METODE PENAMBANGAN ENDAPAN BIJIHTEMBAGA
(Cu)
PENDAHULUANKegiatan produksi terutama untuk endapan bijih tembaga (Cu) meliputi kegiatan penambangan dan kegiatan pengolahan atau proses konsentrasi bijih tembaga.Yang akan dibahas disini adalah kegiatan penambangan tembaga di Gunung Bijih Timur Freeport Indonesia.Lokasi PenambanganPenambangan tembaga di Gunung Bijih Timur terletak di sebelah timur sejauh 1,5 km dari lokasi open pit mine Gunung Bijih (ertsberg) yang merupakan singkapan tembaga yangberupa bukit yang muncul dari permukaan tanah setinggi 130 m dan di bawah permukaan 140 m, ditemukan oleh geologist Belanda, Jean Jaques D. tahun 1936. Gunung Bijih terletak pada 4o3’00” LS dan 137o4’48”BT.Keadaan GeologiEndapan Gunung Bijih Timur termasuk endapan dalam seri breksi dan skarn yang secara regional terbentuk akibat intrusi batuan seri diorit pada jaman tersier terhadap gamping tersier. Akibat terjadinya intrusi maka terjadilah kontak metamorfisme yang menghasilkan formasi hornfels, skarn dan marbles. Kawasan tersebut merupakan tektonik aktif yang mengakibatkan peretakan batuan disusul alterasi dan mineralisasi.Mineral-mineral yang terdapat adalah sulfida terutama bornit (Cu2FeS4), kalkosit (Cu2S), kalkopirit (CuFeS2) dan pengkayaan sekunder seperti idiate (cu5FeS5), kovelit (CuS). Kadar bijih antra 1,5 – 2,5 % Cu.Kondisi batuan bijih dikelompokkan menjadi 6 seri batu utama, yaitu marbles, hornfels, breksia, garnet dan seri diorit hybrid.Sistim PenambanganSistim penambangan banyak dipengaruhi oleh kondisi batuan badan bijih. Batuan dan kondisi badan bijih secara umum yang bisa dilakukan penambangan secara block caving ialah :
Batuan mempunyai karakter mudah ambruk. Cadangan atau badan bijih berukuran besar. Badan bijih mempunyai kemiringan lebih besar dari 60o. Tidak mudah dikotori oleh batuan samping. Perubahan kadar tidak terlalu besar.
Kegiatan penambangan dibagi dua, yaitu: Kegiatan development.
Adalah kegiatan untuk menyiapkan bijih mulai dari dalam bentuk cadangan menjadi siap untuk dilakukan penambangan dan pengangkutan. Kegiatan ini meliputi dari pembuatan lubang buka (drift) dan peledakan (undercut blasting) untuk menciptakan ambrukan pada badan bijih.
Kegiatan penarikan dan pengangkutan bijih.Pada penarikan bijih alat yang dipakai adalah slusher dan LHD (muat-angkut-tuang). Dimana bijih berasal dari lombong amrukan dialirkan melalui finger raise ke tempat draw point.Keuntungan slusher :
Waktu dan development lebih sedikit. Jumlah raise grizzly dan chute yang diperlukan sedikit.
Kerugian slusher : Diperlukan penggalian besar. Sulit menghitung bijih hasil penarikan.
Diperlukan pekerja dengan skill baik. Diperlukan banyak peralatan tambahan.
Pada penarikan bijih dengan LHD (pemuatan, pengangkutran dan pencurahan), ukuran rata-rata bijih yang bisa ditarik lebih besar dibandingkan cara slusher sehingga pengontrolannya mdah. Cara ini dibantu alat tambahan yang berupa pemecah batu (rock breaker).
Keuntungan LHD : Development lebih cepat. Produktivitas tinggi. Biaya rendah dan mudah menangani bongkahan.
Kerugian LHD : Memerlukan bukaan lebar Diperlukan operator dan bagian perawatan yang harus lebih berpengalaman.
Jakarta, EnergiToday – Inilah Sepuluh Besar Perusahaan Tambang Dunia
1. BHP Bulliton
Perusahaan yang berkantor pusat di Melbourne, Australia didirikan pada tahun 1855 sebagai perusahaan sumber daya alam. Sejak 1860 Billiton telah menjadi pemimpin dalam logam dan industri pertambangan produksi alumunium dan alumina.
2. Vale
Vale selalu runner up di daftar ini, perusahaan asal Brasil ini menguasai produksi bijih besi dan plat. Kemudian urutan kedua dalam memproduksi nikel dan tembaga, alumunium dan alumina
3. Rio Tinto
Keberuntungan Rio Tinto tidak banyak berubah sejak percobaan dan hukuman dari empat karyawan Rio Tinto atas tuduhan penyuapan. Lebih dari 60.000 karyawan mereka di 40 negara terus mendominasi pruduksi alumunium, inti besi, tembaga, uranium, batubara dan berlian.
4. Anglo American
Mengkomersilkan pada keterlibatan masyarakat dan perawatan karyawan, Anglo American memulai kampanye iklan Agustus lalu untuk personalisasi perusahaan. Tim yang membentuk salah satu perusahaan tambang terbesar di dunia membantu untuk mengamankan aset utama dalam tembaga, bijih besi, batubara, nikel dan batubara thermal di Inggris, Australia, Brasil dan Afrika Selatan.
5. Freeport-McMoran
Sebuah perusahaan berbasis Phoenix yang memiliki kekuatan Internasional, Freeport-McMoran memisahkan diri dari para pesaingnya dengan cara portofolio luas. Dengan Grasberg mineral Kabupaten di Indonesia, pertambangan operasi di Amerika Utara dan Selatan, yang Tenke Fungurume mineral di Kongo dan operasi di Atlantic Cooper.
6. Barrick Gold
Barrick adalah pemimpin industri dalam produksi emas, cadangan dan kapasitas pasar. Perusahaan ini beroperasi secara global, dengan potofolio dari 27 tambang yang beroperasi dan maju eksplorasi dan pengembangan proyek yang berlokasi di seluruh dunia, dan posisi tanah yang luas pada beberapa tren mineral yang paling produktif dan prospektif.
7. Teck
Dengan fokus hanya di bidang pertambangan, Teck adalah perusahaan pertambangan terbesar terdiversifikasi Kanada. Tertarik dengan eksplorasi, pengembangan, pengolahan, peleburan dan pemurnian metalurgi, batu bara, tembaga dan seng, Teck Cominco Limited memiliki 13 tambang di seluruh Kanada, Amerika Serikat, Chili dan Peru.
8. Goldcorp
Goldcorp adalah salah satu produsen emas paling cepat berkembang di dunia. Dengan wilayah operasi dan proyek-proyek pembangunan yang terletak di yurisdiksi yang aman di seluruh Amerika. Sebuah perusahaan Kanada yang berkantor pusat di vancouver, British Columbia, Goldcorp mempekerjakan lebih dari 14.000 orang di seluruh dunia.
9. Newmont Mining Corp
Menetapkan standar untuk praktek-praktek berkelanjutan dan strategi bisnis industri pertambangan emas, Newmont Mining adalah perusahaan pertambangan emas pertama untuk membuat Dow Jones Sustainability World Index.
10. Alcoa
Alcoa merupakan produsen terkemuka alumunium primer di dunia, serta penambang terbesar di dunia untuk bauksit dan alumina refiner. Selain menciptakan industri alumunium modern, Alcoa berinovasi dalam dirgantara, otomotif, kemasan, bangunan dan konstruksi, transportasi komersial, elektronik, dan pasar industri selama lebih dari 125 tahun.
PT. Freeport Indonesia – Perusahaan Penghasil Emas Dan Tembaga Terbesar Di Dunia
PT. Freeport Indonesia adalah sebuah perusahaan pertambangan yang mayoritas sahamnya
dimilikiFreeport-McMoRan Copper & Gold Inc.(AS). Perusahaan ini adalah pembayar pajak
terbesar kepada Indonesia dan merupakan perusahaan penghasil emas terbesar di dunia
melalui tambang Grasberg.Freeport Indonesia telah melakukan eksplorasi di dua tempat di Papua,
masing-masing tambang Erstberg (dari 1967) dan tambang Grasberg (sejak 1988), di kawasan
Tembaga Pura, Kabupaten Mimika, Provinsi Papua.
wilayah kerja PT. Freeport Indonesia
Freeport berkembang menjadi perusahaan dengan penghasilan 2,3 miliar dolar AS. Menurut Freeport,
keberadaannya memberikan manfaat langsung dan tidak langsung kepada Indonesia sebesar 33 miliar
dolar dari tahun 1992–2004. Angka ini hampir sama dengan 2 persen PDB Indonesia. Dengan harga
emas mencapai nilai tertinggi dalam 25 tahun terakhir, yaitu 540 dolar per ons, Freeportdiperkirakan
akan mengisi kas pemerintah sebesar 1 miliar dolar.
Mining International, sebuah majalah perdagangan, menyebut tambang emas Freeport
sebagai yang terbesar di dunia.
Freeport Indonesia sering dikabarkan telah melakukan penganiayaan terhadap para penduduk
setempat. Selain itu, pada tahun 2003 Freeport Indonesia mengaku bahwa mereka telah membayar
TNI untuk mengusir para penduduk setempat dari wilayah mereka. Menurut laporan New York
Times pada Desember 2005, jumlah yang telah dibayarkan antara tahun 1998 dan 2004 mencapai
hampir 20 juta dolar AS.
I. Pemegang saham
* Freeport-McMoRan Copper & Gold Inc. (AS) – 81,28%
* Pemerintah Indonesia – 9,36%
* PT. Indocopper Investama – 9,36%
II. Bahan Tambang yang dihasilkan
-Tembaga
-Emas
-Silver
-Molybdenum
-Rhenium
kawah-freeport.
Selama ini hasil bahan yang di tambang tidak-lah jelas karena hasil tambang tersebut di
kapal-kan ke luar indonesia untuk di murnikan
sedangkan molybdenum dan rhenium adalah merupakan sebuah hasil samping dari
pemrosesan bijih tembaga.
III. Sejarah
Peta lokasi Freeport Indonesia
Dahulu di tengah masyarakat ada mitologi menyangkut manusia sejati, yang berasal dari sebuah Ibu,
yang menjadi setelah kematiannya berubah menjadi tanah yang membentang sepanjang daerah
Amungsal (Tanah Amugme), daerah ini dianggap keramat oleh masyarakat setempat, sehingga secara
adat tidak diijinkan untuk dimasuki.
Sejak tahun 1971, Freeport Indonesia, masuk ke daerah keramat ini, dan membuka tambang Erstberg.
Sejak tahun 1971 itulah warga suku Amugme dipindahkan ke luar dari wilayah mereka ke wilayah kaki
pegunungan.
Tambang Erstberg ini habis open-pit-nya pada 1989, dilanjutkan dengan penambangan pada
wilayahGrasberg dengan ijin produksi yang dikeluarkan Mentamben Ginandjar Kartasasmita pada
1996. Dalam ijin ini, tercantum pada AMDAL produksi yang diijinkan adalah 300 ribu /ton/hari
IV. Kontroversi
Menurut karyawan dan bekas karyawan Freeport, selama bertahun-tahun James R. Moffett, seorang
ahli geologi kelahiran Louisiana (Amerika Serikat), yang juga adalah pimpinan perusahaan ini, dengan
tekun membina persahabatan dengan Presiden Soeharto, dan kroni-kroninya. Ini dilakukannya
untuk mengamankan usaha Freeport. Freeport membayar ongkos-ongkos mereka berlibur, bahkan
biaya kuliah anak-anak mereka, termasuk membuat kesepakatan-kesepakatan yang memberikan
manfaat bagi kedua belah pihak.
Surat-surat dan dokumen-dokumen lain yang diberikan kepada New York Times oleh para pejabat
pemerintah menunjukkan, Kementerian Lingkungan Hidup telah berkali-kali memperingatkan
perusahaan ini sejak tahun 1997, Freeport melanggar peraturan perundang-undangan tentang
lingkungan hidup. Menurut perhitungan Freeport sendiri, penambangan mereka dapat
menghasilkan limbah/bahan buangan sebesar kira-kira 6 miliar ton (lebih dari dua kali
bahan-bahan bumi yang digali untuk membuat Terusan Panama). Kebanyakan dari limbah
itu dibuang di pegunungan di sekitar lokasi pertambangan, atau ke sistem sungai-sungai
yang mengalir turun ke dataran rendah basah, yang dekat dengan Taman Nasional
Lorentz, sebuah hutan hujan tropis yang telah diberikan status khusus oleh PBB.
Gbr. citra satelit tambang Freeport
Sebuah studi bernilai jutaan dolar tahun 2002 yang dilakukan Parametrix, perusahaan konsultan
Amerika, dibayar oleh Freeport dan Rio Tinto, mitra bisnisnya, yang hasilnya tidak pernah diumumkan
mencatat, bagian hulu sungai dan daerah dataran rendah basah yang dibanjiri dengan limbah
tambang itu sekarang tidak cocok untuk kehidupan makhluk hidup akuatik. Laporan itu diserahkan
ke New York Times oleh Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia. New York Times berkali-
kali meminta izin kepada Freeport dan pemerintah Indonesia untuk mengunjungi tambang dan daerah
di sekitarnya karena untuk itu diperlukan izin khusus bagi wartawan. Semua permintaan itu ditolak.
Freeport hanya memberikan respon secara tertulis. Sebuah surat yang ditandatangani oleh Stanley S
Arkin, penasihat hukum perusahaan ini menyatakan, Grasberg adalah tambang tembaga, dengan
emas sebagai produk sampingan, dan bahwa banyak wartawan telah mengunjungi pertambangan itu
sebelum pemerintah Indonesia memperketat aturan pada tahun 1990-an.
4.1 Menyadap e-mail
Menurut seorang pejabat dan dua bekas pejabat perusahaan yang terlibat dalam mengembangkan
suatu program rahasia, Freeport selama ini menyadap e-mail para aktivis lingkungan yang melawan
perusahaan ini untuk memata-matai apa yang mereka lakukan. Freeport menolak mengomentari hal
ini. Freeport bergandengan tangan dengan perwira-perwira intelijen TNI, mulai menyadap
korespondensi e-mail dan percakapan telepon lawan-lawan aktivis lingkungannya. Hal ini dikatakan
oleh seorang karyawan Freeport yang terlibat dalam kegiatan ini dan bertugas membaca e-mail-e-mail
tersebut.
Menurut bekas karyawan dan karyawan Freeport, perusahaan ini juga membuat sistemnya sendiri
untuk mencuri berita-berita melalui e-mail. Caranya adalah dengan membentuk sebuah kelompok
pecinta lingkungan gadungan, yang meminta mereka yang berminat untuk mendaftar
secara online dengan menggunakan kode rahasia (password) tertentu. Banyak di antara mereka yang
mendaftar itu menggunakan password yang sama seperti yang mereka gunakan untuk e-mail mereka.
Dengan cara ini, Freeport dengan gampang mencuri berita. Menurut seseorang yang waktu itu bekerja
untuk perusahaan ini, awalnya para pengacara Freeport khawatir dengan pencurian ini. Tetapi,
mereka kemudian memutuskan, secara legal perusahaan itu tidak dilarang untuk membaca e-mail
pihak-pihak di luar negeri.
4.2 Hubungan Freeport dan TNI
Selama bertahun-tahun, Freeport memiliki unit pengamanannya sendiri, sementara militer Indonesia
memerangi perlawanan separatis yang lemah dan rendah gerakannya. Kemudian kebutuhan
keamanan ini mulai saling terkait.
Tidak ada investigasi yang menemukan keterkaitan Freeport secara langsung dengan pelanggaran
HAM, tetapi semakin banyak orang-orang Papua yang menghubungkan Freeport dengan tindak
kekerasan yang dilakukan oleh TNI, dan pada sejumlah kasus kekerasan itu dilakukan dengan meng-
gunakan fasilitas Freeport. Seorang ahli antropologi Australia, Chris Ballard, yang pernah bekerja
untuk Freeport, dan Abigail Abrash, seorang aktivis HAM dari Amerika Serikat, memperkirakan,
sebanyak 160 orang telah dibunuh oleh militer antara tahun 1975–1997 di daerah tambang dan
sekitarnya.
Pada bulan Maret 1996, kemarahan terhadap perusahaan pecah dalam bentuk kerusuhan ketika senti-
men anti-perusahaan dari beberapa kelompok yang berbeda bergabung.
Freeport menyadap berita-berita dalam e-mail. Menurut dua orang yang membaca e-mail-e-mail itu
pada saat itu, ada unit-unit militer tertentu, masyarakat setempat, dan kelompok-kelompok lingkung-
an hidup yang bekerjasama. Sebuah pertukaran informasi dengan menggunakan e-mail antara
seorang tokoh masyarakat dengan pimpinan organisasi lingkungan hidup penuh dengan taktik intelijen
militer. Dalam e-mail yang lain, seorang pimpinan organisasi lingkungan meminta para anggotanya
mundur karena demonstrasi telah berubah menjadi kerusuhan.
Dari wawancara yang dilakukan, bekas pejabat dan pejabat Freeport menyatakan, mereka terkejut
melihat sejumlah orang dengan potongan rambut militer, mengenakan sepatu tempur dan meng-
genggam radio walkie-talkie di antara para perusuh itu. Orang-orang itu terlihat mengarahkan
kerusuhan itu, dan pada satu ketika, mengarahkan massa menuju ke laboratorium Freeport yang ke-
mudian mereka obrak-abrik.
4.3 Keamanan
Dokumen-dokumen Freeport menunjukkan, dari tahun 1998 sampai 2004 Freeport memberikan
hampir 20 juta dolar kepada para jenderal, kolonel, mayor dan kapten militer dan polisi, dan unit-unit
militer. Setiap komandan menerima puluhan ribu dolar, bahkan dalam satu kasus sampai mencapai
150.000 dolar, sebagaimana tertera dalam dokumen itu.
Dokumen-dokumen itu diberikan kepada New York Times oleh seseorang yang dekat dengan Freeport,
dan menurut bekas karyawan maupun karyawan Freeport sendiri, dokumen-dokumen itu asli alias
otentik. Dalam respon tertulisnya kepada New York Times, Freeport menyatakan bahwa perusahaan
itu telah mengambil langkah-langkah yang perlu sesuai dengan undang-undang Amerika Serikat dan
Indonesia untuk memberikan lingkungan kerja yang aman bagi lebih dari 18.000 karyawannya
maupun karyawan perusahaan-perusahaan kontraktornya. Freeport juga mengatakan tidak punya
alternatif lain kecuali tergantung sepenuhnya kepada militer dan polisi Indonesia dan keputusan-
keputusan yang diambil dalam kaitannya dengan hubungan dengan pemerintah Indonesia dan
lembaga-lembaga keamanannya, adalah kegiatan bisnis biasa.
Dalam waktu singkat, Freeport menghabiskan 35 juta dolar untuk membangun infrastruktur militer —
barak-barak, kantor-kantor pusat, ruang-ruang makan, jalan — dan perusahaan juga memberikan para
komandan 70 buah mobil jenis Land Rover dan Land Cruiser, yang diganti setiap beberapa tahun.
Semua memperoleh sesuatu, bahkan juga angkatan laut dan angkatan udara. Menurut bekas
karyawan dan karyawan Freeport, ketika itu perusahaan ini sudah merekrut seorang bekas agen
lapangan CIA, dan atas rekomendasinya, perusahaan kemudian mendekati seorang atase militer di
Kedubes Amerika Serikat di Jakarta dan memintanya untuk bergabung. Kemudian dua orang bekas
perwira militer Amerika Serikat direkrut, dan sebuah departemen khusus, yang diberi nama
Perencanaan Operasi Darurat (Emergency Planning Operation) didirikan untuk menangani hubungan
baru Freeport dengan militer Indonesia.
Departemen Perencanaan Operasi Darurat yang baru ini mulai melakukan pembayaran bulanan
kepada para komandan TNI, sementara kantor Pengelolaan Risiko Keamanan (Security Risk
Management office) mengatur pembayaran kepada polisi. Informasi ini diperoleh dari dokumen-
dokumen perusahaan dan keterangan bekas karyawan dan karyawan Freeport. Menurut dokumen
perusahaan, Freeport membayar paling sedikit 20 juta dolar (sekitar Rp 184 miliar) kepada militer dan
polisi di Papua dari tahun 1998 sampai bulan Mei 2004. Kemudian ada juga tambahan 10 juta dolar
(sekitar Rp 92 miliar) yang juga dibayarkan kepada militer dan polisi pada jangka waktu itu sehingga
totalnya sekitar Rp 276 miliar.
New York Times menerima dokumen keuangan Freeport selama tujuh tahun dari seorang yang dekat
dengan perusahaan itu. Tambahan dokumen selama tiga tahun diberikan oleh Global Witness, sebuah
LSM yang mengeluarkan laporan pada bulan Juli, yang berjudul Paying for Protection (Bayaran
Perlindungan) [1] tentang hubungan Freeport dengan militer Indonesia. Diamird 0′Sullivan, yang
bekerja untuk Global Witness di London, mengkritik pembayaran yang dilakukan Freeport itu.
Menurut perusahaan, semua pengeluaran yang dilakukannya itu harus melalui proses pemeriksaan
anggaran. Catatan yang diterima New York Times menunjukkan adanya pembayaran kepada perwira-
perwira militer secara perseorangan yang didaftarkan di bawah topik-topik seperti biaya makanan,
jasa administrasi dan tambahan bulanan. Para komandan yang menerima dana tersebut tidak
diharuskan menandatangani tanda terima.
Pendeta Lowry, yang pensiun dari Freeport pada bulan Maret 2004 tetapi tetap menjadi konsultan
sampai bulan Juni, mengatakan, sebetulnya tidak ada alasan yang cukup bagi Freeport untuk
memberikan dana secara langsung kepada para perwira militer itu.
Catatan perusahaan menunjukkan, penerima terbesar adalah komandan pasukan di daerah
Freeport,Letnan Kolonel Togap F. Gultom. Selama enam bulan tahun 2001, ia diberikan hanya
kurang sedikit dari 100.000 dolar untuk biaya makanan, dan lebih dari 150.000 dolar di tahun
berikutnya. Di tahun 2002, Freeport juga memberikan uang kepada paling tidak 10 komandan lainnya
mencapai lebih dari 350.000 dolar untuk biaya makan.
Menurut para bekas karyawan dan karyawan Freeport, pembayaran-pembayaran tersebut dilakukan
kepada para perwira itu, kepada istri-istri dan anak-anak mereka, secara perorangan. Yang berpangkat
jenderal terbang di kelas satu atau kelas bisnis, dan para perwira yang lebih rendah pada kelas
ekonomi, demikian kata Brigadir Jenderal Ramizan Tarigan yang menerima tiket senilai 14.000
dolar pada tahun 2002 untuk dirinya dan anggota keluarganya.
Jenderal Tarigan yang menduduki posisi senior di kepolisian mengatakan, para perwira polisi
dibolehkan menerima tiket pesawat udara karena gaji mereka sangat rendah tetapi adalah melanggar
peraturan kepolisian untuk menerima pembayaran uang tunai. Pada bulan April 2002, Freeport
membayar perwira senior militer di Papua, Mayor Jenderal Mahidin Simbolon, lebih dari 64.000
dolar untuk yang disebut dalam buku keuangan Freeport sebagai “dana untuk rencana proyek militer
tahun 2002″.
Delapan bulan kemudian, di bulan Desember, Jenderal Simbolon menerima lebih dari 67.000 dolar
untuk proyek aksi sipil kemanusiaan. Pembayaran-pembayaran ini pertama kali dilaporkan Global
Witness. Jenderal Simbolon, yang kini menjadi Inspektur Jenderal Angkatan Darat Indonesia,
menolak permohonan untuk diwawancarai.
emas batangan yang diperoleh PT. Freeport
Pada tahun 2003, sesudah terjadinya skandal Enron dan disahkannya Undang-undang Sarbanes-
Oxley, yang mengharuskan praktek-praktek akuntansi keuangan yang lebih ketat pada perusahaan-
perusahaan, Freeport mulai melakukan pembayaran kepada unit-unit militer ketimbang kepada para
perwira secara individu. Demikian menurut catatan yang tersedia dan seperti yang dituturkan oleh
bekas karyawan dan karyawan perusahaan ini.
Menurut catatan, perusahaan membayar unit-unit polisi di Papua sedikit di bawah angka 1 juta dolar
di tahun 2003, didaftarkan di bawah topik-topik seperti “tambahan pembayaran bulanan,” “biaya
administrasi” dan “dukungan administratif.” Freeport menyatakan kepada New York Times, di dalam
menentukan jenis dukungan yang dapat diberikan, adalah merupakan kebijakan perusahaan untuk
memperhitungkan kemungkinan terjadinya pelanggaran HAM.” Menurut catatan yang diterima
oleh New York Times, pasukan paramiliter polisi, yaitu Brigade Mobil (Brimob), yang sering dikutip
oleh Departemen Luar Negeri Amerika Serikat karena kekejamannya, menerima lebih dari 200.000
dolar di tahun 2003.
4.4 Sumber
* Laporan investigatif wartawan New York Times Jane Perlez, Raymond Bonner dan kontributor Evelyn
Rusli, “Below a Mountain of Wealth, a River of Waste”, 27 Desember 2005. [2]
* Disunting dan diberitakan dalam bahasa Indonesia oleh Rakyat Merdeka dengan judul “Menyusuri
Sungai Limbah Di Kaki Gunung Emas Freeport” secara bersambung pada 16-22 Februari 2006 [3]
V. Peristiwa
* 21 Februari 2006, terjadi pengusiran terhadap penduduk setempat yang melakukan pendulangan
emas dari sisa-sisa limbah produksi Freeport di Kali Kabur Wanamon. Pengusiran dilakukan oleh aparat
gabungan kepolisian dan satpam Freeport. Akibat pengusiran ini terjadi bentrokan dan penembakan.
Penduduk sekitar yang mengetahui kejadian itu kemudian menduduki dan menutup jalan utama
Freeport di Ridge Camp, di Mile 72-74, selama beberapa hari. Jalan itu merupakan satu-satunya akses
ke lokasi pengolahan dan penambangan Grasberg. [4] [5]
* 22 Februari 2006, sekelompok mahasiswa asal Papua beraksi terhadap penembakan di Timika sehari
sebelumnya dengan merusak gedung Plasa 89 di Jakarta yang merupakan gedung tempat PT Freeport
Indonesia berkantor.
* 23 Februari 2006, masyarakat Papua Barat yang tergabung dalam Solidaritas Tragedi Freeport
menggelar unjuk rasa di depan Istana, menuntuk presiden untuk menutup Freeport Indonesia. Aksi
yang sama juga dilakukan oleh sekitar 50 mahasiswa asal Papua di Manado.
* 25 Februari 2006, karyawan PT Freeport Indonesia kembali bekerja setelah palang di Mile 74 dibuka.
* 27 Februari 2006, Front Persatuan Perjuangan Rakyat Papua Barat menduduki kantor PT Freeport
Indonesia di Plasa 89, Jakarta. Aksi menentang Freeport juga terjadi di Jayapura dan Manado.
* 28 Februari 2006, Demonstran di Plasa 89, Jakarta, bentrok dengan polisi. Aksi ini mengakibatkan 8
orang polisi terluka.
* 1 Maret 2006, demonstrasi selama 3 hari di Plasa 89 berakhir. 8 aktivis LSM yang mendampingi
mahasiswa Papua ditangkap dengan tuduhan menyusup ke dalam aksi mahasiswa Papua [6] [7].
Puluhan mahasiswa asal Papua di Makassar berdemonstrasi dan merusak Monumen Pembebasan Irian
Barat.
* 3 Maret 2006, masyarakat Papua di Solo berdemonstrasi menentang Freeport.
* 7 Maret 2006, demonstrasi di Mile 28, Timika di dekat bandar udara Moses Kilangin mengakibatkan
jadwal penerbangan pesawat terganggu.
* 14 Maret 2006, massa yang membawa anak panah dan tombak menutup checkpoint 28 di Timika.
Massa juga mengamuk di depan Hotel Sheraton.
* 15 Maret 2006, Polisi membubarkan massa di Mile 28 dan menangkap delapan orang yang dituduh
merusak Hotel Sheraton. Dua orang polisi terkena anak panah.
* 16 Maret 2006, aksi pemblokiran jalan di depan Kampus Universitas Cendrawasih, Abepura,
Jayapura, oleh masyarakat dan mahasiswa yang tergabung dalam Parlemen Jalanan dan Front Pepera
PB Kota Jayapura, berakhir dengan bentrokan berdarah, menyebabkan 3 orang anggota Brimob dan 1
intelijen TNI tewas dan puluhan luka-luka baik dari pihak mahasiswa dan pihak aparat. [8] [9]
* 17 Maret 2006, Tiga warga Abepura, Papua, terluka akibat terkena peluru pantulan setelah beberapa
anggota Brimob menembakkan senjatanya ke udara di depan Kodim Abepura [10]. Beberapa
wartawan televisi yang meliput dianiaya dan dirusak alat kerjanya oleh Brimob.
* 22 Maret 2006, satu lagi anggota Brimob meninggal dunia setelah berada dalam kondisi kritis selama
enam hari
* 23 Maret 2006, lereng gunung di kawasan pertambangan terbuka PT Freeport Indonesia di Grasberg,
longsor dan menimbun sejumlah pekerja. 3 orang meninggal dan puluhan lainnya cedera [11].
* 23 Maret 2006, Kementerian Lingkungan Hidup mempublikasi temuan pemantauan dan penataan
kualitas lingkungan di wilayah penambangan PT Freeport Indonesia. Hasilnya, Freeport dinilai tak
memenuhi batas air limbah dan telah mencemari air laut dan biota laut.[12] [13]
* 18 April 2007, sekitar 9.000 karyawan Freeport mogok kerja untuk menuntut perbaikan
kesejahteraan. Perundingan akhirnya diselesaikan pada 21 April setelah tercapai kesepakatan yang
termasuk mengenai kenaikan gaji terendah [14]
Pranala luar
* (id) Situs resmi PT. Freeport Indonesia
* (en) “Paying For Protection”, laporan Global Witness
* (en) Freeport named one of 10 worst companies of 1996
* (en) Citra satelit tambang Freeport
* (en) The Mining giant in Timika West Papua
* (en) Freeport and Indonesia’s Security Forces: Troubling New Questions
* (id) Siaran pers Kementerian Negara Lingkungan Hidup mengenai pencemaran lingkungan oleh PT.
Freeport Indonesia
Top Related