Download - Mekanisme Pernafasan

Transcript

Mekanisme Pernafasan

Gusna Ridha

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Skenario

Seorang anak perempuan berumur 10 tahun dibawa ibunya kedokter karena sesak nafas.

Sesak dirasakan sejak semalam akibat batuk pilek yang terus menerus. Menurut ibunya, sebelum

sakit anaknya kehujanan waktu pulang sekolah.

Pendahuluan

Tanda tanda vital ditubuh kita meliputi tekanan darah, suhu dan tidak kalah pentingnya

adalah system pernafasan sebagai salah satu bagian penting yang meliputi pemasukan gas

oksigen yang nantinya akan digunakan dalam system metabolisme tubuh kita, dan akan

mengeluarkan gas carbondioksida yang berasal dari jaringan, yang merupakan sisa sisa dari

proses metabolisme tadi. Beberapa gangguan yang bisa kita derita seperti batuk dan pilek

ternyata dapat menimbulkan sumbatan dan menimbulkan gangguan sesak nafas pada system

pernafasan kita. Yang menjadi hipotesa dari kelompok kami adalah sesak nafas diakibatkan

adanya gangguan pada saluran pernafasan. Makalah ini membahas mengenai beberapa hal yang

menyakut dengan scenario diatas. Makalah ini sendiri dibuat untuk membuktikan kebenaran

akan hipotesis yang telah dibuat, sekaligus memenuhi tugas PBL yang diberikan pada kelompok

saya, juga untuk menambah ilmu pengetahuan kita mengenai hal hal yang dapat kita ketahui

dalam mekanisme kerja saraf, gangguannya, hingga terjadinya kejang itu sendiri.

Alamat Korespondensi :

Gusna Ridha, Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jl.Arjuna Utara no 6. Jakarta Barat, E-mail:

[email protected]

1

TINJAUAN PUSTAKA

Respirasi

Sistem pernapasan atau proses respirasi dapat didefinisikan sebagai gabungan aktivitas

mekanisme pada manusia yang memiliki fungsi sebagai sistem yang berguna dalam menyalurkan

udara masuk dan keluar dari tubuh. Kecepatan respirasi adalah jumlah pernapasan dalam satu

menit. Kecepatan yang normal adalah 12 sampai 18 pernapasan per menit. Pernapasan pada

anak-anak lebih cepat, yaitu 18-20 kali per menit.1

Pusat dari pengaturan pernafasan kita terletak di korteks cerebri impulsnya disalurkan

melalui traktus kortikospinalis ke motor neuron saraf pernafasan. Bila hubungan pusat dengan

system perifer terputus, pernafasan dengna secara spontan terhenti tetapi pernafasan yang

disengaja masih dapat dilakukan. Tetapi untuk pusat dari respirasinya sendiri ada yang terletak di

pons dan ada juga yang terletak di medulla oblongata. 2

Jalur Pernafasan

Saluran napas berawal dari saluran nasal

atau hidung. Saluran hidung membuka ke

dalam faring atau tenggorokan, yang berfungsi

sebagai saluran bersama untuk system

pernapasan dan pencernaan. Terdapat dua

saluran yang berasal dari faring-trakea, yang

di lalui oleh udara untuk menuju paru, dan

esophagus, yang dilalui oleh makanan untuk

menuju lambung. Udara dalam keadaan

normal masuk ke faring melalui hidung, tetapi

juga dapat masuk melalui mulut ketika saluran

hidung tersumbat, misalnya kita akan

bernapas menggunakan mulut ketika kita

pilek. Karena faring berfungsi sebagai saluran bersama untuk udara dan makanan maka sewaktu

menelan terjadi mekanisme reflex yang menutup trakea agar makanan masuk ke esophagus dan

bukan saluran napas. Esophagus selalu tertutup kecuali ketika menelan untuk mencegah udara

masuk ke lambung sewaktu bernapas.3

2

Laring atau voice box, terletak dipintu masuk trakea. Tonjolan anterior laring membentuk

jakun. Pita suara, dua pita jaringan elastik yang melintang dipintu masuk laring, dapat

diregangkan dan diposisikan dalam berbagai bentuk oleh otot laring. Sewaktu udara dilewatkan

melalui pita suara kencang, lipatan tersebut bergetar untuk menghasilkan berbagai suara bicara.

Bibir, lidah dan palatum mole memodifikasi suara menjadi pola suara yang dapat dikenali.

Sewaktu menelan,pita suara melaksanakan fungsi yang tidak berkaitan dengan bicara, keduanya

saling mendekat untuk menutup pintu masuk ke trakea. Di belakang laring, trakea terbagi

menjadi dua cabang utama, yaitu bronkus kanan dan kiri yang masing – masing masuk ke paru

kanan dan kiri. Di dalam masing – masing paru, bronkus terus bercabang – cabang menjadi

saluran napas yang semakin sempit, pendek, dan banyak, seperti percabangan sebuah pohon.

Cabang – cabang yang lebih kecil dikenal sebagai bronkiolus.3

Bronkiolus terkecil atau bronkiolus terminal akan bercabang bronkiolus respiratorius, dan

kemudian menjadi duktus dan sakus alveolaris, di mana dindingnya membentuk alveoli dan

hanya mengandung sel – sel epitel. Alveoli merupakan kumpulan dari alveolus, di mana alveolus

merupakan kantung – kantung udara halus tempat pertukaran gas antara udara dan darah. Agar

aliran udara dapat masuk dan keluar bagian paru tempat pertukaran berlangsung, kontinum

saluran napas penghantar dari pintu masuk melalui bronkiolus terminal hingga alveolus harus

tetap terbuka. Trakea dan bronkus besar adalah tabung yang cukup kaku tak berotot yang

dikelilingi oleh serangkaian cincin tulang rawan yang mencegah saluran ini menyempit.

Bronkiolus yang lebih kecil tidak memiliki tulang rawan untuk menjaganya tetap terbuka.

Dinding saluran ini mengandung otot polos yang disarafi oleh system saraf otonom dan peka

terhadapa hormone dan bahan kimia local tertentu. Factor – factor ini mengatur jumlah udara

yang mengalir dari atmosfer ke setiap kelompok alveolus, dengan mengubah derajat kontraksi

otot polos bronkiolus sehingga mengubah kaliber saluran napas terminal.3 Sama dengan

pembahasan, secara histologinya, sistem pernapasan, secara histologi, dibagi menjadi 2 bagian

yaitu :4

1. Bagian Konduksi

Berfungsi sebagai penghubung antara bagian luar dengan bagian respirasi di distal.

Bagian konduksi ini mencakup rongga hidung, faring, laring, trakea, dan sistem

3

bronkiolus yang berawal dengan percabangan bronkus (ekstrapulmonal dan

intrapulmonal) dan percabangan bronkiolus terminalis.4

2. Bagian Respirasi

Pada bagian repirasi ini terjadi pertukaran gas oleh darah. Gas yang bertukar disini adalah

oksigen dan karbondioksida. Bronkiolus respiratorius, duktus alveolares, dan alveoli

merupakan bagian dari bagian repirasi ini bersama-sama merupakan bagian terbesar dari

volume paru.4

Sistem pernapasan dibentuk oleh beberapa struktur. Seluruh struktur tersebut terlibat

dalam proses respirasi eksternal yaitu proses pertukaran oksigen (O2) antara atmosfer dan darah

serta pertukaran karbondioksida (CO2) antara darah dan atmosfer. Respirasi eksternal adalah

proses pertukaran gas antara darah dan atmosfer sedangkan respirasi internal adalah proses

pertukaran gas antara darah sirkulasi dan sel jaringan. Respirasi internal (pernapasan selular)

berlangsung di seluruh tubuh. Struktur yang membentuk system pernapasan dapat dibedakan

menjadi struktur utama (principal structure), dan struktur pelengkap (accessory structure).4

Struktur Utama System Pernafasan

Yang termasuk struktur utama system pernapasan adalah saluran udara pernapasan,

terdiri dari jalan napas (saluran pernafasan atas) dan saluran napas (saluran nafas bawah), serta

paru (parenkim paru). Yang disebut sebagai jalan napas adalah nares, hidung bagian luar, (2)

hidung bagioan dalam, sinus paranasal, faring, dan laring. Sedangkan saluran napas bagian

baawah adalah trakea, bronki dan bronkioli.5

Anatomi Saluran Pernapasan Bagian Atas

Lubang hidung (cavum nasalis)

Hidung dibentuk oleh tulang sejati (os) dan tulang rawan

(kartilago). Hidung dibentuk oleh sebagian kecil tulang sejati,

sisanya terdiri atas kartilago dan jaringan ikat (connective tissue).

Bagian dalam hidung merupakan suatu lubang yang dipisahkan

menjadi lubang kiri dan kanan oleh sekat (septum). Rongga hidung

mengandung rambut (fimbriae) yang berfungsi sebagai penyaring

4

(filter) kasar terhadap benda asing yang masuk. Pada permukaan (mukosa) hidung terdapat epitel

bersilia yang mengandung sel goblet. Sel tersebut mengeluarkan lender sehingga dapat

menangkap benda asing yang masuk ke dalam saluran pernapasan. Kita dapat mencium aroma

karena di dalam lubang hidung terdapat reseptor. Reseptor bau terletak pada cribriform plate, di

dalamnya terdapat ujung saraf dari cranial I (Nervous Olfactorius).6

Hidung berfungsi sebagai jalan napas, pengatur udara, pengatur kelembapan udara

(humidifikasi), pengatur suhu, pelindung dan penyaring udara, indra pencium, dan resonator

suara. Fungsi hidung sebagai pelindung dan penyaring dilakukan oleh vibrissa, lapisan lendir,

dan enzim lisozim. Vibrissa adalah rambut pada vestibulum nasi yang bertugas sebagai

penyaring debu dan kotoran (partikel berukuran besar). Debu-debu kecil dan kotoran (partikel

kecil) yang masih dapat melewati vibrissa akan melekat pada lapisan lendir dan selanjutnya

dikeluarkan oleh refleks bersin. Jika dalam udara masih terdapat bakteri (partikel sangat kecil),

maka enzim lisozim yang menghancurkannya. 7

Sinus paranasalis

Sinus paranasalis merupakan daerah yang terbuka pada tulang kepala, dinamakan sesuai

dengan tulang tempat dia berada yaitu sinus frontalis, sinus ethmoidalis, sinus sphenoidalis, dan

sinus maxillaries. Sinus berfungsi untuk: Membantu menghangatkan dan humidifikasi,

Meringankan berat tulang tengkorak, Mengatur bunyi suara manusia dengan ruang resonansi.5

Faring

Faring merupakan pipa berotot berbentuk cerobong (kurang

lebih 13cm) yang letaknya bermula dari dasar tengkorak

sampai persambungannya dengan esophagus pada

ketinggian tulang rawan (kartilago) krikoid. Faring

digunakan pada saat ‘digestion’ (menelan) seperti pada saat

bernafas. Berdasarkan letaknya faring dibagi menjadi tiga

yaitu di belakang hidung (naso-faring), belakang mulut (oro-

faring), dan belakang laring (laringo-faring).5,6

Nasofaring terdapat pada superior di area yang terdeapat

epitel bersilia (pseudo stratified) dan tonsil (adenoid), serta merupakan muara tube eustachius.

Adenoid atau faringeal tonsil berada di langit-langit nasofaring. Tenggorokan dikelilingi oleh

tonsil, adenoid, dan jaringan limfoid lainnya. Struktur tersebut penting sebagai mata rantai

5

nodus limfatikus untuk menjaga tubuh dari invasi organisme yang masuk ke hidung dan

tenggorokkan. Orofaring berfungsi untuk menampung udara dari nasofaring dan makanan dari

mulut. Pada bagian ini terdapat tonsili palatina (posterior) dan tonsili lingualis (dasar lidah).

Laringofaring merupakan bagian terbawah faring yang berhubungan dengan esofagus dan

pita suara (vocal cord) yang berada dalam trakhea. Laringofaring berfungsi pada saat proses

menelan dan respirasi. Laringofaring terletak di bagian depan pada laring, sedangkan trakhea

terdapat di belakang.6

Laring

Laring sering disebut dengan ‘voice box’ dibentuk

oleh struktur epiteliumlined yang berhubungan dengan

faring (di atas) dan trakhea (di bawah). Laring terletak di

anterior tulang belakang (vertebrae) ke 4 dan ke 6. Bagian

atas dari esophagus berada di posterior laring.

Fungsi utama laring adalah untuk pembentukan suara,

sebagai proteksi jalan napas bawah dari benda asing dan

untuk memfasilitasi proses terjadinya batuk. Laring terdiri

atas: 5,6

1. Epiglotis: katup kartilago yang menutup dan

membuka selama menelan.

2. Glotis: lubang antara pita suara dan laring.

3. Kartilago tiroid: Kartilago yang terbesar pada trakhea, terdapat bagian yang membentuk

jakun (‘Adam’s apple’).

4. Kartilago krikoid: cincin kartilago yang utuh di laring (terletak di bawah kartilago tiroid).

5. Kartilago aritenoid: digunakan pada pergerakan pita suara bersama dengan kartilago

tiroid.

6. Pita suara: sebuah ligamen yang dikontrol oleh pergerakan otot yang menghasilkan suara

dan menempel pada lumen laring.

6

Anatomi Saluran Pernapasan Bagian Bawah

Saluran pernapasan bagian bawah (tracheobronchial tree) terdiri atas saluran udara konduktif dan

saluran udara respiratorius terminal.

a. Saluran Udara Konduktif

Trakhea

Trakhea merupakan perpanjangan dari laring pada ketinggian tulang vertebrae torakal ke 7 yang

bercabang menjadi dua bronkhus. Ujung cabang trakhea disebut carina. Trakhea bersifat sangat

fleksibel, berotot, dan memiliki panjang 12 cm dengan cincin kartilago berbentuk huruf C. Pada

cincin tersebut terdapat epitel bersilia tegak (pseudostratified ciliated columnar epithelium) yang

mengandung banyak sel goblet yang mensekresi lender (mucus).6,8

Bronkhus dan Bronkhiolus

Cabang bronkhus kanan lebih pendek, lebih

lebar, dan cenderung lebih vertical daripada

cabang yang kiri. Hal tersebut menyebabkan

benda asing lebih mudah masuk ke dalam

cabang sebelah kanan daripada cabang

bronkhus sebelah kiri.1,5

Segmen dan subsegmen bronkhus bercabang

lagi dan berbentuk seperti ranting masuk ke

setiap paru-paru. Bronkhus disusun oleh

jaringan kartilago sedangkan bronkhiolus, yang berakhir di alveoli, tidak mengandung kartilago.

Tidak adanya kartilago menyebabkan bronkhiolus mampu menangkap udara, namun juga dapat

mengalami kolaps. Agar tidak kolaps, alveoli dilengkapi dengan porus/lubang kecil yang terletak

antar alveoli (‘Kohn pores’) yang berfungsi untuk mencegah kolaps alveoli.5

Saluran pernapasan mulai dari trakhea sampai bronkhus terminalis tidak mengalami

pertukaran gas dan merupakan area yang dinamakan Anatomical Dead Space. Banyaknya udara

7

yang berada dalam area tersebut adalah sebesar 150 ml. Awal dari proses pertukaran gas terjadi

di bronkhiolus respiratorius.5,6

b. Saluran Respiratorius Terminal

Alveoli

Parenkim paru-paru merupakan area yang aktif bekerja dari

jaringan paru-paru. Parenkim tersebut mengandung berjuta-

juta unit alveolus. Alveoli merupakan kantong udara yang

berukuran sangat kecil, dan merupakan akhir dari

bronkhiolus respiratorius sehingga memungkinkan

pertukaran O2 dan CO2. Seluruh dari unit alveoli (zona

respirasi) terdiri atas bronkhiolus respiratorius, duktus

alveolus, dan alveolar sacs (kantong alveolus). Fungsi utama dari unit alveolus adalah pertukaran

O2 dan CO2 di antara kapiler pulmonal dan alveoli.5,7

Diperkirakan terdapat 24 juta alveoli pada bayi yang baru lahir. Seiring dengan

pertambahan usia, jumlah alveoli pun bertambah dan akan mencapai jumlah yang sama dengan

orang dewasa pada usia 8 tahun, yakni 300 juta alveoli. Setiap unit alveoli menyuplai 9-11

prepulmonari dan pulmonari kapiler.6

Paru-paru

Paru-paru terletak pada rongga dada,

berbentuk kerucut yang ujungnya berada di atas

tulang iga pertama dan dasarnya berada pada

diafragma. Paru-paru kanan mempunyai tiga

lobus sedangkan paru-paru kiri mempunyai dua

lobus. Kelima lobus tersebut dapat terlihat dengan

jelas. Setiap paru-paru terbagi lagi menjadi

beberapa subbagian menjadi sekitar sepuluh unit

terkecil yang disebut bronchopulmonary segments.

8

Paru-paru kanan dan kiri dipisahkan oleh ruang yang disebut mediastinum. Jantung,

aorta, vena cava, pembuluh paru-paru, esofagus, bagian dari trakhea dan bronkhus, serta kelenjar

timus terdapat pada mediastinum.5

Struktur Pelengkap Sistim Pernapasan

Yang digolongkan dalam struktur pelengkap system pernapasan adalah struktur

penunjang yang diperlukan untuk bekerjanya system pernapasan itu sendiri. Struktur pelengkap

tersebut adalah dinding dada yang terdiri dari iga dan otot, otot abdomen dan otot-otot lain,

diafragma, serta pleura.1

Dinding Dada

Dinding dada atau Dinding Toraks dibentuk oleh tulang, otot, serta kulit. Tulang

Pembentuk Rongga Dadaterdiri dari tulang i8ga (12 buah), vertebra torakalis (12 buah), sternum

(1buah), clavikula (2 buah), dan scapula (2 buah). Tulang dada (sternum) berfungsi melindungi

paru-paru, jantung, dan pembuluh darah besar.5

Otot Perbatasan

Otot Pernapasan. Selain sebagai pembentuk dinding dada, otot skelet juga berfungsi

sebagai otot pernapasan. Menurut kegunaannya, otot-otot pernapasan dibedakan menjadi otot

untuk inspirasi, mencakupo otot inspirasi utama dan tambahan, serta otot untuk ekspirasi

tambahan. Otot inspirasi utama terdiri dari M. interkostalis eksternus, M. interkatilaginus

parasternal dan otot diafragma. Sedangkan otot inspirasi tambahan yang sering juga disebut

sebagai otot bantu napas, yaitu: M. strenokleidomastoideus, M. skalenus anterior, M. skalenus

medius, M. skalenus posterior.5

Saat napas biasa, untuk ekspirasi tridak diperlukan kegiatan otot, cukup dengan daya

elastic paru saja udara di dalam paru akan keluar saat ekspirasi. Namun, ketika ada serangan

asma, atau ada rasa sesak, sering diperlukan active breathing, dalam keadaan ini, untuk ekspirasi

diperlukan kontribusi kerja otot-otot berikut. M. interkostalis interna, M. interkartilaginus

parastrernal, M. rektus abdomins, M. oblikus abdominis eksternus. Otot-otot untuk ekspirasi juga

berperan untuk mengatur pernapasan saat berbicara, bernyanyi, batuk, bersin, dan untuk

mengedan saat buang air besar serta saat bersalin.6,9

Diafragma

9

Diafragma adalah suatu septum berupa jaringan muskulotendineus yamg memisahkan

rongga toraks dengan rongga abdomen. Diafragma terletak di bawah rongga dada. Diafragma

berbentuk seperti kubah pada keadaan relaksasi. Dengan demikian, diafragma menjadi dasar dari

rongga toraks. Ada tiga aperture pada diafragma, yaitu: Hiatus aortikus yang dilalui oleh aorta

desenden, vena azigos dan duktus torasikus. Hiatus esophagus yang dilalui oleh esophagus.

Aperture yang satu lagi dilalui oleh vena kava inferior. Pengaturan saraf diafragma (nervus

phrenicus) terdapat pada susunan saraf spinal pada tingkat C3, sehingga jika terjadi kecelakaan

pada saraf C3 akan menyebabkan gangguan ventilasi.5,7

Pleura

Pleura merupakan membran serosa yang

menyelimuti paru-paru. Pleura dibentuk oleh

jaringan yang berasal dari mesodermal.

Pembungkus ini dapat dibedakan menjadi pleura

viseralis yang melapisi paru dan pleura parietalis

yang melapisis dinding dalam hemitoraks.diantara

kedua pleura tadi, terbentuk ruang yangdisebut

rongga pleura yang sebenarnya tidak berupa

rongga teteapi merupakan ruang potensial. Pada

keadaan normal, rongga pleura berisi cairan pleura

dalam jumlah yang sangat sedikit (0,1-0,2 mL/kg.BB). jadi hanya berupa lapisan cairan pleura

setebal 10-20 µm yang menyelaputi kedua belah pleura. Meskipun sangat tipis, cairan ini dapat

memisahkan lapisan pleura viseralis dengan pleura parietalis agar tidak saling bersinggungan

atau berlengketan. Masuknya udara maupun cairan ke dalam rongga pleura akan menyebabkan

paru-paru tertekan dan kolaps. Apabila terserang penyakit, pleura akan mengalami peradangan.5,7

Mekanika Pernafasan

Respirasi merupakan proses dari pertukaran udara di dalam tubuh. Ada 3 langkah dasar

dari proses respirasi, yaitu ventilasi, respirasi eksternal, respirasi internal. Ventilasi atau bernapas

adalah seperangkat mekanisme gabungan dari proses inhalasi (inspirasi) dan ekshalasi (ekspirasi)

udara, serta melibatkan pertukaran udara antara atmosfer dan alveoli pada paru.7

10

Inspirasi dan Ekspirasi

Paru dan dinding dada adalah struktur elastic. Pada keadaan normal, hanya ditemukan

selapis cairan di antara paru dan dinding dada. Paru dengan mudah dapat bergeser sepanjang

dinding dada, tetapi sukar untuk dipisahkan dari dinding dada seperti halnya dua lempengan kaca

yang direkatkan dengan air dapat digeser tetapi tidak dapat dipisahkan. Tekanan di dalam

“ruang” antara paru dan dinding dada (tekanan intrapleura) bersifat subatmosferik.7,9

Pada saat kelahiran, jaringan paru dikembangkan sehingga teregang, dan pada akhir

ekspirasi tenang, kecenderungan daya recoil jaringan paru untuk menjauhi dinding dada

diimbangi oleh daya recoil dinding dada ke arah yang berlawanan. Apabila dinding dada dibuka,

paru akan kolaps; dan apabila paru kehilangan elastisitasnya, dada akan mengembang

menyerupai bentuk gentong (barrel shaped).7,9

Inspirasi merupakan proses aktif. Kontraksi otot-otot inspirasi akan meningkatkan

volume intratorakal. Tekanan intrapleura di bagian basis paru akan turun dari nilai normal sekitar

-2,5 mm Hg (relative terhadap tekanan atmosfer) pada awal inspirasi, menjadi -6 mm Hg.

Jaringan paru semakin teregang. Tekanan di dalam saluran udara menjadi sedikit lebih negative,

dan udara mengalir ke dalam paru. Pada akhir inspirasi, daya recoil paru mulai menarik dinding

dada kembali ke kedudukan ekspirasi, sampai tercapai keseimbangan kembali antara daya recoil

jaringan paru dan dinding dada. Tekanan di dalam saluran udara menjadi sedikit lebih positif,

dan udara mengalir meninggalkan paru. Selama pernafasan tenang, ekspirasi merupakan proses

pasif yang tidak memerlukan kontraksi otot untuk menurunkan volume intratorakal. Namun,

pada awal ekspirasi, masih terdapat kontraksi ringan otot inspirasi. Kontraksi ini berfungsi

sebagai peredam daya recoil paru dan memperlambat ekspirasi.7,8

Pada inspirasi kuat, tekanan intrapleura turun mencapai -30 mm Hg, menimbulkan

pengembangan jaringan paru yang lebih besar. Apabila ventilasi meningkat, derajat pengempisan

jaringan paru juga ditingkatkan melalui kontraksi aktif otot-otot ekspirasi yang menurunkan

volume intratorakal.7

Compliance Paru dan Dinding Dada

Interaksi antara daya recoil jaringan paru dan daya recoil dinding dada dapat

diperlihatkan pada subjek hidup. Subjek percobaan bernafas melalui sebuah spirometer yang

dilengkapi sebuah katup tepat dibelakang mouthpiece , dengan kedua cuping hidung terjepit

rapat. Mouthpiece ini dilengkapi dengan alat pengukur tekanan. Setelah subjek menghirup

11

sejumlah volume udara, katup diputar sehingga saluran udara tertutup. Otot-otot pernafasan

dibiarkan berelaksasi, sementara tekanan dalam saluran udara dicatat. Tindakan ini diulang

setelah menghirup atau secara aktif mengeluarkan sejumlah volume udara. 9

Kurva tekanan saluran udara yang diperoleh melalui percobaan dan ini digambarkan

terhadap volume, nerupakan kurva tekanan relaksasi keseluruhan system pernafasan. Pada

volume paru yang sesuai dengan jumlah udara dalam paru pada akhir eksprasi tenang (volume

relaksasi, sama dengan kapasitas residu fungsional), tekanan dalam saluran udara sama dengan

nol. Peningkatan volume dalam paru menghasilkan tekanan positif, sedangkan penurunan

volume dalam paru menimbulkan tekanan negative. Perbandingan antara perubahan volume paru

dengan satuan perubahan tekanan saluran udara (∆V/∆P) menggambarkan kemudahan

diregangnya (compliance) jaringan paru dan dinding dada. 9

Pada umumnya, pengukuran dilakukan pada kisaran kurva tekanan relaksasi yang paling

curam, dan nilai normalnya adalah 0,2 L/cm H2O. walaupun demikian, compliance bergantung

pada volume udara dalam paru; seorang yang hanya memiliki satu paru menunjukkan nilai ∆V

separuh dari ∆V individu normal untuk ∆P tertentu. Compliance juga sedikit lebih besar bila

diukur selama pengempisan paru dibandingkan apabila diukur selama pengembangan paru. Oleh

sebab itu, lebih banyak informasi dapat diperoleh apabila dilakukan pemeriksaan kurva tekanan

volume keseluruhan. Bendungan dan fibrosis jaringan interstisial paru akan menggeser kurva ke

bawah kanan (compliance menurun). 9

Pada emfisema, kurva bergeser ke atas kiri (compliance meningkat). Perlu diperhatikan

bahwa compliance merupakan pengukuran static daya recoil jaringan paru dan dinding dada.

Perbedaan tekanan yang diperlukan untuk mengalirkan suatu satuan volume udara menunjukkan

besar tahanan jaringan parudan dinding dada; dan pengukuran yang lebih bersifat dinamik ini

(bukan static) juga berkaitan dengan besar tahanan aliran udara dalam saluran nafas. 9

Difusi oksigen dari alveolus ke darah kapiler paru

PO2 darah paru meningkat hingga menyamai PO2 udara alveolus di sepertiga pertama

kapiler. Rata-rata PO2 alveolus adalah 104 mm Hg, sedangkan rata-rata darah vena yang masuk

ke kapiler adalah 40 mm Hg.dengan demikian, perbedaan tekanan awal yang menyebabkan

oksigen berdifusi ke dalam kapiler paru adalah 104-40 mm Hg, atau 64 mm Hg. PO2 meningkat

hingga menyamai PO2 udara alveolus pada saat darah telah mengalir sepertiga dari jarak tempuh

di kapiler, menjadi hampir 104 mm Hg.7

12

Darah kapiler paru menjadi hampir jenuh oleh oksigen, bahkan pada saat olahraga berat.

Pemakaian oksigen dapat meningkat 20 kali lipat sewaktu olahraga berat, dan meningkatnya

curah jantung menurunkan waktu darah berada di kapiler paru menjadi kurang dari separuh

normal. Namun, darah tetap hampir jenuh oleh oksigen ketika meninggalkan kapiler paru karena

sebab-sebab berikut.7,9

Meningkatnya kapasitas difusi. Kapasitas berdifusi oksigen meningkat hampir tiga kali

lipat sewaktu olahraga; hal ini disebabkan oleh meningkatnya luas permukaan kapiler dan

rasio ventilasi-perfusi yang mendekati ideal di bagian atas paru.

Transit time safety factor (factor keamanan waktu transit). Darah menjadi hampir jenuh

oleh oksigen pada saat melewati sepertiga pertama kapiler paru.

Aliran “pintasan (Shunt)” vena bronkialis menurunkan PO2 arteri dari nilai kapiler 104

mm Hg menjadi nilai arteri sekitar 95 mm Hg. Sekitar 2 % dari darah yang masuk ke atrium kiri

mengalir langsung dari aorta melalui sirkulasi bronchial. Aliran darah ini mencerminkan suatu

aliran “pintasan” karena dialihkan tanpa melalui bagian tempat pertukaran gas dan nilai PO2 –nya

sama dengan PO2 darah vena yaitu sekitar 40 mm Hg. Darah ini kemudian bercampur dengan

darah beroksigen dari paru; percampuran darah ini disebut venous admixture of blood.7,9

Transport oksigen dalam darah

Sekitar 97% oksigen diangkut ke jaringan dalam keadaan terikat secara kimiawi ke

hemoglobin. 3% sisanya diangkut ke jaringan dalam cairan plasma dan sel. Hb berikatan dengan

oksigen dalam jumlah besar jika PO2 tinggi dan kemudian membebaskan O2 jika kadar PO2

rendah. Ketika darah melewati paru dengan PO2 darah meningkat menjadi 95 mmHg, Hb

menyerap banyak oksigen. Sewaktu melewati kapiler jaringan dengan PO2 turun menjadi sekitar

40 mmHg, Hb membebaskan sejumlah besar oksigen. Oksigen bebas ini kemudian berdifusi ke

dalam sel jaringan.3

Kurva disosiasi oksigen-Hb memperlihatkan persen saturasi Hb yang diplotkan sebagai

fungsi PO2. Kurva disosiasi oksigen-Hb menunjukkan peningkatan progresif persentase Hb yang

terikat ke oksigen sewaktu PO2 darah meningkat, yang dinamai persen saturasi Hb.

Bentuk sigmoid kurva disosiasi oksigen-Hb terjadi karena daya ikat oksigen ke Hb yang

semakin kuat dengan semakin banyaknya oksigen yang terikat. Setiap molekul Hb dapat

mengikat 4 molekul oksigen. Setelah satu molekul oksigen terikat, afinitas Hb untuk molekul

kedua meningkat, demikian seterusnya. Perhatikan bahwa afinitas untuk oksigen tinggi di paru

13

dengan nilai PO2 sekitar 95 mmHg dan rendah di jaringan perifer dengan nilai PO2 adalah

sekitar 40 mmHg.3

Jumlah maksimal oksigen yang diangkut oleh Hb adalah sekitar 20 mL oksigen per 100

mL darah. Pada orang normal, setiap 100 mL darah mengandung sekitar 15 gr Hb, dan setiap

gram Hb dapat berikatan dengan sekitar 1,34 mL oksigen ketika saturasinya 100%. Namun,

jumlah total oksigen yang terikat oleh Hb darah arteri normal adalah sekitar 97%, sehingga

disetiap 100 mL darah terangkut sekitar 19,4 mL oksigen. Hb dalam darah vena yang

meninggalkan jaringan perifer memiliki saturasi oksigen sekitar 75% sehingga jumlah oksigen

yang diangkut oleh Hb darah vena adalah sekitar 14,4 mL oksigen per 100 mL darah. Karena itu,

dalam keadaan normal diangkut sekitar 5 mL oksigen ke jaringan per 100 mL darah.3

Hb berfungsi mempertahankan PO2 jaringan yang konstan. Meskipun dibutuhkan untuk

mengangkut oksigen ke jaringan, Hb juga memiliki fungsi lain yang esensial bagi kehidupan

sebagai system penyangga oksigen jaringan.3

Pada kondisi basal, jaringan membutuhkan sekitar 5 mL oksigen dari setiap 100

mL darah. Agar 5 mL oksigen dibebaskan, PO2 harus turun menjadi sekitar 40 mmHg. Kadar

PO2 jaringan dalam keadaan normal tidak mencapai 40 mmHg karena oksigen yang dibutuhkan

oleh jaringan pada keadaan tersebut tidak dibebaskan dari Hb; oleh karena itu, Hb menetapkan

kadar PO2 jaringan di batas atas sekitar 40 mmHg.3

Saat olahraga berat, pemakaian oksigen meningkat hingga 20 kali normal. Hal ini

dapat dicapai dengan sedikit penurunan PO2 jaringan (turun hingga ke tingkat 15-25 mmHg)

karena curamnya kurva disosiasi dan meningkatnya aliran darah jaringan akibat berkurangnya

PO2 (yaitu peningkatan kecil PO2 menyebabkan sejumlah besar oksigen dibebaskan.3

Di jaringan yang aktif secara metabolic, dengan suhu, PCO2, dan konsentrasi ion

hydrogen meningkat, kurva disosiasi oksigen-Hb bergeser ke kanan. Jika afinitas terhadap

oksigen rendah, kurva bergeser ke kanan, sehingga oksigen lebih mudah dibebaskan. Setiap nilai

PO2 persen saturasi oleh oksigen rendah jika kurva bergeser ke kanan. Kurva disosiasi oksigen-

Hb juga bergeser ke kanan sebagai adaptasi terhadap hipoksemia kronik yang berkaitan dengan

tinggal di ketinggian. Hipoksemia kronik meningkatkan pembentukkan 2,3-difosfogliserat, suatu

senyawa yang berikatan dengan Hb dan menurunkan afinitas Hb terhadap oksigen.3

O2 Yang Larut Secara Fisik

14

Sangat sedikit O2 yang larut secara fisik dalam cairan plasma, karena oksigen kurang

larut dalam cairan tubuh. Jumlah yang larut berbanding lurus dengan tekanan oksigen darah.

Semakin tinggi tekanan oksigen, semakin banyak oksigen yang larut. Pada tekanan arteri normal

sebesar 100mmHg, hanya 3ml oksigen dapat larut dalam 1L darah. Untuk menyalurkan oksigen

yang dibutuhkan oleh jaringan bahkan dalam keadaan istirahat, curah jantung harus sebesar

83,3L per menit jika O2 dapat diangkut dalam bentuk larut. 3

Oksigen Yang Terikat ke Hemoglobin

Hemoglobin, suatu molekul protein yang mengandung besi dan terdapat dalam sel darah merah

dapat membentuk ikatan yang longgar dan reversible dengan O2. Ketika tidak berikatan dengan

O2, Hb disebut sebagai hemoglobin tereduksi atau deoksihemoglobin, ketika berikatan dengan O2

disebut oksihemoglobin (HbO2).3

PO2 adalah faktor utama yang Menentukan Persen Saturasi Hemoglobin

15

Hb + O2 ↔ HbO2

Hemoglobin tereduksi oksihemoglobin

Masing-masing dari keempat atom besi didalam heme sebuah molekul hemoglobin dapat

berikatan dengan satu molekul O2, sehingga setiap molekul Hb dapat membawa hingga empat

molekul 2. Hemoglobin dianggap jenuh ketika semua Hb yang ada membawa oksigennya secara

maksimal. Persen saturasi hemoglobin, suatu ukuran seberapa banyak Hb yang ada berikatan

dengan O2, dapat bervariasi dari 0% sampai 100%. Faktor terpenting yang menentukan persen

saturasi Hb adalah PO2 darah, yang berkaitan dengan konsentrasi O2 secara fisik larut dalam

darah. Menurut hukum aksi massa, jika konsentrasi suatu bahan yang terlibat dalam suatu reaksi

reversible meningkat maka reaksi terdorong ke arah yang berlawanan. 3

Sebaliknya, jika konsentrasi suatu bahan berkurang maka reaksi terdorong ke arah sisi

tersebut. Dengan menerapkan hukum ini ke reaksi reversibel yang melibatkan Hb dan O2 (Hb +

O2 ↔ HbO2), ketika PO2 darah meningkat, seperti di kapiler paru, reaksi bergerak kea rah sisi

kanan persamaan, meningkatkan pembentukan HbO2 atau peningkatan persen saturasi Hb. Ketika

PO2 darah turun, seperti di kapiler sistemik, reaksi terdorong ke arah sisi kiri persamaan dan

oksigen dibebaskan dari Hb karena HbO2 berdisosiasi atau penurunan persen saturasi Hb. Karena

itu, akibat perbedaan PO2 di paru dan di jaringan lain, maka Hb secara otomatis mengambil O2 di

paru, tempat ventilasi secara terus menerus menyediakan pasokan segar O2 dan melepaskannya

di jaringan, yang secara terus menerus menggunakan O2.3

Transpor CO2 dalam darah

Dalam keadaan istirahat, sekitar 4 mL CO2 diangkut dari jaringan ke paru dalam setiap

100 mL darah. Sekitar 70% CO2 darah diangkut dalam bentuk ion bikarbonat, 23% dalam ikatan

dengan Hb dan protein plasma, dan 7% dalam keadaan laruut dalam cairan darah.

Karbondioksida yang berdifusi ke dalam darah dari jaringan dibawa ke paru-paru melalui cara

berikut ini:3

1. Sejumlah kecil karbondioksida (7% sampai 8%) tetap terlarut dalam plasma

2. Karbondioksida yang tersisa bergerak ke dalam sel darah merah, di mana 25%nya bergabung

dalam bentuk reversibelyang tidak kuat dengan gugus amino di bagian globin pada

hemoglobin untuk membentuk karbaminohemoglobin.

3. Sebagian besar karbondioksida dibawa dalam bentuk bikarbonat, terutama dalam plasma.

16

Karbondioksida dalam sel darah merah berikatan dengan air untuk membentuk asam

karbonat dalam reaksi bolak-balik yang dikatalis oleh anhidrase karbonik.

CO2 + H2O ↔ H2CO3

Anhidrase karbonik

Reaksi diatas berlaku dua arah, bergantung konsentrasi senyawa. Jika konsentrasi

CO2 tinggi seperti di dalam jaringan, reaksi berlangsung ke kanan sehingga lebih

banyak terbentuk ion hydrogen dan bikarbonat. Dalam paru yang konsentrasi CO2-

nya lebih rendah, reaksi berlangsung ke kiri dan melepaskan karbondioksida.

4. Pergeseran klorida. Ion bikarbonat bermuatan negative yang terbentuk dalam sel darah merah

berdifusi ke dalam plasma dan hanya menyisakan ion bermuatan positif berlebihan.

Untuk mempertahankan netralitas elektrokimia, ion bermuatan negative lain yang

sebagian besar ion klorida, bergerak ke dalam sel darah merah untuk memulihkan

ekuilibrium ion. Inilah yang disebut dengan pergeseran klorida.

Kandungan klorida dalam sel darah merah di vena yang memiliki konsentrasi

karbondioksida lebih tinggi akan lebih besar dibandingkan dalam darah arteri.

5. Ion hydrogen bermuatan positif yang terlepas akibat disosiasi asam karbonat, berikatan

dengan hemoglobin dalam sel darah merah untuk meminimalisasi perubahan pH.

  Transport gas : Oksigen yang diserap oleh darah diparu harus diangkut ke jaringan untuk

digunakan oleh sel. Sebaliknya, CO2 yang diproduksi ditingkat sel harus diangkut ke paru untuk

dikeluarkan. Sebagian besar O2 dalam darah diangkut dalam keadaan terikat ke hb Oksigen

terdapat dalam darah dalam dua bentuk yaitu larut secara fisik dan secara kimiawi berikatan

dengan hemoglobin.3

17

Tes Fungsi Paru

Volume paru atau kapasitas dari udara yang dapat masuk ke dalam paru paru dapat kita

ukur dengan menggunakan spirometer sederhana. Resistensi jalan napas dan compliance bisa

diukur secara tidak langsung dengan mengukur aliran dan volume ekspirasi paksa. Dengna

menggunakan teknik pengukuran ini kita dapat mengetahui kapasitas volume dari paru kita dan

secra tidak langsung kita juga dapat sekallian mengecek fungsi paru kita. Dalam pengukuran

yang dilakukan dengan tes ini, ada beberapa penilaian yang dapat dijadikan patokannya.7,10

18

a. Ada empat jenis volume paru yang masing-masing berdiri sendiri-sendiri, tidak saling

tercampur, yaitu :10

1. volume tidal(Tidal Volume, VT) yaitu volume udara (sekitar 500 ml) yang dihirup atau

yang dihembuskan pada satu siklus pernapasan selama pernapasan biasa / normal.

2. Volume cadangan inspirasi (inspiratory reserve volume, IRV) adalah volume tambahan

udara (sekitar 300 ml) yang dapat dihirup melebihi dan diatas volume tidal normal.

3. Volume cadangan ekspirasi (expiratory reserve volume, ERV) adalah tambahan udara

(sekitar 1100ml) yang dapat dihembuskan dengan ekspirasi paksa setelah akhir ekspirasi

normal.

4. Volume residual (VR) adalah volume udara (sekitar 1200 ml) yang tersisa diparu setelah

ekspirasi paling kuat atau maksimal.

b. Kapasitas paru adalah kombinasi dua atau lebih volume paru.Kapasitas-kapasitas paru dapat

diuraikan sebagai berikut:10

a. Kapasitas Inspirasi (KI)

Sama dengan volume tidal plus volume cadangan inspirasi.Kapasitas ini adalah jumlah

udara (sekitar 3500 ml) yang dapat dihirup seseorang mulai awal ekspirasi normal hingga

paru mengembang maksimal.

b. Kapasitas Residual Fungsional (KRF)

Sama dengan volume cadangan ekspirasi ditambah volume residual.Kapasitas ini adalah

jumlah udara yang tetap berada di paru pada akhir ekspirasi normal (sekitar 2300 ml).

19

c. Kapasitas Vital (KV)

Sama dengan volume cadangan inspirasi ditambah volume tidal ditambah volume

cadangan ekspirasi.Kapasitas ini adalah jumlah maksimal udara yang dapat dikeluarkan

oleh seseorang dari paru setelah mula-mula ia mengisi parunya hingga maksimal dan

kemudian mengeluarkannya sebanyak-banyaknya (sekitar 4600ml).

Ruang didalam saluran nafas yang berisi udara yang tidak ikut serta dalam proses

pertukaran gas dengan darah dalam kapiler paru disebut ruang rugi pernafasan. Pengukuran

kapasitas vital, yaitu jumlah udara terbesar yang dapat dikeluarkan dari paru setelah inspirasi

maksimal, sering kali digunakan di klinik sebagai indeks fungsi paru. Nilai tersebut bermanfaat

dalam memberikan informasi mengenai kekuatan otot-otot pernafasan serta beberapa aspek

fungsi pernafasan lain. Fraksi volume kapasitas vital yang dikeluarkan pada satu detik pertama

melalui ekspirasi paksa (volume ekspirasi paksa 1 detik, FEV, kapasitas vital berwaktu/timed

vital capacity) dapat memberikan informasi tambahan; mungkin diperoleh nilai kapasitas vital

yang normal tetapi nilai FEV menurun pada penderita penyakit asma, yang mengalami

peningkatan tahanan saluran udara akibat konstriksi bronkus. 7,10

Pada keadaan normal, jumlah udara yang diinspirasikan selama satu menit (ventilasi

paru, volume respirasi semenit) sekitar 6 L (500 mL/nafas × 12 nafas/menit). Ventilasi volunter

maksimal (Maximal Voluntary Ventilation/ MVV), atau yang dahulu disebut kapasitas

pernafasan maksimum (Maximal Breathing Capasity), adalah volume gas terbesar yang dapat

dimasukkan dan dikeluarkan selama 1 menit secara volunteer. Pada keadaan normal, MVV

berkisar antara 125-170 L/menit.7,10

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Oksigenasi

Tahap Perkembangan:

Saat lahir terjadi perubahan respirasi yang besar yaitu paru-paru yang sebelumnya

berisi cairan menjadi berisi udara. Bayi memiliki dada yang kecil dan jalan nafasyang pendek.

Pada lanjut usia juga terjadi perubahan pada bentuk thorak dan pola napas.11

Lingkungan

20

Ketinggian, panas, dingin dan polusi mempengaruhi oksigenasi. Makin tinggidaratan,

makin rendah PaO2, sehingga makin sedikit O2 yang dapat dihirup individu. Sebagai akibatnya

individu pada daerah ketinggian memiliki laju pernapasan dan jantung yang meningkat, juga

kedalaman pernapasan yang meningkat. Sebagai respon terhadap panas, pembuluh darah perifer

akan berdilatasi, sehingga darah akan mengalir ke kulit. Meningkatnya jumlah panas yang hilang

dari permukaan tubuh akan mengakibatkan curah jantung meningkat sehinggakebutuhan oksigen

juga akan meningkat. Pada lingkungan yang dingin sebaliknya terjadi kontriksi

pembuluh darah perifer, akibatnya meningkatkan tekanan  darah  yang akan menurunkan

kegiatan–kegiatan  jantung  sehingga mengurangi  kebutuhan  akan oksigen.11

Gaya Hidup

Aktifitas dan latihan fisik meningkatkan laju dan kedalaman pernapasan dan

denyut jantung, demikian juga suplay oksigen dalam tubuh. Merokok dan pekerjaan tertentu

pada tempat yang berdebu dapat menjadi predisposisipenyakit paru.11

Status Kesehatan

Pada orang yang sehat sistem kardiovaskuler dan pernapasan dapat menyediakan oksigen

Yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Akan tetapi Penyakit pada  sistem 

kardiovaskuler kadang berakibat pada terganggunya pengiriman oksigen ke sel-sel tubuh.

Selain itu penyakit-penyakitpada sistem pernapasan dapat mempunyai efek sebaliknya terhadap

oksigendarah. Salah satu contoh kondisi kardiovaskuler yang mempengaruhi oksigen adalah

anemia, karena hemoglobin berfungsi membawa oksigen dan karbondioksida maka anemia dapat

mempengaruhi transportasi gas-gastersebut ke dan dari sel.11

Narkotika

Narkotika seperti morfin dan dapat menurunkan laju dan kedalam pernapasan ketika

depresi pusat pernapasan dimedula.11

Perubahan/gangguan pada fungsi pernapasan

Fungsi pernapasan dapat terganggu oleh kondisi-kondisi yang dapat mempengarhi

pernapasan yaitu:

a. Pergerakan udara ke dalam atau keluar paru

21

b. Difusi oksigen dan karbondioksida antara alveoli dan kapiler paru

c. Transpor oksigen dan transpor dioksida melalui darah ke dan dari sel jaringan.

Gangguan pada respirasi yaitu hipoksia, perubahan pola napas dan obstruksi sebagian

jalan napas. Hipoksia yaitu suatu kondisi ketika ketidakcukupan oksigen di dalam tubuh yang

diinspirasi sampai jaringan. Hal ini dapat berhubungan dengan ventilasi, difusigas atau

transpor gas oleh darah yang dapat disebabkan oleh kondisi yang dapat merubah satu atau lebih

bagian-bagian dari proses respirasi. Penyebablain hipoksia adalah hipoventilasi alveolar yang

tidak adekuat sehubungandengan menurunnya tidal volume, sehingga karbondioksida kadang

berakumulasi didalam darah.11

Sianosis dapat ditandai dengan warna kebiruan pada kulit, dasar kuku dan membran

mukosa yang disebabkan oleh kekurangan kadar oksigen dalam hemoglobin. Oksigenasi yang

adekuat sangat penting untuk fungsi serebral. Korteks serebral dapat mentoleransi hipoksia

hanya selama 3 – 5 menit sebelum terjadi kerusakan permanen. Wajah orang hipoksia akut

biasanya terlihatcemas, lelah dan pucat.11

Perubahan pola nafas

Pernapasan yang normal dilakukan tanpa usaha dan pernapasan ini sama jaraknya dan

sedikit perbedaan kedalamannya. Bernapas yang sulit disebut dyspnoe (sesak). Kadang-kadang

terdapat napas cuping hidung karena usaha inspirasi yang meningkat, denyut jantung meningkat.

Orthopneo yaitu ketidakmampuan untuk bernapas kecuali pada posisi duduk dan berdiri seperti

pada penderita asma.11

Obstruksi jalan napas

Obstruksi jalan napas lengkap atau sebagaian dapat terjadi di sepanjang saluran

pernapasan di sebelah atas atau bawah. Obstruksi jalan napas bagian atas meliputi :  hidung,

pharing, laring atau trakhea, dapat terjadi karena adanya benda asing seperti makanan, karena

lidah yang jatuh kebelakang (otrhopharing) bila individu tidak sadar atau bila sekresi menumpuk

disaluran napas. Obstruksi jalan napas di bagian bawah melibatkan oklusi sebagian atau lengkap

dari saluran napas ke bronkhus dan paru-paru. Mempertahankan jalan napas yang terbuka

merupakan intervensi keperawatan yang kadang-kadang membutuhkan tindakan yang tepat.

22

Onbstruksi sebagian jalan napas ditandai dengan adanya suara mengorok selama inhalasi

(inspirasi).11

Kesimpulan

Dari isi tinjauan pustaka yang telah dibahas diatas, kita dapat mengetahui bahwa, pada

dasarnya jaringan jaringan didalam tubuh manusia memerlukan suplai oksigen sepanjang waktu

untuk melakukan aktifitas aktifitas metabolisme yang diperlukan untuk mendukung

kelangsungan kehidupan. Oksigen yang diperlukan ini, dapat didapatkan dari proses respirasi.

Tetapi proses respirasi ini tidak selamanya berjalan dengan mulus, ada beberapa factor yang

dapat mendukung, dan ada pula yang dapat menghambat proses ini, Maka itu apabila terjadi hal

hal yang diluar kenormalannya, maka system pernafasan kita dapat mengalami gangguan

gangguan misalnya sesak nafas. Dengan demikian, hipotesis yang telah dibuat pada awal

pembuatan makalah ini dapat diterima. Semoga tinjauan pustaka ini dapat bermanfaat bagi para

pembaca, dan mohom maaf apabila masih terdapat banyak kekurangan. Terima kasih.

Daftar Pustaka

1. Faiz O, Moffat D. At a glance anatomi. Jakarta: Erlangga, 2002. Hal. 1-22

2. Husin E. Fisiologi pernafasan. Jakarta : FK Ukrida, 2011

3. Sherwood L. Fisiologi manusia : dari sel ke system. Edisi 6. Jakarta: EGC, 2011. Hal 539-50

4. Bloom, Fawcett. Buku ajar histologi. Edisi 12. Jakarta: EGC, 2003. Hal. 629-49

5. Djojodibroto D. Respirologi (respiratory medicine). Jakarta: EGC, 2009. Hal. 57-9

6. Gunardi S. Anatomi sistem pernafasan. Jakarta : FKUI, 2009.

7. Ward, Jeremy.P.T; Clarke,Robert W; Linden Roger WA. At a glance fisiologi. Jakarta:

Erlangga, 2007. Hal 50-61

8. Carlos JL. Histologi dasar. Jakarta: EGC, 2005. Hal. 341-55

9. Tortora G.J; Derrickson B.H. Principles of anatomy and physiology. 12nd edition. Asia :

John wiley & sons,2009. Page. 874 – 905

10. Guyton. Buku saku fisiologi kedokteran, guyton & hall. Jakarta: EGC, 2010. Hal. 293-

4 ,296-7

23

11. faktor faktor yang mempengaruhi oksigenasi pernapasan, 28 desember. Diunduh dari :

www.ilmukeperawatan.com pada 20 mei 2011. Pkl. 12.25

24