i
METODE MENGHAFAL AL-QUR’AN DI ISLAMIC
BOARDING SCHOOL DARUL FIKRI BAWEN TAHUN 2019
(STUDI KASUS DI ASRAMA PUTRI SMP IT DARUL FIKRI
BAWEN)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Oleh:
Rosidita Nuha Khoirinnisa
NIM: 23010-15-0381
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2019
ii
iii
METODE MENGHAFAL AL-QUR’AN DI ISLAMIC
BOARDING SCHOOL DARUL FIKRI BAWEN TAHUN 2019
(STUDI KASUS DI ASRAMA PUTRI SMP IT DARUL FIKRI
BAWEN)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Oleh:
Rosidita Nuha Khoirinnisa
NIM: 23010-15-0381
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2019
iv
v
vi
vii
MOTTO
ركم من ت علم القران وعلمه خي “Sebaik-baik dari kamu adalah yang mempelajari Al-Qu‟an dan
mengajarkannya”
viii
PERSEMBAHAN
Puji syukur kehadirat Allah Swt, atas limpahan rahmat serta karuniaNya, skripsi
ini penulis persembahkan untuk:
1. Kedua orang tuaku Bapak Ahmad Sunarso dan Ibu saya Umi Khafsah
yang aku cintai, dan adik-adikku Ammara Zahra Zakiya, Salsabila Aghnia
Tufahati, serta keluarga besar bani Kusman dan bani Kasdi yang aku
sayangi, karena selalu memberikan do‟a, semangat, bimbingan, nasihat
dan motivasi dalam kehidupanku.
2. Sahabat kelas PAI J (Nikma, Malahima, Afifudin, Zuhri, Thoyib, Faza,
Fauzan) yang selalu memberi motivasi serta dukungan kepadaku dari awal
masuk kuliah hingga saat ini.
3. Sahabat-sahabatku tersayang Anindita, Hafidha, Rica, Ulya S, Indika,
Hikmah, Hanifah, Nur Faiziyyah, Ira Srinuryanti, Villy Indriani, Siti R
Faizah, Riska Prastiwi, Lia Panser, Indriyani, alif, Wijayanti, Eni Safitri.
4. Teman-teman PPL SMK Saraswati tanpa terkecuali.
5. Teman-teman KKN Posko 82 Banyusri, Wonosegoro, Boyolali (Sariyanti,
Fachruddin, Nicken, Tiyas, Zaman, Laili, Yudha)
6. Sahabat seperjuanganku angkatan 2015 khususnya jurusan PAI.
7. Para pembaca yang budiman.
ix
KATA PENGANTAR
من الرحيم بسم الله الرح
Puji syukur Alhamdulillah, penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah
memberikan nikmat, syafa‟at, taufik, dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga
dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi yang telah penulis susun
berjudul “Metode Menghafal Al-Qur‟an di Islamic Boarding School Darul Fikri
Bawen Tahun 2019”.
Tidak lupa shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada
nabi besar kita Muhammad Saw, yang selalau memberikan suri tauladan bagi
keluarga, sahabat, dan juga pengikutnya. Beliaulah yang membawa umat islam
dari zaman kegelapan menuju zaman terang benderang seperti saat ini. Dan
semoga kita selalu mendapat syafaat beliau esok di hari kiamat.
Penulisan skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai
pihak yang telah berkenan membantu penulis dalam menyelesikan skripsi ini.
Oleh karena itu penulis mengucapakan banyak terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Zakiyuddin Baidhawy, M.Ag selaku Rektor IAIN
Salatiga.
2. Bapak Prof. Dr. Mansur, M.Ag selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan IAIN Salatiga.
3. Ibu Dra. Siti Asdiqoh, M.Si selaku ketua jurusan Pendidikan Agama Islam.
x
4. Bapak Muh Hafidz, M.Ag. selaku pembimbing skripsi yang telah
membimbing dan meluangkan waktunya dengan ikhlas untuk penulisan
skripsi ini sehingga skripsi ini terselesaikan.
5. Ibu Anggun Zuhaida, M.Pd selaku pembimbing akademik.
6. Bapak dan Ibu dosen IAIN Salatiga yang telah mengajarkan, membimbing,
serta membekali ilmu selama saya belajar di kampus tercinta ini, bagian
akademik dan staf perpustakaan yang telah memberikan layanan dan
bantuan kepada penulis.
7. Bapak Loemiyono, S. PdI, S. Kom selaku Kepala Sekolah SMP IT Darul
Fikri Bawen.
8. Ustadzah Umi Khabibah selaku pengasuh Islamic boarding school Darul
Fikri Bawen.
9. Ustadzah Inayatus Sholihah selaku pembimbing halaqoh Islamic boarding
school Darul Fikri Bawen.
10. Segenap santriwati Islamic boarding school Darul Fikri Bawen.
Penulis sepenuhnya sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan maka kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis
harapkan.Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya,
serta pembaca pada umumnya. Aamiin.
Salatiga, 22 Agustus 2019
Penulis,
Rosidita Nuha Khoirinnisa
NIM. 23010150381
xi
ABSTRAK
Khoirinnisa, Rosidita Nuha. 2019. Metode Menghafal Al-Qur‟an di Islamic
Boarding School Darul Fikri Bawen Tahun 2019 (Studi Kasus di Asrama
Putri SMP IT Darul Fikri Bawen)
Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Program Studi
Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga.
Pembimbing: Muh Hafidz, M.Ag.
Kata Kunci: Metode, Menghafal, Al-Qur‟an.
Islamic Boarding School Darul Fikri Bawen adalah sebuah lembaga yang
menerapkan program menghafal Al-Qur‟an, dimana para murid SMP yang tinggal
di asrama diwajibkan untuk menghafal Al-Qur‟an sebanyak 6 juz untuk
persyaratan kelulusan akan tetapi jika belum mencapai batas yang ditentukan
lembaga tersebut memberikan keringanan menghafal sebanyak 3 juz saja.
Menghafal Al-Qur‟an adalah suatu amalan yang sangat mulia dimata Allah swt,
dan menghafal Al-Qur‟an memiliki beberapa metode seperti: tahsin, muraja‟ah,
tasmi‟, takrir, dan lain sebagainya. Adapun fokus penelitian: 1) Apa saja metode
menghafal Al-Qur‟an; 2) Apa saja hambatan-hambatan menghafal Al-Qur‟an; 3)
Bagaimana upaya untuk mengatasi masalah mengenai hambatan-hambatan
menghafal Al-Qur‟an di Islamic Boarding School Darul Fikri Bawen Tahun 2019.
Adapun tujuan penelitian ini untuk mengetahui: 1) metode menghafal Al-Qur‟an;
2) Hambatan-hambatan dalam menghafal Al-Qur‟an; dan 3) Upaya mengatasi
hambatan hambatan menghafal Al-Qur‟an di Islamic Boarding School Darul Fikri
Bawen Tahun 2019.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian lapangan dan bersifat
deskriptif kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini meliputi sumber primer dan
skunder. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara, dan
dokumentasi. Keabsahan data diperoleh melalui triangulasi sumber. Data yang
terkumpul dianalisis dengan cara reduksi data, penyajian data, penarikan
kesimpulan, dan verifikasi.
Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) Metode yang
diterapkan oleh para santriwati Islamic Boarding School Darul Fikri yaitu metode
tahsin, tasmi‟, muraja‟ah, dan takrir. 2) Faktor penghambat dalam proses
menghafal Al-Qur‟an santriwati : malas dalam mengulangi hafalan, lemah dalam
melakukan hafalan, lupa, managemen waktu, kesulitan membedakan kalimat
serupa tapi tak sama, banyak fikiran. 3) Upaya dalam mengatasi faktor
penghambat: membuat jadwal pribadi, membaca kembali ayat-ayat yang sudah
dihafal, sering muraja‟ah, kurangi waktu bermain, membuat tanda pada kalimat
yang serupa tapi tak sama, Banyak berdo‟a dan istighfar.
xii
DAFTAR ISI
SAMPUL ...................................................................................................... i
LOGO ..................................................................................................... ii
SAMPUL DALAM ............................................................................................ iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................ iv
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. v
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ........................................ vi
MOTTO ................................................................................................... vii
PERSEMBAHAN ............................................................................................ viii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... ix
ABSTRAK .................................................................................................... xi
DAFTAR ISI ................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiv
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1
B. Fokus Penelitian......................................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 7
E. Penegasan Istilah ....................................................................................... 8
F. Sistematika Penulisan .............................................................................. 10
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pandangan Umum Tentang Menghafal Al-Qur‟an.................................. 11
1. Definisi Menghafal Al-Qur‟an ............................................................ 11
2. Keutamaan Menghafal Al-Qur‟an ...................................................... 12
3. Faedah Menghafal Al-Qur‟an ............................................................. 14
B. Metode Menghafal Al-Qur‟an ................................................................ 15
1. Metode-Metode Menghafal Al-Qur‟an.............................................. 15
2. Langkah Mudah Menghafal Al-Qur‟an ............................................. 18
xiii
3. Sebab-Sebab yang Membantu dalam Menghafal Al-Qur‟an ............ 26
4. Kajian Penelitian Terdahulu .............................................................. 30
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ........................................................................................ 34
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................... 34
C. Sumber Data ............................................................................................ 35
D. Prosedur Pengumpulan Data ................................................................... 36
E. Analisis Data ............................................................................................ 37
F. Pengecekan Keabsahan Data ................................................................... 39
BAB IV PAPARAN DAN ANALISIS DATA
A. Paparan Data ............................................................................................ 40
1. Letak Geografis ................................................................................... 40
2. Tujuan, Visi, dan Misi ........................................................................ 40
3. Sejarah Berdirinya Yayasan Darul Fikri ............................................. 41
4. Fasilitas, Sarana, dan Prasarana .......................................................... 43
5. Sistem Pembelajaran ........................................................................... 43
6. Keadaan Ustadzah ............................................................................... 44
7. Kegiatan Santriwati ............................................................................. 45
8. Jumlah Hafalan Santriwati .................................................................. 47
B. Analisis Data ............................................................................................ 49
1. Metode Menghafal Al-Qur‟an Pada Santriwati di Islamic
Boarding School Darul Fikri Bawen ................................................. 49
2. Hambatan Menghafal Al-Qur‟an ....................................................... 58
3. Upaya Mengatasi Kesulitan Menghafal Al-Qur‟an ........................... 61
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................. 65
B. Saran ....................................................................................................... 66
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 67
LAMPIRAN ...................................................................................................... 69
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Identitas Islamic Boarding School Darul Fikri ............................ 41
Tabel 4.2 Sarana dan Prasarana .................................................................... 42
Tabel 4.3 Jadwal Kegiatan Malam .............................................................. 43
Tabel 4.4 Nama-Nama Ustadzah Pembimbing ............................................ 44
Tabel 4.5 Jadwal Kegiatan Santriwati .......................................................... 45
Tabel 4.6 Rekapitulasi Hafalan Santriwati................................................... 47
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Tugas Pembimbing Skripsi
Lampiran 2 Surat Permohonan Izin Melakukan Penelitian
Lampiran 3 Surat Pengantar dari Sekolah
Lampiran 4 Transkip Wawancara
Lampiran 5 Lembar Konsultasi
Lampiran 7 Daftar SKK
Lampiran 8 Foto-foto Hasil Penelitian
Lampiran 9 Daftar Riwayat Hidup
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah sebuah usaha yang dilakukan oleh seseorang
untuk mengembangkan potensi dirinya demi memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, kepribadian, akhlak, dan keterampilan yang dapat digunakan
untuk dirinya, masyarakat, agama, bangsa, maupun negara. Oleh karena
itu, pendidikan sangatlah penting bagi setiap individu, terkhusus dalam
pendidikan Al-Qur‟an. Sebagai umat Islam Al-Qur‟an merupakan
pedoman hidup.
Al-Qur‟an juga biasa disebut sebagai kalamullah yang berarti
perkataan Allah swt. Menurut Ar-Ramli Al-Qur‟an adalah kalamullah
yang diturunkan kepada Rasulullah saw dan membacannya adalah ibadah.
Al-Qur‟an Al-Karim adalah kalam Allah swt. Ia datang dari-Nya. Inilah
akidah kita. Oleh karena itu, Al-Qur‟an adalah kalam yang paling agung
dan paling mulia secara mutlak. Di dalam menyifatinya, Allah berfirman
setelah bersumpah dengan sumpah yang agung. Al-Waqiah: 77-80 (Ar-
Ramli, 2015:19):
ك ة كت ف ٧٧ كشم ءان لق ش إو ل ٧٧ ى ىن م ون ل ٱ إل ۥ مس طهش ه تىزل ٧٧ م م
ب ٧ لمه ع ل ٱ سArtinya: “Sesungguhnya Al-Quran ini adalah bacaan yang sangat
mulia, pada kitab yang terpelihara (Lauhul Mahfuzh), tidak menyentuhnya
kecuali orang-orang yang disucikan. Diturunkan dari Rabbil 'alamiin.” (
Q.S Al-Waqi‟ah: 77)
Al-Qur‟an adalah kitab suci yang terakhir diturunkan Allah swt,
dengan perantara malaikat Jibril a.s, kepada Nabi Muhammad saw, sebagai
2
kunci dan kesimpulan dari semua kitab-kitab suci yang pernah diturunkan
Allah swt. Kepada nabi-nabi dan rasul-rasul yang diutus Allah sebelum
Nabi Muhammad saw. Al-Qur‟an yang secara harfiah berarti “bacaan
sempurna” merupakan suatu nama pilihan Allah yang sungguh tepat,
karena tidak ada satu bacaan pun sejak manusia mengenal tulisan dan
bacaan sekitar lima ribu tahun yang lalu yang dapat menandingi Al-Qur‟an
(Sa‟dulloh, 2008: 1).
Al-Qur‟an merupakan kitab terakhir sebagai penyempurna dari
kitab-kitab sebelumnya, kitab Al-Qur‟an diwahyukan kepada Nabi
Muhammad saw, surat yang pertama kali diturunkan adalah Al-Alaq ayat
1-5 dimana ayat pertama berbunyi iqra‟ yang artinya “bacalah”. Maka
sebagai umat muslim kita senantiasa dianjurkan membaca ayat suci Al-
Qur‟an.
Mempunyai niatan dalam menghafalkan ayat-ayat suci Al-Qur‟an
adalah suatu kemuliaan bagi setiap mukmin, sebelum menghafal Al-
Qur‟an alangkah baiknya dari setiap individu menyempurnakan,
memfasihkan bacaan Al-Qur‟an, dan mempelajari secara seksama. Dengan
mempelajari ilmu-ilmu tajwid terlebih dahulu. “Beberapa ulama justru
menganggap bahwa membaca Al-Qur‟an dari hafalan itu lebih utama,
seperti pendapat Izzudin bin Abdis Salam. Menurutnya, membaca Al-
Qur‟an dari hafalan seseorang itu lebih bisa memberikan sentuhan
kekhusyukan, yang tak dapat diperoleh dari membaca dengan melihat
mushaf” (Muhith, 2014: 29).
3
Membaca Al-Qur‟an bagi pemula hendaknya diulang-ulang agar
maksimal dalam pencapaian membaca Al-Qur‟an. Dan tentunya juga tidak
asal-asalan dalam membacanya, harus dengan ilmu tajwid dan makharijul
huruf yang pas, karena jika salah pengucapan dan pelafalan panjang
pendeknya maka bisa merubah arti dari ayat itu sendiri. “Dengan
mempelajari tajwid, diharapkan kita selamat dari kesalahan ketika
membaca Al-Qur‟an, seperti membaca huruf yang seharusnya satu harakat
menjadi dua harakat, atau sebaliknya. Kapan harus melafalkan bacaan
dengan jelas, dan kapan harus membaca dengan suara mendengung”(Bina
A, 2015: 29).
Seseorang yang beristiqamah dengan selalu membaca dan
mendengarkan ayat-ayat suci Al-Qur‟an senantiasa akan memiliki
ketenangan dalam hati dan jiwanya. “Al-Qur‟an adalah nutrisi yang paling
tepat untuk hati kita. Akan sangat baik jika kita selalu mengulang-ulang
membacanya. Sesering mungkin menelaah kandungan maknanya dan
menyelami kedalaman pesan-pesannya” (Mustofa, 2013: 109).
Menghafal Al-qur‟an bagi seorang muslim adalah suatu amalan yang
sangat mulia di mata Allah swt, dalam membaca Al-Qur‟an seseorang
akan merasa tentram apalagi jika ia berniatan untuk menghafalnya betapa
ia akan selalu memiliki ketenangan dalam hatinya. “Tidak semua orang
berkesempatan dan mempunyai kemampuan untuk menghafal Al-Qur‟an.
Hal itu bukan berarti ia tidak bisa berinteraksi dengan Al-Qur‟an sama
sekali. Salah satu cara berinteraksi dengan Al-Qur‟an yang bisa dilakukan
adalah dengan membacanya secara langsung dari mushaf Al-Qur‟an
4
tentunya harus dilakukan sesuai etika-etika tilawah yang sudah disepakati
oleh para ulama” (Muhith, 2014 : 9).
Ada beberapa orang tua menginginkan anaknya bisa untuk
menghafal Al-Qur‟an, akan tetapi lebih baiknya jika anak tersebut tidak
mau untuk mengafalkanya janganlah dipaksa, biarlah anak berkembang
dengan sendirinya tugas orang tua adalah mengarahkan kepada kebaikan,
Al-Qur‟an diturunkan secara berangsur-angsur agar memudahkan untuk
dihafal. Menurut Sayyid Thanthawi (2013: 7) Mudahnya menghafalkan
Al-Qur‟an merupakan bukti bahwa andaikata Al-Qur‟an diturunkan
seluruhnya dalam satu waktu, tentunya orang-orang mukmin sangat berat
untuk menghafalkan dan memahaminya. Ini merupakan salah satu wujud
hikmah dari Allah swt. Yang menurunkan Al-Qur‟an secara berangsur-
angsur. Hal ini sebagaimana ditunjukkan oleh ayat berikut:
ك على لىاس ٱ على شأي لتق ى فشق اءاو وق ش ل ث م ١ تىزل ى ووز
Artinya: “Dan Al-Qur‟an itu telah kami turunkan dengan
berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada
manusia dan kami menurunkannya bagian demi bagian” (Q.S Al-Israa‟:
106).
Menghafal Al-Qur‟an merupakan ketentuan syari‟at yang tidak
mengenal keterputusan. Bagaimana tidak, ketika seorang muslim mulai
menghafal Al-Qur‟an dengan tekad yang kuat, kemudian masuk ke dalam
dirinya rasa malas dan kelemahan, lalu ia terhenti dan tidak meneruskan
hafalannya. Maka, jumlah ayat yang dihafal tidaklah hilang dengan sia-sia,
bahkan jika dia tidak menghafal satu ayat pun. Ia tetap tidak terhalang dari
pahala membacanya. Dan setiap huruf bernilai sepuluh kebaikan
(Badwilan, 2009: 16).
5
Menghafal Al-Qur‟an bukanlah hal yang mudah, dengan demikian,
seseorang membutuhkan sebuah metode untuk bisa mencapai target yang
ia inginkan, ada beberapa metode dalam menghafal Al-Qur‟an di
antaranya adalah metode muraja‟ah, metode tasmi‟, metode wahdah,
metode bin nadr, metode talaqqi, metode takrir, dan metode-metode
lainnya. Seorang penghafal Al-Qur‟an memiliki metode tersendiri dalam
menghafal.
Di Indonesia ada banyak sekali lembaga pendidikan ataupun pondok
pesantren salafi, bahkan pondok berbasis boarding school yang
didalamnya terdapat program menghafal Al-Qur‟an, ada yang dianjurkan
menghafal beberapa juz saja dan ada juga yang mencapai 30 juz, dan
penulis mengambil penelitian di Islamic Boarding School Darul Fikri
Bawen karena sebuah lembaga yang menerapkan program menghafal Al-
Qur‟an, dimana para murid SMP yang tinggal di asrama diwajibkan untuk
menghafal Al-Qur‟an sebanyak 6 juz untuk persyaratan kelulusan akan
tetapi jika belum mencapai batas yang ditentukan lembaga tersebut
memberikan keringanan menghafal sebanyak 3 juz saja
Islamic Boarding School dalam bahasa Indonesia adalah pondok
pesantren, sebuah tempat bernaung para santri dan santriwati untuk
menimba dan menambah ilmu pengetahuan mengenai agama Islam.
Sebuah pondok pesantren terdapat pondok, santri, masjid, kiyai, dan kitab
kuning. Karena demikian adalah unsur-unsur dari pondok pesantren. Ada
beberapa santri masuk ke dalam pesantren atas keamauan sendiri bahkan
tuntutan dari orang tua.
6
Istilah pondok berasal dari pengertian asrama-asrama para santri
yang disebut pondok atau tempat tinggal yang dibuat dari bambu atau
berasal dari bahasa arab fundug, yang berarti hotel atau asrama. Sedangkan
perkataan pesantren berasal dari kata santri dengan awalan pe- dan akhiran
–an yang berarti tempat para santri (Efendi, 2016: 110).
Dari beberapa pengertian di atas maka penulis terdorong untuk
membuat penelitian dengan judul : METODE MENGHAFAL AL-
QUR’AN DI ISLAMIC BOARDING SCHOOL DARUL FIKRI
BAWEN TAHUN 2019 (STUDI KASUS DI ASRAMA PUTRI SMP
IT DARUL FIKRI BAWEN).
B. Fokus Penelitian
a. Apa saja metode menghafal Al-Qur‟an di Islamic Boarding School
Darul Fikri Bawen 2019?
b. Apa saja hambatan-hambatan menghafal Al-Qur‟an di Islamic
Boarding School Darul Fikri Bawen 2019?
c. Bagaimana upaya untuk mengatasi masalah mengenai hambatan-
hambatan menghafal Al-Qur‟an di Islamic Boarding School Darul Fikri
Bawen?
C. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui apa saja metode menghafal Al-Qur‟an di Islamic
Boarding School Darul Fikri Bawen 2019.
b. Untuk mengetahui apa saja hambatan-hambatan menghafal Al-Qur‟an
di Islamic Boarding School Darul Fikri 2019.
7
c. Untuk mengetahui bagaimana upaya mengatasi masalah mengenai
hambatan-hambatan menghafal Al-Qur‟an di Islamic Boarding School
Darul Fikri Bawen.
D. Manfaat Penelitian
Dalam penelian “Metode menghafal Al-Qur‟an di Islamic Boarding
School Darul Fikri Bawen” ini, diharapkan dapat memberikan manfaat
sebagai berikut:
1. Secara Teoritis
Dapat menambah wawasan dan keilmuan dalam bidang agama,
khususnya mengenai metode menghafal Al-Qur‟an yang lebih efektif
dan efisien, dengan mengetahui bagaimana pembelajaran menghafal Al-
Qur‟an di Islamic Boarding School Darul Fikri Bawen dapat
memberikan motivasi atau semangat bagi anak-anak, tidak hanya itu
metode menghafal Al-Qur‟an ini dapat menyumbangkan informasi
guna meningkatkan kualitas masa depan yang lebih baik.
2. Secara Praktis
Hasil penelitian ini secara praktis, akan dapat menjadi bahan
masukan dan pertimbangan dalam mengembangkan dan meningkatkan
pembelajaran menghafal Al-Qur‟an khususnya di Islamic Boarding
School Darul Fikri Bawen. Selain itu dapat menambah pengalaman dan
pengetahuan bagi yayasan atau pun lembaga lain tentang bagaimana
metode menghafal Al-Qur‟an yang efektif dan efisien.
8
E. Penegasan Istilah
Sebelum penulis membahas lebih lanjut mengenai inti yang akan
menjadi pembahasan pokok, maka penulis perlu menjelaskan istilah yang
berkenaan dengan judul-judul di atas, di antaranya sebagai berikut:
1. Metode
Menurut Poerwadarminta (1991: 649) metode adalah cara yang
telah teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai suatu maksud,
Ahmad Barizi (2014: 27) juga menyebutkan bahwa metode berarti
jalan untuk mencapai tujuan.
Jadi, Metode adalah suatu prosedur atau cara untuk mencapai
suatu tujuan tertentu. Oleh karena itu, pelaksanaan pembelajaran harus
menggunakan metode yang tepat sesuai dengan materi pembelajaran.
Adapun penerapan metode menghafal Al-Qur‟an di Islamic Boarding
School Darul fikri Bawen menggunakan beberapa metode di antaranya
adalah metode tahsin, metode tasmi‟, metode muraja‟ah, dan metode
takrir.
2. Menghafal Al-Qur‟an
Dalam bahasa Arab hafidz berasal dari kata kata hafidza yaitu
حفظا-يفظ-حفظ yang berarti memelihara, menjaga, menghafal (Yunus,
1990: 105). Al-Khalili (1987: 170) juga menyebutkan bahwa حفظ-
.berarti menghafal يفظ
Menghafal berusaha meresapkan ke di pikiran agar selalu ingat
(KBBI: 381). Menurut Poerwadarminta (1991: 338) juga mengatakan
bahwa menghafal adalah mempelajari, melatih supaya hafal.
9
Menghafal adalah membaca secara berulang-ulang disertai dengan
hati dan fikiran agar meresap ke dalam otak.
Dengan beberapa pengertian menghafal di atas maka penulis
menyimpulkan bahwa menghafal adalah membaca secara berulang-
ulang hingga meresap ke dalam fikiran.
Sedangkan Al-Qur‟an adalah firman-firman Allah yang
diwahyukan kepada Nabi Muhammad melalui malaikat Jibril dan
wahyu pertama yang diturunkan adalah surah Al-Alaq ayat 1-5, pada
ayat pertama yang berbunyi iqra‟, yang memiliki arti “bacalah”.
Dengan membaca Al-Qur‟an merupakan suatu ibadah dan akan
mendapat pahala dari Allah swt, apalagi dengan menghafalnya.
Jadi, menghafal Al-Qur‟an adalah membaca ayat Al-Qur‟an
secara berulang-ulang hingga meresap ke dalam fikiran serta
menjagannya agar tidak lupa.
Akan tetapi, di Islamic Boarding School Darul Fikri Bawen
tidak mewajibkan bagi santriwatinya untuk menghafal Al-Qur‟an
sebanyak 30 juz namun hanya 6 juz saja untuk persyaratan lulus, dan
apabila tidak mampu sampai 6 juz bisa menghafal sebanyak 3 juz.
F. Sistematika Penulisan
Dalam penyusunan skripsi haruslah mengikuti langkah-langkah
yang ditentukan, dan di sini penulis akan memberikan gambaran secara
umum bagaimana sistematika penulisan skripsi, berikut adalah
sistematika penulisannya:
10
BAB I : Berisikan pendahuluan yang terdiri dari: latar belakang,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan
istilah, metode penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II : Memuat tentang kajian pustaka, penulis mengemukakan
teori-teori dalam penelitian.
BAB III : Metode penelitian, bab ini berisikan metode serta
langkah-langkah penelitian secara operasional yang meliputi jenis
penelitian, lokasi penelitian pada santriwati Darul Fikri, sumber data,
prosedur pengumpulan data, analisis data, dan pengecekan keabsahan
data.
BAB IV : Paparan data dan analisis data, bab ini berisikan tentang
bagaimana penulis memaparkan data dan hasil dari penelitian meliputi:
gambaran umum sekolah yang mengadakan program tahfidz Al-Qur‟an,
sejarah berdirinya, letak goegrafis, visi, misi, struktur kepengurusan,
sarana dan prasarana, guru-guru, program pembelajaran metode
menghafal Al-Qur‟an, yang digunakan di Islamic Boarding School Darul
Fikri Bawen.
BAB V : Penutup, dalam bab ini berisikan kesimpulan dan saran.
11
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pandangan Umum Tentang Menghafal Al-Qur’an
1. Definisi Menghafal Al-Qur‟an
Menghafal Al-Qur‟an merupakan gabungan dari dua kata, yaitu
menghafal dan Al-Qur‟an. Al-Hifz (Hafalan) secara etimologi adalah
lawan daripada lupa, yaitu selalu ingat dan sedikit lupa. Penghafal
adalah orang yang menghafal dengan cermat dan termasuk sederetan
kaum yang menghafal (Nawabuddin, 2005:23).
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menghafal
adalah berusaha meresapkan ke di pikiran agar selalu ingat
(Departemen Pendidikan Nasional, 2007: 381). Maka, menghafal
adalah melafadzkan atau membaca secara berulang-ulang agar
meresap ke dalam otak, dalam menghafal diperlukan konsentrasi
karena menghafal merupakan penempatan suatu informasi ke dalam
ingatan.
Al-Qur‟an secara bahasa menurut Imam Syafi‟I berpendapat
bahwa kata Al-Qur‟an adalah suatu nama yang tidak berasal dari kata
apapun. Al-Qur‟an merupakan isim „alam (nama) yang digunakan
untuk menyebut kitab yang diturunkan pada Nabi saw (Marzuqi,
2013: 28).
Al-Qur‟an menurut istilah adalah kalam Allah swt yang
diturunkan kepada Nabi saw, mulai dari surat al-Fatihah hingga akhir
surat an-Nas (Marzuqi, 2013: 30).
12
Al-Qur‟an adalah kalam Allah swt yang disebut dengan firman.
Tidak ada perkataan yang di sebut firman kecuali perkataan Allah swt.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), firman itu titah atau
perintah yang dan sabda. Tidak sekadar kata-kata atau ucapan-ucapan
saja, tapi Al-Qur‟an adalah titah atau perintah yang harus didengarkan
oleh seluruh umat manusia di muka bumi ini, apalagi oleh umat Islam
(Muhith, 2012: 5).
Al-Qur‟an adalah kitab hidayah yang diturunkan oleh Allah swt
untuk menjelaskan hal-hal yang tidak bisa dijangkau akal pikiran
manusia, misalnya substansi keimanan dan ibadah, serta prinsip-
prinsip moral dan aturan-aturan hukum yang mengatur interaksi
manusia satu sama lain (Ahmad, 2008: 1).
Jadi, menghafal Al-Qur‟an adalah suatu usaha meresapkan
firman-firman Allah ke dalam hati dan fikiran agar bisa selalu diingat
dengan maksud ibadah dan menjaga serta memeliharanya.
2. Keutamaan Menghafal Al-Qur‟an
Menurut Sugianto (2004: 37-41) ada beberapa keutamaan-
keutamaan bagi para penghafal Al-Qur‟an di antaranya:
a) Allah memberikan kedudukan yang tinggi dan terhormat di antara
manusia lain.
b) Termasuk sebaik-baik umat. Rasulullah saw bersabda:
ركممنت علمالقرانوعلمو خي
13
Artinya: “Sebaik-baik orang di antara kamu adalah orang
yang belajar Al-Qur‟an dan mengajarkannya.” (H.R. Bukhari)
c) Orang yang hafal Al-Qur‟an selalu diliputi dengan Rahmat Allah
d) Yang paling berhak memimpin. Sebagaimana sabda Rasulullah
dalam suatu hadis:
رؤىملكتابالل ي ؤمالقومأق
Artinya: “yang lebih berhak memimpin suatu kaum adalah
yang paling bagus bacaan Al-Qur‟annya.”(H.R. Muslim)
e) Tergolong manusia yang paling tinggi derajatnya di surga.
f) Orang yang menghafal Al-Qur‟an termasuk yang menyibukkan
diri dengan Al-Qur‟an. Dan Allah akan memberikan keutamaan
kepada orang yang menyibukkan diri dengan Al-Qur‟an lebih
besar dari orang lain.
g) Orang yang hafal Al-Qur‟an menemani para Nabi kelak di Hari
Akhir dan termasuk dalam golongan orang yang tidak peduli
terhadap hisab.
Sejak diturunkannya Al-Qur‟an dari zaman Nabi Muhammad
hingga sekarang, banyak sekali umat muslim yang menghafal Al-
Qur‟an dan mereka memiliki keutamaan tersendiri di mata Allah swt.
“Menghafal Al-Qur‟an merupakan suatu keutamaan yang besar, dan
posisi itu selalu didambakan oleh semua orang yang benar, dan
seorang yang bercita-cita tulus, serta berharap pada kenikmatan
duniawi dan ukhrawi agar manusia nanti menjadi warga Allah dan
14
dihormati dengan penghormatan yang sempurna” (Sa‟dulloh, 2008:
23).
Semua manusia dimata Allah sama tingkatan derajatnya akan
tetapi jika ia menghafal Al-Qur‟an maka Allah akan mengangkat
derajatnya. “ Al-Qur‟an dapat mengangkat derajat seseorang dan
dapat memperbaiki keadaannya jika ia mengamalkannya. Sebaliknya,
jika Al-Qur‟an dijadikan bahan tertawaan dan disepelekan, maka akan
menyebabkan ia disiksa dengan azab yang pedih di akhirat kelak
(Sa‟dulloh, 2008: 24).
3. Faedah Menghafal Al-Qur‟an
Dalam menghafalkan Al-Qur‟an pasti memiliki faedah
tersendiri bagi para penghafal bahkan bagi orang lain, di antara faedah
menghafal Al-Qur‟an adalah (Sa‟dulloh, 2008:21-22):
a) Jika disertai dengan amal saleh dan keikhlasan, maka ini
merupakan kemenangan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat.
b) Akan mendapatkan anugerah dari Allah berupa ingatan yang tajam
dan pemikiran yang cemerlang.
c) Akan selalu mendapatkan prestasi yang lebih tinggi dari teman-
teman yang lainnya.
d) Memiliki identitas yang baik, akhlak, dan perilaku yang baik.
e) Mempunyai kemampuan mengeluarkan fonetik Arab dari
landasannya secara thabi‟i (alami), sehingga bisa fasih berbicara
dan ucapannya benar.
15
Dalam menghafal Al-Qur‟an adalah pekerjaan yang sangat
mulia bagi seluruh umat muslim, demikian adalah beberapa faedah
dari seorang penghafal Al-Qura‟an, menjadi seorang penghafal Al-
Qur‟an tentunya akan memiliki kemuliaan tersendiri dihadapan Allah
swt.
B. Metode Menghafal Al-Qur’an
Para penghafal Al-Qur‟an memiliki cara ataupun metode tersendiri
untuk menghafalkan ayat suci Al-Qur‟an, bukan hanya dibaca secara
berulang-ulang saja namun juga ada metode-metode lainnya:
1. Metode-metode Menghafal Al-Qur‟an
Dalam menghafal Al-Qur‟an orang mempunyai metode dan cara
yang berbeda-beda. Namun, metode apapun yang dipakai tidak akan
terlepas dari pembacaan yang berulang-ulang sampai dapat
mengucapkannya tanpa melihat mushaf sedikitpun.
Proses menghafal Al-Qur‟an dilakukan melalui proses bimbingan
seorang guru tahfidz. proses bimbingan dilakukan melalui kegiatan-
kegiatan sebagai berikut Sa‟dulloh (2008: 52-54):
a) Bin-Nazhar
Yaitu membaca dengan cermat ayat-ayat Al-Qur‟an yang akan
dihafal dengan melihat mushaf Al-Qur‟an secara berulang-ulang.
Proses bin-nazhar ini hendaknya dilakukan sebanyak mungkin atau
empat puluh satu kali seperti yang biasa dilakukan oleh para ulama
terdahulu. Hal ini dilakukan untuk memperoleh gambaran
menyeluruh tentang lafazh maupun urutan ayat-ayatnya. Agar lebih
16
mudah dalam proses menghafalnya, maka selama proses bin-nazhar
ini diharapkan calon hafizh juga mempelajari makna dari ayat-ayat
tersebut.
b) Tahfizh
Yaitu menghafal sedikit demi sedikit ayat-ayat Al-Qur‟an yang
telah dibaca berulang-ulang secara bin-nazhar tersebut. Misalnya
menghafal satu baris, beberapa kalimat, atau sepotong ayat pendek
sampai tidak ada kesalahan. Setelah satu baris atau beberapa kalimat
tersebut sudah dapat dihafal dengan baik, lalu ditambah dengan
merangkai baris atau kalimat berikutnya sehingga sempurna.
Kemudian rangkaian ayat tersebut diulang kembali sampai benar-
benar hafal. Setelah materi satu ayat dapat dihafal dengan lancar
kemudian pindah kepada materi ayat berikutnya. Untuk
merangkaikan hafalan-hafalan urutan kalimat dan ayat dengan benar,
setiap selesai menghafal materi ayat berikutnya harus selalu diulang-
ulang mulai dari ayat pertama dirangkaikan dengan ayat kedua dan
seterusnya. Setelah satu halaman selesai dihafal, diulang kembali
dari awal sampai tidak ada kesalahan, baik lafazh maupun ayat-
ayatnya. Setelah halaman yang ditentukan dapat dihafal dengan baik
dan lancar lalu dilanjutkan dengan menghafal halaman berikutnya.
Dalam hal merangkai hafalan perlu diperhatikan sambungan akhir
halaman tersebut dengan awal halaman berikutnya, sehingga
halaman itu akan terus sambung-menyambung. Karena itu, setiap
17
selesai satu halaman perlu juga diulang dengan dirangkaikan dengan
halaman-halaman sebelumnya.
c) Talaqqi
Yaitu menyetorkan atau memperdengarkan hafalan yang baru
dihafal kepada seorang guru atau instruktur. Guru tersebut haruslah
seorang hafizh Al-Qur‟an, setelah mantap agama dan ma‟rifatnya,
serta dikenal mampu menjaga dirinya. Prose talaqqi ini dilakukan
untuk mengetahui hasil hafalan seorang calon hafizh dan
mendapatkan bimbingan seperlunya. Seorang guru tahfizh juga
hendaknya yang benar-benar mempunyai silsilah guru sampai
kepada Nabi Muhammad saw.
d) Takrir
Yaitu mengulang hafalan atau men-sima‟-kan hafalan yang
pernah dihafalkan atau sudah pernah di-sima‟-kan kepada guru
tahfizh. Takrir dimaksudkan agar hafalan yang pernah dihafal tetap
terjaga dengan baik. Selain dengan guru, takrir juga dilakukan
sendiri-sendiri dengan maksud melancarkan hafalan yang telah
dihafal, sehingga tidak mudah lupa. Misalnya pagi hari untuk
menghafal materi hafalan baru, dan sore harinya untuk men-takrir
materi yang telah dihafalkan.
e) Tasmi‟
Yaitu memperdengarkan hafalan kepada orang lain baik
kepada perseorangan maupun kepada jamaah. Dengan tasmi‟ ini
seorang penghafal Al-Qur‟an akan diketahui kekurangan pada
18
dirinya, karena bisa saja ia lengah dalam mengucapkan huruf atau
harakat. Dengan tasmi‟ seseorang akan lebih berkonsentrasi dalam
hafalan.
Dari beberapa paparan di atas maka penulis menyimpulkan bahwa
terdapat beberapa metode dalam menghafal bukan hanya membacanya
secara berulang-ulang. Namun, ada beberapa metode menghafal Al-
Qur‟an untuk bisa mencapai target tertentu. Menjadi seorang penghafal
Al-Qur‟an tentu juga memiliki metodenya tersendiri untuk mendapatkan
keberhasilannya, berikut adalah metode yang digunakan di Islamic
Boarding School Darul Fikri Bawen di antaranya metode: tahsin, tasmi‟,
muraja‟ah dan takrir, akan tetapi lebih menekankan metode muraja‟ah
dan tasmi‟.
1. Langkah Mudah Menghafal Al-Qur‟an
Dalam menghafal Al-Qur‟an agar bisa mendapatkan target yang
akan dicapai biasanya seseorang memulai dengan niat yang terbangun
dalam hati bahkan juga tuntutan dari kedua orang tuanya, demikian
agar memudahkan seseorang dalam menghafal Al-Qur‟an ada beberapa
langkah yang bisa digunakan untuk menghafal Al-Qur‟an, di antaranya
adalah sebagai berikut:
a) Menanamkan Kerinduan, Kecintaan, dan Keinginan yang Menyala-
nyala untuk Menghafal Al-Qur‟an
Rahasia pertama untuk menghafal Al-Qur‟an adalah
kerinduan, kecintaan, dan keinginan yang menyala-nyala. Rindu
untuk membaca dan menghafal Al-Qur‟an. Rindu untuk mengingat
19
Rabb semesta alam. Rindu untuk menghafal ayat-ayat dari Dzat
Yang Mahabijaksana. Ada dua cara agar bisa memiliki perasaan
yang demikian yang pertama, dengan mengetahui kedudukan Al-
Qur‟an Al-Karim. Yang kedua, dengan merasakan keagungan pahala
menghafal Al-Qur‟an Al-Karim (Ubaid, 2015: 31)
Al-Qur‟an adalah kitab yang mulia, Allah berfirman dalam Al-
Qur‟an surat Al-Fuhshilat: 41:
ك كفروابٱلذ ٱلذين اجا إن ءىم رلم ١ لكتبعزيزۥوإنو
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang mengingkari Al
Quran ketika Al Quran itu datang kepada mereka, (mereka itu pasti
akan celaka), dan sesungguhnya Al Quran itu adalah kitab yang
mulia.”( Q.S Al-Fushshilat: 41).
Keistimewaan orang yang hafal Al-Qur‟an, sebagaimana yang
diriwayatkan oleh Ibnu Majjah:
تو)رواهابن مجة(ىماىلالقراناىلاللوخاص Artinya: “Ahlul Qur‟an adalah keluarga Allah dan orang-
orang Khusus-Nya” (H.R Shahih Ibni Majjah).
b) Memupuk Ikhlas, Tawakal, dan Do‟a
Sebelum memulai menghafal Al-Qur‟an agar terciptanya rasa
ikhlas dalam diri kita, tanamkan niat terlebih dahulu dan jauhkan
rasa sombong setelah kita benar-benar sudah menghafal ayat-ayat
Al-Qur‟an. Karena kesombongan hanya akan berakibat buruk bagi
setiap manusia. “ Sangat disayangkan jika pada sebagian waktu
ketika tengah menghafal Al-Qur‟an, kita melalaikan masalah niat
ini” (Ubaid, 2015: 58).
20
Setelah melewati beberapa proses dalam menghafal Al-Qur‟an
lebih baiknya kita bertawakal seraya berdo‟a kepada Allah swt agar
dilindungi dari berbagai perbuatan maksiat yang akan merugikan
bagi seorang hafidz ataupun hafidzah.
Di dalam Hadis, Nabi saw bersabda (Ubaid, 2015: 61):
من عنو صرف او اياىا الل اتاه ال بدعوة الل يدعو مسلم الأرض علي ما
عةرحم وءمث لهاماليدعوباسمأوقطي الس
Artinya: “Tidaklah seorang muslim berdo‟a kepada Allah di
belahan bumi manapun, kecuali Allah mengabulkan do‟anya, atau
menghindarkannya dari keburukan yang semisalnya, selama dia
tidak berdo‟a yang mengandung dosa, atau memutuskan
silaturahmi”.
c) Jangan Banyak Beralasan
Menghafal Al-Qur‟an adalah tanggung jawab diri sendiri, dan
hendaknya seorang yang ingin menghafal Al-Qur‟an waspada
terhadap penyakit diri yang tersembunyi dalam diri, di antaranya
beberapa penyakit diri yang harus dihindari (Ubaid, 2015: 66):
1) Saya tidak mampu menghafal Al-Qur‟an karena sudah tua.
2) Kedua orangtuaku tidak memotivasiku untuk menghafal sewaktu
kecil, sementara aku sekarang sudah besar.
3) Di desa kami tidak ada halaqah menghafal Al-Qur‟an.
4) Saya belum belajar tentang metode yang benar dalam menghafal
Al-Qur‟an.
5) Saya tidak bisa menghafal Al-Qur‟an karena sibuk.
6) Daya ingatku lemah, tidak ada gunanya menghafal.
7) Saya akan menghafal ketika pergi haji, insya Allah.
21
Demikian beberapa alasan-alasan yang sering mengganggu
untuk menghafal Al-Qur‟an. Jauhhkan fikiran yang membuat
pesismis jika ingin menghafal dengan sungguh-sungguh.
d) Menguatkan keyakinan diri dan Kata-Kata Positif.
Keyakinan dalam diri harus dimiliki setiap individu, keyakinan
bahwa ia akan dapat menghafal dengan baik dikemudian hari. Misal
dengan membaca artikel-artikel, mendengarkan tausiyah, ataupun
buku-buku yang bekenaan dengan menghafal Al-Qur‟an.
Kita harus memiliki sifat optimisme yang tinggi untuk dapat
menghafal Al-Qur‟an. Optimis adalah keyakinan terhadap diri
sendiri keyakinan yang dimiliki manusia terhadap kemampuannya.
Optimis dan keyakinan sangat memiliki pengaruh besar dalam
pembelajaran dan menghafal (Ubaid, 2015: 76).
e) Menciptakan Rasa Rileks dan Suasana Belajar yang Ideal
Dalam menghafal Al-Qur‟an sangat dibutuhkan konsentrasi,
maka dari itu janganlah menghafal kecuali dalam keadaan rileks dan
tenang (Ubaid, 2015: 103).
Hindari perasaan resah, gelisah, marah saat ingin memulai
menghafal, karena pada saat perasaan tersebut menghampiri maka
akan sulit otak kita untuk berpikiran jernih.
Perasaan gelisah berdampak negatif terhadap kekuatan kita
dalam menghafal dan mengingat peajaran. Dalam kondisi seperti itu,
menghafal tidak menjadi prioritas bagi otak manusia (Ubaid, 2015:
104).
22
f) Melakukan Visualisasi.
Visualisasi merupakan salah satu dari rahasia-rahasia menghafal
Al-Qur‟an yang mayoritas orang tidak mengetahuinya. Visualisasi
adalah obat mujarab yang mudah dierapkan bagi mereka yang
terserang penyakit kemah semangat, pelupa, dan yang meninggalkan
pengulangan hafalannya (Ubaid, 2015: 119).
Beberapa cara bervisualisasi dalam menghafal Al-Qur‟an:
1) Sebelum sesi menghafal
Sebelum sesi menghafal dimulai, kita akan menggunakan
beberapa menit waktu luang untuk membayangkan kehidupan
setelah menghafal Al-Qur‟an dan selalu memurajaahnya agar
tidak lupa. “Kehidupan kita akan berubah drastis. Akhlak kitapun
akan sesuai dengan yang ada di dalam Al-Qur‟an nantinya, dan
kehidupan kitapun akan sesuai dengan apa yang kita cita-citakan”
(Ubaid, 2015: 123).
2) Sebelum tidur.
Waktu yang ideal untuk kita ber-visualisasi yaitu beberapa
menit sebelum tidur. Karena dengan demikian akan membantu
alam bawah sadar kita untuk memvisualisasikan hal-hal mengenai
pembahasan menghafal Al-Qur‟an. Beberapa menit yang
diluangkan untuk bervisualisasi sebelum tidur tersebut akan
menciptakan imajinasi yang baik pada alam bawah sadar kita
berupa balasan bagi penghafal Al-Qur‟an. Imajinasi tersebut akan
sering bermunculan dalam pikiran ketika tidur, sehingga ketika
23
terbangun akan akan muncul rasa menghafal Al-Qur‟an menjadi
lebih besar (Ubaid, 2015: 125).
3) Setiap selesai sholat.
Teknik ini juga dapat dipraktikkan setiap selesai sholat,
terutama di hari-hari menghafal Al-Qur‟an. Sebab, ketika
seseorang mendirikan sholat, di dalam jiwanya terdapat energi
ruhani dan imani tentang banyak hal. Dan bervisualisasi setelah
usai sholat akan terasa lebih mudah untuk memberdayakan energi
tersebut hingga menghasilkan kepercayaan diri (Ubaid, 2015:
125).
g) Optimalisasi Panca Indra.
Setiap kita umumnya mempunyai lima panca indra, walaupun
kenyataannya masing-masing kita hanya dapat mengoptimalkan
salah satu indranya dalam kegiatan pembelajaran dan mengingat
(Ubaid, 2015: 130).
Akan tetapi semakin banyak indra yang kita gunakan untuk
belajar, semakin kita kuat pula mengingatnya. “Langkah-langkah
menghafal” (Ubaid, 2015: 134-136):
1) Pegang mushaf di sebelah kiri (posisi ingatan visual, mengingat
suatu gambar tertentu).
2) Tarik nafas dalam-dalam.
3) Bacalah baris pertama dengan melihatnya dan posisi mata melihat
kearah kiri atas.
4) Ambil nafas dalam-dalam.
24
5) Rendahkan kepala anda dan lihat ke arah kanan bawah, yaitu zona
perasa dan peraba, lalu perdengarkan hafalan anda.
Demikian adalah langkah menghafal dengan mengoptimalkan
seluruh panca indra, dengan mengoptimalkan seluruh panca indra
yang dimiliki maka akan mempermudah untuk menghafalkannya,
bukan hanya dalam menghafal Al-Qur‟an, akan tetapi juga bisa
dalam menghafalkan pelajaran, hadist, dan sebagainya.
h) Murajaah (Pengulangan)
هارذكرهواذالي قمبونسيو )رواهمسلم(اذاقامصاحبالقرانف قرأهبالليلوالن
Artinya: “Jika seorang penghafal Al-Qur‟an sholat lalu ia
membacanya pada malam dan siang hari, niscaya ia akan
senantiasa mengingatnya. Namun jika ia tidak melakukan hal itu,
niscaya ia akan melupakannya” (H.R Muslim).
Muraja‟ah hendaknya dilakukan bagi siapa saja yang bergelar
sebagai penghafal Al-Qur‟an karena hal demikian bisa membantunya
untuk menjaga hafalannya agar tidak lupa, sebagaimana telah
dijelaskan seperti hadis diatas hendaknya membacanya pada malam
dan siang hari. “Setiap orang yang menghafal Al-Qur‟an sebenarnya
tahu betul bahwa jika dia tidak me-murajaah hafalannya secara terus
menerus, maka hafalannya akan hilang” (Ubaid, 2015: 142).
Seorang yang hafidz dan hafidzah pastilah mengetahui tujuan
dari muraja‟ah yaitu agar hafalannya bisa terjaga dan tidak hilang
serta pemahaman kembali dari ayat-ayat Al-Qur‟an.“ Tujuan dari
pengulangan adalah untuk memahami makna. Semakin sering
pengulangan lafazh maka akan bertambah pemahaman makna nash.
25
Tanpa disadari, pengulangan juga menghasilkan pengagungan dan
ketakjuban dari apa yang dibaca” (Al-Laahim, 2009: 146).
i) Menentukan Tujuan dan Menyusun Rencana
Setiap orang pasti memiliki suatu tujuan dan dalam
mewujudkannya ada beberapa orang yang membuat penyusunan
rencana guna mendapatkan hasil yang optimal. Dalam pencapaian
yang optimal sesorang membutuhkan tekad yang kuat.
Dalam menghafal Al-Qur‟an setiap individu memiliki
rencananya tersendiri, ada yang sehari harus hafal satu lembar, ada
juga santri yang hafalannya di tentukan oleh pondok tersebut, dan
masih banyak rencana-rencana yang lainnya.
Untuk menentukan suatu tujuan dan perencanaan yang jelas,
diperlukan hal-hal sebagai berikut (Ubaid, 2015: 157):
1) Menuliskan cita-cita dengan kata-kata positif.
2) Menuliskan cita-cita dengan menggunakan kalimat “sekarang”.
3) Kenapa anda menginginkannya?
4) Tentukan indicator keberhasilan secara terperinci.
5) Tujuannya terukur dan tidak mustahil.
6) Tentukan batasan waktu (Time Limit).
7) Tujuan harus muncul dari diri sendiri.
8) Tulis factor pendukung yang anda inginkan dan rintangan-
rintangan yang akan anda temui.
9) Tetapkan usaha pengaruh anda mewujudkan impian terhadap
lingkungan sekitar.
26
10) Menuliskan tujuan di berbagai tempat.
2. Sebab- sebab yang Membantu dalam Menghafal Al-Qur‟an
Dalam menghafalkan Al-Qur‟an tentunya ada jalan agar kita
terbantu dan terjaga dalam hafalan kita agar tidak lalai di kemudian
hari, beberapa amalan yang dapat mengantarkan kita mencapai tujuan
tersebut adalah sebagai berikut (Az-Zawawi, 2013: 45-57):
a) Berdoa dan Tawakal kepada Allah
ل تجث ىا س فل دعان إرا لذاع ٱ ىج دع أ جة قشة فئو عى عثادي سألك وإرا
٧١ ش ذ ون ش لعله م ت مى ىا ؤ ول
Artinya: “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu
tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku
mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon
kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-
Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu
berada dalam kebenaran”(Q.S Al-Baqarah 186).
Do‟a adalah permohonan kepada Allah swt, ini adalah
permintaan pertolongan dan bantuan kepada Allah swt dan yakinlah
bahwa doa akan selalu dikabulkan, karena Allah tidak menolak
orang yang berdoa kepadanya, Allah tidak pernah mengecewakan
hambanya jika ia bersungguh-sungguh dalam berdoa.
Dalam berdo‟a juga harus disertai dengan tawakal. Dimana
tawakal adalah berserah diri kepada Allah ta‟ala. Dalam Kamus
Indonesia Arab tawakal berasal dari kata ل تىكلا -تىكل -تىك (Al-Kalili,
1987: 548).
b) Mengikhlaskan Niat Semata-mata karena Allah swt
Hendaknya dalam menghafal Al-Qur‟an, ikhlas hanya karena
Allah swt dan mengharapkan balasan pahala dari-Nya. Karena Dia
27
tidak akan menerima suatu amalanpun, kecuali sesuatu yang
dikerjakan dengan ikhlas karena mengharap ridha-Nya. Hal ini
termasuk amal ibadah kepada-Nya.
Allah berfirman:
و وما وا لع إل ا أ مش ٱ ث ذ خ لل ه ٱ ل لصه م ىفا لذ لى ٱ و قم ىا ء ح كى ٱ ت ىا و ؤ ج لص ج لز
٥ قمح ل ٱ ده لك ور
Artinya:”Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya
menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam
(menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan
shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang
lurus” (Q.S Al-Bayyinah: 5).
Oleh sebab itu, barangsiapa yang ingin menghafal Al-Qur‟an
dengan ikhlas semata-mata karena Allah swt, mengharapkan pahala
dan balasan-Nya serta mengajarkannya kepada manusia, niscaya
Allah swt akan menolong dan menerima amalannya.
c) Menjalankan Kewajiban dan Menjauhi Perbuatan Maksiat
Tunaikanlah segala bentuk amalan fardhu pada waktunya yang
telah ditetapkan, serta menjauhkan diri dari maksiat yang dimurkai
Allah swt. Apabila terjerumus ke dalam kemaksiatan, segeralah
bertaubat kepada Allah. Ketahuilah! Al-Qur‟an tidak pernah
dikaruniakan kepada para pelaku maksiat!.
d) Mencintai Al-Qur‟an Sepenuh Hati
Hendaknya lebih mencintai Al-Qur‟an daripada dunia serta
segala isinya. Karena hal tersebut merupakan salah satu faktor
terpenting yang membantu dalam menghafal Al-Qur‟an.
28
e) Mendengarkan Bacaan Kaset-kaset Al-Qur‟an
Membuat metode yang teratur seperti mendengarkan muratal
dari kaset-kaset, dengan cara menentukan waktu yang teratur pada
setiap akhir pekan untuk mendengarkan ayat-ayat atau surat-surat
yang telah dihafalkan.
f) Berhati-hati dari Perasaan Riya, Sum‟ah dan Bisikan Setan
Salah satu sebab yang membantu dalam menghafal Al-Qur‟an
adalah mengikhlaskan niat semata-mata karena Allah swt dan
berhati-hati terhadap perasaan riya‟ (perasaan ingin dipuji orang)
dan sum‟ah (memperdengarkan kebaikan dari orang lain). Berhati-
hati dalam menjaga niat dalam menghafal Al-Qur‟an jangan sampai
ingin disebut sebagai seorang qari‟ atau seorang pengajar atau
hendak mencari kehidupan dunia.
g) Menghafal Al-Qur‟an dari Mushaf Satu Cetakan
Salah satu sebab yang bisa memperkuat hafalan adalah
hendaknya menghafal dari mushaf dalam satu cetakan yang sama,
dan tidak mengganti-ganti bentuk mushaf Al-Qur‟an yang
dihafalkan. Tetap konsisten dengan satu bentuk mushaf Al-Qur‟an,
maka bentuk dan posisi ayat dalam mushaf akan terekam dengan
baik, dalam benak. Menghafal dengan penglihatan sama halnya
menghafal dengan pendengaran.
h) Tidak menunda-nunda waktu untuk Memulai Hafalan
Hindari kebiasaan menunda-nunda pekerjaan, sesungguhnya
sikap menunda-nunda ini merupakan pekerjaan setan. Karena sikap
29
tersebut akan membuat segala permasalahan tidak akan pernah
selesai, dan hanya akan membuang-buang waktu saja.
i) Memperhatikan Ayat-ayat yang Memiliki Kesamaan Lafadz
Salah satu sebab terpenting dalam menguatkan hafalan Al-
Qur‟an adalah menentukan ayat-ayat yang serupa lafadznya, yang
sering terjadi kesimpangsiuran ketika tasmi‟ (menyetor hafalan),
untuk mengatasi persoalan tersebut, bisa dengan membuat penanda-
penanda khusus pada ayat-ayat yang memiliki kesamaan lafadz,
sehingga bisa mengingatkan.
j) Membantu Menguatkan Hafalan dengan Shalat
ث ٱت تعى ىا س ٱ ءامى ىا لزه ٱ أها لى ٱو ش لص ٱ إن ج لص ٥١ ثشه لص ٱ مع لل
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar
dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-
orang yang sabar” (Q.S Al-Baqarah: 153).
Sholat merupakan salah satu dalam sebab terpenting yang bisa
menguatkan hafalan, sesungguhnya manusia tidak akan hafal Al-
Qur‟an kecuali apabila dia menegakkannya pada siang dan malam
hari.
Dari beberapa uraian di atas adalah beberapa amalan sehari-
hari yang bisa diterapkan oleh seseorang yang akan menghafalkan
Al-Qur‟an agar mempermudahnya untuk mencapai target yang
diinginkan.
3. Kajian Penelitian Terdahulu
Setelah peneliti melakukan penelusuran mengenai metode
menghafal Al-Qur‟an, maka penulis telah menemukan beberapa referensi
30
skripsi dan buku yang dapat digunakan sebagai sumber kajian penelitian
terdahulu sebagai berikut:
Skripsi Sutrisno, Fakultas Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama
Islam. Yang menulis skripsi dengan judul “Metode Menghafal Al-Qur‟an
di Sekolah Dasar Islam Tahfizhul Qur‟an Al-Irsyad Tengaran Kabupaten
Semarang Tahun Pelajaran 2016/2017”. Adapun yang dibahas dalam
penulisan skripsi ini adalah mengenai metode-metode menghafal Al-
Qur‟an yang digunakan pada Sekolah Dasar Islam Tahfizhul Qur‟an al-
Irsyad, dan bagaimana penerapanya dalam kesehariannya. Rumusan
masalah dalam penelitian tersebut adalah: Metode menghafal Al-Qur‟an
apakah yang diterapkan di Sekolah Dasar Islam Tahfizhul Qur‟an Al-
Irsyad Tengaran Tahun Pelajaran 2016/2017?.
Wardhani, Fakultas Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam.
Yang menulis skripsi dengan judul: “Pembelajaran Tahfidzul Qur‟an
Berbasis Santri di Pondok Pesantren Al-Manshur Dusun Popongan Desa
Tegal Gondo Kecamatan Wonosari Kabupaten Klaten Tahun 2017.
Dalam skripsi tersebut terdapat pembahasan mengenai metode
pembelajaran yang di gunakan pada pondok pesantren Al-Manshur serta
hambatan-hambatan para santriwati dalam pembelajaran tahfidzul
Qur‟an. Adapun beberapa rumusan yang digunakan yaitu: (1) Bagaimana
pembelajaran tahfidzul Qur‟an berbasis santri yang diterapkan di pondok
pesantren Al-Manshur Dusun Popongan Desa Tegal Gondo Kecamatan
Wonosari Kabupaten Klaten tahun 2017? (2) Bagaimana hambatan-
hambatan menghafal Al-Qur‟an dalam pembelajaran Tahfidzul Qur‟an
31
berbasis santri yang berada di pondok pesantren Al-Manshur Dusun
Popongan Desa Tegal Gondo Kecamatan Wonosari Kabupaten Klaten
tahun 2017?.
Dalam skripsi Rohman, Fakultas Tarbiyah Pendidikan Agama
Islam, menulis skripsi dengan judul “Penerapan Metode Sima‟i dalam
Menghafal Al-Qur‟an pada Santri Pondok Pesantren Tahfidzul Qur‟an
Ta‟mirul Islam Lawean Surakarta Tahun 2016, pembahasan dalam
skripsi tersebut berisikan tentang metode pembelajaran menghafal Al-
Qur‟an dan penerapannya sehari-hari serta hambatan pada saat
pembelajaran menghafal Al-Qur‟an berlangsuung. Adapun beberapa
rumusan masalah yang digunakan adalah: (1) Apa saja metode
pembelajaran Tahfidzul Qur‟an di pondok Pesantren Ta‟mirul Islam
Lawean Surakarta tahun 2016? (2) Bagaimana penerapan metode sima‟i
dalam proses pembelajaran Tahfidzul Qur‟an di pondok pesantren
Ta‟mirul Islam Lawean Surakarta tahun 2016? (3) Apa saja faktor
penunjang dan penghambat proses pembelajaran Tahfidzul Qur‟an di
Pondok Pesantren Ta‟mirul Islam Lawean Surakarta tahun 2016?.
Berdasarkan dari beberapa kajian penelitian di atas, terdapat
beberapa persamaan dan perbedaan dengan yang peneliti lakukan, di
antaranya adalah sebagai berikut:
a) Persamaan dengan kajian pertama, sama-sama meneliti tentang suatu
metode menghafal Al-Qur‟an di dalam suatu lembaga yang
menerapkan hafalan Al-Qur‟an.
32
b) Persamaan dengan kajian kedua, meneliti tentang apa saja
hambatan-hambatan menghafal Al-Qur‟an dalam suatu pondok
pesantren.
c) Persamaan dengan kajian ketiga adalah meneliti mengenai metode
pembelajaran Tahfidzul Qur‟an dan hambatan yang dilalui santri
pada saat menghafal.
Perbedaan peneliti terdahulu dengan penulis:
a) Perbedaan dengan kajian pertama, ia hanya meneliti mengenai
metode yang diterapkan, sedangkan penulis meneliti mengenai
metode hafalan Al-Qur‟an, hambatan-hambatan dalam menghafal,
serta penanganan atau upaya dari hambatan-hambatan tersebut.
b) Perbedaan dengan kajian yang kedua adalah ia meneliti di sebuah
pondok pesantren tentang pembelajaran sehari-hari menghafal Al-
Qur‟an serta berbaur dengan para santri, sedangkan peneliti meneliti
tentang metode apa saja yang digunakan dalam penerapan menghafal
Al-Qur‟an, dan melakukan observasi serta wawancara dengan
pembimbing halaqah dan beberapa santri.
c) Perbedaan dengan kajian yang ketiga ia meneliti dengan
menggunakan metode sima‟i, sedang penulis meneliti tentang
metode apasaja yang di gunakan di Islamic boarding school tersebut.
33
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan penulis adalah penelitian lapangan,
dengan menggunakan penelitian kualitatif. Penelitian ini digunakan oleh
peneliti yang berada langsung dengan obyek. Terkhusus dalam
memperoleh suatu data dan berbagai informasi yang dibutuhkan oleh
peneliti. Dengan kata lain yakni peneliti langsung berada pada lingkungan
yang akan diteliti.
Penelitian kualitatif adalah suatu proses penelitian yang memahami
masalah secara natural terhadap data yang dikumpulkan secara nyata atau
alamiah. “Penelitian kualitatif merupakan fokus perhatian dengan beragam
metode, yang mencakup pendekatan interpretatif dan naturalistik terhadap
subjek kajiannya” (Patilima, 2016: 3).
Jenis penelitian ini bersifat deskriptif, yaitu dengan membuat
gambaran secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai metode
menghafal Al-Qur‟an di Islamic boarding school Darul Fikri Bawen, agar
dapat tercapai tujuan atau target yang diinginkan, dapat menghafal Al-
Qur‟an dengan fasih dan baik.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penulis mengambil lokasi penelitian yang berada di Islamic
boarding school SMP IT Darul Fikri yang terletak di jalan Gatot Subroto
15, Desa Bawen, Kecamatan Bawen, Kabupaten Semarang. Alasan
peneliti memilih lokasi tersebut adalah karena sebuah yayasan pendidikan
34
yang menerapkan program hafalan Al-Qur‟an pada anak-anak SMP yang
juga disana terdapat asrama. Syarat kelulusan pada santriwati Darul Fikri
Bawen salah satunya adalah dengan menghafal 6 juz bagi yang mampu,
dan bagi yang belum mampu minimal menghafal sebanyak 3 juz. Maka
dengan demikian, peneliti ingin melakukan penelitian di Islamic boarding
school Darul Fikri Bawen. Penelitian ini dimulai bulan Juli sampai
Agustus Tahun 2019.
C. Sumber Data
Dalam hal ini, peneliti menggunakan sumber data berupa sumber
data primer dan skunder. Adapun penjelasannya sebagai berikut:
1) Sumber data primer adalah data yang dikumpulkan oleh peneliti dan
data ini sebelumnya belum pernah dikumpulkan oleh orang lain. Data
primer dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a) Yang pertama adalah ustadzah selaku pembimbing halaqah serta
musyrifah kamar di asrama Darul Fikri bawen, peneliti akan
mewawancarai beberapa ustadzah yang ada disana.
b) Yang kedua adalah santriwati, sama halnya seperti mewawancarai
ustadzah yang ada disana, peneliti juga akan mewawancarai
beberapa santriwati untuk mendapatkan informasi yang lebih
aktual.
2) Data skunder adalah data yang sudah dikumpulkan oleh orang lain.
Dengan cara mengambil data dari buku, arsip, jurnal, dokumen pribadi
yang sudah dipublikasikan dan dokumen resmi.
35
D. Prosedur Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa metode
pengumpulan data sebagai berikut:
1) Metode Wawancara
Wawancara adalah Tanya jawab atau percakapan antara dua belah
pihak untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan dalam
penelitian. “wawancara adalah pembicaraan santai yang dilakukan
dalam berbagai situasi, dilakukan secara terus-menerus untuk
mendapatkan informasi dan penjelasan yang utuh, mendalam,
terperinci, dan lengkap (Putra, 2013: 33).
Dengan deemikian maka peneliti akan melakukan wawancara
terhadap pembimbing hafalan, dan beberapa santriwati, guna
mendapatkan informasi mengenai metode hafalan, hambatan-
hambatan, serta upaya dalam mengatasi hambatan-hambatan
menghafal Al-Qur‟an di Islamic boarding school Darul Fikri Bawen.
2) Metode Observasi
Metode observasi adalah metode pengumpulan data secara
pengamatan terhadap objek yang dituju. Disini peneliti terlibat
langsung dalam proses pembelajaran, dengan cara pengamatan.
“Metode ini digunakan untuk membantu dalam pengumpulan data
kondisi secara umum yaitu dengan mendatangi langsung objek yang
diteliti. Observasi yaitu dengan pengamatan dan pencatatan suatu
objek dengan sistematika fenomena yang akan di selidiki” (Rumidi,
2004: 67).
36
Dalam melakukan observasi peneliti akan mengamati mengenai
kegiatan santriwati seperti saat mengaji Al-Qur‟an, menghafal Al-
Qur‟an, saat menyetorkan hafalan kepada pembimbing halaqah, serta
kegiatan sehari-hari yang sudah menjadi peraturan di asrama tersebut.
3) Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah proses pengumpulan data melalui
subyek penelitian. Berupa surat-surat, foto-foto, dan semacamnya.
Metode ini digunakan agar bisa mengetahui bagaimana gambaran
umum pada pembelajaran sekolah berlangsung. “Dokumentasi adalah
catatan dengan tindakan, pengalaman, dan kepercayaan” (Moleong,
2009: 217).
Metode dokumentasi ini digunakan untuk dapat mengetahui
gambaran umum mengenai Islamic boarding school Darul Fikri
Bawen, serta kegiatan-kegiatan di Islamic boarding school Darul Fikri
Bawen. dengan adanya metode dokumentasi maka peneliti akan
mengambil beberapa gambar kegiatan sehari-hari seperti saat
menghafal Al-Qur‟an, setoran hafalan, kegiatan belajar malam,
membaca Al-Ma‟surat dan yang lainnya.
E. Analisis Data
Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan
data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat
ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang
disarankan oleh data. Data yang telah terkumpul berupa catatan lapangan,
komentar peneliti dokumen berupa laporan, biografi, dan lainnya.
37
Menurut Salim dalam Maslikhah (2017: 323), proses analisis data
sebagaimana penelitian kualitatif, digunakan teknik analisis data sebagai
berikut:
1) Reduksi data (data reduction) yaitu proses pemilihan, pemusatan pada
penyederhanaan, abstaraksi dan informasi dan transformasi data kasar
yang diperoleh di lapangan.
2) Penyajian data (data disply) yaitu deskripsi kumpulan informasi
tersusun yang memungkinkan untuk melakukan penarikan kesimpulan
dan pengambilan tindakan.
3) Penarikan kesimpulan dan verifikasi (conclusion drawing and
ferification) dari permulaan pengumpulan data, periset kualitatif
mencari makna dari setiap gejala yang diperoleh di lapangan, mencatat
keteraturan atau pola penjelasan dan konfigurasi yang mungkin ada,
alur akusalitas, dan proposisi.
Dalam tahap ini penulis menganalisis data melalui temuan data saat
melakukan penelitian baik secara lisan maupun tulisan yang diperoleh
melalui observasi, dokumen maupun wawancara mendalam dengan
ustadzah pengasuh, ustadzah pembimbing, dan santriwati. Setelah data-
data yang diperlukan terkumpul, maka penulis akan membaca serta
menganalisis semua data secara cermat guna mengambil kesimpulan dari
penelitian yang telah dilakukan.
F. Pengecekan Keabsahan Data
Agar data yang telah diperoleh dalam penelitian ini dapat dikatakan
valid. Maka untuk menguji validasi data tersebut penulis menggunakan
38
teknik triangulasi. Triangulasi adalah teknik pengecekan keabsahan data
dalam suatu penelitian kualitatif (Putra, 2013: 34).
Adapun triangulasi yang digunakan penulis yakni menggunakan
triangulasi sumber, dilakukan dengan mengecek data yang sudah diperoleh
dari berbagai sumber:
1. Observasi, dengan melakukan pengamatan kegiatan-kegiatan
santriwati saat di asrama.
2. Wawancara, dengan mewawancarai beberapa santriwati dan
ustadzah yang berada di asrama.
3. Dokumentasi, pengambilan gambar yang meliputi gedung
asrama, sekolah, masjid, kegiatan santriwati, dan lain
sebagainya.
Data yang didapat dari berbagai sumber tersebut kemudian dipilah,
dipilih, dan disajikan. Membandingkan data-data yang diperoleh dengan
berbagai sumber baik dari ustadzah, santriwati, guru pagi dengan hasil
pengamatan yang peneliti lakukan.
39
BAB IV
PAPARAN DAN ANALISIS DATA
A. Paparan Data
1) Letak Geografis
Darul Fikri adalah yayasan Islam yang terletak di Jl. Gatot
Subroto 15, Desa Bawen, Kecamatan Bawen, Kabupaten Semarang.
Darul Fikri merupakan yayasan pendidikan yang disana juga
menyediakan asrama bagi siswanya. Islamic boarding school Darul
Fikri Bawen ini sangatlah strategis karena dekat dengan jalan raya
sehingga memudahkan untuk mencari transportasi menuju lokasi.
Islamic boarding school Darul Fikri putri merupakan sebuah tempat
yang berlimpah ruah airnya dan jernih sehingga sangat jarang bagi
santriwati kehabisan air untuk mencuci dan kegiatan lainnya.
2) Tujuan, Visi, dan Misi
Setiap lembaga pendidikan pastilah memiliki tujuan, visi, dan
misi, untuk tercapainya pendidikan yang lebih baik, begitupula dengan
Islamic boarding school Darul Fikri Bawen memiliki tujuan, visi, dan
misi sebagai berikut:
Tujuan:
Melahirkan sakhsiyah muslim da‟iyah yang berkarakter:
a) Aqidah yang bersih (salimul aqidah)
b) Ibadah yang benar (sahihul ibadah)
c) Pribadi yang matang (matinul khulukh)
d) Mandiri (qodirun „alal kashbi)
40
e) Cerdas dan berpengetahuan (mustaqqaful fikri)
f) Sehat dan kuat (qowiyyul jismi)
g) Bersungguh-sungguh dan disiplin (mujahidun li nafsihi)
h) Tertib dan cermat (munadzom fi syu‟unihi)
i) Efisien (harisunal waqtihi)
j) Bermanfaat (nafi‟un li goirihi)
Visi:
Menjadi lembaga pendidikan Islam berbasis Al-Qur‟an yang
melahirkan pemimpin besar yang akan menghantarkan Indonesia
memimpin dunia.
Misi:
a) Menjadikan ilmu pengetahuan dan bahasa sebagai akhlak.
b) Menjadikan lembaga Islam mondial (mendunia) sebagai pusat
rujukan dalam melahirkan generasi pemakmur bumi.
c) Menjadikan 3 pilar keberhasilan pendidikan (guru, orang tua,
siswa) untuk mencetak generasi Robbani.
3) Sejarah Berdirinya Yayasan Darul Fikri
Pada tahun 1977 dahulu SMP IT Darul Fikri bernama SMP Islam
Bawen, yang didirikan oleh Bapak H. Masyhuri dan sampai sekarang
beliau juga masih aktif sebagai pembina yayasan Darul Fikri. Dulu
banyak sekali siswa yang belajar di SMP Islam Bawen, lambat laun
karena saingan antar sekolah semakin ketat siswa yang belajar di SMP
Islam Bawen semakin menurun drastis bahkan sekolah terancam
tutup. Sehingga, pada tahun 2007 SMP Islam Bawen berganti nama
41
menjadi SMP IT Darul Fikri Bawen serta di bangun sebuah boarding
school di atas kebijakan yayasan sekolah dengan program unggulan
tahfidz Al-Qur‟an. Dengan program unggulan inilah banyak siswa
yang tertarik masuk ke SMP IT Darul Fikri Bawen dan sampai
sekarang siswa putra dan putri mencapai 300 anak dari yang awalnya
hanya 15 anak (hasil wawancara dengan ustadzah Darul Fikri,
tanggal 29 Juli 2019 di asrama putri Darul Fikri pada pukul 14.30)
Tabel 4.1 Identitas Islamic Boarding School Darul Fikri Bawen
Tahun 2019
No Sarana dan Prasarana Keterangan
1 Nama Asrama Darul Fikri
2 Alamat Jl. Gatot Subroto 15 Kec.
Bawen Kab. Semarang
3 No Telepon (0298) 593576
4 Tahun Berdiri 1977
5 Tahun beroprasi 1978
6 Terakreditasi B
Sumber: Dokumen Islamic Boarding School Darul Fikri Bawen 2019
42
4) Fasilitas, Sarana, dan Prasarana
Sarana dan prasarana merupakan salah satu unsur yang sangat
penting dalam pelaksanaan kegiatan pendidikan serta sebagai proses
menunjang proses belajar mengajar
Adapun fasilitas, sarana, dan prasarana yang terdapat di Islamic
boarding school Darul Fikri sebagai berikut:
Tabel 4.2 Sarana dan Prasarana Asrama Putri Darul Fikri Bawen
Tahun 2019
NO JENIS BANGUNAN DAN BARANG JUMLAH
1 Luas bangunan 813 m2
2 Kamar 6
3 Kantor 1
4 Ruang kesehatan 1
5 Kamar mandi 20
6 Masjid 1
7 Dapur 1
8 Mesin cuci 2
9 Koperasi 1
Sumber: Dokumen Islamic Boarding School Darul Fikri Bawen 2019
5) Sistem Pembelajaran
43
Islamic boarding school Darul Fikri Bawen merupakan boarding
school yang berfokus pada pembelajaran menghafal Al-Qur‟an. Dalam
menghafal Al-Qur‟an santriwati dibagi menjadi beberapa halaqah yang
tiap halaqahnya berjumlah 17 orang. Kegiatan mengaji para santriwati
yakni, setelah sholat subuh, setelah sholat ashar, dan setelah isya‟,
adapun pembelajaran malam bersama, yang dibimbing oleh ustadzah
musyrifah dan ustadz (hasil wawancara dengan ustadzah Darul Fikri,
tanggal 26 Juli 2019 di asrama putri Darul Fikri pada pukul 16.00).
Tabel 4.3 Jadwal Kegiatan Malam SMP IT Darul Fikri Bawen
Putri Tahun 2019/2020
NO HARI PELAJARAN PENGAJAR
1 Malam Senin Hadist Ust Ahmad Miftahul
Huda
2 Malam Selasa Tahsin Wali kamar masing-
masing
3 Malam Rabu Akhlaq Ust Nalis
4 Malam Kamis Tahsin Wali kamar masing-
masing
5 Malam Jum‟at Sejarah Ust Loemiyono
6 Malam Sabtu Tematik Ust Rokhimun
7 Malam Ahad Muhadhoroh Ustadzah&Musrifah
Sumber: Dokumen Islamic Boarding School Darul Fikri Bawen
2019
44
6) Keadaan Ustadzah
Ustadzah yang membimbing hafalan Al-Qur‟an di Islamic
boarding school Darul Fikri adalah hafidzah, hal ini dikarenakan untuk
menjaga profesionalitas dalam membimbing di asrama. Seluruhnya
dari mereka adalah alumni dari pondok pesantren tahfidzul Qur‟an.
Namun ada beberapa ustadzah yang tinggal di luar asrama, akan tetapi
tetap amanah dalam membimbing para santriwati.
Tabel 4.4 Nama-Nama Ustadzah Pembimbing Halaqah dan
Musyrifah Kamar Islamic Boarding School Darul Fikri Bawen
Tahun 2019
NO USTH MUSYRIFAH KAMAR JUMLAH
SANTRIWATI
1 Usth Umi Khabibah Shofia 17 Santriwati
2 Usth Inayatus Sholihah Aisyah 17 Santriwati
3 Usth Tho‟ifatus
Sa‟diyah
Fatimah 17 Santriwati
4 Usth Dzikria Khodijah 17 Santriwati
5 Usth Lilik Lailatul Aulia Zainab 17 Santriwati
6 Usth Qurota A‟yun Asma 16 Santriwati
Sumber: Dokumen Islamic Boarding School Darul Fikri Bawen
2019
7) Kegiatan Santriwati
Dalam sebuah yayasan pendidikan entah itu formal maupun non
formal agar diakui keberadaannya pastinya terdapat kegiatan-kegiatan
di dalamnya, ataupun sebuah program yang harus dicapai, tujuan dari
45
adanya sederet kegiatan dan peraturan yang ada yakni untuk membuat
santriwati ataupun siswa bisa untuk hidup mandiri nantinya, dan
biasanya untuk santriwati yang melanggar peraturan yang telah
ditentukan mka ia akan terkena sanksi atas apa yang telah
dilanggarnya. Dan dari hasil pengamatan dan wawancara yang sudah
dilakukan maka peneliti dapat memperoleh data mengenai kegiatan
santriwati dari pagi hingga malam. Adapun jadwal kegiatan sehari-
hari santriwati adalah sebagai berikut:
Tabel 4.5 Jadwal Kegiatan Sehari-hari Santriwati di Islamic
Boarding School Darul Fikri Bawen Tahun 2019
NO WAKTU KEGIATAN
1 03.00 Bangun tidur
2 04.00-04.30 Membaca Al-Qur‟an di masjid
3 04.30-05.00 Jama‟ah subuh + pembacaan Al-Ma‟surat
4 05.00-05.45 Setoran hafalan
5 06.00- 06.30 Piket pondok + makan pagi
6 07.00-13.30 Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)
7 14.00-15.00 Makan siang + istirahat
8 16.00-17.00 Muraja‟ah
9 17.00-17.30 Pembacaan Al-Ma‟surat
10 17.30-19.00 Sholat Maghrib + pembacaan Al-Ma‟surat
11 19.00-19.15 Sholat Isya‟
12 19.15-20.00 Tadarus
46
13 20.00-21.00 Pelajaran malam
14 21.00-22.00 Belajar mandiri
15 22.00 Istirahat
Sumber: Dokumen Islamic Boarding School Darul Fikri Bawen 2019
Adapun jadwal kegiatan mingguan, bulanan, serta tahunan bagi
santriwati diantaranya adalah:
a) Kegiatan mingguan
1) Muroja‟ah
2) Sima‟an
3) Muhadhoroh
4) Sharing
b) Kegiatan bulanan
1) Kerja bakti massal
c) Kegiatan tahunan
1) Kegiatan Ramadhan
2) Wisuda tahfidz
3) Wisuda dauroh
Seperti yang telah peneliti paparkan di atas, maka sebagai
santriwati di Islamic boarding school Darul Fikri Bawen, diwajibkan
mengikuti kegiatan serta mentaati peraturan yang ada. Namun apabila
ada salah seorang dari santriwati melanggar peraturan tersebut maka
santriwati akan mendapatkan bimbingan bahkan juga bisa
mendapatkan hukuman seperti membersihkan kamar mandi, dan
lingkungan asrama.
47
8) Jumlah Hafalan Santriwati
Untuk hafalan di pagi maupun sore hari, ustadzah pembimbing
halaqah selalu merekap hafalan santriwati, hal ini untuk memudahkan
dalam memantau perkembangan hafalan santriwati.
48
Tabel 4.6 Rekapitulasi Hafalan Santriwati di Islamic boarding
school Darul Fikri Bawen Tahun 2019
No Nama Pencapaian Hafalan
1 Hanin Az-Zahra 3 juz
2 Al „Isya Naz Zahla 6 juz
3 Najma Zahira 11 juz
4 Laras Ayuning Tyas Bi nadzr
5 Naila Nuha Shofiah Bi nadzr
6 Raslinda Az Zahra Bi nadzr
7 Mutia Khoirun Nisa 3 juz
8 Nabila Putri Olivia 2 juz
9 Cinta Najwa 5 juz
10 Nur Diana 3 juz
11 Aqila Citra 2 juz
12 Fauzia Nur Aini 3 juz
13 Siti Fatima 2 juz
14 Naila Nurus Syifa 3 juz
49
15 Amalia Khusna 4 juz
16 Bunga Kresna Nandini 2 juz
Sumber: Dokumen Islamic Boarding School Darul Fikri Bawen 2019
B. Analisis Data
1. Metode Menghafal Al-Qur’an Pada Sanntriwati di Islamic
Boarding School Darul Fikri Bawen
a) Metode dan Pembagian Menghafal Al-Qur‟an
Untuk memudahkan dalam menghafal Al-Qur‟an seseorang
sangatlah membutuhkan metode menghafal Al-Qur‟an yang tepat
agar tercapainya hasil yang baik. Ada banyak sekali metode
menghafal Al-Qur‟an, namun ada beberapa yang diterapkan oleh
para santriwati yang ada di Islamic Boarding School Darul Fikri
Bawen, berikut adalah penjelasan dari beberapa ustadzah dan
santriwati:
1) UK adalah salah satu ustadzah yang mengampu hafalan Al-
Qur‟an dan sebagai musyrifah kamar para santriwati. Beliau
sudah mengampu serta membimbing para santriwati yang
berada di Islamic Boarding School Darul Fikri Bawen selama
kurang lebih 5 tahun sejak tahun 2014 silam. Ia menjelaskan
beberapa metode menghafal Al-Qur‟an, seperti metode
muraja‟ah, tasmi‟, wahdah. Dan beliau juga mengatakan bahwa
50
metode yang digunakan para santriwati adalah metode tahsin,
muraja‟ah, tasmi‟dan takrir. Seperti ungkapan UK:
“Dalam metode menghafal Al-Qur‟an kita tidak mengharuskan
santriwati memakai metode muraja‟ah, takrir, dan tasmi‟ kita
membebaskan mereka ingin menggunakan metode yang mana
akan tetapi mayoritas dari para santriwati menggunakan
metode tahsin, tasmi‟ muraja‟ah dan takrir. Ada juga program
tasmi‟ dengan orang-orang sekitar sini yaitu pada hari ahad
pagi, santriwati diharuskan menghafalkan di depan para tamu
sekitar” (hasil wawancara dengan ustadzah Darul Fikri,
tanggal 26 Juli 2019 di asrama putri Darul Fikri pada pukul
16.30).
2) IS adalah seorang ustadzah musyrifah kamar serta pembimbing
halaqah di Islamic Boarding School Darul Fikri Bawen, beliau
sudah bekerja di yayasan tersebut kurang lebih selama 6 tahun
sejak tahun 2014 hingga saat ini. Beliau mengemukakan bahwa
metode yang digunakan oleh mayoritas santriwati di sana adalah
memakai metode menghafal tahsin, tasmi‟, muraja‟ah, takrir.
Dan untuk pembagian mengaji, dibagi menjadi 6 halaqah setiap
halaqah terdapat 16 sampai 17 santriwati. Berikut adalah
penjelasan dari beliau:
“Metode yang digunakan disini adalah metode tahsin, metode
tasmi‟, metode muraja‟ah, dan metode takrir, ada juga program
tasmi,‟ program baru disini, santriwati menghafal didepan
orang-orang yang ada di sekitar sini seminggu sekali tiap hari
ahad pagi, dan untuk pembagian mengaji itu berjumlah 6
halaqah, setiap halaqahnya ada 17 anak” (hasil wawancara
dengan ustadzah Darul Fikri, tanggal 29 Juli 2019 di asrama
putri Darul Fikri pada pukul 15.30).
3) FN adalah salah satu santriwati di Islamic Boarding School
Darul Fikri Bawen, ia mulai menimba ilmu sejak tahun 2017,
kini ia sudah duduk di bangku kelas IX SMP IT Darul Fikri
51
Bawen, saat ini ia sudah menghafal Al-Qur‟an sebanyak 3
setengah juz, sedang untuk syarat kelulusan adalah 6 juz, maka
ia harus menghafal sebanyak 2 setengah juz. Metode menghafal
yang sering ia gunakan adalah metode muraja‟ah dan metode
tasmi‟. Dalam menghafal Al-Qur‟an ia menghafal sehari 2
sampai 3 kali, namun yang wajib adalah setelah ashar dan
setelah subuh, karena demikian adalah peraturan dari yayasan.
4) HA adalah salah satu santriwati di Islamic Boarding School
Darul Fikri Bawen, ia berasal dari Pringapus, Kabupaten
Semarang. Hanin sudah hampir tiga tahun berada di Islamic
Boarding School Darul Fikri Bawen, kini ia sudah duduk di
bangku kelas IX SMP IT Darul Fikri Bawen. Ia menuntut ilmu
di Daril Fikri Bawen karena termotivasi dengan ingin menghafal
Al-Qur‟an dan ingin mengetahui Islam lebih dalam lagi. Ia
sudah menghafal 3 juz selama di Darul Fikri, ia mengaku
metode menghafal Al-Qur‟an yang sering digunakannya adalah
metode muraja‟ah dan tasmi‟. Dikarenakan selain
memudahkannya dalam menghafal juga karena beberapa
santriwati yang ada disana menggunakannya juga.
5) BKN adalah salah satu santriwati di Islamic Boarding School
Darul Fikri Bawen, ia berasal dari Kaliwungu Kabupaten
Semarang. Bunga sudah hampir tiga tahun berada di Islamic
Boarding School Darul Fikri Bawen, kini ia sudah duduk di
bangku kelas IX SMP IT Darul Fikri Bawen. Ia masuk ke Darul
52
Fikri karena termotivasi ingin membanggakan kedua orang
tuanya, dan untuk membanggakannya ia telah menghafal
sebanyak 3 setengah juz, dalam sehari ia melakukan muraja‟ah
hampir 3 kali. Ia menghafal dengan menggunakan metode
muraja‟ah dan tasmi‟. Ia melakukan penyetoran hafalan 2 kali
yaitu setelah subuh dan setelah ashar.
6) MK adalah salah satu santriwati di Islamic Boarding School
Darul Fikri Bawen, ia berasal dari Nyatnyono, Kecamatan
Ungaran Barat, Kabupaten Semarang. Mutia sudah hampir dua
tahun berada di Islamic boarding school Darul Fikri Bawen, kini
ia sudah duduk di bangku kelas VIII di SMP IT Darul Fikri
Bawen. Setelah ia menyelesaikan pendidikannya di jenjang SD,
ia memutuskan untuk melanjutkan ke jenjang SMP IT Darul
Fikri, karena ia termotivasi ingin membanggakan kedua orang
tuanya, ia sudah hafal sebanyak 3 juz, ia mengatakan bahwa ia
menggunakan metode muraja‟ah serta tasmi‟ dalam menghafal
Al-Qur‟an, dalam melakukan muraja‟ah yang sehari diwajibkan
2 kali ia menambah setelah selesai sekolah dan sebelum tidur,
yakni sehari sampai 4 kali.
7) ANPM adalah salah satu santriwati di Islamic Boarding School
Darul Fikri Bawen, ia berasal dari Karangjati, Kabupaten
Semarang. „Isya sudah hampir tiga tahun berada di Islamic
Boarding School Darul Fikri Bawen, kini ia sudah duduk di
bangku kelas IX SMP IT Darul Fikri Bawen. Ia termotivasi
53
meneruskan di Darul Fikri karena ingin lebih menjaga
hafalannya serta meneruskan hafalannya, yang kini sudah
mencapai 6 juz, yang berarti sudah memenuhi persyaratan untuk
kelulusan. Dalam menghafal ia mengaku tidak terlalu memiliki
kesulitan, metode yang sering ia gunakan adalah metode
muraja‟ah.
8) NPON adalah salah satu santriwati di Islamic Boarding School
Darul Fikri Bawen, ia berasal dari Bergas, Kabupaten Semarang.
Nabila sudah hampir dua tahun berada di Islamic Boarding
School Darul Fikri Bawen, kini ia sudah duduk di bangku kelas
VIII SMP IT Darul Fikri Bawen. Motivasinya untuk
melanjutkan menimba ilmu di Islamic Boarding School Darul
Fikri adalah ingin membanggakan kedua orang tuanya serta
membawa mahkota bagi kedua orang tuanya kelak. Kini ia
sudah menghafal sebanyak 2 juz 1 surat, metode menghafal Al-
Qur‟an yang ia terapkan adalah metode muraja‟ah terkadang ia
juga membutuhkan bantuan temannya untuk menghafal yaitu
melalui metode tasmi‟. Dalam melakukan muraja‟ah biasanya
dalam sehari sebanyak 2 kali, yaitu waktu yang sudah
ditentukan oleh asrama yakni setelah sholat subuh dan setelah
sholat ashar.
9) NZ adalah salah satu santriwati di Islamic Boarding School
Darul Fikri Bawen, ia berasal dari Wujil, Ungaran, Kabupaten
Semarang. Najma sudah hampir tiga tahun berada di Islamic
54
Boarding School Darul Fikri Bawen, kini ia sudah duduk di
bangku kelas IX SMP IT Darul Fikri Bawen. motivasinya untuk
meneruskan ke Islamic Boarding School Darul Fikri karena
ingin menambah ilmu, menambah hafalan, serta ingin
membanggakan kedua orang tuanya, kini ia berhasil
menghafalkan mencapai 11 juz, ia adalah salah satu santriwati
yang terajin, dalam satu halaqah ia yang paling banyak
mencapai hafalan 11 juz. Terkadang ia menggunakan metode
wahdah untuk menambah hafalannya, juga menggunakan
metode murajaah. Dalam sehari ia melakukan muraja‟ah
sebanyak 3 kali, yakni setelah sholat subuh, setelah sholat ashar
dan setelah sholat maghrib.
Dari hasil wawancara terhadap beberapa informan di atas,
maka peneliti menyimpulkan bahwa ada beberapa metode menghafal
Al-Qur‟an yang telah diterapkan oleh beberapa santriwati disana,
akan tetapi mayoritas dari mereka menerapkan metode tahsin,
tasmi‟, muraja‟ah, dan takrir untuk menghafal Al-Qur‟an dalam
kesehariannya.
Dan dalam pembagian menghafal dapat disimpulkan bahwa
pembagian menghafal serta mengaji para santriwati adalah dibagi
menjadi 6 halaqah, yang setiap halaqahnya terdapat 17 santriwati.
Untuk melakukan muraja‟ahpun mereka berbeda-beda ada yang
melakukannya 2 kali dalam sehari ada pula yang melakukannya 3
sampai 4 kali dalam sehari.
55
a) Target dan Pelaksanaan Penyetoran Hafalan
Untuk tercapainya sebuah keberhasilan seseorang pasti akan
membuat target yang akan menjadi acuan baginya. Begitu juga
dengan hafidz dan hafidzah mereka membuat target untuk
hafalannya, untuk mencapai hasil yang optimal, di bawah ini adalah
hasil wawancara dengan beberapa santriwati:
1) FN dalam menghafal Al-Qur‟an ia membuat target untuk
hafalannya, ia mentargetkan sebanyak satu halaman dalam
sehari, meski terkadang tidak sampai satu halaman yang ia
setorkan kepada ustadzah pembimbing halaqah, namun ia
berusaha untuk selalu bisa menghafal sampai mendapatkan
target yang telah ia buat, ia juga membuat jadwal bagi dirinya
sendiri dalam menghafalkan Al-Qur‟an.
2) HA ia santriwati yang berasal dari Pringapus Kabupaten
Semarang, dalam kurun waktu hampir 3 tahun ia sudah
menghafal Al-Qur‟an sebanyak 3 juz, dalam sehari ia
mentargetkan hafalannya sebanyak 1 muka, meski terkadang
tidak mencapai target yang ia inginkan namun, ia tetap
berpegang teguh dengan pendiriannya yaitu menghafal sebanyak
1 muka, ia melakukan muraja‟ah 2 kali dalam sehari setelah dan
menyetorkannya 2 kali yaitu setelah sholat subuh dan setelah
sholat ashar.
3) BKN adalah santriwati yang berasal dari Semarang, ia sudah
menghafal di Darul Fikri kurang lebih selama 3 tahun, ia sudah
56
berhasil menghafalkan Al-Qur‟an sebanyak 3 setengah juz, ia
mentargetkan hafalannya dalam sehari sebanyak 1 halaman, dan
untuk mencapai 1 halaman dalam sehari ia membuat jadwal
pribadi. Untuk waktu muraja‟ah ia menjadwalkan sehari
sebanyak 3 kali. Dan untuk penyetoran hafalan ia mengikuti
peraturan, yaitu setelah sholat subuh dan setelah sholat ashar.
4) MK adalah salah satu santriwati di Islamic Boarding School
Darul Fikri Bawen, dalam kurun waktu hampir 2 tahun ia
berhasil menghafal mencapai 3 juz, ia memuraja‟ah hafalannya
sehari 2 sampai 3 kali, ia mentargetkan hafalannya dalam sehari
sebanyak 1 muka, dan untuk penyetoran hafalan kepada
ustadzah pembimbing halaqah 2 kali dalam sehari, yaitu setelah
sholat subuh dan sholat ashar.
5) ANPM kini ia duduk di bangku kelas IX SMP IT Darul Fikri, ia
berasal dari Karangjati Kabupaten semarang, sebelumnya ia
bersekolah di SD IT Cahaya Umat setelah lulus ia melanjutkan
ke SMP IT Darul Fikri, ia sudah menghafalkan Al-Qur‟an
selama hampir 3 tahun dan kini ia sudah mmenghafal sebanyak
6 juz, yang artinya ia sudah mencapai syarat kelulusan, namun
ia masih berantusias untuk menambah hafalannya. Dalam sehari
ia mentargetkan hafalannya sebanyak 1 surat, dalam artian jika
suratnya pendek namun apabila suratnya terlalu panjang ia
mentargetkan sebanyak yang ia mampu, dalam pelaksanaan
57
hafalan ia menghafal sesuai dengan peraturan yang ada yaitu
setelah sholat subuh dan setelah sholat ashar.
6) NPON ia berasal dari Bergas, Kabupaten Semarang. Ia sudah
hampir dua tahun berada di Islamic Boarding School Darul Fikri
Bawen, kini ia sudah duduk di bangku kelas VIII SMP IT Darul
Fikri Bawen. ia sudah menghafal sebanyak 2 juz 1 surat, dalam
sehari ia mentargetkan hafalannya sebanyak 1 halaman, dan
untuk penyetoran hafalan setelah sholat subuh dan setelah sholat
ashar.
7) NZ ia berasal dari Wujil, Ungaran, Kabupaten Semarang.
Najma sudah hampir tiga tahun berada di Islamic Boarding
School Darul Fikri Bawen, ia termasuk yang paling rajin
menghafal dihalaqah, kini ia sudah menghafal sebanyak 11 juz,
dimana ia sudah melewati batas yang ditentukan, akan tetapi ia
tidak berhenti sampai disana, ia terus melanjutkan hafalannya,
dalam sehari ia mentargetkan hafalannya sebanyak 1 lembar,
untuk memuraja‟ah ia melakukannya sebanyak kurang lebih 2
sampai 3 kali dalam sehari. Dan penyetoran hafalan sesuai
dengan apa yang sudah ditetapkan oleh asrama, yakni setelah
sholat subuh dan sholat ashar.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa kebanyakan dari santriwati yang
ada di Islamic Boarding School Darul Fikri Bawen mentargetkan
hafalannya sebanyak 1 muka bahkan sampai 1 lembar. Dan untuk
pelaksanaan menghafal sendiri dalam sehari mereka diwajibkan
58
menyetor 2 kali yakni setelah sholat subuh dan setelah sholat ashar,
Karena demikian adalah peraturan di asrama tersebut. Namun untuk
target saat menyetorkan hafalan kepada ustadzah pembimbing
halaqah tidak ada batas minimal dan maksimal, akan tetapi sesuai
dengan kemampuan para santriwati.
b) Hambatan Menghafal Al-Qur’an
a) Hambatan yang Dialami Saat Proses Menghafal
Terdapat beberapa hambatan saat santriwati saat menghafalkan
Al-Qur‟an, di antaranya adalah sebagai berikut:
1) Malas dalam Mengulang Hafalan
Bila rasa malas sudah menghampiri setiap individu akan sulit
dihilangkan jika tidak dilawan, rasa malas yang ada pada setiap
diri dari seseorang haruslah dilawan, dengan menunda-nunda
pekerjaan dikarenakan malas akan membuat pekerjaan tidak
segera terselesaikan, begitu juga yang terjadi dengan beberapa
santriwati. Seperti ungkapan salah satu ustadzah pembimbing
halaqah:
“Terkadang ada beberapa santriwati yang malas untuk
memuraja‟ah, jadinya ya terkadang hafalannya tidak
bertambah” (wawancara dengan ustadzah” (hasil wawancara
dengan ustadzah Darul Fikri, tanggal 26 Juli 2019 di asrama
putri Darul Fikri pada pukul 16.37).
2) Lemah Dalam Melakukan Hafalan
Setiap individu memiliki potensinya masing-masing, ada
yang dapat secara cepat dalam menangkap saat pembelajaran
ataupun sebaliknya, begitu juga dalam hal menghafal ada yang
59
cepat hafal dengan sekali membaca, ada juga yang lemah dalam
hafalannya. Dengan lemahnya menghafal mengakibatkan
hambatan tersendiri bagi setiap individu, dalam hal demikian
agar bisa mengimbangi yang lainnya biasanya dengan cara lebih
sering melakukan muraja‟ah dan membacanya berulang-pulang
setelah dihafalkan untuk mencapai hasil yang lebih baik.
3) Lupa
Pada saat melakukan hafalan siapapun bisa lupa, karena
lupa adalah hal yang wajar bagi manusia, pepatah mengatakan
bahwa “manusia tempatnya khillaf dan lupa”, ia sudah berhasil
menghafal 1 lembar dalam sehari namun dikarenakan ia cepat
dalam menghafal mengakibatkan lupa beberapa ayat yang telah
ia hafalkan. Karena ambisinya untuk menghafal dengan cepat
dan banyak tanpa mengulangnya kembali berakibat lupa. Untuk
menghindari hal demikian maka setelah menghafalnya
diperlukan membaca kembali secara berulang-ulang.
4) Memanagemen Waktu
Memanagemen waktu sangat penting bagi siapa saja, karena
dengan memanagemen waktu akan memudahkan setiap individu
melakukan aktivitasnya. Biasanya sebagian dari santriwati
membuat jadwal pribadi agar lebih mudah untuk membagi
waktunya mana waktu belajar pelajaran pagi (sekolah) dan mana
waktu yang tepat untuk menghafalkan Al-Qur‟an. Sebagaiman
ungkapan dari beberapa santriwati:
60
“Kadang saya bingung membagi waktu belajar dan hafalan Al-
Qur‟an” (hasil wawancara dengan HA, tanggal 7 Agustus 2019
di asrama putri Darul Fikri pada pukul 16.10).
5) Kesulitan Membedakan Kalimat Yang Serupa Tapi Tak Sama
Di dalam Al-Qur‟an terdapat terdapat banyak kalimat yang
hampir sama, hal ini membuat beberapa santriwati mengalami
kesulitan dalam menghafal. Namun, tidak semua santriwati
mengalami hal demikian. Seperti ungkapan salah seorang
santriwati:
“Kalau untuk kesulitan menghafal tidak terlalu, tapi kalau ada
bacaan yang mirip-mirip jadi agak lupa” (hasil wawancara
dengan ANPM tanggal 5 Agustus 2019 di asrama putri Darul
Fikri pada pukul 14.20).
6) Banyak Fikiran
Setiap orang selalu memiliki cobaan dalam hidupnya, Allah
mengujinya untuk menambah derajatnya, tidak terkecuali
siapapun itu pastilah memiliki cobaannya masing-masing.
Beberapa santriwati mengatakan bahwa ia mempunyai masalah,
sampai-sampai ia sulit dalam menghafal, banyaknya fikiran
santriwati diantaranya masalah dengan temannya, rindu
terhadap keluarga yang ada di rumah. Sebagaimana yang
diungkapkan oleh beberapa santriwati:
“Kadang punya masalah sama teman, jadi hafalannya susah
masuk” (hasil wawancara dengan MK, tanggal 6 Agustus 2019
di asrama putri Darul Fikri pada pukul 14.50).
“Masalah yang saya hadapi adalah kadang saya banyak
fikiran, makannya sulit buat masuk hafalannya” (hasil
wawancara dengan NPON, tanggal
61
Demikian adalah beberapa hambatan serta kesulitan yang
dihadapi oleh mayoritas dari santriwati yang berada di Islamic
Boarding School Darul Fikri Bawen, disetiap kehidupan manusia pasti
mengalami hambatan ataupun kesulitan, demikian adalah merupakan
ujian dari Allah swt, itulah bentuk kasih sayang Allah terhadap hamba-
Nya. Karena dengan adanya ujian akan menambah kedewasaan, syukur,
sabar, dan lainnya pada diri manusia.
c) Upaya Mengatasi Kesulitan Menghafal Al-Qur’an
1) Membuat Jadwal Pribadi
Upaya mengatasi kesulitan dalam menghafal Al-Qur‟an adalah
dengan membuat jadwal pribadi sehingga memudahkan bagi setiap
individu melakukan kegiatannya, karena banyaknya kegiatan di
asrama maupun di sekolah. Sebaimana ungkapan dari beberapa
santriwati:
“Suka bingung buat bagi waktu, untuk memudahkan jadi bikin
jadwal pribadi” (hasil wawancara dengan HA tanggal 7 Agustus
2019 di asrama putri Darul Fikri pada pukul 16.10).
“Hafalan susah masuk dan susah membagi waktu belajar sama
hafalan” (hasil wawancara dengan FN tanggal 7 Agustus 2019 di
asrama putri Darul Fikri pada pukul 16.25).
2) Membaca Kembali Ayat-Ayat Yang Sudah Dihafal
Untuk menghindari lupa saat menghafal dengan ayat-ayat yang
hampir sama diusahakan agar sesering mungkin untuk kembali
membaca ayat-ayat yang telah dihafalkan. Dengan banyaknya
membaca dan mengulang kembali akan menguatkan hafalan pada
62
tiap individu itu sendiri, karena sering membaca serta menghafal
akan lebih tajam hafalannya. Seperti ungkapan MK:
“Biasanya melakukan pengulangan setelah sholat isya‟ sampai jam
20.00” (hasil wawancara dengan MK tanggal 6 Agustus 2019 di
asrama putri Darul Fikri pada pukul 14.50).
3) Sering Muraja‟ah
Dengan sering melakukan muraja‟ah akan membantu mayoritas
dari santriwati untuk menjaga hafalannya beberapa santriwati yang
telah saya temui serta saya wawancarai mengemukakan sebagai
berikut:
“Untuk menjaga hafalan dalam sehari saya melakukan muraja‟ah
sebanyak 3 kali dan menyetorkannya setelah subuh dan setelah
ashar” (hasil wawancara dengan BKN tanggal 7 Agustus 2019 di
asrama putri Darul Fikri pada pukul 15.40).
“Buat jaga hafalan biasanya saya kurangin waktu main, sama
sering muraja‟ah” (hasil wawancara dengan ANPM tanggal 5
Agustus 2019 di asrama putri Darul Fikri pada pukul 14.10).
“Kalau untuk jaga hafalan biasanya dimuraja‟ah terus biar ingat
terus, sama minta sima‟an teman” (hasil wawancara dengan NZ
tanggal 5 Agustus 2019 di asrama putri Darul Fikri pada pukul
14.40).
“Cara saya buat jaga hafalan melakukan pengulangan (muraja‟ah)
tilawah setelah sholat isya‟ sampai jam 20.00” (hasil wawancara
dengan MK tanggal 6 Agustus 2019 di asrama putri Darul Fikri
pada pukul 14.55).
“Buat jaga hafalan lebih sering muraja‟ah, kadang sehari 2 sampai
3 kali” (hasil wawancara dengan FN tanggal 7 Agustus 2019 di
asrama putri Darul Fikri pada pukul 16.20).
“Untuk menjaga hafalan biasanya sering muraja‟ah, kadang sehari
2 kali” (hasil wawancara dengan HA tanggal 7 Agustus 2019 di
asrama putri Darul Fikri pada pukul 16.13).
“Dalam menjaga hafalan biasanya melakukan muraja‟ah lebih
sering, mura‟ah sebelum tidur juga” (hasil wawancara dengan
63
NPOM tanggal 5 Agustus 2019 di asrama putri Darul Fikri pada
pukul 14.23).
4) Kurangi Waktu Bermain-main
Anak-anak otentik dengan permainan, anak-anak dijenjang
pendidikan SMP juga belum memasuki usia dewasa, hal tersebut
membuat anak-anak seusianya masih suka dengan bermain, namun
ada juga yang berpikiran dewasa untuk mengurangi waktu
bermainnya dan menggantinya dengan melakukan muraja‟ah,
sebagaimana yang telah diungkapkan oleh salah seorang santriwati:
“Buat jaga hafalan biasanya saya kurangin waktu main, sama
sering muraja‟ah” (hasil wawancara dengan ANPM tanggal 5
Agustus 2019 di asrama putri Darul Fikri pada pukul 14.10).
Hal demikian bukan berarti dilarangnya untuk bermain, akan
tetapi lebih tepatnya mengurangi waktu bermain-main agar lebih
fokus dengan hafalan.
5) Membuat Tanda Pada Kata Serupa Tapi Tak Sama
Dengan adanya kalimat yang serupa tetapi tak sama, sering
menjadi hambatan bagi santriwati untuk menghafal A-Qur‟an. Oleh
karena itu mereka membuat tanda untuk memudahkannya, seperti
ungkapan ANPM:
“Kesulitan yang saya temukan dalam hafalan biasanya pada
kalimat-kalimat yang sama, untuk lebih mudahnya saya
membacanya lagi sama dikasih tanda” (hasil wawancara dengan
ANPM tanggal 5 Agustus 2019 di asrama putri Darul Fikri pada
pukul 14.11).
64
6) Banyak Berdo‟a dan Istighfar
Untuk meringankan beban fikiran yang dialami beberapa santriwati
mereka memilih untuk memperbanyak do‟a serta beristighfar seperti
ungkapan beberapa santriwati:
“Kalau banyak masalah sampai kepikiran jadi saya memeperbanyak
berdoa dan beristighfar agar lebih ringan” (hasil wawancara
dengan MK tanggal 6 Agustus 2019 di asrama putri Darul Fikri
pada pukul 14.45).
“Untuk menghadapi masalah biasanya lebih menenangkan diri dan
perbanyak istighfar” (hasil wawancara dengan NPOM tanggal 5
Agustus 2019 di asrama putri Darul Fikri pada pukul 14.17).
“Biasanya kalau lagi banyak fikiran saya berdo‟a dan beristighfar
biar dipermudah sama Allah” (hasil wawancara dengan NZ tanggal
5 Agustus 2019 di asrama putri Darul Fikri pada pukul 14.25).
Dengan adanya berbagai hambatan serta kesulitan yang mereka
hadapi maka, mereka juga membuat solusi atas dirinya sendiri, setiap
dari manusia memiliki tanggung jawab atas dirinya sendiri, oleh karena
itu demikian adalah beberapa upaya yang telah mereka terapkan untuk
menghadapi hambatan dan kesulitan. Solusi yang mereka buat maka
akan lebih mempermudah dalam melakukan kegiatan sehari-harinya.
65
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Metode Menghafal Al-Qur’an di Islamic Boarding School Darul
Fikri Bawen
Metode yang digunakan di Islamic Boarding School Darul Fikri
adalah metode tahsin, metode tasmi‟, metode muraja‟ah, dan metode
takrir. Adapun pelaksanaan penyetoran hafalan di Islamic Boarding
School Darul Fikri dalam sehari adalah 2 kali yaitu setelah sholat subuh
dan setelah sholat ashar, untuk target hafalan dari yayasan tidak
menuntut santriwati untuk harus hafal 1 muka bahkan 1 lembar, dalam
menghafal ustadzah pembimbing halaqah membebaskan santriwati
sesuai dengan kemampuannya.
2. Hambatan-Hambatan Menghafal Al-Qur’an
Untuk menghafal Al-Qur‟an dibutuhkan konsentrasi, karena dalam
menghafal Al-Qur‟an tidaklah mudah, dalam melakukan suatu
kebaikan pastilah terdapat hambatan-hambatan yang dilalui, begitu juga
dengan proses menghafal Al-Qur‟an. Adapun hambatan-hambatan yang
dialami santriwati di Islamic Boarding School Darul Fikri Bawen
adalah sebagai berikut: Malas dalam mengulang hafalan, lemah dalam
melakukan hafalan, lupa, managemen waktu, kesulitan membedakan
kalimat serupa tapi tak sama, banyak fikiran.
66
3. Upaya Mengatasi Hambatan-Hambatan Menghafal Al-Qur’an
Untuk menghindari hambatan-hambatan menghafal Al-Qur‟an
adapun upaya mengatasinya adalah sebagai berikut: Membuat jadwal
pribadi, membaca kembali ayat-ayat yang sudah dihafal, sering
muraja‟ah, kurangi waktu bermain, membuat tanda pada kalimat yang
serupa tapi tak sama, Banyak berdo‟a dan istighfar
B. Saran
Dari beberapa kesimpulan di atas, maka peneliti akan memberikan saran
sebagai berikut:
1. Untuk ustadzah pembimbing halaqah, santriwati lebih dimotivasi lagi
dalam menghafal Al-Qur‟an, sehingga bisa mencapai persyaratan
kelulusan bahkan lebih, lebih sabar lagi dalam membimbing santriwati
di asrama, saat hafalan, dan kegiatan lainnya, dan agar lebih
meningkatkan ukhuwah islamiah sebagai contoh untuk para santriwati.
2. Untuk seluruh santriwati di Islamic Boarding School Darul Fikri
Bawen untuk lebih giat, tekun, disiplin dalam menghafalkan Al-
Qur‟an, jangan meremehkan hafalan yang telah lalu dan
dimuraja‟ahkan kembali, ingat niat pertamakali datang ke Islamic
Boarding School Darul Fikri, tetap ta‟ati peraturan yang ada, jangan
sering melanggarnya disengaja maupun tak disengaja.
3. Bagi peneliti, dari hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi
untuk penelitian yang akan datang, berhubungan dengan metode
menghafal Al-Qur‟an.
67
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Al-Hajj Yusuf. 2008. Seri Kemukjizatan Al-Qur‟an dan Suunnah.
Yogyakarta: Sajadah Press.
Alkalili, M Asad. 1987. Kamus Indonesia Arab. Jakarta: PT Bulan Bintang.
Al-Laahim, bin Abdul Karim, Khalid. 2009. The Mystery Qur‟an of the Secret
Power (Rahasia Memahami Qur‟an dan Sunnah dalam Perspektif
Sudut Pandang yang Berbeda) Solo: An-Naba‟.
Ar-Ramli, M Syauman. 2007. Air Mata Pembaca Al-Qur‟an. Solo: Aqwam.
Az-Zawawi, Yahya, Abdul, Fattah. 2013. Revolusi Menghafal Al-Qur‟an.
Surakarta: Insan Kamil.
Badwilan, Ahmad Salim. 2009. Panduan Cepat Menghafal Al-Qur‟an. Jogjakarta:
Diva Press.
Barizi, Ahmad, dkk. 2014. Menjadi Guru Unggul. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Bina A, Ahda. 2015. Mudah, Cepat,& Praktis Belajar Tajwid. Surakarta: Ziyad
Visi Media.
Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka.
Efendi, Nur. 2016. Manajemen Perubahan di Pondok Pesantren. Yogyakarta:
Kalimedia.
Emzir. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif & Kualitatif. Jakarta:
PT Rajagrafindo Persada.
Kasiram. 2010. Metodologi Penelitian. UIN-Maliki Press.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). 2007. Jakarta: Balai pustaka.
Marzuqi, Idris Ahmad, dkk. 2013. Al-Qur‟an Kita. Kediri: LIRBOYO PRESS.
Maslikhah. 2017. Melejitkan Kemahiran Menulis Karya Ilmiah bagi Mahasiswa.
Yogyakarta: Trustmedia.
Moleong, Lexy. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosda Karya.
Muhith, Nur Faizin. 2012. Dahsyatnya Bacaan & Hafalan Al-Qur‟an. Surakarta:
Ziyad Visi Media.
Muhith, Nur Faizin. 2014. Dahsyatnya Membaca dan Menghafal Al-Qur‟an.
Surakarta: Ahad Books.
68
Nawabuddin, Abdurrab. 2005. Teknik Menghafal Al-Qur‟an. Bandung: Sinar Baru
Algesindo.
Patilima, Hamid. 2016. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Putra, Nusa, dkk. 2013. Penelitian Kualitatif Pendidikan Agama Islam. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.
Poerwadarminta, 1991. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Sa‟dulloh. 2008. 9 Cara Praktis Menghafal Al-Qur‟an. Jakarta: Gema Insani.
Sugianto, Agus Ilham. 2004. Kiat Praktis Menghafal Al-Qur‟an. Bandung:
Mujahid Press.
Thanthawi, Sayyid Muhammad. 2013. Ulumul Qur‟an Teori & Metodologi.
Jogjakarta: IRCiSoD.
Yunus, Mahmud. 1990. Kamus Arab – Indonesia. Jakarta: Yayasan
Penyelenggara Penterjemah/ Pentafsiran Al-Qur‟an.
69
SURAT TUGAS PEMBIMBING SKRIPSI
70
SURAT PERMOHONAN IZIN PENELITIAN
71
SURAT PENGANTAR PENELITIAN DARI SEKOLAH
72
LEMBAR KONSULTASI
73
74
75
DAFTAR SKK
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
RIWAYAT HIDUP PENULIS
A. Data Pribadi
Nama : Rosidita Nuha Khoirinnisa
Tempat/Tanggal Lahir : Kab. Semarang 11 Juli 1995
NIM : 23010150381
Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Ds Kretek RT 09/08 Lerep Kec. Ungaran
Barat Kab. Semarang
B. Orang tua
Ayah : Ahmad Sunarso
Ibu : Umi Khafsoh
C. Motto
“Jangan pernah bosan jadi orang baik”
D. Riwayat Hidup
1. MI Ma‟arif Lerep : 2007
2. Gontor Putri 1 : 2014
3. MA Miftahul Falah : 2015
4. PKBM ORKAPI : 2015
5. S1 PAI IAIN Salatiga : 2019
Salatiga, 28 Agustus 2019
Penulis
Rosidita Nuha Khoirinnisa
Top Related