Download - Mengambil Resiko Dalam Pelayanan fileBuku Tahunan CKS 2012 CARITAS KEUSKUPAN SIBOLGA Mengambil Resiko Dalam Pelayanan Salam kasih, Pembaca yang budiman, kami ingin menyapa Anda lewat

Transcript
Page 1: Mengambil Resiko Dalam Pelayanan fileBuku Tahunan CKS 2012 CARITAS KEUSKUPAN SIBOLGA Mengambil Resiko Dalam Pelayanan Salam kasih, Pembaca yang budiman, kami ingin menyapa Anda lewat

Buku Tahunan CKS 2012

CARITAS KEUSKUPAN SIBOLGA

Mengambil Resiko Dalam Pelayanan

Salam kasih, Pembaca yang budiman, kami ingin menyapa Anda lewat sajian informasi-informasi karya pelayanan Caritas Keuskupan Sibolga selama tahun 2012 dan informasi itu tertuang dalam Buku Tahunan Caritas Keuskupan Sibolga tahun 2012.

Buku Tahunan ini kami hadirkan agar pembaca bisa merasa lebih dekat, mengenal dan akrab dengan Caritas Keuskupan Sibolga serta karya-karyanya. Bulan Oktober lalu kami baru saja memperingati HUT Caritas Keuskupan Sibolga yang ke-7, harapan ke depan bahwa kami dapat terus berkarya di tengah-tengah umat dan mampu hadir sebagai tetesan air yang penuh kasih serta lilin bercahayakan cinta pada mereka yang paling membutuhkan. Kami ucapkan selamat membaca dan semoga informasi yang kami sajikan bermanfaat bagi pembaca. Salam.

Page 2: Mengambil Resiko Dalam Pelayanan fileBuku Tahunan CKS 2012 CARITAS KEUSKUPAN SIBOLGA Mengambil Resiko Dalam Pelayanan Salam kasih, Pembaca yang budiman, kami ingin menyapa Anda lewat

Buku Tahunan CKS 2012 Buku Tahunan CKS 2012

3 2

Sejak awal Gereja bersikap karitatif, berbelas kasih terhadap orang yang miskin dan menderita, mengikuti teladan Yesus. Yesus telah menegaskan bahwa kriteria untuk bisa masuk ke dalam Kerajaan Surga kelak adalah perhatian dan tindakan kasih terhadap orang-orang sakit, miskin dan menderita (bdk Mat 25:31-46).

Konsili Vatikan II dalam Konstitusi Pastoral “Gaudium et Spes” mengajarkan: “Kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan orang-orang zaman sekarang, terutama kaum miskin dan siapa saja yang menderita, merupakan kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan para murid Kristus juga” (GS 1). Berarti orang-orang beriman mesti solider atau sepenanggungan dengan orang-orang miskin dan menderita. Para misionaris yang datang ke daerah kita telah berusaha

membantu dan meringankan beban penderitaan orang-orang miskin dan sakit, dan berusaha meningkatkan ekonomi umat dan masyarakat. Jejak mereka kita lanjutkan dengan cara lebih tertata dan terorganisir.

Di keuskupan kita ada dua badan yang memberi perhatian khusus untuk orang-orang miskin dan menderita dan yang berusaha meningkatkan kesejahteraan

umat dan masyarakat, yakni Komisi Pengembangan Sosial Ekonomi (PSE) dan Caritas Keuskupan Sibolga (CKS).

PSE sudah lama ada di keuskupan kita sebagai satu Komisi. Caritas baru berdiri sesudah gempa bumi yang dahsyat di Pulau Nias pada tahun 2005, yang banyak bekerja sama dengan Caritas-Caritas Internasional. Kedua badan ini bergerak di bidang sosial kemanusiaan dengan kepengurusan sendiri-sendiri. Karena tujuan dari kedua badan ini hampir tidak ada bedanya, maka agar supaya lebih kuat dan efektif bekerja, muncul pemikiran untuk mempersatukan kedua badan ini menjadi satu badan saja. Penyatuan ini tentu tidak bermaksud menghilangkan apapun dari apa yang sudah dan sedang dilakukan oleh masing-masing badan ini, sebaliknya

semakin sigap dan lincah menjawab lebih banyak lagi masalah-masalah yang dialami oleh orang-orang miskin dan menderita.

Apa yang perlu kita lakukan untuk usaha penyatuan kedua badan ini? Pertama-tama perlu satu tim untuk mempelajari apa yang menjadi lingkup kerja dari masing-masing wadah ini. Lalu dipikirkan bagaimana jenis-jenis kerja itu dapat dipersatukan atau kalau tidak dapat dipersatukan, dikoordinir oleh satu badan. Kemudian dicari struktur keorganisasian yang bagaimana dapat menjawab kebutuhan badan yang baru itu. Kalau

dibutuhkan satu badan hukum untuk mengelolanya, badan hukum yang bagaimana kiranya cocok. Akan tetapi bagaimana pun juga, dalam usaha penyatuan ini hendaklah jangan dilupakan tujuan dasar dari kedua badan ini, yakni memberi perhatian pada persoalan kemanusiaan, terutama mereka yang berkekurangan, dan jangan lupa akan ciri utamanya: semangat cinta kasih (caritas).

Sepanjang tahun 2012 CKS telah menjalankan beberapa program atau proyek. Pantas kita bersyukur kepada Allah, karena selama satu tahun yang baru lalu ini CKS tetap setia menjalankan misinya. Selain itu CKS sedang

berusaha untuk memperkuat dirinya dengan mengusahakan ‘fundraising’, sehingga dapat secara berkesinambungan menolong dan memberdayakan orang-orang yang berkekurangan. Terima kasih saya haturkan kepada para donatur dan staf CKS yang telah bekerja keras atas nama Gereja dalam memperhatikan dan menolong orang-orang berkekurangan.

Saya tetap menghimbau seluruh umat di Keuskupan Sibolga, sesuai dengan Visi Keuskupan Sibolga “Gereja Mandiri, Solider dan Membebaskan”, agar semakin merasa memiliki Caritas Keuskupan Sibolga. Semakin merasa

memiliki Caritas Keuskupan Sibolga berarti seluruh umat semakin berjiwa “caritas” (cinta kasih), dan semakin bertanya pada diri: “apa yang dapat saya lakukan untuk membantu Caritas Keuskupan Sibolga?” Khususnya kaum muda Katolik, hendaklah pada masa muda ini membiasakan diri terlibat dalam karya-karya sosial dengan menjadi tenaga-tenaga relawan baik dalam kegiatan Gereja maupun dalam kegiatan-kegiatan masyarakat, khususnya yang dikoordinir oleh Caritas Keuskupan Sibolga. Demikian juga saya tetap mengingatkan agar seluruh staf Caritas semakin memiliki semangat ‘caritas’, yang bekerja karena didorong oleh cinta kasih. ΩΩΩΩ

SAMBUTAN dari KAMI untuk ANDA

Satu Wadah Oleh : Mgr. Ludovicus Simanullang, OFMCap (Uskup Keuskupan Sibolga)Mgr. Ludovicus Simanullang, OFMCap (Uskup Keuskupan Sibolga)Mgr. Ludovicus Simanullang, OFMCap (Uskup Keuskupan Sibolga)Mgr. Ludovicus Simanullang, OFMCap (Uskup Keuskupan Sibolga)

Caritas Keuskupan Sibolga (CKS) baru saja merayakan ulang tahunnya yang ke-7 pada tanggal 18 Oktober 2012 di Simanaere dengan tema: “Mari Mari Mari Mari bersama memberdayakan”bersama memberdayakan”bersama memberdayakan”bersama memberdayakan”. Perayaan yang melibatkan semua staf dilaksanakan dalam suasana meriah dan penuh persaudaraan yang akrab dan

bahagia. Pada usia ke-7 ini Caritas mencoba melihat kembali ke belakang sudah

sejauh mana telah berjuang bersama dengan masyarakat mewujudkan motto: “bersama memberdayakan”.

Dalam satu sesi kilas balik tentang cikal-bakal lahirnya Caritas Keuskupan Sibolga sesudah tsunami dan gempa bumi yang ditampilkan oleh

Cristian (staf pertama dari Caritas Austria untuk tanggap darurat Keuskupan Sibolga) dalam bentuk foto-foto, memperlihatkan situasi saat itu sangat memprihatinkan dan menyedihkan karena banyak kerusakan terjadi di mana-mana. Banyak orang kehilangan sanak saudara, harta benda dan kerusakan rumah. Foto-foto itu juga memperlihatkan bagaimana sikap dan reaksi Keuskupan Sibolga dalam menghadapi bencana dashyat. Banyak kegiatan bantuan darurat dilakukan oleh pihak

Keuskupan Sibolga di bawah komando P. Rantinus Manalu, Pr sebagai ketua Tim Tanggap Darurat Bencana yang kemudian diangkat menjadi direktur CKS. Kegiatan tanggap darurat dinyatakan selesai pada tahun 2009.

Sesi ini dilanjutkan dengan film dokumenter yang berisi hasil wawancara Divisi Komunikasi dengan para manager divisi CKS, tentang kegiatan pelayanan di tengah masyarakat dengan menggunakan metode pemberdayaan sesudah tahap tangggap darurat tahun 2009 sampai dengan ulang tahunnya yang ke-7. Hasil wawancara memperlihatkan suatu perubahan yang sangat signifikan baik di kalangan masyarakat penerima

manfaat maupun di kalangan CKS sendiri. Para manager divisi memberikan gambaran sekaligus memperlihatkan bahwa Caritas setelah tujuh tahun berjuang di tengah masyarakat ternyata membawa banyak perubahan dan dampak positif bagi masyarakat dampingan meskipun belum maksimal.

Dalam ungkapan pengalaman bekerja bersama masyarakat para manager divisi juga mengatakan bahwa keputusan Caritas Sibolga pada tahun 2009 untuk fokus pada prinsip “bersama memberdayakan” sungguh berat. Hal ini disebabkan karena sikap masyarakat yang mengalami bencana tsunami dan gempa bumi telah

menerima banyak bantuan langsung berupa uang dan materi lainnya sehingga mereka tidak mau untuk menerima dukungan atau bantuan melalui proses pemberdayaan apalagi peran serta mereka harus lebih besar dalam seluruh proses. Walaupun demikian tantangan ini tidak membuat CKS ciut nyalinya untuk terus berjuang dalam memberdayakan. Para manager juga memberikan kesaksian bahwa sudah ada sebagian masyarakat dampingan yang mulai sadar akan pentingnya partisipasi dalam proses pengembangan masyarakat. Malah ada anggota kelompok dampingan yang mulai merasakan dampak dari proses pemberdayaan yang sudah dilakukan

(Livelihood Alasa). Melihat perubahan-perubahan melalui kilas balik, muncul rasa bangga dan puas. Tetapi juga muncul

pertanyaan; Apakah prinsip “bersama memberdayakan” sungguh tepat? Apakah pelayanan Caritas kepada masyarakat melalui program-progamnya sudah cukup memadai? Apakah program-program Caritas masih relevan bagi masyarakat dalam situasi yang sudah normal? Apakah staf-staf Caritas sudah memiliki kemampuan yang memadai untuk bersama masyarakat memberdayakan? Sudah proporsionalkah program Caritas di seluruh

Keuskupan Sibolga? Buku Tahunan Caritas 2012 menggambarkan secara khusus tentang apa yang telah dilakukan oleh

Caritas selama satu tahun ini, bagaimana hasil capaian dan dampaknya bagi masyarakat, apa tantangan yang dihadapi, apa pembelajarannya dan bagaimana rencana ke depan? Caritas menyadari bahwa seluruh proses “bersama memberdayakan” belum maksimal. Sedangkan hasil yang menggembirakan bukanlah semata-mata usaha Caritas tetapi terutama dari masyarakat sendiri dengan

dukungan dan kerja sama banyak pihak antara lain: para donatur, pemerintah, pimpinan Keuskupan Sibolga, para pastor paroki, dan stakeholder lainnya. Maka sudah sepantasnya Caritas menyampaikan limpah terima kasih atas kerja sama yang baik dan semoga kita tetap “bersama memberdayakan”. ΩΩΩΩ

Sambutan Direktur CKS

Direktur CKS P. Mikael To, Pr

Salam... Bersama Memberdayakan !!! Oleh : P. Mikael To, Pr (Direktur CKS)P. Mikael To, Pr (Direktur CKS)P. Mikael To, Pr (Direktur CKS)P. Mikael To, Pr (Direktur CKS)

Page 3: Mengambil Resiko Dalam Pelayanan fileBuku Tahunan CKS 2012 CARITAS KEUSKUPAN SIBOLGA Mengambil Resiko Dalam Pelayanan Salam kasih, Pembaca yang budiman, kami ingin menyapa Anda lewat

Buku Tahunan CKS 2012 Buku Tahunan CKS 2012

5 4

Dalam menjalankan karya pelayanan kepada masyarakat yang paling membutuhkan, Caritas Keuskupan Sibolga berpegang pada visi bahwa dalam daerah yurisdiksi Keuskupan Sibolga, kemiskinan diperangi melalui dalam daerah yurisdiksi Keuskupan Sibolga, kemiskinan diperangi melalui dalam daerah yurisdiksi Keuskupan Sibolga, kemiskinan diperangi melalui dalam daerah yurisdiksi Keuskupan Sibolga, kemiskinan diperangi melalui usaha dari semua pihak dalam segala bentuk dan cara, sehingga hakusaha dari semua pihak dalam segala bentuk dan cara, sehingga hakusaha dari semua pihak dalam segala bentuk dan cara, sehingga hakusaha dari semua pihak dalam segala bentuk dan cara, sehingga hak----hak asasi manusia seperti hak untuk hak asasi manusia seperti hak untuk hak asasi manusia seperti hak untuk hak asasi manusia seperti hak untuk mendapatkan pendidikan, hak untuk mendapatkan pekerjaan, hak untuk mendapatkan pangan, hak untuk mendapatkan pendidikan, hak untuk mendapatkan pekerjaan, hak untuk mendapatkan pangan, hak untuk mendapatkan pendidikan, hak untuk mendapatkan pekerjaan, hak untuk mendapatkan pangan, hak untuk mendapatkan pendidikan, hak untuk mendapatkan pekerjaan, hak untuk mendapatkan pangan, hak untuk

mendapatkan pelayanan kesehatan, bisa dijaminkan kepada setiap orangmendapatkan pelayanan kesehatan, bisa dijaminkan kepada setiap orangmendapatkan pelayanan kesehatan, bisa dijaminkan kepada setiap orangmendapatkan pelayanan kesehatan, bisa dijaminkan kepada setiap orang. Sedangkan misi yang diemban adalah mengentaskan kemiskinan dan membela keadilanmengentaskan kemiskinan dan membela keadilanmengentaskan kemiskinan dan membela keadilanmengentaskan kemiskinan dan membela keadilan dengan cara-cara sebagai berikut:

1. Mendukung program-program pembangunan berkelanjutan.

2. Menanggapi keadaan darurat dengan komitmen untuk membaharui kecakapan serta struktur setempat.

3. Menyebarkan informasi serta menantang umat Keuskupan Sibolga tentang tanggung jawab mereka untuk

bekerja bagi keadilan serta menggalang dukungan dan solidaritas mereka bagi kegiatan-kegiatan Caritas.

4. Menjadi pembela keadilan yang efektif.

5. Meningkatkan pemahaman tentang hal-hal yang menyebabkan kemiskinan dan ketidakadilan. 6. Menarik perhatian dari pemerintah pusat dan daerah serta badan-badan internasional untuk mengadopsi

kebijakan yang mendukung keadilan sosial serta mengentaskan kemiskinan di Indonesia. Hal ini dilaksanakan baik secara langsung maupun melalui penggalangan komunitas Katolik.

TENTANG CARITAS KEUSKUPAN SIBOLGA

Banyak orang enggan menolong orang lain sebab takut dengan resiko yang terkait dengan tindakannya. Bila orang menolong maka dia akan kehilangan entah harta, tenaga, waktu dan sebagainya.

Banyak orang enggan kehilangan apa yang dimilik inya maka mereka tidak peduli pada orang yang menderita. Ada pula orang menjadi enggan menolong sesama sebab perbuatannya dipandang tidak baik oleh orang lain. Orang membantu sesamanya dikatakan ingin menjadikan orang lain beriman sama, dikatakan sok suci dan sebagainya. Belum lagi bila yang dito long tidak berterima kasih bahkan sebaliknya menjadi pengkhianat. Orang ingin hidup aman. Tidak mau ambil resiko.

Orang Samaria adalah orang yang berani mengambil resiko. Dia sedang dalam perjalanan ke luar kota. Mungkin dia sedang dalam perjalanan bisnis. Namun dia beran i meninggalkan segala kepentingan dirinya demi orang lain. Segala perhatiannya hanya terarah pada keselamatan orang yang sedang menderita. Maka dia berani merawat, menaikkan ke keledainya, membawanya ke rumah penginapan, memberi ongkos pada pemilik rumah penginapan dan berjanji akan melunasi bila uang yang dititipkannya ternyata kurang ketika dia kembali. Orang Samaria berani mengurbankan waktunya, uangnya, bahkan mungkin keselamatannya sebab ada kemungkinan para perampok itu akan datang lagi dan merampoknya.

Pada jaman ini sangat dibutuhkan orang yang berani mengurbankan segalanya demi orang lain. Pengurbanan yang terbesar adalah pemberian dirinya. Orang Samaria itu merawat orang yang menderita. Dia terlibat dalam penderitaan orang. Dia berempati. Banyak orang hanya memiliki simpati.

Orang yang berempati pada sesamanya yang menderita bukan hanya melihat dari jauh atau berkotbah mengenai kasih. Namun dia harus terlibat. Merawat orang yang menderita, menyentuh dan disentuh serta mengusahakan keselamatannya. Yesus datang ke dunia untuk mengajarkan empati Allah akan penderitaan manusia. Dia tidak menangis dari surga sambil mendengarkan atau melihat penderitaan manusia. Dia datang dan terlibat dalam penderitaan manusia bahkan Dia memberikan d iriNya untuk keselamatan manusia. Rasa inilah yang saat ini sudah menipis.

Orang sudah merasa puas bila mampu berkotbah tentang kasih, memberikan harapan pada orang yang menderita dan menampakkan wajah sedih bila melihat orang menderita. Maka saat ini sangat dibutuhkan orang Samaria yang baik hati. Orang yang berani menanggung resiko demi keselamatan orang lain. Orang yang menomor duakan kepentinganya sendiri demi nyawa seseorang. Orang yang berani dengan tangannya sendiri menyentuh dan merawat orang yang sangat menderita.

Bagaimana dengan Caritas Keuskupan Sibolga dalam menjalankan visi dan misi lembaga bagi orang kecil, sederhana dan terpencil?

Di tengah zaman yang dikuasai oleh semangat egoisme yang tinggi, kerelaan berkorban yang kian menipis,

Refleksi Biblis

kehidupan sosial yang semakin melemah, dan semangat rela berkorban yang hampir punah, Staf Caritas Keuskupan Sibolga dipanggil untuk tampil sebagai orang-orang Samaria masa k ini. Staf Caritas Sibolga dipanggil untuk membuka mata hati dan melihat serta menyelamatkan mereka yang sedang dirampok oleh nafsu kuasa dan pembiaran; menyelamatkan mereka yang dibiarkan tinggal dalam kegelapan malam hari tanpa penerangan listrik. Menyelamatkan mereka yang dib iarkan tinggal di pelosok-pelosok tanpa ada akses jalan. Menyelamatkan mereka yang ditindas oleh tengkulak-tengkulak karet dan coklat yang dengan sesukanya menentukan harga. Menyelamatkan ibu-ibu hamil yang kurang mendapat perawatan dan pasrah pada nasib antara mati dan hidup. Menyelamatkan anak-anak yang merintih kelaparan karena kekurangan makanan.

Menjadi orang-orang Samaria masa k ini bukanlah perkara yang mudah. Tantangan semakin berat dan resiko semakin tinggi. Apakah kita harus takut? Apakah kita berhenti saja sebagai pelayan-pelayan masyarakat kecil dan terpencil?

Semangat orang Samaria dalam Injil Lukas: 10:25-37 harus menjadi semangat staf CKS; berani menantang arus keganasan zaman, berani berkorban waktu, tenaga bahkan materi, berani berjalan menyusuri sungai dan rawa, mendaki gunung dan menuruni lembah untuk mencari dan menemukan orang kecil di tengah hutan karet lalu duduk bersama dan mengerti persoalan hidup mereka kemudian mengajak mereka untuk berpikir, berencana dan akhirnya berbuat bersama mereka demi hidup yang lebih baik dan manusiawi. Itulah tugas mulia setiap staf CKS. Mari kita belajar.....dan belajar.... .dari orang Samaria yang murah hati.......!

Beranikah Kita Mengambil Resiko Dalam Pelayanan? Lukas 10:25Lukas 10:25Lukas 10:25Lukas 10:25----37373737

Oleh : P. Mikael To, Pr (Direktur CKS)P. Mikael To, Pr (Direktur CKS)P. Mikael To, Pr (Direktur CKS)P. Mikael To, Pr (Direktur CKS)

Page 4: Mengambil Resiko Dalam Pelayanan fileBuku Tahunan CKS 2012 CARITAS KEUSKUPAN SIBOLGA Mengambil Resiko Dalam Pelayanan Salam kasih, Pembaca yang budiman, kami ingin menyapa Anda lewat

Buku Tahunan CKS 2012 Buku Tahunan CKS 2012

7

6

Tabel Kegiatan CARITAS KEUSKUPAN SIBOLGA

Page 5: Mengambil Resiko Dalam Pelayanan fileBuku Tahunan CKS 2012 CARITAS KEUSKUPAN SIBOLGA Mengambil Resiko Dalam Pelayanan Salam kasih, Pembaca yang budiman, kami ingin menyapa Anda lewat

Buku Tahunan CKS 2012 Buku Tahunan CKS 2012

CMDRR

DEKANAT NIAS

Kec. Lahewa

Kec. Lahewa Timur

Kec. Afulu

Kec. Alasa

Kec. Tugala Oyo

Kec. Moro’o

Ke c. Man dreh e Ba ra t

Kec. Siro mbu

Kec. Lahomi

Kec. Lo

low

a’u

Kec. Lolomatua Kec. Gomo

Kec. Lahusa

Kec. Amandraya

Kec. Telukdalam

Kec. Bawolato

Kec. Idanogawo

Kec. Gido

Kec. Gunungsitoli Idanoi

Kec. Gunungsitoli Selatan

Kec. Gunungsitoli

Kec. Gunungsitoli Utara

Kec. Tuhemberua

Kec. Sawo

Kec. Sitölu Ori

Kec. Lotu

Kec. Namohalu Esiwa

Kec. Alasa Talumuzoi

Kec. Hiliduho

Kec. Ma’u

Kec. Lolofitu Moi

Kec. Sa molo-molo

Kec. Ulu Gawo Kec. Mandrehe

Kec. Mandrehe Utara

Kec. Boto Muzoi

Kec. Hili Serangkai

Paroki Lahewa

Paroki Alasa

SOSIAL

Paroki Laverna

SOSIAL

Paroki St. Maria BPB

LIVELIHOOD

Paroki Nias Barat

CMDRR

KESEHATAN CMDRR

Paroki Amandraya

SOSIAL

Paroki Telukdalam (Kota)

Paroki Telukdalam (Luar Kota)

SOSIAL

Paroki Togizita

GENDER

Kabupaten Nias

GENDER

Kota Gunungsitoli

LIVELIHOOD

Paroki Lahusa-Gomo

SOSIAL

Paroki Gido

SOSIAL

Paroki Tuhemberua

SOSIAL

LIVELIHOOD

SOSIAL SAMAERI

CMDRR SOSIAL

Paroki Idanogawo CMDRR

KESEHATAN

SOSIAL

Paroki KGB

DEKANAT TAPANULI

Paroki Padangsidempuan

Paroki Tarutung Bolak

Paroki Sibolga

Paroki Pangaribuan

Paroki Pandan

Paroki Tumbajae

Provinsi Sumatera UtaraProvinsi Sumatera UtaraProvinsi Sumatera UtaraProvinsi Sumatera Utara

CMDRR

Paroki Pinangsori SOSIAL

9 8

Wilayah Pelayanan CKS

Page 6: Mengambil Resiko Dalam Pelayanan fileBuku Tahunan CKS 2012 CARITAS KEUSKUPAN SIBOLGA Mengambil Resiko Dalam Pelayanan Salam kasih, Pembaca yang budiman, kami ingin menyapa Anda lewat

Buku Tahunan CKS 2012 Buku Tahunan CKS 2012

11 10

Apakah bencana dari waktu ke waktu semakin bertambah atau semakin berkurang? Apakah bencana belakangan ini semakin sering terjadi jika dibandingkan beberapa abad yang lalu? Adakah satu tempat di muka bumi ini yang steril dari fenomena bencana alam? Apakah perubahan iklim dan pemanasan global itu sungguh terjadi? Siapa yang paling rentan dengan peristiwa bencana dan perubahan iklim? Apakah masyarakat

khususnya di pedesaan sungguh menyadari hal ini? Seberapa jauh masyarakat dari kelompok rentan/ marjinal siap dengan fenomena bencana? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang terus menyedot perhatian masyarakat global terutama para pegiat kebencanaan. Diskusi kritis tentang membangun kelentingan (resiliency) atau keberdayatahanan masyarakat terus digulirkan. Ilustrasi kelentingan ini ibarat pegas atau per yang ditekan akan mengeper kembali. Atau bola pimpong yang dipukulkan ke lantai namun akan melenting kembali. Keberdayatahanan manusia terhadap bencana

adalah satu proses mengadaptasikan dan memulihkan diri saat terjadi bencana. Salah satu elemen dalam keberdayatahanan masyarakat terhadap bencana adalah terciptanya ketahanan pangan masyarakat. Pangan menjadi satu komoditas yang sangat penting saat terjadi bencana. Oleh karena itu sangat penting mendorong masyarakat untuk membangun sistem ketahanan pangan baik di tingkat keluarga maupun secara kolektif di tingkat masyarakat.

Upaya membangun kebertahanan masyarakat

dalam ketahanan pangan menjadi satu isu penting yang terus dikampanyekan oleh proyek CMDRR sejak dari awal hingga sekarang. Salah satu caranya dengan menghidupkan kembali kebiasaan masyarakat pedesaan untuk menyiapkan lumbung pangan di tiap rumah. Kebiasaan ini dalam konteks Nias dikenal

dengan istilah “mangöhöna”. Secara harafiah istilah mangöhöna mungkin kurang lebih berarti mempersiapkan segala keperluan termasuk di dalamnya makanan, kayu bakar, pakan ternak, dll. Biasanya kebiasaan mangöhöna dilakukan pada hari Sabtu atau menjelang hari-hari besar agama Kristen

karena ada kebiasaan masyarakat untuk tidak melakukan pekerjaan berat pada hari-hari tersebut.

Oleh : Aktivitas Sarumaha (Manajer Proyek CMDRR III)Aktivitas Sarumaha (Manajer Proyek CMDRR III)Aktivitas Sarumaha (Manajer Proyek CMDRR III)Aktivitas Sarumaha (Manajer Proyek CMDRR III)

Pengurangan Resiko Bencana Kebiasaan mangöhöna menjadi salah satu kearifan lokal untuk ketahanan pangan yang modelnya sangat relevan terhadap keberdayatahanan keluarga jika bencana sewaktu waktu terjadi. Kebiasaan mangöhöna kemungkinan besar masih dapat ditemukan dan dipraktikan oleh masyarakat pedesaan. Akan sangat menarik jika ada satu pengamatan mendalam menilik trend kebiasaan mangöhöna dari waktu ke waktu di masyarakat.

Model lain dari ketahanan pangan adalah terciptanya keberagaman pangan di masyarakat. Keberagaman pangan maksudnya adalah adanya pilihan-pilihan pangan lainnya selain pangan “mainstreaming”. Pangan mainstreaming adalah pangan yang bertumpu pada komoditas beras. Masih segar di ingatan saya, saat berkunjung ke desa-desa dampingan di Nias, ketika tuan rumah menyuguhkan makanan, pantang bagi mereka menyajikan makanan selain nasi bagi tamu mereka. Nasi dipandang sebagai jenis makanan prestisius. Sementara ubi, pisang, talas, sagu ataupun jagung masih cenderung dipandang sebagai pangan kelas dua. Cara

pandang masyarakat dalam mengkotak-kotakkan pangan berpotensi menciptakan ketergantungan pada satu jenis pangan saja dan mendiskriminasikan pangan lainnya. Diskriminasi pangan tidak hanya terjadi pada jenis pangan ubi, pisang, talas dan sagu tapi juga terjadi pada pangan dari sayur-sayuran. Sayur kol adalah jenis sayur primadona yang dipandang layak untuk diberikan kepada tamu. Saya kurang tahu sejak kapan jenis sayur kol menjadi sayur kelas satu di desa-desa di Nias namun yang pastinya di hampir banyak acara, sayur kol seolah menjadi sayur wajib. Sayur daun singkong, kangkung

dan pakis adalah pilihan terakhir.

Kampanye keragaman pangan adalah hal penting untuk penyadaran masyarakat terhadap isu ketahanan pangan. Secara sederhana upaya ini terintegrasi dalam kegiatan pendampingan proyek CMDRR di komunitas dampingan melalui kegiatan latihan masak memasak yang diorganisir oleh kelompok perempuan. Dalam latihan masak memasak tersebut, rasa percaya diri masyarakat dibangun untuk menggunakan jenis-jenis pangan lainnya dengan cara pengolahan yang bervariasi sehingga didapat makanan yang menarik dan bergizi.

Semoga dengan mengembangkan sistem kesiagaan pangan melalui melalui lumbung pangan dan bibit serta kampanye keanakaragaman pangan, diharapkan berkontribusi besar dalam menciptakan ketahanan pangan untuk keberdayatahanan masyarakat terhadap bencana. ΩΩΩΩ

Judul Proyek : Community Managed Disaster Risk Reduction 3rd Phase (CMDRR III) Periode Proyek : Januari 2012 - Juli 2014 Lokasi Proyek : 11 komunitas di 6 paroki di Keuskupan Sibolga Sumber Dana : SCCF, Caritas Italiana, Caritas Bozen

Page 7: Mengambil Resiko Dalam Pelayanan fileBuku Tahunan CKS 2012 CARITAS KEUSKUPAN SIBOLGA Mengambil Resiko Dalam Pelayanan Salam kasih, Pembaca yang budiman, kami ingin menyapa Anda lewat

Buku Tahunan CKS 2012 Buku Tahunan CKS 2012

12

SOCIAL Activity

Genap sudah dua tahun Caritas Centre berkarya di wilayah Keuskupan Sibolga, akhirnya pada bulan Juni 2012 Caritas Centre tahap II menyelesaikan tugas dan tanggungjawab yang diembannya. Caritas Centre pun melakukan proses evaluasi terhadap proyek secara internal, pada awalnya ada keraguan dari Divisi Sosial apakah Caritas Centre ini memberikan dampak yang positif bagi para pesertanya, sehingga untuk mengatasi

keraguan tersebut Divisi Sosial terjun kembali ke lapangan melakukan wawancara langsung dan melalui telepon, kunjungan rumah, pengisian kuesioner kepada para penerima manfaat Caritas Centre tentang situasi mereka setelah menyelesaikan kegiatan Caritas Centre. Adapun pembelajaran yang dapat dipetik adalah perlu intervensi proyek terhadap penerima manfaat setelah selesai kursus sehingga dampak positif proyek lebih maksimal, seperti menghubungkan alumni kursus dengan lembaga pembiayaan dan lapangan kerja yang memungkinkan dengan cara memberikan pengetahuan

tentang dasar-dasar kewirausahaan, pembukuan sederhana dan pengembangan organisasi jaringan alumni. Dari tahap II ini juga diambil pembelajaran bahwa biasanya kursus keterampilan hidup seperti tataboga, bengkel, salon, menjahit dan sablon lebih memiliki dampak langsung dibandingkan dengan kursus seperti : komputer, musik dan bahasa Inggris.

Selain menciptakan manusia yang terampil secara ilmu pengetahuan, para peserta Caritas Centre tahap II

dibentuk menjadi manusia yang memiliki nilai-nilai kehidupan seperti penghargaan, cinta, kebahagiaan, kebebasan, tanggungjawab, kejujuran, kerendahan hati, toleransi, kesederhanaan, kerjasama. Penanaman nilai ini dimulai dari sosialisasi penerimaan peserta kursus dan diwujudkan melalui kegiatan sosial. Sehingga

menciptakan Caritas Centre sebagai tempat belajar yang memiliki ragam kegiatan serta identitas yang berbeda dan tidak terbatas pada kursus keterampilan melainkan juga sebagai tempat belajar dengan unsur pengembangan diri seperti : kepedulian terhadap sesama, belajar

mengorganisir kegiatan, berwirausaha dan pembinaan rohani. Hingga akhir Caritas Centre tahap II, kegiatan

sosial telah diikuti oleh 292 peserta kursus, dimana setiap gelombangnya mengalami peningkatan jumlah peserta. Hal ini disebabkan tingginya rasa memiliki para peserta Caritas Centre dengan keterlibatan secara langsung untuk merancang dan melaksanakan seluruh kegiatan sosial. Melihat antusiasme dari peserta akan kegiatan sosial ini, maka kegiatan sosial akan tetap dilaksanakan pada tahap berikutnya dengan metode memilih kegiatan yang dapat diorganisir secara langsung oleh peserta Caritas Centre dan bernuansa kaum muda.

Oleh : Mega Mendrova (Manajer Div isi Sosial)Mega Mendrova (Manajer Div isi Sosial)Mega Mendrova (Manajer Div isi Sosial)Mega Mendrova (Manajer Div isi Sosial)

13

Dan pada akhir proyek Caritas Centre tahap II penyerapan dana dari anggaran yang diperkirakan sebelumnya hingga Juni 2012 sebesar 77,90%. Hasil yang cukup memuaskan, karena dalam pelaksanaannya setiap kegiatan tim proyek mengelola

dana secara efisien tanpa harus menghabiskan total anggaran. Memasuki Caritas Centre tahap III, kata penyegaran adalah sebuah kata yang tepat untuk menggambarkan tahap baru ini. Belajar dari tahap sebelumnya, di tahap ini terjadi proses regenerasi para tutor dan stafnya hingga mengganti sistem belajar mengajar menjadi lebih tepat guna bagi kaum muda.

Adapun langkah pertama yang dilakukan di tahap baru ini yakni staff Divisi Sosial yang memiliki kompetensi, belajar menjadi tutor untuk beberapa kursus tertentu : komputer, tataboga, handycraft+sablon. Selain itu, alumni Caritas Centre direkrut juga menjadi tutor/asisten tutor. Sedangkan untuk lokasi pelaksanaan Caritas Centre diselenggarakan di kota Gunungsitoli untuk mempermudah mengorganisir kegiatan. Caritas Centre juga menjadi lebih percaya diri

menampilkan wajahnya di khalayak ramai dengan mendapatkan legalitas dari pemerintah, dengan harapan alumni Caritas Centre sertifikatnya diakui, diterima pasar dan lebih mudah mendirikan usaha atau pun dapat melanjutkan kursus ke jenjang yang lebih tinggi. Dalam menjaring calon peserta, Caritas Centre mempromosikan diri melalui radio Kota Gunungsitoli agar masyarakat secara umum mendapatkan kesempatan yang sama. Proses pelaksanaan Caritas Centre tahap III menghasilkan respon yang positif dari masyarakat umum, ini

terlihat dari minat pendaftar di Caritas Centre pada Gelombang I sebanyak ±200 orang. Dan setelah proses seleksi, jumlah peserta yang diterima sebanyak 62 orang dari keseluruhan kursus yang ada di Caritas Centre. Selain mengembangkan keterampilan dan nilai-nilai sosial, peserta juga mendapatkan pengalaman lain misalnya : belajar Pertolongan Pertama Gawat Darurat, belajar mendaur ulang gelas plastik menjadi pohon hias, sosialisasi CBR, sosialisasi kesetaraan gender, belajar membuat kain flanel, menjadi relawan pada saat banjir di Mandrehe serta belajar menggalang dana untuk mendukung kegiatan sosial mereka.

Dari banyaknya pengalaman yang didapat, peserta diajak untuk merancang kegiatan sosial, membentuk kepanitiaan. Dan hasilnya pelaksanaan kegiatan sosial bersama anak-anak di panti asuhan Alma. Seluruh kegiatan di panti asuhan tersebut dilaksanakan oleh peserta kursus seperti : memandikan anak, memasak, menjaga anak dan menghibur anak-anak dengan mengadakan games serta kebaktian bersama. Satu hari yang luar biasa bagi anak-anak panti dan peserta kursus karena bisa saling berbagi kebahagian. Ke depan Caritas Centre akan tetap melaksanakan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat. Karena Caritas

Centre yakin dan percaya kaum muda adalah masa depan Indonesia yang harus dibentuk menjadi sebuah pribadi yang memiliki kemampuan dan semakin menghargai nilai-nilai kehidupan. ΩΩΩΩ

Judul Proyek : Caritas Centre for Youth II Periode Proyek : Mei 2010 - Juni 2012 Lokasi Proyek : Wilayah Keuskupan Sibolga Sumber Dana : Caritas Italiana

“Sungguh luar biasa kasih yang diberikan oleh Caritas Centre, mulai dari pagi hingga sore hari kami para suster dan kakak-kakak disini tidak diperbolehkan bekerja, semua dikerjakan oleh peserta Caritas Centre. Belum pernah ada yang seperti ini, tidak ada yang bisa kami lakukan bahkan tidak bisa dibalas kepada kalian semua. Terimakasih atas kasih dan perhatiannya. Mudah-mudah ke depan Caritas Centre bisa menjadi kursus yang lebih maju karena berbeda dari kursus lain, berani menampilkan wajah Kristus dalam bentuk yang nyata dalam perbuatan kepada kami. “

Sr. Shinta, ALMASr. Shinta, ALMASr. Shinta, ALMASr. Shinta, ALMA Suster pengasuh di Panti ALMA

& Koordinator Proyek CBR

Page 8: Mengambil Resiko Dalam Pelayanan fileBuku Tahunan CKS 2012 CARITAS KEUSKUPAN SIBOLGA Mengambil Resiko Dalam Pelayanan Salam kasih, Pembaca yang budiman, kami ingin menyapa Anda lewat

Buku Tahunan CKS 2012 Buku Tahunan CKS 2012

14

C B R (Community Based Rehabilitation)

Sejak Februari 2012, Caritas Keuskupan Sibolga (CKS) bersama Wisma Bhakti Luhur ALMA – Nias melaksanakan program Community Based Rehabilitation (CBR) di Pulau Nias dengan dukungan dari Caritas Italiana. CBR adalah sebuah strategi dalam pengembangan masyarakat untuk rehabilitasi, kesamaan, kesempatan, dan integrasi sosial bagi penyandang cacat (WHO).

Sebelumnya, kegiatan CBR ini telah dijalankan oleh para Suster ALMA dengan fokus pada korban tsunami di Sirombu, Kab. Nias Barat. Seiring dengan berjalannya waktu, kegiatan ini berkembang pelaksanaannya di Gidö dan Gunungsitoli. Keberadaan difabel tidak hanya karena dicari dan ditemukan oleh Suster, tetapi juga karena partisipasi keluarga, masyarakat, lektor dan pastor di paroki dan stasi untuk memberitahukan dan mohon penanganan dari Suster ALMA.

Pada awalnya difabel yang didampingi hanya 7 orang anak, dan sekarang sudah ada 150an anak yang menjadi peserta CBR ALMA (106 di lapangan – level kecamatan, selebihnya di wisma Bhakti Luhur-ALMA Gunungsitoli).

Saat ini masih banyak daerah yang belum terjangkau. Meskipun ALMA telah menangani di wilayah Tuhemberua, Gunungsitoli, Gidö, Binaka, Idanogawo, Bawölato, Moi, Bawalia, masih banyak permintaan yang diajukan supaya ALMA bisa menangani CBR di tempat

lain seperti dari wilayah Gomo dan Tögizita. Agar pelayanan ini semakin dapat menjangkau difabel, maka dibuatlah program ini bekerjasama dengan CKS.

15 13

Dalam pelaksanaan CBR kegiatannya tidak hanya bergerak dalam terapi anak tetapi juga pemberdayaan keluarga. Khusus

anak yang berusia belasan tahun sampai 25 tahun, tidak hanya diajari membaca dan menulis, tetapi ALMA mempersiapkan mereka dalam kemandirian ekonomi. Difable yang didampingi

ALMA terdiri dari anak yang memiliki keterbelakangan mental, tuna grahita, CP, autis, low vision dan tuna rungu. Pada prinsipnya ALMA tidak akan

melepaskan ‘peserta’ CBR sebelum dipandang mandiri. Bhakti Luhur (BL) melalui ALMA memberikan modal kepada ‘peserta’ untuk memulai usaha (kios dan beternak babi) dimana setelah usaha tersebut berkembang keluarga mengembalikan modal yang sudah diberikan. Saat ini BL sudah memberikan modal kepada 25 anak, dimana ada yang berhasil dan ada juga yang gagal karena salah kelola hingga bangkrut serta adanya pencurian. Dalam pelaksaan kegiatan CBR masih ditemukan beberapa orang tua yang menyembunyikan keberadaan

difabel dari lingkungannya sehingga menyulitkan pihak ALMA untuk melakukan pendampingan. Kegiatan CBR dijalankan oleh lima orang petugas lapangan ALMA dan staf lokal yang dibekali kemampuan dan keterampilan khusus untuk menangani difabel. Selain itu peningkatan kapasitas lokal dilakukan melalui kader-kader dari masyarakat setempat. Adapun permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan proyek CBR adalah :

1. Pada umumnya difabel belum diterima oleh keluarga 2. Difabel pada umumnya ditemukan pada keluarga-keluarga miskin 3. Difabel yang disebabkan rendahnya pelayanan kesehatan dan situasi nutrisi ibu hamil dan balita 4. Pemerintah kurang memperhatikan masalah-masalah difabel 5. Rendahnya jumlah anak difabel usia sekolah yang mengikuti pendidikan di sekolah umum 6. Rendahnya aksesibilitas bagi difabel

7. Belum adanya Peraturan Daerah yang mengatur tentang difabel 8. Belum adanya organisasi difabel di Pulau Nias

Untuk menjawab permasalahan di atas maka disimpulkan untuk melakukan kegiatan CBR sesuai dengan pengalaman dan kapasitas organisasi maka disimpulkan intervensi dengan tujuan agar : Anak dan orang dewasa difabel mampu berpartisipasi di komunitas secara mandiri di wilayah dekanat Nias Anak dan orang dewasa difabel mampu berpartisipasi di komunitas secara mandiri di wilayah dekanat Nias Anak dan orang dewasa difabel mampu berpartisipasi di komunitas secara mandiri di wilayah dekanat Nias Anak dan orang dewasa difabel mampu berpartisipasi di komunitas secara mandiri di wilayah dekanat Nias

Keuskupan Sibolga Keuskupan Sibolga Keuskupan Sibolga Keuskupan Sibolga Yang dicapai melalui :

1. Meningkatkan kualitas dan kuantitas pendampingan untuk 116 difabel CBR (melalui staf lokal) 2. Mengurangi kerentanan keluarga difabel dalam hal mata pencaharian dan ketahanan pangan

3. Meningkatkan aksesibilitas difabel 4. Adanya jaringan yang terlibat dan mendukung kegiatan CBR/RBM. ΩΩΩΩ

Judul Proyek : Community Based Rehabilitation (CBR) Periode Proyek : Januari 2012 - Juli 2014 Lokasi Proyek : Pulau Nias Donatur : Caritas Italiana

Page 9: Mengambil Resiko Dalam Pelayanan fileBuku Tahunan CKS 2012 CARITAS KEUSKUPAN SIBOLGA Mengambil Resiko Dalam Pelayanan Salam kasih, Pembaca yang budiman, kami ingin menyapa Anda lewat

Buku Tahunan CKS 2012 Buku Tahunan CKS 2012

16

PKDM (Promosi Kesehatan Dasar Yang Dimanajemeni Masyarakat)

Sejak dimulainya Proyek PKDM pada awal Juli 2011 hingga Desember 2012, banyak temuan dan pembelajaran yang diperoleh oleh Caritas Keuskupan Sibolga (CKS). Proses pencarian jati diri dalam proyek ini menghasilkan beberapa hal yang harus direvisi. Sehingga pada April 2012, Tim kesehatan bersama manajemen CKS duduk bersama untuk mendiskusikan pembelajaran dan perubahan yang dianggap penting demi tercapainya tujuan

utama proyek ini yaitu untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat khususnya ibu dan balita di dua wilayah Paroki yaitu Paroki Amandraya dan Lahusa-Gomo di Kabupaten Nias Selatan. Salah satu pembelajaran menarik yang menjadi temuan adalah home visit untuk promosi kesehatan. Home visit adalah istilah kunjungan dari rumah ke rumah masyarakat untuk melakukan promosi kesehatan. Istilah ini sebenarnya lebih tepat bila diartikan pendekatan dan pendampingan personal untuk melakukan promosi

kesehatan. Dalam keseharian masyarakat akan semakin sering dikunjungi oleh fasilitator. Anak-anak merasa mendapat teman saat kunjungan dan promosi terjadi. Fasilitator akan mengajak mereka bermain dan mengikuti aktivitas harian ataupun permaian mereka agar mudah diterima. Misalnya, seorang fasilitator akan melakukan promosi mengenai air sehat untuk diminum ataupun tentang kebersihan pribadi saat anak-anak sedang bermain air di sungai.

Orang dewasa khususnya Ibu hamil (BUMIL) dan menyusui akan terus diberikan informasi mengenai perawatan kehamilan dan pemberian ASI eksklusif enam bulan kepada bayi mereka. Khusus BUMIL yang sudah mendekati masa melahirkan (partus) fasilitator akan semakin intensif mendampingi bahkan menjadikan si Ibu tersebut sebagai target untuk keberhasilan praktek pemberian ASI eksklusif enam bulan kepada bayi. Sampai pada masa menyusui si Ibu juga akan terus didampingi. Hingga saat ini sudah ada tiga orang di desa dampingan Divisi Kesehatan CKS yang berhasil mempraktekkan pemberian ASI eksklusif enam bulan. Ini adalah hal menarik

karena sebelumnya, tidak ada satu ibupun yang melakukannya. Bahkan awalnya proyek sempat pesimis bila hal tersebut bisa dilakukan. Namun ini membuka harapan baru bahwa praktek tersebut tidak mustahil dilakukan oleh masyarakat desa yang sibuk sekalipun. Beberapa keuntungan lain yang dirasakan oleh tim fasilitator melalui home visit adalah masyarakat merasa diperhatikan hidupnya. Menurut mereka bahkan perhatian pemerintah tidak sedemikian kepada masyarakat.

Oleh : Royn K. Silaen (Manajer Proyek PKDM)Royn K. Silaen (Manajer Proyek PKDM)Royn K. Silaen (Manajer Proyek PKDM)Royn K. Silaen (Manajer Proyek PKDM)

17

Hal ini tidak hanya memunculkan manfaat dari sekedar kegiatan promosi kesehatan saja, melainkan juga terbangunnya hubungan kekeluargaan antara masyarakat dan fasilitator. Promosi kesehatan tidak hanya dilakukan oleh fasilitator. Beberapa pengurus ternyata mulai terlibat melalui

kegiatan 10 hari Pemberian Makanan Tambahan (PMT) di Pos Gizi (PG). mungkin saat ini mereka baru percaya diri untuk melakukan promosi kesehatan kepada anak-anak. Harapan ke depan adalah mereka dapat melakukan pendekatan home visit atau pendekatan personal ini kepada siapa saja dengan penuh kesadaran dan keyakinan. TRAINING RELAWAN UNTUK KEBERLANJUTAN PROMKES DAN POSYANDU TRAINING RELAWAN UNTUK KEBERLANJUTAN PROMKES DAN POSYANDU TRAINING RELAWAN UNTUK KEBERLANJUTAN PROMKES DAN POSYANDU TRAINING RELAWAN UNTUK KEBERLANJUTAN PROMKES DAN POSYANDU

Pada tanggal 21-22 November 2012, tim Di-visi Kesehatan CKS menyelenggarakan Training Relawan untuk Promosi Kesehatan (PROMKES) dan Kegiatan POSYANDU di Paroki Amandraya. Training ini bertujuan untuk membekali keterampilan melakukan

promosi kesehatan dan keterlibatan dalam kegiatan POSYANDU kepada para relawan dari tiga desa dampingan. Peserta yang terlibat berasal dari Desa Uluidano Duo-Lahusa, Lölöabölö dan

Hilifadölö Amandraya. Terdiri dari 30 peserta dari Amadraya dan 15 lainnya dari Lahusa. Selama proses training para relawan diberi pengetahuan dasar mengenai Promosi Kesehatan dan POSYANDU dan selanjutnya mempraktekkan bagaimana saat melakukan

PROMKES dan terlibat di kegiatan POSYANDU, misalnya mempraktekkan bagaimana melakukan pendaftaran di meja 1, pengukuran dan penimbangan di meja 2, pencatatan di meja 3 dan PROMKES di meja 4. Dalam proses memfasilitasi, tim CKS bekerjasama dengan dua orang tenaga kesehatan dari PUSKESMAS Amadraya (Ibu Bidan Mona Sitorus dan Ka. Pustu Eduard Bu’ulölö) dan 1 orang fasilitator dari Divisi CMDRR CKS

(Fedianto Finowa’a). Kepala Puskesmas Amandraya (Bapak Otalui Bago) sebagai perwakilan dari Dinas Kesehatan Nias Selatan turut hadir pada akhir pelatihan. Keterlibatan pihak pemerintah mulai membawa angin segar terhadap kegiatan yang sedang dijalankan oleh proyek PKDM bagi masyarakat di Nias Selatan. Harapan jangka panjang dari pelatihan ini adalah adanya orang-orang yang secara rela memberikan waktu dan tenaga untuk melanjutkan kegiatan PROMKES dan memastikan kegiatan POSYANDU rutin berjalan mengingat

75 persen tenaga yang diperlukan untuk menjalankan kegiatan POSYANDU adalah dari unsur masyarakat. Peran dari tenaga medis hanya menyediakan tenaga untuk PROMKES dan tindakan medis (seperti pemberian vaksin, vitamin dan pelayanan kesehatan ringan). Semoga para relawan ini memiliki komitmen untuk setia memberikan waktu dan perhatiannya kepada masyarakat di desa mereka masing-masing dalam melakukan PROMKES dan terus terlibat di kegiatan POSYANDU. ΩΩΩΩ

Judul Proyek : Community Managed Health Promotion Periode Proyek : Juli 2011 - Juni 2013 Lokasi Proyek : Wilayah Paroki Lahusa-Gomo dan Paroki Amandraya Sumber Dana : Caritas Italiana

Page 10: Mengambil Resiko Dalam Pelayanan fileBuku Tahunan CKS 2012 CARITAS KEUSKUPAN SIBOLGA Mengambil Resiko Dalam Pelayanan Salam kasih, Pembaca yang budiman, kami ingin menyapa Anda lewat

Buku Tahunan CKS 2012 Buku Tahunan CKS 2012

18 19

GENDER Promotion

Proyek gender kedua merupakan lanjutan dari proyek gender-I. Perbedaannya terletak pada penerima manfaatnya. Pada proyek pertama penerima manfaatnya adalah para pekerja pastoral dan anak asrama yang berada di wilayah dekanat Nias dan Tapanuli. Sedangkan proyek gender kedua, penerima manfaat utama adalah para guru dan anak Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di kota

Gunungsitoli dan Kabupaten Nias. Di samping itu sasaran lain yang tidak kalah penting adalah kaum muda yang menjadi peserta kursus Caritas Centre.

Pemilihan anak sekolah -yang notabene adalah kaum muda- dikarenakan mereka adalah kelompok rentan -baik sebagai ‘korban’ maupun ‘pelaku’- tetapi di posisi lain mereka adalah kelompok dinamis yang relatif lebih muda untuk diberi pemahaman baru, diberi pengetahuan baru. Sehingga ke depan mereka diharapkan mampu menjadi agen perubahan yang merubah perspektif budaya statis menjadi perpsektif budaya

dinamis. Dengan demikian budaya patriarkhi yang selama ini dianggap menjadi akar persoalan adanya ketidakadilan terhadap jenis kelamin tertentu -dalam hal ini merujuk pada perempuan- dapat diminimalisir dampaknya. Dari perspektif lain, mereka merupakan calon pemimpin masa depan dimana yang akan menduduki posisi-posisi strategis di masyarakat sehingga besar harapannya dengan pembekalan pemahaman gender, ke depan mereka dapat mengambil sebuah keputusan mulai dari ranah domestik hingga publik yang memiliki perpsektif keadilan dan kesetaraan gender.

Selain pelatihan terhadap guru dan kaum muda -anak sekolah serta peserta kursus Caritas Centre- proyek gender kedua juga masuk pada ranah advokasi peraturan perundang-undangan. Dalam konteks ini peraturan yang diadvokasi adalah Peraturan Daerah (Perda). Proyek yang berdurasi sekitar dua tahun ini berupaya untuk mendorong pemeritah daerah Kabupaten Nias untuk mengesahkan Perda Pengarusutamaan Gender. Perda ini diharapkan menjadi corong masuk bagi perubahan perspektif berfikir masyarakat melalui program-program pemerintah agar lebih setara dan adil gender. Target jangka panjangnya adalah adanya pengikisan terhadap

budaya patriarkhis yang tendensius pada perlakuan diskriminatif terhadap perempuan. Hal yang juga tidak kalah menarik dari proyek gender kedua ini adalah dimana CKS sendiri sebagai pelaksana proyek juga mencoba instropeksi diri secara intern. Bentuk intropeksi dirinya berupa pengadaan pelatihan gender kepada para staf dan analisis terhadap aturan-aturan CKS, sehingga staf dan aturan serta kebijakan-kebijakan CKS bisa lebih berperspektif gender. Proyek Gender-II yang akan berakhir sekitar awal 2014 ini masih memiliki banyak agenda kegiatan,

khususnya yang terkait dengan pelatihan dasar gender di SMP dan SMA/SMK di Kota Gunungsitoli dan Kabupaten Nias serta terkait dengan advokasi Ranperda PUG di Kabupaten Nias bersama Koalisi Perempuan dan Anak. Artinya perjalan proyek ini masih relatif panjang dalam upaya mensosialisasikan keadilan dan kesetaraan gender bagi siswa/ siswi sekolah penerima manfaat, masyarakat dampingan CKS, masyarakat umum dan bagi CKS sendiri tentunya dengan harapan keadilan dan kesetaraan gender itu dapat terwujud. Semoga. ΩΩΩΩ

Perjalanan Panjang Keadilan dan Kesetaraan Gender Oleh : Rio F. Girsang (Spesialis Gender CKS)Rio F. Girsang (Spesialis Gender CKS)Rio F. Girsang (Spesialis Gender CKS)Rio F. Girsang (Spesialis Gender CKS)

Materi Gender Menjadi Muatan Lokal, Mungkinkah?

Cerita berikut adalah kesan dan pesan yang disampaikan salah seorang peserta, Bapak Rorogo Hulu, S.Ag dari

SMPN-1 Ma’u pada acara penutupan Pelatihan Memfasilitasi dan Pembuatan Proposal Untuk Guru di

Kabupaten Nias. Berikut petikannya :

“Bapak ibu yang kami hormati pada kesempatan ini kami men-

gucapkan banyak terimakasih kepada Caritas Keuskupan Sibolga,

karena memperhatikan masa depan anak sekolah dengan menyiapkan

kami menjadi fasilitator dalam menyampaikan materi atau pendidi-

kan gender untuk pendidikan anak-anak didik di masa depan. Men-

genai materi pelajaran gender dasar dan lanjutannya ini (red: pe-

latihan fasilitator dan pembuatan proposal), kami berharap supaya

ini bisa kami lanjutkan di sekolah masing-masing. Kami mengusulkan

kepada Dinas Pendidikan supaya mata pelajaran gender atau pema-

haman gender dijadikan muatan lokal, baik di tingkat SD,SMP,

SMA atau SMK. Tetapi kami bingung bila tidak ada kerjasama dan

ijin dari dinas pendidikan, kami segan, itulah keterbatasan kami.

Terutama sekali pada ruang lingkup pendidikan terutama masyara-

kat Kabupaten Nias yang mayoritas belum mengenal bagaimana

pendidikan gender secara luas. Kalau kami menantang arus begitu

saja, pasti kami tidak sanggup, seakan kami memaksa. Tapi kalau

ada dukungan dan ijin dari Dinas Pendidikan, kami sangat berteri-

makasih.

Dengan ini juga kalau hal ini dikabulkan oleh Kepala Dinas Pendidikan harapan kami kepada CKS,

untuk menyiapkan buku paket pendidikan gender baik tingkat SD, SMP dan SMA/SMK, supaya kami

sebagai fasilitator siap melaksanakan dan turut memperjuangkan kesetaraan gender melalui pendidikan

sekolah. Bapak ibu yang kami hormati, kami berharap harapan kami ini bisa dikabulkan untuk meningkat-

kan mutu pendidikan khusunya di kabupaten Nias. Terima kasih”.

Itulah kesan dari salah seorang guru yang sepertinya sulit untuk terwujud dan menjadi pertanyaan cukup

menantang sekaligus menarik, “materi gender menjadi muatan lokal, mungkinkah?”

Judul Proyek : Promosi Kesetaraan Gender Untuk Guru dan Siswa di Kota Gunungsitoli dan Kabupaten Nias

Periode Proyek : Januari 2012 - Februari 2014 Lokasi Proyek : Kota Gunungsitoli dan Kabupaten Nias Sumber Dana : Caritas Italiana

Page 11: Mengambil Resiko Dalam Pelayanan fileBuku Tahunan CKS 2012 CARITAS KEUSKUPAN SIBOLGA Mengambil Resiko Dalam Pelayanan Salam kasih, Pembaca yang budiman, kami ingin menyapa Anda lewat

Buku Tahunan CKS 2012 Buku Tahunan CKS 2012

20

LIVELIHOOD Alasa

Community Managed Livelihood Promotion (CMLP) Tahap II di wilayah Paroki St. Bonifasius Alasa, yang mencakup sepuluh dusun di tiga desa

(Hilibanua, Orahili dan Sisobahili) di wilayah administratif Kecamatan Namohalu Esiwa Kabupaten Nias Utara, diluncurkan pada bulan Februari 2012 melalui kerangka program livelihood Caritas Keuskupan Sibolga.

Setelah proses perekrutan dan orientasi tim CMLP II yang berjumlah delapan orang pada pertengahan Februari 2012, pada bulan Maret 2012 digelar penyusunan dan validasi Rencana Kerja Tahunan (RKT) di

Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) dampingan secara paralel dengan kegiatan penguatan kapasitas tim terkait metodologi CMLP dan keterampilan teknis budidaya karet okulasi. Selanjutnya ketujuh KSM ini pada bulan April 2012 melakukan presentasi singkat RK tahunan 2012 pada penutupan pelatihan Kepemimpinan dan Pengembangan Organisasi (KPO). Saat itu mereka mendapat apresiasi membahagiakan dari para pemangku kepentingan, baik dari para pengurus KSM, CKS, maupun dari unsur pemerintahan lokal.

Dalam pelaksanaannya, RKT KSM dampingan CMLP II Alasa dibagi ke dalam RK tiga bulanan. Perencanaan RK tiga bulanan ini dilakukan secara partisipatif, dimana anggota KSM dan pemangku kepentingan internal dapat bersama-sama melihat, merekomendasikan upaya-upaya solusi dari tantangan dan kendala yang dihadapi dan membuat rencana tindak lanjut kegiatan tiga bulan berikutnya. Tercatat sampai pada minggu kedua Desember 2012, tujuh KSM telah melaksanakan monitoring dan perencanaan partisipatif sebanyak tiga kali dengan persentase pelaksanaan RK rata-rata 80%.

Selain itu, tujuh KSM dampingan pada tahun 2012 bersama dengan tim CMLP II Alasa telah menginisiasi pembentukan forum petani karet di tiga desa, yakni Desa Orahili, Desa Hilibanua, dan Desa Sisobahili dengan didukung penuh oleh pemerintahan desa dengan diterbitkannya surat pengesahan kepengurusan dan keanggotaan serta AD/ART masing-masing KSM. Untuk komponen promosi livelihood dalam RKT KSM telah mencapai hasil-hasil sebagai berikut:

1. Budidaya Karet Okulasi

Lahan Peremajaan Ka ret Okulasi KSM Orahua

Lauru-Hilibanua, Agustus 2012

Bedengan Pembibitan Batang Bawah Karet KSM Faomasi

Silimabanua, September 2012

2012, Catatan Perjalanan CMLP II Menuju RKT 2013

Oleh : Kasih Harefa (Manajer Proyek CMLP II)Kasih Harefa (Manajer Proyek CMLP II)Kasih Harefa (Manajer Proyek CMLP II)Kasih Harefa (Manajer Proyek CMLP II)

21

Sekolah Lapang (SL) karet dilaksanakan sepanjang tahun 2012 untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan anggota KSM dalam budidaya karet. Sebanyak 5.254 batang karet okulasi telah ditanam di lahan seluas 32ha milik anggota KSM dan jumlah masyarakat yang terampil okulasi sejumlah 43 orang. Melalui pencapaian ini, kegiatan pengembangan karet unggul di komunitas dampingan telah memberi dampak bagi

peningkatan kesejahteraan masyarakat. 2. Budidaya Tanaman Muda

Kegiatan budidaya tanaman muda dimulai September 2012 sampai saat ini telah berjalan di 11 kelompok

tanaman muda dengan jenis kelompok tanaman muda seperti terung, cabe, dan kacang panjang.

Diperkirakan masa panen terjadi antara Februari-Mei 2013 yang hasilnya ditujukan sebagai sumber pemenuhan gizi keluarga sekaligus menjadi sumber penghasilan tambahan.

3. Pencegahan Penyakit dan Perlindungan Terhadap Ternak Babi

Untuk mengendalikan penyebaran dan resiko penyakit ternak

babi, diupayakan terbentuk sistem mandiri dengan dua strategi mendasar yakni, melatih dan membekali para kader dengan kemampuan teknis vaksinasi, penyuntikan dan pencegahan penyakit ternak babi, sekaligus juga mendukung rantai pengadaan material dan alat vaksin, vitamin dan obat-obatan dengan harga terjangkau. CMLP II juga menawarkan jasa konsultasi gratis terkait

penyakit ternak babi kepada masyarakat pembeli sehingga masyarakat mendapatkan pendampingan intens dimulai dari kios CMLP II Alasa sampai dilapangan melalui para pendamping dan kader terlatih.

Dalam pelaksanaan keseluruhan kegiatan di atas, tentunya tidak lepas dari berbagai kendala, tantangan dan

buah-buah pembelajaran yang kemudian selalu dikomunikasikan di antara para pemangku kepentingan yang ada, baik di internal CKS sendiri dan mitra Paroki St. Bonifasius Alasa maupun dengan pemangku kepentingan eksternal lainnya termasuk pihak pemerintah dan lembaga-lembaga yang terlibat di wilayah kerja yang sama sehingga muncul gerakan bersama dari banyak pihak untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di wilayah Paroki Alasa. Dan diharapkan agar tantangan, pembelajaran dan pencapaian kegiatan CMLP II Alasa bersama KSM

dampingannya ini akan menjadi bekal perjalanan menuju perencanaan dan pelaksanaan kegiatan RKT 2013 setahun ke depan. Sehingga kehadiran Caritas dan karya pelayanannya di tengah-tengah masyarakat yang membutuhkan menjadi tanda bahwa kehadiran kasih Allah di tengah dunia. ΩΩΩΩ

Judul Proyek : Livelihood Promotion in Alasa Parish Periode Proyek : Januari 2010 - April 2014 Lokasi Proyek : 14 dusun di Kab. Nias, Paroki Alasa Sumber Dana : Caritas Italiana

Page 12: Mengambil Resiko Dalam Pelayanan fileBuku Tahunan CKS 2012 CARITAS KEUSKUPAN SIBOLGA Mengambil Resiko Dalam Pelayanan Salam kasih, Pembaca yang budiman, kami ingin menyapa Anda lewat

Buku Tahunan CKS 2012 Buku Tahunan CKS 2012

22

Menyiapkan dan membekali siswa-siswi SMK jurusan Agribisnis Tanaman Pangan dan Holtikultura (ATPH) agar menjadi generasi yang handal dan berkualitas untuk membangun bangsa khususnya di bidang pertanian adalah tanggung jawab moral baik lembaga pendidikan (sekolah) maupun Dunia Usaha/Dunia Industri dan masyarakat.

Menjawab tantangan ini maka Resource Centre (RC) Caritas Keuskupan Sibolga (CKS) hadir, bekerja sama dengan pihak sekolah untuk memfasilitasi, mendampingi, membina, dan mengarahkan siswa-siswi SMK khususnya jurusan ATPH melalui kegiatan Praktek Kerja Industri (Prakerin). Mulai tanggal 6 September 2012 hingga 6 Desember 2012, peserta didik dari SMK N 1 Gomo melaksanakan kegiatan Praktek Kerja Industri (Prakerin) di Resource Centre Desa Siana’a Kecamatan Mandrehe Kabupaten Nias Barat. Peserta didik tersebut berjumlah sembilan orang (empat perempuan dan lima laki-laki). Kegiatan Prakerin

ini berlangsung selama tiga bulan. Metode pelaksanaan prakerin ini yaitu teori 30 % dan praktek 70 %. Dengan metode ini diharapkan siswa-siswi mampu mengerti, memahami dan menguasai bidang-bidang kegiatan yang dilakukan selama berada di lokasi Dunia Usaha/Dunia Industri. Selama praktek di RC, para siswa tersebut melakukan beberapa hal salah satunya adalah pengembangan demoplot tanaman muda. Berkembang, tumbuh, dan menghasilkan, itulah yang selalu diharapkan dari tanaman. Oleh karenanya, salah satu faktor yang mempengaruhi hal itu adalah pengolahan tanah yang baik.

Untuk mendapatkan struktur tanah yang gembur maka tanah perlu diolah. Salah satu caranya adalah dengan mencangkul. Struktur tanah yang gembur sangat baik bagi pertumbuhan akar tanaman. Akar dengan leluasa dapat menyerap unsur hara di dalam tanah. Jika akar tumbuh bagus dan sehat maka pertumbuhan tanaman akan cepat, subur dan banyak buah. Konsep yang sangat mendasar dan penting inilah yang harus dipahami dan dikuasai oleh setiap siswa yang Prakerin di RC. Hal lain yang mereka lakukan adalah pembuatan pupuk organik (kompos), pengembangan demoplit tanaman

keras (kakao dan karet okulasi), pembibitan karet okulasi klon PB 260, dan peternakan babi. Diharapkan keberadaan Resource Centre sebagai Rumah Pelatihan dan Pengembangan Pertanian Peternakan Terpadu, dapat membawa manfaat positif bagi seluruh lapisan masyarakat terutama para kaum muda yang sedang mengecap pendidikan di sekolah. Peran serta CKS melalui RC untuk turut serta mendidik generasi penerus bangsa terutama di bidang pertanian ini tidak berhenti sampai di sini, untuk tahun 2013 sudah ada dua sekolah yang akan menitip siswanya ke RC, yakni SMK Negeri 1 Mandrehe dan SMK Negeri 1 Ulu Moro’o. ΩΩΩΩ

Turut Mendidik Generasi Penerus Bangsa Oleh : Yulius Hulu (Manajer RC)Yulius Hulu (Manajer RC)Yulius Hulu (Manajer RC)Yulius Hulu (Manajer RC)

RESOURCE Centre (RC)

23

KEGIATAN RESOURCE CENTRE (RC)KEGIATAN RESOURCE CENTRE (RC)KEGIATAN RESOURCE CENTRE (RC)KEGIATAN RESOURCE CENTRE (RC)

Resource Centre (RC) merupakan unit khusus yang dimiliki oleh Caritas Keuskupan Sibolga (CKS) yang berfungsi sebagai wadah sarana pendidikan/ latihan pertanian terpadu. Awalnya diperuntukkan bagi komunitas kelompok dampingan CKS, namun pada perkembangannya RC membuka diri sebagai tempat belajar dan berlatih bagi berbagai kalangan masyarakat umum.

Beberapa kegiatan yang dilakukan di RC : 1. Pengembangan pertanian

• Tanaman keras (karet, kakao, buah, kayu produktif)

• Tanaman muda/ palawija (pengembangan demoplot tanaman muda dengan sistem

rotasi, budidaya tanaman palawija dan tanaman pangan dengan sistem monokultur dan agroforestry)

• Kebun Produksi • Pengembangan pupuk organik dan

pembuatan MOL

2. Sarana Pendidikan/ Latihan 3. Kemandirian RC.

Karya pelayanan RC dirasa cukup berdampak

bagi masyarakat di Nias Barat. CKS dan Paroki

Salib Suci, Nias Barat sepakat untuk tetap

meneruskan karya ini. Pada saat ini dukungan

dari beberapa keluarga Caritas internasional

lambat laun menurun. Maka, agar dapat tetap

berkarya, RC perlu menggalang dana sendiri

dengan menyediakan jasa pelatihan pertanian

dan memproduksi beberapa bibit tanaman/

pohon untuk dijual ke masyarakat, yakni :

• Bibit karet okulasi (klon PB 260) siap tanam

Rp. 10.500/ batang

• Entres Rp. 5.000/ meter

• Mahoni Rp. 3.000/ batang Selain bibit tanaman/ pohon di atas, RC juga

telah memulai pengembangbiakan babi jenis lokal, persilangan, dan duroc (hybrid). Tersedia pula untuk dijual seharga Rp. 40.000/ kilogram berat badan.

Harapan ke depan, RC benar-benar mampu

menjadi pusat pengembangan sumber daya manusia dan alam, RC bisa menjadi contoh bagi masyarakat umum lewat hasil-hasil pengujian dan percobaan. Hingga saat ini, kiprah RC di dunia pertanian bisa dikatakan cukup baik. Selain menjadi salah satu unit di CKS, RC juga

mampu menjadi rumah belajar bagi masyarakat, dan masyarakatpun diberi keleluasaan untuk menduplikasikan model-model yang pernah mereka lihat di RC untuk dilakukan di lahan masing-masing. ΩΩΩΩ

Page 13: Mengambil Resiko Dalam Pelayanan fileBuku Tahunan CKS 2012 CARITAS KEUSKUPAN SIBOLGA Mengambil Resiko Dalam Pelayanan Salam kasih, Pembaca yang budiman, kami ingin menyapa Anda lewat

Buku Tahunan CKS 2012 Buku Tahunan CKS 2012

24

Kegiatan Caritas Keuskupan Sibolga

Sejak awal berdirinya, Caritas Keuskupan Sibolga (CKS) senantiasa memupuk rasa persaudaraan dan kekompakan, baik itu di komunitas, divisi masing-masing, maupun secara keseluruhan. Sekali dalam dua bulan, seluruh staf CKS mengikuti perayaan Ekaristi yang dipimpin langsung oleh Direktur CKS, Pastor Mikael To, Pr. Melalui kegiatan rohani secara rutin ini, diharapkan dalam setiap karya staf

selalu dilandasi oleh semangat pelayanan yang tinggi dan cinta kasih yang tulus terhadap sesama. Rabu, 18 Oktober 2012, keluarga besar Caritas Keuskupan Sibolga bersukacita dalam perayaan Hari Ulang Tahun CKS yang ke-7. Kebahagiaan ini dirayakan bersama-sama di Rumah Rekoleksi Simanaere Kecamatan Gunungsitoli Idanoi. Perayaan ekaristi yang dipimpin langsung oleh Direktur CKS, Pastor Mikael To, Pr memberi penyegaran rohani bagi seluruh staf. Dalam khotbahnya, beliau mengutarakan jati diri CKS sebagai lembaga yang penuh kasih. CKS adalah

tempat dimana setiap orang dipanggil untuk melayani dan setiap seluruh staf CKS diharapkan mampu menerjemahkan imannya menjadi sebuah karya nyata, mengedepankan kasih dan menjadi sumber kebahagiaan bagi orang lain. Nilai-nilai kerelaan, kebersamaan, kepedulian dan tanggung jawab terlihat jelas dari kegiatan ini. Sangat bebas, bahagia, gembira, lepas dan bersemangat. Begitulah kira-kira kesan yang terlihat. Sejenak menghibur diri, memupuk kebersamaan dan cinta kasih sesama staf, tidak ada ketegangan, yang ada hanya sukacita.

Semoga karya CKS semakin bersinar dan mampu mewujudkan visi dan misi memberdayakan dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat yang paling membutuhkan. Semoga roh seperti ini tetap terjaga sampai kapanpun diantara staf CKS, sehingga CKS dapat selalu berkarya memperjuangkan hak-hak orang yang terpinggirkan dan yang membutuhkan perhatian. Ω

Penguatan Tim

Foto : Div. Komunikasi CKS/ Harrys Laia

Foto : Div. Komunikasi CKS/ Harrys Laia

25

Sepertinya sudah men jadi tradisi jika sebuah perayaan ulang tahun selalu ditandai dengan

nyanyian selamat ulang tahun, pen iupan lilin oleh yang berulang tahun, pemotongan kue tar,

hingga penyampaian harapan dan doa bagi yang beru lang tahun. Hal ini seo lah m enjadi atribu t

yang wajib ada. Jika tidak ada, rasanya perayaan ulang tahun terkesan hambar bagaikan sayu r tanpa garam.

Tradisi in i ternyata turu t mewarnai acara perayaan hari jadi Caritas Keuskupan Sibolga (CKS) yang

genap berusia tu juh tahun pada 18 Oktober 2012 silam. Salah satu atribut yang cukup menarik

untuk disim ak adalah rangkaian ucapan selam at, doa dan harapan dari staf, mitra dan para

undangan. Ada sekitar 42 pesan harapan untuk CKS. Pesan-pesan ini terangkum menjadi 5 bagian besar. Mau tahu apa saja, berikut rangkumannya.

CKS semakin berkelanju tanCKS semakin berkelanju tanCKS semakin berkelanju tanCKS semakin berkelanju tan Sebanyak 36% berharap CKS akan sem akin berkelanju tan. P esan harapan ini berada pada u rutan teratas dan berulang

kali muncul sebanyak 15 kali. Hal in i d itu liskan dengan gaya penyampaian yang berbeda beda seperti CKS jaya selalu, CKS makin maju, CKS terus eksis, never say goodbye CKS, never say give up, d ll. P esan ini m enjadi sebuah harapan

kuat terhadap CKS sebagai sebuah en titas yang diharapkan terus ada, yang karyanya terus dinantikan o leh banyak orang.

Pastor Mikael To tetap jadi Direktur CKSPastor Mikael To tetap jadi Direktur CKSPastor Mikael To tetap jadi Direktur CKSPastor Mikael To tetap jadi Direktur CKS

Berikutnya, Pastor Mikael To d iharapkan tetap m enjadi Direktur CKS. Dari 42 pesan harapan, sekitar 21% menyoroti kerinduan staf, m itra dan undangan agar Sosok Pastor Mikael To terus men jabat sebagai Direktu r CKS. Lan tas apa yang membuat Pastor Mikael To begitu populer dan disenangi teru tama di kalangan staf CKS? Mungkin perlu riset

kecil kecilan untuk itu. Ada yang tertarik J

Nilai sp iritual yang semakin nyata dalam tiap karyaNilai sp iritual yang semakin nyata dalam tiap karyaNilai sp iritual yang semakin nyata dalam tiap karyaNilai sp iritual yang semakin nyata dalam tiap karya Diuru tan ketiga, 17% berharap agar staf CKS semakin mem ahami dan menyelam i nilai-nilai spiritual Caritas yang

adalah perwu judan wajah sosial gereja. Staf CKS diharapkan tidak sekedar membatasi dirinya sebagai pekerja profesional yang dibayar, tapi leb ih dari pada itu, staf CKS dituntu t mem iliki semangat pelayanan bagi orang-orang

yang membutuhkan. Hal in i senada dengan refleksi yang dibawakan oleh Pastor Mikael To saat misa yang mengutip nats Alk itab dari Yakobus 2-26 “Iman tanpa perbuatan adalah mati”. Perwu judan im an kepada Kristus d inyatakan

melalui tindakan kasih kita terhadap sesama. Mari wu judkan im an dalam tiap karya pelayanan Caritas. K reatifitas dan inovasi yang tiada hen ti dalam berkaryaKreatifitas dan inovasi yang tiada hen ti dalam berkaryaKreatifitas dan inovasi yang tiada hen ti dalam berkaryaKreatifitas dan inovasi yang tiada hen ti dalam berkarya

Dari 42 pesan harapan, sekitar 14% menggaris bawahi CKS sebagai sebuah lembaga pemberdayaan masyarakat diharapkan semakin kreatif dan inovatif dalam menjawab tantangan dunia pemberdayaan yang terus bergerak

dinamis. CKS d iharapkan memiliki ciri khas yang unik dalam tiap karyanya. Inovasi pemberdayaan yang kreatif adalah inovasi yang sanggup menjawab persoalan ril d i masyarakat yang dampaknya sungguh dirasakan o leh banyak orang.

Perjuangan terus menerus bersama kelompok basisPerjuangan terus menerus bersama kelompok basisPerjuangan terus menerus bersama kelompok basisPerjuangan terus menerus bersama kelompok basis

Terakhir, sebanyak 12% pesan harapan m enekankan kiprah CKS untuk berjuang bersama kelompok basis. Mandat CKS adalah menjangkau orang paling m iskin d i an tara orang m iskin, paling rentan di antara orang-orang ren tan . Pesan harapan ini diungkapkan dengan kalimat-kalimat seperti: “CKS tetap memihak orang kec il, CKS tetap berjuang untuk

orang kec il, sem akin berkarya di masyarakat, CKS terus mendampingi masyarakat terpencil, dll”.

Perayaan HUT CKS yang ketujuh telah usai. Semoga harapan dan doa yang telah d itu liskan pada selembar kain putih tersebu t tidak lantas men jadi memoar yang kemudian usang seiring berjalannya waktu. Kiranya harapan dan doa

di atas menghasilkan perc ikan bunga api yang mampu membakar sem angat kita untuk terus berkarya. Dirgahayu CKS!

Harapan Para Staf pada HUT ke-7 CKS

Page 14: Mengambil Resiko Dalam Pelayanan fileBuku Tahunan CKS 2012 CARITAS KEUSKUPAN SIBOLGA Mengambil Resiko Dalam Pelayanan Salam kasih, Pembaca yang budiman, kami ingin menyapa Anda lewat

Buku Tahunan CKS 2012 Buku Tahunan CKS 2012

26

Kegiatan Caritas Keuskupan Sibolga

Caritas Keuskupan Sibolga (CKS), dalam rangka menuju pendewasaan diri dan menemukan jati diri yang sesungguhnya, berusaha membangun organisasi yang kuat dalam berbagai sisi, baik itu dalam pengembangan kapasitas staf maupun secara organisasional sendiri seperti tertuang dalam Strategi CKS. Sepanjang tahun 2012, sebagian besar staf CKS telah mengikuti berbagai pelatihan peningkatan sumber

daya/ kapasitas di dalam divisinya masing-masing yang bermuara pada memampukan para staf dalam mendampingi komunitas dampingan atau penerima manfaat melalui proyek masing-masing. Pelatihan yang dilakukan seperti Pengarusutamaan Gender untuk staf CKS, pelatihan yang berkaitan dengan CBR untuk difabel, teknis pendampingan livelihood (metode CMLP, teknis budidaya karet, tanaman muda, pencegahan penyakit ternak babi), pelatihan yang berkaitan dengan CMDRR (penggunaan material IEC/ siaga bencana), pelatihan yang berkaitan dengan pendampingan Kesehatan (metode CMHP, proses pelaksanaan pos gizi, penggunaan

material IEC/ kesehatan). Staf Divisi Sosial juga belajar tentang pembuatan handycraft dari bahan daur ulang di Yogyakarta, serta belajar sablon dan kursus mekanik sepeda motor di Medan. Di tingkat lembaga, CKS terus menerus menata sistem organisasi yang lebih baik. Pertemuan rutin manajemen, manajer dan staf, adalah kesempatan untuk membenahi fondasi lembaga. Mulai dari anggaran dasar, kebijakan umum, self assestment, promosi Caritas, nilai-nilai, fungsi, spiritualitas, dan lain sebagainya. Pelatihan yang diberikan untuk seluruh staf CKS adalah Pengarusutamaan Kesetaraan Gender dan Pembahasan

SOP tanggap darurat. Ω

Dalam menjalankan karya-karya kemanusiaan, Caritas Keuskupan Sibolga (CKS) tidak berjalan sendiri. Sebagai lembaga milik Keuskupan Sibolga, CKS selalu berkoordinasi dengan seluruh paroki dan kongregasi

yang berkarya di wilayah Keuskupan Sibolga. CKS berusaha membangun persahabatan yang akrab dengan umat di Keuskupan Sibolga agar umat benar-benar merasa memiliki CKS sebagai tanggung jawab bersama. Selain itu, CKS mempunyai relasi yang baik

dengan keluarga Caritas lainnya, baik di tingkat keuskupan, nasional maupun internasional. Saling berbagi informasi, peningkatan kapasitas dan belajar bersama, serta koordinasi yang baik antar keluarga Caritas merupakan salah satu sisi yang selalu dijaga oleh CKS.

Tidak dapat dipungkiri bahwa CKS sendiri masih hijau dan perlu belajar banyak dari keluarga Caritas lain yang sudah jauh lebih mapan. Penemanan oleh caritas-caritas internasional sejak awal berdirinya CKS telah memberikan pengalaman yang luar biasa bagi perkembangan CKS agar ke depan mampu berjalan

sendiri. Karya CKS tidak dipersempit hanya bagi umat Katolik saja, melainkan seluruh masyarakat di wilayah

Keuskupan Sibolga. Namun, CKS terlebih dahulu harus membangun hubungan batin dengan umat Katolik Keuskupan Sibolga karena CKS adalah milik keuskupan.

Kerjasama dengan pihak pemerintah juga sebisa mungkin dikedepankan agar CKS bisa membaur dengan semua pihak, setiap divisi CKS telah menjalin relasi dengan lembaga milik pemerintah maupun lembaga swadaya lokal. Sebagai contoh, dalam mendampingi petani di Nias Barat, CKS bekerja sama

dengan Lembaga SAMAERI Nias. Selain itu, Resource Center (RC) telah banyak memberikan pelatihan bagi penerima manfaat LEDP-Nias, MAP Internasional, dan pada tahun 2012 juga RC telah bekerja sama dengan Dinas Pertanian Kab. Nias Barat untuk pengadaan bibit karet unggul bagi kelompok tani binaan pemerintah

Kab. Nias Barat. Selain itu Divisi Gender juga berperan aktif dalam kegiatan jaringan Pengarusutamaan Gender dengan Multi Donor Fund, NITP-UNDP, Pemda Nias, FORNIHA, PKPA dan Yayasan Holi’ana’a. Harapannya, ke depan CKS tidak hanya mendapatkan dukungan

dari umat Katolik Keuskupan Sibolga saja, melainkan juga dari seluruh pihak yang mengenal CKS. Ω

27

Sejak awal berdirinya, Caritas Keuskupan Sibolga (CKS) selalu berusaha menjadi tuan rumah dan tamu yang baik serta ramah bagi semua orang yang berkunjung ataupun dikunjungi. Sepanjang tahun 2012, selain untuk kepentingan pelatihan, CKS telah melakukan kunjungan/ kegiatan keluar untuk mempererat persaudaraan dengan keluarga caritas di tingkat keuskupan, nasional maupun internasional. Beberapa

diantaranya adalah Forum Direktur Caritas-caritas Keuskupan bersama Karina dan Pertemuan Tahunan Karina dengan Caritas-caritas Keuskupan pada Juni 2012, beberapa kali pendampingan program CMLP bekerja sama dengan Karina untuk Caritas Keuskupan Agung Pontianak dan Caritas Keuskupan Ketapang di Kalimantan Barat. Pada kesempatan lain, divisi DRR CKS terlibat dalam berbagi pengalaman implementasi CMDRR di Kupang dan Denpasar serta terlibat dalam learning review DRR-ER Karina. CKS juga mengutus wakilnya dalam learning review Diocesan Accompaniment Karina. Pada November 2012, CKS belajar ke Caritas-PSE Keuskupan Agung

Medan dan PANSOS Palembang sehubungan dengan adanya merger Caritas dan PSE Kesukupan Sibolga. Selain kunjungan ke luar, Caritas Keuskupan Sibolga juga sering mendapat kesempatan untuk menjamu sahabat-sahabat seperti beberapa kali kunjungan monitoring Caritas Italiana dan Caritas Austria, workshop pembuatan bussiness plan Resource Centre (RC) bersama Yayasan Dharma Bakti ASTRA (YDBA), berbagi pengalaman tentang program Gender CKS dengan CAFOD, kunjungan jurnalis televisi Austria tentang dampak program rekonstruksi di Nias Barat, berbagi pengalaman tentang CKS dan karyanya kepada Romo Adrianus

Suyadi, SJ (Direktur KARINA). Caritas Keuskupan Sibolga selalu membuka diri bagi sahabat-sahabat yang ingin berkunjung dan belajar bersama, bukan sebagai guru melainkan berbagi pengalaman tentang apa yang sudah dilakukan Caritas Keuskupan Sibolga mulai dari masa emergency, rekonstruksi dan rehabilitasi hingga ke masa pemberdayaan. Ω

Kerelaan, salah satu hal yang diperjuangkan Caritas Keuskupan Sibolga Dalam menjalankan karyanya Cari-tas mempromosikan kerelaan melalui kegiatan-kegiatan sosial yang dilakukan oleh para peserta Kursus di Cari-tas Centre, seperti : ikut membantu dalam kegiatan keseharian di panti-panti asuhan, berkunjung ke lembaga pemasyarakatan, bekerja bersama untuk memperbaiki tempat kursus, kegiatan bersama dengan relawan yang

datang ke Nias seperti para relawan dari Caritas Bergamo, Italia. Selain itu melalui divisi livelihood, Caritas memiliki cukup banyak relawan yang menjalankan pencegahan penyakit ternak babi (kader vaksinator). Melalui Divisi Kesehatan, nilai kerelawanan dibangun melalui kegiatan pos gizi dengan adanya para kader pos gizi yang sekaligus merupakan kader kesehatan di dusun-dusun. Se-dangkan melalui divisi DRR , CKS juga telah membentuk tim relawan untuk mempromosikan materi kesiap-siagaan bencana di desa-desa dampingan dan bersama relawan Caritas Centre melakukan tanggap darurat ban-

jir di Nias Barat pada akhir tahun 2012. ΩΩΩΩ

Relawan Caritas Cen ter bersama difabel Tanggap Darurat Banjir di Nias Barat

Peningkatan Kapasitas

Kerja Sama

Kunjungan-kunjungan

Kegiatan Relawan

Page 15: Mengambil Resiko Dalam Pelayanan fileBuku Tahunan CKS 2012 CARITAS KEUSKUPAN SIBOLGA Mengambil Resiko Dalam Pelayanan Salam kasih, Pembaca yang budiman, kami ingin menyapa Anda lewat

Buku Tahunan CKS 2012 Buku Tahunan CKS 2012

28

Kronik 2012

• Identifikasi difabel di komunitas

CMDRR

• Identifikasi re lawan komunitas CMDRR

• Pembukaan Program CBR

• Pendampingan Caritas Italiana

• Pembukaan Program CMDRR III

• Workshop Bussiness Plan RC bersama

YDBA

• Pertemuan Dewan Eksekutif

• Pembukaan Program CMLP II

• Syukuran Natal & Tahun Ba ru CKS

bersama panti asuhan Gido, Fodo,

ALMA, Monaco, dan Fa’omasi.

• Validasi RK Tahun 2012 di Komunitas

Livelihood

• Penutupan Program CC Tahap II

• Presentasi SOP Tanggap Darurat di

tataran CKS

• Kunjungan Ms. Tania dan Mr. Eman

(CAFOD)

• Penutupan Program Livelihood Moro’o

• Rapat dengan Dewan Pembina

• Evaluasi Program Caritas Centre tahap

II

• Pembuatan RK tahun 2012 di

komunitas CMDRR

• Pembukaan Program Gender tahap II

• Kunjungan jurnalis TV Austria

• Audit Proyek Rekonstruksi Klinik

Amandraya

• Pembuatan demoplot penera pan

pupuk organik di komunitas DRR

• Rapat dengan Dewan Pembina

• Kunjungan Monitoring Caritas Austria

• Evaluasi Program Livelihood Moro’o

• Promosi kesehatan dasar oleh Divisi

Kesehatan

• Kegia tan rela wan da ri Ca ritas

Bergamo, Italia.

• Audit Program Livelihood Moro’o

• Peletakan batu pertama Mini Market

Caritas

• Perayaan Hari Anak Nasional (HA N)

bersama dengan 350 difabel

• Emergency Response di Nias Ba rat

• Presentasi tentang konsep merger CKS

-PSE pada Dewan Imam

• Evaluasi Rk Tahun 2012 di Komunitas

CMDRR dan Livelihood

• Emergency Response di Nias Ba rat

• Pembukaan Program Livelihood PSE

• Pendampingan Caritas Italiana

• Mid-term review Prog ram Livelihood

SAMAERI

• Kunjungan Direktur KARINA

• Studi me rge r ke Ca rita s-PSE

Keuskupan Agung Medan dan PANSOS

Palembang

• Peletakan batu pertama Jembatan

Gantung di Luaha Moi

• Pembukaan CC Tahap III Gel. I

• HUT CKS ke 7

• Dimulainya kegiatan Pos Gizi di

Komunitas Kesehatan

• Pengarusutamaan Kesetaraan Gender

untuk staf CKS

KALENDER 2013

• Lokakarya SOP Tanggap Darurat (TD)

dan PPGD untuk re lawan TD Paroki

dampingan CMDRR

• Rapat Dewan Eksekutif

• Presentasi konsep merger Caritas &

PSE Keuskupan Sibolga kepada Dewan

Imam

• Pembukaan Pilot Project Microfinance

• Perayaan Syukuran Natal dan Tahun

Baru CKS

• Rapat tentang konsep merger Caritas

dan PSE dengan Tim Perumus Merger

Caritas da n PSE Keuskupan Sibolga

• Pendampingan Ca ritas Austria untuk

strategi fundrais ing CKS

• Penutupan Program Kesehatan CKS

• Penutupan Program Komunikasi

• Penutupa n Prog ram Live lihood

SAMAERI I

• Presentasi dan diskusi hasil SOP TD

CKS kepada seluruh staf CKS

• Rapat dengan Dewan Pembina

• Pembukaan Caritas Market, Toko Buku

dan Lapangan Futsal

• Pela tihan CBR, PCM, fa silita tor,

keuangan dasar untuk peserta Ca ritas

Centre

• Rapat dengan Dewan Pembina

• Evaluasi Program Keseha tan • Pelatihan TD dan PPGD kepada para

relawan Divisi Sosial oleh Divisi

CMDRR

• Audit Prog ram Kesehata n dan

Komunikasi

• Peresmian Bangunan Ca ritas Centre

• Pembukaa n Prog ram Liv elihood

SAMAERI II

• Penutupan Program CMDRR III

• Penutupan Program CMLP II • Evaluasi RK Tahun 2013 komunitas

CMDRR

• Evaluasi RK Tahun 2013 komunitas

Livelihood

• Pertemuan akbar relawan pendidikan

KTD komunitas dampingan CMDRR

• HUT CKS ke 8

• Perayaan Hari Pangan Sedunia di Nias

dan Tapanuli

• Internal Mid-Term Review CMDRR

• Pendampingan Caritas Italiana

• Work sh op Pe ng a r usu ta ma a n

Kesetaraan Gender untuk staf CKS

Page 16: Mengambil Resiko Dalam Pelayanan fileBuku Tahunan CKS 2012 CARITAS KEUSKUPAN SIBOLGA Mengambil Resiko Dalam Pelayanan Salam kasih, Pembaca yang budiman, kami ingin menyapa Anda lewat

Buku Tahunan CKS 2012 Buku Tahunan CKS 2012

31

FUNDRAISING

JASA KONSULTANJASA KONSULTANJASA KONSULTANJASA KONSULTAN

Salurkan dukungan Anda melalui rekening Caritas Keuskupan Sibolga :

Caritas Sibolga FR Bank Negara Indonesia Cabang Gunungsitoli No.Rek : 0200701054

Untuk membangun kemandirian CKS maka perlu dilakukan usaha-usaha penggalangan dana (fundraising) yang berbasis lokal untuk meningkatkan rasa memiliki masyarakat terhadap CKS. Dalam menjalankan usaha penggalangan dana, CKS berusaha untuk kreatif, tidak sebatas hanya

meminta sumbangan, tetapi mencoba mengembangkan beberapa usaha untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dimana hasil dari usaha tersebut digunakan untuk mendukung karya-karya CKS seperti beasiswa untuk anak-anak yang kurang mampu dan karya sosial lainnya.

Kantin Caritas yang sudah berjalan sejak awal tahun 2011 ini, mulai membuka diri untuk melayani khalayak umum. Pemesanan dapat dilakukan langsung di kantin Caritas bertempat di Jl. JP. Vallon Ujung, km.3, Ds. Sifalaete. Harga pun disesuaikan dengan menu yang diinginkan.Menu—menu biasa yang disajikan adalah opor ayam, sup daging babi, ikan goreng, ikan gulai, ayam rica—rica, binõ—binõ ciri khas makanan Nias, juga aneka

sayur, dan sebagainya. Ayo buruan !

Selain usaha-usaha fundraising di atas, CKS juga ‘menawarkan’ jasa konsultan di beberapa bidang untuk lembaga-lembaga lain yang membutuhkan, seperti menjadi trainer CMDRR, konsultan teknis proyek CMLP di Pontianak & Ketapang, dan lain sebagainya.

Depot air minum yang diberi nama ‘Caritas Water’ ini telah beroperasi sejak Juli 2011. Keunikan dari Caritas Water adalah sumber airnya berasal dari Gua Maria yang terdapat di sebelah gedung gereja Katolik Stasi Fodo Paroki St. Maria Gunungsitoli.

Dengan pengolahan dan penyaringan yang ketat dan pengawasan proses produksi yang baik, Caritas Water menawarkan air minum yang segar dan sehat bagi masyarakat. Pemesanan dapat dilakukan lewat telepon (081 397 451 451) maupun datang langsung ke depot di Perumahan Fodo, Gunungsitoli.

CARI TAS WATERCARI TAS WATERCARI TAS WATERCARI TAS WATER

KANTINKANTINKANTINKANTIN

RC menyediakan bibit tanaman/ pohon untuk dijual seperti bibit karet okulasi (klon PB 260) siap tanam, stum mata tidur, entres, kakao siap tanam, mahoni (informasi lengkap ada pada halaman 19). Selain penjualan bibit, RC juga menyediakan jasa pelatihan bagi kelompok-kelompok/ masyarakat/ komunitas dari berbagai kalangan

yang ingin belajar dan berkonsultasi dengan RC. Informasi lebih lanjut silahkan hubungi Yulius Hulu (0852 6276 4800).

CKS menyediakan jasa penyewaan kendaraan roda empat, jenis-jenis yang tersedia adalah mobil jenis Strada, Panther, dan truk. Informasi lebih lanjut, silahkan hubungi Yunita Sembiring (081 370 803 242).

30

Keuangan Caritas Keuskupan Sibolga Tahun 2012

PERSENTASE PEMASUKAN TAHUN 2012

PERSENTASE PENGELUARAN TAHUN 2012

Page 17: Mengambil Resiko Dalam Pelayanan fileBuku Tahunan CKS 2012 CARITAS KEUSKUPAN SIBOLGA Mengambil Resiko Dalam Pelayanan Salam kasih, Pembaca yang budiman, kami ingin menyapa Anda lewat

Buku Tahunan CKS 2012 Buku Tahunan CKS 2012

32

KERANGKA KERJA PENGEMBANGAN ORGANISASI CKSKERANGKA KERJA PENGEMBANGAN ORGANISASI CKSKERANGKA KERJA PENGEMBANGAN ORGANISASI CKSKERANGKA KERJA PENGEMBANGAN ORGANISASI CKS

Caritas Keuskupan Sibolga mengembangkan organisasinya berdasarkan nilai-nilai yang dianut seperti kerelaan, kebersamaan, kepedulian, kejujuran, keadilan, kritis,

transparansi dan tanggung jawab, dengan memperhatikan fungsi organisasi yang baik yaitu prosedur, struktur organisasi, mekanisme pengambilan keputusan, personalia, dan pembangunan kapasitas. Kesatuan tim juga menjadi bagian yang tidak

terpisahkan dalam pengembangan organisasi yang dilakukan agar nilai-nilai yang dianut dapat diinternalisasi dan fungsi bisa berjalan dengan baik. Untuk mencapainya dilakukan dengan cara team building, alur komunkasi yang baik, dan

kegiatan-kegiatan lain seperti retret tahunan dan misa rutin. Dengan semakin berkembangnya CKS, diharapkan pendekatan pelayanan menjadi semakin baik sehingga masyarakat yang bebas, mandiri, dan solider di wilayah

Keuskupan Sibolga dapat terwujud.

KESATUANKESATUANKESATUANKESATUAN

C K SC K SC K SC K S

NILAINILAINILAINILAI

FUNGSIFUNGSIFUNGSIFUNGSI

PENDEKATANPENDEKATANPENDEKATANPENDEKATAN

METODEMETODEMETODEMETODE

33

Pertama kali mendengar kata "cobra hazard" dari seorang Alexius Telaumbanua (fasilitator CKS), aku tidak faham. Ular jenis apa pula itu? Itulah yang terekam dalam ingatanku dalam sebuah pertemuan dengan Caritas Keuskupan Sibolga

(CKS) setahun lalu di Kantor KARINA Jakarta dalam rangka program Community Managed Livelihood Promotion (CMLP). Bah apa pula itu CMLP? Livelihood sebuah bentuk atau cara bertahan hidup, mata pencaharian yang digeluti agar orang tetap mampu bertahan hidup menghadapi ancaman, ah apa pula itu?

Di perjumpaan kami yang ke lima, setelah 8 bulan dari pertemuan di atas, baru kami mulai sedikit memahami apa itu CMLP. Ternyata sebuah tool, model, alat untuk pemberdayaan, capacity building, yang menjadikan masyarakat utamanya sebagai VIP atau the boss. Ternyata tidak mudah untuk mendewakan masyarakat pada posisi

menjadi orang orang-orang penting. Manusia yang sanggup mengorganisir diri mengatasi keterpurukannya, kerentanannya menghadapi kemiskinan dari berbagai akses publik maupun untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Lebih mudah memasukan unta ke lubang jarum, is it true?

So let we see, what really happen dalam menapaki proses community managed. Satu sistem yang selalu ditanamkan pada kami (CKK) oleh saudara kembar kami CKS, ialah do right thing before immersing to community. Memberikan penguatan, bekal pengetahuan hingga cara detil yang harus dimiliki para pendamping sebelum masuk ke komunitas adalah sebuah gerakan yang sungguh pas. Mengapa saya katakan pas karena pendamping lapangan adalah orang

yang berasal dari sekitar komunitas. Menguasai materi untuk pendampingan juga membutuhkan ketrampilan disamping langkah langkah yang tepat dan terukur. Jadi harus fix dan detailed. Demikian teman-teman CKS dengan cermat dan teliti mendampingi kami dalam setiap pembelajaran. Orang bilang aroma projek adalah sinterklaus tua berjengot yang murah hati, namun disinilah kami belajar bahwa proyek start with what the communities know , berencana bersama mereka, membangun berdasarkan apa yang mereka miliki, not relief but release. Tahapan-tahapan yang kami lalui sungguh dipersiapkan melalui materi yang lengkap. Penentuan lokasi kegiatan masyarakat dampinganpun harus dimulai dengan assesment pendahuluan agar benar benar menghasilkan sebuah bentuk kegiatan pemberdayaan yang diidentifikasi oleh komunitas. Mengajak masyarakat memetakan persoalan mereka butuh keahlian dan ketrampilan tersendiri, dan itu perlu dilatih. Cara ini ternyata menumbuhkan kepercayaan diri para pendamping kami. Saya Direktur Caritas Keuskupan Ketapang, di bawah saya ada koordinator lapangan (KORLAP) yang

membawahi empat pendamping komunitas. Sebagai direktur, tugas saya memastikan setiap rencana yang telah dituangkan dalam logframe dan workplan berjalan sesuai perencanaan. Saya terus menerus mengikuti setiap kegiatan baik yang diadakan oleh KARINA dan CKS dengan maksud agar saya memiliki pengalaman yang lengkap dalam sebuah kegiatan community managed. Dan saya sungguh bersyukur boleh mengalami kesempatan ini. Tahapan ‘menceburkan’ diri di tengah masyarakat (immersion) adalah langkah yang kelihatan enak tidak ada

masalah, justru menjadi awal yang menentukan untuk kegiatan pemberdayaan komunitas yang menganut system community managed. Hadir dan live in (tinggal) di tengah komunitas sungguh memberikan pembelajaran bahwa apa yang menjadi keprihatinan kita belum tentu menjadi keprihatinan warga. Tahapan berikutnya adalah studi kelayakan livelihood partisipatif, yang menjadi penentu dan fondasi dari terbentuknya sebuah Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM). Bila tidak tekun dan cermat di tahapan ini bisa

Salam dari Caritas Keuskupan Ketapang (CKK)

Oleh : Romo Made Sukartia, Pr (Direktur CKK)Romo Made Sukartia, Pr (Direktur CKK)Romo Made Sukartia, Pr (Direktur CKK)Romo Made Sukartia, Pr (Direktur CKK)

Page 18: Mengambil Resiko Dalam Pelayanan fileBuku Tahunan CKS 2012 CARITAS KEUSKUPAN SIBOLGA Mengambil Resiko Dalam Pelayanan Salam kasih, Pembaca yang budiman, kami ingin menyapa Anda lewat

Buku Tahunan CKS 2012 Buku Tahunan CKS 2012

34

dipastikan hasil penguatan di tingkat komunitas akan mengalami kesulitan berantai. Tapi jangan khawatir masih ada tahapan perencanaan dan pembelajaran komunitas, sampai akhirnya studi benar-benar menjadi tindakan yang sungguh belajar yaitu sekolah lapangan. Begitulah pembelajaran yang boleh kami lewati bersama pendampingan CKS untuk CKK.

Melindungi (proteksi) sebuah kehidupan (livelihood) yang sudah sedemikan familiar sekalipun, yang telah nyata-nyata memberikan penghasilan yang baik untuk komunitas, seperti karet, ternyata tidak mudah. Mempromosikan sebuah penghidupan lainnya, seperti bersawah, beternak sistem kandang, atau cara mengatur ekonomi dengan baik, agar mereka resilien menghadapi kebencanaan yang sewaktu waktu muncul bagaikan cobra, adalah sasaran jangka pendek, namun itu pasti lebih sulit lagi. Maka sebelum proteksi karet oleh komunitas, kami tetap harus berkecimpung dalam penguatan kelompok.

Daun keladi, bunga selasih banyak tumbuh di Gunungsitoli, CKS telah memberikan kami banyak amunisi sebelum aksi, kami haturkan terimakasih

Ya’ahowu CKS !

Ya’ahowu! Salam khas suku Nias ini mengandung arti:

selamat, semoga sejahtera, semoga baik-baik saja. Ketika

mengucapkannya saat bersalaman dengan orang Nias, yang

kurasakan adalah kedekatan. Ya, aku merasa dekat dengan mereka

karena banyak kesamaan orang Nias dengan sukuku, Dayak.

Keramahan, kebaikan, kesederhanaan, ketulusan, kuat melekat dan

terpancar dalam keseharian mereka. Kampung-kampung pun tidak

jauh beda.

Masih segar dalam ingatan saat kunjungan ke Nias setahun

lalu, 13 – 17 Nopember 2011, kunjungan belajar singkat. Bukan latah

dengan wakil kita di parlemen, kunjungan kami adalah pembelajaran

awal bagaimana teman-teman Caritas Keuskupan Sibolga (CKS)

mengelola program Community Managed Livelihood Promotion

(Promosi Livelihood Yang Dimanajemeni Masyarakat). Program yang

mengimpikan masyarakat menjadi manajer untuk diri mereka. Kini

pembelajaran itu berlanjut dalam implementasi CMLP di Caritas

Keuskupan Agung Pontianak dan Caritas Keuskupan Ketapang.

Caritas Keuskupan Sibolga adalah lembaga pembelajar handal. Seluruh manajemen dan staf terus belajar

dan kemudian mengembangkan. Kreativitas dan inovasi terus muncul. Ide-ide selalu segar. Mereka juga

“pengajar” yang siap sedia membagikan pengetahuan dan pengalaman. Menariknya, pembelajaran dipahami

sebagai sebuah proses yang tiada henti. Tidak dikenal kata “salah”. Jika perlu mulai lagi dari awal. Seluruh karya

adalah proses, yang didukung oleh tools dan sumber daya handal lainnya. Proses tidak selalu mulus, tidak

gampang. Ketika salah dan gagal, saat yang sama ditemukan pemecahannya. CKS setia menerapkan proses Aksi

– Refleksi – Aksi.

Selamat kepada CKS, manajemen dan seluruh staf, atas upaya dan karya pe-manejer-an masyarakat.

Semoga keramahan dan ketulusan orang Nias selalu mendorong dan menginspirasi spiritulitas pelayanan

kepada masyarakat luas dan bantuan pembelajaran bagi lembaga se visi-misi dan se tanah air, supaya gaung

“community managed” kian terdengar dan tersebar luas. ΩΩΩΩ

Salam dari Caritas Keuskupan Agung Pontianak (CAKAP)

CKS Yang Semakin Matang

35

Kunjungan singkat ke Caritas Keuskupan Sibolga (CKS) pada akhir Oktober 2012 yang lalu memberi kesan tersendiri bagi saya. Bukan saja karena sambutan tuan rumah yang sangat ramah, tetapi juga karena banyak hal yang bisa saya lihat dan pelajari. Mulai dari pelayanan CKS kepada masyarakat dampingan sampai dengan pengelolaan program dan lembaga yang tampak semakin matang.

Selama tiga hari saya diberi kesempatan tinggal di Susteran Alma, yang merawat bayi dan anak-anak telantar. Tawa, celotehan dan bahkan tangis para bayi dan anak-anak asuhan para suster dan relawan ini mengingatkan pada seorang tokoh yang saya kagumi, Madre Theresa dari Calcuta. Aku sangat terkesan, bagaimana suster dan para relawan ini bekerja keras dengan sepenuh hati dan penuh pengabdian merawat dan mendidik begitu banyak anak dan bahkan bayi, termasuk anak-anak yang berkebutuhan khusus. Saya bagaikan menyaksikan sebuah mukjizat. Betapa tidak, saat ini banyak orangtua yang mengasuh satu-dua

anak pun sudah kewalahan dan merasa berat. Namun tidaklah demikian, para suster dan relawan yang hanya terbatas jumlahnya ini mengasuh dan merawat begitu banyak anak-anak dan bayi ini. Kesan mendalam yang lain, saya rasakan ketika mengunjungi wilayah dampingan CKS dengan program pengembangan tanaman karet. Untuk mendekatkan dan menghidupi masalah yang mau dijawab dalam pelaksanaan pogram, CKS mengutus para staf-nya tinggal di tengah-tengah masyarakat yang didampingi. Dengan tinggal di tengah-tengah mereka, staf CKS lebih bisa terlibat dan memahami apa yang terjadi dan

dialami oleh masyarakat dampingan. Tidak cukup itu saja, para staf pun diwajibkan untuk mempraktekkan apa yang diajarkan, yakni menanam tanaman bermanfaat dengan menggunakan pupuk alami (organik). Cara ini bisa menjadi sarana pendidikan yang sangat efektif untuk masyarakat sekitar. Terbukti bahwa di atas tanah liat, yang bahkan warga setempat pun sangsi bisa menanamnya, staf lapangan CKS bisa menunjukkan bahwa itu bisa dilakukan tanpa ongkos mahal dan menggunakan bahan-bahan lokal dengan cara pengolahan sederhana dalam membuat pupuk organik. Hasilnya bisa dilihat dengan mata telanjang. Buah

cabe dan sayuran yang segar-segar dan sehat dihasilkan dari “laboratorium lapangan” mereka. Tempat pelatihan bagi anak-anak muda juga dirasakan bermanfaat untuk anak-anak muda di wilayah itu. Pelatihan yang tidak sepenuhnya gratis itu justru malah menarik minat anak-anak muda putus sekolah untuk bergabung. Lebih dari itu, dengan tidak sepenuhnya gratis bisa menjadi cara untuk mendidik

keswadayaan dan rasa tanggungjawab mereka. Kedewasaan CKS sebagai lembaga juga tampak bagaimana lembaga ini mengelola sumber dayanya.

Sistem kepegawaian sudah kelihatan semakin mapan. Demikian pengelolaan keuangan dan penggalangan dana. Berbagai upaya penggalangan dana diupayakan dan hasilnya sudah mulai tampak. Usaha air minum dalam kemasan dengan brand air “Caritas Nias” sudah kewalahan dalam melayani pelanggan. Caffee Caritas dan Warung Caritas (saya lebih suka menggunakan istilah Warung daripada Supermarket) juga sudah mulai dibangun infra-strukturnya. Investasi yang lumayan besar ini pastinya diharapkan bisa menopang bagi pelayanan kepada masyarakat miskin yang lebih banyak dan lebih berkualitas lagi.

Dari apa yang saya lihat dan saya dapatkan dari sharing tim CKS, saya berkesimpulan bahwa CKS bisa semakin mandiri dalam usaha untuk melayani mereka yang termiskin dari yang miskin. Saya percaya dan yakin bahwa orientasi pelayanan kepada mereka yang miskin ini menjadi spirit pertama dan utama. Segala usaha dan upaya penggalangan dana hanyalah sebagai sarana agar CKS lebih mampu dalam mengjangkau semakin banyak dan semakin berkualitas lagi dalam pelayanan mereka kepada yang miskin. Hal lain yang tidak kalah pentingnya dan tampaknya masih menjadi agenda berikutnya adalah

bagaimana CKS bisa sungguh-sungguh menjadi milik umat Katolik di Keuskupan ini, sehingga semakin banyak umat Katolik yang terlibat dan bisa berbagi dengan mereka yang miskin lewat CKS. Bentuk keterlibatannya bisa bermacam-macam sesuai dengan keadaan dan kemampuan mereka. Kalau tak kenal maka tak sayang, kata pepatah. Maju terus CKS, untuk melayani mereka yang termiskin dari yang miskin! ΩΩΩΩ

Sharing dari Caritas Indonesia Oleh : Romo Adrianus Suyadi, SJ Romo Adrianus Suyadi, SJ Romo Adrianus Suyadi, SJ Romo Adrianus Suyadi, SJ ::: Direktur Caritas IndonesiaCaritas IndonesiaCaritas IndonesiaCaritas Indonesia

Page 19: Mengambil Resiko Dalam Pelayanan fileBuku Tahunan CKS 2012 CARITAS KEUSKUPAN SIBOLGA Mengambil Resiko Dalam Pelayanan Salam kasih, Pembaca yang budiman, kami ingin menyapa Anda lewat

Buku Tahunan CKS 2012

36

UCAPAN Terima Kasih

Caritas Sibolga menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung semua program hingga saat ini (2008 – 2012) : ♦ Keluarga Caritas : Caritas Australia, Caritas Austria, Caritas Bozen, Caritas Korea, Caritas Italiana dan jarin-

gannya (Caritas Bergamasca, Caritas Marche, Caritas Ambrosiana, Caritas Sardegna), CRS (Caritas Amerika

Serikat), Secour Catholique Caritas France (SCCF), KARINA-KWI, Trocaire (Caritas Irlandia), Caritas Jerman, Caritas Hongkong, Caritas Canada (D & P).

♦ Paroki di Dekanat Nias : Paroki Alasa, Paroki Amandraya, Paroki Gido, Paroki Idanogawo, Paroki KGB, Paroki Lahewa, Paroki Lahusa-Gomo, Paroki Laverna, Paroki Nias Barat, Paroki St. Maria Gunungsitoli, Paroki Teluk Dalam Kota, Paroki Teluk Dalam Luar Kota, Paroki Togizhita, Paroki Tuhemberua.

♦ Paroki di Dekanat Tapanuli: Paroki Katedral Sibolga, Paroki Padangsidempuan, Paroki Pandan, Paroki Pan-

garibuan, Paroki Pinangsori, Paroki Tarutungbolak, Paroki Tumbajae ♦ Panti Asuhan & Rehabilitasi: ALMA, Caritas Dorkas Fodo, Gido, Karya Fa’omasi dan Monaco. ♦ Lembaga di Keuskupan Sibolga : Museum Pusaka Nias, PUSPAS, PSE, dan KSP3. ♦ NGO local dan internasional yang menjalankan program di Pulau Nias. ♦ Pemerintah Kabuten Nias, Kabupaten Nias Selatan, Kabupaten Nias Barat, Kabupaten Nias Utara, Kabu-

paten Tapanuli Tengah, Kabupaten Tapanuli Selatan dan Kota Gunungsitoli.

♦ Yayasan Dharma Bakti Astra (YDBA) ♦ Bank Negara Indonesia (BNI) dan Bank Rakyat Indonesia (BRI) ♦ Semua pihak lain yang belum kami sebutkan dan telah mendukung Caritas Sibolga. Semoga dengan segala dukungan Anda, kami mampu mewujudkan cita-cita menciptakan masyarakat yang mandiri, solider dan membebaskan secara rela, transparan dan bertanggungjawab. Ω