Model Sistem Pangkalan data dan SIG Bidang Irigasi
i
Pusat Litbang Sumber Daya Air
MODEL SISTEM
PANGKALAN DATA DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS
BIDANG IRIGASI
OUTPUT KEGIATAN
PANGKALAN DATA DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS BIDANG IRIGASI
Desember, 2012
Model Sistem Pangkalan data dan SIG Bidang Irigasi
ii
Pusat Litbang Sumber Daya Air
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas Karunia yang diberikan sehingga
kami dapat menyelesaikan buku Model Sistem Pangkalan data dan Sistem Informasi
Geografis Bidang Irigasi ini dengan baik.
Buku ini memberikan gambaran mengenai sebuah sistem penyimpanan data
berupa software yang mampu menyediakan dan menampilkan data yang dapat digunakan
dalam pengambilan keputusan oleh pemangku kepentingan. Dengan adanya buku ini
diharapkan dapat memberikan penjelasan bagaimana sebuah informasi irigasi dapat
disampaikan kepada publik berdasarkan data irigasi yang diolah dalam sebuah system
informasi, serta dapat ditampilkan dalam sebuah buku hingga dapat digunakan oleh
stakeholder maupun pihak-pihak yang akan menggunakan informasi irigasi lebih lanjut,
baik untuk studi maupun pengambilan keputusan.
Model Sistem Pangkalan Data dan Sistem Informasi Geografis Bidang Irigasi
merupakan gambaran mengenai data tabular maupun data spasial bidang irigasi yang
meliputi luasan daerah irigasi, sumber air, lokasi, bangunan serta saluran irigasi.
Pangkalan data dan Sistem Informai Geografis (SIG) Bidang Irigasi berupa software
Sistem Informasi Data Dasar Irigasi (SIDDI) yang didalamnya memuat data luasan daerah
irigasi, operasi dan pemeliharaan bangunan serta saluran irigasi, Pola tanam (Rencana Tata
Tanam) serta kelembagaan (P3A), sehingga data dan informasi yang ada dapat digunakan
dalam kegiatan penelitian dan pengembangan bidang irigasi.
Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada semua pihak yang membantu
terlaksananya kegiatan ini. Masukan, saran dan kritik sangat kami harapkan untuk
menyempurnakan model sistem ini.
Bandung, Desember 2012
Kepala Pusat Litbang Sumber Daya Air
Ir. Bambang Hargono, Dipl.HE, M.Eng
NIP. 19540425 198012 1 002
Model Sistem Pangkalan data dan SIG Bidang Irigasi
iii
Pusat Litbang Sumber Daya Air
TIM PENYUSUN
Widya Utaminingsih, SP
M. Faisal, S.Kom
Model Sistem Pangkalan data dan SIG Bidang Irigasi
iv
Pusat Litbang Sumber Daya Air
RINGKASAN
Buku Model Sistem Pangkalan Data dan Sistem Informasi Geografis Bidang Irigasi
merupakan buku yang berisi gambaran mengenai data tabular maupun data spasial bidang
yang disimpan dalam sebuah sistem informasi irigasi yang meliputi luasan daerah irigasi,
sumber air, lokasi, bangunan serta saluran irigasi.
Salah satu paradigma baru pengelolaan sumber daya air adalah pengelolaan
sumber daya air sebaiknya dilaksanakan atas dasar satuan geografis. Hal ini dikarenakan
dengan data berbentuk geografis/spasial akan dapat digunakan dalam bentuk yang lebih
luas serta lebih mudah dipahami apabila akan dilakukan pengambilan keputusan yang
berkaitan dengan letak geografis suatu daerah.
Luas Lahan sawah irigasi dari tahun ketahun semakin berkurang, sedangkan
kebutuhan akan pangan semakin meningkat. Berdasarkan data BPS tahun 2010, diketahui
bahwa Indonesia memiliki total areal sawah seluas 9.45 juta Ha. Sebagian besar
diantaranya (7,23 juta Ha; 76%) merupakan sawah beririgasi, yang memberikan
sumbangan terhadap 85% produksi padi nasional 2009 dan 2010 (BPS, ATAP). Sisanya
adalah sawah rawa pasang surut (488,852 Ha ; 5%), sawah rawa lebak (171,994 Ha ; 2%),
JIAT (92,090 Ha ; 1%) dan areal lainnya seperti sawah tadah hujan, sawah irigasi desa, dan
ladang (1,473,810 Ha ; 16%).
Pengembangan luas lahan irigasi menjadi salah satu jalan untuk pemenuhan
kebutuhan pangan tersebut. Pengembangan jaringan irigasi disuatu daerah menjadi sangat
penting dalam menekan jumlah kebutuhan yang semakin tinggi. Lahan pengembangan
irigasi tersebut haruslah ditinjau dengan matang sesuai dengan kesesuaian maupun
dengan peraturan yang ada. Pengembangan irigasi sebagai lahan pertanian merupakan
infrastruktur utama yang dapat dimanfaatkan dalam meningkatkan produksi padi nasional
dalam rangka mendukung program ketahanan pangan.
Data perencanaan pengembangan irigasi sangat diperlukan untuk meninjau
peruntukan pengembangan lahan irigasi. Data menjadi sangat kompleks ketika desain
pengembangan jaringan irigasi disusun. Data tersebut mejadi acuan dalam pengembangan
jaringan irigasi yang akan dilakukan, bahkan data menjadi hal yang mutlak dalam
penyusunan rencana pengembangan jaringan irigasi.
Data yang akurat menjadi acuan dalam pengambilan keputusan secara tepat, oleh
karena itu, data yang ada haruslah diperbarui secara kontinyu, dalam kegiatan ini
mencakup usulan perubahan daerah irigasi dari segi luasan. Perubahan/Evaluasi untuk
total data berdasarkan data lapangan jika dibandingkan dengan Kepmen PU Nomor
390/KPTS/M/2007 adalah 1.067.772 ha dari 893.776 ha dengan jumlah Daerah Irigasi 147
DI dari 133 DI yang ada pada Kepmen PU Nomor 390/KPTS/M/2007.
Irigasi mikro merupakan alternatif teknologi irigasi dalam rangka adaptasi
perubahan iklim untuuk mengatasi kelangkaan air yang sudah menjadi isu beberapa tahun
terakhir ini, untuk itu data irigasi mikro juga perlu diidentifikasi lebih lanjut untuk
mengetahui luas penerapannya oleh masyarakat. Sejauh ini data luasan penerapan irigasi
mikro belum teridentifikasi, sehingga perlu dilakukan pengumpulan data untuk identifikasi
irigasi mikro tersebut agar kedepannya prioritas pengembangan irigasi mikro dapat sesuai
dengan peruntukannya dengan menyusun peta potensi pengembangan irigasi mikro di
Indonesia.Luasan penerapan irigasi mikro di Indonesia hasil inventarisasi data oleh balai
irigasi adalah 8.817,15 Ha yang tersebar di seluruh wilayah di Indonesia.
Model Sistem Pangkalan data dan SIG Bidang Irigasi
v
Pusat Litbang Sumber Daya Air
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................................. ii
TIM PENYUSUN ..................................................................................................................... iii
RINGKASAN ........................................................................................................................... iv
DAFTAR ISI .............................................................................................................................. v
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................................. vi
PENDAHULUAN ...................................................................................................................... 1
METODOLOGI ......................................................................................................................... 3
PANGKALAN DATA DAN SISTEM INFORMASI SUMBER DAYA AIR.......................................... 6
3.1. Spesifikasi dan Instalasi Software .................................................................................. 6
3.2. Data Irigasi ................................................................................................................... 21
3.3. Inventarisasi Irigasi Mikro ............................................................................................ 40
3.4. SIG SDA Bidang Irigasi .................................................................................................. 42
KESIMPULAN ........................................................................................................................ 48
Model Sistem Pangkalan data dan SIG Bidang Irigasi
vi
Pusat Litbang Sumber Daya Air
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Alur kerja pelaksanaan pekerjaan .................................................................... 3
Gambar 2. Tampilan menu instalasi SIDDI .......................................................................... 5
Gambar 3. Pilihan Instalasi Komputer Server ..................................................................... 5
Gambar 4. Proses Instalasi oleh InstallShield ...................................................................... 5
Gambar 5. Tampilan awal InstallShield dalam Proses Instalasi .......................................... 6
Gambar 6. Persetujuan Lisensi ............................................................................................ 7
Gambar 7. Pilihan Pembatasan Pengguna ......................................................................... 7
Gambar 8. Persiapan Akhir Instal ........................................................................................ 8
Gambar 9. Proses Instal ...................................................................................................... 8
Gambar 10. Erorr Install ...................................................................................................... 8
Gambar 11. Instalasi lanjutan pada Interbase Server ......................................................... 8
Gambar 12. Set up installer ................................................................................................. 9
Gambar 12. Set up installer ................................................................................................. 9
Gambar 13. Lisensi Instal .................................................................................................... 9
Gambar 14. Proses install.................................................................................................. 10
Gambar 15. Proses install.................................................................................................. 10
Gambar 15. Proses install.................................................................................................. 10
Gambar 16. Proses install ................................................................................................. 11
Gambar 17. Proses install ................................................................................................. 11
Model Sistem; Pangkalan data dan SIG Bidang Irigasi
1 Pusat Litbang Sumber Daya Air
PENDAHULUAN
Luas Daerah Irigasi di Indonesia berdasarkan Kepmen PU No. 390/KPTS/M/2007
±7.230.183 ha yang terbagi kedalam 32.808 Daerah Irigasi dengan jumlah hampir 6000
Daerah Aliran Sungai (DAS). Mengingat luas dan banyaknya daerah irigasi di Indonesia,
maka perlu dibangun sebuah sistem untuk pengelolaan data keirigasian yang terstruktur
dengan baik. Sebuah sistem informasi yang dapat menyimpan dan memberikan informasi
irigasi dalam waktu yang singkat perlu disusun untuk mengakomodir penyediaan data dan
informasi mengenai irigasi. Balai Irigasi sebagai lembaga penelitian dan pengembangan
bidang irigasi perlu untuk membangun sistem pengelolaan basis data dan informasi SDA
bidang irigasi untuk pengarsipan dan diseminasi data dari berbagai sumber di pusat dan
daerah, termasuk komputerisasi (digitalisasi), validasi dan sebagainya.
Kebutuhan data dan informasi Sumber Daya Air tiap instansi bebeda-beda, namun
dengan adanya suatu sistem aplikasi yang mampu menyajikan data dan informasi tentang
irigasi diharapkan dapat memberi wacana bahwa keberadaan data itu sangat penting dan
perlu mendapatkan perhatian serta wadah khusus yang terstruktur dengan baik.
Buku Model sistem Pangkalan Data dan Sistem Informasi Geografis bidang irigasi
menyajikan sebuah referensi yang mencakup data input sehingga menjadi output yang
nantinya dapat digunakan oleh pihak tertentu dalam melakukan studi bidang irigasi. Dalam
buku ini dipaparkan bagaimana suatu sistem itu dijalankan dengan dukungan data bidang
irigasi menyangkut data luasan, lokasi, sumber air, jumlah bangunan dan panjang saluran,
pola tanam serta kelembagaan yang ditampilkan sebagai data tabular. Sistem tersebut
sinergis dengan adanya pelaksanaan sistem informasi geografis bidang irigasi yaitu
pelaksanaan kegiatan kodefikasi irigasi yang difokuskan untuk menghasilkan data spasial,
dari kedua sistem tersebut, maka dapat pula dijadikan sebuah komponen output berupa
katalog irigasi yang memberikan gambaran suatu daerah irigasi dalam sebuah buku hasil
kompilasi data tabular maupun spasial yang telah dilakukan sebelumnya.
Sistem Informasi data dasar Irigasi (SIDDI) merupakan sebuah sistem yang
didalamnya memuat informasi-informasi terkait dengan data-data daerah irigasi baik yang
bersifat data global maupun spesifik dan merupakan satu kesatuan data yang mampu
mewakili kondisi jaringan irigasi di suatu daerah. Pada dasarnya data daerah irigasi tidak
hanya mencakup irigasi permukaan saja, data irigasi mikro yang akhir-akhir ini banyak
dikembangkan di Indonesia belum terinventarisir dengan baik, sehingga data penerapan
irigasi mikro di Indonesia belum dapat disajikan. Dalam hal ini, irigasi mikro merupakan
pengembangan irigasi untuk peningkatan ketahanan pangan yang dilakukan dengan
mengadopsi sistem perpipaan dan penyaluran langsung pada area akar tanaman sehingga
dinilai dapat menghemat air dan dapat dikembangan untuk pertanian lahan kering maupun
daerah kekurangan air.
Irigasi mikro merupakan alternatif teknologi irigasi dalam rangka adaptasi
perubahan iklim untuk mengatasi kelangkaan air yang sudah menjadi isu beberapa tahun
terakhir ini, untuk itu data irigasi mikro juga perlu diidentifikasi lebih lanjut untuk
mengetahui luas penerapannya oleh masyarakat. Sejauh ini data luasan penerapan irigasi
mikro belum teridentifikasi, sehingga perlu dilakukan pengumpulan data untuk identifikasi
irigasi mikro tersebut agar kedepannya prioritas pengembangan irigasi mikro dapat sesuai
Model Sistem Pangkalan data dan SIG Bidang Irigasi
2
Pusat Litbang Sumber Daya Air
dengan peruntukannya dengan menyusun peta potensi pengembangan irigasi mikro di
Indonesia.
Kondisi jaringan irigasi pada berbagai daerah di Indonesia rusak dan kurang
berfungsi sebelum umur layanan. Operasi dan pemeliharaan irigasi belum menunjukan
kualitas pelayanan air irigasi yang adil dan merata. Dengan kondisi ini, memunculkan
pertanyaan mendasar bagaimana sesungguhnya operasi dan pemeliharaan irigasi
dimonitor dan dievaluasi (Supadi, 2009).
Irigasi menjadi pendukung keberhasilan pembangunan pertanian dan merupakan
kebijakan Pemerintah yang sangat strategis dalam pertumbuhan perekonomian nasional
guna mempertahankan produksi swasembada beras dan Ketahanan Pangan Nasional.
Dukungan Kementerian Pekerjaan Umum terhadap program pemerintah Surplus
beras 10 juta ton pada tahun 2014 salah satunya menitikberatkan terhadap faktor
penyediaan air irigasinya, dalam hal ini sangat erat kaitannya dengan penyiapan sarana dan
prasarana irigasi yang efektif dan efisien. Kondisi jaringan irigasi yang rusak dan
memerlukan perbaikan (rehabilitasi) pada tahun 2007 mencapai 44,78% baik rusak karena
umur bangunannya sendiri maupun karena faktor bencana alam yang terjadi. Data-data ini
tentunya perlu di update secara terus-menerus dan konsisten mengingat sangat
pentingnya peranan penyediaan data bagi terlaksananya program pemerintah.
Penyajian Data Irigasi secara Geografis dapat memberikan informasi yang lebih
mudah dimengerti oleh pemangku kepentingan maupun oleh masyarakat umum sehingga
pengelolaannya harus dilakukan secara sinergis dan bias menjawab tantangan dalam
penyediaan data dan informasi secara geospasial.
Buku ini memberikan gambaran dalam sebuah sistem penyimpanan data berupa
software yang mampu menyediakan dan menampilkan data yang dapat digunakan dalam
pengambilan keputusan oleh pemangku kepentingan.
Model Sistem Pangkalan data dan SIG Bidang Irigasi
3
Pusat Litbang Sumber Daya Air
METODOLOGI
A. BASIS DATA IRIGASI
Tahapan metodologi yang digunakan dalam kegiatan ini sehingga
menghasilkan output dalam bentuk informasi adalah sebagai berikut:
Gambar 2. Alur kerja pelaksanaan pekerjaan
Model Sistem Pangkalan data dan SIG Bidang Irigasi
4
Pusat Litbang Sumber Daya Air
Gambar 3. Kerangka pemikiran pelaksanaan pekerjaan
Tahap pekerjaan yang dilakukan dalam pelaksanaan pekerjaan ini adalah:
a. Pengumpulan data
Data yang dikumpulkan berupa data primer maupun sekunder, data primer
didapatkan dengan survey lapangan dengan melakukan penelusuran jaringan di
beberapa daerah irigasi untuk mendapatkan data kondisi daerah irigasi. Sedangkan
data sekunder berupa referensi, laporan Survey Investigasi dan Desain Rehabilitasi
Partisipatif Daerah Irigasi dan laporan Pemantauan Pelaksanaan TP-OP (Tugas
Pembantuan Operasi Pemeliharaan) dari BBWS/BWS maupun Dinas PSDA tingkat
Provinsi/Kabupaten.
Adapun data yang diambil yaitu nama Daerah irigasi, luasan Daerah Irigasi, Jenis
bangunan utama dan jumlah bangunan serta kondisinya, Jenis saluran irigasi dan
jumlah saluran irigasi yang ada serta kondisinya, Debit ketersediaan dan kebutuhan
air irigasi, Tata tanam/pola tanam dan Indek Pertanamannya, data P3A/GP3A, nama
INFORMASI LOKASI DI PER TAHUN:
TA.2011: WILAYAH JAWA, SUMATERA +
KALIMANTAN.
TA.2012: WILAYAH SUMATERA, KALIMANTAN,
SULAWESI, NTT dan NTB
TA.2013: WILAYAH SULAWESI, NTT, NTB, KEP.
MALUKU dan PAPUA
TA.2014: WILAYAH KEP. MALUKU dan PAPUA
MULAI
PERSIAPAN FORM DATA DAN PETA
GEOGRAFIS
PENETAPAN FIELD DAN ATRIBUT
KODEFIKASI BIDANG IRIGASI.
PENGUMPULAN DATA (VERIFIKASI DAN
VALIDASI)
KODEFIKASI GEOGRAFIS
PETA DAERAH IRIGASI
PANGKALAN DATA DAN INFORMASI
UJICOBA TAMPILAN
SELESAI
TIDAK
ANALISA DAN
INPUTING DATA
YA
PENYUSUNAN
KATALOG IRIGASI
SOFTWARE SIDDI
Model Sistem Pangkalan data dan SIG Bidang Irigasi
5
Pusat Litbang Sumber Daya Air
dan jumlah anggotanya serta Peta , Skema Jaringan, Skema Bangunan pada Di
tersebut.
b. Analisis data
Analisis data dilakukan terhadap indikator kebutuhan data pada struktur database
yang telah disusun. Keragaman bentuk data yang diperoleh dianalisis secara kualitatif
melalui parameter format data yang sesuai dengan Sistem Informasi Data Dasar
Irigasi (SIDDI) dan kebutuhan data layer untuk SIG-SDA dengan menggunakan
datasheet sehingga terjadi pemilahan antara data yang dibutuhkan dengan data
pendukung. Sedangkan analisa data Kuantitatif dilakukan dengan verifikasi dan
penghitungan ulang terhadap sumber data (Skema jaringan dan skema bangunan
irigasi).
c. Inputing data
Tahap analisa data dilanjutkan dengan inputing data ke dalam SIDDI. Proses inputing
data berbanding lurus dengan identifikasi tingkat kelengkapan data sehingga menjadi
bagian dari analisa kebutuhan data berikutnya.
B. SIG-SDA BIDANG IRIGASI
Selain inputing ke software SIDDI dilakukan juga Inputing data kebutuhan
informasi SIG-SDA Bidang Irigasi. Pelaksanaan Pekerjaan Kodefikasi Sistem Informasi
Geografis Bidang Irigasi dialkukan dengan menggunakan ArcView3.3 dan atau ArcGIS.
Proses kodefikasi dilakukan untuk mengisi atribut daerah irigasi dengan data yang
digunakan adalah sebagai berikut:
1. Data Nama dan Luas Daerah Irigasi.
2. Status Kewenangan Pengelolaan berdasarkan Kepmen PU No. 390/KPTS/M/2007.
3. Data Bangunan
4. Tahun dibangun
5. Sumber Air.
6. Alih Fungsi Lahan
Metode yang digunakan adalah dengan meng-overlay peta DAS terbaru serta Peta
Wilayah Sungai berdasarkan Keputusan Presiden No. 12 Tahun 2012 tentang Penetapan
Wilayah Sungai. Peta hasil overlay antara peta DAS dan Wilayah sungai tersebut kemudian
di overlay dengan peta daerah irigasi, kemudian dilakukan pengisian atribut pada masing-
masing daerah irigasi pada peta yang ada.
C. KATALOG IRIGASI.
Katalog Irigasi disusun berdasarkan hasil dari dua pekerjaan tersebut yaitu proses
pengelolaan basis data dan pelaksanaan kodefikasi SIG SDA bidang irigasi, kemudian hasil
inputing data disajikan dalam bentuk buku yang mencakup informasi suatu daerah irigasi,
selanjutnya disebut sebagai katalog irigasi yang mencakup informasi umum suatu daerah
irigasi sebagai gambaran singkat daerah irigasi sehingga dapat digunakan oleh pelaksana
dan pengelola suatu daerah irigasi
Model Sistem Pangkalan data dan SIG Bidang Irigasi
6
Pusat Litbang Sumber Daya Air
PANGKALAN DATA DAN SISTEM INFORMASI SUMBER DAYA AIR
BIDANG IRIGASI
3.1. Spesifikasi dan Instalasi Software
Spesifikasi perangkat lunak untuk menjalankan program ini adalah sebagai
berikut:
a. Sistem operasi bebasis Windows ( Windows XP / 2000 / 2003 server) lebih
dianjurkan Windows XP Service Pack 2.
b. Borland Database Engine(BDE).
c. Interbase Server (Database Server).
Prosedur instalasi menggunakan Compact Disk (CD) installer SIDDI yang sudah
berisi semua perangkat lunak yang dibutuhkan untuk menjalankan aplikasi ini. Ada dua
macam instalasi yang harus dilakukan yaitu instalasi komputer Server dan instalasi
komputer Client (di sini jumlah komputer Client dibatasi paling banyak 20 buah).
Adapun langkah-langkah instalasi yang harus dilakukan agar software ini berhasil
dijalankan adalah sebagai berikut:
1. Masukkan CD Installer SIDDI akan muncul autoplay menu instalasi seperti di bawah
ini.
Gambar 2. Tampilan menu instalasi SIDDI
2. Beri tanda “√” Install Komputer Server (Stand Alone). Klik tombol Next. Pada saat
memilih instalasi Komputer Server ini otomatis Borland Database Engine,
DBDesktop dan Interbase Server akan otomatis terpilih karena untuk server
ketiganya merupakan prasayarat bagi jalannya Program SIDDI. Jika ketiganya
sudah tersedia maka hilangkan tanda “√” dengan satu kali klik..
Model Sistem Pangkalan data dan SIG Bidang Irigasi
7
Pusat Litbang Sumber Daya Air
Gambar 3. Pilihan Instalasi Komputer Server
3. Begitu tombol Next diklik maka instalasi akan diambil alih oleh InstallShield
Wizard. Instalasi akan berlanjut seperti layaknya menginstal software-software
lain pada umumnya.
Gambar 4. Proses Instalasi oleh InstallShield
Model Sistem Pangkalan data dan SIG Bidang Irigasi
8
Pusat Litbang Sumber Daya Air
4. Setelah muncul jendela InstallShield Tekan Tombol Next
Gambar 5. Tampilan awal InstallShield dalam Proses Instalasi
5. Pilih I Accept the Term in the license agreement, lalu klik Next
Gambar 6. Persetujuan Lisensi
Model Sistem Pangkalan data dan SIG Bidang Irigasi
9
Pusat Litbang Sumber Daya Air
6. Pilih Anyone who uses this computer (all user) apabila program ingin bisa di pakai
oleh semua pengguna komputer, atau pilih Only for me apabila program dibatasi
pemakaiannya hanya untuk Pengguna tertentu.
Gambar 7. Pilihan Pembatasan Pengguna
7. Klik Install untuk memulai instalasi program.
Gambar 8. Persiapan Akhir Instal
Model Sistem Pangkalan data dan SIG Bidang Irigasi
10
Pusat Litbang Sumber Daya Air
8. Pada saat proses Install seperti dibawah ini,
Gambar 9. Proses Instal
akan muncul pesan seperti ini. Klik saja OK maka proses instalasi berlanjut
sampai muncul keterangan bahwa program telah berhasil di install.
Gambar 10. Erorr Install
Posisi layar setelah mengklik tombol Finish InstallShield dan Interbase server ver.7.1
di “√” adalah seperti gambar di bawah ini.
Model Sistem Pangkalan data dan SIG Bidang Irigasi
11
Pusat Litbang Sumber Daya Air
Gambar 11. Instalasi lanjutan pada Interbase Server
Langkah – langkah menginstal Interbase Server Ver.7.1 (IB Server):
a. Beri tanda √ pada Interbase Server Ver.7.1 (IB Server).
b. lalu pilih NEXT.
c. Lalu akan tampil gambar seperti dibawah ini, lalu pilih NEXT.
Gambar 12. Set up installer
Model Sistem Pangkalan data dan SIG Bidang Irigasi
12
Pusat Litbang Sumber Daya Air
d. Kemudian akan tampil gambar seperti dibawah ini, lalu pilih YES.
Gambar 13. Lisensi Instal
e. Kemudian anda beri tanda √ (evaluate the product), lalu anda pilih Next
Gambar 14. Proses install
Model Sistem Pangkalan data dan SIG Bidang Irigasi
13
Pusat Litbang Sumber Daya Air
f. Kemudian akan tampil gambar seperti dibawah ini, lalu pilih NEXT.
Gambar 15. Proses install
g. Kemudian akan tampil gambar seperti dibawah ini, lalu pilih NEXT.
Gambar 15. Proses install
Model Sistem Pangkalan data dan SIG Bidang Irigasi
14
Pusat Litbang Sumber Daya Air
h. lalu akan muncul gambar proses install.
Gambar 16. Proses install
i. kemudian akan tampil gambar seperti dibawah ini, lalu pilih Install.
Gambar 17. Proses install
Model Sistem Pangkalan data dan SIG Bidang Irigasi
15
Pusat Litbang Sumber Daya Air
j. Lalu akan muncul gambar seperti ini, pilih Start Interbase Guardian dengan
member “√” kemudian klik FINISH.
Gambar 18. Proses install
Langkah terakhir instalasi server adalah proses regristrasi dengan mengklik
tomboll registrasi yang aktif setelah database server terinstall.
Gambar 19. Langkah terakhir Instalasi server, klik registrasi Pada akhir registrasi
akan muncul tampilan seperti pada gambar 20.
Model Sistem Pangkalan data dan SIG Bidang Irigasi
16
Pusat Litbang Sumber Daya Air
Gambar 20. Registrasi data
Borland Delphi Engine ini menghubungkan database file dengan aplikasinya. Untuk
itu perlu diyakinkan bahwa tempat datanya , yaitu file data base yang berekstensi GDB
benar posisinya, dengan cara klik dua kali pada SERVER NAME dan mengarahkan ke file
database tersebut. Lokasi standarnya adalah:
SERVER NAME :
C:\Program Files\BALITBANGPU\ISI\DATA\DI33T101008.GDB
File data base (ber-ekstensi gdb) bisa diganti-ganti sesuai dengan kebutuhan data
base yang akan ditampilkan. Pengaturan Server Name ini untuk database IRIGASI dan
KIRIM. Untuk menguji koneksi antara aplikasi dengan database. Klik kanan pada database
IRIGASI atau KIRIM pilih Open. Tampil Isian nama pengguna dan Password. Isilah Nama
Pengguna dengan SYSDBA dan Password dengan masterkey
Gambar 21. Log- in software
Model Sistem Pangkalan data dan SIG Bidang Irigasi
17
Pusat Litbang Sumber Daya Air
Indikator aplikasi server telah diinstal dengan benar adalah dengan tampilnya icon
Interbase Manager dan Borland Database Engine Administratoe (BDE Administrator) pada
Window Control Panel seperti gambar di bawah. Untuk menampilkan kedua aplikasi
tersebut klik dua kali pada ikonnya.
Gambar 22. Ikon BDE Administrator dan Interbase Manager pada Control Panel
2.3.2. Instalasi Komputer Client
Instalasi komputer Client dilakukan dengan memilih atau men”check” Instal
Komputer Client kemudian mengklik tombol Next. Tampilan installshield Wizard
akan muncul mengambil alih proses instalasi. Lanjutkan sampai klik tombol Finish.
Model Sistem Pangkalan data dan SIG Bidang Irigasi
18
Pusat Litbang Sumber Daya Air
Gambar 23. Instalasi Komputer Client
Selanjutnya Instal Interbase Client dari CD Installer. Buka folder IB7 pilih win32 pilih
Setup.exe. Langkah-langkah install sama dengan intall Interbase Server, hanya pada
saat tampil jendela “Select Component” Pilih Client Only Installation.
Gambar 24. Instalasi Komputer Client
Model Sistem Pangkalan data dan SIG Bidang Irigasi
19
Pusat Litbang Sumber Daya Air
Langkah berikutnya salin socket server (scktsrvr.exe) dari CD installer ke folder Start
Up di komputer dan aktifkan dengan klik dua kali sehingga muncul icon di taskbar.
Analisa data pada kegiatan ini ditekankan pada perubahan luas daerah irigasi baik
dalam bentuk penambahan aeal baru (pengembangan jaringan irigasi) maupun penyusutan
Daerah irigasi (alih fungsi lahan irigasi). Untuk mengetahui data tersebut, maka perlu
dilakukan input data kedalam software. Proses inputing data dilakukan pada software
Sistem Informasi Data Dasar Irigasi (SIDDI) melalui beberapa tahapan input data yaitu:
a. Rekapitulasi Data Bangunan dan Panjang saluran dari skema jaringan dan skema
bangunan irigasi.
b. Pengelompokan data.
c. Analisa data alih fungsi luasan irigasi.
Beberapa jendela yang perlu dilakukan inputing data untuk pembaharuan data
irigasi dapat digambarkan dalam gambar 4.1 sampai dengan 4.5.
a. Informasi Umum
Data identitas daerah irigasi mencakup: Nama Daerah Irigasi, Kabupaten, Kecamatan,
desa/sungai/sumber air, Jumlah P3A, Jumlah Anggota P3A, Status dan Kondisi P3A,
Wilayah Sungai, Kategori DI, dan Luas Baku.
.
Gambar 4.1. Identitas Daerah Irigasi
Model Sistem Pangkalan data dan SIG Bidang Irigasi
20
Pusat Litbang Sumber Daya Air
Gambar 4.2. Tampilan Data setelah Proses input
b. Operasi dan Pemeliharaan
Data Operasi dan Pemeliharaan pada bangunan dan saluran di input berdasarkan data
lapangan yang merupakan hasil pelaksanaan kegiatan TP-OP di tingkat Provinsi.
Adapun tampilan jendela input disajikan dalam gambar 4.3.
Gambar 4.3. Operasi dan Pemeliharaan Bangunan pada Saluran Induk
Model Sistem Pangkalan data dan SIG Bidang Irigasi
21
Pusat Litbang Sumber Daya Air
Gambar 4.4. Tampilan Rekapitulasi OP pada Saluran Induk
c. Pengelompokan Data
Pengelompakan data dilakukan untuk mempermudah inpting data. Data yang
diinput merupakan data kewenangan pusat (>3000 ha).
Gambar 4.5. Pengelompokan Data
3.2. Data Irigasi
Luas Lahan sawah irigasi dari tahun ketahun semakin berkurang, sedangkan
kebutuhan akan pangan semakin meningkat. Berdasarkan data BPS tahun 2010, diketahui
Model Sistem Pangkalan data dan SIG Bidang Irigasi
Pusat Litbang Sumber Daya Air
bahwa Indonesia memiliki total areal sawah seluas
diantaranya (7,23 juta Ha; 76%) merupakan sawah beririgasi, yang memberikan
sumbangan terhadap 85% produksi padi nasional 2009 dan 2010 (BPS, ATAP). Sisanya
adalah sawah rawa pasang surut (488,852 Ha
JIAT (92,090 Ha ; 1%) dan areal lainnya seperti sawah tadah hujan, sawah irigasi desa, dan
ladang (1,473,810 Ha ; 16%).
Kondisi jaringan irigasi pada berbagai daerah di Indonesia rusak dan
berfungsi sebelum umur layanan. Operasi dan pemeliharaan irigasi belum menunjukan
kualitas pelayanan air irigasi yang adil dan merata. Dengan kondisi ini, memunculkan
pertanyaan mendasar bagaimana sesungguhnya operasi dan pemeliharaan irigasi
dimonitor dan dievaluasi (Supadi, 2009). Prosentase kondisi kerusakan jaringan irigasi di
Indonesia dapat digambarkan seperti dibawah ini.
Gambar 25. Kondisi Jaringan Irigasi di Indonesia
Sumber: Direktorat Irigasi dan Rawa, Direktorat Jenderal SDA
Warna Kode Indikator*
: Kondisi Baik Level of Service
: Kondisi Rusak Ringan Level of Service
: Kondisi Rusak Sedang Level of Service
: Kondisi Rusak Berat Level of Service
*Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 32/PRT/M/2007 tentang Pedoman Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi
Bidang Irigasi
22
bahwa Indonesia memiliki total areal sawah seluas 9.45 juta Ha. Sebagian besar
) merupakan sawah beririgasi, yang memberikan
sumbangan terhadap 85% produksi padi nasional 2009 dan 2010 (BPS, ATAP). Sisanya
488,852 Ha ; 5%), sawah rawa lebak (171,994 Ha ; 2%),
) dan areal lainnya seperti sawah tadah hujan, sawah irigasi desa, dan
Kondisi jaringan irigasi pada berbagai daerah di Indonesia rusak dan kurang
berfungsi sebelum umur layanan. Operasi dan pemeliharaan irigasi belum menunjukan
kualitas pelayanan air irigasi yang adil dan merata. Dengan kondisi ini, memunculkan
pertanyaan mendasar bagaimana sesungguhnya operasi dan pemeliharaan irigasi
itor dan dievaluasi (Supadi, 2009). Prosentase kondisi kerusakan jaringan irigasi di
Indonesia dapat digambarkan seperti dibawah ini.
Gambar 25. Kondisi Jaringan Irigasi di Indonesia
Sumber: Direktorat Irigasi dan Rawa, Direktorat Jenderal SDA
Indikator*Rata - Rata
IP
Target IP setelah
Rehabilitasi
Level of Service ≥90% 1.6 1.6
Level of Service 80% - 90% 1.5 - 1.6 1.6
Level of Service 60% - 79% 1.4 - 1.5 1.6
Level of Service <60% 1.2 1.6
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 32/PRT/M/2007 tentang Pedoman Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi
Model Sistem Pangkalan data dan SIG Bidang Irigasi
Pusat Litbang Sumber Daya Air
Irigasi menjadi pendukung keberhasilan pembangunan pertanian dan merupakan
kebijakan Pemerintah yang sangat strategis dalam pertumbuhan perekonomian nasional
guna mempertahankan produksi swasembada beras dan Ketahanan Pangan Nasional.
Dukungan Kementerian Pekerjaan Umum terhadap program pemerintah Surplus
beras 10 juta ton pada tahun 2014 salah satunya menitikberatkan terhadap faktor
penyediaan air irigasinya, dalam hal ini sangat erat kaitannya dengan penyiapan sarana
dan prasarana irigasi yang efektif dan efisie
memerlukan perbaikan (rehabilitasi) pada tahun 2007 mencapai 44,78% baik rusak karena
umur bangunannya sendiri maupun karena faktor bencana alam yang terjadi. Data
ini tentunya perlu di update secara terus
pentingnya peranan penyediaan data bagi terlaksananya program pemerintah.
Gambar 26. Kondisi Jaringan Irigasi di Indonesia
Sumber: Direktorat Irigasi dan Rawa, Direktorat Jenderal SDA
Gambar 27. Kondisi Jaringan Irigasi di Indonesia dari Tahun ke Tahun
Bidang Irigasi
23
menjadi pendukung keberhasilan pembangunan pertanian dan merupakan
kebijakan Pemerintah yang sangat strategis dalam pertumbuhan perekonomian nasional
guna mempertahankan produksi swasembada beras dan Ketahanan Pangan Nasional.
an Umum terhadap program pemerintah Surplus
beras 10 juta ton pada tahun 2014 salah satunya menitikberatkan terhadap faktor
penyediaan air irigasinya, dalam hal ini sangat erat kaitannya dengan penyiapan sarana
dan prasarana irigasi yang efektif dan efisien. Kondisi jaringan irigsi yang rusak dan
memerlukan perbaikan (rehabilitasi) pada tahun 2007 mencapai 44,78% baik rusak karena
umur bangunannya sendiri maupun karena faktor bencana alam yang terjadi. Data-data
ini tentunya perlu di update secara terus-menerus dan konsisten mengingat sangat
pentingnya peranan penyediaan data bagi terlaksananya program pemerintah.
. Kondisi Jaringan Irigasi di Indonesia
Sumber: Direktorat Irigasi dan Rawa, Direktorat Jenderal SDA
Kondisi Jaringan Irigasi di Indonesia dari Tahun ke Tahun
Model Sistem Pangkalan data dan SIG Bidang Irigasi
24
Pusat Litbang Sumber Daya Air
Pengembangan luas lahan irigasi menjadi salah satu jalan untuk pemenuhan
kebutuhan pangan tersebut. Pengembangan jaringan irigasi disuatu daerah menjadi sangat
penting dalam menekan jumlah kebutuhan yang semakin tinggi. Lahan pengembangan
irigasi tersebut haruslah ditinjau dengan matang sesuai dengan kesesuaian maupun
dengan peraturan yang ada. Pengembangan irigasi sebagai lahan pertanian merupakan
infrastruktur utama yang dapat dimanfaatkan dalam meningkatkan produksi padi nasional
dalam rangka mendukung program ketahanan pangan.
Data perencanaan pengembangan irigasi sangat diperlukan untuk meninjau
peruntukan pengembangan lahan irigasi. Data menjadi sangat kompleks ketika desain
pengembangan jaringan irigasi disusun. Data tersebut mejadi acuan dalam pengembangan
jaringan irigasi yang akan dilakukan, bahkan data menjadi hal yang mutlak dalam
penyusunan rencana pengembangan jaringan irigasi.
Menurut data dari direktorat Irigasi, total potensi pengembangan irigasi di
Indonesia sampai tahun 2020 adalah 10.862.000 ha dengan potensi pengembangan tiap
wilayah adalah sebagai berikut:
1. potensi pengembangan irigasi di Sumatera sebesar 3.972.000 ha,
2. potensi pengembangan irigasi di Kalimantan sebesar 3.693.000 ha
3. potensi pengembangan irigasi di Sulawesi sebesar 524.000 ha
4. potensi pengembangan irigasi di Maluku dan Papua sebesar 2.521.000 ha
5. potensi pengembangan irigasi di Jawa sebesar 62.000 Ha
6. potensi pengembangan irigasi di Bali dan NTT sebesar 90.000 ha
Pangkalan Data dan Sistem Informasi Geografis bidang Irigasi sangat ditentukan
oleh keberadaan data dan updating data bidang irigasi, hasil pengumpulan data yang
telah dilakukan kemudian dihitung dan dikelompokkan kedalam sub menu yang tedapat
dalam Software Sistem Informasi Data Dasar Irigasi (SIDDI). Sejauh ini data yang telah
dikelompokkan berdasarkan keberadaan bangunan, saluran dan sumber air irigasi. Data
tersebut terlebih dahulu akan dibandingkan dengan Kepmen PU Nomor
390/KPTS/M/2007 yang direvisi pada tahun 2010 dengan penyusutan luas daerah irigasi
± 200.000 ha dari luasan semula 7.469.796 ha menjadi 7.230.183 Ha.
Berdasarkan data tersebut penyusutan luasan lahan irigasi yang ada akan
dianalisa apakah termasuk kedalam alih fungsi lahan irigasi. Analisa dilakukan
berdasarkan data yang ada. Data disusun dalam bentuk tabel yang menyajikan luasan
daerah irigasi berdasarkan Kepmen PU No. 390/KPTS/M/2007 dengan luasan usulan
perubahan berdasarkan hasil pengumpulan data irigasi di BWS/BBWS/Balai PSDA
Provinsi/Dinas Pekerjaan Umum. Nilai yang didapat berupa alih fungsi lahan irigasi
tersebut selanjutnya akan diserahkan kepada Direktorat Jenderal Sumber Daya Air untuk
bahan revisi Kepmen tersebut.
a. BBWS Sumatera VIII.
Wilayah kerja Wilayah Sungai Sumatera VIII meliputi provinsi Sumatera Selatan
dan Provinsi Bangka Belitung. Wilah Sungai Sumatera VIII terdiri dari 5 Wilayah Sungai
yaitu:
1. WS Musi, WS Sugihan,
2. WS Banyuasin,
Model Sistem Pangkalan data dan SIG Bidang Irigasi
25
Pusat Litbang Sumber Daya Air
3. WS P. Bangka
4. WS P. Belitung.
Berdasarkan kewenangannnya, BBWS Sumatera VIII mengelola 13 Daerah Irigasi
kewenangan pusat (>3000 ha).
Tabel 1. Luas aerah Irigasi Kewenangan Pusat di BWS Sumatera VIII
Usulan Perubahan Kepmen PU No.390 (Ha) Indeks
Kinerja
(%) No
Nama Daerah
Irigasi
Luas
(Ha) Nama Daerah Irigasi Luas (Ha)
1 Komering 64.854 Komering Selatan / Way
Komering
67.828 55.00
2 Kelingi Tugu Mulyo 10.163 Kelingi Tugu Mulyo 10.163 55.00
3 Muara Riben 6.658 Muara Riben 6.658 56.53
4 Lematang Kanan 5.750 Lematang Kanan 5.750 55.00
5 Air Mulak 3.500 Air Mulak 3.500 55.00
6 Masam Balau 3.000 Masam Balau 3.000 55.00
7 Air Keruh 3.500 Air Keruh 3.500 55.02
8 Air Lintang Kanan 5.400 Air Lintang Kanan 5.400 55.89
9 Air Gegas 3.845 Air Gegas 3.845 60.50
10 Selangis/Jemair 3.000 Selangis/Jemair 3.000 67.42
11 Belitang 20.968 Belitang 20.968
12 Komering Utara 18.077
13 Komering Selatan 18.443
12 Muncak Kabau 7.370 Muncak Kabau 7.370
13 Lakitan 13.950 Lakitan 13.950
TOTAL LUAS 151.958 191.452
Berdasarkan data luasan daerah irigasi yang disajikan dalam tabel 1 dapat
dievaluasi bahwa data luasan Daerah Irigasi yang telah ditetapkan dalam Kepmen PU
Nomor 390/KPTS/M/2007 terdapat beberapa Daerah Irigasi yang tidak sesuai dengan
kondisi yang ada di lapangan (pengelolaan BWS Sumatera VIII). Adapun beberapa
catatan yang dapat dijadikan masukan perubahan kepada direktorat Irigasi dan Rawa
adalah sebagai berikut:
1. Luas Daerah Irigasi kewenangan pusat yang yang menjadi tanggung jawab
pengelolaan oleh BWS Sumatera II adalah 151.958 ha.
2. Dari total luasan Daerah Irigasi Kewenangan pusat (>3000 ha) terdapat selisih luasan
sebesar 39.494 ha.
3. Daerah Irigasi yang tidak sesuai dengan di lapangan yaitu Daerah Irigasi Komering
dengan Luas 64.854 ha, berdasarkan Kepmen 390/KPTS/M/2007 Daerah Irigasi
Komering/Way Komering mempunyai luas 67.828 ha yang merupakan daerah
irigasi lintas provinsi Sumatera Selatan (Kab. OKU Timur) dan Lampung (Kab. Way
Kanan). Selain itu, didalam Kepmen PU Nomor 390/KPTS/M/2007 menyebutkan
bahwa terdapat DI Komering Utara seluas 18.077 ha dan DI Komering Selatan
seluas 18443 ha, dimana Daerah Irigasi tersebut dilapangan merupakan satu
daerah irigasi seluas 64.854 ha.
Berdasarkan 3 catatan tersebut maka perlu penyesuaian terhadap Nama dan Luasan
Daerah Irigasi sebagai bahan masukan dalam revisi Nama dan Luas Daerah Irigasi.
Model Sistem Pangkalan data dan SIG Bidang Irigasi
26
Pusat Litbang Sumber Daya Air
b. BWS Sumatera II.
Wilayah kerja BWS Sumatera Utara meliputi Provinsi Sumatera Utara. Wilayah
sungai yang menjadi kewenangan pengelolaan pada BWS Sumatera II adalah:
1. WS Batang Natal – Batang Batahan,
2. WS Belawan - Ular – Padang,
3. WS Toba – Asahan,
4. WS Batang Angkola – Batang Gadis.
5. WS Alas Singkil.
6. WS Mampu – Besitang,
7. WS Bah Bolon,
8. WS Barumun Kualuh,
9. WS Pulau Nias
10. WS Sibundong – Batang Toru.
Berdasarkan Kewenangan Pengelolaannya, BWS Sumatera II mempunyai 13 Daerah
Irigasi Kewenangan Pusat. Data disajikan dalam tabel 2.
Tabel 2. Luas Daerah Irigasi Kewenangan Pusat di BWS Sumatera II
Usulan Perubahan Kepmen PU No.390 (Ha) Indeks
Kinerja (%) No
Nama Daerah
Irigasi Luas (Ha)
Nama Daerah
Irigasi Luas (Ha)
1 Namu Sira-sira 6.300 Namu Sira-
sira/Paya Sordang
6.300
59.70
2 Paya Sordang 4.350 Paya Sordang 4.350 60.16
3 Bandar Sidoras 3.017 Bandar Sidoras 3.017 65.45
4 Sungai Ular 18.500 72.40
5 Perbaungan 5.920 Perbaungan 5.920 56.34
6 Sei Buluh 4.020 Sei Buluh 4.020 66.33
7 Belutu 5.082 Belutu 5.082 61.40
8 Kerasaan 5.000 Kerasaan 5.000 73.07
9 Bah Bolon 10.500 72.75
10 Silau Bondo 3.231 Silau Bondo 3.231
11 Batang Ilung 4.194 Batang Ilung 4.194 55.31
12 Batang Angkola 7.200
13 Batang Gadis 6.628 Batang Gadis 6.628 64.95
14 Bulung Ihit 3.300 Bulung Ihit 3.300
Perkotaan 3.457
TOTAL LUAS 87.242 54.499
Evaluasi dilakukan terhadap data luasan Daerah Irigasi berdasarkan Kepmen PU
Nomor 390/KPTS/M/2007 dengan data yang ada di lapangan yang disajikan dalam
tabel 2Berdasarkan evaluasi yang dilakukan, terdapat Data luasan Daerah Irigasi yang
telah ditetapkan dalam Kepmen PU Nomor 390/KPTS/M/2007 yang tidak sesuai dengan
kondisi yang ada di lapangan. Adapun beberapa catatan yang dapat dijadikan masukan
perubahan kepada direktorat Irigasi dan Rawa adalah sebagai berikut:
1. Sesuai dengan data lapangan di BWS Sumatera II bahwa daerah irigasi kewenangan
pusat yang dikelola oleh BWS Sumatera II adalah 87.242 ha.
Model Sistem Pangkalan data dan SIG Bidang Irigasi
27
Pusat Litbang Sumber Daya Air
2. Dari total luasan Daerah Irigasi Kewenangan pusat (>3000 ha) di BWS Sumatera II
terdapat selisih luasan sebesar 32.743 ha.
3. Selisih Luasan Tersebut merupakan data daerah irigasi yang tidak tercantum dalam
Kepmen PU Nomor 390/KPTS/M/2007, yaitu DI Sei Ular seluas 18.500 ha dan DI
Batang Angkola seluas 7.200 Ha.
4. Terdapat 1 Daerah Irigasi yang tertera dalam Kepmen PU Nomor 390/KPTS/M/2007
namun tidak tertera dalam data daerah irigasi di lapangan (Kewenangan BWS
Sumatera II) yaitu DI Perkotaan dengan Luas 3.457.
Berdasarkan 4 catatan tersebut maka perlu penyesuaian terhadap Nama dan
Luasan Daerah Irigasi sebagai bahan masukan dalam revisi Nama dan Luas Daerah
Irigasi.
c. BWS Sumatera I.
Wilayah kerja BWS Sumatera I meliputi 5 Wilayah Sungai yaitu WS Krueng
Meureudo – Baro, WS Krueng Jambo Aye, WS Woyla – Seunangan, WS Tripa – Batee,
WS Alas Singkil dan WS Krueng. Terdapat 18 Daerah Irigasi kewenangan pusat yang
menjadi pengelolaan BWS Sumatera I yang disajikan dalam tabel 3.
Tabel 3.Luas Daerah Irigasi Kewenangan Pusat di BWS Sumatera I
Usulan Perubahan tahun 2012 Kepmen PU No.390 tahun 2007 Indeks
Kinerja
(%) No Nama Daerah Irigasi Luas (Ha) Nama Daerah Irigasi Luas (Ha)
1 Jambo Aye Langkahan 19.473 Jambo Aye Langkahan 19.360 63.45
2 Krueng Tiro 6.924
3 Krueng Jreu/Keuliling 8.077 Krueng Jreu/Keuliling 8.077 59.50
4 Krueng Aceh/Leubok 7.884 Krueng Aceh/Leubok 7.884 70.05
5 Pante Lhong 6.562 Pante Lhong 6.562 65.76
6 Paya Nie 3.121 Paya Nie 3.121 60.80
7 Alue Ubay 4.144 Alue Ubay 4.141
8 Krueng Pase 8.922 Krueng Pase 8.791 58.40
9 Datar Diana 1.700 Datar Diana 3.200
10 Jeuram 7.499 Jeuram 12.446 61.50
11 Krueng Tripa 17.000 Krueng Tripa 17.000
12 Susoh 5.966 Susoh 5.793 57.90
13 Lawe Alas/Kuta Cane
Lama
15.000 Kuta Cane Lama 5.425
14 Baroraya 12.194 Baroraya 19.118 62.81
15 Gunung Pudung 5.250
16 Lhok Guci 18.542 56.50
17 Tamiang 5.000
18 Peureulak 5.000
TOTAL LUAS 158.258 120.918
Berdasarkan data luasan daerah irigasi yang disajikan dalam tabel 5.19 dapat
dievaluasi bahwa data luasan Daerah Irigasi yang telah ditetapkan dalam Kepmen PU
Nomor 390/KPTS/M/2007 terdapat beberapa Daerah Irigasi yang tidak sesuai dengan
kondisi yang ada di lapangan (pengelolaan BWS Sumatera I). Adapun beberapa catatan
Model Sistem Pangkalan data dan SIG Bidang Irigasi
28
Pusat Litbang Sumber Daya Air
yang dapat dijadikan masukan perubahan kepada direktorat Irigasi dan Rawa adalah
sebagai berikut:
1. Sesuai dengan data lapangan di BWS Sumatera I bahwa daerah irigasi kewenangan
pusat yang dikelola oleh BWS Sumatera I adalah 158.258 ha.
2. Dari total luasan Daerah Irigasi Kewenangan pusat (>3000 ha) di BWS Sumatera I
terdapat selisih luasan sebesar 37.340 ha.
3. Selisih Luasan Tersebut merupakan data daerah irigasi yang tidak tercantum dalam
Kepmen PU Nomor 390/KPTS/M/2007, yaitu DI Krueng Tiro dengan Luas 6.924 ha,
DI Gunung Pudung seluas 5.250 ha, DI Lhok Guci seluas 18.542 ha, DI Tamiang
seluas 5.000 ha dan DI Peureulak dengan luas 5.000 ha, data tersebut menjadi
catatan perubahan untuk usulan dalam perubahan data Kepmen PU No.
390/KPTS/M/2007.
4. Adanya penambahan luas areal daerah irigasi Jambo Aye Langkahan seluas 113 ha,
DI Alue Ubay seluas 3 ha, DI Krueng Pase seluas 131 ha, DI Susoh seluas 173 ha, DI
Lawe Alas/Kuta Cane Lama dari 5.425 ha menjadi 15.000 ha (9.575 ha).
5. Adanya Alih Fungsi lahan (pengurangan data luasan DI) pada DI Datar Diana dari
3.200 ha menjadi 1.700 ha (1.500 ha), DIJeuram dari 12.446 menjadi 7.499 ha
(4.967 ha), DI Baroraya dari 19.118 ha menjadi 12.194 ha (6924 ha).
Berdasarkan 5 catatan tersebut maka perlu dilakukan koreksi terhadap Nama
dan Luasan Daerah Irigasi sebagai bahan masukan dalam revisi Nama dan Luas Daerah
Irigasi.
d. BWS Sumatera III
Data yang diperoleh di BWS Sumatera III (Riau) berupa inventarisasi data Luasan
daerah Pengairan, dari data tersebut diperoleh luas Derah Irigasi yang menjadi
kewenangan BWS Sumatera III yang menjadi kewenangan provinsi sebesar 7.157 ha.
Adapun data yang diperoleh tersebut disajikan dalam Tabel 4, sedangkan Wilayah kerja
Balai WS Sumatera 3 berada di Provinsi Riau, meliputi:
1. WS Rokan (lintas Provinsi Riau, Sumatra Barat dan Sumatera Utara),
2. WS Kampar (lintas Provinsi Riau dan Sumatra Barat),
3. WS Siak.
4. WS Indragiri (linta Provinsi Riau dan Sumatera Barat),
5. WS Reteh dan
6. WS Bengkalis-Rupat.
Tabel 4. Luas Daerah Irigasi Kewenangan Pusat di BWS Sumatera III
No Daerah Irigasi Luas (Ha) Lokasi Indeks Kinerja
(%)
1 Uwai Pangoan 1.029 Kampar 63.82
2 Sei Tibun Patapahan 1.105 Kampar 67.53
3 Sei Sirah 1.203 Kampar 70.43
4 Sei Paku 1.123 Kampar 67.92
5 Bancah Labi Sei 1.063 Kampar 55.00
6 Kaiti Samo 1.634 Rokan Hulu 68.88
TOTAL 7.157
Model Sistem Pangkalan data dan SIG Bidang Irigasi
29
Pusat Litbang Sumber Daya Air
e. BWS Sumatera V.
Total Luas Daerah irigasi yang menjadi kewenangan pusat di BWS Sumatera V,
Padang adalah 73.066 ha. Balai Wilayah Sungai Sumatera V dengan wilayah kerja 1 WS
yaitu WS Anai-Kuranji-Arau-Mangau-Antokan (Akuaman), dan 2 Wilayah Sungai
kewenangan Provinsi yaitu WS Silaut Tarusan, WS Masang-Pasaman, serta 1 WS
kewenangan Kabupaten yaitu WS P. Siberut-Pagai-Sipora (Kepulauan Mentawai).
Evaluasi dilakukan terhadap data luasan Daerah Irigasi berdasarkan Kepmen PU
Nomor 390/KPTS/M/2007 dengan data yang ada di lapangan yang disajikan dalam
tabel 5.
Tabel 5. Data Luas Daerah Irigasi Kewenangan Pusat di BWS Sumatera V.
Usulan Perubahan Kepmen PU No.390 tahun 2007 Indeks
Kinerja
(%) No Nama Daerah Irigasi
Luas
(Ha) Nama Daerah Irigasi Luas (Ha)
1 Pantai Rao 8.300 Pantai Rao 8.300 76.00
2 Batang Tongar 6.644 Batang Tongar 6.644 74.00
3 Batang Batahan 6.246 Batahan 6.246 66.00
4 Batang Anai 13.604 BAtang Anai 13.604 76.00
5 Antokan 4.200 Antokan 4.200 74.00
6 Batang Indrapura 6.040 Batang Indrapura 6.040 63.5
7 Malapang Ampang Tulak 3.000 Malapang Ampang Tulak 3.000 72.50
8 Batang Bayang 6.000 Batang Bayang 6.500 68.20
9 Lunang Tanjung Jati 6.113 Lunang Tanjung Jati 6.113 55.00
10 Batang Palangki 4.300 Batang Palangki 4.300
11 Sinarmar 3.000 Batang Sinamar 3.000
12 Kawasan Ubo 5.616
TOTAL LUAS 73.063 67.947
Berdasarkan evaluasi yang dilakukan, terdapat Data luasan Daerah Irigasi yang
tidak sesuai antara Kepmen PU Nomor 390/KPTS/M/2007 dengan kondisi yang ada di
lapangan. Adapun beberapa catatan yang dapat dijadikan masukan perubahan kepada
direktorat Irigasi dan Rawa adalah sebagai berikut:
1. Dari total luasan Daerah Irigasi Kewenangan pusat (>3000 ha) di BWS Sumatera V
bahwa terdapat selisih luasan sebesar 5616 Ha.
2. Terdapat 1 Daerah Irigasi yang tidak tercantum dalam Kepmen PU Nomor
390/KPTS/M/2007 namun daerah irigasi terbut di lapangan menjadi kewenangan
pemerintah pusat yaitu DI Kawasan Ubo seluas 5.616 Ha.
Berdasarkan 2 catatan tersebut maka perlu penyesuaian terhadap Nama dan Luasan
Daerah Irigasi sebagai bahan masukan dalam revisi Nama dan Luas Daerah Irigasi dalam
Kepmen PU Nomor 390/KPTS/M/2007.
f. BWS Sumatera VII.
Wilayah kerja BWS Sumatera VII meliputi 2 wilayah sungai yaitu WS
Temarang dan WS Nasal. Mempunyai 5 daerah irigasi kewenangan pusat seluas 32.694
ha, data luasan daerah irigasi di Provinsi Bengkulu disajikan dalam tabel 5.6..
Model Sistem Pangkalan data dan SIG Bidang Irigasi
30
Pusat Litbang Sumber Daya Air
Adapun cakupan wilayah sungai yang berada pada Balai Wilayah Sungai Sumatera
VII yaitu:
1. WS Teramang - Ipuh meliputi 8 DAS yaitu :DAS Teramang, DAS Ipuh, DAS Retak,
DAS Buluh, DAS Selagan, DAS Bantal, DAS Dikit, DAS Manjuto.
2. WS Nasal – Padang Guci meliputi 10 DAS yaitu :DAS Air Nasal, DAS Air Sambat,
DAS Air Tetap, DAS Air Luas, DAS Air Kinal, DAS Air Padang Guci, DAS Air Sulau,
DAS Air Kedurang, DAS Air Bengkenang, DAS Air Manna.
Evaluasi dilakukan terhadap data luasan Daerah Irigasi berdasarkan Kepmen PU
Nomor 390/KPTS/M/2007 dengan data yang ada di BWS Sumatera VII yang disajikan
dalam tabel 6.
Tabel 6. Data Luas Daerah Irigasi di BWS Sumatera VII.
Usulan Perubahan Kepmen PU No.390 (Ha) Indeks
Kinerja
(%) No Nama Daerah Irigasi Luas (Ha) Nama Daerah Irigasi Luas (Ha)
1 Muko-Muko Kanan -Kiri 11.979 Muko-muko Kanan 6.600 70
2 Air Lais Kuro Tidur 7.053 Air Lais Kuro Tidur 5.936 69.10
3 Air Seluma 7.496 Air Seluma 7.496 70.15
4 Air Ketahun 3.050 Air Majunto kiri 7.060 60.70
5 Air Nipis Seginim 3.116 Air Nipis Seginim 3.116 64.80
TOTAL 32.694 30.208
Berdasarkan evaluasi yang dilakukan, terdapat Data luasan Daerah Irigasi yang
tidak sesuai antara Kepmen PU Nomor 390/KPTS/M/2007 dengan kondisi yang ada di
lapangan. Adapun beberapa catatan yang dapat dijadikan masukan perubahan kepada
direktorat Irigasi dan Rawa adalah sebagai berikut:
1. Dari total luasan Daerah Irigasi Kewenangan pusat (>3000 ha) terdapat selisih luasan
antara Kepmen PU Nomor 390/KPTS/M/2007 dengan kondisi yang ada di lapangan
sebesar 2468 Ha.
2. Selisih luasan tersebut dikarenakan terdapat 2 Daerah Irigasi yang luasannya tidak
sesuai antara Kepmen PU Nomor 390/KPTS/M/2007 dengan daerah irigasi di
lapangan, daerah irigasi tersebut mengalami pengembangan atau penambahan
luasan yaitu DI Muko-Muko Kanan, di Kepmen PU Nomor 390/KPTS/M/2007
mempunyai luas 6.600 ha mengalami pengembangan luas sebesar 5.379 ha menjadi
seluas 11.979 ha dan Daerah Irigasi Air Lais Kuro Tidur pada Kepmen PU Nomor
390/KPTS/M/2007 seluas 5936 ha, padahal luasan sebenarnya di lapangan adalah
7.053 ha mengalami penambahan luas sebesar 1117 ha.
3. Terdapat 1 daerah irigasi yang mengalami alih fungsi lahan 4.010 ha dari 7.060 ha
pada Kepmen PU Nomor 390/KPTS/M/2007, sedangkan kondisi yang ada di
lapangan seluas 3.050 ha.
Berdasarkan 3 catatan tersebut maka perlu penyesuaian terhadap Nama dan
Luasan Daerah Irigasi sebagai bahan masukan dalam revisi Nama dan Luas Daerah
Irigasi dalam Kepmen PU Nomor 390/KPTS/M/2007.
Model Sistem Pangkalan data dan SIG Bidang Irigasi
31
Pusat Litbang Sumber Daya Air
g. BWS Kalimantan II.
Wilayah Kerja Balai Wilayah Sungai Kalimantan II meliputi Provinsi Kalimantan
Tengah dan Kalimantan Selatan. Wilayah Sungai yang menjadi kewenangan
pengelolaan BWS Kalimantan II yaitu; WS Barito Kapuas, WS Kahayan, Cengal Batulicin,
WS Pulau Laut, WS Ketingan dan WS Mentaya.
BWS Kalimantam II mempunyai 7 Daerah Irigasi dengan Luas 38.561 ha yang
berada pada Wilayah Sungai Barito. Adapun data dearah irigasi yang menjadi
kewenangan pusat di BWS Kalimantan II disajikan dalam tabel 7.
Evaluasi dilakukan terhadap data luasan Daerah Irigasi berdasarkan Kepmen PU
Nomor 390/KPTS/M/2007 dengan data yang ada di BWS Kalimantan II yang disajikan
dalam tabel 7.
Tabel 7. Data Luas Daerah Irigasi di BWS Kalimantan II.
Usulan Perubahan Kepmen PU No.390 (Ha) Indeks
Kinerja
(%) No Nama Daerah Irigasi Luas (Ha) Nama Daerah Irigasi Luas (Ha)
1 Riam Kanan 6.000 Riam Kanan 6.000 76.61
2 Tapin 3.471 Tapin 5.472 75.65
3 Alabio 6.000 - - 70.17
3 Telaga Langsat 3.018 Telaga Langsat 3.018 72.19
4 Amandit 5.472 - - -
5 Batu Licin 3.000 Batu Licin 3.000 -
6 Sungai Bungur 3.600 Sungai Bungur 3.600 -
7 Batang Alai 8.000 -
TOTAL 38.561 21.090
Berdasarkan evaluasi yang dilakukan, terdapat Data luasan Daerah Irigasi yang
tidak sesuai antara Kepmen PU Nomor 390/KPTS/M/2007 dengan kondisi yang ada di
lapangan. Adapun beberapa catatan yang dapat dijadikan masukan perubahan kepada
direktorat Irigasi dan Rawa adalah sebagai berikut:
1. Dari total luasan Daerah Irigasi Kewenangan pusat (>3000 ha) terdapat selisih
luasan antara Kepmen PU Nomor 390/KPTS/M/2007 dengan kondisi yang ada di
lapangan sebesar 17.471 Ha.
2. Selisih luasan daearah irigasi antara Kepmen PU Nomor 390/KPTS/M/2007 dengan
kondisi yang ada di lapangan tersebut diantaranya adalah adanya 3 daerah irigasi
yang ada di lapangan namun tidak tercantum dalam Kepmen PU Nomor
390/KPTS/M/2007 yaitu DI Alabio seluas 6.000 ha DI Amandit seluas 5.472 ha dan DI
Batang Alai seluas 8.000 ha.
3. Perubahan luasan yang disebabkan alih fungsi (penurunan luasan lahan irigasi)
seluas 2.001 ha yaitu daerah irigasi Tapin yang mempunyai luas 3.471 ha di
lapangan sedangkan yang tercantum dalam Kepmen PU No. 390/KPTS/M/2007
adalah 5.472 ha.
Berdasarkan 3 catatan tersebut maka perlu penyesuaian terhadap Nama dan
Luasan Daerah Irigasi sebagai bahan masukan dalam revisi Nama dan Luas Daerah
Irigasi dalam Kepmen PU Nomor 390/KPTS/M/2007.
Model Sistem Pangkalan data dan SIG Bidang Irigasi
32
Pusat Litbang Sumber Daya Air
h. BWS Kalimantan I.
Wilayah Kerja Balai Wilayah Sungai Kalimantan I berada pada Provinsi
Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah yang meliputi 5 Wilayah Sungai, yaitu:
2. Wilayah Sungai Kapuas
3. Wilayah Sungai Mempawah
4. Wilayah Sungai Jelai Kendawangan
5. Wilayah Sungai Pawan
6. Wilayah Sungai Sambas
Terdapat 5 Daerah irigasi yang menjadi kewenangan pusat pada BWS
Kalimantan Barat dimana perencanaan pengembangannya dimulai pada tahun 2011.
Adapun status pengembangan daerah irigasi di BWS Kalimantan Barat disajikan dalam
tabel 8.
Daerah Irigasi kewenangan pusat yang menjadi tanggungjawab pengelolaan
BWS Kalimantan I adalah 5 Daerah Irigasi yang tercantum dalam tabel 8. Kelima Daerah
Irigasi tersebut merupakan daerah irigasi baru yang merupakan pengembangan daerah
irigasi menjadi 1 sistem jaringan irigasi.
Tabel 8. Data Luas Daerah Irigasi di BWS Kalimantan I.
No Nama DI Luas (Ha) Lokasi Status
1 DI Sanggau Ledo 6.500 Kab. Bengkayang Uji Amdal (2012)
2 DI Nanga Kalis 6.000 Kab. Kapuas Hulu Detail Desain (2012)
3 DI Sebangki 3.000 Kab. Landak Feasibility Study (2011)
4 DI Mentebah 3.037 Kab. Kapuas Hulu Detail Desain (2012)
5 DI Sambe 3.000 Kab. Landak Feasibility Study (2011)
TOTAL 21.537
DI Sanggau Ledo
Daerah Irigasi Sanggau Ledo yang terletak di Kabupaten Bengkayang merupakan salah satu
kawasan yang diperuntukkan untuk pengembangan areal/lahan pertanian, dimana luas
potensial yang ada diperkirakan mencapai 6500 Ha. Sebagian lahan telah dibuat jaringan
irigasinya secara teknis seluas 1.451 Ha. Sumber air berasal dari Sungai Pisak, Sungai
Tebudak, Sungai Tahu dan Sungai Ngadan anak sungai dari Sungai Tanggi (anak sungai
Sambas). TA 2008 telah dilakukan “Studi Pontensi Pengembangan DI Sanggau Ledo,
sebagai tindak lanjut studi tersebut TA 2011 BWS Kalimantan I melakukan kegiatan
perencanaan DED Pengembangan DI Sanggau Ledo. Ruang Lingkup pekerjaan DED
Pengembangan DI Sanggau Ledo meliputi:
a. Perencanaan detail desai DI Sanggau Ledo
b. Analisa ketersediaan air
c. Analisa kesuburan tanah
d. Analisa ketersediaan petani
e. Analisa pemasaran hasil produksi dan sarana transportasi yang menghubungkan
ke tempat pemasaran
f. Analisa status lahan
g. Analisa adanya banjir atau genangan
h. Analisa geologi dan mekanika tanah
Model Sistem Pangkalan data dan SIG Bidang Irigasi
33
Pusat Litbang Sumber Daya Air
DI Nanka Kalis
Kabupaten Kapuas Hulu dengan ibukotanya Putussibau dialiri oleh banyak sungai. Salah
satu sungai adalah Sungai Kalis yang bermuara di Sungai Mandai yang merupakan anak
Sungai Kapuas. Jika jaringan irigasi teknis dikembangkan, maka Kabupaten Kapuas Hulu
akan menjadi lumbung beras. Pada TA 2010 Balai Wilayah Sungai Kalimantan I telah
mengkonsultasikan DI Nangakalis kepada Direktorat Jenderal SDA. TA 2011 BWS
Kalimantan I melakukan pekerjaan Studi Kelayakan/Feasibility Study (FS) dan TA 2012 akan
melakukan detail desain DI Nangakalis.
Saat ini sudah ada jaringan irigasi eksisting, yaitu :
a. DI Tanap Putih
b. DI Nanga Danau Bak
c. DI Nanga Danau Kauk
d. DI Hulu Tubuk
e. DI Lubuk Mantuk
f. DI Tekudak
Sungai Kalis mempunyai debit andalan sebaesar 80 terbesar adalah 19,69 m3/dtk dan
terendah 9,13 m3/dtk.
DI Sebangki
Kabupaten Landak banyak dialiri oleh sungai, sungai terbesarnya adalah Sungai Landak
yang bermuara di Sungai Kapuas. Sungai Landak dapat dimanfaatkan untuk memenuhi
kebutuhan air irigasi. Jika jaringan irigasi teknis dikembangkan secara berkesinambungan,
maka kabupaten Landak akan dapat menjadi lumbung padi/beras. Sebelum dilakukan
pekerjaan fisik, maka perlu adanya studi kelayakan/ Feasibility Study (FS) untuk
mengetahui daerah yang layak dibangun. Feasibility Studi meliputi:
a. Perhitungan ketersediaan air dan luas areal yang dapat dilayani (water balance),
dengan memilih lokasi pengambilan yang strategis dan ekonomis
b. Menentukan tipe bangunan pengambilan/ bendung, layout jaringan utama
c. Penyusunan sistem planning daerah irigasi
d. Menentukan/ memilih perencanaan teknis konstruksi yang tepat, ekonomis, dan
dapat dibangun dengan memperhatikan ketersediaan material bangunan di
sekitar lokasi
e. Melihat tingkat kelayakan pelaksanaan suatu proyek dilihat dari segi teknis,
ekonomi, finansial dan aspek ligkungan.
Data yang dikumpulkan meliputi:
a. Data topografi
b. Data geoteknik
c. Data sumber daya air
d. Data pertanian dan kesesuaian lahan
e. Data sosial ekonomi
DI Mentebah
Kabupaten Kapuas Hulu dengan ibukotanya Putussibau dialiri oleh banyak sungai. Sungai
terbesarnya adalah Sungai Mentebah yang bermuara di Sungai Kapuas. Pada TA 2010 Balai
Wilayah Sungai Kalimantan I telah mengkonsultasikan DI Mentebah kepada Direktorat
Jenderal SDA. TA 2011 BWS Kalimantan I melakukan pekerjaan Studi Kelayakan/Feasibility
Model Sistem Pangkalan data dan SIG Bidang Irigasi
34
Pusat Litbang Sumber Daya Air
Study (FS) dan TA 2012 akan melakukan detail desain DI Mentebah. Keluaran yang
dihasilkan dari Feasibiliti Study adalah:
a. Peta situasi rencana pengembangan daerah irigasi
b. Perenacnaan peta petak termasuk trase saluran dan lokasi bangunan irigasi
c. Rencana lokasi bendung dan pra desain bendung
d. Perumusan UKL dan UPL rencana pembangunan daerah irigasi
e. Kajian ekonomi dan teknis rencana pembangunan daerah irigasi
f. Kegiatan lanjutan pengembangan daerah irigasi
Dari irigasi Mentebah yang dapat dikembangkan seluas + 3.073 Ha yang terdiri dari:
a. a. Petak tersier mentebah seluas = 864 ha
b. b. Petak tersier Tekalong atas seluas = 497 ha
c. c. Petak tersier Tekalong Tengah seluas = 1034 ha
d. d. Petak tersier Tekalong Bawah seluas = 678 ha
Saluran yang direncanakan terdiri dari:
a. Saluran induk Mentebah
b. Saluran Sekunder Tekalong Atas
c. Saluran Sekunder Tekalong Tengah
d. Saluran Sekunder Tekalong Bawah
DI Sambe
Kabupaten Landak banyak tersebar sungai yang bermuara di Sungai Kapuas, diantaranya
lokasi DI. Sambe yang merupakan daerah yang akan diamati segala potensinya, dengan
harapan agar daerah tersebut dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan irigasi
mengingat debit air yang mengalir sepanjang tahun cukup memadai. Sebelum diterapkan
pembangunan fisik, BWS Kalimantan I telah melakukan studi kelayakan/ Feasibility Study
(FS) pada TA. 2011. Kegiatan studi kelayakan ini meliputi:
a. Perhitungan ketersediaan air dan luas areal yang dapat dilayani (water balance),
dengan memilih lokasi pengambilan yang strategis dan ekonomis
b. Menentukan tipe bangunan pengambilan/ bendung, layout jaringan utama
c. Penyusunan sistem planning daerah irigasi
d. Menentukan/ memilih perencanaan teknis konstruksi yang tepat, ekonomis, dan
dapat dibangun dengan memperhatikan ketersediaan material bangunan di
sekitar lokasi
e. Melihat tingkat kelayakan pelaksanaan suatu proyek dilihat dari segi teknis,
ekonomi, finansial dan aspek ligkungan.
Daerah Irigasi yang menjadi tanggung jawab pengelolaannya oleh BWS
Kalimantan I adalah 5 Daerah Irigasi dengan total luas 32.694 Ha yang belum
tercantum dalam Kepmen PU Nomor 390/KPTS/M/2007. Dengan demikian, data
tersebut menjadi catatan yang dapat dijadikan masukan perubahan dalam Kepmen PU
Nomor 390/KPTS/M/2007 kepada direktorat Irigasi dan Rawa, Ditjen SDA.
i. BWS Kalimantan III.
Wilayah Kerja Balai Wilayah Sungai Kalimantan III adalah Provinsi Kalimantan
Timur, sedangkan kewenangan pengelolaannya pada 5 Wilayah Sungai, yaitu;
1. WS Mahakam, meliputi; DAS Mahakam, DAS Semboja, DAS Senipah, DAS Semoi.
2. WS Sesayap, meliputi; DAS Segah, DAS sesayap, DAS Sebakung, DAS Sebakis, DAS
Sebuku, DAS Sembaleun, DAS Simenggaris, DAS Noteh, DAS Sinaulan, DAS Itai,
DAS Sekata, DAS Linuang Kayan, DAS Ansam, DAS Belayau.
Model Sistem Pangkalan data dan SIG Bidang Irigasi
35
Pusat Litbang Sumber Daya Air
3. WS Kayan, meliputi; DAS Kayan, DAS Bulungan, DAS Bengara, DAS Berasan, DAS
Malimpung, DAS Selor, DAS Ansam.
4. WS Berau – Kelai, meliputi; DAS Berau, DAS Kuning, DAS Bakau, DAS Pangkung,
DAS Kasal, DAS Pantai.
5. WS Karangan, meliputi; DAS Karangan, DAS Sangata, DAS Bengalon, DAS
Marangkayu, DAS Santan.
6. WS Kendilo, meliputi’ DAS Kendilo, DAS Sengedang, DAS Janggeru, DAS Kerang,
DAS Tunan.
Terdapat 4 Daerah Irigasi yang menjadi kewenangan pusat dikalimantan
timur dengan total luas 13.136 ha. Adapun data hasil inventarisasi pada BWS
Kalimantan III disajikan pada tabel 9.
Daerah Irigasi kewenangan pusat yang menjadi tanggungjawab pengelolaan
BWS Kalimantan II adalah 4 Daerah Irigasi dengan total luas 13.160 hayang tercantum
dalam tabel 9.
Tabel 9. Data Luas Daerah Irigasi di BWS Kalimantan III.
Usulan Perubahan Kepmen PU No.390 (Ha) Indeks
Kinerja (%) No Nama Daerah Irigasi Luas (Ha) Nama Daerah Irigasi Luas (Ha)
1. Babulu Darat 3.200 - - 36.78
2. Waru 3.300 - - 42.34
3. Marancang 3.500 - -
4. Kaubun 3.160 - - 77.5
TOTAL 13.160
Daerah Irigasi yang menjadi tanggung jawab pengelolaannya oleh BWS
Kalimantan II adalah 4 Daerah Irigasi dengan total luas 13.160 Ha yang belum
tercantum dalam Kepmen PU Nomor 390/KPTS/M/2007. Dengan demikian, data
tersebut menjadi catatan yang dapat dijadikan masukan perubahan dalam Kepmen PU
Nomor 390/KPTS/M/2007 kepada direktorat Irigasi dan Rawa, Ditjen SDA.
j. BBWS Pompengan Jeneberang.
Wilayah kerja Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang meliputi 2
Provinsi yaitu Provinsi Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat. Wilayah Sungai yang
terdapat pada provinsi Sulawesi Selatan yaitu:
1. WS Jeneberang, meliputi; DAS Jeneberang, DAS Jeneponto, DAS Maros,DAS
Matulu, DAS Salangketo, DAS Tangka, DAS Aparang, DAS Pamukulu.
2. WS Saddang, meliputi; DAS Sadang, DAS Mamasa, DAS Rupang, DAS Libukasi,
DAS Galang-galang, DAS Lissu, DAS Barru, DAS Lakepo, DAS Lampoko, DAS
Kariango, DAS Pangkajene, DAS Bone-Bone, Segeri, DAS Karajae, DAS Malipi.
3. WS Walanae-Cenranae, meliputi; DAS Walanae, DAS Cenranae, DAS Paremang,
DAS Bajo, DAS Awo, DAS Paneki, Keera, Ranang, Larompong, DAS Gilirang, DAS
Noling, DAS Suli, DAS Suto.
4. WS Pompengan Larona, meliputi; DAS Pompengan, DAS Larona, DAS Kalaena,
DASLatuppa, DAS Bua, DAS DAS Lamasi, DAS Makawa, DAS Bungadidi, DAS Kebo,
DAS Rongkong, DAS Balease.
Model Sistem Pangkalan data dan SIG Bidang Irigasi
36
Pusat Litbang Sumber Daya Air
Sedangkan pada Provinsi Sulawesi Barat, terdiri dari 1 Wilayah Sungai yaitu WS
Kaluku-Karama.
Terdapat 33 Daerah irigasi kewenangan pusat di Provinsi Sulawesi Selatan
dan Sulawesi Barat dengan luas total 332.969,74 ha. Adapun data hasil inventarisasi
pada BBWS Pompengan Jeneberang disajikan pada tabel 10.
Tabel 10. Data Luas Daerah Irigasi di BBWS Pompengan Jeneberang.
Usulan Perubahan tahun 2012 Kepmen PU No.390 (Ha) Indeks
Kinerja
(%) No Nama Daerah Irigasi Luas (Ha) Nama Daerah Irigasi Luas (Ha)
1 D.I. Tabo-Tabo 8,615 Tabo-Tabo 8.615 63.21
2 D.I. Bantimurung 6,513 Bantimurung 6.513 67.96
3 D.I. Lekopancing 3,626 Lekopancing 3.626 66.36
4 D.I. Kampili 10,454 Jeneberang/Kampili 10.545 66.57
5 D.I. Pamukkulu 5,204 Pammukulu 5.204 68.46
6 D.I. Bissua 10,758 Kampili/Bissua 10.758 67.45
7 D.I. Kelara/Karalloe 7,185 Kelara 7.199 68.03
8 D.I. Bila Kalola 9,743 Bila Kalola 9.743 64.19
D.I. Kalola Kalosi 5,736 Kalola Kolasi 5.405
9 D.I. Tinco 3,520 Tinco kiri/kanan 3.520 65.24
10 D.I. Langkeme 6,708 Langkeme 6.708 66.30
11 D.I. Lawo 3,500 Lawo 3.600
12 D.I. Walanae 3,600 Walanae 3.600
13 D.I. Awo 5,324 Awo 5.254 66.00
14 D.I. Pattiro 4,970 Pattiro 4.970 69.04
15 D.I. Palakka 4,663 Palakka 4.633 66.93
16 D.I. Sanrego 6,615 Sanrego 9.457 69.30
17 D.I. Bayang-Bayang 5,300 Bayang-Bayang 5.030 65.60
18 D.I. Gilirang 7,000 Gelirang 7.000
19 D.I. Boya 10,000
20 D.I. Padangeng 4,200 Paddange 4.200
21 D.I. Walimpong 26,000
22 D.I. Kalaena 17,584 Kalaena 17.584 65.46
23 D.I. Kanjiro 3,100 Kalaena kiri/kanan 16.945 68.90
24 D.I. Bungadidi Lauwo
Senggeni 4,900
Bungadidi 3.500
25 D.I. Baliase 28,800 Baliase 28.800
26 D.I. Rongkong 31,400 Rongkong/Malangke 31.400
27 D.I. Lamasi 10,303 Lamasi Kanan/Kiri 10.306 66.78
28 D.I. Padang Sappa 6,500 Padang Sappa 6.450 68.32
29 D.I. Padang Sappa 5,500 Padang Sappa 12.588 68.32
30 D.I. Bajo 6,350 Bajo 6.350 66.56
31 D.I. Bulu Cenrana 5,999 Bulucenrana 5.999 69.06
32 D.I. Bulu Timorang 5,442 Bulutimorang 5.442 68.97
33 D.I. Saddang 62,203 Sadang Sidrap 15.195 69.60
34 Kalaera Kiri 3.875
35 Kalaera Kanan I 6.615
Model Sistem Pangkalan data dan SIG Bidang Irigasi
37
Pusat Litbang Sumber Daya Air
Usulan Perubahan tahun 2012 Kepmen PU No.390 (Ha) Indeks
Kinerja
(%) No Nama Daerah Irigasi Luas (Ha) Nama Daerah Irigasi Luas (Ha)
36 Wajo 7.000
37 Kalaera Kanan II 4.226
38 Baranti 5.037
39 Bajo 7.000
40 Ponre-Ponre 4.411
41 Pinrang 42.931
42 Bontomanai 3.830
43 Sindenrang 3.400
Evaluasi dilakukan terhadap data luasan Daerah Irigasi berdasarkan Kepmen PU
Nomor 390/KPTS/M/2007 dengan data yang ada di lapangan yang disajikan dalam
tabel 5.25. Berdasarkan evaluasi yang dilakukan, terdapat Data luasan Daerah Irigasi
yang tidak sesuai antara Kepmen PU Nomor 390/KPTS/M/2007 dengan kondisi yang
ada di lapangan. Adapun beberapa catatan yang dapat dijadikan masukan perubahan
kepada direktorat Irigasi dan Rawa adalah sebagai berikut:
1. Total Alih fungsi lahan irigasi di Sulawesi Selatan berdasarkan data pada Kepmen
PU Nomor 390/KPTS/M/2007 dengan data luasan irigasi di Lapangan adalah 27.149
ha.
2. Jumlah Daerah Irigasi di Sulawesi Selatan berdasarkan Kepmen PU Nomor
390/KPTS/M/2007 adalah 42 Daerah Irigasi dengan total luas 374.464, sedangkan di
lapangan sejumlah 33 daerah irigasi dengan luas 347.315 ha.
3. Terdapat 10 Daerah Irigasi dalam Kepmen PU Nomor 390/KPTS/M/2007 yang tidak
sesuai dengan lapangan yaitu DI Kalaera Kiri (3.875 ha), DI Kalaera Kanan I (6.615
ha), DI Wajo (7000 ha), DI Kalaera Kanan II (4.226 ha), DI Baranti (5.037 ha), DI Bajo
(7.000), DI Ponre-Ponre (4.411 ha), DI Pinrang (42.931), DI Bontomanai (3.830 ha),
DI Sindenrang (3. 400 ha), DI KAlaena Kiri/Kanan (16.945).
4. Terdapat 3 Daerah Irigasi yang belum tercantum dalam Kepmen PU Nomor
390/KPTS/M/2007 yaitu DI Boya (10.000 ha) dan DI Walimpong (26.000 ha)dan DI
Kanjiro (3.100 ha).
5. Usulan perubahan luasan pada 14 daerah irigasi di Sulawesi Selatan yaitu DI Kampili
dengan luas 10.545 ha menjadi 10.454 ha, DI Kelara/Karalloe dengan luas 7.199
menjadi 7.185 ha, DIKalola Kolasi dengan Luas 5.405 menjadi 5.736, DI Lawo dengan
luas 3.600 ha menjadi 3.500, DI Awo dengan Luas 5.254 ha menjadi 5.324 ha, DI
Palakka dengan Luas 4.633 ha menjadi 4.663 ha, DI Sanrego dengan luas 9.457 ha
menjadi 6.615 ha, DI Bungadidi Lauwo Sanggeni dengan luas 3.500 ha menjadi
4.900 ha, DI Lamasi dengan Luas 10.306 ha menjadi 10.303 ha, DI Padang Sappa
dengan Luas 6.450 ha menjadi 6.500 ha, DI Padang Sappa dengan Luas 12.588 ha
menjadi 5.500 ha, DI Sadang Sidrap dengan Luas 15.195 ha menjadi 62.203 ha.
Berdasarkan 5 catatan tersebut maka perlu penyesuaian terhadap Nama dan
Luasan Daerah Irigasi sebagai bahan masukan dalam revisi Nama dan Luas Daerah
Irigasi dalam Kepmen PU Nomor 390/KPTS/M/2007.
Model Sistem Pangkalan data dan SIG Bidang Irigasi
38
Pusat Litbang Sumber Daya Air
k. BWS Nusa Tenggara II (Nusa Tenggara Timur)
Daerah irigasi kewenangan pusat yang dikelola oleh BWS Nusa Tenggara II
seluas 100,997 ha. Data tersebut merupakan data usulan perubahan oleh Kepala Dinas
Pekerjaan Umum Provinsi Nusa Tenggara Timur dengan rincian pada tabel 11.
Tabel 11. Data Luas Daerah Irigasi di BWS Nusa Tenggara II.
Usulan Perubahan tahun 2012 Kepmen PU No.390 tahun 2007 Indeks
Kinerja
(%) No
Nama Daerah
Irigasi Luas (Ha) Nama Daerah Irigasi
Luas
(Ha)
1 Batu Merah 3.070 Batu Merah 3,200 55.00
2 Manikin 3.197 Manikin 5,007 57.20
3 Oesao 3.125 Oesao 4,075 58.9
4 Tilong 3.814 Tilong 3,369
5 Lokopehapo 3.237 Lokopehapo 3,275 70.50
6 Lurasik 3.305 Beluana 3,200
7 Haekto 3.250 Haekto 3,235 57.30
8 Mena 3.550 Mena 3,450 58.50
9 Haekesak 4.400 Haekesak 3,400 69.00
10 Malaka 10.386 Malaka 6,700 84.5
11 Benlelang 3.619 Benlelang 3,459
12 Danau Tua 4.104 Danau Tua 3,800
13 Ngada 7.208 Ngada 3,000 81.0
14 Mbay 6.378 Mbay 3,378 84.00
15 Penginer 3,862 82.00
16 Wae Mantar 4.788 Way Mantar 3,733 81.00
17 Way Musur 3.391 Way Musur, Way Bobo,
Way Peot 6,184 87.00
18 Wae Dingin 4.016 Wae Dingin + Wae Laku 4,016
79.00
19 Lembor 4.430 Lembor 4,525
20 Nggorang 3.613 Nggorang (Mese,
Dongkong, Galung) 3,583 73.00
21 Terang 3,029
22 Bena 3.514 Bena 3,514
23 Kodi 3.100 Baus 3,000
24 Kambaniru 4.943
25 Mautenda 3.000
26 Baing 3.559
TOTAL 100,997 87.994
Wilayah Kerja Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara II meliputi 6 Wilayah
Sungai yaitu;
1. Wilayah Sungai Noelmina, meliputi; DAS Noelmina, DAS N. Termanu, DAS
Nungkurus, DAS P. Rote, DAS P. Sabu.
2. Wilayah Sungai Benanain, meliputi; DAS Benanain, DAS Mena.
3. Wilayah Sungai Aesesa, meliputi; DAS Aesesa, DAS Wae Mokel, DAS Nanggaroro,
DAS Mautenda, DAS Wolowona, DAS Waiwajo, DAS Nebe.
Model Sistem Pangkalan data dan SIG Bidang Irigasi
39
Pusat Litbang Sumber Daya Air
4. Wilayah Sungai Wae Jamal, meliputi; DAS Wae Jamal, DAS Wae Raho/Lembor,
DAS Wae Pesi, DAS P. Komodo.
5. Wilayah Sungai Pulau Sumba, meliputi; DAS Baing, DAS Kambaniru, DAS
Memboro, DAS Polapare, DAS Wanakoka.
6. Wilayah Sungai Flotim Lembata Alor, meliputi DAS Konga, DAS P. Adonara, DAS
P. Solor, DAS P. Lomblen, DAS P. Aalor, DAS P. Pantar.
Evaluasi dilakukan terhadap data luasan Daerah Irigasi berdasarkan Kepmen PU
Nomor 390/KPTS/M/2007 dengan data yang ada di BWS Nusa Tenggara II yang
disajikan dalam tabel 11. Berdasarkan evaluasi yang dilakukan, terdapat Data luasan
Daerah Irigasi yang tidak sesuai antara Kepmen PU Nomor 390/KPTS/M/2007 dengan
kondisi yang ada di lapangan, terdapat beberapa catatan yang dapat dijadikan masukan
perubahan kepada direktorat Irigasi dan Rawa adalah sebagai berikut:
1. Usulan perubahan luasan daerah Irigasi di Nusa Tenggara Barat dalam Kepmen PU
Nomor 390/KPTS/M/2007 adalah dari total luas 87.994 ha menjadi 100.997.
2. Perubahan Luasan Daerah irigasi di Provinsi Nusa Tenggara Timur sesuai dengan
kondisi luasan di lapangan untuk revisi Kepmen PU Nomor 390/KPTS/M/2007
adalah pada DI Batu Merah dengan Luas 3.200 ha menjadi 3.070 ha, DI Manikin
denga luas semula 5.007 ha menjadi 3.197 ha, DI Oesaso dengan luas semula 4.075
ha menjadi 3.125 ha, DI Tilong dengan luas semula 3.369 ha menjadi 3.814 ha, DI
Lekopehapo dengan luasan semula 3.275 ha menjadi 3.237 ha, DI Beluana dengan
luas semula 3.200 menjadi 3.305 ha, DI Haekto dengan luasan semula 3.235 ha
menjadi 3.250 ha, Di Mena dengan luas semula 3.450 ha menjadi 3.550 ha, DI
Haekesak dengan Luas semula 3.400 ha menjadi 4.400 ha,DI Malaka dengan luas
6.700 ha menjadi 10.386 ha, DI Benlelang dengan luas 3.459 ha menjadi 3.619 ha, DI
Danau Tua dengan luasan 3.800 ha menjadi 4.104 ha, DI Ngada dengan Luas 3.000
ha menjadi 7.208 ha, DI Mbay 3.378 ha menjadi 6.378 ha, DI Way Mantar dengan
luas 3.733 ha menjadi 4.788 ha, Way Musur dengan luas 6.184 ha menjadi 3.391 ha,
DI Lembor dengan luas 4.525 ha menjadi 4.430, DI Nggorang dengan luas 3.583 ha
menjadi 3.613 ha.
3. DI Penginer menjadi satu system daerah irigasi Mbay, sedangkan daerah irigasi Baus
dan Terang yang tercantum dalam Kepmen PU Nomor 390/KPTS/M/2007, di
lapangan tidak terdapat DI tersebut.
4. Usulan daerah irigasi baru untuk tahun 2012 untuk revisi Kepmen PU Nomor
390/KPTS/M/2007 adalah DI Kodi dengan Luas 3.100 ha, DI Kambaniru dengan Lua
4.943 ha, DI Mautenda dengan luas 3.000 ha, DI Baing dengan Luas 3.559 ha.
Berdasarkan 4 catatan tersebut maka perlu penyesuaian terhadap Nama dan
Luasan Daerah Irigasi sebagai bahan masukan dalam revisi Nama dan Luas Daerah
Irigasi dalam Kepmen PU Nomor 390/KPTS/M/2007.
l. BWS Nusa Tenggara I (Nusa Tenggara Barat)
Wilayah kerja Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara I meliputi 3 Wilayah Sungai,
yaitu:
1. Wilayah Sungai Lombok, meliputi; DAS Dodokan, DAS Jangkok, DAS Babak, DAS
Segara, DAS Pamenang, DAS Meninting, DAS Sidutan.
2. Wilayah Sungai Sumbawa, meliputi; DAS Sumbawa, DAS Beh, DAS Sekongkang,
DAS Rea, DAS Moyo, DAS Lamang, DAS Empang, DAS Jiram, DAS Batu Bulan, DAS
BAnggo.
Model Sistem Pangkalan data dan SIG Bidang Irigasi
40
Pusat Litbang Sumber Daya Air
3. Wilayah Sungai Dompu, meliputi; DAS Sambana, DAS Jatanga, DAS Kwangko, DAS
Solo, DAS Jatibaru, DAS Parado.
Daerah Irigasi kewenangan pusat yang dikelola oleh BWS Nusa Tenggara I
berjumlah 10 DI dengan total luas 42.927 ha, merupakan data hasil kegiatan Monitoring
dan Evaluasi TP-OP daerah irigasi >3000 ha Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara I yang
disajikan pada tabel 12.
Evaluasi dilakukan terhadap data luasan Daerah Irigasi berdasarkan Kepmen PU
Nomor 390/KPTS/M/2007 dengan data yang ada di BWS Nusa Tenggara II yang
disajikan dalam tabel 12.
Tabel 12. Data usulan perubahan Luas Daerah Irigasi di BWS Nusa Tenggara II.
Usulan Perubahan tahun 2012 Kepmen PU No.390 tahun 2007 Indeks
Kinerja (%) No
Nama Daerah
Irigasi Luas (Ha)
Nama Daerah
Irigasi Luas (Ha)
1 Mujur II 3506 Mujur II 3506 67.81
2 Batujai 3580 Batujai 3580 69.79
3 Pengga 3589 Pengga 3589 67.44
4 Jurang Sate Hilir 6439 Jurang Sate Hilir 6439 69.26
5 Jurang Sate Hulu 4229 Jurang Sate Hulu 4229 69.79
6 Jurang Batu 3500 Jurang Batu 3500 55.00
7 Batu Bulan 5576 Bend. Batu Bulan 4955 64.02
8 Mamak 5416 Mamak 3884 58.08
9 Pelaparado 3834 Pelaparado 3834
10 Surabaya 3258 Surabaya 3258 61.40
TOTAL 42927 40774
Berdasarkan evaluasi yang dilakukan, terdapat Data luasan Daerah Irigasi yang
tidak sesuai antara Kepmen PU Nomor 390/KPTS/M/2007 dengan kondisi yang ada di
lapangan, terdapat beberapa catatan yang dapat dijadikan masukan perubahan kepada
direktorat Irigasi dan Rawa adalah sebagai berikut:
1. Penambahan luas areal baru pada DI Mamak dan Batu Bulan dengan total luas
penambahan luasan total 2.153 ha, dari 40.774 ha menjadi 42.927 ha.
2. Perubahan Luasan Daerah irigasi di Provinsi Nusa Tenggara Barat sesuai dengan
kondisi luasan di lapangan untuk revisi Kepmen PU Nomor 390/KPTS/M/2007
adalah; DI Batu Bulan dengan luas semula 4.955 ha menjadi 5.576 ha dan DI Mamak
dengan luas semula 3.884 ha menjadi 5.416 ha.
Berdasarkan 2 catatan tersebut maka perlu penyesuaian terhadap Nama dan
Luasan Daerah Irigasi sebagai bahan masukan dalam revisi Nama dan Luas Daerah
Irigasi dalam Kepmen PU Nomor 390/KPTS/M/2007.
3.3. Inventarisasi Irigasi Mikro
Identifikasi Luas Lahan Penerapan Irigasi Mikro telah dilakukan pada beberapa
wilayah di Indonesia, Penerapan irigasi mikro oleh petani maupun perusahaan-
perusahaan yang bergerak dibidang pertanian masih sangat jarang. Inventarisasi data
irigasi mikro dilakukan di Dinas Pertanian tingkat Provinsi, Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian (BPTP) tingkat Provinsi dan BBWS/ BWS.
Model Sistem Pangkalan data dan SIG Bidang Irigasi
41
Pusat Litbang Sumber Daya Air
Berdasarkan identifikasi yang dilakukan didapatkan luasan penerapan irigasi
mikro di Indonesia seluas 9.066,15 Ha, dengan rincian yang disajikan dalam tabel 5.13.
Tabel 5.13. Inventarisasi Luas Lahan Irigasi Mikro
No Lokasi Luas
(ha)
Jenis
Irigasi Komoditas Keterangan
Sumber
Tekanan
1 Ciherang
(Cipanas)
15 Drip Strawberry,
blueberry,
blackberry
Swasta Pompa
2 Sarangan
Magetan
25 Mikro
sprayer
sayuran dan
bawang
merah
petani mandiri Gravitasi
3 NTB (amor-
amor)
2 Mikro
sprayer,
drip
buah-buahan petani mandiri Pompa
4 Cipanas 10 Drip Mawar Swasta Pompa
5 Lembang 3 Drip paprika dan
buah-buahan
petani mandiri Pompa
6 Cisarua 8 Drip paprika petani mandiri Pompa
Cisarua 30 Embor paprika petani mandiri
7 Pangalengan 100 Drip teh Swasta Pompa
8 NTB Bayan 0,5 drip Semangka Penelitian pompa dan
gravitasi
9 Parung 2 - - BPPT Pompa
10 Bali 0,5 Drip Cabe BBWS Penida
Bali
Pompa dan
Gravitasi
11 NTT 3 Drip Cabe,
Mentimun
BBWS Pompa
12 Sulawesi
Selatan
8150 Mikro
sprayer
Hortikultura(t
omat, wortel,
kentang,
Bawang
Merah
Petani Mandiri
(terdapat 741
Kelompok tani)
Gravitasi
13 Kalimantan
Tengah +
Kalimantan
Barat
249,5
468,15
-- Binaan
Kementerian
Pertanian
-
Irigasi mikro telah banyak dikembangkan di Indonesia, namun sampai dengan saat
ini inventarisasi luasan irigasi mikro tersebut belum pernah dilakukan. Penerapan irigasi
mikro umumnya dilakukan oleh petani mandiri maupun oleh perusahaan beras
perkebunan swasta untuk komoditas hortikultura.
Penerapan irigasi tetes di Propinsi Kalimantan Barat telah dilakukan sejak tahun
2006 oleh Dinas Pertanian setempat. Menurut Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi
Kalimantan Barat, terdapat 3 lokasi penerapan irigasi bertekanan, yaitu:
Model Sistem Pangkalan data dan SIG Bidang Irigasi
42
Pusat Litbang Sumber Daya Air
1. Kabupaten Sambas
Jenis irigasi berupa irigasi sprinkler sebanyak 2 unit yang berada di Desa
Semburing Kec. Semparuk dan Ds. Mensere Kec. Tebas. Sedangkan irigasi tetes
hanya diterapkan 1 unit di Ds. Semparuk Kec. Semparuk.
2. Kota Pontianak
Kota pontianak telah menerapkan irigasi sprinkler sebanyak 6 unit yang berada di
Ds. Siantan Hilir Kec. Pontianak Utara.
BPPT Bidang Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi telah mengkaji pemanfaatan
irigasi tetes untuk tanaman lidah buaya. Di Indonesia, sentra produksi tanaman lidah buaya
terdapat di daerah Pontianak, Kalimantan Barat. Tanaman lidah buaya dengan kultur
jaringan dengan irigasi tetes memiliki hasil cukup signifikan dibanding tanaman lidah buaya
konvensional.
Secara umum, untuk saat ini irigasi mikro tidak terlalu dipergunakan oleh petani
setempat karena kondisi cuaca yang masih sering terjadi hujan, sehingga petani masih
dapat mengandalkan air hujan untuk irigasinya.
Di Banjarmasin - Kalimantan Tengah, Irigasi mikro mulai dikembangkan tahun 2010
yang di bina oleh Kementerian Pertanian. Irigasi mikro dikembangkan untuk
mengoptimalisasikan penggunaan air irigasi dari bendungan Amandit. Potensi areal yang
dimiliki Bendungan Amandit tahun 2010 sebesar 5.472 ha, lahan sawah fungsional
sebanyak 3.062,6 ha, potensi areal jaringan makro sebanyak 1.474,0 ha. Jaringan mikro
yang sudah terbangun sampai dengan tahun 2010 seluas 249,5 ha dan tahun 2011 seluas
468,15 ha.
Pengembangan irigasi mikro di Provinsi Sulawesi Selatan mencapai luasan 8.150 ha
yang dikembangkan oleh petanin secara tradisional di Kecamatan Bantaeng dan Enrekang
untuk komoditas tanaman kol, tomat, wortel, kentang dan bawang merah. Teknologi yang
digunakan adalah dengan irigasi mikro sprayer sederhana bertenaga gravitasi.
3.4. SIG SDA Bidang Irigasi
Software yang digunakan untuk kodefikasi data irigasi adalah ArcView3.3. Proses
kodefikasi dilakukan untuk mengisi atribut daerah irigasi dengan data yang digunakan
adalah sebagai berikut:
7. Data Nama dan Luas Daerah Irigasi.
8. Status Kewenangan Pengelolaan berdasarkan Kepmen PU No. 390/KPTS/M/2007.
9. Data Bangunan
10. Tahun dibangun
11. Sumber Air.
12. Alih Fungsi Lahan
Metode yang digunakan adalah dengan meng-overlay peta DAS terbaru serta Peta
Wilayah Sungai berdasarkan Keputusan Presiden No. 12 Tahun 2012 tentang Penetapan
Wilayah Sungai. Peta hasil overlay antara peta DAS dan Wilayah sungai tersebut kemudian
di overlay dengan peta daerah irigasi, kemudian dilakukan pengisian atribut pada masing-
masing daerah irigasi pada peta yang ada.
Model Sistem Pangkalan data dan SIG Bidang Irigasi
43
Pusat Litbang Sumber Daya Air
A. Platform SIG SDA Bidang Irigasi
Diskusi SIG-SDA tersebut dilaksanakan pada 17 April 2012 untuk membahas platform SIG-
SDA terkait dengan atribut/informasi yang akan ditampilkan dalam web SIG-SDA Puslitbang
SDA. Perubahan informasi pada SIG-SDA bidang Irigasi disajikan dalam tabel 5.14.
Tabel 5.14. Atribut Irigasi pada SIG-SDA (platform SIG-SDA)
Beberapa bentuk yang dapat digunakan sebagai informasi spasial bidang irigasi dalam
adalah sebagai berikut:
1. Polygon; yang berisi informasi mengenai nama DI, Luasan DI, Indeks Pertanaman dan
status pengelolaan).
2. Point; berisi informasi mengenai bangunan, P3A dan petak tersier.
3. Peta Alih Fungsi lahan irigasi.
Diskusi lanjutan dilakukan pada 29 Juni 2012 dengan mengagendakan tampilan
website SIG-SDA, dengan melakukan perubahan tampilan yang disusun berdasarkan DAS.
Hasil diskusi tersebut diantaranya membahas perubahan atribut pada masing-masing balai.
Balai Irigasi mengajukan perubahan digitasi dari point menjadi polygon sedangkan
informasi skema jaringan disampaikan dalam bentuk pdf. Perubahan atribut SIG-SDA
bidang Irigasi disajikan dalam gambar 5.1.
No Informasi Atribut
1 Peta Daerah Irigasi (pusat dan
propinsi)
Nama Irigasi
Luas Area
Indeks Pertanaman (IP)
Status pengelolaan
2 Skema Irigasi Kode Bangunan
Kode Petak
Kondisi
Debit Kebutuhan
Luas Petak
Nama dan status P3A
Jenis bangunan irigasi
Tahun dibangun
3 Alih Fungsi Lahan Per 5 tahun
Perhitungan alih fungsi lahan
Layer Alih fungsi lahan per 5 tahun.
Model Sistem Pangkalan data dan SIG Bidang Irigasi
44
Pusat Litbang Sumber Daya Air
Gambar 5.1. Perubahan Atribut SIG SDA Bidang Irigasi
Kodefikasi geografis SIG-SDA bidang irigasi dilaksanakan dengan memberikan
informasi secara geografis untuk bidang irigasi pada peta geografis yang dikeluarkan oleh
pusair dan ditayangkan melalui website pusair-pu.go.id, pada tahun 2012 kodefikasi
Geografis bidang irigasi akan dilaksanakan untuk pulau Jawa.
B. PROSES KODEFIKASI
Pelakanaan pekerjaan SIG-SDA bidang Irigasi dilakukan dengan menggunakan
software ArcView 3.3 dengan proses sebagai berikut:
1. Overlay peta Daerah Aliran Sungai dengan Peta Wilayah Sungai terbaru berdasarkan
Keputusan Presiden Nomor 12 tahun 2012 seperti ditunjukkan pada gambar 5.2.
Gambar 5.2. Proses Overlay peta DAS dengan Wilayah Sungai
Model Sistem Pangkalan data dan SIG Bidang Irigasi
45
Pusat Litbang Sumber Daya Air
2. Overlay peta DAS dan Wilayah Sungai dengan peta daerah irigasi, seperti disajikan
dalam gambar 5.3.
Gambar 5.3. Proses Overlay peta DAS dan Wilayah Sungai dengan peta Daerah Irigasi
Gambar 5.4.Tampilan Peta Daerah Irigasi setelah proses Overlay.
Model Sistem Pangkalan data dan SIG Bidang Irigasi
46
Pusat Litbang Sumber Daya Air
Gambar 5.5. Tampilan daerah Irigasi di pulau jawa dan Madura
3. Penyesuaian dan pengisian atribut peta.
(a) (b)
Gambar 5.6. Penyesuaian Atribut peta
(a) Sebelum penyesuaian atribut irigasi (b) Sesudah penyesuaian.
Gambar 5.7. Atribut Daerah Irigasi
Model Sistem Pangkalan data dan SIG Bidang Irigasi
47
Pusat Litbang Sumber Daya Air
Pelaksanaan kodefikasi SIG-SDA bidang irigasi tidak hanya dilakukan pada
perubahan atribut saja, akan tetapi juga mengupdate data-data sesuai dengan data terbaru
hasil survey dan pengumpulan data bidang irigasi tahun 2012.
Berdasarkan kodefikasi yang telah dilakukan, dapat dilihat bahwa jumlah daerah
irigasi berdasarkan data spasial pada pekerjaan ini adalah 2214 daerah irigasi yang
merupakan kewenangan kabupaten/kota, provinsi serta kewenangan pusat.
Kodefikasi geografis peta Pulau Jawa tersebut selanjutnya dapat digunakan untuk
melengkapi SIG-SDA Puslitbang Sumber Daya Air, tampilan informasi bidang irigasi yang
telah diupdate ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai kondisi daerah
irigasi di Pulau Jawa dan Madura.
Model Sistem Pangkalan data dan SIG Bidang Irigasi
48
Pusat Litbang Sumber Daya Air
KESIMPULAN
Beberapa hal yang dapat disimpulkan dalam buku Sistem Informasi Geografis
bidang irigasi ini adalah sebagai berikut:
1. Model sistem ini dapat diterapkan untuk menampilkan data secara tersistem dari
sebuah software system informasi sampai dengan pencetakan laporan data yang ada
dalam sebuah system.
2. Pelaksanaan kegiatan ini dapat dilakukan melalui sistem online dengan menerapkan
software berbasis server-client pada komputer. Pekerjaan yang demikian mampu
didapatkan kualitas data yang lebih baik dan tersistem, sehingga data yang ada di
lapangan selalu dapat terupdate berdasarkan situsasi yang ada pada saat record data.
3. Apabila system ini diterapkan, maka dapat digunakan secara langsung untuk melihat
kondisi daerah irigasi yang ada di lapangan dengan bantuan system informasi
geografis bidang irigasi.
Top Related