1
PENGARUH KOMISARIS INDEPENDEN, KONDISI KEUANGAN, OPINI AUDIT
TAHUN SEBELUMNYA, UKURAN PERUSAHAAN, KUALITAS AUDIT DAN
OPINION SHOPPING TERHADAP OPINI AUDIT PADA PERUSAHAAN
MANUFAKTUR YANG MENGALAMI FINANCIAL DISTRESS DI BEI (2013-2015)
Tessa Elviona
Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Maritim Raja Ali Haji
Jl. Politeknik, Senggarang, Tanjungpinang
Abstract
The sampling technique is purposive sampling method and which results for 31
companys from 137 observation on manufacturing companies listed in Indonesia Stock
Exchange in 2013 – 2015. The results based on logistic regression analyses, indicated that
independent commissioner, financial condition, company’s size and quality audit has no
effect on revenues going concern opinion. While previous audit reportand opinion shopping
affects the revenue going concern audit opinion.
Keywords : Independent Commissioner, Financial Condition, Previous Audit Report,
Company’s Size, Quality Audit, Opinion Shopping and Going Concern Audit
Opinion.
Abstrak
Teknik pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling dan
memperoleh sampel sebesar 31 perusahaan dari 137 pengamatan pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2013-2015. Hasil dari
penelitian ini berdasarkan analisis regresi logistik menunjukkan bahwa komisaris independen,
kondisi keuangan, ukuran perusahaan dan kualitas audit tidak berpengaruh terhadap
penerimaan opini going concern. Sedangkan opini audit tahun sebelumnya dan opinion
shopping berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern.
Kata Kunci : Komisaris Independen, Kondisi keuangan, Opini Audit Tahun
Sebelumnya, Ukuran Perusahaan, Kualitas Audit, Opinion Shopping dan Opini
audit Going Concern.
PENDAHULUAN
Laporan audit memberikan peringatan awal mengenai kondisi keuangan perusahaan
bagi principal. Data – data perusahaan akan lebih mudah dipercaya oleh investor dan
pemakai laporan keuangan lainnya, apabila laporan keuangan perusahaan telah mendapat
pernyataan wajar dari auditor. PSA 30 menyatakan bahwa going concern dipakai sebagai
asumsi dalam pelaporan keuangan sepanjang tidak terbukti adanya informasi yang
menunjukkan hal yang berlawanan. Biasanya informasi yang secara signifikan dianggap
berlawanan dengan asumsi kelangsungan hidup suatu usaha adalah berhubungan dengan
ketidakmampuan satuan usaha dalam memenuhi kewajibannya pada saat jatuh tempo tanpa
2
melakukan penjualan sebagian besar aktiva kepada pihak luar secara bisnis biasa,
restrukturiasi utang, perbaikan operasi yang diperlukan dari luar atau kegiatan serupa
lainnya.
Going Concern adalah kelangsungan hidup suatu entitas. Dengan adanya Going
Concern maka suatu entitas dianggap akan mampu mempertahankan kegiatan usahanya
dalam jangka panjang atau tidak akan dilikuidasi dalam jangka pendek. Suatu entitas
dianggap going concern apabila perusahaan dapat melanjutkan operasinya dan memenuhi
kewajibannya. Apabila perusahaan dapat melanjutkan usahanya dan memenuhi kewajibannya
dengan menjual aset dalam jumlah yang besar, perbaikan operasi yang dipaksakan dari luar,
merestukturisasi hutang, atau dengan kegiatan serupa yang lain. Hal yang demikan akan
menimbulkan keraguan besar terhadap going concern perusahaan.
Perusahaan yang mendapatkan opini going concern cenderung dari perusahaan yang
mengalami masalah keuangan (financial distress), yang berawal dari kesulitan dalam
memenuhi keawajiban hutangnya; seperti tidak terpenuhi syarat - syarat perjanjian hutang
atau tidak melakukan pembayaran hutang sesuai jadwal. Sebelum atau sesudah keadaan
default ini terjadi, perusahaan akan menegosiasikan penjadwalan hutang kembali dengan
kreditor.
Selain itu, Perusahaan yang menerima opini going concern akan berdampak terhadap
kelangsungan hidup perusahaan, oleh sebab itu mendorong manajemen untuk mempengaruhi
auditor agar mempertimbangkan pemberian opini going concern karena akan menimbulkan
konsekuensi negatif. Enggar dan Evi (2015) menemukan bukti terjadinya peninsgkatan
pergantian auditor yang mengeluarkan opini going concern pada perusahaan perbankan dan
pembiayaan. Kondisi tersebut memungkinkan manajemen untuk berpindah ke auditor lain
apabila perusahaannya terancam menerima opini audit going concern. Fenomena seperti ini
disebut opinion shopping.
KAJIAN PUSTAKA
Going Concern
Opini audit modifikasi mengenai going concern merupakan opini audit yang dalam
pertimbangan auditor terdapat ketidakmampuan atau ketidakpastian signifikan atas
kelangsungan hidup perusahaan dalam menjalankan operasinya pada kurun waktu yang
pantas, tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal laporan keuangan yang sedang diaudit
(SPAP, 2011). Going concern dipakai sebagai asumsi dalam pelaporan keuangan sepanjang
3
tidak terbukti adanya informasi yang menunjukkan hal yang berlawanan. Informasi tersebut
biasanya berhubungan dengan ketidakmampuan entitas dalam memenuhi kewajiban pada saat
jatuh tempo tanpa melakukan penjualan sebagian besar aktiva kepada pihak luar melalui
bisnis biasa, restrukturisasi utang, perbaikan operasi yang dipaksakan dari luar, dan kegiatan
serupa yang lain.
Komisaris Independen
Menurut peraturan Bapepam Nomor IX.I.5 tahun 2012 tentang pembentukan dan
pedoman pelaksanaan kerja komite audit, komisaris independen adalah anggota dewan
komisaris yang berasal dari luar emiten atau perusahaan publik dan memenuhi syarat
sebagaimana dimaksud dalam angka 2 huruf c, yaitu:
1. Bukan merupakan orang yang bekerja atau yang mempunyai wewenang dan tanggung
jawab untuk merencanakan, memimpin, mengendalikan atau mengawasi kegiatan
emiten atau perusahaan publik tersebut dalam waktu 6 (enam) bulan terakhir;
2. Tidak mempunyai saham baik langsung maupun tidak langsung pada emiten atau
perusahaan publik tersebut;
3. Tidak mempunyai hubungan afiliasi dengan emiten atau perusahaan publik, anggota
dewan komisaris, anggota direksi atau pemegang saham utama emiten atau
perusahaan publik tersebut; dan
4. Tidak memiliki hubungan usaha baik langsung maupun tidak langsung yang berkaitan
dengan kegiatan usaha emiten atau perusahaan publik.
Kondisi Keuangan
Kondisi ini digambarkan dari rasio keuangan yang dapat memberikan indikasi apakah
perusahaan dalam kondisi baik atau dalam kondisi buruk. Sejumlah studi telah dilakukan
untuk mengetahui kegunaan analisis rasio keuangan dalam memprediksi kegagalan
perusahaan. salah satu studi tentang prediksi ini adalah multiple discriminant analysis yang
dilakukan oleh Edward I altman. Kondisi keuangan perusahaan yang dinilai dengan Altman
Model (Z-Score) dapat mempengaruhi auditor untuk menilai kemampuan perusahaan dalam
menjaga dan mempertahankan keberlangsungan usahanya.AltmanZ-Score adalah metode
yang dapat memprediksi kebangkrutan dalam beberapa tahun ke depan, sehingga apabila nilai
Z yang diperoleh perusahaan masuk dalam kategori “bangkrut”, hal tersebut dapat
meyakinkan auditor untuk memberikan opini audit going concern ( Idawati & Ramlan, 2015).
Opini Tahun Sebelumnya
Opini audit tahun sebelumnya adalah opini audit yang diterima oleh perusahaan pada
tahun sebelumnya atau 1 tahun sebelum penelitian. Perusahaan yang telah menerima opini
audit going concern pada tahun sebelumnya dianggap memiliki masalah dalam
mempertahankan kelangsungan hidupnya, sehingga kemungkinan besar auditor akan
memberikan opini audit going concern kembali pada tahun berjalan (Santosa dan Wedari,
2007).
Ukuran Perusahaan
4
Menurut Santosa dan Wedari (2007) auditor lebih sering memberikan opini audit non
going concern terhadap perusahaan yang memiliki ukuran besar, hal ini dikarenakan bahwa
perusahaan dengan ukuran besar akan lebih mampu untuk mengatasi kondisi keuangan yang
tidak stabil.Sebaliknya perusahaan yang memiliki ukuran kecil akan sulit untuk mengatasi
kondisi keuangan yang tidak stabil. Mengetahui ukuran berarti dapat terlihat seberapa besar
atau kecil usaha yang dilakukan perusahaan. Perusahaan dengan skala besar dengan
pertumbuhan yang positif memberikan suatu tanda bahwa kemungkinan untuk menjadi
bangkrut kecil dan dianggap mampu mempertahankan kelangsungan usahanya.
Kualitas Audit
Kantor Akuntan Publik adalah badan usaha yang telah mendapatkan izin dari Menteri
sebagai wadah bagi akuntan publik dalam memberikan jasanya (PMK NOMOR:
17/PMK.01/2008). Tanggung jawab KAP khususnya auditor adalah menyediakan informasi
yang memadai dengan kualitas yang tinggi guna pengambilan keputusan oleh para
pengguna(Santosa dan Wedari, 2007).Menurut Yulius (2009) Kualitas audit merupakan
kualitas atas jasa yang diberikan auditorkepada kliennya. Kualitas audit ini dapat dilihat dari
kompetensi dan tingkat independensi seorang auditor.
Opinion Shopping
Perusahaan mengganti auditor dan meminimalisasi opini modifikasi. Dalam penelitian
Lennox (2002) diperoleh kesimpulan bahwa perusahaan yang melakukan opinion shopping
dapat dilihat dari opini audit tahun sebelumnya dan sesudah pergantian auditor. Dalam
penelitiannya dihasilkan dua temuan yaitu, pertama perubahan auditor lebih sering terjadi jika
perusahaan menerima opini modifikas. Kedua, pergantian auditor meningkatkan
kemungkinan perubahan opini audit. Kedua hasil tersebut menyiratkan bahwa opini audit
modifikasi lebih jarang muncul pada perusahaan yang mengganti auditornya, hal ini
menunjukkan perusahaan berhasil melakukan opinion shopping.
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Hubungan Komisaris Independen Dengan Opini Audit Going Concern
Komisaris yang independen dapat membantu mengurangi tekanan manajemen untuk
mendapatkan opini bersih (unqualified) manakala opini going concern dibenarkan untuk
dikeluarkan auditor ( Ramadhany, 2004). Penelitian Setiawan (2011) menghasilkan komisaris
independen berpengaruh signifikan terhadap opini going concern, hal ini mendukung adanya
komisaris independen yang lebih besar mampu memberikan pengawasan yang lebih baik.
Berdasarkan pemikiran diatas maka dapat diharapkan keberadaan komisaris
independen dapat membantu dan menjamin independensi auditor eksternal dalam
mengeluarkan keputusan opini going concern, terhindar dari campur tangan manajemen.
H1 : Diduga komisaris independen berpengaruh terhadap opini audit.
Hubungan Kondisi Keuangan Dengan Opini Audit Going Concern
Kondisi keuangan perusahaan menggambarkan tingkat kesehatan perusahaan, kondisi
keuangan perusahaan juga mencerminkan kelangsungan kinerja suatu perusahaan
5
kedepannya. Melalui laporan keuangan, para pengguna laporan keuangan dapat mengetahui
kondisi keuangan suatu perusahaan dan dapat memprediksi apakah perusahaan tersebut akan
tetap bertahan kedepannya. Tingkat kesehatan suatu perusahaan dapat dilihat dari kondisi
keuangan perusahaan. Perusahaan yang mempunyai kondisi keuangan yang baik maka
auditor tidak akan mengeluarkan opini audit going concern (Ramadhany, 2004).
H2 : Diduga kondisi keuangan berpengaruh terhadap opini audit.
Hubungan Opini Tahun Sebelumnya Dengan Opini Audit Going Concern
Penerbitan opini audit going concern tidak terlepas dari opini audit tahun tahun
sebelumnya, karena kegiatan usaha pada suatu perusahaan untuk tahun tertentu tidak terlepas
dari keadaan yang terjadi pada tahun sebelumnya (Alichia, 2013). Perusahaan yang menerima
opini audit going concern pada tahun sebelumnya akan dianggap memiliki masalah
kelangsungan hidupnya, opini audit tahun sebelumnya ini akan menjadi faktor pertimbangan
penting auditor untuk mengeluarkan kembali opini audit going concern pada tahun
berikutnya. Auditee yang menerima opini audit going concern pada tahun sebelumnya akan
dianggap memiliki masalah kelangsungan hidupnya, sehingga semakin besar kemungkinan
bagi auditor untuk mengeluarkan opini audit going concern pada tahun berjalan (Maharani &
Rahmawati, 2016).
H3: Diduga opini audit tahun sebelumnya berpengaruh terhadap opini audit.
Hubungan Ukuran Perusahaan Dengan Opini Audit Going Concern.
Menurut Muchler (dalam Ramadhany,2004) auditor lebih sering mengeluarkan
modifikasi opini going concern pada perusahaan yang lebih kecil. Hal ini dimungkinkan
karena auditor mempercayai bahwa perusahaan yang lebih besar dapat menyelesaikan
kesulitan – kesulitan keuangan yang dihadapinya dari pada perusahaan yng kecil dan auditor
mempunyai perhatian yang lebih besar mengenai dampak kebangkrutan perusahaan besar
dimana paling tidak secara parsial disebabkan oleh pengeluaran opini going concern.
Perusahaan dengan pertumbuhan
Perusahaan dengan pertumbuhan yang positif memberikan suatu tanda bahwa ukuran
perusahaan tersebut semakin berkembang dan mengurangi kecenderungan kearah
kebangkrutan, perusahaan besar lebih banyak menawarkan fee audit tinggi daripada yang
ditawarkan oleh perusahaan kecil. Dalam kaitannya mengenai kehilangan fee audit yang
signifikan tersebut, sehingga auditor mungkin ragu mengeluarkan opini going concern pada
perusahaan besar ( Maharani & Rahmawati, 2016).
H4 : Diduga ukuran perusahaan berpengaruh terhadap opini audit.
Hubungan Kualitas Audit Dengan Opini Audit Going Concern
Kualitas yang baik akan menghasilkan informasi yang sangat berguna bagi para
pemakai laporan keuangan dalam hal pengambilan keputusan. Oleh karena itu, auditor
bertanggung jawab untuk menyediakan jasa audit yang berkualitas. Auditor yang mempunyai
kualitas audit yang baik lebih cenderung akan mengeluarkan opini audit going concern
apabila kliennya mengalami masalah going concern (Maharani & Fitmawati, 2016).
Perusahaan audit skala besar memiliki insentif yang lebih untuk menghindari kritikan
kerusakan reputasi dibandingkan pada perusahaan audit skala kecil. Perusahaan - perusahaan
audit skala besar juga lebih cenderung untuk mengungkapkan masalah – masalah yang ada
karena mereka lebih kuat menghadapi resiko proses pengadilan. Sehingga perusahaan audit
6
besar memiliki insentif lebih untuk mendeteksi dan melaporakan masalah going concern
kliennya (Ramadhany, 2004). KAP yang memiliki kualitas audit yang lebih tinggi cenderung
akan mengeluarkan opini audit going concern apabila terdapat masalah going concern pada
klien.
H5 : Diduga kualitas audit berpengaruh terhadap opini audit.
Hubungan Opinion Shopping Dengan Opini Audit Going Concern
Perusahaan yang menerima opini going concern akan berdampak terhadap
kelangsungan hidup perusahaan, oleh sebab itu mendorong manajemen untuk mempengaruhi
auditor agar mempertimbangkan pemberian opini going concern karena akan menimbulkan
konsekuensi negatif. Opinion Shopping menunjukkan pergantiana uditor independen untuk
tahun berikutnya apabila tahun berjalan perusahaan mendapatkan opini audit going concern
(Enggar dan Evi, 2015). Manajer dapat menunda atau menghindari opini going concern
dengan memberikan laporan keuangan yang baik untuk meyakinkan auditor atau dengan
melakukan pergantian auditor (auditor switching) dengan harapan bahwa auditor baru tidak
memberikan opini going concern.
H6 : Diduga opinion shopping berpengaruh terhadap opini audit.
OPERASIONALISASI VARIABEL PENELITIAN
Variabel Dependen
Opini audit diukur dengan menggunakan variabel dummy, dimana bernilai 1 untuk opini
going concern (GC) dan bernilai 0 untuk opini non going concern (NGC).
Variabel Independen
a) Komisaris Independen (IND)
b) Kondisi Keuangan (ZSCORE)
Digunakan perhitungan analsis diskriminan Altman (2000) untuk mengukur kondisi
keuangan (ZSCORE), yaitu :
Jumlah Komisaris Independen
IND =
Jumlah Total Dewan Komisaris
Z’ = 0.717X1 + 0.847X2 + 3.107X3 + 0.420X4 + 0.998X5
Keterangan:
X1 = Working Capital/ Total Assets
X2 = Retained Earnings / Total Assets
X3 = Earning before Interest & Tax/ Total Assets
X4 =Market Value of Equity/ Book Value of debt
X5 = Sales/ Total Assets
7
c) Opini Tahun Sebelumnya (OPINI)
Variabel ini diukur dengan menggunakan variabel dummy, opini audit going
concern diberi nilai 1 sedangkan opini audit non-going concern diberi nilai 0
(Ramadhany, 2004), (Setiawan. 2011), (Alichia. 2013), (Zipra, 2015).
d) Ukuran Perusahaan (SIZE)
Ukuran perusahaan diukur dengan nilai aktiva, yaitu menunjukkan seberapa besar
kekayaan yang dimiliki perusahaan dalam rangka melakukan kegiatan operasionalnya.
Nilai aktiva dipilih karena nilai yang dimiliki relatif lebih stabil dibandingkan dengan
proksi lain (Zipra, 2015).
e) Kualitas Audit (KAP)
Variabel dummy digunakan untuk membedakan skala auditor (KAP), kode 1 untuk
KAP yang berafiliasi dengan KAP big four dan kode 0 untuk yang tidak berafiliasi
dengan big four (Setiawan, 2011), (Irfana, 2012), (Fitmawati, 2015). Kantor akuntan
publik (KAP) yang termasuk big four adalah :
1. KAP Purwantono, Sarwoko, Sandjaja berafiliasi dengan Ernst & Young.
2. KAP Osman Bing Satrio & Co berafiliasi dengan Deloitte Touche Tohmatsu.
3. KAP Siddharta dan Widjaja berafiliasi dengan Klynveld Peat Marwick Goerdeler
(KPMG).
4. KAP Haryanto Sahari & Co berafiliasi dengan Price Waterhouse Coopers.
f) Opinion Shopping (OP_SHOPPING)
Variabel ini diukur dengan menggunakan variabel dummy, angka 1 untuk perusahaan
diaudit oleh auditor independen yang berbeda untuk tahun selanjutnya setelah
perusahaan mendapatkan opini audit going concern, angka 0 untuk perusahaan diaudit
oleh auditor independen yang sama untuk tahun selanjutnya setelah perusahaan
mendapatkan opini audit going concern (Irfana, 2012), (Enggar & Evi, 2015).
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Analisis Statistik Deskriptif
Pengujian statistik deskriptif dilakukan terhadap data sampel proporsi komisaris
independen, kondisi keuangan, opini tahun sebelumnya, ukuran perusahaan, kualitas audit,
opinion shopping dan opini audit going concern tahun 2013-2015. Hasil pengujian statistik
deskriptif pada Tabel 4.2 serta frekuensi pada Tabel 4.3 sampai dengan tabel 4.6. Dibawah ini
menunjukkan informasi mengenai nilai minimum (minimum), nilai maksimum (maximum),
rata-rata (mean), standar deviasi (standar deviation) hingga frekuensi (frequency) sampel
penelitian baik variabel independen maupun variabel dependen.
Size = Total Asset
8
Sumber : Data sekunder diolah, 2017
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi
Opini Audit Going Concern
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid NGC 67 72,0 72,0 72,0
GC 26 28,0 28,0 100,0
Total 93 100,0 100,0
Sumber : Data sekunder diolah, 2017
Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi
Opini Audit Tahun Sebelumnya
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid NGCAO 62 66,7 66,7 66,7
GCAO 31 33,3 33,3 100,0
Total 93 100,0 100,0
Sumber : Data sekunder diolah, 2017
Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi
Kualitas Audit
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid NON BIG4 69 74,2 74,2 74,2
BIG4 24 25,8 25,8 100,0
Total 93 100,0 100,0
Sumber : Data sekunder diolah, 2017
Tabel 4.2
Hasil Statistik Deskriptif
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
IND 93 0,20 0,67 0,4226 0,11279
ZSCORE 93 -1,39 3,57 1,4662 0,83480
SIZE 93 96745744221,00 91831526000000,00 5657233982983,6045 15236847349497,0
Valid N
(listwise) 93
9
Tabel 4.6
Distribusi Frekuensi
Opinion Shopping
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid NON OS 84 90,3 90,3 90,3
OS 9 9,7 9,7 100,0
Total 93 100,0 100,0
Sumber : Data sekunder diolah, 2017
Uji Kelayakan Model Regresi
Berdasarkan tabel pengujian Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test dapat
dilihat signifikansi sebesar 0,873 yang nilainya diatas nilai alpha (α=0,05). Hal ini berarti
model regresi layak untuk digunakan dalam analisis selanjutnya, karena tidak ada perbedaan
yang nyata antara klasifikasi yang diprediksi dengan klasifikasi yang diamati (model mampu
memprediksi nilai observasinya). Hasil Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test dapat
dilihat pada Tabel 4.7.
Tabel 4.7
Hosmer and Lemeshow Test
Step Chi-square df Sig.
1 3,817 8 ,873
Sumber : Data sekunder diolah, 2017
Menilai Model Fit (Overall Model Fit)
Nilai -2 Log Likelihood awal adalah sebesar 110,214 dan setelah dimasukkan keenam
variabel independen, maka nilai -2 Log Likelihood akhir mengalami penurunan menjadi
sebesar 85,058. Penurunan nilai -2 Log Likelihood ini menunjukkan model regresi yang baik
atau dengan kata lain model yang dihipotesiskan fit dengan data. Hasil penilaian keseluruhan
model dapat dilihat pada Tabel 4.8 dan Tabel 4.9
Tabel 4.8
Iteration Historya,b,c
Block 0: Beginning Block
Sumber : Data sekunder diolah, 2017
Iteration -2 Log likelihood
Coefficients
Constant
Step 0 1 110,293 -,882
2 110,214 -,946
3 110,214 -,947
a. Constant is included in the model.
b. Initial -2 Log Likelihood: 110,214
c. Estimation terminated at iteration number 3 because parameter
estimates changed by less than ,001.
10
Tabel 4.9
Iteration Historya,b,c,d
Block 1: Method = Enter
Sumber : Data sekunder diolah, 2017
4.1.1.1 Koefisien Determinasi
Besarnya nilai koefisien determinasi pada model regresi logistik ditunjukkan dengan
nilai Nagelkerke R square pada tabel model summary . Berdasarkan hasil pengujian yang
ditunjukkan pada tabel 4.10 nilai Nagelkerke R square adalah sebesar 0,341 yang berarti
variabilitas variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen adalah sebesar
34,1%, sedangkan sisanya sebesar 65,9% dijelaskan oleh variabel-variabel lain di luar model
penelitian.
Tabel 4.10
Model Summary
Step -2 Log likelihood Cox & Snell R Square Nagelkerke R Square
1 85,058a ,237 ,341
a. Estimation terminated at iteration number 5 because parameter estimates
changed by less than ,001.
Sumber : Data sekunder diolah, 2017
Uji Hipotesis
Model regresi logistik dapat dibentuk dengan melihat pada nilai estimasi paramater
dalam Variables in The Equation sebagai berikut:
GC = -2,074+ 3,473 IND + -0,377 ZSCORE + 2,033 OPINI+ 0,000 SIZE +
-1,350 KAP + -2,803 OP_SHOPPING
Iteration
-2 Log
likelihood
Coefficients
Constant X1 X2 X3 X4 X5 X6
Step 1 1 88,217 -1,820 2,594 -,189 1,585 ,000 -,613 -1,810
2 85,257 -2,079 3,318 -,318 1,939 ,000 -1,136 -2,523
3 85,060 -2,077 3,464 -,372 2,026 ,000 -1,333 -2,779
4 85,058 -2,074 3,473 -,377 2,033 ,000 -1,350 -2,803
5 85,058 -2,074 3,473 -,377 2,033 ,000 -1,350 -2,803
a. Method: Enter
b. Constant is included in the model.
c. Initial -2 Log Likelihood: 110,214
d. Estimation terminated at iteration number 5 because parameter estimates changed by less than ,001.
11
Maka dapat dijelaskan :
1. Konstanta sebesar -2,074 menyatakan jika variabel independen dianggap konstan,
maka opini audit going concern menurun sebesar 2,074%.
2. Koefisien IND sebesar 3,473, maka setiap perubahan komisaris independen sebesar
1% maka opini audit going concern meningkat sebesar 3,473%.
3. Koefisien ZSCORE sebesar -0,377 , maka setiap perubahan nilai zscore (kondisi
keuangan ) sebesar 1% maka opini audit going concern menurun sebesar 0,377%.
4. Koefisien OPINI sebesar 2,033, maka jika opini audit tahun sebelumnya opini audit
going concern, maka dapat meningkatkan opini audit going concern sebesar 2,033%.
5. Koefisien SIZE sebesar 0,000, maka setiap perubahan nilai total aset sebesar Rp 1
maka opini audit going concern meningkat sebesar 0% (Tidak ada pengaruh terhadap
opini audit going concern).
6. Koefisien KAP sebesar -1,350, maka setiap perusahaan yang diaudit oleh KAP yang
berafiliasi dengan bigfour dapat mengurangi opini audit going concern sebesar
1,35%.
Koefisien OP_SHOPPING sebesar -2,803, maka setiap perusahaan yang melakukan
opinion shopping mengurangi opini audit going concern sebesar 2,803%.
Tabel 4.11
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
95% C.I.for EXP(B)
Lower Upper
Step 1a IND 3,473 2,412 2,073 1 ,150 32,242 ,285 3646,163
ZSCORE -,377 ,194 3,762 1 ,052 ,686 ,469 1,004
OPINI 2,033 ,633 10,306 1 ,001 7,634 2,207 26,403
SIZE ,000 ,000 ,781 1 ,377 1,000 1,000 1,000
KAP -1,350 ,862 2,450 1 ,118 ,259 ,048 1,405
OP_SHOPPING -2,803 1,252 5,013 1 ,025 ,061 ,005 ,705
Constant -2,074 1,216 2,912 1 ,088 ,126
a. Variable(s) entered on step 1: X1, X2, X3, X4, X5, X6.
Sumber : Data sekunder diolah, 2017
Pengujian Parsial ( Uji t)
Pengujian ini dilakukan dengan cara membandingkan antara tingkat signifikansi
(sig) dengan tingkat kesalahan (α) = 5% (0,05). Berdasarkan Tabel 4.11 diatas dapat
diinterprestasikan hasil sebagai berikut:
1. Hipotesis pertama (H1) adalah diduga Komisaris independen berpengaruh terhadap
opini audit. Hasil pengujian menunjukkan variabel komisaris independen yang
diproksikan dengan jumlah komisaris independen terhadap jumlah dewan komisaris
memiliki nilai signifikansi sebesar 0,150 yang jauh lebih besar dari 0,05.
Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel komisaris independen
tidak berpengaruh terhadap opini audit dengan kata lain H1 ditolak.
12
2. Hipotesis kedua (H2) adalah diduga kondisi keuangan berpengaruh terhadap opini
audit. Hasil pengujian menunjukkan variabel kondisi keuangan yang diukur dengan
zscore diskriminan Altman memiliki nilai signifikansi sebesar 0,052 lebih besar dari
0.05. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel kondisi keuangan
tidak berpengaruh terhadap opini audit going concern dengan kata lain H2 ditolak.
3. Hipotesis ketiga (H3) adalah diduga opini audit tahun sebelumnya berpengaruh
terhadap opini audit. Hasil pengujian tampak pada Tabel 4.11 dengan menggunakan
regresi logistik menunjukkan bahwa hipotesis ketiga diterima, hal ini dapat dilihat
dari nilai signifikan 0,001 lebih kecil dari α=0,05 hal ini membuktikan opini audit
tahun sebelumnya berpengaruh signifikan terhadap opini going concern.
4. Hipotesis keempat (H4) adalah diduga ukuran perusahaan berpengaruh terhadap
opini audit. Hasil pengujian menunjukkan variabel ukuran perusahaan yang
diproksikan dengan total aktiva memiliki nilai signifikansi sebesar 0,377 lebih besar
dari 0.05. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel ukuran
perusahaan tidak berpengaruh terhadap opini audit going concern dengan kata lain
H4 ditolak.
5. Hipotesis kelima (H5) adalah diduga kualitas audit berpengaruh terhadap opini
audit. Hasil pengujian menunjukkan variabel kualitas audit yang diukur dengan
variabel dummy, memiliki nilai signifikansi sebesar 0,118 lebih besar dari 0.05.
Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel kualitas audit tidak
berpengaruh terhadap opini audit going concern dengan kata lain H5 ditolak.
6. Hipotesis keenam (H6) adalah diduga Diduga opinion shopping berpengaruh
terhadap opini audit. Hasil pengujian menunjukkan variabel opinion shopping yang
diukur dengan variabel dummy, memiliki nilai signifikansi sebesar 0,025 lebih kecil
dari 0,05. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel opinion
shopping berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern dengan kata
lain H6 diterima.
Kesimpulan
Berdasarkan uji hipotesis yang dilakukan maka dapat disimpulkan sebagai berikut ini:
1. Komisaris independen tidak berpengaruh terhadap opini audit pada perusahaan
manufaktur yang mengalami financial distress yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
tahun 2013-2015.
2. Kondisi keuangan tidak berpengaruh terhadap opini audit pada perusahaan
manufaktur yang mengalami financial distress yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
tahun 2013-2015.
3. Opini audit tahun sebelumnya berpengaruh signifikan terhadap opini audit pada
perusahaan manufaktur yang mengalami financial distress yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia tahun 2013-2015.
4. Ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap opini audit pada perusahaan
manufaktur yang mengalami financial distress yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
tahun 2013-2015.
13
5. Kualitas audit tidak berpengaruh terhadap opini audit pada perusahaan manufaktur
yang mengalami financial distress yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2013-
2015.
6. Opinion shopping berpengaruh signifikan terhadap opini audit pada perusahaan
manufaktur yang mengalami financial distress yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
tahun 2013-2015.
5.2 Saran
Saran-saran yang dapat disampaikan untuk penelitian selanjutnya berdasarkan
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Diharapkan penelitian selanjutnya jumlah tahun pengamatan sebaiknya diperpanjang
sehingga dapat melihat kecenderungan trend penerbitan opini audit going concern
oleh auditor dalam jangka panjang.
2. Koefisien determinasi (Nagelkerke R Square) adalah sebesar 0,341 yang berarti
variabilitas variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen adalah
sebesar 34,1 %, sedangkan sisanya sebesar 65,9 % dijelaskan oleh variabel-variabel
lain di luar model penelitian. Hal ini berarti masih ada variabel lain yang perlu
diidentifikasikan untuk menjelaskan penerimaan opini audit going concern.
3. Menambah sampel perusahaan yang terdaftar di BEI tidak hanya pada perusahaan
manufaktur saja, seperti pertanian, infrastruktur, perbankan, transportasi, real estate,
property dan lain sebagainya.
14
DAFTAR PUSTAKA
Alichia, Y. P. (2013). Pengaruh Ukuran Perusahaan , Pertumbuhan Perusahaan , Dan Opini
Audit Tahun Sebelumnya Terhadap Opini Audit Going Concern. Univ. Negeri Padang,
1–17. Retrieved from [email protected]
Altman, E. I. (2000). Predicting financial distress of companies: Revisiting the Z-Score and
ZETA® models. Handbook of Research Methods and Applications in Empirical
Finance, 53(July), 428–456. https://doi.org/10.4337/9780857936097.00027
Ananda, F. R. & S. (2015). Pengaruh Audit Tenure, Disclosure, Ukuran KAP, Debt Default,
Opinion Sopping dan Kondisi Keuangan Terhadap Penerimaan Opini Audit Going
Concern. Ekonoomi, Manajemen & Akuntansi, 24, 41–64.
Arens, et.al. (2012). Auditing and Assurance Service. London: Pearson Education, Inc.
Arisandy, Z. (2015). Pengaruh Ukuran Perusahaan, Pertumbuhan Perusahaan, dan Opini
Audit Tahun Sebelumnya Terhadap Opini Audit Going Concern.
Baroroh, Ali .2013. " Analisis Multivariat dan Time Series dengan SPSS 21" Jakarta: Kompas
Media
Direksi PT. Bursa Efek Indonesia. 2014. Peraturan Nomor 1-A Tentang Pencatatan Saham
dan Efek Bersifat Ekuitas Selain Saham yang Diterbitkan Perusahaan Tercatat.
Dewayanto, T. (2011). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Opini Audit
Going Concern pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Bursa Efek Indonesia, (5),
81–104.
Fitmawati, Y. (2015). Pengaruh Kualitas Audit, Audit Tenure, dan Manajemen Laba
Terhadap Opini Audit Going Concern pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di
BEI.
IAPI. (2011). Standar Profesional Akuntan Publik. Jakarta: Salemba Empat.
Januarti, D. R. A. I., Si, M., & Diponegoro, U. (2007). Analisis pengaruh kualitas audit, Debt
Default dan Opinion Shopping terhadap penerimaan opini going concern. Jurnal
Akuntansi, 8(1), 1–25.
Jauhan Irfana, M. (2012). Analsis Pengruh Debt Default, Kualitas Audit,Opinion Shoping dan
Kepemilikan Perusahaan Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern. Jurnal
Akuntansi, 1–25.
Kartika, A. (2012). Pengaruh kondisi keuangan dan non keuangan terhadap penerimaan opini
going concern pada perusahaan manufaktur di BEI. Dinamika Akuntansi, Keuangan
Dan Perbankan, 1(1), 25–40.
Kementerian Keuangan Republik Indonesia. 2014. Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar
Modal dan Lembaga Keuangan Nomor : KEP-634/BL/2012 Tentang Pembentukan daan
Pedoman Pelaksana Kerja.
Linoputri, F. P. (2010). Pengaruh Corporate Governance Terhadap Penerimaan Opini Audit
15
Going Concern, 1–88.
Ningtias, M. A. & R. H. Y. (2016). Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Opini Audit
Going Concern. Jurnal Akuntansi, 5(98), 42–68.
Nursasi, E., & Maria, E. (2015). Pengaruh audit tenure, opinion shopping, leverage dan
pertumbuhan perusahaan terhadap penerimaan opini audit going concern pada
perusahaan perbankan dan pembiayaan yang go public di bursa efek indonesia., 9(1),
37–43.
Priyatno, Duwi. 2013. "Analisis Korelasi, Regresi, dan Multivariat dengan SPSS". Cetakan
Pertama. Yogyakarta: Gava Media
Rahayu, P. (2007). Assesing Going Concern Opinion: A Study Based On Financial
Background and Motivation of the Research Indonesian banking world continues to
suffer serious problems and further liquidations such as Prasidha Utama Bank and Ratu
Bank were liquidated. Simposium Nasional Akuntansi X, 1–32.
Ramadhany, A. (2004). Analisis faktor - faktor yang mempengaruhi penerimaan opini going
concern pada perusahaan manufaktur yang mengalami financial distress di bursa efek
jakarta. Universitas Diponegoro.
Ramlan, Cindy Regina, wiwi idawati. (2015). Pengaruh Kondisi Keuangan dan Likuiditas
Perusahaan Terhadap Opini Audit Going Concern Pada Perusahaan Manufaktur Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Universitas Negeri Jakarta.
Saleh, A., & Sudiyono, B. (2013). Pengaruh Rasio Keuangan Untuk Memprediksi
Probabilitas Kebangkrutan Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia, 2(1), 82–91.
Santosa, A. F., & Wedari, L. K. (2007). Analisis Faktor Faktor yang Mempengaruhi
Kecenderungan Penerimaan Opini Audit Going Concern. Journal UNIKA
Soegijapranata, 11(9), 141–158. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Santoso, Singgih. 2015. "Menguasai Statistik Multivariat Konsep Dasar dan Aplikasi Dengan
SPSS". Jakarta : Gramedia
Sari, K. (2012). Analisis Pengaruh Audit Tenure, Reputasi KAP, Disclosure, Ukuran
Perusahaan dan Likuiditas Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern.
Setiawan, teguh heri. (2011). Analisis Pengaruh Faktor Perusahaan, Kualitas Audit, dan
Mekanisme Good Corporate Governance Terhadap Penerimaan Opini Audit Going
Concern. Universitas Diponegoro.
Sudarmadji, A. M. D. S. L. (2007). Pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage, dan
tipe kepemilikan perusahaan terhadap luas. Proceeding PESAT Gunadarma, 2, 21–22.
Sulistya, A. ., & Pt. D. Y. Sukartha. (2013). Pengaruh Prior Opinion, Pertumbuhan dan
Mekanisme Corporate Governance pada Pemberian Opini Audit Going Concern. E-
Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 1, 17–32.
Susanto, Y. K. (2009). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Opini Audit Going
Concern. Simposium Nasional Akuntansi X, 11(3), 1–26.
Top Related