8/10/2019 makalah transduser dan sensor
1/22
makalah transducer
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Model apapun yang digunakan dalam sistem otomasi pemabrikan sangat tergantung kepada keandalan
sistem kendali yang dipakai. Hasil penelitian menunjukan secanggih apapun sistem kendali yang dipakai
akan sangat tergantung kepada sensor maupun transduser yang digunakan..
Sensor dan transduser merupakan peralatan atau komponen yang mempunyai peranan penting dalam
sebuah sistem pengaturan otomatis. Ketepatan dan kesesuaian dalam memilih sebuah sensor akan
sangat menentukan kinerja dari sistem pengaturan secara otomatis.
Besaran masukan pada kebanyakan sistem kendali adalah bukan besaran listrik, seperti besaran fisika,
kimia, mekanis dan sebagainya. Untuk memakaikan besaran listrik pada sistem pengukuran, atau sistem
manipulasi atau sistem pengontrolan, maka biasanya besaran yang bukan listrik diubah terlebih dahulu
menjadi suatu sinyal listrik melalui sebuah alat yang disebut transducer.
B. RUMUSAN MASALAH
Dalam makalah ini penulis mengidentifikasi masalah sebahai berikut :
1. Pengertian Transducer dan Sensor.
2. Prinsip kerja dari Transducer dan Sensor.
3. Aplikasi dari Transducer dan Sensor.
C. TUJUAN
1. Dapat menyebutkan definisi dan perbedaan dari sensor dan transduser.
2. Mampu menyebutkan persyaratan umum dalam memilih sensor dan transduser.
3. Mengerti tentang klasifikasi sensor dan transduser secara umum.
8/10/2019 makalah transduser dan sensor
2/22
8/10/2019 makalah transduser dan sensor
3/22
Input Tranducers. Electric-Input Tranducers mengubah energy non-listrik seperti suara, cahaya
menjadi energi listrik.
Output Tranducers. Electric-Output Tranducers merupakan kebalikan dari Electric-Input
Tranducers.
c. Menurut pola aktivasinya :
Transduser pasif, yaitu transduser yang dapat bekerja bila mendapat energi tambahan dari luar.
Transduser aktif, yaitu transduser yang bekerja tanpa tambahan energi dari luar, tetapi
menggunakan energi yang akan diubah itu sendiri.
Efisiensi adalah suatu pertimbangan penting dalam suatu transduser. Efisiensi transduser didefinisikan
sebagai rasio output daya dalam bentuk yang diinginkan ke input daya total. Secara matematis, jika P
merupakan masukan daya total dan Q merupakan output daya dalam bentuk yang diinginkan, maka E
efisiensi, sebagai rasio antara 0 dan 1, maka:
E = Q / P
Jika% E merupakan efisiensi dalam persentase, maka:
E % = 100 Q / P
Tidak ada transduser yang 100% efisien dalam penggunaannya, beberapa daya selalu hilang dalam
proses konversi. Biasanya kerugian ini diwujudkan dalam bentuk panas. Sebagai contoh di antara
transduser terburuk dalam hal efisiensi adalah lampu pijar. Bola 100-watt memancarkan hanyabeberapa watt dalam bentuk cahaya tampak. Sebagian besar daya berubah menjadi energi panas.
Tabel berikut menyajikan prinsip kerja serta pemakaian transduser berdasarkan sifat kelistrikannya.
Tabel 1. Kelompok Transduser.
Parameter listrik dan kelas transduser
Prinsip kerja dan sifat alat
Pemakaian alat
Transduser Pasif
8/10/2019 makalah transduser dan sensor
4/22
Potensiometer
Perubahan nilai tahanan karena posisi kontak bergeser
Tekanan, pergeseran/posisi
Strain gage
Perubahan nilai tahanan akibat perubahan panjang kawat oleh tekanan dari luar
Gaya, torsi, posisi
Transformator selisih (LVDT)
Tegangan selisih dua kumparan primer akibat pergeseran inti trafo
Tekanan, gaya, pergeseran
Gage arus pusar
Perubahan induktansi kumparan akibat perubahan jarak plat
Pergeseran, ketebalan
Transduser Aktif
Sel fotoemisif
Emisi elektron akibat radiasi yang masuk pada permukaan fotemisif
Cahaya dan radiasi
Photomultiplier
Emisi elektron sekunder akibat radiasi yang masuk ke katoda sensitif cahaya
Cahaya, radiasi dan relay sensitif cahaya
Termokopel
Pembangkitan ggl pada titik sambung dua logam yang berbeda akibat dipanasi
Temperatur, aliran panas, radiasi
Generator kumparan putar (tachogenerator)
Perputaran sebuah kumparan di dalam medan magnit yang membangkitkan tegangan
Kecepatan, getaran
8/10/2019 makalah transduser dan sensor
5/22
Piezoelektrik
Pembangkitan ggl bahan kristal piezo akibat gaya dari luar
Suara, getaran, percepatan, tekanan
Sel foto tegangan
Terbangkitnya tegangan pada sel foto akibat rangsangan energi dari luar
Cahaya matahari
Termometer tahanan (RTD)
Perubahan nilai tahanan kawat akibat perubahan temperatur
Temperatur, panas
Hygrometer tahanan
Tahanan sebuah strip konduktif berubah terhadap kandungan uap air
Kelembaban relatif
Termistor (NTC)
Penurunan nilai tahanan logam akibat kenaikan temperatur
Temperatur
Mikropon kapasitor
Tekanan suara mengubah nilai kapasitansi dua buah plat
Suara, musik,derau
Pengukuran reluktansi
Reluktansi rangkaian magnetik diubah dengan mengubah posisi inti besi sebuah kumparan
Tekanan, pergeseran, getaran, posisi
Sumber: William D.C, (1993)
2) Pemilihan Transduser
Pemilihan suatu transduser sangat tergantung kepada kebutuhan pemakai dan lingkungan di sekitar
pemakaian. Untuk itu dalam memilih transduser perlu diperhatikan beberapa hal di bawah ini:
1. Kekuatan, maksudnya ketahanan atau proteksi pada bebanlebih.
8/10/2019 makalah transduser dan sensor
6/22
2. Linieritas, yaitu kemampuan untuk menghasilkan karakteristik masukan-keluaran yang linier.
3. Stabilitas tinggi, yaitu kesalahan pengukuran yang kecil dan tidak begitu banyak terpengaruh oleh
faktor-faktor lingkungan.
4. Tanggapan dinamik yang baik, yaitu keluaran segera mengikuti masukan dengan bentuk dan besar
yang sama.
5. Repeatability, yaitu kemampuan untuk menghasilkan kembali keluaran yang sama ketika digunakan
untuk mengukur besaran yang sama, dalam kondisi lingkungan yang sama.
6. Harga. Meskipun faktor ini tidak terkait dengan karakteristik transduser sebelumnya, tetapi dalam
penerapan secara nyata seringkali menjadi kendala serius, sehingga perlu juga dipertimbangkan.
Diantara beberapa karakteristik transduser di atas, akan dibahas lebih mendalam tentang linieritas.
3) Linieritas Transduser
Linieritas adalah suatu sifat yang penting dalam suatu transduser. Bila suatu transduser adalah linier,
maka bila masukan menjadi dua kali lipat, maka keluaranmisalnyamenjadi dua kali lipat juga. Hal ini
tentu akan mempermudah dalam memahami dan memanfaatkan transduser tersebut. Ketidaklinieran
setidaknya dapat dibagi menjadi dua, yaitu ketidak-linieran yang diketahui dan yang tidak diketahui.
Ketidaklinieran yang tidak diketahui tentu sangat menyulitkan, karena hubungan masukan keluaran
tidak diketahui. Seandainya transduser semacam ini dipakai sebagai alat ukur, ketika masukan menjadi
dua kali lipat, maka keluarannya menjadi dua kali lipat atau tiga kali lipat, atau yang lain, tidak diketahui.
Sehingga untuk transduser semacam ini, perlu dilakukan penelitian tersendiri untuk mendapatkan
hubungan masukan keluaran, sebelum memanfaatkannya. Adapun untuk ketidaklinieran yang
diketahui, maka transduser yang memiliki watak semacam ini masih dapat dimanfaatkan denganmenghindari ketidaklinierannya atau dengan melakukan beberapa transformasi pada rumus-rumus yang
menghubungkan masukan dengan keluaran. Contoh ketidaklinieran yang diketahui misalnya: daerah
mati, saturasi, logaritmis, kuadratis dan sebagainya. Perinciannya adalah sebagai berikut:
1. Daerah mati (dead zone) artinya adalah ketika telah diberikan masukan, keluaran belum ada. Baru
setelah melewati nilai ambang tertentu, ada keluaran yang proporsional terhadap masukan.
Gambar 13. Daerah Mati (dead zone)
2. Saturasi maksudnya adalah, ketika masukan dibesarkan sampai nilai tertentu, keluaran tidak
bertambah besar, tetapi hanya menunjukkan nilai yang tetap.
Gambar 14. Saturasi (saturation)
3. Logaritmis, maksudnya adalah sesuai dengan namanya, bila masukan bertambah besar secara linier,
keluarannya bertambah besar secara logaritmis.
8/10/2019 makalah transduser dan sensor
7/22
4. Kudratis, maksudnya adalah sesuai dengan namanyabila masukan bertambah besar secara linier,
keluarannya bertambah besar secara kuadratis
Pada kondisi riil, transduser yang linier dalam jangkau yang luas sangat jarang ditemui. Bahkan banyak
transduser yang memiliki sifat tidak linier yang merupakan gabungan dari beberapa sifat tidak linier.
Oleh karena itu, perlu kiat-kiat yang tepat untuk memanfaatkan fenomena tersebut.
B. SENSOR
D Sharon, dkk (1982), sensor adalah suatu peralatan yang berfungsi untuk mendeteksi gejala-gejala atau
sinyal-sinyal yang berasal dari perubahan suatu energi seperti energi listrik, energi fisika, energi kimia,
energi biologi, energi mekanik dan sebagainya. Sensor adalah peralatan yang digunakan untuk merubah
suatu besaran fisik menjadi besaran listrik sehingga dapat dianalisa dengan rangkaian listrik tertentu.
Sensor biasa digunakan untuk mengukur magnitude sesuatu. Sensor merupakan jenis transducer yang
digunakan untuk mengubah variasi mekanis, magnetis, panas, sinar dan kimia menjadi tegangan / arus
listrik. Sensor dikategorikan melalui pengukur dan memegang peranan penting dalam pengendalian
proses pabrikasi modern. Sensor memberikan ekivalen mata, pendengaran, hidung, lidah untuk menjadi
otak mikroprosesor dari system otomatisasi industri.
Perkembangan sensor dan transduser sangat cepat sesuai kemajuan teknologi otomasi, semakin
komplek suatu sistem otomasi dibangun maka semakin banyak jenis sensor yang digunakan. Robotik
adalah sebagai contoh penerapan sistem otomasi yang kompleks, disini sensor yang digunakan dapat
dikatagorikan menjadi dua jenis sensor yaitu: (D Sharon, dkk, 1982)
a. Internal sensor.
Sensor internal diperlukan untuk mengamati posisi, kecepatan, dan akselerasi berbagai sambungan
mekanik pada robot, dan merupakan bagian dari mekanisme servo
b. External sensor.
Sensor eksternal diperlukan karena dua macam alasan yaitu:
1). Untuk keamanan dan
2). Untuk penuntun.
Sesuai dengan fungsi sensor sebagai pendeteksi sinyal dan meng-informasikan sinyal tersebut ke sistem
berikutnya, maka peranan dan fungsi sensor akan dilanjutkan oleh transduser. Karena keterkaitan
antara sensor dan transduser begitu erat maka pemilihan transduser yang tepat dan sesuai juga perlu
diperhatikan.
Secara umum berdasarkan fungsi dan penggunaannya sensor dapat dikelompokan menjadi 3
bagian yaitu:
8/10/2019 makalah transduser dan sensor
8/22
a. sensor thermal (panas)
b. sensor mekanis
c. sensor optik (cahaya)
Sensor thermal adalah sensor yang digunakan untuk mendeteksi gejala perubahan
panas/temperature/suhu pada suatu dimensi benda atau dimensi ruang tertentu.
Contohnya; bimetal, termistor, termokopel, RTD, photo transistor, photo dioda, photo multiplier,
photovoltaik, infrared pyrometer, hygrometer, dsb.
Sensor mekanis adalah sensor yang mendeteksi perubahan gerak mekanis, seperti perpindahan
atau pergeseran atau posisi, gerak lurus dan melingkar, tekanan, aliran, level dsb.
Contoh; strain gage, linear variable deferential transformer (LVDT), proximity, potensiometer, load cell,
bourdon tube, dsb.
Sensor optic atau cahaya adalah sensor yang mendeteksi perubahan cahaya dari sumber cahaya,
pantulan cahaya ataupun bias cahaya yang mengernai benda atau ruangan.
Contoh; photo cell, photo transistor, photo diode, photo voltaic, photo multiplier, pyrometer optic, dsb.
a. Sensor Thermal ( Panas ).
AC. Srivastava, (1987), mengatakan temperatur merupakan salah satu dari empat besaran dasar yang
diakui oleh Sistem Pengukuran Internasional (The International Measuring System). Lord Kelvin pada
tahun 1848 mengusulkan skala temperature termodinamika pada suatu titik tetap triple point, dimana
fase padat, cair dan uap berada bersama dalam equilibrium, angka ini adalah 273,16 oK ( derajat Kelvin)yang juga merupakan titik es. Skala lain adalah Celcius, Fahrenheit dan Rankine dengan hubungan
sebagai berikut:
oF = 9/5 oC + 32 atau
oC = 5/9 (oF-32) atau
oR = oF + 459,69
Yayan I.B, (1998), mengatakan temperatur adalah kondisi penting dari suatu substrat. Sedangkan
panas adalah salah satu bentuk energi yang diasosiasikan dengan aktifitas molekul-molekul dari suatu
substrat. Partikel dari suatu substrat diasumsikan selalu bergerak. Pergerakan partikel inilah yang
kemudian dirasakan sebagai panas. Sedangkan temperatur adalah ukuran perbandingan dari panas
tersebut.
Pada aplikasi pendeteksian atau pengukuran tertentu, dapat dipilih salah satu tipe sensor dengan
pertimbangan :
8/10/2019 makalah transduser dan sensor
9/22
1. Penampilan (Performance)
2. Kehandalan (Reliable) dan
3. Faktor ekonomis ( Economic)
Ada 4 macam sensor suhu yang sering digunakan, yaitu :
a.1. Thermocouple
Thermocouple pada pokoknya terdiri dari sepasang penghantar yang berbeda disambung las dilebur
bersama satu sisi membentuk hot atau sambungan pengukuran yang ada ujung-ujung bebasnya untuk
hubungan dengan sambungan referensi. Pembuatan termokopel didasarkan atas sifat thermal bahan
logam. Jika sebuah batang logam dipanaskan pada salah satu ujungnya maka pada ujung tersebut
elektron-elektron dalam logam akan bergerak semakin aktif dan akan menempati ruang yang semakin
luas, elektron-elektron saling desak dan bergerak ke arah ujung batang yang tidak dipanaskan. Dengan
demikian pada ujung batang yang dipanaskan akan terjadi muatan positif.
Kerapatan electron untuk setiap bahan logam berbeda tergantung dari jenis logam. Jika dua batang
logam disatukan salah satu ujungnya, dan kemudian dipanaskan, maka elektron dari batang logam yang
memiliki kepadatan tinggi akan bergerak ke batang yang kepadatan elektronnya rendah, dengan
demikian terjadilah perbedaan tegangan diantara ujung kedua batang logam yang tidak disatukan atau
dipanaskan.
a. Contoh penggunaan Thermocuple
b. Thermocouple dan simbol Thermocouple.
a.2. Resistant Thermal Detector ( RTD )
RTD dibuat dari bahan kawat tahan korosi, kawat tersebut dililitkan pada bahan keramik isolator. Bahan
tersebut antara lain; platina, emas, perak, nikel dan tembaga, dan yang terbaik adalah bahan platina
karena karena kelinearan, stabilitas dan reproduksibilitas, serta dapat digunakan untuk menyensor suhu
sampai 1500o C. Tembaga dapat digunakan untuk sensor suhu yang lebih rendah dan lebih murah,tetapi tembaga mudah terserang korosi.
a. Detektor suhu tahanan b. Simbol RTD
RTD memiliki keunggulan dibanding termokopel yaitu:
8/10/2019 makalah transduser dan sensor
10/22
1. Tidak diperlukan suhu referensi
2. Sensitivitasnya cukup tinggi, yaitu dapat dilakukan dengan cara mem-perpanjang kawat yang
digunakan dan memperbesar tegangan eksitasi.
3. Tegangan output yang dihasilkan 500 kali lebih besar dari termokopel
4. Dapat digunakan kawat penghantar yang lebih panjang karena noise tidak jadi masalah
5. Tegangan keluaran yang tinggi, maka bagian elektronik pengolah sinyal menjadi sederhana dan
murah.
a.3. Thermistor
Adalah resistor yang peka terhadap panas yang biasanya mempunyai koefisien suhu negatif. Karena
suhu meningkat, tahanan menurun dan sebaliknya. Thermistor sangat peka (perubahan tahanan sebesar
5 % per C) oleh karena itu mampu mendeteksi perubahan kecil di dalam suhu. Termistor terbuat dari
campuran oksida-oksida logam yang diendapkan seperti: mangan (Mn), nikel (Ni), cobalt (Co), tembaga
(Cu), besi (Fe) dan uranium (U). Rangkuman tahanannya adalah dari 0,5 W sampai 75 W dan tersedia
dalam berbagai bentuk dan ukuran. Ukuran paling kecil berbentuk mani-manik (beads) dengan diameter
0,15 mm sampai 1,25 mm, bentuk piringan (disk) atau cincin (washer) dengan ukuran 2,5 mm sampai 25
mm. Cincin-cincin dapat ditumpukan dan di tempatkan secara seri atau paralel guna memperbesar
disipasi daya.
a. Thermistor b. Simbol Thermistor
a.4. Sensor Suhu Rangkaian Terpadu ( IC )
Sensor suhu dengan IC ini menggunakan chip silikon untuk elemen yang merasakan (sensor). Memiliki
konfigurasi output tegangan dan arus. Meskipun terbatas dalam rentang suhu (dibawah 200 C), tetapi
menghasilkan output yang sangat linear di atas rentang kerja.
a. Sensor suhu IC b. Simbol Sensor suhu IC
b. Sensor Mekanis
Semua gerak mekanis tersebut pada intinya hanya terdiri dari tiga macam, yaitu gerak lurus, gerak
melingkar dan gerak memuntir. Gerak mekanis disebabkan oleh adanya gaya aksi yang dapat
menimbulkan gaya reaksi. Banyak cara dilakukan untuk mengetahui atau mengukur gerak mekanis
misalnya mengukur jarak atau posisi dengan meter, mengukur kecepatan dengan tachometer,
mengukur debit air dengan rotameter dsb. Tetapi jika ditemui gerakan mekanis yang berada dalam
suatu sistem yang kompleks maka diperlukan sebuah sensor untuk mendeteksi atau mengimformasikan
8/10/2019 makalah transduser dan sensor
11/22
nilai yang akan diukur. Berikut akan dijabarkan beberapa jenis sensor mekanis yang sering dijumpai di
dalam kehidupan sehari-hari.
b.1. Sensor Posisi
Pengukuran posisi dapat dilakukan dengan cara analog dan digital. Untuk pergeseran yang tidak terlalu
jauh pengukuran dapat dilakukan menggunakan cara-cara analog, sedangkan untuk jarak pergeseran
yang lebih panjang lebih baik digunakan cara digital. Hasil sensor posisi atau perpindahan dapat
digunakan untuk mengukur perpindahan linier atau angular. Teknis perlakuan sensor dapat dilakukan
dengan cara terhubung langsung ( kontak ) dan tidak terhubung langsung ( tanpa kontak ).
b.1.1. Strain Gauge
Strain gauge adalah komponen elektronika yang dipakai untuk mengukur tekanan (deformasi atau
strain) pada alat ini. Alat ini ditemukan pertama kali oleh Edward E. Simmons pada tahun 1938, dalam
bentuk foil logam yang bersifat insulatif (isolasi) yang menempel pada benda yang akan diukur
tekanannya. Jika tekanan pada benda berubah, maka foilnya akan ter deformasi, dan tahanan listrik alatini akan berubah. Perubahan tahanan listrik ini akan dimasukkan ke dalam rangkaian Jembatan
Wheatstone.
Besarnya tekanan akan dinyatakan dalam bentuk faktor gauge, GF yang didefinisikan sebagai
di mana RG adalah tahanan sebelum ada deformasi, R adalah perubahan tahanan listrik yang terjadi,
dan adalah tekanannya.
Secara konstruksi SG terbuat dari bahan metal tipis (foil) yang diletakkan diatas kertas. Untuk proses
pendeteksian SG ditempelkan dengan benda uji dengan dua cara yaitu:
1. Arah perapatan/peregangan dibuat sepanjang mungkin (axial)
2. Arah tegak lurus perapatan/peregangan dibuat sependek mungkin (lateral)
a. Contoh penggunaan strain gauge. b. Strain gauge
b.1.2. LVDT
Memanfaatkan perubahan induksi magnit dari kumparan primer ke dua kumparan sekunder dalam
keadaan setimbang, inti magnet terletak ditengah dan kedua kumparan sekunder menerima fluks yangsama dalam keadaan tidak setimbang, fluks pada satu kumparan naik dan yang lainnya turun tegangan
yang dihasilkan pada sekunder sebading dengan perubahan posisi inti magnetic hubungan linier bila inti
masih disekitar posisi kesetimbangan. Komponen LVDT terdiri dari :
Inti besi yang bergerak
Kumparan primer
8/10/2019 makalah transduser dan sensor
12/22
Sepasang kumparan sekunder
Kumparan Primer, terhubung dengan tegangan AC sebagai tegangan acuan
Kumparan Sekunder, Berjumlah 2 buah, terletak di samping kiri dan kanan kumparan primer
saling terhubung secara seri satu sama lain.
Prinsip kerja
Inti berada di tengah-tengah maka :
o Flux S1 = S2
o Tegangan induksi E1 = E2
o Enetto = 0
Inti bergerak ke arah S1 maka :
o Flux S1 > S2
o tegangan induksi E1 > E2,
o Enetto = E1 - E2
Inti bergerak ke arah S2 maka :
o Flux S1 < S2
o Tegangan induksi E1 < E2
o Enetto = E2E1
Skema dan gambar LVDT
b.1.3. Potensiometer
Potensiometer adalah resistor tiga terminal dengan sambungan geser yang membentuk pembagi
tegangan dapat disetel. Jika hanya dua terminal yang digunakan (salah satu terminal tetap dan terminal
geser), potensiometer berperan sebagai resistor variabel atau Rheostat. Potensiometer biasanya
digunakan untuk mengendalikan peranti elektronik seperti pengendali suara pada penguat.
Potensiometer yang dioperasikan oleh suatu mekanisme dapat digunakan sebagai transduser, misalnya
sebagai sensor joystick.
Potensiometer jarang digunakan untuk mengendalikan daya tinggi (lebih dari 1 Watt) secara langsung.
Potensiometer digunakan untuk menyetel taraf isyarat analog (misalnya pengendali suara pada peranti
audio), dan sebagai pengendali masukan untuk sirkuit elektronik. Sebagai contoh, sebuah peredup
lampu menggunakan potensiometer untuk menendalikan pensakelaran sebuah TRIAC, jadi secara tidak
8/10/2019 makalah transduser dan sensor
13/22
langsung mengendalikan kecerahan lampu. Potensiometer yang digunakan sebagai pengendali volume
kadang-kadang dilengkapi dengan sakelar yang terintegrasi, sehingga potensiometer membuka sakelar
saat penyapu berada pada posisi terendah.
Potensiometer dan Simbol Potensiometer
b.1.4. Piezoelektrik
Transduser piezoelektrik bekerja pada prinsip efek piezoelektrik. Ketika stres mekanis atau kekuatan
diterapkan untuk beberapa bahan bersama pesawat tertentu, mereka menghasilkan tegangan listrik.
Tegangan listrik ini dapat diukur dengan mudah oleh alat ukur tegangan, yang dapat digunakan untuk
mengukur tegangan atau kekuatan. Jumlah fisik seperti stres dan memaksa tidak dapat diukur secara
langsung. Dalam kasus seperti material menunjukkan transduser piezoelektrik dapat digunakan.
Tegangan atau kekuatan yang harus diukur diterapkan di sepanjang bidang tertentu untuk bahan-bahan
tersebut. Tegangan output yang diperoleh dari bahan-bahan akibat efek piezoelektrik adalah sebanding
dengan tegangan atau kekuatan. Tegangan output dapat dikalibrasi terhadap tegangan atau kekuatan
sehingga nilai terukur dari tegangan output secara langsung memberikan nilai tegangan atau kekuatan.
Bahkan skala dapat ditandai secara langsung berupa tegangan atau kekuatan untuk memberikan nilai
langsung. Tegangan output yang diperoleh dari bahan akibat efek piezoelektrik sangat kecil dan
memiliki impedansi tinggi. Untuk mengukur output beberapa amplifier, sirkuit dan bantu
menghubungkan kabel diperlukan.
Ada berbagai bahan yang menunjukkan efek piezoelektrik seperti yang disebutkan di atas. Bahan yang
digunakan untuk tujuan pengukuran harus memiliki sifat-sifat yang diinginkan seperti stabilitas, output
yang tinggi, tidak sensitif terhadap suhu ekstrim dan kelembaban dan kemampuan yang akan dibentuk
atau mesin dalam bentuk apapun. Tapi tak satu pun dari materi yang menunjukkan efek piezoelektrik
memiliki semua properti. Kuarsa, yang merupakan kristal alami, sangat stabil, tetapi output yangdiperoleh dari itu sangat kecil. Ia juga menawarkan keuntungan sangat lambat pengukuran parameter
bervariasi karena mereka memiliki kebocoran sangat rendah bila digunakan dengan amplifier impedansi
masukan yang tinggi.
Karena stabilitas, kuarsa digunakan biasanya dalam transduser piezoelektrik. Hal ini biasanya dipotong
menjadi bentuk persegi panjang atau persegi piring dan diadakan antara dua elektroda. kristal ini
terhubung ke sirkuit elektronik yang tepat untuk mendapatkan hasil yang memadai. Garam Rochelle,
kristal sintetis, memberikan output tertinggi di antara semua bahan menunjukkan efek piezoelektrik.
Namun, harus dilindungi dari kelembaban dan tidak dapat digunakan pada suhu di atas 115 derajat F.
Secara keseluruhan kristal sintetis lebih sensitif dan memberikan output lebih besar dari kristal alami.
Contoh penggunaan piezoelektrik.
b.2. Sensor Kecepatan ( Motion Sensor )
8/10/2019 makalah transduser dan sensor
14/22
Pengukuran kecepatan dapat dilakukan dengan cara analog dan cara digital. Secara umum pengukuran
kecepatan terbagi dua cara yaitu: cara angular dan cara translasi. Untuk mengukur kecepatan translasi
dapat diturunkan dari cara pengukuran angular. Yang dimaksud dengan pengukuran angular adalah
pengukuran kecepatan rotasi (berputar), sedangkan pengukuran kecepatan translasi adalah kecepatan
gerak lurus beraturan dan kecepatan gerak lurus tidak beraturan.
b.2.1. Tacho Generator
Sensor yang sering digunakan untuk sensor kecepatan angular adalah tacho generator. Tacho
generator adalah sebuah generator kecil yang membangkitkan tegangan DC ataupun tegangan AC. Dari
segi eksitasi tacho generator dapat dibangkitkan dengan eksitasi dari luar atau imbas elektromagnit dari
magnit permanent.
Tacho generator DC dapat membangkitkan tegangan DC yang langsung dapat menghasilkan
informasi kecepatan, sensitivitas tacho generator DC cukup baik terutama pada daerah kecepatan tinggi.
Tacho generator DC yang bermutu tinggi memiliki kutub-kutub magnit yang banyak sehingga dapat
menghasilkan tegangan DC dengan riak gelombang yang berfrekuensi tinggi sehingga mudah diratakan.
Keuntungan utama dari tacho generator ini adalah diperolehnya informasi dari arah putaran.
Sedangakan kelemahannya adalah :
1. Sikat komutator mudah habis
2. Jika digunakan pada daerah bertemperatur tinggi, maka magnet permanent akan mengalami
kelelahan, untuk kasus ini, tacho generator sering dikalibrasi.
3. Peka terhadap debu dan korosi
Tacho generator AC berupa generator singkron, magnet permanent diletakkan dibagian tengahyang berfungsi sebagai rotor. Sedangkan statornya berbentuk kumparan besi lunak. Ketika rotor
berputar dihasilkan tegangan induksi di bagian statornya. Tipe lain dari tacho generator AC adalah tipe
induksi, rotor dibuat bergerigi, stator berupa gulungan kawat berinti besi. Medan magnet permanent
dipasang bersamaan di stator. Ketika rotor berputar, terjadi perubahan medan magnet pada gigi yang
kemudian mengimbas ke gulungan stator. Kelebihan utama dari tacho generator AC adalah relatif tahan
terhadap korosi dan debu, sedangkan kelemahannya adalah tidak memberikan informasi arah gerak.
b.2.2. Pengukuran Kecepatan Cara Digital.
Pengukuran kecepatan cara digital dapat dilakukan dengan cara induktif, kapasitif dan optik.
Pengukuran dengan cara induksi dilakukan menggunakan rotor bergerigi, stator dibuat dari kumparan
yang dililitkan pada magnet permanen. Keluaran dari sensor ini berupa pulsa-pulsa tegangan.
Penggunaan cara ini cukup sederhana, sangat praktis tanpa memerlukan kopling mekanik yang rumit,
serta memiliki kehandalan yang tinggi, tetapi kelemahannya tidak dapat digunakan untuk mengukur
kecepatan rendah dan tidak dapat menampilkan arah putaran.
8/10/2019 makalah transduser dan sensor
15/22
Tipe lain sensor kecepatan adalah cara Optik. Rotor dibuat dari bahan metal atau plastik gelap, rotor
dibuat berlubang untuk memberi tanda kepada sensor cahaya. Bila diinginkan informasi arah kecepatan,
digunakan dua buah sensor yang dipasang berdekatan. Informasi arah gerah dapat diperoleh dengan
cara mendeteksi sensor mana yang lebioh dahulu mendapat sinar (aktif). Sensor cahaya sangat peka
terhadap pengotor debu, olej karena itu keselurujan bagian sensor (stator dan rotor) harus diletakkan
pada kemasan tertutup. Kelebihan sensor ini memiliki linearitas yang sangat tinggi untuk daerah
jangkauan yang sangat luas. Kelemahannya adalah masih diperlukan adanya kopling mekanik dengan
sistem yang di sensor.
Sensor kecepatan digital lain adalah menggunakan kapsitf, yaitu rotor dibuat dari bahan metal,
bentuknya bulat. Rotor berputar dengan poros tidak sepusat atau bergeser kepinggir sedikit. Stator
dibuat dari bahan metal dipasang dengan melengkung untuk memperbesar sensitivitas dari sensor.
Ketika rotor diputar maka akan terjadi perubahan kapasitansi diantara rotor dan stator karena putaran
rotor tidak simetris. Penerapan dari sensor ini teruatama jika diperlukan pemasangan sensor kecepatan
yang berada dilingkungan fluida.
b.3. Sensor Tekanan
Transduser tekanan dan gaya (load cell)
terdiri dari bahan elastis dan sensor perpindahan (displacement)
besaran ukur (i) strain atau (ii) displacement
pengelompokan: tipe absolute gauge dan diferensial
Sensor tekanan dengan diafragma reliable, sukar dibuat, reproducible
besaran ukur strain dengan strain gauge atau displacement dengan kapasitansi
pengukuran dengan kapasitansi dalam rangkaian jembatan sangat sensitif dan mahal
Penempatan dan rangkaian sensor
b.4. Sensor Aliran Fluida ( Flow Sensor )
Pengukuran aliran mulai dikenal sejak tahun 1732 ketika Henry Pitot mengatur jumlah fluida yang
mengalir. Dalam pengukuran fluida perlu ditentukan besaran dan vektor kecepatan aliran pada suatu
titik dalam fluida dan bagaimana fluida tersebut berubah dari titik ke titik. Pengukuran atau
penyensoran aliran fluida dapat digolongkan sebagai berikut:
1. Pengukuran kuantitas
Pengukuran ini memberikan petunjuk yang sebanding dengan kuantitas total yang telah mengalir dalam
waktu tertentu. Fluida mengalir melewati elemen primer secara berturutan dalam kuantitas yang kurang
lebih terisolasi dengan secara bergantian mengisi dan mengosongkan bejana pengukur yang diketahui
kapasitasnya.
8/10/2019 makalah transduser dan sensor
16/22
Pengukuran kuantitas diklasifikasikan menurut :
a. Pengukur gravimetri atau pengukuran berat
b. Pengukur volumetri untuk cairan
c. Pengukur volumetri untuk gas
2. Pengukuran laju aliran
Laju aliran Q merupakan fungsi luas pipa A dan kecepatan V dari cairan yang mengalir lewat pipa, yakni:
Q = A.V
tetapi dalam praktek, kecepatan tidak merata, lebih besar di pusat. Jadi kecepatan terukur rata-rata dari
cairan atau gas dapat berbeda dari kecepatan rata-rata sebenarnya. Gejala ini dapat dikoreksi sebagai
berikut:
Q = K.A.V
di mana K adalah konstanta untuk pipa tertentu dan menggambarkan hubungan antara kecepatan rata-
rata sebenarnya dan kecepatan terukur. Nilai konstantaini bisa didapatkan melalui eksperimen.
Pengukuran laju aliran digunakan untuk mengukur kecepatan cairan atau gas yang mengalir melalui
pipa. Pengukuran ini dikelompokkan lagi menurut jemis bahan yang diukur, cairan atau gas, dan
menurut sifat-sifat elemen primer sebagai berikut:
a. Pengukuran laju aliran untuk cairan:
1) jenis baling-baling defleksi
2) jenis baling-baling rotasi
3) jenis baling-baling heliks
4) jenis turbin
5) pengukur kombinasi
6) pengukur aliran magnetis
7) pengukur aliran ultrasonic
8) pengukur aliran kisaran (vorteks)
9) pengukur pusaran (swirl)
b. Pengukuran laju aliran gas
1) jenis baling-baling defleksi
8/10/2019 makalah transduser dan sensor
17/22
2) jenis baling-baling rotasi
3) jenis termal
3. Pengukuran metoda diferensial tekanan
Jenis pengukur aliran yang paling luas digunakan adalah pengukuran tekanan diferensial. Pada
prinsipnya beda luas penampang melintang dari aliran dikurangi dengan yang mengakibatkan naiknya
kecepatan, sehingga menaikan pula energi gerakan atau energi kinetis. Karena energi tidak bisa
diciptakan atau dihilangkan ( Hukum perpindahan energi ), maka kenaikan energi kinetis ini diperoleh
dari energi tekanan yang berubah..
Lebih jelasnya, apabila fluida bergerak melewati penghantar (pipa) yang seragam dengan kecepatan
rendah, maka gerakan partikel masing-masing umumnya sejajar disepanjang garis dinding pipa. Kalau
laju aliran meningkat, titik puncak dicapai apabila gerakan partikel menjadi lebih acak dan kompleks.
Kecepatan kira-kira di mana perubahan ini terjadi dinamakan kecepatan kritis dan aliran pada tingkat
kelajuan yang lebih tinggi dinamakan turbulen dan pada tingkat kelajuan lebih rendah dinamakan
laminer. Pengukuran aliran metoda ini dapat dilakukan dengan banyak cara misalnya: menggunakan
pipa venturi, pipa pitot, orifice plat (lubang sempit), turbine flow meter, rotameter, cara thermal,
menggunakan bahan radio aktif, elektromagnetik, ultar sonic dan flowmeter gyro. Cara lain dapat
dikembangkan sendiri sesuai dengan kebutuhan proses. Yang dibahas dalam buku ini adalah sensor laju
aliran berdasarkan perbedaan tekanan.
b.5. Sensor Level
Pengukuran level dapat dilakukan dengan bermacam cara antara lain dengan: pelampung atau displacer,
gelombang udara, resistansi, kapasitif, ultra sonic, optic, thermal, tekanan, sensor permukaan danradiasi. Pemilihan sensor yang tepat tergantung pada situasi dan kondisi sistem yang akan di sensor.
c. Sensor Optik
Elemen-elemen sensitive cahaya merupakan alat terandalkan untuk mendeteksi energi cahaya. Alat ini
melebihi sensitivitas mata manusia terhadap semua spectrum warna dan juga bekerja dalam daerah-
daerah ultraviolet dan infra merah. Energi cahaya bila diolah dengan cara yang tepat akan dapat
dimanfaatkan secara maksimal untuk teknik pengukuran, teknik pengontrolan dan teknik kompensasi.
Penggunaan praktis alat sensitif cahaya ditemukan dalam berbagai pemakaian teknik seperti
halnya :
Tabung cahaya atau fototabung vakum (vaccum type phototubes), paling menguntungkan
digunakan dalam pemakaian yang memerlukan pengamatan pulsa cahaya yang waktunya singkat, atau
cahaya yang dimodulasi pada frekuensi yang relative tinggi.
Tabung cahaya gas (gas type phototubes), digunakan dalam industri gambar hidup sebagai
pengindra suara pada film.
8/10/2019 makalah transduser dan sensor
18/22
Tabung cahaya pengali atau pemfotodarap (multiplier phottubes), dengan kemampuan penguatan
yang sangat tinggi, sangat banyak digunakan pada pengukuran fotoelektrik dan alat-alat kontrol dan
juga sebagai alat cacah kelipan (scientillation counter).
Sel-sel fotokonduktif (photoconductive cell), juga disebut tahanan cahaya (photo resistor) atau
tahanan yang bergantung cahaya (LDR-light dependent resistor), dipakai luas dalam industri danpenerapan pengontrloan di laboratorium.
Sel-sel foto tegangan (photovoltatic cells), adalah alat semikonduktor untuk mengubah energi
radiasi daya listrik. Contoh yang sangat baik adalah sel matahari (solar cell) yang digunakan dalam teknik
ruang angkasa.
b.1. Light-emitting Dioda ( LED )
Dioda cahaya atau lebih dikenal dengan sebutan LED (light-emitting diode) adalah suatu semikonduktor
yang memancarkan cahaya monokromatik yang tidak koheren ketika diberi tegangan maju. Sebuah LED
adalah sejenis dioda semikonduktor istimewa. Seperti sebuah dioda normal, LED terdiri dari sebuah chipbahan semikonduktor yang diisi penuh, atau di-dop, dengan ketidakmurnian untuk menciptakan sebuah
struktur yang disebut p-n junction. Pembawa-muatan - elektron dan lubang mengalir ke junction dari
elektroda dengan voltase berbeda. Ketika elektron bertemu dengan lubang, dia jatuh ke tingkat energi
yang lebih rendah, dan melepas energi dalam bentuk photon.
b.2. Sel Photovoltaik
Efek sel photovoltaik terjadi akibat lepasnya elektron yang disebabkan adanya cahaya yang
mengenai logam. Logam-logam yang tergolong golongan 1 pada sistem periodik unsur-unsur sepertiLithium, Natrium, Kalium, dan Cessium sangat mudah melepaskan elektron valensinya. Selain karena
reaksi redoks, elektron valensilogam-logam tersebut juga mudah lepas olehadanya cahaya yang
mengenai permukaan logam tersebut. Diantara logam-logam diatas Cessium adalah logam yang paling
mudah melepaskan elektronnya, sehingga lazim digunakan sebagai foto detektor.
Proses pengubahan atau konversi cahaya matahari menjadi listrik ini dimungkinkan karena bahan
material yang menyusun sel surya berupa semikonduktor. Lebih tepatnya tersusun atas dua jenis
semikonduktor; yakni jenis n dan jenis p.
Semikonduktor jenis n merupakan semikonduktor yang memiliki kelebihan elektron, sehingga kelebihan
muatan negatif, (n = negatif). Sedangkan semikonduktor jenis p memiliki kelebihan hole, sehingga
disebut dengan p ( p = positif) karena kelebihan muatan positif. Caranya, dengan menambahkan unsur
lain ke dalam semkonduktor, maka kita dapat mengontrol jenis semikonduktor tersebut, sebagaimana
diilustrasikan pada gambar di bawah ini.
Pada awalnya, pembuatan dua jenis semikonduktor ini dimaksudkan untuk meningkatkan tingkat
konduktifitas atau tingkat kemampuan daya hantar listrik dan panas semikonduktor alami. Di dalam
8/10/2019 makalah transduser dan sensor
19/22
semikonduktor alami (disebut dengan semikonduktor intrinsik) ini, elektron maupun hole memiliki
jumlah yang sama. Kelebihan elektron atau hole dapat meningkatkan daya hantar listrik maupun panas
dari sebuah semikoduktor.
Misal semikonduktor intrinsik yang dimaksud ialah silikon (Si). Semikonduktor jenis p, biasanya dibuat
dengan menambahkan unsur boron (B), aluminum (Al), gallium (Ga) atau Indium (In) ke dalam Si. Unsur-unsur tambahan ini akan menambah jumlah hole. Sedangkan semikonduktor jenis n dibuat dengan
menambahkan nitrogen (N), fosfor (P) atau arsen (As) ke dalam Si. Dari sini, tambahan elektron dapat
diperoleh. Sedangkan, Si intrinsik sendiri tidak mengandung unsur tambahan. Usaha menambahkan
unsur tambahan ini disebut dengan doping yang jumlahnya tidak lebih dari 1 % dibandingkan dengan
berat Si yang hendak di-doping.
Dua jenis semikonduktor n dan p ini jika disatukan akan membentuk sambungan p-n atau dioda p-n
(istilah lain menyebutnya dengan sambungan metalurgi / metallurgical junction) yang dapat
digambarkan sebagai berikut.
Sesaat setelah dua jenis semikonduktor ini disambung, terjadi perpindahan elektron-elektron dari
semikonduktor n menuju semikonduktor p, dan perpindahan hole dari semikonduktor p menuju
semikonduktor n. Perpindahan elektron maupun hole ini hanya sampai pada jarak tertentu dari batas
sambungan awal.
Elektron dari semikonduktor n bersatu dengan hole pada semikonduktor p yang mengakibatkan
jumlah hole pada semikonduktor p akan berkurang. Daerah ini akhirnya berubah menjadi lebih
bermuatan positif. Pada saat yang sama. hole dari semikonduktor p bersatu dengan elektron yang ada
pada semikonduktor n yang mengakibatkan jumlah elektron di daerah ini berkurang. Daerah ini akhirnya
lebih bermuatan positif.
Daerah negatif dan positif ini disebut dengan daerah deplesi (depletion region) ditandai dengan huruf
W.
Baik elektron maupun hole yang ada pada daerah deplesi disebut dengan pembawa muatan minoritas
(minority charge carriers) karena keberadaannya di jenis semikonduktor yang berbeda.
Dikarenakan adanya perbedaan muatan positif dan negatif di daerah deplesi, maka timbul dengan
sendirinya medan listrik internal E dari sisi positif ke sisi negatif, yang mencoba menarik kembali hole ke
semikonduktor p dan elektron ke semikonduktor n. Medan listrik ini cenderung berlawanan dengan
perpindahan hole maupun elektron pada awal terjadinya daerah deplesi (nomor 1 di atas).
Adanya medan listrik mengakibatkan sambungan pn berada pada titik setimbang, yakni saat di mana
jumlah hole yang berpindah dari semikonduktor p ke n dikompensasi dengan jumlah hole yang tertarik
kembali kearah semikonduktor p akibat medan listrik E. Begitu pula dengan jumlah elektron yang
8/10/2019 makalah transduser dan sensor
20/22
berpindah dari smikonduktor n ke p, dikompensasi dengan mengalirnya kembali elektron ke
semikonduktor n akibat tarikan medan listrik E. Dengan kata lain, medan listrik E mencegah seluruh
elektron dan hole berpindah dari semikonduktor yang satu ke semiikonduktor yang lain.
Pada sambungan p-n inilah proses konversi cahaya matahari menjadi listrik terjadi. Untuk keperluan sel
surya, semikonduktor n berada pada lapisan atas sambungan p yang menghadap kearah datangnyacahaya matahari, dan dibuat jauh lebih tipis dari semikonduktor p, sehingga cahaya matahari yang jatuh
ke permukaan sel surya dapat terus terserap dan masuk ke daerah deplesi dan semikonduktor p.
Pada umumnya, untuk memperkenalkan cara kerja sel surya secara umum, ilustrasi di bawah ini
menjelaskan segalanya tentang proses konversi cahaya matahari menjadi energi listrik.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Sensor dan transduser merupakan peralatan atau komponen yang mempunyai peranan penting dalam
sebuah sistem pengaturan otomatis. Ketepatan dan kesesuaian dalam memilih sebuah sensor akan
sangat menentukan kinerja dari sistem pengaturan secara otomatis.
Transducer adalah alat yang biasa pada elektonika, kelistrikan, mekanik elektronik, elektromagnetik,
digunakan mengubah energi dari satu energi ke bentuk energi yang lain untuk berbagai pengukuran
atau transfer informasi. Di dalam transducer terdapat sensor yang berfungsi untuk mengubah energi
masukan menjadi energi keluaran dalam bentuk yang lain. Dalam memilih peralatan sensor dan
transduser yang tepat dan sesuai dengan sistem yang akan disensor maka perlu diperhatikan
persyaratan umum sensor, yaitu lineraitas, sensitivitas, dan tanggapan waktu. Ada berbagai macam
sensor dalam elektronika dan pengukuran, namun yang umum diketahui hanya 3 macam sensor, yaitu
sensor thermal, sensor mekanik, dan sensor optic.
8/10/2019 makalah transduser dan sensor
21/22
Aplikasi dari masingmasing sensor telah banyak kita ketahui. Sebagai contoh dari sensor thermal ialah
thermocouple, thermistor, RTD, dll. Sensor mekanik diantaranya adalah strain gauge, piezoelektrik,
potensiometer, dll. Sedangkan contoh dari sensor optic adalah sel photovoltaic, LED, dll.
DAFTAR PUSTAKA
Wasito S., 1986, Vademekum Elektronika, cet. ketiga, PT Gramedia, Jakarta
Modul smk.bidang keahlian teknik elektronika
Melida polban.blogspot.com
Wikipedia.transducer
ransduser berasal dari kata traducere dalam bahasa Latin yang berarti mengubah. Sehingga transduser
dapat didefinisikan sebagai suatu peranti yang dapat mengubah suatu energi ke bentuk energi yang lain.
Bagian masukan dari transduser disebut sensor , karena bagian ini dapat mengindera suatu kuantitas
fisik tertentu dan mengubahnya menjadi bentuk energi yang lain. Gambaran Umum Input Output
Transduser Dari sisi pola aktivasinya, transduser dapat dibagi menjadi dua, yaitu: Transduser pasif, yaitu
transduser yang dapat bekerja bila mendapat energi tambahan dari luar. Transduser aktif, yaitu
transduser yang bekerja tanpa tambahan energi dari luar, tetapi menggunakan energi yang akan diubahitu sendiri. Untuk jenis transduser pertama, contohnya adalah thermistor. Untuk mengubah energi
panas menjadi energi listrik yaitu tegangan listrik, maka thermistor harus dialiri arus listrik. Ketika
hambatan thermistor berubah karena pengaruh panas, maka tegangan listrik dari thermistor juga
berubah. Adapun contoh untuk transduser jenis yang kedua adalah termokopel. Ketika menerima panas,
termokopel langsung menghasilkan tegangan listrik tanpa membutuhkan energi dari luar. Pemilihan
Transduser Pemilihan suatu transduser sangat tergantung kepada kebutuhan pemakai dan lingkungan di
8/10/2019 makalah transduser dan sensor
22/22
sekitar pemakaian. Untuk itu dalam memilih transduser perlu diperhatikan beberapa hal di bawah ini:
Kekuatan, maksudnya ketahanan atau proteksi pada beban lebih. Linieritas, yaitu kemampuan untuk
menghasilkan karakteristik masukan-keluaran yang linier. Stabilitas tinggi, yaitu kesalahan pengukuran
yang kecil dan tidak begitu banyak terpengaruh oleh faktor-faktor lingkungan. Tanggapan dinamik yang
baik, yaitu keluaran segera mengikuti masukan dengan bentuk dan besar yang sama. Repeatability :
yaitu kemampuan untuk menghasilkan kembali keluaran yang sama ketika digunakan untuk mengukur
besaran yang sama, dalam kondisi lingkungan yang sama. Harga. Meskipun faktor ini tidak terkait
dengan karakteristik transduser sebelumnya, tetapi dalam penerapan secara nyata seringkali menjadi
kendala serius, sehingga perlu juga dipertimbangkan.
Read more at: http://elektronika-dasar.web.id/komponen/sensor-tranducer/pengertian-dan-jenis-
transduser/
Copyright Elektronika Dasar
Top Related