Download - MINGGU, 24 OKTOBER 2010 | MEDIA INDONESIA Listrik dari ... filelimbah tersebut menjadi bahan baku pembangkit listrik tenaga uap (PLTU). ... Mw atau setara dengan 57.040 sambungan pelanggan.

Transcript

Potensi Pupuk Organik dari Ternak Jambi

PRODUKSI pupuk organik yang besar sangat potensial dihasilkan Provinsi Jambi. Sayangnya, potensi itu saat ini belum diman-faatkan karena para peternaknya kebanyakan masih melakukan penggembalaan liar.

Kepala Dinas Peternakan Provinsi Jambi Hanif Lubis, di Jambi, Jumat (22/10), mengatakan, populasi kerbau di Provinsi Jambi setiap tahunnya mencapai 68.159 ekor lebih. Jumlah ternak ini seharusnya dapat menghasilkan ribuan ton pupuk organik.

Sayangnya, kotoran kerbau masih terbuang sia-sia. Sebab itu, Dinas Peternakan serta Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Prov Jambi kini giat mendorong petani untuk mengandangkan ternak. Produksi pupuk organik ini diharapkan dapat mengurangi penggunaan pupuk kimia di kegiatan pertanian. (Ant/M7)

LAYAKNYA setiap usa-ha yang tidak luput dari persoalan limbah, begitu pula perkebu-

nan kelapa sawit. Buah sawit tidak seluruhnya dapat diolah menjadi minyak kelapa sawit mentah atau crude palm oil (CPO).

Tandan kosong kelapa sawit akan menjadi sampah yang lama-kelamaan terus menum-puk di kebun. Ini pula yang terlihat di antara pepohonan kelapa sawit di Kecamatan Parindu, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat.

Saat Media Indonesia berkun-jung ke kebun PT Perkebu-nan Nusantara (PTPN) XIII, awal Oktober, tandan kosong dibiarkan mengering dan mem-busuk.

Setiap harinya, kebun me-nerima kembali sekitar 240 ton tandan kosong dari pabrik pengolahan CPO yang juga ber-ada dalam kawasan itu. Volume limbah tersebut adalah 20% dari kapasitas produksi harian pabrik yakni 1.200 ton tandan buah segar (TBS).

Memang, tandan kosong yang kaya akan nitrogen ini dapat dimanfaatkan kembali. “Kompos tandan kosong bisa dimanfaatkan sebagai media penyubur tanaman sehingga menekan penggunaan pupuk kimia,” kata General Manager PTPN XIII Distrik Kalbar II Pan-dopotan Girsang, saat ditemui

di kebun, Selasa (5/10). Belum semua tandan kosong

di kebun Parindu dimanfaat-kan sebagai pupuk karena pertimbangan ekonomis. Ba-nyak di antara limbah itu a-khirnya dimusnahkan dalam mesin pengolah sampah atau incinerator.

“Pemanfaatannya terbatas untuk kebun di sekitar lokasi pabrik. Jika terlalu jauh, ongkos angkutnya lebih mahal dari-pada membeli pupuk (kimia),” ujar Direktur Perencanaan dan Pengembangan PTPN XIII Memed Wiramihardja.

Energi alternatifNamun tidak lama lagi tum-

pukan tandan kosong mungkin akan sulit ditemui di kebun ke-lapa sawit seluas 12.505 hektare lebih itu. Pasalnya, PTPN XIII tengah menjajaki pemanfaatan limbah tersebut menjadi bahan baku pembangkit listrik tenaga uap (PLTU).

“Listrik yang dihasilkan se-luruhnya akan dijual dan di-

distribusikan oleh PLN,” kata Memed.

Nota kesepahaman bersama (MoU) dengan PLN sendiri te-lah ditandatangani di Jakarta pada pertengahan tahun ini. Berdasarkan kajian sementara, potensi energi listrik yang di-hasilkan dari limbah pabrik ini diperkirakan mencapai 4 megawatt (Mw).

Jika diasumsikan konsumsi listrik rata-rata rumah tangga di Kalbar sekitar 1.000 watt, potensi listrik dari tandan ko-song ini dapat menerangi 4.000 rumah tangga. Tentunya suatu

hal yang sangat berharga ke-timbang sekadar menambah emisi CO2 ke udara.

Prastudi kelayakan proyek ini ditargetkan rampung pada No-vember dengan kajian berbagai model dan tipe pengembangan secara aplikatif. Termasuk, kemungkinan mengintegra-sikan sistem pembangkit de-ngan pabrik pengolahan kelapa sawit sebagai pemasok kebu-

tuhan bahan baku, sehingga lebih praktis dan ekonomis.

Potensi listrik yang lebih besar lagi dapat dihasilkan jika memperhitungkan 21 pabrik pengolahan minyak sawit lain-nya di Kalbar.

Dengan perkiraan kasar ka-pasitas produksi serupa dengan pabrik PTPN XIII itu, yakni 1.200 ton, pabrik ini juga dapat membangun PLTU serupa dan dari situ Kalbar bisa mendapat tambahan 84 Mw daya listrik. Kapasitas ini cukup untuk menutupi kekurangan daya lis-trik di Kalbar yang sekitar 60,87

Mw atau setara dengan 57.040 sambungan pelanggan.

BiogasTeknologi limbah tandan ko-

song sebagai bahan bakar PLTU sebenarnya bukan baru. Di-rektur Sumber Daya Manusia dan Umum PTPN XIII Wagio R Sumarto sendiri mengatakan penjajakannya bahwa sejumlah pabrik kelapa sawit Tanah Air

telah lebih dulu menerapkan-nya.

Teknologinya juga terbilang sederhana. Pertama, tandan kosong dihaluskan dengan me-sin pencincang.

Setelah itu, menjadi pema-nas ketel uap air. Uap ini selanjutnya akan menggerak-kan turbin pada generator sehingga menghasilkan energi listrik. Abu hasil pembakaran kompos tersebut masih dapat dijadikan pupuk di kebun karena tetap banyak mengan-dung kalsium.

Sementara itu, gas metana yang secara alamiah dihasil-kan dalam proses pembusukan dan menghasilkan efek rumah kaca lebih besar dari CO2 tidak dimanfaatkan sebagai peng-gerak turbin.

Padahal, teknologi pembang-kit listrik dengan biogas ini sekarang lebih banyak menjadi pilihan untuk pemanfaatan limbah organik, salah satu con-tohnya di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bantar Gebang.

“Memang teknologi kami belum sampai ke sana (peman-faatan metana), tapi kami juga inginnya nanti bisa meman-faatkan biogasnya,” kata Wagio yang dihubungi via telepon.

PTPN yang juga berniat membuat PLTU di Pelaihari, Kalsel, baru menjajaki peman-faatan gas metana dari limbah cair CPO. Limbah cair yang merupakan minyak kualitas rendah ini, selain bisa diolah untuk biodiesel, juga bisa di-ambil biogasnya.

Menurut perkiraan mereka, pemanfaatan gas metana ini hanya bisa menghasilkan tam-bahan listrik 1 Mw. Namun, ini adalah langkah menjadikan limbah lebih bermanfaat. (M7)

[email protected]

Potensi limbah tandan kosong kelapa sawit di Kalimantan Barat diperkirakan mampu menghasilkan energi listrik untuk 57 ribu lebih pelanggan.

MINGGU, 24 OKTOBER 2010 | MEDIA INDONESIA

Aries Munandar

Pengurangan emisi sebetulnya juga dapat dilakukan jika biogas dari tandan kosong itu ikut dimanfaatkan.

Listrik dari Limbah Sawit

POTENSI SAWIT: Hamparan kebun kelapa sawit di Kalimantan Tengah masih belum dimanfaatkan secara optimal. Limbahnya masih banyak yang terbuang.

REUTERS/BEAWIHARTA

REUTERS

Kekeringan Global 30 Tahun Lagi

BELUM lagi manusia menemukan kesepakatan bersama untuk mengatasi pemanasan global, kini ancaman lebih menakutkan muncul. Peneliti dari Pusat Penelitian Atmosfer Nasional milik Amerika Serikat (NCAR) mengemukakan bahwa dekade menda-tang, sebagian besar wilayah Bumi akan menghadapi ancaman kekeringan. Aiguo Dai, peneliti NCAR, Selasa (19/10), waktu setempat, mengatakan sebagian wilayah Asia, Amerika Serikat, selatan Eropa, dan sebagian besar Afrika, Amerika Latin serta Timur Tengah akan dihantam musim kering yang ganas.

Penelitian yang menggunakan 22 model komputer ini juga me-nyebutkan kekeringan ganas yang belum pernah terjadi sebelum-nya terutama akan menimpa wilayah sekitar Laut Mediterania. Dai mengatakan kekeringan hanya dapat dihindari jika emisi gas rumah kaca benar-benar dikurangi secara global. (www2.ucar.edu/M7)

Hutan Lebat Menyerap Polutan Penyakit

SEMAKIN banyak alasan mengapa kita perlu menyelamatkan hutan. Hutan bukan saja menyerap emisi gas rumah kaca, tapi juga mencegah kita dari penyakit-penyakit berbahaya. Itulah hasil penelitian lain yang baru-baru ini dikeluarkan pusat penelitian atmosfer nasional milik Amerika Serikat (NCAR). Peneliti dari NCAR mengemukakan bahwa pada bagian atas kanopi di hutan lebat menyerap VOCs hingga 97%.

“Tanaman membersihkan udara dalam tingkat lebih besar dari-pada perkiraan kita,” kata Thomas Karl dari NCAR, Kamis (21/10), di Washington. VOCs merupakan bahan kimia sebagai oksigen senyawa organik yang mudah menguap. Senyawa ini terbentuk di atmosfer, berasal dari hidrokarbon dan bahan kimia lainnya dari alam serta kegiatan manusia. Senyawa ini berkontribusi menye-babkan radang paru-paru hingga asma. (Reuters/M-7)

INFO HIJAU

MI/ARIES MUNANDAR REUTERS

AP

SEKARANG rasanya semua orang memiliki telepon genggam. Punya lebih dari satu sudah

dianggap wajar. Entah itu karena kebutuhan atau sekadar konsumtif, telepon genggam sudah jadi bagian gaya hidup sekarang ini.

Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) menyebutkan pelanggan ponsel sampai 2008 mencapai 100 juta. Departemen Perindustrian menyebut pertumbuhan telepon genggam di Indonesia sekitar 20 juta-30 juta unit per tahunnya. Di sisi lain, angka itu sebagai ancaman bagi kualitas lingkungan hidup, karena adanya limbah perangkat elektronik tadi.

Memang gadget itu tidak lantas jadi limbah karena banyak diperjualbelikan lagi. Namun, tetap e-waste sesuatu yang pasti dan kian menggunung. Sampah elektronik ini banyak mengandung bahan beracun seperti timbal dari PCB, kadmium dari semikonduktor, brominated fl ame retardants (BFr) dan plastik PVC.

Jika dibakar begitu saja, akan mencemari tanah dan sumber air yang selanjutnya memicu kanker pada manusia. Namun, jika tidak dibakar, bahan-bahan ini susah terdegradasi.

Kini beberapa produsen telepon genggam sudah mulai menjalankan program pengumpulan kembali

produk bekasnya dan mendaur ulang. Namun, menurut organisasi lingkungan Greenpeace, tingkat daur ulang para produsen ini masih sangat kecil jika dibandingkan dengan produksi mereka.

Di samping menekan proses daur ulang oleh para produsen, pemerintah sebenarnya bisa mendorong produk yang ramah lingkungan dengan melarang penggunaan bahan berbahaya seperti timbal dan kadmium.

Ingin tahu bagaimana caranya ikut mengurangi ancaman limbah elektronik ini? Simak pembicaraannya di Green FM. (Big/M-1)

TipsGreen!

Untuk ikut mengurangi limbah e-waste sebaiknya cukup punya satu telepon genggam. Pilih yang produknya bisa tahan lama terutama penggunaan baterainya.

ANCAMAN GAYA HIDUP GADGET

6 | Green Concern