MAKALAH
Pengaruh Pemilihan Metode Penyusutan terhadap Laba Perusahaan
diajukan untuk memenuhi tugas matakuliah Seminar Akuntansi
Dosen Pembimbing : Dr. H. Yuskar, SE, MA, Ak
Oleh :
MELISA ZULKARNAIN
(1210533002)
Program Studi Akuntansi
Fakultas Ekonomi
Universitas Andalas
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1. Latar Belakang
Perusahaan pasti akan selalu berusaha untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkannya.
Untuk mencapai tujuan tersebut, perusahaan harus dikelola dengan baik agar tujuan perusahaan
tersebut bisa dicapai secara optimal. Dalam pengelolaan perusahaan dibutuhkan aset tertentu
guna memperlancar kegiatan normal dari perusahaan tersebut. Salah satunya adalah aset tetap
dimana nilainya cukup material dan memiliki umur manfaat lebih dari satu tahun. Aset tetap
adalah aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang
atau jasa untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif; dan diharapkan
untuk digunakan selama lebih dari satu periode (PSAK 16 Revisi 2011).
Aset tetap merupakan komponen yang sangat penting bagi perusahaan untuk kegiatan
operasionalnya. Semua aset tetap yang digunakan baik yang baru diperoleh maupun yang lama
memerlukan biaya perawatan dan pemeliharaan agar kegunaan aset tetap tersebut sesuai dengan
yang direncanakan perusahaan. Aset tetap yang dipergunakan lama kelamaan mengalami
kerusakan, keausan dan susut, baik karena dipakai maupun karena pengaruh lama kecuali tanah.
Menurut konsep penandingan biaya dan pendapatan, biaya itu harus ditandingkan dengan
pendapatan pada periode yang sama. Karena aset tetap digunakan dalam kegiatan normal
perusahaan untuk menghasilkan pendapatan, harga perolehan aset tetap harus dialokasikan
pembebanannya selama periode masa manfaatnya Oleh karena itu, aset tetap tersebut harus
dilakukan penyusutan sesuai dengan umur dan masa manfaatnya agar dapat ditandingkan dengan
pendapatan yang dihasilkannya pada periode tersebut.
Biaya penyusutan akan mengurangi pendapatan sehingga mempengaruhi perolehan laba
yang disajikan dalam laporan laba rugi. Sedangkan akumulasi penyusutan akan mengurangi
biaya perolehan aset tetap yang disajikan di dalam laporan posisi keuangan. Pemilihan metode
penyusutan merupakan masalah penting, karena akan mempengaruhi laba yang dihasilkan oleh
perusahaan. Apabila menggunakan metode penyusutan yang tidak sesuai dengan prinsip –
prinsip yang berlaku atau kondisi aset tersebut, maka akan mempengaruhi pendapatan yang
dilaporkan. Hal ini juga akan mempengaruhi nilai dari aset tetap tersebut.
1. 2. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan penyusutan?
2. Apa saja yang mempengaruhi beban penyusutan?
3. Bagaimana klasifikasi metode penyusutan?
4. Bagaimana pengaruh dari pemilihan metode penyusutan terhadap laba
perusahaan?
1. 3. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk :
1. Menjelaskan pengertian penyusutan
2. Mengetahui klasifikasi metode penyusutan
3. Mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi beban penyusutan
4. Mengetahui pengaruh pemilihan metode penyusutan terhadap laba perusahaan
BAB II
PEMBAHASAN
2. 1. Pengertian Penyusutan
Penyusutan adalah alokasi jumlah yang dapat disusutkan dari suatu aset sepanjang masa
manfaat yang diestimasi, dimana jumlah yang dapat disusutkan dari suatu aset adalah biaya yang
dikeluarkan untuk memperoleh aset tersebut dikurangi dengan estimasi nilai sisa aset tersebut
pada akhir masa manfaatnya (Surya 2012, 173).
Menurut Kieso dalam Suryaputri (2007), penyusutan adalah proses akuntansi untuk
mengalokasikan harga pokok (cost) aktiva berwujud pada beban dengan cara yang sistematik dan
rasional dalam periode – periode yang mengambil manfaat dari penggunaan aktiva tersebut.
Dari sudut pandang finansial, penyusutan adalah salah satu sumber dana karena dapat
mengurangi pajak. Penghapusan penyusutan tertinggi yang mungkin dan legal biasanya akan
dilakukan oleh manajemen untuk meminimalkan pengeluaran kas untuk pajak, kecuali bila laba
operasi tidak mencukupi pada periode yang kena pajak. Namun sebenarnya hal tersebut adalah
suatu proses pengalokasian biaya selama beberapa periode perhitungan.
Penyusutan menunjukkan alokasi harga perolehan aset tetap yang dapat diganti, seperti
gudang, mesin, peralatan, dan lain – lain. Aset yang dapat disusutkan adalah aset yang memenuhi
kriteria – kriteria berikut :
1. Diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode akuntansi
2. Memiliki suatu masa manfaat yang terbatas
3. Ditahan oleh suatu perusahaan untuk digunakan dalam produksi atau memasok
barang dan jasa, untuk disewakan, atau untuk tujuan administrasi
2. 2. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Biaya Penyusutan
Faktor – faktor yang mempengaruhi penilaian penyusutan dapat dikelompokkan menjadi
dua, yaitu :
1. Faktor – faktor fisik
Faktor – faktor fisik yang mengurangi fungsi aset tetap adalah aus karena pemakaian
(wear and tear), aus karena umur (deterioration and decay) dan kerusakan – kerusakan. Dalam
keadaan seperti ini, suatu aset tidak bisa digunakan lagi untuk memberikan jasanya, sehingga
harus diganti dengan aset baru.
2. Faktor – faktor fungsional
Faktor – faktor fungsional yang membatasi umur aset tetap antara lain:
- Suatu keadaan dimana aset tidak dapat lagi memenuhi fungsinya, karena perusahaan
telah beralih ke produk tertentu. Dengan demikian meskipun secara teknis aset itu
masih dapat digunakan, tetapi karena tidak memenuhi kebutuhan perusahaan terpaksa
diganti.
- Suatu keadaan dimana aset tetap telah kehilangan manfaatnya, yang disebabkan
telah terjadinya perubahan selera konsumen terhadap produk/jasa yang dihasilkan,
atau karena perkembangan teknologi dengan munculnya aset sejenis yang lebih
modern dan dapat dipakai dengan ekonomis.
Untuk menentukan taksiran umur kegunaan suatu aset tetap, kedua faktor di atas harus
dipertimbangkan. Tetapi selain faktor – faktor tersebut, taksiran umur aset tetap juga dipegaruhi
oleh rencana reparasi dan pemeliharaan. Bila rencana reparasi dan pemeliharaan itu disusun
dengan biaya yang minimum, maka diharapkan aset tetap akan mempunyai umur yang lebih
pendek dibandingkan jika rencana reparasi dan pemeliharaan tidak minimum.
Dalam menentukan besarnya alokasi penyusutan, ada empat faktor yang perlu
dipertimbangkan.
a. Harga perolehan
Harga perolehan suatu aset tetap meliputi seluruh pengeluaran yang berkaitan dengan
perolehan dan penyiapannya untuk dapat digunakan dalam kegiatan operasioanl perusahaan.
Biaya perolehan aset tetap meliputi:
- Harga perolehannya, termasuk bea impor dan pajak pembelian yang tidak boleh
dikreditkan setelah dikurangi diskon pembelian dan potongan-potongan lain;
- biaya-biaya yang dapat diatribusikan secara langsung untuk membawa aset ke lokasi
dan kondisi yang diinginkan agar aset siap digunakan sesuai dengan intensi
manajemen;
- estimasi awal biaya pembongkaran dan pemindahan aset tetap dan restorasi lokasi
aset. Kewajiban atas biaya tersebut timbul ketika aset tersebut diperoleh atau karena
entitas menggunakan aset tersebut selama periode tertentu untuk tujuan selain untuk
menghasilkan persediaan.
Biaya perolehan aset tetap setara dengan nilai tunai yang diakui pada saat terjadinya. Jika
pembayaran suatu aset tetap itu ditangguhkan hingga melampaui jangka waktu kredit normal,
perbedaan antara nilai tunai dengan pembayaran total diakui sebagai beban bunga selama periode
kredit kecuali dikapitalisasi sesuai dengan PSAK 26 (revisi 2008): Biaya Pinjaman. Harga
perolehan aset ini dikurangi nilai residual yang diperkirakan, jika ada, adalah harga perolehan
yang dapat disusutkan atau dasar penyusutan, yaitu harga perolehan aset yang dibebankan ke
pendapatan masa depan.
b. Nilai residu atau nilai sisa
Nilai residu atau nilai sisa aset tetap adalah jumlah yang diperkirakan dapat terealisasi
ketika aset tetap tersebut tidak digunakan lagi. Hal ini bergantung pada kebijakan penghentian
penggunaan yang diterapkan perusahaan dan kondisis pasar serta faktor – faktor lainnya.
Ditinjau dari sudut pandang teoritis, adanya estimasi nilai residu harus dikurangkan dari harga
perolehan untuk mendapatkan harga perolehan aset yang akan dialokasikan.
c. Masa atau umur manfaat
Manfaat ekonomi masa depan melekat pada aset yang dikonsumsi oleh entitas terutama
melalui penggunaan aset itu sendiri. Namun, beberapa faktor lain seperti keusangan teknis,
keusangan komersial dan keausan selama aset tersebut tidak terpakai, sering mengakibatkan
menurunnya manfaat ekonomi yang dapat diperoleh dari aset tersebut. Berkaitan dengan hal-hal
tersebut di atas, seluruh faktor berikut ini diperhitungkan dalam menentukan umur manfaat dari
setiap aset:
- ekspektasi daya pakai dari aset. Daya pakai atau daya guna tersebut dinilai dengan
merujuk pada ekspektasi kapasitas aset atau keluaran fisik dari aset;
- ekspektasi tingkat keausan fisik, yang tergantung pada faktor pengoperasian aset
tersebut seperti jumlah penggiliran (shift) penggunaan aset dan program pemeliharaan
aset dan perawatannya, serta perawatan dan pemeliharaan aset pada saat aset tersebut
tidak digunakan (menganggur);
- keusangan teknis dan keusangan komersial yang diakibatkan oleh perubahan atau
peningkatan produksi, atau karena perubahan permintaan pasar atas produk atau jasa
yang dihasilkan oleh aset tersebut; dan
- pembatasan penggunaan aset karena aspek hukum atau peraturan tertentu, seperti
berakhirnya waktu penggunaan sehubungan dengan sewa.
Umur manfaat aset ditentukan berdasarkan kegunaan yang diharapkan oleh entitas.
Kebijakan manajemen aset suatu entitas dapat meliputi pelepasan aset yang bersangkutan setelah
jangka waktu tertentu atau setelah pemanfaatan sejumlah proporsi tertentu dari manfaat
ekonomik masa depan yang melekat pada aset. Oleh karena itu, umur manfaat dari suatu aset
dapat lebih pendek dari umur manfaat dari aset tersebut. Estimasi umur manfaat suatu aset
merupakan hal yang membutuhkan pertimbangan berdasarkan pengalaman entitas terhadap aset
yang serupa.
d. Jumlah biaya yang dapat disusutkan/jumlah tersusutkan (aset’s depreciable cost)
Jumlah tersusutkan merupakan selisih antara biaya perolehan aset tetap dengan nilai
residunya. Jumlah ini kemudian akan dialokasikan secara sistematis sebagai beban penyusutan.
Dalam praktik, nilai residu aset terkadang tidak signifikan sehingga tidak material dalam
penghitungan jumlah tersusutkan.
e. Jumlah tercatat/nilai buku (book value)
Nilai buku adalah selisih antara biaya perolehan dengan akumulasi penyusutan.
2. 3. Metode Penyusutan
Metode penyusutan mencerminkan ekspektasi pola konsumsi manfaat ekonomik masa
depan dari aset tetap tersebut. Metode penyusutan yang digunakan untuk aset tetap di-review
minimum setiap akhir tahun buku dan, apabila terjadi perubahan yang signifikan dalam
ekspektasi pola konsumsi manfaat ekonomi masa depan dari aset tetap tersebut, maka metode
penyusutan diubah untuk mencerminkan perubahan pola tersebut. Perubahan metode penyusutan
diperlakukan sebagai perubahan estimasi akuntansi sesuai dengan PSAK 25 (revisi 2009):
Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi dan Kesalahan.
Metode penyusutan yang digunakan dalam aset tetap tertentu merupakan suatu hasil
pertimbangan dan harus diseleksi agar dapat mendekati pola penggunaan yang telah diperkirakan
atas aset tetap yang bersangkutan. Penggunaan metode penyusutan harus konsisten selama masa
manfaat aset tetap tersebut, sehingga laporan keuangan dapat diperbandingkan.
Berbagai metode penyusutan dapat digunakan untuk mengalokasikan jumlah yang
disusutkan secara sistematis dari suatu aset selama umur manfaatnya, yaitu
1) Metode Garis Lurus
Penyusutan menggunakan metode garis lurus mengalokasikan jumlah yang dapat
disusutkan dari suatu aset dalam jumlah yang sama besar selama estimasi masa manfaatnya
(Surya, 2012: 174). Metode garis lurus didasarkan pada asumsi bahwa penyusutan lebih
merupakan fungsi waktu daripada fungsi penggunaan. Keusangan dan keausan yang terjadi
sepanjang waktu dianggap sebagai faktor – faktor penentu dalam penurunan kemampuan aset
tetap. Perhitungan penyusutan dengan metode garis lurus didasarkan pada anggapan – anggapan
berikut ini :
- Kegunaan ekonomis dari suatu aset akan menurun secara proporsional setiap
periode
- Biaya reparasi dan pemeliharaan tiap – tiap periode jumlahnya relatif tetap
- Kegunaan ekonomis berkurang karena berlalunya waktu
- Penggunaan (kapasitas) aset tiap – tiap periode relatif tetap
Metode penyusutan garis lurus merupakan prosedur yang digunakan secara luas. Metode
ini mudah dipahami dan sering kali sejalan dengan penggunaan aset. Karena kesederhanaannya,
metode ini memiliki keuntungan, yaitu
- Mudah digunakan dalam praktek
- Lebih mudah dalam menentukan tarif penyusutan
Namun, metode garis lurus juga memiliki kelemahan, yaitu :
- Beban pemeliharaan dan perbaikan dianggap sama setiap periode
- Manfaat ekonomis aset setiap tahun sama
- Beban penyusutan yang diakui tidak mencerminkan upaya yang digunakan dalam
menghasilkan pendapatan
- Laba yang dihasilkan setiap tahun tidak menggambarkan tingkat pengembalian
yang sesungguhnya dari umur manfaat aset tersebut (dalam matching principle,
beban penyusutan harus proporsional pada pendapatan)
Beban penyusutan dapat dihitung dengan mengalikan tarif penyusutan dengan dasar
penyusutan. Dimana dasar penyusutan yang digunakan adalah biaya perolehan aset dikurangi
dengan nilai sisanya. Secara matematis beban penyusutan dapat dihitung sebagai berikut:
Beban Penyusutan = Tarif Penyusutan x Dasar Penyusutan
Tarif Penyusutan = x 100%
Dasar Penyusutan = Biaya Perolehan – Nilai Sisa
2) Metode Saldo Menurun
Metode saldo menurun membebankan penyusutan dengan menggunakan tarif dua kali
tarif garis lurus atas dasar penyusutan aset. Dasar penyusutan yang digunakan adalah nilai
tercatat aset tersebut tanpa dikurangi dengan nilai residunya. Tetapi, aset tersebut tidak boleh
disusutkan di bawah nilai residunya. Metode saldo menurun dikenal juga dengan sebutan metode
saldo menurun ganda (double declining balance method) (Surya, 2012:175). Tarif yang
digunakan sama dari tahun ke tahun, tetapi penurunan nilai buku aset yang bersangkutan
menurun setiap tahunnya.
Dalam metode saldo menurun, beban penyusutan pada tahun – tahun awal akan lebih
besar dibandingkan dengan tahun – tahun akhir. Hal ini dikarenakan metode saldo menurun
didasarkan pada teori bahwa aset yang baru akan dapat digunakan dengan lebih efisien
dibandingkan dengan aset yang lebih tua. Jika menggunakan metode ini, diharapkan jumlah
beban penyusutan, biaya reparasi dan pemeliharaan dari tahun ke tahun akan relatif stabil, karena
jika penyusutannya besar maka biaya reparasi dan pemeliharaannya kecil (dalam tahun awal),
dan sebaliknya dalam tahun – tahun akhir, beban penyusutannya kecil sedangkan biaya reparasi
dan pemeliharaannya menjadi relatif besar. Metode saldo menurun dapat dinilai sebagai
pendekatan untuk alokasi harga perolehan aset bila manfaat tahunan yang dihasilkan oleh aset
menurun sejalan dengan pertambahan umurnya.
Faktor - faktor lain yang mendorong digunakannya metode penyusutan saldo menurun
meliputi:
- Antisipasi kontribusi yang besar dalam periode – periode awal sementara
kontribusi yang akan direalisasikan dalam periode berikutnya tidak begitu pasti
- Kemungkinan adanya ketidaktepatan dan keusangan yang dapat mengakibatkan
penghentian penggunaan yang terlalu cepat atas aset yang bersangkutan
3) Metode Jumlah Angka Tahun
Metode jumlah angka tahun menghitung beban penyusutan suatu tahun berdasarkan tarif yang
diperoleh dengan membagi sisa masa manfaat aset tersebut dalam tahun (angka pembilang)
dengan jumlah angka tahun (angka penyebut) (Surya, 2012:176).
Metode jumlah angka tahun memiliki konsep yang sama dengan metode penyusutan
saldo menurun. Metode ini juga merupakan metode penyusutan yang dipercepat dengan
pertimbangan bahwa biaya pemeliharaan dan perbaikan aset tetap akan cenderung meningkat
dengan bertambahnya usia aset tetap. Oleh karena itu, berkurangnya jumlah penyusutan pada
tahun-tahun berikutnya dalam metode ini akan diimbangi dengan peningkatan beban
pemeliharaan dan perbaikan.
4) Metode Jam Jasa
Metode jam jasa membebankan penyusutan untuk suatu periode berdasarkan jumlah jam
yang digunakan oleh suatu aset dalam memberikan jasa dalam rangka operasi perusahaan selama
periode tersebut (Surya, 2012:177).
Tarif penyusutan per jam diperoleh dari jumlah yang dapat disusutkan dari suatu aset
dibagi dengan estimasi masa manfaat aset tersebut dalam jam. Secara sistematis, tarif penyusutan
pe jam dapat dihitung dengan rumus:
Tarif Penyusutan =
Kelemahan dari metode jam jasa adalah ketika kapasitas produksi dari perusahaan
berkurang karena adanya pesaing baru yang mungkin lebih efisien dan efektif, sehingga cepat
atau lambat perusahaan dipaksa untuk mengakui kelemahan dari kapasitas produksinya. Selain
itu metode jam jasa mengakui beban penyusutan berdasarkan unit produksi, sehingga beban
penyusutan yang diakui menjadi kecil pada saat produksi yang dihasilkan sedikit, yang
selanjutnya akan menyebabkan overstatement terhadap laba yang dilaporkan oleh perusahaan.
5) Metode Jumlah Unit Produksi
Metode jumlah unit produksi membebankan penyusutan untuk suatu periode berdasarkan
jumlah unit yang diproduksi oleh suatu aset dalam operasi perusahaan selama periode tersebut
(Surya, 2012:178).
Tarif penyusutan per unit diperoleh denga cara membagi jumlah yang dapat disusutkan
dengan estimasi total unit yang dapat diproduksi selama masa manfaat aset tersebut. Secara
matematis, tarif penyusutan per unit dapat dihitung dengan rumus sebagi berikut:
Tarif Penyusutan =
2. 4. Pengaruh Pemilihan Metode Penyusutan Terhadap Laba Perusahaan
Secara historis, praktek akuntansi lebih menyukai metode penyusutan garis lurus karena
akan memperbesar laba perusahaan yang disajikan dalam laporan laba rugi. Akan tetapi karena
begitu banyaknya jenis aset kehilangan lebih banyak nilainya pada tahun – tahun awal, dan juga
diperbolehkannya penghapusan yang lebih cepat yang memberikan motivasi untuk mengurangi
pajak penghasilan sekarang, maka beberapa metode penyusutan dipercepat terus berkembang.
Berikut ini akan disajikan suatu ilustrasi perhitungan beban penyusutan dengan
menggunakan tiga metode penyusutan yaitu, metode garis lurus, metode saldo menurun, dan
metode jumlah angka tahun. Dengan menggunakan asumsi harga perolehan aset tetap adalah Rp.
22,500,000. Nilai sisa dari aset tetap adalah Rp. 2,500,000. Estimasi umur manfaat yang
digunakan adalah 5 tahun.
1. Penyusutan Aset Tetap Meggunakan Metode Garis Lurus
Tarif Penyusutan =
= 20% per tahun
Dasar Penyusutan = 22.500.000 – 2.500.000
= 20.000.000
Beban Penyusutan = 20% x 20.000.000
= 4000.000 per tahun
2. Penyusutan Aset Tetap Menggunakan Metode Saldo Menurun
Tarif Penyusutan = 2 x 20%
= 40%
Tabel Penyusutan Metode Saldo Menurun
Tahun Dasar
Penyusutan
Tarif Beban
Penyusutan
Akml.
Penyusutan
Nilai Buku
0 22.500.000
1 22.500.000 40% 9.000.000 9.000.000 13.500.000
2 13.500.000 40% 5.400.000 14.400.000 8.100.000
3 8.100.000 40% 3.240.000 17.640.000 4.860.000
4 4.860.000 40% 1.944.000 19.584.000 2.916.000
5 2.916.000 416.000 2.500.000
3. Penyusutan Aset Tetap Menggunakan Metode Jumlah Angka Tahun
Jumlah Angka Tahun =
= 15
Tabel Penyusutan Metode Jumlah Angka Tahun
Tahun Dasar
Penyusutan
Tarif Beban
Penyusutan
Akml.
Penyusutan
Nilai Buku
0 22.500.000
1 20.000.000 5/15 6.666.666,67 6.666.666,67 15.833.333,33
2 20.000.000 4/15 5.333.333,33 12.000.000 10.500.000
3 20.000.000 3/15 4.000.000 16.000.000 6.500.000
4 20.000.000 2/15 2.666.666,67 18.666.666,67 3.8333.333,33
5 20.000.000 1/15 1.333.333,33 20.000.000 2.500.000
Dapat dilihat pada metode saldo menurun dan jumlah angka tahun, jumlah beban
penyusutan berkurang seiring bertambahnya umur manfaat aset tersebut.
Perbandingan Metode Penyusutan yang Berpengaruh terhadap Laba Perusahaan
Asumsinya adalah penjualan dan komponen perhitungan harga pokok penjualan nilainya tetap.
Garis Lurus
Tahun ke 1
Saldo Menurun
Tahun ke 1
Jumlah Angka Tahun
Tahun ke 1
Penjualan 50.000.000 50.000.000 50.000.000
Bahan Baku (10.000.000) (10.000.000) (10.000.000)
Tenaga Kerja Langsung (10.000.000) (10.000.000) (10.000.000)
Beban Overhead :
Tenaga Kerja Tak Langsung (5.000.000) (5.000.000) (5.000.000)
Penyusutan (4.000.000) (9.000.000) (6.666.667)
Lain – lain (2.000.000) (2.000.000) (2.000.000)
Total HPP 31.000.000 36.000.000 33.666.667
Laba Kotor 19.000.000 14.000.000 16.333.333
Garis Lurus
Tahun ke 2
Saldo Menurun
Tahun ke 2
Jumlah Angka Tahun
Tahun ke 2
Penjualan 50.000.000 50.000.000 50.000.000
Bahan Baku (10.000.000) (10.000.000) (10.000.000)
Tenaga Kerja Langsung (10.000.000) (10.000.000) (10.000.000)
Beban Overhead :
Tenaga Kerja Tak Langsung (5.000.000) (5.000.000) (5.000.000)
Penyusutan (4.000.000) (5.400.000) (5.333.333)
Lain – lain (2.000.000) (2.000.000) (2.000.000)
Total HPP 31.000.000 32.400.000 32.333.333
Laba Kotor 19.000.000 17.600.000 17.666.667
Garis Lurus
Tahun ke 3
Saldo Menurun
Tahun ke 3
Jumlah Angka Tahun
Tahun ke 3
Penjualan 50.000.000 50.000.000 50.000.000
Bahan Baku (10.000.000) (10.000.000) (10.000.000)
Tenaga Kerja Langsung (10.000.000) (10.000.000) (10.000.000)
Beban Overhead :
Tenaga Kerja Tak Langsung (5.000.000) (5.000.000) (5.000.000)
Penyusutan (4.000.000) (3.240.000) (4.000.000)
Lain – lain (2.000.000) (2.000.000) (2.000.000)
Total HPP 31.000.000 30.240.000 31.000.000
Laba Kotor 19.000.000 19.760.000 19.000.000
Garis Lurus
Tahun ke 4
Saldo Menurun
Tahun ke 4
Jumlah Angka Tahun
Tahun ke 4
Penjualan 50.000.000 50.000.000 50.000.000
Bahan Baku (10.000.000) (10.000.000) (10.000.000)
Tenaga Kerja Langsung (10.000.000) (10.000.000) (10.000.000)
Beban Overhead :
Tenaga Kerja Tak Langsung (5.000.000) (5.000.000) (5.000.000)
Penyusutan (4.000.000) (1.944.000) (2.666.667)
Lain – lain (2.000.000) (2.000.000) (2.000.000)
Total HPP 31.000.000 28.944.000 29.666.667
Laba Kotor 19.000.000 21.056.000 20.333.333
Garis Lurus Saldo Menurun Jumlah Angka Tahun
Tahun ke 5 Tahun ke 5 Tahun ke 5
Penjualan 50.000.000 50.000.000 50.000.000
Bahan Baku (10.000.000) (10.000.000) (10.000.000)
Tenaga Kerja Langsung (10.000.000) (10.000.000) (10.000.000)
Beban Overhead :
Tenaga Kerja Tak Langsung (5.000.000) (5.000.000) (5.000.000)
Penyusutan (4.000.000) (416.000) (1.333.333)
Lain – lain (2.000.000) (2.000.000) (2.000.000)
Total HPP 31.000.000 27.416.000 28.333.333
Laba Kotor 19.000.000 22.584.000 21.666.667
Dari ilustrasi di atas, dapat dilihat bahwa jika menggunakan metode garis lurus, laba
perusahaan konstan tiap tahunnya. Namun, apabila menggunakan metode saldo menurun
maupun jumlah angka tahun, laba perusahaan tidak sama tiap tahunnya. Hal ini karena alokasi
beban penyusutan tiap tahun berbeda. Beban penyusutan tahun – tahun awal pada metode saldo
menurun dan jumlah angka tahun lebih besar, sehingga laba yang diperoleh lebih rendah jika
dibandingkan menggunakan metode garis lurus. Sebaliknya, pada tahun – tahun akhir, beban
penyusutan akan semakin rendah, sehingga laba yang dihasilkan lebih besar. Jika dilihat antara
metode saldo menurun dengan jumlah angka tahun, laba yang diperoleh dengan saldo menurun
akan lebih besar dibandingkan dengan jumlah angka tahun. Jadi perusahaan bisa memilih metode
penyusutan untuk kepentingan perolehan laba maupun untuk kepentingan pajak. Apabila laba
yang dihasilkan besar, maka pajak yang dibayarkan juga akan besar. Namun jika laba perusahaan
kecil, maka pajaknya juga akan kecil.
BAB III
PENUTUP
3. 1. Kesimpulan
Aset tetap digunakan oleh perusahaan untuk kegiatan operasionalnya dalam
menghasilkan pendapatan. Berdasarkan konsep penandingan biaya dan pendapatan, aset tetap
yang menghasilkan pendapatan harus ditandingkan dengan biaya yang dikeluarkan oleh
perusahaan tersebut. Aset tetap akan mengalami penyusutan selama masa manfaatnya. Faktor –
faktor yang harus diperhatikan dalam menentukan beban penyusutan adalah biaya perolehan,
umur manfaat, nilai residu, jumlah tersusutkan, dan nilai buku dari aset tersebut.
Dalam menghitung beban penyusutan terdapat beberapa metode, yaitu metode garis
lurus, metode saldo menurun, metode jumlah angka tahun, metode jumlah jam jasa, dan metode
jumlah unit produksi. Pemilihan metode yang tepat sangat penting, karena beban penyusutan
akan mempengaruhi laba yang akan disajikan dalam laporan laba rugi
3. 2. Saran
Pemilihan metode penyusutan sebaiknya didasarkan pada sifat aset tersebut. Jika aset
tersebut menghasilkan pendapatan yang lebih besar pada tahun – tahun awalnya, dan lebih
rendah pada tahun – tahun akhirnya, metode yang dianggap paling tepat adalah metode saldo
menurun. Di sisi lain, jika aset tetap tersebut menghasilkan pendapatan yang tetap setiap
tahunnya, maka metode yang dianggap paling tepat adalah garis lurus. Manajemen dapat
Penggunaan metode penyusutan harus konsisten selama masa manfaat aset yang bersangkutan,
agar laporan keuangan perusahaan dapat dibandingkan dengan tahun – tahun sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, Sri. “Metode Penyusutan Aktiva Tetap: Jumlah Angka Tahun. 27 April 2015.
http://keuanganlsm.com/metode-penyusutan-aktiva-tetap-jumlah-angka-tahun/
Exposure Draft PSAK 16 (Revisi 2011): Aset tetap
Mairuhu, Samuel dan Jantje J. Tinangon. 2014. “Analisis Penerapan Metode Penyusutan Aktiva
Tetap dan Implikasinya terhadap Laba Perusahaan pada Perum Bulog Divre Sulut dan
Gorontalo.” Jurnal EMBA. Vol. 2, No. 4, Hal 404 – 412
Setiawan, Juniady Slamed. 2001. “Kajian Terhadap Beberapa Metode Penyusutan dan
Pengaruhnya Terhadap Perhitungan Beban Pokok Penjualan (Cost of Good Sold).”
Jurnal Akuntansi & Keuangan. Vol. 3, No. 2, Hal 157 - 173
Surya, Raja Adri Satriawan. 2012. Akuntansi Keuangan Versi IFRS+. Edisi ke-1. Yogyakarta:
Graha Ilmu
Suryaputri, Rossje V. 2007. “Analisis faktor – faktor yang berpengaruh pada pemilihan metode
depresiasi.” Media Riset Akuntansi, Auditing, dan Informasi. Vol. 7, No. 2, Hal 187 – 216
Top Related