INTERNSIP RSUD KOTA CILEGON TIA ASTRIANA
PRESENTASI / LAPORAN KASUS
Otitis Media Supuratif KronisNo. ID Peserta :
Nama Peserta : dr. Tia Astriana
No. ID Wahana :
Nama Wahana : RSUD Cilegon
Topik : Otiti Media upuratif Kronis
Tanggal Kasus : 17 Juni 2013
Nama Pasien : Tn. M No. Rekam Medis : 244624
Tanggal Presentasi : 2013 Nama Pendamping : dr. Lendy Delyanto
Tempat Presentasi : RSUD Cilegon
Obyektif Presentasi :
□ Keilmuan □ Keterampilan □ Penyegaran □ Tinjauan Pustaka
□ Diagnostik □ Manajemen □ Masalah □ Istimewa
□ Neonatus □ Bayi □ Anak □ Remaja □ Dewasa □ Lansia □ Bumil
□ Deskripsi : Membahas manajemen pada kasus otitis media supuratif kronis
□ Tujuan : Mengetahui prinsip penanganan otitis media supuratif kronis
Bahan Bahasan : □ Tinjauan
Pustaka
□ Riset □ Kasus □ Audit
Cara Membahas : □ Diskusi □ Presentasi dan Diskusi □ E-mail □ Pos
DATA PASIEN
Nama : Tn. M Umur : 45 tahun No RM : 244624
Nama Klinik : RSUD Cilegon Telp : Terdaftar Sejak :
Data Utama Untuk Bahan Diskusi:
Keluhan Utama : keluar cairan dari telinga kiri
Sejak tiga bulan yang lalu klien mengeluh keluar cairan hilang timbul, berwarna
kuning berbau dari telinga kiri tanpa adanya rasa nyeri. Keluhan disertai penurunan
pendengaran pada telinga kiri penderita. Keluhan didahului batuk pilek dan panas badan yang
tidak terlalu tinggi dua minggu sebelum keluhan utama muncul. Riwayat kemasukan air
maupun sering berenang tidak ada, klien memiliki kebiasaan sering mengorek telinga .
Riwayat hidung tersumbat dan keluar ingus, disertai rasa gatal dan bersin –bersin yang
disebabkan alergi tidak ada. Riwayat nyeri menelan disertai nyeri tenggorokan, nyeri telinga, demam
1
INTERNSIP RSUD KOTA CILEGON TIA ASTRIANA
berulang dan tidur mengorok tidak ada.
Nyeri pada belakang telinga, bengkak pada belakang telinga, keluar cairan pada belakang
telinga, mulut mencong, penglihatan ganda, pusing berputar, mual,muntah, kejang maupun penurunan
kesadaran tidak ada. klien baru pertama kali sakit seperti ini.
klien pernah berobat ke dokter, dilakukan pembersihan telinga, diberi obat tetes telinga dan
antibiotik, namun cairan masih keluar melalui telinga, maka klien berobat kembali ke RSUD Cilegon
untuk pemerikasaan lebih lanjut.
Daftar Pustaka:
1. Boesoirie MTS., Miringoplasti Pascaradang Telinga Tengah., Bagian I.K Telinga,
Hidung, Tenggogorok- Bedah Kepala dan Leher. Fakultas Kedokteran Universitas
Padjajaran. Bandung. 2000.
2. Neely JG., Arts HA., Intratemporal & Intracranial Complications of Otitis Media.,
Dalam Head & Neck Surgery – Otolaryngology. 4 th edition., Edited by Bailey BJ.,
Lippincott Williams & Wilkins., Philadelphia. 2006: 138: 2041-56.
3. Ballenger JJ., Complications of Ear Disease., Dalam Disease of the Nose, Throat, Ear,
Head, and Neck., 13th edition., Lea & Febiger. Philadelphia. 1985: 57: 1170-96.
4. Lambert PR., Canalis RF., Anatomy and embryology of the Auditory and Vestibular Systems.
Dalam The Ear Comprehensive Otology., Edited by Canalis RF., Lambert PR., Lippincott
Williams & Wilkins., Philadelphia. 2000: 2: 17-66.
5. Hollinshead WH., The Ear., Dalam Anatomy for Surgeons: Volume 1: The Head & Neck.,
A Hoeber-Harper International Edition. London. 1966: 166-228.
Hasil Pembelajaran:
1. Definisi OMSK
2. Etiologi OMSK
3. Patofisiologi OMSK
4. Gejala Klinis OMSK
5. Pemeriksaan Fisik pada OMSK
6. Pemeriksaan Penunjang pada OMSK
7. Komplikasi OMSK
8. Penatalaksanaan OMSK
Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio:
2
INTERNSIP RSUD KOTA CILEGON TIA ASTRIANA
1. Subyektif:
Keluhan Utama : keluar cairan dari telinga kiri
Sejak tiga bulan yang lalu klien mengeluh keluar cairan hilang timbul, berwarna
kuning berbau dari telinga kiri tanpa adanya rasa nyeri. Keluhan disertai penurunan
pendengaran pada telinga kiri penderita. Keluhan didahului batuk pilek dan panas badan yang
tidak terlalu tinggi dua minggu sebelum keluhan utama muncul. Riwayat kemasukan air
maupun sering berenang tidak ada, klien memiliki kebiasaan sering mengorek telinga .
Klien pernah berobat ke dokter, dilakukan pembersihan telinga, diberi obat tetes telinga dan
antibiotik, namun cairan masih keluar melalui telinga, maka klien berobat kembali ke RSUD Cilegon
untuk pemerikasaan lebih lanjut.
2. Objektif:
Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan Darah : 120/80
Nadi : 80x/ menit
Pernafasan : 20x/ menit
Suhu : 36,5 o C
Status Generalis
Kepala : Normocephal
Mata : Konjungtiva tidak anemis Sklera tidak ikterik
THT : dalam batas normal
Leher : JVP tidak meningkat, KGB tidak teraba
Dada : Bentuk dan gerak simetris
Paru : Suara nafas vesikuler, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Jantung : S1, S2 murni reguler, Murmur (-)
Abdomen : Lihat Status Lokalis
Extremitas : Sianosis (-), Edema (-)
Turgor cukup
Capilary refill < 2 detik
Status Lokalis
3
INTERNSIP RSUD KOTA CILEGON TIA ASTRIANA
Bagian Kelainan Auris
Dextra Sinistra
PreaurikulaKelainan kongenitalRadang dan tumorTrauma
---
---
Aurikula
Kelainan kongenitalRadang dan tumorTrauma
---
---
Retroaurikula
EdemaHiperemisNyeri tekanSikatriksFistulaFluktuasi
------
------
Canalis Acustikus Externa
Kelainan kongenitalKulitSekretSerumenEdemaJaringan granulasi MassaCholesteatoma
-Tenang------
-Tenang+-----
Membrana Timpani
WarnaIntakReflek cahaya
Putih keabuan++
Perforasi sentral-
Laboratorium
DARAH
Hb 14,3 g/dL 14-18
Ht 41,0% 40-48
Leukosit 7930 /µL 5.000-10.000
Trombosit 241.000 /µL 150.000-450.000
GDS 88 mg/dL <200
SGOT 17 u/l <37
SGPT 35 u/l <41
Ureum 25 mg/dl 17-43 mg/dl
Kreatinin 1,2 0,7-1,1
HbsAg negatif
4
INTERNSIP RSUD KOTA CILEGON TIA ASTRIANA
AntiHIV negatif
Foto Thoraks:
- Rontgen Schuller & Stenvers :
- Pneumatisasi air mastoid cell kiri
berkurang,
- Mastoid kiri tampak sklerotik
- Tak tampak destruksi tulang-
tulang
- Tak tampak tanda-tanda
kholesteatom
- Soft Tisue Baik
Kesan : Mastoiditis Kiri
3. Assessment :
Pada anamnesis, didapatkan pasien mengeluh keluar cairan hilang timbul, berwarna
kuning berbau dari telinga kiri tanpa adanya rasa nyeri. Keluhan disertai penurunan
pendengaran pada telinga kiri penderita. Keluhan didahului batuk pilek dan panas badan yang
tidak terlalu tinggi dua minggu sebelum keluhan utama muncul. Klien juga memiliki
kebiasaan sering mengorek telinga. Dari hasil pemeriksaan fisik ditemukan :
Canalis Acusticus Externa AS : sekret (+)
Membrana Timpani AS : terdapat perforasi sentral.
Dari hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik dapat dilihat adanya suatu gambaran
otitis media supuratif kronis. Diperkuat dengan hasil rontgen schuller & stenver yang
memperlihatkan gambaran mastoiditis kiri.
4. Plan :
- Rencana operasi Temporal Bone Resection
- Terapi Post Op :
IVFD RL 24 tpm
Ketorolak 3x30 mg IV
Ceftriaxon 2x1 gr IV
TINJAUAN PUSTAKA
Otitis Media Supuratif Kronik5
INTERNSIP RSUD KOTA CILEGON TIA ASTRIANA
1. Definisi Otitis Media Supuratif Kronik
Otitis media supuratif kronik (OMSK) adalah proses peradangan akibat infeksi
mukoperiosteum rongga telinga tengah yang ditandai oleh perforasi membran timpani, keluar
sekret yang terus-menerus atau hilang timbul, dan dapat menyebabkan perubahan patologik
yang permanen.
Di kepustakaan lain disebutkan bahwa pada otitis media kronik selain terjadinya
proses peradangan pada telinga tengah juga terjadi pada daerah mastoid. Otitis media
supuratif kronik juga disertai dengan terjadinya proses infeksi kronis dan pengeluaran cairan
(Otorrhea) melalui perforasi membran timpani yang disertai dengan adanya keterlibatan dari
mukosa telinga tengah dan rongga pneumatisasi pada daerah tulang temporal.
Otitis media supuratif kronis terbagi atas 2 bagian, berdasarkan ada tidaknya
kolesteatom:
1. OMSK Benigna
Proses peradangan OMSK benigna terbatas pada mukosa saja, tidak mengenai tulang.
Perforasi terletak di sentral. Umumnya OMSK tipe benigna jarang menimbulkan
komplikasi yang berbahaya. Pada OMSK tipe benigna tidak terdapat kolesteatom
Gambar 20. Gambaran Klinik OMSK Benigna
2. OMSK Maligna
OMSK disertai kolesteatom, perforasi biasanya terletak di marginal atau atik.
Sebagian besar komplikasi yang berbahaya dapat timbul pada tipe ini.
6
INTERNSIP RSUD KOTA CILEGON TIA ASTRIANA
Gambar 21. Gambaran Klinik OMSK Maligna
2. Etiologi Otitis Media Supuratif Kronik
Meskipun sumber penyakit dari OMSK ini masih menjadi perdebatan, tetapi sebagian
besar ahli percaya bahwa penyakit ini timbul karena proses efusi pada telinga tengah yang
telah berlangsung lama, baik efusi yang bersifat purulen, serous, maupun mukoid. Dasar dari
hipotesis ini adalah penelitian Jhon dkk, pada 2 dekade silam, yang melakukan penelitian
pada serologi pada contoh tulang temporal pasien dan digabungkan dengan berbagai disiplin
ilmu, didapatkan bahwa proses inflamasi yang terjadi pada telinga tengah dalam jangka
waktu yang lama akan menyebabkan terjadinya produksi cairan efusi dari telinga tengah yang
menetap sehingga terjadi perubahan mukosa yang menetap.
Gambar 22. Peradangan pada Telinga Tengah
Dari bukti penelitian lain didapatkan bukti bahwa, pada cairan otitis media kronik
terdapat enzim yang dapat mengubah mukosa pada telinga tengah, termasuk didalamnya
enzim tersebut dapat mengakibatkan terjadinya perubahan pada permukaan lateral dan tengah
membran timpani sehingga akan mengakibatkan terjadinya kelemahan pada membran
7
INTERNSIP RSUD KOTA CILEGON TIA ASTRIANA
timapani dan akhirnya akan menyebabkan terjadinya kolaps dan perforasi kronis membran
timpani.
Perubahan struktur pada mukosa telinga tengah juga dapat diakibatkan oleh akibat
langsung dari infeksi bakteri patogen ke telinga tengah dan mastoid yang mengakibatkan
terjadinya proses infeksi dan peradangan kronis pada telinga tengah dan mastoid. Perubahan
mukosa tersebut akan mengakibatkan terjadinya udema dan degenerasi polipoid pada mukosa
telinga tengah, yang akan mengakibatkan terjadinya obliterasi sebagian atau total dari antrum
mastoid (aditus block), sehingga drainase dari sel mastoid akan terganggu dan mengakibatkan
terjadinya proses peradangan pada mastoid yang lama kelamaan akan mengakibatkan
terjadinya perubahan dari sel-sel udara pada rongga mastoid tersebut secara persisten.
Jenis bakteri yang aktif pada penyakit OMSK berbeda dengan pada OMA, sebagian
besar penelitian memperlihatkan bakteri Pseudomonas aeruginosa, dengan tingkat prevalensi
40% - 65%, kemudian Staphylococcus aerius, dengan tingkat prevalensi 10% - 20%.
Sedangkan bakteri lain dari golongan aerob adalah Escherichia colli, proteus dan S.
epidermidis. Bakteri golongan anaerob adalah Bacteroides, terutama dari golongan B.
melaninogenicus dan B. fragilis (grup basil gram negative). Bakteri aerob gram positif grup
kokus adalah peptostreptococcus. Dari golongan jamur, terkadang juga didapatkan pada
sekret biakan OMK. Tingkat insidensi (golongan aerob dan anaerob) dari bakteri yang
memproduksi β-laktamase sekitar 70%.
3. Patologi Otitis Media Supuratif Kronik
Perubahan tulang temporal pada OMSK pada telinga dengan atau tanpa perforasi
membran timpani adalah sama. Selama fase aktif, mukosa telinga tengah memperlihatkan
proses infiltrasi yang ektensif dari sel-sel akut maupun kronis. Sel-sel limfosit dan plasma
paling menonjol dalm fase ini, dan terkadang juga ditemukan infeksi bakteri intraepithelial.
Proses infeksi akan mengakibatkan terjadinya proses udema yang kronis pada mukosa yang
pada akhirnya akan menyebabkan terjadinya perubahan mukosa tersebut menjadi polipoid,
yang mana hal ini ditandai dengan adanya pembentukan mukosa kapiler baru yang rapuh
yang diikuti dengan terbentuknya jaringan granulasi.
Dari penelitian Sade didapatkan bahwa pada penyakit yang dengan proses peradangan
kronis pada telinga tengah ditandai dengan adanya yang epitel sekretori yang banyak,
perubahan ini bersifat irreversible dan menyebar keseluruh permukaan mukosa dan
8
INTERNSIP RSUD KOTA CILEGON TIA ASTRIANA
bertanggung jawab terhadap keluarnya cairan sekret yang bersifat mukoid dan mukopurulen.
Dalam hal ini juga ditandai dengan adanya kerusakan pada mukosa yang ditandai dengan
adanya proses ulserasi yang jika berlangsung lama dapat mengakibatkan tereksposnya lapisan
kapsul tulang. Dan hal ini dapat mengakibatkan terjadinya osteitis kronis dan periosteitis.
Membran timpani juga dapat mengalami perubahan yang beragam, yang pada
akhirnya akan mengakibatkan terjadinya perubahan proses perforasi kronis dan kehilangan
lapisan kolagen yang difus.
Perubahan erosi pada tulang pendengaran sering terjadi pada pasien yang disebabkan
oleh proses infeksi kronis dan kemudian diikuti dengan proses nekrosis pada tulang tersebut
yang kemudian diikuti dengan trombosis vaskular. Hal ini biasanya berpengaruh terhadap
prosessus lentikularis yang ada pada daerah inkus dan kepala stapes, dimana daerah tersebut
akan digantikan oleh jaringan fibrous. Tulang yang mengalami proses periostitis dan osteotis
akan diikuti dengan perubahan osteoklas, dekalsifikasi dan kehilangan matriks tulang.
Perubahan tersebut terutama terjadi pada daerah mastoid yang ditandai dengan proses
destruksi dan perbaikan, tetapi yang paling menonjol adalah proses perusakan tulang tersebut
yang pada akhirnya ditandai terbentuknya proses sklerotik pada tulang tersebut.
Ossifikasi pada daerah labirin (labyrinthitis ossificans) merupakan proses yang jarang
terjadi, dimana hal ini terbentuknya proses pembentukan formasi tulang didaerah
membranaseus labirin dan hal ini dapat mengakibatkan gangguan pendengaran. Proses
ossifikasi Labirintitis biasanya sebagai akibat dari proses supuratif meningitis. Bakteri masuk
ke telinga dalam melalui kanalis auditorius internus dan akuaduktus kokhlea, sehingga
mengakibatkan destruksi daerah membranasesus yang luas. Proses ossifikasi ini terjadi pada
minggu ke 2 dan 3 setelah proses akut purulen.
4. Gejala Otitis Media Supuratif Kronik
Gejala yang paling utama adalah otorrhea yang sangat bau dan penurunan
pendengaran. Sedangkan gejala berupa otalgia jarang ditemukan, kecuali pada eksaserbasi
akut. Otalgia yang menetap, khususnya yang sering berhubungan dengan sakit kepala
biasanya telah terjadi proses penyebaran penyakit ke susunan saraf pusat. Vertigo, jarang
dijumpai. Jika keluhan ini muncul, maka dicurigai kemungkinan keterlibatan labirintitis atau
fistula labirin, vertigo muncul terutama pada saat kita akan melakukan pembersihan sekret,
9
INTERNSIP RSUD KOTA CILEGON TIA ASTRIANA
aspirasi sekret. Sedangkan nistagmus yang spontan yang muncul pada saat tersebut juga
dicurigai kemungkinan telah terjadi fistula labirin.
5. Pemeriksaan Fisik Otitis Media Supuratif Kronik .
- Pemeriksaan kanalis akustikus eksternus akan dijumpai suatu proses peradangan,
dan terkadang krusta.
- Otoskopi, akan dijumpai otorrhea yang berbau, membran timpani yang perforasi,
jaringan granulasi, polip, ataupun kolesteatom.
Gambar 23. Perforasi Membran Timpani & Otorrhea
Otoskop pneumatik diperlukan untuk evaluasi dari membran timpani dan
malleus dan untuk menyingkirkan kemungkinan terjadinya otitis media serosa.
Karakter dari otorrhea sendiri harus diperhatikan. Cairan otorrhea mukoid
yang tidak berbau merupakan indikasi adanya suatu penyakit pada mukosa telinga
tengah dan gangguan fungsi tuba eustachius. Cairan otorrhea yang purulen
menandakan adanya suatu proses infeksi, biasanya lapisan mukosa yang terinfeksi
oleh bakteri yang opurtunistik dan bisa mengalami penyembuhan dengan baik dengan
menggunakan antibiotika lokal maupun sistemik yang tepat. Jika tidak memberikan
respon yang baik, kemungkinan telah terjadi resistensi bakteri, perubahan jaringan
mukosa yang irreversible, ataupun kolesteatom. Sedangkan jika cairan otorrhea
purulen yang berbau menandakan adanya suatu nekrosis jaringan yang biasanya
berhubungan dengan suatu kolesteatoma ataupun keganasan (seperti karsinoma sel
skuamosa maupun glomus tumor).
- Mikroskop operasi, sangat direkomendasikan untuk pemeriksaan manipulasi yang
atraumatik dan membutuhkan ketepatan yang tinggi.
- Riwayat penyakit infeksi saluran nafas atas yang berulang.
10
INTERNSIP RSUD KOTA CILEGON TIA ASTRIANA
6. Pemeriksaan Penunjang Otitis Media Supuratif Kronik
6. 1. Pemeriksaan audiologi
Pada pemeriksaan audiometri akan dijumpai hasil berupa tuli konduktif atau
campur, dimana derajat gangguannya tergantung kepada berat ringannya OMSK
tersebut. Pemeriksaanya dengan melakukan tes garputala, audiometri nada murni,
speech reception test (SRT), Word Diskrimination Score (WDS). Terjadinya tuli saraf
menandakan adanya proses penyakit tersebut sudah dalam tahap lanjut.
Pemeriksaan dengan menggunakan timpanometri bisa digunakan untuk menilai
keadaan membran timpani, tulang pendengaran, dan memberikan informasi tentang
keadaan telinga tengah. Pemeriksaan ini dapat dilakukan jika membran timpani dalam
keadaan utuh atau sklerotik.
6. 2. Evaluasi vestibular
Pemeriksaan fungsi vestibular bukan merupakan pemeriksaan rutin pada
sebagian besar pasien OMSK. Pemeriksaan ini dilakukan jika ada gejala vertigo,
meliputi tes rotasi sinusoidal, nistagmus spontan dan posisional, dan fistula tes, baik
dalam keadaan mata terbuka maupun mata tertutup.
6. 3. Pemeriksaan Radiologi .
Pemeriksaan radiologi dibutuhkan jika terdapat otorrhea yang berlebihan, dan
terjadinya kemungkinan komplikasi, seperti disfungsi saraf, gangguan labirin dan
susunan saraf pusat.
1. Rontgen
Beberapa jenis pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menunjang diagnosis dan
prognosis penyakit tersebut adalah :
1.a. Stenver’s view
Dari pemeriksaan ini kita berharap dapat mengetahui keadaan tulang
petrosus, meatus akustikus internus, kanalis semisirkularis lateral dan superior,
kavum timpani, antrum mastoid, dan prosessus mastoid.
1. b. Schuller view
11
INTERNSIP RSUD KOTA CILEGON TIA ASTRIANA
Dilakukan untuk melihat keadaan dari tegmen mastoid, sinus sigmoid,
ukuran mastoid secara keseluruhan, visualisasi atik (epitimpanum).
1.c. Submentovertical view
Mempunyai peranan yang penting pada pemeriksaan telinga, sehingga ada
istilah bahwa tidak lengkap melakukan pemeriksaan radiologi telinga tanpa
melakukan pemeriksaan pada posisi ini. Ini merupakan posisi klasik. Dari
pemeriksaan ini kita mendapatkan gambaran tentang Telinga tengah, meatus
akustikus internus-eksternus dan bagian tulang dari tuba eustachius. Dikatakan
bahwa pada posisi ini, kita dapat melakukan penilaian terbaik untuk keadaan
udara pada telinga tengah, dengan menilai tranlusenya dan tulang-tulang
pendengaran, terutama malleus dan inkus. Disamping itu, kita dapat pula menilai
kokhlea.
1.d. Town’s view
Dilakukan jika keadaan memang sangat membutuhkan pemeriksaan ini, hal
ini disebabkan adanya efek radiasi yang besar pada daerah mata. Pemeriksaan ini
dilakukan untuk mengetahui keadaan meatus akustikus internus, labirin dan
telinga tengah.
2. Computerized Tomography Scan (CT Scan)
CT Scan terutama digunakan untuk menilai sejauh mana proses perluasan
dari penyakit tersebut dan pengaruhnya terhadap jaringan sekitarnya. Pada keadaan
untuk menilai komplikasi OMSK ke daerah intrakranial, seperti abses otak,
pemeriksaan ini mempunyai nilai yang sangat penting. CT Scan dapat menilai
keadaan tulang – tulang petromastoid dengan baik dan jika terdapat kecurigaan
terdapat massa dapat digunakan kontras, untuk membedakan massa dengan jaringan
sekitarnya. Sebaiknya digunakan CT Scan yang mempunyai nilai resolusi yang
tinggi (potongan 1 mm, baik aksial maupun koronal).
Komplikasi intrakranial dari OMSK (terutama abses) dapat dinilai dengan
adanya daerah terlokalisasi dengan penguatan yang rendah dan setelah dilakukan
pemasukan kontras, akan memperlihatkan adanya daerah dengan penguatan yang
tinggi mengelilingi daerah yang penguatanya rendah (hipodens) tersebut. Jika lesi
12
INTERNSIP RSUD KOTA CILEGON TIA ASTRIANA
pada otak cukup besar, maka akan didapatkan adanya penekanan pada daerah
ventrikel, dan dalam hal ini pemeriksaan serial CT Scan dibutuhkan untuk menilai
perkembangan dari lesi tersebut dan memberikan peringatan sedini mungkin
terhadap kemungkinan terjadinya ruptur lesi kedalam ventrikel tersebut, disamping
itu pemeriksaan serial ini berguna untuk menilai keadaan setelah operasi, baik
penilaian terhadap rongga telinga tengah-mastoid maupun lesi didaerah otaknya.
3. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Pemeriksaan ini pada daerah telinga kurang begitu memegang peranan yang
penting, kepentinganya hanya pada beberapa kasus tertentu. Pada pemeriksaan ini
daerah tulang petromastoid dan udara pada daerah kavum timpani dan mastoid akan
memperlihatkan adanya daerah hitam. Hanya jaringan lunak pada daerah yang
berada dalam tulang petrosus temporal yang dapat dengan jelas ditampilkan dan
salah satu keuntungan lainya adalah dengan pemeriksaan ini dapat diperlihatkan
saraf kranialis yang melalui dasar tengkorak dengan jelas dan beberapa saat terakhir
juga sedang dikembangkan untuk melihat permukaan dari kokhlea dan sebagai
pemeriksaan penunjang yang mempunyai peranan cukup penting pada pasien
dengan neuroma akustik.
13