BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Arti kata pendidikan secara pemahaman yang sebenar-benarnya belum banyak
diketahuai oleh banyak kalangan. Dalam pengertian yang agak luas pendidikan dapat
diartikan sebagai sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang
memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan
kebutuhan. Sebagian orang memahami arti pendidikan sebagai pengajaran karena
pendidikan pada umumnya selalu membutuhkan pengajaran1
Betapa pentingnya pendidikan dan menjadi suatu keharusan bagi manusia karena
dengan pendidikan dapat memimpin perkembangan jasmani dan rohani bagi anak-
anak kearah kedewasaan agar berguna bagi diri sendiri dan bagi masyarakat2. Dalam
dunia pendidikan tentunya pemerintah sudah berupaya untuk memajukan pendidikan
di Indonesia kearah yang lebih baik meskipun dalam kenyataannya masih banyak
tantangan yang dihadapi untuk mencapai proses pendidikan yang ideal bagi peserta
didik.
Dari berbagai definisi pemahaman tentang arti pendidikan tersebut tentunya di
lembaga- lembaga pedidikan sekolah atau madrasah masih banyak masalah terkait
belum maksimalnya proses belajar mengajar. Secara pemahaman definisi tersebut
indikasi keberhasilan proses pendidikan sangat erat terkait dengan proses
pembelajaran bagi peserta didik, dimana semua berharap dalam proses ini peserta
didik diharapkan memiliki perubahan dalam hal pemahaman secara keilmuan serta
dapat mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
1 Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. (Bandung : PT REMAJA ROSDAKARYA, 2010), h 10.112 Ngalim, M. Purwanto. Drs, MP. ILMU PENDIDIKAN TEORITIS DAN PRAKTIS. (Bandung : PT REMAJA ROSDAKARYA, 2007), h.10
1
Pendidikan yang bersifat dinamis artinya dapat berubah sesuai proses
perkembangan zaman tentunya banyak kendala yang dialami pendidik dalam
memberikan materi pembelajaran dalam proses belajar mengajar inilah perlu dikaji
apa yang menjadi suatu akar persoalan mengenai belum maksimalnya penyampaian
pemahaman materi pada peserta didik. Dalam hal ini terkait dengan keaktifan siswa
yang dirasakan kurang begitu optimal dalam memahami materi khususnya dalam mata
pelajaran geografi. Dalam berbagai kaitan dalam masalah pendidikan proses belajar
geografi di tingkat Madrasah Aliyah (MA) khususnya di Madrasah Aliyah Negeri 1
Bogor (MAN 1) saat ini hasilnya masih jauh dari yang diharapkan, banyak siswa yang
mendapatkan nilai rendah, pemahaman materi yang kurang, motivasi belajar yang
amat sangat rendah, serta keaktifan siswa yang masih belum sesuai yang diharapkan.
Dalam pengamatan hal ini terdapat tanda tanya besar, mengapa hal itu bisa terjadi?
Apa penyebabnya?
Berdasasrkan hasil pengamatan dan evaluasi hasil belajar siswa kelas X
Madrasah Aliyah Negeri 1 (MAN 1) Kota Bogor tahun ajaran 2011 / 2012 melalui
nilai tes kondisi awal yang merupakan nilai harian pada Kompetensi Dasar ”Konsep
Geografi” diperoleh nilai rata – rata 5 rata-rata nilai ulangan. Materi konsep geografi
merupakan dasar dalam pengantar untuk memahami ilmu geografi. Hal ini yang
menjadikan Konsep geografi menjadi amat sangat penting bagi siswa ini sebagai dasar
untuk bisa memahami ilmu geografi secara berkesinambungan. Hal ini tentunya
menjadi tantangan bagi guru dalam memberikan bentuk pengajaran agar lebih menarik
dan mudah dipahami serta membuat siswa menjadi lebih aktif. Geografi sebagai ilmu
yang mempelajari tentang lokasi serta persamaan dan perbedaan (variasi) keruangan
atas fenomena fisik dan manusia di atas permukaan bumi yang merupakan mata
pelajaran yang diajarkan di kelas sepuluh (X) tentunya belum sepenuhnya optimal
untuk dipahami bagi peserta didik.
Kendala atau masalah yang dialami guru bidang studi geografi di MAN 1 Bogor
seringkali berkutat pada motivasi siswa yang rendah terhadap mata pelajaran geografi
dan proses pemahaman materi yang kurang. Kemandirian serta keaktifan siswa
cenderung masih rendah. Misalnya kemandirian siswa dalam mengerjakan soal-soal
yang diberikan oleh guru, berlatih menjelaskan hasil pekerjaannya kepada teman yang
lain, serta bekerjasama dan hubungan dengan siswa lain. Keaktifan siswa dalam
mengajukan ide pada guru, memberikan tanggapan atau komentar terhadap siswa lain,
2
bertanya kepada guru tentang materi yang disampaikan menyanggah atau menyetujui
ide pengerjaan soal dari teman juga masih rendah.
Dengan terbatasnya media yang digunakan menjadikan siswa kesulitan memiliki
interaksi dalam proses belajar geografi karena media yang digunakan masih bersifat
klasikal yaitu buku, whiteboard, dan atlas. Hal ini juga merupakan tantangan bagi
pendidik untuk bisa berpikir kreatif dalam pengajaran serta penyampaian materi agar
bisa diterima dan dipahami bagi peserta didik. Metode serta media yang digunakan
harus lebih bervariasi dan dapat menarik perhatian para peserta didik. Metode ysng
digunakan dalam proses pembelajaran pengajaran di MAN 1 kota Bogor masih belum
sepenuhnya optimal untuk diterapkan masih sebatas dengan metode ceramah pada
umumnya. Hal ini disebabkan karena fasilitas seklolah yang masih amat kurang yang
membuat guru harus lebih keatif dalam menerapkan variasi metode untuk bisa
membuat siswa menjadi lebih aktif dalam memahami materi. Terkadang pendidik
yang sudah mempersiapkan berbagai metode untuk diterapkan dalam proses belajar
mengajar masih harus mengalami hambatan seperti terbatasnya media untuk
penyampaian materi, siswa yang tidak fokus atau kurangnya konsentrasi terhadap
materi yang diajarkan, serta terbatasnya waktu ajar bagi pendidik karena tuntutan
pencapaian tujuan indikator yang tidak maksimal terpenuhi.
Pelaksanaan pengajaran sering hanya si guru mendikte dan si anak yang mencatat dan
kemudian menghafalkannya persis seperti bunyi catatatan dan sama sekali tidak ada
kaitan dengan pengertian ataupun perubahan anak perbuatan anak karenanya
Permasalahan tersebut dapat diatasi dengan melakukan terobosan dalam membuat
pembelajaran Geografi menjadi pelajaran yang menarik dan menyenangkan sehingga
peserta didik benar-benar memahami apa yang sedang dipelajarinya dan dapat terlibat
secara interaktif di dalam pembelajaran. Salah satu metode yang akan diterapkan
adalah dengan pola latihan interaktif yang menggunakan metode Mind Mapping.
Dalam metode Mind Mapping siswa di kuatkan pada cara menghadapi persoalan
dengan langkah penyelesaian yang sistematis yaitu memahami masalah, menyusun
rencana, melaksanakan rencana, dan memeriksa kembali sehingga persoalan yang
dihadapi akan dapat diatasi.
3
Sedangkan dengan latihan interaktif siswa diharapkan dapat berinteraksi dalam
proses belajar mengajar, sehingga siswa dituntut untuk aktif secara langsung dalam
proses pembelajaran. Sehingga diharapkan kemandirian dan keaktifan siswa dalam
pembelajaran geografi dapat ditingkatkan. Dengan demikian siswa belajar Geografi
tidak hanya mendengarkan dan guru menerangkan didepan kelas saja, namun
diperlukan keaktifan siswa didalam proses belajar mengajar.
Melalui usaha pendidikan diharapkan kualitas generasi muda yang cerdas, aktif,
dan mandiri dapat terwujud. Namun kenyataannya keaktifan siswa sekarang ini
berkembang lambat dan disiplin belajar siswa yang kurang
Hal ini mendorong penulis untuk mengambil judul penelitian tindakan kelas yaitu
“PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN METODE MIND MAPPING
UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR PADA MATERI
KONSEP GEOGRAFI DI MAN 1 BOGOR TAHUN AJARAN 2011/2012”
4
B. IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan masalah yang ada dalam latar belakang di atas, maka ada beberapa
faktor yang teridentifikasi, di antara lainnya adalah:
1. Kurangnya motivasi siswa dalam memahami mata pelajaran geografi khususnya
dalam materi konsep geografi
2. Media yang terbatas atau kurang mendukung dalam proses pembelajaran geografi
3. Penggunaan Metode yang seringkali tidak sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
4. Pemahamaan siswa pada saat awal belajar geografi begitu kurang, mengakibatkan
mereka kurang paham dengan apa yang sedang di jelaskan atau diajarkan
pendidik pada saat kelas berlangsung.
5. Kurangnya Interaktif peserta didik dalam proses pembelajaran geografi
khususnya dalam materi konsep geografi sehingga siswa cendrung bersifat pasif.
6. Kurangnya kemandirian peserta didik dalam pembelajaran geografi
C. PEMBATASAN MASALAH
Melihat banyaknya masalah yang ada dalam identifikasi, peneliti memfokuskan
penelitian ini pada penerapan metode Mind Mapping yaitu keaktifan belajar siswa
terhadap materi konsep geografi dalam mata pelajaran geografi.
D. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka masalah dalam penelitian ini
dapat dirumuskan
1. Bagaimana penerapan metode Mind Mapping untuk meningkatkan keaktifan
belajar pada materi Konsep Geografi
2. Bagaimana dampak penggunaan metode Mind Mapping terhadap keaktifan
dan kemandirian siswa pada materi Konsep Geografi pada siswa kelas X
MAN 1 Kota Bogor
5
E. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
Tujuan
Adanya tujuan dalam penelitian ini merupakan hal yang sangat penting karena
dengan tujuan yang tepat menjadikan tolok ukur keberhasilan dalam penelitian.
Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai :
1. Untuk mengetahui pengaruh metode Mind Mapping terhadap pemahaman
materi Geografi khususnya materi Konsep Geografi pada siswa kelas X MAN
1Kota Bogor
2. Untuk mengetahui seberapa besar dampak keaktifan siswa dan kemandirian
siswa kelas X MAN 1 Bogor dalam proses pembelajaran Geografi khususnya
materi Konsep Geografi melalui metode Mind Mapping
Manfaat
1. Manfaat teoristis
diharapkan dari penelitian ini adalah dapat dijadikan bahan pertimbangan ilmu
pengetahuan dibidang pendidikan pada umumnya.
2. Manfaat praktis
A. Bagi guru
Sebagai bahan kajian guru dalam memberikan atau menyampaikan materi
(metode Mind Mapping ) dalam upaya meningkatkan pemahaman materi
Geografi khususnya materi Konsep Geografi terhadap peserta didik.
B. Bagi siswa
Memberi alternatif lain untuk mempelajari suatu pelajaran dengan cara
membuat ringkasan yang menarik dan anak terdorong aktif untuk belajar
Geografi.
C. Bagi sekolah
Dari hasil penelitian dapat memberikan masukan kepada sekolah atau lembaga
pendidikan di SMA/ MA sebagai bahan kajian dalam usaha perbaikan proses
pembelajaran di sekolah menjadi lebih baik.sehingga mutu pendidikan dapat
lebih meningkat.
6
BAB II
LANDASAN TEORI
F. Acuan Teori dan Fokus Penelitian
1. Mind Mapping
a. Definisi Mind Mapping
Barbara Prashing mengemukakan Mind Mapping dipopulerkan oleh Tony
Buzan pada tahun 1970-an, aslinya diciptakan oleh Gelb.
Michael Gelb dalam Buzan
Mind Mapping dapat diartikan sistem revolusioner dalam perencanaan dan
pembuatan catatan yang telah mengubah hidup jutaan orang di seluruh dunia.
Pembuatan Mind Mapping didasarkan pada cara kerja alamiah otak dan mampu
menyalakan percikan percikan kreatifitas dalam otak karena melibatkan kedua
belahan otak kita.
Menurut Porter & Hernacki :
Mind Mapping juga dapat disebut dengan peta pemikiran. Mind Mapping
juga merupakan metode mencatat secara menyeluruh dalam satu halaman. Mind
Mapping menggunakan pengingat pengingat visual dan sensorik dalam suatu
pola dari ide-ide yang berkaitan.
Metode Mind Mapping adalah metode baru untuk mencatat yang
bekerjanya disesuaikan dengan bekerjanya dua belah otak (otak kiri dan otak
kanan). Metode ini mengajarkan untuk mencatat tidak hanya menggunakan
gambar atau warna. Tony Buzan mengemukakan “your brain is like a sleeping
giant, hal itu disebabkan 99% kehebatan otak manusia belum dimanfaatkan
secara optimal.”
Mind Map juga sebagai alat pilihan untuk membantu menajamkan ingatan
yang menggunakan imajinasi dan asosiasi3 Cara lain untuk menguatkan
3 Tony Buzan, Buku Pintar Map Untuk Anak, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,2008), h.19
7
pengetahuan dan pemahaman peserta didik terhadap bahan-bahan yang telah
dibacanya4.
Serta siswa diharapkan dapat lebih terampil untuk menggali pengetahuan awal
yang sudah dimiliki dan memperoleh pengetahuan baru sesuai pengalaman
belajarnya5
Peta pikiran atau Mind Mapping pada dasarnya menggunakan citra visual
dan prasarana grafis lainnya untuk membentuk kesan pada otak. Yang
merupakan ilustrsi grafis konkret yang mengindikasikan bagaiman sebuah
konsep tunggal dihubungkan ke konsep –konsep lain pada kategori yang sama6
Mind Mapping adalah cara mencatat yang kreatif, efektif dan secara
harfiah akan memetakan pikiran-pikiran Mind Mapping juga merupakan peta
rute yang memudahkan ingatan dan memungkinkan untuk menyusun fakta dan
pikiran, dengan demikian cara kerja alami otak dilibatkan sejak awal. Ini berarti
mengingat informasi akan lebih mudah dan lebih bisa diandalkan daripada
menggunakan teknik mencatat tradisional. Selain itu Mind Mapping adalah
sistem penyimpanan, penarikan data dan akses yang luar biasa untuk
perpustakaan raksasa dalam otak manusia yang menakjubkan. Yang merupakan
sebagai ilustrasi
b. Tujuan Mind Mapping
Mind Mapping bertujuan membuat materi pelajaran terpola secara visual
dan grafis yang akhirnya dapat membantu merekam, memperkuat, dan
mengingat kembali informasi yang telah dipelajari. Mind Mapping adalah satu
teknik mencatat yang mengembangkan gaya belajar visual. Mind Mapping
memadukan dan mengembangkan potensi kerja otak yang terdapat di dalam diri
seseorang. Dengan adanya keterlibatan kedua belahan otak maka akan
memudahkan seseorang untuk mengatur dan mengingat segala bentuk informasi,
baik secara tertulis maupun secara verbal. Adanya kombinasi warna, simbol,
4 Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), h.1065 Prof.Dr.H.Yatim Riyanto,Mpd, Paradigma Baru Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,2009), h.2796 Trianto, M.Pd, Mendesain Model Pembelajaran Inovativ Progresiv Konsep, Landasan dan Implementasinya pada kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,2009), h.158
8
bentuk dan sebagainya memudahkan otak dalam menyerap informasi yang
diterima. Mind Mapping yang dibuat oleh siswa dapat bervariasi pada setiap
materi. Hal ini disebabkan karena berbedanya emosi dan perasaan yang terdapat
dalam diri siswa setiap saat. Suasana menyenangkan yang diperoleh siswa
ketika berada di ruang kelas pada saat proses belajar akan mempengaruhi
penciptaan peta pikiran. Dengan demikian, guru diharapkan dapat menciptakan
suasana yang dapat mendukung kondisi belajar siswa terutama dalam proses
pembuatan Mind Mapping. Proses belajar yang dialami seseorang sangat
bergantung kepada lingkungan tempat belajar.
Jika lingkungan belajar dapat memberikan sugesti positif, maka akan baik
dampaknya bagi proses dan hasil belajar, sebaliknya jika lingkungan tersebut
memberikan sugesti negatif maka akan buruk dampaknya bagi proses dan hasil
belajar.
c. Manfaat Mind Mapping
Menurut Michael Michalko dalam Buzan, metode Mind Mapping dapat
dimanfaatkan atau berguna untuk berbagai bidang termasuk bidang pendidikan.
Kegunaan metode Mind Mapping dalam bidang pendidikan :
a. Memberi pandangan menyeluruh pokok masalah.
b. Memungkinkan kita merencanakan rute atau kerangka pemikiran
suatu karangan.
c. Mengumpulkan sejumlah besar data disuatu tempat.
d. Mendorong pemecahan masalah dengan kreatif.
Selain itu menurut Buzan, metode Mind Mapping dapat bermanfaat untuk :
1) Merangsang bekerjanya otak kiri dan kanan secara sinergis.
2) Membebaskan diri dari seluruh jeratan aturan ketika mengawali belajar.
3) Membantu seseorang mengalirkan diri tanpa hambatan.
4) Membuat rencana atau kerangka cerita.
9
5) Mengembangkan sebuah ide.
6) Membuat perencanaan sasaran pribadi.
7) Memulai usaha baru.
8) Meringkas isi sebuah buku.
9) Fleksibel.
10) Dapat memusatkan perhatian.
11) Meningkatkan pemahaman.
12) Menyenangkan dan mudah diingat.
d. Langkah-langkah dalam Membuat Mind Mapping
Menurut Arends
Langkah 1: Mengidentifikasi ide pokok atau prinsip yang melingkupi
sejumlah konsep
Langkah 2 : Menidentifikasi ide-ide atau konsep-konsep sekunder yang
menunjang ide utama
Langkah 3 : Tempatkan ide-ide utama ditengah atau dipuncak peta
tersebut
Langkah 4 : Kelompokkan ide-ide sekunder di sekeliling ide utama
yang secara visual menunjukkan hubungan ide-ide tersebut
dengan ide utama7
Sarana dan prasarana untuk membuat Mind Mapping adalah
a. Kertas kosong tak bergaris.
b. Pena dan pensil warna.
c. Otak.
7 Trianto, M.Pd, Mendesain Model Pembelajaran Inovativ Progresiv Konsep, Landasan dan Implementasinya pada kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,2009), h.160
10
d. Imajinasi
Buzan membuat Mind Mapping membutuhkan imajinasi atau pemikiran,
adapun cara pembuatan Mind Mapping adalah:
1) Mulailah dari tengah kertas kosong.
2) Gunakan gambar (simbol) untuk ide utama.
3) Gunakan berbagai warna.
4) Hubungan cabang-cabang utama ke gambar pusat.
5) Buatlah garis hubung yang melengkung.
6) Gunakan satu kata kunci untuk setiap garis.
7) Gunakan gambar.
Dalam membuat Mind Mapping juga diperlukan keberanian dan
kreativitas yang tinggi. Variasi dengan huruf capital, warna, garis bawah atau
simbol-simbol yang menggambarkan poin atau gagasan utama. Menghidupkan
Mind Mapping yang telah dibuat akan lebih mengesankan.. Tony Buzan telah
menyusun sejumlah aturan yang harus diikuti agar Mind Mapping yang dibuat
dapat memberikan manfaat yang optimal. Berikut adalah ringkasan dari Law of
MM:
a) Kertas: polos dengan ukuran minimal A4 dan paling baik adalah ukuran
A3 dengan orientasi horizontal (Landscape). Central Topic diletakkan
ditengah-tengah kertas dan sedapat mungkin berupa Image dengan
minimal 3 warna.
b) Garis: lebih tebal untuk BOIs dan selanjutnya semakin jauh dari pusat
garis akan semakin tipis. Garis harus melengkung (tidak boleh garis
lurus) dengan panjang yang sama dengan panjang kata atau image yang
ada di atasnya. Seluruh garis harus tersambung ke pusat.
c) Kata: menggunakan kata kunci saja dan hanya satu kata untuk satu
garis. Harus selalu menggunakan huruf cetak supaya lebih jelas dengan
11
besar huruf yang semakin mengecil untuk cabang yang semakin jauh
dari pusat.
d) Image: gunakan sebanyak mungkin gambar, kode, simbol, grafik, table
dan ritme karena lebih menarik serta mudah untuk diingat dan
dipahami. Kalau memungkinkan gunakan Image yang 3 Dimensi agar
lebih menarik lagi.
e) Warna: gunakan minimal 3 warna dan lebih baik 5 – 6 warna. Warna
berbeda untuk setiap BOIs dan warna cabang harus mengikuti warna
BOIs.
f) Struktur: menggunakan struktur radian dengan sentral topic terletak di
tengah-tengah kertas dan selanjutnya cabangcabangnya menyebar ke
segala arah. BOIs umumnya terdiri dari 2-7 buah yang disusun sesuai
dengan arah jarum jam dimulai dari jam 1
Gambar 2.1
Contoh Aplikasi Mind Mapping
12
e. Aplikasi Mind Mapping dalam Pembelajaran
Dalam tahap aplikasi, terdapat empat langkah yang harus dilakukan proses
pembelajaran berbasis Mind Mapping, yaitu:
a) Overview : Tinjauan Menyeluruh terhadap suatu topik pada saat proses
pembelajaran baru dimulai.
b) Preview : Tinjauan Awal merupakan lanjutan dari Overview sehingga
gambaran umum yang diberikan setingkat lebih detail
daripada Overview dan dapat berupa penjabaran lebih
lanjut dari Silabus
c) Inview : Tinjauan Mendalam yang merupakan inti dari suatu proses
pembelajaran, di mana suatu topik akan dibahas secara
detail, terperinci dan mendalam
d) Review : Tinjauan Ulang dilakukan menjelang berakhirnya jam
pelajaran dan berupa ringkasan dari bahan yang telah
diajarkan serta ditekankan pada informasi, konsep atau
rumus penting yang harus diingat atau dikuasai oleh siswa
f. Kelebihan dan Kelemahan Mind Mapping
Kelebihan metode Mind Mapping sebagai berikut:
1) Dapat mengemukakan pendapat secara bebas.
2) Dapat bekerjasama dengan teman lainnya
3) Catatan lebih padat dan jelas
4) Lebih mudah mencari catatan jika diperlukan.
5) Catatan lebih terfokus pada inti materi
6) Mudah melihat gambaran keseluruhan
7) Membantu Otak untuk : mengatur, mengingat, membandingkan dan
membuat hubungan
13
8) Memudahkan penambahan informasi baru
9) Pengkajian ulang bisa lebih cepat
10) Setiap peta bersifat unik
Kelemahan pembelajaran metode Mind mapping :
1) Hanya siswa yang aktif yang terlibat.
2) Tidak sepenuhnya murid yang belajar
3) Mind map siswa bervariasi sehingga guru akan kewalaha memeriksa
mind map siswa.
2. Keaktifan
a. Hakekat Keaktifan
Kata keaktifan adalah berasal dari kata aktif artinya giat atau sibuk dan
mendapat awalan Ke dan akhiran-An. Kata keaktifan sama artinya dengan
kegiatan dan kesibukan8
Dan keaktifan yang dimaksud disini adalah segala aktifitas atau kegiatan
yang dilakukan siswa dalam mengikuti proses belajar-mengajar di sekolah.
Sedangkan Belajar aktif adalah belajar yang menyenangkan bukan sekedar
bersenang-senang, kendati kegiatan belajar ini memang bisa menyenangkan dan
tetap dapat mendatangkan manfaat dan memberikan tantangan yang menuntut
kerja keras9
Belajar juga tergantung kepada kebutuhan dan motivasi. Belajar itu
terarah kepada pencapaian tujuan. Untuk mencapai suatu tujuan itu orang harus
menentukan set belajar (arah/ sikap terhadap belajar). Dengan set belajar yang
ditemukan, orang memilih berbagai alternatif tindakan, barulah orang
melaksanakan berbagai aktivitas untuk mencapai suatu tujuan.
Pembelajaran Aktif (Active Learning ) adalah salah satu usaha dalam
pedidikan yang bertujuan untuk memotivasi siswa mencapai penguasaan
(Mastery Level ) terhadap kompetensi tertentu. Agar belajar menjadi aktif,siswa
8 DepDikNas, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), h. 239 Melvin L. Silberman, Active Learning (Bandung: Nusamedia), h. 31
14
harus mengerjakan banyak sekali tugas. Mereka harus menggunakan otak
mengkaji gagasan, memecahkan, masalah, dan menerapkan apa yangmereka
pelajari. Belajar aktif harus gesit, menyenangkan dan bersemangat juga penuh
gairah. Siswa bahkan sering meninggalkan tempat duduk mereka, bergerak
leluasa dan berfikir keras.
Menurut Sriyono, Keaktifan adalah pada waktu guru mengajar ia harus
mengusahakan agar murid-muridnya aktif jasmani maupun rohani.” Menurut
Sagala, keaktifan jasmani maupun rohani itu meliputi antara lain:
a. Keaktifan indera : pendengaran, penglihatan, peraba dan lain-lain. Murid
harus dirangsang agar dapat menggunakan alat inderanya sebaik mungkin.
b. Keaktifan akal : akal anak-anak harus aktif atau diaktifkan untuk
memecahkan masalah, menimbang-nimbang, menyusun pendapat dan
mengambil keputusan.
c. Keaktifan ingatan : pada waktu mengajar, anak harus aktif menerima bahan
pengajaran yang disampaikan guru dan menyimpannya dalam otak,
kemudian pada suatu saat ia siap mengutarakan kembali.
d. Keaktifan emosi : dalam hal ini murid hendaklah senantiasa berusaha
mencintai pelajarannya.
b. Ciri Belajar Aktif
Adapun ciri-ciri proses pembelajaran dengan pendekatan belajar aktif adalah:
a). Pengajaran didasarkan atas tujuan-tujuan pendidikan yang telah ditentukan
terlebih dahulu. Pengajaran ini berarti bahwa tujuan dari strategi belajar
mengajar adalah agar hampir semua siswa dapat mencapai tingkat
penguasaan tujuan pendidikan. Jadi, cara belajar mengajar maupun alat
evaluasi yangdigunakan untuk mengatur keberhasilan siswa harus
berhubungan eratdengan tujuan-tujuan pendidikan yang akan dicapai10
b). Memperhatikan perbedaan individu. Yang dimaksud perbedaan disini
adalah perbedaan siswa dalam menerima rangsangan dari luar dan dari
10 B. Suryo Subroto, Proses Belajar Mengajar Di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), h.102
15
dalam dirinya serta laju belajarnya. Sedikitnya, terdapat lima perbedaan
yang perlu diperhatikanyaitu tingkat kecerdasan, kreatifitas, cacat fisik,
kebutuhan dan perkembangan kognitif11
c). Evaluasi dilaksanakan secara kontinyu dan didasarkan atas kriteria
Evaluasi secara kontinyu diperlukan agar guru dapat menerima
umpan balik dengan cepat, sering dan sistematis. Jadi, evaluasi
dilakukan pada awal ( pre-test ) dan pada akhir belajar mengajar ( pos-t
test ).
d). Menggunakan program perbaikan dan program pengayaan. Beberapa
persoalan yang dihadapi guru diantaranya adalah bahwa dalam kelasnya,
dalam mata pelajarannya terdapat perbedaan kemampuan belajar siswa,
dimana dalam pembelajaran mungkin sekali terjadi perbedaan kecepatan
belajar antara siswa yang sangat pandai, pandai dan kurang pandai
dalam pencapaian kompetensi. Sementara itu siswa dituntut untuk
mencapai ketuntasan dalam pencapaian kompetensi untuk seluruh
kompetensi dasar. Untuk menangani siswa yang lamban atau mengalami
kesulitan,maka diberikan program Remedial untuk materi pelajaran yang
belumdikuasai oleh siswa. Program Remedial ini dilaksanakan setelah
siswamengikuti test atau ujian kompetensi dasar tertentu, atau setelah
mengikutitest atau ujian.
e). Menggunakan prinsip siswa belajar aktif. Prinsip siswa belajar aktif
memungkinkan siswa mendapat pengetahuan berdasarkan kegiatan-
kegiatan yang mereka lakukan sendiri sehingga dapat
mengembangkan keterampilan kognitif, ketrampilan“manual”
kreatifitas dan logika berfikir. Selain itu juga bisa mendorong siswa untuk
aktif bertanya bila mengalami kesulitan, mencari buku atau sumber-
sumber lain untuk memecahkan persoalan yang dihadapinya.
f). Menggunakan satuan pelajaran yang kecil cara belajar mengajar dengan
menggunakan prinsip belajar tuntas menuntut pembagian bahan
pengajaran menjadi unit yang kecil yangdigunakan untuk memperoleh
umpan balik secepat mungkin. Unit-unit tersebut harus disusun secara
11 E.Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya Offset, 2003), h. 120
16
berurutan dari yang mudah ke yang sukar,dengan kata lain unit yang
mendahului merupakan prasyarat bagi unit selanjutnya12
c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Belajar Aktif
Pencapaian terhadap Tujuan Instruksional Khusus (TIK) merupakan awal
dari suatu keberhasilan karena pencapaian fase pemahaman pada materi yang
diberikan guru, sekaligus akan mencapai suatu keberhasilan dalam belajar
melalui test-test yang diadakan lembaga sekolah. Sejumlah tokoh pendidikan
yakin bahwa sebagian besar bahkan hampir semua murid sanggup menguasai
bahan pelajaran tertentu sepenuhnya dengan syarat-syarat tertentu. Hal-hal yang
dapat mempengaruhi keaktifan belajar sehingga tercapai penguasaan penuh
adalah:
a). Bakat
Untuk mempelajari sesuatu Ada korelasi yang tinggi antara bakat dengan
keaktifan belajar,hanya siswa yang berbakat saja yang dapat menguasai
bahan pelajaranyang sulit. Sedangkan siswa yang tidak berbakat hanya
dianggap mampu menguasai bahan pelajaran dari bidang pengajaran
tersebut bagian yang mudah saja. Bakat adalah sejumlah waktu yang
diminta oleh siswa untuk mencapai penguasaan suatu tugas pelajaran
dengan memberikan waktu yang cukup kepada siswa, mereka akan
mencapai penguasaan semua tugas pelajaran yang diberikan13
b). Mutu Pengajaran
Pada dasarnya anak tidak belajar secara berkelompok tetapi
secaraindividual. Menurut caranya masing-masing sekalipun ia dalam
kelompok itu sebabnya setiap anak memerlukan bantuan individual14
c). Kesanggupan 12 B. Suryo Subroto, Proses Belajar Mengajar Di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), h.104-10513 M.Uzer Usman, Lilik Setyawati, Upaya Optimalisasi Kegiatan BelajarMengajar (Bahan Kajian PKG, MGBS, MGMP) , (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1993), h.9814 S. Nasution, Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar, (Jakarta : Bumi Aksara, 1995), h.39
17
Untuk memahami pengajaran kemampuan murid untuk menguasai suatu
bidang studi banyak tergantung pada guru dalam kemampuannya untuk
memahami ucapan guru. Kebanyakan guru dalam menyampaikan pelajaran
menggunakan komunikasi verbal, sangat minim dalam penggunaan alat
peraga. Pemerintah sudah berupaya memberikan Laboratorium Ilmu
Pengetahuan Alam bagi siswa Sekolah Menengah Atas tetapi sebagian
besar dalam proses belajar mengajar tetap berlangsung melalui bahasa15
d). Ketekunan
Ketekunan adalah waktu yang diinginkan siswa untuk belajar16 Bila siswa
membutuhkan sejumlah waktu untuk mempelajari bahan pelajaran tetapi ia
hanya mendapat waktu kurang dari yang ia butuhkan,tingkat penguasaan
bahan tidak akan mencapai harapan. Ketekunan ada hubungannya dengan
sikap dan minat belajar, yang perlu diketahui ialah ketekunan banyak
ditentukan oleh kualitas pengajaran yang diperoleh siswa dengan strategi
mengajar yang bermutu bahan yang sulit sekalipun dapat disajikan dalam
bentuk yang tidak terhitung pandai. Keberhasilan dalam melakukan tugas
menambah semangat belajar dan dengansendirinya menambah ketekunan.
Makin sering anak mendapat kepuasan atas kemampuannya menguasai
pelajaran, semakin makin besar pula ketekunannya.
e). Waktu Yang Tersedia Untuk Belajar
Alokasi waktu tiap bidang studi telah ditentukan dalam kurikulum,yang
tentunya telah disesuaikan dengan kebutuhan waktu belajar siswadan
perkembangan jiwanya. Mungkin bagi seseorang waktu yang tersediaitu
terlalu banyak sedangkan bagi sebagian lainnya kurang memadai untuk
yang terakhir ini guru perlu mengantisipasi agar waktu yang terbatassesuai
dengan kebutuhan sehingga waktu belajar untuk mempelajarimateri
pelajaran bidang studi tersebut benar-benar efektif. Selain itu juga ada
beberapa faktor lain yang mempengaruhi belajar aktif diantaranya:
1) Faktor internal (dari dalam diri siswa) Adalah faktor yang berasal dari
dalam diri siswa itu sendiri yang meliputi: kemampuan, motivasi, minat
15 Ibid, 4316 Ibid, 39
18
dan perhatian, sikap kebiasaan siswa, ketekunan, social ekonomi, dan
sebagainya.
2) Faktor eksternal (dari luar) Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari
luar, dapat mencakup beberapa aspek diantaranya: sekolah, masyarakat
dan kurikulum itu sendiri.
a). Sekolah
Lingkungan belajar yang mempengaruhi keaktifan belajar disekolah adalah
kualitas pengajaran yang mencakup: kompetensiguru, karakteristik kelas
dan karakteristik sekolah.
b). Masyarakat
Lingkungan masyarakat yang mempengaruhi keaktifan belajar siswa
diantaranya adalah keluarga, teman bergaul serta bentuk kehidupan
masyarakat sekitar.
c). Kurikulum
Kurikulum merupakan suatu program yang disusun secaraterinci yang
menggambarkan kegiatan siswa di sekolah dengan bimbingan guru.
Penyusunan kurikulum yang ditetapkan dapat mempengaruhi keaktifan
belajar siswa, karena itu dalam penyusunan kurikulum harus disesuaikan
dengan perkembangan zaman dan teknologi, selain itu juga lingkungan dan
kondisi siswa,karena kebutuhan siswa dimasa yang akan datang tidak akan
sama dengan kebutuhan siswa pada masa sekarang17
d. Prinsip-Prinsip Belajar Aktif
Prinsip belajar merupakan petunjuk atau cara yang perlu diikuti untuk
melakukan kegiatan belajar. Perbuatan belajar yang dilakukan oleh siswa
merupakan reaksi atau hasil kegiatan belajar-mengajar yang dilakukan olhguru.
Siswa akan berhasil belajar jika guru mengajar secara efisien danefektif. Itu
sebabnya, guru perlu mengenal prinsip-prinsip belajar agar parasiswa belajar
17 Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar (Bandung: Sinar Baru Algensindo), 2000, h.22-24
19
aktif dan berhasil Dalam bukunya, Preston mengemukakan sejumlah prinsip
belajar sebagai berikut:
a). The child requires a suitablebackground (Seorang anak itu membutuhkan
yang sesuai dengan latar belakangnya).
b). Motivation toward learning goals increases the afectivenessof learning
(Motivasi ke arah pembelajaran dapatmeningkatkan ke efektifan dalam
belajar)
c). Learning is promoted byreinforcement (Belajar itu untuk meningkatkan
penguatan)
d). Insight is aided throughdiscovery (Pengetahuan itu membantu sepanjang
penemuan).
e). The child needs opportunity to practice and review what he has learned
(Seorang anak itu membutuhkan kesempatan untuk latihan dan
pengulangan tentang apa yang di pelajarinya)18
Hasil belajar yang diperoleh oleh siswa perlu dimantapkan agar tercipta
penguasaan tuntas. Guru hendaknya memberikan kesempatan kepada siswa
untuk mengulang dan melatih hal-hal yang telah dipelajari oleh mereka.
Caranya antara lain dengan (1)resitasi (resitasi/ reinforcement; pengulangan,
penguatan) dan (2) aplikasi.
Berdasarkan uraian diatas dapat di ambil kesimpulan, bahwa penyusunan dan
pelaksanaan program belajar-mengajar hendaknya memperhatikan beberapa
prinsip belajar sehingga siswa belajar secara aktif.
e. Penilaian Terhadap Keaktifan Belajar Siswa
Hasil peristiwa keaktifan belajar siswa dapat muncul dalam berbagai jenis
tingkah laku seseorang, antara lain:
a). Kebiasaan Yaitu cara bertindak yang dimiliki seseorang dan diperoleh
melaluitugas belajar, cara tersebut bersifat tetap. Otomatis, selama
18 Oemar Hamalik, Strategi Belajar Mengajar (Bandung; Sinar Baru, 1991), h.17
20
hubungan antara individu yang bersangkutan dengan obyek tindakannya
itu konstan. Kebiasaan pada umumnya dilakukan tanpa perlu didasari
sepenuhnya.
b). Keterampilan Adalah perbuatan atau tingkah laku yang tampak sebagai
akibat kegiatan otot dan digerakkan serta dikoordinasikan oleh sistem
syaraf. Keterampilan dilakukan secara sadar dan penuh perhatian tidak
seragam serta memerlukan latihan yang berkesinambungan.
c). Akumulasi persepsi Dengan belajar seseorang dapat memperoleh persepsi
yang banyak mengenai berbagai hal, contoh: pengenalan simbol, angka
dan pengertian. Persepsi ini terjadi dengan mengamati hubungan diantara
simbol atau pengertian dengan benda yang konkrit.
d). Asosiasi dan hafalanTeori asosiasi mengatakan bahwa belajar terjadi
dengan ulangan atau pembiasaan, dimana anak diberikan stimulus
sehingga menimbulkan reaksi. Hafalan adalah seperangkat ingatan
mengenai sesuatu sebagai hasil dan penguatan melalui asosiasi, baik
asosiasi wajar maupun yang dibuat- buat.
e). Pemahaman dan konsep Konsep diperoleh melalui belajar secara rasional.
Pemahamandiperoleh dengan mencari jawaban atas pertanyaan mengapa
dan bagaimana.
f). Sikap Sikap adalah pemahaman, perasaan serta kecenderungan bertindak
seseorang terhadap sesuatu. Sikap terbentuk karena belajar dapat berbentuk
positif, netral, ataupun negatif.
g). Nilai Nilai merupakan tolak ukur untuk membedakan yang baik danyang
buruk.Nilai diperoleh melalui belajar yang bersifat etis. Perolehan nilai
dapat terjadi secara bertahap mulai dari kepatuhan, atau mempersamakan
diri dan internalisasi
h). Moral dan agama Moral merupakan penerapan nilai-nilai dalam kaitannya
dalam kehidupan bersama dengan manusia lain, sedangkan Agama adalah
21
penerapan nilai-nilai yang bersifat transendal dan gaib. Dalam hal ini
dikenali konsep Tuhan dan Iman kepada-Nya.19
3. Belajar
a. Pengertian Belajar
Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui
pengalaman. (learning is defined as the modification or strengthening of
behavior through experiencing). Menurut pengertian lain, belajar adalah suatu
proses, kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya
mengingat, akan tetapi lebih luas daripada itu, yakni mengalami. Selain itu
adapula yang menjelaskan tentang pengertian belajar, menyatakan bahwa belajar
adalah memperoleh pengetahuan. Belajar adalah latihan-latihan pembentukan
kebiasaan secara otomatis, dan seterusnya20
Cronbach menyatakan bahwa belajar itu merupakan perubahan perilaku
sebagai hasil dari pengalaman. Menurutnya bahwa belajar yang sebaik-baiknya
adalah dengan mengalami sesuatu yitu menggunakan pancaindra. Dengan kata
lain, bahwa belajar adalah suatu cara mengamati, membaca, meniru,
mengintimasi, mencoba sesuatu, mendengar, dan mengikuti arah tertentu.
Lebih lanjut Degeng menyatakan bahwa belajar merupakan pengaitan
pengetahuan baru pada struktur kognitif yang sudah dimiliki si belajar. Hal ini
mempunyai arti bahwa dalam proses belajar, siswa akan menghubung
hubungkan pengetahuan atau ilmu yang telah tersimpan dalam memorinya dan
kemudian menghubungkan dengan pengetahuan yang baru21
b. Ciri-ciri Belajar
Berdasarkan pengertian belajar di atas, maka pada hakikatnya “belajar
merujuk ke perubahan dalam tingkah laku si subjek dalam situasi tertentu
berkat pengalamannya yang berulang-ulang, dan perubahan tingkah laku
tersebut tak dapat dijelaskan atas dasar kecenderungan-kecenderungan respons
19 Mahfudh Salahuddin, Et. al, Metodologi Pendidikan Agama (Surabaya: Bina Ilmu, 1987)20 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), Cet. XI. h. 3621 H.Yatim Riyanto,Paradigma Baru Pembelajaran, (Jakarta:Kencana Prenada Media group, 2009), Cet. 1. h.5
22
bawaan, kematangan atau keadaan temporer dari subjek misalnya kelitihan, dan
sebagainya.
Dengan pengertian tersebut, maka ternyata belajar sesungguhnya memiliki ciri-
ciri (karakteristik) tertentu22 :
• Belajar berbeda dengan kematangan
• Belajar dibedakan dari perubahan fisik dan mental
• Ciri belajar yang hasilnya relatif menetap
c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa ada 2 faktor yang
mendasarinya. Yaitu ada faktor dari dalam siswa (internal), dan faktor dari luar
siswa atau faktor lingkungan (eksternal) ;
a. Faktor dari dalam siswa (internal)
• Faktor fisiologis terdiri dari tonus jasmani seperti nutrisi harus
cukup, karena kekurangan kadar makanan akan mengakibatkan
kurangnya tonus jasmani yang pengaruhnya dapat berupa
kelesuan, lekas lelah dan sebagainya.
• Faktor psikologis terdiri dari adanya kebutuhan fisik, rasa aman,
bebas dari kekhawatiran, adanya kebutuhan akan kecintaan dan
penerimaan dalam hubungan dengan orang lain, kebutuhan untuk mendapat
kehormatan dari masyarakat.
b. Faktor dari luar siswa (eksternal)
• Faktor non sosial terdiri dari keadaan udara, suhu udara, cuaca,
waktu (pagi, atau siang, ataupun malam), tempat (letaknya,
pergedungannya), alat-alat yang dipakai untuk belajar (seperti alat
tulis-menulis, buku-buku dan alat peraga).
22 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), Cet. XI. h. 48
23
• Faktor sosial diantara faktor manusia (sesama manusia), baik itu
ada (hadir) maupun kehadirannya itu dapat
disimpulkan, jadi tidak langsung hadir23
4. Konsep Geografi
a. Pengertian dan Konsep Geografi
Geografi berasal dari bahasa Yunani : geo berarti bumi dan graphein
berarti tulisan. Jadi secara harfiah geografi berarti tulisan tentang bumi. Geogafi
dapt didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari atau mengkaji bumi dan
segala sesuatu yang ada diatasnya seperti penduduk, fauna, flora, iklim, udara
dan segala interaksinya24
Studi geografi pada hakikatnya tentang fenomena dan masalah kehidupan
manusia. Studi ini disusun berdasarkan hasil observasi berbagai fenomea
dilapangan. Hasil observasi dilapangan akan menbentuk pola abstrak dari
fenomena yang diamati. Pola abstrak itulah yang disebut konsep geografi.
Oleh karena itu tanpa kerja lapangan tidak akan menghasilkan konsep
tentang hakiakat feenomena dan masalah kehidupan yang sebenarnya. Guna
menghasilkan konsep fenomena goegrafi diperlukan analisis fenomena
manusia , fenomena alam serta persebaran dan interaksinya dalam ruang adapun
untuk menunjukkna dan menjelaskan fenomena- fenomena tersebut
dipermukaaan bumi diawali dengan mengajukan enam pertanyaan pokok, yaitu
what , where, when, who dan how.(5W IH) Misalnya untuk menjelaskan
kelaparan maka pertanyaan yang diajukan adalah apa yang terjadi diamana
fenomena itu terjadi, kapan fenomena itu terjadi, mengapa fenomena itu terjadi
siapa saja yang sedang mengalami dan bagaimana uasaha – usaha untuk
mengatasai
Pokok-pokok ruang lingkup geografi menurut Rhoads Murphey dalam
bukunya The Scope of Geography adalah sebagai berikut :
- Persebaran dan keterkaitan antara penduduk dipermukaan bumi dan aspek-
aspek keruangan
23 Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT.Raja Grafindo, 2007), h. 23324 Tim Peduli Pelajar, Geografi SMA/MA X, XI, XII, (Yogyakarta: Messemedia,2010), h.1
24
- Interelasi antara manusia dan lingkungan fisik sebagai bagian dari studi
perbedaan wilayah
- Kerangka wilayah dan analisis wilayah secara khusus.
Berdasarkan ketiga pokok ruang lingkup geografi tersebut jelaslah bahwa
ruang lingkup geografi tidak dapat dilepaskan dari aspek manusia dan alam.
Selanjutnya analisis hubungan antara manusia dan lingkungannya dapat
digunakan untuk menjelaskan perbedaan wilayah dan persebarannya dalam
ruang. Ruang lingkup geografi tersebut juga mencerminkan karakter geografi
sebagai bidang ilmu pengetahuan yang berbeda dengan bidang ilmu
pengetahuan lainnya
Menurut Sumaatmadja konsep geografi adalah pola abstrak yang
berkenaan dengan gejala gejala kongkret tentang geografi. Konsep geografi
harus mendasari kajian berbagai faktor, gejala dan masalah spasial baik secara
fisik sosial maupun hubungan keduanya. Konsep geografi dapat dijelaskan
secara denotatif dan secara konotatif . Konsep geografi secara denotatif dapat
menjelaskan berbagai pengertian gejala geografi berdasarkan definisi atau
kamus. Misalnya Erosi merupakan proses pelepasan dan pemindahan massa
batuan secara alamiah dari suatu tempat ke tempat yang lain oleh suatu zat
pengangkut di permukaan bumi. Konsep geografi secara konotatif memiliki
pengertian yang lebih luas dibanding secara harfiah. Didalamnya akan
menyangkut semua aspek dengan semua konsep yang dibahas. Misalnya melalui
jumlahnya, jaraknya, persebaranya, maupun proses pembentukkan dan
manfaatnya.
Konsep Geografi menurut Ikatan Geograf Indonesia (IGI) terdiri dari atas
konsep lokasi, jarak keterjangkauan pola, morfologi, aglomerasi, nilai guna,
interaksi diferensiasi area keterkaitan ruang25
Jenis- jenis konsep geografi26
- Penghargaan budayawi terhadap bumi
- Konsep regional atau wilayah
25 Yusman Hestiyanto, Geografi X (Jakarta: Yudhistira,2005), h.426 Tim Peduli Pelajar, Geografi SMA/MA X, XI, XII, (Yogyakarta: Messemedia,2010), h.4
25
GEOGRAFI
Konsep yang Sulit
- Pertalian Wilayah
- Lokalisasi
- Interaksi Keruanagn
- Skala Wilayah Konsep Perubahan
G. Hasil Penelitian Yang Relevan
Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Chomsi Imaduddin & Unggul
Haryanto Nur Utomo yang berjudul “EFEKTIFITAS METODE MIND MAPPING
UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR FISIKA PADA SISWA
KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 8 YOGYAKARTA” Kesimpulan
penelitian ini adalah sangat berpengaruh positif terhadap peningkatan prestasi belajar
fisika dibandingkan dengan metodekonvensional, sehingga ada perbedaan prestasi
belajar fisika yang signifikan antarakelompok eksperimen dan kelompok kontrol,
prestasi belajar fisika kelompokeksperimen lebih tinggi dibandingkan kelompok
kontrol.
Penelitian yang dilakukan oleh Emy Dwijayanti yang berjudul “PENERAPAN
STRATEGI MIND MAPPING UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI
BELAJAR SISWA KELAS IV SD MATA PELAJARAN IPS POKOK
PERKEMBANGAN TEKNOLOGI PRODUKSI, KOMUNIKASI DAN
TRANSPORTASI DI SDN LIDAH KULON 1 SURABAYA” Jadi dapat
disimpulkan metode Mind Mapping berpengaruh terhadap peningkatan prestasi belajar
siswa siswa kelas IV SD mata pelajaran IPS materi pokok perkembangan teknologi
produksi, komunikasi dan transportasi di SDN Lidah Kulon 1 Surabaya.
H. Kerangka Berpikir
Bagan Kerangka Ber p ikir
26
Metode Pengajaran
Meningkatkan siswa lebih pahamMembuat siswa menjadi lebih aktif Memudahkan siswa dalam mengingat materi yang dipelajarinyaMengembangkan kreatifitas dan keterampilan siswa
Mind Mapping
Kemudahan memahami materi
Meningkatkan keaktifan belajar siswa
Gambar 2.2
I. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan deskripsi teoritis dan kerangka berfikir, maka hipotesis tindakan dalam
penelitian ini adalah pembelajaran melalui metode Mind Mapping dapat meningkatkan
keaktifan belajar siswa
J. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei (semester Genap) yang berlokasi di
Madrasah Negeri 1 Kota Bogor, terletak di Jalan DR. Semeru Komp, Bumi Menteng
27
Asri Bogor. Peneliti menggunakan ruang kelas untuk mengambil data utama, dan
ruang lain yang dapat mendukung.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
K. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus
28
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom
action research) yang dilakukan di dalam kelas dengan tujuan
memperbaiki atau meningkatkan mutu praktik pembelajaran.
Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap
kegiatan belajar berupa tindakan, yang dengan sengaja
dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama.
Secara garis besar prosedur Penelitian Tindakan mencakup 4 taraf : perencanaaan
(planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting) yang
dapat digambarkan sebagai berikut :
Menurut Kunandar dalam bukunya yang berjudul Penelitian Tindakan Kelas
mengungkapkan “Penelitian tindakan kelas dapat juga diartikan suatu kegiatan
ilmiah yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan jalan merancang,
melaksanakan, mengamati, dan merefleksikan tindakan melalui beberapa siklus
secara kolaboratif dan partisipatif yang bertujuan untuk memperbaiki atau
meningkatkan mutu proses pembelajaran di kelasnya”.
Jadi dalam praktiknya, penelitian tindakan ini melibatkan guru
dan siswa dalam proses pembelajaran. Penelitian ini menggunakan
data pengamatan langsung jalannya proses pembelajaran di kelas.
Data yang didapat dianalisis melalui beberapa tindakan dalam
siklus-siklus tindakan.
Tahap 1 : Perencanaan, sebelum penelitian dilakukan maka peneliti melakukan
perencanaan yang matang mengenai apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa, dan
bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Setelah itu mempersiapkan semua instrumen
yang dibutuhkan lembar observasi dan lembar wawancara yang telah divalidasi baik
secara konstruk maupun empirik.
Tahap 2 : Pelaksanaan, pelaksanaan penelitian dengan menerapkan metode Mind
Mapping sesuai dengan rancangan peneliti, dalam pelaksanaan ini terdiri dari dua
kegiatan yaitu selain melaksanakan tindakan juga mengamati proses pembelajaran
dan siswa.
29
Tahap 3 : Pengamatan, adalah kegiatan untuk memotret sejauh mana efektivitas
kepemimpinan atas tindakan telah menapai sasaran. Dalam pelaksanaan ini terdiri
dari dua kegiatan yaitu selain melaksanakan tindakan juga mengamati proses
pembelajaran dan siswa.
Tahap 4 : Refleksi, adalah kegiatan mengulas secara kritis tentang perubahan
yang terjadi yaitu Bagaimana keaktifan siswa, suasana kelas dan guru. Dalam hal ini,
peneliti mengevaluasi bagaimana perubahan yang terjadi pada siswa melalui
penerapan metode Mind Mapping terhadap keaktifan belajar siswa.
L. Subjek Penelitian
Subjek dari penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas X khususnya kelas X-
1 yang berjumlah 40 orang pada tahun ajaran 2011-2012, sedangkan objek dalam
penelitian ini adalah keaktifan belajar Geografi siswa dalam materi konsep geografi
dan guru bidang studi IPS Geografi dengan menerapkan motode Mind Mapping.
M. Istrumen Pengumpulan Data
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
1. Observasi
Observasi (observation) atau pengamatan merupakan satu tehnik atau cara untuk
mengumpulkan data tentang hal – hal yang ingin diamati dalam kegiatan atau
proses belajar mengajar yang melibatkan guru dan siswa. Hal ini semua
dituangkan dalam lembar observasi berupa daftar penilaian kompetensi serta RPP
dan silabus dari guru bidang studi.
2.Wawancara
Wawancara terkait guru Wawancara terhadap guru dan siswa dilakukan pada saat
peneliti melakukan observasi pendahuluan (pra penelitian) dan pada saat akhir
siklus. Wawancara ini dilakukan dengan maksud untuk mengetahui pandangan
30
guru dan siswa, peran dan permasalahan yang dihadapi siswa dalam
pembelajaran Geografi serta penerapan metode Mind Mapping.
N. Analisis Data dan Interpretasi Data
Setelah data terkumpul maka dilakukan analisis data, yaitu peneliti memberi
uraian mengenai hasil penelitian. Menganalisis data merupakan suatu cara yang
digunakan peneliti untuk menguraikan data yang diperoleh agar dapat dipahami bukan
hanya orang yang meneliti, tetapi juga orang lain yang ingin mengetahui hasil
penelitian. Data yang didapat berupa hasil belajar siswa pada ranah kognitif, lembar
observasi kegiatan siswa dan guru pada proses pembelajaran , catatan lapangan, dan
respon siswa terhadap metode pembelajaran Mind Mapping
Dalam menganalisis data hasil belajar pada aspek kognitif atau penguasaan
konsep menggunakan analisis deskriptif dari setiap siklus menggunakan gain skor.
Gain adalah selisih antara nilai postes dan pretes, gain menunjukkan peningkatan
pemahaman atau penguasaan konsep siswa setelah pembelajaran yang dilakukan guru.
Dengan demikian hasil tersebut dapat kita interpretasikan kedalam hasil penerapan
metode sehingga tujuan yang kita inginkan bisa kita ketahui.
O. Daftar Pustaka
Buzan, Tony. (2008). Buku Pintar Map Untuk Anak. Jakarta : PT Gramedia Pustaka
Utama
31
DepDikNas. (2002). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Hamalik, Oemar. (2011). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara
Hamalik, Oemar. (1991). Strategi Belajar Mengajar . Bandung : Sinar Baru
Hestiyanto, Yusman. (2005). Geografi X. Jakarta : Yudhistira
Muhibbin, Syah. (2010). Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung : PT
REMAJA ROSDAKARYA
Mulyasa, E. (2003). Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya
Offset
Nasution, S. (1995). Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta :
Bumi Aksara
Purwanto, M. Ngalim. Drs, MP. (2007). ILMU PENDIDIKAN TEORITIS DAN
PRAKTIS. Bandung : PT REMAJA ROSDAKARYA
Riyanto, H. Yatim. (2009). Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta : Kencana Prenada
Media group, 2009)
Salahuddin, Mahfudh Et. Al. (1987). Metodologi Pendidikan Agama. Surabaya: Bina
Ilmu
Setyawati, Lilik. (1993). Upaya Optimalisasi Kegiatan BelajarMengajar (Bahan Kajian
PKG, MGBS, MGMP). Bandung: Remaja Rosdakarya
Silberman, M. Melvin. (2009). Active Learning. Bandung: Nusamedia
Subroto, B. Suryo. (1997). Proses Belajar Mengajar Di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta
Sudjana, Nana. (2000). Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru
Algensindo), 2000,
Suprijono, Agus. (2009). Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta
: Pustaka Pelajar
Suryabrata, Sumadi. (2007). Psikologi Pendidikan. Jakarta : PT.Raja Grafindo
Tim Peduli Pelajar. (2010). Geografi SMA/MA X, XI, XII. Yogyakarta : Messemedia
Trianto, M.Pd. 2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovativ Progresiv Konsep,
Landasan dan Implementasinya pada kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Jakarta: Kencana Prenada Media Group
32
33
Top Related