84
MANAJEMEN PELAKSANAAN PROGRAM POS PELAYANAN TERPADU PENYAKIT TIDAK MENULAR (POSBINDU PTM) DI
PUSKESMAS SINE KABUPATEN NGAWI
Annisa Zulfa Arifin1, Henry Setyawan S2, Y Warella3
1-3Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro Email: [email protected]
ABSTRAK
Pelaksanaan program Posbindu PTM di Kabupaten Ngawi masih rendah, pada tahun 2018, persentase desa/kelurahan yang melaksanakan Posbindu PTM sebesar 68% tersebar di 217 desa di Kabupaten Ngawi. Puskesmas Sine merupakan salah satu puskesmas yang telah aktif melaksanakan program tersebut di seluruh lingkup desa sasaran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pelaksanaan program Posbindu PTM di Puskesmas Sine dengan menggunakan teori George R. Terry sebagai pedoman manajemen pelaksanaan program yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan serta pengawasan. Jenis peneltian ini adalah penelitian kualitatif. Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara mendalam terhadap 5 informan terdiri dari informan utama dan informan triangulasi. Informan adalah tim yang aktif dalam pelaksanaan kegiatan program Posbindu PTM yaitu pemegang program P2PTM Puskesmas, bidan, perawat penanggung jawab Posbindu sebagai informan utama. Kader Posbindu, serta staff Dinas Kesehatan Kabupaten Ngawi yang bertanggungjawab dalam pelaksanaan program Posbindu PTM sebagai informan triangulasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perencanaan tertulis dalam pelaksanaan program guna menciptakan kinerja yang efektif dan efisien sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Terdapat struktur organisasi dalam tim pelaksanaan program yang dipimpin oleh pemegang program P2PTM di Puskesmas Sine. Pelaksanaan program rutin dilakukan setiap bulan. Keputusan tersebut didapat melalui sosialisasi dan koordinasi dengan perangkat desa yang juga ikut mendukung pelaksanaan program. Kegiatan dalam Posbindu PTM Puskesmas Sine sudah mencakup 5 tahapan layanan berupa registrasi, wawancara sederhana, pengukuran, pemeriksaan dan konseling oleh petugas puskesmas, terdapat beberapa layanan yang kurang berjalan optimal, seperti kegiatan pengukuran analisis lemak, pemeriksaan fungsi paru serta pengukuran indeks masa tubuuh, hal ini disebabkan belum semua kader mampu dan belum mendapatkan pelatihan melakukan pengukuran penghitungan itu. Pengawasan yang direncanakan dalam pelaksanaan program belum berjalan optimal baik dari pihak puskesmas maupun pihak dinas Kesehatan. Kata Kunci: Manajemen, Pelaksanaan Program, Posbindu PTM
JKM
Jurnal Kesehatan Masyarakat
STIKES Cendekia Utama Kudus
P-ISSN 2338-6347
E-ISSN 2580-992X
Vol. 9, No. 1, Agustus 2021
85
ABSTRACT
The implementation of the Posbindu PTM program in the Ngawi Regency is still low, in 2018, the percentage of villages / sub-districts implementing Posbindu PTM was 68% spread across 217 villages in Ngawi Regency. Puskesmas Sine is one of the Community health centers that has been actively implementing the program in all target villages. This study aims to determine the description of the implementation of the Posbindu PTM program at Sine Health Center by using George R. Terry's theory as a guideline for program implementation management which consists of planning, organizing, implementing, and monitoring. This research type is qualitative research. The data collection method was carried out using in-depth interviews with 5 informants consisting of main informants and triangulation informants. Informants are a team that is active in implementing the Posbindu PTM program activities, namely P2PTM Puskesmas program holders, midwives, nurses in charge of Posbindu as the main informants. Posbindu cadres, as well as staff from the Ngawi District Health Office who are responsible for implementing the PTM Posbindu program as triangulation informants. The results showed that there was a written plan in implementing the program to create an effective and efficient performance by the stated objectives. There is an organizational structure in the program implementation team led by the P2PTM program holder at the Sine Puskesmas. Routine program implementation is carried out every month. This decision was obtained through socialization and coordination with village officials who also support program implementation. The activities in Posbindu PTM Puskesmas Sine already include 5 stages of service in the form of registration, simple interviews, measurement, examination, and counseling by community health centers officers, several services are not running optimally, such as measurement of fat analysis, checking lung function and measuring the body mass index. this is because not all cadres are capable and have not received training to measure these calculations. Supervision that is planned in the implementation of the program has not run optimally both from the health center and the health office. Keywords: Management, Program Implementation, Posbindu PTM
86
LATAR BELAKANG
Data dari World Health Organization (WHO) menunjukkan bahwa,
PTM mewakili 63% penyebab kematian di dunia setiap tahunnya. PTM
membunuh lebih dari 36 juta orang setiap tahun. Sekitar 80% kematian
tersebut terjadi di negara berpenghasilan menengah dan rendah.
Beberapa fakta penting lain tentang PTM yaitu lebih dari 9 juta kematian
akibat PTM terjadi sebelum usia 60 tahun. Kematian yang disebabkan
penyakit tidak menular 35% diantaranya karena penyakit jantung dan
pembuluh darah, 12% oleh penyakit kanker, 6% oleh penyakit pernafasan
kronis, 6% karena diabetes, dan 15% disebabkan oleh PTM lainnya.[1]
Dalam jumlah total, pada tahun 2030 diprediksi akan ada 52 juta jiwa
kematian per tahun karena penyakit tidak menular.[2]
Program Posbindu menjadi salah satu rencana aksi pemerintah
dalam penanggulangan penyakit tidak menular. Program ini menunjukkan
adanya komitmen pemerintah dalam pencegahan risiko peningkatan
kasus PTM di Indonesia yang di muat melalui Kebijakan Permenkes No.43
tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan,
dimana SPM bidang kesehatan ini merupakan pedoman bagi pemerintah
daerah Kabupaten/kota dalam peneyediaan layanan Kesehatan yang
berhak diperoleh setiap warga guna peningkatan kualitas Kesehatan
masyarakat.[3] Posbindu dapat meningkatkan sikap mawas diri
masyarakat terhadap risiko PTM sehingga peningkatan kasus PTM dapat
dicegah. Sikap tersebut ditunjukkan dengan perubahan perilaku yang lebih
sehat dengan melakukan pemanfaatan kesehatan tidak hanya pada saat
sakit, melainkan juga pada keadaan sehat.
Program Posbindu mulai dikembangkan di Indonesia sejak tahun
2011. Secara nasional, pada tahun 2016 presentase desa/kelurahan yang
melaksanakan kegiatan Posbindu PTM sebesar 20%, Pada tahun 2017
presentase desa/kelurahan yang melaksanakan kegiatan Posbindu PTM
sebesar 24,3%, sedangkan pada tahun 2018 presentase desa/kelurahan
yang melaksanakan Posbindu PTM sebesar 43,92%. Capaian tersebut
87
belum sesuai target nasional dalam rencana strategi kementerian
kesehatan tahun 2015-2019 yaitu sebesar 50%.[4]
Persentase desa/kelurahan yang melaksanakan Posbindu di
Provinsi Jawa Timur tahun 2018 sebesar 57,94%.[5] Salah satu wilayah
yang melakukan Posbindu PTM di Provinsi Jawa Timur adalah Kabupaten
Ngawi. Kabupaten Ngawi merupakan salah satu kabupaten yang
melaksanakan Posbindu PTM sejak tahun 2016.[6] Kabupaten yang
berada di wilayah barat Provinsi Jawa Timur yang berbatasan langsung
dengan Provinsi Jawa Tengah. Kepadatan penduduk di Kabupaten ini
berada di daerah dataran tinggi dengan kategori pertumbuhan ekonomi
masih dalam kategori rendah. Profil dinas Kesehatan Kabupaten Ngawi
menjelaskan bahwa, pada tahun 2017 cakupan pelayanan kesehatan usia
15-59 tahun yang mendapatkan skrining kesehatan sesuai standar dalam
kurun waktu 1 tahun sebesar 98% dengan jumlah sasaran sebanyak
300,647 orang. Cakupan tersebut masih belum mencapai target yang
ditetapkan oleh dinas kesehatan Kabupaten ngawi dengan target 100%.[7]
Persentase desa/kelurahan yang melaksanakan Posbindu PTM di
Kabupaten Ngawi tahun 2016 sebesar 31%, tahun 2017 presentase
desa/kelurahan yang melaksanakan Posbindu PTM sebesar 40%,
sedangkan tahun 2018 persentase desa/kelurahan yang melaksanakan
Posbindu PTM sebesar 68% yang tersebar di 217 desa di Kabupaten
Ngawi.[8] berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan di
puskesmas Sine pelaksanaan Posbindu PTM rutin dilakukan setiap bulan
sekali. Namun yang menjadi masalah adalah belum semua masyarakat
yang menjadi saran program mengikuti kegiatan Posbindu PTM. Hal ini
sejalan dengan penelitian Lutfy (2017) yang menunjukkan bahwa
pelaksanaan Posbindu PTM di Puskesmas Banguntapan belum
mencakup semua kelompok usia sasaran Posbindu PTM.[9]
Kegiatan dalam Posbindu PTM Puskesmas Sine sudah mencakup
5 tahapan layanan berupa registrasi, wawancara sederhana, pengukuran,
pemeriksaan dan konseling oleh petugas puskesmas, hanya saja terdapat
88
beberapa layanan yang kurang berjalan optimal, seperti kegiatan
pengukuran analisis lemak, pemeriksaan fungsi paru serta pengukuran
indeks masa tubuuh, hal ini disebabkan belum semua kader mampu
melakukan pengukuran penghitungan itu. hal ini sejalan dengan penelitian
suhbah,dkk (2019) yang menunjukkan bahwa pelaksanaan Posbindu PTM
di Puskesmas Sukolilo I Kabupaten Pati telah dilakukan dengan sistem 5
tahap namun belum semua pengukuran dan pemeriksaan dapat
dilakukan.[10]
Berdasarkan pertimbangan masalah diatas, peneliti merasa perlu
untuk mengetahui dan meneliti lebih lanjut tentang bagaimana manajemen
pelaksanaan program Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular
(Posbindu PTM) Puskesmas Sine Ngawi dengan menganalisis aspek
Perencanaan, Pengorganisasian, Pelaksanaan, serta Pengawaasan.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian
deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif, dilakukan dengan
melakukan potret terhadap situasi sosial yang kemudian diteliti secara
menyeluruh. Metode pengumpulan data menggunakan metode kondisi
alamiah dengan sumber data primer dan sumber data sekunder.[11]
Data primer dalam penelitian ini menggunakan wawancara
mendalam. Wawancara mendalam dalam hal ini dilakukan kepada
informan sebagai subyek penelitian yang terdiri dari pemegang program
PTM di Puskesmas, bidan dan perawat yang terlibat dalam Posbindu,
kader Posbindu PTM, serta staff P2PTM dari Dinas Kesehatan sebagai
Informan triangulasi.
Instrumen yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian ini adalah
peneliti sendiri dengan bantuan instrument tambahan, yaitu alat perekam
suara (voice recorder) serta alat tulis yang berfungsi sebagai dokumentasi
hasil wawancara mendalam kepada informan. Data yang sudah terkumpul
kemudian diolah secara manual dengan membuat transkrip kemudian
89
disusun dalam bentuk matriks dan selanjutnya dianalisis dengan metode
analisis isi, yaitu membandingkan hasil penelitian dengan teori-teori dalam
tinjauan Pustaka. Pemeriksaan keabsahan data dengan menggunakan
metode triangulasi terhadap sumber.[12]
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Karakteristik Informan
Informan utama dalam penelitian ini adalah kader Posbindu PTM,
pemegang program PTM di puskesmas, dokter, perawat atau bidan yang
terlibat Posbindu. Sedangkan informan triangulasi dalam penelitian ini
terdiri dari Staf P2PTM di Dinas Kesehatan Kabupaten Ngawi.
Tabel 1. Karakteristik Informan Penelitian
Keterangan : IU : Informan Utama IT : Informan Triangulasi
2. Manajemen Perencanaan Kegiatan Posbindu PTM di Puskesmas
Sine
Perencanaan berisi tentang dasar pemikiran dari tujuan dan
penyusunan Langkah-langkah yang akan dipakai untuk mencapai
tujuan,(13) dalam hal ini merencanakan berarti mempersiapkan segala
kebutuhan serta merumuskan bentuk pelaksanaan kegiatan guna
mencapai tujuan. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa telah
terdapat tim perencana di Puskesmas Sine Kabupaten Ngawi, untuk
perencanaan kegiatan Posbindu PTM dilakukan oleh peanggung jawab
program P2PTM. Perencanaan dilakukan secara tertulis terdiri dari
No Informan Kode Jenis
Kelamin Masa Kerja
1 Pemegang Program
PTM IU 1 Perempuan 3 Tahun
2 Perawat IU 2 Perempuan 3 Tahun
3 Bidan yang terlibat dalam Posbindu
IU 3 Perempuan 12 Tahun
4 Kader Posbindu PTM IT 1 Perempuan 10 Tahun
5 Staff P2PTM Dinkes IT 2 Perempuan 4 Tahun
90
beberapa rencana kegiatan yang akan dilakukan, termasuk didalamnya
kegiatan pembinaan dan pelayanan Posbindu. Kegiatan tersebut
direncanakan dengan tujuan untuk meningkatkan peran serta
masayarakat dalam melakukan pencegahan dan deteksi dini faktor risiko
PTM.
Terdapat beberapa variabel penting dalam perencanaan untuk
diterapkan dalam keberhasilan pelaksanaan program adalah perencanaan
sumber daya manusia, ketersediaan dana, dan sarana prasarana. Jumlah
sumber daya manusia yang ikut bergabung dalam keberhasilan program
Posbindu P2PTM masih terbatas. erutama tim Kader. Masih banyak kader
yang bertugas tidak hanya sebagai kader Posbindu melainkan juga kader
posyandu. Akibatnya pelayanan belum berjalan dengan optimal, terutama
pada bagian tindakan lanjut dan konseling. Sesuai dengan pernyataan
informan dalam kolom berikut:
“…Kader ada 5, tidak hanya sebagai kader Posbindu. Sebenarnya jumlahnya tidak cukup, karena tugasnya banyak. Jadi, sampai saat ini pelaksanaan Posbindu PTM belum dapat berjalan dengan optimal terutama pada bagian tindakan lanjut dan konseling…” (IU1) “…sampai saat ini kita merasa cukup mbak, tidak ada beban untuk perencanaan dana, meskipun tidak ada dana khusus untuk Posbindu PTM, tetapi untuk pelatihan biasanya ada dana BOK. Untuk pelaksanaan, selama ini masyarakat menggunakan dana iuran yang mereka kumpulkan dan masih mengajukan dana ke desa…”(IU2)
“...Jumlahnya masih kurang karena sasaran kita banyak. Masing-masing Posbindu hanya mendapatkan satu set Posbindu kit dari DKK, dan untuk pemeriksaan faktor risiko alat masih kami sediakan dari puskesmas karena pemeriksaan medis harus kita yang menangani langsung…”(IU3)
Meskipun masih memiliki beberapa keterbatasan yang
menyebabkan ketidakefektivan pelaksanaan program. Sampai saat ini
keterbatasan tersebut tidak menghalangi para pelaksanaan Posbindu
PTM di lingkup Puskesmas Sine Kabupaten Ngawi untuk menjalankan
91
kegiatan. Terlihat dari, masyarakat yang bersedia membantu memberikan
pelayanan kepada warga usia 15-59 tahun. Pernyataan tersebut sesuai
dengan hasil penelitian Mustapha yang menyebutkan bahwa ketersedian
kuantitas dan kualitas sumber daya akan mendukung berjalannya upaya
integrasi program untuk mengatasi penyakit tidak menular [14]
Perencanaan merupakan salah satu komponen dasar dalam
pengembangan dan pelaksanaan proses manajemen yang menyeluruh,
sehingga perencanaan dijadikan sebagai salah satu kunci penentu dalam
keberlanjutan fungsi manajemen,[15] karena perencanaan
menggambarkan seluruh tahap yang akan dilaksanakan dari sudut
pandang awal, sehingga hal ini juga penting untuk dapat dijadikan sebagai
salah satu acuan dalam pelaksanaan program. Agar pelaksanaan
program dapat berjalan secara efektif dan efisien sesuai dengan tujuan
yang telah ditetapkan.
Berdasarkan hasil uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa
terdapat perencanaan khusus untuk penyelenggaraan program P2PTM di
Posbindu, namun karena beberapa kendala untuk memenuhi target yang
telah ditetapkan sehingga kegiatan tidak berlangsung sesuai dengan
rencana melainkan sesuai dengan instruksi yang diberikan.
3. Manajemen Pengorganisasian Kegiatan Posbindu PTM di
Puskesmas Sine
Pengorganisasian merupakan bagian dari perancangan terhadap
struktur kepemimpinan dan pembagian tugas dalam tim terhadap setiap
kegiatan yang akan dilakukan sehingga kegiatan dapat berjalan efektif dan
efisien sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.[15] Pembentukan
dan penyusunan struktur organisasi tim P2PTM di puskesmas Sine telah
disusun dengan baik. Hal ini dilakukan untuk memudahkan tim dalam
melaksanakan kegiatan sesuai dengan job description yang telah
ditugaskan sehingga kegiatan berjalan sesuai dengan tugas pokok dan
92
fungsi yang telah ditetapkan. Sesuai dengan narasi hasil wawancara
dengan informan berikut:
“…untuk struktur kita juga susun, untuk mempermudah nanti jalannya tupoksi
ya, karena itu penting juga, struktur tim sih terdiri dari kader, bidan, perawat
yang ikut tim posbindu PTM ini, dan pemegang program P2PTM di puskesmas
ya, karena kan yang ngontrol beliau…” (IU3)
Hasil penelitian Budiman menunjukkan bahwa pengorganisasian
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja pegawai, hal tersebut
menunjukkan pengorganisasian memiliki pengaruh yang positif terhadap
kinerja tim, peningkatan kinerja dalam tim ini dapat berpengaruh terhadap
angka keberhasilan pelaksanaan program, sehingga pengorganisasian
merupakan salah satu unsur yang penting untuk dilakukan demi tercapainya
program yang sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.[16]
4. Manajemen Pelaksanaan Kegiatan Posbindu PTM di Puskesmas
Sine
Manajemen pelaksanaan dalam hal ini berkaitan dengan upaya
sebuah organisasi dalam membimbing dan menghimpun seluruh sumber
daya yang terlibat agar ikut berpartisipasi dalam realisasi program atau
kegiatan yang telah direncanakan untuk mencapai tujuan dalam
menuntaskan masalah Kesehatan dalam hal ini adalah penyakit tidak
menular.
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan, proses awal tahap
pelaksanaan yaitu kegiatan sosialisasi dan koordinasi, kegiatan ini
berguna untuk mendukung keberhasilan kegiatan dan menjalin kerja sama
yang baik dengan lintas sektor sehingga dapat mencegah miskomunikasi
yang akan terjadi.
93
“Ya..pertama kita lakukan sosialisasi dan koordinasi terlebih dahulu, kita ngobrol dulu
dengan aparat desa, juga dengan warga bagaimana nantinya program ini akan berjalan,
sehingga nanti ke depannya, masyarakat bias menerima program dengan baik…” (IU 1)
Kita lakukan sosialisasi terlebih dahulu, kita komunikasikan program ini dengan warga
dan pak kades dan jajarannya, agar program ini nantinya berjalan lancar... (IT 2)
Sosialisasi dan koordinasi tidak dilakukan hanya kepada aparat desa
maupun warga tapi juga kepada para kader yang akan membantu proses
pelaksanaan program, sehingga nantinya para kader memahami betul
bagaimana kinerja yang harus dilakukan untuk dapat memenuhi tujuan
program yang telah ditetapkan.
Penelitian Arumsari menunjukkan bahwa koordinasi dan kerja sama
penting untuk dilakukan oleh suatu organisasi untuk dapat menumbuhkan
suasana kinerja yang positif serta melancarkan komunikasi yang efektif
agar kegiatan selalu berjalan sesuai dengan tujuan yang telah
direncanakan.[17]
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan informan
menunjukkan bahwa komunikasi dan koordinasi yang dilakukan oleh
petugas puskesmas dengan aparat desa sebagai organisasi mitra
berlangsung dengan baik, aparat desa juga menymbut baik program
Posbindu PTM yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas kesehatan
masyarakat dalam upaya pencegahan penyakit tidak menular, sehingga
dalam hal ini upaya komunikasi dalm sosialisasi dan koordinasi yang telah
dilakukan diantara keduanya tidak menuai masalah.
5. Manajemen Pengawasan Kegiatan Posbindu PTM di Puskesmas
Sine
Manajemen pengawasan merupakan tahap akhir dari tahapan
teori manajemen milik George R. Terry dimana dalam proses ini kegiatan
yang dilakukan adalah mengamati pelaksanaan kegiatan dan
kesesuaiannya dengan rencana kerja yang telah ditetapkan dan
mengadakan koreksi jika terjadi penyimpangan.[13]
94
Hasil penelitian menunjukkan bahwa supervisi atau Kontrol
terhadap pelaksanaan program masih belum dilakukan. Hal ini disebabkan
pemantauan cakupan dan hasil dari pemeriksaan Posbindu PTM
sementara belum dilakukan oleh puskesmas karena masalah beban kerja
yang dapat menyebabkan kinerja program menjadi terhambat. Hal
tersebut juga belum dilakukan oleh DKK kepada puskesmas. Disini DKK
masih fokus terhadap pembentukan Posbindu PTM yang baru dan
Posbindu yang belum aktif.
“…supervise untuk program ini setau saya kok belum ya, in ikan karena dari pihak puskesmas mungkin banyak kesibukan, karena puskesmas kan kegiatannya banyak, jadi mungkin belum sempat dilakukan..”(IT 1) “..kami belum sempat lakukan supervise, karena kan kami masih sibuk ngurus pembentukan posbindu di daerah lain, dan ada beberapa daerah yang posbindunya tidak aktif kita ingatkan, sejauh ini masih itu yng kita lakukan, nanti kalau semua kegiatannya ini sudah merata, nanti pasti aka nada supervise dari kita..”(IT 2)
Supervisi merupakan salah satu cara untuk mejaga mutu
pelayanan dan keselamatan pasien, kegiatan supervisi dapat dilakukan
melalui kegiatan motivasi, komunikasi dan bimbingan. Menurut Andoko,
supervisi merupakan suatu proses yang memicu anggota organisasi untuk
berkontribusi secara positif agar tujuan organisasi tercapai.[18]
Berdasarkan hasil wawancara menunjukkkan bahwa supervise
belum dilakukan baik dari pihak puskesmas maupun pihak Dinas
Kesehatan. Hal ini disebabkan kesibukan masing-masing sektor terhadap
kepentingan lain sehingga kegiatan supervisi belum berjalan optimal.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Program Posbindu menjadi salah satu rencana aksi pemerintah
dalam penanggulangan penyakit tidak menular. Program ini menunjukkan
95
adanya komitmen pemerintah dalam pencegahan risiko peningkatan
kasus PTM di Indonesia yang di muat melalui Kebijakan Permenkes No.43
tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan.
Kegiatan Posbindu PTM di Puskesmas Sine sudah mencakup 5 tahapan
layanan berupa registrasi, wawancara sederhana, pengukuran,
pemeriksaan dan konseling oleh petugas puskesmas, hanya saja terdapat
beberapa layanan yang kurang berjalan optimal, seperti kegiatan
pengukuran analisis lemak, pemeriksaan fungsi paru serta pengukuran
indeks masa tubuuh, hal ini disebabkan belum semua kader mampu
melakukan pengukuran penghitungan itu.
Penyusunan perencanaan kegiatan telah dilakukan secara tertulis
oleh puskesmas Sine Kabupaten Ngawi sehingga seluruh komponen
dalam perencanaan masuk dalam unsur ini. Terdapat struktur organisasi
dalam tim P2PTM sehingga seluruh kegiatan dilakukan berdasarkan tugas
kerja tim. Penyelenggaraan kegiatan dilakukan sesuai dengan waktu yang
telah disepakati dengan perangkat desa yaitu satu kali setiap bulan.
Penilaian atau supervise belum sempat dilakukan baik dari pihak
puskesmas maupun pihak Dinas Kesehatan yang membuat kinerja
program tidak berjalan dengan efektif.
Saran
Berdaarkan hasil penelitian diatas kiranya dapat peneliti sampaikan
beberapa rekomendasi terkait agar dapat digunakan sebagai bahan
koreksi dan perbaikan bagi pihak terkait. Terutama berkaitan dengan topik
manajemen pelaksanaan dimana dalam hal ini kegiatan supervise penting
untuk dilakukan karena supervise merupakan komponen penting dalam
keberhasilan pelaksanaan program sehingga seluruh tujuan dalam
program dapat terlaksana sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
DAFTAR PUSTAKA 1. Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular.
Buku Pedoman Manajemen Penyakit Tidak Menular. Indonesia; 2019.
96
2–3 p. 2. Kementerian Kesehatan RI. Petunjuk Teknis Pos Pembinaan Terpadu
Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM) [Internet]. Ditjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Kementerian Kesehatan RI. 2012. 1–39 p.
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2016. Tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan. Jakarta; 2016.
4. Kementerian Kesehatan RI. Program P2PTM dan Indikator - Direktorat P2PTM 2019
5. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur. Indonesia; 2018.
6. Dinas Kesehatan Kabupaten Ngawi. Profil Kesehatan Kabupaten Ngawi. 2016.
7. Dinas Kesehatan Kabupaten Ngawi. Profil Kesehatan Kabupaten Ngawi. Ngawi; 2017.
8. Nuraini I. Kualitas Pertumbuhan Ekonomi Daerah Kabupaten/Kota di Jawa Timur. Ekon Pembang. 2017;15:86–92.
9. P LL, A S pawelas, F EY. Analisis Implementasi Program Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu Ptm) Di Kecamatan Banguntapan Kabupaten Bantul. J Kesehat Masy. 2017;5(4):76–84.
10. Suhbah WDA, Suryawati C, Kusumastuti W. Evaluation of the Implementation of the Integrated Non-Communicable Disease (Posbindu PTM) Puskesmas Sukolilo I, Pati District. J Kesehat Masy. 2019;7(4):647–57.
11. Moleong L. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya; 2007.
12. Crosswell JW. Research Design: Pendekatan Metode Kualitatif, Kuantitatif, dan Campuran. Edisi ke 4. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar; 2016.
13. Terry GR. Prinsip-prinsip manajemen. Jakarta: PT.Bumi Aksara; 2006. 14. Mustapha FI, Omar ZA, Mihat O, Noh KM, Hassan N, Bakar RA, et al.
Addressing non-communicable diseases in Malaysia: an integrative process of systems and community. BMC Public Health. 2014
15. SP R, Coulter M. Manajemen. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2010. 16. Budiman A. Analisis pengaruh Pengorganisasian terhadap Kinerja
Pegawai pada Dinas Pekerjaan Umum Kota Banjar. Universitas Pasundan; 2016.
17. Arumsari NR. Penerapan Planning, Organizing, Actuating, dan Controlling di UPTD DIKPORA kecamatan Jepara. Public Knowladge Proj. 2017;3(12).
18. Andoko A, Putri I. Pengaruh Supervisi Dan Sarana Prasarana Dengan Kinerja Perawat. Malahayati Nurs J. 2020;2(1):91–104.
Top Related