Download - Palang Merah Indonesia

Transcript
Page 1: Palang Merah Indonesia

 

Palang Merah Indonesia (PMI) adalah sebuah organisasi perhimpunan nasional di Indonesia yang bergerak dalam bidang sosial kemanusiaan. PMI selalu berpegang teguh pada tujuh prinsip dasar Gerakan Internasional Palang Merah dan Bulan sabit merah yaitu kemanusiaan, kesamaan, kesukarelaan, kemandirian, kesatuan, kenetralan, dan kesemestaan. Sampai saat ini PMI telah berada di 33 PMI Daerah (tingkat provinsi) dan sekitar 408 PMI Cabang (tingkat kota/kabupaten) di seluruh indonesiaPalang Merah Indonesia tidak berpihak pada golongan politik, ras, suku ataupun agama tertentu. Palang Merah Indonesia dalam pelaksanaannya juga tidak melakukan pembedaan tetapi mengutamakan objek korban yang paling membutuhkan pertolongan segera untuk keselamatan jiwanya.

SejarahBerdirinya Palang Merah di Indonesia sebetulnya sudah dimulai sebelum Perang Dunia II, tepatnya 12 Oktober 1873.Pemerintah Kolonial Belanda mendirikan Palang Merah di Indonesia dengan nama Nederlandsche Roode Kruis Afdeeling Indië (NERKAI) yang kemudian dibubarkan pada saat pendudukan Jepang.

Perjuangan mendirikan Palang Merah Indonesia (PMI) diawali 1932. Kegiatan tersebut dipelopori Dr. R. C. L. Senduk dan Dr. Bahder Djohan dengan membuat rancangan pembentukan PMI. Rancangan tersebut mendapat dukungan luas terutama dari kalangan terpelajar Indonesia, dan diajukan ke dalam Sidang Konferensi Narkai pada 1940, akan tetapi ditolak mentah-mentah.

Rancangan tersebut disimpan menunggu saat yang tepat. Seperti tak kenal menyerah pada saat pendudukan Jepang mereka kembali mencoba untuk membentuk Badan Palang Merah Nasional, namun sekali lagi upaya itu mendapat halangan dari Pemerintah Tentara Jepang sehingga untuk yang kedua kalinya rancangan tersebut kembali disimpan.

Page 2: Palang Merah Indonesia

Proses pembentukan PMI dimulai 3 September 1945 saat itu Presiden Soekarno memerintahkan Dr. Boentaran (Menkes RI Kabinet I) agar membentuk suatu badan Palang Merah Nasional.

Dibantu panitia lima orang yang terdiri dari Dr. R. Mochtar sebagai Ketua, Dr. Bahder Djohan sebagai Penulis dan tiga anggota panitia yaitu Dr. R. M. Djoehana Wiradikarta, Dr. Marzuki, Dr. Sitanala, Dr Boentaran mempersiapkan terbentuknya Palang Merah Indonesia. Tepat sebulan setelah kemerdekaan RI, 17 September 1945, PMI terbentuk. Peristiwa bersejarah tersebut hingga saat ini dikenal sebagai Hari PMI.

Peran PMI adalah membantu pemerintah di bidang sosial kemanusiaan, terutama tugas kepalangmerahan sebagaimana dipersyaratkan dalam ketentuan Konvensi-Konvensi Jenewa 1949 yang telah diratifikasi oleh pemerintah Republik Indonesia pada tahun 1958 melalui UU No 59.

Sebagai perhimpunan nasional yang sah, PMI berdiri berdasarkan Keputusan Presiden No 25 tahun 1950 dan dikukuhkan kegiatannya sebagai satu-satunya organisasi perhimpunan nasional yang menjalankan tugas kepalangmerahan melalui Keputusan Presiden No 246 tahun 1963.

Kemanusiaan dan KerelawananDalam berbagai kegiatan PMI komitmen terhadap kemanusiaan seperti Strategi 2010 berisi tentang memperbaiki hajat hidup masyarakat rentan melalui promosi prinsip nilai kemanusiaan, penanggulangan bencana, kesiapsiagaan penanggulangan bencana, kesehatan dan perawatan di masyarakat, Deklarasi Hanoi (United for Action) berisi penanganan program pada isu-isu penanggulangan bencana, penanggulangan wabah penyakit, remaja dan manula, kemitraan dengan pemerintah, organisasi dan manajemen kapasitas sumber daya serta humas dan promosi, maupun Plan of Action merupakan keputusan dari Konferensi Palang Merah dan Bulan Sabit Merah ke-27 di Jenewa Swiss tahun 1999.

Dalam konferensi tersebut Pemerintah Indonesia dan PMI sebagai peserta menyatakan ikrar di bidang kemanusiaan.

Hal ini sangat sejalan dengan tugas pokok PMI adalah membantu pemerintah Indonesia di bidang sosial kemanusiaan terutama tugas-tugas kepalangmerahan yang meliputi: Kesiapsiagaan Bantuan dan Penanggulangan Bencana, Pelatihan Pertolongan Pertama untuk Sukarelawan, Pelayanan Kesehatan dan Kesejahteraan Masyarakat, Pelayanan Transfusi Darah. Kinerja PMI dibidang kemanusiaan dan kerelawanan mulai dari tahun 1945 sampai dengan saat ini antara lain sebagai berikut:

1.    Membantu saat terjadi peperangan/konflik. Tugas kemanusiaan yang dilakukan PMI pada masa perang kemerdekaan RI, saat

Page 3: Palang Merah Indonesia

pemberontakan RMS, peristiwa Aru, saat gerakan koreksi daerah melalui PRRI di Sumbar, saat Trikora di Irian Jaya, Timor Timur dengan operasi kemanusiaan di Dilli, pengungsi di Pulau Galang.

2.    Membantu korban bencana alam. Ketika gempa terjadi di Pulau Bali (1976), membantu korban gempa bumi (6,8 skala Richter) di Kabupaten Jayawijaya, bencana Gunung Galunggung (1982), Gempa di Liwa-Lampung Barat dan Tsunami di Banyuwangi(1994), gempa di Bengkulu dengan 7,9 skala Richter (1999), konflik horizontal di Poso-Sulteng dan kerusuhan di Maluku Utara(2001), korban gempa di Banggai di Sulawesi Tengah (2002) dengan 6,5 skala Richter, serta membantu korban banjir diLhokseumawe Aceh, Gorontalo, Nias, Jawa Barat, Tsunami di Nangroe Aceh Darussalam, Pantai Pangandaran, dan gempa bumi di DI Yogyakarta dan sebagian Jawa Tengah. Semua dilakukan jajaran PMI demi rasa kemanusiaan dan semangat kesukarelawanan yang tulus membantu para korban dengan berbagai kegiatan mulai dari pertolongan dan evakuasi, pencarian, pelayanan kesehatan dan tim medis, penyediaan dapur umum, rumah sakit lapangan, pemberian paket sembako, pakaian pantas pakai dan sebagainya.

3.    Transfusi darah dan kesehatan. Pada tahun 1978 PMI memberikan penghargaan Pin Emas untuk pertama kalinya kepada donor darah sukarela sebanyak 75 kali. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1980 telah diatur tentang tugas dan peran PMI dalam pelayanan transfusi darah. Keberadaan Unit Transfusi Darah PMI diakui telah banyak memberikan manfaat dan pertolongan bagi para pasien/penderita sakit yang sangat membutuhkan darah. Ribuan atau bahkan jutaan orang terselamatkan jiwanya berkat pertolongan Unit Transfusi Darah PMI. Demikian pula halnya dengan pelayanan kesehatan, hampir di setiap PMI di berbagai daerah memiliki poliklinik secara lengkap guna memberikan pelayanan kepada masyarakat secara murah.

4.    untuk menjaga perdamaian dunia

Basis MasyarakatGuna mengantisipasi berbagai kemungkinan yang terjadi pada saat-saat yang akan datang saat ini PMI tengah mengembangkanProgram Community Based Disarter Preparedness (Kesiapsiagaan Bencana Berbasis Masyarakat). Program ini dimaksudkan mendorong pemberdayaan kapasitas masyarakat untuk menyiagakan dalam mencegah serta mengurangi dampak dan risiko bencana yang terjadi di lingkungannya. Hal ini sangat penting karena masyarakat sebagai pihak yang secara langsung terkena dampak bila terjadi bencana.

Selain itu di Palang Merah Indonesia juga marak di selenggarakan pelatihan untuk Pertolongan Pertama Berbasis Masyarakat (Community Based First Aid/ CBFA)

Page 4: Palang Merah Indonesia

Pada dasarnya seluruh gerakan kepalangmerahan haruslah berbasis masyarakat, ujung tombak gerakan kepalangmerahan adalah unsur unsur kesukarelaan seperti Korps Sukarela atau KSR maupun Tenaga Sukarela atau TSR dan juga Palang Merah Remaja atau PMR dan seluruh unsur ini selalu berbasis pada anggota masyarakat sesuai salah satu prinsip kepalangmerahan yaitu kesemestaan.

7 Prinsip Dasar Gerakan Palang Merah Internasional dan Bulan Sabit Merah Internasional

1.    Kemanusiaan (humanity)2.    Kesamaan (impartiality)3.    Kenetralan (neutrality)4.    Kemandirian (independence)5.    Kesukarelaan (voluntary service)6.    Kesatuan (unity)7.    Kesemestaan (universality)

Terbentuknya Palang Merah Remaja dilatar belakangi oleh terjadinya Perang

Dunia II (1859) pada waktu itu Austria dan Francis sedang mengalami

peperangan. Karena kekurangan tenaga untuk memberikan bantuan,

akhirnya mengerahkan anak-anak sekolah supaya turut membantu sesuai

dengan kemampuannya. Mereka diberikan tugas – tugas ringan seperti

mengumpulkan pakaian-pakaian bekas dan majalah-majalah serta Koran

bekas. Anak-anak tersebut terhimpun dalam suatu badan yang disebut

Palang Merah Pemuda (PMP) kemudian menjadi Palang Merah Remaja (PMR).

Pada tahun 1919 di dalam sidang Liga Perhimpunan Palang Merah

Internasional diputuskan bahwa gerakan Palang Merah Remaja menjadi satu

bagian dari perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah. Kemudian

usaha tersebut diikuti oleh negara-negara lain. Dan pada tahun 1960, dari

145 Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah sebagian besar

sudah memiliki Palang Merah Remaja.

Di Indonesia pada Kongres PMI ke-IV tepatnya bulan Januari 1950 di Jakarta,

PMI membentuk Palang Merah Remaja yang dipimpin oleh Ny. Siti Dasimah

dan Paramita Abdurrahman. Pada tanggal 1 Maret 1950 berdirilah Palang

Merah Remaja secara resmi di Indonesia.

Pendidikan dan pelatihan PMR

Page 5: Palang Merah Indonesia

Palang Merah Remaja atau PMR adalah organisasi kepemudaan

binaan dari Palang Merah Indonesia yang berpusat di sekolah-sekolah

dan bertujuan memberitahukan pengetahuan dasar kepada siswa sekolah

dalam bidang yang berhubungan dengan kesehatan umum dan Pertolongan

Pertama Pada Kecelakaan.

Untuk mendirikan atau menjadi anggota palang merah remaja disekolah,

harus diadakan Pendidikan dan Pelatihan Diklat untuk lebih mengenal apa

itu sebenarnya PMR dan sejarahnya mengapa sampai ada di Indonesia, dan

pada diklat ini para peserta juga mendapatkan sertifikat dari PMI. Dan baru

dianggap resmi menjadi anggota palang merah apabila sudah mengikuti

seluruh kegiatan yang diadakan oleh palang merah remaja disekolah.

PMI mengeluarkan kebijakan pembinaan PMR:

1.    Remaja merupakan prioritas pembinaan, baik dalam keanggotaan maupun

kegiatan kepalangmerahan.

2.    Remaja berperan penting dalam pengembangan kegiatan

kepalangmerahan.

3.    Remaja berperan penting dalam perencanaan, pelaksanaan kegiatan dan

proses pengambilan keputusan untuk kegiatan PMI.

4.    Remaja adalah kader relawan.

5.    Remaja calon pemimpin PMI masa depan.

Tujuan pembinaan dan pengembangan PMI masa depan:

1.    Penguatan kualitas remaja dan pembentukan karakter.

2.    Anggota PMR sebagai contoh dalam berperilaku hidup sehat bagi teman

sebaya.

3.    Anggota PMR dapat memberikan motivasi bagi teman sebaya untuk

berperilaku hidup sehat.

4.    Anggota PMR sebagai pendidik remaja sebaya.

5.    Anggota PMR adalah calon relawan masa depan.

JumbaraJumbara atau Jumpa Bhakti Gembira adalah kegiatan besar organisasi PMR

seperti halnya jambore pada organisasi Pramuka.Jumbara diadakan dalam

setiap tingkatan. Ada jumbara tingkat kabupaten, daerah dan Jumbara

Page 6: Palang Merah Indonesia

Nasional. dimana pelaksanaanya disesuaikan dengan kemampuan PMI

daerah yang bersangkutan.

Tribakti PMRdalam PMR ada tugas yang harus dilaksanakan, dalam PMR dikenal tri bakti

yang harus diketahui, dipahami dan dilaksanakan oleh semua anggota.

TRIBAKTI PMR (2009) tersebut adalah:

1.    Meningkatkan keterampilan hidup sehat

2.    Berkarya dan berbakti kepada masyarakat

3.    Mempererat persahabatan nasional dan internasional.

Tingkatan PMRDi Indonesia dikenal ada 3 tingkatan PMR sesuai dengan jenjang pendidikan

atau usianya

1.    PMR Mula adalah PMR dengan tingkatan setara pelajar Sekolah Dasar (10-

12 tahun). Warna emblem Hijau

2.    PMR Madya adalah PMR dengan tingkatan setara pelajar Sekolah Menengah

Pertama (12-15 tahun). Warna emblem Biru Langit

3.    PMR Wira adalah PMR dengan tingkatan setara pelajar Sekolah Menengah

Atas (15-17 tahun). Warna emblem Kuning

Sekilas Sejarah PMR

Perang Dunia I ( 1914-1918 ) Melatar belakangi terbentuknya Palang

Merah Remaja.

Palang Merah Australia yang pada saat itu mengalami peperangan

kekurangan tenaga untuk memberikan bantuan. Mereka mengerahkan

Page 7: Palang Merah Indonesia

anak-anak sekolah agar turut membantu sesuai dengan kemampuannya.

Anak-anak tersebut terhimpun dalam satu wadah yang disebut Palang Merah

Remaja.

Tahun 1919 dalam sidang Liga Perhimpunan Palang Merah

Internasional diputuskan bahwa gerakan Palang Merah Remaja menjadi satu

bagian dari Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah.

Pada tahun 1960 lebih dari 145 Perhimpunan Palang Merah dan Bulan

sabit Merah sebagian besar sudah memiliki Palang Merah Remaja.

Kongres PMI ke-IV pada bulan Januari 1950 di Jakarta merupakan awal

terbentuknya Palang Merah Remaja Indonesia. Pembentukannya di pimpin

Oleh : Ny.Siti Dasimah dan Paramitha Abdurrahman.

}  1 maret 1950 Berdirilah Palang Merah Remaja secara resmi di Indonesia

}  Sebelumnya pada awal pendirian bernama Palang Merah Pemuda ( PMP ) dan

kemudian menjadi Palang Merah Remaja ( PMR )

Kenapa sih Palang Merah Remaja Didirikan di Indonesia..???

PMR didirikan karena untuk memberikan Sosialisasi pada masyarakat

khususnya pada Pemuda/Remaja agar bisa saling tolong menolong terhadap

sesama dan lebih peduli dengan keadaan disekitarnya.

Kebijakan PMI dan Federasi tentang remaja bahwa :

}  Remaja merupakan prioritas pembinaan, baik dalam keanggotaan maupun

kegiatan kepalangmerahan

}  Remaja berperan penting dalam pengembangan kegiatan kepalangmerahan

}  Remaja berperan penting dalam: perencanaan,pelaksanaan kegiatan, dan

proses pengambilan keputusan untuk kegiatan PMI

}  Remaja adalah kader relawan

}  Remaja calon pemimpin Palang Merah masa depan

PALANG MERAH REMAJA

Page 8: Palang Merah Indonesia

Palang Merah Remaja (PMR) adalah wadah pembinaan dan

pengembangan anggota remaja PMI,anggota PMR merupakan salah satu

kekuatan PMI dalam melaksanakan kegiatan kegiatan kemanusiaan dibidang

kesehatan dan siaga bencana, Mempromosikan Prinsip-Prinsip Dasar

Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional,serta

mengembangkan kapasitas organisasi PMI.

Karakter PMR

}  Bersih

}  Sehat

}  Kepemimpinan

}  Peduli

}  Kreatif

}  Kerjasama

}  Bersahabat

}  Ceria

TINGKATAN PMR

PMR MULA =

Anggota Remaja PMI berusia 10 -12 tahun atau setingkat

SD/MI/Sederajat

PMR MADYA =

Anggota Remaja PMI berusia 12 – 15 tahun atau setingkat

SMP/MTs/Sederajat

PMR WIRA =

Anggota Remaja PMI berusia 15 – 17 tahun atau setingkat

SMU/SMK/MA/Sederajat

Struktur PMR di Unit Sekolah

Peran Dan Fungsi PMR MULA

}  PMR MULA Berfungsi sebagai “Peer Leadership” yaitu memberikan contoh

model kepada teman sebaya.

Peran Dan Fungsi PMR MADYA

Page 9: Palang Merah Indonesia

}  PMR MADYA

}  Berfungsi sebagai “Peer Support” yaitu memberikan

dukungan,bantuan,semangat kepada teman sebaya.

PERAN DAN FUNGSI PMR WIRA

PMR WIRA berfungsi sebagai “Peer Educator” yaitu pendidik sebaya.

TRI BAKTI PMR

1.      Meningkatkan Ketrampilan Hidup Sehat

2.      Berkarya dan Berbakti di Masyarakat

3.      Mempererat Persahabatan Nasional dan Internasional

PMR itu artinya???

}  P = Prestasi

}  M= Mengabdi

}  R = Rekreasi

SEJARAH PMIBerdirinya Palang Merah di Indonesia sebenarnya sudah dimulai sejak masa sebelum Perang Dunia Ke-II. Saat itu, tepatnya pada tanggal 21 Oktober 1873 Pemerintah Kolonial Belanda

Page 10: Palang Merah Indonesia

mendirikan Palang Merah di Indonesia dengan nama Nederlands Rode Kruis Afdeling Indie (Nerkai), yang kemudian dibubarkan pada saat pendudukan Jepang.

Perjuangan untuk mendirikan Palang Merah Indonesia sendiri diawali sekitar tahun 1932. Kegiatan tersebut dipelopori oleh Dr. RCL Senduk dan Dr Bahder Djohan. Rencana tersebut mendapat dukungan luas terutama dari kalangan terpelajar Indonesia. Mereka berusaha keras membawa rancangan tersebut ke dalam sidang Konferensi Nerkai pada tahun 1940 walaupun akhirnya ditolak mentah-mentah. Terpaksa rancangan itu disimpan untuk menunggu kesempatan yang tepat. Seperti tak kenal menyerah, saat pendudukan Jepang, mereka kembali mencoba untuk membentuk Badan Palang Merah Nasional, namun sekali lagi upaya itu mendapat halangan dari Pemerintah Tentara Jepang sehingga untuk kedua kalinya rancangan itu harus kembali disimpan.

Tujuh belas hari setelah proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, yaitu pada tanggal 3 September 1945, Presiden Soekarno mengeluarkan perintah untuk membentuk suatu badan Palang Merah Nasional. Atas perintah Presiden, maka Dr. Buntaran yang saat itu menjabat sebagai Menteri Kesehatan Republik Indonesia Kabinet I, pada tanggal 5 September 1945 membentuk Panitia 5 yang terdiri dari: dr R. Mochtar (Ketua), dr. Bahder Djohan (Penulis), dan dr Djuhana; dr Marzuki; dr. Sitanala (anggota).

Akhirnya Perhimpunan Palang Merah Indonesia berhasil dibentuk pada 17 September 1945 dan merintis kegiatannya melalui bantuan korban perang revolusi kemerdekaan Republik Indonesia dan pengembalian tawanan perang sekutu maupun Jepang. Oleh karena kinerja tersebut, PMI mendapat pengakuan secara Internasional pada tahun 1950 dengan menjadi anggota Palang Merah Internasional dan disahkan keberadaannya secara nasional melalui Keppres No.25 tahun 1959 dan kemudian diperkuat dengan Keppres No.246 tahun 1963.

Kini jaringan kerja PMI tersebar di 30 Daerah Propinsi / Tk.I dan 323 cabang di daerah Tk.II serta dukungan operasional 165 unit Transfusi Darah di seluruh Indonesia.

PERAN DAN TUGAS PMIPeran PMI adalah membantu pemerintah di bidang sosial kemanusiaan, terutama tugas kepalangmerahan sebagaimana dipersyaratkan dalam ketentuan Konvensi-Konvensi Jenewa 1949 yang telah diratifikasi oleh pemerintah Republik Indonesia pada tahun 1958 melalui UU No 59.

Tugas Pokok PMI:+ Kesiapsiagaan bantuan dan penanggulangan bencana+ Pelatihan pertolongan pertama untuk sukarelawan+ Pelayanan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat + Pelayanan transfusi darah ( sesuai dengan Peraturan Pemerintah no 18 tahun 1980) Dalam melaksanakan tugasnya PMI berlandaskan pada 7 (tujuh) prinsip dasar Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah, yaitu Kemanusiaan, Kesukarelaan, Kenetralan, Kesamaan, Kemandirian, Kesatuan dan Kesemestaan.

SEKILAS KINERJA PMI DARI MASA KE MASA

Page 11: Palang Merah Indonesia

DASAWARSA I 1945 -1954Pada masa perang kemerdekaan RI, peranan PMI yang menonjol adalah di bidang Pertolongan pertama, Pengungsian, Dapur Umum, pencarian dan pengurusan repatriasi, bekerjasama dengan ICRC dan Palang Merah Belanda untuk Romusha, Heiho , Tionghoa; anak-anak Indo Belanda dan 35.000 tawanan sipil Belanda dan para Hoakian yang kembali ke RRC. Sementara itu diadakan pula pendidikan untuk para juru rawat yang akan dikirim ke pos-pos P3K di daerah pertempuran. Saat itu sudah ada 40 cabang PMI di seluruh Indonesia dan setiap cabang memiliki dua buah Pos P3K sebagai Tim Mobil Collone.Rumah Sakit Umum Palang Merah di Bogor yang semula di bawah pengelolaan Nerkai, pada tahun 1948 disumbangkan kepada PMI Cabang Bogor dengan nama Rumah Sakit Kedunghalang dan sejak tahun 1951 dikelola menjadi Rumah Sakit Umum PMI hingga sekarang.PMI juga mulai menyelenggarakan kegiatan pelayanan sumbangan darah yang masih terbatas di Jakarta dan beberapa kota besar seperti Semarang, Medan, Surabaya dan Makasar dengan nama Dinas Dermawan Darah.

Dalam peristiwa pemberontakan RMS (Republik Maluku Selatan), PMI bekerjasama dengan ICRC melaksanakan pelayanan kesehatan yang dipimpin oleh Dr. Bahder Djohan dan BPH Bintara berupa Rumah Sakit terapung di Ambon. Juga diadakan penyampaian berita keluarga yang hilang/ terpisah serta mengunjungi tawanan.

PMI mulai mengembangkan kegiatan kepemudaan dengan 7.638 anggota remaja di 29 Cabang PMI. Bekerjasama dengan Yayasan Kesejahteraan Guru, murid dan anak-anak sepakat membentuk unit PMR di sekolah-sekolah, penerbitan majalah PMR, korespodensi, pertukaran album, lomba, pameran lukisan, serta penyelenggaraan sanatoria (perawatan paru-paru untuk anak-anak).

DASAWARSA II 1955 - 1964 Akibat Pemberontakan PRRI di Sumatera Barat dan Permesta di Sulawesi Utara, Markas Besar PMI mengirimkan kapal-kapal PMI ke daerah tersebut untuk menjemput orang-orang asing di sana dan juga mengirimkan 4 tim medis ke Sumatera serta 6 tim ke Sulawesi Utara. Setelah Presiden Soekarno mencetuskan Tri Komando Rakyat (Trikora) untuk membebaskan Irian Barat pada tanggal 19 Desember 1961, Pengurus Besar PMI memanggil Kesatuan Sukarela seluruh Cabang untuk siap siaga. Kemudian terbentuklah Kesatuan Nasional yang terdiri dari 11 cabang yang telah diseleksi. Sukarelawan Palang Merah yang ditugaskan sebagai perawat berjumlah 259 orang dan 770 orang sebagai cadangan.

Pada peristiwa Aru 15 Januari 1952, yaitu tenggelamnya Kapal Perang RI Macan Tutul, sebanyak 55 orang awak kapal perang tersebut menjadi tawanan Belanda sehingga atas permintaan Menteri/KSAL, PMI menghubungi ICRC untuk menangani tawanan tersebut. Berkat usaha Sekjen PBB, pihak Belanda menyetujui penyerahan awak kapal di Singapura. Pada tahun 1963 ketika Gunung Agung di Bali meletus , PMI bersama Dinkes Angkatan Darat RI membantu penanggulangan para korban bencana tersebut.

Ketika Tim Kesatuan Nasional PMI ke Kalimantan Barat dalam rangka Dwikora (Dwi Komando

Page 12: Palang Merah Indonesia

Rakyat), telah dikirimkan Tim Kesehatan Nasional untuk membantu Operasi TUMPAS di Sulawesi Selatan.

DASA WARSA III 1965-1975Penerbitan Surat Keputusan mengenai Peraturan menteri Kesehatan RI No.23 dan No.024 mengenai pengakuan Pemerintah RI untuk pertamakali terhadap keberadaan Usaha Transfusi Darah (UTD) PMI. Dalam peringatan HUT PMI ke-25 , 17 September 1970 , Pengurus Besar PMI mengeluarkan suatu medali khusus dan penghargaan kepada perintis-perintis PMI, seperti: Drs. Moh. Hatta dan Prof. Dr. bahder Johan dan Pengurus PMI Daerah/Cabang seluruh Indonesia. Setahun kemudian ,1971 diresmikan berdirinya suatu DAJR (Dinas Ambulance Jalan Raya) Jakarta - Bandung sebanyak 7 pos yang dipusatkan di RSU-PMI Bogor. Ambilans yang digunakan adalah ambulance Falcon yang dilengkapi personil, alat-alat pertolongan pertama, dan telepon radio.

DASAWARSA IV 1975 -1984Kerjasama PMI-ICRCPMI mulai berperan di Timor Timur bulan Agustus 1975 sejak mengalirnya pengungsi Timor Timur ke perbatasan Timor Barat di Atambua. Operasi kemanusiaan di Dili dimulai bulan Desember 1975 atas permintaan PSTT (Pemerintah Sementara Timor Timur). Kemudian kelak pada bulan Oktober tahun 1979 PMI bekerja sama dengan ICRC mulai membuka pos bantuan relief di 7 Kecamatan terpencil di Timor Timur.Atas permintaan Pemerintah RI, PMI didukung UNHCR membentu pengungsi Vietnam di Pulau Galang dalam bidang kesehatan dan kesejahtraan social, antara lain dengan mendirikan RS Pulau Galang. PMI juga mengadakan Tracing and Mail Service bekerjasama dengan ICRC.

Bencana AlamKetika gempa bumi melanda Bali Juli 1976 yang melanda 3 dari 5 kabupaten PMI mengerahkan tenaga sukarela, membuka Dapur Umum dan membantu perbaikan 500 buah rumah. Bekerjasama dengan tim medis dari Angkatan Darat, memberikan pelayanan kesehatan makanan dan obat-obatan. Di tahun yang sama gempa bumi melanda Kecamayan Kurima dan Okbibab di Kabupaten Jayawijaya dengan kekuatan 6,8 Skala Richter. PMI juga turun langsung membantu korban bencana Galunggung tahun 1982 selama beberapa bulan

Transfusi DarahTahun 1978 Pengurus Pusat memberikan penghargaan Pin Emas untuk pertamakalinya kepada donor darah sukarela 75 kali.Ketentuan tentang tugas dan peran PMI dalam pelayanan transfusi darah dikeluarkan oleh pemerintah melali Peraturan Pemerintah No.18 th 1980

DASAWARSA V 1984 - 1994Setelah beberapa kali pindah dari Jl.Abdul Muis ke beberapa lokasi, akhirnya kantor pusat PMI menetap di Jl.Jendral Gatot Subroto Kav.96 yang diresmikan oleh Presiden Suharto pada tahun 1985.

Page 13: Palang Merah Indonesia

Tracing and Mailing RRC- RISelain pelayanan Tracing and Mailing Service (TMS) untuk pengungsi di Pulau Galang, pada tahun 1987 TMS PMI mengurus kunjungan keluarga dari RRC ke Indonesia yang pertama kalinya sejak hubungan diplomatik kedua negara itu tahun 1967 terputus. Di Jakarta, PMI ikut membantu para korban musibah tabrakan kereta api Bintaro berupa pertolongan P3K, Transfusi Darah, TMS, serta pemberian pakaian pantas di sejumlah RS di Jakarta tempat korban dirawat.

Bencana alamPMI mengerahkan 700 orang KSR/PMR dan 8 tenaga dokter untuk membantu korban banjir bandang di Semarang Jawa Tengah dan juga ikut membantu korban Letusan Gunung Kelud Jawa Timur tahun 1990 dengan bantuan pangan dan obat-obatan senilai Rp.8.583.400,- Untuk turut menanggulangi bencana gempa bumi Tsunami di Flores 12 Desember 1992, PMI membentuk Satgas KSR Serbaguna yang disebut SATGAS MERPATI I.

Perang Teluk tahun 1991Dengan pecahnya Perang Teluk, Pemerintah Indonesia mempercayakan kepada PMI untuk memimpin pengiriman bantuan masyarakat Indonesia dengan pesawat khusus ke Jordania, untuk korban Perang Teluk sebanyak dua kali. Bantuan sandang, pangan, obat-obatan dan peralatan listrik yang diberikan senilai 249 juta rupiah.

Uji Saring Darah HIVPenyebaran virus HIV yang semakin meningkat mendorong terbitnya Keputusan Menteri Kesehatan RI No.622/1992 tentang kewajiban pemeriksaan virus HIV pada donor darah. Sejalan dengan itu, Depkes RI memberikan bantuan reagensia untuk pemeriksaan virus HIV kepada PMI yang diperuntukkan bagi segenap UTDC-PMI.

Temu Karya KSRPada bulan Juli 1992 diadakan Temu karya dan Lomba KSR Tingkat Nasional di Lombok NTB diikuti pula oleh peserta dari Singapura, Malaysia, Thailand, Korea Selatan dan Jepang.DASAWARSA VI 1994 - 2004

Bencana Alam (Gempa Bumi)Kembali pada tahun 1994 ,Pengurus Pusat membentuk Tim SATGAS MERPATI II untuk membantu korban bencana Gempa Bumi di Liwa-Lampung Barat dan Tsunami di Banyuwangi-Jawa Timur.Juga pada tahun 1999, saat propinsi Bengkulu ditimpa gempa berkekuatan 7,9 skala richter, PMI dengan dukungan fasilitas Federasi Internasional dan Palang Merah Norwegia mendirikan rumah sakit lapangan berkapasitas 150 bed menggantikan fungsi rumah sakit setempat yang rusak di kota itu selama 10 bulan.Gempa lainnya berskala 6,5 richter juga menimpa Banggai di Sulawesi Tengah pada bulan Mei 2002, dan beberapa bulan kemudian pada Juli 2000 gempa terjadi juga di 24 Kecamatan di Sukabumi dan Bogor.

Banjir

Page 14: Palang Merah Indonesia

Akhir tahun 2000 banjir menimpa wilayah Aceh. Dengan bantuan ICRC di Lhoksumawe, Tim PMI ikut turun tangan membersihkan jalan-jalan dan fasilitas sosial lainnya dan memberikan bantuan 4000 paket bantuan alat kebersihan. Pada periode yang sama, banjir juga melanda Gorontalo Sulawesi Tengah yang mengakibatkan wilayah tersebut terutama di Kecamatan Ranoyapo terisolir banjir. Banjir Lumpur dikuti longsor juga melanda wilayah Jawa Barat selama beberapa hari pada bulan Pebruari. Banjir bandang terjadi pula di NTB. 1000 paket bantuan PMI dan 610 petromaks disumbangkan oleh Federasi Internasional melalui PMI. Awal Agustus 2001, banjir besar juga telah menghancurkan 8 Kecamatan di Kabupaten Nias Sumetera Utara. PMI telah mengirimkan obat-obatan dan bantuan paket keluarga berupa peralatan dapur, kelambu nyamuk, pakaian, selimut dan gula untuk memenuhi kebutuhan darurat sehari-hari di Nias.

Penanggulangan Bencana KonflikSuatu konflik vertikal telah berlangsung di Aceh sejak Januari 2000, konflik horizontal di Poso Sulawesi Tengah pada 23 Mei 2000 dan kerusuhan hebat di Maluku Utara pada 17 Mei 2001. Di Aceh PMI bekerjasama dengan ICRC secara intensif melakukan kegiatan evakuasi korban luka dan mayat, membagikan bantuan pangan, pelayanan kesehatan darurat serta penyampaian berita keluarga. Sedangkan untuk Poso, PMI berkoordinasi dengan ICRC menyalurkan bantuan 4000 paket keluarga diikuti bantuan dari RCTI berupa tikar, sarung, handuk, jerigen, sabun mandi, sabun cuci dan pakaian yang diperuntukkan kepada 2000 orang. Sedang untuk konflik yang terjadi di Maluku Utara, kembali PMI bekerjasama dengan ICRC menyalurkan 5.655 paket bantuan keluarga kepada korban disamping pelayanan kesehatan di Tobelo dan Galela. Bantuan tambahan sebanyak 4500 paket dan 2000 unit peralatan sekolah dan seragam dari Kedutaan Besar Jepang. Di samping itu bantuan satu unit kendaraan juga telah dikirim ke Ternate dari Jakarta untuk membantu operasional teknis lapangan.

CBFA- Tarakan dan LampungProyek pengembangan kesehatan berbasis masyarakat (CBFA) telah dimulai di Kalimantan Timur dan Tengah sejak Juni 2000. Bantuan disponsori oleh Palang Merah Belanda dengan Fasilitas Federasi Internasional bertujuan memperbaiki status kesehatan masyarakat di wilayah sasaran.

PMI KINIDalam rangka menghadapi perkembangan masyarakat Indonesia di masa depan yang semakin global dalam suasana yang semakin demokratis maka PMI harus mempersiapkan diri sebaik-baiknya sebagai stakeholder untuk ikut mengambil peran aktif di dalamnya.

Karena itu, PMI telah menetapkan misi dan visi dengan tetap berpegang teguh pada prinsip-prinsip kepalangmerahan dan digariskan di dalam garis-Garis Kebijakan PMI 2000 - 2004 :

A. VisiPMI diakui secara luas sebagai organisasi kemanusiaan yang mampu menyediakan pelayanan kepalang merahan yang efektif dan tepat waktu, terutama kepada mereka yang paling membutuhkan, dalam semangat kenetralan dan kemandirian.

B. Misi

Page 15: Palang Merah Indonesia

1. Menyebarluaskan dan mengembangkan aplikasi prinsip dasar Gerakan Palang Merah dan Bulan sabit Merah serta Hukum perikemanusiaan Internasional (HPI) dalam masyarakat Indonesia.

2. Melaksanakan pelayanan kepalangmerahan yang bermutu dan tepat waktu, mencakup:

Bantuan kemanusiaan dalam keadaan darurat Pelayanan sosial dan kesehatan masyarakat Usaha Kesehatan Transfusi Darah

3. Pembinaan Generasi Muda dalam kepalangmerahan, kesehatan dan kesejahteraan.4. Melakukan konsolidasi organisasi, pembinaan potensi dan peningkatan potensi

sumber daya manusia dan sumber dana untuk menuju PMI yang efektif dan efiesien.

PROGRAM STRATEGIS PENGEMBANGAN ORGANISASI

A. TUJUANMenyempurnakan organisasi dan tata laksana PMI di semua tingkatan untuk persiapan peningkatan kemandirian dan kenetralan PMI dalam 5 tahun ke depan.

B. PROGRAM 20021. Melanjutkan upaya akurasi data kapasitas organisasi daerah dan cabang dari hasil

respon kuistioner yang diberikan Daerah dan Cabang dan Laporan Persemester atau Tahunan.

2. Menyusun pola standar Orientasi Kepalangmerahan dan implementasi manajemen PMI bagi pengurus.

3. Memberikan arahan kepada Daerah untuk mengaktifkan fungsinya melalui: Pengamatan aktif, advokasi dan membantu implementasi AD/ART,

khususnya di dalam MUSDA dan MUKERDA. Lokakarya Manajemen dan Organisasi bagi daerah dan beberapa cabang

terpilih. Orientasi kepalangmerahan dan manajemen organisasi untuk daerah dan

cabang-cabang yang dimiliki. Membina Rencana Strategis Pengembangan Organisasi melalui kinerja

tim OD Lokakarya bagi pengembangan fungsi markas pusat bagi Kepala Unit

Daerah (KAMADA) Melanjutkan pemberian bantuan kepada korban gempa bumi di Bengkulu,

dengan pilot program OD di PMI Bengkulu, untuk mendukung implementasi program CBFA, water and sanitation in Bengkulu.

4. Memantapkan persiapan untuk MUKERNAS tahun 20025. Menerbitkan perangkat lunak bagi pengembangan manajemen dan organisasi

seperti Petunjuk Bagi Pengurus PMI.

Sejarah terbentuknya Palang Merah Remaja di Indonesia tidak terlepas dari sejarah terbentuknya Palang Merah Remaja Internasional yang dilatar belakangi oleh terjadinya Perang Dunia I (1914-1918) yang pada waktu itu

Page 16: Palang Merah Indonesia

antara Austria dan Perancis sedang mengalami peperangan.Karena kekurangan tenaga untuk memberikan bantuan,akhirnya mengerahkan anak-anak sekolah supaya turut membantu sesuai dengan kemampuannya. Mereka diberikan tugas – tugas ringan seperti mengumpulkan pakaian-pakaian bekas dan majalah-majalah serta koran bekas.Anak-anak tersebut terhimpun dalam suatu badan yang disebut PMP (Palang Merah Pemuda) yang kemudian berubah menjadi PMR (Palang Merah Remaja).

Pada tahun 1919 di dalam sidang Liga Perhimpunan Palang Merah Internasional diputuskan bahwa gerakan Palang Merah Remaja menjadi satu satu bagian dari Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah. Kemudian usaha tersebut diikuti oleh negara-negara lain.Dan pada tahun 1960,dari 145 Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah yang ada sebagian besar sudah memiliki Palang Merah Remaja.

Di Indonesia pada Kongres PMI ke-IV di Jakarta,tepatnya pada tgl 25-27 Januari 1950,PMI membentuk Palang Merah Remaja yang dipimpin oleh Ny. Siti Dasimah dan Paramita Abdurrahman.Tepat pada tanggal 1 Maret 1950 berdirilah Palang Merah Remaja secara resmi di Indonesia.Hymne PMI lagu yang pertama kali dikumandangkan pada tahun 1967 yang merupakan ciptaan Mochtar H. S. (yg lebih dikenal sebagai Mochtar Embut dan juga seorang tokoh PMI yang terkemuka waktu itu) menandai dari pembentukan Palang Merah Remaja (PMR) Kudus.PMR Kudus merupakan yang kedua di Indonesia setelah Bandung. Bisa dibayangkan,pada masa itu PMI Kudus adalah merupakan cabang yang terkemuka di Indonesia.Secara resmi berkembangnya PMR di sekolah didasari Surat Edaran Dirjen Pendidikan No. 11-052-1974, pada tanggal 22 Juni 1974.