Download - modul 3 blok 5

Transcript

(6,28) 2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Erupsi Gigi Erupsi gigi adalah proses yang bervariasi pada setiap anak. Variasi ini masih dianggap sebagai suatu keadaan yang normal jika lamanya perbedaan waktu erupsi gigi masih berkisar antara 2 tahun. Variasi dalam erupsi gigi dapat disebabkan oleh faktor yaitu: Universitas Sumatera Utara2.2.1 Faktor Genetik besar. Faktor genetik mempunyai pengaruh terbesar dalam menentukan waktu dan urutan erupsi gigi yaitu sekitar 78%, termasuk proses kalsifikasi. (2,6,17,20,28,29) 2.2.2 Faktor Jenis Kelamin Pada umumnya waktu erupsi gigi anak perempuan lebih cepat dibandingkan anak laki-laki. Perbedaan ini berkisar antara 1 hingga 6 bulan. (8,9,20,30) Waktu erupsi gigi anak perempuan lebih cepat dibanding dengan anak laki-laki disebabkan faktor hormon yaitu estrogen yang memainkan peranan dalam pertumbuhan dan perkembangan sewaktu anak perempuan mencapai pubertas. (6,9,20,28,30) 2.2.4 Faktor Lingkungan Faktor lingkungan tidak banyak mempengaruhi pola erupsi. Faktor tersebut adalah: Universitas Sumatera Utara1. Sosial Ekonomi Tingkat sosial ekonomi dapat mempengaruhi keadaan nutrisi, kesehatan seseorang. Anak dengan tingkat ekonomi rendah cenderung menunjukkan waktu erupsi gigi yang lebih lambat dibandingkan anak dengan tingkat ekonomi menengah. (2,3,6,9,30) 2. Nutrisi 2.2.3 Faktor Ras

Nutrisi sebagai faktor pertumbuhan dapat mempengaruhi erupsi dan proses kalsifikasi.

Waktu erupsi gigi orang Eropa dan campuran Amerika dengan Eropa lebih lambat daripada waktu erupsi orang Amerika berkulit hitam dan Amerika Indian. Orang Amerika, Swiss, Perancis, Inggris, dan Swedia termasuk dalam ras yang sama yaitu Kaukasoid dan tidak menunjukkan perbedaan waktu erupsi yang terlalu

(2,3,6,13,17,28,30) Keterlambatan waktu erupsi gigi dapat dipengaruhi oleh faktor kekurangan nutrisi, seperti vitamin D dan gangguan kelenjar endokrin. 2.2.5 Faktor lokal Faktor-faktor lokal yang dapat mempengaruhi erupsi gigi adalah jarak gigi ke tempat erupsi, malformasi gigi, persistensi gigi desidui, adanya gigi berlebih, trauma terhadap benih gigi, mukosa gusi yang menebal, ankilosis pada akar gigi, dan gigi sulung yang tanggal sebelum waktunya. (13,14,17,19,28) 2.2.6 Faktor Penyakit Gangguan pada erupsi gigi desidui dan gigi permanen dapat disebabkan oleh penyakit sistemik seperti Down syndrome, Cleidocranial dysostosis, Hypothyroidism, Hypopituitarism, beberapa tipe dari Craniofacial synostosis dan Hemifacial atrophy. (11,19,28

Anomali Tumbuh Kembang pada Gigi

Tanpa kita sadari bahwa yang ada dalam tubuh, baik bentuknya besar atau kecil merupakan bentuk yang abnormal.

Dilaserasi: penyimpangan pertumbuhan gigi sehingga hubungan aksial

Neonatal teeth: tumbuhnya gigi susu pada saat bayi baru lahir.

antara mahkota dan akar berubah. Konkresens: salah satu bentuk fusi yang d. Berdasarkan Jumlah Gigi Supernumerary teeth: brntuk gigi

Anomali Tumbuh Kembang pada Gigi

terjadi

setelah

akar

terbentuk penyatuan

sempurna,

sehingga

tambahan antara dua gigi dengan bentuk dan ukuran tidak normal. Anodontia: tidak berkembangnya

hanya terjadi pada sementum akar a. Berdasarkan Bentuk Gigi Germinasi: kelainan gigi yang terjadi karena satu benih gigi terbagi dua pada proses invaginasi, sehingga terbentuk sempurna. Fusi: penyatuan sebagian atau seluruh dua benih gigi selama pertumbuhan. Hutchinson teeth: bentuk gigi abnormal pada sifilis congenital, yaitu bentuk seperti obeng pada insisivus,peg shape pada kaninus, dan mulberry pada molar satu. Odontoma: pembentukan abnormal dua gigi yang tidak gigi. Dens in dente: gigi yang terbentuk dalam gigi, biasanya mengenai gigi insisisvus lateral dan sentral. Taurodontia: pelebaran ruang pulpa dengan karakteristik seperti tanduk sapi. Diskrorasi: ekstrinsik (stain), intrinsic (karena tempat tinggal penyakit yang diderita), kuning dan coklat (tetracycline, amelogenesis dentinogenesis lahir premature, imperfecta, imperfecta), biru

sebagian/seluruh gigi. Preciduous dentition: lahir dengan

struktur mirip gigi erupsi waktu lahir karena penandukan epitel di atas g

Gangguan Pertumbuhan Gigi Oleh candrasmata

Gigi merupakan salah satu bagian dari tubuh manusia yang juga mengalami proses tumbuh kembang, memiliki fungsi mastikasi (mengunyah), fonetik, dan estetis (tampilan). Proses tumbuh kembang, gigi terbagi dalam

(erytroblastosis foetalis).

jaringan gigi karena gangguan pada lamina dental atau folikel akibat trauma atau infeksi. Enameloma: suatu endapan email kecil di sekitar pertautan apical dentin akibat sementum dan email b. Berdasarkan Variasi dan ukuran Gigi Mikrodontia Macrodontia: true macrodontia (pada penderita gigantisme)dan false

beberapa tahapan. Bila terjadi gangguan pada tahap pembentukan maka akan terjadi anomali (penyimpangan dari standar normal) gigi berupa kelainan struktur, jumlah, bentuk, ukuran, warna, erupsi (kemunculan) dan eksfoliasi. Salah satu gangguan pertumbuhan gigi adalah pada waktu

macrodontia (pada gigi I dan C).

seperti mutiara. Hipersementosis: sementum yang c. Berdasarkan Erupsi gigi Premature ( terlalu cepat/terlambat) Ektopik ( di luar posisi normal ) Impaksi ( terjepit ).

stadium erupsi.

berlebihan di sekitar akar gigi karena kelainan local atau sistemik.

Gangguan Erupsi (kemunculan)

Rentang waktu total untuk erupsi gigi sulung sekitar 20 bulan dengan penyimpangan waktu yang sedikit dari normal & tidak ada perbedaan pada jenis kelamin. Rentang waktu erupsi gigi permanen sekitar 14 th dengan penyimpangan yang besar dari normal dan perbedaan pada jenis kelamin, khususnya untuk gigi terakhir.

Premature

erupsi

gigi permanen

jarang

b. Gigi atas > gigi bawah,,,KARENA AREA ATAS LEBIH LUAS

terjadi. Faktor utama penyebabnya adalah kehilangan dini gigi sulung. Faktor sistematiknya adalah produksi yang berlebihan pada tiroid, pituitary, dan hormon seks. Erupsi dini gigi permanen pada umumnya terjadi anak-anak dengan pubertas dini abnormalitas c. Kelebihan gigi / supernumerary tooth d. Anodontia (lengkap/sebagian) Tidak ada benih gigi e. Perubahan bentuk (mahkota/akar) f. Gigi bersatu / fused teeth A. SUPERNUMERARY TOOTH 90% terjadi pada rahang atas Gigi I1 dan M3 ANOMALI GIGI Gigi permanent dan decidui Penelitian : 6 bulan-17 tahun

endokrin. Penyebab sistematiknya adalah defisiensi nutrisi (kurang gizi), hipopituitarism (kekurangan /

Gangguan pada erupsi meliputi premature (terlalu cepat), terlambat, ektopik (diluar posisi normal) dan impaksi (terjepit).

terhentinya sekresi hormon oleh kelenjar hipofise), hypotiroidism (defisiensi aktivitas tiroid), dan Downs syndrome (terjadi pada ras mongoloid, berkaitan dengan abnormalitas kromosom)

Gangguan Erupsi Pada Gigi Sulung

Pada umumnya erupsi gigi sulung jarang terganggu karena tidak terdapat gigi sebelum gigi sulung. Erupsi premature gigi sulung jarang terjadi. DEFINISI: Namun dapat terjadi dalam satu keluarga dan pada anak-anak dengan berat badan lahir yang besar. Gigi yang bentuknya menyimpang dari bentuk aslinya. Distomolare/paramolar : daerah M3 M3 atas Faktor-faktor penyebabnya : Faktor-faktor yang menyebabkan erupsi gigi sulung yang terlambat sama dengan faktor-faktor yang menyebabkan erupsigigi permanen yang Gangguan metabolisme PADA UMUMNYA GIGI SUPERNUMERY Gangguan pertumbuhan INI TIDAK MENGGANGGU FUNGSIPENGUNYAHAN berat badan lahir yang kurang menunjukkan erupsi gigi sulung yang terlambat, tapi keterlambatannya Dapat terjadi : dapat dikejar. a. Gigi permanent > decidui BERUPA GIGI YANG TUMBUH KECIL2 (1/4 DARI Gangguan Erupsi Pada Gigi Tetap TRUZ,,GIGI SUPENUMERY JUGA BISA Gangguan perkembangan , HANYA BURUK PADA FUNGSI ESTETIKA. > M3 bawah Herediter Paramolar : P2 bawah Mesiodens : daerah I atas (I1II1) ANOMALI GIGI Macamnya (gigi lebih tunggal/ganda):

terlambat. Anak-anak yang lahir premature dengan

UKURAN GIGI NORMAL), MISAL GIGI YG TUMBUH PADA SEBELAH DISTAL M2 B. ANODONTIA Urutannya : 1. 2. M3 atas > M3 bawah I2 atas(satu gigi atau keduanya)---LMYN SRING DITEMUKAN 3. 4. P2 atas(satu gigi atau keduanya) I2 bawah(satu gigi atau keduanya) 5. 4. 3.

Pasak Germinasi (kembar) Benih membelah Gigi decidui > gigi permanent (I dan P) Fusi 2 benih gigi bersatu Dua gigi P1 I2 atas dengan gigi lebih anterior Hutchinson teeth Penyakit siphilis PADA PENDERITA SIPHILIS YG PARAH (TIDAK DIRAWAT), GIGI POSTERIORNYA (GG MOLAR) MEMILIKI TONJOL 7. 6.

Molar

(murbei)

---

occlusal

:

tuberkel/tonjol lebih kecil-kecil ; cusp : perkembangan jelek Gigi P2 bawah : morfologi oklusal bervariasi Jumlah tonjol : 1-3 (Fossa dan grove berubah) Jumlah akar : 1 mesial, 1 distal (jarang) Turbekel / cusp tambahan Enamel pearl (mutiara email) MRPKN PERTUMBUHAN EMAIL YANG TERLALU CEPAT ; TERLETAK PADA (PERTEMUAN BENTUKNYA IJO ^_^ Taurodontia : Ruang pulpa panjang Indian, Eskimo, Amerika TalonS cusp : Tonjol kecil dari enamel pada cingulum Gigi anterior atas dan bawah 8. Variasi dan ukuran BIFUCARTIO DUA AKAR) KY ;

ANODONTIA DAPAT BERUPA : TIDAK ADANYA BENIH GIGI (GIGI GA AKAN PERNAH TUMBUH) ATOUW, TIDAK ADANYA GIGI SECARA KLINIS MESKIPUN ADA BENIH KARENA : (1) TIDAK ADA RUANG (2) POSISI YANG TIDAK NORMAL PADA LENGKUNG GIGI PERUBAHAN BENTUK MAHKOTA/AKAR A. Mahkota Abnormal 1. M3 atas > M3 bawah

KACANH

KECIL2(MURBEI) & RAPUH ,, KEMUDIAN ANTERIORNYA KONUS.. KELAINAN INI DITURUNKAN DARI IBU HAMIL KPD ANAK YANG DIKANDUNGNYA Incisivus decidui/permanent --- Cervical lebar, incisal sempit (KONUS) GIGI BERBNTUK

2. I2 atas

Pasak Cusp ganda Seperti M1 atau M2

a. Mikrodontia Pada gigi I2 atas & M3 atas b. Makrodontia (I dan C) Kelainan ini bisa tunggal, kelompok, ataupun seluruh gigi 9. I bentuk sekop Karena : Kelainan biologis pada ras Ras Asian, Mongol, Eskimo, Indian Kelainan : palatal, cingulum, marginal ridge Bentuk sekop B. Pembentukan Akar Abnormal 1. Flexion : Akar bengkok 0 / rotasi 2. Concresence Fusi pada cementum Terjadi pada M atas 3. Delacerasi Akar dan mahkota gigi sangat bengkok atau distorsi Sudut 450 > 900 Karena trauma, kekurangan tempat Terjadi pada M3 bawah 4. Dens in dente I2 RA & I2 RB

Tonjol di cingulum incisivus karena organ email terelubung antara crown. 5. Dwarfed root Crown normal, radix pendek Gigi-gigi pergerakan orthodonti 6. Segment root Radix terpisah karena luka trauma waktu pembentukan akar 7. Hypercementosis Sebab-sebab : Trauma Gangguan metabolisme Infeksi periapical Pembentukan cementum berlebihan di sekitar akar gigi 8. Akar tambahan Sebab-sebab : Trauma Gangguan metabolisme Tekanan Sering pada gigi C, P, M3 Sering pada--- delacerasi, flexion ANOMALI TAMBAHAN

Anomali dapat terjadi pada seluruh gigi, satu/dua gigi Berhubungan retensi mekanis Luka A. ENAMEL DISPLASIA Perkembangan enamel abnormal. Sebab-sebab : N Gangguan lokal ; misal trauma, infeksi peri apikal N Sistemik ; Minuman ,infeksi, kekurangan nutrisi N Turun-temurun (herediter) ; amelogenesis

imperfecta, hutchinson teeth N Warna : putih-kuning-coklat N Morfologi : Lubang kasar Enamel hypoplasi : Gangguan ameloblast waktu pembentukan matriks enamel. Enamel hypokalsifikasi : gangguan waktu enamel matriks masak. 1) Amelogenesis imperfecta Adalah kekurangan jaringan enamel baik sebagian maupun seluruhnya dan bisa mengenai gigi desidui maupun permanen. Merupakan penyakit turunan, jarang. Crown tampak kasar, kuning-coklat, rusak. 2) Fluorosis

Terjadi pada semua gigi permanent Gigi tampak berwarna putih, kuning-coklat Email berlubang-lubang Terjadi karena konsumsi flour yang berlebihan 3) High fever Karena demam pada waktu anak-anak ; Misal campak. Enamel bintik-bintik. 4) Focal maturation Tampak bintik-bintik pada 1/3 tengah crown (permukaan facial, lingual ato palatal). Terjadi karena : trauma, gangguan saat matrik enamel masak. B. DENTINAL DISPLASIA Anomali dentin karena : turunan, penyakit sistemik 1) Dentinogenesis imperfecta Terjadi pada gigi permanent dan desidui. Biasanya berwarna biru keabu-abuan sampai kuning. Berubah warna. Ro. Foto : pulpa canal dan rongga pulpa hanya ada sebagian atau tidak ada sama skali 2) Tetracyclin stain

Terjadi karena konsumsi antibiotic waktu hamil atau anak-anak Gigi berwarna kuning, coklat abu-abu 3) Gigi tidak erupsi/ impacted Biasanya pada gigi caninus atas dan M3 bawah 4) Misplaced teeth Gigi pindah tempat caninus atas dan caninus bawah

8) Variasi Gigi molar mempunyai Tonjol lebih : Tuberculum inter (cusp lebih antara tonjol lingual) Tuberculum sectum (cusp lebih antara cusp distal dan lingual) Gigi M1 bawah tonjolnya ada 6.

Perkembangan oklusi dan relasi rahang 5) Rotasi Terputar : jarang Terputar 1800 Sering pada : gigi I atas, P1 atas, P2 atas 6) Reaksi dari luka Abrasi : mekanis Erosi : chemis Atrisi : pemakaian (mengunyah, bruxism) Ankyolosis : M2 tidak bisa oklusi dengan antagonisnya karena infeksi, atau trauma jaringan periodontal. 7) Unusual dentition Tidak erupsi. Ada 24 gigi pada rahang atas menurut kebiasaan seluruh/sebagian Periode sebelum erupsi gigi sulung Pada waktu bayi dilahirkan, antara rahang atas dan rahang bawah hanya terlihat adanya gumpad ( ruangan di antara gusi-gusinya )0 disebut interalveolar. Jarak antara gumpad atas dan bawah biasanya 6-8 mm. Dalam arah antero posterior gumpad atas lebih ke anterior sebesar 2,7 mm pada laki-laki dan 2,5 mm pada wanita. Periode gigi susu a. Perkembangan normal Gigi geligi susu mulai bererupsi pada usia 6 bulan, normalnya sudah beroklusi seluruhnya pada usia 3 tahun. Umur 3-6 tahun peningkatan terhadap lebar interkanina, dimana terbentuk space,abrasi oklusal,rahang bawah bengkak ke depan sehingga terbentuk edge to edge. b. Perkembangan idealnya - Gigi yang pertama erupsi dan membentuk kontak oklusal adalah gigi insisivus yang idealnya menduduki posisi oklusal. Posisi yang ideal untuk gigi insisivus susu lebih vertical daripada gigi insisivus tetap dengan overbite incisal yang lebih dalam. Gigi insisivus bawah pada kondisi ini akan berkontak dengan daerah singulum dari insisivus atas pada oklusi sentrik.

- Setelah gigi m1 susu akan bererupsi sampai ke kontak oklusi. Pada situasi ini, akan membuat kontak oklusal sehingga molar bawah sedikit lebih ke depan dalam hubungan dalam molar atas. - Gigi kaninus juga akan menyusul bererupsi ke kontak oklusi. Pada situais ideal, akan ada celah di sebelah mesial dari C atas dan di sebelah distal C bawah, tempat kearah mana gigi C antagonis berintegrasi. - Gigi terakhir bererupsi ke hubungan oklusi gigi geligi susu adalah molar 2 susu. Gigi ini bererupsi sedikit renggang dari m1, namun celah ini dengan cepat akan menutup melalui pergerakan m2 ke depan. Periode gigi permanen a. Perkembangan normal: - Gigi I permanen lebih besar dari gigi I desidui dan proklinasi ruang diperoleh dari pertumbuhan lebar intercanina. - Gigi C, P1, P2 permanen menggantikan gigi C, M1, M2 decidui yang mengakibatkan adanya leeway space - Molar permanen bergeser ke depan untuk menduduki lee way space, dimana M atas terhadap M bawah. b. Perkembangan ideal: Ada 3tahap: - Erupsi dari M1 dan I1 permanen. Insisivus tetap akan bererupsi sedikit lebih proklinasi daripada insisivus susu dan karena itu membentuk overbite insisal yang lebih kecil bila gigi-gigi tersebut berkontak oklusal. Proklinasi ini juga berperan dalammenambah ukuran lengkung rahang. M1 tetap pada mulanya beroklusi pada posisi dimana permukaan distal dari molar atas berada pada bidang vertical yang sama dengan permukaan distal molar bawah. Dengan lepasnya gigi m2 susu, gigi M1 tetap bawah akan bergeser kedepanlebih jauh daripada M1 atas tetapsehingga permukaan distal molar pertama

bawah tetap sedikit lebih anterior dari molar atas dan tonjol antero bukal dari molar atas akan beroklusi dengan groove mesiobukal dari molar bawah. - Erupsi dari kaninus, premolar dan molar ke2. a. Gigi premolar 1 akan beroklusi sedemikian rupa sehingga lereng distal dari permukaan P bawah beroklusi dengan lereng mesialdari permukaan oklusal P atas. b. Gigi P2 selanjutnya akan bererupsi ke hubungan yang sama dan pada kira-kira waktu yang sama. c. Gigi C atas akan bererupsi ke hubungan oklusi sehingga ujung tonjolnya berada pada bidang vertical yang sama dengan permukaan distal caninus bawah. d. M2 akan bererupsike oklusi yang sama seperti molar pertama. M2 atas akan bertumbuh tinggi pada prosecus alveolaris tepat di bawah dasar antrum maxilla. Sedangkan M2 bawah biasanya berkembang pada posisi tegak lurus atau sedikit miring ke mesial. - Erupsi gigi M3. Gigi molar ke3 berkembang pada posisi yang sama seperti M2 dengan M3 atas berkembang lebih tinggi, di bawah sudut postero inferior dari antrum maxilla. Biasanya dengan sedikit inklinasi distal. M3 bawah mempunyai jalur erupsi yang lebih pendek daripada M3 atas, pada awalnya menduduki posisi lebih vertical atau dengan sedikit inklinasi ke mesial. Foster membagi dalam 3 tahap perkembangan pada periode gigi tetap: Tahap erupsi M1 dan I1 terjadi pada umur antara 68 tahun. Terjadi pergantian gigi I dan penambahan M!.pada umur 6,5 tahun ketika I sentral atas erupsi akan terlihat space pada garis median prosesus alveolaris, kadang-kadang insisivus permanen terlihat crowding pada saat erupsi dan insisivus lateral berimpitan ( overlap ) dengan gigi caninus susu. Tahap erupsi C, P, M2 pada umur antara 10-13 tahun. Pada tahap ini, bila m susu bawah sudah

diganti oleh P permanen, sedangkan m susu atas belum, maka akan terdapat penambahan besar overbite dan bila sebaliknya maka kontak gigi terlihat edge. Tahap erupsi M3, yang berguna untuk penyesuaian oklusi (oclusal adjustment). 2.2.1 Faktor Tumbuh Kembang Protrusi anterior maksila mempunyai hubungan dengan perkembangan tulang wajah khususnya basis kranium. Basis kranium tumbuh dengan cara endokondral yang dimulai dengan jaringan masenkim yang disebut matriks fungsional mengadakan proliferasi menjadi kartilago. Kemudian kartilago memperbanyak diri dengan cara interstitial dan aposisi, diikuti pengapuran yang menggantikan sel-sel kartilago yang rusak sehingga menjadi trabekula disekeliling kartilago tersebut. Pembentukan maksila pada postnatal seluruhnya dilakukan secara osifikasi intramembranosus dimana osteoblas tumbuh langsung dari sel-sel masenkim yang padat dan belum berdiferensiasi, kemudian jaringan dasar mesenkim atau matriks mengalami pengapuran dan selama proses pengapuran ini terjadi perubahan-perubahan organis yang sebahagian besar disebabkan karena enzim-enzim yang dikeluarkan oleh osteosit. Sebelum dilapisi oleh kartilago pertumbuhan dibagi dua yaitu : yang pertama oleh aposisi pada sutura yang

menghubungkan maksila dengan basis kranium dan yang kedua adalah oleh adanya remodeling pada permukaan yang membedakannya dengan kranium. Maksila mempunyai hubungan dengan kranium yaitu pada sutura frontomaksilaris, sutura zigo matiko maksilaris dan sutura palatinalis. 5,17,19 Pertumbuhan pada sutura menyebabkan maksila bergerak ke depan dan kebawah sehingga membuat kranium bergeser ke belakang dan ke atas. 18 Pertumbuhan maksila ke arah depan disebabkan oleh aposisi tulang alveolar dimana pertumbuhan tulang alveolar tergantung dari fungsi gigi-geligi yang menempatinya. Tulang alveolar tumbuh sebagai akibat gigi yang erupsi dan menyesuaikan diri terhadap pergerakan gigi dan akan teresopsi kembali jika gigi tidak ada lagi. Pada waktu maksila tumbuh ke bawah terjadi Universitas Sumatera Utara

http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi /11/9da07198023c4f541871b5fc05e4ffcb 0da1a37a.pdf