SEAFOOD
WWF-INDONESIA NATIONAL CAMPAIGN
S U S T A I N A B L E
WWF- Indonesia
Gedung Graha Simatupang,Tower 2 unit C, Lantai 7
Jalan Letjen TB Simatupang Kav. 38
Jakarta Selatan 12540
Phone +62 21 7829461
Better Management Practices
PANDUAN PENANGANAN PENYU, SEBAGAIHASIL TANGKAPAN SAMPINGAN PRAKTIK PADA ALAT TANGKAP LONGLINE DAN JARING
Seri Penanganan Hasil Tangkapan Sampingan (Bycatch)
Versi 2 | Oktober 2014www.wwf.or.id
Misi WWF
Untuk menghentikan terjadinya degradasi lingkungan dan membangun
masa depan dimana manusia hidup berharmoni dengan alam.
©
WW
F-C
anon / n
atu
repl.c
om
/ D
avi
d F
LE
ET
HA
M
SUSTAINABLE
SEAFOOD
(BYCATCH)
Kata PengantarPuji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas selesainya
penyusunan BMP Panduan Penanganan Penyu sebagai Hasil Tangkapan
Sampingan (Bycatch) ini. Penyusunan BMP ini telah melalui beberapa proses
yaitu pengumpulan data lapangan dan desk study, kegiatan percontohan (pilot
project) pada beberapa lokasi, internal review tim perikanan WWF-Indonesia
serta Focus Group Discussion dengan beberapa ahli tuna longline sebagai
external expert reviewer.
BMP ini adalah panduan praktis yang khusus diterapkan diterapkan dalam
operasi kapal tuna longline, purse seine, jaring insang dan trawl. Sebagian
besar bahan-bahan penyusunannya diambil dari pengalaman tim perikanan
WWF-Indonesia di beberapa lokasi pada operasi kapal penangkapan tuna
longline, jaring insang dan trawl untuk menangani bycatch Penyu. BMP ini
merupakan living document yang akan terus disempurnakan sesuai dengan
perkembangan di lapangan serta masukan pihak-pihak yang bersangkutan.
Ucapan terima kasih yang tulus dari kami atas bantuan, kerjasama, masukan
dan koreksi pihak-pihak dalam penyusunan BMP ini yaitu: Direktorat Kapal
dan Alat Penangkap Ikan Kementrian Kelautan dan Perikanan, P4KSDI, BPPI
Semarang, STP Jakarta, ATLI, ASTUIN dan semua pihak atas segala masukan
yang konstruktif demi penyempurnaannya. Serta permintaan maaf yang
dalam juga dari kami jika terdapat kesalahan dan kekurangan pada proses
penyusunan dan isi dari BMP ini.
Better Management Practices
Seri Penanganan Hasil Tangkapan Sampingan (Bycatch)
PANDUAN PENANGANAN PENYU, SEBAGAI HASIL TANGKAPAN SAMPINGAN
(BYCATCH) - PRAKTIK PADA ALAT TANGKAP LONGLINE DAN JARING
Versi 2 | Oktober 2014
ISBN No. 978-979-1461-18-4
© WWF-Indonesia
Better Management Practices | PANDUAN PENANGANAN PENYU | i
Juni 2014
Tim Penyusun
WWF-Indonesia
Penyusun
Kontributor
Surveyor/
Pendataan
Ilustrasi
Penerbit
Credit
: Ahmad Hafizh Adyas, Imam Musthofa Zainudin, Muhammad Yusuf,
Wahyu Teguh Prawira, Dwi Ariyoga Gautama
: Ir. Endroyono, SE, MM, Dr. Wudiyanto, Dr. Bambang Sumiono,
Ir.Zarochman, MPi, Dr. Suharyanto
: WWF-Indonesia
: Dwi Indarti (Atita)
: WWF-Indonesia
: WWF-Indonesia
Kata Pengantar
Daftar Isi
Pendahuluan
I. Tujuan penanganan bycatch penyu
II. Jenis-jenis penyu di perairan Indonesia
III. Persiapan penanganan bycatch penyu
IV. Penanganan bycatch penyu pada longline
V. Penanganan bycatch penyu pada pukat/trawl dan Jaring Insang
VI. Pemulihan penyu di atas kapal
VII. Hal lain yang harus diperhatikan
Daftar Pusaka
Daftar Isi
Penyu merupakan salah satu biota laut yang
memiliki daya jelajah yang cukup jauh yang
meliputi antar negara dan benua. Tingkat
kelulusan hidup yang rendah, predasi alam
dan pemanfaatan manusia hingga interaksi
dengan aktifitas perikanan merupakan
ancaman terhadap populasi penyu di alam.
Berkurangnya populasi jenis-jenis Penyu akan
berpengaruh pada rantai makanan di laut
yang akan berdampak pada menurunya
produksi perikanan. Oleh karena itu
keberadaan penyu memiliki peran penting
dalam menjaga keberlanjutan perikanan di
lautan.
Tingginya aktifitas pemanfaatan sumber daya
laut terutama pada penggunaan alat tangkap
di wilayah migrasi Penyu menjadi
permasalahan tersendiri saat ini. Interaksi
yang terjadi antara Penyu dan kegiatan
perikanan memang sulit dihindari karena
Penyu memiliki daerah ruaya yang sama
dengan target tangkapan nelayan. Penyu telah
menjadi tangkapan sampingan atau dikenal
dengan Bycatch pada beberapa alat tangkap di
Indonesia seperti Trawl, Purse seine, Longline
dan Jaring Insang.
Upaya dalam menghindari tertangkapnya
Penyu telah dilakukan di Indonesia pada
beberapa alat tangkap seperti penggunaan
circle hook pada kapal longline, Turtle
Excluder Device (TED) pada kapal Trawl.
Namun masih dijumpai adanya by catch pada
alat tangkap lainnya. Upaya selanjutnya yang
dilakukan selanjutnya adalah memastikan
Penyu yang tertangkap tidak sengaja tersebut
dapat bertahan hidup dengan kondisi yang
baik ketika dilepaskan. Oleh karena itu
melalui BMP ini diharapkan menjadi panduan
praktis bagi nelayan maupun praktisi
perikanan lainnya dalam melakukan
penanganan Penyu yang tertangkap tidak
sengaja oleh alat tangkap perikanan di
Indonesia.
ii | Better Management Practices | PANDUAN PENANGANAN PENYU
© W
WF
-Ca
no
n / J
ürg
en
FR
EU
ND
© W
WF
-Ma
lays
ia / M
azi
di A
bd
GH
AN
I
Better Management Practices | PANDUAN PENANGANAN PENYU | iii
PENDAHULUAN
PENYU MERUPAKAN SALAH SATU BIOTA LAUT YANGMEMILIKI DAYA JELAJAH YANG CUKUP JAUH YANG MELIPUTI ANTAR NEGARA DAN BENUA.
....................................................................................................................... i
.................................................................................................................................. ii
........................................................................................................................... iii
............................................................................. 2
........................................................................ 3
........................................................................... 6
..................................................................... 7
................................. 14
....................................................................................... 15
................................................................................... 21
I. TUJUAN PENANGANAN BYCATCH PENYU
Untuk meningkatkan peluang hidup
penyu yang dilepaskan kembali
setelah tertangkap tidak sengaja pada
alat penangkap ikan sebagai salah
satu usaha menjaga kelestarian penyu
untuk keseimbangan ekosistem laut
dan sumber daya ikan.
Memberi panduan kepada para
nelayan pancing dan jaring
Untuk meningkatkan kesadaran akan
Pentingnya konservasi dan
pelestarian penyu dalam menjaga
keanekaragaman hayati.
1.
2.
3.
Better Management Practices | PANDUAN PENANGANAN PENYU | 2
© n
atu
rep
l.co
m / D
ou
g P
err
ine / W
WF
-Canon
© W
WF
-Indonesia
/OB
SE
RV
ER
PENYU TELAH MENJADI TANGKAPAN SAMPINGAN ATAU DIKENAL DENGAN BY CATCH PADA BEBERAPA ALAT TANGKAP DI INDONESIA SEPERTI TRAWL, PURSE SEINE, LONGLINE DAN JARING INSANG.
II. JENIS-JENIS PENYU DI PERAIRAN INDONESIA
Better Management Practices | PANDUAN PENANGANAN PENYU | 43 | Better Management Practices | PANDUAN PENANGANAN PENYU
PENYU BELIMBING Leatherback Sea Turtle (Dermochelys coriacea) Flatback Sea Turtle (Natator depressus)PENYU PIPIH
PENYU SISIK
PENYU TEMPAYAN
PENYU LEKANG
PENYU HIJAU
Hawksbill Sea Turtle (Eretomochelys imbricata)
Loggerhead Sea Turtle (Caretta caretta)Green Sea Turtle (Chelonia mydas)
Olive Ridley Sea Turtle (Lepidochelys olivacea )
©
WW
F-I
ndonesi
a / W
ah
yu T
eg
uh
PR
AW
IRA
©
WW
F-I
ndonesi
a /
Wa
hyu
Te
gu
h P
RA
WIR
A
© W
WF
-Indonesi
a / W
ahyu
Teguh P
RA
WIR
A
© W
WF
-Indonesi
a / W
ahyu
Teguh P
RA
WIR
A
©
WW
F-I
ndonesi
a /
Wa
hyu
Te
gu
h P
RA
WIR
A
III. PERSIAPAN PENANGANAN BYCATCH PENYU
Gunting atau pisau
Alat pelepas mata pancing (de-hooker)
bergagang pendek dan panjang,
pemotong tali, senar dan wire
menggunakan pemotong (cutter)
stainless.
Ban bekas, keranjang plastik atau
barang pengganti sejenis
Sepotong kayu, paralon kecil atau tali
tambang
Handuk, kain bekas atau karung goni
basah dan sejenisnya.
1. Alat-alat yang dibutuhkan:
Logbook dan alat tulis menulis
Kamera
Meteran
Gambar. Jaring serok, alat pelepas
mata pancing (de-hooker) bergagang pendek
dan panjang, pemotong tali pancing serta
J-style de-hooker.
2. Materi Pencatatan
KUNCI IDENTIFIKASI PENYU
Tempurung dengan
› 5 Bukit
› Tanpa sisik besar
Tempurung dengan
› Tanpa Bukit
› Tanpa sisik besar
4 Pasang
Sisik Costal5 Pasang (jarang 6) sisik costal
› Tempurung lebih panjang
dari pada lebar
› Warna merah coklat ke coklat
› Tidak ada pori-pori pada sisiknya
6 Pasang/lebih sisik costal
› Tempurung hampir bulat
› Warna abu-abu
› Sisik berpori-pori
Leatherbaack Turtle
Dermochelys coriacea
Loggerhead Turtle
Caretta caretta
Olive Ridley Turtle
Lepidochelys olivacea
› 2 Pasang sirip depan
› Sisik tebal dan saling bertumpuk
› 4 Pasang sisik costal saling
bertumpuk
1 Pasang sirip depan
› Tidak ada sirip tebal yang
bertumpuk
Hawksbill Turtle
Eretmochelys imbricata Tempurung cekung terbalik
› Sisik di depan mata
› Warna abu-abu
Tempurung membukit
› Tidak ada sisik di depan mata
› Warna hijau muda hingga
hijau tua dengan berbintik-bintik
Flatback Turtle
Natator depressusGreen Turtle
Chelonia mydas
PENYU BELIMBING
PENYU TEMPAYAN PENYU LEKANG
PENYU SISIK
PENYU PIPIH PENYU HIJAU
Better Management Practices | PANDUAN PENANGANAN PENYU | 65 | Better Management Practices | PANDUAN PENANGANAN PENYU
© W
WF
-In
do
ne
sia
/ D
wi A
riyo
ga
GA
UTA
MA
IV. PENANGANAN BYCATCH PENYU PADA LONGLINE
Jika anda melihat penyu tersangkut /
tertangkap pada alat tangkap ikan anda,
Dekatkan kapal ke arah penyu, atur mesin
dalam keadaan netral / stasioner dan
estimasi ukuran penyu.
Jika penyu berukuran besar dan tidak
dapat diangkat ke atas kapal :
1.
Jika penyu berukuran besar dan tidak
dapat diangkat ke atas kapal :
Bila memungkinkan lepaskan mata
pancing dengan alat pelepas pancing
(de-hooker) bergagang panjang.
Jika mata pancing tidak dapat
dilepaskan, segera putuskan semua tali
pancing yang menjerat sedekat mungkin
dengan mulut atau tempat terkaitnya
pancing.
Tunggu penyu agak jauh berenang dari
kapal, lalu jalankan kapal.
a.
b.
c.
d.
2.
Jika penyu berukuran kecil, angkat ke atas
kapal dengan menggunakan serok,
JANGAN menggunakan ganco atau
menarik tali pancing agar tidak menambah
luka pada penyu. Setelah di atas kapal,
Letakkan penyu di tempat yang aman, laluperhatikan posisi pancing.
3.
x
Better Management Practices | PANDUAN PENANGANAN PENYU | 87 | Better Management Practices | PANDUAN PENANGANAN PENYU
A B
C D
*) Jika mata pancing terkait dalam
mulut, pada paruh atau sirip
(terlihat)
Buang semua tali pancing yang membelit
dengan menggunakan alatpemotong.
Lepaskan mata pancing yang tersangkut
pada Penyu menggunakan alat pelepas
pancing ( de-hooker) atau alat lainnya
seperti tang.
Jika mata pancing terkait dalam mulut
letakkan pengganjal dalam mulut penyu
agar tidak menggigit dan memudahkan
melepaskan pancing.
Jika penyu terkait pada bagian luar
tubuhnya, seperti sirip atau paruh,
gunakan alat pemotong untuk membuang
talinya lalu lepaskan pancing yang
tersangkut.
a.
b.
c.
d.
*) Jika mata pancing sudah tertelan
dalam tenggorokan dan mata
pancing tidak terlihat
Buka mulut Penyu dengan menggunakan
tambang yang cukup kuat, hingga mulut
Penyu terbuka.
Bila memungkinkan dan pancing terlihat,
lepaskan pancing dengan Menggunakan de-
hooker.
Jika pancing tidak terlihat, Potong tali
pancing sedekat mungkin dengan mata
pancing tanpa menariknya terlalu kencang.
JANGAN memaksa memasukkan de-
hooker untuk melepaskan pancing ke dalam
mulut penyu karena akan mengakibatkan
luka dan atau kematian secara perlahan.
a.
b.
c.
Better Management Practices | PANDUAN PENANGANAN PENYU | 109 | Better Management Practices | PANDUAN PENANGANAN PENYU
A B
C
A B
C
PETUNJUKPENGGUNAAN
DE-HOOKERPADA PENYU
1
Posisikan de -hooker tegak lurus dengan tali pancing dan
pastikan bagian bulatannya menghadap ke atas.
Tarik de-hooker ke belakang hingga bagian bulatannya
menyentuh tali pancing.
Putar de -hooker ¼ putaran ke arah jarum jam, hingga tali
pancing berada di tengah bagian bulatan de-hooker.
Dorong de -hooker mengikuti tali pancing hingga mencapai
bagian lengkungan mata pancing.
Pastikan bahwa tali tetap tegang dansejajar dengan de-
hooker.
Dorong de-hooker dengan kuat sambil menjaga tali
pancing tetap tegang, hingga pancing terlepas.
Keluarkan pancing secara perlahan.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
11 | Better Management Practices | PANDUAN PENANGANAN PENYU
© W
WF
-Canon /
Jürg
en F
RE
UN
D
1 1 2
3 4 5
6 6 7
Pastikan kondisi penyu sehat/pulih
sebelum dilepaskan ke laut (lihat
halaman 15 dan 16 untuk prosedur
pemulihan penyu).
Lepaskan kembali penyu ke laut, (lihat
halaman 17 untuk prosedur pelepasanpenyu).
Catat kejadian ini dalam logbook
perikanan untuk dilaporkan ke
petugas pemerintah setempat pada
waktu pendaratan ikan.
*) Lakukan Resusitasi (Penyadaran)
bila diperlukan (lihat halaman 1 4
untuk prosedur resusitasi penyu)
4.
5.
6.
Ketika jaring sudah diangkat, perhatikan
dengan seksama apakah terdapat Penyu
yang tertangkap.
Pembukaan jaring trawl setelah hauling
dilakukan tepat ketika mulut jaring berada
di atas dek, JANGAN mengangkat jaring
terlalu tinggi. Hal ini untuk menghindari
terbantingnya Penyu ketika jaring dibuka.
Pada alat tangkap pukat hela (trawl) atau
purse seine ketika membuka jaring lakukan
sedekat mungkin dengan dek kapal. Hal ini
untuk menghindari terbantingnya penyu
ketika jaring dibuka. Sedangkan pada alat
tangkap jaring insang (Gillnet) ketika jaring
ditarik letakkan penyu dengan hati-hati
diatas dek. Perhatikan senar yang membelit
penyu, jika tidak memungkinkan dilepas,
potong senar yang membelit tubuh penyu
V. PENANGANAN BYCATCH PENYU PADA PUKAT (TRAWL) dan JARING INSANG
Pisahkan Penyu dari hasil tangkapan
lainnya dan pindahkan ke tempat yang
aman di kapal.
Lakukan resusitasi (penyadaran) bila
diperlukan, (lihat halaman 19 untuk
prosedur resusitasi penyu).
Pastikan kondisi penyu sehat/pulih
sebelum dilepaskan ke laut (lihat halaman
15 dan 16 untuk prosedur pemulihan
penyu).
Lepaskan kembali penyu ke laut, (lihat
halaman 17 untuk prosedur pelepasan
penyu).
Catat kejadian ini dalam logbook
perikanan, untuk dilaporkan ke petugas
pemerintah setempat pada waktu
pendaratan ikan.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
3
Better Management Practices | PANDUAN PENANGANAN PENYU | 1413 | Better Management Practices | PANDUAN PENANGANAN PENYU
5
6
1 2
3
Letakkan Penyu di tempat yang teduh dan
aman dari aktifitas di kapal.
Lakukan resusitasi pada penyu (lihat
halaman 1 4 untuk prosedur resusitasi
penyu).
Bila masih pingsan, angkat dan ganjal
bagian belakang penyu kira-kira 20 cm
selama 4 jam, agar air yang tertelan bisa di
muntahkan kembali.
Tutupi badan penyu dengan handuk basah
dan hindari menutup hidungnya.
Siram dengan air dengan perlahan secara
teratur supaya handuk tetap basah, hindari
menyiram bagian kepala agar air tidak
masuk ke dalam hidung atau mulut.
Tunggu respon penyu selama 24 jam
dengan melakukan pemeriksaan setiap 3
jam, periksa reaksi penyu dengan
menyentuh mata atau menyentuh bagian
bawah ek ornya (anus/kloaka). Bila tidak
ada respon kembalikan penyu kelaut untuk
kembali ke ekosistemnya dan tidak
melanggar Undang-undang Nomor 5
Tahun 1990.
VI. PEMULIHAN PENYU DI ATAS KAPAL
a. Jika dalam keadaan tidak bergerak
(Pingsan).
Perhatikan keadaan Penyu ketika diangkat ke atas kapal.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
53
6
1
Better Management Practices | PANDUAN PENANGANAN PENYU | 1615 | Better Management Practices | PANDUAN PENANGANAN PENYU
© W
WF
-In
do
ne
sia
/ D
wi A
riyo
ga G
AU
TA
MA
5
4
4 6
1&3
Letakkan Penyu di tempat yang teduh dan
aman dari aktifitas di kapal.
Tutupi badan penyu dengan handuk basah
dan hindari menutup hidungnya.
Siram dengan air dengan perlahan secara
teratur supaya handuk tetapbasah,hindari menyiram bagian kepala
agar air tidak masuk ke dalam hidung atau
mulut.
Pantau terus kondisi Penyu selama
minimal 4 jam.
Sebelum dikembalikan ke laut pastikan
penyu dalam kondisi pulih. Periksa dengan
menyentuh beberapa bagian sensitif penyu
seperti mata dan ekor. Lihat apakah ada
reaksi setelah disentuh, misalnya,
menggerakkan ekor atau mengedipkan
mata. Bisa juga dengan melihat rekasi sirip
(kaki) depan penyu, yang bila diangkat
akan menggerak-gerakkan kakinya.
b. Jika dalam keadaan sadar,
DENGAN MELAKUKAN PENANGANAN BYCATCH PENYU DIATAS KAPAL DAPAT MENINGKATKAN TINGKAT KELULUSAN HIDUP PENYU KETIKA DILEPASKAN SEBESAR >90%
1.
2.
3.
4.
5.
Better Management Practices | PANDUAN PENANGANAN PENYU | 18
© W
WF
-Canon / J
ürg
en F
RE
UN
D
Melakukan Resusitasi (Penyadaran) pada PenyuSering kali Penyu yang tertangkap pada alat
tangkap dalam keadaan tidak sadar. Jika
Penyu tersebut dikembalikan lagi ke laut,
maka kemungkinan besar akan mati. Oleh
karena itu Penyu yang ditemukan dalam
keadaan tidak sadar dapat dilakukan
resusitasi untuk merangsang reaksi Penyu.
Resusitasi dapat dilakukan sebanyak 2 kali
dengan jeda antar resusitasi selama 10 menit.
Langkah resusitasi yang dapat dilakukan
adalah:
Posisikan penyu dalam tengkurap.
Pegang bagian terluar karapas penyu di
sebelah kiri dan kanan dengan kedua
tangan.
Guncangkan Penyu secara horizontal ke
arah kiri dan kanan secara perlahan.
Angkat secara bergantian sisi kiri dan
kanan penyu kurang lebih 10 cm dari
lantai.
Periksa reaksi Penyu ketika melakukan
resusitasi dengan menyentuh mata atau
kloaka (ekor) penyu.
SELAIN DUA CARA DI ATAS, DAPAT JUGA DIBERIKAN RANGSANGANPADA JANTUNG PENYU DENGAN CARA
MENEKAN BERULANG-ULANG PADA BAGIAN UJUNG DEPAN KARAPAS
SECARA PERLAHAN1.
2.
3.
4.
5.
Better Management Practices | PANDUAN PENANGANAN PENYU | 2019 | Better Management Practices | PANDUAN PENANGANAN PENYU
© W
WF
-Ca
no
n / N
ils A
UK
AN
A
3
4
A
55
VII. HAL LAIN YANG HARUS DIPERHATIKAN
Sebaiknya setiap kapal memiliki
tempatuntuk meletakkan penyu yang
tertangkap dan sudah disepakati serta
diketahui oleh semua awak kapal.
Tempat yang dipilih harus terlindung dari
sinar matahari dan merupakan tempat
yang tidak mengganggu proses kerja para
awak kapal.
JANGAN letakkan penyu secara terbalik
(terlentang) karena akan menghambat
saluran pernafasan penyu.
Informasikan kejadian yang anda catat di
logbook kepada observer perikanan.
Dalam menagani penyu yang tidak sadar,
selalu posisikan kepala lebih rendah dari
tubuh penyu. Hal ini agar air yang tertelan
dapat dikeluarkan dengan bantuan
gravitasi.
Bila anda terpaksa membalikan tubuh
penyu, pastikan pada saat anda
membalikan ke posisi semula, PUTAR
PENYU DENGAN ARAH SEBALIKNYA.
Catat kondisi penyu ketika akan
dilepaskan “sudah pulih atau mati.
Jika sedang hauling, lepaskan penyu
sejauh mungkin dari alat tangkap yang
masih berada dalam air. Jika tidak
hauling, atur mesin kapal dalam keadaan
netral dan pastikan tidak ada alat tangkap
atau benda lainnya yang bisa
melukai/menjerat Penyu.
Pilih lokasi pelepasan yang terbaik,
biasanya di buritan, atau pintu samping
tempat masuknya ikan (sedekat mungkin
dengan air).
Lepaskan penyu ke laut secara perlahan
dan sedekat mungkin dengan permukaan
air laut dengan kepala
Gambar Putaran arah penyu
x
4
Melepaskan Penyu kembali ke laut
1.
2.
3.
4.
5.
6.
1.
2.
3.
4.
Better Management Practices | PANDUAN PENANGANAN PENYU | 2221 | Better Management Practices | PANDUAN PENANGANAN PENYU
© W
WF
-Indo
ne
sia / D
wi A
riyog
a G
AU
TA
MA
3
61
3&4
Format Logbook
Better Management Practices | PANDUAN PENANGANAN PENYU | 24
…………./ …………..
Nomor Tandaa) Tipeb) Organisasic) Keterangand)
P : SEMUA PAUS Brg : SEMUA BURUNG PT : PENYU TEMPAYAN PL : PENYU LEKANG
LL : SEMUA LUMBA-LUMBA LAUT PB : PENYU BELIMBING PS : PENYU SISIK
C : SEMUA CUCUT/HIU PH : PENYU HIJAU PP : PENYU PIPIH
Pr : SEMUA PARI
9)Bujur (dd-mm-ss)
Nama Pemantau1) Nomor ID Pemantau2) Nama Kapal & Nomor SIPI3) Trip / Setting4) Halaman5)
6)Tanggal7)
Waktu (pukul)8)
Lintang (dd-mm-ss)
Punggung (Lateral Scutes)a)
Perut (Inframarginal Scutes)b)
Kepala (Prefrontal Scales)c)
Deskripsi Kondisib)
Ukuran Panjang (cm)11)
CCL (cm)a)
TTL (cm)b) c)PTL (cm)
Pada Saat
Tertangkap:19)Kode Kondisia)
Pada Saat
Dilepas:20)Kode Kondisia)
KETERANGAN KODE KONDISI
H : HIDUP / SEHAT H5 : TERLUKA DAN TERKENA PANCING DIBAGIAN DALAM TUBUH
H1 : HIDUP TAPI SEPERTI TIDAK HIDUP (PINGSAN) M : MATI
H2 : HIDUP DAN SEHAT TAPI TERJERAT ALAT TANGKAP M1 : MATI DAN TERKENA PANCING DIBAGIAN LUAR TUBUH
H3 : TERLUKA DAN TERJERAT ALAT TANGKAP M2 : MATI DAN TERKENA PANCING DIBAGIAN DALAM TUBUH
H4 : TERLUKA DAN TERKENA PANCING DIBAGIAN LUAR TUBUH M3 : MATI DAN TERJERAT ALAT TANGKAP
SPESIES LAIN
*Kode Spesies12) Jantan/Betina13) Foto14) Panjang (cm) Khusus untuk Hiu, Paus dan Lumba-lumba15)
TAG / TANDA 22)
KONDISI
(Circle / J) *) 16)
Jenis Pancing
a. Terkait di dalam Alat Pencernaan
b. Terkait di dalam mulut
c. Terkait di luar bagian tubuh
Kode Posisi Pancing (Lingkari)17)
Spesies Terkait secara Ekologi (ERS) yang Tertangkap - Kelompok API 1 dan 2
...dari……. Halaman
Deskripsi Kondisib)
Y / T *) a) Nomorb)
Deskripsi Spesies18)
23 | Better Management Practices | PANDUAN PENANGANAN PENYU
Nomor Tandaa) Tipeb) Organisasic) Keterangand)
Pada saat
Tertangkap19)Kode Kondisia)
Deskripsi Kondisib)
Pada saat
Dilepas20)
Kode Kondisi
Nomor b)
Ukuran Mata
Jaring (inch)16)Deskripsi Spesies18)
TED / BED17)
( Y / T )
Deskripsi Kondisib)
Y / T *) a)
Panjang (cm) Khusus untuk Hiu, Paus dan Lumba-lumba15)
Spesies Terkait secara Ekologi (ERS) yang Tertangkap - Kelompok API 3
IDENTIFIKASI SPESIES
KHUSUS PENYU
Jumlah Sisik10)
Penanganan di atas kapal21)
*KODE SPESIES
SPESIES LAIN
*Kode Spesies12) Jantan/Betina13) Foto14)
KONDISI
TAG / TANDA 22)
…………./ …………..
9)Bujur (dd-mm-ss)
Nama Pemantau1) Nomor ID Pemantau2) Nama Kapal & Nomor SIPI3) Trip / Setting4) Halaman5)
6)Tanggal7)
Waktu (pukul)8)
Lintang (dd-mm-ss)
...dari……. Halaman
Punggung (Lateral Scutes)a)
Perut (Inframarginal Scutes)b)
Kepala (Prefrontal Scales)c)
Ukuran Panjang (cm)11)
CCL (cm)a)
TTL (cm)b) c)PTL (cm)
IDENTIFIKASI SPESIES
KHUSUS PENYU
Jumlah Sisik10)
KETERANGAN KODE KONDISI
H : HIDUP / SEHAT H5 : TERLUKA DAN TERKENA PANCING DIBAGIAN DALAM TUBUH
H1 : HIDUP TAPI SEPERTI TIDAK HIDUP (PINGSAN) M : MATI
H2 : HIDUP DAN SEHAT TAPI TERJERAT ALAT TANGKAP M1 : MATI DAN TERKENA PANCING DIBAGIAN LUAR TUBUH
H3 : TERLUKA DAN TERJERAT ALAT TANGKAP M2 : MATI DAN TERKENA PANCING DIBAGIAN DALAM TUBUH
H4 : TERLUKA DAN TERKENA PANCING DIBAGIAN LUAR TUBUH M3 : MATI DAN TERJERAT ALAT TANGKAP
Penanganan di atas kapal21)
P : SEMUA PAUS Brg : SEMUA BURUNG PT : PENYU TEMPAYAN PL : PENYU LEKANG
LL : SEMUA LUMBA-LUMBA LAUT PB : PENYU BELIMBING PS : PENYU SISIK
C : SEMUA CUCUT/HIU PH : PENYU HIJAU PP : PENYU PIPIH
Pr : SEMUA PARI
*KODE SPESIES
DAFTAR PUSTAKA• FAO Fisheries Department. 2009. Guidelines to Reduce Sea Turtle Mortality in Fishing Operation.
Food and Agriculture Organization of The United Nations, Rom
• Gerosa, G. and M. Aureggi. 2001. Sea Turtle Handling Guidebook for Fishermen. United Nations
Environment Programme Mediterranean Action Plan, Tunisia.
• NOAA-PIRO Sustainable Fisheries Division. .Guidelines for Handling Hooked Sea Turtles. National
Oceanic and Atmospheric Administration, Hawaii.
• Seaturtle.org. 2005. Sea Turtle Identification Key. http://www.seaturtle.org/documents/ID_sheet.pdf
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
Dapatkan Juga Serial Panduan – Panduan Praktik Budidaya Lainnya, Yaitu :
Selain panduan praktik perikanan budidaya, WWF-Indonesia juga menerbitkan panduan lainnya tentang
Perikanan Tangkap, Perikanan Tangkapan Sampingan (Bycatch), Wisata Bahari, Kawasan Konservasi Perairan.
Untuk keterangan lebih lanjut dan mendapatkan versi elektronik dari seluruh panduan tersebut, silahkan
kunjungi www.wwf.or.id.
Budidaya Udang Windu, Tanpa Pakan dan Tanpa
Aerasi
Budidaya Udang Windu, Dengan Pemberian Pakan
dan Tanpa Aerasi
Budidaya Ikan Kerapu, Sistem Karamba Jaring
Apung (KJA)
Budidaya Ikan Nila, Sistem Karamba Jaring Apung
(KJA)
Mencegah dan Mengatasi Penyakit Udang Windu
pada Budidaya Tambak Tradisional dan Semi-
Intensif
Penanaman Mangrove pada Kawasan Budidaya
Tambak Udang
Budidaya Rumput Laut Kotoni (Kappaphycus
alvarezii), Sacol (Kappaphycus striatum), dan
Spinosum (Eucheuma denticulatum)
Budidaya Rumput Laut Gracilaria verrucosa
Budidaya Rumput Laut (Kappapycus cottoni)
Budidaya Ikan Bandeng (Chanos chanos)
Budidaya Ikan Patin (Pangasius sp.)
Budidaya Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer, bloch)
pada Karamba Jaring Apung
Budidaya Kerang Mata Tujuh – Abalone (Haliotis sp.)
Budidaya Kerang – Kerangan (Bivalvia)
© W
WF
-Can
non / R
onald
PE
TO
CZ
© W
WF
-Can
non / R
onald
PE
TO
CZ
© W
WF
-Can
non / R
onald
PE
TO
CZ
Top Related