8/14/2019 Mitigasi Bencana1
1/14
DEGRADASI LINGKUNGAN AKIBAT PENGGUNAAN
MERKURI DALAM PENAMBANGAN EMAS
Oleh
AFLAN ZULFADLI
Program PascasarjanaMagister Geologi Pertambangan
Universitas Gadjah MadaYogyakarta
2009
1
8/14/2019 Mitigasi Bencana1
2/14
Kata Pengantar
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah, SWT atas selesainya makalah
yang membahas masalah bahaya atau bencana yang ditimbulkan dari kegiatan
pemurnian emas hasil kegiatan penambangan yang menggunakan bahan
berbahaya dan beracun (B3) dalam hal ini adalah merkuri. Penggunaan merkuri
dalam pemurnian emas yang diperoleh dari penambangan tradisional memamng
bukan hal yang baru namun sudah lama terjadi, karena penggunaan merkuri
dalam mengikat emas dari hasil pendulangan merupakan cara yang paling
sederhana dan paling murah dengan tingkat recoveri emas yang diperoleh bisa
mencapa diatas sembilan puluh persen. Namun dibalik proses yang sederhana
dengan harga murah ada tingkat bahaya yang sangat fatal yang tidak hanya
berdampak pada si penambang tapi juga akan mencemari lingkungan perairan
yang dapat mengakibatkan terakumulasinya merkuri dalam perairan sehingga
menghasilkan sedimen yang akan diurai mikroorganisme menjadi metil merkuri
yang kemudian terikut pada plangton yang merupakan sumber utama makanan
ikan. Ikan yang terkontaminasi merkuri kemudian dikonsumsi oleh manusia,
dimana kita ketahui bahwa merkuri merupakan jenis logam berat yang apabila
termakan oleh manusia akan terakumulasi di dalam tubuh sampai pada kadar
tertentu akan menyerang sisitem syaraf yang berakibat pada menurunnya daya
ingat, rusaknya funsi ginjal dan naiknya tekanan darah. Dilihat dari dampak yang
ditimbulkan maka perlu adanya perhatian serius akan penggunaan merkuri dalam
kegiatan penambangan, mencari solusi atau alternatif bahan pengganti merkuri
serta mengawasi dan membatasi peredaran merkuri secara ketat, hal ini tentu
memerlukan komitment dari berbagai pihak yang terkait.
Penulis
2
8/14/2019 Mitigasi Bencana1
3/14
I. PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara kepulauan tempat dimana tiga lempeng besar
dunia bertemu, yaitu Lempeng Indo-Australia, Lempeng Eurasia, dan lempeng
Pasifik. Interaksi antara lempeng-lempeng tersebut lebih lanjut menempatkan
Indonesia sebagai wilayah yang memiliki aktivitas kegunungapian dan
kegempaan yang cukup tinggi. Lebih dari itu proses dinamika lempeng yang
cukup intensif juga telah membentuk relif permukaan bumi yang khas dan
sangat bervariasi, dari wilayah pegunungan dengan lereng-lerengnya yang
curam menyiratkan potensi longsor yang tinggi hingga wilayah yang landai
sepanjang pantai dengan potensi ancaman banjir, penurunan tanah dan
tsunami.
A. BENCANA DAN PENANGGULANGANNYA
Perlu adanya penyamaan presepsi tentang pemahaman masalah bencana agarpara pengambil kebijakan memiliki kesamaan pandangan dalam menangani
dan menanggulangi bencana. Bila tidak demikian akan terjadi kerancuan dalam
pengambilan keputusan atau malah saling lempar tanggung jawab setelah ada
kejadian.
Bencana (disaster), adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan
oleh alam, manusia dan atau keduanya yang mengakibatkan korban dan
penderitaan manusia, kerugian harta benda, kerusakan lingkungan, kerusakan
sarana, prasarana, dan utilitas umum serta menimbulkkan gangguan terhadap
tata kehidupan dan masyarakat.
Pengelolaan bencana (disaster management), adalah bentuk kebijakan dan
keputusan administratif serta aktifitas operasional yang berkaitan dengan
berbagai tahapan dari penanggulangan suatu bencana.
3
8/14/2019 Mitigasi Bencana1
4/14
Penanggulangan bencana, adalah segala upaya kegiatan yang dilakukan
meliputi kegiatan pencegahan, penjinakan (mitigasi), penyelamatan,
rehabilitasi dan rekonstruksi, baik sebelum, pada saat maupun setelah bencana
dan menghindarkan dari bencana yang terjadi.
Mitigasi bencana adalah segala upaya dan kegiatan yang dilakukan untuk
mengurangi dan memperkecil akibat-akibat yang ditimbulkan oleh bencana.
Pencegahan bencana adalah segala upaya dan kegiatan yang dilakukan untuk
meniadakan sebagian atau seluruh bencana yang terjadi.
Peringatan dini (early warning system), adalah proses monitoring situasi
dalam masyarakat atau daerah yang diketahui rawan terhadap bahaya dan
dapat memberikan informasi secara cepat kepada masyarakat akan adanya
bahaya agar segera melakukan tindakan untuk menghindar dari bencana
tersebut. Hal ini dapat mengurangi dampak yang ditimbulkan dari segi korban
jiwa maupun harta benda.
B. KLASIFIKASI SUMBER BENCANA
Bencana dapat disebabkan oleh beberapa faktor, baik oleh alam, yang masih
dibagi lagi menjadi dua faktor penyebab, yakni: hazards of exogenic origin
(bencana alam asal luar), dan hazards of endogenic origin (bencana alam asal
dalam).
Bencana yang disebabkan oleh proses alam ini adalah bencana akibat proses
geologis, proses geomorfologis dan proses klimatologis, yang mengakibatkan
bencana alam. Bencana alam sebenarnya merupakan proses alam dengan
intensitas yang melebihi normal, seperti: gempa bumi, letusan gunungapi,
longsoran, dan gelombang badai.
Dari bencana alam-bencana alam tersebut di atas, yang termasuk di dalam
bencana asal luar atau biasa dikenal dengan Bencana Alam Klimatologis
(hazards of exogenic origin), adalah:
Banjir,
Erosi,
4
8/14/2019 Mitigasi Bencana1
5/14
Gerakan tanah,
Angin putting beliung
Sedangkan yang termasuk dalam bencana asal dalam atau biasa dikenal dengan
bencana alam geologis (hazards of endogenic origin),adalah:
Gempa bumi,
Gelombang pasang (tsunami),
Letusan gunungapi (hujan abu, aliran lahar, aliran lava),
Adapun bencana yang diakibatkan oleh aktifitas manusia (hazards of
anthropogenic origin),adalah:
Degradasi lingkungan,
Penggundulan hutan yang berakibat pada bencana kekeringan,
erosi/banjir,
Gempa bumi akibat pembangunan DAM,
Penurunan tanah/lahan (subsidence), longsoran, dsb
II. PENGGUNAAN MERKURI DALAM KEGIATAN PENAMBANGAN
EMAS DI KAB.BOMBANA
Bombana merupakan kabupaten hasil pemekaran dari kabupaten Buton yang
dibentuk melalui UU No.29 Tahun 2003, Kabupaten baru ini namanya tiba-tiba
mencuat kepermukaan saat ditemukaannya tambang emas yang berada di
sungai tahi ite. Masyarakat berbondong-bondong melakukan penambangan di
sekitar sungai tahi ite sepanjang kurang lebih 30 Km dengan jumlah
penambang mencapai sekitar 60.000 orang.
5
8/14/2019 Mitigasi Bencana1
6/14
Gambar1 : Sungai Tahi Ite, tempat kegiatan penambangan dilakukan
Gambar 2: Peta Regional Kab. Bombana
6
8/14/2019 Mitigasi Bencana1
7/14
Membludaknya jumlah penambang dikarenakan tidak hanya masyarakat
Bombanan yang melakukan penambangan tapi dari beberapa daerah di luar
Bombana, mulai sulawesi selatan, sumatra, kalimantan, papua dan lain-lain.
Kegiatan penambangan yang dilakukan sepanjang sungai adalah dengan cara
pengayakan pasir dan tanah pada endapan alluvial, penggalian lubang secara
lateral pada dinding tebing atau kolluvial. Cebakan emas sekunder dijumpai
pada residual soil, dan sebagian endapan emas alluvial yang menempati lembah
sungai Tahi Ite. Endapan placer alluvial didapatkan dipinggir sungai, sangat
jarang didapatkan pada dasar sungai. Placer jenis ini sering pula didapatkan
sebagai endapan sungai purba. Seperti halnya endapan placer elluvial, pada
endapan placer alluvial kandungan emasnya juga sangat sedikit sehingga tidak
ekonomis apabila dilakukan penambangan secara komersil. Jenis endapan ini
ditambang dengan cara di dulang, sedang emas murni yang didapatkan
diperoleh dengan cara mengikat logam emas dengan merkuri.
Penggunaan merkuri untuk mengikat emas dilakukan dengan cara
pendulangan emas menggunkan media air, tanah/pasir yang dperoleh
ditambahkan merkuri kemudian dilakukan pengayakan sehingga pasta merkuri
mengikat emas sementara tanah dan pasir terpisah. Pasta emas dan merkuri
kemudian diperas menggunakan media kain sehingga terpisah emas dan
merkuri, merkuri dapat digunakan kembali namun ada yang ikut terbuang ke
sungai sebagai limbah karena smua kegiatan dilakukan dipinggir sungai. Flow
sheet penggunaan merkuri dapat dilihat sebagai berikut:
7
8/14/2019 Mitigasi Bencana1
8/14
Separasi secaraGravitasi
Tanah/Pasir yangmengandung
Emas + Merkuri
Pengayakan
Tanah + PasirPasta Merkuri +
Emas
Limbah
Merkuri Emas
Tanah/ Soilmengandung Emas
Sungai
Diperas
Gambar 3 : Flow Sheet penggunaan Merkuri
III. PENCEMARAN MERKURI DI LINGKUNGAN PERAIRAN
a. Pengertian Merkuri
Air raksa atau biasa dikenal dengan nama merkuri adalah logam yang ada
secara alami, satu-satunya logam yang pada suhu kamar berwujud cair. Logam
murninya berwarna keperakan, cairan tak berbau, mengkilap. Bila dipanaskan
sampai suhu 357 oC air raksa akan menguap. Selain untuk kegiatan
penambangan emas, logam merkuri digunakan dalam produksi gas khlor dan
soda kaustik, termometer, tambal gigi, dan baterai. Air raksa, sering disebut
merkuri, dapat berada dalam berbagai senyawa. Bila bergabung dengan khlor,
belerang atau oksigen merkuri akan membentuk garam
yang biasanya berwujud padatan putih. Garam merkuri sering digunakan
8
8/14/2019 Mitigasi Bencana1
9/14
dalam krim pemutih dan krim antiseptik. Merkuri anorganik (logam dan garam
merkuri) terdapat di udara dari deposit mineral, dan dari area industri. Merkuri
yang ada di air dan tanah terutama berasal dari deposit alam, buangan limbah,
dan aktivitas volkanik. Merkuri dapat pula bersenyawa dengan karbon
membentuk senyawa organo merkuri. Senyawa organomerkuri yang paling
umum adalah metil merkuri, yangterutama dihasilkan oleh mikroorganisme
(bakteri) di air dan tanah. Karenabakteri itu kemudian terikut (termakan) oleh
ikan, maka di ikan cenderung konsentrasi merkurinya akan tinggi. Nah, dari
buangan di sungai di Tahi Ite ini dapat saja dalam waktu beberapa tahun
kemudian akan terakumulasi di ikan, kemudian dampaknya akan ada pada
generasi berikutnya. Ingat kasus Minamata diJepang. Bagaimana orang dapat
terkontaminasi merkuri? Ada beberapa cara: memakan ikan atau hewan air
lainnya yang telah terkontaminasi metilmerkuri; terkontaminasi karena
lepasnya merkuri dari penambal gigi (banyak pihak mengganggap kasus yang
sangat jarang), menghirup udara yang mengandung merkuri dari tumpahan,
atau limbah industri para pekerja tambang .
b. Bahaya Penggunaan Merkuri
Efek merkuri pada kesehatan terutama berkaitan dengan sistem syaraf, yang
sangat sensitif pada semua bentuk merkuri. Metilmerkuri dan uap merkuri
logam lebih berbahaya dari bentuk-bentuk merkuri yang lain, sebab merkuri
dalam kedua bentuk tersebut dapat lebih banyak mencapai otak. Pemaparan
kadar tinggi merkuri, baik yang berbentuk logam, garam, maupun metilmerkuri
dapat merusak secara permanen otak, ginjal, maupun janin. Pengaruhnya pada
fungsi otak dapat mengakibatkan tremor, pengurangan pendengaran atau
penglihatan dan pengurangandaya ingat. Pemaparan dalam waktu singkat pada
kadar merkuri yang tinggi dapat mengakibatkan kerusakan paru-paru, muntah-
muntah, peningkatan tekanan darah atau denyut jantung, kerusakan kulit, dan
iritasi mata. Badan lingkungan di Amerika (EPA) menentukan bahwa merkuri
klorida dan metilmerkuri adalah bahankarsiogenik. Anak-anak lebih rentan
daripada orang dewasa terhadap merkuri. Merkuri di ibu yang mengandung
9
8/14/2019 Mitigasi Bencana1
10/14
dapat mengalir ke janin yang sedang dikandungnya dan terakumulasi di sana.
Juga dapat mengalir ke anak lewat susu ibu. Akibatnya, pada anak dapat
berupa kerusakan otak, retardasi mental, buta, dan bisu. Bahkan,masalah pada
pencernaan dan ginjal juga dapat terjadi. Oleh karena itu, merkuri harus
ditangani dengan hati-hati, dijauhkan dari anak-anak dan wanita yang sedang
hamil.
c. Standar yang diperbolehkan
Standard yang ditetapkan badan-badan internasional untuk merkuri adalah
sebagai berikut: di air minum 2 ppb (2 gr dalam 1.000.000.000 (satu milyar gr
air atau kira-kira satu juta liter)). Di makanan laut 1 ppm (1 gram tiap 1 juta
gram) atau satu gram dalam 1 ton makanan. Di udara 0,1 mg (miligram)
metilmerkuri setiap 1 m3, . 0,05 mg/m3 logam merkuri untuk orang-orang yang
bekerja 40 jam seminggu (8 jam sehari). Berdasarkan catatan sampel darah
dan urin dari sesorang dapat digunakan untuk mengetahui hal ini. Kadang
diambil juga sampel rambut untuk diketahui kadar merkurinya pula.
10
8/14/2019 Mitigasi Bencana1
11/14
IV. MITIGASI BAHAYA PENGGUNAAN MERKURI
Mitigasi dialakukan dalam rangka mengurangi kerugian akibat kemungkinan
terjadinya bencana, baik berupa korban jiwa dan/ dan atau kerugian harta
benda yang akan berpengaruh pada kehidupan dan kegiatan manusia. Untuk
mendefinisikan rencana atau strategi mitigasi yang tepat dan akurat, perlu
dilakukan kajian resiko (rsik assesment). Tidak semua potensi bahaya alam
akan menimbulkan resiko bencana. Apabila suatu peristiwa yang memiliki
potensi bahaya terjadi disuatu daerah dengan kondisi yang rentan, maka
daerah tersebut beresiko terjadi bencana. Jadi resiko dipengaruhi oleh faktor-
faktor bahaya (hazards) dan kerentanan (vulnerability). Dalam hal ini faktor
kapasitas dapat dianggap sebagai bagian dari faktor kerentanan, yang dapat
mengurangi kerentanan bila kapasitas daerah tersebut tinggi. Sebaliknya,
apabila kapasitas daerah rendah maka akan meningkatkan faktor
kerentanannya.
Adapun mitigasi yang dapat dilakukan terkait dengan penggunaan merkuri
dalam kegiatan penambangan adalah sebagai berikut :
Mendefinisikan berbagai aktifitas apa saja yang harus dilakukan untuk
menanggulangi bahaya dari penggunaan merkuri
Membangun jaringan informasi untuk mensosialisasikan bahaya
penggunaan merkuri.
Pemerintah sebagai salahsatu stakeholder hendaknya aktif dalam
menyediakan pengetahuan dasar tentang kajian resiko dan mitigasinya.
Menyelenggarakan pelatihan atau training pada para penambang
inkonvesnional tentang cara atau sistem penambangan yang benar dantidak menimbulkan penceamaran atau degradasi lingkungan.
Mengawasi dan melarang peredaran merkuri secara bebas
Melakukan pemantauan yang intensif terhadap peredaran dan
penggunaan merkuri.
11
8/14/2019 Mitigasi Bencana1
12/14
V. KESIMPULAN
Penggunaan merkuri dalam kegiatan penambangan telah lama dilakukan oleh
para penambang inkonvensional atau para penambang emas tradisional,
peredaran merkuri yang begitu bebas seakan tak terbendung dengan begitu
besarnya kebutuhan di kalangan penambang emas tradisional, partisipasi aktif
dari pemerintah sangat diperlukan adanya dalam membatasi dan mengawasi
peredaran merkuri serta mensosialisasikan tentang bahaya dari penggunaan
merkuri. Tidak adanya aturan yang ketat dari pemerintah tentang peredaran
merkuri mengakibatkan cara mendapatkan merkuri begitu mudah. Aturan
tidaklah cukup tanpa disertai pengawasan dan tindakan tegas bagi para
pengguna yang tidak sesuai dengan prosedur yang berakibat pada pencemaran
atau degradasi lingkungan. Mitigasi perlu dilakukan secara integral antara
stakeholder dalam hal ini adalah pemerintah dan organisasi masyarakat dalam
upaya mencegah atau menanggulangi bahaya yang diakibatkan oleh merkuri.
Tindakan ini perlu dilakukan secara intensif dan berkala agar pemantuan lebih
mudah dilakukan dan terkontrol.
12
8/14/2019 Mitigasi Bencana1
13/14
Daftar Pustaka
1. Imam A. Sadisun, Dr.Eng, 2008 Smart SOP dalam mitigasi dan
penanganan bencana, Pusat Mitigasi Bencana-Institut Teknologi Bandung
(PMB ITB).
2. Ismunandar,2008 . Artikel, Merkuri, Bahaya dan Penanganannya ITB
3. Sutikno, 2002, Kebijaksanaan pengelolaan Bencana di Indonesia,
panduan pelatihan Tenaga Supervisor Kebencanaan, Yogyakarta, 5-24
Agustus 2002, Badan Linmas Provinsi Papua dan PSB UGM, Yogyakarta
2002.
4. Achmad Budiono ,2003 Pengaruh Pencemaran Merkuri Terhadap Biota
Air. Makalah pengantar falsafah sains, Program pascasarjana/S3 IPB
Bogor.
13
8/14/2019 Mitigasi Bencana1
14/14
14
Top Related