BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam biologi populasi adalah sekumpulan individu dengan ciri-ciri yang sama
(spesies) yang hidup di tempat yang sama dan memiliki kemampuan bereproduksi di
antara sesamanya. Konsep populasi banyak dipakai dalam ekologi dan genetika.
Ekologiwan memandang populasi sebagai unsur dari sistem yang lebih luas. Populasi
suatu spesies adalah bagian dari suatu komunitas. Selain itu, evolusi juga bekerja melalui
populasi.
Komunitas dalam arti ekologi mengacu kepada kumpulan populasi yang terdiri dari
spesies yang berlainan, yang menempati suatu daerah tertentu (Ngurah Rai, dkk. 1999).
Setiap komunitas tidak harus menempati daerah yang luas, artinya komunitas dapat
mempunyai ukuran berapa pun. Misalnya dalam suatu aquarium yang terdiri dari ikan,
siput, hydrilla sebagai komponen biotik, serta air, bebatuan sebagai komponen abiotik
dapat disebut sebagai suatu komunitas. Komunitas tumbuhan di daerah trofik biasanya
bersifat rumit dan tidak mudah diberi nama menurut satu atau dua spesies yang paling
berkuasa sebagaimana yang umum di daerah yang beriklim sedang.
Pengertian ekosistem pertama kali dikemukakan oleh seorang ahli ekologi
berkebangsaan Inggris bernama A.G. Tansley pada tahun 1935, walaupun konsep itu
bukan merupakan konsep yang baru. Sebelum akhir tahun 1800-an, pernyataan-
pernyataan resmi tentang istilah dan konsep yang berkaitan dengan ekosistem mulai terbit
cukup menarik dalam literatur-literatur ekologi di Amerika, Eropa, dan Rusia (Odum,
1993).
Beberapa definisi tentang ekosistem dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Ekosistem adalah suatu unit ekologi yang di dalamnya terdapat hubungan antara struktur
dan fungsi. Struktur yang dimaksudkan dalam definisi ekosistem tersebut adalah
berhubungan dengan keanekaragaman spesies (species diversity). Ekosistem yang
mempunyai struktur yang kompleks, memiliki keanekaragaman spesies yang tinggi.
Sedangkan istilah fungsi dalam definisi ekosistem menurut A.G. Tansley berhubungan
dengan siklus materi dan arus energi melalui komponen komponen ekosistem.
2. Ekosistem atau sistem ekologi adalah merupakan pertukaran bahan-bahan antara bagian-
bagian yang hidup dan yang tak hidup di dalam suatu sistem. Ekosistem dicirikan dengan
berlangsungnya pertukaran materi dan transformasi energi yang sepenuhnya berlangsung
diantara berbagai komponen dalam sistem itu sendiri atau dengan sistem lain di luarnya.
3. Ekosistem adalah tatanan dari satuan unsur-unsur lingkungan hidup dan kehidupan
(biotik maupun abiotik) secara utuh dan menyeluruh, yang saling mempengaruhi dan
saling tergantung satu dengan yang lainnya. Ekosistem mengandung keanekaragaman
jenis dalam suatu komunitas dengan lingkungannya yang berfungsi sebagai suatu satuan
interaksi kehidupan dalam alam (Dephut, 1997).
4. Ekosistem, yaitu tatanan kesatuan secara kompleks di dalamnya terdapat habitat,
tumbuhan, dan binatang yang dipertimbangkan sebagai unit kesatuan secara utuh,
sehingga semuanya akan menjadi bagian mata rantai siklus materi dan aliran energi
(Woodbury, 1954 dalam Setiadi, 1983).
5. Ekosistem, yaitu unit fungsional dasar dalam ekologi yang di dalamnya tercakup
organisme dan lingkungannya (lingkungan biotik dan abiotik) dan di antara keduanya
saling memengaruhi (Odum, 1993). Ekosistem dikatakan sebagai suatu unit fungsional
dasar dalam ekologi karena merupakan satuan terkecil yang memiliki komponen secara
lengkap, memiliki relung ekologi secara lengkap, serta terdapat proses ekologi secara
lengkap, sehingga di dalam unit ini siklus materi dan arus energi terjadi sesuai dengan
kondisi ekosistemnya.
6. Ekosistem, yaitu tatanan kesatuan secara utuh menyeluruh antara segenap unsur
lingkungan hidup yang saling memengaruhi (UU Lingkungan Hidup Tahun 1997).
Unsur-unsur lingkungan hidup baik unsur biotik maupun abiotik, baik makhluk hidup
maupun benda mati, semuanya tersusun sebagai satu kesatuan dalam ekosistem yang
masing-masing tidak bisa berdiri sendiri, tidak bisa hidup sendiri, melainkan saling
berhubungan, saling mempengaruhi, saling berinteraksi, sehingga tidak dapat dipisah-
pisahkan.
7. Ekosistem, yaitu suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik antara
makhluk hidup dengan lingkungannya (Soemarwoto, 1983). Tingkatan organisasi ini
dikatakan sebagai suatu sistem karena memiliki komponen-komponen dengan fungsi
berbeda yang terkoordinasi secara baik sehingga masing-masing komponen terjadi
hubungan timbal balik. Hubungan timbal balik terwujudkan dalam rantai makanan dan
jaring makanan yang pada setiap proses ini terjadi aliran energi dan siklus materi.
klimatologis ekosistem rawa air tawar, Ekosistem air tawar merupakan kosistem dengan
habitatnya yang sering digenangi air tawar yang kaya mineral dengan pH sekitar 6.
Kondisi permukaan air tidak selalu tetap. Ekosistem rawa air tawar ini ditumbuhi oleh
beragam jenisvegetasi. Hal ini desebabkan oleh terdapatnya beragam jenis tanah pada
berbagaiekosistem rawa air tawar.Di beberapa daerah pada rawa-rawa tersebut ditumbuhi
rumput, ada pula yang hanya ditumbuhi jenis pandan atau palem yang menonjol. Malah
ada pula yang menyerupai hutan-hutan dataran rendah, dengan akar tunjang atau akar
napas maupun seperti penupang pohon.
edaphis adalah hutan yang terbentuk karena pengaruh tanah. tanah merupakn suatu benda
alam yang tersusun dari padatan, cairan dan gas. tanah sangat vital pernannya bagi semua
kehidupan dibumi karena tanah mendukung kehidupan tumbuhan dengan menyediakan
hara dan air sekaligus sebagai penopang akar.
BAB II PEMBAHASAN
A. Ciri-Ciri Dasar Populasi
Ada dua ciri dasar populasi, yaitu :ciri biologis, yang merupakan ciri-ciri yang dipunyai
oleh individu-individu pembangun populasi itu, serta ciri-ciri statistik, yang merupakan ciri
uniknya sebagai himpunan atau kelompok individu-individu yang berinteraksi satu dengan
lainnya.
1. ciri- ciri biologi
Seperti halnya suatu individu, suatu populasi pun mempunyai ciri- ciri biologi, antara lain :
a. Mempunyai struktur dan organisasi tertentu, yang si fatnya ada yang konstan dan
ada pula yang berfluktuasi dengan berjalannya waktu (umur)
b. Ontogenetik, mempunyai sejarah kehidupan (lahir, tumbuh, berdiferensiasi,
menjadi tua = senessens, dan mati)
c. Dapat dikenai dampak lingkungan dan memberikan respons terhadap perubahan
lingkungan
d. Mempunyai hereditas
e. Terintegrasi oleh faktor- faktor hereditaa oleh faktor- fektor herediter (genetik) dan
ekologi (termasuk dalam hal ini adalah kemampuan beradaptasi, ketegaran
reproduktif dan persistensi. Persistensi dalam hal ini adalah adanya
kemungkinan untuk meninggalkan keturunanuntuk waktu yang lama.
2. ciri- ciri statistik
Ciri- ciri statistik merupakan ciri- ciri kelompok yang tidak dapat di terapkan pada
individu, melainkan merupakan hasil perjumpaan dari ciri- ciri individu itu sendiri, antara lain:
a. Kerapatan (kepadatan) atau ukuran besar populasi berikut parameter- parameter utama yang
mempengaruhi seperti natalitas, mortalitas, migrasi, imigrasi, emigrasi.
b. Sebaran (agihan, struktur) umur
c. Komposisi genetik (“gene pool” = ganangan gen)
d. Dispersi(sebaran individu intra populasi
Faktor-faktoryang mempengaruhi penyebaran populasi: Distribusi sumberdaya Perilaku sosial (pada hewan) Faktorlain (interaksiorganisme, tempatberlindung,oksigen terlarut, dll)
Faktor pembatas pertumbuhan populasi : Tergantung kepadatan : makanan dan ruangan Tidak tergantung kepadatan :iklim dan bencana alam
Dinamika Populasi
Merupakan ilmu yang mempelajari pertumbuhan serta pengaturan populasi. Hal ini tentu
berkaitan dengan parameter populasi. Khusus di dalam pengaturan kerapatan populasi dikenal
adanya mekanisme “density dependent” (mekanisme yang bergantung kepada kerapatan) dan
mekanisme “density independent” (mekanisme yang tak bergantung pada kerapatan).
Secara umum, aspek-aspek yang dipelajari dalam dinamika populasi adalah:1. Populasi sebagai komponen dari sistem lingkungan.2. Perubahan jumlah individu dalam populasi.3. Tingkat penurunan, peningkatan, penggantian individu dan proses yang menjaga
kestabilan jumlah individu dalam populasi.4. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perubahan jumlah individu dalam populasi.
Contoh populasi pinguin Contoh populasi manusia
Contoh populasi pepaya Contoh populasi bakau
B.KOMUNITAS
Pengertian Komunitas
Komunitas dalam arti ekologi mengacu kepada kumpulan populasi yang terdiri dari spesies
yang berlainan, yang menempati suatu daerah tertentu (Ngurah Rai, dkk. 1999). Setiap
komunitas tidak harus menempati daerah yang luas, artinya komunitas dapat mempunyai ukuran
berapa pun. Misalnya dalam suatu aquarium yang terdiri dari ikan, siput, hydrilla sebagai
komponen biotik, serta air, bebatuan sebagai komponen abiotik dapat disebut sebagai suatu
komunitas. Komunitas tumbuhan di daerah trofik biasanya bersifat rumit dan tidak mudah diberi
nama menurut satu atau dua spesies yang paling berkuasa sebagaimana yang umum di daerah
yang beriklim sedang.
Ciri-ciri komunitas
ciri Komunitas Klimaks antara lain :
Lingkungan / komunitas yang stabil (tidak terjdi gangguan / Homeostatis)
Terdapat keanekaragaman jenis yang tinggi
Banyak species yang mampu beradaptasi
Terjadi keseimbangan ekosistem (equilibrium
Berdasarkan pandangan individualistik, komunitas tumbuhan terdiri dari kelompok
tumbuhan yang masing-masing mempertahankan individualitasnya. Namun adanya
individualitas tumbuhan bukan berarti menghambat adanya hubungan tertentu diantara tumbuhan
dalam komunitas. Hubungan ini menurut Walter digolongkan dalam tiga kelas yaitu :
1. Pesaing Langsung (Direct Competitors), terjadi persaingan terhadap sumber daya lingkungan
yang sama karena menempati strata atas maupun bawah dalam suatu lahan yang sama.
2. Spesies Dependen (Dependent Species), spesies yang hanya dapat hidup pada niche tertentu
hanya dengan hadirnya tumbuhan lain. Sebagai contoh tumbuhan lumut yang hanya dapat
tumbuh pada kondisi mikroklimat tertentu yang dihasilkan oleh tegakan pohon.
3. Spesies Komplementer (Compementary Species), spesies yang tidak saling bersaing dengan
spesies lain karena persyaratan hidup cukup berhasil/ puas dengan menempati strata yang
berbeda atau dengan ritme musiman yang berbeda.
Klasifikasi Komunitas
Odum, 1993 (dalam Ngurah Rai, 1999), menyampaikan bahwa komunitas dapat disebut
dan diklasifikasikan menurut:
(1) Bentuk atau sifat struktur utama, misalnya jenis dominan, bentuk-bentuk hidup atau indikator-
indikator,
(2) Habitat fisik dari komunitas, atau
(3) Sifat-sifat atau tanda-tanda fungsional seperti misalnya tipe metabolisme komunitas.
Tidak ada peraturan yang pasti untuk penamaan komunitas yang telah dirumuskan, seperti
yang telah diperbuat untuk penamaan atau pengklasifikasian organismee. Klasifikasi yang
didasarkan pada sifat-sifat struktural agak spesifik untuk lingkungan tertentu, tetapi usaha-usaha
untuk membuat klasifikasi yang bersifat universal berdasarkan dasar ini sebagian besar belum
memuaskan. Sifat-sifat fungsional memberikan dasar yang lebih baik untuk membandingkan
semua komunitas dalam habitat yang sangat berbeda, misalnya daratan, laut, atau air tawar.
Klasifikasi komunitas yang dilakukan oleh Whittaker bersifat hirarki, tingkat tertinggi
adalah pembagian dari vegetasi dunia ke dalam kategori fisiognomi yang dapat dikenal atau
bioma, yang distribusinya terutama diatur oleh pola iklim global. Bioma tak dapat dikenal
dengan komposisi jenis, sebab berbagai jenis biasanya dominan di berbagai bagian dunia. Suatu
klasifikasi tingkat terendah dari bioma terestrial berdasarkan suhu dan curah hujan. Holdridge
dan sejawatnya, 1971 (dalam Ngurah Rai, 1999), telah menyusun suatu skema yang lebih terinci,
yang dikembangkan terutama untuk klasifikasi hutan-hutan tropika. Metode Holdridge
menggunakan variabel iklim yang lebih kompleks dan mencakup gradasi lintang dan elevasi.
Klasifikasi Holdridge menunjukkan bioma dengan jumlah yang lebih besar pada lintang yang
lebih rendah dan hal ini mungkin saja menyebabkan keanekaragaman regional yang lebih besar
di daerah tropika.
Barbour et al, 1987 (dalam Ngurah Rai, 1999) menyebutkan ada delapan sifat/atribut
komunitas tumbuhan seperti tampak pada tabel di bawah ini.
Fisiognom
Arsitek
Life form
Cover, leaf area index (LAI)
Fenologi
Daur nutrien
Kebutuhan nutrien
Kapasitas penyimpanan
Laju kembalinya nutrien ke tanah
Efisiensi penahanan nutrien pada daur
nutrien.
Komposisi spesies
Spesies karakteristik
Spesies umum dan kebetulan
Arti penting relatif (cover, densitas dll)
Perubahan atau perkembangan
Menurut waktu
Suksesi
Stabilitas
Tanggapan terhadap perubahan klimatik
Evolusi (?)
Pola spesies
Spatial/ ruang
Luas niche dan tumpang tindih
Produktivitas
Biomassa
Produktivitas bersih tahunan
Efesiensi produktivitas bersih
Alokasi produksi bersih
Diversitas spesies
Kekayaan
Kerataan
Diversitas (dalam stand dan diantara
stand)
Kreasi dan pengendalian lingkungan
mikro
CONTOH KOMUNITAS
C.EKOSISTEM
Ekosistem adalah suatu proses yang terbentuk karena adanya hubungan timbal balik antara
makhluk hidup dengan lingkungannya.
Ekosistem merupakan penggabungan dari setiap unit biosistem yang melibatkan interaksi
timbal balik antara organismedan lingkungan fisik sehingga aliran energi menuju kepada suatu
struktur biotik tertentu dan terjadi suatu siklus materi antara organisme dan anorganisme
Komponen Ekosistem
Lingkungan ekosistem terdiri atas dua jenis :
1. Lingkungan biotik (komponen makhluk hidup), misalnya hewan, tumbuh-tumbuhan dan mikroba.
2. Lingkungan abiotik (komponen benda mati), misalnya cahaya, air, udara, tanah, dan energi.
Lingkungan Biotik dan Abiotik
Dari segi makanan ekosistem memiliki 2 komponen yang biasanya secara bagian
terpisadalam ruangdan waktu
(1). Komponen autotrofik (autotrophic). Kata autotrofik berasal dari kata autos artinya
sendiri, dan trophikos artinya menyediakan makanan. Komponen autotrofik, yaitu
organisme yang mampu menyediakan atau mensintesis makanannya sendiri berupa bahan
organik berasal dari bahan-bahan anorganik dengan bantuan klorofil dan energi utama
berupa radiasi matahari. Oleh karena itu, organisme yang mengandung klorofil termasuk
ke dalam golongan autotrof dan pada umumnya adalah golongan tumbuh-tumbuhan
hijau. Pada komponen autotrofik terjadi pengikatan energi radiasi matahari dan sintesis
bahan anorganik menjadi bahan organik kompleks.
(2). Komponen heterotrofik (heterotrofhic). Kata heterotrof berasal dari kata hetero
artinya berbeda atau lain, dan trophikos artinya menyediakan makanan. Komponen
heterotrofik, yaitu organisme yang hidupnya selalu memanfaatkan bahan organik sebagai
bahan makanannya, sedangkan bahan organik yang dimanfaatkan itu disediakan oleh
organisme lain. Jadi, komponen heterotrofit memperoleh bahan makanan dari komponen
autotrofik, kemudian sebagian anggota komponen ini menguraikan bahan organik
kompleks ke dalam bentuk bahan anorganik yang sederhana dengan demikian, binatang,
jamur, jasad renik termasuk ke dalam golongan komponen heterotrofik.
Ekosistem dari segi struktur terdiri dari 4 komponen :
1. Komponen abiotik
2. Komponen produsen
3. Komponen konsumen (herbivora, carnivora dan omnivora)
4. Komponen pengurai (dekomposer)
MACAM-MACAM EKOSISTEM BESERTA CIRI-CIRINYA
Macam Ekosistem
Di bumi ada bermacam-macam ekosistem, yaitu ekosistem alam dan buatan. Secara garis
besar ekosistem alam dibedakan menjadi ekosistem darat dan ekosistem perairan. Ekosistem
perairan dibedakan atas ekosistem air tawar dan ekosistem air laut.
1. Ekosistem Darat
Ekosistem darat ialah ekosistem yang lingkungan fisiknya berupa daratan. Berdasarkan letak
geografisnya (garis lintangnya), ekosistem darat yaitu sebagai berikut.
Gurun
Gurun dan setengah gurun banyak ditemukan di Amerika Utara, Afrika Utara, Australia dan Asia
Barat.
Ciri-ciri:
1. Curah hujan sangat rendah, + 25 cm/tahun
2. Kecepatan penguapan air lebih cepat dari presipitasi
3. Kelembaban udara sangat rendah
4. Perbedaan suhu siang haridenganmalamharisangattinggi(siangdapat mencapai 45 C,
malam dapat turun sampai 0 C)
5. Tanah sangat tandus karena tidak mampu menyimpan air
2. Ekosistem Air Tawar
Ciri-ciri ekosistem air tawar antara lain variasi suhu tidak menyolok, penetrasi cahaya
kurang, dan terpengaruh oleh iklim dan cuaca. Macam tumbuhan yang terbanyak adalah jenis
ganggang, sedangkan lainnya tumbuhan biji. Hampir semua filum hewan terdapat dalam air
tawar. Organisme yang hidup di air tawar pada umumnya telah beradaptasi.
Tumbuhan bersel satu yang hidup di air tawar mempunyai dinding sel kuat misalnya
beberapa alga biru dan alga hijau. Tumbuhan tingkat tinggi, seperti teratai (Nymphaea gigantea),
mempunyai akar jangkar.
Hewan dan tumbuhan rendah yang hidup di habitat air, tekanan osmosisnya sama dengan
tekanan osmosis lingkungan atau isotonis. Hewan tingkat tinggi yang hidup di ekosistem air
tawar, misalnya ikan, mengatasi perbedaan tekanan osmosis dengan melakukan osmoregulasi
untuk memelihara keseimbangan air dalam tubuhnya melalui sistem ekskresi, insang, clan
pencernaan.
Organisme dalam air dapat digolongkan berdasarkan aliran energi clan cara hidup.
1. Berdasarkan aliran energi, organisme dibagi menjadi autotrof (tumbuhan) dan fagotrof, yaitu
karnivor predator, parasit, dan saproba atau organisme yang memakan sisa-sisa organisme.
2. Berdasarkan cara hidup, organisme dibedakan sebagai berikut.
a) Plankton; terdiri atas fitoplankton dan zooplankton; melayang-layang (bergerak pasif)
mengikuti gerak aliran air.
b) Nekton; hewan yang aktif berenang dalam air, misalnya ikan.
c) Neuston; organisme yang mengapung atau berenang di permukaan air atau berada pada
permukaan air, misalnya serangga air.
d)Perifiton; merupakan tumbuhan atau hewan yang melekat pada tumbuhan atau benda lain,
misalnya keong.
e)Bentos; hewan dan tumbuhan yang hidup di dasar atau hidup pada endapan. Bentos dapat
sessil (melekat) atau bergerak bebas, misalnya cacing dan remis.
Ekosistem air tawar digolongkan menjadi air tenang dan air mengalir. Termasuk ekosis-
tem air tenang adalah danau dan rawa, termasuk ekosistem air mengalir adalah sungai.
1. Danau
Danau merupakan suatu badan air yang menggenang dan luas. Di danau terdapat pembagian
daerah berdasarkan penetrasi cahaya matahari. Daerah yang dapat ditembus cahaya matahari
sehingga terjadi fotosintesis disebut daerah fotik. Daerah yang tidak tertembus cahaya matahari
disebut daerah afotik. Di danau juga terdapat daerah perubahan suhu yang drastis, disebut
terrnoklirt. Termoklin memisahkan daerah yang hangat di atas dengan daerah dingin di dasar.
3.Ekosistem air laut
Ekosistem air laut dibedakan atas lautan, pantai, estuari, dan terumbu karang.
1. Laut
Habitat laut (oseanik) ditandai oleh salinitas (kadar garam) yang tinggi dengan ion Cl-
mencapai
55% terutama di daerah laut tropik, karena suhunya tinggi dan penguapan besar. Di daerah
tropik, suhu laut sekitar 25°C. Perbedaan suhu bagian atas dan bawah tinggi. Batas antara lapisan
air yang panas di bagian atas dengan air yang dingin di bagian bawah disebut daerah termoklin.
Di daerah dingin, suhu air laut merata sehingga air dapat bercampur, maka daerah permukaan
laut tetap subur dan banyak plankton serta ikan.
Ekosistem buatan
Ekosistem buatan adalah ekosistem yang diciptakan manusia untuk memenuhi kebutuhannya.
Ekosistem buatan mendapatkan subsidi energi dari luar, tanaman atau hewan peliharaan
didominasi pengaruh manusia, dan memiliki keanekaragaman rendah.
a. Bendungan
Suatu ekosistem buatan yang berupa bangunan penahan atau penimbun air untuk berbagai
keperluan, misalnya irigasi, pembangkit listrik.
b. Hutan tanaman industri
Hutan yang sengaja ditanami dengan jenis tanaman industri. Jenis tanaman yang umum ditanam
adalah pinus, mahoni, rasamala, dammar, dan jati seperti gambar disamping.
c. Agroekosistem
Suatu ekosistem buatan berupa ekosistem pertanian, misalnya sawah irigasi, sawah tadah hujan, sawah surjan, sawah rawa, sawah pasang
surut, perkebunan (teh, kopi kelapa sawit, dan karet), kolam tambak, ladang, dan pekarangan.
D. Aspek Klimatologis Ekosistem Rawa Air Tawar
. Ciri-ciri Ekosistem Air Tawar
Ciri-ciri ekosistem air tawar antara lain variasi suhu tidak menyolok, penetrasi cahaya
kurang, dan terpengaruh oleh iklim dan cuaca. Macam tumbuhan yang terbanyak adalah jenis
ganggang, sedangkan lainnya tumbuhan biji. Hampir semua filum hewan terdapat dalam air
tawar. Organisme yang hidup di air tawar pada umumnya telah beradaptasi. Adaptasi organisme
air tawar adalah sebagai berikut:
v Adaptasi tumbuhan
Tumbuhan yang hidup di air tawar biasanya bersel satu dan dinding selnya kuat seperti
beberapa alga biru dan alga hijau. Air masuk ke dalam sel hingga maksimum dan akan berhenti
sendiri. Tumbuhan tingkat tinggi, seperti teratai (Nymphaea gigantea), mempunyai akar jangkar
(akar sulur). Hewan dan tumbuhan rendah yang hidup di habitat air, tekanan osmosisnya sama
dengan tekanan osmosis lingkungan atau isotonis.
v Adaptasi hewan
Ekosistem air tawar dihuni oleh nekton. Nekton merupakan hewan yang bergerak aktif
dengan menggunakan otot yang kuat. Hewan tingkat tinggi yang hidup di ekosistem air tawar,
misalnya ikan, dalam mengatasi perbedaan tekanan osmosis melakukan osmoregulasi untuk
memelihara keseimbangan air dalam tubuhnya melalui sistem ekskresi, insang, dan pencernaan.
Habitat air tawar merupakan perantara habitat laut dan habitat darat. Penggolongan
organisme dalam air dapat berdasarkan aliran energi dan kebiasaan hidup.
Ekosistem air tawar memiliki beberapa karakteristik, seperti variasi suhu yang
perubahannya tidak menyolok, tumbuhan yang dominannya alga, dan keadaan lingkungannya
dipengaruhi oleh iklim dan cuaca. Karateristik ekosistem air tawar lainnya seperti tumbuhan
rendah bersel satu mempunyai dinding sel yang kuat, sedang tumbuhan tingkat tinggi
mempunyai akar sulur untuk melekat pada bagian dasar perairan, misalkan teratai, kangkung,
ganggang biru dan ganggang hijau. Sedangkan, karakteristik hewannya memiliki ciri-ciri
mengeluarkan air berlebih, garam diabsorpsi (diserap) melalui insang secara aktif dan sedikit
minum, air masuk dalam tubuh secara osmosis. Ekosistem air tawar dibagi menjadi dua, yaitu
lotik dan lentik. Ekosistem air tawar lotik merupakan perairan berarus, contohnya adalah sungai.
Adapun ekosistem air tawar lentik memiliki ciri airnya tidak berarus. Berdasarkan kebiasaan
hidup, organisme air tawar dibedakan sebagai berikut :
1. Plankton, terdiri alas fitoplankton dan zooplankton; biasanya melayang-layang (bergerak pasif)
mengikuti gerak aliran air.
2. Nekton, hewan yang aktif berenang dalam air, misalnya ikan.
3. Neuston, organisme yang mengapung atau berenang di permukaan air atau bertempat pada
permukaan air, misalnya serangga air.
4. Perifiton, merupakan tumbuhan atau hewan yang melekat pada tumbuhan atau benda lain,
misalnya siput.
5. Bentos, hewan dan tumbuhan yang hidup di dasar atau hidup pada endapan. Bentos dapat sessil
(melekat) atau bergerak bebas, misalnya cacing dan remis.
Ekosistem air tawar digolongkan menjadi air tenang dan air mengalir. Ekosistem air
tenang meliputi danau dan rawa, sedangkan ekosistem air mengalir adalah sungai.
B. Klasifikasi atau Pembagian Ekosistem Rawa Air Tawar
Ekosistem air tawar digolongkan menjadi air tenang dan air mengalir. Termasuk
ekosistem air tenang adalah danau dan rawa, termasuk ekosistem air mengalir adalah sungai.
1. Danau
Danau merupakan suatu badan air yang menggenang dan luasnya mulai dari beberapa
meter persegi hingga ratusan meter persegi.
Di danau terdapat pembagian daerah berdasarkan penetrasi cahaya matahari. Daerah yang
dapat ditembus cahaya matahari sehingga terjadi fotosintesis disebut daerah fotik. Daerah yang
tidak tertembus cahaya matahari disebut daerah afotik. Di danau juga terdapat daerah perubahan
temperatur yang drastis atau termoklin. Termoklin memisahkan daerah yang hangat di atas
dengan daerah dingin di dasar.
Komunitas tumbuhan dan hewan tersebar di danau sesuai dengan kedalaman dan
jaraknya dari tepi. Berdasarkan hal tersebut danau dibagi menjadi 4 daerah sebagai berikut:
a) Daerah litoral Daerah ini merupakan daerah dangkal. Cahaya matahari menembus dengan
optimal. Air yang hangat berdekatan dengan tepi. Tumbuhannya merupakan tumbuhan air yang
berakar dan daunnya ada yang mencuat ke atas permukaan air.
Komunitas organisme sangat beragam termasuk jenis-jenis ganggang yang melekat (khususnya
diatom), berbagai siput dan remis, serangga, krustacea, ikan, amfibi, reptilia air dan semi air
seperti kura-kura dan ular, itik dan angsa, dan beberapa mamalia yang sering mencari makan di
danau.
b) Daerah limnetik Daerah ini merupakan daerah air bebas yang jauh dari tepi dan masih dapat
ditembus sinar matahari. Daerah ini dihuni oleh berbagai fitoplankton, termasuk ganggang dan
sianobakteri. Ganggang berfotosintesis dan bereproduksi dengan kecepatan tinggi selama musim
panas dan musim semi.
Zooplankton yang sebagian besar termasuk Rotifera dan udang-
udangan kecil memangsa fitoplankton. Zooplankton dimakan oleh ikan-ikan kecil. Ikan kecil
dimangsa oleh ikan yang lebih besar, kemudian ikan besar dimangsa ular, kura-kura, dan burung
pemakan ikan.
c) Daerah profundal Daerah ini merupakan daerah yang dalam, yaitu daerah afotik danau.
Mikroba dan organisme lain menggunakan oksigen untuk respirasi seluler setelah
mendekomposisi detritus yang jatuh dari daerah limnetik. Daerah ini dihuni oleh cacing dan
mikroba.
d) Daerah bentik Daerah ini merupakan daerah dasar danau tempat terdapatnya bentos dan sisa-
sisa organisme mati. Danau juga dapat dikelompokkan berdasarkan produksi materi organik-nya,
yaitu sebagai berikut :
1. Danau Oligotropik. Oligotropik merupakan sebutan untuk danau yang dalam dan kekurangan
makanan, karena fitoplankton di daerah limnetik tidak
produktif. Ciricirinya, airnya jernih sekali, dihuni oleh sedikit organisme,
dan di dasar air banyak terdapat oksigen sepanjang tahun.
2. Danau Eutropik. Eutropik merupakan sebutan untuk danau yang dangkal dan kaya akan
kandungan makanan, karena fitoplankton sangat produktif. Ciri-cirinya adalah airnya keruh,
terdapat bermacam-macam organisme, dan oksigen terdapat di daerah profundal. Danau
oligotrofik dapat berkembang menjadi danau eutrofik akibat adanya materi-materi organik yang
masuk dan endapan. Perubahan ini juga dapat dipercepat oleh aktivitas manusia, misalnya dari
sisa-sisa pupuk buatan pertanian dan timbunan sampah kota yang memperkaya danau dengan
buangan sejumlah nitrogen dan fosfor. Akibatnya terjadi peledakan populasi ganggang atau
blooming, sehingga terjadi produksi detritus yang berlebihan yang akhirnya menghabiskan suplai
oksigen di danau tersebut. Pengkayaan danau seperti ini disebut "eutrofikasi". Eutrofikasi
membuat air tidak dapat digunakan lagi dan mengurangi nilai keindahan danau.
· Pengukuran faktor abiotik danau
1. Pencuplikan Air
Pengambilan sampel air yang menyangkut pemeriksaan kadar oksigen terlarut dengan
menggunakan water bottle sampler merk La Motte bertujuan agar tidak menimbulkan
gelembung udara. Pencuplikan air digunakan untuk pemeriksaan oksigen terlarut didalam air.
2. Pengukuran Suhu Air
Tinggi rendahnya nilai temperatur suatu badan perairan sangat mempengaruhi kehidupan
organisme air termasuk plankton. Tingginya nilai temperatur dapat meningkatkan kebutuhan
plankton akan oksigen. Hal ini disebabkan karena temperatur dapat memicu aktivitas fisiologis
plankton sehingga kebutuhan akan oksigen semakin meningkat. Dalam setiap penelitian dalam
ekosistem akuatik, pengukuran temperatur air merupakan hal yang mutlak dilakukan. Hal ini
disebabkan karena kelarutan berbagai gas di dalam air serta semua aktivitas biologis-fisiologis di
dalam ekosistem akuatik sangat dipengaruhi oleh temperatur.
Menurut Hukum Van’t Hoffs bahwa kenaikan temperatur sebesar 10oC (hanya pada kisaran
temperatur yang masih ditolerir) dapat meningkatkan aktivitas fisiologis (misalnya respirasi) dari
organisme sebesar 2-3 kali lipat. Pola temperatur ekosistem akuatik juga dipengaruhi oleh
berbagai faktor seperti intensitas cahaya matahari, pertukaran panas antara air dengan udara
sekelilingnya dan juga oleh faktor kanopi (penutupan oleh vegetasi) dari pepohonan yang
tumbuh di tepi badan perairan. (Brehm & Maijering, 1990 dalam Barus, 2004).
Kerapatan air tertinggi terjadi pada suhu 4 oC, di atas dan di bawah suhu tersebut air akan
berkembang dan menjadi lebih ringan. Sifat unik ini menyebabkan air danau tidak membeku
seluruhnya pada musim dingin. Walaupun variasi suhu dalam air tidak sebesar di udara, hal ini
merupakan faktor pembatas utama karena organisme akuatik sering kali mempunyai toleransi
yang sempit (Odum, 1994). Temperatur air di suatu ekosistem danau dipengaruhi terutama oleh
intensitas cahaya matahari tahunan, letak geografis serta ketinggian danau di atas permukaan laut
(Barus, 2004).
3. Pengukuran Derajat Keasaman (pH) Air
Nilai pH yang terlalu asam atau basa berbahaya bagi kelangsungan hidup plankton karena
akan menyebabkan berbagai gangguan metabolisme termasuk respirasi. Organisme air dapat
hidup dalam suatu perairan yang mempunyai nilai pH netral dengan kisaran toleransi antara
asam lemah sampai basa. Nilai pH yang ideal bagi kehidupan organisme akuatik pada umumnya
berkisar antara 7 sampai 8,5. Kondisi perairan yang sangat asam maupun sangat basa akan
membahayakan kelangsungan hidup organisma karena akan menyebabkan terjadinya berbagai
gangguan seperti gangguan metabolisme dan respirasi (Barus, 2004).
Pengukuran pH air dapat dilakukan dengan cara kolorimetri, dengan kertas Ph, atau dengan
pH meter (Suin, 2002). pH menunjukkan kadar asam atau basa dalam suatu larutan dan suasana
air juga mempengaruhi beberapa hal lain misalnya kehidupan biologi dan mikrobiologi.
pH-meter adalah sebuah alat elektronik yang digunakan untuk mengukur pH (keasaman atau
alkalinitas) dari suatu cairan (meskipun probe khusus terkadang digunakan untuk mengukur pH
zat semi padat). pH-meter yang biasa terdiri dari pengukuran khusus probe (elektroda gelas)
yang terhubung ke meteran elektronik yang mengukur dan menampilkan pH membaca.
4. Pengkuran Derajat Kecerahan Air
Penetrasi cahaya sangat mempengaruhi keberadaan plankton di suatu badan perairan, sebab
penetrasi cahaya sangat menentukan proses fotosintesis dan reproduksi yang dilakukan plankton
masih dapat berlangsung. Menurut Nybakken (1992) bahwa kedalaman penetrasi cahaya yang
merupakan kedalaman di mana produksi fitoplankton masih dapat berlangsung, bergantung pada
beberapa faktor, antara lain absorpsi cahaya oleh air, panjang gelombang cahaya, kecerahan air,
pemantulan cahaya oleh permukaan laut, lintang geografik dan musim. Menurut Barus (2004)
bahwa kedalaman penetrasi cahaya akan berbeda pada setiap ekosistem air yang berbeda. Bagi
organisma air, intensitas cahaya berfungsi sebagai alat orientasi yang akan mendukung
kehidupan organisme tersebut dalam habitatnya.
Bila kekeruhan disebabkan oleh organisme, ukuran kekeruhan merupakan indikasi
produktifitas. Kejernihan dapat diukur dengan alat yang amat sederhana yang disebut dengan
cakram Secchi (Odum, 1994). Prinsip penentuan kecerahan air dengan keping sechii adalah
berdasarkan batas pandangan ke dalam air untuk melihat warna putih yang berada dalam air.
Semakin keruh suatu badan air akan semakin dekat dengan batas pandangan, sebaliknya kalau air
jernih akan jauh batas pandangan tersebut. Keping sechii berupa suatu kepingan yang berwarna
hitam putih yang dibenamkan ke dalam air (Suin, 2002).
5. Penentuan Kadar Oksigen Terlarut
Oksigen memegang peranan penting sebagai indikator kualitas perairan, karena oksigen
terlarut berperan dalam proses oksidasi dan reduksi bahan organik dan anorganik. Selain itu,
oksigen juga menentukan proses biologis yang dilakukan oleh organisme aerobik atau anaerobik.
Peranan oksigen paada organisme aerobik, adalah untuk mengoksidasi bahan organik dan
anorganik dengan hasil akhirnya adalah nutrien yang pada akhirnya dapat memberikan
kesuburan perairan. Sedangkan dalam kondisi anaerobik, oksigen yang dihasilkan akan
mereduksi senyawa-senyawa kimia menjadi lebih sederhana dalam bentuk nutrien dan gas.
Karena proses oksidasi dan reduksi inilah maka peranan oksigen terlarut sangat penting untuk
membantu mengurangi beban pencemaran pada perairan secara alami maupun secara perlakuan
aerobik yang ditujukan untuk memurnikan air buangan industri dan rumah tangga.
Sebagaimana diketahui bahwa oksigen berperan sebagai pengoksidasi dan pereduksi bahan
kimia beracun menjadi senyawa lain yang lebih sederhana dan tidak beracun. Disamping itu,
oksigen jugasangat dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk pernapasan. Organisme tertentu,
sepertimikroorganisme, sangat berperan dalam menguraikan senyawa kimia beracun rnenjadi
senyawa lainyang Iebih sederhana dan tidak beracun. Karena peranannya yang penting ini, air
buangan industridan limbah sebelum dibuang ke lingkungan umum terlebih dahulu diperkaya
kadar oksigennya.
Oksigen terlarut dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernapasan, proses metabolisme
atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan pembiakan.
Disamping itu, oksigen juga dibutuhkan untuk oksidasi bahan – bahan organik dan anorganik
dalam proses aerobik. Sumber utama oksigen dalam suatu perairan berasal dari suatu proses
difusi dari udara bebas dan hasil fotosintesis organisme yang hidup dalam perairan tersebut.
Plankton merupakan organisme air yang membutuhkan oksigen untuk melaksanakan
aktivitas fisiologis dan biologis. Kandungan oksigen terlarut yang terdapat di suatu badan
perairan tentu saja sangat mempengaruhi keberadaan plankton karena plankton membutuhkan
oksigen untuk dikonsumsi terutama pada saat proses respirasi. Agar dapat hidup, hewan maupun
tumbuhan air memerlukan oksigen untuk proses respirasi. Kadar oksigen terlarut (DO) adalah
jumlah oksigen yang terlarut dalam volume air tertentu pada suatu suhu dan tekanan atmosfer
tertentu. Pada tekanan atmosfer normal (1 atm) dan suhu 20 oC, kadar maksimum oksigen
terlarut dalam air adalah 9 ppm (mg/l).
6. Pengukuran Turbiditas Air
Turbiditas (kekeruhan) merupakan kandungan bahan Organik maupun Anorganik yang
terdapat di peraairan sehingga mempengaruhi proses kehidupan organisme yang ada di perairan
tersebut. Turbiditas sering di sebut dengan kekeruhan, apabila di dalam air media terjadi
kekeruhan yang tinggi maka kandungan oksigen akan menurun, hal ini disebabkan intensitas
cahaya matahari yang masuk kedalam perairan sangat terbatas sehingga tumbuhan/
phytoplankton tidak dapat melakukan proses fotosintesis untuk mengasilkan oksigen.
Turbidimeter merupakan alat yang digunakan untuk menguji kekeruhan, yang biasanya
dilakukan pengujian adalah pada sampel cairan misalnya air. Salah satu parameter mutu yang
sangat vital adalah kekeruhan yang kadang-kadang diabaikan karena dianggap sudah cukup
dilihat saja atau alat ujinya yang tidak ada padahal hal tersebut dapat berpengaruh terhadap mutu.
Oleh sebab itu untuk mengendalikan mutu dilakukan uji kekeruhan dengan alat turbidimeter.
7. Pengukuran Salinitas dan Konduktivitas Air
Salinitas merupakan jumlah gram garam yang terlarut dalam satu kilogram air laut.
Konsentrasi garam dikontrol oleh batuan alami yang mengalami pelapukan, tipe tanah, dan
komposisi kimia dasar perairan. Salinitas merupakan indikator utama untuk mengetahui
penyebaran massa air lautan sehingga penyebaran nilai-nilai salinitas secara langsung
menunjukkan penyebaran dan peredaran massa air dari satu tempat ke tempat lainnya.
Penyebaran salinitas secara alamiah dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain curah hujan,
pengaliran air tawar ke laut secara langsung maupun lewat sungai dan gletser, penguapan, arus
laut, turbulensi percampuran, dan aksi gelombang.
Daya hantar listrik atau konduktivitas perairan dapat diukur dengan konduktivitimer.
Konduktivitas air bergantung pada jumlah ion-ion terlarut per volumenya dan mobilitas
ion-ion tersebut. Satuannya adalah (μmho/cm, 250C). Konduktivitas bertambah dengan jumlah
yang sama dengan bertambahnya salinitas. Secara umum, faktor yang lebih dominan
dalam perubahan konduktivitas air adalah temperatur.
2. Sungai
Sungai adalah suatu badan air yang mengalir ke satu arah. Air sungai dingin dan jernih
serta mengandung sedikit sedimen dan makanan. Aliran air dan gelombang secara konstan
memberikan oksigen pada air. Suhu air bervariasi sesuai dengan ketinggian dan garis lintang.
Komunitas yang berada di sungai berbeda dengan danau. Air sungai yang mengalir deras
tidak mendukung keberadaan komunitas plankton untuk berdiam diri, karena akan terbawa arus.
Sebagai gantinya terjadi fotosintesis dari ganggang yang melekat dan tanaman berakar, sehingga
dapat mendukung rantai makanan.
Komposisi komunitas hewan juga berbeda antara sungai, anak sungai, dan hilir. Di anak
sungai sering dijumpai Man air tawar. Di hilir sering dijumpai ikan kucing dan gurame.
Beberapa sungai besar dihuni oleh berbagai kura-kura dan ular. Khusus sungai di daerah tropis,
dihuni oleh buaya dan lumba-lumba.
Organisme sungai dapat bertahan tidak terbawa arus karena mengalami adaptasi
evolusioner. Misalnya bertubuh tipis dorsoventral dan dapat melekat pada batu.
Beberapa jenis serangga yang hidup di sisi-sisi hilir menghuni habitat kecil yang bebas
dari pusaran air
C. Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Ekosistem Air Tawar
Faktor - faktor yang mempengaruhi ekosistem air tawar adalah :
1. Temperatur
Air mempunyai kemampuan untuk menahan panas dengan baik, sehingga perubahan
temperatur yang terjadi lambat. Perubahan temperatur yang cepat menyebabkan pola sirkulasi air
berubah dan berpengaruh terhadap kehidupan organisme akuatik.
2. Kekeruhan
Penetrasi cahaya sering dihambat oleh zat yang larut di dalam air sehingga membatasi
zona fotosintesis pada kedalaman air. Bila kekeruhan disebabkan oleh organisme, hal ini
merupakan indikasi produktifitas. Tetapi bisa juga kekeruhan disebabkan oleh lumpur yang
tersuspensi dan terkoloid yang dapat menjadi faktor pembatas bagi organisme akuatik.
3. Arus
Dengan adanya aliran air penting sekali dalam menentukan gas, garam, dan organisme
kecil dalam proses kehidupan di perairan.
4. Konsentrasi Oksigen
Konsentrasi oksigen yang terlarut merupakan kebutuhan biologis setiap organisme dan
dapat digunakan sebagai indikasi produktifitas. Semakin rendah 02 yang terlarut, diindikasikan
semakin buruk kualitas air tersebut.
5. Konsentrasi garam biogenik
Adanya garam biogenik dalam air dapat mempengaruhi jumlah dan distribusi jenis,
karena setiap jenis organisme memiliki kemampuan menahan tekanan osmose yang berbeda-
beda. Semakin tinggi konsentrasi garam, maka hewan-hewan akan memiliki membran sel yang
relatif tidak permeable.
Berdasarkan gambar diatas Tumbuhan yang hidup di air tawar biasanya
bersel satu dan dinding selnya kuat.
E. Aspek Edalphis Ekosistem Rawa Air Tawar
pengertian edaphis
edaphis adalah hutan yang terbentuk karena pengaruh tanah. tanah merupakn suatu benda
alam yang tersusun dari padatan, cairan dan gas. tanah sangat vital pernannya bagi semua
kehidupan dibumi karena tanah mendukung kehidupan tumbuhan dengan menyediakan hara dan
air sekaligus sebagai penopang akar.
Adapun fungsi tanah yaitu:
1. tempat tumbuh dan berkembangnya perakaran yaitu sebagai penyokong dan sebagai
penyerap zat-zat unsur hara.
2. menyediakan kebutuhan primer dalam melaksanakan aktivitas metabolisme
3. menyediakan kebutuhan sekunder dalam menunjang aktivitas yang berlangsung secara
optimum seperti hormon, antibiotik, dan enzim
4. habitat biota tanah
1. Ekosistem Rawa Air Tawar
Ekosistem air tawar merupakan kosistem dengan habitatnya yang sering digenangi air
tawar yang kaya mineral dengan pH sekitar 6. Kondisi permukaan air tidak selalu tetap.
Ekosistem rawa air tawar ini ditumbuhi oleh beragam jenisvegetasi. Hal ini desebabkan oleh
terdapatnya beragam jenis tanah pada berbagaiekosistem rawa air tawar.Di beberapa daerah pada
rawa-rawa tersebut ditumbuhi rumput, ada pula yang hanya ditumbuhi jenis pandan atau palem
yang menonjol. Malah ada pula yang menyerupai hutan-hutan dataran rendah, dengan akar
tunjang atau akar napas maupun seperti penupang pohon.
2. Ciri-Ciri Ekosistem Rawa Air Tawar.
Ekosistem air tawar memiliki beberapa karakteristik, seperti variasi suhu yang
perubahannya tidak menyolok, tumbuhan yang dominannya alga, dan keadaan lingkungannya
dipengaruhi oleh iklim dan cuaca. Karateristik ekosistem air tawar lainnya seperti tumbuhan
rendah bersel satu mempunyai dinding sel yang kuat, sedang tumbuhan tingkat tinggi
mempunyai akar sulur untuk melekat pada bagian dasar perairan, misalkan teratai, kangkung,
ganggang biru dan ganggang hijau. Sedangkan, karakteristik hewannya memiliki ciri-ciri
mengeluarkan air berlebih, garam diabsorpsi (diserap) melalui insang secara aktif dan sedikit
minum, air masuk dalam tubuh secara osmosis. Ekosistem air tawar dibagi menjadi dua, yaitu
lotik dan lentik. Ekosistem air tawar lotik merupakan perairan berarus, contohnya adalah sungai.
Ekosistem air tawar digolongkan menjadi air tenang dan air mengalir. Ekosistem air tenang
meliputi danau dan rawa, sedangkan ekosistem air mengalir adalah sungai.
a. Danau
Daerah yang dapat ditembus cahaya matahari sehingga terjadi fotosintesis disebut daerah
fotik. Daerah yang tidak tertembus cahaya matahari disebut daerah afotik. Di danau juga terdapat
daerah perubahan temperatur yang drastis atau termoklin. Termoklin memisahkan daerah yang
hangat di atas dengan daerah dingin di dasar. Komunitas tumbuhan dan hewan tersebar di danau
sesuai dengan kedalaman dan jaraknya dari tepi. Berdasarkan hal tersebut danau dibagi menjadi
4 daerah sebagai berikut.
b. Sungai
Sungai adalah suatu badan air yang mengalir ke satu arah. Air sungai dingin dan jernih
serta mengandung sedikit sedimen dan makanan. Aliran air dan gelombang secara konstan
memberikan oksigen pada air. Suhu air bervariasi sesuai dengan ketinggian dan garis
lintang.Komunitas yang berada di sungai berbeda dengan danau. Air sungai yang mengalir deras
tidak mendukung keberadaan komunitas plankton untuk berdiam diri, karena akan terbawa arus.
Sebagai gantinya terjadi fotosintesis dari ganggang yang melekat dan tanaman berakar, sehingga
dapat mendukung rantai makanan. Komposisi komunitas hewan juga berbeda antara sungai, anak
sungai, dan hilir. Di anak sungai sering dijumpai makhluk air tawar. Di hilir sering dijumpai ikan
gurami. Beberapa sungai besar dihuni oleh berbagai kurakura dan ular. Khusus sungai di daerah
tropis, dihuni oleh buaya dan lumba-lumba. Organisme sungai dapat bertahan tidak terbawa arus
karena mengalami adaptasi evolusioner. Misalnya bertubuh tipis dorsoventral dan dapat melekat
pada batu.
c. Rawa
Rawa merupakan sebutan untuk semua daerah yang tergenang air,yang penggenangannya
dapat bersifat musiman atau pun permanen dan ditumbuhi oleh tumbuhan (vegetasi). Genangan
air dapat berasal dari hujan atau luapan air sungai pada saat pasang. (Adawiyah, 2010). Pada
musim hujan lahan tergenang sampai satu meter, tetapi pada musim kemarau menjadi kering,
bahkan sebagian muka air tanah turun mencapai jeluk (depth) > 50 cm dari permukaan tanah.
(Noor, 2004). Ekosistem rawa dibagi menjadi tiga yaitu : tawar, asin, dan payau. Rawa air tawar
merupakan ekosistem dengan habitatnya yang sering digenangi air tawar yang kaya mineral
dengan pH sekitar 6. Kondisi air tidak selalu tetap, adakalanya naik atau adakalanya turun,
bahkan suatu ketika dapat pula mengering (Irwan, 2007).
Lahan basah disebut juga wed land, adalah satu daerah yang digenangi oleh air sehingga
kondisinya menyokong untuk kehidupan berbagai jenis organism akuatik. Lahan basah bisa
dibedakan menjadi rawa (marsh), rawa lumpur (swamp), dan tanah gambut (bog).
Rawa memiliki cirri yaitu tidak terdapat banyak pohon, airnya mengalir dengan kecepatan
sedang, dan terhubung dengan danau atau aliran sungai. Rawa lumpur memiliki cirri, yaitu
airnya hamper tidak mengalir sama sekali, pH air asam, dan miskin oksigen dan nitrogen. Rawa
dan payau merupakan bentuk peralihan antara air terbuka dan dataran. Rawa biasanya dikelilingi
vegetasi, umunya dangkal dan tanaman mengapung. Vegetasi rawa terdiri dari tumbuh-tumbuhan
menahun yang selalu hijau yang diselingiu oleh tamnaman merambat. Variasi atau
keanekargaman hewan sangat kecil. Terdapat protozoa, rotifer, nematode, larva capung,
Amphisoda, Isopoda, ikan, dan kura-kura. Pada lapisan dasar terdapat insekta, keong, dan ikan-
ikan. Dalam keadaan yang tidak menyenangkan penghuni rawa membentuk kista. Sebagai
contoh ikan (lepidosiner dan ceratodus) mem bungkus diri dengan lumpur selama beberapa
bulan.
3. FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
1. Suhu
Air mempunyai beberapa sifat unik yang berhubungan dengan panas yang secara bersama-
sama mengurangi perubahan suhu sampai tingkat minimal, sehingga perbedaan suhu dalam air
lebih kecil dan perubahan yang terjadi lebih lambat daripada di udara. Sifat yang terpenting
adalah
o Panas jenis yang tinggi
o Panas fusi yang tinggi
o Panas evaporasi yang tinggi
o Kerapatan air tertinggi terjadi pada suhu 4C
2. Kejernihan
Penetrasi cahaya sering kali dihalangi oleh zat yang terlarut dalam air, membatasi zona
fotosíntesis dimana habitat akuatik dibatasi oleh kedalaman. Kekeruhan, terutama bila
disebabkan oleh lumpur dan partikel yang dapat menngendap, sering kali penting dianggap
sebagai faktor pembatas. Sebaliknya bila kekeruhan disebabkan oleh organisme, ukuran
kekeruhan merupakan indikasi produktifitas.
3. Arus
Air cukup padat, maka arah arus amat penting sebagai faktor pembatasan, terutama pada
aliran air. Arus juga amat menentukan distribusi gas yang vital, garam, dan organisme kecil.4.
4.Konsentrasi Gas Pernafasan
Berbeda dengan lingkungan laut, konsentrasi oksigen dan karbón dioksida sering kali
terbatas pada air tawar.
A. Kesimpulan
BAB III PENUTUP
Ekosistem merupakan hubungan timbal balik antara unsur-unsur hayati dengan nonhayati
yang membentuk sistem ekolog. Ekosistem merupakan suatu interaksi yang kompleks dan
memiliki penyusun yang beragam. Di bumi ada bermacam-macam ekosistem.
Rawa merupakan sebutan untuk semua daerah yang tergenang air,yang penggenangannya
dapat bersifat musiman atau pun permanen dan ditumbuhi oleh tumbuhan (vegetasi). Genangan
air dapat berasal dari hujan atau luapan air sungai pada saat pasang. (Adawiyah, 2010). Pada
musim hujan lahan tergenang sampai satu meter, tetapi pada musim kemarau menjadi kering,
bahkan sebagian muka air tanah turun mencapai jeluk (depth) > 50 cm dari permukaan tanah.
(Noor, 2004). Ekosistem rawa dibagi menjadi tiga yaitu : tawar, asin, dan payau. Rawa air tawar
merupakan ekosistem dengan habitatnya yang sering digenangi air tawar yang kaya mineral
dengan pH sekitar 6. Kondisi air tidak selalu tetap, adakalanya naik atau adakalanya turun,
bahkan suatu ketika dapat pula mengering (Irwan, 2007).
Ekosistem rawa memiliki ciri-ciri antara lain suhu rendah, kadar garam rendah, penetrasi cahaya yang kurang, dipengaruhi iklim dan cuaca di sekitar, dan memiliki tumbuhan seperti jamur, gulma, alga yang berfungsi sebagai produsen, serta memiliki ikan air tawar yang dapat dijadikan sebagai sumber pangan protein hewani. Rawa pening dan lebak tergolong ekosistem air tenang (letik) dan sumber airnya berasal dari air hujan dan air sungai. Rawa penting sebagai kawasan penyangga untuk menampung air dalam jumlah besar yang berasal dari curahan hujan lebat dan sebagai regulator aliran air tetapi daya tampung rawa jauh lebih besar. Fungsi regulator untuk kontuinitas aliran air, sehingga sangat penting bagi makhluk hidup termasuk manusia yang berdiam di hilir rawa. Peningkatan jumlah gulma menyebabkan penurunan jumlah ikan air tawar. Akan tetapi, Gulma air secara ekologis berperan mengurangi bahan pencemar.
B. SARAN
Sebaiknya kita sebagai makhluk yang mencintai bumi, sepatutnya turut menjaga serta
melestarikan kekayaan bumi. Terutama ekosistem air tawar, mengingat dalam ekosistem air
tawar memiliki tingkat keanekaragaman yang cukup tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
ht t p: / /bel a ja r bu a tap a s a ja . blogspot.com/2013 / 05/ maca m - m a ca m - e kosistem.ht m l ht t p: / / t a u f iqur ra z e luxe.blogspot. c om / 2012/02 / ma ca m - ma ca m -e kosiste m - b e s e rt a-c i ri.html http://ekosistem-ekologi.blogspot.com/2013/02/memahami-pengertian-ekologi.html ht t ps: / /ww w .google. c om / s ea r c h ? q = g ra fik + a spek+kl i matolog i s +e kosistem + r a w a +a ir ht t p: / /ekotum116 b -e kosi s temr a w a a irta w a r.blogsp o t.com http://aslam02.wordpress.com/materi/kelas-x-2/ekosistem/pertumbuhan-komunitas ht t ps: / /ww w .google. c om / s ea r c h ? q =c ontoh+komu n i t a s + d a lam + bio l ogi & so u r c e= ln m s & tb m = i Sumber : http://commons.wikimedia.org/wiki/File:Zebras,_Serengeti_savana_plains,_Tanzania.jpg ht t p: / / t a u f iqur ra z e luxe.blogspot. c om / 2012/02 / ma ca m - ma ca m -e kosiste m - b e s e rt a-c i ri.html