Download - New Microsoft Office Word Document (2).docx

Transcript

Orang yang pertama kali menggunakan radiografi adalah W.G.Morton di Amerika pada tahun 1896, kemudian C. Edmund Kells adalah dokter gigi pertama yang menganjurkan penggunaan radiografi secara rutin pada praktek dokter gigi .Radiografi dapat menjadi dasar rencana perawatan dan mengevaluasi perawatan yang telah dilakukan.Radiografi dapat digunakan untuk memeriksa struktur yang tidak terlihat pada pemeriksaan klinis. Kegunaan foto Rontgen gigi yaitu:1. Untuk mendeteksi lesi, dll.2. Untuk membuktikan suatu diagnosa penyakit.3. Untuk melihat lokasi lesi/benda asing yang terdapat pada rongga mulut.4. Untuk menyediakan informasi yang menunjang prosedur perawatan.5. Untuk mengevaluasi pertumbuhan dan perkembangan gigi geligi.6. Untuk melihat adanya karies, penyakit periodontal dan trauma.7. Sebagai dokumentasi data rekam medis yang dapat diperlukan sewaktu-waktu. ( Haring. 2000)Gambaran yang dihasilkan foto Rontgen panoramik atau periapikal seorang pasien bagi seorang dokter gigi sangat penting terutama untuk melihat adanya kelainan kelainan yang tidak tampak dapat diketahui secara jelas, sehingga akan sangat membantu seorang dokter gigi dalam hal menentukan diagnosa serta rencana perawatan.Bagian Radiologi terdiri dari dokter gigi, Radiografer,Petugas proteksi radiasi, Ahli proteksi radiasi, Pekerjaan radiasi sesuai dengan PP. NO 11,12,13 tahun 1975PERSONIL BAGIAN RADIOLOGI KEDOKTERAN GIGI (P.P. NO. 11.12,13 Tahun 1975)1. Dokter/dokter gigi ahli radiologi (radiolog/radiologist)Seorang dokter atau dokter gigi yang mempunyai spasialisasi dalam mendiagnosis dalam melakukan terapi dengan menggunakan energy radiasi.2. RadiograferOrang yang telah mendapat pendidikan formal dan mempunyai sertifikat Untuk membuat foto radigrafis3. Petugas proteksi radiasiPetugas yang ditun juk oleh penguasa instalasi atom dan instalasi yang berwenang dan dinyatakan mampu melaksanakan pekerjaan-pekerjaan yang berhubungan dengan personal proteksi radiasi.4. Ahli proteksi radiasiSeorang yang telah mendapatkan pendidikan khusus dalam keselamatan kerja terhadap radiasi yan g menurut instalasi yang berwenang dianggap mempunyai cukup keahlian dari kemampuan untuk menyelesaikan persoalan persoalan yang berhubungan dengan proteksi radiasi.5. Pekerjaan radiasiSetiap orang yang karena jabatannya atau tugasnya selalu berhubungan dengan medan radiasi dan oleh instalasi yang berwenang senantiasa memperoleh pengamatan tentang dosis-dosis radiasi yang diterimanya.

BAB II

II.1 TEKNIK RADIOGRAFI KEDOKTERAN GIGISecara garis besar Menurut Brocklebank (1977), proyeksi radiografi yang digunakan di Kedokteran gigi yaitu foto Rontgen Intra oral dan foto Rontgen extra oralII.1.i Teknik Rontgen Intra oralTeknik Radiografi intra oral adalah pemeriksaan gigi dan jaringan sekitar Secara radiografi dan filmnya ditempatkan di dalam mulut pasien. Untuk mendapatkan gambaran lengkap rongga mulut yang terdiri dari 32 gigi diperlukan kurang lebih 14 sampai 19 foto. Ada tiga pemeriksaan radiografi intra oral yaitu: pemeriksaan periapikal, interproksimal, dan oklusal. (Brocklebank. 1997)a. Teknik Rontgen PeriapikalTeknik ini digunakan untuk melihat keseluruhan mahkota serta akar gigi dan tulang pendukungnya. Ada dua teknik pemotretan yang digunakan untuk memperoleh foto periapikal yaitu teknik paralel dan bisektris, b. Teknik Bite WingTeknik ini digunakan untuk melihat mahkota gigi rahang atas dan rahang bawah daerah anterior dan posterior sehingga dapat digunakan untuk melihat Permukan gigi yang berdekatan dan puncak tulang alveolar. Teknik pemotretannya yaitu pasien dapat menggigit sayap dari film untuk stabilisasi film di dalam mulut.c. Teknik Rontgen OklusalTeknik ini digunakan untuk melihat area yang luas baik pada rahang atas maupun rahang bawah dalam satu film. Film yang digunakan adalah film oklusal. teknik pemotretannya yaitu pasien diinstruksikan untuk mengoklusikan atau menggigit bagian dari film tersebut.

II.1.ii Teknik Rontgen Ekstra OralFoto Rontgen ekstra oral digunakan untuk melihat area yang luas pada rahang dan tengkorak, film yang digunakan diletakkan di luar mulut. Foto Rontgen ekstra oral yang paling umum dan paling sering digunakan adalah foto Rontgen panoramik, sedangkan contoh foto Rontgen ekstra oral lainnya adalah foto lateral, foto antero posterior, foto postero anterior, foto cephalometri, proyeksi-Waters, proyeksi reverse-Towne, proyeksi Submentovertex.( Haring. 2000)a. Teknik Rontgen PanoramikFoto panoramik merupakan foto Rontgen ekstra oral yang menghasilkan gambaran yang memperlihatkan struktur facial termasuk mandibula dan maksila beserta struktur pendukungnya. Foto Rontgen ini dapat digunakan untuk mengevaluasi gigi impaksi, pola erupsi, pertumbuhan dan perkembangan gigi geligi, mendeteksi penyakit dan mengevaluasi trauma.b. Teknik LateralFoto Rontgen ini digunakan untuk melihat keadaan sekitar lateral tulang muka, diagnose fraktur dan keadaan patologis tulang tengkorak dan mukac. Teknik Postero AnteriorFoto Rontgen ini digunakan untuk melihat keadaan penyakit, trauma, atau kelainan pertumbuhan dan perkembangan tengkorak. Foto Rontgen ini juga dapat memberikan gambaran struktur wajah, antara lain sinus frontalis dan ethmoidalis,fossanasalis, dan orbita.

d. Teknik Antero PosteriorFoto Rontgen ini digunakan untuk melihat kelainan pada bagian depan maksila dan mandibula, gambaran sinus frontalis, sinus ethmoidalis, serta tulang hidung.e. Tekni CephalometriFoto Rontgen ini digunakan untuk melihat tengkorak tulang wajah akibat trauma penyakit dan kelainan pertumbuhan perkembangan. Foto ini juga dapat digunakan untuk melihat jaringan lunak nasofaringeal, sinus paranasal dan palatum keras.f. Teknik Proyeksi WatersFoto Rontgen ini digunakan untuk melihat sinus maksilaris, sinus ethmoidalis, sinus frontalis, sinus orbita, sutura zigomatiko frontalis, dan rongga nasal.g. Teknik Proyeksi Reverse-TowneFoto Rontgen ini digunakan untuk pasien yang kondilusnya mengalami perpindahan tempat dan juga dapat digunakan untuk melihat dinding postero lateral pada maksilah. Proyeksi SubmentovertexFoto ini bisa digunakan untuk melihat dasar tengkorak, posisi kondilus, sinus sphenoidalis, lengkung mandibula, dinding lateral sinus maksila, dan arcus zigomatikus

II.2 Factor penyebab kegagalan fotografi dentalHasil foto radiografis tang baik harus memenui syarat :1. Kontras, detail dan ketajaman foto radiografis harus baik, setiap struktur anatomis dapat dibedakan dengan jelas, misalnya perbedaan email, dentin,kamar pulpa, saluiran akar, lamina dura dan tulang penyangga disekitarnya serta struktur anatomis oainnya yang penting untuk diinterprestasikan2. Seluruh objek yang diperiksa dapat tampak secara keseluruhan dengan jelas pada film radigrafis yang dihasilkan.3. Bentuk dan ukuran objek atau gigi tidak mengalami distorsi atau perubahan bentuk. Misalnya pada film radiografis intra oral proyeksi periapikal, tonjol bukal palatal atau bukal lingual terletak pada satu bidang (berhimpit)4. Pada film radiografis intraoral proyeksi periapikal, daerah interdental,harus tampak jelas, kecuali pada kasus gigi berjejal.Pada pembuatan foto radiografis teknik intra oral atau ekstra oral ada beberapa factor yang harus diperhatikan untuk mendapat hasil foto radiografis yang baik. Factor penyebab kegagalan adalah :1. Operator/ radiographer,pasien,dokter gigi a. Dalam peraturan pemerintah no. 11 tahun 1975 tentang persyaratan suatu instalasi atom, dikatakan bahwa suatu instalasi atom harus memiliki tenaga-tenaga yang cakap dan terlatih. Oleh sebab itu operator/radiographer harus memiliki dan menguasai kemampuan teknik pemotretan yang baik juga memperoleh pendidikan resmi dari Departemen kesehatan atau BATAN tentang Keselamatan Kerja dan Proteksi Radiasi.

Kesalahan yang disebabkan oleh Operator yang akan dibahas berikut ini terutama yang disebabkan oleh kecerobohan operator pada waktu pemotretan dan teknik proses pencucian film akan dibahas tersendiri.SuperimposedGambar radiografis tumpang tindih dengan gambaran selain gigi dan struktur anatomis disekitarnya, karena kelalaian operator memeriksa kesiapan pasien sebelum melakukan pemotretan. Gambaran tumpang tindih ini antara lain dapat berupa gambaran kacamata, cengkraman gigi tiruan lepasan,gigi tiruan kerangka logam, atau kawat alat orthodonsi.Pada teknik periapikal, pasien menahan film dengan jari apabila jari pasien pada daerahyang terkena sinar- X primer selama pemotretan akan tampak gambaran radiografis tulang jari tangan.Double expose :Film yang telah dipakai, sebelum dicuci dipakai lagi untuk pemotretan pasien lain(film dipakai dua kali pemotretan), sehingga akan tampak dua gambaran radiografis pasien yang berbeda pada satu film.

Sidik jari tangan :Gambaran sidik jari ini terjadi karena operator melakukan pencucian tanpa menggunakan clip film langsung dipegang oleh operator. Sehingga pada waktu pencucian dalam developer, gambaran sidik jari operator akan tercetak pada film radiografis yang dihasilkan.b. PENDERITA/ PASIENPemotretan pada pasien anak kadang-kadang sulit dilakukan, karena ada rasa takut yang berlebihan. Pasien sering bergerak atau merontah pada waktu pemotretan. Pasien lanjut usia juga kadang kadang sulit dilakukan pemotretan, karena pasien tidak dapat diam atau tremor yang mungkin terjadi. Pada pasien-pasien ini dapat terjadi double image.

Bentuk anatomis rahang sempit dan palatum dangkal dapat menyebabkan tidak seluruh struktur yang akan diperiksa dapat terproyeksi dengan utuh (terpotong). Sedangkan gigi yang berjejal atau pada gigi impaksi dapat terjadi tumpang tindih satu gigi dengan gigi geligi disekitarnya.

Pasien dengan reflex muntah tinggi juga dapat menyulitkan pemotretan. Terutama pemotretan region posterior rahang atas dan rahang bawah.

c. DOKTER GIGI

Pengetahuan, ketelitian dan keterampilan dokter gigi juga mempengaruhi foto radiografis yang dihasilkan. Kelalaian dokter gigi pada waktu menulis surat rujukan , misalnya salah menulis elemen gigi atau region, tidak menulis maksud tujuan pemeriksaan radiografis atau regio, tidak menulis maksud tujuan pemeriksaan radiografis atau tidak menulis diagnose sementara berdasarkan pemeriksaan radiografis sebelumnya menyebabkan hasil pemeriksaan radiografis sebelumnya menyebabkan hasil pemeriksaan radiografis yang dihasilkan tidak sesuai dengan yang dimaksud / diharapkan.

2. BAHAN/ MATERIAL

a. Film

Beberapa hal yang harus diperharikan dalam melilai film radiografis adalah waktu kadaluarsa serta kemasan pembungkus film. Hal ini penting diperhatikan karena apabila kedua hal tersebut sudah tidak memenuhi syarat lagi, hasil foto radiografisnya tidak dapat sebaik yang diharapkan.

b. Bahan pencucian film

Developer dan fixed jenis powder yang penggunaanya harus dilarutkan terlebih dahulu, lebih baik dari pada yang sudah tersedia dalam bentuk cairan. Developer dalam bentuk cairan sering menyebabkan noda kuning pada hasil foto radiografis.

3. TEKNIK PEMOTRETANa. Pengaturan posisi kepala penderitaKesalahan pengaturan posisi kepala penderita pada teknik intra oral (terlalu menunduk atau menengadah) menyebabkan kesulitan menentukan posisi tube (penentuan sudut vertical dan horizontal) atau menyebabkan tidak tercakupnya daerah yang akan diperiksa (terpotong) pada foto radiografis yang dihasilkan.Sedangkan pada teknik ekstra oral kesalahan pengaturan posisi kepala penderita dangat berpengaruh terhadap foto radiografis yang dihasilkan. Kesalahan berupa objek yang dituju tumpang tindih dengan struktur anatomis lain sehingga tidak terproyeksi dengan baik atau terjadi gambaran radiografis yang terpotong.

b. Peletakan filmPada teknik intra oral peletakan film dalam rongga mulut harus sedemikian rupa sehingga objek yang akan diperiksa terletak di pertengahan film, untuk itu perlu diperhatikan bahwa untuk letak film di gigi anterior film diletakkan vertical dan pada gigi posterior di letakkan horizontal. Dengan demikian seluruh gigi sampai dengan daerah periapikal dapat tercakup semua dalam film. Sisakan 2-3 mm antara jarak tepi permukaan gigi dengan permukaan oklusal atau insisal.

Sekalahan yang dapat terjadi apabila tidak diperhatikan hal-hal tersebut di atas adalah terpotongnya gambar radiografis yang dihasilkan. Gambaran ini juga dapat terjadi akibat kondisi anatomis pasien berupa palatum atau dasar mulut yang dangkal.

Kesalahan peletakan cassette pada teknik ekstra oral baik teknik pemotretan yang menggunakan cassette holder atau tidak adalah terpotongnya gambaran radiografis yang dihasilkan.

C. CARA MENAHAN FILMPada teknik intraoral proyeksi periapikal yang benar adalah dengan menggunakan ibu jari atau telunjuk didaerah pertemuan antara mahkota dan gusi (di daerah lehar gigi). Penekanan yangh berlebihan dan menahan film pada daerah palatum, dapat menyebabkan film tertekuk yang gambarannya akan tampak mirip kasus elongasi, ujung akar gigi tampak membengkok sedankan mahkotanya tetap pada ukuran sebenarnya. Penekukan ini dapat pula terjadi karena gigig yang akan diperiksa terletak pada sudut rahang yaitu gigi kaninus-premolaratas maupun bawah. Pada teknik ekstraoral,pemahaman film sehingga tidak berpengaruh pada foto radiografis yang dihasilkan.

D. PENENTUAN SUDUT PEMOTRETANKesalahan penentuan vertical dapat berupa :Elongasi yaitu pemanjangan gambaran radiografis gigi yang dihasilkan, akibat penentuan sudut vertical terlalu besar.Kesalahn penentuan sudut horizontal :Horizontal overlapping yaitu gambaran radiografis yang tumpang tindih antara satu gigi dengan gigig yang berdekatan, akibat sinar-X tidak sejajar dengan permukaan interproximal gigi atau tidak tegak lupus dengan sumbu gigi yang diperiksa.

Cone cutting hdala terpotongnya sebagian gambaran radiografis gigi yang dihasilkan dengan batas tepi berupa lengkungan, terjadi akibat sinar-X tidak tepat pada pertengahan film, sehingga ada sebagian film yang tidak terkena sinar-X. Kesalahn penentuan sudut pemotretan pada teknik ekstraoral dapat menyebabkan gambaran tumpang tindih (overlapping) antara objek yang diperiksa dengan struktur anatomis disekitarnya.

E. PENENTUAN KONDISI SINAR-X Kondisi sinar-X yang dihasilkan oleh statu pesawat sinar-X adalah : kV, mA, & sec. Pada umumnya pesawat sinar-X baik sudah mempunyai kV, dan mA yang sudah distandarisasi, sehinggga pada waktu melakukan pemotretan hanya diubah waktunya saja. Overexposed adalah kondisi waktu pemotertannya yang terlalu lama sehinggga gambaran radiografis yang dihasilkan akan tampak gelap/ hitam (radiolusen) secara keseluruhan. Underexposure terjadi bila waktu pemotretannya terlalu singkat dan gambaran radiografisnya yang dihasilkan akan tampak putih (radiopak) secara keseluruhan.Tidak ada gambaran sama sekali (film bening) tidak ada sinar-X yang mengenai film yang disebabkan pesawat rontgen rusak dan tidak menghasilkan sinar-X atau salah melakukan menekan tombol expose.

F. PROSESSING / PENCUCIAN FOTO RODIOGRAFIS Beberapa macam kesalahn dapat terjadi pada waktu proses pencucian film, baik intraoral maupun dalam kamar gelap, yaitu :Overdeveloped adalah kondisi waktu pencucian dalam developer yang telalu lama sehingga gambaran radiografis yang dihasilkan tampak hitam secara keseluruhan.Underdevelope adalah kondisi waktu pencucian dalam developer yang terlalu cepat.

PROTEKSI RADIASI RADIOLOGI

Usaha proteksi terhadap masyarakat disekitar instalasi radiasi merupakan satu hal yang kompleks. Karena biasanya bagian radiologi merupakan bagian dari suatu gedung, yang akan berdampingan dengan bagian-bagian lain. Ada dua hal yang perlu diperhatikan untuk mengurang radiasi terhadap masyarakat dan lingkungan disekitar instalasi radiasi:1. pembatasan penggunaan sumber-sumber radiasi untuk tujuan survey kesehatan masyarakat, kecuali bila ada kemungkinan ditemukan suatu penyakit secara pasti.2. pengawasan ketat dan persyaratan perizinan yang mutlak bagi pemakaian sumber radiasi, dan dilaksanakan dengan baik serta penjualan alat-alat yang memenuhi persyaratan.

Khusus untuk bidang kedokteran gigi usaha-usaha proteksi yang dilakukan terhadap masyarakat adalah sebagai berikut : A. Perencanaan Pembangunan1. Lokasi, tata letak dan orientasi. Bagian radiologi yang berada di dalam atau merupakan bagian dari suatu rumah sakit harus direncanakan sebaik mungkin, baik mengenai lokasi maupun tata letaknya. Sedapat mungkin, lokasi tidak bersebelahan langsung dengan bagian bagian lain (tersendiri). Selain itu pengaturan arah bekas sinar X primer diutamakan ke daerah daerah yang kosong.2. Beberapa fasilitas lain yang juga sangat penting untuk diperhatikan dan sifatnya mudah pengontrolannya adalah- Instalasi listrik- Instalasi air- Saluran pembuangan

B. Bahan Proteksi1. Timbal (Pb) adalah bahan proteksi radiasi utama yang paling umum dipakai. Biasanya dibuat dalam bentuk apron, sarung tangan atau penutup gonad. Dapat juga dipakai sebagai bahan untuk melapisi dinding, lantai dan langit - langit.2. Konstruksi dinding dari beton dapat juga digunakan sebagai bahan proteksi radiasi3. Bahan bangunan biasa, dapat juga dipakai sebagai bahan proteksi radiasi. Nilai kesetaraannya adalah sebagai berikut :Tebal beton equivalen = (tebal bahan x densitas) / 2,354. Bahan bahan lain seperti baja, barium plaster, batu, keramik, bata atau kaca juga memiliki kemampuan menyerap radiasi yang dapat dihitung nilai kesetaraannya dengan Pb.

Usaha usaha lain yang dpat dilakukan adalah:1. Pemberian tanda khusus berupa symbol radiasi di daerah sumber sumber radiasi termasuk di ruangan pesawat radiodiagnostik.2. Pemeriksaan yang menggunaka sinar X di rimah sakit atau poliklinik, harus dilakukan di bagian Radiologi kecuali bila keadaan pasien tidak memungkinkan.3. Orang tua atau orang lain yang mengantar pasien harus berada jauh dari ruangan sinar X atau memakai pelindung bila berada di dalam ruangan.4. Pemakaian bahan proteksi pada dinding, lantai dan langit langit.5. Penggunaan pesawat sinar X dengan kualutas terbaik, telah mendapat izin dari Departemen Kesehatan.6. Pemeriksaan periodik tentang kebocoran radiasi pada pesawat sinar X.7. Gunakan alat pengukur radiasi di ruangan, misalnya dengan survey meter.

C. Proteksi Radiasi terhadap PasienUsaha usaha proteksi terhadap pasien dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Ada dua hal yang perlu diperhatikan :1. Tidak boleh melakukan penyinaran tanpa adanya keuntungan yang jelas2. Pemeriksaan diagnostic dengan sinar X baru dilakukan bila pemeriksaan klinis mengarah pada kelainan pada struktur di daerah yang tidak dapat dilihat secara klinis.

Usaha usaha proteksi terhadap pasien dapat diuraikan sebagai berikut :1. Hilangkan tata kerja yang tidak perlu atau berlebihan2. Operator harus terlebih dahulu memeriksa identitas pasien3. Tanyakan apakah penderita pernah menerima radiasi (kapan?)4. Kurangi pemeriksaan radiografi dengan seleksi kasus5. Untuk semua wanita pada masa subur, pemeriksaan radiografi terutama rahang atas harus ditunda.6. Teknik pemotretan radiografis dan penentuan kondisi sinar X, harus betul betul telah direncanakan dengan baikTeknik pemotretan bite wing dapat memperlihatkan gigi gigi rahang atas dan bawah terlihat pada satu film. Dengan demikian dapat mengurangi pemotretan radiografis yang dilakukan, sehingga dapat mengurangi radiasi yang diterima oleh pasien.Teknik ini juga sebaiknya dipakai untuk pemotretan anak anak. Untuk pemeriksaan menyeluruh, film yang digunakan untuk teknik bite wing hanya 4 fil sedangkan pada teknik biseksi 6-8 film.7. Pengurangan film tipe high speed (sangat peka) dengan mutu terbaik. Gunakan cassette yang dilengkapi intensifying screen tipe high speed untuk mengurangi radiasi.8. Penggunaan pesawat sinar X sebaiknya menggunakan filter :Filter yang tepat, untuk menyaring radiasi tidak berguna. Filter adalah materi menyerap, biasanya lempengan aluminium (Al) yang ditempatkan di dalam tabung sinar X dan dilewati oleh berkas sinar X, berguna untuk meneyerap dan menyaring sinar X berenergi rendah yang tidak berguna dalam pembentukan gambar radiografis.Sehingga sinar X yang mencapai film lebih homogen panjang gelombangnya, dengan demikian proses ionisasi AgBr pada film akan lebih merata, dan akan memperoleh gambaran radiografis yang lebih kontras. Selain itu dosis radiasi yang diterima pasien juga akan berkurang.Tebal filter minimum, ditentukan oleh tegangan maksimal pada pesawat sinar-X. Filter untuk pesawat sinar-X diagnostic biasa, termasuk pesawat sinar-X dental harus setara dengan : 1,5 mm Al untuk pesawat sinar-X dengan tegangan sampai dengan 75 kV 2 mm Al untuk pesawat sinar-X dengan tegangan 75-100 kV 2,5 mm Al untuk pesawat sinar-X dengan tegangan di atas 100 kV

9. Penggunaan pesawat sinar-X yang menggunakan : Cone dari logam Cone yang panjang Cone yang ujungnya terbuka10. Penggunaan diafragma/ collimeter/ shutter yang tepat untuk mebatasi ukuran lapangan (lebar berkas) penyinaran.11. Waktu pemotretan yang sesingkat-singkatnya, tetapi memberikan hasil gambaran radiografis yang terbaik.12. Pasien menggunakan apron proteksi dan gonad proteksi selama penyinaran.13. Passion harus mengikuti instruksi operator.D. Proteksi radiasi terhadap operatorPada umumnya pengurangan dosis kepada penderita akan mengakibatkan pengurangan dosis terhadap operator dan personil lainnya. Hal penting yang diperhatikan juga adalah operator harus berdiri dibelakang sinar-X primer.1. Jarak berdiri operatorBesarnya radiasi yang diterima seseorang, berbanding terbalik dengan besarnya jarak antara orang tersebut berdiri dengan sinar-X. hal ini dapat dibuktikan dengan hokum bidang (inverse law). Hokum ini menunjukkan hubungan antara besarnya radiasi yang diterima seseorang dengan besarnya jarak antara orang tersebut berdiri dan sumber sinar-X.Radiasi yang diterima operator bila berdiri pada jarak 4 feet dari sumber sinar-X dibandingkan bila berdiri pada jarak 2 feet dari sumber sinar-X adaah (1/2) : 2= (seperempat) kali jumlah yang diterima pada jarak 2 feet.Hal ini menggambarkan dengan jelas, pentingnya operator berdiri pada jarak sejauh-jauhnya dari sinar-X. untuk penggunaan pesawat sinar-x diagnostic, dianjurkan operator berdiri minimal 6 feet dari sumber sinar-X. sselain itu operator perlu memperhatikan untuk :1. Tidak memegang film di dalam mulut penderita2. Tidak memegang kaca mulut di dalam mulut penderita selama pemotretan3. Tiba memegang cone atau tube selama pemotretan4. Selalu menggunakan apron proteksi dan gonad proteksi5. Selalu menggunakan monitor radiasi berupa : film badge pocket dose meter cara pemeriksaan apron dan sarung tangan PbApron dan sarung tangan Pb harus mempunyai ketebalan minimum 0,25 mm, untuk pesawat dengan 150 kV. Sarung tangan dan apron Pb harus di periksa setahun sekali.Caranya : pada apron dan sarung tangan Pb dilakukan penyinaran dengan sinar-X pada kondisi 80 kV dengan mAs tertentu dengan jarak 1 meter. Untuk ketebalan 0,25 mm Pb dipakai mAs = 10, pada penyinaran ini apron dan sarung tangan Pb harus kedap/ tidak dapat dilewati sinar-X.

2. Posisi berdiri operatorPerlu ditekankan bahwa selama melakukan pemotretan radiografis operator juga mendapat radiasi. Oleh karena itu operator tidak diperbolehkan berdiri didaerah radiasi sinar-X primer. Untuk mengurangi dosis radiasi yang diterimanya, sebaiknya operator juga berdiri pada tempat yang aman yaitu dibalik dinding pelindung berlapis Pb dan berjarak cukup jauh dari sumber sinar-X selama melakukan pemotretan radiografis.Umumnya operator berdiri pada posisi yang membentuk sudut antara 90 dan 135 terhadap sinar-X pusat. Akan tetapi yang terbaik adalah jauh di belakang sumber sinar-X atau berlawanan arah dengan sinar-X pusat. Untuk pemotretan radiografis dental region :1. Gigi anterior, operator berdiri pada sebelah depan kanan atau sebelah depan kiri pasien.2. Gigi posterior, operator lebih baik berdiri di sebelah belakang pasien daripada sebelah depan pasien.Ada pembagian 3 daerah radiasi beserta penggolongan orang yang berada di sekitarnya :1. Controlled area (daerah I), yang berada di daerah ini termasuk :Orang-orang yang langsung menggunakan pesawat sinar-X (operator)E. Proteksi Radiasi terhadap bahaya radiasi bocor Persyaratan sarana dan fasilitas proteksi radiasi termasuk juga proteksi terhadap adanya radiasi bocor. Untuk mengetahui ada tidaknya atau besarnya radiasi bocor,perlu dilakukan pengetesan pada pesawat dengan cara mengaktifkan pesawat dalam beberapa saat. Kemudian dihitung dalam satuan R/jam. Radiasi bocor adalah radiasi yang dihasilkan dan dikeluarkan dari kepala tabung sinar-X yang tidak melalui Cone:1. untuk pesawat diagnostik, radisai bocor yang diperbolehkan maksimum 100mR/jam pada jarak 1 meter dari tabung sinar-X, pada waktu pesawat dalam kondisi katif penuh.2. untuk pesawat terapi, radiasi bocor yang diperbolehkan sebesar 100 mR/jam pada jarak 1 meter dari tabung sinar-X dan 100mR/menit pada setiap titik diatas tube housing.3. untuk pesawat telegama, sourhead dan peralatan kolimasi harus dibuat sedemikian rupa sehingga pada jarak 1 meter dalam setiap arah dari sumber sinar dalam keadaan tertutup. Radiasi maksimum tidak boleh lebih dari 10 mR/jam dan radiasi rata-rata tidak lebih dari 2 mR/jam.PERSYARATAN PEKERJA INSTALASI RADIASI Persyaratan pekerja instalasi radiasi dalam hal ini tenaga operator merupakan masalah yang sangat penting, karena berhubungan secara langsung dengan mutu hasil foto radiografis. Selain memiliki keterampilan yang memenuhi syarat, pekerja instalasi radiasi juga memiliki dan harus memperhatikan semua faktor-faktor mengenai proteksi radiasi. Persyaratn tersebut meliputi :1. usia pekerja. Tidak semua orang dapat bekerja di daerah radiasi. Orang-oramg yang berusia di bawah 18 tahun, tidak diperbolehkan bekerja di daerah radiasi. 2. operator harus mempunyai pengetahuan yang baik tentang pesawar dan teknik penggunaannya. Untuk instalasi radioterapi operator juga harus memiliki pengetahuan tentang bahan-bahan radioaktif, kegunaan, aturan pemakaian, serta bahaya radiasi yang dapat ditimbulkan.3. operator harus terampil, memiliki pengetahuan dan menguasai pemotretan dengan baik. Termasuk juga penggunaan film yang baik, memilih ukuran film yang sesuai dengan kebutuhan pemotretan radiografis serta cara memberikan instruksi yang penting bagi pasien.4. di bagian Radiologi Kedokteran Gigi, operator harus menguasai teknik oral maupun ekstra oral dengan baik.5. menguasai teknik pencucian foto radiografis dengan baik. Selain itu, memahami cara penyimpanan film radiografis yang baik dan aman terhadap kontaminasi sinar-X dan cahaya lainnya.6. operator di bagian Radiologi Kedokteran Gigi, harus memahami struktur anatomis daerah rongga mulut, khususnya anatomi gigi dan mulut, baik pada anak-anak maupun orang dewasa.7. mengetahui penyebab kegagalan pembuatan foto radiografis dan mengetahui semua faktor-faktor penyebabnya.8. dalam melakukan tugasnya sehari-hari, operator harus dapat memilih pola kerja yang sistematis, teliti dan hati-hati, untuk dapat menghindari kesalahan.9. ketelitian operator biasanya diperlukan pada waktu membaca surat konsul, terutama dalam hal region gigi yang akan diperiksa dan tujuan pembuatan foto radiografis tersebut.Standar Proteksi RadiasiDalamimplementasioptimisasisepertiyangdirekomendasikanolehInternationalAt micEnergy Agency makapelaksanaanTingkatPanduanDosisatauGuidanceLevel bagipasienmautidakmauharusdilaksanakanagarpasienterlindungdaripemberiandosisyayang tidak perlu. Untuk mencapai hal ini maka perlu diperhatikan Peralatan yangdipergunakanapakahhandaldanterujidanTenagakerjanyaterkualifikasiatautidak.1. Peralatanyanghandal.Agarsupayadosispasienyangdikehendakidapattercapaimakahalpertamayangharusdiperhatikan adalah kemampuan pesawat sinarX. Untuk meyakinkan bahwakemampuannyamasihdapatdipercayamakaperludilakukanujifungsiterhadappesawat sinarX secara periodik sesuai dengan peraturan yang berlaku. Kalauperaturanmengharuskandilakukanujikesesuaiansekalidalamsetahunmakaharusdilakukan.Permasalahanadalahsiapayangdapatmelakukanujikesesuaianyang sesuaidenganstandarinternasional.Menurutperaturanperundanganyangberlakumakainstansiataulembagayangdapatmelakukan uji kesesuaian boleh siapa saja asalkan sudah diakreditasi oleh KomiteAkreditasi Nasional (KAN) yang berada di dalam organisasi Badan StandardisasiNasional(BSN).SecarainternasionalKANdiakuisebagaisatusatunya instansiyangdapat melaksanakan akreditasi terhadap instansi yang melaksanakasertifikasijasamaupunproduk.OlehkarenaitusemualembagadiIndonesiayangakanmelaksanakansertifikasiharusterlebihdahulumendapatakreditasidariKAN.SertifikatpesawatsinarXakanmenjadisyaratutamauntukmengajukanpermohonanizinpenggunaanpesawatsinarX.

2. TenagayangterkualifikasiUntukmencapaidosispasienyangdiharapkantidakcukuphanyamengujiperalatanakantetapi kualifikasi personil yang mengoperasikan alat juga harus mendapat perhatian.Personil tersebut harus memiliki pendidikan yang standar sesuai dengan yangdipersyaratkanuntukmengoperasikanpesawatsinarX.UntukoperatorpesawatsinarXpersyaratan minimum harus berpendidikan Diploma D3 atau setara dengan akademiyangkhususuntukpesawatsinarXdiagnostik.Denganlatarbelakangpendidikaninimakapemberianpaparanradiasipadapasienakanmendapatkancitrayangdiharapkanserta dosis pasien yang sesuai dengan tingkat panduan dosis pada setiap jenispemeriksaan yang dimintakan dokter. Sedangkan untuk pemeriksaan angiografi,mammografi, dan CT Scan, disamping tenaga operator yang terkualifikasi jugadiopersyaratkanadanyatenagaFisikaMedik

BAB IIIPENUTUP

KESIMPULANPenggunaan sinar Rontgen telah lama di kenal sebagai suatu alat dalam bidang kedokteran umum dan kedokteran gigi yang sangat membantu dalam menegakkan diagnosa dan untuk menentukan rencana perawatan. Ada dua teknik yang digunakan pada radiografi kedokteran gigi, yaitu teknik intra oral dan teknik ekstra oral. Kegagalan pada radiografi kedokteran gigi bias pula terjadi,hal ini bias disebabkan oleh dokter gigi, pasien, bahan material dan teknik yang salah saat pengambilan gl gambar.Radiasi yang ditimbulkkan oleh X-ray saat pengambilan gambar harus diantisipasi,karena dapat berbahaya bagi tubuh kita. Untuk itu harus dilakukan proteksi baik pada alat,operator, maupun pasien saat melakukan foto X-ray, terutama bila harus terus berhubungan dengan ruangan radiologi.

SARANProteksi radiasi dalam bidang kesehatan yang selama ini lebih difokuskan padakeselamatanpekerja,masyarakat,danlingkunganhidup.Untukmasayangakandatang proteksiradiasiharusjugalebihmementingkankeselamatanpasien.Olehkarenaitudiperlukantenagayangcakapdanterlatihbaiksertamemenuhistandarkeselamatandankompetensi.SedangkanpesawatsinarXharusdiujiolehlembagaatauinstansiyangtelah mendapat akreditasi dari KAN. Dengan memberlakukan peraturan yang sesuaidengan standar internasional maka penggunaan pesawat sinarX akan memberikanjaminandanmanfaatkepadapasien,pekerja,masyarakat,danlingkungan.

DAFTAR PUSKATAIAEASafetySeries,InternationalBasicSafetyStandardNo.115onProtectionagainstionizingradiationandsafetyofradioactivesources

Boel,Trelia.2000.Dental Radiologi;prinsip dan teknik.Medan

Langland., O.E. and R. P. Langlais., 2002. Principles of Dental Imaging.,Philadelphia., Williams & Willins

Diktat dental radiologi