PEMBINAAN KARAKTER DISIPLIN DAN MANDIRITERINTEGRASI BUDAYA SEKOLAH BAGI ANAK
BERKBUTUHAN KHUSUS DI SD AL FIRDAUS SURAKARTA
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar MagisterPendidikan
Oleh
Lusi RakasiwiQ 100160019
MAGISTER ADMINISTRASI PENDIDIKANSEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTATAHUN 2019
1
2
3
1
PEMBINAAN KARAKTER DISIPLIN DAN MANDIRI TERINTEGRASIBUDAYA SEKOLAH BAGI ANAK BERKBUTUHAN KHUSUS DI SD AL
FIRDAUS SURAKARTA
AbstractThis research is aims to describe: School programs in instilling discipline
and independent character, School implementation in instilling discipline andindependence, school constraints in instilling discipline and independence, andschool solutions in instilling discipline and self-character integrated in schoolculture at SD Al Firdaus Surakarta . This study uses a qualitative approach. Thesubjects of this study were students, teachers, principals. Methods of collectingdata using observation, interviews, and documentation. The data validitytechnique in this study uses source triangulation and technical triangulation. Dataanalysis uses interactive models with data collection processes, data reduction,data presentation, and conclusions. The results of this study are: 1) The schoolprogram used to cultivate disciplinary and independent characters in Al FirdausElementary School has been directed by applying the discipline of discipline andself-oriented religion, which in its implementation already looks very effective. 2)School implementation in the cultivation of disciplined and independentcharacters involving the three components in disciplined and independentcharacter education is not the responsibility of a handful of people, but needs toinvolve other components such as parents, educators, religious institutions, andyouth organizations. Each component that supports the success of disciplinarycharacter education must cooperate with each other. 3) The main obstacle incultivating discipline and independent character is communication andinfrastructure where teachers are still difficult to communicate directly orcollaborate directly with parents of students, the availability of infrastructure isstill limited which makes the learning program for students limited. 4) Forsolutions to the problems that the school has given if the ABK violates the rules inthe school, for communication between the teacher and parents, the schoolimmediately conducts a home visit or student home visit for troubled ABKstudents and meets directly with parents of students , preparing connecting booksas introductory communication between teachers and parents.Keywords: Development of Independent Discipline and Independent CultureCharacter
AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: Program sekolah dalam
menanamkan karakter disiplin dan mandiri, Pelaksanaan sekolah dalammenanamkan karakter disiplin dan mandiri, kendala sekolah dalam menanamkankarakter disiplin dan mandiri, dan solusi sekolah dalam menanamkan karakterdisiplin dan mandiri terintegrasi budaya sekolah di SD Al FirdausSurakarta.Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Subjek penelitian iniadalah siswa, guru, kepala sekolah. Metode pengumpulan data menggunakanobservasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik keabsahan data dalam penelitianini menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi teknik. Analisis data
2
menggunakan model interaktif dengan proses pengumpulan data, reduksi data,penyajian data, dan kesimpulan.Hasil penelitian ini adalah: 1) Program sekolahyang digunakan untuk penanaman karakter disiplin dan mandiri di SD Al Firdaussudah terarah dengan menerapkan penanaman karakter disiplin dan mandiriberorientasi agama, dimana dalam pelaksanaannya sudah terlihat sangatlahefektif. 2) Pelaksanaan sekolah dalam penanaman karakter disiplin dan mandiritelah melibatkan ketiga komponen dalam pendidikan karakter disiplin dan mandiribukanlah tanggung jawab segelintir orang saja, tetapi perlu melibatkan komponenlain seperti halnya orang tua, pendidik, institusi agama, organisasi kepemuda.Masing-masing komponen yang mendukung keberhasilan pendidikan karakterdisiplin harus saling kerja sama. 3) Kendala utama dalam penanaman karakterdisiplin dan mandiri adalah komunikasi dan sarana prasarana yang dimana gurumasih sulit untuk berkomunikasi langsung atau melakukan kerjasama langsungdengan orang tua siswa, ketersediaan sarana prasarana yang masih terbatas yangmembuat program pembelajaran pada siswa terbatasin. 4) Untuk solusi dalammengatasi masalah yang ada sekolah memberi konsekuesi jika ABK melanggarperaturan yang ada disekolah, untuk komunikasi antara guru dan orang tua murid,sekolah langsung melakukan home visit atau kunjungan kerumah siswa bagi siswaABK yang bermasalah dan bertemu langsung dengan orang tua murid,mempersiapan buku penghubung sebagai komunikasi pengantar antara guru danorang tua.Kata kunci : Pembinaan Karakter Disiplin Dan Mandiri Terintegrasi Budaya.
1. Pendahuluan
Penanaman karakter yang diselenggarakan sekolah dasar Al Firdaus Surakarta
sebagaimana termaksud dalam UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional pada Bab 2 Pasal 3 menyatakan bahwa fungsi pendidikan nasional
adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan
pendidikan nasional ini untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang iman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta tanggung jawab (Gunansyah,2010).
Serta sesuai dengan UU No 20 Tahun 2003 Pasal 5 ayat 1 menjelaskan bahwa
setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan
yang bermutu. Selanjutnya ayat 2 menyatakan bahwa warga negara yang memiliki
kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan sosial berhak memperoleh
pendidikan khusus. Dalam implementasinya maka setiap individu memperoleh
3
hak yang sama dalam pendidikan, baik itu individu normal maupun individu yang
mempunyai kelainan.
Pendidikan inklusi merupakan pendidikan yang memberikan apresiasi kepada
anak berkebutuhan khusus. Model yang dilaksanakan di sekolah inklusi ini
menekankan pada keterpaduan penuh, menghilangkan keterbatasan dengan
menggunakan prinsip pendidikan untuk semua. Maka dari itu dengan berbagai
perbedaan latar belakang siswa yang berbeda-beda sangat menarik meneliti pola
pendidikan karakter pada sekolah inklusi. Hal ini dilakukan karena melihat
keberagaman siswa yang terdapat di sekolah inklusi.
Berdasarkan realita SD Al Firdaus memiliki kekuatan berupa kualitas sumber
daya manusia yang berkompeten dibidang pendidikan dan semangat serta
idealisme dalam menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas. Namun
demikian, ada pula kelemahan yang dihadapin SD Al Firdaus terutama dalam hal
keterbatasan sarana dan prasarana. SD Al Firdaus memiliki kesempatan untuk
mengembangkan pendidikan islam inklusi yang berkualitas, khususnya
pendidikan yang memadukan nilai-nilai islam dalam semua aspek baik kognitif,
afektif dan psikomotorik. Namun demikian ada tantangan yang dihadapi oleh SD
Al Firdaus yakni kualitas lulusan yang diakui publik dan mampu berkompetensi
pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi (Imron dkk,2010).
Program inklusi di SD Al Firdaus menyediakan sistem layanan pendidikan
bagi siswa normal atau reguler dan anak berkebutuhan khusus (ABK). Sekolah
inklusi juga melayani siswa normal dan ABK dalam proses pembelajaran dengan
tidak membeda-bedakan. Sistem pendidikan inklusi di SD tersebut disesuaikan
dengan kebutuhan siswa reguler dan ABK melalui adaptasi kurikulum,
pembelajaran, penilaian, dan sarana prasarana. Melihat hal tersebut ternyata dalam
pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah inklusi masih banyak kendala yang
dihadapi. Kenyataan dilapangan menunjukkan bahwa sekolah masih mengalami
kesulitan untuk menyusun konsep pendidikan karakter bagi peserta didik.
Beberapa guru juga masih mengalami kendala dalam menanamkan nilai karakter
pada anak yang berbeda-beda. Walaupun demikian pihak sekolah masih tetap
4
melaksanakan pendidikan karakter sesuai dengan kemampuan sumber daya yang
dimiliki maupun sarana dan prasarana yang ada.
Pendidikan karakter pada hakikatnyaadalah sebuah perjuangan bagi setiap
individuuntuk menghayati kebebasannya dalam relasimereka dengan orang lain
dan lingkungannya,sehingga ia dapat semakin mengukuhkan dirinyasebagai
pribadi yang unik dan khas, dan memilikiintegritas moral yang dapat
dipertanggungjawabkan(Koesoema 2010:162). MenurutDwiningrum (2013:145),
pendidikan karakterberperandalam mengembangkanpotensi manusiasecara
optimal serta mengembangkan pola pikirdan perilaku siswa.
Penguatan pendidikan karakter di era sekarang merupakan hal yang penting
untuk dilakukan mengingat banyaknya peristiwa yang menujukan terjadinya krisis
moral baik dikalangan anak-anak, remaja, maupun orang tua. Oleh karena itu,
penguatan pendidikan karakter perlu dilaksanakan sedini mungkin dimulai dari
lingkungan keluarga, sekolah, dan meluas ke dalam lingkungan masyarakat.
Model pendidikan karakter SD Al Firdaus didesai dengan mengembangkan
budaya dan lingkungan sekolah. Ini merupakan seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, bahan pelajaran, dan cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggara kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
yang diselenggarakan. SD Al Firdaus diharapkan dapat mengantarkan peserta
didik dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, memiliki
keimanan, ke tagwaan kepada Allah SWT, berakhlakmulia serta berkecakapan
hidup yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Acuan operasional penyusulan kurikulum SD Al Firdaus memperhatikan : (1)
peningkatan iman, takwa dan akhlak mulia; (2) peningkatan potensi, kecerdasan,
dan minat sesuai tingkat perkembangan dan kemampuan akhlak; (3) keragaman
potensi, karakteristik daerah dan lingkungan; (4) tuntutan pembangunan daerah
dan nasional; (5) tuntutan dunia kerja; (6) perkembangan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan senil; (7) agama; (8) dinamika perkembangan global; (9) persatuan
nasional dan nilai kebangsaan; (10) kondisi sosial budaya masyarakat setempat;
(11) kesetaraan jender; (12) karakteristik satuan pendidikan. Adapun masalah
yang ingin dicapai adalah bagaiamana pembinaan karakter disiplin dan mandiri
5
terintegrasi budaya sekolah bagi anak berkbutuhan khusus SD Al Firdaus
Surakarta.
2. Metode
Penelitian ini menggunakan desain penelitian etnografi. Sutama (2012:77)
mengatakan masalah etnografi memfokuskan diri pada fenomena yang berjalan,
gejala yang sedang berlangsung. Ethnografi adalah kegiatan penelitian untuk
memahami cara orang-orang berinteraksi dengan bekerja sama melalui fenomena
teramati dalam kehidupan sehari-sehari kelompok sosial dan kultural. Atau
mengambarkan menguraikan dan menafsirkan kelompok sosial dan cultural.
Dalam pencarian data teknik yang digunakan dengan wawacara mendalam,
dokumentasi dan observasi. Data yang didapat harus diabsahkan. Keabsahan data
dari sebuah penelitian sangat penting karena dengan keabsahan data merupakan
langkah awal kebenaran analisis data. Menrut Sugiyono (2007: 366)Uji keabsahan
data pada kualitatif meliputi uji credibility (validitas interbal), transferability
(validitas eksternal), dependability (reliabilitas), serta confirmabilitu
(obyektivitas). Uji keabsahan data pada penelitian kuantitatif dapat dilakukan
dengan uji validitas dan uji reliabilitas instrument.
Perencanaa pendidikan karakter disiplin dan mandiri pada siswa ABK di
SD Al Firdaus direncanakan dengan sangat baik melalui kegiatan intakulikuler
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
model interaktif (Interactive Model Of Analysis). Menurut Miles dan Huberman
(dalam Imam Gunawan, 2014:2010) tiga tahapan yang harus dikerjakan dalam
menganalisis data penelitian kualitatif, yaitu : 1. Reduksi data (data reduction) ; 2.
Paparan data (data display) ; 3. Penarikan kesimpulan dan verifikasi (conclusion
drawing atau verifiying). Analsis data kualitatif dilakukan secara bersama dengan
proses pengumpulan data berlangsung, artinya kegiatan-kegiatan tersebut
dilakukan dengan bentuk interaktif dengan proses pengumpulan data (data
collecting) sebagai suatu siklus.
3. Hasil dan Pembahasan
3.1 Perencanaan program Sekolah dalam Menanamkan Karakter Disiplin
danMandiri pada Anak Berkebutuhan Khusus
6
dan ekstrakurikuler.Dalam lingkup intrakurikuler, pendidikan karakter
diimplementasikan melalui perangkat pembelajaran yang terintegrasi pada semua
bidang mata pelajaran.Perencanaan tersebut dilaksanakan secara intensif dengan
menggunakan perencanaan karakter, pelaksanaan karakter, dan evaluasi karakter.
Sebagaimana hasilnya diatas bahwa perencanaan pendidikan karakter
dapat dilakukan melalui strategi intenal sekolah dan eksternal sekolah.Strategi
internal sekolah dapat dibagi dalam empat pilar, yakni kegiatan belajar mengajar
(KBM) dikelas, kegiatan keseharian dalam budaya sekolah (School culture),
kegiatan pembiasaan (Habituation), kegiatan ekstra kurikuler.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh National Council of Educational
Research and Training, (2006) mengatakan bahwa banyak siswa dengan Special
Educational Needs (SEN) pergi ke sekolah biasa atau sekolah khusus untuk
pendidikan. Ada orang lain yang, karena keparahan kondisi mereka, dididik di
rumah melalui layanan rehabilitasi berbasis masyarakat. Akhirnya, mungkin ada
beberapa anak yang terdaftar dalam sistem pembelajaran terbuka atau non-formal
atau alternatif pendidikan. Di mana pun anak-anak didaftarkan, masalah penting
dalam praktik pembangunan adalah untuk memenuhi kebutuhan pendidikan anak-
anak dan ini membutuhkan sumber daya. Kebutuhan sumber daya untuk
memfasilitasi pengajaran yang efektif dapat bervariasi dari sekolah ke sekolah.
Namun, umumnya diyakini oleh guru bahwa mereka pasti membutuhkan
dukungan sumber daya dari pendidik khusus untuk membantu mereka dalam
memberikan kesempatan yang sama kepada siswa dengan SEN.
Para guru merasa bahwa karena mereka diharapkan untuk menghabiskan
kelas mengajar seharian, sangat sedikit waktu yang tersedia untuk persiapan
seperti itu. Untuk inklusi yang sukses, guru memerlukan waktu untuk perencanaan
dan diskusi dengan guru lain, pendidik khusus, dan orang tua, serta untuk
persiapan materi.
Penelitian yang dilakukan oleh Agboola dan Tsai (2012) menunjukkan
bahwa Upaya harus dilakukan untuk memastikan bahwa semua undang-undang
pendidikan menekankan tanggung jawab untuk menanggapi keberagaman murid.
Secara khusus, upaya untuk bergerak menuju kebijakan yang lebih inklusif perlu
7
Pendidikan karakter wajib di implementasikan dalam penyelenggaraan
pendidikan.Pendidikan karakter ini dapat di implementasikan dalam kegiatan
sekolah. Bapak darmawan mengungkapkan: “ Pendidikan karakter dapat dibagi
menjadi dua yaitu dalam kegiatan sekolah dan proses pembelajaran. Contoh
pendidikan karakter melalui kegiatan sekolah misalnya dengan sholat dhuha,
shalat dzuhur dan asar berjam’ah disekolah, kepramukaan, upacara, dan lain-
lain.Contoh dalam pembelajaran misalnya berjabat tangan seelum masuk kelas,
berdoa ketika sebelum dan sesudah pelajaran, tidak mengijinkan siswa masuk
kelas ketika terlambat, dan lain sebagainya”.
Peyelenggaraan pendidikan karakter dalam pembelajaran maupun dalam
kegiatan harus memuat karakter yang wajib ditanamkan kepada siswa.Kaitanya
dengan penanaman karakter yang wajib dikembangkan dalam penyelenggaraan
pendidikan. Bapak Darmawan mengungkapkan bahwa: “ Macam-macam karakter
yang dikembangkan dalam penyelenggaraan pendidikan meliputi 18 karakter.
Delapan belas karakter tersebut meliputi: (1) Religius, (2) jujur, (3) Toleransi, (4)
Disiplin, (5) Kerja Keras, (6)Kreatif, (7) Mandiri, (8) Demokratis, (9) Rasa ingin
tahu, (10) Semangat kebangsaan, (11) Cinta tanah air, (12) Menghargai prestasi,
(13) Bersahabat atau komunikatif, (14) Cinta damai, (15) Gemar membaca, (16)
Peduli lingkungan, (17) Peduli Sosial, dan (18) Tanggung Jawab.
Sejalan dengan penjelasan kepala sekolah diatas, Ibu Riris juga
mengungkapkan bahwa “Penyelenggaraan pendidikan karakter yang memuat 18
aspek karakter sangat penting dan berkaitan erat dengan kegiatan-kegiatan sekolah
yang diselenggarakan oleh SD Al Firdaus Surakarta”.
direfleksikan dalam keseluruhan kebijakan untuk kurikulum dan penilaian. Selain
itu, penting untuk memasukkan strategi yang memperjelas peran masa depan
mereka yang bekerja dalam konteks dan layanan khusus. Tanpa ini ada
kemungkinan kuat bahwa kelompok-kelompok seperti itu dapat bertindak dengan
cara yang mendistorsi atau bahkan memblokir perubahan yang diusulkan.
3.2 Pelaksanaan Sekolah dalam Menanamkan Karakter Disiplin dan
mandiriPada Anak Berkebutuhan Khusus.
8
Berdasarkan uraian diatas dapat dipahami bahwa siswa ABK SD AL
Firdaus Surakarta selalu mengikuti shalat dhuha, shalat dzuhur dan shalat ashar
dengan tepat waktu. Ketika jadwal shalat sudah akan dimulai sebagaian siswa
ABK segera menuju masjid dan sebagian nya harus dibimbing oleh GPK nya. Hal
itu menunjukan kedisplinan dan mandiri siswa dalam menjalankan shalat.
Dalam menanganin siswa ABK untuk pelaksanaan karakter disiplin dan
mandiri mendapatkan suatu kendala.Kendala tersebut didapat dari hasil
wawancara, observasi, dan dokumentasi. Pembahasan mengenai kendala
pelakasanaan penanaman karakter disiplin dan mandiri meliputi beberapa
indikator antara lain sebagai berikut :
Berdasarkan kendala yang dihadapi adalah cenderung masih
mengharapkan bantuan dari temannya, malu, sikap minder, tidak adanya
Penelitian yang dilakukan Nawawi (2017) adalah bahwa Penanaman Nilai
Karakter melalui Kegiatan Belajar di Kelas Menanam nilai karakter yang
ditanamkan adalah nilai-nilai karakter Islam. Cara di mana wali dan tim mengajar
dalam menanamkan nilai karakter melalui kegiatan belajar di kelas juga
menggunakan cara-cara Islam. Ada beberapa cara di mana guru menanamkan nilai
karakter melalui pembelajaran di kelas. Cara yang dilakukan adalah sholat dhuha
jama'ah, pembelajaran pembentukan karakter, pembelajaran al-qur'an, kegiatan
pagi, pelaksanaan pembelajaran di kelas, penilaian karakter, manajemen kelas,
inventarisasi kelas, alat belajar, ruang kelas dan pahala -hukuman. Doa doa Duha
adalah cara pertama. Kegiatan ini dilakukan selama waktu kelas dan
dikoordinasikan langsung oleh wali kelas dan pengajaran tim. Karakter utama
yang ditanam melalui kegiatan ini tentu saja merupakan karakter religius. Jadi
berdasarkan 18 nilai karakter yang ada di Kementerian Pendidikan Nasional,
melalui kegiatan ini setidaknya ada empat nilai karakter yang melekat yaitu
religius, disiplin, mandiri, dan tanggung jawab. Dari perilaku siswa terlihat bahwa
kebiasaan sholat dhuha, Zhuhur dan Ashar di kelas dapat mengembangkan
karakter agama, disiplin dan tanggung jawab siswa.
3.3 Kendala dalam Penanaman karakter Disiplin dan Mandiri pada
AnakBerkebutuhan Khusus.
9
kepercayaan diri karena keterbatasan siswa.Dapat disimpulkan bahwa kendala
dari pelaksanaan penanaman karakter disiplin dan mandiri pada anak
berkebutuhan khusus di SD Al Firdaus Surakarta adalah dalam berkomunikasi dan
mendengar, kurangnya motivasi dari keluarga, kurangnya pengamalan ajaran
agama karena cenderung siswa malas, kurang percaya diri dan minder.
Hasil penelitian yang dilakukan Zurqoni et., al. (2018) Hambatan yang
dimiliki sekolah dalam pendidikan karakter adalah heterogenitas siswa, paradigma
masyarakat yang menganggap bahwa fokus sekolah adalah pengembangan
kognitif dan fasilitas yang terbatas.
Suatu kendala pada pelaksanaa penanaman karakter pada anak
berkebutuhan khusus pastilah ada solusinya. Solusi dari permasalahan tersebut
dapat peneliti simpulkan Solusi dari pelaksanaan penanaman karakter disiplin dan
mandiri meliputi beberapa Indikator sebagai berikut :
Berdasarkan hal di atas dapat disimpulkan bahwa solusi mengenai
kegiatan secara mandiri siswa ABK adalah harus selalu dilatih, dimotivasi, diberi
dorongan oleh orang tua atau guru agar tidak selalu mengandalkan orang lain serta
adanya kerja sama antara guru dan orang tua dalam membimbing siswa.
Berdasarkan data diatas, dapat disimpulkan bahwa solusi dari kendala
pelaksanaan penanaman karakter disiplin dan mandiri pada anak berkebutuhan
Hasil Penelitian yang dilakukan oleh Agboola dan Tsai (2012)
menunjukkan bahwa Pendidikan karakter adalah disiplin yang berkembang
dengan usaha yang disengaja untuk mengoptimalkan perilaku etis siswa. Hasil
pendidikan karakter selalu mendorong, kokoh, dan terus-menerus mempersiapkan
para pemimpin masa depan. Promosi pendidikan karakter seharusnya bukan hanya
layanan sederhana tetapi memiliki rencana aksi untuk latihan. Dengan kata lain,
kebijakan pendidikan harus mengambil inisiatif untuk mengaktualisasikan
pendidikan moral. Secara bersama-sama, orang tua, guru, dan administrator
sebagai pemangku kepentingan, harus bergabung dengan kamp ini untuk
mendorong siswa mewujudkan nilai-nilai baik dalam kehidupan mereka.
3.4 Solusi dalam Penanaman karakter Disiplin dan Mandiri pada
AnakBerkebutuhan Khusus
10
khusus di SD Al Firdaus Surakarta meliputi guru harus menguasai Kamus Bahasa
Isyarat agar dapat berkomunikasi dengan siswa tuna rungu wicara, selalu
dimotivasi, kerja sama antara guru dan orang tua dalam membimbing siswa tuna
rungu wicara.
Hasil evaluasi yang digunakan untuk penanaman karakter disiplin dan
mandiri di SD Al Firdaus sudah terarah dengan menerapkan penanaman karakter
disiplin dan mandiri berorientasi agama, dimana dalam pelaksanaannya sudah
terlihat sangatlah efektif.Dalam pelaksanaannya sangatlah unik dan memiliki ciri
khas yang tersendiri dalam hal penanaman yaitu siswa abk diminta untuk
melakukan kegiatan sendiri dengan dorongan guru pendamping sehingga siswa
ABK dapat disiplin dan mandiri dalam kegiatan keagamaan dan sehari-harinya.
Penyusunan program pendidikan karakter disiplin dan mandiri dilakukan
dengan melibatkan guru, orang tua, atau siswa. Hal ini mengingat bahwa untuk
mendukung keberhasilan program pendidikan karakter disiplin perlu campur
tangan baik dari pihak sekolah, orang tua, atau masyarakat. Keterlibatan ketiga
komponen tersebut dalam pendidikan karakter disiplin bukanlah tanggung jawab
segelintir orang saja, tetapi perlu melibatkan komponen lain seperti halnya orang
Hasil penelitian yang dilakukan oleh (U.S Departement of Educatioan
Office of safe and Drug-Free Schools, 2008) Undang-undang Proyek Percontohan
yang disahkan oleh Kongres pada tahun 1994 merupakan langkah pertama yang
penting dalam mendefinisikan dan mempromosikan tanggung jawab bersama
pendidikan karakter. Upaya awal ini membuahkan hasil dan membantu negara-
negara dan wilayah lain mengakui tanggung jawab mereka. "Pendidikan karakter"
muncul sebagai konsep inklusif untuk menangani berbagai cara di mana sekolah
dan masyarakat dapat mendukung pengembangan karakter pada anak-anak dan
remaja. Sementara pengembangan karakter tetap terutama tanggung jawab
keluarga, hasil Proyek Percontohan menunjukkan bahwa sekolah dan ruang kelas
individu memiliki pengaruh langsung dan signifikan; bahwa seluruh komunitas
harus dilibatkan; dan itu benar-benar merupakan tanggung jawab bersama di
antara para siswa, orang tua, guru, dan masyarakat pada umumnya.
4. Penutup
11
tua, pendidik, institusi agama, organisasi kepemuda. Masing-masing komonen
yang mendukung keberhasilan pendidikan karakter disiplin harus saling kerja
sama.
Adapun kendala utama dalam penanaman karakrter disiplin dan mandiri
adalah komunikasi dan sarana prasarana sekolah , komunikasi merupakan
landasan bagi berlangsungnya penanaman karakter disiplin dan mandiri sebagai
suatu proses pembinaan informasi antara dua orang atau lebih dengan
menggunakan simbol-simbol bersama. Secara umum proses komunikasi
sekurang-kurangnya mengandung lima unsur yaitu pemberi, pesan, media,
penerima, dan umpan balik.
Job Performance. The Journal of International Management Studies,Volume 3, Number 2.
Altidag, Erkut dan Siller, Funda. 2014. Effects of Flexible Working Method onEmployee Performance: An Empirical Study in Turkey. Business andEconomics Jounal, 5:3
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (edisi revisiIV). Jakarta: Rineka Cipta.
Aryee, S., Field D., dan Luk, V. 1999. Across-cultural test of a model of the workfamily interface. Journal of Management, 25, 491-511.
Solusiyang diberikan mengenai siswa ABK yang bermasalah disekolah
biasanya dilakukan dengan memberi konsekuesi jika ABK tersebut melanggar
peraturan yang ada disekolah dan melakukan home visit atau kunjungan kerumah
siswa bagi siswa ABK yang bermasalah, dengan dilakukan home visit ini akan
dapat lebih efektif dalam mengatasi masalah siswa, hal tersebut dikarenakan guru
dapat mencari penyebab-penyebab siswa yang bermasalah dari keluarga siswa,
bagaimana pergaulan anak dirumah, kegiatan anak dirumah apa saja, kemudian
guru dapat membicarakan masalah anak dengan orang tua dirumah dan mencari
jalan penyelesian bersama orang tua. Sehingga diharapkan masalah pada siswa
ABK dapat terselesaikan dengan baik.
Daftar Pustaka
Ahmad, Aminah. 2008. Direct and Indirect Effects of Work-Family Conflict on
12
Ashfaq, Ahmed dan Ramzan, Muhammad. 2013. Effects of Job Stress onEmployees Job Performance A Study on Banking Sector of Pakistan.Journal of Business and Management, Volume 11, Issue 6, pp 61-68.
Babin, B. and Boles, JS. 1998. ‘Employee Behavior in A Service Environment: AModel and Test of Potential Differences between Men and Women,’Journal of Marketing, 62 (2), 7791.
Bashir, U. 2010. Impact of Stress on Employees Job Performance A Study onbanking Sector of Pakistan. International Journal of marketing Studies,Vol. 2, 122.
Bernardin, H. John, dan Russel Joyce. 2003. Human resource management: AnExperimental approach. (International Edition). Singapore: Mc. Graw-Hill.
Boles, J. S., Howard, W. G., & Donofrio, H. H. 2001. An investigation into theinterrelationships of work-family conflict, family-work conflict and worksatisfaction. Journal of Managerial Issues, 13, 376–390.
Boyar, S. L., Maertz Jr., C. P., & Pearson, A. W. 2005. The effects of work-familyconflict and family-work conflict on nonattendance behaviors. Journal ofBusiness Research, 58(7), 919-925.
Çelenk H, Atmaca M. 2011. Flexible Work's Impact on Labor Costs andCompetitiveness: An Application in Textile Sector, J Adm Sci 9: 275-305.
Christen, M., Iyer, G. and Soberman, D. 2006. ‘Job Satisfaction, Job Performanceand Effort: A Reexamination Using Agency Theory,’ Journal ofMarketing, 70 (1), 137150.
Dessler, Gary. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi 9, Indeks, Jakarta
Frone, M. R., Yardley, J. K., & Markel, K. S. 1997. Developing and testing anintegrative model of the work-family interface. Journal of VocationalBehavior, 50, 145-167.
Frone, M. R. 2000. Work–family conflict and employee psychiatric disorders: Thenational comorbidity survey. Journal of Applied Psychology, 85, 888–895.
Frone, M.R., Yardley, J. K., & Markel, K. S. 1997. Developing and Testing an integrativemodel of the work-family interface. Journal of VocationalBehaviour. 50, 145-167.
Gabriel, J.F & Marjo, Wellington. 2001. Lingkungan Fisik. Cetakan Pertama.Jakarta. Penerbit : Hipokrates.
Ghozali, Imam. 2012. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS20. Semarang: Badan Penerbit – Universitas Diponegoro.
13
Gibson, J.L., Ivancevich, J.M., Donnelly, Jr., J.H. 1991. Organisasi: Perilaku,Struktur, Proses (Terj.), Penerbit Erlangga, Jakarta.
Gitosudarmo Indriyo dan I Nyoman Sudita. 1997. Perilaku Keorganisasian,Yogyakarta: BPFE.
Greenhaus, JH. and Beutell, NJ. 1985. ‘Sources of Conflict between Work andFamily roles,’ Academy of ManagementReview, 10 (1), 76-88.
Groen, B. A., Wouters, M. J., & Wilderom, C. P. 2012. Why do employees takemore initiatives to improve their performance after co-developingperformance measures? A field study. Management Accounting Research,120-141.
Gujarati, Damodar. 2006. Dasar-Dasar Ekonometrika. Jakarta : Erlangga.
Gutek, B., Searle, S., & Klepa, L. 1991. Rational versus gender role-explanationsfor work-family conflict. Journal of Applied Psychology, 76, 560–568.
Handko, Hani T., 2008. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia EdisiII. Yogyakarta : BPFE Yogyakarta.
Isnovijanti, T. 2002. Pengaruh Dukungan Sosial Terhadap Stress Kerja DanKepuasan Kerja (Studi Kasus : Polres Pati Polda Jateng). TesisMagister Manajemen Universitas Diponegoro tidak dipublikasikan.
Karasek, Robert A. 1985. Job Content Instrument: Questionnaire and User’sGuide. Revision 1.1. University of Southern California. Los Angeles,California. 15 p
Karatepe O. M., & Sokmen A. 2006. The effects of work role and family rolevariables on psychological and behavioral outcomes of frontlineemployees. Tourism Management , 27(2), 255-268.
Khuong, Mai Ngoc dan Yen, Vu Hai. 2016. Investigate the Effects of Job Stresson Employee Job Performance — A Case Study at Dong Xuyen IndustrialZone, Vietnam. International Journal of Trade, Economics and Finance,Vol. 7, No. 2.
Kreitner, Robert dan Kinicki, Angelo. 2005. Perilaku Organisasi, Buku 1, Edisi Kelima.Salemba Empat, Jakarta.
Latham, G. 2003. Goal setting: a five-step approach to behavior change.Organizational Dynamics, 309–318.
Lee D R. 1996. Why is Flexible Employment Increasing? J Labour Res 17: 695-710.
Luthans, Fred. 1995. Organizational Behavior. Seventh Edition. Singapore:McGraw-Hill, Inc.
14
Mangkunegara A.P. 2005. Perilaku dan Budaya Organisasi, Cetakan Pertama,PT. Refika Aditama, Bandung.
Margiati Lullus. 1999. Stres kerja: Latar Belakang Penyebab Dan AlternatifPemecahannya. Jurnal Masyarakat, Kebudayaan dan Politik, 3:71-80.Surabaya: Fakultas KesehatanUniversitas Airlangga.
Muluk, Khairul. 2007. Menggugat Partisipasi Publik dalam pemerinatahanDaerah. Malang: Bayumedia Publising.
National Safety Council. T.C. Gilchrest. 2004. Manajemen Stres Alih BahasaWidyastutik. Jakarta: EGC.
National Institute for occupational safety and Health (NIOSH). 1999. Stress .... atWork. Centers For Disease control and Prevention, U.S. Departemen ofHealth and Human Service. Publication no. 99-101, p26.
Nursalam. 2007. Manajemen Keperawatan, Aplikasi dan Praktik KeperawatanProfesional. Edisi 2. Jakarta. Salemba Medika.
Parasuraman, Greenhaus, Granrose, J H. 1992. Role Stressors, Social Supportand Well-being Among Two-Career Couples. Journal of OrganizationalBehavior, Vol.13, No.4 July1992, p:339-356.
Robbins, Stephen P. 2003. Perilaku Organisasi, Jilid 2, PT. Indeks KelompokGramedia, Jakarta.
Roth, Lawrence dan David, Emily M. 2009. Work-Family Conflicts And WorkPerformance. Psychological Reports, 105, 80-86.
Sondang P. Siagian. 2009. Kiat Meningkatkan Produktivitas Kerja. Jakarta. PT.Rineka Cipta.
Supardi. 2005. Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis. Yogyakarta:UII press.
Van Scotter, J., Motowidlo, SJ. And Cross, TC. 2000. ‘Effects of TaskPerformance and Contextual Performance on Systemic Rewards,’ Journalof AppliedPsychology, 85 (4), 526-535.
Veeramani, G., & Gayathri, R. 2013. A conceptual study on implication of qualitywork life (QWL) in human resource management. International Journal ofManagement Research and Reviews, 3, 3949–3953. Retrieved fromhttp://ijmrr.com
Top Related