Download - MMR Unit Cost Muhamad Afrizal Farkhan 20121030063

Transcript
Page 1: MMR Unit Cost Muhamad Afrizal Farkhan 20121030063

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Indonesia termasuk negara berkembang dan tergabung dalam

United Nation yang turut berperan serta dalam menyukseskan Millennium

Development Goals (MDGs). Beberapa poin dari MDGs berkaitan dengan

permasalahan kesehatan sehingga kesehatan merupakan salah satu bidang

bisnis dalam pelayanan dan jasa yang sedang berkembang dengan pesat.

Kemajuan bidang bisnis jasa serta pelayanan kesehatan ditunjang pula

dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Kesehatan Nomor

920/Menkes/Per/XII/1986 tentang Upaya Pelayanan Kesehatan Swasta di

Bidang Medik yang menyatakan bahwa pemerintah memberikan

kesempatan bagi pihak swasta baik berupa yayasan ataupun perseroan

terbatas agar dapat membangun rumah sakit. Peraturan tersebut berdampak

pada jumlah rumah sakit swasta baru yang tumbuh dan tersebar bertambah

pesat. (Abrams, 2012)

Bertambahnya jumlah rumah sakit membuat persaingan dalam

bidang kesehatan semakin ketat sehingga pihak manajemen rumah sakit

perlu membuat suatu inovasi ataupun suatu ciri khas agar rumah sakit

dapat tetap survive. Selain inovasi, rumah sakit harus memiliki manajemen

yang mampu mengelola pelayanannya dengan konsep yang jelas agar

perkembangan rumah sakit dapat diprediksi dan tumbuh dengan cepat.

Page 2: MMR Unit Cost Muhamad Afrizal Farkhan 20121030063

Perkembangan rumah sakit dapat dilihat dari berbagai macam aspek dan

salah satunya adalah keuangan rumah sakit, Sejauh ini infrastruktur rumah

sakit pemerintah masih buruk karena belum ada paradigma bahwa sistem

keuangan harus berdasarkan sistem akuntansi yang benar. (Trisnantoro,

2010)

Tingginya angka kejadian kecelakaan lalu lintas di Indonesia

membuat pihak rumah sakit harus siap dalam menerima pasien-pasien

dengan cidera kepala yang berkaitan sangat erat dengan kecelakaan lalu

lintas, karena kecelakaan dapat terjadi di mana saja, dan saat terjadi

kecelakaan, korban akan dibawa ke rumah sakit yang terdekat. Rumah

sakit harus siap dalam segala aspek untuk menangani kasus cidera kepala

baik dari sumber daya manusianya yang terampil, sarana, prasarana serta

berbagai macam pemeriksaan penunjang untuk membantu menentukan

diagnosis serta prognosis pasien. Dengan latar belakang pemikiran seperti

ini dapat disimpulkan bahwa CT-scan menjadi suatu alat penunjang yang

sangat diperlukan bagi rumah sakit. Peluang bisnis yang dapat diambil

adalah rumah sakit yang telah memiliki CT-scan dapat menjadi rumah

sakit rujukan untuk CT-scan bagi rumah sakit lainnya yang tidak memiliki

CT-scan, terutama bagi rumah sakit swasta yang baru saja berdiri, karena

kecil kemungkinannya rumah sakit tersebut telah memiliki CT-scan.

Rumah sakit berfungsi serta berperan dalam memberikan jasa

pengobatan, perawatam dan pelayanan kesehatan. Dalam memberikan jasa

pelayanan kesehatan, rumah sakit memperoleh pendapatan dari jasa dan

Page 3: MMR Unit Cost Muhamad Afrizal Farkhan 20121030063

fasilitas yang diberikan yang diantaranya adalah rawat inap. Pendapatan

rumah sakit tersebut didapat dari tarif yang harus dibayar oleh pemakai

jasa rawat inap. Penentuan tariff jasa rawat inap merupakan keputusan

yang sangat penting karena hal ini dapat mempengaruhi profitabilitas

suatu rumah sakit. Adanya berbagai macam fasilitas yang disediakan bagi

konsumen pada rawat inap, serta jumlah biaya overhead yang tinggi, maka

semakin menuntut suatu ketepatan dalam perhitungan untuk menetapkan

pembebanan biaya yang sesungguhnya. (Sulastomo, 2000)

Dalam menentukan harga pokok suatu produk, rumah sakit pada

umumnya masih menggunakan akuntansi biaya tradisional. Sistem ini

tidak sesuai dengan lingkungan manufaktur yang maju serta

keanekaragaman produk yang tinggi. Biaya produk yang ditentukan

dengan sistem akuntansi biaya tradisional dapat membuat informasi biaya

yang terdistorsi. Distorsi muncul disebabkan oleh tidak akuratnya

penentuan pembebanan biaya sehingga mengakibatkan kesalahan dalam

penentuan biaya, pembuatan keputusan, perencanaan dan pengendalian.

(Mowen, Hansen, & Heitger, 2009)

Banyak pihak mulai menyadari di tahun 1990-an bahwa sistem

akuntansi biaya pada saat itu tidak lagi dapat memenuhi kebutuhan

manajemen. Berdasarkan landasan pikiran tersebut maka dikembangkan

suatu sistem akuntansi yang baru oleh Consortium of Advanced

Manufacturing-International (CAM-I) yang dikenal sebagai Activity-

Based Costing (ABC). Sistem ABC menggunakan aktivitas sebagai basis

Page 4: MMR Unit Cost Muhamad Afrizal Farkhan 20121030063

penggolongan biaya untuk menghasilkan informasi activity cost. Informasi

tersebut digunakan untuk menyediakan informasi bagi personel dan

memberdayakan personel dalam melaksanakan pengurangan biaya melalui

pengelolaan terhadap aktivitas. ABC membebankan activity cost pada

produk atau jasa berdasarkan konsumsi produk atau jasa atas aktivitas

yang terjadi dalam proses produksi produk atau jasa yang dijual ke

konsumen sehingga menghasilkan cost produk yang akurat.

Keunggulan ABC terletak pada kemampuannya dalam

menyediakan informasi yang berkaitan dengan aktivitas seperti customer

yang mengonsumsi keluaran aktivitas, value and non-value, cycle

effectiveness (CE), capacity resources, budget type. Informasi yang

lengkap mengenai aktivitas dapat memudahkan perusahaan untuk

merencanakan target pengurangan biaya dan mengimplementasikan secara

efektif.

Rumah sakit merupakan suatu perusahaan jasa dan menghasilkan

produk yang sangat beraneka ragam. Keanekaragaman tersebut

mengakibatkan banyaknya jenis biaya dan aktivitas yang terjadi pada

rumah sakit sehingga menuntut ketepatan pembebanan biaya overhead

dalam penentuan harga pokok produk. Metode ABC menganggap bahwa

timbulnya biaya disebabkan oleh aktivitas yang dihasilkan produk.

Pendekatan ini menggunakan cost driver yang berdasarkan pada aktivitas

yang menimbulkan biaya dan hal ini baik jika diterapkan pada perusahaan

yang memiliki produk yang beragam., sehingga dapat meningkatkan

Page 5: MMR Unit Cost Muhamad Afrizal Farkhan 20121030063

ketelitian dan meminimalisir kesalahan perhitungan agar pembebanan

biaya menjadi lebih akurat dan tidak merugikan salah satu pihak.

B. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian pada sub-bab sebelumnya maka dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut:

1. Berapa unit cost head CT-scan yang dihitung dengan menggunakan

metode Activity-Based Costing pada RSU PKU Muhammadiyah

Yogyakarta?

2. Apakah ada perbedaan antara unit cost head CT-scan yang dihitung

dengan metode Activity-Based Costing dengan unit cost head CT-scan

yang diterapkan saat ini di RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta?

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui unit cost ead CT-scan yang dihitung dengan metode

Activity-Based Costing di RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta.

2. Untuk mengetahui perbedaan antara unit cost ead CT-scan yang

dihitung dengan metode Activity-Based Costing dengan unit cost head

CT-scan yang diterapkan saat ini di RSU PKU Muhammadiyah

Yogyakarta.

D. MANFAAT PENELITIAN

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Peneliti

Page 6: MMR Unit Cost Muhamad Afrizal Farkhan 20121030063

Sebagai bahan pembelajaran dalam menambah wawasan keilmuan di

bidang manajemen rumah sakit khususnya dalam perhitungan unit cost

ead CT-scan dengan metode Activity-Based Costing.

2. RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta

Sebagai beban kajian untuk melakukan evaluasi terhadap perencanaan

dalam mengevaluasi biaya yang ada serta melakukan efisiensi biaya di

pemeriksaan penunjang head CT-scan

3. Institusi Pendidikan

Sebagai bahan referensi untuk penelitian yang serupa.

Page 7: MMR Unit Cost Muhamad Afrizal Farkhan 20121030063

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. TELAAH PUSTAKA

1. Biaya

Biaya adalah harga perolehan yang dikorbankan atau digunakan

dalam rangka memperoleh penghasilan (revenues) dan akan digunakan

sebagai pengurang dari penghasilan (Supriyono, 1999). Menurut

Masyhudi (2008), pengertian biaya adalah penggunaan sumber-sumber

ekonomi yang diukur dengan satuan uang, yang telah terjadi atau

kemungkinan akan terjadi untuk objek atau tujuan tertentu. Biaya

dapat diklasifikasikan berdasarkan dapat atau tidaknya biaya tersebut

diidentifikasikan terhadap objek biaya. Objek biaya yang dimaksud

adalah produk, jasa, fasilitas dan lain-lain.

Pada tentative set of board accounting principle for business

enterprises, biaya dinyatakan sebagai harga penukaran atau

pengorbanan yang digunkan untuk memperoleh suatu manfaat

(Kartadinata, 2000).

2. Penggolongan Biaya

Penggolongan biaya adalah proses pengelompokkan biaya atas

keseluruhan elemen-elemen biaya secara sistematis ke dalam

golongan-golongan tertentu yang lebih rinci untuk dapat memberika

Page 8: MMR Unit Cost Muhamad Afrizal Farkhan 20121030063

informasi biaya yang lebih lengkap. Menurut Mulyadi (2007), biaya

dapat digolongkan menurut obyek pengeluaran, fungsi pokok dalam

perusahaan, hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai, perilaku

biaya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan, dan

jangka waktu manfaatnya.

Berdasarkan pengelompokan biaya di atas, maka dapat

dijelaskan sebagai berikut :

1. Biaya menurut objek pengeluaran

Pada penggolongan biaya ini, pengklasifikasian biaya

didasarkan atas nama objek pengeluaran. Contoh biaya

depresiasi mesn, biaya asuransi dan lain-lain.

2. Biaya menurut fungsi pokok dalam perusahaan, dibagi

menjadi biaya produksi dan biaya non produksi (Garrison,

2006).

a. Biaya produksi

Semua biaya yang dikeluarkan untuk mengelola bahan

baku menjadi produksi yang siap dijual di pasaran. Biaya

produksi digolongkan menjadi tiga kategori yaitu : bahan

langsung, tenaga kerja langsung, dan biaya overhead

pabrik.

b. Biaya non produksi

Umumnya biaya bob produksi dibagi menjadi dua yaitu

biaya pemasaran atau penjualan dan biaya administrasi.

Page 9: MMR Unit Cost Muhamad Afrizal Farkhan 20121030063

Biaya pemasaran atau penjualan meliputi semua biaya

yang diperlukan untuk menangani pesanan konsumen

dan memperoleh produk atau jasa untuk disampaikan

kepada konsumen. Biaya-biaya tersebut pemerolehan

pesanan (order-getting) dan pemenuhan pesanan (order-

filling). Biaya pemasaran meliputi pengiklanan,

pengiriman, perjalanan dalam rangka penjualan, gaji, dan

biaya penyimpanan produk jadi. Biaya administrasi

meliputi pengeluaran eksekutif, organisasional, dan

klerikal yang berkaitan dengan manajemen umum

organisasi.

3. Klasifikasi biaya untuk memprediksi perilaku biaya

(Garrison, 2006)

a. Biaya variabel

Biaya variabel adalah biaya yang berubah secara

proporsional dengan perubahan aktivitas. Aktivitas

terseut dapat diwujudka dalam berbagai bentuk seperti

unit yang diproduksi, unit yang dijual, jumlah tempat

tidur yang digunakan.

b. Biaya semi variable

Perubahan biaya sesuai dengan variasi volume kegiatan

tetapi perubahan dalam biaya operasional ini tidak

sebanding dengan perubahan volume. Karakteristik

Page 10: MMR Unit Cost Muhamad Afrizal Farkhan 20121030063

biaya semi variabel yaitu jumlah totalnya akan berubah

sesuai dengan perubahan volume kegiatan, tapi sifat

perubahannya tidak sebanding, dengan kata lain,

semakin tinggi volume kegiatan akan meningkat pula

jumlah total biaya semi variabelnya, dan bila volume

kegiatan semakin rendah maka jumlah total biaya semi

variabelnya akan semakin rendah, namun perubahannya

tidak seimbang. Pada biaya semi variabel, satuan

biayanya akan berubah terbalik dihubungkan dengan

perubahan volume kegiatan tetapi sifatnya tidak

sebanding. Sampai pada tingkat kegiatan tertentu,

semakin tinggi volume kegiatan akan semakin rendah

biaya satuannya, dan bila semakin rendah volume

kegiatan akan semakin tinggi biaya satuannya

(Supriyono, 1999). Biaya semi variabel mengandung

unsur biaya tetap dan unsur biaya variabel (Mulyadi,

2007)

c. Biaya tetap

Biaya tetap adalah biaya yang selalu tetap secara

keseluruhan tanpa terpengaruh oleh tingkat aktivitas.

Biaya tetap tidak dipengaruhi oleh perubahan aktivitas.

Contohnya adalah biaya sewa.

Page 11: MMR Unit Cost Muhamad Afrizal Farkhan 20121030063

4. Biaya langsung dan biaya tidak langsung

Menurut Mulyadi (2007), biaya langsung adalah

biaya yang dikeluarkan oleh unit yang langsung

memproduksi otput, contoh di rumah sakit adalah gaji

pegawai, biaya obat, biaya bahan medis habis pakai, biaya

penyusutan gedung, biaya penyusutan peralatan. Biaya

tidak langsung adalah biaya yang dikeluarkan oleh unit

penunjang yang tidak langsung memproduksi output,

contonya biaya alat tulis kantor, biaya umum (air, listrik),

biaya pemeliharaan gedung dan peralatan.

Menurut Pelfrey (1995) biaya dibagi menjadi : 1)

biaya bahan langsung; 2) biaya tenaga kerja langsung; dan

3) biaya overhead dengan perkiraan berdasarkan aktivitas.

Metode perkiraan biaya, yaitu : 1) job costing; 2) process

costing; dan 3) standard costing.

5. Model Analisis Biaya

Dalam rangka menghitung biaya satuan, biaya yang ada di pusat biaya

penunjang harus didistribusikan ke pusat biaya produksi karena output

pelayanan yang dihitung hanya ada di pusat biaya produksi, sehingga

apabila biaya yang ada di pusat biaya penunjang tidak didistribusikan

ke unit prodksi maka hasil perhitungan biaya satuan akan tidak sesuai.

Page 12: MMR Unit Cost Muhamad Afrizal Farkhan 20121030063

Ada empat metode yang digunakan dalam mengalokasian biaya

menerut Bermen dan Week (1982), Gani (1999)

1. Simple Distribution

Sesuai dengan namanya, teknik ini sangat sederhana, yaitu

melakukan distribui biaya-biaya yang dikeluarkan di pusat biaya

penunjang. Distribusi ini dilakukan satu per satu dari masing-

masing pusat biaya penunjang. Kelebihan dari cara ini adalah

kesederhanaannya sehingga mudah dilakukan. Namun

kelemahannya adalah asumsi dukungan fungsional hanya terjadi

antara unit penunjang dan unit produksi.

2. Step Down Method

Perbedaan mendasar metode ini dengan simple distribution adalah

pada pengakuan metode ini terhadap adanya secara nyata

hubungan/kaitan antara unit penunjang. Dalam metode ini

dilakukan distribusi biaya unit penunjang lain dan unit produksi.

Distribusi biaya dilakukan secara berturut-turut, dimulai dengan

unit penunjang yang biayanya terbesar. Biaya unit penunjang

tersebut didistribusikan ke unit-unit yang lain (penunjang dan

produksi yang relevan).

3. Double Distribution Method

Secara garis besar, metode ini hampir sama dengan metode

step down, perbedaanya hanya terletak pada cara alokasi biaya

yang dilakukan secara bertahap. Tahap pertama melakukn

Page 13: MMR Unit Cost Muhamad Afrizal Farkhan 20121030063

distribusi biaya yang dikeluarkan di unit penunjang ke unit

penunjang lain dan unit produksi. Hasil sebagian di unit penunjang

sudah didistribusikan ke unit produksi, akan tetapi sebagia masih

berada di unit penunjang.

Biaya yang masih berada di unit penunjang ini pada tahap

selanjutnya akan didistribusikan ke unit produksi, sehingga tidak

ada lagi biaya yang tersisa di unit penunjang. Metode ii cukup

akurat dan relatif mudah dilaksanakan.

4. Multiple Distribution

Distribusi biaya dilakukan secara lengkap baik antara

sesama unit penunjang maupun unit produksi. Distribusi antar unit

dilakukan karena adanya hubungan fungsional antar unit.

5. Real Cost

Menurut Masyudi (2008), metode ini hampir sama dengan

metode ABC dengan berbagai perubahan karena adanya kendala

sistem, karena itu metode ini menggunakan asumsi yag sedikit

mungkin.

6. Activity Based Costing

Metode activity based costing adalah metode perhitungan

biaya (costing) yang dirancang untuk menyediakan informasi biaya

Page 14: MMR Unit Cost Muhamad Afrizal Farkhan 20121030063

bagi manajer untuk keputusan strategis yang mungkin akan

mempengaruhi kapasitas dan biaya tetap (Garrison, 2006).

Activity based costing merupakan suatu pendekatan untuk

menghitung pembiayaan dengan menentapkan sumber biaya ke

dalam biaya satuan contohnya produk, pelayanan, dan konsumen

berdasarkan aktivitas yang terjadi pada masing-masing objek

(Franklin, 2006).

Menurut Mulyadi (2007), pengertian Activity Based

Costing adalah sistem informasi biaya yang berorientasi pada

penyedian informasi lengkap tentang aktivitas untuk

memungkinkan personel perusahaan melakukan pengeolaan

terhadap aktivitas. Sistem ini menggunakan aktivitas sebagai dasar

serta pengurangan biaya dan penentuan secara akurat.

Activity Based Costing adalah suatu sistem biaya yang

mengumpulkan biaya-biaya ke dalam aktivitas-aktivitas yang

terjadi kemudian membebankan biaya atau aktivitas tersebut pada

produk atau jasa dan melaporkan biaya aktivitas tersebut yang

selanjutnya dapat dignakan dalam perencanaan, pengendalian biaya

dan pengambilan keputusan (Saputri, 2012).

Menurut Garrison (2006), ada beberapa tahapan dalam

menetapkan metode Activity Based Costing, yaitu :

a. Mengidentifikasi dan mendefinisikan aktivitas pada pul

aktivitas

Page 15: MMR Unit Cost Muhamad Afrizal Farkhan 20121030063

b. Menelusuri biaya overhead secara langsung ke aktivitas

dan objek biaya

c. Membebankan biaya ke pul biaya aktivitas

d. Menghitung tarif aktivitas

e. Membebankan biaya ke objek biaya dengan

menggunakan tarif aktivitas dan ukuran aktivitas

f. Menyiapkan laporan manajemen.

Klasifikasi aktivitas

Berdasarkan Shim (2001), aktivitas dapat dikelompokkan ke

dalam empat golongan yaitu :

1. Result-producing activities

2. Result-contributing activities

3. Support activities

4. Hygiene and housekeeping activities

Kelebihan Metode ABC menurut Gayle yang diterjemahkan Sugyarto

antara lain :

1. ABC memperbaiki distorsi yang melekat dalam informasi biaya

tradisonal berdasarkan alokasi bertahap yang hanya digunakan

penggerak yang dilakukan oleh volume. ABC lebih deail dalam

mengetahui hubungan sebab akibat antara penggerak biaya dengan

Page 16: MMR Unit Cost Muhamad Afrizal Farkhan 20121030063

kegiatan. Dengan berfokus pada penentuang biaya berdasarkan

aktivitas dalam proses bisnis.

2. Aktivitas perbaikan secara terus – menerus untuk mengurngi biaya

overhead

3. Memudahkan menenrukan relevant cost.

4. Menyediakan informasi yang berlimpahtentang aktivitas yang

digunakan pleh perusahaan untuk menghasilkan produk dan jasa.

5. Menyediakan informasi biaya untuk memantau implementasi

rencana pengurangan biaya.

6. Menyediakan secara akurat dan multidimensi biaya produk dan

jasa yang dihasilkan perusahaan.

6. Tarif

Menurut Sutomo (2003), penetapan tarif dapat dilakukan dengan

menghitung anggaran biaya variabel rata-rata (variable costing),

ditambah dengan presentase tertentu. Penentuan harga juga bisa

dilakukan dengan normal pricing, yaitu taksiran biaya penuh ditambah

laba yang diharapkan. Penentuan tarif berdasarkan kira-kira memang

dapat dilakukan dan untuk sementara tidak akan terlihat hubungannya

antara anggaran rumah sakit dengan kepuasan pasien, tetapi pada

kondisi kompetisi maka penentuan tarif yang rasional diperlukan.

Menurut Azwar (1996), penetapan tarif dipengarugi oleh empat

faktor yaitu :

Page 17: MMR Unit Cost Muhamad Afrizal Farkhan 20121030063

a. Biaya Investasi

Di dalam rumah sakit, biaya yag investasi yang terpenting

adalah adalah biaya pembangunan gedung, pembelia

berbagai peralata medis maupun non medis, serta biaya

pendidikan dan pelatihan tenaga pelaksana. Tergantung dari

besarnya biaya investasi, break event point, jangkan waktu

pengembalian modal, serta perhitungan masa kadaluwarsa

maka tarif pelayanan suatu sarana kesehatan dapat berbeda

dibanding sarana kesehatan lainnya.

b. Biaya kegiatan rutin

Biaya kegiatan rutin yang dimaksudkan disini mencakup

semua biaya yang dibutuhkan untuk menyelanggarakan

berbagai kegiatan. Biaya kegiatan rutin dbedakan menjadi

dua macam yaitu biaya untuk kegiatan yangberhubungan

langsung dengan kebutuhsn pelayanan dan biaya yang tidak

berhubungan langsung dengan kebutuhan pelayanan

kesehatan.

c. Biaya rencana pengembangan

Biaya rencana pengembangan mencakup rencana perluasan

pembangunan, penambahan peralatan, penambahan jumlah

dan peningkatan pengetahuan serta ketrampilan karyawan

dan ataupun rencana penambahan jenis pelayanan.

d. Biaya target keuntungan

Page 18: MMR Unit Cost Muhamad Afrizal Farkhan 20121030063

Tergantung dari target pemilik sarana kesehatan, besarnya

terget keuntungan tersebut sangat bervariasi.

B. PENELITIAN TERDAHULU

a. Nishi Dewi Ruci, 2011. Analisis Unit Cost Akomodasi ICU

dengan Metode Activity Based Costing (Studi Kasus di Rumah

Sakit PKU Muhammadiyah Bantul). Perbedaan dengan penelitian

ini adalah Activity Based Costing digunakan untuk menghitung

unit cost pada penggunaan head CT-Scan, sedangkan penelitian

Nishi Dewi Ruci menghitung unit cost dari akomodasi ICU.

b. Rima Seniarty, 2008. Pola Kebijakan Pentarifan Jasa Layanan

Bedah di Rumah Sakit Khusus Bedah Ropanasuri. Perbedaan

dengan penelitian ini adalah Rima Seniarty melakukan analisis

pada kebijakan penentuan tarif layanan bedah di RS Bedah

Ropanasuri.

Page 19: MMR Unit Cost Muhamad Afrizal Farkhan 20121030063

C. LANDASAN TEORI

Gambar 1. Landasan Teori

Jenis ProdukMotivasi sosial ekonomiATP/WTPFaktor subsidiFaktor profit

Unit Cost

Analisis ABC

Biaya tidak langsung

Biaya langsung

Tarif

Aktivitas Head CT-scan

Page 20: MMR Unit Cost Muhamad Afrizal Farkhan 20121030063

D. KERANGKA KONSEP

Gambar 2. Kerangka Konsep Penelitian

- Tingkat Utilisasi Tarif

- Pelayanan Kesehatan Pesaing

Unit Cost

Tarif Pemeriksaan Head CT-Scan

Analisis Activity Based Costing

Aktivitas Pemeriksaan head CT-scan

Komponen biaya :- Gaji tenaga teknis- Gaji radiolog- Biaya bahan penunjang- Biaya bahan penunjang

non medis- Jasa foto- Gaji tenaga

administrasi- Biaya pemakaian listrik- Biaya ATK- Biaya administrasi

umum- Biaya konsumsi

Page 21: MMR Unit Cost Muhamad Afrizal Farkhan 20121030063

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif dengan

pendekatan deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif ini dengan tujuan

untuk menggambarkan atau mendeskripsikan mengenai unit cost yang

berhubungan dengan pemeriksaan head CT-scan di Rumah Sakit PKU

Muhammadiyah Yogyakarta dengan menggunakan metode ABC.

B. Subyek Penelitian

Subyek dlam penelitian adalah Kepala Bagian Keuangan, Kepala Bagian

Laboratorium, Cleaning Service, bagian pemeliharaan alat, petugas

administrasi dan diklat untuk memperoleh data yang komprehensif di

Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Objek penelitian ini

adalah semua aktivitas yang berhubungan dengan pemeriksaan head CT-

scan RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitia ini telah dilakukan

pada bulan Juni 2013 di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta.

C. Definisi Operasional

Definisi operasional bertujuan untuk membantu atau sebagai pedoman

dalam penelitian. Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

Page 22: MMR Unit Cost Muhamad Afrizal Farkhan 20121030063

1. Unit cost adalah biaya yang dihitung untuk satu satua produk

pemeriksaan, yang dihitung engan cara membagi total cost dengan

jumlah atau total output.

2. Head CT-scan adalah pemeriksaan yang dapat mendukung diagnosis

klinis.

3. Pemeriksaan gula darah adalah pemeriksaan kadar gula (glukosa)

dalam darag yang dilakukan untuk mendeteksi penyakit kecing manis

(Diabetes Millitus).

4. Pemeriksaan kolesterol adalah pemeriksaan kadar kolesterol dalam

darah yang dilakukan utuk meneteksi penyakit pembuluh darah dn

jantung.

5. Pemeriksaan asam urat adalah pemeriksaan asam urat dalam darah

yang dilakukan untuk mendeteksi kelainan fungsi ginjal.

6. Pemeriksaan SGPT (Serum Glutamat Piruvat Transaminase) adalah

pemeriksaan kadar enzim Glutamat Piruvat Transaminase dalam

darah yang dilakukan untuk mendeteksi penyakit hati/liver.

7. Pemeriksaan SGOT (Serum Glutamat Oksaloasetic Transaminase)

adalah pemeriksaan kadar enzim Glutamat Oksaloasetic Transaminase

dalam darah yang dilakukan untuk mendeteksi penyakit hati/liver.

8. Pemeriksaan creatinine adalah pemeriksaan kadar creatinine dalam

darah yang dilakukan untuk mendeteksi kelainan fungsi ginjal.

9. Pemeriksaan ureum adalah pemeriksan kadar ureum dalam darah yang

dilakukan untuk mendeteksi kelainan fungsi ginjal.

Page 23: MMR Unit Cost Muhamad Afrizal Farkhan 20121030063

10. ABC system adalah sistem informasi biaya yang berorientasi pada

penyediaan informasi lengkap tentang aktifitas untuk memungkinkan

personil perusahaan melakukan pengelolaan terhadap aktivitas. Sistem

informasi ini menggunakan aktivitas sebagai basis serta pengurangan

biaya dan penentuan secara akurat produk atau jasa sebagai tujuan.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Studi dokumen, yaitu untuk memeriksa dokumn-dokumen yang ada

kaitannya dengan analisis biaya sepertinya kontrak pembeliian

peralatan medis dan non medis, nota pembelian reagenisasi.

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpuln data, penulis mengunakan metode sebagai berikut:

1. Metode Wawancara

Wawancara merupakan metode pengumpulan data denga cara bertanya

langsung atau berkomunikasi langsung dengan responden.

a. Responden yang diwawancara terdiri dari kepala bagian keuangan

dan kepala bagian laboratorium RS PKU Muhammadiyah

Yogyakarta Unit 1.

b. Wawancara mendalam dilakukan dalam panduan wawancara yang

sudah ditentukan ataupun pertanyaan yang bersifat spontan muncul

saat interview berlangsung. Penulis menggunakan metode ini

dengan harapan bisa memperoleh data secara langsung untuk

Page 24: MMR Unit Cost Muhamad Afrizal Farkhan 20121030063

kelengkapan penelitian. Data yang diperoleh penulis berupa

gambaran umum mengenai RS PKU Muhammadiyag Yogyakarta

Unit 1, sistem yang digunakan oleh rumah sakit dalam menentukan

biaya pemeriksaan head CT-scan dan identifikasi aktivitas yang

dilakukan di head CT-scan.

2. Observasi, yaitu pengamatan secara langsung pada obyek penelitian.

3. Metode Dokumentasi

Dokumentasi dan data dari rumah sakit digunakan sebagai data primer

mengenai harga atau nilai rupiah yang digunakan di rumah sakit

misalnya gaji pegawai.

F. Uji Validitas

Dilakukan teknik triangulasi sumber untuk uji validitas. Triangulasi adalah

teknik pemeriksaan keabsahan data atau informasi yang diperoleh peneliti

dengan memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan

pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu sehingga

diharapkan dapat mengurangi bias yang terjadi pada saat pengumpulan dan

analisis data.

G. Analisis Data

Data dalam penelitian ini adalah menggunakan data primer dan data

sekunder. Data primer berupa informasi langsung dari nara sumber yaitu

menanyakan langsung kepeda respoden. Data sekunder dilakukan dengan

penelusuran dokumen yang berkaitan dengan penelitian ini serta distribusi

Page 25: MMR Unit Cost Muhamad Afrizal Farkhan 20121030063

biaya operasioal rumah sakit. Metode analisis biaya yang digunakan

adalah berdasarkan ABC (Activity Based Costing) system. Baiaya yang

digunakan adalah biaya langsung yaitu biaya yang melekat pada petugas,

diperoleh dengan cara penelusuran secara langsung (direct tracing) dan

biaya tidak langsung yaitu biaya-biaya yang berada pada unit penunjang.

Adapun langkah-langkah untuk menghitung biaya tidak langsung

(Roztocki, 2004) adalah :

1. Menentukan kategori biaya.

2. Mengidentifikasi aktivitas. Aktivitas yang terjadi pada setiap

kelompok biaya diidentifikasi dengan kegiatan pelayanan masing-

masing pusta aktivitas.

3. Menghubugkan biaya dan aktivitas dengan membuat matriks EAD

(Expense Activity Dependence). Langkah ini mengidentifikasi aktivitas

yang berkontribusi dengan masing-masing biaya. Kategori aktivitas

ditampilkan pada lajur dari matriks EAD dan kategori biaya

ditampilkan sebagai kolom dari matriks EAD.

4. Membuat tanda centang (check marks) secara proporsional dalam

matriks EAD. Setiap sel berisi tanda centang yang diletakkan secara

proporsional. Masing-masing kolom pada matriks EAD dijumlahkan

sampai bernilai 1.

5. Menentuka nilai rupiah terhadap aktivitas-aktivitas

6. Menghubungkan antara aktivitas dan produk dengan membuat matriks

APD (Activity Product Dependence). Langkah ini untuk

Page 26: MMR Unit Cost Muhamad Afrizal Farkhan 20121030063

mengidentifikasi aktivitas yang dikonsumsi oleh setiap produk.

Aktivitas ditampilkan sebagai kolom dari matriks ABC dan produk

ditampilkan pada lajur matriks APD.

7. Membuat tanda centang (check marks) secara proporsional dalam

matriks APD. Setiap sel berisi tanda centang yang diletakkan secara

proporsional. Masing-masing kolom pada matriks APD dijumlahkan

sampai bernilai 1.

8. Menentukan nilai rupiah masing-masing produk.

9. Menjumlahkan direct tracing dan driver tracing untuk menghasilakn

unit cost.

H. Etika Penelitia

Pengumpulan data dalam penelitian dilakukan dengan mempertimbangkan

prinsip manfaat, prinsip menghargai hak-hak subyek dan prinsip keadilan.

Ubyek penelitian dilindungi fisik, mental dan sosialnya. Responden

diberikan hak untuk menyatakan persetujuan atau tidak menjadi nara

sumber data tanpa paksaan, bujukan, tipuan dan ketidakbebasan. Segala

bentuk data yang diperoleh dari subyek penelitian akan dijaga

kerahasiaannya (Nursalam, 2006).

Page 27: MMR Unit Cost Muhamad Afrizal Farkhan 20121030063

DAFTAR PUSTAKA

Abrams, R. (2012). BUSINESS PLAN IN A DAY (5th Edition ed.). California,

USA: The Planning Shop.

Trisnantoro, L. (2010). The Non-State Hospital in INDONESIA. Yogyakarta:

BPFE Yogyakarta.

Sulastomo. (2000). Manajemen Kesehatan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Mowen, M. M., Hansen, D. R., & Heitger, D. L. (2009). Cornerstones of

Managerial Accounting. Mason, Ohio, USA: South-Wester Cengage

Learning.