PERANCANGAN SISTEM INFORMASI METROLOGI
Oleh :
IMAM AHMAD TRINUGROHO
FAKULTAS ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI
UNIVERSITAS GUNADARMA
Januari 2020
PERANCANGAN SISTEM INFORMASI METROLOGI
Imam Ahmad Trinugroho, ST., MMSI
Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi Universitas Gunadarma
ABSTRAKSI
Pelayanan kemetrologian dilakukan agar tercipta masyarakat yang tertib ukur
demi perlindungan terhadap konsumen dan produsen di seluruh Indonesia. Balai
Kemetrologian sebagai pelaksana kemetrologian masih menghadapi kendala
dalam pelaksanaan pelayanannya, saat ini pelayanan baru mencapai 24,7% dari
keseluruhan populasi alat UTTP. Kendala yang terjadi selain masalah sarana dan
prasarana yang kurang memadai juga karena proses menangkap data
kemetrologian masih dilakukan secara manual menggunakan banyak dokumen
tertulis. Pada tiap-tiap elemen pelayanan, ada berbagai macam dokumen yang
harus diisi secara manual dan pada akhinya nanti dokumen-dokumen tersebut
akan diarsipkan secara terpisah. Aliran data dan informasi ini belum
terdokumentasi dengan baik padahal data keluaran dari proses ini akan diolah
menjadi informasi kemetrologian yang akan digunakan oleh manajemen di
atasnya dalam mengambil keputusan.
Sistem Informasi Metrologi dirancang untuk mengatasi kendala yang ada pada
Balai Kemetrologian, selain dalam mendukung kinerja Balai Kemetrologian juga
untuk mewujudkan suksesnya E-Government. Pelaksanaan perancangan Sistem
Informasi Metrologi diawali dengan tahap perencanaan, dimana dilakukan
identifikasi kegiatan dan kebutuhan dalam pengembangan sistem informasi yang
dilanjutkan dengan tahap analisa. Tahap analisa dilakukan untuk merumuskan
bisnis proses yang baru pada sistem kemetrologian serta perumusan kebutuhan
data dan metode pengumpuluannya. Tahap berikutnya adalah tahap perancangan
yang menghasilkan prototipe dari sistem informasi metrologi.
Kata Kunci : Metrologi, Sistem Informasi Metrologi, Tera, E-Government
1. LATAR BELAKANG
Sejalan dengan semakin meningkatnya kegiatan perekonomian baik industri,
perdagangan, maupun jasa telah berdampak pada penggunaan alat Ukur, Takar,
Timbang dan Perlengkapannya (UTTP) di masyarakat juga semakin meningkat.
Guna melindungi kepentingan umum di sektor industri dan perdagangan perlu
adanya jaminan dalam kebenaran pengukuran serta adanya ketertiban dan
kepastian hukum dalam pemakaian satuan ukuran, standar satuan, metode
pengukuran UTTP [1].
Sebagaimana yang diatur dalam Permendag No.50 Tahun 2009, Balai Metrologi
sebagai salah satu UPTD (Unit Pelaksana Teknis Daerah) Dinas Perindustrian dan
Perdagangan, merupakan instansi yang berwenang dalam memberikan pelayanan
kemetrologian kepada masyarakat sebagai konsumen, yaitu pelayanan tera dan
tera ulang UTTP agar tercipta masyarakat yang tertib ukur dalam kaitannya
dengan perlindungan konsumen dan produsen. Namun demikian Balai Metrologi
masih menghadapi kendala dalam pelaksanaan pelayanannya. Pelayanan tera dan
tera ulang di daerah berdasarkan penelitian hanya mencapai 24,7% dari
keseluruhan populasi UTTP yang digunakan. Penyebabnya antara lain adalah
sarana dan prasarana yang kurang memadai. [1]
Selain kendala tersebut di atas dalam pelayanan tera dan tera ulang, proses
menangkap data kemetrologian masih dilakukan secara manual menggunakan
banyak dokumen tertulis. Pada tiap-tiap elemen pelayanan, ada berbagai macam
dokumen yang harus diisi secara manual dan pada akhinya dokumen-dokumen
tersebut akan diarsipkan secara terpisah. Aliran data dan informasi ini belum
terdokumentasi dengan baik padahal data keluaran dari proses ini akan diolah
menjadi informasi kemetrologian yang akan digunakan oleh manajemen di
atasnya dalam mengambil keputusan. Cara-cara operasional organisasi yang
masih menggunakan cara lama ini akan berdampak negatif kepada efektivitas dan
efisiensi dalam kinerja organisasi [2].
Sistem Informasi Kemetrologian di Balai Kemetrologian merupakan solusi dari
kendala – kendala yang dihadapi Balai Kemetrologian dan diharapkan mampu
menjalankan komputasi numerik berkecepatan dan bervolume tinggi, serta
mampu menyimpan informasi dalam jumlah besar dalam ruang yang kecil dan
dapat diakses kapan pun dengan mudah. [3]
Tujuan penelitian adalah menghasilkan Sistem Informasi Metrologi yang dapat 1)
Mendukung dan meningkatkan sistem pelayanan publik dibidang peneraan dan
tera ulang; 2) Meningkatkan kemudahan pelayanan dan akses informasi; dan 3)
Memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk mendapatkan pelayanan peneraan
yang prima dan cepat.
2. TINJAUAN PUSTAKA
Sejalan dengan semakin meningkatnya kegiatan perekonomian baik industri,
United Nation Conference on Trade and Development/UNCTAD (2004)
menyatakan bahwa Metrologi adalah ilmu tentang pengukuran, termasuk
didalamnya satuan ukuran beserta standarnya, instrumen pengukuran dan
penerapannya, serta teori dan permasalahan dalam aplikasi yang berkaitan dengan
pengukuran. Pengukuran sangat penting dan menjadi bagian dari berbagai
aktivitas manusia, mulai dari pengawasan produksi, pengukuran kualitas
lingkungan, persyaratan kesehatan dan keselamatan, persyaratan kesesuaian
produk dalam melindungi konsumen dan jaminan terselenggaranya perdagangan
yang terbuka [4]. Sedangkan menurut Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal, definisi dari metrologi adalah ilmu
pengetahuan tentang ukur mengukur secara luas. Metrologi meliputi semua aspek
pengukuran praktis dan teoritis, termasuk juga ketidakpastian pengukuran di
bidang aplikasinya. Di dalam Undang-Undang 2 Tahun 1981 juga dijelaskan
definisi UTTP, yaitu alat Ukur ialah alat yang diperuntukkan atau dipakai bagi
pengukuran kuantitas dan atau kualitas, alat Takar ialah alat yang diperuntukkan
atau dipakai bagi pengukuran kuantitas atau penakaran, alat Timbang ialah alat
yang diperuntukkan atau dipakai bagi pengukuran massa atau penimbangan, alat
Perlengkapan ialah alat yang diperuntukkan atau dipakai sebagai pelengkap atau
tambahan pada alat-alat ukur, takar atau timbang, yang menentukan hasil
pengukuran, penakaran atau penimbangan.
Puslitbang Dagri (2007) menyebutkan bahwa manfaat metrologi dalam kehidupan
sehari-hari dapat dijumpai dalam berbagai bidang antara lain perdagangan,
kesehatan, keselamatan dan lingkungan (K3L). Pada sektor perdagangan,
metrologi merupakan aspek yang sangat penting karena terkait dengan kegiatan
jual beli. Beberapa aspek yang terkait dengan Metrologi Legal antara lain
kalibrasi dan peneraan, otoritas metrologi, dan sumberdaya metrologi. [5]
Kendala dalam pelayanan tera dan tera ulang pada balai kemetrologian adalah
proses menangkap data kemetrologian masih dilakukan secara manual
menggunakan banyak dokumen tertulis. Pada tiap-tiap elemen pelayanan, ada
berbagai macam dokumen yang harus diisi secara manual dan pada akhinya nanti
dokumen-dokumen tersebut akan diarsipkan secara terpisah. Aliran data dan
informasi ini belum terdokumentasi dengan baik padahal data keluaran dari proses
ini akan diolah menjadi informasi kemetrologian yang akan digunakan oleh
manajemen di atasnya dalam mengambil keputusan. Cara-cara operasional
organisasi yang masih menggunakan cara lama ini akan berdampak negatif
kepada efektivitas dan efisiensi dalam kinerja organisasi [2].
Proses transaksi operasional yang masih manual ini pada akhirnya akan
menimbulkan beberapa masalah seperti pelaporan yang tidak tepat waktu,
kesalahan-kesalahan manual yang tinggi, dokumen-dokumen yang kurang teratur,
dan kesulitan jika ingin mengambil kembali (retrieve) data dan informasi masa
lalu. Beberapa permasalahan tersebut merupakan indikator bahwa sistem
manajemen data dan informasi yang sedang berjalan saat ini perlu diperbaiki atau
bahkan jika perlu diganti keseluruhannya [3]
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi pada saat ini mendorong
berbagai aspek masyarakat untuk melakukan pengembangan salah satunya adalah
E-Government. Pengembangan E-Government merupakan upaya untuk
mengembangkan penyelenggaraan pemerintahan yang berbasis elektronik dalam
rangka meningkatkan kualitas layanan publik secara efektif dan efisien.
Pemerintah telah mengeluarkan Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan
E-Government (E-Government Development Framework) melalui INPRES No. 3
Tahun 2003 yang merupakan payung bagi seluruh kebijakan detail teknis di
bidang E-Government.
Sistem Informasi E-Government di Balai Kemetrologian merupakan solusi dari
kendala – kendala yang dihadapi Balai Kemetrologian. Sistem Informasi tersebut
diharapkan mampu menjalankan komputasi numerik berkecepatan dan bervolume
tinggi, serta mampu menyimpan informasi dalam jumlah besar dalam ruang yang
kecil dan dapat diakses kapan pun dengan mudah. Manfaat sistem informasi bagi
organisasi lebih bersifat intangible yang dapat berupa peningkatan produktivitas,
peningkatan kepuasan pelanggan, mengurangi dokumen kertas, mengurangi biaya
transaksi, dan memperbaiki proses pengambilan keputusan [3].
Ari Dwi Yulianto membuat rancangan sistem informasi kemetrologian yang
berfungsi untuk manajemen data dan informasi pada proses pelayanan tera dan
tera ulang di Balai Metrologi. Penelitian ini juga memberikan usulan proses bisnis
yang baru pada pelayanan tera dan tera ulang dengan memanfaatkan rancangan
sistem informasi yang diusulkan. Usulan proses bisnis yang baru dengan
memanfaatkan sistem informasi mampu memberikan hasil sesuai dengan sasaran
perbaikan yang diharapkan untuk manajemen data dan informasi, seperti proses
administrasi yang lebih mudah dan lebih cepat, dimana waktu rata-rata
administrasi mampu berkurang hingga 41,6%, penyajian informasi kemetrologian
secara lebih cepat dan akurat, memberi kemudahan dalam mencari data dan
informasi masa lalu, memangkas aktivitas-aktivitas yang kurang memberi nilai
tambah, dan mampu membuat proses manajemen data dan informasi pada
pelayanan tera dan tera ulang menjadi lebih efisien dalam hal penggunaan sumber
daya dokumen, SDM, dan waktu penyelesaian pekerjaan [2]. Penelitian Ricky
Akbar, Alizar Hasan dan Novya Ardiesa juga membuat perancangan sistem
informasi kemetrologian yang berbasis web dengan fitur mobile pada Pelayanan
Tera di UPTD Balai Metrologi Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi
Sumatera [6].
Sedangkan Nabila Mutiara, Rachmadita Andreswar dan Ridha Hanafi membuat
enterprise architecture blueprint berupa gambaran kondisi arsitektur bisnis, sistem
informasi dan teknologi saat ini serta usulan perbaikan arsitektur tersebut yang
dapat dijadikan acuan dalam melakukan pembuatan strategi perencanaan sistem
informasi untuk mendukung keberlangsungan kegiatan bisnis agar dapat
meningkatkan kinerja serta mendukung pencapaian strategi bisnis pada Direktorat
Metrologi sesuai kebutuhan berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada pihak
Direktorat Metrologi yang bersangkutan [7]. Model ini mengadaptasi dari Model
Arsitektur Enterprise pada Institusi Pengujian dan Kalibrasi Alat kesehatan yang
dibuat oleh B. Santoso [8].
3. METODE PENELITIAN
Perancangan Sistem Informasi Metrologi menggunakan metodologi penelitian
System Development Life Cycle (SDLC) dengan pendekatan prototyping. Metode
SDLC dengan pendekatan prototyping mempunyai kelebihan dalam menghasilkan
sistem informasi yang sesuai dengan kebutuhan user, karena pada metodologi ini
dibuat sebuah prototipe sistem informasi yang akan diujicoba kepada user, proses
pengembangan akan beriterasi sampai kebutuhan user terpenuhi. Metode ini
digambarkan pada diagram di bawah ini:
Perencanaan
Analisa Sistem Informasi
Perancangan Sistem
Informasi
Implementasi Prototipe
Uji Coba Prototipe
Ada Revisi
Tidak Ada Revisi
Implementasi dan
Pemeliharaan
Sistem Informasi
Gambar 3.1 Metode Pengembangan Sistem Informasi Metrologi
Pada gambar di atas, metodologi SDLC dimulai dengan tahap Perencanaan, tahap
ini merupakan identifikasi dan persiapan kegiatan pengembangan Sistem
Informasi Metrologi . Perumusan masalah dan tujuan merupakan kegiatan yang
sangat penting pada tahapan identifikasi pengembangan Sistem Informasi
Metrologi dengan Enterprise Information Technology Architecture. Tahap
Perencanaan menghasilkan dokumentasi yang akan digunakan untuk tahap
berikutnya yaitu Analisis Sistem Informasi.
Tahap Analisis Sistem Informasi dimulai dengan menganalisis dokumen
perencanaan dimana dari hasil perencanaan akan dilakukan pengumpulan fakta
studi untuk pengembangan sistem informasi. Dari pengumpulan studi dapat
dilihat bahwa semua kebutuhan dalam pengembangan sistem informasi yang
didokumentasikan di dalam laporan analisis sistem informasi. Laporan analisis
sistem informasi merupakan panduan utama dalam melakukan Perancangan
sistem informasi, tahapan perancangan sistem informasi akan menerjemahkan
kebutuhan sistem informasi yang terdapat pada laporan analisis sistem informasi
ke dalam bentuk grand design sistem informasi.
Grand Design sistem informasi atau cetak biru sistem informasi digunakan untuk
membuat purwarupa sistem informasi yang dilakukan pada tahap Implementasi
Purwarupa, purwarupa di buat sesuai dengan hasil rancangan dengan semua
fungsi yang ada namun menggunakan data sample atau dataset yang sengaja
digunakan untuk proses uji coba. Proses Ujicoba Purwarupa dilakukan untuk
mencari kesalahan atau error yang terdapat pada purwarupa. Proses ini merupakan
penentu dilakukannya iterasi pada proses sebelumnya, yaitu proses analisis sistem
informasi, perancangan system informasi dan implementasi purwarupa. Iterasi
akan dilakukan sampai tidak ada lagi kesalahan dan semua fungsi sudah sesuai
dengan kebutuhan user. Tahap terakhir dari metode SDLC adalah Implementasi
dan Pemeliharaan Sistem Informasi, pada tahap ini dilakukan implementasi akhir
menggunakan data aktual, sehingga user sudah dapat menggunakannya sebagai
alat analisa yang valid. Setelah digunakan system informasi juga membutuhkan
pemeliharaan sistem informasi, hal ini dilakukan untuk memastikan system
informasi dapat berjalan dengan baik dan menjaga dari hal hal yang dapat
merusak sistem informasi.
4. MODEL PENGEMBANGAN PROTOTIPE
Model pengembangan Prototipe adalah metode pengembangan sistem
dengan membuat model kerja yang bersifat optional dengan tujuan untuk
mengidentifikasi sistem yang berjalan dan memberika penambahan-penambahan
fitur baru serta mengevaluasi kelayakan dan kemungkinan yang terjadi dari desain
sistem yang dikembangkan. Dalam pengembangan perangkat lunak (software)
digunakan metode Prototyping/pemodelan yang terdiri atas :
1) Requirements gathering, yaitu analisa terhadap kebutuhan calon
pemakai/klien :
a. Pengumpulan data: mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan
sistem yang akan dibangun
b. Analisis data: menganalisa data-data yang sudah terkumpul agar dapat
dilihat kebutuhan yang diinginkan klien
2) Quick Design, yaitu pembuatan desain global untuk membentuk
perangkat lunak Prototype
a. Membuat desain/rancangan secara keseluruhan yang akan digunakan
oleh calon pemakai. Desain yang dibuat masih hanya berupa prototype
yang masih dalam bentuk rancangan.
b. Build Prototype, yaitu pembuatan perangkat lunak prototype,
termasuk didalamnya adalah pengujian dan penyempurnaan prototype:
c. Desain yang sudah dipilih akan dibuat perangkat lunak prototype-nya
dengan aplikasi yang sesuai dengan keinginan klien.
d. Perangkat lunak yang sudah dibuat prototype-nya akan diuji
kebenarannya dan kehandalannya, sehingga nantinya akan dibuat
prototype sebenamya.
3) Evalute and refine requirements, yaitu mengevaluasi prototype dan juga
memperhalus analisis kebutuhan calon pemakai/klien.
a. Prototype yang sudah diuji dan disempurnakan dievaluasi kebenaran
dan kemampuannya terhadap sistem.
b. Kebutuhan calon pemakai yang dianalisis dilihat kesesuaiannya
terhadap perangkat lunak yang dibangun
4) Engineer Product, yaitu pembuatan perangkat lunak yang sebenarnya,
termasuk didalamnya adalah: design, coding, dan testing terhadap
perangkat lunak. Aktivitas-aktivitas tersebut dikelompokkan menjadi dua
macam aktivitas, yaitu: Pembangunan perangkat lunak prototype dan
Pembangunan perangkat lunak sebenarnya.
5. PERANCANGAN SISTEM INFORMASI METROLOGI
Pada tahap ini akan dijelaskan mengenai analisis dan perancangan sistem yang
berjalan dan proses pengumpulan kebutuhan dan informasi yang akan didukung
oleh aplikasi basis data dan menggunakan informasi tersebut untuk
mengidentifikasi kebutuhan user terhadap sistem yang baru.
Prosedur Tera
Tera awal maupun tera ulang sesuai prosedur pertama-tama harus
melakukan pendaftaran terlebih dahulu, selanjutnya alat yang didaftarkan diuji.
Jika memenuhi syarat maka hasil tera sesuai dan dianggap sah, jika tidak alat
perlu diperbaiki selanjutnya akan ditera ulang. Untuk alat yang telah di uji
kelayakan dan selesai ditera dilakukan pembubuhan tanda lulus uji tera. Siklus ini
berulang dengan periode yang telah ditentukan. Dapat dilihat pada gambar
berikut ini :
Gambar 5.1 Prosedur Tera
Pada rancangan suatu sistem akan dijelaskan gambaran secara umum
sistem basis data yang akan diimplementasikan dengan model desain Data Flow
Diagram (DFD), Entity Relational Diagram (ERD) serta rancangan interface
sistem.
A. DATA FLOW DIAGRAM
Data Flow Diagram (DFD) merupakan representasi grafik dari sebuah
sistem. DFD menggambarkan komponen-komponen sebuah sistem, aliran-aliran
data di mana komponen-komponen tersebut, dan asal, tujuan, dan penyimpanan
dari data tersebut.
B. DIAGRAM KONTEKS
Diagram konteks menggambarkan aliran data secara global antara entitas
dengan sistem. Sistem terdiri dari 2 (dua) entitas yaitu entitas client dimana client
memberikan data client dan data alat serta mendapatkan hasil sertifikasi. Entitas
yang kedua adalah kepala balai dimana entitas ini menerima data dari sistem
berupa laporan tera dan laporan tera ulang.
Gambar 5.2. Diagram Konteks
C. DIAGRAM LEVEL 0
Pada DFD Level 0, sistem dipecah menjadi 4 (empat) proses yaitu
Pendaftaran, Perhitungan Data, Sertifikasi dan pembuatan laporan dimana
masing-masing proses berhubungan dengan entitas maupun tabel.
Gambar 5.3 Diagram Level Zero
D. DIAGRAM LEVEL DETAIL
Pada DFD Level Detail, merupakan pengembangan dari DFD Level Zero
pada proses 1.
Gambar 5.4. Diagram Level Detail Proses 1
Perancangan Database
Database dibuat dengan menggunakan MySql dimana basis data
disimpan dalam sebuah server. Client hanya berfungsi sebagai pengakses
database. Database terdiri dari 4 (empat) tabel. Dalam rancangan tabel dijelaskan
tipe,ukuran, dan keterangan dari field-field yang terdapat pada tabel tersebut.
Entity Relationship diagram yang terjadi pada Database di atas seperti disajikan
pada gambar berikut :
DAFTAR PUSTAKA
1. Kementerian Perdagangan Republik Indonesia. 2013. Analisis
Penggunaan Alat-Alat Ukur, Takar, Timbang Dan Perlengkapannya
(UTTP) Dalam Perdagangan Barang. Pusat Kebijakan Perdagangan Dalam
Negeri Badan Pengkajian Dan Pengembangan Kebijakan Perdagangan
Kementerian Perdagangan Jakarta
2. Yulianto, Ari Dwi. 2014. Perancangan Sistem Informasi Kemetrologian
dalam Pendekatan Business Process Reengineering untuk Pelayanan Tera.
JNTETI, Vol. 03, No. 3, Agustus 2014. Yogyakarta
3. Rodrigues Filho, Bruno & Soratto, Alexandre & Gonçalves, 2016.
Rodrigo. Information systems as a tool to improve legal metrology
activities. Journal of Physics Conference Series · July 2016
4. UNCTAD/WTO. 2004. Legal Metrology and International Trade, Buletin
No. 74, June, 2004. International Trade Centre, Geneva, Switzerland
5. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perdagangan Dalam Negeri, 2007.
Kajian Sistem Metrologi Legal. BPPP, Departemen Perdagangan, dan
Arah Cipta Guna. Jakarta
6. Akbar, Ricky et al. 2015. Perancangan Aplikasi Web Dengan Fitur Mobile
Pada Pelayanan Tera Alat Ukur Takar Timbang Dan Perlengkapan (Studi
Kasus : UPTD Balai Metrologi Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Provinsi Sumatera Barat). Jurnal TEKNOIF Vol. 3 No. 1 April 2015.
7. Mutiara, Nabila et al., 2017. Analisis Dan Perancangan Enterprise
Architecture Direktorat Metrologi Pada Fungsi Perencanaan Dan
Operasional Menggunakan Framework Togaf Adm. Jurnal Rekayasa
Sistem & Industri Volume 4, Nomor 1, Juni 2017.
8. Santoso, B., Jatmoko., Affandi, Achmad. 2016. Model Arsitektur
Enterprise Institusi Pengujian dan Kalibrasi Alat Kesehatan. Institut
Teknologi Sepuluh November.Surabaya.
9. Osvalds,G, 2011. Definition Of Enterprise Architecture-centric Models for
The Systems Engineer. Eleventh Annual International Symposium of the
International Council on Systems Engineering. Melbourne
Top Related