LAPORAN PRAKTIKUM
REKAYASA SISTEM KERJA & ERGONOMI
PSIKOLOGI KERJA
Disusun oleh:
1. Rizki Akbar Rismawan (3333110483)
2. Gina Andini (3333110951)
3. Alfian Kello (3333111444)
4. Puput Puspitasari (3333111700)
Kelompok 3
Asisten : Rizki Munandar (Erg.11.09.1117.011)
LABORATORIUM REKAYASA SISTEM KERJA & ERGONOMI
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
BANTEN
2013
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Setelah diperiksa secara seksama dan telah menyelesaikan dengan baik
maka laporan modul Psikologi Kerja (sudah / belum) memenuhi syarat untuk
Laporan Praktikum Rekayasa Sistem kerja & Ergonomi (RSK&E) yang telah
ACC dan dapat disajikan dan dikumpulkan dan dinilai.
Nama : 1. Rizki Akbar Rismawan (3333110483)
2. Gina Andini (3333110951)
3. Alfian Kello (3333111444)
4. Puput Puspitasari (3333111700)
Kelompok : 3
`
Menyetujui,
Asisten Pembimbing
(Rizki Munandar)
NPM. 3333091117
iii
DAFTAR ISI
halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... v
DAFTAR TABEL .......................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................... I-1
1.2 Perusmusan Masalah .......................................................................... I-2
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................... I-2
1.4 Batasan Penelitian .............................................................................. I-2
1.5 Sistematika Penulisan ........................................................................ I-2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Psikologi ............................................................................................ II-1
2.2 Psikologi Kerja................................................................................... II-1
2.3 Beban Kerja ....................................................................................... II-2
2.3.1 Definisi Beban kerja ...................................................................... II-2
2.3.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Beban Kerja .......................... II-2
2.3.3 Jenis Beban Kerja .......................................................................... II-3
2.3.4 Dampak Beban Kerja .................................................................... II-4
2.4 Beban Kerja Mental (Mental Work Load) ......................................... II-4
2.4.1 Metode pengukuran beban kerja mental secara subjektif ............. II-6
2.5 Stres Kerja .......................................................................................... II-10
2.5.1 Definisi Stres Kerja ....................................................................... II-10
2.5.2 Mekanisme Stres Kerja ................................................................. II-11
2.5.3 Sumber Stres Kerja........................................................................ II-12
BAB III METODOLOGI PENELTIAN
3.1 Flow Chart ......................................................................................... III-1
3.2 Deskripsi Pemecahan Masalah .......................................................... III-2
iv
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
4.1 Pengumpulan Data ............................................................................. IV-1
4.1.1 Data Beban Kerja Operator pada Task 1 ....................................... IV-1
4.1.2 Data Beban Kerja Operator pada Task 2 ....................................... IV-2
4.2 Pengolahan Data ................................................................................ IV-2
4.2.1 Contoh Perhitungan Beban Kerja Mental NASA TLX ................. IV-2
4.2.2 Uji Kenormalan Data .................................................................... IV-4
4.2.3 Perbandingan Beban Kerja Mental pada Masing-masing Task .... IV-4
BAB V ANALISA
5.1 Analisa Beban Kerja Mental .............................................................. V-1
5.1.1 Analisa Beban Kerja Mental Task 1 .............................................. V-1
5.1.2 Analisa Beban Kerja Mental Task 2 .............................................. V-1
5.2 Analisa Perbandingan Beban Kerja Mental Task 1 dan Task 2 ......... V-2
5.3 Analisa Faktor-faktor yang Mempengaruhi Beban Kerja Mental ..... V-2
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan ............................................................................................ IV-1
6.2 Saran .................................................................................................. IV-1
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1. Blangko
2. Progress Bimbingan
3. Tabel Distribusi t
v
DAFTAR GAMBAR
halaman
Gambar 3.1 Flow Chart Psikologi Kerja ......................................................... III-1
Gambar 4.1 Grafik Distribusi t......................................................................... IV-6
vi
DAFTAR TABEL
halaman
Tabel 2.1 Indikator dalam Metode NASA-TLX .............................................. II-6
Tabel 4.1 Beban Kerja Mental Task 1 .............................................................. IV-1
Tabel 4.2 Beban Kerja Mental Task 2 .............................................................. IV-1
Tabel 4.3 Pembobotan Beban Kerja Mental .................................................... IV-2
Tabel 4.4 Peratingan Beban Kerja Mental ....................................................... IV-3
Tabel 4.5 Nilai Beban Kerja Mental ................................................................ IV-3
Tabel 4.6 Hasil Uji Kenormalan Data .............................................................. IV-3
Tabel 4.7 Perbandingan Uji Paired Sampel Test Manual ................................ IV-4
Tabel 4.8 Paired Samples Statistics ................................................................. IV-5
Tabel 4.9 Paired Samples Correlations ........................................................... IV-5
Tabel 4.10 Paired Samples Test ....................................................................... IV-6
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kerja merupakan suatu hal yang pasti dilakukan setiap orang. Dalam suatu
pekerjaan selalu terdapat beban kerja yang timbul ketika melakukan pekerjaan
tersebut. Beban kerja adalah kemampuan tubuh pekerja dalam menerima
pekerjaan. Dari sudut pandang ergonomi, setiap beban kerja yang diterima
seseorang harus sesuai dan seimbang terhadap kemampuan fisik maupun
psikologis pekerja yang menerima beban kerja tersebut. Beban kerja mental
merupakan beban kerja yang tidak hanya memanfaatkan kinerja fisik tetapi lebih
dipusatkan pada pemikiran sehingga mempengaruhi mental si pekerja.
Pengaruh kinerja karyawan juga sangat besar dalam berkembangnya sebuah
perusahaan, suatu perusahaan dikatakan berkinerja baik, jika perusahaan dapat
mencapai tujuan perusahaan tersebut, atau dapat dikatakan baik jika terdapat
kesesuaian antara beban kerja yang diberikan kepada satu individu dengan
kemampuan yang dimiliki oleh individu tersebut, maka akan mendorong
karyawan bekerja dengan baik untuk meningkatkan prestasi kerja dan pencapaian
produktivitas tinggi.
PT. RSK&E adalah salah satu perusahaan yang sedang melakukan penelitian
untuk memperbaiki sistem kerja yang berlaku pada perusahaan tersebut.
Perbaikan dilakukan dengan cara mengurangi beban kerja mental supaya
produktivitas karyawan dapat ditingkatkan. Penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui pengaruh beban kerja mental terhadap seseorang karyawan dalam
melakukan suatu pekerjaan, yang pada akhirnya akan berpengaruh pada kinerja
karyawan, atau perusahaan tersebut. Penelitian ini dilakukan dengan perhitungan
subjektif mengunakan metode NASA TLX.
I-2
1.2 Perumusan Masalah
Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana menentukan beban kerja mental task 1 dan task 2 dengan metode
NASA TLX ?
2. Bagaimana membandingkan beban kerja mental task 1 dengan task 2 ?
3. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi psikologi kerja pada task 1 dan
task 2 ?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dalam melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Menghitung beban kerja mental task 1 dan task 2 dengan metode NASA
TLX.
2. Membandingkan beban kerja mental Task 1 dengan beban kerja mental Task
2 menggunakan distribusi t.
3. Menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi psikologi kerja pada task 1
dan task 2.
1.4 Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Jumlah responden yang diteliti pada penelitian ini sebanyak 13 orang.
2. Penelitian ini menggunakan metode NASA TLX.
3. Pengolahan data hasil penelitian ini menggunakan software SPSS20.
1.5 Sistematika Penulisan
Untuk menyusun laporan ini secara sistematis, maka penulis menyusun
sistematika laporan sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini menjelaskan mengenai latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan praktikum, batasan masalah dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini menjelaskan mengenai teori-teori yang berhubungan dengan
psikologi kerja.
I-3
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini menjelaskan mengenai urutan langkah-langkah dan
deskripsi pemecahan masalah dari pelaksanaan praktikum hingga
penyusunan laporan.
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Pada bab ini menjelaskan mengenai pengumpulan data task 1 dan data
task 2 dan juga pengolahannya menggunakan bantuan software.
BAB V ANALISA
Pada bab ini menjelaskan mengenai analisa dari data task 1 dan juga data
task 2 yang sebelumnya sudah dilakukan perhitungan menggunakan
software kemudian dibandingkan antara kedua task tersebut.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini menjelaskan mengenai kesimpulan hasil dari pengolahan
data praktikum, dan juga saran untuk menunjang mutu dan kualitas
praktikum dimasa yang akan datang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Psikologi
Menurut Hamilton (1942) kata psikologi berasal dari Yunani yang merupakan
gabungan dari kata psyche yang berarti jiwa dan logos yang berarti ilmu. Karena
itu psikologi bisa diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang kejiwaan.
Akan tetapi, seiring dengan perkembangan zaman, arti dari psikologi mengalami
kemajuan dan memiliki berbagai macam arti. Salah satunya, psikologi adalah ilmu
yang mempelajari tingkah laku manusia dan binatang.
Setiap makhluk hidup di dunia ini mempunyai kemampuan untuk berpikir,
berkembang, bertambah umur, memiliki emosi seperti ketakutan dan marah,
kemampuan untuk menyelesaikan suatu masalah, dan mengambil suatu langkah
penting yang dapat membuat sel-sel di tubuh memanas.
2.2 Psikologi Kerja
Kerja merupakan suatu hal yang pasti dilakukan setiap orang. Karena dengan
bekerja seseorang akan mendapatkan upah guna mempertahankan hidupnya.
Selain itu, dengan bekerja maka kita akan menghasilkan sesuatu yang berguna
bagi orang lain. Karena itu psikologi kerja secara umum dapat diartikan sebagai
gabungan dari beberapa ide, metode, atau konsep, dan memiliki pengertian yang
sangat dalam mengenai ekonomi, sosial, dan psikologi.
Dalam psikologi kerja terdapat dua hal yang mudah untuk diingat, yaitu
menyesuaikan orang dengan pekerjaannya dan menyesuaikan pekerjaan dengan
orangnya. Kedua hal tersebut hanya merupakan sebagian dari psikologi kerja.
Perilaku organisasi yang merupakan perkembangan dari psikologi, sosiologi,
dan antropologi. Dimana setiap disiplin ilmu itu menyumbangkan idenya untuk
organisasi dan kemudian bergabung menjadi perilaku organisasi. Selain itu juga,
II-2
ada tiga disiplin ilmu yang mempunyai pengaruh kecil dalam perkembangan
perilaku organisasi yaitu ekonomi, politik, dan sejarah.
Dari pernyataan tersebut, dapat dipahami bahwa psikologi kerja merupakan
pengembangan dari psikologi, sosiologi, dan antropologi. Selain itu juga, didalam
psikologi kerja juga terdapat ekonomi, politik, dan sejarah yang bergabung dan
membentuk perilaku suatu organisasi.
2.3 Beban Kerja
2.3.1 Definisi beban kerja
Menurut Manuaba (2000) dalam Wignjo Soebroto menyebutkan bahwa
beban kerja adalah kemampuan tubuh pekerja dalam menerima pekerjaan. Dari
sudut pandang ergonomi, setiap beban kerja yang diterima seseorang harus sesuai
dan seimbang terhadap kemampuan fisik maupun psikologis pekerja yang
menerima beban kerja tersebut. Beban kerja dapat berupa beban kerja fisik dan
beban kerja psikologis. Beban kerja fisik dapat berupa beratnya pekerjaan seperti
mengangkat, merawat, mendorong. Sedangkan beban kerja psikologis dapat
berupa sejauh mana tingkat keahlian dan prestasi kerja yang dimiliki individu
dengan individu lainnya.
2.3.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi beban kerja
Menurut Rodhal (1989), Adiputra (1998) dan Manuaba (2000) dalam
Tarwaka, dkk (2004 : 95), bahwa secara umum hubungan antara beban kerja dan
kapsitas kerja dipengaruhi oleh berbagai faktor yang sangat kompleks, baik faktor
internal maupun faktor eksternal.
1. Beban kerja oleh karena faktor eksternal
Faktor eksternal beban kerja adalah beban kerja yang berasal dari luar tubuh
pekerja, meliputi:
a. Tugas-tugas (Task)
Meliputi tugas bersifat fisik seperti, stasiun kerja, tata ruang tempat kerja,
kondisi lingkungan kerja, sikap kerja, cara angkut, beban yang diangkat.
Sedangkan tugas yang bersifat mental meliputi, tanggung jawab,
II-3
kompleksitas pekerjaan, emosi pekerja dan sebagainya.seperti stasiun
kerja, tata ruang, tempat kerja, alat dan sarana kerja, kondisi kerja, sikap
kerja, dan tugas-tugas yang bersifat psikologis, seperti kompleksitas
pekerjaan, tingkat kesulitan, tanggung jawab pekerjaan.
b. Organisasi kerja
Organisasi kerja meliputi lamanya waku kerja, waktu istirahat, shift kerja,
sistem kerja dan sebagainya.
c. Lingkungan kerja
Lingkungan kerja ini dapat memberikan beban tambahan yang meliputi,
lingkungan kerja fisik, lingkungan kerja kimiawi, lingkungan kerja
biologis dan lingkungan kerja psikologis.
2. Beban kerja oleh karena faktor internal
Faktor internal beban kerja adalah faktor yang berasal dari dalam tubuh
akibat adanya reaksi dari beban kerja eksternal yang berpotensi sebagai
stressor, meliputi:
a. Faktor somatis (jenis kelamin, umur, ukuran tubuh, status gizi, kondisi
kesehatan, dan sebagainya)
b. Faktor psikis (motivasi, persepsi, kepercayaan, keinginan, kepuasan, dan
sebagainya).
2.3.3 Jenis beban kerja
Beban kerja meliputi 2 jenis, yaitu :
1. Beban kerja kuantitatif, meliputi :
a. Harus melaksanakan observasi pasien secara ketat selama jam kerja.
b. Banyaknya pekerjaan dan beragamnya pekerjaan yang harus dikerjakan.
c. Kontak langsung perawat pasien secara terus menerus selama jam kerja.
d. Rasio perawat dan pasien
2. Beban kerja kualitatif, meliputi :
a. Pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki perawat tidak mampu
mengimbangi sulitnya pekerjaan di rumah sakit.
b. Tanggung jawab yang tinggi terhadap asuhan keperawatan pasien kritis.
II-4
c. Harapan pimpinan rumah sakit terhadap pelayanan yang berkualitas.
d. Tuntutan keluarga pasien terhadap keselamatan pasien.
e. Setiap saat dihadapkan pada pengambilan keputusan yang tepat.
f. Tugas memberikan obat secara intensif.
g. Menghadapi pasien dengan karakteristik tidak berdaya, koma dan kondisi
terminal.
2.3.4 Dampak beban kerja
Beban kerja yang terlalu berlebihan akan mengakibatkan stres kerja baik fisik
maupun psikis dan reaksi-reaksi emosional, seperti sakit kepala, gangguan
pencernaan dan mudah marah. Sedangkan pada beban kerja yang terlalu sedikit
dimana pekerjaan yang dilakukan karena pengulangan gerak yang menimbulkan
kebosanan. Kebosanan dalam kerja rutin sehari-hari karena tugas atau pekerjaan
yang terlalu sedikit mengakibatkan kurangnya perhatian pada pekerjaan. sehingga
secara potensial membahayakan pekerja.
2.4 Beban Kerja Mental (Mental Work Load)
Menurut Sritomo Wignjosoebroto (2007) bahwa terdapat dua pernyataan
umum berdasarkan pengalaman pilot (pilot experience) terutama yang terkait erat
dengan penelitian di dunia penerbangan tentang kondisi kerja yang harus
diperhatikan benar yaitu adanya beban kerja mental (mental workload) dan
kesadaran situasional (situasional awareness) pada saat mereka akan maupun
sedang menjalankan tugasnya. Beban kerja mental didefinisikan sebagai kondisi
yang dialami oleh pilot dalam pelaksanaan tugasnya dimana hanya terdapat
sumber daya mental dalam kondisi yang terbatas. Sedangkan kesadaran
situasional merupakan sesuatu yang dirasakan oleh pilot akibat adanya perubahan
kondisi dalam sistem pesawat terbang. Karena kemampuan orang untuk
memproses informasi sangat terbatas, hal ini akan mempengaruhi tingkat kinerja
yang dapat dicapai. Pengujian beban kerja dilingkungan penerbangan muncul dari
kebutuhan untuk menyakinkan bahwa kebutuhan untuk menerbangkan pesawat
tidak melebihi batas-batas kemampuan dari seorang pilot.
II-5
1. Tujuan dilakukannya pengukuran beban kerja mental adalah :
a. Alokasi fungsi dan tugas antara manusia dan mesin berdasarkan prediksi
beban kerja mental.
b. Untuk mengetahui batas minimal kemampuan perfomansi pekerja
c. Untuk mengetahui perfomansi paling besar yang dapat dilakukan pekerja.
d. Pemantauan operator pada peralatan kompleks untuk beradapatasi dengan
tugas yang sulit atau alokasi fungsi sebagai respons terhadap bertambah
dan berkurang beban kerja mental.
e. Memilih operator yang memiliki kapasitas beban kerja mental yang lebih
tinggi untuk tugas tertentu.
2. Kriteria untuk Pengukuran Beban kerja mental antara lain:
a. Relevan : Hubungan langsung dengan beban kerja mental atau komponen.
b. Sensitif : cenderung monoton terhadap beban kerja mental.
c. Selektif : Sensitif terhadap variabel lain atau ambient lingkungan.
d. Handal : Terbukti pengulangan tes-tes ulang, "Diferensial stabilitas"
(paralel tren) antara subyek dengan latihan di tugas, Divalidasi sarana dan
varians statistik bagi populasi target.
e. Nyaman : Mudah untuk belajar dan mengelola, Portable, untuk digunakan
dalam uji coba lapangan dan evaluasi, Biaya rendah, untuk tingkat tertentu
pengukuran reliabilitas.
3. Langkah-langkah utama dalam memilih metode pengukuran kerja mental :
a. Menggambarkan tujuan dari penilaian beban kerja mental.
b. Melakukan analisis tugas.
c. Evaluasi sumber daya yang tersedia.
d. Pilih jenis dari beban kerja ukuran yang akan digunakan.
e. Pilih beban kerja spesifik teknik penilaian.
f. Merumuskan desain evaluasi.
g. Periksa kembali kesesuaian mengukur beban kerja yang dipilih.
II-6
2.4.1 Metode pengukuran beban kerja mental secara subjektif
Di dalam pengukuran ini, operator dianggap sebagai hakim terbaik untuk
beban kerja. Pengukuran subjektif memiliki kekurangan dan kelebihan.
Kekurangannya yaitu pengukuran didasarkan pada adaptasi dari penilai jadi tidak
stabil untuk pengukurannya selain itu kemungkinan error yang besar. Sedangkan
kelebihannya antara lain memiliki validitas tinggi, mudah diterima, serta
kesederhanaan dan kemudahan dalam melakukan metode. Macam-macam metode
pengukuran subjektif antara lain:
1. NASA-TLX
Dalam pengukuran beban kerja mental dengan menggunakan metode
NASA TLX, langkah-langkah yang harus dilakukan adalah :
a. Pemberian rating
Pada bagian pertama responden diminta memberi rating terhadap
keenam indikator beban mental. Indikator tersebut terlihat pada Tabel di
bawah ini.
Tabel 2.1 Indikator dalam Metode NASA-TLX
Skala Rating Keterangan
Mental Demand
(MD)
Rendah,
Tinggi
Seberapa besar aktivitas mental dan perceptual yang
dibutuhkan untuk melihat, mengingat dan mencari.
Apakah pekerjaan tsb mudah atau sulit, sederhana
atau kompleks, longgar atau ketat .
Physical Demand
(PD)
Rendah,
Tinggi
Jumlah aktivitas fisik yang dibutuhkan
(mis.mendorong, menarik, mengontrol putaran, dll)
Temporal Demand
(TD)
Rendah,
Tinggi
Jumlah tekanan yang berkaitan dengan waktu yang
dirasakan selama elemen pekerjaan berlangsung.
Apakah pekerjaan perlahan atau santai atau cepat dan
melelahkan
Performance (OP)
Tidak
Tepat,
Sempurna
Seberapa besar keberhasilan seseorang di dalam
pekerjaannya dan seberapa puas dengan hasil
kerjanya
Frustation Level
(FR)
Rendah,
Tinggi
Seberapa tidak aman, putus asa, tersinggung,
terganggu, dibandingkan dengan perasaan aman,
puas, nyaman, dan kepuasan diri yang dirasakan.
Effort (EF) Rendah,
Tinggi
Seberapa keras kerja mental dan fisik yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan
II-7
Rating yang diberikan adalah subjektif tergantung pada beban mental
yang dirasakan oleh responden tersebut.
b. Pembobotan
Pada bagian kedua responden diminta untuk melingkari salah satu dari
dua indikator yang dirasakan lebih dominan menimbulkan beban kerja mental
terhadap pekerjaan tersebut. Kuesioner yang diberikan berbentuk
perbandingan berpasangan yang terdiri dari 15 perbandingan berpasangan.
Dari kuesioner ini dihitung jumlah tally dari setiap indikator yang dirasakan
paling berpengaruh . Jumlah tally ini kemudian akan menjadi bobot untuk
tiap indikator beban mental. Untuk mendapatkan skor beban mental NASA
TLX, bobot dan rating untuk setiap indikator dikalikan kemudian
dijumlahkan dan dibagi 15 ( jumlah perbandingan berpasangan).
2. SWAT (Subjective Workload Assesment Tehnique)
Metode SWAT (Subjective Workload Assesment Tehnique) merupakan
salah satu cara untuk mengukur beban kerja mental yang dikembangkan oleh
Harry G. Armstrong, Aerospace Medical Research Laboratory, Wright-
Petterson Air Force Base, Ohio, USA untuk menjawab pertanyaan
bagaimana cara mengukur beban kerja mental dalam lingkungan yang
sebenarnya (Real World Environtment) secara alamiah dan obyektif dari
sumber data yang bersifat kualitatif.
Meskipun teknik penilaian subjektif beban kerja SWAT telah secara luas
digunakan, itu memiliki dua masalah utama: sangat tidak sensitif untuk beban
kerja mental yang rendah dan itu memerlukan waktu penyortiran serta
memakan tugas pra prosedur. Dalam penerapannya, SWAT akan memberikan
penskalaan subjektif yang sederhana dan mudah dilakukan untuk
mengkuantifikasikan beban kerja dari aktivitas yang bermacam-macam yang
harus dilakukan oleh seorang pekerja. SWAT juga akan menggambarkan
sistem kerja sebagai sebuah model multi dimensional dari beban kerja yang
terdiri atas tiga dimensi atau faktor yaitu:
II-8
1. Beban Waktu
2. Beban Usaha Mental
3. Beban Tekanan Psikologis.
Masing-masing terdiri dari 3 (tiga) tingkatan yaitu rendah, sedang dan
tinggi. Dalam penerapannya setiap tingkatan untuk ketiga faktor tersebut akan
dikombinasikan sehingga akhirnya membentuk 27 kombinasi tingkatan beban
kerja mental.
Metode ini meliputi dua langkah. Pada langkah pertama, fase
pembangunan skala, kegiatan hipotetis peringkat disusun berdasarkan beban
kerja yang dirasakan. Setiap kegiatan yang ditetapkan dalam hal tertentu
beban distribusi di tiga dimensi. Data-data ini diubah, dengan cara berkumpul
pengukuran, menjadi skala interval beban kerja berkisar dari 0 hingga 100.
Pada langkah kedua, acara skor fase, sebuah aktivitas atau kejadian dinilai
dengan memberikan nilai 1 sampai 3 di masing-masing dari tiga dimensi.
Nilai skala yang terkait dengan kombinasi ini (diperoleh dari tahap
pengembangan skala) kemudian ditetapkan sebagai nilai beban kerja untuk
kegiatan itu.
3. MCH (Modified Cooper Harper Scaling)
Sejak tahun 1960-an beban mental yang dipaksakan oleh tugas kontrol
manual, khususnya pada kualitas handling pesawat, telah diukur oleh Cooper
(C) skala daripadanya, yaitu Cooper-Harper (CH) dan dimodifikasi
menjadi Modified Cooper Harper (MC-H) scaling.
Skala Cooper menawarkan sepuluh pernyataan kepada evaluator, yang
harus menunjukkan yang terbaik mendekati pernyataan pendapatnya tentang
kualitas penanganan pesawat atau aspek dalam pertimbangan. Berbagai
penulis memiliki komentar tentang kekurangan instrumen ini. Kritik dari
instrumen berkaitan dengan kata-kata ambiguitas dan tata-nama
membingungkan, misi ganda karakter timbangan dan pencampuran tugas,
II-9
misalnya, normal dan kondisi darurat, dan kurangnya informasi tentang
kuantitatif karakter kontinum skala psikologis.
Cooler-Harper (CH) scaling adalah yang paling banyak digunakan skala
rating untuk menilai kualitas penanganan. The deskriptor dari skala berkaitan
dengan flyability sebuah pesawat terbang, dan meskipun skala memuat
beberapa referensi untuk beban kerja, yang deskriptor harus diubah untuk
digunakan dalam aplikasi beban kerja lain.
CH skala adalah salah satu skala yang lebih divalidasi untuk pengukuran
beban kerja subjektif pada kualitas penanganan pesawat. Terdiri dari 10 titik
skala dengan format pohon keputusan. Itu membuat ketentuan untuk
melaksanakan tugas penilaian secara berurutan, mencapai peringkat akhir
dalam cara yang disengaja dan hati-hati.
Kerugian utama dari pohon-keputusan skala nilai adalah bahwa mereka
tidak dapat memberikan informasi tentang interval yang sama alam. Paling-
paling mereka menyediakan estimasi ordinal beban kerja. MC-H dianggap
sebagai skala pengembangan lebih lanjut dalam subyektif pengukuran beban
kerja mental. Skala ini dapat diterapkan pada lebih banyak jenis beban kerja
tugas, terutama untuk sistem yang mungkin memuat persepsi, meditasi dan
kegiatan komunikasi. Skala dapat diterapkan untuk mendapatkan perkiraan
beban kerja mental peduli apa pun jenis pembebanan dipaksakan oleh tugas.
Kata-kata dalam skala telah dimodifikasi untuk memungkinkan penilaian
beban kerja mental yang berbeda dari beban kerja psikomotorik, yang skala
asli dirancang untuk mengukur.
Skala Cooler-Harper adalah salah satu standar pertama skala untuk
mengukur beban kerja, pada awalnya dikembangkan untuk mengevaluasi
kualitas penanganan pesawat. Disimpulkan bahwa teknik ini cocok sekali
untuk mengevaluasi tugas-tugas kontrol manual lain juga. Dalam rangka
untuk membuat instrumen yang lebih luas dapat diterapkan pada berbagai
tugas, skala yang dimodifikasi dikembangkan. Modifikasi dilakukan dalam
rangka untuk menilai beban kerja yang berhubungan dengan fungsi kognitif,
II-10
seperti persepsi, monitoring, evaluasi, komunikasi dan pemecahan masalah.
Diagram alur teknik asli dipertahankan, tapi deskripsi verbal dan rentang
skala penilaian itu berubah. skala MCH yang terdiri dari pohon keputusan dan
undimensional 10-poin skala nilai yang berkisar dari mudah (1) mustahil (10).
Skala MCH yang sangat tepat untuk evaluasi tugas dengan persepsi,
meditasi, dan kegiatan komunikasi. Dikatakan bahwa penerapan diagram
pohon keputusan dalam skala penilaian subyektif dapat mengurangi
variabilitas karena struktur yang ketat, sedangkan skala konvensional seperti,
bipolar meninggalkan terlalu banyak dari tingkat skala terbuka untuk
penilaian dan seleksi operator variabilitas. Namun demikian, pohon
keputusan dapat menyediakan hanya skala ordinal.
2.5 Stres Kerja
2.5.1 Definisi stres kerja
Secara sederhana, stres merupakan suatu bentuk tanggapan seseorang baik
secara fisik maupun mental, terhadap sesuatu di lingkungannya yang dirasa
mengganggu dan mengakibatkan dirinya terancam. Menurut Minner, (1992)
dalam Prihatini (2007) menyebutkan bahwa stres merujuk pada kondisi internal
individu untuk menyesuaikan diri secara baik terhadap perasaan yang mengancam
kondisi fisik dan psikis atau gejala psikologis yang mendahului penyakit, reaksi
ansietas dan ketidaknyamanan.
Dalam kaitan pekerjaan, stres adalah suatu kondisi yang disebabkan oleh
transaksi antara individu dengan lingkungan kerja sehingga menimbulkan persepsi
jarak antara tuntutan yang berasal dari situasi dengan sumber daya sistem
biologis, psikologis dan sosial. Stres yang terlalu rendah mengakibatkan pekerja
cenderung menjadi lesu, malas dan merasa cepat bosan. Sebaliknya, stres yang
berlebihan mengakibatkan kehilangan efisiensi, kecelakaan kerja, kesehatan fisik
terganggu dan dampak lain yang tidak diinginkan.
II-11
2.5.2 Mekanisme stres kerja
Menurut Nasution (2000) dalam Prihatini (2007) menyebutkan bahwa
timbulnya stres kerja pada seorang tenaga kerja dapat melalui tiga tahap, yaitu
tahap pertama yaitu reaksi awal yang merupakan fase inisial dengan timbulnya
beberapa gejala/tanda, namun masih dapat diatasi oleh mekanisme pertahanan
diri. Tahap kedua; reaksi pertahanan yang merupakan adaptasi maksimum dan
pada masa tertentu dapat kembali kepada keseimbangan. Bila stres ini terus
berlanjut maka akan sampai ke tahap ketiga, yaitu kelelahan yang timbul karena
mekanisme pertahanan diri telah kolaps (layu).
Menurut Selye dalam Abraham & Shanley (1997) ada 3 fase atau tahapan
stres berdasarkan respons individu terhadap stres yang diterima antara lain :
a. Fase reaksi alarm
Merupakan respon siaga dimana pada fase ini terjadi perubahan fisiologis
pengeluaran hormon oleh hipotalamus yang menyebabkan kelenjar adrenal
mengeluarkan adrenalin, sehingga meningkatkan denyut jantung dan
menyebabkan pernapasan dangkal dan cepat. Darah mengalir ke otot dan otak
serta menjauh dari kulit (menyebabkan wajah menjadi pucat dan dingin pada
area tangan dan kaki), otot-otot leher, bahu dan punggung bagian bawah
menjadi tegang (posisi dan ukuran otot-otot inilah yang menjadi tanda nyata
adanya stres).
b. Fase resistensi
Fase ini terjadi apabila respon adaptif tidak mengurangi stres dan orang yang
mengalami stres dalam waktu yang lama dapat menstimulasi pengeluaran
hormon adrenalin yang menyebabkan jantung harus bekerja lebih keras untuk
mendorong darah yang pekat melewati arteri dan vena yang menyempit dengan
semakin meningkatnya penggumpalan darah. Hal ini dapat berujung pada
terjadinya penyakit kardiovaskular seperti stroke atau jantung koroner.
Tekanan darah yang meningkat dapat juga menyebabkan kerusakan ginjal.
II-12
c. Fase kepayahan/kelelahan
Fase ini terjadi bila fungsi fisik dan psikologis seseorang telah hancur sebagai
akibat kerusakan selama fase resistensi. Bila reaksi ini berlanjut tanpa adanya
pemulihan, akan memacu terjadinya penyakit yang lebih serius atau
kemunduran, sehingga seseorang tersebut tidak mampu lagi mengatasi tuntutan
lingkungan yang dirasakan.
2.5.3 Sumber stres kerja
Sumber stres yang menyebabkan seseorang tidak berfungsi optimal maupun
jatuh sakit, tidak hanya datang dari satu macam pembangkit tetapi juga dari
beberapa pembangkit stres. Sebagian dari waktu adalah untuk bekerja, karena itu
lingkungan pekerjaan mempunyai pengaruh besar terhadap kesehatan seorang
pekerja. Pembangkit stres di pekerjaan merupakan pembangkit stres yang besar
terhadap jatuh sakitnya seorang tenaga kerja.
Menurut Cooper (1983) sumber stres kerja terdiri dari:
a. Lingkungan kerja: kondisi kerja yang buruk berpotensi menyebabkanpekerja
mudah sakit, mengalami stress dan menurunkan produktivitas.
b. Beban kerja berlebih (work overload): dapat menjadi beban kerja berlebih
kuantitatif dan kualitaif. Beban kerja kuantitatif terjadi bila target kerja
melebihi kemampuan pekerja yang mengakibatkan mudah lelah. Sedangkan
beban kerja berlebih kualitatif terjadi jika pekerjaan memiliki tingkat
kesulitan yang tinggi.
c. Deprivational stress: yaitu pekerjaan yang tidak menarik lagi bagi pekerja,
akibatnya timbul berbagai keluhan seperti kebosanan, ketidakpuasan bekerja
dan lain sebagainya.
d. Pekerjaan beresiko tinggi yaitu pekerjaan yang berbahaya bagi keselamatan.
Sedangkan dari beberapa analisa yang dilakukan Dewe (1989), dihasilkan
sumber utama stres kerja antara lain:
a. Beban kerja yang berlebihan, misalnya, merawat terlalu banyak pasien,
mengalami kesulitan dalam mempertahankan standar yang tinggi, merasa
II-13
tidak mampu memberi dukungan yang dibutuhkan teman sekerja dan
menghadapi masalah keterbatasan tenaga perawat.
b. Kesulitan menjalin hubungan dengan staf lain, misalnya mengalami konflik
dengan teman sejawat, mengetahui orang lain tidak menghargai kerja keras
yang dilakukan, dan gagal bekerja sama dengan tim kesehatan yang lain.
c. Kesulitan merawat pasien kritis, misalnya menjalankan peralatan yang belum
dikenal, mengelola prosedur atau tindakan baru dan bekerja dengan dokter
yang menuntut jawaban dan tindakan yang cepat.
d. Berurusan dengan pengobatan/perawatan pasien, misalnya bekerja dengan
dokter yang tidak memahami kebutuhan sosisal dan emosional pasien, terlibat
dalam ketidaksepakatan pada program tindakan, merasa tidak pasti sejauh
mana harus memberi informasi pada pasien atau keluarga dan merawat pasien
yang sulit untuk bekerja sama dengan tindakan yang akan dilakukan.
e. Merawat pasien yang gagal membaik, misalnya pasien lansia, pasien nyeri
kronis atau mereka yang meninggal selama perawatan.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Flow Chart
Dalam penelitian kali ini membahas tentang psikologi kerja, berikut ini
adalah flow chart metodologi penelitiannya.
Studi Pendahuluan
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian & Batasan Masalah
Melakukan
Kegiatan Task 1
Melakukan
Kegiatan Task 2
Mengisi kuisioner
NASA TLX Task 1
Pengumpulan Data
Mengisi kuisioner
NASA TLX Task 2
Uji Kenormalan Data
Analisa Hasil Pengolahan Data
Simpulan dan Saran
Ya
Tidak
Pengolahan Data
1. Nilai skor beban kerja masing-masing task
2. Perbandingan beban task 1 dan task 2
Data Distribusi
Normal
Mulai
Selesai
Gambar 3.1 Flow Chart Psikologi Kerja
III-2
3.2 Deskripsi Pemecahan Masalah
1. Mulai
Memulai penelitian.
2. Studi Pendahuluan
Mencari referensi dan materi-materi yang berhubungan dalam pembahasan
kali ini.
3. Perumusan Masalah
Merumuskan masalah-masalah yang berkaitan dalam penelitian.
4. Tujuan Penelitian dan Batasan Masalah
Tujuan penelitian adalah jawaban dari perumusan masalah dan akan dibahas
dalam kesimpulan. Sedangkan batasan masalah adalah pembatasan satu atau
lebih masalah yang telah dipaparkan di latar belakang masalah yang akan
diselesaikan di penelitian ini.
5. Melakukan kegiatan task 1 dan task 2
Melakukan kegiatan task 1 dengan menghitung angka-angka yang telah
disiapkan yang dinamakan Newspaper Test. Sedangkan kegiatan task 2
membuat produk baut dan mur dengan cara dirangkai, tes ini dinamakan
Toyota Game.
6. Mengisi kuisioner NASA TLX task 1 dan task 2
Mengisi kuisioner tentang perhitungan beban kerja setelah melakukan
kegiatan task 1 dan task 2 dengan metode subjektif, yaitu NASA TLX.
7. Pengumpulan Data
Mengumpulkan data kuisioner yang telah diisi.
8. Pengolahan Data
Mengolah data yang telah dikumpulkan dengan software SPSS 20.
9. Uji Kenormalan Data
Setelah diolah data dapat dilihat normal atau tidaknya. Jika tidak normal
maka pengumpulan data akan diulang dengan menggunakan bilangan acak,
jika data normal maka dilanjutkan dengan didapatkan nilai skor beban mental,
dan membandingkan kedua task tersebut.
III-3
10. Nilai skor beban kerja masing-masing task Perbandingan beban task 1 dan
task 2 adalah hasil dari pengolahan data yang datanya sudah teruji
kenormalannya. Sedangkan perbandingan beban task 1 dan task 2 adalah
membandingkan adanya kesamaan atau perbedaan antara beban kerja task 1
dan task 2.
11. Analisa Hasil Pengolahan Data
Menganalisis hasil pengolahan data yang telah didapatkan.
12. Simpulan dan Saran
Simpulan adalah jawaban dari tujuan, dan saran agar penelitian selanjutnya
dapat lebih baik.
13. Selesai
Selesai penelitian.
BAB IV
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
4.1 Pengumpulan Data
Setelah melakukan penelitian pada task 1 yang berupa Newspaper Test dan task
2 yang berupa Toyota Game dengan menggunakan metode NASA-TLX terhadap
13 orang responden, maka didapatlah hasil data beban kerja mental.
4.1.1 Data beban kerja operator pada task 1
Setelah melakukan penelitian terhadap 13 orang responden, didapatkan data
hasil beban kerja mental task 1 yang berupa Newspaper Test. Hasil penelitiannya
dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.1 Beban Kerja Mental Task 1
No Nama Beban Kerja
1 Laura Natalia Sitorus 68
2 Diega Febriana 82
3 Gagah Anugerah A. 76
4 Fajar Rido Butar B. 72
5 Ferdwin Auliakbar 60
6 Andi Rahayu 72,67
7 Ulfi Silvia 62,67
8 Faisal Umam 73,67
9 Sastrawan Wijaya 48
10 Gina Andini 82,3
11 Puput Puspitasari 71,3
12 Rizki Akbar Rismawan 73,67
13 Alfian Kello 76
Jumlah 918,28
Rata-rata 70,64
IV-2
4.1.2 Data beban kerja operator pada task 2
Setelah melakukan penelitian terhadap 13 orang responden, didapatkan data
hasil beban kerja mental task 1 yang berupa Toyota Game. Hasil penelitiannya
dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.2 Beban Kerja Mental Task 2
No Nama Beban Kerja
1 Laura Natalia Sitorus 76,67
2 Diega Febriana 70,67
3 Gagah Anugerah A. 67,33
4 Fajar Rido Butar B. 72
5 Ferdwin Auliakbar 44
6 Andi Rahayu 61,33
7 Ulfi Silvia 66,67
8 Faisal Umam 55,67
9 Sastrawan Wijaya 55,33
10 Gina Andini 62,3
11 Puput Puspitasari 62
12 Rizki Akbar Rismawan 71,33
13 Alfian Kello 67,33
Jumlah 832,63
Rata-rata 64,05
4.2 Pengolahan Data
4.2.1 Contoh perhitungan beban kerja mental NASA TLX
Contoh perhitungan beban kerja mental NASA TLX dari Alfian Kello
Hari/Tanggal : Selasa/5 Maret 2013
Nama/Operator : Alfian Kello
Task : 1
Jenis Pekerjaan : Newspaper test
Shift : 1
IV-3
1. Pembobotan
PD/MD TD/PD TD/FR
TD/MD OP/PD TD/EF
OP/MD FR/PD OP/FR
FR/MD EF/PD OP/EF
EF/MD TD/OP EF/FR
Keterangan : kategori yang dibold adalah ketegori yang operator pilih.
Tabel 4.3 Pembobotan Beban Kerja Mental
Katagori Tally Nilai
MD IIIII 5
PD - 0
TD IIII 4
OP II 2
EF I 1
FR III 3
2. Peratingan
Tabel 4.4 Peratingan Beban Kerja Mental
Katagori Rating
MD 90
PD 20
TD 70
OP 70
EF 30
FR 80
3. Perhitungan beban kerja
Tabel 4.5 Nilai Beban Kerja Mental
Katagori Skala Rating Bobot Nilai
MD 90 5 450
PD 20 0 0
TD 70 4 280
OP 70 2 140
EF 30 1 30
FR 80 3 240
Jumlah 360 15 1140
IV-4
Beban Kerja Mental = Nilai Beban Kerja Mental
Bobot Beban Kerja Mental=
1140
15
= 76
4.2.2 Uji kenormalan data
a. Uji Hipotesa
H0 = Sampel diambil dari populasi yang berdistribusi normal.
H1 = Sampel diambil bukan dari populasi yang berdistribusi normal.
b. Menentukan tingkat kepercayaan
= 100% - 95% = 5% = 0,05
95% confidence adalah tingkat keyakinan kita dalam melakukan
perhitungan.
Tabel 4.6 Hasil Uji Kenormalan Data
Task 1 Task 2
N 13 13
Normal
Parametersa,b
Mean 70,6369 64,0485
Std. Deviation 9,32515 8,71110
Most Extreme
Differences
Absolute ,221 ,157
Positive ,129 ,104
Negative -,221 -,157
Kolmogorov-Smirnov Z ,796 ,565
Asymp. Sig. (2-tailed) ,551 ,907
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Kesimpulan
H0 diterima berarti sampel diambil dari populasi yang berdistribusi normal
ditunjukan dengan nilai Asymp. Sig. (2-tailed) > 0,05
4.2.3 Perbandingan beban kerja mental pada masing-masing task
a. Perhitungan Manual
Tabel 4.7 Perbandingan Uji Paired Sampel Test Manual
Nama Task 1 Task 2 ( ) Sd
Laura Natalia Sitorus 68 76,67 -8,67 6,59 -15,26 232,87 9,40
Diega Febriana 82 70,67 11,33 6,59 4,74 22,47 9,40
Gagah Anugerah A. 76 67,33 8,67 6,59 2,08 4,33 9,40
IV-5
Tabel 4.7 Perbandingan Uji Paired Sampel Test Manual (lanjutan) Nama Task 1 Task 2 ( ) Sd
Fajar Rido Butar B. 72 72 0 6,59 -6,59 43,43 9,40
Ferdwin Auliakbar 60 44 16 6,59 9,41 88,55 9,40
Andi Rahayu 72,67 61,33 11,34 6,59 4,75 22,56 9,40
Ulfi Silvia 62,67 66,67 -4 6,59 -10,59 112,15 9,40
Faisal Umam 73,67 55,67 18 6,59 11,41 130,19 9,40
Sastrawan Wijaya 48 55,33 -7,33 6,59 -13,92 193,77 9,40
Gina Andini 82,3 62,3 20 6,59 13,41 179,83 9,40
Puput Puspitasari 71,3 62 9,3 6,59 2,71 7,34 9,40
Rizki Akbar Rismawan 73,67 71,33 2,34 6,59 -4,25 18,06 9,40
Alfian Kello 76 67,33 8,67 6,59 2,08 4,33 9,40
Jumlah 918,28 832,63 85,65 85,65 -0,02 1059,86 122,17
Contoh Perhitungan :
a. di = Task 1 Task2
di = 68 76,67
= 8,67
b. =
= 85,65
13= 6,59
c. = ()
1
2
= 1059,86
131
= 9,40
1. Menetukan hipotesa
H0 = beban kerja task 1 = beban kerja task 2
H1 = beban kerja task 1 beban kerja task 2
2. Menentukan
= 100% - 95% = 5% = 0,05
95% confidence adalah tingkat keyakinan kita dalam melakukan
perhitungan kerena terdapat 2 tail, maka nilai dibagi 2.
3. Menentukan thitung
thitung =
= 85,65(0,050,05)
122,17
13
= 2,53
IV-6
4. Menentukan ttabel
ttabel = t/2 = t(0.025,12)
ttabel = 2,179
5. Grafik
Gambar 4.1 Grafik distribusi t
6. Kesimpulan
Berdasarkan perhitungan manual uji T diperoleh bahwa thitung = 2,53 dan
ttabel = 2,179, sehingga thitung > ttabel yang berarti hipotesa H1 diterima
yang berarti bahwa beban kerja task 1 beban kerja task 2.
b. Perhitungan dengan Mengunakan Software SPSS
Hipotesa : H0 = Beban Kerja Task 1 = Beban Kerja Task 2
H1 = Beban Kerja Task 1 Beban Kerja Task 2
Tabel 4.8 Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 Task 1 70,6369 13 9,32515 2,58633
Task 2 64,0485 13 8,71110 2,41602
Tabel 4.9 Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair 1 Task 1 & Task 2 13 ,459 ,115
Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan software SPSS20 didapatkan
hasil berupa mean yang menunjukan nilai rata-rata dari masing-masing task yaitu
70,6369 untuk task 1 dan 64,0485 task 2, N menunjukan banyaknya data yang
diambil yaitu 13 data baik task 1 maupun task 2, nilai Correlation yaitu 0,459 < 1
H0 diterima
H0 ditolak
-2,179
H0 ditolak
2,53 2,179 0
IV-7
yang menunjukan ada hubungan antara task 1 dan task 2 dengan hubungan
kolerasi rendah.
Tabel 4.10 Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig.
(2-
tailed
)
Mean Std.
Deviation
Std.
Error
Mean
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
Task 1-
Task 2 6,58846 9,39798 2,60653 ,90932 12,26760 2,528 12 ,027
Dari hasil perhitungan software SPSS20 didapat mean yang berarti hasil
selisih dari rata-rata task 1 dan task 2 yaitu 6,58846, selain itu nilai Sig. (2-
tailed)sebesar 0,027
BAB V
ANALISA
5.1 Analisa Beban Kerja Mental
5.1.1 Analisa beban kerja mental task 1
Jenis pekerjaan pada task 1 berupa Newspaper Test. Pekerjaan tersebut
bertumpu pada beban kerja mental dari operator, dimana operator dituntut
melakukan pekerjaan melihat, mencari, dan menghitung dengan tekanan waktu
serta dengan adanya gangguan terhadap pekerjaan tersebut. Perhitungan beban
kerja mental dilakukan dengan cara subjektif menggunakan metode NASA TLX.
Setelah penelitian dilakukan terhadap 13 operator, maka diperoleh nilai rata-rata
hasil beban kerja mental sebesar 70,64 dalam klasifikasi beban kerja berdasarkan
analisa NASA TLX maka nilai tersebut berada pada tingkat beban kerja tinggi.
Kemudian dari data tersebut dilakukan uji kernomalan data, diperoleh nilai
Asyimp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,551. Dikarenakan nilai Asymp. Sig. (2-tailed) >
0,05 maka H0 diterima, berarti sempel diambil dari populasi yang berdistribusi
normal.
5.1.2 Analisa beban kerja mental task 2
Jenis pekerjaan pada task 2 berupa Toyota Game. Pekerjaan tersebut
bertumpu pada beban kerja mental dan juga fisik dari operator, dimana operator
dituntut untuk mengingat, mencari, mengukur, memutar, serta memindahkan
dengan tekanan waktu yang rendah. Perhitungan beban kerja mental dilakukan
dengan cara subjektif menggunakan metode NASA TLX. Setelah penelitian
dilakukan terhadap 13 operator , maka diperoleh nilai rata-rata hasil beban kerja
sebesar 64,05 dalam klasifikasi beban kerja berdasarkan analisa NASA TLX
maka nilai tersebut berada pada tingkat beban kerja tinggi. Kemudian dari data
tersebut dilakukan uji kernomalan data, diperoleh nilai Asyimp. Sig. (2-tailed)
V-2
sebesar 0,907. Dikarenakan nilai Asymp. Sig. (2-tailed) > 0,05 maka H0 diterima,
berarti sempel diambil dari populasi yang berdistribusi normal.
5.2 Analisa Perbandingan Beban Kerja Mental Task 1 dan Task 2
Perbandingan beban kerja mental pada task 1 dan task 2 dilakukan untuk
mengetahui apakah task 1 dan task 2 memiliki kesamaan atau berbeda,
perbandingan tersebut dilakukan dengan dua cara yaitu perhitungan manual dan
perhitungan dengan menggunakan software SPSS. Berdasarkan perhitungan
manual uji T diperoleh nilai thitung sebesar 2,53 dan ttabel sebesar 2,19. Dikarenakan
thitung > ttabel, sehingga Hipotesa H1 diterima yang berarti bahwa beban kerja task 1
beban kerja task 2. Dari hasil perhitungan software SPSS20 diperoleh nilai Sig.
(2-tailed) sebesar 0,027. Dikarenakan nilai Sig. (2-tailed) < 0,05 menunjukan
bahwa Hipotesa H1 diterima yang berarti bahwa beban kerja task 1 beban kerja
task 2. Dan nilai Lower-Upper tidak melalui nol yaitu 0,90932 dan 12,26760
menandakan bahwa task 1 dan task 2 memiliki perbedaan. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa task 1 dan task 2 memiiki perbedaan. Hal tersebut terjadi
karena perbedaan faktor eksternal dari kedua task tersebut.
5.3 Analisa Faktor-faktor yang Mempengaruhi Beban Kerja Mental
Pada task 1 dan task 2 terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi beban kerja
mental, yaitu
1. Task 1
a. Internal
Faktor internal yang berpengaruh terhadap kerja operator yaitu pada
faktor psikis yaitu motivasi. Operator terpacu untuk melaksanakan
pekerjaannya dengan baik dikarenakan setelah pekerjaan berakhir PT.
RSK&E membahas mengenai hasil pekerjaan yang baik dan benar.
b. Eksternal
i. Lingkungan kerja fisik yang digunakan untuk melakukan pekerjaan
tidak memberikan kenyamanan bagi operator dalam melaksanakan
pekerjaannya, dikarenakan ketika operator sedang melakukan
V-3
pekerjaan terdapat suara bising secara spontan yang menggangu
maupun memecah konsentrasi operator. Hal tersebut membuat
kinerja operator mengalami penurunan.
ii. Tingkat kesulitan pekerjaan yang terbilang sulit, dikarenakan
dibutuhkan penglihatan, pemikiran, konsentrasi, konsistensi yang
cukup baik dalam mengerjakan pekerjaan tersebut. Selain
beberapa ketrampilan tersebut, operator dituntut menyelesaikan
pekerjaan tersebut dengan waktu yang sangat cepat.
2. Task 2
a. Internal
Faktor internal yang terdapat pada pekerjaan task 2 merupakan faktor
psikis yaitu faktor motivasi. Berbeda dengan task 1, pada task 2 pekrjaan
yang dilakukan oleh operator dinilai dengan cermat oleh PT. RSK&E dan
setelah dilakukan penilaian maka untuk operator yang menghasilkan
produktifitas tertinggi akan diberikan reward. Oleh karna reward tersebut
operator termotivasi untuk melakukan pekerjaan dengan sebaik mungkin
guna mencapai produktifitas tertinggi.
b. Eksternal
i. Tugas fisik pada task 2 bisa dibilang tidak membutuhkan banyak energi
untuk menyelesaikannya, namun dibutuhkan tingkat presisi yang cukup
tinggi, konsistensi, kecepatan. Operator dituntut untuk melakukan
pekerjaan tersebut dengan cepat namun tetap dalam ukuran yang telah
ditetapkan. Seringkali operator mengalami kejenuhan dengan tugas yang
cenderung monoton, hal tersebut memebuat kinerja operator menurun
sebanding dengan jumlah waktu yang ditempuh dalam mengerjakan
pekerjaan tersebut.
ii. Lingkungan kerja fisik yang kurang baik, hal tersebut dikarenakan
temperatur ruangan kurang sejuk untuk pekerjaan yang membutuhkan
kerja fisik.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari pengamatan mengenai beban kerja mental
terhadap task 1 dan task 2 pada psikologi kerja adalah sebagai berikut :
1. Nilai rata-rata beban kerja mental dengan menggunakan metode NASA TLX
pada Task 1 sebesar 70,64 dan task 2 sebesar 64,05, dalam klasifikasi beban
kerja, pekerjaan task 1 dan task 2 termasuk beban kerja tinggi.
2. Berdasarkan perhitungan manual uji T diperoleh nilai thitung sebesar 2,53 dan
ttabel sebesar 2,19. Dikarenakan thitung > ttabel, sehingga Hipotesa H1 diterima
yang berarti bahwa beban kerja Task 1 beban kerja Task 2. Maka terdapat
perbedaan beban kerja mental antara task 1 dan task 2. Perbedaan tersebut
berupa tingkat konsentrasi, tingkat pemikiran, tingkat kecepatan, tingkat
ketelitian, tekanan waktu, serta lingkungan kerja yang dihadapi untuk
mengerjakan kedua task tersebut.
3. Pada task 1 dan task 2 terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi beben kerja
mental, yaitu faktor internal antara lain motivasi, keinginan dan juga
kepuasan, faktor eksternal pada task 1 meliputi lingkungan kerja fisik yang
kurang baik dengan adanya gangguan spontan berupa suara bising, tingkat
kesulitan pekerjaan yang cukup sulit karena dibutuhkan ketelitian, pemikiran,
dan kecepatan sedangkan pada task 2, yaitu tugas fisik yang diberikan yaitu
memutar benda secara terus menerus dengan ketelitian jarak serta
memindahkannya dan lingkungan kerja fisik dengan temperatur yang kurang
sejuk.
6.2 Saran
Saran yang dapat diberikan oleh PT. RSK&E untuk pengamatan terhadap
beban kerja task 1 dan task 2 pada psikologi kerja adalah seagai berikut :
VI-2
1. Dalam melakukan pengukuran beban kerja mental sebaiknya pengamat
memahami secara mendalam mengenai indikator beban kerja mental dari
metode NASA TLX.
2. Melakukan pengamatan secara sistematis.
DAFTAR PUSTAKA
Jurusan Teknik Industri USU; Definisi Dampak dan Jenis-jenis Beban
Kerja.http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/33834/4/Chapter%20II
.pdf ; 2012, (Diakses tanggal 07/03/2013 pukul 14.00 WIB).
Manuaba, A.; Ergonomi, Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Dalam : Wignjo
Soebroto, S & Wiratno, SE, Eds, Procendings Seminar Nasional Ergonomi;
2000, PT. Guna Widya, Surabaya : 1-4.
Walpole, Roland E.; Pengantar Statistika Edisi Ke-3; 1995, P.T Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta.
Widodo, Sarwo; Penentuan Lama Waktu Istirahat Berdasarkan Beban Kerja
Dengan Menggunakan Pendekatan Fisiologis (Studi Kasus: Pabrik Minyak
Kayu Putih Krai); 2008,Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Wignjosoebroto, Sritomo; Studi Aplikasi Ergonomi Kognitif Untuk Beban Kerja
Mental Pilot Dalam Pelaksanaan Prosedur Pengendalian Pesawat Dengan
Metode Swat; 2007,Laboratorium Ergonomi & Perancangan Sistem Kerja
Jurusan Teknik Industri ITS.
LAMPIRAN
Top Related