5/21/2018 Panduan Transfer Pasien.(New)
1/24
PANDUANTRANSFER PASIEN
5/21/2018 Panduan Transfer Pasien.(New)
2/24
PANDUAN TRANSFER PASIEN
I. Latar BelakangTransfer pasien dapat dilakukan apabila kondisi pasien layak untuk di transfer.
Prinsip dalam melakukan transfer pasien adalah memastikan keselamatan dan
keamanan pasien saat menjalani transfer. Pelaksanaan transfer pasien dapat
dilakukan intra rumah sakit atau antar rumah sakit.
Transfer pasien dimulai dengan melakukankoordinasi dan komunikasi pra
transportasi pasien, menentukan SDM yang akan mendampingi pasien,
menyiapkan peralatan yang disertakan saat transfer dan monitoring pasien selama
transfer. Transfer pasien hanya boleh dilakukan oleh staf medis dan stafkeperawatan yang kompeten serta petugas profesional lainnya yang sudah terlatih.
II. Pengertian TransferTransfer pasien adalah memindahkan pasien dari satu ruangan keruang perawatan/
ruang tindakan lain didalam rumah sakit (intra rumah sakit) atau memindahkan
pasien dari satu rumah sakit ke rumah sakit lain (antar rumah sakit).
III.TujuanTujuan dari manajemen transfer pasien adalah:
- Agar pelayanan transfer pasien dilaksanakan secara profesional dan berdedikasitinggi.
- Agar proses transfer/ pemindahan pasien berlangsung dengan aman dan lancarserta pelaksanaannya sangat memperhatikan keselamatan pasien serta sesuai
dengan prosedur yang telah ditetapkan
IV. Ruang LingkupTransfer pasien didalam rumah sakit terdiri dari:
- Transfer pasien dari IGD ke IRNA, Kamar Operasi- Transfer pasien dari IRJ ke IRNA,Kamar Operasi- Transfer pasien dari IRNA ke Kamar Operasi- Transfer pasien dari Kamar Operasi ke IRNA- Transfer pasien dari IGD, IRNA ke Ruang Radiologi
Transfer pasien antar rumah sakit terdiri dari:
- Transfer pasien dari RSU ANNIMAH ke RS lain atau sebaliknya- Transfer pasien dari RSU ANNIMAHke rumah pasien atau sebaliknya
5/21/2018 Panduan Transfer Pasien.(New)
3/24
V.Pengaturan Transfer1. RSU AN NIMAHmemiliki suatu tim transfer yang terdiri dari dokter dr IGD/
dr ruangan, PPJP, perawat yang kompeten dalam merawat pasien, petugas
medis, dan petugas ambulans. Tim ini yang berwenang untuk memutuskan
metode transfer mana yang akan dipilih.
2. Berikut adalah metode transfer yang ada di RSU ANNIMAH.a. LayananAntar-Jemput Pasien: merupakan layanan / jasa umum khusus
untuk pasien RSU AN NIMAHdengan tim transfer dari petugas IGD, di
mana tim tersebut akan mengambil / menjemput pasien dari rumah/ rumah
sakit jejaring untuk dibawa ke RSU ANNIMAH.b. Tim transfer local: RSU ANNIMAHmemiliki tim transfernya sendiri dan
mengirimkan sendiri pasiennya ke rumah sakit lain, tetapi bila tim transfer
dan faslitas transfer di RSU AN NIMAH sedang tidak siap, maka transfer
dilakukan dengan menggunakan jasa tim transfer dari ambulan gawat darurat
RS LAIN
3. RSU AN NIMAHmempunyai sistem resusitasi, stabilisasi, dan transfer untukpasien-pasien dengan sakit berat / kritis; tanpa terkecuali.
4. Dokter senior / spesialis (DPJP) yang bertanggungjawab dalam tim transferpasien harus siap sedia 24 jam untuk mengatur dan mengawasi seluruh kegiatan
transfer pasien sakit berat / kritis antar-rumah sakit.
VI. Keputusan Melakukan Transfer1. Lakukan pendekatan yang sistematis dalam proses transfer pasien.2. Awali dengan pengambilan keputusan untuk melakukan transfer, kemudian
lakukan stabilisasi pre-transfer dan manajemen transfer.
3. Hal ini mencakup tahapan: evaluasi, komunikasi, dokumentasi / pencatatan,pemantauan, penatalaksanaan, penyerahan pasien antar ruangan dalam rumah
sakit maupun ke rumah sakit rujukan / penerima, dan kembali ke RSU AN
NIMAH.
4. Tahapan yang penting dalam menerapkan proses transfer yang aman: edukasidan persiapan.
5. Pengambilan keputusan untuk melakukan transfer harus dipertimbangkandengan matang karena transfer berpotensi mengekspos pasien dan personel
rumah sakit akan risiko bahaya tambahan, serta menambah kecemasan keluarga
dan kerabat pasien.
6. Pertimbangkan risiko dan keuntungan dilakukannya transfer. Jika risikonya lebihbesar, sebaiknya jangan melakukan transfer.
7. Dalam transfer pasien, diperlukan personel yang terlatih dan kompeten,peralatan dan kendaraan khusus.
5/21/2018 Panduan Transfer Pasien.(New)
4/24
8. Pengambil keputusan harus melibatkan DPJP/ dokter senior (biasanya seorangkonsultan) dan dokter ruangan.
9. Dokumentasi pengambilan keputusan harus mencantumkan nama dokter yangmengambil keputusan (berikut gelar dan biodata detailnya), tanggal dan waktu
diambilnya keputusan, serta alasan yang mendasari.
10. Terdapat 3 alasan untuk melakukan transfer pasien keluar RSU AN NIMAH,yaitu:
a. Transfer untuk penanganan dan perawatan spesialistik lebih lanjuti. Ini merupakan situasi emergensi di mana sangat diperlukan transfer yang
efisien untuk tatalaksana pasien lebih lanjut, yang tidak dapat disediakan
RSU ANNIMAH
ii.
Pasien harus stabil dan teresusitasi dengan baik sebelum ditransfer.iii. Saat menghubungi jasa ambulan, pasien dapat dikategorikan sebagai tipe
transfer gawat darurat, (misalnya ruptur aneurisma aorta. juga dapat
dikategorikan sebagai tipe transfer gawat, misalnya pasien dengan
kebutuhan hemodialisa.
b.Transfer antar rumah sakit untuk alasan non-medis(misalnya karenaruangan penuh, fasilitas kurang mendukung, jumlah petugas rumah sakit tidak
adekuat)
i. Idealnya, pasien sebaiknya tidak ditransfer jika bukan untukkepentingan mereka.
ii. Terdapat beberapa kondisi di mana permintaan / kebutuhan akantempat tidur/ ruang rawat inap melebihi suplai sehingga diputuskanlah
tindakan untuk mentransfer pasien ke unit / rumah sakit lain.
iii. Pengambilan keputusan haruslah mempertimbangkan aspek etika,apakah akan mentransfer pasien stabil yang telah berada / dirawat di
unit intensif rumah sakit atau mentransfer pasien baru yang
membutuhkan perawatan intensif tetapi kondisinya tidak stabil.
iv. Saat menghubungi jasa ambulan, pasien ini dapat dikategorikansebagaitipe transfer gawat.
c. Repatriasi / Pemulangan Kembalii. Transfer hanya boleh dilakukan jika pasien telah stabil dan kondisinya
dinilai cukup baik untuk menjalani transfer oleh DPJP/ dokter senior /
konsultan yang merawatnya.
ii. Pertimbangan akan risiko dan keuntungan dilakukannya transfer harusdipikirkan dengan matang dan dicatat.
iii. Jika telah diputuskan untuk melakukan repatriasi, transfer pasien iniharuslah menjadi prioritas di rumah sakit penerima dan biasanya lebih
diutamakan dibandingkan penerimaan pasien elektif ke unit ruang
5/21/2018 Panduan Transfer Pasien.(New)
5/24
rawat. Hal ini juga membantu menjaga hubungan baik antar-rumah
sakit.
iv. Saat menghubungi jasa ambulan, pasien ini biasanya dikategorikansebagai tipe transfer elektif.
11.Saat keputusan transfer telah diambil, dokter yang bertanggung jawab/dokter ruangan akan menghubungi unit / rumah sakit yang dituju.
13. Dalam mentransfer pasien antar rumah sakit, tim transfer RSU ANIKMAH(DPJP/ PPJP/ dr ruangan) akan menghubungi rumah sakit yang dituju dan
melakukan negosiasi dengan unit yang dituju. Jika unit tersebut setuju untuk
menerima pasien rujukan, tim transfer RSRP harus memastikan tersedianya
peralatan medis yang memadai di rumah sakit yang dituju.
14.
Keputusan final untuk melakukan transfer ke luar RSU ANIKMAHdipegang oleh dokter senior / DPJP/ konsultan rumah sakit yang dituju.
15. Beritahukan kepada pasien (jika kondisinya memungkinkan) dan keluargamengenai perlunya dilakukan transfer antar rumah sakit, dan mintalah
persetujuan tindakan transfer.
16. Proses pengaturan transfer ini harus dicatat dalam status rekam medis pasienyang meliputi: nama, jabatan, dan detail kontak personel yang membuat
kesepakatan baik di rumah sakit yang merujuk dan rumah sakit penerima;
tanggal dan waktu dilakukannya komunikasi antar-rumah sakit; serta saran-
saran / hasil negosiasi kedua belah pihak.
17. Personel tim transfer harus mengikuti pelatihan transfer; memilikikompetensi yang sesuai; berpengalaman; mempunyai peralatan yang
memadai; dapat bekerjasama dengan jasa pelayanan ambulan, protokol dan
panduan rumah sakit, serta pihak-pihak lainnya yang terkait; dan juga
memastikan proses transfer berlangsung dengan aman dan lancar tanpa
mengganggu pekerjaan lain di rumah sakit yang merujuk
18. Pusat layanan ambulan harus diberitahu sesegera mungkin jika keputusanuntuk melakukan transfer telah dibuat, bahkan bila waktu pastinya belum
diputuskan. Hal ini memungkinkan layanan ambulan untuk merencanakan
pengerahan petugas dengan lebih efisien.
VII. Stabilisasi sebelum transfer1. Meskipun berpotensi memberikan risiko tambahan terhadap pasien, transfer
yang aman dapat dilakukan bahkan pada pasien yang sakit berat / kritis
(extremely ill).
2. Transfer sebaiknya tidak dilakukan bila kondisi pasien belum stabil (pasienkalau kondisi sudah stabil)
3. Hipovolemia adalah kondisi yang sulit ditoleransi oleh pasien akibat adanyaakselerasi dan deselerasi selama transfer berlangsung, sehingga hipovolemia
harus sepenuhnya dikoreksi sebelum transfer.
5/21/2018 Panduan Transfer Pasien.(New)
6/24
4. Unit/ rumah sakit yang dituju untuk transfer harus memastikan bahwa adaprosedur / pengaturan transfer pasien yang memadai.
5. Perlu waktu hingga beberapa jam mulai dari setelah pengambilan keputusandibuat hingga pasien ditransfer ke unit/ rumah sakit lain.
6. Hal yang penting untuk dilakukan sebelum transfer:a. Amankan patensi jalan napas
Beberapa pasien mungkin membutuhkan intubasi atau trakeostomi
dengan pemantauan end-tidal carbondioxide yang adekuat.
b. Analisis gas darah harus dilakukan pada pasien yang menggunakanventilator portabel selama minimal 15 menit.
c.Terdapat jalur / akses vena yang adekuat (minimal 2 kanula perifer atausentral)
d. Pengukuran tekanan darah invasif yang kontinu / terus-menerusmerupakan teknik terbaik untuk memantau tekanan darah pasien selama
proses transfer berlangsung.
e. Jika terdapat pneumotoraks, selang drainase dada (Water-SealedDrainage-WSD) harus terpasang dan tidak boleh diklem.
f. Pasang kateter urin dan nasogastric tube (NGT), jika diperlukang. Pemberian terapi /tatalaksana tidak boleh ditunda saat menunggu
pelaksanaan transfer
7. Unit/ rumah sakit yang dituju dapat memberikan saran mengenaipenanganan segera / resusitasi yang perlu dilakukan terhadap pasien pada
situasi-situasi khusus, namun tanggung jawab tetap pada tim transfer.
8. Tim transfer harus familiar dengan peralatan yang ada dan secaraindependen menilai kondisi pasien.
9. Seluruh peralatan dan obat-obatan harus dicek ulang oleh petugas transfer.10. Gunakanlah daftar persiapan transfer pasien (lampiran 1) untuk memastikan
bahwa semua persiapan yang diperlukan telah lengkap dan tidak ada yang
terlewat.
VIII.Pendampingan Pasien Selama Transfer1. Pasien dengan sakit berat / kritis harus didampingi oleh minimal 2 orang tenaga
medis.
2. Kebutuhan akan jumlah tenaga medis / petugas yang mendampingi pasienbergantung pada kondisi / situasi klinis dari tiap kasus (tingkat / derajat
beratnya penyakit / kondisi pasien).
3. Dokter ruangan (dr DPJP), bertugas untuk membuat keputusan dalammenentukan siapa saja yang harus mendampingi pasien selama transfer
berlangsung.
5/21/2018 Panduan Transfer Pasien.(New)
7/24
4. Sebelum melakukan transfer, petugas yang mendampingi harus paham danmengerti akan kondisi pasien dan aspek-aspek lainnya yang berkaitan dengan
proses transfer.
5. Berikut ini adalah pasien-pasien yang tidak memerlukan dampingan drRuangan/DPJP selama proses transfer antar-rumah sakit berlangsung.
a. Pasien yang dapat mempertahankan patensi jalan napasnya dengan baik dantidak membutuhkan bantuan ventilator / oksigenasi
b. Pasien dengan perintah Do Not Resuscitate (DNR)c. Pasien yang ditransfer untuk tindakan manajemen definitif akut di mana
intervensi anestesi tidak akan mempengaruhi hasil.
6. Berikut adalah panduan perlu atau tidaknya dilakukan transferberdasarkan tingkat / derajat kebutuhan perawatan pasien kritis.(keputusan harus dibuat oleh dokter Ruangan/DPJP)
a. Derajat 0:Pasien yang dapat terpenuhi kebutuhannya dengan ruang rawat biasa di
unit/ rumah sakit yang dituju; biasanya tidak perlu didampingi oleh
dokter, perawat, atau paramedis (selama transfer).
b. Derajat 1:Pasien dengan risiko perburukan kondisi, atau pasien yang sebelumnya
menjalani perawatan di High Care Unit (HCU); di mana membutuhkan
perawatan di ruang rawat biasa dengan saran dan dukungan tambahan
dari tim perawatan kritis; dapat didampingi oleh perawat, petugas
ambulan, dan atau dokter (selama transfer).
c. Derajat 2:Pasien yang membutuhkan observasi / intervensi lebih ketat, termasuk
penanganan kegagalan satu sistem organ atau perawatan pasca-operasi,
dan pasien yang sebelumnya dirawat di HCU; harus didampingi oleh
petugas yang kompeten, terlatih, dan berpengalaman (biasanya dokter
dan perawat / paramedis lainnya).
d. Derajat 3:Pasien yang membutuhkan bantuan pernapasan lanjut (advanced
respiratory support) atau bantuan pernapasan dasar (basic respiratory
support) dengan dukungan / bantuan pada minimal 2 sistem organ,
termasuk pasien-pasien yang membutuhkan penanganan kegagalan
multi-organ; harus didampingi oleh petugas yang kompeten, terlatih, dan
berpengalaman (biasanya dokter anestesi dan perawat ruang intensif /
IGD atau paramedis lainnya).
7. Saat Dr Ruangan/ DPJP di RSU ANIKMAH tidak dapat menjaminterlaksananya bantuan / dukungan anestesiologi yang aman selama proses
5/21/2018 Panduan Transfer Pasien.(New)
8/24
transfer; pengambilan keputusan haruslah mempertimbangkan prioritas dan
risiko terkait transfer.
8. Semua petugas yang tergabung dalam tim transfer untuk pasien dengan sakitberat / kritis harus kompeten, terlatih, dan berpengalaman.
9. Petugas yang mendampingi harus membawa telepon genggam selama transferberlangsung yang berisi nomor telphon RSU ANIKMAH dan rumah sakit
tujuan.
10. Keselamatan adalah parameter yang penting selama proses transfer.
IX. Kompetensi Pendamping Pasien dan Peralatan yang harus Dibawa SelamaTransfer1. Kompetensi SDM untuk transfer intra RSU ANIKMAHPasien Petugas
pendamping
(minimal)
keterampilan yang
dibutuhkan
Peralatan Utama
Derajat 0 TPK/ Petugas
Keamanan
Bantuan hidup dasar
Derajat 0,5(orang
tua/delirium)
TPK/ Petugas
Keamanan
Bantuan hidup dasar
Derajat 1 Perawat/Petugas
yang
berpengalaman
(sesuai dengan
kebutuhan pasien)
Bantuan hidup dasar Pelatihan tabung gas Pemberian obat-obatan Kenal akan tanda deteriorasi
Keterampilan trakeostomi dansuction
Oksigen Suction Tiang infus
portabel
Pompa infusdengan baterai
Oksimetri denyutDerajat 2 Perawat dan
Petugas
keamanan/ TPK
Semua ketrampilan di atas,ditambah;
Dua tahun pengalaman dalamperawatan intensif (oksigenasi,
sungkup pernapasan,defibrillator, monitor)
Semua peralatan diatas, ditambah;
Monitor EKG dantekanan darah
Defibrillator
Derajat 3 Dokter, perawat,
dan TPK/
Petugas
keamanan
Standar kompetensi dokter harus
di atas standar minimal
Dokter:
Minimal 6 bulan pengalamanmengenai perawatan pasien
Monitor ICUportabel yang
lengkap
Ventilator danperalatan transfer
5/21/2018 Panduan Transfer Pasien.(New)
9/24
intensif dan bekerja di ICU
Keterampilan bantuan hidupdasar dan lanjut
Keterampilan menanganipermasalahan jalan napas dan
pernapasan, minimal level ST
3 atau sederajat.
Harus mengikuti pelatihanuntuk transfer pasien dengan
sakit berat / kritis
Perawat:
Minimal 2 tahun bekerja diICU
Keterampilan bantuan hidupdasar dan lanjut
Harus mengikuti pelatihanuntuk transfer pasien dengan
sakit berat / kritis
(lengkapnya lihat Lampiran 1)
yang memenuhi
standar minimal.
TRANSFER INTRA-RUMAH SAKIT
1. Standar: pemantauan minimal, pelatihan, dan petugas yang berpengalaman;diaplikasikan pada transfer intra- dan antar-rumah sakit
2. Sebelum transfer, lakukan analisis mengenai risiko dan keuntungannya.3. Sediakan kapasitas cadangan oksigen dan daya baterai yang cukup untuk
mengantisipasi kejadian emergensi.4. Peralatan listrik harus tepasang ke sumber daya (stop kontak) dan oksigen
sentral digunakan selama perawatan di unit tujuan.
5. Petugas yang mentransfer pasien ke ruang pemeriksaaan radiologi harus pahamakan bahaya potensial yang ada.
6. Semua peralatan yang digunakan pada pasien tidak boleh melebihi level pasien
5/21/2018 Panduan Transfer Pasien.(New)
10/24
2. Kompetensi SDM untuk transfer antar rumah sakit
Pasien Petugas
pendamping
(minimal)
keterampilan yang
dibutuhkan
Peralatan Utama dan
Jenis Kendaraan
Derajat 0 petugas
ambulan
Bantuan hidup dasar (BHD) Kendaraan High
Dependency Service
(HDS)/ Ambulan
Derajat 0,5
(orang
tua/delirium)
petugas
ambulan dan
paramedis
Bantuan hidup dasar Kendaraan HDS/
Ambulan
Derajat 1 Petugasambulan dan
perawat
Bantuan hidup dasar Pemberian oksigen Pemberian obat-obatan Kenal akan tanda deteriorasi Keterampilan perawatan
trakeostomi dansuction
Kendaraan HDS/Ambulan
Oksigen Suction Tiang infus portabel Infus pump dengan
baterai
OksimetriDerajat 2 Dokter,
perawat,dan
petugas
ambulans
Semua ketrampilan di atas,ditambah;
Penggunaan alat pernapasan Bantuan hidup lanjut Penggunaan kantong
pernapasan (bag-valve mask)
Penggunaan defibrillator Penggunaan monitor intensif
Ambulans EMSMercedes 515
Semua peralatan diatas, ditambah;
Monitor EKG dantekanan darah
Defibrillatorbiladiperlukan
Derajat 3 Dokter,
perawat, dan
petugas
ambulan
Dokter:
Minimal 6 bulan pengalamanmengenai perawatan pasien
intensif dan bekerja di ICU
Keterampilan bantuan hidupdasar dan lanjut
Keterampilan menanganipermasalahan jalan napas dan
pernapasan, minimal level ST
3 atau sederajat.
Harus mengikuti pelatihan
Ambulans lengkap/AGD 118
Monitor ICU portabelyang lengkap
Ventilator danperalatan transfer
yang memenuhi
standar minimal.
5/21/2018 Panduan Transfer Pasien.(New)
11/24
untuk transfer pasien dengan
sakit berat / kritis
Perawat:
Minimal 2 tahun bekerja diICU
Keterampilan bantuan hidupdasar dan lanjut
Harus mengikuti pelatihanuntuk transfer pasien dengan
sakit berat / kritis
(lengkapnya lihat Lampiran 1)
X. PEMANTAUAN, OBAT-OBATAN, DAN PERALATAN SELAMATRANSFER PASIEN KRITIS
1. Pasien dengan kebutuhan perawatan kritis memerlukan pemantauan selamaproses transfer.
2. Standar pelayanan dan pemantauan pasien selama transfer setidaknya harussebaik pelayanan di RSU ANNIMAH/ RS tujuan.
3. Peralatan pemantauan harus tersedia dan berfungsi dengan baik sebelumtransfer dilakukan. Standar minimal untuk transfer pasien antara lain:
a. Kehadiran petugas yang kompeten secara kontinu selama transferb. EKG kontinuc. Pemantauan tekanan darah (non-invasif)d. Saturasi oksigen (oksimetri denyut)e. Terpasangnya jalur intravenaf. Terkadang memerlukan akses ke vena sentralg. Peralatan untuk memantau cardiac outputh. Pemantauan end-tidal carbon dioxidepada pasien dengan ventilatori. Mempertahankan dan mengamankan jalan napas
j. Pemantauan temperatur pasien secara terus-menerus (untuk mencegahterjadinya hipotermia atau hipertermia)1
4. Pengukuran tekanan darah non-invasif intermiten, sensitif terhadap gerakandan tidak dapat diandalkan pada mobil yang bergerak. Selain itu juga cukup
menghabiskan baterai monitor.
5. Pengukuran tekanan darah invasif yang kontinu (melalui kanula arteri)disarankan.
6. Idealnya, semua pasien derajat 3 harus dipantau pengukuran tekanan darahsecara invasif selama transfer (wajib pada pasien dengan cedera otak akut;
5/21/2018 Panduan Transfer Pasien.(New)
12/24
pasien dengan tekanan darah tidak stabil atau berpotensi menjadi tidak stabil;
atau pada pasien dengan inotropik).
7. Kateterisasi vena sentral tidak wajib tetapi membantu memantau filling status(status volume pembuluh darah) pasien sebelum transfer. Akses vena sentral
diperlukan dalam pemberian obat inotropic dan vasopressor.
8. Pemantauan tekanan intracranial mungkin diperlukan pada pasien-pasientertentu.
9. Pada pasien dengan pemasangan ventilator, lakukan pemantauan suplaioksigen, tekanan pernapasan (airway pressure), dan pengaturan
ventilator.2
10.Tim transfer yang terlibat harus memastikan ketersediaan obat-obatanyang diperlukan, antara lain: (sebaiknya obat-obatan ini sudah disiapkan didalam jarum suntik)
a. Obat resusitasi dasar: epinefrin, anti-aritmia3b. Obat sedasic. Analgesikd. Relaksans otote. Obat inotropik
11. Hindari penggunaan tiang dengan selang infus yang terlalu banyak agarakses terhadap pasien tidak terhalang dan stabilitas brankar terjaga dengan
baik.1
12. Semua infus harus diberikan melaluisyringe pumps.13. Penggunaan tabung oksigen tambahan harus aman dan terpasang dengan
baik.
14. Petugas transfer harus familiar dengan seluruh peralatan yang ada diambulans.2
15. Pertahankan temperature pasien, lindungi telinga dan mata pasien selamatransfer.
16. Seluruh peralatan harus kokoh, tahan lama, dan ringan.17. Peralatan listrik harus dapat berfungsi dengan menggunakan baterai (saat
tidak disambungkan dengan stop kontak/listrik).
18. Baterai tambahan harus dibawa (untuk mengantisipasi terjadinya matilistrik)
19. Monitor yang portabel harus mempunyai layar yang jernih dan terang dandapat memperlihatkan elektrokardiogram (EKG), saturasi oksigen arteri,
pengukuran tekanan darah (non-invasif), kapnografi, dan temperatur.
20. Pengukuran tekanan darah non-invasif pada monitor portabel dapat dengancepat menguras baterai dan tidak dapat diandalkan saat terdapat
pergerakan ekternal / vibrasi (getaran).
21. Alarm dari alat harus terlihat jelas dan terdengar dengan cukup keras.
5/21/2018 Panduan Transfer Pasien.(New)
13/24
22. Ventilator mekanik yang portabel harus mempunyai (minimal):a. alarm yang berbunyi jika terjadi tekanan tinggi atau terlepasnya alat
dari tubuh pasien
b. mampu menyediakan tekanan akhir ekspirasi positif (positive endexpiratory pressure) dan berbagai macam konsentrasi oksigen
inspirasi
c. pengukuran rasio inspirasi : ekspirasi, frekuensi pernapasan per-menit,dan volume tidal.
d. Mampu menyediakan ventilasi tekanan terkendali (pressure-controlled ventilation) dan pemberian tekanan positif berkelanjutan
(continuous positive airway pressure)
23.
Semua peralatan harus terstandarisasi sehingga terwujudnya suatu prosestransfer yang lancar dan tidak adanya penundaan dalam pemberian terapi /
obat-obatan.1
24. Catatlah status pasien, tanda vital, pengukuran pada monitor, tatalaksanayang diberikan, dan informasi klinis lainnya yang terkait. Pencatatan ini
harus dilengkapi selama transfer.
25. Pasien harus dipantau secara terus-menerus selama transfer dan dicatat dilembar pemantauan.
26. Monitor, ventilator, dan pompa harus terlihat sepanjang waktu olehpetugas dan harus dalam posisi aman di bawah level pasien.
XI. Pemilihan Metode Transfer antar RS untuk Pasien Kritis1. Pemilihan metode transfer harus mempertimbangkan sejumlah komponen
penting seperti di bawah ini.
a. Derajat urgensi untuk melakukan transferb. Kondisi pasienc. Faktor geografikd. Kondisi cuacae. Arus lalu lintasf. Ketersediaan / availabilitasg. Area untuk mendarat di tempat tujuanh. Jarak tempuh
2. Pilihan kendaraan untuk transfer pasien antara lain:a. Jasa Ambulan Gawat Darurat
i. Siap sedia dalam 24 jamii. Perjalanan darat
iii. Durabilitas: dengan pertimbangan petugas dan peralatan yang dibutuhkandan lamanya waktu yang diperlukan.
5/21/2018 Panduan Transfer Pasien.(New)
14/24
XII.Alat transportasi untuk transfer pasien antar rumah sakit1. Gunakan mobil ambulan RSRP/ AGD 118. Mobil dilengkapi soket listrik 12 V,
suplai oksigen, monitor, dan peralatan lainnya
2. Sebelum melakukan transfer, pastikan kebutuhan-kebutuhan untuk mentransferpasien terpenuhi (seperti suplai oksigen, baterai cadangan, dll).
3. Standar Peralatan di Ambulana. Suplai oksigen
b. Ventilatorc. Jarum suntikd. Suctione. Baterai cadanganf.
Syringe / infusion pumps(tinggi pompa sebaiknya tidak melebihi posisi
pasien
g. Alat penghangat ruangan portabel (untuk mempertahankan temperaturpasien)
h. Alat kejut jantung (defibrillator)4. Tim transfer/ SDM pendampingdapat memberi saran mengenai kecepatan
ambulan yang diperlukan, dengan mempertimbangkan kondisi klinis pasien.
5. Keputusan untuk menggunakan sirene diserahkan kepada supir ambulans.Tujuannya adalah untuk memfasilitasi transfer yang lancar dan segera dengan
akselerasi dan deselerasi yang minimal.
6. Pendampingan oleh polisi dapat dipertimbangkan pada area yang sangat padatpenduduknya
7. Petugas harus tetap duduk selama transfer dan menggunakan sabuk pengaman.8. Jika terdapat kegawatdaruratan medis dan pasien membutuhkan intervensi
segera, berhentikan ambulan di tempat yang aman dan lakukan tindakan yang
diperlukan.
9. Jika petugas diperlukan untuk turun dari kendaraan / ambulan, gunakanlahpakaian yang jelas terlihat oleh pengguna jalan lainnya.
XIII. Dokumentasi dan Penyerahan pasien transfer antar rumah sakit1. Lakukan pencatatan yang jelas dan lengkap dalam semua tahapan transfer,
dan harus mencakup:
a. detail kondisi pasienb. alasan melakukan transferc. nama konsultan yang merujuk dan menerima rujukand. status klinis pre-transfere. detail tanda vital, pemeriksaan fisik, dan terapi yang diberikan selama
transfer berlangsung
5/21/2018 Panduan Transfer Pasien.(New)
15/24
2. Pencatatan harus terstandarisasi antar-rumah sakit jejaring dan diterapkanuntuk transfer intra- dan antar-rumah sakit.
3. Rekam medis harus mengandung:a. resume singkat mengenai kondisi klinis pasien sebelum, selama, dan
setelah transfer; termasuk kondisi medis yang terkait, faktor lingkungan,
dan terapi yang diberikan.
b. Data untuk proses audit. Tim transfer harus mempunyai salinan datanya.4. Harus ada prosedur untuk menyelidiki masalah-masalah yang terjadi selama
proses transfer, termasuk penundaan transportasi.
5. Tim transfer harus memperoleh informasi yang jelas mengenai lokasi rumahsakit yang dituju sebelum mentransfer pasien.
6.
Saat tiba di rumah sakit tujuan, harus ada proses serah-terima pasien antaratim transfer dengan pihak rumah sakit yang menerima (paramedis dan
perawat) yang akan bertanggungjawab terhadap perawatan pasien
selanjutnya.
7. Proses serah-terima pasien harus mencakup pemberian informasi (baik secaraverbal maupun tertulis) mengenai riwayat penyakit pasien, tanda vital, hasil
pemeriksaan penunjang (laboratorium, radiologi), terapi, dan kondisi klinis
selama transfer berlangsung.
8. Hasil pemeriksaan laboratorium, radiologi, dan yang lainnya harusdideskripsikan dan diserahkan kepada petugas rumah sakit tujuan.
9. Setelah menyerahkan pasien, tim transfer dibebastugaskan dari kewajibanmerawat pasien.
10. Perlu penyediaan pakaian, sejumlah peralatan yang dapat dibawa, dansejumlah uang untuk memfasilitasi mekanisme perjalanan kembali tim
transfer.
XIV. Komunikasi dalam Transfer Pasien Antar Rumah Sakit1. Pasien (jika memungkinkan) dan keluarganya harus diberitahu mengenai
alasan transfer dan lokasi rumah sakit tujuan. Berikanlah nomor telepon
rumah sakit tujuan dan jelaskan cara untuk menuju ke RS tersebut.
2. Pastikan bahwa rumah sakit tujuan dapat dan setuju untuk menerima pasiensebelum dilakukan transfer.
3. Kontak pertama harus dilakukan oleh konsultan/ dokter penanggung jawabdi kedua rumah sakit, untuk mendiskusikan mengenai kebutuhan medis
pasien.
4. Untuk kontak selanjutnya, tunjuklah satu orang lainnya (biasanya perawatsenior). Bertugas sebagai komunikator utama sampai transfer selesai
dilakukan.
5/21/2018 Panduan Transfer Pasien.(New)
16/24
a. Jika selama transfer terjadi pergantian jaga perawat yang ditunjuk,berikan penjelasan mengenai kondisi pasien yang ditransfer dan lakukan
penyerahan tanggung jawab kepada perawat yang menggantikan.
b. Komunikator utama harus menghubungi pelayanan ambulan, jika inginmenggunakan jasanya dan harus menjadi kontak satu-satunya untuk
diskusi selanjutnya antara rumah sakit dengan layanan ambulans.
c. Harus memberikan informasi terbaru mengenai kebutuhan perawatanpasien kepada rumah sakit tujuan.
5. Tim transfer harus berkomunikasi dengan rumah sakit asal dan tujuanmengenai penanganan medis yang diperlukan dan memberikan update
perkembangannya.
XV.
Audit dan Jaminan Mutu1. Buatlah catatan yang jelas dan lengkap selama transfer.2. Dokumentasi ini akan digunakan sebagai acuan data dasar dan sarana audit3. RSU AN NIMAH bertanggungjawab untuk menjaga berlangsungnya
proses pelaporan insidens yang terjadi dalam transfer dengan menggunakan
protokol standar RSU AN NIMAH
4. Data audit akan ditinjau ulang secara teratur oleh RSU ANNIMAH
5/21/2018 Panduan Transfer Pasien.(New)
17/24
LAMPIRAN 1
KOMPETENSI UNTUK TRANSFER PASIEN DENGAN SAKIT BERAT /
KRITIS DERAJAT 3 INTRA- DAN ANTAR-RUMAH SAKIT2
Semua pasien sakit berat / kritis derajat 3 didampingi oleh 2 orang selama transfer. Satu
orang adalah dokter, biasanya spesialis anestesi yang sudah terlatih dalam penanganan
jalan napas. Satu orang lagi adalah perawat atau dokter umum. Terdapat standar
keterampilan minimal untuk melakukan transfer pasien. Berikut adalah kompetensi
yang diperlukan.
Dokter
Harus memiliki:
1. Minimal 6 bulan pengalaman mengenai perawatan pasien intensif dan bekerja diICU
2. Keterampilan bantuan hidup dasar dan lanjut3. Keterampilan menangani permasalahan jalan napas dan pernapasan, minimal
level ST 3 atau sederajat.
4. Harus mengikuti pelatihan untuk transfer pasien dengan sakit berat / kritisPerawat
Harus memiliki:
1. Minimal 2 tahun bekerja di ICU2. Keterampilan bantuan hidup dasar dan lanjut3. Harus mengikuti pelatihan untuk transfer pasien dengan sakit berat / kritis
Peralatan
1. VentilatorDokter harus:
a. Memiliki pengetahuan yang cukup terhadap fungsi dan jenis ventilatoryang digunakan
b. Mampu mengganti bateraic. Mampu mengganti tabung oksigen dan menghitung kebutuhan oksigen
pasien
Perawat harus:
a. mampu mengganti tabung oksigenb. mampu mengganti baterai
2. PompaDokter dan perawat harus:
a. Mampu mengganti bateraib. Mampu mengoperasikan jarum suntik /syringe pumpsc. Mampu mengatur kecepatan infus dan memberikan bolus cairan / obat
3. MonitorDokter dan perawat harus dapat:
5/21/2018 Panduan Transfer Pasien.(New)
18/24
a. Mendeteksi adanya gelombang yang invasiveb. Melakukan pemantauan invasivec. Mengoperasikan EKGd. Mengoperasikan kapnografie. Mengoperasikan oksimetri denyut
4. Kantong peralatan medis untuk transfer (transfer bag)Dokter dan perawat harus mempunyai pengetahuan yang cukup mengenai isi
kantong peralatan medis.
5. Troli transferDokter dan perawat harus mengetahui cara mengoperasikan troli dan
mengamankan pasien serta peralatan di dalamnya.
6.
Sistem bidai untuk transfer via udaraDokter dan perawat harus mempunyai pengetahuan yang cukup mengenai cara
mengoperasikan sistem ini.
Pengangkutan Pasien
Dokter dan perawat harus dapat mendemonstrasikancara mengangkut pasien dengan
aman.
Komunikasi dan Panduan
Dokter dan perawat harus dapat:
1. Mendemonstrasikan cara berkomunikasi dengan rumah sakit tujuan dan pusatlayanan ambulans.
2. Membaca dan memahami kebijakan transfer setempat dan nasional3. Memiliki pengetahuan mengenai struktur kendali dan pemberian perintah untuk
transfer
Transfer
Dokter dan perawat harus mempunyai pengetahuan yang cukup akan risiko yang dapat
terjadi selama melakukan transfer pada pasien dengan sakit berat / kritis via
menggunakan kendaraan yang bergerak (baik pada transportasi darat maupun udara),
dan waspada akan bahaya yang mungkin terjadi kepada petugas dan atau pasien.
Penyerahan Pasien
Dokter dan perawat harus mengetahui prosedur serah-terima pasien di rumah sakit
tujuan.
Orientasi
Dokter dan perawat telah mengetahui kondisi di dalam kendaraan transportasi yang
akan digunakan (ambulans atau pesawat) sebelum melakukan transfer.
Panduan Pemantauan Minimal
Dokter harus memiliki pengetahuan mengenai panduan pemantauan minimal.
5/21/2018 Panduan Transfer Pasien.(New)
19/24
LAMPIRAN 2
PERALATAN TRANSFER MINIMALUNTUK ANTAR RUMAH SAKIT
1. Manajemen jalan napas / oksigenasi (dewasa dan anak)a. Sistem bag-valve dewasa dan anak dengan reservoir oksigen
b. Sungkup dewasa dan anakc. Penghubung sistem bag-valve dengan endotracheal (ETT)/ tracheostomy
tube
d. Monitor end-tidal carbon dioxide(dewasa dan anak)e. Laringoskop Millerf. Stilet / mandrin ETT (dewasa dan anak)g. Forceps Magil (dewasa dan anak)h.
Selang ETT (5.0, 5.5, 6.0, 6.5, 7.0, 7.5, 8.0)
i. Pegangan laringoskop (dewasa dan anak)j. Baterai cadangan dan bola lampu laringoskopk. Nasopharyngeal airways (NPA) / Oropharyngeal airways (OPA)l. Pisau bedah (scalpel)m. Alat krikotiroidotomin. Pelumas / gelo. Nasal kanul (dewasa dan anak)
2. Lem perekat3. Nebulizer4. Kapas alkohol5. Brankar (dewasa dan anak)6. Jarum untuk bone marrow (sum-sum tulang belakang) untuk infus pada anak7. Pengukur tekanan darah8. Winged needle9. Telepon genggam10.Gel / bantalan elektroda defibrillator11.Stik gula darah sewaktu (GDS)12.Monitor EKG / defibrillator13.Elektroda EKG14.Senter dengan baterai cadangan15.Pompa infus (infusion pumps)16.Selang infus17.Three-way18.Kateter intravena19.Cairan infus (normal saline-NS, ringer laktat-RL, dekstrosa 5%)20.Spuit21.Klem Kelley22.Oksimetri denyut
5/21/2018 Panduan Transfer Pasien.(New)
20/24
23.Nasogastric tube (NGT)24.Tali penahan untuk ekstremitas25.Stetoskop26.Suction27.Kassa28.Tourniquet29.Gunting30.Tambahan:
a. Alat imobilisasi spinalb. Ventilator portabel
5/21/2018 Panduan Transfer Pasien.(New)
21/24
LAMPIRAN 3
OBAT-OBATAN TRANSFER MINIMALANTAR RUMAH SAKIT
(Bila diperlukan)
5/21/2018 Panduan Transfer Pasien.(New)
22/24
1. Adenosine, 6mg/2ml2. Albuterol, 2,5mg/2ml3. Amiodaron, 150mg/3ml4. Atropine, 1mg/10ml5. Kalsium klorida, 1g/10ml6. Catacaine/hurricaine spray7. Dekstrosa 25%, 10ml8. Dekstrosa 50%, 50ml9. Digoksin, 0,5mg/2ml10.Diltiazem, 25mg/5ml11.Difenhidramin, 50mg/1ml12.
Dopamine, 200mg/5ml
13.Epinefrin, 1mg/10ml (1:10.000)14.Epinefrin, 1mg/1ml (1:1.000)15.Fosfenitoin, 750mg/10ml16.Furosemide, 100mg/10ml17.Glucagon, 1mg (vial)18.Heparin, 1.000 U/1ml19.Isoproterenol, 1mg/5ml20.Labetalol, 40mg/8ml21.Lidokain, 100mg/10ml22.Lidokain, 2g/10ml23.Manitol, 50g/50ml24.MgSO4, 1g/2ml25.Metilprednisolon, 125mg/2ml26.Metoprolol, 5mg/5ml27.Nalokson, 2mg/2ml28.Nitrogliserin IV, 50mg/10ml29.Nitrogliserin tablet, 0,4mg30.Nitroprusid, 50mg/2ml31.Normal Saline NS, 30 ml untuk
injeksi
32.Fenobarbital, 65mg/ml atau130mg/ml
33.KCl, 20 mEq/10ml34.Prokainamid, 1.000mg/10ml35.Natrium bikarbonat, 5mEq/10ml36.Natrium bikarbonat, 50mEq/50ml37.Akua bidestilata, 30ml untuk
injeksi
38.Terbutalin, 1mg/1ml39.Verapamil, 5mg/2ml
5/21/2018 Panduan Transfer Pasien.(New)
23/24
Obat-obatan berikut ini ditambahkan ke tas emergency segera sebelum transfer sesuai
dengan indikasi pasien:
1. Analgesik narkose (morfin, fentanil)2. Sedasi / hypnosis (lorazepam, midazolam, propofol, etomidat, ketamin)3. Agen neuromuscular blocker (suksinilkolin, pankuronium, atrakurium,
rokuronium)
4. Prostaglandin E15. Surfaktan paru
5/21/2018 Panduan Transfer Pasien.(New)
24/24
DAFTAR PUSTAKA
Association of Anaesthetists of Great Britain and Ireland (2009). AAGBI safety
guideline: interhospital transfer. London
Welsh Assembly Government (2009).Designed for life: Welsh guidelines for the
transfer of critically ill adult; 2009.
Warren J, Fromm RE, Orr RA, Rotello LC, Horst M. (2004). Guidelines for the
inter- and intrahospital transport of critically ill patients . American
College of Critical Care Medicine.Crit Care Med. 2004;1:256-62.
North West London Cardiac & Stroke Network (2010). Web-based interhospital
transfers: user guide. London: NHS
Top Related