NASKAH PUBLIKASIAnalisis Pengaruh PAD, DBH, DAU, DAK, dan SiLPA
terhadap Pertumbuhan Ekonomi Daerah dengan RealisasiBelanja Modal sebagai Variabel Intervening
(Studi pada Kabupaten dan Kota di Jawa Tengah)
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana
pada Program Studi Akuntansi STIE YKPN
Disusun oleh:
Muhammad Fajar Shidiq
11.12.25032
PROGRAM SARJANASEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI
YAYASAN KELUARGA PAHLAWAN NEGARAYOGYAKARTA
2016
Analisis Pengaruh PAD, DBH* DAU, DAK, dan SiLPAterhadap Pertumbuhan Ekonomi Daerah dengan Realisasi
Belanja Modal sebagai Variabel Intervening(Studi pada Kabupaten dan Kota di Jawa Tengah)
Dipersiapkan dan disusun oleh:
MI]HAMMAD FAJAR SHIDIQ
telah dipresentasikan di depan Ti Agustus 2016 dan dinyatakan telahmemenuhi syarat untuk diteri untuk mencapai gelar SarjanaEkonomi Jurusan Akuntansi
Yogyakarta, 3 1 Agustus 2016
ul
No Mahasiswa: 1l 1225032
Pembimbing,
Bambang Suripto, Dr., M.Si., Ak., CA.
Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN
Haryono Subiyakto, Dr., M.Si.
xiv
Analisis Pengaruh PAD, DBH, DAU, DAK, dan SiLPAterhadap Pertumbuhan Ekonomi Daerah dengan Realisasi
Belanja Modal sebagai Variabel Intervening
ABSTRAK
Upaya yang perlu dilakukan pemerintah daerah dalam meningkatkanpelayanan publik adalah dengan menganggarkan dana untuk belanja modal.Pendanaan belanja modal berasal dari pendapatan daerah dan pembiayaan daerah.Pengoptimalan penerimaan daerah berasal dari Pendapatan Asli Daerah (PAD),Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Selisih LebihPerhitungan Anggaran (SiLPA). Peran realisasi belanja modal dalammeningkatkan pelayanan publik terlihat dari tersedianya sarana dan prasaranapublik yang dapat memperlancar kegiatan ekonomi masyarakat sehingga padaakhirnya akan memacu pertumbuhan ekonomi daerah.
Tujuan penelitian adalah memberikan bukti empiris mengenai pengaruhpositif Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Bagi Hasil (DBH), Dana AlokasiUmum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), dan Selisih Lebih PerhitunganAnggaran (SiLPA) terhadap realisasi belanja modal serta pengaruh positifrealisasi belanja modal terhadap pertumbuhan ekonomi daerah denganpertumbuhan penduduk dan rata-rata lama sekolah sebagai variabel kontrol.Metode penelitian menggunakan analisis regresi berganda dengan bantuansoftware SPSS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa PAD berpengaruh positifterhadap realisasi belanja modal, sedangkan DBH, DAU, DAK, dan SiLPA tidakberpengaruh terhadap realisasi belanja modal. Realisasi Belanja Modal sebagaivariabel intervening tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi daerah.
Kata kunci: Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), DanaAlokasi Khusus (DAK), Selisih Lebih Perhitungan Anggaran(SiLPA), Belanja Modal (BM), Pertumbuhan Penduduk (PP), Rata-Rata Lama Sekolah (RLS), dan Pertumbuhan Ekonomi (PE).
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
1
1. Pendahuluan
Perubahan paradigma pengelolaan keuangan daerah terjadi sejak era
otonomi daerah diterapkan pada tahun 2001. Pengelolaan keuangan daerah diatur
dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (sebagai
pengganti Undang-Undang No. 32 Tahun 2004). Di dalam Undang-Undang
tersebut diatur kewenangan daerah untuk melaksanakan otonomi daerah.
Penyelenggaraan otonomi daerah dilaksanakan dengan prinsip-prinsip demokrasi,
partisipasi masyarakat, pemerataan, dan keadilan, serta memperhatikan potensi
dan keanekaragaman daerah. Oleh karena itu, pelaksanaan otonomi daerah
memberikan peluang lebih besar kepada pemerintah daerah untuk mengelola
keuangan daerahnya secara optimal sesuai potensi daerah masing-masing.
Konsekuensi dari diterapkannya otonomi daerah adalah timbulnya
desentralisasi fiskal yang mendorong pemerintah daerah untuk mengelola
keuangan secara mandiri dengan kewenangan untuk menggali potensi dan
kekhasan daerah sebagai sumber pendapatan daerah berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Pengelolaan keuangan daerah terangkum dalam APBD yang merupakan
ringkasan rencana kerja dan anggaran pemerintah daerah untuk melaksanakan
program dan kegiatan pembangunan daerah dalam satu periode anggaran.
Penyusunan APBD dengan cermat akan membuat program dan kegiatan
pembangunan daerah dapat terlaksana dengan efisien dan efektif. Namun, proses
penyusunan APBD tersebut tidaklah mudah. Permasalahan mendasar yang
dihadapi oleh pemerintah daerah dalam penganggaran sektor publik adalah terkait
keterbatasan sumber penerimaan untuk pengalokasian anggaran. Keterbatasan
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
2
tersebut sebaiknya menjadi pertimbangan pemerintah daerah untuk lebih
mengalokasikan penerimaan daerah yang diperoleh pada belanja daerah yang
bersifat produktif. Belanja daerah yang bersifat produktif dapat dilaksanakan
untuk program dan kegiatan layanan publik, misalnya untuk melakukan kegiatan
pembangunan infrastruktur daerah. Salah satu belanja daerah yang bersifat
produktif adalah belanja modal. Belanja modal merupakan belanja pemerintah
yang sangat erat kaitannya dengan pembangunan daerah dan dapat memacu
pertumbuhan ekonomi daerah. Seperti yang telah disebutkan oleh Danayanti
(2014), belanja modal digunakan untuk membiayai segala kebutuhan masyarakat
daerah berupa fasilitas, sarana dan prasarana publik, dan pembangunan
infrastruktur daerah yang dapat meningkatkan produktivitas masyarakat dan iklim
investasi di daerah.
Sumber penerimaan daerah untuk merealisasikan belanja modal dapat
berasal dari pendapatan daerah (pendapatan asli daerah, dana perimbangan, lain-
lain pendapatan daerah yang sah) dan penerimaan pembiayaan (selisih lebih
perhitungan anggaran tahun sebelumnya, pencairan dana cadangan, hasil
penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan, penerimaan pinjaman, penerimaan
kembali pemberian pinjaman).
Penelitian ini dilaksanakan untuk melakukan pengujian pengaruh
pendapatan daerah sebagai sumber pendanaan terhadap alokasi belanja modal.
Sumber pendanaan yang digunakan dalam penelitian ini mencakup Pendapatan
Asli Daerah (PAD), Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi Umum (DAU), Dana
Alokasi Khusus (DAK), dan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA) tahun
sebelumnya sebagai variabel bebas (variabel independen). Dalam penelitian ini,
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
3
pengalokasian sumber pendanaan tersebut diduga mempengaruhi realisasi belanja
modal sebagai variabel intervening. Kemudian, penelitian ini menguji pengaruh
realisasi belanja modal terhadap pertumbuhan ekonomi tahun berikutnya sebagai
variabel terikat (variabel dependen).
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian, maka yang menjadi pertanyaan
penelitian adalah:
a. Apakah PAD berpengaruh positif terhadap realisasi belanja modal?
b. Apakah DBH berpengaruh positif terhadap realisasi belanja modal?
c. Apakah DAU berpengaruh positif terhadap realisasi belanja modal?
d. Apakah DAK berpengaruh positif terhadap realisasi belanja modal?
e. Apakah SiLPA tahun sebelumnya berpengaruh positif terhadap realisasi
belanja modal?
f. Apakah realisasi belanja modal berpengaruh positif terhadap pertumbuhan
ekonomi tahun mendatang?
2. Tinjauan Pustaka
2.1 Belanja Modal
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 menyatakan
bahwa belanja modal adalah belanja barang/jasa pada pengeluaran APBD yang
digunakan untuk pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pengadaan aset tetap
berwujud yang mempunyai nilai manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk
digunakan dalam kegiatan pemerintahan. Nilai aset tetap berwujud yang
dianggarkan dalam belanja modal sebesar harga beli/bangun aset ditambah
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
4
seluruh belanja yang terkait dengan pengadaan/pembangunan aset sampai aset
tersebut siap digunakan. Aset tetap tersebut dipergunakan untuk operasional
kegiatan sehari-hari di daerah dan bukan untuk dijual kembali.
Menurut Halim (2008), belanja modal adalah investasi yang berupa
pengadaan/pembelian aset yang bermanfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan dan
aset tersebut digunakan dalam kegiatan pemerintahan yang bermanfaat secara
ekonomis, sosial, dan manfaat lainnya sehingga dapat meningkatkan kemampuan
pemerintah dalam melayani masyarakat.
2.2 Sumber Pendanaan Belanja Modal
Pendapatan Asli Daerah (PAD)
PAD adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan
peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan (UU No. 33 Tahun
2004). Dengan diterapkannya desentralisasi fiskal, pemerintah dituntut untuk
lebih kreatif dalam mengelola potensi daerah yang ada sehingga dapat menambah
penerimaan daerah untuk meningkatkan pelayanan publik.
Menurut Tiebout (1956), masyarakat di daerah sebagai pembayar pajak
memiliki preferensi yang tinggi terhadap pemenuhan fasilitas publik dan
pelayanan publik yang menjadi tanggung jawab pemerintah. Hal ini berarti bahwa
dengan membayar pajak, masyarakat menginginkan pelayanan publik yang
memadai sesuai harapan masyarakat.
Dana Bagi Hasil (DBH)
Dana Bagi Hasil (DBH) adalah dana yang bersumber dari pendapatan
APBN yang dialokasikan kepada daerah berdasarkan angka persentase untuk
mendanai kebutuhan daerah dalam rangka desentralisasi. Pola bagi hasil ini
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
5
dilakukan dengan menggunakan persentase tertentu yang didasarkan atas daerah
penghasil (by origin) dan bersumber dari pajak dan sumber daya alam.
Dana Alokasi Umum (DAU)
Dana Alokasi Umum (DAU) adalah dana yang bersumber dari pendapatan
APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar
daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan
desentralisasi. DAU merupakan transfer dana yang bersifat block grant, yang
berarti penggunaan DAU diserahkan ke daerah sesuai kebutuhan dan aspirasi
masing-masing daerah untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam
rangka otonomi daerah.
Dana Alokasi Khusus (DAK)
Berdasarkan UU No. 33 Tahun 2004, Dana Alokasi Khusus (DAK) adalah
dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah
tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang
merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional. DAK merupakan
dana transfer yang bersifat specific grant, yang berarti penggunaan DAK untuk
pembangunan yang sudah ditentukan dari pusat sesuai program-program nasional
yang lebih diprioritaskan untuk belanja modal.
Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA)
PP No. 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah menyatakan
bahwa Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA) adalah selisih lebih realisasi
penerimaan dan pengeluaran anggaran selama satu periode anggaran. SiLPA yang
terbentuk pada akhir tahun anggaran merupakan sisa anggaran yang tidak
dibelanjakan pada tahun berjalan yang kemudian akan menjadi sumber
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
6
penerimaan pembiayaan pada tahun anggaran berikutnya. Pada dasarnya, dana
SiLPA merupakan dana yang menganggur (idle fund). Apabila tidak dimanfaatkan
dengan cermat, dana SiLPA tidak akan memberikan efek pengganda (multiplier
effect) bagi perekonomian daerah. Oleh karena itu, dana SiLPA yang terlalu besar
harus dihindari dalam pengelolaan keuangan daerah.
2.3 Pertumbuhan Ekonomi
Salah satu indikator dalam pencapaian kesejahteraan masyarakat adalah
pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses yang
mencerminkan aspek dinamis dari suatu perekonomian, yaitu bagaimana suatu
perekonomian berkembang dan berubah dari waktu ke waktu (Boediono, 1999).
Pertumbuhan ekonomi yang meningkat menunjukkan pendapatan per kapita
masyarakat meningkat. Dengan demikian, kesejahteraan masyarakat juga
meningkat seiring peningkatan pertumbuhan ekonomi.
2.4 Akumulasi Modal Manusia
Investasi dapat dilakukan pada bidang fisik dan non fisik. Investasi fisik
tercermin dalam belanja modal untuk pengadaan sarana dan prasarana daerah,
sedangkan investasi non fisik meliputi bidang pendidikan, pelatihan, kesehatan,
dan lapangan kerja. Investasi non fisik lebih dikenal dengan investasi sumber daya
manusia. Modal manusia (human capital) adalah istilah yang sering digunakan
oleh para ekonom untuk pendidikan, kesehatan, dan kapasitas manusia yang lain
yang dapat meningkatkan produktivitas jika hal-hal tersebut ditingkatkan.
Pertumbuhan Penduduk
Pertumbuhan penduduk dan tenaga kerja dianggap sebagai faktor positif
dalam merangsang pertumbuhan ekonomi. Bertambahnya penduduk semakin
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
7
menambah pula jumlah tenaga kerja. Jumlah tenaga kerja yang lebih besar akan
menambah jumlah tenaga kerja produktif, sedangkan pertumbuhan penduduk
yang lebih besar akan meningkatkan luasnya pasar domestik (Todaro, 2004).
Rata-Rata Lama Sekolah
Rata-rata lama sekolah adalah jumlah tahun belajar penduduk usia 15 tahun ke
atas yang telah diselesaikan dalam pendidikan formal (tidak termasuk tahun yang
mengulang). Untuk menghitung Rata-rata Lama Sekolah dibutuhkan informasi: a)
Partsipasi sekolah; b) Jenjang dan jenis pendidikan yang pernah/sedang diduduki;
c) Ijazah tertinggi yang dimiliki; d) Tingkat/kelas tertinggi yang pernah/sedang
diduduki.
2.5 Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Darwanto dan Yustikasari (2007) yang
meneliti tentang pengaruh pertumbuhan ekonomi, PAD, dan DAU terhadap
pengalokasian anggaran belanja modal pemerintahan daerah di Jawa dan Bali
menghasilkan bukti bahwa PAD dan DAU berpengaruh positif terhadap belanja
modal, sedangkan pertumbuhan ekonomi tidak berpengaruh terhadap belanja
modal.
Tuasikal (2008) meneliti tentang pengaruh PAD, DAK, PAD, dan PDRB
terhadap belanja modal pemerintahan daerah di kabupaten/kota di Indonesia.
Hasil penelitian yang dilakukannya adalah DAU, DAK, dan PAD berpengaruh
positif terhadap belanja modal, sedangkan PDRB tidak berpengaruh terhadap
belanja modal.
Putro (2010) meneliti tentang pengaruh pertumbuhan ekonomi, PAD, dan
DAU terhadap alokasi anggaran belanja modal pemerintahan daerah di
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
8
kabupaten/kota di Jawa Tengah. Hasil penelitian yang dilakukannya adalah
pertumbuhan ekonomi dan PAD berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap
belanja modal, sedangkan DAU tidak berpengaruh terhadap belanja modal.
Kusnandar dan Siswantoro (2011) meneliti tentang DAU, PAD, SiLPA,
dan luas wilayah terhadap belanja modal. Hasil penelitian yang dilakukannya
adalah PAD, SiLPA, dan luas wilayah berpengaruh positif terhadap belanja
modal, sedangkan DAU tidak berpengaruh terhadap belanja modal.
Hendriwiyanto (2013) meneliti tentang pengaruh pendapatan daerah
terhadap pertumbuhan ekonomi dengan variabel mediasi yaitu belanja modal.
Hasil penelitian yang dilakukannya adalah PAD, DBH, dan DAU berpengaruh
positif terhadap alokasi belanja modal. Penelitian yang dilakukannya juga
menunjukkan bahwa belanja modal berpengaruh positif terhadap pertumbuhan
ekonomi.
Danayanti (2014) meneliti tentang pengaruh PAD, DAK, dan SiLPA tahun
sebelumnya terhadap realisasi belanja modal dan pertumbuhan ekonomi
pemerintahan daerah di Jawa dan Bali 2008-2011. Penelitian yang dilakukan
Danayanti (2014) menguji pengaruh PAD, DAK, dan SiLPA terhadap realisasi
belanja modal serta pengaruh realisasi belanja modal terhadap pertumbuhan
ekonomi. Hasil penelitian yang dilakukannya adalah PAD, DAK, dan SiLPA
berpengaruh positif terhadap realisasi belanja modal. Selain itu, penelitian yang
dilakukannya juga menunjukkan realisasi belanja modal berpengaruh positif
terhadap pertumbuhan ekonomi.
Kuspita (2015) meneliti pengaruh PAD, DAU, DAK, dan SiLPA terhadap
realisasi belanja modal serta pengaruh realisasi belanja modal, investasi swasta,
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
9
dan tenaga kerja terhadap pertumbuhan ekonomi. Hasil penelitian yang
dilakukannya adalah PAD, DAU, dan SiLPA berpengaruh positif terhadap belanja
modal, sedangkan DAK tidak berpengaruh terhadap belanja modal. Penelitian
yang dilakukan Kuspita (2015) juga menunjukkan belanja modal berpengaruh
positif terhadap pertumbuhan ekonomi, sedangkan investasi swasta dan tenaga
kerja tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi.
2.6 Pengembangan Hipotesis Penelitian
Berdasarkan landasan teori dan temuan-temuan terdahulu, peneliti
mengajukan hipotesis sebagai berikut:
a. H1: PAD berpengaruh positif terhadap realisasi belanja modal.
b. H2: DBH berpengaruh positif terhadap realisasi belanja modal.
c. H3: DAU berpengaruh positif terhadap realisasi belanja modal.
d. H4: DAK berpengaruh positif terhadap realisasi belanja modal.
e. H5: SiLPAt-1 berpengaruh positif terhadap realisasi belanja modal.
f. H6: Realisasi belanja modal berpengaruh positif terhadap pertumbuhan
ekonomi daerah.
3. Metodologi Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dan data yang
digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh secara
tidak langsung dari objek penelitian. Data yang digunakan dalam penelitian ini
bersumber dari data statistik yang dipublikasikan di website BPS dan Laporan
Realisasi APBD pemerintah daerah kabupaten dan kota di Jawa Tengah tahun
2012-2013 yang dipublikasikan di website Ditjen Perimbangan Keuangan.
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
10
Metode analisis data dalam penelitian ini adalah analisis regresi linear
berganda. Statistik deskriptif dan pengujian asumsi klasik (uji normalitas, uji
multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi) dilakukan terlebih
dahulu sebelum melakukan analisis regresi berganda (uji simultan, uji parsial, dan
uji koefisien determinasi).
4. Hasil Penelitian dan Pembahasan
4.1 Statistik Deskriptif
Data variabel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi Pendapatan
Asli Daerah (PAD), Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi Umum (DAU), Dana
Alokasi Khusus (DAK), Sisa lebih Perhitungan Anggaran Tahun Sebelumnya
(SiLPA), Belanja Modal (BM), Pertumbuhan Penduduk (PP), Rata-Rata Lama
Sekolah (RLS), dan Pertumbuhan Ekonomi (PE).
Tabel 4.1Statistik Deskriptif
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
PAD 70 77.798.870.961 925.919.310.506 156.803.140.431,20 130.246.325.106,767DBH 70 24.609.560.290 182.896.969.776 55.933.475.997,27 29.465.912.346,117DAU 70 325.710.016.000 1.197.315.060.000 753.094.290.742,86 201.977.420.374,179DAK 70 14.993.022.000 118.901.780.000 63.022.384.885,71 22.735.213.554,183SiLPA 70 33.462.940.243 635.457.569.772 135.562.507.037,73 88.072.902.044,738BM 70 69.203.906.339 591.011.412.262 199.818.150.335,10 90.882.083.186,718PP 70 0,16799 2,71343 0,7071620 0,40848039RLS 70 6,07 10,53 7,6520 1,15943PE 70 2,09225 6,88937 5,3137636 0,82044579Valid N (listwise) 70
Hasil statistik deskriptif penelitian menunjukkan variabel PAD memiliki
nilai minimum Rp77.798.870.961, nilai maksimum Rp925.919.310.506 dengan
rata-rata sebesar Rp156.803.140.431,20 dan standar deviasi sebesar
Rp130.246.325.106,767. Variabel DBH memiliki nilai minimum
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
11
Rp24.609.560.290, nilai maksimum Rp182.896.969.776 dengan rata-rata sebesar
Rp55.933.475.997,27 dan standar deviasi sebesar Rp29.465.912.346,117.
Variabel DAU memiliki nilai minimum Rp325.710.016.000, nilai maksimum
Rp1.197.315.060.000 dengan rata-rata sebesar 753.094.290.742,86 dan standar
deviasi sebesar Rp201.977.420.374,179. Variabel DAK memiliki nilai minimum
Rp14.993.022.000, nilai maksimum Rp118.901.780.000 dengan rata-rata sebesar
Rp63.022.384.885,71 dan standar deviasi sebesar Rp22.735.213.554,183.
Variabel SiLPA memiliki nilai minimum Rp33.462.940.243, nilai maksimum
Rp635.457.569.772 dengan rata-rata sebesar Rp135.562.507.037,73 dan standar
deviasi sebesar Rp88.072.902.044,738.
Variabel BM memiliki nilai minimum Rp69.203.906.339, nilai maksimum
Rp591.011.412.262 dengan rata-rata sebesar Rp199.818.150.335,10 dan standar
deviasi sebesar Rp90.882.083.186,718. Variabel PP memiliki nilai minimum
0,16799%, nilai maksimum 2,71343% dengan rata-rata sebesar 0,7071620% dan
standar deviasi sebesar 0,40848039%. Variabel RLS memiliki nilai minimum 6,07
tahun, nilai maksimum 10,53 tahun dengan rata-rata sebesar 7,6520 tahun dan
standar deviasi sebesar 1,15943 tahun. Variabel PE memiliki nilai minimum
2,09225%, nilai maksimum 6,88937% dengan rata-rata sebesar 5,3137636% dan
standar deviasi sebesar 0,82044579%.
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
12
4.2 Uji Asumsi Klasik
Uji Normalitas
Tabel 4.2Hasil Uji Normalitas
Kolmogorov-Smirnov Test
IndikatorUnstandardized Residual
Belanja Modal (LnBM) Pertumbuhan Ekonomi (LnPE)N 70 70
Kolmogorov-Smirnov Z 0,465 0,880Asymp. Sig. (2-tailed) 0,982 0,421
Hasil pengujian Kolmogorov-Smirnov dengan data sebanyak 70 daerah
menunjukkan bahwa nilai K-S pada residual belanja modal adalah 0,465 dengan
nilai signifikansi sebesar 0,982. Nilai signifikansi yang dihasilkan di atas 0,05
(0,982 > 0,05), maka H0 diterima atau data terdistribusi normal. Nilai K-S pada
residual pertumbuhan ekonomi adalah 0,880 dengan nilai signifikansi sebesar
0,421. Nilai signifikansi yang dihasilkan di atas 0,05 (0,421 > 0,05), maka H0
diterima atau data terdistribusi normal. Berdasarkan analisis hasil uji normalitas
tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa residual pada kedua model regresi
terdistribusi normal.
Uji Multikolinearitas
Tabel 4.3Hasil Uji Multikolinearitas Model I
Variabel Independen Collinearity Statistics KeputusanTolerance VIF
LnPAD 0,527 1,899 Tidak terjadi multikolinearitasLnDBH 0,704 1,420 Tidak terjadi multikolinearitasLnDAU 0,241 4,158 Tidak terjadi multikolinearitasLnDAK 0,334 2,992 Tidak terjadi multikolinearitas
LnSiLPA 0,452 2,211 Tidak terjadi multikolinearitas
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
13
Hasil pengujian multikolinearitas model pertama menunjukkan nilai
Tolerance variabel independen LnPAD, LnDBH, LnDAU, LnDAK, dan LnSiLPA
lebih besar dari 0,1 (> 0,1). Nilai VIF variabel independen LnPAD, LnDBH,
LnDAU, LnDAK, dan LnSiLPA lebih kecil dari 10 (< 10). Berdasarkan hasil nilai
Tolerance dan VIF, dapat disimpulkan bahwa variabel independen LnPAD,
LnDBH, LnDAU, LnDAK, dan LnSiLPA bebas dari masalah multikolinearitas
atau tidak terjadi multikolinearitas.
Tabel 4.4Hasil Uji Multikolinearitas Model II
VariabelIndependen
Collinearity StatisticsKeputusanTolerance VIF
LnBM 0,985 1,015 Tidak terjadi multikolinearitasLnPP 0,958 1,044 Tidak terjadi multikolinearitasLnRLS 0,948 1,055 Tidak terjadi multikolinearitas
Hasil pengujian multikolinieritas model kedua menunjukkan nilai
Tolerance variabel independen LnBM, LnPP, dan LnRLS lebih besar dari 0,1 (>
0,1). Nilai VIF variabel independen LnBM, LnPP, dan LnRLS lebih kecil dari 10
(< 10). Berdasarkan hasil nilai Tolerance dan VIF, dapat disimpulkan bahwa
variabel independen LnBM, LnPP, dan LnRLS bebas dari masalah
multikolinearitas atau tidak terjadi multikolinearitas.
Berdasarkan analisis hasil uji multikolinearitas tersebut, maka dapat
disimpulkan bahwa semua variabel independen dalam model pertama dan model
kedua lolos dari masalah multikolinearitas yang berarti setiap variabel independen
tidak saling berhubungan.
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
14
Uji Heteroskedastisitas
Tabel 4.5Hasil Uji Heteroskedastisitas Model I
Uji Glejser
Model Signifikansi (AbsRes_LnBM) Keputusan(Constant) 0,857 -
LnPAD 0,951 Tidak terjadi heteroskedastisitasLnDBH 0,449 Tidak terjadi heteroskedastisitasLnDAU 0,228 Tidak terjadi heteroskedastisitasLnDAK 0,395 Tidak terjadi heteroskedastisitas
LnSiLPA 0,303 Tidak terjadi heteroskedastisitas
Hasil uji heteroskedastisitas model pertama dengan menggunakan uji
Glejser menunjukkan bahwa variabel LnPAD, LnDBH, LnDAU, LnDAK, dan
LnSiLPA memiliki nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 (> 0,05), maka bisa
disimpulkan bahwa variabel LnPAD, LnDBH, LnDAU, LnDAK, dan LnSiLPA
tidak terjadi heteroskedastisitas.
Tabel 4.6Hasil Uji Heteroskedastisitas Model II
Uji Glejser
Model Signifikansi (AbsRes_LnPE) Keputusan(Constant) 0,623 -
LnBM 0,074 Tidak terjadi heteroskedastisitasLnPP 0,112 Tidak terjadi heteroskedastisitasLnRLS 0,561 Tidak terjadi heteroskedastisitas
Hasil uji heteroskedastisitas model kedua dengan menggunakan uji Glejser
menunjukkan bahwa variabel LnBM, LnPP, dan LnRLS memiliki nilai
signifikansi lebih besar dari 0,05 (> 0,05), maka bisa disimpulkan bahwa variabel
LnBM, LnPP, dan LnRLS tidak terjadi heteroskedastisitas.
Berdasarkan hasil pengujian heteroskedastisitas nilai signifikansi semua
variabel yang dimasukkan dalam kedua model regresi lebih besar dari 0,05
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
15
sehingga kedua model regresi dapat disimpulkan baik karena tidak terjadi
heteroskedastisitas. Hal ini berarti semua variabel independen yang dimasukkan
dalam kedua model regresi memiliki kesamaan varian dari residual pengamatan
satu ke pengamatan yang lain.
Uji Autokorelasi
Tabel 4.7Hasil Uji Autokorelasi
Uji Runs Test
Variabel Dependen Nilai Tes Signifikansi KeputusanLnBM -0,00718 0,054 Tidak ada autokorelasiLnPE 0,01164 0,092 Tidak ada autokorelasi
Hasil pengujian autokorelasi model pertama dengan menggunakan uji
Runs test menunjukkan bahwa nilai nilai tes sebesar -0,00718 dengan probabilitas
0,054. Nilai probabilitas tersebut tidak signifikan pada 5% (0,054 > 0,05) yang
berarti H0 diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa residual random atau tidak
terjadi autokorelasi antar nilai residu. Hasil pengujian autokorelasi model kedua
dengan menggunakan uji Runs test menunjukkan bahwa nilai nilai tes sebesar
0,01164 dengan probabilitas 0,092. Nilai probabilitas tersebut tidak signifikan
pada 5% (0,092 > 0,05) yang berarti H0 diterima sehingga dapat disimpulkan
bahwa residual random atau tidak terjadi autokorelasi antar nilai residu.
Berdasarkan hasil pengujian autokorelasi nilai signifikansi semua variabel
yang dimasukkan dalam kedua model regresi lebih besar dari 0,05 sehingga kedua
model regresi dapat disimpulkan baik karena tidak terjadi autokorelasi. Hal ini
berarti semua variabel independen yang dimasukkan dalam kedua model regresi
memiliki residual yang acak atau random.
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
16
4.3 Analisis Regresi Linear Berganda
Tabel 4.8Hasil Analisis Regresi Linear Berganda Model I
Model Koefisien Regresi(Constant) -2,128
LnPAD 0,270LnDBH 0,140LnDAU 0,435LnDAK 0,160
LnSiLPA 0,073
Berdasarkan tabel 4.8 dapat disusun persamaan regresi pertama, yaitu
LnBMt = -2,128 + 0,270LnPADt + 0,140LnDBHt + 0,435LnDAUt +
0,160LnDAKt + 0,073LnSiLPAt-1. Penjelasan dari persamaan regresi tersebut
adalah:
1. Konstanta (a) sebesar -2,128 menyatakan bahwa nilai LnBMt sebesar -
2,128 jika kelima variabel independen dianggap konstan.
2. Apabila LnPADt meningkat sebesar 1 persen, maka LnBMt akan
meningkat sebesar 27,0 dengan asumsi variabel lain konstan.
3. Apabila LnDBHt meningkat sebesar 1 persen, maka LnBMt akan
meningkat sebesar 14,0 dengan asumsi variabel lain konstan.
4. Apabila LnDAUt meningkat sebesar 1 persen, maka LnBMt akan
meningkat sebesar 43,5 dengan asumsi variabel lain konstan.
5. Apabila LnDAKt meningkat sebesar 1 persen, maka LnBMt akan
meningkat sebesar 16,0 dengan asumsi variabel lain konstan.
6. Apabila LnSiLPAt-1 meningkat sebesar 1 persen, maka LnBMt akan
meningkat sebesar 7,3 dengan asumsi variabel lain konstan.
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
17
Tabel 4.9Hasil Analisis Regresi Linear Berganda Model II
Model Koefisien Regresi(Constant) 14,124
LnBM -0,093LnPP 0,035
LnRLS 0,162
Berdasarkan tabel 4.9 dapat disusun persamaan regresi kedua, yaitu
LnPEt+1 = 14,124 - 0,093LnBMt + 0,035LnPPt+1 + 0,162LnRLSt. Penjelasan dari
persamaan regresi tersebut adalah:
1. Konstanta (a1) sebesar 14,124 menyatakan bahwa nilai LnPEt+1 sebesar
14,124 jika ketiga variabel independen dianggap konstan.
2. Apabila LnBMt meningkat sebesar 1 persen, maka LnPEt+1 akan menurun
sebesar 9,3 dengan asumsi variabel lain konstan.
3. Apabila LnPPt+1 meningkat sebesar 1 persen, maka LnPEt+1 akan
meningkat sebesar 3,5 dengan asumsi variabel lain konstan.
4. Apabila LnRLSt meningkat sebesar 1 persen, maka LnPEt+1 akan
meningkat sebesar 16,2 dengan asumsi variabel lain konstan.
Uji Statistik F (Uji Simultan)
Tabel 4.10Hasil Uji Statistik F
Variabel Dependen Predictors (Variabel Independen) SignifikansiLnBM (Constant), LnPAD, LnDBH,
LnDAU, LnDAK, LnSiLPA0,000
LnPE (Constant), LnBM, LnPP, LnRLS 0,104
Hasil uji statistik F model pertama menunjukkan bahwa nilai signifikansi
yang dihasilkan sebesar 0,000 sementara derajat signifikansi yang ditetapkan
sebesar 5%. Hal ini menyatakan bahwa nilai signifikansi yang dihasilkan kurang
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
18
dari 5% (0,000 < 0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak atau HA
diterima. Artinya variabel-variabel independen seperti LnPAD, LnDBH, LnDAU,
LnDAK, dan LnSiLPA secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel
LnBM.
Hasil uji statistik F model kedua menunjukkan bahwa nilai signifikansi
yang dihasilkan sebesar 0,104 sementara derajat signifikansi yang ditetapkan
sebesar 5%. Hal ini menyatakan bahwa nilai signifikansi yang dihasilkan kurang
dari 5% (0,104 > 0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 diterima atau HA
ditolak. Artinya variabel-variabel independen seperti LnBM, LnPP, dan LnRLS
secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap variabel LnPE.
Koefisien Determinasi
Tabel 4.11Hasil Koefisien Determinasi
Variabel Dependen Predictors (Variabel Independen) Adjusted R SquareLnBM (Constant), LnPAD, LnDBH,
LnDAU, LnDAK, LnSiLPA0,481
LnPE (Constant), LnBM, LnPP, LnRLS 0,047
Hasil koefisien determinasi model pertama menunjukkan bahwa nilai
Adjusted R Square sebesar 0,481. Hal ini menyatakan bahwa variabel yang diteliti
dalam model regresi seperti LnPAD, LnDBH, LnDAU, LnDAK, dan LnSiLPA
mampu menjelaskan pengaruhnya terhadap LnBM sebesar 48,1%, sedangkan
sisanya sebesar 51,9% dijelaskan oleh faktor lain yang tidak dimasukkan dalam
penelitian ini. Hasil koefisien determinasi model kedua menunjukkan bahwa nilai
Adjusted R Square sebesar 0,047. Hal ini menyatakan bahwa variabel yang diteliti
dalam model regresi seperti LnBM, LnPP, dan LnRLS mampu menjelaskan
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
19
pengaruhnya terhadap LnPE sebesar 4,7%, sedangkan sisanya sebesar 95,3%
dijelaskan oleh faktor lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini.
Uji Statistik t (Uji Parsial)
Tabel 4.12Hasil Uji t Model I
Model Hipotesis KoefisienRegresi Signifikansi Keputusan
LnPAD (+) Signifikan 0,270 0,022 MenerimaLnDBH (+) Signifikan 0,140 0,178 MenolakLnDAU (+) Signifikan 0,435 0,079 MenolakLnDAK (+) Signifikan 0,160 0,274 Menolak
LnSiLPA (+) Signifikan 0,073 0,475 Menolak
Hasil uji statistik t model pertama menunjukkan bahwa koefisien regresi
LnPAD bernilai positif dengan nilai signifikansi sebesar 0,022 kurang dari derajat
signifikansi yang ditetapkan yaitu sebesar 5% (0,022 < 0,05). Jadi, secara statistik
variabel LnPAD berpengaruh positif signifikan terhadap LnBM. Di sisi lain,
koefisien regresi LnDBH, LnDAU, LnDAK, dan LnSiLPA bernilai positif dengan
nilai signifikansi yang lebih besar dari derajat signifikansi yang ditetapkan yaitu
sebesar 5% (> 0,05). Jadi, secara statistik variabel LnDBH, LnDAU, LnDAK, dan
LnSiLPA berpengaruh positif tidak signifikan terhadap LnBM.
Tabel 4.13Hasil Uji t Model II
Model Hipotesis KoefisienRegresi Signifikansi Keputusan
LnBM (+) Signifikan -0,093 0,068 MenolakLnPP - 0,035 0,407 -
LnRLS - 0,162 0,295 -
Hasil uji statistik t model kedua menunjukkan bahwa koefisien regresi
LnBM bernilai negatif dengan nilai signifikansi sebesar 0,068 lebih besar dari
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
20
derajat signifikansi yang ditetapkan yaitu sebesar 5% (0,068 > 0,05). Jadi, secara
statistik variabel LnBM tidak berpengaruh terhadap LnPE. Koefisien regresi LnPP
dan LnRLS bernilai positif dengan nilai signifikansi lebih besar dari derajat
signifikansi yang ditetapkan yaitu sebesar 5% (0,407 > 0,05). Jadi, secara statistik
variabel LnPP dan LnRLS tidak berpengaruh terhadap LnPE.
5. Penutup
5.1 Kesimpulan
1. Variabel independen (LnDBH, LnDAU, LnDAK, dan LnSiLPA) pada
persamaan regresi pertama secara simultan melalui uji statistik F
berpengaruh terhadap variabel dependen (LnBM), sedangkan variabel
independen (LnBM, LnPP, dan LnRLS) pada persamaan regresi kedua
secara simultan melalui uji statistik F tidak berpengaruh terhadap variabel
dependen (LnPE).
2. Pada persamaan regresi pertama, Variabel LnPAD secara individual
(parsial) melalui uji statistik t berpengaruh positif dan signifikan terhadap
realisasi belanja modal (LnBM), sedangkan keempat variabel lainnya tidak
berpengaruh terhadap realisasi belanja modal (LnBM).
3. Pada persamaan regresi kedua, variabel independen (LnBM, LnPP, dan
LnRLS) secara individual (parsial) melalui uji statistik t tidak berpengaruh
terhadap pertumbuhan ekonomi daerah (LnPE).
5.2 Keterbatasan Penelitian
1. Penelitian hanya mengambil sampel pada ruang lingkup Provinsi Jawa
Tengah pada tahun 2012-2013.
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
21
2. Penelitian hanya menguji data keuangan yang diperoleh dalam realisasi
anggaran sehingga diduga ada faktor-faktor lain yg bersifat kualitatif yang
dapat mempengaruhi alokasi belanja modal.
3. Hasil penelitian menunjukkan variabel kontrol belum mampu mendukung
variabel intervening dalam mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.
5.3 Saran Penelitian
1. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa PAD berpengaruh positif
signifikan terhadap belanja modal. Oleh karena itu, pemerintah daerah
diharapkan dapat meningkatkan sumber penerimaan asli daerah tersebut
untuk meningkatkan pelayanan publik agar tidak terlalu bergantung pada
dana perimbangan dari pemerintah pusat dalam membiayai pengeluaran
daerah.
2. Penelitian selanjutnya diharapkan bisa menambah ruang lingkup dan
periode penelitian yang lebih luas.
3. Penelitian selanjutnya dapat menambahkan data lain yang lebih bersifat
kualitatif untuk menjelaskan pengaruhnya terhadap pengalokasian belanja
modal.
4. Penelitian selanjutnya dapat mengganti atau menambah variabel kontrol
lain yang lebih mampu mendukung variabel intervening dalam
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
22
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, S dan Asmara, J. H. 2006. Perilaku Oportunistik Legislatif dalamPenganggaran Daerah: Bukti Empiris atas Aplikasi Agency Theorydi Sektor Publik. Simposium Nasional akuntansi IX, 23-26 Agustus 2006.
Abdullah, S dan Halim, A. 2006. Studi atas Belanja Modal pada AnggaranPemerintah Daerah dalam Hubungannya dengan Belanja Pemeliharaandan Sumber Pendapatan. Jurnal Akuntansi Pemerintahan. Vol. 2 No. 2,17-32.
Badrudin, Rudy. 2012. Ekonomika Otonomi Daerah. Edisi 1. Yogyakarta: UPPSTIM YKPN.
Boediono. 1999. Teori Pertumbuhan Ekonomi. BPFE Universitas Gadjah Mada.Yogyakarta.
Danayanti, Mauli. 2014. Analisis Pengaruh PAD, DAK, SiLPA terhadap RealisasiBelanja Modal dan Pertumbuhan Ekonomi Pemerintah Kabupaten/Kota diJawa dan Bali. Tesis Program Studi Magister Akuntansi UGM.Yogyakarta.
Darwanto dan Yustikasari, Y. 2007. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, PendapatanAsli Daerah, dan Dana Alokasi Umum terhadap Pengalokasian AnggaranBelanja Modal. Simposium Nasional Akuntansi X, 26-28 Juli 2007.
Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan. 2013. Laporan Evaluasi BelanjaModal Daerah. Kementerian Keuangan Republik Indonesia. Jakarta.
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS 19.Edisi Kelima. Universitas Diponegoro. Semarang.
Halim, Abdul. 2008. Seri Bunga Rampai Manajemen Keuangan Daerah: AnalisisInvestasi (Belanja Modal) Sektor Publik Pemerintah Daerah. UPP STIMYKPN. Yogyakarta.
Hendriwiyanto, G. 2013. Pengaruh Pendapatan Daerah Terhadap PertumbuhanEkonomi Dengan Belanja Modal sebagai Variabel Mediasi. JurnalUniversitas Brawijaya Malang.
Kuspita, Maya. 2015. Pengaruh PAD, DAU, DAK, dan SiLPA terhadap RealisasiBelanja Modal serta Pengaruh Realisasi Belanja Modal, Investasi swasta,dan Tenaga Kerja terhadap Pertumbuhan Ekonomi PemerintahKabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah. Tesis Program Studi MagisterAkuntansi UGM. Yogyakarta.
Kusnandar dan Siswantoro, Dodik. 2010. Pengaruh Dana Alokasi Umum,Pendapatan Asli Daerah, Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran, dan LuasWilayah terhadap Belanja Modal. Universitas Indonesia. Jakarta.
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
23
Mardiasmo. 2002. Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah. Andi.Yogyakarta
Putro, Nugroho Suratno. 2010. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan AsliDaerah, dan Dana Alokasi Umum terhadap Pengalokasian AnggaranBelanja Modal di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah. AkuntansiUniversitas Diponegoro. Semarang.
Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentangPemerintahan Daerah.
________________. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentangPerimbangan Keuangan Pusat dan Daerah.
________________. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang PajakDaerah dan Retribusi Daerah.
________________. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.
________________. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.
________________. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentangPengelolaan Keuangan Daerah.
________________. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang DanaPerimbangan.
Tiebout, Charles. 1956. A Pure Theory of Local Expenditures. The Journal ofPolitical Economy Vol. 64 No. 5, 416-424.
Todaro, M.P. 2004. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. GhaliaIndonesia: Jakarta.
Tuasikal, Askam. 2008. Pengaruh DAU, DAK, PAD, dan PDRB terhadap BelanjaModal Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di Indonesia. Jurnal Telaahdan Riset Akuntansi Vol. 1 No. 2, 142-155.
Sidik, Machfud. 2002. Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah sebagaiPelaksanaan Desentralisasi Fiskal (Antara Teori dan Aplikasinya diIndonesia). Seminar “Setahun Implementasi Kebijaksanaan OtonomiDaerah di indonesia”, 13 Maret 2002.
www.bps.go.id
www.djpk.depkeu.go.id
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
Top Related