Makalah
Keranjang Takakura, Biopori & Komposting
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Konsep Dasar
IPA
Dosen Pengampu : Sri Sulistyorini ,M.Pd
Disusun oleh:
1. Septi Dwijayanti (1401410245)
2. Pingkan Maharani R (1401410301)
3. Miftah Farid (1401410305)
4. Karunia Yeni S (1401411420)
Rombel / kelompok : 09 / 08
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2012
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sampah merupakan sisa-sisa aktivitas makhluk hidup yang identik dengan bahan
buangan yang tidak memiliki nilai, kotor, kumuh, dan bau. Sampah organik seperti dedaunan
yang berasal dari taman, jerami, rerumputan, dan sisa-sisa sayur, buah, yang berasal dari
aktivitas rumah tangga (sampah domestik) memang sering menimbulkan berbagai masalah.
Baik itu masalah keindahan dan kenyamanan maupun masalah kesehatan manusia, baik
dalam lingkup individu, keluarga, maupun masyarakat. Masalah-masalah seperti timbulnya
bau tak sedap maupun berbagai penyakit tentu membawa kerugian bagi manusia maupun
lingkungan disekitarnya, baik meteri maupun psikis. Melihat fakta tersebut, tentu perlu
adanya suatu tindakan guna meminimalkan dampak negatif yang timbul dan berupaya
meningkatkan semaksimal mungkin dampak pisitifnya. Salah satu cara yang dapat digunakan
untuk meminimalkan dampak negatif yang ditimbulkan sampah organik domestik adalah
mengolah sampah tersebut dengan teknik keranjang takakura, biopori maupun komposting
yang sederhana.
Dalam melakukan teknik pengomposan, ada berbagai hal yang perlu diperhatikan agar
proses pengomposan berjalan dengan cepat. Hal yang perlu diperhatikan antara lain adalah
proses pencacahan yang sebisa mungkin halus sehingga mudah di dekomposisi, kelembaban
dan aerasi yang mendukung kerja mikroorganisme, maupun kadar karbon dan Nitrogen yang
ideal. Baik keranjang Takakura maupun Biopori keduanya sama-sama memiliki tujuan yang
sama yaitu, sebagai media pembuat kompos alami. Tinggal memilih dan disesuaikan dengan
situasi dan kondisi masyarakatnya. Mau memilih keranjang takakura ataupun Biopori,
keduanya memiliki manfaat tersendiri.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu keranjang Takakura ?
2. Apa keunggulan keranjang Takakura ?
3. Jenis-jenis sampah apa yang dapat diolah keranjang Takakura ?
4. Bagaimana proses pembuatan dan cara kerja keranjang Takakura ?
5. Apa pengertian Biopori ?
6. Apa saja manfaat LRB (Lubang Resapan Biopori) ?
7. Dimanakah lokasi penempatan LRB ?
2
8. Bagaimnakah cara membuat lubang biopori resapan air ?
9. Apa itu komposting ?
10. Apa tujuan dan manfaat pengomposan ?
11. Bagaimana ciri-ciri kompos yang baik ?
C. Tujuan penulisan
1. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian keranjang Takakura.
2. Mahasiswa dapat mengetahui keunggulan keranjang Takakura.
3. Mahasiswa dapat mengetahui proses pembuatan keranjang Takakura.
4. Mahasiswa dapat menjelaskan dan mempraktekkan proses pembuatan keranjang
Takakura.
5. Mahasiswa dapat menjelaskan biopori.
6. Mahasiswa dapat mengetahui manfaat, dan cara membuat lubang biopori.
7. Mahasiswa dapat mengetahui manfaat pengomposan dan ciri-ciri kompos yang baik.
3
BAB II
PEMBAHASAN
Keranjang Takakura
1. Pengertian keranjang Takakura
Keranjang Takakura merupakan alat pengomposan skala rumah tangga yang
ditemukan Pusdakota bersama Pemerintah Kota Surabaya, Kitakyusu International
Techno-cooperative Association, dan Pemerintah Kitakyusu Jepang pada tahun 2005.
Keranjang ini dirakit dari bahan-bahan sederhana di sekitar kita yang mampu
mempercepat proses pembuatan kompos. Satu keranjang standar dengan starter 8 kg
dipakai oleh keluarga dengan jumlah total anggota keluarga sebanyak 7 orang. Sampah
rumah tangga yang diolah di keranjang ini maksimal 1,5 kg per hari.
Keranjang kompos Takakura adalah hasil penelitian dari seorang ahli Mr. Koji
TAKAKURA dari Jepang. Mr. Takakura melakukan penelitian di Surabaya untuk
mencari sistem pengolahan sampah organik. Selama kurang lebih setahun Mr. Takakura
bekerja mengolah sampah dengan membiakkan bakteri tertentu yang “memakan”
sampah organik tanpa menimbulkan bau dan tidak menimbulkan cairan. Dalam
pelaksanaan penelitiannya, Mr. Takakura mengambil sampah rumah tangga, kemudian
sampah dipilah dan dibuat beberapa percobaan untuk menemukan bakteri yang sesuai
untuk pengomposan. Jenis bakteri yang dikembang-biakkan oleh Takakura inilah yang
kemudian dijadikan starter kit bagi keranjang Takakura. Hasil percobaan itu, Mr.
Takakura menemukan keranjang yang disebut “Takakura Home Method” yang
dilingkungan masyarakat lebih dikenal dengan nama keranjang sakti Takakura.
Selain Sistem Takakura Home Method, Mr. Takakura juga menemukan bentuk-
bentuk lain ada yang berbentuk “Takakura Susun Method”, atau modifikasi yang
berbentuk tas atau kontainer. Penelitian lain yang dilakukan Takakura adalah pengolahan
sampah pasar menjadi kompos. Akan tetapi Takakura Home Method adalah sistem
pengomposan yang paling dikenal dan disukai masyarakat karena kepraktisannya.
Mr. Takakura, melakukan penelitian di Surabaya sebagai bagian dari kerjasama antara
Kota Surabaya dan Kota Kitakyushu di Jepang. Kerjasama antar kedua kota difokuskan
pada pengelolaan lingkungan hidup. Bentuk kerjasama berupa pemberian bantuan teknis
kepada kota Surabaya. Bantuan teknis yang diberikan Pemerintah Jepang adalah dengan
menugaskan sejumlah tenaga ahli untuk melakukan penelitian tentang pengolahan
4
sampah yang paling sesuai dengan kondisi Surabaya. Mr. Takakura adalah salah satu ahli
yang ditugaskan itu. Kerjasama Kitakyushu-Surabaya untuk mengelola sampah dimulai
dari tahun 2001 sampai 2006. Takakura menjadi peneliti kompos selama kerjasama
tersebut sekaligus sebagai ahli pemberdayaan masyarakat. Selama itu Takakura dan
timnya secara berkala datang ke Surabaya untuk melakukan penelitian dan melaksanakan
hasil penelitian itu.
Sumbangsih Mr. Takakura terhadap upaya pengelolaan sampah berbasis masyarakat
sangatlah besar. Keberhasilan itu malah diapresiasi oleh lembaga
internasional IGES (Institut for Global Environment and Strategy). Keberhasilan Mr.
Takakura menemukan sistem kompos yang praktis tidak saja memberikan sumbangsih
bagi teknologi penguraian sampah organik, tetapi juga menjadi inspirasi bagi
pengelolaan sampah berbasis komunitas.
2. Keunggulan Keranjang Takakura
1. Praktis dan murah untuk mengkompos di dalam ruangan dibanding kebanyakan
metode pengkomposan lainnya yang harus dilakukan diluar ruangan.
2. Ukuran keranjang relatif kecil tetapi kinerjanya tinggi : mampu mengkompos dengan
cepat dan kecil kemungkinan terjadi bau. Walaupun ruang yang disisakan untuk
mengkompos hanya 1/3 wadah, tetapi wadah akan penuh paling cepat 2-3 bulan,
untuk masukan 1-2 kg sampah per hari dengan jumlah anggota keluarga 5 – 7 orang.
3. Alat dan bahannya mudah diperoleh, bahkan dapat dibuat sendiri media dan isinya.
3. Jenis-jenis sampah yang dapat diolah keranjang Takakura
Pada dasarnya keranjang Takakura dapat digunakan untuk mengkompos semua bahan
organis (semua bahan yang berasal dari hewan dan tumbuhan). Dimana jumlah rata-
ratanya sekitar 50 % dari sampah rumah tangga. Keranjang Takakura dirancang untuk
mengolah sampah sisa-sisa makanan, termasuk berbagai sisa bahan pada saat memasak.
Contoh / jenis sampah organik yang dapat dimasukkan :
a. Sampah sayur baru & sisa sayur basi (Sisa-sisa sayur sebelum dimasukkan harus
dipotong kecil-kecil dan Idealnya sisa sayuran tersebut belum basi. Namun bila sayur
telah basi, cuci sayuran tersebut terlebih dahulu, peras, dan buang airnya).
b. Sisa nasi & sisa makan pagi, siang ataupun malam
c. Sampah buah (anggur, kulit jeruk, apel dll) hindari memasukkan kulit buah yang
keras seperti kulit salak.
5
d. Sampah ikan laut atau ikan tawar dan daging dapat diolah tapi jumlahnya jangan
sampai terlalu banyak.
4. Proses pembuatan keranjang Takakura
a. Alat dan bahan :
Keranjang laundry dengan tutupnya 1 buah
Kardus bekas sekiranya cukup untuk dimasukkan ke dalam keranjang plastik
Gunting 1 buah
Isolasi secukupnya untuk merekatkan kardus pada keranjang
Kain jaring 1 meter.
Cetok / garu 1 buah
Jarum jahit dan benang untuk menjahit bantalan sekam
Sekam secukupnya masukkan dalam kain yang mudah menyerap air kemudian
jahit menyerupai bantal, buat 2 bantal sekam.
Kompos siap pakai sebagai starter.
Sampah organik seperti sayuran, buah, dan nasi yang sudah ditiriskan dulu agar
bebas air lalu dicacah kecil- kecil.
b. Proses pembuatan
Siapkan 1 buah keranjang plastik yang berlubang-lubang untuk sirkulasi udara
(keranjang laundry) yang bertutup. Ukurannya hanya sekitar 50 liter, biasanya
digunakan untuk keranjang wadah pakaian kotor sebelum dicuci
Ambil kardus dan potong dengan menggunakan gunting sesuai ukuran keranjang
lalu tempelkam potongan kardus tadi di sekeliling bagian dalam keranjang.
Tekan-tekan supaya masuk dan pas sehingga keranjang bisa ditutup. Kardus
berfungsi sebagai perangkap starter kompos agar tidak tumpah, karena keranjang
6
yang dipakai memiliki lubang yang relatif besar.
Gunting kain jaring untuk membuat dua kantong bantalan sekam sesuai ukuran
alas dan bagian atas keranjang dengan cara menjahit bagian tepi jaring.
Setelah jaring berbentuk kantong, isi masing-masing kantong jaring dengan
sekam secukupnya lalu jahit hingga menyerupai bantal. Jahit dengan gaya bebas
semampunya. Bentuk akhir mirip bantal sekam, lebih padat lebih bagus. Buat
dua buah.
Setelah bagian dalam keranjang terlapisi kardus, masukkan satu buah bantal
sekam pada alas keranjang. Ini gunanya supaya cairan sampah dan kompos tidak
merembes. Bantal sekam di bagian bawah keranjang berfungsi sebagai
penampung air lindi dari sampah bila ada, sehingga bisa menyerap bau. Bantal
sekam juga berfungsi sebagai alat kontrol udara di tempat pengomposan agar
bakteri berkembang dengan baik.
Masukkan kompos siap pakai ke dalam keranjang kurang lebih setebal 5 cm.
Kompos berfungsi sebagai starter pada proses pengomposan karena di dalamnya
terkandung mikroba-mikroba pengurai.
Masukkan sampah organik ke dalam keranjang, sampah yang hendak
dikomposkan antara lain: Sisa makanan dari meja makan: nasi, sayur, kulit buah-
buahan. Sisa sayuran mentah dapur: akar sayuran, batang sayuran yang tidak
terpakai. Sebelum dimasukkan ke dalam keranjang, harus dipotong-potong kecil-
kecil sampai ukuran 2 cm x 2 cm. Sesekali tekan sampah dengan cetok hingga
sampah berada di tengah- tengah kompos siap pakai
7
Lapisi permukaan dengan salah satu kantong kain jaring berisi sekam yang telah
disiapkan
Setelah dilapisi sekam, ambil kain jaring lagi untuk melapisi mulut keranjang
guna menghindari masuknya hewan- hewan kecil / serangga.
8
Setelah mulut keranjang dilapisi kain jaring, tutup keranjang dengan tutup
keranjang sampai tertutup rapat
Letakkan keranjang di tempat yang terhindar dari sinar matahari langsung.
Jika kompos terlihat kering perciki dengan air bersih sambil diaduk- aduk. Suhu
idealnya 60 derajat celcius
Bila kompos telah penuh, ambil 1/3 bagian dan matangkan di tempat yang tidak
terkena sinar matahari langsung, sedangkan 2/3 bagian dapat digunakan lagi
sebagai starter untuk pengolahan berikutnya
9
Kompos matang, jika berwarna coklat kehitaman dan suhunya sama seperti suhu
kamar (sekitar 20 sampai 25 derajat celcius)
c. Catatan :
a. Keranjang Takakura didesain untuk ukuran sampah rumah tangga sehari-hari
dengan maksimum penghuni 7 orang. Bila jumlah anggota keluarga lebih dari itu,
sebaiknya memakai Keranjang Takakura lebih dari satu buah.
b. Usahakan sampah organik masih segar dan dalam kondisi tercacah buah, sayuran
ataupun nasi. Upayakan memasukkan sayuran yang belum basi. Bila sayuran
telah basi, cuci dulu sayuran tersebut, tiriskan, dan bisa dimasukkan ke komposter
Takakura.
c. Sebaiknya sampah organik segar yang diisi setiap hari, usahakan sampah ditekan
dengan cetok sampai sampah timbunan baru tidak terlihat.
d. Ganti kardus yang menjadi lapisan dalam keranjang setelah 3-6 bulan atau ketika
hancur.
e. Tidak ada belatung pada Keranjang Takakura meskipun setiap hari, para pemakai
memasukkan sampah. Asal belatung adalah dari telur lalat. walaupun lalat telah
bertelur pada makanan dan makanan tersebut dimasukkan ke Keranjang
Takakura, telur lalat tersebut tidak akan menjadi belatung karena bahan-bahan
yang ada di dalam keranjang takakura, misalnya, sekam, tidak memungkinkan
perkembangbiakan belatung.
f. Cuci kain penutup jika dirasa kotor.
g. Bila Keranjang penuh maka 1/3 dari kompos itu dapat kita ambil dan
dimatangkan di taman/kebun kita yang terlindungi dari sinar matahari selama
kurang lebih 2 minggu untuk kemudian dapat digunakan sebagai pupuk kompos.
10
h. Untuk mengetahui kalau proses pengomposan terjadi dengan baik, Cara paling
gampang adalah dengan meletakkan telapak tangan kita kurang lebih 2 cm di atas
kompos. Bila terasa hangat, bisa dipastikan proses pengomposan berjalan dengan
baik. Bakteri yang mendukung proses pengomposan sedang bekerja. Bila telapak
tangan tidak terasa hangat, bakteri tidak bekerja maksimal. Bisa jadi kompos
starter tersebut terlalu kering hingga memerlukan air. Percikkan air pada kompos
tersebut. Pelan-pelan, suhu dari starter tersebut akan meningkat dengan
bekerjanya mikroorganisme yang mengubah sampah menjadi kompos.
Karena proses pengomposan ini ‘aerob’ atau membutuhkan oksigen, isi keranjang
sebaiknya diaduk-aduk dengan sekop / cetok setiap hari.
i. Umumnya, keranjang Takakura penuh antara 2-4 bulan, tergantung jumlah
sampah yang dimasukkan. Bila sudah penuh, ambil sepertiga bagian paling atas.
Kompos yang diambil tadi didiamkan 14 hari, barulah bisa dipakai. Sedangkan
yang tetap tinggal di keranjang, bisa dipakai sebagai starter untuk pengomposan
kembali
j. Hindarkan dari terik matahari, agar keranjang tidak cepat rusak dan kompos tidak
cepat kering dan hindarkan dari hujan (taruh di tempat teduh) keranjang Takakura
dirancang sedemikian rupa sehingga dalam keadaan normal, keranjang tidak
menghasilkan bau.
d. Panduan Penggunaan Keranjang Takakura
1. Buka keranjang Takakura, kain penutup dan bantalan sekam
11
2. Gali media pengkomposan dengan sekop kecil tepat di tengahnya sehingga
terbentuk lubang. Sesuaikan ukuran galian dengan jumlah sampah yang akan
dimasukkan.
3. Kemudian masukkan sampah organis yang akan anda kompos.
4. Timbun sampah tadi dengan menggunakan media yang ada di tepian lubang
sehingga sampah tertutupi.
5. Tutup kembali dengan bantal sekam.
6. Tutup kembali keranjang Takakura dengan kain penutup dan penutup keranjang
Di hari berikutnya ketika kita akan memasukkan sampah, terlebih dahulu perlu
melakukan pengadukan secukupnya, supaya sampah yang dimasukkan sehari
sebelumnya tercampur merata dengan media pengkomposan. Setelah itu lakukanlah
langkah no. 2 hingga no. 6 seperti di atas.
e. Panen Kompos
Bila keranjang sudah penuh, maka 1/3 bagian dari isi keranjang sudah dapat diambil
untuk dijadikan kompos.
1. Keluarkan media pengomposan dari keranjang. Kemudian pisahkan media yang
warnanya lebih gelap dan halus (sudah menjadi kompos)
2. Untuk mengambil yang paling lembut, bisa mengayaknya dengan menggunakan
tutup keranjang. Jumlah yang dikeluarkan sebanyak 1/3 isi keranjang.
3. Kemudian masukkan kembali 2/3 bagian sisa pengayakan termasuk sampah-
sampah yang belum terurai ke dalam keranjang untuk menjadi media
pengomposan selanjutnya. Tempatkan sampah organis yang belum terurai di
bawah media pengomposan.
4. Kompos yang dipanen kita matangkan terlebih dahulu selama setidaknya satu
minggu. Setelah itu kompos siap digunakan.
f. Mengatasi Masalah Takakura
Masalah takakura yang paling sering ditemui yaitu :
1. Bau : Campurkan sejumlah sekam ke dalam kompos(semakin bau semakin
banyak). Aduk hingga merata, kemudia tutup kembali keranjang takakura
2. Pengomposan terhenti dan menjadi dingin : Hal ini biasa terjadi jika pengurai
berhenti bekerja. Untuk mengatasinya bisa dengan menambahkan segenggam
bekatul dan segelas air gula. Aduk merata.
12
3. Terlalu basah : Tambahkan sejumlah sekam, kemudian aduk-aduk bersama
sampah lainnya
Terlalu kering : Tambahkan air dan aduk.
4. Tinggi kompos kurang dari setengah bagian : campurkan sekam hingga tingginya
mendekati 2/3 bagian. Tambahkan beberapa genggam bekatul dan aduk merata.
Biopori
Arti definisi dan pengertian Lubang Resapan Biopori menurut organisasi.org adalah
lubang yang dengan diameter 10 sampai 30 cm dengan panjang 30 sampai 100 cm yang
ditutupi sampah organik yang berfungsi untuk menjebak air yang mengalir di sekitarnya
sehingga dapat menjadi sumber cadangan air bagi air bawah tanah, tumbuhan di sekitarnya
serta dapat juga membantu pelapukan sampah organik menjadi kompos yang bisa dipakai
untuk pupuk tumbuh-tumbuhan. Definisi lain dari biopori adalah lubang-lubang di dalam
tanah yang terbentuk akibat berbagai akitifitas organisma di dalamnya, seperti cacing,
perakaran tanaman, rayap dan fauna tanah laiinya. Lubang-lubang yang terbentuk akan terisi
udara, dan akan menjadi tempat berlalunya air di dalam tanah. Jadi, semakin banyak biopori
di dalam tanah, semakin sehat tanah tersebut.
Di daerah yang masih alami, mekanisme pembentukan biopori terjadi dengan
sendirinya. Dengan adanya perubahan struktur di atas dan di dalam tanah akibat
pembangunan/ pengolahan tanah yang dilakukan manusia seperti pertanian, dan perumahan,
mekanisme alamiah pembentukan biopori menjadi tidak berjalan. Untuk mengatasi
permasalahan ini, Kamir R. Brata, seorang peneliti dari Institut Pertanian Bogor (IPB),
mengembangkan sebuah cara untuk mendorong terbentuknya biopori melalui Lubang
Resapan Biopori (LRB).
13
Tujuan / Fungsi / Manfaat / Peranan Lubang Resapan Biopori / LRB :
1. Memaksimalkan air yang meresap ke dalam tanah sehingga menambah air tanah.
2. Membuat kompos alami dari sampah organik daripada dibakar.
3. Mengurangi genangan air yang menimbulkan penyakit.
4. Mengurangi air hujan yang dibuang percuma ke laut.
5. Mengurangi resiko banjir di musim hujan.
6. Maksimalisasi peran dan aktivitas flora dan fauna tanah.
7. Mencegah terjadinya erosi tanah dan bencana tanah longsor.
Tempat yang dapat dibuat / dipasang lubang biopori resapan air :
1. Pada alas saluran air hujan di sekitar rumah, kantor, sekolah, dsb.
Pengalir air hujan mengurangi volume air yang dialirkan sehingga mencegah air
meluap ke luar selokan.
14
Lubang Resapan Biopori pada Selokan
2. Di sekeliling pohon.
Lubang resapan biopori yang dibuat di sekeliling pohon dapat menjadi sumber air
untuk pohon tersebut. Bulu-bulu akar dari pohon akan tumbuh ke arah LRB
3. Pada tanah kosong antar tanaman / batas
tanaman.
Cara Pembuatan Lubang Biopori Resapan Air :
15
1. Membuat lubang silindris di tanah dengan diameter 10-30 cm dan kedalaman 30-100
cm serta jarak antar lubang 50-100 cm. Pembuatan lubang bisa dibantu dengan alat
bernama Bor Biopori.
2. Mulut lubang dapat dikuatkan dengan semen setebal 2 cm dan lebar 2-3 centimeter
serta diberikan pengaman agar tidak ada anak kecil atau orang yang terperosok.
a. paralon dengan diameter 10 cm, panjang minimal 10cm; atau
b. adukan semen selebar 2 – 3 cm, setebal 2 cmdisekeliling mulut lubang.
3. Lubang diisi dengan sampah organik seperti daun, sampah dapur, ranting pohon,
sampah makanan dapur non kimia, dsb. Sampah dalam lubang akan menyusut akibat
proses pelapukan yang diperkirakan selama 2-3 bulan sehingga perlu diisi kembali
dan di akhir musim kemarau dapat dikuras sebagai pupuk kompos alami.
4. Jumlah lubang biopori yang ada sebaiknya dihitung berdasarkan besar kecil hujan,
laju resapan air dan wilayah yang tidak meresap air dengan rumus = intensitas hujan
16
(mm/jam) x luas bidang kedap air (meter persegi) / laju resapan air perlubang (liter /
jam).
Sebagai contoh, untuk daerah dengan intensitas hujan 50 mm/jam (hujan lebat),
dengan laju peresapan air perlubang 3 liter/menit (180 liter/jam) pada 100 m2 bidang
kedap perlu dibuat sebanyak (50 x 100) / 180 = 28 lubang.
Cara Proses Pembentukkan Biopori Dalam Tanah
Menunjukkan Foto melalui mikroskop elektron yang menggambarkan dua buah lubang yang
terbentuk oleh cacing (pada lingkaran kuning bagian atas) dan lubang yang terbentuk oleh
aktifitas akar tanaman (pada lingkaran kuning bagian bawah). Bila lubang-lubang seperti ini
dapat dibuat dengan jumlah banyak, maka kemampuan dari sebidang tanah untuk meresapkan
air akan diharapkan semakin meningkat. Meningkatnya kemampuan tanah dalam meresapkan
air akan memperkecil peluang terjadinya aliran air di permukaan tanah.
Foto Mikroskop Elektron dari Lubang Cacing dan Akar pada Matriks Tanah (dalam
lingkaran kuning)
Atau dengan perkataan lain akan dapat mengurangi bahaya banjir yang mungkin terjadi.
Peningkatan jumlah biopori tersebut dapat dilakukan dengan membuat lubang vertikal
kedalam tanah. Lubang-lubang tersebut selanjutnya diisi bahan organik, seperti sampah-
sampah organik rumah tangga, potongan rumput atau vegetasi lainnya, dan sejenisnya. Bahan
organik ini kelak akan dijadikan sumber energi bagi organisme di dalam tanah sehinga
aktifitas mereka akan meningkat. Dengan meningkatnya aktifitas mereka maka akan semakin
banyak biopori yang terbentuk.
17
Komposting
Komposting adalah proses pengendalian penguraian secara biologi dari bahan organik,
menjadi produk seperti humus yang dikenal sebagai kompos. Pada saat komposting terjadi
proses-proses perubahan secara kimia, fisika dan biologi. Pengendalian proses penguraian
pada saat komposting yang terpenting mencakup empat hal, yaitu:
Udara (oksigen),
Air (kelembaban),
Bahan organik,
Temperatur.
Dalam prakteknya, terdapat beberapa faktor yang diantaranya saling berkaitan yang
mempengaruhi keberhasilan “program komposting perkotaan”. Beberapa metode komposting
secara ekonomis dapat diterapkan pada kondisi tertentu di suatu wilayah, tapi tidak untuk
wilayah lain.
Tujuan komposting
1. Membunuh mikroba pathogen, telur insect & organisme lain
2. Menyediakan nutrient yang cukup untuk menunjang kesuburan tanah / tanaman.
Manfaat Pengomposan
a. manfaat ekonomi
Meningkatkan efisiensi biaya pengangkutan sampah disebabkan sampah yang
diangkut ke TPA ( Tempat Pembuangan Akhir) semakin berkurang. Selain itu dapat
memperpanjang TPA karena semakin sedikit sampah yang dikelola.
Menghasilkan produk berupa kompos yang memiliki nilai tambah karena produk
tersebut memiliki nilai jual.
b. manfaat terhadap lingkungan
manfaat estetika. Adanya pengomposan, berarti adanya pengurangan terhadap sampah
jenis organik yang dapat merusak keindahan kota atau suatu tempat dan menimbulkan
bau. Dengan demikian keindahan dan kenyamanan tetap terjaga.
Produk hasil pengomposan bermanfaat bagi tanah dan tanaman, sebab dapat:
Menyuburkan tanah dan tanaman, Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah,
Meningkatkan kapasitas jerap air tanah, Meningkatkan aktivitas mikroba tanah,
18
Meningkatkan kualitas hasil panen (rasa, nilai gizi, dan jumlah panen), Menyediakan
hormon dan vitamin bagi tanaman, Menekan pertumbuhan atau serangan penyakit
tanaman, Meningkatkan retensi atau ketersediaan hara di dalam tanah
Pengomposan berpotensi mengurangi pencemaran lingkungan, karena jumlah sampah
yang dibakar atau dibuang ke sungai menjadi berkurang. Selain itu aplikasi kompos
pada lahan pertanian berarti mencegah pencemaran karena berkurangnya kebutuhan
pemakaian pupuk buatan dan obat-obatan yang berlebihan.
Membantu melestarikan sumber daya alam karena pemakaian kompos pada
perkebunan akan meningkatkan kemampuan lahan kebun dalam menahan sebagai
media tanaman dapat digantikan oleh kompos, sehingga eksploatasi humus hutan
dapat dicegah.
c. Manfaat kesehatan : Dengan pengomposan, panas yang dihasilkan mencapai 60OC,
sehingga dapat membunuh organisme pathogen penyebab penyakit yang terdapat
dalam sampah.
d. Manfaat dari segi sosial kemasyarakatan : Pengomposan dapat meningkatkan
peranserta masyarakat dalam pengelolaan sampah.
Tahap pembuatan kompos
a. Pemilahan Sampah
Sampah yang dikumpulkan di TPA pada umumnya bercampur antara bahan-bahan
organik maupun non organik sehingga pemilahan perlu dilakukan secara teliti
untuk mendapatkan bahan organik yang dapat dikomposkan seperti dauan-daunan,
sisa makanan, sayuran dan buah-buahan
b. Pencacahan
Sampah organik yang telah terkumpul dicacah dengan ukuran 3-4 cm. Pencacahan
dilakukan untuk mempercepat proses pembusukan karena pencampuran dengan
bahan baku yang lain seperti kotoran ternak dan EM-4 menjadi rata sehingga
mikroorganisme akan bekerja serana efektif dalam proses fermentasi.
c. Pencampuran Bahan Baku
Sampah yang sudah dicacah dideder di tempat yang telah disediakan kemudian
dicampur dengan kotoran ternak.
Pencampuran/pengadukan dilakukan secara merata kemudian dicampurkan pula
campuran EM-4, di atas campuran sampah dan kotoran ternak.
Pencampuran dilakukan sekali lagi agar seluruh bahan bercampur secara merata.
19
Komposisi bahan-bahan ini adalah sampah cacahan (1,3 m3), EM-4 (375 ml),
kotoran ternak kering (1/5 dari sampah cacahan).
d. Penumpukan Bahan Baku
Setelah dilakukan pencampuran secara merata kemudian dilakukan penumpukan
dengan ketentuan tinggi 1,5 m, lebar 1,75 m dan panjang 2 m. Penumpukan dapat
dilakukan dengan model trapesium, gunungan maupun pesegi panjang. Dalam
tumpukan inilah terjadi proses fermentasi sampah organik menjadi kompos.
e. Pemantauan
Dalam masa penumpukan akan terjadi peningkatan suhu sebagai akibat proses
fermentasi. Hari pertama sampai kelima suhu biasanya mencapai 65° C atau lebih.
Hal ini berguna untuk membunuh bakteri yang tidak dibutuhkan dan melunakkan
bahan. Pada hari keenam dan seterusnya suhu dijaga antara 40-50° C dengan
kelembaban lebih kurang 50 %. Suhu dan kelembaban dapat dipertahankan dengan
perlakuan antara lain penyiraman dan pembalikan tumpukan.
f. Pematangan
Pengkomposan berjalan dengan baik dengan suhu rata-rata dalam bahan menurun
dan bahan telah lapuk dan berubah warna menjadi coklat kehitaman. Tujuan
pematangan untuk menjamin kompos benar-benar aman bagi konsumen.
g. Pengeringan
Setelah usia tumpukan mencapai usia 21 hari/3 minggu, maka sampah organik
sudah menjadi kompos. Selanjutnya dilakukan pembongkaran untuk
dikeringkan/dijemur. Pengeringan dapat dilakukan selama lebih kurang 1 minggu
sampai kadar air kira-kira mencapai 20-25%.
h. Penggilingan dan Pengayakan
Proses selanjutnya adalah dilakukan penggilingan terhadap kompos yang sudah
kering. Untuk mendapatkan butiran-butiran kompos yang siap untuk dikemas
dilakukan pengayakan sesuai dengan kebutuhan.
Ciri-ciri kompos yang baik :
- Berwarna gelap (coklat kehitaman)
- Berbau seperti tanah
- Suhunya tidak lebih dari 20°c dari suhu sekitar
20
- Bentuk fisik kompos tidak menyerupai bentuk aslinya (bila digenggam dengan
tangan akan membentuk gumpalan mengikuti bentuk genggaman, namun
gumpalan akan mudah hancur jika disentuh)
- Biasanya volume kompos berkisar antara 25 – 30% dari sampah organik bahan
kompos.
21
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Keranjang Takakura merupakan alat pengomposan skala rumah tangga yang
ditemukan Pusdakota bersama Pemerintah Kota Surabaya, Kitakyusu International
Techno-cooperative Association, dan Pemerintahan Kitakyusu Jepang pada tahun
2005. Keranjang ini dirakit dari bahan-bahan sederhana di sekitar kita yang mampu
mempercepat proses pembuatan kompos. Dan disebut ’Takakura Home Method’ yang
dilingkungan masyarakat lebih dikenal dengan nama ‘Keranjang Takakura.’
• Keranjang sakti Takakura
- Salah satu model alat pengolahan sampah basah skala rumah tangga.
Pengomposan cara ini sangat bermanfaat untuk para mahasiswa, keluarga kecil,
karena bisa ditempatkan di Dapur atau Teras rumah.
• Penemu : Mr. Koji Takakura
• Prinsip kerja
- Sistem Aerob, sistem penguraian sampah dengan bantuan bakteri aerob, yaitu
bakteri yang membutuhkan udara dalam perkembangbiakannya.
• Komponen / bahan dasar keranjang sakti Takakura
- Keranjang plastik 1 buah - Pupuk Kompos sebagai starter
- Kardus bekas pelapis - Kain penutup
- Bantalan sekam 2 buah - Cetok
- Sampah organik rumah tangga
Keunggulan :
- Praktis dan murah untuk mengkompos di dalam ruangan.
- Ukuran keranjang relatif kecil tetapi kinerjanya tinggi : mampu mengkompos
dengan cepat dan kecil kemungkinan terjadi bau.
- Alat dan bahannya mudah diperoleh, bahkan dapat dibuat sendiri media isinya &
alternatif pilihan keranjang Takakura dengan relatif mudah.
Jenis sampah organik yang dapat diolah :
a. Sampah sayuran
b. Sisa nasi & sisa makan pagi, siang ataupun malam
22
c. Sampah buah (anggur, kulit jeruk, apel dll) hindari memasukkan kulit buah yang
keras seperti kulit salak.
d. Sampah ikan laut atau ikan tawar dan daging dapat diolah tapi jumlahnya jangan
sampai terlalu banyak.
Meletakkan Keranjang Takakura
Keranjang takakura dirancang sebagai sarana pengomposan dalam rumah
sehingga sebaik mungkin memanfaatkan kemampuan ini dengan meletakkannya
di tempat-tempat strategis dalam rumah.
1. Letakkan di tempat strategis di dalam rumah, contohnya seperti tempat yang
paling banyak menghasilkan sampah organis (dapur, ruang makan)
2. Hindarkan dari terik matahari, agar keranjang tidak cepat rusak dan kompos
tidak cepat kering
3. Hindarkan dari hujan (taruh di tempat teduh)
Keranjang Takakura dirancang sedemikian rupa sehingga dalam keadaan normal,
keranjang tidak menghasilkan bau.
Biopori adalah lubang yang dengan diameter 10 sampai 30 cm dengan panjang 30
sampai 100 cm yang ditutupi sampah organik yang berfungsi untuk menjebak air yang
mengalir di sekitarnya sehingga dapat menjadi sumber cadangan air bagi air bawah
tanah, tumbuhan di sekitarnya serta dapat juga membantu pelapukan sampah organik
menjadi kompos yang bisa dipakai untuk pupuk tumbuh-tumbuhan. Peranan Lubang
Resapan Biopori / LRB : Memaksimalkan air yang meresap ke dalam tanah sehingga
menambah air tanah, Membuat kompos alami dari sampah organik daripada dibakar,
Mengurangi genangan air yang menimbulkan penyakit, Mengurangi air hujan yang
dibuang percuma ke laut, Mengurangi resiko banjir di musim hujan, Maksimalisasi
peran dan aktivitas flora dan fauna tanah, Mencegah terjadinya erosi tanah dan
bencana tanah longsor.
Komposting adalah proses pengendalian penguraian secara biologi dari bahan
organik, menjadi produk seperti humus yang dikenal sebagai kompos. Pada saat
komposting terjadi proses-proses perubahan secara kimia, fisika dan biologi.
Pengendalian proses penguraian pada saat komposting yang terpenting mencakup
empat hal, yaitu: Udara (oksigen), Air (kelembaban), Bahan organik, Temperatur.
Tujuan komposting
23
1. Membunuh mikroba pathogen, telur insect & organisme lain
2. Menyediakan nutrient yang cukup untuk menunjang kesuburan tanah / tanaman.
Manfaat Pengomposan
a. manfaat ekonomi
e. manfaat terhadap lingkungan
f. Manfaat kesehatan
g. Manfaat dari segi sosial kemasyarakatan
Tahap pembuatan kompos
a. Pemilahan Sampah e. Pencampuran Bahan Baku
b. Pencacahan f. Pematangan
c. Penumpukan Bahan Baku g. Pengeringan
d. Penggilingan dan Pengayakan h. Pemantauan
Ciri-ciri kompos yang baik :
- Berwarna gelap (coklat kehitaman)
- Berbau seperti tanah
- Suhunya tidak lebih dari 20°c dari suhu sekitar
- Bentuk fisik kompos tidak menyerupai bentuk aslinya Biasanya volume kompos
berkisar antara 25 – 30% dari sampah organik bahan kompos.
B. Saran
Dewasa ini ada beberapa jenis cara pengelolaan sampah mandiri yang berkembang di
masyarakat salah satunya yang kita ketahui adalah keranjang Takakura dan Biopori.
Namun menurut kami, Keranjang Takakura lah yang mudah untuk diaplikasikan. Dari
cara dan proses pembuatanya pun tidak begitu sulit, karena bahanya mudah didapat
disekitar kita. Keranjang Takakura dapat menjadi media pembelajaran yang sangat
penting untuk diperkenalkan pada masyarakat, dengan tujuan agar masyarakat dapat
mengetahui serta mengaplikasikan mekanisme pengelolaan sampah di wilayah /
rumahnya secara mandiri. Dan alangkah baiknya bila komunitas dan kader-kader
pengelola, secara rutin, bersamaan menyampaikan perkembangan pengelolaan
sampah, kualitas dan kuantitasnya. Ini memudahkan untuk membuat langkah strategis
dalam pengelolaan sampah pada masa mendatang. Karena pengelolaan sampah tidak
dapat diatasi oleh satu pihak saja. Maka dengan mengaplikasikan keranjang Takakura
dan Biopori dalam kehidupan sehari-hari, diharapkan kita juga ikut membantu dalam
pengelolaan sampah serta dapat mengubahnya menjadi sesuatu yang bermanfaat.
24
Daftar Pustaka
Multiply. 2007.keranjang ajaib Takakura.
http://kelompokdiskusi.multiply.com/journal/item/376/Keranjang-Ajaib-Takakura-.
diakses tanggal 29 September 2012
Pusdakota Ubaya. 2008. Keranjang Takakura.
http://keranjangtakakura.blogspot.com/2008/09/membuat-keranjang-takakura.html.
diakses tanggal 29 September 2012
Sang pencerah kampus klaten. 2011. Kurangi beban lingkungan dengan komposting
http://sangpencerahkampusklaten.blogspot.com/2011/04/kurangi-beban-lingkungan-
dengan.html diakses 29 September 2012
Biotanikan. 2011. Keranjang Takakura. http://biotani.blogspot.com/2011/11/dewasa-ini-
pengelolaan-sampah-mandiri.html. diakses tanggal 29 September 2012
P.Sekar, melati. 2011. MATERI OHU UGREEN. http://msekarp.blogspot.com/2011/08/materi-ohu-ugreen.html. diakses tanggal 29 September 2012
Rahmaniaa, rizki. 2012. Go green dengan keranjang Takakura.
http://ririspunyamimpi.blogspot.com/2012_01_21_archive.html. diakses tanggal 29
September 2012
Ekosistem Prima Lestari Group. 2012. Informasi keranjang Takakura.
http://informasikeranjangtakakura.blogspot.com/2012_06_01_archive.html. diakses
tanggal 29 September 2012
Kompasiana. 2012. Membuat kompos dan keranjang Takakura.
http://green.kompasiana.com/penghijauan/2012/01/12/membuat-kompos-dan-
keranjang-takakura-sendiri/. diakses tanggal 29 September 2012
Kompos kota. Pengertian dan dasar komposting. http://komposkota.org/?page_id=24.
diakses tanggal 29 September 2012
25
Lampiran :
Anggaran pengeluaran keranjang Takakura :
1. Keranjang Rp
2. Kardus Rp
3. Sekam Rp
4. Kain jaring Rp
5. Kompos jadi Rp
26
Top Related