Download - Metode dcf dalam penilaian aktiva tak berwujud untuk tujuan transfer pricing (draf kasar)

Transcript
Page 1: Metode dcf dalam penilaian aktiva tak berwujud untuk tujuan transfer pricing (draf kasar)

www.futurumcorfinan.com

Page 1

Metode Discounted Cash Flow dalam

Penilaian Aktiva Tidak Berwujud untuk

Tujuan Transfer Pricing (dari sudut

pandang pembayar) – DRAF KASAR

Kesepakatan

Arm’s-length principle : prinsip kewajaran dan kelaziman usaha

Intangible : aktiva tidak berwujud, barang tidak berwujud, harta

tidak berwujud, mencakup HAKI/IP

HAKI/IP : hak kekayaan intelektual/intangible properties

Associated companye : perusahaan-perusahaan yang mempunyai

hubungan istimewa

Associated companye : perusahaan-perusahaan yang mempunyai tidak

hubungan istimewa

Sukarnen

DILARANG MENG-COPY, MENYALIN,

ATAU MENDISTRIBUSIKAN

SEBAGIAN ATAU SELURUH TULISAN

INI TANPA PERSETUJUAN TERTULIS

DARI PENULIS

Untuk pertanyaan atau komentar bisa

diposting melalui website

www.futurumcorfinan.com

Page 2: Metode dcf dalam penilaian aktiva tak berwujud untuk tujuan transfer pricing (draf kasar)

www.futurumcorfinan.com

Page 2

BAB I

Pendahuluan

Dengan terbitnya PER-43/PJ/2010 tanggal 6 September 2010 tentang Penerapan

Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha dalam Transaksi antara Wajib Pajak

dengan Pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa (untuk selanjutnya disebut

sebagai “PER-43”), pihak Dirjen Pajak Indonesia telah menggariskan bahwa wajib

pajak wajib menerapkan Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha dalam melakukan

transaksi-transaksi tertentu dengan pihak-pihak yang mempunyai hubungan

istimewa.

PER-43 pada intinya mengatur mengenai:

bagaimana prinsip kewajaran dan kelaziman usaha serta analisis

kesebandingan dilakukan;

metode penentuan harga wajar atau laba wajar yang diakui;

kondisi-kondisi yang tepat bagi pemilihan metode penentuan harga transfer;

harga wajar atau laba wajar baik berupa harga atau laba tunggal (single price)

atau dalam bentuk rentang harga wajar atau laba wajar (arm’s length range);

transaksi jasa, transaksi pemanfaatan dan pengalihan harta tidak berwujud;

dokumen dan kewajiban pengisian Surat Pemberitahuan Tahunan; dan

kewenangan Direktur Jenderal Pajak dan hak-hak wajib pajak.

Diharapkan dari diterbitkannya Peraturan Direktur Jenderal Pajak di atas akan dapat

memberikan kepastian dan kelancaran dalam penerapan kewajaran dan kelaziman

usaha1.

Khusus untuk transaksi pemanfaatan harta tidak berwujud, PER-43 mengaturnya

dalam Pasal 17, yang akan kita dalami lebih lanjut dalam Bab II. Dalam tahun yang

sama, the Organization for Economic Co-operation and Development menerbitkan

OECD Transfer Pricing Guidelines for Multinational Enterprises and Tax

Administrators (July 2010) yang merupakan revisi besar atas OECD Report Transfer

Pricing and Multinational Enterprises (1979). OECD Transfer Pricing Guideline 2010

(untuk selanjutnya diacu sebagai OECD TP Guideline) terdiri dari 9 bab, mencakup

1 Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-43/PJ/2010 tanggal 6 September 2010

tentang Penerapan Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha Dalam Transaksi antara Wajib Pajak dengan Pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa

Page 3: Metode dcf dalam penilaian aktiva tak berwujud untuk tujuan transfer pricing (draf kasar)

www.futurumcorfinan.com

Page 3

juga bab VI “Special Consideration for Intangible Property” dan Bab IX “Transfer

Pricing Aspects of Business Restructurings”.

OECD TP Guideline ditujukan untuk memberikan petunjuk mengenai salah satu isu

yang paling sulit dalam penerapan prinsip perpajakan internasional terhadap

perusahaan multinasional, yaitu penentuan transfer price yang tepat untuk tujuan

perpajakan.

Transfer prices are the prices at which an enterprise transfers physical goods and

intangible assets or provide services to associated enterprises.

Terjemahan bebas:

Transfer price adalah harga yang digunakan oleh suatu perusahaan dalam

pengalihan barang fisik dan aktiva tidak berwujud atau menyediakan jasa kepada

perusahaan terkait.

Di belakang penentuan transfer price terdapat prinsip kewajaran dan kelaziman

usaha. Dalam bagian Glossary OECD TP Guideline disebutkan bahwa:

The international standard that OECD member countries have agreed should be

used for determining transfer prices for tax purposes. It is set forth in Article 9 of the

OECD Model Tax Convention as follows: where

“conditions are made or imposed between the two enterprises in their commercial or

financial relations which differ from those which would be made between

independent enterprises, then any profits which would, but for those conditions, have

accrued to one of the enterprises, but, by reason of those conditions, have not so

accrued, may be included in the profits of that enterprise and taxed accordingly.”

Terjemahan bebas:

Standard internasional yang telah disetujui oleh para negara anggota OECD wajib

digunakan untuk menentukan transfer price untuk tujuan perpajakan. Hal ini

disebutkan dalam Artikel 9 dari OECD Model Tax Convention sebagai berikut:

dimana

“kondisi dalam mana terjadi atau dibebankan antara dua perusahaan dalam

hubungan komersial atau keuangan yang berbeda dari kondisi yang akan terjadi

antara pihak-pihak yang tidak mempunyai hubungan istimewa, maka laba apapun

Page 4: Metode dcf dalam penilaian aktiva tak berwujud untuk tujuan transfer pricing (draf kasar)

www.futurumcorfinan.com

Page 4

yang akan, untuk kondisi tersebut, telah diberikan kepada salah satu pihak, tetapi,

karena alasan kondisi-kondisi tersebut, tidak diberikan, dapat termasuk dalam laba

perusahaan dan dengan demikian dikenakan pajak.”

Dalam PER-43 sendiri, yang dimaksud dengan prinsip kewajaran dan kelaziman

usaha adalah sebagai berikut2:

Yang dimaksud dengan Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha (arm’s length

principle) adalah prinsip yang mengatur bahwa apabila kondisi dalam transaksi yang

dilakukan antara pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa sama atau

sebanding dengan kondisi dalam transaksi yang dilakukan antara pihak-pihak yang

tidak mempunyai hubungan istimewa yang menjadi pembanding, maka harga atau

laba dalam transaksi yang dilakukan antara pihak-pihak yang mempunyai hubungan

istimewa harus sama dengan atau berada dalam rentang harga atau laba dalam

transaksi yang dilakukan antara pihak-pihak yang tidak mempunyai hubungan

istimewa yang menjadi pembanding.

Secara singkat, harga yang dianggap memenuhi prinsip kewajaran dan kelaziman

usaha (arm’s-length price) adalah:

price applied or proposed to be applied by unrelated enterprises under uncontrolled

conditions

Apabila digambarkan, prinsip kewajaran dan kelaziman usaha sebagai berikut:

2 PER-43 halaman_________

Page 5: Metode dcf dalam penilaian aktiva tak berwujud untuk tujuan transfer pricing (draf kasar)

www.futurumcorfinan.com

Page 5

Apakah proses di atas dapat dilihat, baik antara pihak-pihak yang mempunyai

hubungan istimewa dan tidak mempunyai hubungan istimewa?

Secara umum, antara pihak-pihak yang tidak mempunyai hubungan istimewa,

proses negosiasi merupakan proses untuk mencapai kata sepakat yang akan

membawa manfaat bagi kedua belah pihak (win-win solution), sebagaimana

tergambar di bawah ini.

Page 6: Metode dcf dalam penilaian aktiva tak berwujud untuk tujuan transfer pricing (draf kasar)

www.futurumcorfinan.com

Page 6

OECD TP Guidelines banyak menggunakan konsep atau analisa kesebandingan

(comparability).

Page 7: Metode dcf dalam penilaian aktiva tak berwujud untuk tujuan transfer pricing (draf kasar)

www.futurumcorfinan.com

Page 7

Begitu kita menyentuh analisa kesebandingan dengan mengacu ke market, maka

kita akan dihadapkan pada banyak segi yang harus dipertimbangkan dan

disesuaikan, antara lain:

karakteristik dari item yang dialihkan (jasa yang diberikan)

FAR oleh masing-masing entitas

Isi perjanjian (contractual terms), baik menyangkut adanya option fee, up-

front fee dan pembayaran royalti minimum.

Kondisi yang ada di pasar menyangkut:

o Lokasi geografis

o Ukuran pasar

o Hukum dan peraturan

o Modal yang ditanamkan

o Tingkat kompetisi, dan lain-lain

Tingkat rentabilitas/profitabilitas

Tingkat resiko

Kesadaran (awareness) dan kekuatan merek

Tingkat perlindungan merek

Eksklusivitas

Jangkauan pemasaran (lokal, regional atau global)

Kondisi industri

Ukuran dan karakteristik pasar

Gambaran ekspektasi pertumbuhan produk yang bersangkutan

Jalur distribusi

Hambatan untuk masuk ke industry (barriers to entry)

Timing

Lamanya perjanjian

Cakupan dan status perlindungan hukum

Isi perjanjian (misalnya pembatasan penggunaan, struktur pembayaran, dan

lain-lain)

Kaitan dengan IP yang lain

Fungsi-fungsi dalam perusahaan

o Penelitian dan pengembangan

o Pabrikasi, produksi dan engineering proses

o Pembuatan dan penyusunan (fabrication and assembly) produk

o Pembelian dan manajemen bahan baku

o Fungsi pemasaran dan distribusi, termasuk manajemen persediaan,

administrasi warranty, dan kegiatan periklanan.

Page 8: Metode dcf dalam penilaian aktiva tak berwujud untuk tujuan transfer pricing (draf kasar)

www.futurumcorfinan.com

Page 8

o Transportasi dan pergudangan

o Manajemen, legal, akuntansi dan keuangan

Dalam Glossary OECD TP Guideline3, menyebutkan bahwa:

Two enterprises are associated if one of the enterprises participates directly or

indirectly in the management, control, or capital of the other or if “the same persons

participate directly or indirectly in the management, control, or capital” of both

enterprises (i.e. if both enterprises are under common control).4

Terjemahan bebas:

Dua perusahaan dikatakan terkait jika satu dari perusahaan-perusahaan tersebut

berpartisipasi secara langsung atau tidak langsung dalam manajemen, pengendalian,

atau modal pada perusahaan lainnya atau jika “orang yang sama berpartisipasi

secara langsung atau tidak langsung atas manajemen, pengendalian, atau modal”

dari kedua perusahaan tersebut (dengan kata lain, kedua perusahaan berada pada

pengendalian yang sama.

“Enterprises”

Seksi 92F (iii) memberikan definisi “enterprise” sebagai “any person (including

Permanent Establishment) engaged in:

any activity relating to production, storage, supply, acquisition or control of

articles, goods or specified intangibles.

any activity pertaining to provision of services or carrying out any work in

pursuance of a contract

any investment or financing activity”

Istilah Permanent Establishment telah didefinisikan menjadi istilah inklusif mencakup

“a fixed place of business through which the business of the enterprise if wholly or

partly carried on [S.92F(iiia)]”.

“Associated Enterprises” telah diberikan definisi mencakup:

3 OECD page ________

4 OECD page ____

Page 9: Metode dcf dalam penilaian aktiva tak berwujud untuk tujuan transfer pricing (draf kasar)

www.futurumcorfinan.com

Page 9

1. Participation in Management / Control or Capital [Section 92A(1)(a)] –

participation criterion

2. Common persons in Management/Control or Capital [Section 92A(1)(b)] –

common control criterion

3. 13 Categories of deeming fictions for enterprises to qualify as Associated

Enterprises [Section 92 (2)] – deeming fictions

Terkait dengan kriteria partisipasi, dapat dijelaskan sebagai berikut.

Associated Enterprise for an enterprise means an enterprise which participates :

• Directly or indirectly or

• Through one or more intermediaries

in management or control or capital of other enterprise [Section 92A (1) (a)]

Terkait dengan kriteria dalam pengendalian bersama (common control), dapat

dijelaskan sebagai berikut:

Associated Enterprise for an enterprise means an enterprise in respect of which :

one or more persons who participate

Page 10: Metode dcf dalam penilaian aktiva tak berwujud untuk tujuan transfer pricing (draf kasar)

www.futurumcorfinan.com

Page 10

• directly or indirectly or

• through one or more intermediaries

in its management or control or capital ARE THE SAME PERSONS WHO

PARTICIPATE

• directly or indirectly or

• through one or more intermediaries

in its management or control or capital of the other enterprise

Terkait dengan Deeming Fictions adalah sebagai berikut:

Enterprises deemed to be Associated Enterprises [Section 92 A (2)]:

a) one has direct or indirect shareholding carrying not less than 26% voting

power in the other

b) common parent / person holds 26% of voting power in both enterprises

c) one advances loan constituting not less than 51% of book value of total

assets of the other enterprise

d) one provides guarantees of not less than 10% of total borrowings of the other

enterprise

e) more than half of board of directors of one enterprise are appointed by the

other enterprise

f) more than half of the board of directors of both enterprises are appointed by

the same person or persons

Page 11: Metode dcf dalam penilaian aktiva tak berwujud untuk tujuan transfer pricing (draf kasar)

www.futurumcorfinan.com

Page 11

g) one enterprise is wholly dependent on use of IPRs of the other enterprise

h) At least 90% of raw materials and consumables required by an enterprise are

supplied by the other enterprise, or by persons specified by the other

enterprise, and prices and conditions relating to supply are influenced by

such other enterprise

i) Goods or articles manufactured or processed by one enterprise, are sold to

the other enterprise or to persons specified by the other enterprise, and

prices and conditions relating thereto are influenced by such other

enterprise

j) Both enterprises controlled by same the same individual singly or jointly with

relatives

k) One enterprise controlled by HUF and other controlled by member of HUF or

his relative or jointly

l) One enterprise being a firm, association of persons or body of individuals, the

other enterprise holds not less than 10% interest therein

m) There exists between the two enterprises, any relationship of mutual interest,

as may be prescribed

Deeming fictions dapat mencakup transaksi-transaksi pihak ketiga terkait dengan:

• Ventura Bersama/Joint Ventures [Section 92 A (2) (a)]

• Pendanaan ekstensif oleh bank kepada perusahaan [Section 92 A (2)

(c)]

• Pengaturan global untuk suplai bahan baku dalam jumlah besar

[Section 92 A (2) (h)]

• Penggunaan teknologi eksklusif oleh suatu perusahaan yang

seluruhnya mempunyai ketergantungan [Section 92 A (2) (g)]

Bandingkan dengan pemahaman Hubungan Istimewa menurut PER-43 yang

mengacu kepada hubungan antara Wajib Pajak dengan pihak lain sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 18 ayat (4) Undang-undang PPh atau Pasal 2 ayat (2)

Undang-undang PPN.

Secara umum, pengertian hubungan istimewa yang didapatkan dalam ketentuan

perpajakan di Indonesia adalah sebagai berikut:

Page 12: Metode dcf dalam penilaian aktiva tak berwujud untuk tujuan transfer pricing (draf kasar)

www.futurumcorfinan.com

Page 12

1. Hubungan istimewa karena kepemilikan saham/penyertaan sebagaimana

diatur oleh Pasal 18 ayat (4) huruf a UU PPh.

Wajib Pajak mempunyai penyertaan modal langsung atau tidak

langsung paling rendah 25% (dua puluh lima persen) pada Wajib

Pajak lain;

hubungan antara Wajib Pajak dengan penyertaan paling rendah 25%

(dua puluh lima persen) pada dua Wajib Pajak atau lebih;

atau hubungan di antara dua Wajib Pajak atau lebih yang disebut

terakhir;

2. Hubungan istimewa karena penguasaan sebagaimana diatur oleh Pasal 18

ayat (4) huruf b UU PPh.

3. Hubungan istimewa karena hubungan keluarga sebagaimana diatur oleh

Pasal 18 ayat (4) huruf c UU PPh.

4. Hubungan istimewa karena pengendalian sebagaimana diatur oleh Pasal 9

ayat (1) Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (tax treaty) antara

Indonesia dengan negara domisili pihak yang mempunyai hubungan istimewa

dengan Wajib Pajak

Banyak isu yang dicakup dalam OECD TP Guideline cukup relevan untuk transaksi-

transaksi terkait aktiva tidak berwujud. Terutama:

bab II memberikan petunjuk atas seleksi metode transfer pricing yang paling

tepat (paragraph 2.1-2.11);

petunjuk lebih lanjut untuk penerapan profit-split method di mana kedua-belah

pihak dalam suatu transaksi memberikan kontribusi aktiva tidak berwujud

yang unik dan berharga (paragraph 2.108 – 2.145);

bab IX memberikan petunjuk baru atas resiko (paragraph 9.10-9.47) dan

pengalihan atas aktiva tidak berwujud (paragraph 9.80-9.92);

bab II terkait aplikasi metode laba bersih transaksional (transactional net

margin method);

bab III terkait dengan analisa kesebandingan; dan

bab IX terkait dengan restrukturisasi bisnis.

Namun demikian, beberapa isu yang spesifik terhadap transaksi-transaksi terkait

aktiva tidak berwujud belum tercakup dalam OECD TP Guideline, yang kemudian

menimbulkan kesulitan yang signifikan, baik bagi wajib pajak dan pemerintah,

tentang perlakuan atas aktiva tidak berwujud untuk tujuan transfer pricing. Ini

Page 13: Metode dcf dalam penilaian aktiva tak berwujud untuk tujuan transfer pricing (draf kasar)

www.futurumcorfinan.com

Page 13

mengarah ke banyak sengketa pajak menyangkut transfer pricing yang secara

jumlah cukup signifikan dan adanya resiko pemajakan ganda atas suatu transaksi.

Contoh timbulnya pemajakan ganda atas suatu transaksi pembayaran royalti:

OECD TP Guideline juga belum memberikan definisi mengenai apa yang dimaksud

dengan aktiva tidak berwujud, meskipun terdapat satu bab (Bab VI) yang

didedikasikan untuk pembahasan aktiva tidak berwujud. Sedangkan paragraph 6.2

OECD TP Guideline hanya memuat daftar ilustrasi beberapa intangibles.

Berangkat dari permasalahan-permasalahan di atas, OECD melalui The Committee

on Fiscal Affairs telah memulai pada tahun 2011 suatu proyek baru tentang aspek

transfer pricing dari aktiva tidak berwujud. Diharapkan proyek tersebut akan

menghasilkan suatu pembaharuan (update) atas Bab VI dari TP Guideline dan

kemungkinan Bab VIII juga 5 . Jadual dari penyelesaian proyek ini per Mei 2011

adalah sebagai berikut:

5 OECD, Transfer Pricing and Intangibles : Scope of the OECD Project, Document approved

by The Committee on Fiscal Affairs on 25 Januari 2011.

Page 14: Metode dcf dalam penilaian aktiva tak berwujud untuk tujuan transfer pricing (draf kasar)

www.futurumcorfinan.com

Page 14

Sumber : OECD website

Tujuan proyek ini adalah terkait pemeriksaan atas aspek transfer pricing transaksi

melibatkan intangibles 6 , transaksi mana dilakukan antar perusahaan yang

mempunyai hubungan istimewa (associated enterprises)7.

Area spesifik yang dicakup dalam proyek OECD ini adalah mengenai:

1. Kerangka untuk analisis isu-isu transfer pricing yang berkait intangible;

2. Aspek definisi;

3. Kategori spesifik dari intangible mencakup kegiatan riset dan

pengembangan (“R&D”), perbedaan antara penyerahan (transfer)

intangible dan jasa, intangible pemasaran (marketing intangible), intangible

dan atribut bisnis lainnya;

6

Intangible digunakan dan bukan aktiva tidak berwujud, karena aktiva tidak berwujud terkesan tercatat di laporan keuangan perusahaan licensor. 7 Associated enterprises yang dimaksud adalah dalam konteks Pasal 9 dari The OECD Model

Tax Convention. Untuk Intangible terkait atribusi kepemilikan ekonomis (economic ownership) intangible kepada bentuk usaha tetap (permanent establishment) dalam konteks Pasal 7 telah dicakup dalam July 2008 dan July 2010 Reports on the Attribution of Profits to Permanent Establishments.

Page 15: Metode dcf dalam penilaian aktiva tak berwujud untuk tujuan transfer pricing (draf kasar)

www.futurumcorfinan.com

Page 15

4. Transfer intangible mencakup identifikasi transfer intangible dan bentuknya,

isu-isu re-karakterisasi (tolong diperjelas);

5. Hak dari suatu perusahaan untuk ikut dibagi atas imbal hasil dari suatu

intangible yang tidak dia miliki8;

6. Pengaturan kontribusi biaya (Cost Contribution Arrangement); dan

7. Penilaian (valuation) mencakup petunjuk umum atas pemilihan metode

transfer pricing yang paling tepat, atas aplikasi lima metode yang diakui

OECD dan atas kesebandingan (comparability), metode penilaian

keuangan, agregasi intangible untuk tujuan penilaian, penilaian dengan

ketidakpastian yang tinggi, dan aspek-aspek lain.

(masukkan soal revisi Chapter I – III OECD 2010) yang relevan untuk

intangible.

Bab VI “Special Consideration for Intangible Property” dalam OECD TP Guideline

memberikan konfirmasi bahwa semua lima (5) metode yang diakui OECD secara

teori dapat diterapkan pada intangible, tergantung pada fakta dan keadaan dari

kasus yang ada, sementara pada saat yang sama menunjukkan berulang kali

kepada kesulitan yang timbul dari aplikasi metode-metode tersebut, terutama terkait

isu kesebandingan dimana intangible unik yang berharga terlibat.

Paragraf 6.20 dari TP Guideline:

6.20 In applying the arm’s length principle to controlled transactions involving

intangible property, some special factors relevant to comparability between the

controlled and uncontrolled should be considered. These factors include the

expected benefits from the intangible property (possibly determined through a net

present value calculation)9.

Terjemahan bebas:

6.20 Dalam menerapkan prinsip kewajaran dan kelaziman usaha (arm’s length

principle) atas transaksi-transaksi yang dikendalikan melibatkan aktiva tidak

berwujud, beberapa faktor special yang relevan kepada kesebandingan antara

transaksi-transaksi yang dikendalikan dan tidak dikendalikan, wajib dipertimbangkan.

8 Lihat paragraph 6.36 – 6.39 dari TP Guideline yang menjelaskan mengenai aktivitas

pemasaran yang dilakukan oleh perusahaan yang tidak memiliki trademark atau trade names. 9 Kata-kata “net present value” sengaja ditebalkan untuk tujuan penekanan.

Page 16: Metode dcf dalam penilaian aktiva tak berwujud untuk tujuan transfer pricing (draf kasar)

www.futurumcorfinan.com

Page 16

Faktor-faktor ini mencakup manfaat yang diharapkan dari aktiva tidak berwujud

(kemungkinan ditentukan melalui perhitungan nilai kini bersih).

OECD telah memberikan penjelasan bahwa walaupun paragraph 6.20 OECD TP

Guideline mencakup suatu acuan ke perhitungan nilai kini bersih, ini lebih

dimaksudkan sebagai faktor kesebandingan (comparability factor) dan bukan

sebagai metode penilaian (pricing method)10.

Proyek OECD ini akan mempertimbangkan seberapa jauh metode-metode penilaian

keuangan dan terutama metode Arus Kas Diskonto (Discounted Cash Flow method)

dapat diberikan pengakuan yang lebih besar dalam TP Guideline.

Dalam buku ini, 3 hal yang terkait:

(1) Esensi pembayaran royalti itu sendiri? Apa sudut pandang perpajakan? Ini

secara tidak langsung mempertanyakan : definisi intangible itu sendiri untuk

tujuan transfer pricing.

Empat point yang diurai oleh OECD cukup menjelaskan permasalahan ini:

a. Arti dan kegunaan terkait dengan pembayaran untuk transfer “something

of value” (sesuatu yang berharga) dalam konteks transaksi yang

melibatkan intangibles.

b. Relevansi dan kegunaan definisi intangible yang diambil dari berbagai

sumber (akuntansi, penilaian keuangan, dan literatur-literatur hukum).

c. Faktor-faktor relevan yang wajib dipertimbangkan dalam menentukan ada

tidaknya suatu intangible itu digunakan atau ditransfer, dan jika ada,

bagaimana menentukan imbalan atau harganya menggunakan prinsip

kewajaran dan kelaziman usaha (at arm’s length).

Faktor-faktor yang dibicarakan termasuk, antara lain,

kemampuan mendatangkan manfaat ekonomis masa depan kepada

kegiatan bisnis,

10

OECD, Transfer Pricing and Intangibles : Scope of the OECD Project – Document approved by The Committee on Fiscal Affairs on 25 January 2011, Centre for Tax Policy and Administration, halaman 7.

Page 17: Metode dcf dalam penilaian aktiva tak berwujud untuk tujuan transfer pricing (draf kasar)

www.futurumcorfinan.com

Page 17

ketersediaan proteksi hukum, dan

apakah suatu intangible yang spesifik dapat memiliki nilai jika ia tidak

dapat di-alihkan secara terpisah.

d. Relevansi dan kegunaan analitis dari pengelompokkan intangible yang

disebut dalam OECD TP Guideline atau yang umum disebutkan dalam

analisa transfer pricing, antara lain, istilah marketing dan trade

intangibles, routine dan non-routine intangibles11.

(2) Tarif royalty yang dibayar – penentuan tarif yang dapat diterima untuk tujuan

transfer pricing atau dapat diterima dari sudut perpajakan.

(3) Pihak penerima royalti dipertanyakan apakah memang sebagai beneficial

owner atau legal owner?

Dalam transaksi-transaksi dengan perusahaan-perusahaan yang mempunyai

hubungan istimewa (associated enterprise or related party?), pada umumnya adalah

mungkin untuk meng-identifikasi perusahaan terkait mana yang adalah pemilik legal

dari suatu asset yang dilindungi hukum (misalnya suatu paten atau trademark).

Bagaimanapun, mungkin saja suatu perusahaan yang bukan pemilik legal dari suatu

intangible, selayaknya memperoleh bagian, berdasarkan prinsip kewajaran dan

kelaziman usaha, untuk turut ambil bagian dalam imbal hasil tambahan yang berasal

dari pengembangan atau eksploitasi suatu intangible, misalnya, perusahaan tersebut

telah ambil bagian dalam menanggung resiko dan biaya-biaya sehubungan dengan

pengembangan suatu intangible atau peningkatan nilainya.

Dari Paragraf 6.36 – 6.39, TP Guideline memberikan beberapa contoh:

Terkait dengan contoh-contoh tersebut, Pasal 9 dari OECD Model Tax Convention

dan OECD TP Guideline tidak secara umum menyarankan untuk mengabaikan

kepemilikan legal dari intangible12, tetapi lebih kepada memastikan bahwa setiap

perusahaan terkait turut memperoleh bagian berdasarkan prinsip kewajaran dan

kelaziman usaha (an arm’s-length share) dari manfaat-manfaat yang berasal dari

intangible, berdasarkan apa yang akan disepakati oleh para pihak-pihak yang tidak

11

OECD, Transfer Pricing and Intangibles : Scope of the OECD Project – Document approved by The Committee on Fiscal Affairs on 25 January 2011, Centre for Tax Policy and Administration, halaman 4. 12

TP Guideline 1.64 – 1.69 memberikan beberapa keadaan yang bersifat pengecualian.

Page 18: Metode dcf dalam penilaian aktiva tak berwujud untuk tujuan transfer pricing (draf kasar)

www.futurumcorfinan.com

Page 18

mempunyai hubungan istimewa (independent parties) dalam keadaan yang dapat

diperbandingkan.

Masukkan 1 contoh GlaxoKlien vs Smith

Untuk dapat menganalisa secara tepat apakah suatu transaksi transfer pricing

menyangkut intangibles telah dilakukan sesuai prinsip kewajaran dan kelaziman

usaha, perlu dipahami 4 hal:

1. Apa yang dimaksud dengan intangible dan termasuk dalam kategori yang

mana suatu intangible yang dibicarakan

2. Menganalisa kepemilikan intangible

3. Memeriksa cara pengalihan dilakukan

4. Pihak-pihak yang melakukan transaksi

Dengan demikian, kita akan membahas beberapa hal yang penting:

1. Menyinggung soal definisi Intangible.

Kita akan mencoba melihat apa yang dijelaskan oleh IFRS dan US GAAP.

Transaksi-nya?

2. Penggunaan Discounted Cash Flows dalam penilaian

Page 19: Metode dcf dalam penilaian aktiva tak berwujud untuk tujuan transfer pricing (draf kasar)

www.futurumcorfinan.com

Page 19

Bab II

Mendefinisikan Intangibles

Satu hal yang jelas bahwa adalah relatif sulit untuk memberikan definisi pada istilah

intangible. Oleh karena itu, beberapa perspektif akan kita lihat:

1. International Valuation Standards Council

2. Otoritas Perpajakan Amerika Serikat

3. OECD TP Guideline

4. US GAAP

5. International Accounting Standards

6. ??

Mendefinisikan Intangibles: Perspektif International Valuation Standards

Council

International Valuation Standards Council (IVSC) telah menerbitkan Guidance Note 4

“Valuation of Intangible Assets (Revised 2010)” pada bulan Februari 2010.

Guidance Note ini dapat kita gunakan sebagai referensi mengingat IVSC

menyebutkan bahwa penilaian aktiva tidak berwujud (intangible assets) diperlukan

untuk tujuan yang berbeda-beda termasuk, tetapi tidak terbatas pada:

akuisisi, penggabungan usaha dan penjualan bisnis atau bagian dari bisnis;

pembelian dan penjualan aktiva tidak berwujud;

pelaporan kepada otoritas perpajakan;

litigasi dan insolvensi; dan

pelaporan keuangan.

Definisi Intangible Asset adalah:

A non-monetary asset that manifests itself by its economic properties. It does not

have physical substance but grants rights and economic benefits to its owner or the

holder of an interest. (pasal 2.3)

Page 20: Metode dcf dalam penilaian aktiva tak berwujud untuk tujuan transfer pricing (draf kasar)

www.futurumcorfinan.com

Page 20

Disebutkan bahwa suatu aktiva tidak berwujud dapat diidentifikasi (identifiable) atau

tidak dapat diidentifikasi (unidentifiable) dalam konteks penilaian.

Suatu aktiva dapat diidentifikasi jika memenuhi SALAH SATU di bawah ini:

1. dapat dipisahkan (separable) 13 , yaitu kemampuan untuk dipisahkan

(separated) atau dikeluarkan (divided) dari entitas dan dijual (sold), dialihkan

(transferred), dilisensikan (licensed), disewakan (rented) atau dipertukarkan

(exchanged), baik secara individual atau bersama-sama dengan kontrak

terkait, aktiva atau kewajiban yang dapat diidentifikasi, terlepas apakah

entitas tersebut berkeinginan untuk melakukan demikian; atau

2. timbul dari hak-hak kontraktual atau hukum lainnya, terlepas apakah hak-hak

tersebut dapat dialihkan (transferable) atau dipisahkan (separable) dari

entitas atau dari hak-hak dan kewajiban lainnya.

Aset tidak berwujud yang tidak dapat diidentifikasi terkait dengan bisnis atau

sekelompok aset pada umumnya dikenal sebagai goodwill.

Aset tidak berwujud yang dapat diidentifikasi dapat kontraktual atau non-kontraktual,

yang dapat dibagi ke dalam empat (4) kelompok utama, sebagai berikut:

1. Aset tidak berwujud terkait dengan pemasaran (marketing-related intangible

assets) digunakan terutama dalam pemasaran atau promosi produk atau jasa.

Contoh berikut ini mencakup, tetapi tidak terbatas pada:

Trademarks, trade names, service marks, collective marks dan

certification marks;

Trade dress (warna, bentuk atau desain kemasan yang unik);

Newspaper mastheads;

Internet domain names; atau

Perjanjian tidak bersaing (non-compete agreement).

13

Ini merupakan karakteristik pendukung dalam konteks US GAAP dan bukan karakteristik penentu. Syarat terpisahkan diajukan berkaitan dengan ketertukaran (exchangeability). Untuk dapat ditukarkan suatu sumber ekonomik harus dapat dipisahkan dengan sumber ekonomik yang lain atau berdiri sendiri. Syarat ini telah dikesampingkan oleh FASB sebagai kriteria untuk mendefinisi aset (Kam 1990, halaman 108) dengan argumen bahwa ketertukaran dan keterpisahan hanyalah merupakan syarat untuk memperoleh manfaat suatu aset.

Page 21: Metode dcf dalam penilaian aktiva tak berwujud untuk tujuan transfer pricing (draf kasar)

www.futurumcorfinan.com

Page 21

2. Aset tidak berwujud terkait dengan pelanggan atau pemasok (customer or

supplier-related intangible assets) terdiri dari hubungan dengan atau

pengetahuan mengenai pelanggan atau pemasok. Contoh-contoh di bawah

ini termasuk, tetapi tidak terbatas pada:

perjanjian iklan, konstruksi, manajemen, jasa/pelayanan atau penawaran

(supply);

perjanjian lisensi dan royalti;

kontrak servicing (servicing contracts);

buku pemesanan (order books);

kontrak ketenagakerjaan (employment contracts);

hak-hak penggunaan (use rights), seperti pengeboran (drilling), air, udara,

pemotongan papan (timber cutting) dan slot pendaratan pelabuhan udara

(airport landing slots);

perjanjian franchise;

hubungan pelanggan; atau

daftar pelanggan.

3. Aset tidak berwujud terkait dengan teknologi (technology-related intangible

assets) timbul dari hak-hak kontraktual atau non-kontraktual untuk

menggunakan teknologi (baik dipatenkan dan tidak dipatenkan), database,

formula, desain, software, proses atau resep;

4. Aset tidak berwujud terkait dengan seni (artistic-related intangible assets)

yang timbul dari hak-hak untuk memperoleh manfaat seperti royalti dari

pekerjaan seni, seperti drama (plays), buku, film dan music, dan dari

perlindungan hak cipta (copyright) non-kontraktual.

Page 22: Metode dcf dalam penilaian aktiva tak berwujud untuk tujuan transfer pricing (draf kasar)

www.futurumcorfinan.com

Page 22

Disebutkan juga bahwa aset tidak berwujud tertentu didefinisikan dan dijelaskan oleh

karakteristik atau atribut seperti fungsi, posisi di pasar, jangkauan global, profil pasar,

kapabilitas dan image. Karakteristik-karakteristik ini membedakan satu aset tidak

berwujud dari lainnya. Sebagai contoh:

Brand makanan (food brands) dapat dibedakan melalui perbedaan rasa

(taste), sumber bahan (source of ingredients) dan mutu; atau

Produk software computer dapat dibedakan untuk mengacu kepada

spesifikasi fungsional.

Karakteristik atau atribut dari suatu aset tidak berwujud termasuk, tetapi tidak

terbatas pada hak-hak kepemilikan, hak istimewa dan kondisi-kondisi yang terkait

dengan aset tersebut. Hak-hak kepemilikan pada umumnya diuraikan dalam

dokumen-dokumen legal dan termasuk, menurut juridiksi yang terlibat, paten,

trademark, dan hak cipta. Hak-hak kepemilikan dan kondisi-kondisi dapat dalam

suatu perjanjian atau korespondensi dan dapat atau tidak dapat dialihkan kepada

pemilik baru. Bagaimanapun juga, terdapat aset tidak berwujud yang memberikan

hak istimewa tanpa eksistensi hak-hak kepemilikan aktual, misalnya hubungan

pelanggan atau rahasia dagang. Intangible tidak perlu harus memiliki kontrak yang

mendasarinya, namun suatu perusahaan atau individu dapat menjadi pemilik dari

intangible semacam ini dan memperoleh manfaat ekonomis. Identifikasi dan

pelaporan karakteristik dari suatu aset tidak berwujud adalah bagian yang penting

dari suatu penilaian.

Meskipun kadang kala tepat dan mungkin untuk menilai suatu aset tidak berwujud

secara individual (stand-alone basis), dapat pula tidak mungkin atau tidak praktis

Page 23: Metode dcf dalam penilaian aktiva tak berwujud untuk tujuan transfer pricing (draf kasar)

www.futurumcorfinan.com

Page 23

dalam kasus lain untuk menilai suatu aset tidak berwujud selain menilainya terkait

dengan aset [berwujud atau] tidak berwujud. Adalah mungkin atau praktis untuk

mengestimasi nilai aset tidak berwujud secara individual.

Mendefinisikan intangible : perspektif Amerika Serikat

Di Amerika Serikat, untuk tujuan seksi 482 dari regulasi final, istilah “intangible”

mengacu pada item apapun yang termasuk dalam satu diantara enam kategori yang

dispesifikasi dalam regulasi, asalkan item tersebut memiliki nilai substansial

terlepas dari jasa dari masing-masing item (sebagai properti independen)14.

Kategori-kategori intangible property termasuk:

Paten, ciptaan (invention), formula, proses, desain, pola-pola (patterns) atau

know-how;

Hak cipta (copyrights) dan kesustraan (literary), musik, atau komposisi seni

(artistic compositions);

Trademarks, trade names, atau brand names;

Franchise, lisensi, atau kontrak-kontrak;

Metode, program, sistem, prosedur, kampanye (campaign), survei, studi,

ramalan, estimasi, daftar pelanggan, atau data-data teknis; dan

Item lain yang sama yang memperoleh nilainya dari isi intelektual lebih dari

atribut fisiknya.

Regulasi seksi 482 final tidak mencakup pembatasan, dan bahwa wajib pajak

diwajibkan untuk mengenakan imbalan berdasarkan prinsip kewajaran dan

kelaziman usaha hanya ketika terdapat pengalihan dari suatu kepentingan yang

secara komersial dapat dialihkan (a transfer of a commercially transferable interest).

Definisi di atas tidak menetapkan adanya enforceable property rights?

Terdapat perbedaan antara aset tidak berwujud (intangible asset) dan intellectual

property (HAKI), terutama dalam konteks lisensi. HAKI adalah suatu kategori aset

tidak berwujud yang memperoleh perlindungan hukum (misalnya trademarks),

sehingga dimungkinkan untuk dialihkan hak-haknya melalui lisensi. Tidak semua

aset tidak berwujud masuk dalam kategori ini: prosedur perusahaan dan estimasi

14

Treasury Regulations Section 1.482-4(b).

Page 24: Metode dcf dalam penilaian aktiva tak berwujud untuk tujuan transfer pricing (draf kasar)

www.futurumcorfinan.com

Page 24

berdasarkan pengalaman manajemen diakui sebagai aset tidak berwujud, tetapi

akan terbukti sulit untuk dilisensikan kepada pihak ketiga (?).

Salah satu masalah yang timbul15

Dalam kasus Merck, IRS (Internal Revenue Service – otoritas perpajakan di Amerika

Serikat) memberikan argumentasi bahwa Merck seharusnya diberikan imbalan

sehubungan dengan memasok anak perusahaannya dengan intangible property

yang terdiri dari struktur afiliasi, struktur mekanisme penetapan harga, dan struktur

perencanaan keseluruhan grup. Pengadilan Pajak menolak argumen tersebut

dengan pertimbangan bahwa “struktur-struktur” tersebut bukan merupakan

“enforceable property rights”

Kalangan penilai di Amerika Serikat secara umum menggolongkan aset tidak

berwujud ke dalam 10 kelompok16:

1. Marketing-related intangible assets (misalnya, trademarks, trade names,

brand names, logos);

2. Technology-related intangible assets (misalnya, proses, paten, aplikasi paten,

dokumentasi teknis, seperti laboratory notebooks, technical know-how);

3. Artistic-related intangible assets (misalnya, karya dan hak cipta

kesusasteraan dan hak cipta, komposisi musik, peta, ukuran (engravings));

4. Data processing-related intangible assets (misalnya, proprietary computer

software, software copyrights, automated databases, integrated circuit masks

and masters);

5. Engineering-related intangible assets (misalnya, desain industrial, paten

produk, rahasia dagang, engineering drawings and schematics, blueprints,

proprietary documentation);

6. Customer-related intangible assets (misalnya, daftar pelanggan, kontrak

pelanggan, hubungan pelanggan, open purchase orders);

7. Contract-related intangible assets (misalnya, kontrak pemasok yang

menguntungkan, perjanjian lisensi, perjanjian franchise, perjanjian non-

kompetisi);

15

D.M. McGavock et al, n 74, 41-2, referring to Merck & Co., Inc. vs United States 24 Cl. Ct. 73 (1991), dikutip dari Markham, Michelle, The Transfer Pricing of Intangibles, 2005, Kluwer Law International, halaman 39.

16 R.F. Reilly dan R.P. Schweihs, Valuing Intangible Assets (McGraw-Hill, New York, 1999),

halaman 19-20.

Page 25: Metode dcf dalam penilaian aktiva tak berwujud untuk tujuan transfer pricing (draf kasar)

www.futurumcorfinan.com

Page 25

8. Human capital-related intangible assets (misalnya, trained and assembled

workforce, perjanjian ketenagakerjaan, kontrak serikat pekerja);

9. Location-related intangible assets (misalnya, leasehold interests, hak-hak

eksploitasi mineral, easements, hak-hak pemanfaatan udara, hak-hak

pemanfaatan air);

10. Goodwill-related intangible assets (misalnya, institutional goodwill,

professional practice goodwill, personal goodwill of a professional, celebrity

goodwill, general business going-concern value).

Mendefinisikan Intangibles : Perspektif OECD TP Guideline

OECD TP Guideline mempunyai satu bab khusus yaitu bab VI “Special

Considerations for Intangible Property” yang membicarakan pertimbangan-

pertimbangan khusus yang timbul pada saat akan menetapkan apakah (1) kondisi-

kondisi (? – isi agreement itu sendiri atau nature transaction yang dilakukan?) yang

terjadi atau dibebankan dalam transaksi-transaksi antara associated enterprises

melibatkan intangible property mencerminkan prinsip kewajaran dan kelaziman

usaha. Perhatian khusus diberikan kepada (2) transaksi intangible property karena

transaksi-transaksi sering kali sulit untuk dievaluasi untuk tujuan perpajakan

(maksudnya apa?).

Jadi di sini isu:

Tidak adanya transaksi (atau adanya transaksi menurut sudut discus) yang

melibatkan intangible property dalam aktivitas komersial.

Istilah “intangible property” termasuk :

Rights (penekanan adalah hak ? – apa yang harus dibuktikan?) to use

industrial assets (? – jelas disebutkan mengenai asset?) such as patents,

trademarks, trade names, designs or models.

includes literary and artistic property rights,

intellectual property such as know-how and trade secrets.

Jelas yang dibicarakan oleh OECD adalah business rights, ‘that is intangible property

associated for commercial activities, including marketing activities’ - profit seeking

activities.

Page 26: Metode dcf dalam penilaian aktiva tak berwujud untuk tujuan transfer pricing (draf kasar)

www.futurumcorfinan.com

Page 26

Diakui oleh OECD bahwa intangibles ini adalah aset yang “that may have

considerable value even though they may have no book value in the company’s

balance sheet” – jadi OECD jelas mengambil posisi bahwa terlepas apakah dicatat

atau tidak dicatat dalam laporan keuangan perusahaan – aset itu tetap diakui?

Aset itu dapat pula melekat resiko yang besar, misalnya kewajiban kontrak atau

produk dan kerusakan lingkungan.

Commercial intangibles – business rights

OECD TP Guideline untuk mudahnya mengelompokkan dua yaitu:

Trade intangible – includes

patents,

know-how,

designs, and

models that are used for the production of a good or the provision of a service,

intangible rights that are themselves business assets transferred to

customers or used in the operation of business (e.g. computer software).

Beberapa ciri trade intangibles:

Trade intangibles ini sering kali timbul tercipta melalui aktivitas penelitian dan

pengembangan yang mahal dan beresiko (apakah ini berarti bahwa trade

intangible tidak bisa timbul dari non-R&D?).

Pengembang (developer) pada umumnya berusaha mendapatkan kembali

pengeluaran-pengeluaran yang ada melalui imbal hasil melalui penjualan

produk, kontrak jasa, atau perjanjian lisensi.

Kegiatan penciptaan trade intangible dapat dilakukan:

1. Dilakukan sendiri

Marketing intangible

Marketing intangible termasuk:

Page 27: Metode dcf dalam penilaian aktiva tak berwujud untuk tujuan transfer pricing (draf kasar)

www.futurumcorfinan.com

Page 27

trademarks and trade names that aid in the commercial exploitation of a

product or service,

customer lists,

distribution channels, and

unique names,

symbols, or

pictures that have an important promotional value for the product concerned.

Beberapa hal mengenai marketing intangibles:

marketing intangibles (e.g. trademarks) dapat diproteksi oleh hukum di

negara-negara tertentu (berarti tidak selalu legally protected?)

nilai dari marketing intangibles tergantung pada banyak faktor, termasuk :

o reputasi dan kredibilitas dari trade name atau trademark yang

dikembangkan oleh kualitas barang dan jasa yang disediakan oleh

nama atau mark tersebut di masa lalu;

o tingkat pengendalian kualitas dan keberlangsungan penelitian dan

pengembangan;

o distribusi dan ketersediaan barang atau jasa yang sedang dipasarkan;

o cakupan sejauh mana dan tingkat keberhasilan pengeluaran

promosional yang timbul untuk supaya calon pelanggan mengenali

produk atau jasa (terutama pengeluaran iklan dan pemasaran yang

timbul untuk mengembangkan jaringan hubungan dengan distributor,

agen, atau agensi facilitating lainnya);

o nilai pasar kemana marketing intangibles akan menyediakan akses;

dan,

o sifat dari hak yang tercipta dalam intangible di bawah hukum.

Hybrid intangibles

Intellectual property seperti know-how dan rahasia dagang dapat berupa trade

intangibles atau marketing intangibles.

Know-how dan rahasia dagang adalah proprietary information or knowledge yang

membantu atau meningkatkan aktivitas komersial, tetapi tidak diregistrasi untuk

proteksi dengan cara seperti paten atau trademark.

Page 28: Metode dcf dalam penilaian aktiva tak berwujud untuk tujuan transfer pricing (draf kasar)

www.futurumcorfinan.com

Page 28

Diakui oleh OECD bahwa istilah know-how sendiri kemungkinan adalah konsep yang

kurang tepat (less precise).

Paragraf 11 dari Commentary on Article 12 of the OECD Model Tax Convention

memberikan definisi sebagai berikut:

Know-how is all the divulged technical information, whether capable of being

patented or not, that is necessary for the industrial reproduction of a product or

process, directly and under the same conditions; in as much as it is derived from

experience, know-how represents what a manufacturer cannot know from mere

examination of the product and mere knowledge of the progress of technique.”

Know-how dapat termasuk proses rahasia atau formula atau informasi rahasia

lainnya menyangkut pengalaman sains, komersial atau industrial, yang tidak dicakup

oleh paten.

Disebutkan pula bahwa pengungkapan apapun atas know-how atau rahasia dagang

dapat secara substansial mengurangi nilai dari property yang ada.

Ditambahkan pula bahwa perlu kehati-hatian untuk menentukan apakah atau

Mendefinisikan Intangibles : Perspektif US GAAP

Kembali ke awal-awal pembahasan intangible dalam dunia akuntan di Amerika

Serikat, kita dapatkan beberapa hal:

Kohler mendefinisikan intangibles sebagai aset modal (capital assets) yang tidak

memiliki eksistensi fisik dimana nilainya tergantung pada hak-hak dan manfaat-

manfaat yang diberikan dari kepemilikannya kepada pemilik17.

Paton sendiri telah mengingatkan bahwa dengan hanya mengandalkan pada uji

eksistensi fisik tidak terlalu bermanfaat dan menyarankan bahwa intangibles adalah

aset yang lebih terkait pada perusahaan secara keseluruhan dari pada satu atau

beberapa komponen-nya18.

17

Kohler, Eric L. A Dictionary for Accountants, 3rd

ed. (Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall, 1963), halaman 269. 18

Paton, William A., dan William A. Paton, Jr., Asset Accounting (New York: Macmillan, 1952), halaman 485-490.

Page 29: Metode dcf dalam penilaian aktiva tak berwujud untuk tujuan transfer pricing (draf kasar)

www.futurumcorfinan.com

Page 29

Satu hal yang jelas dari aset tidak berwujud (intangible asset) adalah mereka

memperoleh nilai mereka lebih signifikan dari hak-hak dan privilese yang spesial

(special rights and privileges) yang mereka berikan, daripada eksistensi fisik mereka,

kalau ada.

Accounting Principles Board di Amerika Serikat dalam mengatasi masalah definisi

intangible, lebih pada kemudian mengelompokkan aset tak berwujud berdasarkan

beberapa hal:

Identifikasi (identifiability) – apakah dapat diidentifikasi secara terpisah

atau kesulitan untuk melakukan identifikasi secara spesifik.

Cara memperolehnya (manner of acquisition) – diperoleh secara tersendiri,

dalam kelompok, atau dalam kombinasi bisnis, atau dikembangkan secara

internal.

Periode manfaat yang diharapkan (expected period of benefit) – dibatasi

oleh hukum atau kontrak, terkait dengan faktor manusia atau ekonomi,

atau memiliki masa waktu yang tidak dapat ditentukan19.

Pemisahan dari perusahaan (separability from an entire enterprise) – hak-

hak yang dapat dialihkan tanpa title, dapat dijual, atau tidak terpisahkan

dari perusahaan atau bagian yang signifikan darinya20.

Lebih lanjut, US GAAP membicarakan mengenai

intangibles yang diklasifikasikan menurut apakah mereka diperoleh

dari pihak external (externally acquired/purchased) atau

dikembangkan secara internal (internally developed).

intangibles yang dapat diidentifikasi (identifiable) atau tidak dapat

diidentifikasi (unidentifiable).

Melihat perjalanan bagaimana US GAAP memberikan definisi kepada aktiva, kiranya

kita dapat belajar sesuatu dari sana.

19

Bahasa Inggris “indefinite” tidak sama artinya dengan “infinite”. Indefinite = indeterminate. 20

Accounting Principles Board, APB Opinion No. 17, “Intangible Assets” (New York: AICPA, 1970).

Page 30: Metode dcf dalam penilaian aktiva tak berwujud untuk tujuan transfer pricing (draf kasar)

www.futurumcorfinan.com

Page 30

Sebelum 1950 : Barang yang kita miliki (Things we own)

Ini merupakan pemahaman paling fundamental tentang aktiva. Walaupun sederhana,

terdapat beberapa kekurangan yang menyolok:

aktiva tidak harus merupakan barang/”things”, ia dapat juga berupa

intangible.

Kata “things” lebih mengandung konotasi bahwa ia memiliki bentuk fisik

Aktiva tidak harus dimiliki. Sepanjang perusahaan dapat memiliki kendali,

misalnya barang sewa leasing. Kepemilikan legal tidak merupakan

persyaratan yang benar untuk definisi aktiva. Yang dibutuhkan perusahaan

adalah memiliki kendali atasnya dan akses eksklusif atasnya.

1950-an : Sesuatu dengan saldo debit (Something with a debit balance)

Something represented by a debit balance that is or would be properly carried

forward upon a closing of books of account …… on the basis that it represents either

a property right or value acquired or expenditure made which…is applicable to the

future21.

21

American Institute of Certified Public Accountants, Accounting Terminology Bulletin No. 1, New York: AICPA, 1953 paragraf 26.

Page 31: Metode dcf dalam penilaian aktiva tak berwujud untuk tujuan transfer pricing (draf kasar)

www.futurumcorfinan.com

Page 31

1960-an : Manfaat ekonomis masa datang (Future economic benefits)

Asset represents expected future economic benefits, rights to which have been

acquired by the enterprise as a result of some current or past transaction22.

1. Manfaat suatu aktiva adalah diharapkan, atau ada di masa mendatang, yang

berarti ada ketidakpastian dalam derajat tertentu yang terlibat dalam

aktiva tersebut (elaborate lebih jauh dalam konteks royalti).

2. Manfaat adalah bersifat ekonomis karena mereka langka dan untuk itu

mempunyai nilai.

3. Kejadian yang membawa aktiva kepada eksistensi-nya dalam perusahaan

adalah adanya transaksi, baik terjadi di masa lampau atau terjadi saat ini.

Inti suatu aktiva ada empat:

1. Aktiva mendatangkan manfaat kepada pemilik

2. Manfaat ekonomis tersebut ada di masa depan

3. Perusahaan/pemilik mempunyai hak (right) atas manfaat tersebut, dan tidak

perlu harus memilikinya.

4. Hak di atas diperoleh oleh perusahaan melalui suatu transaksi, baik di masa

lalu atau saat ini (jadi tidak bisa melalui transaksi di masa mendatang!).

1970-an : Sumber-daya ekonomi atau bukan? (Economic resources, or not?)

Economic resources of an enterprise that are recognized and measured in

conformity with generally accepted accounting principles…….. Assets also include

certain deferred charges that are not resources…..23

Penggunaan economic resources karena ia merupakan faktor yang jarang jumlah

(scarce) dengan nilai ekonomis.

1985 : Manfaat ekonomi masa depan yang mungkin (Probable future economic

benefits)24

Definisi aktiva dalam the Conceptual Framework in SFAC No. 6:

22

Moonitz, dan Sprouse, Accounting Research Study #3, 1962, halaman 20. 23

Accounting Principles Board, Statement No. 4, Basic Concepts and Accounting Principles Underlying Financial Statements of Business Enterprises, New York: AICPA, 1970, paragraph 132. 24

Evans, Thomas G., Accounting Theory, Contemporary Accounting Issues, Thomson South-Western, 2003, bab 10.

Page 32: Metode dcf dalam penilaian aktiva tak berwujud untuk tujuan transfer pricing (draf kasar)

www.futurumcorfinan.com

Page 32

Assets are probable future economic benefits, rights to which have been acquired by

the enterprise as a result of some current or past transactions or events.

Ada tiga karakteristik yang penting dimana ketiga-tiganya harus ada supaya suatu

aktiva dapat diakui:

1. Probable future economic benefits in cash flows

Esensi dari suatu aktiva adalah mendatangkan manfaat ekonomis masa

depan atau potensi pelayanan (potential service) bagi perusahaan. Manfaat

spesifik akan memberikan kontribusi baik langsung maupun tidak langsung

kepada arus kas masuk perusahaan, baik secara sendiri-sendiri atau melalui

kombinasi dengan aktiva-aktiva yang lain.

Yang menjadi pertanyaan adalah apa yang dimaksud dengan “probable”.

Kata ini digunakan untuk menyampaikan pemahaman bahwa ada

ketidakpastian yang terkait dengan manfaat-manfaat tersebut. FASB sendiri

dalam Standard Dictionary Definition, mengartikan “probable” sebagai:

“reasonably expected or believed on the basis of available evidence or logic

but is neither certain nor proved25.”

Tidak ada arti yang lebih jelas, misalnya dengan probabilitas di atas 50%?

2. Controlled by the firm

Perusahaan telah memperoleh manfaat dan dapat mengendalikan akses

perusahaan lain terhadap manfaat tersebut. Perusahaan harus memiliki klaim

atas hak-hak atau pelayanan-pelayanan (services) tersebut dan dapat

mencegah pihak lain dari menggunakan aktiva tersebut atau membagi bagian

atas manfaat dengan pihak lain. Dengan kata lain, perusahaan tidak harus

secara legal memiliki suatu item untuk dapat memiliki kendali atas item

tersebut.

25

Financial Accounting Standards Board, Statement of Financial Accounting Concepts No. 6, “Elements of Financial Statements.” Norwalk, CT: Financial Accounting Standards Board, 1985, paragraph 26.

Page 33: Metode dcf dalam penilaian aktiva tak berwujud untuk tujuan transfer pricing (draf kasar)

www.futurumcorfinan.com

Page 33

3. Past transaction or event has created the benefit

Aktiva timbul dari transaksi atau kejadian yang telah terjadi, atau

ditransaksikan. Jadi, terjadinya kejadian atau transaksi adalah “trigger” untuk

terjadinya pengakuan aktiva.

Dari ketiga karakteristik yang esensial di atas, karakteristik yang pertama

yaitu, adanya manfaat ekonomis di masa mendatang, adalah yang paling

penting, dan ini membawa kepada pembahasan lebih lanjut atas sifat dari

manfaat tersebut.

Darimana ia berasal dan dalam bentuk apa ia ada? Bagaimana kita dapat

yakin bahwa manfaat tersebut riil?

Sumber dan bukti dari manfaat

Untuk menekankan arti dari manfaat ekonomis masa depan, sumber dari

manfaat harus dipertimbangkan. Menurut SFAC No. 6, manfaat ekonomis

masa depan dari suatu aktiva dapat terwujud dalam 3 nilai berikut ini26:

1. Exchange value – perusahaan dapat menerima sesuatu untuk ditukarkan

untuk aktiva tersebut.

2. Production value – perusahaan dapat menggunakan aktiva tersebut

untuk memproduksi sesuatu yang mengandung nilai.

3. Acceptance value – perusahaan dapat menggunakan aktiva untuk

menyelesaikan kewajiban.

Bukti apa yang ada menunjukkan bahwa manfaat tersebut ada? Menurut

SFAC No. 6, bukti keberadaan manfaat dapat didasarkan pada tiga faktor27:

1. Market value – aktiva pada umumnya dibeli dan dijual di suatu pasar.

Aktiva dapat dibeli dan dijual secara individual atau dalam gabungan

dengan aktiva yang lain, yang biasanya disebut sebagai pembelian atau

penjualan gabungan (basket purchase or sale).

26

SFAC No. 6, paragraph 172. 27

SFAC No. 6, paragraph 173

Page 34: Metode dcf dalam penilaian aktiva tak berwujud untuk tujuan transfer pricing (draf kasar)

www.futurumcorfinan.com

Page 34

2. Acceptability – aktiva dapat digunakan untuk menyelesaikan kewajiban

atau hutang; aktiva tersebut pada umumnya dapat diterima oleh kreditor

atau pemberi pinjaman untuk pembayaran hutang.

3. Productivity – aktiva tersebut dapat digunakan untuk memproduksi

barang dan jasa baik berwujud atau tidak berwujud, dengan nilai pasar

atau yang dapat diterima secara umum (common acceptability).

Schuetze’s concerns28

Salah satu kritik yang cukup menarik atas definisi aktiva SFAC No. 6 di atas, datang

dari W. Schuetze pada tahun 1993, yang kemudian menjadi kepala akuntansi SEC.

Dia memberikan kesimpulan bahwa definisi aktiva dalam SFAC No. 6 adalah “so

complex, abstract, so open-ended, so all-inclusive, and so vague that we cannot use

it to solve problems.” Lebih lanjut, ia menyamakan definisi tersebut sebagai “an

empty box. A large empty box. A large empty box with sideboards. Almost everything

or anything can fit into it.”

Dalam tulisannya, ia menyatakan kekuatiran dia bahwa definisi tidak secara jelas

membedakan antara aktiva dan biaya-biaya, yang dapat mengakibatkan bahwa

pengakuan suatu item sebagai aktiva, yang dapat juga dilihat sebagai biaya menurut

pihak lain. (Note : apakah suatu pembayaran royalti, sebetulnya pembagian biaya

yang disharing dengan licensee berupa pembayaran royalti? - terutama

perusahaan-perusahaan yang merugi, tetapi tetap membayar royalty?)

Schuetze menekankan pada adanya exchangeability dari suatu aktiva, dengan kata

lain, untuk dapat diperhitungkan sebagai aktiva, item tersebut harus dapat dijual

(secara terpisah) oleh perusahaan.

Apakah ini berarti kita harus mengatur bahwa royalty harus terkait dengan intangible

yang dapat dijual?

Masalah tertukarkan (exchangeability) sudah menjadi gagasan atau argumen yang

diajukan untuk memenuhi syarat sebagai aset, yaitu suatu sumber ekonomik harus

dapat dipertukarkan dengan sumber ekonomik lainnya. Syarat ini diajukan dengan

alasan bahwa manfaat ekonomik akan menjadi cukup pasti dan terukur kalau suatu

28

Schuetze, W. “What is an Asset?” Accounting Horizons (September 1993), halaman 66-70.

Page 35: Metode dcf dalam penilaian aktiva tak berwujud untuk tujuan transfer pricing (draf kasar)

www.futurumcorfinan.com

Page 35

sumber ekonomik mempunyai daya atau nilai tukar. Dengan kata lain, manfaat

eknomik diturunkan dari daya tukar.

Syarat dan argumen ini disanggah karena manfaat ekonomik tidak hanya terletak

pada daya tukar tetapi juga dari daya guna suatu objek untuk produksi. Misalnya,

mesin mungkin sekali tidak mempunyai daya tukar tetapi dapat digunakan untuk

menghasilkan produk. Bahkan hamper sebagian besar aset manfaatnya didapat dari

penggunaan daripada dari pertukaran. Sebagaimana dikutip Kam (1990, halaman

107-108)29, Moonitz menyatakan bahwa “exchange does not make values, it merely

reveals them.”

Samuelson’s Concerns30

Richard Samuelson, seorang professor akuntansi, pada tahun 1996 menyatakan

bahwa, definisi aktiva mempunyai dua komponen fundamental:

1. Komponen ekonomi, yang mengakui karakteristik ekonomi atau teknis dari

aktiva, dan

2. Komponen hukum/legal, yang mengidentifikasi karakteristik legal atau

proprietary.

Dalam definisi FASB untuk aktiva, kedua komponen, ada, namun komponen

ekonomi lebih menonjol. Ini menimbulkan tiga kelemahan dalam definisi yang

membatasi kegunaan dalam setting standar akuntansi:

1. Definisi mencampur-adukan antara definisi aktiva dengan pengukuran aktiva.

2. Definisi mencampur-adukan antara ide waktu dengan mendefinisikan aktiva,

(yang adalah stocks), sebagai manfaat ekonomis di masa depan (yang

adalah flows). Pada umumnya, stocks adalah pada saat ini, sedangkan flows

terjadi di masa depan. Namun demikian, kedua hal tersebut dimasukkan

dalam definisi FASB mengenai aktiva.

3. Definisi menekankan komponen ekonomis di atas komponen legal.

29

Kam, Vernon, Accounting Theory, New York: John Wiley & Sons, 1990, halaman 107-108. 30

Samuelson, Richard, The Concept of Assets in Accounting Theory” Accounting Horizons (September 1996), halaman 147 – 157.

Page 36: Metode dcf dalam penilaian aktiva tak berwujud untuk tujuan transfer pricing (draf kasar)

www.futurumcorfinan.com

Page 36

Apakah ini berarti bahwa penekanan pada kejadian masa depan, dimana tentu saja

ini tidak dapat diamati (observable), sehingga tidak dapat dikonfirmasi secara empiris

(empirically confirmed).

Apakah royalty dapat dikoreksi setelah beberapa tahun ke depan?

Beberapa hal terkait:

1. Probable

FASB mendefinisikan probable sebagai “that which can reasonably be

expected or believed on the basis of available evidence or logic but is neither

certain nor proved.31”

Amer dan teman-teman mendapatkan bahwa dalam sample sejumlah auditor

professional, sebagian besar menginterpretasikan bahwa kata probable akan

berarti adanya probabilitas sebesar 0.79 (mean) atau 0.80 (median)32.

Banyak pihak yang menginginkan bahwa kata probable dispesifikasi lebih

jelas, misalnya, dengan menyatakan bahwa itu berarti sekurang-kurangnya

65% kesempatan terjadinya.

2. Fokus definisi aktiva yang mengharuskan adanya transaksi atau kejadian

yang sudah terjadi.

Keharusan adanya suatu transaksi dalam definisi akan membatasi

perusahaan dari mengakui aktiva yang telah berkembang sepanjang waktu

tanpa adanya transaksi yang spesifik.

Misalnya, logo Nike mengalami peningkatan nilai disebabkan produk dan

pemasaran Nike, atau Mickey Mouse dan Donald Duck sekarang secara

universal diakui sebagai symbol Disney. Di sini tidak ada transaksi spesifik

yang telah terjadi.

31

Financial Accounting Standards Board, Statement of Financial Accounting Concepts No. 6, “Elements of Financial Statements. Norwalk, CT: Financial Accounting Standards Board, 1985, paragraph 25. 32

Amer dan teman-teman, sebagaimana dikutip dalam Johnson, T., dan Kimberly Petrone, The FASB Cases on Recognition and Measurement, Second Edition, Norwalk, CT: Financial Accounting Standards Board, 1995, halaman 85.

Page 37: Metode dcf dalam penilaian aktiva tak berwujud untuk tujuan transfer pricing (draf kasar)

www.futurumcorfinan.com

Page 37

Terkait dengan biaya riset dan pengembangan (R&D), perusahaan-perusahaan

besar secara kontinyu berusaha untuk meningkatkan lini produk mereka,

mengembangkan produk-produk baru, meningkatkan metode manufaktur dan

mengembangkan fasilitas pabrikasi yang telah ditingkatkan. Biaya-biaya terkait

kegiatan R&D dapat merupakan biaya-biaya yang tidak akan pernah memberikan

manfaat di masa mendatang. Banyak akuntan melihat bahwa menentukan apakah

ketidakpastian di sekitar penentuan apakah biaya-biaya R&D akan memberikan

manfaat di masa mendatang dan kapan manfaat-manfaat itu akan terealisasi,

menjadi terlalu subyektif dan tidak dapat diandalkan.

SFAS No. 2 mewajibkan semua biaya-biaya R&D untuk dibebankan pada saat

terjadinya.

Untuk membedakan biaya-biaya R&D dari biaya-biaya lainnya, FASB memberikan

definisi sebagai berikut:

research is planned search or critical investigation aimed at discovery of

new knowledge with the hope that such knowledge will be useful in

developing a new product or service or new process or technique or in

bringing about a significant improvement to an existing product or process.

development is the translation of research findings or other knowledge

into a plan or design for a new product or process or for a significant

improvement to an existing product or process whether intended for sale or

use. It includes the conceptual formulation, design and testing of product

alternatives, construction of prototypes, and operation of pilot plants. It

does not include routine or periodic alterations to existing products,

production lines, manufacturing processes, and other ongoing operations

even though these alterations may represent improvements and it does not

include market research or market testing activities33.

Karena banyak biaya-biaya yang mempunyai karakteristik sama dengan biaya R&D,

FASB juga mencantumkan daftar aktivitas yang termasuk dan tidak termasuk di

dalam kategori biaya R&D sebagai berikut:

33

Financial Accounting Standards Board, Statement of Financial Accounting Standards No. 2, “Accounting for Research and Development Costs” (Stamford, CT: FASB, 1974) paragraph 8.

Page 38: Metode dcf dalam penilaian aktiva tak berwujud untuk tujuan transfer pricing (draf kasar)

www.futurumcorfinan.com

Page 38

Kegiatan Riset dan Pengembangan Kegiatan yang bukan merupakan riset

dan pengembangan

Riset laboratorium yang ditujukan untuk

menemukan pengetahuan baru (new

knowledge)

Lanjutan engineering dalam tahap yang

awal dari kegiatan komersial

Mencari penerapan dari temuan riset

yang baru

Pengendalian kualitas selama produksi

komersial termasuk pengujian rutin

Penyusunan konseptual dan desain dari

produk yang mungkin atau alternatif

proses

Mengatasi gangguan (breakdown)

selama produksi

Pengujian dalam mencari atau evaluasi

alternative produk atau proses

Usaha-usaha rutin dan sedang

berlangsung untuk memperbaiki,

memperkaya, atau meningkatkan

kualitas suatu produk yang ada

Modifikasi desain suatu produk atau

suatu proses

Menyesuaikan suatu kapabilitas yang

ada ke dalam persyaratan tertentu atau

kebutuhan tertentu pelanggan

Desain, konstruksi, dan pengujian

prototype pre-produksi dan model

Perubahan design secara periodic

terhadap produk-produk yang ada

Desain peralatan, jigs, cetakan, dies

melibatkan teknologi baru

Desain rutin atas peralatan, jigs, cetakan,

dan dies

Desain, konstruksi, dan operasional dari

pabrik contoh (pilot plant) yang tidak

berguna untuk produksi komersial

Kegiatan, termasuk desain dan

konstruksi engineering, terkait dengan

konstruksi, relokasi, pengaturan ulang,

atau start-up fasilitas atau peralatan

Aktivitas engineering yang dibutuhkan

untuk memajukan desain suatu produk

memasuki tahap produksi

Ijin kerja atas aplikasi patent, penjualan,

lisensi, atau litigasi

IAS No. 38, “Intangible Assets” diterapkan kepada semua aktiva tidak berwujud yang

tidak diatur secara khusus oleh International Accounting Standards yang lain. IAS No.

38 secara khusus berlaku atas pengeluaran yang berhubungan dengan iklan,

pelatihan, start-up, dan kegiatan-kegiatan riset dan pengembangan (R&D).

Page 39: Metode dcf dalam penilaian aktiva tak berwujud untuk tujuan transfer pricing (draf kasar)

www.futurumcorfinan.com

Page 39

Secara khusus, IAS No. 38 menunjukkan bahwa suatu aktiva tidak berwujud wajib

diakui mula-mula pada biaya perolehan (at cost), dalam laporan keuangan, jika ia

memenuhi 3 persyaratan :

1. Aktiva tersebut memenuhi definisi aktiva tidak berwujud. Terutama, terdapat

aktiva yang dapat diidentifikasi (identifiable) yang dikendalikan (controlled)

dan dapat secara jelas dibedakan (distinguishable) dari goodwill perusahan.

2. Adalah mungkin bahwa manfaat ekonomis di masa mendatang (future

economic benefits) yang timbul (attributable) dari aktiva tersebut akan

mengalir kepada perusahaan.

3. Biaya aktiva dapat diukur secara andal.

Persyaratan di atas berlaku apakah suatu aktiva tidak berwujud diperoleh secara

eksternal (externally acquired) atau dihasilkan secara internal (internally generated).

Jika suatu item intangible tidak memenuhi baik definisi maupun kriteria untuk

pengakuan aktiva tidak berwujud, biaya-biaya yang timbul akan dibebankan pada

laporan laba rugi. Semua pengeluaran atas riset akan dibiayakan langsung sebagai

beban tahun berjalan, dan intangible yang dihasilkan secara internal seperti goodwill

tidak dapat diakui sebagai aktiva (? - cek lagi).

Sesudah pengakuan awal dalam laporan keuangan, IAS No. 38 menunjukkan bahwa

suatu aktiva tidak berwujud wajib diukur menggunakan satu dari dua perlakuan:

1. Perlakuan benchmark : biaya historis dikurangi amortisasi dan kerugian

penurunan nilai.

2. Perlakuan alternative yang diperbolehkan : nilai revaluasi (berdasarkan nilai

wajar (fair value)) dikurangi amortisasi dan kerugian penurunan nilai

selanjutnya.

Perbedaan utama perlakuan revaluasi aktiva tetap sebagaimana diatur dalam IAS

No. 16, “_________________” adalah bahwa revaluasi aktiva tidak berwujud

diperbolehkan hanya jika nilai wajar dapat ditentukan dengan mengacu kepada

pasar aktif (active market), dan pasar aktif sendiri diharapkan jarang ditemukan

untuk aktiva tidak berwujud.

Apakah intangible atas mana royalti dibayar wajib tercatat di laporan keuangan

licensor?

Page 40: Metode dcf dalam penilaian aktiva tak berwujud untuk tujuan transfer pricing (draf kasar)

www.futurumcorfinan.com

Page 40

Bagaimana kalau aktiva tersebut mengalami penurunan nilai, apakah ini berakibat

pada royalti? Mengingat IAS No. 39 (?) mewajibkan bahwa kerugian penurunan nilai

diakui untuk aktiva keuangan (?) yang nilai yang dapat dipulihkan (recoverable

amount) kurang dari nilai tercatat (carrying amount).

Contoh:

A Ltd. di Negara AAA berhasil me-paten-kan (?) karton plastik, yang telah diproduksi

dan dipasarkan untuk 5 tahun dan menghasilkan laba. Paten yang satu mencakup

proses produksi dan paten yang lain mencakup produk yang terkait.

Paten tersebut mewakili terobosan yang signifikan dalam industry dalam 20 tahun

terakhir. Produk-produk yang dihasilkan telah dipasarkan menggunakan trademark

teregistrasi (registered trademark) menggunakan nama Technoc, Bauxnoc dan

Dealnoc.

Lisensi atas paten tersebut telah diberikan ke beberapa pabrikan di berbagai negara

dan A Ltd. memperoleh royalti yang besar dari lisensi tersebut.

Apakah paten dapat dicatat menggunakan metode “discounted value of expected net

royalty receipts” (metode nilai diskonto dari penerimaan royalti bersih)?

Paten tidak dapat dicatat menggunakan metode di atas, dengan demikian, royalti

tidak dapat dikaitkan dengan pencatatan? Dapat dalam konteks untuk transfer?

Definisi aktiva

Ketika akuntan telah memastikan bahwa suatu aktiva telah diakui berdasarkan

definisi di atas, isu berikutnya adalah bagaimana menilai aktiva tersebut.

Model-model valuasi

Sejalan waktu, dua model (school of thoughts) valuasi yang berbeda, mengenai nilai

apa yang akan diasosiasikan dengan suatu aktiva telah berkembang, yaitu:

1. Model input

2. Model output

Model Input

Model input mendukung penilaian aktiva yang mencerminkan ukuran jumlah

pembayaran yang digunakan atau penting untuk memperoleh aktiva (misalnya, untuk

mencerminkan harga input atau akuisisi).

Page 41: Metode dcf dalam penilaian aktiva tak berwujud untuk tujuan transfer pricing (draf kasar)

www.futurumcorfinan.com

Page 41

Dua pendekatan untuk menerapkan model input adalah sebagai berikut:

Biaya historis

Aktiva dinilai pada harga original yang perusahaan bayar untuk memperoleh

aktiva pada transaksi atau pertukaran berdasarkan prinsip kewajaran dan

kelaziman usaha (arm’s-length). Pada umumnya, nilai awal terkait dengan

aktiva tidak berubah sampai aktiva tersebut dilepas (disposed) atau

dikeluarkan (removed) dari perusahaan. Keunggulan yang utama terhadap

pendekatan ini adalah bahwa ia obyektif, dapat diperiksa dan mencerminkan

nilai perolehan kepada perusahaan. Kelemahannya adalah bahwa biaya

dapat menjadi outdated seiring dengan perubahan di pasar untuk aktiva.

Replacement cost atau current cost

Aktiva dinilai menurut apa yang diperlukan hari ini untuk memperoleh aktiva

atau jasa tersebut. Keunggulan pendekatan ini adalah ia mencerminkan

ukuran terbaik dari nilai kini untuk perusahaan.

Model Output

Model output mendukung konsep penilaian didasarkan nilai pertukaran atau konversi

yang mencerminkan ukuran pembayaran yang akan diterima di masa mendatang

dari aktiva. Pendekatan ini mem-fokuskan pada manfaat yang terkait dengan aktiva.

Empat pendekatan yang dapat diimplementasikan:

Nilai kini (present value)

Pendekatan ini menilai aktiva pada nilai kini dari penerimaan arus kas di

masa mendatang yang terkait dengannya. Ia mencerminkan penyederhanaan

(abstraksi) yang berguna, tetapi sering tidak praktis untuk banyak aktiva34.

Current Selling Price

Pendekatan ini menilai aktiva pada harga dimana aktiva tersebut pada saat

ini ditawarkan di pasar. Jika nilai jual dikurangi untuk biaya menyelesaikan

34

SFAC No. 7, “Using Cash Flow Information and Present Value in Accounting Measurements.” SFAC No. 7 memberikan prinsip umum mengenai penggunaan nilai kini dalam akuntansi, terutama pada saat ketidakpastian ada, dan pemahaman yang umum mengenai tujuan penggunaan nilai kini sebagai pengukur akuntansi.

Page 42: Metode dcf dalam penilaian aktiva tak berwujud untuk tujuan transfer pricing (draf kasar)

www.futurumcorfinan.com

Page 42

penjualan, ini akan dinamakan current net realizable value. Namun demikian,

current selling price hanya berlaku untuk aktiva-aktiva yang akan dijual (held

for sale) atau ditawarkan di pasar. Pendekatan ini bermanfaat karena ia

mempunyai fokus ke depan (future focus). Current selling price hanya relevan

kalau aktiva tersebut tidak akan dimiliki atau dikendalikan sampai dengan

masa akhirnya(?).

Liquidation Value

Pendekatan ini mengukur aktiva berdasarkan pada apa yang perusahaan

dapat terima dari penjualan yang dipaksakan (forced sale) pada harga yang

lebih rendah dari harga pasar. Harga ini dapat jadi tidak relevan bagi

perusahaan-perusahaan yang memiliki kelangsungan usaha (going

concerns).

Expected Value

Johnson dan teman-teman menyarankan penggunaan nilai yang diharapkan

dalam akuntansi untuk memenuhi tujuan penyediaan informasi yang berguna

tentang jumlah, timing, dan ketidakpastian dari arus kas bersih prospektif

dalam beberapa situasi35.

Nilai yang diharapkan mempertimbangkan semua hasil yang mungkin terkait dengan

kejadian dan memberikan bobot pada masing-masing kejadian berdasarkan

probabilitas terjadinya. Pendekatan ini tidak sering digunakan dalam akuntansi.

Apakah adanya pasar sekunder akan mempengaruhi jawaban?

Jawabannya adalah tidak. Kecuali aktiva dibeli untuk dijual lagi di pasar sekunder,

adanya harga di pasar sekunder tidak relevan dalam situasi ini karena tujuannya

bukan untuk dijual kembali (resell). Keberadaan nilai pasar tidak dengan sendirinya

menyebabkan sesuatu itu menjadi aktiva.

Probabilitas adalah juga kata kunci, jika tingkat probabilitas-nya sedemikian rendah,

maka dapat juga diartikan bahwa tidak tepat untuk menilai aktiva pada harga yang

lebih tinggi dari nihil.

35

Johnson, T., Barry Robbins, Robert Swieringa, dan Roman Weil, “Expected Values in Financial Reporting.” Accounting Horisons (December 1993): hal 77-90.

Page 43: Metode dcf dalam penilaian aktiva tak berwujud untuk tujuan transfer pricing (draf kasar)

www.futurumcorfinan.com

Page 43

Kalau ada perbandingan harga:

1. Biaya historis (US$150)

2. Current selling price di pasar sekunder (nilai pasar wajar) US$90

3. Nilai yang diharapkan US$100 (probabilitas x hadiah utama)

4. Tidak ada nilai, nihil

Kalau diasumsikan aktiva akan dimiliki/dikendalikan hingga masa akhirnya, maka

ada dua kemungkinan, hadiah utama atau nihil.

Nilai yang diharapkan dapat merupakan pilihan yang dipertimbangkan karena ia

memperhitungkan jumlah yang diharapkan dari hasil arus kas dan probabilitas setiap

outcome dapat ditentukan secara andal (masukkan contoh perhitungan nilai yang

diharapkan). Apakah probabilitas dapat ditentukan secara andal atau akurat?

Kalau ya dan fokus memang ke depan (future focus) maka nilai yang diharapkan

layak diperhitungkan.

INTM467200 - Establishing the arm's length price: gathering your own evidence -

Discounted cash flow models

Introduction

“A discounted cash flow model is one of the many ways in which third parties might

attempt to value intangible property”.

(terjemahan bebas: Model DCF adalah satu dari banyak cara dimana pihak ketiga

berusaha untuk menilai aktiva tidak berwujud.)

Dalam dunia komersial, metode yang sangat umum dalam menilai merek (brands)

adalah menggunakan model matematis untuk menghitung alir pendapatan yang

dapat diharapkan dari eksploitasi brand. Model ini sering digunakan untuk mencoba

menilai brand untuk tujuan penjualan (outright sale), angka yang dihasilkan wajib

memperhitungkan nilai uang sepanjang waktu (time value of money).

Contoh, Bodgit & Scarper (Plastic Tat) telah memproduksi dan menjual model rel

kereta api selama tahunan. Aktivitas tersebut selalu membawa keuntungan bagi

divisi perusahaan, tetapi, untuk mengumpulkan dana untuk membiayai suatu new

venture, diputuskan untuk menjual divisi model rel kereta. Perusahaan mengestimasi

bahwa divisi akan memproduksi laba yang tetap sebesar £10 million selama 10

tahun ke depan. Dengan demikian perusahaan akan melepaskan arus laba sebesar

Page 44: Metode dcf dalam penilaian aktiva tak berwujud untuk tujuan transfer pricing (draf kasar)

www.futurumcorfinan.com

Page 44

£100 million. Namun demikian, £10 juta yang diperoleh di tahun 1 akan lebih

berharga daripada £10 juta di tahun 10. Dengan mengestimasi bahwa £10juta tahun

depan berharga 5% lebih rendah daripada £10juta tahun ini, dan berikutnya, estimasi

dari nilai kini bersih £100juta adalah £77juta.

Kalkulasi ini dapat dilakukan menggunakan model DCF, juga dikenal sebagai model

NPV. Selain menilai brands, model DCF juga dapat digunakan untuk menghitung

royalti yang terhutang berdasarkan perjanjian lisensi.

Bagian berikut ini membicarakan bagaimana model DCF dapat digunakan dan

dihitung dan mempertimbangkan juga kerugian dari menggunakan model ini.

Informasi yang digunakan untuk menyusun model DCF

Dasar model DCF adalah product line laporan laba rugi untuk brand atau produk36.

Metode ini dapat digunakan untuk produk atau brand single atau a basket products

asalkan produknya sama.

Model menggunakan :

Proyeksi penjualan

Biaya-biaya yang terkait

Informasi di-supply oleh perusahaan (?)

Berdasarkan informasi yang tersedia pada saat perjanjian lisensi diberikan

Model dibangun di sekitar product line income statement yang memperhitungkan

semua kegiatan untuk memproduksi suatu produk, termasuk biaya-biaya terkait:

• Bahan baku

• Biaya produksi

• Pemasaran dan promosi

• Penjualan

• Distribusi

• Administrasi

• Biaya-biaya R&D yang dikeluarkan terkait langsung dengan produk

36

see INTM467160 on product line income statements

Page 45: Metode dcf dalam penilaian aktiva tak berwujud untuk tujuan transfer pricing (draf kasar)

www.futurumcorfinan.com

Page 45

Biaya-biaya untuk menemukan dan mengembangkan produk pada umumnya tidak

dimasukkan.

Secara alternative, model dapat juga berfokus pada satu aktivitas (katakan

manufaktur atau distribusi), mengalokasikan biaya-biaya dan laba yang dapat di-

atribusikan pada aktivitas lain, menggunakan metode-metode OECD misalnya resale

minus atau cost plus.

Lamanya perjanjian lisensi

Tidak ada periode minimum untuk perjanjian lisensi dimana model DCF dapat

digunakan untuk menentukan tarif royalti. Tentu saja, semakin panjang periode yang

dicakup oleh model, proyeksi penjualan dan biaya-biaya menjadi lebih terbuka untuk

dipertanyakan. Namun demikian, model DCF menjadi lebih berat ke tahun-tahun

awal, supaya proyeksi menjadi lebih andal.

Misalkan, mempertimbangkan perjanjian lisensi untuk 10 tahun diproyeksikan untuk

menghasilkan £10juta laba setiap tahun. Total laba selama periode 10 tahun adalah

£100 juta. Namun demikian, tarif diskon 10%, nilai kini bersih adalah £61.45juta.

Jika laba tahun untuk tahun 5-10 diperkirakan £12juta, maka total laba untuk periode

10 tahun £110juta, tetapi nilai kini bersih adalah hanya £66.15juta.

Untuk produk baru, atau brand yang ada sedang diluncurkan di pasar baru, akan

menjadi pertanyaan apakah suatu perjanjian lisensi yang panjang akan diberikan,

tanpa suatu break clause.

Masalah dengan tarif royalti yang sama

Model DCF didesign untuk memberikan tarif royalti yang sama sepanjang periode

model. Tapi pada umumnya, produk atau brand baru membutuhkan promosi awal

yang lebih tinggi dan usaha-usaha/pengeluaran pemasaran dan laba kemungkinan

akan rendah atau bahkan tidak ada pada tahun-tahun awal. Berdasarkan prinsip

kewajaran (kesebandingan) dan kelaziman usaha, tidak realistis untuk

mengharapkan royalti untuk dibayar selama fase start-up.

Jika model ini di-split, kemungkinan bahwa unsur untuk tahun-tahun pertama, akan

menunjukkan royalti yang minimal atau bahkan tidak ada, dan unsur untuk tahun-

tahun berikutnya akan menunjukkan tarif yang sedikit lebih tinggi daripada tarif yang

Page 46: Metode dcf dalam penilaian aktiva tak berwujud untuk tujuan transfer pricing (draf kasar)

www.futurumcorfinan.com

Page 46

seragam. Ini akan menggambarkan apa yang akan terjadi berdasarkan prinsip

kewajaran dan kelaziman usaha. Secara keseluruhan licensor dan licensee

seharusnya memperoleh alokasi laba yang sama – licensor akan mendapat

bagiannya sedikit lebih lama dalam siklus perjanjian lisensi.

Mengalokasikan laba

Menggunakan model DCF akan memberikan kita suatu nilai untuk suatu brand,

basket produk, berdasarkan laba yang kemungkinan akan dihasilkan. Bagian yang

lebih sulit adalah mengupayakan bagaimana laba seharusnya dialokasikan (at arm’s-

length?)

Umpamakan dimana suatu perusahaan induk memberikan suatu lisensi 10 tahun

kepada suatu anak perusahaan berbasiskan di Singapura untuk memproduksi dan

menjual suatu obat baru. Obat ini ditemukan oleh perusahaan induk. Pekerjaan

pengembangan dilakukan oleh perusahaan induk dan dua anak perusahaan di

Perancis dan Amerika Serikat. Bahan aktif obat diproduksi di Singapura dan

kemudian dijual kepada perusahaan grup berbasis di Swiss. Perusahaan Swiss

kemudian menjual bahan aktif kepada perusahaan distributor grup yang melakukan

produksi sekunder (mengubah bahan aktif menjadi tablet) dan kemudian menjual

obat tersebut.

Model DCF akan menghasilkan laba system untuk obat. Laba butuh untuk

dialokasikan di antara:

• Perusahaan induk (sebagai licensor)

• Anak perusahaan Amerika Serikat dan Perancis (untuk bagian mereka dalam

mengembangkan obat)

• Anak perusahaan Singapore (untuk melaksanakan produksi primer)

• Anak perusahaan Swiss (untuk acting sebagai clearing house)

• Distributor group (untuk melaksanakan produksi dan distribusi sekunder)

Perusahaan induk harus dialokasikan pada an arm’s length profit.

Secara praktik, prinsip-prinsip yang sama perlu diterapkan sama seperti

menggunakan metode profit-split.

(see INTM467160).

Page 47: Metode dcf dalam penilaian aktiva tak berwujud untuk tujuan transfer pricing (draf kasar)

www.futurumcorfinan.com

Page 47

Reservasi OECD

The OECD Transfer Pricing Guidelines mempertimbangkan model DCF mungkin

berguna dalam situasi start-up, dimana proyeksi dapat diestimasi dengan tingkat

kepastian yang wajar. Mereka mengingatkan bahwa angka diskonto, yang harus

sama dengan apa yang pihak ketiga akan setuju, akan membantu seberapa andal

model tersebut. Premi resiko industry-wide digunakan untuk menghitung angka

diskonto, adalah industry-wide. Mereka tidak membedakan antara perusahaan-

perusahaan yang berbeda, apalagi segmen –segmen bisnis. Guideline juga

memperingatkan bahwa kita akan dapat menemukan masalah-masalah dalam

mengestimasi timing relative penerimaan yang akan dimasukkan ke dalam model.

The OECD Transfer Pricing Guidelines menganjurkan bahwa model DCF

seharusnya digunakan dengan hati-hati, dan seharusnya ditambah kalau mungkin

dengan informasi yang diperoleh dari metode yang lain.

Secara khusus NPV yang dimaksud adalah NPV yang ada digunakan dalam formula

EXCEL.

Perhitungan dilakukan dengan mengambil nilai sebagai snap shot pada akhir tahun.

Dalam ringkasan berikut ini dari spreadsheet Excel, kalkulasi memperlakukan

penjualan dan harga pokok penjualan untuk setiap tahun jatuh pada akhir tahun. Ini

akan memberikan gambaran yang terdistorsi, karena penjualan dan harga pokok

penjualan terjadi sepanjang waktu dalam tahun bersangkutan, dan tidak hanya pada

satu hari pada akhir tahun.

A B C D E F G H I

1 NPV 2000 2001 2002 2003 2004 2005

2 £’m £’m £’m £’m £’m £’m £’m

3

4 Sales 417 10.0 30.0 80.0 150.0 165.0 210.0

5 Cost of

sales -137 -4.4 -13.2 -30.8 -48.2 -53.0 -59.4

6 Gross profit 280 5.6 16.8 49.2 101.8 112.0 150.6

Page 48: Metode dcf dalam penilaian aktiva tak berwujud untuk tujuan transfer pricing (draf kasar)

www.futurumcorfinan.com

Page 48

Metode alternative adalah nilai jatuh pada awal tahun

A B C D E F G H I

1 NPV 2000 2001 2002 2003 2004 2005

2 £’m £’m £’m £’m £’m £’m £’m

3

4 Sales 459 10.0 30.0 80.0 150.0 165.0 210.0

5 Cost of

sales -151 -4.4 -13.2 -30.8 -48.2 -53.0 -59.4

6 Gross profit 308 5.6 16.8 49.2 101.8 112.0 150.6

Bagaimanapun juga, ini tidak memiliki pengaruh yang besar pada tarif royalti

menggunakan model ini.

Untuk lebih tepat, rata-rata dari kedua hasil dapat dihitung, dimana penjualan dan

beban pokok penjualan terjadi secara merata sepanjang tahun.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi model DCF

Suatu model DCF seharusnya mendapat pemeriksaan dan penilaian yang tinggi.

Faktor-faktor ini adalah mereka yang perlu direview secara seksama, walaupun

secara individual, perubahannya hanya mempengaruhi sebagian kecil dari tarif

royalti. Namun secara bersama-sama, pengaruh dapat signifikan terhadap tarif

royalti.

1. Satu dari dua faktor kunci adalah keterandalan dari angka-angka yang

dimasukkan ke dalam model. Angka-angka yang digunakan adalah proyeksi yang

diperoleh dari informasi contemporaneous, dan tidak berdasarkan hasil aktual. Jadi

perlu kita lihat bagaimana data prime tersebut dihasilkan/diambil? Apakah angka

proyeksi yang digunakan sebetulnya disusun untuk tujuan lain – jika ya, bagaimana

mereka dibandingkan dengan angka proyeksi yang digunakan dalam model? Asumsi

dan estimasi apa yang telah dibuat dan berdasarkan basis apa? Walaupun kita

seharusnya tidak menggunakan “hindsight”, namun adanya hasil aktual yang

Page 49: Metode dcf dalam penilaian aktiva tak berwujud untuk tujuan transfer pricing (draf kasar)

www.futurumcorfinan.com

Page 49

berbeda secara signifikan dibandingkan dengan hasil proyeksi memberikan

gambaran bahwa proyeksi tidak terlalu robust.

2. Tujuan model adalah menghasilkan nilai kini bersih dari laba yang diharapkan dan

kemudian menghitung tarif royalti berdasarkan pada proporsi dari laba tersebut.

Laba apa yang akan dihitung oleh model tersebut? Laba dari operasi, laba sebelum

pajak atau laba sesudah pajak? Target terbaik ketika menggunakan model DCF

untuk menilai property tak berwujud adalah laba dari operasi. At arm’s length,

berdasarkan prinsip kewajaran dan kelaziman usaha, licensor dan licensee tidak

akan memperhitungkan posisi perpajakan masing-masing pihak. Laba sebelum

pajak memperhitungkan biaya bunga, item exceptional dan extraordinary.

Menggunakan laba sesudah pajak berarti mengestimasi pajak untuk semua pihak

yang terlibat. Ini dapat mengarah pada masalah lebih dari satu variable – dimana

merubah tarif royalti (variable utama) juga akan merubah pajak, menimbulkan

variable yang lain. Memperhitungkan pajak terhutang oleh licensor juga dapat

menimbulkan masalah (maksudnya apa?). Tidak merupakan hal sederhana dengan

hanya memasukkan pajak terhutang sebagai unsur biaya dalam model.

3. Faktor kunci ke-dua adalah mengalokasikan nilai kini bersih dari laba yang

diantisipasi kepada pihak-pihak yang terlibat. Prinsip-prinsip untuk mengalokasi laba

dalam model DCF adalah sama seperti mengalokasikan laba menggunakan model

profit-split37

4. Merubah angka diskonto akan mempunyai pengaruh pada model. Diskonto

dirancang untuk meng-counter dua faktor: inflasi dan premi resiko. Premi resiko

untuk brand yang sangat popular, dengan jejak rekam penjualan yang kuat, akan

relatif rendah. Untuk produk baru, atau obat baru yang belum memperoleh

persetujuan dari badan berwenang dan membutuhkan lebih banyak pengujian, premi

resiko akan lebih tinggi. Analis bisnis menggunakan angka diskonto benchmark

ketika menyusun model peramalan/forecasting. Penilaian Aktiva dan Saham memiliki

beberapa pengalaman dalam menggunakan angka diskonto dan akan dapat

memberikan masukan mengenai tarif diskonto yang akan digunakan dalam industry

tertentu. (Perhatikan OECD Reservation di atas)

37

lihat INTM467160

Page 50: Metode dcf dalam penilaian aktiva tak berwujud untuk tujuan transfer pricing (draf kasar)

www.futurumcorfinan.com

Page 50

5. Jumlah tahun yang dimasukkan dalam model turut mempengaruhi tarif royalti.

Dalam banyak kasus, lamanya perjanjian lisensi akan menentukan berapa tahun

yang akan digunakan dalam model. Ada situasi dimana meskipun hak atas suatu

produk atau brand dijual kepada afiliasi, suatu penjualan outright tidak akan terjadi

berdasarkan prinsip kewajaran dan kelaziman usaha (at arms’-length) dan

sebaliknya, perjanjian lisensi akan diberikan. Dalam kasus ini, jumlah tahun yang

dimasukkan dalam model akan diperhitungkan secara seksama. Faktor-faktor seperti

lamanya perjanjian lisensi yang dapat diperbandingkan, atau berakhirnya paten

kunci akan mempengaruhi jumlah tahun yang akan dimasukkan ke dalam model.

6. You may on occasion see very complicated models which include adjustments to

balance sheet assets and liabilities such as stock, capital expenditure, debtors and

creditors. You need to ensure that such models do not include elements of double

counting, such as including both capital expenditure and depreciation of fixed assets.

INTM467210 - Establishing the arm's length price: gathering your own evidence

- Franchise models

Menetapkan tingkat imbal hasil arm’s length untuk memberikan hak menggunakan

intangible yang berharga adalah sesuatu exercise yang kompleks. Mendapatkan

data pembanding biasanya sulit. Perusahaan-perusahaan akan kadang-kadang

menggunakan perjanjian franchise untuk mendukung tingkat royalti dalam situasi ini.

Informasi mengenai perjanjian franchise lebih tersedia.

Franchise adalah umum di dunia retail, terutama dalam sector fast food. McDonald’s

dan Burger King adalah dua dari franchise dunia yang sangat terkenal. Di luar sector

ritel, franchise kurang dikenal meskipun beberapa bisnis di sector jasa menggunakan

franchise.

Perjanjian franchise akan berlaku untuk beberapa tahun. Sebagai imbalan atas

pembayaran teratur, franchisee akan menggunakan nama bisnis dan kemungkinan

akan diberikan fasilitas pengadaan untuk barang dan jasa untuk mendukung

franchise. Fee umumnya terdiri dari dua unsur:

turnover fee untuk penggunaan brand

turnover fee untuk jasa yang disentralisasi (utamanya adalah iklan dan

promosi)

Page 51: Metode dcf dalam penilaian aktiva tak berwujud untuk tujuan transfer pricing (draf kasar)

www.futurumcorfinan.com

Page 51

Perjanjian franchise untuk brand global yang terkenal, franchisee akan membayar

fee tahunan terdiri dari jumlah untuk nama dan jumlah untuk jasa. Dalam sebuah

franchise, perusahaan membeli sebuah model bisnis yang sudah ada dan teruji.

Resiko untuk usaha bisnis yang baru harusnya lebih rendah – karena yang lain

sudah ada di sana sebelumnya dan menunjukkan bahwa model bisnisnya baik.

Semakin sukses suatu franchise, semakin pengakuan yang ada, semakin tinggi fee

franchisee kemungkinan harus membayar.

Beberapa perbedaan antara pengaturan franchising dengan pengaturan licensing:

• Perjanjian lisensi adalah bukan perjanjian franchise. Masing-masing menawarkan

hak-hak yang berbeda dan tipe yang berbeda dari hubungan dagang.

• Kasus transfer pricing akan melibatkan tarif royalti untuk bisnis start-up. Biasanya

brand atau produk sedang diluncurkan dalam suatu pasar yang baru. Tidak terdapat

bisnis yang terbukti yang telah membangun pengakuan brand.

• Bisnis franchise bekerja pada konsep dengan banyak franchisee, masing-masing

memegang satu outlet dan mencakup suatu area. Licensee beroperasi dengan cara

yang seluruhnya berbeda, yang mungkin mencakup satu negara dan mengeluarkan

tipe-tipe biaya yang berbeda.

Harus melihat fakta-fakta jika persyaratan di antara pihak-pihak yang terkait sama

dengan perjanjian atau pengaturan franchise dimana sebetulnya merupakan lisensi

penuh yang telah disetujui, karena ini akan mempengaruhi harga arm’s-length.

INTM467160 - Establishing the arm's length price: gathering your own evidence -

Establishing an arm’s length price for valuable intangible property

Menetapkan harga arm’s length untuk transaksi-transaksi yang melibatkan

intangibles adalah sulit. Terdapat beberapa point yang harus dipertimbangkan:

Is the intangible property actually worth anything?

Is the company name worth anything?

OECD Transfer Pricing Guidelines - comments on valuation of intangibles

Establishing an arm's length price when the intangibles are owned by someone else

Marketing of branded goods

Page 52: Metode dcf dalam penilaian aktiva tak berwujud untuk tujuan transfer pricing (draf kasar)

www.futurumcorfinan.com

Page 52

Example involving sale of branded products

Product line income statements

Profit split method

Profit split - variations

Does the cost of the intangibles affect the value of the intangibles?

The reward for marketing intangibles

Bundles of intangible property

Is the intangible property actually worth anything?

Semua bisnis memiliki property, yang dapat mengambil banyak bentuk. Beberapa

dari mereka sangat berharga, seperti obat baru yang dapat efektif menyembuhkan

kondisi medis yang sebelumnya tidak dapat ditangani, atau brand name yang

bernilai seperti Coca Cola. Beberapa property tidak berwujud dapat menjadi tidak

berharga. Beberapa property tidak berwujud pernah adalah revolusioner dan sangat

berharga, tetapi sekarang hanya memiliki nilai yang keci, seperti teknologi yang

digunakan untuk membuat mesin video Betamax.

Tipe yang berbeda-beda untuk intangibles dipertimbangkan lebih detil dalam

INTM464070.

Penilaian intangibles adalah area yang sulit. Dimulai dengan mempertimbangkan

point fundamental sebagai berikut:

• Pembayaran untuk apa? Apa yang dibayar?

• Apakah mungkin item-item ini dibayar pada arm’s-length?

• Mengapa suatu pihak independen membayar jumlah ini?

• Bagaimana jumlah yang dibayar mempengaruhi tingkat laba yang akan dinikmati

oleh masing-masing pihak?

• Apakah tingkat laba yang accruing untuk masing-masing pihak adalah apa yang

kita harapkan lihat di antara pihak-pihak independen?

• Apakah perusahaan membayar sesuatu yang telah ia tolong ciptakan pada tempat

pertama?

Pertimbangkan beberapa contoh tipe-tipe property tidak berwujud yang berbeda-

Page 53: Metode dcf dalam penilaian aktiva tak berwujud untuk tujuan transfer pricing (draf kasar)

www.futurumcorfinan.com

Page 53

beda dan pengeluaran yang dapat menciptakan suatu intangible yang pihak

independen akan atau tidak akan siap untuk membayar untuk menggunakan:

• Brand yang mempunyai pengakuan widespread yang dapat menghasilkan baik

volume penjualan dan harga premi.

• Paten yang akan memberikan hak eksklusif untuk mengeksploitasi proses atau

ciptaan tertentu untuk periode tertentu. Ini dapat mengarah ke obat bar dengan tidak

ada competitor, atau mungkin widget dalam suatu kaleng bir untuk memproduksi

efek bahwa itu telah ditarik dari suatu pompa. Selama periode proteksi paten,

perusahaan dapat memasarkan produk dengan mengetahui bahwa tidak terdapat

kompetitor langsung dalam pasar-pasar utama. Perusahaan dapat menghasilkan

baik volume penjualan dan dapat menentukan harga yang tinggi.

• Perusahaan multinasional yang besar dengan sejumlah toko retail di sejumlah

negara mendirikan anak perusahaan di Inggris (dimana tidak ada kehadiran

sebelumnya), dimana kemudian mendirikan toko retail di seluruh negara. Grup

menjual serangkaian kecil produk-nya sendiri, tetapi utamanya menjual barang-

barang yang memiliki brand. Perusahaan induk membebankan anak perusahan

royalti untuk menggunakan nama grup. Berdasarkan prinsip kewajaran dan

kelaziman usaha, suatu perusahaan tidak akan membayar untuk penggunaan suatu

nama yang tidak memiliki atau pengakuan yang kecil dalam Inggris.

• Suatu system komputer bespoke untuk suatu grup membantu melancarkan dan

merasionalisasi aktivitas bisnis. Sementara ia dapat memberikan manfaat berwujud

kepada anggota-anggota grup, pengeluaran tidak dengan sendirinya menciptakan

aktiva tidak berwujud yang pihak independen akan membayar suatu royalti. Suatu

pembebanan kembali (re-charge) dari biaya-biaya untuk komissioning system dari

kontraktor (independen) akan lebih tepat.

• Suatu perusahaan menggunakan sejumlah konsultan untuk memberikan masukan

untuk menetapkan tema keseluruhan dan set of values dengan mana perusahaan

dan karyawannya akan ber-operasi, baik secara internal dan dengan pelanggannya.

Sementara ini dapat memiliki beberapa manfaat tidak langsung, akan sangat sulit

untuk mencoba dan menempatkan nilai pada suatu intangibles yang diciptakan.

Akankah pihak ketiga akan membayar untuk semacam intangible?

Akan terdapat situasi dimana meskipun suatu aktiva tidak berwujud mungkin

diidentifikasi, sangat tidak mungkin bahwa seseorang akan menginginkan membayar

itu. Sebagai alternative, sebagian grup akan memiliki intangibles yang ada demikian

penting kepada bisnis bahwa mereka tidak akan dilisensikan, or jika mereka akan

Page 54: Metode dcf dalam penilaian aktiva tak berwujud untuk tujuan transfer pricing (draf kasar)

www.futurumcorfinan.com

Page 54

dilisensikan pada prinsip kewajaran dan kelaziman usaha, bentuk lisensi akan

ditandai berbeda.

Apakah nama perusahaan berharga sesuatu?

Kadang-kadang ditemui pembebanan atas penggunaan nama perusahaan.

Mula-mula harus di-identifikasi nama perusahaan dan/atau logo dan brand dimiliki

oleh perusahaan tersebut. Suatu perusahaan mungkin memiliki serangkaian besar

brand. Suatu brand biasanya terdiri dari produk (jasa) itu sendiri, brand name

bersama-sama dengan logo atau trademark yang terkait dan “packaging” untuk

brand (misalnya, suatu produk minimum dapat disajikan dalam suatu model botol

tertentu). Brand dapat tidak memiliki nilai yang segera terlihat jelas terkait dengan

suatu perusahaan. Suatu brand yang diperkenalkan kepada suatu pasar baru dapat

tidak memiliki nilai, bahkan jika itu terkenal di negara lain.

Secara kontras, suatu perusahaan dapat mempromosikan jasa atau produknya

secara dominan dengan menggunakan nama dan logo perusahaan atau mungkin

mempromosikan brand predominant melalui penggunaan nama dan logo.

Perusahaan multinasional mengembangkan nama dan reputasi mereka melalui

berbagai cara. Mungkin melalui kualitas tinggi yang eksepsional dari produk MNE

dapat membuat dan menjual – pelanggan akan memiliki suatu persepsi bahwa

apapun perusahaan memproduksi, akan memiliki kualitas yang tinggi dan bernilai

untuk dibayar lebih. MNE mungkin telah mengembangkan suatu monopoli atau

menguasai proporsi yang signifikan dari pasar, dan dengan demikian, dapat

membebankan harga yang tinggi untuk produk atau jasanya. Sebagai alternative,

MNE dapat melakukan investasi tinggi pada pemasaran, sehingga pelanggan dapat

mengasosiasikan mereka dengan produk atau jasa tertentu.

Selalu memperhatikan untuk mengklasifikasi kegiatan apa yang menghasilkan laba:

pemasaran atau kualitas innate produk. Ini akan mengarah kepada pandangan apa

imbalan arm’s length untuk kegiatan ini akan menjadi.

Siapa pelanggan akan mencerminkan mengapa suatu brand memiliki nilai. Brand

konsumen dan nama perusahaan pada umumnya dipromosikan untuk menarik

pelanggan “high street”. Suatu organisasi komersial pada sisi lainnya mungkin tidak

tertarik – mereka akan berkonsentrasi pada produk atau jasa yang sedang dijual

kepada mereka. Perusahaan associated hanya akan dibebankan untuk penggunaan

nama perusahaan jika perusahaan dapat mendemonstrasikan bahwa nama

Page 55: Metode dcf dalam penilaian aktiva tak berwujud untuk tujuan transfer pricing (draf kasar)

www.futurumcorfinan.com

Page 55

menambah nilai, apakah membebankan harga premi atau dapat mengamankan

keuntungan tertentu dalam memperoleh dan mempertahankan pangsa pasar. Harus

dipertimbangkan apakah suatu beban/charge dapat ada dari perspektif pengguna

nama, juga pemilik.

Ini dapat ditunjukkan dalam suatu kasus dimana terdapat marketing intangibles

terkait dan manfaat bisnis yang jelas yang dikaitkan dengan nama, dan produk

secara jelas memiliki nama atau logo perusahaan.

Dalam beberapa kasus, suatu beban/charge tidak akan tepat karena suatu

perusahaan associated semata-mata memperoleh manfaat incidental menjadi milik

satu MNE besar. Dalam kasus yang lain, terdapat isu-isu legal yang terkait dengan

kepemilikan suatu nama dan/atau logo. Jika untuk contohnya, anak perusahaan dari

MNE besar telah menggunakan nama dan logo perusahaan untuk 20 tahun, dan

suatu beban/charge kemudian diperkenalkan, mungkin bahwa jika pihak-pihak

adalah independen, anak perusahaan akan menantang pembayaran manapun.

Sebagai alternatif, nilai nama yang telah dibangun oleh usaha-usaha anak

perusahaan.

Jika suatu beban/charge tepat, periksa apakah tidak terdapat pembebanan/charge

untuk nama melalui transfer price barang atau jasa.

OECD Transfer Pricing Guidelines - comments on valuation of intangibles

The OECD Transfer Pricing Guidelines mendedikasikan satu bab lengkap untuk

intangibles (Bab 6), mengakui bahwa transaksi-transaksi yang melibatkan intangibles

adalah sulit untuk dinilai buat tujuan perpajakan. Disamping melihat tipe yang

berbeda-beda atas property yang tidak berwujud, Guideline juga menawarkan

nasehat untuk bagaimana menetapkan harga arm’s length pada transaksi-transaksi

yang melibatkan intangibles.

Guideline menyatakan bahwa harus diperhitungkan kedua belah pihak atas transaksi.

Menerapkan prinsip arm’s length kepada pemilik intangible berarti melihat harga

pihak independen akan bersedia menerima untuk melaksanakan transaksi. Dari

sudut pandang pihak yang membayar untuk menggunakan intangibles, pihak

independen yang bertindah pada arm’s length akan memperhitungkan nilai dan

kegunaan dari intangibles untuk bisnis mereka ketika memutuskan harga apa

mereka akan bersedia untuk membayar. Ini bukan suatu kasus dimana “one size fits

all” – suatu pihak akan bersedia untuk membayar lebih dari pada yang lain, jika

Page 56: Metode dcf dalam penilaian aktiva tak berwujud untuk tujuan transfer pricing (draf kasar)

www.futurumcorfinan.com

Page 56

mereka berpikir mereka dapat menarik manfaat lebih dari menggunakan intangibles.

Paragraf 6.20 kepada 6.22 OECD Transfer Pricing Guidelines mendiskusikan

berbagai faktor yang harus dipertimbangkan pada saat mencoba menetapkan harga

perbandingan. Mereka termasuk:

Manfaat yang mungkin timbul dari menggunakan intangibles

Nature dari hak-hak (terutama dalam kaitannya dengan paten)

Pasar dan biaya-biaya yang mungkin akan dibutuhkan untuk memproduksi

dan memasarkan produk yang menggunakan intangibles.

Aplikasi dari berbagai metodologi pricing OECD dibicarakan dalam INTM463000:

• Comparable uncontrolled price – perbandingan internal, jika tersedia, akan

memberikan CUP yang sesuai. Perjanjian antara pihak-pihak independen dapat juga

memberikan guide meskipun akses kepada informasi semacam ini mungkin sulit.

• Resale minus method – dapat berguna untuk pricing penjualan barang-barang

memasukkan trademark, atau trade intangibles seperti manufacturing know-how.

Dimana aktiva tak berwujud ditransfer berdasarkan perjanjian lisensi kepada pihak

connected adalah di-sub-lisensikan kepada pihak yang independen, metode resale-

minus dapat secara potensial digunakan untuk mencoba dan menetapkan harga

lisensi tersebut.

• Profit split – dalam hal-hal melibatkan intangible yang sangat bernilai dimana tidak

ada CUP tersedia, metode profit split mungkin relevan, karena metodologi yang lain

akan menjadi sulit untuk diterapkan.

Establishing an arm's length price when the intangibles are owned by someone else

Kemungkinan akan ditemui kasus dimana intangibles dimiliki orang lain, tetapi

sedang digunakan oleh perusahaan grup di UK. Skenario yang sangat mungkin

adalah pemasaran branded goods dan produksi produk menggunakan intangibles

semacam paten dan secret know-how, dan penyediaan jasa.

Suatu perusahaan dapat dibebankan untuk menggunakan intangibles dalam

berbagai cara. Misalnya:

1. Royalti mungkin terhutang berdasarkan perjanjian lisensi. Ini lebih mungkin untuk

bisnis manufaktur atau sebuah bisnis menyediakan jasa. Kemungkinan lebih kurang

untuk melihat royalti dibayar bisnis distribusi/pemasaran atau bisnis menjual barang-

barang retail.

Page 57: Metode dcf dalam penilaian aktiva tak berwujud untuk tujuan transfer pricing (draf kasar)

www.futurumcorfinan.com

Page 57

2. Turnover-based fee, mirip dengan royalti mungkin dibayar, mungkin oleh suatu

bisnis menjual jasa-jasa (misalnya hotel)

3. Harga pembelian untuk branded goods. Bisnis yang mendistribusikan dan/atau

memasarkan branded goods kemungkinan membayar harga premium kepada

manufaktur. Pemilik brand akan menerima imbalannya dalam bentuk royalti dari

pabrikan.

Pemasaran branded goods

Dalam istilah umum, suatu pihak independen akan hanya membayar untuk

menggunakan sesuatu jika ia akan memperoleh manfaat dari menggunakan tersebut.

Sekalipun demikian, sering tidak terbantahkan bahwa suatu afiliasi sedang

menggunakan, katakana, suatu brand name dan pada arm’s length jika

menggunakan sesuatu yang dimiliki oleh seseorang lain kita harus membayar untuk

itu. Apa yang dibayar, kemungkinan tergantung pada nilai brand name tersebut. Ini

tentu saja tidak bernilai apa-apa jika tidak dapat diperoleh laba dari penggunaannya.

Lebih lanjut, jika kita telah menciptakan atau membantu menciptakan brand value

pertama kali di teritori kita (melalui pengeluaran pemasaran dan iklan) ini akan

mempengaruhi jumlah yang kita bersedia bayar untuk menggunakan brand tersebut.

Pihak independen akan enggan untuk menciptakan nilai brand pertama kali jika

seseorang telah memiliki brand tersebut.

Pertimbangkan suatu situasi dimana suatu perusahaan membayar suatu royalty atau

suatu premi melalui harga pembelian, untuk suatu brand consumer yang dimiliki oleh

suatu afiliasi ketika brand tersebut mempunyai nilai sebagian besar karena usaha-

usaha licensee pertama kali. Sebagai contoh,

Suatu perusahaan induk luar negeri meregistrasikan nama brand yang baru dalam

suatu tax shelter. Brand adalah baru dan untuk itu bernilai nihil. Anak perusahaan

UK mulai memproduksi dan menjual di bawah brand name. Tidak ada yang spesial

mengenai produk-produk – hanya brand name dan kemasan yang membedakan

produk (bandingkan dengan suatu produk yang mempunyai nilai intrinsic yang

disebabkan oleh kualitas). Untuk mempromosikan penjualan, perusahaan UK

mengeluarkan biaya iklan dan pemasaran. Produk-produk adalah suatu sukses

penjualan yang spectacular. Untuk mempertahankan penjualan, pengeluaran

pemasaran tetap berlangsung.

• Apakah suatu royalti akan terhutang dan pada titik mana?

Page 58: Metode dcf dalam penilaian aktiva tak berwujud untuk tujuan transfer pricing (draf kasar)

www.futurumcorfinan.com

Page 58

• Mengapa suatu pihak independen mau membayar suatu royalti untuk

menggunakan sesuatu yang awalnya tidak mempunyai nilai?

• Bahkan ketika suatu brand mulai untuk menjadi bernilai, mengapa pihak

independen akan membayar untuk menggunakannya ketika nilai telah ditimbulkan

semata-mata oleh usahanya sendiri?

• Mengapa pihak independen mau menciptakan suatu brand yang tidak ia miliki dan

mengambil resiko bahwa di masa depan pemilik brand mungkin mencegahnya dari

menggunakan brand?

Pemilik brand akan mengatakan bahwa kepemilikan yang memberikan hak untuk

suatu imbalan disebabkan secara legal brand milik tersebut dan orang lain sedang

menggunakannya. Jawabannya adalah bahwa dalam dunia riil, perusahaan UK akan

mungkin telah menggunakan brand miliknya sendiri dan bukan brand yang dimiliki

oleh orang lain.

Ada situasi dimana meskipun terdapat pengeluaran promosi yang tinggi, konsumen

tidak memperhatikan brand dan tidak siap untuk membayar harga premi. Jika

perjanjian lisensi memperbolehkan UK untuk secara potensial untuk memperoleh

proporsi yang signifikan dari laba premi yang diharapkan, dan model bisnis tampak

wajar, kemudian kita dapat mempertimbangkan pengaturan semacam pengaturan

yang arm’s-length ketika mereka dibuat. Bagaimanapun, pihak independen akan

berusaha untuk me-renegosiasi segera menjadi jelas bahwa kerugian telah timbul.

Jika suatu brand benar-benar gagal, mereka akan menarik brand tersebut. Jika itu

jelas mengambil waktu lebih panjang untuk mendirikan brand, kemudian distributor

independen akan mengharapkan persyaratan dari perjanjian untuk dimodifikasi untuk

memastikan dia dapat mulai menghasilkan laba.

Example involving sale of branded products

OECD Transfer Pricing Guideline mempertimbangkan Comparable Uncontrolled

Price (CUP) atau metode resale price dapat digunakan untuk pricing penjualan

barang-barang yang termasuk intangibles, terutama branded goods. Kemungkinan

sulit untuk memperoleh bahan kesebandingan untuk memberikan bukti untuk

memproduksi model menggunakan metode-metode ini.

Misalnya, suatu distributor, Bodgit & Scarper (Wicked Runners) Ltd, menjual trainer

mahal dari “Pull Factor” range branded, ditujukan pada pasar remaja dan menjual

Page 59: Metode dcf dalam penilaian aktiva tak berwujud untuk tujuan transfer pricing (draf kasar)

www.futurumcorfinan.com

Page 59

rata-rata £100 sepasang. Produk lebih murah untuk diproduksi; harga premi ini dapat

disebabkan oleh nilai brand. Brand ini diakui secara luas seluruh UK, disebabkan

oleh promosi yang hebat dan koneksi dengan nama dan logo Bodgit & Scarper, yang

sangat terkenal di seluruh dunia. Brand telah secara pintar dipromosikan oleh

perusahaan, dibantu oleh England tim kriket yang memenangkan seri uji 5-0 yang

terkenal dalam musim dingin sebelumnya di Australia. Tim Inggris memakai trainer

“Pull Factor” baik di dalam dan di luar lapangan untuk sepanjang tur. Brand dimiliki

oleh induk perusahaan dan trainer dibeli oleh perusahaan grup berbasis di tax

shelter menawarkan insentif untuk perusahaan-perusahaan pabrikan. Hasil dari

Bodgit & Scarper (Wicked Runners) Ltd diperlihatkan di tabel di bawah ini:

1998 1999 2000 2001 2002

£’000 £’000 £’000 £’000 £’000

Sales 50,000 80,000 110,000 130,000 140,000

Cost of sales 35,000 56,000 76,000 90,000 96,500

Gross profit 15,000 24,000 34,000 40,000 43,500

GPR 30.0% 30.0% 30.9% 30.8% 31.1%

Distribution 750 1,500 2,500 3,000 3,500

Promotion 4,500 6,500 7,500 8,500 9,500

Marketing and selling 7,000 11,500 16,000 19,000 20,000

Administration 2,250 3,500 6,000 7,000 7,500

Operating profit 500 1,000 2,000 2,500 3,000

OPR 1.0% 1.25% 1.8% 1.9% 2.1%

Apakah Bodgit & Scarper (Wicked Runners) Ltd memberikan imbal hasil yang

berdasarkan prinsip kewajaran dan kelaziman usaha? Perusahaan selayaknya dapat

menjelaskan bagaimana ia telah menetapkan harga transfer. Sedangkan kamu tidak

yakin pada bukti bahwa penetapan harga (pricing) adalah berdasarkan prinsip

kewajaran dan kelaziman usaha.

Cara terbaik menguji harga yang terkendali (controlled price) – harga dan

persyaratan (terms) perusahaan membayar untuk trainer – adalah melihat pada

comparable uncontrolled price (CUP). Sumber terbaik (dan mungkin satu-satunya)

adalah kesebandingan internal; apakah grup Bodgit & Scarper menjual trainer yang

sama kepada pihak independen dalam kuantitas yang sama, pasar yang sama, dan

dalam persyaratan yang sama? Meskipun ada transaksi-transaksi dimana grup

Page 60: Metode dcf dalam penilaian aktiva tak berwujud untuk tujuan transfer pricing (draf kasar)

www.futurumcorfinan.com

Page 60

menjual kepada pihak independen, persyaratan dapat sangat berbeda. Sebagai

contoh, trainer mungkin dijual kepada suatu distributor yang tidak diharapkan untuk

mendukung brand. Kecuali penyesuaian dapat dilakukan untuk menyesuaikan

perbedaan-perbedaan ini, transaksi-transaksi tersebut tidak akan banyak bermanfaat

sebagai pembanding.

CUP eksternal akan melibatkan menemukan distributor independen dengan ukuran

yang sama, menjual volume yang sama dengan trainer yang sangat mirip, ditujukan

kepada pasar remaja yang sama. Menemukan informasi seperti ini akan menjadi

sangat sulit: pihak independen seperti ini kemungkinan tidak ada. Kalau CUP tidak

dapat digunakan, untuk distributor, metode OECD yang terbaik, adalah harga resale

dengan melihat pada transaksi aktual yang perlu dibandingkan. Karena Bodgit &

Scarper (Wicked Runners) Ltd menjual barang-barang bermerek, dan secara aktif

mempromosikan barang-barang tersebut, kemudian kita perlu melihat pada

perusahaan-perusahaan independen yang menjual dan mempromosikan jumlah

yang sama dari trainer bermerek yang sama, kepada pasar remaja yang sama.

Informasi terbaik pada pesaing yang mungkin adalah Bodgit & Scarper (Wicked

Runners) Ltd. – mereka mungkin memiliki data pemasaran atas pesaing mereka

yang utama. Tim pemasaran kemungkinan memiliki informasi mengenai bagaimana

merek-merek pesaing sedang dipromosikan (sebagai contoh, mereka mungkin

mempromosikan pada trade fair yang sama, mengiklankannya pada jurnal

perdagangan yang sama, dll). Beberapa, jika tidak semua, adalah anak perusahaan

dari grup yang lain, tetapi kita mungkin menemukan suatu pihak independen. Satu

pembanding yang baik adalah lebih baik dari pada sejumlah perusahaan independen

lain yang berbeda dalam cara bagaimana hal tersebut akan mempengaruhi harga

(misalnya, distributor dari tipe barang bermerek lain, distributor di negara lain, tingkat

turnover yang berbeda signifikan, dll.).

Grup telah menyediakan data atas 16 perusahaan yang menjual barang-barang

bermerek, yang menunjukkan bahwa antara 1998 dan 2000, range inter-kuartil

antara margin bersih 1% dan 3%. Hanya data yang dapat diandalkan atas lima

perusahaan tersedia untuk menyediakan informasi pada margin kotor, sehingga

metode transactional net margin (“TNMM”) dipilih. Penelitian rinci (termasuk melihat

pada web-sites dari perusahaan-perusahaan pembanding) mengungkapkan bahwa:

• Dua perusahaan menanggung kerugian terus-menerus.

• Tiga belah perusahaan adalah di negara-negara Eropa yang lain.

• Lima perusahaan memiliki turnover kurang dari £5 juta.

Page 61: Metode dcf dalam penilaian aktiva tak berwujud untuk tujuan transfer pricing (draf kasar)

www.futurumcorfinan.com

Page 61

• Hanya empat perusahaan yang hanya menjual sepatu (footwear)

• Lima perusahaan menjual barang-barang tidak bermerek, atau barang-barang

bermerek league yang kecil.

• Satu dari perusahaan-perusahaan tersebut menjual dapur.

• Tiga perusahaan menjual barang-barang secara retail.

• Tiga perusahaan adalah tidak independen selama tahun-tahun yang di-review.

• Kita menemukan perusahaan tambahan yang tidak muncul dalam pencarian yang

dilakukan oleh grup.

Kita berkesimpulan bahwa ada dua perusahaan yang dapat dibandingkan secara

baik (satu diantaranya adalah baru ditemukan). Keduanya adalah pihak-pihak

independen UK yang mendistribusikan sepatu (footwear) bermerek, dengan omzet

antara £30 juta dan £75 juta. Keduanya mempromosikan merek yang terkenal di UK

dan keduanya disetujui oleh Bodgit & Scarper (Wicked Runners) Ltd. sebagai

pesaing mereka. Review keuangan dari kedua perusahaan mengungkapkan data

yang cukup untuk dapat membandingkan laba kotor.

Meskipun terdapat hanya dua perusahaan mereka adalah pembanding yang jauh

lebih baik. Adalah jauh lebih baik menggunakan dua perusahaan pembanding yang

tepat dibandingkan dengan sejumlah pembanding yang tidak tepat.

Penyesuaian-penyesuaian yang diajukan sebagai berikut, menggunakan laba kotor

rata-rata dari dua perusahaan pembanding untuk setiap tahun yang ditinjau:

1998 1999 2000 2001 2002

£’000 £’000 £’000 £’000 £’000

Bodgit Sales 50,000 80,000 110,000 130,000 140,000

Bodgit GPR 30.0% 30.0% 30.9% 30.8% 31.1%

Average GPR of comparable

companies

34.2% 33.9% 34.7% 34.5% 35.0%

Bodgit gross margin 15,000 24,000 34,000 40,000 43,500

Adjusted gross margin 17,100 27,120 38,170 44,850 49,000

Operating profit 500 1,000 2,000 2,500 3,000

OPR 1.0% 1.25% 1.8% 1.9% 2.1%

Adjusted op. Profit 2,600 4,120 6,170 7,350 8,500

Adjusted OPR 5.2% 5.1% 5.6% 5.7% 6.1%

Seumpama sebaliknya tidak terdapat data-data yang cukup atas perusahaan-

Page 62: Metode dcf dalam penilaian aktiva tak berwujud untuk tujuan transfer pricing (draf kasar)

www.futurumcorfinan.com

Page 62

perusahaan pembanding untuk memproduksi model resale price. Dalam hal ini,

kemudian hasil margin bersih dari dua perusahaan pembanding dapat menjadi

pembanding yang lebih baik untuk menetapkan margin berdasarkan prinsip

kewajaran dan kelaziman usaha.

Bagaimana bila kita tidak dapat menemukan perusahaan-perusahaan pembanding

yang menjual dan mempromosikan trainer bermerek? OECD Guideline

menyarankan bahwa, dalam situasi ini, salah satu cara untuk menetapkan harga

yang prinsip kewajaran dan kelaziman usaha adalah dengan melihat pada distributor

independen yang menjual trainer yang tidak bermerek. Jika perbedaan antara

keduanya adalah hanya adanya merek, adalah mungkin untuk melakukan

penyesuaian-penyesuaian terhadap pembanding sehingga dapat digunakan untuk

menetapkan arm’s length price untuk keadaan yang terkendali (controlled provision).

Sebagai alternative, kita dapat mempertimbangkan perusahaan-perusahaan yang

berfungsi sama meskipun mereka menjual produk yang berbeda.

Pertimbangkan informasi dari tabel di bawah ini, yang merupakan ringkasan untuk

Soleless Shoes Ltd., suatu distributor sepatu (termasuk sepatu untuk atlit) di seluruh

UK, yang memulai perdagangan pada waktu kira-kira sama seperti Bodgit & Scarper

(Wicked Runners) Ltd. Sementara beberapa sepatu bermerek dijual, ini adalah

merek-merek consumer yang kurang berhasil.

1998 1999 2000 2001 2002

£’000 £’000 £’000 £’000 £’000

Sales 70,000 75,000 80,000 85,000 90,000

Cost of sales 52,000 55,000 61,000 63,000 67,000

Gross profit 18,000 20,000 19,000 22,000 23,000

GPR 25.7% 26.7% 23.8% 25.9% 25.6%

Distribution 2,500 2,750 2,800 3,200 3,400

Marketing and selling 9,000 10,000 9,500 11,000 11,500

Administration 5,000 5,250 5,200 5,600 6,100

Operating profit 1,500 2,000 1,500 2,200 2,000

OPR 2.1% 2.7% 1.9% 2.6% 2.2%

Page 63: Metode dcf dalam penilaian aktiva tak berwujud untuk tujuan transfer pricing (draf kasar)

www.futurumcorfinan.com

Page 63

Dengan demikian Soleless Shoes Ltd menghasilkan rata-rata margin kotor sebesar

25,5% dan margin operasional rata-rata sebesar 2,3%. Sebagai pembanding, Bodgit

& Scarper menghasilkan margin kotor rata-rata sebesar 30,6% dan margin

operasional rata-rata sebesar 1,6%.

Isu yang utama adalah apakah kita dapat menghasilkan penyesuaian kepada hasil-

hasil Soleless Shoes Ltd. untuk menghasilkan pembanding yang baik. Tampaknya

tidak mungkin.

Margin kotor untuk Bodgit & Scarper adalah lebih tinggi dan perusahaan dapat

berargumentasi bahwa harga yang dibebankan oleh pabrikan adalah jelas-jelas

arm’s-length – walaupun sebetulnya mereka membayar lebih banyak (apakah arm’s-

length principle = fair value?). Bagaimanapun terdapat suatu alasan mereka margin

kotor menjadi lebih tinggi; ingat mereka menjual trainer premi yang mahal. Margin

kotor mungkin berbeda untuk barang bermerek dan tidak bermerek.

Pertimbangkan contoh di bawah ini yang menunjukkan laporan laba-rugi mini untuk

pabrikan, distributor dan retailer untuk dua pasang trainers, satu bermerek dijual di

toko-toko untuk £100, yang tidak bermerek dijual £60. Keduanya memiliki biaya yang

sama untuk diproduksi – pabrikan membayar royalti 15% (dihitung dari harga retail

yang direkomendasikan) atas trainer yang bermerek. Jika distributor menjual kedua

trainer dan menghasilkan tingkat margin kotor yang sama yaitu sebesar masing-

masing 30%, kemudian distributor akan tidak mungkin untuk memiliki margin yang

memadai untuk menutupi biaya-biaya promosi tambahan yang timbul untuk trainer

bermerek. Pabrikan akan sebaliknya menghasilkan laba yang berdasarkan prinsip

kewajaran dan kelaziman usaha diberikan kepada distributor. Contoh menunjukkan

bahwa margin kotor dapat sangat berbeda dalam tipe skenario ini dan bahwa adalah

tidak tepat untuk mengambil margin kotor yang dihasilkan oleh Soleless Shoes Ltd.

sebagai suatu pembanding untuk model resale price.

Page 64: Metode dcf dalam penilaian aktiva tak berwujud untuk tujuan transfer pricing (draf kasar)

www.futurumcorfinan.com

Page 64

Distributor

GPR the

same on

both

branded

and

unbranded

goods

Distributor

GPR

greater on

branded

goods

Branded Unbranded Branded Unbranded

£100 £60 Retail price £100 £60

£60 £30 Retail cost of

sales £60 £30

£35 £28 Retail other

expenses £35 £28

£5 £2 Retail net

profit £5 £2

£60 £30 Distributor

price £60 £30

£42 £21 Distributor

cost of sales £36 £21

£18 £9 Distributor

gross profit £24 £9

30% 30% Distributor

GPR 40% 30%

£8 £8

Distributor

costs of

transport,

£8 £8

Page 65: Metode dcf dalam penilaian aktiva tak berwujud untuk tujuan transfer pricing (draf kasar)

www.futurumcorfinan.com

Page 65

Distributor

GPR the

same on

both

branded

and

unbranded

goods

Distributor

GPR

greater on

branded

goods

sales and

administration

£12 - Distributor

promotion £12 -

(£2) £1 Distributor net

profit £4 £1

£42 £21 Manufacturer

price £36 £21

£20 £20 Manufacturer

costs £20 £20

£15 Royalty £15

£7 £1 Manufacturer

net profit £1 £1

Dinamika dari suatu kasus riil menjadi sangat kompleks. Barang-barang bermerek

kemungkinan lebih tinggi dalam mutu atau memasukkan fitur-fitur yang telah

dipatenkan atau baru (novel) dan dengan demikian lebih mahal untuk diproduksi.

Terdapat biaya-biaya promosi dan biaya-biaya untuk mempertahankan brand. Biaya-

biaya retail dapat lebih tinggi (misalnya, menjual barang-barang dari lokasi jalan

yang prestisius). Biaya-biaya produksi, pemasaran dan penjualan barang-barang

bermerek dapat menjadi lebih tinggi pada semua point sepanjang mata rantai (chain)

dibandingkan barang-barang tidak bermerek. Potensi laba lebih tinggi untuk barang

bermerek, tetapi unsur premi dalam laba akan dibagi sepanjang chain. Sekalipun

Page 66: Metode dcf dalam penilaian aktiva tak berwujud untuk tujuan transfer pricing (draf kasar)

www.futurumcorfinan.com

Page 66

demikian, beberapa akan layak memperoleh bagian yang lebih besar dibandingkan

yang lain.

Dalam hal ini Bodgit & Scarper (Wicked Runners) Ltd. memperoleh margin bersih

yang lebih rendah dibandingkan Soleless Shoes Ltd., meskipun melakukan aktivitas

promosi tambahan. Pada saat ini, kita mengetahui sangat kecil mengenai apa yang

terjadi dalam supply chain Bodgit & Scarper di bawah distributor. Trainers diproduksi

oleh perusahaan grup dalam tax shelter dan mungkin pabrikan, sementara

kemungkinan membayar royalti kepada perusahaan induk, juga menghasilkan lebih

dari laba arm’s length.

Kita menetapkan bahwa pabrikan grup menghasilkan laba operasional rata-rata

sebesar 10% dan induk perusahaan menerima royalti dari pabrikan yang kurang

lebih sama denga 6% dari harga jual yang ditetapkan oleh Bodgit & Scarper (Wicked

Runners) Ltd. Sebagai contoh pada tahun 1998, Bodgit & Scarper (Wicked Runners)

Ltd. menghasilkan laba sebesar £2 juta, pabrikan mencetak laba £7,6juta (£76 juta

penjualan barang ke UK pada margin operasional 10%) dan induk perusahaan

menerima royalti £6,6juta. Ini menunjukkan bahwa sementara setiap orang dalam

grup Bodgit & Scarper mencetak laba atas trainers, Bodgit & Scarper (Wicked

Runners) Ltd. tidak sebaik seperti lainnya.

Escola laba jelas ada. Kita harus me-review bagaimana laba ini akan terjadi antara

para pihak independen.

Unsur “premi” dalam laba atas barang bermerek dapat diperoleh berdasarkan prinsip

kewajaran dan kelaziman usaha oleh seseorang yang memiliki kepemilikan

ekonomis atas marketing intangibles terkait dengan merek. Intangibles ini dapat

mencakup hal-hal seperti brand name, logo, trademarks, strategi pemasaran, daftar

pelanggan, dll. Adalah mungkin untuk seseorang untuk memiliki beberapa marketing

intangibles dan orang lain memiliki intangibles sisanya.

Perusahaan induk memiliki marketing intangible yang signifikan dalam hal ini – brand

name, tetapi Bodgit & Scarper (Wicked Runners) Ltd jelas telah membangun dan

mempertahankan merek. Mereka telah mengeluarkan biaya-biaya promosi yang

besar dan mungkin telah membangun organisasi pemasaran yang efisien dan

termotivasi dengan baik.

Pengeluaran untuk membangun dan mempertahankan suatu mereka tidak pada

umumnya memberikan hak apapun kepada kepemilikan hukum atas marketing

Page 67: Metode dcf dalam penilaian aktiva tak berwujud untuk tujuan transfer pricing (draf kasar)

www.futurumcorfinan.com

Page 67

intangibles semacam brand name atau logo. Bagaimanapun juga, hukum HAKI

adalah rumit, dan hukum yang berbeda diterapkan untuk tipe intangibles yang

berbeda-beda. Adalah mungkin untuk seseorang menyatakan klaim atas property

tidak berwujud tertentu jika pemilik hukum tidak melakukan apapun untuk

mempertahankan hak atas intangibles tersebut.

Bodgit & Scarper (Wicked Runners) Ltd mungkin tidak memiliki brand name. Tetapi

ia mungkin memiliki marketing intangibles yang lain dan mengeluarkan sejumlah

besar setiap tahun mempromosikan merek. Pihak ketiga akan mengharapkan

imbalan untuk usaha ini. Menciptakan suatu merek relative tidak mahal. Membangun

kesadaran merek dan mempertahankan mereka adalah jauh lebih mahal dan

melibatkan pengeluaran terus-menerus dari tahun ke tahun. Beberapa mereka

mempunyai usia shelf yang panjang, contohnya Coca-Cola. Merek lain mempunyai

usia yang lebih terbatas. Beberapa merek dapat bertahan, tetapi produk-produk

tertentu dipasarkan menggunakan brand name dapat bertahan hanya satu atau dua

tahun. Sementara ia mungkin tidak memiliki marketing intangibles kunci, suatu pihak

independen akan tentu saja mengharapkan untuk ambil bagian dalam potensi

imbalan jika ia wajib mengeluarkan sejumlah uang besar setiap tahun untuk

mempromosikan suatu merek jika ia tidak memiliki kepemilikan legal dalamnya.

Disadari bahwa perjanjian distribusi dapat terhenti, atau bahwa appetite konsumen

untuk merek tersebut dapat menurun.

Apa yang seharusnya diharapkan oleh perusahaan UK dalam hal imbalan ini? Di

antara pihak-pihak independen, dukungan merek akan mengambil beberapa bentuk

seperti ini:

• Sejumlah produk akan disediakan gratis, untuk membantu penetrasi ke pasar.

• Produk dapat diberikan potongan harga.

• Pengeluaran promosi tertentu dapat diberikan penggantian (reimbursement), atau

diberikan pengakuan kontribusi.

• Bahan pemasaran dapat disediakan.

• Royalti (jika terhutang dalam perjanjian lisensi) dapat berkurang.

Terdapat bauran insentif. Beberapa dirancang untuk memberikan penggantian

(reimbursement) atau kontribusi. Beberapa dirancang untuk membiarkan laba

tambahan untuk mencerminkan resiko yang timbul dalam mempromosikan produk.

Mereplikasi persyaratan komersial ini bukanlah tugas yang mudah. Tergantung pada

kompleksitas kasus dan tipe industry yang kita lihat untuk mencerminkan imbalan

Page 68: Metode dcf dalam penilaian aktiva tak berwujud untuk tujuan transfer pricing (draf kasar)

www.futurumcorfinan.com

Page 68

tambahan dengan memberikan potongan harga atas pembelian, atau menimbulkan

pembebanan (recharge) untuk beberapa dari pengeluaran promosi. Kita mungkin

akan mencoba mereplikasi sejumlah persyaratan komersial yang berbeda-beda.

Periksa secara kritikal klaim apapun bahwa distributor adalah penyedia jasa, bahwa

ia dapat membebankan (recharge) kembali semua pengeluaran promosi dan

memperoleh imbalan dasar untuk kegiatan lainnya yang dilakukannya. Jika

perusahaan semata-mata agen men-outsourcing semua kegiatan promosi, kemudian

ini adalah tepat. Pada umumnya bagaimanapun juga, distributor independen yang

harus mempromosikan produk-produk mereka adalah lebih dari agen semata-mata,

dan perjanjian lisensi mereka akan mencerminkan ini, meskipun perjanjian semacam

ini akan mewajibkan licensor untuk memberikan kontribusi terhadap promosi dan

pemeliharaan merek.

Suatu pihak independen kemungkinan siap untuk mengeluarkan biaya-biaya promosi

yang besar jika terdapat kesempatan yang baik bahwa itu akan meningkatkan

penjualan dan laba. Sementara itu mungkin tidak tepat untuk menggunakan Soleless

Shoes sebagai dasar suatu pembanding, kita dapat menggunakannya sebagai suatu

contoh imbal hasil pihak independen akan hasilkan, tanpa resiko pengeluaran

promosi tambahan yang signifikan. Jika Bodgit & Scarper (Wicked Runners) Ltd

adalah independen, mereka akan mengharapkan imbalan untuk mempromosikan

merek. Perusahaan akan mengharapkan bagian dari margin laba yang lebih tinggi

dari barang bermerek yang dapat hasilkan.

Terdapat setidak-tidaknya dua cara bahwa ini mungkin dicerminkan antara pihak-

pihak yang independen (pihak yang tidak terkait?). Harga yang dibebankan oleh

pabrikan untuk trainers dapat dikurangi, meningkatkan margin kotor perusahaan.

Sebagai alternative, Bodgit & Scarper (Wicked Runners) Ltd mungkin mengharapkan

kontribusi dari induknya terhadap pengeluaran promosi, terutama jika terdapat

pengeluaran yang signifikan untuk membangun merek pada awal-awal. Dalam

praktek, kombinasi dari keduanya mungkin diterapkan. Kesulitan terletak pada

menetapkan pada tingkat potongan harga atau kontribusi seharusnya, untuk

memastikan perusahaan UK memperoleh imbalan arm’s-length. Sangat tidak

mungkin bahwa informasi apapun untuk pembanding provision (?) ada.

Kemungkinan satu-satunya untuk CUP untuk tipe-tipe transaksi semacam ini

terdapat pada transaksi-transaksi yang dapat dibandingkan secara internal (internal

comparable transactions).

Solusi yang mungkin yang lain adalah melihat pada laba yang sedang dihasilkan

Page 69: Metode dcf dalam penilaian aktiva tak berwujud untuk tujuan transfer pricing (draf kasar)

www.futurumcorfinan.com

Page 69

oleh perusahaan-perusahaan lain dalam suatu grup. Merek jelas menghasilkan laba

yang signifikan untuk grup secara keseluruhan. Ini akan mengisyaratkan bahwa

merek sangat berhasil. Bagian-bagian dari grup bertanggung jawab untuk

kesuksesan ini adalah mungkin Bodgit & Scarper (Wicked Runners) Ltd, melalui

usaha-usaha pemasaran dan promosi. Pabrikan dapat menghasilkan produk kualitas

yang baik, tetapi sifat/natur dari produk tidak mengisyarakan penggunaan

manufacturing intangibles yang berharga.

Menetapkan imbalan apa suatu pabrikan independen dari trainer bermerek akan

harapkan untuk hasilkan, dapat membantu menunjukkan bahwa dalam grup Bodgit &

Scarper, pabrikan menghasilkan laba yang berlebihan. Setelah beberapa pekerjaan

lebih mencari perusahaan manufaktur yang dapat diperbandingkan independen, kita

dapat berkesimpulan bahwa rata-rata, mereka memperoleh margin bersih sebesar

5%. Ini berarti dalam kasus ini, pabrikan Bodgit & Scarper seharusnya menurunkan

harga yang dibebankan Borgit & Scarper (Wicked Runners) Ltd sebesar setengah (ia

menghasilkan saat ini rata-rata margin operasional sebesar 10%). Ini akan

menghasilkan hasil sebagai berikut:

1998 1999 2000 2001 2002

£’000 £’000 £’000 £’000 £’000

Sales 50,000 80,000 110,000 130,000 140,000

Cost of sales 35,000 56,000 76,000 90,000 96,500

Reduction in price (1,750) (2,800) (3,800) (4,500) (4,825)

Gross profit 16,750 26,800 37,800 44,500 48,325

Operating profit 2,250 3,800 5,800 7,000 7,825

OPR 4.5% 4.8% 5.3% 5.4% 5.6%

Dalam hal ini fakta mengungkapkan bahwa pabrikan akan berdasarkan prinsip

kewajaran dan kelaziman usaha mendukung Bodgit & Scarper (Wicked Runners) Ltd

(dengan memberikan potongan harga pada produk); pabrikan tampaknya

menghasilkan laba non-arm’s length yang eksesive. Pada arm’s-length, pabrikan

akan memberikan potongan harga, bahkan jika ia tidak menghasilkan laba yang

berlebihan. Sekalipun demikian, dalam scenario seperti ini, kita perlu

mempertimbangkan secara seksama semua fakta yang ada.

Metode lain untuk meningkatkan laba Bodgit & Scarper (Wicked Runners) Ltd

terhadap jumlah arm’s-length adalah untuk mempertimbangkan kontribusi terhadap

Page 70: Metode dcf dalam penilaian aktiva tak berwujud untuk tujuan transfer pricing (draf kasar)

www.futurumcorfinan.com

Page 70

pengeluaran pemasaran dan promosi dari pemilik merek. Ini akan menjadi tambahan,

atau juga, potongan harga dari pabrikan. Pada point ini, kita akan mungkin telah

kehabisan kesempatan untuk menemukan transaksi-transaksi yang dapat

diperbandingkan, kecuali terdapat CUP internal untuk tipe pengeluaran ini. Kita akan

harus setuju dengan grup bentuk bukti apa yang mungkin membantu untuk

menentukan tingkat kontribusi suatu pihak independen akan harapkan untuk

menerima. Ini akan membutuhkan informasi mengenai manfaat apa kedua belah

pihak akan harapkan untuk menerima pada arm’s-length, dengan mengingat resiko

dan fungsi-fungsi mereka.

Tabel berikut ini menunjukkan hasil yang mungkin (sebagai ilustrasi), dimana, juga

potongan harga atas pembelian, disetujui dengan pihak pemilik merek, induk

perusahaan, akan menemui 1/3 dari pengeluaran promosi.

1998 1999 2000 2001 2002

£’000 £’000 £’000 £’000 £’000

Sales 50,000 80,000 110,000 130,000 140,000

Cost of sales 35,000 56,000 76,000 90,000 96,500

Reduction in price (1,750) (2,800) (3,800) (4,500) (4,825)

Gross profit 16,750 26,800 37,800 44,500 48,325

Contribution of 1/3 of

promotional costs 1,500 2,167 2,500 2,833 3,167

Operating profit 3,750 5,967 8,300 9,833 10,992

OPR 7.5% 7.5% 7.5% 7.6% 7.9%

Dalam hal ini, Bodgit & Scarper (Wicked Runners) Ltd memberikan hasil

menunjukkan laba dalam semua tahun. Dalam kasus lain, kita mendapatkan

Page 71: Metode dcf dalam penilaian aktiva tak berwujud untuk tujuan transfer pricing (draf kasar)

www.futurumcorfinan.com

Page 71

melibatkan pemasaran dan promosi barang-barang bermerek akan memiliki features

yang berbeda. Terdapat royalti yang terhutang oleh distributor, daripada pabrikan.

Perusahaan mungkin mengalami kerugian yang signifikan, yang outstrips

pengeluaran atas promosi dan pemeliharaan merek. Perusahaan mungkin

memproduksi dan memasarkan/mempromosikan produk-produk. Apapun situasinya,

kita harus mempertimbangkan laba apa yang akan dihasilkan oleh distributor pada

arm’s-length.

Product line income statements

Salah satu kesulitan ketika mereview suatu transaksi yang terkendali (controlled

transaction), terutama ketika mempertimbangkan metode profit split, adalah

mengisolasikan transaksi dan menetapkan fungsi apa yang memberikan nilai

sepanjang product chain. Kita mungkin menanyakan perusahaan besar yang

memproduksi dan mendistribusikan sejumlah besar produk. Kita mungkin, sesudah

mempertimbangkan fakta-fakta, memutuskan untuk mereview pricing atas produk

utama saja. Itu mungkin bahwa perusahaan-perusahaan yang berbeda dalam grup

melaksanakan aktivitas yang berbeda-beda.

Alat yang bermanfaat untuk membantu mengatasi masalah ini adalah laporan laba

rugi lini produk. Laporan laba rugi lini produk adalah laporan laba rugi untuk produk

tertentu menunjukkan bagaimana dan oleh siapa laba dihasilkan (pabrikan,

distributor, pemilik intangibles). Ini memungkinkan kita untuk meng-isolasikan hasil-

hasil dari produk tertentu, dan membandingkan laba yang dihasilkan oleh setiap link

dalam chain. Laporan laba rugi lini produk dapat juga dipersiapkan berdasarkan

proyeksi biaya dan laba.

Sebagai contoh di bawah ini, melibatkan grup, Jolly Good Sounds Plc. Grup ini

diakui secara internasional menghasilkan peralatan audio yang bagus sekali, dan

brand nama “Jolly Good” telah menerima pengakuan global. Salah satu divisi terlibat

dalam pengembangan, produksi dan pemasaran dari recordable DVD players.

Angka-angka adalah sebagai ilustrasi saja.

• Teknologi untuk membuat players dan name merek dimiliki oleh pemilik intangible,

Jolly Good Sounds Plc.

• Sub-assembly manufaktur dilakukan di Singapura, oleh Jolly Good Incentives Pte

Ltd, yang telah diberikan lisensi untuk memproduksi dan memasarkan players.

Mereka juga melakukan R&D di bidang proses, mencoba untuk meningkatkan

kualitas dan mengurangi biaya pabrikasi. Singapura membayar royalti ke Jolly Good

Page 72: Metode dcf dalam penilaian aktiva tak berwujud untuk tujuan transfer pricing (draf kasar)

www.futurumcorfinan.com

Page 72

Sounds Plc, dihitung 5% dari harga jual distributor (harga in-market).

• Pabrikasi barang jadi dilaksanakan di pasar-pasar regional – contohnya, Jolly

Good Packages GmbH melaksanakan pabrikasi barang jadi untuk region Eropa.

Semua pabrikan barang jadi di region membeli sub-assembled produk dari Jolly

Good Incentives Pte Ltd.

• Distribusi dilaksanakan di pasar lokal – contohnya Jolly Good Deals Inc

mendistribusikan dan memasarkan pemutar cakram DVD di USA dan Meksiko.

Mereka mengembangkan dan melaksanakan strategi pemasaran mereka sendiri.

Semua pemutar cakram DVD dibeli dari pabrikan barang jadi regional, seperti Jolly

Good Packages GmbH.

• Hasil dari pabrikan barang jadi regional telah di-agregasi, termasuk hasil dari

distributor lokal.

Product line External Allocation

income statement sales and

costs of profits

£'000 £'000 £'000

Jolly Good Deals

Distributors

Sales 1,000,000 1,000,000

Cost of sales 450,000

Gross profit 550,000

Distribution 50,000 (50,000)

Marketing 300,000 (300,000)

Administration 100,000 (100,000)

Net profit 100,000 100,000

Jolly Good Packages

Page 73: Metode dcf dalam penilaian aktiva tak berwujud untuk tujuan transfer pricing (draf kasar)

www.futurumcorfinan.com

Page 73

Finished goods manufacturers

Sales 450,000

Costs of goods 350,000

Raw materials 25,000 (25,000)

Factory costs 50,000 (50,000)

Gross profit 25,000

Administration 10,000 (10,000)

Net profit 15,000 15,000

Jolly Good Incentives Pte

Ltd

Sub-assembly manufacturer

Sales 350,000

Raw materials 60,000 (60,000)

Factory costs 80,000 (80,000)

Gross profit 210,000

Royalties 50,000

R & D 5,000 (5,000)

Administration 10,000 (10,000)

Net profit 145,000 145,000

Jolly Good Sounds Plc

Intangible owner

Royalties 50,000 50,000

Page 74: Metode dcf dalam penilaian aktiva tak berwujud untuk tujuan transfer pricing (draf kasar)

www.futurumcorfinan.com

Page 74

System profit 310,000 310,000

Laporan laba rugi lini produk menunjukkan laporan laba rugi mini untuk setiap dari

empat tahap yang berbeda dalam produk chain, untuk hanya pemutar cakram DVD.

Jolly Good Sounds Plc tidak punya biaya apapun karena semua pekerjaan R&D

yang mahal dan ekstensif telah dilakukan pada tahun-tahun sebelumnya. Dalam

praktiknya terdapat relative biaya berjalan yang kecil terkait melindungi IP/HAKI

seperti mendaftarkan paten dan memperbaharui trademark.

Jolly Good Sounds Plc akan menghabiskan banyak pengeluaran lainnya (seperti

R&D pada produk baru). Bagaimanapun juga, laporan laba rugi lini produk hanya

menyangkut pengeluaran terkait dengan pemutar cakram DVD.

Angka-angka berikut ini adalah transaksi lintas-negara inter-grup yang harusnya

dikenakan harga sesuai dengan prinsip arm’s-length. Angka-angka diwarnai biru

adalah penjualan kepada pelanggan pihak ketiga dan semua biaya-biaya eksternal.

Bersama-sama mereka menghasilkan laba system untuk seluruh supply chain

produk. Angka-angka warna merah menunjukkan laba individual yang dicetak oleh

berbagai perusahaan yang memberikan kontribusi kepada supply chain. Total laba

ini sama dengan laba system secara keseluruhan.

Profit split method

Dalam kasus dimana kita perlu untuk menetapkan harga arm’s-length atas transaksi

melibatkan intangibles yang sangat berharga dan kadang-kadang unik, metode profit

split dapat digunakan pada saat tidak adanya harga uncontrolled yang dapat

diperbandingkan. Ini dapat terkait mempertimbangkan harga transfer untuk

pemberian perjanjian lisensi. Terdapat dua langkah kunci yang terlibat:

1. Menghitung imbalan, pemegang intangible seharusnya menerima.

2. Mengalokasikan imbalan tersebut diantara tipe-tipe intangibles yang berbeda-beda

yang digunakan dalam pabrikasi dan pemasaran produk-produk.

Dasar untuk langkah yang pertama akan sering menggunakan laporan laba rugi lini

produk. Ini seharusnya didasarkan sejauh mungkin pada angka-angka proyeksi

untuk penjualan dan biaya-biaya yang tersedia pada saat itu. Kita harus menahan

diri dari menggunakan hindsight pada saat kita mencoba mereplikasi proses

Page 75: Metode dcf dalam penilaian aktiva tak berwujud untuk tujuan transfer pricing (draf kasar)

www.futurumcorfinan.com

Page 75

negosiasi akan terjadi diantara dua pihak-pihak independen. Ini dapat secara

potensial melibatkan mencoba mengestimasi bagaimana suatu produk akan

menghasilkan kinerja untuk sejumlah tahun.

Dalam kasus-kasus melibatkan intangibles yang berharga dan kadang-kadang unik,

pihak-pihak independen kemungkinan menjadi sangat hati-hati untuk memberikan

komitmen ke perjanjian jangka-panjang, tanpa suatu cara untuk redress ketidak-

seimbangan. Suatu klausul break (yaitu suatu review sesudah suatu jangka waktu

tertentu, tanpa opsi untuk royalti dinaikkan atau diturunkan, tergantung kinerja yang

dicapai), atau perjanjian royalti bertahap (stepped) kemungkinan alternatif yang

realistis dibandingkan perjanjian 10 atau 15 tahun.

Sementara kita mencoba untuk menghindari menggunakan hindsight untuk

menetapkan harga, kita harus membandingkan hasil aktual terhadap proyeksi untuk

melihat apakah ada perbedaan yang besar. Jika ya, ini memperlihatkan

ketidakcukupan (inadequacies) dalam angka-angka proyeksi yang secara potensial

dapat disesuaikan. Sebagai contoh, kita mungkin mendapatkan bahwa proyeksi

penjualan telah diturunkan (downgraded), pengeluaran dinaikkan (overstated), harga

penjualan proyeksi terlalu signifikan lebih rendah, dll. Kita harus memperoleh

sebanyak mungkin informasi yang dapat diperoleh mengenai estimasi awal,

termasuk:

• Sumber dari angka-angka estimasi.

• Rincian asumsi yang dibuat.

• Rincian penyesuaian yang dibuat.

• Rincian bagaimana proyeksi telah berkembang (mungkin ada serangkaian

proyeksi).

• Apakah ada proyeksi lainnya (tidak hanya terbatas pada produk yang sedang kita

lihat) dipersiapkan pada waktu yang sama untuk tujuan lainnya – mungkin untuk

presentasi kepada analis bisnis.

• Salinan semua laporan yang terkait dengan viability or go ahead untuk proyek

manapun melibatkan intangibles.

• Salinan laporan apapun yang membandingkan lokasi dan costing untuk proyek.

• Salinan laporan apapun kepada dewan direksi atau direktur keuangan.

Kita membutuhkan bukti untuk mendukung kredibilitas proyeksi contemporaneous.

Setelah menyetujui angka-angka proyeksi, laporan laba rugi lini produk dapat

dibangun sepanjang contoh-contoh di atas. Penting diperhatikan bahwa angka-

angka dan margin dalam contoh ini adalah semata-mata ilustratif – mereka diset

Page 76: Metode dcf dalam penilaian aktiva tak berwujud untuk tujuan transfer pricing (draf kasar)

www.futurumcorfinan.com

Page 76

pada tarif tertentu untuk membantu menunjukkan bagaimana metode bekerja.

Laporan laba rugi mini untuk setiap aktivitas spesifik ditunjukkan lagi di bawah ini:

Jolly

Good

Deals

Jolly Good

Packages

Jolly Good

Incentives Pte

Ltd

Jolly Good

Sounds Plc

Activity Distributor Finished goods

manufacture

Sub-assembly

manufacture

Intangibles

owner

£’000 £’000 £’000 £’000

Sales/Royalties 1,000,000 450,000 350,000 50,000

Cost of

sales/goods 450,000 350,000

Raw material 25,000 60,000

Factory costs 50,000 80,000

Gross profit 550,000 25,000 210,000

Distribution 50,000

Marketing 300,000

R & D 5,000

Royalties 50,000

Administration 100,000 10,000 10,000

Net profit 100,000 15,000 145,000 50,000

Page 77: Metode dcf dalam penilaian aktiva tak berwujud untuk tujuan transfer pricing (draf kasar)

www.futurumcorfinan.com

Page 77

1. Ini adalah laporan laba rugi produk yang sangat high-level. Ia mengidentifikasi laba

system secara keseluruhan dan menunjukkan bagaimana laba dibagi diantara

berbagai aktivitas. Ini dapat dipecah lebih rinci, asalkan rincian biaya lebih detil dan

memasukkan informasi item-item neraca seperti capex, modal, debitur dan kreditur.

2. Angka-angka mungkin hanya untuk satu tahun uji. Adalah terbaik untuk

mendapatkan data multiple tahun jika mungkin. Jika model NPV (lihat INTM467200)

didasarkan pada model DCF ditaruh bersama-sama, kita perlu memasukkan angka-

angka untuk semua tahun yang dicakup oleh perjanjian lisensi.

3. Informasi hanya menunjukkan satu transaksi inter-grup melibatkan UK –

pemberian lisensi oleh Jolly Good Sounds Plc kepada Jolly Good Incentives Ptd Ltd.

Akan terdapat transaksi antara distributor UK dan pabrikan barang jadi regional

Eropa, Jolly Good Packages GmbH. Bagaimanapun juga, transaksi kunci di sini

adalah pemberian perjanjian lisensi. Perjanjian lisensi adalah untuk 10 tahun, pada

saat mana, teknologi kemungkinan menjadi using, pasar kemungkinan menjadi jenuh

dan harga (dan margin laba) menjadi kecil. Jika ini adalah tawar-menawar antara

pihak-pihak independen, kita akan mengharapkan untuk melihat klausul break

sesudah beberapa tahun pertama.

4. Pada waktu memeriksa perjanjian lisensi, kita menetapkan bahwa:

• Itu adalah lisensi eksklusif mencakup seluruh dunia memberikan hak kepada Jolly

Good Incentives Ptd Ltd untuk memproduksi dan memasarkan pemutar cakram DVD.

Itu dapat disub-lisensikan kepada perusahaan grup lainnya.

• Lisensi adalah untuk 10 tahun, tanpa klausul break.

• Kewajiban untuk cacat desain menjadi tanggungan perusahaan induk Jolly Good

Sounds Plc.

• Intangibles apapun yang baru dikembangkan oleh Jolly Good Incentives Pte Ltd

menjadi milik dari perusahan tersebut.

1. Pada informasi sejauh ini yang disajikan, tidak ada bukti bahwa harga transfer

antara Jolly Good Incentives Pte Ltd dan pabrikan barang jadi atau distributor adalah

bukan arm’s-length. Bagaimanapun dalam semua kasus, kita harus membangun

model profit-split dengan menerapkan prinsip arm’s-length kepada setiap transaksi

lintas-batas – kalau tidak metode profit split tidak berarti apa-apa. Tidak perduli

dimana dalam model perusahaan yang kamu tertarik akan muncul. Dalam suatu deal

antara pihak-pihak yang independen, pemberi lisensi (licensor) akan memperhatikan

Page 78: Metode dcf dalam penilaian aktiva tak berwujud untuk tujuan transfer pricing (draf kasar)

www.futurumcorfinan.com

Page 78

jika model secara efektif memasukkan sub-lisensi yang menunjukkan beberapa

pihak diberi imbalan secara tidak layak. Di sini, meskipun harga transfer antara

Singapura dan distributor tidak menjadi pertanyaan, kita akan melihat ke dalam

model untuk memastikan bahwa Singapura membayar royalti kepada induk

perusahaan atas dasar margin yang dinikmati oleh distributor, ditetapkan

berdasarkan tarif prinsip kewajaran dan kelaziman usaha. Jika ini meninggalkan

Singapura dengan kekurangan, mereka dapat menyesuaikan harga transaksi

mereka dengan distributor untuk mengkompensasi ini.

2. Ketika kita puas bahwa angka-angka dalam laporan laba rugi lini produk adalah

seakurat mungkin, kita dapat mulai melihat pada imbal hasil untuk perusahaan-

perusahaan individual. Tujuannya adalah untuk memberikan imbal kepada setiap

perusahaan dalam chain untuk fungsi dasar yang dilaksanakan; kita tidak pada

tahap ini memberikan imbalan perusahaan manapun untuk intangibles yang mungkin

dimiliki. Ini berarti kita perlu melakukan analisis fungsional mencakup setiap

perusahaan, bersama-sama dengan rincian intangibles dimiliki oleh masing-masing

yang relevan dengan transaksi. Jika kita melihat pada katakana dua produk dari

kemungkinan 30 produk yang suatu perusahaan miliki, kita akan hanya tertarik pada

hak-hak intangible yang terkait semata-mata pada dua produk yang sedang direview,

atau terkait pada operasi perusahaan secara keseluruhan.

• Patent dan know-how pabrikasi terkait dengan pabrikasi pemutar cakram DVD

milik Jolly Good Sounds Plc.

• Brand name “Jolly Good” dimiliki oleh Jolly Good Sounds Plc.

• Jolly Good Incentives Pte Ltd melakukan R&D, yang mungkin secara potensial

menghasilkan intangibles yang berharga.

• Perusahaan distribusi semua mengembangkan strategi pemasaran mereka sendiri,

yang akan menghasilkan marketing intangibles. (Kita harus selalu

mempertimbangkan secara seksama apakah aktivitas pemasaran telah sungguh-

sungguh menciptakan intangible yang berharga. Lihat INTM464070).

Masalah lain di sini adalah sejumlah potensial perusahaan-perusahaan karena ada

sejumlah perusahaan-perusahaan pabrikasi distribusi dan barang jadi. Untuk

melakukan suatu exercise yang lengkap, kita perlu melihat pada angka-angka

proyeksi untuk setiap perusahaan individual. Contohnya, laporan laba rugi lini produk

untuk distributor mungkin terdiri dari sebagai berikut:

Page 79: Metode dcf dalam penilaian aktiva tak berwujud untuk tujuan transfer pricing (draf kasar)

www.futurumcorfinan.com

Page 79

US Canada Aus Japan UK Germany France Total

£'000 £'000 £'000 £'000 £'000 £'000 £'000 £'000

Sales 600,000 30,000 20,000 200,000 40,000 60,000 50,000 1,000,000

Cost of sales 240,000 16,200 10,000 96,000 24,000 34,800 29,000 450,000

Gross profit 360,000 13,800 10,000 104,000 16,000 25,200 21,000 550,000

GPR 60% 46% 50% 52% 40% 42% 42% 55%

Distribution 25,000 1,500 1,200 14,000 2,000 3,300 3,000 50,000

Marketing 200,000 8,000 6,000 56,000 8,000 12,000 10,000 300,000

Administration 60,000 3,000 2,000 20,000 4,000 6,000 5,000 100,000

Net profit 75,000 1,300 800 14,000 2,000 3,900 3,000 100,000

NPR 13% 4% 4% 7% 5% 7% 6% 10%

Dalam hal kasus ini, berbagai negara menunjukkan hasil yang berbeda, keduanya

pada tingkat margin kotor dan margin bersih. Kita akan perlu mempertimbangkan

margin arm’s-length untuk distributor barang-barang bermerek, dengan mengacu

pada pencarian perusahaan-perusahaan independen yang dapat dibandingkan

dalam negara-negara tersebut. Ini mungkin menjadi sangat sulit, kecuali Jolly Good

Sounds Plc sendiri telah membentuk taskforce untuk pencarian ini. Contoh ini

didesain untuk menunjukkan berbagai point, tetapi otoritas pendapatan dari negara-

negara distributor akan memastikan bahwa mereka puas bahwa perusahaan-

perusahaan distributor mencetak laba sejalan dengan prinsip arm’s length. Banyak

otoritas, seperti UK, akan memiliki peraturan mewajibkan bahwa imbal hasil

dihasilkan berdasarkan harga transfer lintas-batas inter-grup diset sesuai dengan

prinsip arm’s-length.

Tergantung ukuran dari kasus yang ada, adalah mungkin untuk mengambil

Page 80: Metode dcf dalam penilaian aktiva tak berwujud untuk tujuan transfer pricing (draf kasar)

www.futurumcorfinan.com

Page 80

pandangan yang lebih lebar, terutama dimana banyak negara terlibat. Sebagai

contoh, kita mungkin melihat pada lima distributor tertinggi secara individual, dan

kemudian memperlakukan negara-negara sisanya sebagai grup “rest of the world”,

menerapkan margin yang wajar.

Sekali kita telah menetapkan fungsi apa yang setiap perusahaan lakukan, kita perlu

mengalokasikan masing-masing imbalan, berdasarkan prinsip arm’s-length,

menggunakan metode-metode OECD yang dibicarakan di bab ini.

Distributor memasarkan barang-barang dalam teritori mereka sendiri. Mereka

menjual barang-barang bermerek, tetapi tidak memiliki brand name. Sementara

masing-masing mengembangkan strategi pemasaran mereka sendiri, ini tidak berarti

bahwa ini menciptakan intangibles yang perlu turut ambil bagian dalam laba residual.

Pembandingan perlu untuk dibuat dengan perusahaan-perusahaan independen,

mendistribusikan barang-barang bermerek yang sama, dimana seseorang lain

memiliki merek tersebut. Penyesuaian-penyesuaian perlu dilakukan untuk

mencerminkan tingkat tinggi dari pengeluaran pemasaran awal.

Asumsikan bahwa harga transfer kepada distributor disesuaikan sebagai berikut,

sesudah mereview hasil-hasil dari perusahaan-perusahaan yang dapat dibandingkan

(comparable). Angka-angka disesuaikan adalah diperlihatkan warna merah dan

penyesuaian-penyesuaian telah dilakukan menggunakan metode resale price. Tarif

yang dipilih adalah semata-mata sebagai ilustrasi dari apa bukti ungkapkan adalah

margin arm’s-length dalam contoh tertentu ini, meskipun dalam kasus sesungguhnya

kita akan mendapatkan bahwa region atau negara-negara yang berbeda akan

menghasilkan margin kotor dan bersih yang berbeda.

US Canada Aus Japan UK Germany France Total

£'000 £'000 £'000 £'000 £'000 £'000 £'000 £'000

Sales 600,000 30,000 20,000 200,000 40,000 60,000 50,000 1,000,000

Cost of sales 240,000 16,200 10,000 96,000 24,000 34,800 29,000 450,000

Gross profit 360,000 13,800 10,000 104,000 16,000 25,200 21,000 550,000

GPR 60% 46% 50% 52% 40% 42% 42% 55%

Comparable

GPR

55% 50% 50% 50% 40% 40% 40%

Page 81: Metode dcf dalam penilaian aktiva tak berwujud untuk tujuan transfer pricing (draf kasar)

www.futurumcorfinan.com

Page 81

US Canada Aus Japan UK Germany France Total

£'000 £'000 £'000 £'000 £'000 £'000 £'000 £'000

Adjusted Xfer

price

270,000 15,000 10,000 100,000 24,000 36,000 30,000 485,000

Adjusted gr.

Profit

330,000 15,000 10,000 100,000 16,000 24,000 20,000 515,000

Distribution 25,000 1,500 1,200 14,000 2,000 3,300 3,000 50,000

Marketing 200,000 8,000 6,000 56,000 8,000 12,000 10,000 300,000

Administration 60,000 3,000 2,000 20,000 4,000 6,000 5,000 100,000

Adjusted net

profit

45,000 2,500 800 10,000 2,000 2,700 2,000 65,000

NPR 13% 4% 4% 7% 5% 7% 6% 10%

Adjusted NPR 8% 8% 4% 5% 5% 5% 4% 7%

1. Kita mengkonfirmasi bahwa perusahaan-perusahaan yang melakukan pabrikasi

barang jadi tidak memiliki intangibles. Kita juga menetapkan bahwa perusahaan-

perusahaan Jolly Good Packages bertindak dalam kontrak yang disusun dengan

ketat, dimana mereka dijamin untuk menjual produk yang mereka selesaikan, tunduk

kepada kendali mutu yang dapat diterima. Jolly Good Incentives Pte Ltd akan

membeli surplus apapun yang distributor tidak memasuki kontrak untuk membelinya.

Dalam hal ini, resiko adalah terbatas. Masalah sama dengan distributor akan muncul

dengan pabrikan regional, yaitu sejumlah mereka, dan seperti mereka berbasis di

teritori-teritori yang berbeda, pembanding dalam setiap negara dapat menunjukkan

serangkaian hasil yang berbeda. Setelah menetapkannya, pabrikan regional akan

diperlakukan sebagai satu perusahaan generic.

Untuk assembly final dari barang-barang sub-assembled, metode cost-plus mungkin

adalah paling tepat. Dalam hal ini, grup telah memberikan kepada anda bukti untuk

sejumlah pabrikan di seluruh dunia. Rangkaian hasil yang dapat diperbandingkan

menunjukkan bahwa biaya-biaya eksternal pabrikasi di-mark-up antara 20% dan

25%. Grup telah mengambil top end dari range, 25%, ketika menetapkan harga

transfer untuk grup perusahaan-perusahaan. Bukti menunjukkan bahwa dalam hal ini,

ini adalah margin arm’s-length.

Jolly Good Incentives Pte Ltd memegang lisensi dari Jolly Good Sounds Plc dan di

bawah lisensi tersebut, memproduksi sub-assembly. Kita menetapkan bahwa R&D

yang dilakukannya dikerahkan untuk meningkatkan mutu produk, dan menurunkan

Page 82: Metode dcf dalam penilaian aktiva tak berwujud untuk tujuan transfer pricing (draf kasar)

www.futurumcorfinan.com

Page 82

biaya pabrikasi. Pengeluaran ini dapat secara potensial menciptakan intangibles

yang berharga. Penurunan apapun dalam biaya pabrikasi tidak akan mempengaruhi

royalti yang terhutang di bawah lisensi. Jolly Good Incentives Pte Ltd akan secara

teori menerima imbalannya untuk R&D berhasil apapun pada tahap ini dengan

mampu menurunkan biaya pabrikasinya, tetapi tetap membebankan harga jual yang

sama kepada pabrikan barang jadi regional.

Contohnya, biaya pabrikasi diturunkan sebesar £10juta per tahun. Laba system naik

ke £320juta sebab biaya-biaya eksternal telah turun sebesar £10juta. Jolly Super

Sounds Plc akan masih menerima royalti yang sama karena ini dihitung sebagai

proporsi dari penjualan in-market (penjualan kepada pelanggan pihak ketiga).

Jika R&D meningkatkan mutu pemutar cakram DVD, ini akan menjadi intangible

yang berharga. Sementara itu tidak akan memungkinkan end price dinaikkan, itu

memungkinkan margin laba dipertahankan, bersama-sama dengan pangsa pasar,

sekali pesaing memasuki pasar.

Di sana tentu saja ada kesempatan bahwa R&D yang dilaksanakan di Singapura

tidak akan berhasil. Pabrikan independen akan melihat pekerjaan ini dalam sejumlah

cara:

• Ia akan menolak untuk melakukannya lagi bersama-sama.

• Ia akan setuju untuk melakukan R&D dengan dasar kontrak dimana dijamin

untuk menerima fee tertentu (mungkin dengan beberapa insentif dikaitkan

dengan imbalan)

• Ia mungkin siap untuk mengambil resiko, tetapi akan mengharapkan untuk

turut ambil bagian dalam imbalan dengan cara penurunan biaya pabrikasi,

dan mungkin beberapa insentif lainnya, kalau-kalau R&D tidak berhasil.

Potensi untuk Jolly Good Incentives Pte Ltd menghasilkan intangibles yang berharga

harus dipertimbangkan secara seksama, bersama-sama dengan resiko R&D tidak

menghasilkan apa-apa. Kita dapat mereview apakah terdapat staff di Singapura

yang bekerja pada proyek tertentu. Apakah proyek-proyek tersebut didesain untuk

menaikkan secara terukur apakah volume penjualan atau margin laba, atau untuk

mempertahankan pangsa pasar dan margin berjalan? Jika terdapat pekerjaan

signifikan dari nature ini, kemudian mungkin tepat untuk mengalokasikan proporsi

kecil dari laba residual kepada Jolly Good Incentives Pte Ltd. Tergantung nature dari

Page 83: Metode dcf dalam penilaian aktiva tak berwujud untuk tujuan transfer pricing (draf kasar)

www.futurumcorfinan.com

Page 83

pekerjaan, mungkin lebih tepat untuk memperlakukan R&D sebagai kontrak R&D,

dengan harga arm’s-length ditentukan dengan metode tradisional.

Fungsi dasar dari perusahaan adalah sebagai pabrikan. Ia juga menanggung resiko

harus membeli produksi ekses yang tidak dibutuhkan oleh distributor. Kita

menetapkan bahwa distributor menyerahkan pembelian yang diharapkan 3 bulan

sebelum awal setiap tahun fiskal. Mereka harus membeli pemutar cakram DVD yang

telah dikontrak, dan dapat menyerahkan kenaikan setiap kuartal. Mereka tidak dapat

menurunkan jumlah yang sudah dikontrakkan untuk dibeli bagaimanapun juga. Jolly

Good Incentives Pte Ltd mendasarkan output pabrikasi untuk satu tahun manapun

berdasarkan kontrak yang sudah disetujui plus tambahan 5% untuk menutupi

pengembalian barang, dll.

Imbalan untuk pabrikasi dalam kasus ini dapat dihitung menggunakan metode cost-

plus. Sesudah mencari pembanding yang cocok, kita berkesimpulan bahwa biaya

langsung untuk pabrikasi seharusnya dimark-up sebesar 20%. Kita juga setuju

bahwa Jolly Good Incentives Pte Ltd seharusnya menerima imbalan untuk resiko

harus membeli balik over-kapasitas manapun. Ini dapat dihitung dalam sejumlah

cara, tetapi kita setuju dengan grup bahwa ini akan tertutupi oleh margin sebesar 5%

dari omzet. Ini semata-mata angka ilustrasi, tetapi margin yang dikaitkan dengan

omzet mungkin tepat untuk menutupi aspek bisnis ini.

Jadi imbalan untuk Jolly Good Incentives Pte Ltd untuk fungsi dasar ini adalah

sebagai berikut:

£M

Manufacturing costs (60 + 80) x 20% = 28

Turnover 350 x 5% = 17.5

Adjusted net profit for basic functions = 45.5

Kita setuju bahwa perusahaan berhak untuk turut ambil bagian dalam proporsi yang

kecil dari laba residual terkait dengan R&D yang dilakukannya.

1. Jolly Good Sounds Plc tidak melaksanakan fungsi-fungsi yang rutin. Imbalannya

akan datang seluruhnya dari bagiannya dalam laba residual.

Page 84: Metode dcf dalam penilaian aktiva tak berwujud untuk tujuan transfer pricing (draf kasar)

www.futurumcorfinan.com

Page 84

2. Setelah menetapkan imbalan untuk masing-masing perusahaan yang melakukan

fungsi-fungsi rutin, laba residual dapat ditetapkan. Ingat bahwa laba system

keseluruhan tidak mengalami perubahan, semua biaya-biaya eksternal tetap sama.

Jolly Good

Deals

Jolly Good

Packages

Jolly Good

Incentives

Pte Ltd

Jolly Good

Sounds

Plc

Activity System

profit

Distributor Finished

goods

manufacture

Sub-

assembly

manufacture

Intangibles

owner

£’000 £’000 £’000 £’000

Original net

profit

310,000 100,000 15,000 145,000 50,000

Adjusted net

profit for

basic

functions

125,500 65,000 15,000 45,500 Nil

Residual

profit

184,500

Laba residual adalah sebesar £184,5juta. Perusahaan-perusahaan yang memegang

intangibles adalah Jolly Good Sounds Plc, dan potensial Jolly Good Incentives Pte

Ltd terkait dengan peningkatan potensial manapun terhadap mutu pemutar cakram

DVD dan resiko dari R&D yang tidak berhasil.

Solusi yang praktis untuk Singapura adalah mungkin mengalokasikan unsur insentif

dasar yang kecil, seiring dengan kenaikan bagian dalam hal R&D menghasilkan hasil

berwujud. Ini akan mencerminkan pengaturan yang kita mungkin dapatkan diantara

pihak-pihak independen.

Dalam hal ini bukti-bukti menunjukkan bahwa 5% dari laba residual seharusnya

dialokasikan kepada Singapura, dan 95% kepada perusahaan UK, dengan opsi

review jika R&D menghasilkan beberapa hasil yang berwujud.

Page 85: Metode dcf dalam penilaian aktiva tak berwujud untuk tujuan transfer pricing (draf kasar)

www.futurumcorfinan.com

Page 85

Jolly Good Sounds Plc menerima £175,275juta dari model profit-split. Royalti

sebesar 17,5% dari Singapura didasarkan pada harga in-market, dibandingkan

dengan royalti yang ada sebesar 5%, menghasilkan £175juta.

Dalam contoh ini bukti yang disajikan adalah untuk satu tahun saja. Dalam kasus

nyata, kita mungkin melihat data untuk sejumlah tahun dan mengambil royalti rata-

rata sepanjang periode tersebut.

Profit split - variations

Terdapat sejumlah variasi dalam model profit split. Yang umum adalah suatu

perusahaan memiliki intangibles dan sisanya jatuh kepada pabrikan, yang biasanya

berbasis di negara tax shelter. Dalam metode ini, perusahaan bertempat kedudukan

di suatu teritori menawarkan insentif perpajakan untuk pabrikasi akan telah diberikan

lisensi oleh perusahaan grup yang memiliki intangibles yang berharga. Pemakai

lisensi (licensee) akan menjual produk yang diproduksinya kepada perusahaan

distributor grup di seluruh dunia; harga transfer untuk transaksi-transaksi ini akan

ditetapkan menggunakan metode resale price. Pemilik dari intangibles berharga

akan diberikan imbalan dengan royalti tahunan dan ini akan dihitung dengan

mengacu kepada angka benchmark industry.

Royalti mungkin telah berasal dari sejumlah perjanjian lisensi independen, semua

mencakup industry tertentu. Perjanjian-perjanjian akan mencakup spectrum yang

luas memproduksi mungkin serangkaian luas royalti, dengan tarif diambil dari

tengah-tengah. Dalam kasus yang lain, yang lebih generic 25% kepada pemegang

lisensi (licensor), 75% kepada licensee dapat disajikan sebagai tarif berjalan.

Pendekatan ini mempunyai dampak mengecilkan intangibles yang berharga dan

tidak memberikan ruang untuk fakta bahwa intangibles mungkin lebih berharga

daripada mereka yang ditemukan di industry.

Kita perlu mereview secara seksama pengaturan semacam ini. Adalah lebih mungkin

bahwa suatu metode dimana laba residu dialokasikan kepada perusahaan yang

memiliki intangibles akan menghasilkan pengaturan arm’s-length yang lebih akurat.

Hitung laba system. Alokasikan imbalan arm’s-length yang tepat kepada fungsi-

fungsi rutin dan sisanya kepada pemilik intangible jika adalah jelas dari bukti bahwa

ini menggambarkan apa yang akan terjadi pada arm’s-length.

Does the cost of the intangibles affect the value of the intangibles?

Page 86: Metode dcf dalam penilaian aktiva tak berwujud untuk tujuan transfer pricing (draf kasar)

www.futurumcorfinan.com

Page 86

Biaya-biaya untuk menemukan dan mengembangkan intangibles yang berharga

tidak ada hubungan langsung dengan harga produk-produk yang dipabrikasi dan

dijual menggunakan teknologi tersebut. Jika program R&D berbiaya £100juta,

produk-produk tidak akan diberi harga yang secara langsung untuk mencoba dan

menutupi biaya-biaya tersebut, katakan dalam lima tahun ke depan. Tentu saja

adalah kaitan tidak langsung; suatu perusahaan akan memikirkan biaya-biaya dari

program R&D yang sedang berjalan untuk produk-produk masa depan, dan apa

yang akan dihabiskan untuk R&D di masa depan, tetapi penetapan harga (pricing)

barang-barang dan jasa tunduk pada interaksi yang sangat kompleks dari banyak

faktor komersial. Sementara produk baru revolusioner akan tidak diragukan menarik

harga premi dalam beberapa pasar, pada umumnya ada limit terhadap apa yang

orang bersedia bayar.

Ketika hak-hak intangibles dijual pada arm’s-length, harga dimana pembeli bersedia

bayar adalah per definisi harga pasar dari intangibles tersebut pada saat itu.

Harga yang disetujui antara pihak-pihak yang independen akan juga tunduk pada

interaksi yang kompleks antara kekuatan-kekuatan pasar. Transfer IP antara pihak-

pihak afiliasi adalah area yang sulit dimana dibutuhkan selalu untuk menetapkan

fakta-fakta dan mempertimbangkan secara seksama bukti bahwa transfer dilakukan

pada arm’s-length.

The reward for marketing intangibles

Marketing intangibles tidak didefinisikan secara komprehensif, tetapi OECD TP

Guidelines menyarankan mereka mencakup trademarks, trade names, strategi

pemasaran, daftar pelanggan (perlu ditambahkan contoh dari IFRS?) – terutama

aktiva yang akan membantu memasarkan produk.

Beberapa distributor mempunyai tim penjualan yang besar, terlatih baik dan dibayar

baik – ditunjang dengan infrastruktur yang efisien dan dikelola oleh tim manajemen

inovatif. Akan terdapat hubungan yang baik sekali dengan para pelanggan.

Kita boleh telah mempertimbangkan klaim bahwa organisasi pemasaran yang

dijalankan dengan baik menciptakan intangible terpisah terkait dengan organisasi

pemasaran seperti ini, super marketing intangible – dan bahwa intangible ini

seharusnya menarik lebih banyak daripada imbalan rutin yang akan diterima oleh

distributor standar. Selalu pertimbangkan secara seksama bukti yang telah

mengarahkan ke pernyataan ini. Pengeluaran untuk menciptakan organisasi

pemasaran semacam ini boleh menghasilkan goodwill, ini akan kemungkinan sangat

Page 87: Metode dcf dalam penilaian aktiva tak berwujud untuk tujuan transfer pricing (draf kasar)

www.futurumcorfinan.com

Page 87

tergantung pada mempertahankan perjanjian distribusi untuk produk tertentu. Dalam

kasus lain, tipe produk mungkin lebih penting. Tanpa produk dan/atau perjanjian

distribusi, dapat dipertanyakan bagaimana berharganya, organisasi pemasaran akan

tetap berfungsi. Sementara organisasi pemasaran seharusnya diberikan imbalan dan

insentif yang layak, ini dapat dicapai tanpa harus mengarah kepada profit split dan

tanpa alokasi laba kepada marketing intangible yang mana tidak ada atau ada tetapi

tidak memiliki nilai.

Bundles of intangible property

Suatu kontrak untuk menggunakan IP yang berharga mungkin secara relative jelas

adanya, mungkin suatu lisensi untuk menggunakan suatu trade name. Dalam kasus

yang lain, suatu perjanjian mungkin ada dimana satu kumpulan (bundle) keseluruhan

dari IP telah dikemas dan suatu royalti dibebankan sebagai imbalan bagi pengguna

lisensi (licensee) diijinkan untuk menggunakan seluruh hak yang ada.

Sebagai contoh suatu perjanjian dapat menyediakan licensee dengan:

• Hak untuk menggunakan trade names dan trademarks tertentu untuk produk-

produk.

• Hak untuk menggunakan paten kunci dan know-how untuk pabrikasi produk.

• Penyediaan bantuan teknis tambahan sebagai dibutuhkan.

• Penyediaan bantuan strategi pemasaran.

• Pelatihan untuk personel pabrikasi dan pemasaran.

• Penyediaan IT untuk membantu mendukung proses pabrikasi dan pemasaran.

• Hak untuk membeli bahan baku berdasarkan kontrak pengadaan global.

• Bantuan untuk mengarahkan penjualan ke pelanggan yang sangat besar dengan

kehadiran di seluruh dunia.

Mungkin sulit untuk menilai seluruh jasa secara individual. Selalu menyelidiki secara

seksama perjanjian apapun dimana pembayaran ekstra dibuat untuk jasa yang di-

bundle yang tampaknya mempunyai nilai yang kecil. Sebagai prinsip umum, suatu

perusahaan independen akan hanya membayar ini dimana ia dapat melihat manfaat

dan membayar pada harga dimana akan memperbolehkannya mencetak laba di

atasnya. Menetapkan secara tepat apa barang-barang dan jasa-jasa yang akan

diterima dan bagaimana mereka akan digunakan. Fakta-fakta akan mengungkapkan

bahwa, sebagai contoh, suatu pihak ketiga akan membayar untuk beberapa jasa

tambahan hanya ketika mereka memiliki nilai.

Page 88: Metode dcf dalam penilaian aktiva tak berwujud untuk tujuan transfer pricing (draf kasar)

www.futurumcorfinan.com

Page 88

Sebaliknya, suatu pihak ketiga mungkin setuju untuk membeli suatu paket dengan

tujuan untuk dapat digunakan untuk unsur kunci tertentu dari paket. Tetapkan apa

secara tepat yang dibayar dan bagaimana itu sedang digunakan dalam perdagangan

pengguna.

Di bawah ini yang dilakukan dengan pihak-pihak yang mempunyai hubungan

istimewa, yang dapat mengakibatkan pelaporan jumlah penghasilan dan

pengurangan untuk menghitung besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak

tidak sesuai dengan Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha, meliputi antara lain:

a. Penjualan, pengalihan, pembelian atau perolehan barang berwujud maupun

barang tidak berwujud;

b. Sewa, royalti, atau imbalan lain yang timbul akibat penyediaan atau

pemanfaatan harta berwujud maupun harta tidak berwujud;

c. Penghasilan atau pengeluaran sehubungan dengan penyerahan atau

pemanfaatan jasa;

d. Alokasi biaya; dan

e. Penyerahan atau perolehan harta dalam bentuk instrumen keuangan, dan

penghasilan atau pengeluaran yang timbul akibat penyerahan atau perolehan

harta dalam bentuk instrumen keuangan dimaksud,

Yang dimaksud dengan Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha (arm’s length

principle) adalah prinsip yang mengatur bahwa apabila kondisi dalam transaksi yang

dilakukan antara pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa sama atau

sebanding dengan kondisi dalam transaksi yang dilakukan antara pihak-pihak yang

tidak mempunyai hubungan istimewa yang menjadi pembanding, maka harga atau

laba dalam transaksi yang dilakukan antara pihak-pihak yang mempunyai hubungan

istimewa harus sama dengan atau berada dalam rentang harga atau laba dalam

transaksi yang dilakukan antara pihak-pihak yang tidak mempunyai hubungan

istimewa yang menjadi pembanding.

Hubungan istimewa yang dimaksud di atas adalah hubungan antara wajib pajak

dengan pihak lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (4) Undang-undang

PPh atau Pasal 2 ayat (2) Undang-undang PPN.

Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha dilakukan dengan langkah-langkah sebagai

berikut:

a. Melakukan Analisis Kesebandingan dan menentukan pembanding;

b. Menentukan metode Penentuan Harga Transfer yang tepat;

Page 89: Metode dcf dalam penilaian aktiva tak berwujud untuk tujuan transfer pricing (draf kasar)

www.futurumcorfinan.com

Page 89

c. Menerapkan Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha berdasarkan hasil

Analisis Kesebandingan dan metode Penentuan Harga Transfer yang tepat

ke dalam transaksi yang dilakukan antara wajib pajak dengan pihak yang

mempunyai hubungan istimewa; dan

d. Mendokumentasikan setiap langkah dalam menentukan Harga Wajar atau

Laba Wajar sesuai dengan ketentuan perundang-undangan perpajakan yang

berlaku.

Harga Wajar atau Laba Wajar adalah harga atau laba yang terjadi dalam transaksi

yang dilakukan antara pihak-pihak yang tidak mempunyai hubungan istimewa dalam

kondisi yang sebanding, atau harga atau laba yang ditentukan sebagai harga atau

laba yang memenuhi Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha.

Dalam penentuan metode harga wajar atau laba wajar wajib dilakukan kajian untuk

menentukan metode Penentuan Harga Transfer yang paling tepat.

Metode Penentuan Harga Transfer yang dapat diterapkan adalah:

a. Metode perbandingan harga antara pihak yang independen (comparable

uncontrolled price/CUP);

b. Metode harga penjualan kembali (resale price method/RPM) atau metode

biaya-plus (cost-plus method/CPM);

c. Metode pembagian laba (profit split method/PSM) atau metode laba bersih

transaksional (transactional net margin method/TNMM)

Penerapan metode Penentuan Harga Transfer dilakukan secara hirarkis, dengan

tabel di bawah ini:

(insert table dari DD)

Lebih jauh, PER-43 memberikan arahan mengenai hal-hal yang perlu diperhatikan

pada saat melakukan Analisis Kesebandingan:

a. Transaksi yang dilakukan antara wajib pajak dengan pihak yang mempunyai

hubungan istimewa dianggap sebanding dengan transaksi yang dilakukan

antara pihak-pihak yang tidak mempunyai hubungan istimewa dalam hal:

Page 90: Metode dcf dalam penilaian aktiva tak berwujud untuk tujuan transfer pricing (draf kasar)

www.futurumcorfinan.com

Page 90

1) Tidak terdapat perbedaan kondisi yang material atau signifikan yang dapat

mempengaruhi harga atau laba dari transaksi yang diperbandingkan; atau

2) Terdapat perbedaan kondisi, namun dapat dilakukan penyesuaian untuk

menghilangkan pengaruh yang material atau signifikan dari perbedaan kondisi

tersebut terhadap harga atau laba;

b. Dalam hal tersedia Data Pembanding Internal dan Data Pembanding

Eksternal dengan tingkat kesebandingan yang sama, maka Wajib Pajak wajib

menggunakan Data Pembanding Internal untuk penentuan Harga Wajar atau

Laba Wajar.

Data Pembanding Internal adalah data Harga Wajar atau Laba Wajar dalam (1)

transaksi sebanding yang dilakukan oleh (2) wajib pajak dengan (3) pihak-pihak

yang tidak mempunyai hubungan istimewa.

(insert gambar)

Data Pembanding Eksternal adalah data Harga Wajar atau Laba Wajar dalam

transaksi (1) sebanding yang dilakukan oleh (2) wajib pajak lain dengan (3) pihak-

pihak yang tidak mempunyai hubungan istimewa.

(insert gambar)

Dalam melaksanakan Analisis Kesebandingan harus dilakukan analisis atas faktor-

faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kesebandingan antara lain:

a. Karakteristik barang/harta berwujud dan barang/harta yang tidak berwujud

yang diperjualbelikan, termasuk jasa;

b. Fungsi masing-masing pihak yang melakukan transaksi;

c. Ketentuan-ketentuan dalam kontrak/perjanjian;

d. Keadaan ekonomi; dan

e. Strategi usaha

Khusus untuk barang tidak berwujud, dalam menilai dan menganalisis karakteristik

barang tersebut, harus dipertimbangkan antara lain:

a. Jenis transaksi;

b. Jenis barang tidak berwujud yang diserahkan;

c. Jangka waktu dan tingkat perlindungan yang diberikan; dan

Page 91: Metode dcf dalam penilaian aktiva tak berwujud untuk tujuan transfer pricing (draf kasar)

www.futurumcorfinan.com

Page 91

d. Potensi manfaat yang dapat diperoleh dari penggunaan barang tidak

berwujud tersebut.

Pasal 17 mengatur lebih jauh mengenai penerapan Prinsip Kewajaran dan

Kelaziman Usaha atas transaksi pemanfaat dan pengalihan harta tidak berwujud

yang dilakukan oleh wajib pajak dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa.

Transaksi pemanfaatan harta tidak berwujud yang dilakukan antara wajib pajak

dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa dianggap memenuhi prinsip

kewajaran dan kelaziman usaha sepanjang memenuhi ketentuan:

a. Transaksi pemanfaatan harta tidak berwujud benar-benar terjadi;

b. Terdapat manfaat ekonomis atau komersial; dan

c. Transaksi antara pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa

mempunyai nilai yang sama dengan transaksi yang dilakukan antara pihak-pihak

yang tidak mempunyai hubungan istimewa yang mempunyai kondisi yang sebanding

dengan menerapkan analisis kesebandingan dan menerapkan metode penentuan

harga transfer yang tepat ke dalam transaksi.

Dalam melakukan analisis kesebandingan untuk transaksi sebagaimana dimaksud di

atas, harus mempertimbangkan antara lain:

a. Keterbatasan geografis dalam pemanfaatan hak atas harga tidak berwujud;

b. Eksklusifitas hak yang dialihkan; dan

c. Keberadaan hak pihak yang memperoleh harta tak berwujud untuk turut serta

dalam pengembangan harta dimaksud.

BNAI Transfer Pricing Forum Examines

Use of Discounted Cash Flow in 26 Countries

A survey atas para praktisi dari 26 negara mendapatkan bahwa terdapat 18 negara

menggunakan suatu bentuk dari discounted cash flow method untuk menilai transfer

intangible property antara wajib pajak dengan pihak yang mempunyai hubungan

istimewa.

Tax administrators dari :

1. Argentina

2. Belgia

3. Canada

4. Denmark

Page 92: Metode dcf dalam penilaian aktiva tak berwujud untuk tujuan transfer pricing (draf kasar)

www.futurumcorfinan.com

Page 92

5. Perancis

6. Jerman

7. Hong Kong

8. India

9. Italy

10. Selandia Baru

11. Belanda

12. Polandia

13. Korea Selatan

14. Rusia

15. Singapura

16. Spanyol

17. Inggris

18. Amerika Serikat

Negara-negara lain yaitu:

1. Austria

2. Australia

3. Brasil

4. Ireland

5. Israel

6. Luxembourg

7. Mexico

8. Swiss

Belum menggunakan metode DCF.

Dalam survey tersebut, para praktisi menjelaskan metode DCF yang digunakan:

Mengestimasi pendapatan ekonomis di masa depan yang dihasilkan oleh

aktiva tidak berwujud;

Memperhitungkan periode proyeksi yang tepat sejalan dengan usia aktiva

tidak berwujud, dan

Menerapkan tingkat diskonto, misalnya, biaya modal rata-rata tertimbang

wajib pajak untuk menghitung nilai kini dari pendapatan ekonomis.

Survey di bulan Februari yang dilakukan oleh BNA International’s Transfer Pricing

Forum menanyakan para praktisi terkemuka di 26 negara mengenai apakah tax

administrator di negara mereka secara ekstensif menggunakan metode transfer

Page 93: Metode dcf dalam penilaian aktiva tak berwujud untuk tujuan transfer pricing (draf kasar)

www.futurumcorfinan.com

Page 93

pricing berdasarkan pada analisa proyeksi discounted cash flow untuk menilai harga

pengalihan aktiva tidak berwujud, termasuk:

1. Pengalihan hak-hak

2. Lisensi dari aktiva tidak berwujud, dan

3. Kontribusi aktiva tidak berwujud dari pihak-pihak yang mempunyai hubungan

istimewa terhadap cost contribution arrangement (CCA).

Negara Inggris sendiri sudah menerbitkan petunjuk secara spesifik atas penggunaan

metode DCF. Petunjuk tersebut dapat ditemukan dalam H.M. Revenue and Customs’

International Manual.

The Organization for Economic Cooperation and Development transfer pricing

guideline tidak secara spesifik meng-address penggunaan metode DCF. Untuk itu,

OECD Working Party No. 6 saat ini sedang mempertimbangkan cakupan metode-

metode penilaian keuangan, termasuk metode DCF, yang akan diberi pengakuan

lebih besar dalam guideline TP.

OECD telah menunjukkan, dalam paper tanggal 27 Januari menjelaskan cakupan

dari proyek barunya atas aspek TP dari aktiva tidak berwujud, bahwa paragraph 6.20

dari TP Guideline mengacu kepada perhitungan net present value sebagai faktor

kesebandingan (comparability factor) dan bukan sebagai metode pricing.

Paragraph 6.20 states in part:

In applying the arm's length principle to controlled transactions involving intangible

property, some special factors relevant to comparability between the controlled and

uncontrolled transactions should be considered. These factors include the expected

benefits from the intangible property (possibly determined through a net present

value calculation).

OECD menyatakan dalam paper scoping-nya bahwa DCF adalah satu metode

dimana working group berencana untuk mengembangkan transfer aktiva tidak

berwujud antara pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa yang tidak dicover

oleh 5 metode

The OECD said in the scoping paper that discounted cash flow was one method the

working group plans to develop for related-party transfers of intangible property that

are not covered by the five transfer pricing methods recognized by the guidelines.

Page 94: Metode dcf dalam penilaian aktiva tak berwujud untuk tujuan transfer pricing (draf kasar)

www.futurumcorfinan.com

Page 94

The OECD intends to release a discussion draft on its new intangibles project in

2013.

United Kingdom

The U.K. practitioners said HMRC recognizes that the DCF method is a useful tool

for calculating the value of brands and royalty payments and those third parties often

use the method to price intangible assets, particularly in the pharmaceutical industry.

HMRC's International Manual at INTM467200 includes guidance on the use of

discounted cash flow models.

In the absence of comparable, the practitioners said HMRC appears to treat the DCF

method as the most reliable means of pricing a related-party transaction involving the

transfer of intangibles even though the method is not approved by the OECD.

Under the DCF method, the profit forecast resulting from the DCF calculation is

allocated between the licensor and the licensee by reference to the effective

allocations observed between independent parties, either at the total profit level or at

the residual profit level, having first deducted the profit that would have been earned

by the licensee in the absence of the license agreement.

The fact that HMRC provides detailed guidance to inspectors on the application of

DCF, the practitioners said, reflects that HMRC expects the method to be used

frequently in practice.

However, the practitioners pointed out that HMRC cautions its inspectors in using the

method, saying that although DCF models may be useful tools, “their use can

encourage a formulaic approach to transfer pricing.” The International Manual

emphasizes that although the DCF method can provide a value for a brand, “[t]he

more difficult part is working out to whom the profit should be allocated. . . In practice

the same principles need to be applied as when using a profit split method.”

Paragraph 6.2 dari OECD TP Guideline juga menyatakan bahwa intangible juga

adalah asset yang kemungkinan memiliki nilai yang tinggi meskipun mungkin tidak

ada nilai bukunya dalam neraca perusahaan. Di samping itu, juga terdapat resiko

Page 95: Metode dcf dalam penilaian aktiva tak berwujud untuk tujuan transfer pricing (draf kasar)

www.futurumcorfinan.com

Page 95

yang besar terkait dengan intangible (misalnya contract atau product liability dan

kerusakan lingkungan).

Dengan asumsi pertanyaan (1) dan (3) sudah terjawab maka untuk pertanyaan ke

(2), menurut hemat penulis dapat dicari jawabannya pada pasal 9.59 dari TP

Guideline, di mana di-nyatakan bahwa:

6.20 In applying the arm’s length principle to controlled transactions involving

intangible property, some special factors relevant to comparability between the

controlled and uncontrolled between the controlled and uncontrolled transactions

should be considered. These factors include the expected benefits from the

intangible property (possibly determined through a net present value calculation).

9.59 The application of the arm’s length principle is based on the notion that

independent enterprises, when evaluating the terms of a potential transaction, will

compare the transaction to the other options realistically available to them, and they

will only enter into the transaction if they see no alternative that is clearly more

attractive. In other words, independent enterprises would only enter into a transaction

if it does not make them worse off than their next best option. Consideration of the

other options realistically available may be relevant to comparability analysis, to

understand the respective positions of the parties.

Dari dua paragraph di atas dapat diambil kesimpulan bahwa metode Discounted

Cash Flow diterima juga oleh OECD TP Guideline, dengan melakukan analisa dua

keadaan, yaitu “as is” dan “after transaction”. Dengan demikian, nilai kini (present

value) dari keadaan “sebelum transaksi” dan “sesudah transaksi” diperbandingkan

untuk melihat apakah kondisi licensee (wajib pajak pembayar royalti) lebih baik atau

lebih buruk.

The OECD Transfer Pricing Guidelines for Multinational Enterprises and Tax

Administrations (“Guidelines”) recognize that the arm's length principle “can be

difficult to apply to controlled transactions involving intangible property because such

property may have a special character complicating the search for comparable and in

some cases making value difficult to determine at the time of the transaction”.1 Since

the adoption in 1996-97 of Chapter VI (intangible property) and Chapter VIII (cost

contribution arrangements)of the Guidelines, new issues have emerged which were

not foreseen or fully addressed at the time these Chapters were approved. This

became obvious in the context of the project on comparability and profit methods and

the project on the transfer pricing aspects of business restructurings, in which

Page 96: Metode dcf dalam penilaian aktiva tak berwujud untuk tujuan transfer pricing (draf kasar)

www.futurumcorfinan.com

Page 96

transfer pricing issues pertaining to intangibles were identified as a key area of

concern to governments and taxpayers, leading to an increasing number of transfer

pricing disputes regarding the identification and recognition of intangibles, the notion

of “economic ownership” or right to share in the future return of an intangible that is

owned by an associated enterprise and the valuation of controlled transactions

involving intangible property.

~~~~~~ ####### ~~~~~~

Page 97: Metode dcf dalam penilaian aktiva tak berwujud untuk tujuan transfer pricing (draf kasar)

www.futurumcorfinan.com

Page 97

Disclaimer

This material was produced by and the opinions expressed are those of FUTURUM as of the

date of writing and are subject to change. The information and analysis contained in this

publication have been compiled or arrived at from sources believed to be reliable but

FUTURUM does not make any representation as to their accuracy or completeness and does

not accept liability for any loss arising from the use hereof. This material has been prepared

for general informational purposes only and is not intended to be relied upon as accounting,

tax, or other professional advice. Please refer to your advisors for specific advice.

This document may not be reproduced either in whole, or in part, without the written

permission of the authors and FUTURUM. For any questions or comments, please post it at

www.futurumcorfinan.com

© FUTURUM. All Rights Reserved