MEMBUAT STUP LEBAH MADU LOKAL
Oleh:
Sabrina N. B. B1J010060Marsekal M. K. B1J010062Anggraeni P. B1J011145Anwar Rovik B1J011146Dewi Saroh B1J011147Sindi Lukitasari B1J011148Syarif Maulana M. B1J011150Aldillah Abdul H. B1J011151Hanifah Kholid B. B1J011156Cikha Farahdiba I. B1J011157Demas Pancar R. B1J011158
Kelompok : 4Rombongan : IAsisten : Lu’luk Fuadah
LAPORAN PRAKTIKUM APIKULTUR
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGIPURWOKERTO
2013
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lebah dikenal sebagai serangga yang sering membentuk koloni, walaupun
sebenarnya ada pula yang hidup secara soliter/sendiri. Mekanisme hidup lebah
sangat disiplin dan penuh perhitungan. Lebah membuat sarangnya di atas bukit, di
pohon kayu dan pada atap rumah. Sarangnya dibangun dari malam yang terdapat
dalam badannya. Lebah madu akan berkembang biak dan mempunyai koloni yang
besar atau individu yang banyak jika kondisi lingkungan tempat tinggal sangat
mendukung. Terutama tercukupinya kebutuhan makanan, nektar, pollen dan
cadangan makanan lainnya. Tidak kalah penting merupakan faktor pendukung
bagi habitat lebah madu adalah ada tidakanya gangguan lingkungan, utamanya
hama pengganggu dan predator (Tim Pelatihan Budidaya Lebah Madu, 2008).
Usaha budidaya lebah madu lokal di Indonesia masih dipandang sebagai
sampingan dari pekerjaan sehari-hari kebanyakan orang. Paradigma mengenai
lebah merupakan hewan penyengat dan pengganggu harus secepatnya diubah
menjadi konsepsi pemikiran baru. Lebah adalah hewan yang berpengaruh besar
terhadap kelangsungan hidup manusia. Tumbuhan bergantung pada lebah dalam
proses penyerbukan dan pembuahan, begitu pula dengan manusia yang
memerlukan kehadiran lebah sebagai sumber makanan dan menyembuhkan
berbagai penyakit (Zahrina, 2008).
Kegiatan budidaya sangat penting yaitu menentukan lokasi dan pembuatan
sarang. Sarang lebah madu mempunyai dua jenis yaitu yang bersifat
tradisionalyaitu glodog dan yang bersifat modern yaitu stup. Glodog terbuat dari
batang kayu kelapa dan bentuk stup atau kotak lebah madu. Lebah madu yang
dapat dibudidayakan dan diambil manfaatnya yaitu Apis melifera dan Apis cerana.
Sarang lebah madu yang lebih efisien yaitu stup karena sangat mudah dalam
pemanenan (Baharudin, 2008).
Budidaya lebah madu telah lama menjadi bagian dari kehidupan masyarakat
Indonesia, khususnya yang tinggal di pedesaan dan sekitar hutan. Mereka
mengenal dengan baik tradisi budidaya lebah madu, khususnya jenis lokal Apis
cerana, meskipun dalam bentuk dan teknik sederhana. Pada tahun 1970-an,
diprakarsai oleh Pusat Apiari Pramuka, mulai dikembangkan budidaya lebah
madu secara modern menggunakan jenis lebah eropa (A. mellifera) yang
didatangkan dari Australia (Hadisoesilo, 1992). Dimulai dari 20 stup (kotak lebah)
A. mellifera hadiah kunjungan Presiden Soeharto ke Australia pada tahun 1974
yang diberikan kepada Gerakan Pramuka, dalam beberapa tahun telah
berkembang hingga puluhan ribu koloni dan melibatkan ratusan peternak.
Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial (RLPS),
Kementerian Kehutanan, mencatat sekurang-kurangnya terdapat 33.000 koloni A.
Mellifera pada tahun 2006 (Widiarti dan Kuntadi, 2012).
B. Tujuan
Tujuan dari praktikum kali ini yaitu untuk mengetahui ukuran-ukuran,
bagian-bagian serta cara pembuatan stup lebah madu lokal.
II. MATERI DAN METODE
A. Materi
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah kamera digital dan alat
tulis. Bahan yang digunakan adalah stup model UNSOED.
B. Metode
Langkah-langkah dalam praktikum ini antara lain :
1. Stup lebah madu model unsoed disiapkan.
2. Tiap bagian-bagian dari stup lebah madu tersebut difoto.
3. Diukur setiap bagian-bagian dari stup lebah madu mulai dari landasan, papan
bawah dan lubangnya, brood box, honey super, frames dan landasannya,
penutup dalam dan penutup luar.
4. Dicatat hasil yang didapat.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Gambar 1. Cara Pembuatan Stup
Gambar 2. Pemasangan Stup Di Tempat Budidaya
Gambar 3. Pemasangan Stup Di Tempat Budidaya Persawahan
Gambar 4. Ukuran Glodog Budidaya
B. Pembahasan
Lebah madu lokal sering kita jumpai di sekitar tempat tinggal, di rumah
tempat tinggal (atap atau genteng, eternit), di pohon sekitar rumah terutama pada
batang pohon yang berlubang, bahkan kadang dijumpai di tiang listrik, dan di
gorong-gorong. Namun walau berhabitat asli seperti itu, usaha budidaya lebah
madu harus memperhatikan penentuan lokasi dan konstruksi sarangnya agar lebih
efektif dan efisien. Penentuan likasi dalam hal ini, Suhu ideal yang cocok bagi
lebah adalah sekitar 26°C, pada suhu ini lebah dapat beraktifitas normal. Suhu di
atas 10°C lebah masih beraktifitas. Di lereng pegunungan atau dataran tinggi yang
bersuhu normal (25°C) seperti Malang dan Bandung lebah madu masih ideal
dibudidayakan. Lokasi yang disukai lebah adalah tempat terbuka, jauh dari
keramaian dan banyak terdapat bunga sebagai pakannya (Tim Pelatihan Budidaya
Lebah Madu, 2008).
Bahan stup yang baik dari kayu yang sudah kering dan tidak berbau
menyengat, hal ini menghindari pindahnya koloni lebah karena tidak betah dan
pengaruh dari kayu tersebut. Intinya menggunakan kayu apa saja yang penting
tidak berbau yang menyengat dan mengganggu koloni lebah. Menurut Tim
Pelatihan Budidaya Lebah Madu (2008) gambaran skematis stup lebah lokal
adalah sebagi berikut :
Gambar 1. stup/rumah lebah madu
Keterangan :
1. Tinggi stup minimal 22 – 30 cm
2. Panjang 30 40 cm
3. Lebar menyesuaikan jumlah frame tempat sisiran
Gambar 2. Stup tampak dari atas
Gambar 3. Bentuk Frame/sisiran
Gambar 4. Contoh penempatan stup lebah madu
Sebagaimana yang telah dijelaskan bahwa lebah madu merupakan Insekta
yang memiliki banyak kegunaan yang sangat bermanfaat bagi manusia. Namun
bagaimana untuk membudidayakan lebah madu tersebut dengan
mempertimbangkan metode yang akan digunakan. Untuk beternak lebah madu
terdapat dua metode yang dapat digunakan, yaitu metode tradisional dan metode
stup. Keduanya mempunyai keunggulan dan kekurangan yang berbeda. Berikut
adalah penjelasan mengenai kedua metode tersebut.
1. Metode tradisional
Metode tradisional ini biasa dilakukan oleh orang-orang terdahulu dengan
membuat sarang lebah dari kayu kelapa atau kayu randu (glodok) dengan meniru
rumah-rumah lebah. Batang yang digunakan berbentuk silinder berukuran panjang
80-100 cm yang dibelah dua dengan diameter 12 cm. Bagian tengah diambil
sebagian isinya agar kayu dapat ditutup dan terdapat rongga pada bagian
dalamnya. Glodok digantung disamping rumah atau pohon yang besar. Biaya
yang diperlukan untuk melakukan teknik ini hampir tidak ada atau lebih rendah
karena bahan-bahan yang digunakan berasal dari alam.
2. Metode stup
Jenis sarang lebah madu yang modern yaitu stup (kotak lebah). Stup
dijadiakan sebagai pengganti glodog dalam usaha budidaya lebah budidaya lebah.
Hasil praktikum mencatat bahwa glodog dijadikan alat penangkap lebah yang liar
dialam dan kemudian sisiran dipindahkan kestup. Hal tersebut sesuai dengan
pernyataan Baharudin (2008), bahwa glodog dijadikan sebagai alat penagkap
lebah Apis melifera di alam, kemudian dipindahkan ke stup (kotak lebah). Stup
adalah sarang lebah berbentuk kotak persegi panjang, pada bagian dalam terdapat
frame-frame dan konstruksinya dibuat sedemikian rupa untuk mempermudah
penelolaan dan pemanenan. Selain itu lebah juga dapat dengan mudah menguasai
stup tersebut. Stup jenis MD (modified dadants) adalah sarang yang dipergunakan
untuk budidaya lebah madu, stup ini berisi delapan buah sisiran sarang dengan
satu buah feeder frame tempat meletakkan larutan gula.
Cara membuat stup MD (modified dadants) yang terbuat dari kayu albasia
atau randu dengan ukuran lebar 40 cm x 50 cm, tinggi 25 cm x 2 cm. Faktor yang
perlu dicermati adalah suhu. Perubahan suhu dalam stup hendaknya tidak terlalu
cepat, oleh karena itu ketebalan dinding perlu diperhatikan untuk menjaga agar
suhu tetap stabil. Bahan yang digunakan adalah kayu empuk setebal 2,5 cm.
Bagian-bagiannya menurut Febriani (2009) terdiri dari:
1. Bagian dasar (alas) kotak, yang berfungsi sebagai pintu keluar masuk lebah.
2. Bagian sarang penelur, yang berfungsi untuk memperbanyak jumlah koloni.
3. Penyekat ratu, berperan untuk mencegah lebah ratu berkeliaran ke kotak
pembuatan royal jelly pada kotak super.
4. Kotak sarang madu, berfungsi khusus untuk pembuatan royal jelly.
5. Penyekat kassa, diletakkan di bawah penutup stup fungsinya untuk
memudahkan pengontrolan.
6. Penutup stup yang dilapisi seng, fungsinya agar stup tidak basah ketika terkena
air hujan.
7. Feeder frame adalah tempat meletakkan larutan gula pada musim paceklik.
Terbuat dari triplek dengan ketebalan 3 mm bagian bawah,samping kanan kiri
semuanya tertutup rapat. Bentuk feeder frame serupa dengan sisiran sarang.
8. Frame, terdiri dari frame penelur, frame royal jelly, frame perbanyakan lebah
ratu, frame menyimpan madu.
9. Alat perangkap tepung sari (pollen craft), diletakkan dipintu masuk agar serbuk
sari yang dibawa oleh lebah madu tersangkut dan ditampung.
Menurut Febriani (2009), cara pembuatan stup lebah madu lokal adalah
sebagai berikut. Pertama, dibuat kotak dari papan setebal 2 cm - 2,5 cm ukuran
bagian dalam 34 cmx 7,5 cm. Bagian depan berukuran 28 cmx 7,5 cm. Di bagian
bawahnya dibuat lubang berukuran 5 cm x 1 cm untuk pintu masuk lebah. Kotak
penutup alas berukuran 40 cm x 24 cm. Kotak peneluran dibuat dengan ukuran
bagian dalam 34 cm x 18 cm x 13 cm. Bagian luar diberi bilah penghalang
berkeliling dengan lebar 10 cm, ditempelkan pada kotak selebar 4 cm sehingga
tersisa 6 cm yang berfungsi sebagai penyambung antar kotak peneluran dan kotak
dasar. Dibagian dalam kotak peneluran pada sisi bidang 18 cm diberi lubang
sebesar 3,7 mm. Dibagian bawah sebelah luar diberi papan tenggeran yang
berguna untuk bertengger sementara lebah pekerja sebelum masuk atau keluar. Di
salah satu dinding samping dibuatkan pintu untuk memudahkan perawatan.
Engsel- engsel pintu dipasang ditepi bagian atas kotak, dengan demikian pintu
dapat di buka dan ditutup. Kotak sarang madu berukuran 34 cm x 18 cm x 15 cm.
Cara pembuatan sama dengan kotak penelur, lengkap dengan lebang keluar
masuk, bilah penghalang, bilah penggantung dan pintu. Antara kotak penelur dan
kotak sarang madu dibuatkan penyekat penghalang dari kassa berukuran 34 cm x
18 cm, yang berfungsi untuk menghalangi lebah ratu masuk kedalam kotak madu
tetapi lebah pekerja dapat leluasa melewati kassa tersebut. Setelah pembuatan
kotak madu selesai dibuat, dilanjutkan dengan pembuatan bingkai ( frame ) untuk
sisiran sarang lebah. Ukuran disesuaikan dengan kotak peneluran dan sarang
madu. tebal bingkai 1 cm dan lebar 2 cm. Bingkai yang menggantung dalam kotak
dibuat menonjol ke kanan dan ke kiri sepanjang 1 cm. Dengan demikian bilah –
bilah bingkai ( frame ) akan berjejer 8 buah dengan jarak sisiran 2 cm. Diatas
bingkai- bingkai kotak sarang madu tepatnya dibawah penutup kotak diberi
penyekat kassa agar semua lebah tidak dapat naik. Pada bagian luar penutup kotak
madu di beri tutup terbuat dari seng agar terlindungi dari hujan dan panas. Di
bawah tutup kotak harus terdapat ventilasi agar uap air sisa pernapasan lebah
dapat menguap dengan cepat agar tidak merusak sisiran sarang lebah madu. Oleh
karena itu di bawah penutup kotak diberi kassa persegi empat agar sirkulasi udara
bagus dan mencegah kaburnya lebah madu. (Anwar, yang ini aku nggak
mudeng harus berbuat apa )
Peternakan lebah yang modern sudah menggunakan stup yang memiliki
beberapa keuntungan antara lain mudah dipindahkan, mudah dibongkar dan lebih
dapat memberikan perlindungan terhadap hama dan penyakit (Kholidah, 2007).
Stup lebah madu (sistem gelondong modern) sangat diperlukan dalam usaha
pemeliharaan lebah madu. Pemeliharaan lebah madu dalam stup akan
mempermudah pengelolaan dan pemanenannya, tanpa merusak koloni lebah
madu. Stup dapat dapat di modifikasi dengan dibuat menjadi tunggal atau
bertingkat yang ditumpuk satu sama lain. Bila stup dibuat bertingkat, maka stup
paling bawah berfungsi sebagai tempat ratu dan pertumbuhan serta
perkembangbiakan koloninya. Sedangkan stup yang diatasnya berfungsi sebagai
tempa tmemproduksi madu. Stup perlu diberi penyangga untuk menghindari
serangan rayap, ular, atau binatang lain. Tinggi kaki penyangga stup dari tanah
berkisar 50 cm – 100 cm (Febriani, 2009).
Maanfaat stup lebah (Anwar, yang ini aku nggak mudeng harus
berbuat apa )
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dalampraktikum antara lain :
1. Terdapat dua jenis sarang lebah yaitu bentuk alamiah glodog yang berbentuk
silindris dan stup berbentuk kotak lebah persegi panjang.
2. Stup lebih efektif dalam usaha budidaya lebah madu jika dibandingkan dengan
glodog.
3. Bagian stup terdiri dari tubuh atau kotak, tutup atas, tutup bawah, tiang
penopang dan yang terpenting sebagai pelekat sisiran yaitu Frame.
B. Saran
(Anwar, yang ini aku nggak mudeng harus berbuat apa )
DAFTAR REFERENSI
Baharudin, M. 2008. Usaha Budidaya Lebah Madu (Apis melifera). Pustaka, Bogor.
Febriani, A. 2009. Lebah Madu. http://thismilk.wordpress.com/2009/06/26/lebah-madu/. Akses tanggal 16 November 2013.
Hadisoesilo, S. 1992. Evolutionary and development of beekeeping in Indonesia (pp.39-44). Dalam Proceeding of the Beenet Asia. Workshop on Priorities in R&D on Beekeeping in Tripical Asia. Beenet Asia, Universiti Pertanian Malaysia, Southbound.
Kholidah, L. N. 2007. Pola Pembangunan dan Pertambahan Sel Anakan Pada Koloni Lebah Madu Lokal (Apis cerana). Skripsi. Fakultas Biologi UNSOED, Purwokerto.
Tim Pelatihan Budidaya Lebah Madu. 2008. Cara Praktis Budidaya Lebah Madu (Apis Indica). Politeknik Purbaya Kabupaten Tegal.
Widiarti, Asmanah Dan Kuntadi. 2012. Budidaya Lebah Madu Apis Mellifera L. Oleh Masyarakat Pedesaan Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam. Vol. 9 No. 4 : 351-361, 2012.
Zahrina. 2008. Keistimewaan Pemanfaatan dan Pelestarian Lebah Madu. Makalah SMA 1 Tambun Selatan. Jakarta.
Top Related