PENENTUAN MATIDewi Permatasari ( I11108010)
DEFINISI MATI
Mati menurut ilmu kedokteran didefinisikan sebagai berhentinya fungsi sirkulasi dan respirasi secara permanen (mati klinis).
Menurut Pontifical Academy of Science tahun 1985, seorang dikatakan mati bila secara ireversibel telah kehilangan semua kemampuan untuk memadu dan mengkoordinasikan fungsi-fungsi fisis dan mental tubuh.
Di Indonesia : Menurut Peraturan Pemerintah RI. No 18 th 1981
tentang Bedah Mayat Klinis dan Bedah Mayat Anatomis serta transplantasi alat atau jaringan tubuh manusia meninggal dunia adalah keadaan insani yang diyakini oleh ahli kedokteran yang berwenang bahwa fungsi otak, pernafasan dan denyut jantung seseorang telah berhenti.
IDI (1985) seseorang dinyatakan mati jika batang otaknya tidak berfungsi lagi.
Mati klinis henti nafas (tidak ada gerak nafas spontan)
ditambah henti sirkulasi (jantung) total dengan semua aktivitas otak terhenti, tetapi tidak ireversibel.
Mati biologis (kematian semua organ) selalu mengikuti mati klinis bila tidak dilakukan
resusitasi jantung paru (RJP) atau bila upaya resusitasi dihentikan
Mati serebral (kematian korteks) adalah kerusakan ireversibel (nekrosis) serebrum, terutama neokorteks.
Mati otak (MO, kematian otak total) adalah mati serebral ditambah dengan nekrosis sisa otak lainnya, termasuk serebelum, otak tengah dan batang otak.
PENENTUAN KEMATIAN
Seorang pasien yang telah ditetapkan mengalami kematian batang otak berarti secara klinis dan legal formal telah meninggal dunia.
Hal ini dituangkan dalam pernyataan IDI tentang Mati dalam SK PB IDI No.336/PB IDI/a.4 tertanggal 15 Maret 1988 yang disusul dengan SK PB IDI No.231/PB.A.4/07/90. Dalam fatwa tersebut dinyatakan bahwa seorang dikatakan mati, bila Fungsi pernafasan dan jantung telah berhenti
secara pasti atau irreversible, atau Terbukti telah terjadi kematian batang otak
Untuk tujuan transplantasi organ, penentuan mati didasarkan pada mati batang otak.
Sebelum dilakukan pengambilan organ, semua tindakan medis diteruskan agar organ tetap baik
PENENTUAN MATI JANTUNG
Diagnosis mati jantung (henti jantung ireversibel) ditegakkan bila telah ada asistol listrik membandel (intractable, garis datar pada EKG) selama paling sedikit 30 menit, walaupun telah dilakukan RJP dan terapi obat yang optimal.
PENENTUAN MATI BATANG OTAK
Mati otak penghentian ireversibel semua fungsi otak.
Kriteria Harvard untuk mati otak : Tak reseptif dan tak responsif Tak ada gerakan ( observasi selama 1 jam) Tidak ada refleks-refleks EEG isoelektrik NB : semua tes diulangi minimal 24 jam.
KRITERIA MINNESOTA
Dua ahli bedah otak Minneapolis pasien dengan lesi intrakranial yang tak dapat diperbaiki, kerusakan ireversibel pada batang otak merupakan titik tak dapat balik.
Mereka menekankan pentingnya henti nafas sebagai penentu mati otak.
Kriteria : Diketahui ada lesi intrakranial yang tidak dapat
diperbaiki Tak ada gerakan spontan
Henti nafas Refleks batang otak negatif Semua hasil pemeriksaan tak berubah selama
paling sedikit 12 jam.
MEKANISME MATI OTAK
Neuronal Injury
Decreased Intracranial Blood Flow
Neuronal Swelling
Increased Intracranial Pressure
ICP>MAP is incompatible with life
Kematian batang otak didefinisikan sebagai hilangnya fungsi batang otak, secara ireversibel.
Tiga tanda utama manifestasi kematian batang otak : koma dalam hilangnya seluruh refleks batang otak apnea
Diagnosis kematian batang otak merupakan diagnosis klinis.
Bila telah dipastikan, normalnya ventilator akan dilepaskan dari pasien dan henti jantung akan terjadi tidak lama kemudian.
Diagnosis MBO mempunyai dua komponen utama : Keadaan pra kondisi tes klinik fungsi batang otak
KEADAAN PRA KONDISI
Pasien dalam keadaan koma dengan henti napas, yaitu tidak responsif dan dibantu ventilator
Penyebabnya adalah kerusakan otak struktural yang tidak dapat diperbaiki lagi, yang disebabkan oleh gangguan yang dapat menuju MBO
Koma dalam tidak adanya respon motorik serebral terhadap rangsang nyeri di seluruh ekstremitas (nail-bed pressure) dan penekanan di supraorbital
TES KLINIS FUNGSI BATANG OTAK
Penentuan kematian batang otak memerlukan penilaian fungsi otak oleh minimal dua orang klinisi dengan interval waktu pemeriksaan beberapa jam.
Tiga temuan penting pada kematian batang otak : koma dalam hilangnya seluruh refleks batang otak apnea.
HILANGNYA REFLEKS BATANG OTAK
Tidak ada refleks cahaya Tidak ada refleks kornea Tidak ada refleks vestibulo-okular Tidak ada respon motor dalam distribusi
saraf kranial terhadap rangsang adekuat pada area somatik
Tidak ada refleks muntah (gag reflex) atau refleks batuk terhadap rangsang oleh kateter isap yang dimasukkan ke dalam trakea
TES APNEA
Tes apnea dapat dilakukan apabila : Suhu tubuh ≥36,5⁰ C Euvolemia (balans cairan positif dalam 6 jam
sebelumnya) PaCO2 normal (PaCO2 arterial ≥ 40 mmHg) PaO2 normal (pre-oksigenasi arterial PaO2 arterial
≥ 200 mmHg)
Jika syarat terpenuhi, tes apnea dapat dilakukan. Langkah-langkahnya sebagai berikut : Pasang pulse-oxymeter dan putuskan hubungan
ventilator Berikan oksigen 100%, 6 L/menit ke dalam
trakea. Amati dengan seksama adanya gerakan
pernafasan. Ukur PaO2, PaCO2, dan pH setelah kira-kira 8
menit, kemudian ventilator disambungkan kembali
Apabila tidak terdapat gerakan pernafasan, dan PaCO2 ≥ 60 mmHg (atau peningkatan PaCO2 lebih atau sama dengan nilai dasar normal), hasil tes apnea dinyatakan positif.
Apabila terdapat gerakan pernafasan, tes apnea dinyatakan negatif.
Hubungkan ventilator selama tes apnea apabila tekanan darah sistolik turun sampai < 90 mmHg.
Jika refleks batang otak semua hasilnya negatif dan tes apnea menunjukkan tidak adanya gerakan pernapasan, maka pasien dinyatakan mati batang otak.
TERIMAKASIH YAAA…
Top Related