Download - Oksigenasi Doc

Transcript
Page 1: Oksigenasi Doc

KEBUTUHAN OKSIGENASI

Pengertian Kebutuhan Oksigenasi

Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk elangsungan metabolisme sel tubuh bagi individudan untuk mempertahankan hidupnya

Sistem Tubuh yang Berperan dalam kebutuhan Oksigenasi

Dalam pemenuhan kebutuhan oksigenasi didalam tubuh terdapat sistem organ yang berperan ,diantaranya :1) Saluran pernafasan bagian atas,yang terdiri dari hidung,faring,laring dan epiglotis.2)Saluran pernafasan bagian bawah yang terdiri dari trachea,tandan brokhus,segmen bronchii dan bronchiolus.3)Paru-paru.

1. Saluran pernafasan bagian atas

Saluran pernafasan bagian atas yang berfungsi dalam menyaring, menghangatkan, dan melembabkan udara yang di hirup. Saluran ini terdiri dari :

HidungProses oksigenasi diawali dengan masuknya udara melalui hidung. Pada hidung terdapat

nares anterior yang mengandung kelenjar sebaseus dan ditutupi oleh rambut yang kasar. Bagian ini bermuara di rongga hidung,sebagai sebagian hidung lainnya,dilapisi oleh selaput lendir yang mengandung pembuluh darah. Udara yang masuk melalui hidung akan disaring oleh rambut yang berada di vestibulum(sebagai bagian dari rongga hidung), kemudian udara tersebut akan dihangatkan dan dilembapkan.

FaringFaring merupakan pipa yang berotot yang terletak dari dasar tengkorak sampai dengan

esofagus. Berdasarkan letaknya, faring di bagi menjadi 3, yaitu: nasofaring (di belakang hidung), orofaring (di belakang mulut), dan laringofaring (di belakang laring)

Page 2: Oksigenasi Doc

Laring (tenggorokan)Laring merupakan saluran pernapasan setelah faring. Laring terdiri atas bagian dari

tulang rawan yang diikat bersama ligamen dan membran dengan dua lamina yang bersambung di garis tengah.

EpiglotisEpiglotis merupakan katup tulang rawan yang bertugas menutup laring saat proses

menelan.

2. Saluran Pernafasan Bagian BawahTerdiri atas trakea, bronkus, segmen bronchi dan bronkhiolus.Saluran ini berfungsi untuk

mengalirkan udara dan memproduksi surfaktan. Trakea (batang tenggorokan)

Merupakan kelanjutan dari laring sampai kira – kira ketinggian vertebrae torakalis ke lima. Trakea memiliki panjang kurang lebih 9 cm dan tersusun atas 16-20 lungkaran tak lengkap berupa cincin.Trakea di lapisi oleh selaput lendir yang terdiri atas epitelium yang bersilia yang dapat mengeluarkan debu atau benda asing.

Page 3: Oksigenasi Doc

BronkhusMerupakan kelanjutan dari trakea yang bercabang menjadi bronchus kanan dan

kiri.Bronchus bagian kanan lebih pendek dan lebar daripada yang bagian kiri. Bronchus kanan memiliki tiga lobus yaitu : lobus atas, lobus tengah, dan lobus bawah. Sedangkan pada bronchus kiri lebuih panjang dari pada bagian kanan.Dan terdapat dua lobus yaitu kanan dan kiri.

BronkhiolusMerupakan saluran percabangan setelah bronchus.

3. Paru-paru Paru-paru merupakan organ utama dalam sistem pernafasan. Paru-paru terletak di dalam

rongga toraks setinggi tulang selangka sampai dengan diafragma. Paru-paru terdiri atas 2 bagian yaitu paru-paru kanan dan paru-paru kiri. Pada bagian tengah dari organ tersebut terdapat organ jantung yang berbentuk kerucut beserta pembuluh darahnya. Bagian puncak paru-paru disebut dengan apeks.

Paru-paru terdiri atas beberapa lobus yang diselaputi oleh pleura. Pleura tersebut ada 2 macam yaitu pleura parietalis dan pleura viseralis. Diantara kedua pleura tersebut terdapat cairan pleura yang berisi cairan surfaktan. Keberadaan cairan tersebut ditujukan untuk melindungi paru-paru. Paru-paru memiliki jaringan yang bersifat elastis dan berpori. Paru-paru berfungsi sebagai tempat pertukaran gas oksigen dan karbondioksida.

Page 4: Oksigenasi Doc

Proses Oksigenasi

Sistem pernafasan terdiri dari organ pertukaran gas yaitu paru-paru dan sebuah pompa ventilasi yang terdiri atas dinding dada, otot-otot pernafasan, diagfragma, isi abdomen, dinding abdomen dan pusat pernafasan di otak.Pada keadaan istirahat frekuensi pernafasan 12-15 kali per menit. Ada 3 langkah dalam proses oksigenasi yaitu ventilasi, perfusi paru dan difusi.

1). Ventilasi

Ventilasi adalah proses keluar masuknya oksigen dari atmosfer ke dalam alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Proses fentilasi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor :

a) Adanya konsentrasi oksigen di atmosfer.b) Adanya kondisi jalan nafas yang baik.c) Adanya kemampuan toraks dan alveoli pada paru-paru dalam melaksanakan

ekspansi atau kembang kempis.

2). DifusiDifusi gas merupakan pertukaran antara O² dari alveoli ke kapiler paru-paru dan CO²

dari kapiler ke alveoli. Proses pertukaran ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:

a. Luasnya permukaan paru-paru.b. Tebal membrane respirasi/permeabilitas yang terdiri atas epitel alveoli dan

interstisial. Keduanya dapat mempengaruhi proses difusi apabila terjadi proses penebalan.

c. Pebedaan tekanan dan konsentrasi O². Hal ini dapat terjadi sebagaimana O² dari alveoli masuk kedalam darah secara berdifusi karena tekanan O² dalam rongga alveoli lebih tinggi dari pada tekanan O² dalam darah vena vulmonalis.

d. Afinitas gas yaitu kemampuan untuk menembus  dan mengikat HB.

Page 5: Oksigenasi Doc

3.) TransportasiTransportasi gas merupakan proses pendistribusian antara O2 kapiler ke jaringan tubuh

dan CO2 jaringan tubuh ke kapiler. Pada proses transportasi, O2 akan berikatan dengan Hb membentuk oksihemoglobin (97%) dan larut dalam plasma (3%). Sedangkan CO2 akan berikatan dengan Hb membentuk karbominohemoglobin (30%), larut dalam plasma (5%), dan sebagian menjadi HCO3 berada dalam darah (65%).

Transportasi gas dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya :a.       Kardiak output, dapat dinilai melalui isi sekuncup dan frekuensi denyut jantung. b.      Kondisi pembuluh darah, latihan dan aktivitas seperti olah raga dan lain-lain.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBUTUHAN OKSIGENASI

1. Saraf otonom

Rangsangan simpatis dan parasimpatis dari saraf otonom dapat memengaruhi kemampuan untuk dilatasi dan konstriksi. Hal ini dapat terlihat ketika terjadi rangsangan baik oleh simpatis maupun parasimpatis. Ujng saraf dapat mengeluarkan neurotransmiter (simpatis mengeluarkan noradrenalin yang berpengaruh pada bronkhodilatasi, sedangkan parasimpatis mengeluarkan asetilkolin yang berpengaruh pada bronkhokonstriksi) karena terdapat reseptor adrenergik dan reseptor kolinergik pada saluran pernafasan

Page 6: Oksigenasi Doc

Gambar Pengaruh saraf otonom terhadap oksigenasi

2. Hormonal dan obatSemua hormon termasuk derivat katekolamin yang dapat melebarkan saluran

pernapasan. Obat yang tergolong parasimpatis dapat melebarkan saluran napas, seperti Sulfas Atropin. Ekstrak belladona dan obat yang menghambat adrenergik tipe beta,khususnya beta-2, dapat mempersempit saluran napas (bronkhokontriksi), seperti obat yang tergolong beta bloker nonselektif

3. Alergi pada saluran napas

Banyak faktor yang menimbulkan keadaan alergi antara lain debu, bulu binatang, serbuk benang sari bunga, kapuk, makanan, dan lain-lain. Hal-hal tersebut dapat menyebabkan bersin apabila ada rangsangan di daerah nassal; batuk apabila rangsangannya di saluran pernafasan bagian atas; bronkhokontriksi terjadi pada asma bronkhiale; dan rhinitis jika rangsangannya terletak di saluran napas bagian bawah

4. Faktor perkembangan

Tahap perkembangan anak dapat memengaruhi jumlah kebutuhan oksigenasikarena usia organ di dalam tubuh seiring dengan usia perkembangan anak. Hal ini dapat terlihat pada bayi usia prematur dengan adanya kecenderungan kurang pembentukan surfaktan. Setelah anak tumbuh menjadi dewasa, kematangan organ terjadi seiring dengan bertambahnya usia.

5. Faktor lingkungan

Pengaruh saraf otonom

Parasimpatis

Noradrenalin Asetilkolin

Simpatis

Ujung saraf mengeluarkan neurotransmiter

Noradrenalin Noradrenalin

BronkhokontriksiBronkhodilatasi

Page 7: Oksigenasi Doc

Kondisi lingkungan yang dapat memengaruhi kebutuhan oksienasi, seperti faktor alergi, ketinggian dan suhu. Kondisi-kondisi tersebut dapat memengaruhi kemampuan adaptasi.

6. Faktor perilaku

Perilaku yang dimaksud diantaranya adalah perilaku dalam mengkonsumsi makanan, aktivitas yang dapat meningkatkan kebutuhan oksigenasi, merokok, dan lain-lain. Perilaku yang mengonsumsi makanan berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan oksigenasi, seperti obesitasnya seseorang yang memengaruhi proses pengembangan paru-paru. Sedangkan merokok dapat menyebabkan proses penyempitan pada pembuluh darah.

Gangguan / Masalah Kebutuhan Oksigenasi

1. Hipoksia

Hipoksia merupakan kondisi tidak tercukupinya pemenuhan kebutuhan oksigen dalam tubuh akibat defisiensi oksigen atau peningkatan penggunaan tingkat sel, sehingga dapat memunculkan tanda seperti kulit kebiruan (sianosis). Secara umum, terjadinya hipoksia ini disebabkan oleh menurunnya kadar Hb, menurunnya difusi O2 dari alveoli ke dalam darah, menurunnya perfusi jaringan, atau gangguan ventilasi yang dapat menurunkan konsentrasi oksigen.

2. Perubahan pola pernafasan

a. Takipnea merupakan pernafasan dengan frekuaensi lebih dari 24 kali per menit. Proses ini terjadi karena paru-paru dalam keadaan atelektaksis atau terjadi emboli

b. Bredipnea merupakan pola pernafasan yang lambat abnormal, + 10 kali per menit. Pola ini dapat ditemukan dalam keadaan peningkatan tekanan intrakranial yang disertai narkotik sedatif

c. Hiperventilasi merupakan cara tubuh mengompensasi metabolismetubuh yang terlampau tinggi dengan pernafasan lebih cepat dan dalam sehingga terjadi peningkatan jumlah oksigendalam paru-paru. Proses ini di tandai adanya peningkatan denyut nadi, napas pendek, adanya nyeri dada, menurunnya konsentrasi CO2, dan lain-lain. Keadaan demikian dapat disebabkan oleh adanya infeksi, ketidakseimbangan asam basa, atau gangguan psikologis. Pasien dengan hiperventilasi dapat mengalami hipokapnea, yaitu berkurangnya CO2 tubuh di bawah batas normal sehingga rangsangan terhadap pusat pernafasan menurun

d. Kussmaul merupakan pernafasan cepat dan dangkal yang dapat ditemukanpada orang yang dalam keadaan asidosis metabolik

e. Hipoventilasi merupakan upaya tubuh untuk mengeluarkan karbondioksida dengan cukup pada saat ventilasialveolar,serta tidak cukupnya jumlah udara yang memasuki alveoli dalam penggunaan oksigen. Tidak cukupnya oksigen ditandai dengan adanya

Page 8: Oksigenasi Doc

nyeri kepala, penurunan kesadaran, disorientasi atau ketidakseimbangan elektrolit,otot-otot pernapasan lumpuh, depresi pusat pernafasan, peningkatan tahanan jalan udara pernafasan, penurunan tahanan jaringan paru-paru dan toraks. Keadaan demikian menyebabkan hiperkapnea, yaitu retensi CO2 dalam tubuh sehingga paCO2 meningkat akibat hipoventilasi dan akhirnya mengakibatkan depresi susunan saraf pusat.

f. Dispnea merupakan sesak dan berat dalam pernafasan. Hal ini dapat disebabkan oleh perubahan kadar gas dalam darah / jaringan , kerja berat / berlebihan, dan pengaruh psikis.

g. Ortopnea merupakan kesulitan bernafas kecuali dalam posisi duduk atau berdiri dan pola ini sering ditemukan pada seseorang yang mengalami kongestif paru-paru

h. Cheyne stokes merupakan siklus pernafasan yang amplitudonya mula-mula naik kemudian menurun dan berhenti, lalu pernafasan dimulai lagi dari siklus baru. Periode apnea berulang secara teratur

i. Pernafasan paradoksial merupakan pernafasan dimana dinding paru-paru bergerak berlawanan arah dari keadaan normal.sering ditemukan pada keadaan atelektasis

j. Biot merupakan pernafasan dengan irama yang mirip dengan cheyne stokes, akan tetapi amplitudonya tidak teratur. Pola ini sering di jumpai pada pasien dengan radang selaput otak, peningkatan tekanan intrakranial, trauma kepala dan lain-lain

k. Stridor merupakan pernafasan bising yang terjadi karena penyempitan pada saluran pernafasan. Pada umumnya ditemukan pada kasus spasme trakhea atau obstruksi laring

l. Hipokapnea yaitu berkurangnya CO2 tubuh di bawah batas normal, sehingga rangsangan terhadap pusat pernafasan menurun

m. Hiperkapnea yaitu retensi CO2 dalam tubuh sehingga PCO2 meningkat (akibat hipoventilasi) sehingga akhirnya menyebabkan depresi susunan saraf pusat

3. Obstruksi jalan napas

Obstruksi jalan nafas (bersihan jalan nafas) merupakan suatu kondisi pada individu dengan pernafasan yang mengalami ancaman, terkait dengan ketidakmampuan batuk secara efektif. Hal ini disebabkan oleh sekret yang kental atau berlebihan akibat penyakit infeksi, immobilisasi, stasis sekresi, serta batuk tidak efektif karena penyakit persarafan seperti cerebro vaskular accident, akibat efek pengobatan sedatif dan lain-lain

Tanda klinis :

a. Batuk tidak efektif / tidak ada

b. Tidak mampu mengeluarkan sekret di jalan nafas

Page 9: Oksigenasi Doc

c. Suara nafas menunjukkan adanya sumbatan

d. Jumlah, irama dan kedalaman pernafasan tidak normal

4. Pertukaran gas

Pertukaran gas merupakan suatu kondisi pada individu yang mengalami penurunan gas, baik oksigen maupun karbondioksida, antara alveoli paru-paru dan sistem vaskular. Hal ini dapat disebabkan oleh sekret yang kental / immobilisasi akibat penyakit sistem saraf, depresi susunan saraf pusat, atau pentakit radang paru-paru. Terjadinya gangguan dalam pertukaran gas ini menunjukkan bahwa penurunan kapasitas difusi menyebabkan pengangkutan O2 dari paru-paru ke jaringan terganggu, anemia dengan segala macam bentuknya, keracunan O2, dan terganggunya aliran darah. Penurunan kapasitas difusi tersebut antara lain disebabkan oleh menurunnya luas permukaan difusi , menebalnyamembran alveolar kapiler, dan rasio ventilasi perfusi yang tidak baik.

Tanda klinis :

a. Dispnea pada usaha nafas

b. Napas dengan bibir pada fase ekspirasi yang panjang

c. Agitasi

d. Lelah, letargi

e. Meningkatnya tahanan vasikular paru-paru

f. Menurunnya saturasi oksigen dan meningkatnya PaCO2

g. Sianosis

Indikasi

Efektif diberikan pada klien yang mengalami :

1. Gagal nafas

Ketidakmampuan tubuh dalam mempertahankan tekanan parsial normal

O2 dan CO2 di dalam darah, disebabkan oleh gangguan pertukaran O2 dan CO2 

sehingga sistem pernapasan tidak mampu memenuhi metabolisme tubuh. 

2.      Gangguan jantung (gagal jantung)

Ketidakmampuan jantung untuk memompa darah dalam jumlah yang cukup

untuk memenuhi kebutuhan jaringan terhadap nutrien dan oksigen. 

Page 10: Oksigenasi Doc

3.      Kelumpuhan alat pernafasan

Suatu keadaan dimana terjadi kelumpuhan pada alat pernapasan untuk memenuhi

kebutuhan oksigen karena kehilangan kemampuan ventilasi secara adekuat sehingga

terjadi kegagalan pertukaran gas O2 dan CO2.

4.    Perubahan pola napas.

Hipoksia (kekurangan oksigen dalam jaringan), dyspnea (kesulitan bernapas,

misal pada pasien asma),sianosis (perubahan warna menjadi kebiru-biruan pada

permukaan kulit karena kekurangan oksigen), apnea (tidak bernapas/ berhenti bernapas),

bradipnea (pernapasan lebih lambat dari normal dengan frekuensi kurang dari

16x/menit), takipnea (pernapasan lebih cepat dari normal dengan frekuensi lebih dari

24x/menit (Tarwoto&Wartonah, 2010:35)

5.      Keadaan gawat(misalnya koma)

Pada keadaan gawat, misal pada pasien koma tidak dapat mempertahankan

sendiri jalan napas yang adekuat sehingga mengalami penurunan oksigenasi.

6.     Trauma paru

Paru-paru sebagai alat penapasan, jika terjadi benturan atau cedera akan 

mengalami gangguan untuk melakukan inspirasi dan ekspirasi.

7.      Metabolisme yang meningkat : luka bakar

Pada luka bakar, konsumsi oksigen oleh jaringan akan meningkat dua kali lipat

sebagai akibat dari keadaan hipermetabolisme.

8.      Postoperasi

Setelah operasi, tubuh akan kehilangan banyak darah dan pengaruh dari obat

bius akan mempengaruhi aliran darah ke seluruh tubuh, sehingga sel tidak mendapat

asupan oksigen yang cukup.

9.      Keracunan karbon monoksida.

Keberadaan CO di dalam tubuh akan sangat berbahaya jika dihirup karena akan

menggantikan posisi O2 yang berikatan dengan hemoglobin dalam darah.

(Aryani, 2009:53)

Kontraindikasi

1. Tidak ada konsentrasi pada pemberian terapi oksigen dengan syarat pemberian jenis

dan jumlah aliran yang  tepat. Namun demikan, perhatikan pada khusus berikut ini

Page 11: Oksigenasi Doc

2. Pada klien dengan PPOM (Penyakit Paru Obstruktif Menahun) yang mulai bernafas

spontan maka pemasangan masker partial rebreathing dan non rebreathing dapat

menimbulkan tanda dan gejala keracunan oksigen. Hal ini dikarenakan jenis masker

rebreathing dan non-rebreathing dapat mengalirkan oksigen dengan konsentrasi yang

tinggi yaitu sekitar 90-95%

Face mask tidak dianjurkan pada klien yang mengalami muntah-muntah

 Jika klien terdapat obstruksi nasal maka hindari pemakaian nasal kanul.

(Aryani, 2009:53)

Hal - hal yang perlu diperhatikan

Perhatikan jumlah air steril dalam humidifier, jangan berlebih atau kurang dari

batas. Hal ini penting untuk mencegah kekeringan membran mukosa dan membantu

untuk mengencerkan sekret di saluran pernafasan klien

 Pada beberapa kasus seperti bayi premature, klien dengan penyakit akut, klien

dengan keadaan yang tidak stabil atau klien post operasi, perawat harus

mengobservasi lebih sering terhadap respon klien selama pemberian terapi oksigen

Pada beberapa klien, pemasangan masker akan  memberikan tidak nyaman

karena merasa “terperangkat”. Rasa tersebut dapat di minimalisir jika perawat dapat

meyakinkan klien akan pentingnya pemakaian masker tersebut.

Pada klien dengan masalah febris dan diaforesis, maka perawat perlu

melakukan perawatan kulit dan mulut secara extra karena pemasangan masker

tersebut dapat menyebabkan efek kekeringan di sekitar area tersebut.

Jika terdapat luka lecet pada bagian telinga klien karena pemasangan ikatan

tali nasal kanul dan masker. Maka perawat dapat memakaikan kassa berukuran 4x4cm

di area tempat penekanan tersebut.

Akan lebih baik jika perawat menyediakan alat suction di samping klien

dengan terapi oksigen

 Pada klien dengan usia anak-anak, biarkan anak bermain-main terlebih dahulu

dengan contoh masker.

Jika terapi oksigen tidak dipakai lagi, posisikan flow meter dalam posisi OFF

Pasanglah tanda : “dilarang merokok : ada pemakaian oksigen” di pintu kamar klien,

di bagian kaki atau kepala tempat tidur, dan di dekat tabung oksigen. Instrusikan

kepada klien dan pengunjung akan bahaya merokok di area pemasangan oksigen yang

dapat menyebabkan kebakaran. (Aryani, 2009:53)

Page 12: Oksigenasi Doc

Tindakan untuk Mengatasi Masalah Kebutuhan Oksigenasi

1. Latihan napas

Latihan napas merupakan cara bernapas untuk memperbaiki ventilasi alveoli atau

memelihara pertukaran gas, mencegah atelektaksis, meningkatkan efisiensi batuk, dan dapat

mengurangi stress.

Prosedur Kerja :

1)      Cuci tangan

2)      Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan

3)      Atur posisi (duduk atau terlentang)

4)      Anjurkan untuk mulai latihan dengan cara menarik napas terlebih dahulu melalui hidung

dengan mulut tertutup.

5)      Kemudian anjurkan pasien untuk menahan napas sekitar 1-1,5detik dan disusul dengan

menghembuskan napas melalui bibir dengan bentuk mulut seperti orang meniup.

6)      Catat respon yang terjadi

7)      Cuci tangan 

2. Latihan batuk efektif 

Latihan batuk efektif merupakan cara melatih pasien yang tidak memiliki kemampuan

batuk secara efektif untuk membersihkan jalan napas (laring, trachea, dan bronkhiolus) dari

sekret atau benda asing.

Prosedur Kerja :

1)      Cuci tangan

2)      Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan

3)      Atur posisi dengan duduk di tepi tempat tidur dan membungkuk ke depan

4)      Anjurkan untuk menarik napas, secara pelan dan dalam, dengan menggunakan

pernapasan diafragma.

5)      Setelah itu tahan napas selama ± 2 detik 

6)      Batukkan 2 kali dengan mulut terbuka

7)      Tarik napas dengan ringan

8)      Istirahat

9)      Catat respons yang terjadi

10)  Cuci tangan

Page 13: Oksigenasi Doc

3. Pemberian oksigen

Pemberian oksigen merupakan tindakan memberikan oksigen ke dalam paru-paru

melalui saluran pernapasan dengan alat bantu oksigen. Pemberian oksigen pada pasien

dapat melalui tiga cara yaitu melalui kanula, nasal, dan masker. Pemberian oksigen

tersebut bertujuan untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan mencegah terjadinya hipoksia.

PEMBERIAN OKSIGEN MELALUI NASAL KANULA

Pengertian 

    Pemberian oksigen pada klien yang memerlukan oksigen secara kontinyu dengan

kecepatan aliran 1-6 liter/menit serta konsentrasi 20-40%, dengan cara memasukan

selang yang terbuat dari plastik ke dalam hidung dan mengaitkannya di belakang telinga.

Panjang selang yang dimasukan ke dalam lubang dihidung hanya berkisar 0,6 – 1,3 cm.

Pemasangan nasal kanula merupakan cara yang paling mudah, sederhana, murah, relatif

nyaman, mudah digunakan cocok untuk segala umur, cocok untuk pemasangan jangka

pendek dan jangka panjang, dan efektif dalam mengirimkan  oksigen. Pemakaian nasal

kanul juga tidak mengganggu  klien untuk melakukan aktivitas, seperti berbicara atau

makan. (Aryani, 2009:54)

Tujuan

a.    Memberikan oksigen dengan konsentrasi relatif rendah saat kebutuhan oksigen

minimal.

b.    Memberikan oksigen yang tidak terputus saat klien makan atau minum.

(Aryani, 2009:54)

Indikasi

Klien yang bernapas spontan tetapi membutuhkan alat bantu nasal kanula

untuk memenuhi kebutuhan oksigen (keadaan sesak atau tidak sesak). (Suparmi,

2008:67)

Page 14: Oksigenasi Doc

Prinsip

a. Nasal kanula untuk mengalirkan oksigen dengan aliran ringan atau rendah, biasanya

hanya 2-3 L/menit.

b.   Membutuhkan pernapasan hidung

c. Tidak dapat mengalirkan oksigen dengan konsentrasi >40 %. (Suparmi, 2008:67)

PEMBERIAN OKSIGEN MELALUI MASKER OKSIGEN

Pengertian

Pemberian oksigen kepada klien dengan menggunakan masker yang dialiri oksigen

dengan posisi menutupi hidung dan mulut klien. Masker oksigen umumnya berwarna bening

dan mempunyai tali sehingga dapat mengikat kuat mengelilingi wajah klien. Bentuk dari face

mask bermacam-macam. Perbedaan antara rebreathing dan non-rebreathing mask terletak

pada adanya vulve yang mencegah udara ekspirasi terinhalasi kembali. (Aryani, 2009:54)

Macam bentuk masker :

Page 15: Oksigenasi Doc

a.    Simple face mask mengalirkan oksigen konsentrasi oksigen 40-60% dengan kecepatan

aliran 5-8 liter/menit. 

b.    Rebreathing mask mengalirkan oksigen konsentrasi oksigen 60-80% dengan kecepatan

aliran 8-12 liter/menit. Memiliki kantong yang terus mengembang baik, saat inspirasi

maupun ekspirasi. Pada saat inspirasi, oksigen masuk dari sungkup melalui lubang antara

sungkup dan kantung reservoir, ditambah oksigen dari kamar yang masuk dalam lubang

ekspirasi pada kantong. Udara inspirasi sebagian tercampur dengan udara ekspirasi sehingga

konsentrasi CO2 lebih tinggi daripada simple face mask. (Tarwoto&Wartonah, 2010:37)

Indikasi : klien dengan kadar tekanan CO2 yang rendah. (Asmadi, 2009:33)

c.    Non rebreathing mask mengalirkan oksigen konsentrasi oksigen sampai 80-100% dengan

kecepatan aliran 10-12 liter/menit. Pada prinsipnya, udara inspirasi tidak bercampur dengan

udara ekspirasi karena mempunyai 2 katup, 1 katup terbuka pada saat inspirasi dan tertutup

saat pada saat ekspirasi, dan 1 katup yang fungsinya mencegah udara kamar masuk pada saat

inspirasi dan akan membuka pada saat ekspirasi. (Tarwoto&Wartonah, 2010:37)

Indikasi : klien dengan kadar tekanan CO2  yang tinggi. (Asmadi, 2009:34)

Page 16: Oksigenasi Doc

Tujuan 

    Memberikan tambahan oksigen dengan kadar sedang dengan konsentrasi dan kelembaban

yang lebih tinggi dibandingkan dengan kanul. (Suparmi, 2008:68)

Prinsip

  Mengalirkan oksigen tingkat sedang dari hidung ke mulut, dengan aliran 5-6 liter/menit

dengan konsentrasi 40 - 60%. (Suparmi, 2008:68)

Persiapan Alat dan Bahan :

1)      Tabung oksigen lengkap dengan flowmeter dan humidifier

2)      Nasal kateter, kanula, atau masker

3)      Vaselin,/lubrikan atau pelumas ( jelly)

Prosedur Kerja :

1)      Cuci tangan

2)      Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan

3)      Cek flowmeter dan humidifier

4)      Hidupkan tabung oksigen

5)      Atur posisi semifowler atau posisi yang telah disesuaikan dengan kondisi pasien.

6)      Berikan oksigen melalui kanula atau masker.

Page 17: Oksigenasi Doc

7)      Apabila menggunakan kateter, ukur dulu jarak hidung dengan telinga, setelah itu

berikan lubrikan dan masukkan.

8)      Catat pemberian dan lakukan observasi.

9)      Cuci tangan.

4. Fisioterapi dada

Fisioterapi dada merupakan tindakan melakukan postural drainage, clapping, dan

vibrating pada pasien dengan gangguan sistem pernapasan untuk meningkatkan efisiensi pola

pernapasan dan membersihkan jalan napas.

Persiapan Alat dan Bahan :

1)      Pot sputum berisi desinfektan

2)      Kertas tisu

3)      Dua balok tempat tidur (untuk postural drainage)

4)      Satu bantal (untuk postural drainage)

Prosedur Kerja :

Postural drainage

1)      Cuci tangan

2)      Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilaksanakan

3)      Miringkan psien ke kiri (untuk membersihkan bagian paru-paru kanan)

4)      Miringkan pasien ke kanan (untuk membersihkan bagian paru-paru kiri)

5)      Miringkan pasien ke kiri dengan tubuh bagian belakang kanan disokong satu bantal

(untuk membersihkan bagian lobus tengah)

6)      Lakukan postural drainage ± 10-15 menit

7)      Observasi tanda vital selama prosedur 

8)      Setelah pelaksanaan postural drainage, dilakukan clapping, vibrating,dan suction.

9)      Lakukan hingga lendir bersih

10)  Catat respon yang terjadi

11)  Cuci tangan

Clapping

1)      Cuci tangan

2)      Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilaksanakan

3)      Atur posisi pasien sesuai dengan kodisinya

Page 18: Oksigenasi Doc

4)      Lakukan clapping dengan cara kedua tangan perawat menepuk  punggung pasien

secara bergantian hingga ada rangsangan batuk. 

5)      Bila pasien sudah batuk, berhenti sebentar dan anjurkan untuk menampung sputum

pada pot sputum.

6)      Lakukan hingga lendir bersih

7)      Catat respon yang terjadi

8)      Cuci tangan

Vibrating 

1)      Cuci tangan

2)      Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilaksanakan

3)      Atur posisi pasien sesuai dengan kondisinya

4)      Lakukan vibrating dengan menganjurkan pasien untuk menarik napas dalam dan

meminta pasien untuk mengularkan napas perlahan-lahan. Untuk itu, letakkan kedua

tangan di atas bagian samping depan dari cekungan iga dan getarkan secara perlahan-lahan. Hal

tersebut dilakukan secara berkali-kali hingga pasien ingin batuk dan mengeluarkan

sputum.

5)      Bila pasien sudah batuk, berhenti sebentar dan anjurkan untuk menampung sputum di

pot sputum.

6)      Lakukan hingga lendir bersih

7)      Catat respon yang terjadi

8)      Cuci tangan

5. Pengisapan lendir 

Pengisapan lendir (suction) merupakan tindakan pada pasien yang tidak mampu

mengeluarkan sekret atau lendir secara sendiri. Tindakan tersebut dilakukan untuk

membersihkan jalan napas dan memenuhi kebutuhan oksegenasi.

Persiapan Alat dan Bahan :

1)      Alat pengisap lendir dengan botol yang berisi larutan desinfektan

2)      Kateter pengisap lendir

3)      Pinset steril

4)      Dua kom berisi larutan akuades/NaCl 0,9% dan larutan desinfektan

Page 19: Oksigenasi Doc

5)      Kasa steril

6)      Kertas tisu

Prosedur Kerja :

1)      Cuci tangan

2)      Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilaksanakan.

3)      Atur pasien dalam posisi terlentang dan kepala miring ke arah perawat

4)      Gunakan sarung tangan

5)      Hubungakan kateter penghisap dengan selang penghisap

6)      Hidupkan mesin penghisap

7)      Lakukan penghisapan lendir dengan memasukan kateter pengisap ke dalam kom

berisi akuades atau NaCl 0,9% untuk mencegah trauma mukosa.

8)      Masukkan kateter pengisap dalam keadaan tidak mengisap

9)      Tarik lendir dengan memutar kateter pengisap sekitar 3-5 detik

10)  Bilas kateter dengan akuades atau NaCl 0,9%

11)  Lakukan hingga lendir bersih

12)  Catat respon yang terjadi

13)  Cuci tangan.