Download - Masterplan Minapolitan Kabupaten Musi Rawas

Transcript
Page 1: Masterplan Minapolitan Kabupaten Musi Rawas

BAB I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Sentra pengembangan perikanan di Kabupaten Musi Rawas tersebar di

beberapa kecamatan terutama yang dialiri aliran irigasi, daerah kecamatn

tersebut juga memiliki keunggulan dibanding kecamatan lain yaitu dekat

dengan daerah memasaran, dukungan infra struktur jalan yang lebih baik,

keberadaan lembaga pendukung seperti lembaga keuangan, kios sarana

produksi serta memiliki pasar ikan. Wilayah Musi Rawas juga merupakan

sentra pengembangan ikan budidaya dengan produksi minimal 30-40

ton/hari untuk memenuhi kebutuhan pasar Sumbagsel termasuk propinsi

bengkulu dan jambi.

Kota-kota kecamatan lain di Kabupaten Musi Rawas belum berfungsi

optimal sebagai pusat pertumbuhan dan pelayanan dalam membangun

mata rantai produksi dan pemasaran yang mampu memberikan nilai

tambah terutama bagi masyarakat perikanan.

Pengembangan sektor perikanan di beberapa kecamatan budidaya ikan di

Kabupaten Musi Rawas melalui pendekatan kawasan minapolitan

diharapkan dapat mempercepat dan menumbuh kembangkan kota kota

lain kecamatan di Musi Rawas yang belum begitu berkembang

perikanannya. Wilayah minapolis berada di Kecamatan Muara Beliti,

Tugumulyo dan Purwodadi diharapkan dapat memberikan pelayanan bagi

kota kota lain di wilayah Kecamatan lain guna mempercepat menjadikannya

kawasan perikanan.

Untuk merancang efektifitas keterkaitan antar kota yang tercantum, arahan

programnya dituangkan dalam Masterplan Kawasan Minapolitan.

1

Page 2: Masterplan Minapolitan Kabupaten Musi Rawas

M A S T E R P L A N K A W A S A N M I N A P O L I T A N K A B U P A T E N M U S I R A W A S

1.2 Maksud, Tujuan dan Sasaran

1.2.1 Maksud

Maksud kegiatan ini adalah untuk menata kawasan minapolitan agar

pengembangan dalam jangka menengah dapat terarah dan tepat sasaran

guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi pembudidaya ikan lokal.

1.2.2 Tujuan

Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mewujudkan rencana jangka

menengah pengembangan kawasan minapolitan di Kabupaten Musi Rawas

sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Musi

Rawas.

1.2.3 Sasaran

Sasaran yang dicapai dalam penyusunan Masterplan Kawasan Minapolitan

adalah :

1. Teridentifikasinya potensi kawasan pada masing-masing wilayah yang

termasuk ke dalam wilayah studi dan kawasan Minapolitan di

Kabupaten Musi Rawas.

2. Teridentifikasinya komoditas unggulan di masing-masing daerah yang

termasuk dalam wilayah studi Kawasan Minapolitan Kabupaten Musi

Rawas.

3. Mengidentifikasi sebaran pusat-pusat kegiatan yang meliputi pusat

produksi, pusat perdagangan, dan pusat pelayanan.

4. Mengidentifikasikan kebutuhan prasarana sistem jaringan infrastruktur

wilayah yang meliputi sistem transportasi, listrik, air bersih, drainase,

dan telekomunikasi.

5. Mengidentifikasi sarana dan prasarana sosial ekonomi yang meliputi

pusat kegiatan masyarakat (civic centre) seperti fasilitas perdagangan,

keuangan, koperasi dan lembaga lainnya.

6. Mengidentifikasikan kebutuhan sarana dan prasarana kegiatan ekonomi

dan sosial.

2

Page 3: Masterplan Minapolitan Kabupaten Musi Rawas

M A S T E R P L A N K A W A S A N M I N A P O L I T A N K A B U P A T E N M U S I R A W A S

7. Menetapkan lokasi prioritas pengembangan pada tiap unit kawasan

Minapolitan berdasarkan potensi, masalah dan arahan

pengembangannya.

8. Menyusun indikasi program dalam perwujudan kawasan Minapolitan

Kabupaten Musi Rawas dengan skala program pembangunan jangka

menengah yang dijabarkan dalam kegiatan tahunan selama 5 (lima)

tahun.

1.3 Ruang Lingkup Kegiatan

1.3.1. Ruang Lingkup Wilayah

Pengembangan kawasan Minapolitan tidak terikat oleh batasan wilayah

administratif, melainkan lebih ditekankan pada skala ekonomi dan struktur

kawasannya. Sesuai dengan arahan kebijakan pembangunan wilayah

Kabupaten Musi Rawas, maka ruang lingkup wilayah analisis dalam

penyusunan Masterplan Kawasan Minapolitan Kabupaten Musi Rawas

meliputi 3 (tiga) wilayah administrasi tingkat kecamatan Musi Rawas yaitu :

1. Kecamatan Muara Beliti,

2. Kecamatan Tugumulyo,

3. Kecamatan Purwodadi,

1.3.2. Ruang Lingkup Kegiatan

Ruang lingkup kegiatan penyusunan Masterplan Kawasan Minaropolitan

Kabupaten Musi Rawas meliputi:

1. Identifikasi potensi sumberdaya lahan dan air serta tingkat

pemanfataannya.

2. Identifikasi komoditas unggulan dan kinerja usahanya.

3. Identifikasi sarana prasarana irigasi, jalan dan fasilitas pendukung lainnya

serta tingkat kinerjanya.

4. Kajian tentang kelembagaan dan tingkat kinerjanya

3

Page 4: Masterplan Minapolitan Kabupaten Musi Rawas

M A S T E R P L A N K A W A S A N M I N A P O L I T A N K A B U P A T E N M U S I R A W A S

5. Kajian tentang peraturan yang berkaitan dengan pemanfaatan lahan

kawasan minapolitan.

6. Kajian tentang pengembangan sistem dan usaha perikanan dalam suatu

kesisteman, meliputi : (a) pengembangan sub-sistem budidaya, (b) sub-

sistem abribisnis hulu, (c) sub-sistem hilir, dan (d) pengembangan jasa-

jasa penunjang.

1.4 Metodologi Pendekatan

Minapolitan terdiri atas beberapa distrik (desa-desa sekitarnya) didefinisikan

sebagai kawasan perikaan yang mayoritas penduduknya bekerja di sektor

perikananan dengan kecenderungan menggunakan pola usaha modern.

Ditinjau dari tata bahasa, minapolitan terdiri dari kata mina yang berarti

perikanan dan politan yang berarti kota, dengan demikian minapolitan dapat

diartikan sebagai kota perikanan atau kota di daerah lahan perikanan. Dalam

pedoman pengembangan kawasan minapolitan yang disusun oleh Departemen

Kelautan dan Perikanan, minapolitan berada dalam kawasan pemasok hasil

perikanan (sentra produksi perikanan) serta memberikan kontribusi besar

terhadap mata pencaharian dan kesejahteraan. Dalam pengertian tersebut

harus ada sebuah sistem usaha perikanan adalah suatu sistem yang terdiri dari

(1) sub sistem pengadaan infrastruktur, sarana dan prasarana produksi

perikanan, (2) sub sistem pengelolaan usaha budidaya perikanan, (3) sub

sistem pengolahan hasil-hasil perikanan dan pemasaran dan (4) sub sistem

kelembagaan penunjang pengembangan usaha perikanan.

Konsep minapolitan pada dasarnya memberikan pelayanan perkotaan di

kawasan perdesaan atau dengan istilah lain yang digunakan oleh Freidmann

adalah “kota ladang”. Dengan demikian petani atau masyarakat desa tidak

perlu harus pergi ke kota untuk mendapatkan pelayanan, baik pelayanan yang

berhubungan dengan masalah produksi dan pemasaran maupun masalah yang

berhubungan dengan kebutuhan sosial budaya dan sebagainya. Pusat

pelayanan diberikan pada tingkat desa terutama mengenai teknik budidaya

perikanan, kredit modal kerja dan informasi pasar. Jasa-jasa dan pelayanan

4

Page 5: Masterplan Minapolitan Kabupaten Musi Rawas

M A S T E R P L A N K A W A S A N M I N A P O L I T A N K A B U P A T E N M U S I R A W A S

yang disediakan pada kawasan Minapolitan disesuaikan dengan tingkat

perkembangan ekonomi dan sosial budaya setempat. Minapolitan distrik perlu

mempunyai otonomi lokal yang memberi tatanan terbentuknya pusat-pusat

layanan di kawasan perdesaan. Pusat-pusat pelayanan tersebut dicirikan

dengan adanya pasar-pasar untuk pelayanan masyarakat pedesaan.

Berdasarkan penjelasan ini, semakin tergambar bahwa tujuan dari

pengembangan kawasan minapolitan adalah meningkatkan pendapatan dan

kesejahteraan masyarakat melalui percepatan pengembangan wilayah dan

peningkatan keterkaitan desa dan kota dengan mendorong berkembangnya

sistem usaha perikanan berbasis kerakyatan, keberlanjutan dan

terdesentralisasi di kawasan minapolitan. Kawasan minapolitan dapat

merupakan kota menengah, kota kecil, kota kecamatan atau kota perdesaan

yang merupakan pusat pertumbuhan ekonomi dengan sektor perikanan

sebagai fundamennya dan mampu mendorong pertumbuhan wilayah

sekitarnya (desa-desa hinterland).

Kawasan minapolitan merupakan kota perikanan yang tumbuh dan

berkembang karena berjalannya sistem dan usaha usaha perikanan serta

mampu melayani, mendorong, menarik, menghela kegiatan pembangunan

perikanan (usaha perikanan) di wilayah sekitarnya. Kawasan minapolitan terdiri

dari kota perikanan dan desa-desa sentra produksi perikanan yang ada

disekitarnya, dengan batasan yang tidak ditentukan oleh batasan administratif

pemerintahan, tetapi lebih ditentukan dengan memperhatikan skala ekonomi

kawasan yang ada. Suatu kawasan minapolitan harus memiliki ciri-ciri yaitu

sebagian besar kegiatan masyarakat di kawasan tersebut di dominasi oleh

kegiatan perikanan dan/atau usaha perikanan dalam suatu sistem yang utuh

dan terintegrasi mulai dari :

1. Pusat Minapolitan (Minapolis) yang mencakup :

a. Pusat perdagangan dan transportasi perikanan

b. Penyedia jasa pendukung perikanan, misalnya perbankan, asuransi

serta serta pusat penelitian dan pengembangan;

c. Pasar konsumen produk non-perikanan

d. Pusat industri perikanan

e. Penyedia pekerjaan non perikanan

5

Page 6: Masterplan Minapolitan Kabupaten Musi Rawas

M A S T E R P L A N K A W A S A N M I N A P O L I T A N K A B U P A T E N M U S I R A W A S

f. Pusat minapolitan dan hinterland-nya terkait dengan sistem

permukiman nasional, propinsi, dan kabupaten (RTRW Propinsi/

Kabupaten).

2. Unit-unit Kawasan Pengembangan

a. Pusat produksi perikanan

b. Intensifikasi perikanan

c. Pusat pendapatan perdesaan dan permintaan untuk barang-barang

dan jasa non perikanan (rural income and demand for non-

aquacultural goods and services).

d. Produksi ikan siap jual dan diversifikasi perikanan

3. Terdapatnya Sektor Unggulan :

a Sektor unggulan yang sudah berkembang dan didukung oleh sektor

hilirnya;

b Kegiatan bisnis perikanan yang banyak melibatkan pelaku dan

masyarakat (sesuai dengan kearifan lokal);

c Mempunyai skala ekonomi yang memungkinkan untuk dikembangkan

dengan orientasi ekspor (keluar kawasan).

4. Memiliki sistem kelembagaan yang mendukung berkembangnya

kawasan minapolitan misalnya organisasi pelaku usaha perikanan,

organisasi produsen bisnis perikanan, dan lain-lain.

5. Memiliki sarana prasarana dan infrastruktur yang memadai untuk

mendukung pengembangan sistem permukiman dan bisnis perikanan

misalnya jalan, sarana irigasi, air bersih, pasar, terminal, telekomunikasi,

listrik, pusat informasi pengembangan bisnis perikanan, fasilitas umum,

dan fasilitas sosial.

1.5 Sistematika Pelaporan

Sistematika pelaporan ini meliputi 8 (Delapan) bab yaitu sebagai berikut :

6

Page 7: Masterplan Minapolitan Kabupaten Musi Rawas

M A S T E R P L A N K A W A S A N M I N A P O L I T A N K A B U P A T E N M U S I R A W A S

Bab 1 Pendahuluan

Bab ini berisi hal-hal yang mendasari penyusunan Masterplan

Kawasan Minapolitan, meliputi latar belakang, maksud dan tujuan,

metodologi pendekatan, lingkup kegiatan, dan sistematika laporan.

Bab 2 Tinjauan Kebijakan Regional dan Kondisi Wilayah

Pada tinjuan kebijakan regional menjelaskan tentang kebijakan

pembangunan wilayah. Selain itu juga berisi tentang kondisi

wilayah perencanaan yang terdiri dari kondisi fisik dasar, kondisi

sumberdaya manusia, kondisi perekonomian, dan kondisi sarana

dan prasarana lingkungan.

Bab 3 Analisis Ketersediaan dan Pemanfaatan Lahan

Bab analisis ketersdiaan dan pemanfaatan lahan membahas

tentang identifikasi ketersediaan lahan, dan tingkat pemanfaatan

pada berbagai komoditas perikanan.

Bab 4 Analisis Sentra Produksi Komoditas dan Produk Perikanan

Bab ini membahas mengenai sentra produksi komoditas perikanan,

sentra produk-produk perikanan, dan penetapan komoditas dan

produk unggulan perikanan.

Bab 5 Sintesa Pengembangan Kawasan Minapolitan

Bab ini berisikan mengenai sintesis potensi dan permasalahan

pengembangan kawasan minapolitan yang meliputi aspek fisik,

sosial, ekonomi, produksi, tata niaga dan lain sebagainya.

Bab 6 Penentuan Zonasi Kawasan Minapolitan

Dalam bab ini menggambarkan tentang kriteria pembagian zonasi

kawasan Minapolitan, pembagian zonasi kawasan, prioritas

pengembangan zona-zona kawasan minapolitan, penetapan zona

pengembangan kawasan minapolitan serta karakteristik tiap zonasi

kawasan minapolitan.

7

Page 8: Masterplan Minapolitan Kabupaten Musi Rawas

M A S T E R P L A N K A W A S A N M I N A P O L I T A N K A B U P A T E N M U S I R A W A S

8

Bab 7 Strategi dan Rencana Pengembangan Kawasan

Minapolitan

Dalam bab ini diantaranya dibahas mengenai dasar pertimbangan

yang mendasari penentuan aktifitas yang dilakukan di kawasan

minapolitan, rencana pengembangan pusat-pusat pelayanan

minapolis, rencana pemanfaatan ruang dalam konteks

pengembangan komoditas perikanan, rencana pengembangan

sarana dan prasarana dasar penunjang sektor perikanan dan

permukiman. Selain itu pada bab ini juga menjelaskan tentang

rencana pengembangan lembaga pembiayaan dan pengelola

kawasan.

Bab 8 Indikasi Program Pengembangan Kawasan Minapolitan

Bab ini menjelaskan tentang pengembangan kawasan minapolitan

yang meliputi program peningkatan produktivitas perikananan,

sistem tata niaga, pengembangan produk olahan, pengembangan

infrastruktur, kelembagaan pengelolaan kawasan minapolitan dan

lain sebagainya. Selain itu dibahas pula mengenai mekanisme

pembiayaan dan pola kerjasama pengembangan kawasan

perikanann antar stake holder (masyarakat, pemerintah dan pihak

swasta).

Page 9: Masterplan Minapolitan Kabupaten Musi Rawas

m a s t e r p l a n k a w a s a n m i n a p o l i t a n K a b u p a t e n M u s i R a w a s

BAB II Tinjauan Kebijakan Regional dan

Kondisi Wilayah

2.1. PROFIL KABUPATEN MUSI RAWAS

2.1.1. Gambaran Umum

Kabupaten Musi Rawas merupakan daerah perlintasan antar provinsi dan

terletak di bagian barat provinsi dan berbatasan langsung dengan Provinsi

Bengkulu dan Provinsi Jambi. Secara geografis, wilayah ini terletak pada

koordinat: 102 07’00” BT dan 2 20’00” - 3 38’00” LS. Adapun batas-

batas wilayah Kabupaten Musi Rawas adalah:

0 0 0

Sebelah utara berbatasan dengan wilayah Provinsi Jambi;

Sebelah selatan berbatasan dengan wilayah Kabupaten Lahat;

Sebelah barat berbatasan dengan wilayah Kota Lubuk Linggau dan wilayah

Provinsi Bengkulu;

Sebelah timur berbatasan dengan wilayah Kabupaten Muara Enim dan wilayah

Kabupaten Musi Banyuasin.

Kabupaten Musi Rawas memiliki wilayah seluas 1.236.582,66 ha ( 12.365,83

km ) yang terdiri dari 21 kecamatan. Muara Lakitan merupakan kecamatan

terluas di kabupaten ini, dengan luas 199.785,80 Ha (16,16%). Sedangkan

Kecamatan Tugumulyo merupakan kecamatan dengan luas paling kecil, yakni

seluas 5.779,00 Ha (0,47%).

2

Ketinggian lahan di Kabupaten Musi Rawas berkisar antara 25-2.270 meter di

atas permukaan laut. Titik tertinggi dijumpai di Kawasan Taman Nasional

Kerinci Seblat, yakni di wilayah Kecamatan Ulu Rawas, sedangkan titik

terendah berada di hilir Sungai Rawas, yakni di Kecamatan Rawas Ilir. Ditinjau

dari kemiringannya, Kabupaten Musi Rawas sebagian besar merupakan

wilayah datar dan berombak (lereng 0- 8%) yang luasnya mencapai

611,973.71 Ha (>49.49%) serta lahan agak bergunung sampai bergunung

(lereng >40%), dengan luas 275,102.35 Ha (22,25%). Lainnya berupa lahan

dengan bentuk wilayah bergelombang, agak berbukit, dan berbukit (lereng 9-

40%).

1

Page 10: Masterplan Minapolitan Kabupaten Musi Rawas

m a s t e r p l a n k a w a s a n m i n a p o l i t a n K a b u p a t e n M u s i R a w a s

Lahan dengan bentuk wilayah datar (0-8%) umumnya dijumpai di dataran

banjir kiri kanan Sungai Rawas dan Sungai Lakitan, dataran rawa belakang

(back swamp), dan sebagian kecil daerah kaki bukit. Secara dominan

lahan dengan bentuk wilayah datar ini menyebar di beberapa wilayah

kecamatan, yakni Kecamatan Muara Lakitan, Nibung, Rawas Ilir, dan Rupit.

Kondisi aksesibilitas di Kabupaten Musi Rawas, terdapat beberapa akses

keluar masuk Kabupaten Musi Rawas, namun akses tertinggi hanyalah Jalur

Lintas Tengah Sumatera (Trans Sumatera) yang membujur utara-selatan

pada wilayah Musi Rawas. Memang terdapat askes ke wilayah sekitar seperti

Curup, Muara Enim, Lahat dan Mangunjawa, namun semuanya bersimpul di

Kota Lubuklinggau. Secara fungsional dan faktual Kabupaten Musi Rawas

adalah hinterland dari Kota Lubuklinggau. Realita ini akan menjadi

pertimbangan utama dalam merumuskan strategi pengembangan wilayah

Musi Rawas.

Sebagian besar kondisi jaringan jalan yang menghubungkan antar ibukota

kecamatan relatif baik, meski jarak tempuh cukup jauh. Hanya di bagian

utara dan selatan saja kondisi jalan terliaht rusak sampai rusak parah. Pada

sisi lain sistem jaringan jalan dengan tingkat aksesibilitas seperti yang terjadi

saat ini akan membentuk konsentrasi perkembangan bertumbuh di sepanjang

jalan Trans Sumatera. Hal ini perlu diantisipasi, karena konsentrasi pada jalan

utama tersebut akan menciptakan kesenjangan pertumbuhan.

Sistem transportasi di Kabupaten Musi Rawas, secara umum didominasi

oleh sistem transportasi darat, terdiri dari transportasi jalan dan kereta api.

Transportasi jalan tersebut telah menjangkau seluruh wilayah, baik

perkotaan maupun pedesaan. Secara regional, Kabupaten Musi Rawas

mempunyai kedudukan strategis dalam pergerakan eksternal dengan

propinsi-propinsi lain di Pulau Sumatera karena dilalui Jalan Negara yang

menuju ke Provinsi Bengkulu, Provinsi Jambi dan Propinsi Sumatera Barat.

Gambar 2.1

Sistem Jaringan Jalan Regional Kabupaten Musi Rawas

2

Page 11: Masterplan Minapolitan Kabupaten Musi Rawas

m a s t e r p l a n k a w a s a n m i n a p o l i t a n K a b u p a t e n M u s i R a w a s

Sumber : Bappeda Kabupaten Musi Rawas 2007

Sampai dengan Tahun 2007, panjang jalan yang terdapat di Kabupaten Musi

Rawas adalah 1.942,28 km, sebagian ruas jalan sudah memiliki perkerasan

aspal dengan persentase sebesar 45.54%, lapen sebesar 1,48%, perkerasan

kerikil sebesar 28,961% dan tanah sebesar 24,027%.

Untuk prasarana transportasi lainnya, di Kabupaten Musi Rawas tedapat 1

terminal tipe A di Kota Lubuklinggau (saat ini masih dikelola PemKab. Musi

Rawas) dan 1 terminal tipe C di Kec. Muara Rupit, yang melayani angkutan

antar kota kecamatan, serta jaringan rel kereta api. Kabupaten Muara Beliti

dilalui jalur kereta api dari Stasiun Kertapati Palembang-Lubuklinggau.

Untuk pemenuhan kebutuhan air bersih di Kabupaten Musi Rawas, pada

umumnya penduduk mendapatkan layanan air bersih berupa layanan

non-perpipaan dari sumur gali dan sungai. Saat ini sedang dibangun

instalasi pengolahan air (IPA) kapasitas 60 l/d yang memanfaatkan

sumber air dari Sungai Beliti dan ground reservoir kapasitas 1000m3.

Fasilitas kesehatan di Kabupaten Musi Rawas adalah 1 buah RS Umum

yang berada di Kecamatan Rupit, 24 Puskesmas pembantu yang tersebar

di 20 Kecamatan, 144 Puskesmas Pembantu, 3 Balai pengobatan, 2 Klinik

bersalin yang terdapat di Kecamatan Rupit, dan Tugumulyo, serta 225

Poliklinik Desa yang tersebar merata. Dari 24 Puskesmas yang terdapat di

Kabupaten Musi Rawas, TP Kepungut adalah satu-satunya kecamatan

yang tidak dilengkapi oleh fasilitas puskesmas. Namun kecamatan ini

dilayani oleh 5 Puskesmas Pembantu.

Sedangkan fasilitas pendidikan di Kabupaten Musi Rawas terdiri dari 1 buah

taman Kanak-kanak yang berada di Kecamatan Muara Beliti, 413 Sekolah

3

Page 12: Masterplan Minapolitan Kabupaten Musi Rawas

m a s t e r p l a n k a w a s a n m i n a p o l i t a n K a b u p a t e n M u s i R a w a s

Dasar, 52 Sekolah Menengah Pertama, 17 Sekolah Menengah Atas, serta 1

Sekolah Menengah Kejuruan yang berada di Kecamatan Tugumulyo.

Tampaknya, pembangunan fasilitas pendidikan lebih banyak diarahkan untuk

rentang SD sampai dengan SMU/SMK. Namun Kecamatan T.P Kepungut serta

Suka Karya yang merupakan kecamatan baru hasil pemekaran, hingga tahun

2007 tidak mempunyai pendidikan SMU/SMK.

Untuk fasilitas perdagangan, di Kabupaten Musi Rawas terdapat 6 buah Pasar,

dengan 656 petak Kios dan 507 petak Los. Adapun pasar tersebut adalah

Pasar B. Srikaton, Pasar O Mangun Harjo, Pasar Megang Sakti, Pasar Muara

Rupit, Pasar Surulangun Rawas, serta Pasar Muara Kelingi yang tersebar di

beberapa kecamatan.

Layanan telekomunikasi di Kabupaten Musi Rawas, sebagian telah terlayani

oleh jaringan telepon kabel, serta layanan saluran telekomunikasi seluler oleh

beberapa provider (penyedia) di sebagian wilayahnya. Untuk jaringan telepon

kabel, setiap tahunnya menunjukkan peningkatan meskipun tidak banyak.

Pada tahun 2004, jumah pelanggan telepon di Kabupaten Musi Rawas adalah

sebanyak 1,066 pelanggan, dan pada tahun 2007 mencapai 1,083 pelanggan.

2.1.1. Kependudukan

“Lan Serasan Sekentenan” demikian masyarakat Musi Rawas mengenal filosofi

daerah yang artinya pekerjaan dilakukan secara bergotong royong,

menunjukan persatuan. Hingga kini komunitas adat di berbagai tempat di

Musi Rawas masih kental dengan sifat ke gotong royongan dan kebersamaan,

masyarakat adat setempat mengistilahkan ”Teletang sama minum ayo,

Terukup same makan tana” sama halnya komunitas petani lainnya di

Indonesia rasa kebersamaan semacam itu masih terjaga hingga kini.

Masyarakat Musi Rawas sangat terbuka, meskipun berwatak keras kita dapat

berkomunikasi dengan baik saling menghargai masyarakat adat lainnya di

Musi Rawas seperti Terawas, Muara Kelingi, Jayaloka, Megangsakti, Rawas

Ulu, dan Rawas Ilir, bahkan dengan komunitas pendatang seperti Jawa,

Padang, Sumatera Utara, Madura, Bali-pun semuanya dapat kita terima

dengan terbuka, selama mereka menghargai budaya dan nilai adat setempat

serta mau berinteraksi dengan masyarakat asli. Adat kami mengatakan,

"Tebing Betaut Same Junjang, Ulak Bepadu Semberangan" pada dasarnya

manusia sama derajatnya, jangan saling meremehkan. Komunitas lain yang

hidup berdampingan diberi keleluasan untuk mengembangkan identitas

4

Page 13: Masterplan Minapolitan Kabupaten Musi Rawas

m a s t e r p l a n k a w a s a n m i n a p o l i t a n K a b u p a t e n M u s i R a w a s

daerahnya hal ini terbukti, adanya kelompok-kelompok komunitas pendatang

seperti Ikatan Keluarga Minang (IKM) Ikatan Keluarga Jawa Timur (Arema)

Perkumpulan Batak Muslim (PBM) umumnya aktifitas komunitas tersebut

masalah sosial dan kekeluargaan.

Sampai dengan tahun 2007, penduduk di Kabupaten Musi Rawas mencapai

492,437 penduduk dan terdistribusi secara cukup merata di 21 Kecamatan.

Distribusi penduduk di Kabupaten Musi Rawas secara umum dapat

dikelompokkan dalam 3 Kelompok. Kelomppok dengan distribusi penduduk 8-

9%, merupakan distribusi penduduk yang terbanyak adalah di Kecamatan

Tugu Mulyo(8.38%) dan Megang Sakti(9,53%). Sedangkan persebaran

penduduk dengan distribusi 5-6% berada di Kecamatan Rawas Ulu, Rupit,

Karang Jaya, STL Ulu, dan BTS Ulu. Dan kecamatan lainnya, merupakan

kelompok kecamatan dengan distribusi 1-4%. Kecamatan Tugumulyo

merupakan kecamatan dengan kepadatan penduduk yang paling tinggi di

Kabupaten Musi Rawas, dengan kepadatan penduduk mencapai 6.19

penduduk/ Ha. Angka tersebut cukup tinggi bila dibandingkan dengan angka

kepadatan penduduk rata-rata Kabupaten Musi Rawas yang bearnya 0.40

Penduduk / Ha. Sedangkan Kecamatan Purwodadi, angka kepadatan

penduduknya adalah 2.45 Penduduk/Ha

2.1.2. Jumlah pembudidaya ikan

Jumlah Pembudidaya ikan di masing-masing kecamatan dapat dilihat dalam

tabel berikut ini :

Tabel 2.1 Jumlah pembudidaya ikan

No. Kecamatan Petani Ikan (Orang)

Penuh Sambilan Musiman Jumlah

1 Rawas Ulu 0 9 11 19

2 Ulu Rawas 0 4 6 10

3 Rupit 0 11 13 24

4 STLU Terawas 29 58 86 173

5

Page 14: Masterplan Minapolitan Kabupaten Musi Rawas

m a s t e r p l a n k a w a s a n m i n a p o l i t a n K a b u p a t e n M u s i R a w a s

5 Sumberharta 12 32 67 112

6 Selangit 4 19 29 52

7 Muara Beliti 89 137 193 419

8 Tiang Pumpung Kepungut 0 0 0 0

9 Tugumulyo 71 359 671 1,102

10 Jayaloka 0 7 10 18

11 Sukakarya 0 9 15 23

12 Muara Kelingi 0 4 5 8

13 Tuah Negri 0 10 14 24

14 Muara Lakitan 0 9 10 18

15 Megang Sakti 7 35 37 79

16 Rawas Ilir 0 6 6 12

17 Karang Dapo 0 4 5 8

18 Karangjaya 0 15 15 29

19 Purwodadi 12 111 161 284

20 BTS Ulu 0 2 5 7

21 Nibung 0 5 5 10

J u m l a h 169 881 1,382 2,431

Dilihat dari jumlah pembudidaya ikan sebagai salah satu faktor pendukung

dalam hal pembudidayaan ikan di kecamatan tugumulyo merupakan jumlah

terbesar yaitu terdapat 1.102 RTP, Muara Beliti 419 RTP dan Purwodadi

284 RTP berbanding lurus dengan produksi perikanannya.

2.1.3. Luas lahan dan produksi benih ikan

Produksi benih ikan di kabupaten Musi Rawas terutama di tiga Kecamatan

kawasan Minapolitan dari segi jumlah atau kuantitas sudah mencukupi

tetapi dari segi kualitas masih banyak yang menggunakan benih ikan yang

berasal dari induk yang belum bersertifikat atau menggunakan induk yang

hasil seleksi mereka sendiri sehingga kualitasnya menjadi sangat beragam.

Benih ikan yang dihasilkan oleh UPR dan BBI yang ada di Kabupaten Musi

Rawas tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan Kabupaten Musi Rawas

tetapi daerah lain yang ada di Sumatera Selatan termasuk ke Propinsi

Jambi, Bengkulu dan Lampung.

Tabel 2.2. Luas Lahan dan Produksi Benih Ikan di Kabupaten Musi

6

Page 15: Masterplan Minapolitan Kabupaten Musi Rawas

m a s t e r p l a n k a w a s a n m i n a p o l i t a n K a b u p a t e n M u s i R a w a s

Rawas Tahun 2009

No Kecamatan UPR BBI Jumlah

Luas (Ha)

Produksi (Ekor)

Luas (Ha)

Produksi (Ekor)

Luas (Ha)

Produksi (Ekor)

1 STLU Terawas 7.45 22,942,973 - - 7.45 22,942,973 2 Sumberharta 7.25 12,353,909 - - 7.25 12,353,909 3 Muara Beliti 34.50 82,469,471 3.00 2,405,881 37.50 84,875,351 4 Tugumulyo 55.70 113,643,110 0.70 771,574 56.40 114,414,683 5 Megang Sakti 3.90 8,637,482 - - 3.90 8,637,482 6 Purwodadi 9.60 38,111,154 4.70 3,509,759 14.30 41,620,913 Jumlah 118.40 278,158,098 8.40 6,687,214 126.80 284,845,312

Balai benih yang terletak di Kecamatan Muara Beliti dan Purwodadi adalah

Balai Benih Ikan Sentral Propinsi Sumatera Selatan, BBI kebupaten Musi

Rawas terletak di Kecamatan Tugumulyo dan Purwodadi.

Tabel 2.3. Banyaknya Produksi Benih Ikan Menurut Jenisnya Dalam Kabupaten Musi Rawas Diperinci Per kecamatan Tahun 2010

No. Kecamatan Mas (000 ekor)

Nila (000 ekor)

Lele Dumbo (000 ekor)

Patin (000 ekor)

Gurami (000 ekor)

Lain-lain (000 ekor)

Jumlah (000 ekor)

1 BKLU Terawas 10,671 11,394 555 - - 224 22,844 2 Sumberharta 5,746 6,135 299 - - 121 12,301 3 Muara Beliti 35,928 46,512 1,827 402 - 281 84,951 4 Tugumulyo 50,606 61,326 1,847 - - 285 114,064 5 Megang Sakti 3,398 4,943 - - - 260 8,600 6 Purwodadi 16,722 24,860 - - 8 495 42,085 J u m l a h 123,071 155,171 4,527 402 8 1,665 284,845

Tabel 2.4. Jumlah Usaha Pembenihan Rakyat (UPR) Swasta/Badan Hukum Menurut Jenis Ikan di Kab.Mura Tahun 2010

No Kecamatan

Jenis Ikan

Jum lah Mas Nila Lele

Dumbo Patin Tembakang

Mas dan Nila

Mas & Lele Dumbo

Gurame Tawes Ikan Hias

1 BKLU Terawas 7 3 0 0 0 3 2 0 0 0 15

2 Sumberharta 6 7 3 0 0 4 0 0 0 0 20

7

Page 16: Masterplan Minapolitan Kabupaten Musi Rawas

m a s t e r p l a n k a w a s a n m i n a p o l i t a n K a b u p a t e n M u s i R a w a s

8

3 Muara Beliti 2 12 0 1 0 5 0 0 0 0 20

4 Tugumulyo 37 47 4 0 1 14 0 1 0 4 108

5 Purwodadi 23 37 13 0 0 12 8 4 0 0 97

J u m l a h 75 106 20 1 1 38 10 5 0 4 260 2.1.4. Produksi ikan

Produksi ikan di kabupaten Musi Rawas terutama di tiga Kecamatan

kawasan Minapolitan tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan Kabupaten

Musi Rawas tetapi daerah lain yang ada di Sumatera Selatan termasuk ke

Propinsi Jambi, Bengkulu dan Lampung.

Tabel 2.4. Jumlah Produksi Ikan dan Nilainya Dalam Kabupaten Musi Rawas Diperinci Per Kecamatan Tahun 2010

15,000.00 12500

No. Kecamatan Budidaya Tangkap Jumlah

Produksi (ton)

Nilai (Rp.000,-)

Produksi (ton)

Nilai (000.Rp)

Produksi (ton)

Nilai (000.Rp)

1 Rawas Ulu 126.10 2,143,751 75.19 1,127,819 201.29 3,271,570 2 Ulu Rawas 55.94 950,989 35.94 539,041 91.88 1,490,030 3 Rupit 137.32 2,334,414 88.51 1,327,665 225.83 3,662,079 4 STLU Terawas 978.23 16,629,935 13.70 205,507 991.93 16,835,442 5 Sumberharta 821.34 13,962,770 9.19 137,861 830.53 14,100,632 6 Selangit 256.74 4,364,617 17.62 264,339 274.36 4,628,955 7 Muara Beliti 4,895.30 83,220,143 24.61 369,080 4,919.91 83,589,223

8 Tiang Pumpung Kepungut 410.62 6,980,472 20.16 302,442 430.78 7,282,914

9 Tugumulyo 7,561.80 128,550,584 19.41 291,122 7,581.21 128,841,706 10 Jayaloka 44.14 750,445 34.21 513,105 78.35 1,263,550 11 Sukakarya 53.95 917,211 22.86 342,926 76.82 1,260,137 12 Muara Kelingi 36.26 616,487 102.02 1,530,270 138.28 2,146,756 13 Tuah Negri 54.40 924,730 55.01 825,178 109.41 1,749,908 14 Muara Lakitan 36.26 616,398 95.22 1,428,275 131.48 2,044,673 15 Megang Sakti 597.88 10,163,971 81.00 1,215,037 678.88 11,379,008 16 Rawas Ilir 26.20 445,345 144.85 2,172,718 171.04 2,618,063 17 Karang Dapo 15.54 264,192 21.72 325,803 37.26 589,995 18 Karangjaya 78.17 1,328,894 37.52 562,734 115.69 1,891,628 19 Purwodadi 2,138.15 36,348,550 4.15 62,318 2,142.30 36,410,868 20 BTS Ulu 18.89 321,192 7.98 119,662 26.87 440,854 21 Nibung 20.28 344,716 8.90 133,512 29.18 478,228

J u m l a h 18,363.52 312,179,804 919.76 13,796,416 19,283.28 325,976,220

Terlihat dari tabel diatas bahwa usaha perikanan dari segi produksi ikannya saja

sudah memberikan kontribusi yang besar dalam kehidupan masyarakat di

kabupaten Musi Rawas belum lagi dari segi faktor ekonomi ikutan lainnya dari

mulai pedagang sampai usaha pakan yang terus berkembang di Kabupaten Musi

Rawas.

Page 17: Masterplan Minapolitan Kabupaten Musi Rawas

BAB III Analisis Ketersediaan dan

Pemanfaatan Lahan

Kabupaten Musi Rawas terletak di wilayah bagian barat Provinsi Sumatera

Selatan dengan luas wilayah 1.236.582,66 hektar yang terdiri dari 21

kecamatan dan 277 desa/kelurahan dengan jumlah penduduk 524.919 jiwa

(± 40,91 jiwa/km2). Secara geografis dan klimatologis Kabupaten Musi

Rawas sangat potensial untuk pengembangan komoditas perikanan (nila,

mas, lele, gurame, tambakan dll ), dan merupakan salah satu daerah

komoditas unggulan Provinsi Sumatera Selatan.

Kabupaten Musi Rawas merupakan sentra produksi perikanan di Provinsi

Sumatera Selatan dengan berbagai potensi pengembangan sektor

perikanan khususnya subsektor perikanan budidaya. Produksi komoditas

perikanan berupa benih dan ikan konsumsi mencapai surplus pada tahun

2010.

Kabupaten Musi Rawas mempunyai visi yang tertuang dalam RPJMD tahun

2011-2015, yakni “Terwujudnya Bumi Agropolitan dan Kawasan

Pertambangan Menuju Musi Rawas Darussalam”. Hal ini ditindak lanjuti

dengan dibentuknya Kabupaten Musi Rawas sebagai kawasan Minapolitan

yang ditetapkan oleh Kementerian Perikanan dan Kelautan RI

(Nomor.Kep.32/MEN/2010) dan merupakan lokasi sentra produksi

perikanan budidaya sebagai pencontohan tahun 2011 sebagaimana

ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (No. Kep.70/DJ-

PB/2010).

3.1 Pengunaan Lahan

Kabupaten Musi Rawas merupakan daerah agraris, hal ini dapat

ditunjukkan dengan luas lahan yang digunakan untuk pertanian dari

seluruh lahan yang ada di Kabupaten Musi Rawas 36,65 persen digunakan

untuk usaha pertanian yaitu untuk kebun sebesar 32,46 persen, sawah

1

Page 18: Masterplan Minapolitan Kabupaten Musi Rawas

M A S T E R P L A N K A W A S A N M I N A P O L I T A N K A B U P A T E N M U S I R A W A S

sebesar 4,11 persen dan tambak/kolam sebesar 0.07 persen. Potensi lahan

terbesar adalah hutan, hutan di wilayah Musi Rawas mencapai 50,71

persen dari total wilayah kabupaten ini dan selebihnya sebesar 12,65

persen digunakan untuk lahan perumahan/perkarangan, lahan sementara

tidak diusahakan dan lainnya.

Tabel 3.1. Penggunaan Lahan di Kabupaten Musi Rawas

Pengunaan Lahan Luas (Ha)

1 2

1. Lahan Sawah 51,580

Irigasi teknis

Irigasi Setengah teknis

Irigasi Sederhana

Irigasi Desa/Non PU

Tadah Hujan

Pasang Surut

Lebak

Polder dan Lainnya

6,952

1,598

2,813

3,234

11,721

0

11,133

14,129

2. Perkebunan 317,890

3. Kolam/Tambak 2,705

4. Hutan 226,806

5. Lainnya 637,601.66

Luas Wilayah Kabupaten 1,236,582.66

Sumber : Data diolah dari data Dinas Pertanian, Perkebunan, Peternakan dan Perikanan serta Dinas Kehutanan Kabupaten Musi Rawas Keterangan : lainnya digunakan untuk rumah dan perkarangan, kolam tambak dll.

Lahan yang tersedia untuk usaha ikan di Kabupaten Musi Rawas cukup

luas, sesuai dengan sistem usaha Perikanan yang akan digunakan.

Selama ini bahkan sampai sekarang pembudidayaan ikan di Kabupaten

Musi Rawas masih banyak yang bersifat sambilan, dimana ikan

diusahakan sambil mengusahakan tanaman pangan lainnya, dengan

demikian lahan persawahan dapat dikatakan juga merupakan lahan

potensial untuk pengembangan usaha pembudidayaan ikan, maka

2

Page 19: Masterplan Minapolitan Kabupaten Musi Rawas

M A S T E R P L A N K A W A S A N M I N A P O L I T A N K A B U P A T E N M U S I R A W A S

sistem pembudidayaan nya adalah dengan sistem tumpang sari,

palawija atau sebagai penyelang. Jika sistem tersebut dilakukan maka

banyak lahan yang bisa digunakan seperti lahan persawahan, juga

dapat mengunakan sungai dan dam ataupun bendungan untuk

pembudidayaan ikan dengan menggunakan sistem keramba atau

Keramba Jaring Apung. Untuk dapat melihat luas lahan yang potensial

untuk usaha budidaya ikan dijelaskan pada Tabel 7.

Tabel 3.2. Ketersedian lahan untuk Perikanan Budidaya

No. Jenis Lahan Luas

(Ha) Persentase

1 KOLAM 2.500,00 4,01

2 Sawah 12.500,00 24,20

3 Sungai, rawa,dll 35.393,00 70,79

Jumlah 50. 393,00 100,00

Sumber : Disnakkan Mura ,2010

Potensi luas areal perikanan budidaya di sawah dan kolam seluas 15.000 ha

yang telah dikelola seluas 2.874,9 ha (+ 19,19%). Sedangkan potensi luas

areal perairan umum seluas 35.393 ha dan yang telah dikelola seluas

8.152,39 ha (+ 23,03%).

Selain ketersedian lahan dan kesuburan tanah, faktor yang sangat

menentukan dalam usaha budidaya ikan nila adalah kondisi iklim. Kabupaten

Musi Rawas mempunyai iklim tropis dan basah dengan curah hujan yang

bervariasi, dimana setiap tahun jarang ditemukan bulan kering. Kabupaten

Musi Rawas terdiri dari 66,5 derajat dataran rendah yang subur dengan

struktur 62,75 derajat tanah liat, terdiri dari hamparan daerah perbukitan,

bergunung-gunung sampai daerah datar. Wilayah ini terletak mulai dari 200

M hingga 1000 M dari permukaan laut. Kabupaten Musi Rawas banyak

mempunyai sungai-sungai besar, kebanyakan sungai-sungai itu bermata air

dari bukit barisan. Adapun sungai-sungai yang terdapat di Kabupaten Musi

Rawas adalah Sungai Rawas, Sungai Lakitan, Sungai Kelingi, Sungai Rupit

3

Page 20: Masterplan Minapolitan Kabupaten Musi Rawas

M A S T E R P L A N K A W A S A N M I N A P O L I T A N K A B U P A T E N M U S I R A W A S

4

dan Sungai Musi. Kabupaten Musi Rawas Berada dibagian barat Provinsi

Sumatera Selatan, tempat pertemuan hulu Sungai Musi dengan aliran

Sungai Rawas, hal ini merupakan kawasan yang cocok untuk usaha

budidaya ikan karena ikan banyak ditemukan diperairan tenang seperti

danau, waduk, rawa, ikan nila dapat hidup dan tumbuh dengan baik pada

ketingian sampai 500 M dari permukaan laut.

Peluang pembangunan sektor perikanan Kabupaten Musi Rawas

khususnya usaha budidaya ikan cukup besar karena kondisi sumber

daya alam tersedia dan pemasaran cukup mendukung ke daerah

tetangga terutama ke Kabupaten dan Kota yang ada di propinsi

sumetera Selatan bahkan ke Kabupaten curup di Propinsi Bengkulu dan

Propinsi Jambi, sehingga sangat strategis untuk lebih dikembangkannya

usaha budidaya ikan karena pemasarannya yang sangat baik yaitu ke

daerah Kabupaten/Kota di Propinsi Sumatera Selatan dan Propinsi

Bengkulu dan Jambi.

1.1

Page 21: Masterplan Minapolitan Kabupaten Musi Rawas

BAB IV Analisa Sentra Produksi Perikanan

Wilayah studi yang mencakup Kecamatan Muara Beliti, Tugumulyo dan Purwodadi

merupakan wilayah mendapat sumber air dari sungai dan saluran irigasi, dengan

komoditas utama yang dibudiyakan adalah ikan nila, mas, Lele, Gurame. Selain itu juga

budidaya ikan Tawes, Patin dan Bawal, tambakan.

Minapolitan merupakan pengembangan kawasan perikanan yang berbasis lokal,

ditandai dengan adanya sentra-sentra produksi komoditas perikanan. Munculnya

wilayah sebagai sentra suatu komoditas perikanan tertentu, merupakan hasil interaksi

yang dinamis antara masyarakat dengan budaya dan lingkungan sekitarnya dalam

proses yang cukup lama, sehingga komoditas tersebut dihasilkan secara berkelanjutan.

Dengan demikian, wilayah yang menjadi sentra komoditas tertentu, dianggap telah

mempunyai keunggulan komparatif dibandingkan dengan wilayah lainnya. Perubahan

yang dilakukan secara kontinyu terhadap potensi yang telah menjadi keunggulan

komparatif akan mengantarkan komoditas tersebut mempunyai keunggulan kompetitif

yang pada akhirnya sangat berperan dalam persaingan global.

4.1 Sentra Produksi Komoditas Perikanan

Pembahasan sentra produksi merupakan hal yang sangat penting dalam penyusunan

master plan Minapolitan. Perlu waktu yang cukup lama menjadikan suatu wilayah

sebagai sentra produksi komoditas perikananan. Informasi awal yang dapat dipahami

ketika suatu wilayah menjadi sentra komoditas, adalah bahwa di wilayah tersebut

1

Page 22: Masterplan Minapolitan Kabupaten Musi Rawas

M A S T E R P L A N K A W A S A N M I N A P O L I T A N K A B U P A T E N M U S I R A W A S

secara agroklimat memiliki kesesuaian dengan komoditas yang sedang dikembangkan

secara luas oleh masyarakat.

Proses lama yang membuat suatu wilayah menjadi sentra komoditas, karena

didalamnya terdapat serangkaian proses uji coba, sosialisasi, dan pemantapan, dan

tentunya proses ini bukan merupakan proses yang linear, akan tetapi merupakan suatu

proses timbal balik dan saling mempengaruhi sehingga terjadi koreksi atau perbaikan

mengarah pada kondisi yang diinginkan baik untuk memenuhi tuntutan pasar maupun

sesuai dengan harapan pelaku usaha itu sendiri. Interaksi yang terjadi dalam kurun

tersebut, tidak saja antara pelaku utama dengan sesama pelaku utama, akan tetapi

antar lembaga lainnya seperti tengkulak, lembaga keuangan, pedagang, penyuluh,

pendamping dan lain sebagainya. Hasil interaksi ini yang mengakibatkan munculnya

budaya baru di wilayah yang menjadi sentra komoditas. Dengan demikian di wilayah

sentra komoditas terkandung investasi sosial ekonomi yang perlu dipertahankan, agar

kesejahteraan masyarakat dapat ditingkatkan. Dalam perspektif ini pembahasan sentra

komoditas menjadi hal yang sangat relevan dalam penyusunan master plan

minapolitan.

Pemanfaatan lahan untuk budidaya perikanan di wilayah minapolitan tercantum pada

Tabel 4.1. Luas lahan yang dimanfaatkan untuk budidaya perikanan mulai yang terluas

adalah Kecamatan Tugumulyo (1.374,69 ha), Muara beliti (417,92 ha), Purwodadi

(420,66 ha). Sedangkan berdasarkan komoditas yang paling dominan berturut-turut

adalah nila 10.897,73 ton, Mas 5.292,7 ton, Lele 1.991,87 Ton, Gurame 69.46 ton,

ikan patin 35,17 Ton, ikan jenis lain 76,88 Ton. Jenis ikan lain terdiri atas ikan tawes,

tambakan, bawal, dll

Dengan demikian di wilayah kawasan minapolitan komoditas yang paling banyak

diusahakan oleh masyarakat adalah nila, mas, lele, gurame, patin.

Kecamatan dengan produksi ikan terbesar berturut-turut adalah Tugumulyo, Muara

Beliti, dan Purwodadi. Lahan kolam yang digunakan budidaya di Kecamatan Tugumulyo

paling luas dibandingkan dengan kecamatan lain, berbanding lurus dengan

produksinya. Hal tersebut disebabkan usaha yang ada di tiap kecamatan adalah mulai

dari pembenihan, pendederan ikan dan pembesaran surah terbagi rata dan terintegrasi

dengan baik.

2

Page 23: Masterplan Minapolitan Kabupaten Musi Rawas

M A S T E R P L A N K A W A S A N M I N A P O L I T A N K A B U P A T E N M U S I R A W A S

4.1.1. Komoditas Nila

Sentra produksi ikan nila di Kecamatan Tugumulyo tersebar di 16 desa dan 1 kelurahan

dengan total produksi 4.418,89 ton/tahun, kemudian Muara Beliti tersebar di 3 desa

dengan total produksi 3.109,30 ton/tahun, purwodadi tersebar di 9 desa dan 2

kelurahan dengan produksi 1.893,14 ton/tahun.

Produksi nila merah dan nila hitam di Kabupaten Musi Rawas antara 30 – 40 ton hari,

seluruhnya untuk memenuhi kebutuhan pasar di Jabodetabek. Harga nila konsumsi

ukuran 3 -5 ek/kg adalah Rp 13.500 – Rp 16.000/kg. Sedangkan harga benih nila

ukuran 8 - 12 cm adalah Rp 200/ekor. Produksi benih nila di Kabupaten Musi Rawas

sudah dapat memenuhi kebutuhan benih ikan nila bahkan dapat memenuhi kebutuhan

benih ikan daerah lain, sehingga sebagian di jual keluar kabupaten.

4.1.2. Komoditas Mas

Sentra produksi Mas di Kecamatan Tugumulyo tersebar di 16 desa dan 1 Kelurahan

dengan total produksi 2.011,15 ton/tahun, kemudian Muara Beliti tersebar di tiga desa

dengan total produksi 1.124,35 ton/tahun, Purwodadi tersebar di 9 desa dan 2

kelurahan dengan produksi 794,74 ton/tahun.

Produksi ikan Mas di Kabupaten Musi Rawas belum mencukupi kebutuhan pasar di

Sumbagsel. Untuk memenuhi kebutuhan ikan Mas konsumsi sebagian di datangkan

dari luar sumatera tetapi dengan adanya KHV sekarang tidak ada lagi yang masuk dari

luar daerah sehingga kebutuhan banyak yang belum tercukupi. Harga ikan Mas

menjadi relatif mahal yaitu Rp 18.000 – Rp 22.000 /kg, demikian juga harga benih Mas

ukuran 3-5 cm Rp 150, dan ukuran 5-8cm mencapai Rp 250/ekor.

4.1.3. Komoditas Ikan Lele

Sentra produksi Lele di Kecamatan Tugumulyo tersebar di 16 desa dan 1 Kelurahan

dengan total produksi 808,70 ton/tahun, kemudian Muara Beliti tersebar di tiga desa

3

Page 24: Masterplan Minapolitan Kabupaten Musi Rawas

M A S T E R P L A N K A W A S A N M I N A P O L I T A N K A B U P A T E N M U S I R A W A S

dengan total produksi 436,22 ton/tahun, Purwodadi tersebar di 9 desa dan 2 kelurahan

dengan produksi 334,64 ton/tahun.

Produksi ikan lele di Kabupaten Musi Rawas berkembang dengan sangat pesat mulai

dari usaha budidaya di kolam bak, kolam tanah dan kolam terpal hal tersebut terjadi

seiring dengan berkembangnya usaha masakan pecal lele yang makin marak, serta

permintaan dari wilayah Sumbagsel termasuk bengkulu dan jambi. Harga ikan lele

terdokrak naik menjadi Rp 12.000 – Rp 13.500 /kg demikian juga harga benih lele

ukuran 3-5 cm Rp 125, dan ukuran 5-8cm mencapai Rp 200/ekor.

4.2 Penetapan Komoditas Unggulan

Berkembangnya kawasan Minapolitan, sangat ditentukan oleh pengembangan

komoditas unggulan di setiap kawasan Minapolitan. Penetapan komoditas unggulan

sangat bermanfaat dalam menentukan prioritas pengembangan di suatu wilayah.

Dalam penentuan komoditas unggulan diperlukan indikator penilaian dan

berdasarkan nilai setiap indikator tersebut akan muncul komoditas unggulan.

Indikator umum yang digunakan dalam menentukan komoditas unggulan adalah :

1. Jumlah Pelaku. Jenis komoditas perikanan yang banyak diusahakan oleh

masyarakat di suatu wilayah, mencerminkan besarnya peranan komoditas

tersebut sebagai matapencarian bagi masyarakat di wilayah tersebut. Selain

itu juga merupakan peluang kerja bagi masyarakat setempat maupun

masyarakat dari luar daerah. Dengan demikian usaha pada komoditas tersebut

akan menjadi sumber nafkah bagi masyarakat cukup banyak.

2. Produksi dan produktivitas. Jenis komoditas yang memiliki produksi tinggi

di suatu wilayah mencerminkan komuditas tersebut banyak diusahakan di

wilayah tersebut. Total produksi yang tinggi di suatu wilayah dapat disebabkan

oleh karena areal yang diusahakan cukup luas dan atau produktivitas lahan di

wilayah tersebut cukup tinggi. Semakin luas lahan yang diusahakan, akan

semakin banyak tenaga kerja yang terlibat dalam aktifitas usaha tersebut,

sehingga peranannya terhadap kesejahteraan masyarakat semakin tinggi.

Adakalanya produksi komoditas yang cukup besar belum menunjukkan

4

Page 25: Masterplan Minapolitan Kabupaten Musi Rawas

M A S T E R P L A N K A W A S A N M I N A P O L I T A N K A B U P A T E N M U S I R A W A S

manfaat yang optimal. Melalui penguasaan teknologi produksi dapat

ditingkatkan, sehingga produktivitasnya meningkat. Peningkatan produktivitas

akan menghasilkan produksi yang lebih besar pada luas lahan yang sama.

3. Pasar. Pada usaha perikanan subsisten, motivasi dalam menentukan

komoditas yang dibudidayakan hanya untuk pemenuhan kebutuhan hidup

rumah tangganya sehari-hari. Dengan semakin terbukanya akses informasi

dan semakin baiknya infrastruktur, keinginan konsumen dengan mudah

diketahui. Usaha perikanan komersial dilandaskan pada permintaan pasar,

artinya pelaku usaha hanya akan menanam komoditas yang dibutuhkan pasar

dan mudah diterima pasar. Tingginya permintaan pasar merupakan indikasi

adanya peluang untuk mendapatkan tingkat harga yang relatif tinggi, sehingga

peluang untuk mendapatkan keuntungan semakin besar. Motif mencari

keuntungan ini lah yang akan memotivasi pelaku usaha untuk

mengembangkan komoditas bersangkutan dengan sungguh-sungguh. Semakin

besar permintaan pasar dan mudahnya komoditas tersebut diterima pasar,

maka komoditas tersebut akan mempunyai nilai rating yang tinggi.

4. Harga. Secara umum, Indonesia belum memiliki sistem informasi perikanan

yang handal, sehingga supply komoditas disetiap wilayah sukar diprediksi. Hal

inilah yang mengakibatkan harga produk perikanan seringkali mengalami

fluktuasi yang sangat tajam. Melalui penguasaan teknologi, pelaku usaha

diharapkan dapat melakukan efisiensi, sehingga komoditas yang dihasilkan

memiliki keunggulan kompetitif yang tinggi. Komoditas yang memiliki

keunggulan kompetitif mempunyai kemampuan menghindari kerugian yang

lebih besar akibat fluktuasi harga. Dengan penguasaan teknologi tertentu,

pelaku usaha berharap dapat membudidayakan komoditas yang memiliki

fluktuasi harga yang relatif stabil pada tingkat yang relatif tinggi. Karekteristik

harga setiap komoditas perikanan tentunya sangat berbeda-beda. Melalui

penguasaan informasi, teknologi dan dukungan infrastruktur dan sarana

prasarana, maka pelaku usaha akan membudidayakan komoditas yang

memiliki fluktuasi harga yang relatif rendah dan atau tingkat harga yang

tinggi.

5. Sistem Bisnis. Jenis komoditas yang diusahakan mulai dari pembenihan,

pendenderan, pembesaran dan pengolahan hasil yang dilakukan di wilayah

5

Page 26: Masterplan Minapolitan Kabupaten Musi Rawas

M A S T E R P L A N K A W A S A N M I N A P O L I T A N K A B U P A T E N M U S I R A W A S

tersebut akan memberikan manfaat finasial yang maksimum bagi masyarakat

di wilayah tersebut. Beberapa komoditas usaha pembenihan saja yang

dilakukan di wilayah tersebut, sedangkan pendederan dan pembesaran

dilakukan di wilayah lain. Jenis komoditas dengan sub sistem usaha yang

lengkap akan mendapatkan nilai rating tertinggi.

6. Modal Usaha perikanan. Seperti diketahui, kebanyakan pelaku usaha

Indonesia dicirikan dengan pola usaha perikanan yang memiliki lahan sempit,

bahkan banyak juga buruh usaha perikanan, yang secara umum kurang

memiliki kemampuan dalam mengakumulasi modal usaha perikanannya.

Dengan keterbatasan modal, seringkali usaha perikanan dilaksanakan secara

asal-asalan. Pada kondisi ini, pelaku usaha tentunya berharap dapat

mengembangkan atau membudidayakan komoditas yang tidak memerlukan

modal yang cukup besar, akan tetapi masih menguntungkan.

Berdasarkan hasil kajian keragaan produksi, nilai produksi dan hasil FGD (focus

group discussion), maka terdapat 3 komoditas potensial yang dapat dikembangkan

di wilayah studi. Dengan menghitung nilai rating terhadap keenam indikator

komoditas unggulan, maka urutan rangking dari nilai terbesar hingga yang terkecil

dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1. Hasil Penilaian Komoditas Potensial

No. Komoditas

Rating Ju

mla

h

Ran

king

Jum

lah

Pel

aku

Pro

dukt

ivit

as

Pel

uang

Pas

ar

Har

ga

Mod

al

Sist

em B

isni

s

1. Nila 5 5 3 3 2 5 23 1 2. Mas 2 2 4 5 2 4 19 2 3. Lele 2 2 3 3 3 3 16 3 4. Gurame 2 3 3 3 2 2 15 4 5. Patin 2 2 2 3 2 2 13 5 6. Tambakan 1 2 2 2 2 3 12 6 7. Tawes 1 1 1 2 2 3 10 7

Keterangan : Nilai rating 1-2-3-4-5 = Sangat rendah- rendah-sedang-tinggi-sangat tinggi

6

Page 27: Masterplan Minapolitan Kabupaten Musi Rawas

M A S T E R P L A N K A W A S A N M I N A P O L I T A N K A B U P A T E N M U S I R A W A S

7

Dalam rangka mengembangkan ketiga komoditas utama tersebut, kendala, dan

permasalahan yang dapat mengganggu dan mengakibatkan penurunan

produktivitas dan penurunan kesejahteraan pelaku usaha harus diantisipasi agar

dampaknya bisa diminimalisir dan dikendalikan. Berdasarkan pengamatan di

lapangan, diperoleh informasi bahwa permasalahan yang saat ini dihadapi oleh

pengembangan usaha perikanan komoditas potensial tersebut adalah :

1. Nila : Ketersediaan benih sebagian masih mengunakan benih yang berasal dari

induk yang belum bersertipikat. Selain itu harga pakan yang cukup tinggi

menyababkan margin usaha semakin menurun, kualitas dan kuantitas air yang

makin menurun.

2. Lele : Ketersediaan benih sebagian masih besar masih mengunakan benih lele

dumbo belum banyak yang menggunkan benih lele sangkuriang yang berasal

dari induk yang belum bersertipikat. Selain itu harga pakan yang cukup tinggi

menyababkan margin usaha semakin menurun, masih kurangnya sarana

prasarana terutama sarana terpoal dan mesin penyedot air.

3. Mas : Jumlah pelaku menurun disebabkan sebagain pindah usaha ke Nila dan

lele. Hal tersebut karena kedua usaha tersebut memiliki siklus usaha yang

ralatif pendek 1-2.5 bulan. Sedangkan untuk pembesaran Mas di Kolam air

deras masih terkendala ikan mas yang banyak terserang KHV sehingga ikan

mas hanya dibudidayakan di kolam air tenang sehingga membutuhkan waktu

minimal 4 bulan. Akibatnya saat ini permintaan mas lebih tinggi dibandingkan

produksi. Dengan demikian usaha mas memiliki peluang untuk berkembang

kembali asal didapatkan ikan mas yang relatif tahan KHV.

4. Gurame : Jumlah pelaku masih sedikit hal ini disebabkan orang lebih senang

usaha budidaya ikan Nila dan lele. Hal tersebut karena kedua usaha tersebut

memiliki siklus usaha yang ralatif pendek 1-2.5 bulan. Sedangkan untuk

pembesaran gurame membutuhkan waktu minimal 8 bulan. Akibatnya saat ini

permintaan gurame lebih tinggi dibandingkan produksi. Dengan demikian

usaha gurame memiliki peluang untuk berkembang kembali.

Page 28: Masterplan Minapolitan Kabupaten Musi Rawas

M A S T E R P L A N K A W A S A N M I N A P O L I T A N K A B U P A T E N M U S I R A W A S

BAB V Sintesa Pengembangan Kawasan Minapolitan

5.1. Ekonomi Wilayah

Secara ekonomi, mata pencaharian dominan dari penduduk di desa-desa di

wilayah Kecamatan Tugumulyo, Muara Beliti dan Purwodadi berbasis

kepada aktivitas pertanian. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 6.1 dimana

rata-rata persentase keluarga pertanian berada di atas 75%. Karena itu

pengembangan ekonomi wilayah berbasis aktivitas pertanian menjadi

sektor kunci yang mampu mendorong perekonomian wilayah sekaligus

meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

5.2. KEPENDUDUKAN

Sepanjang tahun 2006-2009 jumlah penduduk kabupaten Musi Rawas

secara absolut mengalami peningkatan. Jumlah penduduk Kabupaten Musi

Rawas Tahun 2009 sebanyak 505.940 jiwa dengan laju pertumbuhan

penduduk sebesar 1,34 persen dibandingkan tahun 2008 lalu. Meskipun

secara absolut jumlah penduduknya meningkat, tetapi laju pertumbuhan

penduduk per tahun dalam 4 tahun terakhir terus mengalami penurunan.

Selama periode 2006-2007 tercatat laju pertumbuhan penduduk dapat

ditekan dibawah 2 persen, tepatnya 1,69 persen per tahun. Periode 2007-

2008 laju pertumbuhan menurun menjadi 1,38 persen. Pada periode tahun

terakhir ini laju pertumbuhan penduduk kembali dapat ditekan hingga 1,34

persen sebagaimana ditunjukkan dalam tabel 5.1 berikut.

Tahun Jumlah Penduduk 

(jiwa) 

Kepadatan Penduduk (jiwa/km2) 

Pertumbuhan Penduduk per tahun (%) 

(1)  (2)  (3)  (4) 

2006  484.281  39,27   

2007  492.437  39,82  1,68 

2008  499.238  40,37  1,38 

2009  505.940  40,91  1,34 

Tabel 5.1. Jumlah, Kepadatan dan Pertumbuhan Penduduk per Tahun Kabupaten Musi Rawas Tahun 2006-2009

1

Page 29: Masterplan Minapolitan Kabupaten Musi Rawas

M A S T E R P L A N K A W A S A N M I N A P O L I T A N K A B U P A T E N M U S I R A W A S

Menurut jenis kelamin, diketahui bahwa jumlah penduduk laki-laki lebih

banyak dibandingkan perempuan dengan kecenderungan bahwa proporsi

penduduk perempuan semakin meningkat. Pada tahun 2009 rasio jenis

kelamin penduduk Musi Rawas sebesar 105,05 artinya setiap 100

penduduk perempuan ditemukan terdapat sekitar 105 penduduk laki-laki.

Angka ini mengalami penurunan jika dibandingkan tahun 2008 yang

nilainya sebesar 105,13. Penurunan rasio jenis kelamin ini menunjukkan

kecenderungan proporsi penduduk perempuan yang semakin meningkat

secara perlahan. Pada tahun 2009 tercatat jumlah penduduk laki-laki

sebanyak 259.202 jiwa (51,23 persen) dan penduduk perempuan

sebanyak 246.738 jiwa (48,77 persen).

Distribusi persebaran penduduk per kecamatan memperlihatkan bahwa

Kecamatan Megang Sakti merupakan kecamatan dengan proporsi

penduduk terbanyak sebagaimana ditampilkan dalam gambar 5.1. Hampir

mencapai 10 persen (9,52%) penduduk Kabupaten Musi Rawas bertempat

2

Page 30: Masterplan Minapolitan Kabupaten Musi Rawas

M A S T E R P L A N K A W A S A N M I N A P O L I T A N K A B U P A T E N M U S I R A W A S

tinggal di wilayah kecamatan Megang Sakti dengan jumlah penduduk

48.185 jiwa, sedangkan Ulu Rawas merupakan kecamatan dengan jumlah

penduduk paling sedikit di antara kecamatan yang lain di Kabupaten Musi

Rawas. Perubahan tingkat kepadatan penduduk Kabupaten Musi Rawas

relatif kecil dari tahun ke tahun. Selain karena wilayah Kabupaten Musi

Rawas yang cukup luas, hal ini disebabkan juga oleh cenderung

menurunnya laju pertumbuhan penduduk. Jika dilihat dari kepadatan

penduduk per kecamatan, Tugumulyo merupakan kecamatan terpadat

dengan tingkat kepadatan 626 jiwa/km2, sedangkan Ulu Rawas merupakan

Kecamatan yang paling jarang penduduknya hanya 7 jiwa/km2. Minimnya

akses ke kecamatan tersebut dimungkinkan merupakan salah satu

penyebabnya. Disparitas kepadatan penduduk yang cukup tinggi ini

menjelaskan bahwa penyebaran penduduk di Kabupaten Musi Rawas

belum merata di tiap kecamatan.

Piramida penduduk menunjukkan distribusi penduduk menurut

umur dan jenis kelamin, serta tingkat perkembangan penduduk pada

setiap kelompok umur yang berbeda.

3

Page 31: Masterplan Minapolitan Kabupaten Musi Rawas

M A S T E R P L A N K A W A S A N M I N A P O L I T A N K A B U P A T E N M U S I R A W A S

Secara umum, dari gambaran piramida tersebut Kabupaten Musi

Rawas termasuk berada pada tahap transisi antara penduduk muda

menjadi penduduk tua. Hal ini karena proporsi penduduk mudanya (di

bawah 15 tahun ) saat ini sudah lebih rendah dari 40 persen, tetapi

proporsi penduduk tuanya (usia 65+) masih berada pada kisaran 4

persen. Proporsi penduduk usia 65 tahun atau lebih tahun 2008 hanya

3,66 persen dan menurun menjadi 3,64 persen pada tahun 2009.

Suatu penduduk digolongkan penduduk “muda” apabila proporsi

penduduk dibawah 15 tahun sekitar 40 persen dari total penduduk.

Sedangkan apabila proporsi penduduk diatas 60 tahun mencapai 10

persen, maka digolongkan penduduk “tua”.

Piramida penduduk Kabupaten Musi Rawas tahun 2009 juga

menunjukkan bahwa tingkat fertilitas Kabupaten Musi Rawas masih relatif

stabil. Hal ini ditunjukkan oleh alas piramida yang masih lebar pada

kelompok umur 0 - 4 tahun dan 5 - 9 tahun. Apabila upaya

pengendalian penduduk terus dilakukan, yaitu ditunjukkan dengan

terus menurunnya tingkat fertilitas dan dilakukan upaya untuk

meningkatkan derajat kesehatan, maka pada masa mendatang

komposisi penduduk akan didominasi oleh usia produktif.

Informasi penting lainnya yang dapat diperoleh dari priramida

penduduk adalah angka beban ketergantungan (Dependency

Ratio). Angka beban

ketergantungan

menunjukkan seberapa

jauh penduduk yang

berusia produktif/aktif

secara ekonomi harus

menanggung

penduduk yang belum

produktif dan pasca

produktif. Angka beban ketergantungan merupakan perbandingan

antara penduduk yang belum/tidak produktif (usia 0 – 14 tahun dan

usia 65 tahun ke atas) dibanding dengan penduduk usia produktif

(usia 15 – 64 tahun). Selama kurun waktu empat tahun terakhir

Gambar 3.3. Dependency Ratio kab. Musi Rawas Tahun 2006-2009: Sumber: BPS Musi Rawas,

4

Page 32: Masterplan Minapolitan Kabupaten Musi Rawas

M A S T E R P L A N K A W A S A N M I N A P O L I T A N K A B U P A T E N M U S I R A W A S

angka beban ketergantungan ini mem perlihatkan kecenderungan

mengalami peningkatan, namun satu tahun terakhir ini angka ini

justru mengalami penurunan. Pada tahun 2008 rata-rata dari 100

penduduk usia produktif menanggung sekitar 64 penduduk tidak

produktif. Pada tahun 2009 angka beban tanggungan penduduk Musi

Rawas turun menjadi 62,25 persen yang berarti secara rata-rata dari 100

penduduk usia produktif masih harus menanggung sekitar 62 penduduk

tidak produktif.

Menurunnya angka beban ketergantungan diikuti pula dengan menurunnya

proporsi penduduk usia muda (0-14 tahun) sebagai dampak dari

menurunnya laju pertumbuhan penduduk. Pada tahun 2008 penduduk Musi

Rawas yang berusia muda (0-14 tahun) ada sebanyak 35,37 persen dan

turun menjadi 34,73 persen pada tahun 2009.

5.3. KETENAGAKERJAAN

Peningkatan jumlah penduduk di Kabupaten Musi Rawas berakibat pada

meningkatnya jumlah penduduk usia kerja (tenaga kerja), dengan demikian

jumlah penduduk yang memasuki angkatan kerja juga akan meningkat.

Peningkatan jumlah angkatan kerja tidak selalu berdampak pada

meningkatnya tingkat partisipasi angkatan kerjanya. Jumlah angkatan kerja

di Kabupaten Musi Rawas tahun 2009 sebanyak 244.642 jiwa dengan

tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) sebesar 73,24 persen, menurun

jika dibandingkan TPAK tahun 2008 lalu yang mencapai 75,00 persen.

Jika dilihat menurut jenis kelaminnya, penurunan tingkat partisipasi

angkatan kerja terjadi baik di kelompok penduduk laki-laki ataupun

perempuan, meskipun demikian TPAK laki-laki masih tetap lebih tinggi dari

TPAK perempuan. TPAK laki-laki di Kabupaten Musi Rawas tahun 2009

sebesar 87,93 persen, sementara TPAK perempuan hanya mencapai 58,13

persen. Tingginya TPAK laki-laki terkait dengan kebiasaan dan budaya

masyarakat yang menekankan peranan laki-laki sebagai pencari nafkah,

sementara sebagian perempuan hanya sebagai ibu rumah tangga.

5

Page 33: Masterplan Minapolitan Kabupaten Musi Rawas

M A S T E R P L A N K A W A S A N M I N A P O L I T A N K A B U P A T E N M U S I R A W A S

Sebaran TPAK menurut

Kecamatan tahun 2009

hasil Survei Angkatan

Kerja Daerah (Sakerda)

Musi Rawas tahun 2009

menunjukkan bahwa

bahwa TPAK tertinggi

terdapat di Kecamatan

Jayaloka (92,95 persen)

sedangkan TPAK yang

rendah terdapat di Kecamatan BTS Ulu (53,80 persen). Di Kecamatan BTS

Ulu TPAK perempuan hanya 26,55 persen atau hanya sekitar seperempat

perempuan usia 15 tahun ke atas yang aktif secara ekonomi.

Gambar 3.4. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Kab. Musi Rawas Tahun 2005-2009 Sumber: BPS,Sakernas 2005-2008, Sakerda Musi Rawas

Tingginya jumlah angkatan kerja berimplikasi pada meningkatnya

kebutuhan penyediaan lapangan pekerjaan untuk semaksimal mungkin

menekan laju pengangguran terbuka. Menurunnya tingkat pengangguran

yang berdampak pada semakin tingginya tingkat kesempatan kerja menjadi

indikator penting bagi keberhasilan ketenagakerjaan suatu wilayah.

Kendati selama 5 tahun terakhir TPAK cenderung menurun, namun tingkat

pengangguran terbuka (TPT) juga mengalami penurunan. Pada tahun 2005

TPT di Kabupaten Musi Rawas mencapai 5,30 persen, kemudian menurun

menjadi 5,13 persen di tahun 2006. Semakin pesatnya pembangunan

infrastruktur dalam beberapa tahun terakhir yang berdampak secara

langsung terhadap perkembangan perekonomian kabupaten musi rawas

memberikan kontribusi pada laju penurunan tingkat pengangguran terbuka

hingga mencapai 2,13 persen di tahun 2009.

Jika dilihat menurut jenis kelamin, penurunan terbesar terjadi pada TPT

perempuan yang turun dari 7,46 persen pada tahun 2005 menjadi 2,47

persen pada tahun 2009. Kecamatan Tugumulyo merupakan wilayah

dengan angka penggangguran tertinggi, sebesar 3,25 persen. Sementara

itu wilayah dengan angka penggangguran terendah terjadi di Kecamatan

Tuah Negeri (1,49 persen).

6

Page 34: Masterplan Minapolitan Kabupaten Musi Rawas

M A S T E R P L A N K A W A S A N M I N A P O L I T A N K A B U P A T E N M U S I R A W A S

Indikator Tahun 2005 2006 2007 2008 2009

TPAK 77,98 71,92 76,58 75,00 73,24 TPAK laki-laki 93,72 89,67 89,00 88,42 87,93 TPAK Perempuan 61,47 53,47 62,82 59,68 58,13 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)

5,30 5,13 4,54 2,58 2,13

TPT laki-laki 3,95 5,73 2,71 1,74 1,92 TPT Perempuan 7,46 4,07 7,41 3,99 2,47 Tingkat Kesempatan Kerja 94,70 94,87 95,46 97,42 97,87 TKK laki-laki 96,05 94,27 97,29 98,26 98,08 TKK Perempuan 92,54 95,93 92,59 96,01 97,53

Tabel 5.4. Ringkasan Indikator Ketenagakerjaan kab. Musi Rawas Tahun 2005-2009. Sumber: BPS Mura, Sakernas 2005-2008, Sakerda 2009

Dari distribusi sektoral penyerapan tenaga kerja tahun 2007-2009 terlihat

bahwa perekonomian Kabupaten Musi Rawas berada dalam transisi dari

tradisional menuju Industri, walaupun berjalan lambat. Hal ini ditandai

dengan adanya transformasi sektoral tenaga kerja dari sektor primer

dengan produktivitas rendah ke sektor sekunder dan tersier dengan

produktivitas tinggi, sehingga persentase tenaga kerja di sektor primer

cenderung menurun dan sebaliknya pada sektor sekunder dan tersier akan

meningkat.

Sektor primer didominasi oleh lapangan usaha pertanian (Agriculture).

Sedangkan usaha manufaktur (manufacture) meliputi usaha di bidang

pertambangan, industri, listrik, gas, air dan bangunan/konstruksi. Lapangan

usaha yang tercakup dalam sektor sektor jasa (services) antara lain;

perdagangan, penyediaan akomodasi, hotel&restoran,angkutan, keuangan,

jasa perusahaan dan jasa perorangan.

Selama periode tahun 2007-2009 terlihat bahwa sektor pertanian

(Agriculture) masih mendominasi lapangan pekerjaan di Kabupaten Musi

Rawas dengan penyerapan tenaga kerja yang secara perlahan-lahan

menurun sekitar 4 persen per tahun. Pada tahun 2007 terdapat 81,99

tenaga kerja di sektor pertanian, menurun menjadi 78,44 persen pada

tahun 2008 dan 74,00 persen di tahun 2009 . Peningkatan secara perlahan

terjadi di sektor perdagangan dan sektor jasa dimana masing-masing

meningkat menjadi 11,10 persen dan 7,25 persen pada tahun 2009.

7

Page 35: Masterplan Minapolitan Kabupaten Musi Rawas

M A S T E R P L A N K A W A S A N M I N A P O L I T A N K A B U P A T E N M U S I R A W A S

Gambar 5.5. Distribusi Sektoral Penyerapan Tenaga Kerja Kab. Musi Rawas Tahun 2009 Sumber: Sakerda Musi Rawas, 2009

Secara umum, tingkat pengangguran terbuka cenderung tinggi untuk

mereka yang mempunyai pendidikan tinggi dan cenderung menurun untuk

mereka yang berpendidikan rendah. Hal ini dimungkinkan karena mereka

dengan tingkat pendidikan yang tinggi umumnya menginginkan pekerjaan

di sektor formal padahal sektor ini mempunyai daya tampung yang sangat

terbatas. Tidak dapat dielakkan, tingkat pengangguran terdidik menjadi

cukup tinggi.

Pada tahun 2009, tingkat pengangguran terbuka untuk mereka yang

berpendidikan SLTA atau pendidikan yang lebih tinggi di Kabupaten Musi

Rawas mencapai 8,04 persen. Sebagai perbandingan, pada tahun yang

sama tingkat pengangguran terbuka untuk mereka yang tamat sekolah

dasar hanya sebesar 1,27 persen, sedangkan untuk mereka yang

tidak/belum pernah sekolah adalah 0,45 persen.

8

Page 36: Masterplan Minapolitan Kabupaten Musi Rawas

BAB VI Penetapan Zonasi

Kawasan Minapolitan

6.1. Kriteria Pembagian Zonasi Kawasan Minapolitan

Pembagian zonasi kawasan minapolitan didasarkan kepada pertimbangan

untuk memilih lokasi yang paling potensial untuk pengembangan sektor

perikanan guna menunjang percepatan perkembangan wilayah Kabupaten Musi

Rawas khususnya dibagian barat melalui pengembangan sektor perikanan dan

meningkatkan ekonomi masyarakat secara terpadu melalui pemanfaatan

potensi sumberdaya lokal. Penetapan zonasi mengacu pada kriteria sebagai

berikut:

1) Setiap Zonasi harus memiliki struktur maupun infrastruktur yang telah

berkembang yang selanjutnya ditetapkan sebagai pusat pertumbuhan,

2) Setiap Zonasi memiliki potensi lokal dan karakteristik yang khas yang

membedakan dengan zonasi lainnya sehingga diharapkan memiliki

keunggulan komparatif (comparative advantage) maupun keunggulan

kompetitif (competitive advantage),

3) Ada hubungan yang saling menguntungkan dan melengkapi (sinergitas)

antara satu zonasi dengan Zonasi lainnya,

4) Keberadaan zonasi tersebut dapat mempercepat pembangunan kawasan

atau wilayah sekitarnya (spread effect dan multiplier effect)

Dasar pertimbangan pembagian zonasi pengembangan kawasan minapolitan

didasarkan pada pertimbangan sebagian berikut:

a. Kesesuaian lahan bagi pengembangan komoditas unggulan.

b. Ketersediaan lahan sesuai dengan arahan pemanfaatan lahan

c. Kesesuaian dengan struktur tata ruang RTRW.

1

Page 37: Masterplan Minapolitan Kabupaten Musi Rawas

M A S T E R P L A N K A W A S A N M I N A P O L I T A N K A B U P A T E N M U S I R A W A S

d. Dukungan prasarana jaringan jalan, listrik, pengairan, komunikasi dan lain

sebagainya.

e. Akses ke pusat-pusat pelayanan dan sentra-sentra produksi (hinterland)

f. Berpotensi untuk pengembangan bisnis dan minaindustri perikanan.

g. Kelembagaan ekonomi produksi dan tata niaga yang telah berkembang.

6.2. Penetapan Zona Kawasan Minapolitan

7.2.1. Wilayah Minapolis

Wilayah minapolis merupakan suatu wilayah yang berada dalam wilayah

pengembangan minapolitan yang di dalamnya terdapat pusat pelayan jasa

pemasaran, lembaga keuangan mikro, kios penyedia sarana produksi, kios

penyedia kebutuhan sehari-hari bagi masyarakat wilayah minapolitan.

Berdasarkan kreteria penetapan wilayah minapolis maka ditetapkan wilayah

minapolis berada di desa Parigi Mekar kecamatan Ciseeng. Wilayah ini memiliki

keunggulan dibanding daerah lain, terletak relatif di tengah dari empat kota

kecamatan wilayah minapolitan, akses jalan menuju ke sentra produksi cukup

memadai, akses jalan menuju Jakarta sebagai pusat pemasaran cukup

memadai, jaringan listrik dan telekomunikasi cukup tersedia, terdapat pasar

ikan dan pasar yang menyediaan kebutuhan sehari-hari, dan terdapat kios

penyedia sarana produksi. Di wilayah minapolis akan dikembangkan pusat

informasi berbasis teknologi informasi, juga dikembangkan pasar ikan hidup

yang sehat dan bersih, yang sekigus sebagai tujuan wisatamina. Di wilayah ini

juga akan ditumbuhkan unit keuangan mikro yang akan melayani kebutuhan

modal para pelaku usaha.

7.2.2. Wilayah Sentara Produksi Utama

Wilayah sentra produksi utama adalah desa-desa sentra produksi Nila, lele, Mas

dan gurame yang berada di tiga kecamatan wilayah pengembangan

minapolitan Kabupaten Musi Rawas. Namun demikian sentra produksi Nila

2

Page 38: Masterplan Minapolitan Kabupaten Musi Rawas

M A S T E R P L A N K A W A S A N M I N A P O L I T A N K A B U P A T E N M U S I R A W A S

3

terutama di Kecamatan Tugumulyo , Muara Beliti, sentra produksi lele terutama

di kecamatan Muara Beliti dan Purwodadi, sentra Mas di Kecamatan Tugumulyo

dan Purwodadi sedangkan ikan gurame terutama di kecamatan Purwodadi dan

Muara beliti.

Sentra produksi nila akan lebih dikembangkan untuk kecamatan Tugumulyo

dan Muara beliti, Kecamatan purwodadi akan menjadi sentra produksi ikan mas

dan gurame serta lele mulai dari pembenihan dan pendederan sampai

produksi ikan konsumsi dan produk-produk pengolahan hasil perikanan.

Usaha pengolahan hasil perikanan yang sudah akan dikembangkan di desa-

desa yang potensi budidaya nila dan lele cukup besar, seperti A. Widodo, B.

Srikaton untuk Kecamatan Tugumulyo dan P1. mardiharjo dan Kelurahan O.

Mangunharjo untuk Kecamatan Purwodadi dan desa lain.

7.2.3. Wilayah Sentra Produksi Pendukung

Wilayah sentra produksi pendukung berada di Kecamatan Sumberharta, STLU

Terawas dan Kecamatan Megang Sakti. Wilayah ini dijadikan wilayah

pendukung karena telah ada rintisan minapolitan dengan komoditas unggulan

mas, nila dan lele. Masyarakat Sumberharta, STLU Terawas dan Megang Sakti

telah mendapatkan pelatihan budidaya Mas, nila dan Lele dan rintisan usaha

pembenihan dan pembesaran lele. Sedangkan usaha budidaya ikan mas dan

nila kebanyakan usaha pembesaran. Berdasarkan pemantauan terakhir usaha

pembenihan, pendederan dan pembesaran Mas, nila dan lele sudah mulai

berjalan, dengan pelaku usaha Kecamatan Sumberharata berjumlah sekitar 112

orang, Kecmatan STLU Terawas 173 orang dan Kecamatan Megang Sakti

sebanyak 79 orang pembudidaya ikan. Analisa kebutuhan benih ikan di

Kabupaten Musi Rawas dan luar Kabupaten Musi rawas masih sangat terbuka

luas oleh karena itu pengembangan pembenihan dan pembesaran ikan Nila,

Lele dan mas akan menjadi usaha utama bagi masyarakan di Kecamatan

Sumberharta, STLU terawas dan Megangsakti dan diharpakan pada tahun-

tahun yang akan datang ketiga kecamatan tersebut akan menjadi kawasan

minapolitan berikutnya di Kabupaten Musi Rawas.

Page 39: Masterplan Minapolitan Kabupaten Musi Rawas

BAB VII Strategi Pengembangan Kawasan Minapolitan

Pengembangan Minapolitan harus disusun secara terstruktur dalam sistem

perencanaan yang jelas. Struktur Masterplan Kawasan Minapolitan di

Kabupaten Musi Rawas Bagian Tengah disusun atas komponen visi, misi,

strategi dan indikasi program sebagai berikut:

V i s i :

Pengembangan Kawasan Minapolitan Guna Mewujudkan Musi Rawas

Sebagai Salah Satu Sentra Perikanan Budidaya

M i s i : 1) Mengembangkan Kawasan Minapolitan sebagai kawasan sentra produksi

komoditas unggulan

2) Mengembangkan Kawasan Minapolitan sebagai kawasan bisnis produk

unggulan

3) Mengembangkan Kawasan Minapolitan sebagai kawasan wisata berbasis

sumberdaya perikanan.

Strategi I

Pengembangan Sentra Produksi Komoditas Unggulan Berbasis Teknologi

Kegiatan produksi dituntut untuk menghasilkan jumlah yang cukup, kualitas

yang baik, biaya produksi yang rendah dan berwawasan lingkungan. Produks

unggulan dari kawasan minapolitan diharapkan dapat bersaing secara regional,

nasional dan internasional. Hal ini memungkinkan khususnya untuk ikan Nila

dan mas serta lele dari Musi Rawas cukup dikenal berkualitas baik oleh

1

Page 40: Masterplan Minapolitan Kabupaten Musi Rawas

M A S T E R P L A N K A W A S A N M I N A P O L I T A N K A B U P A T E N M U S I R A W A S

masyarakat di luar kabupaten Musi Rawas, sedangkan ikan nila juga memiliki

peluang pasar eksport. Penggunaan teknologi yang tepat akan dapat

meningkatkan produktivitas dan menurunkan biaya produksi sehingga memiliki

daya saing yang baik.

Strategi II

Pengembangan Jaringan Pemasaran Berbasis Teknologi Informasi

Kecepatan, ketepatan dan kemudahan mendapat informasi pasar

tentang ketersediaan produk unggulan merupakan tuntutan untuk memenangi

persaingan pasar terhadap produk-produk sejenis dari wilayah di luar

Kabupaten Musi Rawas. Penggunaan teknologi informasi, promosi produk dapat

menjangkau masyarakat yang yang lebih luas dan dapat diakses setiap saat

bagi yang membutuhkan.

Secara berkala pelaku usaha mengirimkan informasi tentang ketersedian

produk ke pusat jaringan pasar di pasar-pasar perikanan yang ada, yang

meliputi jenis, jumlah, kualitas, harga dan lokasi melalui layanan SMS. Pusat

jaringan pemasaran akan mengolah untuk diinformasikan ke steakholder yang

membutuhan melalui paparan di pusat Jaringan Pemasaran Berbasis Teknologi

Informasi (JPBTI) dan internet.

Strategi III

Pengembangan Kawasan Minapolitan sebagai Kawasan Wisatamina

Hamparan kolam di kawasan sentra produksi yang tertata baik , dengan

lingkungan yang bersih dan higienes merupakan pemandangan alami yang

dapat dinikmati oleh para pengunjung. Selain itu di kota minapolis dengan

berbagai fasilitas penunjangnya juga layak menjadi daerah tujuan wisata.

2

Page 41: Masterplan Minapolitan Kabupaten Musi Rawas

M A S T E R P L A N K A W A S A N M I N A P O L I T A N K A B U P A T E N M U S I R A W A S

Demikian juga pola-pola pengembangan wailayah yang berbasis teknologi

informasi dapat sebagai tujuan wisata ilmiah.

Strategi IV

Pengembangan Tata Ruang dan Pusat Pelayanan Kawasan (Minapolis)

Ditujukan sebagai upaya pengembangan tata ruang kawasan minapolitan yang

dapat menyediakan ruang yang efektif untuk tumbuh dan berkembangnya

kawasan minapolitan termasuk pengembangan kota pusat pelayanan

kawasannya (agropolis). Untuk itu diperlukan upaya-upaya

penyusunan/penyempurnaan Rencana Detil Tata Ruang atau pusat pelayanan

dan permukiman kecamatan Tugumulyo, Muara beliti, Purwodadi dan

pengembangan pusat-pusat kolektor/distribusi kawasan.

Strategi V

Pengembangan Usaha Produk Olahan Perikanan

Ditujukan sebagai upaya mengembangkan usaha-usaha ekonomi pengolahan

produk olahan yang menggunakan bahan mentah dan bahan baku lokal

terutama komoditas-komoditas unggulan sebagai inputnya. Untuk itu

diperlukan adanya kajian-kajian mengenai pengembangan produk olahan

unggulan, kegiatan-kegiatan pelatihan dan penyuluhan pengembangan industri

produk olahan unggulan, penyediaan modal UKM industri olahan perikanan

unggulan, serta berbagai upaya peningkatan daya tarik dan insentif investisasi

industri perikanan.

Strategi VI

Pengembangan Infrastruktur Dasar dan Infrastruktur Perikanan

Pengembangan Minapolitan mensyaratkan adanya pengembangan

infrastruktur-infrastruktur permukiman dan infrastrukur sistem bisnis perikanan

3

Page 42: Masterplan Minapolitan Kabupaten Musi Rawas

M A S T E R P L A N K A W A S A N M I N A P O L I T A N K A B U P A T E N M U S I R A W A S

yang memadai. Untuk itu diperlukan pengembangan prasarana dan sarana

permukiman yang memenuhi standard kelayakan minimum baik ditingkat pusat

pelayanan/minapolis, pusat-pusat permukiman desa, kampung/dusun dan

permukiman lainnya. Sistem jaringan jalan yang diperlukan terutama

memperbaiki jaringan jalan arteri yang merupakan Jalan Kabupaten serta

Perbaikan Jalan-jalan kolektor, jalan desa, jalan kampung dan farm road di

dalam kawasan minapolitan. Disamping itu diperlukan pengembangan

prasarana dan sarana sistem bisnis perikanan, yakni pengembangan

subterminal bisnis perikanan, pusat informasi dan komunikasi bisnis dan lain-

lain.

Strategi VII

Pengembangan Sistem Kelembagaan

Pengelola Kawasan Minapolitan

Penguatan dan pengembangan kelembagaan dilakukan pada dua tataran, yakni

pada tataran kawasan dan tataran komunitas. Pada tataran kawasan terutama

diperlukan pengembangan organisasi pengembangan kawasan dengan otoritas

dan dukungan sumberdaya yang cukup dan mendapatkan legitimasi

masyarakat dan legalitas pemerintahan daerah. Pada tataran komunitas

diperlukan penguatan lembaga-lembaga kelompok pelaku usaha, asosiasi

pedagang pengumpul dan lembaga-lembaga ekonomi komunitas lokal lainnya.

Selanjutnya dibangun mekanisme sistem pengambilan keputusan yang

berlandaskan pada prinsip-prinsip good governance yang partisipatif.

Strategi VIII

Pengembangan Pembiayaan Kawasan Minapolitan

Aspek pembiayaan merupakan salah satu komponen penting dalam

pembangunan kawasan minapolitan. Struktur dan alokasi rencana

pembiayaan ini, meliputi rencana pembiayaan untuk pembangunan sarana

fisik dan rencana pembiayaan untuk pengembangan non fisik.

4

Page 43: Masterplan Minapolitan Kabupaten Musi Rawas

M A S T E R P L A N K A W A S A N M I N A P O L I T A N K A B U P A T E N M U S I R A W A S

Arahan Pengembangan Potensi Perikanan

Berdasarkan karakteristik komersialisme budidaya ikan, kegiatan budidaya

ikan yang dilakukan oleh masyarakat pembudidaya ikan air tawar di

Kabupaten Musi Rawas adalah budidaya ikan non komersial dan komersial

pada level medium. Hal ini terlihat dari produk yang sudah dijual ke pasar

setempat, walaupun belum melakukan rekrutmen tenaga kerja upahan,

karena sifat usaha adalah milik keluarga dengan modal sendiri. Benih

diperoleh dari produksi sendiri, balai benih pemerintah atau usaha

pembenihan rakyat. Pemupukan tetap dilakukan dengan bahan dari limbah

kandang walaupun pakan buatan lebih dominan sebagai sumber pakan

ikan.

Luasan kolam per unit milik pembudidaya cukup bervariasi antara 100 -

10.000 m2. Selain bantuan modal, ketersediaan benih dan pakan masih

menjadi hambatan dimana balai benih belum optimum dalam produksi

benih karena kekurangan induk bermutu disamping ketersediaan pakan

masih rendah dengan sistem pembelian tunai. Dengan demikian rata-rata

panen masih rendah yaitu berkisar antara 5 ton – 10 ton per ha per tahun.

Pengembangan usaha budidaya ikan air tawar ini ditujukan untuk

meningkatkan budidaya ikan non komersial menjadi skala komersial kecil

sampai sedang sesuai dengan potensi sumberdaya alam yang dimiliki

melalui penambahan luasan areal budidaya dan intensifikasi produksi

Kebijakan pembangunan perikanan air tawar di kawasan Minapolitan

dilakukan dengan tiga pendekatan pokok yaitu

1. Pembangunan berbasis sumberdaya lokal (Local Resources Based

evelopment). Jenis sumberdaya kelautan dan perikanan setempat yang

strategis dan mempunyai nilai ekonomis penting, perlu diketahui stock

assesment sehingga pemanfaatan sumberdayanya tidak melampaui daya

dukung lingkungan.

2. Pembangunan berbasis komunitas (Community Based Development).

Masyarakat kelautan dan perikanan dapat memanfaatkan sumberdaya

secara optimal, lestari dan berkelanjutan. Dalam community based lebih

diarahkan pada kegiatan dan kemampuan budidaya untuk mencegah

terjadinya over exsploited sumberdaya yang tersedia.

5

Page 44: Masterplan Minapolitan Kabupaten Musi Rawas

M A S T E R P L A N K A W A S A N M I N A P O L I T A N K A B U P A T E N M U S I R A W A S

6

3. Pembangunan berbasis pasar (Market Based Devolepment). Hasil dari

pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan secara optimal,lestari dan

berkelanjutan diarahkan untuk dapat dipasarkan keluar daerah maupun eksport

melalui kerja sama dunia usaha untuk meningkatkan pendapatan dan

kesejahteraan masyarakat setempat serta peningkatan pendapatan anggaran

daerah dan devisa.

Sistem budidaya ikan yang sesuai dengan kondisi fisik wilayah dan dapat

digunakan untuk memproduksi semua jenis ikan air tawar antara lain

budidaya ikan di kolam (pond culture), karamba (cage culture) baik

karamba jaring apung (KJA) maupun karamba tancap (KT) yang sekarang

pun telah dilakukan masyarakat perikanan budidaya ikan air tawar maupun

keramba di sungai. Kolam ikan di samping dilakukan di atas lahan yang

sesuai juga memerlukan infrastruktur sumber air dan drainase yang

memadai untuk memelihara ikan yang dimaksud. Sistem perkolaman di di

Kawasan Minapolitan Kabupaten Kampar adalah struktur yang paling

banyak digunakan untuk budidaya ikan air tawar secara komersial.

Pengembangan kolam untuk budidaya ikan di Kawasan Minapolitan dapat

dilakukan dengan 3 (tiga) cara:

1. Perluasan areal kolam atau ekstensifikasi dengan cara membangun

kolam baru pada lahan potensial (KSBAT) di Kawasan Minapolitan

2. Perluasan areal kolam di Kawasan Minapolitan dengan cara

memanfaatkan lahan basah untuk kegiatan integrated farming

3. Peningkatan ketersediaan air dalam kuantitas, kualitas dan kontinuitas

yang memadai dengan cara penambahan saluran irigasi dan drainase di

Kawasan Minapolitan

Page 45: Masterplan Minapolitan Kabupaten Musi Rawas

BAB VIII Indikasi Program Pengembangan

Kawasan Minapolitan

Perumusan program pengembangan kawasan Minapolitan diperlukan agar tujuan

dapat dicapai sesuai dengan rencana yang telah disepakati. Program-program

yang akan dikembangkan harus mengacu kepada visi dan misi pengembangan

Minapolitan yang sesuai dengan karakteristik wilayah. Untuk mendukung

penyusunan program-program yang akan dikembangkan sebaiknya melibatkan

semua stakeholder. Penyusunan program sebaiknya dibedakan berdasarkan

waktu pencapaian: program jangka pendek, jangka menengah dan jangka

panjang. Tujuan dan target penyusunan program sebaiknya dapat terukur,

sehingga dapat dilakukan proses pengawasan dan evaluasi.

8.1 Pengembangan Sentra Produksi Komoditas Unggulan Berbasis Teknologi

Program pengembangan sentra produksi komoditas unggulan berbasis teknologi

bertujuan untuk meningkatkan produksi komoditas-komoditas perikanan yang

memiliki daya saing pasar tinggi. Upaya itu dapat dilakukan melalui peningkatan

penerapan teknologi tepat guna, sehingga produkstivitas meningkat dan biaya

produksi relatif rendah. Dalam proses produksi juga mengacu pada Standar

Nasional Indonesia (SNI) sehingga produk yang dihasilkan lebih berkualitas.

Untuk mecapai tujuan di atas, perlu disusun program-program yang menitik

beratkan pada peningkatan kualitas sumberdaya manusia dalam keterkaitannya

pengelolaan usahanya dan peningkatan kualitas sumberdaya perairan. Program-

program ini diharapkan dapat mempercepat tercapainya maksud pembentukan

kawasan minapolitan ini, yaitu pengembangan wilayah yang dapat memberikan

keuntungan yang besar dan berkesinambungan kepada masyarakat yang ada di

dalamnya. Adapun program-program yang akan dilaksanakan, meliputi :

1

Page 46: Masterplan Minapolitan Kabupaten Musi Rawas

M A S T E R P L A N K A W A S A N M I N A P O L I T A N K A B U P A T E N M U S I R A W A S

1. Program Peningkatan Kapasitas Sumberdaya Manusia

Peningkatan kemampuan pelaku utama dan Petugas Teknis perikanan

serta penyuluh perikanan untuk memilih teknologi yang tepat guna.

Peningkatan kemampuan pelaku utama dan Petugas Teknis perikanan

serta Petugas Teknis perikanan serta penyuluh perikanan dalam

mengelola usaha secara komersial.

2. Program Pengembangan Komoditas Unggulan

Penggadaan induk ikan unggul

Penelitian partisipatif penggunaan induk ikan unggul

Penelitian partisipatif penggunaan teknologi tepat guna.

Pendayagunaan sarana produksi

3. Program Peningkatan Kualitas Sumberdaya Lahan

Penyusunan Peta Pewilaylahan Komoditas Unggulan tingkat detail pada

Kawasan Minapolitan

Identifikasi teknik konservasi lahan tepat guna dalam mendukung

budidaya perikanan komoditas unggulan potensial pada Kawasan

Minapolitan

Konservasi daerah hulu dan sumber-sumber air lain (danau dan situ)

8.2 Pengembangan Jaringan Pemasaran Berbasis Teknologi Informasi

1. Program Pengembangan Pusat Informasi Pasar

Pembuatan Pasar ikan yang representatif di Kabupaten Musi Rawas

Pengembangan fungsi pasar ikan di Musi Rawas sebagai pusat informasi

pasar secara digital.

Peningkatan jaringan arus informasi dari sentra produksi ke pusat

informasi pasar dan penyajian informasi pasar untuk dapat diakses oleh

masyarakat luas.

Peningkatan jaringan kerjasama, informasi dan komunikasi antar pelaku

usaha perikanan.

Peningkatan promosi dan kontak-kontak pemasaran, mulai dari tingkat

lokal, regional, hingga nasional.

2

Page 47: Masterplan Minapolitan Kabupaten Musi Rawas

M A S T E R P L A N K A W A S A N M I N A P O L I T A N K A B U P A T E N M U S I R A W A S

2. Program Pengembangan Sumberdaya manusia

Pelatihan bagi petugas teknis Perikanan dan pelaku usaha tentang

operasional pemanfaatan teknologi informasi

Penyediaan tenaga pengelola Pusat informasi pasar yang memiliki

kemampuan mengoperasionalkan software sistem informasi pasar.

Magang dan Kunjungan ke pusat Budidaya ikan, pusat pengolahan ikan

yang lebih maju.

8.3 Program Pengembangan Wisatamina

1. Pengembangan kawasan perkolaman dan BBI kab. Mura sebagai lokasi wisatamina :

Penataan kawasan perkolaman

Pengembangan sarana wisatamina

Pengembangan koleksi seluruh jenis ikan air tawar

Pengembangan promosi Perikanan

Pemenuhan Kebutuhan sarana dan prasarananya

8.4 Program Pengembangan Produk Olahan Perikanan

Dalam rangka membagun sistem bisnis perikanan yang dapat memberikan

dampak terhadap kemajuan dan pengembangan wilayah kawasan, produk-

produk olahan yang berbasis lokal perlu dikembangkan melalui upaya :

1. Program Pengembangan Industri Rumah Tangga, terdiri atas:

Identifikasi pasar dan industri rumah tangga potensial

Diseminasi paket teknologi pengolahan pasca panen untuk menunjang

berdirinya industri rumah tangga yang handal

Inkubasi pelaku industri rumah tangga

Penyaluran dan pengembangan kredit modal usaha dan dana talangan

3

Page 48: Masterplan Minapolitan Kabupaten Musi Rawas

M A S T E R P L A N K A W A S A N M I N A P O L I T A N K A B U P A T E N M U S I R A W A S

Pengembangan promosi produk olahan.

2. Program Pengembangan Industri Berbasis Sumber Daya Lokal

Program pengembangan dan peningkatan pemanfaatan dan penerapan

iptek untuk peningkatan manajemen pasca panen

Program peningkatan industri pengolahan hasil perikanan di sentra-

sentra produksi di setiap Zona kawasan minapolitan

Program pengembangan model-model pengelolaan industri perikanan

yang maju, unggul dan terpadu mulai dari tingkat yang sederhana

hingga yang lebih canggih yang dapat menjadi percontohan

pengembangan industri perikanan di seluruh kawasan minapolitan

3. Program pengembangan produk olahan ikan dengan mengunakan lele

sebagai bahan substitusi.

8.5 Program Pengembangan Struktur Tata Ruang dan Pusat Pelayanan Minapolis.

Program pengembangan aspek struktur tata ruang dan pusat pelayanan Minapolis

ditujukan untuk meningkatkan pola pelayanan kawasan perencanaan dalam

kerangka pembangunan wilayah Kabupaten Musi Rawas.

Penyusunan masterplan kawasan minapolitan pada dasarnya merupakan

pengisian materi RTRW Kabupaten Musi Rawas pada area lahan-lahan yang

fungsi ruangnya diarahkan sebagai kawasan budidaya.

Kegiatan yang dilakukan dalam program pengembangan aspek struktur ruang

dan pusat pelayanan minapolis diataranya meliputi :

1. Integrasi dengan rencana tata ruang terkait :

Memberikan masukan untuk penyusunan revisi RTRW Kabupaten Musi

Rawas

Mensinergikan rencana alokasi struktur ruang dengan kegiatan

penyusunan Rencana pengembangan Kecamatan Tugumulyo, Muara

Beliti, Purwodadi.

4

Page 49: Masterplan Minapolitan Kabupaten Musi Rawas

M A S T E R P L A N K A W A S A N M I N A P O L I T A N K A B U P A T E N M U S I R A W A S

Memberikan masukan dalam proses penyusunan Rencana

pengembangan Kecamatan Tugumulyo, Muara Beliti, Purwodadi.

Pengembangan pusat koleksi dan distribusi

Pengembangan sarana ekonomi dan sosial penunjang kegiatan

perikanan dan lembaga keuangan

Merumuskan rekomendasi peningkatan kualitas, peningkatan kelas dan

pembangunan jalan baru dari dan menuju pusat sub kolektor

pengumpul produk perikanan.

8.6 Program Pengembangan Infrastruktur

Program pengembangan infrastruktur dasar bertujuan untuk mendukung

program pengembangan perikanan dalam kerangka kawasan minapolitan dan

wilayah. Program pengembangan infrastruktur ini diantaranya meliputi :

1. Peningkatan kualitas dan pelayanan sarana dan prasarana transportasi :

Peningkatan dan perbaikan kualitas jaringan jalan pada ruas jaringan

jalan kolektor sekunder

Pembangunan jalan kolektor

Pembangunan jalan dari dan menuju sentra-sentra produksi perikanan

2. Peningkatan kualitas pelayanan jaringan irigasi, meliputi :

Rehabilitasi jaringan

Peningkatan jaringan

Pemeliharaan jaringan

3. Peningkatan Sarana Pelayanan Pendukung Kegiatan bisnis Perikanan

Pengembangkan bidang perikanan dan BBI Kab. Musi Rawas serta Pasar

benih ikan menjadi pusat promosi dan Pengelola Minapolitan

Peningkatan kualitas pelayanan seluruh pasar di kawasan minapolitan

melalui pembangunan fasilitas docking, parkir, perbaikan kios dan lain

sebagainya.

5

Page 50: Masterplan Minapolitan Kabupaten Musi Rawas

M A S T E R P L A N K A W A S A N M I N A P O L I T A N K A B U P A T E N M U S I R A W A S

8.7 Program Pengembangan Kelembagaan Pengelola Kawasan Minapolitan

Pengembangan kawasan minapolitan perlu dibentuk lembaga pengelola kawasan

Minapolitan yang diakomodir oleh berbagai profesi yang terlepas dari struktur

pemerintahan yang ada. Pembentukan lembaga pengelola bertujuan untuk lebih

menfokuskan kepada permasalahan pengembangan kawasan minapolitan.

Bentuk lembaga pengelola sebaiknya besifat otonom, sehinggai rencana

pengembangan dan pembangunan kawasan minpolitan dapat dilaksanakan

dengan lebih efisien, efektif, terintegrasi dan komprehensif. .

Untuk lebih memperkuat posisi lembaga otoritas ini sebaiknya dibentuk melalui

Peraturan Daerah (PERDA). Tujuan lembaga pengelola ini adalah menstimulasi

percepatan pengembangan kawasan bisnis perikanan, mempercepat proses

pemberdayaan dan pertumbuhan ekonomi lokal, dan mempercepat proses

perencanaan dan penataan kawasan bisnis perikanan.

1) Penetapan Bidang perikanan atau BBI kabupaten Musi Rawas sebagai lokasi

Sekretariat Badan Pengelolaan Kawasan

2) Menetapkan Badan Pengelolaan Kawasan

3) Penetapan Mekanisme Pengelolaan Kawasan

4) Penetapan tugas Lembaga Otoritas Pengelola Kawasan adalah :

Melakukan penataan (Perencanaan, Pemanfaatan, Pengendalian dan

Evaluasi) Kawasan minapolitan

Menginventarisir kepemilikan lahan untuk pengelolaan pengusahaan

lahan. Dengan status kepemilikan yang jelas memungkinkan pelaku

utama memiliki akses ke lembaga keuangan.

Melakukan audit lingkungan dan analisis dampak lingkungan dari proses

produksi yang dilakukan oleh pelaku usaha maupun industri.

Sebagai fasilitator dan katalisator pengembangan sistem bisnis

perikanan di kawasan minapolitan.

Memfasilitasi masyarakat agar mempunyai akses yang lebih luas

terhadap teknologi, kemitraan usaha dan lembaga keuangan.

Memberikan informasi pasar kepada masyarakat

6

Page 51: Masterplan Minapolitan Kabupaten Musi Rawas

M A S T E R P L A N K A W A S A N M I N A P O L I T A N K A B U P A T E N M U S I R A W A S

Mendorong terbentuknya lembaga ekonomi pelaku utama seperti ,

kelompok usaha dan koperasi berdasarkan prinsip partisipasi masyarakat

dalam rangka pemberdayaan ekonomi rakyat.

Memfasilitasi pembentukan kerjasama atau kemitraan antara

masyarakat , pemerintah daerah dan pihak swasta.

Mengembangkan pusat pelatihan dan penelitian

Merumuskan dan menetapkan program kerja dan anggaran

pengembangan.

Melakukan koordinasi dengan pihak-pihak lain yang memiliki

kepentingan terhadap pengembangan kawasan minapolitan.

8.8 Program Pengembangan Pembiayaan Kawasan Minapolitan

Penentuan rumusan dari kebutuhan pembiayaan pengembangan perlu

mendapatkan dukungan dari berbagai stakeholders (pemerintah

pusat/provinsi/daerah, pihak swasta, dan masyarakat) agar tujuan

pengembangan kawasan minapolitan dapat tercapai. Penentuan alokasi

pembiayaan harus didasarkan pada kebutuhan skala prioritas dan dilakukan

secara bertahap melalui periode pembiayaan jangka pendek, jangka menengah,

dan jangka panjang. Pembiayaan untuk pengembangan program infrastruktur

dasar, kelembagaan dan penguatan kapasitas sumberdaya manusia lokal alokasi

penyelenggaraannya bersumber dari pemerintah. Sedangkan untuk

pengembangan program penunjang sistim produksi alokasi pembiayaannya bisa

bersumber dari swasta, pemerintah, dan masyarakat.

Rencana pembiayaan untuk komponen fisik adalah pembiayaan untuk

pembangunan sarana infrastruktur dasar kawasan meliputi: (i) pembangunan

dan perbaikan jaringan infrastruktur sistem transportasi; (ii) pembangunan

dan perbaikan sarana sistem irigasi pedesaan; (iii) penyediaan sistem

jaringan energi listrik; (iii) penyediaan sistem sarana air bersih; (iv)

penyediaan sarana sistem jaringan infrstruktur telekomunikasi dan informasi;

dan (v) penyediaan sarana outlet (pasar). Sedangkan pembiayaan untuk

pengembangan non fisik, adalah pembiayaan untuk komponen-komponen

7

Page 52: Masterplan Minapolitan Kabupaten Musi Rawas

M A S T E R P L A N K A W A S A N M I N A P O L I T A N K A B U P A T E N M U S I R A W A S

penunjang untuk kegiatan usaha perikanan, seperti: (i) pengadaan Induk

unggul dan benih; (ii) pengadaan pupuk dan pencarian pakan alternatif; (iii)

pengadaan alat-alat penunjang sistem produksi; (iv) pembiayaan program-

program pelatihan dan magang; (v) pembiayaan kelembagaan kawasan

(peningkatan kualitas SDM lokal); dan (vi) Pengembangan industri

pengolahan. Untuk efisiensi dan efektivitas pembiayaan pembangunan,

penyusunan rencana pembiayaan harus mengakomodir setiap komponen

yang menjadi kebutuhan prioritas dalam pengembangan kawasan. Oleh

karena itu, penyusunan rencana pembiayaan, seyogyanya dilakukan dengan

tahapan sebagai berikut: (1) melakukan identifikasi terhadap komponen-

komponen penting dan menjadi prioritas dari kebutuhan, (2)

mengindentifikasi sumber-sumber pembiayaan, dan (3) menentukan

mekanisme dan strategi pembiayaan.

Sumber-sumber pendanaan untuk kebutuhan pembiayaan pengembangan

kawasan miapolitan, diantaranya adalah: (1) pemerintah pusat, provinsi, dan

daerah, (2) pihak swasta (pelaku usaha) baik di internal kawasan maupun

eksternal kawasan, dan (3) masyarakat. Kebutuhan pembiayaan untuk

pembangunan Kawasan minapolitan ini diupayakan tidak menjadi beban

masyarakat, alokasi pembiayaan untuk pembangunan dan perbaikan

infrastruktur kawasan merupakan tanggung jawab pemerintah daerah yang

bersumber dari dana pembangunan tahunan (APBD) dan kerjasama dengan

pihak swasta. Sedangkan sumber pembiayaan untuk penyediaan sarana dan

prasarana penunjang kegiatan sistem usaha perikanan, dapat dilakukan

kerjasama antara masyarakat pelaku usaha, pemerintah, pihak swasta

(pelaku usaha), dan lembaga-lembaga keuangan (pemerintah dan swasta).

Secara prinsip pembiayaan pengembangan kawasan minapolitan harus

berasal dari masyarakat di kawasan pengembangan, sesuai dengan

paradigma partisipasi masyarakat. Mengingat dalam tahap awal

pengembangan kawasan minapolitan membutuhkan dana investasi maka

terdapat beberapa alternatif pembiayaan pengembangan minapolitan

(1) Pembiayaan secara vertikal. Pemerintah pusat memiliki kontribusi yang paling

besar dalam pengembangan kawasan minapolitan. Pada tahap awal

8

Page 53: Masterplan Minapolitan Kabupaten Musi Rawas

M A S T E R P L A N K A W A S A N M I N A P O L I T A N K A B U P A T E N M U S I R A W A S

kontribusi pemerintah propinsi dan daerah/kota befungsi sebagai pelengkap

misalnya pengadaan sarana dan prasarana perikanan. Namun pada tahap

pengembangan selanjutnya, peran pemerintah pusat dapat dikurangi dan

kontribusi pemerintah propinsi atau daerah/kota diharapkan semakin

meningkat. Dana yang bersumber dari pemerintah digunakan untuk

pembangunan infrastrukur ekonomi misalnya pengembangan system

jaringan irigasi, jalan, jaringan listrik, jaringan telekomunikasi dan pasar

komoditas perikanan.

(2) Investasi di bidang perikanan memiliki resiko yang cukup besar sehingga

kurang menarik minat pelaku bisnis, maka diperlukan kebijakan investasi di

bidang perikanan yang meliputi : (a) penyediaan kredit investasi jangka

panjang, (b) penyediaan modal awal yang dapat dikembalikan secara

bertahap setelah perusahaan atau usaha perikanan tumbuh mandiri,

(c) pengembangan modal ventura, sebagai mitra usaha bagi pelaku usaha

atau perusahaan bisnis perikanan di kawasan pengembangan minapolitan,

dan (d) pengembangan lembaga perkredian dan bank khusus yang

berkonsentrasi dalam pengembangan ekonomi pedesaan.

(3) Pembiayaan secara horisontal. Sumber pembiayaan lainnya adalah

bersumber dari kontribusi masyarakat dan pihak swasta. Sumber

pembiayaan lainnya dapat bersumber dari pihak lain seperti donor dan

lembaga bantuan keuangan.

Implikasi dari bentuk pembiayaan di atas adalah tersedianya lembaga keuangan

yang dapat mudah diakses oleh para pelaku usaha atau industri pengolahan hasil

perikanan. Pembiayaan ini dapat berupa pinjaman atau kredit dari lembaga

keuangan tersebut atau dana pemerintah baik pusat, propinsi atau kabupaten.

Lembaga keuangan hanya berfungsi sebagai media intermediasi. Jika pola kedua

dilaksanakan maka pemerintah dapat memberlakukan tingkat suku yang lebih

rendah dibandingkan dengan tingkat suku bunga bank-bank yang ada.:

9

Page 54: Masterplan Minapolitan Kabupaten Musi Rawas

M A S T E R P L A N K A W A S A N M I N A P O L I T A N K A B U P A T E N M U S I R A W A S

Tabel 8.1. Rincian Pembiayaan Pengembangan Minapolitan

Tahun Program Biaya

(× Rp. 1000) Sumber

Dana Penanggung

jawab 1 A. Badan Pengelolaan Minapolitan

Pembangunan Sekretariat, Ruang Pertemuan dan Ruang Pameran 200.000

Peralatan 200.000

B. Pusat informasi pasar Pembangunan / rehabGedung di BBI

Kab. Musi Rawas 200.000

Peralatan 200.000 Renovasi pasar benih ikan 100.000 Pembuatan sumur dalam 30.000 Pembuatan pasar ikan yang

representatif 500.000

C. Pengembangan sentra produksi Pengadaan induk nila unggu, lele

sangkuriang, mas dan gurame unggull 2.000.000

Pengadaan benih ikan dan saprodi 1.000.000 D. Perbaikan Sarana Pengecocaran pelataran BBI A. widodo 200.000 Pengecoran pelataran BBI U1. pagarsari 300.000

E. Kegiatan Rehabilitasi dan pemeliharaan Jalan

Kecamatan Muara Beliti Ruas Jalan Jampang Ciseeng (Sta.

0+000 - Sta. 6+000 140.000 Pemeliharaan Ruas Jalan Babakan - Putat Nunug (Sta.

0+000 - Sta. 3+600) 102.616 Ruas Jalan Babakan - Putat Nunug (Sta.

0+000 - Sta. 3+600) 1.454.400 Ruas Jalan Desa Perigi (Sta. 0+000 -

Sta. 1+500) 189.000 Ruas Jalan Desa Putat Nunug -

Cibeuteung Mara (Sta. 0+000 - Sta. 2+000) 252.000

KecamatanTugumulyo Ruas Jalan Kemang - Rancabungur

(Sta. 0+000 - Sta. 10+000) 287.987 Ruas Jalan Pondok Udik - Pabuaran

(Sta. 0+000 - Sta. 1+450) 41.936 KecamatanPurwodadi Ruas Jalan Kemang - Rancabungur

(Sta. 0+000 - Sta. 10+000) 287.987 Ruas Jalan Pondok Udik - Pabuaran

(Sta. 0+000 - Sta. 1+450) 41.936

F. Ruas Jalan Kemang - Rancabungur (Sta. 0+000 - Sta. 10+000) 287.987

Ruas Jalan Pondok Udik - Pabuaran (Sta. 0+000 - Sta. 1+450) 41.936

10

Page 55: Masterplan Minapolitan Kabupaten Musi Rawas

M A S T E R P L A N K A W A S A N M I N A P O L I T A N K A B U P A T E N M U S I R A W A S

11

Tahun Program Biaya

(× Rp. 1000) Sumber

Dana Penanggung

jawab Desa Cibeuteung Muara Jalan 1000 m x 2.5 m 375.000 Desa Ciseeng Jalan 1000 m x 2.5 m 375.000 Desa Parigi Mekar Jalan 1000 m x 2.5 m 375.000 Desa Babakan Jalan 500 m x 2.5 m 150.000 Kecamatan Parung Desa Iwul Jalan 1000 x 2.5 m 375.000 Desa Waru Jalan 1000 x 2.5 m 375.000 Kecamatan Gunung Sindur Desa Pabuaran Jalan 1000 m x 2.5 m 375.000 Desa Cidokom Jalan 1000 m x 2.5 m 375.000 Desa Pangasinan Jalan 1000 m x 2.5 m 375.000 Kecamatan Kemang Desa Kemang Jalan 1000 m x 2.5 m 375.000 G Insentif petugas pengelola

minapolitan 75.000

H. Pelatihan petugas Pengelola 30.000

Jumlah Tahun ke-1 8.552.939

2 A. Pengembangan sentra produksi Pengadaan induk unggul 200.000 Penataan BP3K Ciseeng sebagai

tempat wisata 200.000

Kredit program 1.000.000 Sertifikasi Lahan 250 BPN

B. Kegiatan Pembangunan Jalan Lingkungan

Kecamatan Ciseeng Desa Babakan Jalan 1000 m x 2.5 m 375.000 Desa Cibeteung Udik Jalan 1000 m x 2.5 m 375.000 Kecamatan Parung Desa Bj. Indah Jalan 1000 x 2.5 m 375.000 Desa Cogrek Jalan 1000 x 2.5 m 375.000

Page 56: Masterplan Minapolitan Kabupaten Musi Rawas

M A S T E R P L A N K A W A S A N M I N A P O L I T A N K A B U P A T E N M U S I R A W A S

12

Tahun Program Biaya

(× Rp. 1000) Sumber

Dana Penanggung

jawab Kecamatan Gunung Sindur Desa Cibinong Jalan 1000 m x 2.5 m 375.000 Kecamatan Kemang Desa Pabuaran Jalan 1000 m x 2.5 m 375.000 Desa Bojong Jalan 1000 m x 2.5 m 375.000

C. Insentif petugas pengelola minapolitan 50.000

D. Pelatihan Petugas Pengelola 30.000

Jumlah Tahun ke-2 4.105.000

3 A. Tambahan kredit program 2.000.000 Sertifikasi Lahan 250 BPN

B. Pengembangan pengolahan hasil perikanan 200.000

C. Kegiatan Pembangunan Jalan

Lingkungan Kecamatan Ciseeng Desa Putat Nunug Jalan 1000 m x 2.5 m 375.000 Desa Cihoe Jalan 1000 m x 2.5 m 375.000 Kecamatan Parung Desa Bj. Sempu Jalan 1000 x 2.5 m 375.000 Kecamatan Gunung Sindur Desa Gunung Sindur Jalan 1000 m x 2.5 m 375.000 Kecamatan Kemang Desa Tegal Jalan 1000 m x 2.5 m 375.000 Desa Pondok Udik Jalan 1000 m x 2.5 m 375.000

D. Insentif petugas pengelola minapolitan dan adminstrasi 60.000

Jumlah Tahun ke-3 3.500.000

4

A. Tambahan kredit program 2.500.000

Sertifikasi Lahan 500 BPN B Kegiatan Pembangunan Jalan

Lingkungan Kecamatan Ciseeng Jalan 1000 m x 2.5 m 375.000

Page 57: Masterplan Minapolitan Kabupaten Musi Rawas

M A S T E R P L A N K A W A S A N M I N A P O L I T A N K A B U P A T E N M U S I R A W A S

13

Tahun Program Biaya

(× Rp. 1000) Sumber

Dana Penanggung

jawab Desa Cibeteung Udik Jalan 1000 m x 2.5 m 375.000 Kecamatan Parung Desa Waru Jaya Jalan 1000 x 2.5 m 375.000 Desa Pamegar sari Jalan 1000 x 2.5 m 375.000 Kecamatan Gunung Sindur Desa Curug Jalan 1000 m x 2.5 m 375.000 Kecamatan Kemang Desa Jampang Jalan 1000 m x 2.5 m 375.000

B. Insentif petugas pengelola minapolitan dan administrasi 70.000

Jumlah Tahun ke-4 2.300.000

JUMLAH TOTAL 17.557.939

Tabel 8.2. Perbaikan Sarana Pengairan

No. Daerah Irigasi (DI)

Usulan Perbaikan

Volume Jumlah Anggaran (Rp.)

1. Kelinggi dan Dam T, dam Air satan

• Perbaikan saluran irigasi

1 pkt 100.000.000,-

1.000 m 2.800.000.000,-

Perbaikan pintu outake dan pintu intake 1 paket 600.000.000,-

Pengerukan saluran 15.0 km 3.000.000.000,-

Page 58: Masterplan Minapolitan Kabupaten Musi Rawas

KEC. ULU RAWAS

KEC. KARANG JAYA

KEC. TUGUMULYOKEC. SELANGIT

KEC. MUARA BELITI

KEC. MUARA T.P KEPUNGUT

KEC. JAYALOKA

KEC. BTS ULU

KEC. MUARA LAKITAN

KEC. MUARA KELINGI

KEC. SUKA KARYA

KEC. TUAH NEGERI

KEC. PURWODADI

KEC. SUMBER HARTA

KEC. STL ULU

KEC. MEGANG SAKTI

KEC. RAWAS ULU

KEC. RUPIT

KEC. KARANG DAPO

KEC. RAWAS ILIR

KEC. NIBUNG

MUARA BELITI

PEMERINTAH KABUPATEN MUSI RAWAS

DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN

JL. LINTAS SUMATERA KM. 12,5 KOMPLEK

PERKANTORAN PEMDA KAB. MURA

MASTER PLAN PENGEMBANGAN

KAWASAN MINAPOLITAN MURA .

U

TB

S

5 Km0-5 Km

KAWASAN PRODUKSI MINAPOLITAN

BATAS KECAMATAN

PETA P-1

SENTRA PRODUKSI KAWASAN MINAPOLITAN

KEC. TUGUMULYO & KEC. PURWODADI

SKALA :

KEC. TUGUMULYO

KEC. PURWODADI

Page 59: Masterplan Minapolitan Kabupaten Musi Rawas

KEC. ULU RAWAS

KEC. KARANG JAYA

KEC. TUGUMULYO

KEC. SELANGIT

KEC. MUARA BELITI

KEC. MUARA T.P KEPUNGUT

KEC. JAYALOKA

KEC. BTS ULU

KEC. MUARA LAKITAN

KEC. MUARA KELINGI

KEC. SUKA KARYA

KEC. TUAH NEGERI

KEC. PURWODADI

KEC. SUMBER HARTA

KEC. STL ULU

KEC. MEGANG SAKTI

KEC. RAWAS ULU

KEC. RUPIT

KEC. KARANG DAPO

KEC. RAWAS ILIR

KEC. NIBUNG

PEMERINTAH KABUPATEN MUSI RAWAS

DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN

JL. LINTAS SUMATERA KM. 12,5 KOMPLEK

PERKANTORAN PEMDA KAB. MURA

MASTER PLAN PENGEMBANGAN

KAWASAN MINAPOLITAN MURA .

U

TB

S

3 Km0

PUSAT PEMASARAN

BATAS KECAMATAN

SKALA :

PETA P-2

PUSAT PEMASARAN KAWASAN

MINAPOLITAN KEC. TUGUMULYO &

KEC. PURWODADI

3 Km

KEC. TUGUMULYO

KEC. MUARA BELITI

KEC. TUAH NEGERI

KEC. PURWODADI

KEC. SUMBER HARTA

Page 60: Masterplan Minapolitan Kabupaten Musi Rawas

KEC. ULU RAWAS

KEC. KARANG JAYA

KEC. TUGUMULYOKEC. SELANGIT

KEC. MUARA BELITI

KEC. MUARA T.P KEPUNGUT

KEC. JAYALOKA

KEC. BTS ULU

KEC. MUARA LAKITAN

KEC. MUARA KELINGI

KEC. SUKA KARYA

KEC. TUAH NEGERI

KEC. PURWODADI

KEC. SUMBER HARTA

KEC. STL ULU

KEC. MEGANG SAKTI

KEC. RAWAS ULU

KEC. RUPIT

KEC. KARANG DAPO

KEC. RAWAS ILIR

KEC. NIBUNG

MUARA BELITI

PEMERINTAH KABUPATEN MUSI RAWAS

DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN

JL. LINTAS SUMATERA KM. 12,5 KOMPLEK

PERKANTORAN PEMDA KAB. MURA

MASTER PLAN PENGEMBANGAN

KAWASAN MINAPOLITAN MURA .

U

TB

S

5 Km0-5 Km

KAWASAN PRODUKSI MINAPOLITAN

BATAS KECAMATAN

PETA P-3

KAWASAN PRODUKSI MINAPOLITANN

KEC. TUGUMULYO & KEC. PURWODADI

SKALA :

KEC. TUGUMULYO

KEC. TUAH NEGERI

KEC. PURWODADI

KEC. SUMBER HARTA

Page 61: Masterplan Minapolitan Kabupaten Musi Rawas

KEC. TUGUMULYO

KEC. SELANGIT

KEC. MUARA BELITI

KEC. MUARA T.P KEPUNGUT

KEC. JAYALOKA

KEC. BTS ULU

KEC. MUARA LAKITAN

KEC. MUARA KELINGI

KEC. SUKA KARYA

KEC. TUAH NEGERI

KEC. PURWODADI

KEC. SUMBER HARTA

KEC. STL ULU

KEC. MEGANG SAKTI

KEC. ULU RAWAS

KEC. KARANG JAYA

KEC. SELANGIT

KEC. RAWAS ULU

KEC. RAWAS ILIR

KEC. NIBUNG

KEC. RUPIT

KEC. KARANG DAPO

PEMERINTAH KABUPATEN MUSI RAWAS

DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN

JL. LINTAS SUMATERA KM. 12,5 KOMPLEK

PERKANTORAN PEMDA KAB. MURA

MASTER PLAN PENGEMBANGAN

KAWASAN MINAPOLITAN MURA .

U

TB

S

3 Km0

BBI

BATAS KECAMATAN

SKALA :

PETA P-4

BBI KAWASAN MINAPOLITAN

KEC. TUGUMULYO & KEC. PURWODADI

3 Km

KEC. TUGUMULYO

KEC. TUAH NEGERI

KEC. PURWODADI

KEC. SUMBER HARTA

KEC. STL ULU

KEC. MEGANG SAKTI

Page 62: Masterplan Minapolitan Kabupaten Musi Rawas

KEC. TUGUMULYO

KEC. MUARA BELITI

KEC. MUARA T.P KEPUNGUT

KEC. JAYALOKA

KEC. BTS ULU

KEC. MUARA LAKITAN

KEC. MUARA KELINGI

KEC. SUKA KARYA

KEC. TUAH NEGERI

KEC. PURWODADI

KEC. SUMBER HARTA

KEC. STL ULU

KEC. MEGANG SAKTI

KEC. SELANGIT

KEC. STL ULU

KEC. ULU RAWAS

KEC. KARANG JAYA

KEC. SELANGIT

KEC. RAWAS ULU

KEC. RAWAS ILIR

KEC. NIBUNG

KEC. RUPIT

KEC. KARANG DAPO

PEMERINTAH KABUPATEN MUSI RAWAS

DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN

JL. LINTAS SUMATERA KM. 12,5 KOMPLEK

PERKANTORAN PEMDA KAB. MURA

MASTER PLAN PENGEMBANGAN

KAWASAN MINAPOLITAN MURA .

U

TB

S

3 Km0

PUSAT PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN

BATAS KECAMATAN

SKALA :

PETA P-5

PUSAT PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN

KAWASAN MINAPOLITAN

KEC. TUGUMULYO & KEC. PURWODADI

3 Km

KEC. TUGUMULYO

KEC. MUARA BELITI

KEC. TUAH NEGERI

KEC. PURWODADI

KEC. SUMBER HARTA