Download - Manipulasi Kemiskinan : Budaya Korupsi di Kalangan ...digilib.uin-suka.ac.id/8294/1/INDAL ABROR MANIPULASI KEMISKINAN... · International Indonesia (Til), tingkat korupsi di Indonesia

Transcript

MANIPULASI KEMISKINAN(Budaya Korupsi Di Kalangan Masyarakat

Muslim)

Abstarak

Munculnya fenomena yang sangat kuat masyarakat bawahdi sebuah kabupaten, yang mayoritas muslim, yang telah beranimemanipulasi data kemiskinan demi untuk mendapatkansubsidi dari pemerintah. Dengan demikian masyarakattersebut telah membudayakan kufr dan bukan Syufcr atasnikmat yang telah diterimanya. Dan Fenomena tersebutterjadi ridak hanya ketika ada Program Raskin tetapi juga padaBantuan Dana Kompensasi BBM. Subyek dalam penelitianini adalah Masyarakat Muslim penerima Raskin di Kabu-patenM, yang meliputi warga muslim penenerima Raskin dibeberapa kecamatan di kabupatenM, yang selarna inidiindikasikan banyak penyimpangan baik yang dekat dengankantung-kantung pesantren maupun yang jauh atau tidak adapesantrennya. Dengan melalui pendekatan yang bersifatdeskriptif analitik,serta yang lebih menekankan secarakualitatif, penulis berusaha untuk mengungkap praktekmanipulasi data dalam program Raskin, dan ternyata Pro-gram Raskin khususnya juga BLT di kabupatenM banyaktidak tepat sasaran.

A. Pendahuluan

Di Indonesia kinerja dan prestasi korupsi, sungguhfantastis. Karena menurut laporan dari lembaga TranparancyInternational Indonesia (Til), tingkat korupsi di Indonesiabahkan lebih tinggi dari Ethiopia, Senegal, Malawi, Zmabia,yaitu Negara-negara yang paling miskin di dunia. Sernua itu

229

menunjukkan bahwa, sungguh suatu prestasi penyelenggaraannegara yang luar biasa memalukan dan begitu bejat. Hasilpenelitian Pusat Studi dan Pengembangan Kawasan (PKPS)tahun 2001 semakin meyakinkan kita semua, yakni dengan ditemukannya fakta bahwa korupsi di Indonesia telah menjadibudaya bangsa, yang terungkap dalam praktek, kebiasaan danperibahasa1.

Adalah kenyataan yang sulit di bantah memang bahwakorupsi telah menyebar dan dilakukan oleh seluruh komponenbangsa (dalam berbagai bentuknya), di semua level dan lini,mulai dari desa sampai pimpinan negara, sehingga korupsi telahbersifat sistemik. Pola hubungan social tampaknya selalu ter-kontaminasi oleh kebiasaan korupsi, apalagi nyata-nyata me-dia yang digunakan dalam melakukan dan atau membangunhubungan itu berkaitan langsung dengan urusan uang, makakorupsi akan sulit dihindari. Kita bisa buktikan semua itudengan memantau secara langsung samua elemen masyarakatbangsa ini, mulai masyarakat yang mengelola birokrasi peme-rintah, lembaga legislativ, pengusaha, dan kelompok-kelompokmasyarakat juga sudah semakin tak segan-segan dalam melaku-kan korupsi. Makanya, kemudian wilayah-wilayah korupsirumbuh subur di semua lini dan level kehidupan masyarakat:di lingkungan birokrasi pemerintah, termasuk di kalanganpenegak hokum, di kalangan pengusaha, dan bahkan sampaipada kalangan masyarakat akar rumput/masyarakat bawah.2

Bentuk korupsi yang terjadi di kalangan masyarakat muslimdikabupaten M dapat terlihat dalam Program Raskin di Kabu-patenM, sebagaimana yang telah dipaparkan oleh Drs. Susanto,kabid Kependudukan dan Catalan Sipil dan KB KabupatenMpada acara Dialog Publik, yang dilaksanakan pada tanggal 14Desember 2005 yang lalu yang mengambil tema tentang Program

1 Laode Ida, Korupsi di Negeri Kaum Bemgama, flakarta: P3M,2004), him. 582 Ibid., him. 61

230

Raskin (Beras Miskin), yang mana, dalam proses penyalurannyatelah terjadi berbagai penyimpangan (KKN), baik yang dilaku-kan oleh para aparat di tingkat kabupaten, terlebih di tataranaparat desa, dan yang lebih memprihatinkan masyarakat bawahpun ikut-ikutan melakukan penyimpangan.

Adapun praktek penyimpangan yang dilakukan olehMasyarakat bawah tersebut adalah dapat dilihat dari data EPSdan Satgas Raskin Kab.M. Dimana jumlah KK Miskin meng-alami kenaikan yang sangat dratis, ketika ada program subsididari Pemerintah. Dan begitu juga sebaliknya jumlah KK Miskinmenjadi mengecil ketika di Kab.M ada pendataan KK Miskinuntuk program trasmigrasi.

Dengan demikian munculnya fenomena yang sangat kuatmasyarakat bawah di KabupatenM, yang mayoritas muslim,bahkan sebagian besar ada di dekat kantung-kantung pesantren,telah berani memanipulasi data kemiskinan demi untuk men-dapatkan subsidi dari pemerintah. Dengan demikian masya-rakat tersebut telah membudayakan kufr dan bukan Sukr atasnikmat yang telah diterimanya. Dan Fenomena tersebut terjaditidak hanya ketika ada Program Raskin tetapi juga pada BantuanDana Kompensasi BBM. Dengan demikian Program Raskinkhususnya juga BLT banyak tidak tepat sasaran. Akhirnya Pro-gram Raskin dan BLT cukup banyak dinikmati oleh KK.PNS,ABRI/TNI, Keluarga mampu bahkan pengusaha. (Disampaikanoleh Drs Susanto, Kabid Kependudukan dan Catatan Sipil danKB KabupatenM pada acara Dialog Publik, yang dilaksanakanpada tanggal 14 Desember 2005, yang mengambil tema tentangProgram Raskin (Beras Miskin))

Dari uraian di atas, jelas bahwa kejahatan korupsi di Indo-nesia sudah sangat sistemik. Yang memprihatinkan, justruketika adanya anggapan membudayakan korupsi ini makinmenguat, sebenarnya posisi keyakinan keberagamaan di negeriini menjadi ironic dan dipertanyakan relevansinya. Tak adakahhubungan kesalehan dalam keberagamaan dengan pengurangan

231

bahkan pencegahan tindak korupsi? Atau sebetulnya memangada yang salah dalam corak keberagamaan masyarakat kita,sehingga bisa dikatakan solat yes, korupsi jalan terus! Per-tanyaan-pertanyaan sejenis itu masih bisa muncul tetapi jelasironis tersebut menunjukkan betapa selama ini kaum beragamadi negeri ini gagal menumbuhkan kepekaan moral dalam petakesadaran umatnya menghadapi kejahatan korupsi.

Oleh karena itu pilihan beberapa sample wilayah pene-litian, diambil wilayah yang ada pesantrennya dan wilayah yangjauh/tidak ada pesantrennya. Dipilihnya wilayah pesantrensebabkan karena pesantren sebagai markas perubahan setidak-nya memiliki dua aspek strategi, Pertama, sebagai lembagapendidikan keagamaan yang berada di luar jangkauan negara,lembaga ini bukan saja memiliki kemandirian dan kenetralanpolitik, tetapi juga sensifitas dalam mewakili kelompok Dhu'afa dan kaum tertindas. Kedua, Krusialnya figure kyai sebagaisymbol moralitas yang memiliki kewibawaan dalam mene-gakkan etika public, termasuk keterlibatannya sebagai agenkebudayaan dalam rnembangun kesadaran social.

Sedangkan dipilihnya wilayah yang tidak ada pesantren-nya/jauh dari pesantren, diharapkan bisa menjadi bahan ban-dingan dari wilayah yang dekat/ada pesantrennya.Setidaknyawilayah yang demikian kehidupan dan pemahaman keagama-annya akan berbeda dengan masyarkat/wilayah pesantren.

Secara umum korupsi memiliki beberapa definisi. Dalampengertian yang sempit korupsi berarti "Penyalahgunaankekuasaan public bagi kepentingan pribadi (Misuse of public forprivate gain) Ada juga yang mengartikan secara lebih luas, yaknisebagai penyalahgunaan urusan public, pelanggaran kepen-tingan public, pencelaan opini public, dan penggunaan urusanpublic secara illegal bagi kepentingan pribadi.

Dengan kata lain, korupsi dapat dimengerti sebagai tin-dakan mengambil tau menggunakan uang atau fasilitas negarauntuk kepentingan pribadi, kerlompok dan golongannya. Ter-

232

masuk dalam hal ini adalah: Perebutan kebijakan yang koruptif(BLBI, Penjualan asset negara/Privatisasi), suap menyuap,mark-up proyek, tender pinjam bendera, berdagang hokum, me-nurunkan kwalitas proyek, proyek fiktif, politik uang, menaik-kan harga kwitansi, manipulasi data, menjual lowongan pekerja-an, membuat laporan ganda, merekayasa laporan bersamaBPKP, mengubah nilai agunan pinjaman di bank, pem,anfaatanpinjaman bank untuk usaha di luar proposal.

Dalam berbagai dokumen keagamaan Islam, terutama dilingkungan kaum sufi, selalu disebut 3 hal, sebagai sumberkejahatan dalam kehidupan manusia.Yang pertama adalahkemiskinan, disusul oleh ketidaktahuan dan terakhir adalahkerakusan. Pertama, Alasan kemiskinan sebagai pendorong ataupenggoda untuyk menerima suap atau melakukan praktek ko-rupsi lain, telah digarisbawahi dalam sebuah hadits Nabi.Kemiskinan tidak hanya dapat menjerumuskan seseorang kedalam tindak kejahatan, namun dapat juga menjerumuskanseseorang ke dalam kekufuran, yakni pengingkaran total ter-hadap Tuhan dan nilai-nilai kebenaran dan keluhuran lainnya.Kaada al-Faqr an yaksama kufra, hampir-hampir kefakiran itumenjelma menjadi kekufuran itu sendiri. Memang tidak terlalusulit untuk menjelaskan kenapa rakyat yang rata-rata serbakekurangan, tanpa piker panjang bersedia mempertukarkankeimanannya demi untuk mendapatkan sebuah materi.

Sungguh rapuh gagasan terwujudnya kehidupan masya-rakat yang taat beragama, bermoral dan berbudi luhur tanpaditopang tingkat kesejahteraan ekonomi yang menjaminpemenuhan keburuhan pokok warganya. Al Qur'an menegas-kan bahwa kesejatian beragama seseorang tidak diukur dengantingkat kesetiaannya dating ke masjid, melainkan dengan ke-sungguhan dalam upaya memecahkan persoalan pangan dankebutuhan pokok lainnya.

Alasan tidak tahu, bahwa manipulasi, suap, dan bentukkorupsi lainnya melanggar norma moral dan akidah agama

233

berkaitan dengan npola budaya suatu nasyarakat. Ada indikasikuat bahwa bagi kebanyakan masyarkat kita, baik yang miskinmaupun yang berkecukupan, masih merasa samar tentang sta-tus imoralitas (jahatnya) korupsi terutama bentuk manipulasidata. Dalam kamus etika dan moral mayoiritas orang Indone-sia, yairtu mereka yang dianggap "Orang Jawa", yang secaraeksplisit-definitif dicela sebagai tindakan kejahatan yang wajibdimusuhi masyarkat, yakni hanya 5(Lima) perkara. Yangterkenal dengan sebutan "Mo Limo" dalamm masyarkat Jawaterdiri atas Main (Judi), Maling (Mencuri), Madon (berzina),Madat (Mabuk alcohol, Narkoba) dan Mateni (Membunuh).

Definisi kejahatan adalah segala sesuatu yang mence-lakakan diri sendiri/oranglain.Adapunmasih sulitnya mereka,yakni masyarkat muslim memahami bahwa manipuylasi dataadalah merupakan bentuk korupsi yangmerugikan orang lain,merupakan salah saru faktor penyebab maraknya budaya mani-pulasi data.

Sehingga pola ini juga diketemukan di kalangan masyarkatmuslim diM yang melakukan prktek manipulasi data.Bhakanbagi mereka mnaipulasi data dianggap sah-sah saja. Apalagibila diingat bahwa dalam wacana fiqh, sebagai teori hokumsyariat Islam, istilah atau konsep korupsi terutama bentukmanipiulasi data ini belum dikenal. Adapun yang relatif banyakdikenal adalh kufur/tidak mau bersukur atas nikmat yang telahdiberikan Alloh SWT.

B. Profil KabupatenM

KabupatenM merupakan salah satu kabupaten di PropensiJawa Tengah,lokasinya berada diantara beberapa kabupatendan kota antara lain :Kabupaten Temanggung, Kabupaten Sema-rang, Kabupaten Boyolali, Kabupaten Purworejo, KabupatenWonosobo, KotaM,serta Propensi Daerah Istimewa Yogyakarta.Posisi geografi kabupaten ini adalah : 110 Ol'Sl" bujur timur -

234

110 25'58" bujur timur dan 7 19'13" lintang selatan - 7 42'16"lintang selatan Wilayah kabupaten M dibatasi oleh wilayah-wilayah lain sebagai berikut:

- Sebelah utara : Kabupaten Temanggung dan Semarang- Sebelah selatan : Kabupaten Purworejo dan Propensi DI

Yogyakarta- Sebelah Timur : Kabupaten Semarang dan Boyolali

C. Pelaksanaan Syariat Islam Keluarga Miskin Kabupaten M

Syariat sebagaimana definisi di atas merupakan praktekkeagamaan yang dijalankan setiap Muslim, yang berupa aturanpokok ibadah yang dirumuskan dalam rukun Islam. Sebagai-mana Muslim pada umumnya, Keluarga Miskin di KabupatenMjuga mengenal aturan yang telah digariskan tersebut yangditerangkan dalam istilah rukun Islam.

Syahadat, Keseluruhan dari Keluarga miskin, sebaimanatelah penulis teliti mayoritas adalah beragama Islam, merekamengetahui bahwa sebagai Muslim mereka tidak terhindar darikewajiban-kewajiban yang telah ditetapkan oleh agama, walau-pun dalam pelaksanaannya semua kembali kepada pemahamandan keluasaan ilmu agama, serta kepercayaan yang merekamiliki. Begitu juga mereka percaya dan sadar bahwa seseoranguntuk menjadi Muslim harus bias mengucapkan dua kalimatsyahadat, sebagai bukti bahwa seseorang mengakui Allahsebagai Tuhannya dan Muhammad adalah sebagai urusannya.

Sholat, Sholat menurut bahasa adalah do'a. Adapun yangdimaksud sholat adalah ibadah yang terssusun dari beberapaperkataan dan perbuatan yang dimulai dengan TakbirotulIkhrom dan diakhiri dengan salam. Sholat sebagai rukun Islamyang kedua wajib dilaksanakan oleh umat Islam, sesuai denganketentuan yang telah diatur dalam agama Islam.

Berdasarkan pengamatan penulis belum semua Keluargamiskin menjalankan sholat secara berjamaah di masjid. Ada be-

235

berapa keluarga miskin yang mengerjakan sholat secara sendiri-sendiri dan ada juga yang belum sadar ingin melaksanakansholat. Menurut keterangan yang diperoleh di lapangan, baruada 25% dari Keluarga miskin yang sudah menjalankan sholatwajib lima waktu, juga menjalankan sholat-sholat sunah yanglain.

Puasa, Puasa adalah menahan diri dari makan, minum,zina dan sebagainya yang dituntut oleh syara' dari terbit fajarsampai terbenamnya matahari, karena mengharap pahala dariAllah SWT. Pengamalan puasa bertujuan agar menjadi orangyang bertaqwa yaitu benar-benar menjauhi apa yang dilarangoleh Allah dan melaksanakan segala perintah-Nya. Denganpuasa dapat melatih seseorang untuk menahan segala nafsuyang ada dalam tubuh manusia, disamping juga sebagai salahsatu sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah serta me-ningkatkan kualitas keimananan.

Pada bulan Romadhon para keluarga miskin juga melaku-kan puasa sebagaimana orang Muslim yang lainnya dan pelak-sanaannya berjalan seperti biasa. Ketika waktu berbuka puasatelah tiba mereka mengikuti buka bersama yang biasa diadakandi masjid yang dilakukan selama bulan puasa. Acara berbukapuasa ini biasa disebut ta'jilan.

Selain puasa Romadhon yang telah ditetapkan oleh ajaranIslam, ada sebagian Keluarga miskin yang juga melakukan puasa-puasa sunah yang lain seperti puasa Senin dan Kamis. Sedang-kan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu mereka melakukanpuasa yang biasa dilakukan oleh orang-orang kejawen yangbiasa disebut laku (ikhtiar).

Zakat, Bagi para Keluraga miskin, zakat merupakan salahsatu kewajiban bagi umat Islam yang mampu untuk menge-luarkan sebagian dari hartanya untuk diberikan kepada yangberhak menerima. Dilihat dari kehidupan sosial ekonomi mereka,kemungkinan untuk melaksanakan zakat bagi mereka sangat

236

kecil. Kebanyakan dari mereka masih mendapatkan zakat daripara keluarga mampu lainnya.

Haji, Haji merupakan rukun Islam yang terakhir, yangdicita-citakan oleh hampir setiap Muslim, tidak terkecuali parakeluraga miskin. Di lihat dari kehidupan social ekonomi mereka,kemungkinan untuk melaksanakan haji sangatlah kecil. Namundemikian ada pula Kelurga miskin yang sudah mampu melak-sanakan ibadah haji dengan biaya sendiri. Dengan demikianpara para keluraga miskin juga mempunyai kesempatan untukmelaksanakan ibadah haji sebagaimana orang islam umumnya.

D. Pengetahuan dan Pemahaman Keluarga miskin penerimaRaskin terhadap Syariat Islam

Pengetahuan agama merupakan faktor terpenting bagiseseorang sebagai dasar untuk menjalankan perintah agama,mengetahui yang harus dikerjakan dan hal-hal yang dilarangoleh agama. Pengetahuan tersebut dapat dimulai dari ketertari-kan seseorang untuk mempelajarinya, baik dalam pendidikanformal maupun non formal. Mayoritas Keluraga misklin mem-peroleh pendidikan agama Islam selain dari orang tua, jugamendapatkan dari lingkungan masyarakat sekitar yang berupapengajian rutin yang biasa diselenggarakan di masjid-masjidatau langgar.

Materi yang disampaikan dalam pengajian tersebutbermacam-macam, seperti masalah ibadah dan muamalah. ParaKeluarga miskin sadar bahwa dengan mengikuti pengajiantersebut mereka bias menambah pemahaman tentang syariat,tentang tata cara beribadah, akidah yaitu kepercayaan terhadapAllah. Syariat, tentang tata cara beribadah kepada Allah danbagaimana harus bersikap terhadap sesama manusia sesuaidengan ajaran Islam (akhlak).

Dari hasil wawancara di lapangan belum semua Keluargamiskin penerima Raskin dapat membaca al-Quran. Dari kese-

237

luruhan Keluarga miskin yang penulis teliti hanya ada 75 %yang dapat membaca al-Quran, yang secara kebetulan keba-nyakan mereka berada di wilayah pusat-pusat keagamaan, diwilayah tersebut ditemukan beberapa pesantren. Mereka bisamembaca al-Quran karena dibimbing oleh orang tua merekadan ada pula yang mendapat al-Quran kareja belajar dari gurungaji mereka atau di pesantren di desanya. Sedangkan merekayang tidak/belum bias baca al Qur'an, berasal dari wilayah ke-camatan Borobudur, yang secara kebetulan sangat jarang di-temukan pusat-pusat pendidikan keagamaan taupun pesantren.

Menurut mereka yang bias membaca, membaca al-Quranmerupakan suatu sarana untuk mendapatkan diri kepada Al-lah, selain itu mereka juga mendapatkan pahala dari membacaAl Qur'an sebanyak huruf yang mereka baca tersebut. Namunpemahaman yang demikian itulah yang mendorong merekauntuk membaca al Qur'an sebanyak-banyaknya tampa menge-tahui isi dan kandungan dari ayat-ayat yang mereka baca ter-sebut. Sehingga mereka membaca al-Qur'an tetapi tidak menge-tahui makna yang terkandung di dalamnya.

E. Pandangan Keluarga Miskin terhadap Syari'at Islamterutama pemahaman mereka terhadap Konsep Syukur

Berawal dari pengejawatahan mereka terhadap syari'atIslam, mereka dapat mewujudkan dalam tingkah laku ritual,kepercayaan mereka dalam kehidupan sebagai insane ber-agama. Mulanya Kelaurgha Miskin mengikuti ajaran Islam bukansepenuhnya atas kesadaran pribadi tetapi mereka beragamaIslam karena Islam telah dipeluk oleh orang tua serta nenek moyangmereka, sehingga bias disebut Islam keturunan. Adapun darinenek moyang mereka, ajaran Islam tidak sepenuhnya merekakuasai. Mereka hanya sebatas memeluk Islam, tetapi belum biasmeninggalkan budaya yang mengakar kuat dalam masyarakat-

238

nya, yaitu budaya yang mendapat pengaruh kuat dari tradisiJawa dan Hindu Budha atau biasa disebut Islam Jawa.

Adapun pandangan mereka terhadap syukur atas nikmatyang telah diberikan Alloh SWT,Oleh karena berawal dariminimnya pengetahuan mereka tentang ajaran Islam sertaminimnya kemauan untuk mempelajari Islam secar menyeluruhatau Kaffah., maka kebanyakan dari mereka yaitu para Keluargamiskin penerima Raskin belum bias memahami makna sykurdengan baik.

Dari hasil wawancara di lapangan belum semua Keluargamiskin penerima Raskin dapat bersikap qonaah dan bersyukuratas nikmat yang diperolehnya. Dari keseluruhan Keluarga miskinyang penulis teliti hanya ada 25 % yang dapat memahami danmempraktikan sikap syukur dalamkehidupannya, yang secarakebetulan kebanyakan mereka berada di wilayah pusat-pusatkeagamaan, di wilayah tersebut ditemukan beberapa pesantren.Mereka bisa bersikap qonaah, nerimo ing pandum dan tidaktamak, justru mereka tetap senan tiasa bersyukur, walaupunkehidupan ekonominya pas-pasan.Hal ini tidak bias dilepaskandari belajar dari guru ngaji mereka atau di pesantren di desanya.Sedangkan mereka yang tidak/belum bisa bersikap qonaah,nrimo ing pandum, tidak mau bersyukur bahkan senantiasa merasakurang, berasal dari wilayah kecamatan Borobudur, yang secarakebetulan sangat jarang ditemukan pusat-pusat pendidikankeagamaan ataupun pesantren.

Menurut mereka yang bisa bersikap qonaah,nrimo ingpandum,tidak tamah, bahkan senantiasa bersyukur atas nikmatyang diterimanya, memahami nikmat Alloh sudah sangat luas,bagi mereka nikmat Allah itu tidak hanya yang bersifat materi,tetapi juga yang bersifat materi yakni umur yang panjang kese-hatan dan kebahagiaan lahir dan batin. Dalam urusan dunia,mereka senantiasa melihat orang-orang yang dibawahnya.Sehingga mereka senantiasa kan bersyukur atas nikmta yangditerimanya.

239

F. Program Raskin di Kabupaten M

Program Raskin merupakan Program pemerintah dalamrangka memberikan bantuan untuk meningkatkan ketahananpangan dan kesejahteraan sosial rumah tangga bagi keluargamiskin, berupa penyediaan sebagian kebutuhan pangan pokokkeluarga miskin berupa beras.

Program Raskin sudah dimulai sejak 1998, sehingga telahberlangsung selama 8 tahun. Adapun dalam pelaksanaannyabanyak terjadi masalah, yaitu pada awal tahun pertama, yaitudengan dibagi tidak rata, tiap desa menetapkan harus dibagiminimal 10-20 kg/KK.Hal tersebut juga berdasar pada keputus-an Gubernur melalui sosialisasi ke seluruh kepala desa di pro-pinsi Jawa Tengah.Akan tetapi di beberapa desa rumah kepaladesa menjadi sasaran masyarakat yang tidak puas.( Drs. Susanto,kabid Kependudukan dan Catatan Sipil dan KB KabupatenMpada acara Dialog Publik, yang dilaksanakan pada tanggal 14Desember 2005 yang lalu yang mengambil tema tentang Pro-gram Raskin (Beras Miskin)

Realisasi dalam proses pendistribusian Raskin, dari tahunke tahun selalu terjadi penyimpangan.Penyimpangan terhadappemenuhan beras miskin(Raskin) di KabupatenM masih sajaterjadi, tidak hanya diM bahkan di Jawa Tewngah ada sekitar 6kabupaten/kota yang bermasalah. Meski persoalan ini seringdiungkap, penyimpangan masih tetap terjadi. Selain tidak tepatsasran, juga sedikitnya terdapat enam wilyah diM, kedapatanmembagikan beras raskin dengan kualitas yang tidak sesuai stan-dar pemerintah.

Dalam masalah pembagian raskin, pemerintah sudahmemberikan subsidi sebesar Rp.2.200 per kilogram. DenganSubsidi ini, maka masyarkat miskin dapat menebus beras sub-sidi tersebut dengan harga Rp.1000 per kilogram. Dengan hargatersebut, seharusnya intansi yang mendistribusikan raskintersebut dapat memberikan beras sesuai standar harga Rp.3200

240

atau sama dengan Inpres no.13 tahun 2005. Bukan beras rusakyang sebenarnya sudah tidak layak dikonsumsi.Akan tetapirealisasi yang terjadi di lapangan tidak demikian. Masyarkat miskintetap saja mendapatkan beras dewngan kualitas yang jauh dariharapan, selain itu banyak dalam proses pendistribusaianbanyak terjadi tidak tepat sasran.

Raskin pada hakekatnya seharusnya dialokasikan bagimasyarkat miskin dengan distribusi 20 kilogram perkepalakeluarga (KK). Namun realisasi yang terjadi di lapangan, raskinini dibuat bancakan atau didistribusikan atau dibagikan secaramerata kepada semua warga. Hal tersebut sudah merupakanbentuk penyimpangan dari ketentuan y6ang sudah di atur,terlebih kebanyak dari mereka bnayk ditemukan dari kelu-arga-keluarga mampu. Oleh karena itu dalam pelaksanaan distri-businya, PemKab.Magelang membentuk Satgas Raskin, yangberetugas memonitor distribusi Raskin. Satgas ini selain melaku-kan sidak ke gudang-gudang Bulog, juga mel;akukan sidak ketengah-tengah masyarkat. Berdasarkan temuan-temuan pe-nyimpangan di lapangan, penyimpangan terjadi dikarenakanpara pengelola raskin di tingkat desa kurang teliti dalam mene-rima raskin, sehingga banyak raskin yang didistribusikan kepadawarga masyarakat yang tidak berhak menerima.

Agar supaya raskin dapat disalurkan tepat kepada wargayang berhak menerimanya, dengan mutu yang bagus, sebenar-nya telah dilakukan upaya-upaya misalnya; dengan memeriksadahulu salah satu karung untuk mengetahui kualkitasnya, danmencermati label nama mitra bulog dala setiap karung, selainitu perlu adanya kroscek uilang atas data penerima bantuanraskin. Dengan demikian, setiap ada penyelewengan bias cepatdikenali sumbernya untuk diusut. Dalam proses mengonrrol danmengawasi pendistribusian raskin, juga telah dilakuakn upayaadnya partisipasi masyarkat. Baik dalam memeriksa, mengawalhingga dalam proses membuat laporan sebagai bahan peng-aduan temuan masyarakat. Hal ini dilakuakn agar penyaluran

241

raskin tepat sasran, yaitu diutamakan untuk warga miskin. Salah-satunya dengan menggunakan indicator penerima BantuanLangsung Tunai (BLT).Dengan demikian, apabila penyaluranini tepat sasran, dan bias memperkecil peluang penyalahgunaan,maka tujuan program raskin akan dapat tercapai sesuai yangditargetkan. Akan tetapi cukup banyak wilyah di kabupaten yangmasih jauh dari yang diharpakan, hal ini dapat dilihat dari datarealisasi Raskin berikut:

• Sasaran +Keluarga Miskin (72.227 KK).kuantum/jatah dariPusat = 53.792 KK atau 1.075.840 kg/bulan.

• Mestinya tiap KK miskin mendapat jatah raskin 14,895 kg/bulan

• Realitasnya Per KK mendapat rata-rata 4 kg/ bulan atau yangmendapat 268.960 KK, atau 88,32 % atau 1.075.840 kg/bulan.Hal ini dikarenakan adanya masyarakat desa menghendaki:Rembug desa/musyawarah desa, yang dihadiri para paratdesa, lembaga desa, tokoh agama dan tokoh masyarakat sertawakil warga.

Didalam rembug desa tersebut memutuskan menetapkansiapa saja yang berhak menerima raskin,tidak menadnag itukeluraga mampu atau tidak mampu, sejahtera atau tidak sejaht-era, asal mau memmbeli Rp.1000, perkilogramnya, maka wargaitupun bias mendapatkan. Begitu juga sebaliknya meskipunwarga tersebut termasuk keluarga orang tidak mampu, tetapiKaren atidak mampumembeli Raskin Rp.1000,- perkilogramnya,maka haknya akan hilang.Dengan demikian masyarkat ramaai-ramai melakuakn manipulasi data guna mendapatkan bantuanraskin.Sebagimana dikatakan oleh Sumidi, panitia penyalurreaskin di kecamatan mungkid. Lain halnya yang dinyatakanoleh Bpk.Zulkarnain,tokoh dari kecamatn Dukun, Srumbungyang menyatakan bahwa penyaluran raskin di wilayahnyakurang tepat,dimana selain menetapkan siapa saja berhak

242

menerima raskin,yakni tidak memandang itu keluraga mampuatau tidak mampu, sejahtera atau tidak sejahtera, asal mau mem-beli Rp.1000, perkilogramnya, maka warga itupun bias men-dapatkan. Begitu juga sebaliknya meskipun warga tersebuttermasuk keluarga orang tidak mampu, tetapi Karen atidakmampumembeli Raskin Rp.1000,- perkilogramnya, maka hak-nya akan hilang. Akan tetapi di wilayah ini jatah masing-masingwarga ditetapkan sama, yakni dengan system bagi rata.Rembugdesa tersebut dikaukan karena adanya rasa iri/meri, dan adanyacriteria miskin yang sangat tipis, belum ada criteria yang jelas.

G. Manipulasi Kemiskinan, sebagai salah satu praktekKorupsi

Adanya masyarakat desa yang menghendaki: Hasil rembugdesa/musyawarah desa menetapkan siapa saja yang berhakmenerima raskin,yang disebabkan adanya rasa meri/iri,batasmiskin yang sangat tipis,dan konsep dibagi rata, tersebutsebagaimana yang telah dipaparkan oleh Drs. Susanto, kabidKependudukan dan Catatan Sipil dan KB KabupatenM padaacara Dialog Publik, yang dilaksanakan pada tanggal 14 Desem-ber 2005 yang lalu yang mengambil tema tentang ProgramRaskin (Beras Miskin)

Dengan demikian masyarakat tersebut telah melakukansuatu bentuk korupsi secara kolektif, yakni salahsatunya denganmelakukan manipulasi data.Dengan manipulasi data tersebutsebuah keluarga yang tidak termasuk KK miskin dalam prosespendataan dimasukkan dalam kategori KK miskin, sehinggaKK tersebut bisa mendapatkan jatah Raskin.

Hal tersebut di atas dapat dilihat dari data 2 table di bawah,dari table itu nampak adanya manipulasi data KK Miskin, yangbanyak terjadi di daerah atau wilyah yang pemahaman ke-agamaannya cukup memperihatinkan, yang secara kebetulanwilayah-wilyah tersebut sedikit bahkan tidak ada pusat-pusat

243

kegiatan keagamaan termasuik di dalamnya pesantren. Dengandemikian, cukup bias dimengerti bahwa lingkungan yang agamissangat mempengaruhi pemahaman dan perilaku keagamaanmasyarkatnya, yang pada akhirnya berdampak pada pema-haman mereka terhadap Syukur .Pemahaman terhadap Syukurini, pada akhirnya juga akan berpengaruh terhadap ProgramRaskin, yaitu program pemerintah, yang berupa banruan Berasyang diuperuntukkan untuk kelurga miskin. Tingkat pemaham-an keagamaan , terutama konsep syukur dari keluarga miskinyang berbeda, akan melahirkan sikap yang berbeda pula.

Dari keseluruhan Keluarga miskin yang penulis teliti hanyaada 25 % yang dapat memahami dan mempraktikan sikapsyukur dalam kehidupannya. yang secara kebetulan kebanyak-an mereka berada di wilayah pusat-pusat keagamaan, diwilayah tersebut ditemukan beberapa pesantren. Mereka bisabersikap qonaah, nerimo ing pandum dan tidak tamak, justrumereka tetap senan tiasa bersyukur, walaupunkehidupan eko-nominya pas-pasan. Sehingga keluarga ini dalam mensikapipendataan kebanyakan bersikap pasif,yakni "dikasih mau tidakdikasih juga tidak apa-apa",bahkan banyak juga yang bersikapmenolak, yang berarti Kelurga Miskin tersebut meskipun secaraekonomi pas-pasan, tetapi karena keluarga miskin yang lebihmembutuhkan ada lebih banyak, maka mereka menolaknya.Hal ini tidak bias dilepaskan dari pemahaman keagamaan daribelajar dari guru ngaji mereka atau di pesantren di desanya.

Adapun dalam Pendataan keluarga, sensus dan sebagainy aini, untuk mendata di seluruh Indonesia, beayanya ratusanMilyar. Untuk pendataan di kab.M sudah menghabiskan beber-apa milyar. Dan memang yang namanya pendataan sesuaidengan kepentingannya, Akan tetapi untuk pendataan KeluargaMiskin dari BKKBN sudah ada indicator/criteria yang sejenisdari seluruh Indonesia. Akan tetapi karena dengan criteria yangcukup banyak, pendataannya cuma dilaksanakan kurang darisatu bulan dengan satu petugas BPS di satu kecamatan untuk

244

sekian puluh ribu penduduk, sehingga tidak akan mungkinmenghasilkan data yang valid. Hal ini kemudian dari perugasEPS ini diserahkan/merekrut tenaga pendata di desa-desa,mereka diikutkan kursus pendataan,tetapi karena SDM desasangat terbatas dan masing-masing mempunyai daya tangkapberbeda, maka terjadilah berbagai macam penafsiran dariperugas pendataan tersebut, sehingga angka-angka dari setiapdesa, ini menjadi tinggi dan lebih lebih, hal ini disebabkan Karenaaparat desa tersebut mengetahui bahwa pendataan ini dalamrangka mendapatkan bantuan, maka pendataan ini sangat ber-sif at sobyektif dalam arti warganya dan keluarganya agar nantimendapatkan bantuan yang sebanyak-banyaknya, maka pen-dapatan banyak terjadi penyimpangan dari materi/criteria yangditetapkan. terjadilah praktek manipulasi data kemiskinan.

Di bawah ini ada dua tabel, yang menunjukkan adanyamanipulasi data

245

JUMLAH KEPALA KELUARGADAN RUMAH TANGGA MISKIN KAB.M

(Data sebelum ada Program Bantuan)

DESA/KELURAHAN

1 . Salaman2. Borobudur3. Ngluwar4. Salam5. Srumbung6. Dukun7. Muntilan8. Mungkid9. Sawangan10. CandiMulyo1 1 . Mertoyudan12. Tempuran13. Kajoran14. Kaliangkrik15. Bandongan16. Windusari1 7. Secang18. Tegalreja19. Pakis20. Grabag21.Ngablak

JUMLAHSLS/RT

642473315408497458493572607376763426573564404441498444557842377

JUMLAHKELUARGA/RM

TG18.46615.0128.75111.67511.87811.90519.76217.32714.56211.17326.11711.40213.44713.15913.48611.64918.33512.18213.76620.40310.331

JUMLAHRMTG

MISKIN7.3177.5872.5423.4372.6924.6475.5336.6765.3704.7744.7172.9615.9296.3655.6294.5077.0694.6633.6948.4153.922

Sumber : BPS KabupatenM

Data tersebut diambil ketika pemerintah kabupatenM akanmembuka program transmigrasi. Pendataan telah dilakukansecara baik dan benar sesuai dengan criteria yang telahditetapkan, akan tetapi ketika masyarakat mengetahui bahwapendataan tersebut dilakukan dalam rangka programtransmigrasi, maka sebaliknya jumlah KK Miskin menjadimengecil, karena banyak KK yang kemudian menarik datanyasebagai keluarga miskin.

246

JUMLAH RUMAH TANGGA MISKIN KABUPATEN MHASIL PENDATAAN TAHAPI

(Data yang dilakukan untuk program Raskin)

DESA/KELURAHAN

1. Salaman2. Borobudur3. Ngluwar4. Salam5. Srumbung6. Dukun7. Muntilan8. Mungkid9. Sawangan10. Candi Mulyo11. Mertoyudan12. Tempuran13. Kajoran14. Kaliangkrik15. Bandongan16. Windusari17. Secang18. Tegakejo19. Pakis20. Grabag21. Ngablak

JUMLAHSLS/RT

642473315408497458493572607376763426573564404441498444557842377

JUMLAHKELUARGA/

RMTG18.46615.0128.75111.67511.87811.90519.76217.32714.56211.17326.11711.40213.44713.15913.48611.64918.33512.18213.76620.40310.331

JUMLAHRMTG

MISKIN8.31011.7583.3425.4303.5926.4446.6339.7766.4705.6075.1713.1617.9927.5367.5626.7617.0695.4044.50010.1414.722

Sumber : BPS Kabupaten M

Dengan membandingkan dari dua table data di atas, akanterlihat praktek peny impangan yang dilakukan oleh Masyarakatbawah, Dimana jumlah KK Miskin mengalami kenaikan yangsangat dratis, ketika ada program subsidi dari Pemerintah, yaituProgram Raskin dan SLT. Dan begitu juga sebaliknya jumlah KKMiskin menjadi mengecil ketika di Kab.M ada pendataan KKMiskin untuk program trasmigrasi.

247

H. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya manipulasidata

Dengan munculnya fenomena yang sangat kuat masyarakatbawah di KabupatenM, yang mayoritas muslim, bahkansebagian besar ada di dekat kantung-kantung pesantren (Lihatdata nama Kecamatan.yang dicetak tebal), telah berani memani-pulasi data kemiskinan demi untuk mendapatkan subsidi daripemerintah. Dengan demikian masyarakat tersebut telahmembudayakan kufr dan bukan Sukr atas nikmat yang telahditerimanya. Dan Fenomena tersebut terjadi tidak hanya ketikaada Program Raskin tetapi juga pada Bantuan Dana KompensasiBBM.

Adapun secara Secara garis besar, fator-faktor penyebabterjadinya manipulasi data, dapat disimpulkan sbb. Pemerintah:Miskinnya contoh atau teladan non korup dari penyelenggaraNegara, Tidak adanyai sanksi yang menyakinkan sebagai orangyang telah mecuri uang negara. Jadwal waktu pelaksanaan sosi-alisasi dan pendataan yang sangat singkat (antara 3-4 minggu),Adanya sinyalemen beberapa petugas yang kurang memahamidalam mengaplikasikan criteria terhadap Rumah Tangga Miskinpada saat pendataan, Adanya sinyalemen Petugas Pendata(PCL) tidak fair dalam pendataan (unsur kekeluargaan dansenang/tidak senang), Tidak ditetapkannya prosedur pendata-an melalui musyawarah antar warga untuk memperoleh inputdata Rumah Tangga Miskin yang valid. Masyarakat: Miskinnyacontoh atau teladan non korup dari penyelenggara Negara,Tidak adanyai sanksi yang menyakinkan sebagai orang yangtelah mecuri uang negara, Hasil rembug desa/ musyawarah desamenetapkan siapa saja yang berhak menerima raskin, Rembugdesa ini dihadiri tokoh agama setempat, tokoh masyarkat, PNS,guru yang pada akhirnya memutuskan bahwa program raskinharus dibagi rata, Terjadi kecemburuan social antara RumahTangga yang menerima Raskin dengan yang tidak menerima,

248

karena realita lapangan hanya berbeda tipis tingkat kesejah-teraannya, kecemburuan ini juga mengarah ke terjadinya konfliksocial antar warga.Sebagai contoh di beberapa desa rumahkepala desa menjadi sasaran masyarakat yang tidak puas.(dipaparkan oleh Drs. Susanto, kabid Kependudukan dan Catat-an Sipil dan KB KabupatenM pada acara Dialog Publik, yangdilaksanakan pada tanggal 14 Desember 2005), Terjadi upayapemaksaan warga kepada petugas pendata/ aparat/ petugas BPSuntuk mendapatkan juga Raskin walaupun secara teori rumahtangga tersebut tidak termasuk criteria Rumah Tangga Miskin,Terjadi pemerataan Raskin antara warga yang menerima denganyang tidak menerima, dengan maksud tercipta kondisi yangkondusif.

I. Kesimpulan

Program Raskin sudah dimulai sejak 1998, sehingga telahberlangsung selama 8 tahun. Beras Miskin (Raskin) harus diberi-kan kepada Keluarga Penerima Manfaat yang sah dan sesuaidengan daftar penerima manfaat.Adapun keluarga penerimamanfaat yang sah adalah keluarga miskin..Sedangkan jumlah-nya Minimal 10 kg/KK/Bulan, Maxsimal 20 Kg/KK/Bulan.Akan tetapi dalam pelaksanaannya masyarakat melalui rembugdesa memutuskan dibagi rata, sehingga Per KK mendapat rata-rata 4 kg/bulan .Adanya masyarakat desa yang menghendaki:Hasil rembug desa/musyawarah desa menetapkan siapa sajayang berhak menerima raskin,yang disebabkan adanya rasameri/iri,batas miskin yang sangat tipis,dan konsep dibagi ratatersebut,dengan demikian masyarakat tersebut telah melakukansuatu bentuk korupsi secara kolektif, yakni salahsatunya denganmelakukan manipulasi data.

249

DAFTAR PUSTAKA

Laode Ida, Korupsi di Negeri Kaum Beragama, Jakarta : P3M,2004

Suharko, korupsi Politik dan Masa Depan Demikmsi di Indonesia,Jakarta: P3M, 2004

Masdar F. Mas'udi, Problematika dan Kebutuhan Membangun FiqhAnti Korupsi, dalant Korupsi di Negeri Kaum Beragama,Jakarta: P3M, 2004

Suharsipmi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu PendekatanPraktek, Jakarta: Rineka Cipta, 2002.

Sutrisno Hadi, Metodologi Research, Yogyakarta: YayasanPenerbitan Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada,1980.

S.Nasution, Metode research (Penelitian Ilmiah), Jakarta: BumiAksara/1996.

Winarno Surrakhmad, Pengantar Penelitian Ilmiah, Bandung:Tarsito, 1985

Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Sirvai,Jakarta:LP3ES, 1989.

Sumardi Mulyanto, (ed), Penelitian Agama: Masalah dan Pemikiran,Jakarta: Sinar Harapan,1992.

Indal Abror: Dosen Jurusan Tafsir Hadis UIN SunanKalijaga Yogyakarta

250