk kekayaan duniawi Beliau bekerja untuk meraih

keridaan Allah SWT

Suatu hari Rasulullah SAW berjumpa dengan Saad bin Muadz Al-Anshari Ketika itu

Rasul melihat tangan Saad melepuh kulitnya gosong kehitam-hitaman seperti

terpanggang matahari Kenapa tanganmu tanya Rasul kepada Saad Wahai

21

Rasulullah jawab Saad Tanganku seperti ini karena aku mengolah tanah dengan

cangkul itu untuk mencari nafkah keluarga yang menjadi tanggunganku Seketika itu

beliau mengambil tangan Saad dan menciumnya seraya berkata Inilah tangan yang

tidak akan pernah disentuh api neraka

Dalam kisah lain disebutkan bahwa ada seseorang yang berjalan melalui tempat

Rasulullah SAW Orang tersebut sedang bekerja dengan sangat giat dan tangkas Para

sahabat kemudian bertanya Wahai Rasulullah andaikata bekerja semacam orang itu

dapat digolongkan jihad fi sabilillah maka alangkah baiknya Mendengar itu Rasul pun

menjawab Kalau ia bekerja untuk menghidupi anak-anaknya yang masih kecil itu

adalah fi sabilillah kalau ia bekerja untuk menghidupi kedua orangtuanya yang sudah

lanjut usia itu adalah fi sabilillah kalau ia bekerja untuk kepentingan dirinya sendiri

agar tidak meminta-minta itu juga fi sabilillah (HR Ath- Thabrani)

Bekerja adalah manifestasi amal saleh Bila kerja itu amal saleh maka kerja adalah

ibadah Dan bila kerja itu ibadah maka kehidupan manusia tidak bisa dilepaskan dari

kerja Bukankah Allah SWT menciptakan manusia untuk beribadah kepada-Nya

Tidak berlebihan bila keberadaan seorang manusia ditentukan oleh aktivitas kerjanya

Allah SWT berfirman

Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib manusia sebelum mereka mengubah

apa yang ada pada dirinya (QS Ar-Rad [13] 11) Dalam ayat lain diungkapkan pula

ldquodan bahwasannya seorang manusia tidak akan memperoleh selain apa yang telah

diusahakannyardquo (QS Al- Najm [53] 39)

Kisah di awal menggambarkan betapa besarnya penghargaan Rasulullah SAW terhadap

kerja Kerja apapun itu selama tidak menyimpang dari aturan yang ditetapkan agama

Demikian besarnya penghargaan beliau sampaisampai dalam kisah pertama manusia

teragung ini rela mencium tangan Saad bin Muadz Al-Anshari yang melepuh lagi

gosong Rasulullah SAW dalam dua kisah tersebut memberikan motivasi pada umatnya

bahwa bekerja adalah perbuatan mulia dan termasuk bagian dari jihad Rasulullah SAW

adalah sosok yang selalu berbuat sebelum beliau memerintahkan para sahabat untuk

melakukannya Hal ini sesuai dengan tugas beliau sebagai ushwatun hasanah teladan

yang baik bagi seluruh manusia Maka saat kita berbicara tentang etos kerja islami maka

22

beliaulah orang yang paling pantas menjadi rujukan Dan berbicara tentang etos kerja

Rasulullah SAW sama artinya dengan berbicara bagaimana beliau menjalankan peran-

peran dalam hidupnya Ada lima peran penting yang diemban Rasulullah SAW yaitu

Pertama sebagai rasul Peran ini beliau jalani selama 23 tahun Dalam kurun waktu

tersebut beliau harus berdakwah menyebarkan Islam menerima menghapal

menyampaikan dan menjelaskan tak kurang dari 6666 ayat Alquran menjadi guru

(pembimbing) bagi para sahabat dan menjadi hakim yang memutuskan berbagai pelik

permasalahan umat-dari mulai pembunuhan sampai perceraian

Kedua sebagai kepala negara dan pemimpin sebuah masyarakat heterogen Tatkala

memegang posisi ini Rasulullah SAW harus menerima kunjungan diplomatik negara-

negara sahabat Rasul pun harus menata dan menciptakan sistem hukum yang mampu

menyatukan kaum Muslimin Nasrani dan Yahudi mengatur perekonomian dan

setumpuk masalah lainnya

Ketiga sebagai panglima perang Selama hidup tak kurang dari 28 kali Rasul

memimpin pertempuran melawan kafir Quraisy Sebagai panglima perang beliau harus

mengorganisasi lebih dari 53 pasukan kaveleri bersenjata Harus memikirkan strategi

perang persedian logistik keamanan transportasi kesehatan dan lainnya

Keempat sebagai kepala rumahtangga Dalam posisi ini Rasul harus mendidik

membahagiakan dan memenuhi tanggung jawab-lahir batin-terhadap para istri beliau

tujuh anak dan beberapa orang cucu Beliau dikenal sebagai sosok yang sangat

perhatian terhadap keluarganya Di tengah kesibukannya Rasul pun masih sempat

bercanda dan menjahit sendiri bajunya

Kelima sebagai seorang pebisnis Sejak usia 12 tahun pamannya Abu Thalib sudah

mengajaknya melakukan perjalanan bisnis ke Syam negeri yang saat ini meliputi Syria

Jordan dan Lebanon Dari usia 17 hingga sekitar 20 tahun adalah masa tersulit dalam

perjalanan bisnis Rasul karena beliau harus mandiri dan bersaing dengan pemain pemain

23

senior dalam perdagangan regional Usia 20 hingga 25 tahun merupakan titik keemasan

entrepreneurship Rasulullah SAW terbukti dengan terpikatnya konglomerat Mekah

Khadijah binti Khuwailid yang kemudian melamarnya menjadi suami Afzalurrahman

dalam bukunya Muhammad Sebagai Seorang Pedagang (2000 5-12) mencatat bahwa

Rasul pun sering terlibat dalam perjalanan bisnis ke berbagai negeri seperti Yaman

Oman dan Bahrain Dan beliau mulai mengurangi kegiatan bisnisnya ketika mencapai

usia 37 tahun

Adalah kenyataan bila Rasulullah SAW mampu menjalankan kelima perannya tersebut

dengan sempurna bahkan menjadi yang terbaik Tak heran bila para ilmuwan baik itu

yang Muslim maupun non-Muslim menempatkan beliau sebagai orang yang paling

berpengaruh paling pemberani paling bijaksana paling bermoral dan sejumlah paling

lainnya

IIC3Rahasia kesuksesan karier dan pekerjaan Rasulullah SAW

Pertama Rasul selalu bekerja dengan cara terbaik profesional dan tidak asal-asalan

Beliau bersabda Sesungguhnya Allah menginginkan jika salah seorang darimu bekerja

maka hendaklah meningkatkan kualitasnya

Kedua dalam bekerja Rasul melakukannya dengan manajemen yang baik perencanaan

yang jelas pentahapan aksi dan adanya penetapan skala prioritas

Ketiga Rasul tidak pernah menyia-nyiakan kesempatan sekecil apapun Barangsiapa

yang dibukakan pintu kebaikan hendaknya dia mampu memanfaatkannya karena ia

tidak tahu kapan ditutupkan kepadanya demikian beliau bersabda

Keempat dalam bekerja Rasul selalu memperhitungkan masa depan Beliau adalah

sosok yang visioner sehingga segala aktivitasnya benar-benar terarah dan terfokus

Kelima Rasul tidak pernah menangguhkan pekerjaan Beliau bekerja secara tuntas dan

berkualitas

Keenam Rasul bekerja secara berjamaah dengan mempersiapkan (membentuk) tim

yang solid yang percaya pada cita-cita bersama

24

Ketujuh Rasul adalah pribadi yang sangat menghargai waktu Tidak berlalu sedetik pun

waktu kecuali menjadi nilai tambah bagi diri dan umatnya Dan yang terakhir

Rasulullah SAW menjadikan kerja sebagai aktualisasi keimanan dan ketakwaan Rasul

bekerja bukan untuk menumpuk kekayaan duniawi Beliau bekerja untuk meraih

keridhaan Allah SWT Inilah kunci terpenting Semoga Allah SWT memberikan

kemampuan kepada kita untuk meneladani etos kerja Rasulullah SAW

25

BAB III

PEMBAHASAN

IIIA HUBUNGAN ANTARA ORGANIZATION-BASED SELF-ESTEEM

(OBSE) DAN ETOS KERJA

Untuk dapat meningkatkan Etos Kerja diperlukan adanya suatu sikap yang menilai

tinggi pada kerja keras dan sungguh-sungguh Karena itu perlu ditemukan suatu

dorongan yang tepat untuk memotivasi dan merubah sikap (Anoraga 1992) Seperti

yang sudah dipaparkan Anoraga sebelumnya bahwa motivasi merupakan kunci untuk

membangun Etos Kerja yang baik Motivasi kerja adalah sesuatu yang menimbulkan

semangat atau dorongan kerja kuat lemahnya motivasi kerja seseorang ikut menentukan

besar kecilnya prestasi seorang pekerja

Tujuan organisasi yang ditanamkan dalam visi misi filosofi dan mottoorganisasi

merupakan suatu nilai ideal yang harus dicapai individu Dengan proses yang tepat

organisasi berusaha menanamkan nilai-nilai ini pada para anggotanya

Nilai ideal yang dipersepsikan oleh anggota akan mempengaruhi penilaiannya terhadap

dirinya sehingga membentuk OBSE-nya Nilai-nilai ini ditanamkan oleh organisasi

dengan tujuan utama yaitu kinerja dan kualitas kerja yang meningkat

Kinerja dan kualitas kerja yang baik dapat dicapai dengan Etos Kerja yang baik maka

organisasi secara tidak langsung berusaha untuk meningkatkan Etos Kerja anggotanya

OBSE mempengaruhi beberapa aspek antara lain global self-esteemharga diri secara

keseluruhan kepuasan secara keseluruhan perilaku warga negara yang baik komitmen

dan kepuasan organisasi prestasi kerja dan terakhir adalah motivasi intrinsik (Kreitner

amp Kinicki 2000) Menurut Alderfer (dalam Siagian 1995) dengan teori motivasi ERG-

nya salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi adalah faktor R (Relatedness) yaitu

kebutuhan akan pemenuhan rasa puas dalam berhubungan dengan keluarga teman

atasan bawahan dan rekan sekerja dimana hal ini melibatkan unsur cinta dan self-

esteem Dengan meningkatnya self-esteem pekerja yang didasarkan pada keberadaannya

sebagai bagian dari organisasi maka motivasinya secara intrinsic dalam bekerja

meningkat Herzberg (dalam Anoraga 1992) yang melakukan studi mengenai motivasi

26

kerja menyatakan faktor intrinsik dalam bekerja yang meliputi pencapaian sukses

pengakuan kemungkinan untuk meningkat dalam jabatan (karier) tanggung jawab

kemungkinan berkembang dan pekerjaan itu sendiri Dapat dilihat bahwa faktor-faktor

intrinsik ini merupakan aspek-aspek yang akan tergambar pada OBSE Faktor pengakuan

dapat dilihat pada persepsi tentang seberapa berharga dan pentingnya individu dalam

organisasi apakah ia merasa diterima sebagai anggota organisasi dan merasa aman

sebagai bagian dari organisasi

Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat dilihat bagaimana OBSE mempengaruhi

motivasi intrinsik seseorang untuk bekerja Ketika OBSE meningkat motivasi intrinsik

seseorang dalam bekerja turut meningkat maka seharusnya Etos Kerjanya akan

meningkat juga Artinya kebutuhan organisasi untuk mencapai hasil dan kinerja

organisasi yang lebih baik dapat dicapai salah satunya melalui upaya meningkatkan

OBSE pekerjanya

Penelitian lain yang telah dilakukan mengenai OBSE yaitu penelitian Lanford Roe

Carson amp Carson (1997) pada teknisi unit gawat darurat Mereka menemukan

peningkatan OBSE berpeluang meningkatkan komitmen terhadap karier menurunkan

kecenderungan menarik diri dari tugas dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya

kualitas perlakuan Hal ini merupakan beberapa indikasi perilaku yang mencerminkan

Etos Kerja seperti yang dikatakan Sinamo (2005) yaitu bekerja dengan integritas

bekerja dengan penuh tanggung jawab bekerja dengan sempurna Secara umum dapat

dikatakan bahwa bila seseorang merasa berharga dalam organisasi dikarenakan berbagai

faktor ia akan cenderung memiliki motivasi yang lebih baik untuk mencapai tujuan

yang ditetapkan organisasi tersebut sehingga Etos Kerjanya akan lebih baik daripada

individu dengan OBSE-nya rendah

IIIA PENGARUH ETOS KERJA ISLAMI TERHADAP KINERJA SESEORANG

etos kerja islami yang didasarkan pada Al-Qurrsquoan dan Hadits agar produktivitas kerja

karyawan dapat menunjang perkembangan ekonomi ummat serta pengaruh kinerja yang

ditunjukkan oleh karyawan itu sendiri Setidaknya etos kerja itu bersumber dan

27

berkaitan langsung dengan nilai-nilai kejiwaan seseorang dan menunjukkan pula

pandangan hidup yang mendarah daging untuk dapat mengembangkan dirinya sehingga

etos kerja kerja menunjukkan pula sikap dan harapan seseorang Dan dengan sikap

seperti ini seseorang yang memiliki etos akan berusaha untuk memenuhi harapannya

tersebut Sebab Etos kerja juga mempunyai makna nilai moral dan pemberdayaan diri

yaitu suatu pandangan batin yang bersifat mendarah daging Seseorang akan merasakan

bahwa hanya dengan menghasilkan pekerjaan yang terbaik bahkan sempurna nilai-nilai

Islam yang diyakininya dapat diwujudkan

Dengan pengembangan kualitas yang ada dalam diri pribadi setiap manusia semua yang

dilaksanakan dapat terwujud sesuai nilai moral yang dimilikinya Karenanya etos kerja

bukanlah sekedar kepribadian atau sikap melainkan lebih mendalam lagi karena

didalamnya terdapat martabat harga diri dan jati diri dari seorang tersebut

Berkaitan dengan ini Ahmad (200117) menegaskan bahwa Islam tidak hanya

memerintahkan manusia hanya untuk sholat saja namun manusia juga diperintahkan

untuk mencari rezeki di bumi 1048755Apabila telah ditunaikan sholat maka bertebaranlah

kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah1048755Dan Allah adalah sebaik-baik Pemberi

Rezeki1048755 (QS Al Jumursquoah 10-11) Petikan-petikan ayat di atas sangatlah jelas

memperlihatkan pandangan Islam terhadap nilai kerja itu sendiri

Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Tasmara (200226) etos kerja islami menekankan

pada kerja sama dalam bekerja dan konsep konsultasi yang terlihat sebagai jalan untuk

mengatasi rintangan atau masalah dan menghindari kesalahan Hubungan sosial dalam

bekerja merupakan pendorong yang bertujuan untuk mempertemukan kebutuhan

seseorang dan membuat keseimbangan antara kebutuhan individu dan kehidupan sosial

Dan hal ini juga diperkuat dengan firman Allah SWT dalam surat Al

Jumursquoah 1048755Maka apabila telah ditunaikan sholat maka bertebaranlah kamu di muka

bumi dan carilah karunia Allah serta banyaklah ingat kepada Allah agar kamu

beruntung1048755 (QS Al Jumursquoah 10) Jadi dalam ayat tersebut tersirat pesan yaitu

hendaknya kita beribadah sebagaimana diwajibkan namun kita juga harus bekerja

mencari rezeki dari kemurahan Allah Bersama dengan itu kita senantiasa ingat kepada-

Nya Yakni memenuhi semua ketentuan etis dan akhlaq dalam bekerja yaitu dengan

28

menyadari pengawasan dan perhitungan Allah terhadap setiap bentuk kerja kita Semua

perilaku manusia didasari prinsip rahman dan rahim dengan kesadaran penuh sebagai

rahmatan lil 1048755alamin integritas yang sangat tinggi karena merasa dirinya dilihat oleh

Allah bukan karena atasan atau sekedar upah belaka dan jabatan hanya dilihat sebagai

amanah Allah (Agustian 200152) Sikap ini akan mendorong suatu kreativitas tanpa

henti untuk menciptakan mutu pelayanan dan produk yang lebih berkualitas yang

dipandang dalam etos kerja islami

29

BAB IV

KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari tulisan ini sebagai berikut

1 Sesuai dengan landasan teori yang telah dibahas sebelumnya dapat dikatakan

bahwa ketika Organisation-Based Self-Esteem (OBSE) seseorang meningkat

maka motivasinya untuk mencapai kinerja yang lebih baik di dalam organisasi

tersebut akan meningkat secara intrinsik (kreitner amp Kinicki 2000) sehingga

cara pandangnya terhadap nilai bekerja yang dikenal dengan konsep Etos Kerja

turut meningkat (Anoraga 1992)

2 Ketika nilai Organisation-Based Self-Esteem (OBSE) seorang individu rendah

belum tentu nilai Etos Kerjanya harus rendah pula karena selain faktor OBSE

masih terdapat faktor-faktor lain yang turut mempengaruhi Etos Kerja seseorang

seperti yang telah dijelaskan pada bab dua seperti agama pendidikan sosial

budaya struktur ekonomi dan sebagainya Kualitas beragama unsur sosial

budaya dan kondisi ekonomi misalnya dapat mempengaruhi cara pandang

seseorang terhadap nilai bekerja

3 etos kerja islami didasarkan pada Al-Qurrsquoan dan Hadits agar produktivitas kerja

karyawan dapat menunjang perkembangan ekonomi ummat serta pengaruh

kinerja yang ditunjukkan oleh karyawan itu sendiri Sehingga dapat terbentuk

etoskerja yang mempunyai makna nilai moral dan pemberdayaan diri

30

DAFTAR PUSTAKA

1

2

3

31

Page 6: Paper Etos Kerja 2

kerja yang integral Menurutnya jika seseorang suatu organisasi atau suatu komunitas

menganut paradigma kerja mempercayai dan berkomitmen pada paradigma kerja

tersebut semua itu akan melahirkan sikap dan perilaku kerja mereka yang khas Itulah

yang akan menjadi Etos Kerja dan budaya Sinamo (2005) memandang bahwa Etos

Kerja merupakan fondasi dari sukses yang sejati dan otentik Pandangan ini dipengaruhi

oleh kajiannya terhadap studi-studi sosiologi sejak zaman Max Weber di awal abad ke-

20 dan penulisanpenulisan manajemen dua puluh tahun belakangan ini yang semuanya

bermuara pada satu kesimpulan utama bahwa keberhasilan di berbagai wilayah

kehidupan ditentukan oleh perilaku manusia terutama perilaku kerja Sebagian orang

menyebut perilaku kerja ini sebagai motivasi kebiasaan (habit) dan budaya kerja

Sinamo (2005) lebih memilih menggunakan istilah etos karena menemukan bahwa kata

etos mengandung pengertian tidak saja sebagai perilaku khas dari sebuah organisasi atau

komunitas tetapi juga mencakup motivasi yang menggerakkan mereka karakteristik

utama spirit dasar pikiran dasar kode etik kode moral kode perilaku sikap-sikap

aspirasi-aspirasi keyakinan-keyakinan prinsip-prinsip dan standar-standar

Melalui berbagai pengertian diatas baik secara etimologis maupun praktis dapat

disimpulkan bahwa Etos Kerja merupakan seperangkat sikap atau pandangan mendasar

yang dipegang sekelompok manusia untuk menilai bekerja sebagai suatu hal yang positif

bagi peningkatan kualitas kehidupan sehingga mempengaruhi perilaku kerjanya

IIA2 Aspek-Aspek Etos Kerja

Menurut Sinamo (2005) setiap manusia memiliki spiritroh keberhasilan yaitu motivasi

murni untuk meraih dan menikmati keberhasilan Roh inilah yang menjelma menjadi

perilaku yang khas seperti kerja keras disiplin teliti tekun integritas rasional

bertanggung jawab dan sebagainya melalui keyakinan komitmen dan penghayatan atas

paradigma kerja tertentu Dengan ini maka orang berproses menjadi manusia kerja yang

positif kreatif dan produktif Dari ratusan teori sukses yang beredar di masyarakat

sekarang ini Sinamo (2005) menyederhanakannya menjadi empat pilar teori utama

6

Keempat pilar inilah yang sesungguhnya bertanggung jawab menopang semua jenis dan

sistem keberhasilan yang berkelanjutan (sustainable success system) pada semua

tingkatan Keempat elemen itu lalu dia konstruksikan dalam sebuah konsep besar yang

disebutnya sebagai Catur Dharma Mahardika (bahasa Sanskerta) yang berarti Empat

Darma Keberhasilan Utama yaitu

1 Mencetak prestasi dengan motivasi superior

2 Membangun masa depan dengan kepemimpinan visioner

3 Menciptakan nilai baru dengan inovasi kreatif

4 Meningkatkan mutu dengan keunggulan insani

Keempat darma ini kemudian dirumuskan pada delapan aspek Etos Kerja sebagai

berikut

1 Kerja adalah rahmat karena kerja merupakan pemberian dari Yang Maha Kuasa

maka individu harus dapat bekerja dengan tulus dan penuh syukur

2 Kerja adalah amanah kerja merupakan titipan berharga yang dipercayakan pada

kita sehingga secara moral kita harus bekerja dengan benar dan penuh tanggung

jawab

3 Kerja adalah panggilan kerja merupakan suatu dharma yang sesuai dengan

panggilan jiwa kita sehingga kita mampu bekerja dengan penuh integritas

4 Kerja adalah aktualisasi pekerjaan adalah sarana bagi kita untuk mencapai

hakikat manusia yang tertinggi sehingga kita akan bekerja keras dengan penuh

semangat

5 Kerja adalah ibadah bekerja merupakan bentuk bakti dan ketaqwaan kepada

Sang Khalik sehingga melalui pekerjaan individu mengarahkan dirinya pada

tujuan agung Sang Pencipta dalam pengabdian

6 Kerja adalah seni kerja dapat mendatangkan kesenangan dan kegairahan kerja

sehingga lahirlah daya cipta kreasi baru dan gagasan inovatif

7

7 Kerja adalah kehormatan pekerjaan dapat membangkitkan harga diri sehingga

harus dilakukan dengan tekun dan penuh keunggulan

8 Kerja adalah Pelayanan manusia bekerja bukan hanya untuk memenuhi

kebutuhannya sendiri saja tetapi untuk melayani sehingga harus bekerja dengan

sempurna dan penuh kerendahan hati

Anoraga (1992) juga memaparkan secara eksplisit beberapa sikap yang seharusnya

mendasar bagi seseorang dalam memberi nilai pada kerja yang disimpulkan sebagai

berikut

1 Bekerja adalah hakikat kehidupan manusia

2 Pekerjaan adalah suatu berkat Tuhan

3 Pekerjaan merupakan sumber penghasilan yang halal dan tidak amoral

4 Pekerjaan merupakan suatu kesempatan untuk mengembangkan diri dan berbakti

5 Pekerjaan merupakan sarana pelayanan dan perwujudan kasih

Dalam penulisannya Akhmad Kusnan (2004) menyimpulkan pemahaman bahwa Etos

Kerja menggambarkan suatu sikap maka ia menggunakan lima indikator untuk

mengukur Etos Kerja Menurutnya Etos Kerja mencerminkan suatu sikap yang memiliki

dua alternatif positif dan negatif Suatu individu atau kelompok masyarakat dapat

dikatakan memiliki Etos Kerja yang tinggi apabila menunjukkan tanda-tanda sebagai

berikut

1 Mempunyai penilaian yang sangat positif terhadap hasil kerja manusia

2 Menempatkan pandangan tentang kerja sebagai suatu hal yang amat luhur bagi

eksistensi manusia

3 Kerja yang dirasakan sebagai aktivitas yang bermakna bagi kehidupan manusia

4 Kerja dihayati sebagai suatu proses yang membutuhkan ketekunan dan sekaligus

sarana yang penting dalam mewujudkan cita-cita

5 Kerja dilakukan sebagai bentuk ibadah Bagi individu atau kelompok masyarakat

yang memiliki Etos Kerja yang rendah maka akan ditunjukkan ciri-ciri yang

sebaliknya (Kusnan 2004) yaitu

8

1) Kerja dirasakan sebagai suatu hal yang membebani diri

2) Kurang dan bahkan tidak menghargai hasil kerja manusia

3) Kerja dipandang sebagai suatu penghambat dalam memperoleh

kesenangan

4) Kerja dilakukan sebagai bentuk keterpaksaan

5) Kerja dihayati hanya sebagai bentuk rutinitas hidup

Dari berbagai aspek yang ditampilkan ketiga tokoh diatas dapat dilihat bahwa aspek-

aspek yang diusulkan oleh dua tokoh berikutnya telah termuat dalam beberapa aspek

Etos Kerja yang dikemukakan oleh Sinamo sehingga penulisan ini mendasari

pemahamannya pada delapan aspek Etos Kerja yang dikemukakan oleh Sinamo sebagai

indikator terhadap Etos Kerja

IIA3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Etos Kerja

Etos Kerja dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu

a Agama

Dasar pengkajian kembali makna Etos Kerja di Eropa diawali oleh buah pikiran Max

Weber Salah satu unsur dasar dari kebudayaan modern yaitu rasionalitas (rationality)

menurut Weber (1958) lahir dari etika Protestan Pada dasarnya agama merupakan suatu

sistem nilai Sistem nilai ini tentunya akan mempengaruhi atau menentukan pola hidup

para penganutnya Cara berpikir bersikap dan bertindak seseorang pastilah diwarnai

oleh ajaran agama yang dianutnya jika ia sungguh-sungguh dalam kehidupan beragama

Dengan demikian kalau ajaran agama itu mengandung nilai-nilai yang dapat memacu

pembangunan jelaslah bahwa agama akan turut menentukan jalannya pembangunan

atau modernisasi Weber (1958) memperlihatkan bahwa doktrin predestinasi dalam

protestanisme mampu melahirkan etos berpikir rasional berdisiplin tinggi bekerja tekun

sistematik berorientasi sukses (material) tidak mengumbar kesenangan namun hemat

dan bersahaja (asketik) serta menabung dan berinvestasi yang akhirnya menjadi titik

9

tolak berkembangnya kapitalisme di dunia modern Sejak Weber menelurkan karya tulis

The Protestant Ethic and the Spirit of Capitalism (1958) berbagai studi tentang Etos

Kerja berbasis agama sudah banyak dilakukan dengan hasil yang secara umum

mengkonfirmasikan adanya korelasi positif antara sebuah sistem kepercayaan tertentu

dan kemajuan ekonomi kemakmuran dan modernitas (Sinamo 2005) Menurut

Rosmiani (1996) Etos Kerja terkait dengan sikap mental tekad disiplin dan semangat

kerja Sikap ini dibentuk oleh sistem orientasi nilai-nilai budaya yang sebagian

bersumber dari agama atau sistem kepercayaanpaham teologi tradisional Ia

menemukan Etos Kerja yang rendah secara tidak langsung dipengaruhi oleh rendahnya

kualitas keagamaan dan orientasi nilai budaya yang konservatif turut menambah

kokohnya tingkat Etos Kerja yang rendah itu

b Budaya

Selain temuan Rosmiani (1996) diatas Usman Pelly (dalam Rahimah 1995)

mengatakan bahwa sikap mental tekad disiplin dan semangat kerja masyarakat juga

disebut sebagai etos budaya dan secara operasional etos budaya ini juga disebut sebagai

Etos Kerja Kualitas Etos Kerja ini ditentukan oleh sistem orientasi nilai budaya

masyarakat yang bersangkutan Masyarakat yang memiliki sistem nilai budaya maju

akan memiliki Etos Kerja yang tinggi dan sebaliknya masyarakat yang memiliki sistem

nilai budaya yang konservatif akan memiliki Etos Kerja yang rendah bahkan bisa sama

sekali tidak memiliki Etos Kerja Pernyataaan ini juga didukung oleh studi yang

dilakukan Suryawati Dharmika Namiartha Putri dan weda (1997) yang menyimpulkan

bahwa semangat kerjaEtos Kerja sangat ditentukan oleh nilainilai budaya yang ada dan

tumbuh pada masyarakat yang bersangkutan Etos Kerja juga sangat berpegang teguh

pada moral etik dan bahkan Tuhan Etos Kerja berdasarkan nilai-nilai budaya dan agama

ini menurut mereka diperoleh secara lisan dan merupakan suatu tradisi yang disebarkan

secara turuntemurun

c Sosial Politik

10

Soewarso Rahardjo Subagyo dan Utomo (1995) menemukan bahwa tinggi rendahnya

Etos Kerja suatu masyarakat dipengaruhi oleh ada atau tidaknya struktur politik yang

mendorong masyarakat untuk bekerja keras dan dapat menikmati hasil kerja keras

mereka dengan penuh KH Abdurrahman Wahid (2002) mengatakan bahwa Etos Kerja

harus dimulai dengan kesadaran akan pentingnya arti tanggung jawab kepada masa

depan bangsa dan negara Dorongan untuk mengatasi kemiskinan kebodohan dan

keterbelakangan hanya mungkin timbul jika masyarakat secara keseluruhan memiliki

orientasi kehidupan yang teracu ke masa depan yang lebih baik Orientasi ke depan itu

harus diikuti oleh penghargaan yang cukup kepada kompetisi dan pencapaian

(achievement) Orientasi ini akan melahirkan orientasi lain yaitu semangat

profesionalisme yang menjadi tulang-punggung masyarakat modern

d Kondisi LingkunganGeografis

Suryawati Dharmika Namiartha Putri dan weda (1997) juga menemukan adanya

indikasi bahwa Etos Kerja dapat muncul dikarenakan faktor kondisi geografis

Lingkungan alam yang mendukung mempengaruhi manusia yang berada di dalamnya

melakukan usaha untuk dapat mengelola dan mengambil manfaat dan bahkan dapat

mengundang pendatang untuk turut mencari penghidupan di lingkungan tersebut

e Pendidikan

Etos Kerja tidak dapat dipisahkan dengan kualitas sumber daya manusia Peningkatan

sumber daya manusia akan membuat seseorang mempunyai Etos Kerja keras

Meningkatnya kualitas penduduk dapat tercapai apabila ada pendidikan yang merata dan

bermutu disertai dengan peningkatan dan perluasan pendidikan keahlian dan

keterampilan sehingga semakin meningkat pula aktivitas dan produktivitas masyarakat

sebagai pelaku ekonomi (Rahimah Fauziah Suri dan Nasution 1995)

f Struktur Ekonomi

11

Pada penulisan Soewarso Rahardjo Subagyo dan Utomo (1995) disimpulkan juga

bahwa tinggi rendahnya Etos Kerja suatu masyarakat dipengaruhi oleh ada atau tidaknya

struktur ekonomi yang mampu memberikan insentif bagi anggota masyarakat untuk

bekerja keras dan menikmati hasil kerja keras mereka dengan penuh

g Motivasi Intrinsik individu

Anoraga (1992) mengatakan bahwa Individu yang akan memiliki Etos Kerja yang tinggi

adalah individu yang bermotivasi tinggi Etos Kerja merupakan suatu pandangan dan

sikap yang tentunya didasari oleh nilai-nilai yang diyakini seseorang Keyakinan inilah

yang menjadi suatu motivasi kerja Maka Etos Kerja juga dipengaruhi oleh motivasi

seseorang

Menurut Herzberg (dalam Siagian 1995) motivasi yang sesungguhnya bukan

bersumber dari luar diri tetapi yang tertanamterinternalisasi dalam diri sendiri yang

sering disebut dengan motivasi intrinsik Ia membagi factor pendorong manusia untuk

melakukan kerja ke dalam dua faktor yaitu factor hygiene dan faktor motivator Faktor

hygiene ini merupakan faktor dalam kerja yang hanya akan berpengaruh bila ia tidak

ada yang akan menyebabkan ketidakpuasan Ketidakhadiran faktor ini dapat mencegah

timbulnya motivasi tetapi ia tidak menyebabkan munculnya motivasi faktor ini disebut

juga factor ekstrinsik yang termasuk diantaranya yaitu gaji status keamanan kerja

kondisi kerja kebijaksanaan organisasi hubungan dengan rekan kerja dan supervisi

Ketika sebuah organisasi menargetkan kinerja yang lebih tinggi tentunya organisasi

tersebut perlu memastikan terlebih dahulu bahwa factor hygiene tidak menjadi

penghalang dalam upaya menghadirkan motivasi intrinsik

Faktor yang kedua adalah faktor motivator sesungguhnya yang mana ketiadaannya

bukan berarti ketidakpuasan tetapi kehadirannya menimbulkan rasa puas sebagai

manusia Faktor ini disebut juga faktor intrinsik dalam pekerjaan yang meliputi

pencapaian suksesachievement pengakuanrecognition kemungkinan untuk meningkat

dalam jabatan (Karier)advancement tanggung jawabresponsibility kemungkinan

berkembanggrowth possibilities dan pekerjaan itu sendirithe work itself (Herzberg

12

dalam Anoraga 1992) Hal-hal ini sangat diperlukan dalam meningkatkan performa kerja

dan menggerakkan pekerja hingga mencapai performa yang tertinggi

IIB ORGANIZATION-BASED SELF-ESTEEM

IIB1 Pengertian Organization-Based Self-esteem

Secara sederhana self-esteem diartikan sebagai proses evaluasi diri seseorang baik dalam

cara yang positif maupun negatif (Greenberg 2005)

Hogg amp Vaughan (2002) mendefinisikan self-esteem sebagai evaluasi dan perasaan

tentang diri pribadi

Kreitner amp Kinicki (2000) mendefinisikan istilah self-esteem sebagai suatu keyakinan

nilai diri sendiri yang didasarkan pada evaluasi diri secara keseluruhan

Rosenberg (dalam Kernis 1995) dan para ahli lainnya telah membandingkan self-esteem

dengan sikap dan menemukan bahwa self-esteem memiliki komponen afektif dan

kognitif Komponen kognitif mengacu pada keyakinan individu tentang keberhargaan

dirinya

Tory Higgins (dalam Deaux Dane Wrightsman 1993) mengajukan dua tipe diri

potensial yang menempati konsep diri kita yaitu Ideal-Self dan Ought- Self Ideal-self

mengacu kepada konsep diri yang ingin dicapai individu sedangkan ought-self adalah

konsep diri yang sebenarnya hadir Ketika kesenjangan antara ideal-self dan ought-self

ini terlalu besar maka akan timbullah perasaan yang tidak menyenangkan suatu kondisi

yang dihindari oleh setiap orang Setiap orang selalu berusaha memperoleh perasaan

yang menyenangkan tentang dirinya Biasanya tuntutan perasaan positif ini

menimbulkan over-estimasi terhadap evaluasi mengenai nilai-nilai baik seseorang

13

kemampuannya dalam mengatasi situasi atau kejadian atau terlalu optimis Memiliki

penilaian yang akurat tentang diri memang penting tetapi sepertinya tidak lebih penting

daripada perasaan positif seseorang tentang dirinya (Hogg amp Vaughan 2002)

Gambaran diri yang positif dan self-esteem yang berhubungan dengannya merupakan

tujuan penting untuk kebanyakan orang setiap waktu Hal ini menunjukkan temuan

Rosenberg mengenai komponen afektif pada self-esteem Harga diri yang tinggi baik

yang realistis maupun yang tidak merupakan suatu hal yang menyenangkan dan

karenanya banyak ahli menganggapnya sebagai tujuan manusia yang utama (Rosenberg

dalam Deaux Dane Wrightsman 1993) Kita cenderung menduga bahwa unsur self-

esteem yang tinggi akan menghasilkan perilaku positif yang menandakan individu yang

sehat secara psikologis Tetapi banyak studi yang menemukan bahwa tidak selamanya

selfesteem yang tinggi menghasilkan individu yang percaya diri dan tidak menampilkan

sikap permusuhan Baumeister (dalam Hogg amp Vaughan 2002) menemukan perilaku

kekerasan yang dapat dikaitkan dengan harga diri yang tinggi dimana ketika individu

yang memiliki gambaran diri yang menyenangkan merasa terancam individu tersebut

cenderung akan menampilkan sikap agresif

Kernis (dalam Hogg amp Vaughan 2002) juga menemukan individu yang arogan angkuh

dan terlalu asertif diantara orang-orang dengan harga diri yang tinggi

Rhodewalt (dalam Hogg amp Vaughan 2002) menemukan individu yang pada dasarnya

memiliki harga diri tinggi yang mudah hilang dikenal dengan individu narsistik Harga

diri yang rendah tidak selamanya juga memiliki konsekuensi negatif

Baumeister (dalam Kernis 1995) menemukan individu yang self-esteemnya rendah

menampilkan karakter tidak pasti namun netral daripada karakter negatif

Swann Pelham amp Krull (dalam Kernis 1995) menemukan individu dengan selfesteem

rendah memiliki strategi pertahanan diri tertentu yang cenderung berorientasi pada

peningkatan diri Untuk dapat menjelaskan fenomena yang beragam terkait dengan

14

harga diri yang tinggi dan rendah seperti yang telah dibahas diatas Deci amp Ryan (dalam

Kernis 1995) mengajukan dua jenis harga diri yaitu contingent self-esteem dan true self-

esteem Contingent self-esteem mengacu pada perasaan tentang diri seseorang yang

dihasilkan oleh ndash dan bergantung pada ndash pencapaian harapan seseorang Misalnya

seseorang merasa dirinya adalah orang yang baik dan berharga jika ia berhasil

menyelesaikan suatu tugas Jika ia terus dapatn menyelesaikan tugas berikutnya yang

serupa maka ia akan terus memiliki harga diri yang tinggi Artinya harga diri ini bersifat

labil dan hanya berpusat pada kepentingan pribadi True self-esteem bersifat lebih stabil

didasari oleh perasaan yang kuat tentang diri pribadi Individu dengan true self-esteem

yang tinggi juga memiliki tujuan dan aspirasi dan akan merasa senang bila tujuannya

tercapai atau sedih bila tidak tercapai Tetapi perasaan mereka sebagai manusia yang

berharga tidak berfluktuasi bergantung pada pencapaian sehingga mereka tidak merasa

superior ketika berhasil ataupun tertekan ketika gagal

Berdasarkan penulisan Baumeister (dalam Hogg amp Vaughan 2002) secara umum

individu dengan karakteristik self-esteem yang tinggi memiliki ciri-ciri

1 Gigih dan ulet dalam menghadapi masa depan

2 Stabil secara emosi dan afektif

3 Kurang fleksibel dan kurang lunak

4 Tidak mudah dibujuk dan dipengaruhi

5 Bereaksi positif pada kehidupan yang menyenangkan dan sukses

6 Memiliki konsep diri yang stabil teliti dan konsisten

7 Berorientasi motivasi pada peningkatan diri

Sedangkan individu dengan self-esteem rendah memiliki ciri-ciri

1 Mudah terluka pada tekanan yang ditemui sehari-hari

2 Mudah berubah dalam afeksi dan suasana hati

3 Fleksibel dan lunak

4 Mudah dibujuk dan dipengaruhi

5 Menginginkan kesuksesan dan persetujuan tetapi ragu-ragu akan memperolehnya

6 Bereaksi negatif terhadap kehidupan yang menyenangkan dan sukses

15

7 Memiliki konsep diri yang sederhana dan tidak stabil

8 Orientasi motivasi pada perlindungan diri

Terdapat beberapa tipe self-esteem yang telah dibahas para ahli diantaranya global self-

esteem yaitu persepsi individu mengenai keberhargaan dirinya secara keseluruhan

Kemudian dikenal juga role-based self-esteem yaitu harga diri dikaitkan dengan

peranan atau posisi seseorang Ada juga task-based self-esteem yaitu harga diri yang

dikaitkan dengan keberhasilan seseorang dalam menyelesaikan tugas Self-esteem sangat

berhubungan dengan identitas sosial seseorang (Hogg amp Vaughan 2002)

Identitas sosial adalah bagian dari konsep diri yang berasal dari keanggotaan individu

dalam kelompok sosial Ketika individu mengevaluasi dirinya ia dipengaruhi oleh

prestise dan status dalam suatu kelompok masyarakat yang dipersepsikannya juga

melekat pada dirinya jika ia menganggap dirinya bagian dari atau berorientasi kepada

kelompok masyarakat tertentu Penilaian ini juga akan dibandingkan dengan kelompok

diluar kelompok masyarakat yang dipersepsikannya sebagai kelompoknya Organisasi

adalah suatu kelompok masyarakat yang tentunya dapat memberikan pengaruh bagi

seseorang dalam menilai dirinya Menjadi bagian dari suatu organisasi maka individu

harus tunduk pada aturan kebiasaan norma serta menyesuaikan diri dengan budaya dan

iklim organisasi Organisasi memiliki tujuan dan cita-cita yang menjiwai setiap aspek

kehidupan organisasi sehingga secara otomatis mempengaruhi setiap individu yang ada

di dalamnya Dari pemahaman ini muncullah kajian tentang harga diri dalam konteks

organisasi Nilai yang dimiliki oleh seorang individu atas dirinya sebagai anggota

organisasi yang bertindak dalam konteks organisasi disebut harga diri berbasis

organisasi atau Organization-based Self-esteem yang disingkat dengan OBSE (Kreitner

amp Kinicki 2000) Dalam konteks organisasi pengaruh self-esteem yang cukup

signifikan telah terlihat melalui berbagai penemuan Misalnya individu yang memiliki

self-esteem yang tinggi cenderung lebih sukses dalam upaya menemukan pekerjaan

sedangkan individu dengan self-esteem yang rendah bila dipekerjakan akan lebih

tertarik pada organisasi yang besar dimana posisi mereka tidak terlalu diperhatikan

Pekerja dengan self-esteem yang tinggi cenderung secara aktif berusaha menemukan

16

materi yang dibutuhkan untuk mengatasi masalah pekerjaan dan menggunakan

kemampuan serta keahlian mereka secara penuh sehingga hasil kerjanya lebih maksimal

Cukup menarik untuk diperhatikan bahwa individu dengan self-esteem rendah

kelihatannya sadar dengan kemungkinan mereka memberikan hasil yang buruk Mereka

cenderung menilai dirinya secara negatif (khususnya ketika penilaian terhadap performa

mereka ambigu) dan pada dasarnya bertanggungjawab terhadap hasil buruk tersebut

(Greenberg 2005)

IIB2 Aspek-aspek Organization-based Self-esteem

Dalam konteks organisasi penilaian seseorang terhadap dirinya terkait dengan

bagaimana kondisi organisasi secara struktural kerumitan pekerjaan yang dihadapinya

serta adanya penghargaan dari pihak managerial OBSE cenderung meningkat ketika

individu mempersepsikan bahwa atasan mereka memiliki suatu kepedulian pada mereka

Nilainya juga lebih tinggi pada organisasi dengan struktur yang organik (fleksibel)

daripada yang kaku (Birokratis) Pekerjaan yang rumit dan menantang juga mendorong

OBSE yang lebih tinggi daripada pekerjaan yang sederhana berulang-ulang serta

membosankan Dan faktor-faktor ini juga berhubungan dengan motivasi untuk tugas

yang lebih besar (Kreitner amp Kinicki 2000)

Tan Kim Sek (2003) menemukan bahwa metode sosialisasi yang efektif dapat

meningkatkan kompetensi pekerja dalam menyelesaikan tugasnya terkait dengan

peranannya dalam organisasi yang akan meningkatkan OBSE-nya Dalam konteks

penulisan ini taktik sosialisasi yang digunakan adalah perencanaan pengembangan

karier interaksi yang positif dengan rekan kerja dan interaksi positif dengan pendatang

baru di organisasi Gardner Dyne amp Pierce (2004) menemukan bahwa tingkatan gaji

turut mempengaruhi rasa berharga seorang individu sebagai anggota organisasi

sehingga mereka menyarankan organisasi mempertimbangkan sistem penggajian

berbasis kompetensi Namun mereka juga mengindikasikan bahwa sistem penggajian

berbasis kompetensi tetap memiliki resiko dimana individu dengan tingkat gaji yang

lebih rendah dapat menganggap dirinya kurang berkompeten sehingga berpeluang

menjatuhkan self-esteemnya

17

Dalam studi replikasinya Tang amp Gilbert (1992) menemukan bahwa OBSE

berhubungan dengan global self-esteem need for achievement organizational

citizenship komitmen organisasi motivasi untuk meningkatkan potensi dan pendidikan

Status subyek dalam organisasi tidak berhubungan dengan OBSE Intinya penemuan

mereka menampilkan hubungan antara OBSE dengan banyak variabel yang bernilai

intrinsik tentang perasaan subyektif pekerja dalam

organisasi

Kreitner amp Kinicki (2000) menyebutkan ciri-ciri individu dengan nilai OBSE yang tinggi

cenderung memandang diri mereka sendiri sebagai seorang yang penting berharga

berpengaruh dan berarti dalam konteks organisasi yang mempekerjakannya Untuk itu

mereka menyarankan agar organisasi melakukan upaya untuk membangun self-esteem

karyawan yaitu dengan

1 Mendukung dan menunjukkan kepedulian pada persoalan kepentingan status

dan kontribusi individu

2 Menawarkan pekerjaan yang memiliki variasi otonomi dan tantangan yang sesuai

dengan nilai-nilai keahlian dan kemampuan individu

3 Berjuang untuk membangun ikatan antara karyawan dan manajemen didasari

kepercayaan

4 Menunjukkan keyakinan terhadap kemampuan pengendalian pribadi dan

memberi penghargaan pada keberhasilan

Greenberg (2005) juga memiliki empat point penting yang disarankannya untuk

meningkatkan self-esteem individu dalam organisasi yaitu

1 Buatlah orang merasa berharga ciptakan kesempatan bagi individu untuk merasa

diterima dengan mencari cara untuk memanfaatkan pengalaman dan keahlian

unik mereka

2 Buatlah orang merasa kompeten kenali hal-hal baik yang dilakukan individu dan

pujilah mereka sesuai dengan hal itu

18

3 Buatlah orang merasa aman harga diri karyawan akan lebih meningkat ketika

harapan para manager tersampaikan dengan jelas dan terangterangan pada

mereka

4 Buatlah orang merasa mendapatkan wewenang individu diberikan kesempatan

untuk memutuskan bagaimana mereka akan menyelesaikan pekerjaan yang

menurut mereka baik bagi mereka dan pekerjaannya

Dari berbagai penulisan dan pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa OBSE

memiliki beberapa aspek (Kreitner amp Kinicki 2000 Greenberg 2005) yaitu

1 merasa diterima dalam organisasi

2 merasa aman dalam organisasi

3 merasa berkompeten dalam organisasi

4 merasa berpengaruh dalam organisasi

5 merasa penting bagi organisasi

6 rasa berharga bagi organisasi

7 merasa berkembang dalam organisasi

Aspek-aspek inilah yang akan menjadi indikator OBSE dalam penulisan ini

IICEtos Kerja dalam Islam

Menurut Ahmad (200116) Islam adalah agama yang menghargai kerja keras Kenyataan

ini dapat terlihat dari serangkaian firman Allah dalam Al- Quran yang sangat

menekankan arti penting diantaranya

Dan katakanlah Bekerjalah kamu maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang

mukmin akan melihat pekerjaanmu itu dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah)

Yang mengetahui akan yang gaib dan yang nyata lalu diberitakan-Nya kepada kamu

apa yang telah kamu kerjakan (QS At-Taubah 9 105)

19

ldquo Katakanlah Hai kaumku berbuatlah sepenuh kemampuanmu sesungguhnya akupun

berbuat (pula) Kelak kamu akan mengetahui siapakah (diantara kita) yang akan

memperoleh hasil yang baik dari dunia ini Sesungguhnya orang yang dzalim itu tidak

akan mendapat keberuntunganrdquo QS Al Anrsquoam (6) 135

IIC1Konsep Kerja dalam Islam

Kemuliaan seorang manusia itu bergantung kepada apa yang dilakukannya Dengan itu

sesuatu amalan atau pekerjaan yang mendekatkan seseorang kepada Allah adalah sangat

penting serta patut untuk diberi perhatian Amalan atau pekerjaan yang demikian selain

memperoleh keberkahan serta kesenangan dunia juga ada yang lebih penting yaitu

merupakan jalan atau tiket dalam menentukan tahap kehidupan seseorang di akhirat

kelak apakah masuk golongan ahli syurga atau sebaliknya Istilah lsquokerjarsquo dalam Islam

bukanlah semata-mata merujuk kepada mencari rezeki untuk menghidupi diri dan

keluarga dengan menghabiskan waktu siang maupun malam dari pagi hingga sore terus

menerus tak kenal lelah tetapi kerja mencakup segala bentuk amalan atau pekerjaan

yang mempunyai unsur kebaikan dan keberkahan bagi diri keluarga dan masyarakat

sekelilingnya serta negara Dengan kata lain orang yang berkerja adalah mereka yang

menyumbangkan jiwa dan tenaganya untuk kebaikan diri keluarga masyarakat dan

negara tanpa menyusahkan orang lain Oleh karena itu kategori ahli Syurga seperti yang

digambarkan dalam Al-Qurrsquoan bukanlah orang yang mempunyai pekerjaanjabatan yang

tinggi dalam suatu perusahaaninstansi sebagai manajer direktur teknisi dalam suatu

bengkel dan sebagainya Tetapi sebaliknya Al-Quran menggariskan golongan yang baik

lagi beruntung (al-falah) itu adalah orang yang banyak taqwa kepada Allah khusyu

sholatnya baik tutur katanya memelihara pandangan dan kemaluannya serta

menunaikan tanggung jawab sosialnya seperti mengeluarkan zakat dan lainnya (QS Al

Mursquominun 1 ndash 11)

Golongan ini mungkin terdiri dari pegawai supir tukang sapu ataupun seorang yang

tidak mempunyai pekerjaan tetap Sifat-sifat di ataslah sebenarnya yang menjamin

20

kebaikan dan kedudukan seseorang di dunia dan di akhirat kelak Jika membaca hadits-

hadits Rasulullah SAW tentang ciri-ciri manusia yang baik di sisi Allah maka tidak

heran bahwa diantara mereka itu ada golongan yang memberi minum anjing kelaparan

mereka yang memelihara mata telinga dan lidah dari perkara yang tidak berguna tanpa

melakukan amalan sunnah yang banyak dan seumpamanyaDalam satu hadits yang

diriwayatkan oleh Umar ra berbunyi rsquoBahwa setiap amal itu bergantung pada niat

dan setiap individu itu dihitung berdasarkan apa yang diniatkannya helliprsquo

Dalam riwayat lain Rasulullah SAW bersabda lsquo Binasalah orang-orang Islam kecuali

mereka yang berilmu Maka binasalah golongan berilmu kecuali mereka yang beramal

dengan ilmu mereka Dan binasalah golongan yang beramal dengan ilmu mereka

kecuali mereka yang ikhlas Sesungguhnya golongan yang ikhlas ini juga masih dalam

keadaan bahaya yang amat besar helliprsquo Kedua hadist diatas sudah cukup menjelaskan

betapa niat yang disertai dengan keikhlasan itulah inti sebenarnya dalam kehidupan

dan pekerjaan manusia Alangkah baiknya kalau umat Islam hari ini dapat bergerak dan

bekerja dengan tekun dan mempunyai tujuan yang satu yaitu lsquomardatillahrsquo (keridhaan

Allah) itulah yang dicari dalam semua urusan Dari situlah akan lahir nilai keberkahan

yang sebenarnya dalam kehidupan yang penuh dengan curahan rahmat dan nikmat yang

banyak dari Allah Inilah golongan yang diistilahkan sebagai golongan yang tenang

dalam ibadah ridha dengan kehidupan yang ditempuh serta optimis dengan janji-janji

Allah

IIC2Meneladani Etos Kerja Rasulullah SAW

Rasulullah SAW menjadikan kerja sebagai aktualisasi keimanan dan ketakwaan Rasul

bekerja bukan untuk menumpuk kekayaan duniawi Beliau bekerja untuk meraih

keridaan Allah SWT

Suatu hari Rasulullah SAW berjumpa dengan Saad bin Muadz Al-Anshari Ketika itu

Rasul melihat tangan Saad melepuh kulitnya gosong kehitam-hitaman seperti

terpanggang matahari Kenapa tanganmu tanya Rasul kepada Saad Wahai

21

Rasulullah jawab Saad Tanganku seperti ini karena aku mengolah tanah dengan

cangkul itu untuk mencari nafkah keluarga yang menjadi tanggunganku Seketika itu

beliau mengambil tangan Saad dan menciumnya seraya berkata Inilah tangan yang

tidak akan pernah disentuh api neraka

Dalam kisah lain disebutkan bahwa ada seseorang yang berjalan melalui tempat

Rasulullah SAW Orang tersebut sedang bekerja dengan sangat giat dan tangkas Para

sahabat kemudian bertanya Wahai Rasulullah andaikata bekerja semacam orang itu

dapat digolongkan jihad fi sabilillah maka alangkah baiknya Mendengar itu Rasul pun

menjawab Kalau ia bekerja untuk menghidupi anak-anaknya yang masih kecil itu

adalah fi sabilillah kalau ia bekerja untuk menghidupi kedua orangtuanya yang sudah

lanjut usia itu adalah fi sabilillah kalau ia bekerja untuk kepentingan dirinya sendiri

agar tidak meminta-minta itu juga fi sabilillah (HR Ath- Thabrani)

Bekerja adalah manifestasi amal saleh Bila kerja itu amal saleh maka kerja adalah

ibadah Dan bila kerja itu ibadah maka kehidupan manusia tidak bisa dilepaskan dari

kerja Bukankah Allah SWT menciptakan manusia untuk beribadah kepada-Nya

Tidak berlebihan bila keberadaan seorang manusia ditentukan oleh aktivitas kerjanya

Allah SWT berfirman

Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib manusia sebelum mereka mengubah

apa yang ada pada dirinya (QS Ar-Rad [13] 11) Dalam ayat lain diungkapkan pula

ldquodan bahwasannya seorang manusia tidak akan memperoleh selain apa yang telah

diusahakannyardquo (QS Al- Najm [53] 39)

Kisah di awal menggambarkan betapa besarnya penghargaan Rasulullah SAW terhadap

kerja Kerja apapun itu selama tidak menyimpang dari aturan yang ditetapkan agama

Demikian besarnya penghargaan beliau sampaisampai dalam kisah pertama manusia

teragung ini rela mencium tangan Saad bin Muadz Al-Anshari yang melepuh lagi

gosong Rasulullah SAW dalam dua kisah tersebut memberikan motivasi pada umatnya

bahwa bekerja adalah perbuatan mulia dan termasuk bagian dari jihad Rasulullah SAW

adalah sosok yang selalu berbuat sebelum beliau memerintahkan para sahabat untuk

melakukannya Hal ini sesuai dengan tugas beliau sebagai ushwatun hasanah teladan

yang baik bagi seluruh manusia Maka saat kita berbicara tentang etos kerja islami maka

22

beliaulah orang yang paling pantas menjadi rujukan Dan berbicara tentang etos kerja

Rasulullah SAW sama artinya dengan berbicara bagaimana beliau menjalankan peran-

peran dalam hidupnya Ada lima peran penting yang diemban Rasulullah SAW yaitu

Pertama sebagai rasul Peran ini beliau jalani selama 23 tahun Dalam kurun waktu

tersebut beliau harus berdakwah menyebarkan Islam menerima menghapal

menyampaikan dan menjelaskan tak kurang dari 6666 ayat Alquran menjadi guru

(pembimbing) bagi para sahabat dan menjadi hakim yang memutuskan berbagai pelik

permasalahan umat-dari mulai pembunuhan sampai perceraian

Kedua sebagai kepala negara dan pemimpin sebuah masyarakat heterogen Tatkala

memegang posisi ini Rasulullah SAW harus menerima kunjungan diplomatik negara-

negara sahabat Rasul pun harus menata dan menciptakan sistem hukum yang mampu

menyatukan kaum Muslimin Nasrani dan Yahudi mengatur perekonomian dan

setumpuk masalah lainnya

Ketiga sebagai panglima perang Selama hidup tak kurang dari 28 kali Rasul

memimpin pertempuran melawan kafir Quraisy Sebagai panglima perang beliau harus

mengorganisasi lebih dari 53 pasukan kaveleri bersenjata Harus memikirkan strategi

perang persedian logistik keamanan transportasi kesehatan dan lainnya

Keempat sebagai kepala rumahtangga Dalam posisi ini Rasul harus mendidik

membahagiakan dan memenuhi tanggung jawab-lahir batin-terhadap para istri beliau

tujuh anak dan beberapa orang cucu Beliau dikenal sebagai sosok yang sangat

perhatian terhadap keluarganya Di tengah kesibukannya Rasul pun masih sempat

bercanda dan menjahit sendiri bajunya

Kelima sebagai seorang pebisnis Sejak usia 12 tahun pamannya Abu Thalib sudah

mengajaknya melakukan perjalanan bisnis ke Syam negeri yang saat ini meliputi Syria

Jordan dan Lebanon Dari usia 17 hingga sekitar 20 tahun adalah masa tersulit dalam

perjalanan bisnis Rasul karena beliau harus mandiri dan bersaing dengan pemain pemain

23

senior dalam perdagangan regional Usia 20 hingga 25 tahun merupakan titik keemasan

entrepreneurship Rasulullah SAW terbukti dengan terpikatnya konglomerat Mekah

Khadijah binti Khuwailid yang kemudian melamarnya menjadi suami Afzalurrahman

dalam bukunya Muhammad Sebagai Seorang Pedagang (2000 5-12) mencatat bahwa

Rasul pun sering terlibat dalam perjalanan bisnis ke berbagai negeri seperti Yaman

Oman dan Bahrain Dan beliau mulai mengurangi kegiatan bisnisnya ketika mencapai

usia 37 tahun

Adalah kenyataan bila Rasulullah SAW mampu menjalankan kelima perannya tersebut

dengan sempurna bahkan menjadi yang terbaik Tak heran bila para ilmuwan baik itu

yang Muslim maupun non-Muslim menempatkan beliau sebagai orang yang paling

berpengaruh paling pemberani paling bijaksana paling bermoral dan sejumlah paling

lainnya

IIC3Rahasia kesuksesan karier dan pekerjaan Rasulullah SAW

Pertama Rasul selalu bekerja dengan cara terbaik profesional dan tidak asal-asalan

Beliau bersabda Sesungguhnya Allah menginginkan jika salah seorang darimu bekerja

maka hendaklah meningkatkan kualitasnya

Kedua dalam bekerja Rasul melakukannya dengan manajemen yang baik perencanaan

yang jelas pentahapan aksi dan adanya penetapan skala prioritas

Ketiga Rasul tidak pernah menyia-nyiakan kesempatan sekecil apapun Barangsiapa

yang dibukakan pintu kebaikan hendaknya dia mampu memanfaatkannya karena ia

tidak tahu kapan ditutupkan kepadanya demikian beliau bersabda

Keempat dalam bekerja Rasul selalu memperhitungkan masa depan Beliau adalah

sosok yang visioner sehingga segala aktivitasnya benar-benar terarah dan terfokus

Kelima Rasul tidak pernah menangguhkan pekerjaan Beliau bekerja secara tuntas dan

berkualitas

Keenam Rasul bekerja secara berjamaah dengan mempersiapkan (membentuk) tim

yang solid yang percaya pada cita-cita bersama

24

Ketujuh Rasul adalah pribadi yang sangat menghargai waktu Tidak berlalu sedetik pun

waktu kecuali menjadi nilai tambah bagi diri dan umatnya Dan yang terakhir

Rasulullah SAW menjadikan kerja sebagai aktualisasi keimanan dan ketakwaan Rasul

bekerja bukan untuk menumpuk kekayaan duniawi Beliau bekerja untuk meraih

keridhaan Allah SWT Inilah kunci terpenting Semoga Allah SWT memberikan

kemampuan kepada kita untuk meneladani etos kerja Rasulullah SAW

25

BAB III

PEMBAHASAN

IIIA HUBUNGAN ANTARA ORGANIZATION-BASED SELF-ESTEEM

(OBSE) DAN ETOS KERJA

Untuk dapat meningkatkan Etos Kerja diperlukan adanya suatu sikap yang menilai

tinggi pada kerja keras dan sungguh-sungguh Karena itu perlu ditemukan suatu

dorongan yang tepat untuk memotivasi dan merubah sikap (Anoraga 1992) Seperti

yang sudah dipaparkan Anoraga sebelumnya bahwa motivasi merupakan kunci untuk

membangun Etos Kerja yang baik Motivasi kerja adalah sesuatu yang menimbulkan

semangat atau dorongan kerja kuat lemahnya motivasi kerja seseorang ikut menentukan

besar kecilnya prestasi seorang pekerja

Tujuan organisasi yang ditanamkan dalam visi misi filosofi dan mottoorganisasi

merupakan suatu nilai ideal yang harus dicapai individu Dengan proses yang tepat

organisasi berusaha menanamkan nilai-nilai ini pada para anggotanya

Nilai ideal yang dipersepsikan oleh anggota akan mempengaruhi penilaiannya terhadap

dirinya sehingga membentuk OBSE-nya Nilai-nilai ini ditanamkan oleh organisasi

dengan tujuan utama yaitu kinerja dan kualitas kerja yang meningkat

Kinerja dan kualitas kerja yang baik dapat dicapai dengan Etos Kerja yang baik maka

organisasi secara tidak langsung berusaha untuk meningkatkan Etos Kerja anggotanya

OBSE mempengaruhi beberapa aspek antara lain global self-esteemharga diri secara

keseluruhan kepuasan secara keseluruhan perilaku warga negara yang baik komitmen

dan kepuasan organisasi prestasi kerja dan terakhir adalah motivasi intrinsik (Kreitner

amp Kinicki 2000) Menurut Alderfer (dalam Siagian 1995) dengan teori motivasi ERG-

nya salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi adalah faktor R (Relatedness) yaitu

kebutuhan akan pemenuhan rasa puas dalam berhubungan dengan keluarga teman

atasan bawahan dan rekan sekerja dimana hal ini melibatkan unsur cinta dan self-

esteem Dengan meningkatnya self-esteem pekerja yang didasarkan pada keberadaannya

sebagai bagian dari organisasi maka motivasinya secara intrinsic dalam bekerja

meningkat Herzberg (dalam Anoraga 1992) yang melakukan studi mengenai motivasi

26

kerja menyatakan faktor intrinsik dalam bekerja yang meliputi pencapaian sukses

pengakuan kemungkinan untuk meningkat dalam jabatan (karier) tanggung jawab

kemungkinan berkembang dan pekerjaan itu sendiri Dapat dilihat bahwa faktor-faktor

intrinsik ini merupakan aspek-aspek yang akan tergambar pada OBSE Faktor pengakuan

dapat dilihat pada persepsi tentang seberapa berharga dan pentingnya individu dalam

organisasi apakah ia merasa diterima sebagai anggota organisasi dan merasa aman

sebagai bagian dari organisasi

Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat dilihat bagaimana OBSE mempengaruhi

motivasi intrinsik seseorang untuk bekerja Ketika OBSE meningkat motivasi intrinsik

seseorang dalam bekerja turut meningkat maka seharusnya Etos Kerjanya akan

meningkat juga Artinya kebutuhan organisasi untuk mencapai hasil dan kinerja

organisasi yang lebih baik dapat dicapai salah satunya melalui upaya meningkatkan

OBSE pekerjanya

Penelitian lain yang telah dilakukan mengenai OBSE yaitu penelitian Lanford Roe

Carson amp Carson (1997) pada teknisi unit gawat darurat Mereka menemukan

peningkatan OBSE berpeluang meningkatkan komitmen terhadap karier menurunkan

kecenderungan menarik diri dari tugas dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya

kualitas perlakuan Hal ini merupakan beberapa indikasi perilaku yang mencerminkan

Etos Kerja seperti yang dikatakan Sinamo (2005) yaitu bekerja dengan integritas

bekerja dengan penuh tanggung jawab bekerja dengan sempurna Secara umum dapat

dikatakan bahwa bila seseorang merasa berharga dalam organisasi dikarenakan berbagai

faktor ia akan cenderung memiliki motivasi yang lebih baik untuk mencapai tujuan

yang ditetapkan organisasi tersebut sehingga Etos Kerjanya akan lebih baik daripada

individu dengan OBSE-nya rendah

IIIA PENGARUH ETOS KERJA ISLAMI TERHADAP KINERJA SESEORANG

etos kerja islami yang didasarkan pada Al-Qurrsquoan dan Hadits agar produktivitas kerja

karyawan dapat menunjang perkembangan ekonomi ummat serta pengaruh kinerja yang

ditunjukkan oleh karyawan itu sendiri Setidaknya etos kerja itu bersumber dan

27

berkaitan langsung dengan nilai-nilai kejiwaan seseorang dan menunjukkan pula

pandangan hidup yang mendarah daging untuk dapat mengembangkan dirinya sehingga

etos kerja kerja menunjukkan pula sikap dan harapan seseorang Dan dengan sikap

seperti ini seseorang yang memiliki etos akan berusaha untuk memenuhi harapannya

tersebut Sebab Etos kerja juga mempunyai makna nilai moral dan pemberdayaan diri

yaitu suatu pandangan batin yang bersifat mendarah daging Seseorang akan merasakan

bahwa hanya dengan menghasilkan pekerjaan yang terbaik bahkan sempurna nilai-nilai

Islam yang diyakininya dapat diwujudkan

Dengan pengembangan kualitas yang ada dalam diri pribadi setiap manusia semua yang

dilaksanakan dapat terwujud sesuai nilai moral yang dimilikinya Karenanya etos kerja

bukanlah sekedar kepribadian atau sikap melainkan lebih mendalam lagi karena

didalamnya terdapat martabat harga diri dan jati diri dari seorang tersebut

Berkaitan dengan ini Ahmad (200117) menegaskan bahwa Islam tidak hanya

memerintahkan manusia hanya untuk sholat saja namun manusia juga diperintahkan

untuk mencari rezeki di bumi 1048755Apabila telah ditunaikan sholat maka bertebaranlah

kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah1048755Dan Allah adalah sebaik-baik Pemberi

Rezeki1048755 (QS Al Jumursquoah 10-11) Petikan-petikan ayat di atas sangatlah jelas

memperlihatkan pandangan Islam terhadap nilai kerja itu sendiri

Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Tasmara (200226) etos kerja islami menekankan

pada kerja sama dalam bekerja dan konsep konsultasi yang terlihat sebagai jalan untuk

mengatasi rintangan atau masalah dan menghindari kesalahan Hubungan sosial dalam

bekerja merupakan pendorong yang bertujuan untuk mempertemukan kebutuhan

seseorang dan membuat keseimbangan antara kebutuhan individu dan kehidupan sosial

Dan hal ini juga diperkuat dengan firman Allah SWT dalam surat Al

Jumursquoah 1048755Maka apabila telah ditunaikan sholat maka bertebaranlah kamu di muka

bumi dan carilah karunia Allah serta banyaklah ingat kepada Allah agar kamu

beruntung1048755 (QS Al Jumursquoah 10) Jadi dalam ayat tersebut tersirat pesan yaitu

hendaknya kita beribadah sebagaimana diwajibkan namun kita juga harus bekerja

mencari rezeki dari kemurahan Allah Bersama dengan itu kita senantiasa ingat kepada-

Nya Yakni memenuhi semua ketentuan etis dan akhlaq dalam bekerja yaitu dengan

28

menyadari pengawasan dan perhitungan Allah terhadap setiap bentuk kerja kita Semua

perilaku manusia didasari prinsip rahman dan rahim dengan kesadaran penuh sebagai

rahmatan lil 1048755alamin integritas yang sangat tinggi karena merasa dirinya dilihat oleh

Allah bukan karena atasan atau sekedar upah belaka dan jabatan hanya dilihat sebagai

amanah Allah (Agustian 200152) Sikap ini akan mendorong suatu kreativitas tanpa

henti untuk menciptakan mutu pelayanan dan produk yang lebih berkualitas yang

dipandang dalam etos kerja islami

29

BAB IV

KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari tulisan ini sebagai berikut

1 Sesuai dengan landasan teori yang telah dibahas sebelumnya dapat dikatakan

bahwa ketika Organisation-Based Self-Esteem (OBSE) seseorang meningkat

maka motivasinya untuk mencapai kinerja yang lebih baik di dalam organisasi

tersebut akan meningkat secara intrinsik (kreitner amp Kinicki 2000) sehingga

cara pandangnya terhadap nilai bekerja yang dikenal dengan konsep Etos Kerja

turut meningkat (Anoraga 1992)

2 Ketika nilai Organisation-Based Self-Esteem (OBSE) seorang individu rendah

belum tentu nilai Etos Kerjanya harus rendah pula karena selain faktor OBSE

masih terdapat faktor-faktor lain yang turut mempengaruhi Etos Kerja seseorang

seperti yang telah dijelaskan pada bab dua seperti agama pendidikan sosial

budaya struktur ekonomi dan sebagainya Kualitas beragama unsur sosial

budaya dan kondisi ekonomi misalnya dapat mempengaruhi cara pandang

seseorang terhadap nilai bekerja

3 etos kerja islami didasarkan pada Al-Qurrsquoan dan Hadits agar produktivitas kerja

karyawan dapat menunjang perkembangan ekonomi ummat serta pengaruh

kinerja yang ditunjukkan oleh karyawan itu sendiri Sehingga dapat terbentuk

etoskerja yang mempunyai makna nilai moral dan pemberdayaan diri

30

DAFTAR PUSTAKA

1

2

3

31

Page 7: Paper Etos Kerja 2

Keempat pilar inilah yang sesungguhnya bertanggung jawab menopang semua jenis dan

sistem keberhasilan yang berkelanjutan (sustainable success system) pada semua

tingkatan Keempat elemen itu lalu dia konstruksikan dalam sebuah konsep besar yang

disebutnya sebagai Catur Dharma Mahardika (bahasa Sanskerta) yang berarti Empat

Darma Keberhasilan Utama yaitu

1 Mencetak prestasi dengan motivasi superior

2 Membangun masa depan dengan kepemimpinan visioner

3 Menciptakan nilai baru dengan inovasi kreatif

4 Meningkatkan mutu dengan keunggulan insani

Keempat darma ini kemudian dirumuskan pada delapan aspek Etos Kerja sebagai

berikut

1 Kerja adalah rahmat karena kerja merupakan pemberian dari Yang Maha Kuasa

maka individu harus dapat bekerja dengan tulus dan penuh syukur

2 Kerja adalah amanah kerja merupakan titipan berharga yang dipercayakan pada

kita sehingga secara moral kita harus bekerja dengan benar dan penuh tanggung

jawab

3 Kerja adalah panggilan kerja merupakan suatu dharma yang sesuai dengan

panggilan jiwa kita sehingga kita mampu bekerja dengan penuh integritas

4 Kerja adalah aktualisasi pekerjaan adalah sarana bagi kita untuk mencapai

hakikat manusia yang tertinggi sehingga kita akan bekerja keras dengan penuh

semangat

5 Kerja adalah ibadah bekerja merupakan bentuk bakti dan ketaqwaan kepada

Sang Khalik sehingga melalui pekerjaan individu mengarahkan dirinya pada

tujuan agung Sang Pencipta dalam pengabdian

6 Kerja adalah seni kerja dapat mendatangkan kesenangan dan kegairahan kerja

sehingga lahirlah daya cipta kreasi baru dan gagasan inovatif

7

7 Kerja adalah kehormatan pekerjaan dapat membangkitkan harga diri sehingga

harus dilakukan dengan tekun dan penuh keunggulan

8 Kerja adalah Pelayanan manusia bekerja bukan hanya untuk memenuhi

kebutuhannya sendiri saja tetapi untuk melayani sehingga harus bekerja dengan

sempurna dan penuh kerendahan hati

Anoraga (1992) juga memaparkan secara eksplisit beberapa sikap yang seharusnya

mendasar bagi seseorang dalam memberi nilai pada kerja yang disimpulkan sebagai

berikut

1 Bekerja adalah hakikat kehidupan manusia

2 Pekerjaan adalah suatu berkat Tuhan

3 Pekerjaan merupakan sumber penghasilan yang halal dan tidak amoral

4 Pekerjaan merupakan suatu kesempatan untuk mengembangkan diri dan berbakti

5 Pekerjaan merupakan sarana pelayanan dan perwujudan kasih

Dalam penulisannya Akhmad Kusnan (2004) menyimpulkan pemahaman bahwa Etos

Kerja menggambarkan suatu sikap maka ia menggunakan lima indikator untuk

mengukur Etos Kerja Menurutnya Etos Kerja mencerminkan suatu sikap yang memiliki

dua alternatif positif dan negatif Suatu individu atau kelompok masyarakat dapat

dikatakan memiliki Etos Kerja yang tinggi apabila menunjukkan tanda-tanda sebagai

berikut

1 Mempunyai penilaian yang sangat positif terhadap hasil kerja manusia

2 Menempatkan pandangan tentang kerja sebagai suatu hal yang amat luhur bagi

eksistensi manusia

3 Kerja yang dirasakan sebagai aktivitas yang bermakna bagi kehidupan manusia

4 Kerja dihayati sebagai suatu proses yang membutuhkan ketekunan dan sekaligus

sarana yang penting dalam mewujudkan cita-cita

5 Kerja dilakukan sebagai bentuk ibadah Bagi individu atau kelompok masyarakat

yang memiliki Etos Kerja yang rendah maka akan ditunjukkan ciri-ciri yang

sebaliknya (Kusnan 2004) yaitu

8

1) Kerja dirasakan sebagai suatu hal yang membebani diri

2) Kurang dan bahkan tidak menghargai hasil kerja manusia

3) Kerja dipandang sebagai suatu penghambat dalam memperoleh

kesenangan

4) Kerja dilakukan sebagai bentuk keterpaksaan

5) Kerja dihayati hanya sebagai bentuk rutinitas hidup

Dari berbagai aspek yang ditampilkan ketiga tokoh diatas dapat dilihat bahwa aspek-

aspek yang diusulkan oleh dua tokoh berikutnya telah termuat dalam beberapa aspek

Etos Kerja yang dikemukakan oleh Sinamo sehingga penulisan ini mendasari

pemahamannya pada delapan aspek Etos Kerja yang dikemukakan oleh Sinamo sebagai

indikator terhadap Etos Kerja

IIA3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Etos Kerja

Etos Kerja dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu

a Agama

Dasar pengkajian kembali makna Etos Kerja di Eropa diawali oleh buah pikiran Max

Weber Salah satu unsur dasar dari kebudayaan modern yaitu rasionalitas (rationality)

menurut Weber (1958) lahir dari etika Protestan Pada dasarnya agama merupakan suatu

sistem nilai Sistem nilai ini tentunya akan mempengaruhi atau menentukan pola hidup

para penganutnya Cara berpikir bersikap dan bertindak seseorang pastilah diwarnai

oleh ajaran agama yang dianutnya jika ia sungguh-sungguh dalam kehidupan beragama

Dengan demikian kalau ajaran agama itu mengandung nilai-nilai yang dapat memacu

pembangunan jelaslah bahwa agama akan turut menentukan jalannya pembangunan

atau modernisasi Weber (1958) memperlihatkan bahwa doktrin predestinasi dalam

protestanisme mampu melahirkan etos berpikir rasional berdisiplin tinggi bekerja tekun

sistematik berorientasi sukses (material) tidak mengumbar kesenangan namun hemat

dan bersahaja (asketik) serta menabung dan berinvestasi yang akhirnya menjadi titik

9

tolak berkembangnya kapitalisme di dunia modern Sejak Weber menelurkan karya tulis

The Protestant Ethic and the Spirit of Capitalism (1958) berbagai studi tentang Etos

Kerja berbasis agama sudah banyak dilakukan dengan hasil yang secara umum

mengkonfirmasikan adanya korelasi positif antara sebuah sistem kepercayaan tertentu

dan kemajuan ekonomi kemakmuran dan modernitas (Sinamo 2005) Menurut

Rosmiani (1996) Etos Kerja terkait dengan sikap mental tekad disiplin dan semangat

kerja Sikap ini dibentuk oleh sistem orientasi nilai-nilai budaya yang sebagian

bersumber dari agama atau sistem kepercayaanpaham teologi tradisional Ia

menemukan Etos Kerja yang rendah secara tidak langsung dipengaruhi oleh rendahnya

kualitas keagamaan dan orientasi nilai budaya yang konservatif turut menambah

kokohnya tingkat Etos Kerja yang rendah itu

b Budaya

Selain temuan Rosmiani (1996) diatas Usman Pelly (dalam Rahimah 1995)

mengatakan bahwa sikap mental tekad disiplin dan semangat kerja masyarakat juga

disebut sebagai etos budaya dan secara operasional etos budaya ini juga disebut sebagai

Etos Kerja Kualitas Etos Kerja ini ditentukan oleh sistem orientasi nilai budaya

masyarakat yang bersangkutan Masyarakat yang memiliki sistem nilai budaya maju

akan memiliki Etos Kerja yang tinggi dan sebaliknya masyarakat yang memiliki sistem

nilai budaya yang konservatif akan memiliki Etos Kerja yang rendah bahkan bisa sama

sekali tidak memiliki Etos Kerja Pernyataaan ini juga didukung oleh studi yang

dilakukan Suryawati Dharmika Namiartha Putri dan weda (1997) yang menyimpulkan

bahwa semangat kerjaEtos Kerja sangat ditentukan oleh nilainilai budaya yang ada dan

tumbuh pada masyarakat yang bersangkutan Etos Kerja juga sangat berpegang teguh

pada moral etik dan bahkan Tuhan Etos Kerja berdasarkan nilai-nilai budaya dan agama

ini menurut mereka diperoleh secara lisan dan merupakan suatu tradisi yang disebarkan

secara turuntemurun

c Sosial Politik

10

Soewarso Rahardjo Subagyo dan Utomo (1995) menemukan bahwa tinggi rendahnya

Etos Kerja suatu masyarakat dipengaruhi oleh ada atau tidaknya struktur politik yang

mendorong masyarakat untuk bekerja keras dan dapat menikmati hasil kerja keras

mereka dengan penuh KH Abdurrahman Wahid (2002) mengatakan bahwa Etos Kerja

harus dimulai dengan kesadaran akan pentingnya arti tanggung jawab kepada masa

depan bangsa dan negara Dorongan untuk mengatasi kemiskinan kebodohan dan

keterbelakangan hanya mungkin timbul jika masyarakat secara keseluruhan memiliki

orientasi kehidupan yang teracu ke masa depan yang lebih baik Orientasi ke depan itu

harus diikuti oleh penghargaan yang cukup kepada kompetisi dan pencapaian

(achievement) Orientasi ini akan melahirkan orientasi lain yaitu semangat

profesionalisme yang menjadi tulang-punggung masyarakat modern

d Kondisi LingkunganGeografis

Suryawati Dharmika Namiartha Putri dan weda (1997) juga menemukan adanya

indikasi bahwa Etos Kerja dapat muncul dikarenakan faktor kondisi geografis

Lingkungan alam yang mendukung mempengaruhi manusia yang berada di dalamnya

melakukan usaha untuk dapat mengelola dan mengambil manfaat dan bahkan dapat

mengundang pendatang untuk turut mencari penghidupan di lingkungan tersebut

e Pendidikan

Etos Kerja tidak dapat dipisahkan dengan kualitas sumber daya manusia Peningkatan

sumber daya manusia akan membuat seseorang mempunyai Etos Kerja keras

Meningkatnya kualitas penduduk dapat tercapai apabila ada pendidikan yang merata dan

bermutu disertai dengan peningkatan dan perluasan pendidikan keahlian dan

keterampilan sehingga semakin meningkat pula aktivitas dan produktivitas masyarakat

sebagai pelaku ekonomi (Rahimah Fauziah Suri dan Nasution 1995)

f Struktur Ekonomi

11

Pada penulisan Soewarso Rahardjo Subagyo dan Utomo (1995) disimpulkan juga

bahwa tinggi rendahnya Etos Kerja suatu masyarakat dipengaruhi oleh ada atau tidaknya

struktur ekonomi yang mampu memberikan insentif bagi anggota masyarakat untuk

bekerja keras dan menikmati hasil kerja keras mereka dengan penuh

g Motivasi Intrinsik individu

Anoraga (1992) mengatakan bahwa Individu yang akan memiliki Etos Kerja yang tinggi

adalah individu yang bermotivasi tinggi Etos Kerja merupakan suatu pandangan dan

sikap yang tentunya didasari oleh nilai-nilai yang diyakini seseorang Keyakinan inilah

yang menjadi suatu motivasi kerja Maka Etos Kerja juga dipengaruhi oleh motivasi

seseorang

Menurut Herzberg (dalam Siagian 1995) motivasi yang sesungguhnya bukan

bersumber dari luar diri tetapi yang tertanamterinternalisasi dalam diri sendiri yang

sering disebut dengan motivasi intrinsik Ia membagi factor pendorong manusia untuk

melakukan kerja ke dalam dua faktor yaitu factor hygiene dan faktor motivator Faktor

hygiene ini merupakan faktor dalam kerja yang hanya akan berpengaruh bila ia tidak

ada yang akan menyebabkan ketidakpuasan Ketidakhadiran faktor ini dapat mencegah

timbulnya motivasi tetapi ia tidak menyebabkan munculnya motivasi faktor ini disebut

juga factor ekstrinsik yang termasuk diantaranya yaitu gaji status keamanan kerja

kondisi kerja kebijaksanaan organisasi hubungan dengan rekan kerja dan supervisi

Ketika sebuah organisasi menargetkan kinerja yang lebih tinggi tentunya organisasi

tersebut perlu memastikan terlebih dahulu bahwa factor hygiene tidak menjadi

penghalang dalam upaya menghadirkan motivasi intrinsik

Faktor yang kedua adalah faktor motivator sesungguhnya yang mana ketiadaannya

bukan berarti ketidakpuasan tetapi kehadirannya menimbulkan rasa puas sebagai

manusia Faktor ini disebut juga faktor intrinsik dalam pekerjaan yang meliputi

pencapaian suksesachievement pengakuanrecognition kemungkinan untuk meningkat

dalam jabatan (Karier)advancement tanggung jawabresponsibility kemungkinan

berkembanggrowth possibilities dan pekerjaan itu sendirithe work itself (Herzberg

12

dalam Anoraga 1992) Hal-hal ini sangat diperlukan dalam meningkatkan performa kerja

dan menggerakkan pekerja hingga mencapai performa yang tertinggi

IIB ORGANIZATION-BASED SELF-ESTEEM

IIB1 Pengertian Organization-Based Self-esteem

Secara sederhana self-esteem diartikan sebagai proses evaluasi diri seseorang baik dalam

cara yang positif maupun negatif (Greenberg 2005)

Hogg amp Vaughan (2002) mendefinisikan self-esteem sebagai evaluasi dan perasaan

tentang diri pribadi

Kreitner amp Kinicki (2000) mendefinisikan istilah self-esteem sebagai suatu keyakinan

nilai diri sendiri yang didasarkan pada evaluasi diri secara keseluruhan

Rosenberg (dalam Kernis 1995) dan para ahli lainnya telah membandingkan self-esteem

dengan sikap dan menemukan bahwa self-esteem memiliki komponen afektif dan

kognitif Komponen kognitif mengacu pada keyakinan individu tentang keberhargaan

dirinya

Tory Higgins (dalam Deaux Dane Wrightsman 1993) mengajukan dua tipe diri

potensial yang menempati konsep diri kita yaitu Ideal-Self dan Ought- Self Ideal-self

mengacu kepada konsep diri yang ingin dicapai individu sedangkan ought-self adalah

konsep diri yang sebenarnya hadir Ketika kesenjangan antara ideal-self dan ought-self

ini terlalu besar maka akan timbullah perasaan yang tidak menyenangkan suatu kondisi

yang dihindari oleh setiap orang Setiap orang selalu berusaha memperoleh perasaan

yang menyenangkan tentang dirinya Biasanya tuntutan perasaan positif ini

menimbulkan over-estimasi terhadap evaluasi mengenai nilai-nilai baik seseorang

13

kemampuannya dalam mengatasi situasi atau kejadian atau terlalu optimis Memiliki

penilaian yang akurat tentang diri memang penting tetapi sepertinya tidak lebih penting

daripada perasaan positif seseorang tentang dirinya (Hogg amp Vaughan 2002)

Gambaran diri yang positif dan self-esteem yang berhubungan dengannya merupakan

tujuan penting untuk kebanyakan orang setiap waktu Hal ini menunjukkan temuan

Rosenberg mengenai komponen afektif pada self-esteem Harga diri yang tinggi baik

yang realistis maupun yang tidak merupakan suatu hal yang menyenangkan dan

karenanya banyak ahli menganggapnya sebagai tujuan manusia yang utama (Rosenberg

dalam Deaux Dane Wrightsman 1993) Kita cenderung menduga bahwa unsur self-

esteem yang tinggi akan menghasilkan perilaku positif yang menandakan individu yang

sehat secara psikologis Tetapi banyak studi yang menemukan bahwa tidak selamanya

selfesteem yang tinggi menghasilkan individu yang percaya diri dan tidak menampilkan

sikap permusuhan Baumeister (dalam Hogg amp Vaughan 2002) menemukan perilaku

kekerasan yang dapat dikaitkan dengan harga diri yang tinggi dimana ketika individu

yang memiliki gambaran diri yang menyenangkan merasa terancam individu tersebut

cenderung akan menampilkan sikap agresif

Kernis (dalam Hogg amp Vaughan 2002) juga menemukan individu yang arogan angkuh

dan terlalu asertif diantara orang-orang dengan harga diri yang tinggi

Rhodewalt (dalam Hogg amp Vaughan 2002) menemukan individu yang pada dasarnya

memiliki harga diri tinggi yang mudah hilang dikenal dengan individu narsistik Harga

diri yang rendah tidak selamanya juga memiliki konsekuensi negatif

Baumeister (dalam Kernis 1995) menemukan individu yang self-esteemnya rendah

menampilkan karakter tidak pasti namun netral daripada karakter negatif

Swann Pelham amp Krull (dalam Kernis 1995) menemukan individu dengan selfesteem

rendah memiliki strategi pertahanan diri tertentu yang cenderung berorientasi pada

peningkatan diri Untuk dapat menjelaskan fenomena yang beragam terkait dengan

14

harga diri yang tinggi dan rendah seperti yang telah dibahas diatas Deci amp Ryan (dalam

Kernis 1995) mengajukan dua jenis harga diri yaitu contingent self-esteem dan true self-

esteem Contingent self-esteem mengacu pada perasaan tentang diri seseorang yang

dihasilkan oleh ndash dan bergantung pada ndash pencapaian harapan seseorang Misalnya

seseorang merasa dirinya adalah orang yang baik dan berharga jika ia berhasil

menyelesaikan suatu tugas Jika ia terus dapatn menyelesaikan tugas berikutnya yang

serupa maka ia akan terus memiliki harga diri yang tinggi Artinya harga diri ini bersifat

labil dan hanya berpusat pada kepentingan pribadi True self-esteem bersifat lebih stabil

didasari oleh perasaan yang kuat tentang diri pribadi Individu dengan true self-esteem

yang tinggi juga memiliki tujuan dan aspirasi dan akan merasa senang bila tujuannya

tercapai atau sedih bila tidak tercapai Tetapi perasaan mereka sebagai manusia yang

berharga tidak berfluktuasi bergantung pada pencapaian sehingga mereka tidak merasa

superior ketika berhasil ataupun tertekan ketika gagal

Berdasarkan penulisan Baumeister (dalam Hogg amp Vaughan 2002) secara umum

individu dengan karakteristik self-esteem yang tinggi memiliki ciri-ciri

1 Gigih dan ulet dalam menghadapi masa depan

2 Stabil secara emosi dan afektif

3 Kurang fleksibel dan kurang lunak

4 Tidak mudah dibujuk dan dipengaruhi

5 Bereaksi positif pada kehidupan yang menyenangkan dan sukses

6 Memiliki konsep diri yang stabil teliti dan konsisten

7 Berorientasi motivasi pada peningkatan diri

Sedangkan individu dengan self-esteem rendah memiliki ciri-ciri

1 Mudah terluka pada tekanan yang ditemui sehari-hari

2 Mudah berubah dalam afeksi dan suasana hati

3 Fleksibel dan lunak

4 Mudah dibujuk dan dipengaruhi

5 Menginginkan kesuksesan dan persetujuan tetapi ragu-ragu akan memperolehnya

6 Bereaksi negatif terhadap kehidupan yang menyenangkan dan sukses

15

7 Memiliki konsep diri yang sederhana dan tidak stabil

8 Orientasi motivasi pada perlindungan diri

Terdapat beberapa tipe self-esteem yang telah dibahas para ahli diantaranya global self-

esteem yaitu persepsi individu mengenai keberhargaan dirinya secara keseluruhan

Kemudian dikenal juga role-based self-esteem yaitu harga diri dikaitkan dengan

peranan atau posisi seseorang Ada juga task-based self-esteem yaitu harga diri yang

dikaitkan dengan keberhasilan seseorang dalam menyelesaikan tugas Self-esteem sangat

berhubungan dengan identitas sosial seseorang (Hogg amp Vaughan 2002)

Identitas sosial adalah bagian dari konsep diri yang berasal dari keanggotaan individu

dalam kelompok sosial Ketika individu mengevaluasi dirinya ia dipengaruhi oleh

prestise dan status dalam suatu kelompok masyarakat yang dipersepsikannya juga

melekat pada dirinya jika ia menganggap dirinya bagian dari atau berorientasi kepada

kelompok masyarakat tertentu Penilaian ini juga akan dibandingkan dengan kelompok

diluar kelompok masyarakat yang dipersepsikannya sebagai kelompoknya Organisasi

adalah suatu kelompok masyarakat yang tentunya dapat memberikan pengaruh bagi

seseorang dalam menilai dirinya Menjadi bagian dari suatu organisasi maka individu

harus tunduk pada aturan kebiasaan norma serta menyesuaikan diri dengan budaya dan

iklim organisasi Organisasi memiliki tujuan dan cita-cita yang menjiwai setiap aspek

kehidupan organisasi sehingga secara otomatis mempengaruhi setiap individu yang ada

di dalamnya Dari pemahaman ini muncullah kajian tentang harga diri dalam konteks

organisasi Nilai yang dimiliki oleh seorang individu atas dirinya sebagai anggota

organisasi yang bertindak dalam konteks organisasi disebut harga diri berbasis

organisasi atau Organization-based Self-esteem yang disingkat dengan OBSE (Kreitner

amp Kinicki 2000) Dalam konteks organisasi pengaruh self-esteem yang cukup

signifikan telah terlihat melalui berbagai penemuan Misalnya individu yang memiliki

self-esteem yang tinggi cenderung lebih sukses dalam upaya menemukan pekerjaan

sedangkan individu dengan self-esteem yang rendah bila dipekerjakan akan lebih

tertarik pada organisasi yang besar dimana posisi mereka tidak terlalu diperhatikan

Pekerja dengan self-esteem yang tinggi cenderung secara aktif berusaha menemukan

16

materi yang dibutuhkan untuk mengatasi masalah pekerjaan dan menggunakan

kemampuan serta keahlian mereka secara penuh sehingga hasil kerjanya lebih maksimal

Cukup menarik untuk diperhatikan bahwa individu dengan self-esteem rendah

kelihatannya sadar dengan kemungkinan mereka memberikan hasil yang buruk Mereka

cenderung menilai dirinya secara negatif (khususnya ketika penilaian terhadap performa

mereka ambigu) dan pada dasarnya bertanggungjawab terhadap hasil buruk tersebut

(Greenberg 2005)

IIB2 Aspek-aspek Organization-based Self-esteem

Dalam konteks organisasi penilaian seseorang terhadap dirinya terkait dengan

bagaimana kondisi organisasi secara struktural kerumitan pekerjaan yang dihadapinya

serta adanya penghargaan dari pihak managerial OBSE cenderung meningkat ketika

individu mempersepsikan bahwa atasan mereka memiliki suatu kepedulian pada mereka

Nilainya juga lebih tinggi pada organisasi dengan struktur yang organik (fleksibel)

daripada yang kaku (Birokratis) Pekerjaan yang rumit dan menantang juga mendorong

OBSE yang lebih tinggi daripada pekerjaan yang sederhana berulang-ulang serta

membosankan Dan faktor-faktor ini juga berhubungan dengan motivasi untuk tugas

yang lebih besar (Kreitner amp Kinicki 2000)

Tan Kim Sek (2003) menemukan bahwa metode sosialisasi yang efektif dapat

meningkatkan kompetensi pekerja dalam menyelesaikan tugasnya terkait dengan

peranannya dalam organisasi yang akan meningkatkan OBSE-nya Dalam konteks

penulisan ini taktik sosialisasi yang digunakan adalah perencanaan pengembangan

karier interaksi yang positif dengan rekan kerja dan interaksi positif dengan pendatang

baru di organisasi Gardner Dyne amp Pierce (2004) menemukan bahwa tingkatan gaji

turut mempengaruhi rasa berharga seorang individu sebagai anggota organisasi

sehingga mereka menyarankan organisasi mempertimbangkan sistem penggajian

berbasis kompetensi Namun mereka juga mengindikasikan bahwa sistem penggajian

berbasis kompetensi tetap memiliki resiko dimana individu dengan tingkat gaji yang

lebih rendah dapat menganggap dirinya kurang berkompeten sehingga berpeluang

menjatuhkan self-esteemnya

17

Dalam studi replikasinya Tang amp Gilbert (1992) menemukan bahwa OBSE

berhubungan dengan global self-esteem need for achievement organizational

citizenship komitmen organisasi motivasi untuk meningkatkan potensi dan pendidikan

Status subyek dalam organisasi tidak berhubungan dengan OBSE Intinya penemuan

mereka menampilkan hubungan antara OBSE dengan banyak variabel yang bernilai

intrinsik tentang perasaan subyektif pekerja dalam

organisasi

Kreitner amp Kinicki (2000) menyebutkan ciri-ciri individu dengan nilai OBSE yang tinggi

cenderung memandang diri mereka sendiri sebagai seorang yang penting berharga

berpengaruh dan berarti dalam konteks organisasi yang mempekerjakannya Untuk itu

mereka menyarankan agar organisasi melakukan upaya untuk membangun self-esteem

karyawan yaitu dengan

1 Mendukung dan menunjukkan kepedulian pada persoalan kepentingan status

dan kontribusi individu

2 Menawarkan pekerjaan yang memiliki variasi otonomi dan tantangan yang sesuai

dengan nilai-nilai keahlian dan kemampuan individu

3 Berjuang untuk membangun ikatan antara karyawan dan manajemen didasari

kepercayaan

4 Menunjukkan keyakinan terhadap kemampuan pengendalian pribadi dan

memberi penghargaan pada keberhasilan

Greenberg (2005) juga memiliki empat point penting yang disarankannya untuk

meningkatkan self-esteem individu dalam organisasi yaitu

1 Buatlah orang merasa berharga ciptakan kesempatan bagi individu untuk merasa

diterima dengan mencari cara untuk memanfaatkan pengalaman dan keahlian

unik mereka

2 Buatlah orang merasa kompeten kenali hal-hal baik yang dilakukan individu dan

pujilah mereka sesuai dengan hal itu

18

3 Buatlah orang merasa aman harga diri karyawan akan lebih meningkat ketika

harapan para manager tersampaikan dengan jelas dan terangterangan pada

mereka

4 Buatlah orang merasa mendapatkan wewenang individu diberikan kesempatan

untuk memutuskan bagaimana mereka akan menyelesaikan pekerjaan yang

menurut mereka baik bagi mereka dan pekerjaannya

Dari berbagai penulisan dan pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa OBSE

memiliki beberapa aspek (Kreitner amp Kinicki 2000 Greenberg 2005) yaitu

1 merasa diterima dalam organisasi

2 merasa aman dalam organisasi

3 merasa berkompeten dalam organisasi

4 merasa berpengaruh dalam organisasi

5 merasa penting bagi organisasi

6 rasa berharga bagi organisasi

7 merasa berkembang dalam organisasi

Aspek-aspek inilah yang akan menjadi indikator OBSE dalam penulisan ini

IICEtos Kerja dalam Islam

Menurut Ahmad (200116) Islam adalah agama yang menghargai kerja keras Kenyataan

ini dapat terlihat dari serangkaian firman Allah dalam Al- Quran yang sangat

menekankan arti penting diantaranya

Dan katakanlah Bekerjalah kamu maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang

mukmin akan melihat pekerjaanmu itu dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah)

Yang mengetahui akan yang gaib dan yang nyata lalu diberitakan-Nya kepada kamu

apa yang telah kamu kerjakan (QS At-Taubah 9 105)

19

ldquo Katakanlah Hai kaumku berbuatlah sepenuh kemampuanmu sesungguhnya akupun

berbuat (pula) Kelak kamu akan mengetahui siapakah (diantara kita) yang akan

memperoleh hasil yang baik dari dunia ini Sesungguhnya orang yang dzalim itu tidak

akan mendapat keberuntunganrdquo QS Al Anrsquoam (6) 135

IIC1Konsep Kerja dalam Islam

Kemuliaan seorang manusia itu bergantung kepada apa yang dilakukannya Dengan itu

sesuatu amalan atau pekerjaan yang mendekatkan seseorang kepada Allah adalah sangat

penting serta patut untuk diberi perhatian Amalan atau pekerjaan yang demikian selain

memperoleh keberkahan serta kesenangan dunia juga ada yang lebih penting yaitu

merupakan jalan atau tiket dalam menentukan tahap kehidupan seseorang di akhirat

kelak apakah masuk golongan ahli syurga atau sebaliknya Istilah lsquokerjarsquo dalam Islam

bukanlah semata-mata merujuk kepada mencari rezeki untuk menghidupi diri dan

keluarga dengan menghabiskan waktu siang maupun malam dari pagi hingga sore terus

menerus tak kenal lelah tetapi kerja mencakup segala bentuk amalan atau pekerjaan

yang mempunyai unsur kebaikan dan keberkahan bagi diri keluarga dan masyarakat

sekelilingnya serta negara Dengan kata lain orang yang berkerja adalah mereka yang

menyumbangkan jiwa dan tenaganya untuk kebaikan diri keluarga masyarakat dan

negara tanpa menyusahkan orang lain Oleh karena itu kategori ahli Syurga seperti yang

digambarkan dalam Al-Qurrsquoan bukanlah orang yang mempunyai pekerjaanjabatan yang

tinggi dalam suatu perusahaaninstansi sebagai manajer direktur teknisi dalam suatu

bengkel dan sebagainya Tetapi sebaliknya Al-Quran menggariskan golongan yang baik

lagi beruntung (al-falah) itu adalah orang yang banyak taqwa kepada Allah khusyu

sholatnya baik tutur katanya memelihara pandangan dan kemaluannya serta

menunaikan tanggung jawab sosialnya seperti mengeluarkan zakat dan lainnya (QS Al

Mursquominun 1 ndash 11)

Golongan ini mungkin terdiri dari pegawai supir tukang sapu ataupun seorang yang

tidak mempunyai pekerjaan tetap Sifat-sifat di ataslah sebenarnya yang menjamin

20

kebaikan dan kedudukan seseorang di dunia dan di akhirat kelak Jika membaca hadits-

hadits Rasulullah SAW tentang ciri-ciri manusia yang baik di sisi Allah maka tidak

heran bahwa diantara mereka itu ada golongan yang memberi minum anjing kelaparan

mereka yang memelihara mata telinga dan lidah dari perkara yang tidak berguna tanpa

melakukan amalan sunnah yang banyak dan seumpamanyaDalam satu hadits yang

diriwayatkan oleh Umar ra berbunyi rsquoBahwa setiap amal itu bergantung pada niat

dan setiap individu itu dihitung berdasarkan apa yang diniatkannya helliprsquo

Dalam riwayat lain Rasulullah SAW bersabda lsquo Binasalah orang-orang Islam kecuali

mereka yang berilmu Maka binasalah golongan berilmu kecuali mereka yang beramal

dengan ilmu mereka Dan binasalah golongan yang beramal dengan ilmu mereka

kecuali mereka yang ikhlas Sesungguhnya golongan yang ikhlas ini juga masih dalam

keadaan bahaya yang amat besar helliprsquo Kedua hadist diatas sudah cukup menjelaskan

betapa niat yang disertai dengan keikhlasan itulah inti sebenarnya dalam kehidupan

dan pekerjaan manusia Alangkah baiknya kalau umat Islam hari ini dapat bergerak dan

bekerja dengan tekun dan mempunyai tujuan yang satu yaitu lsquomardatillahrsquo (keridhaan

Allah) itulah yang dicari dalam semua urusan Dari situlah akan lahir nilai keberkahan

yang sebenarnya dalam kehidupan yang penuh dengan curahan rahmat dan nikmat yang

banyak dari Allah Inilah golongan yang diistilahkan sebagai golongan yang tenang

dalam ibadah ridha dengan kehidupan yang ditempuh serta optimis dengan janji-janji

Allah

IIC2Meneladani Etos Kerja Rasulullah SAW

Rasulullah SAW menjadikan kerja sebagai aktualisasi keimanan dan ketakwaan Rasul

bekerja bukan untuk menumpuk kekayaan duniawi Beliau bekerja untuk meraih

keridaan Allah SWT

Suatu hari Rasulullah SAW berjumpa dengan Saad bin Muadz Al-Anshari Ketika itu

Rasul melihat tangan Saad melepuh kulitnya gosong kehitam-hitaman seperti

terpanggang matahari Kenapa tanganmu tanya Rasul kepada Saad Wahai

21

Rasulullah jawab Saad Tanganku seperti ini karena aku mengolah tanah dengan

cangkul itu untuk mencari nafkah keluarga yang menjadi tanggunganku Seketika itu

beliau mengambil tangan Saad dan menciumnya seraya berkata Inilah tangan yang

tidak akan pernah disentuh api neraka

Dalam kisah lain disebutkan bahwa ada seseorang yang berjalan melalui tempat

Rasulullah SAW Orang tersebut sedang bekerja dengan sangat giat dan tangkas Para

sahabat kemudian bertanya Wahai Rasulullah andaikata bekerja semacam orang itu

dapat digolongkan jihad fi sabilillah maka alangkah baiknya Mendengar itu Rasul pun

menjawab Kalau ia bekerja untuk menghidupi anak-anaknya yang masih kecil itu

adalah fi sabilillah kalau ia bekerja untuk menghidupi kedua orangtuanya yang sudah

lanjut usia itu adalah fi sabilillah kalau ia bekerja untuk kepentingan dirinya sendiri

agar tidak meminta-minta itu juga fi sabilillah (HR Ath- Thabrani)

Bekerja adalah manifestasi amal saleh Bila kerja itu amal saleh maka kerja adalah

ibadah Dan bila kerja itu ibadah maka kehidupan manusia tidak bisa dilepaskan dari

kerja Bukankah Allah SWT menciptakan manusia untuk beribadah kepada-Nya

Tidak berlebihan bila keberadaan seorang manusia ditentukan oleh aktivitas kerjanya

Allah SWT berfirman

Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib manusia sebelum mereka mengubah

apa yang ada pada dirinya (QS Ar-Rad [13] 11) Dalam ayat lain diungkapkan pula

ldquodan bahwasannya seorang manusia tidak akan memperoleh selain apa yang telah

diusahakannyardquo (QS Al- Najm [53] 39)

Kisah di awal menggambarkan betapa besarnya penghargaan Rasulullah SAW terhadap

kerja Kerja apapun itu selama tidak menyimpang dari aturan yang ditetapkan agama

Demikian besarnya penghargaan beliau sampaisampai dalam kisah pertama manusia

teragung ini rela mencium tangan Saad bin Muadz Al-Anshari yang melepuh lagi

gosong Rasulullah SAW dalam dua kisah tersebut memberikan motivasi pada umatnya

bahwa bekerja adalah perbuatan mulia dan termasuk bagian dari jihad Rasulullah SAW

adalah sosok yang selalu berbuat sebelum beliau memerintahkan para sahabat untuk

melakukannya Hal ini sesuai dengan tugas beliau sebagai ushwatun hasanah teladan

yang baik bagi seluruh manusia Maka saat kita berbicara tentang etos kerja islami maka

22

beliaulah orang yang paling pantas menjadi rujukan Dan berbicara tentang etos kerja

Rasulullah SAW sama artinya dengan berbicara bagaimana beliau menjalankan peran-

peran dalam hidupnya Ada lima peran penting yang diemban Rasulullah SAW yaitu

Pertama sebagai rasul Peran ini beliau jalani selama 23 tahun Dalam kurun waktu

tersebut beliau harus berdakwah menyebarkan Islam menerima menghapal

menyampaikan dan menjelaskan tak kurang dari 6666 ayat Alquran menjadi guru

(pembimbing) bagi para sahabat dan menjadi hakim yang memutuskan berbagai pelik

permasalahan umat-dari mulai pembunuhan sampai perceraian

Kedua sebagai kepala negara dan pemimpin sebuah masyarakat heterogen Tatkala

memegang posisi ini Rasulullah SAW harus menerima kunjungan diplomatik negara-

negara sahabat Rasul pun harus menata dan menciptakan sistem hukum yang mampu

menyatukan kaum Muslimin Nasrani dan Yahudi mengatur perekonomian dan

setumpuk masalah lainnya

Ketiga sebagai panglima perang Selama hidup tak kurang dari 28 kali Rasul

memimpin pertempuran melawan kafir Quraisy Sebagai panglima perang beliau harus

mengorganisasi lebih dari 53 pasukan kaveleri bersenjata Harus memikirkan strategi

perang persedian logistik keamanan transportasi kesehatan dan lainnya

Keempat sebagai kepala rumahtangga Dalam posisi ini Rasul harus mendidik

membahagiakan dan memenuhi tanggung jawab-lahir batin-terhadap para istri beliau

tujuh anak dan beberapa orang cucu Beliau dikenal sebagai sosok yang sangat

perhatian terhadap keluarganya Di tengah kesibukannya Rasul pun masih sempat

bercanda dan menjahit sendiri bajunya

Kelima sebagai seorang pebisnis Sejak usia 12 tahun pamannya Abu Thalib sudah

mengajaknya melakukan perjalanan bisnis ke Syam negeri yang saat ini meliputi Syria

Jordan dan Lebanon Dari usia 17 hingga sekitar 20 tahun adalah masa tersulit dalam

perjalanan bisnis Rasul karena beliau harus mandiri dan bersaing dengan pemain pemain

23

senior dalam perdagangan regional Usia 20 hingga 25 tahun merupakan titik keemasan

entrepreneurship Rasulullah SAW terbukti dengan terpikatnya konglomerat Mekah

Khadijah binti Khuwailid yang kemudian melamarnya menjadi suami Afzalurrahman

dalam bukunya Muhammad Sebagai Seorang Pedagang (2000 5-12) mencatat bahwa

Rasul pun sering terlibat dalam perjalanan bisnis ke berbagai negeri seperti Yaman

Oman dan Bahrain Dan beliau mulai mengurangi kegiatan bisnisnya ketika mencapai

usia 37 tahun

Adalah kenyataan bila Rasulullah SAW mampu menjalankan kelima perannya tersebut

dengan sempurna bahkan menjadi yang terbaik Tak heran bila para ilmuwan baik itu

yang Muslim maupun non-Muslim menempatkan beliau sebagai orang yang paling

berpengaruh paling pemberani paling bijaksana paling bermoral dan sejumlah paling

lainnya

IIC3Rahasia kesuksesan karier dan pekerjaan Rasulullah SAW

Pertama Rasul selalu bekerja dengan cara terbaik profesional dan tidak asal-asalan

Beliau bersabda Sesungguhnya Allah menginginkan jika salah seorang darimu bekerja

maka hendaklah meningkatkan kualitasnya

Kedua dalam bekerja Rasul melakukannya dengan manajemen yang baik perencanaan

yang jelas pentahapan aksi dan adanya penetapan skala prioritas

Ketiga Rasul tidak pernah menyia-nyiakan kesempatan sekecil apapun Barangsiapa

yang dibukakan pintu kebaikan hendaknya dia mampu memanfaatkannya karena ia

tidak tahu kapan ditutupkan kepadanya demikian beliau bersabda

Keempat dalam bekerja Rasul selalu memperhitungkan masa depan Beliau adalah

sosok yang visioner sehingga segala aktivitasnya benar-benar terarah dan terfokus

Kelima Rasul tidak pernah menangguhkan pekerjaan Beliau bekerja secara tuntas dan

berkualitas

Keenam Rasul bekerja secara berjamaah dengan mempersiapkan (membentuk) tim

yang solid yang percaya pada cita-cita bersama

24

Ketujuh Rasul adalah pribadi yang sangat menghargai waktu Tidak berlalu sedetik pun

waktu kecuali menjadi nilai tambah bagi diri dan umatnya Dan yang terakhir

Rasulullah SAW menjadikan kerja sebagai aktualisasi keimanan dan ketakwaan Rasul

bekerja bukan untuk menumpuk kekayaan duniawi Beliau bekerja untuk meraih

keridhaan Allah SWT Inilah kunci terpenting Semoga Allah SWT memberikan

kemampuan kepada kita untuk meneladani etos kerja Rasulullah SAW

25

BAB III

PEMBAHASAN

IIIA HUBUNGAN ANTARA ORGANIZATION-BASED SELF-ESTEEM

(OBSE) DAN ETOS KERJA

Untuk dapat meningkatkan Etos Kerja diperlukan adanya suatu sikap yang menilai

tinggi pada kerja keras dan sungguh-sungguh Karena itu perlu ditemukan suatu

dorongan yang tepat untuk memotivasi dan merubah sikap (Anoraga 1992) Seperti

yang sudah dipaparkan Anoraga sebelumnya bahwa motivasi merupakan kunci untuk

membangun Etos Kerja yang baik Motivasi kerja adalah sesuatu yang menimbulkan

semangat atau dorongan kerja kuat lemahnya motivasi kerja seseorang ikut menentukan

besar kecilnya prestasi seorang pekerja

Tujuan organisasi yang ditanamkan dalam visi misi filosofi dan mottoorganisasi

merupakan suatu nilai ideal yang harus dicapai individu Dengan proses yang tepat

organisasi berusaha menanamkan nilai-nilai ini pada para anggotanya

Nilai ideal yang dipersepsikan oleh anggota akan mempengaruhi penilaiannya terhadap

dirinya sehingga membentuk OBSE-nya Nilai-nilai ini ditanamkan oleh organisasi

dengan tujuan utama yaitu kinerja dan kualitas kerja yang meningkat

Kinerja dan kualitas kerja yang baik dapat dicapai dengan Etos Kerja yang baik maka

organisasi secara tidak langsung berusaha untuk meningkatkan Etos Kerja anggotanya

OBSE mempengaruhi beberapa aspek antara lain global self-esteemharga diri secara

keseluruhan kepuasan secara keseluruhan perilaku warga negara yang baik komitmen

dan kepuasan organisasi prestasi kerja dan terakhir adalah motivasi intrinsik (Kreitner

amp Kinicki 2000) Menurut Alderfer (dalam Siagian 1995) dengan teori motivasi ERG-

nya salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi adalah faktor R (Relatedness) yaitu

kebutuhan akan pemenuhan rasa puas dalam berhubungan dengan keluarga teman

atasan bawahan dan rekan sekerja dimana hal ini melibatkan unsur cinta dan self-

esteem Dengan meningkatnya self-esteem pekerja yang didasarkan pada keberadaannya

sebagai bagian dari organisasi maka motivasinya secara intrinsic dalam bekerja

meningkat Herzberg (dalam Anoraga 1992) yang melakukan studi mengenai motivasi

26

kerja menyatakan faktor intrinsik dalam bekerja yang meliputi pencapaian sukses

pengakuan kemungkinan untuk meningkat dalam jabatan (karier) tanggung jawab

kemungkinan berkembang dan pekerjaan itu sendiri Dapat dilihat bahwa faktor-faktor

intrinsik ini merupakan aspek-aspek yang akan tergambar pada OBSE Faktor pengakuan

dapat dilihat pada persepsi tentang seberapa berharga dan pentingnya individu dalam

organisasi apakah ia merasa diterima sebagai anggota organisasi dan merasa aman

sebagai bagian dari organisasi

Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat dilihat bagaimana OBSE mempengaruhi

motivasi intrinsik seseorang untuk bekerja Ketika OBSE meningkat motivasi intrinsik

seseorang dalam bekerja turut meningkat maka seharusnya Etos Kerjanya akan

meningkat juga Artinya kebutuhan organisasi untuk mencapai hasil dan kinerja

organisasi yang lebih baik dapat dicapai salah satunya melalui upaya meningkatkan

OBSE pekerjanya

Penelitian lain yang telah dilakukan mengenai OBSE yaitu penelitian Lanford Roe

Carson amp Carson (1997) pada teknisi unit gawat darurat Mereka menemukan

peningkatan OBSE berpeluang meningkatkan komitmen terhadap karier menurunkan

kecenderungan menarik diri dari tugas dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya

kualitas perlakuan Hal ini merupakan beberapa indikasi perilaku yang mencerminkan

Etos Kerja seperti yang dikatakan Sinamo (2005) yaitu bekerja dengan integritas

bekerja dengan penuh tanggung jawab bekerja dengan sempurna Secara umum dapat

dikatakan bahwa bila seseorang merasa berharga dalam organisasi dikarenakan berbagai

faktor ia akan cenderung memiliki motivasi yang lebih baik untuk mencapai tujuan

yang ditetapkan organisasi tersebut sehingga Etos Kerjanya akan lebih baik daripada

individu dengan OBSE-nya rendah

IIIA PENGARUH ETOS KERJA ISLAMI TERHADAP KINERJA SESEORANG

etos kerja islami yang didasarkan pada Al-Qurrsquoan dan Hadits agar produktivitas kerja

karyawan dapat menunjang perkembangan ekonomi ummat serta pengaruh kinerja yang

ditunjukkan oleh karyawan itu sendiri Setidaknya etos kerja itu bersumber dan

27

berkaitan langsung dengan nilai-nilai kejiwaan seseorang dan menunjukkan pula

pandangan hidup yang mendarah daging untuk dapat mengembangkan dirinya sehingga

etos kerja kerja menunjukkan pula sikap dan harapan seseorang Dan dengan sikap

seperti ini seseorang yang memiliki etos akan berusaha untuk memenuhi harapannya

tersebut Sebab Etos kerja juga mempunyai makna nilai moral dan pemberdayaan diri

yaitu suatu pandangan batin yang bersifat mendarah daging Seseorang akan merasakan

bahwa hanya dengan menghasilkan pekerjaan yang terbaik bahkan sempurna nilai-nilai

Islam yang diyakininya dapat diwujudkan

Dengan pengembangan kualitas yang ada dalam diri pribadi setiap manusia semua yang

dilaksanakan dapat terwujud sesuai nilai moral yang dimilikinya Karenanya etos kerja

bukanlah sekedar kepribadian atau sikap melainkan lebih mendalam lagi karena

didalamnya terdapat martabat harga diri dan jati diri dari seorang tersebut

Berkaitan dengan ini Ahmad (200117) menegaskan bahwa Islam tidak hanya

memerintahkan manusia hanya untuk sholat saja namun manusia juga diperintahkan

untuk mencari rezeki di bumi 1048755Apabila telah ditunaikan sholat maka bertebaranlah

kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah1048755Dan Allah adalah sebaik-baik Pemberi

Rezeki1048755 (QS Al Jumursquoah 10-11) Petikan-petikan ayat di atas sangatlah jelas

memperlihatkan pandangan Islam terhadap nilai kerja itu sendiri

Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Tasmara (200226) etos kerja islami menekankan

pada kerja sama dalam bekerja dan konsep konsultasi yang terlihat sebagai jalan untuk

mengatasi rintangan atau masalah dan menghindari kesalahan Hubungan sosial dalam

bekerja merupakan pendorong yang bertujuan untuk mempertemukan kebutuhan

seseorang dan membuat keseimbangan antara kebutuhan individu dan kehidupan sosial

Dan hal ini juga diperkuat dengan firman Allah SWT dalam surat Al

Jumursquoah 1048755Maka apabila telah ditunaikan sholat maka bertebaranlah kamu di muka

bumi dan carilah karunia Allah serta banyaklah ingat kepada Allah agar kamu

beruntung1048755 (QS Al Jumursquoah 10) Jadi dalam ayat tersebut tersirat pesan yaitu

hendaknya kita beribadah sebagaimana diwajibkan namun kita juga harus bekerja

mencari rezeki dari kemurahan Allah Bersama dengan itu kita senantiasa ingat kepada-

Nya Yakni memenuhi semua ketentuan etis dan akhlaq dalam bekerja yaitu dengan

28

menyadari pengawasan dan perhitungan Allah terhadap setiap bentuk kerja kita Semua

perilaku manusia didasari prinsip rahman dan rahim dengan kesadaran penuh sebagai

rahmatan lil 1048755alamin integritas yang sangat tinggi karena merasa dirinya dilihat oleh

Allah bukan karena atasan atau sekedar upah belaka dan jabatan hanya dilihat sebagai

amanah Allah (Agustian 200152) Sikap ini akan mendorong suatu kreativitas tanpa

henti untuk menciptakan mutu pelayanan dan produk yang lebih berkualitas yang

dipandang dalam etos kerja islami

29

BAB IV

KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari tulisan ini sebagai berikut

1 Sesuai dengan landasan teori yang telah dibahas sebelumnya dapat dikatakan

bahwa ketika Organisation-Based Self-Esteem (OBSE) seseorang meningkat

maka motivasinya untuk mencapai kinerja yang lebih baik di dalam organisasi

tersebut akan meningkat secara intrinsik (kreitner amp Kinicki 2000) sehingga

cara pandangnya terhadap nilai bekerja yang dikenal dengan konsep Etos Kerja

turut meningkat (Anoraga 1992)

2 Ketika nilai Organisation-Based Self-Esteem (OBSE) seorang individu rendah

belum tentu nilai Etos Kerjanya harus rendah pula karena selain faktor OBSE

masih terdapat faktor-faktor lain yang turut mempengaruhi Etos Kerja seseorang

seperti yang telah dijelaskan pada bab dua seperti agama pendidikan sosial

budaya struktur ekonomi dan sebagainya Kualitas beragama unsur sosial

budaya dan kondisi ekonomi misalnya dapat mempengaruhi cara pandang

seseorang terhadap nilai bekerja

3 etos kerja islami didasarkan pada Al-Qurrsquoan dan Hadits agar produktivitas kerja

karyawan dapat menunjang perkembangan ekonomi ummat serta pengaruh

kinerja yang ditunjukkan oleh karyawan itu sendiri Sehingga dapat terbentuk

etoskerja yang mempunyai makna nilai moral dan pemberdayaan diri

30

DAFTAR PUSTAKA

1

2

3

31

Page 8: Paper Etos Kerja 2

7 Kerja adalah kehormatan pekerjaan dapat membangkitkan harga diri sehingga

harus dilakukan dengan tekun dan penuh keunggulan

8 Kerja adalah Pelayanan manusia bekerja bukan hanya untuk memenuhi

kebutuhannya sendiri saja tetapi untuk melayani sehingga harus bekerja dengan

sempurna dan penuh kerendahan hati

Anoraga (1992) juga memaparkan secara eksplisit beberapa sikap yang seharusnya

mendasar bagi seseorang dalam memberi nilai pada kerja yang disimpulkan sebagai

berikut

1 Bekerja adalah hakikat kehidupan manusia

2 Pekerjaan adalah suatu berkat Tuhan

3 Pekerjaan merupakan sumber penghasilan yang halal dan tidak amoral

4 Pekerjaan merupakan suatu kesempatan untuk mengembangkan diri dan berbakti

5 Pekerjaan merupakan sarana pelayanan dan perwujudan kasih

Dalam penulisannya Akhmad Kusnan (2004) menyimpulkan pemahaman bahwa Etos

Kerja menggambarkan suatu sikap maka ia menggunakan lima indikator untuk

mengukur Etos Kerja Menurutnya Etos Kerja mencerminkan suatu sikap yang memiliki

dua alternatif positif dan negatif Suatu individu atau kelompok masyarakat dapat

dikatakan memiliki Etos Kerja yang tinggi apabila menunjukkan tanda-tanda sebagai

berikut

1 Mempunyai penilaian yang sangat positif terhadap hasil kerja manusia

2 Menempatkan pandangan tentang kerja sebagai suatu hal yang amat luhur bagi

eksistensi manusia

3 Kerja yang dirasakan sebagai aktivitas yang bermakna bagi kehidupan manusia

4 Kerja dihayati sebagai suatu proses yang membutuhkan ketekunan dan sekaligus

sarana yang penting dalam mewujudkan cita-cita

5 Kerja dilakukan sebagai bentuk ibadah Bagi individu atau kelompok masyarakat

yang memiliki Etos Kerja yang rendah maka akan ditunjukkan ciri-ciri yang

sebaliknya (Kusnan 2004) yaitu

8

1) Kerja dirasakan sebagai suatu hal yang membebani diri

2) Kurang dan bahkan tidak menghargai hasil kerja manusia

3) Kerja dipandang sebagai suatu penghambat dalam memperoleh

kesenangan

4) Kerja dilakukan sebagai bentuk keterpaksaan

5) Kerja dihayati hanya sebagai bentuk rutinitas hidup

Dari berbagai aspek yang ditampilkan ketiga tokoh diatas dapat dilihat bahwa aspek-

aspek yang diusulkan oleh dua tokoh berikutnya telah termuat dalam beberapa aspek

Etos Kerja yang dikemukakan oleh Sinamo sehingga penulisan ini mendasari

pemahamannya pada delapan aspek Etos Kerja yang dikemukakan oleh Sinamo sebagai

indikator terhadap Etos Kerja

IIA3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Etos Kerja

Etos Kerja dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu

a Agama

Dasar pengkajian kembali makna Etos Kerja di Eropa diawali oleh buah pikiran Max

Weber Salah satu unsur dasar dari kebudayaan modern yaitu rasionalitas (rationality)

menurut Weber (1958) lahir dari etika Protestan Pada dasarnya agama merupakan suatu

sistem nilai Sistem nilai ini tentunya akan mempengaruhi atau menentukan pola hidup

para penganutnya Cara berpikir bersikap dan bertindak seseorang pastilah diwarnai

oleh ajaran agama yang dianutnya jika ia sungguh-sungguh dalam kehidupan beragama

Dengan demikian kalau ajaran agama itu mengandung nilai-nilai yang dapat memacu

pembangunan jelaslah bahwa agama akan turut menentukan jalannya pembangunan

atau modernisasi Weber (1958) memperlihatkan bahwa doktrin predestinasi dalam

protestanisme mampu melahirkan etos berpikir rasional berdisiplin tinggi bekerja tekun

sistematik berorientasi sukses (material) tidak mengumbar kesenangan namun hemat

dan bersahaja (asketik) serta menabung dan berinvestasi yang akhirnya menjadi titik

9

tolak berkembangnya kapitalisme di dunia modern Sejak Weber menelurkan karya tulis

The Protestant Ethic and the Spirit of Capitalism (1958) berbagai studi tentang Etos

Kerja berbasis agama sudah banyak dilakukan dengan hasil yang secara umum

mengkonfirmasikan adanya korelasi positif antara sebuah sistem kepercayaan tertentu

dan kemajuan ekonomi kemakmuran dan modernitas (Sinamo 2005) Menurut

Rosmiani (1996) Etos Kerja terkait dengan sikap mental tekad disiplin dan semangat

kerja Sikap ini dibentuk oleh sistem orientasi nilai-nilai budaya yang sebagian

bersumber dari agama atau sistem kepercayaanpaham teologi tradisional Ia

menemukan Etos Kerja yang rendah secara tidak langsung dipengaruhi oleh rendahnya

kualitas keagamaan dan orientasi nilai budaya yang konservatif turut menambah

kokohnya tingkat Etos Kerja yang rendah itu

b Budaya

Selain temuan Rosmiani (1996) diatas Usman Pelly (dalam Rahimah 1995)

mengatakan bahwa sikap mental tekad disiplin dan semangat kerja masyarakat juga

disebut sebagai etos budaya dan secara operasional etos budaya ini juga disebut sebagai

Etos Kerja Kualitas Etos Kerja ini ditentukan oleh sistem orientasi nilai budaya

masyarakat yang bersangkutan Masyarakat yang memiliki sistem nilai budaya maju

akan memiliki Etos Kerja yang tinggi dan sebaliknya masyarakat yang memiliki sistem

nilai budaya yang konservatif akan memiliki Etos Kerja yang rendah bahkan bisa sama

sekali tidak memiliki Etos Kerja Pernyataaan ini juga didukung oleh studi yang

dilakukan Suryawati Dharmika Namiartha Putri dan weda (1997) yang menyimpulkan

bahwa semangat kerjaEtos Kerja sangat ditentukan oleh nilainilai budaya yang ada dan

tumbuh pada masyarakat yang bersangkutan Etos Kerja juga sangat berpegang teguh

pada moral etik dan bahkan Tuhan Etos Kerja berdasarkan nilai-nilai budaya dan agama

ini menurut mereka diperoleh secara lisan dan merupakan suatu tradisi yang disebarkan

secara turuntemurun

c Sosial Politik

10

Soewarso Rahardjo Subagyo dan Utomo (1995) menemukan bahwa tinggi rendahnya

Etos Kerja suatu masyarakat dipengaruhi oleh ada atau tidaknya struktur politik yang

mendorong masyarakat untuk bekerja keras dan dapat menikmati hasil kerja keras

mereka dengan penuh KH Abdurrahman Wahid (2002) mengatakan bahwa Etos Kerja

harus dimulai dengan kesadaran akan pentingnya arti tanggung jawab kepada masa

depan bangsa dan negara Dorongan untuk mengatasi kemiskinan kebodohan dan

keterbelakangan hanya mungkin timbul jika masyarakat secara keseluruhan memiliki

orientasi kehidupan yang teracu ke masa depan yang lebih baik Orientasi ke depan itu

harus diikuti oleh penghargaan yang cukup kepada kompetisi dan pencapaian

(achievement) Orientasi ini akan melahirkan orientasi lain yaitu semangat

profesionalisme yang menjadi tulang-punggung masyarakat modern

d Kondisi LingkunganGeografis

Suryawati Dharmika Namiartha Putri dan weda (1997) juga menemukan adanya

indikasi bahwa Etos Kerja dapat muncul dikarenakan faktor kondisi geografis

Lingkungan alam yang mendukung mempengaruhi manusia yang berada di dalamnya

melakukan usaha untuk dapat mengelola dan mengambil manfaat dan bahkan dapat

mengundang pendatang untuk turut mencari penghidupan di lingkungan tersebut

e Pendidikan

Etos Kerja tidak dapat dipisahkan dengan kualitas sumber daya manusia Peningkatan

sumber daya manusia akan membuat seseorang mempunyai Etos Kerja keras

Meningkatnya kualitas penduduk dapat tercapai apabila ada pendidikan yang merata dan

bermutu disertai dengan peningkatan dan perluasan pendidikan keahlian dan

keterampilan sehingga semakin meningkat pula aktivitas dan produktivitas masyarakat

sebagai pelaku ekonomi (Rahimah Fauziah Suri dan Nasution 1995)

f Struktur Ekonomi

11

Pada penulisan Soewarso Rahardjo Subagyo dan Utomo (1995) disimpulkan juga

bahwa tinggi rendahnya Etos Kerja suatu masyarakat dipengaruhi oleh ada atau tidaknya

struktur ekonomi yang mampu memberikan insentif bagi anggota masyarakat untuk

bekerja keras dan menikmati hasil kerja keras mereka dengan penuh

g Motivasi Intrinsik individu

Anoraga (1992) mengatakan bahwa Individu yang akan memiliki Etos Kerja yang tinggi

adalah individu yang bermotivasi tinggi Etos Kerja merupakan suatu pandangan dan

sikap yang tentunya didasari oleh nilai-nilai yang diyakini seseorang Keyakinan inilah

yang menjadi suatu motivasi kerja Maka Etos Kerja juga dipengaruhi oleh motivasi

seseorang

Menurut Herzberg (dalam Siagian 1995) motivasi yang sesungguhnya bukan

bersumber dari luar diri tetapi yang tertanamterinternalisasi dalam diri sendiri yang

sering disebut dengan motivasi intrinsik Ia membagi factor pendorong manusia untuk

melakukan kerja ke dalam dua faktor yaitu factor hygiene dan faktor motivator Faktor

hygiene ini merupakan faktor dalam kerja yang hanya akan berpengaruh bila ia tidak

ada yang akan menyebabkan ketidakpuasan Ketidakhadiran faktor ini dapat mencegah

timbulnya motivasi tetapi ia tidak menyebabkan munculnya motivasi faktor ini disebut

juga factor ekstrinsik yang termasuk diantaranya yaitu gaji status keamanan kerja

kondisi kerja kebijaksanaan organisasi hubungan dengan rekan kerja dan supervisi

Ketika sebuah organisasi menargetkan kinerja yang lebih tinggi tentunya organisasi

tersebut perlu memastikan terlebih dahulu bahwa factor hygiene tidak menjadi

penghalang dalam upaya menghadirkan motivasi intrinsik

Faktor yang kedua adalah faktor motivator sesungguhnya yang mana ketiadaannya

bukan berarti ketidakpuasan tetapi kehadirannya menimbulkan rasa puas sebagai

manusia Faktor ini disebut juga faktor intrinsik dalam pekerjaan yang meliputi

pencapaian suksesachievement pengakuanrecognition kemungkinan untuk meningkat

dalam jabatan (Karier)advancement tanggung jawabresponsibility kemungkinan

berkembanggrowth possibilities dan pekerjaan itu sendirithe work itself (Herzberg

12

dalam Anoraga 1992) Hal-hal ini sangat diperlukan dalam meningkatkan performa kerja

dan menggerakkan pekerja hingga mencapai performa yang tertinggi

IIB ORGANIZATION-BASED SELF-ESTEEM

IIB1 Pengertian Organization-Based Self-esteem

Secara sederhana self-esteem diartikan sebagai proses evaluasi diri seseorang baik dalam

cara yang positif maupun negatif (Greenberg 2005)

Hogg amp Vaughan (2002) mendefinisikan self-esteem sebagai evaluasi dan perasaan

tentang diri pribadi

Kreitner amp Kinicki (2000) mendefinisikan istilah self-esteem sebagai suatu keyakinan

nilai diri sendiri yang didasarkan pada evaluasi diri secara keseluruhan

Rosenberg (dalam Kernis 1995) dan para ahli lainnya telah membandingkan self-esteem

dengan sikap dan menemukan bahwa self-esteem memiliki komponen afektif dan

kognitif Komponen kognitif mengacu pada keyakinan individu tentang keberhargaan

dirinya

Tory Higgins (dalam Deaux Dane Wrightsman 1993) mengajukan dua tipe diri

potensial yang menempati konsep diri kita yaitu Ideal-Self dan Ought- Self Ideal-self

mengacu kepada konsep diri yang ingin dicapai individu sedangkan ought-self adalah

konsep diri yang sebenarnya hadir Ketika kesenjangan antara ideal-self dan ought-self

ini terlalu besar maka akan timbullah perasaan yang tidak menyenangkan suatu kondisi

yang dihindari oleh setiap orang Setiap orang selalu berusaha memperoleh perasaan

yang menyenangkan tentang dirinya Biasanya tuntutan perasaan positif ini

menimbulkan over-estimasi terhadap evaluasi mengenai nilai-nilai baik seseorang

13

kemampuannya dalam mengatasi situasi atau kejadian atau terlalu optimis Memiliki

penilaian yang akurat tentang diri memang penting tetapi sepertinya tidak lebih penting

daripada perasaan positif seseorang tentang dirinya (Hogg amp Vaughan 2002)

Gambaran diri yang positif dan self-esteem yang berhubungan dengannya merupakan

tujuan penting untuk kebanyakan orang setiap waktu Hal ini menunjukkan temuan

Rosenberg mengenai komponen afektif pada self-esteem Harga diri yang tinggi baik

yang realistis maupun yang tidak merupakan suatu hal yang menyenangkan dan

karenanya banyak ahli menganggapnya sebagai tujuan manusia yang utama (Rosenberg

dalam Deaux Dane Wrightsman 1993) Kita cenderung menduga bahwa unsur self-

esteem yang tinggi akan menghasilkan perilaku positif yang menandakan individu yang

sehat secara psikologis Tetapi banyak studi yang menemukan bahwa tidak selamanya

selfesteem yang tinggi menghasilkan individu yang percaya diri dan tidak menampilkan

sikap permusuhan Baumeister (dalam Hogg amp Vaughan 2002) menemukan perilaku

kekerasan yang dapat dikaitkan dengan harga diri yang tinggi dimana ketika individu

yang memiliki gambaran diri yang menyenangkan merasa terancam individu tersebut

cenderung akan menampilkan sikap agresif

Kernis (dalam Hogg amp Vaughan 2002) juga menemukan individu yang arogan angkuh

dan terlalu asertif diantara orang-orang dengan harga diri yang tinggi

Rhodewalt (dalam Hogg amp Vaughan 2002) menemukan individu yang pada dasarnya

memiliki harga diri tinggi yang mudah hilang dikenal dengan individu narsistik Harga

diri yang rendah tidak selamanya juga memiliki konsekuensi negatif

Baumeister (dalam Kernis 1995) menemukan individu yang self-esteemnya rendah

menampilkan karakter tidak pasti namun netral daripada karakter negatif

Swann Pelham amp Krull (dalam Kernis 1995) menemukan individu dengan selfesteem

rendah memiliki strategi pertahanan diri tertentu yang cenderung berorientasi pada

peningkatan diri Untuk dapat menjelaskan fenomena yang beragam terkait dengan

14

harga diri yang tinggi dan rendah seperti yang telah dibahas diatas Deci amp Ryan (dalam

Kernis 1995) mengajukan dua jenis harga diri yaitu contingent self-esteem dan true self-

esteem Contingent self-esteem mengacu pada perasaan tentang diri seseorang yang

dihasilkan oleh ndash dan bergantung pada ndash pencapaian harapan seseorang Misalnya

seseorang merasa dirinya adalah orang yang baik dan berharga jika ia berhasil

menyelesaikan suatu tugas Jika ia terus dapatn menyelesaikan tugas berikutnya yang

serupa maka ia akan terus memiliki harga diri yang tinggi Artinya harga diri ini bersifat

labil dan hanya berpusat pada kepentingan pribadi True self-esteem bersifat lebih stabil

didasari oleh perasaan yang kuat tentang diri pribadi Individu dengan true self-esteem

yang tinggi juga memiliki tujuan dan aspirasi dan akan merasa senang bila tujuannya

tercapai atau sedih bila tidak tercapai Tetapi perasaan mereka sebagai manusia yang

berharga tidak berfluktuasi bergantung pada pencapaian sehingga mereka tidak merasa

superior ketika berhasil ataupun tertekan ketika gagal

Berdasarkan penulisan Baumeister (dalam Hogg amp Vaughan 2002) secara umum

individu dengan karakteristik self-esteem yang tinggi memiliki ciri-ciri

1 Gigih dan ulet dalam menghadapi masa depan

2 Stabil secara emosi dan afektif

3 Kurang fleksibel dan kurang lunak

4 Tidak mudah dibujuk dan dipengaruhi

5 Bereaksi positif pada kehidupan yang menyenangkan dan sukses

6 Memiliki konsep diri yang stabil teliti dan konsisten

7 Berorientasi motivasi pada peningkatan diri

Sedangkan individu dengan self-esteem rendah memiliki ciri-ciri

1 Mudah terluka pada tekanan yang ditemui sehari-hari

2 Mudah berubah dalam afeksi dan suasana hati

3 Fleksibel dan lunak

4 Mudah dibujuk dan dipengaruhi

5 Menginginkan kesuksesan dan persetujuan tetapi ragu-ragu akan memperolehnya

6 Bereaksi negatif terhadap kehidupan yang menyenangkan dan sukses

15

7 Memiliki konsep diri yang sederhana dan tidak stabil

8 Orientasi motivasi pada perlindungan diri

Terdapat beberapa tipe self-esteem yang telah dibahas para ahli diantaranya global self-

esteem yaitu persepsi individu mengenai keberhargaan dirinya secara keseluruhan

Kemudian dikenal juga role-based self-esteem yaitu harga diri dikaitkan dengan

peranan atau posisi seseorang Ada juga task-based self-esteem yaitu harga diri yang

dikaitkan dengan keberhasilan seseorang dalam menyelesaikan tugas Self-esteem sangat

berhubungan dengan identitas sosial seseorang (Hogg amp Vaughan 2002)

Identitas sosial adalah bagian dari konsep diri yang berasal dari keanggotaan individu

dalam kelompok sosial Ketika individu mengevaluasi dirinya ia dipengaruhi oleh

prestise dan status dalam suatu kelompok masyarakat yang dipersepsikannya juga

melekat pada dirinya jika ia menganggap dirinya bagian dari atau berorientasi kepada

kelompok masyarakat tertentu Penilaian ini juga akan dibandingkan dengan kelompok

diluar kelompok masyarakat yang dipersepsikannya sebagai kelompoknya Organisasi

adalah suatu kelompok masyarakat yang tentunya dapat memberikan pengaruh bagi

seseorang dalam menilai dirinya Menjadi bagian dari suatu organisasi maka individu

harus tunduk pada aturan kebiasaan norma serta menyesuaikan diri dengan budaya dan

iklim organisasi Organisasi memiliki tujuan dan cita-cita yang menjiwai setiap aspek

kehidupan organisasi sehingga secara otomatis mempengaruhi setiap individu yang ada

di dalamnya Dari pemahaman ini muncullah kajian tentang harga diri dalam konteks

organisasi Nilai yang dimiliki oleh seorang individu atas dirinya sebagai anggota

organisasi yang bertindak dalam konteks organisasi disebut harga diri berbasis

organisasi atau Organization-based Self-esteem yang disingkat dengan OBSE (Kreitner

amp Kinicki 2000) Dalam konteks organisasi pengaruh self-esteem yang cukup

signifikan telah terlihat melalui berbagai penemuan Misalnya individu yang memiliki

self-esteem yang tinggi cenderung lebih sukses dalam upaya menemukan pekerjaan

sedangkan individu dengan self-esteem yang rendah bila dipekerjakan akan lebih

tertarik pada organisasi yang besar dimana posisi mereka tidak terlalu diperhatikan

Pekerja dengan self-esteem yang tinggi cenderung secara aktif berusaha menemukan

16

materi yang dibutuhkan untuk mengatasi masalah pekerjaan dan menggunakan

kemampuan serta keahlian mereka secara penuh sehingga hasil kerjanya lebih maksimal

Cukup menarik untuk diperhatikan bahwa individu dengan self-esteem rendah

kelihatannya sadar dengan kemungkinan mereka memberikan hasil yang buruk Mereka

cenderung menilai dirinya secara negatif (khususnya ketika penilaian terhadap performa

mereka ambigu) dan pada dasarnya bertanggungjawab terhadap hasil buruk tersebut

(Greenberg 2005)

IIB2 Aspek-aspek Organization-based Self-esteem

Dalam konteks organisasi penilaian seseorang terhadap dirinya terkait dengan

bagaimana kondisi organisasi secara struktural kerumitan pekerjaan yang dihadapinya

serta adanya penghargaan dari pihak managerial OBSE cenderung meningkat ketika

individu mempersepsikan bahwa atasan mereka memiliki suatu kepedulian pada mereka

Nilainya juga lebih tinggi pada organisasi dengan struktur yang organik (fleksibel)

daripada yang kaku (Birokratis) Pekerjaan yang rumit dan menantang juga mendorong

OBSE yang lebih tinggi daripada pekerjaan yang sederhana berulang-ulang serta

membosankan Dan faktor-faktor ini juga berhubungan dengan motivasi untuk tugas

yang lebih besar (Kreitner amp Kinicki 2000)

Tan Kim Sek (2003) menemukan bahwa metode sosialisasi yang efektif dapat

meningkatkan kompetensi pekerja dalam menyelesaikan tugasnya terkait dengan

peranannya dalam organisasi yang akan meningkatkan OBSE-nya Dalam konteks

penulisan ini taktik sosialisasi yang digunakan adalah perencanaan pengembangan

karier interaksi yang positif dengan rekan kerja dan interaksi positif dengan pendatang

baru di organisasi Gardner Dyne amp Pierce (2004) menemukan bahwa tingkatan gaji

turut mempengaruhi rasa berharga seorang individu sebagai anggota organisasi

sehingga mereka menyarankan organisasi mempertimbangkan sistem penggajian

berbasis kompetensi Namun mereka juga mengindikasikan bahwa sistem penggajian

berbasis kompetensi tetap memiliki resiko dimana individu dengan tingkat gaji yang

lebih rendah dapat menganggap dirinya kurang berkompeten sehingga berpeluang

menjatuhkan self-esteemnya

17

Dalam studi replikasinya Tang amp Gilbert (1992) menemukan bahwa OBSE

berhubungan dengan global self-esteem need for achievement organizational

citizenship komitmen organisasi motivasi untuk meningkatkan potensi dan pendidikan

Status subyek dalam organisasi tidak berhubungan dengan OBSE Intinya penemuan

mereka menampilkan hubungan antara OBSE dengan banyak variabel yang bernilai

intrinsik tentang perasaan subyektif pekerja dalam

organisasi

Kreitner amp Kinicki (2000) menyebutkan ciri-ciri individu dengan nilai OBSE yang tinggi

cenderung memandang diri mereka sendiri sebagai seorang yang penting berharga

berpengaruh dan berarti dalam konteks organisasi yang mempekerjakannya Untuk itu

mereka menyarankan agar organisasi melakukan upaya untuk membangun self-esteem

karyawan yaitu dengan

1 Mendukung dan menunjukkan kepedulian pada persoalan kepentingan status

dan kontribusi individu

2 Menawarkan pekerjaan yang memiliki variasi otonomi dan tantangan yang sesuai

dengan nilai-nilai keahlian dan kemampuan individu

3 Berjuang untuk membangun ikatan antara karyawan dan manajemen didasari

kepercayaan

4 Menunjukkan keyakinan terhadap kemampuan pengendalian pribadi dan

memberi penghargaan pada keberhasilan

Greenberg (2005) juga memiliki empat point penting yang disarankannya untuk

meningkatkan self-esteem individu dalam organisasi yaitu

1 Buatlah orang merasa berharga ciptakan kesempatan bagi individu untuk merasa

diterima dengan mencari cara untuk memanfaatkan pengalaman dan keahlian

unik mereka

2 Buatlah orang merasa kompeten kenali hal-hal baik yang dilakukan individu dan

pujilah mereka sesuai dengan hal itu

18

3 Buatlah orang merasa aman harga diri karyawan akan lebih meningkat ketika

harapan para manager tersampaikan dengan jelas dan terangterangan pada

mereka

4 Buatlah orang merasa mendapatkan wewenang individu diberikan kesempatan

untuk memutuskan bagaimana mereka akan menyelesaikan pekerjaan yang

menurut mereka baik bagi mereka dan pekerjaannya

Dari berbagai penulisan dan pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa OBSE

memiliki beberapa aspek (Kreitner amp Kinicki 2000 Greenberg 2005) yaitu

1 merasa diterima dalam organisasi

2 merasa aman dalam organisasi

3 merasa berkompeten dalam organisasi

4 merasa berpengaruh dalam organisasi

5 merasa penting bagi organisasi

6 rasa berharga bagi organisasi

7 merasa berkembang dalam organisasi

Aspek-aspek inilah yang akan menjadi indikator OBSE dalam penulisan ini

IICEtos Kerja dalam Islam

Menurut Ahmad (200116) Islam adalah agama yang menghargai kerja keras Kenyataan

ini dapat terlihat dari serangkaian firman Allah dalam Al- Quran yang sangat

menekankan arti penting diantaranya

Dan katakanlah Bekerjalah kamu maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang

mukmin akan melihat pekerjaanmu itu dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah)

Yang mengetahui akan yang gaib dan yang nyata lalu diberitakan-Nya kepada kamu

apa yang telah kamu kerjakan (QS At-Taubah 9 105)

19

ldquo Katakanlah Hai kaumku berbuatlah sepenuh kemampuanmu sesungguhnya akupun

berbuat (pula) Kelak kamu akan mengetahui siapakah (diantara kita) yang akan

memperoleh hasil yang baik dari dunia ini Sesungguhnya orang yang dzalim itu tidak

akan mendapat keberuntunganrdquo QS Al Anrsquoam (6) 135

IIC1Konsep Kerja dalam Islam

Kemuliaan seorang manusia itu bergantung kepada apa yang dilakukannya Dengan itu

sesuatu amalan atau pekerjaan yang mendekatkan seseorang kepada Allah adalah sangat

penting serta patut untuk diberi perhatian Amalan atau pekerjaan yang demikian selain

memperoleh keberkahan serta kesenangan dunia juga ada yang lebih penting yaitu

merupakan jalan atau tiket dalam menentukan tahap kehidupan seseorang di akhirat

kelak apakah masuk golongan ahli syurga atau sebaliknya Istilah lsquokerjarsquo dalam Islam

bukanlah semata-mata merujuk kepada mencari rezeki untuk menghidupi diri dan

keluarga dengan menghabiskan waktu siang maupun malam dari pagi hingga sore terus

menerus tak kenal lelah tetapi kerja mencakup segala bentuk amalan atau pekerjaan

yang mempunyai unsur kebaikan dan keberkahan bagi diri keluarga dan masyarakat

sekelilingnya serta negara Dengan kata lain orang yang berkerja adalah mereka yang

menyumbangkan jiwa dan tenaganya untuk kebaikan diri keluarga masyarakat dan

negara tanpa menyusahkan orang lain Oleh karena itu kategori ahli Syurga seperti yang

digambarkan dalam Al-Qurrsquoan bukanlah orang yang mempunyai pekerjaanjabatan yang

tinggi dalam suatu perusahaaninstansi sebagai manajer direktur teknisi dalam suatu

bengkel dan sebagainya Tetapi sebaliknya Al-Quran menggariskan golongan yang baik

lagi beruntung (al-falah) itu adalah orang yang banyak taqwa kepada Allah khusyu

sholatnya baik tutur katanya memelihara pandangan dan kemaluannya serta

menunaikan tanggung jawab sosialnya seperti mengeluarkan zakat dan lainnya (QS Al

Mursquominun 1 ndash 11)

Golongan ini mungkin terdiri dari pegawai supir tukang sapu ataupun seorang yang

tidak mempunyai pekerjaan tetap Sifat-sifat di ataslah sebenarnya yang menjamin

20

kebaikan dan kedudukan seseorang di dunia dan di akhirat kelak Jika membaca hadits-

hadits Rasulullah SAW tentang ciri-ciri manusia yang baik di sisi Allah maka tidak

heran bahwa diantara mereka itu ada golongan yang memberi minum anjing kelaparan

mereka yang memelihara mata telinga dan lidah dari perkara yang tidak berguna tanpa

melakukan amalan sunnah yang banyak dan seumpamanyaDalam satu hadits yang

diriwayatkan oleh Umar ra berbunyi rsquoBahwa setiap amal itu bergantung pada niat

dan setiap individu itu dihitung berdasarkan apa yang diniatkannya helliprsquo

Dalam riwayat lain Rasulullah SAW bersabda lsquo Binasalah orang-orang Islam kecuali

mereka yang berilmu Maka binasalah golongan berilmu kecuali mereka yang beramal

dengan ilmu mereka Dan binasalah golongan yang beramal dengan ilmu mereka

kecuali mereka yang ikhlas Sesungguhnya golongan yang ikhlas ini juga masih dalam

keadaan bahaya yang amat besar helliprsquo Kedua hadist diatas sudah cukup menjelaskan

betapa niat yang disertai dengan keikhlasan itulah inti sebenarnya dalam kehidupan

dan pekerjaan manusia Alangkah baiknya kalau umat Islam hari ini dapat bergerak dan

bekerja dengan tekun dan mempunyai tujuan yang satu yaitu lsquomardatillahrsquo (keridhaan

Allah) itulah yang dicari dalam semua urusan Dari situlah akan lahir nilai keberkahan

yang sebenarnya dalam kehidupan yang penuh dengan curahan rahmat dan nikmat yang

banyak dari Allah Inilah golongan yang diistilahkan sebagai golongan yang tenang

dalam ibadah ridha dengan kehidupan yang ditempuh serta optimis dengan janji-janji

Allah

IIC2Meneladani Etos Kerja Rasulullah SAW

Rasulullah SAW menjadikan kerja sebagai aktualisasi keimanan dan ketakwaan Rasul

bekerja bukan untuk menumpuk kekayaan duniawi Beliau bekerja untuk meraih

keridaan Allah SWT

Suatu hari Rasulullah SAW berjumpa dengan Saad bin Muadz Al-Anshari Ketika itu

Rasul melihat tangan Saad melepuh kulitnya gosong kehitam-hitaman seperti

terpanggang matahari Kenapa tanganmu tanya Rasul kepada Saad Wahai

21

Rasulullah jawab Saad Tanganku seperti ini karena aku mengolah tanah dengan

cangkul itu untuk mencari nafkah keluarga yang menjadi tanggunganku Seketika itu

beliau mengambil tangan Saad dan menciumnya seraya berkata Inilah tangan yang

tidak akan pernah disentuh api neraka

Dalam kisah lain disebutkan bahwa ada seseorang yang berjalan melalui tempat

Rasulullah SAW Orang tersebut sedang bekerja dengan sangat giat dan tangkas Para

sahabat kemudian bertanya Wahai Rasulullah andaikata bekerja semacam orang itu

dapat digolongkan jihad fi sabilillah maka alangkah baiknya Mendengar itu Rasul pun

menjawab Kalau ia bekerja untuk menghidupi anak-anaknya yang masih kecil itu

adalah fi sabilillah kalau ia bekerja untuk menghidupi kedua orangtuanya yang sudah

lanjut usia itu adalah fi sabilillah kalau ia bekerja untuk kepentingan dirinya sendiri

agar tidak meminta-minta itu juga fi sabilillah (HR Ath- Thabrani)

Bekerja adalah manifestasi amal saleh Bila kerja itu amal saleh maka kerja adalah

ibadah Dan bila kerja itu ibadah maka kehidupan manusia tidak bisa dilepaskan dari

kerja Bukankah Allah SWT menciptakan manusia untuk beribadah kepada-Nya

Tidak berlebihan bila keberadaan seorang manusia ditentukan oleh aktivitas kerjanya

Allah SWT berfirman

Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib manusia sebelum mereka mengubah

apa yang ada pada dirinya (QS Ar-Rad [13] 11) Dalam ayat lain diungkapkan pula

ldquodan bahwasannya seorang manusia tidak akan memperoleh selain apa yang telah

diusahakannyardquo (QS Al- Najm [53] 39)

Kisah di awal menggambarkan betapa besarnya penghargaan Rasulullah SAW terhadap

kerja Kerja apapun itu selama tidak menyimpang dari aturan yang ditetapkan agama

Demikian besarnya penghargaan beliau sampaisampai dalam kisah pertama manusia

teragung ini rela mencium tangan Saad bin Muadz Al-Anshari yang melepuh lagi

gosong Rasulullah SAW dalam dua kisah tersebut memberikan motivasi pada umatnya

bahwa bekerja adalah perbuatan mulia dan termasuk bagian dari jihad Rasulullah SAW

adalah sosok yang selalu berbuat sebelum beliau memerintahkan para sahabat untuk

melakukannya Hal ini sesuai dengan tugas beliau sebagai ushwatun hasanah teladan

yang baik bagi seluruh manusia Maka saat kita berbicara tentang etos kerja islami maka

22

beliaulah orang yang paling pantas menjadi rujukan Dan berbicara tentang etos kerja

Rasulullah SAW sama artinya dengan berbicara bagaimana beliau menjalankan peran-

peran dalam hidupnya Ada lima peran penting yang diemban Rasulullah SAW yaitu

Pertama sebagai rasul Peran ini beliau jalani selama 23 tahun Dalam kurun waktu

tersebut beliau harus berdakwah menyebarkan Islam menerima menghapal

menyampaikan dan menjelaskan tak kurang dari 6666 ayat Alquran menjadi guru

(pembimbing) bagi para sahabat dan menjadi hakim yang memutuskan berbagai pelik

permasalahan umat-dari mulai pembunuhan sampai perceraian

Kedua sebagai kepala negara dan pemimpin sebuah masyarakat heterogen Tatkala

memegang posisi ini Rasulullah SAW harus menerima kunjungan diplomatik negara-

negara sahabat Rasul pun harus menata dan menciptakan sistem hukum yang mampu

menyatukan kaum Muslimin Nasrani dan Yahudi mengatur perekonomian dan

setumpuk masalah lainnya

Ketiga sebagai panglima perang Selama hidup tak kurang dari 28 kali Rasul

memimpin pertempuran melawan kafir Quraisy Sebagai panglima perang beliau harus

mengorganisasi lebih dari 53 pasukan kaveleri bersenjata Harus memikirkan strategi

perang persedian logistik keamanan transportasi kesehatan dan lainnya

Keempat sebagai kepala rumahtangga Dalam posisi ini Rasul harus mendidik

membahagiakan dan memenuhi tanggung jawab-lahir batin-terhadap para istri beliau

tujuh anak dan beberapa orang cucu Beliau dikenal sebagai sosok yang sangat

perhatian terhadap keluarganya Di tengah kesibukannya Rasul pun masih sempat

bercanda dan menjahit sendiri bajunya

Kelima sebagai seorang pebisnis Sejak usia 12 tahun pamannya Abu Thalib sudah

mengajaknya melakukan perjalanan bisnis ke Syam negeri yang saat ini meliputi Syria

Jordan dan Lebanon Dari usia 17 hingga sekitar 20 tahun adalah masa tersulit dalam

perjalanan bisnis Rasul karena beliau harus mandiri dan bersaing dengan pemain pemain

23

senior dalam perdagangan regional Usia 20 hingga 25 tahun merupakan titik keemasan

entrepreneurship Rasulullah SAW terbukti dengan terpikatnya konglomerat Mekah

Khadijah binti Khuwailid yang kemudian melamarnya menjadi suami Afzalurrahman

dalam bukunya Muhammad Sebagai Seorang Pedagang (2000 5-12) mencatat bahwa

Rasul pun sering terlibat dalam perjalanan bisnis ke berbagai negeri seperti Yaman

Oman dan Bahrain Dan beliau mulai mengurangi kegiatan bisnisnya ketika mencapai

usia 37 tahun

Adalah kenyataan bila Rasulullah SAW mampu menjalankan kelima perannya tersebut

dengan sempurna bahkan menjadi yang terbaik Tak heran bila para ilmuwan baik itu

yang Muslim maupun non-Muslim menempatkan beliau sebagai orang yang paling

berpengaruh paling pemberani paling bijaksana paling bermoral dan sejumlah paling

lainnya

IIC3Rahasia kesuksesan karier dan pekerjaan Rasulullah SAW

Pertama Rasul selalu bekerja dengan cara terbaik profesional dan tidak asal-asalan

Beliau bersabda Sesungguhnya Allah menginginkan jika salah seorang darimu bekerja

maka hendaklah meningkatkan kualitasnya

Kedua dalam bekerja Rasul melakukannya dengan manajemen yang baik perencanaan

yang jelas pentahapan aksi dan adanya penetapan skala prioritas

Ketiga Rasul tidak pernah menyia-nyiakan kesempatan sekecil apapun Barangsiapa

yang dibukakan pintu kebaikan hendaknya dia mampu memanfaatkannya karena ia

tidak tahu kapan ditutupkan kepadanya demikian beliau bersabda

Keempat dalam bekerja Rasul selalu memperhitungkan masa depan Beliau adalah

sosok yang visioner sehingga segala aktivitasnya benar-benar terarah dan terfokus

Kelima Rasul tidak pernah menangguhkan pekerjaan Beliau bekerja secara tuntas dan

berkualitas

Keenam Rasul bekerja secara berjamaah dengan mempersiapkan (membentuk) tim

yang solid yang percaya pada cita-cita bersama

24

Ketujuh Rasul adalah pribadi yang sangat menghargai waktu Tidak berlalu sedetik pun

waktu kecuali menjadi nilai tambah bagi diri dan umatnya Dan yang terakhir

Rasulullah SAW menjadikan kerja sebagai aktualisasi keimanan dan ketakwaan Rasul

bekerja bukan untuk menumpuk kekayaan duniawi Beliau bekerja untuk meraih

keridhaan Allah SWT Inilah kunci terpenting Semoga Allah SWT memberikan

kemampuan kepada kita untuk meneladani etos kerja Rasulullah SAW

25

BAB III

PEMBAHASAN

IIIA HUBUNGAN ANTARA ORGANIZATION-BASED SELF-ESTEEM

(OBSE) DAN ETOS KERJA

Untuk dapat meningkatkan Etos Kerja diperlukan adanya suatu sikap yang menilai

tinggi pada kerja keras dan sungguh-sungguh Karena itu perlu ditemukan suatu

dorongan yang tepat untuk memotivasi dan merubah sikap (Anoraga 1992) Seperti

yang sudah dipaparkan Anoraga sebelumnya bahwa motivasi merupakan kunci untuk

membangun Etos Kerja yang baik Motivasi kerja adalah sesuatu yang menimbulkan

semangat atau dorongan kerja kuat lemahnya motivasi kerja seseorang ikut menentukan

besar kecilnya prestasi seorang pekerja

Tujuan organisasi yang ditanamkan dalam visi misi filosofi dan mottoorganisasi

merupakan suatu nilai ideal yang harus dicapai individu Dengan proses yang tepat

organisasi berusaha menanamkan nilai-nilai ini pada para anggotanya

Nilai ideal yang dipersepsikan oleh anggota akan mempengaruhi penilaiannya terhadap

dirinya sehingga membentuk OBSE-nya Nilai-nilai ini ditanamkan oleh organisasi

dengan tujuan utama yaitu kinerja dan kualitas kerja yang meningkat

Kinerja dan kualitas kerja yang baik dapat dicapai dengan Etos Kerja yang baik maka

organisasi secara tidak langsung berusaha untuk meningkatkan Etos Kerja anggotanya

OBSE mempengaruhi beberapa aspek antara lain global self-esteemharga diri secara

keseluruhan kepuasan secara keseluruhan perilaku warga negara yang baik komitmen

dan kepuasan organisasi prestasi kerja dan terakhir adalah motivasi intrinsik (Kreitner

amp Kinicki 2000) Menurut Alderfer (dalam Siagian 1995) dengan teori motivasi ERG-

nya salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi adalah faktor R (Relatedness) yaitu

kebutuhan akan pemenuhan rasa puas dalam berhubungan dengan keluarga teman

atasan bawahan dan rekan sekerja dimana hal ini melibatkan unsur cinta dan self-

esteem Dengan meningkatnya self-esteem pekerja yang didasarkan pada keberadaannya

sebagai bagian dari organisasi maka motivasinya secara intrinsic dalam bekerja

meningkat Herzberg (dalam Anoraga 1992) yang melakukan studi mengenai motivasi

26

kerja menyatakan faktor intrinsik dalam bekerja yang meliputi pencapaian sukses

pengakuan kemungkinan untuk meningkat dalam jabatan (karier) tanggung jawab

kemungkinan berkembang dan pekerjaan itu sendiri Dapat dilihat bahwa faktor-faktor

intrinsik ini merupakan aspek-aspek yang akan tergambar pada OBSE Faktor pengakuan

dapat dilihat pada persepsi tentang seberapa berharga dan pentingnya individu dalam

organisasi apakah ia merasa diterima sebagai anggota organisasi dan merasa aman

sebagai bagian dari organisasi

Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat dilihat bagaimana OBSE mempengaruhi

motivasi intrinsik seseorang untuk bekerja Ketika OBSE meningkat motivasi intrinsik

seseorang dalam bekerja turut meningkat maka seharusnya Etos Kerjanya akan

meningkat juga Artinya kebutuhan organisasi untuk mencapai hasil dan kinerja

organisasi yang lebih baik dapat dicapai salah satunya melalui upaya meningkatkan

OBSE pekerjanya

Penelitian lain yang telah dilakukan mengenai OBSE yaitu penelitian Lanford Roe

Carson amp Carson (1997) pada teknisi unit gawat darurat Mereka menemukan

peningkatan OBSE berpeluang meningkatkan komitmen terhadap karier menurunkan

kecenderungan menarik diri dari tugas dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya

kualitas perlakuan Hal ini merupakan beberapa indikasi perilaku yang mencerminkan

Etos Kerja seperti yang dikatakan Sinamo (2005) yaitu bekerja dengan integritas

bekerja dengan penuh tanggung jawab bekerja dengan sempurna Secara umum dapat

dikatakan bahwa bila seseorang merasa berharga dalam organisasi dikarenakan berbagai

faktor ia akan cenderung memiliki motivasi yang lebih baik untuk mencapai tujuan

yang ditetapkan organisasi tersebut sehingga Etos Kerjanya akan lebih baik daripada

individu dengan OBSE-nya rendah

IIIA PENGARUH ETOS KERJA ISLAMI TERHADAP KINERJA SESEORANG

etos kerja islami yang didasarkan pada Al-Qurrsquoan dan Hadits agar produktivitas kerja

karyawan dapat menunjang perkembangan ekonomi ummat serta pengaruh kinerja yang

ditunjukkan oleh karyawan itu sendiri Setidaknya etos kerja itu bersumber dan

27

berkaitan langsung dengan nilai-nilai kejiwaan seseorang dan menunjukkan pula

pandangan hidup yang mendarah daging untuk dapat mengembangkan dirinya sehingga

etos kerja kerja menunjukkan pula sikap dan harapan seseorang Dan dengan sikap

seperti ini seseorang yang memiliki etos akan berusaha untuk memenuhi harapannya

tersebut Sebab Etos kerja juga mempunyai makna nilai moral dan pemberdayaan diri

yaitu suatu pandangan batin yang bersifat mendarah daging Seseorang akan merasakan

bahwa hanya dengan menghasilkan pekerjaan yang terbaik bahkan sempurna nilai-nilai

Islam yang diyakininya dapat diwujudkan

Dengan pengembangan kualitas yang ada dalam diri pribadi setiap manusia semua yang

dilaksanakan dapat terwujud sesuai nilai moral yang dimilikinya Karenanya etos kerja

bukanlah sekedar kepribadian atau sikap melainkan lebih mendalam lagi karena

didalamnya terdapat martabat harga diri dan jati diri dari seorang tersebut

Berkaitan dengan ini Ahmad (200117) menegaskan bahwa Islam tidak hanya

memerintahkan manusia hanya untuk sholat saja namun manusia juga diperintahkan

untuk mencari rezeki di bumi 1048755Apabila telah ditunaikan sholat maka bertebaranlah

kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah1048755Dan Allah adalah sebaik-baik Pemberi

Rezeki1048755 (QS Al Jumursquoah 10-11) Petikan-petikan ayat di atas sangatlah jelas

memperlihatkan pandangan Islam terhadap nilai kerja itu sendiri

Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Tasmara (200226) etos kerja islami menekankan

pada kerja sama dalam bekerja dan konsep konsultasi yang terlihat sebagai jalan untuk

mengatasi rintangan atau masalah dan menghindari kesalahan Hubungan sosial dalam

bekerja merupakan pendorong yang bertujuan untuk mempertemukan kebutuhan

seseorang dan membuat keseimbangan antara kebutuhan individu dan kehidupan sosial

Dan hal ini juga diperkuat dengan firman Allah SWT dalam surat Al

Jumursquoah 1048755Maka apabila telah ditunaikan sholat maka bertebaranlah kamu di muka

bumi dan carilah karunia Allah serta banyaklah ingat kepada Allah agar kamu

beruntung1048755 (QS Al Jumursquoah 10) Jadi dalam ayat tersebut tersirat pesan yaitu

hendaknya kita beribadah sebagaimana diwajibkan namun kita juga harus bekerja

mencari rezeki dari kemurahan Allah Bersama dengan itu kita senantiasa ingat kepada-

Nya Yakni memenuhi semua ketentuan etis dan akhlaq dalam bekerja yaitu dengan

28

menyadari pengawasan dan perhitungan Allah terhadap setiap bentuk kerja kita Semua

perilaku manusia didasari prinsip rahman dan rahim dengan kesadaran penuh sebagai

rahmatan lil 1048755alamin integritas yang sangat tinggi karena merasa dirinya dilihat oleh

Allah bukan karena atasan atau sekedar upah belaka dan jabatan hanya dilihat sebagai

amanah Allah (Agustian 200152) Sikap ini akan mendorong suatu kreativitas tanpa

henti untuk menciptakan mutu pelayanan dan produk yang lebih berkualitas yang

dipandang dalam etos kerja islami

29

BAB IV

KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari tulisan ini sebagai berikut

1 Sesuai dengan landasan teori yang telah dibahas sebelumnya dapat dikatakan

bahwa ketika Organisation-Based Self-Esteem (OBSE) seseorang meningkat

maka motivasinya untuk mencapai kinerja yang lebih baik di dalam organisasi

tersebut akan meningkat secara intrinsik (kreitner amp Kinicki 2000) sehingga

cara pandangnya terhadap nilai bekerja yang dikenal dengan konsep Etos Kerja

turut meningkat (Anoraga 1992)

2 Ketika nilai Organisation-Based Self-Esteem (OBSE) seorang individu rendah

belum tentu nilai Etos Kerjanya harus rendah pula karena selain faktor OBSE

masih terdapat faktor-faktor lain yang turut mempengaruhi Etos Kerja seseorang

seperti yang telah dijelaskan pada bab dua seperti agama pendidikan sosial

budaya struktur ekonomi dan sebagainya Kualitas beragama unsur sosial

budaya dan kondisi ekonomi misalnya dapat mempengaruhi cara pandang

seseorang terhadap nilai bekerja

3 etos kerja islami didasarkan pada Al-Qurrsquoan dan Hadits agar produktivitas kerja

karyawan dapat menunjang perkembangan ekonomi ummat serta pengaruh

kinerja yang ditunjukkan oleh karyawan itu sendiri Sehingga dapat terbentuk

etoskerja yang mempunyai makna nilai moral dan pemberdayaan diri

30

DAFTAR PUSTAKA

1

2

3

31

Page 9: Paper Etos Kerja 2

1) Kerja dirasakan sebagai suatu hal yang membebani diri

2) Kurang dan bahkan tidak menghargai hasil kerja manusia

3) Kerja dipandang sebagai suatu penghambat dalam memperoleh

kesenangan

4) Kerja dilakukan sebagai bentuk keterpaksaan

5) Kerja dihayati hanya sebagai bentuk rutinitas hidup

Dari berbagai aspek yang ditampilkan ketiga tokoh diatas dapat dilihat bahwa aspek-

aspek yang diusulkan oleh dua tokoh berikutnya telah termuat dalam beberapa aspek

Etos Kerja yang dikemukakan oleh Sinamo sehingga penulisan ini mendasari

pemahamannya pada delapan aspek Etos Kerja yang dikemukakan oleh Sinamo sebagai

indikator terhadap Etos Kerja

IIA3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Etos Kerja

Etos Kerja dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu

a Agama

Dasar pengkajian kembali makna Etos Kerja di Eropa diawali oleh buah pikiran Max

Weber Salah satu unsur dasar dari kebudayaan modern yaitu rasionalitas (rationality)

menurut Weber (1958) lahir dari etika Protestan Pada dasarnya agama merupakan suatu

sistem nilai Sistem nilai ini tentunya akan mempengaruhi atau menentukan pola hidup

para penganutnya Cara berpikir bersikap dan bertindak seseorang pastilah diwarnai

oleh ajaran agama yang dianutnya jika ia sungguh-sungguh dalam kehidupan beragama

Dengan demikian kalau ajaran agama itu mengandung nilai-nilai yang dapat memacu

pembangunan jelaslah bahwa agama akan turut menentukan jalannya pembangunan

atau modernisasi Weber (1958) memperlihatkan bahwa doktrin predestinasi dalam

protestanisme mampu melahirkan etos berpikir rasional berdisiplin tinggi bekerja tekun

sistematik berorientasi sukses (material) tidak mengumbar kesenangan namun hemat

dan bersahaja (asketik) serta menabung dan berinvestasi yang akhirnya menjadi titik

9

tolak berkembangnya kapitalisme di dunia modern Sejak Weber menelurkan karya tulis

The Protestant Ethic and the Spirit of Capitalism (1958) berbagai studi tentang Etos

Kerja berbasis agama sudah banyak dilakukan dengan hasil yang secara umum

mengkonfirmasikan adanya korelasi positif antara sebuah sistem kepercayaan tertentu

dan kemajuan ekonomi kemakmuran dan modernitas (Sinamo 2005) Menurut

Rosmiani (1996) Etos Kerja terkait dengan sikap mental tekad disiplin dan semangat

kerja Sikap ini dibentuk oleh sistem orientasi nilai-nilai budaya yang sebagian

bersumber dari agama atau sistem kepercayaanpaham teologi tradisional Ia

menemukan Etos Kerja yang rendah secara tidak langsung dipengaruhi oleh rendahnya

kualitas keagamaan dan orientasi nilai budaya yang konservatif turut menambah

kokohnya tingkat Etos Kerja yang rendah itu

b Budaya

Selain temuan Rosmiani (1996) diatas Usman Pelly (dalam Rahimah 1995)

mengatakan bahwa sikap mental tekad disiplin dan semangat kerja masyarakat juga

disebut sebagai etos budaya dan secara operasional etos budaya ini juga disebut sebagai

Etos Kerja Kualitas Etos Kerja ini ditentukan oleh sistem orientasi nilai budaya

masyarakat yang bersangkutan Masyarakat yang memiliki sistem nilai budaya maju

akan memiliki Etos Kerja yang tinggi dan sebaliknya masyarakat yang memiliki sistem

nilai budaya yang konservatif akan memiliki Etos Kerja yang rendah bahkan bisa sama

sekali tidak memiliki Etos Kerja Pernyataaan ini juga didukung oleh studi yang

dilakukan Suryawati Dharmika Namiartha Putri dan weda (1997) yang menyimpulkan

bahwa semangat kerjaEtos Kerja sangat ditentukan oleh nilainilai budaya yang ada dan

tumbuh pada masyarakat yang bersangkutan Etos Kerja juga sangat berpegang teguh

pada moral etik dan bahkan Tuhan Etos Kerja berdasarkan nilai-nilai budaya dan agama

ini menurut mereka diperoleh secara lisan dan merupakan suatu tradisi yang disebarkan

secara turuntemurun

c Sosial Politik

10

Soewarso Rahardjo Subagyo dan Utomo (1995) menemukan bahwa tinggi rendahnya

Etos Kerja suatu masyarakat dipengaruhi oleh ada atau tidaknya struktur politik yang

mendorong masyarakat untuk bekerja keras dan dapat menikmati hasil kerja keras

mereka dengan penuh KH Abdurrahman Wahid (2002) mengatakan bahwa Etos Kerja

harus dimulai dengan kesadaran akan pentingnya arti tanggung jawab kepada masa

depan bangsa dan negara Dorongan untuk mengatasi kemiskinan kebodohan dan

keterbelakangan hanya mungkin timbul jika masyarakat secara keseluruhan memiliki

orientasi kehidupan yang teracu ke masa depan yang lebih baik Orientasi ke depan itu

harus diikuti oleh penghargaan yang cukup kepada kompetisi dan pencapaian

(achievement) Orientasi ini akan melahirkan orientasi lain yaitu semangat

profesionalisme yang menjadi tulang-punggung masyarakat modern

d Kondisi LingkunganGeografis

Suryawati Dharmika Namiartha Putri dan weda (1997) juga menemukan adanya

indikasi bahwa Etos Kerja dapat muncul dikarenakan faktor kondisi geografis

Lingkungan alam yang mendukung mempengaruhi manusia yang berada di dalamnya

melakukan usaha untuk dapat mengelola dan mengambil manfaat dan bahkan dapat

mengundang pendatang untuk turut mencari penghidupan di lingkungan tersebut

e Pendidikan

Etos Kerja tidak dapat dipisahkan dengan kualitas sumber daya manusia Peningkatan

sumber daya manusia akan membuat seseorang mempunyai Etos Kerja keras

Meningkatnya kualitas penduduk dapat tercapai apabila ada pendidikan yang merata dan

bermutu disertai dengan peningkatan dan perluasan pendidikan keahlian dan

keterampilan sehingga semakin meningkat pula aktivitas dan produktivitas masyarakat

sebagai pelaku ekonomi (Rahimah Fauziah Suri dan Nasution 1995)

f Struktur Ekonomi

11

Pada penulisan Soewarso Rahardjo Subagyo dan Utomo (1995) disimpulkan juga

bahwa tinggi rendahnya Etos Kerja suatu masyarakat dipengaruhi oleh ada atau tidaknya

struktur ekonomi yang mampu memberikan insentif bagi anggota masyarakat untuk

bekerja keras dan menikmati hasil kerja keras mereka dengan penuh

g Motivasi Intrinsik individu

Anoraga (1992) mengatakan bahwa Individu yang akan memiliki Etos Kerja yang tinggi

adalah individu yang bermotivasi tinggi Etos Kerja merupakan suatu pandangan dan

sikap yang tentunya didasari oleh nilai-nilai yang diyakini seseorang Keyakinan inilah

yang menjadi suatu motivasi kerja Maka Etos Kerja juga dipengaruhi oleh motivasi

seseorang

Menurut Herzberg (dalam Siagian 1995) motivasi yang sesungguhnya bukan

bersumber dari luar diri tetapi yang tertanamterinternalisasi dalam diri sendiri yang

sering disebut dengan motivasi intrinsik Ia membagi factor pendorong manusia untuk

melakukan kerja ke dalam dua faktor yaitu factor hygiene dan faktor motivator Faktor

hygiene ini merupakan faktor dalam kerja yang hanya akan berpengaruh bila ia tidak

ada yang akan menyebabkan ketidakpuasan Ketidakhadiran faktor ini dapat mencegah

timbulnya motivasi tetapi ia tidak menyebabkan munculnya motivasi faktor ini disebut

juga factor ekstrinsik yang termasuk diantaranya yaitu gaji status keamanan kerja

kondisi kerja kebijaksanaan organisasi hubungan dengan rekan kerja dan supervisi

Ketika sebuah organisasi menargetkan kinerja yang lebih tinggi tentunya organisasi

tersebut perlu memastikan terlebih dahulu bahwa factor hygiene tidak menjadi

penghalang dalam upaya menghadirkan motivasi intrinsik

Faktor yang kedua adalah faktor motivator sesungguhnya yang mana ketiadaannya

bukan berarti ketidakpuasan tetapi kehadirannya menimbulkan rasa puas sebagai

manusia Faktor ini disebut juga faktor intrinsik dalam pekerjaan yang meliputi

pencapaian suksesachievement pengakuanrecognition kemungkinan untuk meningkat

dalam jabatan (Karier)advancement tanggung jawabresponsibility kemungkinan

berkembanggrowth possibilities dan pekerjaan itu sendirithe work itself (Herzberg

12

dalam Anoraga 1992) Hal-hal ini sangat diperlukan dalam meningkatkan performa kerja

dan menggerakkan pekerja hingga mencapai performa yang tertinggi

IIB ORGANIZATION-BASED SELF-ESTEEM

IIB1 Pengertian Organization-Based Self-esteem

Secara sederhana self-esteem diartikan sebagai proses evaluasi diri seseorang baik dalam

cara yang positif maupun negatif (Greenberg 2005)

Hogg amp Vaughan (2002) mendefinisikan self-esteem sebagai evaluasi dan perasaan

tentang diri pribadi

Kreitner amp Kinicki (2000) mendefinisikan istilah self-esteem sebagai suatu keyakinan

nilai diri sendiri yang didasarkan pada evaluasi diri secara keseluruhan

Rosenberg (dalam Kernis 1995) dan para ahli lainnya telah membandingkan self-esteem

dengan sikap dan menemukan bahwa self-esteem memiliki komponen afektif dan

kognitif Komponen kognitif mengacu pada keyakinan individu tentang keberhargaan

dirinya

Tory Higgins (dalam Deaux Dane Wrightsman 1993) mengajukan dua tipe diri

potensial yang menempati konsep diri kita yaitu Ideal-Self dan Ought- Self Ideal-self

mengacu kepada konsep diri yang ingin dicapai individu sedangkan ought-self adalah

konsep diri yang sebenarnya hadir Ketika kesenjangan antara ideal-self dan ought-self

ini terlalu besar maka akan timbullah perasaan yang tidak menyenangkan suatu kondisi

yang dihindari oleh setiap orang Setiap orang selalu berusaha memperoleh perasaan

yang menyenangkan tentang dirinya Biasanya tuntutan perasaan positif ini

menimbulkan over-estimasi terhadap evaluasi mengenai nilai-nilai baik seseorang

13

kemampuannya dalam mengatasi situasi atau kejadian atau terlalu optimis Memiliki

penilaian yang akurat tentang diri memang penting tetapi sepertinya tidak lebih penting

daripada perasaan positif seseorang tentang dirinya (Hogg amp Vaughan 2002)

Gambaran diri yang positif dan self-esteem yang berhubungan dengannya merupakan

tujuan penting untuk kebanyakan orang setiap waktu Hal ini menunjukkan temuan

Rosenberg mengenai komponen afektif pada self-esteem Harga diri yang tinggi baik

yang realistis maupun yang tidak merupakan suatu hal yang menyenangkan dan

karenanya banyak ahli menganggapnya sebagai tujuan manusia yang utama (Rosenberg

dalam Deaux Dane Wrightsman 1993) Kita cenderung menduga bahwa unsur self-

esteem yang tinggi akan menghasilkan perilaku positif yang menandakan individu yang

sehat secara psikologis Tetapi banyak studi yang menemukan bahwa tidak selamanya

selfesteem yang tinggi menghasilkan individu yang percaya diri dan tidak menampilkan

sikap permusuhan Baumeister (dalam Hogg amp Vaughan 2002) menemukan perilaku

kekerasan yang dapat dikaitkan dengan harga diri yang tinggi dimana ketika individu

yang memiliki gambaran diri yang menyenangkan merasa terancam individu tersebut

cenderung akan menampilkan sikap agresif

Kernis (dalam Hogg amp Vaughan 2002) juga menemukan individu yang arogan angkuh

dan terlalu asertif diantara orang-orang dengan harga diri yang tinggi

Rhodewalt (dalam Hogg amp Vaughan 2002) menemukan individu yang pada dasarnya

memiliki harga diri tinggi yang mudah hilang dikenal dengan individu narsistik Harga

diri yang rendah tidak selamanya juga memiliki konsekuensi negatif

Baumeister (dalam Kernis 1995) menemukan individu yang self-esteemnya rendah

menampilkan karakter tidak pasti namun netral daripada karakter negatif

Swann Pelham amp Krull (dalam Kernis 1995) menemukan individu dengan selfesteem

rendah memiliki strategi pertahanan diri tertentu yang cenderung berorientasi pada

peningkatan diri Untuk dapat menjelaskan fenomena yang beragam terkait dengan

14

harga diri yang tinggi dan rendah seperti yang telah dibahas diatas Deci amp Ryan (dalam

Kernis 1995) mengajukan dua jenis harga diri yaitu contingent self-esteem dan true self-

esteem Contingent self-esteem mengacu pada perasaan tentang diri seseorang yang

dihasilkan oleh ndash dan bergantung pada ndash pencapaian harapan seseorang Misalnya

seseorang merasa dirinya adalah orang yang baik dan berharga jika ia berhasil

menyelesaikan suatu tugas Jika ia terus dapatn menyelesaikan tugas berikutnya yang

serupa maka ia akan terus memiliki harga diri yang tinggi Artinya harga diri ini bersifat

labil dan hanya berpusat pada kepentingan pribadi True self-esteem bersifat lebih stabil

didasari oleh perasaan yang kuat tentang diri pribadi Individu dengan true self-esteem

yang tinggi juga memiliki tujuan dan aspirasi dan akan merasa senang bila tujuannya

tercapai atau sedih bila tidak tercapai Tetapi perasaan mereka sebagai manusia yang

berharga tidak berfluktuasi bergantung pada pencapaian sehingga mereka tidak merasa

superior ketika berhasil ataupun tertekan ketika gagal

Berdasarkan penulisan Baumeister (dalam Hogg amp Vaughan 2002) secara umum

individu dengan karakteristik self-esteem yang tinggi memiliki ciri-ciri

1 Gigih dan ulet dalam menghadapi masa depan

2 Stabil secara emosi dan afektif

3 Kurang fleksibel dan kurang lunak

4 Tidak mudah dibujuk dan dipengaruhi

5 Bereaksi positif pada kehidupan yang menyenangkan dan sukses

6 Memiliki konsep diri yang stabil teliti dan konsisten

7 Berorientasi motivasi pada peningkatan diri

Sedangkan individu dengan self-esteem rendah memiliki ciri-ciri

1 Mudah terluka pada tekanan yang ditemui sehari-hari

2 Mudah berubah dalam afeksi dan suasana hati

3 Fleksibel dan lunak

4 Mudah dibujuk dan dipengaruhi

5 Menginginkan kesuksesan dan persetujuan tetapi ragu-ragu akan memperolehnya

6 Bereaksi negatif terhadap kehidupan yang menyenangkan dan sukses

15

7 Memiliki konsep diri yang sederhana dan tidak stabil

8 Orientasi motivasi pada perlindungan diri

Terdapat beberapa tipe self-esteem yang telah dibahas para ahli diantaranya global self-

esteem yaitu persepsi individu mengenai keberhargaan dirinya secara keseluruhan

Kemudian dikenal juga role-based self-esteem yaitu harga diri dikaitkan dengan

peranan atau posisi seseorang Ada juga task-based self-esteem yaitu harga diri yang

dikaitkan dengan keberhasilan seseorang dalam menyelesaikan tugas Self-esteem sangat

berhubungan dengan identitas sosial seseorang (Hogg amp Vaughan 2002)

Identitas sosial adalah bagian dari konsep diri yang berasal dari keanggotaan individu

dalam kelompok sosial Ketika individu mengevaluasi dirinya ia dipengaruhi oleh

prestise dan status dalam suatu kelompok masyarakat yang dipersepsikannya juga

melekat pada dirinya jika ia menganggap dirinya bagian dari atau berorientasi kepada

kelompok masyarakat tertentu Penilaian ini juga akan dibandingkan dengan kelompok

diluar kelompok masyarakat yang dipersepsikannya sebagai kelompoknya Organisasi

adalah suatu kelompok masyarakat yang tentunya dapat memberikan pengaruh bagi

seseorang dalam menilai dirinya Menjadi bagian dari suatu organisasi maka individu

harus tunduk pada aturan kebiasaan norma serta menyesuaikan diri dengan budaya dan

iklim organisasi Organisasi memiliki tujuan dan cita-cita yang menjiwai setiap aspek

kehidupan organisasi sehingga secara otomatis mempengaruhi setiap individu yang ada

di dalamnya Dari pemahaman ini muncullah kajian tentang harga diri dalam konteks

organisasi Nilai yang dimiliki oleh seorang individu atas dirinya sebagai anggota

organisasi yang bertindak dalam konteks organisasi disebut harga diri berbasis

organisasi atau Organization-based Self-esteem yang disingkat dengan OBSE (Kreitner

amp Kinicki 2000) Dalam konteks organisasi pengaruh self-esteem yang cukup

signifikan telah terlihat melalui berbagai penemuan Misalnya individu yang memiliki

self-esteem yang tinggi cenderung lebih sukses dalam upaya menemukan pekerjaan

sedangkan individu dengan self-esteem yang rendah bila dipekerjakan akan lebih

tertarik pada organisasi yang besar dimana posisi mereka tidak terlalu diperhatikan

Pekerja dengan self-esteem yang tinggi cenderung secara aktif berusaha menemukan

16

materi yang dibutuhkan untuk mengatasi masalah pekerjaan dan menggunakan

kemampuan serta keahlian mereka secara penuh sehingga hasil kerjanya lebih maksimal

Cukup menarik untuk diperhatikan bahwa individu dengan self-esteem rendah

kelihatannya sadar dengan kemungkinan mereka memberikan hasil yang buruk Mereka

cenderung menilai dirinya secara negatif (khususnya ketika penilaian terhadap performa

mereka ambigu) dan pada dasarnya bertanggungjawab terhadap hasil buruk tersebut

(Greenberg 2005)

IIB2 Aspek-aspek Organization-based Self-esteem

Dalam konteks organisasi penilaian seseorang terhadap dirinya terkait dengan

bagaimana kondisi organisasi secara struktural kerumitan pekerjaan yang dihadapinya

serta adanya penghargaan dari pihak managerial OBSE cenderung meningkat ketika

individu mempersepsikan bahwa atasan mereka memiliki suatu kepedulian pada mereka

Nilainya juga lebih tinggi pada organisasi dengan struktur yang organik (fleksibel)

daripada yang kaku (Birokratis) Pekerjaan yang rumit dan menantang juga mendorong

OBSE yang lebih tinggi daripada pekerjaan yang sederhana berulang-ulang serta

membosankan Dan faktor-faktor ini juga berhubungan dengan motivasi untuk tugas

yang lebih besar (Kreitner amp Kinicki 2000)

Tan Kim Sek (2003) menemukan bahwa metode sosialisasi yang efektif dapat

meningkatkan kompetensi pekerja dalam menyelesaikan tugasnya terkait dengan

peranannya dalam organisasi yang akan meningkatkan OBSE-nya Dalam konteks

penulisan ini taktik sosialisasi yang digunakan adalah perencanaan pengembangan

karier interaksi yang positif dengan rekan kerja dan interaksi positif dengan pendatang

baru di organisasi Gardner Dyne amp Pierce (2004) menemukan bahwa tingkatan gaji

turut mempengaruhi rasa berharga seorang individu sebagai anggota organisasi

sehingga mereka menyarankan organisasi mempertimbangkan sistem penggajian

berbasis kompetensi Namun mereka juga mengindikasikan bahwa sistem penggajian

berbasis kompetensi tetap memiliki resiko dimana individu dengan tingkat gaji yang

lebih rendah dapat menganggap dirinya kurang berkompeten sehingga berpeluang

menjatuhkan self-esteemnya

17

Dalam studi replikasinya Tang amp Gilbert (1992) menemukan bahwa OBSE

berhubungan dengan global self-esteem need for achievement organizational

citizenship komitmen organisasi motivasi untuk meningkatkan potensi dan pendidikan

Status subyek dalam organisasi tidak berhubungan dengan OBSE Intinya penemuan

mereka menampilkan hubungan antara OBSE dengan banyak variabel yang bernilai

intrinsik tentang perasaan subyektif pekerja dalam

organisasi

Kreitner amp Kinicki (2000) menyebutkan ciri-ciri individu dengan nilai OBSE yang tinggi

cenderung memandang diri mereka sendiri sebagai seorang yang penting berharga

berpengaruh dan berarti dalam konteks organisasi yang mempekerjakannya Untuk itu

mereka menyarankan agar organisasi melakukan upaya untuk membangun self-esteem

karyawan yaitu dengan

1 Mendukung dan menunjukkan kepedulian pada persoalan kepentingan status

dan kontribusi individu

2 Menawarkan pekerjaan yang memiliki variasi otonomi dan tantangan yang sesuai

dengan nilai-nilai keahlian dan kemampuan individu

3 Berjuang untuk membangun ikatan antara karyawan dan manajemen didasari

kepercayaan

4 Menunjukkan keyakinan terhadap kemampuan pengendalian pribadi dan

memberi penghargaan pada keberhasilan

Greenberg (2005) juga memiliki empat point penting yang disarankannya untuk

meningkatkan self-esteem individu dalam organisasi yaitu

1 Buatlah orang merasa berharga ciptakan kesempatan bagi individu untuk merasa

diterima dengan mencari cara untuk memanfaatkan pengalaman dan keahlian

unik mereka

2 Buatlah orang merasa kompeten kenali hal-hal baik yang dilakukan individu dan

pujilah mereka sesuai dengan hal itu

18

3 Buatlah orang merasa aman harga diri karyawan akan lebih meningkat ketika

harapan para manager tersampaikan dengan jelas dan terangterangan pada

mereka

4 Buatlah orang merasa mendapatkan wewenang individu diberikan kesempatan

untuk memutuskan bagaimana mereka akan menyelesaikan pekerjaan yang

menurut mereka baik bagi mereka dan pekerjaannya

Dari berbagai penulisan dan pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa OBSE

memiliki beberapa aspek (Kreitner amp Kinicki 2000 Greenberg 2005) yaitu

1 merasa diterima dalam organisasi

2 merasa aman dalam organisasi

3 merasa berkompeten dalam organisasi

4 merasa berpengaruh dalam organisasi

5 merasa penting bagi organisasi

6 rasa berharga bagi organisasi

7 merasa berkembang dalam organisasi

Aspek-aspek inilah yang akan menjadi indikator OBSE dalam penulisan ini

IICEtos Kerja dalam Islam

Menurut Ahmad (200116) Islam adalah agama yang menghargai kerja keras Kenyataan

ini dapat terlihat dari serangkaian firman Allah dalam Al- Quran yang sangat

menekankan arti penting diantaranya

Dan katakanlah Bekerjalah kamu maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang

mukmin akan melihat pekerjaanmu itu dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah)

Yang mengetahui akan yang gaib dan yang nyata lalu diberitakan-Nya kepada kamu

apa yang telah kamu kerjakan (QS At-Taubah 9 105)

19

ldquo Katakanlah Hai kaumku berbuatlah sepenuh kemampuanmu sesungguhnya akupun

berbuat (pula) Kelak kamu akan mengetahui siapakah (diantara kita) yang akan

memperoleh hasil yang baik dari dunia ini Sesungguhnya orang yang dzalim itu tidak

akan mendapat keberuntunganrdquo QS Al Anrsquoam (6) 135

IIC1Konsep Kerja dalam Islam

Kemuliaan seorang manusia itu bergantung kepada apa yang dilakukannya Dengan itu

sesuatu amalan atau pekerjaan yang mendekatkan seseorang kepada Allah adalah sangat

penting serta patut untuk diberi perhatian Amalan atau pekerjaan yang demikian selain

memperoleh keberkahan serta kesenangan dunia juga ada yang lebih penting yaitu

merupakan jalan atau tiket dalam menentukan tahap kehidupan seseorang di akhirat

kelak apakah masuk golongan ahli syurga atau sebaliknya Istilah lsquokerjarsquo dalam Islam

bukanlah semata-mata merujuk kepada mencari rezeki untuk menghidupi diri dan

keluarga dengan menghabiskan waktu siang maupun malam dari pagi hingga sore terus

menerus tak kenal lelah tetapi kerja mencakup segala bentuk amalan atau pekerjaan

yang mempunyai unsur kebaikan dan keberkahan bagi diri keluarga dan masyarakat

sekelilingnya serta negara Dengan kata lain orang yang berkerja adalah mereka yang

menyumbangkan jiwa dan tenaganya untuk kebaikan diri keluarga masyarakat dan

negara tanpa menyusahkan orang lain Oleh karena itu kategori ahli Syurga seperti yang

digambarkan dalam Al-Qurrsquoan bukanlah orang yang mempunyai pekerjaanjabatan yang

tinggi dalam suatu perusahaaninstansi sebagai manajer direktur teknisi dalam suatu

bengkel dan sebagainya Tetapi sebaliknya Al-Quran menggariskan golongan yang baik

lagi beruntung (al-falah) itu adalah orang yang banyak taqwa kepada Allah khusyu

sholatnya baik tutur katanya memelihara pandangan dan kemaluannya serta

menunaikan tanggung jawab sosialnya seperti mengeluarkan zakat dan lainnya (QS Al

Mursquominun 1 ndash 11)

Golongan ini mungkin terdiri dari pegawai supir tukang sapu ataupun seorang yang

tidak mempunyai pekerjaan tetap Sifat-sifat di ataslah sebenarnya yang menjamin

20

kebaikan dan kedudukan seseorang di dunia dan di akhirat kelak Jika membaca hadits-

hadits Rasulullah SAW tentang ciri-ciri manusia yang baik di sisi Allah maka tidak

heran bahwa diantara mereka itu ada golongan yang memberi minum anjing kelaparan

mereka yang memelihara mata telinga dan lidah dari perkara yang tidak berguna tanpa

melakukan amalan sunnah yang banyak dan seumpamanyaDalam satu hadits yang

diriwayatkan oleh Umar ra berbunyi rsquoBahwa setiap amal itu bergantung pada niat

dan setiap individu itu dihitung berdasarkan apa yang diniatkannya helliprsquo

Dalam riwayat lain Rasulullah SAW bersabda lsquo Binasalah orang-orang Islam kecuali

mereka yang berilmu Maka binasalah golongan berilmu kecuali mereka yang beramal

dengan ilmu mereka Dan binasalah golongan yang beramal dengan ilmu mereka

kecuali mereka yang ikhlas Sesungguhnya golongan yang ikhlas ini juga masih dalam

keadaan bahaya yang amat besar helliprsquo Kedua hadist diatas sudah cukup menjelaskan

betapa niat yang disertai dengan keikhlasan itulah inti sebenarnya dalam kehidupan

dan pekerjaan manusia Alangkah baiknya kalau umat Islam hari ini dapat bergerak dan

bekerja dengan tekun dan mempunyai tujuan yang satu yaitu lsquomardatillahrsquo (keridhaan

Allah) itulah yang dicari dalam semua urusan Dari situlah akan lahir nilai keberkahan

yang sebenarnya dalam kehidupan yang penuh dengan curahan rahmat dan nikmat yang

banyak dari Allah Inilah golongan yang diistilahkan sebagai golongan yang tenang

dalam ibadah ridha dengan kehidupan yang ditempuh serta optimis dengan janji-janji

Allah

IIC2Meneladani Etos Kerja Rasulullah SAW

Rasulullah SAW menjadikan kerja sebagai aktualisasi keimanan dan ketakwaan Rasul

bekerja bukan untuk menumpuk kekayaan duniawi Beliau bekerja untuk meraih

keridaan Allah SWT

Suatu hari Rasulullah SAW berjumpa dengan Saad bin Muadz Al-Anshari Ketika itu

Rasul melihat tangan Saad melepuh kulitnya gosong kehitam-hitaman seperti

terpanggang matahari Kenapa tanganmu tanya Rasul kepada Saad Wahai

21

Rasulullah jawab Saad Tanganku seperti ini karena aku mengolah tanah dengan

cangkul itu untuk mencari nafkah keluarga yang menjadi tanggunganku Seketika itu

beliau mengambil tangan Saad dan menciumnya seraya berkata Inilah tangan yang

tidak akan pernah disentuh api neraka

Dalam kisah lain disebutkan bahwa ada seseorang yang berjalan melalui tempat

Rasulullah SAW Orang tersebut sedang bekerja dengan sangat giat dan tangkas Para

sahabat kemudian bertanya Wahai Rasulullah andaikata bekerja semacam orang itu

dapat digolongkan jihad fi sabilillah maka alangkah baiknya Mendengar itu Rasul pun

menjawab Kalau ia bekerja untuk menghidupi anak-anaknya yang masih kecil itu

adalah fi sabilillah kalau ia bekerja untuk menghidupi kedua orangtuanya yang sudah

lanjut usia itu adalah fi sabilillah kalau ia bekerja untuk kepentingan dirinya sendiri

agar tidak meminta-minta itu juga fi sabilillah (HR Ath- Thabrani)

Bekerja adalah manifestasi amal saleh Bila kerja itu amal saleh maka kerja adalah

ibadah Dan bila kerja itu ibadah maka kehidupan manusia tidak bisa dilepaskan dari

kerja Bukankah Allah SWT menciptakan manusia untuk beribadah kepada-Nya

Tidak berlebihan bila keberadaan seorang manusia ditentukan oleh aktivitas kerjanya

Allah SWT berfirman

Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib manusia sebelum mereka mengubah

apa yang ada pada dirinya (QS Ar-Rad [13] 11) Dalam ayat lain diungkapkan pula

ldquodan bahwasannya seorang manusia tidak akan memperoleh selain apa yang telah

diusahakannyardquo (QS Al- Najm [53] 39)

Kisah di awal menggambarkan betapa besarnya penghargaan Rasulullah SAW terhadap

kerja Kerja apapun itu selama tidak menyimpang dari aturan yang ditetapkan agama

Demikian besarnya penghargaan beliau sampaisampai dalam kisah pertama manusia

teragung ini rela mencium tangan Saad bin Muadz Al-Anshari yang melepuh lagi

gosong Rasulullah SAW dalam dua kisah tersebut memberikan motivasi pada umatnya

bahwa bekerja adalah perbuatan mulia dan termasuk bagian dari jihad Rasulullah SAW

adalah sosok yang selalu berbuat sebelum beliau memerintahkan para sahabat untuk

melakukannya Hal ini sesuai dengan tugas beliau sebagai ushwatun hasanah teladan

yang baik bagi seluruh manusia Maka saat kita berbicara tentang etos kerja islami maka

22

beliaulah orang yang paling pantas menjadi rujukan Dan berbicara tentang etos kerja

Rasulullah SAW sama artinya dengan berbicara bagaimana beliau menjalankan peran-

peran dalam hidupnya Ada lima peran penting yang diemban Rasulullah SAW yaitu

Pertama sebagai rasul Peran ini beliau jalani selama 23 tahun Dalam kurun waktu

tersebut beliau harus berdakwah menyebarkan Islam menerima menghapal

menyampaikan dan menjelaskan tak kurang dari 6666 ayat Alquran menjadi guru

(pembimbing) bagi para sahabat dan menjadi hakim yang memutuskan berbagai pelik

permasalahan umat-dari mulai pembunuhan sampai perceraian

Kedua sebagai kepala negara dan pemimpin sebuah masyarakat heterogen Tatkala

memegang posisi ini Rasulullah SAW harus menerima kunjungan diplomatik negara-

negara sahabat Rasul pun harus menata dan menciptakan sistem hukum yang mampu

menyatukan kaum Muslimin Nasrani dan Yahudi mengatur perekonomian dan

setumpuk masalah lainnya

Ketiga sebagai panglima perang Selama hidup tak kurang dari 28 kali Rasul

memimpin pertempuran melawan kafir Quraisy Sebagai panglima perang beliau harus

mengorganisasi lebih dari 53 pasukan kaveleri bersenjata Harus memikirkan strategi

perang persedian logistik keamanan transportasi kesehatan dan lainnya

Keempat sebagai kepala rumahtangga Dalam posisi ini Rasul harus mendidik

membahagiakan dan memenuhi tanggung jawab-lahir batin-terhadap para istri beliau

tujuh anak dan beberapa orang cucu Beliau dikenal sebagai sosok yang sangat

perhatian terhadap keluarganya Di tengah kesibukannya Rasul pun masih sempat

bercanda dan menjahit sendiri bajunya

Kelima sebagai seorang pebisnis Sejak usia 12 tahun pamannya Abu Thalib sudah

mengajaknya melakukan perjalanan bisnis ke Syam negeri yang saat ini meliputi Syria

Jordan dan Lebanon Dari usia 17 hingga sekitar 20 tahun adalah masa tersulit dalam

perjalanan bisnis Rasul karena beliau harus mandiri dan bersaing dengan pemain pemain

23

senior dalam perdagangan regional Usia 20 hingga 25 tahun merupakan titik keemasan

entrepreneurship Rasulullah SAW terbukti dengan terpikatnya konglomerat Mekah

Khadijah binti Khuwailid yang kemudian melamarnya menjadi suami Afzalurrahman

dalam bukunya Muhammad Sebagai Seorang Pedagang (2000 5-12) mencatat bahwa

Rasul pun sering terlibat dalam perjalanan bisnis ke berbagai negeri seperti Yaman

Oman dan Bahrain Dan beliau mulai mengurangi kegiatan bisnisnya ketika mencapai

usia 37 tahun

Adalah kenyataan bila Rasulullah SAW mampu menjalankan kelima perannya tersebut

dengan sempurna bahkan menjadi yang terbaik Tak heran bila para ilmuwan baik itu

yang Muslim maupun non-Muslim menempatkan beliau sebagai orang yang paling

berpengaruh paling pemberani paling bijaksana paling bermoral dan sejumlah paling

lainnya

IIC3Rahasia kesuksesan karier dan pekerjaan Rasulullah SAW

Pertama Rasul selalu bekerja dengan cara terbaik profesional dan tidak asal-asalan

Beliau bersabda Sesungguhnya Allah menginginkan jika salah seorang darimu bekerja

maka hendaklah meningkatkan kualitasnya

Kedua dalam bekerja Rasul melakukannya dengan manajemen yang baik perencanaan

yang jelas pentahapan aksi dan adanya penetapan skala prioritas

Ketiga Rasul tidak pernah menyia-nyiakan kesempatan sekecil apapun Barangsiapa

yang dibukakan pintu kebaikan hendaknya dia mampu memanfaatkannya karena ia

tidak tahu kapan ditutupkan kepadanya demikian beliau bersabda

Keempat dalam bekerja Rasul selalu memperhitungkan masa depan Beliau adalah

sosok yang visioner sehingga segala aktivitasnya benar-benar terarah dan terfokus

Kelima Rasul tidak pernah menangguhkan pekerjaan Beliau bekerja secara tuntas dan

berkualitas

Keenam Rasul bekerja secara berjamaah dengan mempersiapkan (membentuk) tim

yang solid yang percaya pada cita-cita bersama

24

Ketujuh Rasul adalah pribadi yang sangat menghargai waktu Tidak berlalu sedetik pun

waktu kecuali menjadi nilai tambah bagi diri dan umatnya Dan yang terakhir

Rasulullah SAW menjadikan kerja sebagai aktualisasi keimanan dan ketakwaan Rasul

bekerja bukan untuk menumpuk kekayaan duniawi Beliau bekerja untuk meraih

keridhaan Allah SWT Inilah kunci terpenting Semoga Allah SWT memberikan

kemampuan kepada kita untuk meneladani etos kerja Rasulullah SAW

25

BAB III

PEMBAHASAN

IIIA HUBUNGAN ANTARA ORGANIZATION-BASED SELF-ESTEEM

(OBSE) DAN ETOS KERJA

Untuk dapat meningkatkan Etos Kerja diperlukan adanya suatu sikap yang menilai

tinggi pada kerja keras dan sungguh-sungguh Karena itu perlu ditemukan suatu

dorongan yang tepat untuk memotivasi dan merubah sikap (Anoraga 1992) Seperti

yang sudah dipaparkan Anoraga sebelumnya bahwa motivasi merupakan kunci untuk

membangun Etos Kerja yang baik Motivasi kerja adalah sesuatu yang menimbulkan

semangat atau dorongan kerja kuat lemahnya motivasi kerja seseorang ikut menentukan

besar kecilnya prestasi seorang pekerja

Tujuan organisasi yang ditanamkan dalam visi misi filosofi dan mottoorganisasi

merupakan suatu nilai ideal yang harus dicapai individu Dengan proses yang tepat

organisasi berusaha menanamkan nilai-nilai ini pada para anggotanya

Nilai ideal yang dipersepsikan oleh anggota akan mempengaruhi penilaiannya terhadap

dirinya sehingga membentuk OBSE-nya Nilai-nilai ini ditanamkan oleh organisasi

dengan tujuan utama yaitu kinerja dan kualitas kerja yang meningkat

Kinerja dan kualitas kerja yang baik dapat dicapai dengan Etos Kerja yang baik maka

organisasi secara tidak langsung berusaha untuk meningkatkan Etos Kerja anggotanya

OBSE mempengaruhi beberapa aspek antara lain global self-esteemharga diri secara

keseluruhan kepuasan secara keseluruhan perilaku warga negara yang baik komitmen

dan kepuasan organisasi prestasi kerja dan terakhir adalah motivasi intrinsik (Kreitner

amp Kinicki 2000) Menurut Alderfer (dalam Siagian 1995) dengan teori motivasi ERG-

nya salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi adalah faktor R (Relatedness) yaitu

kebutuhan akan pemenuhan rasa puas dalam berhubungan dengan keluarga teman

atasan bawahan dan rekan sekerja dimana hal ini melibatkan unsur cinta dan self-

esteem Dengan meningkatnya self-esteem pekerja yang didasarkan pada keberadaannya

sebagai bagian dari organisasi maka motivasinya secara intrinsic dalam bekerja

meningkat Herzberg (dalam Anoraga 1992) yang melakukan studi mengenai motivasi

26

kerja menyatakan faktor intrinsik dalam bekerja yang meliputi pencapaian sukses

pengakuan kemungkinan untuk meningkat dalam jabatan (karier) tanggung jawab

kemungkinan berkembang dan pekerjaan itu sendiri Dapat dilihat bahwa faktor-faktor

intrinsik ini merupakan aspek-aspek yang akan tergambar pada OBSE Faktor pengakuan

dapat dilihat pada persepsi tentang seberapa berharga dan pentingnya individu dalam

organisasi apakah ia merasa diterima sebagai anggota organisasi dan merasa aman

sebagai bagian dari organisasi

Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat dilihat bagaimana OBSE mempengaruhi

motivasi intrinsik seseorang untuk bekerja Ketika OBSE meningkat motivasi intrinsik

seseorang dalam bekerja turut meningkat maka seharusnya Etos Kerjanya akan

meningkat juga Artinya kebutuhan organisasi untuk mencapai hasil dan kinerja

organisasi yang lebih baik dapat dicapai salah satunya melalui upaya meningkatkan

OBSE pekerjanya

Penelitian lain yang telah dilakukan mengenai OBSE yaitu penelitian Lanford Roe

Carson amp Carson (1997) pada teknisi unit gawat darurat Mereka menemukan

peningkatan OBSE berpeluang meningkatkan komitmen terhadap karier menurunkan

kecenderungan menarik diri dari tugas dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya

kualitas perlakuan Hal ini merupakan beberapa indikasi perilaku yang mencerminkan

Etos Kerja seperti yang dikatakan Sinamo (2005) yaitu bekerja dengan integritas

bekerja dengan penuh tanggung jawab bekerja dengan sempurna Secara umum dapat

dikatakan bahwa bila seseorang merasa berharga dalam organisasi dikarenakan berbagai

faktor ia akan cenderung memiliki motivasi yang lebih baik untuk mencapai tujuan

yang ditetapkan organisasi tersebut sehingga Etos Kerjanya akan lebih baik daripada

individu dengan OBSE-nya rendah

IIIA PENGARUH ETOS KERJA ISLAMI TERHADAP KINERJA SESEORANG

etos kerja islami yang didasarkan pada Al-Qurrsquoan dan Hadits agar produktivitas kerja

karyawan dapat menunjang perkembangan ekonomi ummat serta pengaruh kinerja yang

ditunjukkan oleh karyawan itu sendiri Setidaknya etos kerja itu bersumber dan

27

berkaitan langsung dengan nilai-nilai kejiwaan seseorang dan menunjukkan pula

pandangan hidup yang mendarah daging untuk dapat mengembangkan dirinya sehingga

etos kerja kerja menunjukkan pula sikap dan harapan seseorang Dan dengan sikap

seperti ini seseorang yang memiliki etos akan berusaha untuk memenuhi harapannya

tersebut Sebab Etos kerja juga mempunyai makna nilai moral dan pemberdayaan diri

yaitu suatu pandangan batin yang bersifat mendarah daging Seseorang akan merasakan

bahwa hanya dengan menghasilkan pekerjaan yang terbaik bahkan sempurna nilai-nilai

Islam yang diyakininya dapat diwujudkan

Dengan pengembangan kualitas yang ada dalam diri pribadi setiap manusia semua yang

dilaksanakan dapat terwujud sesuai nilai moral yang dimilikinya Karenanya etos kerja

bukanlah sekedar kepribadian atau sikap melainkan lebih mendalam lagi karena

didalamnya terdapat martabat harga diri dan jati diri dari seorang tersebut

Berkaitan dengan ini Ahmad (200117) menegaskan bahwa Islam tidak hanya

memerintahkan manusia hanya untuk sholat saja namun manusia juga diperintahkan

untuk mencari rezeki di bumi 1048755Apabila telah ditunaikan sholat maka bertebaranlah

kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah1048755Dan Allah adalah sebaik-baik Pemberi

Rezeki1048755 (QS Al Jumursquoah 10-11) Petikan-petikan ayat di atas sangatlah jelas

memperlihatkan pandangan Islam terhadap nilai kerja itu sendiri

Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Tasmara (200226) etos kerja islami menekankan

pada kerja sama dalam bekerja dan konsep konsultasi yang terlihat sebagai jalan untuk

mengatasi rintangan atau masalah dan menghindari kesalahan Hubungan sosial dalam

bekerja merupakan pendorong yang bertujuan untuk mempertemukan kebutuhan

seseorang dan membuat keseimbangan antara kebutuhan individu dan kehidupan sosial

Dan hal ini juga diperkuat dengan firman Allah SWT dalam surat Al

Jumursquoah 1048755Maka apabila telah ditunaikan sholat maka bertebaranlah kamu di muka

bumi dan carilah karunia Allah serta banyaklah ingat kepada Allah agar kamu

beruntung1048755 (QS Al Jumursquoah 10) Jadi dalam ayat tersebut tersirat pesan yaitu

hendaknya kita beribadah sebagaimana diwajibkan namun kita juga harus bekerja

mencari rezeki dari kemurahan Allah Bersama dengan itu kita senantiasa ingat kepada-

Nya Yakni memenuhi semua ketentuan etis dan akhlaq dalam bekerja yaitu dengan

28

menyadari pengawasan dan perhitungan Allah terhadap setiap bentuk kerja kita Semua

perilaku manusia didasari prinsip rahman dan rahim dengan kesadaran penuh sebagai

rahmatan lil 1048755alamin integritas yang sangat tinggi karena merasa dirinya dilihat oleh

Allah bukan karena atasan atau sekedar upah belaka dan jabatan hanya dilihat sebagai

amanah Allah (Agustian 200152) Sikap ini akan mendorong suatu kreativitas tanpa

henti untuk menciptakan mutu pelayanan dan produk yang lebih berkualitas yang

dipandang dalam etos kerja islami

29

BAB IV

KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari tulisan ini sebagai berikut

1 Sesuai dengan landasan teori yang telah dibahas sebelumnya dapat dikatakan

bahwa ketika Organisation-Based Self-Esteem (OBSE) seseorang meningkat

maka motivasinya untuk mencapai kinerja yang lebih baik di dalam organisasi

tersebut akan meningkat secara intrinsik (kreitner amp Kinicki 2000) sehingga

cara pandangnya terhadap nilai bekerja yang dikenal dengan konsep Etos Kerja

turut meningkat (Anoraga 1992)

2 Ketika nilai Organisation-Based Self-Esteem (OBSE) seorang individu rendah

belum tentu nilai Etos Kerjanya harus rendah pula karena selain faktor OBSE

masih terdapat faktor-faktor lain yang turut mempengaruhi Etos Kerja seseorang

seperti yang telah dijelaskan pada bab dua seperti agama pendidikan sosial

budaya struktur ekonomi dan sebagainya Kualitas beragama unsur sosial

budaya dan kondisi ekonomi misalnya dapat mempengaruhi cara pandang

seseorang terhadap nilai bekerja

3 etos kerja islami didasarkan pada Al-Qurrsquoan dan Hadits agar produktivitas kerja

karyawan dapat menunjang perkembangan ekonomi ummat serta pengaruh

kinerja yang ditunjukkan oleh karyawan itu sendiri Sehingga dapat terbentuk

etoskerja yang mempunyai makna nilai moral dan pemberdayaan diri

30

DAFTAR PUSTAKA

1

2

3

31

Page 10: Paper Etos Kerja 2

tolak berkembangnya kapitalisme di dunia modern Sejak Weber menelurkan karya tulis

The Protestant Ethic and the Spirit of Capitalism (1958) berbagai studi tentang Etos

Kerja berbasis agama sudah banyak dilakukan dengan hasil yang secara umum

mengkonfirmasikan adanya korelasi positif antara sebuah sistem kepercayaan tertentu

dan kemajuan ekonomi kemakmuran dan modernitas (Sinamo 2005) Menurut

Rosmiani (1996) Etos Kerja terkait dengan sikap mental tekad disiplin dan semangat

kerja Sikap ini dibentuk oleh sistem orientasi nilai-nilai budaya yang sebagian

bersumber dari agama atau sistem kepercayaanpaham teologi tradisional Ia

menemukan Etos Kerja yang rendah secara tidak langsung dipengaruhi oleh rendahnya

kualitas keagamaan dan orientasi nilai budaya yang konservatif turut menambah

kokohnya tingkat Etos Kerja yang rendah itu

b Budaya

Selain temuan Rosmiani (1996) diatas Usman Pelly (dalam Rahimah 1995)

mengatakan bahwa sikap mental tekad disiplin dan semangat kerja masyarakat juga

disebut sebagai etos budaya dan secara operasional etos budaya ini juga disebut sebagai

Etos Kerja Kualitas Etos Kerja ini ditentukan oleh sistem orientasi nilai budaya

masyarakat yang bersangkutan Masyarakat yang memiliki sistem nilai budaya maju

akan memiliki Etos Kerja yang tinggi dan sebaliknya masyarakat yang memiliki sistem

nilai budaya yang konservatif akan memiliki Etos Kerja yang rendah bahkan bisa sama

sekali tidak memiliki Etos Kerja Pernyataaan ini juga didukung oleh studi yang

dilakukan Suryawati Dharmika Namiartha Putri dan weda (1997) yang menyimpulkan

bahwa semangat kerjaEtos Kerja sangat ditentukan oleh nilainilai budaya yang ada dan

tumbuh pada masyarakat yang bersangkutan Etos Kerja juga sangat berpegang teguh

pada moral etik dan bahkan Tuhan Etos Kerja berdasarkan nilai-nilai budaya dan agama

ini menurut mereka diperoleh secara lisan dan merupakan suatu tradisi yang disebarkan

secara turuntemurun

c Sosial Politik

10

Soewarso Rahardjo Subagyo dan Utomo (1995) menemukan bahwa tinggi rendahnya

Etos Kerja suatu masyarakat dipengaruhi oleh ada atau tidaknya struktur politik yang

mendorong masyarakat untuk bekerja keras dan dapat menikmati hasil kerja keras

mereka dengan penuh KH Abdurrahman Wahid (2002) mengatakan bahwa Etos Kerja

harus dimulai dengan kesadaran akan pentingnya arti tanggung jawab kepada masa

depan bangsa dan negara Dorongan untuk mengatasi kemiskinan kebodohan dan

keterbelakangan hanya mungkin timbul jika masyarakat secara keseluruhan memiliki

orientasi kehidupan yang teracu ke masa depan yang lebih baik Orientasi ke depan itu

harus diikuti oleh penghargaan yang cukup kepada kompetisi dan pencapaian

(achievement) Orientasi ini akan melahirkan orientasi lain yaitu semangat

profesionalisme yang menjadi tulang-punggung masyarakat modern

d Kondisi LingkunganGeografis

Suryawati Dharmika Namiartha Putri dan weda (1997) juga menemukan adanya

indikasi bahwa Etos Kerja dapat muncul dikarenakan faktor kondisi geografis

Lingkungan alam yang mendukung mempengaruhi manusia yang berada di dalamnya

melakukan usaha untuk dapat mengelola dan mengambil manfaat dan bahkan dapat

mengundang pendatang untuk turut mencari penghidupan di lingkungan tersebut

e Pendidikan

Etos Kerja tidak dapat dipisahkan dengan kualitas sumber daya manusia Peningkatan

sumber daya manusia akan membuat seseorang mempunyai Etos Kerja keras

Meningkatnya kualitas penduduk dapat tercapai apabila ada pendidikan yang merata dan

bermutu disertai dengan peningkatan dan perluasan pendidikan keahlian dan

keterampilan sehingga semakin meningkat pula aktivitas dan produktivitas masyarakat

sebagai pelaku ekonomi (Rahimah Fauziah Suri dan Nasution 1995)

f Struktur Ekonomi

11

Pada penulisan Soewarso Rahardjo Subagyo dan Utomo (1995) disimpulkan juga

bahwa tinggi rendahnya Etos Kerja suatu masyarakat dipengaruhi oleh ada atau tidaknya

struktur ekonomi yang mampu memberikan insentif bagi anggota masyarakat untuk

bekerja keras dan menikmati hasil kerja keras mereka dengan penuh

g Motivasi Intrinsik individu

Anoraga (1992) mengatakan bahwa Individu yang akan memiliki Etos Kerja yang tinggi

adalah individu yang bermotivasi tinggi Etos Kerja merupakan suatu pandangan dan

sikap yang tentunya didasari oleh nilai-nilai yang diyakini seseorang Keyakinan inilah

yang menjadi suatu motivasi kerja Maka Etos Kerja juga dipengaruhi oleh motivasi

seseorang

Menurut Herzberg (dalam Siagian 1995) motivasi yang sesungguhnya bukan

bersumber dari luar diri tetapi yang tertanamterinternalisasi dalam diri sendiri yang

sering disebut dengan motivasi intrinsik Ia membagi factor pendorong manusia untuk

melakukan kerja ke dalam dua faktor yaitu factor hygiene dan faktor motivator Faktor

hygiene ini merupakan faktor dalam kerja yang hanya akan berpengaruh bila ia tidak

ada yang akan menyebabkan ketidakpuasan Ketidakhadiran faktor ini dapat mencegah

timbulnya motivasi tetapi ia tidak menyebabkan munculnya motivasi faktor ini disebut

juga factor ekstrinsik yang termasuk diantaranya yaitu gaji status keamanan kerja

kondisi kerja kebijaksanaan organisasi hubungan dengan rekan kerja dan supervisi

Ketika sebuah organisasi menargetkan kinerja yang lebih tinggi tentunya organisasi

tersebut perlu memastikan terlebih dahulu bahwa factor hygiene tidak menjadi

penghalang dalam upaya menghadirkan motivasi intrinsik

Faktor yang kedua adalah faktor motivator sesungguhnya yang mana ketiadaannya

bukan berarti ketidakpuasan tetapi kehadirannya menimbulkan rasa puas sebagai

manusia Faktor ini disebut juga faktor intrinsik dalam pekerjaan yang meliputi

pencapaian suksesachievement pengakuanrecognition kemungkinan untuk meningkat

dalam jabatan (Karier)advancement tanggung jawabresponsibility kemungkinan

berkembanggrowth possibilities dan pekerjaan itu sendirithe work itself (Herzberg

12

dalam Anoraga 1992) Hal-hal ini sangat diperlukan dalam meningkatkan performa kerja

dan menggerakkan pekerja hingga mencapai performa yang tertinggi

IIB ORGANIZATION-BASED SELF-ESTEEM

IIB1 Pengertian Organization-Based Self-esteem

Secara sederhana self-esteem diartikan sebagai proses evaluasi diri seseorang baik dalam

cara yang positif maupun negatif (Greenberg 2005)

Hogg amp Vaughan (2002) mendefinisikan self-esteem sebagai evaluasi dan perasaan

tentang diri pribadi

Kreitner amp Kinicki (2000) mendefinisikan istilah self-esteem sebagai suatu keyakinan

nilai diri sendiri yang didasarkan pada evaluasi diri secara keseluruhan

Rosenberg (dalam Kernis 1995) dan para ahli lainnya telah membandingkan self-esteem

dengan sikap dan menemukan bahwa self-esteem memiliki komponen afektif dan

kognitif Komponen kognitif mengacu pada keyakinan individu tentang keberhargaan

dirinya

Tory Higgins (dalam Deaux Dane Wrightsman 1993) mengajukan dua tipe diri

potensial yang menempati konsep diri kita yaitu Ideal-Self dan Ought- Self Ideal-self

mengacu kepada konsep diri yang ingin dicapai individu sedangkan ought-self adalah

konsep diri yang sebenarnya hadir Ketika kesenjangan antara ideal-self dan ought-self

ini terlalu besar maka akan timbullah perasaan yang tidak menyenangkan suatu kondisi

yang dihindari oleh setiap orang Setiap orang selalu berusaha memperoleh perasaan

yang menyenangkan tentang dirinya Biasanya tuntutan perasaan positif ini

menimbulkan over-estimasi terhadap evaluasi mengenai nilai-nilai baik seseorang

13

kemampuannya dalam mengatasi situasi atau kejadian atau terlalu optimis Memiliki

penilaian yang akurat tentang diri memang penting tetapi sepertinya tidak lebih penting

daripada perasaan positif seseorang tentang dirinya (Hogg amp Vaughan 2002)

Gambaran diri yang positif dan self-esteem yang berhubungan dengannya merupakan

tujuan penting untuk kebanyakan orang setiap waktu Hal ini menunjukkan temuan

Rosenberg mengenai komponen afektif pada self-esteem Harga diri yang tinggi baik

yang realistis maupun yang tidak merupakan suatu hal yang menyenangkan dan

karenanya banyak ahli menganggapnya sebagai tujuan manusia yang utama (Rosenberg

dalam Deaux Dane Wrightsman 1993) Kita cenderung menduga bahwa unsur self-

esteem yang tinggi akan menghasilkan perilaku positif yang menandakan individu yang

sehat secara psikologis Tetapi banyak studi yang menemukan bahwa tidak selamanya

selfesteem yang tinggi menghasilkan individu yang percaya diri dan tidak menampilkan

sikap permusuhan Baumeister (dalam Hogg amp Vaughan 2002) menemukan perilaku

kekerasan yang dapat dikaitkan dengan harga diri yang tinggi dimana ketika individu

yang memiliki gambaran diri yang menyenangkan merasa terancam individu tersebut

cenderung akan menampilkan sikap agresif

Kernis (dalam Hogg amp Vaughan 2002) juga menemukan individu yang arogan angkuh

dan terlalu asertif diantara orang-orang dengan harga diri yang tinggi

Rhodewalt (dalam Hogg amp Vaughan 2002) menemukan individu yang pada dasarnya

memiliki harga diri tinggi yang mudah hilang dikenal dengan individu narsistik Harga

diri yang rendah tidak selamanya juga memiliki konsekuensi negatif

Baumeister (dalam Kernis 1995) menemukan individu yang self-esteemnya rendah

menampilkan karakter tidak pasti namun netral daripada karakter negatif

Swann Pelham amp Krull (dalam Kernis 1995) menemukan individu dengan selfesteem

rendah memiliki strategi pertahanan diri tertentu yang cenderung berorientasi pada

peningkatan diri Untuk dapat menjelaskan fenomena yang beragam terkait dengan

14

harga diri yang tinggi dan rendah seperti yang telah dibahas diatas Deci amp Ryan (dalam

Kernis 1995) mengajukan dua jenis harga diri yaitu contingent self-esteem dan true self-

esteem Contingent self-esteem mengacu pada perasaan tentang diri seseorang yang

dihasilkan oleh ndash dan bergantung pada ndash pencapaian harapan seseorang Misalnya

seseorang merasa dirinya adalah orang yang baik dan berharga jika ia berhasil

menyelesaikan suatu tugas Jika ia terus dapatn menyelesaikan tugas berikutnya yang

serupa maka ia akan terus memiliki harga diri yang tinggi Artinya harga diri ini bersifat

labil dan hanya berpusat pada kepentingan pribadi True self-esteem bersifat lebih stabil

didasari oleh perasaan yang kuat tentang diri pribadi Individu dengan true self-esteem

yang tinggi juga memiliki tujuan dan aspirasi dan akan merasa senang bila tujuannya

tercapai atau sedih bila tidak tercapai Tetapi perasaan mereka sebagai manusia yang

berharga tidak berfluktuasi bergantung pada pencapaian sehingga mereka tidak merasa

superior ketika berhasil ataupun tertekan ketika gagal

Berdasarkan penulisan Baumeister (dalam Hogg amp Vaughan 2002) secara umum

individu dengan karakteristik self-esteem yang tinggi memiliki ciri-ciri

1 Gigih dan ulet dalam menghadapi masa depan

2 Stabil secara emosi dan afektif

3 Kurang fleksibel dan kurang lunak

4 Tidak mudah dibujuk dan dipengaruhi

5 Bereaksi positif pada kehidupan yang menyenangkan dan sukses

6 Memiliki konsep diri yang stabil teliti dan konsisten

7 Berorientasi motivasi pada peningkatan diri

Sedangkan individu dengan self-esteem rendah memiliki ciri-ciri

1 Mudah terluka pada tekanan yang ditemui sehari-hari

2 Mudah berubah dalam afeksi dan suasana hati

3 Fleksibel dan lunak

4 Mudah dibujuk dan dipengaruhi

5 Menginginkan kesuksesan dan persetujuan tetapi ragu-ragu akan memperolehnya

6 Bereaksi negatif terhadap kehidupan yang menyenangkan dan sukses

15

7 Memiliki konsep diri yang sederhana dan tidak stabil

8 Orientasi motivasi pada perlindungan diri

Terdapat beberapa tipe self-esteem yang telah dibahas para ahli diantaranya global self-

esteem yaitu persepsi individu mengenai keberhargaan dirinya secara keseluruhan

Kemudian dikenal juga role-based self-esteem yaitu harga diri dikaitkan dengan

peranan atau posisi seseorang Ada juga task-based self-esteem yaitu harga diri yang

dikaitkan dengan keberhasilan seseorang dalam menyelesaikan tugas Self-esteem sangat

berhubungan dengan identitas sosial seseorang (Hogg amp Vaughan 2002)

Identitas sosial adalah bagian dari konsep diri yang berasal dari keanggotaan individu

dalam kelompok sosial Ketika individu mengevaluasi dirinya ia dipengaruhi oleh

prestise dan status dalam suatu kelompok masyarakat yang dipersepsikannya juga

melekat pada dirinya jika ia menganggap dirinya bagian dari atau berorientasi kepada

kelompok masyarakat tertentu Penilaian ini juga akan dibandingkan dengan kelompok

diluar kelompok masyarakat yang dipersepsikannya sebagai kelompoknya Organisasi

adalah suatu kelompok masyarakat yang tentunya dapat memberikan pengaruh bagi

seseorang dalam menilai dirinya Menjadi bagian dari suatu organisasi maka individu

harus tunduk pada aturan kebiasaan norma serta menyesuaikan diri dengan budaya dan

iklim organisasi Organisasi memiliki tujuan dan cita-cita yang menjiwai setiap aspek

kehidupan organisasi sehingga secara otomatis mempengaruhi setiap individu yang ada

di dalamnya Dari pemahaman ini muncullah kajian tentang harga diri dalam konteks

organisasi Nilai yang dimiliki oleh seorang individu atas dirinya sebagai anggota

organisasi yang bertindak dalam konteks organisasi disebut harga diri berbasis

organisasi atau Organization-based Self-esteem yang disingkat dengan OBSE (Kreitner

amp Kinicki 2000) Dalam konteks organisasi pengaruh self-esteem yang cukup

signifikan telah terlihat melalui berbagai penemuan Misalnya individu yang memiliki

self-esteem yang tinggi cenderung lebih sukses dalam upaya menemukan pekerjaan

sedangkan individu dengan self-esteem yang rendah bila dipekerjakan akan lebih

tertarik pada organisasi yang besar dimana posisi mereka tidak terlalu diperhatikan

Pekerja dengan self-esteem yang tinggi cenderung secara aktif berusaha menemukan

16

materi yang dibutuhkan untuk mengatasi masalah pekerjaan dan menggunakan

kemampuan serta keahlian mereka secara penuh sehingga hasil kerjanya lebih maksimal

Cukup menarik untuk diperhatikan bahwa individu dengan self-esteem rendah

kelihatannya sadar dengan kemungkinan mereka memberikan hasil yang buruk Mereka

cenderung menilai dirinya secara negatif (khususnya ketika penilaian terhadap performa

mereka ambigu) dan pada dasarnya bertanggungjawab terhadap hasil buruk tersebut

(Greenberg 2005)

IIB2 Aspek-aspek Organization-based Self-esteem

Dalam konteks organisasi penilaian seseorang terhadap dirinya terkait dengan

bagaimana kondisi organisasi secara struktural kerumitan pekerjaan yang dihadapinya

serta adanya penghargaan dari pihak managerial OBSE cenderung meningkat ketika

individu mempersepsikan bahwa atasan mereka memiliki suatu kepedulian pada mereka

Nilainya juga lebih tinggi pada organisasi dengan struktur yang organik (fleksibel)

daripada yang kaku (Birokratis) Pekerjaan yang rumit dan menantang juga mendorong

OBSE yang lebih tinggi daripada pekerjaan yang sederhana berulang-ulang serta

membosankan Dan faktor-faktor ini juga berhubungan dengan motivasi untuk tugas

yang lebih besar (Kreitner amp Kinicki 2000)

Tan Kim Sek (2003) menemukan bahwa metode sosialisasi yang efektif dapat

meningkatkan kompetensi pekerja dalam menyelesaikan tugasnya terkait dengan

peranannya dalam organisasi yang akan meningkatkan OBSE-nya Dalam konteks

penulisan ini taktik sosialisasi yang digunakan adalah perencanaan pengembangan

karier interaksi yang positif dengan rekan kerja dan interaksi positif dengan pendatang

baru di organisasi Gardner Dyne amp Pierce (2004) menemukan bahwa tingkatan gaji

turut mempengaruhi rasa berharga seorang individu sebagai anggota organisasi

sehingga mereka menyarankan organisasi mempertimbangkan sistem penggajian

berbasis kompetensi Namun mereka juga mengindikasikan bahwa sistem penggajian

berbasis kompetensi tetap memiliki resiko dimana individu dengan tingkat gaji yang

lebih rendah dapat menganggap dirinya kurang berkompeten sehingga berpeluang

menjatuhkan self-esteemnya

17

Dalam studi replikasinya Tang amp Gilbert (1992) menemukan bahwa OBSE

berhubungan dengan global self-esteem need for achievement organizational

citizenship komitmen organisasi motivasi untuk meningkatkan potensi dan pendidikan

Status subyek dalam organisasi tidak berhubungan dengan OBSE Intinya penemuan

mereka menampilkan hubungan antara OBSE dengan banyak variabel yang bernilai

intrinsik tentang perasaan subyektif pekerja dalam

organisasi

Kreitner amp Kinicki (2000) menyebutkan ciri-ciri individu dengan nilai OBSE yang tinggi

cenderung memandang diri mereka sendiri sebagai seorang yang penting berharga

berpengaruh dan berarti dalam konteks organisasi yang mempekerjakannya Untuk itu

mereka menyarankan agar organisasi melakukan upaya untuk membangun self-esteem

karyawan yaitu dengan

1 Mendukung dan menunjukkan kepedulian pada persoalan kepentingan status

dan kontribusi individu

2 Menawarkan pekerjaan yang memiliki variasi otonomi dan tantangan yang sesuai

dengan nilai-nilai keahlian dan kemampuan individu

3 Berjuang untuk membangun ikatan antara karyawan dan manajemen didasari

kepercayaan

4 Menunjukkan keyakinan terhadap kemampuan pengendalian pribadi dan

memberi penghargaan pada keberhasilan

Greenberg (2005) juga memiliki empat point penting yang disarankannya untuk

meningkatkan self-esteem individu dalam organisasi yaitu

1 Buatlah orang merasa berharga ciptakan kesempatan bagi individu untuk merasa

diterima dengan mencari cara untuk memanfaatkan pengalaman dan keahlian

unik mereka

2 Buatlah orang merasa kompeten kenali hal-hal baik yang dilakukan individu dan

pujilah mereka sesuai dengan hal itu

18

3 Buatlah orang merasa aman harga diri karyawan akan lebih meningkat ketika

harapan para manager tersampaikan dengan jelas dan terangterangan pada

mereka

4 Buatlah orang merasa mendapatkan wewenang individu diberikan kesempatan

untuk memutuskan bagaimana mereka akan menyelesaikan pekerjaan yang

menurut mereka baik bagi mereka dan pekerjaannya

Dari berbagai penulisan dan pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa OBSE

memiliki beberapa aspek (Kreitner amp Kinicki 2000 Greenberg 2005) yaitu

1 merasa diterima dalam organisasi

2 merasa aman dalam organisasi

3 merasa berkompeten dalam organisasi

4 merasa berpengaruh dalam organisasi

5 merasa penting bagi organisasi

6 rasa berharga bagi organisasi

7 merasa berkembang dalam organisasi

Aspek-aspek inilah yang akan menjadi indikator OBSE dalam penulisan ini

IICEtos Kerja dalam Islam

Menurut Ahmad (200116) Islam adalah agama yang menghargai kerja keras Kenyataan

ini dapat terlihat dari serangkaian firman Allah dalam Al- Quran yang sangat

menekankan arti penting diantaranya

Dan katakanlah Bekerjalah kamu maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang

mukmin akan melihat pekerjaanmu itu dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah)

Yang mengetahui akan yang gaib dan yang nyata lalu diberitakan-Nya kepada kamu

apa yang telah kamu kerjakan (QS At-Taubah 9 105)

19

ldquo Katakanlah Hai kaumku berbuatlah sepenuh kemampuanmu sesungguhnya akupun

berbuat (pula) Kelak kamu akan mengetahui siapakah (diantara kita) yang akan

memperoleh hasil yang baik dari dunia ini Sesungguhnya orang yang dzalim itu tidak

akan mendapat keberuntunganrdquo QS Al Anrsquoam (6) 135

IIC1Konsep Kerja dalam Islam

Kemuliaan seorang manusia itu bergantung kepada apa yang dilakukannya Dengan itu

sesuatu amalan atau pekerjaan yang mendekatkan seseorang kepada Allah adalah sangat

penting serta patut untuk diberi perhatian Amalan atau pekerjaan yang demikian selain

memperoleh keberkahan serta kesenangan dunia juga ada yang lebih penting yaitu

merupakan jalan atau tiket dalam menentukan tahap kehidupan seseorang di akhirat

kelak apakah masuk golongan ahli syurga atau sebaliknya Istilah lsquokerjarsquo dalam Islam

bukanlah semata-mata merujuk kepada mencari rezeki untuk menghidupi diri dan

keluarga dengan menghabiskan waktu siang maupun malam dari pagi hingga sore terus

menerus tak kenal lelah tetapi kerja mencakup segala bentuk amalan atau pekerjaan

yang mempunyai unsur kebaikan dan keberkahan bagi diri keluarga dan masyarakat

sekelilingnya serta negara Dengan kata lain orang yang berkerja adalah mereka yang

menyumbangkan jiwa dan tenaganya untuk kebaikan diri keluarga masyarakat dan

negara tanpa menyusahkan orang lain Oleh karena itu kategori ahli Syurga seperti yang

digambarkan dalam Al-Qurrsquoan bukanlah orang yang mempunyai pekerjaanjabatan yang

tinggi dalam suatu perusahaaninstansi sebagai manajer direktur teknisi dalam suatu

bengkel dan sebagainya Tetapi sebaliknya Al-Quran menggariskan golongan yang baik

lagi beruntung (al-falah) itu adalah orang yang banyak taqwa kepada Allah khusyu

sholatnya baik tutur katanya memelihara pandangan dan kemaluannya serta

menunaikan tanggung jawab sosialnya seperti mengeluarkan zakat dan lainnya (QS Al

Mursquominun 1 ndash 11)

Golongan ini mungkin terdiri dari pegawai supir tukang sapu ataupun seorang yang

tidak mempunyai pekerjaan tetap Sifat-sifat di ataslah sebenarnya yang menjamin

20

kebaikan dan kedudukan seseorang di dunia dan di akhirat kelak Jika membaca hadits-

hadits Rasulullah SAW tentang ciri-ciri manusia yang baik di sisi Allah maka tidak

heran bahwa diantara mereka itu ada golongan yang memberi minum anjing kelaparan

mereka yang memelihara mata telinga dan lidah dari perkara yang tidak berguna tanpa

melakukan amalan sunnah yang banyak dan seumpamanyaDalam satu hadits yang

diriwayatkan oleh Umar ra berbunyi rsquoBahwa setiap amal itu bergantung pada niat

dan setiap individu itu dihitung berdasarkan apa yang diniatkannya helliprsquo

Dalam riwayat lain Rasulullah SAW bersabda lsquo Binasalah orang-orang Islam kecuali

mereka yang berilmu Maka binasalah golongan berilmu kecuali mereka yang beramal

dengan ilmu mereka Dan binasalah golongan yang beramal dengan ilmu mereka

kecuali mereka yang ikhlas Sesungguhnya golongan yang ikhlas ini juga masih dalam

keadaan bahaya yang amat besar helliprsquo Kedua hadist diatas sudah cukup menjelaskan

betapa niat yang disertai dengan keikhlasan itulah inti sebenarnya dalam kehidupan

dan pekerjaan manusia Alangkah baiknya kalau umat Islam hari ini dapat bergerak dan

bekerja dengan tekun dan mempunyai tujuan yang satu yaitu lsquomardatillahrsquo (keridhaan

Allah) itulah yang dicari dalam semua urusan Dari situlah akan lahir nilai keberkahan

yang sebenarnya dalam kehidupan yang penuh dengan curahan rahmat dan nikmat yang

banyak dari Allah Inilah golongan yang diistilahkan sebagai golongan yang tenang

dalam ibadah ridha dengan kehidupan yang ditempuh serta optimis dengan janji-janji

Allah

IIC2Meneladani Etos Kerja Rasulullah SAW

Rasulullah SAW menjadikan kerja sebagai aktualisasi keimanan dan ketakwaan Rasul

bekerja bukan untuk menumpuk kekayaan duniawi Beliau bekerja untuk meraih

keridaan Allah SWT

Suatu hari Rasulullah SAW berjumpa dengan Saad bin Muadz Al-Anshari Ketika itu

Rasul melihat tangan Saad melepuh kulitnya gosong kehitam-hitaman seperti

terpanggang matahari Kenapa tanganmu tanya Rasul kepada Saad Wahai

21

Rasulullah jawab Saad Tanganku seperti ini karena aku mengolah tanah dengan

cangkul itu untuk mencari nafkah keluarga yang menjadi tanggunganku Seketika itu

beliau mengambil tangan Saad dan menciumnya seraya berkata Inilah tangan yang

tidak akan pernah disentuh api neraka

Dalam kisah lain disebutkan bahwa ada seseorang yang berjalan melalui tempat

Rasulullah SAW Orang tersebut sedang bekerja dengan sangat giat dan tangkas Para

sahabat kemudian bertanya Wahai Rasulullah andaikata bekerja semacam orang itu

dapat digolongkan jihad fi sabilillah maka alangkah baiknya Mendengar itu Rasul pun

menjawab Kalau ia bekerja untuk menghidupi anak-anaknya yang masih kecil itu

adalah fi sabilillah kalau ia bekerja untuk menghidupi kedua orangtuanya yang sudah

lanjut usia itu adalah fi sabilillah kalau ia bekerja untuk kepentingan dirinya sendiri

agar tidak meminta-minta itu juga fi sabilillah (HR Ath- Thabrani)

Bekerja adalah manifestasi amal saleh Bila kerja itu amal saleh maka kerja adalah

ibadah Dan bila kerja itu ibadah maka kehidupan manusia tidak bisa dilepaskan dari

kerja Bukankah Allah SWT menciptakan manusia untuk beribadah kepada-Nya

Tidak berlebihan bila keberadaan seorang manusia ditentukan oleh aktivitas kerjanya

Allah SWT berfirman

Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib manusia sebelum mereka mengubah

apa yang ada pada dirinya (QS Ar-Rad [13] 11) Dalam ayat lain diungkapkan pula

ldquodan bahwasannya seorang manusia tidak akan memperoleh selain apa yang telah

diusahakannyardquo (QS Al- Najm [53] 39)

Kisah di awal menggambarkan betapa besarnya penghargaan Rasulullah SAW terhadap

kerja Kerja apapun itu selama tidak menyimpang dari aturan yang ditetapkan agama

Demikian besarnya penghargaan beliau sampaisampai dalam kisah pertama manusia

teragung ini rela mencium tangan Saad bin Muadz Al-Anshari yang melepuh lagi

gosong Rasulullah SAW dalam dua kisah tersebut memberikan motivasi pada umatnya

bahwa bekerja adalah perbuatan mulia dan termasuk bagian dari jihad Rasulullah SAW

adalah sosok yang selalu berbuat sebelum beliau memerintahkan para sahabat untuk

melakukannya Hal ini sesuai dengan tugas beliau sebagai ushwatun hasanah teladan

yang baik bagi seluruh manusia Maka saat kita berbicara tentang etos kerja islami maka

22

beliaulah orang yang paling pantas menjadi rujukan Dan berbicara tentang etos kerja

Rasulullah SAW sama artinya dengan berbicara bagaimana beliau menjalankan peran-

peran dalam hidupnya Ada lima peran penting yang diemban Rasulullah SAW yaitu

Pertama sebagai rasul Peran ini beliau jalani selama 23 tahun Dalam kurun waktu

tersebut beliau harus berdakwah menyebarkan Islam menerima menghapal

menyampaikan dan menjelaskan tak kurang dari 6666 ayat Alquran menjadi guru

(pembimbing) bagi para sahabat dan menjadi hakim yang memutuskan berbagai pelik

permasalahan umat-dari mulai pembunuhan sampai perceraian

Kedua sebagai kepala negara dan pemimpin sebuah masyarakat heterogen Tatkala

memegang posisi ini Rasulullah SAW harus menerima kunjungan diplomatik negara-

negara sahabat Rasul pun harus menata dan menciptakan sistem hukum yang mampu

menyatukan kaum Muslimin Nasrani dan Yahudi mengatur perekonomian dan

setumpuk masalah lainnya

Ketiga sebagai panglima perang Selama hidup tak kurang dari 28 kali Rasul

memimpin pertempuran melawan kafir Quraisy Sebagai panglima perang beliau harus

mengorganisasi lebih dari 53 pasukan kaveleri bersenjata Harus memikirkan strategi

perang persedian logistik keamanan transportasi kesehatan dan lainnya

Keempat sebagai kepala rumahtangga Dalam posisi ini Rasul harus mendidik

membahagiakan dan memenuhi tanggung jawab-lahir batin-terhadap para istri beliau

tujuh anak dan beberapa orang cucu Beliau dikenal sebagai sosok yang sangat

perhatian terhadap keluarganya Di tengah kesibukannya Rasul pun masih sempat

bercanda dan menjahit sendiri bajunya

Kelima sebagai seorang pebisnis Sejak usia 12 tahun pamannya Abu Thalib sudah

mengajaknya melakukan perjalanan bisnis ke Syam negeri yang saat ini meliputi Syria

Jordan dan Lebanon Dari usia 17 hingga sekitar 20 tahun adalah masa tersulit dalam

perjalanan bisnis Rasul karena beliau harus mandiri dan bersaing dengan pemain pemain

23

senior dalam perdagangan regional Usia 20 hingga 25 tahun merupakan titik keemasan

entrepreneurship Rasulullah SAW terbukti dengan terpikatnya konglomerat Mekah

Khadijah binti Khuwailid yang kemudian melamarnya menjadi suami Afzalurrahman

dalam bukunya Muhammad Sebagai Seorang Pedagang (2000 5-12) mencatat bahwa

Rasul pun sering terlibat dalam perjalanan bisnis ke berbagai negeri seperti Yaman

Oman dan Bahrain Dan beliau mulai mengurangi kegiatan bisnisnya ketika mencapai

usia 37 tahun

Adalah kenyataan bila Rasulullah SAW mampu menjalankan kelima perannya tersebut

dengan sempurna bahkan menjadi yang terbaik Tak heran bila para ilmuwan baik itu

yang Muslim maupun non-Muslim menempatkan beliau sebagai orang yang paling

berpengaruh paling pemberani paling bijaksana paling bermoral dan sejumlah paling

lainnya

IIC3Rahasia kesuksesan karier dan pekerjaan Rasulullah SAW

Pertama Rasul selalu bekerja dengan cara terbaik profesional dan tidak asal-asalan

Beliau bersabda Sesungguhnya Allah menginginkan jika salah seorang darimu bekerja

maka hendaklah meningkatkan kualitasnya

Kedua dalam bekerja Rasul melakukannya dengan manajemen yang baik perencanaan

yang jelas pentahapan aksi dan adanya penetapan skala prioritas

Ketiga Rasul tidak pernah menyia-nyiakan kesempatan sekecil apapun Barangsiapa

yang dibukakan pintu kebaikan hendaknya dia mampu memanfaatkannya karena ia

tidak tahu kapan ditutupkan kepadanya demikian beliau bersabda

Keempat dalam bekerja Rasul selalu memperhitungkan masa depan Beliau adalah

sosok yang visioner sehingga segala aktivitasnya benar-benar terarah dan terfokus

Kelima Rasul tidak pernah menangguhkan pekerjaan Beliau bekerja secara tuntas dan

berkualitas

Keenam Rasul bekerja secara berjamaah dengan mempersiapkan (membentuk) tim

yang solid yang percaya pada cita-cita bersama

24

Ketujuh Rasul adalah pribadi yang sangat menghargai waktu Tidak berlalu sedetik pun

waktu kecuali menjadi nilai tambah bagi diri dan umatnya Dan yang terakhir

Rasulullah SAW menjadikan kerja sebagai aktualisasi keimanan dan ketakwaan Rasul

bekerja bukan untuk menumpuk kekayaan duniawi Beliau bekerja untuk meraih

keridhaan Allah SWT Inilah kunci terpenting Semoga Allah SWT memberikan

kemampuan kepada kita untuk meneladani etos kerja Rasulullah SAW

25

BAB III

PEMBAHASAN

IIIA HUBUNGAN ANTARA ORGANIZATION-BASED SELF-ESTEEM

(OBSE) DAN ETOS KERJA

Untuk dapat meningkatkan Etos Kerja diperlukan adanya suatu sikap yang menilai

tinggi pada kerja keras dan sungguh-sungguh Karena itu perlu ditemukan suatu

dorongan yang tepat untuk memotivasi dan merubah sikap (Anoraga 1992) Seperti

yang sudah dipaparkan Anoraga sebelumnya bahwa motivasi merupakan kunci untuk

membangun Etos Kerja yang baik Motivasi kerja adalah sesuatu yang menimbulkan

semangat atau dorongan kerja kuat lemahnya motivasi kerja seseorang ikut menentukan

besar kecilnya prestasi seorang pekerja

Tujuan organisasi yang ditanamkan dalam visi misi filosofi dan mottoorganisasi

merupakan suatu nilai ideal yang harus dicapai individu Dengan proses yang tepat

organisasi berusaha menanamkan nilai-nilai ini pada para anggotanya

Nilai ideal yang dipersepsikan oleh anggota akan mempengaruhi penilaiannya terhadap

dirinya sehingga membentuk OBSE-nya Nilai-nilai ini ditanamkan oleh organisasi

dengan tujuan utama yaitu kinerja dan kualitas kerja yang meningkat

Kinerja dan kualitas kerja yang baik dapat dicapai dengan Etos Kerja yang baik maka

organisasi secara tidak langsung berusaha untuk meningkatkan Etos Kerja anggotanya

OBSE mempengaruhi beberapa aspek antara lain global self-esteemharga diri secara

keseluruhan kepuasan secara keseluruhan perilaku warga negara yang baik komitmen

dan kepuasan organisasi prestasi kerja dan terakhir adalah motivasi intrinsik (Kreitner

amp Kinicki 2000) Menurut Alderfer (dalam Siagian 1995) dengan teori motivasi ERG-

nya salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi adalah faktor R (Relatedness) yaitu

kebutuhan akan pemenuhan rasa puas dalam berhubungan dengan keluarga teman

atasan bawahan dan rekan sekerja dimana hal ini melibatkan unsur cinta dan self-

esteem Dengan meningkatnya self-esteem pekerja yang didasarkan pada keberadaannya

sebagai bagian dari organisasi maka motivasinya secara intrinsic dalam bekerja

meningkat Herzberg (dalam Anoraga 1992) yang melakukan studi mengenai motivasi

26

kerja menyatakan faktor intrinsik dalam bekerja yang meliputi pencapaian sukses

pengakuan kemungkinan untuk meningkat dalam jabatan (karier) tanggung jawab

kemungkinan berkembang dan pekerjaan itu sendiri Dapat dilihat bahwa faktor-faktor

intrinsik ini merupakan aspek-aspek yang akan tergambar pada OBSE Faktor pengakuan

dapat dilihat pada persepsi tentang seberapa berharga dan pentingnya individu dalam

organisasi apakah ia merasa diterima sebagai anggota organisasi dan merasa aman

sebagai bagian dari organisasi

Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat dilihat bagaimana OBSE mempengaruhi

motivasi intrinsik seseorang untuk bekerja Ketika OBSE meningkat motivasi intrinsik

seseorang dalam bekerja turut meningkat maka seharusnya Etos Kerjanya akan

meningkat juga Artinya kebutuhan organisasi untuk mencapai hasil dan kinerja

organisasi yang lebih baik dapat dicapai salah satunya melalui upaya meningkatkan

OBSE pekerjanya

Penelitian lain yang telah dilakukan mengenai OBSE yaitu penelitian Lanford Roe

Carson amp Carson (1997) pada teknisi unit gawat darurat Mereka menemukan

peningkatan OBSE berpeluang meningkatkan komitmen terhadap karier menurunkan

kecenderungan menarik diri dari tugas dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya

kualitas perlakuan Hal ini merupakan beberapa indikasi perilaku yang mencerminkan

Etos Kerja seperti yang dikatakan Sinamo (2005) yaitu bekerja dengan integritas

bekerja dengan penuh tanggung jawab bekerja dengan sempurna Secara umum dapat

dikatakan bahwa bila seseorang merasa berharga dalam organisasi dikarenakan berbagai

faktor ia akan cenderung memiliki motivasi yang lebih baik untuk mencapai tujuan

yang ditetapkan organisasi tersebut sehingga Etos Kerjanya akan lebih baik daripada

individu dengan OBSE-nya rendah

IIIA PENGARUH ETOS KERJA ISLAMI TERHADAP KINERJA SESEORANG

etos kerja islami yang didasarkan pada Al-Qurrsquoan dan Hadits agar produktivitas kerja

karyawan dapat menunjang perkembangan ekonomi ummat serta pengaruh kinerja yang

ditunjukkan oleh karyawan itu sendiri Setidaknya etos kerja itu bersumber dan

27

berkaitan langsung dengan nilai-nilai kejiwaan seseorang dan menunjukkan pula

pandangan hidup yang mendarah daging untuk dapat mengembangkan dirinya sehingga

etos kerja kerja menunjukkan pula sikap dan harapan seseorang Dan dengan sikap

seperti ini seseorang yang memiliki etos akan berusaha untuk memenuhi harapannya

tersebut Sebab Etos kerja juga mempunyai makna nilai moral dan pemberdayaan diri

yaitu suatu pandangan batin yang bersifat mendarah daging Seseorang akan merasakan

bahwa hanya dengan menghasilkan pekerjaan yang terbaik bahkan sempurna nilai-nilai

Islam yang diyakininya dapat diwujudkan

Dengan pengembangan kualitas yang ada dalam diri pribadi setiap manusia semua yang

dilaksanakan dapat terwujud sesuai nilai moral yang dimilikinya Karenanya etos kerja

bukanlah sekedar kepribadian atau sikap melainkan lebih mendalam lagi karena

didalamnya terdapat martabat harga diri dan jati diri dari seorang tersebut

Berkaitan dengan ini Ahmad (200117) menegaskan bahwa Islam tidak hanya

memerintahkan manusia hanya untuk sholat saja namun manusia juga diperintahkan

untuk mencari rezeki di bumi 1048755Apabila telah ditunaikan sholat maka bertebaranlah

kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah1048755Dan Allah adalah sebaik-baik Pemberi

Rezeki1048755 (QS Al Jumursquoah 10-11) Petikan-petikan ayat di atas sangatlah jelas

memperlihatkan pandangan Islam terhadap nilai kerja itu sendiri

Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Tasmara (200226) etos kerja islami menekankan

pada kerja sama dalam bekerja dan konsep konsultasi yang terlihat sebagai jalan untuk

mengatasi rintangan atau masalah dan menghindari kesalahan Hubungan sosial dalam

bekerja merupakan pendorong yang bertujuan untuk mempertemukan kebutuhan

seseorang dan membuat keseimbangan antara kebutuhan individu dan kehidupan sosial

Dan hal ini juga diperkuat dengan firman Allah SWT dalam surat Al

Jumursquoah 1048755Maka apabila telah ditunaikan sholat maka bertebaranlah kamu di muka

bumi dan carilah karunia Allah serta banyaklah ingat kepada Allah agar kamu

beruntung1048755 (QS Al Jumursquoah 10) Jadi dalam ayat tersebut tersirat pesan yaitu

hendaknya kita beribadah sebagaimana diwajibkan namun kita juga harus bekerja

mencari rezeki dari kemurahan Allah Bersama dengan itu kita senantiasa ingat kepada-

Nya Yakni memenuhi semua ketentuan etis dan akhlaq dalam bekerja yaitu dengan

28

menyadari pengawasan dan perhitungan Allah terhadap setiap bentuk kerja kita Semua

perilaku manusia didasari prinsip rahman dan rahim dengan kesadaran penuh sebagai

rahmatan lil 1048755alamin integritas yang sangat tinggi karena merasa dirinya dilihat oleh

Allah bukan karena atasan atau sekedar upah belaka dan jabatan hanya dilihat sebagai

amanah Allah (Agustian 200152) Sikap ini akan mendorong suatu kreativitas tanpa

henti untuk menciptakan mutu pelayanan dan produk yang lebih berkualitas yang

dipandang dalam etos kerja islami

29

BAB IV

KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari tulisan ini sebagai berikut

1 Sesuai dengan landasan teori yang telah dibahas sebelumnya dapat dikatakan

bahwa ketika Organisation-Based Self-Esteem (OBSE) seseorang meningkat

maka motivasinya untuk mencapai kinerja yang lebih baik di dalam organisasi

tersebut akan meningkat secara intrinsik (kreitner amp Kinicki 2000) sehingga

cara pandangnya terhadap nilai bekerja yang dikenal dengan konsep Etos Kerja

turut meningkat (Anoraga 1992)

2 Ketika nilai Organisation-Based Self-Esteem (OBSE) seorang individu rendah

belum tentu nilai Etos Kerjanya harus rendah pula karena selain faktor OBSE

masih terdapat faktor-faktor lain yang turut mempengaruhi Etos Kerja seseorang

seperti yang telah dijelaskan pada bab dua seperti agama pendidikan sosial

budaya struktur ekonomi dan sebagainya Kualitas beragama unsur sosial

budaya dan kondisi ekonomi misalnya dapat mempengaruhi cara pandang

seseorang terhadap nilai bekerja

3 etos kerja islami didasarkan pada Al-Qurrsquoan dan Hadits agar produktivitas kerja

karyawan dapat menunjang perkembangan ekonomi ummat serta pengaruh

kinerja yang ditunjukkan oleh karyawan itu sendiri Sehingga dapat terbentuk

etoskerja yang mempunyai makna nilai moral dan pemberdayaan diri

30

DAFTAR PUSTAKA

1

2

3

31

Page 11: Paper Etos Kerja 2

Soewarso Rahardjo Subagyo dan Utomo (1995) menemukan bahwa tinggi rendahnya

Etos Kerja suatu masyarakat dipengaruhi oleh ada atau tidaknya struktur politik yang

mendorong masyarakat untuk bekerja keras dan dapat menikmati hasil kerja keras

mereka dengan penuh KH Abdurrahman Wahid (2002) mengatakan bahwa Etos Kerja

harus dimulai dengan kesadaran akan pentingnya arti tanggung jawab kepada masa

depan bangsa dan negara Dorongan untuk mengatasi kemiskinan kebodohan dan

keterbelakangan hanya mungkin timbul jika masyarakat secara keseluruhan memiliki

orientasi kehidupan yang teracu ke masa depan yang lebih baik Orientasi ke depan itu

harus diikuti oleh penghargaan yang cukup kepada kompetisi dan pencapaian

(achievement) Orientasi ini akan melahirkan orientasi lain yaitu semangat

profesionalisme yang menjadi tulang-punggung masyarakat modern

d Kondisi LingkunganGeografis

Suryawati Dharmika Namiartha Putri dan weda (1997) juga menemukan adanya

indikasi bahwa Etos Kerja dapat muncul dikarenakan faktor kondisi geografis

Lingkungan alam yang mendukung mempengaruhi manusia yang berada di dalamnya

melakukan usaha untuk dapat mengelola dan mengambil manfaat dan bahkan dapat

mengundang pendatang untuk turut mencari penghidupan di lingkungan tersebut

e Pendidikan

Etos Kerja tidak dapat dipisahkan dengan kualitas sumber daya manusia Peningkatan

sumber daya manusia akan membuat seseorang mempunyai Etos Kerja keras

Meningkatnya kualitas penduduk dapat tercapai apabila ada pendidikan yang merata dan

bermutu disertai dengan peningkatan dan perluasan pendidikan keahlian dan

keterampilan sehingga semakin meningkat pula aktivitas dan produktivitas masyarakat

sebagai pelaku ekonomi (Rahimah Fauziah Suri dan Nasution 1995)

f Struktur Ekonomi

11

Pada penulisan Soewarso Rahardjo Subagyo dan Utomo (1995) disimpulkan juga

bahwa tinggi rendahnya Etos Kerja suatu masyarakat dipengaruhi oleh ada atau tidaknya

struktur ekonomi yang mampu memberikan insentif bagi anggota masyarakat untuk

bekerja keras dan menikmati hasil kerja keras mereka dengan penuh

g Motivasi Intrinsik individu

Anoraga (1992) mengatakan bahwa Individu yang akan memiliki Etos Kerja yang tinggi

adalah individu yang bermotivasi tinggi Etos Kerja merupakan suatu pandangan dan

sikap yang tentunya didasari oleh nilai-nilai yang diyakini seseorang Keyakinan inilah

yang menjadi suatu motivasi kerja Maka Etos Kerja juga dipengaruhi oleh motivasi

seseorang

Menurut Herzberg (dalam Siagian 1995) motivasi yang sesungguhnya bukan

bersumber dari luar diri tetapi yang tertanamterinternalisasi dalam diri sendiri yang

sering disebut dengan motivasi intrinsik Ia membagi factor pendorong manusia untuk

melakukan kerja ke dalam dua faktor yaitu factor hygiene dan faktor motivator Faktor

hygiene ini merupakan faktor dalam kerja yang hanya akan berpengaruh bila ia tidak

ada yang akan menyebabkan ketidakpuasan Ketidakhadiran faktor ini dapat mencegah

timbulnya motivasi tetapi ia tidak menyebabkan munculnya motivasi faktor ini disebut

juga factor ekstrinsik yang termasuk diantaranya yaitu gaji status keamanan kerja

kondisi kerja kebijaksanaan organisasi hubungan dengan rekan kerja dan supervisi

Ketika sebuah organisasi menargetkan kinerja yang lebih tinggi tentunya organisasi

tersebut perlu memastikan terlebih dahulu bahwa factor hygiene tidak menjadi

penghalang dalam upaya menghadirkan motivasi intrinsik

Faktor yang kedua adalah faktor motivator sesungguhnya yang mana ketiadaannya

bukan berarti ketidakpuasan tetapi kehadirannya menimbulkan rasa puas sebagai

manusia Faktor ini disebut juga faktor intrinsik dalam pekerjaan yang meliputi

pencapaian suksesachievement pengakuanrecognition kemungkinan untuk meningkat

dalam jabatan (Karier)advancement tanggung jawabresponsibility kemungkinan

berkembanggrowth possibilities dan pekerjaan itu sendirithe work itself (Herzberg

12

dalam Anoraga 1992) Hal-hal ini sangat diperlukan dalam meningkatkan performa kerja

dan menggerakkan pekerja hingga mencapai performa yang tertinggi

IIB ORGANIZATION-BASED SELF-ESTEEM

IIB1 Pengertian Organization-Based Self-esteem

Secara sederhana self-esteem diartikan sebagai proses evaluasi diri seseorang baik dalam

cara yang positif maupun negatif (Greenberg 2005)

Hogg amp Vaughan (2002) mendefinisikan self-esteem sebagai evaluasi dan perasaan

tentang diri pribadi

Kreitner amp Kinicki (2000) mendefinisikan istilah self-esteem sebagai suatu keyakinan

nilai diri sendiri yang didasarkan pada evaluasi diri secara keseluruhan

Rosenberg (dalam Kernis 1995) dan para ahli lainnya telah membandingkan self-esteem

dengan sikap dan menemukan bahwa self-esteem memiliki komponen afektif dan

kognitif Komponen kognitif mengacu pada keyakinan individu tentang keberhargaan

dirinya

Tory Higgins (dalam Deaux Dane Wrightsman 1993) mengajukan dua tipe diri

potensial yang menempati konsep diri kita yaitu Ideal-Self dan Ought- Self Ideal-self

mengacu kepada konsep diri yang ingin dicapai individu sedangkan ought-self adalah

konsep diri yang sebenarnya hadir Ketika kesenjangan antara ideal-self dan ought-self

ini terlalu besar maka akan timbullah perasaan yang tidak menyenangkan suatu kondisi

yang dihindari oleh setiap orang Setiap orang selalu berusaha memperoleh perasaan

yang menyenangkan tentang dirinya Biasanya tuntutan perasaan positif ini

menimbulkan over-estimasi terhadap evaluasi mengenai nilai-nilai baik seseorang

13

kemampuannya dalam mengatasi situasi atau kejadian atau terlalu optimis Memiliki

penilaian yang akurat tentang diri memang penting tetapi sepertinya tidak lebih penting

daripada perasaan positif seseorang tentang dirinya (Hogg amp Vaughan 2002)

Gambaran diri yang positif dan self-esteem yang berhubungan dengannya merupakan

tujuan penting untuk kebanyakan orang setiap waktu Hal ini menunjukkan temuan

Rosenberg mengenai komponen afektif pada self-esteem Harga diri yang tinggi baik

yang realistis maupun yang tidak merupakan suatu hal yang menyenangkan dan

karenanya banyak ahli menganggapnya sebagai tujuan manusia yang utama (Rosenberg

dalam Deaux Dane Wrightsman 1993) Kita cenderung menduga bahwa unsur self-

esteem yang tinggi akan menghasilkan perilaku positif yang menandakan individu yang

sehat secara psikologis Tetapi banyak studi yang menemukan bahwa tidak selamanya

selfesteem yang tinggi menghasilkan individu yang percaya diri dan tidak menampilkan

sikap permusuhan Baumeister (dalam Hogg amp Vaughan 2002) menemukan perilaku

kekerasan yang dapat dikaitkan dengan harga diri yang tinggi dimana ketika individu

yang memiliki gambaran diri yang menyenangkan merasa terancam individu tersebut

cenderung akan menampilkan sikap agresif

Kernis (dalam Hogg amp Vaughan 2002) juga menemukan individu yang arogan angkuh

dan terlalu asertif diantara orang-orang dengan harga diri yang tinggi

Rhodewalt (dalam Hogg amp Vaughan 2002) menemukan individu yang pada dasarnya

memiliki harga diri tinggi yang mudah hilang dikenal dengan individu narsistik Harga

diri yang rendah tidak selamanya juga memiliki konsekuensi negatif

Baumeister (dalam Kernis 1995) menemukan individu yang self-esteemnya rendah

menampilkan karakter tidak pasti namun netral daripada karakter negatif

Swann Pelham amp Krull (dalam Kernis 1995) menemukan individu dengan selfesteem

rendah memiliki strategi pertahanan diri tertentu yang cenderung berorientasi pada

peningkatan diri Untuk dapat menjelaskan fenomena yang beragam terkait dengan

14

harga diri yang tinggi dan rendah seperti yang telah dibahas diatas Deci amp Ryan (dalam

Kernis 1995) mengajukan dua jenis harga diri yaitu contingent self-esteem dan true self-

esteem Contingent self-esteem mengacu pada perasaan tentang diri seseorang yang

dihasilkan oleh ndash dan bergantung pada ndash pencapaian harapan seseorang Misalnya

seseorang merasa dirinya adalah orang yang baik dan berharga jika ia berhasil

menyelesaikan suatu tugas Jika ia terus dapatn menyelesaikan tugas berikutnya yang

serupa maka ia akan terus memiliki harga diri yang tinggi Artinya harga diri ini bersifat

labil dan hanya berpusat pada kepentingan pribadi True self-esteem bersifat lebih stabil

didasari oleh perasaan yang kuat tentang diri pribadi Individu dengan true self-esteem

yang tinggi juga memiliki tujuan dan aspirasi dan akan merasa senang bila tujuannya

tercapai atau sedih bila tidak tercapai Tetapi perasaan mereka sebagai manusia yang

berharga tidak berfluktuasi bergantung pada pencapaian sehingga mereka tidak merasa

superior ketika berhasil ataupun tertekan ketika gagal

Berdasarkan penulisan Baumeister (dalam Hogg amp Vaughan 2002) secara umum

individu dengan karakteristik self-esteem yang tinggi memiliki ciri-ciri

1 Gigih dan ulet dalam menghadapi masa depan

2 Stabil secara emosi dan afektif

3 Kurang fleksibel dan kurang lunak

4 Tidak mudah dibujuk dan dipengaruhi

5 Bereaksi positif pada kehidupan yang menyenangkan dan sukses

6 Memiliki konsep diri yang stabil teliti dan konsisten

7 Berorientasi motivasi pada peningkatan diri

Sedangkan individu dengan self-esteem rendah memiliki ciri-ciri

1 Mudah terluka pada tekanan yang ditemui sehari-hari

2 Mudah berubah dalam afeksi dan suasana hati

3 Fleksibel dan lunak

4 Mudah dibujuk dan dipengaruhi

5 Menginginkan kesuksesan dan persetujuan tetapi ragu-ragu akan memperolehnya

6 Bereaksi negatif terhadap kehidupan yang menyenangkan dan sukses

15

7 Memiliki konsep diri yang sederhana dan tidak stabil

8 Orientasi motivasi pada perlindungan diri

Terdapat beberapa tipe self-esteem yang telah dibahas para ahli diantaranya global self-

esteem yaitu persepsi individu mengenai keberhargaan dirinya secara keseluruhan

Kemudian dikenal juga role-based self-esteem yaitu harga diri dikaitkan dengan

peranan atau posisi seseorang Ada juga task-based self-esteem yaitu harga diri yang

dikaitkan dengan keberhasilan seseorang dalam menyelesaikan tugas Self-esteem sangat

berhubungan dengan identitas sosial seseorang (Hogg amp Vaughan 2002)

Identitas sosial adalah bagian dari konsep diri yang berasal dari keanggotaan individu

dalam kelompok sosial Ketika individu mengevaluasi dirinya ia dipengaruhi oleh

prestise dan status dalam suatu kelompok masyarakat yang dipersepsikannya juga

melekat pada dirinya jika ia menganggap dirinya bagian dari atau berorientasi kepada

kelompok masyarakat tertentu Penilaian ini juga akan dibandingkan dengan kelompok

diluar kelompok masyarakat yang dipersepsikannya sebagai kelompoknya Organisasi

adalah suatu kelompok masyarakat yang tentunya dapat memberikan pengaruh bagi

seseorang dalam menilai dirinya Menjadi bagian dari suatu organisasi maka individu

harus tunduk pada aturan kebiasaan norma serta menyesuaikan diri dengan budaya dan

iklim organisasi Organisasi memiliki tujuan dan cita-cita yang menjiwai setiap aspek

kehidupan organisasi sehingga secara otomatis mempengaruhi setiap individu yang ada

di dalamnya Dari pemahaman ini muncullah kajian tentang harga diri dalam konteks

organisasi Nilai yang dimiliki oleh seorang individu atas dirinya sebagai anggota

organisasi yang bertindak dalam konteks organisasi disebut harga diri berbasis

organisasi atau Organization-based Self-esteem yang disingkat dengan OBSE (Kreitner

amp Kinicki 2000) Dalam konteks organisasi pengaruh self-esteem yang cukup

signifikan telah terlihat melalui berbagai penemuan Misalnya individu yang memiliki

self-esteem yang tinggi cenderung lebih sukses dalam upaya menemukan pekerjaan

sedangkan individu dengan self-esteem yang rendah bila dipekerjakan akan lebih

tertarik pada organisasi yang besar dimana posisi mereka tidak terlalu diperhatikan

Pekerja dengan self-esteem yang tinggi cenderung secara aktif berusaha menemukan

16

materi yang dibutuhkan untuk mengatasi masalah pekerjaan dan menggunakan

kemampuan serta keahlian mereka secara penuh sehingga hasil kerjanya lebih maksimal

Cukup menarik untuk diperhatikan bahwa individu dengan self-esteem rendah

kelihatannya sadar dengan kemungkinan mereka memberikan hasil yang buruk Mereka

cenderung menilai dirinya secara negatif (khususnya ketika penilaian terhadap performa

mereka ambigu) dan pada dasarnya bertanggungjawab terhadap hasil buruk tersebut

(Greenberg 2005)

IIB2 Aspek-aspek Organization-based Self-esteem

Dalam konteks organisasi penilaian seseorang terhadap dirinya terkait dengan

bagaimana kondisi organisasi secara struktural kerumitan pekerjaan yang dihadapinya

serta adanya penghargaan dari pihak managerial OBSE cenderung meningkat ketika

individu mempersepsikan bahwa atasan mereka memiliki suatu kepedulian pada mereka

Nilainya juga lebih tinggi pada organisasi dengan struktur yang organik (fleksibel)

daripada yang kaku (Birokratis) Pekerjaan yang rumit dan menantang juga mendorong

OBSE yang lebih tinggi daripada pekerjaan yang sederhana berulang-ulang serta

membosankan Dan faktor-faktor ini juga berhubungan dengan motivasi untuk tugas

yang lebih besar (Kreitner amp Kinicki 2000)

Tan Kim Sek (2003) menemukan bahwa metode sosialisasi yang efektif dapat

meningkatkan kompetensi pekerja dalam menyelesaikan tugasnya terkait dengan

peranannya dalam organisasi yang akan meningkatkan OBSE-nya Dalam konteks

penulisan ini taktik sosialisasi yang digunakan adalah perencanaan pengembangan

karier interaksi yang positif dengan rekan kerja dan interaksi positif dengan pendatang

baru di organisasi Gardner Dyne amp Pierce (2004) menemukan bahwa tingkatan gaji

turut mempengaruhi rasa berharga seorang individu sebagai anggota organisasi

sehingga mereka menyarankan organisasi mempertimbangkan sistem penggajian

berbasis kompetensi Namun mereka juga mengindikasikan bahwa sistem penggajian

berbasis kompetensi tetap memiliki resiko dimana individu dengan tingkat gaji yang

lebih rendah dapat menganggap dirinya kurang berkompeten sehingga berpeluang

menjatuhkan self-esteemnya

17

Dalam studi replikasinya Tang amp Gilbert (1992) menemukan bahwa OBSE

berhubungan dengan global self-esteem need for achievement organizational

citizenship komitmen organisasi motivasi untuk meningkatkan potensi dan pendidikan

Status subyek dalam organisasi tidak berhubungan dengan OBSE Intinya penemuan

mereka menampilkan hubungan antara OBSE dengan banyak variabel yang bernilai

intrinsik tentang perasaan subyektif pekerja dalam

organisasi

Kreitner amp Kinicki (2000) menyebutkan ciri-ciri individu dengan nilai OBSE yang tinggi

cenderung memandang diri mereka sendiri sebagai seorang yang penting berharga

berpengaruh dan berarti dalam konteks organisasi yang mempekerjakannya Untuk itu

mereka menyarankan agar organisasi melakukan upaya untuk membangun self-esteem

karyawan yaitu dengan

1 Mendukung dan menunjukkan kepedulian pada persoalan kepentingan status

dan kontribusi individu

2 Menawarkan pekerjaan yang memiliki variasi otonomi dan tantangan yang sesuai

dengan nilai-nilai keahlian dan kemampuan individu

3 Berjuang untuk membangun ikatan antara karyawan dan manajemen didasari

kepercayaan

4 Menunjukkan keyakinan terhadap kemampuan pengendalian pribadi dan

memberi penghargaan pada keberhasilan

Greenberg (2005) juga memiliki empat point penting yang disarankannya untuk

meningkatkan self-esteem individu dalam organisasi yaitu

1 Buatlah orang merasa berharga ciptakan kesempatan bagi individu untuk merasa

diterima dengan mencari cara untuk memanfaatkan pengalaman dan keahlian

unik mereka

2 Buatlah orang merasa kompeten kenali hal-hal baik yang dilakukan individu dan

pujilah mereka sesuai dengan hal itu

18

3 Buatlah orang merasa aman harga diri karyawan akan lebih meningkat ketika

harapan para manager tersampaikan dengan jelas dan terangterangan pada

mereka

4 Buatlah orang merasa mendapatkan wewenang individu diberikan kesempatan

untuk memutuskan bagaimana mereka akan menyelesaikan pekerjaan yang

menurut mereka baik bagi mereka dan pekerjaannya

Dari berbagai penulisan dan pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa OBSE

memiliki beberapa aspek (Kreitner amp Kinicki 2000 Greenberg 2005) yaitu

1 merasa diterima dalam organisasi

2 merasa aman dalam organisasi

3 merasa berkompeten dalam organisasi

4 merasa berpengaruh dalam organisasi

5 merasa penting bagi organisasi

6 rasa berharga bagi organisasi

7 merasa berkembang dalam organisasi

Aspek-aspek inilah yang akan menjadi indikator OBSE dalam penulisan ini

IICEtos Kerja dalam Islam

Menurut Ahmad (200116) Islam adalah agama yang menghargai kerja keras Kenyataan

ini dapat terlihat dari serangkaian firman Allah dalam Al- Quran yang sangat

menekankan arti penting diantaranya

Dan katakanlah Bekerjalah kamu maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang

mukmin akan melihat pekerjaanmu itu dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah)

Yang mengetahui akan yang gaib dan yang nyata lalu diberitakan-Nya kepada kamu

apa yang telah kamu kerjakan (QS At-Taubah 9 105)

19

ldquo Katakanlah Hai kaumku berbuatlah sepenuh kemampuanmu sesungguhnya akupun

berbuat (pula) Kelak kamu akan mengetahui siapakah (diantara kita) yang akan

memperoleh hasil yang baik dari dunia ini Sesungguhnya orang yang dzalim itu tidak

akan mendapat keberuntunganrdquo QS Al Anrsquoam (6) 135

IIC1Konsep Kerja dalam Islam

Kemuliaan seorang manusia itu bergantung kepada apa yang dilakukannya Dengan itu

sesuatu amalan atau pekerjaan yang mendekatkan seseorang kepada Allah adalah sangat

penting serta patut untuk diberi perhatian Amalan atau pekerjaan yang demikian selain

memperoleh keberkahan serta kesenangan dunia juga ada yang lebih penting yaitu

merupakan jalan atau tiket dalam menentukan tahap kehidupan seseorang di akhirat

kelak apakah masuk golongan ahli syurga atau sebaliknya Istilah lsquokerjarsquo dalam Islam

bukanlah semata-mata merujuk kepada mencari rezeki untuk menghidupi diri dan

keluarga dengan menghabiskan waktu siang maupun malam dari pagi hingga sore terus

menerus tak kenal lelah tetapi kerja mencakup segala bentuk amalan atau pekerjaan

yang mempunyai unsur kebaikan dan keberkahan bagi diri keluarga dan masyarakat

sekelilingnya serta negara Dengan kata lain orang yang berkerja adalah mereka yang

menyumbangkan jiwa dan tenaganya untuk kebaikan diri keluarga masyarakat dan

negara tanpa menyusahkan orang lain Oleh karena itu kategori ahli Syurga seperti yang

digambarkan dalam Al-Qurrsquoan bukanlah orang yang mempunyai pekerjaanjabatan yang

tinggi dalam suatu perusahaaninstansi sebagai manajer direktur teknisi dalam suatu

bengkel dan sebagainya Tetapi sebaliknya Al-Quran menggariskan golongan yang baik

lagi beruntung (al-falah) itu adalah orang yang banyak taqwa kepada Allah khusyu

sholatnya baik tutur katanya memelihara pandangan dan kemaluannya serta

menunaikan tanggung jawab sosialnya seperti mengeluarkan zakat dan lainnya (QS Al

Mursquominun 1 ndash 11)

Golongan ini mungkin terdiri dari pegawai supir tukang sapu ataupun seorang yang

tidak mempunyai pekerjaan tetap Sifat-sifat di ataslah sebenarnya yang menjamin

20

kebaikan dan kedudukan seseorang di dunia dan di akhirat kelak Jika membaca hadits-

hadits Rasulullah SAW tentang ciri-ciri manusia yang baik di sisi Allah maka tidak

heran bahwa diantara mereka itu ada golongan yang memberi minum anjing kelaparan

mereka yang memelihara mata telinga dan lidah dari perkara yang tidak berguna tanpa

melakukan amalan sunnah yang banyak dan seumpamanyaDalam satu hadits yang

diriwayatkan oleh Umar ra berbunyi rsquoBahwa setiap amal itu bergantung pada niat

dan setiap individu itu dihitung berdasarkan apa yang diniatkannya helliprsquo

Dalam riwayat lain Rasulullah SAW bersabda lsquo Binasalah orang-orang Islam kecuali

mereka yang berilmu Maka binasalah golongan berilmu kecuali mereka yang beramal

dengan ilmu mereka Dan binasalah golongan yang beramal dengan ilmu mereka

kecuali mereka yang ikhlas Sesungguhnya golongan yang ikhlas ini juga masih dalam

keadaan bahaya yang amat besar helliprsquo Kedua hadist diatas sudah cukup menjelaskan

betapa niat yang disertai dengan keikhlasan itulah inti sebenarnya dalam kehidupan

dan pekerjaan manusia Alangkah baiknya kalau umat Islam hari ini dapat bergerak dan

bekerja dengan tekun dan mempunyai tujuan yang satu yaitu lsquomardatillahrsquo (keridhaan

Allah) itulah yang dicari dalam semua urusan Dari situlah akan lahir nilai keberkahan

yang sebenarnya dalam kehidupan yang penuh dengan curahan rahmat dan nikmat yang

banyak dari Allah Inilah golongan yang diistilahkan sebagai golongan yang tenang

dalam ibadah ridha dengan kehidupan yang ditempuh serta optimis dengan janji-janji

Allah

IIC2Meneladani Etos Kerja Rasulullah SAW

Rasulullah SAW menjadikan kerja sebagai aktualisasi keimanan dan ketakwaan Rasul

bekerja bukan untuk menumpuk kekayaan duniawi Beliau bekerja untuk meraih

keridaan Allah SWT

Suatu hari Rasulullah SAW berjumpa dengan Saad bin Muadz Al-Anshari Ketika itu

Rasul melihat tangan Saad melepuh kulitnya gosong kehitam-hitaman seperti

terpanggang matahari Kenapa tanganmu tanya Rasul kepada Saad Wahai

21

Rasulullah jawab Saad Tanganku seperti ini karena aku mengolah tanah dengan

cangkul itu untuk mencari nafkah keluarga yang menjadi tanggunganku Seketika itu

beliau mengambil tangan Saad dan menciumnya seraya berkata Inilah tangan yang

tidak akan pernah disentuh api neraka

Dalam kisah lain disebutkan bahwa ada seseorang yang berjalan melalui tempat

Rasulullah SAW Orang tersebut sedang bekerja dengan sangat giat dan tangkas Para

sahabat kemudian bertanya Wahai Rasulullah andaikata bekerja semacam orang itu

dapat digolongkan jihad fi sabilillah maka alangkah baiknya Mendengar itu Rasul pun

menjawab Kalau ia bekerja untuk menghidupi anak-anaknya yang masih kecil itu

adalah fi sabilillah kalau ia bekerja untuk menghidupi kedua orangtuanya yang sudah

lanjut usia itu adalah fi sabilillah kalau ia bekerja untuk kepentingan dirinya sendiri

agar tidak meminta-minta itu juga fi sabilillah (HR Ath- Thabrani)

Bekerja adalah manifestasi amal saleh Bila kerja itu amal saleh maka kerja adalah

ibadah Dan bila kerja itu ibadah maka kehidupan manusia tidak bisa dilepaskan dari

kerja Bukankah Allah SWT menciptakan manusia untuk beribadah kepada-Nya

Tidak berlebihan bila keberadaan seorang manusia ditentukan oleh aktivitas kerjanya

Allah SWT berfirman

Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib manusia sebelum mereka mengubah

apa yang ada pada dirinya (QS Ar-Rad [13] 11) Dalam ayat lain diungkapkan pula

ldquodan bahwasannya seorang manusia tidak akan memperoleh selain apa yang telah

diusahakannyardquo (QS Al- Najm [53] 39)

Kisah di awal menggambarkan betapa besarnya penghargaan Rasulullah SAW terhadap

kerja Kerja apapun itu selama tidak menyimpang dari aturan yang ditetapkan agama

Demikian besarnya penghargaan beliau sampaisampai dalam kisah pertama manusia

teragung ini rela mencium tangan Saad bin Muadz Al-Anshari yang melepuh lagi

gosong Rasulullah SAW dalam dua kisah tersebut memberikan motivasi pada umatnya

bahwa bekerja adalah perbuatan mulia dan termasuk bagian dari jihad Rasulullah SAW

adalah sosok yang selalu berbuat sebelum beliau memerintahkan para sahabat untuk

melakukannya Hal ini sesuai dengan tugas beliau sebagai ushwatun hasanah teladan

yang baik bagi seluruh manusia Maka saat kita berbicara tentang etos kerja islami maka

22

beliaulah orang yang paling pantas menjadi rujukan Dan berbicara tentang etos kerja

Rasulullah SAW sama artinya dengan berbicara bagaimana beliau menjalankan peran-

peran dalam hidupnya Ada lima peran penting yang diemban Rasulullah SAW yaitu

Pertama sebagai rasul Peran ini beliau jalani selama 23 tahun Dalam kurun waktu

tersebut beliau harus berdakwah menyebarkan Islam menerima menghapal

menyampaikan dan menjelaskan tak kurang dari 6666 ayat Alquran menjadi guru

(pembimbing) bagi para sahabat dan menjadi hakim yang memutuskan berbagai pelik

permasalahan umat-dari mulai pembunuhan sampai perceraian

Kedua sebagai kepala negara dan pemimpin sebuah masyarakat heterogen Tatkala

memegang posisi ini Rasulullah SAW harus menerima kunjungan diplomatik negara-

negara sahabat Rasul pun harus menata dan menciptakan sistem hukum yang mampu

menyatukan kaum Muslimin Nasrani dan Yahudi mengatur perekonomian dan

setumpuk masalah lainnya

Ketiga sebagai panglima perang Selama hidup tak kurang dari 28 kali Rasul

memimpin pertempuran melawan kafir Quraisy Sebagai panglima perang beliau harus

mengorganisasi lebih dari 53 pasukan kaveleri bersenjata Harus memikirkan strategi

perang persedian logistik keamanan transportasi kesehatan dan lainnya

Keempat sebagai kepala rumahtangga Dalam posisi ini Rasul harus mendidik

membahagiakan dan memenuhi tanggung jawab-lahir batin-terhadap para istri beliau

tujuh anak dan beberapa orang cucu Beliau dikenal sebagai sosok yang sangat

perhatian terhadap keluarganya Di tengah kesibukannya Rasul pun masih sempat

bercanda dan menjahit sendiri bajunya

Kelima sebagai seorang pebisnis Sejak usia 12 tahun pamannya Abu Thalib sudah

mengajaknya melakukan perjalanan bisnis ke Syam negeri yang saat ini meliputi Syria

Jordan dan Lebanon Dari usia 17 hingga sekitar 20 tahun adalah masa tersulit dalam

perjalanan bisnis Rasul karena beliau harus mandiri dan bersaing dengan pemain pemain

23

senior dalam perdagangan regional Usia 20 hingga 25 tahun merupakan titik keemasan

entrepreneurship Rasulullah SAW terbukti dengan terpikatnya konglomerat Mekah

Khadijah binti Khuwailid yang kemudian melamarnya menjadi suami Afzalurrahman

dalam bukunya Muhammad Sebagai Seorang Pedagang (2000 5-12) mencatat bahwa

Rasul pun sering terlibat dalam perjalanan bisnis ke berbagai negeri seperti Yaman

Oman dan Bahrain Dan beliau mulai mengurangi kegiatan bisnisnya ketika mencapai

usia 37 tahun

Adalah kenyataan bila Rasulullah SAW mampu menjalankan kelima perannya tersebut

dengan sempurna bahkan menjadi yang terbaik Tak heran bila para ilmuwan baik itu

yang Muslim maupun non-Muslim menempatkan beliau sebagai orang yang paling

berpengaruh paling pemberani paling bijaksana paling bermoral dan sejumlah paling

lainnya

IIC3Rahasia kesuksesan karier dan pekerjaan Rasulullah SAW

Pertama Rasul selalu bekerja dengan cara terbaik profesional dan tidak asal-asalan

Beliau bersabda Sesungguhnya Allah menginginkan jika salah seorang darimu bekerja

maka hendaklah meningkatkan kualitasnya

Kedua dalam bekerja Rasul melakukannya dengan manajemen yang baik perencanaan

yang jelas pentahapan aksi dan adanya penetapan skala prioritas

Ketiga Rasul tidak pernah menyia-nyiakan kesempatan sekecil apapun Barangsiapa

yang dibukakan pintu kebaikan hendaknya dia mampu memanfaatkannya karena ia

tidak tahu kapan ditutupkan kepadanya demikian beliau bersabda

Keempat dalam bekerja Rasul selalu memperhitungkan masa depan Beliau adalah

sosok yang visioner sehingga segala aktivitasnya benar-benar terarah dan terfokus

Kelima Rasul tidak pernah menangguhkan pekerjaan Beliau bekerja secara tuntas dan

berkualitas

Keenam Rasul bekerja secara berjamaah dengan mempersiapkan (membentuk) tim

yang solid yang percaya pada cita-cita bersama

24

Ketujuh Rasul adalah pribadi yang sangat menghargai waktu Tidak berlalu sedetik pun

waktu kecuali menjadi nilai tambah bagi diri dan umatnya Dan yang terakhir

Rasulullah SAW menjadikan kerja sebagai aktualisasi keimanan dan ketakwaan Rasul

bekerja bukan untuk menumpuk kekayaan duniawi Beliau bekerja untuk meraih

keridhaan Allah SWT Inilah kunci terpenting Semoga Allah SWT memberikan

kemampuan kepada kita untuk meneladani etos kerja Rasulullah SAW

25

BAB III

PEMBAHASAN

IIIA HUBUNGAN ANTARA ORGANIZATION-BASED SELF-ESTEEM

(OBSE) DAN ETOS KERJA

Untuk dapat meningkatkan Etos Kerja diperlukan adanya suatu sikap yang menilai

tinggi pada kerja keras dan sungguh-sungguh Karena itu perlu ditemukan suatu

dorongan yang tepat untuk memotivasi dan merubah sikap (Anoraga 1992) Seperti

yang sudah dipaparkan Anoraga sebelumnya bahwa motivasi merupakan kunci untuk

membangun Etos Kerja yang baik Motivasi kerja adalah sesuatu yang menimbulkan

semangat atau dorongan kerja kuat lemahnya motivasi kerja seseorang ikut menentukan

besar kecilnya prestasi seorang pekerja

Tujuan organisasi yang ditanamkan dalam visi misi filosofi dan mottoorganisasi

merupakan suatu nilai ideal yang harus dicapai individu Dengan proses yang tepat

organisasi berusaha menanamkan nilai-nilai ini pada para anggotanya

Nilai ideal yang dipersepsikan oleh anggota akan mempengaruhi penilaiannya terhadap

dirinya sehingga membentuk OBSE-nya Nilai-nilai ini ditanamkan oleh organisasi

dengan tujuan utama yaitu kinerja dan kualitas kerja yang meningkat

Kinerja dan kualitas kerja yang baik dapat dicapai dengan Etos Kerja yang baik maka

organisasi secara tidak langsung berusaha untuk meningkatkan Etos Kerja anggotanya

OBSE mempengaruhi beberapa aspek antara lain global self-esteemharga diri secara

keseluruhan kepuasan secara keseluruhan perilaku warga negara yang baik komitmen

dan kepuasan organisasi prestasi kerja dan terakhir adalah motivasi intrinsik (Kreitner

amp Kinicki 2000) Menurut Alderfer (dalam Siagian 1995) dengan teori motivasi ERG-

nya salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi adalah faktor R (Relatedness) yaitu

kebutuhan akan pemenuhan rasa puas dalam berhubungan dengan keluarga teman

atasan bawahan dan rekan sekerja dimana hal ini melibatkan unsur cinta dan self-

esteem Dengan meningkatnya self-esteem pekerja yang didasarkan pada keberadaannya

sebagai bagian dari organisasi maka motivasinya secara intrinsic dalam bekerja

meningkat Herzberg (dalam Anoraga 1992) yang melakukan studi mengenai motivasi

26

kerja menyatakan faktor intrinsik dalam bekerja yang meliputi pencapaian sukses

pengakuan kemungkinan untuk meningkat dalam jabatan (karier) tanggung jawab

kemungkinan berkembang dan pekerjaan itu sendiri Dapat dilihat bahwa faktor-faktor

intrinsik ini merupakan aspek-aspek yang akan tergambar pada OBSE Faktor pengakuan

dapat dilihat pada persepsi tentang seberapa berharga dan pentingnya individu dalam

organisasi apakah ia merasa diterima sebagai anggota organisasi dan merasa aman

sebagai bagian dari organisasi

Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat dilihat bagaimana OBSE mempengaruhi

motivasi intrinsik seseorang untuk bekerja Ketika OBSE meningkat motivasi intrinsik

seseorang dalam bekerja turut meningkat maka seharusnya Etos Kerjanya akan

meningkat juga Artinya kebutuhan organisasi untuk mencapai hasil dan kinerja

organisasi yang lebih baik dapat dicapai salah satunya melalui upaya meningkatkan

OBSE pekerjanya

Penelitian lain yang telah dilakukan mengenai OBSE yaitu penelitian Lanford Roe

Carson amp Carson (1997) pada teknisi unit gawat darurat Mereka menemukan

peningkatan OBSE berpeluang meningkatkan komitmen terhadap karier menurunkan

kecenderungan menarik diri dari tugas dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya

kualitas perlakuan Hal ini merupakan beberapa indikasi perilaku yang mencerminkan

Etos Kerja seperti yang dikatakan Sinamo (2005) yaitu bekerja dengan integritas

bekerja dengan penuh tanggung jawab bekerja dengan sempurna Secara umum dapat

dikatakan bahwa bila seseorang merasa berharga dalam organisasi dikarenakan berbagai

faktor ia akan cenderung memiliki motivasi yang lebih baik untuk mencapai tujuan

yang ditetapkan organisasi tersebut sehingga Etos Kerjanya akan lebih baik daripada

individu dengan OBSE-nya rendah

IIIA PENGARUH ETOS KERJA ISLAMI TERHADAP KINERJA SESEORANG

etos kerja islami yang didasarkan pada Al-Qurrsquoan dan Hadits agar produktivitas kerja

karyawan dapat menunjang perkembangan ekonomi ummat serta pengaruh kinerja yang

ditunjukkan oleh karyawan itu sendiri Setidaknya etos kerja itu bersumber dan

27

berkaitan langsung dengan nilai-nilai kejiwaan seseorang dan menunjukkan pula

pandangan hidup yang mendarah daging untuk dapat mengembangkan dirinya sehingga

etos kerja kerja menunjukkan pula sikap dan harapan seseorang Dan dengan sikap

seperti ini seseorang yang memiliki etos akan berusaha untuk memenuhi harapannya

tersebut Sebab Etos kerja juga mempunyai makna nilai moral dan pemberdayaan diri

yaitu suatu pandangan batin yang bersifat mendarah daging Seseorang akan merasakan

bahwa hanya dengan menghasilkan pekerjaan yang terbaik bahkan sempurna nilai-nilai

Islam yang diyakininya dapat diwujudkan

Dengan pengembangan kualitas yang ada dalam diri pribadi setiap manusia semua yang

dilaksanakan dapat terwujud sesuai nilai moral yang dimilikinya Karenanya etos kerja

bukanlah sekedar kepribadian atau sikap melainkan lebih mendalam lagi karena

didalamnya terdapat martabat harga diri dan jati diri dari seorang tersebut

Berkaitan dengan ini Ahmad (200117) menegaskan bahwa Islam tidak hanya

memerintahkan manusia hanya untuk sholat saja namun manusia juga diperintahkan

untuk mencari rezeki di bumi 1048755Apabila telah ditunaikan sholat maka bertebaranlah

kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah1048755Dan Allah adalah sebaik-baik Pemberi

Rezeki1048755 (QS Al Jumursquoah 10-11) Petikan-petikan ayat di atas sangatlah jelas

memperlihatkan pandangan Islam terhadap nilai kerja itu sendiri

Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Tasmara (200226) etos kerja islami menekankan

pada kerja sama dalam bekerja dan konsep konsultasi yang terlihat sebagai jalan untuk

mengatasi rintangan atau masalah dan menghindari kesalahan Hubungan sosial dalam

bekerja merupakan pendorong yang bertujuan untuk mempertemukan kebutuhan

seseorang dan membuat keseimbangan antara kebutuhan individu dan kehidupan sosial

Dan hal ini juga diperkuat dengan firman Allah SWT dalam surat Al

Jumursquoah 1048755Maka apabila telah ditunaikan sholat maka bertebaranlah kamu di muka

bumi dan carilah karunia Allah serta banyaklah ingat kepada Allah agar kamu

beruntung1048755 (QS Al Jumursquoah 10) Jadi dalam ayat tersebut tersirat pesan yaitu

hendaknya kita beribadah sebagaimana diwajibkan namun kita juga harus bekerja

mencari rezeki dari kemurahan Allah Bersama dengan itu kita senantiasa ingat kepada-

Nya Yakni memenuhi semua ketentuan etis dan akhlaq dalam bekerja yaitu dengan

28

menyadari pengawasan dan perhitungan Allah terhadap setiap bentuk kerja kita Semua

perilaku manusia didasari prinsip rahman dan rahim dengan kesadaran penuh sebagai

rahmatan lil 1048755alamin integritas yang sangat tinggi karena merasa dirinya dilihat oleh

Allah bukan karena atasan atau sekedar upah belaka dan jabatan hanya dilihat sebagai

amanah Allah (Agustian 200152) Sikap ini akan mendorong suatu kreativitas tanpa

henti untuk menciptakan mutu pelayanan dan produk yang lebih berkualitas yang

dipandang dalam etos kerja islami

29

BAB IV

KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari tulisan ini sebagai berikut

1 Sesuai dengan landasan teori yang telah dibahas sebelumnya dapat dikatakan

bahwa ketika Organisation-Based Self-Esteem (OBSE) seseorang meningkat

maka motivasinya untuk mencapai kinerja yang lebih baik di dalam organisasi

tersebut akan meningkat secara intrinsik (kreitner amp Kinicki 2000) sehingga

cara pandangnya terhadap nilai bekerja yang dikenal dengan konsep Etos Kerja

turut meningkat (Anoraga 1992)

2 Ketika nilai Organisation-Based Self-Esteem (OBSE) seorang individu rendah

belum tentu nilai Etos Kerjanya harus rendah pula karena selain faktor OBSE

masih terdapat faktor-faktor lain yang turut mempengaruhi Etos Kerja seseorang

seperti yang telah dijelaskan pada bab dua seperti agama pendidikan sosial

budaya struktur ekonomi dan sebagainya Kualitas beragama unsur sosial

budaya dan kondisi ekonomi misalnya dapat mempengaruhi cara pandang

seseorang terhadap nilai bekerja

3 etos kerja islami didasarkan pada Al-Qurrsquoan dan Hadits agar produktivitas kerja

karyawan dapat menunjang perkembangan ekonomi ummat serta pengaruh

kinerja yang ditunjukkan oleh karyawan itu sendiri Sehingga dapat terbentuk

etoskerja yang mempunyai makna nilai moral dan pemberdayaan diri

30

DAFTAR PUSTAKA

1

2

3

31

Page 12: Paper Etos Kerja 2

Pada penulisan Soewarso Rahardjo Subagyo dan Utomo (1995) disimpulkan juga

bahwa tinggi rendahnya Etos Kerja suatu masyarakat dipengaruhi oleh ada atau tidaknya

struktur ekonomi yang mampu memberikan insentif bagi anggota masyarakat untuk

bekerja keras dan menikmati hasil kerja keras mereka dengan penuh

g Motivasi Intrinsik individu

Anoraga (1992) mengatakan bahwa Individu yang akan memiliki Etos Kerja yang tinggi

adalah individu yang bermotivasi tinggi Etos Kerja merupakan suatu pandangan dan

sikap yang tentunya didasari oleh nilai-nilai yang diyakini seseorang Keyakinan inilah

yang menjadi suatu motivasi kerja Maka Etos Kerja juga dipengaruhi oleh motivasi

seseorang

Menurut Herzberg (dalam Siagian 1995) motivasi yang sesungguhnya bukan

bersumber dari luar diri tetapi yang tertanamterinternalisasi dalam diri sendiri yang

sering disebut dengan motivasi intrinsik Ia membagi factor pendorong manusia untuk

melakukan kerja ke dalam dua faktor yaitu factor hygiene dan faktor motivator Faktor

hygiene ini merupakan faktor dalam kerja yang hanya akan berpengaruh bila ia tidak

ada yang akan menyebabkan ketidakpuasan Ketidakhadiran faktor ini dapat mencegah

timbulnya motivasi tetapi ia tidak menyebabkan munculnya motivasi faktor ini disebut

juga factor ekstrinsik yang termasuk diantaranya yaitu gaji status keamanan kerja

kondisi kerja kebijaksanaan organisasi hubungan dengan rekan kerja dan supervisi

Ketika sebuah organisasi menargetkan kinerja yang lebih tinggi tentunya organisasi

tersebut perlu memastikan terlebih dahulu bahwa factor hygiene tidak menjadi

penghalang dalam upaya menghadirkan motivasi intrinsik

Faktor yang kedua adalah faktor motivator sesungguhnya yang mana ketiadaannya

bukan berarti ketidakpuasan tetapi kehadirannya menimbulkan rasa puas sebagai

manusia Faktor ini disebut juga faktor intrinsik dalam pekerjaan yang meliputi

pencapaian suksesachievement pengakuanrecognition kemungkinan untuk meningkat

dalam jabatan (Karier)advancement tanggung jawabresponsibility kemungkinan

berkembanggrowth possibilities dan pekerjaan itu sendirithe work itself (Herzberg

12

dalam Anoraga 1992) Hal-hal ini sangat diperlukan dalam meningkatkan performa kerja

dan menggerakkan pekerja hingga mencapai performa yang tertinggi

IIB ORGANIZATION-BASED SELF-ESTEEM

IIB1 Pengertian Organization-Based Self-esteem

Secara sederhana self-esteem diartikan sebagai proses evaluasi diri seseorang baik dalam

cara yang positif maupun negatif (Greenberg 2005)

Hogg amp Vaughan (2002) mendefinisikan self-esteem sebagai evaluasi dan perasaan

tentang diri pribadi

Kreitner amp Kinicki (2000) mendefinisikan istilah self-esteem sebagai suatu keyakinan

nilai diri sendiri yang didasarkan pada evaluasi diri secara keseluruhan

Rosenberg (dalam Kernis 1995) dan para ahli lainnya telah membandingkan self-esteem

dengan sikap dan menemukan bahwa self-esteem memiliki komponen afektif dan

kognitif Komponen kognitif mengacu pada keyakinan individu tentang keberhargaan

dirinya

Tory Higgins (dalam Deaux Dane Wrightsman 1993) mengajukan dua tipe diri

potensial yang menempati konsep diri kita yaitu Ideal-Self dan Ought- Self Ideal-self

mengacu kepada konsep diri yang ingin dicapai individu sedangkan ought-self adalah

konsep diri yang sebenarnya hadir Ketika kesenjangan antara ideal-self dan ought-self

ini terlalu besar maka akan timbullah perasaan yang tidak menyenangkan suatu kondisi

yang dihindari oleh setiap orang Setiap orang selalu berusaha memperoleh perasaan

yang menyenangkan tentang dirinya Biasanya tuntutan perasaan positif ini

menimbulkan over-estimasi terhadap evaluasi mengenai nilai-nilai baik seseorang

13

kemampuannya dalam mengatasi situasi atau kejadian atau terlalu optimis Memiliki

penilaian yang akurat tentang diri memang penting tetapi sepertinya tidak lebih penting

daripada perasaan positif seseorang tentang dirinya (Hogg amp Vaughan 2002)

Gambaran diri yang positif dan self-esteem yang berhubungan dengannya merupakan

tujuan penting untuk kebanyakan orang setiap waktu Hal ini menunjukkan temuan

Rosenberg mengenai komponen afektif pada self-esteem Harga diri yang tinggi baik

yang realistis maupun yang tidak merupakan suatu hal yang menyenangkan dan

karenanya banyak ahli menganggapnya sebagai tujuan manusia yang utama (Rosenberg

dalam Deaux Dane Wrightsman 1993) Kita cenderung menduga bahwa unsur self-

esteem yang tinggi akan menghasilkan perilaku positif yang menandakan individu yang

sehat secara psikologis Tetapi banyak studi yang menemukan bahwa tidak selamanya

selfesteem yang tinggi menghasilkan individu yang percaya diri dan tidak menampilkan

sikap permusuhan Baumeister (dalam Hogg amp Vaughan 2002) menemukan perilaku

kekerasan yang dapat dikaitkan dengan harga diri yang tinggi dimana ketika individu

yang memiliki gambaran diri yang menyenangkan merasa terancam individu tersebut

cenderung akan menampilkan sikap agresif

Kernis (dalam Hogg amp Vaughan 2002) juga menemukan individu yang arogan angkuh

dan terlalu asertif diantara orang-orang dengan harga diri yang tinggi

Rhodewalt (dalam Hogg amp Vaughan 2002) menemukan individu yang pada dasarnya

memiliki harga diri tinggi yang mudah hilang dikenal dengan individu narsistik Harga

diri yang rendah tidak selamanya juga memiliki konsekuensi negatif

Baumeister (dalam Kernis 1995) menemukan individu yang self-esteemnya rendah

menampilkan karakter tidak pasti namun netral daripada karakter negatif

Swann Pelham amp Krull (dalam Kernis 1995) menemukan individu dengan selfesteem

rendah memiliki strategi pertahanan diri tertentu yang cenderung berorientasi pada

peningkatan diri Untuk dapat menjelaskan fenomena yang beragam terkait dengan

14

harga diri yang tinggi dan rendah seperti yang telah dibahas diatas Deci amp Ryan (dalam

Kernis 1995) mengajukan dua jenis harga diri yaitu contingent self-esteem dan true self-

esteem Contingent self-esteem mengacu pada perasaan tentang diri seseorang yang

dihasilkan oleh ndash dan bergantung pada ndash pencapaian harapan seseorang Misalnya

seseorang merasa dirinya adalah orang yang baik dan berharga jika ia berhasil

menyelesaikan suatu tugas Jika ia terus dapatn menyelesaikan tugas berikutnya yang

serupa maka ia akan terus memiliki harga diri yang tinggi Artinya harga diri ini bersifat

labil dan hanya berpusat pada kepentingan pribadi True self-esteem bersifat lebih stabil

didasari oleh perasaan yang kuat tentang diri pribadi Individu dengan true self-esteem

yang tinggi juga memiliki tujuan dan aspirasi dan akan merasa senang bila tujuannya

tercapai atau sedih bila tidak tercapai Tetapi perasaan mereka sebagai manusia yang

berharga tidak berfluktuasi bergantung pada pencapaian sehingga mereka tidak merasa

superior ketika berhasil ataupun tertekan ketika gagal

Berdasarkan penulisan Baumeister (dalam Hogg amp Vaughan 2002) secara umum

individu dengan karakteristik self-esteem yang tinggi memiliki ciri-ciri

1 Gigih dan ulet dalam menghadapi masa depan

2 Stabil secara emosi dan afektif

3 Kurang fleksibel dan kurang lunak

4 Tidak mudah dibujuk dan dipengaruhi

5 Bereaksi positif pada kehidupan yang menyenangkan dan sukses

6 Memiliki konsep diri yang stabil teliti dan konsisten

7 Berorientasi motivasi pada peningkatan diri

Sedangkan individu dengan self-esteem rendah memiliki ciri-ciri

1 Mudah terluka pada tekanan yang ditemui sehari-hari

2 Mudah berubah dalam afeksi dan suasana hati

3 Fleksibel dan lunak

4 Mudah dibujuk dan dipengaruhi

5 Menginginkan kesuksesan dan persetujuan tetapi ragu-ragu akan memperolehnya

6 Bereaksi negatif terhadap kehidupan yang menyenangkan dan sukses

15

7 Memiliki konsep diri yang sederhana dan tidak stabil

8 Orientasi motivasi pada perlindungan diri

Terdapat beberapa tipe self-esteem yang telah dibahas para ahli diantaranya global self-

esteem yaitu persepsi individu mengenai keberhargaan dirinya secara keseluruhan

Kemudian dikenal juga role-based self-esteem yaitu harga diri dikaitkan dengan

peranan atau posisi seseorang Ada juga task-based self-esteem yaitu harga diri yang

dikaitkan dengan keberhasilan seseorang dalam menyelesaikan tugas Self-esteem sangat

berhubungan dengan identitas sosial seseorang (Hogg amp Vaughan 2002)

Identitas sosial adalah bagian dari konsep diri yang berasal dari keanggotaan individu

dalam kelompok sosial Ketika individu mengevaluasi dirinya ia dipengaruhi oleh

prestise dan status dalam suatu kelompok masyarakat yang dipersepsikannya juga

melekat pada dirinya jika ia menganggap dirinya bagian dari atau berorientasi kepada

kelompok masyarakat tertentu Penilaian ini juga akan dibandingkan dengan kelompok

diluar kelompok masyarakat yang dipersepsikannya sebagai kelompoknya Organisasi

adalah suatu kelompok masyarakat yang tentunya dapat memberikan pengaruh bagi

seseorang dalam menilai dirinya Menjadi bagian dari suatu organisasi maka individu

harus tunduk pada aturan kebiasaan norma serta menyesuaikan diri dengan budaya dan

iklim organisasi Organisasi memiliki tujuan dan cita-cita yang menjiwai setiap aspek

kehidupan organisasi sehingga secara otomatis mempengaruhi setiap individu yang ada

di dalamnya Dari pemahaman ini muncullah kajian tentang harga diri dalam konteks

organisasi Nilai yang dimiliki oleh seorang individu atas dirinya sebagai anggota

organisasi yang bertindak dalam konteks organisasi disebut harga diri berbasis

organisasi atau Organization-based Self-esteem yang disingkat dengan OBSE (Kreitner

amp Kinicki 2000) Dalam konteks organisasi pengaruh self-esteem yang cukup

signifikan telah terlihat melalui berbagai penemuan Misalnya individu yang memiliki

self-esteem yang tinggi cenderung lebih sukses dalam upaya menemukan pekerjaan

sedangkan individu dengan self-esteem yang rendah bila dipekerjakan akan lebih

tertarik pada organisasi yang besar dimana posisi mereka tidak terlalu diperhatikan

Pekerja dengan self-esteem yang tinggi cenderung secara aktif berusaha menemukan

16

materi yang dibutuhkan untuk mengatasi masalah pekerjaan dan menggunakan

kemampuan serta keahlian mereka secara penuh sehingga hasil kerjanya lebih maksimal

Cukup menarik untuk diperhatikan bahwa individu dengan self-esteem rendah

kelihatannya sadar dengan kemungkinan mereka memberikan hasil yang buruk Mereka

cenderung menilai dirinya secara negatif (khususnya ketika penilaian terhadap performa

mereka ambigu) dan pada dasarnya bertanggungjawab terhadap hasil buruk tersebut

(Greenberg 2005)

IIB2 Aspek-aspek Organization-based Self-esteem

Dalam konteks organisasi penilaian seseorang terhadap dirinya terkait dengan

bagaimana kondisi organisasi secara struktural kerumitan pekerjaan yang dihadapinya

serta adanya penghargaan dari pihak managerial OBSE cenderung meningkat ketika

individu mempersepsikan bahwa atasan mereka memiliki suatu kepedulian pada mereka

Nilainya juga lebih tinggi pada organisasi dengan struktur yang organik (fleksibel)

daripada yang kaku (Birokratis) Pekerjaan yang rumit dan menantang juga mendorong

OBSE yang lebih tinggi daripada pekerjaan yang sederhana berulang-ulang serta

membosankan Dan faktor-faktor ini juga berhubungan dengan motivasi untuk tugas

yang lebih besar (Kreitner amp Kinicki 2000)

Tan Kim Sek (2003) menemukan bahwa metode sosialisasi yang efektif dapat

meningkatkan kompetensi pekerja dalam menyelesaikan tugasnya terkait dengan

peranannya dalam organisasi yang akan meningkatkan OBSE-nya Dalam konteks

penulisan ini taktik sosialisasi yang digunakan adalah perencanaan pengembangan

karier interaksi yang positif dengan rekan kerja dan interaksi positif dengan pendatang

baru di organisasi Gardner Dyne amp Pierce (2004) menemukan bahwa tingkatan gaji

turut mempengaruhi rasa berharga seorang individu sebagai anggota organisasi

sehingga mereka menyarankan organisasi mempertimbangkan sistem penggajian

berbasis kompetensi Namun mereka juga mengindikasikan bahwa sistem penggajian

berbasis kompetensi tetap memiliki resiko dimana individu dengan tingkat gaji yang

lebih rendah dapat menganggap dirinya kurang berkompeten sehingga berpeluang

menjatuhkan self-esteemnya

17

Dalam studi replikasinya Tang amp Gilbert (1992) menemukan bahwa OBSE

berhubungan dengan global self-esteem need for achievement organizational

citizenship komitmen organisasi motivasi untuk meningkatkan potensi dan pendidikan

Status subyek dalam organisasi tidak berhubungan dengan OBSE Intinya penemuan

mereka menampilkan hubungan antara OBSE dengan banyak variabel yang bernilai

intrinsik tentang perasaan subyektif pekerja dalam

organisasi

Kreitner amp Kinicki (2000) menyebutkan ciri-ciri individu dengan nilai OBSE yang tinggi

cenderung memandang diri mereka sendiri sebagai seorang yang penting berharga

berpengaruh dan berarti dalam konteks organisasi yang mempekerjakannya Untuk itu

mereka menyarankan agar organisasi melakukan upaya untuk membangun self-esteem

karyawan yaitu dengan

1 Mendukung dan menunjukkan kepedulian pada persoalan kepentingan status

dan kontribusi individu

2 Menawarkan pekerjaan yang memiliki variasi otonomi dan tantangan yang sesuai

dengan nilai-nilai keahlian dan kemampuan individu

3 Berjuang untuk membangun ikatan antara karyawan dan manajemen didasari

kepercayaan

4 Menunjukkan keyakinan terhadap kemampuan pengendalian pribadi dan

memberi penghargaan pada keberhasilan

Greenberg (2005) juga memiliki empat point penting yang disarankannya untuk

meningkatkan self-esteem individu dalam organisasi yaitu

1 Buatlah orang merasa berharga ciptakan kesempatan bagi individu untuk merasa

diterima dengan mencari cara untuk memanfaatkan pengalaman dan keahlian

unik mereka

2 Buatlah orang merasa kompeten kenali hal-hal baik yang dilakukan individu dan

pujilah mereka sesuai dengan hal itu

18

3 Buatlah orang merasa aman harga diri karyawan akan lebih meningkat ketika

harapan para manager tersampaikan dengan jelas dan terangterangan pada

mereka

4 Buatlah orang merasa mendapatkan wewenang individu diberikan kesempatan

untuk memutuskan bagaimana mereka akan menyelesaikan pekerjaan yang

menurut mereka baik bagi mereka dan pekerjaannya

Dari berbagai penulisan dan pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa OBSE

memiliki beberapa aspek (Kreitner amp Kinicki 2000 Greenberg 2005) yaitu

1 merasa diterima dalam organisasi

2 merasa aman dalam organisasi

3 merasa berkompeten dalam organisasi

4 merasa berpengaruh dalam organisasi

5 merasa penting bagi organisasi

6 rasa berharga bagi organisasi

7 merasa berkembang dalam organisasi

Aspek-aspek inilah yang akan menjadi indikator OBSE dalam penulisan ini

IICEtos Kerja dalam Islam

Menurut Ahmad (200116) Islam adalah agama yang menghargai kerja keras Kenyataan

ini dapat terlihat dari serangkaian firman Allah dalam Al- Quran yang sangat

menekankan arti penting diantaranya

Dan katakanlah Bekerjalah kamu maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang

mukmin akan melihat pekerjaanmu itu dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah)

Yang mengetahui akan yang gaib dan yang nyata lalu diberitakan-Nya kepada kamu

apa yang telah kamu kerjakan (QS At-Taubah 9 105)

19

ldquo Katakanlah Hai kaumku berbuatlah sepenuh kemampuanmu sesungguhnya akupun

berbuat (pula) Kelak kamu akan mengetahui siapakah (diantara kita) yang akan

memperoleh hasil yang baik dari dunia ini Sesungguhnya orang yang dzalim itu tidak

akan mendapat keberuntunganrdquo QS Al Anrsquoam (6) 135

IIC1Konsep Kerja dalam Islam

Kemuliaan seorang manusia itu bergantung kepada apa yang dilakukannya Dengan itu

sesuatu amalan atau pekerjaan yang mendekatkan seseorang kepada Allah adalah sangat

penting serta patut untuk diberi perhatian Amalan atau pekerjaan yang demikian selain

memperoleh keberkahan serta kesenangan dunia juga ada yang lebih penting yaitu

merupakan jalan atau tiket dalam menentukan tahap kehidupan seseorang di akhirat

kelak apakah masuk golongan ahli syurga atau sebaliknya Istilah lsquokerjarsquo dalam Islam

bukanlah semata-mata merujuk kepada mencari rezeki untuk menghidupi diri dan

keluarga dengan menghabiskan waktu siang maupun malam dari pagi hingga sore terus

menerus tak kenal lelah tetapi kerja mencakup segala bentuk amalan atau pekerjaan

yang mempunyai unsur kebaikan dan keberkahan bagi diri keluarga dan masyarakat

sekelilingnya serta negara Dengan kata lain orang yang berkerja adalah mereka yang

menyumbangkan jiwa dan tenaganya untuk kebaikan diri keluarga masyarakat dan

negara tanpa menyusahkan orang lain Oleh karena itu kategori ahli Syurga seperti yang

digambarkan dalam Al-Qurrsquoan bukanlah orang yang mempunyai pekerjaanjabatan yang

tinggi dalam suatu perusahaaninstansi sebagai manajer direktur teknisi dalam suatu

bengkel dan sebagainya Tetapi sebaliknya Al-Quran menggariskan golongan yang baik

lagi beruntung (al-falah) itu adalah orang yang banyak taqwa kepada Allah khusyu

sholatnya baik tutur katanya memelihara pandangan dan kemaluannya serta

menunaikan tanggung jawab sosialnya seperti mengeluarkan zakat dan lainnya (QS Al

Mursquominun 1 ndash 11)

Golongan ini mungkin terdiri dari pegawai supir tukang sapu ataupun seorang yang

tidak mempunyai pekerjaan tetap Sifat-sifat di ataslah sebenarnya yang menjamin

20

kebaikan dan kedudukan seseorang di dunia dan di akhirat kelak Jika membaca hadits-

hadits Rasulullah SAW tentang ciri-ciri manusia yang baik di sisi Allah maka tidak

heran bahwa diantara mereka itu ada golongan yang memberi minum anjing kelaparan

mereka yang memelihara mata telinga dan lidah dari perkara yang tidak berguna tanpa

melakukan amalan sunnah yang banyak dan seumpamanyaDalam satu hadits yang

diriwayatkan oleh Umar ra berbunyi rsquoBahwa setiap amal itu bergantung pada niat

dan setiap individu itu dihitung berdasarkan apa yang diniatkannya helliprsquo

Dalam riwayat lain Rasulullah SAW bersabda lsquo Binasalah orang-orang Islam kecuali

mereka yang berilmu Maka binasalah golongan berilmu kecuali mereka yang beramal

dengan ilmu mereka Dan binasalah golongan yang beramal dengan ilmu mereka

kecuali mereka yang ikhlas Sesungguhnya golongan yang ikhlas ini juga masih dalam

keadaan bahaya yang amat besar helliprsquo Kedua hadist diatas sudah cukup menjelaskan

betapa niat yang disertai dengan keikhlasan itulah inti sebenarnya dalam kehidupan

dan pekerjaan manusia Alangkah baiknya kalau umat Islam hari ini dapat bergerak dan

bekerja dengan tekun dan mempunyai tujuan yang satu yaitu lsquomardatillahrsquo (keridhaan

Allah) itulah yang dicari dalam semua urusan Dari situlah akan lahir nilai keberkahan

yang sebenarnya dalam kehidupan yang penuh dengan curahan rahmat dan nikmat yang

banyak dari Allah Inilah golongan yang diistilahkan sebagai golongan yang tenang

dalam ibadah ridha dengan kehidupan yang ditempuh serta optimis dengan janji-janji

Allah

IIC2Meneladani Etos Kerja Rasulullah SAW

Rasulullah SAW menjadikan kerja sebagai aktualisasi keimanan dan ketakwaan Rasul

bekerja bukan untuk menumpuk kekayaan duniawi Beliau bekerja untuk meraih

keridaan Allah SWT

Suatu hari Rasulullah SAW berjumpa dengan Saad bin Muadz Al-Anshari Ketika itu

Rasul melihat tangan Saad melepuh kulitnya gosong kehitam-hitaman seperti

terpanggang matahari Kenapa tanganmu tanya Rasul kepada Saad Wahai

21

Rasulullah jawab Saad Tanganku seperti ini karena aku mengolah tanah dengan

cangkul itu untuk mencari nafkah keluarga yang menjadi tanggunganku Seketika itu

beliau mengambil tangan Saad dan menciumnya seraya berkata Inilah tangan yang

tidak akan pernah disentuh api neraka

Dalam kisah lain disebutkan bahwa ada seseorang yang berjalan melalui tempat

Rasulullah SAW Orang tersebut sedang bekerja dengan sangat giat dan tangkas Para

sahabat kemudian bertanya Wahai Rasulullah andaikata bekerja semacam orang itu

dapat digolongkan jihad fi sabilillah maka alangkah baiknya Mendengar itu Rasul pun

menjawab Kalau ia bekerja untuk menghidupi anak-anaknya yang masih kecil itu

adalah fi sabilillah kalau ia bekerja untuk menghidupi kedua orangtuanya yang sudah

lanjut usia itu adalah fi sabilillah kalau ia bekerja untuk kepentingan dirinya sendiri

agar tidak meminta-minta itu juga fi sabilillah (HR Ath- Thabrani)

Bekerja adalah manifestasi amal saleh Bila kerja itu amal saleh maka kerja adalah

ibadah Dan bila kerja itu ibadah maka kehidupan manusia tidak bisa dilepaskan dari

kerja Bukankah Allah SWT menciptakan manusia untuk beribadah kepada-Nya

Tidak berlebihan bila keberadaan seorang manusia ditentukan oleh aktivitas kerjanya

Allah SWT berfirman

Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib manusia sebelum mereka mengubah

apa yang ada pada dirinya (QS Ar-Rad [13] 11) Dalam ayat lain diungkapkan pula

ldquodan bahwasannya seorang manusia tidak akan memperoleh selain apa yang telah

diusahakannyardquo (QS Al- Najm [53] 39)

Kisah di awal menggambarkan betapa besarnya penghargaan Rasulullah SAW terhadap

kerja Kerja apapun itu selama tidak menyimpang dari aturan yang ditetapkan agama

Demikian besarnya penghargaan beliau sampaisampai dalam kisah pertama manusia

teragung ini rela mencium tangan Saad bin Muadz Al-Anshari yang melepuh lagi

gosong Rasulullah SAW dalam dua kisah tersebut memberikan motivasi pada umatnya

bahwa bekerja adalah perbuatan mulia dan termasuk bagian dari jihad Rasulullah SAW

adalah sosok yang selalu berbuat sebelum beliau memerintahkan para sahabat untuk

melakukannya Hal ini sesuai dengan tugas beliau sebagai ushwatun hasanah teladan

yang baik bagi seluruh manusia Maka saat kita berbicara tentang etos kerja islami maka

22

beliaulah orang yang paling pantas menjadi rujukan Dan berbicara tentang etos kerja

Rasulullah SAW sama artinya dengan berbicara bagaimana beliau menjalankan peran-

peran dalam hidupnya Ada lima peran penting yang diemban Rasulullah SAW yaitu

Pertama sebagai rasul Peran ini beliau jalani selama 23 tahun Dalam kurun waktu

tersebut beliau harus berdakwah menyebarkan Islam menerima menghapal

menyampaikan dan menjelaskan tak kurang dari 6666 ayat Alquran menjadi guru

(pembimbing) bagi para sahabat dan menjadi hakim yang memutuskan berbagai pelik

permasalahan umat-dari mulai pembunuhan sampai perceraian

Kedua sebagai kepala negara dan pemimpin sebuah masyarakat heterogen Tatkala

memegang posisi ini Rasulullah SAW harus menerima kunjungan diplomatik negara-

negara sahabat Rasul pun harus menata dan menciptakan sistem hukum yang mampu

menyatukan kaum Muslimin Nasrani dan Yahudi mengatur perekonomian dan

setumpuk masalah lainnya

Ketiga sebagai panglima perang Selama hidup tak kurang dari 28 kali Rasul

memimpin pertempuran melawan kafir Quraisy Sebagai panglima perang beliau harus

mengorganisasi lebih dari 53 pasukan kaveleri bersenjata Harus memikirkan strategi

perang persedian logistik keamanan transportasi kesehatan dan lainnya

Keempat sebagai kepala rumahtangga Dalam posisi ini Rasul harus mendidik

membahagiakan dan memenuhi tanggung jawab-lahir batin-terhadap para istri beliau

tujuh anak dan beberapa orang cucu Beliau dikenal sebagai sosok yang sangat

perhatian terhadap keluarganya Di tengah kesibukannya Rasul pun masih sempat

bercanda dan menjahit sendiri bajunya

Kelima sebagai seorang pebisnis Sejak usia 12 tahun pamannya Abu Thalib sudah

mengajaknya melakukan perjalanan bisnis ke Syam negeri yang saat ini meliputi Syria

Jordan dan Lebanon Dari usia 17 hingga sekitar 20 tahun adalah masa tersulit dalam

perjalanan bisnis Rasul karena beliau harus mandiri dan bersaing dengan pemain pemain

23

senior dalam perdagangan regional Usia 20 hingga 25 tahun merupakan titik keemasan

entrepreneurship Rasulullah SAW terbukti dengan terpikatnya konglomerat Mekah

Khadijah binti Khuwailid yang kemudian melamarnya menjadi suami Afzalurrahman

dalam bukunya Muhammad Sebagai Seorang Pedagang (2000 5-12) mencatat bahwa

Rasul pun sering terlibat dalam perjalanan bisnis ke berbagai negeri seperti Yaman

Oman dan Bahrain Dan beliau mulai mengurangi kegiatan bisnisnya ketika mencapai

usia 37 tahun

Adalah kenyataan bila Rasulullah SAW mampu menjalankan kelima perannya tersebut

dengan sempurna bahkan menjadi yang terbaik Tak heran bila para ilmuwan baik itu

yang Muslim maupun non-Muslim menempatkan beliau sebagai orang yang paling

berpengaruh paling pemberani paling bijaksana paling bermoral dan sejumlah paling

lainnya

IIC3Rahasia kesuksesan karier dan pekerjaan Rasulullah SAW

Pertama Rasul selalu bekerja dengan cara terbaik profesional dan tidak asal-asalan

Beliau bersabda Sesungguhnya Allah menginginkan jika salah seorang darimu bekerja

maka hendaklah meningkatkan kualitasnya

Kedua dalam bekerja Rasul melakukannya dengan manajemen yang baik perencanaan

yang jelas pentahapan aksi dan adanya penetapan skala prioritas

Ketiga Rasul tidak pernah menyia-nyiakan kesempatan sekecil apapun Barangsiapa

yang dibukakan pintu kebaikan hendaknya dia mampu memanfaatkannya karena ia

tidak tahu kapan ditutupkan kepadanya demikian beliau bersabda

Keempat dalam bekerja Rasul selalu memperhitungkan masa depan Beliau adalah

sosok yang visioner sehingga segala aktivitasnya benar-benar terarah dan terfokus

Kelima Rasul tidak pernah menangguhkan pekerjaan Beliau bekerja secara tuntas dan

berkualitas

Keenam Rasul bekerja secara berjamaah dengan mempersiapkan (membentuk) tim

yang solid yang percaya pada cita-cita bersama

24

Ketujuh Rasul adalah pribadi yang sangat menghargai waktu Tidak berlalu sedetik pun

waktu kecuali menjadi nilai tambah bagi diri dan umatnya Dan yang terakhir

Rasulullah SAW menjadikan kerja sebagai aktualisasi keimanan dan ketakwaan Rasul

bekerja bukan untuk menumpuk kekayaan duniawi Beliau bekerja untuk meraih

keridhaan Allah SWT Inilah kunci terpenting Semoga Allah SWT memberikan

kemampuan kepada kita untuk meneladani etos kerja Rasulullah SAW

25

BAB III

PEMBAHASAN

IIIA HUBUNGAN ANTARA ORGANIZATION-BASED SELF-ESTEEM

(OBSE) DAN ETOS KERJA

Untuk dapat meningkatkan Etos Kerja diperlukan adanya suatu sikap yang menilai

tinggi pada kerja keras dan sungguh-sungguh Karena itu perlu ditemukan suatu

dorongan yang tepat untuk memotivasi dan merubah sikap (Anoraga 1992) Seperti

yang sudah dipaparkan Anoraga sebelumnya bahwa motivasi merupakan kunci untuk

membangun Etos Kerja yang baik Motivasi kerja adalah sesuatu yang menimbulkan

semangat atau dorongan kerja kuat lemahnya motivasi kerja seseorang ikut menentukan

besar kecilnya prestasi seorang pekerja

Tujuan organisasi yang ditanamkan dalam visi misi filosofi dan mottoorganisasi

merupakan suatu nilai ideal yang harus dicapai individu Dengan proses yang tepat

organisasi berusaha menanamkan nilai-nilai ini pada para anggotanya

Nilai ideal yang dipersepsikan oleh anggota akan mempengaruhi penilaiannya terhadap

dirinya sehingga membentuk OBSE-nya Nilai-nilai ini ditanamkan oleh organisasi

dengan tujuan utama yaitu kinerja dan kualitas kerja yang meningkat

Kinerja dan kualitas kerja yang baik dapat dicapai dengan Etos Kerja yang baik maka

organisasi secara tidak langsung berusaha untuk meningkatkan Etos Kerja anggotanya

OBSE mempengaruhi beberapa aspek antara lain global self-esteemharga diri secara

keseluruhan kepuasan secara keseluruhan perilaku warga negara yang baik komitmen

dan kepuasan organisasi prestasi kerja dan terakhir adalah motivasi intrinsik (Kreitner

amp Kinicki 2000) Menurut Alderfer (dalam Siagian 1995) dengan teori motivasi ERG-

nya salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi adalah faktor R (Relatedness) yaitu

kebutuhan akan pemenuhan rasa puas dalam berhubungan dengan keluarga teman

atasan bawahan dan rekan sekerja dimana hal ini melibatkan unsur cinta dan self-

esteem Dengan meningkatnya self-esteem pekerja yang didasarkan pada keberadaannya

sebagai bagian dari organisasi maka motivasinya secara intrinsic dalam bekerja

meningkat Herzberg (dalam Anoraga 1992) yang melakukan studi mengenai motivasi

26

kerja menyatakan faktor intrinsik dalam bekerja yang meliputi pencapaian sukses

pengakuan kemungkinan untuk meningkat dalam jabatan (karier) tanggung jawab

kemungkinan berkembang dan pekerjaan itu sendiri Dapat dilihat bahwa faktor-faktor

intrinsik ini merupakan aspek-aspek yang akan tergambar pada OBSE Faktor pengakuan

dapat dilihat pada persepsi tentang seberapa berharga dan pentingnya individu dalam

organisasi apakah ia merasa diterima sebagai anggota organisasi dan merasa aman

sebagai bagian dari organisasi

Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat dilihat bagaimana OBSE mempengaruhi

motivasi intrinsik seseorang untuk bekerja Ketika OBSE meningkat motivasi intrinsik

seseorang dalam bekerja turut meningkat maka seharusnya Etos Kerjanya akan

meningkat juga Artinya kebutuhan organisasi untuk mencapai hasil dan kinerja

organisasi yang lebih baik dapat dicapai salah satunya melalui upaya meningkatkan

OBSE pekerjanya

Penelitian lain yang telah dilakukan mengenai OBSE yaitu penelitian Lanford Roe

Carson amp Carson (1997) pada teknisi unit gawat darurat Mereka menemukan

peningkatan OBSE berpeluang meningkatkan komitmen terhadap karier menurunkan

kecenderungan menarik diri dari tugas dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya

kualitas perlakuan Hal ini merupakan beberapa indikasi perilaku yang mencerminkan

Etos Kerja seperti yang dikatakan Sinamo (2005) yaitu bekerja dengan integritas

bekerja dengan penuh tanggung jawab bekerja dengan sempurna Secara umum dapat

dikatakan bahwa bila seseorang merasa berharga dalam organisasi dikarenakan berbagai

faktor ia akan cenderung memiliki motivasi yang lebih baik untuk mencapai tujuan

yang ditetapkan organisasi tersebut sehingga Etos Kerjanya akan lebih baik daripada

individu dengan OBSE-nya rendah

IIIA PENGARUH ETOS KERJA ISLAMI TERHADAP KINERJA SESEORANG

etos kerja islami yang didasarkan pada Al-Qurrsquoan dan Hadits agar produktivitas kerja

karyawan dapat menunjang perkembangan ekonomi ummat serta pengaruh kinerja yang

ditunjukkan oleh karyawan itu sendiri Setidaknya etos kerja itu bersumber dan

27

berkaitan langsung dengan nilai-nilai kejiwaan seseorang dan menunjukkan pula

pandangan hidup yang mendarah daging untuk dapat mengembangkan dirinya sehingga

etos kerja kerja menunjukkan pula sikap dan harapan seseorang Dan dengan sikap

seperti ini seseorang yang memiliki etos akan berusaha untuk memenuhi harapannya

tersebut Sebab Etos kerja juga mempunyai makna nilai moral dan pemberdayaan diri

yaitu suatu pandangan batin yang bersifat mendarah daging Seseorang akan merasakan

bahwa hanya dengan menghasilkan pekerjaan yang terbaik bahkan sempurna nilai-nilai

Islam yang diyakininya dapat diwujudkan

Dengan pengembangan kualitas yang ada dalam diri pribadi setiap manusia semua yang

dilaksanakan dapat terwujud sesuai nilai moral yang dimilikinya Karenanya etos kerja

bukanlah sekedar kepribadian atau sikap melainkan lebih mendalam lagi karena

didalamnya terdapat martabat harga diri dan jati diri dari seorang tersebut

Berkaitan dengan ini Ahmad (200117) menegaskan bahwa Islam tidak hanya

memerintahkan manusia hanya untuk sholat saja namun manusia juga diperintahkan

untuk mencari rezeki di bumi 1048755Apabila telah ditunaikan sholat maka bertebaranlah

kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah1048755Dan Allah adalah sebaik-baik Pemberi

Rezeki1048755 (QS Al Jumursquoah 10-11) Petikan-petikan ayat di atas sangatlah jelas

memperlihatkan pandangan Islam terhadap nilai kerja itu sendiri

Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Tasmara (200226) etos kerja islami menekankan

pada kerja sama dalam bekerja dan konsep konsultasi yang terlihat sebagai jalan untuk

mengatasi rintangan atau masalah dan menghindari kesalahan Hubungan sosial dalam

bekerja merupakan pendorong yang bertujuan untuk mempertemukan kebutuhan

seseorang dan membuat keseimbangan antara kebutuhan individu dan kehidupan sosial

Dan hal ini juga diperkuat dengan firman Allah SWT dalam surat Al

Jumursquoah 1048755Maka apabila telah ditunaikan sholat maka bertebaranlah kamu di muka

bumi dan carilah karunia Allah serta banyaklah ingat kepada Allah agar kamu

beruntung1048755 (QS Al Jumursquoah 10) Jadi dalam ayat tersebut tersirat pesan yaitu

hendaknya kita beribadah sebagaimana diwajibkan namun kita juga harus bekerja

mencari rezeki dari kemurahan Allah Bersama dengan itu kita senantiasa ingat kepada-

Nya Yakni memenuhi semua ketentuan etis dan akhlaq dalam bekerja yaitu dengan

28

menyadari pengawasan dan perhitungan Allah terhadap setiap bentuk kerja kita Semua

perilaku manusia didasari prinsip rahman dan rahim dengan kesadaran penuh sebagai

rahmatan lil 1048755alamin integritas yang sangat tinggi karena merasa dirinya dilihat oleh

Allah bukan karena atasan atau sekedar upah belaka dan jabatan hanya dilihat sebagai

amanah Allah (Agustian 200152) Sikap ini akan mendorong suatu kreativitas tanpa

henti untuk menciptakan mutu pelayanan dan produk yang lebih berkualitas yang

dipandang dalam etos kerja islami

29

BAB IV

KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari tulisan ini sebagai berikut

1 Sesuai dengan landasan teori yang telah dibahas sebelumnya dapat dikatakan

bahwa ketika Organisation-Based Self-Esteem (OBSE) seseorang meningkat

maka motivasinya untuk mencapai kinerja yang lebih baik di dalam organisasi

tersebut akan meningkat secara intrinsik (kreitner amp Kinicki 2000) sehingga

cara pandangnya terhadap nilai bekerja yang dikenal dengan konsep Etos Kerja

turut meningkat (Anoraga 1992)

2 Ketika nilai Organisation-Based Self-Esteem (OBSE) seorang individu rendah

belum tentu nilai Etos Kerjanya harus rendah pula karena selain faktor OBSE

masih terdapat faktor-faktor lain yang turut mempengaruhi Etos Kerja seseorang

seperti yang telah dijelaskan pada bab dua seperti agama pendidikan sosial

budaya struktur ekonomi dan sebagainya Kualitas beragama unsur sosial

budaya dan kondisi ekonomi misalnya dapat mempengaruhi cara pandang

seseorang terhadap nilai bekerja

3 etos kerja islami didasarkan pada Al-Qurrsquoan dan Hadits agar produktivitas kerja

karyawan dapat menunjang perkembangan ekonomi ummat serta pengaruh

kinerja yang ditunjukkan oleh karyawan itu sendiri Sehingga dapat terbentuk

etoskerja yang mempunyai makna nilai moral dan pemberdayaan diri

30

DAFTAR PUSTAKA

1

2

3

31

Page 13: Paper Etos Kerja 2

dalam Anoraga 1992) Hal-hal ini sangat diperlukan dalam meningkatkan performa kerja

dan menggerakkan pekerja hingga mencapai performa yang tertinggi

IIB ORGANIZATION-BASED SELF-ESTEEM

IIB1 Pengertian Organization-Based Self-esteem

Secara sederhana self-esteem diartikan sebagai proses evaluasi diri seseorang baik dalam

cara yang positif maupun negatif (Greenberg 2005)

Hogg amp Vaughan (2002) mendefinisikan self-esteem sebagai evaluasi dan perasaan

tentang diri pribadi

Kreitner amp Kinicki (2000) mendefinisikan istilah self-esteem sebagai suatu keyakinan

nilai diri sendiri yang didasarkan pada evaluasi diri secara keseluruhan

Rosenberg (dalam Kernis 1995) dan para ahli lainnya telah membandingkan self-esteem

dengan sikap dan menemukan bahwa self-esteem memiliki komponen afektif dan

kognitif Komponen kognitif mengacu pada keyakinan individu tentang keberhargaan

dirinya

Tory Higgins (dalam Deaux Dane Wrightsman 1993) mengajukan dua tipe diri

potensial yang menempati konsep diri kita yaitu Ideal-Self dan Ought- Self Ideal-self

mengacu kepada konsep diri yang ingin dicapai individu sedangkan ought-self adalah

konsep diri yang sebenarnya hadir Ketika kesenjangan antara ideal-self dan ought-self

ini terlalu besar maka akan timbullah perasaan yang tidak menyenangkan suatu kondisi

yang dihindari oleh setiap orang Setiap orang selalu berusaha memperoleh perasaan

yang menyenangkan tentang dirinya Biasanya tuntutan perasaan positif ini

menimbulkan over-estimasi terhadap evaluasi mengenai nilai-nilai baik seseorang

13

kemampuannya dalam mengatasi situasi atau kejadian atau terlalu optimis Memiliki

penilaian yang akurat tentang diri memang penting tetapi sepertinya tidak lebih penting

daripada perasaan positif seseorang tentang dirinya (Hogg amp Vaughan 2002)

Gambaran diri yang positif dan self-esteem yang berhubungan dengannya merupakan

tujuan penting untuk kebanyakan orang setiap waktu Hal ini menunjukkan temuan

Rosenberg mengenai komponen afektif pada self-esteem Harga diri yang tinggi baik

yang realistis maupun yang tidak merupakan suatu hal yang menyenangkan dan

karenanya banyak ahli menganggapnya sebagai tujuan manusia yang utama (Rosenberg

dalam Deaux Dane Wrightsman 1993) Kita cenderung menduga bahwa unsur self-

esteem yang tinggi akan menghasilkan perilaku positif yang menandakan individu yang

sehat secara psikologis Tetapi banyak studi yang menemukan bahwa tidak selamanya

selfesteem yang tinggi menghasilkan individu yang percaya diri dan tidak menampilkan

sikap permusuhan Baumeister (dalam Hogg amp Vaughan 2002) menemukan perilaku

kekerasan yang dapat dikaitkan dengan harga diri yang tinggi dimana ketika individu

yang memiliki gambaran diri yang menyenangkan merasa terancam individu tersebut

cenderung akan menampilkan sikap agresif

Kernis (dalam Hogg amp Vaughan 2002) juga menemukan individu yang arogan angkuh

dan terlalu asertif diantara orang-orang dengan harga diri yang tinggi

Rhodewalt (dalam Hogg amp Vaughan 2002) menemukan individu yang pada dasarnya

memiliki harga diri tinggi yang mudah hilang dikenal dengan individu narsistik Harga

diri yang rendah tidak selamanya juga memiliki konsekuensi negatif

Baumeister (dalam Kernis 1995) menemukan individu yang self-esteemnya rendah

menampilkan karakter tidak pasti namun netral daripada karakter negatif

Swann Pelham amp Krull (dalam Kernis 1995) menemukan individu dengan selfesteem

rendah memiliki strategi pertahanan diri tertentu yang cenderung berorientasi pada

peningkatan diri Untuk dapat menjelaskan fenomena yang beragam terkait dengan

14

harga diri yang tinggi dan rendah seperti yang telah dibahas diatas Deci amp Ryan (dalam

Kernis 1995) mengajukan dua jenis harga diri yaitu contingent self-esteem dan true self-

esteem Contingent self-esteem mengacu pada perasaan tentang diri seseorang yang

dihasilkan oleh ndash dan bergantung pada ndash pencapaian harapan seseorang Misalnya

seseorang merasa dirinya adalah orang yang baik dan berharga jika ia berhasil

menyelesaikan suatu tugas Jika ia terus dapatn menyelesaikan tugas berikutnya yang

serupa maka ia akan terus memiliki harga diri yang tinggi Artinya harga diri ini bersifat

labil dan hanya berpusat pada kepentingan pribadi True self-esteem bersifat lebih stabil

didasari oleh perasaan yang kuat tentang diri pribadi Individu dengan true self-esteem

yang tinggi juga memiliki tujuan dan aspirasi dan akan merasa senang bila tujuannya

tercapai atau sedih bila tidak tercapai Tetapi perasaan mereka sebagai manusia yang

berharga tidak berfluktuasi bergantung pada pencapaian sehingga mereka tidak merasa

superior ketika berhasil ataupun tertekan ketika gagal

Berdasarkan penulisan Baumeister (dalam Hogg amp Vaughan 2002) secara umum

individu dengan karakteristik self-esteem yang tinggi memiliki ciri-ciri

1 Gigih dan ulet dalam menghadapi masa depan

2 Stabil secara emosi dan afektif

3 Kurang fleksibel dan kurang lunak

4 Tidak mudah dibujuk dan dipengaruhi

5 Bereaksi positif pada kehidupan yang menyenangkan dan sukses

6 Memiliki konsep diri yang stabil teliti dan konsisten

7 Berorientasi motivasi pada peningkatan diri

Sedangkan individu dengan self-esteem rendah memiliki ciri-ciri

1 Mudah terluka pada tekanan yang ditemui sehari-hari

2 Mudah berubah dalam afeksi dan suasana hati

3 Fleksibel dan lunak

4 Mudah dibujuk dan dipengaruhi

5 Menginginkan kesuksesan dan persetujuan tetapi ragu-ragu akan memperolehnya

6 Bereaksi negatif terhadap kehidupan yang menyenangkan dan sukses

15

7 Memiliki konsep diri yang sederhana dan tidak stabil

8 Orientasi motivasi pada perlindungan diri

Terdapat beberapa tipe self-esteem yang telah dibahas para ahli diantaranya global self-

esteem yaitu persepsi individu mengenai keberhargaan dirinya secara keseluruhan

Kemudian dikenal juga role-based self-esteem yaitu harga diri dikaitkan dengan

peranan atau posisi seseorang Ada juga task-based self-esteem yaitu harga diri yang

dikaitkan dengan keberhasilan seseorang dalam menyelesaikan tugas Self-esteem sangat

berhubungan dengan identitas sosial seseorang (Hogg amp Vaughan 2002)

Identitas sosial adalah bagian dari konsep diri yang berasal dari keanggotaan individu

dalam kelompok sosial Ketika individu mengevaluasi dirinya ia dipengaruhi oleh

prestise dan status dalam suatu kelompok masyarakat yang dipersepsikannya juga

melekat pada dirinya jika ia menganggap dirinya bagian dari atau berorientasi kepada

kelompok masyarakat tertentu Penilaian ini juga akan dibandingkan dengan kelompok

diluar kelompok masyarakat yang dipersepsikannya sebagai kelompoknya Organisasi

adalah suatu kelompok masyarakat yang tentunya dapat memberikan pengaruh bagi

seseorang dalam menilai dirinya Menjadi bagian dari suatu organisasi maka individu

harus tunduk pada aturan kebiasaan norma serta menyesuaikan diri dengan budaya dan

iklim organisasi Organisasi memiliki tujuan dan cita-cita yang menjiwai setiap aspek

kehidupan organisasi sehingga secara otomatis mempengaruhi setiap individu yang ada

di dalamnya Dari pemahaman ini muncullah kajian tentang harga diri dalam konteks

organisasi Nilai yang dimiliki oleh seorang individu atas dirinya sebagai anggota

organisasi yang bertindak dalam konteks organisasi disebut harga diri berbasis

organisasi atau Organization-based Self-esteem yang disingkat dengan OBSE (Kreitner

amp Kinicki 2000) Dalam konteks organisasi pengaruh self-esteem yang cukup

signifikan telah terlihat melalui berbagai penemuan Misalnya individu yang memiliki

self-esteem yang tinggi cenderung lebih sukses dalam upaya menemukan pekerjaan

sedangkan individu dengan self-esteem yang rendah bila dipekerjakan akan lebih

tertarik pada organisasi yang besar dimana posisi mereka tidak terlalu diperhatikan

Pekerja dengan self-esteem yang tinggi cenderung secara aktif berusaha menemukan

16

materi yang dibutuhkan untuk mengatasi masalah pekerjaan dan menggunakan

kemampuan serta keahlian mereka secara penuh sehingga hasil kerjanya lebih maksimal

Cukup menarik untuk diperhatikan bahwa individu dengan self-esteem rendah

kelihatannya sadar dengan kemungkinan mereka memberikan hasil yang buruk Mereka

cenderung menilai dirinya secara negatif (khususnya ketika penilaian terhadap performa

mereka ambigu) dan pada dasarnya bertanggungjawab terhadap hasil buruk tersebut

(Greenberg 2005)

IIB2 Aspek-aspek Organization-based Self-esteem

Dalam konteks organisasi penilaian seseorang terhadap dirinya terkait dengan

bagaimana kondisi organisasi secara struktural kerumitan pekerjaan yang dihadapinya

serta adanya penghargaan dari pihak managerial OBSE cenderung meningkat ketika

individu mempersepsikan bahwa atasan mereka memiliki suatu kepedulian pada mereka

Nilainya juga lebih tinggi pada organisasi dengan struktur yang organik (fleksibel)

daripada yang kaku (Birokratis) Pekerjaan yang rumit dan menantang juga mendorong

OBSE yang lebih tinggi daripada pekerjaan yang sederhana berulang-ulang serta

membosankan Dan faktor-faktor ini juga berhubungan dengan motivasi untuk tugas

yang lebih besar (Kreitner amp Kinicki 2000)

Tan Kim Sek (2003) menemukan bahwa metode sosialisasi yang efektif dapat

meningkatkan kompetensi pekerja dalam menyelesaikan tugasnya terkait dengan

peranannya dalam organisasi yang akan meningkatkan OBSE-nya Dalam konteks

penulisan ini taktik sosialisasi yang digunakan adalah perencanaan pengembangan

karier interaksi yang positif dengan rekan kerja dan interaksi positif dengan pendatang

baru di organisasi Gardner Dyne amp Pierce (2004) menemukan bahwa tingkatan gaji

turut mempengaruhi rasa berharga seorang individu sebagai anggota organisasi

sehingga mereka menyarankan organisasi mempertimbangkan sistem penggajian

berbasis kompetensi Namun mereka juga mengindikasikan bahwa sistem penggajian

berbasis kompetensi tetap memiliki resiko dimana individu dengan tingkat gaji yang

lebih rendah dapat menganggap dirinya kurang berkompeten sehingga berpeluang

menjatuhkan self-esteemnya

17

Dalam studi replikasinya Tang amp Gilbert (1992) menemukan bahwa OBSE

berhubungan dengan global self-esteem need for achievement organizational

citizenship komitmen organisasi motivasi untuk meningkatkan potensi dan pendidikan

Status subyek dalam organisasi tidak berhubungan dengan OBSE Intinya penemuan

mereka menampilkan hubungan antara OBSE dengan banyak variabel yang bernilai

intrinsik tentang perasaan subyektif pekerja dalam

organisasi

Kreitner amp Kinicki (2000) menyebutkan ciri-ciri individu dengan nilai OBSE yang tinggi

cenderung memandang diri mereka sendiri sebagai seorang yang penting berharga

berpengaruh dan berarti dalam konteks organisasi yang mempekerjakannya Untuk itu

mereka menyarankan agar organisasi melakukan upaya untuk membangun self-esteem

karyawan yaitu dengan

1 Mendukung dan menunjukkan kepedulian pada persoalan kepentingan status

dan kontribusi individu

2 Menawarkan pekerjaan yang memiliki variasi otonomi dan tantangan yang sesuai

dengan nilai-nilai keahlian dan kemampuan individu

3 Berjuang untuk membangun ikatan antara karyawan dan manajemen didasari

kepercayaan

4 Menunjukkan keyakinan terhadap kemampuan pengendalian pribadi dan

memberi penghargaan pada keberhasilan

Greenberg (2005) juga memiliki empat point penting yang disarankannya untuk

meningkatkan self-esteem individu dalam organisasi yaitu

1 Buatlah orang merasa berharga ciptakan kesempatan bagi individu untuk merasa

diterima dengan mencari cara untuk memanfaatkan pengalaman dan keahlian

unik mereka

2 Buatlah orang merasa kompeten kenali hal-hal baik yang dilakukan individu dan

pujilah mereka sesuai dengan hal itu

18

3 Buatlah orang merasa aman harga diri karyawan akan lebih meningkat ketika

harapan para manager tersampaikan dengan jelas dan terangterangan pada

mereka

4 Buatlah orang merasa mendapatkan wewenang individu diberikan kesempatan

untuk memutuskan bagaimana mereka akan menyelesaikan pekerjaan yang

menurut mereka baik bagi mereka dan pekerjaannya

Dari berbagai penulisan dan pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa OBSE

memiliki beberapa aspek (Kreitner amp Kinicki 2000 Greenberg 2005) yaitu

1 merasa diterima dalam organisasi

2 merasa aman dalam organisasi

3 merasa berkompeten dalam organisasi

4 merasa berpengaruh dalam organisasi

5 merasa penting bagi organisasi

6 rasa berharga bagi organisasi

7 merasa berkembang dalam organisasi

Aspek-aspek inilah yang akan menjadi indikator OBSE dalam penulisan ini

IICEtos Kerja dalam Islam

Menurut Ahmad (200116) Islam adalah agama yang menghargai kerja keras Kenyataan

ini dapat terlihat dari serangkaian firman Allah dalam Al- Quran yang sangat

menekankan arti penting diantaranya

Dan katakanlah Bekerjalah kamu maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang

mukmin akan melihat pekerjaanmu itu dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah)

Yang mengetahui akan yang gaib dan yang nyata lalu diberitakan-Nya kepada kamu

apa yang telah kamu kerjakan (QS At-Taubah 9 105)

19

ldquo Katakanlah Hai kaumku berbuatlah sepenuh kemampuanmu sesungguhnya akupun

berbuat (pula) Kelak kamu akan mengetahui siapakah (diantara kita) yang akan

memperoleh hasil yang baik dari dunia ini Sesungguhnya orang yang dzalim itu tidak

akan mendapat keberuntunganrdquo QS Al Anrsquoam (6) 135

IIC1Konsep Kerja dalam Islam

Kemuliaan seorang manusia itu bergantung kepada apa yang dilakukannya Dengan itu

sesuatu amalan atau pekerjaan yang mendekatkan seseorang kepada Allah adalah sangat

penting serta patut untuk diberi perhatian Amalan atau pekerjaan yang demikian selain

memperoleh keberkahan serta kesenangan dunia juga ada yang lebih penting yaitu

merupakan jalan atau tiket dalam menentukan tahap kehidupan seseorang di akhirat

kelak apakah masuk golongan ahli syurga atau sebaliknya Istilah lsquokerjarsquo dalam Islam

bukanlah semata-mata merujuk kepada mencari rezeki untuk menghidupi diri dan

keluarga dengan menghabiskan waktu siang maupun malam dari pagi hingga sore terus

menerus tak kenal lelah tetapi kerja mencakup segala bentuk amalan atau pekerjaan

yang mempunyai unsur kebaikan dan keberkahan bagi diri keluarga dan masyarakat

sekelilingnya serta negara Dengan kata lain orang yang berkerja adalah mereka yang

menyumbangkan jiwa dan tenaganya untuk kebaikan diri keluarga masyarakat dan

negara tanpa menyusahkan orang lain Oleh karena itu kategori ahli Syurga seperti yang

digambarkan dalam Al-Qurrsquoan bukanlah orang yang mempunyai pekerjaanjabatan yang

tinggi dalam suatu perusahaaninstansi sebagai manajer direktur teknisi dalam suatu

bengkel dan sebagainya Tetapi sebaliknya Al-Quran menggariskan golongan yang baik

lagi beruntung (al-falah) itu adalah orang yang banyak taqwa kepada Allah khusyu

sholatnya baik tutur katanya memelihara pandangan dan kemaluannya serta

menunaikan tanggung jawab sosialnya seperti mengeluarkan zakat dan lainnya (QS Al

Mursquominun 1 ndash 11)

Golongan ini mungkin terdiri dari pegawai supir tukang sapu ataupun seorang yang

tidak mempunyai pekerjaan tetap Sifat-sifat di ataslah sebenarnya yang menjamin

20

kebaikan dan kedudukan seseorang di dunia dan di akhirat kelak Jika membaca hadits-

hadits Rasulullah SAW tentang ciri-ciri manusia yang baik di sisi Allah maka tidak

heran bahwa diantara mereka itu ada golongan yang memberi minum anjing kelaparan

mereka yang memelihara mata telinga dan lidah dari perkara yang tidak berguna tanpa

melakukan amalan sunnah yang banyak dan seumpamanyaDalam satu hadits yang

diriwayatkan oleh Umar ra berbunyi rsquoBahwa setiap amal itu bergantung pada niat

dan setiap individu itu dihitung berdasarkan apa yang diniatkannya helliprsquo

Dalam riwayat lain Rasulullah SAW bersabda lsquo Binasalah orang-orang Islam kecuali

mereka yang berilmu Maka binasalah golongan berilmu kecuali mereka yang beramal

dengan ilmu mereka Dan binasalah golongan yang beramal dengan ilmu mereka

kecuali mereka yang ikhlas Sesungguhnya golongan yang ikhlas ini juga masih dalam

keadaan bahaya yang amat besar helliprsquo Kedua hadist diatas sudah cukup menjelaskan

betapa niat yang disertai dengan keikhlasan itulah inti sebenarnya dalam kehidupan

dan pekerjaan manusia Alangkah baiknya kalau umat Islam hari ini dapat bergerak dan

bekerja dengan tekun dan mempunyai tujuan yang satu yaitu lsquomardatillahrsquo (keridhaan

Allah) itulah yang dicari dalam semua urusan Dari situlah akan lahir nilai keberkahan

yang sebenarnya dalam kehidupan yang penuh dengan curahan rahmat dan nikmat yang

banyak dari Allah Inilah golongan yang diistilahkan sebagai golongan yang tenang

dalam ibadah ridha dengan kehidupan yang ditempuh serta optimis dengan janji-janji

Allah

IIC2Meneladani Etos Kerja Rasulullah SAW

Rasulullah SAW menjadikan kerja sebagai aktualisasi keimanan dan ketakwaan Rasul

bekerja bukan untuk menumpuk kekayaan duniawi Beliau bekerja untuk meraih

keridaan Allah SWT

Suatu hari Rasulullah SAW berjumpa dengan Saad bin Muadz Al-Anshari Ketika itu

Rasul melihat tangan Saad melepuh kulitnya gosong kehitam-hitaman seperti

terpanggang matahari Kenapa tanganmu tanya Rasul kepada Saad Wahai

21

Rasulullah jawab Saad Tanganku seperti ini karena aku mengolah tanah dengan

cangkul itu untuk mencari nafkah keluarga yang menjadi tanggunganku Seketika itu

beliau mengambil tangan Saad dan menciumnya seraya berkata Inilah tangan yang

tidak akan pernah disentuh api neraka

Dalam kisah lain disebutkan bahwa ada seseorang yang berjalan melalui tempat

Rasulullah SAW Orang tersebut sedang bekerja dengan sangat giat dan tangkas Para

sahabat kemudian bertanya Wahai Rasulullah andaikata bekerja semacam orang itu

dapat digolongkan jihad fi sabilillah maka alangkah baiknya Mendengar itu Rasul pun

menjawab Kalau ia bekerja untuk menghidupi anak-anaknya yang masih kecil itu

adalah fi sabilillah kalau ia bekerja untuk menghidupi kedua orangtuanya yang sudah

lanjut usia itu adalah fi sabilillah kalau ia bekerja untuk kepentingan dirinya sendiri

agar tidak meminta-minta itu juga fi sabilillah (HR Ath- Thabrani)

Bekerja adalah manifestasi amal saleh Bila kerja itu amal saleh maka kerja adalah

ibadah Dan bila kerja itu ibadah maka kehidupan manusia tidak bisa dilepaskan dari

kerja Bukankah Allah SWT menciptakan manusia untuk beribadah kepada-Nya

Tidak berlebihan bila keberadaan seorang manusia ditentukan oleh aktivitas kerjanya

Allah SWT berfirman

Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib manusia sebelum mereka mengubah

apa yang ada pada dirinya (QS Ar-Rad [13] 11) Dalam ayat lain diungkapkan pula

ldquodan bahwasannya seorang manusia tidak akan memperoleh selain apa yang telah

diusahakannyardquo (QS Al- Najm [53] 39)

Kisah di awal menggambarkan betapa besarnya penghargaan Rasulullah SAW terhadap

kerja Kerja apapun itu selama tidak menyimpang dari aturan yang ditetapkan agama

Demikian besarnya penghargaan beliau sampaisampai dalam kisah pertama manusia

teragung ini rela mencium tangan Saad bin Muadz Al-Anshari yang melepuh lagi

gosong Rasulullah SAW dalam dua kisah tersebut memberikan motivasi pada umatnya

bahwa bekerja adalah perbuatan mulia dan termasuk bagian dari jihad Rasulullah SAW

adalah sosok yang selalu berbuat sebelum beliau memerintahkan para sahabat untuk

melakukannya Hal ini sesuai dengan tugas beliau sebagai ushwatun hasanah teladan

yang baik bagi seluruh manusia Maka saat kita berbicara tentang etos kerja islami maka

22

beliaulah orang yang paling pantas menjadi rujukan Dan berbicara tentang etos kerja

Rasulullah SAW sama artinya dengan berbicara bagaimana beliau menjalankan peran-

peran dalam hidupnya Ada lima peran penting yang diemban Rasulullah SAW yaitu

Pertama sebagai rasul Peran ini beliau jalani selama 23 tahun Dalam kurun waktu

tersebut beliau harus berdakwah menyebarkan Islam menerima menghapal

menyampaikan dan menjelaskan tak kurang dari 6666 ayat Alquran menjadi guru

(pembimbing) bagi para sahabat dan menjadi hakim yang memutuskan berbagai pelik

permasalahan umat-dari mulai pembunuhan sampai perceraian

Kedua sebagai kepala negara dan pemimpin sebuah masyarakat heterogen Tatkala

memegang posisi ini Rasulullah SAW harus menerima kunjungan diplomatik negara-

negara sahabat Rasul pun harus menata dan menciptakan sistem hukum yang mampu

menyatukan kaum Muslimin Nasrani dan Yahudi mengatur perekonomian dan

setumpuk masalah lainnya

Ketiga sebagai panglima perang Selama hidup tak kurang dari 28 kali Rasul

memimpin pertempuran melawan kafir Quraisy Sebagai panglima perang beliau harus

mengorganisasi lebih dari 53 pasukan kaveleri bersenjata Harus memikirkan strategi

perang persedian logistik keamanan transportasi kesehatan dan lainnya

Keempat sebagai kepala rumahtangga Dalam posisi ini Rasul harus mendidik

membahagiakan dan memenuhi tanggung jawab-lahir batin-terhadap para istri beliau

tujuh anak dan beberapa orang cucu Beliau dikenal sebagai sosok yang sangat

perhatian terhadap keluarganya Di tengah kesibukannya Rasul pun masih sempat

bercanda dan menjahit sendiri bajunya

Kelima sebagai seorang pebisnis Sejak usia 12 tahun pamannya Abu Thalib sudah

mengajaknya melakukan perjalanan bisnis ke Syam negeri yang saat ini meliputi Syria

Jordan dan Lebanon Dari usia 17 hingga sekitar 20 tahun adalah masa tersulit dalam

perjalanan bisnis Rasul karena beliau harus mandiri dan bersaing dengan pemain pemain

23

senior dalam perdagangan regional Usia 20 hingga 25 tahun merupakan titik keemasan

entrepreneurship Rasulullah SAW terbukti dengan terpikatnya konglomerat Mekah

Khadijah binti Khuwailid yang kemudian melamarnya menjadi suami Afzalurrahman

dalam bukunya Muhammad Sebagai Seorang Pedagang (2000 5-12) mencatat bahwa

Rasul pun sering terlibat dalam perjalanan bisnis ke berbagai negeri seperti Yaman

Oman dan Bahrain Dan beliau mulai mengurangi kegiatan bisnisnya ketika mencapai

usia 37 tahun

Adalah kenyataan bila Rasulullah SAW mampu menjalankan kelima perannya tersebut

dengan sempurna bahkan menjadi yang terbaik Tak heran bila para ilmuwan baik itu

yang Muslim maupun non-Muslim menempatkan beliau sebagai orang yang paling

berpengaruh paling pemberani paling bijaksana paling bermoral dan sejumlah paling

lainnya

IIC3Rahasia kesuksesan karier dan pekerjaan Rasulullah SAW

Pertama Rasul selalu bekerja dengan cara terbaik profesional dan tidak asal-asalan

Beliau bersabda Sesungguhnya Allah menginginkan jika salah seorang darimu bekerja

maka hendaklah meningkatkan kualitasnya

Kedua dalam bekerja Rasul melakukannya dengan manajemen yang baik perencanaan

yang jelas pentahapan aksi dan adanya penetapan skala prioritas

Ketiga Rasul tidak pernah menyia-nyiakan kesempatan sekecil apapun Barangsiapa

yang dibukakan pintu kebaikan hendaknya dia mampu memanfaatkannya karena ia

tidak tahu kapan ditutupkan kepadanya demikian beliau bersabda

Keempat dalam bekerja Rasul selalu memperhitungkan masa depan Beliau adalah

sosok yang visioner sehingga segala aktivitasnya benar-benar terarah dan terfokus

Kelima Rasul tidak pernah menangguhkan pekerjaan Beliau bekerja secara tuntas dan

berkualitas

Keenam Rasul bekerja secara berjamaah dengan mempersiapkan (membentuk) tim

yang solid yang percaya pada cita-cita bersama

24

Ketujuh Rasul adalah pribadi yang sangat menghargai waktu Tidak berlalu sedetik pun

waktu kecuali menjadi nilai tambah bagi diri dan umatnya Dan yang terakhir

Rasulullah SAW menjadikan kerja sebagai aktualisasi keimanan dan ketakwaan Rasul

bekerja bukan untuk menumpuk kekayaan duniawi Beliau bekerja untuk meraih

keridhaan Allah SWT Inilah kunci terpenting Semoga Allah SWT memberikan

kemampuan kepada kita untuk meneladani etos kerja Rasulullah SAW

25

BAB III

PEMBAHASAN

IIIA HUBUNGAN ANTARA ORGANIZATION-BASED SELF-ESTEEM

(OBSE) DAN ETOS KERJA

Untuk dapat meningkatkan Etos Kerja diperlukan adanya suatu sikap yang menilai

tinggi pada kerja keras dan sungguh-sungguh Karena itu perlu ditemukan suatu

dorongan yang tepat untuk memotivasi dan merubah sikap (Anoraga 1992) Seperti

yang sudah dipaparkan Anoraga sebelumnya bahwa motivasi merupakan kunci untuk

membangun Etos Kerja yang baik Motivasi kerja adalah sesuatu yang menimbulkan

semangat atau dorongan kerja kuat lemahnya motivasi kerja seseorang ikut menentukan

besar kecilnya prestasi seorang pekerja

Tujuan organisasi yang ditanamkan dalam visi misi filosofi dan mottoorganisasi

merupakan suatu nilai ideal yang harus dicapai individu Dengan proses yang tepat

organisasi berusaha menanamkan nilai-nilai ini pada para anggotanya

Nilai ideal yang dipersepsikan oleh anggota akan mempengaruhi penilaiannya terhadap

dirinya sehingga membentuk OBSE-nya Nilai-nilai ini ditanamkan oleh organisasi

dengan tujuan utama yaitu kinerja dan kualitas kerja yang meningkat

Kinerja dan kualitas kerja yang baik dapat dicapai dengan Etos Kerja yang baik maka

organisasi secara tidak langsung berusaha untuk meningkatkan Etos Kerja anggotanya

OBSE mempengaruhi beberapa aspek antara lain global self-esteemharga diri secara

keseluruhan kepuasan secara keseluruhan perilaku warga negara yang baik komitmen

dan kepuasan organisasi prestasi kerja dan terakhir adalah motivasi intrinsik (Kreitner

amp Kinicki 2000) Menurut Alderfer (dalam Siagian 1995) dengan teori motivasi ERG-

nya salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi adalah faktor R (Relatedness) yaitu

kebutuhan akan pemenuhan rasa puas dalam berhubungan dengan keluarga teman

atasan bawahan dan rekan sekerja dimana hal ini melibatkan unsur cinta dan self-

esteem Dengan meningkatnya self-esteem pekerja yang didasarkan pada keberadaannya

sebagai bagian dari organisasi maka motivasinya secara intrinsic dalam bekerja

meningkat Herzberg (dalam Anoraga 1992) yang melakukan studi mengenai motivasi

26

kerja menyatakan faktor intrinsik dalam bekerja yang meliputi pencapaian sukses

pengakuan kemungkinan untuk meningkat dalam jabatan (karier) tanggung jawab

kemungkinan berkembang dan pekerjaan itu sendiri Dapat dilihat bahwa faktor-faktor

intrinsik ini merupakan aspek-aspek yang akan tergambar pada OBSE Faktor pengakuan

dapat dilihat pada persepsi tentang seberapa berharga dan pentingnya individu dalam

organisasi apakah ia merasa diterima sebagai anggota organisasi dan merasa aman

sebagai bagian dari organisasi

Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat dilihat bagaimana OBSE mempengaruhi

motivasi intrinsik seseorang untuk bekerja Ketika OBSE meningkat motivasi intrinsik

seseorang dalam bekerja turut meningkat maka seharusnya Etos Kerjanya akan

meningkat juga Artinya kebutuhan organisasi untuk mencapai hasil dan kinerja

organisasi yang lebih baik dapat dicapai salah satunya melalui upaya meningkatkan

OBSE pekerjanya

Penelitian lain yang telah dilakukan mengenai OBSE yaitu penelitian Lanford Roe

Carson amp Carson (1997) pada teknisi unit gawat darurat Mereka menemukan

peningkatan OBSE berpeluang meningkatkan komitmen terhadap karier menurunkan

kecenderungan menarik diri dari tugas dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya

kualitas perlakuan Hal ini merupakan beberapa indikasi perilaku yang mencerminkan

Etos Kerja seperti yang dikatakan Sinamo (2005) yaitu bekerja dengan integritas

bekerja dengan penuh tanggung jawab bekerja dengan sempurna Secara umum dapat

dikatakan bahwa bila seseorang merasa berharga dalam organisasi dikarenakan berbagai

faktor ia akan cenderung memiliki motivasi yang lebih baik untuk mencapai tujuan

yang ditetapkan organisasi tersebut sehingga Etos Kerjanya akan lebih baik daripada

individu dengan OBSE-nya rendah

IIIA PENGARUH ETOS KERJA ISLAMI TERHADAP KINERJA SESEORANG

etos kerja islami yang didasarkan pada Al-Qurrsquoan dan Hadits agar produktivitas kerja

karyawan dapat menunjang perkembangan ekonomi ummat serta pengaruh kinerja yang

ditunjukkan oleh karyawan itu sendiri Setidaknya etos kerja itu bersumber dan

27

berkaitan langsung dengan nilai-nilai kejiwaan seseorang dan menunjukkan pula

pandangan hidup yang mendarah daging untuk dapat mengembangkan dirinya sehingga

etos kerja kerja menunjukkan pula sikap dan harapan seseorang Dan dengan sikap

seperti ini seseorang yang memiliki etos akan berusaha untuk memenuhi harapannya

tersebut Sebab Etos kerja juga mempunyai makna nilai moral dan pemberdayaan diri

yaitu suatu pandangan batin yang bersifat mendarah daging Seseorang akan merasakan

bahwa hanya dengan menghasilkan pekerjaan yang terbaik bahkan sempurna nilai-nilai

Islam yang diyakininya dapat diwujudkan

Dengan pengembangan kualitas yang ada dalam diri pribadi setiap manusia semua yang

dilaksanakan dapat terwujud sesuai nilai moral yang dimilikinya Karenanya etos kerja

bukanlah sekedar kepribadian atau sikap melainkan lebih mendalam lagi karena

didalamnya terdapat martabat harga diri dan jati diri dari seorang tersebut

Berkaitan dengan ini Ahmad (200117) menegaskan bahwa Islam tidak hanya

memerintahkan manusia hanya untuk sholat saja namun manusia juga diperintahkan

untuk mencari rezeki di bumi 1048755Apabila telah ditunaikan sholat maka bertebaranlah

kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah1048755Dan Allah adalah sebaik-baik Pemberi

Rezeki1048755 (QS Al Jumursquoah 10-11) Petikan-petikan ayat di atas sangatlah jelas

memperlihatkan pandangan Islam terhadap nilai kerja itu sendiri

Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Tasmara (200226) etos kerja islami menekankan

pada kerja sama dalam bekerja dan konsep konsultasi yang terlihat sebagai jalan untuk

mengatasi rintangan atau masalah dan menghindari kesalahan Hubungan sosial dalam

bekerja merupakan pendorong yang bertujuan untuk mempertemukan kebutuhan

seseorang dan membuat keseimbangan antara kebutuhan individu dan kehidupan sosial

Dan hal ini juga diperkuat dengan firman Allah SWT dalam surat Al

Jumursquoah 1048755Maka apabila telah ditunaikan sholat maka bertebaranlah kamu di muka

bumi dan carilah karunia Allah serta banyaklah ingat kepada Allah agar kamu

beruntung1048755 (QS Al Jumursquoah 10) Jadi dalam ayat tersebut tersirat pesan yaitu

hendaknya kita beribadah sebagaimana diwajibkan namun kita juga harus bekerja

mencari rezeki dari kemurahan Allah Bersama dengan itu kita senantiasa ingat kepada-

Nya Yakni memenuhi semua ketentuan etis dan akhlaq dalam bekerja yaitu dengan

28

menyadari pengawasan dan perhitungan Allah terhadap setiap bentuk kerja kita Semua

perilaku manusia didasari prinsip rahman dan rahim dengan kesadaran penuh sebagai

rahmatan lil 1048755alamin integritas yang sangat tinggi karena merasa dirinya dilihat oleh

Allah bukan karena atasan atau sekedar upah belaka dan jabatan hanya dilihat sebagai

amanah Allah (Agustian 200152) Sikap ini akan mendorong suatu kreativitas tanpa

henti untuk menciptakan mutu pelayanan dan produk yang lebih berkualitas yang

dipandang dalam etos kerja islami

29

BAB IV

KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari tulisan ini sebagai berikut

1 Sesuai dengan landasan teori yang telah dibahas sebelumnya dapat dikatakan

bahwa ketika Organisation-Based Self-Esteem (OBSE) seseorang meningkat

maka motivasinya untuk mencapai kinerja yang lebih baik di dalam organisasi

tersebut akan meningkat secara intrinsik (kreitner amp Kinicki 2000) sehingga

cara pandangnya terhadap nilai bekerja yang dikenal dengan konsep Etos Kerja

turut meningkat (Anoraga 1992)

2 Ketika nilai Organisation-Based Self-Esteem (OBSE) seorang individu rendah

belum tentu nilai Etos Kerjanya harus rendah pula karena selain faktor OBSE

masih terdapat faktor-faktor lain yang turut mempengaruhi Etos Kerja seseorang

seperti yang telah dijelaskan pada bab dua seperti agama pendidikan sosial

budaya struktur ekonomi dan sebagainya Kualitas beragama unsur sosial

budaya dan kondisi ekonomi misalnya dapat mempengaruhi cara pandang

seseorang terhadap nilai bekerja

3 etos kerja islami didasarkan pada Al-Qurrsquoan dan Hadits agar produktivitas kerja

karyawan dapat menunjang perkembangan ekonomi ummat serta pengaruh

kinerja yang ditunjukkan oleh karyawan itu sendiri Sehingga dapat terbentuk

etoskerja yang mempunyai makna nilai moral dan pemberdayaan diri

30

DAFTAR PUSTAKA

1

2

3

31

Page 14: Paper Etos Kerja 2

kemampuannya dalam mengatasi situasi atau kejadian atau terlalu optimis Memiliki

penilaian yang akurat tentang diri memang penting tetapi sepertinya tidak lebih penting

daripada perasaan positif seseorang tentang dirinya (Hogg amp Vaughan 2002)

Gambaran diri yang positif dan self-esteem yang berhubungan dengannya merupakan

tujuan penting untuk kebanyakan orang setiap waktu Hal ini menunjukkan temuan

Rosenberg mengenai komponen afektif pada self-esteem Harga diri yang tinggi baik

yang realistis maupun yang tidak merupakan suatu hal yang menyenangkan dan

karenanya banyak ahli menganggapnya sebagai tujuan manusia yang utama (Rosenberg

dalam Deaux Dane Wrightsman 1993) Kita cenderung menduga bahwa unsur self-

esteem yang tinggi akan menghasilkan perilaku positif yang menandakan individu yang

sehat secara psikologis Tetapi banyak studi yang menemukan bahwa tidak selamanya

selfesteem yang tinggi menghasilkan individu yang percaya diri dan tidak menampilkan

sikap permusuhan Baumeister (dalam Hogg amp Vaughan 2002) menemukan perilaku

kekerasan yang dapat dikaitkan dengan harga diri yang tinggi dimana ketika individu

yang memiliki gambaran diri yang menyenangkan merasa terancam individu tersebut

cenderung akan menampilkan sikap agresif

Kernis (dalam Hogg amp Vaughan 2002) juga menemukan individu yang arogan angkuh

dan terlalu asertif diantara orang-orang dengan harga diri yang tinggi

Rhodewalt (dalam Hogg amp Vaughan 2002) menemukan individu yang pada dasarnya

memiliki harga diri tinggi yang mudah hilang dikenal dengan individu narsistik Harga

diri yang rendah tidak selamanya juga memiliki konsekuensi negatif

Baumeister (dalam Kernis 1995) menemukan individu yang self-esteemnya rendah

menampilkan karakter tidak pasti namun netral daripada karakter negatif

Swann Pelham amp Krull (dalam Kernis 1995) menemukan individu dengan selfesteem

rendah memiliki strategi pertahanan diri tertentu yang cenderung berorientasi pada

peningkatan diri Untuk dapat menjelaskan fenomena yang beragam terkait dengan

14

harga diri yang tinggi dan rendah seperti yang telah dibahas diatas Deci amp Ryan (dalam

Kernis 1995) mengajukan dua jenis harga diri yaitu contingent self-esteem dan true self-

esteem Contingent self-esteem mengacu pada perasaan tentang diri seseorang yang

dihasilkan oleh ndash dan bergantung pada ndash pencapaian harapan seseorang Misalnya

seseorang merasa dirinya adalah orang yang baik dan berharga jika ia berhasil

menyelesaikan suatu tugas Jika ia terus dapatn menyelesaikan tugas berikutnya yang

serupa maka ia akan terus memiliki harga diri yang tinggi Artinya harga diri ini bersifat

labil dan hanya berpusat pada kepentingan pribadi True self-esteem bersifat lebih stabil

didasari oleh perasaan yang kuat tentang diri pribadi Individu dengan true self-esteem

yang tinggi juga memiliki tujuan dan aspirasi dan akan merasa senang bila tujuannya

tercapai atau sedih bila tidak tercapai Tetapi perasaan mereka sebagai manusia yang

berharga tidak berfluktuasi bergantung pada pencapaian sehingga mereka tidak merasa

superior ketika berhasil ataupun tertekan ketika gagal

Berdasarkan penulisan Baumeister (dalam Hogg amp Vaughan 2002) secara umum

individu dengan karakteristik self-esteem yang tinggi memiliki ciri-ciri

1 Gigih dan ulet dalam menghadapi masa depan

2 Stabil secara emosi dan afektif

3 Kurang fleksibel dan kurang lunak

4 Tidak mudah dibujuk dan dipengaruhi

5 Bereaksi positif pada kehidupan yang menyenangkan dan sukses

6 Memiliki konsep diri yang stabil teliti dan konsisten

7 Berorientasi motivasi pada peningkatan diri

Sedangkan individu dengan self-esteem rendah memiliki ciri-ciri

1 Mudah terluka pada tekanan yang ditemui sehari-hari

2 Mudah berubah dalam afeksi dan suasana hati

3 Fleksibel dan lunak

4 Mudah dibujuk dan dipengaruhi

5 Menginginkan kesuksesan dan persetujuan tetapi ragu-ragu akan memperolehnya

6 Bereaksi negatif terhadap kehidupan yang menyenangkan dan sukses

15

7 Memiliki konsep diri yang sederhana dan tidak stabil

8 Orientasi motivasi pada perlindungan diri

Terdapat beberapa tipe self-esteem yang telah dibahas para ahli diantaranya global self-

esteem yaitu persepsi individu mengenai keberhargaan dirinya secara keseluruhan

Kemudian dikenal juga role-based self-esteem yaitu harga diri dikaitkan dengan

peranan atau posisi seseorang Ada juga task-based self-esteem yaitu harga diri yang

dikaitkan dengan keberhasilan seseorang dalam menyelesaikan tugas Self-esteem sangat

berhubungan dengan identitas sosial seseorang (Hogg amp Vaughan 2002)

Identitas sosial adalah bagian dari konsep diri yang berasal dari keanggotaan individu

dalam kelompok sosial Ketika individu mengevaluasi dirinya ia dipengaruhi oleh

prestise dan status dalam suatu kelompok masyarakat yang dipersepsikannya juga

melekat pada dirinya jika ia menganggap dirinya bagian dari atau berorientasi kepada

kelompok masyarakat tertentu Penilaian ini juga akan dibandingkan dengan kelompok

diluar kelompok masyarakat yang dipersepsikannya sebagai kelompoknya Organisasi

adalah suatu kelompok masyarakat yang tentunya dapat memberikan pengaruh bagi

seseorang dalam menilai dirinya Menjadi bagian dari suatu organisasi maka individu

harus tunduk pada aturan kebiasaan norma serta menyesuaikan diri dengan budaya dan

iklim organisasi Organisasi memiliki tujuan dan cita-cita yang menjiwai setiap aspek

kehidupan organisasi sehingga secara otomatis mempengaruhi setiap individu yang ada

di dalamnya Dari pemahaman ini muncullah kajian tentang harga diri dalam konteks

organisasi Nilai yang dimiliki oleh seorang individu atas dirinya sebagai anggota

organisasi yang bertindak dalam konteks organisasi disebut harga diri berbasis

organisasi atau Organization-based Self-esteem yang disingkat dengan OBSE (Kreitner

amp Kinicki 2000) Dalam konteks organisasi pengaruh self-esteem yang cukup

signifikan telah terlihat melalui berbagai penemuan Misalnya individu yang memiliki

self-esteem yang tinggi cenderung lebih sukses dalam upaya menemukan pekerjaan

sedangkan individu dengan self-esteem yang rendah bila dipekerjakan akan lebih

tertarik pada organisasi yang besar dimana posisi mereka tidak terlalu diperhatikan

Pekerja dengan self-esteem yang tinggi cenderung secara aktif berusaha menemukan

16

materi yang dibutuhkan untuk mengatasi masalah pekerjaan dan menggunakan

kemampuan serta keahlian mereka secara penuh sehingga hasil kerjanya lebih maksimal

Cukup menarik untuk diperhatikan bahwa individu dengan self-esteem rendah

kelihatannya sadar dengan kemungkinan mereka memberikan hasil yang buruk Mereka

cenderung menilai dirinya secara negatif (khususnya ketika penilaian terhadap performa

mereka ambigu) dan pada dasarnya bertanggungjawab terhadap hasil buruk tersebut

(Greenberg 2005)

IIB2 Aspek-aspek Organization-based Self-esteem

Dalam konteks organisasi penilaian seseorang terhadap dirinya terkait dengan

bagaimana kondisi organisasi secara struktural kerumitan pekerjaan yang dihadapinya

serta adanya penghargaan dari pihak managerial OBSE cenderung meningkat ketika

individu mempersepsikan bahwa atasan mereka memiliki suatu kepedulian pada mereka

Nilainya juga lebih tinggi pada organisasi dengan struktur yang organik (fleksibel)

daripada yang kaku (Birokratis) Pekerjaan yang rumit dan menantang juga mendorong

OBSE yang lebih tinggi daripada pekerjaan yang sederhana berulang-ulang serta

membosankan Dan faktor-faktor ini juga berhubungan dengan motivasi untuk tugas

yang lebih besar (Kreitner amp Kinicki 2000)

Tan Kim Sek (2003) menemukan bahwa metode sosialisasi yang efektif dapat

meningkatkan kompetensi pekerja dalam menyelesaikan tugasnya terkait dengan

peranannya dalam organisasi yang akan meningkatkan OBSE-nya Dalam konteks

penulisan ini taktik sosialisasi yang digunakan adalah perencanaan pengembangan

karier interaksi yang positif dengan rekan kerja dan interaksi positif dengan pendatang

baru di organisasi Gardner Dyne amp Pierce (2004) menemukan bahwa tingkatan gaji

turut mempengaruhi rasa berharga seorang individu sebagai anggota organisasi

sehingga mereka menyarankan organisasi mempertimbangkan sistem penggajian

berbasis kompetensi Namun mereka juga mengindikasikan bahwa sistem penggajian

berbasis kompetensi tetap memiliki resiko dimana individu dengan tingkat gaji yang

lebih rendah dapat menganggap dirinya kurang berkompeten sehingga berpeluang

menjatuhkan self-esteemnya

17

Dalam studi replikasinya Tang amp Gilbert (1992) menemukan bahwa OBSE

berhubungan dengan global self-esteem need for achievement organizational

citizenship komitmen organisasi motivasi untuk meningkatkan potensi dan pendidikan

Status subyek dalam organisasi tidak berhubungan dengan OBSE Intinya penemuan

mereka menampilkan hubungan antara OBSE dengan banyak variabel yang bernilai

intrinsik tentang perasaan subyektif pekerja dalam

organisasi

Kreitner amp Kinicki (2000) menyebutkan ciri-ciri individu dengan nilai OBSE yang tinggi

cenderung memandang diri mereka sendiri sebagai seorang yang penting berharga

berpengaruh dan berarti dalam konteks organisasi yang mempekerjakannya Untuk itu

mereka menyarankan agar organisasi melakukan upaya untuk membangun self-esteem

karyawan yaitu dengan

1 Mendukung dan menunjukkan kepedulian pada persoalan kepentingan status

dan kontribusi individu

2 Menawarkan pekerjaan yang memiliki variasi otonomi dan tantangan yang sesuai

dengan nilai-nilai keahlian dan kemampuan individu

3 Berjuang untuk membangun ikatan antara karyawan dan manajemen didasari

kepercayaan

4 Menunjukkan keyakinan terhadap kemampuan pengendalian pribadi dan

memberi penghargaan pada keberhasilan

Greenberg (2005) juga memiliki empat point penting yang disarankannya untuk

meningkatkan self-esteem individu dalam organisasi yaitu

1 Buatlah orang merasa berharga ciptakan kesempatan bagi individu untuk merasa

diterima dengan mencari cara untuk memanfaatkan pengalaman dan keahlian

unik mereka

2 Buatlah orang merasa kompeten kenali hal-hal baik yang dilakukan individu dan

pujilah mereka sesuai dengan hal itu

18

3 Buatlah orang merasa aman harga diri karyawan akan lebih meningkat ketika

harapan para manager tersampaikan dengan jelas dan terangterangan pada

mereka

4 Buatlah orang merasa mendapatkan wewenang individu diberikan kesempatan

untuk memutuskan bagaimana mereka akan menyelesaikan pekerjaan yang

menurut mereka baik bagi mereka dan pekerjaannya

Dari berbagai penulisan dan pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa OBSE

memiliki beberapa aspek (Kreitner amp Kinicki 2000 Greenberg 2005) yaitu

1 merasa diterima dalam organisasi

2 merasa aman dalam organisasi

3 merasa berkompeten dalam organisasi

4 merasa berpengaruh dalam organisasi

5 merasa penting bagi organisasi

6 rasa berharga bagi organisasi

7 merasa berkembang dalam organisasi

Aspek-aspek inilah yang akan menjadi indikator OBSE dalam penulisan ini

IICEtos Kerja dalam Islam

Menurut Ahmad (200116) Islam adalah agama yang menghargai kerja keras Kenyataan

ini dapat terlihat dari serangkaian firman Allah dalam Al- Quran yang sangat

menekankan arti penting diantaranya

Dan katakanlah Bekerjalah kamu maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang

mukmin akan melihat pekerjaanmu itu dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah)

Yang mengetahui akan yang gaib dan yang nyata lalu diberitakan-Nya kepada kamu

apa yang telah kamu kerjakan (QS At-Taubah 9 105)

19

ldquo Katakanlah Hai kaumku berbuatlah sepenuh kemampuanmu sesungguhnya akupun

berbuat (pula) Kelak kamu akan mengetahui siapakah (diantara kita) yang akan

memperoleh hasil yang baik dari dunia ini Sesungguhnya orang yang dzalim itu tidak

akan mendapat keberuntunganrdquo QS Al Anrsquoam (6) 135

IIC1Konsep Kerja dalam Islam

Kemuliaan seorang manusia itu bergantung kepada apa yang dilakukannya Dengan itu

sesuatu amalan atau pekerjaan yang mendekatkan seseorang kepada Allah adalah sangat

penting serta patut untuk diberi perhatian Amalan atau pekerjaan yang demikian selain

memperoleh keberkahan serta kesenangan dunia juga ada yang lebih penting yaitu

merupakan jalan atau tiket dalam menentukan tahap kehidupan seseorang di akhirat

kelak apakah masuk golongan ahli syurga atau sebaliknya Istilah lsquokerjarsquo dalam Islam

bukanlah semata-mata merujuk kepada mencari rezeki untuk menghidupi diri dan

keluarga dengan menghabiskan waktu siang maupun malam dari pagi hingga sore terus

menerus tak kenal lelah tetapi kerja mencakup segala bentuk amalan atau pekerjaan

yang mempunyai unsur kebaikan dan keberkahan bagi diri keluarga dan masyarakat

sekelilingnya serta negara Dengan kata lain orang yang berkerja adalah mereka yang

menyumbangkan jiwa dan tenaganya untuk kebaikan diri keluarga masyarakat dan

negara tanpa menyusahkan orang lain Oleh karena itu kategori ahli Syurga seperti yang

digambarkan dalam Al-Qurrsquoan bukanlah orang yang mempunyai pekerjaanjabatan yang

tinggi dalam suatu perusahaaninstansi sebagai manajer direktur teknisi dalam suatu

bengkel dan sebagainya Tetapi sebaliknya Al-Quran menggariskan golongan yang baik

lagi beruntung (al-falah) itu adalah orang yang banyak taqwa kepada Allah khusyu

sholatnya baik tutur katanya memelihara pandangan dan kemaluannya serta

menunaikan tanggung jawab sosialnya seperti mengeluarkan zakat dan lainnya (QS Al

Mursquominun 1 ndash 11)

Golongan ini mungkin terdiri dari pegawai supir tukang sapu ataupun seorang yang

tidak mempunyai pekerjaan tetap Sifat-sifat di ataslah sebenarnya yang menjamin

20

kebaikan dan kedudukan seseorang di dunia dan di akhirat kelak Jika membaca hadits-

hadits Rasulullah SAW tentang ciri-ciri manusia yang baik di sisi Allah maka tidak

heran bahwa diantara mereka itu ada golongan yang memberi minum anjing kelaparan

mereka yang memelihara mata telinga dan lidah dari perkara yang tidak berguna tanpa

melakukan amalan sunnah yang banyak dan seumpamanyaDalam satu hadits yang

diriwayatkan oleh Umar ra berbunyi rsquoBahwa setiap amal itu bergantung pada niat

dan setiap individu itu dihitung berdasarkan apa yang diniatkannya helliprsquo

Dalam riwayat lain Rasulullah SAW bersabda lsquo Binasalah orang-orang Islam kecuali

mereka yang berilmu Maka binasalah golongan berilmu kecuali mereka yang beramal

dengan ilmu mereka Dan binasalah golongan yang beramal dengan ilmu mereka

kecuali mereka yang ikhlas Sesungguhnya golongan yang ikhlas ini juga masih dalam

keadaan bahaya yang amat besar helliprsquo Kedua hadist diatas sudah cukup menjelaskan

betapa niat yang disertai dengan keikhlasan itulah inti sebenarnya dalam kehidupan

dan pekerjaan manusia Alangkah baiknya kalau umat Islam hari ini dapat bergerak dan

bekerja dengan tekun dan mempunyai tujuan yang satu yaitu lsquomardatillahrsquo (keridhaan

Allah) itulah yang dicari dalam semua urusan Dari situlah akan lahir nilai keberkahan

yang sebenarnya dalam kehidupan yang penuh dengan curahan rahmat dan nikmat yang

banyak dari Allah Inilah golongan yang diistilahkan sebagai golongan yang tenang

dalam ibadah ridha dengan kehidupan yang ditempuh serta optimis dengan janji-janji

Allah

IIC2Meneladani Etos Kerja Rasulullah SAW

Rasulullah SAW menjadikan kerja sebagai aktualisasi keimanan dan ketakwaan Rasul

bekerja bukan untuk menumpuk kekayaan duniawi Beliau bekerja untuk meraih

keridaan Allah SWT

Suatu hari Rasulullah SAW berjumpa dengan Saad bin Muadz Al-Anshari Ketika itu

Rasul melihat tangan Saad melepuh kulitnya gosong kehitam-hitaman seperti

terpanggang matahari Kenapa tanganmu tanya Rasul kepada Saad Wahai

21

Rasulullah jawab Saad Tanganku seperti ini karena aku mengolah tanah dengan

cangkul itu untuk mencari nafkah keluarga yang menjadi tanggunganku Seketika itu

beliau mengambil tangan Saad dan menciumnya seraya berkata Inilah tangan yang

tidak akan pernah disentuh api neraka

Dalam kisah lain disebutkan bahwa ada seseorang yang berjalan melalui tempat

Rasulullah SAW Orang tersebut sedang bekerja dengan sangat giat dan tangkas Para

sahabat kemudian bertanya Wahai Rasulullah andaikata bekerja semacam orang itu

dapat digolongkan jihad fi sabilillah maka alangkah baiknya Mendengar itu Rasul pun

menjawab Kalau ia bekerja untuk menghidupi anak-anaknya yang masih kecil itu

adalah fi sabilillah kalau ia bekerja untuk menghidupi kedua orangtuanya yang sudah

lanjut usia itu adalah fi sabilillah kalau ia bekerja untuk kepentingan dirinya sendiri

agar tidak meminta-minta itu juga fi sabilillah (HR Ath- Thabrani)

Bekerja adalah manifestasi amal saleh Bila kerja itu amal saleh maka kerja adalah

ibadah Dan bila kerja itu ibadah maka kehidupan manusia tidak bisa dilepaskan dari

kerja Bukankah Allah SWT menciptakan manusia untuk beribadah kepada-Nya

Tidak berlebihan bila keberadaan seorang manusia ditentukan oleh aktivitas kerjanya

Allah SWT berfirman

Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib manusia sebelum mereka mengubah

apa yang ada pada dirinya (QS Ar-Rad [13] 11) Dalam ayat lain diungkapkan pula

ldquodan bahwasannya seorang manusia tidak akan memperoleh selain apa yang telah

diusahakannyardquo (QS Al- Najm [53] 39)

Kisah di awal menggambarkan betapa besarnya penghargaan Rasulullah SAW terhadap

kerja Kerja apapun itu selama tidak menyimpang dari aturan yang ditetapkan agama

Demikian besarnya penghargaan beliau sampaisampai dalam kisah pertama manusia

teragung ini rela mencium tangan Saad bin Muadz Al-Anshari yang melepuh lagi

gosong Rasulullah SAW dalam dua kisah tersebut memberikan motivasi pada umatnya

bahwa bekerja adalah perbuatan mulia dan termasuk bagian dari jihad Rasulullah SAW

adalah sosok yang selalu berbuat sebelum beliau memerintahkan para sahabat untuk

melakukannya Hal ini sesuai dengan tugas beliau sebagai ushwatun hasanah teladan

yang baik bagi seluruh manusia Maka saat kita berbicara tentang etos kerja islami maka

22

beliaulah orang yang paling pantas menjadi rujukan Dan berbicara tentang etos kerja

Rasulullah SAW sama artinya dengan berbicara bagaimana beliau menjalankan peran-

peran dalam hidupnya Ada lima peran penting yang diemban Rasulullah SAW yaitu

Pertama sebagai rasul Peran ini beliau jalani selama 23 tahun Dalam kurun waktu

tersebut beliau harus berdakwah menyebarkan Islam menerima menghapal

menyampaikan dan menjelaskan tak kurang dari 6666 ayat Alquran menjadi guru

(pembimbing) bagi para sahabat dan menjadi hakim yang memutuskan berbagai pelik

permasalahan umat-dari mulai pembunuhan sampai perceraian

Kedua sebagai kepala negara dan pemimpin sebuah masyarakat heterogen Tatkala

memegang posisi ini Rasulullah SAW harus menerima kunjungan diplomatik negara-

negara sahabat Rasul pun harus menata dan menciptakan sistem hukum yang mampu

menyatukan kaum Muslimin Nasrani dan Yahudi mengatur perekonomian dan

setumpuk masalah lainnya

Ketiga sebagai panglima perang Selama hidup tak kurang dari 28 kali Rasul

memimpin pertempuran melawan kafir Quraisy Sebagai panglima perang beliau harus

mengorganisasi lebih dari 53 pasukan kaveleri bersenjata Harus memikirkan strategi

perang persedian logistik keamanan transportasi kesehatan dan lainnya

Keempat sebagai kepala rumahtangga Dalam posisi ini Rasul harus mendidik

membahagiakan dan memenuhi tanggung jawab-lahir batin-terhadap para istri beliau

tujuh anak dan beberapa orang cucu Beliau dikenal sebagai sosok yang sangat

perhatian terhadap keluarganya Di tengah kesibukannya Rasul pun masih sempat

bercanda dan menjahit sendiri bajunya

Kelima sebagai seorang pebisnis Sejak usia 12 tahun pamannya Abu Thalib sudah

mengajaknya melakukan perjalanan bisnis ke Syam negeri yang saat ini meliputi Syria

Jordan dan Lebanon Dari usia 17 hingga sekitar 20 tahun adalah masa tersulit dalam

perjalanan bisnis Rasul karena beliau harus mandiri dan bersaing dengan pemain pemain

23

senior dalam perdagangan regional Usia 20 hingga 25 tahun merupakan titik keemasan

entrepreneurship Rasulullah SAW terbukti dengan terpikatnya konglomerat Mekah

Khadijah binti Khuwailid yang kemudian melamarnya menjadi suami Afzalurrahman

dalam bukunya Muhammad Sebagai Seorang Pedagang (2000 5-12) mencatat bahwa

Rasul pun sering terlibat dalam perjalanan bisnis ke berbagai negeri seperti Yaman

Oman dan Bahrain Dan beliau mulai mengurangi kegiatan bisnisnya ketika mencapai

usia 37 tahun

Adalah kenyataan bila Rasulullah SAW mampu menjalankan kelima perannya tersebut

dengan sempurna bahkan menjadi yang terbaik Tak heran bila para ilmuwan baik itu

yang Muslim maupun non-Muslim menempatkan beliau sebagai orang yang paling

berpengaruh paling pemberani paling bijaksana paling bermoral dan sejumlah paling

lainnya

IIC3Rahasia kesuksesan karier dan pekerjaan Rasulullah SAW

Pertama Rasul selalu bekerja dengan cara terbaik profesional dan tidak asal-asalan

Beliau bersabda Sesungguhnya Allah menginginkan jika salah seorang darimu bekerja

maka hendaklah meningkatkan kualitasnya

Kedua dalam bekerja Rasul melakukannya dengan manajemen yang baik perencanaan

yang jelas pentahapan aksi dan adanya penetapan skala prioritas

Ketiga Rasul tidak pernah menyia-nyiakan kesempatan sekecil apapun Barangsiapa

yang dibukakan pintu kebaikan hendaknya dia mampu memanfaatkannya karena ia

tidak tahu kapan ditutupkan kepadanya demikian beliau bersabda

Keempat dalam bekerja Rasul selalu memperhitungkan masa depan Beliau adalah

sosok yang visioner sehingga segala aktivitasnya benar-benar terarah dan terfokus

Kelima Rasul tidak pernah menangguhkan pekerjaan Beliau bekerja secara tuntas dan

berkualitas

Keenam Rasul bekerja secara berjamaah dengan mempersiapkan (membentuk) tim

yang solid yang percaya pada cita-cita bersama

24

Ketujuh Rasul adalah pribadi yang sangat menghargai waktu Tidak berlalu sedetik pun

waktu kecuali menjadi nilai tambah bagi diri dan umatnya Dan yang terakhir

Rasulullah SAW menjadikan kerja sebagai aktualisasi keimanan dan ketakwaan Rasul

bekerja bukan untuk menumpuk kekayaan duniawi Beliau bekerja untuk meraih

keridhaan Allah SWT Inilah kunci terpenting Semoga Allah SWT memberikan

kemampuan kepada kita untuk meneladani etos kerja Rasulullah SAW

25

BAB III

PEMBAHASAN

IIIA HUBUNGAN ANTARA ORGANIZATION-BASED SELF-ESTEEM

(OBSE) DAN ETOS KERJA

Untuk dapat meningkatkan Etos Kerja diperlukan adanya suatu sikap yang menilai

tinggi pada kerja keras dan sungguh-sungguh Karena itu perlu ditemukan suatu

dorongan yang tepat untuk memotivasi dan merubah sikap (Anoraga 1992) Seperti

yang sudah dipaparkan Anoraga sebelumnya bahwa motivasi merupakan kunci untuk

membangun Etos Kerja yang baik Motivasi kerja adalah sesuatu yang menimbulkan

semangat atau dorongan kerja kuat lemahnya motivasi kerja seseorang ikut menentukan

besar kecilnya prestasi seorang pekerja

Tujuan organisasi yang ditanamkan dalam visi misi filosofi dan mottoorganisasi

merupakan suatu nilai ideal yang harus dicapai individu Dengan proses yang tepat

organisasi berusaha menanamkan nilai-nilai ini pada para anggotanya

Nilai ideal yang dipersepsikan oleh anggota akan mempengaruhi penilaiannya terhadap

dirinya sehingga membentuk OBSE-nya Nilai-nilai ini ditanamkan oleh organisasi

dengan tujuan utama yaitu kinerja dan kualitas kerja yang meningkat

Kinerja dan kualitas kerja yang baik dapat dicapai dengan Etos Kerja yang baik maka

organisasi secara tidak langsung berusaha untuk meningkatkan Etos Kerja anggotanya

OBSE mempengaruhi beberapa aspek antara lain global self-esteemharga diri secara

keseluruhan kepuasan secara keseluruhan perilaku warga negara yang baik komitmen

dan kepuasan organisasi prestasi kerja dan terakhir adalah motivasi intrinsik (Kreitner

amp Kinicki 2000) Menurut Alderfer (dalam Siagian 1995) dengan teori motivasi ERG-

nya salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi adalah faktor R (Relatedness) yaitu

kebutuhan akan pemenuhan rasa puas dalam berhubungan dengan keluarga teman

atasan bawahan dan rekan sekerja dimana hal ini melibatkan unsur cinta dan self-

esteem Dengan meningkatnya self-esteem pekerja yang didasarkan pada keberadaannya

sebagai bagian dari organisasi maka motivasinya secara intrinsic dalam bekerja

meningkat Herzberg (dalam Anoraga 1992) yang melakukan studi mengenai motivasi

26

kerja menyatakan faktor intrinsik dalam bekerja yang meliputi pencapaian sukses

pengakuan kemungkinan untuk meningkat dalam jabatan (karier) tanggung jawab

kemungkinan berkembang dan pekerjaan itu sendiri Dapat dilihat bahwa faktor-faktor

intrinsik ini merupakan aspek-aspek yang akan tergambar pada OBSE Faktor pengakuan

dapat dilihat pada persepsi tentang seberapa berharga dan pentingnya individu dalam

organisasi apakah ia merasa diterima sebagai anggota organisasi dan merasa aman

sebagai bagian dari organisasi

Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat dilihat bagaimana OBSE mempengaruhi

motivasi intrinsik seseorang untuk bekerja Ketika OBSE meningkat motivasi intrinsik

seseorang dalam bekerja turut meningkat maka seharusnya Etos Kerjanya akan

meningkat juga Artinya kebutuhan organisasi untuk mencapai hasil dan kinerja

organisasi yang lebih baik dapat dicapai salah satunya melalui upaya meningkatkan

OBSE pekerjanya

Penelitian lain yang telah dilakukan mengenai OBSE yaitu penelitian Lanford Roe

Carson amp Carson (1997) pada teknisi unit gawat darurat Mereka menemukan

peningkatan OBSE berpeluang meningkatkan komitmen terhadap karier menurunkan

kecenderungan menarik diri dari tugas dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya

kualitas perlakuan Hal ini merupakan beberapa indikasi perilaku yang mencerminkan

Etos Kerja seperti yang dikatakan Sinamo (2005) yaitu bekerja dengan integritas

bekerja dengan penuh tanggung jawab bekerja dengan sempurna Secara umum dapat

dikatakan bahwa bila seseorang merasa berharga dalam organisasi dikarenakan berbagai

faktor ia akan cenderung memiliki motivasi yang lebih baik untuk mencapai tujuan

yang ditetapkan organisasi tersebut sehingga Etos Kerjanya akan lebih baik daripada

individu dengan OBSE-nya rendah

IIIA PENGARUH ETOS KERJA ISLAMI TERHADAP KINERJA SESEORANG

etos kerja islami yang didasarkan pada Al-Qurrsquoan dan Hadits agar produktivitas kerja

karyawan dapat menunjang perkembangan ekonomi ummat serta pengaruh kinerja yang

ditunjukkan oleh karyawan itu sendiri Setidaknya etos kerja itu bersumber dan

27

berkaitan langsung dengan nilai-nilai kejiwaan seseorang dan menunjukkan pula

pandangan hidup yang mendarah daging untuk dapat mengembangkan dirinya sehingga

etos kerja kerja menunjukkan pula sikap dan harapan seseorang Dan dengan sikap

seperti ini seseorang yang memiliki etos akan berusaha untuk memenuhi harapannya

tersebut Sebab Etos kerja juga mempunyai makna nilai moral dan pemberdayaan diri

yaitu suatu pandangan batin yang bersifat mendarah daging Seseorang akan merasakan

bahwa hanya dengan menghasilkan pekerjaan yang terbaik bahkan sempurna nilai-nilai

Islam yang diyakininya dapat diwujudkan

Dengan pengembangan kualitas yang ada dalam diri pribadi setiap manusia semua yang

dilaksanakan dapat terwujud sesuai nilai moral yang dimilikinya Karenanya etos kerja

bukanlah sekedar kepribadian atau sikap melainkan lebih mendalam lagi karena

didalamnya terdapat martabat harga diri dan jati diri dari seorang tersebut

Berkaitan dengan ini Ahmad (200117) menegaskan bahwa Islam tidak hanya

memerintahkan manusia hanya untuk sholat saja namun manusia juga diperintahkan

untuk mencari rezeki di bumi 1048755Apabila telah ditunaikan sholat maka bertebaranlah

kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah1048755Dan Allah adalah sebaik-baik Pemberi

Rezeki1048755 (QS Al Jumursquoah 10-11) Petikan-petikan ayat di atas sangatlah jelas

memperlihatkan pandangan Islam terhadap nilai kerja itu sendiri

Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Tasmara (200226) etos kerja islami menekankan

pada kerja sama dalam bekerja dan konsep konsultasi yang terlihat sebagai jalan untuk

mengatasi rintangan atau masalah dan menghindari kesalahan Hubungan sosial dalam

bekerja merupakan pendorong yang bertujuan untuk mempertemukan kebutuhan

seseorang dan membuat keseimbangan antara kebutuhan individu dan kehidupan sosial

Dan hal ini juga diperkuat dengan firman Allah SWT dalam surat Al

Jumursquoah 1048755Maka apabila telah ditunaikan sholat maka bertebaranlah kamu di muka

bumi dan carilah karunia Allah serta banyaklah ingat kepada Allah agar kamu

beruntung1048755 (QS Al Jumursquoah 10) Jadi dalam ayat tersebut tersirat pesan yaitu

hendaknya kita beribadah sebagaimana diwajibkan namun kita juga harus bekerja

mencari rezeki dari kemurahan Allah Bersama dengan itu kita senantiasa ingat kepada-

Nya Yakni memenuhi semua ketentuan etis dan akhlaq dalam bekerja yaitu dengan

28

menyadari pengawasan dan perhitungan Allah terhadap setiap bentuk kerja kita Semua

perilaku manusia didasari prinsip rahman dan rahim dengan kesadaran penuh sebagai

rahmatan lil 1048755alamin integritas yang sangat tinggi karena merasa dirinya dilihat oleh

Allah bukan karena atasan atau sekedar upah belaka dan jabatan hanya dilihat sebagai

amanah Allah (Agustian 200152) Sikap ini akan mendorong suatu kreativitas tanpa

henti untuk menciptakan mutu pelayanan dan produk yang lebih berkualitas yang

dipandang dalam etos kerja islami

29

BAB IV

KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari tulisan ini sebagai berikut

1 Sesuai dengan landasan teori yang telah dibahas sebelumnya dapat dikatakan

bahwa ketika Organisation-Based Self-Esteem (OBSE) seseorang meningkat

maka motivasinya untuk mencapai kinerja yang lebih baik di dalam organisasi

tersebut akan meningkat secara intrinsik (kreitner amp Kinicki 2000) sehingga

cara pandangnya terhadap nilai bekerja yang dikenal dengan konsep Etos Kerja

turut meningkat (Anoraga 1992)

2 Ketika nilai Organisation-Based Self-Esteem (OBSE) seorang individu rendah

belum tentu nilai Etos Kerjanya harus rendah pula karena selain faktor OBSE

masih terdapat faktor-faktor lain yang turut mempengaruhi Etos Kerja seseorang

seperti yang telah dijelaskan pada bab dua seperti agama pendidikan sosial

budaya struktur ekonomi dan sebagainya Kualitas beragama unsur sosial

budaya dan kondisi ekonomi misalnya dapat mempengaruhi cara pandang

seseorang terhadap nilai bekerja

3 etos kerja islami didasarkan pada Al-Qurrsquoan dan Hadits agar produktivitas kerja

karyawan dapat menunjang perkembangan ekonomi ummat serta pengaruh

kinerja yang ditunjukkan oleh karyawan itu sendiri Sehingga dapat terbentuk

etoskerja yang mempunyai makna nilai moral dan pemberdayaan diri

30

DAFTAR PUSTAKA

1

2

3

31

Page 15: Paper Etos Kerja 2

harga diri yang tinggi dan rendah seperti yang telah dibahas diatas Deci amp Ryan (dalam

Kernis 1995) mengajukan dua jenis harga diri yaitu contingent self-esteem dan true self-

esteem Contingent self-esteem mengacu pada perasaan tentang diri seseorang yang

dihasilkan oleh ndash dan bergantung pada ndash pencapaian harapan seseorang Misalnya

seseorang merasa dirinya adalah orang yang baik dan berharga jika ia berhasil

menyelesaikan suatu tugas Jika ia terus dapatn menyelesaikan tugas berikutnya yang

serupa maka ia akan terus memiliki harga diri yang tinggi Artinya harga diri ini bersifat

labil dan hanya berpusat pada kepentingan pribadi True self-esteem bersifat lebih stabil

didasari oleh perasaan yang kuat tentang diri pribadi Individu dengan true self-esteem

yang tinggi juga memiliki tujuan dan aspirasi dan akan merasa senang bila tujuannya

tercapai atau sedih bila tidak tercapai Tetapi perasaan mereka sebagai manusia yang

berharga tidak berfluktuasi bergantung pada pencapaian sehingga mereka tidak merasa

superior ketika berhasil ataupun tertekan ketika gagal

Berdasarkan penulisan Baumeister (dalam Hogg amp Vaughan 2002) secara umum

individu dengan karakteristik self-esteem yang tinggi memiliki ciri-ciri

1 Gigih dan ulet dalam menghadapi masa depan

2 Stabil secara emosi dan afektif

3 Kurang fleksibel dan kurang lunak

4 Tidak mudah dibujuk dan dipengaruhi

5 Bereaksi positif pada kehidupan yang menyenangkan dan sukses

6 Memiliki konsep diri yang stabil teliti dan konsisten

7 Berorientasi motivasi pada peningkatan diri

Sedangkan individu dengan self-esteem rendah memiliki ciri-ciri

1 Mudah terluka pada tekanan yang ditemui sehari-hari

2 Mudah berubah dalam afeksi dan suasana hati

3 Fleksibel dan lunak

4 Mudah dibujuk dan dipengaruhi

5 Menginginkan kesuksesan dan persetujuan tetapi ragu-ragu akan memperolehnya

6 Bereaksi negatif terhadap kehidupan yang menyenangkan dan sukses

15

7 Memiliki konsep diri yang sederhana dan tidak stabil

8 Orientasi motivasi pada perlindungan diri

Terdapat beberapa tipe self-esteem yang telah dibahas para ahli diantaranya global self-

esteem yaitu persepsi individu mengenai keberhargaan dirinya secara keseluruhan

Kemudian dikenal juga role-based self-esteem yaitu harga diri dikaitkan dengan

peranan atau posisi seseorang Ada juga task-based self-esteem yaitu harga diri yang

dikaitkan dengan keberhasilan seseorang dalam menyelesaikan tugas Self-esteem sangat

berhubungan dengan identitas sosial seseorang (Hogg amp Vaughan 2002)

Identitas sosial adalah bagian dari konsep diri yang berasal dari keanggotaan individu

dalam kelompok sosial Ketika individu mengevaluasi dirinya ia dipengaruhi oleh

prestise dan status dalam suatu kelompok masyarakat yang dipersepsikannya juga

melekat pada dirinya jika ia menganggap dirinya bagian dari atau berorientasi kepada

kelompok masyarakat tertentu Penilaian ini juga akan dibandingkan dengan kelompok

diluar kelompok masyarakat yang dipersepsikannya sebagai kelompoknya Organisasi

adalah suatu kelompok masyarakat yang tentunya dapat memberikan pengaruh bagi

seseorang dalam menilai dirinya Menjadi bagian dari suatu organisasi maka individu

harus tunduk pada aturan kebiasaan norma serta menyesuaikan diri dengan budaya dan

iklim organisasi Organisasi memiliki tujuan dan cita-cita yang menjiwai setiap aspek

kehidupan organisasi sehingga secara otomatis mempengaruhi setiap individu yang ada

di dalamnya Dari pemahaman ini muncullah kajian tentang harga diri dalam konteks

organisasi Nilai yang dimiliki oleh seorang individu atas dirinya sebagai anggota

organisasi yang bertindak dalam konteks organisasi disebut harga diri berbasis

organisasi atau Organization-based Self-esteem yang disingkat dengan OBSE (Kreitner

amp Kinicki 2000) Dalam konteks organisasi pengaruh self-esteem yang cukup

signifikan telah terlihat melalui berbagai penemuan Misalnya individu yang memiliki

self-esteem yang tinggi cenderung lebih sukses dalam upaya menemukan pekerjaan

sedangkan individu dengan self-esteem yang rendah bila dipekerjakan akan lebih

tertarik pada organisasi yang besar dimana posisi mereka tidak terlalu diperhatikan

Pekerja dengan self-esteem yang tinggi cenderung secara aktif berusaha menemukan

16

materi yang dibutuhkan untuk mengatasi masalah pekerjaan dan menggunakan

kemampuan serta keahlian mereka secara penuh sehingga hasil kerjanya lebih maksimal

Cukup menarik untuk diperhatikan bahwa individu dengan self-esteem rendah

kelihatannya sadar dengan kemungkinan mereka memberikan hasil yang buruk Mereka

cenderung menilai dirinya secara negatif (khususnya ketika penilaian terhadap performa

mereka ambigu) dan pada dasarnya bertanggungjawab terhadap hasil buruk tersebut

(Greenberg 2005)

IIB2 Aspek-aspek Organization-based Self-esteem

Dalam konteks organisasi penilaian seseorang terhadap dirinya terkait dengan

bagaimana kondisi organisasi secara struktural kerumitan pekerjaan yang dihadapinya

serta adanya penghargaan dari pihak managerial OBSE cenderung meningkat ketika

individu mempersepsikan bahwa atasan mereka memiliki suatu kepedulian pada mereka

Nilainya juga lebih tinggi pada organisasi dengan struktur yang organik (fleksibel)

daripada yang kaku (Birokratis) Pekerjaan yang rumit dan menantang juga mendorong

OBSE yang lebih tinggi daripada pekerjaan yang sederhana berulang-ulang serta

membosankan Dan faktor-faktor ini juga berhubungan dengan motivasi untuk tugas

yang lebih besar (Kreitner amp Kinicki 2000)

Tan Kim Sek (2003) menemukan bahwa metode sosialisasi yang efektif dapat

meningkatkan kompetensi pekerja dalam menyelesaikan tugasnya terkait dengan

peranannya dalam organisasi yang akan meningkatkan OBSE-nya Dalam konteks

penulisan ini taktik sosialisasi yang digunakan adalah perencanaan pengembangan

karier interaksi yang positif dengan rekan kerja dan interaksi positif dengan pendatang

baru di organisasi Gardner Dyne amp Pierce (2004) menemukan bahwa tingkatan gaji

turut mempengaruhi rasa berharga seorang individu sebagai anggota organisasi

sehingga mereka menyarankan organisasi mempertimbangkan sistem penggajian

berbasis kompetensi Namun mereka juga mengindikasikan bahwa sistem penggajian

berbasis kompetensi tetap memiliki resiko dimana individu dengan tingkat gaji yang

lebih rendah dapat menganggap dirinya kurang berkompeten sehingga berpeluang

menjatuhkan self-esteemnya

17

Dalam studi replikasinya Tang amp Gilbert (1992) menemukan bahwa OBSE

berhubungan dengan global self-esteem need for achievement organizational

citizenship komitmen organisasi motivasi untuk meningkatkan potensi dan pendidikan

Status subyek dalam organisasi tidak berhubungan dengan OBSE Intinya penemuan

mereka menampilkan hubungan antara OBSE dengan banyak variabel yang bernilai

intrinsik tentang perasaan subyektif pekerja dalam

organisasi

Kreitner amp Kinicki (2000) menyebutkan ciri-ciri individu dengan nilai OBSE yang tinggi

cenderung memandang diri mereka sendiri sebagai seorang yang penting berharga

berpengaruh dan berarti dalam konteks organisasi yang mempekerjakannya Untuk itu

mereka menyarankan agar organisasi melakukan upaya untuk membangun self-esteem

karyawan yaitu dengan

1 Mendukung dan menunjukkan kepedulian pada persoalan kepentingan status

dan kontribusi individu

2 Menawarkan pekerjaan yang memiliki variasi otonomi dan tantangan yang sesuai

dengan nilai-nilai keahlian dan kemampuan individu

3 Berjuang untuk membangun ikatan antara karyawan dan manajemen didasari

kepercayaan

4 Menunjukkan keyakinan terhadap kemampuan pengendalian pribadi dan

memberi penghargaan pada keberhasilan

Greenberg (2005) juga memiliki empat point penting yang disarankannya untuk

meningkatkan self-esteem individu dalam organisasi yaitu

1 Buatlah orang merasa berharga ciptakan kesempatan bagi individu untuk merasa

diterima dengan mencari cara untuk memanfaatkan pengalaman dan keahlian

unik mereka

2 Buatlah orang merasa kompeten kenali hal-hal baik yang dilakukan individu dan

pujilah mereka sesuai dengan hal itu

18

3 Buatlah orang merasa aman harga diri karyawan akan lebih meningkat ketika

harapan para manager tersampaikan dengan jelas dan terangterangan pada

mereka

4 Buatlah orang merasa mendapatkan wewenang individu diberikan kesempatan

untuk memutuskan bagaimana mereka akan menyelesaikan pekerjaan yang

menurut mereka baik bagi mereka dan pekerjaannya

Dari berbagai penulisan dan pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa OBSE

memiliki beberapa aspek (Kreitner amp Kinicki 2000 Greenberg 2005) yaitu

1 merasa diterima dalam organisasi

2 merasa aman dalam organisasi

3 merasa berkompeten dalam organisasi

4 merasa berpengaruh dalam organisasi

5 merasa penting bagi organisasi

6 rasa berharga bagi organisasi

7 merasa berkembang dalam organisasi

Aspek-aspek inilah yang akan menjadi indikator OBSE dalam penulisan ini

IICEtos Kerja dalam Islam

Menurut Ahmad (200116) Islam adalah agama yang menghargai kerja keras Kenyataan

ini dapat terlihat dari serangkaian firman Allah dalam Al- Quran yang sangat

menekankan arti penting diantaranya

Dan katakanlah Bekerjalah kamu maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang

mukmin akan melihat pekerjaanmu itu dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah)

Yang mengetahui akan yang gaib dan yang nyata lalu diberitakan-Nya kepada kamu

apa yang telah kamu kerjakan (QS At-Taubah 9 105)

19

ldquo Katakanlah Hai kaumku berbuatlah sepenuh kemampuanmu sesungguhnya akupun

berbuat (pula) Kelak kamu akan mengetahui siapakah (diantara kita) yang akan

memperoleh hasil yang baik dari dunia ini Sesungguhnya orang yang dzalim itu tidak

akan mendapat keberuntunganrdquo QS Al Anrsquoam (6) 135

IIC1Konsep Kerja dalam Islam

Kemuliaan seorang manusia itu bergantung kepada apa yang dilakukannya Dengan itu

sesuatu amalan atau pekerjaan yang mendekatkan seseorang kepada Allah adalah sangat

penting serta patut untuk diberi perhatian Amalan atau pekerjaan yang demikian selain

memperoleh keberkahan serta kesenangan dunia juga ada yang lebih penting yaitu

merupakan jalan atau tiket dalam menentukan tahap kehidupan seseorang di akhirat

kelak apakah masuk golongan ahli syurga atau sebaliknya Istilah lsquokerjarsquo dalam Islam

bukanlah semata-mata merujuk kepada mencari rezeki untuk menghidupi diri dan

keluarga dengan menghabiskan waktu siang maupun malam dari pagi hingga sore terus

menerus tak kenal lelah tetapi kerja mencakup segala bentuk amalan atau pekerjaan

yang mempunyai unsur kebaikan dan keberkahan bagi diri keluarga dan masyarakat

sekelilingnya serta negara Dengan kata lain orang yang berkerja adalah mereka yang

menyumbangkan jiwa dan tenaganya untuk kebaikan diri keluarga masyarakat dan

negara tanpa menyusahkan orang lain Oleh karena itu kategori ahli Syurga seperti yang

digambarkan dalam Al-Qurrsquoan bukanlah orang yang mempunyai pekerjaanjabatan yang

tinggi dalam suatu perusahaaninstansi sebagai manajer direktur teknisi dalam suatu

bengkel dan sebagainya Tetapi sebaliknya Al-Quran menggariskan golongan yang baik

lagi beruntung (al-falah) itu adalah orang yang banyak taqwa kepada Allah khusyu

sholatnya baik tutur katanya memelihara pandangan dan kemaluannya serta

menunaikan tanggung jawab sosialnya seperti mengeluarkan zakat dan lainnya (QS Al

Mursquominun 1 ndash 11)

Golongan ini mungkin terdiri dari pegawai supir tukang sapu ataupun seorang yang

tidak mempunyai pekerjaan tetap Sifat-sifat di ataslah sebenarnya yang menjamin

20

kebaikan dan kedudukan seseorang di dunia dan di akhirat kelak Jika membaca hadits-

hadits Rasulullah SAW tentang ciri-ciri manusia yang baik di sisi Allah maka tidak

heran bahwa diantara mereka itu ada golongan yang memberi minum anjing kelaparan

mereka yang memelihara mata telinga dan lidah dari perkara yang tidak berguna tanpa

melakukan amalan sunnah yang banyak dan seumpamanyaDalam satu hadits yang

diriwayatkan oleh Umar ra berbunyi rsquoBahwa setiap amal itu bergantung pada niat

dan setiap individu itu dihitung berdasarkan apa yang diniatkannya helliprsquo

Dalam riwayat lain Rasulullah SAW bersabda lsquo Binasalah orang-orang Islam kecuali

mereka yang berilmu Maka binasalah golongan berilmu kecuali mereka yang beramal

dengan ilmu mereka Dan binasalah golongan yang beramal dengan ilmu mereka

kecuali mereka yang ikhlas Sesungguhnya golongan yang ikhlas ini juga masih dalam

keadaan bahaya yang amat besar helliprsquo Kedua hadist diatas sudah cukup menjelaskan

betapa niat yang disertai dengan keikhlasan itulah inti sebenarnya dalam kehidupan

dan pekerjaan manusia Alangkah baiknya kalau umat Islam hari ini dapat bergerak dan

bekerja dengan tekun dan mempunyai tujuan yang satu yaitu lsquomardatillahrsquo (keridhaan

Allah) itulah yang dicari dalam semua urusan Dari situlah akan lahir nilai keberkahan

yang sebenarnya dalam kehidupan yang penuh dengan curahan rahmat dan nikmat yang

banyak dari Allah Inilah golongan yang diistilahkan sebagai golongan yang tenang

dalam ibadah ridha dengan kehidupan yang ditempuh serta optimis dengan janji-janji

Allah

IIC2Meneladani Etos Kerja Rasulullah SAW

Rasulullah SAW menjadikan kerja sebagai aktualisasi keimanan dan ketakwaan Rasul

bekerja bukan untuk menumpuk kekayaan duniawi Beliau bekerja untuk meraih

keridaan Allah SWT

Suatu hari Rasulullah SAW berjumpa dengan Saad bin Muadz Al-Anshari Ketika itu

Rasul melihat tangan Saad melepuh kulitnya gosong kehitam-hitaman seperti

terpanggang matahari Kenapa tanganmu tanya Rasul kepada Saad Wahai

21

Rasulullah jawab Saad Tanganku seperti ini karena aku mengolah tanah dengan

cangkul itu untuk mencari nafkah keluarga yang menjadi tanggunganku Seketika itu

beliau mengambil tangan Saad dan menciumnya seraya berkata Inilah tangan yang

tidak akan pernah disentuh api neraka

Dalam kisah lain disebutkan bahwa ada seseorang yang berjalan melalui tempat

Rasulullah SAW Orang tersebut sedang bekerja dengan sangat giat dan tangkas Para

sahabat kemudian bertanya Wahai Rasulullah andaikata bekerja semacam orang itu

dapat digolongkan jihad fi sabilillah maka alangkah baiknya Mendengar itu Rasul pun

menjawab Kalau ia bekerja untuk menghidupi anak-anaknya yang masih kecil itu

adalah fi sabilillah kalau ia bekerja untuk menghidupi kedua orangtuanya yang sudah

lanjut usia itu adalah fi sabilillah kalau ia bekerja untuk kepentingan dirinya sendiri

agar tidak meminta-minta itu juga fi sabilillah (HR Ath- Thabrani)

Bekerja adalah manifestasi amal saleh Bila kerja itu amal saleh maka kerja adalah

ibadah Dan bila kerja itu ibadah maka kehidupan manusia tidak bisa dilepaskan dari

kerja Bukankah Allah SWT menciptakan manusia untuk beribadah kepada-Nya

Tidak berlebihan bila keberadaan seorang manusia ditentukan oleh aktivitas kerjanya

Allah SWT berfirman

Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib manusia sebelum mereka mengubah

apa yang ada pada dirinya (QS Ar-Rad [13] 11) Dalam ayat lain diungkapkan pula

ldquodan bahwasannya seorang manusia tidak akan memperoleh selain apa yang telah

diusahakannyardquo (QS Al- Najm [53] 39)

Kisah di awal menggambarkan betapa besarnya penghargaan Rasulullah SAW terhadap

kerja Kerja apapun itu selama tidak menyimpang dari aturan yang ditetapkan agama

Demikian besarnya penghargaan beliau sampaisampai dalam kisah pertama manusia

teragung ini rela mencium tangan Saad bin Muadz Al-Anshari yang melepuh lagi

gosong Rasulullah SAW dalam dua kisah tersebut memberikan motivasi pada umatnya

bahwa bekerja adalah perbuatan mulia dan termasuk bagian dari jihad Rasulullah SAW

adalah sosok yang selalu berbuat sebelum beliau memerintahkan para sahabat untuk

melakukannya Hal ini sesuai dengan tugas beliau sebagai ushwatun hasanah teladan

yang baik bagi seluruh manusia Maka saat kita berbicara tentang etos kerja islami maka

22

beliaulah orang yang paling pantas menjadi rujukan Dan berbicara tentang etos kerja

Rasulullah SAW sama artinya dengan berbicara bagaimana beliau menjalankan peran-

peran dalam hidupnya Ada lima peran penting yang diemban Rasulullah SAW yaitu

Pertama sebagai rasul Peran ini beliau jalani selama 23 tahun Dalam kurun waktu

tersebut beliau harus berdakwah menyebarkan Islam menerima menghapal

menyampaikan dan menjelaskan tak kurang dari 6666 ayat Alquran menjadi guru

(pembimbing) bagi para sahabat dan menjadi hakim yang memutuskan berbagai pelik

permasalahan umat-dari mulai pembunuhan sampai perceraian

Kedua sebagai kepala negara dan pemimpin sebuah masyarakat heterogen Tatkala

memegang posisi ini Rasulullah SAW harus menerima kunjungan diplomatik negara-

negara sahabat Rasul pun harus menata dan menciptakan sistem hukum yang mampu

menyatukan kaum Muslimin Nasrani dan Yahudi mengatur perekonomian dan

setumpuk masalah lainnya

Ketiga sebagai panglima perang Selama hidup tak kurang dari 28 kali Rasul

memimpin pertempuran melawan kafir Quraisy Sebagai panglima perang beliau harus

mengorganisasi lebih dari 53 pasukan kaveleri bersenjata Harus memikirkan strategi

perang persedian logistik keamanan transportasi kesehatan dan lainnya

Keempat sebagai kepala rumahtangga Dalam posisi ini Rasul harus mendidik

membahagiakan dan memenuhi tanggung jawab-lahir batin-terhadap para istri beliau

tujuh anak dan beberapa orang cucu Beliau dikenal sebagai sosok yang sangat

perhatian terhadap keluarganya Di tengah kesibukannya Rasul pun masih sempat

bercanda dan menjahit sendiri bajunya

Kelima sebagai seorang pebisnis Sejak usia 12 tahun pamannya Abu Thalib sudah

mengajaknya melakukan perjalanan bisnis ke Syam negeri yang saat ini meliputi Syria

Jordan dan Lebanon Dari usia 17 hingga sekitar 20 tahun adalah masa tersulit dalam

perjalanan bisnis Rasul karena beliau harus mandiri dan bersaing dengan pemain pemain

23

senior dalam perdagangan regional Usia 20 hingga 25 tahun merupakan titik keemasan

entrepreneurship Rasulullah SAW terbukti dengan terpikatnya konglomerat Mekah

Khadijah binti Khuwailid yang kemudian melamarnya menjadi suami Afzalurrahman

dalam bukunya Muhammad Sebagai Seorang Pedagang (2000 5-12) mencatat bahwa

Rasul pun sering terlibat dalam perjalanan bisnis ke berbagai negeri seperti Yaman

Oman dan Bahrain Dan beliau mulai mengurangi kegiatan bisnisnya ketika mencapai

usia 37 tahun

Adalah kenyataan bila Rasulullah SAW mampu menjalankan kelima perannya tersebut

dengan sempurna bahkan menjadi yang terbaik Tak heran bila para ilmuwan baik itu

yang Muslim maupun non-Muslim menempatkan beliau sebagai orang yang paling

berpengaruh paling pemberani paling bijaksana paling bermoral dan sejumlah paling

lainnya

IIC3Rahasia kesuksesan karier dan pekerjaan Rasulullah SAW

Pertama Rasul selalu bekerja dengan cara terbaik profesional dan tidak asal-asalan

Beliau bersabda Sesungguhnya Allah menginginkan jika salah seorang darimu bekerja

maka hendaklah meningkatkan kualitasnya

Kedua dalam bekerja Rasul melakukannya dengan manajemen yang baik perencanaan

yang jelas pentahapan aksi dan adanya penetapan skala prioritas

Ketiga Rasul tidak pernah menyia-nyiakan kesempatan sekecil apapun Barangsiapa

yang dibukakan pintu kebaikan hendaknya dia mampu memanfaatkannya karena ia

tidak tahu kapan ditutupkan kepadanya demikian beliau bersabda

Keempat dalam bekerja Rasul selalu memperhitungkan masa depan Beliau adalah

sosok yang visioner sehingga segala aktivitasnya benar-benar terarah dan terfokus

Kelima Rasul tidak pernah menangguhkan pekerjaan Beliau bekerja secara tuntas dan

berkualitas

Keenam Rasul bekerja secara berjamaah dengan mempersiapkan (membentuk) tim

yang solid yang percaya pada cita-cita bersama

24

Ketujuh Rasul adalah pribadi yang sangat menghargai waktu Tidak berlalu sedetik pun

waktu kecuali menjadi nilai tambah bagi diri dan umatnya Dan yang terakhir

Rasulullah SAW menjadikan kerja sebagai aktualisasi keimanan dan ketakwaan Rasul

bekerja bukan untuk menumpuk kekayaan duniawi Beliau bekerja untuk meraih

keridhaan Allah SWT Inilah kunci terpenting Semoga Allah SWT memberikan

kemampuan kepada kita untuk meneladani etos kerja Rasulullah SAW

25

BAB III

PEMBAHASAN

IIIA HUBUNGAN ANTARA ORGANIZATION-BASED SELF-ESTEEM

(OBSE) DAN ETOS KERJA

Untuk dapat meningkatkan Etos Kerja diperlukan adanya suatu sikap yang menilai

tinggi pada kerja keras dan sungguh-sungguh Karena itu perlu ditemukan suatu

dorongan yang tepat untuk memotivasi dan merubah sikap (Anoraga 1992) Seperti

yang sudah dipaparkan Anoraga sebelumnya bahwa motivasi merupakan kunci untuk

membangun Etos Kerja yang baik Motivasi kerja adalah sesuatu yang menimbulkan

semangat atau dorongan kerja kuat lemahnya motivasi kerja seseorang ikut menentukan

besar kecilnya prestasi seorang pekerja

Tujuan organisasi yang ditanamkan dalam visi misi filosofi dan mottoorganisasi

merupakan suatu nilai ideal yang harus dicapai individu Dengan proses yang tepat

organisasi berusaha menanamkan nilai-nilai ini pada para anggotanya

Nilai ideal yang dipersepsikan oleh anggota akan mempengaruhi penilaiannya terhadap

dirinya sehingga membentuk OBSE-nya Nilai-nilai ini ditanamkan oleh organisasi

dengan tujuan utama yaitu kinerja dan kualitas kerja yang meningkat

Kinerja dan kualitas kerja yang baik dapat dicapai dengan Etos Kerja yang baik maka

organisasi secara tidak langsung berusaha untuk meningkatkan Etos Kerja anggotanya

OBSE mempengaruhi beberapa aspek antara lain global self-esteemharga diri secara

keseluruhan kepuasan secara keseluruhan perilaku warga negara yang baik komitmen

dan kepuasan organisasi prestasi kerja dan terakhir adalah motivasi intrinsik (Kreitner

amp Kinicki 2000) Menurut Alderfer (dalam Siagian 1995) dengan teori motivasi ERG-

nya salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi adalah faktor R (Relatedness) yaitu

kebutuhan akan pemenuhan rasa puas dalam berhubungan dengan keluarga teman

atasan bawahan dan rekan sekerja dimana hal ini melibatkan unsur cinta dan self-

esteem Dengan meningkatnya self-esteem pekerja yang didasarkan pada keberadaannya

sebagai bagian dari organisasi maka motivasinya secara intrinsic dalam bekerja

meningkat Herzberg (dalam Anoraga 1992) yang melakukan studi mengenai motivasi

26

kerja menyatakan faktor intrinsik dalam bekerja yang meliputi pencapaian sukses

pengakuan kemungkinan untuk meningkat dalam jabatan (karier) tanggung jawab

kemungkinan berkembang dan pekerjaan itu sendiri Dapat dilihat bahwa faktor-faktor

intrinsik ini merupakan aspek-aspek yang akan tergambar pada OBSE Faktor pengakuan

dapat dilihat pada persepsi tentang seberapa berharga dan pentingnya individu dalam

organisasi apakah ia merasa diterima sebagai anggota organisasi dan merasa aman

sebagai bagian dari organisasi

Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat dilihat bagaimana OBSE mempengaruhi

motivasi intrinsik seseorang untuk bekerja Ketika OBSE meningkat motivasi intrinsik

seseorang dalam bekerja turut meningkat maka seharusnya Etos Kerjanya akan

meningkat juga Artinya kebutuhan organisasi untuk mencapai hasil dan kinerja

organisasi yang lebih baik dapat dicapai salah satunya melalui upaya meningkatkan

OBSE pekerjanya

Penelitian lain yang telah dilakukan mengenai OBSE yaitu penelitian Lanford Roe

Carson amp Carson (1997) pada teknisi unit gawat darurat Mereka menemukan

peningkatan OBSE berpeluang meningkatkan komitmen terhadap karier menurunkan

kecenderungan menarik diri dari tugas dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya

kualitas perlakuan Hal ini merupakan beberapa indikasi perilaku yang mencerminkan

Etos Kerja seperti yang dikatakan Sinamo (2005) yaitu bekerja dengan integritas

bekerja dengan penuh tanggung jawab bekerja dengan sempurna Secara umum dapat

dikatakan bahwa bila seseorang merasa berharga dalam organisasi dikarenakan berbagai

faktor ia akan cenderung memiliki motivasi yang lebih baik untuk mencapai tujuan

yang ditetapkan organisasi tersebut sehingga Etos Kerjanya akan lebih baik daripada

individu dengan OBSE-nya rendah

IIIA PENGARUH ETOS KERJA ISLAMI TERHADAP KINERJA SESEORANG

etos kerja islami yang didasarkan pada Al-Qurrsquoan dan Hadits agar produktivitas kerja

karyawan dapat menunjang perkembangan ekonomi ummat serta pengaruh kinerja yang

ditunjukkan oleh karyawan itu sendiri Setidaknya etos kerja itu bersumber dan

27

berkaitan langsung dengan nilai-nilai kejiwaan seseorang dan menunjukkan pula

pandangan hidup yang mendarah daging untuk dapat mengembangkan dirinya sehingga

etos kerja kerja menunjukkan pula sikap dan harapan seseorang Dan dengan sikap

seperti ini seseorang yang memiliki etos akan berusaha untuk memenuhi harapannya

tersebut Sebab Etos kerja juga mempunyai makna nilai moral dan pemberdayaan diri

yaitu suatu pandangan batin yang bersifat mendarah daging Seseorang akan merasakan

bahwa hanya dengan menghasilkan pekerjaan yang terbaik bahkan sempurna nilai-nilai

Islam yang diyakininya dapat diwujudkan

Dengan pengembangan kualitas yang ada dalam diri pribadi setiap manusia semua yang

dilaksanakan dapat terwujud sesuai nilai moral yang dimilikinya Karenanya etos kerja

bukanlah sekedar kepribadian atau sikap melainkan lebih mendalam lagi karena

didalamnya terdapat martabat harga diri dan jati diri dari seorang tersebut

Berkaitan dengan ini Ahmad (200117) menegaskan bahwa Islam tidak hanya

memerintahkan manusia hanya untuk sholat saja namun manusia juga diperintahkan

untuk mencari rezeki di bumi 1048755Apabila telah ditunaikan sholat maka bertebaranlah

kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah1048755Dan Allah adalah sebaik-baik Pemberi

Rezeki1048755 (QS Al Jumursquoah 10-11) Petikan-petikan ayat di atas sangatlah jelas

memperlihatkan pandangan Islam terhadap nilai kerja itu sendiri

Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Tasmara (200226) etos kerja islami menekankan

pada kerja sama dalam bekerja dan konsep konsultasi yang terlihat sebagai jalan untuk

mengatasi rintangan atau masalah dan menghindari kesalahan Hubungan sosial dalam

bekerja merupakan pendorong yang bertujuan untuk mempertemukan kebutuhan

seseorang dan membuat keseimbangan antara kebutuhan individu dan kehidupan sosial

Dan hal ini juga diperkuat dengan firman Allah SWT dalam surat Al

Jumursquoah 1048755Maka apabila telah ditunaikan sholat maka bertebaranlah kamu di muka

bumi dan carilah karunia Allah serta banyaklah ingat kepada Allah agar kamu

beruntung1048755 (QS Al Jumursquoah 10) Jadi dalam ayat tersebut tersirat pesan yaitu

hendaknya kita beribadah sebagaimana diwajibkan namun kita juga harus bekerja

mencari rezeki dari kemurahan Allah Bersama dengan itu kita senantiasa ingat kepada-

Nya Yakni memenuhi semua ketentuan etis dan akhlaq dalam bekerja yaitu dengan

28

menyadari pengawasan dan perhitungan Allah terhadap setiap bentuk kerja kita Semua

perilaku manusia didasari prinsip rahman dan rahim dengan kesadaran penuh sebagai

rahmatan lil 1048755alamin integritas yang sangat tinggi karena merasa dirinya dilihat oleh

Allah bukan karena atasan atau sekedar upah belaka dan jabatan hanya dilihat sebagai

amanah Allah (Agustian 200152) Sikap ini akan mendorong suatu kreativitas tanpa

henti untuk menciptakan mutu pelayanan dan produk yang lebih berkualitas yang

dipandang dalam etos kerja islami

29

BAB IV

KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari tulisan ini sebagai berikut

1 Sesuai dengan landasan teori yang telah dibahas sebelumnya dapat dikatakan

bahwa ketika Organisation-Based Self-Esteem (OBSE) seseorang meningkat

maka motivasinya untuk mencapai kinerja yang lebih baik di dalam organisasi

tersebut akan meningkat secara intrinsik (kreitner amp Kinicki 2000) sehingga

cara pandangnya terhadap nilai bekerja yang dikenal dengan konsep Etos Kerja

turut meningkat (Anoraga 1992)

2 Ketika nilai Organisation-Based Self-Esteem (OBSE) seorang individu rendah

belum tentu nilai Etos Kerjanya harus rendah pula karena selain faktor OBSE

masih terdapat faktor-faktor lain yang turut mempengaruhi Etos Kerja seseorang

seperti yang telah dijelaskan pada bab dua seperti agama pendidikan sosial

budaya struktur ekonomi dan sebagainya Kualitas beragama unsur sosial

budaya dan kondisi ekonomi misalnya dapat mempengaruhi cara pandang

seseorang terhadap nilai bekerja

3 etos kerja islami didasarkan pada Al-Qurrsquoan dan Hadits agar produktivitas kerja

karyawan dapat menunjang perkembangan ekonomi ummat serta pengaruh

kinerja yang ditunjukkan oleh karyawan itu sendiri Sehingga dapat terbentuk

etoskerja yang mempunyai makna nilai moral dan pemberdayaan diri

30

DAFTAR PUSTAKA

1

2

3

31

Page 16: Paper Etos Kerja 2

7 Memiliki konsep diri yang sederhana dan tidak stabil

8 Orientasi motivasi pada perlindungan diri

Terdapat beberapa tipe self-esteem yang telah dibahas para ahli diantaranya global self-

esteem yaitu persepsi individu mengenai keberhargaan dirinya secara keseluruhan

Kemudian dikenal juga role-based self-esteem yaitu harga diri dikaitkan dengan

peranan atau posisi seseorang Ada juga task-based self-esteem yaitu harga diri yang

dikaitkan dengan keberhasilan seseorang dalam menyelesaikan tugas Self-esteem sangat

berhubungan dengan identitas sosial seseorang (Hogg amp Vaughan 2002)

Identitas sosial adalah bagian dari konsep diri yang berasal dari keanggotaan individu

dalam kelompok sosial Ketika individu mengevaluasi dirinya ia dipengaruhi oleh

prestise dan status dalam suatu kelompok masyarakat yang dipersepsikannya juga

melekat pada dirinya jika ia menganggap dirinya bagian dari atau berorientasi kepada

kelompok masyarakat tertentu Penilaian ini juga akan dibandingkan dengan kelompok

diluar kelompok masyarakat yang dipersepsikannya sebagai kelompoknya Organisasi

adalah suatu kelompok masyarakat yang tentunya dapat memberikan pengaruh bagi

seseorang dalam menilai dirinya Menjadi bagian dari suatu organisasi maka individu

harus tunduk pada aturan kebiasaan norma serta menyesuaikan diri dengan budaya dan

iklim organisasi Organisasi memiliki tujuan dan cita-cita yang menjiwai setiap aspek

kehidupan organisasi sehingga secara otomatis mempengaruhi setiap individu yang ada

di dalamnya Dari pemahaman ini muncullah kajian tentang harga diri dalam konteks

organisasi Nilai yang dimiliki oleh seorang individu atas dirinya sebagai anggota

organisasi yang bertindak dalam konteks organisasi disebut harga diri berbasis

organisasi atau Organization-based Self-esteem yang disingkat dengan OBSE (Kreitner

amp Kinicki 2000) Dalam konteks organisasi pengaruh self-esteem yang cukup

signifikan telah terlihat melalui berbagai penemuan Misalnya individu yang memiliki

self-esteem yang tinggi cenderung lebih sukses dalam upaya menemukan pekerjaan

sedangkan individu dengan self-esteem yang rendah bila dipekerjakan akan lebih

tertarik pada organisasi yang besar dimana posisi mereka tidak terlalu diperhatikan

Pekerja dengan self-esteem yang tinggi cenderung secara aktif berusaha menemukan

16

materi yang dibutuhkan untuk mengatasi masalah pekerjaan dan menggunakan

kemampuan serta keahlian mereka secara penuh sehingga hasil kerjanya lebih maksimal

Cukup menarik untuk diperhatikan bahwa individu dengan self-esteem rendah

kelihatannya sadar dengan kemungkinan mereka memberikan hasil yang buruk Mereka

cenderung menilai dirinya secara negatif (khususnya ketika penilaian terhadap performa

mereka ambigu) dan pada dasarnya bertanggungjawab terhadap hasil buruk tersebut

(Greenberg 2005)

IIB2 Aspek-aspek Organization-based Self-esteem

Dalam konteks organisasi penilaian seseorang terhadap dirinya terkait dengan

bagaimana kondisi organisasi secara struktural kerumitan pekerjaan yang dihadapinya

serta adanya penghargaan dari pihak managerial OBSE cenderung meningkat ketika

individu mempersepsikan bahwa atasan mereka memiliki suatu kepedulian pada mereka

Nilainya juga lebih tinggi pada organisasi dengan struktur yang organik (fleksibel)

daripada yang kaku (Birokratis) Pekerjaan yang rumit dan menantang juga mendorong

OBSE yang lebih tinggi daripada pekerjaan yang sederhana berulang-ulang serta

membosankan Dan faktor-faktor ini juga berhubungan dengan motivasi untuk tugas

yang lebih besar (Kreitner amp Kinicki 2000)

Tan Kim Sek (2003) menemukan bahwa metode sosialisasi yang efektif dapat

meningkatkan kompetensi pekerja dalam menyelesaikan tugasnya terkait dengan

peranannya dalam organisasi yang akan meningkatkan OBSE-nya Dalam konteks

penulisan ini taktik sosialisasi yang digunakan adalah perencanaan pengembangan

karier interaksi yang positif dengan rekan kerja dan interaksi positif dengan pendatang

baru di organisasi Gardner Dyne amp Pierce (2004) menemukan bahwa tingkatan gaji

turut mempengaruhi rasa berharga seorang individu sebagai anggota organisasi

sehingga mereka menyarankan organisasi mempertimbangkan sistem penggajian

berbasis kompetensi Namun mereka juga mengindikasikan bahwa sistem penggajian

berbasis kompetensi tetap memiliki resiko dimana individu dengan tingkat gaji yang

lebih rendah dapat menganggap dirinya kurang berkompeten sehingga berpeluang

menjatuhkan self-esteemnya

17

Dalam studi replikasinya Tang amp Gilbert (1992) menemukan bahwa OBSE

berhubungan dengan global self-esteem need for achievement organizational

citizenship komitmen organisasi motivasi untuk meningkatkan potensi dan pendidikan

Status subyek dalam organisasi tidak berhubungan dengan OBSE Intinya penemuan

mereka menampilkan hubungan antara OBSE dengan banyak variabel yang bernilai

intrinsik tentang perasaan subyektif pekerja dalam

organisasi

Kreitner amp Kinicki (2000) menyebutkan ciri-ciri individu dengan nilai OBSE yang tinggi

cenderung memandang diri mereka sendiri sebagai seorang yang penting berharga

berpengaruh dan berarti dalam konteks organisasi yang mempekerjakannya Untuk itu

mereka menyarankan agar organisasi melakukan upaya untuk membangun self-esteem

karyawan yaitu dengan

1 Mendukung dan menunjukkan kepedulian pada persoalan kepentingan status

dan kontribusi individu

2 Menawarkan pekerjaan yang memiliki variasi otonomi dan tantangan yang sesuai

dengan nilai-nilai keahlian dan kemampuan individu

3 Berjuang untuk membangun ikatan antara karyawan dan manajemen didasari

kepercayaan

4 Menunjukkan keyakinan terhadap kemampuan pengendalian pribadi dan

memberi penghargaan pada keberhasilan

Greenberg (2005) juga memiliki empat point penting yang disarankannya untuk

meningkatkan self-esteem individu dalam organisasi yaitu

1 Buatlah orang merasa berharga ciptakan kesempatan bagi individu untuk merasa

diterima dengan mencari cara untuk memanfaatkan pengalaman dan keahlian

unik mereka

2 Buatlah orang merasa kompeten kenali hal-hal baik yang dilakukan individu dan

pujilah mereka sesuai dengan hal itu

18

3 Buatlah orang merasa aman harga diri karyawan akan lebih meningkat ketika

harapan para manager tersampaikan dengan jelas dan terangterangan pada

mereka

4 Buatlah orang merasa mendapatkan wewenang individu diberikan kesempatan

untuk memutuskan bagaimana mereka akan menyelesaikan pekerjaan yang

menurut mereka baik bagi mereka dan pekerjaannya

Dari berbagai penulisan dan pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa OBSE

memiliki beberapa aspek (Kreitner amp Kinicki 2000 Greenberg 2005) yaitu

1 merasa diterima dalam organisasi

2 merasa aman dalam organisasi

3 merasa berkompeten dalam organisasi

4 merasa berpengaruh dalam organisasi

5 merasa penting bagi organisasi

6 rasa berharga bagi organisasi

7 merasa berkembang dalam organisasi

Aspek-aspek inilah yang akan menjadi indikator OBSE dalam penulisan ini

IICEtos Kerja dalam Islam

Menurut Ahmad (200116) Islam adalah agama yang menghargai kerja keras Kenyataan

ini dapat terlihat dari serangkaian firman Allah dalam Al- Quran yang sangat

menekankan arti penting diantaranya

Dan katakanlah Bekerjalah kamu maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang

mukmin akan melihat pekerjaanmu itu dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah)

Yang mengetahui akan yang gaib dan yang nyata lalu diberitakan-Nya kepada kamu

apa yang telah kamu kerjakan (QS At-Taubah 9 105)

19

ldquo Katakanlah Hai kaumku berbuatlah sepenuh kemampuanmu sesungguhnya akupun

berbuat (pula) Kelak kamu akan mengetahui siapakah (diantara kita) yang akan

memperoleh hasil yang baik dari dunia ini Sesungguhnya orang yang dzalim itu tidak

akan mendapat keberuntunganrdquo QS Al Anrsquoam (6) 135

IIC1Konsep Kerja dalam Islam

Kemuliaan seorang manusia itu bergantung kepada apa yang dilakukannya Dengan itu

sesuatu amalan atau pekerjaan yang mendekatkan seseorang kepada Allah adalah sangat

penting serta patut untuk diberi perhatian Amalan atau pekerjaan yang demikian selain

memperoleh keberkahan serta kesenangan dunia juga ada yang lebih penting yaitu

merupakan jalan atau tiket dalam menentukan tahap kehidupan seseorang di akhirat

kelak apakah masuk golongan ahli syurga atau sebaliknya Istilah lsquokerjarsquo dalam Islam

bukanlah semata-mata merujuk kepada mencari rezeki untuk menghidupi diri dan

keluarga dengan menghabiskan waktu siang maupun malam dari pagi hingga sore terus

menerus tak kenal lelah tetapi kerja mencakup segala bentuk amalan atau pekerjaan

yang mempunyai unsur kebaikan dan keberkahan bagi diri keluarga dan masyarakat

sekelilingnya serta negara Dengan kata lain orang yang berkerja adalah mereka yang

menyumbangkan jiwa dan tenaganya untuk kebaikan diri keluarga masyarakat dan

negara tanpa menyusahkan orang lain Oleh karena itu kategori ahli Syurga seperti yang

digambarkan dalam Al-Qurrsquoan bukanlah orang yang mempunyai pekerjaanjabatan yang

tinggi dalam suatu perusahaaninstansi sebagai manajer direktur teknisi dalam suatu

bengkel dan sebagainya Tetapi sebaliknya Al-Quran menggariskan golongan yang baik

lagi beruntung (al-falah) itu adalah orang yang banyak taqwa kepada Allah khusyu

sholatnya baik tutur katanya memelihara pandangan dan kemaluannya serta

menunaikan tanggung jawab sosialnya seperti mengeluarkan zakat dan lainnya (QS Al

Mursquominun 1 ndash 11)

Golongan ini mungkin terdiri dari pegawai supir tukang sapu ataupun seorang yang

tidak mempunyai pekerjaan tetap Sifat-sifat di ataslah sebenarnya yang menjamin

20

kebaikan dan kedudukan seseorang di dunia dan di akhirat kelak Jika membaca hadits-

hadits Rasulullah SAW tentang ciri-ciri manusia yang baik di sisi Allah maka tidak

heran bahwa diantara mereka itu ada golongan yang memberi minum anjing kelaparan

mereka yang memelihara mata telinga dan lidah dari perkara yang tidak berguna tanpa

melakukan amalan sunnah yang banyak dan seumpamanyaDalam satu hadits yang

diriwayatkan oleh Umar ra berbunyi rsquoBahwa setiap amal itu bergantung pada niat

dan setiap individu itu dihitung berdasarkan apa yang diniatkannya helliprsquo

Dalam riwayat lain Rasulullah SAW bersabda lsquo Binasalah orang-orang Islam kecuali

mereka yang berilmu Maka binasalah golongan berilmu kecuali mereka yang beramal

dengan ilmu mereka Dan binasalah golongan yang beramal dengan ilmu mereka

kecuali mereka yang ikhlas Sesungguhnya golongan yang ikhlas ini juga masih dalam

keadaan bahaya yang amat besar helliprsquo Kedua hadist diatas sudah cukup menjelaskan

betapa niat yang disertai dengan keikhlasan itulah inti sebenarnya dalam kehidupan

dan pekerjaan manusia Alangkah baiknya kalau umat Islam hari ini dapat bergerak dan

bekerja dengan tekun dan mempunyai tujuan yang satu yaitu lsquomardatillahrsquo (keridhaan

Allah) itulah yang dicari dalam semua urusan Dari situlah akan lahir nilai keberkahan

yang sebenarnya dalam kehidupan yang penuh dengan curahan rahmat dan nikmat yang

banyak dari Allah Inilah golongan yang diistilahkan sebagai golongan yang tenang

dalam ibadah ridha dengan kehidupan yang ditempuh serta optimis dengan janji-janji

Allah

IIC2Meneladani Etos Kerja Rasulullah SAW

Rasulullah SAW menjadikan kerja sebagai aktualisasi keimanan dan ketakwaan Rasul

bekerja bukan untuk menumpuk kekayaan duniawi Beliau bekerja untuk meraih

keridaan Allah SWT

Suatu hari Rasulullah SAW berjumpa dengan Saad bin Muadz Al-Anshari Ketika itu

Rasul melihat tangan Saad melepuh kulitnya gosong kehitam-hitaman seperti

terpanggang matahari Kenapa tanganmu tanya Rasul kepada Saad Wahai

21

Rasulullah jawab Saad Tanganku seperti ini karena aku mengolah tanah dengan

cangkul itu untuk mencari nafkah keluarga yang menjadi tanggunganku Seketika itu

beliau mengambil tangan Saad dan menciumnya seraya berkata Inilah tangan yang

tidak akan pernah disentuh api neraka

Dalam kisah lain disebutkan bahwa ada seseorang yang berjalan melalui tempat

Rasulullah SAW Orang tersebut sedang bekerja dengan sangat giat dan tangkas Para

sahabat kemudian bertanya Wahai Rasulullah andaikata bekerja semacam orang itu

dapat digolongkan jihad fi sabilillah maka alangkah baiknya Mendengar itu Rasul pun

menjawab Kalau ia bekerja untuk menghidupi anak-anaknya yang masih kecil itu

adalah fi sabilillah kalau ia bekerja untuk menghidupi kedua orangtuanya yang sudah

lanjut usia itu adalah fi sabilillah kalau ia bekerja untuk kepentingan dirinya sendiri

agar tidak meminta-minta itu juga fi sabilillah (HR Ath- Thabrani)

Bekerja adalah manifestasi amal saleh Bila kerja itu amal saleh maka kerja adalah

ibadah Dan bila kerja itu ibadah maka kehidupan manusia tidak bisa dilepaskan dari

kerja Bukankah Allah SWT menciptakan manusia untuk beribadah kepada-Nya

Tidak berlebihan bila keberadaan seorang manusia ditentukan oleh aktivitas kerjanya

Allah SWT berfirman

Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib manusia sebelum mereka mengubah

apa yang ada pada dirinya (QS Ar-Rad [13] 11) Dalam ayat lain diungkapkan pula

ldquodan bahwasannya seorang manusia tidak akan memperoleh selain apa yang telah

diusahakannyardquo (QS Al- Najm [53] 39)

Kisah di awal menggambarkan betapa besarnya penghargaan Rasulullah SAW terhadap

kerja Kerja apapun itu selama tidak menyimpang dari aturan yang ditetapkan agama

Demikian besarnya penghargaan beliau sampaisampai dalam kisah pertama manusia

teragung ini rela mencium tangan Saad bin Muadz Al-Anshari yang melepuh lagi

gosong Rasulullah SAW dalam dua kisah tersebut memberikan motivasi pada umatnya

bahwa bekerja adalah perbuatan mulia dan termasuk bagian dari jihad Rasulullah SAW

adalah sosok yang selalu berbuat sebelum beliau memerintahkan para sahabat untuk

melakukannya Hal ini sesuai dengan tugas beliau sebagai ushwatun hasanah teladan

yang baik bagi seluruh manusia Maka saat kita berbicara tentang etos kerja islami maka

22

beliaulah orang yang paling pantas menjadi rujukan Dan berbicara tentang etos kerja

Rasulullah SAW sama artinya dengan berbicara bagaimana beliau menjalankan peran-

peran dalam hidupnya Ada lima peran penting yang diemban Rasulullah SAW yaitu

Pertama sebagai rasul Peran ini beliau jalani selama 23 tahun Dalam kurun waktu

tersebut beliau harus berdakwah menyebarkan Islam menerima menghapal

menyampaikan dan menjelaskan tak kurang dari 6666 ayat Alquran menjadi guru

(pembimbing) bagi para sahabat dan menjadi hakim yang memutuskan berbagai pelik

permasalahan umat-dari mulai pembunuhan sampai perceraian

Kedua sebagai kepala negara dan pemimpin sebuah masyarakat heterogen Tatkala

memegang posisi ini Rasulullah SAW harus menerima kunjungan diplomatik negara-

negara sahabat Rasul pun harus menata dan menciptakan sistem hukum yang mampu

menyatukan kaum Muslimin Nasrani dan Yahudi mengatur perekonomian dan

setumpuk masalah lainnya

Ketiga sebagai panglima perang Selama hidup tak kurang dari 28 kali Rasul

memimpin pertempuran melawan kafir Quraisy Sebagai panglima perang beliau harus

mengorganisasi lebih dari 53 pasukan kaveleri bersenjata Harus memikirkan strategi

perang persedian logistik keamanan transportasi kesehatan dan lainnya

Keempat sebagai kepala rumahtangga Dalam posisi ini Rasul harus mendidik

membahagiakan dan memenuhi tanggung jawab-lahir batin-terhadap para istri beliau

tujuh anak dan beberapa orang cucu Beliau dikenal sebagai sosok yang sangat

perhatian terhadap keluarganya Di tengah kesibukannya Rasul pun masih sempat

bercanda dan menjahit sendiri bajunya

Kelima sebagai seorang pebisnis Sejak usia 12 tahun pamannya Abu Thalib sudah

mengajaknya melakukan perjalanan bisnis ke Syam negeri yang saat ini meliputi Syria

Jordan dan Lebanon Dari usia 17 hingga sekitar 20 tahun adalah masa tersulit dalam

perjalanan bisnis Rasul karena beliau harus mandiri dan bersaing dengan pemain pemain

23

senior dalam perdagangan regional Usia 20 hingga 25 tahun merupakan titik keemasan

entrepreneurship Rasulullah SAW terbukti dengan terpikatnya konglomerat Mekah

Khadijah binti Khuwailid yang kemudian melamarnya menjadi suami Afzalurrahman

dalam bukunya Muhammad Sebagai Seorang Pedagang (2000 5-12) mencatat bahwa

Rasul pun sering terlibat dalam perjalanan bisnis ke berbagai negeri seperti Yaman

Oman dan Bahrain Dan beliau mulai mengurangi kegiatan bisnisnya ketika mencapai

usia 37 tahun

Adalah kenyataan bila Rasulullah SAW mampu menjalankan kelima perannya tersebut

dengan sempurna bahkan menjadi yang terbaik Tak heran bila para ilmuwan baik itu

yang Muslim maupun non-Muslim menempatkan beliau sebagai orang yang paling

berpengaruh paling pemberani paling bijaksana paling bermoral dan sejumlah paling

lainnya

IIC3Rahasia kesuksesan karier dan pekerjaan Rasulullah SAW

Pertama Rasul selalu bekerja dengan cara terbaik profesional dan tidak asal-asalan

Beliau bersabda Sesungguhnya Allah menginginkan jika salah seorang darimu bekerja

maka hendaklah meningkatkan kualitasnya

Kedua dalam bekerja Rasul melakukannya dengan manajemen yang baik perencanaan

yang jelas pentahapan aksi dan adanya penetapan skala prioritas

Ketiga Rasul tidak pernah menyia-nyiakan kesempatan sekecil apapun Barangsiapa

yang dibukakan pintu kebaikan hendaknya dia mampu memanfaatkannya karena ia

tidak tahu kapan ditutupkan kepadanya demikian beliau bersabda

Keempat dalam bekerja Rasul selalu memperhitungkan masa depan Beliau adalah

sosok yang visioner sehingga segala aktivitasnya benar-benar terarah dan terfokus

Kelima Rasul tidak pernah menangguhkan pekerjaan Beliau bekerja secara tuntas dan

berkualitas

Keenam Rasul bekerja secara berjamaah dengan mempersiapkan (membentuk) tim

yang solid yang percaya pada cita-cita bersama

24

Ketujuh Rasul adalah pribadi yang sangat menghargai waktu Tidak berlalu sedetik pun

waktu kecuali menjadi nilai tambah bagi diri dan umatnya Dan yang terakhir

Rasulullah SAW menjadikan kerja sebagai aktualisasi keimanan dan ketakwaan Rasul

bekerja bukan untuk menumpuk kekayaan duniawi Beliau bekerja untuk meraih

keridhaan Allah SWT Inilah kunci terpenting Semoga Allah SWT memberikan

kemampuan kepada kita untuk meneladani etos kerja Rasulullah SAW

25

BAB III

PEMBAHASAN

IIIA HUBUNGAN ANTARA ORGANIZATION-BASED SELF-ESTEEM

(OBSE) DAN ETOS KERJA

Untuk dapat meningkatkan Etos Kerja diperlukan adanya suatu sikap yang menilai

tinggi pada kerja keras dan sungguh-sungguh Karena itu perlu ditemukan suatu

dorongan yang tepat untuk memotivasi dan merubah sikap (Anoraga 1992) Seperti

yang sudah dipaparkan Anoraga sebelumnya bahwa motivasi merupakan kunci untuk

membangun Etos Kerja yang baik Motivasi kerja adalah sesuatu yang menimbulkan

semangat atau dorongan kerja kuat lemahnya motivasi kerja seseorang ikut menentukan

besar kecilnya prestasi seorang pekerja

Tujuan organisasi yang ditanamkan dalam visi misi filosofi dan mottoorganisasi

merupakan suatu nilai ideal yang harus dicapai individu Dengan proses yang tepat

organisasi berusaha menanamkan nilai-nilai ini pada para anggotanya

Nilai ideal yang dipersepsikan oleh anggota akan mempengaruhi penilaiannya terhadap

dirinya sehingga membentuk OBSE-nya Nilai-nilai ini ditanamkan oleh organisasi

dengan tujuan utama yaitu kinerja dan kualitas kerja yang meningkat

Kinerja dan kualitas kerja yang baik dapat dicapai dengan Etos Kerja yang baik maka

organisasi secara tidak langsung berusaha untuk meningkatkan Etos Kerja anggotanya

OBSE mempengaruhi beberapa aspek antara lain global self-esteemharga diri secara

keseluruhan kepuasan secara keseluruhan perilaku warga negara yang baik komitmen

dan kepuasan organisasi prestasi kerja dan terakhir adalah motivasi intrinsik (Kreitner

amp Kinicki 2000) Menurut Alderfer (dalam Siagian 1995) dengan teori motivasi ERG-

nya salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi adalah faktor R (Relatedness) yaitu

kebutuhan akan pemenuhan rasa puas dalam berhubungan dengan keluarga teman

atasan bawahan dan rekan sekerja dimana hal ini melibatkan unsur cinta dan self-

esteem Dengan meningkatnya self-esteem pekerja yang didasarkan pada keberadaannya

sebagai bagian dari organisasi maka motivasinya secara intrinsic dalam bekerja

meningkat Herzberg (dalam Anoraga 1992) yang melakukan studi mengenai motivasi

26

kerja menyatakan faktor intrinsik dalam bekerja yang meliputi pencapaian sukses

pengakuan kemungkinan untuk meningkat dalam jabatan (karier) tanggung jawab

kemungkinan berkembang dan pekerjaan itu sendiri Dapat dilihat bahwa faktor-faktor

intrinsik ini merupakan aspek-aspek yang akan tergambar pada OBSE Faktor pengakuan

dapat dilihat pada persepsi tentang seberapa berharga dan pentingnya individu dalam

organisasi apakah ia merasa diterima sebagai anggota organisasi dan merasa aman

sebagai bagian dari organisasi

Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat dilihat bagaimana OBSE mempengaruhi

motivasi intrinsik seseorang untuk bekerja Ketika OBSE meningkat motivasi intrinsik

seseorang dalam bekerja turut meningkat maka seharusnya Etos Kerjanya akan

meningkat juga Artinya kebutuhan organisasi untuk mencapai hasil dan kinerja

organisasi yang lebih baik dapat dicapai salah satunya melalui upaya meningkatkan

OBSE pekerjanya

Penelitian lain yang telah dilakukan mengenai OBSE yaitu penelitian Lanford Roe

Carson amp Carson (1997) pada teknisi unit gawat darurat Mereka menemukan

peningkatan OBSE berpeluang meningkatkan komitmen terhadap karier menurunkan

kecenderungan menarik diri dari tugas dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya

kualitas perlakuan Hal ini merupakan beberapa indikasi perilaku yang mencerminkan

Etos Kerja seperti yang dikatakan Sinamo (2005) yaitu bekerja dengan integritas

bekerja dengan penuh tanggung jawab bekerja dengan sempurna Secara umum dapat

dikatakan bahwa bila seseorang merasa berharga dalam organisasi dikarenakan berbagai

faktor ia akan cenderung memiliki motivasi yang lebih baik untuk mencapai tujuan

yang ditetapkan organisasi tersebut sehingga Etos Kerjanya akan lebih baik daripada

individu dengan OBSE-nya rendah

IIIA PENGARUH ETOS KERJA ISLAMI TERHADAP KINERJA SESEORANG

etos kerja islami yang didasarkan pada Al-Qurrsquoan dan Hadits agar produktivitas kerja

karyawan dapat menunjang perkembangan ekonomi ummat serta pengaruh kinerja yang

ditunjukkan oleh karyawan itu sendiri Setidaknya etos kerja itu bersumber dan

27

berkaitan langsung dengan nilai-nilai kejiwaan seseorang dan menunjukkan pula

pandangan hidup yang mendarah daging untuk dapat mengembangkan dirinya sehingga

etos kerja kerja menunjukkan pula sikap dan harapan seseorang Dan dengan sikap

seperti ini seseorang yang memiliki etos akan berusaha untuk memenuhi harapannya

tersebut Sebab Etos kerja juga mempunyai makna nilai moral dan pemberdayaan diri

yaitu suatu pandangan batin yang bersifat mendarah daging Seseorang akan merasakan

bahwa hanya dengan menghasilkan pekerjaan yang terbaik bahkan sempurna nilai-nilai

Islam yang diyakininya dapat diwujudkan

Dengan pengembangan kualitas yang ada dalam diri pribadi setiap manusia semua yang

dilaksanakan dapat terwujud sesuai nilai moral yang dimilikinya Karenanya etos kerja

bukanlah sekedar kepribadian atau sikap melainkan lebih mendalam lagi karena

didalamnya terdapat martabat harga diri dan jati diri dari seorang tersebut

Berkaitan dengan ini Ahmad (200117) menegaskan bahwa Islam tidak hanya

memerintahkan manusia hanya untuk sholat saja namun manusia juga diperintahkan

untuk mencari rezeki di bumi 1048755Apabila telah ditunaikan sholat maka bertebaranlah

kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah1048755Dan Allah adalah sebaik-baik Pemberi

Rezeki1048755 (QS Al Jumursquoah 10-11) Petikan-petikan ayat di atas sangatlah jelas

memperlihatkan pandangan Islam terhadap nilai kerja itu sendiri

Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Tasmara (200226) etos kerja islami menekankan

pada kerja sama dalam bekerja dan konsep konsultasi yang terlihat sebagai jalan untuk

mengatasi rintangan atau masalah dan menghindari kesalahan Hubungan sosial dalam

bekerja merupakan pendorong yang bertujuan untuk mempertemukan kebutuhan

seseorang dan membuat keseimbangan antara kebutuhan individu dan kehidupan sosial

Dan hal ini juga diperkuat dengan firman Allah SWT dalam surat Al

Jumursquoah 1048755Maka apabila telah ditunaikan sholat maka bertebaranlah kamu di muka

bumi dan carilah karunia Allah serta banyaklah ingat kepada Allah agar kamu

beruntung1048755 (QS Al Jumursquoah 10) Jadi dalam ayat tersebut tersirat pesan yaitu

hendaknya kita beribadah sebagaimana diwajibkan namun kita juga harus bekerja

mencari rezeki dari kemurahan Allah Bersama dengan itu kita senantiasa ingat kepada-

Nya Yakni memenuhi semua ketentuan etis dan akhlaq dalam bekerja yaitu dengan

28

menyadari pengawasan dan perhitungan Allah terhadap setiap bentuk kerja kita Semua

perilaku manusia didasari prinsip rahman dan rahim dengan kesadaran penuh sebagai

rahmatan lil 1048755alamin integritas yang sangat tinggi karena merasa dirinya dilihat oleh

Allah bukan karena atasan atau sekedar upah belaka dan jabatan hanya dilihat sebagai

amanah Allah (Agustian 200152) Sikap ini akan mendorong suatu kreativitas tanpa

henti untuk menciptakan mutu pelayanan dan produk yang lebih berkualitas yang

dipandang dalam etos kerja islami

29

BAB IV

KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari tulisan ini sebagai berikut

1 Sesuai dengan landasan teori yang telah dibahas sebelumnya dapat dikatakan

bahwa ketika Organisation-Based Self-Esteem (OBSE) seseorang meningkat

maka motivasinya untuk mencapai kinerja yang lebih baik di dalam organisasi

tersebut akan meningkat secara intrinsik (kreitner amp Kinicki 2000) sehingga

cara pandangnya terhadap nilai bekerja yang dikenal dengan konsep Etos Kerja

turut meningkat (Anoraga 1992)

2 Ketika nilai Organisation-Based Self-Esteem (OBSE) seorang individu rendah

belum tentu nilai Etos Kerjanya harus rendah pula karena selain faktor OBSE

masih terdapat faktor-faktor lain yang turut mempengaruhi Etos Kerja seseorang

seperti yang telah dijelaskan pada bab dua seperti agama pendidikan sosial

budaya struktur ekonomi dan sebagainya Kualitas beragama unsur sosial

budaya dan kondisi ekonomi misalnya dapat mempengaruhi cara pandang

seseorang terhadap nilai bekerja

3 etos kerja islami didasarkan pada Al-Qurrsquoan dan Hadits agar produktivitas kerja

karyawan dapat menunjang perkembangan ekonomi ummat serta pengaruh

kinerja yang ditunjukkan oleh karyawan itu sendiri Sehingga dapat terbentuk

etoskerja yang mempunyai makna nilai moral dan pemberdayaan diri

30

DAFTAR PUSTAKA

1

2

3

31

Page 17: Paper Etos Kerja 2

materi yang dibutuhkan untuk mengatasi masalah pekerjaan dan menggunakan

kemampuan serta keahlian mereka secara penuh sehingga hasil kerjanya lebih maksimal

Cukup menarik untuk diperhatikan bahwa individu dengan self-esteem rendah

kelihatannya sadar dengan kemungkinan mereka memberikan hasil yang buruk Mereka

cenderung menilai dirinya secara negatif (khususnya ketika penilaian terhadap performa

mereka ambigu) dan pada dasarnya bertanggungjawab terhadap hasil buruk tersebut

(Greenberg 2005)

IIB2 Aspek-aspek Organization-based Self-esteem

Dalam konteks organisasi penilaian seseorang terhadap dirinya terkait dengan

bagaimana kondisi organisasi secara struktural kerumitan pekerjaan yang dihadapinya

serta adanya penghargaan dari pihak managerial OBSE cenderung meningkat ketika

individu mempersepsikan bahwa atasan mereka memiliki suatu kepedulian pada mereka

Nilainya juga lebih tinggi pada organisasi dengan struktur yang organik (fleksibel)

daripada yang kaku (Birokratis) Pekerjaan yang rumit dan menantang juga mendorong

OBSE yang lebih tinggi daripada pekerjaan yang sederhana berulang-ulang serta

membosankan Dan faktor-faktor ini juga berhubungan dengan motivasi untuk tugas

yang lebih besar (Kreitner amp Kinicki 2000)

Tan Kim Sek (2003) menemukan bahwa metode sosialisasi yang efektif dapat

meningkatkan kompetensi pekerja dalam menyelesaikan tugasnya terkait dengan

peranannya dalam organisasi yang akan meningkatkan OBSE-nya Dalam konteks

penulisan ini taktik sosialisasi yang digunakan adalah perencanaan pengembangan

karier interaksi yang positif dengan rekan kerja dan interaksi positif dengan pendatang

baru di organisasi Gardner Dyne amp Pierce (2004) menemukan bahwa tingkatan gaji

turut mempengaruhi rasa berharga seorang individu sebagai anggota organisasi

sehingga mereka menyarankan organisasi mempertimbangkan sistem penggajian

berbasis kompetensi Namun mereka juga mengindikasikan bahwa sistem penggajian

berbasis kompetensi tetap memiliki resiko dimana individu dengan tingkat gaji yang

lebih rendah dapat menganggap dirinya kurang berkompeten sehingga berpeluang

menjatuhkan self-esteemnya

17

Dalam studi replikasinya Tang amp Gilbert (1992) menemukan bahwa OBSE

berhubungan dengan global self-esteem need for achievement organizational

citizenship komitmen organisasi motivasi untuk meningkatkan potensi dan pendidikan

Status subyek dalam organisasi tidak berhubungan dengan OBSE Intinya penemuan

mereka menampilkan hubungan antara OBSE dengan banyak variabel yang bernilai

intrinsik tentang perasaan subyektif pekerja dalam

organisasi

Kreitner amp Kinicki (2000) menyebutkan ciri-ciri individu dengan nilai OBSE yang tinggi

cenderung memandang diri mereka sendiri sebagai seorang yang penting berharga

berpengaruh dan berarti dalam konteks organisasi yang mempekerjakannya Untuk itu

mereka menyarankan agar organisasi melakukan upaya untuk membangun self-esteem

karyawan yaitu dengan

1 Mendukung dan menunjukkan kepedulian pada persoalan kepentingan status

dan kontribusi individu

2 Menawarkan pekerjaan yang memiliki variasi otonomi dan tantangan yang sesuai

dengan nilai-nilai keahlian dan kemampuan individu

3 Berjuang untuk membangun ikatan antara karyawan dan manajemen didasari

kepercayaan

4 Menunjukkan keyakinan terhadap kemampuan pengendalian pribadi dan

memberi penghargaan pada keberhasilan

Greenberg (2005) juga memiliki empat point penting yang disarankannya untuk

meningkatkan self-esteem individu dalam organisasi yaitu

1 Buatlah orang merasa berharga ciptakan kesempatan bagi individu untuk merasa

diterima dengan mencari cara untuk memanfaatkan pengalaman dan keahlian

unik mereka

2 Buatlah orang merasa kompeten kenali hal-hal baik yang dilakukan individu dan

pujilah mereka sesuai dengan hal itu

18

3 Buatlah orang merasa aman harga diri karyawan akan lebih meningkat ketika

harapan para manager tersampaikan dengan jelas dan terangterangan pada

mereka

4 Buatlah orang merasa mendapatkan wewenang individu diberikan kesempatan

untuk memutuskan bagaimana mereka akan menyelesaikan pekerjaan yang

menurut mereka baik bagi mereka dan pekerjaannya

Dari berbagai penulisan dan pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa OBSE

memiliki beberapa aspek (Kreitner amp Kinicki 2000 Greenberg 2005) yaitu

1 merasa diterima dalam organisasi

2 merasa aman dalam organisasi

3 merasa berkompeten dalam organisasi

4 merasa berpengaruh dalam organisasi

5 merasa penting bagi organisasi

6 rasa berharga bagi organisasi

7 merasa berkembang dalam organisasi

Aspek-aspek inilah yang akan menjadi indikator OBSE dalam penulisan ini

IICEtos Kerja dalam Islam

Menurut Ahmad (200116) Islam adalah agama yang menghargai kerja keras Kenyataan

ini dapat terlihat dari serangkaian firman Allah dalam Al- Quran yang sangat

menekankan arti penting diantaranya

Dan katakanlah Bekerjalah kamu maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang

mukmin akan melihat pekerjaanmu itu dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah)

Yang mengetahui akan yang gaib dan yang nyata lalu diberitakan-Nya kepada kamu

apa yang telah kamu kerjakan (QS At-Taubah 9 105)

19

ldquo Katakanlah Hai kaumku berbuatlah sepenuh kemampuanmu sesungguhnya akupun

berbuat (pula) Kelak kamu akan mengetahui siapakah (diantara kita) yang akan

memperoleh hasil yang baik dari dunia ini Sesungguhnya orang yang dzalim itu tidak

akan mendapat keberuntunganrdquo QS Al Anrsquoam (6) 135

IIC1Konsep Kerja dalam Islam

Kemuliaan seorang manusia itu bergantung kepada apa yang dilakukannya Dengan itu

sesuatu amalan atau pekerjaan yang mendekatkan seseorang kepada Allah adalah sangat

penting serta patut untuk diberi perhatian Amalan atau pekerjaan yang demikian selain

memperoleh keberkahan serta kesenangan dunia juga ada yang lebih penting yaitu

merupakan jalan atau tiket dalam menentukan tahap kehidupan seseorang di akhirat

kelak apakah masuk golongan ahli syurga atau sebaliknya Istilah lsquokerjarsquo dalam Islam

bukanlah semata-mata merujuk kepada mencari rezeki untuk menghidupi diri dan

keluarga dengan menghabiskan waktu siang maupun malam dari pagi hingga sore terus

menerus tak kenal lelah tetapi kerja mencakup segala bentuk amalan atau pekerjaan

yang mempunyai unsur kebaikan dan keberkahan bagi diri keluarga dan masyarakat

sekelilingnya serta negara Dengan kata lain orang yang berkerja adalah mereka yang

menyumbangkan jiwa dan tenaganya untuk kebaikan diri keluarga masyarakat dan

negara tanpa menyusahkan orang lain Oleh karena itu kategori ahli Syurga seperti yang

digambarkan dalam Al-Qurrsquoan bukanlah orang yang mempunyai pekerjaanjabatan yang

tinggi dalam suatu perusahaaninstansi sebagai manajer direktur teknisi dalam suatu

bengkel dan sebagainya Tetapi sebaliknya Al-Quran menggariskan golongan yang baik

lagi beruntung (al-falah) itu adalah orang yang banyak taqwa kepada Allah khusyu

sholatnya baik tutur katanya memelihara pandangan dan kemaluannya serta

menunaikan tanggung jawab sosialnya seperti mengeluarkan zakat dan lainnya (QS Al

Mursquominun 1 ndash 11)

Golongan ini mungkin terdiri dari pegawai supir tukang sapu ataupun seorang yang

tidak mempunyai pekerjaan tetap Sifat-sifat di ataslah sebenarnya yang menjamin

20

kebaikan dan kedudukan seseorang di dunia dan di akhirat kelak Jika membaca hadits-

hadits Rasulullah SAW tentang ciri-ciri manusia yang baik di sisi Allah maka tidak

heran bahwa diantara mereka itu ada golongan yang memberi minum anjing kelaparan

mereka yang memelihara mata telinga dan lidah dari perkara yang tidak berguna tanpa

melakukan amalan sunnah yang banyak dan seumpamanyaDalam satu hadits yang

diriwayatkan oleh Umar ra berbunyi rsquoBahwa setiap amal itu bergantung pada niat

dan setiap individu itu dihitung berdasarkan apa yang diniatkannya helliprsquo

Dalam riwayat lain Rasulullah SAW bersabda lsquo Binasalah orang-orang Islam kecuali

mereka yang berilmu Maka binasalah golongan berilmu kecuali mereka yang beramal

dengan ilmu mereka Dan binasalah golongan yang beramal dengan ilmu mereka

kecuali mereka yang ikhlas Sesungguhnya golongan yang ikhlas ini juga masih dalam

keadaan bahaya yang amat besar helliprsquo Kedua hadist diatas sudah cukup menjelaskan

betapa niat yang disertai dengan keikhlasan itulah inti sebenarnya dalam kehidupan

dan pekerjaan manusia Alangkah baiknya kalau umat Islam hari ini dapat bergerak dan

bekerja dengan tekun dan mempunyai tujuan yang satu yaitu lsquomardatillahrsquo (keridhaan

Allah) itulah yang dicari dalam semua urusan Dari situlah akan lahir nilai keberkahan

yang sebenarnya dalam kehidupan yang penuh dengan curahan rahmat dan nikmat yang

banyak dari Allah Inilah golongan yang diistilahkan sebagai golongan yang tenang

dalam ibadah ridha dengan kehidupan yang ditempuh serta optimis dengan janji-janji

Allah

IIC2Meneladani Etos Kerja Rasulullah SAW

Rasulullah SAW menjadikan kerja sebagai aktualisasi keimanan dan ketakwaan Rasul

bekerja bukan untuk menumpuk kekayaan duniawi Beliau bekerja untuk meraih

keridaan Allah SWT

Suatu hari Rasulullah SAW berjumpa dengan Saad bin Muadz Al-Anshari Ketika itu

Rasul melihat tangan Saad melepuh kulitnya gosong kehitam-hitaman seperti

terpanggang matahari Kenapa tanganmu tanya Rasul kepada Saad Wahai

21

Rasulullah jawab Saad Tanganku seperti ini karena aku mengolah tanah dengan

cangkul itu untuk mencari nafkah keluarga yang menjadi tanggunganku Seketika itu

beliau mengambil tangan Saad dan menciumnya seraya berkata Inilah tangan yang

tidak akan pernah disentuh api neraka

Dalam kisah lain disebutkan bahwa ada seseorang yang berjalan melalui tempat

Rasulullah SAW Orang tersebut sedang bekerja dengan sangat giat dan tangkas Para

sahabat kemudian bertanya Wahai Rasulullah andaikata bekerja semacam orang itu

dapat digolongkan jihad fi sabilillah maka alangkah baiknya Mendengar itu Rasul pun

menjawab Kalau ia bekerja untuk menghidupi anak-anaknya yang masih kecil itu

adalah fi sabilillah kalau ia bekerja untuk menghidupi kedua orangtuanya yang sudah

lanjut usia itu adalah fi sabilillah kalau ia bekerja untuk kepentingan dirinya sendiri

agar tidak meminta-minta itu juga fi sabilillah (HR Ath- Thabrani)

Bekerja adalah manifestasi amal saleh Bila kerja itu amal saleh maka kerja adalah

ibadah Dan bila kerja itu ibadah maka kehidupan manusia tidak bisa dilepaskan dari

kerja Bukankah Allah SWT menciptakan manusia untuk beribadah kepada-Nya

Tidak berlebihan bila keberadaan seorang manusia ditentukan oleh aktivitas kerjanya

Allah SWT berfirman

Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib manusia sebelum mereka mengubah

apa yang ada pada dirinya (QS Ar-Rad [13] 11) Dalam ayat lain diungkapkan pula

ldquodan bahwasannya seorang manusia tidak akan memperoleh selain apa yang telah

diusahakannyardquo (QS Al- Najm [53] 39)

Kisah di awal menggambarkan betapa besarnya penghargaan Rasulullah SAW terhadap

kerja Kerja apapun itu selama tidak menyimpang dari aturan yang ditetapkan agama

Demikian besarnya penghargaan beliau sampaisampai dalam kisah pertama manusia

teragung ini rela mencium tangan Saad bin Muadz Al-Anshari yang melepuh lagi

gosong Rasulullah SAW dalam dua kisah tersebut memberikan motivasi pada umatnya

bahwa bekerja adalah perbuatan mulia dan termasuk bagian dari jihad Rasulullah SAW

adalah sosok yang selalu berbuat sebelum beliau memerintahkan para sahabat untuk

melakukannya Hal ini sesuai dengan tugas beliau sebagai ushwatun hasanah teladan

yang baik bagi seluruh manusia Maka saat kita berbicara tentang etos kerja islami maka

22

beliaulah orang yang paling pantas menjadi rujukan Dan berbicara tentang etos kerja

Rasulullah SAW sama artinya dengan berbicara bagaimana beliau menjalankan peran-

peran dalam hidupnya Ada lima peran penting yang diemban Rasulullah SAW yaitu

Pertama sebagai rasul Peran ini beliau jalani selama 23 tahun Dalam kurun waktu

tersebut beliau harus berdakwah menyebarkan Islam menerima menghapal

menyampaikan dan menjelaskan tak kurang dari 6666 ayat Alquran menjadi guru

(pembimbing) bagi para sahabat dan menjadi hakim yang memutuskan berbagai pelik

permasalahan umat-dari mulai pembunuhan sampai perceraian

Kedua sebagai kepala negara dan pemimpin sebuah masyarakat heterogen Tatkala

memegang posisi ini Rasulullah SAW harus menerima kunjungan diplomatik negara-

negara sahabat Rasul pun harus menata dan menciptakan sistem hukum yang mampu

menyatukan kaum Muslimin Nasrani dan Yahudi mengatur perekonomian dan

setumpuk masalah lainnya

Ketiga sebagai panglima perang Selama hidup tak kurang dari 28 kali Rasul

memimpin pertempuran melawan kafir Quraisy Sebagai panglima perang beliau harus

mengorganisasi lebih dari 53 pasukan kaveleri bersenjata Harus memikirkan strategi

perang persedian logistik keamanan transportasi kesehatan dan lainnya

Keempat sebagai kepala rumahtangga Dalam posisi ini Rasul harus mendidik

membahagiakan dan memenuhi tanggung jawab-lahir batin-terhadap para istri beliau

tujuh anak dan beberapa orang cucu Beliau dikenal sebagai sosok yang sangat

perhatian terhadap keluarganya Di tengah kesibukannya Rasul pun masih sempat

bercanda dan menjahit sendiri bajunya

Kelima sebagai seorang pebisnis Sejak usia 12 tahun pamannya Abu Thalib sudah

mengajaknya melakukan perjalanan bisnis ke Syam negeri yang saat ini meliputi Syria

Jordan dan Lebanon Dari usia 17 hingga sekitar 20 tahun adalah masa tersulit dalam

perjalanan bisnis Rasul karena beliau harus mandiri dan bersaing dengan pemain pemain

23

senior dalam perdagangan regional Usia 20 hingga 25 tahun merupakan titik keemasan

entrepreneurship Rasulullah SAW terbukti dengan terpikatnya konglomerat Mekah

Khadijah binti Khuwailid yang kemudian melamarnya menjadi suami Afzalurrahman

dalam bukunya Muhammad Sebagai Seorang Pedagang (2000 5-12) mencatat bahwa

Rasul pun sering terlibat dalam perjalanan bisnis ke berbagai negeri seperti Yaman

Oman dan Bahrain Dan beliau mulai mengurangi kegiatan bisnisnya ketika mencapai

usia 37 tahun

Adalah kenyataan bila Rasulullah SAW mampu menjalankan kelima perannya tersebut

dengan sempurna bahkan menjadi yang terbaik Tak heran bila para ilmuwan baik itu

yang Muslim maupun non-Muslim menempatkan beliau sebagai orang yang paling

berpengaruh paling pemberani paling bijaksana paling bermoral dan sejumlah paling

lainnya

IIC3Rahasia kesuksesan karier dan pekerjaan Rasulullah SAW

Pertama Rasul selalu bekerja dengan cara terbaik profesional dan tidak asal-asalan

Beliau bersabda Sesungguhnya Allah menginginkan jika salah seorang darimu bekerja

maka hendaklah meningkatkan kualitasnya

Kedua dalam bekerja Rasul melakukannya dengan manajemen yang baik perencanaan

yang jelas pentahapan aksi dan adanya penetapan skala prioritas

Ketiga Rasul tidak pernah menyia-nyiakan kesempatan sekecil apapun Barangsiapa

yang dibukakan pintu kebaikan hendaknya dia mampu memanfaatkannya karena ia

tidak tahu kapan ditutupkan kepadanya demikian beliau bersabda

Keempat dalam bekerja Rasul selalu memperhitungkan masa depan Beliau adalah

sosok yang visioner sehingga segala aktivitasnya benar-benar terarah dan terfokus

Kelima Rasul tidak pernah menangguhkan pekerjaan Beliau bekerja secara tuntas dan

berkualitas

Keenam Rasul bekerja secara berjamaah dengan mempersiapkan (membentuk) tim

yang solid yang percaya pada cita-cita bersama

24

Ketujuh Rasul adalah pribadi yang sangat menghargai waktu Tidak berlalu sedetik pun

waktu kecuali menjadi nilai tambah bagi diri dan umatnya Dan yang terakhir

Rasulullah SAW menjadikan kerja sebagai aktualisasi keimanan dan ketakwaan Rasul

bekerja bukan untuk menumpuk kekayaan duniawi Beliau bekerja untuk meraih

keridhaan Allah SWT Inilah kunci terpenting Semoga Allah SWT memberikan

kemampuan kepada kita untuk meneladani etos kerja Rasulullah SAW

25

BAB III

PEMBAHASAN

IIIA HUBUNGAN ANTARA ORGANIZATION-BASED SELF-ESTEEM

(OBSE) DAN ETOS KERJA

Untuk dapat meningkatkan Etos Kerja diperlukan adanya suatu sikap yang menilai

tinggi pada kerja keras dan sungguh-sungguh Karena itu perlu ditemukan suatu

dorongan yang tepat untuk memotivasi dan merubah sikap (Anoraga 1992) Seperti

yang sudah dipaparkan Anoraga sebelumnya bahwa motivasi merupakan kunci untuk

membangun Etos Kerja yang baik Motivasi kerja adalah sesuatu yang menimbulkan

semangat atau dorongan kerja kuat lemahnya motivasi kerja seseorang ikut menentukan

besar kecilnya prestasi seorang pekerja

Tujuan organisasi yang ditanamkan dalam visi misi filosofi dan mottoorganisasi

merupakan suatu nilai ideal yang harus dicapai individu Dengan proses yang tepat

organisasi berusaha menanamkan nilai-nilai ini pada para anggotanya

Nilai ideal yang dipersepsikan oleh anggota akan mempengaruhi penilaiannya terhadap

dirinya sehingga membentuk OBSE-nya Nilai-nilai ini ditanamkan oleh organisasi

dengan tujuan utama yaitu kinerja dan kualitas kerja yang meningkat

Kinerja dan kualitas kerja yang baik dapat dicapai dengan Etos Kerja yang baik maka

organisasi secara tidak langsung berusaha untuk meningkatkan Etos Kerja anggotanya

OBSE mempengaruhi beberapa aspek antara lain global self-esteemharga diri secara

keseluruhan kepuasan secara keseluruhan perilaku warga negara yang baik komitmen

dan kepuasan organisasi prestasi kerja dan terakhir adalah motivasi intrinsik (Kreitner

amp Kinicki 2000) Menurut Alderfer (dalam Siagian 1995) dengan teori motivasi ERG-

nya salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi adalah faktor R (Relatedness) yaitu

kebutuhan akan pemenuhan rasa puas dalam berhubungan dengan keluarga teman

atasan bawahan dan rekan sekerja dimana hal ini melibatkan unsur cinta dan self-

esteem Dengan meningkatnya self-esteem pekerja yang didasarkan pada keberadaannya

sebagai bagian dari organisasi maka motivasinya secara intrinsic dalam bekerja

meningkat Herzberg (dalam Anoraga 1992) yang melakukan studi mengenai motivasi

26

kerja menyatakan faktor intrinsik dalam bekerja yang meliputi pencapaian sukses

pengakuan kemungkinan untuk meningkat dalam jabatan (karier) tanggung jawab

kemungkinan berkembang dan pekerjaan itu sendiri Dapat dilihat bahwa faktor-faktor

intrinsik ini merupakan aspek-aspek yang akan tergambar pada OBSE Faktor pengakuan

dapat dilihat pada persepsi tentang seberapa berharga dan pentingnya individu dalam

organisasi apakah ia merasa diterima sebagai anggota organisasi dan merasa aman

sebagai bagian dari organisasi

Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat dilihat bagaimana OBSE mempengaruhi

motivasi intrinsik seseorang untuk bekerja Ketika OBSE meningkat motivasi intrinsik

seseorang dalam bekerja turut meningkat maka seharusnya Etos Kerjanya akan

meningkat juga Artinya kebutuhan organisasi untuk mencapai hasil dan kinerja

organisasi yang lebih baik dapat dicapai salah satunya melalui upaya meningkatkan

OBSE pekerjanya

Penelitian lain yang telah dilakukan mengenai OBSE yaitu penelitian Lanford Roe

Carson amp Carson (1997) pada teknisi unit gawat darurat Mereka menemukan

peningkatan OBSE berpeluang meningkatkan komitmen terhadap karier menurunkan

kecenderungan menarik diri dari tugas dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya

kualitas perlakuan Hal ini merupakan beberapa indikasi perilaku yang mencerminkan

Etos Kerja seperti yang dikatakan Sinamo (2005) yaitu bekerja dengan integritas

bekerja dengan penuh tanggung jawab bekerja dengan sempurna Secara umum dapat

dikatakan bahwa bila seseorang merasa berharga dalam organisasi dikarenakan berbagai

faktor ia akan cenderung memiliki motivasi yang lebih baik untuk mencapai tujuan

yang ditetapkan organisasi tersebut sehingga Etos Kerjanya akan lebih baik daripada

individu dengan OBSE-nya rendah

IIIA PENGARUH ETOS KERJA ISLAMI TERHADAP KINERJA SESEORANG

etos kerja islami yang didasarkan pada Al-Qurrsquoan dan Hadits agar produktivitas kerja

karyawan dapat menunjang perkembangan ekonomi ummat serta pengaruh kinerja yang

ditunjukkan oleh karyawan itu sendiri Setidaknya etos kerja itu bersumber dan

27

berkaitan langsung dengan nilai-nilai kejiwaan seseorang dan menunjukkan pula

pandangan hidup yang mendarah daging untuk dapat mengembangkan dirinya sehingga

etos kerja kerja menunjukkan pula sikap dan harapan seseorang Dan dengan sikap

seperti ini seseorang yang memiliki etos akan berusaha untuk memenuhi harapannya

tersebut Sebab Etos kerja juga mempunyai makna nilai moral dan pemberdayaan diri

yaitu suatu pandangan batin yang bersifat mendarah daging Seseorang akan merasakan

bahwa hanya dengan menghasilkan pekerjaan yang terbaik bahkan sempurna nilai-nilai

Islam yang diyakininya dapat diwujudkan

Dengan pengembangan kualitas yang ada dalam diri pribadi setiap manusia semua yang

dilaksanakan dapat terwujud sesuai nilai moral yang dimilikinya Karenanya etos kerja

bukanlah sekedar kepribadian atau sikap melainkan lebih mendalam lagi karena

didalamnya terdapat martabat harga diri dan jati diri dari seorang tersebut

Berkaitan dengan ini Ahmad (200117) menegaskan bahwa Islam tidak hanya

memerintahkan manusia hanya untuk sholat saja namun manusia juga diperintahkan

untuk mencari rezeki di bumi 1048755Apabila telah ditunaikan sholat maka bertebaranlah

kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah1048755Dan Allah adalah sebaik-baik Pemberi

Rezeki1048755 (QS Al Jumursquoah 10-11) Petikan-petikan ayat di atas sangatlah jelas

memperlihatkan pandangan Islam terhadap nilai kerja itu sendiri

Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Tasmara (200226) etos kerja islami menekankan

pada kerja sama dalam bekerja dan konsep konsultasi yang terlihat sebagai jalan untuk

mengatasi rintangan atau masalah dan menghindari kesalahan Hubungan sosial dalam

bekerja merupakan pendorong yang bertujuan untuk mempertemukan kebutuhan

seseorang dan membuat keseimbangan antara kebutuhan individu dan kehidupan sosial

Dan hal ini juga diperkuat dengan firman Allah SWT dalam surat Al

Jumursquoah 1048755Maka apabila telah ditunaikan sholat maka bertebaranlah kamu di muka

bumi dan carilah karunia Allah serta banyaklah ingat kepada Allah agar kamu

beruntung1048755 (QS Al Jumursquoah 10) Jadi dalam ayat tersebut tersirat pesan yaitu

hendaknya kita beribadah sebagaimana diwajibkan namun kita juga harus bekerja

mencari rezeki dari kemurahan Allah Bersama dengan itu kita senantiasa ingat kepada-

Nya Yakni memenuhi semua ketentuan etis dan akhlaq dalam bekerja yaitu dengan

28

menyadari pengawasan dan perhitungan Allah terhadap setiap bentuk kerja kita Semua

perilaku manusia didasari prinsip rahman dan rahim dengan kesadaran penuh sebagai

rahmatan lil 1048755alamin integritas yang sangat tinggi karena merasa dirinya dilihat oleh

Allah bukan karena atasan atau sekedar upah belaka dan jabatan hanya dilihat sebagai

amanah Allah (Agustian 200152) Sikap ini akan mendorong suatu kreativitas tanpa

henti untuk menciptakan mutu pelayanan dan produk yang lebih berkualitas yang

dipandang dalam etos kerja islami

29

BAB IV

KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari tulisan ini sebagai berikut

1 Sesuai dengan landasan teori yang telah dibahas sebelumnya dapat dikatakan

bahwa ketika Organisation-Based Self-Esteem (OBSE) seseorang meningkat

maka motivasinya untuk mencapai kinerja yang lebih baik di dalam organisasi

tersebut akan meningkat secara intrinsik (kreitner amp Kinicki 2000) sehingga

cara pandangnya terhadap nilai bekerja yang dikenal dengan konsep Etos Kerja

turut meningkat (Anoraga 1992)

2 Ketika nilai Organisation-Based Self-Esteem (OBSE) seorang individu rendah

belum tentu nilai Etos Kerjanya harus rendah pula karena selain faktor OBSE

masih terdapat faktor-faktor lain yang turut mempengaruhi Etos Kerja seseorang

seperti yang telah dijelaskan pada bab dua seperti agama pendidikan sosial

budaya struktur ekonomi dan sebagainya Kualitas beragama unsur sosial

budaya dan kondisi ekonomi misalnya dapat mempengaruhi cara pandang

seseorang terhadap nilai bekerja

3 etos kerja islami didasarkan pada Al-Qurrsquoan dan Hadits agar produktivitas kerja

karyawan dapat menunjang perkembangan ekonomi ummat serta pengaruh

kinerja yang ditunjukkan oleh karyawan itu sendiri Sehingga dapat terbentuk

etoskerja yang mempunyai makna nilai moral dan pemberdayaan diri

30

DAFTAR PUSTAKA

1

2

3

31

Page 18: Paper Etos Kerja 2

Dalam studi replikasinya Tang amp Gilbert (1992) menemukan bahwa OBSE

berhubungan dengan global self-esteem need for achievement organizational

citizenship komitmen organisasi motivasi untuk meningkatkan potensi dan pendidikan

Status subyek dalam organisasi tidak berhubungan dengan OBSE Intinya penemuan

mereka menampilkan hubungan antara OBSE dengan banyak variabel yang bernilai

intrinsik tentang perasaan subyektif pekerja dalam

organisasi

Kreitner amp Kinicki (2000) menyebutkan ciri-ciri individu dengan nilai OBSE yang tinggi

cenderung memandang diri mereka sendiri sebagai seorang yang penting berharga

berpengaruh dan berarti dalam konteks organisasi yang mempekerjakannya Untuk itu

mereka menyarankan agar organisasi melakukan upaya untuk membangun self-esteem

karyawan yaitu dengan

1 Mendukung dan menunjukkan kepedulian pada persoalan kepentingan status

dan kontribusi individu

2 Menawarkan pekerjaan yang memiliki variasi otonomi dan tantangan yang sesuai

dengan nilai-nilai keahlian dan kemampuan individu

3 Berjuang untuk membangun ikatan antara karyawan dan manajemen didasari

kepercayaan

4 Menunjukkan keyakinan terhadap kemampuan pengendalian pribadi dan

memberi penghargaan pada keberhasilan

Greenberg (2005) juga memiliki empat point penting yang disarankannya untuk

meningkatkan self-esteem individu dalam organisasi yaitu

1 Buatlah orang merasa berharga ciptakan kesempatan bagi individu untuk merasa

diterima dengan mencari cara untuk memanfaatkan pengalaman dan keahlian

unik mereka

2 Buatlah orang merasa kompeten kenali hal-hal baik yang dilakukan individu dan

pujilah mereka sesuai dengan hal itu

18

3 Buatlah orang merasa aman harga diri karyawan akan lebih meningkat ketika

harapan para manager tersampaikan dengan jelas dan terangterangan pada

mereka

4 Buatlah orang merasa mendapatkan wewenang individu diberikan kesempatan

untuk memutuskan bagaimana mereka akan menyelesaikan pekerjaan yang

menurut mereka baik bagi mereka dan pekerjaannya

Dari berbagai penulisan dan pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa OBSE

memiliki beberapa aspek (Kreitner amp Kinicki 2000 Greenberg 2005) yaitu

1 merasa diterima dalam organisasi

2 merasa aman dalam organisasi

3 merasa berkompeten dalam organisasi

4 merasa berpengaruh dalam organisasi

5 merasa penting bagi organisasi

6 rasa berharga bagi organisasi

7 merasa berkembang dalam organisasi

Aspek-aspek inilah yang akan menjadi indikator OBSE dalam penulisan ini

IICEtos Kerja dalam Islam

Menurut Ahmad (200116) Islam adalah agama yang menghargai kerja keras Kenyataan

ini dapat terlihat dari serangkaian firman Allah dalam Al- Quran yang sangat

menekankan arti penting diantaranya

Dan katakanlah Bekerjalah kamu maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang

mukmin akan melihat pekerjaanmu itu dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah)

Yang mengetahui akan yang gaib dan yang nyata lalu diberitakan-Nya kepada kamu

apa yang telah kamu kerjakan (QS At-Taubah 9 105)

19

ldquo Katakanlah Hai kaumku berbuatlah sepenuh kemampuanmu sesungguhnya akupun

berbuat (pula) Kelak kamu akan mengetahui siapakah (diantara kita) yang akan

memperoleh hasil yang baik dari dunia ini Sesungguhnya orang yang dzalim itu tidak

akan mendapat keberuntunganrdquo QS Al Anrsquoam (6) 135

IIC1Konsep Kerja dalam Islam

Kemuliaan seorang manusia itu bergantung kepada apa yang dilakukannya Dengan itu

sesuatu amalan atau pekerjaan yang mendekatkan seseorang kepada Allah adalah sangat

penting serta patut untuk diberi perhatian Amalan atau pekerjaan yang demikian selain

memperoleh keberkahan serta kesenangan dunia juga ada yang lebih penting yaitu

merupakan jalan atau tiket dalam menentukan tahap kehidupan seseorang di akhirat

kelak apakah masuk golongan ahli syurga atau sebaliknya Istilah lsquokerjarsquo dalam Islam

bukanlah semata-mata merujuk kepada mencari rezeki untuk menghidupi diri dan

keluarga dengan menghabiskan waktu siang maupun malam dari pagi hingga sore terus

menerus tak kenal lelah tetapi kerja mencakup segala bentuk amalan atau pekerjaan

yang mempunyai unsur kebaikan dan keberkahan bagi diri keluarga dan masyarakat

sekelilingnya serta negara Dengan kata lain orang yang berkerja adalah mereka yang

menyumbangkan jiwa dan tenaganya untuk kebaikan diri keluarga masyarakat dan

negara tanpa menyusahkan orang lain Oleh karena itu kategori ahli Syurga seperti yang

digambarkan dalam Al-Qurrsquoan bukanlah orang yang mempunyai pekerjaanjabatan yang

tinggi dalam suatu perusahaaninstansi sebagai manajer direktur teknisi dalam suatu

bengkel dan sebagainya Tetapi sebaliknya Al-Quran menggariskan golongan yang baik

lagi beruntung (al-falah) itu adalah orang yang banyak taqwa kepada Allah khusyu

sholatnya baik tutur katanya memelihara pandangan dan kemaluannya serta

menunaikan tanggung jawab sosialnya seperti mengeluarkan zakat dan lainnya (QS Al

Mursquominun 1 ndash 11)

Golongan ini mungkin terdiri dari pegawai supir tukang sapu ataupun seorang yang

tidak mempunyai pekerjaan tetap Sifat-sifat di ataslah sebenarnya yang menjamin

20

kebaikan dan kedudukan seseorang di dunia dan di akhirat kelak Jika membaca hadits-

hadits Rasulullah SAW tentang ciri-ciri manusia yang baik di sisi Allah maka tidak

heran bahwa diantara mereka itu ada golongan yang memberi minum anjing kelaparan

mereka yang memelihara mata telinga dan lidah dari perkara yang tidak berguna tanpa

melakukan amalan sunnah yang banyak dan seumpamanyaDalam satu hadits yang

diriwayatkan oleh Umar ra berbunyi rsquoBahwa setiap amal itu bergantung pada niat

dan setiap individu itu dihitung berdasarkan apa yang diniatkannya helliprsquo

Dalam riwayat lain Rasulullah SAW bersabda lsquo Binasalah orang-orang Islam kecuali

mereka yang berilmu Maka binasalah golongan berilmu kecuali mereka yang beramal

dengan ilmu mereka Dan binasalah golongan yang beramal dengan ilmu mereka

kecuali mereka yang ikhlas Sesungguhnya golongan yang ikhlas ini juga masih dalam

keadaan bahaya yang amat besar helliprsquo Kedua hadist diatas sudah cukup menjelaskan

betapa niat yang disertai dengan keikhlasan itulah inti sebenarnya dalam kehidupan

dan pekerjaan manusia Alangkah baiknya kalau umat Islam hari ini dapat bergerak dan

bekerja dengan tekun dan mempunyai tujuan yang satu yaitu lsquomardatillahrsquo (keridhaan

Allah) itulah yang dicari dalam semua urusan Dari situlah akan lahir nilai keberkahan

yang sebenarnya dalam kehidupan yang penuh dengan curahan rahmat dan nikmat yang

banyak dari Allah Inilah golongan yang diistilahkan sebagai golongan yang tenang

dalam ibadah ridha dengan kehidupan yang ditempuh serta optimis dengan janji-janji

Allah

IIC2Meneladani Etos Kerja Rasulullah SAW

Rasulullah SAW menjadikan kerja sebagai aktualisasi keimanan dan ketakwaan Rasul

bekerja bukan untuk menumpuk kekayaan duniawi Beliau bekerja untuk meraih

keridaan Allah SWT

Suatu hari Rasulullah SAW berjumpa dengan Saad bin Muadz Al-Anshari Ketika itu

Rasul melihat tangan Saad melepuh kulitnya gosong kehitam-hitaman seperti

terpanggang matahari Kenapa tanganmu tanya Rasul kepada Saad Wahai

21

Rasulullah jawab Saad Tanganku seperti ini karena aku mengolah tanah dengan

cangkul itu untuk mencari nafkah keluarga yang menjadi tanggunganku Seketika itu

beliau mengambil tangan Saad dan menciumnya seraya berkata Inilah tangan yang

tidak akan pernah disentuh api neraka

Dalam kisah lain disebutkan bahwa ada seseorang yang berjalan melalui tempat

Rasulullah SAW Orang tersebut sedang bekerja dengan sangat giat dan tangkas Para

sahabat kemudian bertanya Wahai Rasulullah andaikata bekerja semacam orang itu

dapat digolongkan jihad fi sabilillah maka alangkah baiknya Mendengar itu Rasul pun

menjawab Kalau ia bekerja untuk menghidupi anak-anaknya yang masih kecil itu

adalah fi sabilillah kalau ia bekerja untuk menghidupi kedua orangtuanya yang sudah

lanjut usia itu adalah fi sabilillah kalau ia bekerja untuk kepentingan dirinya sendiri

agar tidak meminta-minta itu juga fi sabilillah (HR Ath- Thabrani)

Bekerja adalah manifestasi amal saleh Bila kerja itu amal saleh maka kerja adalah

ibadah Dan bila kerja itu ibadah maka kehidupan manusia tidak bisa dilepaskan dari

kerja Bukankah Allah SWT menciptakan manusia untuk beribadah kepada-Nya

Tidak berlebihan bila keberadaan seorang manusia ditentukan oleh aktivitas kerjanya

Allah SWT berfirman

Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib manusia sebelum mereka mengubah

apa yang ada pada dirinya (QS Ar-Rad [13] 11) Dalam ayat lain diungkapkan pula

ldquodan bahwasannya seorang manusia tidak akan memperoleh selain apa yang telah

diusahakannyardquo (QS Al- Najm [53] 39)

Kisah di awal menggambarkan betapa besarnya penghargaan Rasulullah SAW terhadap

kerja Kerja apapun itu selama tidak menyimpang dari aturan yang ditetapkan agama

Demikian besarnya penghargaan beliau sampaisampai dalam kisah pertama manusia

teragung ini rela mencium tangan Saad bin Muadz Al-Anshari yang melepuh lagi

gosong Rasulullah SAW dalam dua kisah tersebut memberikan motivasi pada umatnya

bahwa bekerja adalah perbuatan mulia dan termasuk bagian dari jihad Rasulullah SAW

adalah sosok yang selalu berbuat sebelum beliau memerintahkan para sahabat untuk

melakukannya Hal ini sesuai dengan tugas beliau sebagai ushwatun hasanah teladan

yang baik bagi seluruh manusia Maka saat kita berbicara tentang etos kerja islami maka

22

beliaulah orang yang paling pantas menjadi rujukan Dan berbicara tentang etos kerja

Rasulullah SAW sama artinya dengan berbicara bagaimana beliau menjalankan peran-

peran dalam hidupnya Ada lima peran penting yang diemban Rasulullah SAW yaitu

Pertama sebagai rasul Peran ini beliau jalani selama 23 tahun Dalam kurun waktu

tersebut beliau harus berdakwah menyebarkan Islam menerima menghapal

menyampaikan dan menjelaskan tak kurang dari 6666 ayat Alquran menjadi guru

(pembimbing) bagi para sahabat dan menjadi hakim yang memutuskan berbagai pelik

permasalahan umat-dari mulai pembunuhan sampai perceraian

Kedua sebagai kepala negara dan pemimpin sebuah masyarakat heterogen Tatkala

memegang posisi ini Rasulullah SAW harus menerima kunjungan diplomatik negara-

negara sahabat Rasul pun harus menata dan menciptakan sistem hukum yang mampu

menyatukan kaum Muslimin Nasrani dan Yahudi mengatur perekonomian dan

setumpuk masalah lainnya

Ketiga sebagai panglima perang Selama hidup tak kurang dari 28 kali Rasul

memimpin pertempuran melawan kafir Quraisy Sebagai panglima perang beliau harus

mengorganisasi lebih dari 53 pasukan kaveleri bersenjata Harus memikirkan strategi

perang persedian logistik keamanan transportasi kesehatan dan lainnya

Keempat sebagai kepala rumahtangga Dalam posisi ini Rasul harus mendidik

membahagiakan dan memenuhi tanggung jawab-lahir batin-terhadap para istri beliau

tujuh anak dan beberapa orang cucu Beliau dikenal sebagai sosok yang sangat

perhatian terhadap keluarganya Di tengah kesibukannya Rasul pun masih sempat

bercanda dan menjahit sendiri bajunya

Kelima sebagai seorang pebisnis Sejak usia 12 tahun pamannya Abu Thalib sudah

mengajaknya melakukan perjalanan bisnis ke Syam negeri yang saat ini meliputi Syria

Jordan dan Lebanon Dari usia 17 hingga sekitar 20 tahun adalah masa tersulit dalam

perjalanan bisnis Rasul karena beliau harus mandiri dan bersaing dengan pemain pemain

23

senior dalam perdagangan regional Usia 20 hingga 25 tahun merupakan titik keemasan

entrepreneurship Rasulullah SAW terbukti dengan terpikatnya konglomerat Mekah

Khadijah binti Khuwailid yang kemudian melamarnya menjadi suami Afzalurrahman

dalam bukunya Muhammad Sebagai Seorang Pedagang (2000 5-12) mencatat bahwa

Rasul pun sering terlibat dalam perjalanan bisnis ke berbagai negeri seperti Yaman

Oman dan Bahrain Dan beliau mulai mengurangi kegiatan bisnisnya ketika mencapai

usia 37 tahun

Adalah kenyataan bila Rasulullah SAW mampu menjalankan kelima perannya tersebut

dengan sempurna bahkan menjadi yang terbaik Tak heran bila para ilmuwan baik itu

yang Muslim maupun non-Muslim menempatkan beliau sebagai orang yang paling

berpengaruh paling pemberani paling bijaksana paling bermoral dan sejumlah paling

lainnya

IIC3Rahasia kesuksesan karier dan pekerjaan Rasulullah SAW

Pertama Rasul selalu bekerja dengan cara terbaik profesional dan tidak asal-asalan

Beliau bersabda Sesungguhnya Allah menginginkan jika salah seorang darimu bekerja

maka hendaklah meningkatkan kualitasnya

Kedua dalam bekerja Rasul melakukannya dengan manajemen yang baik perencanaan

yang jelas pentahapan aksi dan adanya penetapan skala prioritas

Ketiga Rasul tidak pernah menyia-nyiakan kesempatan sekecil apapun Barangsiapa

yang dibukakan pintu kebaikan hendaknya dia mampu memanfaatkannya karena ia

tidak tahu kapan ditutupkan kepadanya demikian beliau bersabda

Keempat dalam bekerja Rasul selalu memperhitungkan masa depan Beliau adalah

sosok yang visioner sehingga segala aktivitasnya benar-benar terarah dan terfokus

Kelima Rasul tidak pernah menangguhkan pekerjaan Beliau bekerja secara tuntas dan

berkualitas

Keenam Rasul bekerja secara berjamaah dengan mempersiapkan (membentuk) tim

yang solid yang percaya pada cita-cita bersama

24

Ketujuh Rasul adalah pribadi yang sangat menghargai waktu Tidak berlalu sedetik pun

waktu kecuali menjadi nilai tambah bagi diri dan umatnya Dan yang terakhir

Rasulullah SAW menjadikan kerja sebagai aktualisasi keimanan dan ketakwaan Rasul

bekerja bukan untuk menumpuk kekayaan duniawi Beliau bekerja untuk meraih

keridhaan Allah SWT Inilah kunci terpenting Semoga Allah SWT memberikan

kemampuan kepada kita untuk meneladani etos kerja Rasulullah SAW

25

BAB III

PEMBAHASAN

IIIA HUBUNGAN ANTARA ORGANIZATION-BASED SELF-ESTEEM

(OBSE) DAN ETOS KERJA

Untuk dapat meningkatkan Etos Kerja diperlukan adanya suatu sikap yang menilai

tinggi pada kerja keras dan sungguh-sungguh Karena itu perlu ditemukan suatu

dorongan yang tepat untuk memotivasi dan merubah sikap (Anoraga 1992) Seperti

yang sudah dipaparkan Anoraga sebelumnya bahwa motivasi merupakan kunci untuk

membangun Etos Kerja yang baik Motivasi kerja adalah sesuatu yang menimbulkan

semangat atau dorongan kerja kuat lemahnya motivasi kerja seseorang ikut menentukan

besar kecilnya prestasi seorang pekerja

Tujuan organisasi yang ditanamkan dalam visi misi filosofi dan mottoorganisasi

merupakan suatu nilai ideal yang harus dicapai individu Dengan proses yang tepat

organisasi berusaha menanamkan nilai-nilai ini pada para anggotanya

Nilai ideal yang dipersepsikan oleh anggota akan mempengaruhi penilaiannya terhadap

dirinya sehingga membentuk OBSE-nya Nilai-nilai ini ditanamkan oleh organisasi

dengan tujuan utama yaitu kinerja dan kualitas kerja yang meningkat

Kinerja dan kualitas kerja yang baik dapat dicapai dengan Etos Kerja yang baik maka

organisasi secara tidak langsung berusaha untuk meningkatkan Etos Kerja anggotanya

OBSE mempengaruhi beberapa aspek antara lain global self-esteemharga diri secara

keseluruhan kepuasan secara keseluruhan perilaku warga negara yang baik komitmen

dan kepuasan organisasi prestasi kerja dan terakhir adalah motivasi intrinsik (Kreitner

amp Kinicki 2000) Menurut Alderfer (dalam Siagian 1995) dengan teori motivasi ERG-

nya salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi adalah faktor R (Relatedness) yaitu

kebutuhan akan pemenuhan rasa puas dalam berhubungan dengan keluarga teman

atasan bawahan dan rekan sekerja dimana hal ini melibatkan unsur cinta dan self-

esteem Dengan meningkatnya self-esteem pekerja yang didasarkan pada keberadaannya

sebagai bagian dari organisasi maka motivasinya secara intrinsic dalam bekerja

meningkat Herzberg (dalam Anoraga 1992) yang melakukan studi mengenai motivasi

26

kerja menyatakan faktor intrinsik dalam bekerja yang meliputi pencapaian sukses

pengakuan kemungkinan untuk meningkat dalam jabatan (karier) tanggung jawab

kemungkinan berkembang dan pekerjaan itu sendiri Dapat dilihat bahwa faktor-faktor

intrinsik ini merupakan aspek-aspek yang akan tergambar pada OBSE Faktor pengakuan

dapat dilihat pada persepsi tentang seberapa berharga dan pentingnya individu dalam

organisasi apakah ia merasa diterima sebagai anggota organisasi dan merasa aman

sebagai bagian dari organisasi

Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat dilihat bagaimana OBSE mempengaruhi

motivasi intrinsik seseorang untuk bekerja Ketika OBSE meningkat motivasi intrinsik

seseorang dalam bekerja turut meningkat maka seharusnya Etos Kerjanya akan

meningkat juga Artinya kebutuhan organisasi untuk mencapai hasil dan kinerja

organisasi yang lebih baik dapat dicapai salah satunya melalui upaya meningkatkan

OBSE pekerjanya

Penelitian lain yang telah dilakukan mengenai OBSE yaitu penelitian Lanford Roe

Carson amp Carson (1997) pada teknisi unit gawat darurat Mereka menemukan

peningkatan OBSE berpeluang meningkatkan komitmen terhadap karier menurunkan

kecenderungan menarik diri dari tugas dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya

kualitas perlakuan Hal ini merupakan beberapa indikasi perilaku yang mencerminkan

Etos Kerja seperti yang dikatakan Sinamo (2005) yaitu bekerja dengan integritas

bekerja dengan penuh tanggung jawab bekerja dengan sempurna Secara umum dapat

dikatakan bahwa bila seseorang merasa berharga dalam organisasi dikarenakan berbagai

faktor ia akan cenderung memiliki motivasi yang lebih baik untuk mencapai tujuan

yang ditetapkan organisasi tersebut sehingga Etos Kerjanya akan lebih baik daripada

individu dengan OBSE-nya rendah

IIIA PENGARUH ETOS KERJA ISLAMI TERHADAP KINERJA SESEORANG

etos kerja islami yang didasarkan pada Al-Qurrsquoan dan Hadits agar produktivitas kerja

karyawan dapat menunjang perkembangan ekonomi ummat serta pengaruh kinerja yang

ditunjukkan oleh karyawan itu sendiri Setidaknya etos kerja itu bersumber dan

27

berkaitan langsung dengan nilai-nilai kejiwaan seseorang dan menunjukkan pula

pandangan hidup yang mendarah daging untuk dapat mengembangkan dirinya sehingga

etos kerja kerja menunjukkan pula sikap dan harapan seseorang Dan dengan sikap

seperti ini seseorang yang memiliki etos akan berusaha untuk memenuhi harapannya

tersebut Sebab Etos kerja juga mempunyai makna nilai moral dan pemberdayaan diri

yaitu suatu pandangan batin yang bersifat mendarah daging Seseorang akan merasakan

bahwa hanya dengan menghasilkan pekerjaan yang terbaik bahkan sempurna nilai-nilai

Islam yang diyakininya dapat diwujudkan

Dengan pengembangan kualitas yang ada dalam diri pribadi setiap manusia semua yang

dilaksanakan dapat terwujud sesuai nilai moral yang dimilikinya Karenanya etos kerja

bukanlah sekedar kepribadian atau sikap melainkan lebih mendalam lagi karena

didalamnya terdapat martabat harga diri dan jati diri dari seorang tersebut

Berkaitan dengan ini Ahmad (200117) menegaskan bahwa Islam tidak hanya

memerintahkan manusia hanya untuk sholat saja namun manusia juga diperintahkan

untuk mencari rezeki di bumi 1048755Apabila telah ditunaikan sholat maka bertebaranlah

kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah1048755Dan Allah adalah sebaik-baik Pemberi

Rezeki1048755 (QS Al Jumursquoah 10-11) Petikan-petikan ayat di atas sangatlah jelas

memperlihatkan pandangan Islam terhadap nilai kerja itu sendiri

Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Tasmara (200226) etos kerja islami menekankan

pada kerja sama dalam bekerja dan konsep konsultasi yang terlihat sebagai jalan untuk

mengatasi rintangan atau masalah dan menghindari kesalahan Hubungan sosial dalam

bekerja merupakan pendorong yang bertujuan untuk mempertemukan kebutuhan

seseorang dan membuat keseimbangan antara kebutuhan individu dan kehidupan sosial

Dan hal ini juga diperkuat dengan firman Allah SWT dalam surat Al

Jumursquoah 1048755Maka apabila telah ditunaikan sholat maka bertebaranlah kamu di muka

bumi dan carilah karunia Allah serta banyaklah ingat kepada Allah agar kamu

beruntung1048755 (QS Al Jumursquoah 10) Jadi dalam ayat tersebut tersirat pesan yaitu

hendaknya kita beribadah sebagaimana diwajibkan namun kita juga harus bekerja

mencari rezeki dari kemurahan Allah Bersama dengan itu kita senantiasa ingat kepada-

Nya Yakni memenuhi semua ketentuan etis dan akhlaq dalam bekerja yaitu dengan

28

menyadari pengawasan dan perhitungan Allah terhadap setiap bentuk kerja kita Semua

perilaku manusia didasari prinsip rahman dan rahim dengan kesadaran penuh sebagai

rahmatan lil 1048755alamin integritas yang sangat tinggi karena merasa dirinya dilihat oleh

Allah bukan karena atasan atau sekedar upah belaka dan jabatan hanya dilihat sebagai

amanah Allah (Agustian 200152) Sikap ini akan mendorong suatu kreativitas tanpa

henti untuk menciptakan mutu pelayanan dan produk yang lebih berkualitas yang

dipandang dalam etos kerja islami

29

BAB IV

KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari tulisan ini sebagai berikut

1 Sesuai dengan landasan teori yang telah dibahas sebelumnya dapat dikatakan

bahwa ketika Organisation-Based Self-Esteem (OBSE) seseorang meningkat

maka motivasinya untuk mencapai kinerja yang lebih baik di dalam organisasi

tersebut akan meningkat secara intrinsik (kreitner amp Kinicki 2000) sehingga

cara pandangnya terhadap nilai bekerja yang dikenal dengan konsep Etos Kerja

turut meningkat (Anoraga 1992)

2 Ketika nilai Organisation-Based Self-Esteem (OBSE) seorang individu rendah

belum tentu nilai Etos Kerjanya harus rendah pula karena selain faktor OBSE

masih terdapat faktor-faktor lain yang turut mempengaruhi Etos Kerja seseorang

seperti yang telah dijelaskan pada bab dua seperti agama pendidikan sosial

budaya struktur ekonomi dan sebagainya Kualitas beragama unsur sosial

budaya dan kondisi ekonomi misalnya dapat mempengaruhi cara pandang

seseorang terhadap nilai bekerja

3 etos kerja islami didasarkan pada Al-Qurrsquoan dan Hadits agar produktivitas kerja

karyawan dapat menunjang perkembangan ekonomi ummat serta pengaruh

kinerja yang ditunjukkan oleh karyawan itu sendiri Sehingga dapat terbentuk

etoskerja yang mempunyai makna nilai moral dan pemberdayaan diri

30

DAFTAR PUSTAKA

1

2

3

31

Page 19: Paper Etos Kerja 2

3 Buatlah orang merasa aman harga diri karyawan akan lebih meningkat ketika

harapan para manager tersampaikan dengan jelas dan terangterangan pada

mereka

4 Buatlah orang merasa mendapatkan wewenang individu diberikan kesempatan

untuk memutuskan bagaimana mereka akan menyelesaikan pekerjaan yang

menurut mereka baik bagi mereka dan pekerjaannya

Dari berbagai penulisan dan pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa OBSE

memiliki beberapa aspek (Kreitner amp Kinicki 2000 Greenberg 2005) yaitu

1 merasa diterima dalam organisasi

2 merasa aman dalam organisasi

3 merasa berkompeten dalam organisasi

4 merasa berpengaruh dalam organisasi

5 merasa penting bagi organisasi

6 rasa berharga bagi organisasi

7 merasa berkembang dalam organisasi

Aspek-aspek inilah yang akan menjadi indikator OBSE dalam penulisan ini

IICEtos Kerja dalam Islam

Menurut Ahmad (200116) Islam adalah agama yang menghargai kerja keras Kenyataan

ini dapat terlihat dari serangkaian firman Allah dalam Al- Quran yang sangat

menekankan arti penting diantaranya

Dan katakanlah Bekerjalah kamu maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang

mukmin akan melihat pekerjaanmu itu dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah)

Yang mengetahui akan yang gaib dan yang nyata lalu diberitakan-Nya kepada kamu

apa yang telah kamu kerjakan (QS At-Taubah 9 105)

19

ldquo Katakanlah Hai kaumku berbuatlah sepenuh kemampuanmu sesungguhnya akupun

berbuat (pula) Kelak kamu akan mengetahui siapakah (diantara kita) yang akan

memperoleh hasil yang baik dari dunia ini Sesungguhnya orang yang dzalim itu tidak

akan mendapat keberuntunganrdquo QS Al Anrsquoam (6) 135

IIC1Konsep Kerja dalam Islam

Kemuliaan seorang manusia itu bergantung kepada apa yang dilakukannya Dengan itu

sesuatu amalan atau pekerjaan yang mendekatkan seseorang kepada Allah adalah sangat

penting serta patut untuk diberi perhatian Amalan atau pekerjaan yang demikian selain

memperoleh keberkahan serta kesenangan dunia juga ada yang lebih penting yaitu

merupakan jalan atau tiket dalam menentukan tahap kehidupan seseorang di akhirat

kelak apakah masuk golongan ahli syurga atau sebaliknya Istilah lsquokerjarsquo dalam Islam

bukanlah semata-mata merujuk kepada mencari rezeki untuk menghidupi diri dan

keluarga dengan menghabiskan waktu siang maupun malam dari pagi hingga sore terus

menerus tak kenal lelah tetapi kerja mencakup segala bentuk amalan atau pekerjaan

yang mempunyai unsur kebaikan dan keberkahan bagi diri keluarga dan masyarakat

sekelilingnya serta negara Dengan kata lain orang yang berkerja adalah mereka yang

menyumbangkan jiwa dan tenaganya untuk kebaikan diri keluarga masyarakat dan

negara tanpa menyusahkan orang lain Oleh karena itu kategori ahli Syurga seperti yang

digambarkan dalam Al-Qurrsquoan bukanlah orang yang mempunyai pekerjaanjabatan yang

tinggi dalam suatu perusahaaninstansi sebagai manajer direktur teknisi dalam suatu

bengkel dan sebagainya Tetapi sebaliknya Al-Quran menggariskan golongan yang baik

lagi beruntung (al-falah) itu adalah orang yang banyak taqwa kepada Allah khusyu

sholatnya baik tutur katanya memelihara pandangan dan kemaluannya serta

menunaikan tanggung jawab sosialnya seperti mengeluarkan zakat dan lainnya (QS Al

Mursquominun 1 ndash 11)

Golongan ini mungkin terdiri dari pegawai supir tukang sapu ataupun seorang yang

tidak mempunyai pekerjaan tetap Sifat-sifat di ataslah sebenarnya yang menjamin

20

kebaikan dan kedudukan seseorang di dunia dan di akhirat kelak Jika membaca hadits-

hadits Rasulullah SAW tentang ciri-ciri manusia yang baik di sisi Allah maka tidak

heran bahwa diantara mereka itu ada golongan yang memberi minum anjing kelaparan

mereka yang memelihara mata telinga dan lidah dari perkara yang tidak berguna tanpa

melakukan amalan sunnah yang banyak dan seumpamanyaDalam satu hadits yang

diriwayatkan oleh Umar ra berbunyi rsquoBahwa setiap amal itu bergantung pada niat

dan setiap individu itu dihitung berdasarkan apa yang diniatkannya helliprsquo

Dalam riwayat lain Rasulullah SAW bersabda lsquo Binasalah orang-orang Islam kecuali

mereka yang berilmu Maka binasalah golongan berilmu kecuali mereka yang beramal

dengan ilmu mereka Dan binasalah golongan yang beramal dengan ilmu mereka

kecuali mereka yang ikhlas Sesungguhnya golongan yang ikhlas ini juga masih dalam

keadaan bahaya yang amat besar helliprsquo Kedua hadist diatas sudah cukup menjelaskan

betapa niat yang disertai dengan keikhlasan itulah inti sebenarnya dalam kehidupan

dan pekerjaan manusia Alangkah baiknya kalau umat Islam hari ini dapat bergerak dan

bekerja dengan tekun dan mempunyai tujuan yang satu yaitu lsquomardatillahrsquo (keridhaan

Allah) itulah yang dicari dalam semua urusan Dari situlah akan lahir nilai keberkahan

yang sebenarnya dalam kehidupan yang penuh dengan curahan rahmat dan nikmat yang

banyak dari Allah Inilah golongan yang diistilahkan sebagai golongan yang tenang

dalam ibadah ridha dengan kehidupan yang ditempuh serta optimis dengan janji-janji

Allah

IIC2Meneladani Etos Kerja Rasulullah SAW

Rasulullah SAW menjadikan kerja sebagai aktualisasi keimanan dan ketakwaan Rasul

bekerja bukan untuk menumpuk kekayaan duniawi Beliau bekerja untuk meraih

keridaan Allah SWT

Suatu hari Rasulullah SAW berjumpa dengan Saad bin Muadz Al-Anshari Ketika itu

Rasul melihat tangan Saad melepuh kulitnya gosong kehitam-hitaman seperti

terpanggang matahari Kenapa tanganmu tanya Rasul kepada Saad Wahai

21

Rasulullah jawab Saad Tanganku seperti ini karena aku mengolah tanah dengan

cangkul itu untuk mencari nafkah keluarga yang menjadi tanggunganku Seketika itu

beliau mengambil tangan Saad dan menciumnya seraya berkata Inilah tangan yang

tidak akan pernah disentuh api neraka

Dalam kisah lain disebutkan bahwa ada seseorang yang berjalan melalui tempat

Rasulullah SAW Orang tersebut sedang bekerja dengan sangat giat dan tangkas Para

sahabat kemudian bertanya Wahai Rasulullah andaikata bekerja semacam orang itu

dapat digolongkan jihad fi sabilillah maka alangkah baiknya Mendengar itu Rasul pun

menjawab Kalau ia bekerja untuk menghidupi anak-anaknya yang masih kecil itu

adalah fi sabilillah kalau ia bekerja untuk menghidupi kedua orangtuanya yang sudah

lanjut usia itu adalah fi sabilillah kalau ia bekerja untuk kepentingan dirinya sendiri

agar tidak meminta-minta itu juga fi sabilillah (HR Ath- Thabrani)

Bekerja adalah manifestasi amal saleh Bila kerja itu amal saleh maka kerja adalah

ibadah Dan bila kerja itu ibadah maka kehidupan manusia tidak bisa dilepaskan dari

kerja Bukankah Allah SWT menciptakan manusia untuk beribadah kepada-Nya

Tidak berlebihan bila keberadaan seorang manusia ditentukan oleh aktivitas kerjanya

Allah SWT berfirman

Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib manusia sebelum mereka mengubah

apa yang ada pada dirinya (QS Ar-Rad [13] 11) Dalam ayat lain diungkapkan pula

ldquodan bahwasannya seorang manusia tidak akan memperoleh selain apa yang telah

diusahakannyardquo (QS Al- Najm [53] 39)

Kisah di awal menggambarkan betapa besarnya penghargaan Rasulullah SAW terhadap

kerja Kerja apapun itu selama tidak menyimpang dari aturan yang ditetapkan agama

Demikian besarnya penghargaan beliau sampaisampai dalam kisah pertama manusia

teragung ini rela mencium tangan Saad bin Muadz Al-Anshari yang melepuh lagi

gosong Rasulullah SAW dalam dua kisah tersebut memberikan motivasi pada umatnya

bahwa bekerja adalah perbuatan mulia dan termasuk bagian dari jihad Rasulullah SAW

adalah sosok yang selalu berbuat sebelum beliau memerintahkan para sahabat untuk

melakukannya Hal ini sesuai dengan tugas beliau sebagai ushwatun hasanah teladan

yang baik bagi seluruh manusia Maka saat kita berbicara tentang etos kerja islami maka

22

beliaulah orang yang paling pantas menjadi rujukan Dan berbicara tentang etos kerja

Rasulullah SAW sama artinya dengan berbicara bagaimana beliau menjalankan peran-

peran dalam hidupnya Ada lima peran penting yang diemban Rasulullah SAW yaitu

Pertama sebagai rasul Peran ini beliau jalani selama 23 tahun Dalam kurun waktu

tersebut beliau harus berdakwah menyebarkan Islam menerima menghapal

menyampaikan dan menjelaskan tak kurang dari 6666 ayat Alquran menjadi guru

(pembimbing) bagi para sahabat dan menjadi hakim yang memutuskan berbagai pelik

permasalahan umat-dari mulai pembunuhan sampai perceraian

Kedua sebagai kepala negara dan pemimpin sebuah masyarakat heterogen Tatkala

memegang posisi ini Rasulullah SAW harus menerima kunjungan diplomatik negara-

negara sahabat Rasul pun harus menata dan menciptakan sistem hukum yang mampu

menyatukan kaum Muslimin Nasrani dan Yahudi mengatur perekonomian dan

setumpuk masalah lainnya

Ketiga sebagai panglima perang Selama hidup tak kurang dari 28 kali Rasul

memimpin pertempuran melawan kafir Quraisy Sebagai panglima perang beliau harus

mengorganisasi lebih dari 53 pasukan kaveleri bersenjata Harus memikirkan strategi

perang persedian logistik keamanan transportasi kesehatan dan lainnya

Keempat sebagai kepala rumahtangga Dalam posisi ini Rasul harus mendidik

membahagiakan dan memenuhi tanggung jawab-lahir batin-terhadap para istri beliau

tujuh anak dan beberapa orang cucu Beliau dikenal sebagai sosok yang sangat

perhatian terhadap keluarganya Di tengah kesibukannya Rasul pun masih sempat

bercanda dan menjahit sendiri bajunya

Kelima sebagai seorang pebisnis Sejak usia 12 tahun pamannya Abu Thalib sudah

mengajaknya melakukan perjalanan bisnis ke Syam negeri yang saat ini meliputi Syria

Jordan dan Lebanon Dari usia 17 hingga sekitar 20 tahun adalah masa tersulit dalam

perjalanan bisnis Rasul karena beliau harus mandiri dan bersaing dengan pemain pemain

23

senior dalam perdagangan regional Usia 20 hingga 25 tahun merupakan titik keemasan

entrepreneurship Rasulullah SAW terbukti dengan terpikatnya konglomerat Mekah

Khadijah binti Khuwailid yang kemudian melamarnya menjadi suami Afzalurrahman

dalam bukunya Muhammad Sebagai Seorang Pedagang (2000 5-12) mencatat bahwa

Rasul pun sering terlibat dalam perjalanan bisnis ke berbagai negeri seperti Yaman

Oman dan Bahrain Dan beliau mulai mengurangi kegiatan bisnisnya ketika mencapai

usia 37 tahun

Adalah kenyataan bila Rasulullah SAW mampu menjalankan kelima perannya tersebut

dengan sempurna bahkan menjadi yang terbaik Tak heran bila para ilmuwan baik itu

yang Muslim maupun non-Muslim menempatkan beliau sebagai orang yang paling

berpengaruh paling pemberani paling bijaksana paling bermoral dan sejumlah paling

lainnya

IIC3Rahasia kesuksesan karier dan pekerjaan Rasulullah SAW

Pertama Rasul selalu bekerja dengan cara terbaik profesional dan tidak asal-asalan

Beliau bersabda Sesungguhnya Allah menginginkan jika salah seorang darimu bekerja

maka hendaklah meningkatkan kualitasnya

Kedua dalam bekerja Rasul melakukannya dengan manajemen yang baik perencanaan

yang jelas pentahapan aksi dan adanya penetapan skala prioritas

Ketiga Rasul tidak pernah menyia-nyiakan kesempatan sekecil apapun Barangsiapa

yang dibukakan pintu kebaikan hendaknya dia mampu memanfaatkannya karena ia

tidak tahu kapan ditutupkan kepadanya demikian beliau bersabda

Keempat dalam bekerja Rasul selalu memperhitungkan masa depan Beliau adalah

sosok yang visioner sehingga segala aktivitasnya benar-benar terarah dan terfokus

Kelima Rasul tidak pernah menangguhkan pekerjaan Beliau bekerja secara tuntas dan

berkualitas

Keenam Rasul bekerja secara berjamaah dengan mempersiapkan (membentuk) tim

yang solid yang percaya pada cita-cita bersama

24

Ketujuh Rasul adalah pribadi yang sangat menghargai waktu Tidak berlalu sedetik pun

waktu kecuali menjadi nilai tambah bagi diri dan umatnya Dan yang terakhir

Rasulullah SAW menjadikan kerja sebagai aktualisasi keimanan dan ketakwaan Rasul

bekerja bukan untuk menumpuk kekayaan duniawi Beliau bekerja untuk meraih

keridhaan Allah SWT Inilah kunci terpenting Semoga Allah SWT memberikan

kemampuan kepada kita untuk meneladani etos kerja Rasulullah SAW

25

BAB III

PEMBAHASAN

IIIA HUBUNGAN ANTARA ORGANIZATION-BASED SELF-ESTEEM

(OBSE) DAN ETOS KERJA

Untuk dapat meningkatkan Etos Kerja diperlukan adanya suatu sikap yang menilai

tinggi pada kerja keras dan sungguh-sungguh Karena itu perlu ditemukan suatu

dorongan yang tepat untuk memotivasi dan merubah sikap (Anoraga 1992) Seperti

yang sudah dipaparkan Anoraga sebelumnya bahwa motivasi merupakan kunci untuk

membangun Etos Kerja yang baik Motivasi kerja adalah sesuatu yang menimbulkan

semangat atau dorongan kerja kuat lemahnya motivasi kerja seseorang ikut menentukan

besar kecilnya prestasi seorang pekerja

Tujuan organisasi yang ditanamkan dalam visi misi filosofi dan mottoorganisasi

merupakan suatu nilai ideal yang harus dicapai individu Dengan proses yang tepat

organisasi berusaha menanamkan nilai-nilai ini pada para anggotanya

Nilai ideal yang dipersepsikan oleh anggota akan mempengaruhi penilaiannya terhadap

dirinya sehingga membentuk OBSE-nya Nilai-nilai ini ditanamkan oleh organisasi

dengan tujuan utama yaitu kinerja dan kualitas kerja yang meningkat

Kinerja dan kualitas kerja yang baik dapat dicapai dengan Etos Kerja yang baik maka

organisasi secara tidak langsung berusaha untuk meningkatkan Etos Kerja anggotanya

OBSE mempengaruhi beberapa aspek antara lain global self-esteemharga diri secara

keseluruhan kepuasan secara keseluruhan perilaku warga negara yang baik komitmen

dan kepuasan organisasi prestasi kerja dan terakhir adalah motivasi intrinsik (Kreitner

amp Kinicki 2000) Menurut Alderfer (dalam Siagian 1995) dengan teori motivasi ERG-

nya salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi adalah faktor R (Relatedness) yaitu

kebutuhan akan pemenuhan rasa puas dalam berhubungan dengan keluarga teman

atasan bawahan dan rekan sekerja dimana hal ini melibatkan unsur cinta dan self-

esteem Dengan meningkatnya self-esteem pekerja yang didasarkan pada keberadaannya

sebagai bagian dari organisasi maka motivasinya secara intrinsic dalam bekerja

meningkat Herzberg (dalam Anoraga 1992) yang melakukan studi mengenai motivasi

26

kerja menyatakan faktor intrinsik dalam bekerja yang meliputi pencapaian sukses

pengakuan kemungkinan untuk meningkat dalam jabatan (karier) tanggung jawab

kemungkinan berkembang dan pekerjaan itu sendiri Dapat dilihat bahwa faktor-faktor

intrinsik ini merupakan aspek-aspek yang akan tergambar pada OBSE Faktor pengakuan

dapat dilihat pada persepsi tentang seberapa berharga dan pentingnya individu dalam

organisasi apakah ia merasa diterima sebagai anggota organisasi dan merasa aman

sebagai bagian dari organisasi

Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat dilihat bagaimana OBSE mempengaruhi

motivasi intrinsik seseorang untuk bekerja Ketika OBSE meningkat motivasi intrinsik

seseorang dalam bekerja turut meningkat maka seharusnya Etos Kerjanya akan

meningkat juga Artinya kebutuhan organisasi untuk mencapai hasil dan kinerja

organisasi yang lebih baik dapat dicapai salah satunya melalui upaya meningkatkan

OBSE pekerjanya

Penelitian lain yang telah dilakukan mengenai OBSE yaitu penelitian Lanford Roe

Carson amp Carson (1997) pada teknisi unit gawat darurat Mereka menemukan

peningkatan OBSE berpeluang meningkatkan komitmen terhadap karier menurunkan

kecenderungan menarik diri dari tugas dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya

kualitas perlakuan Hal ini merupakan beberapa indikasi perilaku yang mencerminkan

Etos Kerja seperti yang dikatakan Sinamo (2005) yaitu bekerja dengan integritas

bekerja dengan penuh tanggung jawab bekerja dengan sempurna Secara umum dapat

dikatakan bahwa bila seseorang merasa berharga dalam organisasi dikarenakan berbagai

faktor ia akan cenderung memiliki motivasi yang lebih baik untuk mencapai tujuan

yang ditetapkan organisasi tersebut sehingga Etos Kerjanya akan lebih baik daripada

individu dengan OBSE-nya rendah

IIIA PENGARUH ETOS KERJA ISLAMI TERHADAP KINERJA SESEORANG

etos kerja islami yang didasarkan pada Al-Qurrsquoan dan Hadits agar produktivitas kerja

karyawan dapat menunjang perkembangan ekonomi ummat serta pengaruh kinerja yang

ditunjukkan oleh karyawan itu sendiri Setidaknya etos kerja itu bersumber dan

27

berkaitan langsung dengan nilai-nilai kejiwaan seseorang dan menunjukkan pula

pandangan hidup yang mendarah daging untuk dapat mengembangkan dirinya sehingga

etos kerja kerja menunjukkan pula sikap dan harapan seseorang Dan dengan sikap

seperti ini seseorang yang memiliki etos akan berusaha untuk memenuhi harapannya

tersebut Sebab Etos kerja juga mempunyai makna nilai moral dan pemberdayaan diri

yaitu suatu pandangan batin yang bersifat mendarah daging Seseorang akan merasakan

bahwa hanya dengan menghasilkan pekerjaan yang terbaik bahkan sempurna nilai-nilai

Islam yang diyakininya dapat diwujudkan

Dengan pengembangan kualitas yang ada dalam diri pribadi setiap manusia semua yang

dilaksanakan dapat terwujud sesuai nilai moral yang dimilikinya Karenanya etos kerja

bukanlah sekedar kepribadian atau sikap melainkan lebih mendalam lagi karena

didalamnya terdapat martabat harga diri dan jati diri dari seorang tersebut

Berkaitan dengan ini Ahmad (200117) menegaskan bahwa Islam tidak hanya

memerintahkan manusia hanya untuk sholat saja namun manusia juga diperintahkan

untuk mencari rezeki di bumi 1048755Apabila telah ditunaikan sholat maka bertebaranlah

kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah1048755Dan Allah adalah sebaik-baik Pemberi

Rezeki1048755 (QS Al Jumursquoah 10-11) Petikan-petikan ayat di atas sangatlah jelas

memperlihatkan pandangan Islam terhadap nilai kerja itu sendiri

Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Tasmara (200226) etos kerja islami menekankan

pada kerja sama dalam bekerja dan konsep konsultasi yang terlihat sebagai jalan untuk

mengatasi rintangan atau masalah dan menghindari kesalahan Hubungan sosial dalam

bekerja merupakan pendorong yang bertujuan untuk mempertemukan kebutuhan

seseorang dan membuat keseimbangan antara kebutuhan individu dan kehidupan sosial

Dan hal ini juga diperkuat dengan firman Allah SWT dalam surat Al

Jumursquoah 1048755Maka apabila telah ditunaikan sholat maka bertebaranlah kamu di muka

bumi dan carilah karunia Allah serta banyaklah ingat kepada Allah agar kamu

beruntung1048755 (QS Al Jumursquoah 10) Jadi dalam ayat tersebut tersirat pesan yaitu

hendaknya kita beribadah sebagaimana diwajibkan namun kita juga harus bekerja

mencari rezeki dari kemurahan Allah Bersama dengan itu kita senantiasa ingat kepada-

Nya Yakni memenuhi semua ketentuan etis dan akhlaq dalam bekerja yaitu dengan

28

menyadari pengawasan dan perhitungan Allah terhadap setiap bentuk kerja kita Semua

perilaku manusia didasari prinsip rahman dan rahim dengan kesadaran penuh sebagai

rahmatan lil 1048755alamin integritas yang sangat tinggi karena merasa dirinya dilihat oleh

Allah bukan karena atasan atau sekedar upah belaka dan jabatan hanya dilihat sebagai

amanah Allah (Agustian 200152) Sikap ini akan mendorong suatu kreativitas tanpa

henti untuk menciptakan mutu pelayanan dan produk yang lebih berkualitas yang

dipandang dalam etos kerja islami

29

BAB IV

KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari tulisan ini sebagai berikut

1 Sesuai dengan landasan teori yang telah dibahas sebelumnya dapat dikatakan

bahwa ketika Organisation-Based Self-Esteem (OBSE) seseorang meningkat

maka motivasinya untuk mencapai kinerja yang lebih baik di dalam organisasi

tersebut akan meningkat secara intrinsik (kreitner amp Kinicki 2000) sehingga

cara pandangnya terhadap nilai bekerja yang dikenal dengan konsep Etos Kerja

turut meningkat (Anoraga 1992)

2 Ketika nilai Organisation-Based Self-Esteem (OBSE) seorang individu rendah

belum tentu nilai Etos Kerjanya harus rendah pula karena selain faktor OBSE

masih terdapat faktor-faktor lain yang turut mempengaruhi Etos Kerja seseorang

seperti yang telah dijelaskan pada bab dua seperti agama pendidikan sosial

budaya struktur ekonomi dan sebagainya Kualitas beragama unsur sosial

budaya dan kondisi ekonomi misalnya dapat mempengaruhi cara pandang

seseorang terhadap nilai bekerja

3 etos kerja islami didasarkan pada Al-Qurrsquoan dan Hadits agar produktivitas kerja

karyawan dapat menunjang perkembangan ekonomi ummat serta pengaruh

kinerja yang ditunjukkan oleh karyawan itu sendiri Sehingga dapat terbentuk

etoskerja yang mempunyai makna nilai moral dan pemberdayaan diri

30

DAFTAR PUSTAKA

1

2

3

31

Page 20: Paper Etos Kerja 2

ldquo Katakanlah Hai kaumku berbuatlah sepenuh kemampuanmu sesungguhnya akupun

berbuat (pula) Kelak kamu akan mengetahui siapakah (diantara kita) yang akan

memperoleh hasil yang baik dari dunia ini Sesungguhnya orang yang dzalim itu tidak

akan mendapat keberuntunganrdquo QS Al Anrsquoam (6) 135

IIC1Konsep Kerja dalam Islam

Kemuliaan seorang manusia itu bergantung kepada apa yang dilakukannya Dengan itu

sesuatu amalan atau pekerjaan yang mendekatkan seseorang kepada Allah adalah sangat

penting serta patut untuk diberi perhatian Amalan atau pekerjaan yang demikian selain

memperoleh keberkahan serta kesenangan dunia juga ada yang lebih penting yaitu

merupakan jalan atau tiket dalam menentukan tahap kehidupan seseorang di akhirat

kelak apakah masuk golongan ahli syurga atau sebaliknya Istilah lsquokerjarsquo dalam Islam

bukanlah semata-mata merujuk kepada mencari rezeki untuk menghidupi diri dan

keluarga dengan menghabiskan waktu siang maupun malam dari pagi hingga sore terus

menerus tak kenal lelah tetapi kerja mencakup segala bentuk amalan atau pekerjaan

yang mempunyai unsur kebaikan dan keberkahan bagi diri keluarga dan masyarakat

sekelilingnya serta negara Dengan kata lain orang yang berkerja adalah mereka yang

menyumbangkan jiwa dan tenaganya untuk kebaikan diri keluarga masyarakat dan

negara tanpa menyusahkan orang lain Oleh karena itu kategori ahli Syurga seperti yang

digambarkan dalam Al-Qurrsquoan bukanlah orang yang mempunyai pekerjaanjabatan yang

tinggi dalam suatu perusahaaninstansi sebagai manajer direktur teknisi dalam suatu

bengkel dan sebagainya Tetapi sebaliknya Al-Quran menggariskan golongan yang baik

lagi beruntung (al-falah) itu adalah orang yang banyak taqwa kepada Allah khusyu

sholatnya baik tutur katanya memelihara pandangan dan kemaluannya serta

menunaikan tanggung jawab sosialnya seperti mengeluarkan zakat dan lainnya (QS Al

Mursquominun 1 ndash 11)

Golongan ini mungkin terdiri dari pegawai supir tukang sapu ataupun seorang yang

tidak mempunyai pekerjaan tetap Sifat-sifat di ataslah sebenarnya yang menjamin

20

kebaikan dan kedudukan seseorang di dunia dan di akhirat kelak Jika membaca hadits-

hadits Rasulullah SAW tentang ciri-ciri manusia yang baik di sisi Allah maka tidak

heran bahwa diantara mereka itu ada golongan yang memberi minum anjing kelaparan

mereka yang memelihara mata telinga dan lidah dari perkara yang tidak berguna tanpa

melakukan amalan sunnah yang banyak dan seumpamanyaDalam satu hadits yang

diriwayatkan oleh Umar ra berbunyi rsquoBahwa setiap amal itu bergantung pada niat

dan setiap individu itu dihitung berdasarkan apa yang diniatkannya helliprsquo

Dalam riwayat lain Rasulullah SAW bersabda lsquo Binasalah orang-orang Islam kecuali

mereka yang berilmu Maka binasalah golongan berilmu kecuali mereka yang beramal

dengan ilmu mereka Dan binasalah golongan yang beramal dengan ilmu mereka

kecuali mereka yang ikhlas Sesungguhnya golongan yang ikhlas ini juga masih dalam

keadaan bahaya yang amat besar helliprsquo Kedua hadist diatas sudah cukup menjelaskan

betapa niat yang disertai dengan keikhlasan itulah inti sebenarnya dalam kehidupan

dan pekerjaan manusia Alangkah baiknya kalau umat Islam hari ini dapat bergerak dan

bekerja dengan tekun dan mempunyai tujuan yang satu yaitu lsquomardatillahrsquo (keridhaan

Allah) itulah yang dicari dalam semua urusan Dari situlah akan lahir nilai keberkahan

yang sebenarnya dalam kehidupan yang penuh dengan curahan rahmat dan nikmat yang

banyak dari Allah Inilah golongan yang diistilahkan sebagai golongan yang tenang

dalam ibadah ridha dengan kehidupan yang ditempuh serta optimis dengan janji-janji

Allah

IIC2Meneladani Etos Kerja Rasulullah SAW

Rasulullah SAW menjadikan kerja sebagai aktualisasi keimanan dan ketakwaan Rasul

bekerja bukan untuk menumpuk kekayaan duniawi Beliau bekerja untuk meraih

keridaan Allah SWT

Suatu hari Rasulullah SAW berjumpa dengan Saad bin Muadz Al-Anshari Ketika itu

Rasul melihat tangan Saad melepuh kulitnya gosong kehitam-hitaman seperti

terpanggang matahari Kenapa tanganmu tanya Rasul kepada Saad Wahai

21

Rasulullah jawab Saad Tanganku seperti ini karena aku mengolah tanah dengan

cangkul itu untuk mencari nafkah keluarga yang menjadi tanggunganku Seketika itu

beliau mengambil tangan Saad dan menciumnya seraya berkata Inilah tangan yang

tidak akan pernah disentuh api neraka

Dalam kisah lain disebutkan bahwa ada seseorang yang berjalan melalui tempat

Rasulullah SAW Orang tersebut sedang bekerja dengan sangat giat dan tangkas Para

sahabat kemudian bertanya Wahai Rasulullah andaikata bekerja semacam orang itu

dapat digolongkan jihad fi sabilillah maka alangkah baiknya Mendengar itu Rasul pun

menjawab Kalau ia bekerja untuk menghidupi anak-anaknya yang masih kecil itu

adalah fi sabilillah kalau ia bekerja untuk menghidupi kedua orangtuanya yang sudah

lanjut usia itu adalah fi sabilillah kalau ia bekerja untuk kepentingan dirinya sendiri

agar tidak meminta-minta itu juga fi sabilillah (HR Ath- Thabrani)

Bekerja adalah manifestasi amal saleh Bila kerja itu amal saleh maka kerja adalah

ibadah Dan bila kerja itu ibadah maka kehidupan manusia tidak bisa dilepaskan dari

kerja Bukankah Allah SWT menciptakan manusia untuk beribadah kepada-Nya

Tidak berlebihan bila keberadaan seorang manusia ditentukan oleh aktivitas kerjanya

Allah SWT berfirman

Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib manusia sebelum mereka mengubah

apa yang ada pada dirinya (QS Ar-Rad [13] 11) Dalam ayat lain diungkapkan pula

ldquodan bahwasannya seorang manusia tidak akan memperoleh selain apa yang telah

diusahakannyardquo (QS Al- Najm [53] 39)

Kisah di awal menggambarkan betapa besarnya penghargaan Rasulullah SAW terhadap

kerja Kerja apapun itu selama tidak menyimpang dari aturan yang ditetapkan agama

Demikian besarnya penghargaan beliau sampaisampai dalam kisah pertama manusia

teragung ini rela mencium tangan Saad bin Muadz Al-Anshari yang melepuh lagi

gosong Rasulullah SAW dalam dua kisah tersebut memberikan motivasi pada umatnya

bahwa bekerja adalah perbuatan mulia dan termasuk bagian dari jihad Rasulullah SAW

adalah sosok yang selalu berbuat sebelum beliau memerintahkan para sahabat untuk

melakukannya Hal ini sesuai dengan tugas beliau sebagai ushwatun hasanah teladan

yang baik bagi seluruh manusia Maka saat kita berbicara tentang etos kerja islami maka

22

beliaulah orang yang paling pantas menjadi rujukan Dan berbicara tentang etos kerja

Rasulullah SAW sama artinya dengan berbicara bagaimana beliau menjalankan peran-

peran dalam hidupnya Ada lima peran penting yang diemban Rasulullah SAW yaitu

Pertama sebagai rasul Peran ini beliau jalani selama 23 tahun Dalam kurun waktu

tersebut beliau harus berdakwah menyebarkan Islam menerima menghapal

menyampaikan dan menjelaskan tak kurang dari 6666 ayat Alquran menjadi guru

(pembimbing) bagi para sahabat dan menjadi hakim yang memutuskan berbagai pelik

permasalahan umat-dari mulai pembunuhan sampai perceraian

Kedua sebagai kepala negara dan pemimpin sebuah masyarakat heterogen Tatkala

memegang posisi ini Rasulullah SAW harus menerima kunjungan diplomatik negara-

negara sahabat Rasul pun harus menata dan menciptakan sistem hukum yang mampu

menyatukan kaum Muslimin Nasrani dan Yahudi mengatur perekonomian dan

setumpuk masalah lainnya

Ketiga sebagai panglima perang Selama hidup tak kurang dari 28 kali Rasul

memimpin pertempuran melawan kafir Quraisy Sebagai panglima perang beliau harus

mengorganisasi lebih dari 53 pasukan kaveleri bersenjata Harus memikirkan strategi

perang persedian logistik keamanan transportasi kesehatan dan lainnya

Keempat sebagai kepala rumahtangga Dalam posisi ini Rasul harus mendidik

membahagiakan dan memenuhi tanggung jawab-lahir batin-terhadap para istri beliau

tujuh anak dan beberapa orang cucu Beliau dikenal sebagai sosok yang sangat

perhatian terhadap keluarganya Di tengah kesibukannya Rasul pun masih sempat

bercanda dan menjahit sendiri bajunya

Kelima sebagai seorang pebisnis Sejak usia 12 tahun pamannya Abu Thalib sudah

mengajaknya melakukan perjalanan bisnis ke Syam negeri yang saat ini meliputi Syria

Jordan dan Lebanon Dari usia 17 hingga sekitar 20 tahun adalah masa tersulit dalam

perjalanan bisnis Rasul karena beliau harus mandiri dan bersaing dengan pemain pemain

23

senior dalam perdagangan regional Usia 20 hingga 25 tahun merupakan titik keemasan

entrepreneurship Rasulullah SAW terbukti dengan terpikatnya konglomerat Mekah

Khadijah binti Khuwailid yang kemudian melamarnya menjadi suami Afzalurrahman

dalam bukunya Muhammad Sebagai Seorang Pedagang (2000 5-12) mencatat bahwa

Rasul pun sering terlibat dalam perjalanan bisnis ke berbagai negeri seperti Yaman

Oman dan Bahrain Dan beliau mulai mengurangi kegiatan bisnisnya ketika mencapai

usia 37 tahun

Adalah kenyataan bila Rasulullah SAW mampu menjalankan kelima perannya tersebut

dengan sempurna bahkan menjadi yang terbaik Tak heran bila para ilmuwan baik itu

yang Muslim maupun non-Muslim menempatkan beliau sebagai orang yang paling

berpengaruh paling pemberani paling bijaksana paling bermoral dan sejumlah paling

lainnya

IIC3Rahasia kesuksesan karier dan pekerjaan Rasulullah SAW

Pertama Rasul selalu bekerja dengan cara terbaik profesional dan tidak asal-asalan

Beliau bersabda Sesungguhnya Allah menginginkan jika salah seorang darimu bekerja

maka hendaklah meningkatkan kualitasnya

Kedua dalam bekerja Rasul melakukannya dengan manajemen yang baik perencanaan

yang jelas pentahapan aksi dan adanya penetapan skala prioritas

Ketiga Rasul tidak pernah menyia-nyiakan kesempatan sekecil apapun Barangsiapa

yang dibukakan pintu kebaikan hendaknya dia mampu memanfaatkannya karena ia

tidak tahu kapan ditutupkan kepadanya demikian beliau bersabda

Keempat dalam bekerja Rasul selalu memperhitungkan masa depan Beliau adalah

sosok yang visioner sehingga segala aktivitasnya benar-benar terarah dan terfokus

Kelima Rasul tidak pernah menangguhkan pekerjaan Beliau bekerja secara tuntas dan

berkualitas

Keenam Rasul bekerja secara berjamaah dengan mempersiapkan (membentuk) tim

yang solid yang percaya pada cita-cita bersama

24

Ketujuh Rasul adalah pribadi yang sangat menghargai waktu Tidak berlalu sedetik pun

waktu kecuali menjadi nilai tambah bagi diri dan umatnya Dan yang terakhir

Rasulullah SAW menjadikan kerja sebagai aktualisasi keimanan dan ketakwaan Rasul

bekerja bukan untuk menumpuk kekayaan duniawi Beliau bekerja untuk meraih

keridhaan Allah SWT Inilah kunci terpenting Semoga Allah SWT memberikan

kemampuan kepada kita untuk meneladani etos kerja Rasulullah SAW

25

BAB III

PEMBAHASAN

IIIA HUBUNGAN ANTARA ORGANIZATION-BASED SELF-ESTEEM

(OBSE) DAN ETOS KERJA

Untuk dapat meningkatkan Etos Kerja diperlukan adanya suatu sikap yang menilai

tinggi pada kerja keras dan sungguh-sungguh Karena itu perlu ditemukan suatu

dorongan yang tepat untuk memotivasi dan merubah sikap (Anoraga 1992) Seperti

yang sudah dipaparkan Anoraga sebelumnya bahwa motivasi merupakan kunci untuk

membangun Etos Kerja yang baik Motivasi kerja adalah sesuatu yang menimbulkan

semangat atau dorongan kerja kuat lemahnya motivasi kerja seseorang ikut menentukan

besar kecilnya prestasi seorang pekerja

Tujuan organisasi yang ditanamkan dalam visi misi filosofi dan mottoorganisasi

merupakan suatu nilai ideal yang harus dicapai individu Dengan proses yang tepat

organisasi berusaha menanamkan nilai-nilai ini pada para anggotanya

Nilai ideal yang dipersepsikan oleh anggota akan mempengaruhi penilaiannya terhadap

dirinya sehingga membentuk OBSE-nya Nilai-nilai ini ditanamkan oleh organisasi

dengan tujuan utama yaitu kinerja dan kualitas kerja yang meningkat

Kinerja dan kualitas kerja yang baik dapat dicapai dengan Etos Kerja yang baik maka

organisasi secara tidak langsung berusaha untuk meningkatkan Etos Kerja anggotanya

OBSE mempengaruhi beberapa aspek antara lain global self-esteemharga diri secara

keseluruhan kepuasan secara keseluruhan perilaku warga negara yang baik komitmen

dan kepuasan organisasi prestasi kerja dan terakhir adalah motivasi intrinsik (Kreitner

amp Kinicki 2000) Menurut Alderfer (dalam Siagian 1995) dengan teori motivasi ERG-

nya salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi adalah faktor R (Relatedness) yaitu

kebutuhan akan pemenuhan rasa puas dalam berhubungan dengan keluarga teman

atasan bawahan dan rekan sekerja dimana hal ini melibatkan unsur cinta dan self-

esteem Dengan meningkatnya self-esteem pekerja yang didasarkan pada keberadaannya

sebagai bagian dari organisasi maka motivasinya secara intrinsic dalam bekerja

meningkat Herzberg (dalam Anoraga 1992) yang melakukan studi mengenai motivasi

26

kerja menyatakan faktor intrinsik dalam bekerja yang meliputi pencapaian sukses

pengakuan kemungkinan untuk meningkat dalam jabatan (karier) tanggung jawab

kemungkinan berkembang dan pekerjaan itu sendiri Dapat dilihat bahwa faktor-faktor

intrinsik ini merupakan aspek-aspek yang akan tergambar pada OBSE Faktor pengakuan

dapat dilihat pada persepsi tentang seberapa berharga dan pentingnya individu dalam

organisasi apakah ia merasa diterima sebagai anggota organisasi dan merasa aman

sebagai bagian dari organisasi

Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat dilihat bagaimana OBSE mempengaruhi

motivasi intrinsik seseorang untuk bekerja Ketika OBSE meningkat motivasi intrinsik

seseorang dalam bekerja turut meningkat maka seharusnya Etos Kerjanya akan

meningkat juga Artinya kebutuhan organisasi untuk mencapai hasil dan kinerja

organisasi yang lebih baik dapat dicapai salah satunya melalui upaya meningkatkan

OBSE pekerjanya

Penelitian lain yang telah dilakukan mengenai OBSE yaitu penelitian Lanford Roe

Carson amp Carson (1997) pada teknisi unit gawat darurat Mereka menemukan

peningkatan OBSE berpeluang meningkatkan komitmen terhadap karier menurunkan

kecenderungan menarik diri dari tugas dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya

kualitas perlakuan Hal ini merupakan beberapa indikasi perilaku yang mencerminkan

Etos Kerja seperti yang dikatakan Sinamo (2005) yaitu bekerja dengan integritas

bekerja dengan penuh tanggung jawab bekerja dengan sempurna Secara umum dapat

dikatakan bahwa bila seseorang merasa berharga dalam organisasi dikarenakan berbagai

faktor ia akan cenderung memiliki motivasi yang lebih baik untuk mencapai tujuan

yang ditetapkan organisasi tersebut sehingga Etos Kerjanya akan lebih baik daripada

individu dengan OBSE-nya rendah

IIIA PENGARUH ETOS KERJA ISLAMI TERHADAP KINERJA SESEORANG

etos kerja islami yang didasarkan pada Al-Qurrsquoan dan Hadits agar produktivitas kerja

karyawan dapat menunjang perkembangan ekonomi ummat serta pengaruh kinerja yang

ditunjukkan oleh karyawan itu sendiri Setidaknya etos kerja itu bersumber dan

27

berkaitan langsung dengan nilai-nilai kejiwaan seseorang dan menunjukkan pula

pandangan hidup yang mendarah daging untuk dapat mengembangkan dirinya sehingga

etos kerja kerja menunjukkan pula sikap dan harapan seseorang Dan dengan sikap

seperti ini seseorang yang memiliki etos akan berusaha untuk memenuhi harapannya

tersebut Sebab Etos kerja juga mempunyai makna nilai moral dan pemberdayaan diri

yaitu suatu pandangan batin yang bersifat mendarah daging Seseorang akan merasakan

bahwa hanya dengan menghasilkan pekerjaan yang terbaik bahkan sempurna nilai-nilai

Islam yang diyakininya dapat diwujudkan

Dengan pengembangan kualitas yang ada dalam diri pribadi setiap manusia semua yang

dilaksanakan dapat terwujud sesuai nilai moral yang dimilikinya Karenanya etos kerja

bukanlah sekedar kepribadian atau sikap melainkan lebih mendalam lagi karena

didalamnya terdapat martabat harga diri dan jati diri dari seorang tersebut

Berkaitan dengan ini Ahmad (200117) menegaskan bahwa Islam tidak hanya

memerintahkan manusia hanya untuk sholat saja namun manusia juga diperintahkan

untuk mencari rezeki di bumi 1048755Apabila telah ditunaikan sholat maka bertebaranlah

kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah1048755Dan Allah adalah sebaik-baik Pemberi

Rezeki1048755 (QS Al Jumursquoah 10-11) Petikan-petikan ayat di atas sangatlah jelas

memperlihatkan pandangan Islam terhadap nilai kerja itu sendiri

Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Tasmara (200226) etos kerja islami menekankan

pada kerja sama dalam bekerja dan konsep konsultasi yang terlihat sebagai jalan untuk

mengatasi rintangan atau masalah dan menghindari kesalahan Hubungan sosial dalam

bekerja merupakan pendorong yang bertujuan untuk mempertemukan kebutuhan

seseorang dan membuat keseimbangan antara kebutuhan individu dan kehidupan sosial

Dan hal ini juga diperkuat dengan firman Allah SWT dalam surat Al

Jumursquoah 1048755Maka apabila telah ditunaikan sholat maka bertebaranlah kamu di muka

bumi dan carilah karunia Allah serta banyaklah ingat kepada Allah agar kamu

beruntung1048755 (QS Al Jumursquoah 10) Jadi dalam ayat tersebut tersirat pesan yaitu

hendaknya kita beribadah sebagaimana diwajibkan namun kita juga harus bekerja

mencari rezeki dari kemurahan Allah Bersama dengan itu kita senantiasa ingat kepada-

Nya Yakni memenuhi semua ketentuan etis dan akhlaq dalam bekerja yaitu dengan

28

menyadari pengawasan dan perhitungan Allah terhadap setiap bentuk kerja kita Semua

perilaku manusia didasari prinsip rahman dan rahim dengan kesadaran penuh sebagai

rahmatan lil 1048755alamin integritas yang sangat tinggi karena merasa dirinya dilihat oleh

Allah bukan karena atasan atau sekedar upah belaka dan jabatan hanya dilihat sebagai

amanah Allah (Agustian 200152) Sikap ini akan mendorong suatu kreativitas tanpa

henti untuk menciptakan mutu pelayanan dan produk yang lebih berkualitas yang

dipandang dalam etos kerja islami

29

BAB IV

KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari tulisan ini sebagai berikut

1 Sesuai dengan landasan teori yang telah dibahas sebelumnya dapat dikatakan

bahwa ketika Organisation-Based Self-Esteem (OBSE) seseorang meningkat

maka motivasinya untuk mencapai kinerja yang lebih baik di dalam organisasi

tersebut akan meningkat secara intrinsik (kreitner amp Kinicki 2000) sehingga

cara pandangnya terhadap nilai bekerja yang dikenal dengan konsep Etos Kerja

turut meningkat (Anoraga 1992)

2 Ketika nilai Organisation-Based Self-Esteem (OBSE) seorang individu rendah

belum tentu nilai Etos Kerjanya harus rendah pula karena selain faktor OBSE

masih terdapat faktor-faktor lain yang turut mempengaruhi Etos Kerja seseorang

seperti yang telah dijelaskan pada bab dua seperti agama pendidikan sosial

budaya struktur ekonomi dan sebagainya Kualitas beragama unsur sosial

budaya dan kondisi ekonomi misalnya dapat mempengaruhi cara pandang

seseorang terhadap nilai bekerja

3 etos kerja islami didasarkan pada Al-Qurrsquoan dan Hadits agar produktivitas kerja

karyawan dapat menunjang perkembangan ekonomi ummat serta pengaruh

kinerja yang ditunjukkan oleh karyawan itu sendiri Sehingga dapat terbentuk

etoskerja yang mempunyai makna nilai moral dan pemberdayaan diri

30

DAFTAR PUSTAKA

1

2

3

31

Page 21: Paper Etos Kerja 2

kebaikan dan kedudukan seseorang di dunia dan di akhirat kelak Jika membaca hadits-

hadits Rasulullah SAW tentang ciri-ciri manusia yang baik di sisi Allah maka tidak

heran bahwa diantara mereka itu ada golongan yang memberi minum anjing kelaparan

mereka yang memelihara mata telinga dan lidah dari perkara yang tidak berguna tanpa

melakukan amalan sunnah yang banyak dan seumpamanyaDalam satu hadits yang

diriwayatkan oleh Umar ra berbunyi rsquoBahwa setiap amal itu bergantung pada niat

dan setiap individu itu dihitung berdasarkan apa yang diniatkannya helliprsquo

Dalam riwayat lain Rasulullah SAW bersabda lsquo Binasalah orang-orang Islam kecuali

mereka yang berilmu Maka binasalah golongan berilmu kecuali mereka yang beramal

dengan ilmu mereka Dan binasalah golongan yang beramal dengan ilmu mereka

kecuali mereka yang ikhlas Sesungguhnya golongan yang ikhlas ini juga masih dalam

keadaan bahaya yang amat besar helliprsquo Kedua hadist diatas sudah cukup menjelaskan

betapa niat yang disertai dengan keikhlasan itulah inti sebenarnya dalam kehidupan

dan pekerjaan manusia Alangkah baiknya kalau umat Islam hari ini dapat bergerak dan

bekerja dengan tekun dan mempunyai tujuan yang satu yaitu lsquomardatillahrsquo (keridhaan

Allah) itulah yang dicari dalam semua urusan Dari situlah akan lahir nilai keberkahan

yang sebenarnya dalam kehidupan yang penuh dengan curahan rahmat dan nikmat yang

banyak dari Allah Inilah golongan yang diistilahkan sebagai golongan yang tenang

dalam ibadah ridha dengan kehidupan yang ditempuh serta optimis dengan janji-janji

Allah

IIC2Meneladani Etos Kerja Rasulullah SAW

Rasulullah SAW menjadikan kerja sebagai aktualisasi keimanan dan ketakwaan Rasul

bekerja bukan untuk menumpuk kekayaan duniawi Beliau bekerja untuk meraih

keridaan Allah SWT

Suatu hari Rasulullah SAW berjumpa dengan Saad bin Muadz Al-Anshari Ketika itu

Rasul melihat tangan Saad melepuh kulitnya gosong kehitam-hitaman seperti

terpanggang matahari Kenapa tanganmu tanya Rasul kepada Saad Wahai

21

Rasulullah jawab Saad Tanganku seperti ini karena aku mengolah tanah dengan

cangkul itu untuk mencari nafkah keluarga yang menjadi tanggunganku Seketika itu

beliau mengambil tangan Saad dan menciumnya seraya berkata Inilah tangan yang

tidak akan pernah disentuh api neraka

Dalam kisah lain disebutkan bahwa ada seseorang yang berjalan melalui tempat

Rasulullah SAW Orang tersebut sedang bekerja dengan sangat giat dan tangkas Para

sahabat kemudian bertanya Wahai Rasulullah andaikata bekerja semacam orang itu

dapat digolongkan jihad fi sabilillah maka alangkah baiknya Mendengar itu Rasul pun

menjawab Kalau ia bekerja untuk menghidupi anak-anaknya yang masih kecil itu

adalah fi sabilillah kalau ia bekerja untuk menghidupi kedua orangtuanya yang sudah

lanjut usia itu adalah fi sabilillah kalau ia bekerja untuk kepentingan dirinya sendiri

agar tidak meminta-minta itu juga fi sabilillah (HR Ath- Thabrani)

Bekerja adalah manifestasi amal saleh Bila kerja itu amal saleh maka kerja adalah

ibadah Dan bila kerja itu ibadah maka kehidupan manusia tidak bisa dilepaskan dari

kerja Bukankah Allah SWT menciptakan manusia untuk beribadah kepada-Nya

Tidak berlebihan bila keberadaan seorang manusia ditentukan oleh aktivitas kerjanya

Allah SWT berfirman

Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib manusia sebelum mereka mengubah

apa yang ada pada dirinya (QS Ar-Rad [13] 11) Dalam ayat lain diungkapkan pula

ldquodan bahwasannya seorang manusia tidak akan memperoleh selain apa yang telah

diusahakannyardquo (QS Al- Najm [53] 39)

Kisah di awal menggambarkan betapa besarnya penghargaan Rasulullah SAW terhadap

kerja Kerja apapun itu selama tidak menyimpang dari aturan yang ditetapkan agama

Demikian besarnya penghargaan beliau sampaisampai dalam kisah pertama manusia

teragung ini rela mencium tangan Saad bin Muadz Al-Anshari yang melepuh lagi

gosong Rasulullah SAW dalam dua kisah tersebut memberikan motivasi pada umatnya

bahwa bekerja adalah perbuatan mulia dan termasuk bagian dari jihad Rasulullah SAW

adalah sosok yang selalu berbuat sebelum beliau memerintahkan para sahabat untuk

melakukannya Hal ini sesuai dengan tugas beliau sebagai ushwatun hasanah teladan

yang baik bagi seluruh manusia Maka saat kita berbicara tentang etos kerja islami maka

22

beliaulah orang yang paling pantas menjadi rujukan Dan berbicara tentang etos kerja

Rasulullah SAW sama artinya dengan berbicara bagaimana beliau menjalankan peran-

peran dalam hidupnya Ada lima peran penting yang diemban Rasulullah SAW yaitu

Pertama sebagai rasul Peran ini beliau jalani selama 23 tahun Dalam kurun waktu

tersebut beliau harus berdakwah menyebarkan Islam menerima menghapal

menyampaikan dan menjelaskan tak kurang dari 6666 ayat Alquran menjadi guru

(pembimbing) bagi para sahabat dan menjadi hakim yang memutuskan berbagai pelik

permasalahan umat-dari mulai pembunuhan sampai perceraian

Kedua sebagai kepala negara dan pemimpin sebuah masyarakat heterogen Tatkala

memegang posisi ini Rasulullah SAW harus menerima kunjungan diplomatik negara-

negara sahabat Rasul pun harus menata dan menciptakan sistem hukum yang mampu

menyatukan kaum Muslimin Nasrani dan Yahudi mengatur perekonomian dan

setumpuk masalah lainnya

Ketiga sebagai panglima perang Selama hidup tak kurang dari 28 kali Rasul

memimpin pertempuran melawan kafir Quraisy Sebagai panglima perang beliau harus

mengorganisasi lebih dari 53 pasukan kaveleri bersenjata Harus memikirkan strategi

perang persedian logistik keamanan transportasi kesehatan dan lainnya

Keempat sebagai kepala rumahtangga Dalam posisi ini Rasul harus mendidik

membahagiakan dan memenuhi tanggung jawab-lahir batin-terhadap para istri beliau

tujuh anak dan beberapa orang cucu Beliau dikenal sebagai sosok yang sangat

perhatian terhadap keluarganya Di tengah kesibukannya Rasul pun masih sempat

bercanda dan menjahit sendiri bajunya

Kelima sebagai seorang pebisnis Sejak usia 12 tahun pamannya Abu Thalib sudah

mengajaknya melakukan perjalanan bisnis ke Syam negeri yang saat ini meliputi Syria

Jordan dan Lebanon Dari usia 17 hingga sekitar 20 tahun adalah masa tersulit dalam

perjalanan bisnis Rasul karena beliau harus mandiri dan bersaing dengan pemain pemain

23

senior dalam perdagangan regional Usia 20 hingga 25 tahun merupakan titik keemasan

entrepreneurship Rasulullah SAW terbukti dengan terpikatnya konglomerat Mekah

Khadijah binti Khuwailid yang kemudian melamarnya menjadi suami Afzalurrahman

dalam bukunya Muhammad Sebagai Seorang Pedagang (2000 5-12) mencatat bahwa

Rasul pun sering terlibat dalam perjalanan bisnis ke berbagai negeri seperti Yaman

Oman dan Bahrain Dan beliau mulai mengurangi kegiatan bisnisnya ketika mencapai

usia 37 tahun

Adalah kenyataan bila Rasulullah SAW mampu menjalankan kelima perannya tersebut

dengan sempurna bahkan menjadi yang terbaik Tak heran bila para ilmuwan baik itu

yang Muslim maupun non-Muslim menempatkan beliau sebagai orang yang paling

berpengaruh paling pemberani paling bijaksana paling bermoral dan sejumlah paling

lainnya

IIC3Rahasia kesuksesan karier dan pekerjaan Rasulullah SAW

Pertama Rasul selalu bekerja dengan cara terbaik profesional dan tidak asal-asalan

Beliau bersabda Sesungguhnya Allah menginginkan jika salah seorang darimu bekerja

maka hendaklah meningkatkan kualitasnya

Kedua dalam bekerja Rasul melakukannya dengan manajemen yang baik perencanaan

yang jelas pentahapan aksi dan adanya penetapan skala prioritas

Ketiga Rasul tidak pernah menyia-nyiakan kesempatan sekecil apapun Barangsiapa

yang dibukakan pintu kebaikan hendaknya dia mampu memanfaatkannya karena ia

tidak tahu kapan ditutupkan kepadanya demikian beliau bersabda

Keempat dalam bekerja Rasul selalu memperhitungkan masa depan Beliau adalah

sosok yang visioner sehingga segala aktivitasnya benar-benar terarah dan terfokus

Kelima Rasul tidak pernah menangguhkan pekerjaan Beliau bekerja secara tuntas dan

berkualitas

Keenam Rasul bekerja secara berjamaah dengan mempersiapkan (membentuk) tim

yang solid yang percaya pada cita-cita bersama

24

Ketujuh Rasul adalah pribadi yang sangat menghargai waktu Tidak berlalu sedetik pun

waktu kecuali menjadi nilai tambah bagi diri dan umatnya Dan yang terakhir

Rasulullah SAW menjadikan kerja sebagai aktualisasi keimanan dan ketakwaan Rasul

bekerja bukan untuk menumpuk kekayaan duniawi Beliau bekerja untuk meraih

keridhaan Allah SWT Inilah kunci terpenting Semoga Allah SWT memberikan

kemampuan kepada kita untuk meneladani etos kerja Rasulullah SAW

25

BAB III

PEMBAHASAN

IIIA HUBUNGAN ANTARA ORGANIZATION-BASED SELF-ESTEEM

(OBSE) DAN ETOS KERJA

Untuk dapat meningkatkan Etos Kerja diperlukan adanya suatu sikap yang menilai

tinggi pada kerja keras dan sungguh-sungguh Karena itu perlu ditemukan suatu

dorongan yang tepat untuk memotivasi dan merubah sikap (Anoraga 1992) Seperti

yang sudah dipaparkan Anoraga sebelumnya bahwa motivasi merupakan kunci untuk

membangun Etos Kerja yang baik Motivasi kerja adalah sesuatu yang menimbulkan

semangat atau dorongan kerja kuat lemahnya motivasi kerja seseorang ikut menentukan

besar kecilnya prestasi seorang pekerja

Tujuan organisasi yang ditanamkan dalam visi misi filosofi dan mottoorganisasi

merupakan suatu nilai ideal yang harus dicapai individu Dengan proses yang tepat

organisasi berusaha menanamkan nilai-nilai ini pada para anggotanya

Nilai ideal yang dipersepsikan oleh anggota akan mempengaruhi penilaiannya terhadap

dirinya sehingga membentuk OBSE-nya Nilai-nilai ini ditanamkan oleh organisasi

dengan tujuan utama yaitu kinerja dan kualitas kerja yang meningkat

Kinerja dan kualitas kerja yang baik dapat dicapai dengan Etos Kerja yang baik maka

organisasi secara tidak langsung berusaha untuk meningkatkan Etos Kerja anggotanya

OBSE mempengaruhi beberapa aspek antara lain global self-esteemharga diri secara

keseluruhan kepuasan secara keseluruhan perilaku warga negara yang baik komitmen

dan kepuasan organisasi prestasi kerja dan terakhir adalah motivasi intrinsik (Kreitner

amp Kinicki 2000) Menurut Alderfer (dalam Siagian 1995) dengan teori motivasi ERG-

nya salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi adalah faktor R (Relatedness) yaitu

kebutuhan akan pemenuhan rasa puas dalam berhubungan dengan keluarga teman

atasan bawahan dan rekan sekerja dimana hal ini melibatkan unsur cinta dan self-

esteem Dengan meningkatnya self-esteem pekerja yang didasarkan pada keberadaannya

sebagai bagian dari organisasi maka motivasinya secara intrinsic dalam bekerja

meningkat Herzberg (dalam Anoraga 1992) yang melakukan studi mengenai motivasi

26

kerja menyatakan faktor intrinsik dalam bekerja yang meliputi pencapaian sukses

pengakuan kemungkinan untuk meningkat dalam jabatan (karier) tanggung jawab

kemungkinan berkembang dan pekerjaan itu sendiri Dapat dilihat bahwa faktor-faktor

intrinsik ini merupakan aspek-aspek yang akan tergambar pada OBSE Faktor pengakuan

dapat dilihat pada persepsi tentang seberapa berharga dan pentingnya individu dalam

organisasi apakah ia merasa diterima sebagai anggota organisasi dan merasa aman

sebagai bagian dari organisasi

Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat dilihat bagaimana OBSE mempengaruhi

motivasi intrinsik seseorang untuk bekerja Ketika OBSE meningkat motivasi intrinsik

seseorang dalam bekerja turut meningkat maka seharusnya Etos Kerjanya akan

meningkat juga Artinya kebutuhan organisasi untuk mencapai hasil dan kinerja

organisasi yang lebih baik dapat dicapai salah satunya melalui upaya meningkatkan

OBSE pekerjanya

Penelitian lain yang telah dilakukan mengenai OBSE yaitu penelitian Lanford Roe

Carson amp Carson (1997) pada teknisi unit gawat darurat Mereka menemukan

peningkatan OBSE berpeluang meningkatkan komitmen terhadap karier menurunkan

kecenderungan menarik diri dari tugas dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya

kualitas perlakuan Hal ini merupakan beberapa indikasi perilaku yang mencerminkan

Etos Kerja seperti yang dikatakan Sinamo (2005) yaitu bekerja dengan integritas

bekerja dengan penuh tanggung jawab bekerja dengan sempurna Secara umum dapat

dikatakan bahwa bila seseorang merasa berharga dalam organisasi dikarenakan berbagai

faktor ia akan cenderung memiliki motivasi yang lebih baik untuk mencapai tujuan

yang ditetapkan organisasi tersebut sehingga Etos Kerjanya akan lebih baik daripada

individu dengan OBSE-nya rendah

IIIA PENGARUH ETOS KERJA ISLAMI TERHADAP KINERJA SESEORANG

etos kerja islami yang didasarkan pada Al-Qurrsquoan dan Hadits agar produktivitas kerja

karyawan dapat menunjang perkembangan ekonomi ummat serta pengaruh kinerja yang

ditunjukkan oleh karyawan itu sendiri Setidaknya etos kerja itu bersumber dan

27

berkaitan langsung dengan nilai-nilai kejiwaan seseorang dan menunjukkan pula

pandangan hidup yang mendarah daging untuk dapat mengembangkan dirinya sehingga

etos kerja kerja menunjukkan pula sikap dan harapan seseorang Dan dengan sikap

seperti ini seseorang yang memiliki etos akan berusaha untuk memenuhi harapannya

tersebut Sebab Etos kerja juga mempunyai makna nilai moral dan pemberdayaan diri

yaitu suatu pandangan batin yang bersifat mendarah daging Seseorang akan merasakan

bahwa hanya dengan menghasilkan pekerjaan yang terbaik bahkan sempurna nilai-nilai

Islam yang diyakininya dapat diwujudkan

Dengan pengembangan kualitas yang ada dalam diri pribadi setiap manusia semua yang

dilaksanakan dapat terwujud sesuai nilai moral yang dimilikinya Karenanya etos kerja

bukanlah sekedar kepribadian atau sikap melainkan lebih mendalam lagi karena

didalamnya terdapat martabat harga diri dan jati diri dari seorang tersebut

Berkaitan dengan ini Ahmad (200117) menegaskan bahwa Islam tidak hanya

memerintahkan manusia hanya untuk sholat saja namun manusia juga diperintahkan

untuk mencari rezeki di bumi 1048755Apabila telah ditunaikan sholat maka bertebaranlah

kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah1048755Dan Allah adalah sebaik-baik Pemberi

Rezeki1048755 (QS Al Jumursquoah 10-11) Petikan-petikan ayat di atas sangatlah jelas

memperlihatkan pandangan Islam terhadap nilai kerja itu sendiri

Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Tasmara (200226) etos kerja islami menekankan

pada kerja sama dalam bekerja dan konsep konsultasi yang terlihat sebagai jalan untuk

mengatasi rintangan atau masalah dan menghindari kesalahan Hubungan sosial dalam

bekerja merupakan pendorong yang bertujuan untuk mempertemukan kebutuhan

seseorang dan membuat keseimbangan antara kebutuhan individu dan kehidupan sosial

Dan hal ini juga diperkuat dengan firman Allah SWT dalam surat Al

Jumursquoah 1048755Maka apabila telah ditunaikan sholat maka bertebaranlah kamu di muka

bumi dan carilah karunia Allah serta banyaklah ingat kepada Allah agar kamu

beruntung1048755 (QS Al Jumursquoah 10) Jadi dalam ayat tersebut tersirat pesan yaitu

hendaknya kita beribadah sebagaimana diwajibkan namun kita juga harus bekerja

mencari rezeki dari kemurahan Allah Bersama dengan itu kita senantiasa ingat kepada-

Nya Yakni memenuhi semua ketentuan etis dan akhlaq dalam bekerja yaitu dengan

28

menyadari pengawasan dan perhitungan Allah terhadap setiap bentuk kerja kita Semua

perilaku manusia didasari prinsip rahman dan rahim dengan kesadaran penuh sebagai

rahmatan lil 1048755alamin integritas yang sangat tinggi karena merasa dirinya dilihat oleh

Allah bukan karena atasan atau sekedar upah belaka dan jabatan hanya dilihat sebagai

amanah Allah (Agustian 200152) Sikap ini akan mendorong suatu kreativitas tanpa

henti untuk menciptakan mutu pelayanan dan produk yang lebih berkualitas yang

dipandang dalam etos kerja islami

29

BAB IV

KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari tulisan ini sebagai berikut

1 Sesuai dengan landasan teori yang telah dibahas sebelumnya dapat dikatakan

bahwa ketika Organisation-Based Self-Esteem (OBSE) seseorang meningkat

maka motivasinya untuk mencapai kinerja yang lebih baik di dalam organisasi

tersebut akan meningkat secara intrinsik (kreitner amp Kinicki 2000) sehingga

cara pandangnya terhadap nilai bekerja yang dikenal dengan konsep Etos Kerja

turut meningkat (Anoraga 1992)

2 Ketika nilai Organisation-Based Self-Esteem (OBSE) seorang individu rendah

belum tentu nilai Etos Kerjanya harus rendah pula karena selain faktor OBSE

masih terdapat faktor-faktor lain yang turut mempengaruhi Etos Kerja seseorang

seperti yang telah dijelaskan pada bab dua seperti agama pendidikan sosial

budaya struktur ekonomi dan sebagainya Kualitas beragama unsur sosial

budaya dan kondisi ekonomi misalnya dapat mempengaruhi cara pandang

seseorang terhadap nilai bekerja

3 etos kerja islami didasarkan pada Al-Qurrsquoan dan Hadits agar produktivitas kerja

karyawan dapat menunjang perkembangan ekonomi ummat serta pengaruh

kinerja yang ditunjukkan oleh karyawan itu sendiri Sehingga dapat terbentuk

etoskerja yang mempunyai makna nilai moral dan pemberdayaan diri

30

DAFTAR PUSTAKA

1

2

3

31

Page 22: Paper Etos Kerja 2

Rasulullah jawab Saad Tanganku seperti ini karena aku mengolah tanah dengan

cangkul itu untuk mencari nafkah keluarga yang menjadi tanggunganku Seketika itu

beliau mengambil tangan Saad dan menciumnya seraya berkata Inilah tangan yang

tidak akan pernah disentuh api neraka

Dalam kisah lain disebutkan bahwa ada seseorang yang berjalan melalui tempat

Rasulullah SAW Orang tersebut sedang bekerja dengan sangat giat dan tangkas Para

sahabat kemudian bertanya Wahai Rasulullah andaikata bekerja semacam orang itu

dapat digolongkan jihad fi sabilillah maka alangkah baiknya Mendengar itu Rasul pun

menjawab Kalau ia bekerja untuk menghidupi anak-anaknya yang masih kecil itu

adalah fi sabilillah kalau ia bekerja untuk menghidupi kedua orangtuanya yang sudah

lanjut usia itu adalah fi sabilillah kalau ia bekerja untuk kepentingan dirinya sendiri

agar tidak meminta-minta itu juga fi sabilillah (HR Ath- Thabrani)

Bekerja adalah manifestasi amal saleh Bila kerja itu amal saleh maka kerja adalah

ibadah Dan bila kerja itu ibadah maka kehidupan manusia tidak bisa dilepaskan dari

kerja Bukankah Allah SWT menciptakan manusia untuk beribadah kepada-Nya

Tidak berlebihan bila keberadaan seorang manusia ditentukan oleh aktivitas kerjanya

Allah SWT berfirman

Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib manusia sebelum mereka mengubah

apa yang ada pada dirinya (QS Ar-Rad [13] 11) Dalam ayat lain diungkapkan pula

ldquodan bahwasannya seorang manusia tidak akan memperoleh selain apa yang telah

diusahakannyardquo (QS Al- Najm [53] 39)

Kisah di awal menggambarkan betapa besarnya penghargaan Rasulullah SAW terhadap

kerja Kerja apapun itu selama tidak menyimpang dari aturan yang ditetapkan agama

Demikian besarnya penghargaan beliau sampaisampai dalam kisah pertama manusia

teragung ini rela mencium tangan Saad bin Muadz Al-Anshari yang melepuh lagi

gosong Rasulullah SAW dalam dua kisah tersebut memberikan motivasi pada umatnya

bahwa bekerja adalah perbuatan mulia dan termasuk bagian dari jihad Rasulullah SAW

adalah sosok yang selalu berbuat sebelum beliau memerintahkan para sahabat untuk

melakukannya Hal ini sesuai dengan tugas beliau sebagai ushwatun hasanah teladan

yang baik bagi seluruh manusia Maka saat kita berbicara tentang etos kerja islami maka

22

beliaulah orang yang paling pantas menjadi rujukan Dan berbicara tentang etos kerja

Rasulullah SAW sama artinya dengan berbicara bagaimana beliau menjalankan peran-

peran dalam hidupnya Ada lima peran penting yang diemban Rasulullah SAW yaitu

Pertama sebagai rasul Peran ini beliau jalani selama 23 tahun Dalam kurun waktu

tersebut beliau harus berdakwah menyebarkan Islam menerima menghapal

menyampaikan dan menjelaskan tak kurang dari 6666 ayat Alquran menjadi guru

(pembimbing) bagi para sahabat dan menjadi hakim yang memutuskan berbagai pelik

permasalahan umat-dari mulai pembunuhan sampai perceraian

Kedua sebagai kepala negara dan pemimpin sebuah masyarakat heterogen Tatkala

memegang posisi ini Rasulullah SAW harus menerima kunjungan diplomatik negara-

negara sahabat Rasul pun harus menata dan menciptakan sistem hukum yang mampu

menyatukan kaum Muslimin Nasrani dan Yahudi mengatur perekonomian dan

setumpuk masalah lainnya

Ketiga sebagai panglima perang Selama hidup tak kurang dari 28 kali Rasul

memimpin pertempuran melawan kafir Quraisy Sebagai panglima perang beliau harus

mengorganisasi lebih dari 53 pasukan kaveleri bersenjata Harus memikirkan strategi

perang persedian logistik keamanan transportasi kesehatan dan lainnya

Keempat sebagai kepala rumahtangga Dalam posisi ini Rasul harus mendidik

membahagiakan dan memenuhi tanggung jawab-lahir batin-terhadap para istri beliau

tujuh anak dan beberapa orang cucu Beliau dikenal sebagai sosok yang sangat

perhatian terhadap keluarganya Di tengah kesibukannya Rasul pun masih sempat

bercanda dan menjahit sendiri bajunya

Kelima sebagai seorang pebisnis Sejak usia 12 tahun pamannya Abu Thalib sudah

mengajaknya melakukan perjalanan bisnis ke Syam negeri yang saat ini meliputi Syria

Jordan dan Lebanon Dari usia 17 hingga sekitar 20 tahun adalah masa tersulit dalam

perjalanan bisnis Rasul karena beliau harus mandiri dan bersaing dengan pemain pemain

23

senior dalam perdagangan regional Usia 20 hingga 25 tahun merupakan titik keemasan

entrepreneurship Rasulullah SAW terbukti dengan terpikatnya konglomerat Mekah

Khadijah binti Khuwailid yang kemudian melamarnya menjadi suami Afzalurrahman

dalam bukunya Muhammad Sebagai Seorang Pedagang (2000 5-12) mencatat bahwa

Rasul pun sering terlibat dalam perjalanan bisnis ke berbagai negeri seperti Yaman

Oman dan Bahrain Dan beliau mulai mengurangi kegiatan bisnisnya ketika mencapai

usia 37 tahun

Adalah kenyataan bila Rasulullah SAW mampu menjalankan kelima perannya tersebut

dengan sempurna bahkan menjadi yang terbaik Tak heran bila para ilmuwan baik itu

yang Muslim maupun non-Muslim menempatkan beliau sebagai orang yang paling

berpengaruh paling pemberani paling bijaksana paling bermoral dan sejumlah paling

lainnya

IIC3Rahasia kesuksesan karier dan pekerjaan Rasulullah SAW

Pertama Rasul selalu bekerja dengan cara terbaik profesional dan tidak asal-asalan

Beliau bersabda Sesungguhnya Allah menginginkan jika salah seorang darimu bekerja

maka hendaklah meningkatkan kualitasnya

Kedua dalam bekerja Rasul melakukannya dengan manajemen yang baik perencanaan

yang jelas pentahapan aksi dan adanya penetapan skala prioritas

Ketiga Rasul tidak pernah menyia-nyiakan kesempatan sekecil apapun Barangsiapa

yang dibukakan pintu kebaikan hendaknya dia mampu memanfaatkannya karena ia

tidak tahu kapan ditutupkan kepadanya demikian beliau bersabda

Keempat dalam bekerja Rasul selalu memperhitungkan masa depan Beliau adalah

sosok yang visioner sehingga segala aktivitasnya benar-benar terarah dan terfokus

Kelima Rasul tidak pernah menangguhkan pekerjaan Beliau bekerja secara tuntas dan

berkualitas

Keenam Rasul bekerja secara berjamaah dengan mempersiapkan (membentuk) tim

yang solid yang percaya pada cita-cita bersama

24

Ketujuh Rasul adalah pribadi yang sangat menghargai waktu Tidak berlalu sedetik pun

waktu kecuali menjadi nilai tambah bagi diri dan umatnya Dan yang terakhir

Rasulullah SAW menjadikan kerja sebagai aktualisasi keimanan dan ketakwaan Rasul

bekerja bukan untuk menumpuk kekayaan duniawi Beliau bekerja untuk meraih

keridhaan Allah SWT Inilah kunci terpenting Semoga Allah SWT memberikan

kemampuan kepada kita untuk meneladani etos kerja Rasulullah SAW

25

BAB III

PEMBAHASAN

IIIA HUBUNGAN ANTARA ORGANIZATION-BASED SELF-ESTEEM

(OBSE) DAN ETOS KERJA

Untuk dapat meningkatkan Etos Kerja diperlukan adanya suatu sikap yang menilai

tinggi pada kerja keras dan sungguh-sungguh Karena itu perlu ditemukan suatu

dorongan yang tepat untuk memotivasi dan merubah sikap (Anoraga 1992) Seperti

yang sudah dipaparkan Anoraga sebelumnya bahwa motivasi merupakan kunci untuk

membangun Etos Kerja yang baik Motivasi kerja adalah sesuatu yang menimbulkan

semangat atau dorongan kerja kuat lemahnya motivasi kerja seseorang ikut menentukan

besar kecilnya prestasi seorang pekerja

Tujuan organisasi yang ditanamkan dalam visi misi filosofi dan mottoorganisasi

merupakan suatu nilai ideal yang harus dicapai individu Dengan proses yang tepat

organisasi berusaha menanamkan nilai-nilai ini pada para anggotanya

Nilai ideal yang dipersepsikan oleh anggota akan mempengaruhi penilaiannya terhadap

dirinya sehingga membentuk OBSE-nya Nilai-nilai ini ditanamkan oleh organisasi

dengan tujuan utama yaitu kinerja dan kualitas kerja yang meningkat

Kinerja dan kualitas kerja yang baik dapat dicapai dengan Etos Kerja yang baik maka

organisasi secara tidak langsung berusaha untuk meningkatkan Etos Kerja anggotanya

OBSE mempengaruhi beberapa aspek antara lain global self-esteemharga diri secara

keseluruhan kepuasan secara keseluruhan perilaku warga negara yang baik komitmen

dan kepuasan organisasi prestasi kerja dan terakhir adalah motivasi intrinsik (Kreitner

amp Kinicki 2000) Menurut Alderfer (dalam Siagian 1995) dengan teori motivasi ERG-

nya salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi adalah faktor R (Relatedness) yaitu

kebutuhan akan pemenuhan rasa puas dalam berhubungan dengan keluarga teman

atasan bawahan dan rekan sekerja dimana hal ini melibatkan unsur cinta dan self-

esteem Dengan meningkatnya self-esteem pekerja yang didasarkan pada keberadaannya

sebagai bagian dari organisasi maka motivasinya secara intrinsic dalam bekerja

meningkat Herzberg (dalam Anoraga 1992) yang melakukan studi mengenai motivasi

26

kerja menyatakan faktor intrinsik dalam bekerja yang meliputi pencapaian sukses

pengakuan kemungkinan untuk meningkat dalam jabatan (karier) tanggung jawab

kemungkinan berkembang dan pekerjaan itu sendiri Dapat dilihat bahwa faktor-faktor

intrinsik ini merupakan aspek-aspek yang akan tergambar pada OBSE Faktor pengakuan

dapat dilihat pada persepsi tentang seberapa berharga dan pentingnya individu dalam

organisasi apakah ia merasa diterima sebagai anggota organisasi dan merasa aman

sebagai bagian dari organisasi

Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat dilihat bagaimana OBSE mempengaruhi

motivasi intrinsik seseorang untuk bekerja Ketika OBSE meningkat motivasi intrinsik

seseorang dalam bekerja turut meningkat maka seharusnya Etos Kerjanya akan

meningkat juga Artinya kebutuhan organisasi untuk mencapai hasil dan kinerja

organisasi yang lebih baik dapat dicapai salah satunya melalui upaya meningkatkan

OBSE pekerjanya

Penelitian lain yang telah dilakukan mengenai OBSE yaitu penelitian Lanford Roe

Carson amp Carson (1997) pada teknisi unit gawat darurat Mereka menemukan

peningkatan OBSE berpeluang meningkatkan komitmen terhadap karier menurunkan

kecenderungan menarik diri dari tugas dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya

kualitas perlakuan Hal ini merupakan beberapa indikasi perilaku yang mencerminkan

Etos Kerja seperti yang dikatakan Sinamo (2005) yaitu bekerja dengan integritas

bekerja dengan penuh tanggung jawab bekerja dengan sempurna Secara umum dapat

dikatakan bahwa bila seseorang merasa berharga dalam organisasi dikarenakan berbagai

faktor ia akan cenderung memiliki motivasi yang lebih baik untuk mencapai tujuan

yang ditetapkan organisasi tersebut sehingga Etos Kerjanya akan lebih baik daripada

individu dengan OBSE-nya rendah

IIIA PENGARUH ETOS KERJA ISLAMI TERHADAP KINERJA SESEORANG

etos kerja islami yang didasarkan pada Al-Qurrsquoan dan Hadits agar produktivitas kerja

karyawan dapat menunjang perkembangan ekonomi ummat serta pengaruh kinerja yang

ditunjukkan oleh karyawan itu sendiri Setidaknya etos kerja itu bersumber dan

27

berkaitan langsung dengan nilai-nilai kejiwaan seseorang dan menunjukkan pula

pandangan hidup yang mendarah daging untuk dapat mengembangkan dirinya sehingga

etos kerja kerja menunjukkan pula sikap dan harapan seseorang Dan dengan sikap

seperti ini seseorang yang memiliki etos akan berusaha untuk memenuhi harapannya

tersebut Sebab Etos kerja juga mempunyai makna nilai moral dan pemberdayaan diri

yaitu suatu pandangan batin yang bersifat mendarah daging Seseorang akan merasakan

bahwa hanya dengan menghasilkan pekerjaan yang terbaik bahkan sempurna nilai-nilai

Islam yang diyakininya dapat diwujudkan

Dengan pengembangan kualitas yang ada dalam diri pribadi setiap manusia semua yang

dilaksanakan dapat terwujud sesuai nilai moral yang dimilikinya Karenanya etos kerja

bukanlah sekedar kepribadian atau sikap melainkan lebih mendalam lagi karena

didalamnya terdapat martabat harga diri dan jati diri dari seorang tersebut

Berkaitan dengan ini Ahmad (200117) menegaskan bahwa Islam tidak hanya

memerintahkan manusia hanya untuk sholat saja namun manusia juga diperintahkan

untuk mencari rezeki di bumi 1048755Apabila telah ditunaikan sholat maka bertebaranlah

kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah1048755Dan Allah adalah sebaik-baik Pemberi

Rezeki1048755 (QS Al Jumursquoah 10-11) Petikan-petikan ayat di atas sangatlah jelas

memperlihatkan pandangan Islam terhadap nilai kerja itu sendiri

Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Tasmara (200226) etos kerja islami menekankan

pada kerja sama dalam bekerja dan konsep konsultasi yang terlihat sebagai jalan untuk

mengatasi rintangan atau masalah dan menghindari kesalahan Hubungan sosial dalam

bekerja merupakan pendorong yang bertujuan untuk mempertemukan kebutuhan

seseorang dan membuat keseimbangan antara kebutuhan individu dan kehidupan sosial

Dan hal ini juga diperkuat dengan firman Allah SWT dalam surat Al

Jumursquoah 1048755Maka apabila telah ditunaikan sholat maka bertebaranlah kamu di muka

bumi dan carilah karunia Allah serta banyaklah ingat kepada Allah agar kamu

beruntung1048755 (QS Al Jumursquoah 10) Jadi dalam ayat tersebut tersirat pesan yaitu

hendaknya kita beribadah sebagaimana diwajibkan namun kita juga harus bekerja

mencari rezeki dari kemurahan Allah Bersama dengan itu kita senantiasa ingat kepada-

Nya Yakni memenuhi semua ketentuan etis dan akhlaq dalam bekerja yaitu dengan

28

menyadari pengawasan dan perhitungan Allah terhadap setiap bentuk kerja kita Semua

perilaku manusia didasari prinsip rahman dan rahim dengan kesadaran penuh sebagai

rahmatan lil 1048755alamin integritas yang sangat tinggi karena merasa dirinya dilihat oleh

Allah bukan karena atasan atau sekedar upah belaka dan jabatan hanya dilihat sebagai

amanah Allah (Agustian 200152) Sikap ini akan mendorong suatu kreativitas tanpa

henti untuk menciptakan mutu pelayanan dan produk yang lebih berkualitas yang

dipandang dalam etos kerja islami

29

BAB IV

KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari tulisan ini sebagai berikut

1 Sesuai dengan landasan teori yang telah dibahas sebelumnya dapat dikatakan

bahwa ketika Organisation-Based Self-Esteem (OBSE) seseorang meningkat

maka motivasinya untuk mencapai kinerja yang lebih baik di dalam organisasi

tersebut akan meningkat secara intrinsik (kreitner amp Kinicki 2000) sehingga

cara pandangnya terhadap nilai bekerja yang dikenal dengan konsep Etos Kerja

turut meningkat (Anoraga 1992)

2 Ketika nilai Organisation-Based Self-Esteem (OBSE) seorang individu rendah

belum tentu nilai Etos Kerjanya harus rendah pula karena selain faktor OBSE

masih terdapat faktor-faktor lain yang turut mempengaruhi Etos Kerja seseorang

seperti yang telah dijelaskan pada bab dua seperti agama pendidikan sosial

budaya struktur ekonomi dan sebagainya Kualitas beragama unsur sosial

budaya dan kondisi ekonomi misalnya dapat mempengaruhi cara pandang

seseorang terhadap nilai bekerja

3 etos kerja islami didasarkan pada Al-Qurrsquoan dan Hadits agar produktivitas kerja

karyawan dapat menunjang perkembangan ekonomi ummat serta pengaruh

kinerja yang ditunjukkan oleh karyawan itu sendiri Sehingga dapat terbentuk

etoskerja yang mempunyai makna nilai moral dan pemberdayaan diri

30

DAFTAR PUSTAKA

1

2

3

31

Page 23: Paper Etos Kerja 2

beliaulah orang yang paling pantas menjadi rujukan Dan berbicara tentang etos kerja

Rasulullah SAW sama artinya dengan berbicara bagaimana beliau menjalankan peran-

peran dalam hidupnya Ada lima peran penting yang diemban Rasulullah SAW yaitu

Pertama sebagai rasul Peran ini beliau jalani selama 23 tahun Dalam kurun waktu

tersebut beliau harus berdakwah menyebarkan Islam menerima menghapal

menyampaikan dan menjelaskan tak kurang dari 6666 ayat Alquran menjadi guru

(pembimbing) bagi para sahabat dan menjadi hakim yang memutuskan berbagai pelik

permasalahan umat-dari mulai pembunuhan sampai perceraian

Kedua sebagai kepala negara dan pemimpin sebuah masyarakat heterogen Tatkala

memegang posisi ini Rasulullah SAW harus menerima kunjungan diplomatik negara-

negara sahabat Rasul pun harus menata dan menciptakan sistem hukum yang mampu

menyatukan kaum Muslimin Nasrani dan Yahudi mengatur perekonomian dan

setumpuk masalah lainnya

Ketiga sebagai panglima perang Selama hidup tak kurang dari 28 kali Rasul

memimpin pertempuran melawan kafir Quraisy Sebagai panglima perang beliau harus

mengorganisasi lebih dari 53 pasukan kaveleri bersenjata Harus memikirkan strategi

perang persedian logistik keamanan transportasi kesehatan dan lainnya

Keempat sebagai kepala rumahtangga Dalam posisi ini Rasul harus mendidik

membahagiakan dan memenuhi tanggung jawab-lahir batin-terhadap para istri beliau

tujuh anak dan beberapa orang cucu Beliau dikenal sebagai sosok yang sangat

perhatian terhadap keluarganya Di tengah kesibukannya Rasul pun masih sempat

bercanda dan menjahit sendiri bajunya

Kelima sebagai seorang pebisnis Sejak usia 12 tahun pamannya Abu Thalib sudah

mengajaknya melakukan perjalanan bisnis ke Syam negeri yang saat ini meliputi Syria

Jordan dan Lebanon Dari usia 17 hingga sekitar 20 tahun adalah masa tersulit dalam

perjalanan bisnis Rasul karena beliau harus mandiri dan bersaing dengan pemain pemain

23

senior dalam perdagangan regional Usia 20 hingga 25 tahun merupakan titik keemasan

entrepreneurship Rasulullah SAW terbukti dengan terpikatnya konglomerat Mekah

Khadijah binti Khuwailid yang kemudian melamarnya menjadi suami Afzalurrahman

dalam bukunya Muhammad Sebagai Seorang Pedagang (2000 5-12) mencatat bahwa

Rasul pun sering terlibat dalam perjalanan bisnis ke berbagai negeri seperti Yaman

Oman dan Bahrain Dan beliau mulai mengurangi kegiatan bisnisnya ketika mencapai

usia 37 tahun

Adalah kenyataan bila Rasulullah SAW mampu menjalankan kelima perannya tersebut

dengan sempurna bahkan menjadi yang terbaik Tak heran bila para ilmuwan baik itu

yang Muslim maupun non-Muslim menempatkan beliau sebagai orang yang paling

berpengaruh paling pemberani paling bijaksana paling bermoral dan sejumlah paling

lainnya

IIC3Rahasia kesuksesan karier dan pekerjaan Rasulullah SAW

Pertama Rasul selalu bekerja dengan cara terbaik profesional dan tidak asal-asalan

Beliau bersabda Sesungguhnya Allah menginginkan jika salah seorang darimu bekerja

maka hendaklah meningkatkan kualitasnya

Kedua dalam bekerja Rasul melakukannya dengan manajemen yang baik perencanaan

yang jelas pentahapan aksi dan adanya penetapan skala prioritas

Ketiga Rasul tidak pernah menyia-nyiakan kesempatan sekecil apapun Barangsiapa

yang dibukakan pintu kebaikan hendaknya dia mampu memanfaatkannya karena ia

tidak tahu kapan ditutupkan kepadanya demikian beliau bersabda

Keempat dalam bekerja Rasul selalu memperhitungkan masa depan Beliau adalah

sosok yang visioner sehingga segala aktivitasnya benar-benar terarah dan terfokus

Kelima Rasul tidak pernah menangguhkan pekerjaan Beliau bekerja secara tuntas dan

berkualitas

Keenam Rasul bekerja secara berjamaah dengan mempersiapkan (membentuk) tim

yang solid yang percaya pada cita-cita bersama

24

Ketujuh Rasul adalah pribadi yang sangat menghargai waktu Tidak berlalu sedetik pun

waktu kecuali menjadi nilai tambah bagi diri dan umatnya Dan yang terakhir

Rasulullah SAW menjadikan kerja sebagai aktualisasi keimanan dan ketakwaan Rasul

bekerja bukan untuk menumpuk kekayaan duniawi Beliau bekerja untuk meraih

keridhaan Allah SWT Inilah kunci terpenting Semoga Allah SWT memberikan

kemampuan kepada kita untuk meneladani etos kerja Rasulullah SAW

25

BAB III

PEMBAHASAN

IIIA HUBUNGAN ANTARA ORGANIZATION-BASED SELF-ESTEEM

(OBSE) DAN ETOS KERJA

Untuk dapat meningkatkan Etos Kerja diperlukan adanya suatu sikap yang menilai

tinggi pada kerja keras dan sungguh-sungguh Karena itu perlu ditemukan suatu

dorongan yang tepat untuk memotivasi dan merubah sikap (Anoraga 1992) Seperti

yang sudah dipaparkan Anoraga sebelumnya bahwa motivasi merupakan kunci untuk

membangun Etos Kerja yang baik Motivasi kerja adalah sesuatu yang menimbulkan

semangat atau dorongan kerja kuat lemahnya motivasi kerja seseorang ikut menentukan

besar kecilnya prestasi seorang pekerja

Tujuan organisasi yang ditanamkan dalam visi misi filosofi dan mottoorganisasi

merupakan suatu nilai ideal yang harus dicapai individu Dengan proses yang tepat

organisasi berusaha menanamkan nilai-nilai ini pada para anggotanya

Nilai ideal yang dipersepsikan oleh anggota akan mempengaruhi penilaiannya terhadap

dirinya sehingga membentuk OBSE-nya Nilai-nilai ini ditanamkan oleh organisasi

dengan tujuan utama yaitu kinerja dan kualitas kerja yang meningkat

Kinerja dan kualitas kerja yang baik dapat dicapai dengan Etos Kerja yang baik maka

organisasi secara tidak langsung berusaha untuk meningkatkan Etos Kerja anggotanya

OBSE mempengaruhi beberapa aspek antara lain global self-esteemharga diri secara

keseluruhan kepuasan secara keseluruhan perilaku warga negara yang baik komitmen

dan kepuasan organisasi prestasi kerja dan terakhir adalah motivasi intrinsik (Kreitner

amp Kinicki 2000) Menurut Alderfer (dalam Siagian 1995) dengan teori motivasi ERG-

nya salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi adalah faktor R (Relatedness) yaitu

kebutuhan akan pemenuhan rasa puas dalam berhubungan dengan keluarga teman

atasan bawahan dan rekan sekerja dimana hal ini melibatkan unsur cinta dan self-

esteem Dengan meningkatnya self-esteem pekerja yang didasarkan pada keberadaannya

sebagai bagian dari organisasi maka motivasinya secara intrinsic dalam bekerja

meningkat Herzberg (dalam Anoraga 1992) yang melakukan studi mengenai motivasi

26

kerja menyatakan faktor intrinsik dalam bekerja yang meliputi pencapaian sukses

pengakuan kemungkinan untuk meningkat dalam jabatan (karier) tanggung jawab

kemungkinan berkembang dan pekerjaan itu sendiri Dapat dilihat bahwa faktor-faktor

intrinsik ini merupakan aspek-aspek yang akan tergambar pada OBSE Faktor pengakuan

dapat dilihat pada persepsi tentang seberapa berharga dan pentingnya individu dalam

organisasi apakah ia merasa diterima sebagai anggota organisasi dan merasa aman

sebagai bagian dari organisasi

Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat dilihat bagaimana OBSE mempengaruhi

motivasi intrinsik seseorang untuk bekerja Ketika OBSE meningkat motivasi intrinsik

seseorang dalam bekerja turut meningkat maka seharusnya Etos Kerjanya akan

meningkat juga Artinya kebutuhan organisasi untuk mencapai hasil dan kinerja

organisasi yang lebih baik dapat dicapai salah satunya melalui upaya meningkatkan

OBSE pekerjanya

Penelitian lain yang telah dilakukan mengenai OBSE yaitu penelitian Lanford Roe

Carson amp Carson (1997) pada teknisi unit gawat darurat Mereka menemukan

peningkatan OBSE berpeluang meningkatkan komitmen terhadap karier menurunkan

kecenderungan menarik diri dari tugas dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya

kualitas perlakuan Hal ini merupakan beberapa indikasi perilaku yang mencerminkan

Etos Kerja seperti yang dikatakan Sinamo (2005) yaitu bekerja dengan integritas

bekerja dengan penuh tanggung jawab bekerja dengan sempurna Secara umum dapat

dikatakan bahwa bila seseorang merasa berharga dalam organisasi dikarenakan berbagai

faktor ia akan cenderung memiliki motivasi yang lebih baik untuk mencapai tujuan

yang ditetapkan organisasi tersebut sehingga Etos Kerjanya akan lebih baik daripada

individu dengan OBSE-nya rendah

IIIA PENGARUH ETOS KERJA ISLAMI TERHADAP KINERJA SESEORANG

etos kerja islami yang didasarkan pada Al-Qurrsquoan dan Hadits agar produktivitas kerja

karyawan dapat menunjang perkembangan ekonomi ummat serta pengaruh kinerja yang

ditunjukkan oleh karyawan itu sendiri Setidaknya etos kerja itu bersumber dan

27

berkaitan langsung dengan nilai-nilai kejiwaan seseorang dan menunjukkan pula

pandangan hidup yang mendarah daging untuk dapat mengembangkan dirinya sehingga

etos kerja kerja menunjukkan pula sikap dan harapan seseorang Dan dengan sikap

seperti ini seseorang yang memiliki etos akan berusaha untuk memenuhi harapannya

tersebut Sebab Etos kerja juga mempunyai makna nilai moral dan pemberdayaan diri

yaitu suatu pandangan batin yang bersifat mendarah daging Seseorang akan merasakan

bahwa hanya dengan menghasilkan pekerjaan yang terbaik bahkan sempurna nilai-nilai

Islam yang diyakininya dapat diwujudkan

Dengan pengembangan kualitas yang ada dalam diri pribadi setiap manusia semua yang

dilaksanakan dapat terwujud sesuai nilai moral yang dimilikinya Karenanya etos kerja

bukanlah sekedar kepribadian atau sikap melainkan lebih mendalam lagi karena

didalamnya terdapat martabat harga diri dan jati diri dari seorang tersebut

Berkaitan dengan ini Ahmad (200117) menegaskan bahwa Islam tidak hanya

memerintahkan manusia hanya untuk sholat saja namun manusia juga diperintahkan

untuk mencari rezeki di bumi 1048755Apabila telah ditunaikan sholat maka bertebaranlah

kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah1048755Dan Allah adalah sebaik-baik Pemberi

Rezeki1048755 (QS Al Jumursquoah 10-11) Petikan-petikan ayat di atas sangatlah jelas

memperlihatkan pandangan Islam terhadap nilai kerja itu sendiri

Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Tasmara (200226) etos kerja islami menekankan

pada kerja sama dalam bekerja dan konsep konsultasi yang terlihat sebagai jalan untuk

mengatasi rintangan atau masalah dan menghindari kesalahan Hubungan sosial dalam

bekerja merupakan pendorong yang bertujuan untuk mempertemukan kebutuhan

seseorang dan membuat keseimbangan antara kebutuhan individu dan kehidupan sosial

Dan hal ini juga diperkuat dengan firman Allah SWT dalam surat Al

Jumursquoah 1048755Maka apabila telah ditunaikan sholat maka bertebaranlah kamu di muka

bumi dan carilah karunia Allah serta banyaklah ingat kepada Allah agar kamu

beruntung1048755 (QS Al Jumursquoah 10) Jadi dalam ayat tersebut tersirat pesan yaitu

hendaknya kita beribadah sebagaimana diwajibkan namun kita juga harus bekerja

mencari rezeki dari kemurahan Allah Bersama dengan itu kita senantiasa ingat kepada-

Nya Yakni memenuhi semua ketentuan etis dan akhlaq dalam bekerja yaitu dengan

28

menyadari pengawasan dan perhitungan Allah terhadap setiap bentuk kerja kita Semua

perilaku manusia didasari prinsip rahman dan rahim dengan kesadaran penuh sebagai

rahmatan lil 1048755alamin integritas yang sangat tinggi karena merasa dirinya dilihat oleh

Allah bukan karena atasan atau sekedar upah belaka dan jabatan hanya dilihat sebagai

amanah Allah (Agustian 200152) Sikap ini akan mendorong suatu kreativitas tanpa

henti untuk menciptakan mutu pelayanan dan produk yang lebih berkualitas yang

dipandang dalam etos kerja islami

29

BAB IV

KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari tulisan ini sebagai berikut

1 Sesuai dengan landasan teori yang telah dibahas sebelumnya dapat dikatakan

bahwa ketika Organisation-Based Self-Esteem (OBSE) seseorang meningkat

maka motivasinya untuk mencapai kinerja yang lebih baik di dalam organisasi

tersebut akan meningkat secara intrinsik (kreitner amp Kinicki 2000) sehingga

cara pandangnya terhadap nilai bekerja yang dikenal dengan konsep Etos Kerja

turut meningkat (Anoraga 1992)

2 Ketika nilai Organisation-Based Self-Esteem (OBSE) seorang individu rendah

belum tentu nilai Etos Kerjanya harus rendah pula karena selain faktor OBSE

masih terdapat faktor-faktor lain yang turut mempengaruhi Etos Kerja seseorang

seperti yang telah dijelaskan pada bab dua seperti agama pendidikan sosial

budaya struktur ekonomi dan sebagainya Kualitas beragama unsur sosial

budaya dan kondisi ekonomi misalnya dapat mempengaruhi cara pandang

seseorang terhadap nilai bekerja

3 etos kerja islami didasarkan pada Al-Qurrsquoan dan Hadits agar produktivitas kerja

karyawan dapat menunjang perkembangan ekonomi ummat serta pengaruh

kinerja yang ditunjukkan oleh karyawan itu sendiri Sehingga dapat terbentuk

etoskerja yang mempunyai makna nilai moral dan pemberdayaan diri

30

DAFTAR PUSTAKA

1

2

3

31

Page 24: Paper Etos Kerja 2

senior dalam perdagangan regional Usia 20 hingga 25 tahun merupakan titik keemasan

entrepreneurship Rasulullah SAW terbukti dengan terpikatnya konglomerat Mekah

Khadijah binti Khuwailid yang kemudian melamarnya menjadi suami Afzalurrahman

dalam bukunya Muhammad Sebagai Seorang Pedagang (2000 5-12) mencatat bahwa

Rasul pun sering terlibat dalam perjalanan bisnis ke berbagai negeri seperti Yaman

Oman dan Bahrain Dan beliau mulai mengurangi kegiatan bisnisnya ketika mencapai

usia 37 tahun

Adalah kenyataan bila Rasulullah SAW mampu menjalankan kelima perannya tersebut

dengan sempurna bahkan menjadi yang terbaik Tak heran bila para ilmuwan baik itu

yang Muslim maupun non-Muslim menempatkan beliau sebagai orang yang paling

berpengaruh paling pemberani paling bijaksana paling bermoral dan sejumlah paling

lainnya

IIC3Rahasia kesuksesan karier dan pekerjaan Rasulullah SAW

Pertama Rasul selalu bekerja dengan cara terbaik profesional dan tidak asal-asalan

Beliau bersabda Sesungguhnya Allah menginginkan jika salah seorang darimu bekerja

maka hendaklah meningkatkan kualitasnya

Kedua dalam bekerja Rasul melakukannya dengan manajemen yang baik perencanaan

yang jelas pentahapan aksi dan adanya penetapan skala prioritas

Ketiga Rasul tidak pernah menyia-nyiakan kesempatan sekecil apapun Barangsiapa

yang dibukakan pintu kebaikan hendaknya dia mampu memanfaatkannya karena ia

tidak tahu kapan ditutupkan kepadanya demikian beliau bersabda

Keempat dalam bekerja Rasul selalu memperhitungkan masa depan Beliau adalah

sosok yang visioner sehingga segala aktivitasnya benar-benar terarah dan terfokus

Kelima Rasul tidak pernah menangguhkan pekerjaan Beliau bekerja secara tuntas dan

berkualitas

Keenam Rasul bekerja secara berjamaah dengan mempersiapkan (membentuk) tim

yang solid yang percaya pada cita-cita bersama

24

Ketujuh Rasul adalah pribadi yang sangat menghargai waktu Tidak berlalu sedetik pun

waktu kecuali menjadi nilai tambah bagi diri dan umatnya Dan yang terakhir

Rasulullah SAW menjadikan kerja sebagai aktualisasi keimanan dan ketakwaan Rasul

bekerja bukan untuk menumpuk kekayaan duniawi Beliau bekerja untuk meraih

keridhaan Allah SWT Inilah kunci terpenting Semoga Allah SWT memberikan

kemampuan kepada kita untuk meneladani etos kerja Rasulullah SAW

25

BAB III

PEMBAHASAN

IIIA HUBUNGAN ANTARA ORGANIZATION-BASED SELF-ESTEEM

(OBSE) DAN ETOS KERJA

Untuk dapat meningkatkan Etos Kerja diperlukan adanya suatu sikap yang menilai

tinggi pada kerja keras dan sungguh-sungguh Karena itu perlu ditemukan suatu

dorongan yang tepat untuk memotivasi dan merubah sikap (Anoraga 1992) Seperti

yang sudah dipaparkan Anoraga sebelumnya bahwa motivasi merupakan kunci untuk

membangun Etos Kerja yang baik Motivasi kerja adalah sesuatu yang menimbulkan

semangat atau dorongan kerja kuat lemahnya motivasi kerja seseorang ikut menentukan

besar kecilnya prestasi seorang pekerja

Tujuan organisasi yang ditanamkan dalam visi misi filosofi dan mottoorganisasi

merupakan suatu nilai ideal yang harus dicapai individu Dengan proses yang tepat

organisasi berusaha menanamkan nilai-nilai ini pada para anggotanya

Nilai ideal yang dipersepsikan oleh anggota akan mempengaruhi penilaiannya terhadap

dirinya sehingga membentuk OBSE-nya Nilai-nilai ini ditanamkan oleh organisasi

dengan tujuan utama yaitu kinerja dan kualitas kerja yang meningkat

Kinerja dan kualitas kerja yang baik dapat dicapai dengan Etos Kerja yang baik maka

organisasi secara tidak langsung berusaha untuk meningkatkan Etos Kerja anggotanya

OBSE mempengaruhi beberapa aspek antara lain global self-esteemharga diri secara

keseluruhan kepuasan secara keseluruhan perilaku warga negara yang baik komitmen

dan kepuasan organisasi prestasi kerja dan terakhir adalah motivasi intrinsik (Kreitner

amp Kinicki 2000) Menurut Alderfer (dalam Siagian 1995) dengan teori motivasi ERG-

nya salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi adalah faktor R (Relatedness) yaitu

kebutuhan akan pemenuhan rasa puas dalam berhubungan dengan keluarga teman

atasan bawahan dan rekan sekerja dimana hal ini melibatkan unsur cinta dan self-

esteem Dengan meningkatnya self-esteem pekerja yang didasarkan pada keberadaannya

sebagai bagian dari organisasi maka motivasinya secara intrinsic dalam bekerja

meningkat Herzberg (dalam Anoraga 1992) yang melakukan studi mengenai motivasi

26

kerja menyatakan faktor intrinsik dalam bekerja yang meliputi pencapaian sukses

pengakuan kemungkinan untuk meningkat dalam jabatan (karier) tanggung jawab

kemungkinan berkembang dan pekerjaan itu sendiri Dapat dilihat bahwa faktor-faktor

intrinsik ini merupakan aspek-aspek yang akan tergambar pada OBSE Faktor pengakuan

dapat dilihat pada persepsi tentang seberapa berharga dan pentingnya individu dalam

organisasi apakah ia merasa diterima sebagai anggota organisasi dan merasa aman

sebagai bagian dari organisasi

Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat dilihat bagaimana OBSE mempengaruhi

motivasi intrinsik seseorang untuk bekerja Ketika OBSE meningkat motivasi intrinsik

seseorang dalam bekerja turut meningkat maka seharusnya Etos Kerjanya akan

meningkat juga Artinya kebutuhan organisasi untuk mencapai hasil dan kinerja

organisasi yang lebih baik dapat dicapai salah satunya melalui upaya meningkatkan

OBSE pekerjanya

Penelitian lain yang telah dilakukan mengenai OBSE yaitu penelitian Lanford Roe

Carson amp Carson (1997) pada teknisi unit gawat darurat Mereka menemukan

peningkatan OBSE berpeluang meningkatkan komitmen terhadap karier menurunkan

kecenderungan menarik diri dari tugas dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya

kualitas perlakuan Hal ini merupakan beberapa indikasi perilaku yang mencerminkan

Etos Kerja seperti yang dikatakan Sinamo (2005) yaitu bekerja dengan integritas

bekerja dengan penuh tanggung jawab bekerja dengan sempurna Secara umum dapat

dikatakan bahwa bila seseorang merasa berharga dalam organisasi dikarenakan berbagai

faktor ia akan cenderung memiliki motivasi yang lebih baik untuk mencapai tujuan

yang ditetapkan organisasi tersebut sehingga Etos Kerjanya akan lebih baik daripada

individu dengan OBSE-nya rendah

IIIA PENGARUH ETOS KERJA ISLAMI TERHADAP KINERJA SESEORANG

etos kerja islami yang didasarkan pada Al-Qurrsquoan dan Hadits agar produktivitas kerja

karyawan dapat menunjang perkembangan ekonomi ummat serta pengaruh kinerja yang

ditunjukkan oleh karyawan itu sendiri Setidaknya etos kerja itu bersumber dan

27

berkaitan langsung dengan nilai-nilai kejiwaan seseorang dan menunjukkan pula

pandangan hidup yang mendarah daging untuk dapat mengembangkan dirinya sehingga

etos kerja kerja menunjukkan pula sikap dan harapan seseorang Dan dengan sikap

seperti ini seseorang yang memiliki etos akan berusaha untuk memenuhi harapannya

tersebut Sebab Etos kerja juga mempunyai makna nilai moral dan pemberdayaan diri

yaitu suatu pandangan batin yang bersifat mendarah daging Seseorang akan merasakan

bahwa hanya dengan menghasilkan pekerjaan yang terbaik bahkan sempurna nilai-nilai

Islam yang diyakininya dapat diwujudkan

Dengan pengembangan kualitas yang ada dalam diri pribadi setiap manusia semua yang

dilaksanakan dapat terwujud sesuai nilai moral yang dimilikinya Karenanya etos kerja

bukanlah sekedar kepribadian atau sikap melainkan lebih mendalam lagi karena

didalamnya terdapat martabat harga diri dan jati diri dari seorang tersebut

Berkaitan dengan ini Ahmad (200117) menegaskan bahwa Islam tidak hanya

memerintahkan manusia hanya untuk sholat saja namun manusia juga diperintahkan

untuk mencari rezeki di bumi 1048755Apabila telah ditunaikan sholat maka bertebaranlah

kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah1048755Dan Allah adalah sebaik-baik Pemberi

Rezeki1048755 (QS Al Jumursquoah 10-11) Petikan-petikan ayat di atas sangatlah jelas

memperlihatkan pandangan Islam terhadap nilai kerja itu sendiri

Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Tasmara (200226) etos kerja islami menekankan

pada kerja sama dalam bekerja dan konsep konsultasi yang terlihat sebagai jalan untuk

mengatasi rintangan atau masalah dan menghindari kesalahan Hubungan sosial dalam

bekerja merupakan pendorong yang bertujuan untuk mempertemukan kebutuhan

seseorang dan membuat keseimbangan antara kebutuhan individu dan kehidupan sosial

Dan hal ini juga diperkuat dengan firman Allah SWT dalam surat Al

Jumursquoah 1048755Maka apabila telah ditunaikan sholat maka bertebaranlah kamu di muka

bumi dan carilah karunia Allah serta banyaklah ingat kepada Allah agar kamu

beruntung1048755 (QS Al Jumursquoah 10) Jadi dalam ayat tersebut tersirat pesan yaitu

hendaknya kita beribadah sebagaimana diwajibkan namun kita juga harus bekerja

mencari rezeki dari kemurahan Allah Bersama dengan itu kita senantiasa ingat kepada-

Nya Yakni memenuhi semua ketentuan etis dan akhlaq dalam bekerja yaitu dengan

28

menyadari pengawasan dan perhitungan Allah terhadap setiap bentuk kerja kita Semua

perilaku manusia didasari prinsip rahman dan rahim dengan kesadaran penuh sebagai

rahmatan lil 1048755alamin integritas yang sangat tinggi karena merasa dirinya dilihat oleh

Allah bukan karena atasan atau sekedar upah belaka dan jabatan hanya dilihat sebagai

amanah Allah (Agustian 200152) Sikap ini akan mendorong suatu kreativitas tanpa

henti untuk menciptakan mutu pelayanan dan produk yang lebih berkualitas yang

dipandang dalam etos kerja islami

29

BAB IV

KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari tulisan ini sebagai berikut

1 Sesuai dengan landasan teori yang telah dibahas sebelumnya dapat dikatakan

bahwa ketika Organisation-Based Self-Esteem (OBSE) seseorang meningkat

maka motivasinya untuk mencapai kinerja yang lebih baik di dalam organisasi

tersebut akan meningkat secara intrinsik (kreitner amp Kinicki 2000) sehingga

cara pandangnya terhadap nilai bekerja yang dikenal dengan konsep Etos Kerja

turut meningkat (Anoraga 1992)

2 Ketika nilai Organisation-Based Self-Esteem (OBSE) seorang individu rendah

belum tentu nilai Etos Kerjanya harus rendah pula karena selain faktor OBSE

masih terdapat faktor-faktor lain yang turut mempengaruhi Etos Kerja seseorang

seperti yang telah dijelaskan pada bab dua seperti agama pendidikan sosial

budaya struktur ekonomi dan sebagainya Kualitas beragama unsur sosial

budaya dan kondisi ekonomi misalnya dapat mempengaruhi cara pandang

seseorang terhadap nilai bekerja

3 etos kerja islami didasarkan pada Al-Qurrsquoan dan Hadits agar produktivitas kerja

karyawan dapat menunjang perkembangan ekonomi ummat serta pengaruh

kinerja yang ditunjukkan oleh karyawan itu sendiri Sehingga dapat terbentuk

etoskerja yang mempunyai makna nilai moral dan pemberdayaan diri

30

DAFTAR PUSTAKA

1

2

3

31

Page 25: Paper Etos Kerja 2

Ketujuh Rasul adalah pribadi yang sangat menghargai waktu Tidak berlalu sedetik pun

waktu kecuali menjadi nilai tambah bagi diri dan umatnya Dan yang terakhir

Rasulullah SAW menjadikan kerja sebagai aktualisasi keimanan dan ketakwaan Rasul

bekerja bukan untuk menumpuk kekayaan duniawi Beliau bekerja untuk meraih

keridhaan Allah SWT Inilah kunci terpenting Semoga Allah SWT memberikan

kemampuan kepada kita untuk meneladani etos kerja Rasulullah SAW

25

BAB III

PEMBAHASAN

IIIA HUBUNGAN ANTARA ORGANIZATION-BASED SELF-ESTEEM

(OBSE) DAN ETOS KERJA

Untuk dapat meningkatkan Etos Kerja diperlukan adanya suatu sikap yang menilai

tinggi pada kerja keras dan sungguh-sungguh Karena itu perlu ditemukan suatu

dorongan yang tepat untuk memotivasi dan merubah sikap (Anoraga 1992) Seperti

yang sudah dipaparkan Anoraga sebelumnya bahwa motivasi merupakan kunci untuk

membangun Etos Kerja yang baik Motivasi kerja adalah sesuatu yang menimbulkan

semangat atau dorongan kerja kuat lemahnya motivasi kerja seseorang ikut menentukan

besar kecilnya prestasi seorang pekerja

Tujuan organisasi yang ditanamkan dalam visi misi filosofi dan mottoorganisasi

merupakan suatu nilai ideal yang harus dicapai individu Dengan proses yang tepat

organisasi berusaha menanamkan nilai-nilai ini pada para anggotanya

Nilai ideal yang dipersepsikan oleh anggota akan mempengaruhi penilaiannya terhadap

dirinya sehingga membentuk OBSE-nya Nilai-nilai ini ditanamkan oleh organisasi

dengan tujuan utama yaitu kinerja dan kualitas kerja yang meningkat

Kinerja dan kualitas kerja yang baik dapat dicapai dengan Etos Kerja yang baik maka

organisasi secara tidak langsung berusaha untuk meningkatkan Etos Kerja anggotanya

OBSE mempengaruhi beberapa aspek antara lain global self-esteemharga diri secara

keseluruhan kepuasan secara keseluruhan perilaku warga negara yang baik komitmen

dan kepuasan organisasi prestasi kerja dan terakhir adalah motivasi intrinsik (Kreitner

amp Kinicki 2000) Menurut Alderfer (dalam Siagian 1995) dengan teori motivasi ERG-

nya salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi adalah faktor R (Relatedness) yaitu

kebutuhan akan pemenuhan rasa puas dalam berhubungan dengan keluarga teman

atasan bawahan dan rekan sekerja dimana hal ini melibatkan unsur cinta dan self-

esteem Dengan meningkatnya self-esteem pekerja yang didasarkan pada keberadaannya

sebagai bagian dari organisasi maka motivasinya secara intrinsic dalam bekerja

meningkat Herzberg (dalam Anoraga 1992) yang melakukan studi mengenai motivasi

26

kerja menyatakan faktor intrinsik dalam bekerja yang meliputi pencapaian sukses

pengakuan kemungkinan untuk meningkat dalam jabatan (karier) tanggung jawab

kemungkinan berkembang dan pekerjaan itu sendiri Dapat dilihat bahwa faktor-faktor

intrinsik ini merupakan aspek-aspek yang akan tergambar pada OBSE Faktor pengakuan

dapat dilihat pada persepsi tentang seberapa berharga dan pentingnya individu dalam

organisasi apakah ia merasa diterima sebagai anggota organisasi dan merasa aman

sebagai bagian dari organisasi

Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat dilihat bagaimana OBSE mempengaruhi

motivasi intrinsik seseorang untuk bekerja Ketika OBSE meningkat motivasi intrinsik

seseorang dalam bekerja turut meningkat maka seharusnya Etos Kerjanya akan

meningkat juga Artinya kebutuhan organisasi untuk mencapai hasil dan kinerja

organisasi yang lebih baik dapat dicapai salah satunya melalui upaya meningkatkan

OBSE pekerjanya

Penelitian lain yang telah dilakukan mengenai OBSE yaitu penelitian Lanford Roe

Carson amp Carson (1997) pada teknisi unit gawat darurat Mereka menemukan

peningkatan OBSE berpeluang meningkatkan komitmen terhadap karier menurunkan

kecenderungan menarik diri dari tugas dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya

kualitas perlakuan Hal ini merupakan beberapa indikasi perilaku yang mencerminkan

Etos Kerja seperti yang dikatakan Sinamo (2005) yaitu bekerja dengan integritas

bekerja dengan penuh tanggung jawab bekerja dengan sempurna Secara umum dapat

dikatakan bahwa bila seseorang merasa berharga dalam organisasi dikarenakan berbagai

faktor ia akan cenderung memiliki motivasi yang lebih baik untuk mencapai tujuan

yang ditetapkan organisasi tersebut sehingga Etos Kerjanya akan lebih baik daripada

individu dengan OBSE-nya rendah

IIIA PENGARUH ETOS KERJA ISLAMI TERHADAP KINERJA SESEORANG

etos kerja islami yang didasarkan pada Al-Qurrsquoan dan Hadits agar produktivitas kerja

karyawan dapat menunjang perkembangan ekonomi ummat serta pengaruh kinerja yang

ditunjukkan oleh karyawan itu sendiri Setidaknya etos kerja itu bersumber dan

27

berkaitan langsung dengan nilai-nilai kejiwaan seseorang dan menunjukkan pula

pandangan hidup yang mendarah daging untuk dapat mengembangkan dirinya sehingga

etos kerja kerja menunjukkan pula sikap dan harapan seseorang Dan dengan sikap

seperti ini seseorang yang memiliki etos akan berusaha untuk memenuhi harapannya

tersebut Sebab Etos kerja juga mempunyai makna nilai moral dan pemberdayaan diri

yaitu suatu pandangan batin yang bersifat mendarah daging Seseorang akan merasakan

bahwa hanya dengan menghasilkan pekerjaan yang terbaik bahkan sempurna nilai-nilai

Islam yang diyakininya dapat diwujudkan

Dengan pengembangan kualitas yang ada dalam diri pribadi setiap manusia semua yang

dilaksanakan dapat terwujud sesuai nilai moral yang dimilikinya Karenanya etos kerja

bukanlah sekedar kepribadian atau sikap melainkan lebih mendalam lagi karena

didalamnya terdapat martabat harga diri dan jati diri dari seorang tersebut

Berkaitan dengan ini Ahmad (200117) menegaskan bahwa Islam tidak hanya

memerintahkan manusia hanya untuk sholat saja namun manusia juga diperintahkan

untuk mencari rezeki di bumi 1048755Apabila telah ditunaikan sholat maka bertebaranlah

kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah1048755Dan Allah adalah sebaik-baik Pemberi

Rezeki1048755 (QS Al Jumursquoah 10-11) Petikan-petikan ayat di atas sangatlah jelas

memperlihatkan pandangan Islam terhadap nilai kerja itu sendiri

Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Tasmara (200226) etos kerja islami menekankan

pada kerja sama dalam bekerja dan konsep konsultasi yang terlihat sebagai jalan untuk

mengatasi rintangan atau masalah dan menghindari kesalahan Hubungan sosial dalam

bekerja merupakan pendorong yang bertujuan untuk mempertemukan kebutuhan

seseorang dan membuat keseimbangan antara kebutuhan individu dan kehidupan sosial

Dan hal ini juga diperkuat dengan firman Allah SWT dalam surat Al

Jumursquoah 1048755Maka apabila telah ditunaikan sholat maka bertebaranlah kamu di muka

bumi dan carilah karunia Allah serta banyaklah ingat kepada Allah agar kamu

beruntung1048755 (QS Al Jumursquoah 10) Jadi dalam ayat tersebut tersirat pesan yaitu

hendaknya kita beribadah sebagaimana diwajibkan namun kita juga harus bekerja

mencari rezeki dari kemurahan Allah Bersama dengan itu kita senantiasa ingat kepada-

Nya Yakni memenuhi semua ketentuan etis dan akhlaq dalam bekerja yaitu dengan

28

menyadari pengawasan dan perhitungan Allah terhadap setiap bentuk kerja kita Semua

perilaku manusia didasari prinsip rahman dan rahim dengan kesadaran penuh sebagai

rahmatan lil 1048755alamin integritas yang sangat tinggi karena merasa dirinya dilihat oleh

Allah bukan karena atasan atau sekedar upah belaka dan jabatan hanya dilihat sebagai

amanah Allah (Agustian 200152) Sikap ini akan mendorong suatu kreativitas tanpa

henti untuk menciptakan mutu pelayanan dan produk yang lebih berkualitas yang

dipandang dalam etos kerja islami

29

BAB IV

KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari tulisan ini sebagai berikut

1 Sesuai dengan landasan teori yang telah dibahas sebelumnya dapat dikatakan

bahwa ketika Organisation-Based Self-Esteem (OBSE) seseorang meningkat

maka motivasinya untuk mencapai kinerja yang lebih baik di dalam organisasi

tersebut akan meningkat secara intrinsik (kreitner amp Kinicki 2000) sehingga

cara pandangnya terhadap nilai bekerja yang dikenal dengan konsep Etos Kerja

turut meningkat (Anoraga 1992)

2 Ketika nilai Organisation-Based Self-Esteem (OBSE) seorang individu rendah

belum tentu nilai Etos Kerjanya harus rendah pula karena selain faktor OBSE

masih terdapat faktor-faktor lain yang turut mempengaruhi Etos Kerja seseorang

seperti yang telah dijelaskan pada bab dua seperti agama pendidikan sosial

budaya struktur ekonomi dan sebagainya Kualitas beragama unsur sosial

budaya dan kondisi ekonomi misalnya dapat mempengaruhi cara pandang

seseorang terhadap nilai bekerja

3 etos kerja islami didasarkan pada Al-Qurrsquoan dan Hadits agar produktivitas kerja

karyawan dapat menunjang perkembangan ekonomi ummat serta pengaruh

kinerja yang ditunjukkan oleh karyawan itu sendiri Sehingga dapat terbentuk

etoskerja yang mempunyai makna nilai moral dan pemberdayaan diri

30

DAFTAR PUSTAKA

1

2

3

31

Page 26: Paper Etos Kerja 2

BAB III

PEMBAHASAN

IIIA HUBUNGAN ANTARA ORGANIZATION-BASED SELF-ESTEEM

(OBSE) DAN ETOS KERJA

Untuk dapat meningkatkan Etos Kerja diperlukan adanya suatu sikap yang menilai

tinggi pada kerja keras dan sungguh-sungguh Karena itu perlu ditemukan suatu

dorongan yang tepat untuk memotivasi dan merubah sikap (Anoraga 1992) Seperti

yang sudah dipaparkan Anoraga sebelumnya bahwa motivasi merupakan kunci untuk

membangun Etos Kerja yang baik Motivasi kerja adalah sesuatu yang menimbulkan

semangat atau dorongan kerja kuat lemahnya motivasi kerja seseorang ikut menentukan

besar kecilnya prestasi seorang pekerja

Tujuan organisasi yang ditanamkan dalam visi misi filosofi dan mottoorganisasi

merupakan suatu nilai ideal yang harus dicapai individu Dengan proses yang tepat

organisasi berusaha menanamkan nilai-nilai ini pada para anggotanya

Nilai ideal yang dipersepsikan oleh anggota akan mempengaruhi penilaiannya terhadap

dirinya sehingga membentuk OBSE-nya Nilai-nilai ini ditanamkan oleh organisasi

dengan tujuan utama yaitu kinerja dan kualitas kerja yang meningkat

Kinerja dan kualitas kerja yang baik dapat dicapai dengan Etos Kerja yang baik maka

organisasi secara tidak langsung berusaha untuk meningkatkan Etos Kerja anggotanya

OBSE mempengaruhi beberapa aspek antara lain global self-esteemharga diri secara

keseluruhan kepuasan secara keseluruhan perilaku warga negara yang baik komitmen

dan kepuasan organisasi prestasi kerja dan terakhir adalah motivasi intrinsik (Kreitner

amp Kinicki 2000) Menurut Alderfer (dalam Siagian 1995) dengan teori motivasi ERG-

nya salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi adalah faktor R (Relatedness) yaitu

kebutuhan akan pemenuhan rasa puas dalam berhubungan dengan keluarga teman

atasan bawahan dan rekan sekerja dimana hal ini melibatkan unsur cinta dan self-

esteem Dengan meningkatnya self-esteem pekerja yang didasarkan pada keberadaannya

sebagai bagian dari organisasi maka motivasinya secara intrinsic dalam bekerja

meningkat Herzberg (dalam Anoraga 1992) yang melakukan studi mengenai motivasi

26

kerja menyatakan faktor intrinsik dalam bekerja yang meliputi pencapaian sukses

pengakuan kemungkinan untuk meningkat dalam jabatan (karier) tanggung jawab

kemungkinan berkembang dan pekerjaan itu sendiri Dapat dilihat bahwa faktor-faktor

intrinsik ini merupakan aspek-aspek yang akan tergambar pada OBSE Faktor pengakuan

dapat dilihat pada persepsi tentang seberapa berharga dan pentingnya individu dalam

organisasi apakah ia merasa diterima sebagai anggota organisasi dan merasa aman

sebagai bagian dari organisasi

Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat dilihat bagaimana OBSE mempengaruhi

motivasi intrinsik seseorang untuk bekerja Ketika OBSE meningkat motivasi intrinsik

seseorang dalam bekerja turut meningkat maka seharusnya Etos Kerjanya akan

meningkat juga Artinya kebutuhan organisasi untuk mencapai hasil dan kinerja

organisasi yang lebih baik dapat dicapai salah satunya melalui upaya meningkatkan

OBSE pekerjanya

Penelitian lain yang telah dilakukan mengenai OBSE yaitu penelitian Lanford Roe

Carson amp Carson (1997) pada teknisi unit gawat darurat Mereka menemukan

peningkatan OBSE berpeluang meningkatkan komitmen terhadap karier menurunkan

kecenderungan menarik diri dari tugas dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya

kualitas perlakuan Hal ini merupakan beberapa indikasi perilaku yang mencerminkan

Etos Kerja seperti yang dikatakan Sinamo (2005) yaitu bekerja dengan integritas

bekerja dengan penuh tanggung jawab bekerja dengan sempurna Secara umum dapat

dikatakan bahwa bila seseorang merasa berharga dalam organisasi dikarenakan berbagai

faktor ia akan cenderung memiliki motivasi yang lebih baik untuk mencapai tujuan

yang ditetapkan organisasi tersebut sehingga Etos Kerjanya akan lebih baik daripada

individu dengan OBSE-nya rendah

IIIA PENGARUH ETOS KERJA ISLAMI TERHADAP KINERJA SESEORANG

etos kerja islami yang didasarkan pada Al-Qurrsquoan dan Hadits agar produktivitas kerja

karyawan dapat menunjang perkembangan ekonomi ummat serta pengaruh kinerja yang

ditunjukkan oleh karyawan itu sendiri Setidaknya etos kerja itu bersumber dan

27

berkaitan langsung dengan nilai-nilai kejiwaan seseorang dan menunjukkan pula

pandangan hidup yang mendarah daging untuk dapat mengembangkan dirinya sehingga

etos kerja kerja menunjukkan pula sikap dan harapan seseorang Dan dengan sikap

seperti ini seseorang yang memiliki etos akan berusaha untuk memenuhi harapannya

tersebut Sebab Etos kerja juga mempunyai makna nilai moral dan pemberdayaan diri

yaitu suatu pandangan batin yang bersifat mendarah daging Seseorang akan merasakan

bahwa hanya dengan menghasilkan pekerjaan yang terbaik bahkan sempurna nilai-nilai

Islam yang diyakininya dapat diwujudkan

Dengan pengembangan kualitas yang ada dalam diri pribadi setiap manusia semua yang

dilaksanakan dapat terwujud sesuai nilai moral yang dimilikinya Karenanya etos kerja

bukanlah sekedar kepribadian atau sikap melainkan lebih mendalam lagi karena

didalamnya terdapat martabat harga diri dan jati diri dari seorang tersebut

Berkaitan dengan ini Ahmad (200117) menegaskan bahwa Islam tidak hanya

memerintahkan manusia hanya untuk sholat saja namun manusia juga diperintahkan

untuk mencari rezeki di bumi 1048755Apabila telah ditunaikan sholat maka bertebaranlah

kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah1048755Dan Allah adalah sebaik-baik Pemberi

Rezeki1048755 (QS Al Jumursquoah 10-11) Petikan-petikan ayat di atas sangatlah jelas

memperlihatkan pandangan Islam terhadap nilai kerja itu sendiri

Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Tasmara (200226) etos kerja islami menekankan

pada kerja sama dalam bekerja dan konsep konsultasi yang terlihat sebagai jalan untuk

mengatasi rintangan atau masalah dan menghindari kesalahan Hubungan sosial dalam

bekerja merupakan pendorong yang bertujuan untuk mempertemukan kebutuhan

seseorang dan membuat keseimbangan antara kebutuhan individu dan kehidupan sosial

Dan hal ini juga diperkuat dengan firman Allah SWT dalam surat Al

Jumursquoah 1048755Maka apabila telah ditunaikan sholat maka bertebaranlah kamu di muka

bumi dan carilah karunia Allah serta banyaklah ingat kepada Allah agar kamu

beruntung1048755 (QS Al Jumursquoah 10) Jadi dalam ayat tersebut tersirat pesan yaitu

hendaknya kita beribadah sebagaimana diwajibkan namun kita juga harus bekerja

mencari rezeki dari kemurahan Allah Bersama dengan itu kita senantiasa ingat kepada-

Nya Yakni memenuhi semua ketentuan etis dan akhlaq dalam bekerja yaitu dengan

28

menyadari pengawasan dan perhitungan Allah terhadap setiap bentuk kerja kita Semua

perilaku manusia didasari prinsip rahman dan rahim dengan kesadaran penuh sebagai

rahmatan lil 1048755alamin integritas yang sangat tinggi karena merasa dirinya dilihat oleh

Allah bukan karena atasan atau sekedar upah belaka dan jabatan hanya dilihat sebagai

amanah Allah (Agustian 200152) Sikap ini akan mendorong suatu kreativitas tanpa

henti untuk menciptakan mutu pelayanan dan produk yang lebih berkualitas yang

dipandang dalam etos kerja islami

29

BAB IV

KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari tulisan ini sebagai berikut

1 Sesuai dengan landasan teori yang telah dibahas sebelumnya dapat dikatakan

bahwa ketika Organisation-Based Self-Esteem (OBSE) seseorang meningkat

maka motivasinya untuk mencapai kinerja yang lebih baik di dalam organisasi

tersebut akan meningkat secara intrinsik (kreitner amp Kinicki 2000) sehingga

cara pandangnya terhadap nilai bekerja yang dikenal dengan konsep Etos Kerja

turut meningkat (Anoraga 1992)

2 Ketika nilai Organisation-Based Self-Esteem (OBSE) seorang individu rendah

belum tentu nilai Etos Kerjanya harus rendah pula karena selain faktor OBSE

masih terdapat faktor-faktor lain yang turut mempengaruhi Etos Kerja seseorang

seperti yang telah dijelaskan pada bab dua seperti agama pendidikan sosial

budaya struktur ekonomi dan sebagainya Kualitas beragama unsur sosial

budaya dan kondisi ekonomi misalnya dapat mempengaruhi cara pandang

seseorang terhadap nilai bekerja

3 etos kerja islami didasarkan pada Al-Qurrsquoan dan Hadits agar produktivitas kerja

karyawan dapat menunjang perkembangan ekonomi ummat serta pengaruh

kinerja yang ditunjukkan oleh karyawan itu sendiri Sehingga dapat terbentuk

etoskerja yang mempunyai makna nilai moral dan pemberdayaan diri

30

DAFTAR PUSTAKA

1

2

3

31

Page 27: Paper Etos Kerja 2

kerja menyatakan faktor intrinsik dalam bekerja yang meliputi pencapaian sukses

pengakuan kemungkinan untuk meningkat dalam jabatan (karier) tanggung jawab

kemungkinan berkembang dan pekerjaan itu sendiri Dapat dilihat bahwa faktor-faktor

intrinsik ini merupakan aspek-aspek yang akan tergambar pada OBSE Faktor pengakuan

dapat dilihat pada persepsi tentang seberapa berharga dan pentingnya individu dalam

organisasi apakah ia merasa diterima sebagai anggota organisasi dan merasa aman

sebagai bagian dari organisasi

Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat dilihat bagaimana OBSE mempengaruhi

motivasi intrinsik seseorang untuk bekerja Ketika OBSE meningkat motivasi intrinsik

seseorang dalam bekerja turut meningkat maka seharusnya Etos Kerjanya akan

meningkat juga Artinya kebutuhan organisasi untuk mencapai hasil dan kinerja

organisasi yang lebih baik dapat dicapai salah satunya melalui upaya meningkatkan

OBSE pekerjanya

Penelitian lain yang telah dilakukan mengenai OBSE yaitu penelitian Lanford Roe

Carson amp Carson (1997) pada teknisi unit gawat darurat Mereka menemukan

peningkatan OBSE berpeluang meningkatkan komitmen terhadap karier menurunkan

kecenderungan menarik diri dari tugas dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya

kualitas perlakuan Hal ini merupakan beberapa indikasi perilaku yang mencerminkan

Etos Kerja seperti yang dikatakan Sinamo (2005) yaitu bekerja dengan integritas

bekerja dengan penuh tanggung jawab bekerja dengan sempurna Secara umum dapat

dikatakan bahwa bila seseorang merasa berharga dalam organisasi dikarenakan berbagai

faktor ia akan cenderung memiliki motivasi yang lebih baik untuk mencapai tujuan

yang ditetapkan organisasi tersebut sehingga Etos Kerjanya akan lebih baik daripada

individu dengan OBSE-nya rendah

IIIA PENGARUH ETOS KERJA ISLAMI TERHADAP KINERJA SESEORANG

etos kerja islami yang didasarkan pada Al-Qurrsquoan dan Hadits agar produktivitas kerja

karyawan dapat menunjang perkembangan ekonomi ummat serta pengaruh kinerja yang

ditunjukkan oleh karyawan itu sendiri Setidaknya etos kerja itu bersumber dan

27

berkaitan langsung dengan nilai-nilai kejiwaan seseorang dan menunjukkan pula

pandangan hidup yang mendarah daging untuk dapat mengembangkan dirinya sehingga

etos kerja kerja menunjukkan pula sikap dan harapan seseorang Dan dengan sikap

seperti ini seseorang yang memiliki etos akan berusaha untuk memenuhi harapannya

tersebut Sebab Etos kerja juga mempunyai makna nilai moral dan pemberdayaan diri

yaitu suatu pandangan batin yang bersifat mendarah daging Seseorang akan merasakan

bahwa hanya dengan menghasilkan pekerjaan yang terbaik bahkan sempurna nilai-nilai

Islam yang diyakininya dapat diwujudkan

Dengan pengembangan kualitas yang ada dalam diri pribadi setiap manusia semua yang

dilaksanakan dapat terwujud sesuai nilai moral yang dimilikinya Karenanya etos kerja

bukanlah sekedar kepribadian atau sikap melainkan lebih mendalam lagi karena

didalamnya terdapat martabat harga diri dan jati diri dari seorang tersebut

Berkaitan dengan ini Ahmad (200117) menegaskan bahwa Islam tidak hanya

memerintahkan manusia hanya untuk sholat saja namun manusia juga diperintahkan

untuk mencari rezeki di bumi 1048755Apabila telah ditunaikan sholat maka bertebaranlah

kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah1048755Dan Allah adalah sebaik-baik Pemberi

Rezeki1048755 (QS Al Jumursquoah 10-11) Petikan-petikan ayat di atas sangatlah jelas

memperlihatkan pandangan Islam terhadap nilai kerja itu sendiri

Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Tasmara (200226) etos kerja islami menekankan

pada kerja sama dalam bekerja dan konsep konsultasi yang terlihat sebagai jalan untuk

mengatasi rintangan atau masalah dan menghindari kesalahan Hubungan sosial dalam

bekerja merupakan pendorong yang bertujuan untuk mempertemukan kebutuhan

seseorang dan membuat keseimbangan antara kebutuhan individu dan kehidupan sosial

Dan hal ini juga diperkuat dengan firman Allah SWT dalam surat Al

Jumursquoah 1048755Maka apabila telah ditunaikan sholat maka bertebaranlah kamu di muka

bumi dan carilah karunia Allah serta banyaklah ingat kepada Allah agar kamu

beruntung1048755 (QS Al Jumursquoah 10) Jadi dalam ayat tersebut tersirat pesan yaitu

hendaknya kita beribadah sebagaimana diwajibkan namun kita juga harus bekerja

mencari rezeki dari kemurahan Allah Bersama dengan itu kita senantiasa ingat kepada-

Nya Yakni memenuhi semua ketentuan etis dan akhlaq dalam bekerja yaitu dengan

28

menyadari pengawasan dan perhitungan Allah terhadap setiap bentuk kerja kita Semua

perilaku manusia didasari prinsip rahman dan rahim dengan kesadaran penuh sebagai

rahmatan lil 1048755alamin integritas yang sangat tinggi karena merasa dirinya dilihat oleh

Allah bukan karena atasan atau sekedar upah belaka dan jabatan hanya dilihat sebagai

amanah Allah (Agustian 200152) Sikap ini akan mendorong suatu kreativitas tanpa

henti untuk menciptakan mutu pelayanan dan produk yang lebih berkualitas yang

dipandang dalam etos kerja islami

29

BAB IV

KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari tulisan ini sebagai berikut

1 Sesuai dengan landasan teori yang telah dibahas sebelumnya dapat dikatakan

bahwa ketika Organisation-Based Self-Esteem (OBSE) seseorang meningkat

maka motivasinya untuk mencapai kinerja yang lebih baik di dalam organisasi

tersebut akan meningkat secara intrinsik (kreitner amp Kinicki 2000) sehingga

cara pandangnya terhadap nilai bekerja yang dikenal dengan konsep Etos Kerja

turut meningkat (Anoraga 1992)

2 Ketika nilai Organisation-Based Self-Esteem (OBSE) seorang individu rendah

belum tentu nilai Etos Kerjanya harus rendah pula karena selain faktor OBSE

masih terdapat faktor-faktor lain yang turut mempengaruhi Etos Kerja seseorang

seperti yang telah dijelaskan pada bab dua seperti agama pendidikan sosial

budaya struktur ekonomi dan sebagainya Kualitas beragama unsur sosial

budaya dan kondisi ekonomi misalnya dapat mempengaruhi cara pandang

seseorang terhadap nilai bekerja

3 etos kerja islami didasarkan pada Al-Qurrsquoan dan Hadits agar produktivitas kerja

karyawan dapat menunjang perkembangan ekonomi ummat serta pengaruh

kinerja yang ditunjukkan oleh karyawan itu sendiri Sehingga dapat terbentuk

etoskerja yang mempunyai makna nilai moral dan pemberdayaan diri

30

DAFTAR PUSTAKA

1

2

3

31

Page 28: Paper Etos Kerja 2

berkaitan langsung dengan nilai-nilai kejiwaan seseorang dan menunjukkan pula

pandangan hidup yang mendarah daging untuk dapat mengembangkan dirinya sehingga

etos kerja kerja menunjukkan pula sikap dan harapan seseorang Dan dengan sikap

seperti ini seseorang yang memiliki etos akan berusaha untuk memenuhi harapannya

tersebut Sebab Etos kerja juga mempunyai makna nilai moral dan pemberdayaan diri

yaitu suatu pandangan batin yang bersifat mendarah daging Seseorang akan merasakan

bahwa hanya dengan menghasilkan pekerjaan yang terbaik bahkan sempurna nilai-nilai

Islam yang diyakininya dapat diwujudkan

Dengan pengembangan kualitas yang ada dalam diri pribadi setiap manusia semua yang

dilaksanakan dapat terwujud sesuai nilai moral yang dimilikinya Karenanya etos kerja

bukanlah sekedar kepribadian atau sikap melainkan lebih mendalam lagi karena

didalamnya terdapat martabat harga diri dan jati diri dari seorang tersebut

Berkaitan dengan ini Ahmad (200117) menegaskan bahwa Islam tidak hanya

memerintahkan manusia hanya untuk sholat saja namun manusia juga diperintahkan

untuk mencari rezeki di bumi 1048755Apabila telah ditunaikan sholat maka bertebaranlah

kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah1048755Dan Allah adalah sebaik-baik Pemberi

Rezeki1048755 (QS Al Jumursquoah 10-11) Petikan-petikan ayat di atas sangatlah jelas

memperlihatkan pandangan Islam terhadap nilai kerja itu sendiri

Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Tasmara (200226) etos kerja islami menekankan

pada kerja sama dalam bekerja dan konsep konsultasi yang terlihat sebagai jalan untuk

mengatasi rintangan atau masalah dan menghindari kesalahan Hubungan sosial dalam

bekerja merupakan pendorong yang bertujuan untuk mempertemukan kebutuhan

seseorang dan membuat keseimbangan antara kebutuhan individu dan kehidupan sosial

Dan hal ini juga diperkuat dengan firman Allah SWT dalam surat Al

Jumursquoah 1048755Maka apabila telah ditunaikan sholat maka bertebaranlah kamu di muka

bumi dan carilah karunia Allah serta banyaklah ingat kepada Allah agar kamu

beruntung1048755 (QS Al Jumursquoah 10) Jadi dalam ayat tersebut tersirat pesan yaitu

hendaknya kita beribadah sebagaimana diwajibkan namun kita juga harus bekerja

mencari rezeki dari kemurahan Allah Bersama dengan itu kita senantiasa ingat kepada-

Nya Yakni memenuhi semua ketentuan etis dan akhlaq dalam bekerja yaitu dengan

28

menyadari pengawasan dan perhitungan Allah terhadap setiap bentuk kerja kita Semua

perilaku manusia didasari prinsip rahman dan rahim dengan kesadaran penuh sebagai

rahmatan lil 1048755alamin integritas yang sangat tinggi karena merasa dirinya dilihat oleh

Allah bukan karena atasan atau sekedar upah belaka dan jabatan hanya dilihat sebagai

amanah Allah (Agustian 200152) Sikap ini akan mendorong suatu kreativitas tanpa

henti untuk menciptakan mutu pelayanan dan produk yang lebih berkualitas yang

dipandang dalam etos kerja islami

29

BAB IV

KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari tulisan ini sebagai berikut

1 Sesuai dengan landasan teori yang telah dibahas sebelumnya dapat dikatakan

bahwa ketika Organisation-Based Self-Esteem (OBSE) seseorang meningkat

maka motivasinya untuk mencapai kinerja yang lebih baik di dalam organisasi

tersebut akan meningkat secara intrinsik (kreitner amp Kinicki 2000) sehingga

cara pandangnya terhadap nilai bekerja yang dikenal dengan konsep Etos Kerja

turut meningkat (Anoraga 1992)

2 Ketika nilai Organisation-Based Self-Esteem (OBSE) seorang individu rendah

belum tentu nilai Etos Kerjanya harus rendah pula karena selain faktor OBSE

masih terdapat faktor-faktor lain yang turut mempengaruhi Etos Kerja seseorang

seperti yang telah dijelaskan pada bab dua seperti agama pendidikan sosial

budaya struktur ekonomi dan sebagainya Kualitas beragama unsur sosial

budaya dan kondisi ekonomi misalnya dapat mempengaruhi cara pandang

seseorang terhadap nilai bekerja

3 etos kerja islami didasarkan pada Al-Qurrsquoan dan Hadits agar produktivitas kerja

karyawan dapat menunjang perkembangan ekonomi ummat serta pengaruh

kinerja yang ditunjukkan oleh karyawan itu sendiri Sehingga dapat terbentuk

etoskerja yang mempunyai makna nilai moral dan pemberdayaan diri

30

DAFTAR PUSTAKA

1

2

3

31

Page 29: Paper Etos Kerja 2

menyadari pengawasan dan perhitungan Allah terhadap setiap bentuk kerja kita Semua

perilaku manusia didasari prinsip rahman dan rahim dengan kesadaran penuh sebagai

rahmatan lil 1048755alamin integritas yang sangat tinggi karena merasa dirinya dilihat oleh

Allah bukan karena atasan atau sekedar upah belaka dan jabatan hanya dilihat sebagai

amanah Allah (Agustian 200152) Sikap ini akan mendorong suatu kreativitas tanpa

henti untuk menciptakan mutu pelayanan dan produk yang lebih berkualitas yang

dipandang dalam etos kerja islami

29

BAB IV

KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari tulisan ini sebagai berikut

1 Sesuai dengan landasan teori yang telah dibahas sebelumnya dapat dikatakan

bahwa ketika Organisation-Based Self-Esteem (OBSE) seseorang meningkat

maka motivasinya untuk mencapai kinerja yang lebih baik di dalam organisasi

tersebut akan meningkat secara intrinsik (kreitner amp Kinicki 2000) sehingga

cara pandangnya terhadap nilai bekerja yang dikenal dengan konsep Etos Kerja

turut meningkat (Anoraga 1992)

2 Ketika nilai Organisation-Based Self-Esteem (OBSE) seorang individu rendah

belum tentu nilai Etos Kerjanya harus rendah pula karena selain faktor OBSE

masih terdapat faktor-faktor lain yang turut mempengaruhi Etos Kerja seseorang

seperti yang telah dijelaskan pada bab dua seperti agama pendidikan sosial

budaya struktur ekonomi dan sebagainya Kualitas beragama unsur sosial

budaya dan kondisi ekonomi misalnya dapat mempengaruhi cara pandang

seseorang terhadap nilai bekerja

3 etos kerja islami didasarkan pada Al-Qurrsquoan dan Hadits agar produktivitas kerja

karyawan dapat menunjang perkembangan ekonomi ummat serta pengaruh

kinerja yang ditunjukkan oleh karyawan itu sendiri Sehingga dapat terbentuk

etoskerja yang mempunyai makna nilai moral dan pemberdayaan diri

30

DAFTAR PUSTAKA

1

2

3

31

Page 30: Paper Etos Kerja 2

BAB IV

KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari tulisan ini sebagai berikut

1 Sesuai dengan landasan teori yang telah dibahas sebelumnya dapat dikatakan

bahwa ketika Organisation-Based Self-Esteem (OBSE) seseorang meningkat

maka motivasinya untuk mencapai kinerja yang lebih baik di dalam organisasi

tersebut akan meningkat secara intrinsik (kreitner amp Kinicki 2000) sehingga

cara pandangnya terhadap nilai bekerja yang dikenal dengan konsep Etos Kerja

turut meningkat (Anoraga 1992)

2 Ketika nilai Organisation-Based Self-Esteem (OBSE) seorang individu rendah

belum tentu nilai Etos Kerjanya harus rendah pula karena selain faktor OBSE

masih terdapat faktor-faktor lain yang turut mempengaruhi Etos Kerja seseorang

seperti yang telah dijelaskan pada bab dua seperti agama pendidikan sosial

budaya struktur ekonomi dan sebagainya Kualitas beragama unsur sosial

budaya dan kondisi ekonomi misalnya dapat mempengaruhi cara pandang

seseorang terhadap nilai bekerja

3 etos kerja islami didasarkan pada Al-Qurrsquoan dan Hadits agar produktivitas kerja

karyawan dapat menunjang perkembangan ekonomi ummat serta pengaruh

kinerja yang ditunjukkan oleh karyawan itu sendiri Sehingga dapat terbentuk

etoskerja yang mempunyai makna nilai moral dan pemberdayaan diri

30

DAFTAR PUSTAKA

1

2

3

31

Page 31: Paper Etos Kerja 2

DAFTAR PUSTAKA

1

2

3

31