Pembayaran/Penyetoran dan Pelaporan PPh yang Dipotong/DipungutPMK No.184/PMK.03/2007 sebagaimana telah diubah dengan PMK No.80/PMK.03/2010
PPh Pemotongan/Pemungutan
Tanggal Jatuh Tempo Pembayaran/Penyetoran
Batas Akhir Pelaporan
PPh Pasal4 ayat (2)
Dipotong oleh pemotong PPh
Paling
lama
tanggal
10
bulan
berikutnya
setelah Masa
Pajak
berakhir
Wajib menyampaikan SPT
Masa paling lama 20 hari
setelah Masa Pajak
berakhir.
Dibayar sendiri oleh WP 15
PPhPasal 15
Dipotong oleh pemotong PPh 10
Dibayar sendiri oleh WP 15
PPhPasal 21
Dipotong oleh pemotong PPh 10
PPhPasal 23/26
Dipotong oleh pemotong PPh 10
PPh pasal 25
Dibayar sendiri oleh WP 15
PPhPasal 22Atas impor
Dalam hal Bea Masuk ditunda/dibebaskan
Pada saat penyelesaian dokumen pemberitahuan pabean impor
Wajib melaporkan hasil pemungutannya secara mingguan paling lama pada hari kerja terkhir minggu berikutnya
Dipungut oleh Ditjen Bea dan Cukai
Harus disetor dalam jangka waktu 1 hari kerja setelah dilakukan pemungutan pajak
PPhPasal 22
Dipungut oleh bendahara
Harus disetor pada hari yang sama dengan pelaksanaan pembayaran atas penyerahan barang yang dibiayai dari belanja Negara atau belanja Daerah, dengan menggunakan SSP atas nama rekanan dan ditandatangani oleh bendahara
Wajib melaporkan hasil pemungutannya paling lama 14 hari setelah Masa Pajak berakhir
Penyerahan BBM, gas, dan pelumas kepada penyalur/agen atau
industri
Paling
lama
tanggal
10
bulan berikutnya
setelah Masa Pajak
berakhir
Wajib menyampaikan SPT Masa paling lama 20 hari setelah Masa Pajak berakhir.Pemungutannya
dilakukan oleh WP badan tertentu
10
Dalam hal tanggal jatuh tempo pembayaran/penyetoran pajak dan batas akhir pelaporan bertepatan dengan hari libur termasuk hari Sabtu atau hari libur nasional,
pembayaran/penyetoran pajak dan pelaporan dapat dilakukan pada hari kerja berikutnya.
- Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan ke kas negara melalui: Layanan pada loket/teller (over the counter); dan atau Layanan dengan menggunakan sistem elektronika lainnya Pada bank persepsi/pos persepsi/bank devisa persepsi/bank persepsi mata uang asing.
- Pembayaran dan penyetoran pajak menggunakan SSP atau saran administrasi lain yang dipersamakan dengan SSP. Dan dinyatakan SAH dalam hal telah divalidasi dengan NTPN (Nomor Transaksi Penerimaan Pajak)
Bukti Pemotongan/Pemungutan- Pemotong atau pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda bukti pemungutan
kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap melakukan pemotongan atau pemungutan.
- Pemotong PPh pasal 21 atas penghasilan karyawan atau pegawai tetap, memberikan tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
Kewajiban Pemotong PPh Pasal 21 dan/atau Pasal 26 (sumber: PER-16/PJ/2016)- Mendaftarkan diri ke Kantor Pelayanan Pajak sesuia dengan ketentuan yang berlaku.- Menghitung, memotong, menyetorkan, dan melaporkan PPh pasal 21 dan/atau PPh pasal 26 yang
terutang untuk setiap bulan kalender. (Ketentuan untuk melaporkan pemotongan tetap berlaku, dalam hal jumlah pajak yang dipotong pada bulan yang bersangkutan nihil)
- Membuat catatan atau kertas kerja perhitungan PPh pasal 21 dan/atau PPh pasal 26 untuk masing-masing penerima penghasilan, yang menjadi dasar pelaporan PPh pasal 21 dan/atau PPh pasal 26 yang terutang untuk setiap masa pajak dan wajib menyimpan catatan atau kertas kerja perhitungan tersebut sesuai dengan ketentuan yang berlaku
- Dalam hal dalam suatu bulan terjadi kelebihan penyetoran pajak atas PPh pasal 21 dan/atau PPh pasal 26 yang terutang oleh pemotong PPh pasal 21 dan/atau PPh pasal 26, kelebihan penyetoran tersebut dapat diperhitungkan dengan PPh pasal 21 dan/atau PPh pasal 26 yang terutang pada bulan berikutnya melalui SPT Masa PPh pasal 21 dan/atau PPh pasal 26.
- Memberikan bukti pemotongan PPh pasal 21 atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Pegawai Tetap atau penerima pensiunan berkala paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
- Dalam hal Pegawai Tetap berhenti bekerja sebelum bulan Desember, bukti pemotongan PPh pasal 21 harus diberikan paling lama 1 (satu) bulan setelah yang bersangkutan berhenti bekerja.
- Memberikan bukti pemotongan PPh pasal 21 atas pemotongan PPh pasal 21 selain Pegawai Tetap dan penerima pensiun berkala, serta bukti pemotongan PPh pasal 26 setiap kali melakukan pemotongan PPh pasal 26.
- Dalam hal dalam 1 bulan kalender, kepada satu penerima penerima penghasilan dilakukan lebih dari 1 kali pembayaran penghasilan, bukti pemotongan PPh pasal 21 dan/atau PPh pasal 26 dapat dibuat sekali untuk satu bulan kalender.
Saat Terutang PPh Pasal 21 dan/atau Pasal 26- Penerima penghasilan : pada saat dilakukan pembayaran atau pada saat terutangnya
penghasilan yang bersangkutan- Pemotong : untuk setiap Masa Pajak. Pada akhir bulan dilakukannya pembayaran
dan atau pada akhir bulan terutangnya penghasilan yang bersangkutan
Top Related