7/21/2019 Metode Karakterisasi Thermal
1/19
METODE KARAKTERISASI
Metode Thermal
RU
Oleh:
Apreliani Ayu Indarwati (123224014)
Desi Nurillah (123224029)
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2014
7/21/2019 Metode Karakterisasi Thermal
2/19
Metode Karakterisasi Thermal
Metode karakterisasi disini merupakan suatu metode untuk mengetahui sifat atau
karakteristik dari suatu bahan. Ada beberapa sifat bahan yang dapat ditentukan dengan
menggunakan metode karakterisasi, yaitu : sifat mekanik, sifat termal, sifat listrik, sifat magnet
dan sifat optik. Untuk alat karakterisasi yang digunakan dalam penentuan masing-masing sifat
bahan tentulah berbeda bergantung sifat bahan yang akan dikarakterisasi. Contohnya dalam
karakterisasi sifat magnet digunakan alat karakterisasi yang disebut VSM (Vibrating Sample
Magnetometer). Dan untuk karakterisasi sifat thermal ini, alat yang digunakan dikenal dengan
istilah Thermogravimetri Analizer (TGA). Dan masih banyak lagi alat yang dapat digunakan
sebagai alat karakterisasi bahan. Dalam artikel ini, penulis akan lebih memfokuskan mengenai
pembahasan karakterisasi sifat thermal dan alat karakterisasinya.
Karakterisasi secara termal atau yang lebih dikenal dengan istilah analisa termal
merupakan suatu metode untuk mengkarakterisasi sifat bahan yang diuji baik sifat fisik maupun
sifat kimia, berdasarkan respon bahan tersebut terhadap suhu. Hal ini dilakukan dengan cara
memberikan inputan berupa kalor terhadap bahan yang akan dikarakterisasi. Analisa termal ini
digunakan untuk mengetahui sifat-sifat spesifik dari bahan yang diuji. Misalnya entalpi,
kapasitas panas, panas jenis, koefisien ekspansi termal maupun konduktivitas termalnya. Dengan
menggunakan alat karakterisasi modern, sejumlah sifat dari bahan dapat dipelajari dengan
menggunakan analisa termal. Penggunaannya sampai saat ini, telah demikian bervariasi,
mencakup dekomposisi termal suatu bahan, transisi fasa dan penentuan diagram fasanya.
Dalam karakterisasi termal, dikenal dua jenis teknik karakterisasi termal yang utama,
yaitu : teknik karakterisasi dengan menggunakan Thermogravimetri Analyzer (TGA) yang
digunakan untuk merekam adanya perubahan massa sampel sebagai fungsi dari suhu maupun
waktu. Berikutnya adalah karakterisasi termal dengan menggunakan Differensial Thermal
Analysis (DTA) yang berfungsi untuk mengukur perbedaan suhu (T) antara sampel denganmaterial referen yang inert (tidak reaktif sebagai fungsi dari suhu. Selain kedua teknik
karakterisasi tersebut masih ada teknik karakterisasi thermal yang merupakan kombinasi antara
TGA dan DTA yang dikenal dengan Differensial Scanning Calorimeter (DSC), yang berfungsi
untuk mengukur adanya perbedaan kalor yang masuk ke dalam sampel dan material referen yang
inert sebagai fungsi suhu.
http://hndries.blogspot.com/2012/10/thermogravimetri-analizer-tga.htmlhttp://hndries.blogspot.com/2012/10/thermogravimetri-analizer-tga.htmlhttp://hndries.blogspot.com/2012/10/thermogravimetri-analizer-tga.htmlhttp://hndries.blogspot.com/2012/10/thermogravimetri-analizer-tga.htmlhttp://hndries.blogspot.com/2012/10/thermogravimetri-analizer-tga.htmlhttp://hndries.blogspot.com/2012/10/thermogravimetri-analizer-tga.htmlhttp://hndries.blogspot.com/2012/10/thermogravimetri-analizer-tga.html7/21/2019 Metode Karakterisasi Thermal
3/19
1. Thermogravimetric Analysis(TGA)
1.1. Gambar dari beberapa merk thermogravimetr ic analyzer(TGA)
Gambar 1.1. Beberapa Merk Thermogravimetric Analyzer
7/21/2019 Metode Karakterisasi Thermal
4/19
Thermogravimetri Analizer merupakan teknik untuk mengukur jumlah dan kecepatan
rata-rata perubahan massa dari suatu sampel sebagai fungsi dari suhu maupun waktu pada
atmosfir yang terkontrol. Analisis dari thermogravimetri bergantung pada tiga pengukuran, yaitu
massa, suhu, dan perubahan suhu.
Dalam metodethermogravimetric analyzer,menentukan karakteristik suatu bahan ini
dilihat dari adanya perubahan massa akibat adanya kehilangan massa yang diakibatkan oleh
proses dekomposisi, evaporasi maupun desorbsi yang disebabkan adanya proses pemanasan
(heat treatment) terhadap material uji. Umumnya TGA digunakan dalam penilitian dan
pengujian untuk menentukan karakteristik bahan seperti polimer, termasuk termoplastik,
termoset maupun elastomer, selain itu TGA ini juga bisa digunakan untuk menentukan
karakteristik dari bahan-bahan komposit.
1.2. Komponen Thermogravimetric Analyzer(TGA)
Komponen-komponen TGA biasanya bergantung pada tipe, jenis dan merk alat dari TGA yang
digunakan.Alat dengan merk yang berbeda memiliki komponen yang berbeda pula. Namun
untuk semua TGA, komponen utamanya terdiri dari :
Gambar 1.2.1. Komponen TGA 50 Series Shimadzu
Heatin Furnace
7/21/2019 Metode Karakterisasi Thermal
5/19
a. Microbalance System
Microbalance ini menjadi kunci dari sistem analisa termal dengan menggunakan
thermogravimetric analyzer (TGA). Komponen ini berfungsi untuk memantau adanya
perubahan massa dari sampel pada saat diperlakukan proses termal dalam hal ini adalah
proses pemanasan (heat treatment).
Gambar 1.2.2.Komponen dari microbalance system
- Gas Inlet pada microbalance system
- Balance beam
- Photodiode
- Magnet
Untuk semua jenis analisa thermal baik yang menggunakan TGA, DTA dan DSC, tentu
memerlukan adanya bahan standard sebagai material refrence sehingga ketika ada
perbedaan nilai massa antara material uji dan refrence maka akan dideteksi sebagai
perubahan massa dari material uji. Untuk TGA 50-Series Shimadzu microbalance
menggunakan prinsip deflection balance.
Pada deflection balance, perubahan massa pada sampel uji menyebabkan timbulnya
defleksi pada balance beam. Defleksi yang terjadi pada balance beam memicu adanya
ketidakseimbangan intensitas cahaya yang memancar pada dua buah fotodioda,
ketidakseimbangan ini mengakibatkan terjadinya aliran arus melalui salah satu pasangan
fotodioda. Arus yang dihasilkan sebanding dengan perubahan massa sampel. Setelah
diamplifikasi arus akan diteruskan ke kumparan timbul medan magnet yang berfungsi
untuk mengembalikan balance beam ke posisi aslinya.
Photodioda
7/21/2019 Metode Karakterisasi Thermal
6/19
b. Furnace
Gambar 1.2.3. Komponen didalamfurnace
Selain microbalanceyang memegang peranan penting dalam karakterisasi termal dengan
menggunakan TGA, keberadaan furnace juga tidak kalah pentingnya. Karena didalam
furnace inilah proses perlakuan termal terjadi yang akhirnya menyebabkan adanya
perubahan massa dari sampel yang digunakan. Kecepatan rat-rata pemanasan pada
furnace ini dari 0C per menit sampai 100Cper menit atau lebih brgantung pada tipe alat
yang digunakan.
- Radiation fin.
Pada TGA dengan tipe 50 series shimadzu ini, bagian microbalance system dan bagian
furnace saling terhubung sehingga diperlukan adanya pemisah berupa radiation fin
yang berfungsi untuk mencegah terjadinya transfer panas pada microbalance system
sehingga tidak menimbulkan kerusakan. Panas yang dihasilkan oleh proses thermal
pada furnace sebagian akan dirambatan keluar (dialirkan) melalui radiation fin yang
selanjutnya akan diserap oleh udara luar yang suhunya lebih rendah dibandingkan
dengan radiation fin
- Gas Inletpadafurnace
- Termokopel
Termokopel (sensor suhu) yang banyak digunakan untuk mengubah perbedaan suhu
dalam benda menjadi perubahan tegangan listrik.
7/21/2019 Metode Karakterisasi Thermal
7/19
Prinsip kerja :
Gambar 1.2.4. Skema prinsip kerja thermocouple
Adanya perbedaan panas secara gradient akan menghasilkan tegangan listrik. Efek ini
disebut sebagai efek termoelektrik. Perubahan panas pada benda ini dapat diukur
dengan cara menggunakan gabungan dua macam konduktor secara sekaligus pada
ujung benda panas yang diukur. Ketika konduktor ini mengalami gradiasi suhu maka
nantinya aan terjadi perubahan tegangan secara berkebalikan dengan perbedaan suhu
benda.
Termokopel bekerja berdasarkan pembangkitan tenaga listrik pada titik dimana dua
buah logam yang berbeda dipertemukan yang biasa disebut titik panas atau titik ukur.
Sementara ujung lain dari logam tersebut disebut sebagai titik refrensi yang suhunya
tetap konstan. Singkatnya, termokopel ini dapat mengukur suhu dengan berdasarkan
pada perubahan suhu menjadi listrik, saat diantara titik refrensi dan titik ukurnya
terdapat perbedaan suhu.
7/21/2019 Metode Karakterisasi Thermal
8/19
Gambar 1.2.5. Letak thermocouplepada furnace
Thermocople ini ditempatkan sedekat mungkin dengan sampel untuk memastikan suhu
yang terekam nantinya akan mendekati suhu dari sampel yang sebenarnya.
- Sample holder
Sampel holder (pemegang sampel) ini digunakan untuk meletakkan sample pada saat
sedang dilakukan proses termal didalam furnace. Sample holder ini dihubungkan
dengan microbalance untuk memantau adanya perubahan massa dari sample. Sampel
holder ini biasanya terbuat dari platina karena platina merupakan bahan yang bersifat
inert (tidak ikut bereaksi) ketika diperlakukan proses termal dan platina ini juga mudah
untuk dibersihkan.
Gambar 1.2.6. Letaksample holderpada furnace
Thermocouple
Sample HolderSample Holder
7/21/2019 Metode Karakterisasi Thermal
9/19
- Sample crucible
Ada beberapa bentuk dan ukuran cawan yang biasa digunakan untuk menguji berbagai
sampel. Contohnya cawan dengan penutup digunakan sampel yang terbentuk serbuk
halus, sedangkan cawan yang tanpa penutup digunakan untuk sampel polimer dalam
bentuk tipisan blok dan manik.
Gambar 1.2.7. Cawan yang digunakan untuk analisa thermogravimetri
Selain itu bahan cawan yang digunakan juga perlu diperhatikan.Biasanya cawan ini
terbuat dari bahan-bahan seperti crimp,platina, alumina, nikel, maupun tembaga.
Pemilihan bahan dari cawan ini perlu disesuaikan dengan bahan uji agar bahan uji
tidak bereaksi dengan bahan cawan serta tidak lengket.Selain itu, cawan yang
digunakan untuk material uji dan referencenya tidak harus sama maupun tidak harus
berbeda, ini disesuaikan dengan bawaan dari merk alat karena semua bahan-bahan dari
cawan ini tentunya sudah disesuaikan untuk analisa menggunakan thermogravimetric
analyzer.
c. Purge Gas System
Purge gas system ini digunakan untuk mengalirkan gas seperti Nitrogen atau argon untuk
melindungi ruang pembakaran/furnace. Selain itu gas yang dialirkan ini juga berfungsi
untuk menghindari terjadinya peristiwa oksidasi sampel pada saat diperlakukan proses
termal. Mengapa pada purge gas system digunakan gas nitrogen ataupun argon?
7/21/2019 Metode Karakterisasi Thermal
10/19
-Nitrogen maupun argon merupakan gas yang tidak aktif bereaksi dengan unsure atau
senyawa lainnya.
- Nitrogen maupun argon bersifat inert yang artinya gas ini sangat stabil dimana gas-gas
ini sangat sulit berekasi dengan unsure dan senyawa lainnya.
- Tahan terhadap temperature tinggi, sehingga tidak akan mudah terbakar apabila
dilakukan proses thermal di dalam furnace
Gambar 1.2.9. Skema aliran purge gas system
d. Perekam Data
Setelah thermocouple dan microbalancemerekam adanya perubahan suhu dan massa dari
sampel yang diuji, maka sensor suhu dan microbalancekemudian mengirimkan data
dalam bentuk sinyal ke display monitor untuk ditampilkan dalam bentuk plot kurva TGA.
Sebelum di plotkan dalam bentuk kurva TGA, sinyal dari sensor suhu dan
microbalanceterlebih dahulu dikonversikan, yaitu pada sumbu-y yang menyatakan persen
perubahan massa sampel terhadap suhu sampel pada sumbu-x.
Gambar 1.2.9. Thermal Analysis Workstation TGA 50-Series Shimadzu
7/21/2019 Metode Karakterisasi Thermal
11/19
1.3. Prinsip Kerja TGA (Thermogravimetr ic Analyzer)
Gambar 1.3.1. Prinsip Kerja Thermogravimetric Analyzer
Karena proses termal yang terjadi di dalam furnace, sampel mengalami perubahan massa.
Perubahan massa ini menyebabkan timbulnya deflection pada balance beampada microbalance.
Defleksi yang terjadi pada balance beammemicu adanya ketidakseimbangan intensitas cahaya
yang memancar pada dua buah fotodioda, ketidakseimbangan ini mengakibatkan terjadinya
aliran arus melalui salah satu pasangan fotodioda. Arus yang dihasilkan sebanding dengan
perubahan massa sampel. Setelah diamplifikasi arus akan diteruskan ke kumparan sehingga
menimbulkan adanya medan magnet, medan magnet yang ditumbulkan oleh arus pada kumparan
bertujuan untuk mengembalikan balance beam ke posisi aslinya.
Arus yang dihasilkan oleh fotodioda akan menjadi sinyal yang dikirimkan ke komputer
yang nantinya diubah dalam bentuk persen perubahan massa oleh software computer. Software
computer ini menampilkan data yang dihasilkan dalam bentuk diagram untuk ditampilkan di
display monitor.
7/21/2019 Metode Karakterisasi Thermal
12/19
1.4. Data Hasil Analisa Menggunakan Thermogravimetri
Gambar 1.4.1. Hubungan temperature pemanasan terhadap laju penurunan berat
mikroalga nannochloropsis oculata
Gambar 1.4.2. Hubungan temperature pemanasan terhadap laju penurunan berat
mikroalga nannochloropsis oculata
-20.00
-15.00
-10.00
-5.00
0.00
5.00
0 200 400 600 800 1000 1200
p
enurunanberat(mg
)
temperatur pemanasan (C)
TAHAP 1
TAHAP 2
TAHAP 3
TG pada laju pemanasan
40/menit :
-9.00
-8.00
-7.00
-6.00
-5.00
-4.00
-3.00
-2.00
-1.00
0.00
1.00
0 200 400 600 800 1000 1200
laju
penurunanberat(%/
menit)
temperatur pemanasan (C)
TAHAP 1
TAHAP 2
TAHAP 3
DTG pada laju pemanasan
40/menit :
7/21/2019 Metode Karakterisasi Thermal
13/19
Gambar 1.4.1 dan 1.4.2. merupakan hubungan antara temperatur pemanasan terhadap
penurunan dan laju penurunan berat dengan laju pemanasan 40C/menit.
Pada gambar tersebut diketahui bahwa untuk laju pemanasan 40C/menit, diperoleh tiga
tahap dekomposisi mikroalga nannochloropsis oculata, untuk tahap yang pertama terjadi
penurunan berat sebesar 1,9295 mg, ini disebabkan oleh adanya penguapan air yang masih
terkandung didalam mikroalga dan hilangnya senyawa yang bersifat volatile (sukar menguao)
ringan. Air dan volatileringan mudap menguap jika berada pada temperature rendah.
Untuk tahap kedua, terjadi penurunan sebesar 7,0922 mg, pada tahap ini kandungan
utama dari mikroalga nannochloropsis oculata yang berupa lipid terdekomposisi lebih dari 50%
massa volatile total, lipid pada mikroalga nannochloropsis oculata dapat terdekomposisi pada
temperature yang tinggi dengan range antara 175C - 750C.
Pada tahap ketiga terjadi penurunan berat sebesar 2,9018 mg, untuk tahap ini terjadi
akibat penurunan berat akibat adnya dekomposisi dari materi karbon dengan laju yang lambat.
Dimana karbon ini bisa terdekomposisi pada temperatur tinggi tetapi dengan waktu yang lama.
7/21/2019 Metode Karakterisasi Thermal
14/19
2. Di ff erential Scanni ng Calorimeter(DSC)
2.1Gambar dari beberapa merk Di ff erential Scanning Calorimeter(DSC)
DSC Q20
Gambar 2.1. Beberapa Merk Differential Scanning Calorimeter
7/21/2019 Metode Karakterisasi Thermal
15/19
DSC dikembangkan oleh E. S. Watson dan M. J O'Neill pada tahun 1962, dan
diperkenalkan secara komersial pada tahun 1963 di Pittsburgh Conference on Analytical
Chemistry and Applied Spectroscopy. Differential Scanning Calorimeter atau DSC adalah teknik
analisis termal di mana perbedaan dalam jumlah panas diperlukan untuk meningkatkan suhu
pada sebuah sampel dan reference ini diukur sebagai suatu fungsi suhu. Antara sampel dan
reference dipertahankan pada suhu yang hampir sama di seluruh percobaan. Secara umum,
program suhu untuk DSC dirancang sedemikian rupa sehingga suhu pada sample holder
meningkat secara linear sebagai suatu fungsi waktu. Pada DSC juga menentukan suhu panas dan
aliran transisi dikaitkan dengan bahan sebagai suatu fungsi waktu dan suhu. Ia juga memberikan
kuantitatif dan kualitatif data pada endothermic (panas penyerapan) dan exothermic (panas
evolusi) dari bahan selama proses transisi fisik yang disebabkan oleh perubahan fasa, peleburan
kaca, transisi, melewati, oksidasi, dan panas lainnya berkaitan dengan perubahan.
Differential Scanning Calorimeter (DSC) secara luas digunakan untuk mengkarakterisasi
sidaf thermophysical polimer. DSC dapat mengukur sifat termoplastik penting termasuk titik
leleh, kalor peleburan, persen kristalinitas, dan suhu transisi gelas. DSC banyak digunakan dalam
pengaturan industri sebagai instrumen pengendalian kualitas karena penerapannya dalam
mengevaluasi kemurnian sampel dan untuk mempelajari pengobatan polimer. Hasil percobaan
DSC adalah pemanasan atau pendinginan kurva. Kurva ini dapat digunakan untuk menghitung
entalpi transisi. Hal ini dilakukan dengan mengintegrasikan puncak yang berhubungan dengan
transisi yang diberikan.
Diferensial kalorimetri scanning dapat digunakan untuk mengukur beberapa sifat
karakteristik sampel. Dengan menggunakan teknik ini memungkinkan untuk mengamati
peristiwa fusi dan kristalisasi serta suhu transisi gelas (Tg). Transisi gelas mungkin terjadi
karena suhu padatan amorf meningkat. Transisi ini muncul sebagai langkah dalam dasar rekaman
dari sinyal DSC. Hal ini disebabkan sampel mengalami perubahan dalam kapasitas panas; tidak
ada perubahan fase formal yang terjadi. Dengan meningkatnya suhu, padatan amorf akan
menjadi kurang kental.
7/21/2019 Metode Karakterisasi Thermal
16/19
2.2Komponen Di ff erential Scanni ng Calorimeter(DSC)
Komponen-komponen DSC biasanya bergantung pada tipe, jenis dan merk alat dari DSC
yang digunakan. Alat dengan merk yang berbeda memiliki komponen yang berbeda pula. Namun
untuk semua DSC, komponen utamanya terdiri dari:
1. Furnace
Dalam furnace inilah proses perlakuan termal terjadi
yang akhirnya menyebabkan adanya perubahan massa
dari sampel yang digunakan.
7/21/2019 Metode Karakterisasi Thermal
17/19
2. Crucible (Cawan)
Ada beberapa jenis
cawan yang biasa digunakan
untuk menguji berbagai sampel.
Bahan cawan terbuat dari
tembaga, aluminium, alumina,
steel, emas, dan platina.
Umumnya bahan-bahan yang digunakan sebagai crucible adalah bahan yang
memenuhi kriteria sebagai crucible yaitu:
1. Bahan yang digunakan sebagai crucible haruslah bahan yang tidak mudah bereaksi
dengan zat lain dan tidak lengket saat digunakan.
2. Tahan panas, karena sample akan dipanaskan hingga suhu tinggi.
Dalam pemilihan crucible yang akan digunakan, baik untuk sample maupun
refrence, crucible yang digunakan tidak harus sama maupun tidak harus beda. Karena
disesuaikan dengan crucible bawaan dari alat (bergantung pada merk dan jenis DSC).
Bahan material yang akan diuji dapat berupa serbuk maupun yang lain dengan berat
antara 0,5-100 mg.
3. Thermocouple
Thermocouple adalah salah satu jenis alat
ukur temperatur yang menggunakan
prinsip termoelektris pada sebuah
material.
Prinsip kerja :
Adanya perbedaan panas secara gradient akan menghasilkan tegangan listrik. Efek ini
disebut sebagai efek termoelektrik. Perubahan panas pada benda ini dapat diukur dengan
cara menggunakan gabungan dua macam konduktor secara sekaligus pada ujung benda
panas yang diukur. Ketika konduktor ini mengalami gradiasi suhu maka nantinya aan
terjadi perubahan tegangan secara berkebalikan dengan perbedaan suhu benda.
7/21/2019 Metode Karakterisasi Thermal
18/19
Termokopel bekerja berdasarkan pembangkitan tenaga listrik pada titik dimana
dua buah logam yang berbeda dipertemukan yang biasa disebut titik panas atau titik
ukur. Sementara ujung lain dari logam tersebut disebut sebagai titik refrensi yang
suhunya tetap konstan. Singkatnya, termokopel ini dapat mengukur suhu dengan
berdasarkan pada perubahan suhu menjadi listrik, saat diantara titik refrensi dan titik
ukurnya terdapat perbedaan suhu.
4. Purge gas inlet
Purge gas system ini digunakan untuk mengalirkan gas seperti Nitrogen atau argon untuk
melindungi ruang pembakaran/furnace. Selain itu gas yang dialirkan ini juga berfungsi
untuk menghindari terjadinya peristiwa oksidasi sampel pada saat diperlakukan proses
termal. Mengapa pada purge gas system digunakan gas nitrogen ataupun argon? Karena
gas nitrogen dan argon ini tahan terhadap temperature yang tinggi sehingga gas seperti
nitrogen dan argon ini tidak mudah terbakar apabila dilakukan proses thermal didalam
furnace.
2.3Prinsip Kerja Di ff erential Scanning Calorimeter (DSC)
Prinsip dasar yang mendasari teknik ini adalah, bila sampel mengalami
transformasi fisik seperti transisi fase, lebih (atau kurang) panas harus mengalir ke
referensi untuk mempertahankan keduanya pada temperatur yang sama.
Lebih atau kurang panas yang harus mengalir ke sampel tergantung pada apakah
proses ini eksotermik atau endotermik. Misalnya, sebagai sampel padat meleleh cairan
itu akan memerlukan lebih banyak panas mengalir ke sampel untuk meningkatkan suhu
pada tingkat yang sama sebagai acuan.
Hal ini disebabkan penyerapan panas oleh sampel karena mengalami transisi fase
endotermik dari padat menjadi cair. Demikian juga, sampel ini mengalami proses
eksotermik (seperti kristalisasi), panas yang lebih sedikit diperlukan untuk menaikkan
suhu sampel. Dengan mengamati perbedaan aliran panas antara sampel dan referensi,
diferensial scanning kalorimeter mampu mengukur jumlah panas yang diserap atau
dilepaskan selama transisi tersebut.
7/21/2019 Metode Karakterisasi Thermal
19/19
DAFTAR PUSTAKA
Auf, et.al. Pengaruh Laju Pemanasan Terhadap Penurunan Berat pada Proses Dekomposisi
MikroalgaNannocholoropsis oculata dengan Metode Termogravimetrik. 2010.
Currel, 1997.Principles of Thermal Analysis TG, DSC, STA. NETZSCH Instrumentshal : 117.
Wikipedia I. 2014. Thermogravimetric Analysis.
http://en.wikipedia.org/wiki/Thermogravimetric_analysis.html
http://en.wikipedia.org/wiki/Thermogravimetric_analysis.htmlhttp://en.wikipedia.org/wiki/Thermogravimetric_analysis.htmlhttp://en.wikipedia.org/wiki/Thermogravimetric_analysis.htmlTop Related