Download - Mapri Nadya Kesling

Transcript
Page 1: Mapri Nadya Kesling

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara berkembang dengan jumlah penduduk yang padat.

Dengan semakin pesatnya pertumbuhan penduduk, Indonesia dihadapkan dengan

berbagai masalah kesehatan yang kompleks. Menurut ahli kesehatan HL. BLUM derajat

kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh 4 faktor, yaitu: lingkungan, perilaku, manusia,

dan pelayanan kesehatan. Sampai saat ini diketahui bahwa permasalahan penyakit

terbanyak yang terdapat di Indonesia masih didominasi oleh penyakit yang erat kaitannya

dengan masalah kesehatan lingkungan.

Jumlah kasus penyakit berbasis lingkungan masih cukup tinggi walaupun berbagai

usaha telah dilakukan. Berbagai penyakit timbul di masyarakat, seperti diare, ISPA, TB

Paru, tetanus, malaria, dan DBD. Masalah kesehatan berbasis lingkungan ini disebabkan

oleh kondisi lingkungan yang tidak memadai, baik kualitas maupun kuantitasnya serta

perilaku hidup sehat masyarakat yang masih rendah, mengakibatkan penyakit-penyakit

seperti diare, ISPA, dll. Tingginya kejadian penyakit berbasis lingkungan

menggambarkan belum optimalnya upaya kesehatan lingkungan (Budiman, 2006).

Puskesmas sebagai organisasi kesehatan fungsional merupakan pusat

pengembangan kesehatan masyarakat dalam hal membina peran serta masyarakat di

bidang kesehatan dan memberikan pelayanan kesehatan menyeluruh dan terpadu kepada

masyarakat melalui program dan kegiatannya. Salah satu program wajib puskesmas

adalah program kesehatan lingkungan yang diharapkan akan membantu mengurangi

angka kejadian penyakit berbasis lingkungan. Di puskesmas Andalas, salah satu penyakit

yang erat hubungannya dengan kesehatan lingkungan yaitu ISPA yang menempati urutan

tertinggi dalam 10 penyakit terbanyak di tahun 2014. Hal ini tentu perlu menjadi

perhatian mengingat masalah kesehatan lingkungan sangat berdampak pada berbagai

penyakit lainnya.

1

Page 2: Mapri Nadya Kesling

Berdasarkan permasalahan tersebut, penulis merasa perlu untuk membahas

pelaksanaan program kesehatan lingkungan dan permasalahan program kesehatan

lingkungan di puskesmas Andalas.

1.2. Tujuan

1. Tujuan Umum

Menganalisa masalah kesehatan lingkunga di wilayah kerja Puskesmas Andalas dan

pencapaiannya.

2. Tujuan Khusus

Mengetahui program kesehatan lingkungan di Puskesmas Andalas.

Mengetahui pencapaian program kesehatan lingkungan di Puskesmas Andalas.

Menganalisa permasalahan kesehatan lingkungan di wilayah kerja Puskesmas

Andalas.

1.3. Batasan Masalah

Makalah ini membahas mengenai program kesehatan lingkungan, pencapaian

program dan permasalahan kesehatan lingkungan di wilayah kerja Puskesmas Andalas.

1.4. Metode Penulisan

Metode penulisan makalah ini berupa tinjauan pustaka yang merujuk kepada berbagai

literatur, laporan tahunan Puskesmas Andalas, dan diskusi dengan Kepala Puskesmas serta

pemegang program kesehatan lingkungan di Puskesmas Andalas.

2

Page 3: Mapri Nadya Kesling

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Kesehatan Lingkungan

Kesehatan menurut WHO adalah keadaan yang meliputi kesehatan fisik, mental, dan

sosial. Sedangkan menurut UU Kesehatan No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, kesehatan

adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang

memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

Permasalahan kesehatan disebabkan oleh banyak hal, Menurut H.L. Blum (Ricki, 2005),

derajat kesehatan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu lingkungan, perilaku, pelayanan

medis dan keturunan. Sedangkan kesehatan lingkungan sendiri didefinisikan sebagai suatu

keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan lingkungan agar dapat menjamin

keadaan sehat dari manusia (WHO, 2011).

Menurut HAKLI (Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia), kesehatan

lingkungan adalah suatu kondisi lingkungan yang mampu menopang keseimbangan ekologi

yang dinamis antara manusia dan lingkungannya untuk mendukung tercapainya kualitas

hidup manusia yang sehat dan bahagia.

Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo dalam bukunya mendefinisikan Kesehatan

Lingkungan sebagai suatu kondisi atau keadaan lingkungan yang optimum sehingga

berpengaruh positif terhadap terwujudnya status kesehatan yang optimum pula, dapat

disimpulkan pengertian kesehatan lingkungan adalah upaya perlindungan, pengelolaan, dan

modifikasi lingkungan yang diarahkan menuju keseimbangan ekologi guna meningkaatkan

kesehatan masyarakat.

2.2. Ruang Lingkup dan Sasaran Kesehatan Lingkungan

Kontribusi lingkungan dalam mewujudkan derajat kesehatan merupakan hal yang

esensial di samping masalah perilaku masyarakat, pelayanan kesehatan dan faktor keturunan.

Lingkungan memberikan kontribusi terbesar terhadap timbulnya masalah kesehatan

masyarakat. Pada undang undang tahun no 36 tahun 2009 disebutkan bahwa upaya kesehatan

lingkungan ditujukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, baik fisik,

3

Page 4: Mapri Nadya Kesling

kimia, biologi, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang mencapai derajat

kesehatan yang setinggi-tingginya.

Ruang lingkup Kesehatan Lingkungan antara lain :

A. Menurut WHO :

1. Penyediaan air minum

2. Pengelolaan air buangan dan pengendalian pencemaran

3. Pembuangan sampah padat

4. Pengendalian vektor

5. Pencegahan/pengendalian pencemaran tanah oleh ekskreta manusia

6. Higiene makanan, termasuk higiene susu

7. Pengendalian pencemaran udara

8. Pengendalian radiasi

9. Kesehatan kerja

10. Pengendalian kebisingan

11. Perumahan dan pemukiman

12. Aspek kesling dan transportasi udara

13. Perencanaan daerah dan perkotaan

14. Pencegahan kecelakaan

15. Rekreasi umum dan pariwisata

16. Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan epidemi/wabah,

bencana alam dan perpindahan penduduk.

17. Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin lingkungan.

B. Menurut UU No 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan:

4

Page 5: Mapri Nadya Kesling

1. Penyehatan air dan udara

2. Pengamanan limbah padat/sampah

3. Pengamanan limbah cair

4. Pengamanan radiasi

5. Pengamanan kebisingan

6. Pengamanan vektor penyakit

Yang menjadi sasaran Kesehatan Lingkungan adalah sebagai berikut :

1. Tempat umum : hotel, terminal, pasar, pertokoan, dan usaha-usaha yang

sejenis

2. Lingkungan pemukiman : rumah tinggal, asrama/yang sejenis

3. Lingkungan kerja : perkantoran, kawasan industri/yang sejenis.

4. Angkutan umum : kendaraan darat, laut dan udara yang digunakan untuk umum.

5. Lingkungan lainnya : misalnya yang bersifat khusus seperti lingkungan yang berada

dlm keadaan darurat, bencana perpindahan penduduk

secaraa

besar2an, reaktor/tempat yang bersifat khusus.

2.3. Syarat - Syarat Fasilitas dalam Kesehatan Lingkungan di Indonesia

1) Air Bersih

Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya

memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Air minum adalah air

yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.

Syarat-syarat kualitas air bersih diantaranya adalah sebagai berikut (Kemenkes,

2008):

a. Syarat fisik : Tidak berbau, tidak berasa, dan tidak berwarna.

b. Syarat kimia : Kadar besi, maksimum yang diperbolehkan 0,3 mg/l,

kesadahan (maksimal 500 mg/l).

c. Syarat mikrobiologis : Koliform tinja/total koliform (maks 0 per 100 ml air).5

Page 6: Mapri Nadya Kesling

2) Pembuangan Kotoran/Tinja

Metode pembuangan tinja yang baik yaitu dengan jamban dengan syarat sebagai

berikut :

a. Tanah permukaan tidak boleh terjadi kontaminasi.

b. Tidak boleh terjadi kontaminasi pada air tanah yang mungkin memasuki mata air

atau

sumur.

c. Tidak boleh terkontaminasi air permukaan.

d. Tinja tidak boleh terjangkau oleh lalat dan hewan lain.

e. Tidak boleh terjadi penanganan tinja segar atau bila memang benar-benar

diperlukan,

harus dibatasi seminimal mungkin.

f. Jamban harus babas dari bau atau kondisi yang tidak sedap dipandang.

g. Metode pembuatan dan pengoperasian harus sederhana dan tidak mahal.

3) Kesehatan Pemukiman

Secara umum rumah dapat dikatakan sehat apabila memenuhi kriteria sebagai berikut

(UU No 23/1992):

a. Memenuhi kebutuhan fisiologis, yaitu pencahayaan, sirkulasi udara, ruang gerak

yang cukup, dan terhindar dari kebisingan yang mengganggu.

b. Memenuhi kebutuhan psikologis, yaitu privasi yang cukup, komunikasi yang sehat

antar anggota keluarga dan penghuni rumah.

c. Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antarpenghuni rumah

dengan penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan limbah rumah tangga, bebas vektor

penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang tidak berlebihan, cukup sinar matahari pagi,

terlindungnya makanan dan minuman dari pencemaran, disamping pencahayaan dan

penghawaan yang cukup.

d. Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang timbul karena

keadaan luar maupun dalam rumah antara lain persyaratan garis sempadan jalan, konstruksi

yang tidak mudah roboh, tidak mudah terbakar, dan tidak cenderung membuat penghuninya

jatuh tergelincir.

6

Page 7: Mapri Nadya Kesling

4) Pembuangan Sampah

Teknik pengelolaan sampah yang baik harus memperhatikan faktor-faktor/unsur (UU

No 23/1992):

a. Penimbunan sampah. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi sampah adalah

jumlah penduduk dan kepadatanya, tingkat aktivitas, pola kehidupan/tk sosial ekonomi, letak

geografis, iklim, musim, dan kemajuan teknologi.

b. Penyimpanan sampah.

c. Pengumpulan, pengolahan dan pemanfaatan kembali.

d. Pengangkutan

e. Pembuangan

Dengan mengetahui unsur-unsur pengelolaan sampah, kita dapat mengetahui

hubungan dan urgensinya masing-masing unsur tersebut agar kita dapat memecahkan

masalah-masalah ini secara efisien.

5) Serangga dan Binatang Pengganggu

Serangga sebagai reservoir bibit penyakit yang kemudian disebut sebagai vektor

misalnya: pinjal tikus untuk penyakit pes/sampar, Nyamuk Anopheles sp untuk penyakit

malaria, nyamuk Aedes sp untuk Demam Berdarah Dengue (DBD), nyamuk Culex sp untuk

penyakit kaki gajah/filariasis. Penanggulangan/pencegahan dari penyakit tersebut diantaranya

dengan merancang rumah/tempat pengelolaan makanan dengan rat proff (rapat tikus),

kelambu yang dicelupkan dengan pestisida untuk mencegah gigitan nyamuk Anopheles sp,

Gerakan 3 M (menguras mengubur dan menutup) tempat penampungan air untuk mencegah

penyakit DBD, Penggunaan kasa pada lubang angin di rumah atau dengan pestisida untuk

mencegah penyakit kaki gajah dan usaha-usaha sanitasi (Ricki, 2005).

Binatang pengganggu yang dapat menularkan penyakit misalnya anjing yang dapat

menularkan penyakit rabies/anjing gila. Kecoa dan lalat dapat menjadi perantara perpindahan

bibit penyakit ke makanan sehingga menimbulakan diare. Tikus dapat menyebabkan

leptospirosis dari kencing yang dikeluarkannya yang telah terinfeksi bakteri penyebab.

6) Makanan dan Minuman

7

Page 8: Mapri Nadya Kesling

Sasaran hygiene sanitasi makanan dan minuman adalah restoran, rumah makan, jasa

boga dan makanan jajanan (diolah oleh pengrajin makanan di tempat penjualan dan atau

disajikan sebagai makanan siap santap untuk dijual bagi umum selain yang disajikan jasa

boga, rumah makan/restoran, dan hotel).

Persyaratan hygiene sanitasi makanan dan minuman tempat pengelolaan makanan

meliputi (Kemenkes RI, 2004) :

a. Persyaratan lokasi dan bangunan;

b. Persyaratan fasilitas sanitasi;

c. Persyaratan dapur, ruang makan dan gudang makanan;

d. Persyaratan bahan makanan dan makanan jadi;

e. Persyaratan pengolahan makanan;

f. Persyaratan penyimpanan bahan makanan dan makanan jadi;

g. Persyaratan peralatan yang digunakan.

7) Pencemaran Lingkungan

Pencemaran lingkungan diantaranya pencemaran air, pencemaran tanah, dan

pencemaran udara. Pencemaran udara dapat dibagi lagi menjadi indoor air pollution dan out

door air pollution. Indoor air pollution merupakan problem perumahan/pemukiman serta

gedung umum, bis kereta api, dan lain-lain. Masalah ini lebih berpotensi menjadi masalah

kesehatan yang sesungguhnya, mengingat manusia cenderung berada di dalam ruangan

daripada berada di jalanan. Diduga akibat pembakaran kayu bakar, bahan bakar rumah tangga

lainnya merupakan salah satu faktor resiko timbulnya infeksi saluran pernafasan bagi anak

balita.

Masalah out door pollution atau pencemaran udara di luar rumah, berbagai analisis

data menunjukkan bahwa ada kecenderungan peningkatan. Beberapa penelitian menunjukkan

adanya perbedaan resiko dampak pencemaran pada beberapa kelompok resiko tinggi

penduduk kota dibanding pedesaan. Besar resiko relatif tersebut adalah 12,5 kali lebih besar.

Pembakaran hutan untuk dibuat lahan pertanian atau sekedar diambil kayunya ternyata

membawa dampak serius, misalnya infeksi saluran pernafasan akut, iritasi pada mata,

terganggunya jadwal penerbangan, dan terganggunya ekologi hutan (Budiman, 2006).

8

Page 9: Mapri Nadya Kesling

2.4. Upaya Kesehatan Lingkungan di Indonesia

Upaya dasar kesehatan lingkungan yang sering dan penting dilakukan di Puskesmas

di Indonesia antara lain sebagai berikut (Kepmenkes No 852/2008):

1. Klinik Sanitasi

Klinik sanitasi merupakan suatu wahana untuk mengatasi masalah kesehatan

masyarakat melalui upaya terintegrasi antara kesehatan lingkungan, pemberantasan penyakit

dengan bimbingan, penyuluhan dan bantuan teknis dari petugas puskesmas. Tujuan klinik

sanitasi secara umum adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui

upaya preventif dan kuratif yang dilakukan secara terpadu, terarah, dan terus menerus.

Ruang lingkup Klinik Sanitasi, diantaranya:

a. Penyediaan dan penyehatan air bersih/jamban dalam rangka pencegahan penyakit

diare, kecacingan, dan penyakit kulit.

b. Penyehatan perumahan/ lingkungan dalam rangka pencegahan penyakit ISPA/ TB-

Paru/ DBD/ Malaria.

c. Penyehatan lingkungan kerja dalam rangka pencegahan penyakit yang berhubungan

dengan pekerjaan atau akibat kerja.

d. Penyehatan makanan/minuman dalam rangka pencegahan penyakit saluran

cerna/keracunan makanan.

Kegiatan klinik sanitasi dilakukan didalam dan di luar gedung.

a. Di dalam gedung

Setiap pasien yang mendaftar di loket, seterusnya pasien diperiksa oleh tenaga medis

puskesmas. Apabila di dapatkan pasien menderita penyakit yang berhubungan dengan

faktor lingkungan maka pasien di rujuk ke klinik sanitasi, kemudian dilakukan

wawancara, pengisian kuisioner dan konseling. Jika diperlukan, petugas kesling

membuat janji kunjungan ke rumah pasien.

b. Di luar gedung

Hal ini merupakan tindak lanjut kegiatan berupa kunjungan ke rumah pasien,

kunjungan ini sebenarnya rutin di lakukan namun kini dengan target yang

ditingkatkan.

2. Penyehatan Lingkungan Pemukiman

Menurut Survey sosial dan ekonomi nasional (Susenas), rumah sehat dinilai dari

beberapa parameter, diantaranya yaitu:

9

Page 10: Mapri Nadya Kesling

a. Lokasi tempat tinggal yang dianjurkan sebaiknya tidak pada daerah rawan banjir,

bekas pembuangan akhir sampah, bekas pertambangan.

b. Kepadatan hunian

Kebutuhan ruang tidur per orang hendaklah mencapai 8 m2 dan tidak dianjurkan

digunakan lebih dari 2 orang tidur dalam satu ruang tidur, kecuali anak di bawah

umur 5 tahun

c. Jenis lantai

Jenis lantai yang baik adalah kedap air dan mudah dibersihkan

d. Pencahayaan

Pada pencahayaan alamiah, hendaklah memiliki jalan masuk cahaya (sekurang-

kurangnya 15 % hingga 20 % dari luas lantai dalam ruangan rumah.

e. Ventilasi

Ventilasi alamiah hendaknya mencapai 10 % dari luas lantai.

f. Air bersih

Syarat-syarat kualitas air bersih diantaranya adalah sebagai berikut:

Syarat fisik: Tidak berbau, tidak berasa, dan tidak berwarna.

Syarat mikrobiologis: Air harus bebas dari segala bakteri terutama bakteri patogen.

Lakukan pemeriksaan sampel, jika dari 100cc terdapat kurang dari 4 bakteri E.coli,

maka air memenuhi syarat kesehatan.

g. Kepemilikan jamban/WC, kakus, dan Septic tank

Jarak pembuatan septic tank yaitu jaraknya terhadap sumber air bersih. harus lebih

dari 10 m.

h. Adanya Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL), saluran got, Pengelolaan sampah.

3. Penyehatan Sumber Air Bersih (SAB)

Meliputi surveilans kualitas air dan inspeksi sanitasi sarana air bersih

4. Penyehatan Tempat-Tempat Umum (TTU)

Penyehatan tempat-tempat umum meliputi hotel dan tempat penginapan lain, pasar,

kolam renang dan pemandian umum lain, sarana ibadah, sarana angkutan umum, salon

kecantikan, dan tempat hiburan lainnya.

5. Penyehatan Tempat Pengelola Makanan (TPM)

10

Page 11: Mapri Nadya Kesling

Penyehatan higiene sanitasi makanan dan minuman tempat pengelolaan makanan

meliputi kesehatan dan kebersihan makanan serta kesehatan tenaga kerja.

6. Pemeriksaan Jentik Nyamuk

Bersama kader juru pengamatan jentik (jumantik), petugas sanitasi puskesmas,

melakukan pemeriksaan terhadap tempat-tempat yang mungkin menjadi perindukan nyamuk

dan tumbuhnya jentik. Kemudian dihitung berapa rumah penduduk yang mengalami bebas

jentik.

2.5. Penyakit Berbasis Lingkungan

Penyakit Berbasis Lingkungan adalah suatu kondisi patologis berupa kelainan fungsi

atau morfologi suatu organ tubuh yang disebabkan oleh interaksi manusia dengan segala

sesuatu disekitarnya yang memiliki potensi penyakit.basis lingkungan. Masih tingginya

penyakit berbasis lingkungan antara lain disebabkan oleh faktor lingkungan serta prilaku

hidup bersih dan sehat yang masih rendah. Berdasarkan aspek sanitasi tingginya angka

penyakit berbasis lingkungan banyak disebabkan tidak terpenuhinya kebutuhan air bersih

masyarakat, pemanfaatan jamban yang masih rendah, tercemarnya tanah air dan udara karena

limbah rumah tangga, limbah industri, limbah pertanian, sarana transport serta lingkungan

fisik yang memungkinkan (Ricki, 2005). Beberapa penyakit berbasis lingkungan adalah

sebagai berikut:

1. ISPA

2. Diare

3. Penyakit Infeksi Kulit

4. Malaria

5. DBD

6. Cacingan

7. TB Paru

8. Filariasis

9. Keracunan makanan/minuman/pestisida

10. Keluhan akibat lingkungan yang buruk/akibat kerja

11

Page 12: Mapri Nadya Kesling

BAB III

ANALISA SITUASI

3.1. Program Puskesmas Andalas

Sebagai pelayanan kesehatan tingkat pertama, puskesmas Andalas bertanggung jawab

menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat sesuai

dengan sistem kesehatan nasional. Upaya kesehatan wajib yang dilaksanakan di puskesmas

Andalas antara lain adalah:

1. Upaya promosi kesehatan

2. Kesehatan lingkungan

3. Upaya kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana

4. Upaya perbaikan gizi masyarakat

5. Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular

6. Upaya pengobatan

7. Perawatan kesehatan masyarakat

Disamping itu puskesmas juga memiliki program kesehatan tambahan diantaranya:

1. Program kesehatan manula

2. Program laboratorium

3. Program kesehatan sekolah

3.2. Program Kesehatan Lingkungaan Puskesmas Andalas

Sebagai salah satu program puskesmas Andalas, dalam penyelenggaraannya program

kesehatan lingkungan memiliki 6 subprogram pokok dan 2 subprogram tambahan.

Program pokok kesehatan lingkungan yang dilakukan puskesmas Andalas antara lain :

12

Page 13: Mapri Nadya Kesling

1. Pengawasan Tempat Umun

Tempat-tempat umum yang menjadi pengawasan puskesmas Andalas berjumlah 268

tempat umum yang terdiri dari: hotel, rumah sakit tipe C, pukesmas/pustu, klinik kesehatan,

sekolah, mesjid, gereja, pasar, dan salon. Beberapa hal yang menjadi perhatian dalam

pengawasan tempat umum ini antara lain:

Penyediaan air bersih

Kebersihan lingkungan

Saluran pembuangan limbah-jamban

Dapur hotel atau rumah sakit

Target untuk pengawasan tempat-tempat umum ini pada tahun 2014 adalah

setidaknya 80% tempat dapat dikunjungi dengan 1 kunjungan/tahun.

2. Pengawasan Tempat Pengolahan Makanan dan Minuman

Di wilayah kerja puskesmas Andalas terdapat 128 tempat pengolahan makanan yang

menjadi pengawasan puskesmas, yang terdiri dari: rumah makan, catering, industri rumah

tangga/pabrik, warung kopi, dan penjual makanan jajanan. Yang menjadi perhatian pada

tempat pengolahan makanan ini hampir sama dengan pada pengawasan tempat-tempat umum

namun yang juga penting adalah kebersihan bahan baku, cara penyimpanan bahan baku dan

makanan jadi,serta cara penyajian makanan tersebut. Target puskesmas untuk program ini

adalah 100% tempat pengolahan makanan dapat dikunjungi setiap tahunnya.

3. Survey Perumahan dan Inspeksi Sanitasi

Sekitar 1748 rumah berada dalam pengawasan puskesmas Andalas sepanjang 2014.

Rumah- rumah ini diawasi sesuai dengan indikator kelayakan rumah dan juga sanitasi. Target

yang ingin dicapai oleh puskesmas Andalas adalah pengawasan pada 250 rumah/bulan.

4. Pengawasan Depot Air Minum

Di wilayah kerja puskesmas Andalas terdapat sekitar 71 depot air minum yang

menjadi pengawasan puskesmas. Pengawasan dilakukan pada cara pengolahan, kelayakan

mesin hingga kebersihan lingkungan depot serta apakah depot melakukan pemeriksaaan

sampel air tiap bulannya atau tidak.

5. Klinik Sanitasi

13

Page 14: Mapri Nadya Kesling

Kegiatan yang dilakukan pada klinik sanitasi adalah penyuluhan pada pasien-pasien

yang menderita penyakit berbasis lingkungan guna memberi informasi dan mengingatkan

bahwa penyakit mereka erat kaitannya dengan masalah lingkungan dan pemecahan serta

pencegahan penularannya juga berawal dari penyelesaian masalah kesehatan lingkungan

mereka. Target yang ingin dicapai pada program ini adalah setidaknya kunjungan klinik

sanitasi 10% dari kejadian penyakit berbasis lingkungan di puskesma Andalas.

6. Pengawasan Tempat Pembuangan Sampah

Hingga tahun 2014 setidaknya terdapat 1729 pengolahan sampah dalam pengawasan

puskemas.

Selain itu, terdapat 2 program tambahan yaitu:

1. Pengawasan Pasar Pabukoan

Yang menjadi perhatian pada pasar pabukoan diantaranya kelayakan makanan, bahan

baku, cara penyajian hingga kebersihan lingkungan dan penjual makanan. Target puskesmas

Andalas adalah melakukan pengawasan 4 kali sepanjang bulan ramadhan

2. Program Integrasi

Dalam program ini petuga kesehatan lingkungaan berkolaborai dengan petugas dari

program lain dlam menjalankan program-pprogramnya.

3.3. Pencapaian Program Kesehatan Lingkungan Puskesmas Andalas

Pencapaian program kesehatan lingkungan oleh puskesmas Andalas berdasarkan

laporan tahunan 2014 pada masing-masing program adalah sebagai berikut:

1. Pengawasan Tempat Umun

Pencapaian puskesmas Andalas untuk program ini dapat dilihat dari tabel berikut ini:

Tabel 1. Pengawasan tempat umum berdasarkan tempat di puskesmas Andalas tahun 2014

Tempat umum Jumlah Jumlah diperiksa

Memenuhi syarat

Tidak memenuhi syarat

Hotel 9 8 8 0RS tipe C 5 4 4 0

Puskesmas/Pustu 12 12 10 2Klinik 5 2 2 0

Sekolah 110 110 80 30Mesjid 112 69 50 19

14

Page 15: Mapri Nadya Kesling

Gereja 1 1 1 0Pasar 2 2 1 1Salon 10 10 6 4

Jumlah 268 218 162 56Berdasarkan data di atas hanya 74,3% yang memenuhi syarat. Terdapat 56 tempat

umum yang tidak memenuhi syarat untuk dikatakan lingkungan tempat umum tersebut sehat,

yaitu 2 pustu, 30 sekolah, 19 mesjid, 1 pasar, dan 4 salon. Dari 268 tempat umum hanya 218

tempat umum yang diperiksa.

2. Pengawasan Tempat Pengolahan Makanan dan Minuman

Pencapaian puskesmas pada program ini dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 2. Pengawasan TPM berdasarkan jenis usaha di puskesmas Andalas

TPM Jumlah TPM Jumlah diperiksa

Memenuhi syarat

Tidak memenuhi syarat

Rumah makan 41 41 31 10Cathering 4 4 4 0

IRT/ Pabrik 22 22 14 8Warung kopi 28 20 16 4

Makanan jajanan

33 33 20 13

Jumlah 128 120 85 35

Berdasarkan data di atas dari 128 TPM hanya 120 TPM yang diperiksa dan diantaranya hanya

70,8% yang memenuhi syarat. Terdapat 35 TPM yang tidak memenuhi syarat, yang terdiri dari 10

rumah makan, 8 IRT/pabrik, 4 warung kopi, dan 13 makanan jajanan.

3. Survey Perumahan dan Inspeksi Sanitasi

Pencapaian puskesmas pada program ini dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 3. Survey perumahan puskesmas Andalas tahun 2014

Jenis rumah jumah Memenuhi syarat Tidak memenuhi syaratPermanen 1273 1213 60

Semi permanen 328 253 129kayu 93 48 45

jumlah 1748 1514 234

Berdasarkan data di atas, terdapat 234(13,3%) rumah di wilayan puskesmas Andalas

yang tidak memenuhi syarat untuk dikatakan sehat. Selain itu rumah yang memiliki jamban

15

Page 16: Mapri Nadya Kesling

adalah sebanyak 91,3% dan rumah yang memiliki sarana pembuangan air limbah adalah

sebanyak 92,8%.

4. Pengawasan Depot Air Minum

Dari 71 depot air minum yang ada di wilayah puskesmas Andalas telak diperiksa 69 depot

dan dilakukan penyuluhan tentang kebersihan lingkungan depot.

5. Klinik Sanitasi

Pencapaian klinik sanitasi puskemas Andalas masih kurang dimana dari sekitar 1300

kunjungan penyakit berbasis lingkungan target layanan klinik sanitasi sekitar 130 pasien/bulan. Tetapi

pencapaian puskesmas Andalas hanya 10-15 pasien yang dapat dilayani di klinik sanitasi tiap

bulannya.

6. Pengawasan Tempat Pembuangan Sampah

Pengelolaan sampah si wilayah puskesmas Andalas dapat dilihat pada tabel berikut

ini:

Tabel 4. Data pengolahan sampah puskesmas Andalas tahun 2014

Teknik pengolahan sampah jumlahDikubur 15Dibakar 304

TPS/TPA 1410Jumlah 1729

Berdasarkan data di atas, dapat disimpulkan bahwa masih terdapat cara pengolahan

sampah yang tidak tepat yaitu dibakar pada 304 (17,58 %) tempat pembuangan sampah.

7. Program tambahan

Pada program pengawasan pasar pabukoan mash terdapat beberapa makanan

pabukoan yang menggunakan boraks dan rodamin B dan tidak layak untuk dikonsumsi.

Sedangkan pada program integrasi dapat dijalankan dengan baik.

16

Page 17: Mapri Nadya Kesling

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1. Permasalahan Kesehatan Lingkungan di Puskesmas Andalas

Berdasarkan laporan masing-masing program kesehatan lingkungan yang

dilaksanakan oleh puskesmas Andalas, dapat disimpulkan bahwa masih terdapat banyak

permasalahan kesehatan lingkungan, diantaranya:

1. Tempat Umum dengan kesehatan lingkungan buruk.

Di wilayah puskesmas Andalas masih ditemukan tempat umum dengan kesehatan

lingkungan yang buruk. Sebanyak 56 tempat umum yang tidak memenuhi syarat untuk

dikatakan sehat, yang terdiri dari: 2 pustu, 30 sekolah, 19 mesjid, 1 pasar, dan 4 salon.

Dikatakan tidak memenuhi syarat karena buruknya kebersihan lingkungan, dan sarana

pembuangan limbah.

2. Masih terdapat tempat pengolahan makanan yang tidak sehat

Di wilayah puskesmas Andalas, terdapat 35 TPM yang tidak memenuhi syarat sehat, yang

terdiri dari 10 rumah makan, 8 IRT/pabrik, 4 warung kopi, dan 13 makanan jajanan. Pada tempat

pengolahan makanan ini masih ditemukan kebersihan lingkungan yang masih buruk, dan cara

pengolahan makanan mulai dari penyimpanan bahan baku makanan yang sembarangan hingga

penyajian makanan yang tidak baik sehingga dapat menjadi sumber penularan penyakit. Pengolahan

makanan pada kebanyakan TPM tidak menggunakan prinsip hygiene dan sanitasi dalampengolahan,

17

Page 18: Mapri Nadya Kesling

pewadahan, dan penyajian makanan seperti yang telah diatur dalah PP No. 66 Tahun 2014 Tentang

Kesehatan Lingkungan.

Selain itu, belum seluruh tempat pengolahan makanan diawasi oleh petugas kesehatan

lingkungan puskesmas Andalas karena jumlah tempat pengolahan makanan d wilayah Andalas ini

sangat banyak dan tidak memungkinkan untuk menjangkau semua TPM dengan jumlah tenaga yang

sedikit. Selain itu kendala lain untuk pengawasan ini adalah para pedagang yang berpindah-pindah

tempat sehingga sulit bagi petugas melakukan pengawasan dan pendataan.

3. Perumahan Yang Tidak Sehat

Berdasarkan data puskesmas Andalas, terdapat 234 (13,3%) rumah di wilayah

puskesmas Andalas yang tidak memenuhi syarat untuk dikatakan sehat. Rumah yang

memiliki jamban adalah sebanyak 91,3% dan rumah yang memiliki sarana pembuangan air

limbah adalah sebanyak 92,8% dan yang memenuhi syarat hanya 74,7%. Permasalahan yang

terjadi adalah masih adanya rumah dengan aliran limbah yang tidak lancar, masih membakar

sampah,dan sumber air bersih yang masih tidak layak. Di seluruh wilayah puskesmas

Andalas terdapat sekitar 2 % rumah dengan tingkat pencemaran air yang tinggi yang tidak

memenuhi syarat lingkungan perumahan yang baik menurut Kepmenkes No 82 tahun 2008

yaitu jarak sumber air bersih dengan tempat pembuangan yang < dari 10 M, kondisi ini dapat

menyebabkan terjadinya diare dan penyakit kulit. Selain itu juga masih ditemukan rumah

dengan ventilasi yang kurang baik yakni < dari 10% luas lantai rumah dan pencahayaan yang

kurang yang dapat memudahkan penularan penyakit seperti ISPA.

4. Adanya Depot yang tidak Sehat

Dari pemeriksaan yang dilakukan petugas puskesmas, masih banyak depot air minum

yang tidak memperhatikan kebersihan lingkungan. Beberapa depot air minum

menggabungkan ruangan pengolahan air minum dengan penyimpanan tabung gas dan gudang

barang-barang lainnya. Selain itu petugas depot juga tidak memperhatikan kebersihan diri

ketika bekerja. Dari 71 depot air minum yang ada di wilayah Puskesmas Andalas hanya tiga

depot air minum yang rutin melakukan pemeriksaan sampel air.

5. Pencapaian Klinik Sanitasi rendah

18

Page 19: Mapri Nadya Kesling

Pencapaian klinik sanitasi puskesmas Andalas masih rendah, hal ini dikarenakan

kurangnya SDM yang bertanggung jawab pada klinik sanitasi sehingga tidak semua

kunjungan penyakit berbasis lingkungan mendapatkan konseling di klinik sanitasi

6. Permasalahan Sampah

Permasalahan sampah yang terjadi di wilayah puskesmas Andalas antara lain

kurangnya disiplin warga dalam membuang sampah. Sebagaimana diatur dalam Perda Kota

Padang No. 21 tahun 2012 tentang pengelolaan sampah bahwa masyarakat diperbolehkan

membuang sampah hanya mulai pukul 17.00 sampai dengan 05.00 WIB, pada kenyataannya

masih banyak warga masyarakat yang melanggar perda tersebut. Selain itu masih banyak

masyarakat yang membakar sampah sehingga menimbulkan polusi udara.

7. Makanan Pabukoan Tidak Sehat

Ditemukan beberapa makanan pabukoan yang menggunakan boraks dan rodamin

Beserta tidakmemperhatikan kebersihan makanan.

4.2. Pemecahan Masalah Kesehatan Lingkungan Puskesmas Andalas

Berbagai upaya pemecahan masalah kesehatan lingkungan perlu dilakukan dalam

menyikapi berbagai masalah kesehatan lingkungan yang terjadi di wilayah puskesmas

Andalas. Beberapa upaya yang telah dan dapat dilakukan diantaranya:

1. Memberikan penyuluhan pada pengelola tempat-tempat umum, tempat

pengolahan makanan dan minuman, depot air minum, serta masyarakat tentang

pentingnya kesehatan lingkungan demi mencegah terjadinya berbagai penyakit

dan apa saja yang perlu dilakukan untuk menjaga kesehatan lingkungan sekitar

mereka.

2. Mendata setiap tempat pengolahan makanan dan memberikan sertifikat terdaftar

sebagai TPM sehat yang dikelola oleh petugas kesehatan lingkungan.

3. Melakukan penyuluhan kepada pengelola TPM tentang cara penglahan makanan

yang baik.

4. Mewajibkan setiap depot air minum untuk melakukan pemeriksaan sampel air dan

hasil pemeriksaan tersebut ditinjau berkaitan dengan izin kelayakan air untuk

dikonsumsi masyarakat.

19

Page 20: Mapri Nadya Kesling

5. Mengoptimalkan kilik sanitasi sebagai suatu langkah pencegahan penularan

penyakit.

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

1. Program kesehatan lingkungan yang dilaksanakan di puskesmas Andalas antara lain

pengawasan tempat-tempat umum, pengawasan tempat pengolahan makanan, survey

perumahan dan sanitasi, pengawasan depot air minum, pengawasan tempat

pembuangan sampah, klinik sanitasi, pengawasan pasar pabukoan dan program

integrasi.

2. Program kesehatan lingkungan puskesmas Andalas sudah dilaksanakan cukup baik

namun masih terdapat beberapa program yang masih belum mencapai target seperti

program pengawasan tempat pengolahan makanan. Rata – rata program puskesmas

tercapai secara kuantitas namun belum tercapai secara kualitas.

3. Permasalahan kesehatan lingkungan yang terjadi di wilayah puskesmas Andalas

hampir ditemukan pada semau program antara lain: masalah kebersihan lingkungan,

pengelolaan dan kebersihan makanan, pengelolaan limbah, pengawasan depot air

minum, dan rendahnya cakupan klinik sanitasi.

5.2. Saran

1. Diharapkan puskesmas memiliki sarana prasarana yang memadai untuk melakukan

pemeriksaan dan pengawasan terhadap kebersihan lingkungan untuk mendukung upaya

peningkatan kesehatan lingkungan.

2. Perlu kerjasama lintas program dan lintas sektoral dalam menghadapi permasalahan

kesehatan lingkungan agar pemecahan masalah dapat dilakukan secara menyeluruh.

20

Page 21: Mapri Nadya Kesling

DAFTAR PUSTAKA

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI, 2005. Survei

Kesehatan Nasional: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2004 Substansi

Kesehatan, Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen

Kesehatan RI.

Budiman, Chandra. 2006. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: EGC

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2008. Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis

Masyarakat, Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Peraturan Daerah Kota Padang No. 21 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah

Peraturan Pemerintah No. 66 Tahun 2014 tentang Kesehatan Lingkungan

Puskesmas Andalas. 2014. Laporan Tahunan Puskesmas Andalas Tahun 2014. Padang

Ricki M. 2005. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Graha Mulia

Undang-Undang No 36 Tahun 2009

WHO. 2011. Public Health and Environment Global Strategy. Tersedia:

www.who.int/phe/en. Diunduh pada 4 Maret 2015

21