STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Nn. S
Umur : 20 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Guru SMP
Alamat : Bayongbong
Tanggal Pemeriksaan : 26 Juni 2013
II. ANAMNESA
Keluhan utama : Penglihatan kedua mata tidak jelas pada saat melihat jarak
jauh
Anamnesa khusus :
Pasien datang ke poliklinik mata RSUD dr. Slamet garut dengan keluahan
penglihatan kedua mata tidak jelas pada saat melihat jarak jauh sejak ± 2 minggu
SMRS. Pasien merasa penglihaan kedua matanya kurang jelas saat mengendarai motor
atau pada saat melihat orang dari kejauhan, sehingga pasien sering memicingkan mata
supaya dapat melihat jelas. Pasien mengaku lebih nyaman apabila melihat sesuatu dari
jarak dekat. Keluhan disertai dengan pusing, mata menjadi cepat lelah dan cepat berair.
Keluhan disertai mata merah disangkal. Keluhan tidak disertai dengan melihat pelangi
disekitar cahaya lampu. Penglihatan berkurang saat senja atau gelap disangkal. Keluhan
pandangan tertutup kabut disangkal. Riwayat menderita seperti kencing manis
disangkal. Riwayat trauma disangkal. Riwayat berobat ke dokter diakui. Riwayat
memakai kacamata diakui pasien sudah sejak ± 3 tahun yang lalu dan rajin memakai
kacamata setiap harinya sampai saat ini. Riwayat keluarga memakai kacamata
disangkal. Adanya kebiasaan membaca ditempat yang gelap dan sering bermain laptop
diakui pasien.
1
Anamnesa keluarga :
Tidak ada keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan pasien.
Riwayat penyakit dahulu :
- Riwayat kencing manis disangkal
- Riwayat hipertensi disangkal
- Riwayat trauma pada mata disangkal
Riwayat Sos-Ek : Cukup
Riwayat gizi : Cukup
III. PEMERIKSAAN
1. Keadaan Umum
Kesan sakit : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda-tanda vital :
1. Tekanan darah : 120/80 mmHg
2. Nadi : 80X/menit
3. Suhu : Afebris
4. Pernapasan : 22X/menit
2. Status Oftalmologi
Pemeriksaan Subjektif
Visus OD OSSC 0,5 0,15CC 1,0 1,0STNKoreksi S -2.00 S -2.50AddeGerakan bola mata Baik ke segala arah Baik ke segala arah
2
Pemeriksaan Eksternal
OD OSPalpebra superior T.a.k T.a.kPalpebra inferior T.a.k T.a.kSilia Tumbuh teratur Tumbuh teraturAp. Lakrimalis T.a.k T.a.kKonjungtiva tarsalis Superior Tenang TenangKonjungtiva tarsalis Inferior Tenang TenangKonjungtiva Bulbi Injeksi konjungtiva (-) Injeksi konjungtiva (-)Kornea Jernih JernihBilik mata depan Sedang SedangPupil Bulat, letak tengah Bulat, letak tengahDiameter pupil 3 mm 3 mmReflek cahaya
direct + + indirect + +
Iris Coklat, sinekia (-) Coklat, sinekia (-)Shadow test - -Lensa Jernih Jernih
PEMERIKSAAN BIOMIKROSKOP (SLIT LAMP)
OD OSSilia T.a.k T.a.kKonjungtiva superior T.a.k T.a.kKonjungtiva inferior T.a.k T.a.kKornea Jernih JernihCOA Dalam DalamPupil Bulat, sentral Bulat, sentralIris T.a.k T.a.kLensa Jernih JernihTonometri Normal per palpasi Normal per palpasi
FUNDUSKOPI
Funduskopi OD OSLensa Jernih JernihVitreus Jernih JernihFundus Refleks fundus (+) Refleks fundus (+)Papil Bulat, batas tegas Bulat, batas tegasCDR 0,3 0,3A/V retina sentralis 2:3 2:3Retina Eksudat (-) Eksudat (-)Makula Reflek fovea (+) Reflek fovea (+)
3
IV. DIAGNOSIS KLINIS
Miopia simpleks ODS
V. DIAGNOSIS BANDING
-
VI. RENCANA PEMERIKSAAN
Refraktometer
VII. TERAPI
Medikamentosa
Vit A Eye Drops 3dd1 ODS
Non Medikamentosa
o Koreksi dengan menggunakan lensa negatif S -2.00 OD dan S-2.50 OS
VII. PROGNOSIS
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad functionam : ad bonam
Quo ad sanactionam : ad bonam
RESUME
Seorang perempuan, 20 tahun, datang dengan keluhan utama penglihatan kurang
jelas saat melihat jauh, keluhan dirasakan sejak ± 2 minggu SMRS. Penglihatan
menurun dirasakan apabila mengendarai motor ataupun melihat orang dari kejauhan
sehingga penderita sering memicingkan mata agar dapat melihat lebih jelas. Pasien
merasa lebih nyaman melihat sesuatu dari dekat. Pasien mengaku pusing, mata menjadi
cepat lelah dan berair.
4
Riwayat memakai kacamata diakui pasien sudah sejak ± 3 tahun sampai saat ini.
Adanya kebiasaan membaca ditempat yang gelap dan sering bermain laptop diakui
pasien. Keluhan pandangan berkabut disangkal. Riwayat penyakit sistemik disangkal.
Riwayat trauma disangkal.
Pemeriksaan Subjektif
Visus OD OSSC 0,5 0,15CC 1,0 1,0STNKoreksi S -2.00 S -2.50AddeGerakan bola mata Baik ke segala arah Baik ke segala arah
PEMERIKSAAN BIOMIKROSKOP (SLIT LAMP)
OD OSSilia T.a.k T.a.kKonjungtiva superior T.a.k T.a.kKonjungtiva inferior T.a.k T.a.kKornea Jernih JernihCOA Dalam DalamPupil Bulat, sentral Bulat, sentralIris T.a.k T.a.kLensa Jernih JernihTonometri
FUNDUSKOPI
Funduskopi OD OSLensa Jernih JernihVitreus Jernih JernihFundus Refleks fundus (+) Refleks fundus (+)Papil Bulat, batas tegas Bulat, batas tegasCDR 0,3 0,3A/V retina sentralis 2:3 2:3Retina Eksudat (-) Eksudat (-)Makula Reflek fovea (+) Reflek fovea (+)
5
MIOPIA
I. Definisi
Myopia adalah banyangan dari benda yang terletak jauh berfokus di depan retina pada
mata yang tidak berakomodasi.
Myopia adalah anomali refraksi pada mata dimana bayangan difokuskan di depan
retina, ketika mata tidak dalam kondisi berakomodasi. Ini juga dapat dijelaskan pada kondisi
refraktif dimana cahaya yang sejajar dari suatu objek yang masuk pada mata akan jatuh di
depan retina, tanpa akomodasi. Myopia berasal dari bahasa yunani “ muopia” yang memiliki
arti menutup mata. Myopia merupakan manifestasi kabur bila melihat jauh, istilah populernya
adalah "nearsightedness.
Myopia atau biasa juga disebut sebagai rabun jauh merupakan jenis kerusakan mata
yang disebabkan pertumbuhan bola mata yang terlalu panjang atau kelengkungan kornea
yang terlalu cekung. Myopia merupakan kelainan refraksi dimana berkas sinar sejajar yang
memasuki mata tanpa akomodasi, jatuh pada fokus yang berada di depan retina. Myopia
merupakan mata dengan daya lensa positif yang lebih kuat sehingga sinar yang sejajar atau
datang dari tidak terhingga difokuskan di depan retina.
Myopia adalah suatu bentuk kelainan refraksi dimana sinar-sinar sejajar yang datang
dari jarak tak terhingga oleh mata dalam keadaan tidak berakomodasi dibiaskan pada satu
titik di depan retina.
II. Fisiologi penglihatan normal
6
Pembentukan bayangan di retina memerlukan empat proses. Pertama, pembiasan
sinar/cahaya. Hal ini berlaku apabila cahaya melalui perantaraan yang berbeda kepadatannya
dengan kepadatan udara, yaitu kornea, humor aqueous , lensa, dan humor vitreus. Kedua,
akomodasi lensa, yaitu proses lensa menjadi cembung atau cekung, tergantung pada objek
yang dilihat itu dekat atau jauh. Ketiga, konstniksi pupil, yaitu pengecilan garis pusat pupil
agar cahaya tepat di retina sehingga penglihatan tidak kabur. Pupil juga mengecil apabila
cahaya yang terlalu terang memasukinya atau melewatinya, dan ini penting untuk melindungi
mata dari paparan cahaya yang tiba-tiba atau terlalu terang. Keempat, pemfokusan, yaitu
pergerakan kedua bola mata sedemikian rupa sehingga kedua bola mata terfokus ke arah
objek yang sedang dilihat.
Mata secara optik dapat disamakan dengan sebuah kamera fotografi biasa. Mata
memiliki sususan lensa, sistem diafragma yang dapat berubah-ubah (pupil), dan retina yang
dapat disamakan dengan film. Susunan lensa mata terdiri atas empat perbatasan refraksi: (1)
perbatasan antara permukaan anterior kornea dan udara, (2) perbatasan antara permukaan
posterior kornea dan udara, (3) perbatasan antara humor aqueous dan permukaan anterior
lensa kristalinaa, dan (4) perbatasan antara permukaan posterior lensa dan humor vitreous.
Masing-masing memiliki indek bias yang berbeda-beda, indek bias udara adalah 1, kornea
1.38, humor aqueous 1.33, lensa kristalinaa (rata-rata) 1.40, dan humor vitreous 1.34.
Bila semua permukaan refraksi mata dijumlahkan secara aljabar dan bayangan
sebagai sebuah lensa. Susunan optik mata normal akan terlihat sederhana dan skemanya
sering disebut sebagai reduced eye. Skema ini sangat berguna untuk perhitungan sederhana.
Pada reduced eye dibayangkan hanya terdapat satu lensa dengan titik pusat 17 mm di depan
retina, dan mempunyai daya bias total 59 dioptri pada saat mata melihat jauh.
7
Daya bias mata bukan dihasilkan oleh lensa kristalinaa melainkan oleh permukaan
anterior kornea. Alasan utama dari pemikiran ini adalah karena indeks bias kornea jauh
berbeda dari indeks bias udara. Sebaliknya, lensa kristalinaa dalam mata, yang secara normal
bersinggungan dengan cairan disetiap permukaannya, memiliki daya bias total hanya 20
dioptri, yaitu kira-kira sepertiga dari daya bias total susunan lensa mata. Bila lensa ini diambil
dari mata dan kemudian lingkungannya adalah udara, maka daya biasnya akan menjadi 6 kali
lipat. Sebab dari perbedaan ini ialah karena cairan yang mengelilingi lensa mempunyai
indeks bias yang tidak jauh berbeda dari indeks bias lensa. Namun lensa kristalinaa adalah
penting karena lengkung permukaannya dapat mencembung sehingga memungkinkan
terjadinya “akomodasi”.
Pembentukan bayangan di retina sama seperti pembentukan bayangan oleh lensa kaca
pada secarik kertas. Susunan lensa mata juga dapat membentuk bayangan di retina. Bayangan
ini terbalik dari benda aslinya, namun demikian presepsi otak terhadap benda tetap dalam
keadaan tegak, tidak terbalik seperti bayangan yang terjadi di retina, karena otak sudah dilatih
menangkap bayangan yang terbalik itu sebagai keadaan normal.
8
III. Penglihatan pada miopia
Myopia adalah kondisi di mana sinar - sinar sejajar yang masuk ke bolamata titik
fokusnya jatuh di depan retina. 2
Kelainan refraksi dimana sinar sejajar yang masuk ke mata dalam keadaan istirahat
(tanpa akomodasi) akan dibias membentuk bayangan di depan retina
IV. Patofisiologi
Myopia disebabkan karena pembiasan sinar di dalam mata yang terlalu kuat untuk
panjangnya bola mata akibat:
1. Sumbu aksial mata lebih panjang dari normal (diameter antero-posterior
yang lebih panjang, bola mata yang lebih panjang ) disebut sebagai miopia
aksial.
2. Kurvatura kornea atau lensa lebih kuat dari normal (kornea terlalu
cembung atau lensa mempunyai kecembungan yang lebih kuat) disebut
miopia kurvatura/refraktif.
9
3. Indeks bias mata lebih tinggi dari normal, misalnya pada diabetes mellitus.
Kondisi Ini Disebut Miopia Indeks
4. Miopi Karena perubahan posisi lensa Posisi lensa lebih ke anterior,
misalnya pasca operasi glaukoma.15
V. Klasifikasi Miopia
Klasifikasi miopi berdasarkan laju perubahan besarnya derajat refraksi anomaly
secara klinik, antara lain :
a) Miopia simplex / stasioner / fisiologik
Biasanya timbul pada usia yang masih muda kemudian berhenti. Tetapi
dapat juga naik sedikit kemudian berhenti. Dapat juga naik sedikit
pada masa puber sampai sekitar umur 20 tahun. Besar dioptrinya
kurang dari Spheris –5.00 Dioptri atau Spheris –6.00 Dioptri. Tetapi
jika dikoreksi dengan lensa yang sesuai dapat mencapai tajam
penglihatan normal
b) Miopia progresif
Ditemukan pada segala umur. Pada keadaan ini terjadi kelainan fundus
yang khas unutk myopia tinggi ( myopia lebih dari Spheris –6.00 D ).
c) Miopia maligna Disebut juga myopia patologis/degeneratif karena
disertai penuaan dari koroid dan bagian lain dalam bola mata ( lensa
kristalin, coroid, badan siliar ).
10
Klasifikasi myopia berdasarkan faktor penyebab dapat dibedakan menjadi 4, yaitu :
1. Miopia aksial
Bertambah panjangnya diameter anteroposterior bola mata dari normal. Pada orang
dewasa panjang axial bola mata 22,6 mm. Perubahan diameter anteroposterior bola
mata 1 mm akan menimbulkan perubahan refraksi sebesar 3 dioptri.
2. Miopia kurfatura
Kurfatura dari kornea bertambah kelengkungannya, misalnya pada keratokonus dan
kelainan kongenital. Kenaikan kelengkungan lensa bisa juga menyebabkan miopia
kurvatura, misalnya pada stadium intumesen dari katarak. Perubahan kelengkungan
kornea sebesar 1 mm akan menimbulkan perubahan refraksi sebesar 6 dioptri.
3. Miopia indeks refraksi
Peningkatan indeks bias media refraksi sering terjadi pada penderita diabetes melitus
yang kadar gula darahnya tidak terkontrol.
4. Perubahan posisi lensa
Perubahan posisi lensa kearah anterior setelah tindakan bedah terutama glaukoma
berhubungan dengan terjadinya miopia.
Menurut Albert E. Sloane, myopia refraktif dapat terjadi karena :
Kornea terlalu melengkung.
Lensa kristalin terlalu cembung karena terlalu banyak cairan mata yang
masuk ke lensa kristalin sehingga lensa keruh seperti katarak immatura,
sehingga sinar yang masuk dibiaskan terlalu kuat.
Peningkatan index bias cairan bolamata (pada penderita Diabetus Melitus).
Menurut ilmu kedokteran bahwa myopia dapat disebabkan karena kurang
gizi, kegemukan, gangguan endokrin, alergi, kekurangan zat kimia (seperti
kalsium dan vitamin), over koreksi pada kacamata, dan memakai kacamata
yang tidak sesuai dengan hasil pemeriksaan/koreksi anomaly refraksi.
11
Klasifikasi myopia berdasarkan besarnya derajat refraksi anomaly, yaitu :
Myopia ringan : Spheris -0.25 Dioptri – Spheris -3.00 Dioptri
Myopya sedang: Spheris -3.25 Dioptri – Spheris -6.00 Dioptri
Myopia tinggi/berat : > Spheris -6.00 Dioptri
VI. Gejala klinis
Gejala subjektif miopia antara lain:
a. Kabur bila melihat jauh
b. Membaca atau melihat benda kecil harus dari jarak dekat
c. Lekas lelah bila membaca ( karena konvergensi yang tidak sesuai dengan
akomodasi )
d. Astenovergens
Gejala objektif miopia antara lain:
1. Miopia simpleks :
a) Pada segmen anterior ditemukan bilik mata yang dalam dan pupil yang relatif
lebar. Kadang-kadang ditemukan bola mata yang agak menonjol
b) Pada segmen posterior biasanya terdapat gambaran yang normal atau dapat
disertai kresen miopia (myopic cresent) yang ringan di sekitar papil saraf optik.
2. Miopia patologik :
a) Gambaran pada segmen anterior serupa dengan miopia simpleks
b) Gambaran yang ditemukan pada segmen posterior berupa kelainan-kelainan pada
1. Badan kaca : dapat ditemukan kekeruhan berupa pendarahan atau
degenerasi yang terlihat sebagai floaters, atau benda-benda yang
mengapung dalam badan kaca. Kadang-kadang ditemukan ablasi badan
kaca yang dianggap belum jelas hubungannya dengan keadaan miopia
12
2. Papil saraf optik : terlihat pigmentasi peripapil, kresen miopia, papil
terlihat lebih pucat yang meluas terutama ke bagian temporal. Kresen
miopia dapat ke seluruh lingkaran papil sehingga seluruh papil dikelilingi
oleh daerah koroid yang atrofi dan pigmentasi yang tidak teratur
Gambar 2. Myopic cresent
3. Makula : berupa pigmentasi di daerah retina, kadang-kadang ditemukan
perdarahan subretina pada daerah makula.
4. Retina bagian perifer : berupa degenersi kista retina bagian perifer
5. Seluruh lapisan fundus yang tersebar luas berupa penipisan koroid dan
retina. Akibat penipisan ini maka bayangan koroid tampak lebih jelas dan
disebut sebagai fundus tigroid.
Gambar 3. Fundus Tigroid
Kesalahan pada saat pemeriksaan refraksi biasa mendominasi gejala klinik yang
terjadi pada miop tinggi. Hilangnya penglihatan secara tiba-tiba mungkin disebabkan
karena perdarahan makular pada bagian fovea dimana membrana Bruch mengalami
dekompensasi. Kehilangan penglihatan secara bertahap dan metamorpopsia terjadi oleh
karena rusaknya membrana Bruch.
13
Dikatakan miop tinggi apabila melebihi -8.00 dioptri dan dapat labih tinggi lagi
hingga mencapai -35.00 dioptri. Tingginya dioptri pada miopia ini berhubungan dengan
panjangnya aksial miopia, suatu kondisi dimana belakang mata lebih panjang daripada
normal, sehingga membuat mata memiliki pandangan yang sangat dekat.
VII. Diagnosa
Untuk mendiagnosis myopia dapat dilakukan dengan beberapa pemeriksaan pada
mata, pemeriksaan tersebut adalah sebagai berikut:
Refraksi Subyektif
Diagnosis myopia dapat ditegakkan dengan pemeriksaan Refraksi Subyektif, metode
yang digunakan adalah dengan Metoda ‘trial and error’ Jarak pemeriksaan 6 meter/ 5 meter/
20 kaki. Digunakan kartu Snellen yang diletakkan setinggi mata penderita, Mata diperiksa
satu persatu dibiasakan mata kanan terlebih dahulu Ditentukan visus / tajam penglihatan
masing-masing mata Bila visus tidak 6/6 dikoreksi dengan lensa sferis negatif, bila dengan
lensa sferis negatif tajam penglihatan membaik atau mencapai 5/5, 6/6, atau 20/20 maka
pasien dikatakan menderita myopia, apabila dengan pemberian lensa sferis negatif menambah
kabur penglihatan kemudian diganti dengan lensa sferis positif memberikan tajam
penglihatan 5/5, 6/6, atau 20/20 maka pasien menderita hipermetropia.
Refraksi Obyektif
Yaitu menggunakan retinoskopi, dengan lensa kerja ∫+2.00D pemeriksa mengamati
refleks fundus yang bergerak berlawanan arah dengan arah gerakan retinoskop (against
movement) kemudian dikoreksi dengan lensa sferis negatif sampai tercapai netralisasi.
14
Autorefraktometer (komputer)
Yaitu menentukan myopia atau besarnya kelainan refraksi dengan menggunakan
komputer.
VIII. Komplikasi
Komplikasi miopia adalah :
a. Abalasio retina
Resiko untuk terjadinya ablasio retina pada 0D – (- 4,75) D sekitar 1/6662.
Sedangkan pada (- 5)D – (-9,75) D resiko meningkat menjadi 1/1335. Lebih dari
(-10) D resiko ini menjadi 1/148. Dengan kata lain penambahan factor resiko pada
miopia rendah tiga kali sedangkan miopia tinggi meningkat menjadi 300 kali.
b. Vitreal Liquefaction dan Detachment
Badan vitreus yang berada di antara lensa dan retina mengandung 98% air dan 2%
serat kolagen yang seiring pertumbuhan usia akan mencair secara perlahan-lahan,
namun proses ini akan meningkat pada penderita miopia tinggi. Hal ini
berhubungan denga hilangnya struktur normal kolagen. Pada tahap awal,
penderita akan melihat bayangan-bayangan kecil (floaters). Pada keadaan lanjut,
dapat terjadi kolaps badan viterus sehingga kehilangan kontak dengan retina.
Keadaan ini nantinya akan beresiko untuk terlepasnya retina dan menyebabkan
kerusakan retina. Vitreus detachment pada miopia tinggi terjadi karena luasnya
volume yang harus diisi akibat memanjangnya bola mata.
c. Miopic makulopati
Dapat terjadi penipisan koroid dan retina serta hilangnya pembuluh darah kapiler
pada mata yang berakibat atrofi sel-sel retina sehingga lapanagn pandang
berkurang. Dapat juga terjadi perdarahan retina dan koroid yang bisa
menyebabkan kurangnya lapangan pandang.
15
Miop vaskular koroid/degenerasi makular miopic juga merupakan konsekuensi
dari degenerasi makular normal, dan ini disebabkan oleh pembuluh darah yang
abnormal yang tumbuh di bawah sentral retina.
d. Glaukoma
Resiko terjadinya glaukoma pada mata normal adalah 1,2%, pada miopia sedang
4,2%, dan pada miopia tinggi 4,4%. Glaukoma pada miopia terjadi dikarenakan
stress akomodasi dan konvergensi serta kelainan struktur jaringan ikat
penyambung pada trabekula.
e. Katarak
Lensa pada miopia kehilangan transparansi. Dilaporkan bahwa pada orang dengan
miopia onset katarak muncul lebih cepat.
IX. Penatalaksanaan
1. Pemberian lensa spheris concave ( - )
Penderita myopia dapat dikoreksi kelainannya dengan bantuan lensa spheris concave (
- ) yang terkecil/terlemah agar dapat menghasilkan tajam penglihatan terbaik. Karena dengan
koreksi lensa spheris concave (-) terkecil orang myopia akan dapat membiaskan sinar sejajar
tepat diretina tanpa akomodasi.
Koreksi myopia dengan menggunakan lensa konkaf atau lensa negatif, perlu diingat
bahwa cahaya yang melalui lensa konkaf akan disebarkan. Karena itu, bila permukaan
refraksi mata mempunyai daya bias terlalu besar, seperti pada myopia, kelebihan daya bias
ini dapat dinetralisasi dengan meletakkan lensa sferis konkaf di depan mata.
16
Besarnya kekuatan lensa yang digunakan untuk mengkoreksi mata myopia ditentukan
dengan cara trial and error, yaitu dengan mula-mula meletakan sebuah lensa kuat dan
kemudian diganti dengan lensa yang lebih kuat atau lebih lemah sampai memberikan tajam
penglihatan yang terbaik.
Pasien myopia yang dikoreksi dengan kacamata sferis negatif terkecil yang
memberikan ketajaman penglihatan maksimal. Sebagai contoh bila pasien dikoreksi dengan -
3.00 dioptri memberikan tajam penglihatan 6/6, demikian juga bila diberi sferis -3.25 dioptri,
maka sebaiknya diberikan koreksi -3.00 dioptri agar untuk memberikan istirahat mata dengan
baik setelah dikoreksi.
2. Pemakaian lensa kontak
Pada pemakaian lensa kontak harus melalui standar medis dan pemeriksaan secara
medis. Karena resiko pemakaian lensa kontak cukup tinggi.
Orthokeratology adalah cara pencocokan dari beberapa seri lensa kontak, lebih dari
satu minggu atau bulan, untuk membuat kornea menjadi datar dan menurunkan myopia.
Kekakuan lensa kontak yang digunakan sesuai dengan standar. Tergantung dari respon
individu dalam orthokeratology yang sesekali beruba-ubah, penurunan myopia sampai
17
dengan 3.00 dioptri pada beberapa pasien, dan rata-rata penurunan yang dilaporkan dalam
penelitian adalah 0.75-1.00 dioptri.
Beberapa dari penurunan ini terjadi antara 4-6 bulan pertama dari program
orthokeratology, kornea dengan kelengkungan terbesar memiliki beberapa pemikiran dalam
keberhasilan dalam membuat pemerataan kornea secara menyeluruh. Dengan followup yang
cermat, orthokeratology akan aman dengan prosedur yang efektif. Meskipun myopia tidak
selalu kembali pada level dasar, pemakaian lensa tambahan pada beberapa orang dalam
beberapa jam sehari adalah umum, untuk keseimbangan dalam memperbaiki refraksi.
3. Pembedahan/operatif
a) Radial Keratotomy
Merupakan upaya untuk mengurangi kelengkungan kornea dengan
cara membuat sayatan pada kornea.
b) Photorefractive Keratectomy
Yaitu upaya untuk mengurangi kelengkungan kornea dengan cara
memotong permukaan depan kornea. Hal ini dilakukan dengan
menggunakan alat yang disebut Excimer Laser.
c) LASIK
Singkatan dari Laser Assistet In-situ Keratomeuleosis, pada Lasik ini
sebenarnya sama tujuannya dengan operasi yang lainnya yaitu
mengurangi kelengkungan daripada kornea hanya saja berbeda dalam
tehnis, yaitu lebih sempurna dengan menggunakan tehnis laser secara
mutlak.
18
PEMBAHASAN
Pembahasan di dalam kasus ini antara lain mencakup :
1. Mengapa pada pasien ini didiagnosa sebagai pasien Miopia Simpleks ODS ?
2. Apakah etiologi dari penyakit pada pasien ini ?
3. Bagaimanakah penatalaksanaan pasien ini ?
4. Bagaimana prognosis pada pasien ini ?
1. Mengapa pada pasien ini didiagnosa sebagai pasien Miopia Simpleks ODS ?
Pada pasien ini ditemukan :
Gejala subjektif miopia antara lain:
o Kabur bila melihat jauh
o Membaca atau melihat benda kecil harus dari jarak dekat
o Lekas lelah bila membaca ( karena konvergensi yang tidak sesuai dengan
akomodasi )
Pada pemeriksaan Refraksi Subyektif, dengan Metoda ‘trial and error’. Jarak
pemeriksaan 6 meter/ 5 meter/ 20 kaki. Digunakan kartu Snellen yang diletakkan
setinggi mata penderita, Mata diperiksa satu persatu dibiasakan mata kanan terlebih
dahulu. Ditentukan visus / tajam penglihatan masing-masing mata. kemudian
dikoreksi dengan lensa sferis negatif, dan memberikan tajam penglihatan yang
membaik.
Pada pemeriksaan Refraksi Subyektif dengan snellen chart didapatkan koreksi
kacamata :
VOD : 0,5 S-2.00 = 1.0
VOS : 0,15 S-2.50 = 1.0
19
2. Apakah etiologi dari penyakit pada pasien ini ?
Adanya kebiasaan membaca ditempat yang gelap dan sering bermain laptop
diakui pasien.
3. Bagaimanakah penatalaksanaan pasien ini ?
Koreksi dengan menggunakan lensa negatif S -2.00 OD S-2.50 OS
Pemberian vitamin untuk kesehatan mata : Vit A eye drops 3 x per hari
4. Bagaimana prognosis pada pasien ini ?
Quo ad vitam : ad bonam Quo ad functionam : ad bonam Quo ad sanactionam : ad bonam
20
DAFTAR PUSTAKA
1. http://www.aoa.org/documents/CPG-15.pdf .
2. http://puspasca.ugm.ac.id/files/Abst_ (3769-H-2007).pdf.
3. http://library.usu.ac.id/download/fk/pnymata-halima.pdf .
4. http://fkuii.org/tikidownload_wiki_attachment.php?attId=1167&page=Teguh
%20Sudrajat.
5. Vaoughan et all, Optalmology Umum.edisi 14.Widya Medika.2000.
6. American Optometric Association, Optometric Clinical Practice Guidline Care of the
Patient with Myopia, 1997
7. Ilyas, S., 2007. Ilmu penyakit Mata. Edisi Ke-3. Jakarta, FK UI
8. www.optiknisna.com/penyebab-mata-butuh-kacamata.html
9. Curtin. B., J., 2002. The Myopia. Philadelphia Harper & Row. 348-381
10. Mansjoer, A., 2002. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ke-3 Jilid 1. Media
Aesculapius. Jakarta, FK UI
11. Guyton and Hall. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. EGC. Edisi 9. 1997.
12. Pedoman diagnosis dan terapi, bag/smf ilmu penyakit mata, 2006 edisi ke III, rumah
sakit umum dokter soetomo, Surabaya
13. www.medicastore.com , ilmu penyakit mata
14. www.refraksioptisi.br.ma
15. Anonim, 2006, http://www.entnet.org/index2.cfm.
16. Ilyas, HS. 2003.Dasar-dasar Pemeriksaan mata dan penyakit mata, Cetakan I. Balai
Penerbit FKUI, Jakarta.
21