RS. MULIA INSANI
Jl. Raya Serang Km 16,8
Sukamulya-Cikupa
Tangerang
PANDUAN TRANSFER PASIEN
Tim Keperawatan12 Maret 2012 18 Halaman
PANDUAN TRANSFER PASIEN
I. Latar Belakang
Transfer pasien dapat dilakukan apabila kondisi pasien layak untuk di transfer. Prinsip
dalam melakukan transfer pasien adalah memastikan keselamatan dan keamanan
pasien saat menjalani transfer. Pelaksanaan transfer pasien dapat dilakukan intra rumah
sakit atau antar rumah sakit.
Transfer pasien dimulai dengan melakukankoordinasi dan komunikasi pra transportasi
pasien, menentukan SDM yang akan mendampingi pasien, menyiapkan peralatan yang
disertakan saat transfer dan monitoring pasien selama transfer. Transfer pasien hanya
boleh dilakukan oleh staf medis dan staf keperawatan yang kompeten serta petugas
profesional lainnya yang sudah terlatih.
II. Pengertian Transfer
Transfer pasien adalah memindahkan pasien dari satu ruangan keruang
perawatan/ruang tindakan lain didalam rumah sakit (intra rumah sakit) atau
memindahkan pasien dari satu rumah sakit ke rumah sakit lain (antar rumah sakit).
III. Tujuan
Tujuan dari manajemen transfer pasien adalah:
- Agar pelayanan transfer pasien dilaksanakan secara profesional dan berdedikasi
tinggi.
- Agar proses transfer/pemindahan pasien berlangsung dengan aman dan lancar serta
pelaksanaannya sangat memperhatikan keselamatan pasien serta sesuai dengan
prosedur yang telah ditetapkan.
IV. Ruang Lingkup
Transfer pasien didalam rumah sakit terdiri dari:
- Transfer pasien dari IGD ke Kamar Operasi
- Transfer pasien dari POLI ke Kamar Operasi
- Transfer pasien dari Ruangan ke Kamar Operasi
- Transfer pasien dari Kamar Operasi ke ruangan
- Transfer pasien dari IGD ke Ruang Radiologi
Transfer pasien antar rumah sakit terdiri dari:
- Transfer pasien dari RS Mulia Insani ke RS lain atau sebaliknya
- Transfer pasien dari RS Mulia Insani ke rumah pasien atau sebaliknya
V. Pengaturan Transfer
1. RS Mulia Insani memiliki suatu tim transfer yang terdiri dari dokter dr IGD/dr
ruangan, DPJP, perawat yang kompeten dalam merawat pasien, petugas medis, dan
petugas ambulance. Tim ini yang berwenang untuk memutuskan metode transfer
mana yang akan dipilih.
2. Berikut adalah metode transfer yang ada di Rs. Mulia Insani Tangerang
a. LayananAntar-Jemput Pasien: merupakan layanan/jasa umum khusus untuk
pasien Rs. Mulia Insani Tangerang dengan tim transfer dari petugas IGD, di
mana tim tersebut akan mengambil/menjemput pasien dari rumah/rumah sakit
jejaring untuk dibawa ke Rs. Mulia Insani Tangerang
b. Tim transfer local: Rs. Mulia Insani Tangerang memiliki tim transfernya sendiri
dan mengirimkan sendiri pasiennya ke rumah sakit lain, tetapi bila tim transfer
dan faslitas transfer di Rs. Mulia Insani Tangerang sedang tidak siap, maka
transfer dilakukan dengan menggunakan jasa tim transfer dari ambulan gawat
darurat RS lain.
3. Rs. Mulia Insani Tangerang mempunyai sistem resusitasi, stabilisasi, dan transfer
untuk pasien-pasien dengan sakit berat/kritis; tanpa terkecuali.
4. Dokter senior/spesialis (DPJP) yang bertanggungjawab dalam tim transfer pasien
harus siap sedia 24 jam untuk mengatur dan mengawasi seluruh kegiatan transfer
pasien sakit berat/kritis antar-rumah sakit.
VI. Keputusan Melakukan Transfer
1. Lakukan pendekatan yang sistematis dalam proses transfer pasien.
2. Awali dengan pengambilan keputusan untuk melakukan transfer, kemudian lakukan
stabilisasi pre-transfer dan manajemen transfer.
3. Hal ini mencakup tahapan: evaluasi, komunikasi, dokumentasi/pencatatan,
pemantauan, penatalaksanaan, penyerahan pasien antar ruangan dalam rumah sakit
maupun ke rumah sakit rujukan/penerima, dan kembali ke Rs. Mulia Insani
Tangerang.
4. Tahapan yang penting dalam menerapkan proses transfer yang aman: edukasi dan
persiapan.
5. Pengambilan keputusan untuk melakukan transfer harus dipertimbangkan dengan
matang karena transfer berpotensi mengekspos pasien dan personel rumah sakit
akan risiko bahaya tambahan, serta menambah kecemasan keluarga dan kerabat
pasien.
6. Pertimbangkan risiko dan keuntungan dilakukannya transfer. Jika risikonya lebih
besar, sebaiknya jangan melakukan transfer.
7. Dalam transfer pasien, diperlukan personel yang terlatih dan kompeten, peralatan
dan kendaraan khusus.
8. Pengambil keputusan harus melibatkan DPJP dan dokter ruangan.
9. Dokumentasi pengambilan keputusan harus mencantumkan nama dokter yang
mengambil keputusan (berikut gelar dan biodata detailnya), tanggal dan waktu
diambilnya keputusan, serta alasan yang mendasari.
10. Terdapat 2 alasan untuk melakukan transfer pasien keluar Rs. Mulia Insani
Tangerang yaitu:
a. Transfer untuk penanganan dan perawatan spesialistik lebih lanjut
1. Ini merupakan situasi emergensi di mana sangat diperlukan transfer yang
efisien untuk tatalaksana pasien lebih lanjut, yang tidak dapat disediakan Rs.
Mulia Insani Tangerang
2. Pasien harus stabil dan teresusitasi dengan baik sebelum ditransfer.
b. Transfer antar rumah sakit untuk pemerikasaan diagnostik (misalnya karena
fasilitas kurang mendukung)
- Idealnya, pasien sebaiknya tidak ditransfer jika bukan untuk kepentingan
mereka.
11. Saat keputusan transfer telah diambil, dokter yang bertanggung jawab/ dokter
ruanganakan menghubungi unit/rumah sakit yang dituju.
12. Dalam mentransfer pasien antar rumah sakit, tim transfer RS. Mulia Insani
Tangerang (DPJP/dr ruangan) akan menghubungi rumah sakit yang dituju dan
melakukan negosiasi dengan unit yang dituju. Jika unit tersebut setuju untuk
menerima pasien rujukan, harus memastikan tersedianya peralatan medis yang
memadai di rumah sakit yang dituju.
13. Keputusan final untuk melakukan transfer ke luar Rs. Mulia Insani Tangerang
dipegang oleh DPJP/ dokter ruangan rumah sakit yang dituju.
14. Beritahukan kepada pasien (jika kondisinya memungkinkan) dan keluarga mengenai
perlunya dilakukan transfer antar rumah sakit, dan mintalah persetujuan tindakan
transfer.
15. Proses pengaturan transfer ini harus dicatat dalam status rekam medis pasien yang
meliputi: nama pasien , no RM , alamat pasien, no telepon.
VII. Stabilisasi sebelum transfer
1. Meskipun berpotensi memberikan risiko tambahan terhadap pasien, transfer yang
aman dapat dilakukan bahkan pada pasien yang sakit berat/kritis (extremely ill).
2. Transfer sebaiknya tidak dilakukan bila kondisi pasien belum stabil (pasien kalau
kondisi sudah stabil)
3. Hipovolemia adalah kondisi yang sulit ditoleransi oleh pasien akibat adanya
akselerasi dan deselerasi selama transfer berlangsung, sehingga hipovolemia harus
sepenuhnya dikoreksi sebelum transfer.
4. Unit/ rumah sakit yang dituju untuk transfer harus memastikan bahwa ada
prosedur / pengaturan transfer pasien yang memadai.
5. Perlu waktu hingga beberapa jam mulai dari setelah pengambilan keputusan dibuat
hingga pasien ditransfer ke unit/ rumah sakit lain.
6. Hal yang penting untuk dilakukan sebelum transfer:
a. Amankan patensi jalan napas
Beberapa pasien mungkin membutuhkan intubasi atau trakeostomi dengan
pemantauan end-tidal carbondioxide yang adekuat.
b. Pengukuran tekanan darah invasif yang kontinu/terus-menerus merupakan
teknik terbaik untuk memantau tekanan darah pasien selama proses transfer
berlangsung.
c. Pasang kateter urin dan nasogastric tube (NGT), jika diperlukan
d. Pemberian terapi/tatalaksana tidak boleh ditunda saat menunggu pelaksanaan
transfer
7. Unit/rumah sakit yang dituju dapat memberikan saran mengenai penanganan
segera/resusitasi yang perlu dilakukan terhadap pasien pada situasi-situasi
khusus, namun tanggung jawab tetap pada tim transfer.
8. Tim transfer harus familiar dengan peralatan yang ada dan secara independen
menilai kondisi pasien.
9. Seluruh peralatan dan obat-obatan harus dicek ulang oleh petugas transfer.
10. Gunakanlah daftar persiapan transfer pasien (lampiran 1) untuk memastikan
bahwa semua persiapan yang diperlukan telah lengkap dan tidak ada yang
terlewat.
VIII. Pendampingan Pasien Selama Transfer
1. Pasien dengan sakit berat / kritis harus didampingi oleh minimal 2 orang tenaga
medis.
2. Kebutuhan akan jumlah tenaga medis / petugas yang mendampingi pasien
bergantung pada kondisi/situasi klinis dari tiap kasus (tingkat/derajat beratnya
penyakit/kondisi pasien).
3. Dokter ruangan (dr DPJP), bertugas untuk membuat keputusan dalam menentukan
siapa saja yang harus mendampingi pasien selama transfer berlangsung.
4. Sebelum melakukan transfer, petugas yang mendampingi harus paham dan
mengerti akan kondisi pasien dan aspek-aspek lainnya yang berkaitan dengan
proses transfer.
5. Berikut ini adalah pasien-pasien yang tidak memerlukan dampingan dr
Ruangan/DPJP selama proses transfer antar-rumah sakit berlangsung.
- Pasien yang dapat mempertahankan patensi jalan napasnya dengan baik dan
tidak membutuhkan bantuan oksigen.
6. Berikut adalah panduan perlu atau tidaknya dilakukan transfer berdasarkan
tingkat/derajat kebutuhan perawatan pasien kritis. (keputusan harus dibuat oleh
dokter Ruangan/DPJP).
a. Derajat 0:
Pasien yang dapat terpenuhi kebutuhannya dengan ruang rawat biasa di
unit/rumah sakit yang dituju; biasanya tidak perlu didampingi oleh dokter,
perawat, atau paramedis (selama transfer).
b. Derajat 1:
Pasien dengan risiko perburukan kondisi, atau pasien yang sebelumnya
menjalani perawatan di High Care Unit (HCU); di mana membutuhkan
perawatan di ruang rawat biasa dengan saran dan dukungan tambahan dari tim
perawatan kritis; dapat didampingi oleh perawat, petugas ambulan, dan atau
dokter (selama transfer).
c. Derajat 2:
Pasien yang membutuhkan observasi/intervensi lebih ketat, termasuk
penanganan kegagalan satu sistem organ atau perawatan pasca-operasi, dan
pasien yang sebelumnya dirawat di HCU; harus didampingi oleh petugas yang
kompeten, terlatih, dan berpengalaman (biasanya dokter dan perawat /
paramedis lainnya).
7. Saat Dr Ruangan/DPJP di Rs. Mulia Insani Tangerang tidak dapat menjamin
terlaksananya bantuan/dukungan anestesiologi yang aman selama proses transfer;
pengambilan keputusan haruslah mempertimbangkan prioritas dan risiko terkait
transfer.
8. Semua petugas yang tergabung dalam tim transfer untuk pasien dengan sakit
berat / kritis harus kompeten, terlatih, dan berpengalaman.
9. Petugas yang mendampingi harus membawa telepon genggam selama transfer
berlangsung yang berisi nomor telphon RS. Mulia Insani Tangerang dan rumah
sakit tujuan.
10. Keselamatan adalah parameter yang penting selama proses transfer.
IX. Kompetensi Pendamping Pasien dan Peralatan yang harus Dibawa Selama
Transfer
1. Kompetensi SDM untuk transfer intra RS Mulia Insani Tangerang
Pasien Petugas pendamping
(minimal)
keterampilan yang
dibutuhkan
Peralatan Utama
Derajat 1 Perawat/Petugas yang
berpengalaman (sesuai
dengan kebutuhan pasien)
Bantuan hidup dasar
Pelatihan tabung gas
Pemberian obat-obatan
Keterampilan trakeostomi
dan suction
Oksigen
Suction
Tiang infus
portabel
Pompa infus
dengan baterai
Oksimetri denyut
Derajat 2 Perawat dan Petugas
keamanan/ TPK
Semua ketrampilan di atas,
ditambah;
Dua tahun pengalaman
dalam perawatan intensif
(oksigenasi, sungkup
pernapasan, defibrillator,
monitor)
Semua peralatan di
atas, ditambah;
Monitor EKG dan
tekanan darah
Defibrillator
2. TRANSFER INTRA-RUMAH SAKIT
a. Standar: pemantauan minimal, pelatihan, dan petugas yang berpengalaman;
diaplikasikan pada transfer intra- dan antar-rumah sakit.
b. Sebelum transfer, lakukan analisis mengenai risiko dan keuntungannya.
c. Sediakan kapasitas cadangan oksigen dan daya baterai yang cukup untuk
mengantisipasi kejadian emergensi.
d. Peralatan listrik harus tepasang ke sumber daya (stop kontak) dan oksigen
sentral digunakan selama perawatan di unit tujuan.
e. Petugas yang mentransfer pasien ke ruang pemeriksaaan radiologi harus paham
akan bahaya potensial yang ada.
f. Semua peralatan yang digunakan pada pasien tidak boleh melebihi level pasien.
Pasien Petugas pendamping keterampilan yang Peralatan Utama dan Jenis
(minimal) dibutuhkan Kendaraan
Derajat 0 petugas ambulan Bantuan hidup dasar
(BHD)
Kendaraan High Dependency
Service (HDS)/ Ambulan
Derajat 1 Petugas ambulan dan perawat Bantuan hidup dasar
Pemberian oksigen
Pemberian obat-
obatan
Kenal akan tanda
deteriorasi
Keterampilan
perawatan
trakeostomi dan
suction
Kendaraan HDS/ Ambulan
Oksigen
Suction
Tiang infus portabel
Infus pump dengan baterai
Oksimetri
X. PEMANTAUAN, OBAT-OBATAN, DAN PERALATAN SELAMA
TRANSFER PASIEN KRITIS
1. Pasien dengan kebutuhan perawatan kritis memerlukan pemantauan selama proses
transfer.
2. Standar pelayanan dan pemantauan pasien selama transfer setidaknya harus sebaik
pelayanan di RS Mulia Insani
3. Peralatan pemantauan harus tersedia dan berfungsi dengan baik sebelum transfer
dilakukan. Standar minimal untuk transfer pasien antara lain:
a. Kehadiran petugas yang kompeten secara kontinu selama transfer
b. EKG kontinu
c. Pemantauan tekanan darah (non-invasif)
d. Saturasi oksigen (oksimetri denyut)
e. Terpasangnya jalur intravena
f. Mempertahankan dan mengamankan jalan napas
g. Pemantauan temperatur pasien secara terus-menerus (untuk mencegah
terjadinya hipotermia atau hipertermia)
4. Pengukuran tekanan darah non-invasif intermiten, sensitif terhadap gerakan dan
tidak dapat diandalkan pada mobil yang bergerak. Selain itu juga cukup
menghabiskan baterai monitor.
5. Pemantauan tekanan intracranial mungkin diperlukan pada pasien-pasien tertentu.
6. Tim transfer yang terlibat harus memastikan ketersediaan obat-obatan yang
diperlukan, antara lain: (sebaiknya obat-obatan ini sudah disiapkan di dalam jarum
suntik)
a. Obat resusitasi dasar: epinefrin, anti-aritmia
b. Obat sedasi
c. Analgesik
d. Relaksans otot
e. Obat inotropik
7. Hindari penggunaan tiang dengan selang infus yang terlalu banyak agar akses
terhadap pasien tidak terhalang dan stabilitas brankar terjaga dengan baik.
8. Penggunaan tabung oksigen tambahan harus aman dan terpasang dengan baik.
9. Petugas transfer harus familiar dengan seluruh peralatan yang ada di ambulans.
10. Pertahankan temperature pasien, lindungi telinga dan mata pasien selama
transfer.
11. Seluruh peralatan harus kokoh, tahan lama, dan ringan.
12. Peralatan listrik harus dapat berfungsi dengan menggunakan baterai (saat tidak
disambungkan dengan stop kontak/listrik).
13. Baterai tambahan harus dibawa (untuk mengantisipasi terjadinya mati listrik)
14. Monitor yang portabel harus mempunyai layar yang jernih dan terang dan dapat
memperlihatkan elektrokardiogram (EKG), saturasi oksigen arteri, pengukuran
tekanan darah (non-invasif), dan temperatur.
15. Pengukuran tekanan darah non-invasif pada monitor portabel dapat dengan cepat
menguras baterai dan tidak dapat diandalkan saat terdapat pergerakan ekternal /
vibrasi (getaran).
16. Alarm dari alat harus terlihat jelas dan terdengar dengan cukup keras.
17. Semua peralatan harus terstandarisasi sehingga terwujudnya suatu proses transfer
yang lancar dan tidak adanya penundaan dalam pemberian terapi / obat-obatan.1
18. Catatlah status pasien, tanda vital, pengukuran pada monitor, tatalaksana yang
diberikan, dan informasi klinis lainnya yang terkait. Pencatatan ini harus
dilengkapi selama transfer.
19. Pasien harus dipantau secara terus-menerus selama transfer dan dicatat di lembar
pemantauan.
XI. Pemilihan Metode Transfer antar RS untuk Pasien Kritis
1. Pemilihan metode transfer harus mempertimbangkan sejumlah komponen penting
seperti di bawah ini.
a. Derajat urgensi untuk melakukan transfer.
b. Kondisi pasien.
c. Faktor geografik.
d. Kondisi cuaca.
e. Arus lalu lintas.
f. Ketersediaan/availabilitas.
g. Area untuk mendarat di tempat tujuan.
h. Jarak tempuh.
2. Pilihan kendaraan untuk transfer pasien antara lain:
- Jasa Ambulan Gawat Darurat
Siap sedia dalam 24 jam.
Perjalanan darat.
Durabilitas: dengan pertimbangan petugas dan peralatan yang dibutuhkan dan
lamanya waktu yang diperlukan.
XII. Alat transportasi untuk transfer pasien antar rumah sakit
1. Sebelum melakukan transfer, pastikan kebutuhan-kebutuhan untuk mentransfer
pasien terpenuhi (seperti suplai oksigen, baterai cadangan, dll).
2. Standar Peralatan di Ambulance
a. Suplai oksigen
b. Jarum suntik
c. Suction
d. Baterai cadangan
e. Syringe / infusion pumps (tinggi pompa sebaiknya tidak melebihi posisi pasien
3. Tim transfer/ SDM pendampingdapat memberi saran mengenai kecepatan
ambulan yang diperlukan, dengan mempertimbangkan kondisi klinis pasien.
4. Keputusan untuk menggunakan sirene diserahkan kepada supir ambulance.
Tujuannya adalah untuk memfasilitasi transfer yang lancar dan segera dengan
akselerasi dan deselerasi yang minimal.
5. Petugas harus tetap duduk selama transfer dan menggunakan sabuk pengaman.
6. Jika terdapat kegawatdaruratan medis dan pasien membutuhkan intervensi
segera, berhentikan ambulacen di tempat yang aman dan lakukan tindakan yang
diperlukan.
7. Jika petugas diperlukan untuk turun dari kendaraan / ambulan, gunakanlah
pakaian yang jelas terlihat oleh pengguna jalan lainnya.
XIII. Dokumentasi dan Penyerahan pasien transfer antar rumah sakit
1. Lakukan pencatatan yang jelas dan lengkap dalam semua tahapan transfer, dan
harus mencakup:
a. detail kondisi pasien
b. alasan melakukan transfer
c. nama konsultan yang merujuk dan menerima rujukan
d. status klinis pre-transfer
e. detail tanda vital, pemeriksaan fisik, dan terapi yang diberikan selama
transfer berlangsung.
2. Pencatatan harus terstandarisasi antar-rumah sakit jejaring dan diterapkan untuk
transfer intra- dan antar-rumah sakit.
3. Rekam medis harus mengandung:
a. resume singkat mengenai kondisi klinis pasien sebelum, selama, dan setelah
transfer; termasuk kondisi medis yang terkait, faktor lingkungan, dan terapi
yang diberikan.
b. Data untuk proses audit. Tim transfer harus mempunyai salinan datanya.
4. Harus ada prosedur untuk menyelidiki masalah-masalah yang terjadi selama
proses transfer, termasuk penundaan transportasi.
5. Tim transfer harus memperoleh informasi yang jelas mengenai lokasi rumah
sakit yang dituju sebelum mentransfer pasien.
6. Saat tiba di rumah sakit tujuan, harus ada proses serah-terima pasien antara tim
transfer dengan pihak rumah sakit yang menerima (paramedis dan perawat)
yang akan bertanggungjawab terhadap perawatan pasien selanjutnya.
7. Proses serah-terima pasien harus mencakup pemberian informasi (baik secara
verbal maupun tertulis) mengenai riwayat penyakit pasien, tanda vital, hasil
pemeriksaan penunjang (laboratorium, radiologi), terapi, dan kondisi klinis
selama transfer berlangsung.
8. Hasil pemeriksaan laboratorium, radiologi, dan yang lainnya harus
dideskripsikan dan diserahkan kepada petugas rumah sakit tujuan.
XIV. Komunikasi dalam Transfer Pasien Antar Rumah Sakit
1. Pasien (jika memungkinkan) dan keluarganya harus diberitahu mengenai alasan
transfer dan lokasi rumah sakit tujuan. Berikanlah nomor telepon rumah sakit
tujuan dan jelaskan cara untuk menuju ke RS tersebut.
2. Pastikan bahwa rumah sakit tujuan dapat dan setuju untuk menerima pasien
sebelum dilakukan transfer.
3. Kontak pertama harus dilakukan oleh dokter jaga di kedua rumah sakit, untuk
mendiskusikan mengenai kebutuhan medis pasien.
4. Untuk kontak selanjutnya, tunjuklah satu orang lainnya (biasanya perawat
senior). Bertugas sebagai komunikator utama sampai transfer selesai dilakukan.
a. Jika selama transfer terjadi pergantian jaga perawat yang ditunjuk, berikan
penjelasan mengenai kondisi pasien yang ditransfer dan lakukan penyerahan
tanggung jawab kepada perawat yang menggantikan.
b. Komunikator utama harus menghubungi pelayanan ambulance, jika ingin
menggunakan jasanya dan harus menjadi kontak satu-satunya untuk diskusi
selanjutnya antara rumah sakit dengan layanan ambulans.
c. Harus memberikan informasi terbaru mengenai kebutuhan perawatan pasien
kepada rumah sakit tujuan.
XV. Audit dan Jaminan Mutu
1. Buatlah catatan yang jelas dan lengkap selama transfer.
2. Dokumentasi ini akan digunakan sebagai acuan data dasar dan sarana audit
3. RS Mulia Insani bertanggung jawab untuk menjaga berlangsungnya proses
pelaporan insidens yang terjadi dalam transfer dengan menggunakan protokol
standar RS Mulia Insani Tangerang.
4. Data audit akan ditinjau ulang secara teratur oleh RS Mulia Insan Tangerang.
LAMPIRAN 1
PERALATAN TRANSFER MINIMALUNTUK ANTAR RUMAH SAKIT
1. Manajemen jalan napas / oksigenasi (dewasa dan anak)
a. Sistem bag-valve dewasa dan anak dengan reservoir oksigen
b. Sungkup dewasa dan anak
c. Penghubung sistem bag-valve dengan endotracheal (ETT)/ tracheostomy tube
d. Monitor end-tidal carbon dioxide (dewasa dan anak)
e. Laringoskop Miller
f. Stilet / mandrin ETT (dewasa dan anak)
g. Forceps Magil (dewasa dan anak)
h. Selang ETT (5.0, 5.5, 6.0, 6.5, 7.0, 7.5, 8.0)
i. Pegangan laringoskop (dewasa dan anak)
j. Baterai cadangan dan bola lampu laringoskop
k. Nasopharyngeal airways (NPA) / Oropharyngeal airways (OPA)
2. Kapas alkohol
3. Brankar (dewasa dan anak)
4. Pengukur tekanan darah
5. Telepon genggam
6. Gel / bantalan elektroda defibrillator
7. Stik gula darah sewaktu (GDS)
8. Monitor EKG / defibrillator
9. Elektroda EKG
10. Senter dengan baterai cadangan
11. Pompa infus (infusion pumps)
12. Selang infus
13. Three-way
14. Kateter intravena
15. Cairan infus (normal saline-NS, ringer laktat-RL, dekstrosa 5%)
16. Spuit
17. Klem Kelley
18. Oksimetri denyut
19. Nasogastric tube (NGT)
20. Tali penahan untuk ekstremitas
21. Stetoskop
22. Suction
23. Kassa
24. Tourniquet
25. Gunting
26. Tambahan:
a. Alat imobilisasi spinal
b. Ventilator portable
LAMPIRAN 3
OBAT-OBATAN TRANSFER MINIMALANTAR RUMAH SAKIT MULIA INSANI
Adenosine, 6mg/2ml
1. Atropine, 1mg/10ml
2. Digoksin, 0,5mg/2ml
3. Dopamine, 200mg/5ml
4. Epinefrin, 1mg/10ml (1:10.000)
5. Epinefrin, 1mg/1ml (1:1.000)
6. Furosemide, 100mg/10ml
7. Heparin, 1.000 U/1ml
8. Isoproterenol, 1mg/5ml
9. Lidokain, 2g/10ml
10. Manitol, 50g/50ml
11. MgSO4, 1g/2ml
12. Metilprednisolon, 125mg/2ml
13. Metoprolol, 5mg/5ml
14. Normal Saline – NS, 30 ml untuk injeksi
15. Fenobarbital, 65mg/ml atau 130mg/ml
16. KCl, 20 mEq/10ml
17. Natrium bikarbonat, 5mEq/10ml
18. Natrium bikarbonat, 50mEq/50ml
19. Akua bidestilata, 30ml untuk injeksi
20. Terbutalin, 1mg/1ml
DAFTAR PUSTAKA
Association of Anaesthetists of Great Britain and Ireland (2009).AAGBI safety guideline:
interhospital transfer. London
Welsh Assembly Government (2009).Designed for life: Welsh guidelines for the transfer of
critically ill adult; 2009.
Warren J, Fromm RE, Orr RA, Rotello LC, Horst M. (2004).Guidelines for the inter- and
intrahospital transport of critically ill patients. American College of Critical Care
Medicine.Crit Care Med. 2004;1:256-62.
North West London Cardiac & Stroke Network (2010).Web-based interhospital transfers:
user guide. London: NHS
Top Related