MEROKOK DALAM PANDANGAN ISLAM
Anggota :
Albila Husna Prajani
Amin Mujanah
Arinda Puspitasari
Nadiah Lukita Sari
Nihayatun Naim
Restituta Rida Kristsada
Sri Suparmi
Vivi Octaniati
Wulan Mardiyanti
Yusnia Anggreini
SMA NEGERI 1 WONOGIRI
2009
A. Pengertian Rokok
Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm (bervariasi
tergantung negara) dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-daun tembakau yang telah
dicacah. Rokok dibakar pada salah satu ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya dapat
dihirup lewat mulut pada ujung lain.
B. Sejarah Rokok
a. Pribumi benua Amerika yaitu suku bangsa Indian adalah orang-orang yang pertama
kalinya menyebar luaskan penggunaan tembakau, menyalakan dan menghisap asapnya. Mereka
inilah yang pertama sekali menjadi pioneer tembakau, menanam dan memeliharanya serta
menghisapnya seperti tembakau yang kita kenal sekarang. Merokok digunakan untuk keperluan
ritual seperti memuja dewa atau roh. Mereka ini dipastikan berasal dari semenanjung Yucatan di
Mexico.
Juga dapat dipastikan bahwa suku Maya di Amerika Tengah adalah pengguna tembakau.
Kemudian setelah budaya Maya hancur, maka para suku-suku bangsa Maya ini bertebaran
dengan membawa tembakau menuju baik ke Selatan maupun Utara benua Amerika. Penyebaran
keseluruh dunia dimulai setelah pelayaran Christopher Columbus pada tahun 1492, yaitu pada
abad 16. Menurut kisah sebenarnya Columbus hanya mencari emas, tetapi anak buahnya yang
merasakan asap tembakau, menikmatinya. Dan Columbus “memasarkannya” di Eropa. Spanyol,
Inggris dan negara-negara Eropa penjajah lainnya berlomba membuat produksi di negara-negara
jajahannya. Pada abad 17 para pedagang Spanyol masuk ke Turki dan saat itu kebiasaan
merokok mulai masuk negara-negara Islam. Belanda memperkenalkannya dengan menanam di
Deli, Sumatra dan di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Nama Situbondo, Bondowoso dan Jember
dan Magelang serta Deli, dikenal oleh penggemar tembakau baik di Bremen, Jerman atau di
London.
b. Sejarah rokok sendiri tidak terlepas dari upaya konspirasi Yahudi-Nasrani yang berhasrat
untuk menghancurkan umat Islam. "Tidak akan ridho kaum Yahudi dan Nasrani terhadap kalian
selama-lamanya sampai kalian mengikuti jalan hidup mereka." (al-Baqarah : 120). Didalam
kitab Jawahirul Lu'lu'iyyah, disebutkan bahwa munculnya rokok berasal dari Inggris yang
menyebar ke negeri-negeri Islam di abad akhir. Anehnya pemerintah Inggris justru tidak
mengirimkan rokok ke negara Islam kecuali setelah para dokter muslim bersepakat melarang
merokok.
Sebenarnya Rasulullah pernah bersabda : "Kelak akan datang kaum-kaum di akhir zaman,
mereka suka mengonsumsi asap tembakau ini dan mereka berkata : 'Kami adalah umat
Muhammad SAW', padahal mereka bukan umatku (Rasulullah tidak mengakui sebagai
umatnya), dan aku juga tidak mengganggap mereka suatu umat, bahkan mereka adalah orang
yang celaka." Abu Hurairoh yang mendengar sabda tersebut bertanya : "Bagaimana sejarah
tembakau itu tumbuh Ya Rasulullah ?"Sabdanya : "Sesungguhnya setelah Allah menciptakan
Adam As dan memerintahkan para malaikat untuk sujud (sebagai tanda penghormatan) kepada
Adam, seluruh malaikat kemudian sujud kepadanya kecuali Iblis. Dia enggan, bersikap
sombong dan termasuk orang-orang yang kafir. Allah bertanya kepada Iblis : "Wahai Iblis, Apa
yang menyebabkan kamu tidak mau sujud saat Aku memerintahkanmu ? " Kata Iblis : "Aku
lebih baik darinya, aku tercipta dari api sedang ia tercipta dari tanah." Allah berkata :
"Keluarlah engkau dari surga sesungguhnya engkau terkutuk, dan engkau dilaknat sampai hari
akhir!" Iblis keluar dengan ketakutan hingga terkencing-kencing. Dari tetesan kencing Ibllis
itulah tembakau tumbuh. Nabi SAW bersabda : "Allah memasukkan mereka kedalam neraka,
dan sesungguhnya tembakau adalah tanaman yang keji. "
C. Jenis-jenis Rokok
Rokok dibedakan menjadi beberapa jenis. Pembedaan ini didasarkan atas bahan
pembungkus rokok, bahan baku atau isi rokok, proses pembuatan rokok, dan penggunaan filter
pada rokok.
Rokok berdasarkan bahan pembungkus.
o Klobot: rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun jagung.
o Kawung: rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun aren.
o Sigaret: rokok yang bahan pembungkusnya berupa kertas
o Cerutu: rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun tembakau.
Rokok berdasarkan bahan baku atau isi.
o Rokok Putih: rokok yang bahan baku atau isinya hanya daun tembakau yang
diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.
o Rokok Kretek: rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun tembakau dan
cengkeh yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.
o Rokok Klembak: rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun tembakau,
cengkeh, dan kemenyan yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma
tertentu.
Rokok berdasarkan proses pembuatannya.
o Sigaret Kretek Tangan (SKT): rokok yang proses pembuatannya dengan cara
digiling atau dilinting dengan menggunakan tangan dan atau alat bantu sederhana.
o Sigaret Kretek Mesin (SKM): rokok yang proses pembuatannya
menggunakan mesin. Sederhananya, material rokok dimasukkan ke dalam mesin
pembuat rokok. Keluaran yang dihasilkan mesin pembuat rokok berupa rokok batangan.
Saat ini mesin pembuat rokok telah mampu menghasilkan keluaran sekitar enam ribu
sampai delapan ribu batang rokok per menit. Mesin pembuat rokok, biasanya,
dihubungkan dengan mesin pembungkus rokok sehingga keluaran yang dihasilkan
bukan lagi berupa rokok batangan namun telah dalam bentuk pak. Ada pula mesin
pembungkus rokok yang mampu menghasilkan keluaran berupa rokok dalam pres, satu
pres berisi 10 pak. Sayangnya, belum ditemukan mesin yang mampu menghasilkan SKT
karena terdapat perbedaan diameter pangkal dengan diameter ujung SKT. Pada SKM,
lingkar pangkal rokok dan lingkar ujung rokok sama besar.
Sigaret Kretek Mesin sendiri dapat dikategorikan kedalam 2 bagian :
1. Sigaret Kretek Mesin Full Flavor (SKM FF): rokok yang dalam proses
pembuatannya ditambahkan aroma rasa yang khas. Contoh: Gudang Garam Filter
Internasional, Djarum Super, dll.
2. Sigaret Kretek Mesin Light Mild (SKM LM): rokok mesin yang menggunakan
kandungan tar dan nikotin yang rendah. Rokok jenis ini jarang menggunakan aroma
yang khas. Contoh: A Mild, Star Mild, U Mild, LA Light, Surya Slim, dll.
Rokok berdasarkan penggunaan filter.
o Rokok Filter (RF): rokok yang pada bagian pangkalnya terdapat gabus.
o Rokok Non Filter (RNF): rokok yang pada bagian pangkalnya tidak terdapat gabus.
D. Kandungan Rokok
Pada rokok sebenarnya ada 4000 kandungan kimia di dalamnya. Di bawah ini adalah 10
kandungan kimia yang paling berbahaya:
Ammonia -- meningkatkan penyerapan nikotin. Biasa digunakan untuk membersihkan
toilet, dicampurkan dengan air untuk menyiram di closet.
Arsenic -- digunakan sebagai pestisida pada tanaman tembakau, tercemar pada rokok yang
sudah jadi. Dapat digunakan sebagai pembunuh tikus.
Cadmium -- kandungan logam yang diperoleh tembakau dari tanah.
Formaldehyde -- hasil tambahan dari asap rokok, zat ini biasa digunakan untuk
mengawetkan mayat.
Acetone -- hasil lain dari pembakaran rokok. Zat ini sering ditemukan pada tiner untuk
membersihkan kutek (cat kuku) dan seperti ammonia, digunakan untuk membersihkan toilet
juga.
Butane -- cairan pada korek api.
Propylene Glycol -- ditambahkan untuk menjaga tembakau tetap kering. Zat ini dapat
mempercepat pengiriman nikotin ke otak.
Turpentine -- digunakan untuk memberi rasa mentol pada rokok. Minyak ini juga biasa
digunakan untuk campuran cat dan varnish kayu.
Benzene -- zat yang dihasilkan ketika rokok dibakar. Biasa ditemukan pada pestisida dan
gasolin.
Lead and Nickel -- Ini adalah logam.
Sedangkan dalam asap rokok terdapat 3 bahan beracun yang membahayakan tubuh yaitu:
o Nikotin
o Tar
o Karbonmonoksida
E. Faktor-faktor Pondorong Merokok
Faktor-faktor yang menyebabkan seseorang merokok adalah:
1. Mengurangi tegang syaraf dan menghilangkan rasa lelah (menurut pendapat mereka)
2. Mengendurkan persendian dan menimbulkan rasa lega setelah merokok.
3. Merokok untuk menyendiri, sebagian orang akan merasakan kenikmatan merokok seorang diri yang
jauh dari pandangan orang lain.
4. Merokok karena ingin menyertai sesuatu perbuatan, seperti merokok setelah makan, atau setelah
minum kopi atau teh.
5. Merokok sebagai pengganti makanan, karena merokok dapat mengurangi nafsu makan perokok
sehingga konsumsi makanannya berkurang.
6. Merokok sebagai sikap sosial, yaitu jika berkumpul bersama temam-teman, terlebih jika dalam satu
acara tertentu.
7. Merokok untuk menumbuhkan rasa percaya diri. Ada orang-orang yang apabila ditimpa
keruwetan, kesempitan atau rasa cemas dalam satu masalah segera menyalakan rokok untuk
menghindarinya.
Dan berdasarkan penelitian di Universitas Malik Sa’ud (Saudi Arabia), kitapun dapat
mengetahui sebab-sebab merokok yang paling penting, diantaranya:
1. Anak yang mencontoh perbuatan bapaknya yang merokok dan dibolehkannya perbuatan mereka
oleh orang tuanya.
2. Bergaul bersama orang-orang yang merokok, khususnya pada usia menjelang dewasa.
3. Ingin menampilkan rasa gagah pada usia muda.
4. Rasa gelisah dan gundah yang diiringi dengan kekosongan rohani ditambah waktu luang
menjadikan seseorang ingin lari darinya dengan berbagai macam cara.
5. Tidak adanya pemahaman yang cukup tentang bahaya rokok.
6. Lemahnya dorongan keimanan dalam hati sehingga membuat seseorang tidak memperdulikan
apa yang akan menimpa dirinya.
F. Dampak Merokok
a. Rokok dan Kesehatan
Seorang perokok adalah pembunuh dirinya sendiri. Padahal Allah SWT amat kasih sayang
terhadap hamba-hambaNya dan amat membenci perbuatan yang dapat mencelakakan hidup.
Meneruskan kebiasaan merokok berarti menentang Allah SWT, karena Allah SWT tidak
melarang sesuatu kecuali didalamnya terdapat mudhorot yang besar yang dapat mengganggu
aktifitas 'ubudiyah seorang hamba. Seorang perokok juga pembunuh orang lain. Mana ada
seorang yang bersih jiwanya yang tidak merasa terganggu dengan asap rokok ? Belum lagi
orang-orang tercinta dan masyarakat sekitarnya. Padahal jelas-jelas Rasulullah SAW
melarangnya dalam sabda beliau : "Janganlah kalian membahayakan diri kalian sendiri dan
jangan pula membahayakan orang lain.." Pernah ada 2 orang menempati 2 ruangan berbeda.
Masing-masing memiliki 1 set komputer berwarna putih. Yang
satu merokok dan yang lain tidak. Kurang dari 6 bulan,komputer, warna cat tembok kamarnya,
baju-baju didalam lemari si perokok semuanya menguning. Pakaian beraroma rokok, padahal ia
gunakan pakaian itu untuk menghadap Allah SWT saat shalat dan hendak menuju masjid. Ia
berharap dapat meraih ridho Allah, dengan sesuatu yang dibenci Allah?
b.Rokok dan Ekonomi
Jika harga sebungkus rokok Rp. 6.000 dan habis dalam waktu sehari, maka dalam sebulan, ia
menghabiskan dana Rp.180.000. Jika seperempat saja dari rakyat negeri ini (anggap saja jumlah
penduduk Indonesia sekitar 200 juta jiwa) yang merokok, berarti 9 milyar rupiah dalam sebulan
mereka "membakar uang" dengan sia-sia. Itu baru sebungkus rokok sehari, bagaimana yang
setiap harinya merokok dua hingga tiga bungkus. Dalam setahun, berapa kiranya anggaran yang
telah dikeluarkan oleh para perokok Indonesia ? Cukup untuk membayar hutang negara, atau
seandainya digunakan untuk kesejahteraan masyarakat, untuk membiayai para janda dan anak
yatim, untuk membantu dunia Islam lain seperti Palestina misalnya.
Namun sifat kecanduan dari tembakau dan cengkeh itu telah menutup mata hati mereka, "ah ini
kan uang-uang gue sendiri terserah gue mau dibuat apa., apakah mereka menyangka harta yang
mereka keluarkan itu kelak diakhirat tidak akan dihisab ? Seorang yang telah mencampur
kehidupannya dengan rokok, kadang-kadang dapat melakukan hal-hal yang tidak seharusnya
dilakukan oleh manusia yang berakal sehat. Ia bisa saja tidak memberi nafkah istri, bertengkar
hanya karena uang belanja sehari-hari, tidak mau membayar SPP sekolah anak, tidak mencukupi
kebutuhan pendidikan (umum dan agama) seperti buku-buku atau kitab-kitab, bahkan enggan
bersedekah atau menolong tetangga atau kerabatnya yang kesusahan, hanya karena sebungkus
rokok. Ia telah mendzalimi dirinya sendiri, istri dan anak-anaknya, orang-orang yang
mempunyai hak atasnya, padahal sebagian besar dari mereka adalah kaum yang merasa dirinya
hebat, terhormat dan disegani oleh masyarakat.. ! padahal sikap foya-foya adalah dilarang oleh
Allah. "Dan janganlah kalian menghambur-hamburkan harta kalian dengan boros,
sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syetan.." (QS. al-Isro' : 26)
Selain itu biasanya perokok menampakkan sikap egois, individualis, yang penting dirinya
merasa puas. Inilah sikap yang disuntikkan kaum kapitalis kedalam otak perokok. Tidak peduli
didalam bis, angkutan umum, ruangan apa saja, dikamar tidur, dimana saja. Seolah hal tersebut
sah-sah saja. Hal ini tidak lain disebabkan mereka menuruti hawa nafsu dan memandang hal
yang ia lakukan tidak berakibat buruk. "Maka apakah orang yang berpegang pada keterangan
yang datang dari Tuhannya sama dengan orang yang dijadikan baginya memandang baik
perbuatan buruknya dan mengikuti hawa nafsunya ? " (QS. Muhammad : 14). "Boleh jadi kamu
menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu. Allah Mengetahui sedang kamu tidak
mengetahui." (QS. al-Baqarah :216) Asap rokok telah menutupi akal sehat dan nurani
kemanusiaannya.
G. Merokok dalam Pandangan Islam
Merokok adalah perbuatan bid'ah yang tercela, dibenci bahkan haram hukumnya. Jika hukum
merokok adalah makruh (dibenci Allah dan Rosul-Nya), maka cukuplah bagi orang
yang mengaku dirinya mukmin untuk meninggalkannya. Lalu bagaimana apabila mu'tamad para
ulama mutaakhkhirin mengatakan hukumnya adalah haram ? Merokok sama saja dengan bunuh
diri, padahal kata Allah SWT : "Dan janganlah kalian membunuh diri kalian sendiri.
Sesungguhnya Allah amat Penyayang kepadamu. " (An-Nisa' :29) Siapa yang tidak tahu
merokok menyebabkan penyakit yang membinasakan seperti jantung koroner, kanker paru-paru,
penyumbatan pembuluh darah atau stroke ? Padahal Allah SWT telah melarang hal demikian.
"Dan belanjakanlah (harta bendamu) dijalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu
sendiri kedalam kebinasaan." (al-Baqoroh :195) Sabda Rasulullah SAW : "Barang siapa
meneguk / menghisap racun sehingga menyebabkan ia mati, maka kelak dineraka ia akan
menenggak racun dari tangannya, ia kekal dan dikekalkan didalam neraka selamanya.." Rokok
mengandung
racun nikotin dan karbon monooksida yang perlahan akan membunuh dirinya. Perokok pasif
juga dapat terkena imbasnya bahkan lebih parah. Sabda Nabi SAW : "Barang siapa yang
beriman kepada Allah dan hari akhir, maka janganlah ia mengganggu / menyakiti tetangganya."
Terutama "tetangga" yang paling dekat dengan dirinya yakni keluarganya. Kata beliau pula :
"Barang siapa mengganggu seorang muslim maka sungguh ia telah menggangguku dan barang
siapa mengganggu aku, maka sungguh ia telah mengganggu Allah SWT." Masih banyak lagi
ulama yang mengatakan ke-HARAM-an merokok, diantaranya : Al-Habib Abdullah bin Alwi
al-Haddad sahibur ratib, Syech Abubakar bin Qosim al-Ahdal, Syech al-Qolyuby, Syech Ibn
'Allan, Syech Ahmad Kurdy dan lain sebagainya terutama ulama' 'alawiyyin, maka alangkah
tidak pantas kita yang awam masih mencari dalil-dalil untuk menghalalkannya. Kata Habib
Abdullah bin Alwi al-Haddad : "..yang shohih hukum merokok adalah haram karena dapat
menghilangkan akal.." Al-Habib Abdurrahman bin Muhammad al-Masyhur, mufti Diyar
Hadramaut, saat membahas hal-hal yang membatalkan puasa didalam kitab beliau Bughyatul
Musytarsyidin sempat berkata : "Semoga Allah melaknat orang yang membuat rokok karena
rokok termasuk bid'ah yang buruk." Al-Habib Husein, anak dari Syech Abubakar bin Salim
pernah membeli tembakau dengn harga 40.000 riyal, lalu membakarnya, beliau juga
memerintahkan untuk menghancurkan tembakau di Hadramaut dan melarang orang-orang dari
merokok. Beliau berkata : "Orang yang tidak tobat dari merokok, aku khawatir dia akan mati
su'ul khotimah." Na'udzu billahi min dzalik. Beliau juga mengatakan : "Aku masih punya
harapan peminum khomr dapat bertobat, tapi aku tidak punya harapan orang yang merokok
dapat bertobat." Hal ini dikarenakan, peminum khomr tahu bahwa khomr hukumnya haram
sehingga masih diharapkan tobatnya, sedang perokok merasa yakin bahwa hukum merokok
adalah tidak apa-apa, sehingga dia tidak merasa bersalah dan tidak perlu bertobat. Wal 'iyaadzu
billah min dzalik. Al-Habib Abdullah bin Umar Bin Yahya pernah melihat di
Mekkah beberapa orang yang berilmu telah terbiasa merokok. Beliau lalu marah dan melarang
mereka : "Ini tidak pantas dan tidak cocok bagi yang mempunyai ilmu. Kebiasaan ini adalah
bid'ah yang jelek, tidak disukai oleh jiwa-jiwa yang muthmainnah serta dijauhi oleh tabi'at yang
sholihah." Lalu bagaimana kiranya orang-orang yang merasa dirinya pandai berilmu seperti
ulama', kyai dan habaib terkemuka masih mempertahankan kemubahan merokok ?
Syech Abdus Shomad Baktsir bersyi'ir : Rokok adalah hidangan terbuat dari api panas, tidak ada
manfaat didalamnya kecuali penyakit jantung maka jangan biarkan ia memperdayaimu Awalnya
adalah batuk lalu menguning terus menerus ia lakukan sampai akhirnya berpenyakit TBC, maka
berikanlah dalihmu Penyakit apakah gerangan yang disifatkan mereka sampai-sampai
menyerang punggungmu wahai yang tertipu apabila mereka berkata didalam rokok ada
manfaatnya, sungguh mereka telah berkata hal yang mustahil dan tak akan pernah dijumpai
olehmu Al-Habib Ahmad bin Umar al-Hinduan mengatakan : "Kalau mereka mengharuskan
kami untuk memilih, anakku merokok atau makan kotoran manusia, niscaya aku pilih agar dia
makan kotoran manusia daripada merokok.." Beliau juga mengharamkan rokok, karena
membuat buruk konsumennya. Al-Habib Ali bin Hasan Alatas shohib kitab al-Qirthos serta al-
Faqih Abdullah bin Ahmad Bazar'ah secara global menyatakan merokok adalah tercela disetiap
keadaan, baik secara syari'at maupun secara akal. Syech Muhammad al-Bairuty ad-Dimyathy
berkata : Rokok membuat tubuh lemah, sedikitpun tidak ada manfaatnya, bahkan menyebabkan
bahaya dan penyakit didalam badan Celakalah penghisapnya, kedudukan bagaimana yang
diharapkan dari yang aromanya menyerupai singa ketika didalam kubangan Ulama' sepakat
berfatwa akan keharamannya tanpa melampaui batas, maka berhati-hatilah dengan perkataan
orang yang menjadikanmu hina karena lemahnya badan. Janganlah kau tertipu oleh mereka
yang mengonsumsinya, karena mereka lalai dari jalan nyata kebenaran. Membiarkan seseorang
di hari-hari cobaannya sampai-sampai ia melihat kebaikan bukan sebagai kebaikan Ada seorang
yang amat sholih disalah satu kota di Hadramaut, setiap harinya duduk berkumpul dengan
auliya' dan sholihin. Istiqomah mempelajari ilmu, mengamalkannya, dan mengambil barokah
dari mereka. Tak lama kemudian ia meninggal dunia. Malamnya, adiknya melihatnya didalam
mimpi lalu bertanya : "Apa yang telah Allah lakukan terhadapmu?" Si sholih itu menjawab :
"Aku mendapatkan seluruh syafa'at dari para wali dan kaum sholihin kecuali satu, dalam
merokok." Artinya, seluruh auliya' dan kaum sholih dapat memberi syafa'at didalam hal apa
saja, asalkan bukan rokok. Syech al-Qolyuby ketika ditanya hukum merokok menjawab
dengan syi'ir beliau yang artinya kurang lebih : Dengarkanlah jawabanku wahai orang yang
bertanya, tentang hukum menghisap api yang kelak kedalam neraka kau akan dijerumuskan
Hukumnya adalah haram berdasarkan dalil dan sifat-sifat buruk didalam rokok, yang telah
kukumpulkan. Yaitu, ia dapat menyibukkan dirimu dari bertasbih kepada Pencipta kita,
membuat air mata menghitam dan menghamburkan uang. Celakalah orang yang menghisapnya
kelak dihari perhitungan, saat ia datang dengan buku catatannya yang kosong melompong lagi
kelam. Tidak akan pernah ada selamanya seorang yang 'alim pun yang berkata : ini adalah halal,
baik manusia golongan 'arab maupun 'ajam. Jika ada yang menentang perkataanku ini, mestilah
ia seorang yang sesat dari jalan-jalan (kebaikan) serta dari kebenaran dan tuli ditelinganya
menyumbat pendengaran Kita memohon kepada Allah Tuhan 'arasy Yang Mewujudkan kita,
semoga kebaikan ditampakkan dan diakhiri hidup kita dengan keimanan. Di akhir zaman yang
mendekati qiyamat ini, segala yang dilarang (diantaranya rokok) makin digemari dengan alasan
sedang trend dan dianggap modern. Adapun segala yang dianjurkan (diantaranya sunnah-sunnah
Nabi SAW seperti siwak), makin ditinggalkan dengan alasan kuno, kolot dan tidak mode lagi.
Malu, jika harus memakai atribut agama dan merasa pede jika memakai asesoris budaya non-
Islam. Karenanya tak salah sindiran al-Habib Abdullah bin Umar asy-Syathiry, seorang ulama
mutaakhirin, dalam syi'irnya beliau berkata :Kau perbagus rokok dibibirmu, dan kau malu
memakai siwakmu. Syariat dan kedokteran telah melarangmu dari perbuatan mengganggu itu,
tapi kau tetap melakukan hal itu Seandainya kau balik 2 hukum itu (memakai siwak dan
meninggalkan rokok) maka itu lebih utama bagimu, akan tetapi syetan telah menipumu Berapa
banyak harta yang amat berharga kau sia-siakan, aduhai, kalau saja harta itu kau gunakan untuk
akhiratmu Tidaklah pantas bagimu wahai putra keturunan Thoha SAW, lebih memilih akhlaq
yang tercela dan kesialannya menyelimutimu Apakah kau tidak sadar datukmu hadir saat kau
melakukannya, benar-benar kau tidak mau sadar, demi Dzat yang dari nuthfah Ia
menciptakanmu. Tiada kata terlambat untuk bertobat. "Dan orang-orang yang apabila
mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, lalu mereka ingat akan Allah, lalu
memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka.. dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa
selain Allah ? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan buruk itu sedang mereka mengetahui."
(QS. Ali 'Imron :135) Semoga kita termasuk hamba Allah yang disebut didalam ayat-Nya :
"..Sampaikanlah kabar gembira kepada hamba-Ku, yang mendengar perkataan lalu mengikuti
apa yang terbaik darinya. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah dan
mereka itulah orang-orang yang memiliki akal. " (az-Zumar : 17-18)
Maka pendapat para ulama terkemuka bisa dijabarkan sebagai berikut:
I. Pendapat yang mengharamkannya
Mereka berpendapat bahwa rokok hukumnya adalah Haram menurut Syar'i, pendapat ini
dinisbahkan kepada Syaikhul islam Ahmad As Sanhuri Al Bahuti Al Hanbali Al Mashri,
Syaikhul Al Malikiyah Ibrahim Allagani, Abul Ghaits Al Qasyasy Al Malikiy, Najmuddin
bin Badruddin bin Mufassir Al quran Assyafi'i, Ibrahim bin Jam'an dan muridnya Abu Bakr
bin Ahdal Al Yamani, Abdul Malik Al 'Ishami, Muhammad bin Alamah, Assayyid Umar Al
Bashri, Muhammad Al Khawaja dan Assayyid Sa'ad Al Balkhi Al Madani.
Alasan dan dalil dalil mereka tentang pengharamannya kembali ke tiga pokok permasalahan
yang diakibatkan oleh rokok tersebut, yaitu :
1. Memabukkan
Yang dimaksudkan oleh mereka dengan memabukkan yaitu benar benar menutupi akal
dan menghilangkannya meskipun tanpa adanya keinginan yang kuat untuk bersenang
senang dengan kata lain, memabukkan perokok dengan menyempitkan akal serta
nafasnya, dan menurut mereka, tidak ada keraguan hal tersebut akan terjadi pada orang
orang yang pertama mencicipinya. Olehnya itu hukumnya adalah haram dan menurut
mereka, seorang yang perokok tidak boleh dijadikan imam.
2. Melemahkan dan Narcolepsy
Kalupun rokok itu tidak memabukkan, namun ia melemahkan si perokok dan
membuatnya malas dalam bekerja, juga Narcolepsy yaitu penyakit yang ditandai dengan
rasa ngantuk yang sangat kuat dan tak terkendali sebagaimana halnya orang dibius.
Sebagaimana hadis riwayat Ahmad dan Abu Daud dari Ummu Salmah bahwa
Rasulullah SAW melarang semua yang memabukkan dan melemahkan.
3. Berbahaya dan berdampak negatif Bahaya dan dampak yang mereka sebutkan ada dua
macam :
a. Dampak terhadap tubuh dimana rokok tersebut akan melemahkan dan merubah warna
wajah menjadi pucat serta menimbulkan berbagai macam penyakit dan mungkin akan
menimbulkan penyakit TBC. Dan mereka berpendapat bahwa tidak ada perbedaan
dalam pengharaman sesuatu yang berdampak negatif, baik dampak tersebut datang
secara sekaligus maupun bahaya tersebut datang secara perlahan dan berangsur angsur.
b. Dampak terhadap keuangan dimana seorang perokok akan menghambur hamburkan
uangnya dan hartanya terhadap sesuatu yang tidak bermanfaat bagi tubuh dan diri dan
tidak juga bermanfaat di dunia dan di akherat, padahal islam telah melarang untuk
menghambur hamburkan harta kepada sesuatu yang tidak bermanfaat sebagaimana
firman Allah SWT, " Wala tubazzir tabzira, innal mubazzirina kaanu ikhwana Sayathin
wakana syaithanu lirabbihu kafura" (Al Isra : 27), janganlah menghambur hamburkan
harta kepada apa apa yang tidak bermanfaat karena orang yang mubazzir adalah
saudaranya setan sedangkan setan itu kufur kepada Tuahannya. Mereka juga
berpendapat, jika seorang perokok itu mengakui bahwa dia tidak mendapat manfaat apa
pun dari rokok pasti dia akan mengharamkannya atas dirinya, bukan dari segi pemakaian
dan penggunaannya melainkan dari segi materi yang dihabiskannya dalam
membelanjakan rokok tersebut.
II. Pendapat yang memakruhkannya
Pendapat ini mengatakan bahwa rokok menurut hukum syar'i adalah makruh, dan
pendapat ini dinisbahkan kepada Syaikh Abu Sahal Muhammad bin Al Wa'idz Al hanafi
dan pengikutnya. Adapun alasan dan dalil mereka tentang pemakruhannya sebagai
berikut :
1. Perokok itu tidak akan terlepas dari bahaya yang ditimbulkan oleh rokok itu sendiri
apalagi kalau berlebihan, sedikit saja berbahaya apalagi kalau banyak.
2. Kekurangan dalam harta, artinya, meskipun si perokok tidak menghambur hamburkan
dan tidak boros serta berlebihan namun hartanya telah berkurang dengan
menggunakannya kepada hal hal yang kurang bermanfaat. Alangkah baiknya jika uang
yang dibelanjakkan untuk rokok digunakan kepada hal hal yang bermanfaat baik buat
diri sendir dan orang lain.
3. Baunya yang kurang enak dan sedap yang dapat menggangu orang di sampingnya,
dan hukum memakan atau mengkonsumsinya adalah makruh, sama halanya dengan
memakan bawang merah dan bawang putih.
4. Rokok akan menyibukkan si perokok dengan menghisapnya yang dapat membuatnya
lalai dalam beribadah maupun mengurangi kesempurnaan ibadahnya.
5. Rokok akan membuat si perokok itu lemah di saat tidak mendapatkannya dan
fikirannya akan terganggu oleh bisikan bisikan yang akan membuatnya salah dalam
bertindak.
Asyeikh Abu Sahal Muhammad bin Al Wa'idz Al hanafi kemudian berkata : Dalil dalil
tentang pemakruhannya adalah dalil Qath'i sedangkan dalil tentang pengharamannya
masih Dzanni, semua yang berbau tidak sedap adalah makruh sebagaimana halnya
bawang dan rokok termasuk di dalamnya, kemudian beliau melarang orang orang yang
merokok untuk berjamaah di mesjid.
III. Pendapat yang membolehkannya
Pendapat ini mengatakan bahwa hukum rokok menurut syar'i adalah mubah (boleh),
pendapat ini dinisbahkan kepada Al 'Alamah Asyeikh Abdul Ghani Annablisi dan
Syeikh Mustafa Assuyuti Arrahbani. Adapaun dalil dan alasan mereka tentang bolehnya
rokok yaitu Al Ashlu Minal Asyai Al Mubah, asal dari segala sesuatu itu adalah Mubah
(boleh) sebelum ada dalil Syar'i yang sharih yang mengharamkannya.
Mereka mengatakan bahwa orang orang yang menuding rokok itu memabukkan dan
melemahkan adalah tidak benar, karena mabuk adalah hilangnya akal yang dibarengi
oleh gerakan tubuh sedangkan narcolepsy adalah hilangnya akal tidak sadarkan diri, dan
kedua hal tersebut tidak terdapat dan terjadi pada si perokok, sehingga tidak dibenarkan
untuk mengharamannya. Adapun masalah pemborosan dan menghambur hamburkan
uang bukan hanya dalam hal rokok dan masih banyak hal lain yang lebih besar dimana
dihambur hamburkannya uang. Kemudian Syeikh Mustafa Assuyuti Arrahbani dalam
Syarah "Ghayatul Muntaha" dalam fiqh Hanbali : Semua orang yang meneliti masalah
ini haruslah bersumber dari Ushuluddin dan cabang cabangnya tanpa harus mengikuti
hawa nafsu, sekarang orang orang bertanya tentang hukumnya rokok yang semakin
populer dan telah diketahui oleh semua orang, kemudian beliau membantah dalil orang
orang yang mengharamkannya disebabkan oleh mudharat terhadap akal dan badan
dengan membolehkannya, karena asal dari segala sesuatu yang belum jelas dharar dan
juga nashnya adalah mubah (boleh) kecuali bila ada dalil nash yang Sharih tentang
pengharamannya.
IV. Pendapat yang tidak menetapkan hukumnya tapi menjelaskannya secara
terperinci
Pendapat ini tidak menentukan dan menetapkan hukumnya merokok namun
menjelaskannya secara terperinci, mereka mengatakan bahwa tembakau pada dasarnya
adalah tumbuhan yang suci tidak memabukkan dan tidak membawa mudharat, hukum
asalnya adalah mubah dan hukum tersebut bisa berubah ubah dalam hukum syar'i sesuai
dengan keadaan dan kondisi. Jika seseorang merokok namun tidak berdampak negatif
terhadap akal dan badannya maka hukumnya adalah Mubah (boleh). Jika rokok
berdampak negatif dan membahayakan si perokok maka hukumnya adalah Haram, sama
halnya dengan larangan mengkonsumsi madu jika madu tersebut berdampak negatif bagi
pengkunsumsinya. Jika rokok itu bermanfaat, digunakan untuk penangkal mudharat atau
sebagai obat, maka hukum merokok itu adalah wajib.
V. Pendapat Ulama Modern
1. Syeikh Hasanain Makhluf (mantan Mufti Mesir), mengatakan bahwa asal dari hukum
merokok adalah Mubah kemudian menjadi haram dan makruh karena beberapa hal,
diantaranya adalah adanya dampak negatif yang ditimbulkan oleh rokok baik
mudharatnya sedikit atau banyak terhadap diri dan harta dan membawa ke kerusakan,
melalaikan tugas dan kewajiban semisal tidak memberi nafkah kepada istri dan anak dan
orang orang yang berhak mendapatkan nafkah disebabkan karena hartanya habis
dibelanjakan untuk rokok. Kalau hal ini benar benar terjadi berati hukum merokok
adalah makruh bahkan haram dan apabila tidak ad salah satu diantara mudharat tersebut
di atas maka hukum merokok adalah halal.
2. Al Alamah Asyeikh Muhammad bin Mani', ulama besar Qatar dan sebagaian besar
ulama Najd mengharamkannya. Sebagaimana dalam risalah ulama Najd dan Syarah
Ghayatul Muntaha hal 332 oleh Syekh Muhammad bin Mani'.
3. Assyeikh Mahmud Syaltut (Syaikhul Azhar) dalam fatawanya mengatakan :
Meskipun tembakau tidak memabukkan dan tidak merusak akal namun mempunyai
dampak yang sangat negatif yang dirasakan oleh perokok terhadap kesehatannya dan
juga dirasakan oleh perokok pasif. Ilmu kedokteran telah menjelaskan mudharat yang
ditimbulkan oleh rokok sehingga tidak diragukan lagi kalau rokok adalah penyakit yang
berbahaya baik secara islam maupun secara umum, dan jika kita melihat banyaknya
harta dan uang yang dihabiskan untuk membelanjakan hal hal yang tidak bermanfaat
seperti rokok maka dapat dikatakan bahwa tembakau (rokok) itu mempunyai dampak
yang buruk terhadap kesehatan dan harta dimana hal itu diharamkan dan dimakruhkan
dalam Islam. Di dalam Islam penentuan suatu hukum tentang pengharaman dan
pemakruhan tidak mesti harus berdasarkan Nash dan dalil khusus tentang hal tersebut
tapi cukup dengan mengetahui Illahnya.