i
NILAI-NILAI PENDIDIKAN UKHUWAH DALAM
NOVEL DAUN YANG JATUH TAK PERNAH
MEMBENCI ANGIN KARYA TERE LIYE
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
Oleh
N. NAFISATUR ROFIAH
NIM 11112167
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
2016
ii
iii
NILAI-NILAI PENDIDIKAN UKHUWAH DALAM
NOVEL DAUN YANG JATUH TAK PERNAH
MEMBENCI ANGIN KARYA TERE LIYE
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
Oleh
N. NAFISATUR ROFIAH
NIM 11112167
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
2016
iv
v
vi
vii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
Sebaik-baik manusia adalah mereka (manusia) yang bermanfaat bagi orang lain.
PERSEMBAHAN
Untuk orang tuaku,
para guruku, keluargaku,
serta siapapun mereka yang pernah berjasa dalam kehidupanku.
viii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb.
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan
hidayah-Nya hingga penulis dapat menyelesikan skripsi ini yang berjudul “Nilai-
Nilai Pendidikan Ukhuwah dalam Novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci
Angin Karya Tere Liye.”
Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi
Agung Muhammad SAW yang telah membimbing manusia dari zaman kegelapan
hingga terang benderang, semoga kita semua diakui sebagai umatnya yang kelak
mendapatkan syafaatnya di akhirat.
Selanjutnya penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada berbagai
pihak yang telah membantu penyusunan skripsi ini, kepada yang terhormat:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor Intitut Agama Islam
Negeri Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan.
3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam.
4. Bapak Imam Mas Arum, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang
telah dengan sabarnya memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis
dalam penyusunan skripsi ini.
5. Bapak Yedi Efriadi selaku Pembimbing Akademik.
ix
x
ABSTRAK
Rofiah, N. Nafisatur. 2016. Nilai-nilai Pendidikan Ukhuwah dalam Novel Daun
yang jatuh tak pernah membenci angin. Skripsi. Jurusan Pendidikan
Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam
Negeri Salatiga. Pembimbing: Imam Mas Arum, M.Pd.
Kata Kunci : Nilai-nilai Pendidikan Ukhuwah
Pendidikan ukhuwah sangat penting bagi manusia untuk membentuk
solidaritas seseorang. Maraknya konflik yang bersumber pada masalah-
masalah yang melahirkan perbedaan dapat membongkar bangunan
kebersamaan. Padahal perbedaan seharusnya dapat melahirkan hikmah
positif. Namun, dalam kenyataan perbedaan justru seringkali melahirkan
hancurnya nilai ukhuwah, hanya karena ketidaksiapan untuk memahami
cara berfikir, atau karena keengganan menerima perbedaan sebagai buah
egoisme yang tidak sehat. Karenanya, perlu adanya kajian mengenai
pendidikan ukhuwah yang mampu mengurangi permasalahan tersebut.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Nilai-nilai pendidikan
ukhuwah (2) Karakter tokoh utama yang patut di teladani (3) Implikasi nilai-
nilai pendidikan ukhuwah di kehidupan sehari-hari dalam novel Daun yang
Jatuh Tak Pernah Membenci Angin karya Tere-Liye.
Penelitian ini termasuk penelitian kepustakaan (Library research),
pengumpulan datanya menggunakan metode dokumentasi. Data mengenai
penelitian ini diperoleh dari sumber data primer dan sekunder dengan
menggunakan pendekatan deskriptif analisis (descriptive of analyze
research), yakni menggunakan literatur dan teks sebagai objek utama untuk
dideskriptifkan, diinterpretasi, lalu dianalisis dan kemudian disimpulkan.
Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa nilai-nilai pendidikan
ukhuwah dalam novel Daun yang jatuh tak pernah membenci angin karya
Tere Liye adalah: (1) Ukhuwah ubudiyah; menjaga & menciptakan
lingkungan dengan baik. Ukhuwah insaniyah (Basyariyah); menjaga
silaturahim, ramah-tamah, bekerja sama. Ukhuwah Wathoniyyah wa an-
nasab; kasih sayang, peduli, tolong menolong, saling menasehati. Ukhuwah
fi din Al-Islam; berduka ketika orang lain berduka, berjabat tangan bila
berjumpa (kecuali non muhrim), mengingatkan dalam kebaikan, mendoakan
orang lain. (2) Karakter tokoh utama yang patut di contoh yakni Tania;
berbakti kepada orang tua, giat (pekerja keras), amanah , optimis. Danar;
baik hati, ikhlas, sederhana, sopan santun. Ratna; sabar, pengertian, setia.
(3) Implementasi nilai-nilai pendidikan ukhuwah yakni dapat menjadi
gambaran dalam mendidik ukhuwah anak serta dapat menjadikan karya
sastra sebagai media pendidikan khususnya dalam menghadapi kemajuan
pengetahuan seperti sekarang ini.
xi
DAFTAR ISI
LEMBAR SAMPUL .................................................................................... i
LEMBAR BERLOGO.................................................................................. ii
LEMBAR JUDUL SKRIPSI ....................................................................... iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................ iv
PENGESAHAN KELULUSAN .................................................................. v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .................................................... vi
MOTTO ....................................................................................................... vii
PERSEMBAHAN ........................................................................................ vii
KATA PENGANTAR .................................................................................. viii
ABSTRAK ................................................................................................... x
DAFTAR ISI ................................................................................................ xi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 7
E. Metode Penelitian .......................................................................... 7
F. Penegasan Istilah ........................................................................... 10
G. Sistematika Penulisan ................................................................... 13
xii
BAB II BIOGRAFI NOVEL
A. Biografi Tere Liye ........................................................................ 15
B. Karakteristik Novel Tere Liye ....................................................... 16
C. Karya-karya Tere Liye................................... ................................ 17
D. Novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin ................. 19
1. Profil Novel ................................................................ ............... 19
2. Sinopsis ................................................................ ..................... 19
3. Unsur Intrinsik ................................................................ .......... 24
BAB III DESKRIPSI PEMIKIRAN
A. Nilai Ukhuwah .................................................................................. 42
B. Karakter Tokoh Utama ..................................................................... 49
BAB IV PEMBAHASAN
A. Nilai Ukhuwah ............................................................................... 54
1. Ukhuwah Ubudiyah ................................................................... 55
2. Ukhuwah Insaniyyah ................................................................. 58
3. Uhkuwah Wathaniyyah wa an-nasab ........................................ 63
4. Ukhuwah Fii din Al-Islam ......................................................... 68
B. Karakter Tokoh Utama .................................................................. 75
1. Tania ......................................................................................... 75
2. Danar ......................................................................................... 79
3. Ratna ......................................................................................... 84
C. Implementasi Nilai Pendidikan Ukhuwah .......................... ......... 88
xiii
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................... 93
B. Saran ............................................................................................. 94
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
1. Riwayat Hidup Penulis
2. Nota Pembimbing Skripsi
3. Lembar Konsultasi
4. Nilai SKK
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk individu sekaligus makhluk sosial.
Sebagai makhluk individu ia memiliki karakter yang unik, yang berbeda satu
sama lain dengan fikiran dan kehendaknya yang bebas. Sedangkan sebagai
makhluk sosial ia membutuhkan manusia lain, membutuhkan sebuah
kelompok yang mengakui keberadaannya. Kebutuhan untuk berkelompok ini
merupakan naluri alamiah, sehingga muncullah ikatan-ikatan yang dalam
islam dikenal dengan istilah ukhuwah.
Ukhuwah atau persaudaraan merupakan salah satu kekuatan perekat
sosial untuk memperkokoh kebersamaan. Fenomena kebersamaan ini dalam
banyak hal dapat memberikan inspirasi solidaritas sehingga tidak ada lagi
jurang yang dapat memisahkan silaturahmi di antara umat manusia sebagai
makhluk sosial yang dianugrahi kesempurnaan. Meskipun demikian,
bangunan kebersamaan ini seringkali terganggu oleh godaan-godaan
kepentingan yang dapat merusak keutuhan komunikasi dan bahkan
mengundang sikap dan perilaku yang saling berseberangan. Karena itu,
semangat ukhuwah secara sederhana dapat terlihat dari ada atau tidak adanya
sikap saling memahami untuk menumbuhkan interaksi dan komunikasi yang
menunjukkan pentingnya unsur solidaritas dan kepedulian dalam upaya
merakit bangunan ukhuwah. Sebab setiap individu dalam posisi yang sama,
masing-masing memiliki kelebihan lengkap dengan segala kekurangannya.
2
Sehingga untuk menciptakan wujud yang utuh diperlukan kebersamaan untuk
saling melengkapi, usaha saling tolong menolong, saling menjaga, saling
membela dan saling melindungi.
Dewasa ini nilai-nilai ukhuwah tidak lagi menjadi dasar melakukan
interaksi sosial dalam bangunan masyarakat tempat hidupnya sehari-hari.
Konflik yang bersumber pada masalah-masalah yang melahirkan perbedaan
dapat membongkar bangunan kebersamaan dalam seluruh tatanan
kehidupannya. Padahal perbedaan itu sendiri seharusnya dapat melahirkan
hikmah dalam bentuk kompetisi positif, mempertajam daya kritis maupun
dalam membangun semangat mencari tahu sesuai dengan anjuran
memperbanyak ilmu. Sayangnya, dalam kenyataan perbedaan itu justru
seringkali melahirkan hancurnya nilai-nilai ukhuwah, hanya karena
ketidaksiapan untuk memahami cara berfikir yang lain, atau karena
keengganan menerima perbedaan sebagai buah egoisme yang tidak sehat.
Allah SWT berfirman,
“… Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan
jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu
dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu
terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat
kebajikan” (QS. Al-Maidah: 48).
Dalam ayat tersebut Allah swt menjelaskan bahwa perbedaan
merupakan kehendak-Nya yang berlaku dalam kehidupan. Selain perbedaan,
juga untuk kelestarian hidup sekaligus demi mencapai tujuan kehidupan
makhluk di bumi ini.
3
Subhanallah, meskipun sudah dijelaskan begitu jelasnya bahwa
perbedaan adalah kehendak Ilahi, namun tetap saja ukhuwah telah menjadi
barang antik yang sulit dinikmati secara bebas dan terbuka. Karena ukhuwah
dimungkinkan hanya dapat terwujud apabila masyarakat sudah mampu
memiliki dan menghayati prinsip-prinsip toleransi, sekaligus terbuka untuk
melakukan tausiyah (saling mengingatkan).
Sejalan dengan hal diatas, seorang sastrawan ingin menyampaikan
pesan-pesan atau nilai-nilai pendidikan ukhuwah melalui karya sastranya
sebagai bentuk budaya manusia yang dapat dikatakan sebagai salah satu
bentuk pendidikan informal. Karya sastra khususnya novel merupakan bentuk
karya sastra yang paling populer dan banyak beredar karena daya
komunikasinya yang luas pada masyarakat. Sehingga novel sangat efektif
apabila digunakan sebagai sarana pendidikan dengan memasukkan nilai-nilai
pendidikan dalam alur ceritanya. Maka membaca sebuah novel adalah
memanfaatkan seluruh panca indera untuk berimajinasi mengikuti alur cerita
novel.
Novel yang baik adalah novel yang tidak hanya menghibur
pembacanya, namun juga mengajak pembaca untuk melihat dunia lain yang
lebih luas. Salah satunya adalah novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah
Membenci Angin karya Tere-Liye. Novel ini merupakan novel pembangun
jiwa, karena kisah di dalamnya dapat dijadikan cermin diri. Selain itu novel
ini juga mempunyai fungsi sosial, sehingga dapat ikut membina masyarakat
menjadi manusia yang bersosial.
4
Tokoh utama yang menonjol dalam novel ini adalah Danar dan Tania.
Danar merupakan lelaki bujang dan bekerja di sebuah perusahaan, memiliki
karakter baik, sosial tinggi juga peduli pendidikan. Ia diceritakan sebagai
seorang yang mempunyai perangai yang sangat halus, sabar dan juga
bijaksana. Novel ini menceritakan kepedulian Danar terhadap orang lain,
yakni pengamen jalanan yang pada awalnya tidak ia kenal hingga mampu
mengantarkan ke gerbang kesuksesan. Dialah Tania, gadis kecil yang
berjuang melawan kerasnya hidup sebagai pengamen jalanan di ibu kota
hingga mendapatkan beasiswa sekolah di Singapura. Ia mampu bersosialisasi
dengan baik dengan teman barunya dari berbagai penjuru Negara, bahkan
hingga menjadi owner toko bakery disana.
Tokoh utama lainnya dalam novel ini Ratna, sebagai tokoh protagonis
menurut sudut pandang aku “Tania”. Sedangkan tokoh pendukungnya yaitu
Ibu, Ane, Adi, dkk. Konflik dalam novel ini dikemas dengan sangat indah.
Sehingga akan membawa manfaat dan memberikan motivasi untuk senantiasa
peka dan peduli terhadap lingkungan, bekerja keras untuk masa depan yang
lebih baik dan juga menjaga keikhlasan kita dalam berjuang untuk kebaikan.
Tere-Liye merupakan novelis terkemuka di abad ini. Banyak novel
yang diterbitkan sarat akan muatan nilai pendidikannya, pun pada novel ini.
Karakter tokoh yang mampu menyuguhkan nilai-nilai persaudaraan
(ukhuwah) tanpa melihat status sosial, ekonomi, suku bahkan kebangsaan
mampu menjadi teladan, sehingga dengan novel yang sarat akan nilai
ukhuwahnya, maka penanaman ukhuwah dalam jiwa melalui sebuah cerita
5
akan lebih efektif. Karena dengan cerita pembaca mampu menuju kealam
imajinatif dan dimungkinkan dapat dengan mudah mengambil hikmahnya
untuk diterapkan dalam dirinya.
Penanaman ukhuwah sejak dini sangat penting bagi bekal hidup
manusia. Sebagai karya sastra, novel ini dimungkinkan mampu mengajak
pembacanya menjadi manusia yang bisa memahami dan mengamalkan nilai
ukhuwah yg dipelajarinya melalui alur cerita yang dibawakan masing-masing
tokoh dengan berbagai karakternya.
Bermula dari pentinganya pendidikan ukhwah ini, maka penulis
beranggapan bahwa novel ini sangat menarik untuk diteliti lebih dalam. Oleh
sebab itu penulis menulis skripsi yang berjudul “NILAI-NILAI
PENDIDIKAN UKHUWAH DALAM NOVEL DAUN YANG JATUH
TAK PERNAH MEMBENCI ANGIN KARYA TERE-LIYE”
B. Rumusan Masalah
6
Berdasarkan dari pemaparan latar belakang diatas, maka penulis
formulasikan menjadi rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah nilai-nilai pendidikan ukhuwah yang terkandung dalam
novel Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin karya Tere-Liye?
2. Bagaimanakah karakter tokoh utama yang patut diteladani dalam novel
Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin karya Tere-Liye?
3. Bagaimanakah implikasi nilai-nilai pendidikan ukhuwah dalam novel
Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin karya Tere-Liye dalam
kehidupan sehari-hari?
C. Tujuan Penelitian
Sehubungan dengan adanya tiga permasalahan di atas maka penelitian
ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui bagaimanakah nilai-nilai pendidikan ukhuwah yang terdapat
dalam novel Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin karya Tere-
Liye.
2. Mengetahui bagaimanakah karakter tokoh utama yang patut diteladani
dalam novel Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin karya Tere-
Liye.
3. Mengetahui implikasi nilai-nilai pendidikan ukhuwah dalam novel Daun
yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin karya Tere-Liye di kehidupan
sehari-hari.
D. Manfaat Penelitian
7
Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat memiliki kegunaan
diantaranya:
1. Bagi Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga, bisa digunakan
sebagai pustaka bagi peneliti selanjutnya yang ingin meneliti tentang nilai
pendidikan dalam sebuah novel.
2. Memberikan kontribusi kepada masyarakat luas sebagai tambahan
keilmuan, sehingga bisa mendapatkan beragam wawasan pengetahuan dan
akan menjadikan semakin luas pula wawasan yang dimiliki.
3. Bagi penulis, sebagai bahan latihan dalam penulisan ilmiah sekaligus
memberikan tambahan pengetahuan tentang pendidikan ukhuwah sehingga
dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
E. Metode Penelitian
Metode berasal dari kata methodos (Yunani) yang berarti cara atau
suatu jalan. Adapun komponen dalam metode penelitian ini adalah:
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian kepustakaan (Library research),
data mengenai penelitian ini diperoleh dengan menggunakan pendekatan
deskriptif analisis (descriptive of analyze research). Deskriptif analisis ini
mengenai bibliografis yaitu pencarian berupa fakta, hasil dan ide
pemikiran seseorang melalui cara mencari, menganalisis, membuat
interpretasi serta melakukan generalisasi terhadap hasil penelitian yang
dilakukan. (Moleong, 2005:29)
8
Penelitian ini menggunakan literatur dan teks sebagai objek utama
analisis, yaitu novel yang kemudian dideskripsikan dengan cara
menggambarkan dan menjelaskan teks-teks dalam novel yang
mengandung nilai-nilai pendidikan ukhuwah dengan menguraikan dan
menganalisis serta memberikan pemahaman atas teks-teks yang
dideskripsikan.
2. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang penulis gunakan adalah metode
dokumentasi. Metode dokumentasi yaitu metode yang digunakan untuk
mencari data mengenai hal-hal atau variabel berupa catatan, transkip,
buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, legger, agenda dan
sebagainya (Arikunto, 2006:231).
Melalui metode dokumentasi ini, diperoleh data penelitian dengan
cara menghimpun data dari berbagai literatur, baik artikel, jurnal, majalah,
maupun buku-buku yang yang berkaitan dengan pembahasan penelitian
guna menjadi referensi dalam penyusunan skripsi ini.
3. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat
diperoleh (Arikunto, 2006:231).
Dalam penulisan skripsi ini, sumber data yang digunakan terdiri
dari sumber data primer dan sekunder.
9
a. Sumber Data Primer
Berupa novel Daun yang jatuh Tak Pernah Membenci Angin,
yang diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Umum Jakarta pada tahun
2010.
b. Sumber Data Sekunder
Yaitu berbagai literatur yang berhubungan dan relevan dengan
objek penelitian, baik itu berupa wawancara, buku, artikel, website dan
blog di internet yang berupa jurnal.
4. Metode Analisis Data
Metode yang digunakan adalah analisis isi, dengan menguraikan
dan menganalisis serta memberikan pemahaman atas teks-teks yang
dideskripsikan.
Sebagaimana metode kualitatif, dasar pelaksanaan metode analisis
isi adalah penafsiran, sehingga peneliti menekankan bagaimana memaknai
isi komunikasi, memaknai isi interaksi simbolik yang terjadi dalam
peristiwa komunikasi.
Dalam penelitian ini, penulis akan mengkaji isi novel Daun Yang
Jatauh Tak Pernah Membenci Angin yang mengandung nilai-nilai
pendidikan ukhuwah.
10
Langkah-langkah yang penulis gunakan dalam pengolahan data
adalah sebagai berikut:
a. Langkah deskriptif, yaitu menguraikan teks-teks dalam novel Daun
Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin yang berhubungan dengan
nilai-nilai pendidikan ukhuwah.
b. Langkah interpretasi, yaitu menjelaskan teks-teks dalam novel Daun
Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin yang berhubungan dengan
nilai-nilai pendidikan ukhuwah.
c. Langkah analisis, yaitu menganalisis penjelasan dari novel Daun Yang
Jatuh Tak Pernah Membenci Angin yang berhubungan dengan nilai-
nilai pendidikan ukhuwah.
d. Langkah pengambilan kesimpulan, yaitu mengambil kesimpulan dari
novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin yang
berhubungan dengan nilai-nilai pendidikan ukhuwah.
F. Penegasan Istilah
Untuk memperjelas dan mempertegas istilah serta menghindari
kesalah pahaman terhadap judul yang penulis bahas maka perlu adanya
penegasan istilah dengan arti atau pengertian masing-masing kata agar mudah
dipahami, yakni sebagai berikut:
1. Nilai
Nilai menurut Tyler dalam Darmiyati Zuchdi (2011: 195) adalah
suatu objek, aktivitas atau ide yang dinyatakan oleh inividu yang
11
mengendalikan pendidikan dalam mengarahkan minat, sikap dan
kepuasan.
Sedangkan menurut Rokeach dalam Darmiyati Zuchdi (2011:195)
nilai merupakan suatu keyakinan tentang perbuatan, tindakan, atau
perilaku yang dianggap baik dan dianggap jelek.
Dari pendapat ahli di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai
adalah suatu objek, ide atau tindakan dari keyakinan atau kepercayaan
tentang perbuatan baik ataupun buruk untuk memperoleh tujuan.
2. Pendidikan Ukhuwah
Pendidikan menurut UU No. 20/2003 tentang SISDIKNAS dalam
Suwarno (2006: 21) adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya sehingga memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta ketrampilan yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat, bangsa dan
Negara.
Sedangkan ukhuwah adalah persaudaraan dari adanya persamaan
dan keserasian dengan pihak lain, baik meliputi persamaan keturunan,
suku, bangsa, agama dan lainnya (Firdaus, 2006: 163).
Dari pengertian pendidikan dan ukhuwah di atas dapat disimpulkan
bahwa pendidikan ukhuwah adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan persaudaraan yang bersifat islami atau yang diajarkan oleh
islam sehingga muncullah rasa simpati, tolong menolong, saling mengasihi
12
dan lain sebagainya sehingga terbentuklah solidaritas yang kuat diantara
mereka.
3. Novel
Novel adalah sebuah karya fiksi prosa yang tertulis dan naratif,
biasanya dalam bentuk cerita (Maslikha, 2013:126).
Sedangkan Komaruddin dan Yooke (2006: 162) mendefinisikan
bahwa novel merupakan karangan sastra prosa yang panjang dan
mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang-orang di
sekitarnya dengan cara menonjolkan sifat dan watak tokoh-tokoh itu.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa novel adalah karya fiksi berbentuk
prosa panjang yang tertulis dan mengandung rangkaian cerita kehidupan
tokoh.
4. Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin Karya Tere Liye
Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin adalah salah satu
karya sastra berbentuk novel yang berkualitas dan sangat menginspirasi.
Novel ini karya Tere Liye. Sastrawan Indonesia yang produktif dan
menginspirasi lewat karyanya.
Dari penegasan istilah di atas, nilai Pendidikan ukhuwah dalam
novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin karya Tere Liye
adalah tindakan atau perbuatan yang dapat menjaga persaudaraan antar
manusia, baik persaudaraan keturunan, suku, bangsa, agama dan lainnya
sesuai ajaran agama islam yang ditunjukkan dalam sebuah novel yang
13
sangat menginspirasi yaitu Tere Liye dalam novel Daun Yang Jatuh Tak
Pernah Membenci Angin.
G. Sistematika Penulisan
Skripsi ini terdiri dari lima bab yang masing-masing bab terdiri dari
beberapa sub-sub yang antara satu dengan lainnya saling berhubungan.
Adapun rinciannya sebagai berikut:
BAB 1: PENDAHULUAN
Pada bab pendahuluan ini memberikan deskripsi tentang latar
belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, ruang lingkup dan pembatasan masalah, penegasan
istilah, metode penelitian dan sistematika penulisan penelitian.
BAB II: BIOGRAFI NOVEL
Dalam bab ini akan memuat tentang biografi penulis, biografi novel
yang mencakup unsur intrinsik dalam novel Daun yang Jatuh Tak
Pernah Membenci Angin.
BAB III: DESKRIPSI PEMIKIRAN
Dalam bab ini akan diuraikan mengenai pemikiran penulis
mengenai nilai-nilai pendidikan ukhuwah dan karakter tokoh utama
yang patut di teladani dalam novel Daun yang Jatuh Tak Pernah
Membenci Angin.
14
BAB IV: ANALISIS
Dalam Bab ini akan disajikan analisis mengenai: Nilai-nilai
pendidikan ukhuwah dalam novel, karakter tokoh utama yang patut
diteladani dalam novel, dan implikasi nilai-nilai pendidikan
ukhuwah dalam novel Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci
Angin di kehidupan sehari-hari.
BAB V: PENUTUP
Merupakan bab terakhir dari rangkaian penulisan skripsi yang
terdiri kesimpulan dan beberapa saran terkait dengan studi novel.
15
BAB II
BIOGRAFI NOVEL
A. Biografi Penulis
Tere Liye merupakan nama pena seorang penulis tanah air yang
produktif dan berbakat, sedangkan nama aslinya adalah Darwis. Meskipun
Tere Liye termasuk salah satu penulis yang telah banyak menghasilkan novel-
novel best seller dengan penyampaian yang unik serta sederhana dan sudah
berulang kali dicetak bahkan sudah ada yang diangkat di layar lebar, namun
biodata dan biografi yang bisa ditemukan sangatlah sedikit. Apalagi disetiap
halaman belakang novel-novelnya tidak ada biografi singkat tentang
kehidupan dirinya dan keluarganya. Penulis yang satu ini memang berbeda
dengan penulis lain, mungkin itu cara yang dipilih untuk tidak
mempublikasikan terkait kehidupan pribadinya. Ia hanya berusaha
memberikan karya terbaik dengan tulus dan sederhana.
Tere Liye lahir pada tanggal 21 mei 1979. Lahir dan tumbuh dewasa
di pedalaman Sumatra Selatan. Anak ke enam dari tujuh bersaudara ini
berasal dari keluarga sederhana yang orang tuanya berprofesi sebagai petani
biasa. Tere Liye menyelesaikan masa pendidikan di SD N 2 dan SMP N 2
Kikim Timur Sumatera Selatan, kemuadian melanjutkan ke SMU N 9 Bandar
Lampung. Setelah itu melanjutkan belajarnya di Universitas Indonesia dengan
mengambil fakultas Ekonomi. Saat ini telah menikah dengan Riski Amelia
dan sudah dikaruniai seorang putra bernama Abdullah Passai dan seorang
putri bernama Faizah Azkia (Fathurrohman, 2016: 1).
16
Bagi masyarakat umum yang ingin berkomunikasi dengan Tere Liye
bisa melalui e-mail [email protected] atau [email protected]
dan bisa juga melalui web site www.darwisdarwis.multiply.com (Mutakin,
2013: 2).
B. Karakteristik Novel Tere Liye
Dari karya-karyanya, penulis bernama asli Darwis ini selalu
mengangkat hal-hal sederhana namun sarat pesan akan makna, sehingga
mampu menggugah hati pembacanya. Tere Liye ingin membagi pemahaman
bahwa sebetulnya hidup ini tidaklah serumit seperti yang dibayangkan
kebanyakan orang. Hidup adalah anugerah Yang Maha Kuasa dan sudah
semestinya harus disyukuri. “bekerja keras dan selalu merasa cukup,
mencintai, berbuat baik dan selalu berbagi, senantiasa bersyukur serta
berterima kasih, maka ia percaya bahwa kebahagiaan itu sudah berada di
genggaman kita”. Sederhana dan sangat menginspirasi. Karena
kesederhanaanlah yang mampu membuka hati, sehingga dengan hati yang
sudah terbuka maka setiap pesan-pesan positif itu dapat diterima dengan
sangat mudah (Mutakin, 2013: 2).
Begitulah karakteristik novel karya Tere Liye. Terkesan bahwa ia
menegaskan syukuri saja setiap apapun yang kita miliki, baik itu berupa
kekurangan terlebih kalau itu suatu kelebihan. Karya Tere Liye biasanya
menyelipkan seputar pengetahuan, moral dan agama islam. Sangat sederhana
dan inspiratif. Salah satunya adalah novel Daun yang Jatuh Tak Pernah
Membenci Angin ini diceritakan secara sederhana dengan kalimat-kalimat
17
yang menarik, lucu, ceria, mengharukan, penuh keteladanan, menginspirasi
dan sarat dengan nilai pendidikan khususnya pendidikan ukhuwah.
C. Karya-karya Tere Liye
Berikut merupakan karya Tere-Liye di tahun 2014-2015 beserta
kutipan sinopsis yang telah diterbitkan dan sudah tersebar di seluruh
Indonesia, yaitu:
1. Bumi (Gramedia, 2014)
Namaku Raib, usiaku 15 tahun, kelas sepuluh.
Aku anak perempuan seperti kalian, adik-adik kalian, tetangga
kalian. Aku punya dua kucing, namanya si Putih dan si Hitam.
Mama dan papaku menyenangkan. Guru-guru di sekolahku seru.
Teman-temanku baik dan kompak.
Aku sama seperti remaja kebanyakan, kecuali satu hal. Sesuatu yang
kusimpan sendiri sejak kecil. Sesuatu yang menakjubkan.
Namaku Raib. Dan aku bisa menghilang.
2. Dikatakan atau tidak dikatakan, itu tetap cinta ( Gramedia, 2014)
“Dikatakan atau tidak dikatakan, itu tetap cinta”
Kumpulan 24 sajak dengan ilustrasi terbaik dari Tere Liye.
Sajak tentang memiliki, pun tentang melepaskan.
Sajak tentang pertemuan, juga tentang perpisahan.
Sajak tentang kebahagiaan, juga tentang kesedihan.
Tambahkan pula sajak bergurau, bercanda dengan perasaan.
Para pecinta adalah pujangga terbaik yang pernah ada.
Dan kasih sayang pun adalah sumber inspirasi paling deras yang
pernah ada.
Hadiahkan sajak-sajak ini untuk orang yang paling kita sayangi.
Agar mereka paham tentang perasaan.
Karena sungguh:
“Dikatakan atau tidak dikatakan, itu tetap cinta”
18
3. Rindu (Republika, 2014)
“Apalah arti memiliki,
ketika diri kami sendiri bukanlah milik kami?
Apalah arti kehilangan,
ketika kami sebenarnya menemukan banyak saat kehilangan,
dan sebaliknya, kehilangan banyak pula saat menemukan?
Apalah arti cinta,
ketika kami menangis terluka atas perasaan yg seharusnya indah?
Bagaimana mungkin, kami terduduk patah hati atas sesuatu yg
seharusnya suci dan tidak menuntut apa pun?
Wahai, bukankah banyak kerinduan saat kami hendak melupakan?
Dan tidak terbilang keinginan melupakan saat kami dalam rindu?
Hingga rindu dan melupakan jaraknya setipis benang saja.”
4. About Love (Gramedia, 2015)
Jatuh cinta adalah salah satu anugerah terbaik. Cinta memberi kita
kesempatan untuk memahami banyak hal. Cinta juga menjadikan
kita lebih dewasa, lebih berani, dan bertanggung jawab. Cinta pula
yang menjadikan manusia sebagai manusia.
Masing-masing dari kita memiliki kutipan favorit tentang cinta. Satu,
sepuluh, atau bahkan seratus kutipan seperti yang ada dalam buku ini
bisa menjadi pegangan kita dalam mencinta.
5. Bulan (Gramedia, 2015)
Namanya Seli, usianya 15 tahun, kelas sepuluh. Dia sama seperti
remaja yang lain. Menyukai hal yang sama, mendengarkan lagu-lagu
yang sama, pergi ke gerai fast food, menonton serial drama, film, dan
hal-hal yang disukai remaja.
Tetapi ada sebuah rahasia kecil Seli yang tidak pernah diketahui
siapa pun. Sesuatu yang dia simpan sendiri sejak kecil. Sesuatu yang
menakjubkan dengan tangannya.
Namanya Seli. Dan tangannya bisa mengeluarkan petir.
19
6. Pulang (Republika, 2015)
“Aku tahu sekarang, lebih banyak luka di hati bapakku dibanding di
tubuhnya. Juga mamakku, lebih banyak tangis di hati Mamak
dibanding di matanya.”
Sebuah kisah tentang perjalanan pulang, melalui pertarungan demi
pertarungan, untuk memeluk erat semua kebencian dan rasa sakit.
D. Novel
1. Profil Novel
Judul : Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin
Penulis : Tere Liye
Desain dan ilustrasi Sampul : eMTe
Percetakan : PT Gramedia, Jakarta
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun terbit : 2010
Ukuran : 264 hlm; 20 cm
ISBN : 973-979-22-5780-9
2. Sinopsis
Tania adalah seorang gadis kecil berusia 8 tahun yang mempunyai
adik bernama Dede, mereka putus sekolah dan menjadi pengamen dengan
menyanyikan lagu-lagu dewasa demi mengumpulkan pundi-pundi uang di
jalanan ibu kota sepeninggal ayahnya. Sejak itulah kehidupan yang pas-
pasan berbalik menjadi serba kekurangan. Mereka diusir dari kontrakan
dan memutuskan tinggal di rumah kardus dekat dengan sungai dan tempat
pembuangan bersama ibunya yang bekerja serabutan dan sakit-sakitan.
20
Setiap hari mereka membantu ibunya mencari nafkah dari bus satu ke bus
lainnya tanpa kenal lelah menerjang teriknya panas dan hujan.
Tanpa disangka-sangka kehidupan yang malang itu mendadak sirna
sejak Tania bertemu dengan seseorang yang dikirim Tuhan kepadanya.
Waktu itu malam mulai larut, Tania dan Dede sedang mengamen di sebuah
bus kota yang penuh dengan orang-orang yang baru pulang kerja. Saat
mengamen itulah kaki Tania yang tanpa alas dan berbaju lusuh menginjak
sebuah paku payung, menciptakan luka di telapak kakinya dan membuat
darah mengalir deras. Tania mencoba menahan rasa sakit, sementara
adiknya hanya bisa panik tanpa tahu apa yang harus dilakukan. Orang-
orang dalam bus hanya melirik tanpa rasa iba. Ketika itulah seseorang pria
muda tampan dengan wajah ramahnya menolong dan membalut kakinya
dengan sapu tangan putih bersih miliknya.
Dengan kaki yang masih pincang, keesokan harinya Tania kembali
mengamen bersama Dede. Mereka bertemu lagi dengan seseorang itu, dia
datang menghampiri dan memberikan dua buah kotak. Kotak tersebut
berisi sepatu. Hari itu juga seseorang itu berkunjung kerumah kardus untuk
bertemu dengan Ibu Tania dan Dede, lalu mengatakan kalau dia akan
menyekolahkannya.
Sejak itulah kehidupan Tania mulai berubah. Tania kembali
bersekolah, kembali menuntut ilmu berkat seseorang yang dianggap
malaikat kiriman Tuhan untuk merubah kehidupan mereka dan
menjanjikan kehidupan baru yang jauh lebih baik. Seseorang itu bernama
21
Danar. Dia tidak hanya membiayai sekolah Tania dan Dede, namun juga
mencukupi seluruh kebutuhan mereka. Memberikan tempat tinggal baru
bahkan sekarang Ibu diberi modal untuk membuka bakery sehingga sudah
tidak lagi bekerja serabutan. Hubungan keluarga Tania dan Danar
sangatlah dekat, bahkan Danar sangatlah senang dapat merasakan
kehangatan keluarga yang selama ini tidak dia dapatkan.
Pada suatu hari Danar mengenalkan sahabat wanitanya ke keluarga
Tania, namanya Ratna. Melihat kedekatan mereka, Tania tidak suka. Rasa
tidak suka itu bukan sekedar perasaan iri, tapi Tania kecil belum bisa
menerjemahkan apa arti perasaan itu. Lambat laun setelah Tania beranjak
dewasa, Tania ahirnya sadar bahwa perasaan yang diam-diam tumbuh di
hatinya sejak dulu, sejak rambutnya masih dikepang dua bukanlah
perasaan biasa selayaknya seorang adik kepada kakaknya. Danar menjadi
pria yang membuka babak baru yang baik dalam kehidupan Tania, juga
menjadi cinta pertama baginya.
Beberapa tahun kemudian Ibu menyusul kepergian ayah Tania
karena sakit. Tania dan Dede sangat terpukul dengan kejadian itu. Sebelum
Ibu meninggal, Ibu menyampaikan pesan kepada Tania “ berjanjilah, nak..
kau tak akan pernah menangis sesulit apapun keadaan yang akan kau
hadapi. Kecuali demi dia”. Setelah kepergian ibu, Tania dan Dede tinggal
bersama Danar. Meski duka masih menyelimuti hati Tania, tapi hidupnya
harus terus berlanjut. Tania tumbuh menjadi gadis yang pintar dan
mendapatkan beasiswa ASEAN Scholarship untuk bersekolah menengah
22
pertama di Singapura. Dengan nasihat Danar, Tania berangkat ke
Singapura. Meninggalkan Dede, pusara ibu, dan tentu saja meninggalkan
Danar.
Hari-hari Tania di Singapura disibukkan dengan banyak kegiatan,
sibuk belajar dan menyesuaikan diri dengan lingkungan yang serba
disiplin, teman-teman dari berbagai penjuru Negara yang tentunya
mempunyai banyak perbedaan namun tetap satu tujuan.
Suatu hari Danar dan Dede mengunjungi Tania di Singapura dalam
rangka merayakan ulang tahun Tania yang ke-tujuh belas. Danar
memberikan liontin kepada Tania, juga Ibu dan Dede mendapatkan liontin
yang sama. Tiga tahun terlewati. Tania kembali pulang ke Indonesia dan
menghabiskan masa liburannya.
Tania kembali menerima biasiswa untuk melanjutkan studi Sekolah
Menengah Atas-nya di Singapura lagi. Saat hari kelulusan SMA-nya
Danar datang dengan Ratna. Pada saat mereka makan malam bersama
dengan Tania, mereka memberi kabar yang sangat menyakitkan bagi
Tania. Karena Danar dan Ratna memutuskan untuk menikah dan meminta
kepada Tania agar bisa pulang ke Indonesia untuk membantu menyiapkan
pernikahan tersebut. Akan tetapi Tania selalu menjawab tidak bisa pulang
untuk pernikahan mereka setiap Ratna, Dede dan Danar bertanya, bahkan
tekadnya untuk tidak pulang ke acara pernikahan mereka sudah ada sejak
kembalinya mereka ke Indonesia.
23
Beberapa hari sebelum pernikahan, Ratna mengunjungi Tania
husus untuk meminta agar Tania bisa pulang, akan tetapi tetap saja tidak
membuatnya berubah fikiran bahwa Tania tidak bisa pulang. Meskipun
kehadirannya sangatlah dinanti, Tania tidak mau datang karena ia mengira
jawaban dari pertanyaannya selama ini tentang perasaan Danar yang
sebenarnya sudah jelas. Malaikatnya itu tak pernah mencintainya.
Sejak pernikahan mereka, Tania tidak berkomuniakasi dengan
Danar. Sebaliknya Ratna selalu menceritakan kehidupan setelah
pernikannya yang tidak bahagia kepada Tania via e-mail. Ratna merasa ia
sedang bersaing dengan bayangan yang tidak tahu siapa orangnya. Hingga
Ratna memutuskan kembali ke orang tuanya untuk sementara. Akhirnya
Tania pulang ke Jakarta dan menanyakan langsung kepada Danar
sebenarnya apa yang terjadi.
Hari itu terbongkarlah teka-teki yang selama ini mengganjal di
fikiran Tania, saat sesampai di Indonesia. Dede akhirnya bercerita tentang
semuanya. Maksud dari semua perlakuan Danar selama ini. Juga tentang
sebuah draf novel “Cinta Pohon Linden” di laptop Danar yang pernah ia
baca, yang katanya tidak akan selesai. Novel itu bercerita tentang Tania
dan Danar. Tentang perasaan Danar yang sebenarnya. Tapi novel itu
berhenti, pada saat hari pernikahan Danar dengan Ratna.
Tania kemudian bergegas mencari Danar. Tania bertemu dengan
Malaikatnya itu dibawah pohon linden, dekat rumah kardus mereka dulu.
Dan disinilah akhirnya semua kebenaran terungkap, semua perasaan
24
terluapkan. Tetapi tidak ada yang berubah, karena semuanya sudah
terlambat. Biar bagaimanapun Danar telah menikah dengan Ratna, dan
Ratna sedang mengandung. Akhirnya, Tania kembali ke Singapura.
Memutuskan untuk meninggalkan semua cerita cintanya, sama-sama
melepaskan dan mengikhlaskan perasaan yang selama ini mereka pendam
diam-diam itu.
3. Unsur Intrinsik Novel
Unsur intrinsik adalah unsur dalam yang membangun prosa
(Wiyanto, 2012: 213). Unsur intrinsik sebuah novel adalah unsur-unsur
yang (secara langsung) turut serta membangun cerita. Unsur yang
dimaksud untuk menyebut sebagian saja misalnya, cerita, plot, penokohan,
tema, latar, sudut pandang penceritaan, bahasa atau gaya bahasa, dan lain-
lain (Nurgiyantoro, 2012: 23).
Adapun unsur-unsur intrinsik dalam novel Daun yang Jatuh Tak
Pernah Membenci Angin adalah sebagai berikut:
a. Tema
Tema adalah suatu gagasan, ide atau pikiran utama yang
terdapat dalam suatu karya sastra. Sedangkan Karina (2008: 10)
mendefinisikan bahwa tema merupakan struktur dasar sebuah cerita
yang sangat penting dan mendasar. Dengan tema, desain keseluruhan
cerita akan tepat, kata-kata akan mengalir juga karakterisasi tokoh dapat
terbentuk dengan baik.
25
Wiyanto (2012: 214) mengemukakan bahwa adakalanya dalam
satu cerita memiliki lebih dari satu tema yang dibicarakan. Meskipun
demikian, pasti ada salah satu tema yang dominan.
Tema yang diambil dalam novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah
Membenci Angin karya Tere Liye yaitu ikhlas dalam menerima takdir
Tuhan. Dalam novel ini, penulis berhasil menggabungkan antara
perjuangan, romantisme, serta solidaritas yang tinggi diantara berbagai
perbedaan yang ada dalam lingkungan kehidupan tokoh-tokoh.
b. Penokohan
Suroto (1989: 92) mendefinisikan bahwa penokohan adalah
bagaimana pengarang menampilkan tokoh-tokoh dalam ceritanya.
Tokoh dalam cerita biasanya ditampilkan secara lengkap, yakni yang
berhubungan dengan ciri-ciri fisik, keadaan sosial, tingkah laku,
kebiasaan dan berbagai sifat lainnya (Nurgiyantoro, 2000: 13).
Adapun tokoh-tokoh dalam novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah
Membenci Angin karya Tere Liye yang berperan sebagai tokoh
protagonis adalah Tania, Danar, Dede, Ibu, Ane, Adi, Miranti, Sophi,
karyawan toko buku. Sedangkan yang berperan sebagai tokoh antagonis
yakni Ratna, Jhony Chan, Maggie dkk, Miss G.
1) Tokoh Protagonis
Tokoh protagonis merupakan tokoh yang menampilkan
sesuatu sesuai dengan pandangan kita, harapan-harapan kita, sebagai
pembaca.
26
a) Tania
Merupkan tokoh utama, ia adalah gadis kecil yang hidup
serba kesusahan bersama dengan Ibu dan adiknya sejak ayahnya
meninggal dunia. Pekerjaan sehari-harinya menjadi pengamen
jalanan di ibu kota. Kemudian Tania tumbuh menjadi gadis yang
cantik dan cerdas, menerima beasiswa sekolah di Singapura dari
SMP sampai bangku perkuliahan. Ia memendam perasaan
terhadap Danar, akan tetapi pada ahirnya Tania memilih untuk
pergi dari kehidupan Danar dikarenakan tak sanggub menjalani
kisah cintanya yang rumit. Berikut kutipan novelnya:
Aku juga pekerja keras (Liye, 2010: 33).
“Kau anak yang pintar, Tania! Amat pintar!” (Liye, 2010:
36).
Karena beasiswa bulananku lebih dari cukup, semua uang
transfer itu tidak pernah ku sentuh. Ku tabung. (Liye,
2010: 90).
b) Danar
Merupakan seorang pria muda yang baik hati, penyayang
dan penolong. Yakni seseorang yang menolong keluarga Tania
dari kerasnya kehidupan. Menyekolahkan, memberi tempat
tinggal, merawat dan menjaga Tania sejak kecil tanpa meminta
balasan. Pria yang memiliki perbedaan usia cukup jauh dengan
Tania ini memiliki perasaan cinta yang tak mungkin di
ungkapkan. Dengan keadaan yang tidak memungkinkan itu,
27
Danar memendam perasaanya dan memutuskan untuk menikah
dengan Ratna. Berikut kutipan novelnya:
Aku ingat sekali saat menatap mukanya untuk pertama
kali. Dia tersenyum hangat menentramkan. Mukanya amat
menyenangkan. Muka yang memesona oleh cahaya
kebaikan (Liye, 2010: 23).
Dia meminjamkan buku-buku dalam lemari tersebut
kepada kami. Tanpa perlu repot-repot mencatatnya. Siapa
saja bisa mengambil sendiri. Dan terserah mau
dikembalikan kapan. Dia tidak peduli kami akan
mengembalikannya atau tidak (Liye, 2010: 38).
“Kau lihat siapa yang akan kehilangan kalau dia
meninggal. Anak-anak itu tak punya siapa-siapa lagi
selain dia. Ya Tuhan, lakukanlah apa saja aku mohon….”
(Liye, 2010: 56).
c) Dede
Merupakan adik Tania, kini menjadi pemuda yang baik,
menyanyangi keluarganya, cerdas, memiliki nalar yang tinggi,
tampan, amanah, serta tidak bisa diam. Dede seringkali
menyeletuk dan mengoceh ketika sedang berkumpul dengan Oom
Danar, Tania, dan Kak Ratna. Ia memiliki hobi bermain lego,
sejak lego pertama yang ia dapatkan dari Oom Danar sewaktu
masih kecil dulu. Ia juga pandai bercerita, karena sering bercerita
bersama Oom Danar di kelas mendongeng. Berikut kutipan
novelnya:
Dede juga sudah bisa menghapal semua abjad.
Bayangkan, hanya dalam waktu satu hari (Liye, 2010: 34).
Soal menepati janji, Dede sama seperti aku, bisa
dibanggakan. Yang susah adalah membuatnya bersepakat
di awal dengan janji tersebut. Sekecil itu Dede paham
betul soal tawar menawar janji (Liye, 2010: 52).
28
d) Ibu
Seorang wanita paruh baya yang sangat baik dan
menyayangi keluarganya. Beliau seorang pekerja keras yang rela
banting tulang untuk bekerja serabutan agar dapat memenuhi
kebutuhan anak-anaknya meski jauh dari kata cukup. Ibu
pengertian, serta sangat sabar dan tabah dalam menghadapi
kehidupan. Beliau juga seorang pencemas yang mengkhawatirkan
anak-anaknya. Berikut kutipan novelnya:
Ibu bekerja serabutan, apa saja yang bisa dikerjakan,
dikerjakan (Liye, 2010: 30).
Ibu sibuk mengingatkanku untuk beranjak tidur. Aku
menjawabnya singkat belum mengantuk. Setiap setengah
jam sekali Ibu menyuruh tidur. Dan aku selalu
menjawabnya sama (Liye, 2010: 34).
e) Adi
Merupakan teman Tania di Singapura yang sama-sama
dari Indonesia, juga penerima beasiswa. Ia Pemuda yang
mencintai Tania dan ia sangat mengenal sifat Tania yang cuek
dan tidak peduli dengan lelaki yang mengidolakannya, maka dia
memilih menjadi teman Tania untuk lebih dekat dengan Tania
meskipun dia cenderung diperalat oleh Tania. Berikut kutipan
novelnya:
“Ketahulailah, Tania, aku bisa menghentikan hujan ini….
Tetapi itu hanya bisa ku lakukan jika aku tidak sedang
dengan seseorang yang ku cintai…. Dan malam ini
sepertinya aku tidak bisa menghentikannya….” (Liye,
2010: 14).
29
Adi bisa menjadi sopir yang baik, deliveryman bisnis
kueku, tukang fotokopi bahan kuliah, dan berbagai
pernak-pernik lainnya (Liye, 2010: 186).
Adi beranjak mendekat ingin menggenggam tangannya.
Mengajak bersalaman (Liye, 2010: 188).
f) Ane
Teman baik Tania di Singapura, berasal dari Kuala
Lumpur. Ia mengetahui perasaan Tania kepada Danar, dia sering
memberikan nasehat dan menghibur Tania saat merasa sedih.
Berikut kutipan novelnya:
Anne tahu seluruh ceritanya. Aku memang dekat
dengannya. Anne satu-satunya sahabatku di Singapura.
Sahabat yang baik (Liye, 2010: 94).
“… Dan tahukah kau, saat melihatmu sekarang menangis,
hatiku juga seperti ikut tertusuk…” (Liye, 2010: 143).
Anne mengantarku ke bandara. Berbisik soal bersikaplah
dewasa (Liye, 2010: 235).
g) Miranti
Salah seorang teman waktu Tania masih kecil yang
kemudian meneruskan usaha toko kue ibu Tania. Ia sangat baik,
juga menghargai ibu Tania dan merasa berjasa kepada beliau
sehingga royalti dari hasil usahanya dia berikan kepada Dede adik
Tania. Berikut kutipan novelnya:
“Ah iya, Dede bawa oleh-oleh kue dari Kak Miranti…”
(Liye, 2010: 173).
“Royalti dan lain sebagainya. Kak Tania pokoknya harus
setuju” Miranti membujukku habis-habisan di email agar
aku mengizinkan Dede menerima uang transfer tersebut”
(Liye, 2010: 183).
30
Miranti benar-benar gadis yang baik (Liye, 2010: 183).
h) Sophi
Kekasih Dede yang memiliki paras cantik, tatapan mata
yang teduh dan menentramkan sama seperti tatapan mata Ibu.
Selain itu ia juga religius. Berikut kutipan novelnya:
Gadisnya berkerudung (Liye, 2010: 205).
“Hubungan kami itu unik. Karena bagi dia tidak ada
istilah pacaran. Dia justru mengajak segera menikah. Kan
repot banget, Kak Tania…” (Liye, 2010: 205).
Karakter yang tercermin dari wajah Sophi menjadi
padanan yang sempurna. Matang, pengertian, mau
mendengarkan, dan penyabar (Liye, 2010: 206).
2) Tokoh Antagonis
Tokoh Antagonis adalah tokoh penyebab terjadinya konflik.
Tokoh antagonis berperan sebagai penghalang tokoh protagonis dan
menggagalkan segala rencana yang dibuat tokoh protagonis (Sambu,
2013: 64).
a) Ratna
Seorang perempuan yang berperawakan seperti artis. Ia
baik, cantik, pengertian, penyabar, dan tulus. Ia begitu
menyayangi keluarga Tania, dan ialah yang ahirnya menikah
dengan Danar. Adapun tergolong tokoh antagonis hanya
merupakan dari sudut pandang tokoh utama yakni Tania yang
memiliki karakter dinamis. Berikut kutipan novelnya:
Aku menolak mentah-mentah saran Kak Ratna yang ingin
mengantar kami pulang. Aku meneriaki Kak Ratna keras
31
sekali. Kak Ratna tidak marah, bahkan berkaca-kaca
matanya (Liye, 2010: 56).
Kak Ratna membimbingku pelan-pelan. Pulang (Liye,
2010: 64).
Aku terkesima saat membuka pintu flat. Kak Ratna
tersenyum lebar aku terbata menyilakan dia masuk. Kak
Ratna memelukku hangat dan bersahabat layaknya teman
akrab. Ah, Kak Ratna memang sudah lama menganggabku
sebagai teman, bukan adik kecil lagi (Liye, 2010: 147).
b) Jhony Chan
Seorang pemuda yang sering mengganggu Tania dengan
tingkah lakunya yang jahat menurut Tania. Dia teman di
singapura yang menyukai Tania tetapi karena sikapnya yang sejak
awal tidak disukai oleh Tania maka dia hanya bisa
mengganggunya. Berikut kutipan novelnya:
Aku mengeluhkan satu cowok Singapura bertampang
China-Melayu yang selalu menggangguku. Namanya
Jhony Chan, tampangnya seperti artis Hongkong terkenal
itu (namanya juga mirip), tetapi kelakuannya jauh lebih
jahat dibandingkan penjahat kelas berat manapun (Liye,
2010: 88).
Si Jhony Chan itu juga semakin menyebalkan. Dia
beberapa kali terang-terangan mengajakku jalan
bareng… (Liye, 2010: 108).
c) Maggie dkk
Salah satu teman kuliah Tania di Singapura yang orang
tuanya tinggal di Selangor. Ia dan kawan-kawannya (gengnya)
terkenal dengan kecentilan dan kegenitannya, sehingga terkadang
membuat Tania jengkel. Berikut kutipan novelnya:
32
“Wow, cute” saat bersalaman dengannya. Teman-
temannya ikut tertawa. Berbisik dengan genitnya (Liye,
2010: 95).
Mereka malah iseng minta alamat e-mail dia, mau
bertanya. Duh, benar-benar geng cewek ganjen (Liye,
2010: 108).
d) Miss G
Merupakan pengurus makanan para siswa di sekolah
Tania di Singapura. Dia terkenal galak dan disiplin sehingga
banyak siswa yang tidak menyukainya termasuk Tania. Berikut
kutipan novelnya:
Tania: “Semalam Miss Gendut marah-marah lagi di
dorm” (Liye, 2010: 73).
Lebih galak daripada Miss G (Liye, 2010: 94).
c. Alur (Plot)
Alur adalah suatu rangkaian peristiwa-peristiwa dalam cerita
yang saling bersinambung berdasarkan logika sebab akibat. Sehingga
memperlihatkan bagaimana sebuah cerita itu berjalan. Biasanya dimulai
dengan perkenalan tokoh disertai wataknya yang nanti akan muncul
dalam peristiwa berikutnya (Wiyanto, 2012: 213). Alur atau Plot dibagi
menjadi 3, yaitu: alur maju, alur mundur, dan alur campuran.
Alur yang digunakan dalam novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah
Membenci Angin karya Tere Liye adalaha alur campuran karena
susunan peristiwa yang diceritakan dalam novel tersebut ada yang maju
dan ada yang mundur. Hal ini dibuktikan oleh tahapan cerita berikut ini:
1) Alur Maju
33
Berikut ini merupakan kutipan dalam novel yang
menunjukkan alur maju:
Dua minggu kemudian, kami pergi ke toko buku ini. Toko
buku terbesar di kota kami. Berkeliling membeli
perlengkapan sekolah. Minus sepatu, karena dia sudah
membelikannya waktu di bus kota dulu, minus seragam
merah-putih, karena Ibu sudah memesannya pada tetangga
tukang jahit dua hari lalu (Liye, 2010: 29).
Esok harinya setelah dari toko buku ini bersamanya,
jadwalku berubah seratus delapan puluh derajat. Pagi-pagi
aku berangkat ke sekolah. Masuk jam tujuh teng. Sekolahku
dekat dengan rumah kardus. Berangkat bersama adikku.
Jalan kaki (Liye, 2010: 33).
Enam bulan kemudian aku justru benci kata “kesibukan”!
Gara-gara itu, belakangan dia semakin jarang singgah di
kontrakan kami saat pulang dari kantornya. Seminggu sekali.
Dua minggu sekali. Lantas hanya sebulan sekali. Padahal
saat-saat berkunjungnya selalu menyenangkan buat aku dan
adikku (Liye, 2010: 47).
2) Alur Mundur
Berikut ini merupakan kutipan dalam novel yang
menunjukkan alur mundur:
Sama tidak mengertinya saat salah seorang teman lamaku,
Adi, melakukan sesuatu yang lebih gila lagi daripada
sekadar sapaan cowok tadi setahun silam. Di toko buku ini
juga.
Waktu itu sama seperti sekarang, musim hujan. Hujan deras
turun membungkus kota ini. Suara jutaan butir air yang
menghunjam bumi terdengar keras hingga ke dalam. Adi
yang “kebetulan” menemaniku berkeliling mencari novel
karangan seseorang tiba-tiba menarik tanganku. (Liye, 2010:
13).
Toko buku ini menjadi penanda perjalanan sepuluh tahun
terakhir hidupku yang penuh warna.
Tonggak indah yang akan selalu kukenang.
Sepuluh tahun silam di toko inilah untuk pertama kalinya aku
bisa merasakan janji masa depan yang baik. Merasakan
34
kesenangan kanak-kanak yang sempurna. Merasakan betapa
nyaman memiliki seseorang yang memperhatikan dan
melindungimu. Seseorang.
Kalian tak akan pernah menyangka, seperti apa rupa Tania
sepuluh tahun silam saat masuk ke toko buku ini untuk
pertama kalinya. Tania yang melangkah gemetar ragu-ragu.
Tania yang mulutnya terbuka sempurna membentuk huruf O.
malu menatap sekitar, dan takut sekali memecahkan barang-
barang yang dipajang. Padahal, bukankah disini satu pun
tidak ada gelas ataupun pring? (Liye, 2010: 16-17).
Aku ingat, terakhir memakai baju sebaik ini tiga tahun silam.
Saat pulang kampong berlebaran. Saat ayah masih hidup.
Saat kehidupan kami masih berjalan normal. Tiga tahun
berlalu, baju itu sudah kekecilan, membuat aku dan adikku
terlihat tidak nyaman malam itu. Tetapi siapa yang peduli?
(Liye, 2010: 18).
d. Sudut pandang
Sudut pandang adalah posisi pengarang terhadap kisah yang
diceritakannya (Wiyanto, 2012: 217). Menurut Rakai (2013: 73) sudut
pandang adalah sarana bercerita yang digunakan oleh penulis untuk
menyampaikan plot cerita kepada pembaca, sehingga sudut pandang
sangat berpengaruh terhadap jalannya cerita.
Secara garis besar terdapat tiga jenis sudut pandang, yaitu sudut
pandang orang pertama, sudut pandang orang kedua dan sudut pandang
orang ketiga. Akan tetapi dari masing-masing sudut pandang
mempunyai variasi sendiri sesuai perkembangannya. Selain tiga
tersebut ada juga sudut pandang yang bersifat campuran,
Dalam novel ini penulis (Tere Liye) menggunakan sudut
pandang orang pertama pelaku utama. Cerita ini dikisahkan melalui
35
sudut pandang Tania, sang tokoh utama yang menyebutkan “aku”
disetiap sudut novel. Berikut kutipan novelnya:
Aku menghela napas panjang. Tanganku pelan menyentuh kaca
yang berembun (Liye, 2010: 7).
Aku menyeringai datar. Pertanyaan itu pura-pura. Aku tahu
persis. Dia tahu, seperti karyawan toko buku lainnya, setiap
malam aku datang kesini selalu sendirian (Liye, 2010: 12).
Aku semakin bingung. Adi berhasil menarikku ke dalam tumpah
ruahnya hujan yang membasahi tepi jalan Margonda. Basah
kuyup. Dia memegang lenganku. Kami berdiri berhadapan. Aku
tak mengerti apa maksud semua ini (Liye, 2010: 13).
e. Gaya bahasa
Gaya bahasa adalah cara khas yang digunakan penulis untuk
menyampaikan pikiran dan perasaan sehingga kalimat-kalimat yang
dihasilkan menjadi hidup, dapat menimbulkan perasaan dan tanggapan
tertentu dari pembaca. Semua itu membuat karya sastra semakin indah
dan bernilai seni (Wiyanto, 2012: 218).
Gaya bahasa dalam novel Daun yang Jatuh Tak Pernah
Membenci Angin ada beberapa macam, yaitu:
1) Hiperbola
Suara jutaan butir air yang menghunjam bumi terdengar
keras hingga ke dalam (Liye, 2010: 13).
Esok malamnya e-mail Kak Ratna berdara-darah (Liye,
2010: 228).
Demi membaca e-mail berdarah-darah itu, esoknya aku
memutuskan pulang segera ke Jakarta (Liye, 2010: 230).
2) Personifikasi
Hujan deras turun membungkus kota ini (Liye, 2010: 13).
36
Bagian tajamnya menghadap ke atas begitu saja, dan tanpa
ampun menghunjam kakiku yang sehelai pun tak beralas saat
melewatinya (Liye, 2010: 22).
Daun yang jatuh tak pernah membenci angin. (Liye, 2010:
63).
Menuju tempat rumah kardus kami dulu berdiri kokoh
dihajar hujan deras, ditimpa terik matahari (Liye, 2010:
231).
Angin malam memainkan anak rambut (Liye, 2010: 236).
Suara aliran sungai terdengar takzim (Liye, 2010: 238).
f. Latar atau setting
Latar atau setting merupakan setting tempat dan waktu serta
keadaan dibalik sebuah karangan yang diceritakan. Latar bisa
menunjukkan tempat, waktu atau kondisi dari cerita atau dialog tokoh
yang terdapat didalam sebuah narasi itu sendiri (Ipnu, 2014: 200).
Latar atau setting yang terdapat dalam novel Daun Yang Jatuh
Tak Pernah Membenci Angin karya Tere Liye adalah:
1) Tempat
Yang menjadi latar tempat dalam novel ini yaitu di Negara
Indonesia dan Singapura. Lebih tepatnya di toko buku terbesar,
rumah kardus, kontrakan Danar, rumah sakit, bandara, dufan, pusara
ibu dan lingkungan sekitar di kota Depok. Sedangkan di Singapura
yakni di bandara, lingkungan sekolah penerima beasiswa ASEAN
scholarship, NUS, toko buku terbesar, tempat perbelanjaan, tempat
kerja Tania dan lingkungan tempat tinggal Tania di flat, asrama dan
apartemen.
37
a) Indonesia
Toko buku ini penting. Selalu penting.
Toko buku ini menjadi penanda perjalanan sepuluh tahun
terakhir hidupku yang penuh warna (Liye, 2010: 16).
Aku semakin bingung. Adi berhasil menarikku ke dalam
tumpah ruahnya hujan yang membasahi tepi jalan
Margonda. Basah kuyup (Liye, 2010: 13).
Tiga tahun lamanya aku dan dede menjalani kehidupan di
rumah kardus itu. Mengenal hampir semua tikungan jalan
kota. Hafal mati semua bangunan yang berderet
memenuhinya. Sehafal kami dengan jumlah tumpukan
sampah di dekat rumah kardus. Rumah kardus dengan
sebatang pohon linden di sebelahnya (Liye, 2010: 30).
“Kenapa kalian tidak mengajak Ibu, Kak Ratna, dan Kak
Danar naik bianglala?” Kak Ratna bertanya sambil
tersenyum, waktu kami makan malam bersama di salah
satu kedai makanan yang banyak tersedia di Dufan (Liye,
2010: 42).
Meskipun kata “kesibukan” menyebalkan, aku sebenarnya
tetap bertemu dengannya seminggu sekali. Saat kelas
mendongeng. Maka setiap hari minggu tiba, aku dan dede
menyambutnya dengan senang. Itu menjadi pengganti
kunjungan malamnya. Kami berboncengan sepeda menuju
kontrakannya (Liye, 2010: 48).
Hari minggu. Kami semua sedang berkumpul di sisi
ranjang ibu, termasuk kak ratna. Suster dan dokter
berlarian membawa ibu ke ruang gawat darurat. Aku dan
dede berlari mengiringi ranjang ibu yang didorong buru-
buru (Liye, 2010: 54).
Saat aku akhirnya bisa pulang ke Depok. (Liye, 2010: 78).
Ketika tiba di bandara, dia dan Dede sudah berdiri
menjemputku di lobi kedatangan luar negeri (tidak ada
kak ratna di sana, dan itu kabar baik untukku) (Liye,
2010: 78).
Aku tersenyum sambil bersibak, agar mereka berdua bisa
merapat ke pusara ibu (Liye, 2010: 195).
38
b) Singapura
Hari-hariku penuh dengan hal-hal baru di Singapura
(Liye, 2010: 72).
Aku lulus urutan kedua dari seluruh siswa di sekolah.
Nomor satu untuk dua puluh dua penerima ASEAN
scholarship seluruh Negara (Liye, 2010: 77).
Buktinya, saat Dede ingin membeli buku-buku di salah
satu toko buku terbesar di Singapura, dia hanya
mengangguk. Mengiyakan (Liye, 2010: 97).
Aku mengajaknya jalan-jalan di Kampus National
University of Singapore (NUS) (Liye, 2010: 100).
Pukul 15:00 aku mengantar mereka ke Bandara Change
(Liye, 2010: 102).
Kepala Sekolah SMA-ku, seorang ibu dengan wajah
menyenangkan memelukku. “pidato yang bagus, Tania…
well, meskipun kami tetap sedikit pun tidak punya ide
siapa seseorang itu (Liye, 2010: 129).
Malamnya kuhabiskan berburu lego di salah satu
shopping center orchard road. Aku mesti berkali-kali
mengingatkan Dede bahwa uangku terbatas (memangnya
seperti dia dulu yang bisa membelikan kami apa saja, aku
kan masih mahasiswa) (Liye, 2010: 175).
Esok paginya saat hari Minggu, setengah hari dihabiskan
di kelas mendongeng. Kami (aku dan Anne) menggunakan
salah satu gudang di bangunan flat. Menyingkirkan semua
barang yang tidak perlu, menyulapnya menjadi kelas
mendongeng yang nyaman (Liye, 2010: 176).
Sehari setelah graduation day, statusku berubah menjadi
full-time senior associate di perusahaan pialang tempatku
selama enam bulan terakhir magang (Liye, 2010: 202).
Meskipun harus kuakui, setiap pulang ke apartemen-
sekarang aku menyewa satu unit di dekat kantor-
kehidupanku terasa kosong (Liye, 2010: 203).
39
2) Waktu
Rentang waktu yang digunakan dalam novel Daun yang Jatuh
Tak Pernah Membenci Angin adalah sejak Tania masih kecil dengan
rambut berkepang dua hingga ia dewasa dan menjadi gadis yang
sukses dan bekerja di Singapura. Akan tetapi jikalau dilihat dari
waktu, menunjukkan sebagai berikut:
a) Pagi
Besok pagi-pagi, ibu mengganti perban itu dengan lap
dapur, saputangan itu dicuci (Liye, 2010: 24).
Esok pagi selepas subuh, Ibu mengatakan beberapa hal
kepadaku dan Dede (Liye, 2010: 27).
Pagi itu ibu tiba-tiba tak sadarkan diri (Liye, 2010: 54).
b) Siang
Siang itu dia mengajak teman wanitanya. Namanya Ratna
(Liye, 2010: 39).
Kami makan siang di kantin mahasiswa (Liye, 2010: 101).
Kelas itu bubar pukul dua belas tepat, seperti di kota kami
dulu. Kami makan siang di rumah makan dekat flat (Liye,
2010: 177).
c) Sore
Sore itu, Ibu menggosok tubuh hitam dekilku,
menggunakan sampo banyak-banyak di rambutku yang
mengeriting dan bau karena terkena sinar matahari
seharian (Liye, 2010: 17).
Aku ingat sekali, sore hari Minggu itu seperti biasa aku
dan adikku pulang lebih lama dibandingkan anak-anak
lain (Liye, 2010: 38).
Sore itu juga Ibu dibawa pulang ke kontrakan (Liye, 2010:
61).
40
d) Malam
Malam ini hujan turun lagi. Seperti malam-malam yang
lalu. Menyenangkan (Liye, 2010: 7).
"Setiap malam aku datang ke toko buku ini" (Liye, 2010:
11).
Desau angin malam menerbangkan sehelai daun pohon
linden. Jatuh di atas rambutku. Aku memutuskan pergi
(Liye, 2010: 254).
3) Suasana
Latar suasana dalam novel ini sangatlah beragam, mulai dari
kebahagian, kemarahan, kesedihan dan lainnya.
Salah satunya yang paling ku ingat dan seketika membuatku
berlonjak gembira, aku akan kembali sekolah. Dede juga
akan di sekolahkan. Ibu tersengal haru saat mengatakan itu.
Bahkan menangis. Mendekap kami erat (Liye, 2010: 27).
Aku membalikkan badan sejenak. Menatap keramaian lantai
dua toko buku. Keramaian yang tadi kubelakangi. Orang-
orang memadati lantai dua toko buku. Hujan! Beberapa dari
mereka sebenarnya hanya mencari tempat berteduh. Sekalian
berteduh, sekalian melihat-lihat (Liye, 2010: 51).
Semua terasa lamban. Tersa menakutkan. Aku takut melihat
kalender. Aku takut melihat jam. Namun, pelan tapi pasti,
waktu terus bergerak. Tidak ada tangan yang bisa
menghentikannya (Liye, 2010: 153).
KAULAH YANG SALAH. KARENA KAU TAK PERNAH
MAU MENGAKUINYA! Aku membentaknya (Liye, 2010:
244).
41
g. Amanat
Amanat yang ingin disampaikan dalam novel Daun Yang Jatuh
Tak Pernah Membenci Angin karya Tere Liye ini adalah:
1) Bagaimanapun kerasnya hidup, harus tetap dijalani dengan penuh
semangat dan rasa syukur.
2) Mengikhlaskan segala sesuatu yang sudah menjadi keputusanNya
(takdir).
3) Belajar menjadi orang yang peka dengan lingkungan, yakni dengan
membantu orang lain yang membutuhkan tanpa memandang status
meskipun tidak diminta bantuan.
4) Bahwasanya dalam hidup harus tetap melakukan hal-hal yang baik,
meski terkadang tidak di dihargai oleh orang lain.
5) Menjalin hubungan baik yakni menjaga tali silaturahim dengan
siapapun, tanpa memandang ras, suku, agama dan Negara.
Kutipan Novel:
“Bahwa hidup harus menerima… penerimaan yang indah.
Bahwa hidup harus mengerti… pengertian yang benar.
Bahwa hidup harus memahami… pemahaman yang tulus.
Tak peduli lewat apa penerimaan, pengertian, dan
pemahaman itu datang. Tak masalah meski lewat kejadian
yang sedih dan menyakitakan” (Liye, 2010: 196)
42
BAB III
DESKRIPSI PEMIKIRAN
A. Nilai Ukhuwah
Ukhuwah yang sering diartikan sebagai “persaudaraan” berasal dari
akar kata yang pada awalnya berarti “memperhatikan”. Hal ini
menggambarkan bahwasanya untuk mewujudkan persaudaraan diperlukan
adanya perhatian diantara mereka yang bersaudara. Sehingga makna tersebut
kemudian berkembang hingga ukhuwah diartikan sebagai persamaan dan
keserasian dengan pihak lain, baik meliputi persamaan keturunan, suku,
bangsa, agama dan lainnya (Firdaus, 2006: 163).
Berikut nilai ukhuwah yang terdapat dalam novel Daun yang Jatuh
Tak Pernah Membenci Angin karya Tere Liye.
1. Menjaga & Menciptakan lingkungan dengan baik
Manusia diciptakan sebagai kholifah di muka bumi, sudah
sepantasnya menjaga dan menciptakan lingkungan dengan baik. Hal ini
ditunjukkan Tania menanam bunga bugenvil hingga berbunga indah.
Proses berbunga memerlukan banyak hal, salah satunya dirawat dengan
baik tanaman tersebut.
Aku sedang rileks membaca buku di teras belakang. Duduk di
kursi rotan beralas bantal-bantal besar. Menatap bugenvil yang
mekar berbunga. (Liye, 2010: 188)
Juga perilaku menjaga dan menciptakan lingkungan dengan baik
ditunjukkan Danar dengan mengubah tempat yang dulunya menjadi
43
pembuangan sampah, kini disulap menjadi taman yang indah dan tetap
membiarkan pohon linden hidup dikarenakan mengetahu kalau pohon
tersebut memberikan manfaat yakni menambah keindahan lingkungan
taman sekitar.
Tanah itu sekarang sudah ada yang membeli. Tidak tahu siapa.
Dan sudah disulap menjadi setengah taman. Tetapi pohon linden
itu tetap berdiri di sana. (Liye, 2010: 194)
Tidak ada sampah yang dulu banyak berserakan.
Sepotong tanah di bantaran itu sudah indah. Tanahnya digerus
menjadi datar sedemikian rupa. Atasnya ditanami rumput lembut
seluruhnya… kalian bisa duduk nyaman disana.
Pohon linden itu sedang berbunga. Bunga yang elok. Membuat
kuning seluruh permukaan pohonnya. Dan wanginya semerbak
memenuhi langit-langit malam. (Liye, 2010: 231-232).
2. Menjaga silaturahim
Menjaga silaturahim merupakan sesuatu hal yang berpahala,
silaturahim dalam hal ini ditunjukkan teman-teman Tania di Singapura
dengan menghadiri undangan acara ulang tahun Tania.
Beberapa temanku juga datang, termasuk si Jhony Chan itu.
(Liye, 2010: 94)
Juga dilihatkan pada saat Tania mengunjungi temannya di Kuala
Lumpur.
Aku memutuskan berkunjung ke rumah Anne di Kuala Lumpur.
(Liye, 2010: 132)
3. Ramah-tamah
Danar mempunyai karakter yang ramah, sehingga orang yang
berada di sekelilingnya merasa nyaman. Hal ini ditunjukkan saat Danar
44
bersama teman-teman Tania sewaktu merayakan ulang tahun Tania di
Singapura. Meskipun usia mereka terpaut jauh lebih muda, namun Danar
tetap bisa menyesuaikannya.
Dia seperti biasa amat menyenangkan bagi orang yang baru
mengenalnya. Bercanda. Bercerita banyak hal. Membuat ruang
tamu itu terkadang diam mendengarkan. Melanjutkan
perbincangan lain, dan seterusnya. (Liye, 2010: 95)
Tidak hanya Danar, Tania juga mempunyai sifat yang ramah.
Dilihat dari banyaknya teman-teman dari penjuru negara di kelasnya yang
nyaman tolong kepadanya.
“Wajahmu menyenangkan, tania. Dan itu membuat banyak orang
nyaman untuk bertanya dan bersamamu….” Itu yang dia jelaskan
saat kami pernah membahasnya dalam chatting singkat soal
kenapa teman-teman sekelasku lebih banyak bertanya kepadaku
dibandingkan dengan anak lain. (Liye, 2010: 106)
4. Bekerja sama
Bekerja sama dilakukan Tania sama Encik Faisal, Tania tanpa
memandang suku, kebudayaan bahkan dari Negara mana Encik Faisal
berasal. Yang terpenting kerja sama yang dilakukan memberikan
maanfaat dan orangnya amanah.
Bisnis kueku memang berkembang baik, sekarang sudah dua toko;
tetapi sekarang sepenuhnya dikendalikan Encik Faisal, salah
seorang karyawan lamaku… Encik Faisal menyerahkan laporan
dan aku memeriksanya. (Liye, 2010: 203)
5. Kasih sayang
Kasih sayang seorang ibu kepada anaknya memang tiada tara,
mulai dari hal-hal yang kecil dan tidak disadari. Ini ditunjukkan ibu Tania
dengan memilihkan pakaiaan terbaik yang dimiliki untuk dipakai agar
45
anaknya patut dilihat. Meski pakaian terbaik miliknya adalah pakaian
yang super seadanya. Juga kasih sayangnya dapat dilihat saat ibu Tania
memberikan nasehat sebelum keberangkatan Tania dan Dede jalan-jalan
bersama Danar.
Kata ibu, “Tania, hati-hatilah disana! Kita harus mengganti
setiap barang yang rusak karena kita sentuh! Jaga adikmu, jangan
nakal…..” (Liye, 2010: 17)
Ibu memberikan pakaian terbaik yang disimpannya dalam
buntalan plastik diatas para-para kardus…. Aku senang saja
memakainya. Dede bahkan banyak menyimpul senyum. (Liye,
2010: 17)
Lain halnya dengan Danar yang menunjukkan kasih sayangnya
lewat tutur kata yang baik saat membujuk Dede.
Aku terkesima melihat cara dia membujuk Dede soal pensil
tersebut. Caranya memandang adikku, mengelus rambutnya,
tersenyum, dan berkata pelan menjelaskan sungguh memesona.
(Liye, 2010: 19).
6. Peduli
Danar mempunyai karakter yang peduli, dilihat bagaimana dia
bisa mengapresiasi kepada Tania dan Dede dengan tepat. Yakni bisa
menempatkan pujian sesuai porsi dan tempatnya.
Adikku Dede tersipu malu saat dipuji oleh dia (“Lihatlah!
Ternyata kau keren sekali.”). aku juga malu dengan “penampilan
baru” itu (“Dan kau cantik sekali, Tania!”). (Liye, 2010: 18)
“Kau anak yang pintar Tania!, Amat pintar!” (Liye, 2010: 36)
“Kau pandai bercerita, Tania! Amat pandai,” dia memujiku sore
itu. Aku tersenyum malu (Liye, 2010: 45)
46
7. Tolong menolong
Tolong menolong merupakan suatu keadaan yang menunjukkan
kesiapan dan ketersediaan membantu meringankan beban penderitaan dan
kesulitan orang lain tanpa mengharapkan pamrih atau balas jasa. Saling
membantu atau bekerja sama dengan orang yang ditolong.
Tolong menolong merupakan wujud peduli dan sayang terhadap
orang lain, hal ini dilakukan Danar kepada keluarga Tania. Danar
membantu membiayai sekolah Tania dan Dede, memberi modal untuk
membuka usaha kue serta merawat Tania dan Dede selepas ibunya
meninggal.
“Tetapi siapa yang akan membayarinya?” aku tersadarkan dari
kegembiraan sesaat. Jangankan sekolah, tiga tahun terakhir ini,
makan saja kami susah.
“Oom Danar…,” Ibu berkata pelan sambil menyeka sudut
matanya. Tersenyum. (Liye, 2010: 27)
Tentu saja semua modal usaha kue itu dari dia. Termasuk soal
saran bentuk kue-kuenya. Dia sedikitpun tidak meminta bagian
dari penjualan. Tidak sekalipun meminta ibu untuk
mengembalikannya. Hanya tersenyum lebar saat ibu memberikan
bungkusan kue untuknya. (Liye, 2010: 46)
Sehari setelah ibu meninggal, aku dan adikku pindah ke
kontrakannya. Kontrakan ibu dikosongkan (“Biar mereka bisa
segera melupakan semua kejadian menyakitkan ini,” itu katanya
kepada Kak Ratna saat berbenah-benah pindah). Kak Ratna
membantu banyak proses kepindahan itu. (Liye, 2010: 67).
47
8. Saling menasehati
Danar memberi nasehat kepada Tania dan Dede saat mereka
merajut di pemakan ibunya dan tak mau pulang. Juga menasihati Tania
agar tetap berangkat ke Singapura untuk mengambil beasiswa yang
diterimanya meskipun ibunya baru saja meninggal.
“Ketahuilah, Tania dan Dede…. daun yang jatuh tak pernah
membenci angin…. Dia membiarkan dirinya jatuh begitu saja. Tak
melawan. Mengikhlaskan semuanya… Kita harus pulang, Tania.”
(Liye, 2010: 63)
“Tania, kehidupan harus berlanjut. Ketika kau kehilangan
semangat, ingatlah kata-kataku dulu. Kehidupan ini seperti daun
yang jatuh…. Biarkanlah angin yang menerbangkannya…. Kau
harus berangkat ke Singapura!” (Liye, 2010: 70)
Menasihati banyak hal (dia tak pernah langsung bilang seperti
apa; dia selalu mengatakannya lewat sebuah cerita).
Memotivasiku untuk terus belajar. Mengingatkan untuk menjaga
kesehatan, “Jangan lupa makan tepat waktu, Tania!” (Liye, 2010:
76)
9. Berduka ketika orang lain berduka
Tetangga sekitar ikut merasakan kesedihan atas kepergian ibu
Tania, mereka ramai melayat ke kontrakannya.
Sore itu juga ibu dibawa ke kontrakan. Dua tahun terakhir karena
kehidupan kami berjalan normal di kontrakan baru, tetangga
sekitar ramai melayat. (Liye, 2010: 61)
Adikku duduk bingung menatap tubuh ibu yang terbungkus kain
kafan. Semua mata memandang bersedih ke arahku dan Dede.
(Liye, 2010: 61)
10. Berjabat tangan bila berjumpa (kecuali non muhrim)
Berjabat tanggan merupakan wujud peduli yang dapat dilakukan
kepada selain non muhrim, setidaknya dengan berjabat tangan ada
48
interaksi yang dapat dirasakan bersama. Hal ini ditunjukkan Adi sebagai
tamu di rumah Danar sebagai sapaan hormat dan perkenalan.
Adi beranjak mendekat ingin menggengam tangannya. Mengajak
bersalaman. (Liye, 2010: 188).
11. Mengingatkan dalam kebaikan.
Merupakan kewajiban setiap muslim untuk senantiasa
mengingatkan untuk kebaikan, hal ini dilakukan Tania kepada Dede agar
dia semakin rajin melakukan shalat.
Aku tertawa mengingatkan agar dia lebih rajin shalat. (Liye,
2010: 205)
12. Mendoakan orang lain
Mendoakan orang lain sama halnya berdoa untuk diri kita sendiri,
untuk itu mendoakanlah untuk sesuatu hal yang baik saja. dalam hal ini
Tania, Adi dan Dede tetap mendoakan ibunya yang sudah meninggal.
Tidak hanya itu, Tania juga mendoakan Ratna sewaktu dia sakit.
Aku, adikku, dan Adi (yang pagi-pagi sudah datang ke rumah)
pergi ke pusara ibu. Dede membawa empat tangkai mawar merah.
Ini kebiasaanya. Adikku setiap minggu selama delapan tahun
terakhir selalu datang ke pemakaman ibu. Membawa mawar
merah. Mengadu. Bercerita. (Liye, 2010: 189)
Aku sudah jauh lebih sehat, Tania. Terima kasih. Kau pasti
banyak mendoakanku. Doa gadis sebaik dirimu pasti terkabul.
(Liye, 2010: 223)
49
B. Karakter Tokoh Utama
Berikut merupakan karakter tokoh utama yang patut di teladani dalam
novel Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin karya Tere Liye yaitu:
1. Tania
a. Berbakti kepada orang tua
Berbakti kepada orang tua sering disebut dengan birrul walidain,
yang artinya berbuat baik kepada kedua orang tua (Ilyas, 2007: 148).
Tania membantu ibunya berbisnis membuat kue. Hal ini
menunjukkan bahwa Tania melakukan pekerjaan sebagai wujud
berbakti kepada orang tuanya.
…aku dan adikku tetap sibuk. Membantu Ibu membuat kue-kue
itu, mengantarkannya ke tetangga, warung-warung, toko-toko,
juga beberapa koperasi di kampus. (Liye, 2010: 46).
Tania juga menunjukkan karakter berbakti kepada orang tuanya
b. Giat (Pekerja Keras)
Kerja keras merupakan perilaku yang menunjukkan upaya
sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan dalam belajar
dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya. (Zuchdi,
2013: 75). Karakter pekerja keras Tania ditunjukkan dalam
pengakuannya bahwa dirinya pekerja keras.
Aku juga pekerja keras. (Liye, 2010: 33)
50
Juga dibuktikan dengan beberapa kutipan yang menggambarkan
bahwa Tania bekerja keras dalam belajar, sehingga ia mampu menjadi
lulusan terbaik juga tercepat.
Setelah berjuang habis-habisan di ujian terakhir, akhirnya aku
berhasi melampaui 0,1 digit si nomor 1 selalu. Tipis sekali. Aku
mendapatkan predikat terbaik. (Liye, 2010: 127)
Aku hanya butuh dua tahun setengah untuk menyelesaikan
bachelor degree-ku di jurusan Commerce NUS. GPA (grade
point average)-ku tak kurang satu pun dari nilai maksimal.
Sempurna. Terbaik dalam catatan sejarah kampus tersebut.
(Liye, 2010: 159)
c. Amanah
Amanah adalah dipercaya, seakar dengan kata iman. Sifat ini
lahir dari kekuatan iman. Semakin menipis keimanan seseorang
semakin pudar pula sifat amanah yang ada pada dirinya (Ilyas, 2007:
89).
Tania yang berjanji akan belajar sebaik mungkin, dalam hal ini
Tania memeperlihatkan karakter amanah terhadap dirinya, yaitu dengan
janjinya yang akan selalu ditepati.
Janji yang selalu kupegang. Aku akan belajar sebaik mungkin.
(Liye, 2010: 77)
d. Optimis
Optimis adalah suatu pandangan, harapan dan keyakinan baik.
Tania memiliki akhlak yang baik terhadap diri sendiri, yaitu dia
memandang masa depannya dengan penuh optimis.
51
Anak kumuh dan kotor itu sudah berubah. Anak yang berlepotan
jelaga asap mobil, debu jalanan, sekarang tumbuh menjadi
gadis berambut hitam legam dengan tatapan mata yakin
memandang masa depan (Liye, 2010: 128).
2. Danar
a. Baik hati
Danar mempunyai sikap dan perilaku yang baik terhadap
sesama manusia dengan menunjukkan perhatian kepada orang lain,
meskipun itu belum kenal. Yakni ditunjukkan saat Danar membantu
Tania yang kakinya terkena paku disaat mengamen di dalam bus kota.
Dia beranjak dari duduknya, mendekat. Jongkok dihadapanku.
Mengeluarkan saputangan dari saku celananya. Meraih kaki
kecilku yang kotor dan hitam karena bekas jalanan. Hati-hati
membersihkannya dengan ujung saputangan. Kemudian
membungkusnya perlahan-lahan. (Liye, 2010: 23)
b. Ikhlas
Ikhlas merupakan sikap dan perilaku seseorang untuk
melakukan suatu perbuatan dengan ketulusan hatinya. (Zuchdi, 2009:
28). Atau dengan kata lain berbuat tanpa pamrih, hal ini ditunjukkan
kepada Danar saat membantu Ibu Tania meberikan modal usaha kue.
Akan tetapi Danar tidak mau dikasih uang persenan laba penjualan.
Bahkan uang modalpun tidak mau dikembalikan.
Dia sedikitpun tidak meminta bagian dari penjualan. (Liye,
2010: 46)
52
c. Sederhana
Sederhana merupakan sikap dan perilaku yang menunjukkan
kesehajaan dan tidak berlebihan dalam berbagai hal. (Zuchdi, 2009: 28)
Kesederhanaan Danar ditunjukkan saat dia memilih syukuran
ulang tahun Tania dengan acara yang sederhana, bukan pesta-pesta
besar.
“… Om Danar paling benci kalau mesti pesta-pesta besar.
(Liye, 2010: 91)
d. Sopan Santun
Sopan santun merupakan akhlak terpuji, Islam mengajarkan agar
setiap muslim menjaga sopan santun dan kehormatan diri serta
keluarganya, agar bersopan santun kepada orang lain, yakni kepada
orang yang lebih tua juga kepada siapa saja. Dalam hal ini Danar
dengan mengalihkan pembicaraan dengan lembut, dan termasuk
perilaku yang sopan.
Dia mengalihkan pembicaraan dengan lembut. (Liye, 2010:
142)
3. Ratna
a. Sabar
Karakter sabar ditunjukkan saat Ratna menghadapi sifat Tania
yang keras, namun Ratna tetap tidak marah bahkan menghadapinya
dengan mata berkaca-kaca.
53
Aku menolak mentah-mentah saran Kak Ratna yang ingin
mengantar kami pulang. Aku meneriaki Kak Ratna keras sekali.
Kak Ratna tidak marah, bahkan berkaca-kaca matanya. (Liye,
2010: 56)
b. Pengertian
Saat mengunjungi Tania ke Singapura, Ratna tidak mau
merepotkan Tania dengan mengantarkannya pulang ke bandara. Hal
itulah yang menunjukkan bahwa Ratna mempunyai karakter
pengertian.
“Tak usah, Sayang. Aku sudah mengganggu harimu. Biar aku
pulang sendiri.” (Liye, 2010: 150)
c. Setia
Suatu hari Ratna pulang ke rumah orang tuanya, karena rumah
tangganya sedang ada masalah dan dia butuh menenagkan diri. Namun,
setiap saat Ratna tetap mengharap kehadiran suaminya yaitu Danar
untuk bisa bersama-sama lagi memperbaiki rumah tangganya yang
sempat renggang.
…Kak Ratna menunggu kedatangannya setiap saat. (Liye, 2010:
255-256)
54
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Nilai Ukhuwah
Selama ini masyarakat muslim dimungkinkan mengenal istilah
ukhuwah islamiyyah dengan makna persaudaraan yang dijalin oleh sesama
muslim. Oleh karena itu kata islamiah dianggab sebagai pelaku ukhuwah itu
sendiri. Padahal kata islamiah yang dirangkaikan dengan kata ukhuwah lebih
tepat dipahami sebagai adjektifa, sehingga ukhuwah islamiah berarti
“persaudaraan yang bersifat islami atau yang diajarkan oleh Islam”. Dua
alasan menurut Shihab (1996: 477-478) yang dijadikan sebagai pendukung
hal tersebut, yakni:
1. Al-Quran dan hadis memperkenalkan bermacam-macam persaudaraan.
2. Karena alasan kebahasaan. Didalam bahasa arab, kata sifat harus
disesuaikan dengan yang disifati.
Ukhuwah yang diajarkan oleh islam telah dikemukakan di beberapa
ayat Al-Quran yang mengisaratkan bentuk atau jenis persaudaraan. Dari
semuanya itulah dapat disimpulkan bahwa kitab suci memperkenalkan empat
macam persaudaraan (Shihab, 1996: 480), yakni sebagai berikut:
1. Ukhuwah Ubudiyah (saudara kesemakhlukan dan kesetundukan dengan
Allah).
2. Ukhuwah Insaniyah (Basyariyah) yakni dalam arti seluruh umat manusia
adalah bersaudara, dikarenakan berasal dari ayah dan ibu yang sama.
55
3. Ukhuwah Wathoniyyah wa an-nasab, persaudaraan dalam keturunan dan
kebangsaan.
4. Ukhuwah fi din Al-Islam, persaudaraan antar sesama muslim.
Merujuk dari macam-macam ukhuwah tersebut, maka penulis akan
membahas nilai-nilai pendidikan ukhuwah dalam Novel Daun yang Jatuh Tak
Pernah Membenci Angin karya Tere Liye dalam empat cakupan besar nilai-
nilai pendidikan ukhuwah yaitu Ukhuwah Ubudiyah, Ukhuwah Insaniyah
(basyariyah), Ukhuwah Wathoniyyah wa an-nasab, Ukhuwah fi din Al-Islam.
Berikut ini nilai-nilai ukhuwah dalam novel Daun Yang Jatuh Tak
Pernah Membenci Angin karya Tere Liye:
1. Ukhuwah Ubudiyah
Ukhuwah Ubudiyah adalah persaudaraan seluruh makhluk ciptaan
Allah.
Firman Allah SWT,
“Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-
burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan
semuanya merupakan umat (juga) seperti kamu. Tidak ada
sesuatupun yang Kami luputkan di dalam Kitab, kemudian kepada
Tuhan mereka dikumpulkan” (QS. Al-An’am: 38).
Ukhuwah ini menjelaskan perintah adanya kesesuaian manusia
dengan alam semesta, mengingat bahwa manusia merupakan bagian kecil
dari alam makro, namun tetap saja konsekuensinya adanya keharusan
56
manusia untuk melestarikan, menjaga dan memanfaatkan sebaik mungkin
semua ciptaan Allah SWT.
Nilai Ukhuwah Ubudiyahnya yakni,
Menjaga & Menciptakan lingkungan dengan baik
Allah menciptakan alam semesta beserta isinya ini tidak ada
yang sia-sia. Penciptaan manusia mempunyai tujuan yang jelas, salah
satunya dijadikan sebagai khalifah atau penguasa (pengatur) di bumi.
Maksudnya, bahwa manusia diciptakan oleh Allah untuk
memakmurkan kehidupan di bumi yakni dengan cara memanfaatkan,
menjaga dan melestarikan dengan bijak.
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat:
“Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di
muka bumi.” Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak
menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat
kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami
senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan
Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui
apa yang tidak kamu ketahui”. (QS. Al Baqarah: 30)
Sebagai seorang muslim dan hamba Allah yang taat tentu akan
menjalankan fungsi sebagai khalifah dimuka bumi dengan tidak
melakukan pengrusakan terhadap Alam yang diciptakan oleh Allah
SWT karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
57
berbuat kerusakan. Seperti firman-Nya dalam surat Al Qashash ayat 77
yang berbunyi:
…
“…Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
berbuat kerusakan”(QS. Al Qashash : 7).
Dengan belajar mengontrol apa yang ada dipikiran, hati, tingkah
laku dan sikap bagaimana seharusnya yang baik untuk dilakukan dan
yang buruk ditinggalkan maka kerusakan di muka bumi ini akan
terminimalisir dan tanpa disadari bahwa ternyata kita sedang belajar
memimpin diri kita sendiri.
Bugenvil yang mekar berbunga. (Liye, 2010: 188)
pohon linden itu tetap berdiri di sana. (Liye, 2010: 194)
Tidak ada sampah yang dulu banyak berserakan. (Liye, 2010:
231).
Dari kutipan novel diatas, Tere Liye ingin menyampaikan
bagaimana bentuk kepedulian yang dapat dilakukan dengan alam
sekitar dan timbal baliknya yang akan didapatkan oleh manusia. Yakni
dengan tidak menebang pohon sembarangan, juga membuang sampah
pada tempatnya maka secara langsung akan mendapatkan keuntungan
dengan adanya udara segar. Mendapatkan nuansa yang indah dengan
mekarnya bunga yang dirawatnya.
58
2. Ukhuwah Insaniyah (Basyariyah)
Ukhuwah Insaniyah (Basyariyah) adalah persaudaraan seluruh
umat manusia di muka bumi ini, tanpa membedakan apapun karena
mereka bersumber dari ayah dan ibu yang sama. Yaitu Adam dan Hawa.
“Wahai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu
berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-
mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu
disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal” (QS.
Al-Hujarat: 13).
Nilai Ukhuwah Insaniyahnya adalah:
a. Menjaga silaturahim
Menjaga silaturahmi terkadang memang terasa berat,
dimungkinkan karena sifat manusia yang kurang mau memberikan
inisiatif untuk menginisiasi silaturahmi kepada orang-orang yang
mungkin mulai mereka lupakan. Sering kali alasan sibuk bekerja,
masalah masa lalu dengan orang tersebut, atau bahkan memang
menganggap remeh arti pentingnya silaturahmi hingga membiarkan
terputus.
Banyak cara yang dapat dilakukan untuk menyambung tali
silaturahmi, yakni dengan berkunjung atau saling memberi hadiah.
menyambung silaturahmi hendaknya dengan berlemah lembut, berkasih
59
sayang, wajah berseri, memuliakan, dan dengan segala kebaikan
lainnya.
Firman Allah swt:
“Orang-orang yang merusak janji Allah setelah diikrarkan
dengan teguh dan memutuskan apa-apa yang Allah perintahkan
supaya dihubungkan dan mengadakan kerusakan di bumi,
orang-orang itulah yang memperoleh kutukan dan bagi mereka
tempat kediaman yang buruk (Jahannam)”(QS. Ar-Ra’d :25).
Tetap sambungkanlah tali silaturahmi. Berhati-hatilah dari
memutuskannya. Karena setiap manusia akan dimintai pertanggung
jawaban atas apa yang dilakukan selama di dunia, akan menghadap
Allah dengan membawa pahala bagi orang yang menyambung tali
silaturahmi atau dengan membawa dosa bagi orang yang memutus tali
silaturahmi.
Beberapa temanku juga datang (Liye, 2010: 94)
Aku memutuskan berkunjung ke rumah Anne (Liye, 2010: 132)
Dari kutipan diatas, penulis ingin menyampaikan bentuk
silaturahim yang digambarkan melalui tokoh Tania yang mengunjungi
Ane di Kuala Lumpur, dari situlah terjalin ikatan ukhuwah Insaniyyah
antara Ane dan Tania. Hal lain dilakukan oleh teman-teman Tania di
Singapura, meskipun berbeda suku dan kebangsaan mereka tetap mau
menghadiri undangan perayaan ulang tahun Tania.
60
Sekali lagi, jangan pernah menunda atau bahkan memutuskan
silaturahmi terlalu lama, karena umur tidak ada yang tahu, berikan
keceriaan di setiap tempat dengan saudara dan setiap orang yang berada
di sekitar kita.
b. Ramah tamah
Ramah merupakan akhlak terpuji yang penuh kemuliaan.
Menghormati yang lebih tua, menyayangi yang lebih muda serta tidak
membeda-bedakan teman sepermainan. Selanjutnya, keramahan tidak
hanya untuk membalas orang-orang yang ramah tapi juga untuk mereka
yang hatinya dengan kita tidak sejalan. Dan inilah wujud cinta tanpa
syarat sepanjang hayat yang selalu dikandung badan.
“Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu
penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang
lebih baik dari padanya, atau balaslah penghormatan itu
(dengan yang serupa. Sesungguhnya Allah memperhitungankan
segala sesuatu” (QS.An-Nisa’:86).
Sudah selayaknya penghormatan dibalas dengan penghormatan.
Sapaan dengan sapaan. Salam dengan salam. Senyum dengan
senyuman. Jabat tangan dengan jabat tangan. Canda dengan canda.
Tawa dengan tawa. Traktir dengan traktir. Yang pada intinya segala
kebaikan dibalas dengan kebaikan yang sama atau bahkan lebih kalau
bisa.
61
Syari’at Islam melarang umatnya untuk bersikap sombong dan
kasar terhadap sesama manusia. Islam melarang umatnya untuk saling
membeci satu sama lain. Islam melarang umatnya untuk menunjukkan
muka yang cemberut tidak enak dipandang mata. Islam melarang
umatnya untuk memalingkan muka dari saudaranya sesama muslim.
Islam melarang umatnya untuk bersikap cuek atau mengacuhkan orang
lain.
Allah SWT berfirman,
“Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang
menyombongkan diri.” (QS. An Nahl: 23)
Ayat di atas menegaskan bahwasanya Allah tidak menyukai
orang-orang yang sombong. Untuk itu selalu ramah kepada siapa saja
merupakan cara baik menjauhi sifat sombong, yakni dengan
memperbanyak senyuman saat bertemu dengan orang lain. Karena
senyuman adalah salah satu sedekah terbaik yang bisa kita berikan
kepada orang lain tanpa harus mengeluarkan harta sedikitpun, juga akan
memperkaya diri kita sendiri dengan cinta dan kebahagiaan.
Seperti biasa amat menyenangkan bagi orang yang baru
mengenalnya. Bercanda. Bercerita banyak hal. (Liye, 2010: 95)
Teman-teman sekelasku lebih banyak bertanya kepadaku
dibandingkan dengan anak lain. (Liye, 2010: 106)
Dari kutipan diatas, Tere Liye ingin menyampaikan bahwasanya
sikap ramah harus di apikasikan dengan baik. Bahkan kepada siapa saja
62
yang baru kita kenal. Karena dengan keramah tamahan seseorang akan
merasa nyaman berada di dekatnya. Seperti halnya Danar dan Tania,
dengan sifatnya yang ramah lagi menyenangkan maka banyak orang
yang nyaman berada di sampingnya, bahkan meminta tolong
terhadapnya menjadi hal yang menyenangkan dan tidak membuat
mereka sungkan.
c. Bekerja sama
Manusia merupakan makhluk yang paling sempurna diantara
makhluk lain. Dengana akal budinya, manusia dapat berfikir dan
menemukan cara-cara yang paling tepat untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Salah satu cara yang ditemukan adalah kerja sama. Manusia
sadar bahwa tanpa kerja sama mereka tidak mungkin memenuhi
kebutuhannya sendiri secara layak.
Allah berfirman:
"Bekerja samalah kalian dalam kebajikan dan taqwa, dan
janganlah kalian bekerja sama dalam hal dosa dan
persengketaan." (QS. al- Maidah: 2)
Kerja sama dalam kebajikan dan taqwa merupakan perintah dan
dapat menambah kebersamaan, integritas, kerukunan, dan
kekuatan. Agama menuntun agar pemeluknya hidup bahagia di dunia
dan di akhirat. Dalam rangka mencapai kebahagiaan itu, maka
63
diperlukan kerja sama dengan orang lain termasuk yang berlainan
agama, suku, kebudayaan bahkan kebangsaan.
Sekarang sepenuhnya dikendalikan Encik Faisal, salah seorang
karyawan lamaku… Encik Faisal menyerahkan laporan dan aku
memeriksanya. (Liye, 2010: 203)
Kutipan diatas menyampaikan bahwa kerja sama dilakukan
Tania dengan Encik Faisal yang merupakan berlainan suku, bahkan
Negara dengan bertujuan untuk mengembangkan bisnis kuenya di
Singapura.
3. Ukhuwah Wathoniyyah wa an-nasab
Ukhuwah Wathoniyyah wa an-nasab adalah saudara dalam
seketurunan dan kebangsaan seperti yang diisaratkan dalam Al-Quran.
Lingkup persaudaraan ini hanya meliputi persaudaraan seketurunan,
sebangsa dan setanah air.
a. Kasih sayang
Kasih sayang merupakan salah satu kesempurnaan yang ada
pada diri manusia. Dengan rasa kasih sayang, seseorang mampu turut
serta merasakan penderitaan orang lain, turut merasa gembira bila
melihat orang lain senang yang dapat mempersatukan individu manusia
menjadi satu tubuh, satu hati, dan satu semangat. Apabila sifat ini telah
tertanam dalam jiwa seseorang, maka betatapun besarnya kesulitan
yang dihadapi tentu dapat teratasi.
Ungkapan dan ekspresi kasih sayang adakalnya nampak formal
dan adakalanya tidak terlihat (abstrak) karena kasih sayang adalah
64
cerminan dan refleksi hati. Kasih sayang bukanlah rasa kasihan tanpa
disertai akal pikiran yang sehat (rasional) dan bukan pula rasa kasihan
tanpa mengindahkan keadilan dan ketertiban. Bukan kasih sayang yang
membabi buta, tanpa batas sehingga menyepelekan norma dan tanpa
dasar ajaran yang jelas. Kasih sayang justru merupakan ungkapan
perasaan yang wajib mengindahkan.
Kata ibu, “Tania, hati-hatilah disana! (Liye, 2010: 17)
Ibu memberikan pakaian terbaik yang disimpannya dalam
buntalan plastik diatas para-para kardus…. (Liye, 2010: 17)
Lain halnya dengan Danar yang menunjukkan kasih sayangnya
lewat tutur kata yang baik saat membujuk Dede.
Caranya memandang adikku, mengelus rambutnya, tersenyum,
dan berkata pelan menjelaskan sungguh memesona. (Liye,
2010: 19).
Manusia adalah makhluk yang memiliki daya tanggap dan
perasaan, mempunyai keinginan, hasrat dan harapan. Oleh sebab itu,
sudah sepatutnya bagi setiap individu untuk memupuk rasa kasih
sayang dalam diri agar senantiasa terjadi hubungan timbal balik yang
baik antar sesama makhluk.
b. Peduli
Peduli merupakan sebuah sikap keberpihakan kita untuk
melibatkan diri dalam persoalan, dan bertindak proaktif terhadap
kondisi atau keadaan di lingkungan sekitar. Orang-orang yang peduli
adalah mereka yang terpanggil melakukan sesuatu dalam rangka
65
memberi inspirasi, perubahan, kebaikan kepada lingkungan di
sekitarnya.
“Lihatlah! Ternyata kau keren sekali.” (Liye, 2010: 18)
“Kau anak yang pintar Tania!, Amat pintar!” (Liye, 2010: 36)
dia memujiku sore itu. Aku tersenyum malu (Liye, 2010: 45)
Kutipan di atas memberikan pembelajaran untuk selalu peduli,
Danar memberikan stimulus berupa ungkapan-ungkapan yang
sederhana namun menyenangkan dan bisa menumbuhkan inspirasi bagi
yang menerimanya. Memang peduli merupakan sebuah kata sederhana,
namun memiliki banyak makna dan setiap orang memiliki cara untuk
mengekspresikannya sebagai wujud syukurnya kepada Sang Pencipta.
…
“…Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka
sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan
barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah
Maha Kaya lagi Maha Terpuji" (QS. Lukman: 12).
c. Tolong menolong
Hubungan seseorang dengan sesama dapat terlukis pada jalinan
pergaulan, saling menolong dan persahabatan. Tolong-menolong dalam
kebaikan dengan beriringan ketakwaan merupakan perintah Allah swt .
Sebab dalam ketakwaan, terkandung ridha Allah. Sementara saat
berbuat baik, orang-orang akan menyukai. Barang siapa memadukan
antara ridha Allah dan ridha manusia, sungguh kebahagiaannya telah
sempurna dan kenikmatan baginya sudah melimpah.
66
Semua modal usaha kue itu dari dia. (Liye, 2010: 46)
Membantu banyak proses kepindahan itu. (Liye, 2010: 67).
Orang berilmu membantu orang lain dengan ilmunya. Orang
kaya membantu dengan kekayaannya. Dan hendaknya seseorang
menjadi satu tangan dalam membantu orang yang membutuhkan seperti
yang dilakukan Danar dan Ratna dalam kutipan novel di atas.
Firman Allah swt,
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan)
kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam
berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada
Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya” (QS. Al-
Maidah:2)
Dalam ayat tersebut Allah swt memerintahkan hamba-Nya yang
beriman untuk saling membantu dalam perbuatan baik dan
meninggalkan kemungkaran yang merupakan wujud ketakwaan. Dan
Dia melarang bagi siapa saja saling mendukung kebatilan dan
bekerjasama dalam perbuatan dosa dan perkara haram.
d. Saling menasehati
Nasehat adalah cinta. Saling menasehati merupakan bukti cinta
terhadap sesama. Sehingga nasehat merupakan upaya untuk
menginginkan kebaikan kepada orang lain. Menginginkan orang lain
menjadi baik ketika dinasehati, bukan ingin merendahkan atau
67
menyalahkan. Menasihati haruslah dengan cara yang baik, agar yang
bersangkutan bersedia menerima dan melakukan nasihat yang
disampaikan. Bahkan mungkin perlu menyampaikannya secara terus-
menerus dan tidak bosan-bosannya menyampaikan nasihat itu kepada
yang dinasehati.
“Ketahuilah, Tania dan Dede…. “(Liye, 2010: 63)
“Tania, kehidupan harus berlanjut,… Kau harus berangkat ke
Singapura!” (Liye, 2010: 70)
Menasihati banyak hal (Liye, 2010: 76)
Allah swt berfirman,
“Sesungguhnya hanya orang yang bersabarlah yang
dicukupkan pahala mereka tanpa batas” (QS Az-zumar: 10)
Maka menasihati haruslah dengan sabar, karena dengan bersabar
akan mendapatkan ganjaran yang tak terhingga. Menasihati orang lain
dengan baik merupakan perbuatan amal shaleh yang kelak akan dibalas
kebaikannya, sebagaimana firman Allah:
“Dan barang siapa yang mengamalkan sebesar biji sawi dari
kebajikan niscaya ia akan mendapat (ganjaran)-nya” (QS: Az-
zalzalah; 7)
Seperti yang dilakukan Danar ketika memberi nasehat kepada
Tania dan Dede saat mereka merajut di pemakan ibunya dan tak mau
pulang, danar memberikan nasihat dengan berbagai cara hingga mereka
menerimanya. Juga menasihati Tania agar tetap berangkat ke Singapura
68
untuk mengambil beasiswa yang diterimanya meskipun ibunya baru
saja meninggal.
4. Ukhuwah fi din Al-Islam
Ukhuwah fi din Al-Islam adalah persaudaraan antar umat islam,
persaudaraan ini tidak dibatasi wilayah Negara bahkan tidak dibatasi alam
yang ditempati, apakah masih hidup atau sudah mati, sehingga masing-
masing orang muslim mempunyai kewajiban terhadap muslim lainnya.
Seperti memenuhi undangan, meberikan nasihat, menjenguk apabila dia
sakit dan lainnya.
Persaudaraan ini ditunjukkan oleh firman Allah dalam surat Al-
Hujurat ayat 10,
“Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu
damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu
dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat” (QS.
Al-Hujurat: 10)
a. Berduka ketika orang lain berduka
Keikutsertaan merasakan perasaan orang lain seperti gembira,
sedih, susah, dan sebagainya hingga seseorang mengidentifikasikan
dirinya di keadaan, perasaan, atau pikiran yang sama dengan orang lain
merupakan wujud bahwa seseorang itu mempunyai karakter berempati.
Tetangga sekitar ramai melayat. (Liye, 2010: 61)
69
Semua mata memandang bersedih ke arahku dan Dede. (Liye,
2010: 61)
Perasaan empati tersebut akan muncul manakala terbentuk
pengertian antar pihak satu dengan lainnya. Seperti yang dilakukan
tetangga Tania saat ibunya meninggal dunia, mereka ikut merasakan
kesedihan dan mengeksplorasikannya dengan melayat ke
kontrakannya. Hidup memang sudah diatur oleh Sang Pencipta dan
hidup di dunia ini ibarat hanya menumpang minum. kehidupan memang
merupakan hal yang sudah diberikan dan kematian adalah salah satu
rahasia akan Kuasa-Nya. Kehilangan seseorang terdekat memang
sangat menyakitkan, apalagi orang tersebut adalah orang yang paling
kita sayangi, tetapi dengan adanya suatu kematian ini menunjukan kalau
kita harus siap, kita harus membawa bekal untuk esok, dan pastinya
memberikan pelajaran kalau kita harus belajar mengikhlaskan hal yang
terkadang sulit sekali untuk dilepaskan.
Empati merupakan wujud taqwa seseorang terhadap Allah,
dengan melakukan seruan untuk saling berbagi. berbagi rizki, baik
berupa harta, perhatian maupun kasih sayang.
Firman Allah swt,
“Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan
Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka
(diputuskan) dengan musyawarat antara mereka; dan mereka
70
menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada
mereka” (Q.S. Asy Syura : 38).
b. Berjabat tangan bila berjumpa (kecuali non muhrim)
Islam adalah agama yang sempurna, mengatur seluruh aspek
kehidupan manusia. Asasnya adalah aqidah yang benar, bagunannya
adalah amal shalih dan hiasannya adalah akhlak yang mulia. Diantara
akhlak yang mulia yang menghiasi diri kaum muslimin dan terhitung
sebagai bukti persaudaraan sejati yaitu berjabat tangan tatkala
berjumpa. Berjabat tangan memiliki keutamaan yang sangat agung dan
pahala sangat besar.
Mengajak bersalaman. (Liye, 2010: 188).
Adi sebagai tamu di rumah Danar melakukan tindakan yang
baik, dia mengajaknya berjabat tangan (bersalaman). Berjabat tangan
dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja apabila bertemu dengan
orang lain, termasuk juga seharusnya dilakukan ketika berjumpa di
masjid atau di dalam barisan shaf shalat, jika keduanya belum
bersalaman sebelum shalat maka bersalaman setelahnya, hal ini sebagai
pelaksanaan sunnah yang agung dan bisa menguatkan serta
menghilangkan permusuhan. Kemudian jika belum sempat bersalaman
sebelum shalat, disyariatkan untuk bersalaman setelahnya.
Sabda rosulullah saw,
71
"Tidaklah dua orang muslim bertemu lalu berjabat tangan
kecuali Allah akan memberi ampunan kepada keduanya sebelum
keduanya berpisah." (HR. Abu Daud no 4536, Sunan Tirmidzi
no 2651, Ibnu Majjah 3693 dalam app.lidwa.com).
Dari hadis tersebut menjelaskan bahwa keutamaan berjabat
tangan sangatlah agung, sehingga sangat penting untuk dijadikan
kebiasaan di kehidupan sehari-hari.
c. Mendoakan orang lain
Keimanan seorang muslim kepada Allah SWT dapat dilihat dari
rasa kasih sayang terhadap saudara muslim yang lain. Salah satu wujud
kasih sayang terhadap orang lain yakni dengan mendoakan kebaikan
bagi orang lain.
Firman Allah swt,
“Dan orang-orang yang datang setelah mereka (Muhajirin dan
Anshar), mereka berdo‟a: „Ya Rabb kami, beri ampunlah kami
dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu
dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian
dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman. Ya Rabb
kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha
Penyayang.” (QS. Al-Hasyr: 10)
Ayat di atas memberitahukan bahwasanya kaum muhajirin dan
ansor mendoakan orang lain yaitu kepada orang-orang yang telah
beriman terlebih dahulu agar di beri ampunan dan jangan ada
kedengkian di antara mereka, sehingga sudah jelas bahwasanya
72
mendoakan orang lain merupakan suatu hal yag baik. Terlebih, apabila
orang yang di doakan tidak mengetahui jikalau kita mendoakan. Seperti
yang dilakukan oleh Tania, dia mendoakan Ratna agar segera sembuh
dari sakitnya.
Doa gadis sebaik dirimu pasti terkabul. (Liye, 2010: 223).
Meskipun dalam keadaan baik atau buruk, senang atau sedih
mendoakan orang lain akan membawakan kebaikan serupa bagi yang
mendoakan. Semoga mulai hari ini dan seterusnya kita selalu
mendoakan saudara-saudara sesama muslim dalam kebaikan, tidak pelit
untuk turut memohon agar orang lain diberi kelapangan dan
kebahagiaan.
d. Mengingatkan dalam kebaikan
Allah swt berfirman,
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk
manusia, menyuruh kepada yang ma‟ruf, dan mencegah dari
yang munkar, dan beriman kepada Allah.” (QS. Ali Imron: 110)
Ayat di atas menegaskan bahwa selain perintah untuk beriman
kepada Allah, manusia diperintahkan untuk melakukan amar ma’ruf
nahi munkar, dan hendaklah dengan sikap lemah lembut terhadap apa
yang di perintahkan dan di larang.
73
Seringkali manusia luput akan dosa, dan tenggelam akan
kemaksiatan. Maka sebagai seorang muslim yang mencintai saudaranya
adalah memberikan nasihat dengan cara yang baik dan mengarahkan
untuk kembali ke jalan yang benar, melakukan hal yang baik. Betapa
indahnya jika kita bisa saling mengingatkan di antara sesama kaum
muslimin dalam hal kebaikan, dengan memperhatikan adab-adab dan
akhlak seorang muslim dalam memberikan nasihat.
Allah swt berfirman,
“Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia)
mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan
yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa
kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang
diwajibkan (oleh Allah).” (QS. Luqman: 17)
Seperti yang Tania lakukan, dia mengingatkan kepada adiknya
Dede untuk lebih rajin melakukan shalat.
… mengingatkan agar dia lebih rajin shalat. (Liye, 2010:
205)
Ketahuilah bahwa orang yang memerintahkan pada yang ma’ruf
dan melarang dari yang munkar termasuk mujahid di jalan Allah. Jika
dirinya disakiti atau hartanya dizholimi, hendaklah ia bersabar dan
mengharap pahala di sisi Allah. Sebagaimana hal inilah yang harus
dilakukan pada jiwa dan hartanya. Hendaklah melakukan amar ma’ruf
dan nahi munkar dalam rangka ibadah dan taat kepada Allah serta
74
mengharap keselamatan dari siksa Allah, juga ingin menjadikan orang
lain baik.
B. Karakter Tokoh Utama
Berikut merupakan karakter tokoh utama yang patut di teladani
dalam novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin karya Tere
Liye yaitu:
1. Tania
a. Berbakti kepada orang tua
Allah SWT melahirkan kita ke dunia ini melalui orang tua
kita yaitu ibu dan bapak. Dengan segala pengorbananya baik ketika
masih di dalam kandungan maupun setelah lahir ke alam dunia.
Orang tua adalah orang yang paling besar jasanya terhadap kita,
sehingga perintah untuk berbakti kepada kedua orang tua menduduki
tempat kedua sesudah perintah beribadah kepada Allah Swt.
“Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani
Israil (yaitu): Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan
berbuat baiklah kepada ibu bapak …” (QS. Al-Baqarah: 83).
Kewajiban berbuat baik kepada kedua orang tua sangat
ditekankan dalam agama Islam, baik sewaktu orang tua masih hidup
atau sudah meninggal.
Membantu Ibu membuat kue-kue itu, (Liye, 2010: 46).
75
Kutipan novel diatas, “aku” Tania sebagai anak membantu
orang tuanya yaitu ibu melakukan pekerjaannya. Hal tersebut
merupakan perbuatan baik yang dilakukan Tania untuk meringankan
beban dan termasuk wujud bakti Tania kepada ibunya. Begitu besar
pengorbanan orang tua yang sudah merawat, mendidik dan
menyayangi dengan sepenuh hati. Karena itulah, sebagai anak harus
berbuat baik dan berbakti kepada orang tuanya, serta jangan sampai
menyakiti hati dan jiwanya.
b. Giat (Pekerja keras)
Setiap muslim dituntut untuk menghadapi segala
permasalahan dan urusannya dengan penuh keseriusan, mereka
diharuskan untuk menggunakan dan mengeluarkan segala
kemampuan agar dapat merealisasikan tujuan dan untuk mendapat
ridha Allah Swt (Mahmud, 2004: 75).
“Dan barangsiapa yang berjihad, maka sesungguhnya
jihadnya itu adalah untuk dirinya sendiri…” (QS. Al-
Ankabut: 6)
Sesungguhnya setiap usaha yang manusia lakukan, hasil atau
kemanfaatannya akan kembali kepada dirinya sendiri.
Aku juga pekerja keras. (Liye, 2010: 33)
Setelah berjuang habis-habisan di ujian terakhir, (Liye,
2010: 127)
Aku hanya butuh dua tahun setengah untuk menyelesaikan
bachelor degree-ku di jurusan Commerce NUS. (Liye, 2010:
159)
76
Seperi yang Tania lakukan, dia bekerja keras dalam belajar.
Dan hasilnya dia bisa mendapatkan biasiswa semenjak Sekolah
Menengah Pertama hingga perguruan tinggi di Singapura. Tidak
hanya itu, dia berhasil menyelesaikan kuliah dengan waktu yang
singkat dan mendapatkan predikat terbaik.
c. Amanah
Sifat amanah lahir dari kekuatan iman, semakin menipis
keimanan seseorang semakin pudar pula sifat amanah pada dirinya.
Amanah tidak hanya terkesan dengan materi atau hal-hal yang
bersifat fisik atau kebendaan saja, hal ini dijelaskan dalam Al-Quran
surat An-Nisa ayat 58.
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan
amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh
kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya
kamu menetapkan dengan adil…” (QS. An-Nisa: 58)
Namun amanah dalam hal ini merupakan jenis menunaikan
kewajiban dengan baik yang dijanjikan Tania kepada dirinya.
Janji yang selalu kupegang. (Liye, 2010: 77).
Janji yang diikrarkan Tania dia pegang beneran, hingga
amanah itu berbuah menjadi manis dan diperlihatkan oleh Allah
dengan kesuksesannya di masa depan. Sebagai wujud pembuktian
bahwa janji-Nya terdapat dalam QS. Al-Zalzalah: 7-8 mutlak akan
kebenaran-Nya.
77
“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat
dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya”
Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar
dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.
d. Optimis
Sebagai umat islam kita harus berusaha dengan segala
keyakinan yang tinggi dalam menghadapi setiap persoalan dan selalu
berpengharapan yang baik di massa depan akan memperoleh
kesuksesan, disamping itu tidak lupa disertai dengan tawakal kepada
Allah SWT atas apa yang telah dikerjakan.
Dengan bersikap optimis dalam menghadapi setiap
persoalan, seorang muslim akan merasa tenang dan bahagia, sebab
yang digunakan sebagai pedoman adalah Al-Qur’an dan Al-hadits.
“Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita
tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa
dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari
rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir". (QS. Yusuf: 87).
Islam mengajarkan kepada umatnya untuk memilki sikap
optimis dan jangan berputus asa dari rahmat Allah Swt seperti yang
dicontohkan Tania, meskipun dari latar belakang keluarga, ekonomi
dan lainhalnya yang kurang beruntung, namun dia tidak pernah
berputus asa atas kehidupannya. Dia hanya berusaha mejalani
78
dengan ikhlas dan berpengharapan yang baik hingga dipertemukan
dengan Danar yang menjadi malaikat keluarganya. Lewat Danarlah
Allah memberikan jalan hingga Tania memiliki rasa optimis yang
lebih kuat atas masa depannya. Karena optimis adalah modal untuk
meraih kesuksesan dalam hidup.
tatapan mata yakin memandang masa depan (Liye, 2010:
128).
2. Danar
a. Baik hati
Baik Hati adalah pribadi-pribadi yang hangat dan suka
menolong. Seperti yang Danar lakukan ketika menolong Tania yang
kakinya terkena paku saat mengamen di bus kota. Dia dengan
tanggapnya langsung menolong tanpa diminta.
Dia beranjak dari duduknya, mendekat. Jongkok
dihadapanku. Mengeluarkan saputangan dari saku
celananya. Meraih kaki kecilku yang kotor dan hitam karena
bekas jalanan. Hati-hati membersihkannya dengan ujung
saputangan. Kemudian membungkusnya perlahan-lahan.
(Liye, 2010: 23)
Menolong orang bukan hanya dengan harta atau materi, tetapi
bisa juga dengan tenaga, dengan ilmu, nasihat, dan sebagainya.
Sedangkan Kepuasan tertinggi orang yang baik hati adalah ketika
menjadikan diri mereka berguna bagi orang lain.
Dalil Al-Quran dalam surat Al-Maidah ayat 2,
79
"...Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan)
kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam
berbuat dosa dan permusuhan".
Dalam ayat tersebut, manusia diperintahkan untuk baik hati
dengan cara tolong menolongdalam hal kebaikan. Sebagai makhluk
sosial yang taat kepada Allah, sudah seharusnya dalam kehidupan
sehari-hari kita harus peka terhadap situasi dan kondisi orang lain di
lingkungan. Bahwa manusia saling membutuhkan, orang miskin
membutuhkan pertolongan dari yang kaya, pun dengan orang yang
kaya membutuhkan pertolongan dari orang yang miskin.
b. Ikhlas
Ikhlas yaitu melaksanakan suatu amal hanya karena Allah
Swt. Keikhlasan adalah sikap dan perilaku seseorang untuk
melakukan suatu perbuatan dengan ketulusan hatinya (Zuchdi dan
Darmiyati, 2013: 28). Ikhlas merupakan berbuat tanpa pamrih,
Dia sedikitpun tidak meminta bagian dari penjualan. (Liye,
2010: 46)
Ikhlas dalam hal ini adalah menolong orang lain tanpa
meminta balasan, melainkan hanya mengharap ridha dari Allah Swt.
“Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadatku,
hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta
alam” (Q.S. Al-An‟am: 162).
Kelebihan dan kekurangan di dunia baik berupa harta dan
lainnya diluar batas usaha manusia adalah kehendak Allah Swt.
Allah menciptakan segala sesuatu pasti ada alasannya. Meskipun
80
yang ditakdirkan kadang menyedihkan tetapi harus diterima dengan
baik. Allah menciptakan si kaya agar membantu si miskin, Allah
memberi kelebihan untuk melengkapi kekurangan. Begitu
seterusnya.
Sejalan dengan penjelasan ikhlas, Danar memberikan contoh
dalam karakternya. Dia menolong ibu Tania yang miskin dengan
memberikan modal untuk usaha membuat kue tanpa pamrih, tidak
meminta persenan apalagi meminta untuk mengembalikan uang
modal. Sehingga, Ikhlas perlu diperjuangkan untuk kemaslahatan
kehidupan di dunia dan akhirat.
c. Sederhana
Agama Islam menganjurkan agar umatnya sentiasa hidup
sederhana dalam semua tindakan, sikap dan amal. Islam adalah
agama yang berteraskan nilai kesederhanaan yang tinggi.
Al-Quran mengajak untuk hidup sederhana, menurut Al-
Quran jalan yang terbaik adalah jalan tengah. Sebagaimana firman
Allah swt:
“Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta),
mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah
(pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian”..
( QS. Al-Furqaan: 67)
81
Memilih hidup sederhana dan wajar digambarkan Danar saat
memilih konsep merayakan ulang tahun Tania di Singapura dia
hanya merayakan di tempat asramanya dan berkumpul dengan
teman-teman Tania. Tidak lebih, hanya makan bersama-sama
mereka.
“… Om Danar paling benci kalau mesti pesta-pesta besar.
(Liye, 2010: 91).
Padahal Danar lebih dari sekedar bisa kalau ingin merayakan
pesta-pesta yang bermewahan, dia mempunyai sumber kekayaan
yang banyak, namun tetap memilih secara sederhana yaitu
berdasarkan keperluan-keperluan yang sederhana saja. hal ini
merupakan suatu keteladanan yang sangat berharga untuk dicontoh.
Rasulullah SAW sebagai tauladan dan panutan kita telah
banyak meninggalkan contoh-contoh dalam kesederhanaan baik
dalam perkataan maupun dalam perbuatan. Beliau menikmati
ketenangan hidup secara sederhana bukan berlebih-lebihan dan
berfoya-foya. Beliau hidup sederhana di segala urusannya sehari-hari
baik itu dari segi makanan, berpakaian dan juga apa yang ada
padanya. Beliau mencontohkan hidup yang baik pada umatnya dan
bahkan menasihati mereka untuk hidup sederhana dan menahan diri
dari hidup yang berfoya-foya.
d. Sopan
82
Islam mengajarkan agar setiap muslim menjaga sopan santun
dan kehormatan diri serta keluarganya terhadap siapa saja, karena
sopan santun merupakan unsur penting dalam kehidupan
bersosialisasi sehari-hari. Dengan sikap santunlah seseorang dihargai
dan disenangi dimanapun kita berada dengan keberadaannya sebagai
makhluk sosial.
Dalam kehidupan bersosialisasi dengan orang lain, kita harus
memahami dan memiliki etika atau norma yang baik, sehingga bisa
memberikan pengaruh yang baik kepada orang lain dan khususnya
diri sendiri.
Dia mengalihkan pembicaraan dengan lembut. (Liye, 2010:
142).
Berbicara dan berkata dengan ucapan yang lembut seperti
yang Danar lakukan merupakan adab sopan santun dalam
berkomunikasi, Al-Quran menjelaskan bahwa perkataan atau ucapan
yang baik itu terpuji dan juga merupakan amal ibadah, karena akan
mendapatkan pahala. Namun apabila sebaliknya maka kehancuran
yang akan didapatkan.
"Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan
perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan (manusia)
dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan
Allah itu olok-olokan. Mereka itu akan memperoleh azab
yang menghinakan." (Q.S Luqman : 6)
83
Dalam ayat lain,
“Dan mereka diberi petunjuk kepada ucapan-ucapan yang
baik dan ditunjuki (pula) kepada jalan (Allah) yang terpuji.”
(QS. Al-Hajj: 24).
Seorang muslim wajib menjaga lisannya, tidak boleh
berbicara batil, dusta, menggunjing, mengadu domba dan
melontarkan ucapan-ucapan kotor yang diharamkan Allah dan
Rasul-Nya. Sebab kata-kata yang merupakan produk lisan memiliki
dampak luar biasa. Perang, pertikaian antarnegara atau perseorangan
sering terjadi karena perkataan dan provokasi kata. Sebaliknya, ilmu
pengetahuan lahir, tumbuh dan berkembang melalui kata-kata.
Perdamaian bahkan persaudaraan bisa terjalin melalui kata-kata.
3. Ratna
a. Sabar
Secara etimologis, sabar berarti menahan dan mengekang.
Secara terminologis sabar berarti menahan diri dari segala sesuatu
yang tidak disukai karena mengharap ridha Allah Swt (Ilyas, 2007:
134). Orang kuat menurut Islam bukanlah orang yang berotot dan
bisa menjatuhkan orang lain ke tanah. Tetapi orang kuat dalam Islam
adalah orang yang memiliki keseimbangan, kesabaran, dan kontrol
diri (Al-Hasyimi, 2004: 285).
84
Kesabaran memiliki tiga macam bentuk. Pertama, kesabaran
dalam taat dan ibadah. Kedua, kesabaran menjauhi maksiat. Ketiga,
kesabaran menghadapi ujian (Ahmadi, 2004: 86).
“ .... Dan sesungguhnya Kami akan memberikan balasan
kepada orang-orang yang yang sabar dengan pahala yang
lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan (An-Nahl:
96).
Setiap manusia yang hidup di dunia pasti mempunyai ujian
hidup, baik berupa sakit, kehilangan orang yang dicintai, kelaparan,
menghadapi maslah dan sebagainya sehingga sabar sangat
dibutuhkan oleh setiap orang agar bisa bertahan menerima ujian
hidup. Hal ini ditunjukkan saat Ratna menghadapi sifat Tania yang
tidak mengenakkan, akan tetapi ratna menghadapinya dengan sabar.
Sabar menjauhi maksiat, karena kalau tidak sabar maka Ratna sudah
pasti marah terhadap Tania atas perilakunya.
tidak marah, bahkan berkaca-kaca matanya. (Liye, 2010: 56).
b. Pengertian
Pengertian dalam hal ini adalah pengertian yang mengacu
terhadap kata sifat yang biasanya berhubungan dengan kehidupan
sosial manusia. Pengertian merupakan salah satu elemen penting
untuk menjaga harmonisnya suatu hubungan, baik di lingkungan
keluarga, masyarakat atau lingkup lainnya.
“Tak usah, Sayang. Aku sudah mengganggu harimu. Biar aku pulang sendiri.” (Liye, 2010: 150)
85
Dari kutipan di atas, Ratna mempunyai karakter yang
pengertian. Saat itu Ratna mengunjungi Tania ke Singapura dan
selama disana Ratna sudah menyita waktu Tania, hingga ia tidak
mau menganggu waktunya lagi dengan mengantarkannya ke
bandara.
Pengertian menjadai salah satu landasan dasar untuk diterima
seseorang dalam satu lingkungan sosial. Mereka yang tidak
pengetian adalah orang-orang egois yang hanya memikirkan
kepentingan dirinya sendiri.
Firman Allah dalam QS. Al-Imran ayat 159.
… ... “…sekiranya kamu bersikap keras dan berhati kasar
tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu…”
Sebagai makhluk sosial, perilaku dan sikap menjadi modal
yang paling utama. Sebenarnya pengertian sebagai makhluk sosial
dapat dipahami dengan mudah, kita hanya perlu melakukan
kewajiban dan hak kita sebagai manusia. Terutama yang berkaitan
dengan orang lain. Sehingga akan melahirkan suasana hati dan
fikiran yang damai.
c. Setia
Setia merupakan karya seni dari batin manusia yang dapat
membahagiakan manusia lain yang harganya tidak tertera dalam
86
hitungan rupiah. Ia hanya dimiliki oleh pribadi mulia yang begitu
luas menerima segala kelebihan dan kekurangan orang lain. Jiwanya
yang luas menuntunnya tersenyum dan tetap berpikir positif tentang
segala sesuatu yang telah Allah gariskan kepadanya. Menjadi setia
adalah memberi kedamaian, tetap menyenangkan dan merupakan
karunia tak terhingga bagi siapapun yang dikehendaki Allah untuk
memilikinya.
…Kak Ratna menunggu kedatangannya setiap saat. (Liye,
2010: 255-256).
Kutipan di atas menjelaskan bahwa Ratna mempunyai
karakter yang setia, karena dia berpegang teguh dengan pendirian
bahwa dia akan selalu menunggu kedatangan suaminya untuk
berdamai, bersama-sama lagi memperbaiki rumah tangganya.
Kesetiaan tidak hanya berlaku kepada hubungan suami dan
istri, namun pada semua hubungan hati manusia lengkap dengan
kepentingan mereka. maka milikilah hak paten dari sebuah
kesetiaan, yaitu berusaha agar menjadi hamba Allah yang lurus
dalam keadaan apapun.
Dalam konteks setia yang demikian terdapat bumbu-bumbu
kesabaran dalam mewujudkan perdamaian hati, Agama Islam adalah
agama yang mengajarkan kedamaian kepada umatnya bahkan
kepada seluruh umat manusia, namun perdamaian tidak bisa
ditumpukkan kepada satu pihak saja melainkan juga harus
87
diusahakan oleh semua pihak yang terlibat di dalamnya. Maka jalani
saja peran kita sebagai hamba Allah untuk melangsungkan rencana-
rencanaNya dengan penuh kesabaran.
C. Implementasi Nilai Pendidikan Ukhuwah dalam kehidupan sehari-
hari
Allah memerintahkan kepada umat manusia untuk bertakwa
kepada-Nya, yakni mematuhi segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-
Nya. Dia menciptakan manusia yang banyak ini berasal dari Adam dan
Hawa, hingga lahirlah anak cucu dari mereka yang mendiami segenap
penjuru bumi. Maka sudah seharusnya mereka bersatu dan bersaudara
serta mengingat selalu bahwa Dia senantiasa mengawasi dan mengetahui
segala sesuatu yang mereka perbuat.
Pada awalnya Ukhuwah atau persaudaraan tumbuh melalui
pengetahuan, selanjutnya dengan pembiasaan. Seruan untuk berukhuwah
dalam kehidupan itu merupakan keharusan.
Nilai ukhuwah yang disampaikan melalui novel Daun Yang Jatuh
Tak Pernah Membenci Angin karya Tere Liye yakni: nilai ukhuwah
ubudiyah, ukhuwah insaniyah (basyariyah), ukhuwah wathoniyyah wa an-
nasab, ukhuwah fi din Al-Islam. Peran ukhuwah yang baik akan sangat
besar bagi kehidupan manusia karena sesuai dengan realitas kehidupan
bahwa manusia adalah makhluk sosial.
Oleh karena itu, pendidikan ukhuwah perlu ditanamkan sedini
mungkin. Mulai dari pendidikan dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Dalam pendidikan keluarga, orang tua yang menjadi figur panutan buat
88
anak. Dalam sekolah, guru yang menjadi figur panutan buat peserta didik.
Dalam Masyarakat tokoh agama yang menjadi figur panutan untuk para
jamaah. Dalam agama islam, Nabi Muhammad sebaik-baik teladan bagi
umat islam.
Dalam mengkaji pendidikan ukhuwah, alangkah sempurnanya bila
umat islam mempelajari empat tiang penyangga yang dapat menegakkan
ukhuwah semakain kokoh pada kehidupan sehari-hari (Ilyas, 2007: 223-
224).
Pertama dengan Ta‟aruf yakni saling kenal mengenal sesama
manusia, yang merupakan wujud nyata ketaatan kepada perintah Allah
SWT. Dengan adanya interaksi dapat membuat ukhuwah semakin baik.
Mulai dari ta‟aruf secara penampilan fisik (Jasadiyyan), seperti tubuh,
wajah, gaya pakaian, gaya bicara, tingkah laku, pekerjaan, pendidikan, dan
lain sebagainya. Dilanjutkan Ta‟aruf pemikiran (Fikriyyan). Ta‟aruf ini
bisa dilakukan dengan dialog, pandangan terhadap suatu masalah,
kecenderungan berpikir, tokoh idola yang dikagumi dan diikuti, dan lain
sebagainya. Hingga yang terahir adalah Ta‟aruf kejiwaan (Nafsiyyan) yang
ditekankan terhadap upaya memahami kejiwaan, karakter, emosi dan
tingkah laku.
Kedua, Tafahum adalah saling memahami kelebihan dan
kekurangan, kekuatan dan kelemahan dan hendaknya memperhatikan
keadaan saudaranya agar bisa bersegera memberikan pertolongan sebelum
saudaranya meminta. Proses tafahum dapat dilakukan secara alami
89
bersamaan dengan berjalannya ukhuwah. Dengan saling memahami maka
setiap individu akan mudah mengetahui kekuatan dan kelemahannya dan
menerima perbedaan. Ukhuwah tidak dapat berjalan apabila seseorang
selalu ingin dipahami dan tidak berusaha memahami orang lain. Saling
memahami keadaan dilakukan dengan cara penyatuan hati, pikiran dan
amal.
Ketiga, Ta‟awun yakni saling tolong menolong, dimana yang kuat
menolong yang lemah, yang mempunyai kelebihan menolong yang
kekurangan. Sehingga kerjasama akan tercipta dengan baik dan saling
menguntungkan sesuai fungsi dan kemampuan masing-masing. Ta‟awun
dapat dilakukan dengan hati (saling mendo’akan), pemikiran (berdiskusi
dan saling menasehati), dan amal (saling bantu membantu). Saling
membantu dalan kebaikan adalah kebahagiaan tersendiri. Manusia adalah
makhluk sosial yang butuh berinteraksi dan butuh bantuan orang lain.
Sehingga kebersamaan akan bernilai apabila kita saling bantu membantu.
Keempat, Takaful adalah saling memberikan jaminan, sehingga
memberikan rasa aman. Tidak ada rasa kehawatiran dan kecemasan
menghadapi hidup, karena ada jaminan dari sesama saudara untuk saling
memberikan pertolongan.
Apabila dalam jiwa manusia tertanam empat tiang penyangga
ukhuwah, maka mereka akan senang hidup dan bergaul dalam alam
persatuan dan persaudaraan, bekerjasama dan bantu membantu. Apalagi
dengan bertambah majunya zaman, maka seharusnya ukhuwah akan
90
semakin mudah dilakukan. Sehingga, perbedaan tempat tinggal, berlainan
bahasa dan warna kulit tidak akan menjadi sebab permusuhan dan
persengketaan. Bumi yang kita diami adalah ciptaan Tuhan, sedang
perbedaan bahasa dan warna kulit termasuk kebijaksanaan Tuhan dalam
rangkaiaan memelihara keselamatan umat manusia, yakni keseimbangan
alam.
Begitu pula dengan adanya bangsa-bangsa dan suku-suku, tidak
boleh pula menjadi sebab permusuhan dan saling sengketa. Adanya
perbedaan yakni untuk memudahkan mengenal satu sama lain. Sealain itu,
perbedaan agama dan kepercayaan tidak boleh dijadikan sebab
permusuhan dan pertentangan. Sebagaiman Al-Quran tidak melarang,
bahkan menganjurkan agar tetap berbuat baik dan bersikap jujur kepada
mereka yang beragama lain, asal tidak memerangi kaum muslimin karena
agamanya dan tidak pula mengganggu kemerdekaan dan mengusir dari
kampung halamannya. Disebutkan pula bahwasannya Allah menyukai
orang-orang yang jujur.
Melalui novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin
karya Tere Liye ini adalah salah satu penyampaian nilai-nilai ukhuwah
dalam kehidupan sehari-hari..
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
91
Berdasarkan pembahasan dan pengkajian yang telah penulis lakukan,
maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Nilai-nilai pendidikan ukhuwah yang terkandung dalam novel Daun Yang
Jatuh Tak Pernah Membenci Angin karya Tere Liye meliputi: Nilai
Ukhuwah ubudiyah; menjaga & menciptakan lingkungan dengan baik.
Ukhuwah insaniyah (Basyariyah); menjaga silaturahim, ramah tamah,
bekerja sama. Ukhuwah wathoniyyah wa an-nasab; kasih sayang, peduli,
tolong menolong, saling menasehati. Ukhuwah fi din Al-Islam; berduka
ketika orang lain berduka, berjabat tangan bila berjumpa (kecuali non
muhrim), mendoakan orang lain, mengingatkan dalam kebaika.
2. Karakter tokoh utama dalam novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah
Membenci Angin karya Tere Liye yang patut di contoh meliputi: Tokoh
Tania; berbakti kepada orang tua, giat (pekerja keras), amanah, optimis.
Danar; baik hati, ikhlas, sederhana, sopan. Ratna; sabar, pengertian, setia.
3. Implementasi nilai pendidikan ukhuwah yang terkandung dalam novel
Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin karya Tere Liye pada
kehidupan sehari-hari yakni dapat menjadi gambaran dalam mendidik
anak serta dapat menjadikan karya sastra sebagai media pendidikan
khususnya dalam menghadapi kemajuan pengetahuan seperti sekarang ini.
B. SARAN
Saran peneliti ditujukan bagi, dunia sastra, dunia pendidikan, dan
karya penelitian.
92
1. Bagi Dunia Sastra
Dalam membuat sebuah karya sebaiknya tidak hanya memuat
tentang keindahan dan hiburan semata sebagai daya jual, namun juga
memperhatikan isi dan memasukkan pesan-pesan yang dapat diambil dari
karya sastra tersebut. Sehingga karya sastra tersebut menjadi lebih
bermakna yang dapat menawarkan strategi pembelajaran ukhuwah dan
lainnya.
2. Bagi Dunia Pendidikan
Keberhasilan suatu pendidikan adalah tidak hanya menciptakan
kecerdasan kognitif saja tetapi dapat menghadirkan domain afektif dan
psikomotor secara komprehensif. Hal ini dalam rangka mencetak ukhuwah
yang baik. Oleh karena itu, penting bagi dunia pendidikan Islam untuk
mengimplementasikan pendidikan ukhuwah bagi peserta didik.
3. Bagi Karya Penelitian
Banyak karya sastra yang menginspirasi dan mengandung nilai-
nilai yang dapat bermanfaat dalam kehidupan sehingga tidak hanya
kontekstual pada lingkungan sekitar dan dunia pendidikan yang dapat
dikaji tetapi juga dapat melirik pada obyek karya sastra.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Muhammad. 2016. Akhlak Menjadi Seorang Muslim Berakhlak
Mulia. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Ahmadi, Wahid. 2004. Risalah Akhlak, Panduan Perilaku Muslim Modern. Solo:
Era Intermedia.
Al-Hasyimi, Muhammad Ali. 2004. Muslim Ideal. Yogyakarta: Mitra Pustaka.
Al-Qur’an Al-Karim dan Terjemah Bahasa Indonesia. 2006. Kudus: Menara
Kudus.
Aminuddin. 1991. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: CV Sinar Baru.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Rineka Cipta.
Departemen Pendidikan Nasional RI. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka.
Fachruddin. 1985. Membentuk Moral Bimbingan Al-Qur‟an. Bandung: Bina
Aksara.
Firdaus. 2006. Seratus Cerita Tentang Akhlak. Dalam Arif Supriyono (Ed.),
Mahabbah dan Ukhuwah, (hlm. 163-164). Jakarta: Republika.
Haq, Anwarul. 2004. Bimbingan Remaja Berakhlak Mulia, Cara Praktis Hidup
Sehari-hari. Bandung: Marja.
Ilyas, Yunahar. 2007. Kuliah Akhlak. Yogyakarta: LPPI.
Jathe, Imperial. 2013. Gampang Menjadi Penulis Fiksi Cyber di Kolom Fiksiana,
Kompasiana. Yogyakarta: CV Andi.
2014. 13 Poin Menulis Cerita Pendek-Dijamin Bisa Menulis Cerpen
dalam Waktu Singkat. Yogyakarta: CV Andi.
Karina, Sitta. 2008. Langkah Mudah Jadi Penulis Kreatif. Jakarta: Scribd.
Komaruddin, Yooke Tjuparmah. 2006. Kamus Istilah Karya Tulis Ilmiah. Jakarta:
PT Bumi Aksara.
Liye, Tere. 2010. Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin . Jakarta:
Gramedia.
2014. Bumi. Jakarta: Gramedia
2014. Dikatakan atau Tidak Dikatakan, Itu Tetap Cinta. Jakarta:
Gramedia.
2014. Rindu. Jakarta: Republika.
2015. About Love. Jakarta: Gramedia.
2015. Bulan. Jakarta: Gramedia.
2015. Pulang. Jakarta: Republika.
Mahmud, Ali Abdul Halim. 2004. Akhlak Mulia. Jakarta: Gema Insani.
Moleong, Lexy J. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Maslikhah. 2009. Ensiklopedia Pendidikan. Salatiga: STAIN Salatiga Press.
Nasharuddin. 2015. Akhlak Ciri Manusia Paripurna. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Nugroho, Ipnu Rinto. 2014. Menjadi Penulis Kreatif. Yogyakarta: Notebook.
Nurgiyantoro, Burhan. 2012. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
Pedoman Penulisan Skripsi dan Tugas Akhir. 2008. Salatiga: STAIN Salatiga.
Sambu, Gari Rakai. 2013. Langkah Awal menjadi Penulis Fiksi. Yogyakarta:
Media Pressindo.
Shihab, Quraish. 1996. Wawasan Al-Quran. Bandung: Mizan.
Sudjiman, Panuti. 1984. Kamus Istilah Sastra. Jakarta: Gramedia.
Sugiyono. 2013. Metode Pendekatan Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Suparlan, Suhartono. 2008. Wawasan Pendidikan, Sebuah Pengantar Pendidikan.
Yogyakarta: Ar Ruzz Media.
Suroto. 1989. Teori dan Bimbingan Apresiasi Sastra Indonesia untuk SMTA.
Jakarta: Erlangga.
Sutarno. 2008. Menulis yang Efektif. Jakarta: CV Sagung Seto.
Suwarno, Wiji. 2006. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jogjakarta: Ar-Ruzz.
Tasmara, Toto. 2002. Membudayakan Etos Kerja Islami. Jakarta: Gema Insani
Press.
Tatapangarsa, Humaidi. 1980. Akhlaq yang Mulia. Surabaya: PT Bina Ilmu.
Tirtarahardja, Umar. 2008. Pengantar Pendidikan Edisi Refisi. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Wiyanto, Asul. 2012. Kitab Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Galangpress.
Zuchdi, Darmiyati. Dkk. 2009. Pendidikan Karakter Grand Design dan Nilai-
nilai Target. Yogyakarta: UNY Press.
2011. Pendidikan Karakter Dalam Perspektif Teori dan Praktik.
Yogyakarta: UNY Press.
2013. Pendidikan Karakter Konsep Dasar dan Implementasi di
Perguruan Tinggi. Yogyakarta: UNY Press.
Fathurrohman, Muhammad Nurdin. 2016. Biografi Tokoh Ternama.
https://biografi-tokoh-ternama.blogspot.co.id/2016/03/biografi-tere-liye-
penulis-novel-indonesia.html diakses pada tanggal 19/08/2016 jam 19:04
WIB.
Mutakin, Zaenal. 2013. Biografi Tere Liye. http://tanya
biografi.blogspot.co.id/2013/01/biografi-tere-liye.html diakses pada
tanggal 19/08/2016 jam 19:00 WIB.
Lidwa Pusaka. 2010. Ensiklopedi Hadits Kitab 9 Imam Online.
http://app.lidwa.com/ diakses pada tanggal 19/08/2016 jam 20:00 WIB.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : N. Nafisatur Rofiah
Tempat, Tanggal Lahir : Magelang, 19 Juli 1993
NIM : 11112167
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Alamat : Mantusari RT/RW 002/005 Ngepanrejo,
Kec. Bandongan, Kab. Magelang.
Pendidikan
SD : SD N Ngepanrejo lulus 2006
SLTP : MTs Ma’arif Bandonganlulus 2009
SLTA : SMA N 1 Bandongan lulus 2012
Perguruan Tinggi : IAIN Salatiga lulus 2016
DAFTAR NILAI SKK
Nama : N. NAFISATUR ROFIAH Jurusan : FTIK
NIM : 111-12-167 Progdi : PAI
No Nama Kegiatan Pelaksanaan Keterangan Nilai
1 OPAK STAIN Salatiga 2012
dengan tema: “Progresifitas Kaum
Muda, Kunci Perubahan
Indonesia.”
5-7 September
2012
Peserta 3
2 OPAK Jurusan Tarbiyah STAIN
Salatiga dengan tema
“Mewujudkan Gerakan Mahasiswa
Tarbiyah Sebagai Tonggak
Kebangkitan Pendidikan Indonesia”
yang diselenggarakan oleh HMJ
Tarbiyah STAIN Salatiga.
08-09 September
2012
Peserta 3
3 Orientasi Dasar Keislaman (ODK),
dengan tema “Membangun
Karakter Keislaman Bertaraf
Internasional di Era Globalisasi
Bahasa” yang diselenggarakan oleh
STAIN Salatiga.
10 September
2012
Peserta 2
4 Seminar Entrepreneurship dan
Perkoperasian 2012 dengan tema:
“Explore Your Entrepreneurship
Talent” yang diselenggarakan oleh
MAPALA MITAPASA & KSEI
STAIN Salatiga.
11 September
2012
Peserta 2
5 Achievment Motivation Training
dengan AMT, Bangun Karakter
12 September
2012
Peserta 2
Raih Prestasi yang diselenggarakan
oleh JQH & LDK STAIN Salatiga.
6 Library User Education oleh UPT
Perpustakaan STAIN Salatiga.
13 September
2012
Peserta 2
7 Seminar Regional dengan tema
“Indonesia Satu” yang
diselenggarakan oleh Resimen
Mahasiswa Sat. 953
“KALIMOSODO”.
29 Oktober 2012 Peserta 4
8 Seminar Nasional dengan tema
“Peran Lembaga PS dengan
Adanya OJK (UU No. 21 tahun
2011 tentang OJK)” yang
diselenggarakan oleh HMJ Syariah
STAIN Salatiga.
29 November
2012
Peserta 8
9 Tabligh Akbar Bertajuk “Tafsir
Tematik dalam Upaya Menjawab
Persoalan Israel dan Palestina.
Landasan QS. Al-Fath: 26-27.”
Yang diselenggarakan oleh JQH
STAIN Salatiga.
1 Desember 2012 Peserta 2
10 Seminar Nasional dengan tema
“Kepemimpinan dan Masa Depan
Bangsa” yang diselenggarakan oleh
HMI Cabang Salatiga.
23 februari 2013 Peserta 8
11 Seminar Pendidikan HMJ Tarbiyah
STAIN Salatiga dengan tema
“Menimbang Mutu dan Kualitas
Pendidikan di Indonesia”.
02 Mei 2013 Peserta 2
12 Tafsir Tematik dengan tema “Sihir 04 Mei 2013 Peserta 2
dalam Perspektif Al-Qur’an dan
Hukum Negara” yang
diselenggarakan oleh JQH STAIN
Salatiga.
13 Seminar Nasional Pendidikan
dengan tema “Pendidikan
Multikultural Sebagai Pilar
Karakter Bangsa” yang
diselenggarakan oleh HMJ
Tarbiyah STAIN Salatiga.
29 Mei 2013 Peserta 8
14 Upgrading dan Rapat Kerja
Pengurus HMPS PAI dengan tema
“Motivasi Organisasi”.
06 September Peserta 2
15 Sosialisasi & Silaturahim Nasional
dengan tema “Sosialisasi UU No. 1
tahun 2013, Peran Serta Fungsi
OJK” “Peran Pemerintah dalam
Pengawasan LKM” yang
diselenggarakan oleh HMJ
Tarbiyah & Syariah.
30 September
2013
Peserta 8
16 Dialog Interaktif dengan Tema
“Diaspora Politik Indonesia di
Tahun 2014, Memilih untuk
Salatiga Hati Beriman” yang
diselenggarakan oleh SEMA
STAIN Salatiga.
1 April 2014 Peserta 2
17 Wisuda Akbar 5 “One Day One
Ayat” Indonesia Menghafal 2014
yang diselenggarakan oleh PPPA
Daarul Qur’an.
25 Oktober 2014 Peserta 3
18 Diklat Microteaching HMPS PAI
Jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga.
08 November
2014
Panitia 2
19 Seminar Pendidikan dengan tema
“Mempertegas Peran Pendidikan
dalam Mencerahkan Masa Depan
Anak Bangsa” yang
diselenggarakan oleh HMI Cabang
Salatiga Komisariat Walisongo.
19 November
2014
Peserta 2
20 Kemah Kebangsaan Bagi
Mahasiswa Tingkat Provinsi Jawa
Tengah Tahun 2014 yang
diselenggarakan oleh Dinas
Pendidikan Provinsi Jawa Tengah.
23-25 November
2014
Peserta 4
21 Kajian Intensif Mahasiswa dengan
Tema “Fenomena Islam di
Salatiga” yang diselenggarakan
oleh LDK Darul Amal STAIN
Salatiga.
28 November
2014
Peserta 2
22 Seminar Nasional dengan tema
“Perlindungan Hukum Terhadap
Usaha Mikro Menghadapi Pasar
Bebas Asean” yang
diselenggarakan oleh HMPS AS
STAIN Salatiga.
1 Desember 2014 Peserta 8
23 Workshop Nasional dengan tema
“Sukses Akademik, Sukses Bakat
dan Hidup Bermartabat dengan
Karya” yang diselenggarakan oleh
HMPS PAI STAIN Salatiga.
16 Desember
2014
Panitia 8
24 Festival DAQU 2015 “Jateng 26 April 2015 Peserta 3
Top Related