MyDoc/Pusbin-KPK/Draft1
PEKERJAAN
PELATIHAN PENGAWAS LAPANGAN (SITE SUPERVISOR) PEMASANGAN INSTALASI LIFT DAN ESKALATOR (SSLE)
DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM
BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA
PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI (PUSBIN-KPK)
MODUL SSLE – 01 : SISTEM MANAJEMEN K3
2006
Modul SSLE-01 : Sistem Manajemen K3 Kata Pengantar
Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Lift and Escalator (SSLE) -i-
KATA PENGANTAR
Keselamatan dan kesehatan adalah kebutuhan utama manusia, dimanapun berada.
Dalam era modern, dimana ekonomi dan kehidupan sosial budaya dipengaruhi oleh
kemajuan teknologi, kita tidak boleh lengah menjaga hak-hak asasi termasuk
keselamatan dan keamanan dari bahaya yang mungkin timbul dari peralatan sarana
modern.
Dalam tiga tahun terakhir ini banyak terjadi kecelakaan lift di Jakarta yang fatal ataupun
ringan. Sebabnya ialah kelalaian manusia dan juga kesalahan perencanaan,
pelaksanaan, dan prosedur perawatan. Mutu suatu lift (kecepatan tinggi ataupun rendah),
bukan saja dinilai dari kerjanya atau jalannya yang halus, yang tidak mengejut, tidak
bergetar dan ataupun tidak bersuara, tetapi berapa jauh pesawat tersebut menjamin
keselamatan pemakainya.
Inilah salah satu tanggung jawab pihak manajemen operasi peralatan bangunan untuk
cepat tanggap mengenali adanya hal-hal yang kurang beres dengan peralatan-peralatan
penunjang sarana dalam bangunan, dan bertindak tegas atau membuat keputusan yang
cepat untuk mencegah terjadinya kecelakaan. Sikap tanggap dapat diperoleh dari
kumpulan pengalaman dan memiliki pengetahuan yang mendasar.
Kami menyadari bahwa modul ini masih jauh dari sempurna baik ditinjau dari segi materi
sistematika penulisan maupun tata bahasanya. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan
saran dari para peserta dan pembaca semua, dalam rangka perbaikan dan
penyempurnaan modul ini.
Modul SSLE-01 : Sistem Manajemen K3 Kata Pengantar
Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Lift and Escalator (SSLE) -ii-
Modul SSLE-01 : Sistem Manajemen K3 Kata Pengantar
Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Lift and Escalator (SSLE) -iii-
LEMBAR TUJUAN
MODUL PELATIHAN : Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator (SSLE)
MODEL PELATIHAN : Lokakarya Terstruktur
TUJUAN UMUM PELATIHAN :
Mampu melakukan pengawasan pekerjaan pemasangan instalasi pesawat lift dan
ekskalator dalam gedung sesuai dengan spesifikasi teknis, gambar perencanaan dan
mutu yang dipersyaratkan sampai diserah terimakan kepada pemilik.
TUJUAN KHUSUS PELATIHAN :
Pada akhir pelatihan peserta mampu :
1. Menerapkan sistem manajemen K3.
2. Menerapkan peraturan dan standar nasional.
3. Menjelaskan pengenalan sistem transportasi vertikal.
4. Mengawasi pemasangan komponen instalasi dan pengamanan.
5. Menjelaskan Instalasi Daya, Kendali dan Proteksi
6. Menjelaskan dasar-dasar teknik kelistrikan dan mekanikal.
7. Menjelaskan metode pemasangan lift dan eskalator.
8. Menjelaskan teknik pemeriksaan dan uji coba lift dan eskalator.
9. Menjelaskan riksa uji lift dan eskalator.
10. Menjelaskan proyek dan karakteristiknya.
11. Mengendalikan proyek (PDCA).
12. Membuat teknik pelaporan.
Modul SSLE-01 : Sistem Manajemen K3 Kata Pengantar
Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Lift and Escalator (SSLE) -iv-
NO. DAN JUDUL MODUL : SSLE - 01 SISTEM MANAJEMEN K3
TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)
Setelah mempelajari modul, peserta mampu memahami dan menerapkan pengawasan
keselamatan dan kesehatan kerja di lingkungan proyek sesuai ketentuan dokumen
kontrak sebagai acuan dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi terutama di bidang
pemasangan lift dan ekskalator dan ketentuan peraturan yang berlaku.
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK) Pada akhir pelatihan peserta mampu :
1. Menjelaskan landasan hukum kegiatan keselamatan dan kesehatan kerja
2. Menjelaskan ketentuan administratif
3. Menjelaskan ketentuan teknis
4. Menjelaskan alat pelindung diri
5. Menjelaskan kecelakan kerja pada pekerjaan gedung
6. Menjelaskan pemadaman kebakaran
7. Melakukan pengawasan penerapan keselamatan dan kesehatan kerja
Modul SSLE-01 : Sistem Manajemen K3 Kata Pengantar
Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Lift and Escalator (SSLE) -v-
DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR i
LEMBAR TUJUAN ii
DAFTAR ISI iv
DESKRIPSI SINGKAT PENGEMBANGAN MODUL
PELATIHAN PENGAWAS
LAPANGAN (SITE SUPERVISOR)
PEMASANGAN INSTALASI LIFT
DAN ESKALATOR (SSLE) vi
DAFTAR MODUL vii
PANDUAN INSTRUKTUR vii
BAB I LATAR BELAKANG DAN LANDASAN HUKUM K3 I-1 1.1. Latar Belakang I-1 1.2. Ketentuan Hukum yang berlaku di Indonesia I-1 BAB II KETENTUAN ADMINISTRATIF II-1 2.1 Kewajiban Umum II-1 2.2 Organisasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja II-2 2.3 Laporan Kecelakaan II-2
2.4
Keselamatan Kerja dan Per
Modul SSLE-01 : Sistem Manajemen K3 Kata Pengantar
Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Lift and Escalator (SSLE) -vi-
tolongan Pertama Pada Kecelakaan
II-3
2.5 Pembiayaan Keselamatan dan Kesehatan kerja II-4 BAB III KETENTUAN TEKNIS III-1 3.1 Tempat Kerja dan Peralatan III-1 3.2 Pencegahan Terhadap Kebakaran dan alat pemadam
kebakaran III-2 3.3 Alat Pemanas (Heating Appliances) III-3 3.4 Bahan-bahan yang mudah terbakar III-3 3.5 Cairan yang
mudah terbakar III-4 3.6 Inspeksi dan pengawasan III-4 3.7 Perlengkapan, Peringatan III-4
3.8 Perlindungan terhadap benda
3.9 Perlindungan agar orang tidak jatuh/Terali Pengaman
Modul SSLE-01 : Sistem Manajemen K3 Kata Pengantar
Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Lift and Escalator (SSLE) -vii-
3.10 Lantai Terbuka, Lubang pada Lantai III-5 3.11 Lubang pada dinding III-6 3.12 Tempat-tempat Kerja Yang Tinggi III-6 3.13 Pencegahan terhadap Bahaya Jatuh Ke dalam Air III-6 3.14 Kebisingan dan Getaran (Vibrasi) III-7 3.15 Penghindaran Terhadap Orang yang Tidak Berwenang III-7 3.16 Struktur Bangunan dan Peralatan. Konstruksi Bangunan III-7 3.17 Pemeriksaan, Pengujian pemeliharaan III-8 BAB IV ALAT PELINDUNG DIRI (APD) IV-1 4.1 Jenis Alat Perlindungan Diri IV-1 4.2 Masalah Umum APD IV-1 4.3 Masalah Pemakaian APD Secara Umum IV-1 4.4 Masalah Khusus APD IV-2 BAB V KECELAKAAN KERJA PADA PEKERJAAN GEDUNG V-1 5.1 Faktor Manusia V-1 5.2 Faktor peralatan
dan lingkungan V-1 5.3 Kecelakaan yang umum terjadi dan upaya pencegahannya V-1 BAB VI PEMADAMAN KEBAKARAN VI-1 6.1 Umum VI-1 6.2 Timbulnya Kebakaran VI-1 6.3 Klasifikasi Kebakaran VI-2 6.4. Menghadapi Bahaya Kebakaran VI-2 6.5 Peralatan Pemadam Kebakaran VI-4 BAB VII PENGAWASAN PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN
KERJA VII-1 7.1. Umum VII-1 7.2. Aspek Penting Dalam Keselamatan
Kerja Konstruksi VII-2 7.3. Keselamatan Kerja Konstruksi
Dalam Manajemen Proyek VII-4 7.4. Pengawasan Pelaksanaan
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Konstruksi VII-4
RANGKUMAN
DAFTAR PUSTAKA
HAND OUT
Modul SSLE-01 : Sistem Manajemen K3 Kata Pengantar
Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Lift and Escalator (SSLE) -viii-
DESKRIPSI SINGKAT PENGEMBANGAN MODUL PELATIHAN PENGAWAS LAPANGAN (Site Supervisor)
PEMASANGAN INSTALASI LIFT DAN ESKALATOR (SSLE)
1. Kompetensi kerja yang disyaratkan untuk jabatan kerja Pengawas Lapangan
(Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator
(SSLE)dibakukan dalam Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia
(SKKNI) yang didalamnya telah ditetapkan unit-unit kerja sehingga dalam
Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi
Lift dan Eskalator (SSLE)unit-unit tersebut menjadi Tujuan Khusus
Pelatihan.
2. Standar Latihan Kerja (SLK) disusun berdasarkan analisis dari masing-masing
Unit Kompetensi, Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja yang
menghasilkan kebutuhan pengetahuan, keterampilan dan sikap perilaku dari
setiap Elemen Kompetensi yang dituangkan dalam bentuk suatu susunan
kurikulum dan silabus pelatihan yang diperlukan untuk memenuhi tuntutan
kompetensi tersebut.
3. Untuk mendukung tercapainya tujuan khusus pelatihan tersebut, maka
berdasarkan Kurikulum dan Silabus yang ditetapkan dalam SLK, disusun
seperangkat modul pelatihan (seperti tercantum dalam Daftar Modul) yang
harus menjadi bahan pengajaran dalam pelatihan Pengawas Lapangan (Site
Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator (SSLE).
Modul SSLE-01 : Sistem Manajemen K3 Kata Pengantar
Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Lift and Escalator (SSLE) -ix-
DAFTAR MODUL
Jabatan Kerja : Pengawas Lapangan (Site Supervisor)
Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator (SSLE)
Nomor Modul
Kode Judul Modul
1 SSLE – 01 Sistem Manajemen (K3)
2 SSLE – 02 Peraturan dan Standar Nasional
3 SSLE – 03 Pengenalan Sistem Transportasi Vertikal
4 SSLE – 04 Komponen Instalasi Daya, Kendali dan Proteksi
5 SSLE – 05 Instalasi Daya, Kendali dan Proteksi
6 SSLE – 06 Dasar-dasar Teknik Kelistrikan dan Mekanikal
7 SSLE – 07 Metode Pemasangan Lift dan Eskalator
8 SSLE – 08 Teknik Pemeriksaan dan Uji Coba Lift dan Eskalator
9 SSLE – 09 Riksa Uji Lift dan Eskalator
10 SSLE – 10 Proyek dan Karakteristiknya
11 SSLE – 11 Pengendalian Proyek (PDCA)
12 SSLE – 12 Teknik Pelaporan
Modul SSLE-01 : Sistem Manajemen K3 Kata Pengantar
Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Lift and Escalator (SSLE) -x-
PANDUAN INSTRUKTUR
A. BATASAN
NAMA PELATIHAN : PELATIHAN PENGAWAS LAPANGAN (SITE SUPERVISOR) PEMASANGAN INSTALASI LIFT DAN ESKALATOR (SSLE)
KODE MODUL : SSLE - 01 JUDUL MODUL : SISTEM MANAJEMEN K3 DESKRIPSI : Modul ini membahas landasan hukum kegiatan
keselamatan dan kesehatan kerja; ketentuan
administratif; ketentuan teknis; alat pelindung diri;
kecelakan kerja pada pekerjaan gedung; pemadaman
kebakaran; pengawasan penerapan keselamatan dan
kesehatan.
TEMPAT KEGIATAN : Ruangan Kelas lengkap dengan fasilitasnya. WAKTU PEMBELAJARAN : 2 (Dua) Jam Pelajaran (JP) (1 JP = 45 Menit)
Modul SSLE-01 : Sistem Manajemen K3 Kata Pengantar
Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Lift and Escalator (SSLE) -xi-
B. RENCANA PEMBELAJARAN
KEGIATAN INSTRUKTUR KEGIATAN PESERTA PENDUKUNG
1. Ceramah : Pembukaan, Bab I Latar Belakang dan Landasan Hukum K3
Tujuan instruksional umum(TIU) dan Tujuan instruksional khusus (TIK)
Latar belakang
Ketentuan hukum yang berlaku di Indonesia
Waktu : 5 menit
Mengikuti penjelasan TIU dan TIK dengan tekun dan aktif
Mengajukan pertanyaan apabila kurang jelas.
OHT
2. Ceramah : Bab II Ketentuan Administratif
Menjelaskan dan menguraikan tentang:
Kewajiban umum
Organisasi keselamatan dan kesehatan kerja
Laporan kecelakaan
Keselamatan kerja dan pertolongan pertama pada kecelakaan
Pembiayaan keselamatan dan kesehatan kerja
Waktu : 10 menit
Mengikuti penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif
Mencatat hal-hal yang perlu Mengajukan pertanyaan bila
perlu
OHT
3. Ceramah : Bab III Ketentuan Teknis
Menjelaskan dan menguraikan tentang :
Tempat kerja dan peralatan
Pencegahan terhadap kebakaran dan alat pemadam kebakaran
Alat pemanas (heating appliances)
Bahan-bahan yang mudah terbakar
Cairan yang mudah terbakar
Inspeksi dan pengawasan
Perlengkapan peringatan
Perlindungan terhadap benda-benda jatuh dan bagian bangunan yang roboh.
Perlindungan agar orang tidak jatuh/terali pengaman dan pinggir pengaman.
Lantai terbuka, lubang pada lantai
Lubang pada dinding
Tempat-tempat kerja yang tinggi
Pencegahan terhadap bahaya jatuh ke dalam air.
Kebisingan dan getaran (vibrasi).
Penghindaran terhadap orang
Mengikuti penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif
Mencatat hal-hal yang perlu Mengajukan pertanyaan bila
perlu
OHT
Modul SSLE-01 : Sistem Manajemen K3 Kata Pengantar
Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Lift and Escalator (SSLE) -xii-
KEGIATAN INSTRUKTUR KEGIATAN PESERTA PENDUKUNG
yang tidak berwenang.
Struktur bangunan dan peralatan konstruksi bangunan.
Pemeriksaan dan pengujian pemeliharaan
Waktu : 15 menit
4. Ceramah : Bab IV Alat Pelindung Diri (APD)
Menjelaskan dan menguraikan tentang:
Jenis APD
Masalah Umum
Masalah pemakaian APD secara umum
Masalah khusus APD
Waktu : 15 menit
Mengikuti penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif
Mencatat hal-hal yang perlu Mengajukan pertanyaan bila
perlu
OHT
5. Ceramah : Bab V Kecelakaan Kerja pada Pekerjaan Gedung
Menjelaskan dan menguraikan tentang:
Faktor manusia
Faktor peralatan dan lingkungan
Kecelakaan yang umum terjadi dan upaya pencegahannya
Waktu : 15 menit
Mengikuti penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif
Mencatat hal-hal yang perlu Mengajukan pertanyaan bila
perlu
OHT
6. Ceramah : Bab VI Pemadam Kebakaran
Menjelaskan dan menguraikan tentang:
Timbulnya kebakaran
Klasifikasi kebakaran
Menghadapi bahaya kebakaran
Alat pemadam kebakaran
Waktu : 15 menit
Mengikuti penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif
Mencatat hal-hal yang perlu Mengajukan pertanyaan bila
perlu
OHT
7. Ceramah : Bab VII Pengawasan penerapan keselamatan dan kesehatan kerja
Menjelaskan dan menguraikan tentang:
Umum
Aspek penting dalam keselamatan kerja konstruksi
Keselamatan kerja konstruksi dalam manajemen proyek
Pengawasan pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja konstruksi
Waktu : 15 menit
Mengikuti penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif
Mencatat hal-hal yang perlu Mengajukan pertanyaan bila
perlu
OHT
Modul SSLE-01 : Sistem Manajemen K3 Bab I : Pendahuluan
Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Lift and Escalator (SSLE) I-1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Kontribusi jasa konstruksi dalam pembangunan nasional sangat besar, terutama
dalam penyiapan prasarana gedung yang sangat berpengaruh dalam pertumbuhan
ekonomi nasional Indonesia. Namun dalam dilain pihak kondisi jasa konstruksi masih
memprihatinkan ditandai dengan kualitas produk jasa konstruksi yang masih banyak
yang memprihatinkan, penggunaan sumber daya untuk kegiatan konstruksi yang
belum optimal. Pada umumnya penyebab utama adalah ketidak disiplinan dari pada
penyedia jasa maupun pengguna jasa untuk memenuhi ketentuan yang terkait
dengan keamanan, kesehatan, keselamatan, dan lingkungan , baik lingkungan kerja
maupun lingkungan yang lebih luas.
Oleh karena itu diperlukan pengaturan terkait dengan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja bidang konstruksi yang diharapkan dapat digunakan sebagai acuan bagi pelaku
pekerjaan bidang konstruksi di Indonesia dalam memberikan kepastian perlindungan
baik kepada penyedia jasa maupun pengguna jasa. Pengaturan terkait dengan
aspek legal, administrative dan teknis operasional atas seluruh kegiatan kesehatan
dan keselamatan kerja bidang konstruksi.
1.2 KETENTUAN HUKUM YANG BERLAKU DI INDONESIA
1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan dan Kesehatan
Kerja
2. SKB antara Menteri Tenaga Kerja Kep 174/MEN/86 dan Menteri Pekerjaan
Umum 104/KPTS/86 tentang Pelaksanaan K3 di bidang Konstruksi
Semua tempat di Indonesia dimana dilakukan kegiatan konstruksi, maka ketentuan
hukum mengenai Keselamatan dan Kesehatan Kerja ini berlaku.
Modul SSLE-01 : Sistem Manajemen K3 Bab II : Ketentuan Administratif
Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Lift and Escalator (SSLE) II-1
BAB II
KETENTUAN ADMINISTRATIF
2.1 KEWAJIBAN UMUM
Penyedia Jasa Kontraktor berkewajiban untuk mengusahakan agar tempat
kerja, peralatan, lingkungan kerja dan tata cara kerja diatur sedemikian rupa
sehingga tenaga kerja terlindung dari resiko kecelakaan.
Penyedia Jasa Kontraktor menjamin bahwa mesin mesin peralatan,
kendaraan atau alat-alat lain yang akan digunakan atau dibutuhkan sesuai
dengan peraturan Keselamatan Kerja, selanjutnya barang-barang tersebut
harus dapat dipergunakan secara aman.
Penyedia Jasa Kontraktor turut mengadakan :pengawasan terhadap tenaga
kerja, agar tenaga kerja tersebut dapat melakukan pekerjaan dalam keadaan
selamat dan sehat.
Penyedia Jasa Kontraktor menunjuk petugas Keselamatan Kerja yang karena
jabatannya di dalam organisasi kontraktor, bertanggung jawab mengawasi
kordinasi pekerjaan yang dilakukan. untuk menghindarkan resiko bahaya
kecelakaan.
Penyedia Jasa Kontractor memberikan pekerjaan yang cocok untuk tenaga
kerja sesuai dengsn keahlian umur, jenis kelamin dan kondisi
fisik/kesehatannya.
Sebelum pekerjaan dimulai Penyedia Jasa Kontraktor menjamin bahwa
semua tenaga kerja telah diberi petunjuk terhadap bahaya demi pekerjaannya
masing-masing dan usaha pencegahannya, untuk itu Pengurus atau
kontraktor dapat memasang papan-papan pengumuman, papan-papan
peringatan serta sarana-sarana pencegahan yang dipandang perlu.
Orang tersebut bertanggung jawab pula atas pemeriksaan berkala terhadap
semua tempat kerja, peralatan, sarana-sarana pencegahan kecelakaan,
lingkungan kerja dan cara-cara pelaksanaan kerja yang aman.
Hal-hal yang rnenyangkut biaya yang timbal dalam rangka penyelenggaraan
keselamatan dan kesehatan kerja menjadi tanggung jawab Pengurus dan
Kontraktor.
Modul SSLE-01 : Sistem Manajemen K3 Bab II : Ketentuan Administratif
Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Lift and Escalator (SSLE) II-2
2.2 ORGANISASI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
Petugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja harus bekerja secara penuh (Full-
Time) untuk mengurus dan menyelenggarakan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja.
Pengurus dan Kontraktor yang mengelola pekerjaan dengan mempekerjakan
pekerja dengan jumlah minimal 100 orang atau kondisi dari sifat proyek
memang memerlukan, diwajibkan membentuk unit Pembina Keselamatan dan
Kesehatan Kerja.
Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja tersebut ini merupakan
unit struktural dari organisasi Kontraktor yang dikelola oleh Pengurus atau
Kontraktor.
Petugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja tersebut bersama-sama dengan
Panitia Pembina Keselamatan Kerja ini bekerja sebaik-baiknya, dibawah
kordinasi Pengurus atau Kontraktor, serta bertanggung jawab kepada
Pemimpin Proyek.
Kontraktor Harus :
Memberikan kepada Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (Safety Committee) fasilitas-fasilitas dalam melaksanakan
tugas mereka.
Berkonsultasi dengan Panitia Pembina Keselamatan clan Kesehatan
Kerja (Safety Committee) dalam segala hal yang berhubungan
dengan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam Proyek.
Mengambil langkah-langkah praktis untuk memberi efek pada
rekomendasi dari Safety Committee.
Jika 2 atau lebih kontraktor bergabung dalam suatu proyek mereka harus
bekerja sama membentuk kegiatan kegiatan Keselamatan clan Kesehatan
Kerja.
2.3 LAPORAN KECELAKAAN
Setiap kejadian kecelakaan kerja atau kejadian yang berbahaya harus
dilaporkan kepada Depnaker dan Departemen Pekerjaan Umum.
Laporan tersebut harus meliputi statistik yang akan :
Menunjukkan catatan kecelakaan dari setiap kegiatan kerja, pekerja
masing-masing dan,
Menunjukkan gambaran kecelakaan-kecelakaan dan sebab-sebabnya.
Modul SSLE-01 : Sistem Manajemen K3 Bab II : Ketentuan Administratif
Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Lift and Escalator (SSLE) II-3
2.4 KESELAMATAN KERJA DAN PERTOLONGAN PERTAMA
PADA KECELAKAAN
Tenaga Kerja harus diperiksa kesehatannya.
Sebelum atau beberapa saat setelah memasuki masa kerja pertama kali
(Pemeriksaan Kesehatan sebelum masuk kerja dengan penekanan pada
kesehatan fisik dan kesehatan individu),
Secara berkala, sesuai dengan risiko-risiko yang ada pada pekerjaan
tersebut.
Tenaga Kerja di bawah umur 18 tahun harus mendapat pengawasan
kesehatan khusus, meliputi pemeriksaan kembali atas kesehatannya secara
teratur.
Data yang diperoleh dari pemeriksaan kesehatan harus dicatat dan disimpan
untuk Referensi.
Suatu rencana organisasi untuk keadaan darurat dan pertolongan pertama
harus dibuat sebelumnya untuk setiap daerah tempat bekerja meliputi
seluruh pegawai/petugas pertolongan pertama pada kecelakaan dan
peralatan, alat-alat komunikasi alat-alat jalur transportasi.
Pertolongan pertama jika terjadi kecelakaan atau penyakit yang tiba-tiba,
harus dilakukan oleh dokter, Juru Rawat atau seorang yang terdidik dalam
pertolongan pertama pada kecelakaan (P.P.P.K.).
Alat-alat P.P.P.K. atau kotak obat-obatan yang memadai, harus disediakan
di tempat kerja dan dijaga agar tidak dikotori oleh debu, kelembaban udara
dan lain-lain.
Alat-alat P.P.P.K. atau kotak obat-obatan harus berisi paling sedikit dengan
obat untuk kompres, perban, Gauze yang steril, antiseptik, plester,
Forniquet, gunting, splint dan perlengkapan gigitan ular.
Alat-alat P.P.P.K. dan kotak obat-obatan harus tidak berisi benda-benda lain
selain alat-alat P,P.P.K. yang diperlukan dalam keadaan darurat.
Alat-alat P.P.P.K. dan kotak obat-obatan harus berisi keterangan-
keterangan/instruksi yang mudah dan jelas sehingga mudah dimengerti.
Isi dari kotak obat-obatan dan alat P.P.P.K. harus diperiksa secara teratur
dan harus dijaga supaya tetap berisi (tidak boleh kosong).
Kereta untuk mengangkat orang sakit,(Carrying basket) harus selalu
tersedia.
Jika tenaga kerja dipekerjakan di bawah tanah atau pada keadaan lain, alat
penyelamat harus selalu tersedia di dekat tempat mereka bekerja.
Modul SSLE-01 : Sistem Manajemen K3 Bab II : Ketentuan Administratif
Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Lift and Escalator (SSLE) II-4
Jika tenaga kerja dipekerjakan di tempat-tempat yang menyebabkan adanya
risiko tenggelam atau keracunan atau alat-alat penyelamat an harus selalu
tersedia di dekat tempat mereka bekerja.
Persiapan-persiapan harus dilakukan untuk memungkinkan mengangkut
dengan cepat, jika diperlukan untuk petugas yang sakit atau mengalami
kecelakaan ke rumah sakit atau tempat berobat semacam ini.
Petunjuk/informasi harus diumumkan/ditempel di tempat yang baik
(strategis) yang memberitahukan :
Tempat yang terdekat dengan kotak obat-obatan, alat alat P.P.P.K. ruang
P.P.P.K. ambulans, kereta untuk orang sakit, dan tempat dimana dapat
dicari orang yang bertugas untuk urusan kecelakaan.
Tempat telpon terdekat untuk menelpon/memanggil ambulans, nomor
telpon dan nama orang yang bertugas dan lain-lain.
Nama, alamat, nomor telpon dokter, rumah sakit dan tempat penolong yang
dapat segera dihubungi dalam keadaan darurat/ emergency.
2.5 PEMBIAYAAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
Biaya operasional kegiatan keselamatan dan kesehatan kerja harus sudah
diantisipasi sejak dini yaitu pada saat pengguna jasa mempersiapkan
pembuatan desain dan perkiraan biaya suatu proyek gedung.Sehingga pada
saat pelelangan menjadi salah satu item pekerjaan yang perlu menjadi bagian
evaluasi dalam penetapan pemenang lelang. Selanjutnya penyedia jasa
kontraktor harus melaksanakan prinsip-prinsip kegiatan kesehatan dan
keselamatan kerja termasuk penyediaan prasarana, sumberdaya manusia dan
pembiayaan untuk kegiatan tersebut dengan biaya yang wajar.
Oleh karena itu baik penyedia jasa dan pengguna jasa perlu memahami
prinsip-prinsip keselamatan dan kesehatan kerja ini, agar dapat melakukan
langkah persiapan, pelaksanaan dan pengawasannya.
Modul SSLE-01 : Sistem Manajemen K3 Bab III : Ketentuan Teknis
Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Lift and Escalator (SSLE) III-1
BAB III KETENTUAN TEKNIS
3.1 TEMPAT KERJA DAN PERALATAN
Pintu Masuk dan Keluar
Pintu Masuk dan Keluar darurat harus dibuat di tempat kerja.
Alat-alat/tempat-tempat tersebut harus diperlihara dengan baik.
Lampu / Penerangan
Jika penerangan alam tidak sesuai untuk mencegah bahaya, alat-alat
penerangan buatan yang cocok dan sesuai harus diadakan di seluruh tempat
kerja, termasuk pada gang-gang.
Lampu-lampu buatan harus aman, dan terang,
Lampu-lampu harus dijaga oleh petugas-petugas bila perlu mencegah bahaya
apabila lampu mati/pecah.
Ventilasi
Di tempat kerja yang tertutup, harus dibuat ventilasi yang sesuai untuk
mendapat udara segar.
Jika perlu untuk mencegah bahaya terhadap kesehatan dari udara yang
dikotori oleh debu, gas-gas atau dari sebab-sebab lain; harus dibuatkan
vertilasi untuk pembuangan udara kotor.
Jika secara teknis tidak mungkin bisa menghilangkan debu, gas yang
berbahaya, tenaga kerja harus disediakan alat pelindung diri untuk mencegah
bahaya-bahaya tersebut di atas.
Kebersihan
Bahan-bahan yang tidak terpakai dan tidak diperlukan lagi harus dipindahkan
ke tempat yang aman.
Semua paku yang menonjol harus disingkirkan atau dibengkokkan untuk
mencegah terjadinya kecelakaan,
Peralatan dan benda-benda kecil tidak boleh dibiarkan karena benda-benda
tersebut dapat menyebabkan kecelakaan, misalnya membuat orang jatuh atau
tersandung (terantuk).
Sisa-sisa barang alat-alat dan sampah tidak boleh dibiarkan bertumpuk di
tempat kerja.
Tempat-tempat kerja dan gang-gang(passageways) yang licin karena oli atau
sebab lain harus dibersihkan atau disiram pasir, abu atau sejenisnya.
Modul SSLE-01 : Sistem Manajemen K3 Bab III : Ketentuan Teknis
Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Lift and Escalator (SSLE) III-2
Alat-alat yang mudah dipindah-pindahkan setelah dipakai harus dikembalikan
pada tempat penyimpan semula.
3.2 PENCEGAHAN TERHADAP KEBAKARAN DAN ALAT PEMADAM KEBAKARAN
Di tempat-tempat kerja, tenaga kerja dipekerjakan harus tersedia :
Alat-alat pemadam kebakaran.
Saluran air yang cukup dengan tekanan yang besar.
Pengawas (Supervisor) dan sejumlah/beberapa tenaga kerja harus dilatih untuk
menggunakan alat pemadam kebakaran.
Orang orang yang terlatih dan tahu cara mengunakan alat pemadam kebakaran
harus selalu siap di tempat selama jam kerja.
Alat pemadam kebakaran, harus diperiksa pada jangka waktu tertentu oleh orang
yang berwenang dan dipelihara sebagaimana mestinya.
Alat pemadam kebakaran seperti pipa-pipa air, alat pemadam kebakaran yang
dapat dipindah-pindah (portable) dan jalan menuju ke tempat pemadam kebakaran
harus selalu dipelihara.
Peralatan pemadam kebakaran harus diletakkan di tempat yang mudah dilihat dan
dicapai.
Sekurang kurangnya sebuah alat pemadam kebakaran harus bersedia :
disetiap gedung dimana barang-barang yang mudah terbakar disimpan.
di tempat-tempat yang terdapat alat-alat untuk mengelas.
pada setiap tingkat/lantai dari suatu gedung yang sedang dibangun dimana
terdapat barang-barang, alat-alat, yang mudah terbakar.
Beberapa alat pemadam kebakaran dari bahan kimia kering harus disediakan :
di tempat yang terdapat barang-barang/benda benda cair yang mudah
terbakar.
di tempat yang terdapat oli, bensin, gas dan alat-alat pemanas yang
menggunakan api.
di tempat yang terdapat aspal dan ketel aspal.
di tempat yang terdapat bahaya listrik/bahaya kebakaran yang disebabkan oleh
aliran listrik.
Alat pemadam kebakaran harus dijaga agar tidak terjadi kerusakan-kerusakan
teknis.
Modul SSLE-01 : Sistem Manajemen K3 Bab III : Ketentuan Teknis
Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Lift and Escalator (SSLE) III-3
Alat pemadam kebakaran yang berisi chlorinated hydrocarbon atau karbon
tetroclorida tidak boleh digunakan di dalam ruangan atau di tempat yang terbatas.
(ruangan tertutup, sempit).
Jika pipa tempat penyimpanan air (reservoir, standpipe) dipasang di suatu gedung,
pipa tersebut harus :
dipasang di tempat yang strategis demi kelancaran pembuangan.
dibuatkan suatu katup pada setiap ujungnya.
dibuatkan pada setiap lubang pengeluaran air dari pipa sebuah katup yang
menghasilkan pancaran air bertekanan tinggi.
mempunyai sambungan yang dapat digunakan Dinas Pemadam Kebakaran.
3.3 ALAT PEMANAS (HEATING APPLIANCES) Alat pemanas seperti kompor arang hanya boleh digunakan di tempat yang
cukup ventilasi.
Alat-alat pemanas dengan api terbuka, tidak boleh ditempatkan di dekat jalan
keluar.
Alat-alat yang mudah mengakibatkan kebakaran seperti kompor minyak tanah
dan kompor arang tidak, boleh ditempatkan di lantai kayu atau bahan yang
mudah terbakar.
Terpal, bahan canvas dan bahan-bahan lain-lainnya tidak boleh ditempatkan di
dekat alat-alat pemanas yang menggunakan api, dan harus diamankan supaya
tidak terbakar.
Kompor arang tidak boleh menggunakan bahan bakar batu bara yang
mengandung bitumen.
3.4 BAHAN-BAHAN YANG MUDAH TERBAKAR Bahan-bahan yang mudah terbakar seperti debu/serbuk gergaji lap berminyak
dan potongan kayu yang tidak terpakai tidak boleh tertimbun atau terkumpul di
tempat kerja.
Baju kerja yang mengandung di tidak boleh ditempatkan di tempat yang tertutup.
Bahan-bahan kimia yang bisa tercampur air dan memecah harus dijaga supaya
tetap kering.
Pada bangunan, sisa-sisa oli harus disimpan dalam kaleng yang mempunyai alat
penutup.
Dilarang merokok, menyalahkan api, dekat dengan bahan yang mudah terbakar.
Modul SSLE-01 : Sistem Manajemen K3 Bab III : Ketentuan Teknis
Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Lift and Escalator (SSLE) III-4
3.5 CAIRAN YANG MUDAH TERBAKAR Cairan yang mudah terbakar harus disimpan, diangkut, dan digunakan sedemikian
rupa sehingga kebakaran dapat dihindarkan.
Bahan bakar/bensin untuk alat pemanas tidak boleh disimpan di gedung atau
sesuatu tempat/alat, kecuali di dalam kaleng atau alat yang tahan api yang dibuat
untuk maksud tersebut.
Bahan bakar tidak boleh disimpan di dekat pintu-pintu.
3.6 INSPEKSI DAN PENGAWASAN Inspeksi yang teratur harus dilakukan di tempat-tempat dimana risiko kebakaran
terdapat. Hal-hal tersebut termasuk,misalnya tempat yang dekat dengan alat
pemanas, instalasi listrik dan penghantar listrik tempat penyimpanan cairan yang
mudah terbakar dan bahan yang mudah terbakar, tempat pengelasan (las listrik,
karbit).
Orang yang berwenang untuk mencegah bahaya kebakaran harus selalu siap
meskipun di luar jam kerja.
3.7 PERLENGKAPAN, PERINGATAN Papan pengumuman dipasang pada tempat-tempat yang menarik perhatian;
tempat yang strategis yang menyatakan dimana kita dapat menemukan.
Alarm kebakaran terdekat.
Nomor telpon dan alat-alat dinas Pemadam Kebakaran yang terdekat.
3.8 PERLINDUNGAN TERHADAP BENDA-BENDA JATUH DAN BAGIAN BANGUNAN YANG ROBOH.
Bila perlu untuk mencegah bahaya, jaring,jala (alat penampung) yang cukup kuat
harus disediakan atau pencegahan lain yang efektif harus dilakukan untuk men-
jaga agar tenaga kerja terhindar dari kejatuhan benda.
Benda dan bahan untuk perancah: sisa bahan bangunan dan alat-alat tidak boleh
dibuang atau dijatuhkan dari tempat yang tinggi, yang dapat menyebabkan
bahaya pada orang lain.
Jika benda-benda dan alat-alat tidak dapat dipindahkan dari atas dengan aman,
harus dilakukan usaha pencegahan seperti pemasangan pagar, papan-papan
yang ada tulisan, hati-hati; berbahaya, atau jalur pemisah dan lain-lain untuk
mencegah agar orang lain tidak mendapat kecelakaan.
Modul SSLE-01 : Sistem Manajemen K3 Bab III : Ketentuan Teknis
Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Lift and Escalator (SSLE) III-5
Untuk mencegah bahaya, harus digunakan penunjang / penguat atau cara lain
yang efektif untuk mencegah rubuhnya bangunan atau bagian-bagian dari
bangunan yang sedang didirikan, diperbaiki atau dirubuhkan.
3.9 PERLINDUNGAN AGAR ORANG TIDAK JATUH/TERALI PENGAMAN DAN PINGGIR PENGAMAN.
Semua terali pengaman dan pagar pengaman untuk memagar lantai yang
terbuka, dinding yang terbuka, gang tempat kerja yang ditinggikan dan tempat-
tempat lainnya; untuk mencegah orang jatuh, harus :
Terbuat dari bahan dan konstruksi yang baik dan kuat,
Tingginya antara 1 m dan 1,5 m di atas lantai pelataran (platform).
Terdiri atas :
Dua rel, 2 tali atau 2 rantai.
Tiang penyanggah
Pinggir pengaman (toe board) untuk mencegah orang terpeleset.
Rel, tali atau raptai penghubung harus berada di tengah-tengah antara puncak
pinggir pengaman (toe board) dan bagian bawah dari terali pengaman yang teratas.
Tiang penyangga dengan jumlah yang cukup harus dipasang untuk menjamin
kestabilan & kekukuhan .
Pinggir pengaman (toe board) tingginya harus minimal 15 cm dan dipasang dengan
kuat dan aman.
Terali pengaman/pinggir pengaman (toe board) harus bebas dari sisi-sisi yang tajam,
dan harus dipelihara dengan baik.
3.10 LANTAI TERBUKA, LUBANG PADA LANTAI
Lubang pada lantai harus dilindungi :
Dengan penutup sesuai dengan syarat-syarat yang ditetapkan
Dengan terali pengaman dan pinggir pengaman pada semua sisi sisi yang terbuka
sesuai dengan ketentuan-ketentuan atau
Dengan cara-cara lain yang efektif.
Jika alat-alat perlindungan tersebut di atas dipindahkan supaya orang atau barang
dapat lewat maka alat-alat pencegah bahaya tadi harus dikembalikan ke tempat
semula atau diganti secepat mungkin.
Tutup untuk lubang pada lantai hanu aman untuk orang Iewat dan jika per!u, harus
aman untuk kendaraan yang lewat di atasnya.
Modul SSLE-01 : Sistem Manajemen K3 Bab III : Ketentuan Teknis
Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Lift and Escalator (SSLE) III-6
Tutup lubang pada lantai harus diberi engsel, alur pegangan atau dengan cara lain
yang efektif untuk menghindari pergeseran jatuh atau terangkatnya tutup tersebut
atau hal lain yang tidak diinginkan.
3.11 LUBANG PADA DINDING Lubang pada dinding dengan ukuran lebar minimal 45 cm dan tinggi minimal 75 cm
yang berada kurang dari 1 m dari lantai dan memungkinkan orang jatuh dari
ketinggian minimal 2 m harus dilindungi dengan pinggir pengaman dan terali
pengaman
Lubang kecil pada dinding harus dilindungi dengan pinggir
Pengaman (toe - board), tonggak pengaman, jika tingginya kurang dari 1,5 m dari
lantai.
Jika penutup dari lubang pada dinding dapat dipindah :
Pegangan tangan (handgrip) yang cukup balk harus terdapat pada tiap sisi,
atau
Palang yang sesuai harus dipasang melintang pada lubang pada dinding
untuk melindungi orang/benda jatuh.
3.12 TEMPAT-TEMPAT KERJA YANG TINGGI Tempat kerja yang tingginya lebih dari 2 m di atas lantai atau di atas tanah,
seluruh sisinya yang terbuka harus dilindungi dengan terali pengaman dan pinggir
pengaman.
Tempat kerja yang tinggi harus dilengkapi dengan jalan masuk dan keluar,
misalnya tangga.
Jika perlu untuk menghindari bahaya terhadap tenaga kerja pada tempat yang
tinggi, atau tempat lainnya dimana tenaga kerja dapat jatuh lebih dari ketinggian
2m harus dilengkapi dengan jaring (jala) perangkap; pelataran, (platform) atau
dengan menggunakan ikat pinggang (sabuk pengaman) yang dipasang dengan
kuat.
3.13 PENCEGAHAN TERHADAP BAHAYA JATUH KE DALAM AIR.
Bila pekerja dalam keadaan bahaya jatuh ke dalam air dan tenggelam, mereka harus
memakai pelampung/baju pengaman dan/atau alat-alat lain yang sejenis ban pelam-
pung (mannedboat dan ring buoys).
Modul SSLE-01 : Sistem Manajemen K3 Bab III : Ketentuan Teknis
Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Lift and Escalator (SSLE) III-7
3.14 KEBISINGAN DAN GETARAN (VIBRASI). Kebisingan dan getaran yang membahayakan bagi tenaga kerja harus dikurangi
sampai di bawah nilai ambang batas.
Jika kebisingan tidak dapat di atasi maka tenaga kerja harus memakai alat
pelindung telinga (ear protectors).
3.15 PENGHINDARAN TERHADAP ORANG YANG TIDAK BERWENANG.
Di daerah konstruksi yang sedang dilaksanakan dan disamping jalan raya harus
dipagari.
Orang yang tidak berwenang tidak diijinkan memasuki daerah konstruksi, kecuali
jika disertai oleh orang yang berwenang dan diperlengkapi dengan alat pelindung
diri.
3.16 STRUKTUR BANGUNAN DAN PERALATAN KONSTRUKSI BANGUNAN.
Struktur Bangunan (misalnya, perancah peralatan. (platforms), gang, dan menara
dan peralatan (misal : mesin mesin alat-alat angkat, bejana tekan dan kendaraan-
kendaraan, yang digunakan di daerah konstruksi) harus :
terdiri atas bahan yang berkwalitas baik.
bebas dari kerusakan dan
merupakan konstruksi yang sempurna sesuai dengan prinsip-prinsip
enginering yang baik.
Struktur bangunan dan peralatan harus cukup kuat dan aman untuk menahan
tekanan-tekanan dan muatan muatan yang dapat terjadi.
Bagian Struktur bangunan dan peralatan-peralatan yang terbuat dari logam harus
tidak boleh retak, berkarat, keropos dan
Jika perlu untuk mencegah bahaya harus dilapisi dengan
cat/alat anti karat (protective coating).
Bagian struktur bangunan dan peralatan yang terbuat dari kayu misalnya
perancah, penunjang, tangga harus :
bersih dari kulit kayu
tidak boleh di cat untuk menutupi bagian-bagian yang rusak.
Modul SSLE-01 : Sistem Manajemen K3 Bab III : Ketentuan Teknis
Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Lift and Escalator (SSLE) III-8
Kayu bekas pakai harus bersih dari paku-paku, sisa-sisa potongan besi yang
mencuat tertanam, dan lain-lain sebelum kayu bekas pakai tersebut
dipergunakan lagi.
3.17 PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN PEMELIHARAAN Struktur bangunan dan peralatan harus diperiksa pada jangka waktu tertentu oleh
orang yang berwenang, sebelum struktur bangunan dan peralatannya dipakai/
dibuat/dibangun.
Struktur bangunan dan peralatan yang mungkin menyebabkan kecelakaan
bangunan, misalnya bejana tekan, alat pengerek dan perancah sebelum dipakai
harus diuji oleh orang yang berwenang.
Struktur bangunan dan peralatan harus selalu diperlihara dalam keadaan yang
aman.
Struktur bangunan dan peralatannya harus secara khusus diperiksa oleh orang
yang berwenang :
Setelah diketahui adanya kerusakan yang dapat menimbulkan bahaya.
Setelah terjadi kecelakaan yang disebabkan oleh struktur bangunan dan
peralatan.
Setelah diadakan perbaikan-perbaikan pada struktur dan peralatannya.
Setelah diadakan pembongkaran, pemindahan ke bangunan lain atau dibangun
kembali.
Peralatan/alat-alat seperti perancah, penunjang dan penguat (bracing) dan tower
cranes harus diperiksa :
setelah tidak dipakai dalam jangka waktu yang lama.
setelah terjadi angin ribut dan hujar. deras.
setelah terjadi goncangan/getaran keras karena gempa bumi, peledakan, atau
sebab-sebab lain.
Bangunan dan peralatan yang rusak berat harus disingkirkan dan tidak boleh
dipergunakan lagi kecuali setelah diperbaiki sehingga aman.
Hasil-hasil pemeriksaan dari struktur bangunan dan peralatan harus dicatat dalam
buku khusus.
Modul SSLE-01 : Sistem Manajemen K3 Bab IV : Alat Pelindung Diri (APD)
Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Lift and Escalator (SSLE) IV-1
BAB IV ALAT PELINDUNG DIRI (APD)
4.1 JENIS ALAT PERLINDUNGAN DIRI
Safety hat, yang berguna untuk melindungi kepala dari
benturan benda keras selama mengoperasikan atau
memelihara AMP.
Safety shoes, yang akan berguna untuk menghindarkan
terpeleset karena licin atau melindungi kaki dari
kejatuhan benda keras dan sebagainya.
Kaca mata keselamatan, terutama dibutuhkan untuk
melindungi mata pada lokasi pekerjaan yang banyak
serbuk metal atau serbuk material keras lainnya.
Masker, diperlukan pada medan yang berdebu meskipun ruang operator telah tertutup
rapat, masker ini dianjurkan tetap dipakai.
Sarung tangan, dibutuhkan pada waktu mengerjakan pekerjaan yang berhubungan
dengan bahan yang keras, misalnya membuka atau mengencangkan baut dan
sebagainya.
Alat pelindung telinga, digunakan untuk melindungi telinga dari kebisingan yang
ditimbulkan dari pengoperasian peralatan kerja.
4.2 MASALAH UMUM APD
Adanya APD yang tidak melalui pengujian laboratorium, sehingga tidak diketahui
derajat perlindungannya atau tidak memenuhi ketentuan keselamatan.
Pekerja merasa tidak nyaman dan kadang-kadang pemakai merasa terganggu.
Terdapat kemungkinan menimbulkan bahaya baru atas penggunaan APD
Pengawasan terhadap keharusan penggunaan APD sangat lemah.
Kewajiban untuk memelihara APD yang menjadi tanggung jawab perusahaan sering
dialihkan kepada pekerja.
4.3 MASALAH PEMAKAIAN APD SECARA UMUM
Pekerja tidak mau memakai APD dengan alasan:
Yang bersangkutan tidak mengerti atas maksud keharusan pemakaian APD.
Gambar 4.1. Alat Perlindungan Diri
Modul SSLE-01 : Sistem Manajemen K3 Bab IV : Alat Pelindung Diri (APD)
Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Lift and Escalator (SSLE) IV-2
Pemakaian APD dirasakan pekerja tidak nyaman seperti panas, sesak dan tidak
memenuhi nilai keindahan
Pekerja merasa terganggu dalam melaksanakan pekerjaan.
Jenis APD yang dipakai tidak sesuai dengan jenis bahaya yang dihadapi.
Tidak dikenakan sanksi terhadap pekerja yang tidak memakai APD
Atasannya juga tidak memakai APD tanpa dikenakan sanksi.
Perusahaan tidak menyediakan APD dengan alasan:
Perusahaan tidak mengerti adanya ketentuan pemakaian APD.
Rendahnya kesadaran perusahaan atas pentingnya K3 dan secara sengaja
melalaikan kewajibannya untuk menyediakan APD.
Perusahaan merasa sia-sia menyediakan APD, karena pada akhirnya APD tidak
dipakai oleh pekerja.
Jenis APD yang disediakan oleh perusahaan tdak sesuai dengan jenis bahaya yang
dihadapi pekerja
Perusahaan mengadakan APD hanya sekedar memenuhi persyaratan formal tanpa
mempertimbangkan kesesuaiannya dengan maksud pemakaiannya.
4.4 MASALAH KHUSUS APD Masker
Sering ditemukan adanya kerusakan atau sumbatan pada filter
Pemakaian alat ini dirasakan tidak nyaman oleh pekerja.
Pemakaian alat ini menimbulkan efek psikologis dan kecemasan terhadap
pemakainya dan meningkatkan beban kerja pada jantung dan hati.
Pemakai alat ini harus menghirup udara yang dihembuskannya.
Pemakaian alat ini menimbulkan kesulitan berkomunikasi pada pemakainya.
Cara pemakaiannya kurang tepat seperti longgarnya/lepasnya tali pengikat
sehingga pengamanan terhadap pemakainya kurang berdaya guna.
Alat Pelindung Telinga
Pemakaian alat ini dapat menimbulkan resiko infeksi telinga.
Pemakaian alat ini menimbulkan kesulitan berkomunikasi pada pemakainya
Pemakai merasa tidak nyaman dan terisolasi.
Jepitan yang terlalu kuat sering menimbulkan sakit kepala pada pemakainya.
Kemampuan menduga jarak dari pemakai menurun.
Sering menimbulkan iritasi kulit pemakinya.
Modul SSLE-01 : Sistem Manajemen K3 Bab IV : Alat Pelindung Diri (APD)
Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Lift and Escalator (SSLE) IV-3
Sarung Tangan
Pemakaian alat ini menimbulkan kepekaan tangan dan jari menurun
Menimbulkan keluarnya keringat berlebihan.
Sering menyebabkan adanya bahan kimia tertentu tanpa diketahui pemakainya
yang mungkin membahayakan pemakainya.
Kaca Mata Keselamatan
Dapat membatasi pandangan pemakainya.
Adanya noda, kabut dan goresan kecil pada kaca yang mengakibatkan
kaburnya pandangan pemakainya.
Alat ini menimbulkan kesulitan pada pemakainya untuk melihat kerusakan
secara visual.
Kondisi kacamata yang tidak baik sering menimbulkan kemungkinan benda
masuk dari samping
Modul SSLE-01 : Sistem Manajemen K3 Bab V : Kecelakaan Kerja Pada Pekerjaan Gedung
Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Lift and Escalator (SSLE) V-1
BAB V
KECELAKAAN KERJA PADA PEKERJAAN GEDUNG
5.1. FAKTOR MANUSIA
Bahaya kecelakaan yang disebabkan manusia pada umumnya dipengaruhi oleh
kurangnya pengertian tentang Kesehatan dan Keselamtan kerja, kurang disiplin dan
sebab-sebab oleh kondisi mental, seperti sifat-sifat emosional dan kejenuhan.
5.2. FAKTOR PERALATAN DAN LINGKUNGAN
Kecelakaan yang disebabkan oleh factor peralatan dan lingkungan pada umumnya
adalah
Tidak adanya konsep rencana K-3 yang jelas
Tidak adanya pengaman lingkungan seperti pagar pengaman dsb
Konstruksi yang salah sehingga menimbulkan runtuhnya bangunan
Lingkungan yang tidak baik seperti licin, gelap, pengap dsb
5.3. KECELAKAAN YANG UMUM TERJADI DAN UPAYA
PENCEGAHANNYA
Kecelakaan yang disebabkan pengangkutan, alat bergerak dan lalu lintas pada
umumnya disebabkan :
Penempatan bahan dan alat yang kurang baik
Operator angkutan yang kurang disiplin
Rambu lalulintas atau pengaman yang kurang memadai
Kecelakaan kejatuhan benda pada umumnya disebaban oleh
Pemasangan alat dan benda yang kurang baik
Tidak adanya pengaman benda yang jatuh
Pekerja tidak menggunakan topi pelindung
Kecelakaan tergelincir, terpukul, terkena benda tajam pada umumnya disebabkan
oleh:
Tempat yang licin, berdiri, berjalan pada tempat yang tidak semestinya
Terkena paku yang tidak dibengkokan
Terpukul karena kelalaian
Modul SSLE-01 : Sistem Manajemen K3 Bab VI : Pemadaman Kebakaran
Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Lift and Escalator (SSLE) VI-1
BAB VI PEMADAMAN KEBAKARAN
6.1. UMUM
Kecelakaan di tempat kerja salah satu penyebabnya adalah akibat terjadinya kebakaran
di dalam lokasi pekerjaan.
Dalam kondisi apapun kebakaran ini harus diatasi sesuai dengan prosedur, baik
dilakukan perorangan dengan alat pemadam kebakaran atau unit khusus pemadam
kebakaran.
Untuk mengatasi keadaan tersebut, setiap operator perlu dibekali dengan pengetahuan
penanggulangan bahaya kebakaran sehingga dapat menghadapi kebakaran dengan
benar sesuai prosedur, dilakukan dengan tenaga (tidak panik) dan dapat melakukan
pemberitahuan/pelaporan ke unit terkait secara tepat (dinas kebakaran, rumah sakit,
poliklinik, dan lain-lain).
Akan lebih baik melakukan pencegahan dari pada melakukan pemadam kebakaran.
6.2. TIMBULNYA KEBAKARAN Penyebab
Kebakaran adalah suatu bencana yang ditimbulkan oleh api, sukar dikuasai, tidak
diharapkan dan sangat merugikan.
Sebab-sebab kebakaran secara umum :
Kurangnya pengertian terhadap bahaya kebakaran
Kelalaian (tidak disiplin dalam melaksanakan pemeriksaan alat-alat yang
dipakai/ dioperasikan)
Akibat gejala alam (petir, gunung meletus dan lain-lain)
Penyalaan sendiri
Disengaja
Penyebab terjadinya kebakaran pada peralatan :
Percikan api akibat hubungan pendek/kortsluiting pada rangkaian kabel listrik.
Komponen overheating yang terlalu lama sehingga ada bagian yang
membara/terbakar
Bahan bakar atau minyak pelumas yang berceceran terkena percikan api
Sampah kering atau kertas di dekat sumber api (misalnya battery)
Modul SSLE-01 : Sistem Manajemen K3 Bab VI : Pemadaman Kebakaran
Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Lift and Escalator (SSLE) VI-2
Puntung rokok yang masih menyala dibuang sembarangan
Pekerjaan pengelasan
Penyebab lainnya (misalnya korek api tertinggal dalam ruang operator)
Unsur Terjadinya Api
Ada 3 (tiga) benda yang menjadi bahan pokok dari api
A = Angin, O2 (oksigen); bisa didapat dari udara bebas
P = Panas, terdapat dari sumber panas (matahari, kortsluiting listrik,
kompresi, energi mekanik)
I = Inti, bahan bakar; bahan ini bisa berupa gas, padat, cair yang memiliki
titik bakar yang berbeda-beda
6.3. KLASIFIKASI KEBAKARAN Kelas A
Benda padat selain logam yang mudah terbakar; yaitu kebakaran yang ditimbulkan oleh
benda padat selain logam seperti: Kayu, kertas, bambu dan lain-lain
Alat pemadaman yang dipakai: air, pasir, lumpur.
Kelas B
Benda cair yang mudah terbakar; yaitu kebakaran yang ditimbulkan oleh bahan bakar cair
(bensin, solar, minyak tanah) dan gas (LPG, Nitrogen, dan lain-lain)
Alat pemadam kebakaran yang dipakai: Air dicampur diterjen, racun api, karung basah.
Kelas C
Yaitu kebakaran yang ditimbulkan oleh adanya sumber panas listrik (akibat kortsluiting).
Alat pemadam kebakaran yang dipakai: CO2; BCF; Dry Chemical Powder.
Kelas D
Yaitu kebakaran logam seperti magnesium, titanium, sodium, potassium dan lain-lain.
Alat pemadam kebakaran yang dipakai adalah Dry Chemical Powder.
6.4. MENGHADAPI BAHAYA KEBAKARAN Sikap
Jangan panik, berpikir jernih dan tenangkan diri.
Modul SSLE-01 : Sistem Manajemen K3 Bab VI : Pemadaman Kebakaran
Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Lift and Escalator (SSLE) VI-3
Beritahukan adanya kebakaran kepada orang lain atau instansi terkait (Dinas
Kebakaran).
Mengarahkan yang tidak berkepentingan untuk segera meninggalkan tempat.
Pergunakan alat pemadam api yang sesuai/cocok.
Mintalah pertolongan orang lain untuk membantu dengan alat pemadam
kebakaran.
Percaya diri akan kemampuan mempergunakan alat pemadam kebakaran.
Melakukan pemadaman dengan cepat dan tepat dengan memperhatikan arah
angin.
Usaha Mencegah Kebakaran Secara Umum
Jagalah kebersihan di lingkungan kerja.
Simpan bahan yang mudah terbakar di tempat yang aman.
Penyimpanan bahan bakar ditempat yang memenuhi syarat dan aman.
Periksa alat pemadam kebakaran dalam kondisi baik.
Memliki keterampilan mempergunakan alat pemadam kebakaran.
Pelajari cara penggunaan alat pemadam kebakaran tersebut pada label yang
dilekatkan di tabung.
Usaha Pencegahan Kebakaran pada Peralatan
Bahan bakar, minyak pelumas dan zat anti beku merupakan bahan yang mudah
terbakar. Jauhkan korek api dan jangan merokok di dekat bahan yang mudah
terbakar tersebut.
Bila mengisi bahan bakar, matikan engine dan jangan merokok. Jangan
meninggalkan lokasi pada saat mengisi bahan bakar. Kuatkan tutup tangki bahan
bakar dengan baik.
Periksa secara berkala rangkaian kabel listrik dari kemungkinan terjadinya
hubungan pendek.
Kabel luka/terkoyak, segera dibungkus isolasi atau diganti
Sambungan/terminal yang longgar, kuatkan atau ganti baru
Selalu bersihkan/keringkan bila ada ceceran bahan bakar atau minyak pelumas di
lantai atau bagian mesin lain.
Bersihkan battery dan di sekelilingnya dari sampah kering atau kertas yang mudah
terbakar.
Bila merokok dalam ruang operator, matikan rokok dan buang puntungnya ke
dalam asbak yang telah tersedia. Jangan membuang puntung sembarangan.
Modul SSLE-01 : Sistem Manajemen K3 Bab VI : Pemadaman Kebakaran
Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Lift and Escalator (SSLE) VI-4
Hindari pengelasan di dekat tangki bahan bakar atau pipa minyak.
Harus yakin bahwa alat pemadam kebakaran telah berada di tempatnya dalam
keadaan baik. Baca aturan penggunaannya agar dapat dipakai saat diperlukan.
Harus mengerti apa yang harus dilakukan saat terjadi kebakaran.
Catat semua nomor telepon penting untuk dapat dihubungi sewaktu terjadi
kebakaran (ambulan, petugas pemadam kebakaran).
Usaha Penyelamatan Dari Kebakaran
Bila dalam pengoperasian terjadi kebakaran pada dump truck, usaha penyelamatan yang
dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
Putar main switch ke posisi OFF, matikan seluruh aliran listrik.
Bila masih sempat, gunakan alat pemadam kebakaran untuk mematikan api
semampunya.
Gunakan tangga untuk keluar dari ruang operator
Usaha tersebut sebagai langkah dasar dalam penyelamatan, dan sesuai kondisi lapangan
dapat dicari upaya lainnya.
Untuk itu perlu diadakan latihan penyelamatan dari kebakaran.
6.5. PERALATAN PEMADAM KEBAKARAN Air (air sungai, air hujan, air selokan, hidran dan lain-lain) dan pasir.
Alat pemadam api menggunakan bahan busa/Foam; terdiri dari: natrium
bicarbonat, aluminium sulfat, air. Alat ini baik dipergunakan untuk kebakaran kelas B.
Cara menggunakannya:
Balik/putar posisi alat pemadam, dan segera
balikan lagi ke posisi asal
Buka katup/pen pengaman
Arahkan nosel/nozlle; dengan memperhatikan
arah angin dan jarak dari tabung ke sumber api.
Gambar 2 - Alat Pemadam Api Busa
Modul SSLE-01 : Sistem Manajemen K3 Bab VI : Pemadaman Kebakaran
Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Lift and Escalator (SSLE) VI-5
Pemadam api dengan bahan pemadam CO2 (carbon dioksida)
Dapat dipergunakan dengan baik bila tidak ada angin atau arus udara
Cara mempergunakan:
Buka pen pengaman
Tekan tangkai penekan
Arahkan corong ke sumber api, dengan
memperhatikan jarak dan arah angin.
Keterangan gambar:
1. Tangkai penekan
2. Pen pengaman
3. Saluran pengeluaran
4. Slang karet tekanan tinggi
5. Horn (corong)
Pemadam api dengan bahan pemadam Dry Chemical
Jenis ini efektif untuk kebakaran jenis B dan C, juga dapat dipergunakan pada
kebakaran kelas A.
Bahan yang dipergunakan:
Serbuk sodium bicarbonat/natrium
sulfat
Gas CO/Nitroge
Cara mempergunakan:
Buka pen pengaman
Buka timah penutup
Tekan tangkai penekan/pengatup
Arahkan corong ke sumber api, dengan
memperhatikan jarak dan arah angin.
Gambar 3 - Alat Pemadam Api CO2
Gambar 4 - Alat Pemadam Api Dry Chemical
Modul SSLE-01 : Sistem Manajemen K3 Bab VI : Pemadaman Kebakaran
Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Lift and Escalator (SSLE) VI-6
Pemadam Api dengan Bahan Jenis BCF/Halon
Cara mempergunakan:
Buka pen pengaman
Tekan tangkai penekan/pengatup
Arahkan corong/nozlle ke sumber api,
dengan memperhatikan jarak dan arah angin.
Keterangan gambar:
1. Pengaman
2. & 3 Pengatup
4. Bolt Valve
5. Pipa saluran Gas
6. Nozzle
Gambar 5 - Alat Pemadam Api Jenis BHF
Modul SSLE-01 : Sistem Manajemen K3 Bab VII: Pengawasan Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Lift and Escalator (SSLE) VII - 1
BAB VII PENGAWASAN PENERAPAN KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA
7.1. UMUM
Dibandingkan dengan industri lain, industri konstruksi menduduki rangking tertinggi
dalam risiko kecelakaan. Hal ini dapat dimengerti karena sifat industri konstruksi
sangat berbeda dengan industri yang lain.
Dalam kegiatan industri konstruksi ada sifat-sifat khusus yang tidak terdapat pada
industri lain, yaitu:
1. Kegiatan industri konstruksi terdiri dari bermacam-macam kegiatan dengan
jumlah banyak, yang rawan kecelakaan.
2. Jenis-jenis kegiatannya sendiri tidak standar, sangat dipengaruhi oleh banyak
faktor luar, seperti: kondisi lokasi bangunan, cuaca, bentuk desain, metode
pelaksanaan, dan lain-lain.
3. Perkembangan teknologi yang selalu diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan
memberikan andil risiko sendiri.
4. Tingginya turn over tenaga kerja juga menjadi masalah sendiri, karena selalu
menghadapi orang-orang baru yang terkadang masih belum terlatih.
5. Banyaknya pihak yang terkait dalam proses konstruksi, yang memerlukan
pengaturan serta koordinasi yang kuat.
Peraturan maupun perundang-undangan yang mengatur tentang K-3 antara lain:
1. Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
2. Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 2 Tahun 1970 tentang Panitia Pembina
Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
3. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 1/MEN/1980 tentang Keselamtan Kerja dan
Kesehatan Kerja.
4. Keputusan Bersama Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Pekerjaan Umum Nomor:
Kep.174/Men/86 dan 104/KPTS/1986 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pada Tempat Kegiatan Konstruksi
5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 05/Men/1996 tentang Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Berkaitan dengan keselamatan dan kesehatan kerja, risiko yang dihadapi
perusahaan industri konstruksi pada pelaksanaan konstruksi tidak saja berkaitan
dengan kecelakaan pekerja tapi juga aspek ekonomi karena rusaknya bangunan dan
turunnya produktivitas kerja akibat terjadinya kecelakaan kerja.
Modul SSLE-01 : Sistem Manajemen K3 Bab VII: Pengawasan Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Lift and Escalator (SSLE) VII - 2
Dengan demikian upaya-upaya penekanan risiko kecelakaan konstruksi merupakan
upaya yang penting dalam rangka menghindarkan kerugian secara ekonomi maupun
hilangnya jiwa manusia.
7.2. ASPEK PENTING DALAM KESELAMATAN KERJA KONSTRUKSI
Aspek penting yang harus dicapai dalam program keselamatan kerja konstruksi
adalah aspek kemanusiaan dan aspek ekonomi yang keduanya tidak dapat
dipisahkan. Kecelakaan kerja akan mengakibatkan hilangnya jiwa manusia dan
timbulnya biaya kecelakaan, sekaligus dapat menimbulkan kerugian ekonomi akibat
rusaknya bangunan dan turunnya produktivitas kerja. Kedua macam risiko tersebut
dapat menimbulkan biaya yang biasa disebut sebagai biaya keamanan (cost of
safety)
1. Aspek Kemanusiaan
Aspek kemanusiaan merupakan aspek terpenting dalam konsep rekayasa
keselamatan konstruksi. Segala upaya baik dalam bentuk pengaturan, pelaksanaan
dan pengawasan terhadap penerapan ketentuan keselamatan kerja diarahkan pada
bagaimana menghindarkan dari kecelakaan kerja baik terhadap pekerjanya maupun
terhadap konstruksinya sendiri.
Dari segi kemanusiaan, kriteria kecelakaan adalah kecelakaan yang mengakibatkan
meninggalnya manusia atau cacat permanen.
Penghargaan zero accident dapat diartikan tidak terjadinya korban manusia. Dalam
konsep ini adanya bangunan konstruksi yang rusak atau roboh tidak dimasukkan ke
dalam kriteria kecelakaan.
2. Aspek Ekonomi
Peningkatan keselamatan kerja dan pengurangan kecelakaan akan menghasilkan
penghematan konstruksi secara total.
Di negara berkembang dan negara belum maju, rendahnya angka kecelakan
konstruksi belum tentu menunjukkan adanya peran keselamatan konstruksi, yang
disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut:
Tidak teraturnya sistem pencatatan terjadinya suatu kecelakaan;
Terlalu tingginya angka keamanan yang digunakan dalam dunia konstruksi,
sehingga tidak mencapai atau jauh dari efisiensi dan merupakan pemborosan
yang tidak perlu terjadi.
Modul SSLE-01 : Sistem Manajemen K3 Bab VII: Pengawasan Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Lift and Escalator (SSLE) VII - 3
Keuntungan secara ekonomi yang dapat diperoleh dari penerapan program
keselamatan akan lebih mempermudah untuk menawarkan program keselamatan
dalam pelaksanaan konstruksi.
Biaya keamanan (cost of safety) adalah seluruh biaya yang terjadi, baik untuk upaya
pencegahan terjadinya kecelakaan maupun biaya kecelakaan yang terjadi, termasuk
dampaknya, yang terdiri dari dua golongan, yaitu biaya keamanan langsung (direct
cost of safety) dan biaya keamanan tidak langsung (indirect cost of safety).
Biaya keamanan langsung (direct cost of safety) adalah biaya langsung yang
berkaitan dengan keamanan konstruksi, termasuk biaya-biaya atas kecelakaan yang
terjadi, antara lain terdiri dari:
Biaya asuransi;
Peralatan keamanan;
Fasilitas kesehatan;
Bangunan-bangunan pengaman termasuk pembuatan rambu-rambu;
Biaya pengawasan terhadap penerapan keamanan;
Biaya-biaya kecelakaan yang terjadi untuk korban manusia;
Dan lain-lain yang berkaitan secara langsung dengan keamanan
Biaya keamanan tidak langsung (indirect cost of safety) adalah biaya-biaya yang
secara tidak langsung berkaitan dengan keamanan, termasuk dampak dari
kecelakaan yang terjadi, seperti antara lain:
Biaya turn over pekerja akibat kecelakaan;
Biaya kehilangan waktu akibat kecelakaan kerja;
Biaya pelatihan untuk pekerja pengganti;
Biaya akibat bertambahnya waktu pelaksanaan;
Turunnya moral pekerja;
Hilangnya efisien kerja;
Kerusakan bangunan;
Kerusakan peralatan dan mesin;
Turunnya produktivitas kerja;
Dan lain-lain yang berkaitan secara langsung.
Pendekatan lain dalam pembagian biaya keamanan yaitu dibagi dalam tiga golongan
yaitu: biaya pencegahan (prevention cost), biaya pengawasan (inspection cost), dan
biaya kecelakaan (accident cost).
Biaya pencegahan antara lain mencakup:
Peralatan keamanan;
Modul SSLE-01 : Sistem Manajemen K3 Bab VII: Pengawasan Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Lift and Escalator (SSLE) VII - 4
Bangunan-bangunan pengaman, termasuk rambu-rambu, fasilitas kesehatan;
Dan lain-lain yang berkaitan dengan upaya-upaya pencegahan terhadap
kemungkinan terjadinya kecelakaan.
Yang termasuk biaya pengawasan antara lain adalah:
Biaya petugas pengawasan;
Biaya-biaya lain yang berkaitan dengan upaya-upaya pengawasan.
Yang termasuk biaya kecelakaan antara lain:
Biaya-biaya rumah sakit untuk korban kecelakaan;
Biaya-biaya penggantian bangunan/peralatan yang rusak akibat kecelakaan yang
terjadi;
Biaya-biaya lain sebagai dampak dari terjadinya kecelakaan.
7.3. KESELAMATAN KERJA KONSTRUKSI DALAM MANAJEMEN PROYEK
Untuk mencapai sasaran proyek, maka perlu adanya pengendalian dalam beberapa
aspek, seperti: biaya, mutu, waktu, dan keselamatan, yang masing-masing
mempunyai alat kendali yang telah direncanakan dalam manajemen konstruksi.
Alat kendali dalam aspek biaya dalah berupa anggaran biaya pelaksanaan, dalam
aspek mutu adalah berupa rencana mutu yang banyak didukung oleh penetapan
metoda pelaksanaan, dan dalam aspek waktu adalah berupa jadwal waktu
pelaksanaan yang didukung dengan jadwal pengadaan sumber daya (material, alat,
tenaga dan uang), serta dalam aspek keselamatan adalah berupa rencana
keselamatan(safety plan).
Pengendalian semua alat perencanaan tersebut sangat diperlukan termasuk
tindakan-tindakan yang diperlukan agar sasaran proyek konstruksi yang telah
ditetapkan dapat dicapai.
7.4. PENGAWASAN PELAKSANAAN KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA KONSTRUKSI
Di dalam pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja konstruksi, banyak pihak
yang terlibat, namun yang paling bertangguyng jawab dalam pelaksanaan K-3 tersebut
adalah pihak kontraktor, karen pihaknyalah yang secara langsung melaksanakan
pekerjaan konstruksinya dan secara langsung melaksanakan manajemen keselamatan
kerja.
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja konstruksi antara lain:
Pelaku-pelaku konstruksi;
Modul SSLE-01 : Sistem Manajemen K3 Bab VII: Pengawasan Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Lift and Escalator (SSLE) VII - 5
Material konstruksi;
Peralatan konstruksi;
Metode pelaksanaan;
Desain struktur.
1. Pelaku-pelaku konstruksi
Baik pekerja, tukang, mandor, supervisor, staf manjer, maupun manajer, harus dalam
kondisi sehat lahir batin, serta mempunyai kemampuan melaksanakan tugas-tugasnya
dalam segala situasi dan kondisi yang dituntut oleh lapangan. Kepada para pelaku
konstruksi, harus menggunakan peralatan keamanan kerja, sesuai dengan risiko-risiko
yang mungkin dihadapi oleh yang bersangkutan.
2. Material konstruksi
Baik untuk bangunan itu sendiri maupun untuk pekerjaan bantu/persiapan, harus
menggunakan kualitas serta ukuran yang ditetapkan dalam perencanaan. Di samping
itu, material juga harus dipasang sesuai dengan metode yang ditetapkan.
3. Peralatan konstruksi.
Peralatan konstruksi yang menggunakan ukuran berat, volume, temperatur dan lain-
lain harus memiliki kalibrasi yang masih berlaku. Apabila kalibrasinya sudah
kedaluwarsa, harus segera diperbaharui sebelum alat yang bersangkutan
dipergunakan.
Untuk alat-alat berat, terutama alat angkat, harus memiliki sertifikat layak pakai yang
berlaku.
4. Metode pelaksanaan.
Metode pelaksanaan mempunyai peran besar dalam proses konstruksi. Oleh
karenanya, pemilihan metode pelaksanaan yang akan diterapkan harus benar-benar
dapak dilaksanakan dengan aman. Artinya bahwa setiap metode tang ditetapkan
harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
Secara teknis aman;
Peralatan yang dipakai sesuai dan aman;
Pelaku-pelakunya sudah terbiasa;
Sudah memepertimbangkan keamanan.
Modul SSLE-01 : Sistem Manajemen K3 Bab VII: Pengawasan Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Lift and Escalator (SSLE) VII - 6
5. Desain struktur.
Desain struktur yang sudah diselesaikan oleh perencana, bagaimanapun reputasi
perencana, masih perlu diperhatikan oelh pihak-pihak lain, khususnya kontraktor
sebagai pelaksana. Kelalaian yang mungkin terjadi, yang dapat menyebabkan
kecelakaan, dapat dihindari dari awal.
Dengan mengetahui faktor-faktor penyebab tersebut, maka dapat dibuat rencana
keselamatan kerja konstruksi yang memadai.
Namun demikian, walaupun upaya-upaya pencegahan kecelakaan telah dilakukan,
persiapan tindakan penyelamatan apabila terjadi kecelakaan kerja harus dipersiapkan,
antara lain:
Menyiapkan tenaga dan alat khusus untuk evakuasi korban;
Menyiapkan poliklinik atau kerja sama dengan rumah sakit terdekat;
Melakukan tindakan agar kecelakaan tidak meluas dan terkendali.
Tabel 7.1. Risiko Kecelakaan dan Cara Pencegahannya
NO RISIKO KECELAKAAN PENCEGAHAN
1.
2.
3.
Pekerjaaan Fondasi Franki
a. Orang jatuh dari crane
b. Kejatuhan batu atau beton
c. Crane amblas
d. Orang jatuh terperosok/jatuh
e. Sling putus
Bored Pile
a. Crane mixer amblas
b. Sling crane putus
c. Terperosok ke dalam lubang bore
d. Lokasi banjir akibat sisa air sewaktu pengecoran
Galian Sumuran
a. Lokasi tergenang air
b. Bekisting dari pasangan batu bata ambruk
c. Tanah galian longsor
d. Terjatuh ke dalam galian
Pakai sabuk pengaman waktu naik
Pakai helm pengaman waktu bekerja
Ratakan tanah sebelum crane masuk
Urug segera setelah dicor
Cek sling sebelum bekerja
Pakai matras untuk jalan kerja
Membuang lumpur secara periodik
Cek kondisi sling setiap saat
Urug secepatnya setelah dicor
Buat saluran air, lalu dipompa keluar lokasi kerja
Buat galian tepi, arahkan ke sumpit lalu dipompakan keluar lokasi
Buat pasangan batu bata ½ dari rencana
Urug segera bekas galian camping dan bagian atasnya diplester
Tutup dengan termal saat hujan
Buat kemiringan pada galian
Tutup dengan termal
Buat pagar pengaman
Buat tangga turun lokasi galian
Pasang rambu peringatan
Modul SSLE-01 : Sistem Manajemen K3 Bab VII: Pengawasan Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Lift and Escalator (SSLE) VII - 7
NO RISIKO KECELAKAAN PENCEGAHAN
4.
5.
6.
7.
8.
Generator sementara
a. Kipas genset mencederai orang
b. Kebakaran
Instalasi listrik untuk pekerjaan sementara Pekerjaan konstruksi baja Pengecoran dan pembesian Pembongkaran bekisting
Pasang pagar pengaman
Pasang rambu peringatan
Matikan mesin selama perawatan
Tempatkan tangki solar jauh dari genset minimum 5 m
Siapkan tabung pemadam kebakaran
Pasang rambu ”Awas Kebakaran”
Pasang isolasi untuk setiap sambungan
Pasang isntalasi kabel dengan rapi., tidak boleh kena air
Tempatkan kabel agar terlindung
Pasang rambu peringatan dan maksimal kapasitas
Harus ada penanggungjawab yang mudah dihubungi
Panel listrik harus selalu terkunci
Pakai sabuk pengaman untuk pekerjaan di atas
Wajib menggunakan helem, sabuk pengaman
Hindari orang tidak bekerja langsung di bawah
Lokasi kerja harus idisolasi dengan diberi cross line
Pasang lampu penerangan secukupnya
Gunakan helm, sabuk pengaman, sarung tangan, sepatu kerja
Tidak boleh ikut menggantung di baket cor
Gunakan sabuk pengaman, helem
Pasang steger yang kuat dan aman
Hindari berdiri terlalu dekat dengan daerah pembongkaran
Pasang jaring mpengaman untuk daerah tepi
Pasang rambu ” Awas Kejatuhan”
Isolasi dari lalu lintas kerja
Modul SSLE-01 : Sistem Manajemen K3 Bab VII: Pengawasan Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Lift and Escalator (SSLE) VII - 8
Tabel 7.2. Daftar Periksa Audit Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (Berdasarkan Permenaker 05/Men/1996)
No 1. PEMBANGUNAN DAN PEMELIHARAAN KOMITMEN Temuan
TS S Obs
1.1 Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
1 1.1.1 Adanya kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja yang tertulis, bertanggal dan secara jelas menyatakan tujuan-tujuan keselamatan dan kesehatan kerja dan komitmen perusahaan dalam memperbaiki kinerja keselamatan dan kesehatan kerja.
2 1.1.2 Kebijakan yang ditandatangani oleh pengusaha dan atau pengurus.
3 1.13 Kebijakan disusun oleh pengusaha dan atau pengurus setelah melalui proses konsultasi dengan wakil tenaga kerja
4 1.1.4 Perusahaan mengkomunikasikan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja kepada seluruh tenaga kerja, tamu, kontraktor, pelanggan dan pemasok dengan tata cara yang tepat.
5 1.1.5 Apabila diperlukan, kebijakan khusus dibuat untuk masalah keselamatan dan kesehatan kerja yang bersifat khusus.
6 1.1.6 Kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dan kebijakan khusus Iainnya ditinjau ulang secara berkala untuk menjamin bahwa kebijakan tersebut mencerminkan perubahan yang terjadi dalam peraturan perundangan.
1.2 Tanggung Jawab & Wewenang Untuk Bertindak
7 1.2.1 Tanggung jawab dan wewenang untuk mengambil tindakan dan melaporkan kepada semua personel yang terkait dalam perusahaan yang telah ditetapkan harus disebarluaskan dan didokumentasikan.
8 1.2.2 Penunjukkan penanggung jawab keselamatan dan kesehatan kerja harus sesuai peraturan perundangan yang berlaku.
9 1.2.3 Pimpinan unit kerja dalam suatu perusahaan bertanggung jawab atas kinerja keselamatan dan kesehatan kerja pada unit kerjanya
10 1.2.4 Perusahaan mendapatkan saran-saran dan ahli bidang keselamatan dan kesehatan kerja yang berasal dan dalam maupun luar perusahaan.
11 1.2.5 Petugas yang bertanggung jawab menangani keadaan darurat mendapatkan latihan.
12 1.2.6 Kinerja keselamatan dan kesehatan kerja dimasukkan dalam laporan tahunan perusahaan atau laporan lain yang setingkat.
13 1.2.7 Pimpinan unit kerja diberi informasi tentang tanggung jawab mereka terhadap tenaga kerja kontraktor dan orang lain yang memasuki tempat kerja.
14 1.2.8 Tanggung jawab untuk memelihara dan mendistribusikan informasi terbaru mengenai peraturan perundangan keselamatan dan kesehatan kerja telah ditetapkan.
Modul SSLE-01 : Sistem Manajemen K3 Bab VII: Pengawasan Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Lift and Escalator (SSLE) VII - 9
15 1.2.9 Pengurus bertanggung jawab secara penuh untuk menjamin sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja dilaksanakan.
1.3 Tinjauan Ulang & Evaluasi
16 1.3.1 Hasil peninjauan ulang dicatat dan didokumentasikan.
17 1.3.2 Apabila memungkinkan, hasil tinjauan ulang dimasukkan ke dalam perencanaan tindakan manajemen.
18 1.3.3 Pengurus harus meninjau ulang pelaksanaan Sistem Manajemen K3 secara berkala untuk menilai kesesuaian dan efektivitas Sistem Manajemen K3.
1.4. Keterlibatan dan Konsultasi dengan Tenaga Kerja
19 1.4.1 Keterlibatan tenaga kerja dan penjadwalan konsultasi dengan wakil perusahaan yang ditunjuk didokumentasikan.
20 1.4.2 Dibuatkan prosedur yang memudahkan konsultasi mengenai perubahan- perubahan yang mempunyai implikasi terhadap keselamatan dan kesehatan kerja.
21 1.4.3 Sesuai dengan peraturan perundangan perusahaan telah membentuk Panitia Pembina K3 (P2K3).
22 1.4.4 Ketua P2K3 adalah pengurus atau pimpinan puncak.
23 1.4.5 Sekretaris P2K3 adalah AhIi K3 sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
24 1.4.6 P2K3 menitikberatkan kegiatan pada pengembangan kebijakan dan prosedur untuk mengendalikan risiko.
25 1.4.7 P2K3 mengadakan pertemuan secara teratur dan hasilnya disebarluaskan di tempat kerja.
26 1.4.8 P2K3 melaporkan kegiatannya secara teratur sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
27 1.4.9 ApabiIa diperlukan, dibentuk kelompok-kelompok kerja dan dipilih dan wakil-wakil kerja yang ditunjuk sebagai penanggung jawab keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerjanya dan kepadanya diberikan pelatihan yang sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
28 1.4.10 Apabila kelompok-kelompok kerja telah terbentuk, maka tenaga kerja diberi informasi tentang struktur kelompok kerja tersebut.
2. STRATEGI PENDOKUMENTASIAN Temuan
TS S Obs
2.1. Perencanaan Rencana Strategi K3
29 2.1.1 Petugas yang berkompeten telah mengidentifikasi dan menilai potensi bahaya dan risiko keselamatan dan kesehatan kerja yang berkaitan dengan operasi.
30 2.1.2 Perencanaan strategi keselamatan dan kesehatan kerja perusahaan telah ditetapkan dan diterapkan untuk mengendalikan potensi bahaya dan risiko keselamatan dan kesehatan kerja yang telah teridentifikasi, yang berhubungan dengan operasi.
31 2.1.3 Rencana khusus yang berkaitan dengan produk, proses, proyek atau tempat kerja tertentu telah dibuat.
32 2.1.4 Rencana didasarkan pada potensi bahaya dan insiden, serta catatan keselamatan dan kesehatan kerja sebelumnya.
Modul SSLE-01 : Sistem Manajemen K3 Bab VII: Pengawasan Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Lift and Escalator (SSLE) VII - 10
33 2.1.5 Rencana tersebut menetapkan tujuan keselamatan dan kesehatan kerja perusahaan yang dapat diukur, menetapkan prioritasdan menyediakan sumberdaya.
2.2. Manual Sistem Manajemen K3
34 2.2.1 Manual Sistem Manajemen K3 meliputi kebijakan, tujuan, rencana, dan prosedur keselamatan dan kese hatan kerja untuk semua tingkatan dalam perusahaan.
35 2.2.2 Apabila diperlukan, telah dibuat manual khusus yang berkaitan dengan produk, proses, atau tempat kerja tertentu.
36 2.2.3 Manual Sistem Manajemen K3 mudah didapat oleh semua personil dalam perusahaan.
2.3. Penyebarluasan Informasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja
37 2.3.1 Informasi tentang kegiatan dan masalah keselamatan dan kesehatan kerja disebarkan secara sistematis kepada seluruh tenaga kerja perusahaan.
38 2.3.2 Catatan-catatan informasi keselamatan dan kesehatan kerja dipelihara dan disediakan untuk seluruh tenaga kerja dan orang lain yang datang ke tempat kerja.
3. PENINJAUAN ULANG PERANCANGAN (DESIGN ) DAN KONTRAK
Temuan
TS S Obs
3.1 Pengendalian Perancangan
39 3.1.1 Prosedur yang terdokumentasi mempertimbangkan identifikasi bahaya dan penilaian risiko yang di lakukan pada tahap melakukan perancangan atau perancangan ulang.
40 3.1.2 Prosedur dan instruksi kerja untuk penggunaan produk, pengoperasian sarana produksi dan proses yang aman disusun selama tahap perancangan.
41 3.1.3 Petugas yang kompeten telah ditentukan untuk melakukan verifikasi bahwa perancangan memenuhi persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja yang ditetapkan.
42 3.1.4 Semua perubahan dan modifikasi perancangan yang mempunyai implikasi terhadap keselamatan dan kesehatan kerja diidentifikasi, didokumentasi, ditinjau ulang dan disetujul oleb petugas yang berwenang sebelum pelaksanaan.
3.2 Peninjauan Kontrak
43 3.2.1 Prosedur yang didokumentasikan harus mampu mengidentifikasi dan menilai potensi bahaya keselamatan dan kesehatan kerja, lingkungan dan masyarakat, di mana prosedur tersebut digunakan pada saat memasok barang dan jasa dalam suatu kontrak.
44 3.2.2 Identidikasi bahaya dan penilaian resiko dilakukan pada tahapan tinjauan ulang kontrak dan personel yang kompeten
45 3.2.3 Kontrak-kontrak ditinjau ulang untuk menjamin bahwa pemasok dapat memenuhi persyaratan dan keselamatan kerja bagi pelanggan
Modul SSLE-01 : Sistem Manajemen K3 Bab VII: Pengawasan Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Lift and Escalator (SSLE) VII - 11
46 3.2.4 Catatan tinjauan ulang kontrak dipelihara dan didokumentasikan.
4. PENGENDALIAN DOKUMEN Temuan
TS S Obs
4.1. Persetujuan dan Pengeluaran Dokumen
47 4.1.1 Dokumen keselamatan dan kesehatan kerja mempu nyai identifikasi status, wewenang, tanggal pengeluaran dan tanggal modifikasi.
48 4.1.2 Penerima distribusi dokumen tercantum dalam dokumen tersebut.
49 4.1.3 Dokumen keselamatan dan kesehatan kerja edisi terbaru disimpan secara sistematis pada tempat yang ditentukan.
50 4.1.4 Dokumen usang segera disingkirkan dan penggu-naannya sedangkan dokumen usang yang disimpan untuk keperluan tertentu diberi tanda khusus.
4.2. Perubahan dan Modifikasi Dokumen
51 4.2.1 Terdapat sistem untuk membuat dan menyetujui perubahan terhadap dokumen keselamatan dan kesehatan kerja.
52 4.2.2 Apabila memungkinkan diberikan alasan terjadinya perubahan dan tertera dalam dokumen atau lampirannya.
53 4.2.3 Terdapat prosedur pengendalian dokumen atau daftar seluruh dokumen yang mencantumkan status dan setiap dokumen tersebut, dalam upaya mencegah penggunaan dokumen yang usang.
5. PEMBELIAN Temuan
TS S Obs
5.1. Spesifikasi dan Pembelian Barang dan Jasa
54 5.1.1 Terdapat prosedur yang terdokumentasi yang dapat menjamin bahwa spesifikasi teknik dan informasi lain yang relevan dengan keselamatan kesehatan kerja telah diperiksa sebelum keputusan untuk membeli.
55 5.1.2 Spesifikasi pembelian untuk setiap sarana produksi, zat kimia atau jasa harus dilengkapi spesifikasi yang sesuai dengan persyaratan peraturan perundangan dan standar keselamatan dan kesehatan kerja yang berlaku.
56 5.1.3 Konsultasi dengan tenaga kerja yang potensial berpengaruh pada saat keputusan pembelian dilakukan apabila persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja dicantumkan dalam spesifikasi pembelian.
57 5.1.4 Kebutuhan pelatihan, pasokan alat pelindung diri dan perubahan terhadap prosedur kerja perlu dipertimbangkan serta ditinjau ulang sebelum pembelian, dan pemakaian sarana dan bahan kimia.
5.2. Sistem Verifikasi Untuk Barang dan Jasa yang Dibeli
58 5.2.1 Barang dan jasa yang telah dibeli diperiksa kesesuaiannya dengan spesifikasi pembelian.
5.3. Kontrol Barang dan Jasa yang Dipasok Pelanggan
59 5.3.1 Barang dan jasa yang dipasok pelanggan, sebelum digunakan terlebih dahuu diidentifikasi potensi
Modul SSLE-01 : Sistem Manajemen K3 Bab VII: Pengawasan Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Lift and Escalator (SSLE) VII - 12
60 5.3.2 Produk yang disediakan oleh pelanggan dapat diidentifikasikan dengan jelas.
6. KEAMANAN BEKERJA BERDASARKAN SISTEM MANAJEMEN K3
Temuan
TS S Obs
6.1. Sistem Kerja
61 6.1.1 Petugas yang bekompeten telah mengidentifikasikan bahaya yang potensial dan telah menilai risiko-risiko yang timbul dari suatu proses kerja
62 6.1.2 Apabila upaya pengendalian nsiko diperlukan maka upaya tersebut ditetapkan melalui tingkat pengendalian.
63 6.1.3 Terdapat prosedur kerja yang didokumentasikan dan jika diperlukan diterapkan suatu sistem ‘ijin Kerja” untuk tugas-tugas yang berisiko tinggi.
64 6.1.4 Prosedur atau petunjuk kerja untuk mengelola secara aman seluruh risiko yang terindentifikasi didokurnentasi.
65 6.1.5 Kepatuhan dengan peraturan, standar dan ketentuan pelaksanaan diperhatikan pada saat mengembangkan atau melakukan modifikasi prosedur atau petunjuk kerja.
66 6.1.6 Prosedur kerja dan instruksi kerja dibuat oleh petugas yang berkompeten dengan masukan dan tenaga kerja yang dipersyaratkan untuk melakukan tugas dan prosedur disahkani oleh pejabat yang ditunjuk.
67 6.1.7 Alat pelindung diri disediakan bila diperlukan dan digunakan secara benar serta dipelihara selalu dalam kondisi Iayak pakai.
68 6.1.8 Alat pelindung diri yang digunakan dipastikan telah dinyatakan layak pakai sesuai dengan standar dan atau peraturan perundangan yang berlaku.
69 6.1.9 Upaya pengendalian risiko ditinjau ulang apabila terjadi perubahan pada proses kerja.
6.2. Pengawasan
70 6.2.1 Dilakukan pengawasan untuk menjamin bahwa setiap pekerjaan dilaksanakan dengan aman dan mengikuti setiap prosedur dan petunjuk kerja yang telah ditentukan.
71 6.2.2 Setiap orang diawasi sesuai dengan tingkat kemampuan mereka dan tingkat risiko tugas.
72 6.2.3 Pengawas ikut serta dalam mengidentifikasi bahaya dan membuat upaya pengendalian.
73 6.2.4 Pengawas diikutsertakan dalam pelaporan dan penyelidikan penyakit akibat kerja dan kecelakaan, dan wajib menyerahkan laporan dan saran-saran kepada pengurus.
74 6.2.5 Pengawas ikut serta dalam proses konsultasi.
6.3. Seleksi dan Penempatan Personal
75 6.3.1 Persyaratan tugas tertentu, termasuk persyaratan kesehatan, diidentifikas dan dipakai untuk menyeleksi dan menempatkan tenaga kerja.
76 6.3.2 Penugasan pekerjaan harus berdasarkan pada kemampuan dan tingkat keterampilan yang dimiliki oleh masing-masing tenaga kerja.
Modul SSLE-01 : Sistem Manajemen K3 Bab VII: Pengawasan Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Lift and Escalator (SSLE) VII - 13
6.4. Lingkungan Kerja
77 6.4.1 Perusahaan melakukan penilaian Iingkungan kerja untuk mengetahui daerah-daerah yang memerlukan pembatasan ijin masuk.
78 6.4.2 Terdapat pengendalian atas tempat-tempat dengan pembatasan ijin masuk.
79 6.4.3 Fasilitas-fasilitas dan layanan yang tersedia di tempat kerja sesuai dengan standar dan pedoman teknis.
80 6.4.4 Rambu-rambu mengenai keselamatan dan tanda pintu darurat harus dipasang sesuai dengan standar dan pedoman teknis.
6.5. Pemeliharan, Perbaikan dan Perubahan Sarana Produksi
81 6.5.1 Penjadwalan pemeriksaan dan pemeliharaan sarana produksi serta peralatan mencakup verifikasi alat-alat pengaman dan persyaratan yang ditetapkan oleh peraturan perundangan, standar dan pedoman teknis yang berlaku.
82 6.5.2 Semua catatan yang memuat data-data secara rinci dan kegiatan pemeriksaan, pemel iharaan, perbaikan dan perubahan-perubahan yang dilakukan atas sarana produksi harus disimpan dan dipelihara.
83 6.5.3 Sarana produksi yang harus terdaftar memiliki sertifikat yang masih berlaku.
84 6.5.4 Perawatan, perbaikan dan setiap perubahan harus dilakukan personel yang berkompeten.
85 6.5.5 Apabila memungkinkan, sarana produksi yang akan diubah harus sesuai dengan persyaratan peraturan perundangan yang berlaku.
86 6.5.6 Terdapat prosedur permintaan pemeliharaan yang mencakup ketentuan mengenai peralatan-peralatan dengan kondisi keselamatan yang kurang baik dan perlu untuk segera diperbaiki.
87 6.5.7 Terdapat suatu sistem penandaan bagi alat yang sudah tidak aman lagi jika digunakan (lock out system) untuk mencegah agar sarana produksi tidak dihidupkan sebelum saatnya.
88 6.5.8 Apabila diperlukan, dilakukan penerapan sistem penguncian pengoperasian (lock out system) untuk mencegah agar sarana produksi tidak dihidupkan sebelum saatnya.
89 6.5.9 Prosedur persetujuan untuk menjamin bahwa peralatan produksi dalam kondisi yang aman untuk dioperasikan.
6.6. Pelayanan
90 6.6.1 Apabila perusahaan dikontrak untuk menyediakan pelayanan yang tunduk pada standar dan undang-undang keselamatan dan kesehatan kerja, maka perlu disusun prosedur untuk menjamin bahwa pelayanan memenuhi persyaratan.
91 6.6.2 Apabila perusahaan diberi pelayanan melalui kontrak, dan pelayanan tunduk pada standar dan perundangan keselamatan dan kesehatan kerja, maka perlu disusun prosedur untuk menjamin bahwa pemberian pelayanan memenuhi persyaratan.
Modul SSLE-01 : Sistem Manajemen K3 Bab VII: Pengawasan Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Lift and Escalator (SSLE) VII - 14
6.7. Kesiapan untuk Menangani Keadaan Darurat
92 6.7.1 Keadaan darurat yang potensial (di dalam atau di luar tempat kerja) telah diidentifikasi dan prosedur keadaan darurat tersebut telah didokumentasikan.
93 6.7.2 Prosedur keadaan darurat diuji dan ditinjau ulang secara rutin oleh petugas yang berkompeten.
94 6.7.3 Tenaga kerja mendapat instruksi dan pelatihan mengenai prosedur keadaan darurat yang sesuai dengan tingkat risiko.
95 6.7.4 Petugas penanganan keadaan darurat diberikan pelatihari khusus.
96 6.7.5 Instruksi keadaan darurat dan hubungan keadaan darurat diperhatikan secara jelas/menyolok dan diketahui oleh seluruh tenaga kerja perusahaan.
97 6.7.6 Alat dan sistem keadaan darurat diperiksa, diuji dan dipelihara secara berkala.
98 6.7.7 Kesesuaian, penempatan dan kemudahan untuk mendapatkan alat keadaan darurat telah dinilai oleh petugas yang berkompeten.
6.8. Pertolongan Pertama pada Kecelakaan
99 6.8.1 Perusahaan telah mengevaluasi alat PPPK dan menjamin bahwa sistem PPPK yang ada memenuhi standard dan pedoman teknis yang berlaku
100 6.8.2 Petugas PPPK telah dilatih dan ditunjuk sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku
7. STANDAR PEMANTAUAN Temuan
TS S Obs
7.1. Pemeriksaan Bahaya
101 7.1.1 Inspeksi tempat kerja dan cara kerja dilaksanakan secara teratur.
102 7.1.2 Inspeksi dilaksanakan bersama oleh wakil pengurus dan wakil tenaga kerja yang telah memperoleh pelatihan mengenai identifikasi potensi bahaya.
103 7.1.3 Inspeksi mencari masukan dan petugas yang melakukan tugas di tempat yang diperiksa.
104 7.1.4 Daftar periksa (check list) tempat kerja telah disusun untuk digunakan pada saat inspeksi.
105 7.1.5 Laporan inspeksi diajukan kepada pengurus dan P2K3 sesuai dengan kebutuhan.
106 7.1.6 Tindakan korektif dipantau untuk menentukan efektifitasnya.
7.2 Pemantauan Lingkungan Kerja
107 7.2.1 Pemantauan Iingkungan kerja dilaksanakan secara teratur dan hasilnya dicatat dan dipelihara.
108 7.2.2 Pemantauan Iingkungan kerja meliputi faktor fisik, kimia, biologis, radiasi dan psikologis.
7.3. Peralatan Inspeksi, Pengukuran dan Pengujian
109 7.3.1 Terdapat sistem yang terdokumentasi mengenal identifikasi, kalibrasi, pemeliharaan dan penyimpanan untuk alat pemeriksaan, ukur dan uji mengenai kesehatan dan keselamatan.
110 7.3.2 Alat dipelihara dan dikalibrasi oleh petugas yang berkompeten.
Modul SSLE-01 : Sistem Manajemen K3 Bab VII: Pengawasan Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Lift and Escalator (SSLE) VII - 15
7.4 Pemantauan Kesehatan
111 7.4.1 Sesuai dengan peraturan perundangan, kesehatan tenaga kerja yang bekerja pada tempat kerja yang mengandung bahaya harus dipantau.
112 7.4.2 Perusahaan telah mengidentifikasi keadaan di mana pemeriksaan kesehatan perlu dilakukan dan telah melaksanakan sistem untuk membantu pemeriksaan ini.
113 7.4.3 Pemeriksaan kesehatan dilakukan oleh dokter pemeriksa yang ditunjuk sesuai peraturan perundangan yang berlaku.
114 7.4.4 Perusahaan menyediakan pelayanan kesehatan kerja sesuai peraturan perundangan yang berlaku.
115 7.4.5 Catatan mengenai pemantauan kesehatan dibuat sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku
8. PELAPORAN DAN PERBAIKAN KEKURANGAN Temuan
TS S Obs
8.1. Pelaporan Keadaan Darurat
116 8.1.1 Terdapat prosedur proses pelaporan sumber bahaya, personil perlu diberitahu mengenai proses pelaporan sumber bahaya terhadap keselamatan dan kesehatan kerja
8.2. Pelaporan Insiden
117 8.2.1 Terdapat prosedur terdokumentasi yang menjamin bahwa semua kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta insiden di tempat kerja dilaporkan
118 8.2.2 Kecelakaan dan penyakit akibat kerja dilaporkan sebagaimana ditetapkan oleh peraturan perundangan yang berlaku
8.3. Penyelidikan Kecelakaan Kerja
119 8.3.1 Perusahaan mempunyai prosedur penyelidikan kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang dilaporkan
120 8.3.2 Penyelidikan dan pencegahan kecelakaan kerja dilakukan oleh petugas atau ahli K3 yang telah dilatih.
121 8.3.3 Laporan penyelidikan berisi saran-saran dan jadwal waktu pelaksanaan usaha perbaikan.
122 8.3.4 Tanggung jawab diberikan kepada petugas yang ditunjuk untuk melaksanakan tindakan perbaikan sehubungan dengan laporan penyelidikan.
123 8.3.5 Tindakan perbaikan didiskusikan dengan tenaga kerja di tempat terjadinya kecelakaan.
124 8.3.6 Efektivitas tindakan perbaikan dipantau.
8.4. Penanganan Masalah
125 8.4.1 Terdapat prosedur untuk menangani masalah keselamatan dan kesehatan kerja yang timbul dan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku
126 8.4.2 Tenaga kerja diberi informasi mengenai prosedur penanganan masalah keselamatan dan kesehatan kerja dan menerima informasi kemajuan penyelesaiannya
9. PENGELOLAAN MATERIAL DAN PERPINDAHANNYA Temuan
TS S Obs
9.1. Penanganan Secara Manual dan Mekanis
127 9.1.1 Terdapat prosedur untuk mengidentifikasi potensi
Modul SSLE-01 : Sistem Manajemen K3 Bab VII: Pengawasan Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Lift and Escalator (SSLE) VII - 16
bahaya dan menilai risiko yang berhubungan dengan penanganan secara manual dan mekanis
128 9.1.2 Identifikasi dan penilaian dilaksanakan oleh petugas yang berkompeten
129 9.1.3 Perusahaan menerapkan dan meninjau ulang cara pengendalian risiko yang berhubungan dengan penanganan secara manual atau mekanis
130 9.1.4 Prosedur untuk penanganan bahan meliputi metode pencegahan terhadap kerusakan, tumpahan dan kebocoran
9.2. Sistem Pengangkutan, Penyimpanan dan Pembuangan
131 9.2.1 Terdapat prosedur yang menjamin bahwa bahan disimpan dan dipindahkan dengan cara yang aman sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku
132 9.2.2 Terdapat prosedur yang menjelaskan persyaratan pengendalian bahan yang bisa rusak atau kadaluwarsa
133 9.2.3 Terdapat prosedur menjamin bahwa bahan dibuang dengan cara yang aman sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku
9.3. Bahan-bahan Berbahaya
134 9.3.1 Perusahaan telah mendokumentasikan prosedur mengenai penyimpanan, penanganan dan pemindahan bahan-bahan berbahaya yang sesuai dengan persyaratan peraturan perundangan, standar dan pedoman teknis yang berlaku
135 9.3.2 Lembar Data Bahan yang komprehensif untuk bahan-bahan berbahaya harus mudah didapat
136 9.3.3 Terdapat sistem untuk mengidentifikasi dan pemberian abeI pada bahan-bahan berbahaya
137 9.3.4 Rambu peringatan bahaya dipampang sesuai dengan persyaratan peraturan perundangan dan standar yang berlaku
138 9.3.5 Terdapat prosedur yang didokumentasikan mengenai penanganan secara aman bahan-bahan berbahaya
139 9.3.6 Petugas yang menangani bahan-bahan berbahaya diberi pelatihan mengenai cara penanganan yang aman
10. PENGUMPULAN DAN PENGGUNAAN DATA Temuan
TS S Obs
10.1 Catatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
140 10.1.1 Perusahaan mempunyai prosedur untuk mengidentifikasi, mengumpulkan, mengarsipkan, memelihara dan menyimpan catatan keselamatan dan kesehatan kerja
141 10.1.2 Undang-undang, peraturan, standar dan pedoman teknis yang relevan dipelihara pada tempat yang mudah didapat
142 10.1.3 Terdapat prosedur yang menentukan persyaratan untuk rnenjaga kerahasiaan catatan
143 10.1.4 Catatan rnengenai peninjauan ulang dan pemeriksaan dipelihara
144 10.1.5 Catatan kompensasi kecelakaan kerja dan catatan rehabilitasi kesehatan dipelihara
Modul SSLE-01 : Sistem Manajemen K3 Bab VII: Pengawasan Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Lift and Escalator (SSLE) VII - 17
10.2. Data dan Laporan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
145 10.2.1 Data keselamatan dan kesehatan kerja yang terbaru dikumpulkan dan dianalisis
146 10.2.2 Laporan rutin kinerja keselamatan dan kesehatan kerja dibuat dan disebarluaskan di dalam perusahaan
11. AUDIT SISTEM MANAJEMEN K3 Temuan
TS S Obs
11.1. Audit Internal Sistem Manajemen K3
147 11.1.1 Audit Sistem Manajemen K3 yang terjadwal dilaksanakan untuk memeriksa kesesuaian kegiatan perencanaan dan untuk menentukan apakah kegiatan tersebut efektif
148 11.1.2 Audit internal Sistem Manajemen K3 dilakukan oleh petugas yang berkompeten dan independen di perusahaan
149 11.1.3 Laporan audit didistribusikan kepada manajemen dan petugas lain yang berkepentingan
150 11.1.4 Kekurangan yang ditemukan pada saat audit diprioritaskan dan dipantau untuk menjamin dilakukannya tindakan perbaikan
12. PENGEMBANGAN KETERAMPILAN DAN KEMAMPUAN Temuan
TS S Obs
12.1. Strategi Pelatihan
151 12.1.1 Analisis kebutuhan pelatihan yang mencakup persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja telah di laksanakan
152 12.1.2 Rencana pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja telah disusun bagi semua tingkatan dalam perusahaan-perusahaan
153 12.1.3 Pelatihan harus mempertimbangan perbedaan tingkat kemampuan dan keahliannya
154 12.1.4 Pelatihan dilakukan oleh orang atau badan yang mempunyai kemampuan dan pengalaman yang memadai serta diakreditasi menurut peraturan perundangan yang berlaku
155 12.1.5 Terdapat fasilitas dan sumber daya memadai untuk pelaksanaan pelatihan yang efektif
156 12.1.6 Perusahaan mendokumentasikan dan menyimpan catatan seluruh pelatihan
157 12.1.7 Evaluasi dilakukan pada setiap sesi pelatihan untuk menjamin peningkatan secara berkelanjutan
158 12.1.8 Program pelatihan ditinjau ulang secara teratur untuk menjamin agar tetap relevan dan efektif.
12.2. Pelatihan Bagi Manajemen dan Supervisor
159 12.2.1 Anggota manajemen eksekutif dan pengurus berperan serta dalam pelatihan yang mencakup penjelasan tentang kewajiban hukum dan prinsip-prinsip serta pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja
160 12.2.2 Manajer dan supervisor menerima pelatihan yang sesuai dengan peran dan tanggung jawab mereka
12.3. Pelatihan bagi Tenaga Kerja
161 12.3.1 Pelatihan diberikan kepada semua tenaga kerja ter- masuk tenaga kerja baru dan yang dipindahkan agar
Modul SSLE-01 : Sistem Manajemen K3 Bab VII: Pengawasan Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Lift and Escalator (SSLE) VII - 18
mereka dapat melaksanakan tugasnya secara aman
162 12.3.2 Pelatihan diselenggarakan kepada tenaga kerja apabila di tempat kerjanya terjadi perubahan sarana produksi atau proses
163 12.3.3 Apabila diperlukan diberikan pelatihan penyegaran kepada semua tenaga kerja
12.4. Pelatihan untuk Pengenalan bagi Pengunjung dan Kontraktor
164 12.4.1 Perusahaan mempunyai program pengenalan untuk semua tenaga kerja dengan memasukkan materi kebijakan dan prosedur keselamatan dan kesehatan kerja
165 12.4.2 Terdapat prosedur yang menetapkan persyaratan untuk memberikan taklimat (briefing) kepada pengunjung dan mitra kerja guna menjamin keselamatan dan kesehatan kerja
12.5. Pelatihan Keahlian Khusus
166 12.5.1 Perusahaan mempunyai sistem untuk menjamin kepatuhan terhadap persyaratan lisensi atau kualifikasi sesuai dengan peraturan perundangan untuk melaksanakan tugas khusus, melaksanakan peker jaan atau mengoperasikan peralatan
Modul SSLE-01 : Sistem Manajemen K3 Rangkuman
Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Lift and Escalator (SSLE) R-1
RANGKUMAN
Pengaturan terkait dengan aspek legal, administrative dan teknis operasional atas
seluruh kegiatan kesehatan dan keselamatan kerja bidang konstruksi.
Masalah umum APD
Adanya APD yang tidak melalui pengujian laboratorium, sehingga tidak diketahui
derajat perlindungannya atau tidak memenuhi ketentuan keselamatan.
Pekerja merasa tidak nyaman dan kadang-kadang pemakai merasa terganggu.
Terdapat kemungkinan menimbulkan bahaya baru atas penggunaan APD
Pengawasan terhadap keharusan penggunaan APD sangat lemah.
Kewajiban untuk memelihara APD yang menjadi tanggung jawab perusahaan sering
dialihkan kepada pekerja.
Masalah pemakaian APD secara umum
Pekerja tidak mau memakai APD dengan alasan:
o Yang bersangkutan tidak mengerti atas maksud keharusan pemakaian APD.
o Pemakaian APD dirasakan pekerja tidak nyaman seperti panas, sesak dan tidak
memenuhi nilai keindahan
o Pekerja merasa terganggu dalam melaksanakan pekerjaan.
o Jenis APD yang dipakai tidak sesuai dengan jenis bahaya yang dihadapi.
o Tidak dikenakan sanksi terhadap pekerja yang tidak memakai APD
o Atasannya juga tidak memakai APD tanpa dikenakan sanksi.
Perusahaan tidak menyediakan APD dengan alasan:
o Perusahaan tidak mengerti adanya ketentuan pemakaian APD.
o Rendahnya kesadaran perusahaan atas pentingnya K3 dan secara sengaja
melalaikan kewajibannya untuk menyediakan APD.
o Perusahaan merasa sia-sia menyediakan APD, karena pada akhirnya APD tidak
dipakai oleh pekerja.
Jenis APD yang disediakan oleh perusahaan tdak sesuai dengan jenis bahaya yang
dihadapi pekerja
Perusahaan mengadakan APD hanya sekedar memenuhi persyaratan formal tanpa
mempertimbangkan kesesuaiannya dengan maksud pemakaiannya.
Bahaya kecelakaan yang disebabkan manusia pada umumnya dipengaruhi oleh
kurangnya pengertian tentang Kesehatan dan Keselamtan kerja, kurang disiplin dan
sebab-sebab oleh kondisi mental, seperti sifat-sifat emosional dan kejenuhan.
Kecelakaan di tempat kerja salah satu penyebabnya adalah akibat terjadinya kebakaran
di dalam lokasi pekerjaan.
Modul SSLE-01 : Sistem Manajemen K3 Rangkuman
Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Lift and Escalator (SSLE) R-2
Dalam kondisi apapun kebakaran ini harus diatasi sesuai dengan prosedur, baik
dilakukan perorangan dengan alat pemadam kebakaran atau unit khusus pemadam
kebakaran.
Untuk mengatasi keadaan tersebut, setiap operator perlu dibekali dengan pengetahuan
penanggulangan bahaya kebakaran sehingga dapat menghadapi kebakaran dengan
benar sesuai prosedur, dilakukan dengan tenaga (tidak panik) dan dapat melakukan
pemberitahuan/pelaporan ke unit terkait secara tepat (dinas kebakaran, rumah sakit,
poliklinik, dan lain-lain).
Di dalam pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja konstruksi, banyak pihak
yang terlibat, namun yang paling bertanggung jawab dalam pelaksanaan K-3 tersebut
adalah pihak kontraktor, karena pihaknyalah yang secara langsung melaksanakan
pekerjaan konstruksinya dan secara langsung melaksanakan manajemen keselamatan
kerja.
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja konstruksi antara lain:
Pelaku-pelaku konstruksi;
Material konstruksi;
Peralatan konstruksi;
Metode pelaksanaan;
Desain struktur.
Modul SSLE-01 : Sistem Manajemen K3 Daftar Pustaka
Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Lift and Escalator (SSLE) DP-1
DAFTAR PUSTAKA
1. Asiyanto, Ir.,MBA, IPM, Manajemen Produksi Untuk Jasa Konstruksi, PT
Pradnya Paramita, Jakarta, 2005
2. Santosa, Gempur, Dr.,Drs.,M.Kes., Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja, Prestasi Pustaka Publisher, Jakarta, September 2004.
3. Suardi, Rudi, Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja,
Penerbit PPM, Jakarta, 2005.
4. , Keputusan Bersama Menteri Tenaga
Kerja dan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: Kep.174/Men/86 dan
104/KPTS/1986 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada Tempat
Kegiatan Konstruksi.
5. , Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor
05/Men/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja.
Top Related