OLEH :1.Ilhami Ramadenta
2.M.Ridwan3.Flora Ramadhani4.Rizky dwi uldiana
5.Yanu wardana
DIAGNOSA DEMAM
Pengaturan Suhu TubuhProduksi PanasDalam tubuh, panas diproduksi melalui
peningkatkan Basal Metabolic Rate (BMR). Faktor-faktor yang dapat meningkatkan BMR antara lain: 1. laju metabolisme dari semua sel tubuh;
2. laju cadangan metabolisme yang disebabkan oleh aktivitas otot;
3. metabolisme tambahan yang disebabkan oleh pengaruh tiroksin, epinefrin, norepinefrin dan perangsangan simpatis terhadap sel;
4. metabolisme tambahan yang disebabkan oleh meningkatnya aktivitas kimiawi didalam sel sendiri.
Kehilangan PanasRadiasiKonduksiKonveksiEvaporasi
Konsep “set-point” dalam pengaturan suhu tubuh
semua mekanisme pengaturan temperatur yang terus-menerus berupaya untuk mengembalikan temperatur tubuh kembali ke tingkat “Set-Point” yaitu tingkat temperatur krisis, yang apabila suhu tubuh seseorang melampaui diatas set-point ini, maka kecepatan kehilangan panas lebih cepat dibandingkan dengan produksi panas, begitu sebaliknya.Sehingga suhu tubuhnya kembali ke tingkat set-point.Jadi suhu tubuh dikendalikan untuk mendekati nilai set-point.
. Peranan Hipotalamus dalam pengaturan suhu tubuh.
Definisi DemamDemam sebagai suatu keadaan peningkatan suhu
inti, yang sering (tetapi tidak seharusnya) merupakan bagian dari respons pertahanan organisme multiselular (host) terhadap invasi mikroorganisme atau benda mati yang patogenik atau dianggap asing oleh host. (International Union of Physiological Sciences Commission for Thermal Physiology)
Secara patofisiologis : peningkatan thermoregulatory set point dari pusat hipotalamus yang diperantarai oleh interleukin 1 (IL-1).
secara klinis : peningkatan suhu tubuh 1oC atau lebih besar di atas nilai rerata suhu normal di tempat pencatatan.
Tabel 1. Suhu normal pada tempat yang berbeda
Tempat
pengukuranJenis termometer
Rentang; rerata
suhu normal (oC)
Demam
(oC)
Aksila Air raksa, elektronik 34,7 – 37,3; 36,4 37,4
Sublingual Air raksa, elektronik 35,5 – 37,5; 36,6 37,6
Rektal Air raksa, elektronik 36,6 – 37,9; 37 38
Telinga Emisi infra merah 35,7 – 37,5; 36,6 37,6
Etiologi Demam1. infeksi, vaksin, agen biologis (faktor
perangsang koloni granulosit-makrofag, interferon dan interleukin), jejas jaringan (infark, emboli pulmonal, trauma, suntikan intramuskular, luka bakar)
2. keganasan (leukemia, limfoma, hepatoma, penyakit metastasis),
3. obat-obatan (demam obat, kokain, amfoterisin B),
4. gangguan imunologik-reumatologik (lupus eritematosus sistemik, artritis reumatoid),
5. penyakit radang (penyakit radang usus)6. ganggguan endokrin (tirotoksikosis,
feokromositoma)7. ganggguan metabolik (gout, uremia,
penyakit fabry, hiperlipidemia tipe8. wujud-wujud yang belum diketahui atau
kurang dimengerti (demam mediterania familial).
Pola DemamTabel 2. Pola demam yang ditemukan pada
penyakit pediatrikPola demam Penyakit
Kontinyu Demam tifoid, malaria falciparum malignan
Remitten Sebagian besar penyakit virus dan bakteri
Intermiten Malaria, limfoma, endokarditis
Hektik atau septik Penyakit Kawasaki, infeksi pyogenik
Quotidian Malaria karena P.vivax
Double quotidian Kala azar, arthritis gonococcal, juvenile rheumathoid
arthritis, beberapa drug fever (contoh karbamazepin)
Relapsing atau periodik Malaria tertiana atau kuartana, brucellosis
Demam rekuren Familial Mediterranean fever
Demam kontinyu atau sustained fever ditandai oleh peningkatan suhu tubuh yang menetap dengan fluktuasi maksimal 0,4oC selama periode 24 jam. Fluktuasi diurnal suhu normal biasanya tidak terjadi atau tidak signifikan.
Gambar 1.Pola demam pada demam tifoid (memperlihatkan bradikardi relatif)
Demam remiten ditandai oleh penurunan suhu tiap hari tetapi tidak mencapai normal dengan fluktuasi melebihi 0,5oC per 24 jam. Pola ini merupakan tipe demam yang paling sering ditemukan dalam praktek pediatri dan tidak spesifik untuk penyakit tertentu.
Gambar 2. demam remitten
demam intermiten suhu kembali normal setiap hari, umumnya pada pagi hari, dan puncaknya pada siang hari (Gambar 3.). Pola ini merupakan jenis demam terbanyak kedua yang ditemukan di praktek klinis.
Gambar 3.Demam intermiten
Demam septik atau hektik terjadi saat demam remiten atau intermiten menunjukkan perbedaan antara puncak dan titik terendah suhu yang sangat besar.
Demam quotidiandisebabkan oleh P. Vivax, ditandai dengan paroksisme demam yang terjadi setiap hari.
Demam quotidian ganda memiliki dua puncak dalam 12 jam (siklus 12 jam)
Gambar 4. Demam quotidian
Undulant fever menggambarkan peningkatan suhu secara perlahan dan menetap tinggi selama beberapa hari, kemudian secara perlahan turun menjadi normal.
Demam lama (prolonged fever)menggambarkan satu penyakit dengan lama demam melebihi yang diharapkan untuk penyakitnya, contohnya > 10 hari untuk infeksi saluran nafas atas.
Demam rekuren demam yang timbul kembali dengan interval irregular pada satu penyakit yang melibatkan organ yang sama (contohnya traktus urinarius) atau sistem organ multipel.
Demam bifasik menunjukkan satu penyakit dengan 2 episode demam yang berbeda (camelback fever pattern, atau saddleback fever). Poliomielitis merupakan contoh klasik dari pola demam ini. Gambaran bifasik juga khas untuk leptospirosis, demam dengue, demam kuning, Colorado tick fever, spirillary rat-bite fever (Spirillum minus), dan African hemorrhagic fever (Marburg, Ebola, dan demam Lassa).
Relapsing fever dan demam periodik:Demam periodik
ditandai oleh episode demam berulang dengan interval regular atau irregular. Tiap episode diikuti satu sampai beberapa hari, beberapa minggu atau beberapa bulan suhu normal. Contoh yang dapat dilihat adalah malaria (istilah tertiana digunakan bila demam terjadi setiap hari ke-3, kuartana bila demam terjadi setiap hari ke-4) (Gambar 5.)dan brucellosis.
Gambar 5. Pola demam malaria
Relapsing fever adalah istilah yang biasa dipakai untuk demam rekuren yang disebabkan oleh sejumlah spesies Borrelia (Gambar 6.)dan ditularkan oleh kutu (louse-borne RF) atau tick (tick-borne RF).
Gambar 6.Pola demam Borreliosis (pola demam relapsing)
Patogenesis Demam
PirogenPirogen eksogen
1. Pirogen Mikrobial : Bakteri Gram-negatif, Bakteri Gram-positif, Virus, Jamur
2. Pirogen endogen : Fagositosis, Kompleks Antigen-antibodi, Steroid
Pirogen Endogen1. Interleukin-1 (IL-1)2. Tumor Necrosis Factor (TNF)3. Interferon4. Interleukin-2 (IL-2)
Diagnosis Banding Demam
1. Demam karena infeksi tanpa tanda lokal 2. Demam karena infeksi disertai tanda lokal 3. Demam disertai ruam 4. Demam lebih dari tujuh hari
Demam karena infeksi tanpa tanda lokal
Tatalaksana Demam
Indikasi Pemberian AntipiretikIndikasi pemberian antipireti antara lain:Demam lebih dari 390 C yang berhubungan
dengan gejala nyeri atau tidak nyaman, biasa timbul pada keadaan otitis media atau myalgia
Demam lebih dari 40,50 CDemam berhbungan dengan peningkatan
kebutuhan metabolism. Keadaan undernutritiuon, penyakit jantung, luka bakar, atau pascaoperasi memerlukan antipiretik
Anak dengan riwayat kejang atau delirium yang disebabkan demam
Alasan Pro dan Kontra Pemberian Obat Antipiretik
Setuju penggunaan antipiretik
Menolak penggunaan
antipiretik
Demam dapat merugikan atau
membahayakan
Demam adalah self-limited dan jarang serius, selama penyebab diketahui dan kehilangan cairan dapat diatasi
Demam berbahaya karena dapat
mengakibatkan kerusakan susunan
saraf pusat
Kecuali hipertemia, demam diatur oleh hipotalamus dan tidak akan meningkat secara drastic
Menentramkan kegelisahan orang tua
Waktu lebih baik dipakai untuk penyuluhan orang tua mengenai manfaat demam daripada menulis resep antipiretik
Resiko kejang demam Antipiretik mungkin tidak melindungi terhadap terjadinya kejang demam, karena kecepatan naiknya suhu lebih penting daripada tingginya suhu dalam proses terjadinya kejang demam
Mengurangi ketidaknyamanan dan gejala yang berhubungan dengan demam seperti nyeri otot, rasa kantuk, dan delirium
Menurunkan suhu dengan antipiretik memerluan aktivitas yang membutuhkan energy kinetic. Hal ini bertentangan dengan efek demam yang memerlukan istirahat dan memungkinkan energy ini digunakan untuk reaksi yang bermanfaay seperti pembentukan antibody.Demam dapat mempunyai pola karakteristik yang bermanfaat untuk menegakkan diagnosis. Antipiretik dapat mempengaruhi pila tersebut, demikian pula dengan pemberian antibody
Demam dapat mengakibatkan dehidrasi
Antipiretik mempunyai efek
samping yang kadang-kadang
berakibat fatal
Demam melindungi terhadap
infeksi dan antipiretik dapat
menghalangi seperti supresi
respons antibody serum
Klasifikasi Antipiretik1. Paracetamol (Aseraminofen)
Efek Antipiretik Tiga Jam Setelah Pemberian Parasetamol
Dosis (mg/kgBB) Penurunan suhu (0C) yang diharapkan
(temperature awal >39,50C)
5 0,3-0,4
10-15 1,2-1,4
20 1,4-1,6
2. Ibuprofen
Organ Dosis antipiretik (5-10
mg/kgBB)
Dosis anti-inflamasi (20-
40 mg/kgBB)
Dosis lebih (>100
mg/kgBB)
Saluran cerna Muntah,mual, nyeri perut,
diare
Muntah, mual, nyeri perut,
diare, buang air besar
berdarah, perdarahan
Nubtah, mual, nyeri perut,
diare, buang air besar
berdarah, perdarahan
Sistem susunan
saraf pusat
Iritabel, nyeri kepala,
agitasi, pusing
Iritabel, nyeri kepala,
agitasi, pusing
Bingung, penglihatan
kabur, nistagmus, kejang,
koma
Kulit Ruam Ruam Ruam
Saluran kemih Peningkatan enzim Peningkatan enzim
Hati Peningkatan enzim Peningkatan enzim
Sistem
hemopoetik
Agranulositosis, anemia
hemolitik
Lain-lain Hipertermia, penurunan
fungsi dengar
Lupus eritematosus
3. SalisilatIndikasi pemakaian aspirin:
• Sebagai antipiretik/ analgetik, aspirin tidak lagi direkomendasikan. Dosis 10-15 mg/kgBB memberikan efek antipiretik yang efektif. Dapat diberikan 4-5 kali/hari oleh karena waktu paruh didalam darah sekitar 3-4 jam
• Pada penyakit jaringan ikat seperti artritis rheumatoid dan demam rematik, dosis awal 80 mg/kgBB dibagi 3-4 dosis. Dosis inikemudian disesuaikan untuk mempertahaknkan kadar salisislat dalam darah sekitar 20-30 mg/dL.
Pemberian aspirin pada kelompok beresiko:
Infeksi virus, khususnya infeksi saluran nafas bagian atas atau cacar air
Defisiensi glukosa 6-fosfat dehydrogenase (G6PD), aspirin dapat menyebabkan anemia hemolitik
Anak yang menderita asma dapat timbul aspirin-induced sensitivity berupa mengi, urtikaria, pilek, atau angioderma.
Pada pasien yang akan mengalami pembedahan atau pasien yang tendensi untuk mengalami perdarahan, aspirin dapat menghambat agregasi trombosit yang bersifat reversible
Antipiretik LainIndometasin tidak digunakan sebagai antipiretik
pada anak oleh Karena ketersediaan obat-obat lain yang efek sampingnya lebih rendah. Reaksi samping indometasin berupa gejala gastrointestinal dan susunan saraf pusat, seperti sakit kepala, pusinh, dan bingung
Dipiron adalah derivate lain pirazolon, berbeda dengan parasetamol, efek toksisitasnya lebih tinggi, terutama agranulositosis sehingga tidak diperbolehkan beredar di pasar.
Nimesulid adalah suatu NSAID baru dengan aktivitas antipiretik, antiinflamasi, dan analgesic
Pengobatan FisikTirah BaringTotal Body Surface Cooling
Tabel : Anak yang Perlu Penanganan Demam Segera
Klinis Keterangan
Umur <2-3 bulan
Kejang
Suhu 41-420C
Gangguan kesadaran
Penyakit imunokomrpomais
(penyakit sickle cell, leukemia)
Hipotensi, takikardia, takipnea
Suspek non-iterleukin (IL)-1 fever
(seperti gangguan sentral, luka bakar
(burn) atau akibat suhu lingkungan
yang tinggi
Sulit untuk diidentifikasi infeksi
berat
Perlu pengontrolan suhu untuk
mengontrol kejang
Risiko tinggi false fever (non-IL-1
fever dan bacteremia
Infeksi SSP
Resiko infeksi berat dengan tanda
minimal
Sepsis
Tidak mampu mengembalikan suhu
ke keadaan normal