MEKANISME PENDISTRIBUSIAN SURPLUS UNDERWRITING
KEPADA PESERTA ASURANSI KEBAKARAN
(STUDI PADA PT. ASURANSI UMUM
BUMIPUTERAMUDA 1967
UNIT SYARIAH)
SKRIPSI
Skripsi Ini Diajukan Ke Fakultas Syariah dan Hukum Guna Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (SE.Sy)
Di susun Oleh :
Humaidi NIM : 105046201716
PROGRAM STUDI MUAMALAT
KONSENTRASI ASURANSI SYARIAH
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H/2010 M
MEKANISME PENDISTRIBUSIAN SURPLUS UNDERWRITING KEPADA
PESERTA ASURANSI KEBAKARAN
(STUDI PADA PT. ASURANSI UMUM BUMIPUTERAMUDA 1967 UNIT
SYARIAH)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI)
Oleh :
Humaidi NIM: 105046201716
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. H. Ahmad Mukri Aji, M.A Hendra Pertaminawati, M.A
KONSENTRASI ASURANSI SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H/2010 M
KATA PENGANTAR
Assalammu’alaikum. Wr. Wb.
Segala puji serta syukur kehadirat Ilahi Rabbi yang telah menciptakan
manusia sebagai mahluk yang paling sempurna. Di antara salah satu kesempurnaan
Nya adalah Dia karuniakan manusia pikiran dan kecerdasan, Shalawat dan salam kita
sanjungkan kepada pemimpin revolusioner umat Islam sedunia tiada lain yakni, Nabi
Muhammad SAW beserta keluarga, para sahababat dan umatnya yang selalu
berpegang teguh hingga akhir zaman.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi yang penulis lakukan
bukanlah apa-apa jika dibandingkan dengan karya-karya besar yang lebih dahulu ada,
karena masih banyak kekurangan, baik dalam penyusunan kata-kata maupun dalam
penyajian analisisnya. Namun penulis telah berusaha dengan semaksimal mungkin
dalam proses penulisan skripsi ini.
Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis betul-betul menyadari adanya
rintangan dan ujian, namun pada akhirnya selalu ada jalan kemudahan. Tentunya
tidak terlepas dari beberapa pihak yang sepanjang penulisan skripsi ini banyak
membantu dalam memberikan bimbingan dan masukan yang berharga kepada penulis
guna penyempurnaan skripsi ini.
i
Dengan demikian dalam kesempatan yang berharga ini penulis ingin
mengungkapkan rasa hormat dan terima kasih tiada terhingga kepada berbagai pihak
yang secara langsung telah membantu penulis, diantaranya:
1. Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, S.H, M.A, M.M. selaku Dekan
Fakultas Syariah dan Hukum beserta staff dan jajarannya yang telah
memberikan bimbingan serta arahan baik secara langsung maupun tidak
langsung selama penulis menuntut ilmu di Fakultas Syari’ah dan Hukum
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr.Euis Amalia, M.Ag, selaku Ketua Prodi Muamalat dan H. Ah.
Azharuddin Latif, M.Ag, M.H, selaku Sekretaris Prodi Muamalat.
3. Dr. H. Ahmad Mukri Adji,M.A dan Hendra Pertaminawati,M.A, selaku
dosen pembimbing penulis yang tidak kenal lelah meluangkan waktu dan
memberikan arahan, masukan dan kritikan kepada penulis dalam
penyusunan skripsi ini.
4. Seluruh dosen Dosen Asuransi Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum, serta
karyawan-karyawan dan staf perpustakaan yang telah memfasilitasi penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Drs. Saiful Hadi, selaku Head Of Finance dan HRD PT. Asuransi
BumiputeraMuda 1967 Unit Syariah. Yang telah banyak memberikan
informasi dan masukan berharga dalam proses penyusunan skripsi penulis.
6. Teristimewa buat Ayahanda H.Husaini dan Ibunda tercinta Hj.Romlah.
Terima kasih atas segala doanya, kesabaran, jerih payah dan pengorbanan
ii
iii
serta nasihat yang senantiasa memberikan semangat tanpa jemu hingga
ananda dapat menyelesaikan studi. Tiada kata yang pantas selain ucapan
doa, sungguh jasamu tiada tara dan tak akan pernah terbalaskan.
7. Kepada Kakak-Kakakku Huriyah, Hairuddin, Hardiansyah dan Hilwani
serta Adik-adikku Hanif dan Hafidz. Terima kasih atas dukungan moril
yang diberikan.
8. Teman-teman seperjuangan angkatan 2005/2006 Faukultas Syariah dan
Hukum Konsentrasi Asuransi Syariah yang tidak dapat penulis sebutkan
satu persatu, terima kasih atas kebersamaannya selama penulis belajar di
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, semoga persahabatan kita terjalin hingga
rambut memutih.
Mudah-mudahan skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca
pada umumnya serta menjadi amal baik kita di sisi Allah SWT, Akhirnya, semoga
setiap bantuan yang telah diberikan kepada penulis mendapat balasan dari Allah
SWT. Amin yaa Rabbal al- ‘alamien.
Wasallamu’alaikum. Wr. Wb.
Jakarta, 27 Mei 2010 M
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………….....i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………. iv
DAFTAR TABEL…………………………………………………………………….... vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...……………………………………………………. 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ...…………………………….. 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian... ...…………………………………. 7
D. Metode Penelitian ...…………….………………………………….. . 8
E. Tinjauan Pustaka Terdahulu ….......…………………………………. 9
F. Kerangka Teori dan Konsep ...……...……………………………… 12
G. Sistematika Penulisan ………………..…………………………….. 14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Underwriting ……………………………………………………..... 16
1. Pengertian dan Tujuan Underwriting ...……………………. 16
2. Proses dan Keputusan Underwriting ……………………..... 22
3. Surplus Underwriting …………………………………….... 27
B. Asuransi Kebakaran ……………………………………………….. 29
1. Pengertian Asuransi Kebakaran …………………………… 29
iv
2. Pengertian Kebakaran ……………………………………... 33
3. Ruang Lingkup Asuransi Kebakaran ……………………… 34
BAB III TINJAUAN UMUM PT. ASURANSI UMUM BUMIPUTERAMUDA
1967 UNIT SYARIAH
A. Sejarah Singkat Perusahaan ……………………………………… 40
B. Visi dan Misi Perusahaan …………………………………………. 41
C. Struktur Organisasi Perusahaan ………………………………….. 42
D. Ruang Lingkup Kegiatan Perusahaan ……………………………...45
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Metode Perhitungan Dana Surplus Underwriting Kepada Peserta
Asuransi Kebakaran ……………………………………………….. 48
B. Pengalokasian Dana Surplus Underwriting Perusahaan Asuransi PT.
Asuransi Umum BumiputeraMuda 1967 Syariah …………………. 52
C. Mekanisme Pendistribusian Surplus Tabarru Kepada Peserta Asuransi
Kebakaran …………………………………………………………. 53
D. Perkembangan Dana Surplus Underwriting Perusahaan PT. Asuransi
Umum BumiputeraMuda 1967 Unit Syariah Pada Peserta
……………………………………………………………………… 57
v
vi
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ………………………………………………………. 64
B. Saran ……………………………………………………………… 65
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di tengah kebangkitan kembali ekonomi syariah yang mengacu
kepada kaidah-kaidah syariat Islam, dunia asuransi juga mulai mereposisi diri
dalam melakukan aktivitasnya agar sesuai dengan syariah. Akan tetapi, belum
ada format baku Asuransi Syariah yang disusun untuk dijadikan sebagai
pedoman operasional perusahaan. Hal tersebut tidak menjadi masalah, karena
dinamisnya dunia Islam yang memungkinkan siapapun untuk menyusun
format Asuransi Syariah berdasarkan pemahaman fiqh-fiqh muamalat sesuai
dengan nash-nash yang jelas dalam al-quran dan diperkuat oleh hadits-hadits
shahih, ijma’ para ulama sampai ijtihad orang perorangan.
Indonesia sebagai negara yang mayoritas penduduknya adalah
Muslim, telah mendirikan lembaga-lembaga keuangan yang operasionalnya
berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Dewan Syariah Nasional juga telah
menargetkan pada tahun 2010 seluruh asuransi konvensional di Indonesia
harus memiliki unit syariah.1
Asuransi Syariah yang mulai beroperasi di Indonesia sejak tahun 1994,
ditandai dengan munculnya Asuransi Takaful Indonesia. Yang menjadi
landasan beroperasinya perusahaan tersebut saat itu hanyalah kebijakan
1 Abdul Ghoni dan Erny Arianty, Akuntansi Asuransi Syariah; Antara Teori dan
Praktik, (Jakarta: INSCO Consulting, 2007), h. V.
1
2
Departemen Keuangan saja, hal ini dikarenakan tidak ada satu pun Undang-
Undang yang mengatur operasional Asuransi Syariah.
Dengan demikian, Asuransi Syariah tidak hanya bersaing antar
perusahaan Asuransi Syariah semata, namun juga bersaing dengan perusahaan
asuransi konvensional. Setiap perusahaan Asuransi Syariah harus mencari
strategi untuk menjaring nasabah sebanyak mungkin dan menjadikan dirinya
sebagai market leader.2
Hukum bilangan besar pada hakikatnya menjadi dasar di bidang usaha
perasuransian. Sebab, dalam usaha perasuransian terjadi proses dimana
ketidakmungkinan peramalan kejadian terhadap kasus individu diganti dengan
kemampuan untuk meramal kejadian atau kerugian secara kolektif sejumlah
kasus. Oleh karena itu, perusahaan asuransi selalu berupaya untuk
mengembangkan dan membuat produk yang inovatif agar dapat
memperbanyak nasabahnya dengan estimasi terhadap kemungkinan
terjadinya kerugian yang diderita nasabah akan semakin tepat. Selain produk
yang inovatif, perusahaan juga harus menawarkan premi yang wajar agar
mampu bersaing dengan perusahaan asuransi lain dalam menarik minat
peserta (tertanggung).
Perusahaan Asuransi Syariah bertumpukan pada konsep tolong
menolong dalam kebaikan dan ketaqwaan (wa ta’awanu alal birri wattaqwa).
Selain memberikan perlindungan, perusahaan juga menjadikan semua peserta
(pemegang polis asuransi) sebagai keluarga besar yang saling menanggung
2 Perkembangan Asuransi Syariah artikel diakses pada 28 November 2008 dari
http://www.asuransisyariah.net/2008/08/perkembangan-asuransi-syariah-2008.html/
3
satu sama lain terhadap musibah yang dialami peserta lain. Ta’awun
merupakan inti dari konsep Takaful, dimana antara satu peserta dengan
peserta lainnya saling menanggung risiko. Yakni, melalui mekanisme dana
Tabarru’ dengan akad yang benar yaitu aqd Takafuli atau Aqd Tabarru’. 3
Salah satu jenis produk asuransi umum atau kerugian yang memiliki
frekuensi klaim kecil namun memiliki tingkat severity (dampak kerugian)
yang cukup besar adalah asuransi kebakaran. Asuransi kebakaran merupakan
salah satu produk asuransi yang memberikan perlindungan terhadap kerugian
dan atau kerusakan sebagai akibat terjadinya kebakaran yang disebabkan
percikan api, sambaran petir, ledakan dan kejatuhan pesawat terbang berikut
risiko yang ditimbulkannya. Jaminan risiko-risiko tambahan, dengan
dikenakan tambahan premi untuk kerugian atau kerusakan yang diakibatkan
terhadap risiko-risiko antara lain; Bencana Alam (Gempa bumi, banjir, letusan
gunung berapi), Huru- hara atau kerusuhan, Gangguan usaha atau kerugian
yang diakibatkan kebakaran dan terbakar sendiri untuk stok barang.
Menurut ketentuan DAI (Dewan Asuransi Indonesia), risiko asuransi
kebakaran digolongkan menjadi 3 (tiga) kelas. Masing-masing kelas memiliki
risiko yang berbeda sesuai dengan karakteristik bangunan atau rumah. Apabila
rumah/bangunan yang akan diasuransikan mempunyai tetangga disebelah kiri
atau kanan atau belakang yang okupasi/penggunaannya berisiko lebih tinggi,
maka rumah/bangunan tersebut akan dikenakan tarif sesuai dengan risiko
yang dimilikinya.
3 Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah (Life and General); Konsep dan Sistem
Operasional, (Jakarta: Gema Insani, 2004), h. 736
4
Dalam dunia asuransi yang harus diperhatikan ialah penentuan tarif
permi (rate making), karena hal tersebut akan menentukan besarnya premi
yang akan diterima. Tarif atau premi yang diterapkan harus bisa menutupi
claim (risiko) serta biaya-biaya asuransi lainnya, dan termasuk keuntungan
(fee) yang diharapkan oleh perusahaan. Kedudukan perusahaan Asuransi
Syariah dalam transaksi asuransi kerugian adalah sebagai pemegang amanah
sekaligus pengelola dana premi (kontribusi/tabarru'). Asuransi syariah
menginvestasikan dana tabarru' yang terkumpul dari kontribusi peserta
kepada instrument investasi yang dibenarkan oleh syara’. Perusahaan
Asuransi Syariah yang dalam hal ini bertindak sebagai Mudharib
berkewajiban untuk membayar klaim apabila ada salah satu peserta yang
mengalami musibah. Selain itu, perusahaan juga berkewajiban menjaga dan
menjalankan amanah yang diembannya secara adil, transparan dan
profesional.
Dalam mengelola dana peserta yang terkumpul pada kumpulan dana
tabarru’, mudharib (perusahaan) diawasi secara teknis dan operasional oleh
komisaris. Dan secara syar’i diawasi oleh Dewan Pengawas Syariah (DPS),
agar selalu sesuai dengan ketentuan-ketentuan syariah. Hal ini karena
transaksi-transaksi yang berlaku pada asuransi syariah sangat khusus jika
dibanding dengan asuransi konvensional.4
Pada akhir tahun, perusahaan menghitung selisih antara jumlah premi
yang terkumpul dengan total klaim yang dibayarkan. Selisih tersebut dalam
dunia asuransi dinamakan sebagai surplus underwriting.
4 Muahammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah Wacana Ulama & Cendikiawan, Bank Indonesia & Tazkia Institute, Jakarta, hlm. 284.
5
Asuransi kebakaran merupakan salah satu produk yang ditawarkan
oleh perusahaan asuransi kerugian. Dalam asuransi kerugian, kontribusi atau
premi terdiri dari dana tabarru’ dan ujrah. Dana tabarru’ yang terkumpul
dikelola seoptimal mungkin oleh perusahaan. Apabila pada akhir periode,
perusahaan Asuransi Syariah memiliki surplus dari dana tabarru’ tersebut,
maka ada beberapa kebijakan perusahaan dalam mengalokasikan surplus
underwriting (tabarru’) tersebut.
Menurut fatwa DSN (Dewan Syariah Nasional) nomor 53 tahun 2006,
surplus underwriting yang diperoleh dapat diberlakukan sebagai dana
cadangan tabarru’, atau dibagikan kepada peserta dan atau perusahaan
berdasarkan nisbah yang telah disepakati.5 Apabila salah satu peserta asuransi
kebakaran tidak mengajukan klaim selama masa pertanggungan dan dalam
kondisi risiko yang sama, disamping itu peserta tersebut berniat untuk
memperpanjang masa pertanggungan asuransinya, dan apabila jumlah premi
yang diperoleh perusahaan melebihi total klaim yang terjadi dalam suatu
periode, maka sudah selayaknya perusahaan mengalami Surplus
Underwriting. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengkaji lebih jauh
bagaimana metode perhitungan Surplus Underwriting dan pendistribusiannya
kepada peserta asuransi kebakaran tersebut dalam skripsi yang berjudul:
”Mekanisme Pendistribusian Surplus Underwriting Kepada Peserta
Asuransi Kebakaran”.
5 DSN MUI, Himpunan Fatwa Dewan Syariah MUI, (Jakarta: DSN MUI, 2006),
edisi revisi, h. 417
6
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan beberapa alasan atau latar
belakang penulis memilih judul tersebut. Latar belakang penulis memilih
judul tersebut adalah sebagai berikut:
1. Surplus underwriting dapat diperlakukan sebagai dana cadangan tabarru’
bagi perusahaan dan atau dibagikan kepada peserta dan perusahaan.
2. Asuransi kebakaran termasuk salah satu produk asuransi kerugian yang
tingkat pengajuan klaimnya lebih rendah dibandingkan asuransi kendaraan
bermotor.
3. Surplus Underwriting memiliki peran penting dalam perkembangan
perusahaan Asuransi Syariah serta menjaga kinerja keuangan perusahaan
agar tetap stabil.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Pada umumnya asuransi kebakaran memiliki frekuensi klaim yang
lebih rendah dibandingkan dengan asuransi kendaraan bermotor. Oleh karena
itu, surplus underwriting (surplus tabarru’) pada asuransi kebakaran bisa
menjadi salah satu harapan perusahaan untuk memperoleh penghasilan di luar
pendapatan premi. Dengan demikian, penulis membatasi masalah yang akan
diteliti pada Surplus Underwriting dan mekanisme pendistribusiannya kepada
peserta asuransi kebakaran yang berlaku pada PT. Asuransi BumiputeraMuda
1967 cabang Syariah (BUMIDA SYARIAH).
Adapun perumusan masalah yang akan diteliti terdiri dari hal-hal
berikut ini:
7
1. Bagaimana metode perhitungan Surplus Underwriting pada asuransi
kebakaran?
2. Bagaimana perusahaan mengalokasikan surplus underwriting (surplus
tabarru’)?
3. Bagaimana Mekanisme Pendistribusian surplus underwriting kepada
peserta asuransi kebakaran?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui perusahaan mengalokasikan surplus underwriting (surplus
tabarru’).
2. Mengetahui metode perhitungan Surplus Underwriting kepada peserta
asuransi kebakaran.
3. Mengetahui mekanisme pendistribusian surplus inderwriting kepada
peserta asuransi kebakaran.
Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah:
1. Bagi penulis, sebagai wahana untuk mengaplikasikan teori-teori yang telah
diperoleh selama studi di Perguruan Tinggi dengan aplikasi dan praktik
yang nyata.
2. Bagi Perusahaan, hasil penelitian ini diharapkan dapat mendorong dan
meningkatkan produksi pada asuransi kerugian syariah untuk
mendapatkan surplus underwriting yang optimal.
8
3. Bagi Jurusan Asuransi, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
informasi sebagai bahan pertimbangan dalam perencanaan dan
pengambilan keputusan akademisi sehingga dapat menambah keilmuan
tentang Surplus Underwriting dan mekanisme pendistribusian Surplus
Underwriting kepada peserta asuransi kebakaran.
D. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan merupakan perpaduan antara
penelitian kepustakaan (library research) dan penelitian lapangan (field
research) yakni penelitian yang mengumpulkan data-data di lapangan.
2. Data Penelitian
a. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan adalah data kualitatif berupa aplikasi
surplus underwriting dan mekanisme pendistribusiannya kepada
peserta asuransi kebakaran pada PT. Asuransi Umum BumiputraMuda
1967 cabang syariah (BUMIDA SYARIAH) dengan menggunakan
kata-kata dan kalimat.
b. Teknik Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan metode
sebagai berikut:
1) Wawancara, yaitu melakukan tanya jawab dengan karyawan atau
pejabat dari perusahaan asuransi yang berkenaan dengan penelitian
ini.
9
2) Dokumenter, yaitu mengumpulkan data-data mengenai aplikasi
surplus underwriting dan mekanisme pendistribusiannya kepada
peserta asuransi kebakaran pada PT. Asuransi Umum
BumiputeraMuda 1967 cabang syariah (BUMIDA SYARIAH).
3. Teknik Pengolahan dan Analisa Data
Teknik pengolahan dan analisa data menggunakan metode
deskriptif analisis, yaitu mendeskripsikan dan menganalisis temuan-
temuan yang diperoleh secara sistematis. Dimana penulis berusaha
menggambarkan permasalahan secara rinci dengan didasari pada data-
data, fakta-fakta, sifat-sifat hubungan antar fenomena yang diselidiki
untuk kemudian dianalisis lebih jauh agar dapat diambil suatu kesimpulan
yang valid.
Sedangkan teknik penulisan skripsi ini mengacu pada buku
Pedoman Penulisan Skripsi yang diterbitkan oleh Fakultas Syariah Dan
Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007.
E. Tinjauan Pustaka Terdahulu
Setelah membuka daftar skripsi tahun sebelumnya, maka dapat
disimpulkan bahwa belum ada skripsi yang membahas mengenai Mekanisme
Perhitungan Surplus Underwriting Dan Mekanisme Pendistribusian Terhadap
Peserta Asuransi Kebakaran. Belum ada yang membahas mengenai
perubahan. Namun, ada beberapa skripsi yang membahas mengenai
Underwriting dan tarif premi.
10
Untuk menghindari kesamaan terhadap suatu objek penelitian serta
menghindari anggapan plagiasi terhadap karya tertentu, maka perlu dilakukan
tinjauan pustaka terhadap kajian yang terdahulu.
Adapun skripsi tersebut adalah:
Sri Susanti, 2003 dengan judul skripsi “ Faktor-faktor yang
mempengaruhi Premi Asuransi Jiwa ditinjau dari Aspek hukum Islam (Studi
Kasus Pada PT. Asuransi Takaful Keluarga)”. Skripsi Fakultas Syariah dan
Hukum, Muamalah, Asuransi Syariah, 2003. Penulis menyimpulkan dalam
skripsi tersebut hanya membahas mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
premi pada PT. Asuransi Takaful Keluarga, seperti mortalita, biaya, dan
investasi, kemudian ditinjau dari segi hukum Islam. Perbedaannya dengan
skripsi yang akan dilakukan oleh penulis adalah penulis meneliti tentang
Mekanisme perhitungan Surplus Underwriting pada asuransi kebakaran pada
PT. Asuransi Umum BumiputeraMuda 1967 cabang syariah (BUMIDA
SYARIAH), dan bagaimana perusahaan mengalokasikan dana surplus
underwriting tersebut.
Yuniarti Rukmita, 2004 dengan judul skripsi “Perbandingan
Penghitungan Premi (Produksi) Pada Asuransi Syariah dengan Asuransi
Konvensional (Studi Kasus Pada PT. Asuransi Takaful Keluarga).” Skripsi
Fakultas Syariah dan Hukum, Muamalah, Asuransi Syariah, 2004. Dapat
disimpulkan bahwa skripsi tersebut membandingkan penghitungan premi yang
dibayarkan nasabah dan manfaatnya antara PT. Asuransi Takaful Keluarga
dan PT. Prudential. Kemudian skripsi ini memaparkan ilustrasi perhitungan
11
premi yang dibayarkan oleh nasabah dan manfaat yang akan didapatkannya
ketika klaim atau habis kontrak. Perbedaannya dengan skripsi yang akan
diteliti oleh penulis adalah mekanisme perhitungan Surplus Underwriting serta
pendistribusiannya kepada peserta asuransi kebakaran pada PT. Asuransi
Umum BumiputeraMuda1967 cabang syariah (BUMIDA SYARIAH), apakah
ada kebijakan dari perusahaan yang lebih adil bagi seorang nasabah yang
memenuhi kriteria aktuaria.
Hairul Efendi, 2005 dengan judul skripsi ” Proses Underwriting
Asuransi Jiwa dan Penerapannya (Studi Kasus Pada PT. AJB Bumiputera
1912 Divisi Syariah)”. Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum, Muamalah,
Asuransi Syariah, 2005. Dapat disimpulkan dalam Skripsi tersebut
menjelaskan mengenai proses underwriting pada PT. AJB Bumiputera 1912
Divisi Syariah, dalam melakukan penyeleksian dan penilaian risiko, sampai
akhirnya dapat mengambil keputusan apakah peserta atau pemohon dapat
diterima dengan memenuhi beberapa persyaratan atau ditolak. Perbedaannya
dengan skripsi yang akan dilakukan oleh penulis adalah penulis meneliti
tentang surplus underwriting pada perusahaan PT. Asuransi Umum
BumiputeraMuda 1967 cabang Syariah (BUMIDA SYARIAH) dalam produk
asuransi kerugian kebakaran. Dan mekanisme pendistribusian surplus
underwriting kepada peserta asuransi kebakaran.
Wawan Sofwan, 2006 dengan judul skripsi ”Peran Underwriter Dalam
Menyeleksi Risiko Guna Menentukan Tarif Premi Contractors All Risk (CAR)
Pada Produk Asuransi Rekayasa Syariah” (Studi Kasus Perusahaan Asuransi
12
Syariah Tripakarta). Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum, Muamalah,
Asuransi Syariah, 2006. Skripsi ini menjelaskan peran underwriter dalam
penentuan tingkat risiko. Dengan adanya kegiatan seleksi risiko perusahaan
dapat terhindar dari kerugian financial akibat kesalahan seleksi risiko. Peran
underwriter sebelum menetapkan besarnya premi asuransi CAR (contractors
all risk) ditetapkan berdasarkan jenis pekerjaan calon peserta asuransi dengan
memperhitungkan tempat dan kondisi bangunan, semakin besar juga premi
yang harus dibayar, begitu juga sebaliknya perbedaannya dengan skripsi yang
akan dilakukan oleh penulis adalah penulis meneliti mekanisme
pendistribusian dana surplus underwriting yang ada pada PT. Asuransi Umum
BumiputeraMuda 1967 cabang syariah (BUMIDA SYARIAH) kepada peserta
asuransi kebakaran.
F. Kerangka Teori Dan Konsep
Premi asuransi adalah harga per unit asuransi atas proteksi yang
dijamin di dalam polis6 atau dapat juga disebut sebagai pembayaran dari
tertanggung kepada penanggung sebagai imbalan jasa atas pengalihan risiko
kepada penanggung.
Dalam hal penetapan tarif premi, perusahaan harus dapat memastikan
bahwa konsumen dapat membayar premi sesuai dengan profile risikonya,
premi yang terkumpul cukup untuk membayar klaim yang terjadi dan dapat
menutupi biaya operasional perusahaan, dan yang terpenting besarnya premi
6 Hotbonar Sinaga, Membangun Asuransi Membangun Indonesia, (Jakarta: Intrans,
2004), h. 37
13
wajar dan bersaing. Hal ini bertujuan agar dapat memberikan kesan pelayanan
yang positif untuk para nasabah dan ataupun para calon nasabah.
Dengan demikian penulis menggmbarkan dalam bentuk kerangka
konsep, seperti di bawah ini:
Premi Asuransi Kerugian (Asuransi Kebakaran)
Tabarru’ Ujroh
Dalam asuransi kerugian, premi terpecah menjadi dua komponen
yaitu tabarru' dan ujroh. Dana yang masuk ke dalam rekening tabarru' akan
dikelola oleh perusahaan seoptimal mungkin. Apabila jumlah klaim yang
Surplus Underwriting
Total Premi > Beban Klaim + Beban Reasuransi (Total beban klaim Asuransi kerugian (kendaraan / kebakaran)
Perusahaan Cadangan Tabarru’ Peserta
Infak Transfer Pengurang Premi di Tahun Berikutnya
14
diajukan oleh peserta tidak begitu besar, perusahaan dapat memperoleh
surplus underwriting. Senada dengan itu, asuransi kebakaran sebagai salah
satu produk asuransi kerugian yang memiliki frekuensi klaim lebih rendah
dibandingkan dengan Asuransi Kendaraan Bermotor, dan cukup memberikan
peluang yang besar akan terciptanya surplus underwriting.
Surplus Underwriting tersebut akan dialokasikan untuk dana cadangan
tabarru', dan atau dibagikan kepada perusahaan dan peserta (tertanggung).
Dalam hal pengalokasian surplus underwriting, perusahaan cenderung
memprioritaskan pada dana cadangan tabarru'. Disamping itu, perusahaan
juga membagikan surplus underwriting tersebut kepada peserta sesuai dengan
nisbah yang telah disepakati.
Setiap perusahaan memiliki kebijakan masing-masing dalam
membagikan Surplus Underwriting kepada peseta (tertanggung). Salah satu
pilihannya adalah dengan mentransfer Surplus Underwriting tersebut ke
rekening peserta.
Jika risiko yang dimiliki oleh peserta tidak jauh berbeda dengan tahun
sebelumnya, di samping itu, Surplus Underwriting yang diperolehnya cukup
besar, maka perusahaan bisa mempertimbangkan kembali premi peserta
asuransi kebakaran yang berlaku.
G. Sistematika Penulisan
BAB I. Bab ini berisi tentang latar belakang penulis mengangkat tema
yang akan dibahas dalam skripsi, perumusan masalah dan pembatasan
15
masalah, tujuan dan manfaat penelitian,Metode Penelitian, Tinjauan Penelitian
Terdahulu, kerangka teori dan kerangka konsep, dan sistematika penulisan.
BAB II. Pada bab ini, penulis memuat tinjuan pustaka dengan
membahas teori-teori yang terkait dengan Underwriting dan mekanisme
pendistribusian dana Surplus Underwriting kepada peserta asuransi kebakaran.
Serta pengertian asuransi kebakaran dan ruang lingkup asuransi kebakaran.
BAB III. Pada bab ini akan dibahas mengenai gambaran umum
mengenai perusahaan yang akan dijadikan penelitian bagi penulis yaitu PT.
Asuransi Umum Bumiputera Muda cabang syariah (BUMIDA SYARIAH)
1967. Di dalam gambaran umum ini penulis menggambarkan tinjauan umum
perusahaan, sejarah singkat mengenai perusahaan, visi dan misi perusahaan,
struktur organisai perusahaan dan ruang lingkup kegiatan perusahaan.
BAB IV. Bab ini membahas mengenai hasil penelitian yang ada di
perusahaan, diantaranya; perkembangan dana surplus underwriting
perusahaan asuransi PT. Asuransi Umum BumiputeraMuda 1967 unit syariah
(BUMIDA SYARIAH), metode perhitungan surplus underwriting asuransi
kebakaran, dan mekanisme pendistribusian surplus underwriting kepada
peserta asuransi kebakaran.
BAB V. Bab ini berisi kesimpulan dan saran atas penelitian yang
dilakukan oleh penulis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Underwriting
1. Pengertian dan Tujuan Underwriting
a. Pengetian Underwriting
Underwriting yang bisa disebut juga dengan risk selection,
adalah suatu fungsi manajemen risiko asuransi yang bertugas atas
seleksi dan klasifikasi risiko yang dimiliki oleh calon tertanggung
perorangan maupun kumpulan. Dengan kata lain, underwriting adalah
memaksimalkan laba melalui penerimaan distribusi risiko yang
diperkirakan akan mendatangkan laba. Tanpa underwriting yang
efisien, perusahaan asuransi tidak akan mampu bersaing.1 Sedangkan
orang yang mengevaluasi berbagai risiko serta menentukan diterima
tidaknya surat permohonan asuransi disebut dengan Underwriter.
Dalam asuransi konvensional, underwriting dilakukan untuk
memilih mana objek risiko yang ditanggung dan mana yang tidak. Ini
berarti seorang underwriter akan membuat suatu penilaian berdasarkan
semua risiko yang diajukan kepada perusahaan, yang diperkirakannya
secara kolektif akan menguntungkan. Kemudian underwriter juga akan
menentukan besarnya premi dan nilai deductible dan lain-lain. Yang
sepadan dengan nilai antisipasi klaim dari tertanggung, biaya
manajemen dan akuisisi.
1 Darmawi Herman, Manajemen Asuransi, (Bumi Aksara,2000), h. 31-32.
16
17
Dalam Asuransi Syariah memiliki perbedaan pada konsep
dasarnya, ada prinsip saling memikul risiko diantara sesama orang atau
peserta asuransi. Sehingga antara satu dengan lainnya menjadi penanggung
atas risiko yang lainnya. Semua ini dilakukan atas dasar tolong menolong
dalam kebaikan, dimana masing-masing mengeluarkan dana / sumbangan /
derma (tabarru’) yang disepakati bersama nilainya untuk menanggung
risiko tersebut. Sesuai dengan firman Allah SWT
⌧
) : /المائدة (Artinya: “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan
dan taqwa dan jangan tolong-menolonglah kamu dalam berbuat dosa dan pelanggaran” (QS. 5 (al-Maa’idah) :2)
Suksesnya perusahaan asuransi membutuhkan usaha
pendistribusian biaya dan manfaat yang seadil mungkin di antara peserta
asuransi. Mempertahankan keadilan diantara para pemegang polis adalah
pekerjaan penanggung (underwriter) yang harus mengklasifikasikan dan
menentukan tarif masing-masing kemungkinan kerugian.
Dalam melakukan proses penerimaan risiko atau penyeleksian
risiko (underwriting) terdapat tiga konsep penting yang menjadi dasar bagi
18
perusahaan asuransi untuk menerima atau menolak suatu penutupan
risiko.2
Pertama, kemungkinan menderita kerugian (chance of loss).
Sering disebut dengan probilita atau kemungkinan menderita kerugian dari
sejumlah objek tertentu. Underwriter pada umumnya meramalkan
kemungkinan menderita kerugian ini berdasarkan apa yang terjadi di masa
lalu.
Kedua, tingkat risiko (degree of risk). Yaitu, ketidakpastian atas
kerugian pada masa datang yang biasanya sulit untuk diramalkan. Tingkat
risiko ini seringkali dicampuradukkan dengan kemungkinan menderita
kerugian, tetapi keduanya mempunyai perbedaan pokok. Misalnya, suatu
hal yang tidak mempunyai kemungkinan menderita kerugian (probilitas
nol), maka secara teoritis tingkat risikonya juga nol. Tetapi, hal tersebut
tidak berlaku, tingkat risiko kemungkinana masih tetap ada sebagai akibat
dari situasi yang berbeda.
Ketiga, hukum bilangan besar (law of large number). Makin
banyak objek yang mempunyai risiko yang sama atau hampir sama, akan
mekin bertambah baik bagi perusahaan asuransi. Hal ini disebabakan
penyebaran risiko-risiko akan lebih luas. Sehingga, secara sisitematis
kemungkinan menderita kerugian dapat diramalkan dengan lebih baik.
Dengan demikian, underwriting adalah proses yang dengannya
pengelola Asuransi Syariah mempertimbangkan dan menentukan apakah
2 Salusra Satria, Pengukuran Kinerja Keuangan Perusahaan Asuransi Kerugian di Indonesia-Dengan Analisis Risiko Keuangan “Early Warning System”, (Jakarta: Lembaga Penerbit FE UI,1994), h. 19-20.
19
akan menerima partisipasi ganti rugi yang dibuat pemohon dan
menentukan syarat-syarat yang akan ditentukan. Dengan kata lain,
underwriting adalah proses menyeleksi risiko dan mengklasifikasinya
sesuai dengan tingkat insurability (dapat ditanggungnya). Proses ini
meliputi penolakan atas risiko-risiko yang dapat diterima (unacceptable),
sehingga dapat ditentukan tarif yang sesuai. Underwriting disebut juga
seleksi risiko yakni proses penaksiran dan penggolongan tingkat risiko
yang terdapat pada seseorang calon peserta. Berdasarkan tingkat risiko,
suatu permohonan dapat diterima atau ditolak. Yang bertanggung jawab
terhadap penerimaan atau penolakan permohonan asuransi berdasarkan
penaksiran risiko ini dinamakan underwriter.3
b. Tujuan Underwriting
Tujuan underwriting adalah menyeleksi dan mengklasifikasikan
calon tertanggung sesuai tingkat risikonya masing-masing untuk menjadi
bagian dari portofolio perusahaan dan menentukan kondisi khusus seperti
ekstra premi karena kesehatan atau pengecualian sesuai dengan tingkat
risiko yang akan menjadi bagian dari portofolio. Seorang tertanggung yang
memiliki tingkat risiko yang lebih tinggi, harus membayar premi
pertanggungan yang lebih tinggi pula.
Underwriter Asuransi Syariah mempunyai tujuan yang sangat
berbeda. Konsep dasarnya adalah memberikan skema pembagian risiko
yang proporsional dan adil diantara para peserta yang secara relatif
3 Sonny Dwi Harsono, Manajemen Badan Usaha Asuransi (Jakarta: Yayasan
Pengembangan Ilmu Asuransi Jakarta Insurance Institute, 1993), h.22.
20
homogen. Dengan dasar pemikiran ini, melalui Asuransi Syariah
diharapkan para peserta tolong menolong satu sama lain disertai dengan
adanya perlindungan yang sifatnya mutual, maka semua peserta akan
merasa aman dan menikmati perlindungan yang mereka butuhkan.
Dalam membuat taksiran risiko dan penetapan calon tertanggung
kedalam kelompok-kelompok risiko, sasaran underwriter perusahaan
adalah menyetujui dan menerbitkan polis yang: adil bagi nasabah
“equitable to the client”, dapat dijual oleh agen “deliverable by the agent”
dan menguntungkan perusahaan “profitable to the company”.4 Pada
kenyataannya tidak semua calon tertanggung setelah diseleksi oleh seorang
underwriter berada dalam keadaan stabil seperti yang diasumsikan oleh
aktuaris. Karena perlu ada seleksi-seleksi lanjutan untuk mengetahui
apakah calon tertanggung mempunyai risiko-risiko yang sesuai dengan
tarif atau manfaat yang diterima ketika terjadi klaim.
Md. Azmi Abu Baker dalam tulisannya Family Takaful Plan :
Concept, Operation and Underwriting, membagi tujuan dari Underwriting
dalam asuransi syariah kedalam dua bagian.5
Pertama, ensure rate adequacy’ memastikan kecukupan rate
premi’. Rate kontribusi Asuransi Syariah harus cukup, mengingat
keuntungan yang dijanjikan berdasarkan produk-produk perusahaan.
4 Richard Bailey, Underwriting Dalam Perusahaan Asuransi Jiwa dan
Kesehatan. (Jakarta: Yayasan Dharma Bumiputera, 2005), h. 143. 5 Azmi Abu Bakar, Family Takaful Plan: Concept, Operation and Underwriting
dalam Takaful (Islamic Insurance Concept and Operasional System, 1996, BIRT, Malaysia, h. 31.
21
Ketidakcukupan rate akan mengarah ke problem keuangan yang berat jika
tidak bahkan kebangkrutan.
Kedua, equity ‘keadilan’. Rate yang dibebankan untuk ganti rugi
harus seimbang bagi peserta. Keadilan berarti membebankan setiap peserta
sejumlah uang sepadan dengan resiko-resiko yang dibawanya ke Asuransi
Syariah. Dengan kata lain, tidak ada sumbangan yang tidak adil yang
muncul dari setiap kelas peserta oleh kelas peserta lain.
Allah berfirman dalam Al-Qur’anul-Karim tentang keseimbangan
dan keadilan, baik dalam berprilaku sehari-hari dalam konteks ibadah dan
akhlak, maupun dalam konteks muamalah atau bisnis (tijarah),
⌧
: /المائدة ( ☺ ☺(
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adilah, karena adil itu lebih dekat dengan taqwa. Dan bertawakalah kepada Allah, sesungguhnya Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. 5 (al-Maa’idah) :8)
⌧ ⌧
22
Artinya: “Dan demikian pula kami telah menjadikan kamu sekalian umat
yang pilihan (adil dan seimbang) agar kamu menjadi saksi atas perbuatan manusia dan agar Rasul menjadi saksi pula atas perbuatanmu.” (QS. 2 (al-Baqarah) :143).
Jadi tujuan utama underwriting adalah untuk melindungi
perusahaan terhadap seleksi yang merugikan. Lebih luas lagi dapat
dikatakan bahwa tujuan underwriting adalah menjamin ganti rugi yang
dikeluarkan atas dasar terms and conditions dan pada rate kontribusi
asuransi syariah dengan maksud merefleksikan secara akurat tingkat risiko
yang diberikan kepada perusahaan.
Istilah underwriting yang digunakan dalam bisnis asuransi syariah,
selengkapnya meliputi dua elemen pokok.
1) seleksi; yaitu proses dimana perusahaan mengevaluasi proposal
individu mengenai ganti rugi untuk menentukan tingkat risiko yang
disajikan pemohon.
2) klasifikasi; yaitu proses menetapkan peserta pada kelompok individu
yang secara tepat memiliki kesamaan probabilitas kerugian yang
diperkirakan6
2. Proses dan Keputusan Underwriting
a. Proses Underwriting
6 Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah (Life and General); Konsep dan
Sistem Operasional, (Jakarta: Gema Insani, 2004), h. 186.
23
Untuk melakukan proses underwriting yang efektif, underwriter
harus mengumpulkan sebanyak mungkin informasi tentang pokok-pokok
asuransi dalam batas-batas waktu dan biaya memperoleh data tambahan.
Desk underwriter mengolah exposure yang telah diusulkan oleh agen.
Underwriter dapat menerima calon nasabah sepanjang memenuhi
persyaratan underwriting yang ditetapkan perusahaan. Apabila suatu risiko
ditolak, hal ini disebabkan underwriter merasa bahwa hazard yang
berhubungan dengan risiko terlalu tinggi sehingga tarif juga akan terlalu
tinggi.7
Tanggung jawab perusahaan asuransi terhadap para nasabahnya
adalah memberikan layanan customer service yang baik dalam segala
aspek. Apabila seorang nasabah mengajukan permintaan pertanggungan
baru, penembahan rider untuk pertanggungan yang sudah berjalan, atau
berinteraksi dengan perusahaan asuransi dalam cara apapun, maka nasabah
tersebut mengharapkan dan layak untuk mendapatkan tanggapan yang
cepat, benar, tegas dan bijaksana dari perusahaan asuransi. Begitu pula
halnya bilamana seorang agen meminta informasi atau hal lainnya, maka
harus dilaksanakan dengan cara yang cepat, benar, tegas dan bijaksana.8
Proses underwriting diawali dengan kegiatan prospecting dan
penjualan yang dilakukan agen menggambarkan proses seleksi risiko.
Proses ini sering disebut field underwriting. Field underwriting terjadi
bilamana agen mengumpulkan informasi mengenai calon peserta dan
7 Darmawi Herman, Manajemen Asuransi (Jakarta: Bumi Aksara,2001), ed. Ke-II, h. 33-34.
8 www.pojokasuransi.com
24
memprediksi kelas risiko yang akan diterima. Para agen merupakan
informan awal/dasar dalam proses underwriting, karena mereka
berhubungan langsung dengan calon peserta / nasabah asuransi. Sehingga
para agen harus mampu menguasai prinsip-prinsip dan pedoman-pedoman
underwriting. Berikut beberapa proses underwriting yang harus dipenuhi
yang dilakukan oleh tertanggung kepada penanggung:
1) Surat Permintaan
Setiap penutupan asuransi yang diajukan oleh tertanggung, harus
dilakukan dengan surat permintaan yang disampaikan secara tertulis
kepada penanggung. Surat ini biasanya disediakan oleh perusahaan
asuransi. Surat permintaan ini menjadi dasar diterbitkannya dan
menjadi bagian tak terpisahkan dari polis yang akan diterbitkan.
Penutupan asuransi yang didasarkan pada permintaan lisan saja dapat
menjadi sumber terjadinya kesalahpahaman pada saat terjadi peristiwa
yang menimbulkan kerugian.
2) Analisis Risiko
Segera setelah surat permintaan asuransi yang diajukan oleh
tertanggung diterima, penanggung menganalisis objek pertanggungan,
yatu apakah permintaan asuransi diterima atau tidak. Jika diterima,
kondisi apa yang akan diterapkan, termasuk berapa premi yang harus
dibayar. Dalam tahap analisis ini, penanggung sangat dipengaruhi
keputusannya oleh keterangan tertulis yang disampaikan.
25
3) Penerbitan Polis
Apabila permintaan asuransi diterima, penanggung segera menerbitkan
polis yang akan menjadi akad kontrak asuransi antara tertanggung dan
penanggung. Isi polis akan terdiri dari hal-hal berikut.
a) Iktisar pertanggungan dan tanda tangan penanggung.
b) Pernyataan penanggung.
c) Risiko yang dijamin.
d) Pengecualian pertanggungan.
e) Kondisi pertanggungan.
Polis hanya ditandatangani oleh penanggung. Tertanggung telah
menandatangani perjanjian pada saat penandatanganan surat
permintaan yang merupakan bagian tak terpisahkan dari polis.
Biasanya polis ditandatangani tanpa nama yang siap melakukan tanda
tangan. Hal ini terjadi karena yang bertanggung jawab atas isi kontrak
dalam polis adalah perusahaan, bukan penandatanganan polis.
b. Keputusan Underwriting
Keputusan-keputusan underwriting yang bijaksana sangat penting
untuk memastikan bahwa suatu perusahaan asuransi tetap memiliki
kemampuan keuangan yang kuat dan mampu untuk memenuhi tanggung
jawabnya untuk membayar klaim yang sah. Apabila suatu perusahaan
asuransi menerima begitu banyak risiko yang meragukan tanpa melakukan
penyesuaian premi yang memadai, maka perusahaan asuransi tersebut
harus membayar klaim lebih banyak dari pada yang seharusnya.
26
Berikut ini adalah hal-hal yang perlu dipertimbangkanoleh
underwriter asuransi Tanggung Jawab Hukum sebelum memberikan
jaminan asuransi.
1) Reputasi calon peserta.
2) Sifat dan kualitas produk.
3) Status calon peserta.
4) Exposure terhadap nasabah perorangan dan nasabah korporasi.
5) Klaim yang pernah diajukan.
6) Volume ekspor.
7) Kondisi penjualan.
8) Luasnya jaminan asuransi.
9) Nilai jaminan asuransi.9
Jika suatu perusahaan asuransi tidak bisa menerima risiko yang
cukup layak dengan tingkat premi yang layak pula, maka perusahaan
asuransi tersebut tidak akan memperoleh keuntungan underwriting adalah
salah satu fungsi utama yang membentuk sekumpulan kegiatan yang
dikenal sebagai new business. New business (bisnis baru) adalah istilah
umum yang digunakan untuk menjelaskan semua kegiatan yang diperlukan
untuk memasarkan asuransi, mengajukan surat permintaan asuransi,
menyelidiki dan mengevaluasi risiko-risiko yang terkait dengan surat
permintaan asuransi tersebut, serta menerbitkan dan mengirimkan polis-
polis asuransi.
9 Muhaimin Iqbal, Asuransi Umum Syariah Dalam Praktik Upaya
Menghilangkan Gharar, Maisir dan Riba, (Jakarta: Gema Insani Press, 2005), Cet. Ke-1. h. 90
27
Dengan tujuan tersebut diatas, maka peran underwriter Asuransi
Syariah diantaranya adalah sebagai berikut.
1) Menetapkan risiko yang relatif homogen dalam suatu kelompok
peserta atau tertanggung.
2) Menetakan ruang lingkup perlindungan yang dibutuhkan oleh peserta
atau calon peserta dalam kelompok tersebut.
3) Menetapkan estimasi biaya secara keseluruhan yang dibutuhkan untuk
memberikkan perlindungan kepada peserta tersebut.
4) Mendistribusikan skema kontribusi yang proporsional dan adil yang
selayaknya menjadi beban dari setiap peserta.
3. Surplus Underwriting
Dalam kamus asuransi, surplus adalah jumlah aktiva melebihi passive.
Dalam reasuransi, juga bagian dari jumlah bruto asuransi ceding company
(perusahaan yang menyerahkan) atas risiko yang tinggal sesudah
mengurangkan retention atau tahanan yang ditentukan oleh ceding
company.10 Dan Underwriting adalah proses menyeleksi risiko dan
mengklasifikasinya sesuai dengan tingkat insurability (dapat ditanggungnya),
sehingga dapat ditentukannya tarif yang sesuai.
Sedangkan surplus underwriting itu sendiri adalah hasil pengurangan
dari premi bersih/netto akhir tahun dikurangi dengan total jumlah klaim yang
terjadi. Apabila hasil dari pengurangan tersebut positif, maka perusahaan
10 Ali A. Hasymi, Subekti Agustinus dan Wardana, Kamus Asuransi. (Jakarta: Bumi
Aksara,2007), cet. 3, h.52.
28
akan mengalami surplus. Dan apabila hasil dari pengurangan tersebut negatif,
maka perusahaan akan mengalami devisit.
Pada asuransi konvensional sebagaimana lazimnya semua industri
asuransi, keuntungan yang diperoleh dari surplus underwriting, komisi
reasuransi, dan hasil investasi, dalam satu tahun (untuk asuransi kerugian)
adalah keuntungan perusahaan, dan menjadi milik perusahaan yang kelak
dalam RUPS akhir tahun dibagikan kepada pemegang saham atau
dikembalikan lagi kepada perusahaan sebagai penyertaan modal.
Dalam asuransi jiwa, keuntungan yang sebagian besar diperoleh dari
hasil investasi, baik investasi melalui deposito bank, maupun instrument
investasi lainnya, termasuk direct investment, semuanya menjadi keuntungan
perusahaan, dan dibagikan kepada pemegang saham secara proporsional pada
akhir tahun atau dikembalikan lagi ke perusahaan dalam bentuk penyertaan
modal.
Profit (laba) pada asuransi syariah untuk asuransi kerugian, yang
diperoleh dari surplus underwriting, komisi reasuransi, dan hasil investasi,
bukan seluruhnya menjadi milik perusahaan sebagaimana mekanisme yang
ada pada asuransi konvensional. Tetapi, dilakukan bagi hasil (al-
mudharabah) antara perusahaan dengan peserta sebagaimana yang telah
diperjanjikan atau menjadi akad diawal ketika baru masuk asuransi syariah.
Berkenaan dengan ini Allah SWT. Berfirman dalam QS. al-Maidah [5]: 1
) : /المائدة (
29
Artinya: “ Hai orang-orang yang beriman, penuhilah akad-akad itu…..” (QS. 5 (al-Maidah) : 1)
⌧ ☺
النساء ( ☺/ : (
Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya dan apabila kamu menetapkan hukum diantara manusia, hendaklah dengan adil…”(QS. 4 (an-Nisa) : 58)
Besarnya bagi hasil sangat tergantung kondisi perusahan. Semakin
sehat dan besar profit yang diperoleh perusahan, semakin besar pula porsi
bagi hasil yang dibagikan kepada peserta. Skim bagi hasil (50:50, 60:40,
70:30, 80:20, atau 90:10) biasanya dievaluasi setiap periode tertentu misalnya
2 atau 3 tahun sekali manakala perusahan mengalami perubahan yang cukup
signifikan (untung atau rugi).11
B. Asuransi Kebakaran
1. Pengertian Asuransi Kebakaran
Produk Asuransi Syariah dipahami sebagai suatu model jaminan
(proteksi) yang dihasilkan oleh sebuah perusahaan Asuransi Syariah untuk
ditawarkan kepada masyarakat luas agar ikut serta berperan sebagai
anggota (peserta) dari sebuah perkumpulan pertanggungan yang secara
materi mendapatkan keamanan bersama.
11 Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah (Life and General); Konsep dan Sistem Operasional, (Jakarta: Gema Insani, 2004), h. 319
30
Dalam landasan ekonomi Islam (Syariah), segala hal yang dapat
memberikan mashlahah diperbolehkan dan segala hal yang memberikan
mudhorot dilarang karena akan mengganggu Dien atau agama, jiwa, akal
dan kemashlahatan umat. Oleh karena itu, mengantisipasi risiko yang akan
terjadi dimasa yang akan datang adalah diperbolehkan bahkan dianjurkan
sebagaimana Rasulullah nyatakan bahwa yang dimaksud dengan tawakal
kepada Allah bukanlah pasrah dengan membiarkan unta tanpa diikat
namun yang disebut tawakal adalah mengusahakan menjaga segala sesuatu
(misal harta) sesuai dengan kemampuan. Jika ternyata hal tersebut hilang,
maka mungkin itu adalah takdir Allah sehingga diperlukan sikap tawakal
kepada Allah setelah dilakukan usaha. Namun jika belum ada usaha, lalu
pasrah membiarkan harta terancam berbagai risiko maka berarti usaha
belum dimaksimalkan.
Segala musibah dan bencana yang menimpa manusia merupakan
qadha dan qadar Allah. Namun, manusia atau perusahaan wajib berikhtiar
memperkecil risiko finansial yang timbul, salah satunya dengan cara
menabung atau menyisihkan dana. Akan tetapi, upaya tersebut sering kali
tidak memadai, mengingat jumlah risiko yang ditanggung lebih besar dari
yang diperkirakan.
☺
)١٨ : ٥٩/ الحشر( ☺
31
Artinya: ”Hai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendak setiap diri memerhatikan apa yang telah dibuat untuk hari esok (masa depan). Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. 59 (Al-Hasyr) : 18)
Asuransi kerugian adalah asuransi yang menjamin kerugian atau
kerusakan pada harta benda atau kepentingan yang secara langsung
disebabkan oleh kebakaran, petir, ledakan, dan kejatuhan pesewat.12
Dengan demikian objek pertanggungan dari asuransi kebakaran pada
prinsipnya adalah harta benda dan atau kepentingan yang tertimpa
kerugian atau kerusakan sebagai akibat langsung dari suatu kebakaran,
tersambar petir, ledakan, kejatuhan pesawat terbang dan asap, yang terjadi
karena kecelakaan (tidak sengaja).
Asuransi kebakaran merupakan suatu jenis pertanggungan yang
memberikan jaminan terhadap risiko-risiko yang disebabkan karena adanya
suatu peristiwa kebakaran ataupun segala sesuatu yang dapat disamakan
dengan kebakaran terhadap barang-barang yang dipertanggungkan.13
Di Negara Indonesia perusahaan yang “khusus” mengatur mengenai
kebakaran belum ada, akan tetapi dikombinasikan dengan asuransi lainnya
yaitu yang terdapat dalam asuransi kerugian. Asuransi kebakaran bertujuan
untuk mengganti kerugian yang disebabkan oleh kebakaran. Asuransi
kerugian adalah asuransi yang menjamin atas kerugian atau kerusakan pada
12 Djojosoedarso Soeisno, Prinsip-Prinsip Manajemen Risiko Asuransi, (Jakarta: PT
Salemba Emban Patria, 1999), edisi revisi, h. 143. 13 Gunanto, Asuransi Kebakaran di Indonesia, (Jakarta: Tira Pustaka, 1984), h. 77.
32
harta benda atau kepentingan yang secara langsung disebabkan oleh :
kebakaran, petir, ledakan, kejatuhan pesawat terbang.14
Asuransi kebakaran diatur dalam pasal 287-298 KUHD,15 yang
mengatur tentang isi polis, dasar ganti rugi asuransi dan lain-lain. Untuk dapat
memahami ketentuan dalam tarif dan Polis Standar Kebakaran Indonesia
maupun klausula standarnya dengan baik, dapat dilihat pada pasal-pasal
tersebut. Menurut pasal 290 KUHD asuransi kebakaran adalah pertanggungan
yang menjamin kerugian / kerusakan atas harta benda ( harta tetap dan harta
bergerak ) yang disebabkan oleh kebakaran, yang terjadi karena api sendiri
atau api dari luar, karena udara buruk, kurang hati-hati, kesalahan atau
perbuatan tidak pantas dari pelayan tertanggung, tetangga, musuh, perampok
dan apa saja dan dengan cara bagaimanapun sebagai sebab timbulnya
kebakaran.
Sampai saat ini, hal-hal mengenai asuransi kebakaran di Indonesia
diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) pasal 287-298
dan merupakan produk hukum zaman kolonial Belanda, pengatur didalam
pasal-pasal tersebut mungkin sebagian besar masih relevan dengan kondisi
dan situasi sekarang namun pada prinsipnya masih diperlukan klausula-
klausula yang lebih lengkap dan sampai saat ini produk hukum untuk
melengkapinya belum ada. Oleh sebab itu polis asuransi kebakaran yang
merupakan perjanjian antara penanggung dengan tertanggung mempunyai
14 Abbas Salim, Prinsip-Prinsip Asuransi, (Jakarta : PT Raja Grafindu Persada,
1996), edisi revisi, h. 15. 15 Abdul Kadir Muhammad, Hukum Asuransi Indonesia, (Bandung : PT Citra Aditya
Bakti, 2002) Cet ke-3,h. 159.
33
fungsi penting dalam praktek asuransi kebakaran khususnya, menyangkut hal-
hal yang sesuai dengan perkembangan asuransi saat ini dan perkembangan
bentuk, fungsi dan tekhnologi objek pertanggungan.16
Sedangkan pengertian lain asuransi kebakaran adalah asuransi yang
menjamin atas risiko yang timbul atas sesuatu yang terbakar yang seharusnya
tidak terbakar secara tidak sengaja atau tiba-tiba sepanjang menyangkut
kepentingan tertanggung yang telah membayar sejumlah premi tertentu
kepada penanggung yang diikat dalam suatu kontrak yang disebut polis.
Objek pertanggungan dalam asuransi kebakaran dapat berupa benda-
benda tidak bergerak seperti bangunan, rumah, pabrik dan lain-lain. Serta
benda-benda bergerak yang terdapat didalam atau menjadi bagian dari benda
tetap objek asuransi yang bersangkutan.
Dari uraian diatas terlihat bahwa ada 3 (tiga) unsur yang terlibat dalam
suatu sistem asuransi secara umum, kebakaran khususnya yaitu : Penanggung,
tertanggung dan objek pertanggungan. Disamping itu ada unsur yang melekat
kepada atau sebagai akibat hubungan antara unsur-unsur diatas yaitu risiko
yang melekat pada objek pertanggungan, polis yang merupakan bentuk
hubungan hukum antara penanggug dengan tertanggung, serta premi yang
merupakan konsekuensi hubungan hukum penanggung dengan tertanggung.
2. Pengertian Kebakaran
Kebakaran ialah proses oksidasi disertai panas yang meningkat
sehingga terbit api berlidah. Karat, panas saja dan hangusnya barang belum
16 Gunanto, Asuransi Kebakaran di Indonesia, (Jakarta: Tira Pustaka, 1984), h. 49.
34
bisa dikatakan atau merupakan kebakaran. Kebakaran yang ditutup asuransi
adalah yang membakar barang yang tidak dimaksudkan untuk dibakar dan
terjadi secara kebetulan bagi tertanggung.
Definisi kebakaran menurut Pedoman Standar Kebakaran Indonesia
(PSKI) adalah kebakaran yang terjadi karena api sendiri, tidak berhati-hati,
kesalahan / kejahatan pelayan sendiri, tetangga, musuh, perampokkan dan
lain-lain. Apapun sebutannya / karena sebab-sebab lain yang tidak diketahui
termasuk akibat kebakaran yang terjadi karena benda lain yang berdekatan.
Dengan demikian definisi kebakaran adalah terbakarnya sesuatu benda
yang berada diluar tempat pembakaran, dan benda tersebut berada dalam
situasi dan waktu yang tidak memerlukan proses pembakaran.
3. Ruang Lingkup Asuransi Kebakaran
Sesuai dengan ketentuan yang dikeluarkan oleh Dewan Asuransi
Indonesia (DAI) dan memperhatikan Kelas Konstruksi, Okupasi
(Penggunaan) serta lokasi dari objek yang akan diasuransikan17.
Konstruksi kelas I:
a. Bangunan dengan dinding luar tahan api, seperti batu, besi dan semen.
b. Konstruksi berkerangka baja yang diselubungi dan tahan api.
c. Beratap keras seperti genteng, batu tulis, logam, seng,atau asbes.
Konstruksi kelas II:
17 Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah (Life and General); Konsep dan Sistem
Operasional, (Jakarta: Gema Insani,2004), h. 664
35
a. Bangunan beratap keras dengan dinding luar dari bahan konstruksi dari
bahan tidak mudah terbakar, kerangka baja, atau kayu, diisi dengan batu
atau kaca.
b. Konstruksi baja atau beton bertulang dengan dilapisi panel tidak mudah
terbakar.
Risiko Berdampingan adalah bila rumah / bangunan yang akan
diasuransikan mempunyai tetangga disebelah kiri atau kanan atau belakang
yang okupasi / penggunaannya berisiko lebih tinggi, maka rumah / bangunan
tersebut akan dikenakan tarif sesuai dengan risiko yang lebih tinggi.
Dalam asuransi kebakaran jaminan yang diberikan secara umum dapat
dikelompokkan menjadi 2 (dua) kategori, yaitu:
a. Physical loss (direct)
Jaminan diberikan terhadap kerugian / kerusakan pisik secara langsung
(direct) atas objek yang dipertanggungkan yang disebabkan oleh bahaya-
bahaya yang dijamin dalam polis (baik jaminan pokok maupun
perluasannya).
b. Financial loss
Jaminan yang diberikan terhadap kerugian keuangan yang dialami
tertanggung akibat kerusakan pisik atas objek yang dipertanggungkan.
Kerugian pisik yang terjadi secara tidak langsung mengakibatkan
tertanggungnya usaha tertanggung sehingga menimbulkan kerugian
keuangan yang harus dideritanya (Indirect loss).
36
Dalam asuransi kerugian dalam produk kebakaran premi ditentukan
berdasarkan pada rate atau tarif. Yang membedakan besaran atau tinggi
rendahnya rate/tarif adalah: okupasi (penggunaan bangunan/property yang
hendak diasuransikan dipergunakan sebagai apa?) apakah hanya sebagai
rumah tinggal atau kantor/toko/warung/gudang/pabrik dan sebagainya. 18
Sebagai contoh : bangunan dengan okupasi sebagai rumah tinggal
tentunya rate/tarif lebih murah dari pada okupasi sebagai warung/toko/pabrik
maupun gudang.
Rate atau tarif dalam hal asuransi kebakaran (fire/property)
perhitungannya berdasarkan permil/per 1000 bukannya persen/per 100.
Nilai pertanggungan adalah : sejumlah nilai taksiran atas bangunan
dan barang-barang yang hendak diasuransikan dan apabila terjadi musibah
atau kecelakaan maka akan diganti maksimal senilai harga pertanggungan
tersebut.
Rumusannya adalah: Nilai Pertanggungan (sum insured) dikalikan (X)
dengan rate/tarif (rate), dan dari hasil perkaliannya disebut sebagai premi.19
Untuk menaksir/menilai isi barang dagangan adalah : harga beli barang
yanng diperdagangkan tersebut pada waktu normal dan tidak terlalu
berlebihan menaksirnya karena apabila berlebihan (over insured), maka akan
menybabkan premi menjadi lebih tinggi atau mahal dan sebaliknya juga
jangan terlalu rendah (under insured) karena ingin bayar premi lebih rendah.
Tetapi sebaliknya masukkan nilai pertanggungan untuk barang dagangan atau
18 ibid 19 Hasil wawancara dengan Bapak Saiful Hadi HRD PT. Asuransi Umum
BumiputeraMuda, Tanggal 13 Januari 2010 Pukul 14:20.
37
bangunan maupun mesin-mesin secara wajar. Karena apabila terjadi klaim,
maka nilai penggantian (ganti rugi) akan dihitung secara wajar/aktual (“ganti
rugi dan bukan ganti untung”).20
Ada beberapa risiko yang dikecualikan atau tidak ditanggung oleh
perusahaan asuransi yang disebabkan oleh kebakaran.
a. Secara langsung disebabkan oleh:
1) Kebakaran atau ledakan dari api yang timbul sendiri (self-combustion)
atau hubungan arus pendek (short circuit) atau sifat dari barang itu
sendiri (inherent vice).
2) Pencurian atau kehilangan pada saat dan setelah terjadinya peristiwa
yang diasuransikan.
b. Secara langsung atau tidak langsung disebabkan oleh atau akibat dari:
1) Kesengajaan tertanggung, kesengajaan pelayan atau karyawan
tertanggung atau perbuatan yang disengaja oleh orang lain atas
perintah tertanggung.
2) Kebakaran hutan, semak, alang-alang dan gambut. Perang,
penyerbuan, aksi musuh asing, permusuhan atau kegiatan yang
menyerupai suasana perang, (baik dengan pernyataan perang maupun
tidak).
3) Reaksi nuklir termasuk tetapi tidak tidak terbatas pada radiasi nuklir,
ionisasi, fusi, fisi atau pencemaran radioaktif, tanpa memandang
20 www. Pojokasuransi.com
38
apakah itu terjadi di dalam atau di luar bangunan utama di mana
disimpan harta benda dan atau kepentingan yang dipertanggungkan.
Kemudian ada beberapa harta benda dan atau kepentingan yang juga
dikecualikan/tidak ditanggung dalam asuransi kebakaran, kecuali bila harta
benda dan atau kepentingan tersebut secara tegas dinyatakan lain dalam
ikhtisar pertanggungan.21 Harta benda dan atau kepentingan yang tidak
dijamin tersebut antara lain :
a. Barang-barang orang lain yang disimpan dan atau dititipkan atas dasar
kepercayaan atau atas dasar komisi.
b. Logam mulia, perhiasan, batu permata atau batu mulia.
c. Barang antik atau barang seni.
d. Segala macam naskah, rencana, gambar atau desain, pola, model atau
tuangan dan cetakan.
e. Efek, obligasi, saham atau segala macam surat berharga dan dokumen,
perangko, materai dan pita cukai, uang kertas dan uang logam, buku-buku
usaha dan catatan-catatan sistem komputer.
Dalam polis asuransi kebakaran, ada beberapa jenis polis asuransi
kebakaran. Diantaranya:
Jenis Polis Asuransi Kebakaran:
a. Berdasarkan objek Pertanggungan
1) Polis Kebakaran Iindustri
21 www. Bumida.co.id
39
Polis Kebakaran Industri, Polis ini menanggung kerugian/kerusakan
yang diakibatkan oleh risiko-risiko pokok atas bangunan industri,
perlengkapan dan peralatan, bahan-bahan baku, bahan-bahan
pembantu dan sebagainya.
2) Polis Kebakaran Non Industri
Polis Kebakaran Non Industri, Polis ini menanggung
kerugian/kerusakan yang diakibatkan oleh risiko-risiko pokok atas
berbagai kepentingan, yang terdiri dari harta tetap (harta yang tidak
bisa dipindah-pindahkan) dan harta bergerak (harta yang bisa
dipindah-pindahkan).
b. Berdasarkan Penilaian Harga Pertanggungan
1) Polis Penilaian
Polis Penilaian, polis ini merupakan polis yang harga
pertanggungannya ditentukan berdasarkan penilaian yang disetujui
oleh penanggung dan tertanggung, yang dinilai dengan berpedoman
kepada harga jual atau harga pasar objek pertanggungan itu.
2) Polis Tanpa Penilaian
Polis Tanpa Penilaian, Polis ini merupakan polis yang harga
pertanggungannya ditentukan berdasarkan harga pembelian atau biaya
pembangunan dikurangi dengan penyusutan yang wajar.
3) Polis Pemulihan Nilai
40
Polis Pemulihan Nilai, polis ini menanggung gedung atau bangunan
bersama isinya. Yang dimaksud dengan isinya adalah peerlengkapan
dan peralatan gedung atau bangunannya itu.
c. Jenis Lainnya
1) Polis Deklarasi
2) Polis Mengambang
BAB III
TINJAUAN UMUM PT. ASURANSI UMUM BUMIPUTERAMUDA 1967
UNIT SYARIAH (BUMIDA SYARIAH )
A. Sejarah Singkat Perusahaan1
PT. Asuransi Umum Bumiputeramuda 1967 Unit Syariah (disingkat
Bumida Syariah) memperoleh izin pendirian sejak 19 Februari 2004, sesuai
dengan surat keputusan Menteri Keuangan RI No. Kep-075/KM.6/2004.
Secara resmi beroperasi sejak bulan April 2004. Induknya sendiri, PT
ASURANSI Umum Bumiputeramuda 1967 atau Bumida Bumiputera,
memperoleh ijin operasi dari Direktorat Lembaga Keuangan, Direktorat
Jenderal Moneter Dalam Negeri, Departemen Keuangan Republik Indonesia
No. KEP.350/DJM/111.3/71973 tanggal 24 Juli 1973.
Bumida Bumiputera didirikan atas ide pengurus AJB Bumiputera
1912, sebagai induk perusahaan, yang diwakili oleh Dra. H.I.K. Suprakto dan
Mohamad S. Hasyim, MA sesuai dengan akte No.7 tanggal 8 Desember 1967
dari Notaris Raden Soerojo Wongsowidjojo, SH yang berkedudukan di Jakarta
dan diumumkan dalam tambahan Berita Negara Republik Indonesia No. 15
tanggal 20 Februari 1970.
Bumida Syariah merupakan bagian kelompok bisnis AJB Bumiputera
1912, yang secara khusus bergerak di bidang asuransi umum/kerugian syariah.
1 http/www.bumida.co.id
40
41
Induknya sendiri merupakan perusahaan yang mempelopori industri asuransi
di Indonesia.
B. Visi dan Misi Perusahaan2
1. Visi
Tumbuh & Berkembang Menjadi Perusahaan yang Lebih Sehat & 10
Besar Asuransi Umum
2. Misi
Mewujudkan Organisasi yang Prima, Bisnis yang Berkualitas, dan Sinergi
yang Terpadu dengan Bumiputera Group
3. Nilai-Nilai Dasar
a. Berkualitas
Membangun SDM merupakan kunci pokok eksistensi dan kelanjutan
perkembangan Perusahaan ke depan. Dengan SDM yang berkualitas;
Perusahaan mampu menghadirkan kualtias produk dan pelayanan
terbaik, serta memiliki komitmen yang tinggi untuk menjaga integritas
dan moralitas usaha menuju Good Coporate Governance.
b. Dipercaya
Komitmen yang tinggi untuk membangun SDM berkualitas, inovasi
dan diferensiasi produk, pelayanan yang optimal dengan dukungan
teknologi informasi yang andal, diharapkan dapat meningkatkan
kepercayaan dan loyalitas stake holder terhadap Perusahaan.
2 ibid
42
4. Falsafah Dasar
a. Idealisme
Senantiasa memelihara semangat dan nilai-nilai kejuangan bangsa
dalam upaya meningkatkan martabat dan kesejahteraan bangsa melalui
asuransi.
b. Kebersamaan
Senantiasa memelihara dan meningkatkan nilai-nilai nasionalisme dan
kejuangan dengan semangat kebersamaan menghadapi era globalisasi,
melalui upaya sinergi dan optimalisasi manfaat bagi semua pihak yang
berkepentingan.
c. Profesionalisme
Memiliki kemampuan mengelola bisnis asuransi umum secara
profesional, dengan dukungan SDM yang berwawasan dan
berpengetahuan luas, didukung dengan keterampilan tinggi serta
senantiasa memberikan pelayanan prima kepada nasabah.
C. Struktur Organisasi Perusahaan 3
Dewan Pengawas Syariah
Ketua : H. Endy M. Astiwara, MA, AAAI-J, FIIS
Anggota : DR. KH. Surahman Hidayat, MA
DR. KH. Ahzami Samiun Jazuli, MA
3 ibid
43
Kantor Pusat
Divisi Syariah :
Gedung B Lantai 4
Jl. Wolter Monginsidi No. 43 Kebayoran Baru
Jakarta Selatan 12180
Telp. : 021-7234847, 7234849
Fax. : 021-72787952
Email : [email protected]
Website : http://www.bumida.co.id
Kepala Divisi Syariah : Hj. Nurhayati, SE, AAAI-K
Kabag Teknik Syariah : Fahmi Basyah, ST, AAI-K, AIIS
Kabag Keuangan & SDM Syariah : Drs. Saiful Hadi
Kabag Pemasaran Syariah : Drs. M. Nasyubun, AAAI-K, AIIS
Kantor Cabang Syariah
Cabang Syariah Jakarta
Lantai 1 Gedung B
Jl. Wolter Monginsidi No. 43 Kebayoran Baru Jakarta Selatan 12180,
Telp. : 021-7268039, 72800904
Fax. : 021-7243624
Email: [email protected]
Kepala Cabang : SH. Purnomo
44
Kasie Teknik : Yeny Triana, AAAI-K, AIIS
Kasie Keuangan : Kusumaningdyah Rousstia, SPT
Kasie Pemasaran : Dwi Wijayanto
Cabang Syariah Depok
Jl. Margonda Raya No. 304 C
Depok, Jawa Barat
Telp. : 021-77202357, 77203457 Fax. : 021-77213432
Email: [email protected]
Kepala Cabang : Irman Mahin
Kasie Teknik, Keuangan, Personalia : Landung Eko Hardiono
Kasie Pemasaran : Rochmat Suhadak
Cabang Syariah Surabaya
Gedung Bumiputera Lantai 3
Jl. Pucang Anom Timur No. 64
Surabaya, 60282
Telp. : 031-5026486, 5026487
Fax. : 031-5026484
Email: [email protected]
Kepala Cabang : Agus Muharto
Kasie Teknik, Keuangan, Personalia : M. Alghani
Cabang Syariah Bandung
Gedung Bumiputera Lantai 3
Jl. Jenderal H. Amir Machmud No. 235
45
Cilember, Cimahi, 50422
Telp. : 022-6647905
Fax. : 022-6647906
Email: [email protected]
Kepala Cabang : Fachreza Alfatah
Staff : Andri Safdar
D. Ruang Lingkup Kegiatan Perusahaan4
1. Struktur Kepemilikan / Permodalan
Kepemilikan Perusahaan sesuai dengan UU No. 1 Tahun 1995
tentang Perseoraan Terbatas dimiliki oleh; AJB Bumiputera 1912 99,8%
dan PT Eurasia Wisata 0,2%.
Struktur permodalan Perusahaan telah dipenuhi, sesuai ketentuan
modal disetor minimum yang dipersyaratkan dalam UU No. 2 Tahun
1992, dari Rp 25.000.000.000 menjadi Rp 100.000.000.000.
Untuk Bumida Syariah, sejak tahun 2007 modal disetor yang
dipisahkan dari modal induknya telah mencapai Rp 10.000.000.000, dan
akan terus ditingkatkan seiring dengan dikeluarkannya PP No. 39 Tahun
2009.
Kepercayaan dan loyalitas stake holder terhadap Perusahaan akan
menghasilkan manfaat yang saling menguntungkan, bukan hanya
dinikmati oleh share holder, tetapi juga oleh pemegang polis, karyawan
dan semua pihak yang berkepentingan terhadap Perusahaan. 4 ibid
46
2. Penghargaan Perusahaan
a. Tahun 2002
1) The Big Five Trusted in Fire Insurance 2002 (Versi Majalah
Kapital).
2) The Big Five Trusted in Motor Vehicle Insurance 2002 (Versi
Majalah Kapital).
3) The Big Five Trusted in Health Insurance 2002 (Versi Majalah
Kapital).
b. Tahun 2003
1) The Most Valuable Brand in Fire Insurance 2003 (Versi Majalah
SWA Sembada).
c. Tahun 2005
1) Sertifikasi ISO 9001 : 2000 Sejak Maret 2005.
2) Asuransi Umum Terbaik Tahun 2005 (Versi Majalah Investor)
Tahun 2005.
3) Asuransi Umum Sangat Bagus Tahun 2005 (Versi Majalah
InfoBank).
d. Tahun 2008
1) Sertifikasi Pemeringkatan PEFINDO Peringkat BBB+.
2) Asuransi Umum Syariah Terbaik 2008 (Versi Majalah Investor).
3) Asuransi Umum Syariah Terbaik ke-2 2008 (Versi KARIM
Business Consulting).
47
3. Produk
a. Produk Andalan:
1) Sehat koe
2) Mobil koe
3) Siswa koe
4) Rumah koe
5) Motor Koe
6) Karyawan Koe
b. Produk Standart dan Modifkasi:
1) Asuransi Kesehatan
2) Asuransi Pengangkutan Barang
3) Asuransi Kendaraan Bermotor
4) Asuransi Peralatan Elektronik
5) Asuransi Uang
6) Asuransi Pekerjaan Konstruksi
7) Asuransi Kebakaran
8) Asuransi Kerusakan Mesin
9) Asuransi Kecelakaan Diri
BAB IV
MEKANISME PENDISTRIBUSIAN DANA SURPLUS UNDERWRITING
KEPADA PESERTA ASURANSI KEBAKARAN
A. Metode Perhitungan Surplus Underwriting Asuransi Kebakaran
Penelitian ini diawali dengan melakukan pengumpulan data kelas
bisnis asuransi kebakaran pada PT. Asuransi Umum BumiputeraMuda 1967
Unit Syariah. Risk and Loss Profile Asuransi Kebakaran PT. Asuransi Umum
BumiputeraMuda 1967 Unit Syariah selama 5 tahun terakhir yaitu tahun 2005-
2009 yang berisi RumahKoe yang ditanggung (exposure), jumlah premi yang
diterima dan jumlah klaim yang dibayarkan kepada peserta.1
Data risk and loss profile ini sangat penting dalam melakukan
perhitungan surplus underwriting, karena sebelum melakukan perhitungan
surplus underwriting perusahaan melakukan perhitungan tarif premi. Dengan
data inilah seorang aktuaris memiliki pengetahuan yang luas tentang risiko
dan kerugian yang pernah terjadi sebelumnya. Dengan informasi tersebut,
maka aktuaris dapat memperkirakan risiko dan kerugian yang mungkin terjadi
di masa mendatang. Dari informasi tersebut, maka akan dapat diestimsi berapa
tarif yang ditetapkan dimasa mendatang berdasarkan data yang ada.
Suatu perusahaan tidak bisa menetapkan tarif premi yang tidak
didasarkan pada data risk and loss profile. Bila suatu perusahaan melakukan
hal demikian, maka akan bertentangan dengan Peraturan Menteri Keuangan
1 Fitria Dewianty,”Metode Pehitungan Tarif Premi Asuransi Kendaraan Bermotor Berdasarkan Experience” (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Jakarta, 2008), h.68-69.
48
49
No. 74 tahun 2007 karena dianggap mengabaikan data statistik dan izin
operasi perusahaan tersebut dapat dicabut. Bila suatu perusahaan mengabaikan
data statistik, hal ini akan sangat berbahaya bagi perusahaan tersebut dan bagi
para nasabah. Hal ini dikarenakan, asuransi merupakan bisnis yang mengelola
risiko. Risiko itu tidak dapat kita ketahui sebelum risiko itu terjadi, maka
untuk dapat mengukur risiko yang mungkin muncul dimasa mendatang adalah
dengan melihat kejadian sebelumnya, yaitu data tentang risiko dan kerugian
yang pernah terjadi. Dengan begitu, maka akan dapat diestimasi kerugian-
kerugian yang mungkin akan muncul dimasa mendatang.2
Berdasarkan keputusan Dewan Asuransi Indonesia, tarif untuk asuransi
telah ditetapkan berdasarkan kelasnya masing-masing. Untuk kelas I, rumah
tinggal tarifnya 0,05 permil. Kelas II sebesar 0,87 permil. Kelas III sebesar
1,16 permil. Misalnya, harga rumah dinilai seharga 100 juta dikali tarif permil,
hasil inilah yang harus dibayar oleh nasabah. Karena yang membedakan
besaran atau tinggi rendahnya rate/tarif adalah okupasi (penggunaan
bangunan/property yang hendak diasuransikan dipergunakan sebagai apa?)
apakah hanya sebagai rumah tinggal atau kantor/toko/gudang/pabrik dan
sebagainya. Bangunan dengan okupasi sebagai rumah tinggal tentunya
rate/tarif lebih murah dari pada okupasi sebagai toko/pabrik maupun gudang,
2 Fitria Dewianty,”Metode Pehitungan Tarif Premi Asuransi Kendaraan Bermotor
Berdasarkan Experience” (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Jakarta, 2008), h. 69.
50
rate atau tarif dalam hal asuransi kebakaran perhitungannya berdasarkan
permil/per 1000 bukannya persen/per 100. 3
Jika suatu perusahaan tidak mendasarkan tarif preminya pada data
statistik dan hanya mengejar keuntungan semata, maka ketika terjadi klaim
dikhawatirkan tarif premi yang ditetapkan tidak cukup untuk membayar
klaim-klaim yang terjadi dimasa mendatang. Hal ini akan mengancam
eksistensi perusahaan dan nasabah pun akan dirugikan karena klaimnya tidak
dibayarkan. Oleh karena itulah pendasaran perhitungan tarif premi pada data
statistik adalah sangat penting. Islam sangat melarang mendatangkan bahaya
baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Hal ini seperti hadist Nabi yang juga
merupakan kaidah fiqh :
قضى رسول اهللا صلى اهللا عليه : عن عبادة بن الصامت قال ى أنه ليس لعرق ظالمأن الضرر وال ضرار، وقض: وسلم )رواه أحمد. (حق
Artinya: “Dari Ubadah bin Shamit, beliau berkata : Rasulullah SAW telah
memberikan keputusan bahwa seseorang tidak boleh membuat darar (membuat kerusakan atau bahaya pada diri sendiri) dan dirar (melakukan hal yang merugikan pada orang lain). Sesungguhnya tidak ada hak bagi keringat orang yang zhalim4. (HR.Ahmad)
Di Indonesia sendiri Polis Asuransi Kebakaran sudah distandarisasi
sehingga (seharusnya) antar perusahaan asuransi memiliki perlindungan dan
perhitungan yang sama (hanya beda dipelayanannya saja). Polis kebakaran
dinamakan polis PSAKI (Polis Standar Asuransi Kebakaran Indonesia) dimana
3 Hasil wawancara dengan Bapak Siful Hadi HRD PT. Asuransi Umum BumiputeraMuda, Tanggal 13 Januari 2010 Pukul 14:20 WIB.
4 Muhammad Ibn Yazid Abu Abdullah Al Qazwainy, Sunan Ibn Majah; Bayruut, Daarul Fikri, Hadits ke-2340,Juz 2, h. 784
51
musibah yang dicover meliputi bencana akibat FLEXAS (Fire, Lightning,
Explosion, Aircraft (kejatuhan benda-benda dari pesawat) dan smoke), saat ini
bisa ditambahkan dengan jaminan Flood, Earthquake dan Huru-hara. Jadi jika
kerusakan property diakibatkan oleh bencana-bencana diatas maka asuransi akan
menggantinya.5
Sesuai dengan ketentuan PMK No. 74 tahun 2007 tentang tarif asuransi
bahwa setiap perusahaan asuransi wajib menjaga dan mendasarkan perhitungan
tarif preminya pada data risk and loss profile. Jika suatu perusahaan asuransi yang
baru berdiri belum memiliki data statistik sendiri, maka dapat menggunakan data
industri yang sejenis. Dan mendasarkan perhitungan tarif preminya pada tarif
referensi yang telah diatur pada PMK tersebut. Perusahaan yang sudah memiliki
data statistik mengenai risiko dan kerugian, maka dapat menetapkan tarif premi
sendiri. Data statistik yang dibentuk oleh perusahaan sendiri paling tidak selama
rentang waktu 5 tahun.6
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa untuk menetapkan tarif
premi, terdapat beberapa parameter yang harus dikontrol dan diketahui.
Parameternya yaitu exposure, frequency dan severty. Parameter ini nantinya akan
berpengaruh langsung terhadap penetapan tarif premi, karena tarif premi
merupakan refleksi dari biaya klaim yang diharapkan dimasa mendatang untuk
menentukan apakah perusahaan nantinya mengalami devisit atau surplus
underwriting. Exposure akan dilihat bagaimanakah profile-nya selama 5 tahun
terakhir. Sedangkan frequency dan saverity akan dihitung berdasarkan experience
5 www.pojokasuraansi.com 6 PMK No. 74 tahun 2007
52
selama 5 tahun terakhir. Berikut ini adalah data yang ada di PT. Asuransi Umum
BumiputeraMuda 1967 Unit Syariah selama 5 tahun kebelakang dalam bentuk
rekap hasil underwriting. Dan berikut adalah contoh metode perhitungan surplus
underwrting pada asuransi kebakaran:
Surplus underwriting = pendapatan underwriting – beban underwriting
Tabel 4.17
No Tahun Pendapatan
Underwriting
Beban
Underwriting
Hasil
Underwriting
1 2005 184,709,981 6,464,849 178,245,132
2 2006 298,127,177 1,490,636 296,636,541
3 2007 146,249,008 223,404,407 (77,155,400)
4 2008 282,081,647 34,738,129 247,343,518
5 2009 707,135,841 677,016 706,458,826
Seperti penjelasan diatas, perhitungan dana premi peserta yang
dilakukan oleh perusahaan adalah mengumpulkan dana yang ada secara
menyeluruh selama masa pertanggungan atau per tahun. Apabila pada tahun
tersebut hasil yang didapat oleh perusahaan positif, maka perusahaan akan
mengalami surplus underwriting. Begitu pun sebaliknya, apabila perusahaan
memperoleh hasil yang negatif, maka perusahaan akan mengalami defisit
underwriting. Dan ini diketahui setelah pendapatan underwriting dikurangi
beban underwriting didalam akhir periode atau akhir masa pertanggungan.
7 Hasil wawancara dengan Bapak Siful Hadi HRD PT. Asuransi Umum
BumiputeraMuda, Tanggal 13 Januari 2010 Pukul 14:20 WIB.
53
B. Pengalokasian Dana Surplus Underwriting Perusahaan Asuransi PT.
Asuransi Umum BumiputeraMuda 1967 syariah
Jika perusahaan mengalami Surplus Underwriting itu dikarenakan
peserta yang ada tidak mengalami musibah/klaim selama masa pertanggungan,
maka perusahaan akan mengalokasikan dana tersebut untuk cadangan
tabarru', dan atau dibagikan kepada perusahaan dan peserta (tertanggung).
Dalam hal pengalokasian surplus underwriting, perusahaan cenderung
memprioritaskan pada dana cadangan tabarru'. Disamping itu, perusahaan
juga membagikan surplus underwriting tersebut kepada peserta sesuai dengan
nisbah yang telah disepakati.
Setiap perusahaan memiliki kebijakan masing-masing dalam
membagikan Surplus Underwriting kepada peseta (tertanggung). Salah satu
pilihannya adalah dengan mentransfer Surplus Underwriting tersebut ke
rekening peserta.
Selanjutnya sesuai dengan wa’ad/nisbah/prosentase yang disepakati,
Surplus tersebut dibagikan masing-masing kepada peserta dan perusahaan.
Dalam hal ini nisbah yang diterapkan adalah 30% : 70%. Berhubung dengan
adanya peraturan PSAK ( Pedoman Standart Akutansi Keuangan) No. 108
Tahun 2009, maka PT. Asuransi Umum BumiputeraMuda 1967 Syariah
menerapkan nisbah atau bagi hasil sebagai berikut: (perusahaan mendapatkan
persentase 65%, peserta mendapatkan persentase 30% dan untuk dana
cadangan premi sebesar 5%).
54
C. Mekanisme Pendistribusian Surplus Tabarru Kepada Peserta
Berikut ini adalah contoh perhitungan insentif surplus bagian peserta
dari tahun buku 2007 yang akan berlaku untuk polis-polis yang jatuh tempo
pada tahun 2008:
1. PERHITUNGAN SALDO TABARRU8
1.a Total Dana Tabarru Paid = 4.995.393.854
1.b Jumlah Hasil Investasi Dana Tabarru Bagian Peserta = 75.695.216
1.c Beban Klaim Bruto = 2.202.534.536
1.d Beban Klaim R/A = 849.607.169
1.e Beban Reasuransi = 1.915.831.073
1.f SALDO TABARRU 2007 (1.a+1.b-1.c+1.d-1.e) = 1.802.330.630
1.g Saldo Tabarru Bagian Peserta (1.f x 30%) = 540.699.189
1.h Saldo Tabarru Bagian Pengelola (1.f x 70%) = 1.261.631.441
2. RATE INSENTIF SURPLUS TABARRU BAGIAN PESERTA
2.a Total Saldo Tabarru Bagian Peserta = 540.699.189
2.b Total Produksi Premi Syariah Nasional = 8.445.826.385
2.c Rate Insentif Surplus Tabarru Bagian Peserta (a/b) x
100%
= 6.40%
PEMBAYARAN INSENTIF SURPLUS BAGIAN PESERTA
1. Rate insentif surplus bagian peserta digunakan untuk dasar perhitungan
insentif surplus masing-masing peserta yang akan jatuh tempo di tahun 2008.
2. Insentif surplus yang dibayarkan kepada masing-masing peserta
diperhitungkan dengan lamanya outstanding pembayaran premi sebagai
8 Hasil wawancara dengan Bapak Siful Hadi HRD PT. Asuransi Umum
BumiputeraMuda, Tanggal 13 Januari 2010 Pukul 14:20 WIB.
55
penalty-nya. Sisa dana penalty tersebut akan dihimpun dalam Cadangan Dana
Tabarru.
3. Rumus perhitungan Insentif Surplus masing-masing peserta adalah sebagai
berikut:
Insentif Surplus Peserta A =
Premi X Rate Insentif X (Jumlah Hari Lunas : Jumlah Hari Pertanggungan)
Notes:
- Jumlah Hari Lunas adalah Jumlah hari antara tanggal jatuh tempo dan tanggal
pembayaran premi
- Jumlah Hari Pertanggungan adalah jumlah hari antara tanggal jatuh tempo dan
tanggal awal periode
56
Berikut Ini adalah contoh perhitungan insentif surplus bagian peserta:
1. Nama Peserta : Tn. X
2. No. Polis : 0101.00S.2007.02.0001-0
3. Periode Asuransi : 08/02/2007 s/d 08/02/2008
4. Tanggal Lunas : 08/03/2007
5. Rate Insentif Surplus : 6.40%
6. Jumlah Premi Netto : IDR 7.162.500
7. Jumlah Hari Lunas : 335 hari
8. Jumlah Hari Pertanggungan : 365 hari
Insentif Surplus Tn. X = 7.162.500 X 6.40% X (335 : 365) = 420.723,3
KETENTUAN KHUSUS MENGENAI INSENTIF SURPLUS TABARRU
1. Insentif surplus hanya akan dibayarkan jika terdapat Surplus atas pengelolaan
Dana Tabarru
2. Insentif Surpus Tabarru bagian peserta adalah hak peserta dan oleh karenanya
wajib dibayarkan kepada peserta.
3. Terdapat beberapa kategori yang disepakati bahwa insentif surplusnya tidak
dibayarkan melainkan disimpan dalam cadangan dana tabarru’ :
a. Polis kelas bisnis Marine Cargo, Asuransi Pembiayaan, Surety Bond,
Kontra Garansi Bank, dan Dokter Liability
b. Polis dengan jangka waktu kurang dari 1 tahun/ polis jangka pendek
c. Polis yang dibatalkan pada saat periode asuransi berjalan.
57
d. Polis yang mengalami klaim baik masih berstatus dalam proses (O/S)
maupun yang sudah berstatus pasti (settled).
e. Polis yang berdasarkan Izin Akseptasi Kantor Pusat diterbitkan tanpa
insentif surplus.
4. Rate Insentif Surplus Bagian Peserta tidak dapat ditentukan diawal periode,
oleh karena itu Kantor Operasional Syariah tidak diperkenankan menjanjikan
besaran rate insentif tersebut kepada peserta sebelum ada pemberitahuan dari
Kantor Pusat. Dalam Klausula Syariah hanya disebutkan
wa’ad/nisbah/prosentase pembagian insentif antara peserta dan operator yaitu
30:70.
5. Insentif Surplus Dana Tabarru bukanlah discount premi perpanjangan. Untuk
itu setiap perpanjangan premi tetap dicatat 100% tanpa dikurangi insentif
surplus. Insentif surplus tetap dikeluarkan dengan akun /pos yang berbeda.
6. Insentif surplus tetap dibayarkan (kepada peserta yang berhak) walaupun polis
tidak diperpanjang.
D. Perkembangan dana surplus underwriting perusahaan PT. Asuransi
Umum BumiputeraMuda 1967 Syariah pada peserta
Jika di lihat dari hasil rekap Underwriting PT. Asuransi
BumiputeraMuda 1967 Syariah dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2009,
perkembangan dana surplus underwriting perusahaan sangatlah bagus. Namun
pada tahun 2007 perusahaan mengalami deficit underwriting di karenakan
terjadinya klaim yang sangat besar.
58
1. Rekap Underwriting PT. Asuransi Umum BumiputeraMuda 1967 Syariah
pada tahun 2005:
Jumlah premi bersih yang didapat oleh perusahaan terdiri dari
premi bruto, premi reasuransi,penurunan atau kenaikan PYBMP (premi
yang belum menjadi pendapatan) yaitu:
a. Premi bruto
1) premi penutupan langsung 307,849,969
2) premi penutupan tidak langsung 0
3) komisi dibayar 0
4) jumlah premi bruto (1+2-3) 307,849,969
b. Premi Reasuransi
1) Premi Reasuransi dibayar 98,511,990
2) Premi Reasuransi diterima 0
3) Jumlah Premi Reasuransi (1-2) 98,511,990
4) Premi Neto (a4-b3) 209,337,979
c. Penurunan (Kenaikan) PYBMP*)
1) PYBMP tahun/triwulan lalu 49,255,995
2) PYBMP tahun/triwulan berjalan 73,883,992
3) Penurunan (kenaikan) PYBMP (1-2) (24,627,997)
Jumlah Pendapatan Premi Neto (b4+c3) 184,709,981
Jadi jumlah pendapatan premi neto sama dengan jumlah pendapatan
underwriting, sedangkan beban underwriting terdiri dari:
59
a. Beban Klaim
1) Klaim Bruto 10,774,749
2) Klaim Reasuransi 4,309,900
3) Kenaikan (Penurunan)EKRS**)
a) EKRS tahun/triwulan berjalan 0
b) EKRS tahun/triwulan lalu 0
Jumlah Beban Klaim(a1-a2.b+3.a-3b) 6,464,849
Beban Underwriting 6,464,849
Hasil Underwriting 178,245,132
Jika hasil yang diperoleh positif, maka perusahaan akan mendapatkan
dana surplus underwriting. Namun sebaliknya jika hasil yang diperoleh
negatif maka perusahaan akan mengalami defisit underwriting.
2. Rekap Underwriting PT. Asuransi Umum BumiputeraMuda 1967 Syariah
pada tahun 2006:
a. Premi bruto
1) premi penutupan langsung 496,878,628
2) premi penutupan tidak langsung 0
3) komisi dibayar 0
4) jumlah premi bruto (1+2-3) 496,878,628
b. Premi Reasuransi
1) Premi Reasuransi dibayar 159,001,161
2) Premi Reasuransi diterima 0
3) Jumlah Premi Reasuransi (1-2) 159,001,161
60
Premi Neto (a4-b3) 337,877,467
c. Penurunan (Kenaikan) PYBMP*)
1) PYBMP tahun/triwulan lalu 79,500,581
2) PYBMP tahun/triwulan berjalan 119,250,871
3) Penurunan (kenaikan) PYBMP (1-2) (39,750,290)
Jumlah Pendapatan Premi Neto (b4+c3) 298,127,177
Jadi jumlah pendapatan premi neto sama dengan jumlah pendapatan
underwriting, sedangkan beban underwriting terdiri dari:
a. Beban Klaim
1) Klaim Bruto 2,484,393
2) Klaim Reasuransi 993,757
3) Kenaikan (Penurunan)EKRS**)
a) EKRS tahun/triwulan berjalan 0
b) EKRS tahun/triwulan lalu 0
Jumlah Beban Klaim(a1-a2.b+3.a-3b) 6,464,849
Beban Underwriting 1,490,636
Hasil Underwriting 296,636,541
3. Rekap Underwriting PT. Asuransi Umum BumiputeraMuda 1967 Syariah
pada tahun 2007:
a. Premi bruto
1) premi penutupan langsung 569,623,909
2) premi penutupan tidak langsung 2,532,313
3) komisi dibayar 0
4) jumlah premi bruto (1+2-3) 572,156,221
61
b. Premi Reasuransi
5) Premi Reasuransi dibayar 372,918,562
6) Premi Reasuransi diterima 0
7) Jumlah Premi Reasuransi (1-2) 372,918,562
4) Premi Neto (a4-b3) 199,237,659
c. Penurunan (Kenaikan) PYBMP*)
4) PYBMP tahun/triwulan lalu 50,009,071
5) PYBMP tahun/triwulan berjalan 102,997,723
3) Penurunan (kenaikan) PYBMP (1-2) (52,988,652)
Jumlah Pendapatan Premi Neto (b4+c3) 146,249,008
Jadi jumlah pendapatan premi neto sama dengan jumlah pendapatan
underwriting, sedangkan beban underwriting terdiri dari:
a. Beban Klaim
1) Klaim Bruto 714,635,460
2) Klaim Reasuransi 491,231,053
3) Kenaikan (Penurunan)EKRS**)
a) EKRS tahun/triwulan berjalan 0
b) EKRS tahun/triwulan lalu 0
Jumlah Beban Klaim(a1-a2.b+3.a-3b) 223,404,407
Beban Underwriting 223,404,407
Hasil Underwriting (77,155,400)
4. Rekap Underwriting PT. Asuransi Umum BumiputeraMuda 1967 Syariah
pada tahun 2008:
62
a. Premi bruto
1) premi penutupan langsung 1,070,914,237
2) premi penutupan tidak langsung 36,513,264
3) komisi dibayar 391,191
4) jumlah premi bruto (1+2-3) 1,107,036,310
b. Premi Reasuransi
1) Premi Reasuransi dibayar 575,681,002
2) Premi Reasuransi diterima 0
3) Jumlah Premi Reasuransi (1-2) 575,681,002
4) Premi Neto (a4-b3) 531,355,308
c. Penurunan (Kenaikan) PYBMP*)
1) PYBMP tahun/triwulan lalu 108,866,383
2) PYBMP tahun/triwulan berjalan 358,140,045
3) Penurunan (kenaikan) PYBMP (1-2) (249,273,661)
Jumlah Pendapatan Premi Neto (b4+c3) 282,081647
Jadi jumlah pendapatan premi neto sama dengan jumlah pendapatan
underwriting, sedangkan beban underwriting terdiri dari:
a) Beban Klaim
1) Klaim Bruto 37,738,129
2) Klaim Reasuransi 2,550,000
3) Kenaikan (Penurunan)EKRS**)
c) EKRS tahun/triwulan berjalan 0
d) EKRS tahun/triwulan lalu 0
63
Jumlah Beban Klaim(a1-a2.b+3.a-3b) 34,738,129
Beban Underwriting 34,738,129
Hasil Underwriting (247,343,518)
5. Rekap Underwriting PT. Asuransi Umum BumiputeraMuda 1967 Syariah
pada tahun 2009:
a. Premi bruto
1) premi penutupan langsung 1,238,937,771
2) premi penutupan tidak langsung 0
3) komisi dibayar 0
4) jumlah premi bruto (1+2-3) 1,238,937,771
b. Premi Reasuransi
1) Premi Reasuransi dibayar 388,293,201
2) Premi Reasuransi diterima 0
3) Jumlah Premi Reasuransi (1-2) 388,293,201
4) Premi Neto (a4-b3) 850,644,570
c. Penurunan (Kenaikan) PYBMP*)
3) PYBMP tahun/triwulan lalu 315,577,328
4) PYBMP tahun/triwulan berjalan 459,086,057
3) Penurunan (kenaikan) PYBMP (1-2) (143,508,729)
Jumlah Pendapatan Premi Neto (b4+c3) 707,135,841
Jadi jumlah pendapatan premi neto sama dengan jumlah pendapatan
underwriting, sedangkan beban underwriting terdiri dari:
a. Beban Klaim
64
1) Klaim Bruto 1,127,016
2) Klaim Reasuransi 2,550,000
3) Kenaikan (Penurunan)EKRS**)
a) EKRS tahun/triwulan berjalan 0
b) EKRS tahun/triwulan lalu 0
Jumlah Beban Klaim(a1-a2.b+3.a-3b) 677,016
Beban Underwriting 677,016
Hasil Underwriting (706,458,826)
Jika dilihat dari perkembangan dana surplus underwriting PT.
ASURANSI UMUM BUMIPUTERAMUDA 1967 SYARIAH dari tahun 2005
s/d 2009 sangantlah bagus, karena hanya sekali terjadi defisit yang dialami pada
tahun 2007. Dan tahun-tahun yang lainnya perusahaan memperoleh surplus
underwriting yang cukup bagus untuk menstabilkan keuangan perusahaan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan berkenaan dengan mekanisme
pendistribusian surplus underwriting pada peserta asuransi kebakaran pada
PT. ASURANSI UMUM BUMIPUTERAMUDA 1967 SYARIAH, maka
dapat diambil kesimpulan bahwa:
1. Dalam pendistribusian dana surplus underwriting pada peserta asuransi
kebakaran, yang ada pada rekap hasil underwriting perusahaan. Maka
perusahaan melakukan perhitungan terlebih dahulu, dengan cara membuat
rekap underwriting tahunan. Setelah mendapatkan hasil dari metode
perhitungan underwriting pada perusahaan, maka apabila hasil yang
didapat mengalami hal positif maka perusahaan akan mendapatkan dana
surplus underwriting. Dan hasil surplus underwriting tersebut dibagi
menjadi 3 (tiga) bagian,yaitu: cadangan tabarru’, peserta dan perusahaan.
2. Adapun mekanisme pendistribusian dana surplus underwriting yang
terjadi di perusahaan akan di berikan kepada peserta sesuai dengan nisbah
yang ada,diantaranya: perusahaan akan mentransfer kerekening peserta,
atau untuk di infakkan melalui perusahaan dan atau untuk pengurangan
premi ditahun berikutnya.
3. Asuransi kebakaran adalah produk asuransi kerugian yang frequensi
klaimnya lebih rendah dibandingkan dengan produk kerugian lainnya,
67
68
seperti asuransi kendaraan bermotor. Maka peluang akan terciptanya
surplus itu lebih besar. Oleh karena itu, perkembangan dana surplus
underwriting produk asuransi kebakaran pada PT. Asuransi Umum
BumiputeraMuda 1967 Unit Syariah sangat baik dan dapat dijadikan
tumpuan untuk kestabilan keuangan perusahaan.
B. Saran
Adapun saran dari penulis tentang Mekanisme Pendistribusian Dana
Surplus Underwriting Pada Peserta Asuransi Kebakaran adalah:
1. Sebaiknya pendistribusian dan pengalokasian dana surplus underwriting
agar lebih transparan antara peserta dan perusahaan yang nota benenya
sebagai pemegang amanah.
2. Perlu adanya dukungan dari pemerintah mengenai produk-produk asuransi
kerugian, khususnya produk asuransi kebakaran. Karena saat ini PMK
yang ada belum memadai,hanya sampai produk asuransi kendaraan
bermotor saja.
3. Agar masyarakat lebih memahami hak dan kewajibannya sebagai peserta
asuransi, bukan hanya membayar premi dan mendapatkan ganti rugi atas
klaim yang terjadi. Tetapi juga mengerti dan mengetahui nisbah bagi hasil
antara kedua belah pihak.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an al-Karim dan Terjemahannya. Bandung: PT. Syamil Cipta Media.
Abdul Kadir, Muhammad. Hukum Asuransi Indonesia. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti
Abdullah, Moch. Anwar. Kamus Umum Asuransi. Jakarta: Kesaint Blanc, 1993.
Arif Djohan Tunggal. Peraturan Perundang-undangan Perasuransian di Indonesia. Thn 1992-1997, (Jakarta: Harvarindo.1998).
Bailey, Richard. Underwriting Dalam Perusahaan Asuransi Jiwa dan Kesehatan. Jakarta: Yayasan Dharma Bumiputera, 2005.
Booth, P, dkk. Modern Actuarial Theory and Practice. Florida: Chapman and Hall/CRC. 1999.
Budian, Luly. Essay Ilmiah :”Peran Aktuaria Pada Industri Asuransi Kerugian Indonesia.” Jakarta: Essay Ilmiah, 2007.
Budiman, Hendra. “Belum Ada Penelitian Khusus Underwriting Asuransi”. Proteksi, XXIV.(Desember 2003)
Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia, Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional. Jakarta: Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia, 2006.
Dewan Asuransi Indonesia, Kamus Asuransi Jiwa (prapublikasi). Jakarta: Dewan Asuransi.
Ghoni,Abdul dan Arianty Erny. Akuntansi Asuransi Syariah; Antara Teori & Praktik. Jakarta, INSCO Consulting, 2007.
Gunanto, Asuransi Kebakaran di Indonesia, Cetakan ke-II, Wacana Ilmu, Jakarta- April 2003.
Herman, Darmawi. Manajemen Asuransi. Jakarta: Bumi Aksara, 2001.
http://www.bumida.co.id
http://www.pojokasuransi.com
Iqbal, Muhaimin. Asuransi Umum Syariah Dalam Praktik Upaya Menghilangkan Gharar, Maisir dan Riba. Jakarta : Gema Insani Press, 2005, Cet. Ke-1.
Muhammad Ibn Yazid Abu Abdullah Al Qazwainy, Sunan Ibn Majah; Bayruut,
70
Daarul Fikri, Hadits ke-2340,Juz 2, h. 784
Moleong, Lexy J. Metodelogi Penenlitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007.
Peraturan Menteri Keuangan No.74 tahun 2007.
Prakoso, Djoko dan Murtika I Ketut. Hukum Asuransi Indonesia. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002.
Said Agil Husin Munawwar dan Abdul Mustaqim, Asbabul Wurud; Studi kritis hadist Nabi Pendekatan Sosio Historis, kontekstual (Yogyakarta: Pustaka Pelajar 2001), h.7
Salim, Abbas, Asuransi dan Manajemen Risiko. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Soeisno, Djojosoedarso. Prinsip-prinsip manajemen risiko dan asuransi. Jakarta: Salemba Empat. 2003.
Sula, Muhammad Syakir. Asuransi Syariah (Life And General) Konsep dan Sistem Operasional. Jakarta: Gema Insani Press, 2005.
Sula Muhammad Syakir , Konsep Asuransi Dalam Islam. PPM Fi Zhilal. Bandung. 1996.
Tim Penulis Fakultas Syariah dan Hukum. Pedoman Penulisan Skripsi. Fakultas
Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: 2007. Tunggal, Hadi Setia. Dasar-dasar Asuransi. Jakarta: Harvarindo.2005.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Top Related