BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Indonesia termasuk negara berkembang dan tergabung dalam
United Nation yang turut berperan serta dalam menyukseskan Millennium
Development Goals (MDGs). Beberapa poin dari MDGs berkaitan dengan
permasalahan kesehatan sehingga kesehatan merupakan salah satu bidang
bisnis dalam pelayanan dan jasa yang sedang berkembang dengan pesat.
Kemajuan bidang bisnis jasa serta pelayanan kesehatan ditunjang pula
dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
920/Menkes/Per/XII/1986 tentang Upaya Pelayanan Kesehatan Swasta di
Bidang Medik yang menyatakan bahwa pemerintah memberikan
kesempatan bagi pihak swasta baik berupa yayasan ataupun perseroan
terbatas agar dapat membangun rumah sakit. Peraturan tersebut berdampak
pada jumlah rumah sakit swasta baru yang tumbuh dan tersebar bertambah
pesat. (Abrams, 2012)
Bertambahnya jumlah rumah sakit membuat persaingan dalam
bidang kesehatan semakin ketat sehingga pihak manajemen rumah sakit
perlu membuat suatu inovasi ataupun suatu ciri khas agar rumah sakit
dapat tetap survive. Selain inovasi, rumah sakit harus memiliki manajemen
yang mampu mengelola pelayanannya dengan konsep yang jelas agar
perkembangan rumah sakit dapat diprediksi dan tumbuh dengan cepat.
Perkembangan rumah sakit dapat dilihat dari berbagai macam aspek dan
salah satunya adalah keuangan rumah sakit, Sejauh ini infrastruktur rumah
sakit pemerintah masih buruk karena belum ada paradigma bahwa sistem
keuangan harus berdasarkan sistem akuntansi yang benar. (Trisnantoro,
2010)
Tingginya angka kejadian kecelakaan lalu lintas di Indonesia
membuat pihak rumah sakit harus siap dalam menerima pasien-pasien
dengan cidera kepala yang berkaitan sangat erat dengan kecelakaan lalu
lintas, karena kecelakaan dapat terjadi di mana saja, dan saat terjadi
kecelakaan, korban akan dibawa ke rumah sakit yang terdekat. Rumah
sakit harus siap dalam segala aspek untuk menangani kasus cidera kepala
baik dari sumber daya manusianya yang terampil, sarana, prasarana serta
berbagai macam pemeriksaan penunjang untuk membantu menentukan
diagnosis serta prognosis pasien. Dengan latar belakang pemikiran seperti
ini dapat disimpulkan bahwa CT-scan menjadi suatu alat penunjang yang
sangat diperlukan bagi rumah sakit. Peluang bisnis yang dapat diambil
adalah rumah sakit yang telah memiliki CT-scan dapat menjadi rumah
sakit rujukan untuk CT-scan bagi rumah sakit lainnya yang tidak memiliki
CT-scan, terutama bagi rumah sakit swasta yang baru saja berdiri, karena
kecil kemungkinannya rumah sakit tersebut telah memiliki CT-scan.
Rumah sakit berfungsi serta berperan dalam memberikan jasa
pengobatan, perawatam dan pelayanan kesehatan. Dalam memberikan jasa
pelayanan kesehatan, rumah sakit memperoleh pendapatan dari jasa dan
fasilitas yang diberikan yang diantaranya adalah rawat inap. Pendapatan
rumah sakit tersebut didapat dari tarif yang harus dibayar oleh pemakai
jasa rawat inap. Penentuan tariff jasa rawat inap merupakan keputusan
yang sangat penting karena hal ini dapat mempengaruhi profitabilitas
suatu rumah sakit. Adanya berbagai macam fasilitas yang disediakan bagi
konsumen pada rawat inap, serta jumlah biaya overhead yang tinggi, maka
semakin menuntut suatu ketepatan dalam perhitungan untuk menetapkan
pembebanan biaya yang sesungguhnya. (Sulastomo, 2000)
Dalam menentukan harga pokok suatu produk, rumah sakit pada
umumnya masih menggunakan akuntansi biaya tradisional. Sistem ini
tidak sesuai dengan lingkungan manufaktur yang maju serta
keanekaragaman produk yang tinggi. Biaya produk yang ditentukan
dengan sistem akuntansi biaya tradisional dapat membuat informasi biaya
yang terdistorsi. Distorsi muncul disebabkan oleh tidak akuratnya
penentuan pembebanan biaya sehingga mengakibatkan kesalahan dalam
penentuan biaya, pembuatan keputusan, perencanaan dan pengendalian.
(Mowen, Hansen, & Heitger, 2009)
Banyak pihak mulai menyadari di tahun 1990-an bahwa sistem
akuntansi biaya pada saat itu tidak lagi dapat memenuhi kebutuhan
manajemen. Berdasarkan landasan pikiran tersebut maka dikembangkan
suatu sistem akuntansi yang baru oleh Consortium of Advanced
Manufacturing-International (CAM-I) yang dikenal sebagai Activity-
Based Costing (ABC). Sistem ABC menggunakan aktivitas sebagai basis
penggolongan biaya untuk menghasilkan informasi activity cost. Informasi
tersebut digunakan untuk menyediakan informasi bagi personel dan
memberdayakan personel dalam melaksanakan pengurangan biaya melalui
pengelolaan terhadap aktivitas. ABC membebankan activity cost pada
produk atau jasa berdasarkan konsumsi produk atau jasa atas aktivitas
yang terjadi dalam proses produksi produk atau jasa yang dijual ke
konsumen sehingga menghasilkan cost produk yang akurat.
Keunggulan ABC terletak pada kemampuannya dalam
menyediakan informasi yang berkaitan dengan aktivitas seperti customer
yang mengonsumsi keluaran aktivitas, value and non-value, cycle
effectiveness (CE), capacity resources, budget type. Informasi yang
lengkap mengenai aktivitas dapat memudahkan perusahaan untuk
merencanakan target pengurangan biaya dan mengimplementasikan secara
efektif.
Rumah sakit merupakan suatu perusahaan jasa dan menghasilkan
produk yang sangat beraneka ragam. Keanekaragaman tersebut
mengakibatkan banyaknya jenis biaya dan aktivitas yang terjadi pada
rumah sakit sehingga menuntut ketepatan pembebanan biaya overhead
dalam penentuan harga pokok produk. Metode ABC menganggap bahwa
timbulnya biaya disebabkan oleh aktivitas yang dihasilkan produk.
Pendekatan ini menggunakan cost driver yang berdasarkan pada aktivitas
yang menimbulkan biaya dan hal ini baik jika diterapkan pada perusahaan
yang memiliki produk yang beragam., sehingga dapat meningkatkan
ketelitian dan meminimalisir kesalahan perhitungan agar pembebanan
biaya menjadi lebih akurat dan tidak merugikan salah satu pihak.
B. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian pada sub-bab sebelumnya maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1. Berapa unit cost head CT-scan yang dihitung dengan menggunakan
metode Activity-Based Costing pada RSU PKU Muhammadiyah
Yogyakarta?
2. Apakah ada perbedaan antara unit cost head CT-scan yang dihitung
dengan metode Activity-Based Costing dengan unit cost head CT-scan
yang diterapkan saat ini di RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta?
C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui unit cost ead CT-scan yang dihitung dengan metode
Activity-Based Costing di RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta.
2. Untuk mengetahui perbedaan antara unit cost ead CT-scan yang
dihitung dengan metode Activity-Based Costing dengan unit cost head
CT-scan yang diterapkan saat ini di RSU PKU Muhammadiyah
Yogyakarta.
D. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Peneliti
Sebagai bahan pembelajaran dalam menambah wawasan keilmuan di
bidang manajemen rumah sakit khususnya dalam perhitungan unit cost
ead CT-scan dengan metode Activity-Based Costing.
2. RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta
Sebagai beban kajian untuk melakukan evaluasi terhadap perencanaan
dalam mengevaluasi biaya yang ada serta melakukan efisiensi biaya di
pemeriksaan penunjang head CT-scan
3. Institusi Pendidikan
Sebagai bahan referensi untuk penelitian yang serupa.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. TELAAH PUSTAKA
1. Biaya
Biaya adalah harga perolehan yang dikorbankan atau digunakan
dalam rangka memperoleh penghasilan (revenues) dan akan digunakan
sebagai pengurang dari penghasilan (Supriyono, 1999). Menurut
Masyhudi (2008), pengertian biaya adalah penggunaan sumber-sumber
ekonomi yang diukur dengan satuan uang, yang telah terjadi atau
kemungkinan akan terjadi untuk objek atau tujuan tertentu. Biaya
dapat diklasifikasikan berdasarkan dapat atau tidaknya biaya tersebut
diidentifikasikan terhadap objek biaya. Objek biaya yang dimaksud
adalah produk, jasa, fasilitas dan lain-lain.
Pada tentative set of board accounting principle for business
enterprises, biaya dinyatakan sebagai harga penukaran atau
pengorbanan yang digunkan untuk memperoleh suatu manfaat
(Kartadinata, 2000).
2. Penggolongan Biaya
Penggolongan biaya adalah proses pengelompokkan biaya atas
keseluruhan elemen-elemen biaya secara sistematis ke dalam
golongan-golongan tertentu yang lebih rinci untuk dapat memberika
informasi biaya yang lebih lengkap. Menurut Mulyadi (2007), biaya
dapat digolongkan menurut obyek pengeluaran, fungsi pokok dalam
perusahaan, hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai, perilaku
biaya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan, dan
jangka waktu manfaatnya.
Berdasarkan pengelompokan biaya di atas, maka dapat
dijelaskan sebagai berikut :
1. Biaya menurut objek pengeluaran
Pada penggolongan biaya ini, pengklasifikasian biaya
didasarkan atas nama objek pengeluaran. Contoh biaya
depresiasi mesn, biaya asuransi dan lain-lain.
2. Biaya menurut fungsi pokok dalam perusahaan, dibagi
menjadi biaya produksi dan biaya non produksi (Garrison,
2006).
a. Biaya produksi
Semua biaya yang dikeluarkan untuk mengelola bahan
baku menjadi produksi yang siap dijual di pasaran. Biaya
produksi digolongkan menjadi tiga kategori yaitu : bahan
langsung, tenaga kerja langsung, dan biaya overhead
pabrik.
b. Biaya non produksi
Umumnya biaya bob produksi dibagi menjadi dua yaitu
biaya pemasaran atau penjualan dan biaya administrasi.
Biaya pemasaran atau penjualan meliputi semua biaya
yang diperlukan untuk menangani pesanan konsumen
dan memperoleh produk atau jasa untuk disampaikan
kepada konsumen. Biaya-biaya tersebut pemerolehan
pesanan (order-getting) dan pemenuhan pesanan (order-
filling). Biaya pemasaran meliputi pengiklanan,
pengiriman, perjalanan dalam rangka penjualan, gaji, dan
biaya penyimpanan produk jadi. Biaya administrasi
meliputi pengeluaran eksekutif, organisasional, dan
klerikal yang berkaitan dengan manajemen umum
organisasi.
3. Klasifikasi biaya untuk memprediksi perilaku biaya
(Garrison, 2006)
a. Biaya variabel
Biaya variabel adalah biaya yang berubah secara
proporsional dengan perubahan aktivitas. Aktivitas
terseut dapat diwujudka dalam berbagai bentuk seperti
unit yang diproduksi, unit yang dijual, jumlah tempat
tidur yang digunakan.
b. Biaya semi variable
Perubahan biaya sesuai dengan variasi volume kegiatan
tetapi perubahan dalam biaya operasional ini tidak
sebanding dengan perubahan volume. Karakteristik
biaya semi variabel yaitu jumlah totalnya akan berubah
sesuai dengan perubahan volume kegiatan, tapi sifat
perubahannya tidak sebanding, dengan kata lain,
semakin tinggi volume kegiatan akan meningkat pula
jumlah total biaya semi variabelnya, dan bila volume
kegiatan semakin rendah maka jumlah total biaya semi
variabelnya akan semakin rendah, namun perubahannya
tidak seimbang. Pada biaya semi variabel, satuan
biayanya akan berubah terbalik dihubungkan dengan
perubahan volume kegiatan tetapi sifatnya tidak
sebanding. Sampai pada tingkat kegiatan tertentu,
semakin tinggi volume kegiatan akan semakin rendah
biaya satuannya, dan bila semakin rendah volume
kegiatan akan semakin tinggi biaya satuannya
(Supriyono, 1999). Biaya semi variabel mengandung
unsur biaya tetap dan unsur biaya variabel (Mulyadi,
2007)
c. Biaya tetap
Biaya tetap adalah biaya yang selalu tetap secara
keseluruhan tanpa terpengaruh oleh tingkat aktivitas.
Biaya tetap tidak dipengaruhi oleh perubahan aktivitas.
Contohnya adalah biaya sewa.
4. Biaya langsung dan biaya tidak langsung
Menurut Mulyadi (2007), biaya langsung adalah
biaya yang dikeluarkan oleh unit yang langsung
memproduksi otput, contoh di rumah sakit adalah gaji
pegawai, biaya obat, biaya bahan medis habis pakai, biaya
penyusutan gedung, biaya penyusutan peralatan. Biaya
tidak langsung adalah biaya yang dikeluarkan oleh unit
penunjang yang tidak langsung memproduksi output,
contonya biaya alat tulis kantor, biaya umum (air, listrik),
biaya pemeliharaan gedung dan peralatan.
Menurut Pelfrey (1995) biaya dibagi menjadi : 1)
biaya bahan langsung; 2) biaya tenaga kerja langsung; dan
3) biaya overhead dengan perkiraan berdasarkan aktivitas.
Metode perkiraan biaya, yaitu : 1) job costing; 2) process
costing; dan 3) standard costing.
5. Model Analisis Biaya
Dalam rangka menghitung biaya satuan, biaya yang ada di pusat biaya
penunjang harus didistribusikan ke pusat biaya produksi karena output
pelayanan yang dihitung hanya ada di pusat biaya produksi, sehingga
apabila biaya yang ada di pusat biaya penunjang tidak didistribusikan
ke unit prodksi maka hasil perhitungan biaya satuan akan tidak sesuai.
Ada empat metode yang digunakan dalam mengalokasian biaya
menerut Bermen dan Week (1982), Gani (1999)
1. Simple Distribution
Sesuai dengan namanya, teknik ini sangat sederhana, yaitu
melakukan distribui biaya-biaya yang dikeluarkan di pusat biaya
penunjang. Distribusi ini dilakukan satu per satu dari masing-
masing pusat biaya penunjang. Kelebihan dari cara ini adalah
kesederhanaannya sehingga mudah dilakukan. Namun
kelemahannya adalah asumsi dukungan fungsional hanya terjadi
antara unit penunjang dan unit produksi.
2. Step Down Method
Perbedaan mendasar metode ini dengan simple distribution adalah
pada pengakuan metode ini terhadap adanya secara nyata
hubungan/kaitan antara unit penunjang. Dalam metode ini
dilakukan distribusi biaya unit penunjang lain dan unit produksi.
Distribusi biaya dilakukan secara berturut-turut, dimulai dengan
unit penunjang yang biayanya terbesar. Biaya unit penunjang
tersebut didistribusikan ke unit-unit yang lain (penunjang dan
produksi yang relevan).
3. Double Distribution Method
Secara garis besar, metode ini hampir sama dengan metode
step down, perbedaanya hanya terletak pada cara alokasi biaya
yang dilakukan secara bertahap. Tahap pertama melakukn
distribusi biaya yang dikeluarkan di unit penunjang ke unit
penunjang lain dan unit produksi. Hasil sebagian di unit penunjang
sudah didistribusikan ke unit produksi, akan tetapi sebagia masih
berada di unit penunjang.
Biaya yang masih berada di unit penunjang ini pada tahap
selanjutnya akan didistribusikan ke unit produksi, sehingga tidak
ada lagi biaya yang tersisa di unit penunjang. Metode ii cukup
akurat dan relatif mudah dilaksanakan.
4. Multiple Distribution
Distribusi biaya dilakukan secara lengkap baik antara
sesama unit penunjang maupun unit produksi. Distribusi antar unit
dilakukan karena adanya hubungan fungsional antar unit.
5. Real Cost
Menurut Masyudi (2008), metode ini hampir sama dengan
metode ABC dengan berbagai perubahan karena adanya kendala
sistem, karena itu metode ini menggunakan asumsi yag sedikit
mungkin.
6. Activity Based Costing
Metode activity based costing adalah metode perhitungan
biaya (costing) yang dirancang untuk menyediakan informasi biaya
bagi manajer untuk keputusan strategis yang mungkin akan
mempengaruhi kapasitas dan biaya tetap (Garrison, 2006).
Activity based costing merupakan suatu pendekatan untuk
menghitung pembiayaan dengan menentapkan sumber biaya ke
dalam biaya satuan contohnya produk, pelayanan, dan konsumen
berdasarkan aktivitas yang terjadi pada masing-masing objek
(Franklin, 2006).
Menurut Mulyadi (2007), pengertian Activity Based
Costing adalah sistem informasi biaya yang berorientasi pada
penyedian informasi lengkap tentang aktivitas untuk
memungkinkan personel perusahaan melakukan pengeolaan
terhadap aktivitas. Sistem ini menggunakan aktivitas sebagai dasar
serta pengurangan biaya dan penentuan secara akurat.
Activity Based Costing adalah suatu sistem biaya yang
mengumpulkan biaya-biaya ke dalam aktivitas-aktivitas yang
terjadi kemudian membebankan biaya atau aktivitas tersebut pada
produk atau jasa dan melaporkan biaya aktivitas tersebut yang
selanjutnya dapat dignakan dalam perencanaan, pengendalian biaya
dan pengambilan keputusan (Saputri, 2012).
Menurut Garrison (2006), ada beberapa tahapan dalam
menetapkan metode Activity Based Costing, yaitu :
a. Mengidentifikasi dan mendefinisikan aktivitas pada pul
aktivitas
b. Menelusuri biaya overhead secara langsung ke aktivitas
dan objek biaya
c. Membebankan biaya ke pul biaya aktivitas
d. Menghitung tarif aktivitas
e. Membebankan biaya ke objek biaya dengan
menggunakan tarif aktivitas dan ukuran aktivitas
f. Menyiapkan laporan manajemen.
Klasifikasi aktivitas
Berdasarkan Shim (2001), aktivitas dapat dikelompokkan ke
dalam empat golongan yaitu :
1. Result-producing activities
2. Result-contributing activities
3. Support activities
4. Hygiene and housekeeping activities
Kelebihan Metode ABC menurut Gayle yang diterjemahkan Sugyarto
antara lain :
1. ABC memperbaiki distorsi yang melekat dalam informasi biaya
tradisonal berdasarkan alokasi bertahap yang hanya digunakan
penggerak yang dilakukan oleh volume. ABC lebih deail dalam
mengetahui hubungan sebab akibat antara penggerak biaya dengan
kegiatan. Dengan berfokus pada penentuang biaya berdasarkan
aktivitas dalam proses bisnis.
2. Aktivitas perbaikan secara terus – menerus untuk mengurngi biaya
overhead
3. Memudahkan menenrukan relevant cost.
4. Menyediakan informasi yang berlimpahtentang aktivitas yang
digunakan pleh perusahaan untuk menghasilkan produk dan jasa.
5. Menyediakan informasi biaya untuk memantau implementasi
rencana pengurangan biaya.
6. Menyediakan secara akurat dan multidimensi biaya produk dan
jasa yang dihasilkan perusahaan.
6. Tarif
Menurut Sutomo (2003), penetapan tarif dapat dilakukan dengan
menghitung anggaran biaya variabel rata-rata (variable costing),
ditambah dengan presentase tertentu. Penentuan harga juga bisa
dilakukan dengan normal pricing, yaitu taksiran biaya penuh ditambah
laba yang diharapkan. Penentuan tarif berdasarkan kira-kira memang
dapat dilakukan dan untuk sementara tidak akan terlihat hubungannya
antara anggaran rumah sakit dengan kepuasan pasien, tetapi pada
kondisi kompetisi maka penentuan tarif yang rasional diperlukan.
Menurut Azwar (1996), penetapan tarif dipengarugi oleh empat
faktor yaitu :
a. Biaya Investasi
Di dalam rumah sakit, biaya yag investasi yang terpenting
adalah adalah biaya pembangunan gedung, pembelia
berbagai peralata medis maupun non medis, serta biaya
pendidikan dan pelatihan tenaga pelaksana. Tergantung dari
besarnya biaya investasi, break event point, jangkan waktu
pengembalian modal, serta perhitungan masa kadaluwarsa
maka tarif pelayanan suatu sarana kesehatan dapat berbeda
dibanding sarana kesehatan lainnya.
b. Biaya kegiatan rutin
Biaya kegiatan rutin yang dimaksudkan disini mencakup
semua biaya yang dibutuhkan untuk menyelanggarakan
berbagai kegiatan. Biaya kegiatan rutin dbedakan menjadi
dua macam yaitu biaya untuk kegiatan yangberhubungan
langsung dengan kebutuhsn pelayanan dan biaya yang tidak
berhubungan langsung dengan kebutuhan pelayanan
kesehatan.
c. Biaya rencana pengembangan
Biaya rencana pengembangan mencakup rencana perluasan
pembangunan, penambahan peralatan, penambahan jumlah
dan peningkatan pengetahuan serta ketrampilan karyawan
dan ataupun rencana penambahan jenis pelayanan.
d. Biaya target keuntungan
Tergantung dari target pemilik sarana kesehatan, besarnya
terget keuntungan tersebut sangat bervariasi.
B. PENELITIAN TERDAHULU
a. Nishi Dewi Ruci, 2011. Analisis Unit Cost Akomodasi ICU
dengan Metode Activity Based Costing (Studi Kasus di Rumah
Sakit PKU Muhammadiyah Bantul). Perbedaan dengan penelitian
ini adalah Activity Based Costing digunakan untuk menghitung
unit cost pada penggunaan head CT-Scan, sedangkan penelitian
Nishi Dewi Ruci menghitung unit cost dari akomodasi ICU.
b. Rima Seniarty, 2008. Pola Kebijakan Pentarifan Jasa Layanan
Bedah di Rumah Sakit Khusus Bedah Ropanasuri. Perbedaan
dengan penelitian ini adalah Rima Seniarty melakukan analisis
pada kebijakan penentuan tarif layanan bedah di RS Bedah
Ropanasuri.
C. LANDASAN TEORI
Gambar 1. Landasan Teori
Jenis ProdukMotivasi sosial ekonomiATP/WTPFaktor subsidiFaktor profit
Unit Cost
Analisis ABC
Biaya tidak langsung
Biaya langsung
Tarif
Aktivitas Head CT-scan
D. KERANGKA KONSEP
Gambar 2. Kerangka Konsep Penelitian
- Tingkat Utilisasi Tarif
- Pelayanan Kesehatan Pesaing
Unit Cost
Tarif Pemeriksaan Head CT-Scan
Analisis Activity Based Costing
Aktivitas Pemeriksaan head CT-scan
Komponen biaya :- Gaji tenaga teknis- Gaji radiolog- Biaya bahan penunjang- Biaya bahan penunjang
non medis- Jasa foto- Gaji tenaga
administrasi- Biaya pemakaian listrik- Biaya ATK- Biaya administrasi
umum- Biaya konsumsi
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif dengan
pendekatan deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif ini dengan tujuan
untuk menggambarkan atau mendeskripsikan mengenai unit cost yang
berhubungan dengan pemeriksaan head CT-scan di Rumah Sakit PKU
Muhammadiyah Yogyakarta dengan menggunakan metode ABC.
B. Subyek Penelitian
Subyek dlam penelitian adalah Kepala Bagian Keuangan, Kepala Bagian
Laboratorium, Cleaning Service, bagian pemeliharaan alat, petugas
administrasi dan diklat untuk memperoleh data yang komprehensif di
Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Objek penelitian ini
adalah semua aktivitas yang berhubungan dengan pemeriksaan head CT-
scan RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitia ini telah dilakukan
pada bulan Juni 2013 di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta.
C. Definisi Operasional
Definisi operasional bertujuan untuk membantu atau sebagai pedoman
dalam penelitian. Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Unit cost adalah biaya yang dihitung untuk satu satua produk
pemeriksaan, yang dihitung engan cara membagi total cost dengan
jumlah atau total output.
2. Head CT-scan adalah pemeriksaan yang dapat mendukung diagnosis
klinis.
3. Pemeriksaan gula darah adalah pemeriksaan kadar gula (glukosa)
dalam darag yang dilakukan untuk mendeteksi penyakit kecing manis
(Diabetes Millitus).
4. Pemeriksaan kolesterol adalah pemeriksaan kadar kolesterol dalam
darah yang dilakukan utuk meneteksi penyakit pembuluh darah dn
jantung.
5. Pemeriksaan asam urat adalah pemeriksaan asam urat dalam darah
yang dilakukan untuk mendeteksi kelainan fungsi ginjal.
6. Pemeriksaan SGPT (Serum Glutamat Piruvat Transaminase) adalah
pemeriksaan kadar enzim Glutamat Piruvat Transaminase dalam
darah yang dilakukan untuk mendeteksi penyakit hati/liver.
7. Pemeriksaan SGOT (Serum Glutamat Oksaloasetic Transaminase)
adalah pemeriksaan kadar enzim Glutamat Oksaloasetic Transaminase
dalam darah yang dilakukan untuk mendeteksi penyakit hati/liver.
8. Pemeriksaan creatinine adalah pemeriksaan kadar creatinine dalam
darah yang dilakukan untuk mendeteksi kelainan fungsi ginjal.
9. Pemeriksaan ureum adalah pemeriksan kadar ureum dalam darah yang
dilakukan untuk mendeteksi kelainan fungsi ginjal.
10. ABC system adalah sistem informasi biaya yang berorientasi pada
penyediaan informasi lengkap tentang aktifitas untuk memungkinkan
personil perusahaan melakukan pengelolaan terhadap aktivitas. Sistem
informasi ini menggunakan aktivitas sebagai basis serta pengurangan
biaya dan penentuan secara akurat produk atau jasa sebagai tujuan.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Studi dokumen, yaitu untuk memeriksa dokumn-dokumen yang ada
kaitannya dengan analisis biaya sepertinya kontrak pembeliian
peralatan medis dan non medis, nota pembelian reagenisasi.
E. Teknik Pengumpulan Data
Dalam pengumpuln data, penulis mengunakan metode sebagai berikut:
1. Metode Wawancara
Wawancara merupakan metode pengumpulan data denga cara bertanya
langsung atau berkomunikasi langsung dengan responden.
a. Responden yang diwawancara terdiri dari kepala bagian keuangan
dan kepala bagian laboratorium RS PKU Muhammadiyah
Yogyakarta Unit 1.
b. Wawancara mendalam dilakukan dalam panduan wawancara yang
sudah ditentukan ataupun pertanyaan yang bersifat spontan muncul
saat interview berlangsung. Penulis menggunakan metode ini
dengan harapan bisa memperoleh data secara langsung untuk
kelengkapan penelitian. Data yang diperoleh penulis berupa
gambaran umum mengenai RS PKU Muhammadiyag Yogyakarta
Unit 1, sistem yang digunakan oleh rumah sakit dalam menentukan
biaya pemeriksaan head CT-scan dan identifikasi aktivitas yang
dilakukan di head CT-scan.
2. Observasi, yaitu pengamatan secara langsung pada obyek penelitian.
3. Metode Dokumentasi
Dokumentasi dan data dari rumah sakit digunakan sebagai data primer
mengenai harga atau nilai rupiah yang digunakan di rumah sakit
misalnya gaji pegawai.
F. Uji Validitas
Dilakukan teknik triangulasi sumber untuk uji validitas. Triangulasi adalah
teknik pemeriksaan keabsahan data atau informasi yang diperoleh peneliti
dengan memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu sehingga
diharapkan dapat mengurangi bias yang terjadi pada saat pengumpulan dan
analisis data.
G. Analisis Data
Data dalam penelitian ini adalah menggunakan data primer dan data
sekunder. Data primer berupa informasi langsung dari nara sumber yaitu
menanyakan langsung kepeda respoden. Data sekunder dilakukan dengan
penelusuran dokumen yang berkaitan dengan penelitian ini serta distribusi
biaya operasioal rumah sakit. Metode analisis biaya yang digunakan
adalah berdasarkan ABC (Activity Based Costing) system. Baiaya yang
digunakan adalah biaya langsung yaitu biaya yang melekat pada petugas,
diperoleh dengan cara penelusuran secara langsung (direct tracing) dan
biaya tidak langsung yaitu biaya-biaya yang berada pada unit penunjang.
Adapun langkah-langkah untuk menghitung biaya tidak langsung
(Roztocki, 2004) adalah :
1. Menentukan kategori biaya.
2. Mengidentifikasi aktivitas. Aktivitas yang terjadi pada setiap
kelompok biaya diidentifikasi dengan kegiatan pelayanan masing-
masing pusta aktivitas.
3. Menghubugkan biaya dan aktivitas dengan membuat matriks EAD
(Expense Activity Dependence). Langkah ini mengidentifikasi aktivitas
yang berkontribusi dengan masing-masing biaya. Kategori aktivitas
ditampilkan pada lajur dari matriks EAD dan kategori biaya
ditampilkan sebagai kolom dari matriks EAD.
4. Membuat tanda centang (check marks) secara proporsional dalam
matriks EAD. Setiap sel berisi tanda centang yang diletakkan secara
proporsional. Masing-masing kolom pada matriks EAD dijumlahkan
sampai bernilai 1.
5. Menentuka nilai rupiah terhadap aktivitas-aktivitas
6. Menghubungkan antara aktivitas dan produk dengan membuat matriks
APD (Activity Product Dependence). Langkah ini untuk
mengidentifikasi aktivitas yang dikonsumsi oleh setiap produk.
Aktivitas ditampilkan sebagai kolom dari matriks ABC dan produk
ditampilkan pada lajur matriks APD.
7. Membuat tanda centang (check marks) secara proporsional dalam
matriks APD. Setiap sel berisi tanda centang yang diletakkan secara
proporsional. Masing-masing kolom pada matriks APD dijumlahkan
sampai bernilai 1.
8. Menentukan nilai rupiah masing-masing produk.
9. Menjumlahkan direct tracing dan driver tracing untuk menghasilakn
unit cost.
H. Etika Penelitia
Pengumpulan data dalam penelitian dilakukan dengan mempertimbangkan
prinsip manfaat, prinsip menghargai hak-hak subyek dan prinsip keadilan.
Ubyek penelitian dilindungi fisik, mental dan sosialnya. Responden
diberikan hak untuk menyatakan persetujuan atau tidak menjadi nara
sumber data tanpa paksaan, bujukan, tipuan dan ketidakbebasan. Segala
bentuk data yang diperoleh dari subyek penelitian akan dijaga
kerahasiaannya (Nursalam, 2006).
DAFTAR PUSTAKA
Abrams, R. (2012). BUSINESS PLAN IN A DAY (5th Edition ed.). California,
USA: The Planning Shop.
Trisnantoro, L. (2010). The Non-State Hospital in INDONESIA. Yogyakarta:
BPFE Yogyakarta.
Sulastomo. (2000). Manajemen Kesehatan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Mowen, M. M., Hansen, D. R., & Heitger, D. L. (2009). Cornerstones of
Managerial Accounting. Mason, Ohio, USA: South-Wester Cengage
Learning.
Top Related